KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH

2 Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank Indonesia moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinamb Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Unit Kajian, Statistik dan Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : Fax : remon_s@bi.go.id; hasudungan_ps@bi.go.id; teguh_t@bi.go.id; donny_ananta@bi.go.id Homepage :

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkankehadirat Tuhan YME, karena atas perkenan-nya maka penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Tengah triwulan III ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan buku KER adalah untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Secara lengkap, buku KER ini meliputi kajian perkembangan makroekonomi regional, perkembangan inflasi, perkembangan perbankan, perkembangan sistem pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, perkembangan keuangan daerah serta prospek ekonomi dan inflasi ke depan. Kami berharap kiranya informasi yang terangkum dalam buku KER ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Selanjutnya, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di waktu yang akan datang, sangat diharapkan saran, masukan dan tentunya update data dan informasi terkini dari berbagai pihak. Selain kami cetak secara terbatas, buku KER ini juga dapat di unduh di Semoga Tuhan YME selalu meridhoi upaya kita sekecil apapun dalam berkontribusi untuk ikut memajukan ekonomi di wilayah yang kita cintai ini. Terima kasih. Palu, November 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH ttd Purjoko Deputi Direktur i

4 Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Tabel Indikator Ekonomi... xi Ringkasan Eksekutif BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Analisis PDRB dari Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Angkatan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Sektor Jasa-Jasa Analisis PDRB dari Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Boks 1. Analisis SWOT Prospek Perekonomian Sulawesi Tengah pada tahun ii

5 Daftar Isi BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Perkembangan Inflasi Secara Umum di Kota Palu Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Disagregasi Inflasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum & BPR) Intermediasi Bank Umum Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Umum Penyaluran Kredit Bank Umum Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Kinerja Bank Umum Syariah Kredit UMKM Boks 2. Sosialisasi Kebijakan Loan to Value Jilid II BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Keuangan Secara Tunai Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi Transaksi Keuangan Secara Non Tunai BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan iii

6 Daftar Isi 5.2. Kemiskinan Perkembangan Nilai Tukar Petani Sulteng Boks 3. Selayang Pandang Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan II Realisasi Pendapatan APBD Realisasi Belanja APBD Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prospek Inflasi LAMPIRAN Daftar Istilah dan Singkatan iv

7 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)... 9 Tabel 1.2. Produksi Padi Sawah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 (Angka Ramalan II 2013) Tabel 1.3. Produksi Padi Ladang Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 (Angka Ramalan II 2013) Tabel 1.4. Perkembangan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 1.5. Pertumbuhan Tahunan (yoy) Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Tabel 1.6. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sulawesi Tengah (USD juta) Tabel 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi terbesar Bulan Juli September Tabel 2.3. Penyesuaian TDL Rumah Tangga dan Industri di tahun Tabel 2.4. Perbandingkan Inflasi Tahunan triwulan III-2012 dan triwulan III-2013 per Kelompok Komoditas Tabel 2.5. Inflasi Kelompok Bahan Makanan Tabel 2.6. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Tabel 2.7. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Tabel 2.8. Inflasi Kelompok Sandang Tabel 2.9. Inflasi Kelompok Kesehatan Tabel Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Tabel Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah) Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum per Sektor Tabel 3.4. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Sulawesi Tengah v

8 Daftar Tabel Tabel 4.1. Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan Tabel 4.2. Pangsa Denominasi Uang Inflow Tabel 4.3. Pangsa Denominasi Uang Outflow Tabel 4.4. Perkembangan RTGS Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 5.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tabel 5.4. Perkembangan Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah Tabel 5.5. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Di Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi Tabel 6.1 Perkembangan Pos Pendapatan Daerah per Triwulan Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 6.3. Perkembangan Pos Pendapatan Daerah per Triwulan Tabel 6.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah vi

9 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB (triwulanan) Provinsi Sulawesi Tengah ADHK 2000 (yoy)... 8 Grafik 1.2. Kapasitas Terpakai Perekonomian Sulawesi Tengah... 8 Grafik 1.3. Share PDRB Provinsi Sulawesi Tengah per Sektor... 8 Grafik 1.4. Perkembangan Share Sektor Primer, Sekunder dan Tersier PDRB Provinsi Sulawesi Tengah... 8 Grafik 1.5. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektoral Grafik 1.6. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 1.7. Share Nominal PDRB Sektor Pertanian Grafik 1.8. Perkembangan Stok Beras BULOG Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Pertanian Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao Grafik Komposisi PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Grafik 1.12 Ekspor Mineral Tambang Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Industri Pengolahan Provinsi Sulawesi Tengah Grafik Kapasitas Terpakai Industri Pengolahan Grafik Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Furniture Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu Grafik Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Bangunan Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor PHR Provinsi Sulawesi Tengah Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Grafik Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang Grafik Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan Pantoloan vii

10 Daftar Grafik Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Grafik Perkembangan Komposisi PDRB Sektor keuangan, persewaan dan jasa Grafik Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Perbankan Di Sulawesi Tengah Grafik Kontribusi Pertumbuhan Kelompok Penggunan Grafik Perkembangan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tengah Grafik Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu Grafik 1.31 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Kredit Investasi Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Prov. Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Ekspor Kakao,Kopi, Teh dan Bumbu-bumbuan Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Volume Muat Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Grafik Jumlah Barang Yang Keluar Melalui Bandara Mutiara Palu Grafik Perkembangan Volume Bongkar Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Grafik Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara Mutiara Palu Grafik 2.1. Event Analysis Inflasi Tahunan Kota Palu dan Nasional Grafik 2.2. Inflasi Bulanan Kota Palu, Sulampua dan Nasional Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Beberapa Kota Di Indonesia Timur Grafik 2.4. Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) Grafik 2.5. Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Aktual Vs Historis Grafik 2.7. Harga Kakao di Pasar Dunia Grafik 2.8. Indeks Kondisi Ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 2.9. Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum yang Akan Datang Grafik Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palu Menurut Kelompok Komoditas Grafik Perkembangan Harga Bumbu-Bumbuan viii

11 Daftar Grafik Grafik Perkembangan Harga Ikan Segar Grafik Perkembangan Harga Beras Grafik Perkembangan Harga Daging dan Telur Grafik 3.1. Perkembangan DPK Menurut Jenis Simpanan Grafik 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik 3.3. Perkembangan DPK BU (Giro, Deposito & Tabungan) Grafik 3.4. Pangsa DPK BU Menurut Jenis Simpanan Grafik 3.5. Rasio Rekening Simpanan Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.7. Proporsi Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Properti Grafik 3.9. Perkembangan Kredit KPR Berdasarkan Tipe Grafik Rasio Rekening Kredit Terhadap Jumlah Penduduk Grafik Perkembangan Aset BPR Grafik Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan Grafik Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah Grafik Perkembangan DPK Bank Syariah Grafik Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Grafik Perkembangan Kredit Mikro, Kecil, Menengah Bank Umum Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Tunai Grafik 4.2. Perkembangan Net-Outflow Uang Tunai Grafik 4.3. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Grafik 4.4. Perkembangan Persentase Lembar Uang Yang Dimusnahkan Grafik 4.5. Perkembangan Transaksi Non Tunai di Sulawesi Tengah Grafik 4.6. Share Nominal Transaksi RTGS (Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 4.7. Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah Grafik 4.8. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 5.1. Perkembangan TPAK dan TPT per Kabupaten Grafik 5.2. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota Palu Grafik 5.3. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Sulteng Grafik 5.4. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal di Sulteng ix

12 Daftar Grafik Grafik 5.5. ndeks Kedalaman Kemiskinan Grafik 5.6. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulteng Grafik 5.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Sulteng Grafik 5.8. NTP Sulteng Menurut Subsektor Grafik 5.9. Perbandingan NTP Provinsi di Indonesia Timur Grafik 6.1 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Grafik 6.2. Perkembangan Surplus APBD Grafik 6.3. Perkembangan Deposito, Tabungan dan Giro Pemda di Perbankan Sulteng Grafik 6.4. Perkembangn Nilai Realisasi per Pos Pendapatan Daerah Grafik 6.5. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Pendapatan Daerah Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Realisasi per Pos Belanja Daerah Grafik 6.7. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Belanja Daerah Grafik 6.8. Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah Grafik 6.9. Persentase Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sulteng Grafik Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah Grafik Persentase Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 7.1. Perkembangan BI Rate dan Suku Bunga Kredit Bank Umum di Sulawesi Tengah Grafik 7.2. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 7.3. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Grafik 7.4. Proyeksi Inflasi Kota Palu ( IV-2013) Grafik 7.5. Laju Inflasi Bulanan dan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Grafik 7.6. Proyeksi Harga Emas Grafik 7.7. Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia x

13 Tabel Indikator Utama TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH a. Inflasi dan PDRB MAKRO Indikator I II III IV TOTAL I II III Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu 135,2 137,5 141,1 142,3 142,3 143,3 142,9 151,4 Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu 2,50 4,99 6,78 5,87 5,87 5,97 3,89 7,29 (miliar Rp) 5.008, , , , , , , ,6 - Pertanian 1.929, , , , , , , ,2 - Pertambangan dan Penggalian 296,3 292,0 261,0 542, ,6 495,0 508,2 404,2 - Industri Pengolahan 298,7 302,1 309,6 312, ,4 311,1 322,0 321,8 - Listrik dan Air Bersih 35,4 36,4 37,0 37,3 146,2 38,4 39,6 40,6 - Bangunan 385,0 391,1 407,3 439, ,6 416,7 451,1 471,6 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 663,5 671,8 679,8 685, ,1 681,5 691,8 728,5 - Pengangkutan dan Komunikasi 373,5 382,5 392,7 415, ,7 405,9 413,2 425,9 - Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 233,9 247,6 254,5 260,9 996,9 266,5 280,7 286,3 - Jasa-Jasa 792,2 842,2 865,0 881, ,5 867,2 892,6 934,5 (miliar Rp) 5.008, , , , , , , ,6 -Konsumsi Rumah Tangga 2.758, , , , , , , ,5 -Konsumsi Lembaga Nirlaba 65,4 66,3 67,2 68,5 267,4 69,3 69,3 70,3 -Konsumsi Pemerintah 870,1 918,5 921,1 951, ,0 931,9 968,0 970,7 -Investasi 1.092, , , , , , , ,6 -Ekspor 856,5 854,2 805, , ,9 960,7 979,9 920,1 -Impor(-) 635,4 638,4 649,6 667, ,0 674,7 681,4 723,6 Pertumbuhan PDRB tahunan (y-o-y) 10,03% 9,45% 6,61% 10,97% 9,27% 10,65% 10,28% 10,07% Nilai Ekspor Non-Migas (USD Juta)* 54,2 61,0 50,3 114,9 280,4 72,8 67,1 44,3 Volume Ekspor Non-Migas (Ton)* , , , , , , , ,8 Nilai Impor Non-Migas (USD Juta)* - 1, ,6-10,8 - Volume Impor Non-Migas (Ton)* , , ,7 - Ket : *) Data sementara sampai dengan September 2013 (open files) xi

14 Tabel Indikator Utama b. Perbankan RINCIAN PERBANKAN Bank Umum: Total Aset (Rp juta) DPK (Rp juta) Giro Deposito Tabungan Kredit (Rp juta) Modal Kerja Investasi Konsumsi % NPL GROSS 2,61% 2,26% 2,14% 1,74% 2,02% 1,98% 2,20% LDR 121,85% 120,67% 125,76% 137,00% 137,15% 141,45% 142,07% Kredit UMKM (Rp juta) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Mikro Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL UMKM gross 4,49% 3,64% 3,98% 3,39% 3,99% 3,89% 4,24% BPR: Total Aset (Rp juta) DPK (Rp juta) Tabungan Deposito Kredit (Rp juta) Modal Kerja Investasi Konsumsi Rasio NPL gross (%) 1,82% 1,25% 1,12% 0,81% 1,02% 1,05% 1,05% LDR 161,48% 183,48% 245,52% 285,37% 267,17% 300,91% 326,84% xii

15 Tabel Indikator Utama c. Sistem Pembayaran Indikator Tr I Tr II Tr III Tr IV TOTAL Tr I Tr II Tr III Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp) 653,44 288,21 830,16 689,55 689, , , ,42 Inflow (Miliar Rp) 564,82 339,48 650,65 332, ,59 873,95 432,15 950,63 Outflow (Miliar Rp) 421, , , , ,33 507, , ,93 Pemusnahan Uang (Miliar Rp) 266,29 46,67 11,82 45,24 370,02 184,43 96,15 174,77 Transaksi RTGS Ingoing (Miliar Rp) 3.495, , , , , , , ,38 Outgoing (Miliar Rp) 5.568, , , , , , , ,88 Nominal Kliring (Miliar Rp) 1.133, , , , , , , ,35 Volume Kliring (Lembar) , , , , , , , ,00 Kliring Kredit Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 88,16 82,07 81,66 79,30 331,19 66,17 79,49 117,35 Volume Kliring Kredit (Lembar) 4.490, , , , , , , ,00 RRH Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 1,40 1,30 1,30 1,32 1,33 1,10 1,26 1,86 RRH Volume Kliring Kredit (Lembar) 71,27 66,57 68,86 70,00 69,16 60,67 58,75 57,35 Kliring Debet Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 1.045, , , , , , , ,00 Volume Kliring Debet (Lembar) , , , , , , , ,00 RRH Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 16,59 17,57 17,67 22,99 18,65 20,75 20,47 22,62 RRH Volume Kliring Debet (Lembar) 524,46 518,10 506,41 601,73 536,90 579,90 571,71 570,27 Kliring Pengembalian Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp) 16,98 25,01 22,38 45,57 109,94 22,10 36,49 34,99 Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 620,00 880,00 822,00 825, ,00 754,00 991, ,00 RRH Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp) 0,27 0,40 0,36 0,76 0,44 0,37 0,58 0,56 RRH Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 9,84 13,97 13,05 13,75 12,64 12,57 15,73 16,78 Cek/BG Kosong Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Miliar Rp) 15,52 19,83 18,31 27,17 80,83 18,84 25,02 30,86 Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 472,00 720,00 702,00 634, ,00 596,00 702,00 909,00 RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Miliar Rp) 0,25 0,31 0,29 0,45 0,32 0,31 0,40 0,49 RRH Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 7,49 11,43 11,14 10,57 10,15 9,93 11,14 14,43 RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) 1,37 1,67 1,53 1,86 1,62 1,44 1,83 2,00 RRH Volume Cek/BG Kosong (%) 1,26 1,95 1,94 1,57 1,68 1,55 1,77 2,30 RRH = Rata-Rata Harian xiii

16 RingkasanEksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III-2013 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 mengalami pertumbuhan ekonomi secara tahunan sebesar 10,07% (yoy) atau secara triwulanan 0,97% (qtq). Pertumbuhan pada triwulan laporan lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya 6,61% (yoy) namun sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II-2013 sebesar 10,28% (yoy). Di sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok konsumsi rumah tangga, kelompok investasi, dan kelompok ekspor dengan kontribusi masing-masing sebesar 4,31%, 3,98% dan 2,19%. Sementara di sisi sektoral, sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan masing-masing sumbangan sebesar 2,74%, 2,28% dan 1,33%. Tetap tingginya kinerja sektor pertambangan menjelang pelarangan ekspor bahan mentah tambang pada tahun 2014, besarnya realisasi investasi PMA dan PMDN baik bangunan maupun non bangunan, perayaan keagamaan (bulan Ramadhan dan Idul Fitri), menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Berdasarkan strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah masih ditopang oleh sektor primer dengan pangsa sebesar 44,16%, diikuti sektor tersier dan sekunder dengan pangsa masing-masing sebesar 41,33% dan 14,51%. Laju inflasi meningkat PERKEMBANGAN INFLASI Secara tahunan (yoy), laju inflasi kota Palu pada akhir triwulan III-2013 mencapai 7,29%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,78%, namun masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional triwulan III-2013 sebesar 8,40%. Pada triwulan laporan, kota Palu mengalami inflasi kuartalan sebesar 5,98%(qtq) atau lebih tinggi dibandingkan deflasitriwulan sebelumnya sebesar -0,27% (qtq). Secara bulanan, inflasi triwulan 1

17 RingkasanEksekutif III-2013 mengalami puncak pada bulan Juli dengan tingkat inflasi sebesar 4,59% (mtm). Pada bulan tersebut, kebijakan kenaikan harga BBM secara nasional dan perayaan Bulan Ramadhan memberikan dampak yang cukup besar pada inflasi Kota Palu yang terkonfirmasi dari kenaikan harga jasa transportasi, ikan segar dan bumbu-bumbuan. Secara tahunan Aset, DPK dan Kredit perbankan tumbuh positif Tingkat NPL masih dibawah 5% PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan III-2013 menunjukkan adanya pertumbuhan tahunan positif bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara industri (gabungan Bank Umum dan BPR), jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan September2013 tercatat sebesar Rp20,20 triliun atautumbuh sebesar 18,43% (yoy). Sementara itu jumlah DPK yang dihimpun di akhir triwulan III-2013tercatat sebesar Rp11,71 triliun atau tumbuh sebesar 11,87% (yoy). Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan meningkatdengan pertumbuhan hingga mencapai 27,86% (yoy) sehingga total penyaluran kredit menjadi Rp17,28 triliun pada akhir triwulan III Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti kredit kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Berdasarkan data akhir September 2013, jumlah rekening simpanan pada bank umum sebanyak , atau meningkat rekening dari triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sulawesi Tengah sebanyak 2,68 juta orang, jumlah tersebut masih relatif kecil dengan rasio 45,86%. Dengan kata lain lebih dari separuh jumlah penduduk Sulawesi Tengah belum memiliki tabungan pada bank umum. Sementara itu, kualitas kredit yang diberikan masih tetap terjaga di level rendah yang tercermin dari rasio NPL-gross perbankan pada triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 2,12% atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,92%. Di sisi lain, tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai angka 147,55%. Hal ini menunjukkan intermediasi yang dilakukan perbankan sudah baik. 2

18 RingkasanEksekutif Aktivitas tunai dan non tunai mengalami peningkatan Terjadi netoutflowpada triwulan laporan PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Peredaran uang secara tunai mengalami peningkatan baik di sisi inflow (qtq) maupun disisi outflow (qtq). Sementara secara non tunai, peredaran uang pada triwulan III-2013 juga menunjukkan peningkatan baik melalui RTGS maupun kliring (qtq). Nominal kliring di triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,54 triliun atau meningkat 12,65% (qtq). Sementara kualitas kliring di wilayah kerja KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 cenderung menurun (terjadi peningkatancek/bg kosong). Di sisi lain, nominal RTGS mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya baik di sisi ingoing maupun outgoing. Aliran uang kartal di KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 berada pada kondisi net outflow. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan III-2013 tercatat Rp950,63 miliar atau meningkat sebesar 119,98% (qtq), sementara aliran uang kartal yang keluar dari KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah ke perbankan dan masyarakat (outflow) juga meningkat sebesar 28,68% (qtq) hingga menjadi Rp1.567,93 miliar. Apabila dibandingkan antara angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan III-2013 sebesar Rp617,30 miliar. Pada triwulan laporan jumlah uang kertas yang dimusnahkan KPw BI Provinsi Sulawesi meningkat dibandingkan triwulan lalu hingga menjadi Rp174,77 miliar yang didominasi oleh uang kertas pecahan Rp2.000,-. Tingkat pengangguran meningkat Persentase penduduk miskin menurun PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah pada Agustus 2013 relatif mengalami penurunan dibandingkan satu tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2013 tercatat sebanyak 1,23 juta orang dengan jumlah angkatan kerja yang telah bekerja mencapai 1,18 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tercatat turun menjadi 65,92%, sementara Tingkat Pengangguran Terbuka meningkat 0,34% dibandingkan dengan periode periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada Juli 2013, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah posisi Maret 2013 adalah 3

19 RingkasanEksekutif Realisasi KUR meningkat sebanyak 405,42 ribu jiwa atau 14,67% dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah tersebut lebih kecil dari posisi September 2012 yang tercatat sebesar 14,94%. Berdasarkan data posisi bulan September 2013, jumlah KUR yang disalurkan di wilayah Sulawesi Tengah mencapai Rp613,42 miliar, dengan jumlah rekening sebanyak rekening. Jumlah outstanding tersebut meningkat Rp17,26 miliar dari posisi triwulan sebelumnya atau sebesar 2,90% (qtq). Dari jumlah tersebut sebagian besar diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa mencapai 64,47%, diikuti sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan pangsa 18,47%. Kinerja realisasi pendapatan dan belanja APBD masih perlu ditingkatkan PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran pemerintah pusat padatriwulan III-2013 di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan dari sisi pendapatan maupunbelanja. Hingga akhir triwulan III-2013 total realisasi penerimaan pemerintah pusat di Sulawesi Tengah mencapai Rp613,15 miliar, yang didominasi oleh penerimaan perpajakan sebesar 72,62%. Sedangkan realisasi pos pengeluaran mencapai Rp2,29triliun yang didominasi oleh belanja pegawai dan belanja barang sebesar 32,06% dan 30,01%. Pada periode triwulan III-2013, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah baik di sisi pendapatan maupun belanja masih perlu ditingkatkan. Hingga akhir September 2013, realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp1,54triliun atau mencapai 72,06% dari total anggaran sebesar Rp2,14triliun. Sementara realisasi total belanja APBD di triwulan III-2013 mencapai Rp1.37triliun atau 60,43% dari total anggaran sebesar Rp2,26 triliun. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 diperkirakan tumbuh sebesar 8,11% ± 0,50% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2013 sebesar 10,07% (yoy), ataupun periode yang sama tahun sebelumnya 10,97% (yoy). Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang positif pada triwulan III-2013 di dorong oleh kinerja pada komponen konsumsi dan komponen investasi. 4

20 RingkasanEksekutif Pertumbuhan Ekonomi di IV-2013 diperkirakan mengalami perlambatan secara tahunan (yoy) Inflasi triwulan IV-2013 diperkirakan meningkat Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh positif. Faktor yang mendorong pertumbuhan tingkat konsumsi adalah adanya perayaan Natal dan Tahun Baru pada akhir triwulan IV-2013, perayaan Hari Nusantara, dan panen tabama pada Oktober Semakin mengecilnya pengaruh kenaikan BBM terhadap inflasi harga juga ikut mendorong tingkat konsumsi. Kinerja investasi masih melanjutkan tren positif seperti triwulan-triwulan sebelumnya. Masih besarnya dana yang akan diinvestasikan PT Donggi Senoro hingga tahun 2014 serta persiapan berbagai investasi dalam rangka Kawasan Ekonomi Khusus menyebabkan kinerja kelompok investasi masih tumbuh tinggi ke depan. Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2013 diperkirakan masih dominan bersumber dari sektor pertambangan, sektor pertanian,dan sektor bangunan. Pada triwulan IV-2013, sektor pertanian diperkirakan mengalami peningkatan. Subsektor perkebunan pada triwulan laporan diperkirakan mengalami perlambatan. subsektor perikanan diperkirakan melanjutkan tren pertumbuhan tinggi pada triwulan-triwulan sebelumnya seiring dengan semakin besarnya perhatian pemerintah kepada subsektor ini. Pertumbuhan tinggi pada sektor pertambangan diperkirakan berlanjut pada triwulan IV-2013 seiring dengan tetap tingginya proses eksploitasi bahan tambang dalam bentuk ore dan melakukan ekspor ke luar negeri. Meningkatnya realisasi APBD dan APBN di triwulan IV-2013, tetap tingginya proyek konstruksi LNG Donggi Senoro, maraknya pembangunan berbagai properti menjadi faktor utama tetap tingginya kinerja sektor bangunan. Berdasarkan perkembangan inflasi pada triwulan III-2013, kota Palu pada triwulan IV-2013 diperkirakan mengalami inflasi tahunan (yoy) sebesar 7,41% + 0,5% atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,87% (yoy). Di sisi lain inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan mencapai 0,97% + 0,5% atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulanan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,85%(qtq). Di sisi penawaran, tekanan inflasi pada triwulan IV-2013 diperkirakan moderat. Pasokan tabama pada triwulan IV-2013 diperkirakan mencukupi kebutuhan masyarakat di Sulawesi Tengah. Di sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan meningkat. Selain karena adanya Natal dan Tahun Baru menjelang 5

21 RingkasanEksekutif akhir tahun, faktor meningkatnya realisasi APBD dan realisasi investasi berimplikasi pada tingginya permintaan barang dan jasa sehingga meningkatkan upward risk di sisi permintaan. Survei Konsumen bulan Oktober menunjukkan ekspektasi inflasi cenderung menurun dalam jangka pendek. Hal tersebut tercermin dari ekspektasi inflasi konsumen (3 bulan) yang cenderung menurun dibandingkan bulan sebelumnya seiring dengan meredanya pengaruh kenaikan harga BBM pada bulan Juni. Di sisi eksternal, risiko inflasi cenderung kecil. Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh berlanjutnya tren perlambatan harga komoditas global. Inflasi inti pada triwulan IV-2013 diperkirakan dalam level yang moderat. Tekanan inflasi inti pangan terbesar diperkirakan berasal dari gula pasir seiring dengan perayaan keagamaan sedangkan dari komoditas inti kategori non pangan berasal dari tarif pesawat udara khususnya dalam menghadapi event Hari Nusantara dan Liburan akhir tahun. Momen Natal dan Tahun Baru berpotensi memicu naiknya harga berbagai barang volatile foods khususnya pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, subkelompok ikan segar, subkelompok daging dan hasil-hasilnya, subkelompok telur, susu dan hasilhasilnya dan subkelompok bumbu-bumbuan. 6

22 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 melanjutkan tren pertumbuhan sebesar 10,07% (yoy) atau secara kuartalan sebesar 0,97% (qtq). Di sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok konsumsi rumah tangga, kelompok investasi, dan kelompok ekspor dengan kontribusi masing-masing sebesar 4,31%, 3,98% dan 2,19%. Sementara di sisi sektoral, sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan masing-masing sumbangan sebesar 2,74%, 2,28% dan 1,33%. Tetap tingginya kinerja sektor pertambangan menjelang pelarangan ekspor bahan mentah tambang pada tahun 2014, besarnya realisasi investasi PMA dan PMDN baik bangunan maupun non bangunan, perayaan keagamaan (bulan Ramadhan dan Idul Fitri), menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Di tengah perlambatan pertumbuhan secara nasional, provinsi Sulawesi Tengah tetap melanjutkan pertumbuhan ekonomi secara positif pada triwulan III hingga mencapai 10,07% (yoy) atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya 6,61% (yoy) namun sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II-2013 sebesar 10,28% (yoy). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 pada triwulan ini mencapai Rp5,75 triliun, lebih tinggi dibandingkan PDRB periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp5,22 triliun. Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp14,93 triliun. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan laporan terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dengan kapasitas terpakai perekonomian pada triwulan III-2013 mencapai 66,79% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 72,33%. 7

23 I 2008 II 2008 III 2008 IV 2008 I 2009 II 2009 III 2009 IV 2009 I 2010 II 2010 III 2010 IV 2010 I 2011 II 2011 III 2011 I 2012 II 2012 III 2012 IV 2012 I 2013 II 2013 III 2013 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Rp miliar % ,13% 10,03% 10,97% 10,65% 10,07% 9,55%9,31% 8,79% 9,20%9,71% 9,45% 7,77% 7,39% 10,28% 6,61% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Kapasitas Terpakai Perekonomian Nominal PDRB (Rp miliar) Pert. Ekonomi Prov. Sulteng (yoy) Kapasitas Terpakai Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB (triwulanan) Provinsi Sulawesi Tengah ADHK 2000 (yoy) Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulteng Grafik 1.2. Kapasitas Terpakai Perekonomian Sulawesi Tengah Dari sisi permintaan, struktur PDRB masih didominasi komponen konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor dengan porsi masing-masing sebesar 54,44%, 24,03% dan 16,01%. Bila dilihat secara sektoral, PDRB Sulawesi Tengah terutama di topang oleh kinerja pada sektor pertanian, diikuti sektor jasa-jasa, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa masing-masing sebesar 37,12%, 16,26% dan 12,68%. Bila dilihat trennya, selama kurun waktu tahun 2013 sektor bangunan menunjukkan kenaikan share sementara share sektor pertambangan mengalami penurunan. % Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5% Angkutan & Komunikasi 7% Perdagangan, Hotel & Restoran 13% Bangunan 8% Jasa - jasa 16% Sumber : BPS Sulawesi Tengah Listrik,Gas & Air Bersih 1% Pertanian 37% Pertambangan & Penggalian 7% Industri Pengolahan 6% Grafik 1.3. Share PDRB Provinsi Sulawesi Tengah per Sektor 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sektor Tersier ( Jasa ) Sektor Sekunder (Industri) Sektor Primer ( Ekstraktif) Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.4. Perkembangan Share Sektor Primer, Sekunder dan Tersier PDRB Provinsi Sulawesi Tengah 8

24 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Seperti halnya pada triwulan sebelumnya, sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi hingga sebesar 54,86% (yoy), diikuti sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 15,80% (yoy) dan 12,50% (yoy). Sementara di sisi permintaan, pertumbuhan tertinggi dialami kelompok investasi hingga sebesar 17,72% (yoy) diikuti kelompok ekspor 14,20% (yoy) dan kelompok impor sebesar 11,39% (yoy). Berdasarkan strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian, dan sektor pertambangan & penggalian dengan pangsa sebesar 44,16%. Pangsa sektor primer tersebut menurun 1,53% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 45,69%. Menurunnya pangsa di sektor primer terutama didorong oleh semakin menurunnya sektor pertambangan dalam PDRB Provinsi Sulawesi Tengah. Peningkatan justru terjadi pada sektor sekunder yang ditopang oleh semakin tingginya andil sektor bangunan dalam struktur perekonomian Sulawesi Tengah. Pada triwulan laporan share sektor sekunder mencapai 14,51% meningkat 0,23% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu sektor tersier juga mengalami peningkatan sebesar 1,30% hingga menjadi 41,33% ANALISIS PDRB DARI SISI PENAWARAN Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Penggunaan I II III IV I II III 1. Pertanian 5,34% 7,40% 6,24% 5,78% 6,19% 6,72% 4,86% 5,92% 2. Pertambangan & Penggalian 21,16% 10,25% -7,85% 78,89% 26,99% 67,03% 74,04% 54,86% 3. Industri Pengolahan 8,90% 4,74% 3,42% 4,38% 5,29% 4,17% 6,60% 3,91% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 8,31% 9,13% 9,39% 6,54% 8,32% 8,31% 8,78% 9,67% 5. Bangunan 24,59% 23,27% 12,61% 14,14% 18,20% 8,23% 15,35% 15,80% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 16,23% 11,00% 8,61% 3,48% 9,58% 2,70% 2,97% 7,16% 7. Angkutan & Komunikasi 9,94% 8,96% 7,20% 8,30% 8,57% 8,66% 8,02% 8,48% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,44% 9,07% 8,56% 7,97% 7,54% 13,95% 13,37% 12,50% 9. Jasa - jasa 9,29% 9,30% 8,60% 7,48% 8,64% 9,46% 5,99% 8,03% TOTAL 10,03% 9,45% 6,61% 10,97% 9,27% 10,65% 10,28% 10,07% Sumber : BPS Sulawesi Tengah Pertumbuhan pada triwulan laporan terutama bersumber dari sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa dengan masing-masing sumbangan sebesar 2,74%, 2,28% dan 1,33%. 9

25 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 5% 4% I 2012 II % 2% 1% 2,28% 2,74% III 2012 IV 2012 I 2013 II 2013 III ,23% 0,93% 0,64% 0,61% 1,33% 0,23% 0,07% 0% -1% Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Keuangan, Komunikasi Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.5. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektoral Sektor Pertanian Pada triwulan III-2013, sektor pertanian tumbuh sebesar 5,92% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,86% (yoy). Rp miliar 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III SEKTOR PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Kehutanan 9% Peternakan 6% Perikanan 17% Share Sektor Pertanian Tanaman Perkebunan 39% Tanaman Bahan Makanan 29% Sumber : BPS Provinsi Sulteng Grafik 1.6. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.7. Share Nominal PDRB Sektor Pertanian Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, seluruh subsektor mengalami peningkatan pertumbuhan tahunan kecuali subsektor kehutanan dan subsektor 10

26 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional perikanan. Subsektor perikanan mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi hingga mencapai 9,06% (yoy). Selain ditopang oleh perikanan tangkap dan perikanan budidaya, tingginya pertumbuhan pada subsektor perikanan juga disebabkan oleh perkembangan budidaya rumput laut dan udang di berbagai daerah seperti Morowali dan Parigi Moutong. Keberhasilan pilot project budidaya udang vaname yang dipelopori oleh Dinas Kelautan Perikanan memberikan tambahan kontribusi yang positif seiring dengan program duplikasi keberhasilan project tersebut di berbagai daerah di Sulawesi Tengah. pada tahun 2013 yang mencapai 15 buah atau lebih dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 12 buah menunjukkan semakin besarnya keberpihakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap perkembangan subsektor perikanan. Tabel 1.2 Produksi Padi Sawah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 (Angka Ramalan II 2013) Realisasi No. Uraian Jan - Apr Mei Juni Juli Agst Ramalan Jumlah Jumlah Mei-Agst Sep-Des Jan - Des (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Luas Panen (Ha) Luas tanaman akhir bulan (Ha) Kol (3) akhir subround Luas Tanam (Ha) Luas Puso (Ha) Hasil per hektar (ku) 47,88 45,88 46,84 46,88 6 Produksi (Ton) Tabel 1.3 Produksi Padi Ladang Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 (Angka Ramalan II 2013) Realisasi No. Uraian Jan - Apr Mei Juni Juli Agst Ramalan Jumlah Jumlah Mei-Agst Sep-Des Jan - Des (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Luas Panen (Ha) Luas tanaman akhir bulan (Ha) Kol (3) akhir subround Luas Tanam (Ha) Luas Puso (Ha) Hasil per hektar (ku) 30,18 29,67 27,69 29,48 6 Produksi (Ton) Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah 11

27 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Khusus subsektor tabama, adanya panen pada akhir triwulan III-2013 ikut membantu produksi padi di Sulawesi Tengah. Stok beras BULOG Divre Sulawesi Tengah akhir September 2013 tercatat sebesar ton, atau turun sebesar 6,93% dibandingkan stok periode yang sama tahun sebelumnya. Bulog Provinsi Sulawesi Tengah pada hingga triwulan III-2013 (Jan-September) telah melakukan pengadaan beras sebanyak ton. Bulog Sulawesi Tengah menginformasikan bahwa target pengadaan beras di tahun 2013 dinaikkan dari ton menjadi ton. Ton Palu Luwuk Total Sulteng Poso Tolitoli Sumber : Bulog Prov. Sulteng Grafik 1.8. Perkembangan Stok Beras BULOG Pada triwulan laporan, subsektor perkebunan tumbuh sebesar 8,01% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,95% (yoy). Cukup tingginya kinerja subsektor perkebunan, tidak terlepas dari langkah ekspansi yang dilakukan perusahaan perkebunan sawit di Sulawesi Tengah dengan daerah basis produksi utamanya adalah Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai. Di sisi lain, produksi kakao masih mengalami penurunan. Semakin berkurangnya jumlah produksi kakao di kalangan petani, berimbas juga pada aspek usaha eksportir kakao yang juga kesulitan mencari bahan baku untuk di ekspor. Adanya indikasi beberapa perusahaan eksportir yang ingin mengalihkan usahanya ke sektor lain menjadi peringatan bahwa profitabilitas usaha kakao menunjukkan adanya penurunan dan ke depan kondisi ini dapat menjadi ancaman keberlangsungan produksi dan tata niaga kakao di Sulawesi Tengah. Pada 12

28 Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Mar Jun Sept Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional triwulan III-2013, ekspor kakao Provinsi Sulawesi Tengah mencapai ton atau menurun 45,55% dari triwulan sebelumnya (qtq). Rp miliar Volume (ton) USD per ton % 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Kredit Pertanian (miliar Rp) Pert. (%, yoy) Linear ( Pert. (%, yoy)) Sumber : LBU (Cognos) BI Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Pertanian Ekspor Kakao Harga Rata-Rata (ICCO) Tren Expon.Kakao Sumber : ASKINDO Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao Dalam upaya untuk meningkatkan produksi kakao pemerintah perlu lebih fokus pada permasalahan peningkatan produksi kakao melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Selain itu pemerintah juga perlu turun tangan dalam hal penataan jalur distribusi perdagangan dengan baik. Dengan adanya peraturan Pemerintah mengenai Bea Keluar (BK) dan dominasi pabrik di sektor ini membuat perusahaan lokal akan kalah bersaing terutama dalam hal permodalan dan sistem kartel untuk pemasaran produk di pasar internasional. Saat ini pabrik/industri pengolahan kakao milik asing telah mendirikan divisi pembelian untuk melakukan pembelian langsung ke petani/pengumpul di daerah. Di sisi lain Pemerintah Daerah juga diharapkan dapat menyediakan sarana jalur khusus untuk kapal pengiriman komoditas ekspor di pelabuhan Pantoloan, karena saat ini kapal pengiriman untuk ekspor disatukan/digabung dengan jalur kapal penumpang yang berakibat terhambatnya pengiriman ekspor komoditas kakao Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2013 mengalami pertumbuhan tahunan yang tinggi hingga sebesar 54,86% (yoy), atau mengalami kontraksi secara kuartalan sebesar 20,46% (qtq). Subsektor pertambangan bukan migas mengalami pertumbuhan tertinggi hingga sebesar 154,51% (yoy) diikuti subsektor 13

29 Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional penggalian yang tumbuh 13,97% (yoy). Sedangkan subsektor minyak dan gas bumi justru mengalami kontraksi sebesar 16,19% (yoy). Perlambatan subsektor Minyak dan Gas Bumi disebabkan oleh terjadinya penurunan realisasi produksi minyak di lapangan Tiaka, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah pada triwulan I dan II. Penurunan produksi ini disebabkan perbaikan sumur yang berdampak pada terjadinya penurunan target tahun 2013 sebesar 775 ribu barel atau lebih rendah dibandingkan target tahun lalu sebesar 900 ribu barel. Berdasarkan komposisinya, porsi subsektor pertambangan bukan migas pada triwulan III-2013 mulai mengalami penurunan bila dibandingkan dua triwulan sebelumnya. Ton growth (%) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % 40000% 30000% 20000% 10000% 0% % Penggalian Pertambangan bukan Migas Minyak & Gas Bumi Sumber : BPS Prov. Sulteng Grafik Komposisi PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Volume Ekspor (ribu ton) pert.(qtq) pert. (yoy) Sumber : DSM BI Grafik Ekspor Mineral Tambang Tetap tingginya PDRB sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2013 terkonfirmasi dari data ekspor tambang Provinsi Sulawesi Tengah periode Jul-Agst 2013 ( 2 bulanan) yang juga meningkat hingga sebesar 556,29% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan subsektor penggalian sebesar 13,97% (yoy) ditopang oleh masih besarnya realisasi investasi dan tingginya geliat pembangunan di daerah Kalimantan dan Sulawesi Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan III-2013, sektor industri pengolahan tumbuh melambat sebesar 3,91% (yoy) atau kontraksi secara kuartalan sebesar -0,08% (qtq). Dari survei yang dilakukan BPS diperoleh informasi bahwa pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Sulawesi Tengah di triwulan III-2013 tumbuh secara tahunan sebesar 4,03% (yoy) namun kontraksi secara kuartalan sebesar -1,68% 14

30 Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug I '08 II '08 III '08 IV '08 I '09 II '09 III '09 I '10 II'10 III 10 IV 10 I '11 II '11 III '11 I '12 II '12 III '12 IV '12 I '13 II '13 III '13 % Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional (qtq). Sejalan dengan hal tersebut, produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) di Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 juga mengalami perlambatan secara tahunan dengan pertumbuhan 1,39% (yoy) dan mengalami kontraksi secara kuartalan -3,47% (qtq). 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS Provinsi Sulteng 3. INDUSTRI PENGOLAHAN Makanan, Minuman & Tembakau Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Semen & Barang Galian bukan Logam Lainnya Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Industri Pengolahan Provinsi Sulawesi Tengah Kapasitas Terpakai Sektor Industri Pengolahan Sumber : SKDU, diolah Kap Terpakai Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Grafik Kapasitas Terpakai Industri Pengolahan Tabel 1.4 Perkembangan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Sulawesi Tengah Jenis Industri Pertumbuhan(q-to-q) IBS Sulawesi Tengah (%) Pertumbuhan (y-on-y) IBS Sulawesi Tengah (%) III 2012 IV 2012 I-2013 II *) III **) III 2012 IV 2012 I 2013 II 2013 *) III 2013 **) IBS Sulawesi Tengah IBS Nasional Sumber : BPS Prov. Sulteng Keterangan : *) Angka perbaikan **) Angka sangat sementara 3,56 2,23 1,96 1,51-1,68 3,16 3,01 14,12 9,57 4,03 0,10 7,65-2,25 1,12 0,15 1,62 11,09 8,99 6,57 6,83 Meter Kubik growth (%) % 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% Volume Ekspor (ton) pert.(qtq) pert. (yoy) Sumber : DSM BI Grafik Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Furniture 15

31 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Subsektor makanan, minuman dan tembakau mengalami pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 6,14% (yoy). Pertumbuhan pada subsektor makanan, minuman dan tembakau ditopang oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat Sulawesi Tengah dan pertumbuhan yang positif di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Di sisi lain subsektor kayu dan hasil hutan lainnya yang memiliki porsi terbesar terhadap sektor industri pengolahan mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 2,41% (yoy) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 9,67% (yoy) atau 2,62% (qtq). Walaupun sektor ini menghadapi tantangan berupa kenaikan tarif listrik yang dilakukan secara triwulanan dengan total kenaikan mencapai 15% pada tahun 2013 (yoy), namun konsumsi listrik di provinsi Sulawesi Tengah tetap tinggi yang disebabkan oleh masih terjaganya tingkat konsumsi masyarakat serta cukup tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan. Bertambahnya berbagai properti yang membutuhkan produk turunan listrik dan air di Sulawesi Tengah ikut meningkatkan kinerja sektor ini. KwH growth (%) Meter Kubik growth (%) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% Pemakaian Listrik YoY QtQ Vol. Air Tersalur g.vol (qtq) g.vol (yoy) Sumber : PT PLN Cabang Palu Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu Sumber PDAM Donggala Grafik Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala Salah satu indikator yang mendukung hal tersebut adalah konsumsi listrik masyarakat di Kota Palu pada triwulan laporan yang tumbuh sebesar 6,89% (yoy). Selain itu, mulai dimanfaatkannya output listrik di PLTA Sulewana II yang berdaya 3 X 65 Mega Watt (MW) juga turut berkontribusi pada peningkatan kinerja sektor LGA. Saat ini suplai listrik dari PLTA ini baru bisa dialirkan ke Sulawesi Selatan dan beberapa daerah sekitar 16

32 Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Mar Jun Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional lokasi PLTA seperti di Tentena dan Poso. Jaringan transmisi juga sedang dibangun dari lokasi PLTA Sulewana ke Kota Palu Sektor Bangunan Pada triwulan III-2013 sektor bangunan tumbuh tinggi sebesar 15,80% (yoy), atau secara triwulanan sebesar 4,55% (qtq). Tingginya kinerja sektor bangunan pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya realisasi APBD dan APBN di provinsi Sulawesi Tengah serta tingginya realisasi investasi proyek konstruksi PT. Donggi Senoro LNG. Berdasarkan liaison yang dilakukan KPw BI Provinsi Sulteng ke PT Donggi Senoro diperoleh informasi bahwa hingga awal Oktober 2013 progress konstruksi DSLNG telah mencapai angka lebih dari 90% sehingga kegiatan operasi pengiriman LNG direncanakan dimulai pada akhir tahun Di sisi lain, tingginya realisasi pembangunan beberapa hotel bintang, ruko, dan properti lainnya di daerah Palu dan sekitarnya juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit pada peningkatan sektor bangunan. Volume (ton Rp miliar ,00 30,00 20,00 10,00 - (10,00) (20,00) (30,00) % 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% Jumlah (ton) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q) Linear (Growth (y-o-y)) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Tengah Kredit Konstruksi (miliar Rp) Pert. (%, yoy) Linear ( Pert. (%, yoy)) Sumber : LBU (Cognos) BI Grafik Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Bangunan Peningkatan kinerja sektor bangunan terkonfirmasi dari beberapa indikator seperti realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah yang tercatat sebesar ton atau tumbuh sebesar 0,47% (yoy). Sementara kredit yang disalurkan Bank Umum pada sektor bangunan juga meningkat mencapai Rp 426,18 miliar atau tumbuh 21,79% (yoy). Ke depan, sektor bangunan menghadapi tantangan berupa risiko kenaikan biaya bahan 17

33 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional produksi seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah serta kebijakan LTV terbaru diperkirakan dapat memperlambat pertumbuhan kredit properti perumahan. (lihat boks 2. Sosialisasi Kebijakan Loan to Value Jilid II) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 25% 20% 15% 10% 5% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III PERDAGANGAN HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Besar dan Eceran H o t e l R e s t o r a n Sumber : BPS Provinsi Sulteng Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor PHR Provinsi Sulawesi Tengah Pada triwulan III-2013 kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 7,16% (yoy) atau 5,30% (qtq). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor hotel yang tercatat sebesar 13,38%, disusul subsektor perdagangan besar dan eceran dan subsektor restoran yang masing-masing tercatat sebesar 7,17% (yoy) dan 4,29% (yoy). Maraknya pembangunan hotel di Sulawesi Tengah serta meningkatnya kegiatan dan berbagai even yang dilaksanakan di berbagai daerah di Sulawesi Tengah menjadi faktor utama meningkatnya kinerja subsektor hotel pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan telah dibuka Hotel Aston di daerah Luwuk, Kabupaten Banggai. Pembukaan hotel ini sebagai respon akan tingginya volume masyarakat pendatang terkait berbagai proyek investasi seperti LNG Donggi Senoro. Di sisi lain adanya kegiatan Palu Expo yang diikuti sejumlah pelaku usaha, SKPD Provinsi, SKPD se-kota Palu, BUMN dan BUMD di Kota Palu dan pembukaan Hypermart yang telah dilakukan pada tanggal 19 September 2013 serta mulai meningkatnya realisasi APBD dan APBN di Sulawesi Tengah diperkirakan semakin meningkatkan kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran di Kota Palu. 18

34 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Persen Orang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des TPK 2011 (%) TPK 2012 (%) TPK 2013 (%) D perubahan % (2013 ke 2012) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Total Tamu g. (qtq) g.(yoy) 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang selama triwulan III mencapai 67,06%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan III-2012 sebesar 51,50%. Peningkatan TPK hotel berbintang ini disebabkan oleh berbagai event yang dilaksanakan di Sulawesi Tengah dan bertambahnya hotel berbintang di Sulawesi Tengah yang mengakibatkan semakin besarnya market share subsektor perhotelan serta meningkatnya frekuensi pendatang khususnya yang berkaitan dengan investasi pertambangan dan perkebunan khususnya di daerah Morowali dan Banggai. Implikasi positifnya adalah jumlah tamu hotel sepanjang triwulan III-2013 meningkat signifikan sebesar 73,67% (yoy) hingga mencapai orang yang didominasi oleh tamu domestik Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan III-2013 tumbuh 8,48% (yoy), atau 3,08% (qtq). Subsektor angkutan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 8,60%, sedangkan subsektor komunikasi tumbuh sebesar 7,26% (yoy). Perayaan Idul Fitri di triwulan III-2013 menjadi salah satu faktor utama meningkatnya kinerja sektor angkutan dan komunikasi. Hal tersebut terkonfirmasi oleh tingkat keterisian tempat duduk salah satu maskapai penerbangan yang mencapai rata-rata 100% setiap hari sejak pekan kedua bulan ramadhan. Arus mudik tersebut meningkat 20% dibandingkan periode yang sama pada tahun Di samping itu mulai direalisasikannya APBD dan meningkatnya frekuensi kegiatan berbagai SKPD juga berkontribusi pada pertumbuhan 19

35 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional subsektor ini. Hal ini terkonfirmasi dari jumlah penumpang khususnya angkutan udara yang datang dan pergi melalui Bandara Mutiara selama triwulan II-2013 tercatat berjumlah penumpang yang berarti tumbuh sebesar 13,29% (yoy) atau tumbuh secara triwulanan 2,27% (qtq). Orang I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Penumpang Datang Penumpang Berangkat Total (qtq) Tota (yoy) Sumber : Bandara Mutiara Palu Grafik1.23. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% Orang I II III Sumber : Pelindo IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Turun (Debarkasi Berangkat (Embarkasi) g. tot. penumpang (yoy) g.tot. penumpang (qtq) 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan Pantoloan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS Sulawesi Tengah 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN B a n k Lembaga Keuangan Tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Perusahaan Grafik1.25. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan Tanpa Bank Sumber : LBU (Cognos) Sewa Bangunan B a n k Grafik Perkembangan Komposisi PDRB Sektor keuangan, persewaan dan jasa Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2013 tumbuh cukup tinggi 12,50% (yoy) atau sebesar 1,98% (qtq). Subsektor bank tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 23,30% (yoy) diikuti subsektor 20

36 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional lembaga keuangan tanpa bank dan subsektor jasa perusahaan masing-masing sebesar 8,41% (yoy) dan 7,54% (yoy). Rp miliar I II III IV I II III IV I II III Rp miliar Tingginya pertumbuhan di subsektor bank terkonfirmasi dari Nilai Tambah Bruto (NTB) Bank Umum dan BPR yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 yang tumbuh sebesar 25,56% (yoy). Di sisi lain, semakin ekspansifnya perbankan tercermin dari penyaluran kredit yang pada triwulan III-2013 mengalami pertumbuhan hingga mencapai 27,86% atau lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit selama dua tahun terakhir sebesar 24,90%. Stabilnya makro ekonomi Sulawesi Tengah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingginya pertumbuhan realisasi investasi, masih relatif rendahnya rasio rekening kredit dan DPK terhadap jumlah penduduk Sulawesi Tengah, serta potensi ekonomi yang masih besar di Sulawesi Tengah menjadi faktor-faktor utama tetap tingginya pertumbuhan pada sektor keuangan, persewaan dan jasa. IV I II DPK BU & BPR Kredit BU & BPR NTB BU+BPR (sb.kanan) Sumber : LBU (Cognos) Grafik Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Perbankan Di Sulawesi Tengah III Sektor Jasa-Jasa Pada triwulan III-2013 kinerja sektor jasa tumbuh sebesar 8,03% (yoy), atau 4,69% (qtq). Pertumbuhan pada sektor ini terutama ditopang oleh kinerja subsektor pemerintahan umum yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 8,73% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor swasta sebesar 4,48% (yoy). Pertumbuhan pada sektor jasa pemerintahan erat kaitannya dengan peningkatan realisasi APBD dan proyek APBN di Sulawesi Tengah ANALISIS PDRB DARI SISI PERMINTAAN Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III terutama ditopang oleh kelompok konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 4,31%, diikuti kelompok investasi dan kelompok ekspor dengan kontribusi 21

37 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional masing-masing sebesar 3,98% dan 2,19%. Perayaan kegamaan seperti bulan Ramadhan dan Idul Fitri, pelaksanaan berbagai event, tingginya realisasi investasi PT. Donggi Senoro di Banggai dan masih besarnya produksi tambang di Morowali, menjadi faktor utama besarnya andil ketiga kelompok pengeluaran tersebut dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan. Tabel 1.5. Pertumbuhan Tahunan (yoy) Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Penggunaan I II III IV I II III 1. Konsumsi Rumah Tangga 7,25% 7,32% 6,46% 7,18% 7,05% 7,76% 7,06% 7,74% 2. Konsumsi Nirlaba -4,60% 2,81% 1,00% -0,10% -0,28% 5,91% 4,59% 4,58% 3. Konsumsi Pemerintah 6,12% 7,62% 6,49% 5,15% 6,33% 7,10% 5,40% 5,39% 4. Investasi 18,97% 18,38% 12,61% 15,67% 16,28% 17,27% 17,14% 17,72% 5. Ekspor 18,43% 12,10% 2,35% 21,27% 13,57% 12,17% 14,71% 14,20% 6. Dikurangi Impor 15,38% 15,04% 9,98% 6,45% 11,51% 6,20% 6,75% 11,39% TOTAL 10,03% 9,45% 6,61% 10,97% 9,27% 10,65% 10,28% 10,07% Sumber : BPS Sulawesi Tengah Impor Ekspor 1,42% 2,19% 3,98% III 2013 II 2013 I 2013 Investasi Konsumsi Pemerinta h Konsumsi Nirlaba 0,06% 0,95% IV 2012 III 2012 II 2012 I 2012 Konsumsi Rumah Tangga 4,31% -0,5% 0,0% 0,5% 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 3,5% 4,0% 4,5% 5,0% Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik Kontribusi Pertumbuhan Kelompok Penggunan Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tumbuh sebesar 7,74% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,06% (yoy) maupun 22

38 Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,46% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan antara lain disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran masyarakat terkait kebutuhan pangan dan tiket angkutan khususnya dalam menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Disamping itu tetap terjaganya pendapatan pekerja dan perusahaan tambang seiring dengan tetap tingginya volume bahan tambang yang di ekspor ke luar negeri juga menjadi faktor lain tetap tingginya kinerja kelompok konsumsi. Di sisi lain, pertumbuhan kredit konsumsi yang tumbuh tinggi sebesar 32,38% (yoy) hingga mencapai Rp9,74 triliun juga ikut memberikan andil pada pertumbuhan positif kelompok konsumsi rumah tangga. Indikator lain berupa pendaftaran kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat pada triwulan laporan tercatat sebesar kendaraan atau tumbuh sebesar - 28,27% (qtq). miliar Unit N. Kredit % g. kredit kon (yoy) 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% I II III I IV II III I IV II III I IV II III 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% Roda 2 Roda 4 Total qtq (%) Total yoy (%) Sumber : LBU Grafik Perkembangan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tengah Sumber : Kantor Samsat Kota Palu Grafik Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu Persen perubahan % Persen 101 1,0 180 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen ,5 160 Indeks Ekspektasi Konsumen 98 0, , Perubahan NTP (mtm) nilai tukar petani (NTP) ,0-1, Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah Grafik Indeks Keyakinan Konsumen 23

39 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada periode Juli-September 2013, rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih dalam level optimis yang mencapai 130,11, relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 130,67. Indeks keyakinan konsumen pada triwulan laporan dipengaruhi oleh ekspektasi mulai berangsur kembalinya harga berbabagai barang pasca kenaikan BBM. Di sisi lain, konsumsi pemerintah pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 5,39% (yoy) atau 0,28% (qtq). Pertumbuhan kuartalan yang masih rendah menunjukkan bahwa realisasi APBD di triwulan III-2013 masih perlu ditingkatkan. Hal ini tercermin dari realisasi belanja daerah yang baru mencapai 60,43% (yoy). Sementara itu, Konsumsi lembaga swasta nirlaba pada triwulan III-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 4,58% (yoy), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,59% Investasi Secara tahunan komponen investasi pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 17,72% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 17,14% (yoy). Rp miliar N. Kredit inv g. kredit inv (yoy) g. kredit inv (qtq) Mar Juni Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Sumber : LBU (Cognos) Grafik Kredit Investasi Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa rencana investasi PMA pada triwulan III-2013 yang telah memiliki izin prinsip di Sulawesi Tengah tercatat sebesar US$251,65 juta (16 proyek) sedangkan rencana investasi PMDN yang telah memiliki izin prinsip tercatat sebesar Rp 405,67 milyar (3 proyek). Baik realisasi PMA maupun PMDN ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kredit investasi bank umum berdasarkan bank pelapor pada bulan September 2013 tercatat sebesar Rp 1.809,52 milyar atau tumbuh tinggi sebesar 59,69% 24

40 Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional (yoy). Sementara volume realisasi semen di Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 mencapai ton atau tumbuh 0,47% (yoy). Ke depan, potensi untuk melakukan peningkatan kinerja investasi Sulawesi Tengah masih besar. Selain karena masih adanya beberapa proyek PMA dan PMDN yang belum direalisasikan, juga adanya berbagai proyek MP3EI yang berperan besar terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah. Di samping itu, dengan ditetapkannya Palu sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pada tanggal 26 Juli 2013, kondisi ini akan membuat arus investasi semakin deras ke Sulawesi Tengah. Dalam hal ini, Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementrian Koordinator Perekonomian menginformasikan bahwa akan ada enam perusahaan besar yang berkomitmen masuk KEK Palu dengan nilai Investasinya sekitar Rp. 40 Triliun. Menjelang akhir tahun 2013, pemerintah akan membuka jalan sepanjang 1 (satu) km di Kawasan Industri Palu (KIP) di Kecamatan Tawaeli sebagai bagian dari persiapan infrastruktur Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Selain itu juga akan dilakukan pengerjaan proyek air bersih olah PDAM Kota Palu. Berkaitan dengan infrastruktur KEK telah diperoleh kesepakatan bahwa pengerjaan infrastruktur bagian dalam kawasan merupakan kerjasama antara Pemkot Palu dengan Pemprov Sulteng, sedangkan infrastruktur bagian luar merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Penyiapan infrastruktur KEK ini memiliki target waktu selama tiga tahun Ekspor Juta $ US Sumber : DSM BI Nilai Ekspor (juta $US)-sb kiri ton Volume Ekspor (ribu ton)-sb kanan Grafik Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Prov. Sulawesi Tengah - Seiring dengan tingginya kinerja sektor pertambangan, pertumbuhan kinerja ekspor Sulawesi Tengah juga terjaga pada level yang baik. Aktivitas ekspor Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 14,20% (yoy) atau kontraksi -6,10% (qtq). Kecenderungan perusahaan- 25

41 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional perusahaan tambang di daerah Morowali dan Banggai yang meningkatkan volume produksinya sebelum kebijakan Pemerintah yang melarang ekspor bahan tambang dalam bentuk mentah diterapkan menjadi pemicu utama tingginya kinerja ekspor tambang pada triwulan laporan. Volume ekspor tambang pada periode Juli-Agustus tercatat sebesar 1.795,75 ribu ton 1 atau mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya hingga mencapai 556,29% (yoy). Nominal ekspor Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 sebesar USD44,29 juta dengan proporsi nominal ekspor tambang mencapai 75,90% dari total ekspor Sulawesi Tengah. Ditinjau dari negara pembeli, pangsa ekspor Sulawesi Tegah masih didominasi oleh pembeli dari negara di Asia khususnya China dan Malaysia. Ekspor ke China didominasi oleh bahan tambang, sementara ekspor ke Malaysia didominasi oleh komoditas kakao. Berdasarkan data Askindo Sulawesi Tengah, ekspor kakao selama triwulan III-2013 tercatat sebesar ton atau turun sebesar 45,55% (qtq). Tabel 1.6. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sulawesi Tengah Ekspor Provinsi Sulteng 2012 (USD juta) 2013 Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Share (Jul- Aug) Bahan Tambang 3,37 39,16 7,37 71,85 42,02 30,17 31,21 83% Kakao 13,99 10,48 7,07 12,14 3,56 5,80 5,68 15% Lainnya 6,69 1,95 1,46 1,71 1,21 2,06 0,87 2% Total 24,05 51,60 15,90 85,70 46,78 38,03 37,76 100% 1 Data eskpor impor pada bulan September masih berjalan sehingga belum dapat digunakan sebagai prompt indicator pertumbuhan ekspor impor triwulan III Untuk melihat pertumbuhan secara tahunan, digunakan data perbandingan jumlah ekspor impor secara 2 bulanan 26

42 Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Ton Ton % 40000% 30000% 20000% 10000% 0% % % 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% Sumber : DSM BI Volume Ekspor (ribu ton) pert.(qtq) pert. (yoy) Grafik Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulawesi Tengah Volume Ekspor (ribu ton) pert.(qtq) pert. (yoy) Sumber : DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Kakao,Kopi, Teh dan Bumbu-bumbuan Sulawesi Tengah Ton/M3 persen Ton I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I IV II Volum Muat (T/M3) g. (qtq) g. (yoy) Sumber : PT. Pelindo IV, Pantoloan 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% -200% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III jumlah barang keluar (ton) g. barang keluar (yoy) Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu g. barang keluar (qtq) 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Grafik Perkembangan Volume Muat Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Grafik Jumlah Barang Yang Keluar Melalui Bandara Mutiara Palu Berdasarkan titik ekspornya, ekspor terbesar Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 tercatat melalui Pelabuhan Kolonedale (Morowali) sebesar 71,83% dari total nilai ekspor Sulawesi Tengah diikuti pelabuhan Pantoloan (Palu) dan pelabuhan Luwuk (Banggai) masing-masing sebesar 15,50% dan 8,14%. Kedepan, walaupun ekspor tambang diperkirakan terus meningkat, akan tetapi pemerintah daerah perlu memperhatikan aspek lingkungan di lokasi-lokasi tambang dan pembenahan iklim investasi sehingga para investor mau menanamkan modalnya untuk pembangunan smelter sehingga setelah tahun 2014 kinerja sektor pertambangan tetap tinggi dan berkelanjutan. 27

43 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Impor Impor Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 11,39% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 6,75%(yoy). Impor pada triwulan laporan lebih ditopang oleh impor dari luar provinsi lain (antar daerah) ke provinsi Sulawesi Tengah. Volume terbesar impor pada triwulan laporan melalui Pelabuhan Pantoloan dengan item berupa bahan bakar mineral. Ton/M I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Volum Bongkar (T/M3) g. (q-t-q) g. (y-o-y) 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Ton I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III jumlah barang masuk (ton) g. barang masuk (yoy) g. barang masuk (qtq) 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Sumber : PT. Pelindo IV, Pantoloan Grafik Perkembangan Volume Bongkar Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu Grafik Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara Mutiara Palu --- o0o

44 Bab 2. Perkembangan Inflasi BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Memasuki triwulan ketiga 2013 tekanan inflasi Kota Palu cenderung meningkat yang didorong oleh kenaikan harga BBM, meningkatnya permintaan menjelang hari raya Idul Fitri dan faktor cuaca; Kelompok bahan makanan, serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menjadi komoditas utama pergerakan inflasi pada triwulan laporan; 2.1 Perkembangan Inflasi Secara Umum di Kota Palu Kota Palu mengalami inflasi tahunan tertinggi dibandingkan periode yang sama selama 2 tahun terakhir. Inflasi tahunan kota palu pada akhir triwulan III-2013 sebesar 7,29% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan III-2012 sebesar 6,78% (yoy). Memasuki triwulan ketiga tahun 2013, Kota Palu tercatat mengalami 2 kali inflasi yakni pada bulan Juli dan Agustus dan ditutup dengan deflasi pada bulan September Kenaikan inflasi didorong oleh meningkatnya permintaan seiring dengan momen Bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, serta dampak dari kenaikan BBM pada bulan Juni 2013 yang masih terus berlanjut. Di akhir triwulan laporan, tekanan inflasi mulai mereda seiring dengan menurunnya permintaan dan pasokan bahan makanan kembali normal. % F A B C A B D - (2.00) (4.00) E 2013 Inflasi yoy Inflasi mtm A : bulan puasa dan hari raya Idul Fitri B : kenaikan curah hujan, serta hari raya Natal dan Tahun Baru C : panen raya beras D : larangan impor hortikultura dan kenaikan tarif listrik Sumber : BPS (diolah) Grafik 2.1 Event Analysis Inflasi Tahunan Kota Palu dan Nasional C E : impor bawang dari China F : kenaikan harga BBM 29

45 SORONG AMBON TERNATE JAYAPURA MANADO MAKASSAR PAREPARE KENDARI PALU WATAMPONE MAMUJU MANOKWARI PALOPO GORONTALO Bab 2. Perkembangan Inflasi Realisasi inflasi Palu lebih rendah dibandingkan inflasi nasional. Inflasi nasional pada triwulan III-2013 sebesar 8,40%. Ditinjau dari pergerakan inflasi tahunan selama Juli-September 2013, tingkat inflasi di Palu menunjukkan tren pergerakan meningkat yang mirip dengan inflasi nasional, namun inflasi tahunan Kota Palu selalu lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional. Dalam dua tahun terakhir, inflasi bulanan Kota Palu menunjukan tren pencapaian inflasi bulanan rata-rata yang lebih rendah dibandingkan nasional dan Sulampua. Namun demikian, inflasi bulanan rata-rata Kota Palu cenderung lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional dan Sulampua dalam tiga bulan terakhir pasca kenaikan % Ket: Sumber: BPS % Sumber: BPS Palu Nasional Sulampua Grafik 2.2 Inflasi Bulanan Kota Palu, Sulampua dan Nasional harga BBM. Inflasi Kota Palu pada Juli-September secara berturut sebesar 4,95% (mtm), 2,10% (mtm) dan -0,76% (mtm). Inflasi Tahunan Kota Palu tercatat menempati urutan kesembilan teratas di antara kotakota se-sulampua. Inflasi Kota Palu lebih rendah dibandingkan kota-kota lain di Sulampua, yaitu Kota Sorong (10,80%), Ambon (9,86%), Ternate (9,66%), Jayapura (8,58%), Manado (7,73%), Makassar (7,41%), Pare-pare (7,41%) dan Kendari (7,30%). Inflasi Laju Inflasi Tahunan Kota di Indonesia Timur Bulan September Inflasi Tahunan Nasional Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Beberapa Kota Di Indonesia Timur tahunan pada kota-kota lain di Indonseia Timur, selain Sorong, Ambon, Ternate dan Jayapura pada bulan September 2013 tercatat lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,40% (yoy)

46 Bab 2. Perkembangan Inflasi Disagregasi inflasi menunjukan komponen tren pergerakan inflasi inti cenderung menurun, namun di lain pihak pergerakan inflasi volatile foods dan inflasi administered price menunjukan pergerakan meningkat. Pada akhir triwulan laporan, inflasi inti sebesar 4,21% (yoy), inflasi volatile foods sebesar 10,49% (yoy) dan inflasi administered price sebesar 11,37% (yoy). Inflasi inti, inflasi volatile foods dan inflasi administered price tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dipicu oleh kenaikan harga BBM pada bulan Juni Secara historis disagregasi inflasi tahunan pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan rata-rata disagregasi inflasi selama periode , kecuali kelompok inflasi inti %,yoy Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Palu %,yoy %,yoy Volatile Foods Adm Price Core (5.0) Inflasi IHK (rhs) Core Adm Price Volatile Foods (1.0) (3.0) (5.0) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Grafik 2.4. Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Grafik 2.5. Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) % % Inflasi Inti Inflasi Volatile Foods Inflasi Administered Price Rata-rata Triwulan III-2013 Sumber : BPS Sulawesi Tengah (diolah) Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Aktual Vs Historis Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok bahan makanan. Berdasarkan kelompok barang, inflasi kelompok bahan makanan tercatat sebesar 10,63% (yoy), yang kemudian diikuti oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yaitu masing- 31

47 Bab 2. Perkembangan Inflasi masing sebesar 9,77% (yoy) dan 8,19% (yoy). Sebaliknya, inflasi paling rendah terjadi pada kelompok sandang sebesar 0,22% (yoy). Tabel 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas KELOMPOK KOMODITAS Sep-13 mtm qtq ytd yoy Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar dan Gas Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber : BPS Sulawesi Tengah Palu mengalami inflasi pada bulan Juli dan Agustus, sedangkan deflasi terjadi pada bulan September. Inflasi pada bulan Juli sebesar 4,59% (mtm) dimana komoditas volatile foods yang menyumbang inflasi terbesar ialah bawang merah dan cabe rawit, sementara dari sisi komoditas administered price ialah bensin, bahan bakar rumah tangga dan angkutan dalam kota. Inflasi bulanan pada bulan Juli merupakan inflasi terbesar selama tahun 2013 akibat kenaikan harga BBM dan faktor musiman yakni perayaan Bulan Ramadhan. Memasuki bulan Agustus 2013, tingginya permintaan masyarakat terhadap barang pangan untuk momen Idul Fitri yang tidak diikuti dengan penambahan pasokan akibat tingkat curah hujan yang tinggi berpengaruh cukup besar pada inflasi bulan Agustus, yang tercatat 2,10% (mtm). Pasca mengalami inflasi selama 2 bulan berturut-turut, tekanan inflasi pada bulan September 2013 mulai menurun ditandai dengan terjadinya deflasi sebesar -0,76% (mtm) yang didorong oleh penurunan permintaan masyarakat. Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi terbesar Bulan Juli September 2013 Juli 2013 (Inflasi) Agustus 2013 (Inflasi) September 2013 (Deflasi) Bensin Bawang Merah Bawang Merah Bawang Merah Ikan Bakar Selar Bahan Bakar Rumah Tangga Angkutan Udara Cabe Rawit Cabe Rawit Cakalang Ekor Kuning Angkutan Dalam Kota Ekor Kuning Telur Ayam Ras Beras Layang Bawang Putih Kue Basah Tarif Listrik Angkutan Udara Selar Ayam Goreng Katamba Akademi/Perguruan Tinggi Selar Jagung Manis Telur Ayam Ras Bandeng Pisang Sumber : BPS Sulawesi Tengah 32

48 Bab 2. Perkembangan Inflasi 2.2 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Salah satu penyebab utama inflasi pada bulan Juli dan Agustus ialah berkurangnya pasokan bahan pangan ke Kota Palu. Beberapa penyebab inflasi tersebut ialah tradisi mudik oleh nelayan, faktor cuaca dan kenaikan biaya pendidikan. Pasokan ikan segar di pasar berkurang disebabkan karena berkurangnya jumlah armada dan waktu melaut para nelayan pada bulan puasa dan adanya keterlambatan waktu panen pada ikan budidaya. Seharusnya pada bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri, panen ikan budidaya dapat dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan pada pasokan ikan laut. Di samping itu, kondisi perairan laut yang kurang kondusif akibat faktor cuaca yang buruk menyebabkan para nelayan enggan melakukan aktifitas penangkapan ikan. Tinggi gelombang laut di kabupaten Banggai dilaporkan berkisar antara 0,5-2 meter. Faktor cuaca juga mempengaruhi hasil panen dari para petani. Curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi cabai rawit dan bawang merah menjadi tidak optimal. Kondisi komoditas yang cepat busuk (perishable) menyebabkan berkurangnya pasokan cabai rawit di pasar. Di bidang pendidikan, berbagai akademi/perguruan tinggi menerapkan biaya awal masuk kuliah, biaya operasional kuliah dan biaya lainnya lebih tinggi dari periode sebelumnya saat memasuki tahun ajaran baru. Kondisi ini berpengaruh terhadap angka inflasi yang cukup tinggi pada komoditas akademi/perguruan tinggi. Kebijakan kenaikan harga BBM berkontribusi signifikan terhadap kenaikan inflasi. Hingga triwulan III-2013, pemerintah mengambil empat kebijakan yang mempengaruhi inflasi administered price, yaitu kenaikan tarif listrik pada bulan Januari, April, dan Juli, serta kenaikan harga premium dari Rp4.500 menjadi Rp6.500 serta harga solar Rp4.500 menjadi Rp5.500 pada bulan Juni. Kenaikan harga BBM tersebut mendorong kenaikan harga subkelompok ikan segar karena meningkatkanya biaya operasional yang harus ditanggung nelayan, serta kenaikan harga subkelompok transpor sebagai dampak langsung kenaikan harga BBM. Tabel 2.3. Penyesuaian TDL Rumah Tangga dan Industri di tahun 2013 No Rumah Tangga Tarif Awal Tarif Kenaikan I II III IV I II III IV VA Rp 410 Tidak naik Tidak naik Tidak naik Tidak naik VA Rp 585 Tidak naik Tidak naik Tidak naik Tidak naik VA Rp 790 Rp 833 Rp 879 Rp 928 Rp 979 5,44% 5,52% 5,57% 5,50% VA Rp 795 Rp 843 Rp 893 Rp 947 Rp ,04% 5,93% 6,05% 6,02% VA Rp 890 Rp 948 Rp Rp Rp ,52% 6,43% 6,54% 6,51% VA ke atas Rp Rp Rp Rp Rp ,55% 9,62% 2,29% 3,13% 33

49 US$/tonne Bab 2. Perkembangan Inflasi No Industri Tarif Awal Tarif Kenaikan I II III IV I II III IV VA Rp 476 Tidak naik Tidak naik Tidak naik Tidak naik 2 900VA Rp 585 Tidak naik Tidak naik Tidak naik Tidak naik VA Rp 765 Rp 803 Rp 843 Rp 886 Rp 930 4,97% 4,98% 5,10% 4,97% KVA Rp 915 Rp 961 Rp Rp Rp ,03% 4,99% 4,96% 5,00% KVA Rp 870 Rp 914 Rp 959 Rp Rp ,06% 4,92% 5,01% 4,97% 6 Di atas 200 KVA Rp 731 Rp 757 Rp 783 Rp 823 Rp 864 3,56% 3,43% 5,11% 4,98% KVA lebih Rp 605 Rp 629 Rp 654 Rp 689 Rp 732 3,97% 3,97% 5,35% 6,24% Sumber : PLN Pelemahan nilai rupiah tidak berpengaruh terhadap tekanan imported inflation di Kota Palu. Selama triwulan III-2013, Sulawesi Tengah tercatat tidak melakukan impor non migas. Dengan demikian, nilai rupiah yang terus mengalami depresiasi selama triwulan laporan tidak berdampak terhadap pencapaian inflasi Kota Palu. 2.3 Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi para pegawai pada bulan Juli dan Agustus turut mendorong tingkat permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa menjelang hari raya Idul Fitri. Setelah 2,275 2,198 2,153 2,294 2,346 2,284 2,309 2,484 2,616 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Ags-13 Sep-13 Sumber: icco.org Grafik 2.7. Harga Kakao di Pasar Dunia mengalami penurunan harga yang cukup tajam pada awal tahun, harga kakao pada triwulan laporan menunjukan adanya peningkatan. Kenaikan harga tersebut diikuti dengan kenaikan margin keuntungan yang diterima oleh pengekspor yang pada akhirnya meningkatkan konsumsi barang dan jasa oleh masyarakat. Konsumen Palu optimis. Nilai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di atas 100 yang menunjukkan kecenderungan optimisme konsumen. Namun demikian, optimisme konsumen atas kondisi ekonomi pada triwulam berjalan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata IKK pada triwulan III-2013 sebesar 130,11 lebih rendah dari triwulan II-2013 sebesar 130,67. Konsumen yang terbilang optimis akan senantiasa melakukan konsumsi sehingga akan memberikan tekanan inflasi dari sisi permintaan. 34

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi Ekspektasi kenaikan harga konsumen mengalami peningkatan. Konsumen berpendapat akan terjadi kenaikan harga secara umum dalam 3 s/d 6 bulan mendatang. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen di Kota Palu. Hal tersebut tercermin dari indeks net balance perkiraan harga 3 bulan dan 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini yang bernilai di atas 100. Ekspektasi kenaikan harga untuk 6 bulan yang akan datang pada bulan September 2013 terlihat menurun dibandingkan bulan Juni 2013, namun sedikit meningkat untuk ekspektasi 3 bulan yang akan datang. Penurunan ekspekstasi kenaikan harga 6 bulan yang akan datang disebabkan berakhirnya momen hari raya Idul Fitri pada bulan Agustus, Idul Adha pada bulan Oktober, Tahun Baru Hijriyah pada bulan November dan Natal serta tahun baru pada bulan Desember Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen Sumber : Survei Konsumen KPw BI Prov. Sulteng (2013) Grafik 2.8 Indeks Kondisi Ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 2.9 Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum yang Akan Datang 2.4 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan sebesar 10,64% (yoy) dan terendah dialami oleh kelompok sandang sebesar 0,22% (yoy) pada triwulan III Selama periode berjalan, semua kelompok komoditas menunjukan pergerakan inflasi tahunan yang meningkat. Namun UMUM MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU SANDANG PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA BAHAN MAKANAN PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR KESEHATAN TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Sumber: BPS Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palu Menurut Kelompok Komoditas demikian, beberapa kelompok komoditas menunjukan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kelompok komoditas pada triwulan laporan yang menunjukan inflasi tahunan lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya 35

51 Bab 2. Perkembangan Inflasi ialah kelompok bahan makanan, pendidikan, rekreasi dan olahraga dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Secara keseluruhan, inflasi tahunan kelompok bahan makanan pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari inflasi pada triwulan Tabel 2.4. Perbandingkan Inflasi Tahunan triwulan III-2012 dan triwulan III-2013 per Kelompok Komoditas KELOMPOK KOMODITAS sep Tabel 2.5. Inflasi Kelompok Bahan Makanan sep UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Sumber : BPS Sulawesi Tengah III-2013 yang tercatat sebesar 10,64% (yoy), sedangkan pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 6,17% (yoy) dan pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 3,85% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya harga subkelompok bumbu-bumbuan, kacang-kacangan dan sayur-sayuran pada triwulan berjalan. Bawang merah menjadi salah satu komoditas utama penyumbang inflasi tahunan di Kota Palu. Inflasi tahunan bawang merah selama Juli-September menunjukan peningkatan yang sangat tinggi, yaitu 229,48% (Juli), 467,09% (Agustus), dan 210,29% (September). Pada bulan Juli, bawang merah KELOMPOK/SUBKELOMPOK September 2013 qtq ytd yoy Bahan Makanan Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya Sumber : BPS Sulawesi Tengah mengalami lonjakan harga yang signifikan dari Rp pada bulan Juni hingga mencapai Rp yang disebabkan oleh permintaan yang tinggi pada bulan Ramadhan, namun tidak diikuti dengan ketersediaan stok yang cukup karena beberapa daerah penghasil bawang merah sedang masuk masa tanam. Selain itu, pasokan bawang merah dari luar Sulawesi Tengah juga berkurang sehingga mempengaruhi ketersediaan stok pedagang di Sulawesi Tengah. Memasuki bulan Agustus, kenaikan harga bawang merah masih berlanjut. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan bawang merah akibat produksi petani pada panen yang menurun dibandingkan sebelumnya. Bawang merah yang dijual selama ini merupakan produksi petani di Lembah Palu dan sejumlah desa di Kabupaten Sigi dan Poso. Namun, hasil panen petani di tiga daerah itu tidak 36

52 Bab 2. Perkembangan Inflasi menggembirakan disebabkan curah hujan tinggi sehingga kualitas tanaman bawang yang diproduksi menurun. Selain itu, sebagian hasil panen juga dijual keluar daerah Sulawesi Tengah karena harga jual yang lebih tinggi. Pada bulan September harga bawang merah mulai menurun, bahkan pada akhir September mencapai harga Rp30.000/kg. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh pasokan distribusi kepada pengecer yang membaik, serta penurunan tingkat konsumsi bawang merah dibandingkan bulan sebelumnya pasca perayaan hari raya Idul Fitri. Hasil Survei Pemantauan Harga selama triwulan laporan mengkonfirmasi adanya kenaikan harga komoditas ikan segar, bumbu-bumbuan, daging dan beras selama bulan Juli hingga Agustus dibandingkan triwulan sebelumnya, yang kemudian mulai menurun memasuki awal bulan September sebagai konsekuensi penurunan permintaan pasca berakhirnya momen Idul Fitri. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada awal bulan Agustus dimana harga bawang merah sempat menyentuh level harga Rp /kg, bawang putih Rp25.000/kg, harga ikan segar berkisar Rp Rp45.000/kg dan harga daging sapi Rp90.000/kg. Namun hingga akhir September harga terus menunjukkan tren penurunan. Harga bawang merah turun menjadi Rp30.000/kg, bawang putih Rp15.000/kg dan daging sapi menjadi Rp75.000/kg. Perkembangan harga beberapa komoditas bahan makanan di Kota Palu selama bulan Juli September 2013 terekam dalam hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) sebagaimana ditunjukkan dalam grafik dibawah ini. Grafik 2.11 Perkembangan Harga Bumbu-Bumbuan Grafik 2.12 Perkembangan Harga Ikan Segar 37

53 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumber : Survei Pemantauan Harga KPw BI Prov. Sulteng (2013) Grafik 2.13 Perkembangan Harga Beras Grafik 2.14 Perkembangan Harga Daging dan Telur Inflasi tahunan pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada periode sebelumnya. Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 8,19% (yoy), sedangkan pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 11,71% (yoy). Penurunan inflasi tersebut terutama didukung oleh penurunan inflasi pada subkelompok makanan jadi, dimana pada triwulan III-2012 inflasi subkelompok makanan jadi sebesar 16,25% (yoy) sedangkan pada triwulan III-2013 turun menjadi 7,90% (yoy). Tabel 2.6. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau KELOMPOK/SUBKELOMPOK September 2013 qtq ytd yoy Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol Sumber : BPS Sulawesi Tengah Inflasi tahunan pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat sebesar 8,19% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 11,71% (yoy). Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga tahunan secara signifikan antara lain jus buah (35,00%), kue basah (33,33%) dan kue kering berminyak (33,33%). Sementara itu, inflasi terbesar pada kelompok ini terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 9,41% (yoy). Pada subkelompok ini, rokok putih dan rokok kretek filter merupakan 2 komoditas dengan tingkat inflasi tahunan tertinggi, dimana masing-masing tercatat sebesar 11,99% (yoy) dan 9,67% (yoy). 38

54 Bab 2. Perkembangan Inflasi Tabel 2.7. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar KELOMPOK/SUBKELOMPOK September 2013 qtq ytd yoy Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga Sumber : BPS Sulawesi Tengah Kenaikan harga pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lebih disebabkan karena meningkatnya permintaan bahan bangunan seiring dengan meningkatnya investasi di Kota Palu dan kenaikan Tarif Dasar Listrik yang berlangsung setiap triwulan. Maraknya pembangunan hotel, ruko dan pusat perbelanjaan di Kota Palu mendorong permintaan bahan-bahan bangunan dan perlengkapan rumah tangga yang cukup signifikan. Dua komoditas yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi yakni batu bata dengan tingkat kenaikan sebesar 12,50% (yoy) dan kulkas/lemari es sebesar 12,26% (yoy). Selain itu, kenaikan tarif TDL yang telah berlangsung tiga kali selama tahun 2013 mendorong inflasi tahunan tarif listrik sebesar 9,59% (yoy). Inflasi kelompok sandang relatif terkendali. Dibandingkan triwulan yang sama pada periode sebelumnya, inflasi pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan yang pada periode Tabel 2.8. Inflasi Kelompok Sandang KELOMPOK/SUBKELOMPOK September 2013 qtq ytd yoy Sandang Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain Sumber : BPS Sulawesi Tengah sebelumnya dimana inflasi kelompok pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 0,22% (yoy) sedangkan pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 4,44% (yoy). Penurunan inflasi kelompok pada triwulan laporan dialami oleh seluruh subkelompok. Menurunnya harga emas dunia mendorong penurunan tingkat inflasi emas perhiasan dimana inflasi emas perhiasan pada triwulan III-2012 sebesar 9,04% (yoy) turun menjadi 0,59% (yoy) pada triwulan III Deflasi pada subkelompok sandang laki-laki didorong oleh komoditas celana panjang jeans, kemeja panjang katun dan kemeja panjang batik yang mengalami deflasi, masing-masing sebesar -8,91% (yoy), -2,23% (yoy) dan -1,46% (yoy) 39

55 Bab 2. Perkembangan Inflasi Subkelompok jasa perawatan jasmani mengalami kenaikan harga yang signifikan dibandingkan subkelompok lainnya pada kelompok kesehatan. Tingginya inflasi tahunan pada subsektor jasa perawatan Tabel 2.9. Inflasi Kelompok Kesehatan KELOMPOK/SUBKELOMPOK September 2013 qtq ytd yoy Kesehatan Jasa Kesehatan Obat-obatan Jasa Perawatan Jasmani Perawatan Jasmani dan Kosmetika Sumber : BPS Sulawesi Tengah jasmani didorong oleh kenaikan tarif jasa creambath (25,00%), facial (24,14%), jasa keriting/meluruskan rambut (33,33%) dan gunting rambut pria (33,33%). Namun demikian, inflasi tahunan kelompok masih tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada periode sebelumnya, dimana inflasi pada triwulan III-2013 sebesar 2,65% (yoy) sedangkan triwulan III-2012 sebesar 7,91% (yoy). Inflasi tahunan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan laporan tercatat 6,08% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 3,13% (yoy). Meskipun mengalami Tabel Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga KELOMPOK/SUBKELOMPOK September 2013 qtq ytd yoy Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Jasa Pendidikan Kursus-kursus/Pelatihan Perlengkapan/Peralatan Pendidikan Rekreasi Olahraga Sumber : BPS Sulawesi Tengah kenaikan harga secara umum, subsektor olahraga justru menunjukkan deflasi sebesar - 3,34% (yoy) yang didorong oleh penurunan harga komoditas raket sebesar -2,11% (yoy), pakaian olahraga pria sebesar -6,25% (yoy) dan sepatu olahraga pria sebesar -2,88% (yoy). Di lain pihak, kenaikan harga tertinggi pada kelompok ini terjadi pada surat kabar harian, majalah dewasa dan laptop/notebook yang masing-masing meningkat sebesar 14,29% (yoy), 12,20% (yoy), dan 12,16% (yoy). Kenaikan harga BBM pada bulan Juni 2013 masih berpengaruh cukup signifikan terhadap pencapaian inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada periode berjalan. Meskipun harga BBM telah meningkat pada bulan Juni 2013, namun penyesuaian harga beberapa komoditas baru berlangsung pada periode laporan. Beberapa komoditas yang menunjukan inflasi tahunan cukup tinggi ialah bensin (43,63%), angkutan dalam kota (33,33%), busi (25,00%), solar (22,22%), tarif taksi (20,00%), serta tarif sewa motor (20,00%). Namun demikian, terjadi penurunan harga secara tahunan pada dua komoditas, yaitu telepon seluler (- 28,12%) dan sepeda motor sebesar (-1,30%). 40

56 Bab 2. Perkembangan Inflasi Tabel Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan KELOMPOK/SUBKELOMPOK September 2013 qtq ytd yoy Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Transpor Komunikasi dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan Sumber : BPS Sulawesi Tengah 2.5 Disagregasi Inflasi Disagregasi (pembagian) inflasi menunjukkan bahwa pergerakan inflasi tidak hanya bisa dikendalikan melalui sisi permintaan, namun juga di sisi penawaran. Inflasi di Kota Palu berdasarkan pembagian melaui subkelompok, core inflation (inflasi inti) yang sebagian besar mempengaruhi inflasi dari sisi permintaan, berkontribusi sebesar 54,91% terhadap pembentukan inflasi. Sementara dari sisi penawaran, volatile food yang sebagian besar terdiri dari subkelompok barang bahan pangan berkontribusi sebesar 21,63% terhadap pembentukan inflasi. Selain itu masih dari sisi penawaran, pembentukan inflasi juga dipengaruhi oleh subkelompok yang pergerakan harganya sangat terkait dengan kebijakan pemerintah baik mengenai dalam penentuan harga bahan bakar minyak (BBM), gas, Tarif Tenaga Listrik (TTL), maupun cukai barang tertentu yang secara keseluruhan berkontribusi sebesar 23,46% terhadap pembentukan inflasi. Dengan demikian, total 45,09% pembentukan inflasi berasal dari pergerakan di sisi penawaran. Pergerakan inflasi inti (core) pada posisi terakhir di triwulan III-2013 menunjukkan pergerakan yang lebih moderat. Rata-rata pertumbuhan inflasi inti selama triwulan III-2013 sebesar 1,00% (mtm), lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan selama triwulan II-2013, yakni sebesar 0,08% (mtm) maupun rata-rata pertumbuhan selama tahun , yakni sebesar 0,46% (mtm). Dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, inflasi inti masih menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dimana inflasi inti pada triwulan III-2013 sebesar 4,21% (yoy), sedangkan pada triwulan III-2012 sebesar 7,50% (yoy). Masih relatif terjaganya pergerakan inflasi inti seiring dengan penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada beberapa subkelompok, antara lain makanan jadi, penyelenggaraan rumah tangga, jasa kesehatan, komunikasi dan pengiriman dan beberapa subkelompok lainnya. 41

57 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sementara di sisi lain dari sisi penawaran, pergerakan inflasi dari kelompok volatile foods dan administered price menunjukkan pergerakan yang serupa. Inflasi volatile foods pada triwulan III-2013 mencapai 10,49% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,52% (yoy). Hal yang serupa terjadi pada inflasi administered price pada triwulan III-2013 mencapai 11,37% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,56% (yoy). Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya inflasi volatile foods antara lain meningkatnya permintaan bahan pangan untuk perayaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta faktor cuaca yang menyebabkan pasokan ikan segar dan hasil panen menurun. Sementara itu, tingginya inflasi administered price antara lain akibat kebijakan kenaikan tarif listrik secara bertahap setiap triwulan serta kenaikan harga BBM pada bulan Juni Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sebagai respons terhadap perkembangan inflasi Kota Palu dalam satu triwulan terakhir, TPID Sulawesi Tengah dan TPID Kota Palu selama triwulan III-2013 telah melaksanakan 1 kali rapat teknis. Beberapa hal yang menjadi rekomendasi dari pertemuan tersebut adalah: 1. Dalam menjaga ekspektasi masyarakat terhadap terhadap tingkat stok dan perkembangan harga beras, maka perlu diinformasikan kepada masyarakat mengenai kecukupan stok Bulog dan perkembangan harga terkini. Di sisi lain untuk mengantisipasi terjadi paceklik beras, pemerintah menyediakan cadangan pangan 125 ton sebagai stok pengaman. 2. Untuk menjaga tingkat harga daging sapi di pasar, maka perlu dilakukan beberapa hal yaitu: a. Menjaga kecukupan stok di tengah tingginya permintaan daging sapi dari provinsi lainnya seperti Kalimantan Timur. b. Mengantisipasi Penyakit Hewan Menular (PHM) di Sulteng yang dapat mempengaruhi ketersediaan pasokan sapi di pasar. c. Menjaga kelancaran distribusi produksi sapi potong hingga pasar tradisional maupun pasar modern. 3. Berkaitan dengan kendala di sisi bawang merah maka perlu dilakukan beberapa hal yaitu: a. Ada mekanisme penyerapan hasil produksi saat panen dan menyalurkan di saat paceklik. 42

58 Bab 2. Perkembangan Inflasi b. Menggunakan strategi pola tanam untuk mengantisipasi kendala pasokan. c. Meningkatkan posisi tawar petani khususnya dalam permodalan. d. Meningkatkan kemitraan dengan home industry. e. Melakukan perbaikan infrastruktur pengairan di lahan bawang merah. f. Pengadaan benih untuk bumbu sayur. g. Meningkatkan anggaran untuk penambahan sarana produksi pertanian. h. Menggunakan teknologi agar bawang merah tahan lama seperti pembuatan kemasan-kemasan yang hampa udara. i. Melakukan subsidi harga benih dan pupuk. j. Konsep sistem klaster bawang merah yang mengintegrasikan produksi bawang merah dengan gudang dan fasilitas pendukung lainnya dan kemudian dihubungkan dengan home industry. k. Meningkatkan produksi bawang merah goreng khususnya dalam rangka menyiapkan Hari Nusantara mengingat banyaknya tamu/pengunjung yang akan datang ke Sulteng untuk menghadiri acara tersebut. 4. Perlu adanya Pusat Informasi Harga Pasar yang dapat dijadikan sumber referensi oleh berbagai stakeholder. 5. Meningkatkan pengawasan khususnya pembelian BBM yang memakai jerigen di SPBU dan melakukan evaluasi kebutuhan solar akibat penggunaan solar yang melebihi kuota khususnya di daerah pertambangan dan perkebunan. ooo 43

59 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Secara kuartalan laju pertumbuhan kredit perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,65% atau 27,86% (yoy) Penyaluran kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) tumbuh sebesar 20,15% (yoy). Pertumbuhan didorong kredit menengah yang naik 28,11% (yoy). Penyaluran Kredit Usaha Mikro (KUR) oleh perbankan Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 2,90% (qtq) dan didominasi oleh sektor perdagangan dan sektor pertanian. Kualitas kredit perbankan Sulawesi Tengah menunjukan penurunan dengan meningkatnya rasio NPL pada triwulan laporan menjadi sebesar 2,12% Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum dan BPR) Kinerja perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan menunjukkan adanya perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya pertumbuhan volume usaha, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Volume usaha perbankan di Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp20,20 triliun, meningkat Rp754 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya. Dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, aset perbankan Sulawesi Tengah tercatat mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari 18,15% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 18,43% (yoy) pada triwulan laporan. Pertumbuhan volume usaha (aset) terjadi seiring dengan peningkatan ekspansi kredit perbankan pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 27,86% (yoy). Peningkatan ekspansi kredit tersebut juga didukung oleh penambahan jaringan kantor baru yang dibuka pada akhir Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang mengesankan dalam beberapa tahun terakhir yang didukung oleh ekspansi dunia usaha berdampak pada meningkatnya kebutuhan pembiayaan dari perbankan. Masih berlangsungnya kegiatan pembangunan sarana hotel, perumahan, industri, perkebunan dan meningkatnya konsumsi masyarakat menjadi pendorong peningkatan kredit pada triwulan laporan. 44

60 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah) NO RINCIAN GROWTH yoy qtq 1 Total Aset (miliar Rp) 15,281 16,458 17,056 17,109 18,461 19,446 20, % 3.88% Total Aset - Bank Umum 14,802 15,792 16,214 16,154 17,402 18,226 18, % 3.68% Total Aset - BPR ,060 1,220 1, % 6.91% 2 Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) 9,575 10,365 10,469 10,307 10,798 11,276 11, % 3.86% DPK - Bank Umum 9,338 10,064 10,177 10,022 10,442 10,924 11, % 4.03% DPK - BPR % -1.38% 3 Kredit yang diberikan (miliar Rp) 11,761 12,697 13,515 14,542 15,274 16,512 17, % 4.65% Kredit - Bank Umum 11,378 12,145 12,799 13,731 14,321 15,452 16, % 4.48% Kredit - BPR ,060 1, % 7.12% 4 Loan to Deposit Ratio (LDR) % % % % % % % LDR - Bank Umum % % % % % % % LDR - BPR % % % % % % % 5 Non Performing Loan (NPL) - Gross 2.59% 2.22% 2.09% 1.69% 1.96% 1.92% 2.12% NPL - Bank Umum 2.61% 2.26% 2.14% 1.74% 2.02% 1.98% 2.20% NPL - BPR 1.82% 1.25% 1.12% 0.81% 1.02% 1.05% 1.05% Sumber : LBU, LBBPR Rp miliar Rp miliar Sumber : LBU, LBBPR Grafik 3.1. Perkembangan DPK Menurut Jenis Simpanan Sumber : LBU, LBBPR Grafik 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan Pada sisi aktiva pertumbuhan aset didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 27,86% (yoy). Lingkungan usaha yang kondusif dan suku bunga yang cukup bersaing menjadi faktor pendorong permintaan kredit perbankan baik nasabah perorangan maupun korporasi. Sementara pada sisi pasiva, pertumbuhan aset terutama berasal dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat tumbuh 11,87% (yoy) yang didorong oleh pertumbuhan tabungan sebesar 15,22% (yoy). Struktur DPK perbankan masih didominasi oleh tabungan yang memiliki pangsa 56,98%, diikuti giro dan deposito masing-masing 24,81% dan 18,20%. Dibandingkan posisi triwulan sebelumnya pangsa simpanan berbentuk giro dan deposito mengalami penurunan 45

61 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah masing-masing sebesar -1,06% dan -0,46% sementara pangsa tabungan naik sebesar 1,52%. Jumlah DPK pada akhir September 2013 tercatat sebesar Rp11,71 triliun, sementara penyaluran kredit tercatat Rp17,28 triliun, sehingga rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana (LDR) perbankan Sulawesi Tengah tercatat sebesar 147,55% meningkat dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya sebesar 146,44%. Peningkatan LDR terjadi seiring dengan pertumbuhan kredit yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan dana yang dihimpun. Namun demikian, pertumbuhan kredit yang cukup tinggi dalam 1 tahun terakhir sebesar 27,86% (yoy) tidak didukung oleh kualitas kredit yang semakin baik. Rasio NPLgross pada akhir September 2013 tercatat sebesar 2,12% atau lebih tinggi dari posisi September 2012 yang tercatat sebesar 2,09%. Dibandingkan triwulan sebelumnya, rasio NPL triwulan laporan menunjukan perkembangan negatif di mana rasio NPL triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan rasio NPL triwulan sebelumnya yang mencapai 1,92%. Kenaikan rasio NPL dialami oleh kelompok kredit yang disalurkan Bank Umum, sedangkan rasio NPL BPR justru relatif stabil. NPL Bank Umum pada triwulan II-2013 sebesar 1,98% naik menjadi 2,20% pada triwulan laporan, sedangkan NPL BPR pada triwulan laporan sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,05% Intermediasi Bank Umum Fungsi intermediasi Bank Umum di Sulawesi Tengah tumbuh cukup baik dengan risiko kredit yang masih terkendali, tercermin dari beberapa indikator kinerja perbankan seperti aset, penyaluran kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tetap mengalami pertumbuhan. Jumlah DPK yang dihimpun Bank Umum sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp11,36 triliun, sedangkan kredit yang disalurkan sebesar Rp16,14 triliun, sehingga Rasio Loan to Deposits (LDR) mencapai 142,07%. Kondisi ini mencerminkan bahwa perbankan di Sulawesi Tengah telah menjalankan fungsi intermediasi keuangan dengan baik untuk memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian daerah. 46

62 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah GROWTH Keterangan Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep yoy qtq Total As et (miliar Rp) 12,089 12,761 13,096 13,424 14,802 15,792 16,214 16,154 17,402 18,226 18, % 3.68% Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) 7,464 8,003 8,054 8,865 9,338 10,064 10,177 10,022 10,442 10,924 11, % 4.03% Giro (miliar Rp) 1,639 1,685 1,628 1,513 2,519 2,588 2,621 1,724 2,851 2,917 2, % -0.39% Depos ito (miliar Rp) 1,736 1,812 1,883 1,692 1,932 1,809 1,811 1,720 1,731 1,809 1, % 1.74% Tabungan (miliar Rp) 4,089 4,506 4,543 5,659 4,887 5,666 5,745 6,579 5,860 6,198 6, % 6.78% Kredit (Jenis Penggunaan - miliar Rp) 9,627 10,331 10,735 11,178 11,378 12,145 12,799 13,731 14,321 15,452 16, % 4.48% Modal Kerja (miliar Rp) 4,048 4,406 4,691 4,912 4,797 5,326 4,915 5,123 5,215 5,471 5, % 2.33% Inves tas i (miliar Rp) ,104 1,133 1,350 1,429 1,735 1, % 4.32% Kons ums i (miliar Rp) 4,823 5,112 5,186 5,341 5,595 5,715 6,751 7,258 7,678 8,246 8, % 5.95% LDR (%) NPL (miliar R p) NPL Gros s 3.06% 3.36% 3.24% 2.77% 2.61% 2.26% 2.15% 1.74% 2.02% 1.98% 2.20% Sumber : LBU, LBBPR Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Umum Pada triwulan laporan jumlah DPK Bank Umum tumbuh sebesar 11,66% (yoy) atau 4,03% (qtq). Pertumbuhan jumlah DPK triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,54% (yoy). Baik secara tahunan maupun kuartalan, peningkatan DPK bersumber dari meningkatnya simpanan dalam bentuk tabungan sebesar 15,19% (yoy) dan 6,78% (qtq). Hingga September 2013, DPK milik pemerintah yang disimpan di perbankan Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp2,15 triliun atau sebesar 18,35% dari total DPK pada perbankan Sulawesi Tengah. Angka tersebut menurun -4,81% dari posisi triwulan sebelumnya. Pada saat yang sama DPK milik perseorangan dan perusahaan swasta tercatat naik 6,58% menjadi Rp8,20 triliun dan 4,34% menjadi Rp598 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data akhir September 2013, jumlah rekening simpanan pada Bank Umum sebanyak , atau meningkat rekening dari triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sulawesi Tengah sebanyak 2,63 juta orang, jumlah tersebut masih relatif kecil dengan rasio 45,86%. Dengan kata lain lebih dari separuh jumlah penduduk Sulawesi Tengah belum memiliki tabungan pada Bank Umum. Secara nasional berdasarkan data World Bank bahwa pada tahun 2011, hanya 20% penduduk Indonesia di atas 15 tahun yang tercatat memiliki rekening di institusi keuangan formal. 47

63 Poso Banggai Toli-Toli Banggai Kep. Morowali Buol Parigi Moutong Palu,Donggala,Sigi, Touna Sulteng Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp miliar 7,000 70% 100% 6,000 5,000 4,000 60% 50% 40% 30% 90% 80% 70% 60% 3,000 20% 50% 2,000 1,000 10% 0% -10% 40% 30% 20% 0 Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Giro Deposito Tabungan Giro (yoy) Deposito (yoy) Tabungan (yoy) -20% 10% 0% Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Tabungan Deposito Giro Sumber : LBU Grafik 3.3. Perkembangan DPK BU (Giro, Deposito & Tabungan) Sumber : LBU Grafik 3.4. Pangsa DPK BU Menurut Jenis Simpanan 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 75% 48% 59% 7% 10% 11% 24% 65% 45.86% Sumber : LBU (Cognos) Grafik 3.5. Rasio Rekening Simpanan Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk Keterbatasan koneksitas antara bank dengan masyarakat Sulawesi Tengah dapat menghambat kemampuan masyarakat terhadap kegiatan ekonomi produktif. Sehubungan dengan hal tersebut, upaya yang dapat ditempuh dalam rangka meningkatkan dan memperluas pelayanan perbankan kepada masyarakat yakni melalui program inklusi keuangan (financial inclusion), yaitu suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Oleh sebab itu, peran perbankan dalam upaya membangun dan memperluas layanan keuangan bagi masyarakat perlu terus 48

64 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah ditingkatkan sehingga jumlah masyarakat yang terlayani oleh perbankan akan semakin banyak Penyaluran Kredit Bank Umum Sampai dengan akhir September 2013, jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum mencapai Rp16,14 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 26,14% (yoy) atau sebesar 4,48% (qtq). Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan masih didominasi oleh kelompok bank milik pemerintah (Persero) yang tumbuh 4,28% (qtq) dengan market share sebesar 75,48%. Pertumbuhan kredit oleh kelompok bank swasta nasional dan bank pemerintah daerah masing-masing sebesar 1,75% (qtq) dan 16,93% (qtq). Rp juta 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep K.Konsumsi K.Investasi K.Modal Kerja Sumber : LBU Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan Sumber : LBU Grafik 3.7.Proporsi Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan Pada triwulan laporan kredit konsumsi masih tumbuh 29,42% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 44,29% (yoy). Namun demikian pangsa kredit konsumsi naik dari 53,37% pada triwulan sebelumnya menjadi 54,11%. Demikian halnya kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 13,91% (yoy), dan memiliki pangsa sebesar 34,68% pada triwulan laporan. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh kredit investasi yang tumbuh 59,69% (yoy) dengan pangsa kredit sebesar 11,21%. Salah satu penyebab pertumbuhan kredit investasi yang cukup tinggi pada triwulan laporan ialah realisasi belanja pemerintah daerah hingga triwulan laporan yang meningkat baik dari sisi tingkat penyerapan anggaran maupun nilai belanja dibandingkan triwulan III Dalam rangka mendorong penyaluran kredit produktif khususnya kepada UMKM, Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 yang mengharuskan perbankan untuk menyalurkan minimal 20% dari total kreditnya pada sektor UMKM pada tahun Tahapan implementasi ketentuan tersebut telah dimulai 49

65 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah pada tahun ini dimana Bank wajib memenuhi target penyaluran kredit kepada UMKM sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Bisnis masing-masing bank. Kualitas kredit Bank Umum pada periode laporan relatif mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari meningkatnya kredit non lancar (Non Performing Loans) dari 1,98% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,20% pada triwulan laporan. Kenaikan NPL gross tersebut disumbang oleh kenaikan rasio NPL Bank Swasta Nasional dan Bank Persero pada triwulan laporan. Rasio NPL Bank Swasta Nasional meningkat dari 1,91% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,53% pada triwulan laporan, sedangkan rasio NPL Bank Persero meningkat dari 1,77% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,88% pada triwulan laporan. Di lain pihak, rasio NPL Bank Pembangunan Daerah justru mengalami penurunan dari 4,78% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,62% pada triwulan laporan. Peningkatan jumlah kredit non lancar tertinggi terjadi pada kredit dengan kualitas diragukan (kolektibilitas 4) yang meningkat 50,84% (qtq), diikuti kredit dengan kualitas macet (kolektibilitas 5) yang meningkat 13,62% (qtq), sedangkan kredit dengan kualitas kurang lancar (kolektibilitas 3) turun -12,09% (qtq). Secara sektoral, NPL tertinggi terjadi pada kredit yang diberikan kepada jasa kemasyarakatan, sosial, budaya, hiburan (5,93%), diikuti dengan sektor konstruksi (5,79%) dan perdagangan besar dan eceran (4,38%). Sementara itu tingkat NPL gross sektor pertanian dan sektor perikanan pada triwulan laporan masing-masing tercatat sebesar 1,92% dan 0,63%. Kredit konsumtif yang memiliki pangsa terbesar (54,11%) memiliki NPL sebesar 0,85%, meningkat dari posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,82%. Kenaikan rasio NPL juga dialami oleh kelompok kredit modal kerja yang meningkat dari 3,68% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,21% pada triwulan laporan, serta kredit investasi yang menunjukan kenaikan rasio NPL dari 2,13% menjadi 2,45%. Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum per Sektor 50

66 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Sumber : LBU Secara sektoral, pangsa kredit yang diberikan Bank Umum masih didominasi oleh sektor penerima kredit bukan lapangan usaha (kredit konsumtif) yaitu sebesar Rp8,74 triliun atau sebesar 54,11% dari total kredit yang diberikan, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp4,74 triliun atau 29,38%. Tingginya kredit sektor perdagangan pada umumnya tersalurkan untuk sub sektor perdagangan eceran yang semakin berkembang. Sementara itu, kredit sektor pertanian, perburuan dan kehutanan tercatat sebesar Rp648 miliar atau memiliki share sebesar 4,01%, meningkat dari share pada triwulan II-2013 sebesar 3,78%. Kenaikan pangsa kredit pertanian tersebut tidak terlepas dari pertumbuhan kredit sektor tersebut yang mencapai 10,84% (qtq). Sementara itu, penyaluran kredit pada sektor perikanan tercatat sebesar Rp60 miliar dengan porsi 0,37%. 2, % 140% 2, % 1, % 80% 1,000 60% % 20% 0 0% Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 KPR (miliar rupiah) Kredit Ruko (miliar rupiah) Growth KPR (%) Growth Kredit Ruko (%) Sumber : LBU Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Properti 1,400 1,200 1, % 500% 400% 300% 200% 100% -100% 0-200% Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 KPR s.d. Tipe 21 (miliar rupiah) 0% KPR Tipe 22 s.d. 70 (miliar rupiah) KPR Tipe > 70 (miliar rupiah) Growth KPR s.d. Tipe 21 (%) Growth KPR Tipe 22 s.d. 70 (%) Growth KPR Tipe > 70 (%) Sumber : LBU Grafik 3.9.Perkembangan Kredit KPR Berdasarkan Tipe Pasar properti di Sulawesi Tengah yang berkembang cepat mendorong pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Ruko. Pada triwulan III-2013, kredit KPR mencapai Rp1,7 triliun atau tumbuh 86,53% (yoy) dan Kredit Pemilikan Ruko mencapai Rp237 miliar atau tumbuh 74,53% (yoy). Berdasarkan tipe KPR, KPR tipe s.d. 21 berkembang paling cepat dengan tingkat pertumbuhan mencapai 198,96% (yoy) atau mencapai Rp345 miliar. Di lain pihak, share kredit KPR terbesar ialah KPR tipe 22 s.d. 70 dengan nilai kredit sebesar Rp1,04 triliun atau tumbuh 71,06% (yoy). Sedangkan nilai KPR tipe > 70 mencapai Rp309 miliar atau tumbuh 86,53% (yoy). Namun, untuk mengantisipasi terjadinya buble di sektor kredit properti, Bank Indonesia menerbitkan Surat Edaran BI No.15/40/DKMP terkait pembayaran uang muka pembelian properti. 51

67 Poso Banggai Toli-Toli Banggai Kep. Morowali Buol Parigi Moutong Palu,Donggala,Sigi, Touna Sulteng Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 18% 8% 11% 1% 3% 1% 5% 11% 8.66% Sumber : LBU (Cognos) Grafik Rasio Rekening Kredit Terhadap Jumlah Penduduk Jumlah rekening kredit di Sulawesi Tengah sebanyak rekening, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak rekening. Adapun rasio rekening kredit terhadap jumlah penduduk Sulteng sebesar 8,66%. Artinya baru 1 dari 12 orang dari jumlah penduduk Sulawesi Tengah yang telah memiliki akses kredit ke lembaga perbankan. Faktor geografis dan infrastruktur jaringan kantor bank yang terbatas menjadi salah satu kendala bagi masyarakat untuk menggunakan layanan perbankan. Di sisi lain terbatasnya kuantitas SDM perbankan yang memiliki kapabilitas untuk melakukan analisis kredit produktif menjadi faktor penghambat berkembangnya kredit produktif. Dalam rangka meningkatkan penetrasi kredit dan penghimpunan dana, Bank Indonesia saat ini tengah menginisiasi penerapan kebijakan Branchless Banking yang dimulai dengan melaksanakan pilot project pada 7 area yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Hingga akhir triwulan laporan jumlah BPR di Sulawesi Tengah tercatat berjumlah 9 BPR dengan jumlah aset sebesar Rp1.304 miliar atau memiliki pangsa sebesar 6,46% terhadap total aset perbankan Sulawesi Tengah. Jumlah tersebut meningkat signifikan bila dibandingkan share aset BPR pada triwulan III-2012 sebesar Rp842,84 yang mencapai 4,94%. Beberapa indikator kinerja BPR lainnya juga menunjukkan perbaikan dari kondisi sebelumnya. Secara tahunan aset BPR se Sulawesi Tengah tumbuh 54,74% 52

68 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah (yoy) atau 6,91% (qtq). Pertumbuhan aset tersebut didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 58,43% (yoy), dan pada sisi pasiva jumlah DPK tumbuh sebesar 19,01% (yoy). Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun BPR pada triwulan laporan adalah sebesar Rp347 miliar atau tumbuh 19,01% dalam satu tahun terakhir dan secara kuartalan turun sebesar -1,38%. Komposisi dana pihak ketiga tersebut masih didominasi oleh simpanan berbiaya tinggi (deposito) dengan pangsa sebesar 83,89%, sementara simpanan dalam bentuk tabungan memiliki pangsa 16,11%. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa sebagian besar masyarakat memilih BPR sebagai tempat untuk menyimpan dana karena bersedia memberikan imbal jasa yang lebih menarik dari Bank Umum. Rp juta 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000 - Des Jun Des Jun Des Jun Des Jun % 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% ASET Pert. Aset (yoy) Sumber : LBPR Grafik Perkembangan Aset BPR Pada sisi aktiva, jumlah kredit yang disalurkan BPR juga mengalami pertumbuhan positif. Pada periode laporan total kredit yang diberikan adalah sebesar Rp1.135,28 miliar, tumbuh 58,43% (yoy) atau 7,12% (qtq). Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 65,26% (yoy) dengan pangsa terbesar, yaitu 88,32%. Sementara itu, kredit investasi memiliki pangsa hingga 2,79% tercatat tumbuh 40,43% (yoy) dan kredit modal kerja dengan pangsa 8,89% mengalami pertumbuhan 9,33% (yoy). Kualitas kredit BPR pada akhir triwulan laporan tercatat mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari adanya penurunan rasio Non Performing Loans (NPLs)-gross dari 1,049% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,046% pada triwulan laporan. Di samping itu, rasio NPL tersebut masih lebih rendah dibandingkan posisi triwulan yang sama tahun lalu sebesar 1,12%. Berdasarkan kredit 53

69 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah menurut jenis penggunaan, NPL tertinggi terjadi pada kredit modal kerja dengan NPL sebesar 4,58% diikuti kredit konsumsi dan kredit investasi masing-masing sebesar 0,69% dan 1,07%. Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi yang dibiayai oleh BPR, NPL tertinggi terdapat pada sektor properti dengan NPL sebesar 60,32%, diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan NPL 31,27%. Adapun NPL pada kredit sektor pertanian, sektor perdagangan, dan industri pengolahan masing-masing tercatat sebesar 3,72%; 8,14%; dan 8,89%. NPL tertinggi pada triwulan laporan tercatat terdapat pada debitur yang berada di Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Buol dengan NPL sebesar 2,64% dan 2,30%. Sementara NPL terendah untuk debitur BPR terdapat di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Tojo Una-Una yakni masing-masing sebesar 0,00% dan 0,01%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit yang diberikan dialokasikan untuk kredit konsumsi sebesar Rp1.003 miliar atau 88,32%, kredit modal kerja sebesar Rp100,91 miliar atau 8,89% dan kredit investasi sebesar Rp31,73 miliar atau 2,79% dari total kredit yang diberikan. Rp juta Rp juta 350, , , , , ,000 50,000 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% 1,200,000 1,000, , , , ,000 - Des Jun Des Jun Des Jun Des Jun 1400% 1200% 1000% 800% 600% 400% 200% 0% -200% Sumber : LBPR Deposito Tabungan Pert.Deposito (yoy) Pert.Tabungan (yoy) Grafik Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan Sumber : LBPR Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert. Modal Kerja (yoy) Pert.Investasi (yoy) Pert.Konsumsi (yoy) Grafik Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan Dalam hal menjalankan fungsi intermediasi, BPR di Sulawesi Tengah memiliki kinerja yang cukup baik, tercermin dari rasio Loan to Deposits (LDR) yang di atas 100%. LDR BPR pada periode laporan tercatat 326,84%. Tingginya LDR BPR dipicu oleh ekspansi kredit yang lebih besar dibandingkan dengan kemampuan BPR dalam menghimpun Dana Pihak Ketiga dari masyarakat. Kondisi ini sekaligus menjelaskan bahwa untuk mendukung kegiatan ekspansi kredit, BPR lebih banyak bertumpu pada sumber pembiayaan lain selain 54

70 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah DPK seperti pinjaman antar bank melalui skema linkage programme (channelling dan executing) maupun dana lainnya. Tabel 3.4. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Sulawesi Tengah Propinsi / Dati II Kantor Pusat Cabang Jumlah Provinsi Sulawesi Tengah Kab. Banggai Kepulauan Kab. Buol Kab. Donggala 4. Kab. Morowali Kab. Parigi Moutong Kab. Banggai Kab. Poso Kab. Tojo Una-Una Kab. Toli-Toli Kota Palu 4 4 Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa keberadaan BPR di Sulawesi Tengah belum tersebar di seluruh wilayah Kabupaten. Lokasi bank sebagian besar terbesar di 4 lokasi, yaitu Kabupaten Parigi Moutong, Kota Palu, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Poso. Konsentrasi lokasi bank pada beberapa wilayah tertentu menyebabkan akses masyarakat terhadap jasa perbankan menjadi terbatas Kinerja Bank Umum Syariah Pada triwulan laporan kinerja perbankan syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Aset perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.041 miliar atau tumbuh sebesar 18,30% (yoy) atau 1,07% (qtq). Di sisi pasiva, dalam satu tahun terakhir DPK perbankan syariah tumbuh sebesar 17,78% (yoy) dari Rp511,55 miliar menjadi Rp602,49 miliar. Peningkatan jumlah DPK pada triwulan laporan terutama dipengaruhi adanya peningkatan deposito yang tumbuh sebesar 202,29% (yoy), yaitu dari Rp135 miliar menjadi Rp409 miliar. Sementara itu, jumlah tabungan dan giro pada perbankan syariah menurun masing-masing sebesar -50,60% (yoy) dan -36,34% (yoy). Struktur DPK perbankan syariah didominasi oleh simpanan dalam bentuk deposito dengan kontribusi sebesar 67,86% diikuti tabungan dan giro dengan pangsa sebesar 26,39% dan 5,75%. 55

71 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Seiring dengan pertumbuhan DPK, jumlah pembiayaan perbankan syariah juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada triwulan laporan pembiayaan perbankan syariah tumbuh sebesar 23,53% (yoy), yaitu dari sebesar Rp784 miliar menjadi sebesar Rp969 miliar. Peningkatan pembiayaan pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan jumlah pembiayaan konsumsi sebesar Rp119 miliar atau tumbuh 22,83% (yoy) menjadi sebesar Rp638 miliar diikuti pembiayaan untuk investasi yang meningkat Rp41 miliar atau tumbuh 79,67% (yoy) menjadi Rp92 miliar dan pembiayaan untuk modal kerja yang meningkat Rp25 miliar atau tumbuh 11,81% (yoy) menjadi Rp239 miliar. Rasio FDR perbankan syariah menurun dari 162,54% pada triwulan sebelumnya menjadi 160,83% pada triwulan III Rp miliar % Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep % 100% 80% 60% 40% 20% 0% Sumber : LBPR ASET Pert. Aset (yoy) Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah Adanya peningkatan volume usaha dan kinerja perbankan syariah pada triwulan laporan mencerminkan bahwa kepercayaan masyarakat Sulawesi Tengah terhadap sistem perbankan syariah semakin baik. Rp miliar Rp miliar Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep % 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert. Modal Kerja (yoy) Pert.Investasi (yoy) Pert.Konsumsi (yoy) Sumber : LBPR Grafik Perkembangan DPK Bank Syariah Sumber : LBPR Grafik Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah 56

72 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Jumlah bank syariah di Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan laporan sebanyak 5 (lima) Bank Umum syariah sementara belum terdapat BPR Syariah di Sulawesi Tengah. Jumlah rekening simpanan pada perbankan syariah di Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 tercatat sebanyak rekening atau meningkat rekening dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai rekening, sementara jumlah rekening pembiayaan tercatat sebanyak rekening atau bertambah 111 rekening dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai rekening. Pertumbuhan yang positif pada industri perbankan syariah di Sulawesi Tengah diharapkan dapat menarik investor untuk membuka jaringan kantor bank syariah atau mendirikan BPR syariah Kredit UMKM Sebagai salah satu pilar pendukung pembangunan yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak, UMKM telah membuktikan diri sebagi kelompok pelaku usaha yang tahan terhadap krisis ekonomi. Dalam upaya meningkatkan kinerja usahanya UMKM membutuhkan dukungan pembiayaan dari perbankan. Penyaluran kredit untuk usaha Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan tercatat meningkat sebesar Rp88 miliar dari triwulan II-2013 atau tumbuh 20,15% (yoy), yaitu dari sebesar Rp5,93 triliun pada triwulan II-2013 menjadi sebesar Rp6,02 triliun pada triwulan laporan. Penyaluran kredit kepada UMKM masih didominasi oleh kelompok Bank Umum dengan pangsa 98,93%, sementara BPR hanya memberikan kontribusi sebesar 1,07%. Jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum kepada UMKM pada triwulan laporan tercatat berjumlah Rp5,96 triliun, meningkat 20,30% (yoy) atau 1,47% (qtq). Dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan oleh Bank Umum, penyaluran kredit kepada UMKM oleh Bank Umum tercatat mencapai 36,89%. Dari jumlah kredit kepada UMKM tersebut, pangsa kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) masing-masing adalah sebesar 24,06%; 37,64%; dan 38,30%. Dilihat dari kualitasnya, jumlah kredit usaha Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) oleh Bank Umum di Sulawesi Tengah pada triwulan berjalan yang tergolong non-lancar sebesar Rp253 miliar atau 4,24% dari total kredit MKM atau setara dengan 1,57% dari total kredit Bank Umum. Berdasarkan lokasi proyek, tingkat NPL kredit untuk kelompok UMKM tertinggi tercatat di Kabupaten Banggai Kepulauan yakni sebesar 13,18% dan terendah di Kabupaten Banggai sebesar 1,68%. 57

73 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Per akhir September 2013, jumlah kredit yang disalurkan oleh BPR pada kelompok UMKM tercatat sebesar Rp64,61 miliar. Jumlah tersebut meningkat 7,51% (yoy) dari jumlah kredit UMKM pada bulan September 2012, atau meningkat 3,48% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan rasio NPL kredit UMKM yang disalurkan oleh BPR tercatat sebesar 5,79% atau 0,33% dari total kredit yang disalurkan oleh BPR. Rp juta Sumber : LBPR Grafik Perkembangan Kredit Mikro, Kecil, Menengah Bank Umum Sementara itu, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku usaha di Sulawesi Tengah berdasarkan lokasi bank pelapor sampai dengan triwulan laporan berjumlah Rp613,42 miliar, atau meningkat 2,90% dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah tersebut disalurkan melalui 43,27 ribu rekening dengan realisasi paling banyak dilakukan oleh perbankan yang berada di wilayah Kota Palu sebesar Rp246 miliar atau 40% dari total realisasi KUR di Sulawesi Tengah. Sektor ekonomi yang paling banyak menyerap KUR adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan porsi mencapai 64,47%, diikuti sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan dengan porsi 18,47%. Dilihat dari lokasi proyek, sebagian besar penyaluran KUR berada di Kota Palu yaitu sebesar Rp158 miliar atau 26,0% dan didominasi oleh debitur pada sektor perdagangan yang biasanya berkembang lebih pesat di kawasan perkotaan. Sementara KUR sektor pertanian paling banyak disalurkan kepada debitur di Kabupaten Banggai dengan nilai penyaluran sebesar Rp35,28 miliar yag didominasi KUR untuk pertanian tanaman padi. Dari segi kualitas, kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross 58

74 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah KUR di Sulawesi Tengah tercatat sebesar 2,94%. Adapun NPL KUR yang disalurkan oleh perbankan Sulawesi Tengah pada sektor perdagangan dan sektor pertanian masingmasing tercatat sebesar 3,73% dan 1,58%. Secara nasional realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2012 mencapai Rp34,23 triliun, atau melampaui target pemerintah sebesar Rp30 triliun. Oleh karenanya pada tahun 2013 pemerintah meningkatkan target KUR menjadi Rp36 triliun. Untuk mencapai target tersebut pemerintah telah menetapkan suku bunga KUR tahun 2013 untuk sektor retail adalah sebesar 0,57% flat perbulan dan sektor mikro sebesar 0,95% flat perbulan. Selama ini bunga kredit adalah maksimum 22% p.a. untuk kredit mikro dan 13% p.a. untuk retail. Kedepan pemberian KUR tidak akan berhenti pada sisi penyaluran kredit perbankan tetapi akan dikaitkan dengan upaya pengentasan kemiskinan. Selain itu KUR dapat menjadi salah skema kredit yang menjembatani masyarakat kecil untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan. --- o0o

75 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Peredaran uang secara tunai mengalami peningkatan baik di sisi inflow (qtq) maupun disisi outflow (qtq). Secara non tunai, peredaran uang pada triwulan III-2013 juga menunjukkan adanya peningkatan baik dari sisi RTGS kliring (qtq). Bank Indonesia selalu mengupayakan Clean Money Policy melalui kegiatan penukaran, kas keliling dan kas titipan. Jumlah temuan uang palsu meningkat di triwulan laporan. 4.1 Transaksi Keuangan Secara Tunai Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Pada triwulan III-2013, kondisi transaksi uang tunai di Sulawesi Tengah mengalami peningkatan baik di sisi inflow (qtq) maupun disisi outflow (qtq). Peningkatan di sisi outflow disebabkan oleh adanya panen tanaman bahan makanan (tabama) di berbagai daerah di Sulawesi Tengah serta meningkatnya realisasi proyek-proyek APBD dan APBN di Sulawesi Tengah. RpMiliarpersen (%) Inflow Outflow Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q (200) (400) (600) Net-Outflow Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2 Q3Q4Q1Q2Q3 Q4Q1Q2Q Sumber : BI Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Tunai Sumber : BI Grafik 4.2. Perkembangan Net-Outflow Uang Tunai Kegiatan perkasan di Sulawesi Tengah mencatat jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulawesi Tengah dari perbankan dan 60

76 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran masyarakat (inflow) sepanjang triwulan III-2013 sebesar Rp950,63 miliar atau meningkat 119,98% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq). Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp1.567,93 miliar atau meningkat sebesar 28,68% (qtq). Apabila diperbandingkan antara angka inflow dan outflow maka akan diperoleh netoutflow selama triwulan III-2013 sebesar Rp617,30 miliar. Melalui kegiatan perkasan, KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah juga melakukan penarikan uang lusuh sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang dalam kondisi layak edar. Selama triwulan III-2013, jumlah uang kertas yang dimusnahkan mencapai Rp174,77 miliar atau meningkat sebesar 81,75% dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, uang pecahan Rp2.000,- merupakan pecahan yang memiliki persentase paling banyak dimusnahkan, dan diikuti pecahan Rp5.000,- dan Rp10.000,-. Rp Miliar persen (%) Inflow PTTB Rasio PTTB Thd Inflow 70 62,68 65, ,78 47, ,94 36, , ,11 21,19 22,25 18, ,21 13,75 13, ,82 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BI Grafik 4.3. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Sumber : BI Grafik 4.4. Perkembangan Persentase Lembar Uang Yang Dimusnahkan Meskipun terjadi penurunan inflow, kondisi uang lusuh/tidak layak edar ini tetap menjadi perhatian kita bersama. Bank Indonesia yang diberikan wewenang oleh undangundang untuk mengedarkan uang, memiliki kewajiban untuk menjamin uang yang beredar di masyarakat dalam keadaan baik/tidak lusuh. Untuk itu secara berkala Bank Indonesia menarik uang-uang lusuh tersebut dari peredaran dan menggantinya dengan uang yang baru. Bank Indonesia juga tak henti-hentinya mensosisalisasikan kepada masyarakat untuk memperlakukan uang (uang kertas dan uang logam) dengan baik, dengan semboyannya 3D-Didapat-Disayang-Disimpan. Di sisi lain, masyarakat sebagai pengguna/pemakai uang, juga memiliki kewajiban untuk memperlakukan uang dengan 61

77 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran baik, yaitu dengan tidak melipat menstapler maupun melipat uang. Kesadaran masyarakat dalam memperlakukan uang dengan baik ini, tentunya akan berdampak pada menurunnya uang lusuh/tidak layar edar yang beredar di masyarakat Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Jumlah temuan uang palsu di Sulawesi Tengah pada triwulan III-2013 menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Uang palsu yang ditemukan melalui laporan perbankan dan setoran masyarakat ke KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 42 lembar dengan pecahan terbanyak Rp Temuan uang palsu tersebut tidak termasuk uang palsu yang ditemukan oleh masyarakat atau kepolisian. Terkait dengan peredaran uang palsu, masyarakat Sulawesi Tengah perlu berhati-hati dalam bertransaksi atau melakukan kegiatan ekonominya. Pemahaman yang baik akan ciri-ciri keaslian uang perlu diketahui oleh masyarakat. KPw Bank Indonesia provinsi Sulawesi Tengah juga secara rutin melakukan sosialisasi keaslian uang rupiah ini kepada berbagai kelompok masyarakat. Tabel 4.1 Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi Aliran perkasan selama periode laporan didominasi oleh pecahan Rp50.000,- baik di sisi inflow maupun outflow. Di sisi inflow, pada triwulan III-2013, jumlah lembar uang kertas denominasi Rp50.000,- mencapai 7,12 juta lembar atau 31,65% dari total seluruh uang kertas. Sementara di sisi outflow, denominasi Rp50.000,- tercatat sebanyak 11,28 juta lembar atau 33,40% dari total seluruh uang kertas. Khusus untuk uang logam, pecahan Rp1.000,- mendominasi outflow dengan persentase sebesar 43,37% sedangkan inflow didominasi pecahan Rp500 dengan persentase sebesar 36,05% dari total seluruh uang logam. 62

78 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Tabel 4.2 Pangsa Denominasi Uang Inflow Pecahan I II III IV I II III ,07% 13,61% 21,51% 11,14% 19,63% 15,06% 23,75% ,75% 27,10% 28,13% 20,82% 31,80% 25,14% 31,65% ,83% 7,27% 6,51% 8,77% 5,44% 6,58% 3,17% ,54% 10,98% 10,11% 10,96% 7,94% 10,89% 9,78% ,56% 13,31% 13,17% 16,20% 12,63% 15,94% 14,91% ,20% 17,00% 13,77% 21,10% 15,45% 18,41% 13,09% ,06% 10,73% 6,81% 11,01% 7,11% 7,98% 3,65% Jlh. Uang Kertas 93,41% 91,16% 93,70% 92,96% 95,39% 92,96% 95,02% ,87% 7,78% 10,12% 3,50% 2,27% 6,26% 26,81% ,68% 42,47% 39,15% 41,73% 52,63% 46,62% 36,05% ,04% 16,17% 12,24% 10,70% 18,83% 17,54% 11,05% ,15% 28,82% 17,63% 20,48% 21,97% 21,66% 17,35% 50 1,26% 3,26% 20,86% 23,60% 4,30% 7,92% 8,73% 25 0,00% 1,50% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Jlh. Uang Logam 6,59% 8,84% 6,30% 7,04% 4,61% 7,04% 4,98% Juml. UK + UL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Tabel 4.3 Pangsa Denominasi Uang Outflow Pecahan I II III IV I II III ,16% 29,99% 22,91% 27,08% 15,28% 27,45% 27,50% ,08% 36,36% 30,43% 38,88% 28,42% 36,81% 33,40% ,38% 5,34% 5,03% 4,31% 7,32% 4,19% 1,08% ,30% 6,59% 7,13% 4,78% 10,25% 7,81% 9,86% ,52% 9,03% 12,70% 8,90% 15,80% 11,12% 13,99% ,10% 10,04% 12,86% 9,56% 14,55% 12,14% 13,91% ,45% 2,64% 8,94% 6,49% 8,39% 0,49% 0,26% Jlh. Uang Kertas 86,78% 91,50% 91,63% 94,91% 92,85% 93,56% 92,08% ,42% 44,28% 27,61% 19,17% 9,51% 32,56% 43,37% ,11% 19,40% 24,29% 24,08% 34,63% 25,31% 20,01% ,56% 16,85% 20,88% 20,89% 29,33% 19,56% 15,73% ,37% 18,06% 16,90% 21,04% 22,14% 16,68% 16,09% 50 1,54% 1,42% 10,32% 14,81% 4,38% 5,88% 4,80% 25 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Jlh. Uang Logam 13,22% 8,50% 8,37% 5,09% 7,15% 6,44% 7,92% Juml. UK + UL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 4.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai Dalam kajian ini, transaksi keuangan secara non tunai mencakup transaksi yang menggunakan BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Seperti halnya daerah lain, transaksi RTGS (outgoing) lebih dominan digunakan di Provinsi Sulawesi Tengah bila dibandingkan dengan sistem kliring. 63

79 , Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Nominal RTGS Outgoing (Miliar Rp) Nominal Kliring (Miliar Rp) Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Nominal Kliring (Miliar Rp) Nominal RTGS Outgoing (Miliar Rp) Sumber : BI Grafik 4.5. Perkembangan Transaksi Non Tunai di Sulawesi Tengah Sumber : BI Grafik 4.6. Share Nominal Transaksi RTGS (Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi Tengah Kegiatan kliring di Sulawesi Tengah menurun dari sisi jumlah warkat namun meningkat dari sisi nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Nominal kliring pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp1,54 triliun dengan jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak lembar. Rp miliar I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Lembar II III Nominal Kliring Volume Kliring Sumber : BI Grafik 4.7. Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah Ke depan transaksi non tunai oleh masyarakat ini masih perlu lebih ditingkatkan penggunaannya. Transaksi non tunai ini mengurangi risiko tindakan kejahatan seperti perampokan, pencurian dan terhindar dari uang palsu, namun tetap ada kelemahan seperti adanya Cek/BG kosong. 64

80 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 - I II III I IV II III I IV II III I IV II III I IV II III Sumber : BI RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) RRH Volume Cek/BG Kosong (%) Grafik 4.8. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sulawesi Tengah Pada triwulan III-2013 peredaran cek dan bilyet giro kosong mengalami peningkatan baik di sisi nominal maupun jumlah warkat. Cek dan Bilyet Giro (BG) kosong yang dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebanyak 909 lembar dengan nominal sebesar Rp30,86 miliar. Persentase rata-rata harian nominal Cek/BG yang ditolak pada triwulan III tercatat 2% sementara rata-rata harian volume Cek/BG yang ditolak sebesar 2,30%. Tabel 4.4. Perkembangan RTGS Provinsi Sulawesi Tengah Keterangan Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Nominal RTGS Ingoing (Miliar Rp) , , , ,38 Nominal RTGS Outgoing (Miliar Rp) , , , ,88 Net Outgoing (Miliar Rp) Transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III-2013 mengalami peningkatan baik di sisi ingoing maupun outgoing. Aliran dana masuk (ingoing) melalui RTGS pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp8,2 triliun atau naik 44,29% dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan volume transaksi sebanyak transaksi. Di sisi lain, dana keluar (outgoing) melalui RTGS pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp10,48 triliun atau meningkat 27,42% dibandingkan triwulan II-2013 dengan volume transaksi sebanyak transaksi. --- o0o

81 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Jumlah angkatan kerja Sulawesi Tengah posisi Agustus 2013 mencapai 1,23 juta orang, berkurang sebesar 94,495 orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Sulawesi Tengah pada Agustus 2013 turun hingga menjadi 65,92% sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat hingga menjadi 4,27%. Posisi outstanding KUR yang disalurkan di wilayah Sulawesi Tengah pada bulan September 2013 sebesar Rp613,42 miliar, meningkat 2,90% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq). Nilai tukar petani gabungan Sulawesi Tengah pada bulan September 2013 menurun dibandingkan posisi Juni Ketenagakerjaan Dari data ketenagakerjaan terakhir yang dikeluarkan oleh BPS, menunjukkan bahwa kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum mengalami penurunan dibandingkan satu tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2013 tercatat sebanyak 1,23 juta orang dengan jumlah angkatan kerja yang telah bekerja mencapai 1,18 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tercatat turun menjadi 65.92%. Jumlah penganggur pada Agustus 2013 mencapai orang atau bertambah sebesar orang jika dibanding keadaan Agustus 2012 yang sebanyak orang. Persentase kenaikan jumlah pengangguran yang lebih besar dari persentase kenaikan jumlah pekerja menyebabkan terjadinya kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 0,34% selama periode setahun terakhir. Secara nasional TPAK tercatat sebesar 69,21% dengan TPT 5,92%. 66

82 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 5.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama STATUS PENDUDUK FEB 2011 AGT 2011 FEB 2012 AGT 2012 FEB 2013 AGT 2013 Total Ang. Kerja Bekerja Pengangguran Total Non Angk. Kerja Total Penduduk > 15 tahun TPAK (%) 73,31 73,11 74,62 66,38 71,79 65,92 TPT (%) 4,27 4,01 3,73 3,93 2,65 4,27 Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah Menurut tingkat pendidikannya, pada Agustus 2013, angkatan kerja di Sulawesi Tengah paling banyak berpendidikan SD ke bawah sebesar orang diikuti SMA Umum sebanyak orang dan SMP sebanyak orang. Sedangkan jumlah angkatan kerja yang paling sedikit adalah berpendidikan DI/II/III sebesar orang. TPT tertinggi di Sulawesi Tengah pada kelompok angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SMA Kejuruan sebesar 8,09% dengan jumlah penganggur sebanyak orang, diikuti SMA Umum sebesar 6,80% dengan jumlah penganggur orang dan Universitas sebesar 6,04 % dengan jumlah penganggur orang. TPT terendah terjadi pada kelompok angkatan kerja dengan tingkat pendidikan DI/II/III dan SD ke bawah masing-masing sebesar 1,36 % (500 orang) dan 2,28 % ( orang). Kondisi ini menggambarkan bahwa salah satu penyebab terjadinya pengangguran adalah karena kurang tersedianya lapangan kerja bagi para pencari kerja yang menginginkan pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Kondisi ini akan berbeda bila lulusan SMK atau perguruan tinggi lebih berani dan kreatif untuk menjadi wirausaha baru yang justru akan menampung para penganggur. Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Lapangan Pekerjaan Utama Perubahan Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus 1 tahun Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan 50,26 51,92 48,91 49,88 47,4 49,25-0,63 Industri 4,13 5,21 6,56 5,34 6,55 5,04-0,3 Perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi 13,17 15,1 14,66 14,53 15,05 14,22-0,31 Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 18,67 16,22 17,56 16,94 16,84 18,86 1,92 Lainnya *) 13,77 11,55 12,31 13,31 14,16 12,63-0,68 Jumlah *) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: Sektor Penggalian, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Transportasi, dan Keuangan Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah 67

83 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat seluruh Jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya, pada tahun 2013 hampir sektor ekonomi mengalami penurunan persentase jumlah penduduk yang bekerja pada sektor tersebut kecuali sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Tabel di atas menggambarkan bahwa sektor pertanian semakin kurang diminati oleh masyarakat khususnya angkatan kerja baru. Apabila menggunakan pendekatan kegiatan formal dan informal, penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaannya. Sektor formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, dan sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan kriteria tersebut, angka pada bulan Agustus 2013 menunjukkan sebesar 32,87% bekerja pada kegiatan formal dan sisanya 67,13% bekerja pada kegiatan informal. Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Status Pekerjaan AGT 2011 FEB 2012 AGT 2012 FEB 2013 AGT 2013 Berusaha Sendiri 18,09 17,64 18,74 19,20 19,91 Berusaha dibantu buruh tdk tetap 22,82 21,68 20,29 21,52 20,67 Berusaha dibantu buruh tetap 4,50 3,90 4,61 3,25 3,81 Buruh/Karyawan 24,51 26,28 28,94 28,14 29,06 Pekerja bebas di Pertanian 4,56 4,30 4,66 4,21 Pekerja bebas di non Pertanian 2,96 3,99 4,06 4,51 7,19 Pekerja tak dibayar 22,56 22,21 18,70 19,17 19,36 Total (%) Total (orang) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Pada bulan Agustus 2013, jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah tertinggi di Kabupaten Parigi Moutong sebanyak orang ( orang yang bekerja dan orang pengangguran), diikuti Kabupaten Banggai sebanyak orang ( orang yang bekerja dan orang pengangguran), dan Kabupaten Poso sebanyak ( orang yang bekerja, dan orang pengangguran) sedangkan yang terendah di Kabupaten Buol sebanyak orang ( orang yang bekerja dan orang pengangguran). 68

84 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat % Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.1. Perkembangan TPAK dan TPT per Kabupaten Sementara itu sesuai dengan SK Gubernur Sulawesi Tengah no. 56/563/DISNAKERTRANS-G.ST/2013 tertanggal 1 November 2013 tentang UMP Sulteng 2014, tingkat UMP pada tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp ,- meningkat 25,63% dari tahun sebelumnya. Penyesuaian UMP tersebut dilakukan dengan memperhatikan tingkat Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi para investor. % Rupiah 50% 40% 30% 20% 10% 0% Perkembangan UMP & Inflasi Palu (yoy) UMP (Rupiah) g upah inflasi Sumber : Disnakertrans & BPS Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.2. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota Palu 69

85 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat 5.2. Kemiskinan Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada Juli 2013, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah posisi Maret 2013 adalah sebanyak jiwa atau 14,67% dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah tersebut lebih kecil dari posisi September 2012 yang tercatat sebesar 14,94%. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah terus mengalami penurunan yang mengindikasikan bahwa program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan berdampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah. Namun demikian, meski jumlah penduduk miskin berkurang, tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah tercatat masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan secara nasional yang tercatat 11,96%. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan di Sulawesi Tengah masih perlu ditingkatkan dengan berfokus pada daerah pedesaan yang memiliki jumlah dan prosentase penduduk miskin lebih tinggi. Tabel 5.4 Perkembangan Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah Tahun Penduduk Miskin Persentase , , , , , , ,67 Sumber : BPS Sulawesi Tengah, data Susenas diolah Dalam menanggulangi kemiskinan di provinsi Sulawesi Tengah, pada tahun 2014, pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah akan menggulirkan Program Terpadu Pengentasan Kemiskinan Berbasis Bedah Kampung (PTPK-BBK) yang tidak semata-mata ditujukan pada pembangunan fisik, tetapi juga untuk pemberdayaan dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia dan pemberian modal. Dalam hal ini pemda menyiapkan Rp 40 miliar yang dialokasikan pada 200 desa lokasi PTPK-BBK di lima kabupaten yaitu Parigi Moutong, Donggala, Banggai, Poso dan Tojo Una-Una. Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, meski memiliki standar garis kemiskinan yang lebih rendah, jumlah penduduk miskin Sulawesi Tengah lebih banyak berada di pedesaan. Dari jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2013, sebanyak

86 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat jiwa (85,25%) tinggal di wilayah pedesaan, sementara penduduk miskin di wilayah perkotaan sebanyak 59,79 ribu jiwa (14,74%). % % ,0% 22,42 35,0% Kota Desa 20,75 18,98 18,07 30,0% 16,58 15,42 16,04 25,0% 25,0% 14,94 14,15 14,67 23,2% 13,33 20,0% 21,4% 20,26% 12,49 17,89% 11,66 11,37 16,85% 16,53% 15,0% 10,0% Sulteng Nasional 5,0% 12,9% 11,5% 10,1% 9,82% 9,46% 9,02% 8,90% 0,0% Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.3. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Sulteng Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.4. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal di Sulteng % % 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 Sulteng Nasional 4,46 4,33 4,09 2,99 2,77 3,09 2,5 2,76 2,82 3,09 2,21 2,08 1,9 1, ,5 1 0,5 0 Sulteng Nasional 1,38 1,41 1,37 0,84 0,76 0,8 1,04 0,68 0,75 0,82 0,58 0,55 0,48 0, Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.5. Indeks Kedalaman Kemiskinan Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.6. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulteng Berdasarkan data posisi bulan September 2013, jumlah KUR yang disalurkan di wilayah Sulawesi Tengah mencapai Rp613,42 miliar, dengan jumlah rekening sebanyak rekening. Jumlah outstanding tersebut meningkat Rp17,26 miliar dari posisi triwulan sebelumnya atau sebesar 2,90% (qtq). Dari jumlah tersebut sebagian besar diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa mencapai 64,47%, diikuti sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan pangsa 18,47%. Jika dilihat dari jumlah penerima (rekening) KUR, share pada kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 53,19% dan 32,45%. Selain KUR, pemerintah memiliki beberapa skema pembiayaan yang dapat digunakan untuk meningkatkan usaha pertanian masyarakat, diantaranya KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) dan Kredit Revitalisasi Perkebunan yang memberikan subsidi bunga kredit kepada penerima yang telah 71

87 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat memenuhi persyaratan. Meski merupakan kredit program yang digagas oleh pemerintah, namun sumber dana yang disalurkan berasal dari dana perbankan yang dihimpun dari masyarakat. Tabel 5.5 Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Di Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi SEKTOR EKONOMI JUMLAH REKENING OUTSTANDING KUR (Rp miliar) Mar-13 Jun-13 Sep-13 Mar-13 Jun-13 Sep PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN ,73 104,28 113,33 2. PERIKANAN ,77 7,44 7,86 3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN ,18 1,17 1,15 4. INDUSTRI PENGOLAHAN ,90 19,74 20,94 5. LISTRIK, GAS DAN AIR ,30 0,19 0,20 6. KONSTRUKSI ,23 14,29 15,07 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN ,24 395,30 395,46 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM ,06 7,51 9,14 9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI ,26 4,62 3, PERANTARA KEUANGAN ,52 0,95 1, REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN ,97 9,28 8, ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB ,03 0,00 0, JASA PENDIDIKAN ,67 1,28 1, JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL ,65 1,54 1, JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA ,22 24,48 26, JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA ,99 3,88 4, BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA ,95 0,22 3, PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA TOTAL ,68 596,16 613,42 Sumber : Bank Indonesia 5.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sulteng Pada bulan September 2013 NTP Sulteng tercatat sebesar 95,87, lebih rendah dari posisi Juni 2013 sebesar 98,07,atau dibandingkan angka NTP nasional pada bulan September 2013 yang mencapai 104,56. Penurunan NTP pada triwulan laporan disebabkan oleh adanya penurunan Indeks Diterima seiring dengan belum tibanya panen raya padi dan sisi lain terjadi peningkatan Indeks Dibayar akibat melonjaknya inflasi hingga ke level yang sangat tinggi pada periode Juli dan Agustus

88 106,16 105,22 95,87 103,26 99,75 98,96 98,97 105,44 99,34 99,31 Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Persen persen % Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Indeks Diterima Indeks Dibayar NTP Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 5.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Sulteng NTP Perkebunan NTP Tanaman Pangan NTP Hortikultura Rakyat NTP Peternakan NTP Perikanan NTP Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.8. NTP Sulteng Menurut Subsektor Berdasarkan data NTP Sulteng menurut subsektor pada bulan September 2013, subsektor perikanan tercatat memiliki NTP tertinggi 111,13 diikuti subsektor holtikultura 101,50 dan perkebunan rakyat 99,80. Sementara NTP subsektor tanaman pangan (padi, jagung dll) secara relatif tercatat paling rendah dibandingkan subsektor lainnya 77,95. Indeks NTP NTP September 13 NTP Nasional Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.9. Perbandingan NTP Provinsi di Indonesia Timur Sementara itu dibandingkan petani di provinsi lain yang berada di pulau Sulawesi, Maluku dan Papua, petani Sulawesi Tengah tercatat memiliki NTP paling rendah. NTP tertinggi pada ketiga wilayah tersebut dicapai oleh petani di Sulawesi Selatan dengan NTP sebesar 106,16. Salah satu upaya untuk memperbaiki kesejahteraan petani adalah dengan meningkatkan produksi baik melalui kegiatan intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian serta memperkuat kelembagaan petani sehingga dapat meningkatkan posisi tawar pada saat akan menjual produk yang dihasilkan. Di lain sisi melalui upaya 73

89 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat peningkatan produksi pertanian diharapkan dapat menambah pasokan bahan makanan ke pasar yang pada akhirnya akan turut mengurangi tekanan inflasi di Kota Palu yang selama ini lebih banyak disebabkan oleh adanya gangguan pasokan (penurunan pasokan). Selain itu pemerintah perlu melakukan inisiasi penetapan jadwal tanam untuk menjaga kesinambungan pasokan dan stabilitas harga yang seringkali turun drastis pada saat panen. Upaya lain untuk melindungi harga jual pada saat panen adalah dengan membangun gudang penyimpanan hasil panen dan menetapkan harga dasar komoditas strategis. --- o0o

90 Rp milyar Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pada triwulan ini realisasi pendapatan daerah masih perlu ditingkatkan mengingat tingkat realisasi pada triwulan berjalan merupakan tingkat realisasi paling rendah dalam 3 tahun terakhir. Realisasi anggaran pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III-2013 Realisasi pendapatan daerah lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja daerah. Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan III-2013 mencapai Rp1.542 miliar atau mencapai 72,06% dari total anggaran 2013 yang sebesar Rp2.140 miliar. Sementara itu, total realisasi belanja daerah mencapai Rp1.367 miliar atau sebesar 60,43% dari anggaran yang sebesar Rp2.260 miliar. % 1, , ,400 1, , % III 2010 III 2011 III 2012 III Pendapatan Belanja Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.1. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah III 2010 III 2011 III 2012 III 2013 Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.2. Perkembangan Surplus APBD Pendapatan daerah dan belanja daerah menunjukkan tren meningkat setiap tahun. Dibandingkan triwulan III-2012, total realisasi pendapatan daerah hingga akhir triwulan III-2013 mengalami kenaikan sebesar 8,19%, sedangkan belanja daerah meningkat sebesar 24,59%. Kenaikan belanja daerah terbesar berasal dari pos belanja barang dan jasa. Meskipun nilai realisasi meningkat, tingkat penyerapan pendapatan 75

91 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah daerah terhadap total anggaran pendapatan pada triwulan III-2013 mengalami penurunan dari 80,10% pada triwulan III-2012 menjadi 72,06%. Di lain pihak, tingkat penyerapan belanja daerah justru mengalami kenaikan dari 56,76% menjadi 60,43%. Surplus APBD Provinsi Sulawesi Tengah hingga triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp176,10 miliar. Surplus APBD hingga triwulan III-2013 tercatat lebih rendah Rp152,88 miliar dibandingkan realisasi hingga triwulan III-2012 yang tercatat sebesar Rp328,98 miliar. Penurunan surplus APBD hingga triwulan laporan disebabkan kenaikan pendapatan daerah yang lebih kecil dibandingkan kenaikan belanja daerah. Pendapatan daerah naik sebesar Rp116,67 miliar, sedangkan belanja daerah naik sebesar Rp269,56 miliar. Surplus APBD pada triwulan III-2013 merupakan surplus APBD terendah dibandingkan 3 tahun sebelumnya pada periode yang sama. Rp Milyar 2,500 2,000 Deposito Tabungan Giro 1,500 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Cognos Bank Indonesia Grafik 6.3. Perkembangan Deposito, Tabungan dan Giro Pemda Dana Pihak Ketiga milik pemerintah daerah hingga akhir triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp2.149,34 miliar atau turun Rp108,70 miliar dibandingkan triwulan II Secara historis, saldo DPK pemerintah daerah pada akhir triwulan III-2013 merupakan saldo DPK pemerintah daerah tertinggi selama 3 tahun terakhir pada periode yang sama. Namun demikian, pertumbuhan DPK pemerintah daerah pada triwulan III-2013 menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan DPK triwulan III-2013 sebesar 3,56% (yoy) yang jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan DPK triwulan III-2012 sebesar 86,18% (yoy). 76

92 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan APBD Kontribusi terbesar pada pendapatan daerah disumbang oleh dana perimbangan dari pemerintah pusat dengan kontribusi sebesar 56,19%. Pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah masing-masing menyumbang 29,25% dan 14,56% terhadap total pendapatan. Sementara itu, realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah hingga triwulan III-2013 mencapai 72,06% dengan tingkat realisasi tertinggi pada komponen dana perimbangan sebesar 74,79%, diikuti pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah masing-masing sebesar 73,27% dan 61,39%. Rp Milyar % Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan III 2013 III 2012 III III 2010 PAD Rp Milyar ,000 Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.4. Perkembangn Nilai Realisasi per Pos Pendapatan Daerah Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan PAD 10% 61% 76% 75% 77% 75% 77% 73% 90% 109% 104% 429% 0% 100% 200% 300% 400% 500% III 2013 III 2012 III 2011 III 2010 Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.5. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Pendapatan Daerah Pendapatan daerah pada triwulan III-2013 tercatat sedikit menurun dibandingkan triwulan II Pendapatan daerah pada triwulan III-213 menurun Rp1,98 miliar atau -0,36% dibandingkan triwulan II Kontribusi terbesar terhadap penurunan pendapatan daerah tersebut disumbang oleh dana perimbangan dengan penurunan sebesar Rp12,07 miliar atau turun -3,84% (qtq). Di lain pihak, pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah justru mengalami kenaikan masingmasing sebesar Rp1,81 miliar atau naik 1,14% (qtq) dan Rp8,28 miliar atau naik 11,55% (qtq). 77

93 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 6.1. Perkembangan Pos Pendapatan Daerah per Triwulan KETERANGAN I II III IV I II III Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-Lain PAD Yang Sah Total Pendapatan Daerah Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Rp miliar Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Rp juta URAIAN ANGGARAN REALISASI SD ( % ) TW III REALISASI PENDAPATAN 2,139, ,541, % PENDAPATAN ASLI DAERAH 615, , % Pendapatan Pajak Daerah 542, , % Retribusi Daerah 2, , % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 19, , % yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang 50, , % Sah DANA PERIMBANGAN 1,158, , % Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 97, , % Dana Alokasi Umum 994, , % Dana Alokasi Khusus 65, , % LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH 365, , % YANG SAH Pendapatan Hibah 9, , % Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 356, , % Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Realisasi Belanja APBD Kontribusi terbesar pada belanja daerah disumbang oleh belanja tidak langsung dengan kontribusi sebesar 54,94%. Di lain pihak, kontribusi belanja langsung sebesar 45,06% terhadap total belanja. Sementara itu, realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Tengah hingga triwulan III-2013 mencapai 60,43% dengan tingkat realisasi tertinggi pada komponen belanja tidak langsung sebesar 73,16%, sedangkan tingkat realisasi belanja langsung sebesar 49,86%. Realisasi belanja daerah pada triwulan III-2013 tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan II Belanja daerah pada triwulan III-2013 menurun Rp103,95 miliar atau lebih rendah 15,86% dibandingkan triwulan II Kontribusi 78

94 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah terbesar terhadap penurunan belanja daerah tersebut disumbang oleh belanja langsung dengan penurunan sebesar Rp85,57 miliar atau turun -24,49% (qtq), diikuti oleh belanja tidak langsung dengan penurunan sebesar Rp18,38 miliar atau turun -6,00% (qtq). Tabel 6.3. Perkembangan Pos Pendapatan Daerah per Triwulan Rp miliar KETERANGAN I II III IV I II III Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Total Belanja Daerah Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 6.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Rp juta URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW III ( % ) REALISASI BELANJA 2,259, ,365, % BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,025, , % Belanja Pegawai 365, , % Belanja Hibah 380, , % Belanja Bantuan Sosial 5, , % Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan 203, , % Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan 68, , % Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga 3, % BELANJA LANGSUNG 1,234, , % Belanja Pegawai 125, , % Belanja Barang dan Jasa 723, , % Belanja Modal 385, , Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah 42.02% Rp Milyar % Belanja Langsung Belanja Langsung 50% 47% 48% 59% Belanja Tidak Langsung Rp Milyar III 2013 III 2012 III 2011 III 2010 Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.6. Perkembangn Nilai Realisasi per Pos Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung 73% 65% 72% 64% 0% 30% 60% 90% III 2013 III 2012 III 2011 III 2010 Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.7. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Belanja Daerah 79

95 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah 6.2 Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi anggaran pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami kenaikan, baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Pos pendapatan hingga triwulan III mengalami kenaikan sebesar Rp25,60 miliar atau naik 4,36% (yoy) dibandingkan triwulan III-2012, di mana total pendapatan hingga triwulan III-2013 sebesar Rp613,15 miliar sedangkan total pendapatan hingga triwulan III-2012 sebesar Rp587,55 miliar. Sementara itu, pos pengeluaran hingga triwulan III-2013 mengalami kenaikan sebesar Rp84,41 miliar atau naik 3,83% (yoy) dibandingkan triwulan III-2012, di mana total pengeluaran hingga triwulan III-2013 sebesar Rp2.286,11 miliar sedangkan total pengeluaran hingga triwulan III-2012 sebesar Rp2.201,70 miliar Rp miliar % 168 I II III IV I II III IV I II III IV I II III % 1000% 800% 600% 400% 200% 0% Penerimaan Perpajakan Pen. Negara Bukan Pajak Rasio Penerimaan Pajak vs Bukan Pajak Sumber : KPPN Palu Grafik 6.8. Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah Hingga akhir triwulan III-2013 total penerimaan pemerintah pusat di Sulawesi Tengah telah mencapai Rp613,15 miliar, yang didominasi oleh penerimaan pajak sebesar 72,62%. Penerimaan pajak ini didominasi oleh Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Persentase Pajak Penghasilan terhadap total pendapatan mencapai 38,17% atau tertinggi diantara semua sumber pos pajak. Tingginya realisasi PPh disebabkan adanya kenaikan gaji pegawai negeri dan pegawai swasta serta adanya penyesuaian Upah Minimum Regional Provinsi Sulawesi Tengah yang mengalami kenaikan sebesar 12,43% di tahun 2013 hingga mencapai Rp995 80

96 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah ribu. Sementara pajak pertambahan nilai memiliki share realisasi sebesar 28,92% yang umumnya bersumber dari barang-barang konsumsi. Rp miliar 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III Pendapatan lainnya Pendapatan Bea Keluar Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Pertambahan nilai Pajak Penghasilan Sumber : KPPN Palu Grafik 6.9. Persentase Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sulteng Rp Milyar % 1,600 1,400 1,200 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Biro Keuangan Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Belanja Lainnya (Denda+ Lain-lain+ Transfer) 100% 80% 60% 40% 20% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Biro Keuangan Belanja Lainnya (Denda+ Lain-lain+ Transfer) Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Barang Belanja Pegawai Grafik Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah Grafik PersentaseRealisasi Belanja APBN Provinsi Sulawesi Tengah Sedangkan realisasi pos pengeluaran hingga triwulan III-2013 mencapai Rp2.286,11 miliar yang didominasi oleh belanja pegawai (32,06%) diikuti belanja barang (30,01%) dan belanja modal (29,62%). Dilihat dari polanya, porsi belanja modal mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pola porsi belanja modal yang semakin tinggi perlu terus dilanjutkan untuk memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah. --- o0o

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 6. KEUANGAN DAERAH 41 BAB 6. KEUANGAN DAERAH LAPORAN TRIWULANAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2007 42 BAB 6. KEUANGAN DAERAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci