KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Transkripsi

1

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU

3 Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank Indonesia moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang ber Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : Fax : hasudungan_ps@bi.go.id; dedy_prasetyo@bi.go.id Homepage :

4

5 Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Analisis PDRB dari Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Analisis PDRB dari Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Jasa-jasa Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Bangunan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Boks 1 : Evaluasi Pembangunan Tanaman Pangan Propinsi Sulteng Tahun 2010 ii

6 Daftar Isi BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Tahunan Kota Palu Inflasi Triwulanan Kota Palu Inflasi Bulanan Kota Palu Event Analysis BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan Moneter Jumlah Jaringan Kantor Bank Kinerja Perbankan Sulawesi Tengah Aset Perbankan Penghimpunan Dana Penyaluran Kredit Kredit Menurut Jenis Kelompok Bank Kredit Menurut Jenis Penggunaan Kualitas Kredit Tingkat Efisiensi Perbankan Fungsi Intermediasi Bank Kredit Untuk UMKM Perbankan Syariah BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Uang Kartal (inflow/outflow) Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan Perkembangan Kliring Lokal Perkembangan BI-RTGS BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kemiskinan iii

7 Daftar Isi Boks 2 : Kondisi Kependudukan Sulawesi Tengah Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010 BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD Sulawesi Tengah Realisasi Belanja APBD Realisasi Pendapatan APBD Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPASP) TA BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prospek Inflasi Prospek Perbankan DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN iv

8 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%;y-o-y... Tabel 1.2. Realisasi Belanja Pemerintah Propinsi Sulteng... Tabel 1.3. PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH 2000 (miliar rupiah)... Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH 2000 (%)... Tabel 1.5. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pel. Pantoloan... Tabel 2.1. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) berbagai Propinsi di Sulampua... Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Bahan Makanan... Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Sandang... Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Kesehatan... Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan... Tabel 2.9. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi di Triwulan II Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi di Triwulan II Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Menurut Kelompok Bank di Sulteng.... Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Tabel 5.1. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan... Tabel 5.2. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama... Tabel 5.3. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama... Tabel 5.4. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah... Tabel 5.5. Realisasi Penyaluran KUR oleh Perbankan Sulteng... Tabel 6.1. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah v

9 Daftar Tabel Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah... Tabel 6.3. Perkembangan DAU Provinsi Sulawesi Tengah... Tabel 7.1. Perkiraan Curah Hujan di Wilayah Sulawesi Tengah vi

10 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Sulawesi Tengah atas Dasar Harga Konstan Tahun Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Konsumsi menurut Lokasi Proyek Di Sulawesi Tengah... Grafik 1.3. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru pada Kantor Samsat Kota Palu... Grafik 1.4. Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah... Grafik 1.5. Volume pemakaian air Masyarakat... Grafik 1.6. Perkembangan NTP... Grafik 1.7. Indeks Keyakinan Konsumen... Grafik 1.8. Perkembangan Jumlah Kredit Investasi menurut Lokasi Proyek... Grafik 1.9. Realisasi Pengadaan Semen di Propinsi Sulteng... Grafik Volume Ekspor menurut Negara Asal Pembeli... Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao, dan Harga Internasional... Grafik Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulteng... Grafik Perkembangan Volume Ekspor Minyak Nabati Sulteng... Grafik Perkembangan Volume Muat Barang melalui Pelabuhan Pantoloan... Grafik Jumlah Barang Keluar melalui Bandara Mutiara Palu... Grafik Perkembangan Volume Bongkar Barang melalui Pelabuhan Pantoloan.. Grafik Jumlah Barang Masuk melalui Bandara Mutiara Palu... Grafik Perkembangan Produksi Padi dan Jagung di Sulteng... Grafik Perkembangan Luas Panen Tanaman Padi dan Jagung di Sulteng... Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Hasil Perikanan Sulteng... Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Kopi dan Kakao Sulteng... Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Minyak dan Lemak Nabati... Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Bahan Nabati dan Hewani... Grafik Perkembangan Realisasi Pengadaan Beras dan HPP Beras... Grafik Perkembangan Stok Beras Pada BULOG Divre Sulteng vii

11 Daftar Grafik Grafik Perkembangan Kredit Sektor Jasa menurut Lokasi Proyek di Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Dana Pemerintah pada Perbankan di Sulteng... Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang di Sulteng... Grafik Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang di Sulteng... Grafik Perkembangan Jumlah Arus Penumpang melalui Bandara Mutiara Palu... Grafik Produksi Bahan Galian C Kab. Donggala... Grafik Ekspor Mineral Tambang... Grafik Volume Ekspor Produk Manufaktur Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Sulteng... Grafik Realisasi Penyaluran BBM Industri di Sulawesi Tengah... Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Provinsi Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah di Provinsi Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik di Kota Palu... Grafik Perkembangan Volume Penjualan Air PDAM Kab Donggala... Grafik Perkembangan Kredit, DPK dan NTB Bank Umum di Sulteng... Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y)... Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bulanan Palu (m-t- Grafik 2.4. Event Analisys... Grafik 3.1. Perkembangan Kurs dan Grafik 3.2. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Menurut Kabupaten/Kota... Grafik 3.3. Perkembangan Jumlah Aset Perbankan Menurut Kelompok Bank... Grafik 3.4. Pangsa Aset Bank Menurut Kelompok Bank... Grafik 3.5. Jumlah DPK Menurut Kelompok Bank... Grafik 3.6. Pangsa DPK Menurut Kelompok Bank... Grafik 3.7. Jumlah DPK Menurut Jenis Simpanan... Grafik 3.8. Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan... Grafik 3.9. Jumlah Kredit Menurut Kelompok Bank... Grafik Pangsa Kredit Menurut Kelompok Bank... Grafik Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan viii

12 Daftar Grafik Grafik Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan... Grafik Perkembangan NPL Kredit Perbankan... Grafik Perkembangan BOPO Bank Umum di Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan BOPO BPR di Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Rasio LDR Menurut Kelompok Bank... Grafik Perkembangan Kredit MKM Menurut Kelompok Kredit... Grafik Perkembangan Jumlah Aset Perbankan Syariah... Grafik Perkembangan Jumlah DPK Perbankan Syariah... Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah... Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah (Jenis Penggunaan)... Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow... Grafik Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tengah... Grafik 5.1. Perkembangan TPT dan TPAK di Sulteng... Grafik 5.2. TPAK dan TPT Pada Kabupaten/Kota Di SulTeng Tahun Grafik 5.3. TPAK dan TPT Pada Beberapa Wilayah Di Sulawesi dan Nasional... Grafik 5.4. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah & Inflasi Palu... Grafik 5.5. Perkembangan IPM Sulteng dan Nasional... Grafik 5.6. Prosentase Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah... Grafik 5.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan Sulawesi Tengah..... Grafik 5.8. Indeks Keparahan Kemiskinan... Grafik 5.9. Prosentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tempat Tinggal... Grafik 6.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah (sd Tw III 2010)... Grafik 6.2. Realisasi Belanja Langsung APBD (sd Tw III 2010)... Grafik 6.3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah... Grafik 6.4. Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah... Grafik 6.5. Tingkat Realisasi Dana Perimbangan... Grafik 6.6. Proporsi Realisasi Dana Perimbangan... Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Perubahan Harga... Grafik 7.2. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw III 2010) ix

13 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2010 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Kondisi makroekonomi regional Sulawesi Tengah pada triwulan III 2010 masih menunjukan kinerja positif yang ditunjukan dari laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan III yang tercatat tumbuh sebesar 10,36% (y-o-y), atau 4,49% (q-t-q). Dari sisi penggunaan pertumbuhan pada triwulan laporan masih bersumber dari konsumsi yang didukung oleh masih kuatnya permintaan domestik, investasi, dan kinerja ekspor yang positif. Realisasi belanja pemerintah yang relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi baik terhadap konsumsi pemerintah maupun sektor bangunan. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2010 bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor industri. Kinerja sektor pertanian mengalami pelambatan seiring dengan penurunan produksi komoditas unggulan dibeberapa daerah pada triwulan laporan. Adapun peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan berkaitan erat dengan jatuhnya Hari Raya Idul Fitri dan bulan puasa, disamping penyelenggaraan beberapa event berskala nasional seperti peringatan Harganas, Festival Budaya Kemilau Sulawesi dan beberapa kegiatan pameran. Kinerja sektor angkutan juga turut terkena imbas positif dari penyelenggaraan berbagai even tersebut disamping adanya Hari Raya Idul Fitri. PERKEMBANGAN INFLASI Tren peningkatan inflasi yang terjadi pada triwulan I dan II 2010 ternyata berlanjut hingga triwulan III Inflasi Kota Palu pada triwulan III 2010 tercatat sebesar 6,92% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada triwulan II 2010 sebesar 5,31% (yoy). Disamping itu, pada triwulan laporan, inflasi Kota Palu 1

14 Ringkasan Eksekutif juga berada di atas inflasi nasional (5,80%) dan sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi wilayah Sulampua (6,91%). Seiring dengan peningkatan inflasi tahunan, inflasi triwulanan (q-t-q) pada triwulan III 2010 juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada triwulan laporan, Kota Palu mengalami inflasi sebesar 4,93% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 1,66% (q-t-q). Pada bulan September 2010 kota Palu tercatat inflasi sebesar 0,94% (m-t-m) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang juga tercatat inflasi sebesar 0,83%. Tingginya inflasi pada triwulan III 2010 disebabkan karena adanya tekanan baik pada sisi permintaan maupun penawaran. Di sisi penawaran, tingginya curah hujan pada periode triwulan III 2010 mengakibatkan terganggunya ketersediaan pasokan komoditas seperti sayur-sayuran, bumbu-bumbuan dan ikan. Adanya kenaikan listrik yang mulai efektif per 1 Juli 2010 juga berkontribusi pada tingginya inflasi pada triwulan laporan. Sementara itu disisi permintaan, adanya momen Lebaran memicu peningkatan permintaan masyarakat akan berbagai macam barang dan jasa khususnya pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dan kelompok sandang. PERKEMBANGAN PERBANKAN Sepanjang triwulan III 2010 nilai tukar rupiah terus menguat seiring dengan kinerja transaksi berjalan yang masih mencatat surplus cukup besar dan derasnya arus modal asing yang masuk serta faktor risiko yang masih terjaga. Seiring dengan mulai meningkatnya tekanan inflasi di tingkat nasional, dalam kurun waktu 3 bulan terakhir Bank Indonesia mempertahankan BI rate pada level 6,50%. Suku bunga penjaminan LPS untuk deposito rupiah pada bank umum masih dipertahankan pada level 7,00%. Pada akhir triwulan III 2010, suku bunga tabungan dan deposito pada perbankan di Sulawesi Tengah berada pada level 2,35%, dan 6,08%, sementara suku bunga kredit sebesar 14,51%. Secara industri (gabungan Bank Umum dan BPR), jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan September 2010 mengalami peningkatan sebesar 24,93% dibandingkan periode yang sama tahun jumlah DPK pada bank 2

15 Ringkasan Eksekutif pemerintah mengalami percepatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 15,94% (y-o-y). Sementara DPK pada bank umum swasta dan BPR justru mengalami perlambatan dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 26,71% (y-o-y) dan 7,02% (y-o-y). Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan mengalami percepatan dengan pertumbuhan sebesar 22,91% (y-o-y). Berdasarkan kelompok bank, bank swasta mengalami percepatan dibandingkan triwulan III 2009 dengan pertumbuhan sebesar 64,89% (y-o-y), sementara kredit bank pemerintah dan kredit BPR justru mengalami perlambatan dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 17,10% (y-o-y) dan 3,76% (y-o-y). Secara umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih baik yang ditunjukkan dengan nilai NPL Gross sebesar 3,29% dan NPL netto sebesar 1,29%. Di sisi lain, tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai angka 123,15 %. Hal ini menunjukkan intermediasi yang dilakukan perbankan cukup baik. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal di Bank Indonesia Palu pada triwulan III 2010 berada pada kondisi net ouflow yang berarti jumlah uang keluar lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan III 2010 meningkat cukup drastis sebesar 76,77% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp226,90 miliar menjadi Rp 401,09 miliar, sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) justru turun sebesar 23,26% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 1.092,46 milyar menjadi Rp 838,37 milyar. Bila dibandingkan dengan angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan III 2010 sebesar Rp 437,28 miliar. Adanya peningkatan outflow yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh adanya musim Hari Raya (Lebaran) serta realisasi proyek Pemda dan swasta yang mulai meningkat pada triwulan III Pada triwulan III 2010, jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Bank Indonesia Palu sebanyak 18 lembar, atau meningkat dibandingkan dengan triwulan 3

16 Ringkasan Eksekutif sebelumnya (14 lembar). Pada triwulan III 2010, jumlah warkat kliring naik 2,74% yaitu dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar. Akan tetapi nominal perputaran kliring justru menurun sebesar 8,87% dibandingkan triwulan II 2010 sehingga menjadi Rp 944,62 miliar. Aliran dana keluar (Outflow) melalui RTGS pada triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp 4.794,05 miliar atau naik 8,16% dibandingkan triwulan II 2010 sebesar Rp 4.432,19 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. Disisi lain aliran dana masuk (inflow) melalui RTGS pada triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp 4.213,94 miliar atau turun 6,92% dibandingkan triwulan II 2010 sebesar Rp 4.527,33 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah dalam satu tahun terakhir semakin membaik. Hasil survei Sakernas yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah pada bulan Februari 2010 tercatat lebih tinggi. Dalam periode satu tahun terakhir (Februari Februari 2010), jumlah angkatan kerja meningkat 4,03% sementara pada saat yang bersamaan jumlah angkatan kerja yang bekerja meningkat sebesar 4,27%. Kondisi ini mengakibatkan tingkat pengangguran turun sebesar 0,21% dari tahun sebelumnya. Disamping mengandalkan daya serap perekonomian regional dan dalam negeri, Sulawesi Tengah juga telah mengirimkan tenaga kerjanya ke luar negeri. Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat hingga bulan September 2010 jumlah pengiriman TKI pada tahun ini mencapai 955 orang. Dari jumlah tersebut sebagian besar (87,9 persen) TKI dikirim ke negara-negara Timur Tengah. Sementara jika dilihat dari daerah asalnya, Kabupaten Sigi menjadi penyumbang terbesar pengiriman TKI dari Sulawesi Tengah dengan jumlah mencapai 587 orang, diikuti oleh Parigi Moutong dan Donggala masing-masing sebanyak 203 orang dan 106 orang. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Hingga triwulan III 2010, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah memiliki kinerja yang baik. Realisasi pendapatan daerah 4

17 Ringkasan Eksekutif Provinsi Sulawesi Tengah hingga triwulan III 2010 mencapai Rp 863,53 miliar atau 82,56% dari total anggaran pendapatan daerah tahun 2010 (Rp1.046 miliar). Nilai realisasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan APBD pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 70,04% dari total target pendapatan sebesar Rp 1.062,74 miliar. Sementara di sisi Belanja Daerah, kinerja realisasi pos ini hingga triwulan III 2010 mencapai 61,42% dari target Belanja Daerah sebesar Rp 1.105,60 miliar atau sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi Belanja Daerah triwulan III 2009 sebesar 51,55%. Adanya perbedaan tingkat realisasi belanja daerah dengan realisasi pendapatan daerah mengakibatkan terjadinya surplus pada periode triwulan III 2010 sebesar Rp 184,52 miliar. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Memasuki kuartal IV 2010, perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh sebesar 9,92% (y-o-y). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang masih akan bersumber dari konsumsi rumah tangga. Belanja masyarakat menjelang akhir tahun menjadi faktor penggerak utama pertumbuhan pada triwulan IV, selain penyelenggaraan beberapa even pada triwulan tersebut. Masih kuatnya konsumsi rumah tangga tercermin dari hasil survei konsumen pada bulan April-Juni 2010, dimana Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) untuk 6 bulan mendatang (Oktober- Desember 2010) masih berada pada level optimis dengan nilai indek berada pada kisaran 128,3-132,4. Kegiatan ekspor diperkirakan masih akan mengalami penguatan, dan akan didorong oleh ekspor bahan tambang, CPO, CNO (minyak kelapa kasar), dan kakao sebagai komoditas unggulan Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil SKDU pada triwulan IV 2010, para pelaku bisnis yang menjadi responden survei memperkirakan akan terjadinya pertumbuhan pada triwulan mendatang. Nilai SBT ekspektasi tercatat sebesar 2,33 dengan nilai SBT tertinggi pada responden sektor pertanian dan keuangan. Laju inflasi tahunan (y-o-y) Kota Palu pada triwulan IV 2010 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan IV 2009 namun masih lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh relatif berkurangnya shock yang terjadi pada triwulan laporan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Efek kenaikan TDL yang terjadi di triwulan III 2010 berangsur- 5

18 Ringkasan Eksekutif angsur semakin kecil dalam mekanisme pembentukan harga barang dan jasa di triwulan IV Disamping itu berdasarkan data historis, efek kenaikan harga yang disebabkan oleh momen Natal dan Tahun Baru pada akhir tahun tidak sebesar kenaikan harga pada saat Lebaran di triwulan III Di sisi ekspektasi, sebagaimana yang tercermin dalam Survei Konsumen bulan Oktober 2010, dalam 3 bulan yang akan datang masyarakat memperkirakan harga barang dan jasa akan meningkat dengan tingkat inflasi bulanan sedikit berfluktuatif dan cenderung menurun di akhir tahun Inflasi tahunan pada triwulan IV 2010 diproyeksikan pada kisaran 5,25% + 1%. Pada periode akhir tahun 2010, kondisi perbankan di Sulteng diperkirakan tumbuh positif dan mengalami percepatan dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Hal ini didukung oleh perbaikan ekonomi global dan nasional yang terus berlanjut serta membaiknya tingkat konsumsi masyarakat. Panen kakao yang berlangsung di triwulan III 2010 serta penambahan 5 Kantor Cabang Pembantu ditengarai memberikan efek positif bagi peningkatan aset, DPK dan kredit perbankan propinsi Sulteng di akhir tahun Pada triwulan mendatang, jumlah aset perbankan diperkirakan tumbuh sebesar 25,16% (y-o-y). Sementara itu jumlah DPK dan jumlah penyaluran kredit diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 14,20% (y-o-y) dan 19,36% (y-o-y). 6

19 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Kondisi makroekonomi regional Sulawesi Tengah pada triwulan III 2010 masih menunjukan kinerja positif yang ditunjukan dari laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan III yang tercatat tumbuh sebesar 10,36% (y-o-y), atau 4,49% (q-t-q) 1. Dari sisi penggunaan pertumbuhan pada triwulan laporan masih bersumber dari konsumsi yang didukung oleh masih kuatnya permintaan domestik, investasi, dan kinerja ekspor yang positif. Masih tingginya daya beli masyarakat pada triwulan laporan dapat diindikasikan dari meningkatnya tingkat penjualan kendaraan bermotor dan indeks keyakinan konsumen. Realisasi APBD yang cenderung lebih baik dari tahun sebelumnya juga menjadi faktor pendukung pertumbuhan pada triwulan laporan. Indikasi pendukung lainnya adalah membaiknya kinerja ekspor antar provinsi dan antar negara. Meningkatnya hasil panen komoditas unggulan ekspor Sulawesi Tengah (Kakao, dan Cengkeh) menjadi salah satu faktor pendorong membaiknya ekspor pada triwulan laporan. Realisasi belanja pemerintah juga lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2010 bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor industri. Kinerja sektor pertanian mengalami pelambatan seiring dengan penurunan produksi komoditas unggulan dibeberapa daerah pada triwulan laporan. Adapun peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan berkaitan erat dengan jatuhnya Hari Raya Idul Fitri dan bulan puasa, disamping penyelenggaraan beberapa event berskala nasional seperti peringatan Harganas, dan Festival Budaya bertajuk Kemilau Sulawesi. Kinerja sektor angkutan juga turut terkena imbas positif dari penyelenggaraan berbagai even tersebut disamping adanya Hari Raya Idul Fitri. 1 Berdasarkan Berita Resmi Statistik PDRB Triwulan III 2010, BPS Provinsi Sulawesi Tengah 7

20 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Pertumbuhan y-o-y (%) Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun ANALISIS PDRB DARI SISI PERMINTAAN Pada sisi permintaan, meski secara agregat perekonomian tumbuh 10,36%, hanya komponen konsumsi dan ekspor yang tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, sementara komponen lainnya mengalami pelambatan. Arus ekspor pada triwulan laporan mengalami penguatan dibandingkan tahun sebelumnya. Membaiknya harga komoditas ekspor unggulan (kakao) di pasar internasional yang didukung oleh adanya panen raya komoditas perkebunan yang lebih baik menjadi salah satu pendorong ekspor pada triwulan laporan. Produksi bahan galian C yang banyak ditujukan untuk memenuhi permintaan dari Kalimantan Timur pada triwulan laporan dilaporkan juga mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya maupun tahun lalu. Rincian Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%; y-o-y) Kontribusi Thd Tw II Tw III Tw II Tw III Pertumbuhan Tw III 10 1.Konsumsi RT 10, Kons. Lembaga Nirlaba 13, Konsumsi Pemerintah 9, Investasi 3, Ekspor 0, Impor 18, (0.53) Sumber : BPS Sulteng, diolah PDRB 6,

21 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,52% (y-o-y) atau sebesar 3,20% (q-t-q). Pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan dapat dikonfirmasi dari posisi kredit konsumsi pada bulan September 2010 yang tercatat tumbuh melambat sebesar 21,9% (y-o-y) dengan nilai Rp 4,72 trilyun. Beberapa indikator lain juga menunjukan adanya penguatan daya beli masyarakat sebagai faktor pendorong konsumsi rumah tangga. Jumlah pendaftaran kendaraan baru pada triwulan laporan meningkat dari triwulan sebelumnya demikian halnya dengan konsumsi BBM retail pada triwulan III 2010 yang mengalami peningkatan. Adanya faktor musiman (Hari Raya Idul Fitri) pada triwulan laporan menjadi salah satu penggerak utama peningkatan konsumsi. Meski tekanan inflasi lebih kuat dari triwulan sebelumnya, daya beli konsumen masih terjaganya cukup terjaga. miliar Persen Unit Persen Sumber : SEKDA Sulawesi Tengah Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Konsumsi Menurut Lokasi Proyek Di Sulawesi Tengah Kiloliter Sumber : Kantor Samsat Kota Palu Grafik 1.3. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu Meterkubik Sumber : Pertamina Region VIII, Sulteng Grafik 1.4. Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah Sumber : PDAM Kab. Donggala Grafik 1.5. Volume Pemakaian Air Masyarakat 9

22 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Jumlah pendaftaran kendaraan baru pada Kantor Samsat Kota Palu tercatat meningkat sebesar 31,3% (q-t-q) atau tumbuh 74,2% (y-o-y). Jumlah pendaftaran kendaraan baru pada triwulan laporan mencapai unit yang didominasi oleh jenis kendaraan roda dua yakni sebanyak unit, dan kendaraan roda empat unit. Adanya peningkatan penjualan kendaraan menjadi salah satu indikasi menguatnya konsumsi masyarakat. Konsumsi BBM retail selama triwulan III 2010 tumbuh melambat 11,61% (y-o-y) atau sebesar 1,33% (q-t-q). Konsumsi tertinggi terjadi pada BBM jenis premium yang mencapai 57,8%, diikuti solar dan minyak tanah. Secara umum peningkatan konsumsi BBM jenis premium dan solar berkaitan dengan meningkatnya jumlah pendaftaran kendaraan baru pada triwulan laporan. Sementara itu konsumsi air masyarakat selama triwulan laporan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 11,2% (y-o-y), atau sebesar 4,50% (q-t-q). Pada periode tersebut jumlah pelanggan tumbuh sebesar 4,2% (y-o-y) atau 703 sambungan baru. Nilai Tukar Petani (NTP) selama triwulan laporan cenderung melemah dari triwulan sebelumnya. Rata-rata NTP selama triwulan III 2010 tercatat 96,47 persen lebih rendah dari rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 97,27 persen. Secara umum penurunan NTP selama triwulan laporan disebabkan oleh peningkatan Indek Dibayar Petani yang lebih tinggi dibandingkan Indek Diterima Petani. Kenaikan harga jual komoditas pertanian cukup berpengaruh pada kenaikan indek diterima petani (pendapatan petani), namun tekanan inflasi yang cukup kuat selama triwulan laporan telah mendorong indek dibayar petani (pengeluaran petani) mengalami kenaikan yang lebih besar lagi. Kenaikan pengeluaran petani terjadi pada seluruh komponen pengeluaran rumah tangga. Adanya penurunan NTP pada sub sektor tanaman pangan perlu mendapat perhatian dari seluruh pihak mengingat kegiatan sub sektor tanaman pangan mencakup penyediaan bahan pangan pokok. Apabila sub sektor ini tidak menarik lagi petani akan terjadi peralihan fungsi lahan yang dapat mengancam produksi dan swasembada pangan. 10

23 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Persen perubahan % Persen Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.6. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber : Survei Konsumen KBI Palu Grafik 1.7. Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada periode Juli-September 2010, indeks keyakinan konsumen masih berada di atas 100, meski cenderung mengalami penurunan dari akhir triwulan sebelumnya. Hal ini menjadi indikator bahwa daya beli masyarakat masih terjaga yang diperkuat optimisme masyarakat bahwa tingkat penghasilan masyarakat yang dianggap masih lebih baik dibandingkan periode 6 bulan sebelumnya. meningkatnya persepsi masyarakat terhadap tingkat penghasilan saat ini didukung oleh meningkatnya pendapatan/gaji serta adanya peningkatan omzet penjualan. Konsumsi pemerintah pada triwulan III 2010 tumbuh melambat 4,85% (yo-y), atau sebesar 5,94% (q-t-q). Angka tersebut dapat dikonfirmasi dari angka realisasi belanja pemerintah propinsi Sulawesi Tengah. Tabel 1.2. Realisasi Belanja Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah Komponen Belanja Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Belanja Daerah 32.10% 44.80% 80.68% 2.83% 36.70% 61.42% Belanja Operasi 36.30% 52.60% 91.42% 2.51% 40.13% 65.18% Belanja Modal 15.80% 34.20% 69.02% 0.27% 24.28% 46.27% Belanja Tak Terduga 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Transfer Ke Kab/Kota 52.70% 13.80% 38.35% 12.06% 41.83% 74.65% Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sulawesi Tengah, data diolah. Tingkat realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan sudah cukup lebih baik dengan tingkat realisasi belanja mencapai 61,42% meski masih didominasi komponen belanja operasional (mencakup pos belanja pegawai, belanja barang, belanja bantuan sosial, dll). Tingkat realisasi belanja daerah yang lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu menjadi indikasi adanya perbaikan dalam hal pengelolaan belanja daerah. 11

24 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Investasi Laju investasi pada triwulan III 2010 tumbuh melambat 2,78% (y-o-y), atau 6,93% (q-t-q). Pertumbuhan investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh investasi swasta baik yang sifatnya baru maupun penggantian barang modal. Adanya peningkatan pertumbuhan tersebut dapat dikonfirmasi dari beberapa indikator antara lain pertumbuhan kredit investasi berdasarkan lokasi proyek, dan realisasi pengadaan semen. Kredit investasi berdasarkan lokasi proyek September 2010 tercatat sebesar Rp1,36 trilyun atau melambat 10,5% (y-o-y), dan masih didominasi oleh kredit investasi untuk wilayah Kabupaten Poso dan Kota Palu. Sementara itu, meski masih mengalami kontraksi sebesar 1,39% (y-o-y) volume realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah pada triwulan III 2010 mengalami penguatan ditandai dengan adanya pertumbuhan pengadaan semen sebesar dari triwulan sebelumnya sebesar 8,3% (q-t-q). Rp miliar (y.o.y) persen Ton persen Sumber : Buku SEKDA Sulawesi Tengah Grafik 1.8. Kredit Investasi Menurut Lokasi Proyek Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.9. Realisasi Pengadaan Semen Di Sulteng Impor luar negeri Sulawesi Tengah selama bulan Juli-September 2010 tercatat sebesar US$.1,35 juta. Angka tersebut turun sebesar 88,5% (y-o-y). Barang-barang impor pada triwulan laporan sebagian besar merupakan barang-barang jadi hasil olahan industri. 12

25 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Ekspor Aktivitas ekspor 2 Sulawesi Tengah pada triwulan III 2010 tumbuh 15,37% (y-o-y) atau sebesar 5,10% (q-t-q). Pada periode bulan Juli-September 2010 volume ekspor minyak nabati dari Sulawesi Tengah tercatat sebesar 12,54 ribu ton atau tumbuh sebesar 9,3% dari periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan juga didukung oleh membaiknya kinerja ekspor antar provinsi, sedangkan kinerja ekspor antar negara diperkirakan melambat. Komoditas ekspor antar provinsi yang mengalami peningkatan kinerja yaitu ekspor bahan galian C, dan hasil pertanian (kakao). Hasil panen kakao yang cukup bagus berkontribusi positif terhadap kenaikan ekspor selama triwulan laporan. Ditinjau dari negara pembeli, pangsa ekspor Sulawesi Tegah masih didominasi oleh pembeli dari negara di Asia khususnya Malaysia, dan China. Secara agregat volume ekspor non migas selama periode Juli September 2010 meningkat 4 kali lipat lebih dari ekspor pada triwulan III Ekspor ke China didominasi oleh bahan tambang, sementara ekspor ke Malaysia didominasi oleh komoditas kakao. Secara kuartalan volume ekspor luar negeri turun sebesar -1,5% (q-t-q). Secara akumulatif hingga triwulan III 2010 volume ekspor luar negeri dari Sulawesi Tengah tercatat sebesar 1,50 juta metrik ton yang didominasi oleh bahan mineral tambang, dengan nilai ekspor keseluruhan mencapai USD 285,24 juta. Ton Ton USD per ton Sumber : Web DSM Grafik Volume Ekspor Sulteng Menurut Negara Pembeli Sumber : ASKINDO, ICCO Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao dan Harga Kakao di Pasar Internasional 2 Pengertian ekspor dalam konteks PDRB mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi. 13

26 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Ton persen Ton persen Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulteng Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Volume Ekspor Minyak Nabati Sulteng Berdasarkan data ASKINDO Sulawesi Tengah, ekspor kakao selama triwulan III 2010 tercatat tumbuh sebesar 7,0% (y-o-y) menjadi ton, lebih tinggi dari triwulan III 2009 yang mencapai ton maupun triwulan sebelumnya yang mencapai ton. Pergeseran musim yang terjadi sepanjang tahun 2010 cukup berpengaruh terhadap pola produksi kakao dari biasanya. Sementara itu harga ratarata kakao di pasar internasional selama triwulan III 2010 cenderung mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya. Harga rata-rata harian kakao pada periode Juli- September 2010 tercatat sebesar US$3.059,7 per ton lebih rendah dari rata-rata triwulan sebelumnya sebesar US$3.210,2 per ton. Penurunan harga kakao tersebut didorong oleh meningkatnya ekspektasi para pedagang di pasar internasional akan adanya kenaikan produksi kakao dari negara-negara Afrika. Sementara itu kinerja ekspor hasil tambang pada triwulan laporan cukup menggembirakan. Volume ekspor hasil tambang pada bulan Juli-September 2010 mencapai 517,55 ribu ton, lebih rendah dari triwulan II 2010 yang berjumlah 542,33 ribu ton. Secara akumulatif volume ekspor tambang dari Januari-September 2010 berjumlah 1,48 juta ton, jauh lebih tinggi dari volume ekspor sepanjang Kondisi ini menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah memiliki potensi tambang yang cukup besar namun selama ini belum banyak dieksplorasi oleh investor. Hingga triwulan laporan devisa yang diperoleh dari eskpor bahan tambang Sulawesi Tengah mencapai USD 30,83 juta, meningkat hampir lima kali lipat dari nilai ekspor tambang tahun lalu. Kegiatan pengiriman barang keluar wilayah menggunakan kapal laut melalui pelabuhan Pantoloan selama triwulan III 2010 mengalami penurunan signifikan 14

27 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional dibandingkan triwulan sebelumnya. Meski jumlah kapal bertambah dari triwulan sebelumnya namun volume pengiriman barang mengalami penurunan. Sementara itu jumlah pengiriman barang keluar melalui Bandara Mutiara Palu pada triwulan laporan tercatat naik sebesar 54,53% (y-o-y) atau sebesar 16,36% (q-t-q). Ton/M3 persen Ton/ USD per ton Sumber : PT. Pelindo IV, Pantoloan Grafik Perkembangan Volume Muat Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu Grafik Jumlah Barang Yang Keluar Melalui Bandara Mutiara Palu Impor Impor Sulawesi Tengah pada triwulan III 2010 masih mengalami kontraksi sebesar -34,45% (y-o-y), meski secara kuartalan tumbuh 4,71% (q-t-q). Kontraksi pada triwulan laporan didorong oleh penurunan impor antar daerah. Volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan untuk perdagangan domestik pada triwulan laporan tumbuh melambat sebesar 1,9% (y-o-y). Sementara itu jumlah pengiriman barang menggunakan jasa angkutan udara naik sebesar 54,8% (y-o-y) atau 16,32% (q-t-q). Ton/M3 persen Ton Sumber : PT. Pelindo IV, Pantoloan Grafik Perkembangan Volume Bongkar Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu Grafik Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara Mutiara Palu 15

28 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 1.2. ANALISIS PDRB DARI SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran pertumbuhan pada triwulan laporan bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor angkutan & komunikasi. Pertumbuhan sektor pertanian terjadi seiring dengan musim panen yang berlangsung pada akhir triwulan laporan dan harga komoditas pertanian yang masih cukup menggembirakan. Sementara itu volume produksi bahan galian C selama triwulan laporan tercatat tumbuh 22,09% (y-o-y) atau sebesar 8,7% (q-t-q). Tabel 1.3. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Rincian Tw II Tw III Tw II Tw III 1.Pertanian 5.858, ,72 1, , Pertambangan&Penggalian 451,82 537, Industri Pengolahan 886,68 943, Listrik&Air Bersih 103,29 105, Bangunan 902,41 980, Perdag, Hotel&Restoran 1.771, , Angkutan&Komunikasi 975, , Keu, Sewa&Js.Perusahaan 624,21 691, Jasa-Jasa 2.109, , PDRB , ,02 3, , Sumber : BPS Sulteng, diolah Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) Rincian Kontribusi Thd Tw II Tw III Tw II Tw III Pertumbuhan 1.Pertanian , Pertambangan&Penggalian , Industri Pengolahan , Listrik&Air Bersih , Bangunan , Perdag, Hotel&Restoran , Angkutan&Komunikasi , Keu, Sewa&Js.Perusahaan , Jasa-Jasa , Sumber : BPS Sulteng, diolah PDRB

29 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Pertanian Pada triwulan III 2010, sektor pertanian melambat dan tumbuh sebesar 7,81% (y-o-y) atau 3,35% (q-t-q). Pelambatan terjadi seiring berakhirnya panen raya kakao di beberapa sentra pada tengah triwulan laporan. Berdasarkan Angka Ramalan III (ARAM III) BPS, produksi padi Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 diperkirakan mencapai ton GKG, naik sebesar ton (3,43 %) dibandingkan dengan produksi tahun 2009 yang mencapai ton GKG. Peningkatan produksi tahun 2010 diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan produktivitas sebesar 1,56 ku/ha, sementara untuk luas panen diperkirakan mengalami penurunan sebesar 59 ha (-0,03 %). Sementara itu berdasarkan produksi jagung Sulawesi Tengah diperkirakan naik sebesar 4,2% menjadi ton. Peningkatan tersebut disebabkan adanya peningkatan luas panen sebesar ha (3,57 %) dan produktivitas sebesar 0,22 ku/ha (0,62 %). Sementara itu berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah hingga bulan Agustus, luas panen padi sawah mencapai hektar dengan wilayah terluas berada di wilayah Kabupaten Donggala disusul Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Banggai. Dalam lima tahun terakhir luas panen padi di Sulawesi Tengah bertambah rata-rata sebesar 4,37% pertahun, sementara produksinya naik rata-rata sebesar 7,75% pertahun. Komoditas lain yang juga tercatat mengalami penambahan luas panen adalah jagung, kedelai, dan ubi kayu. Peningkatan luas panen tersebut berimbas pada kenaikan produksi komoditas pertanian tersebut. Potensi untuk meningkatkan produksi pertanian di Sulawesi Tengah masih cukup terbuka. Berdasarkan data luas lahan menurut penggunaan dari BPS, di provinsi Sulawesi Tengah terdapat lahan beririgasi yang belum dimanfaatkan hingga hektar. Wilayah kabupaten yang tercatat paling banyak memiliki lahan tidur adalah Morowali dan Banggai. Sementara luas lahan kering yang belum dimanfaatkan mencapai hektar dengan jumlah paling banyak berada di Kabupaten Banggai. Kondisi ini tentu saja menjadi salah satu faktor potensial untuk mendorong peningkatan produksi padi maupun palawija di Sulawesi Tengah, meskipun pada tahun lalu Sulteng mencatatkan surplus sebesar ton dan menjadi salah satu penyumbang produksi padi nasional. 17

30 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Produksi(Ton) y.o.y persen Hektar y.o.y luas Sumber : ARAM III 2010, BPS Sulteng Grafik Perkembangan Produksi Padi dan Jagung Di Sulteng Sumber : ARAM III 2010, BPS Sulteng Grafik Perkembangan Luas Panen Tanaman Padi dan Jagung Di Sulteng Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Sulawesi Tengah, pada tahun ini telah dicetak lahan sawah baru dengan luas lebih dari hektar yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten dengan biaya dari APBN maupun APBD. Pencetakan lahan baru dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan pangan di masa datang dan mengimbangi alih fungsi lahan. Kabupaten Morowali dan Buol merupakan daerah yang tercatat paling banyak mencetak sawah baru masing-masing seluas hektar. Di masa yang akan datang untuk menekan laju alih fungsi lahan, pemerintah akan memetakan daerah yang akan menjadi pusat produksi pangan nasional dan dimasukan dalam rancangan tata ruang wilayah nasional. Produktivitas padi di Sulawesi Tengah saat ini mencapai 4,5 ton per hektar, masih dibawah rata-rata nasional (6 ton/hektar). Faktor penyebabnya adalah terbatasnya tenaga penyuluh lapangan dan rendahnya kesadaran petani untuk menggunakan bibit unggul, melakukan pemupukan dan pengolahan. Pada tahun 2012, provinsi Sulawesi Tengah menargetkan menjadi 10 besar penghasil padi nasional. Harga komoditas utama pertanian seperti padi, cengkih, kakao dan hasil perikanan selama triwulan laporan cukup menggembirakan. Khusus untuk komoditas padi, tingginya harga beras di pasaran telah menyebabkan seretnya pengadaan beras oleh BULOG. Disisi lain volume ekspor komoditas perikanan pada selama Juli-September 2010 mengalami kontraksi sebesar -98,8% (y-o-y), sementara ekspor bahan nabati dan hewani lainnya tumbuh sebesar 58,5% (y-o-y). Ekspor komoditas kakao dan kopi yang merupakan komoditas unggulan Sulawesi Tengah 18

31 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional tumbuh sebesar 2,3% (y-o-y), dan ekspor komoditas minyak nabati tumbuh sebesar 9,3% (y-o-y). Dalam upaya untuk meningkatkan produksi kakao, sejak tahun lalu Askindo Sulawesi Tengah telah membangun pusat pengembangan bibit kakao di Palu melalui kerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember dan Universitas Tadulako. Hasil kerjasama yang telah dicapai yakni penyediaan lahan seluas 14 hektar dan penelitian 8 (delapan) klon bibit kakao yang disiapkan sesuai lahan dan cuaca di wilayah Indonesia Timur yang ditargetkan selesai pada tahun Data Askindo menyebutkan luas lahan kakao di Sulawesi Tengah sekitar 220 ribu hektar. Upaya lain yang sedang ditempuh oleh Askindo adalah mendorong para petani dan eksportir untuk memfasilitasi sertifikasi lahan kebun kakao. Langkah ini perlu dilakukan untuk merespons permintaan pasar, khususnya dari negara-negara Eropa akan produk yang ramah terhadap lingkungan. Melalui sertifikasi diharapkan volume produksi dan mutu produk yang dihasilkan oleh petani akan meningkat. Adapun syarat sertifikasi meliputi pembukaan lahan yang tidak merusak hutan, pemeliharaan tanaman, penggunaan pupuk dan pestisida, hingga ketahanan produksi. Vol. Ton y.o.y persen Vol. Ton y.o.y persen Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Sulteng Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Kakao dan Kopi Sulteng 19

32 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Volume (Ton) growth y.o.y Volume (Ton) growth y.o.y Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Minyak dan Lemak Nabati Sumber : web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Bahan Nabati dan Hewani Sulteng Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah, panen padi selama triwulan laporan sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Donggala, Parigi Moutong, dan Banggai. Kondisi ini cukup berpengaruh terhadap volume pengadaan beras, dan perkembangan stok beras pada BULOG Divre Sulawesi Tengah. Stok beras BULOG Divre Sulawesi Tengah pada akhir September 2010 tercatat sebesar ton, turun sebesar -4,54% dibandingkan stok pada akhir triwulan sebelumnya. Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga 3,37 bulan mendatang. Sementara itu selama triwulan III 2010 realisasi pengadaan beras BULOG Divre Sulteng mencapai ton. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan pengadaan pada triwulan sebelumnya maupun tahun lalu. Pada tahun 2010 Bulog Divre Sulteng ditargetkan dapat melakukan pengadaan beras sebanyak ton. Selain disebabkan oleh musim panen yang tidak terjadi secara bersamaan, penurunan realisasi pengadaan oleh BULOG Divre Sulteng pada tahun ini berkaitan dengan harga penjualan di pasar yang lebih tinggi dari HPP pemerintah. Ton Rp./Kg Stok (Ton) Perub. Stok Sumber : BULOG Divre Sulteng Grafik Realisasi Pengadaan Beras dan HPP Sumber : BULOG Divre Sulteng Grafik Perkembangan Stok Beras BULOG 20

33 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Idealnya adanya kenaikan harga beras di tingkat penggilingan padi bagi petani akan berdampak positif (memberikan insentif) bagi tingkat kesejahteraan petani dimana sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling banyak di Sulawesi Tengah. Namun kondisi di lapangan menunjukan hal yang berbeda karena pada saat bersamaan tingkat pengeluaran petani mengalami peningkatan. Akibatnya nilai tukar petani (NTP) di Sulawesi Tengah justru mengalami penurunan Sektor Jasa-Jasa Pada triwulan III 2010 sektor jasa tumbuh 14,67% (y-o-y), atau sebesar 5,90% (q-t-q). Berdasarkan data SEKDA, pada akhir September 2010 kredit sektor jasa tumbuh 30,89% (y-o-y) dan masih didominasi oleh kredit untuk jasa dunia usaha. Sementara itu jumlah dana pemerintah (pusat dan daerah) yang tersimpan di lembaga perbankan hingga bulan September 2010 berjumlah Rp1,31 trilyun. Jika dibandingkan posisi 1 tahun yang lalu terdapat kenaikan sebesar 3,6% (y-o-y) namun turun sebesar 3,82% dari akhir triwulan sebelumnya. Sektor jasa yang masih didominasi oleh jasa pemerintahan mengakibatkan realisasi belanja pemerintah akan berpengaruh terhadap kinerja sektor ini. Adanya penurunan dana pemerintah pada perbankan dari triwulan sebelumnya menunjukan adanya peningkatan realisasi belanja pemerintah selama triwulan laporan. Rp Miliar growth (%) Rp Miliar growth (%) Sumber : Buku SEKDA Sulteng Grafik Perkembangan Kredit Sektor Jasa Menurut Lokasi Proyek Di Sulteng Sumber : LBU Palu Grafik Perkembangan Dana Pemerintah Daerah Pada Perbankan 21

34 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pada triwulan III 2010 sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 14,72% (y-o-y), atau sebesar 6,04% (q-t-q). Relatif baiknya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 3 triwulan III 2010 sebesar 1,98%. Kinerja positif sektor ini menjadikannya sebagai sektor penyumbang terbesar ketiga terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan setelah sektor pertanian dan jasa. Beberapa indikator menunjukkan adanya peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan. Kinerja positif sub sektor perhotelan terjadi di tengah terjadinya penurunan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang maupun melati. Namun demikian penurunan tersebut lebih disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah kamar yang ditawarkan pihak hotel. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa jumlah tamu justru mengalami peningkatan. Rata-rata TPK hotel berbintang selama triwulan III 2010 mencapai 65,83 %, lebih rendah jika dibandingkan rata-rata triwulan II tahun 2010 yang mencapai 67,04% maupun rata-rata triwulan III 2009 sebesar 52,3%. Pada saat yang bersamaan jumlah tamu hotel sepanjang triwulan III 2010 mencapai orang yang didominasi oleh tamu domestik. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 82,9% (y-o-y) atau 12,88% (q-t-q). Faktor pendorong peningkatan jumlah tamu selama triwulan laporan adalah banyaknya penyelenggaraan acara pertemuan, festival, dan pameran serta penyelenggaraan Pilkada di beberapa kabupaten. Persen T. Domestik T. Asing Sumber : BPS Sulteng Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Sumber : BPS Sulteng Grafik Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang 3 Survei Kegiatan Dunia Usaha dilaksanakan oleh Bank Indonesia setiap triwulan dengan target responden para pelaku usaha di Sulawesi Tengah. 22

35 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Indikator lain yang menunjukkan adanya peningkatan kegiatan pada sektor perdagangan adalah peningkatan volume bongkar barang baik melalui pelabuhan laut maupun bandar udara. Adanya peningkatan volume bongkar menjadi salah satu penanda peningkatan kegiatan perdagangan. Volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 1,9% (y-o-y), sementara jumlah pengiriman barang masuk melalui angkutan udara tumbuh 54,8% (y-o-y) Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan III 2010 tumbuh 12,95% (y-o-y), atau sebesar 5,57% (q-t-q). Membaiknya kinerja sektor angkutan didorong oleh adanya Hari Raya Idul Fitri dan penyelenggaraan beberapa event berskala nasional di Sulawesi Tengah. Dari data yang diperoleh dari pengelola bandara Mutiara Palu, jumlah arus penumpang pesawat udara yang datang dan pergi melalui Bandara Mutiara selama triwulan III 2010 tercatat berjumlah penumpang. Jumlah tersebut meningkat sebesar 16,47% (q-t-q) atau sebesar 44,06% (y-o-y). Jumlah penumpang angkutan udara tertinggi tercatat pada bulan Juli 2010 dengan jumlah penumpang mencapai yang didorong oleh pergantian tahun ajaran baru dan penyelenggaraan beberapa even skala nasional pada bulan Juli diantaranya peringatan Harganas dan Festival Kemilau Sulawesi. Orang growth q-t-q Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu Grafik1.30. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu 23

36 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Seperti halnya penumpang yang menggunakan angkutan udara, jumlah penumpang kapal laut pada triwulan III 2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah penumpang kapal laut pada triwulan laporan mencapai penumpang, naik sebesar 94,98% (q-t-q) meski secara tahunan mengalami penurunan sebesar -28,08% (y-o-y), dan didominasi oleh kelompok penumpang yang turun. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan semakin kompetitifnya harga tiket yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan menjadikan minat masyarakat untuk menggunakan jasa angkutan kapal laut menjadi berkurang. Tabel 1.5. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan Pantoloan Penumpang Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Turun 12,831 12,947 19,137 19,170 13,186 11,370 23,036 11,835 9,402 9,393 17,190 Berangkat 15,173 13,691 27,034 22,732 16,291 8,992 21,232 8,944 8,693 6,935 14,647 Jumlah 28,004 26,638 46,171 41,902 29,477 20,362 44,268 20,779 18,095 16,328 31,837 Sumber : PT Pelindo IV, Cabang Pantoloan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III 2010 melambat 1,79% (y-o-y), atau sebesar 4,65% (q-t-q). Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian terjadi seiring meningkatnya realisasi produksi bahan galian C, dan ekspor bijih mineral tambang. Angka realisasi produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala selama triwulan III 2010 tumbuh sebesar 8,7% (q-t-q) dan secara tahunan tumbuh 22,09% (y-o-y). Produksi bahan galian C tertinggi dicapai pada bulan Agustus 2010, dengan volume mencapai kubik. Sementara itu kegiatan penambangan emas rakyat di wilayah Poboya masih terus berlangsung. Sebagai daerah yang kaya sumber mineral, di wilayah Sulawesi Tengah terdapat potensi bahan tambang seperti nikel, bijih besi, tembaga, emas, perak, dll yang tersebar di hampir tiap wilayah kabupaten memiliki potensi tambang. Namun potensi tambang tersebut belum digarap dengan baik. Ekspor tambang Sulawesi Tengah pada triwulan laporan mengalami tumbuh 10 kali lipat dari periode yang sama tahun lalu meski secara kuartalan turun sebesar -4,6 % (q-t-q). Ekspor hasil tambang Sulawesi Tengah lebih banyak dikirim ke negara China seiring meningkatnya aktivitas perekonomian di negara tersebut. 24

37 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Meter Kubik growth (%) Ton growth (%) Sumber : Distamben Kab. Donggala Grafik Produksi Bahan Galian Golongan C Sumber : web dsm Grafik Ekspor Mineral Tambang Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan III 2010, sektor industri pengolahan mengalami pelambatan sebesar 9,04% (y-o-y) atau 3,57% (q-t-q). Pelambatan tersebut dapat dikonfirmasi dari angka pertumbuhan kredit sektor industri, dan konsumsi BBM untuk industri pada triwulan laporan. Berdasarkan data akhir September 2010 kredit sektor industri tumbuh melambat sebesar 13,6% (y-o-y) dengan nilai sebesar Rp206,9 miliar. Ton growth (%) RpMiliar growth y-o-y (%) Sumber : Web DSM BI Grafik Volume Ekspor Produk Manufaktur Sulteng Sumber Buku SEKDA Sulteng Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Sulteng Sementara itu volume ekspor produk manufaktur pada periode Juli September 2010 tercatat sebesar 29,47 metrik ton atau mengalami penurunan hingga 31% dari triwuan III Meski mengalami penurunan volume ekspor barang industri, konsumsi bahan bakar industri mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya. 25

38 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Solar Premium, M.Tanah Sumber : Pertamina Region VII, Wilayah Sulteng Grafik Realisasi Penyaluran BBM Industri Di Wilayah Sulteng Konsumsi BBM untuk sektor industri selama triwulan III 2010 tumbuh sebesar 7,52% (y-o-y) atau sebesar 7,52% (q-t-q). Secara keseluruhan konsumsi BBM Industri mencapai kiloliter. BBM jenis solar yang tercatat paling banyak digunakan oleh kalangan industri dengan pangsa sebesar 97,8%. Peningkatan konsumsi BBM Industri menunjukan sektor industri pada triwulan laporan mengalami peningkatan termasuk peningkatan konsumsi HSD untuk memasok kebutuhan pembangkit listrik Sektor Bangunan Pada triwulan III 2010 sektor bangunan tumbuh 8,16% (y-o-y), atau sebesar 5,14% (q-t-q). Realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah pada triwulan III 2010 mencapai ton atau turun sebesar -1,39% (y-o-y). Namun demikian jumlah tersebut meningkat sebesar 8,30 % dari triwulan sebelumnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa beberapa pekerjaan pembangunan fisik mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Realisasi belanja pemerintah yang meningkat juga turut mendorong aktivitas sektor ini pada triwulan laporan. Berdasarkan data pada akhir September 2010, jumlah penyaluran KPR oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp879,62 milyar, meningkat 152,2% (y-o-y) atau 66,7% dalam satu triwulan terakhir. Persaingan tingkat suku bunga KPR antar bank yang kompetitif merupakan salah satu faktor pendorong penyaluran KPR. 26

39 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Ton RpMiliar growth (%) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulteng Sumber : LBU KBI Palu Grafik Perkembangan KPR Di Sulteng Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada triwulan III 2010 tumbuh sebesar 8,28% (y-o-y) atau 4,13% (q-t-q). Kondisi ini didukung oleh sistem kelistrikan Palu pada triwulan laporan sudah terbebas dari pemadaman bergilir seiring dengan adanya tambahan pasokan dari pembangkit diesel yang disewa oleh PLN. Konsumsi listrik masyarakat di Kota Palu pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,4% (y-o-y), atau sebesar 13,9% (q-t-q). Secara umum kondisi kelistrikan di Sulawesi Tengah membaik setelah adanya tambahan Pembangkit Litrik Tenaga Diesel di Kabupaten Buol, Poso dan Kota Palu. Bahkan untuk sistem Palu, saat ini mengalami surplus daya karena produksi yang dihasilkan dari pembangkit yang ada di sistem Palu mencapai 76 MW. Dengan adanya surplus daya tersebut, PLN Cabang Palu siap melayani penyambungan baru. KwH growth (%) Meter Kubik growth (%) Sumber : PT PLN Cabang Palu Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu Sumber PDAM Donggala Grafik Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala 27

40 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Berdasarkan data dari PDAM Kabupaten Donggala, jumlah pemakaian air pada triwulan III 2010 tumbuh sebesar 11,2% dari periode yang sama tahun lalu. Peningkatan tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat 8,8%. Dengan memperhatikan hasil sementara Sensus Penduduk 2010 yang menyebutkan bahwa jumlah rumah tangga di Kota Palu dan Kabupaten Donggala yang menggunakan sumber air minum utama dari saluran ledeng baru sebesar 13,6% dan 10,5%, peluang untuk melakukan ekspansi pasar bagi PDAM masih cukup terbuka Sektor keuangan, persewaan dan jasa Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III 2010 tumbuh melambat sebesar 14,04% (y-o-y) atau sebesar 3,61% (q-t-q). Nilai tambah bruto (NTB) bank umum pada akhir triwulan III 2010 tumbuh 38,25% (y-o-y). Peningkatan NTB tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan kredit yang mencapai 18,02% (y-o-y). Kondisi tersebut didukung masih cukup lebarnya spread suku bunga dan kualitas kredit yang baik dengan NPL nett < 5 %. Rp Miliar growth (%) Sumber : Buku SEKDA Prov. Sulteng Grafik Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Bank Umum Di Sulteng 28

41 BOKS 1. EVALUASI PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN PROPINSI SULTENG TAHUN 2010 Kebijaksanaan pembangunan tanaman pangan diarahkan untuk meningkatkan produksi dalam rangka ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis. Saat ini produktivitas padi di Sulteng rata-rata 4,5 ton per Ha, masih dibawah nasional yang mencapai 6 ton per Ha. Bila dibandingkan antara data ARAM III dengan ATAP tahun 2010, produktivitas pertanian seluruh tanaman pangan di Sulawesi Tengah menunjukkan adanya pertumbuhan positif kecuali tanaman kedelai. Namun bila dibandingkan dengan sasaran tahun 2010, produktivitas seluruh tanaman pangan (kecuali ubi kayu) masih berada di bawah target. Hal ini menunjukkan masih besarnya potensi produktivitas yang masih bisa ditingkatkan. Tenaga penyuluh lapangan yang terbatas dan rendahnya kesadaran petani menggunakan bibit unggul, pemupukan, dan pengolahan menjadi faktor utama tidak tercapainya sasaran produktivitas tahun 2010 dan berada di bawah standar nasional. Meski masih di bawah standar nasional, produksi padi Sulteng berada di peringkat 10 secara nasional. Tabel. Produktivitas Tanaman Pangan di Propinsi Sulteng (Ku/Ha) No. Komoditas ARAM III ATAP Sasaran Perbandingan (%) Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2010 (3) thd (4) (3) thd (5) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi * Padi Sawah * Padi Ladang Jagung Kedelai Kc. Tanah Kc. Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sumber: Dinas Pertanian Prop. Sulteng Khusus untuk luas lahan tanaman pangan, data ARAM III 2010 menunjukkan belum ada perbaikan yang signifikan. Bahkan bila dibandingkan dengan sasaran tahun 2010, luas lahan seluruh tanaman pangan berada di bawah target. Hal ini menunjukkan belum seluruh potensi lahan pertanian dimanfaatkan secara optimal. Terkait dengan hal ini Pemda Sulteng terus berupaya untuk mencetak sawah-sawah baru. Kepala Dinas Pertanian mengungkapkan bahwa program cetak sawah baru akan menggunakan kombinasi dana APBN dan APBD. Sekitar 1.500

42 Ha yang memakai APBN tersebar di beberapa kabupaten yakni Buol, Tolitoli, Morowali, Banggai dan Donggala. Pemkab Buol dan Morowali merupakan daerah yang paling banyak mencetak sawah baru seluas masing-masing Ha. Total target pencetakan sawah baru pada tahun 2010 mencapai Ha. Saat ini pihak Dinas Pertanian tengah memetakan daerah yang akan dijadikan konsentrasi pangan nasional dan selanjutnya dimasukkan dalam rancangan tata ruang wilayah nasional dan ditetapkan menjadi undang-undang. Tabel. Luas Lahan Tanaman Pangan di Propinsi Sulteng (Ha) No. Komoditas ARAM III ATAP Sasaran Perbandingan (%) Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2010 (3) thd (4) (3) thd (5) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 211, , , * Padi Sawah 202, , , * Padi Ladang 8,530 9,355 11, Jagung 47,898 46,245 49, Kedelai 3,518 3,618 6, Kc. Tanah 5,208 6,207 9, Kc. Hijau 1,377 1,250 1, Ubi Kayu 4,034 4,422 5, Ubi Jalar 2,645 2,815 3, Sumber: Dinas Pertanian Prop. Sulteng Kombinasi data produktivitas dan luas lahan akan menghasilkan data produksi pertanian.perbandingan ARAM III tahun 2010 dengan ATAP 2009 menunjukkan produksi beberapa tanaman pangan seperti padi, jagung dan kacang hijau mengalami pertumbuhan tahunan (yoy) yang positif. Akan tetapi bila dibandingkan dengan sasaran tahun 2010, tingkat produksi (ARAM III 2010) seluruh tanaman pangan ternyata masih berada di bawah target. Hal ini menunjukkan masih besarnya potensi perbaikan yang dapat dilakukan untuk mencapai target produksi ke depan. Tabel. Produksi Tanaman Pangan di Propinsi Sulteng (ton) No. Komoditas ARAM III ATAP Sasaran Perbandingan (%) Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2010 (3) thd (4) (3) thd (5) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 986, ,397 1,084, * Padi Sawah 962, ,791 1,050, * Padi Ladang 23,934 23,606 33, Jagung 171, , , Kedelai 4,555 4,721 9, Kc. Tanah 8,883 10,224 16, Kc. Hijau 1,131 1,014 1, Ubi Kayu 76,737 82,294 98, Ubi Jalar 28,349 29,821 35, Sumber: Dinas Pertanian Prop. Sulteng

43 Berkaitan dengan masih besarnya potensi produktivitas, luas lahan dan produksi seluruh tanaman pangan di Sulawesi Tengah ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai fokus perbaikan ke depan diantaranya yaitu: 1) Melakukan pembukaan lahan-lahan pertanian baru mengingat masih banyaknya lahan tidur di provinsi Sulteng. Data series 4 tahun terakhir menunjukkan luas pertumbuhan tahunan lahan pertanian mengalami tren penurunan. Kondisi ini tentu perlu mendapat perhatian khusus baik dari kalangan Pemda maupun para petani. Persen (yoy) 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% -10,00% -20,00% -30,00% -40,00% * Sumber : Dinas Pertanian Prop. Sulteng Grafik Pertumbuhan Luas Lahan Seluruh Tanaman Pangan di Propinsi Sulteng PADI JAGUNG KEDELAI KACANG TANAH KACANG HIJAU UBI KAYU UBI JALAR 2) Fokus pembinaan melalui penerapan Pola Sekolah Lapangan (SL) untuk peningkatan produktivitas komoditas padi dan jagung di wilayah tertentu. Dengan sistem ini diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan untuk pembinaan komoditas tersebut. 3) Pembinaan umum terhadap areal pertanaman yang ada melalui kegiatan gerakan, dem plot/dem area, penyuluhan dengan materi optimalisasi penerapan teknologi, pengendalian OPT, banjir & kekeringan, penguatan kelembagaan kelompok tani serta penyediaan subsidi pupuk dan benih. 4) Perlunya kerjasama dan koordinasi yang sinergis antara berbagai lembaga seperti Badan Litbang, Balai Proteksi Tanaman Pangan & Holtikultura (BPTPH), Lembaga Penyuluhan serta Balai Pengawasan dan Sertifikat Benih (BPSB) dalam melakukan monitoring dan evaluasi kinerja tanaman pangan di propinsi Sulteng.

44 Bab 2. Perkembangan Inflasi BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Palu Tren peningkatan inflasi yang terjadi pada triwulan I dan II 2010 ternyata berlanjut hingga triwulan III Inflasi Kota Palu pada triwulan III 2010 tercatat sebesar 6,92% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada triwulan II 2010 sebesar 5,31% (yoy). Disamping itu, pada triwulan laporan, inflasi Kota Palu juga berada di atas inflasi nasional (5,80%) dan sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi wilayah Sulampua (6,91%). Persen 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 - Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Sumber : BPS Kota Palu Nasional Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Tabel 2.1. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Berbagai Propinsi di Sulampua Daerah Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Sulampua 7,94% 12,73% 14,45% 12,10% 10,29% 4,12% 2,10% 3,67% 3,31% 4,80% 6,91% Irjabar 9,06% 24,27% 31,48% 19,75% 21,25% 7,93% 1,24% 3,59% 3,23% 4,57% 8,65% Papua 7,84% 12,31% 14,76% 12,55% 8,26% 2,77% 1,44% 1,92% 3,31% 4,75% 4,56% Malut 10,69% 12,25% 16,63% 11,25% 7,64% 4,34% 1,36% 3,88% 4,43% 3,40% 4,69% Maluku 5,09% 11,97% 14,87% 9,34% 8,84% -0,21% -3,29% 6,48% 7,08% 10,04% 13,15% Sulbar 11,44% 16,44% 17,69% 11,66% 9,64% 5,24% 0,85% 1,78% 3,00% 3,56% 3,69% Sulsel 8,13% 11,92% 12,29% 12,40% 9,01% 3,80% 2,70% 3,39% 3,46% 5,00% 6,58% Sulteng 6,83% 10,20% 14,33% 10,40% 11,07% 5,83% 4,16% 5,73% 3,21% 5,31% 6,92% Sulut 9,03% 13,18% 13,15% 9,71% 8,85% 2,25% -0,01% 2,31% 1,84% 4,21% 7,38% Gorontalo 6,90% 9,73% 12,26% 9,20% 10,54% 7,22% 3,97% 4,35% 3,59% 2,73% 7,60% Sumber : BPS 29

45 Bab 2. Perkembangan Inflasi Tingginya inflasi pada triwulan III 2010 disebabkan karena adanya tekanan baik pada sisi permintaan maupun penawaran. Di sisi penawaran, tingginya curah hujan pada periode triwulan III 2010 mengakibatkan terganggunya ketersediaan pasokan akibat tidak optimalnya panen beberapa komoditas seperti sayur-sayuran, bumbu-bumbuan dan ikan. Disamping itu terjadinya longsor dan jalan yang rusak di beberapa daerah penyangga kota Palu juga mengakibatkan tekanan harga semakin meningkat pada triwulan laporan. Adanya kenaikan listrik yang mulai efektif per 1 Juli 2010 juga berkontribusi pada tingginya inflasi pada triwulan laporan. Hal ini terlihat dari tingginya lonjakan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada bulan Agustus bila dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya. Sementara itu disisi permintaan adanya momen Lebaran memicu peningkatan permintaan masyarakat akan berbagai macam barang dan jasa khususnya pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dan kelompok sandang. 2.2 Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kota Palu Seiring dengan peningkatan inflasi tahunan, inflasi triwulanan (q-t-q) pada triwulan III 2010 juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada triwulan laporan, Kota Palu mengalami inflasi sebesar 4,93% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 1,66% (q-t-q). Persen Persen 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 - (1,00) Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw Palu Nasional Transpor (0,26) 2,56 Pendidikan 0,24 0,05 Kesehatan 1,10 Sandang 1,53 0,69 Perumahan 0,07 Makanan Jadi 0,35 Bahan Makanan Umum (2,00) - 1,66 2,00 3,78 4,00 Sep-10 6,02 6,13 4,93 6,00 Jun-10 7,51 8,00 7,93 Sumber : BPS Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Sumber : BPS Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kota Palu per Kelompok Pengeluaran 30

46 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sebagian besar kelompok pengeluaran memberikan sumbangan inflasi pada triwulan III 2010 dengan sumbangan terbesar bersumber dari kelompok bahan makanan. Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan III 2010 mengalami inflasi sebesar 7,51% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 6,13% (q-t-q). Hampir seluruh subkelompok pengeluaran memberikan tekanan pada kelompok bahan makanan kecuali sub kelompok ikan di awetkan, kacang-kacangan dan buah-buahan. Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Jul Aug Sept Tw III MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 7,96 2,80 1,40 0,99 2,21 0,35 0,36 1,39 1,98 3,78 Makanan Jadi 8,33 2,06 0,69 1,54 3,05 1,28 0,13 1,68 3,25 5,13 Minuman yang Tidak Beralkohol 6,34 4,52 5,72 0,47 2,27 (2,28) 1,64 2,18 0,14 4,00 Tembakau dan Minuman Beralkohol 8,25 3,43-0, Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 **) m-t-m (%) Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 3,78% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2010 sebesar 0,35% (q-t-q). Inflasi yang cukup tinggi pada kelompok ini disumbang oleh kenaikan harga pada subkelompok makanan jadi dan minuman tidak beralkohol. 31

47 Bab 2. Perkembangan Inflasi Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Jul Aug Sept Tw III PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 1,93 (0,24) 1,05 0,52 0,53 0,07 0,81 4,06 1,06 6,02 Biaya Tempat Tinggal 3,46 (0,61) 0,67 0,60 0,64 (0,78) 1,10 0,35 0,67 2,14 Bahan Bakar, Penerangan dan Air (1,62) - 0,82 0,69 1,07 2,13-17,73 0,71 18,56 Perlengkapan Rumahtangga 0,14 0,61 4,47 0,13 (0,50) 0,69 0,61 0,36 0,81 1,79 Penyelenggaraan Rumahtangga 2,21 0,80 0,68 0,05 (0,30) 0,22 1,06 0,03 4,57 5,72 Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 **) m-t-m (%) Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 6,02% (q-t-q) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,07% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini dominan didorong oleh peningkatan harga pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air. Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Sandang Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Jul Aug Sept Tw III SANDANG 2,69 (0,12) 2,06 2,52 0,09 0,69 0,67 0,74 0,11 1,53 Sandang Laki-laki (1,28) 0,48 2,87 0,81 (0,12) 0,03 0,53 0,71 (0,51) 0,72 Sandang Wanita 0,58 1,94 2,77 0,62 (0,16) - 0,29 0,90 0,59 1,79 Sandang Anak-anak 1,13 0,27 3,38 (0,02) 0,14-2,82 1,00 0,14 3,99 Barang Pribadi dan Sandang Lain 15,13 (4,75) (1,82) 11,61 0,72 3,50 (0,64) 0,30 0,15 (0,19) Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 **) m-t-m (%) Kelompok sandang pada triwulan III 2010 mengalami inflasi sebesar 1,53% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami mengalami inflasi sebesar 0,69% (q-t-q). Hampir seluruh kelompok pengeluaran memberikan tekanan pada kelompok sandang kecuali subkelompok barang pribadi dan sandang lain. Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Kesehatan Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Jul Aug Sept Tw III KESEHATAN 1,33 0,47 0,40 0,03 (0,72) 1, ,05 0,05 Jasa Kesehatan , ,01 0,21 0,21 Obat-obatan 0,53 0,68 1,68 0,10 (3,28) 4, Jasa Perawatan Jasmani 1, , Perawatan Jasmani dan Kosmetika 2,54 0,71 0,13 0,03 (0,34) 0, Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 **) m-t-m (%) 32

48 Bab 2. Perkembangan Inflasi Pada triwulan III 2010, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,05% (q-t-q), atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 1,10% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini hanya didorong oleh peningkatan harga pada subkelompok jasa kesehatan. Kelompok/Subkelompok Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III 2010 mengalami inflasi sebesar 7,93% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terjadi inflasi sebesar 0,24% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh adanya peningkatan harga pada subkelompok jasa pendidikan, perlengkapan/peralatan pendidikan dan olah raga. 2009* 2010* Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Jul Aug Sept Tw III PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 0,03 (0,25) 2,98 (0,08) (0,13) 0,24 6,57 1,86 (0,57) 7,93 Jasa Pendidikan - - 4, ,60 3,15-12,02 Kursus-kursus/Pelatihan - - 1,04-1, Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 2,18 0,71 - (0,44) 0,03-10, ,60 Rekreasi (1,71) (1,52) 1,19 0,10 (0,74) 1,10 0,07 - (2,71) (2,64) Olahraga 5,00-0,49 (1,42) - 0,01 0, ,88 Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 **) m-t-m (%) Tabel 2.8 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Jul Aug Sept Tw III TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN (4,26) 0,19 1,32 0,18 (0,27) (0,26) 2,01 (0,16) 0,70 2,56 Transpor (5,23) 0,03 1,69 0,07 (0,19) 0,35 1,18 (0,33) 0,99 1,85 Komunikasi dan Pengiriman (3,30) - 0,06 - (1,06) (2,94) Sarana dan Penunjang Transpor 0,53 1,98 1,31 1,50 0,64 0,65 12,61 0,75-13,45 Jasa Keuangan - - 0, Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 **) m-t-m (%) Pada triwulan III 2010, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 2,56% (q-t-q),sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,26% (q-t-q). Inflasi triwulanan didorong oleh peningkatan harga pada subkelompok transpor dan subkelompok sarana dan penunjang transpor. 33

49 Bab 2. Perkembangan Inflasi 2.3. Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Palu Pada bulan September 2010 kota Palu tercatat inflasi sebesar 0,94% (m-t-m) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang juga tercatat inflasi sebesar 0,83%. Persen 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 - (0,50) (1,00) (1,50) Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Sumber : BPS Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Palu Bila dilihat per komoditas penyumbang inflasi bulanan, subkelompok bahan makanan memberikan kontribusi yang sangat besar pada pembentukan inflasi dan deflasi di kota Palu. Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kelompok Tabel 2.9 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi di Triwulan III 2010 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi di Triwulan III 2010 Juli Agustus September bawang putih, cabe rawit, bawang merah, beras, ikan mujair, daging ayam ras, cabe merah, telur ayam ras ayam goreng dan gula pasir kontrak rumah, sewa rumah, upah pembantu RT kaos kaki anak, sepatu, seragam sekolah pria beras, cabe rawit, tomat buah, kangkung,, cabe merah,, ikan katamba, daging ayam ras makanan ringan/snack, roti manis, gula pasir, sate, minuman ringan tarip listrik, batako, semen, papan, kursi kemeja, pendek, gaun, kaos oblong, emas perhiasan ikan cakalang, cabe rawit, ikan selar, ikan mujair, ikan lajang, ikan bandeng, kangkung, ikan ekor kuning biskuit, donat, ikan bakar, martabak, wafer, gula pasir upah pembantu RT, tukang bukan mandor gaun, emas perhiasan, baju muslim, baju muslim Kesehatan - check up tarip dokter gigi Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan biaya SLTA, Akademi/Perguruan Tinggi, SLTP, buku tulis bergaris jasa perpanjangan STNK, dan angkutan udara Akademi/Perguruan Tinggi, SLTP, Sekolah Dasar, SLTA bensin dan angkutan udara - kendaraan carter, mobil, dan tarip sewa motor 34

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi Tabel 2.10 Komoditas Utama Penyumbang Deflasi di Triwulan III 2010 Komoditas Utama Penyumbang Deflasi di Triwulan III 2010 Kelompok Juli Agustus September Bahan Makanan tepung terigu, kacang tanah, ikan ekor kuning, ikan selar, ikan bandeng, ikan cakalang susu kental manis, ikan dalam kaleng, sawi hijau, apel, tomat sayur, ikan ekor kuning, bawang merah, ikan selar susu untuk tulang/manula, kacang tanah, ikan kembung, cabe merah, bawang merah, dan beras. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar - sirop - magic com dan semen kayu lapis dan seng Sandang emas perhiasan - air conditioner (AC), kulkas/lemari es, paku, dan semen kerundung/jilbab, sepatu, dan sarung katun Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan laptop/notebook - bensin perbaikan ringan kendaraan dan biaya pengiriman barang televisi berwarna dan VCD / DVD player - Grafik 2.5. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Di Pasar Internasional 2.4. Event Analysis Persen Sumber : BPS, diolah Grafik 2.6. Event Analysis Berdasarkan faktor musiman, tingkat inflasi Kota Palu cenderung meningkat di triwulan III. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya Hari Raya Idul Fitri, mulai direalisasikannya proyek Pemda yang berdampak pada meningkatnya jumlah uang beredar, serta curah hujan yang cukup tinggi yang menyebabkan panen raya menjadi tidak optimal. Adanya kebijakan pemerintah yang menaikkan TDL di bulan Juli 2010 ikut berkontribusi pada tingginya inflasi di triwulan III Pada akhir tahun 2010, inflasi Kota Palu diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III

51 Bab 3. Perkembangan Perbankan BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1. Perkembangan Moneter Sepanjang triwulan III 2010 nilai tukar rupiah terus menguat seiring dengan kinerja transaksi berjalan yang masih mencatat surplus cukup besar dan derasnya arus modal asing yang masuk serta faktor risiko yang masih terjaga. Penguatan rupiah ini didukung oleh sentimen global yang positif serta faktor fundamental domestik yang semakin kokoh. Persen Rupiah Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Kurs Rp/USD BI Rate r tabungan perbankan Sulteng r deposito 1 bln perbankan Sulteng r kredit perbankan Sulteng Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.1. Perkembangan Kurs dan Tingkat Suku Bunga Seiring dengan mulai meningkatnya tekanan inflasi di tingkat nasional, dalam kurun waktu 3 bulan terakhir Bank Indonesia mempertahankan BI rate pada level 6,50%. Suku bunga penjaminan LPS untuk deposito rupiah pada bank umum masih dipertahankan pada level 7,00%. Suku bunga perbankan propinsi Sulawesi Tengah terutama pada suku bunga kredit pada triwulan laporan cenderung turun mengikuti pergerakan suku bunga deposito dan tabungan. Pada akhir triwulan III 2010, suku bunga tabungan dan deposito pada perbankan di Sulawesi Tengah berada pada level 2,35%, dan 6,08%, sementara suku bunga kredit sebesar 14,51%. 36

52 Bab 3. Perkembangan Perbankan 3.2. Jumlah Jaringan Kantor Bank Jaringan kantor bank pada triwulan III 2010 tidak mengalami penambahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Saat ini kantor bank di Sulawesi Tengah berjumlah 177 kantor, yang tersebar di 10 wilayah kabupaten dan kota. Dari sisi kelembagaan, jumlah bank umum masih mendominasi perbankan di Sulawesi Tengah. Peta penyebaran jaringan kantor bank umum di wilayah Sulawesi Tengah masih terpusat di wilayah Palu. Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.2. Perkembangan Jumlah Jaringan Kantor Bank Menurut Kabupaten/Kota Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Menurut Kelompok Bank 2010 Keterangan Jan Mar Jun Jul Agust Sep Jumlah Bank Bank Umum Konvensional Bank Umum Syariah BPR Jumlah Kantor Bank Umum Konvensional Bank Umum Syariah BPR

53 Bab 3. Perkembangan Perbankan 3.3. Kinerja Perbankan Sulawesi Tengah Aset Perbankan Secara industri, jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan September 2010 mengalami peningkatan sebesar 24,93% dibandingkan periode yang sama tahun Dilihat dari kelompok bank, aset perbankan swasta mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan kelompok bank pemerintah dan BPR, yakni sebesar 48,31%. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari adanya penambahan jumlah kantor bank swasta dalam setahun terakhir. Rp miliar persen persen % 100% 90% Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept 25% 20% 15% 10% 5% 0% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept B P R Bank Umum Swasta Bank Umum Pemerintah Industri Perbankan Pertumbuhan (y-o-y) B P R Bank Umum Swasta Bank Umum Pemerintah Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.3 Perkembangan Jumlah Aset Perbankan Menurut Kelompok Bank Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.4. Pangsa Aset Perbankan Menurut Kelompok Bank Penghimpunan Dana Berdasarkan kelompok bank, bank umum pemerintah mampu menyerap 80,54% dana masyarakat, sementara sisanya diserap oleh bank umum swasta dan BPR dengan pangsa penghimpunan dana masing-masing sebesar 17,83% dan 1,62%. Berdasarkan angka pertumbuhan DPK pada triwulan III 2010, jumlah DPK pada bank pemerintah mengalami percepatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 15,94% (y-o-y). Sementara DPK pada bank umum swasta dan BPR justru mengalami perlambatan dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 26,71% (y-o-y) dan 7,02% (y-o-y). 38

54 Rp Miliar Bab 3. Perkembangan Perbankan Rp miliar persen persen Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Bank Umum Pemerintah B P R Bank Umum Swasta Pertumbuhan (y-o-y) B P R Bank Umum Swasta Bank Umum Pemerintah Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.5. Jumlah DPK Menurut Kelompok Bank Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.6. Pangsa DPK Menurut Kelompok Bank Rp miliar persen persen Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept ,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 - (0,10) (0,20) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Giro Deposito Tabungan Giro (yoy) Deposito (yoy) Tabungan (yoy) Tabungan Deposito Giro Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.7. Jumlah DPK Menurut Jenis Simpanan Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.8. Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Berdasarkan jenis simpanan, struktur DPK masih didominasi oleh tabungan dengan pangsa 57,17%, diikuti giro dengan pangsa 23,17% dan deposito dengan pangsa sebesar 23,19%. Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, jenis simpanan giro, deposito dan tabungan mengalami percepatan dengan pertumbuhan tahunan (yoy) pada periode laporan masing-masing sebesar 9,95%, 6,42% dan 26,48%. Berdasarkan golongan pemilik, struktur DPK pada bank umum masih didominasi oleh golongan perorangan dengan pangsa sebesar 75,37%, diikuti oleh golongan pemerintah daerah sebesar 16,90%. 39

55 Bab 3. Perkembangan Perbankan Penyaluran Kredit Kredit Menurut Jenis Kelompok Bank Seperti halnya dalam hal penghimpunan dana, kegiatan penyaluran kredit juga didominasi oleh kelompok bank pemerintah dengan pangsa sebesar 84,50%, sementara bank umum swasta memiliki pangsa sebesar 18,28% dan BPR 2,52%. Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan mengalami percepatan dengan pertumbuhan sebesar 22,91% (y-o-y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21,47% (y-o-y). Berdasarkan kelompok bank, bank swasta mengalami percepatan dibandingkan triwulan III 2009 dengan pertumbuhan sebesar 64,89% (y-o-y), sementara kredit bank pemerintah dan kredit BPR justru mengalami perlambatan dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 17,10% (y-o-y) dan 3,76% (yo-y). Rp miliar persen persen Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept BPR Bank Swasta Bank Pemerintah Pert. B. Pemerintah (yoy) Pert B. Swasta (yoy) Pert. BPR (yoy) BPR Bank Swasta Bank Pemerintah Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.9. Jumlah Kredit Menurut Kelompok Bank Grafik Pangsa Kredit Menurut Kelompok Bank Kredit Menurut Jenis Penggunaan Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh kredit untuk kegiatan konsumsi. Hingga September 2010, jumlah kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 4,20 triliun dengan pangsa mencapai 48,93% dari total kredit. Jumlah kredit ini meningkat dibandingkan kredit pada triwulan sebelumnya sebesar Rp 4,03 triliun (pangsa 49,47%). Sementara posisi kredit modal kerja pada triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp 3,77 triliun atau 44,05% dari total kredit dan kredit 40

56 Bab 3. Perkembangan Perbankan investasi berjumlah Rp 602,38 miliar (7,02%). Dengan komposisi ini pangsa kredit produktif (modal kerja dan investasi) pada triwulan III 2010 menjadi 51,07%, meningkat dibandingkan porsi pada triwulan II 2010 yaitu sebesar 50,53%. Kredit modal kerja yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah mengalami percepatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 26,23% (y-o-y), sementara kredit investasi dan konsumsi justru mengalami perlambatan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 13,77% (y-o-y). Rp miliar persen persen Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 28,87% (y-o-y) dan Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Konsumsi Investasi Modal Kerja y-o-y KMK y-o-y K.Inv y-o-y K.Kons Konsumsi Investasi Modal Kerja Grafik Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan Kualitas Kredit Secara umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih baik. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPL Gross yang berada dibawah batas toleransi sebesar 5%. Akan tetapi jumlah kredit perbankan Sulawesi Tengah dengan kolektibilitas 3,4,5 pada triwulan III 2010 menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Seiring dengan semakin besarnya kredit NPL Gross pada triwulan laporan, nilai PPAP yang harus dicadangkan baik oleh BU maupun BPR juga mengalami peningkatan. Pada triwulan III 2010 tingkat NPL Gross perbankan di Sulawesi Tengah tercatat 3,29% atau meningkat dibandingkan dengan NPL pada triwulan II 2010 sebesar 2,86%. Seiring dengan hal tersebut, NPL netto perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan III 2010 juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan persentase NPL sebesar 1,29%. 41

57 Des Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep 66% 69% 65% 63% 58% 62% 70% 68% 76% 72% 68% 62% 59% 60% 53,73% 91% 63,98% 67,18% 65,88% 60,42% 59,74% 63,58% 66,10% 61,21% Bab 3. Perkembangan Perbankan Persen 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Rp miliar Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept ,00 450,00 400,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 - NPL Gross Nominal All NPL netto BU NPL netto All NPL netto BPR Sumber : LBU, LBPR Grafik Perkembangan NPL Kredit Perbankan Bila dilihat per jenis bank, tingkat NPL netto BPR justru mengalami penurunan sedangkan BU mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL netto kelompok BPR berada di posisi 1,21%, turun dari kondisi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 1,58%, sementara NPL netto BU berada di posisi 1,29% atau naik dari posisi akhir triwulan sebelumnya sebesar 0,84% Tingkat Efisiensi Perbankan Rasio BOPO bank umum sedikit meningkat dari 59% di triwulan II 2010 menjadi 60% pada akhir September Kecenderungan BOPO bank umum yang relatif stabil menunjukkan belum terjadinya perubahan yang signifikan pada efisiensi perbankan dalam menjalankan usahanya. Relatif kecilnya penurunan pada cost of fund serta suku bunga kredit ditengarai menjadi faktor utama relatif stabilnya rasio BOPO bank umum pada triwulan laporan. persen 100% 80% 60% 40% 20% 0% Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept persen 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik Perkembangan Rasio BOPO Bank Umum di Sulteng Grafik Perkembangan Rasio BOPO BPR di Sulteng 42

58 Bab 3. Perkembangan Perbankan Pada triwulan III 2010 tingkat efisiensi usaha BPR di Sulawesi Tengah mengalami perbaikan dengan rasio BOPO sebesar 61,21% atau turun 4,90% dibandingkan dengan posisi akhir triwulan lalu Fungsi Intermediasi Bank Secara keseluruhan tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai angka 123,15 %. Hal ini menunjukkan intermediasi yang dilakukan perbankan cukup baik. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tingkat LDR bank pemerintah dan bank swasta mengalami peningkatan hingga menjadi 122,69% dan 119,91%. Sedangkan LDR BPR mengalami sedikit penurunan hingga menjadi 181,13%. Persen Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Bank Pemerintah Bank Swasta BPR All Sumber : LBU, LBPR Grafik Perkembangan Rasio LDR Menurut Kelompok Bank Kredit UMKM Hingga bulan September 2010, penyaluran kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) di Sulawesi Tengah masih menunjukan kinerja yang cukup baik dengan pertumbuhan sebesar 24,44% (y-o-y) sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit pada bulan Juni 2010 sebesar 25,54% (y-o-y). Secara keseluruhan nilai penyaluran kredit MKM hingga September 2010 berjumlah Rp 8.061,34 miliar. Dari jumlah tersebut, pangsa kredit MKM masih didominasi oleh jenis kredit kecil dengan pangsa 47,92%, sementara kredit untuk usaha mikro dan 43

59 Rp Miliar Bab 3. Perkembangan Perbankan menengah memiliki pangsa masing-masing sebesar 32,96% dan 19,11%. Kondisi ini mencerminkan besarnya perhatian yang diberikan oleh perbankan di Sulawesi Tengah terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil di Sulawesi Tengah. Hal ini juga didukung dengan pangsa kredit MKM terhadap total kredit yang mencapai 91,76%. Rp (miliar) Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% -10,00% Mikro Kecil Menengah Mikro (yoy) Kecil (yoy) Menengah (yoy) TOTAL MKM (yoy) Sumber : LBU, LBPR Grafik Perkembangan Kredit MKM menurut Kelompok Kredit Meski kredit MKM memiliki pangsa yang cukup besar terhadap total kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah, struktur kredit MKM masih didominasi oleh kelompok kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 53,29%. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pangsa kredit konsumsi pada akhir triwulan lalu sebesar 53,99% Perbankan Syariah Sepanjang triwulan III 2010, jumlah aset perbankan syariah di Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 103,03% atau mengalami percepatan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 81,89% (y-o-y) dengan nilai aset sebesar Rp368,15 miliar. Dibandingkan akhir tahun 2009 aset perbankan syariah tumbuh sebesar 49,21% (y-t-d). 44

60 Bab 3. Perkembangan Perbankan Rp (miliar) Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Sumber : LBU, LBPR ASET Pert. Aset (yoy) Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah DPK perbankan syariah pada triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp 237,80 miliar atau mengalami percepatan dibandingan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 54,92% (y-o-y). Percepatan jumlah DPK pada triwulan laporan dipengaruhi adanya peningkatan pada deposito dan tabungan yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 61,77% (y-o-y) dan 51,94% (y-o-y). Rp miliar persen Rp miliar persen Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% DPK Pert. DPK (yoy) Giro Deposito Tabungan Pert. Giro (yoy) Pert.Deposito (yoy) Pert.Tabungan (yoy) Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.9. Perkembangan DPK Perbankan Syariah Sumber : LBU, LBPR Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah Menurut Jenis Simpanan Seiring dengan percepatan pertumbuhan yang terjadi pada DPK, jumlah kredit perbankan syariah juga mengalami percepatan yang cukup signifikan. Pada triwulan III 2010, kredit perbankan syariah tercatat sebesar Rp 323,85 miliar atau mengalami 45

61 Bab 3. Perkembangan Perbankan pertumbuhan sebesar 111,92% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 80,49% (y-o-y). Peningkatan kredit pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan jumlah kredit modal kerja dan kredit konsumsi yang masing-masing mencapai 177,20% dan 91,19%. Laju penyaluran kredit yang lebih besar dari pertumbuhan DPK mengakibatkan rasio LDR perbankan syariah pada triwulan laporan meningkat menjadi 136,19%. Rp miliar persen Rp miliar persen % 100% 80% 60% 40% 20% 0% % 150% 100% 50% 0% -50% Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept KREDIT Pert. KREDIT (yoy) Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert. Modal Kerja (yoy) Pert.Investasi (yoy) Pert.Konsumsi (yoy) Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Perbankan Syariah Sumber : LBU, LBPR Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah Menurut Jenis Penggunaan 46

62 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Salah satu pilar penting untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam aplikasinya, sistem pembayaran menggunakan 2 instrumen yakni tunai dan nontunai. Di sisi instrumen pembayaran tunai, Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai berupa uang rupiah serta mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang tidak layak edar dan tidak berlaku dari peredaran. Sementara di sisi instrumen pembayaran non tunai, Bank Indonesia lebih mengarahkan kebijakan dalam hal menjaga kehandalan, keamanan, efisiensi dan efektivitas transaksi pembayaran non tunai dengan tetap memperhatikan aspek kesetaraan akses hingga perlindungan konsumen. 4.1 Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Aliran uang kartal di Bank Indonesia Palu pada triwulan III 2010 berada pada kondisi net ouflow yang berarti jumlah uang keluar lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan III 2010 meningkat cukup drastis sebesar 76,77% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp226,90 miliar menjadi Rp 401,09 miliar, sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) justru turun sebesar 23,26% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 1.092,46 milyar menjadi Rp 838,37 milyar. Bila dibandingkan dengan angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan III 2010 sebesar Rp 437,28 miliar. Adanya peningkatan outflow yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh adanya musim Hari Raya (Lebaran) serta realisasi proyek Pemda dan swasta yang mulai meningkat pada triwulan III

63 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Rp Miliar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Inflow Outflow Netflow Sumber : BI Palu Grafik 4.1. Perkembangan Inflow/Outflow Sebagai upaya memelihara kualitas uang kartal yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia secara berkala dan berkelanjutan melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang rupiah yang dimusnahkan adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran serta uang tidak layak edar (UTLE) dengan tingkat soil 2 atau uang yang telah rusak. Jumlah uang yang dimusnahkan dapat dilihat dari jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Selama triwulan III 2010, jumlah uang kertas yang dimusnahkan di Bank Indonesia Palu mencapai Rp 84,99 miliar atau meningkat 13,72% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 74,74 miliar. Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlakukan yang tepat terhadap uang kartal, Bank Indonesia juga secara kontinyu melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas (pelajar, mahasiswa, Pemda dan aparat hukum) mengingat semakin tingginya tingkat pemusnahan uang kartal pada gilirannya akan berdampak pada meningkatnya biaya pencetakan uang baru untuk menggantikan uang yang dimusnahkan tersebut. 48

64 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Rp Miliar persen (%) ,35 46,14 36,50 23,35 26,22 Inflow PTTB Rasio PTTB Thd Inflow 33,16 32,44 5,65 7,83 19,50 30,12 25,66 21,21 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 32,94 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 21,19 20,00 15,00 10,00 5,00 0, Sumber : BI Palu Grafik 4.2. Perkembangan PTTB 4.2 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Dalam upaya untuk mengantisipasi penyebaran uang palsu dan kejahatan pemalsuan uang khususnya di Sulawesi Tengah, Bank Indonesia Palu menerapkan kebijakan peningkatan koordinasi, perluasan sasaran pengenalan atau sosialisasi ciriciri keaslian rupiah, serta mencabut dan menarik uang dari peredaran. Pada triwulan III 2010, jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Bank Indonesia Palu sebanyak 18 lembar, atau meningkat 28,57% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (14 lembar). Uang palsu yang dicatat oleh Bank Indonesia Palu tersebut diperoleh melalui laporan perbankan maupun masyarakat umum, yang kemudian diteruskan kepada pihak kepolisian untuk penanganan secara hukum. Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar) Sumber : Bank Indonesia Palu 49

65 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran 4.3 Perkembangan Kliring Lokal Dalam rangka meningkatkan kecepatan dan keakuratan settlement sehingga lebih memberikan kepastian dalam penyelesaian transaksi serta meminimalkan risiko kegagalan settlement, maka sejak September 2006 Kantor Bank Indonesia Palu telah menerapkan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Terlaksananya transmisi arus dana melalui SKNBI secara real time, otomatis akan mempercepat perputaran uang (velocity of money) dan mengurangi floating dana karena tidak ada lagi penundaan (time lag) dalam settlement sebagaimana terjadi pada sistem kliring lokal. Pada triwulan III 2010, jumlah warkat kliring naik 2,74% yaitu dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar. Akan tetapi nominal perputaran kliring justru menurun sebesar 8,87% dibandingkan triwulan II 2010 sehingga menjadi Rp 944,62 miliar. Perputaran Kliring Indikator Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I Tw II Tw III Nominal Kliring (Miliar Rp) 4.500, ,09 797, , , , , , ,58 944,62 Volume Kliring (Lembar) , , , , , , , ,00 Rata-rata Harian Perputaran Kliring Nominal Kliring (Miliar Rp) 18,38 16,7 13,58 16,65 21,23 28,11 20,00 30,11 16,72 14,76 Volume Kliring (Lembar) ,00 530,00 561,85 549,11 539,57 536,43 542,73 540,16 Rata-rata Harian Penolakan Cek/BG Kosong Nominal Cek/BG Kosong (%) 0,49 0,61 2,32 0,52 0,76 1,19 1,07 0,41 0,67 0,94 Volume Cek/BG Kosong (%) 0,69 0,67 0,80 0,81 1,16 1,23 1,00 0,94 0,86 0,96 Sumber : Bank Indonesia Palu Sementara itu, kualitas kliring di wilayah kerja Bank Indonesia Palu pada triwulan III 2010 cenderung memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya sebagaimana tercermin pada peningkatan persentase rata-rata harian penolakan cek/bg kosong dari sisi nominal kliring. Persentase rata-rata harian nominal cek/bg yang ditolak pada triwulan III 2010 tercatat 0,94%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,67%. Disisi lain, rata-rata harian lembar cek/bg yang ditolak tercatat 0,96%, membaik dibandingkan triwulan III 2010 sebesar 0,86%. 50

66 2.578, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,94 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran 4.4 Perkembangan BI-RTGS Transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III 2010 mengalami penurunan di sisi inflow namun di sisi outflow terjadi peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Rp Miliar persen (%) 7.000, ,00 Inflow Outflow Net Outflow 5.000, , , , ,00 - (1.000,00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Sumber : BI Palu Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi RTGS Aliran dana keluar (Outflow) melalui RTGS pada triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp 4.794,05 miliar atau naik 8,16% dibandingkan triwulan II 2010 sebesar Rp 4.432,19 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. Disisi lain aliran dana masuk (inflow) melalui RTGS pada triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp 4.213,94 miliar atau turun 6,92% dibandingkan triwulan II 2010 sebesar Rp 4.527,33 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. 51

67 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. KETENAGAKERJAAN Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah dalam satu tahun terakhir semakin membaik. Hasil survei Sakernas yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah pada bulan Februari 2010 tercatat lebih tinggi. Dalam periode satu tahun terakhir (Februari Februari 2010), jumlah angkatan kerja meningkat 4,03% sementara pada saat yang bersamaan jumlah angkatan kerja yang bekerja meningkat sebesar 4,27%. Kondisi ini mengakibatkan tingkat pengangguran turun sebesar 0,21% dari tahun sebelumnya. Adanya peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja menunjukan bahwa lapangan kerja yang tercipta di Sulawesi Tengah dalam setahun terakhir meningkat lebih tinggi dibandingkan peningkatan jumlah angkatan kerja baru. Peningkatan jumlah angkatan kerja baru terjadi seiring dengan adanya peningkatan jumlah penduduk berusia diatas 15 tahun. Jumlah penduduk usia di atas 15 tahun bertambah jiwa atau meningkat 2,3% dalam setahun terakhir. Tabel 5.1. Penduduk Berusia > 15 Tahun Menurut Jenis Kegiatan STATUS PENDUDUK AGT 2007 FEB 2008 AGT 2008 FEB 2009 AGT 2009 FEB 2010 Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Total Ang. Kerja Bukan Ang Kerja Sekolah Mengurus RT Lainnya Total Non Angk. Kerja Total Penduduk > 15 tahun TPAK (%) 69,43 71,98 69,76 71,07 69,27 72,29 TPT (%) 8,39 7,25 5,45 5,10 5,43 4,89 Setengah Penganggur Terpaksa Setengah Penganggur Sukarela Total Setengah Pengangguran Tingkat Setengah Pengangguran (%) 31,52 30,34 36,54 33,30 37,01 31,88 Secara keseluruhan, struktur ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tengah pada awal tahun ini mengalami sedikit perubahan dari tahun sebelumnya. Pada bulan 52

68 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Februari 2010, jumlah angkatan kerja mencapai orang atau meningkat sebanyak jiwa dari tahun sebelumnya, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sementara itu jumlah angkatan kerja yang bekerja bertambah sebanyak orang menjadi tenaga kerja dengan komposisi laki-laki dan perempuan. Dalam satu tahun terakhir tingkat pengangguran menunjukan adanya penurunan. Hal ini ditandai oleh adanya penurunan Tingkat Setengah Pengangguran dari 33,3% pada Februari 2009 menjadi 31,88% pada Februari Secara relatif Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menunjukkan adanya penurunan dari 5,10% pada Februari 2009 menjadi 4,90% pada Februari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulawesi Tengah pada Februari 2010 tercatat sebesar 72,29%, lebih tinggi dari tahun lalu yang tercatat sebesar 71,07%. Peningkatan tersebut terjadi seiring adanya peningkatan jumlah penduduk yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja. Dalam periode tersebut jumlah angkatan kerja meningkat 4,03% sementara jumlah penduduk yang berusia > 15 tahun hanya meningkat 2,28%. Persen Persen Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 5.1. Perkembangan TPT dan TPAK Di Sulawesi Tengah Berdasarkan data menurut wilayah kabupaten/kota di Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2009, TPAK tertinggi dicapai Kabupaten Parigi Moutong (76,94%), dan terendah di Kota Palu (60,92%). Sejalan dengan kondisi tersebut TPT tertinggi tercatat di Kota Palu (12,82%), dan terendah di Kabupaten Donggala. Pesatnya perkembangan perekonomian di Kabupaten Parigi Moutong telah menciptakan 53

69 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat kesempatan kerja baru di wilayah tersebut, sementara jumlah penduduk Kota Palu yang lebih banyak dari daerah lain menyebabkan TPT Palu secara relatif lebih tinggi. Persen Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.2. TPAK dan TPT Di Kabupaten/Kota Se Sulawesi Tengah Tahun 2009 Sejalan dengan jumlah penduduk di tiap provinsi, jumlah angkatan kerja tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Selatan ( orang), sedangkan terendah di Provinsi Gorontalo ( orang). Demikian halnya dengan jumlah penduduk yang bekerja dimana jumlah terbesar berada di Sulawesi Selatan. Sementara itu TPT tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Utara (10,48%) sedangkan terendah di Provinsi Sulawesi Barat (4,10%), adapun TPT nasional tercatat sebesar 7,41%. Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Tenggara (72,30%), sedangkan terendah di Provinsi Sulawesi Utara (62,20%). Persen Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.3. Tingkat TPAK dan TPT Pada Beberapa Provinsi Di Sulawesi Posisi Februari

70 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan kondisi pada bulan Februari 2010 secara umum tingkat pengangguran di seluruh provinsi di Sulawesi relatif lebih baik dari tahun lalu yang ditunjukkan oleh penurunan TPT. Laju penurunan TPT tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Barat yakni sebesar 0,82%, dan terkecil di Provinsi Gorontalo yakni sebesar 0,01%. Dalam periode satu tahun terakhir TPT Sulawesi Tengah turun sebesar 0,22% sementara secara nasional TPT turun sebesar 0,73%. Relatif lebih tingginya penurunan TPT nasional dari TPT Sulteng menunjukkan bahwa laju penciptaan lapangan kerja di Sulawesi Tengah masih berada di bawah rata-rata nasional. Indikator tingkat pengangguran lainnya yakni tingkat setengah pengangguran cenderung meningkat. Jumlah penduduk setengah pengangguran di Sulawesi Tengah pada bulan Februari 2010 tercatat orang lebih rendah dibandingkan data pada bulan Februari 2009 yang berjumlah orang. Seseorang dikatakan sebagai setengah pengangguran jika bekerja kurang dari jam kerja normal (< 35 jam seminggu). Meskipun jumlah jam kerja per minggu tidak sepenuhnya dapat memberikan gambaran tingkat produktivitas, jam kerja yang rendah merupakan salah satu indikasi pemanfaatan tenaga kerja yang kurang optimal. Berdasarkan lapangan kerja utama, struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah belum mengalami perubahan yang berarti dalam periode satu tahun terakhir. Sebagian besar angkatan kerja di Sulawesi Tengah masih bekerja pada sektor pertanian (57,5%). Sektor pertanian tetap menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang fleksibel dan tidak membutuhkan keahlian khusus serta sebagian besar penduduk Sulteng tinggal di wilayah pedesaan. Kondisi ini juga berkaitan dengan struktur perekonomian Sulawesi Tengah yang juga didominasi oleh sektor pertanian. Perubahan cukup mencolok terjadi pada pangsa tenaga kerja sektor usaha pertambangan, listrik dan gas yang meningkat sebesar 1,3% dan sektor usaha konstruksi yang meningkat 0,8%. Peningkatan tenaga kerja pada sektor pertambangan disebabkan oleh meningkatnya aktifitas tambang rakyat di Poboya dan kegiatan eksploitasi mineral tambang di daerah baik dalam skala kecil maupun besar. Sementara peningkatan pangsa tenaga kerja pada sektor konstruksi terjadi seiring dengan semakin banyaknya pembangunan rumah dan ruko. Pada triwulan I 2010 sektor pertambangan dan sektor konstruksi masing-masing tumbuh sebesar 8,34%(y-o-y) dan 8,72%(y-o-y). 55

71 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Lapangan Kerja Utama PERIODE FEB 2008 FEB 2009 FEB 2010 Pertanian 62,7 57,9 57,5 Industri 4,4 5,2 4,2 Konstruksi 3,5 2,8 3,6 Perdagangan 12,4 15,1 15,3 Angkutan dan Komunikasi 4,2 4,0 3,2 Keuangan dan Jasa Perbankan 0,5 1,0 0,8 Jasa Kemasyarakatan 11,8 13,4 13,5 Pertambangan, Listrik, dan gas 0,8 0,6 1,9 Total (%) Total (orang) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan data terbaru dari BPS, status pekerjaan penduduk yang bekerja masih didominasi oleh kelompok yang bekerja dengan dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (26,30%). Sementara persentase terendah adalah kelompok pekerja bebas pada sektor non pertanian (2,28%). Berdasarkan data tersebut juga terlihat bahwa jumlah buruh/karyawan dan kelompok pengusaha yang dibantu oleh buruh tetap tercatat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,6% dan 0,59%. Sementara itu persentase penduduk yang berstatus pekerja tak dibayar mengalami penurunan sebesar 0,66%. Kondisi ini cukup menggembirakan karena akan berdampak pada peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat. Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Status Pekerjaan FEB 2008 FEB 2009 FEB 2010 Berusaha Sendiri 18,81 18,73 18,60 Berusaha dibantu buruh tdk tetap 28,95 26,51 26,30 Berusaha dibantu buruh tetap 2,38 2,61 3,10 Buruh/Karyawan 18,46 20,00 20,60 Pekerja bebas di Pertanian 4,67 4,21 5,90 Pekerja bebas di non Pertanian 2,24 2,68 2,00 Pekerja tak dibayar 24,49 25,26 23,60 Total (%) Total (orang) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan data pada akhir September 2010, jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kantor Disnakertrans Provinsi Sulawesi Tengah tercatat sebanyak

72 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat orang, bertambah 442 orang dari posisi bulan Juni Penambahan pencari kerja terjadi pada kelompok dengan pendidikan terakhir SLTA. Sementara berdasarkan jenis kelamin, penambahan terbanyak terjadi pada kelompok pencari kerja perempuan. Jika dibandingkan dengan kondisi 1 tahun yang lalu (September 2009), jumlah pencari kerja naik 2,1% atau sebanyak orang. Tabel 5.4. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah Pendidikan Terakhir Jun.2009 Sep.2009 Des.2009 Jun.2010 Sept.2010 L W Total L W Total L W Total L W Total L W Total SD SLTP SLTA ,707 42,866 21,632 21,682 43,314 22,515 22,756 45,271 21,337 21,892 43,229 21,478 22,156 43,634 D I 800 1,989 2, ,894 2, ,062 2, ,185 3, ,195 3,055 D II ,662 3,804 1,188 2,744 3,932 1,378 3,135 4,513 1,273 3,470 4,743 1,278 3,478 4,756 D III ,243 3,586 1,453 2,279 3,732 1,868 2,925 4,793 1,247 2,619 3,866 1,288 2,599 3,887 Sarjana ,667 16,847 7,527 9,859 17,386 8,065 10,617 18,682 7,208 10,337 17,545 7,201 10,330 17,531 Pascasarjana Jumlah 32,288 38,594 70,882 33,224 38,688 71,912 35,353 41,712 77,065 32,263 40,732 72,995 32,451 40,986 73,437 Sumber : Disnakertrans Sulteng Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Tengah tahun 2010 ditetapkan sebesar Rp ,- per bulan atau naik 7,99% dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp ,-, sementara Upah Minimum Harian ditetapkan sebesar Rp ,-. Secara umum tingkat kenaikan UMP Sulawesi Tengah masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi Kota Palu. Persen Rupiah Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.4. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota Palu Disamping mengandalkan daya serap perekonomian regional dan dalam negeri, Sulawesi Tengah juga telah mengirimkan tenaga kerjanya ke luar negeri. Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat hingga bulan September 2010 jumlah pengiriman TKI pada tahun ini mencapai 955 orang. Dari jumlah tersebut sebagian 57

73 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat besar (87,9 persen) TKI dikirim ke negara-negara Timur Tengah. Sementara jika dilihat dari daerah asalnya, Kabupaten Sigi menjadi penyumbang terbesar pengiriman TKI dari Sulawesi Tengah dengan jumlah mencapai 587 orang, diikuti oleh Parigi Moutong dan Donggala masing-masing sebanyak 203 orang dan 106 orang. Sesuai peraturan yang berlaku usia TKI yang diberangkatkan berada pada rentang usia tahun INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Angka Indeks Pembangunan Manusia atau IPM 1 Sulawesi Tengah menunjukkan perbaikan, walaupun belum terlalu signifikan. Dibandingkan dengan angka IPM nasional, IPM Sulawesi Tengah masih berada di bawah IPM nasional. Pada tahun 2008, angka IPM Sulawesi Tengah sebesar 70,09 meningkat sebesar 0,75 dari tahun sebelumnya. Meski IPM Sulawesi Tengah masih berada dalam kategori menengah, namun secara nasional, IPM Provinsi Sulawesi Tengah berada pada peringkat 22 dari 33 provinsi di Indonesia. Sementara bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia Timur (Sulawesi, Maluku, Papua), IPM Sulawesi Tengah menduduki urutan ke 4 dari 10 provinsi yang ada di kawasan tersebut. Persen Peringkat Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.5. Perkembangan IPM Sulteng dan Nasional 1 IPM dikembangkan pada 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993 oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu 1. usia yang panjang dan sehat yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. pendidikan yang diukur dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga dan angka partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga, dan 3. standar hidup yang layak yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang USD 58

74 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat 5.3. KEMISKINAN Dalam lima tahun terakhir jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin mencapai 566,10 ribu jiwa (24,09 persen), tahun 2007 sebanyak 557,40 ribu jiwa (22,42 persen), tahun 2008 sebanyak 524,70 ribu jiwa (20,75 persen), tahun 2009 sebanyak 489,84 ribu jiwa (18,98 persen) dan pada tahun 2010 sebanyak 474,99 ribu jiwa (18,07 persen). Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode tersebut mengindikasikan bahwa program-program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan di Sulawesi Tengah cukup efektif dalam menekan tingkat kemiskinan yang ada. Persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2010 tercatat sebesar 18,07% atau turun sebesar 0,91% dibandingkan tahun 2009 yakni 18,98%, atau secara absolut jumlah penduduk miskin turun sebesar jiwa. Namun demikian tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan secara nasional yang tercatat sebesar 13,33%. Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, sebagian besar penduduk miskin di Sulawesi Tengah tinggal di daerah pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah yang tinggal di wilayah pedesaan pada tahun 2010 mencapai jiwa (88,58%), sementara yang tinggal di wilayah perkotaan sebanyak ribu jiwa (11,42%). Kondisi ini tentu berkaitan dengan fakta bahwa mayoritas penduduk Sulawesi Tengah tinggal di wilayah pedesaan. Dengan fakta bahwa sebagian besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan yang umumnya bekerja pada sektor pertanian, penurunan NTP berpotensi untuk menambah jumlah penduduk miskin. Oleh karena itu salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin adalah dengan membuat kebijakan-kebijakan yang lebih pro rural dan pro poor. Bentuk keberpihakan tersebut dapat berupa perlindungan harga jual melalui penetapan harga dasar, pembukaan akses informasi dan pasar, perbaikan dalam sistem tata niaga pupuk, dan program pendampingan kepada petani. 59

75 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Persen Persen Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Sulteng Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan Persen Persen Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.8. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulteng Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.9. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal Secara umum dari berbagai indikator kemiskinan yang ada, tingkat kemiskinan Sulawesi Tengah masih berada dibawah kondisi nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan di Sulawesi Tengah masih tertinggal dari daerah lain. Hingga saat ini 9 Kabupaten dari 11 wilayah Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah masih termasuk dalam kelompok daerah tertinggal. Dalam upaya penurunan jumlah penduduk miskin, secara nasional Pemerintah telah melakukan beberapa program antara lain program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), program keluarga harapan, program BOS, program BLT, program Askeskin, penyaluran KUR serta program beras untuk rakyat miskin (Raskin). Alokasi penjualan beras untuk setiap rumah tangga pada tahun 2010 ditetapkan sebanyak 13 kg dengan harga Rp1.600/kg. Berdasarkan data Perum Bulog Divre Sulawesi Tengah, Raskin akan didistribusikan kepada RTS. Berdasarkan data 60

76 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat pada akhir September 2010 realisasi penyaluran Raskin untuk periode Januari- September telah dilaksanakan 100 % dengan jumlah raskin tersalur sebanyak ton. Penyaluran Raskin cukup membantu warga kurang mampu, karena pada periode tersebut harga beras di Sulteng masih relatif cukup tinggi (diatas HPP Pemerintah). Berdasarkan data sementara per akhir Agustus 2010, jumlah KUR yang telah disetujui oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp294,73 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 37,57% dari akhir Desember Kredit Usaha Rakyat sebagian besar disalurkan kepada pelaku usaha di sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 65,9%. Sementara tingkat NPL gross Kredit Usaha Rakyat per Agustus 2010 tercatat sebesar 2,54%. Tabel 5.5. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Perbankan Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi Per Agustus 2010* Sektor Plafond Kredit (Rp Juta) Baki Debet (Rp Juta) Debitur Dec-09 Agust -10 Dec-09 Agust -10 Dec-09 Agust -10 Pertanian 43,567 68,473 24,272 25,581 7,192 6,018 Pertambangan Perindustrian 8,212 6,999 6,771 5,931 1, Listrik, Gas, Air Perdagangan Hotel Rest. 143, , , ,771 15,855 11,219 Angkutan dan Komunikasi 4, , Jasa Dunia Usaha 11,694 21,250 5,838 7,346 1,851 1,499 Jasa Sosial Lain-lain 2,025 2,585 1,658 1, Total 214, , , ,342 26,908 19,555 Sumber : Laporan bulanan realisasi KUR 61

77 Boks 2. Kondisi Kependudukan Sulawesi Tengah Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Pada bulan September yang lalu Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah telah merilis hasil sementara Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan tiap 10 tahun. Dari hasil sensus tersebut dapat disimpulkan beberapa hal pokok yakni terjadinya pertumbuhan penduduk, distribusi penduduk, komposisi penduduk, arus migrasi penduduk, karakteristik penduduk menurut pendidikan, ketenagakerjaan, dan perumahan. Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tengah berdasarkan hasil sensus tahun 2010 tercatat sebesar 1,94% lebih rendah dari pertumbuhan menurut hasil sensus tahun Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di Kabupaten Poso (7,14%) dan terendah di Kabupaten Donggala (1,03%). Tingginya pertumbuhan penduduk di wilayah Kabupaten Poso lebih disebabkan oleh mulai kembalinya penduduk yang pada waktu kerusuhan Poso mengungsi ke daerah-daerah lain. Penduduk Sulawesi Tengah yang berjumlah jiwa terdiri dari lakilaki dan perempuan atau sex ratio sebesar 105,1 lebih tinggi dari sex ratio pada tahun 2000 yang tercatat 104,7. Kondisi ini mencerminkan bahwa dalam 10 tahun terakhir jumlah laki-laki bertambah lebih banyak dari perempuan. Berdasarkan wilayah administrasi tempat tinggal penduduk, sebanyak 15,71 % tinggal Kabupaten Parigi Moutong, tertinggi dibandingkan daerah-daerah lainnya. Sementara tingkat kepadatan penduduk tertinggi berada di Kota Palu, dan terendah di Tojo Una-Una. Dibandingkan hasil sensus sebelumnya tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kota Palu mengalami peningkatan dari 719,67 jiwa/km2 menjadi 848,62 jiwa/km2. Salah satu faktor penyebabnya adalah arus migrasi penduduk yang masuk ke Kota Palu. Berdasarkan kelompok umur penduduk sebanyak 33,34% penduduk berusia dibawah 15 tahun, sementara penduduk dengan usia di atas 65 tahun mencapai 3,6%. Kondisi tersebut menyebabkan rasio ketergantungan penduduk menjadi 58,6%, lebih besar dari kondisi pada tahun 2000 (57,8%). Implikasinya dari kondisi tersebut adalah beban tanggungan dari orang yang bekerja akan semakin berat. Sementara berdasarkan status perkawinan penduduk, sebanyak 89,51% berstatus kawin. Prosentase penduduk dengan status kawin pada dan kelompok usia tahun mencapai 43.3%, sementara pada kelompok usia tahun mencapai 72,48%. Suku bangsa terbesar yang mendiami wilayah Sulawesi Tengah berasal dari Suku Kaili (20,77%) diikuti suku Bugis. Sebagian besar penduduk di Sulawesi Tengah belum banyak melakukan migrasi seumur hidup, hal ini ditandai oleh masih tingginya proporsi penduduk yang tidak berpindah domisili dari tempat dimana ia dilahirkan. Hanya penduduk Kota Palu yang tercatat paling banyak melakukan migrasi seumur hidup (43,88%) sementara daerah lainnya < 30%. Gambaran arus migrasi yang sama juga berlaku untuk arus migrasi dibandingkan kondisi pada 5 tahun yang lalu. Akses transportasi antar daerah yang belum terbuka dengan baik khususnya di daerah luar Palu diduga menjadi salah satu faktor minimnya arus migrasi di daerah diluar Kota Palu.

78 Mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani menjadi faktor lain yang mendorong penduduk enggan pergi meninggalkan lahan yang digarap. Di sisi lain dampak negatif dari kondisi tersebut adalah potensi ekonomi yang ada di daerah menjadi kurang optimal, karena terhambatnya arus informasi dan tekhnologi dari lingkungan luar serta migrasi penduduk yang masuk dengan membawa modal dan pengetahuan baru. Sementara itu, berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, kondisi pada tahun ini relatif lebih baik dari 10 tahun yang lalu. Jumlah penduduk yang tidak/belum menamatkan pendidikan SD hanya berjumlah 31,03%, turun dari tahun 2000 yang mencapai 34,56%. Kondisi ini diperkuat dengan data yang menunjukan bahwa persentase penduduk 10 tahun ke atas yang melek huruf meningkat dari 93,7% pada tahun 2000 menjadi 94,68% pada tahun ini. Angka partisipasi murni untuk tingkat SD dan SMP masing-masing mencapai 85,96% dan 47,31%, sedangkan untuk tingkat SMU mencapai 34,18%. Angka partisipasi murni merupakan indikator tingkat kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya sesuai dengan usia sekolah. Situasi ketenagakerjaan pada tahun 2010 ditandai oleh masih cukup tingginya angka pengangguran yakni sebesar 8,49%. Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, secara umum semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan maka peluang untuk memperoleh pekerjaan semakin luas. Dalam bidang perumahan, sebagian besar (56,61%) rumah di Sulawesi Tengah masih menggunakan lantai dari semen/bata merah, sementara rumah yang menggunakan lantai tanah mencapai 6,53%. Dari sisi sumber penerangan utama yang digunakan, rumah tangga yang menikmati sambungan listrik dari PLN (dengan dan tanpa meteran) sebanyak 67,92%. Prosentase tertinggi rumah dengan listrik dari PLN berada di wilayah Kota Palu sementara di daerah-daerah seperti Banggai Kepulauan, Buol, Morowali, Tojo Unauna dan Donggala prosentasenya lebih rendah dari rata-rata provinsi. Kondisi ini menunjukan bahwa masih banyak wilayah di Sulawesi Tengah yang belum terjangkau layanan listrik PLN. 1)Hasil sementara yang telah disosialisasikan oleh BPS Sulawesi Tengah

79 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 6.1 Realisasi APBD Sulawesi Tengah Hingga triwulan III 2010, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah memiliki kinerja yang baik. Realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tengah hingga triwulan III 2010 mencapai Rp 863,53 miliar atau 82,56% dari total anggaran pendapatan daerah tahun 2010 (Rp1.046 miliar). Nilai realisasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan APBD pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 70,04% dari total target pendapatan sebesar Rp 1.062,74 miliar. Sementara di sisi Belanja Daerah, kinerja realisasi pos ini hingga triwulan III 2010 mencapai 61,42% dari target Belanja Daerah sebesar Rp 1.105,60 miliar atau sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi Belanja Daerah triwulan III 2009 sebesar 51,55%. Adanya perbedaan tingkat realisasi belanja daerah dengan realisasi pendapatan daerah mengakibatkan terjadinya surplus pada periode triwulan III 2010 sebesar Rp 184,52 miliar. Persen 82,56% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 73,64% Pendapatan Daerah 70,04% 56,26% Belanja Daerah 61,42% 51,55% Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulteng (sd Triwulan III 2010) 62

80 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah 6.2. Realisasi Belanja APBD Berdasarkan kinerja belanja APBD, realisasi belanja tidak langsung pada triwulan III 2010 mencapai 63,85% lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja langsung sebesar 59,42%. Di sisa periode anggaran tahun 2010, realisasi belanja langsung perlu ditingkatkan mengingat anggaran ini langsung terkait dengan program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat. Uraian Tabel 6.1. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Miliar Rp Anggaran Tahun 2010 Realisasi sd. Tw III-2010 Nominal Pangsa (%) Nominal % Realisasi Pangsa (%) Belanja Tidak Langsung 498,05 45,05 318,02 63,85 46,84 Belanja Langsung 607,56 54,95 360,99 59,42 53,16 Total Belanja Daerah 1.105,60 100,00 679,02 61,42 100,00 Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng Persen 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 60,87% 69,10% 46,27% Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.2 Realisasi Belanja Langsung APBD Sulteng (sd Triwulan III 2010) Dari anggaran belanja langsung, dapat dilihat bahwa belanja barang dan jasa memiliki persentase realisasi paling tinggi yakni 69,10% dan terendah pada realisasi belanja modal (46,27%). Walaupun kinerja realisasi belanja modal tahun ini mengalami perbaikan dibandingkan tahun lalu, akan tetapi realisasi belanja ini perlu terus ditingkatkan mengingat besarnya efekt positif bagi perekonomian Sulawesi Tengah. 63

81 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah 6.3. Realisasi Pendapatan APBD Dari sisi pendapatan daerah, dana perimbangan masih merupakan sumber utama pendapatan daerah dengan persentase kontribusi sebesar 66,30%. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Uraian Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Anggaran Tahun 2010 Miliar Rp Realisasi sd. Tw III-2010 Nominal Pangsa (%) Nominal % Realisasi Pangsa (%) PAD 278,23 26,60 290,46 104,39 33,64 Dana perimbangan 744,57 71,18 570,69 76,65 66,09 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 23,20 2,22 2,39 10,28 0,28 Total Pendapatan Daerah 1.046,00 100,00 863,53 82,56 100,00 Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng Berdasarkan tingkat realisasi Pendapatan Asli Daerah, Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah memiliki tingkat realisasi tertinggi yakni 204,04%. Sedangkan pos pajak daerah yang memiliki kontribusi terbesar pada realisasi PAD terealisasi sebesar 83,42%. Persen Persen 250,00% 200,00% 150,00% 100,00% 50,00% 0,00% 101,74% Pajak daerah 80,56% Retribusi daerah 100,36% Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 234,74% Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 82,61% Pajak daerah 6,09% 3,89% 7,40% Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.3 Tingkat Realisasi Pendapatan Asli Daerah Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.4. Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah Disisi Dana Perimbangan, dana alokasi umum merupakan komponen yang memiliki tingkat realisasi tertinggi yakni mencapai 50%. Sementara DAK yang ditujukan untuk mendukung program pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan prasarana pemerintah, kelautan dan perikanan serta pertanian baru terealisasi sebesar 30%. 64

82 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Persen Persen 100% 80% 60% 40% 20% 0% 97% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 75% 75% Dana alokasi umum Dana alokasi khusus 100% 80% 60% 40% 20% 0% 10% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 87% Dana alokasi umum 4% Dana alokasi khusus Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.5. Tingkat Realisasi Dana Perimbangan Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.6. Proporsi Realisasi Dana Perimbangan 6.4 Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPASP) TA 2010 Penyusunan PPAS-P Tahun Anggaran 2010 dimaksudkan untuk melakukan perubahan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah berdasarkan skala prioritas dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah saat ini. Penyusunan Prioritas Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPASP) merupakan implementasi dari amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006 yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Penyusunan PPASP Provinsi Sulteng tahun 2010 bertujuan untuk : 1. Menyesuaikan program dan kegiatan dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD Tahun Anggaran berjalan apabila melampaui asumsi KUA yang ditetapkan sebelumnya 2. Melakukan pengurangan/penambahan terhadap capaian target kinerja program kegiatan apabila asumsi KUA sebelumnya tidak tercapai/terlampaui 3. Sebagai pedoman dalam penyusunan APBD Perubahan Provinsi Sulteng tahun 2010 Penyusunan prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan ini didasarkan pada kondisi daerah selama tahun berjalan dengan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) serta Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUAP APBD). 65

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 6. KEUANGAN DAERAH 41 BAB 6. KEUANGAN DAERAH LAPORAN TRIWULANAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2007 42 BAB 6. KEUANGAN DAERAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BERITA RESMISTATISTIK

BERITA RESMISTATISTIK BERITA RESMISTATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 72/11/52/Th. VII, 6 November-2013 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN III-2013 PDRB Provinsi NTB pada triwulan III-2013 a. Dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2009 2010 I II III IV I II III 1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 11/02/73/Th. VIII, 5 Februari 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN IV 2013 BERKONTRAKSI SEBESAR 3,99 PERSEN Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan IV tahun

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci