KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Transkripsi

1

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU

3 Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank Indonesia moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang ber Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : Fax : aprayitno@bi.go.id; ylokanata@bi.go.id; hasudungan_ps@bi.go.id; dedy_p@bi.go.id Homepage :

4 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Tengah triwulan III-2009 ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan buku KER adalah untuk memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Sulawesi Tengah, dengan harapan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Cakupan kajian di dalam buku KER ini relatif luas, yaitu meliputi kajian perkembangan makroekonomi regional, perkembangan inflasi, perkembangan perbankan, perkembangan sistem pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, perkembangan keuangan daerah serta perkiraan ekonomi dan inflasi ke depan. Kami menyadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna. Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di waktu yang akan datang, sangat diharapkan saran, masukan dan tentunya supply data terkini dari berbagai pihak. Selanjutnya, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Palu, November 2009 BANK INDONESIA PALU TTD Suparmo Pemimpin i

5 Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengan... Daftar Daftar Gambar... Ringkasan Eks... BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Konsumsi Investasi Ekspor Impor Penawaran Sektor Pertanian Sektor Jasa-jasa Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Bangunan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa... BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Tahunan dan Triwulanan Inflasi Bulanan Tim Pengendali Inflasi Daerah... i ii v vi ix ii

6 Daftar Isi BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Kondisi Bank Umum Penghimpunan Dana Bank Umum Penyaluran Dana Bank Umum Kualitas Kredit Kredit UMKM Efisiensi Perbankan Bank Perkreditan Rakyat Boks 1 : Dampak Pembiayaan KUR Terhadap Usaha Debitur dan Bank Penyalur BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Uang Kartal (inflow/outflow) Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan Perkembangan Kliring Lokal Perkembangan BI-RTGS... BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Gini Ratio Kemiskinan Boks 2 : Perkembangan Klaster Batik Bomba BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD Sulawesi Tengah Realisasi Belanja APBD Realisasi Pendapatan APBD iii

7 Daftar Isi BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Inflasi Prosp DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN iv

8 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (miliar Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan ADH Konstan 2000 (%;y-o-y)... Tabel 1.3. Realisasi Belanja Pemerintah Propinsi Sulteng... Tabel 1.4. Perkembangan Aktivitas Muat Barang Melaui Pelabuhan Pantoloan... Tabel 1.5. PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH 2000 (miliar rupiah)... Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH 2000 (%)... Tabel 1.7. Perkembangan Stok Beras BULOG Divre Sulteng... Tabel 1.8. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan Pantoloan Tabel 1.9. Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Listrik di Kota Palu... Tabel 2.1 Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa... Tabel 2.2 Inflasi per Sub Kelompok pada Kelompok Bahan Makanan di Palu... Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Tabel 4.2. Tabel 5.1. Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasarkan Sektor Ekonomi... Tabel 5.2. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja... Tabel 5.3. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah... Tabel 5.4. Perkembangan Gini Ratio Sulawesi Tengah... Tabel 5.5. Perkembangan Indikator-Indikator Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tengah... Tabel 5.6. Realisasi Penyaluran KUR oleh Perbankan Sulteng... Tabel 6.1. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah... Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah v

9 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Grafik 1.2. Grafik 1.3. Grafik 1.4. Grafik 1.5. Grafik 1.6. Grafik 1.7. Grafik 1.8. Grafik 1.9. Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Laju Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Sulawesi Tengah atas Dasar Harga Konstan... Perkembangan Kredit Konsumsi menurut Lokasi Proyek Di Sulawesi Tengah... Perkembangan Jumlah Penumpang melalui Pelabuhan Pantoloan... Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru pada Kantor Samsat Kota Palu... Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah... Perkembangan NTP & Harga Kakao... Hasil Survei Konsumen KBI Palu... Perkembangan Jumlah Kredit Investasi menurut Lokasi Proyek... Realisasi Pengadaan Semen di Propinsi Sulteng... Volume Ekspor menurut Negara Asal Pembeli... Perbandingan Ekspor Non Migas Sulawesi Tengah (Jan-Sep)... Perkembangan Volume Ekspor Kakao, Harga Internasional, dan Produksi Kakao pada Sentra Parimo... Perkembangan Volume Bongkar Muat (T/M3) di Pelabuhan Pantoloan Perkembangan Arus Barang melalui Bandara Mutiara Palu... Perkembangan Luas Panen Tanaman Padi dan Jagung di Sulteng... Perkembangan Produksi Padi dan Jagung di Sulteng... Prompt Indikator Perkembangan Ekspor Komoditas Pertanian Sulteng... Perkembangan Kredit Sektor Jasa menurut Lokasi Proyek di Sulawesi Tengah... Perkembangan Dana Pemerintah pada Perbankan di Sulteng vi

10 Daftar Grafik Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang di Sulteng...,... Grafik Perkembangan Jumlah Arus Penumpang melalui Bandara Mutiara Palu... Grafik Produksi Bahan Galian C Kab. Donggala... Grafik Perkembangan Produksi Minyak Bumi di Lapangan Tiaka-Morowali... Grafik Volume Ekspor Kayu Olahan Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri menurut Lokasi Proyek di Sulawesi Tengah... Grafik Konsumsi BBM Industri di Sulawesi Tengah... Grafik Prompt Indicator Perkembangan Sektor Properti... Grafik Perkembangan Kredit, DPK dan NTB Bank Umum di Sulteng... Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y)... Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Grafik 2.3. Inflasi per kelompok Pengeluaran (q-t-q) Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Bulanan Palu (m-t- Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Bulanan Palu (m-t-m) kota Palu per Grafik 3.1. Perkembangan Grafik 3.2. Grafik 3.3. Pengaruh Realisasi APBD terhadap DPK Grafik 3.4. Perkembangan Kredit menurut Jenis Penggunaan... Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Menurut Kelompok Bank... Grafik 3.6. Perbandingan Tingkat NPL menurut Jenis Kredit... Grafik 3.7. Perkembangan Pangsa Kredit Sektor Bangunan terhadap Kredit Konsumsi... Grafik 3.8. Perkembangan Tingkat LDR dan NPL... Grafik 3.9. Perkembangan Tingkat Kolektibilitas Kredit vii

11 Daftar Grafik Grafik Tingkat NPL Tertinggi menurut Sektor Ekonomi Grafik Tingkat NPL menurut Sektor Ekonomi Grafik Perkembangan Jumlah Kredit dan NPL kredit UMKM Grafik Perkembangan Suku Bunga Simpanan dan Kredit menurut Kelompok Bank Grafik Perkembangan Rasio BOPO Bank Umum Grafik Perkembangan Jumlah Asset BPR Grafik Perkembangan Jumlah DPK pada BPR Grafik Komposisi DPK Grafik Perkembangan Jumlah Kredit pada BPR Grafik Komposisi Kredit menurut Jenis Penggunaan Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow Grafik Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tengah Grafik 5.1. Perkembangan Angkatan Kerja Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 5.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan Kawasan Sulawesi Grafik 5.3. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Setengah Pengangguran di Sulawesi Tengah Grafik 5.4. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah 50 Grafik 5.5. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Grafik 6.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulteng Grafik 6.2. Realisasi Belanja Modal (sd Tw III 2009) Grafik 6.3. Proporsi Realisasi Belanja Modal Grafik 6.4. Realisasi Dana Perimbangan (sd Tw III 2009) Grafik 6.5. Proporsi Realisasi Dana Perimbangan Grafik 6.6. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (sd Tw III 2009) Grafik 6.5. Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah Grafik 7.1. Indeks Perubahan Harga Umum (Survei Konsumen 2009) Grafik 7.2. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw IV 2009) viii

12 Daftar Gambar DAFTAR GAMBAR Gambar ix

13 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III-2009 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,10% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,61% (y-o-y). Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi rumah tangga dan ekspor pada triwulan laporan diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi pada periode tersebut. Sementara konsumsi pemerintah diperkirakan masih didominasi oleh belanja operasional. Pertumbuhan kegiatan investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh investasi swasta, sedangkan investasi pemerintah khususnya yang bersumber pada dana dari pemerintah pusat diperkirakan masih terbatas. Peningkatan konsumsi rumah tangga dapat dikonfirmasi dari peningkatan NTP, jumlah pendaftaran kendaraan baru, konsumsi BBM retail, dan kredit konsumsi. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan ekspor didukung oleh membaiknya kinerja ekspor antar provinsi, dan ekspor beberapa komoditas pertanian. Komoditas ekspor antar provinsi yang mengalami peningkatan kinerja yaitu bahan galian C dan minyak bumi. Adapun kinerja ekspor antar negara mengalami peningkatan seiring dengan relatif stabilnya harga kakao di pasar internasional dan mulai pulihnya kondisi perekonomian di negara-negara tujuan ekspor. Diversifikasi negara pembeli komoditas ekspor juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kinerja ekspor pada triwulan laporan relatif terjaga. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 terutama bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor bangunan. Sektor pertanian mengalami perlambatan terkait dengan menurunnya produksi padi, kakao, dan cengkeh. Adapun peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan didukung oleh banyaknya kegiatan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun kelompok masyarakat seperti lokakarya, pertemuan, dan rapat. 1

14 Ringkasan Eksekutif PERKEMBANGAN INFLASI Secara triwulanan, pada triwulan III-2009 Kota Palu mengalami inflasi cukup tinggi yang diakibatkan oleh adanya pengaruh faktor musiman bulan puasa dan lebaran. Pada triwulan laporan Kota Palu mengalami inflasi sebesar 3,35% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,36% (q-t-q). Seluruh kelompok pengeluaran memberikan sumbangan inflasi pada triwulan III-2009 dengan sumbangan terbesar bersumber dari kelompok bahan makanan, kelompok sandang, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Secara tahunan, laju inflasi Kota Palu pada akhir triwulan III-2009 mencapai 4,16% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan laju inflasi pada akhir triwulan II-2009 sebesar 5,83% (y-o-y), namun masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 2,83% (y-o-y). PERKEMBANGAN PERBANKAN BI rate sebagai suku bunga acuan perbankan yang saat ini telah mencapai titik terendah dalam sejarah membuat ruang untuk penurunan BI rate semakin sempit, dan apabila dinaikan kembali pada waktu mendatang akan berdampak pada penurunan kemampuan bayar debitur. Kedepannya, hal ini dapat membawa implikasi pada semakin meningkatnya NPL atau semakin tingginya appetite perbankan untuk menyalurkan kredit pada sektor yang memiliki risiko yang lebih rendah seperti kredit konsumsi yang saat ini mendominasi portofolio kredit perbankan Sulawesi Tengah. Selain itu, transmisi kebijakan moneter saat ini lebih direspons oleh penurunan suku bunga DPK dibanding penurunan suku bunga kredit. Secara umum aset perbankan Sulteng terus mengalami pertumbuhan setelah sempat mengalami perlambatan pada awal tahun 2009 akibat dampak krisis global. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan kredit khususnya kredit konsumsi. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Kantor Bank Indonesia Palu dari perbankan, dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan III-2009 menurun 16,98% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp159,39 miliar menjadi Rp 132,33 miliar, sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) juga turun sebesar 21,87% dibandingkan 2

15 Ringkasan Eksekutif triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 831,63 milyar menjadi Rp 649,75 milyar. Salah satu penyebab adanya penurunan inflow pada triwulan laporan adalah karena adanya ketentuan baru dari Bank Indonesia yang mengatur tingkat soil kelusuhan uang tidak layak edar (UTLE) yang diperbolehkan untuk disetor ke BI. Sementara penurunan tingkat outflow pada triwulan laporan lebih dipengaruhi oleh transaksi TUKAB (Transaksi Uang Kartal Antar Bank) yang mulai berjalan dengan baik serta adanya peningkatan transaksi melalui RTGS. Pada triwulan III-2009, jumlah warkat kliring turun 23,01% yaitu dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar. Demikian juga nominal perputaran kliring tercatat turun sebesar 18,25% dibandingkan triwulan II-2009 menjadi Rp870,39 miliar. Sementara itu, kualitas kliring di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Palu pada triwulan III-2009 relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebagaimana tercermin pada peningkatan persentase rata-rata harian penolakan cek/bg kosong dari sisi nominal kliring. Persentase rata-rata harian nominal cek/bg yang ditolak pada triwulan III-2009 tercatat 1,12%, lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya sebesar 0,52%. Sementara itu, rata-rata harian lembar cek/bg yang ditolak tercatat 1,53%, memburuk dibandingkan triwulan II-2009 sebesar 0,81%. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan September 2009 tercatat sebanyak orang, meningkat 1,45% dibandingkan dengan bulan Juni Jumlah pencari kerja masih didominasi oleh kaum perempuan, dan dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, para pencari kerja tersebut masih didominasi oleh lulusan SLTA. Berdasarkan data Perum Bulog Divre Sulawesi Tengah, pada tahun 2009 Sulawesi Tengah mendapat alokasi Raskin sebanyak ton yang akan didistribusikan kepada RTS. Jumlah RTS tersebut turun -24,71% dibandingkan jumlah RTS tahun Hingga akhir September 2009 realisasi penyaluran Raskin telah mencapai 72,27% atau setara dengan ton beras. 3

16 Ringkasan Eksekutif Jumlah KUR yang telah disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah hingga akhir Agustus 2009 mencapai Rp199,807 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp78,576 milyar dibandingkan posisi akhir Desember Sementara itu jumlah debitur mencapai debitur, atau bertambah bila dibandingkan posisi akhir tahun PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Perkembangan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan III-2009 mengalami surplus sebesar Rp177,50 miliar. Hal ini dapat diakibatkan oleh nilai realisasi belanja daerah yang masih lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pendapatan daerah hingga akhir triwulan III Secara keseluruhan, realisasi belanja daerah Provinsi Sulawesi Tengah mencapai Rp566,83 miliar atau 51,55% dari total anggaran belanja daerah tahun 2009 sebesar Rp1.099,68 miliar. Nilai ini masih dibawah realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tengah yang mencapai Rp744,33 miliar atau 70,04% dari total anggaran pendapatan daerah tahun 2009 sebesar Rp1.062,74 miliar. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 5,79% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang masih bersumber pada kegiatan konsumsi rumah tangga, dan investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga terkait dengan event hari raya Idul Adha, perayaan Natal, dan tahun baru. Sedangkan investasi diperkirakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya realisasi belanja modal pemerintah pada akhir tahun, dan investasi swasta. Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009 didorong oleh pertumbuhan pada sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Secara keseluruhan, kinerja sektor pertanian tahun 2009 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun Hal ini searah dengan angka ramalan (ARAM) III-2009 untuk produksi padi yang dipublikasikan BPS Sulawesi Tengah. Secara tahunan Laju inflasi tahunan Kota Palu pada triwulan IV-2009 diperkirakan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM pada tahun 2008 dan mulai membaiknya 4

17 Ringkasan Eksekutif perekonomian nasional pasca krisis global menyebabkan laju inflasi pada triwulan IV 2009 lebih rendah dibandingkan triwulan IV Sementara itu, laju inflasi triwulanan (q-t-q) diperkirakan akan menurun terkait dengan hilangnya pengaruh musiman lebaran pada triwulan sebelumnya. Faktor penguatan nilai rupiah terhadap dolar juga ikut memperkuat proyeksi ini berkaitan dengan berkurangnya tekanan inflasi khususnya dari imported inflation. Sumber tekanan inflasi pada triwulan IV-2009 sebagian besar berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau, serta kelompok sandang. Komoditas kelompok bahan makanan yang diperkirakan akan mengalami kenaikan harga yaitu beras, gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, daging sapi, daging ayam ras, ikan segar, cabe, bawang merah, dan telur. Pada triwulan IV-2009 kredit yang disalurkan oleh lembaga perbankan di Sulawesi Tengah diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan, namun disisi lain Dana Pihak Ketiga bertendensi untuk turun. Penurunan BI rate yang dilakukan hingga saat ini baru berdampak terhadap peningkatan kredit konsumsi karena kondisi perekonomian secara umum masih berada dalam tahap awal pemulihan, dan diperkirakan baru akan tumbuh pada tahun Hal yang perlu diperhatikan perbankan adalah adanya kecenderungan meningkatnya kredit bermasalah pada kelompok kredit produktif (modal kerja dan investasi). 5

18 Indikator Ekonomi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah MAKRO a. Inflasi dan PDRB Indikator Triwulan III Triwulan I Triwulan II Triwulan III Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu 165,29 114,41 *) 115,13 *) 116,45 *) 116,03 *) 119,92 *) Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu 8,13 10,40 *) 14,33 *) 11,07 *) 5,83 *) 4,16 *) (miliar Rp) , , , , , ,96**) - Pertanian 5.855, , , , , ,51 - Pertambangan dan Penggalian 451,82 537,92 137,34 135,51 143,56 149,25 - Industri Pengolahan 886,76 943,3 239,46 243,97 257,86 261,52 - Listrik dan Air Bersih 103,29 105,38 27,03 28,60 29,92 27,73 - Bangunan 902,41 980,08 258,51 217,13 232,63 282,08 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.772, ,15 494,66 463,28 491,03 537,89 - Pengangkutan dan Komunikasi 977, ,01 278,89 283,99 296,51 314,93 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 175,96 185,87 202,06 Perusahaan 624,21 691,25 184,56 - Jasa-Jasa 2.109, ,20 630,78 563,76 591,66 685,99 (miliar Rp) , , , , , ,96 **) -Konsumsi Rumah Tangga 8.009, , , , , ,96 -Konsumsi Lembaga Nirlaba 172,20 187,46 52,31 46,79 47,91 60,75 -Konsumsi Pemerintah 1.934, ,25 581,40 459,28 477,90 629,24 -PMTB 2.689, ,92 799,44 615,63 738,89 864,95 -Ekspor 2.159, ,72 585,55 508,88 516,48 603,83 -Impor(-) 1.280, ,89 313,24 259,29 282,54 329,77 Pertumbuhan PDRB tahunan (%) 4,3 8,99 8,61 14,41 5,27 7,1 Nilai Ekspor Non-Migas (USD Juta) 251, ,03 56,95 65,72 60,76***) Volume Ekspor Non-Migas (Ton) , , , , , ,50***) Nilai Impor Non-Migas (USD Juta) 0,54 0,03 0 0,42 0 0***) Volume Impor Non-Migas (Ton) 720,87 56, ,00 0 0***) Ket : *) Menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) **) Proyeksi BI ***) Posisi Juli-Agust 2009

19 Indikator Ekonomi b. Perbankan Indikator Triwulan III Triwulan II Triwulan III* PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Miliar Rp) 6.713, , , , ,87 DPK (Miliar Rp) 5.171, , , ,03 - Tabungan (Miliar Rp) 2.933, , , , ,03 - Giro (Miliar Rp) 1.285, , , , ,68 - Deposito (Miliar Rp) 952, , , ,51 Kredit (Miliar Rp) - Lokasi Proyek 5.071, , , , ,49 - Modal Kerja 2.142, , , , ,718 - Konsumsi 2.495, , , , ,30 - Investasi 433,37 803,82 686, , ,47 - LDR (%) 98,08 120,72 118,29 125,66 133,78 Kredit (Miliar Rp) Bank Pelapor 4.600, , , , ,00 - Modal Kerja 2.050, , , , ,72 - Konsumsi 2.264, , , , ,54 - Investasi 285,40 331,27 321,41 417,23 423,74 - LDR (%) 88,96 103,76 103,30 107,85 116,98 Kredit UMKM (Miliar Rp) 4.115, , , , ,69 - Kredit Mikro 2.013, , , , ,16 - Kredit Kecil 1.125, , , , ,06 - Kredit Menengah 977, , , , ,47 NPLs gross (%) 6,30 4,41 4,67 5,87 5,98 NPLs netto (%) 3,61 1,68 1,24 1,45 0,90 BPR : Total Aset (Miliar Rp) 193,07 391,59 361,76 456,36 511,57 DPK (Miliar Rp) 54,50 92,75 86,83 90,04 108,33 - Tabungan (Miliar Rp) 11,58 16,89 18,98 20,32 19,56 - Deposito (Miliar Rp) 42,92 75,86 67,85 69,72 88,77 Kredit (Miliar Rp) 113,07 179,64 182,60 187,55 190,87 - Modal Kerja 17,35 21,13 22,15 35,09 33,09 - Konsumsi 93,28 156,43 157,99 133,16 138,76 - Investasi 2,44 2,08 2,46 19,30 19,02 Kredit UMKM 113,07 179,64 182,60 187,55 190,87 Rasio NPLs gross (%) 1,70 1,96 1,81 2,21 2,09 Rasio NPL Netto (%) 0,79 0,83 0,78 1,11 1,13 LDR (%) 207,48 193,68 210,29 208,29 176,19 Ket. : *) Posisi Agustus 2009

20 Indikator Ekonomi c. Sistem Pembayaran Indikator Triwulan III Triwulan I Triwulan II Triwulan III SISTEM PEMBAYARAN Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp) 216,72 310,11 184,69 788,07 353,5 733,93 Inflow (Miliar Rp) 1.307, ,90 261,63 477,99 159,39 132,33 Outflow (Miliar Rp) 2.535, ,20 821,82 216,74 831,63 649,75 Pemusnahan Uang (Miliar Rp) 464,94 268, ,68 30,67 39,86 Transaksi RTGS - Inflow (Miliar Rp) , , , , , ,57 - Outflow (Miliar Rp) , , , , , ,70 Nominal Kliring (Miliar Rp) 4.500, ,09 832,61 797, ,66 870,39 Volume Kliring (Lembar) RRH Nominal Kliring (Miliar Rp) 18,38 16,7 13,05 13,58 16,65 14,51 RRH Volume Kliring (Lembar) RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) 0,49 0,61 0, ,52 1,12 RRH Volume Cek/BG Kosong (%) 0,69 0,67 0,59 0,8 0,81 1,53 RRH = Rata-Rata Harian

21 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan sebesar 7,10% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,61% (y-o-y). Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh ekspor, konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah. Ekspor Sulawesi Tengah pada triwulan laporan diperkirakan sudah tumbuh positif walaupun masih dalam tingkat yang rendah. Nilai investasi swasta juga diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan. Hal ini dapat dikonfirmasi dari perkembangan beberapa indikator investasi antara lain pertumbuhan kredit investasi, dan realisasi pengadaan semen. Meskipun kinerja ekspor antar provinsi cenderung mengalami penurunan kinerja khususnya pada bahan galian C, namun jumlah produksi minyak bumi pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Hal ini dapat dikonfirmasi dari data perkembangan produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala dan minyak bumi di Lapangan Tiaka. Adapun kegiatan kinerja ekspor antar negara sedikit tertolong oleh membaiknya ekspor CPO, dan komoditas perikanan ditengah kinerja ekspor kakao Sulawesi Tengah yang mengalami penurunan akibat penurunan jumlah produksi. Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 terutama bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor bangunan. Sektor pertanian mengalami perlambatan terkait dengan terjadinya penurunan produksi padi pada tahun Adapun peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan didukung oleh berbagai kegiatan sosialisasi dan rapat. Sementara pertumbuhan sektor angkutan lebih disebabkan oleh meningkatnya kegiatan sektor tersebut selama masa libur lebaran. 6

22 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 1.1. PERMINTAAN DAERAH Pada triwulan III 2009 perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7,10 % (y-o-y), yang didorong oleh pertumbuhan pada seluruh komponennya. Konsumsi pemerintah dan investasi diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara komponen-komponen lain diperkirakan mengalami pertumbuhan positif. Tabel 1.1. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Rincian Tr II Tr II Tr II Tr III *) 1.Konsumsi RT 8.009, , , Konsumsi Lembaga Nirlaba 172,20 187,46 43, Konsumsi Pemerintah 1.934, ,25 455, Investasi 2.689, ,92 725, Ekspor 2.159, ,72 595, Impor 1.280, ,89 295, Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu PDRB , , , Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%; y-o-y) Rincian Tr II Tr III Tr II Tr III *) 1.Konsumsi RT 7,65 5,52 5,83 6,58 10,37 6,99 2.Konsumsi Lembaga Nirlaba 6,92 8,86 8,22 6,75 9,17 16,14 3.Konsumsi Pemerintah 5,57 7,50 8,25 10,87 4,95 8,23 4.Investasi 11,11 9,47 8,21 9,15 1,87 8,19 5.Ekspor 7,09 10,13 5,78 2,65 (13,33) 3,12 6.Impor 6,85 1,04 32,75 (9,12) (4,37) 5,28 Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu PDRB 7,99 7,76 4,87 8,61 5,27 7,10 7

23 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh 6,99% (y-o-y), tumbuh lebih besar dibandingkan triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 6,58 % (y-o-y). Hal ini dapat dikonfirmasi dari perkembangan kredit konsumsi pada bulan September 2009 yang tercatat tumbuh 11,60% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, perkembangan pada beberapa indikator menunjukkan adanya penguatan daya beli masyarakat yang akan mendukung konsumsi rumah tangga. Konsumsi BBM retail selama triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan, demikian halnya dengan rata-rata NTP petani yang juga meningkat dari triwulan sebelumnya. Jumlah penumpang kapal laut selama triwulan III 2009 tercatat mengalami penurunan, sementara jumlah pendaftaran kendaraan baru pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Hasil survei konsumen juga mengkonfirmasi masih relatif tingginya daya beli masyarakat. Sumber : PT Pelindo IV, Pantoloan Jumlah arus penumpang kapal laut melalui pelabuhan Pantoloan pada triwulan III 2009 mengalami penurunan sebesar -56,09% (y-o-y), atau sebesar -11,18 (q-t-q). 8

24 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Laju penurunan terbesar terjadi pada jumlah penumpang yang berangkat meninggalkan Pelabuhan Pantoloan dengan daerah tujuan Makassar, Surabaya, dan Jakarta. Pengaruh libur lebaran terhadap jumlah pengguna kapal laut pada triwulan laporan, ternyata lebih kecil dibandingkan pengaruh musim liburan sekolah yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Sumber : Kantor Samsat Palu Berbeda dengan jumlah penumpang kapal yang justru mengalami penurunan, jumlah pendaftaran kendaraan baru selama triwulan III 2009 justru mengalami peningkatan sebesar 31,49 % dibandingkan triwulan sebelumnya. Pembelian kendaraan bermotor mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada bulan Agustus. Hal ini diduga terkait dengan meningkatnya permintaan kendaraan menjelang hari raya Idul Fitri. Nilai Tukar Petani sebagai salah satu indikator untuk menilai daya beli masyarakat khususnya dari golongan petani selama triwulan III relatif lebih besar dibandingkan dengan rata-rata NTP pada triwulan II. Rata-rata NTP selama triwulan III-2009 tercatat 99,11 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata selama triwulan II-2009 sebesar 98,64. Secara umum kenaikan tersebut diakibatkan oleh kenaikan Indek Diterima Petani yang lebih besar daripada kenaikan Indek Bayar Petani. Relatif terkendalinya inflasi menjadikan Indek Bayar tidak mengalami perubahan yang berarti. Relatif tingginya harga kakao di sentra produksi Parimo menjadi salah satu pendorong NTP petani meningkat selama triwulan III Selama periode laporan, NTP subsektor tanaman hortikultura tercatat mengalami kenaikan tertinggi yakni sebesar 1,86, dan diikuti NTP subsektor perkebunan rakyat. 9

25 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Beberapa event lain yang turut mendorong meningkatnya konsumsi masyarakat selama triwulan laporan diantaranya adalah berlangsungnya masa liburan sekolah, dan tahun ajaran baru, serta persiapan perayaan hari raya Idul Fitri 1430 H yang jatuh pada minggu ketiga September Jumlah konsumsi BBM selama triwulan III 2009 secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 7,00% dari triwulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi terbesar terjadi pada BBM jenis Premium dengan kenaikan sebesar 8,78 % (q-t-q). Adapun secara bulanan, konsumsi BBM retail tertinggi terjadi pada bulan Juli Konsumsi minyak tanah sebagai BBM yang banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga tertinggi terjadi pada bulan September, demikian halnya dengan BBM jenis premium. Berdasarkan hasil Survei Konsumen, indeks keyakinan konsumen masih berada di atas 100 yang menunjukkan bahwa masyarakat masih cukup optimis terhadap kondisi ekonomi selama triwulan laporan. Kondisi ini mencerminkan bahwa daya beli masyarakat relatif masih terjaga yang diperkuat optimisme masyarakat bahwa selama triwulan laporan dipandang merupakan waktu yang tepat untuk melakukan 10

26 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional pembelian barang tahan lama. Demikian halnya dengan tingkat penghasilan masyarakat yang dianggap masih lebih baik dibandingkan periode 6 bulan sebelumnya. Dengan tingkat penghasilan yang lebih baik maka dapat diartikan bahwa daya beli masyarakat masih terjaga pada tingkat yang optimis. Konsumsi pemerintah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 8,23% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 10,87% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh kenaikan belanja pemerintah. Realisasi belanja pemerintah selama triwulan III juga mengalami peningkatan sebesar 12,7 % menjadi 44,8 % dibandingkan posisi akhir Juni Tabel 1.3. Realisasi Belanja Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah Komponen Utama Belanja Pemerintah Daerah Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sulawesi Tengah. Komponen belanja pemerintah yang memiliki tingkat realisasi tertinggi (52,6 %) adalah pada komponen belanja operasional yang didalamnya mencakup pos belanja pegawai, belanja barang, belanja bantuan sosial, dll. Sementara realisasi belanja modal yang digunakan untuk membiayai proyek pemerintah baru mencapai 34,2 % dari pagu anggaran Target Tahun 2009 Realisasi sd.semester I- Realisasi sd Tw III Nominal Pangsa (%) Nominal % Nominal % BELANJA DAERAH 1,099, % 352, % 492, % Belanja Operasi 730, % 265, % 384, % Belanja Modal 283, % 44, % 96, % Belanja Tak Terduga 5, % - 0.0% - 0.0% Transfer 80, % 42, % 11, % Investasi Investasi pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 8,19% (y-o-y), mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan II Pertumbuhan kegiatan investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh investasi swasta, sedangkan investasi pemerintah diperkirakan masih terbatas. Hal ini dapat dikonfirmasi dari perkembangan beberapa indikator investasi antara lain pertumbuhan kredit investasi berdasarkan lokasi proyek, realisasi pengadaan semen dan realisasi belanja modal pemerintah. Kredit investasi berdasarkan lokasi proyek posisi Agustus 2009 tercatat tumbuh 101,11% (y-o-y), yang didominasi oleh investasi pada sektor listrik yaitu penyelesaian pembangunan PLTA di Kabupaten Poso dengan kapasitas 3 x 60 MW. Sementara itu, realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 tumbuh 11

27 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 31,43% (y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,39% (y-o-y). Berdasarkan data dari Biro Keuangan Propinsi Sulawesi Tengah, hingga akhir triwulan III 2009 tingkat realisasi belanja modal pemerintah baru mencapai 34,18 %. Jumlah belanja modal terbesar diperuntukkan bagi kegiatan pembangunan jalan, jembatan, dan jaringan irigasi Ekspor Ekspor 1 Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh 3,12% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 2,65% (y-o-y) maupun triwulan sebelumnya sebesar -13,33% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan ekspor terutama didukung oleh membaiknya kinerja ekspor antar provinsi, sedangkan kinerja ekspor antar negara diperkirakan mengalami penurunan. Komoditas ekspor antar provinsi yang mengalami peningkatan kinerja yaitu minyak bumi. Kegiatan ekspor antar negara mengalami perbaikan kinerja seiring dengan meningkatnya ekspor beberapa komoditas unggulan selain kakao seperti CPO dan komoditas perikanan. Berdasarkan data ASKINDO Sulawesi Tengah ekspor kakao selama triwulan III 2009 mencapai ton, lebih tinggi dibandingkan volume ekspor pada triwulan II 2009 yang tercatat sebesar ton. Ditinjau dari negara pembelinya, pangsa ekspor Sulawesi Tegah masih didominasi oleh negara-negara di Asia khususnya Malaysia, dan China. Namun demikian, sejak akhir triwulan II 2009 telah terjadi peningkatan pangsa ekspor khususnya untuk negara pembeli di benua Amerika. Secara agregat volume ekspor 1 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi. 12

28 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional non migas selama periode Juli yang sama pada tahun sebelumnya. Agustus 2009 tercatat jauh lebih tinggi dari periode Berdasarkan data ASKINDO Sulawesi Tengah, ekspor kakao selama triwulan III 2009 mencapai ton, lebih tinggi dibandingkan volume ekspor pada triwulan II 2009 yang tercatat sebesar ton. Membaiknya ekspor kakao selama triwulan laporan didukung oleh membaiknya harga kakao di pasar internasional (harga pasar komoditas di London), dan meningkatnya produksi kakao di Sulawesi Tengah selama periode Juni Juli yang merupakan puncak panen raya kakao. Hal yang menonjol dalam ekspor sepanjang tahun 2009 adalah adanya tambahan komoditas ekspor berupa bijih, kerak dan abu logam yang berasal dari pertambangan PT. INCO di Kabupaten Morowali. Total volume ekspor Sulawesi Tengah (angka tetap) bulan Januari - Agustus 2009 tercatat sebesar 521,81 ribu ton. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya terjadi kenaikan volume ekspor sebesar 193,03 persen atau naik dari 178,07 ribu ton pada tahun 2008 menjadi 521,81 ribu ton. Namun demikian nilai ekspor pada periode yang sama turun sebesar 28,04 persen dari US$ 224,60 juta pada tahun 2008 menjadi US$ 161,63 juta. 13

29 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Tabel 1.4. Perkembangan Aktivitas Muat Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan Kegiatan Tr.I-2008 Tr.II-2008 Tr.III-2008 Tr.IV-2008 Tr.I-2009 Tr.II-2009 Tr.III-2009 Volume Muat Barang 423, ,592 1,103,297 1,482, , , ,964 Jumlah Kapal g. Vol Muat (y-o-y) -10.1% 2.1% -76.1% g. Jml kapal (y-o-y) -12.9% -9.4% -69.7% Sumber : PT Pelindo IV, Cab. Pantoloan Volume muat barang yang dilakukan melalui pelabuhan Pantoloan selama triwulan III 2009 tercatat mengalami penurunan yang tajam bila dibandingkan triwulan sebelumnya maupun terhadap tahun sebelumnya. Penurunan ini juga terkait dengan penurunan jumlah kapal yang sandar di Pelabuhan Pantoloan selama triwulan laporan baik untuk rute pelayaran dalam negeri, maupun luar negeri Impor Impor Sulawesi Tengah selama triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh 5,28% (yo-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -4,37% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan impor didorong oleh kegiatan impor antar provinsi terutama untuk kelompok bahan makanan. Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap bahan makanan selama bulan puasa diperkirakan telah mendorong dilakukannya impor beberapa bahan makanan yang dihasilkan dari daerah-daerah di luar Sulawesi Tengah. Volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan selama triwulan III cenderung mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, namun demikian dapat dijelaskan bahwa pengiriman sebagian besar komoditas bahan makanan berasal dari daerah di sekitar Sulawesi Tengah seperti sapi dari Gorontalo, ayam, telur, dan beberapa jenis sayur dipasok dari daerah Sulawesi Selatan yang memanfaatkan jalur darat. Volume bongkar barang melalui Bandara Mutiara Palu selama triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang didominasi oleh pengiriman barang melalui jasa kargo pesawat. Sementara itu impor antar negara Sulawesi Tengah sepanjang Januari - Agustus 2009 (angka tetap) mencapai sebesar 0,43 ribu ton, atau senilai US$ 1,25 juta. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 terjadi penurunan volume impor sebesar 98,17 persen atau turun dari 23,41 ribu ton pada tahun 2008 menjadi 0,43 ribu ton. Sedangkan nilai impor naik dari US$ 1,01 juta pada tahun 2008 menjadi US$ 1,25 juta, atau naik sebesar 24,05 persen. Jika dilihat dari negara asalnya, seluruh komoditi impor pada triwulan III 2009 berasal dari negara China, 14

30 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional dengan jenis barang impor berupa mesin, kendaraan dan bagian kendaraan. Aktivitas impor dilakukan melalui Pelabuhan Poso, dan diduga kuat terkait dengan pelaksanaan pembangunan PLTA di wilayah tersebut PENAWARAN DAERAH Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,10% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan III-2008 yang tumbuh sebesar 8,61% (y-o-y). Perlambatan ekonomi terutama bersumber dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa-jasa, sektor listrik, air dan gas, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor angkutan & komunikasi. Perlambatan pada sektor pertanian terkait dengan menurunnya produktivitas lahan pada tanaman padi, dan kakao. Adapun perlambatan yang terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian didorong oleh berkurangnya permintaan bahan galian golongan C yang banyak digunakan untuk mendukung pembangunan infrastruktur. Pada umumnya selama bulan puasa aktivitas pembangunan jalan, jembatan dan gedung perkantoran mengalami penurunan. Permintaan bahan galian golongan C diperkirakan akan kembali meningkat pada triwulan IV, seiring dengan penyelesaian pekerjaan proyek-proyek infrastruktur yang bersumber dari pendanaan pemerintah. Tingginya permintaan terhadap kebutuhan sarana transportasi menjelang Idul Fitri menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan. 15

31 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Tabel 1.5. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Rincian Tr II Tr III Tr II Tr III *) 1.Pertanian 5.858, , , Pertambangan&Penggalian 451,82 537,92 131, Industri Pengolahan 886,68 943,30 232, Listrik&Air Bersih 103,29 105,38 25, Bangunan 902,41 980,08 226, Perdag, Hotel&Restoran 1.771, ,15 455, Angkutan&Komunikasi 975, ,01 265, Keu, Sewa&Js.Perusahaan 624,21 691,25 164, Jasa-Jasa 2.109, ,20 581, PDRB , , , Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) Rincian Tr II Tr III Tr II Tr III *) 1.Pertanian 5,00 4,61 0,26 7,60 2,85 4,07 2.Pertambangan&Penggalian 37,63 19,06 23,76 18,67 8,82 8,67 3.Industri Pengolahan 8,22 6,39 9,99 7,43 11,10 9,21 4.Listrik&Air Bersih 5,69 2,02 4,87 2,88 19,29 2,59 5.Bangunan 10,10 8,61 9,62 6,17 2,81 9,12 6.Perdag, Hotel&Restoran 7,98 6,41 7,39 5,74 7,82 8,74 7.Angkutan&Komunikasi 9,67 11,84 9,22 12,97 11,87 12,92 8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 9,34 10,74 12,76 13,08 12,72 9,48 9.Jasa-Jasa 9,54 12,97 4,33 10,26 1,75 8,75 PDRB 7,99 7,76 4,87 8,61 5,27 7,10 Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu Sektor Pertanian Pada triwulan III-2009, sektor pertanian diperkirakan tumbuh 4,07 % (y-o-y) atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan angka ramalan (ARAM) III BPS, produksi padi Sulawesi Tengah tahun 2009 akan lebih rendah dibandingkan tahun 2008, sementara produksi jagung pada tahun 2009 diperkirakan mengalami peningkatan. Penurunan produksi padi terjadi sebagai akibat menurunnya produktivitas lahan, karena pada saat yang sama luas panen padi di Sulaawesi Tengah justru mengalami peningkatan sebesar 1,38 %. Secara umum adanya penurunan produksi padi pada tahun 2009, diimbangi oleh kenaikan produksi pada kelompok tanaman palawija. 16

32 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Di sisi lain, produksi kakao cenderung turun akibat gangguan hama dan penyakit, alih tanaman serta kegiatan rehabilitasi tanaman. Sebagaimana diketahui, subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan merupakan subsektor dominan di sektor pertanian dengan pangsa ± 68%. Penurunan kinerja kedua subsektor tersebut diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan sektor pertanian tahun 2009 lebih rendah daripada tahun Sumber : BPS, * ARAM III 2009 Kinerja ekspor produk pertanian Sulawesi Tengah yang meliputi kakao, kopi, CPO, dan beberapa komoditas perikanan selama triwulan III menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Volume ekspor komoditas perikanan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar lebih dari 22 kali dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu ekspor komoditas kakao dan kopi pada triwulan III 2009 tercatat tumbuh negatif sebesar -2,3 % (y-o-y), lebih baik dari triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar -27,4 %(y-o-y). Membaiknya pertumbuhan volume ekpor komoditas pertanian juga terjadi pada komoditas CPO dan bahan nabati lainnya. Grafik Prompt Indikator Perkembangan Ekspor Komoditas Pertanian Sulawesi Tengah 17

33 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Menurunnya produksi padi Sulawesi Tengah sebagaimana hasil prognosa BPS, juga turut mempengaruhi perkembangan stok beras BULOG Divre Sulawesi Tengah pada akhir triwulan laporan. Stok beras pada akhir September 2009, mengalami penurunan sebesar ton, atau 29,98 % dibandingkan jumlah stok beras pada akhir periode yang sama tahun lalu. Namun demikian stok beras pada akhir September 2009 masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 5,7 bulan kedepan. Tabel 1.7. Perkembangan Stok Beras BULOG Divre Sulawesi Tengah Bulan Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Stok (Ton) Perubahan Stok Thd Kuartal Sblmnya Sumber : BULOG Divre Sulteng 100,1% 3,6% 22,3% -31,7% -22,9% 8,7% Sektor Jasa-Jasa Sektor jasa-jasa pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh 8,75% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 10,26% (y-o-y). Dalam struktur PDRB Sulawesi Tengah, sektor ini memiliki pangsa 17,96% atau terbesar kedua setelah sektor pertanian. Berdasarkan data SEKDA, hingga akhir Agustus kredit sektor jasa tumbuh 2,71 % (y-o-y), lebih tinggi dari pertumbuhan pada akhir September 2008 yang tumbuh negatif sebesar -23,63 % (y-o-y). Kredit sektor jasa masih didominasi oleh kredit untuk jasa dunia usaha. Sementara itu dana pemerintah yang tersimpan di lembaga perbankan hingga bulan September 2009 berjumlah Rp1.259,65 milyar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, jumlah tersebut meningkat sebesar 8,9 %. 18

34 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Adanya peningkatan jumlah dana pemerintah pada perbankan lebih disebabkan oleh adanya peningkatan dana pemerintah pusat yang belum dimanfaatkan. Sementara itu jumlah dana milik pemerintah daerah pada perbankan di Sulawesi Tengah pada akhir triwulan III 2009 justru mengalami penurunan bila dibandingkan posisi akhir triwulan II 2009 maupun akhir triwulan III tahun Hal ini menunjukkan bahwa secara nominal jumlah realisasi belanja pemerintah daerah pada akhir triwulan III relatif lebih baik dari sebelumnya. Sumber : Statistik Ekonomi-Keuangan Daerah Realisasi belanja pemerintah yang masih didominasi belanja operasional untuk membayar gaji pegawai dan pembelian peralatan kerja menjadi faktor yang menjaga pertumbuhan sektor jasa khususnya pada sub sektor jasa pemerintahan Sektor Pedagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 8,74% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,74% (y-o-y). Meningkatnya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia triwulan III-2009 yang menunjukkan adanya peningkatan omzet penjualan pada sektor ini. Indikator dini tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang juga menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kinerja subsektor hotel dan restoran. Rata-rata TPK hotel berbintang selama triwulan III 2009 mencapai 52,30 %, lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata triwulan III tahun 2008 yang mencapai 43,75%. Adapun faktor pendorong pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan antara lain aktivitas belanja masyarakat yang cenderung meningkat pada bulan puasa dan berbagai kegiatan pertemuan, seminar yang dilaksanakan di gedung pertemuan/hotel sejak sebelum puasa hingga setelah lebaran. 19

35 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sumber : BPS Sulteng Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 12,92% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 yang tumbuh 12,97% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan sektor ini didorong oleh penurunan kinerja subsektor angkutan dan subsektor komunikasi. Pada subsektor angkutan, penurunan kinerja terutama terjadi angkutan jalan raya, angkutan laut dan jasa penunjang angkutan, sedangkan angkutan udara mengalami peningkatan kinerja seiring dengan meningkatnya penggunaan angkutan udara pada masa libur lebaran. Jumlah pengguna angkutan pesawat udara yang datang dan berangkat melalui Bandara Mutiara selama triwulan III 2009 tercatat sebesar penumpang. Dibandingkan triwulan sebelumnya, jumlah penumpang pesawat udara mengalami peningkatan sebesar 4,75 %. Jumlah pengguna jasa angkutan udara tertinggi terjadi pada bulan Juli 2009 dengan jumlah penumpang mencapai penumpang. Relatif tingginya jumlah penumpang pesawat udara pada bulan tersebut disebabkan oleh jumlah pesawat yang datang, dan berangkat yang relatif lebih banyak. Sumber : PT Angkasa Pura, Bandara Mutiara Palu 20

36 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sementara itu jumlah penumpang kapal laut yang berangkat dan datang melalui Pelabuhan Pantoloan selama triwulan III-2009 mengalami penurunan sebesar 11,18% dari triwulan sebelumnya, yaitu dari penumpang menjadi penumpang Arus penumpang selama triwulan laporan didominasi oleh jumlah penumpang yang datang. Berbeda dengan penumpang pesawat udara, jumlah penumpang kapal laut terbanyak selama triwulan III 2009 terjadi pada bulan September yang mencapai penumpang. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah penumpang yang datang dan berangkat melalui Pelabuhan Pantoloan tercatat mengalami penurunan sebesar 56,09 %. Tabel 1.8. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan Pantoloan Jml Penumpang Tw III 2008 Tw IV 2008 Tw I 2008 Tw II 2009 Tw III 2009 Tw III Tw II - Tw III 2009 Turun ,71% -6,19% Berangkat ,02% -16,02% Jumlah ,09% -11,18% Sumber : PT Pelindo IV, Cabang Pantoloan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh 8,67% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Perlambatan yang terjadi pada subsektor penggalian seiring dengan berkurangnya realisasi produksi bahan galian C. Hal ini dapat dikonfirmasi dari angka realisasi produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala triwulan III-2009 yang tumbuh sebesar 15,69% (y-o-y). Produksi tertinggi selama triwulan laporan dicapai pada bulan Juli 2009 dan kecenderungan menurun pada dua bulan berikutnya. Penurunan produksi tersebut diduga terkait dengan turunnya permintaan dari beberapa daerah di Kalimantan yang selama ini menjadi tujuan pengiriman dan pengaruh faktor musiman (seasonal effect). Produksi bahan galian golongan C diperkirakan akan kembali mengalami peningkatan pada triwulan IV. Sementara itu kegiatan penambangan emas di wilayah Poboya masih terus berlangsung walaupun masih dilakukan secara perorangan, dan masih berstatus pertambangan rakyat. Sementara itu, produksi minyak bumi di Lapangan Tiaka Kabupaten Morowali pada triwulan III 2009 tumbuh sebesar 31,63% (y-o-y), setelah pada triwulan 21

37 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional sebelumnya tumbuh negatif. Membaiknya kinerja subsektor pertambangan pada triwulan laporan dikonfirmasi oleh tingginya volume pengiriman pada bulan September yang tercatat berjumlah barel. Sementara itu kegiatan eksplorasi migas di Blok North Surumana oleh grup Exxon, hingga kini belum memperoleh hasil yang memuaskan. Sumber : Dinas ESDM Kab Donggala Sumber : Dinas ESDM Sulteng Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan III-2009, sektor industri pengolahan tumbuh 9,21% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 7,43% (y-o-y). Distribusi terbesar sektor industri pengolahan masih berasal dari subsektor kayu dan hasil hutan lainnya dan subsektor makanan, minuman dan tembakau. Pertumbuhan pada sektor industri pengolahan terutama didorong oleh membaiknya kinerja subsektor kayu dan hasil hutan. Hal ini tercermin dari volume ekspor kayu olahan yang pada periode Juli- Agustus tercatat sebesar 429,21 ton, atau tumbuh sebesar 26,58% dibandingkan triwulan III Sementara hingga akhir Agustus 2009 kredit untuk sektor industri pengolahan mengalami kontraksi sebesar 5,39 % (y-o-y). 22

38 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Konsumsi BBM untuk industri selama triwulan III 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 26% dibandingkan triwulan II Pertumbuhan konsumsi BBM industri pada triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan konsumsi BBM jenis premium yang mengalami peningkatan sebesar kilo liter. Secara keseluruhan konsumsi BBM untuk sektor industri masih didominasi oleh BBM jenis solar dengan pangsa sebesar 87,24 % Sektor Bangunan Sektor bangunan pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh 9,12% (y-o-y), mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan III Peningkatan pertumbuhan sektor ini seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan investasi swasta dan realisasi belanja modal pemerintah. Hal ini dapat dikonfirmasi dari data perkembangan realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 yang tercatat tumbuh sebesar 31,43% (y-o-y). Sementara itu berdasarkan data hingga bulan September 2009, kredit untuk sektor bangunan tumbuh sebesar 16,17 % (y-o-y). Grafik Prompt Indicator Perkembangan Sektor Properti Sumber : LBU Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 2,59% (y-o-y), atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,88% (y-o-y). Perlambatan yang terjadi pada sektor ini 23

39 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional disebabkan terbatasnya pasokan listrik pada triwulan III-2009, khususnya di Kota Palu dan sekitarnya sehubungan dengan gangguan yang terjadi pada mesin pembangkit milik PLN maupun swasta. Namun demikian jumlah konsumsi listrik di Kota Palu selama triwulan laporan tumbuh sebesar 27,46% (y-o-y). Sementara jika dibandingkan dengan data pada triwulan sebelumnya, konsumsi listrik masyarakat Palu dan sekitarnya tumbuh sebesar 13,96 %. Salah satu penyebab peningkatan jumlah konsumsi listrik masyarakat adalah penambahan jumlah pelanggan. Selama triwulan III 2009 jumlah pelanggan listrik PLN Cabang Palu meningkat 1,27 % dari triwulan sebelumnya. Faktor lain yang ikut mendorong konsumsi listrik pada triwulan laporan adalah adanya perubahan perilaku masyarakat selama bulan puasa dimana masyarakat pada umumnya menyalakan lampu lebih lama dari biasanya. Saat ini kelistrikan di wilayah Sulawesi Tengah dilayani oleh 3 kantor cabang yaitu PLN Cabang Palu, PLN Cabang Toli-Toli, dan PLN Cabang Luwuk dengan pangsa terbesar berada pada PLN Cabang Palu. Tabel 1.9. Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Listrik di Kota Palu Periode Growth Jumlah Pemakaian Listrik Pemakaian Listrik Pelanggan (kwh) (y-o-y) Triwulan I ,38% Triwulan II ,67% Triwulan III ,49% Triwulan IV ,06% Triwulan I ,37% Triwulan II ,10% Triwulan III ,46% Sumber : PLN Cabang Palu, diolah Dalam beberapa tahun terakhir, kelistrikan di wilayah Sulawesi Tengah terus mengalami defisit daya yang berimbas pada semakin maraknya pemadaman yang terjadi. Bila dibiarkan terus menerus kondisi tersebut akan menyebabkan kegiatan investasi di Sulawesi Tengah menjadi terhambat Sektor keuangan, persewaan dan jasa Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 9,48% (y-o-y) atau melambat dibandingkan triwulan III- 24

40 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 2008 sebesar 13,08% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terutama didorong oleh subsektor bank dan subsektor lembaga keuangan bukan bank. Pemulihan kondisi perekonomian nasional yang masih berjalan lambat telah mempengaruhi kinerja sektor perbankan terutama dalam penyaluran kredit. Tingkat suku bunga kredit perbankan yang dianggap masih terlalu tinggi oleh pelaku usaha menjadikan laju pertumbuhan kredit selama triwulan laporan relatif rendah. Dengan adanya kesepakatan dari 14 bank nasional untuk menurunkan suku bunga simpanan, diharapkan akan diikuti dengan penurunan tingkat suku bunga kredit yang pada akhirnya akan mendorong laju penyaluran kredit oleh perbankan. Sementara itu, nilai tambah bruto bank umum hingga akhir triwulan III 2009 tercatat tumbuh sebesar 20,1 % (y-o-y) dari periode yang sama tahun sebelumnya. 25

41 Bab 2. Perkembangan Inflasi BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Inflasi Tahunan dan Triwulanan Secara tahunan, laju inflasi Kota Palu pada akhir triwulan III-2009 mencapai 4,16% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada akhir triwulan II-2009 sebesar 5,83% (y-o-y), namun masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 2,83% (y-o-y). Penurunan laju inflasi tahunan terutama dipengaruhi oleh hilangnya pengaruh kenaikan BBM pada tahun 2008, membaiknya pasokan berbagai komoditas bahan makanan, serta perbaikan ekspektasi masyarakat terhadap kestabilan harga pasca pemilu. Secara triwulanan, pada triwulan III-2009 Kota Palu mengalami inflasi yang cukup tinggi yang diakibatkan oleh adanya faktor musiman bulan puasa dan lebaran. Pada triwulan laporan Kota Palu mengalami inflasi sebesar 3,35% (q-t-q), berbeda Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 - (1,00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Sumber : BPS Palu Nasional dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,36% (q-t-q). Seluruh kelompok pengeluaran memberikan sumbangan inflasi pada triwulan III-2009 dengan sumbangan terbesar bersumber dari kelompok 26

42 Bab 2. Perkembangan Inflasi bahan makanan, kelompok sandang, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Secara musiman kelompok ini umumnya memberikan kontribusi terbesar yang disebabkan tingginya tingkat konsumsi bahan makanan dan kelompok sandang serta kebutuhan rekreasi pada musim lebaran. Grafik Grafik 2.3. Inflasi 2.1. Inflasi per per Kelompok Kelompok Pengeluaran (q-t-q) (3,50) Transpor Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan Jadi Bahan Makanan Umum 1,32 0,19 2,98 (0,25) 0,40 0,47 (0,12) (0,24) (0,36) 2,06 1,05 1,40 2,80 3,35 9,50 (6,00) (4,00) (2,00) - 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 Persen (%) Sumber : BPS Sept Jun.2009 Tabel 2.1 Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa September 2009 (%) Sumber : BPS Sulawesi Tengah Kelompok bahan makanan pada triwulan III 2009 mengalami inflasi sebesar 9,50% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -3,50% (q-t-q). Adapun pendorong utama peningkatan harga pada kelompok ini adalah peningkatan harga pada subkelompok buah-buahan, ikan segar, sayursayuran, dan bumbu-bumbuan. Subkelompok yang mengalami deflasi hanya terjadi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya. Faktor utama 27

43 Bab 2. Perkembangan Inflasi penyumbang inflasi pada kelompok bahan makanan adalah adanya musim bulan puasa dan lebaran. Tabel 2.2 Inflasi per Sub Kelompok pada Kelompok Bahan Makanan di Palu Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 1,40% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-2009 sebesar 2,80% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini terjadi pada subkelompok makanan jadi ( 0,69%), diikuti subkelompok minuman yang tidak beralkohol (5,72%). Sementara indeks harga subkelompok tembakau dan minuman beralkohol tidak mengalami perubahan harga dibandingkan triwulan sebelumnya. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 1,05% (q-t-q) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,24% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh peningkatan harga pada semua subkelompok dengan peningkatan tertinggi pada subkelompok perlengkapan rumah tangga (4,47%). Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi antara lain komoditi bahan bakar rumah tangga, kain gorden, panci, piring, pembasmi nyamuk cair. Sementara itu, komoditas yang memberikan sumbangan deflasi antara lain magic com, pengharum cucian/pelembut, sabun cair/cuci piring. Kelompok sandang pada triwulan III-2009 mengalami inflasi sebesar 2,06% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,12% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh peningkatan harga pada subkelompok sandang laki-laki, sandang wanita, dan sandang anak-anak seiring dengan meningkatnya permintaan (konsumsi) masyarakat dalam menghadapi musim 28

44 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Bab 2. Perkembangan Inflasi lebaran. Sementara itu, subkelompok barang pribadi dan sandang lain mengalami deflasi. Pada triwulan III-2009, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,40% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,47% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan harga pada subkelompok obat-obatan dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Adapun komoditas yang memberikan sumbangan inflasi antara lain obat dengan resep, vitamin, hand body lotion, bedak, obat gosok, sementara penyumbang deflasi minyak rambut, parfum, sabun mandi cair, obat flu, deodorant, lipstik, obat sakit kepala, dan pasta gigi. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III-2009 mengalami inflasi sebesar 2,98% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,25% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh adanya peningkatan harga pada subkelompok jasa pendidikan, kursus-kursus/pelatihan, rekreasi dan olah raga. Adapun komoditas yang memberikan sumbangan inflasi diantaranya yaitu tape recorder, televisi berwarna, dan VCD / DVD player. Pada triwulan III-2009, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 1,32% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,19% (q-t-q). Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan didorong oleh kenaikan harga pada semua subkelompok. Adapun komoditas penyumbang inflasi yaitu angkutan antar kota, angkutan udara, kendaraan carter, tarip sewa motor, telepon seluler, mobil, sepeda motor, dan kartu ATM. 2.2 Inflasi Bulanan Inflasi bulanan kota Palu pada bulan September 2009 tercatat 0,77% (m-t-m) atau lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 1,56%. Pada % 3,00 2,00 1,00 - Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Bulanan Palu (m-t-m) bulan September 2009, inflasi bulanan kecenderungan memiliki menurun pasca hilangnya faktor musiman puasa dan lebaran (1,00) (2,00)

45 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Bab 2. Perkembangan Inflasi yang terjadi pada bulan Agustus dan September Inflasi bulanan tertinggi bulan September terjadi pada kelompok bahan makanan dengan inflasi bulanan (m-t-m) tercatat sebesar 0,97%. Sub kelompok sayur-sayuran tercatat mengalami inflasi tertinggi diantara seluruh subkelompok bahan makanan yaitu sebesar 23,94%, disusul sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta ikan yang diawetkan. Namun disisi lain juga terdapat subkelompok lain yang mengalami deflasi yakni pada subkelompok buah-buahan, bumbu-bumbuan dan ikan segar masing-masing sebesar 5,64%, 3,98%, 2,11%. Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Palu per Kelompok Barang dan Jasa % Bahan Makanan 3,00 2,00 1,00 - (1,00) (2,00) ,00 % 6,00 4,00 2,00 - (2,00) Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 3,00 2,00 1,00 - (1,00) (2,00) 4,00 3,00 2,00 1,00 - (1,00) Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar % Sandang 2,50 % 2,00 1,50 1,00 0,50 - (0,50) (1,00) Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 5,00 % % 4, ,00 2,00 1,00 - (1,00) 6,00 4,00 % 2,00 - Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan (2,00) (4,00) Sumber : BPS 30

46 Bab 2. Perkembangan Inflasi 2.3 Tim Pengendali Inflasi Daerah Selain menggunakan instrumen monter seperti BI Rate, GWM dan instrumen lainnya dalam mengandalikan inflasi, BI juga perlu melakukan koordinasi terpadu dengan instansi dan stakeholder terkait lainnya ditingkat daerah. Melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), diharapkan berbagai kebijakan terkait inflasi dapat dilakukan secara sinergis. Pada periode triwulan III 2009, Tim Pengandali Inflasi Daerah Kota Palu telah melakukan rapat TPID sebanyak satu kali yakni pada bulan Agustus Adapun hasil dan rekomendasi yang diperoleh dari rapat tersebut diantaranya adalah: 1. Berkaitan dengan adanya ketergantungan pada beberapa komoditas inflasi yang didatangkan dari luar daerah, maka para pihak terkait perlu untuk mendorong usaha budidaya komoditas tersebut di wilayah Sulawesi Tengah. Model pertanian terpadu dapat menjadi alternatif untuk mendorong produksi sub sektor peternakan (ayam dan telur ayam ras). 2. Untuk mengendalikan harga gula pasir yang cenderung meningkat terus dalam beberapa bulan terakhir, BULOG diminta untuk ikut memasok gula pasir di pasar untuk menstabilkan harga. 3. Untuk menjaga persediaan beras dalam mengantisipasi dampak el nino, BULOG perlu didukung oleh semua pihak terutama dalam upaya meningkatkan stok baik melalui penyerapan padi dari Sulawesi Tengah, maupun melalui pengadaan dari luar daerah. 4. Dalam upaya menjaga stabilitas harga komoditas strategis seperti gula pasir, kedelai, minyak goreng, dan terigu, peran BULOG perlu untuk diperluas kewenangannya untuk terlibat dalam tata niaga komoditas tersebut. 5. Kegiatan bongkar muat melalui Pelabuhan Pantoloan yang dominasi oleh kapal domestik mengindikasikan bahwa selama ini keberadaannya lebih banyak diperuntukan melayani kegiatan perdagangan antar pulau/wilayah. Jumlah kapal yang berlabuh di pelabuhan Pantoloan terus meningkat dari tahun ke tahun. 6. Penambahan panjang dermaga pelabuhan perlu segera direalisasikan untuk mengurangi waktu tunggu kapal barang yang akan sandar. 31

47 Bab 3. Perkembangan Perbankan BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN Membaiknya ekonomi makro membuat beberapa indikator perbankan menunjukan perbaikan meskipun terdapat beberapa hal yang perlu diwaspadai. Kondisi aset dan kredit perbankan yang tumbuh perlu diwaspadai oleh potensi penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada kuartal keempat 2009 serta kecenderungan peningkatan kredit bermasalah/non Performing Loan (NPL). BI rate sebagai suku bunga acuan perbankan yang saat ini telah mencapai titik terendah dalam sejarah membuat ruang untuk penurunan BI rate semakin sempit, dan apabila dinaikan kembali pada waktu mendatang akan berdampak pada penurunan kemampuan bayar debitur. Kedepannya, hal ini dapat membawa implikasi pada semakin meningkatnya NPL atau semakin tingginya appetite perbankan untuk menyalurkan kredit pada sektor yang memiliki risiko yang lebih rendah seperti kredit konsumsi yang saat ini mendominasi portofolio kredit perbankan Sulawesi Tengah. Selain itu, transmisi kebijakan moneter saat ini lebih direspons oleh penurunan suku bunga DPK dibanding penurunan suku bunga kredit. Secara kelembagaan, terdapat peningkatan jumlah kantor bank di Sulawesi Tengah pada kuartal ketiga 2009 yaitu pembukaan Kantor Cabang Bank Tabungan Pensiunan Nasional di Luwuk dan pembukaan 2 Bank Perkreditan Rakyat yaitu BPR Nustria dan BPR Prima Artha Sejahtera di Kota Palu. Area penyebaran kantor bank di Sulawesi Tengah tidak berubah dari triwulan sebelumnya dengan Palu masih menduduki urutan pertama dalam jumlah kantor bank, diikuti dengan Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Banggai. Gambar 3.1. Jumlah dan Sebaran Kantor Bank di Sulawesi Tengah 32

48 Bab 3. Perkembangan Perbankan 3.1. Kondisi Bank Umum Grafik 3.1. Perkembangan Aset, DPK dan Kredit Secara umum aset perbankan Sulteng terus mengalami pertumbuhan setelah sempat mengalami perlambatan pada awal tahun 2009 akibat dampak krisis global. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan kredit khususnya pada kredit konsumsi. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga mengalami perlambatan sebagai akibat dari beberapa hal : Penurunan suku bunga simpanan setelah penurunan BI rate sebagai suku bunga acuan yang mencapai titik terendah dalam sejarah. Kesepakatan 14 bank untuk menjaga suku bunga dana berada pada BI rate basis point atau maksimal 8% untuk mencegah terjadinya perang bunga DPK. Hal ini berdampak terhadap berkurangnya keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di perbankan. Selain itu penurunan DPK pada triwulan laporan ini juga disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan uang kartal saat menjelang lebaran bulan September Realisasi APBD yang meningkat pada kuartal ketiga Pengimpunan Dana Bank Umum Grafik 3.2. Perkembangan DPK Grafik 3.3. Pengaruh Realisasi APBD Terhadap DPK 33

49 Bab 3. Perkembangan Perbankan Komposisi DPK perbankan Sulteng masih cukup positif karena hingga saat ini masih didominasi oleh porsi CASA (giro dan tabungan) yang merupakan dana murah dengan pangsa di atas 75% dari portofolio DPK. Penurunan DPK pada kuartal ketiga lebih didorong oleh penurunan jumlah simpanan giro sebesar -11,3% dibanding triwulan kedua 2009 (akibat adanya realisasi APBD). Sementara jumlah deposito turun -6,7% sebagai akibat dari adanya penurunan BI rate Penyaluran Dana Bank Umum Sejak Juli 2008, pertumbuhan jumlah kredit perbankan Sulawesi Tengah telah melebihi laju penghimpunan dana pihak ketiga. Hal ini mencerminkan sesuatu yang positif bagi peningkatan ekonomi di Sulteng, meskipun kondisi likuiditas perbankan, dan NPL menjadi perlu untuk lebih diwaspadai. Hal lain yang perlu dicermati adalah pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit konsumsi yang lebih tinggi dibanding kredit untuk kegiatan produktif. Grafik 3.4. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Menurut Kelompok Bank Peningkatan kredit konsumsi didorong oleh tingkat NPL yang rendah pada kredit konsumsi, sehingga jenis kredit ini dianggap aman oleh perbankan. Dari grafik diatas terlihat adanya pergeseran strategi penyebaran kredit, yaitu bank pemerintah mulai menurunkan porsi kredit konsumsinya dan beralih ke kredit produktif, sementara bank-bank swasta justru menaikan komposisi penyaluran kredit konsumsinya secara drastic, dan menurunkan penyaluran kredit produktifnya. Pergeseran strategi ini juga terwakili dari suku bunga kredit yang ditawarkan. Beberapa bank swasta bahkan ada yang menawarkan bunga KPR hingga 10% efektif per tahun, suku bunga kredit KPR yang terendah di dalam sejarah. 34

50 Bab 3. Perkembangan Perbankan Apabila diperinci lebih jauh, meski suku bunga KPR terus mengalami penurunan, proporsi kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan justru lebih mengarah kepada kredit non-kpr, dan diduga kuat mengarah kepada kredit pemilikan kendaraan atau kredit yang bersifat multiguna. Secara nominal, penyaluran kredit KPR memang terus meningkat, namun apabila dibandingkan dengan total kredit konsumsi secara keseluruhan terjadi penurunan share dari waktu ke waktu. Grafik 3.6. Perbandingan Tingkat NPL Menurut Jenis Kredit Grafik 3.7. Perkembangan Pangsa Kredit Sektor Bangunan Terhadap Kredit Konsumsi 3.4. Kualitas Kredit Grafik 3.8. Perkembangan Tingkat LDR dan NPL Grafik 3.9. Perkembangan Tingkat Kolektibilitas Kredit Pertumbuhan kredit dan pertumbuhan LDR perbankan Sulteng perlu untuk diwaspadai karena pertumbuhan tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas kredit. Kualitas kredit bahkan akan semakin memburuk seandainya tidak ada peningkatan kredit konsumsi. Peningkatan NPL gross juga dibarengi dengan peningkatan NPL nett karena pembentukan PPAP mulai menurun. Secara relatif tingkat NPL yang tinggi terdapat 35

51 Bab 3. Perkembangan Perbankan pada sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor pertambangan, meskipun secara nominal NPL pada sektor perdagangan masih dominan. Grafik Tingkat NPL Tertinggi Menurut Sektor Ekonomi Grafik Tingkat NPL Menurut Sektor Ekonomi 3.5. Kredit UMKM Porsi kredit UMKM atau kredit dibawah Rp 5 miliar, menyumbang sekitar 90 % terhadap total kredit perbankan, dengan tingkat NPL sekitar 4%. NPL kredit UMKM cenderung meningkat setiap triwulan namun masih dalam tahap wajar di bawah 5%, dan masih dibawah NPL gross total kredit perbankan. Namun kualitas kredit yang baik ini disebabkan oleh sumbangan NPL sektor konsumsi yang rendah. Grafik Perkembangan Jumlah Kredit dan NPL Kredit UMKM 3.6. Efisiensi Perbankan Tingkat efisiensi perbankan mengalami peningkatan ditandai dengan rasio Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) yang semakin menurun pada triwulan III-2009, meski secara rata-rata masih jauh di atas rata-rata tahun 2007 dan Penurunan BOPO pada triwulan III-2009 ini disebabkan oleh struktur Net Interest Margin (NIM) yang melebar akibat adanya penurunan suku bunga simpanan (biaya 36

52 Bab 3. Perkembangan Perbankan operasional) yang tidak diikuti dengan penurunan suku bunga kredit (pendapatan operasional). Grafik Perkembangan Suku Bunga Simpanan dan Kredit Menurut Kelompok Bank Grafik Perkembangan Rasio BOPO Bank Umum 3.7. Bank Perkreditan Rakyat Setelah pada triwulan IV 2008 hingga triwulan II 2009 mengalami perlambatan, pada triwulan III 2009 aset BPR di Sulawesi Tengah mengalami peningkatan baik dari sisi nominal maupun tingkat pertumbuhan bulanan. Pertumbuhan aset ini didorong oleh pertumbuhan kredit, terutama kredit konsumsi, selain akibat dari adanya penambahan jumlah BPR yaitu BPR Nustria dan BPR Prima Artha Sejahtera. 37

53 Bab 3. Perkembangan Perbankan Grafik Perkembangan Jumlah Asset BPR Grafik Perkembangan Jumlah DPK Pada Bank Perkreditan Rakyat Grafik Komposisi DPK Pada BPR Menurut Jenis Simpanan Dana Pihak Ketiga juga mengalami pertumbuhan baik secara nominal maupun pertumbuhan bulanannya, setelah terjadi penurunan drastis pada triwulan pertama Komposisi Dana Pihak Ketiga BPR hingga saat ini masih didominasi oleh deposito dengan pangsa mencapai 90,3% dari total DPK. Dengan proporsi dana yang didominasi oleh deposito akan menyebabkan suku bunga pinjaman yang dikenakan oleh BPR menjadi relatif tinggi, dan dapat menghambat laju pertumbuhan kredit BPR. 38

54 Bab 3. Perkembangan Perbankan Grafik Perkembangan Jumlah Kredit Pada BPR Grafik Komposisi Kredit Menurut Jenis Penggunaan Setelah sempat mengalami pertumbuhan pada triwulan I dan II 2009, pada triwulan laporan jumlah penyaluran kredit mengalami perlambatan. Terdapat konsentrasi yang cukup besar pada kelompok kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 79% dari total kredit yang disalurkan. Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) hingga saat ini secara rata-rata mencapai hampir 200%, sehingga menimbulkan risiko likuiditas, namun tingkat NPL gross masih cukup kecil karena berada pada kisaran 2%. 39

55 BOKS 1. DAMPAK PEMBIAYAAN KUR TERHADAP USAHA DEBITUR DAN BANK PENYALUR Secara umum, dapat disimpulkan bahwa kondisi usaha dari 84% responden debitur KUR meningkat semenjak menerima pembiayaan melalui skema KUR. Adanya perbaikan pada kondisi usaha para debitur didukung dengan meningkatnya jumlah aset (di luar tanah dan bangunan) yang dinyatakan oleh 84% responden, serta meningkatnya omset penjualan yang dinyatakan oleh 88% responden. Sementara itu 92% responden menilai bahwa taraf hidup keluarganya semakin membaik setelah menerima KUR. Dari sisi prosedur pengajuan kredit, sebagian besar (56%) responden menilai bahwa prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh KUR lebih sederhana dan mudah untuk dipenuhi. Hanya 4% responden yang menyatakan bahwa prosedur untuk memperoleh KUR berbelit dan sulit untuk dipenuhi. Berdasarkan hal ini dapat dinyatakan bahwa pola pembiayaan KUR memberikan kemudahan bagi para calon debitur yang selama ini mungkin belum dapat dilayani oleh perbankan terkait dengan persyaratan administratif/prosedur. Kenyataan ini menunjukkan bahwa keberadaan KUR telah memberikan keleluasaan bagi debitur yang selama ini feasible namun belum bankable. Berdasarkan jawaban responden, sebagian besar responden (85%) menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh debitur dari proses pengajuan hingga pencairan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan. Sementara sisanya menyatakan proses persetujuan kredit berlangsung antara 1 3 bulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa keberadaan KUR cukup membantu para debitur yang membutuhkan dana dalam jangka pendek (mendesak). Walaupun secara umum aspek prosedural yang selama ini menjadi kendala bagi calon debitur telah teratasi dengan adanya KUR, masih terdapat beberapa kendala yang dirasakan debitur terkait dengan proses pengajuan. Berdasarkan hasil survei, kendala yang masih dihadapi oleh responden diantaranya adalah aspek pemenuhan legalitas usaha, analisis kebutuhan kredit dan agunan tambahan.

56 Meskipun dalam ketentuannya nilai jaminan tambahan yang dipersyaratkan oleh bank penyalur kepada debitur ditetapkan tidak boleh melampaui 30 %, dalam kenyataannya debitur masih diminta untuk menyediakan agunan tambahan dengan nilai lebih besar. Hanya 15 % responden yang menyatakan bahwa besarnya jaminan tambahan yang disyaratkan oleh pihak bank < 30 % (sesuai ketentuan). 60 % responden menyatakan mereka diminta menyediakan jaminan tambahan dengan nilai agunan antara 30 % 100 % dari nilai pinjaman yang diajukan. Bahkan 25 % responden menyatakan bahwa mereka diminta untuk menyediakan agunan dengan nilai > 100 % dari nilai pinjaman. Kondisi ini harus menjadi perhatian pemerintah selaku penggagas KUR untuk melakukan pendekatan terhadap perbankan agar tidak meminta jaminan yang terlalu tinggi kepada calon debitur, sehingga realisasi penyaluran KUR dapat ditingkatkan. Dampak penyaluran KUR bagi bank penyalur Dari sudut pandang pelaku perbankan, skema pembiayaan melalui pola penjaminan KUR dinilai tidak signifikan berdampak bagi kondisi usaha bank penyalur. Hal ini diakibatkan oleh porsi pembiayaan yang menggunakan pola KUR, terhadap seluruh kredit yang disalurkan relatif kecil. Indikator Positif Netral Negatif Terhadap pencapaian laba usaha Permintaan kredit UMKM Pencapaian Target UMKM NPL kredit UMKM Jumlah SDM Dari 5 bank penyalur yang terdapat di Kota Palu, 4 bank menyatakan mendapat tambahan laba usaha dengan menjadi penyalur KUR, namun besarnya kenaikan laba yang diperoleh tidak signifikan. Sementara 1 bank penyalur menyatakan perolehan labanya tidak terpengaruh oleh KUR. Kondisi ini sejalan dengan relatif tidak berpengaruhnya KUR terhadap permintaan kredit pada bank penyalur khususnya untuk kelompok kredit UMKM. Namun demikian bank penyalur merasa cukup terbantu dalam mencapai target kredit UMKM. Proporsi kredit KUR yang relatif kecil terhadap keseluruhan kredit UMKM, mengakibatkan pengaruh KUR terhadap penurunan NPL kredit UMKM menjadi tidak signifikan. Pada sisi tenaga kerja, penyaluran KUR hanya berpengaruh terhadap penambahan SDM pada 1 bank penyalur. Dalam hal penetapan nilai jaminan, sebanyak 2 bank menetapkan besarnya agunan tambahan dalam kisaran 30 % 50 % dari nilai kredit yang disalurkan, 2 bank lainnya menetapkan besarnya jaminan tambahan antara 50 % - 70 % dari nilai kredit, dan 1 bank yang menetapkan nilai agunan tambahan di atas 70 % dari nilai kredit. Sementara dalam hal penetapan suku bunga, 4 bank penyalur menetapkan suku bunga KUR yang dikenakan maksimal 16 %, sementara 1 bank menggunakan suku bunga pasar sebagai acuan. Terkait dengan krisis global yang melanda perekonomian nasional, bank penyalur mengambil strategi dengan memilih sektor usaha yang tidak rentan terhadap krisis, memiliki potensi untuk berkembang, memiliki laporan keuangan, dan mampu menyediakan jaminan yang ditetapkan oleh bank. Adapun kendala yang masih dihadapi oleh bank dalam penyaluran KUR adalah sulitnya mendapatkan calon debitur dengan usaha layak, dan didukung oleh administrasi yang baik.

57 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki satu tujuan tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Salah satu pilar penting untuk mencapai tujuan ini adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam aplikasinya, sistem pembayaran menggunakan 2 instrumen yakni tunai dan nontunai. Di sisi instrumen pembayaran tunai, Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai berupa uang rupiah serta mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang tidak layak edar dan tidak berlaku dari peredaran. Sementara di sisi instrumen pembayaran non tunai, Bank Indonesia lebih mengarahkan kebijakan dalam hal menjaga kehandalan, keamanan, efisiensi dan efektivitas transaksi pembayaran non tunai dengan tetap memperhatikan aspek kesetaraan akses hingga perlindungan konsumen. Hingga saat ini instrumen pembayaran terus mengalami perkembangan pesat dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat pembayaran non tunai (non cash). Hal ini sejalan dengan inisiatif Bank Indonesia untuk mendorong dan membangun masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran non tunai atau dikenal dengan Less Cach Society. 4.1 Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Aliran uang kartal di Bank Indonesia Palu pada triwulan III 2009 berada pada kondisi net outflow yang berarti jumlah uang keluar lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan III-2009 menurun 16,98% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp159,39 miliar menjadi Rp 132,33 miliar, sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) juga turun sebesar 21,87% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 831,63 milyar menjadi Rp 649,75 milyar. Salah satu penyebab adanya penurunan Inflow pada triwulan laporan adalah 40

58 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran karena adanya ketentuan baru dari Bank Indonesia yang mengatur tingkat soil kelusuhan uang tidak layak edar (UTLE) yang diperbolehkan untuk disetor ke BI. Sementara penurunan tingkat outflow pada triwulan laporan (q-t-q) lebih dipengaruhi oleh karena transaksi TUKAB (Transaksi Uang Kartal Antar Bank) yang mulai berjalan dengan baik. Perbankan yang ada di Sulawesi Tengah semakin aktif berperan dalam menangani kelebihan dan kekurangan likuiditas melalui TUKAB tersebut. Adapun penarikan uang ke BI adalah lebih karena untuk memenuhi kebutuhan yang tidak tersedia di perbankan (melalui transaksi TUKAB). Kondisi ini tentu berdampak positif pada jumlah uang yang harus dikeluarkan dari khasanah BI dan pada gilirannya juga akan menurunkan biaya cetak dan distribusi uang khusus untuk wilayah Sulawesi Tengah. Disamping itu adanya peningkatan transaksi melalui RTGS juga menjadi salah satu faktor utama menurunnya tingkat outflow pada triwulan III. Bila kita membandingkan angka inflow dan outflow maka akan diperoleh netoutflow selama triwulan III-2009 sebesar Rp 517,42 miliar. Kondisi serupa juga terjadi pada triwulan sebelumnya dengan angka net-outflow sebesar Rp 672,24 miliar. Kondisi net-outflow ini merupakan salah satu indikator meningkatnya transaksi perekonomian yang ada di Sulawesi Tengah. Faktor-faktor seperti kebutuhan dana masyarakat dalam menghadapi momen Idul Fitri, kebutuhan dana untuk proyek pemerintah dan swasta, pembayaran Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta adanya 41

59 Miliar Rp Persen (%) Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran musim panen padi, kakao dan cengkeh ditengarai menjadi tingginya net-outflow pada triwulan III Dalam rangka menjaga kualitas uang rupiah yang diedarkan dalam kondisi yang layak edar, Bank Indonesia Palu melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang rupiah yang dimusnahkan adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran serta uang tidak layak edar (UTLE) dengan tingkat soil 2 atau uang yang telah rusak. Jumlah uang yang dimusnahkan dapat dilihat dari jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Selama triwulan III-2009, jumlah uang kertas yang dimusnahkan di Bank Indonesia Palu mencapai Rp39,86 milyar atau meningkat 29,96% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 30,67 milyar ,06 29,04 20,46 17,63 Grafik 4.2. Perkembangan PTTB 41,35 46,14 36,50 23,35 26,22 33,16 32,44 50,00 Inflow 45,00 PTTB Rasio PTTB Thd Inflow 40,00 35,00 30,12 30,00 25,00 19,50 20,00 15,00 5,65 10,00 7,83 5,00 0,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Sumber : Bank Indonesia Palu 4.2 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Dalam upaya untuk mengantisipasi penyebaran uang palsu dan kejahatan pemalsuan uang khususnya di Sulawesi Tengah, Bank Indonesia Palu menerapkan kebijakan peningkatan koordinasi, perluasan sasaran pengenalan atau sosialisasi ciriciri keaslian rupiah, serta mencabut dan menarik uang dari peredaran. Pada triwulan III-2009, jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Bank Indonesia Palu sebanyak 6 lembar, atau tetap dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebanyak 6 lembar. Uang palsu yang dicatat oleh Bank Indonesia Palu ini diperoleh melalui laporan dari perbankan maupun masyarakat umum, yang kemudian 42

60 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran diteruskan kepada pihak kepolisian untuk penanganan secara hukum. Meskipun jumlah uang palsu yang beredar pada periode triwulan III ini relatif sedikit, Bank Indonesia Palu senantiasa meningkatkan pengawasan terhadap peredaran uang palsu. Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar) Pecahan Mata Uang (Nominal) Tr I Tr II Tr III Rp Rp Rp Rp Jumlah Sumber : Bank Indonesia Palu 4.3 Perkembangan Kliring Lokal Pasal 16 Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.3 tahun 2004 menyatakan bahwa Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan valas. Adanya kliring diharapkan dapat meningkatkan penggunaan instrumen pembayaran giral dan mendorong masyarakat untuk menyimpan dana di bank. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penyelenggaraan kliring untuk transaksi antar bank adalah memberikan alternatif bagi masyarakat dalam melakukan suatu pembayaran yang aman, efektif dan efisien, dan bagi bank merupakan salah satu layanan kepada nasabah dan dapat menjadi salah satu sumber fee based income (pendapatan di luar bunga). Dalam rangka meningkatkan kecepatan dan keakuratan settlement sehingga lebih memberikan kepastian dalam penyelesaian transaksi serta meminimalkan risiko kegagalan settlement, maka sejak September 2006 Kantor Bank Indonesia Palu telah menerapkan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Terlaksananya transmisi arus dana melalui SKNBI secara real time, otomatis akan mempercepat perputaran uang (velocity of money) dan mengurangi floating dana karena tidak ada lagi penundaan (time lag) dalam settlement sebagaimana terjadi pada sistem kliring lokal. 43

61 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan III-2009, jumlah warkat kliring turun 23,01% yaitu dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar. Demikian juga nominal perputaran kliring tercatat turun 18,25% dibandingkan triwulan II-2009 sehingga menjadi Rp870,39 miliar. Penurunan jumlah warkat dan nominal kliring sejalan dengan menurunnya transaksi kas masuk (inflow) maupun kas keluar (outflow) dalam periode triwulan III Namun disisi lain penurunan warkat dan nominal kliring ini dibarengi dengan adanya peningkatan transaksi RTGS. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran (shifting) paradigma di masyarakat yang lebih memilih untuk menggunakan RTGS dibandingkan dengan menggunakan transaksi kliring. Faktor seperti kecepatan dan keamanan transaksi menjadi faktor utama preferensi masyarakat terhadap layanan RTGS ini. Keterangan Perputaran Kliring Sumber : Bank Indonesia Palu Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Tr IV Tr IV Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III - Lembar Nominal (Miliar Rp) 1.079, ,77 832, ,89 797, ,66 870,39 Rata-Rata Harian Perputaran Kliring - Lembar Nominal (Miliar Rp) 18,04 27,86 13,05 18,95 13,58 16,65 14,51 Rata-Rata Harian Penolakan Cek/BG Kosong - Lembar (%) 1,17 0,84 0,59 1,03 0,80 0,81 1,53 - Nominal (%) 0,80 0,37 0,57 1,17 2,32 0,52 1,12 Sementara itu, kualitas kliring di wilayah kerja Bank Indonesia Palu pada triwulan III-2009 relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebagaimana tercermin pada peningkatan persentase rata-rata harian penolakan cek/bg kosong dari sisi nominal kliring. Persentase rata-rata harian nominal cek/bg yang ditolak pada triwulan III-2009 tercatat 1,12%, lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya sebesar 0,52%. Sementara itu, rata-rata harian lembar cek/bg yang ditolak tercatat 1,53%, memburuk dibandingkan triwulan II-2009 sebesar 0,81%

62 Miliar Rp Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran 4.4 Perkembangan BI-RTGS Transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III-2009 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun Hal ini terutama didorong oleh peningkatan aktivitas transaksi untuk settlement kliring , , , , , , ,00 - (1.000,00) Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tengah Inflow Outflow Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Sumber : Bank Indonesia Palu Pada triwulan III-2009, transaksi pembayaran di Sulawesi Tengah melalui sistem BI-RTGS mengalami peningkatan aktivitas transaksi dibandingkan triwulan sebelumnya. Aliran dana keluar (Outflow) melalui RTGS pada triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp 4746,70 miliar atau naik 10,47% dibandingkan triwulan II-2009 sebesar Rp4.296,78 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. Disisi lain aliran dana masuk (inflow) melalui RTGS pada triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp4.929,57 miliar atau naik 18,12% dibandingkan triwulan II-2009 sebesar Rp4.173,37 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. 45

63 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. KETENAGAKERJAAN Berdasarkan hasil survei (Sakernas) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah posisi Februari 2009 mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja. Bahkan selama kurun waktu 2008 sampai dengan 2009 penyerapan tenaga kerja dan jumlah angkatan kerja menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada posisi Februari 2009, jumlah penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah naik 3,72% dibandingkan posisi Februari 2008 yaitu dari 1,13 juta jiwa menjadi 1,17 juta jiwa. Sementara itu, jumlah angkatan kerja posisi Februari 2009 tercatat sebanyak 1,24 juta jiwa atau naik 1,38% dibandingkan posisi Februari 2008 yang tercatat sebanyak 1,22 juta jiwa. Kombinasi perkembangan dua hal ini menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah turun yaitu dari 7,25% pada posisi Februari 2008 menjadi 5,11% pada posisi Februari Dibandingkan dengan kondisi TPT nasional yaitu sebesar 8,14% maupun TPT provinsi lainnya di Pulau Sulawesi, kondisi TPT di Sulawesi Tengah secara umum relatif lebih baik. 46

64 Persen (%) Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Grafik 5.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan Kawasan Sulawesi 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00-10,63 8,14 8,74 5,11 5,38 5,06 4,92 Nasional Sulteng Sulut Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Sumber : BPS, posisi Februari 2009 Di sisi lain, selama kurun waktu 2008 sampai dengan awal 2009, tingkat setengah pengangguran menunjukkan kecenderungan menurun. Persentase tingkat setengah pengangguran pada bulan Februari 2009 tercatat 5,11% lebih rendah daripada persentase pada bulan Februari 2008 sebesar 7,25%. Tingkat setengah pengangguran secara konvensional biasanya diukur berdasarkan jam kerja. Seseorang dikatakan sebagai setengah pengangguran jika dia bekerja kurang dari jam kerja normal (< 35 jam seminggu). Meskipun jumlah jam kerja per minggu tidak sepenuhnya dapat memberikan gambaran tingkat produktivitas, terutama bagi mereka yang memang menghendaki jam kerja rendah, namun demikian jam kerja yang rendah merupakan salah satu indikasi pemanfaatan tenaga kerja yang kurang optimal. Untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pemerintah daerah dan stakeholders terkait lainnya perlu berupaya keras meningkatkan aliran investasi ke 47

65 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Sulawesi Tengah antara lain dengan perbaikan infrastruktur (jalan, pelabuhan dan listrik), peningkatan kualitas SDM, jaminan stabilitas keamanan, jaminan minimnya biaya tinggi dan fokus pada pengembangan industri yang berbasis komoditas unggulan (dalam hal ini sektor pertanian). Berdasarkan data BPS, sebagian besar angkatan kerja di Sulawesi Tengah diserap oleh sektor pertanian (57,85%). Di tengah kondisi ekonomi dan lapangan kerja formal yang masih terbatas, sektor pertanian tetap menjadi pilihan penduduk karena sifatnya yang fleksibel dan tidak membutuhkan keahlian yang tinggi. Para pekerja di sektor ini lebih mudah untuk keluar masuk jika ada peluang kerja yang lebih baik. Bila dibandingkan dengan posisi Februari 2008, pangsa tenaga kerja di sektor pertanian posisi Februari 2009 mengalami fluktuasi yang paling tinggi di antara semua sektor yakni turun sebesar 4,69%. Disisi lain, pangsa tenaga kerja di sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan justru meningkat masing-masing sebesar 2,75% dan 1,58%. Hal ini menunjukkan telah terjadi transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor tersier walaupun masih berjalan lamban. Tabel 5.1. Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasarkan Sektor Ekonomi No Sektor Feb-07 Feb-08 Feb-09 1 Pertanian Industri Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan Lainnya Jumlah Sumber : BPS Berdasarkan data penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut status pekerjaan utama, status pekerjaan didominasi oleh berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (26,51%). Sementara persentase status pekerjaan penduduk bekerja yang terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar (2,61%). Penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan tercatat sekitar 20% pada Februari 2009, lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase pada bulan Agustus 2008 (18,10%). Sementara itu, persentase penduduk yang berstatus pekerja tak 48

66 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat dibayar pada Februari 2009 tercatat 25,26% atau lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pada bulan Agustus 2008 yang tercatat sebesar 25,00%. Fenomena ini menunjukkan meningkatnya keinginan anggota rumah tangga untuk membantu meningkatkan penghasilan rumah tangga, diduga sebagian besar penduduk yang berstatus sebagai pekerja tak dibayar tersebut berasal dari ibu-ibu rumah tangga maupun anggota rumah tangga lainnya yang sebenarnya masih bersekolah. Tabel 5.2. Penduduk Berumur 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Sementara itu, jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan September 2009 tercatat sebanyak orang atau naik 1,45% dibandingkan dengan bulan Juni 2009 sebanyak orang. Pencari kerja di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh lulusan SLTA (60,23%), diikuti S1 / sarjana (24,18%) dan DII (5,47%). Dilihat dari jenis kelaminnya, jumlah pencari kerja wanita lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pencari kerja laki-laki. Kondisi ini mencerminkan bahwa peningkatan jumlah peningkatan tenaga kerja belum mampu diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja baru. Status Pekerjaan Feb-07 Agust-07 Feb-08 Agust-08 Feb-09 Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap/brh tdk dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/brh dibayar Buruh/karyawan Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja tak dibayar Total Tabel 5.3. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah Jenis Pendidikan Des.2008 Mar.2009 Jun.2009 Sep.2009 L W Total L W Total L W Total L W Total SD SLTP SLTA DI DII DIII Sarjana Pasca Sarjana Total Sumber : Disnakertrans Sulteng 49

67 Rp Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Tengah tahun 2009 ditetapkan sebesar Rp per bulan atau naik 7,46% dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp Namun demikian, angka tersebut masih berada di bawah angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Sulawesi Tengah tahun Dibandingkan dengan rata-rata UMP se- Indonesia tahun 2009 (sekitar Rp per bulan), UMP Sulawesi Tengah lebih rendah 13,88%. Grafik 5.4. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah 1,000, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,000 50, % % 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Sumber : Disnakertrans Prov.Sulteng UMP (Rupiah) KHL (Rupiah) UMP / KHL (%) 5.2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Angka Indeks Pembangunan Manusia atau IPM 1 Sulawesi Tengah menunjukkan perbaikan, walaupun belum terlalu signifikan. Dibandingkan dengan angka IPM nasional, IPM Sulawesi Tengah selalu berada di bawah IPM nasional. Pada tahun 2008, angka IPM Sulawesi Tengah sebesar 70,09 meningkat sebesar 0,75 dari tahun sebelumnya. Hingga saat ini terdapat tiga kriteria IPM, yaitu IPM tinggi dengan angka indeks di atas 80,00, IPM sedang dengan batas angka 50,00 79,90 dan IPM rendah dengan angka di bawah 50,00. Angka IPM Sulawesi Tengah dan kebanyakan provinsi di Indonesia masuk dalam kategori sedang. 1 IPM dikembangkan pada 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993 oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu 1. usia yang panjang dan sehat yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. pendidikan yang diukur dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga dan angka partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga, dan 3. standar hidup yang layak yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang USD 50

68 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat 5.3. GINI RATIO Pertumbuhan ekonomi daerah diharapkan berdampak positif pada perbaikan kesejahteraan masyarakat, baik melalui penciptaan lapangan kerja maupun peningkatan pendapatan. Di sisi tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi akan membuka lapangan kerja sehingga angkatan kerja yang ada dapat diserap dan memiliki pendapatan. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi daerah yang terjadi tidak serta merta mampu menyebabkan penciptaan lapangan kerja secara signifikan sehingga pendapatan yang terjadi hanya dinikmati oleh sebagian masyarakat. Di sisi pendapatan, pertumbuhan ekonomi daerah akan menciptakan pendapatan bagi setiap pelaku usaha. Namun demikian, pendapatan yang tercipta belum tentu dapat dinikmati oleh masyarakat secara lebih luas. Penilaian dampak pertumbuhan ekonomi terhadap perbaikan kesejahteraan salah satunya adalah melalui tingkat distribusi ketimpangan pendapatan yang tercermin dari angka Gini Ratio 2. 2 Gini Ratio merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan. Nilai Gini Ratio terletak antara 0 dan 1, dimana nilai yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah (distribusi pendapatan merata), dan sebaliknya. Distribusi pendapatan di Indonesia dibagi atas tiga kelompok yaitu kelompok teratas, menengah dan terendah. Menurut Bank Dunia, distribusi pendapatan timpang manakala kelompok pendapatan terendah hanya menikmati kue ekonomi kurang dari 17%. 51

69 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 5.4. Perkembangan Gini Ratio Sulawesi Tengah % 40% 20% 40% 40% 20% Keterangan populasi dengan pendapatan populasi dengan pendapatan populasi dengan pendapatan Gini Ratio populasi dengan pendapatan populasi dengan pendapatan populasi dengan pendapatan Gini Ratio terendah menengah tertinggi terendah menengah tertinggi Sulteng 21,85 38,07 40,08 0,30 20,88 39,09 40,04 0,32 Nasional 18,81 36,40 44,78 0,36 19,10 36,11 44,79 0,36 Sumber : BPS Berdasarkan perkembangan Gini Ratio pada tabel 5.4 dapat dikemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah belum sepenuhnya mampu memperbaiki ketimpangan pendapatan di Sulawesi Tengah. Hal ini tercermin dari memburuknya angka Gini Ratio Sulawesi Tengah tahun 2007 dibandingkan tahun 2005 yaitu dari 0,30 menjadi 0,32 (ukuran ketimpangan sedang). Pada tahun 2007, 40% masyarakat Sulawesi Tengah dengan pendapatan terendah menikmati kue ekonomi di atas 17% (20,88%) sehingga ketimpangan tahun 2007 masih relatif rendah KEMISKINAN Persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah tahun 2009 tercatat sebesar 18,98% lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 20,75%, namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penduduk miskin nasional sebesar 14,15%. Dilihat berdasarkan lokasinya, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Jumlah penduduk miskin di pedesaan tahun 2009 mencapai 435,17 ribu jiwa (88,84%), dan penduduk miskin di perkotaan sebanyak 54,67 ribu jiwa (11,16%). Sementara itu indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di pedesaan juga lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Pada bulan Maret 2009, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perkotaan hanya 1,91 sementara di daerah perdesaan mencapai 3,05. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan untuk perkotaan hanya 0,52 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,82. Dari 52

70 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat angka ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah daripada di daerah perkotaan. Tabel 5.5. Perkembangan Indikator Indikator Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tengah Keterangan Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 486,3 527,5 566,1 557,5 524,7 489,94 Kota 70,5 73,2 76,6 67,1 60,93 54,67 Desa 415,8 454,3 489,5 490,4 463,77 435,17 Persentase Penduduk Miskin (%) 21,69 21,8 24,09 22,42 20,75 18,98 Kota 15,33 14,41 15,52 12,86 11,47 10,09 Desa 23,33 23,76 26,37 24,97 23,22 21,35 Indeks Kedalaman Kemiskinan (%) 4,03 4,18 6,49 4,46 4,33 4,09 Kota 3,19 2,26 2,71 2,14 2,22 1,40 Desa 4,73 4,64 7,47 5,08 4,89 4,80 Indeks Keparahan Kemiskinan (%) 1,14 1,2 2 1,38 1,41 1,37 Kota 0,96 0,63 0,72 0,56 0,6 0,31 Desa 1,37 4,18 6,49 1,6 1,63 1,65 Sumber : BPS Sulteng Dalam upaya penurunan jumlah penduduk miskin, Pemerintah telah melakukan beberapa program antara lain program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), program keluarga harapan, program BOS, program BLT, program Askeskin, penyaluran KUR serta program beras untuk rakyat miskin (Raskin). Pada tahun 2009 ini Pemerintah kembali melanjutkan program Raskin selama 12 bulan melalui penjualan beras 15 kg tiap rumah tangga sasaran (RTS) dengan harga Rp1.600/kg. Berdasarkan data pada Perum Bulog Divre Sulawesi Tengah, untuk tahun 2009 Sulawesi Tengah mendapat alokasi Raskin sebanyak ton yang akan didistribusikan kepada RTS. Jumlah RTS tersebut turun -24,71% dibandingkan jumlah RTS tahun Berdasarkan data pada akhir September 2009 realisasi penyaluran Raskin telah mencapai 72,27% atau setara dengan ton beras. Berdasarkan data pada akhir Agustus 2009, jumlah KUR yang telah disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp199,807 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp78,576 milyar dibandingkan posisi akhir Desember Sementara itu jumlah debitur telah mencapai debitur, atau bertambah bila dibandingkan posisi akhir tahun Hingga saat ini baru terdapat 5 bank 53

71 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat penyalur KUR untuk seluruh wilayah Sulawesi Tengah yaitu BRI, BNI, Bank Mandiri, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Berdasarkan hasil survei terhadap debitur KUR diperoleh informasi bahwa keberadaan KUR mampu memperbaiki tingkat kesejahteraan debitur, dan meningkatkan kinerja usaha mereka. Hasil survei selengkapnya dapat dilihat pada Boks. Dampak Pembiayaan KUR Terhadap Debitur. Tabel 5.6. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Perbankan Sulawesi Tengah No SEKTOR PLAFOND KREDIT DEBITUR Des-08 Aug-09 Des-08 Aug-09 1 Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas, dan Air Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-lain Jumlah Sumber : Laporan bulanan realisasi KUR 54

72 BOX 2 Perkembangan Klaster Batik Bomba Dalam perjalanannya, sektor UMKM di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Peningkatan peran dan kegiatan usaha sektor UMKM semakin nampak khususnya sejak krisis tahun Ditengah-tengah proses restrukturisasi Kegiatan Bantuan Teknis Klaster Batik Motif Donggala Melakukan identifikasi kemampuan dan kapasitas pengrajin batik yang ada di Palu Melakukan pemetaan wilayah pembatikan yang memiliki kapasitas & prasarana yang memadai untuk pelatihan Melakukan Studi Banding UKM Klaster Batik di daerah yang telah maju dan berkembang Melakukan pelatihan lanjutan terhadap UKM batik yang telah mendapat pembinaan dari instansi terkait atau stakeholders lainnya Melakukan pameran untuk memperkenalkan hasil produksi batik lokal motif Donggala Memfasilitasi UKM batik yang layak untuk dapat link dengan perbankan sektor korporat dan BUMN yang berlangsung lamban, sektor UMKM telah menunjukkan perkembangan yang terus meningkat dan bahkan mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Menyadari hal tersebut, Bank Indonesia Palu bekerjasama dengan instansi terkait seperti Disperindagkop dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah mencoba mengembangkan UMKM batik di kawasan Sulawesi Tengah. Sejak akhir tahun 2005 Pemerintah Kota Palu melalui Dinas Perindagkop mencoba untuk mengangkat motif tenun Donggala ke motif batik yang disebut batik Bomba, agar bisa lebih dikenal oleh masyarakat Sulawesi Tengah pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Dalam menjalankan fungsinya sebagai katalisator perekonomian daerah, Bank Indonesia Palu memberikan bantuan teknis berupa pelatihan dan penyediaan informasi bagi pengrajin batik motif Donggala tersebut. Studi banding dan praktek kerja langsung dilakukan ke beberapa daerah yang sudah eksis dan mempunyai sejarah yang panjang dalam pembuatan batik seperti Yogyakarta, Pekalongan, Cirebon dan Bandung. Adapun sasaran bantuan teknis ini adalah UKM yang sudah mendapat pembinaan

73 terlebih dahulu dari dinas/instansi terkait namun perlu dikembangkan untuk menjadi klaster serta diutamakan yang menjadi program yang sedang dikembangkan/ akan dikembangkan oleh Pemerintah Daerah. Dengan pelaksanaan studi banding diharapkan mampu memberikan pengkayaan wawasan dan teknik terhadap motif Donggala sehingga dapat meningkatkan kualitas batik, menambah serta memperluas wawasan UKM batik untuk membuat inovasi baru serta meningkatkan pengetahuan dalam proses pembuatan batik. Dengan kunjungan ke sentra produksi batik yang ada di 4 (empat) daerah tersebut, UKM dapat belajar bagaimana usaha dikelola secara terpadu mulai dari proses pembuatan kain batik, pengolahan kain hingga menjadi baju batik, cara pemasaran (marketing), serta pengelolaan limbah sehingga aman bagi lingkungan. Kedepannya selain melakukan pembenahan dari sisi penawaran, sisi permintaan batik juga seharusnya mendapat perhatian khususnya dari pemerintah daerah Sulawesi Tengah. Pemda sebagai salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi selayaknya mendorong pemberdayaan batik daerah melalui berbagai macam program seperti mewajibkan karyawan dan siswa untuk memakai batik pada hari-hari tertentu. Pemberdayaan seperti ini diharapkan mampu membawa implikasi ekonomis bagi pengembangan batik bomba, bahkan ekonomi sekaligus industri kreatif yang ada di Sulawesi Tengah.

74 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 6.1 Realisasi APBD Sulawesi Tengah Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan III 2009 tercatat masih relatif rendah terutama dari sisi belanja daerah. Secara keseluruhan realisasi belanja daerah hingga triwulan III 2009 mencapai Rp566,83 miliar atau 51,55% dari total anggaran belanja daerah tahun 2009 sebesar Rp1.099,68 miliar. Nilai ini masih dibawah realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tengah yang mencapai Rp744,33 miliar atau 70,04% dari total anggaran pendapatan daerah tahun 2009 sebesar Rp1.062,74 miliar. Rendahnya nilai realisasi belanja daerah dibandingkan dengan realisasi pendapatan daerah mengakibatkan terjadinya surplus pada periode triwulan III sebesar Rp177,50 miliar. Grafik 6.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulteng (sd Triwulan III) 80,00% 60,00% 73,64% 70,04% 56,26% 51,55% 40,00% 20,00% 0,00% Pendapatan Daerah Sumber : Biro Keuangan, diolah Belanja Daerah Bila dibandingkan dengan periode triwulan III 2008, kinerja realisasi anggaran APBD Sulteng pada triwulan III 2009 mengalami penurunan. Realisasi pendapatan pada tw III 2009 tecatat 70,04% atau lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada tw III 2008 sebesar 73,64%. Begitu juga dengan kinerja belanja daerah pada periode tw III 2009 yang tercatat 51,55% atau lebih rendah dibandingkan dengan periode tw III 2008 sebesar 56,26%. 55

75 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah 6.2 Realisasi Belanja APBD Berdasarkan kinerja belanja APBD, realisasi belanja operasi relatif lebih baik dibandingkan dengan realisasi belanja lainnya. Hingga akhir triwulan III 2009, realisasi belanja operasi mencapai Rp458,89 miliar atau 62,79% dari anggaran. Sebagian besar belanja operasi ini digunakan untuk belanja pegawai dan belanja barang. 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Grafik 6.2 Realisasi Belanja Modal (sd Tw III 2009) 25,81% 68,84% Belanja Peralatan dan Mesin Sumber : Biro Keuangan, diolah 37,04% 37,87% Belanja Bangunan Dan Gedung Belanja Aset Tetap Lainnya 41,93% Belanja Tanah Realisasi Grafik 6.3 Proporsi Realisasi Belanja Modal Belanja Bangunan Dan Gedung; 16,63% Belanja Peralatan dan Mesin; 30,19% Belanja Tanah; 0,32% Sumber : Biro Keuangan, diolah Belanja Aset Tetap Lainnya; 1,41% Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan; 51,45% Tabel 6.1. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Miliar Rp Anggaran Tahun 2009 Realisasi sd. Tw III-2009 Uraian Pangsa % Pangsa Nominal Nominal (%) Realisasi (%) Belanja Operasi 730,83 66,46 458,89 62,79 78,08 Belanja Modal 283,42 25,77 96,87 34,18 19,67 Belanja Tak Terduga 5 0, Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota 80,42 7,31 11,07 13,77 2,25 Total Belanja Daerah 1.099, ,83 51, Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng Sementara itu realisasi belanja modal masih terbatas yaitu sebesar Rp 96,87 miliar atau 34,18% dari anggaran. Rendahnya daya serap anggaran belanja modal perlu mendapat perhatian lebih dari pemda Sulawesi Tengah. Dalam hal ini Pemda perlu berupaya lebih keras lagi dalam meningkatkan realisasi anggaran modal yang memiliki persentase realisasi masih dibawah 50% seperti belanja jalan, irigasi dan jaringan, belanja bangunan dan gedung, belanja tanah, belanja aset tetap lainnya 56

76 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah sehingga tercipta multiplier effect yang efektif bagi perekonomian daerah Sulawesi Tengah. 6.3 Realisasi Pendapatan APBD Dari sisi pendapatan daerah, dana perimbangan masih merupakan sumber utama pendapatan daerah. Dalam tahun anggaran 2009, pangsa realisasi dana perimbangan mencapai 69,73% terhadap total realisasi pendapatan daerah. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Miliar Rp Anggaran Tahun 2009 Realisasi sd. Tw III-2009 Uraian % Pangsa Nominal Pangsa (%) Nominal Realisasi (%) PAD 231,79 21,81 167,51 72,27 22,51 Dana perimbangan 741,00 69,73 575,49 77,66 77,32 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 89,95 8,46 1,33 1,48 0 Total Pendapatan Daerah 1.062, ,33 70, Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng Berdasarkan realisasi anggaran sd Tw III 2009, dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya alam) merupakan komponen Dana Perimbangan terbesar. Tingkat realisasi dana bagi hasil bukan pajak ini mencapai 572,57% jauh melebih target anggaran yang telah ditetapkan. Sementara berdasarkan proporsi realisasi dana perimbangan, Dana Alokasi Umum merupakan komponen yang memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 91,14%. 1000,00% 500,00% 0,00% Grafik 6.4 Realisasi Dana Perimbangan (sd Tw III 2009) 44,12% Dana Bagi Hasil Pajak Sumber : Biro Keuangan, diolah 572,57% Dana Bagi Hasil Bukan Pajak ( Sumber Daya Alam ) 83,33% 30,00% Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Realisasi Dana Alokasi Umum; 91,14% Grafik 6.5 Proporsi Realisasi Dana Perimbangan Dana Alokasi Khusus; 3,13% Dana Bagi Hasil Pajak; 3,80% Sumber : Biro Keuangan, diolah Dana Bagi Hasil Bukan Pajak ( Sumber Daya Alam ); 1,93% 57

77 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Disisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan penyumbang kedua terbesar pendapatan daerah telah terealisasi anggaran sebesar Rp167,51 miliar atau 72,27% dari anggaran tahun 2009 sebesar Rp231,78 miliar. Pada realisasi Pendapatan Asli Daerah, hampir semua komponen pendapatan memiliki tingkat realisasi diatas 50%. Daya serap yang rendah hanya terjadi pada komponen lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dengan tingkat realisasi sebesar 5,35%. Realisasi tertinggi terjadi pada komponen Pendapatan Pajak Daerah diikuti Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Pendapatan Retribusi Daerah dengan tingkat daya serap masing-masing mencapai 65,54%, 54,83% dan 50,89%. Grafik 6.6 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (sd Tw III 2009) 65,54% 70,00% 50,89% 54,83% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 5,35% 10,00% 0,00% Pendapatan Pendapatan Pendapatan Lain-lain Pajak daerah Retribusi DaerahHasil Pengelolaan Pendapatan Asli Kekayaan Daerah Daerah yang Sah Sumber : Biro Keuangan, diolah Yang Dipisahkan Realisasi Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan ; 0,09% Pendapatan Retribusi Daerah; 7,38% Grafik 6.7 Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah Sumber : Biro Keuangan, diolah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 12,37% Pendapatan Pajak daerah; 80,37% Secara keseluruhan, kinerja realisasi pendapatan dan belanja pada triwulan III 2009 cenderung menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun Rendahnya tingkat belanja daerah yang baru mencapai 51,55% menunjukkan bahwa kinerja anggaran Pemda Propinsi Sulawesi Tengah belum berjalan optimal yang pada gilirannya akan berimplikasi pada PDRB Sulawesi Tengah. Dalam perhitungan PDRB, APBD digolongkan sebagai pengeluaran pemerintah. Dengan terlambatnya realisasi APBD maka proses transformasi PDRB juga menjadi tertunda. Keterlambatan realisasi APBD secara langsung berdampak pada turunnya order pemerintah terhadap sektor-sektor ekonomi yang selama ini menjadi pemasok kebutuhan pemerintahan seperti sektor bangunan (konstruksi), perdagangan, industri kertas dan barang cetakan, dan lain-lain. Penurunan order ini berakibat pada turunnya produksi sektor-sektor tersebut. Dengan adanya penurunan produksi berarti terjadi pula penurunan dalam pembayaran upah dan gaji para 58

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 6. KEUANGAN DAERAH 41 BAB 6. KEUANGAN DAERAH LAPORAN TRIWULANAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2007 42 BAB 6. KEUANGAN DAERAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BERITA RESMISTATISTIK

BERITA RESMISTATISTIK BERITA RESMISTATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 72/11/52/Th. VII, 6 November-2013 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN III-2013 PDRB Provinsi NTB pada triwulan III-2013 a. Dengan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2009 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci