PENENTUAN PUPUK YANG MENGANDUNG NUTRISI SESUAI DENGAN KARAKTER TANAH ENDITIYAS PRATIWI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN PUPUK YANG MENGANDUNG NUTRISI SESUAI DENGAN KARAKTER TANAH ENDITIYAS PRATIWI"

Transkripsi

1 PENENTUAN PUPUK YANG MENGANDUNG NUTRISI SESUAI DENGAN KARAKTER TANAH ENDITIYAS PRATIWI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 ABSTRAK ENDITIYAS PRATIWI. Penentuan Pupuk yang Mengandung Nutrs Sesua dengan Karakter Tanah. Dbmbng oleh PRAPTO TRI SUPRIYO dan TONI BAKHTIAR. Menentukan penggunaan pencampuran pupuk ke dalam tanah merupakan hal yang sult bag sebagan petan. Para petan mengharapkan dan percaya terhadap rekomendas pencampuran penggunaan pupuk yang dberkan oleh produsen pupuk. Hal n menyebabkan ndustr pupuk d Indonesa mula berkembang, d mana para produsen berusaha bersang dalam menentukan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah serta baya produks pupuk yang mnmum. Pada karya lmah n akan dbahas cara penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah d suatu wlayah. Karya lmah n memberkan model Pemrograman Lnear Integer/Integer Lnear Programmng (ILP) yang dapat dgunakan untuk membuat model penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah. Penyelesaan masalah n dengan metode branch-and-bound dlakukan dengan menggunakan software LINGO 8.0, yang menghaslkan nla optmal berupa total baya produks pupuk dan sejumlah pupuk yang memenuh persyaratan.

3 ABSTRACT ENDITIYAS PRATIWI. Determne the Fertlzer whch Contan the Nutrton that Sutable to the Sol Characters. Supervsed by PRAPTO TRI SUPRIYO and TONI BAKHTIAR. Determnng the composton of a fertlzer s complcated and tme consumng. Farmers usually expect and trust to the recommendaton gven by the fertlzer producers. Ths stuaton mpacts the development on the fertlzers ndustres n Indonesa, where they compete n producng fertlzers whch contan approprate sol nutrton under mnmum producton cost. In ths paper we dscuss about how to determne the fertlzer whch contan the nutrton that sutable to the sol characters. We develop an ILP as a model whch can be used to determne the fertlzer whch contan the nutrton that sutable to the sol characters. The problem s solved by usng branch-and-bound method and by mplementng LINGO 8.0 software, whch yeld a mnmum total producton cost and a group of fertlzers that satsfy the requrements.

4 PENENTUAN PUPUK YANG MENGANDUNG NUTRISI SESUAI DENGAN KARAKTER TANAH Skrps sebaga salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sans pada Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Insttut Pertanan Bogor Oleh : ENDITIYAS PRATIWI G DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

5 Judul : Penentuan Pupuk yang Mengandung Nutrs Sesua dengan Karakter Tanah Nama : Endtyas Pratw NRP : G Menyetuju: Pembmbng I, Pembmbng II, Drs. Prapto Tr Supryo, M.Kom. NIP Dr. Ton Bakhtar, M.Sc. NIP Mengetahu: Dekan Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Insttut Pertanan Bogor Dr. drh. Hasm, DEA NIP Tanggal Lulus:

6 PRAKATA Puj dan syukur penuls panjatkan kehadrat Allah SWT atas rahmat, berkah serta nkmat sehat sehngga penuls mampu menyelesakan karya lmah n. Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan kta nab besar Muhammad SAW yang telah memberkan sur tauladan tak henthentnya kepada umatnya hngga akhr jaman. Karya lmah n berjudul Penentuan Pupuk yang Mengandung Nutrs Sesua dengan Karakter Tanah. Karya lmah n merupakan syarat untuk menyelesakan stud pada Departemen Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Pertanan Bogor. Berbaga permasalahan dan kendala muncul selama penulsan karya lmah n. Oleh karena tu, dalam kesempatan n penuls mengucapkan terma kash kepada : 1. Bpk. Drs. Prapto Tr Supryo, M.Kom selaku Pembmbng I dan Bpk. Dr. Ton Bakhtar, M.Sc selaku Pembmbng II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkrannya untuk membmbng, memberkan dorongan dan pengarahan kepada penuls hngga penulsan karya lmah n selesa, Bpk. Dr. Ir. I Gede Putu Purnaba, DEA selaku dosen penguj atas saran dan masukan yang telah Bapak berkan. 2. Mama dan Bapa tercnta, atas segala doa, restu serta curahan kash sayang yang telah dberkan hngga sekarang. 3. Nene beserta keluarga besar d Kalmantan yang selalu memberkan doa, dukungan dan saran hngga penulsan n selesa. Tak lupa juga buat pakde adjat & keluarga, pakde wowo & keluarga, om sgt & keluarga. 4. Hjrah Tawakkal, the reason that always makes my lfe full of colour. 5. Dosen-dosen d Departemen Matematka, terma kash atas lmu yang telah Bapak dan Ibu berkan, serta staf Departemen Matematka : Bu Sus, Bu Ade, Mas Deny, Mas Yono, Mas Bono, Bu Mars, terma kash atas bantuan selama d Departemen Matematka. 6. Chrs, Dah, Yul, Epa, La, Selly, Sabay, Tut, dan Ran terma kash atas persahabatan dan perhatan yang kalan berkan selama kta jauh dar rumah untuk menuntut lmu. 7. Rte, Dan, Sta yang selalu ada saat penuls mengalam hal-hal buruk dan senang selama kurang lebh 4 tahun kebersamaan n, atas bantuan bak morl maupun materl. Buat Rte, atas semangatnya, dan yang selalu menanyakan kapan semnar. Buat Dan, atas bantuan mengerjakan Lngonya. Buat Sta, atas semuanya. 8. Teman-teman Matematka 41 : Dee (atas semuanya, waktu, tenaga, pkran, dll), Pepen, An, Ayu, Lay, Arm, Mukt, Iyank, Ttes, Ech, Ftr, Neng, Lam, El, Aj, Zal, Mahnur, Febrna, Janah, Eeph, Roro, Uwe, Syfa, Roma, Kurenz, Enne, Great, Kokom, Enyon, Rna, Darwsah, Nda, Ika, Maryam, Mahar, Ta, Yen, Kesha, Udn, Iboy, Mazd, Dka, Chubby, Momo, Racl, Idrs, Yaya, Tryad, Mmn, Amn, Deny, Cum, Yos, Hendr. Kalan semua adalah ksah warna-warn selama 4 tahun d Departemen Matematka. 9. Kakak-kakak kelasku : T Mayang 40, T Mtha 40 dan K Prma 40, terma kash telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu belajar LINGO Warga Ponytal : Mb Nnt, Dan, Nra, Mb Nen, Mb Mtoel, Rath, Mb Dan, Mb Ul, Maya, Mb Umm, Mb Sus, Mb Nana, Ike, Mb Ratna, Mb Onye. 11. Semua phak yang kut membantu dan penuls tdak dapat menyebutkan satu persatu. Penulsan karya lmah n tdak mungkn luput dar kekurangan, oleh karena tu krtk dan saran dar semua phak akan sangat membantu dem kesempurnaan penulsan n. Harapan penuls adalah semoga penulsan karya lmah n akan memberkan manfaat bag para pembacanya. Bogor, Aprl 2008 Endtyas Pratw

7 RIWAYAT HIDUP Penuls dlahrkan d Bunyu, Kalmantan Tmur pada tanggal 20 Aprl 1986 dar pasangan Mapendrek dan Dyah Andayan. Penuls merupakan anak tunggal. Pada tahun 1998 penuls lulus dar SD Neger 008 Bunyu, Kalmantan Tmur. Pada tahun 2001 penuls lulus dar SMP Neger 1 Bunyu, Kalmantan Tmur. Pada tahun 2004 penuls lulus dar SMA Patra Dharma Bunyu, Kalmantan Tmur dan pada tahun yang sama lulus seleks masuk IPB melalu jalur Undangan Seleks Masuk IPB (USMI). Penuls memlh Program Stud Matematka, Departemen Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengkut perkulahan, penuls pernah mengkut kegatan kemahasswaan, yatu Gugus Mahasswa Matematka (GUMATIKA) sebaga salah satu staff dvs Sosal Informas dan Komunkas (SOSINKOM) pada perode Selama masa kepengurusan d hmpunan profes GUMATIKA, penuls serng mengkut kepantaan berbaga kegatan sepert Matematka Ra (anggota seks acara), Welcome Ceremony Mathematcs 2006, Try Out SPMB Nasonal IKAHIMATIKA 2007, dan Matematka Ra 2007 (koordnator seks acara).

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... v PENDAHULUAN...1 Latar Belakang...1 Tujuan...2 LANDASAN TEORI...2 Lnear Programmng...2 Solus LP...2 Integer Lnear Programmng...3 Metode Branch and Bound untuk Menyelesakan Masalah IP...3 PEMODELAN...5 STUDI KASUS MASALAH PENENTUAN PUPUK YANG MENGANDUNG NUTRISI DESUAI DENGAN KARAKTER TANAH...8 SIMPULAN DAN SARAN...11 Smpulan...11 Saran...11 DAFTAR PUSTAKA...12

9 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jens-jens Pupuk Daftar Baya Produks Pupuk Doss Nutrs yang Dbutuhkan pada Setap Pupuk Doss Nutrs yang Dbutuhkan pada Kandungan Tanah Daftar Jens Pupuk Hasl Model ILP Daftar Kontrbus Pupuk DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Daerah Fsbel IP Daerah Fsbel untuk Subproblem 2 dan Subproblem Seluruh Pencabangan pada Metode Branch and Bound untuk Menentukan Solus IP Daerah Fsbel untuk Subproblem 4 dan Subproblem Daerah Fsbel untuk Subproblem 6 dan Subproblem DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Syntax Program LINGO 8.0 untuk Menyelesakan Suatu LP dengan Metode Branch and Bound Syntax Program untuk Perhtungan Pupuk yang Mengandung Nutrs Sesua dengan Karakter Tanah... 17

10 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk merupakan unsur pentng bag tanaman karena dapat memperkaya kandungan nutrs tanah yang berguna bag kesuburan tanaman. Pupuk dplh berdasarkan kandungan yang terdapat d dalamnya dan dsesuakan dengan karakter tanah. Pupuk yang terdapat d pasaran duna memlk jens yang beragam dsesuakan dengan perbedaan karakter tanah suatu wlayah. Sebagan dar pupuk tersebut adalah SSA, SPO, GUR, CAN27, SPN, MAP, DAP, TSP, SPF, ZA, KCl, SULP, FERT, Bca, MgO, ZnO, ZnSO4, ARTZ, urea, NPK, dan NPP. D Indonesa, pupuk yang dhaslkan oleh produsen dan dgunakan oleh petan lokal, d antaranya adalah urea, ZA, TSP atau SP-36, KCl, NPK, DAP, MAP, dan CAN27. Pupuk tersebut merupakan produks dar PT Petrokma Gresk. Produsen pupuk d Indonesa lannya juga menghaslkan jens pupuk yang sama. Hal n terjad karena pupuk yang dproduks sesua dengan karakter tanah yang ada d Indonesa. Untuk memenuh kebutuhan nutrs tanah, pupuk harus memlk kandungan nutrs tertentu. D Indonesa dan d negara lan berlaku batasan kandungan nutrs sebaga berkut: doss nutrs pertama, yatu nutrs yang harus dkandung setap pupuk. D antaranya adalah NH3, NO4, Psol, Pns, K, S, Mg, B, dan Zn; doss nutrs kedua, yatu nutrs yang dbutuhkan oleh tanah. D antaranya adalah N, P, K, B, Zn, S, Mg, ntrk N, Psol, dan K bebas dar Cl. Industr pupuk d Indonesa sudah berkembang. Hal n dtanda dengan tnggnya persangan produk dan harga. Petan mengharapkan rekomendas yang cepat dan dapat dpercaya untuk campuran pupuk yang mereka butuhkan dengan harga murah. Para produsen berusaha bersang memenuh permntaan petan dengan menentukan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah yang dmlk petan. Para produsen memproduks berbaga jens pupuk yang dapat dplh oleh petan sesua dengan karakter tanah wlayahnya. Untuk menentukan pupuk yang sesua dengan permntaan para petan, para produsen menggunakan dua tahapan kerja, yatu penentuan doss nutrs yang dbutuhkan untuk kandungan tanah dan penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah. Tahap kerja pertama adalah penentuan doss nutrs yang dbutuhkan untuk kandungan tanah. Penentuan doss nutrs n dlakukan dalam tga langkah, yatu: kombnas dar lahan yang dngnkan dengan keadaan pada lahan. Dmana keadaan pada lahan harus memenuh persyaratan sepert kandungan nutrs pada lahan, ndeks hasl panen dan kelembaban. Kombnas dar dua hal d atas akan menghaslkan permntaan terhadap nutrs; kombnas dar karakter tanah, hasl panen sebelumnya, dan keadaan tanah sebelumnya akan menghaslkan tanah yang mengandung suatu nutrs; kombnas dar hasl panen dengan lahan akan menghaslkan suatu efsens dalam tanah. Hasl dar tahap kerja pertama yang berupa doss nutrs kedua akan dgunakan sebaga varabel nput dalam tahapan kerja kedua pada penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah. Pada tahapan kerja kedua dgunakan pemrograman lnear nteger/integer Lnear Programmng (ILP). Pada kendala model ILP dperlukan doss nutrs pertama dan varabel nput untuk menghaslkan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah. Sedangkan fungs objektf pada model ILP bertujuan untuk memnmumkan total baya produks pupuk. Karya lmah n memberkan model ILP yang dapat dgunakan untuk penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah. Model n merupakan masalah optmsas dengan fungs objektf dan kendala yang lnear serta varabel bernla nteger. Model yang dajukan akan dsesuakan dengan pupuk yang dbutuhkan oleh petan Indonesa dan sebagan sudah dproduks oleh produsen Indonesa. Selan tu akan dtunjukkan penyelesaan masalah n dengan menggunakan metode branch-and-bound dengan menggunakan software LINGO 8.0.

11 1.2 Tujuan Tujuan dar karya lmah n adalah menunjukkan peranan ILP dalam penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah dan memnmumkan total baya produks pupuk. II LANDASAN TEORI Dalam bab n dberkan beberapa defns dan teor tentang pemodelan sepert lnear programmng (LP), nteger lnear programmng (ILP), dan metode branch and bound untuk menyelesakan masalah nteger programmng. Berkut n akan dbahas satu persatu. 2.1 Lnear Programmng LP merupakan tndakan untuk memperoleh hasl yang optmal dar tujuan yang dngnkan terhadap kendala yang ada. Model LP merupakan pengoptmuman suatu fungs lnear terhadap kendala lnear. Pada karya lmah n, suatu LP mempunya bentuk standar sepert yang ddefnskan sebaga berkut: Defns 1 (Bentuk standar suatu LP) Suatu lnear programmng ddefnskan mempunya bentuk standar: Mnmumkan fungs objektf z = c T x Terhadap Ax = b x 0 dengan b 0 (1) dengan x dan c berupa vektor berukuran n, vektor b berukuran m, sedangkan A berupa matrks berukuran m n yang dsebut juga matrks kendala. (Nash & Sofer, 1996) Solus LP Metode smpleks merupakan salah satu metode yang dapat dgunakan untuk menentukan solus optmum suatu masalah LP. Metode n mula dkembangkan oleh Dantzg tahun Dalam perkembangannya, metode n adalah metode yang palng umum dgunakan untuk menyelesakan masalah LP, yatu berupa metode teratf untuk menyelesakan masalah LP dalam bentuk standar. Defns 2 (Solus Fsbel) Suatu solus dsebut fsbel jka memenuh semua kendala pada LP. (Nash & Sofer, 1996) Defns 3 (Daerah Fsbel atau Hmpunan Fsbel) Daerah fsbel atau hmpunan fsbel adalah hmpunan dar semua solus fsbel. (Nash & Sofer, 1996) Msalkan matrks A dapat dnyatakan sebaga A = ( B N ), dengan B adalah matrks berukuran m m yang elemennya berupa koefsen varabel bass dan N adalah matrks berukuran m ( n m) yang elemennya berupa koefsen varabel nonbass pada matrks kendala. Matrks B dsebut matrks bass untuk LP (1). Berkut defns matrks bass: Defns 4 (Matrks Bass) Matrks B dsebut matrks bass untuk LP (1) jka B adalah matrks tak sngular, yatu matrks yang determnannya tdak sama dengan nol. (Garfnkel & Nemhauser, 1972) Jka vektor x dapat dnyatakan sebaga vektor xb x = dengan x B adalah vektor varabel xn bass dan x adalah vektor varabel nonbass, N maka Ax = b dapat dnyatakan sebaga xb Ax = ( B N ) xn (2) = Bx + Nx = b B N Karena B adalah matrks tak sngular, maka B memlk nvers, sehngga dar (2) x B dapat dnyatakan sebaga 1 1 x B b B Nx B N = (3)

12 Defns 5 (Solus Bass) Integer Lnear Programmng Vektor x dsebut solus bass jka:. x memenuh kendala persamaan Ax = b dar LP. Model ILP atau dsebut juga Integer Programmng (IP), adalah suatu model LP yang menggunakan blangan bulat (nteger). Kolom-kolom dar matrks koefsen yang sebaga varabel keputusan. Jka semua berpadanan dengan komponen tak nol dar x adalah bebas lnear. (Nash & Sofer, 1996) varabel harus berupa nteger, maka masalah tersebut dsebut pure nteger programmng. Jka hanya sebagan yang harus nteger, maka dsebut mxed nteger programmng. IP Defns 6 (Solus Fsbel Bass) Vektor x dsebut solus fsbel bass jka x merupakan solus bass dan x 0. dengan semua varabelnya harus bernla 0 atau 1 dsebut 0-1 IP. (Garfnkel & Nemhauser, 1972) (Nash & Sofer, 1996) Defns 7 (Lnear Programmng-Relaksas) Ilustras solus bass dan solus fsbel bass dapat dlhat dalam contoh berkut : LP-Relaksas dar suatu IP merupakan LP yang dperoleh dar IP tersebut dengan menghlangkan kendala nteger atau kendala Contoh pada varabelnya. Msalkan dberkan LP berkut: (Wnston, 1995) Mnmumkan z = 2x1 3x2 terhadap : 2x + x + x = 4, x + 2x + x = 11, x + x = 5, 1 5 x, x, x, x, x 0 (4) Dar LP tersebut ddapatkan: A = , b = Msalkan dplh T ( ) dan ( ) x = x x x x = x x B N 1 2 maka matrks bassnya adalah B = Dengan menggunakan matrks bass tersebut, dperoleh Bound x x N B = T ( 0 0 ), 1 B b ( ) = = T (5) Solus (5) merupakan solus bass karena solus tersebut memenuh kendala pada LP (4) dan kolom-kolom pada matrks kendala yang berpadanan dengan komponen taknol dar (5) yatu B adalah bebas lnear (kolom yang satu bukan merupakan kelpatan dar kolom yang lan). Solus (5) juga merupakan solus fsbel bass karena nla-nla varabelnya lebh dar atau sama dengan nol. T Metode Branch and Bound untuk Menyelesakan Masalah IP Prnsp dasar metode branch and bound adalah memecah daerah fsbel dar masalah LP-relaksas dengan membuat subproblemsubproblem. Branch Dalam tahap n daerah solus dpartskan ke dalam beberapa subproblem. Tujuannya untuk menghapus daerah solus yang tdak fsbel. Hal n dcapa dengan menentukan kendala yang pentng untuk menghaslkan solus IP sehngga secara tdak langsung ttk nteger yang tdak fsbel terhapus. Dengan kata lan, hasl pengumpulan dar subproblemsubproblem yang lengkap menunjukkan setap ttk nteger yang fsbel dar masalah asl. Karena sfat alam parts tu, maka proses tersebut dnamakan branchng. Msalkan masalahnya dasumskan merupakan tpe maksmsas. Nla objektf yang optmal untuk setap subproblem dbuat dengan membatas pencabangan dengan batas atas dar nla objektf yang dhubungkan dengan sembarang nla nteger yang fsbel. Hal n sangat pentng untuk mengatur dan menempatkan solus optmum. Operas n yang menjad alasan dnamakan Boundng. (Taha, 1975)

13 Aspek kunc dar metode branch and bound adalah sebaga berkut: Langkah 1: Perksa apakah IP memenuh konds berkut: 1) Subproblem tdak fsbel. 2) Subproblem menghaslkan solus optmal dengan semua varabel bernla nteger. 3) Nla optmal untuk subproblem lebh kecl dar (dalam masalah memaksmumkan) batas bawah (lower bound/lb). Jka ketga konds tersebut terpenuh maka cabang subproblem tdak dperlukan. Langkah 2: Sebuah subproblem mungkn dapat dhapuskan dar pertmbangan dengan konds sebaga berkut: 1) Subproblem tdak fsbel. 2) Batas bawah (yang menunjukkan nla optmal dar kanddat terbak) setdaknya lebh besar dar nla optmal subproblem. (Wnston, 1995) varabel yang tdak memenuh kendala nteger. Karena nla dar kedua varabel yang dperoleh bukan nteger, maka dplh salah satu varabel untuk dasar pencabangan. Msalkan dplh x = 1, 8 sebaga dasar 1 pencabangan. Dengan memlh x = 1, 8, 1 dketahu bahwa daerah (1 < x < 2) dar 1 daerah fsbel subproblem 1 tdak akan memuat solus IP (6) yang fsbel karena tdak memenuh kendala nteger. Subproblem yang baru adalah sebaga berkut : Subproblem 2 : Subproblem 1 + kendala ( x 2), 1 Subproblem 3 : Subproblem 1 + kendala ( x 1). 1 Daerah fsbel untuk subproblem 2 dan subproblem 3 dberkan pada gambar berkut: Contoh 2 Msalkan dberkan IP berkut : Maksmumkan z = 4x + 5x 1 2 Terhadap : x + 4x x + 2x 7 (6) 1 2 x, x 0 dan nteger 1 2 Daerah fsbel untuk masalah IP datas dberkan pada gambar berkut : Metode branch and bound dmula dengan menentukan solus LP-relaksas (subproblem 1). Solus LP-relaksas untuk masalah datas adalah x = 1,8, x = 0,8, dan z = 11, Solus tersebut tdak memenuh kendala nteger. Oleh karena tu, harus dbuat subproblem yang baru dengan memlh Subproblem 2 dan subproblem 3 tdak dapat dselesakan secara bersamaan, sehngga harus dselesakan dengan dua masalah lnear programmng yang berbeda. Pada subproblem 3 dperoleh solus x = 1, x = 1, dan z = Karena semua varabel bernla nteger, maka tdak perlu membuat subproblem baru dan solus n merupakan kanddat solus. Pada subproblem 2 dperoleh solus x = 2, 1 x = 0,5, dan z = 10,5. Karena varabelnya 2 tdak memenuh kendala nteger, maka harus dbuat subproblem baru. Dplh pencabangan pada subproblem 2 atas x 2, sehngga dperoleh dua subproblem lag, yakn : Subproblem 4 : Subproblem 2 + kendala ( x 1), 2 Subproblem 5 : Subproblem 2 + kendala ( x 0). 2

14 Pada subproblem 5 dperoleh solus x = 2, 33, x 2 = 0, dan z = 9,32. Sedangkan 1 pada subproblem 4 dperoleh solus takfsbel. Karena varabel pada subproblem 5 mash tdak memenuh kendala nteger, maka harus dbuat subproblem baru. Seluruh Subproblem untuk masalah IP (6) datas dberkan pada gambar berkut Subproblem 1 x 1 = 1,8, x 2 = 0,8, dan z = 11,4 Subproblem 2 x 1 =2, x 2 = 0,5, dan z = 10,5 Subproblem 3* x 1 =1, x 2 = 1, dan z = 9 Subproblem 4 Solus tak fsbel Subproblem 5 x 1 = 2,33, x 2 = 0, dan z = 9,32 Subproblem 6 Solus tak fsbel Subproblem 7 x 1 = 2, x 2 = 0, dan z = 8 Gambar 3 Seluruh pencabangan pada metode branch and bound untuk menentukan solus IP (6) Pada Gambar 3, subproblem 3 merupakan kanddat awal karena semua varabelnya bernla nteger. Setelah dlakukan pencabangan hngga subproblem 5 dan subproblem 7, tdak dperoleh kanddat solus yang lebh bak. Nla fungs objektf subproblem 5 dan subproblem 7 tdak lebh besar dar nla fungs objektf subproblem 3. Oleh karena tu, z = 9 merupakan solus optmal untuk masalah IP d atas. Solus lengkapnya dapat dlhat pada Lampran 1. III PEMODELAN Para petan membutuhkan pupuk agar tanaman tetap subur. Pupuk yang dbutuhkan oleh petan sangat dpengaruh oleh karakter tanah wlayahnya. Untuk menentukan penggunaan pupuk yang bak, para petan harus menyesuakan kandungan pupuk dengan karakter lahan pertanannya. Para produsen berusaha bersang memenuh permntaan petan dengan menentukan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah yang dmlk oleh para petan. Para produsen memproduks berbaga jens pupuk yang dapat dplh oleh petan sesua dengan karakter tanah yang dmlk.

15 Tabel 1 Jens-jens Pupuk No Pupuk Keterangan 1 SSA Sub-Saharan Afrca fertlzer 2 SPO Superphosphate 3 Urea CO(NH ) CAN27 Calcum Ammonum Ntre 5 SPN Soluble Proten and Ntrogen 6 MAP Monoammonum Phosphates 7 DAP Dammonum Phosphates 8 NPK Ntrogen Phosphate Potassum 9 SPF Sludge Pellet Fertlzer 10 NPP Ntrogen Phosphorus Potassum 11 KCl Potassum Chlorde 12 SULP Sulphate 13 FERT Fertlzer 14 Bca Boron-calcum 15 MgO Magnesum Oxde 16 ZnO Znc Oxde 17 ZnSO4 Znc Sulphate 18 TSP Trple Superphosphate Sebagan jens pupuk pada Tabel 1 d atas sudah dhaslkan oleh produsen pupuk d Indonesa, d antaranya adalah urea, TSP atau SP-36, KCl, NPK, DAP, MAP, dan CAN27. Untuk menentukan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah, para produsen menggunakan dua tahapan kerja, yatu penentuan doss nutrs yang dbutuhkan untuk kandungan tanah dan penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah. Salah satu cara yang dapat dgunakan pada tahapan pertama adalah expert system atau sstem pakar. Dan untuk penentuan tahapan kerja kedua dgunakan model ILP. Sstem pakar merupakan langkah awal dalam penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah. Kerja dar sstem pakar merupakan gabungan dar kebutuhan nutrs, keadaan tanah yang mengandung suatu nutrs tertentu, dan efsens tanah. Sstem pakar menghaslkan doss nutrs berupa ntrogen (N), fosfor (P), kalum (K), boron (B), seng (Zn), sulfur (S), magnesum (Mg), ntrk N (NN), P yang terlarut (Psol), dan K bebas dar Cl. Dalam karya lmah n doss nutrs tdak dperoleh dengan mengerjakan langkah pada sstem pakar, tap langsung dambl dar suatu sumber data sekunder. Bla pupuk dberkan pada tanah, tanaman akan menyerap nutrs dar dua sumber yatu pupuk dan tanah. Oleh karena tu untuk mempertahankan tanah agar tetap mampu menyedakan nutrs untuk pertumbuhan tanaman, penambahan nutrs melalu pupuk menjad salah satu cara yang dapat dlakukan. Pupuk yang dberkan pada tanah harus mempunya nutrs sepert NH3 (ammona), NO4 (ntrogen tetraoxde), Psol, Pns, K, S, Mg, B, dan Zn. Nutrs pada pupuk tersebut merupakan kendala pada model ILP. Selan tu doss nutrs yang dambl dar sumber data sekunder merupakan kendala pada model ILP. Model n menghaslkan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah. Kendala-kendala tersebut adalah sebaga berkut: 1. pupuk harus mengandung sedktnya sejumlah nutrs N, P, K, B, Zn, S, dan Mg; 2. kandungan pupuk harus memenuh persentase pada ntrk N (NN) dan kendala penggunaan untuk P yang terlarut (Psol) dan K yang bebas dar klorn (Cl) (KLCl); 3. pupuk urea dan pupuk NPK tdak dapat dgunakan secara bersamaan. Pencampuran dua pupuk tersebut dapat mengakbatkan perekatan yang menghalang kerja mesn. Fungs objektf dar model ILP adalah memnmumkan total baya produks pupuk. Fungs objektf melput baya produks setap klogram pupuk dan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah. Varabel keputusan dar model ILP n dberkan sebaga berkut: x = jumlah dar pupuk (kg/ha), I, d mana nla x akan dperoleh sebaga pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah berdasarkan kendala-kendala yang ada dan I merupakan hmpunan dar semua pupuk dalam Tabel 1. Untuk I, ddefnskan parameter model berkut: CNH3 = persentase kandungan NH3 pada pupuk. CNO4 = persentase kandungan Psol pada pupuk. CPINS = persentase kandungan Pns pada pupuk.

16 CK = persentase kandungan K pada pupuk. CS = persentase kandungan S pada pupuk. CMg = persentase kandungan Mg pada pupuk. CB = persentase kandungan B pada pupuk. CZn = persentase kandungan Zn pada pupuk. Nutrs yang terdapat pada kandungan tanah, yang dperoleh dar sumber data sekunder menjad varabel nput pada model ILP, yatu: N = jumlah N yang dbutuhkan untuk req penanaman (kg/ha). P = jumlah P yang dbutuhkan untuk req penanaman (kg/ha). K = jumlah K yang dbutuhkan untuk req penanaman (kg/ha). S = jumlah S yang dbutuhkan untuk req penanaman (kg/ha). Mg = jumlah Mg yang dbutuhkan untuk req penanaman (kg/ha). B = jumlah B yang dbutuhkan untuk req penanaman (kg/ha). Zn = jumlah Zn yang dbutukan untuk req penanaman (kg/ha). NN = persentase ntrk N yang dbutuhkan req untuk penanaman. SP = persentase P terlarut yang req dbutuhkan untuk penanaman. KLCl =jumlah mnmum K bebas dar Cl req yang dbutuhkan untuk penanaman (%). Pupuk NPK dan urea memlk varabel keputusan tertentu, yatu: y sebaga NPK varabel keputusan yang terkat dengan penggunaan pupuk NPK dan y urea sebaga varabel keputusan yang terkat dengan penggunaan pupuk urea. Hal n dakbatkan dar penggunaan kedua pupuk tersebut tdak dapat dgunakan secara bersamaan. Jka dgunakan secara bersamaan maka akan terjad perekatan yang akan menghalang kerja mesn. Maka kedua pupuk n tdak mempunya jens campuran kandungan yang sama. Varabel keputusan kedua pupuk tersebut ddefnskan sebaga berkut: 1, jka pupuk NPK dgunakan, y = NPK { 0, selannya. 1, jka pupuk urea dgunakan, y = urea { 0, selannya. Karena tujuan utama pada fungs objektf adalah memnmumkan total baya produks pupuk, maka fungs objektf dar permasalahan n dmodelkan sebaga berkut: Mnmumkan : J = Cx I d mana C (Rp/kg) merupakan baya produks dar setap pupuk. Kendala-kendala pada fungs objektf sebaga berkut: 1. Pupuk harus mengandung nutrs N sejumlah N req. Nutrs N dperoleh dar NH3 dan NO4. Dtuls: CNH3 + CNO4 x N. req I Pupuk harus mengandung nutrs P sejumlah P req. Nutrs P dperoleh dar Psol dan Pns. Dtuls: CPsol + CPns x P. req I Pupuk harus mengandung nutrs K sejumlah K req : CK x K. req I Pupuk harus mengandung nutrs B sejumlah : B req CB x B. req I Pupuk harus mengandung nutrs Zn sejumlah : Zn req CZn x Zn. req I Pupuk harus mengandung nutrs S sejumlah : CS S req x S. req I Pupuk harus mengandung nutrs Mg sejumlah : Mg req CMg x Mg. req I 100

17 8. Pupuk harus mengandung nutrs ntrk N sejumlah. Dtuls: NN req x CNH3 100 NN I req x (CNH3 + CNO4 ) KCl KCl I Pemblang pada kendala d atas menunjukkan kontrbus nutrs NH3. Sedangkan penyebut pada kendala tersebut menunjukkan total nutrs N. Sehngga raso tersebut menunjukkan jumlah nutrs ntrk N yang harus dkandung pupuk. 9. Pupuk harus mengandung nutrs Psol sejumlah. Dtuls: x CPsol I 100 SPreq. x (CPsol + CPns ) I Pemblang pada kendala d atas menunjukkan kontrbus nutrs Psol. Sedangkan penyebut pada kendala tersebut menunjukkan total nutrs P. Sehngga raso tersebut menunjukkan jumlah nutrs Psol yang harus dkandung pupuk Pupuk harus mengandung nutrs K yang bebas terhadap Cl sejumlah KLCl. Dtuls: x C KLCl req. x CK I 11. Indkas jka terjad pencampuran kandungan pupuk urea: x M y, urea urea urea dengan M urea >> Indkas jka terjad pencampuran kandungan pupuk NPK: x M y, NPK NPK NPK dengan M NPK >>0. Dalam stud kasus d Bab IV dambl: Murea = M = 50. NPK 13. Urea dan NPK tdak dapat dgunakan secara bersamaan: y + y, urea NPK 1 x 0, I, y { 0,1}, urea NPK { 0,1} y. req IV STUDI KASUS PENENTUAN PUPUK YANG MENGANDUNG NUTRISI SESUAI DENGAN KARAKTER TANAH Masalah yang akan dcontohkan d sn adalah penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah dengan asums-asums yang dbuat untuk mempermudah pemodelan. Pada model n dbutuhkan data baya produks untuk setap jens pupuk. Data baya produks untuk setap jens pupuk dberkan pada Tabel 2. Nutrs yang harus terdapat pada setap pupuk dberkan batasan jens, data doss nutrs n dberkan pada Tabel 3. Doss nutrs yang dperlukan untuk kandungan tanah juga dberkan batasan, data doss nutrs n dberkan pada Tabel 4.

18 Tabel 2 Daftar Baya Produks Pupuk* No Pupuk Baya (Rp/kg) 1 SSA SPO Urea CAN SPN MAP DAP NPK SPF NPP KCl SULP FERT Bca MgO ZnO ZnSO TSP 1215 * Data hpotetk Tabel 3 Doss Nutrs yang Dbutuhkan pada Setap Pupuk No Pupuk %NH3 %NO4 %Psol %Pns %K %S %Mg %B %Zn 1 SSA 16 2 SPO Urea 46 4 CAN SPN MAP DAP NPK SPF NPP KCl SULP FERT Bca MgO ZnO ZnSO TSP 46 1 Sumber:

19 Tabel 4 Doss Nutrs yang Dbutuhkan pada Kandungan Tanah No Nutrs Peubah Jumlah 1 N N req 46 kg/ha 2 P Preq 36 kg/ha 3 K K req 58 kg/ha 4 B B req 2 kg/ha 5 Zn Zn req 0 kg/ha 6 S S req 20 kg/ha 7 Mg Mg req 20 kg/ha 8 Ntrk N 9 Psol NN req 50 % SPreq 0 % 10 K bebas dar Cl KLClreq 100 % Sumber: Angel, A.M., Taladrz, L.A., & Weber R Pada model n pupuk yang dhaslkan sudah memenuh batasan nutrs yang harus terdapat pada setap pupuk dan doss nutrs yang dperlukan dalam kandungan tanah. Berkut adalah daftar jens pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah yang dsesuakan dengan anjuran data yang merupakan hasl dar pemodelan ILP serta kontrbus pupuk pada tanah. Tabel 5 Daftar Jens Pupuk Hasl Model ILP Pupuk Jumlah (kg/ha) Urea 46,19185 MAP 69,23077 NPP 131,8182 Bca 20,00000 MgO 20,70833 ZnSO4 96,88259 Tabel 6 Daftar Kontrbus Pupuk Nutrs Tanah Kontrbutor N Urea, MAP, NPP P MAP K NPP S MAP, ZnSO4 Mg Bca, MgO B Bca Pada Tabel 1 dberkan 18 jens pupuk yang dgunakan pada karya lmah n. Berdasarkan kendala model ILP, dhaslkan 6 jens pupuk yang sesua pada karakter tanah berdasarkan data sekunder yang dsedakan. Hasl jens pupuk yang sesua dengan karakter tanah berdasarkan sumber data yang dgunakan pada model ILP dtunjukkan pada Tabel 5. Hasl tersebut juga memberkan jumlah pupuk yang dapat d gunakan pada setap hektar lahan suatu wlayah.pupuk yang menjad output pada model ILP n dpengaruh oleh dua faktor yatu: baya produks pupuk yang murah, dan kandungan utama pupuk yang dapat mempertahankan nutrs tanah. Pada Tabel 5 dapat d lhat bahwa pupuk NPP memlk jumlah terbesar dan pupuk Bca memlk jumlah terkecl. Untuk pupuk NPP harus memasok nutrs N dan K. Dar Tabel 4 dketahu bahwa doss nutrs N dan K yang dbutuhkan tanah adalah yang terbesar. Meskpun nutrs N juga dpasok oleh pupuk urea dan MAP. Selan tu harga pupuk NPP lebh murah dbandngkan dengan pupuk yang mengandung nutrs K urutan terbesar pertama (pupuk KCl). Sedangkan pupuk Bca harus memasok nutrs B. Dar Tabel 4 dketahu bahwa doss nutrs B yang dbutuhkan tanah sangat sedkt. Selan tu, hasl tersebut dperoleh karena hanya pupuk Bca yang mengandung nutrs B. Untuk mempertahankan kandungan nutrs tanah, salah satu cara yang dapat dgunakan adalah pemberan pupuk yang sesua dengan karakter tanah tersebut. Pada data sekunder

20 suatu karakter tanah, dhaslkan kontrbutor pupuk yang dapat dgunakan untuk mempertahankan kandungan nutrs tanah. Hasl kontrbutor pupuk yang dapat dgunakan tersebut dberkan pada Tabel 6. Hasl dar fungs objektf pada model ILP merupakan total baya produks pupuk mnmum, pada data sekunder n dperoleh total baya produks pupuk mnmum sebesar Rp ,8. V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Smpulan Hasl dar stud kasus masalah penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah, menunjukkan bahwa penggunaan campuran pupuk antara urea, MAP, NPP, Bca, MgO, ZnSO4 merupakan rekomendas yang dapat d gunakan oleh para petan. Rekomendas n dberkan pada petan dsesuakan dengan karakter tanah wlayahnya. Masalah penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah merupakan hal yang selalu dhadap oleh produsen pupuk. Setap daerah memlk lahan pertanan yang berbeda, sehngga pemenuhan akan kandungan nutrs pupuk juga berbeda. Dalam penulsan n telah dperlhatkan bahwa masalah penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah dapat dpandang sebaga masalah ILP. Fungs objektf dalam model ILP akan memnmumkan total baya produks pupuk. Penyelesaan masalah n menggunakan software LINGO 8.0 dengan metode branch and bound. Keuntungan dar menyelesakan masalah penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah dengan menggunakan model ILP adalah memungknkan dperolehnya pupuk yang sesua dengan kontrbus nutrs yang sangat dperlukan dalam kandungan suatu pupuk serta doss nutrs yang dbutuhkan dalam kandungan tanah. 5.2 Saran Pada karya lmah n telah dbahas penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah untuk pupuk yang ada d Indonesa serta pupuk yang tdak dhaslkan d Indonesa. Akan lebh bak lag jka ada yang dapat menndaklanjut peneltan n dengan masalah yang lebh kompleks lag, yatu memasukkan kendala untuk pupuk yang hanya dproduks d Indonesa. Kekurangan penulsan n juga terletak pada data yang dgunakan yatu sebagan data hpotetk. Hal n karena terdapat perbedaan jens pupuk yang dhaslkan setap negara berbeda-beda.

21 DAFTAR PUSTAKA Angel, A.M., Taladrz, L.A., & Weber R Soqumch Uses a System Based on Mxed-Integer Lnear Programmng and Expert System to Improve Customer Servce. INFORM Research. 33: Garfnkel, R.S. & Nemhauser, G.L Integer Programmng. John Wlley & Sons, New York. Gunawan, A.W., Achmad, S.S., & Arant, L Pedoman Penyajan Karya Ilmah. IPB Press, Bogor. Hardjowgeno, S Ilmu Tanah. Bogor. Jones Jr, J.B Plant Nutrton Manual. CRC Press, New York. Nash, S.G. & Sofer, A Lnear and Nonlnear Programmng. McGraw-Hll, New York. PT Petrokma Gresk Desember Taha, H.A Integer Programmng: Theory, Applcatons, and Computatons. Academc Press, New York. Wnston, W.L Introducton to Mathematcal Programmng 2 nd ed. Duxbury, New York.

22 LAMPIRAN

23 Lampran 1 Syntax Program LINDO 6.1 untuk menyelesakan suatu LP dengan metode Branch and Bound beserta hasl yang dperoleh Dar LP pada contoh 2 Msalkan dberkan nteger programmng berkut: Maksmumkan z = 4x + 5x... (1) 1 2 Terhadap : x + 4x 5... (2) 1 2 3x + 2x 7... (3) 1 2 x 1, x 2 0 dan nteger...(4) Penyelesaan : Daerah fsbel untuk masalah IP d atas dberkan pada gambar berkut : Subproblem 2 : Subproblem 1 + kendala ( x 1 2) Subproblem 3 : Subproblem 1 + kendala ( x 1 1) Daerah fsbel untuk subproblem 2 dan subproblem 3 dberkan pada gambar berkut : 2.Car solus LP-Relaksas dar subproblem 3 Syntax program pada LINDO 6.1 : max4x1+5x2 subject to x1+4x2<=5 LP tersebut anggap sebaga Subproblem 1. 3x1+2x2<=7 1. Car solus LP-Relaksas dar subproblem x1<=1 1 x2>=0 Syntax program pada LINDO 6.1 : max4x1+5x2 Hasl yang dperoleh : subject to x1+4x2<=5 LP OPTIMUM FOUND AT STEP 1 3x1+2x2<=7 OBJECTIVE FUNCTION VALUE x1>=0 1) x2>=0 VARIABLE VALUE REDUCEDCOST X Hasl yang dperoleh : X LP OPTIMUM FOUND AT STEP 2 ROW SLACKORSURPLUS OBJECTIVE FUNCTION VALUE DUALPRICES 1) ) VARIABLE VALUE REDUCEDCOST 3) X ) X ) ROW SLACKORSURPLUS NO. ITERATIONS= 1 DUALPRICES 2) ) ) Car solus LP-Relaksas dar subproblem 5) NO. ITERATIONS= 2 Syntax program pada LINDO 6.1 : Karena solus yang ddapat belum memenuh max4x1+5x2 kendala nteger maka harus dbuat subject to x1+4x2<=5 subproblem baru, yatu: 3x1+2x2<=7

24 x1>=2 x2>=0 Hasl yang dperoleh : LP OPTIMUM FOUND AT STEP 1 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) VARIABLE VALUE REDUCEDCOST X X ROW SLACKORSURPLUS DUALPRICES 2) Car solus LP-Relaksas dar subproblem 3) ) Syntax program pada LINDO 6.1 : 5) max4x1+5x2 NO. ITERATIONS= 1 subject to x1+4x2<=5 3x1+2x2<=7 Karena solus yang ddapat belum memenuh kendala nteger maka harus dbuat subproblem baru, yatu : x1>=2 x2<=0 Hasl yang dperoleh : Subproblem 4 : Subproblem 2 + kendala ( x 1 2 ) LP OPTIMUM FOUND AT STEP 2 OBJECTIVE FUNCTION VALUE Subproblem 5 : Subproblem 2 + kendala 1) ( x 2 0) VARIABLE VALUE REDUCEDCOST X Daerah fsbel untuk subproblem 4 dan subproblem 5 dberkan pada gambar berkut : X ROW SLACKORSURPLUSDUALPRICES 2) ) ) ) NO. ITERATIONS= 2 4. Car solus LP-Relaksas dar subproblem 4 Daerah subproblem 4 (lhat gambar) merupakan daerah tdak fsbel dar IP, maka subproblem 4 tdak memlk solus fsbel. Karena solus yang ddapat belum memenuh kendala nteger maka harus dbuat subproblem baru, yatu: Subproblem 6 : Subproblem 5 + kendala ( x1 3) Subproblem 7 : Subproblem 5 + kendala ( x1 2) Daerah fsbel untuk subproblem 6 dan subproblem 7 dberkan pada gambar berkut : Syntax program pada LINDO 6.1 : max4x1+5x2 subject to x1+4x2<=5 3x1+2x2<=7 x1>=2 x2>=1

25 ROW SLACKORSURPLUSDUALPRICES 2) ) ) ) NO. ITERATIONS= 2 6. Car solus LP-Relaksas dar subproblem 6 Daerah subproblem 6 (lhat gambar) merupakan daerah tdak fsbel dar IP, maka subproblem 6 tdak memlk solus fsbel. Syntax program pada LINDO 6.1 : max4x1+5x2 subject to x1+4x2<=5 3x1+2x2<=7 x1>=3 x2<=0 7. Car solus LP-Relaksas dar subproblem 7 Syntax program pada LINDO 6.1 : max4x1+5x2 subject to x1+4x2<=5 3x1+2x2<=7 x1<=2 x2<=0 Hasl yang dperoleh : LP OPTIMUM FOUND AT STEP 2 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) VARIABLE VALUE REDUCEDCOST X X

26 Lampran 2 Syntax Program untuk menyelesakan masalah penentuan pupuk yang mengandung nutrs sesua dengan karakter tanah dengan menggunakan Lngo 8.0. MODEL : TITLE "PENENTUAN PUPUK YANG MENGANDUNG NUTRISI SESUAI DENGAN KARAKTER TANAH"; SETS : PUPUK/SSA SPO UREA CAN27 SPN MAP DAP NPK SPF NPP KCl SULP FERT Bca MgO ZnO ZnSO4 TSP/:CNH3,CNO4,CPSOL,CPINS,CK,CS,CMg,CB,CZn,C,X,Y; QUANTITY/N P K B Zn S Mg/; ENDSETS DATA: C=900, 990, 900, 1170, 1260, 1350, 1440, 1395, 945, 765, 1395, 1980, 2205, 2250, 1350, 1620, 720, 1215; CNH3=16,15,46,13.5,12.5,0,0,0,0,13,0,0,0,0,0,0,0,0; CNO4=0,0,0,13.5,12.5,11,18,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0; CPSOL=0,0,0,0,0,52,46,46,20,0,0,0,0,0,0,0,0,46; CPINS=0,0,0,0,0,0,0,0,20,0,0,0,0,0,0,0,0,0; CK=0,14,0,0,0,0,0,0,0,44,60,22,0,0,0,0,0,0; CS=0,0,0,0,0,2.3,0,1,2,0,0,22,18,0,0,0,19,1; CMg=0,0,0,4,0,0,0,0,0,0,0,18,0,0.6,96,0,0,0; CB=0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,10,0,0,0,0; CZn=0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,96,27,0; ENDDATA!FUNGSI OBJEKTIF; MIN=@SUM(PUPUK(I):C(I)*X(I));!JUMLAH N YANG P YANG K YANG B YANG Zn YANG S YANG Mg YANG NITRIC N YANG O4(I)));

27 !JUMLAH SOLUBLE P YANG PINS(I)));!JUMLAH MINIMAL DARI K YG BEBAS DARI X(11)*C(11))*100>=100*@SUM(PUPUK(I):X(I)*CK(I));!INDIKASI JIKA CAMPURAN MENGANDUNG PUPUK UREA; X(3)<=50*Y(3);!INDIKASI JIKA CAMPURAN MENGANDUNG PUPUK NPK; X(8)<=50*Y(8);!UREA & NPK TIDAK DAPAT DIGUNAKAN SECARA BERSAMAAN; Y(3)+Y(8)<=1;!KENDALA BINER; Soluton report Global optmal soluton found at teraton: 9 Objectve value: Varable Value Reduced cost CNH3( SSA) CNH3( SPO) CNH3( UREA) CNH3( CAN27) CNH3( SPN) CNH3( MAP) CNH3( DAP) CNH3( NPK) CNH3( SPF) CNH3( NPP) CNH3( KCL) CNH3( SULP) CNH3( FERT) CNH3( BCA) CNH3( MGO) CNH3( ZNO) CNH3( ZNSO4) CNH3( TSP) CNO4( SSA) CNO4( SPO) CNO4( UREA) CNO4( CAN27) CNO4( SPN) CNO4( MAP) CNO4( DAP) CNO4( NPK) CNO4( SPF) CNO4( NPP)

28 CNO4( KCL) CNO4( SULP) CNO4( FERT) CNO4( BCA) CNO4( MGO) CNO4( ZNO) CNO4( ZNSO4) CNO4( TSP) CPSOL( SSA) CPSOL( SPO) CPSOL( UREA) CPSOL( CAN27) CPSOL( SPN) CPSOL( MAP) CPSOL( DAP) CPSOL( NPK) CPSOL( SPF) CPSOL( NPP) CPSOL( KCL) CPSOL( SULP) CPSOL( FERT) CPSOL( BCA) CPSOL( MGO) CPSOL( ZNO) CPSOL( ZNSO4) CPSOL( TSP) CPINS( SSA) CPINS( SPO) CPINS( UREA) CPINS( CAN27) CPINS( SPN) CPINS( MAP) CPINS( DAP) CPINS( NPK) CPINS( SPF) CPINS( NPP) CPINS( KCL) CPINS( SULP) CPINS( FERT) CPINS( BCA) CPINS( MGO) CPINS( ZNO) CPINS( ZNSO4) CPINS( TSP) CK( SSA) CK( SPO) CK( UREA) CK( CAN27) CK( SPN) CK( MAP) CK( DAP) CK( NPK) CK( SPF) CK( NPP) CK( KCL) CK( SULP) CK( FERT) CK( BCA) CK( MGO)

29 CK( ZNO) CK( ZNSO4) CK( TSP) CS( SSA) CS( SPO) CS( UREA) CS( CAN27) CS( SPN) CS( MAP) CS( DAP) CS( NPK) CS( SPF) CS( NPP) CS( KCL) CS( SULP) CS( FERT) CS( BCA) CS( MGO) CS( ZNO) CS( ZNSO4) CS( TSP) CMG( SSA) CMG( SPO) CMG( UREA) CMG( CAN27) CMG( SPN) CMG( MAP) CMG( DAP) CMG( NPK) CMG( SPF) CMG( NPP) CMG( KCL) CMG( SULP) CMG( FERT) CMG( BCA) CMG( MGO) CMG( ZNO) CMG( ZNSO4) CMG( TSP) CB( SSA) CB( SPO) CB( UREA) CB( CAN27) CB( SPN) CB( MAP) CB( DAP) CB( NPK) CB( SPF) CB( NPP) CB( KCL) CB( SULP) CB( FERT) CB( BCA) CB( MGO) CB( ZNO) CB( ZNSO4) CB( TSP) CZN( SSA) CZN( SPO)

30 CZN( UREA) CZN( CAN27) CZN( SPN) CZN( MAP) CZN( DAP) CZN( NPK) CZN( SPF) CZN( NPP) CZN( KCL) CZN( SULP) CZN( FERT) CZN( BCA) CZN( MGO) CZN( ZNO) CZN( ZNSO4) CZN( TSP) C( SSA) C( SPO) C( UREA) C( CAN27) C( SPN) C( MAP) C( DAP) C( NPK) C( SPF) C( NPP) C( KCL) C( SULP) C( FERT) C( BCA) C( MGO) C( ZNO) C( ZNSO4) C( TSP) X( SSA) X( SPO) X( UREA) X( CAN27) X( SPN) X( MAP) X( DAP) X( NPK) X( SPF) X( NPP) X( KCL) X( SULP) X( FERT) X( BCA) X( MGO) X( ZNO) X( ZNSO4) X( TSP) Y( SSA) Y( SPO) Y( UREA) Y( CAN27) Y( SPN) Y( MAP) Y( DAP)

31 Y( NPK) Y( SPF) Y( NPP) Y( KCL) Y( SULP) Y( FERT) Y( BCA) Y( MGO) Y( ZNO) Y( ZNSO4) Y( TSP) Row Slack or Surplus Dual Prce

32

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN Latar elakang Sekolah merupakan salah satu bagan pentng dalam penddkan Oleh karena tu sekolah harus memperhatkan bagan-bagan yang ada d dalamnya Salah satu bagan pentng yang tdak dapat dpsahkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENDAHULUAN Latar elakang Masalah pengrman barang hasl produks bag suatu perusahaan kepada para pelanggannya merupakan masalah yang sangat pentng, karena hal tu berkatan dengan kepuasan pelanggan akan

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR SASARAN GANDA MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS MULTIFASE

PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR SASARAN GANDA MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS MULTIFASE PERSETUJUAN PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR SASARAN GANDA MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS MULTIFASE SKRIPSI Telah dsetuju dan dsyahkan pada tanggal: 3 November 2010 Untuk dpertahankan ddepan Dewan Penguj Skrps

Lebih terperinci

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

UJI PRIMALITAS. Sangadji * UJI PRIMALITAS Sangadj * ABSTRAK UJI PRIMALITAS. Makalah n membahas dan membuktkan tga teorema untuk testng prmaltas, yatu teorema Lucas, teorema Lucas yang dsempurnakan dan teorema Pocklngton. D sampng

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah JPM IIN ntasar Vol. 01 No. 2 Januar Jun 2014, h. 95-106 OPTIMSI MSLH PNUGSN St Maslhah bstrak Pemrograman lner merupakan salah satu lmu matematka terapan yang bertuuan untuk mencar nla optmum dar suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

DIMENSI PARTISI GRAF GIR Jurnal Matematka UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 21 27 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematka FMIPA UNAND DIMENSI PARTISI GRAF GIR REFINA RIZA Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 13 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 13 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah 3 Memaham dan Menganalsa Optmas dengan Kendala Ketdaksamaan. Interpretas Konds Kuhn Tucker Asumskan masalah yang dhadap adalah masalah produks. Secara umum, persoalan maksmsas keuntungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS

APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS Vol No Jurnal Sans Teknolog Industr APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS Ftr Aryan Dew Yulant Jurusan Matematka Fakultas Sans Teknolog UIN SUSKA Rau Emal:

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

PELABELAN HARMONIOUS PADA GRAF TANGGA DAN GRAF KIPAS

PELABELAN HARMONIOUS PADA GRAF TANGGA DAN GRAF KIPAS PELABELAN HARMONIOUS PADA GRAF TANGGA DAN GRAF KIPAS SKRIPSI Oleh Dony Rusdanto NIM 041810101044 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 011 PELABELAN HARMONIOUS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 9 I PEDAHULUA Latar elakang Pada am-am tertentu, dalam suatu stasun kereta ap terdapat kereta ap penumpang ang tdak doperaskan untuk mengangkut penumpang Perusahaan kereta ap harus melakukan kegatan pelangsran

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN MULTIPLE REGRESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINIER PROGRAMMING

PENENTUAN KOEFISIEN MULTIPLE REGRESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINIER PROGRAMMING PENENTUAN KOEFISIEN MULTIPLE REGRESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINIER PROGRAMMING SKRIPSI RINA ASTRY GINTING 060823031 PROGRAM STUDI SARJANA MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA A-3 Dan Aresta Yuwanngsh 1 1 Mahasswa S Matematka UGM dan.aresta17@yahoo.com Abstrak Dberkan R merupakan rng dengan elemen satuan, M R-modul kanan, dan R S End

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR Dajukan sebaga Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sans pada Jurusan Matematka Oleh : IIS ERIANTI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K Jurnal Matematka Murn dan Terapan Vol. 3 No. Desember 009: 4-6 APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH Yun Yulda dan Muhammad Ahsar K Program Stud Matematka Unverstas

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Penerapan Program Lner Kabur dalam Analss.. Elfranto PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Elfranto Dosen Unverstas Muhammadyah Sumatera Utara Abstrak: Salah satu kaan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Optimasi Perencanaan Hasil Produksi dengan Aplikasi Fuzzy Linear Programming (FLP)

Optimasi Perencanaan Hasil Produksi dengan Aplikasi Fuzzy Linear Programming (FLP) Semnar Nasonal Waluyo Jatmko II FTI UPN Veteran Jawa Tmur Optmas Perencanaan Hasl Produks dengan Aplkas Fuzzy Lnear Programmng (FLP) Akhmad Fauz Jurusan Teknk Informatka UPNV Veteran Jawa Tmur Emal: masuz@upnatm.ac.d

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 12 3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 3.1 Metode Heurstk Metode heurstk merupakan salah satu metode penentuan solus optmal dar permasalahan optmas kombnatoral. Berbeda dengan solus eksak yang menentukan nla

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Analss Indkator Makroekonom Negara Tujuan Ekspor terhadap Knerja Ekspor Non Mgas Indonesa: Stud Kasus Lma Negara Tujuan Utama Ekspor Skrps Dajukan Sebaga Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesakan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

MODEL OPTIMAL SISTEM TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA

MODEL OPTIMAL SISTEM TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA ODEL OPTIAL SISTE TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA PRAPTO TRI SUPRIYO Departemen atematka Fakultas atematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Insttut Pertanan Bogor Jl erant, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Indonesa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No., 33-40, Aprl 00, ISSN : 40-858 KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON Sutmn dan Agus Rusgyono Jurusan Matematka FMIPA UNDIP Abstrak Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci