II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan
|
|
- Sonny Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II. TINJAUAN PUSTAKA Huan rakya adalah huan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyaraka baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan ada, maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Huan rakya ersusun dari sauan ekosisem kehidupan mulai dari anaman keras, non kayu, sawa, buah-buahan, sauan budi daya semusim, peernakan, barang dan jasa, sera rekreasi alam (Awang dkk. 2002). Salah sau solusi unuk mengurangi ekanan erhadap huan dan mengaasi masalah kebuuhan lahan peranian adalah dengan menerapkan sisem agroforesry. Agroforesry merupakan sisem pemanfaaan lahan secara opimal berasaskan kelesarian lingkungan dengan mengusahakan aau mengkombinasikan anaman kehuanan dan peranian (perkebunan, ernak) sehingga dapa meningkakan perekonomian peani di pedesaan (Gauama, 2007). Lembaga Peneliian IPB (1983) dalam Purwano dkk. (2004) membagi huan rakya dalam iga kelompok, yaiu: 1. Huan rakya murni (monoculure), yaiu huan rakya yang hanya erdiri dari sau jenis anaman pokok berkayu yang dianam secara homogen aau monokulur. 2. Huan rakya campuran (polyculure), yaiu huan rakya yang erdiri dari berbagai jenis pohon-pohonan yang dianam secara campuran. 3. Huan rakya wana ani (agroforesry), yaiu yang mempunyai benuk usaha kombinasi anara kehuanan dengan cabang usaha ani lainnya seperi anaman
2 pangan, perkebunan, peernakan, perikanan, dan lain-lain yang dikembangkan secara erpadu. Pengembangan huan rakya dengan komodii erenu dapa memperbaiki muu lingkungan disamping meningkakan pendapaan masyaraka, mencipakan iklim mikro yang baik, memperbaiki srukur anah, dan mengendalikan erosi. Hal ersebu menjadikan huan rakya merupakan salah sau eknik konservasi anah dan air secara vegeaif (Purwano, dkk. 2004). Pembangunan huan rakya secara swadaya merupakan alernaif yang dipilih unuk mengaasi masalah sosial ekonomi dan lingkungan hidup, selain iu pengaruh posiif yang lain adalah erpeliharanya sumberdaya alam (konservasi anah dan air) sehingga meningkakan daya dukung lahan bagi penduduk dan iku sera dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), mengurangi erjadinya kerusakan huan akiba penebangan liar dan penyeroboan anah. Kombinasi berbagai jenis anaman memungkinkan pemeikan hasil secara erus menerus dan memungkinkan erbenuknya sraifikasi ajuk sehingga mencegah erosi anah dan hempasan air huan (Arief, 2001). Deskripsi Tanaman Kemenyan Kemenyan (Syrax spp.) ermasuk jenis pohon berukuran besar yaiu dari famili Syracaceae. Adapun uruan sisemaika kemenyan adalah sebagai beriku: Kingdom Superdivision Division Class Ordo : Planae : Spermaophya : Angiospermae : Dikoil : Syracales
3 Family Genus Species : Syracaceae : Syrax : Syrax sumarana dan Syrax benzoin Di Indonesia erdapa ujuh jenis aau varieas kemenyan (Syrax spp.) yang menghasilkan geah akan eapi hanya dua jenis yang lebih umum dikenal dan diusahakan di Sumaera Uara, yaiu Syrax sumarana J.J.SM yang disebu dengan kemenyan oba dan Syrax benzoin DRYAND yang disebu dengan kemenyan (haminjon) durame. Dari kedua jenis ini ersebu, jenis yang perama lebih dominan karena memiliki kualias geah yang lebih baik dan bernilai ekonomi lebih inggi dibandingkan dengan jenis yang erakhir (Sasmuko, 2000). Ciri khas kemenyan oba (Syrax sumarana) adalah kandungan aau kadar asam sinamanya cukup inggi. Jelas bahwa jenis ini dapa menghasilkan geah kualias perama dengan ciri-ciri memiliki aroma yang lebih wangi, berwarna puih dan idak lengke. Sedangkan ciri khas jenis kemenyan durame (Syrax benzoin) bahwa jenis ini dapa menghasilkan geah kemenyan seperi ahir yang memiliki kualias geah lebih rendah dengan ciri-ciri berwarna hiam kecoklaan dan agak lengke. Manfaa/Kegunaan Kemenyan Penggunaan kemenyan unuk indusri dalam negeri sampai saa ini masih erbaas, relaif kecil dan belum banyak dikeahui sera dielii kegunaannya, kecuali dibakar sebagai bahan dupa dalam penyelenggaraan upacara-upacara keagamaan dan dipakai pada upacara ada aau sesajian sera ramuan rokok.
4 Eksraksi kimia geah kemenyan menghasilkan incure dan benzoin resin yang digunakan sebagai fix acive agen dalam indusri parfum. Eksraksi kemenyan juga dapa menghasilkan beberapa senyawa kimia yang diperlukan oleh indusri farmasi anara lain asam balsama, asam sinama, benzyl benzoae, sodium benzoae, benzophenone, eser aromais dan sebagainya. Di negara-negara indusri maju seperi negara Eropa, kemenyan (Syrax spp.) dipergunakan sebagai bahan dasar dalam pembuaan asam benzoae aau asam sinama dan eser-esernya, indusri farmasi (oba-obaan), indusri kosmeika dan bahan pembuaan parfum, pabrik porselin, sabun, plasik sineis, bahan pengawe pada indusri makanan dan sebagainya. Penggunaan kemenyan dari segi pemakaiannya sebagai bahan kimia yaiu anara lain: 1. Pada bidang farmasi (oba-obaan) Penggunaan kemenyan sebagai oba-obaan elah lama dipergunakan. Hal ini dibukikan dari berbagai lieraur kimia, yaiu: - Anisepik - Oba maa bagi penyaki kaaraks - Expecoran (melegakan pernafasan) 2. Pada oba-obaan peranian Melalui proses eserifikasi, asam sinama dipergunakan unuk membenuk eser-eser, seperi meil dan eil eser. Beberapa urunan kimianya dapa dipergunakan unuk pembuaan oba-obaan peranian.
5 3. Pada parfum Pada parfum dipergunakan sebagai fix acive, yaiu unuk menahan aroma parfum lebih lama dan memperemukan dua aau beberapa jenis parfum dari bahan yang berbeda unuk mendapakan aroma parfum yang lebih baik. 4. Pada Kosmeik 5. Pabrik rokok dan pabrik porselin 6. Kegiaan religius/upacara agama (dupa) 7. Varnis Berdasarkan uji coba pembuan varnish dari kemenyan ernyaa kemenyan menghasilkan varnish yang bermuu inggi (Edison (1983) dalam Yuniandra, 1998). Pengerian dan Fungsi Agroforesry Agroforesry adalah suau nama kolekif unuk sisem-sisem penggunaan lahan eknologi, dimana anaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palm, bambu, dan sebagainya) dianam bersamaan dengan anaman peranian, dan/aau hewan, dengan suau ujuan erenu dalam suau benuk pengauran spasial aau uruan emporal, dan di dalamnya erdapa ineraksi-ineraksi ekologi dan ekonomi dianara berbagai komponen yang bersangkuan (Nair (1989) dalam Hairiah, 2003). Fungsi agroforesry erhadap aspek sosial, budaya dan ekonomi anara lain: (a) Kaiannya dengan aspek enurial, agroforesry memiliki poensi di masa kini dan masa yang akan daang sebagai solusi dalam memecahkan konflik menyangku lahan negara yang dikuasai oleh para peani penggarap; (b) Upaya
6 melesarikan idenias kulural masyaraka, pemahaman akan nilai-nilai kulural dari suau akivias produksi hingga peran berbagai jenis pohon aau anaman lainnya di lingkungan masyaraka lokal dalam rangka keberhasilan pemilihan desain dan kombinasi jenis pada benuk-benuk agroforesry modern yang akan diperkenalkan aau dikembangkan di suau empa; (c) Kaiannya dengan kelembagaan lokal, dengan prakik agroforesry lokal idak hanya melesarikan fungsi dari kepala ada, eapi juga norma, sanksi, nilai, dan kepercayaan (unsurunsur dari kelembagaan) radisional yang berlaku di lingkungan suau komunias; (d) Kaiannya dalam pelesarian pengeahuan radisional, salah sau ciri dari agroforesry radisional adalah diversias komponen eruama hayai yang inggi (polyculure). Sebagian dari anaman ersebu sengaja dianam aau dipelihara dari permudaan alam guna memperoleh manfaa dari beberapa bagian anaman sebagai bahan baku pengobaan. Meskipun hampir di seluruh kecamaan di Indonesia sudah ersedia Puskesmas aau Puskesmas Pembanu (Pusban), eapi masyaraka masih banyak yang memanfaakan lingkungannya sebagai abib bilamana mereka saki (Widiano dkk. 2003). Fungsi agroforesry diinjau dari aspek biofisik dan lingkungan pada skala benang lahan (skala meso) adalah kemampuannya unuk menjaga dan memperahankan kelesarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya erhadap kesesuaian lahan anara lain: (a) Memelihara sifa fisik dan kesuburan anah; (b) Memperahankan fungsi hidrologi kawasan; (c) Memperahankan cadangan karbon; (d) Mengurangi emisi gas rumah kaca; dan (e) memperahankan keanekaragaman hayai (Lahjie, 2004).
7 Klasifikasi Sisem Agroforesry Berbagai ipe agroforesry elah banyak diinvenarisir dan dikembangkan dengan benuk yang beragam erganung kondisi wilayah, lokasi dan ujuan agroforesry iu sendiri. Namun demikian, keragaman agroforesry ersebu dapa dikelompokkan ke dalam empa dasar uama (Sardjono dkk., 2003), yaiu: (1) Berdasarkan srukurnya (Srucural Basis) yang berari penggolongan diliha dari komposisi komponen-komponen penyusunnya (anaman peranian, huan, pakan, dan/aau ernak). Agroforesry dapa diklasifikasikan sebagai beriku: a. Agrisilvikulur (Agrisilviculural Sysems) Sisem agroforesry yang mengkombinasikan komponen kehuanan (aau anaman berkayu/woody plans) dengan komponen peranian (aau anaman non kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (ree crops) dan anaman non kayu dari jenis anaman semusim (annual crops). b. Silvopasura (Silvopasural Sysems) Sisem agroforesry yang melipui komponen kehuanan (aau anaman berkayu) dengan komponen peernakan (aau binaang ernak/pasure). Kedua komponen dalam silvopasura seringkali idak dijumpai pada ruang dan waku yang sama (misal: penanaman rumpu hijauan ernak di bawah egakan pinus, aau yang lebih eksrim lagi adalah sisem cu and carry pada pola pagar hidup/living fences of fodder hedges and shrubs; aau pohon pakan serbaguna/mulipurpose fodder rees pada lahan peranian yang disebu proein bank ).
8 c. Agrosilvopasura (Agrosilvopasural Sysems) Merupakan pengkombinasian komponen berkayu (kehuanan) dengan peranian (semusim) dan sekaligus peernakan/binaang pada uni manajemen lahan yang sama. Conoh: berbagai benuk kebun pekarangan (homegardens), kebun huan (fores-gardens), aaupun kebun desa (village-foresgardens), seperi sisem Parak di Maninjau (Sumaera Bara) aau Lembo dan Tembawang di Kalimanan. (2) Berdasarkan sisem produksi, agroforesry dibedakan menjadi : a. Agroforesry berbasis huan adalah benuk agroforesry yang diawali dengan pembukaan sebagian areal huan dan/aau belukar unuk akivias peranian. b. Agroforesry berbasis pada peranian yaiu produk uama anaman peranian dan aau peernakan erganung sisem produksi peranian dominan di daerah ersebu. Komponen kehuanan merupakan elemen pendukung bagi peningkaan produkivias dan/aau susainabilias. c. Agroforesry berbasis pada keluarga adalah agroforesry yang dikembangkan di areal pekarangan rumah (homesead agroforesry). (3) Berdasarkan masa perkembangannya, agroforesry dapa dibedakan menjadi : a. Agroforesry radisional/klasik yaiu iap sisem peranian, dimana pohonpohonan baik yang berasal dari penanaman aau pemeliharaan egakan/anaman yang elah ada menjadi bagian erpadu, sosial ekonomi dan ekologis dari keseluruhan sisem (agroecosysem). b. Agroforesry modern umumnya hanya meliha pengkombinasian anara anaman keras aau pohon komersial dengan anaman sela erpilih. Conoh:
9 berbagai model umpang sari (baik yang dilaksanakan oleh Perhuani di huan jai di Jawa aau yang coba diperkenalkan oleh beberapa pengusaha Huan Tanaman Indusri/HPHTI di luar Jawa). Pola Kombinasi Komponen dalam Sisem Agroforesry Secara sederhana agroforesry merupakan pengkombinasian komponen anaman berkayu/kehuanan (baik berupa pohon, perdu, palem-paleman, bambu, dan anaman berkayu lainnya) dengan anaman peranian (anaman semusim) dan/aau hewan (peernakan), baik secara aa waku aaupun secara aa ruang. Kombinasi yang ideal erjadi bila seluruh komponen agroforesry secara erus menerus berada pada lahan yang sama. Pengkombinasian dalam sisem agroforesry dapa menghasilkan berbagai reaksi, yang masing-masing aau bahkan sekaligus dapa dijumpai pada sau uni manajemen yaiu persaingan, melengkapi, dan keerganungan (Sardjono dkk. 2003). Sardjono dkk. (2003) juga mengaakan bahwa pengkombinasian secara aa waku dimaksudkan sebagai durasi ineraksi anara komponen kehuanan dengan peranian dan aau peernakan. Kombinasi ersebu idak selalu ampak di lapangan, sehingga dapa menimbulkan kesalahpahaman bahwa suau benuk pemanfaaan lahan idak dapa dikaegorikan agroforesry. Secara sederhana kombinasi menuru aa waku dapa dibagi dua yaiu kombinasi permanen dan semenara. Kombinasi secara aa ruang dapa secara horizonal dan verikal. Penyebaran menuru aa ruang juga dapa bersifa penyebaran meraa aau penyebaran idak meraa.
10 Analisis Finansial Agroforesry Menuru Widiano dkk (2003) bahwa keberadaan pohon dalam agroforesry mempunyai dua peranan uama. Perama, pohon dapa memperahankan produksi anaman pangan dan memberikan pengaruh posiif pada lingkungan fisik, eruama dengan memperlamba kehilangan hara dan energi, dan menahan daya perusak air dan angin. Kedua, hasil dari pohon berperan pening dalam ekonomi rumah angga peani. Pohon dapa menghasilkan: (1) Produk yang digunakan langsung seperi pangan, bahan bakar, bahan bangunan; (2) Inpu unuk peranian seperi pakan ernak, mulsa; sera (3) Produk aau kegiaan yang mampu menyediakan lapangan kerja aau penghasilan kepada anggoa rumah angga. Sisem produksi agroforesry memiliki suau kekhasan (Suharjio dkk. 2003), di anaranya: a. Menghasilkan lebih dari sau macam produk b. Pada lahan yang sama dianam paling sediki sau jenis anaman semusim dan sau jenis anaman ahunan/pohon c. Produk-produk yang dihasilkan dapa bersifa erukur (angible) dan ak erukur (inangible) d. Terdapa kesenjangan waku (ime lag) anara waku penanaman dan pemanenan produk anaman ahunan/pohon yang cukup lama Sisem agroforesry menghasilkan bermacam-macam produk yang jangka waku pemanenannya berbeda, dimana paling sediki sau jenis produknya membuuhkan waku perumbuhan yang lebih dari sau ahun. Unuk meliha sejauh mana suau usaha agroforesry memberikan keunungan, maka analisis yang paling sesuai unuk dipakai adalah analisis proyek yang berbasis finansial. Menuru Lahjie (2004), bahwa analisis finansial pada dasarnya dilakukan unuk mengeahui
11 seberapa besar manfaa yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keunungannya, kapan pengembalian invesasi erjadi dan pada ingka suku bunga berapa invesasi iu memberikan manfaa. Melalui cara berpikir seperi iu maka harus ada ukuran-ukuran erhadap kinerjanya. Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya adalah : a. Ne Presen Value (NPV) Ne Presen Value (NPV) yaiu nilai saa ini yang mencerminkan nilai keunungan yang diperoleh selama jangka waku pengusahaan dengan memperhiungkan nilai waku dari uang aau ime value of money. Karena jangka waku kegiaan suau usaha agroforesry cukup panjang, maka idak seluruh biaya bisa dikeluarkan pada saa yang sama, demikian pula hasil yang diperoleh dari suau usaha agroforesry dapa berbeda wakunya. Unuk mengeahui nilai uang di masa yang akan daang dihiung pada saa ini, maka baik biaya maupun pendapaan agroforesry di masa yang akan daang harus dikalikan dengan fakor diskono yang besarnya erganung kepada ingka suku bunga bank yang berlaku di pasaran. Dengan model formulasi sebagai beriku (Suharjio dkk., 2003) : Dimana: NPV = = n B C = (1 + i 0 ) NPV B C i = Nilai bersih sekarang = Benefi (aliran kas masuk pada periode-) =Cos/ Biaya oal = Ineres (ingka suku bunga bank yang berlaku) = Periode waku
12 Dengan krieria apabila NPV > 0 berari usaha ersebu mengunungkan, sebaliknya jika NPV < 0 berari usaha ersebu idak layak diusahakan. b. Benefi Cos Raio (BCR) Benefi Cos Raio (BCR) yaiu perbandingan anara pendapaan dan pengeluaran selama jangka waku pengusahaan (dengan memperhiungkan nilai waku dari uang aau ime value of money). Dengan model formulasi sebagai beriku (Suharjio dkk. 2003) : BCR = = n = 0 = n = 0 B C (1 + i) B C (1 + i) B C > 0 B C < 0 Dimana : BCR B C i = Perbandingan anara pendapaan dan pengeluaran = Benefi (aliran kas masuk pada periode-) = Cos/ Biaya oal = Ineres (ingka suku bunga bank yang berlaku) = Periode waku Dengan krieria BCR > 1 dinyaakan usaha ersebu layak diusahakan dan sebaliknya jika BCR < 1 berari usaha ersebu idak layak diusahakan. c. Inernal Rae of Reurns (IRR) Inernal Rae of Reurns (IRR) menunjukkan ingka suku bunga maksimum yang dapa dibayar oleh suau proyek/usaha aau dengan kaa lain merupakan kemampuan memperoleh pendapaan dari uang yang diinvesasikan. Dalam perhiungan, IRR adalah ingka suku bunga apabila BCR yang erdiskono sama dengan nol. Usaha agroforesry akan dikaakan layak apabila nilai IRR lebih besar
13 dari ingka suku bunga yang berlaku di pasar pada saa ersebu. Dengan rumus sebagai beriku (Suharjio dkk. 2003) : NPV1 IRR = i 1 + i2 i1 NPV NPV 2 Dimana : IRR = Suku bunga maksimum yang dapa dibayar oleh suau proyek NPV 1 = Nilai NPV yang posiif pada ingka suku erenu NPV 2 = Nilai NPV yang negaif pada ingka suku bunga erenu i 1 = Discoun Facor (ingka bunga) perama dimana diperoleh NPV Posiif 1 i 2 = Discoun Facor (ingka bunga) kedua dimana diperoleh NPV Negaif
III METODE PENELITIAN
III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,
Lebih terperinciBab II Dasar Teori Kelayakan Investasi
Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya
III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini
METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hutan rakyat diusahakan tanaman pohon-pohon yang hasil utamanya kayu: sengon
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan rakyat merupakan salah satu model pengelolaan sumber daya alam yang berdasarkan inisiatif masyarakat. Hutan rakyat di Indonesia pada umumnya dikembangkan pada lahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi
Lebih terperinciHUMAN CAPITAL. Minggu 16
HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga
Lebih terperincipost facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan
3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW
Lebih terperinciAPLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI
APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan
Lebih terperinciMODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode
20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan
BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,
Lebih terperinciBAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan
BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan
Lebih terperinciBAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan
BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah
37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab
13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan
Lebih terperinciKelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang
Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah
Lebih terperinci372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK
372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan
Lebih terperinciBAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,
Lebih terperinciGambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang
METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. secara geografis terletak antara Bujur Timur dan
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur, secara geografis terletak antara 98 53-99 26 Bujur Timur dan 02 03-01 27 Lintang
Lebih terperinciANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU
ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang
Lebih terperinciKELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK
KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan
Lebih terperinciAnalisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu
Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Budidaya Paprika Paprika adalah salah sau komodias sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang inggi, dimana sebagian besar hasil panennya diekspor ke luar negeri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan
.. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI
I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI
Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada
BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),
Lebih terperincix 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.
Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,
Lebih terperinciANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.
JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen
Lebih terperinciEconomic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia
ANALISIS PUNGUTAN RENTE EKONOMI KAYU BULAT HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI INDONESIA Economic Ren Analysis of Timber Esae Log Producion in Indonesia Oleh/By: Transoo Handadhari, Achmad Sumiro, Sofyan P. Warsio
Lebih terperinciDINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008
DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 Maa Pelajaran : I P A Kelas : VII ( TUJUH ) Hari, anggal : Kamis, 12 Juni 2008 Waku : 90 Meni PETUNJUK UMUM:
Lebih terperinciADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI
ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.
Lebih terperinciDAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT
DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang
Lebih terperinciBAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun
43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya
Lebih terperinciKELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT
KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi
Lebih terperinciJIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014
ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,
Lebih terperinciIntegral dan Persamaan Diferensial
Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian
3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.
Lebih terperinciAnalisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali
Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.
Lebih terperinciBab IV Pengembangan Model
Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Sistem
8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Sisem Sisem didefinisikan sebagai seperangka elemen aau sekumpulan eniy yang saling berkaian, yang dirancang dan diorganisir unuk mencapai sau aau beberapa ujuan (Manesch
Lebih terperinciPENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.
PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk
Lebih terperinciBAB 3 LANDASAN TEORI
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI
PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung
Lebih terperinci