Rancang Bangun Penyandian Saluran HDB3 Berbasis FPGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rancang Bangun Penyandian Saluran HDB3 Berbasis FPGA"

Transkripsi

1 Rancang Bangun Penyandian Saluran HDB3 Berbasis FPGA Sahbuddin Abdul Kadir 1, Irmawati 2 1,2 Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang dinsth@yahoo.com, irmawati@poliupg.ac.id Abstrak Pada sistem komunikasi digital, informasi direpresentasikan dalam bentuk bit nol dan satu. Untuk jarak tertentu, representasi ini masih memungkinkan diidentifikasi pada penerima. Sebaliknya untuk jarak jauh akan menimbulkan masalah komponen dc dan sinkronisasi. Komponen dc pada penyandian saluran dapat dihilangkan dengan 2 level teganngan yang selalu berlawanan pada representasi bit satu (AMI). Sedangakan untuk mengatasi masalah sinkronisasi digunakan teknik penyandian yang bukan sekedar merepresentasikan informasi ke dalam bit nol dan satu yang dikenal dengan teknik scrambling. Penyandian High Density Bipolar-3 zero (HDB3) adalah salah satu teknik scrambling yang mengadaptasi penyandian Alternate Mark Inversion (AMI) yang bermasalah pada proses sinkronisasi untuk runtun bit nol yang panjang dengan menambahkan bit yang tidak nol pada setiap runtun bit nol yang lebih dari tiga. Pada penelitian ini dirancang penyandian saluran HDB3 dalam bentuk ip core menggunakan FPGA sebagai modul pembelajaran pada praktikum Saluran Transmisi Dan Telekomunikasi Radio untuk mendemonstarasikan bagaimana teknik scrambling mengatasi masalah sinkronisasi pada penyandian saluran AMI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menambahkan bit yang tidak nol pada setiap runtun bit nol yang lebih dari 3membuat runtun bit tersebut tetap memiliki variasi sinyal dan tidak mengikuti algoritma AMI. Sehingga memudahkan pemulihan bit-bit informasi dan sinkronisasi. Kata kunci: Ip Core, Sinkronisasi, Scrambling, AMI, HDB3 I. PENDAHULUAN Pada sistem komunikasi digital, informasi direpresentasikan dalam bentuk bit nol dan satu. Namun representasi ini menimbulkan masalah komponen dc yang merupakan amplitude rata-rata bit yang tidak nol. Sehingga tidak dapat digunakan pada media yang tidak dapat melewatkan komponen dc. Selain itu, pada runtun bit nol atau satu yang panjang dapat menyebabkan hilangnya sinkronisasi. Karena jika sinyal tidak bervariasi, maka penerima tidak dapat membedakan mana yang awal dan akhir dari tiap-tiap bit. Oleh karena itu diperlukan teknik penyandian yang bukan sekedar merepresentasikan informasi ke dalam bit nol dan satu, tetapi memiliki kualifikasi yang dapat diidentifikasi pada penerima. penyandian ini dikenal dengan teknik scrambling mengadaptasi teknik penyandian saluran untuk mengatasi permasalahan sinkronisasi. Teknik ini sering digunakan untuk layanan transmisi jarak jauh menggunakan penyandian High Density Bipolar-3 Zeros (HDB3) dan Bipolar With 8-Zeros Substitution (B8ZS). Penyandian HDB3 merupakan modifikasi penyandian Alternate Mark Inversion (AMI) yang bermasalah pada proses sinkronisasi untuk runtun bit nol yang panjang dengan menyisipkan bit yang tidak nol pada setiap runtun bit nol yang lebih dari tiga. Tetapi komponen dc tidak nampak lagi pada penyandian saluran AMI yang menggunakan polaritas berlawanan pada setiap bit satu dan tegangan 0V untuk bit nol. Pada penelitian ini dirancang penyandian saluran HDB3 menggunakan metode sistem on chip dan diimplementasikan pada FPGA sebagai modul pembelajaran pada Praktikum Saluran Transmisi dan Telekomunikasi Radio untuk mendemonstrasikan bagaimana teknik scrambling dapat mengatasi masalah sinkronisasi pada penyandian saluran AMI. II. KAJIAN LITERATUR 2.1 Penyandian Saluran Penyandian saluran adalah pola pengkodean sinyal serial digital yang digunakan untuk mempertahankan reliabilitas dan integritas data. Line code yang digunakan ditentukan oleh penyedia layanan komunikasi data. Bentuk kode biner 1 dan 0 seperti pada sinyal PCM, dapat direpresentasikan dalam beberapa format sinyal serial digital yang disebut sebagai line-code sebagai berikut: Unipolar Pengkodean saluran jenis polar tunggal atau unipolar adalah suatu pengkodean yang paling sederhana. Pengkodean unipolar hanya menggunakan sebuah level tegangan atau satu ISBN:

2 polaritas untuk menyatakan dua posisi bilangan biner yaitu 0V (bila tidak ada tegangan) dan +V untuk menyatakan data biner 0 dan 1. Pengkodean unipolar mempunyai dua persoalan, yakni komponen DC dan sinkronisasi. Amplitudo rata-rata sinyal unipolar yang tidak nol disebut dengan komponen DC (frekuensi nol) [5]. Sinyal dengan komponen DC tidak dapat disalurkan ke media yang tidak dapat menangani komponen DC. Karena pada ujung-ujung penerima biasanya terpasang kapasitor kopling yang digunakan untuk menahan sinyal dc yang berakibat pada munculnya derau. Bila sinyal tidak bervariasi, maka penerima tidak dapat membedakan mana yang awal dan mana yang akhir dari tiap-tiap bit. Inilah masalah sinkronisasi dari pengkodean unipolar, yang memungkinkan aliran datanya terdiri dari deretan panjang logika 1 dan 0. Pengkodean digital menggunakan perubahan level tegangan untuk mengindikasikan adanya perubahan bit. Perubahan sinyal juga memberikan indikasi bahwa satu bit telah berakhir dan dimulai bit berikutnya. v Gambar 2.1 Unipolar Polar Pengkodean polar menggunakan 2 level tegangan yaitu V dan +V (tegangan positif dan negatif) untuk menyatakan data biner dengan nilai 0 dan 1. Pengkodean dibagi-bagi lagi menjadi bebrapa jenis yaitu: Non-Return to Zero (NRZ), Return to Zero (RZ), Manchester dan Differantial Manchester. Pengkodean saluran jenis Non-Return to Zero (NRZ) dibedakan menjadi dua yaitu a. NRZ-L menggunakan level +V digunakan untuk menyatakan data biner 0, sedangkan level tegangan V digunakan untuk menyatakan data biner 1 seperti pada gambar 2.2. b. NRZ-I (Non-Return to Zero-Inverted) NRZ-I (Non-Return to Zero-Inverted) merepresentasikan level V atau +V yang menyatakan adanya perubahan data biner dari menuju logika 1. Artinya, setiap ada t perubahan urutan data biner dari 0 ke 1 atau 1 ke 1, maka level tegangan akan berubah dari sebelumnya NRZ-L NRZ-I Gambar 2.5 Perbedaan NRZ-L dan NRZ-I Pengkodean saluran jenis Return to Zero (RZ) menggunakan level V dan +V dengan transisi di pertengahan bit data biner. Data biner 0 dinyatakan dengan transisi dari level V menuju 0V, sedangkan data biner 1 dinyatakan dengan transisi dari level 0V menuju +V. v Gambar 2.3 Return to Zero (RZ). Pengkodean Manchester menggunakan level tegangan V dan +V dengan transisi ditengah-tengah bit data biner. Data biner 0 dinyatakan dengan transisi level tegangan dari +V menuju V, sedangkan data biner 1 dinyatakan dengan transisi level tegangan dari V menuju +V. v Zero is One is Gambar 2.4 Pengkodean Manchester. Pengkodean Differential Manchester digunakan pada jaringan token ring dan merupakan modifikasi pengkodean Manchester, dimana letak transisi level tegangan dari V menuju +V atau sebaliknya yaitu +V menuju V dipengaruhi oleh data biner. Data biner 0 ditampilkan dengan transisi level tegangan terletak di awal interval data bit, sedangkan data biner 1 dengan transisi level tegangan terletak di tengah interval bit dari data. v Gambar 2.5 Differential Manchester. t t t ISBN:

3 2.1.3 Bipolar Jenis pengkodean bipolar yaitu pengkodean dengan menggunakan 3 level tegangan, yaitu: -V, 0V, dan +V untuk menyatakan data biner. Bit 0 akan bernilai level tegangan nol dan bit 1 dengan tegangan yang selalu berlawanan polaritas dari positif ke negatif atau sebaliknya dari negatif ke positif. Bipolar Alternate Mark Inversion (AMI) menggunakan level tegangan 0V untuk bit 0. Sedangkan bit 1 dinyatakan dengan level tegangan V dan +V secara bergantian sesuai untuk pemrosesan komputasi algoritma integrasi numerik. FPGA mempunyai koreksi error yang kecil dan merupakan teknologi yang bebas (technology-independent) untuk diimplementasikan dalam berbagai algoritma. Kinerja aplikasi FPGA lebih cepat dibandingkan dengan aplikasi mikrokontroler, karena FPGA hanya mensintesis perangkat keras saja, sementara mikrokontroler mengeksekusi instruksi perangkat lunak yang digunakan untuk mengendalikan perangkat keras, sehingga waktu tunda yang diimplementasikan hanya memakan waktu tunda perambatan (propagation delay) saja. Gambar 2.6 Alternate Mark Inversion (AMI) Dengan algoritma ini, AMI mempunyai nol komponen dc. Tetapi bipolar AMI tidak memiliki mekanisme sinkronisasi untuk bit 0 yang panjang [2]. Ada 2 (dua) variasi bipolar AMI yang telah dikembangkan untuk memecahkan masalah sinkronisasi urutan 0, untuk transmisi jarak jauh. Pertama Bipolar 8 Zero Subtitution (B8ZS) digunakan di Amerika dan yang kedua High Density Bipolar (HDB3) digunakan di Eropa dan Jepang [6]. Keduaduanya merupakan adaptasi dari bipolar AMI untuk mengatasi permasalahan runtun bit 0 yang panjang Gambar 2.7 Data AMI dan HDB Field-Programmable Gate Array (FPGA) FPGA merupakan sebuah IC digital yang sering digunakan untuk mengimplementasikan rangkaian digital. FPGA berbentuk komponen elektronika dan semikonduktor yang terdiri dari komponen gerbang terprogram (programmable logic) dan sambungan terprogram (interkoneksi). Komponen gerbang terprogram terdiri atas gerbang logika biasa (AND, OR, NOT) maupun fungsi matematis dan kombinatorik yang lebih kompleks, seperti decoder, adder, subtractor dan multiplier. Selain itu, Blok-blok komponen di dalam FPGA juga terdapat elemen memori (register) mulai dari flip-flop sampai pada RAM (Random Access Memory). FPGA sangat z Gambar 2.8 FPGA jenis Altera Cyclone De2. Pengertian terprogram (programmable) pada FPGA adalah seperti interkoneksi saklar pada bread board yang bisa diubah sesuai kebutuhan pengguna. Interkoneksi ini bisa diprogram kembali oleh pengguna di lab atau lapangan (field). Oleh karena itu jajaran gerbang logika (Gate Array) ini disebut fieldprogrammable. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada panelitian ini adalah desain dan implemntasi penyandian saluran HDB3 pada encoder dan decoder. Desain dilakukan dengan bahasa pemrograman HDL verilog sedangkan implementasi menggunakan FPGA. 3.1 Encoder Encoder pada penyadian saluran HDB3 akan digunakan untuk mengubah data NRZ ke data HDB Detektor Bit 0 Rangkaian detektor bit 0 berfungsi untuk mendeteksi runtun bit 0 yang lebih dari tiga. Output detektor akan berlogika satu jika terdapat runtun bit 0 yang lebih dari tiga seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 ISBN:

4 SET CLR SET CLR SET CLR Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro & Informatika Gambar 3.1. Rangkaian Detektor Bit Pembangkit V-Bit Rangkaian pembangkit V bit juga berfungsi untuk mengubah bit 0 yang keempat pada rentetan bit 0 yang panjang akan dibangkitkan menjadi bit 1, namun dalam rangkaian ini bit 1 dibangkitkan dalam format V bit. Gambar 3.2 Rangkaian Pembangkit V-Bit Pembangkit B-Bit Rangkaian pembangkit B bit juga berfungsi untuk mengubah bit 0 yang pertama dan keempat yang panjang dibangkitkan menjadi bit 1,namun dalam rangkaian ini, bit 1 dibangkitkan dalam format B bit. membangkitkan polaritas V, 0V dan +V seperti pada gambar 3.5 [4]. +v 0v -v 1K 1K 200K 1K 470 Gambar 3.5. Rangkaian Polaritas Analog. 1K HDB3 3.2 Decoder Rangkaian decoder HDB-3 akan melakukan proses yang sebaliknya pada encoder [1]. Rangkain ini akan mendeteksi runtun bit 000v dan b00v. Kemudian runtun bit tersebut dikembalikan menjadi runtun bit nol. Sedangkan polaritas bit satu negatif disearahkan dengan polaritas bit satu yang positif. Sehingga diperoleh sinyal dengan runtun bit nol dan satu tanpa v dan b bit yang sama dengan bit yang dikodekan pada penerima setelah melalui proses sinkronisasi. Gambar3.7 Rangkaian Decoder HDB-3 Gambar 3.3. Rangkain Pembangkit B-Bit Proses Pemrograman Polaritas Digital Pada rangkaian Polaritas Digital berfungsi untuk membentuk 3 level tegangan yang nantinya akan terlihat pada rangkaian Polaritas Analog yang menghasilkan format pengkodean HDB-3. Adapun proses pemrograman polaritas digital mengikuti gambar rangkaian polaritas digital seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4. B-bit q000 clock D V-bit Gambar 3.4. Rangkaian Polaritas Digital Pembangkit Polaritas Rangkaian Pembangkit Polaritas menggunakan penguat Opamp untuk D D +v -V Pembangkit Polaritas Pada output sinyal HDB-3 terdapat tiga level tegangan yaitu +V, 0, -V. Sedangkan polaritas sinyal NRZ hanya menggunakan dua level tegangan +V dan 0. Maka pada decoder HDB3 sinyal dengan polaritas negatif akan dikembalikan ke polaritas positif melalui pembangkit polaritas sebagai barikut: Mulai Deteksi Polaritas snyal -V Ubah ke polaritas +V Ya Penjumlah Lanjut Tidak Selesai Gambar 3.7 Flowchart Pembangkit Polaritas Pemisahan V-bit Jika pada encoder HDB3 V-bit dibangkitkan jika terdapat runtun bit 0 yang lebih dari tiga baik pada saat jumlah bit 1 ganjil ISBN:

5 atau genap. Maka sebaliknya pada decoder HDB3 V-bit dipisahkan dari runtun bit data atau yang bukan bit sisipan. Hasil dari proses pemisahan V-bit, akan diperoleh deretan pulsa yang masih mengandung B-bit tetapi sudah menggunakan dua polaritas tegangan yang menjadi bentuk dasar sinyal NRZ. Proses pemisahan V-bit dapat ditunjukkan pada flowchart dengan bahasa pemrograman HDL Verilog sebagai berikut: Mulai Deteksi Polaritas sinyal -V Ubah ke polaritas +V Ya Penjumlah Lanjut Tidak Selesai Gambar Flowchart pemisah V-bit Pemisahan B-bit Proses pemisahan B-bit pada decoder HDB3 sama seperti pada proses pemisahan V- bit. Tetapi posisi bit yang berbeda. V-bit berada pada bit yang ke empat runtun 4 bit 0. Sedangkan B-bit berada pada bit pertama runtun 4 bit 0. Proses pemisahan B-bit juga akan menghasilkan sinyal dengan dua polaritas tegangan. Sinyal ini merupakan sinyal NRZ tetapi belum sinkron dan setelah melalui proses sinkronisasi akan diperoleh sinyal yang sama dengan sinyal NRZ pada encoder HDB3. Mulai Deteksi B-bit B-bit Tidak NRZ yang sudah mengalami proses sinkronisasi Rangkaian Decoder HDB-3 Rangkaian Decoder HDB-3 akan mengembalikan sinyal HDB-3 menjadi sinyal NRZ seperti pada blok diagram gambar HDB3 Detektor Polaritas +V Detektor Polaritas -V + Detektor Pembangkit V dan B bit NRZ NRZ Gambar Blok Diagram Decoder HDB-3 Proses perancangan panyandian HDB3 dilakukan dengan metode sistem on chip menggunakan bahasa pemrograman Verilog HDL yang diintegrasikan pada FPGA sebagai implementasi perangakat keras penyandian HDB3. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari perancangan penyandian HDB3 diintegrasikan ke board FPGA menggunakan program aplikasi quartus. Integrasi dimulai dengan compile kode verilog penyandian HDB3 untuk memeriksa jika terjadi kesalahan pemrograman. Setelah itu dilakukan simulasi untuk melihat keluaran hasil rancangan sudah sesuai dengan input yang diberikan. Sebelum diimplementasikan ke board FPGA, dilakukan konfigurasi pin sebagai port input dan output implementasi penyandian HDB3. Start Buat design di verilog Save Menentukan Device Ya And 1'b 0 And 1'bit 1 Kompilasi OR Lanjut Selesai Gambar Flowchart pemisah B-bit. Simulasi Konfigurasi Pin Download FPGA Generate Waveform Simulaton Pembangkit Sinyal NRZ Pada pembangkit sinyal NRZ berfungsi untuk membentuk dua level tegangan,-v dan +V. Pada bit 0 menyatakan tegangan yang lebih rendah dan bit 1 menyatakan tegangan yang lebih tinggi. Hasil yang diperoleh adalah sinyal Stop Gambar 4.1 Integrasi FPGA 4.1 Encoder Detektor bit 0 Detektor bit 0 mendeteksi runtun bit 0 jika lebih dari 3 bit. Apabila jumlah bit 0 lebih ISBN:

6 dari 3 maka output detektor bit 0 akan berlogika 1 dan sebaliknya akan berlogika 0 jika runtun bit 0 tidak lebih dari 3. Detektor bit-0 digunakan untuk membangkitkan v-bit dan b-bit. Gambar 4.4 Data NRZ (1) dan B-bit (2) Gambar 4.2 Data NRZ (1) dan Detektor bit 000 (2) Generator V-bit Generator V-Bit memiliki fungsi untuk mengubah runtun bit 0 yang lebih dari 3 menjadi bit 1 pada bit 0 yang keempat saat detektor bit-0 berlogika Pembangkit polaritas Pembangkit polaritas pada encoder HDB3 akan membuat setiap bit 1 berlawanan polaritas. Sedangkan bit 0 yang tidak lebih dari 3 bit tampilkan dengan tegangan 0V. sedangkan V-bit dan B-bit mengikuti polaritas bit 1. Gambar 4.4 Data NRZ (1) dan Output HDB3 (2) Gambar 4.3 Data NRZ (1) dan Vbit (2) Generator B-bit Generator B-bit memiliki fungsi hampir sama dengan V-bit. Tetapi pada B-bit, bit 1 dibangkitkan pada bit pertama setiap 4 digit runtun bit 0 jika jumlah bit 1 data NRZ genap. Sebaliknya, jika jumlah bit 1 data NRZ ganjil, maka B-bit tidak dibangkitkan. Data hasil pengujian pada gambar 4.4 menunjukkan setiap bit 1 dengan polaritas yang berlawanan dan bit 0 yang tidak lebih dari 3 dengan level tegangan 0 atau berada tepat pada transisi polaritas positif dan negatif. Sedangkan runtun bit 0 yang lebih dari 3 digantikan oleh runtun bit 000V jika jumlah bit 1 ganjil dan B00V jika genap. 4.2 Decoder Penyearah Polaritas Penyearah polaritas sinyal berfungsi untuk mengembalikan polaritas negatif ke positif. Sehingga polaritas sinyal berada pada tegangan 0 dan +V seperti pada Gambar 4.5 ISBN:

7 Gambar 4.5 Data HDB3 (1) dan NRZ dengan V-bit dan B-bit (2) Output penyearah polaritas ini menghasilkan sinyal dengan dua level tegangan +V dan 0. Tetapi masih mengandung B-bit dan V-bit Pemisahan V-bit Pemisahan V-Bit pada decoder HDB3 dilakukan untuk menghilangkan sisipan bit pada runtun bit o yang lebih dari 3. Hasil dari proses ini, diperoleh deretan pulsa yang masih mengandung B-bit tetapi sudah menggunakan dua polaritas tegangan yang menjadi bentuk dasar sinyal NRZ seperti pada gambar 4.6. Gambar 4.7 Output encoder ( ) dan pemisahan B-bit decoder HDB Sinkronisasi Hasil pemisahan B-bit menghasilkan sinyal NRZ sebagai output decoder HDB3. Tetapi diperlukan proses sinkronisasi untuk memberikan durasi bit yang sama pada encoder. Sehingga diperoleh sinyal NRZ keluaran decoder HDB3 yang sama dengan sinyal NRZ input encoder HDB3. Gambar 4.8. Input encoder (1) dan output decoder HDB3 (2) dengan NRZ Gambar 4.6 output HDB3 ( ) dan pemisahan V- bit Pemisahan B-bit Pemisahan B-bit pada decoder HDB3 dilakukan sama seperti pada proses pemisahan V-bit. Tetapi posisi bit yang berbeda. V-bit berada pada bit yang ke empat runtun 4 bit 0. Sedangkan B-bit pada bit pertama runtun 4 bit 0. Proses pemisahan B-bit juga akan menghasilkan sinyal dengan dua polaritas tegangan. Sinyal ini merupakan sinyal NRZ tetapi belum sinkron dan setelah melalui proses sinkronisasi akan diperoleh sinyal yang sama dengan sinyal NRZ pada encoder HDB3. Data input NRZ digunakan sebagai test-bench untuk memperlihatkan output setiap tahapan pengujian penyandian saluran HDB3 pada FPGA. Karena B-bit hanya dibangkitkan pada runtun bit 1 genap. Sedangkan V-bit dibangkitkan pada setiap runtun bit 1 ganjil atau genap saat runtun bit 0 lebih dari 3. Hasil penelitian ini memperlihatkan jika terdapat runtun bit 0 yang lebih dari 3, akan digantikan dengan bit 1 pada awal dan akhir dengan 000V atau B00V yang tidak mengikuti algoritma penyandian AMI sebagai indikasi jika bit tersebut bukan bit 1. Bit ini ditambahkan untuk menghindari runtun bit 0 yang panjang dan berakibat pada hilangnya sinkronisasi. Bit yang ditambahkankan akan menjaga variasi sinyal ISBN:

8 pada runtun bit nol yang lebih dari 3 untuk membedakan awal dan akhir tiap-tiap bit. V. KESIMPULAN Teknik scrambling dapat mengatasi runtun bit 0 yang panjang pada penyandian AMI dengan memodifikasi runtun bit 0 yang lebih dari 3 dan mengikuti level tegangan bit 1 tetapi tidak mengikuti algoritma AMI. Bit yang disisipkan akan menjaga variasi sinyal pada setiap runtun bit nol yang lebih dari 3 untuk membedakan awal dan akhir tiap-tiap bit. Sehingga memungkinkan untuk proses sinkronisasi. 4. Stanley, William D. 1994, Operational Amplifier with Linier Integrated Circuit. McGraw-Hill. 5. Winch, Robert G Telecommunication Transmission System. Singapura; McGraw-Hill, Inc. 6. Black Box Network Services HDB3 Encoding UCAPAN TERIMA KASIH Pada pelaksanaan penelitian ini penulis dibantu oleh rekan-rekan dosen mahasiswa Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung pandang. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya semoga hasil penelitian ini dapat bermamfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan. REFERENSI 1. Ali, Imran and Ahmad, Ali An Efficient FPGA Based HDB3 Decoding System Using, International Journal of Future Computer and Communication Vol. 2, No Stalling, William Data and Computer Communication. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. 3. Sandige, Ricards Modern Digital Design. McGraw-Hill Publishing Company. ISBN:

9 TE34 ISBN:

PENDAHULUAN. Telekomunikasi. Data Analog dan Digital. Sinyal Analog dan Digital

PENDAHULUAN. Telekomunikasi. Data Analog dan Digital. Sinyal Analog dan Digital Kelompok 3 - Ahmad Fauzan - Ramses Waldi Mahengkang - Fitrilia Ladjali - Ziad Badjeber - Nick Manengkey Telekomunikasi PENDAHULUAN Telekomunikasi Digital, telekomunikasi sebagai pertukaran informasi jarak

Lebih terperinci

ENCODING DAN TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ENCODING DAN TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T ENCODING DAN TRANSMISI Budhi Irawan, S.Si, M.T ENCODING Encoding atau penyandian atau pengodean adalah teknik yang digunakan untuk mengubah sebuah karakter pada informasi digital kedalam bentuk biner sehingga

Lebih terperinci

LINE CODING BIPOLAR KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( )

LINE CODING BIPOLAR KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( ) LINE CODING BIPOLAR KOMUNIKASI DATA OLEH : (0804405050) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 LINE CODING BIPOLAR A. Konsep Dasar Line Coding Bipolar Merupakan pengkodean

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Nila Feby Puspitasari Data digital, sinyal digital - Merupakan bentuk paling sederhana dari pengkodean digital - Data digital ditetapkan satu level tegangan untuk biner satu

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal. Fery Antony, ST Universitas IGM

KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal. Fery Antony, ST Universitas IGM KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal Fery Antony, ST Universitas IGM Gambar Teknik Pengkodean dan Modulasi a) Digital signaling: sumber data g(t), berupa digital atau analog, dikodekan menjadi sinyal

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009

Lebih terperinci

Teknik Encoding. Data digital, sinyal digital Data analog, sinyal digital Data digital, sinyal analog Data analog, sinyal analog

Teknik Encoding. Data digital, sinyal digital Data analog, sinyal digital Data digital, sinyal analog Data analog, sinyal analog Pengkodean Data Teknik Encoding Data digital, sinyal digital Data analog, sinyal digital Data digital, sinyal analog Data analog, sinyal analog Data Digital, Sinyal Digital Sinyal Digital Discrete, deretan

Lebih terperinci

PENGKODEAN DATA Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1

PENGKODEAN DATA Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 1 PENGKODEAN DATA Komunikasi Data Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 Teknik Pengkodean 2 Data digital, sinyal digital - Merupakan bentuk paling sederhana dari pengkodean

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Batasan Masalah Manfaat Penelitian 3

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Batasan Masalah Manfaat Penelitian 3 DAFTAR ISI Halam an HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL LAMPIRAN i ii iii iv v vi

Lebih terperinci

LINE CODING. 2. Dapat dimanfaatkan untuk proses sinkronisasi antara pengirim dan penerima (sistem tidak memerlukan jalur terpisah untuk clock).

LINE CODING. 2. Dapat dimanfaatkan untuk proses sinkronisasi antara pengirim dan penerima (sistem tidak memerlukan jalur terpisah untuk clock). LINE CODING Line coding adalah suatu proses konversi data digital menjadi sinyal digital,dengan asumsi bahwa data berisi atau berbentuk fax, angka, gambar,audio, atau video yang disimpan dalam memori komputer

Lebih terperinci

LINE CODING SEMESTER IV TH 2013/2014

LINE CODING SEMESTER IV TH 2013/2014 MAKALAH LINE CODING SEMESTER IV TH 2013/2014 NAMA KELOMPOK : 1. ARIEF RIYANTO 2. FACHRI RAMADHAN 3. M RISAL F 4D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2014

Lebih terperinci

Praktikum Sistem Komunikasi

Praktikum Sistem Komunikasi UNIT V Modulasi BPSK dan DPSK 1. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui perbedaan komunikasi analog dengan komunikasi digital 2. Mengetahui jenis-jenis format data coding 3. Mampu memahami sistem komunikasi digital

Lebih terperinci

BAB IV SINYAL DAN MODULASI

BAB IV SINYAL DAN MODULASI DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB IV SINYAL DAN MODULASI IF Pengertian Sinyal Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah

Lebih terperinci

TEKNIK PENGKODEAN SINYAL

TEKNIK PENGKODEAN SINYAL TEKNIK PENGKODEAN SINYAL Sumber: Bab 5 Data and Computer Communications William Stallings Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 3/17/2006 JARINGAN

Lebih terperinci

Komunikasi Data. Bab 5. Data Encoding. Bab 5. Data Encoding 1/46

Komunikasi Data. Bab 5. Data Encoding. Bab 5. Data Encoding 1/46 Bab 5. Data Encoding Bab 5. Data Encoding 1/46 Outline Teknik Encoding Data Digital Signal Digital Teknik Encoding Data Analog Signal Digital Teknik Encoding Data Digital Signal Analog Teknik Encoding

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Konversi Data Digital ke Sinyal Digital. Karakteristik Line Coding. Tujuan Line Coding

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Konversi Data Digital ke Sinyal Digital. Karakteristik Line Coding. Tujuan Line Coding Konversi Data Digital ke Sinyal Digital Pada transmisi digital, data yang dihasilkan oleh transmitter berupa data digital dan ditransmisikan dalam bentuk sinyal digital menuju ke receiver (penerima). Pada

Lebih terperinci

Jaringan Komputer Data Encoding Data Enc

Jaringan Komputer Data Encoding Data Enc Jaringan Komputer Data Encoding Teknik Encoding Data digital, sinyal digital Data analog, sinyal digital Data digital, sinyal analog Data analog, sinyal analog Data Digital, Sinyal Digital Sinyal digital

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG MAKALAH Disusun oleh : M. Dwi setiyo 14670015 INFORMATIKA 3A Program Studi Informatika Fakultas Teknik UNIVERSITAS PGRI SEMARANG Oktober, 2015 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

TEKNIK ENCODING SINYAL

TEKNIK ENCODING SINYAL William Stallings Data and Computer Communications 7 th Edition TEKNIK ENCODING SINYAL Ir. Hasanuddin Sirait, MT 1 Teknik Encoding Data digital, sinyal digital Data analog, sinyal digital Data digital,

Lebih terperinci

Field Programmable Gate Array (FPGA) merupakan perangkat keras yang nantinya akan digunakan untuk mengimplementasikan perangkat lunak yang telah diran

Field Programmable Gate Array (FPGA) merupakan perangkat keras yang nantinya akan digunakan untuk mengimplementasikan perangkat lunak yang telah diran DISAIN DAN IMPLEMENTASI FULL ADDER DAN FULL SUBSTRACTOR SERIAL DATA KEDALAM IC FPGA SEBAGAI PERCEPATAN PERKALIAN MATRIKS DALAM OPERASI CITRA Drs. Lingga Hermanto, MM,. MMSI., 1 Shandi Aji Pusghiyanto 2

Lebih terperinci

Berdasarkan level sinyal yang digunakan, line coding dapat dikatagorikan sbb.:

Berdasarkan level sinyal yang digunakan, line coding dapat dikatagorikan sbb.: LINE CODING 1. Definisi Line Coding Line coding adalah suatu proses konversi data digital menjadi sinyal digital,dengan asumsi bahwa data berisi atau berbentuk fax, angka, gambar,audio, atau video yang

Lebih terperinci

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK 4 SOFYAN AGU YESSICA RATTU YULINA JEUJANAN FRIDEAL HORMAN YEFTA SUPIT

TUGAS KELOMPOK 4 SOFYAN AGU YESSICA RATTU YULINA JEUJANAN FRIDEAL HORMAN YEFTA SUPIT SINYAL SYSTEM TUGAS KELOMPOK 4 SOFYAN AGU YESSICA RATTU YULINA JEUJANAN FRIDEAL HORMAN YEFTA SUPIT Pengkodean Data / Data encoding Dalam proses kerjanya komputer mengolah data secara digital, melalui sinyal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi dijital telah menunjukkan pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Dimulai sejak kurang lebih era tahun 60-an dimana suatu rangkaian

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 2. Transmisi Digital

Pokok Bahasan 2. Transmisi Digital Pokok Bahasan 2 Transmisi Digital Pokok Bahasan 2 Pokok Bahasan Transmisi digital Sub Pokok Bahasan Pulsa-pulsa untuk transmisi basebandi NRZ, AMI Regenerasi Kriteria Nyquist Kompetensi Setelah mengikuti

Lebih terperinci

untuk ASIC tinggi, algoritma harus diverifikasi dan dioptimalkan sebelum implementasi. Namun dengan berkembangnya teknologi VLSI, implementasi perangk

untuk ASIC tinggi, algoritma harus diverifikasi dan dioptimalkan sebelum implementasi. Namun dengan berkembangnya teknologi VLSI, implementasi perangk IMPLEMENTASI SERIAL MULTIPLIERS 8 BIT KE DALAM IC FPGA SEBAGAI PENDUKUNG PERCEPATAN OPERASI PERKALIAN DALAM KOMPRESI CITRA Drs. Lingga Hermanto, MMSi 1 Iman Ilmawan Muharam 2 1. Dosen Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

Untuk pensinyalan digital, suatu sumber data g(t) dapat berupa digital atau analog yang di encode menjadi suatu sinyal digital x(t)

Untuk pensinyalan digital, suatu sumber data g(t) dapat berupa digital atau analog yang di encode menjadi suatu sinyal digital x(t) Data Encoding 1. Pengenalan Teknik Encoding dan modulasi : Untuk pensinyalan digital, suatu sumber data g(t) dapat berupa digital atau analog yang di encode menjadi suatu sinyal digital x(t) Untuk pensinyalan

Lebih terperinci

FPGA Field Programmable Gate Array

FPGA Field Programmable Gate Array FPGA Field Programmable Gate Array Missa Lamsani Hal 1 FPGA FPGA (Field Programable Gate Array) adalah rangkaian digital yang terdiri dari gerbanggerbang logika dan terinterkoneksi sehingga dapat terhubung

Lebih terperinci

RUNTUN MAKSIMAL SEBAGAI PEMBANGKIT RUNTUN SEMU PADA SISTEM SPEKTRUM TERSEBAR. Dhidik Prastiyanto 1 ABSTRACT

RUNTUN MAKSIMAL SEBAGAI PEMBANGKIT RUNTUN SEMU PADA SISTEM SPEKTRUM TERSEBAR. Dhidik Prastiyanto 1 ABSTRACT RUNTUN MAKSIMAL SEBAGAI PEMBANGKIT RUNTUN SEMU PADA SISTEM SPEKTRUM TERSEBAR Dhidik Prastiyanto ABSTRACT Spread spectrum communication is used widely in information era. The system absolutely depends on

Lebih terperinci

Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB MODUL 2 PENGENALAN DESAIN MENGGUNAKAN FPGA Iskandar Setiadi (13511073) Asisten: Alfian Abdi / 13208044 Tanggal Percobaan: 01/10/2012 EL2195-Praktikum Sistem Digital Laboratorium Dasar Teknik Elektro -

Lebih terperinci

Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( )

Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( ) Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : (0804405050) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 Block Coding Block coding adalah salah satu kode yang mempunyai sifat forward error

Lebih terperinci

SINYAL DAN SISTEM METODE ENCODING (BIPOLAR AMI) Kelompok 3

SINYAL DAN SISTEM METODE ENCODING (BIPOLAR AMI) Kelompok 3 Kelompok 3 -- Ahmad Fauzan -- Ramses Waldi Mahengkang -- Fitrilia Ladjali -- Ziad Badjeber -- Nick Manengkey SINYAL DAN SISTEM METODE ENCODING (BIPOLAR AMI) PENDAHULUAN Telekomunikasi Telekomunikasi Digital,

Lebih terperinci

William Stallings Komunikasi Data dan Komputer Edisi ke 7. Bab 5 Teknik Sinyal Encoding

William Stallings Komunikasi Data dan Komputer Edisi ke 7. Bab 5 Teknik Sinyal Encoding William Stallings Komunikasi Data dan Komputer Edisi ke 7 Bab 5 Teknik Sinyal Encoding Teknik Encoding Data digital, sinyal digital Data analog, sinyal digital Data digital, sinyal analog Data analog,

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK PENGKODEAN

BAB II TEKNIK PENGKODEAN BAB II TEKNIK PENGKODEAN 2.1 Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu kumpulan dengan sesuatu yang lain. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Digital Signal Processor (DSP) merupakan satu jenis prosesor dari sekian banyak prosesor yang mengimplementasikan Harvard Architecture, yang berkembang dan dikembangkan

Lebih terperinci

Line Coding dan Eye Patern

Line Coding dan Eye Patern Line Coding dan Eye Patern VI. LINE CODE Sinyal PCM digital kode biner 0 dan 1 hanya dapat ditransmisikan untuk jarak pendek saja misal beberapa meter, misal dari satu multiplexer ke multiplexer berikutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Field Programmable Gate Array (FPGA) ialah IC digital yang sering digunakan untuk mengimplementasikan rangkain digital. Jika dilihat dari segi namanya, Field Programmable

Lebih terperinci

MODUL TRAINING PRAKTIKUM MENGGUNAKAN FPGA

MODUL TRAINING PRAKTIKUM MENGGUNAKAN FPGA MODUL TRAINING PRAKTIKUM MENGGUNAKAN FPGA Dwi Herlambang; Dicki Hugo Joputra; Rudy Susanto Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITME HIGH PASS FILTER PADA FPGA MENGGUNAKAN PROSESOR NIOS II

IMPLEMENTASI ALGORITME HIGH PASS FILTER PADA FPGA MENGGUNAKAN PROSESOR NIOS II IMPLEMENTASI ALGORITME HIGH PASS FILTER PADA FPGA MENGGUNAKAN PROSESOR NIOS II Kunnu Purwanto 1), Agus Bejo 2), Addin Suwastono 3) 1),2),3 ) Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi nirkabel mulai dari generasi 1 yaitu AMPS (Advance Mobile Phone

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi nirkabel mulai dari generasi 1 yaitu AMPS (Advance Mobile Phone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem komunikasi mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama sistem komunikasi nirkabel. Hal ini dikarenakan tuntutan masyarakat akan kebutuhan komunikasi di

Lebih terperinci

Design Capture dalam Implementasi Field Programmable Gate Array (FPGA) dan Application Spesific Integrated Circuit (ASIC)

Design Capture dalam Implementasi Field Programmable Gate Array (FPGA) dan Application Spesific Integrated Circuit (ASIC) Design Capture dalam Implementasi Field Programmable Gate Array (FPGA) dan Application Spesific Integrated Circuit (ASIC) Ferry Wahyu Wibowo 1 Jurusan Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ring

Lebih terperinci

Perancangan PENGKODEAN NRZ-L DAN MANCHESTER BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535. SKRIPSI (Resume)

Perancangan PENGKODEAN NRZ-L DAN MANCHESTER BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535. SKRIPSI (Resume) Perancangan PENGKODEAN NRZ-L DAN MANCHESTER BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 SKRIPSI (Resume) Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Teknik Elektro Disusun oleh:

Lebih terperinci

MULTIPLEKSER BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC DEVICE (PLD)

MULTIPLEKSER BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC DEVICE (PLD) MULTIPLEKSER BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC DEVICE (PLD) Oleh Muhammad Irmansyah Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT In middle 1990, electronics industry had the evolution of personal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem digital merupakan salah satu sistem yang digunakan dalam pemrosesan sinyal atau data. Sebelum dimulainya era digital, pemrosesan sinyal atau data dilakukan

Lebih terperinci

TSK505 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto

TSK505 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto Desain TSK505 - Sistem Digital Lanjut Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Sebelumnya dibahas tentang metodologi desain sistem digital menggunakan Xilinx ISE dan pengantar

Lebih terperinci

Review Kuliah. TKC305 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto

Review Kuliah. TKC305 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto Desain TKC305 - Sistem Lanjut Desain Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Sebelumnya dibahas tentang metodologi desain sistem digital menggunakan Xilinx ISE dan pengantar HDL

Lebih terperinci

ModulasiBaseband. Fitri Amillia S.T., M.T.

ModulasiBaseband. Fitri Amillia S.T., M.T. ModulasiBaseband Fitri Amillia S.T., M.T. Diagram blokmodulator dan demodulator Diagram blokmodulator dan demodulator Modulator adalah alat yang mengubah deretan input bit menjadi sinyal yang siap dikirimkan

Lebih terperinci

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop 1. FLIP-FLOP Flip-flop adalah keluarga Multivibrator yang mempunyai dua keadaaan stabil atau disebut Bistobil Multivibrator. Rangkaian flip-flop mempunyai sifat sekuensial karena sistem kerjanya diatur

Lebih terperinci

MODUL 6 PROYEK PERANCANGAN RANGKAIAN DIGITAL: STOPWATCH DIGITAL

MODUL 6 PROYEK PERANCANGAN RANGKAIAN DIGITAL: STOPWATCH DIGITAL MODUL 6 PROYEK PERANCANGAN RANGKAIAN DIGITAL: STOPWATCH DIGITAL Muhammad Wildan Gifari (13211061) Ferry Hermawan (13211062) Asisten: Nirmala Twinta Tanggal Percobaan: 5/12/2012 EL2195-Sistem Digital Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

Pengenalan & Konsep Dasar FPGA. Veronica Ernita Kristianti

Pengenalan & Konsep Dasar FPGA. Veronica Ernita Kristianti Pengenalan & Konsep Dasar FPGA Veronica Ernita Kristianti Apa itu FPGA? FPGA adalah suatu IC program logic dengan arsitektur seperti susunan matrik sel-sel logika yang dibuat saling berhubungan satu sama

Lebih terperinci

PENGKODEAN DATA. Muji Lestari ST.,MMSI

PENGKODEAN DATA. Muji Lestari ST.,MMSI PENGKODEAN DATA Muji Lestari ST.,MMSI muji_lestari @staff.gunadarma.ac.id mujilestari2004@gmail.com APA SIH ITU PENGKODEAN DATA? Pengkodean data adalah suatu teknik yang dilakukan untuk memberikan penegasan

Lebih terperinci

Introduction to spread spectrum (SS) Alfin Hikmaturokhman,MT

Introduction to spread spectrum (SS) Alfin Hikmaturokhman,MT Introduction to spread spectrum (SS) 1 A L F I N H I K M A T U R O K H M A N, S T., M T H T T P : / / A L F I N. D O S E N. S T 3 T E L K O M. A C. I D / LATAR BELAKANG 2 CDMA merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

TKC305 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

TKC305 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro ,, TKC305 - Sistem Digital Lanjut Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Bahasan Kuliah, Sebelumnya dibahas elemen rangkaian sekuensial berupa flip-flop dan latch yang mampu menyimpan informasi

Lebih terperinci

Kuliah #1 PENGENALAN LOGIKA DAN TEKNIK DIGITAL Denny Darlis Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan - Universitas Telkom

Kuliah #1 PENGENALAN LOGIKA DAN TEKNIK DIGITAL Denny Darlis Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan - Universitas Telkom Kuliah #1 PENGENALAN LOGIKA DAN TEKNIK DIGITAL Denny Darlis Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan - Universitas Telkom Semester Genap 2014/2015 Elektronika Digital merepresentasikan

Lebih terperinci

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL === === PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL === Rangkaian Sekuensial, adalah rangkaian logika yang keadaan keluarannya dipengaruhi oleh kondisi masukan dan kondisi rangkaian saat itu. Variabel Masukan Keadaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Encoder 2B1Q Berbasis FPGA

Desain dan Implementasi Encoder 2B1Q Berbasis FPGA Desain dan Implemenasi Encoder Berbasis FPGA Sahbuddin Abdul Kadir 1 1 Teknik Elekro, Polieknik Negeri Ujung Pandang Sahbuddin.ak@poliupg.ac.id Absrak Pada sisem komunikasi digial, daa diransmisikan dalam

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Nila Feby Puspitasari 1. Source (Sumber) - Membangkitkan data untuk ditransmisikan Contoh : telepon dan PC (Personal Computer) 2. Transmitter (Pengirim) - Mengkonversi data

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN VERIFIKASI PADA FPGA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN VERIFIKASI PADA FPGA BAB IV IMPLEMENTASI DAN VERIFIKASI PADA FPGA Pada bab ini akan dibahas tentang implementasi perangkat pengendali digital pada FPGA. Hasil desain menggunakan kode Verilog HDL dikompilasi menggunakan tool

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio Setiyo Budiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon:

Lebih terperinci

LAB #4 RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL

LAB #4 RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL LAB #4 RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL TUJUAN 1. Untuk mempelajari bagaimana dasar rangkaian logika sekuensial bekerja 2. Untuk menguji dan menyelidiki pengoperasian berbagai Latch dan sirkuit Flip- Flop PENDAHULUAN

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini dunia telekomunikasi berkembang sangat pesat. Banyak transmisi yang sebelumnya menggunakan analog kini beralih ke digital. Salah satu alasan bahwa sistem

Lebih terperinci

adalah frekuensi detak masukan mula-mula, sehingga membentuk rangkaian

adalah frekuensi detak masukan mula-mula, sehingga membentuk rangkaian Pertemuan ke 2 1 BAB I Rangkaian Sekuensial (2) Deskripsi Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi elemen flip-flop pada counter dan register serta clock mode, pulse mode, dan level mode. Manfaat Memberikan

Lebih terperinci

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November PRAKTIKUM 1 COUNTER (ASINKRON) A. OBJEKTIF 1. Dapat merangkai rangkaian pencacah n bit dengan JK Flip-Flop 2. Dapat mendemonstrasikan operasi pencacah 3. Dapat mendemonstrasikan bagaimana modulus dapat

Lebih terperinci

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM )

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM ) LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM ) RANGKAIAN DIGITAL Program Studi Teknik Komputer Jenjang Pendidikan Program Diploma III Tahun AMIK BSI NIM NAMA KELAS :. :.. :. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

ASIC Application Spesific Integrated Circuit

ASIC Application Spesific Integrated Circuit ASIC Application Spesific Integrated Circuit Missa Lamsani Hal 1 ASIC Application Specific Integrated Circuit ASIC (application specific integrated circuit) adalah microchip atau semikonduktor yang dirancang

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Flowchart proses enkripsi AES

Gambar 3.1 Flowchart proses enkripsi AES BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 1.1 GAMBARAN UMUM Aplikasi gerbang dijital dengan fungsi penyandian ini merupakan aplikasi gerbang logika yang dirancang untuk memproses hasil pemasukan data berupa karakter

Lebih terperinci

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar. PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar Abstrak Penerapan teknologi otomatis dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

ARSITEKTUR FPGA. Veronica Ernita K.

ARSITEKTUR FPGA. Veronica Ernita K. ARSITEKTUR FPGA Veronica Ernita K. Arsitektur Dasar FPGA Antifuse. Fine, Medium, dan Coarse-grained. MUX dan LUT Logic Block. CLB, LAB dan Slices. Fast Carry Chains. Embedded in FPGA. Processor Cores.

Lebih terperinci

SIMULASI CONVERTER DAYA FREKUENSI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PLD BERBASIS SISTEM MIKROKONTROLLER

SIMULASI CONVERTER DAYA FREKUENSI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PLD BERBASIS SISTEM MIKROKONTROLLER JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 40 SIMULASI CONVERTER DAYA FREKUENSI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PLD BERBASIS SISTEM MIKROKONTROLLER I Gede Suputra Widharma dan Nengah Sunaya Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. diprogram secara digital ditemukan seperti IC sederhana seperti General Array

BAB 1. Pendahuluan. diprogram secara digital ditemukan seperti IC sederhana seperti General Array BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia dalam segala aspek kehidupan makin hari semakin cepat apalagi belakangan ini sangat pesat sekali perkembangnya, terutama perkembangan pada dunia

Lebih terperinci

REALISASI ERROR-CORRECTING BCH CODE MENGGUNAKAN PERANGKAT ENKODER BERBASIS ATMEGA8535 DAN DEKODER MENGGUNAKAN PROGRAM DELPHI

REALISASI ERROR-CORRECTING BCH CODE MENGGUNAKAN PERANGKAT ENKODER BERBASIS ATMEGA8535 DAN DEKODER MENGGUNAKAN PROGRAM DELPHI REALISASI ERROR-CORRECTING BCH CODE MENGGUNAKAN PERANGKAT ENKODER BERBASIS ATMEGA8535 DAN DEKODER MENGGUNAKAN PROGRAM DELPHI Disusun Oleh : Reshandaru Puri Pambudi 0522038 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

DEKODER BINER KE DESIMAL BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC DEVICE (PLD)

DEKODER BINER KE DESIMAL BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC DEVICE (PLD) DEKODER BINER KE DESIMAL BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC DEVICE (PLD) ISSN:2085-6989 Oleh: Muhammad Irmansyah Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis Padang ABSTRACT In middle

Lebih terperinci

VISUALISASI KINERJA PENGKODEAN MENGGUNAKAN ALGORITMA VITERBI

VISUALISASI KINERJA PENGKODEAN MENGGUNAKAN ALGORITMA VITERBI VISUALISASI KINERJA PENGKODEAN MENGGUNAKAN ALGORITMA VITERBI Aslam mahyadi 1, Arifin,MT 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi Kampus ITS, Surabaya 60111 e-mail : meaninglife@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PULSE TRAIN. GATES ELEMEN LOGIKA

PENDAHULUAN PULSE TRAIN. GATES ELEMEN LOGIKA LOGIKA MESIN PENDAHULUAN Data dan instruksi ditransmisikan diantara berbagai bagian prosesor atau diantara prosesor dan periperal dgn menggunakan PULSE TRAIN. Berbagai tugas dijalankan dgn cara menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh blok diagram berikut: Computer Parallel Port Serial Port ICSP Level

Lebih terperinci

TSK205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto

TSK205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto TSK205 Sistem Digital Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Di kuliah sebelumnya dibahas tentang representasi bilangan, operasi aritmatika (penjumlahan dan pengurangan),

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digital sebagai alat yang penting dalam teknologi saat ini menuntut adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. digital sebagai alat yang penting dalam teknologi saat ini menuntut adanya sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya penggunaan komunikasi digital dan munculnya komputer digital sebagai alat yang penting dalam teknologi saat ini menuntut adanya sistem komunikasi yang dapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAKSI... TAKARIR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM

BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM 3.1 Perangkat Keras Perancangan perangkat keras untuk sistem kontrol daya listrik diawali dengan merancangan sistem sensor yang akan digunakan, yaitu sistem sensor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Yang Dirancang Pada dasarnya alat yang dibuat ini adalah untuk melakukan suatu transfer data karakter menggunakan gelombang radio serta melakukan pengecekan

Lebih terperinci

Pengantar Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1

Pengantar Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 Pengantar Komunikasi Data Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 1 Model komunikasi sederhana 2 Pengantar Komunikasi Data Elemen-elemen model 1. Source (Sumber) - Membangkitkan

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-192

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-192 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-192 Implementasi Dan Evaluasi Kinerja Encoder-Decoder Reed Solomon Pada M-Ary Quadrature Amplitude Modulation (M-Qam) Mengunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh: SHALLY

Lebih terperinci

Analisa Model Implementasi Field Programmable Gate Array (FPGA) dan Application Spesific Integrated Circuit (ASIC)

Analisa Model Implementasi Field Programmable Gate Array (FPGA) dan Application Spesific Integrated Circuit (ASIC) Analisa Model Implementasi Field Programmable Gate Array (FPGA) dan Application Spesific Integrated Circuit (ASIC) Ferry Wahyu Wibowo 1 Jurusan Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ring Road

Lebih terperinci

Konsep dasar perbedaan

Konsep dasar perbedaan PENDAHULUAN Konsep dasar perbedaan ANALOG DAN DIGITAL 1 ANALOG Tegangan Berat Suhu Panjang Kecepatan dlsb 2 DIGITAL Pulsa 0 dan 1 Digit Biner Bit Numerik 3 Benarkah definisi tersebut tadi? 4 ANALOG DIGITAL

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Sun Purwandi 1) Haryanto 1) 1) Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama Surabaya Email:

Lebih terperinci

CHAPTER 3. Gambar 3.1 menunjukkan teknik encoding dan modulation.

CHAPTER 3. Gambar 3.1 menunjukkan teknik encoding dan modulation. CHAPTER 3 DATA ENCODING Gambar 3.1 menunjukkan teknik encoding dan modulation. Gambar 3.1a untuk pensinyalan digital, suatu sumber data g(t) dapat berupa digital atau analog, yang di-encode menjadi suatu

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Definisi Komputer Komputer merupakan mesin elektronik yang memiliki kemampuan melakukan perhitungan-perhitungan yang rumit secara cepat terhadap data-data menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui apakah hasil rancangan yang dibuat sudah bekerja sesuai dengan fungsinya atau tidak, perlu dilakukan beberapa pengukuran pada beberapa test point yang dianggap

Lebih terperinci

1. Konsep Sistem Bilangan 2. Konsep Gerbang Logika 3. Penyederhanaan logika 4. Konsep Flip-Flop (Logika Sequensial) 5. Pemicuan Flip-Flop 6.

1. Konsep Sistem Bilangan 2. Konsep Gerbang Logika 3. Penyederhanaan logika 4. Konsep Flip-Flop (Logika Sequensial) 5. Pemicuan Flip-Flop 6. 1. Konsep Sistem Bilangan 2. Konsep Gerbang Logika 3. Penyederhanaan logika 4. Konsep Flip-Flop (Logika Sequensial) 5. Pemicuan Flip-Flop 6. Pencacah (Counter) 7. Register Geser 8. Operasi Register 9.

Lebih terperinci

Bab 3 PLC s Hardware

Bab 3 PLC s Hardware Bab 3 PLC s Hardware Sasaran Mahasiswa mampu : o Memahami definisi PLC o Menyebutkan jenis jenis PLC o Menyebutkan bagian bagian hardware PLC o Menjelaskan prinsip kerja bagian bagian hardware PLC 3.1

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

LAB #1 DASAR RANGKAIAN DIGITAL

LAB #1 DASAR RANGKAIAN DIGITAL LAB #1 DASAR RANGKAIAN DIGITAL TUJUAN 1. Untuk mempelajari operasi dari gerbang logika dasar. 2. Untuk membangun rangkaian logika dari persamaan Boolean. 3. Untuk memperkenalkan beberapa konsep dasar dan

Lebih terperinci

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER PERCOBAAN 10 ANALOG TO DIGITAL CONVERTER 10.1. TUJUAN : Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu Menjelaskan proses perubahan dari sistim analog ke digital Membuat rangkaian ADC dari

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : Organisasi Sistem Komputer Strata/Jurusan : SI/T. Informatika

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : Organisasi Sistem Komputer Strata/Jurusan : SI/T. Informatika SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : Organisasi Sistem Komputer Strata/Jurusan : SI/T. Informatika Minggu ke 1 Pokok Bahasan dan TIU Pengantar tentang cakupan materi yang akan dibahas dalam organisasi

Lebih terperinci