Pengaturan Formasi Menggunakan Pendekatan Leader - Follower pada Sistem Multi Robot

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaturan Formasi Menggunakan Pendekatan Leader - Follower pada Sistem Multi Robot"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (017) ISSN: ( Pint) A-9 Pengatuan Fomasi Menggunakan Pendekatan Leade - Followe pada Sistem Multi Robot Hais Ti Rahmanto dan Achmad Jazidie Juusan Teknik Elekto, Fakultas Teknologi Industi, Institut Teknologi Sepuluh Nopembe (ITS) Jl. Aief Rahman Hakim, Suabaya hais.ti13@mhs.ee.its.ac.id, jazidie@ee.its.ac.id Abstak Sistem multi obot dapat didefinisikan sebagai kumpulan obot yang bekoodinasi melalui sistem komunikasi untuk melakukan tugas koopeatif tetentu. Penggunaan multi obot secaa tekoodinasi memungkinkan pencapaian tugas yang lebih kompleks. Efisiensi penyelesaian tugas pada sistem multi obot dapat ditingkatkan dengan menggunakan fomasi. Pengatuan fomasi pada sistem multi obot dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan leade-followe. Leade sebagai pusat koodinasi sedangkan followe mengikuti leade dengan jaak dan oientasi elatif yang telah ditentukan. Peneapan fomasi pada lingkungan tidak testuktu tedapat intangan yang memungkinkan fomasi tidak tebentuk sesuai dengan yang diinginkan. Pendekatan leade-followe memiliki kelemahan jika leade menghadapi intangan maka keseluuhan obot dapat teganggu. Bedasakan kelemahan tesebut, leade haus dapat menghindai intangan. Penelitian ini menggunakan kontole tacking dan kontole menghindai intangan dengan algoitma fuzzy. Peneapan kontole tacking pada sistem multi obot betujuan membentuk fomasi. Sistem dengan kontole yang diusulkan tesebut mampu membentuk fomasi sesuai spesifikasi yang dibeikan sekaligus menghindai intangan. Kata Kunci Pengatuan fomasi, Leade-followe, Mobile obot, Logika fuzzy I. PENDAHULUAN ISTEM multi obot dapat didefinisikan sebagai Skumpulan obot yang bekoodinasi melalui sistem komunikasi untuk melakukan tugas koopeatif tetentu. Penggunaan multi obot secaa tekoodinasi memungkinkan pencapaian tugas yang lebih kompleks. Setiap obot tidak haus memiliki kemampuan sangat lengkap, kaena masingmasing obot dapat memfokuskan untuk menyelesaikan tugas tetentu [1]. Pengatuan fomasi meupakan bagian yang penting ketika bekeja dengan sistem yang melibatkan multi obot. Sistem multi obot begeak dalam fomasi memungkinkan satu pengguna untuk mengatu seluuh kelompok tanpa menentukan secaa langsung peintah untuk masing-masing obot. Dalam pengembangan pengatuan fomasi, dipekenalkan pendekatan leade-followe dimana tedapat dua pean leade dan followe. Robot leade menentukan jalu yang akan dilalui. Robot followe mengikuti obot leade dengan menjaga bentuk fomasi yang diinginkan. Telah diancang algoitma mempetahankan bentuk fomasi ketika menghadapi intangan. Algoitma tesebut menggunakan dua kontole yaitu, menghindai intangan dan tacking []. Penggunaan pendekatan leade-followe dengan konsep umpan balik visual yang dipekenalkan oleh Das et al. Kontole yang digunakan ada dua, kontole sepaationbeaing dan kontole sepaation-sepaation. Pada kontole sepaation-beaing obot followe mengikuti satu obot leade dengan jaak dan oientasi elatif tetentu. Di sisi lain, pada kontole sepaation-sepaation obot followe mengikuti dua obot leade dengan jaak dan oientasi elatif tetentu [3]. Pendekatan leade-followe menggunakan kontole PID telah dikejakan oleh In-Sung Choi. Pada penelitiannya obot dilengkapi dengan senso. Akan tetapi, infomasi yang dipeoleh dai senso teganggu oleh noise. Oleh kaena itu, fomasi tidak dapat tebentuk sesuai dengan yang diinginkan. Dengan menggunakan kontole PID kesalahan akibat noise dapat teselesaikan. Telah dibuktikan dengan menggunakan kontole PID kesalahan posisi obot bekuang [4]. Kelemahan dalam peneapan leade-followe yaitu jika tejadi gangguan tehadap obot leade maka keseluuhan obot akan meneima dampak dai gangguan tesebut. Pegeakan dai obot leade tidak begantung dengan followe. Jika obot leade mengalami gangguan maka followe akan teganggu. Tidak ada sistem umpan balik antaa followe dengan leade. Oleh kaena itu, leade tidak dapat dibiakan mengalami gangguan [3], [5], [6]. Gangguan intangan dapat teselesaikan dengan peubahan pean leade dan followe. Ketika leade mengalami gangguan, peannya akan beganti sementaa menjadi followe dan followe menjadi leade [7]. Di sisi lain, keunggulan dalam peneapan leade-followe dapat menguangi pemasalahan tacking dimana leade mengikuti tujuan kelompok, sedangkan followe mengikuti jejak leade [6]. Selain pendekatan leade followe, dipekenalkan juga pendekatan vitual stuctue yang mengasumsikan titik vitual sebagai vitual leade. Pada pendekatan ini, infomasi dai masing-masing obot yang beupa posisi dan oientasi akan diolah teus-meneus untuk mengetahui pefoma titik vitual. Implementasi obot dalam jumlah besa membutuhkan bandwidth yang besa [1]. Petandingan obot sepak bola meupakan salah satu aplikasi sistem multi obot. Setiap obot sepak bola membutuhkan kemampuan bekoodinasi untuk menyelesaikan tugasnya. Dengan menggunakan fomasi obot dapat meningkatkan peluang untuk menang dan menguangi gangguan yang mungkin tejadi anta obot [8]. Lingkungan yang tidak testuktu dimana tedapat intangan statis maupun dinamis. Oleh kaena itu obot haus memiliki kemampuan mempetahankan bentuk fomasi. Pada kondisi tesebut, pada penelitian ini dilakukan peancangan kontole tacking dan menghindai intangan untuk mengatu fomasi obot aga saat menghadapi intangan obot dapat menghindai intangan dan membentuk fomasi sesuai yang diinginkan. Pembahasan dalam makalah ini meliputi bebeapa bagian. Bagian II membahas mengenai model kinematik obot.

2 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (017) ISSN: ( Pint) A-30 Bagian III membahas poses peancangan kontole tacking dan kontole menghindai intangan. Pada bagian IV dibahas hasil pengujian sistem dan analisisnya. Bagian V memapakan kesimpulan yang dipeoleh dai penelitian yang telah dilakukan. II. MODEL KINEMATIK A. Model Kinematik Robot Kinematik dalam obotika adalah suatu bentuk penyataan geometis yang beisi deskipsi matematik dai suatu stuktu obot. Model kinematik dapat dipeoleh hubungan antaa konsep koodinat sendi dengan koodinat katesian [9]. Penelitian ini menggunakan mobile obot yang memiliki dua oda kanan-kii dengan kemudi tepisah (diffeentialy diven mobile obot, disingkat DDMR), sepeti diilustasikan pada Gamba 1. R L (3) b Kecepatan angula oda obot dapat dipeoleh dengan Pesamaan (4) dan (5) b v L (4) b v R (5) Bedasakan Pesamaan () dan (3), subtitusi Pesamaan (4) dan (5) ke Pesamaan (1) dipeoleh R cos x R y sin R b L cos L R sin L L b (6) Gamba 1. DDMR pada medan D Catesian Bedasakan pada Gamba 1 leba mobile obot adalah dan adalah jai-jai oda. Koodinat global dinotasikan dengan,, dan koodinat lokal yang tepusat pada obot dinotasikan,. Titik pusat koodinat lokal beada pada titik pusat masa obot dengan koodinat,. Titik pusat massa obot adalah. Jaak antaa dengan adalah. Model kinematik obot dipeoleh sesuai dengan pada [10] x cos 0 v y sin (1) B. Model Kinematik Pendekatan Leade-Followe Leade-followe pada Gamba menggunakan DDMR. Pada koodinat katesian, leade memiliki koodinat,, dan followe,, di belakang leade. Leade dan followe tepisah dengan jaak, yang didefinisikan gais luus antaa titik pusat obot leade dengan followe. Nilai dapat dipeoleh dengan Pesamaan (7) x x y y L F L F (7) Dan, sudut antaa pegeakan followe dengan obot leade didefinisikan dengan yang dapat dipeoleh dengan Pesamaan (8). 1 y L yf tan F xl x (8) F Dai Pesamaan (1) diasumsikan bahwa dan menyatakan kecepatan angula oda kii dan oda kanan. Hubungan antaa kecepatan angula dan kecepatan linie obot dapat diketahui dengan Pesamaaan () dan (3). v R v v L RR LL R L () Dan v vl b RR L b R L Gamba. Diagam leade-followe Sistem memelukan vaiabel sudut yang dapat menghubungkan oientasi leade dengan pegeakan followe dan gais, yaitu F L (9)

3 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (017) ISSN: ( Pint) A-31 Model kinematik cos 0 cos 0 sin v F sin vl 1 0 (10) F L sin sin 0 1, dan meepesentasikan model kinematik untuk meancang sistem pengatuan obot. Tujuan akhi dai kontole adalah untuk mempeoleh kecepatan linie dan kecepatan sudut followe sehingga dapat mengikuti leade dan menjaga jaak dan oientasi elatif yang konstan. Robot followe tacking obot leade memelukan dua vaiabel, jaak leade dengan dan. Apabila dinotasikan sebagai jaak yang diinginkan ataa kedua obot dan sudut antaa pegeakan followe dengan yang diinginkan. Spesifikasi yang diinginkan adalah kesalahan sistem mendekati 0, sehingga sinyal kontol dapat dipeoleh dengan Pesamaan (11). k 0 0 d k d (11) k adalah paamete penguat positif yang dapat membuat sistem stabil. Tahap selanjutnya adalah mempeoleh nilai dan followe dengan menggunakan Pesamaan (11). Subtitusi Pesamaan (11) ke Pesamaan (10) dan menghilangkan bagian pesamaan akan dipeoleh dan sesuai dengan yang ada pada [1]. 1 v F v L 0 cos 0 cos sin tan F 0 1 L (1) Tahap teakhi adalah konvesi vaiabel,, ke dalam koodinat katesian,,. Nilai,, dapat dipeoleh dengan xf xl cos F yf yl sin F F L (13) Gamba menunjukan diagam blok pendekatan leadefollowe dengan satu followe sesuai dengan [11]. Gamba 3. Diagam blok pendekatan leade-followe III. PERANCANGAN KONTROLER Pada subab ini, diancang dua kontole yaitu kontole tacking dan kontole menghindai intangan. Kontole tacking menggunakan kontole poposional (P) dimana paamete penguat poposional (Kp) ditentukan menggunakan logika fuzzy. Diancangan dua kontole tacking yang memiliki dua tujuan yaitu, kontole tacking GTT digunakan pada obot leade untuk menentukan tayektoi menuju taget. Kedua, kontole tacking leade digunakan pada pendekatan leade-followe untuk obot followe. A. Kontole Tacking GTT Kontole ini betujuan aga obot dapat menghampii posisi taget yang telah ditentukan. Blok diagam algoitma GTT dapat dilihat pada Gamba 4. Ilustasi algoitma GTT pada obot sebenanya dapat dilihat pada Gamba 5. Gamba 4. Blok diagam algoitma GTT Posisi taget dapat tecapai dengan mengatu oientasi obot mengaah ke taget sesuai dengan yang diilustasikan Gamba 5Gamba. Dengan diketahui posisi obot,, kesalahan sudut antaa posisi obot dengan posisi taget, dapat dipeoleh dengan eo y y t t ag et obot actan obot xt x (14) Gamba 5. Ilustasi GTT Kontole tacking menggunakan kontole P. Penentuan paamete kontole P dapat dipeoleh secaa analitis atau menggunakan atuan Ziegle-Nichols, Cohen- Coon, logika fuzzy dll. Pada penelitian ini paamete kontole P dipeoleh menggunakan logika fuzzy. Vaiabel masukan yang digunakan pada algoitma ini adalah selisih oientasi taget dan peubahan selisih oientasi antaa obot dengan sudut taget. Fungsi keanggotaan (membeship function) dai masukan selisih oientasi taget dan peubahan selisih oientasi dibagi menjadi 7 himpunan yaitu, NB (negative big), NM (negative middle), NS (negative small), ZO (zeo), PS (positive small), PM (positive middle), dan PB (positive big). Setting algoitma penalaan paamete Kp dengan menggunakan fuzzy adalah sepeti pada Gamba 6.

4 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (017) ISSN: ( Pint) A-3 Gamba 6. Diagam blok penalaan paamete Kp dengan logika fuzzy Fungsi keanggotaan dai dan memiliki entang nilai {-180,180} dan {-30,30} yang dapat dilihat pada Gamba 7 dan Gamba 8. B. Kontole Tacking Leade Vaiabel masukan yang digunakan pada algoitma ini adalah kesalahan sudut dan kesalahan jaak antaa followe dengan leade. Fungsi keanggotaan (membeship function) dai masukan kesalahan sudut dibagi menjadi 7 himpunan yaitu, NB (negative big), NM (negative middle), NS (negative small), ZO (zeo), PS (positive small), PM (positive middle), dan PB (positive big). Fungsi keanggotaan kesalahan sudut dibagi menjadi himpunan Jauh dan Dekat. Pada Gamba 10 dan Gamba 11 dapat dilihat fungsi keanggotaan masukan kesalahan sudut dan kesalahan jaak yang memiliki entang nilai 180,180 dan 0,10. Gamba 7. Fungsi keanggotaan masukan Gamba 10. Fungsi keanggotaan masukan kesalahan sudut Gamba 8. Fungsi keanggotaan masukan Sebagai keluaan sistem fuzzy yaitu beupa pamete Kp yang ditunjukkan pada Gamba 9. Fungsi keanggotaan dai keluaan paamete Kp dibagi menjadi 5 himpunan yaitu, S (small), M (medium), B (Big) dan VB (Vey Big). Gamba 11. Fungsi keanggotaan masukan kesalahan jaak Keluaan logika fuzzy yaitu beupa pamete Kp yang ditunjukkan pada Gamba 1. Fungsi keanggotaan keluaan paamete Kp dibagi menjadi 3 himpunan yaitu, S (small), dan B (Big) Setting algoitma penalaan paamete Kp dengan menggunakan fuzzy adalah sepeti pada Gamba 13. Gamba 9. Fungsi keanggotaan keluaan Kp Dai kedua masukan tedapat 49 ule yang diepesentasikan pada Tabel 1 sesuai dengan makalah [11]. Tabel 1. Rule base penalaan paamete Kp untuk kontole tacking GTT NB NM NS ZO PS PM PB NB VB VB B B M S S NM VB VB B M M S M NS VB VB M M S M M ZO B B M S M M B PS M M S M M B B PM M S M B B B VB PB S S B B B VB VB Dai Tabel dipeoleh if benilai NB dan benilai NB, than Kp benilai PB, dan seteusnya. Gamba 1. Fungsi keanggotaan keluaan Kp Gamba 13. Diagam blok penalaan paamete Kp dengan logika fuzzy Dai kedua masukan tedapat 14 ule yang diepesentasikan pada Tabel.

5 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (017) ISSN: ( Pint) A-33 Tabel. Rule base penalaan paamete Kp untuk kontole tacking e sudut Jaak NB NM NS ZO PS PM PB Jauh B B M S M B B Dekat B B B M B B B C. Kontole Menghindai Rintangan Peancangan kontole menghindai intangan menggunakan logika fuzzy yang ditanam ke seluuh obot. Apabila obot leade mendeteksi intangan, obot akan menghindainya kemudian membentuk kembali fomasi yang sudah ditentukan. Begitu pula obot dengan followe. Pada lingkungan tidak testuktu tedapat intangan yang memungkinkan mengganggu leade. Oleh kaena itu, dengan menggunakan algoitma fuzzy untuk mempekiakan kecepatan angula sehingga intangan dapat dihindai. Ilustasi posisi obot, intangan dan titik tujuan dapat dilihat pada Gamba 14. Gamba 16. Fungsi keanggotaan masukan jaak Gamba 17. Fungsi keanggotaan masukan oientasi obot Gamba 14. Ilustasi posisi obot, intangan, dan tujuan Jaak antaa obot dengan intangan dapat dipeoleh bedasakan koodinat masing-masing. Nilai jaak dan posisi intangan dapat dipeoleh dengan menggunakan Pesamaan (15) dan Pesamaan (16). X X Y Y o o D (15) 1 Yo Y o tan X o X obot (16) D adalah jaak antaa posisi obot, dengan posisi intangan,. Gamba 18. Fungsi keanggotaan keluaan aah obot Dai kedua masukan tedapat 1 ule yang diepesentasikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rule base menghindai intangan Posisi intangan KB K KD KiD Ki KiB Jaak Rintangan Small SP MP LP LN MN SN Medium SP SP MP MN SN SN Pada Tabel menunjukan if jaak intangan small and posisi intangan KB than omega SP dan seteusnya. Gamba 15. Diagam blok kontole menghindai intangan Pada penelitian ini, jaak tejauh yang dipekiakan adalah 60 cm. Fungsi keanggotan untuk masukan jaak intangan adalah small, dan medium yang dapat dilihat pada Gamba 16. Posisi intangan diepesentasikan benilai antaa sampai dengan dengan fungsi keanggotaan kanan besa (KB), kanan (K), kanan dekat (KD), kii dekat (KiD), kii (Ki) dan kii besa (KiB) yang dapat dilihat pada Gamba 17. Omega adalah fungsi keanggotaan keluaan logika fuzzy, yang meepesentasikan sebeapa besa sudut untuk meubah aah geak obot untuk menghindai intangan. Fungsi keanggotaan aah obot dinotasikan dengan lage negatif (LN), medium negatif(mn), small negatif (SN), small positif (SP), medium positif (MP) dan lage positif (LP) yang dapat dilihat pada Gamba 18. IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian dilakukan dengan membei taget pada koodinat (130,30) dengan posisi stat obot leade (0,100) dan aah hadap awal obot leade 0. Keadaan awal obot followe dibeikan dan posisi awal (5,5) dan aah hadap awal 180. Pengujian ini betujuan untuk mengetahui kemampuan obot dalam mempetahankan fomasi sekaligus menghindai intangan. A. Simulasi Leade-Followe Pengujian dilakukan dengan membei spesifikasi fomasi 30 dan 0 yang membentuk fomasi bebanja. Setting pengujian sistem dengan kontole P- fuzzy adalah sepeti pada Gamba 13. Tayektoi obot dapat dilihat pada Gamba 19.

6 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (017) ISSN: ( Pint) A-34 Koodinat Y (cm) Kesalahan jaak (cm) Gamba 3 Kesalahan jaak anta obot Gamba 19. Tayektoi hasil pengujian GTT-PLF dengan Rintangan Hasil yang dipeoleh fomasi dapat dibentuk dengan kesalahan menuju nol sesuai pada Gamba 0 dan Gamba 1. Gamba 0. Kesalahan jaak anta obot Gamba Kesalahan oientasi elatif nta obot V. KESIMPULAN Bedasakan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem pengatuan fomasi lingkungan tidak testuktu, dimana beubah sewaktu-waktu tanpa dapat dipediksi. Kondisi tesebut dapat diatasi dengan pendekatan leade-followe. Kontole tacking dan kontole menghindai intangan yang diteapkan pada penelitian ini dapat bekeja sesuai tujuan peancangan yaitu pada saat tedapat intangan, obot dapat mempetahankan bentuk fomasi. Poses menghindai intangan disini ditunjukkan dengan obot yang begeak menjauhi intangan hingga kemudian kembali menuju ke taget yang telah ditentukan Waktu (detik) Gamba 1. Kesalahan oientasi elatif anta obot B. Simulasi Leade-Followe dengan Rintangan Begeak Pada pengujian kali ini kontole menghindai intangan dikombinasikan dengan kontole tacking untuk masingmasing obot dengan haapan, fomasi dapat dipetahankan meskipun tedapat intangan yang dihadapi. Pengujian dilakukan dengan membei spesifikasi fomasi 30 cm dan 3 ad dan intangan begeak bepapasan dengan obot leade. Setting pengujian dengan kontole P- fuzzy dan kontole menghindai intangan sepeti pada Gamba 15. Hasil pengujian menunjukan fomasi dapat dipetahankan yang dapat dilihat pada Gamba 0. Koodinat Y (cm) Gamba. Tayektoi hasil pengujian GTT-PLF dengan Rintangan DAFTAR PUSTAKA [1] Y. Q. Chen and Z. Wang, "Fomation Contol: A Review and A New Consideation," in Poceedings of Intenational Confeence on Intelligent Robots and Systems, 005. [] J. Shao, G. Xie, J. Yu and L. Wang, "Leade-following Fomation Contol of Multiple Mobile Robots," in IEEE Intenational Symposium on Intelligent Contol, Limassol, 005. [3] A. K. Das, R. F. V. K. J. P. Ostowski, J. Spletze and C. J. Taylo, "A Vision-Based Fomation Contol Famewok," in IEEE Tansactions on Robotics and Automation, 00. [4] I.-S. Choi and J.-S. Choi, "Leade-Followe Fomation Contol Using PID Contolle," in ICIRA 01, 01. [5] D. Necsulescu, E. Pune, J. Sasiadek and B. Kim, "Contol of Nonholonomic Autonomous Vehicles and Thei Fomations," in IFAC/IEEE 15th Int Conf. Methods and Models in Automation and Robotics MMAR, Miedzyzdoje, 010. [6] K. Kanjanawanishkul, Fomation Contol of Mobile Robots: Suvey, eng.ubu.ac.th, 005, pp [7] R. M. K. Chetty, M. Singapeumal and T. Nagaajan, "Distibuted Fomation Planning and Navigation Famewok fo Wheeled Mobile Robots," Jounal of Applied Sciences, vol. 11, no. 9, pp , 011. [8] T.-Y. Tsou, C.-H. Liu and Y.-T. Wang, "Tem Fomation Contol of Socce Robot Systems," in Intenational Confeence on Netwoking, Sensing & Contol, Taipei, Taiwan, 004. [9] E. Pitowano, Robotika, Desain, Kontol, dan Kecedasan Buatan, Yogyakata: Andi Offset, 006. [10] T. Fukao, H. Nakagawa and N. Adachi, "Adaptive Tacking Contol of a Nonholonomic Mobile Robot," in IEEE Tansactions on Robotics and Automation, 000. [11] E. Pune, D. Necsulescu, J. Sasiadek and B. Kim, "Contol of Decentalized Geometic Fomations of Mobile Robots," in IFAC/IEEE 15thInt Confeence on Methods and Models in Automation and Robotics MMAR, Miedzyzdoje, 010. [1] A. Ćosić, M. Šušić, S. Gaovac and D. Katić, "An Algoithm fo Fomation Contol of Mobile Robots," Sebian Jounal of Electical Engineeing, vol. 10, no. 1, pp. 59-7, Febuay 013.

Implementasi Metode Kontrol ν,ω Berbasis Proporsional Integral Untuk Kontrol Gerak Mobile Robot Berpenggerak Differensial : Studi Simulasi

Implementasi Metode Kontrol ν,ω Berbasis Proporsional Integral Untuk Kontrol Gerak Mobile Robot Berpenggerak Differensial : Studi Simulasi Implementasi Metode Kontol ν,ω Bebasis Poposional Integal Untuk Kontol Geak Mobile Robot Bepenggeak Diffeensial : Studi Simulasi Ahmad Nashul Aziz, Enda Pitowano Juusan eknik Elektonika, Mekatonika Politeknik

Lebih terperinci

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Pint) B-53 Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Keeta Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Contol Nioa Fatimah Tanzania, Tihastuti Agustinah

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3 Phasa Tanpa Sensor Kecepatan Melalui Vektor Kontrol Dengan Teknik Artificial Intelegent

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3 Phasa Tanpa Sensor Kecepatan Melalui Vektor Kontrol Dengan Teknik Artificial Intelegent Pengatuan Kecepatan Moto Induksi 3 Phasa Tanpa Senso Kecepatan Melalui Vekto Kontol Dengan Teknik Atificial Intelegent Gigih Pabowo ¹, Renny Rakhmawati ², Meidy Ivianto 3 1 Dosen Juusan Teknik Elekto Industi

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

ANALISIS KINEMATIKA MOBILE MANIPULATOR PADA EXCAVATOR BACKHOE

ANALISIS KINEMATIKA MOBILE MANIPULATOR PADA EXCAVATOR BACKHOE Vol. 7, No., Novembe 25 ISSN: 285-887 ANALISIS KINEMATIKA MOBILE MANIPULATOR PADA EXCAVATOR BACKHOE Randis ), Suhalena 2), Risti Jayanti 2) Teknik Mesin Alat Beat, Politeknik Negei Balikpapan 2 Teknik

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-202

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-202 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Pint) F-202 Pengatuan Kecepatan Moto Induksi Tiga Fasa Menggunakan Metode Flux Vecto Contol Bebasis Self-Tuning PI Fey Avianto dan Mochammad

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (213) 1-6 1 Desain Sistem Kontol Menggunakan Fuzzy Gain Scheduling Untuk Unit Boile-Tubine Nonlinea Daiska Kukuh Wahyudianto, Tihastuti Agustinah Teknik Elekto, Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI WAHANA GERAK MANDIRI YANG ADAPTIF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN HIERARCHICAL EXTENDED KOHONEN MAP (HEKM)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI WAHANA GERAK MANDIRI YANG ADAPTIF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN HIERARCHICAL EXTENDED KOHONEN MAP (HEKM) PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI WAHANA GERAK MANDIRI YANG ADAPTIF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN HIERARCHICAL EXTENDED KOHONEN MAP (HEKM) Inda Hatato Tambunan, 13203178 Pogam Studi Teknik Elekto, Sekolah

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola Bab 3 Solusi Pesamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Besimeti Bola Bedasakan bentuk kanonik metik besimeti bola.18, dapat dibuat sebuah metik besimeti bola yang begantung paamete non-koodinat τ sebagai,

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kendali Lintasan Kapal pada Alur Pelayaran Sempit dan Dangkal berbasis Kepakaran

Perancangan Sistem Kendali Lintasan Kapal pada Alur Pelayaran Sempit dan Dangkal berbasis Kepakaran JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Peancangan Sistem Kendali Lintasan Kapal pada Alu Pelayaan Sempit dan Dangkal bebasis Kepakaan Agni Rohmana Anggaini (4206 100 054) Dosen Pembimbing D.

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE ALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA Supiatin Sistem Infomasi STMIK AMIKOM Yogyakata supiatin@amikom.ac.id Abstak Tans Jogja meupakan salah satu altenatif tanspotasi massa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI

PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI Semina Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industi 2017 ISSN 2085-4218 ITN Malang, 4 Pebuai 2017 PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI Chistian Mahadhika

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( )

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( ) Medan Listik Sejaah Fisikawan Peancis Piestley yang tosi balance asumsi muatan listik Gaya (F) bebanding tebalik kuadat Pengukuan secaa matematis bedasakan ekspeimen Coulomb Chales Augustin de Coulomb

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

Watermarking dengan Algoritma Kunci Publik untuk Verifikasi dan Otentikasi Citra

Watermarking dengan Algoritma Kunci Publik untuk Verifikasi dan Otentikasi Citra Watemaking dengan Algoitma Kunci Publik untuk Veifikasi dan Otentikasi Cita Abstak Watemaking dengan Algoitma Kunci Publik untuk Veifikasi dan Otentikasi Cita Angga Inda Bata 13500070 Depatemen Teknik

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Berkemampuan CUDA

Peningkatan Kinerja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Berkemampuan CUDA Peningkatan Kineja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Bekemampuan CUDA Haiil Anwa 1,a), Achmad Imam Kistijantoo 1,b) dan Wahyu Sigutomo 2,c) 1 Laboatoium Sistem edistibusi, Kelompok Keilmuan Infomatika,

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Miko 5 Gelombang Miko 6 Gelombang lektomagnetik Gelombang elektomagnetik (em) tedii dai gelombang medan listik dan medan magnit ang menjala besama dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaa.

Lebih terperinci

PENERAPAN FORWARD CHAINING PADA NAVIGASI ROBOT KAKI ENAM

PENERAPAN FORWARD CHAINING PADA NAVIGASI ROBOT KAKI ENAM Univesitas Puta Indonesia YPTK Padang - 23 Oktobe 2015 ISSN : 2460-4690 PENERAPAN FORWARD CHAINING PADA NAVIGASI ROBOT KAKI ENAM Teknik Infomatika Magiste Kompute, UPI YPTK, Padang 3), Teknik Infomatika

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 03

Xpedia Fisika. Mekanika 03 Xpedia Fisika Mekanika 03 halaan 1 01. Manakah diaga dai dua planet di bawah ini yang ewakili gaya gavitasi yang paling besa diantaa dua benda beassa? 0. Sebuah satelit beada pada obit engelilingi bui.

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN Disusun Oleh : IWAN APRIYAN SYAM SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSA PUTRA KATA PENGANTAR Puji syuku kami panjatkan kehadiat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan ahmat dan kaunia-nya,sehingga

Lebih terperinci

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb:

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb: Posisi dan Pepindahan Geak Dalam D/3D Posisi patikel dalam koodinat katesian diungkapkan sbb: xi ˆ + yj ˆ + zk ˆ :57:35 Koefisien x, y dan z meupakan lokasi paikel dalam koodinat katesian elatif tehadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

Dimensi Partisi pada Graf Kincir

Dimensi Partisi pada Graf Kincir Dimensi Patisi pada Gaf Kinci Disusun Oleh : Chanda Iawan NRP.00 09 0 Abstak Misalkan G(VE) adalah gaf tehubung dan S adalah sebuah subset dai V(G) jaak antaa v dan S adalah dv S min d v x x S.Suatu gaf

Lebih terperinci

Stabilisasi Robot Pendulum Terbalik Beroda Dua Menggunakan Kontrol Fuzzy Hybrid

Stabilisasi Robot Pendulum Terbalik Beroda Dua Menggunakan Kontrol Fuzzy Hybrid Stabilisasi Robot Pendulum Terbalik Beroda Dua Menggunakan Kontrol Fuzzy Hybrid Made Rahmawaty, Trihastuti Agustinah Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Lebih terperinci

Proceeding Tugas Akhir-Januari

Proceeding Tugas Akhir-Januari Proceeding Tugas Akhir-Januari 214 1 Swing-up dan Stabilisasi pada Sistem Pendulum Kereta menggunakan Metode Fuzzy dan Linear Quadratic Regulator Renditia Rachman, Trihastuti Agustinah Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-58

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-58 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-58 Swing-up dan Stabilisasi pada Sistem Pendulum Kereta menggunakan Metode Fuzzy dan Linear Quadratic Regulator Renditia Rachman,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal ii Dapublic BAB 7 Koodinat Pola Sampai dengan bahasan sebelumna kita membicaakan fungsi dengan kuva-kuva ang digambakan dalam koodinat

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN METODE KONTROL LINEAR QUADRATIC INTEGRAL TRACKING (LQIT) UNTUK PENGENDALIAN POSISI SISTEM SUSPENSI SEDERHANA (MASS-SPRING-DAMPER)

PERANCANGAN METODE KONTROL LINEAR QUADRATIC INTEGRAL TRACKING (LQIT) UNTUK PENGENDALIAN POSISI SISTEM SUSPENSI SEDERHANA (MASS-SPRING-DAMPER) Vol: 6, No., Juli 7 ISSN: 3-949 PERANCANGAN MEODE KONROL LINEAR QUADRAIC INEGRAL RACKING (LQI) UNUK PENGENDALIAN POSISI SISEM SUSPENSI SEDERHANA (MASS-SPRING-DAMPER) Hanum Aosida* dan Albet Sudayanto Pogam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INVERTER FUZZY LOGIC CONTROL UNTUK PENGENDALIAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK DENGAN METODA VECTOR KONTROL

PENGEMBANGAN INVERTER FUZZY LOGIC CONTROL UNTUK PENGENDALIAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK DENGAN METODA VECTOR KONTROL MAKARA, TEKNOLOG, VOLUME 1, NO. 1, APRL 008: 1-6 PENGEMBANGAN NVERTER FUZZY LOGC CONTROL UNTUK PENGENDALAN MOTOR NDUKS SEBAGA PENGGERAK MOBL LSTRK DENGAN METODA VECTOR KONTROL Ea Puwanto, M. Ashay, Subagio,

Lebih terperinci

Konsep energi potensial elektrostatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dari r = ke r = r A Seperti digambarkan sbb :

Konsep energi potensial elektrostatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dari r = ke r = r A Seperti digambarkan sbb : Knsep enegi ptensial elektstatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dai = ke = A Sepeti digambakan sbb : q + Enegi ptensial muatan q yang tepisah pada jaak A dai Q U( A ) = - A Fc d Fc = 4 Q q ˆ = -

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

Abdul Halim Dosen Pembimbing Dr. Trihastuti Agustinah, ST., MT

Abdul Halim Dosen Pembimbing Dr. Trihastuti Agustinah, ST., MT Abdul Halim 22 05 053 Dosen Pembimbing Dr. Trihastuti Agustinah, ST., T JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 203 PENDAHULUAN PERANCANGAN HASIL

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan dan Peneapan MIPA, Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 14 Mei 011 APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Gaya-Gaya Pada Poos Lengan Ayun Dai gamba 3.1 data dimensi untuk lengan ayun: - Mateial yang digunakan : S-45 C - Panjang poos : 0,5 m - Diamete poos

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum BAB II DASAR TEORI.1. Pengetian Umum Gokat meupakan salah satu poduk yang saat dengan teknologi dan pekembangan. Ditinjau dai segi komponen, Gokat mempunyai beagam komponen didalamnya, namun secaa gais

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

Penggunaan Hukum Newton

Penggunaan Hukum Newton Penggunaan Hukum Newton Asumsi Benda dipandang sebagai patikel Dapat mengabaikan geak otasi (untuk sekaang) Massa tali diabaikan Hanya ditinjau gaya yang bekeja pada benda Dapat mengabaikan gaya eaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasa Mekanisme Gempa Gempa bumi adalah getaan yang tejadi di pemukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pegeakan keak bumi

Lebih terperinci

OPTIMASI PENCAPAIAN TARGET PADA SIMULASI PERENCANAAN JALUR ROBOT BERGERAK DI LINGKUNGAN DINAMIS

OPTIMASI PENCAPAIAN TARGET PADA SIMULASI PERENCANAAN JALUR ROBOT BERGERAK DI LINGKUNGAN DINAMIS OPTIMASI PENCAPAIAN TARGET PADA SIMULASI PERENCANAAN JALUR ROBOT BERGERAK DI LINGKUNGAN DINAMIS Yisti Vita Via Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK Contoh. Soal pemahaman konsep Anda mungkin mempehatikan bahwa pemukaan vetikal laya televisi anda sangat bedebu? Pengumpulan debu pada pemukaan vetikal televisi mungkin

Lebih terperinci

HUKUM GRAVITASI NEWTON

HUKUM GRAVITASI NEWTON HUKU GVITSI NEWTON. Pesamaan Hukum Gavitasi Umum Newton Pehatikan kejadian beikut :. Kelapa yan sudah tua bisa jatuh ke tanah tanpa dipetik.. Penejun payun akan jatuh ke bawah setelah meloncat dai pesawat..

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci