KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN 2011 BANK INDONESIA SURABAYA

2 Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.5 SURABAYA Telp. : psw. 129/128 Fax : kke_sby@bi.go.id Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (

3 Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Misi Bank Indonesia : Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan. Visi Bank Indonesia : Menjadi bank sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilainilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Nilai Nilai Strategis : Kompetensi Intergritas Transparansi Akuntabilitas Kebersamaan. Visi dan Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya : Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya : Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugastugas Bank Indonesia yang diberikan.

4 KATA PENGANTAR Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan 2011 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesarbesarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Surabaya, 9 November 2011 BANK INDONESIA SURABAYA Mohamad Ishak Pemimpin i

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR i ii v vi xii xvii xviii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL KONDISI UMUM SISI PERMINTAAN 1 a. Konsumsi 2 b. Investasi 4 c. Ekspor Impor SISI PENAWARAN a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 13 b. Sektor Industri Pengolahan 15 c. Pertanian 16 d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 17 e. Bangunan 18 f. Transportasi dan Komunikasi 19 BOKS 1 DAMPAK PELEMAHAN EKONOMI NEAGRA MAJU TERHADAP KINERJA EKSPOR JAWA TIMUR 21 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI KONDISI UMUM INFLASI BULANAN (mtm) INFLASI TRIWULANAN (qtq) INFLASI MENURUT KOTA DISAGREGASI INFLASI 37 BOKS 2 ESTIMASI OUTPUT GAP REGIONAL JAWA TIMUR 41 ii

6 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF DANA PIHAK KETIGA (DPK) KREDIT KREDIT USAHA KECIL MENENGAH (UKM) STABILITAS SISTEM PERBANKAN RISIKO KREDIT RISIKO LIKUIDITAS PERBANKAN SYARIAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 63 a.aliran Uang Masuk / Keluar (inflow/outflow) 64 Uang Kartal Tidak Layak Edar TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 66 a.transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) 67 b.transaksi Kliring PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR 69 BOKS 3 BOKS 4 PEMBIAYAAN SERTIFIKASI TANAH MASSAL SWADAYA UNTUK PEMBERDAYAAN UMKM TREN TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN SETELAH PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI SUKU BUNGA DASAR KREDIT (SBDK) DI JAWA TIMUR BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH UMUM REALISASI PENDAPATAN DAERAH REALISASI BELANJA DAERAH BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1 UMUM KETENAGAKERJAAN ANGKATAN KERJA DAN PENGANGGURAN 78 iii

7 5.3 NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR NELAYAN 81 BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA PERKIRAAN PEREKONOMIAN JAWA TIMUR PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR 83 iv

8 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Inflasi Kumulatif (ytd) 7 Kota di Jawa Timur 26 Tabel 2.2 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) pada Triwulan tahun Tabel 2.3 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur 30 Tabel 2.4 Perkembangan Luas Panen,Produktivitas & Produksi Padi di Jatim Menurut Subround Tabel 2.5 Inflasi Jatim (yoy) Per Kelompok Barang 34 Tabel 2.6 Inflasi 7 Kota Di Jatim 36 Tabel 2.7 Inflasi 7 kota Di Jatim Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan 2011 (yoy) 37 Tabel 2.8 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jatim per Kelompok Barang & Jasa TW (yoy) Tabel 2.9 Perkembangan Capacity Utilization Industri Pengolahan 40 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 43 Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 44 Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 53 Tabel 3.4 Perkembangan NPL Kredit per Sektor 54 Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (dalam jutaan Rupiah) 60 Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai(inflowoutflow) Kantor Bank Indonesia Rp Juta 64 Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek,Bilyet Giro TW II Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan APBD Prop. Jawa Timur Triwulan 2011 (Rp juta) 76 Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBD Prop. Jawa Timur Triwulan 2011 (Rp juta) 76 Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur ( ) 78 Tabel 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor Lapangan Kerja Utama 79 Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama v

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral 1 Grafik 1.2 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan 1 Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 1 Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 1 Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 2 Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 2 Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran 3 Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah tangga 3 Grafik 1.9 Pertumbuhan Konsumsi BBM 3 Grafik 1. Kredit Konsumsi 4 Grafik 1.11 Dana Simapanan Perbankan Perorangan 4 Grafik 1.12 Survei Konsumen Keyakinan Konsumen 4 Grafik 1.13 Survei Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini 4 Grafik 1.14 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi 5 Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Proyek Investasi 5 Grafik 1.16 Perkembangan PMTB 5 Grafik 1.17 Perkembangan kredit Investasi 5 Grafik 1.18 Perkembangan Volume Penjualan Semen 6 Grafik 1.19 Perkembangan Impor Barang Modal 6 Grafik 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim 7 Grafik 1.21 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim 7 Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Per Jenis Barang 7 Grafik 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang 7 Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor 7 Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Impor 7 Grafik 1.26 Nilai Impor Per Jenis Barang 8 Grafik 1.27 Pertumbuhan Impor Per Jenis Barang 8 Grafik 1.28 Statistik Kontainer di Tanjung Perak 8 Grafik 1.29 Statistik Discharge Loaded di Tanjung Perak 8 Grafik 1.30 Statistik Kontainer Internasional 9 Grafik 1.31 Statistik Kontainer Domestik 9 Grafik 1.32 StrukturNegara Tujuan Ekpor Jawa Timur 9 Grafik 1.33 Struktur Ekspor ke Beberapa Negara Eropa 9 Grafik 1.34 Komoditas Ekspor Jatim ke Amerika Serikat Grafik 1.35 Komoditas Ekspor Jatim ke Eropa Grafik 1.36 Komoditas Ekspor Jatim ke Jepang Grafik 1.37 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama 11 vii

10 Grafik 1.38 Pertumbuhan Sektor Pendukung 11 Grafik 1.39 Pertumbuhan Sektor Pendukung 11 Grafik 1.40 Utilisasi Kapasitas Produksi 12 Grafik 1.41 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral 12 Grafik 1.42 Indeks Realisasi Usaha 12 Grafik 1.43 Indeks Realisasi Usaha Sektoral 12 Grafik 1.44 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 13 Grafik 1.45 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 13 Grafik 1.46 Jumlah Wisatawan Asing Melalui Bandara Juanda 14 Grafik 1.47 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis 14 Grafik 1.48 Perkembangan Kredit PHR 14 Grafik 1.49 Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan 15 Grafik 1.50 Perkembangan Nilai Impor BahanBaku 15 Grafik 1.51 Pertumbuhan Impor Barang Bahan Baku 15 Grafik 1.52 Perkembangan Konsumsi BBM Industri 15 Grafik 1.53 Konsumsi Listrik Golongan Industri 16 Grafik 1.54 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 16 Grafik 1.55 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 17 Grafik 1.56 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian 17 Grafik 1.57 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa timur 18 Grafik 1.58 Perkembangan NIM Perbankan Jawa timur 18 Grafik 1.59 Perkembangan Fee Based Income 18 Grafik 1.60 Perkembangan Interest Based Income 18 Grafik 1.61 Volume Penjualan Semen di Jawa timur 19 Grafik 1.62 Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi 19 Grafik 1.63 Perkembangan Kredit Properti 19 Grafik 1.64 Perkembangan Kredit Properti per Jenis 19 Grafik 1.65 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 20 Grafik 1.66 Perkembangan Kredit Angkutan & Komunikasi 20 Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 25 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 25 Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) 26 Grafik 2.4 Inflasi Juli 2011 Berdasarkan Kelompok Barang 27 Grafik 2.5 Inflasi Agustus Berdasarkan Kelompok Barang 28 Grafik 2.6 Inflasi September Berdasarkan Kelompok Barang 29 Grafik 2.7 Harga Jagung di Pasar Dunia 29 Grafik 2.8 Harga Daging Ayam Ras & Telur Ayam 29 Grafik 2.9 Inflasi (qtq) Kel.Pendidikan,Rekreasi & Olahraga 30 Grafik 2. Inflasi (qtq) Kel.Bahan Makanan 31 viii

11 Grafik 2.11 Pergerakan Harga Beras di Surabaya 32 Grafik 2.12 Pergerakan Harga Beras Internasional 32 Grafik 2.13 Perkembangan Harga BumbuBumbuan 32 Grafik 2.14 Pergerakan Harga Sayursayuran 32 Grafik 2.15 Perkembangan Harga Emas Internasional 33 Grafik 2.16 Perkembangan Harga Emas Perhiasan 33 Grafik 2.17 Inflasi Triwulanan Kel. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 33 Grafik 2.18 Pergerakan Harga Gula Pasir 33 Grafik 2.19 Sumbangan Inflasi (yoy) Per Kelompok Barang 34 Grafik 2.20 Pergerakan Inflasi Tiga Komoditas penyumbang inflasi (yoy) tertinggi 34 Grafik 2.21 di Perkembangan Jawa Timur Harga Kedelai di Pasar Dunia 35 Grafik 2.22 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia 35 Grafik 2.23 Perkembangan Harga Jagung di Pasar Dunia 35 Grafik 2.24 Perkembangan Harga Gula di Pasar Dunia 35 Grafik 2.25 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia 35 Grafik 2.26 Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia 35 Grafik 2.27 Perbandingan Inflasi (ytd) 7 Kota di Jatim 36 Grafik 2.28 Laju Inflasi Jatim per Komponen (mtm) 37 Grafik 2.29 Laju Inflasi Jatim per Komponen (yoy) 37 Grafik 2.30 Perkembangan Inflasi Volatile Food 38 Grafik 2.31 Perkembangan Inflasi Adm.Price 38 Grafik 2.32 Perbandingan Komponen Inflasi Inti 39 Grafik 2.33 Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang & Jasa di Surabaya 39 Grafik 2.34 Ekspektasi Pedagang Terhadap Harga Barang & Jasa di Surabaya 39 Grafik 2.35 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 40 Grafik 2.36 Perkembangan Capacity Utilization 40 Grafik 3.1 Perkembangan LDR 44 Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 44 Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 45 Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) 45 Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum 45 Grafik 3.6 Proporsi Aktiva Produktif 45 Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 46 Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) 46 Grafik 3.9 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan (Rp juta) 47 Grafik 3. Komposisi DPK Bank Umum (%) 47 Grafik 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan BI Rate 47 Grafik 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy) 48 Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit (qtq) 48 Grafik 3.14 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 48

12 ix Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 48 Grafik 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq) 49 Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Jenis Penggunaan (yoy) 49 Grafik 3.18 Proporsi Kredit Sektoral 49 Grafik 3.19 Perkembangan Kredit Sektoral (yoy) 49 Grafik 3.20 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 49 Grafik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM 50 Grafik 3.22 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 50 Grafik Besar Provinsi Penyalur KUR 51 Grafik 3.24 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 51 Grafik 3.25 Perkembangan NPL Bank Umum 53 Grafik 3.26 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 53 Grafik 3.27 Money Position Perbankan di Jatim 55 Grafik 3.28 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) 55 Grafik 3.29 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) 55 Grafik 3.30 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim 56 Grafik 3.31 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 56 Grafik 3.32 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan 57 Grafik 3.33 Pangsa Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan 57 Grafik 3.34 Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Jatim 57 Grafik 3.35 Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jatim 57 Grafik 3.36 Perkembangan Indikator BPR (yoy) 58 Grafik 3.37 Perkembangan Indikator BPR (qtq) 58 Grafik 3.38 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%yoy) 59 Grafik 3.39 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%qtq) Grafik 3.40 Pertumbuhan Kredit BPR per Jenis Penggunaan (yoy) 59 Grafik 3.41 Proporsi Kredit BPR per Jenis Penggunaan 60 Grafik 3.42 Perkembangan LDR & NPL BPR 60 Grafik 3.43 Pertumbuhan Indikator Bank ber KP di Surabaya (qtq) 61 Grafik 3.44 Pertumbuhan Indikator Bank ber KP di Surabaya (yoy) 61 Grafik 3.45 Grafik 3.46 Grafik 3.47 Proporsi DPK per Jenis Simpanan pada Bank Ber KP di Surabaya (sept 2011) 61 Pertumbuhan DPK per Jenis Simpanan pada Bank ber KP di Surabaya (qtq) 61 Perkembangan Kredit per Jenis Simpanan pada Bank ber KP di Surabaya (qtq) Grafik 3.48 Proporsi Kredit per Jenis Penggunaan Bank ber KP di Surabaya 62

13 Grafik 3.49 Perkembangan LDR Bank Berkantor Pusat di Surabaya 62 Grafik 3.50 Perkembangan Arus Inflow Outflow KBI 64 Grafik 3.51 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 64 Grafik 3.52 Pemusnahan uang Tidak Layak Edar 65 Grafik 3.53 Perkembangan Transaksi Non tunai di Jatim 66 Grafik 3.54 Perkembangan Transaksi RTGS di Jatim 66 Grafik Kota Dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar TW Grafik Kota Dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar TW Grafik 3.57 Perkembangan Transaksi Kliring di Jatim 68 Grafik 3.58 Tolakan Transaksi Kliring di Jatim 68 Grafik 3.59 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan 69 Grafik 3.60 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar) 69 Grafik 3.61 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (nilai) 69 Grafik 4.1 Dana Pemerintah Prov/Kab/Kota di Perbankan 77 Grafik 5.1 Perbandingan NTP Nasional & Jatim 80 Grafik 5.2 Perubahan NTP Nasional & Jatim 80 Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Harga Yang Dibayarkan Petani 81 Grafik 5.4 Perkembangan Indeks Harga Yang Diterima Petani 81 Grafik 5.5 Perbandingan NTN Nasional & Jatim 81 Grafik 5.6 NTN 6 Kabupaten di Jatim 81 Grafik 6.1 Proyeksi Inflasi Jawa Timur Tahun Grafik 6.2 Growth Cycle Inflasi Jawa Timur 83 Gambar 6.8 Prospek Awal Musim Hujan 2011/2011 Zona Musim Jawa Timur 90 xi

14 Ringkasan Eksekutif

15 Bank Indonesia Surabaya RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan 2011 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan 2011 sebesar 7,12% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional (6,50%), namun cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan konsumsi pemerintah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Konsumsi rumah tangga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,09% (yoy) menjadi sebesar 8,28%. Pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi dari peningkatan pada beberapa indikator konsumsi seperti kenaikan indeks omset riil hasil Survei Penjualan Eceran, jumlah konsumsi listrik rumah tangga dan konsumsi premium. Dari sisi penawaran, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor Pertanian merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai angka 9,29% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,96%. Sedangkan sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian tumbuh melambat masingmasing sebesar 5,,67% dan 4,52% dengan kontribusi masingmasing sebesar 1,41% dan 0,65% terhadap pertumbuhan ekonomi Jatim. Sedangkan sektor pendukung mencatatkan perlambatan pertumbuhan kecuali sektor jasajasa yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 5,96%. Assesmen Inflasi Secara umum, inflasi Jatim masih berada dalam tren perlambatan dan mengarah pada batas bawah sasaran inflasi nasional tahun 2011 Inflasi Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 71 kota pada triwulan 2011 tercatat sebesar 2,05%(qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (0,26%). Namun demikian, jika dianalisa secara tahunan (year on year) inflasi Jatim masih berada dalam tren Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan 2011 ix

16 Bank Indonesia Surabaya perlambatan dan mengarah pada batas bawah sasaran inflasi nasional tahun Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1432H yang berlangsung pada periode laporan (AgustusSeptember 2011) menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan inflasi, disamping masih adanya berbagai faktor lainnyaa yang berasal dari sisii internal maupun eksternal. Selanjutnya, beberapa kelompok barang utama penyumbang inflasi pada periode ini adalah kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok pendididikan, rekreasi dan olah raga. Assesmen Perbankan Fungsi Intermediasi perbankan berjalan baik, dengan didorong oleh pertumbuhan kredit yang terus meningkat. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur (Jatim) didukung oleh perkembangan kinerja perbankan yang cukup baik. Total Aset Bank Umum dan BPR di Jawa Timur meningkat dari Rp 272,28 T di Triwulan sebelumnya menjadi Rp 282,6 T atau tumbuh sebesar 14,84% (yoy) dan 3,79% (qtq) pada Triwulan Tahun Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 14,,34% (yoy) atau 3,19% (qtq) dari Rp 228,1 T menjadi Rp 235,38 T dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur tersebut diiringi dengan peningkatan penyaluran kredit yang tercermin pada pertumbuhan kredit dari Rp 174,08 T pada Triwulan II menjadi sebesar Rp 181,89 T pada Triwulan Tahun 2011, atau meningkat sebesar 19,09 % (yoy) dan 4,48 % (qtq). Assesmen Keuangan Daerah Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun anggaran 2011 mencapai Rp 9,90 triliun atau meningkat 32,56% dibandingkan anggaran 20, dengan realisasi pendapatan sampai dengan triwulan 2011 telah mencapai 85,,14%. Sementara itu dari sisi pengeluran Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar Rp,62 triliun meningkat 35,77% dibandingkan anggaran 20, dengan realisasi belanja sampai dengan triwulan 2011 sebesar 35,,94%. Secara umum kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada triwulan 2011 menunjukkan perkembangan yang lebih rendah dibandingkan realisasi anggaran pada periode yang sama tahun 20. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan 2011 x

17 Bank Indonesia Surabaya Sebagaimana polapola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa Timur didominasi oleh Pendapatan Asli daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah dengan proporsi 76,8% dari total pendapatan. Kontribusi terbesar selanjutnya berasal dari Dana Perimbangan (22,8%), sementara itu pendapatan lainlain yang sah hanya memberikan kontribusi yang relatif rendah. Ekonomi Jatim pada IV2011 berpotensi untuk tumbuh pada batas tengah dari rentang pertumbuhan 6,9% 7,2% Prospek Ekonomi dan Inflasi Triwulan IV2011 Kedepan pertumbuhan ekonomi Jatim pada triwulan IV2011 diproyeksikan tumbuh pada batas tengah dari rentang pertumbuhan 6,9% 7,2% sehingga secara keseluruhan perekonomian Jatim akan tumbuh di kisaran 7%. dengan faktor pendorong pertumbuhan yang berasal dari konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah dan peningkatan kegiatan ekspor impor. Perkiraan ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen KBI Surabaya, yang menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Ekspektasi Penghasilan yang keduanya mengindikasikan peningkatan. Kinerja ekspor diperkirakan terus berada dalam tren perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan diarahkan pada negaranegara tujuan diversifikasi ekspor sebagai antisipasi dari pelamahan perkonomian di Eropa dan Amerika. Selanjutnya, sebagaimana pola tahuntahun sebelumnya, pengeluaran pemerintah akan meningkat cukup signifikan pada triwulan IV2011 guna mencapai target realisasi belanja di tahun Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan 2011 xi

18 LAMPIRAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR IV I II INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) JAWA TIMUR Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kota Jember Kota Probolinggo Kota Madiun Kota Sumenep LAJU INFLASI TAHUNAN (YOY) JAWA TIMUR Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kota Jember Kota Probolinggo Kota Madiun Kota Sumenep PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 87,142,176 86,994,341 88,724,137 91,361,994 Pertanian 12,759,576,287,933 15,553,734 13,773,813 13,336,371 Pertambangan dan Penggalian 2,046,220 2,099,675 1,802,122 2,085,751 2,139,238 Industri Pengolahan 22,025,035 22,955,598 21,820,355 22,560,496 23,274,729 Listrik, gas, dan air bersih 1,183,995 1,206,216 1,174,790 1,237,703 1,245,192 Bangunan 2,848,380 2,947,205 2,626,382 3,054,205 3,2,022 Perdagangan, Hotel dan Restoran 27,183,239 27,759,932 27,085,226 28,588,367 29,708,289 Pengangkutan dan komunikasi 6,545,647 6,769,338 6,546,139 6,966,113 7,141,739 Keuangan, persewaan, dan jasa 4,737,927 4,896,615 4,785,173 4,993,959 5,124,947 Jasa 7,812,157 8,071,829 7,330,216 8,1,587 8,277,955 Pertumbuhan PDRB (yoy) xviii

19 LAMPIRAN INDIKATOR PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN JAWA TIMUR A. Perbankan INDIKATOR IV I II Bank Umum : Total Asset (Rp. Triliun) 240,608, ,927, ,430, ,127, ,229,788 DPK (Rp. Triliun) 202,513, ,098, ,842, ,377, ,548,893 Tabungan (Rp. Triliun) 82,692,056 90,833,487 89,093,361 91,459,427 97,008,238 Giro (Rp. Triliun) 36,268,935 35,830,790 37,831,897 40,095,822 40,215,158 Deposito (Rp. Triliun) 83,552,773 88,434,152 87,916,765 92,822,462 94,325,497 Kredit (Rp. Triliun) Bank Pelapor 148,551, ,788, ,202, ,464, ,063,326 Modal Kerja 91,357,692 94,299,854 94,128,862 0,524,397 5,031,243 Investasi 18,130,906 18,978,220 21,380,706 22,364,728 22,856,046 Konsumsi 39,063,046 41,5,522 43,692,790 46,575,534 49,176,037 Non Performing Loan (NPLGross) 3.03% 2.96% 3.37% 3.59% 3.49% Loan to Deposit Ratio LDR (%) 73.35% 71.96% 74.% 75.53% 76.47% Kredit UMKM (Triliun Rp)Bank Pelapor 85,882,849 89,901,853 94,716,5 97,892,539 3,372,192 NPL MKM Gross (%) 2.80% 2.71% 3.08% 3.39% 3.49% 7 Bank Berkantor Pusat di Surabaya Total Asset (Rp. Triliun) 25,361,355 23,995,207 26,170,817 29,021,503 30,521,029 DPK (Rp. Triliun) 20,613,337 18,327,649 20,726,092 23,460,476 24,350,970 Tabungan (Rp. Triliun) 4,670,781 7,226,966 9,761,442,635,969 5,775,521 Giro (Rp. Triliun) 6,695,726 4,796,422 6,070,081 7,649,181,606,862 Deposito (Rp. Triliun) 3,566,582 6,304,261 4,894,569 5,175,326 7,968,587 Kredit (Rp. Triliun) 12,714,485 13,135,130 13,775,988 14,990,533 16,031,445 Kredit Modal Kerja 6,997,370 6,681,471 6,627,095 6,906,423 7,242,257 Kredit Investasi 2,890,039 2,772,028 2,467,217 2,236,283 1,961,305 Kredit Konsumsi 2,827,076 3,681,631 4,681,676 5,847,827 6,827,883 Non Performing Loan (NPLGross) 0.94% 0.79% 1.02% 1.07% 1.35% Loan to Deposit Ratio LDR (%) 61.88% 71.67% 63.23% 63.90% 65.83% BPR : Total Asset (Rp. Triliun) 5,469,855 5,732,526 5,863,144 6,155,763 6,372,570 DPK (Rp. Triliun) 3,350,803 3,507,915 3,578,663 3,724, Tabungan (Rp. Triliun) 2,328,590 2,400,934 2,455,302 2,576, Deposito (Rp. Triliun) 1,022,212 1,6,981 1,123,361 1,147, Kredit (Rp. Triliun) 4,177,476 4,149,041 4,282,468 4,617, Modal Kerja 2,901,158 2,857,164 2,942,006 3,126, Investasi 115, , , Konsumsi 1,161, ,228,650 1,363, Non Performing Loan (NPLGross) 4.99% 4.24% 5.% 4.92% 4.77% Loan to Deposit Ratio (LDR) % % % % % % SYARIAH : Total Asset (Rp. Triliun) 6,539,159 7,264,692 9,317,169 9,023,579,302,654 DPK (Rp. Triliun) 4,845,600 5,748,6 7,237,731 7,111,539 7,815,192 Tabungan (Rp. Triliun) 1,662, , , ,443 2,783,706 Giro (Rp. Triliun) 371,837 2,181,474 2,637,852 2,505, ,281 Deposito (Rp. Triliun) 2,811,540 3,132,1 4,071,467 4,039,212 4,562,205 Pembiayaan (Rp. Triliun) 4,765,357 5,568,337 5,960,465 7,001,046 8,122,971 Modal Kerja 1,846,444 2,116,419 2,139,198 2,816,423 3,189,517 Investasi 645, , ,358 1,041,685 1,193,255 Konsumsi 2,273,017 2,755,780 3,148,909 3,142,938 3,740,199 Non Performance Financing (NPF) % Financing to Deposit Ratio (FDR) % 98.34% 96.86% 82.35% 98.45% 3.94% B. SISTEM PEMBAYARAN INDIKATOR IV I II Inflow (Rp. Triliun) Outflow (Rp. Triliun) Pemusnahan Uang (Rp Triliun) Nominal Transaksi RTGS Volume Transaksi RTGS 144, , , , ,834 Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) Volume Kliring Kredit (juta lembar) Tolakan Kliring (Rp. Juta) 669,4 598, , , ,985 Tolakan Kliring (lembar) 24,784 20,592 24,250 20,257 17,900

20 Bab 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

21 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan 2011 sebesar 7,12% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan triwulan II2011 sebesar 7,25% meskipun masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,50%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan konsumsi pemerintah. Dari sisi penawaran, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor Pertanian merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Prov.Jawa Timur Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov.Jawa Timur 0.53 Q32011 Jasajasa Q22011 Keuangan, Persewaan & Jasa Q Pengangkutan & Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Bangunan Listrik, Gas & Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan dan Penggalian Pertanian Sumber: BPS Jatim, diolah (3.47) (3.58) Impor (3.26) Ekspor (0.31) Perubahan (0.07) stok Pembentukan Modal Tetap Bruto Konsumsi Pemerintah Konsumsi lembaga nonprofit Konsumsi Rumah Tangga (5.00) (4.00) (3.00) (2.00) (1.00) Sumber: BPS Jatim, diolah Q32011 Q22011 Q320 Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur % 8 y o 7 y Jawa Timur Indonesia I II IV I II IV I II IV I II IV I II Jasajasa Q32011 Keuangan, Persewaan & Jasa 4.83 Q22011 Perusahaan 4.83 Q12011 Pengangkutan & Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Bangunan Listrik, Gas & Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan & Penggalian Pertanian Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

22 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.2. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi serta konsumsi pemerintah. Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur T r i l i u n R p Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah g_konsumsi Rumah Tangga (rhs%yoy) g_konsumsi Pemerintah (rhs%yoy) I II IV I II IV I II IV I II IV I II T r i l i u n R p Net Ekspor Luar Negeri Net Ekspor Antar Pulau g_net Ekspor Luar Negeri (rhs%yoy) g_net Ekspor Antar Pulau (rhs%yoy) I II IV I II IV I II IV I II IV I II ,000 2,000 1, ,000 2,000 3, ,000 Sumber: BPS Jatim Sumber: BPS Jatim a. Konsumsi Pada triwulan 2011, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Konsumsi rumah tangga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,09% (yoy) menjadi sebesar 8,28%. Pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi dari peningkatan pada beberapa indikator konsumsi seperti kenaikan indeks omset riil hasil Survei Penjualan Eceran, jumlah konsumsi listrik rumah tangga dan konsumsi premium. Selain itu, adanya momentum hari raya Idul Fitri diyakini turut memicu peningkatan konsumsi masyarakat. Hal tersebut dikonfirmasi dari kenaikan indeks omset riil dari ratarata 87,71 pada triwulan sebelumnya menjadi 89,35. Terutama dari kelompok pakaian dan perlengkapannya, kelompok peralatan rumah tangga. Sementara dari kelompok alat tulis juga mengkonfirmasi kenaikan konsumsi yang disebabkan memenuhi keperluan tahun ajaran baru bagi pelajar dan mahasiswa. Indikator lain yang menjelaskan penguatan konsumsi masyarakat adalah peningkatan konsumsi listrik rumah tangga dan konsumsi Bahan Bakar Minyak jenis solar untuk transportasi darat dan rumah tangga di Jawa Timur dari 13,58% pada Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

23 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL triwulan sebelumnya menjadi 13,94% pada triwulan berjalan, sedangkan untuk premium dengan pertumbuhan yang masih relatif stabil di level %. Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks Omset Riil Peralatan Rumah Tangga Pakaian & Perlengkapannya Makanan, Minuman, Tembakau Alat Tulis Konsumsi listrik RT KwH per pelanggan RT I II IV I II IV I II IV I II IV I II IV I II Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya Sumber: PLN Distribusi Jatim Grafik 1.9 Pertumbuhan Konsumsi BBM (Transportasi Darat & Rumah Tangga) di Jawa 1,200, , ,000 Premium Solar gpremium (rhs) gsolar (rhs) , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Sumber: Pertamina Jatim, diolah Pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi masyarakat menunjukkan perlambatan pertumbuhan yaitu dari 12,17% pada triwulan sebelumnya menjadi 7,96%. Perlambatan pertumbuhan simpanan perorangan lebih didorong oleh melambatnya pertumbuhan tabungan perorangan yang diyakini digunakan untuk keperluan konsumsi terutama pada saat berlangsungnya kegiatan hari besar keagamaan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih bersifat jangka pendek. Hal tersebut tercermin pula dari melambatnya angka pertumbuhan kredit konsumsi yaitu dari 28,66% pada triwulan sebelumnya menjadi 25,89%, yang diperkirakan penunandaan keperluan yang bersifat jangka panjang. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

24 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1. Kredit Konsumsi Grafik 1.11 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000,000,000 Juta Rp. Kredit Konsumsi gkredit Konsumsi (rhs) I II IV I II IV I II IV I II IV I II 40% 35% 30% 25% 20% 15% % 5% 0% gdpk Perorangan ggiro Perorangan gtab Perorangan gdep Perorangan I II IV I II IV I II IV I II IV I II () Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Di sisi lain, cerminan sikap optimis konsumsi juga terindikasi dari tren peningkatan nilai Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang didorong anggapan konsumen bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeli barang tahan lama Grafik 1.12 Survei Konsumen Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Grafik 1.13 Survei Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya b. Investasi Kegiatan investasi di Jawa Timur pada triwulan berjalan mengalami pertumbuhan yang relatif stabil dengan angka sebesar,65% (yoy). Pertumbuhan investasi tersebut antara lain terindikasi dari nilai realisasi investasi PMA yang tercatat selama triwulan 2011di Jawa Timur mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari sebesar USD 76,9 juta (50 proyek) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar USD 251 juta (58 proyek). Sedangkan nilai realisasi PMDN juga turut mencatatkan peningkatan dari sebesar Rp 2,13 triliun (45 proyek) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar Rp 2,69 triliun (37 proyek). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

25 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Nilai realisasi investasi di Jawa Timur diperkirakan terus mengalami peningkatan mengingat tingginya potensi sektor pertambangan, khususnya gas dan panas bumi. Diiringi gencarnya peran yang dilakukan pemerintah daerah di Jawa Timur dalam mendorong masuknya investor baru di daerah ini, diantaranya pengurusan perizinan yang tidak memakan waktu lama. Grafik 1.14 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Proyek Investasi Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN Perubahan Jumlah Proyek PMDN 300% 6,000 5,000 Nilai Proyek PMA (USD million) g Nilai Proyek PMA Nilai Proyek PMDN (Rp miliar) g Nilai Proyek PMDN 1200% 00% % 4, % % 30 0% 3, % 20 0% 2, % 1,000 0% I II IV I II IV I II IV I II IV I II % I II IV I II IV I II IV I II IV I II % Sumber: BKPM Sumber: BKPM Grafik 1.16 Perkembangan PMTB Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Investasi T r i l i u n R p Pembentukan Modal Tetap Bruto g_pembentukan Modal Tetap Bruto (rhs%yoy) I II IV I II IV I II IV I II IV I II ,000,000 20,000,000 15,000,000,000,000 5,000,000 Juta Rp. Kredit Investasi gkredit Investasi (rhs) I II IV I II IV I II IV I II IV I II % 35% 30% 25% 20% 15% % 5% 0% Sumber: BPM Jawa Timur Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah Indikator lainnya juga mengindikasikan hal yang sama, sebagaimana tercermin dari peningkatan pertumbuhan kredit investasi yang merupakan salah satu sumber pembiayaan investasi yang meningkat dari 15,15% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 26,06% (yoy). Meskipun dua indikator lainnya yaitu perkembangan penjualan semen dan impor barang modal menunjukan perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan penjualan semen, diperkirakan berkenaan dengan berkurangnya waktu kerja pengerjaan proyek seiring kegiatan hari Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

26 I I I I I I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL libur bersama pada triwulan berjalan. Sedangkan perlambatan impor barang modal disebabkan pelaku dunia usaha sudah mempersiapkan keperluan investasi barang modal ataupun penggantian suku cadang pada triwulantriwulan sebelumnya. Grafik 1.18 Perkembangan Volume Penjualan Semen Grafik 1.19 Perkembangan Impor Barang Modal 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000 0 Penjualan Semen (ribu sak) g_penjualan Semen I II IV I II IV I II IV I II IV I II 30% 25% 20% 15% % 5% 0% 5% % 15% II IV Capital Goods II IV II IV II IV g_capital Goods II IV II (20.00) (40.00) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Bank Indonesia c. EksporImpor Kinerja perdagangan Jawa Timur pada posisi triwulan 2011 menurut publikasi BPS Jawa Timur (BPS Jatim) mencatatkan angka net ekspor sebesar Rp 5,24 trilyun yang terus menunjukan tren positif sejak triwulan awal tahun berjalan. Angka tersebut dihasilkan dari aktvitas perdagangan luar negeri yang mencatatkan net ekspor sebesar Rp 3,95 trilyun dan perdagangan antar pulau sebesar Rp 1,29 trilyun. Sementara itu, aktivitas perdagangan luar negeri Jawa Timur yang bersumber dari aplikasi Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan Permohonan Impor Barang (PIB) masih mencatatkan net ekspor yang negatif. Pada triwulan berjalan mencatatkan net impor sebesar USD 668,84 juta yang didorong net impor barang modal (USD 623,18 juta) dan barang antara (USD 482,04 juta). Sedangkan barang konsumsi mencatatkan net ekspor sebesar USD 436,38 juta. Net impor barang modal dan barang antara kurang diimbangi dengan nilai tambah dari keduanya untuk memperbesar ekspor barang konsumsi. Hal ini diyakini karena industri Jatim dari produk yang dihasilkan disamping memenuhi permintaan ekspor juga untuk memenuhi kebutuhan Jawa Timur sendiri maupun daerah lainnya. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

27 I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL (20.00) 0 (40.00) II IV II IV II IV II IV II IV II I I I I I Grafik 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim Grafik 1.21 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim T r i l i u n R p Net Ekspor Luar Negeri Net Ekspor Antar Pulau Net Ekspor I II IV I II IV I II IV I II IV I II , (200.00) NET EKSPOR (USD Juta) Net Capital Goods Net Intermediate Goods Net Consumption Goods I II IV I II IV I II IV I II IV I II IV I II (400.00) (600.00) 6 (800.00) Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Per Jenis Barang Grafik 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, (.00) (20.00) (30.00) g_total Ekspor g_capital Goods (rhs) g_intermediate Goods (rhs) g_consumption Goods (rhs) I II IV I II IV I II IV I II IV I II IV I II (50.00) (0.00) II IV II IV II IV II IV II IV II IV I I I I I I I Sumber: BPS Jatim Sumber: Bank Indonesia Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods II Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Impor 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Total Ekspor g_total Ekspor (20) (40) Total Impor g_total Impor I II IV I II IV I II IV I II IV I II IV I II Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

28 I I I I I I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.26 Nilai Impor per Jenis Barang Grafik 1.27 Pertumbuhan Impor per Jenis Barang 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods II IV II IV II IV II IV II IV II % y o y (20) g_total Impor g_capital Goods (rhs) g_intermediate Goods (rhs) g_consumption Goods (rhs) I II IV I II IV I II IV I II IV I II IV I II (20) (40) (40) (60) Sumber: Bank Indonesia Indikator lainnya juga tercermin dari menurunnya arus bongkar muat kontainer baik yang ditujukan untuk pasar internasional masupun domestik yang secara total tumbuh negatif sebesar 4,31% (yoy) menjadi sebanyak Teus. Grafik 1.28 Statistik Kontainer di Tanjung Perak Grafik 1.29 Statistik DischargeLoaded di Tanjung Perak 400, , , , , ,000 0,000 50,000 Total Kontainer gtotal Kontainer I II IV I II IV I II IV I II (5.00) (.00) (15.00) (20.00) 200, , , , ,000 0,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Discharge Loaded gdischarge gloaded I II IV I II IV I II IV I II (.00) (20.00) (30.00) TEUS TEUS Sumber: PT X, Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

29 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.30 Statistik Kontainer Internasional Grafik 1.31 Statistik Kontainer Domestik 160, , ,000 0,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Discharge gdischarge Loaded gloaded (.00) (20.00) 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000,000 5,000 Discharge gdischarge Loaded gloaded (20.00) (40.00) I II IV I II IV I II IV I II (30.00) I II IV I II IV I II IV I II (60.00) TEUS TEUS Sumber: PT X, Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak Berdasarkan negara tujuan, ekspor luar negeri Jatim pada triwulan 2011 lebih dominan pada negara Jepang, China, Amerika Serikat dan Malaysia dengan tren yang cenderung meningkat. Sementara ekspor ke negaranegara di Eropa khususnya Belanda, Italia, Perancis & Spanyol dengan tren yang cenderung menurun. Hal ini disebabkan belum pulihnya krisis ekonomi yang melanda beberapa negara di Eropa. Peningkatan tren ekspor ke Jepang didominasi oleh komoditas barangbarang dari logam tidak mulia, disusul alat listrik, kertas, kayu olahan dan udang beku. Sedangkan komoditas ekspor Jatim ke Amerika Serikat didominasi barang dari logam tidak mulia, meubel, makanan olahan, kertas dan udang beku. Sementara ekspor ke negara di Eropa didominasi hasil industri lainnya, bahan kimia, kayu olahan, kertas dan kopi. Namun patut diwaspadai tren penurunan ekspor untuk komoditas meubel di negara Aemerika Serikat maupun Eropa. Grafik 1.32 Struktur Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur Grafik 1.33 Struktur Ekspor ke Beberapa Negara Eropa C. INDIA EUROPE Q32011 EAST EUROPE Q32011 Q22011 C. R.R.C C. JAPAN SINGAPORE MALAYSIA Q22011 C. RUSSIA SPAIN ITALY FRANCE Q320 C. UNITED STATES OF AMERICA AFRICA Q320 NETHERLANDS UNITED KINGDOM Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

30 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.34 Komoditas Ekspor ke Amerika Serikat Grafik 1.35 Komoditas Ekspor Jatim ke Eropa Q32011 HASIL INDUSTRI LAINNYA KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS Q32011 HASIL INDUSTRI LAINNYA KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS BAHAN KIMIA Q22011 MEUBEL DAN BAGIANBAGIANNYA MAKANAN OLAHAN Q22011 MEUBEL DAN BAGIANBAGIANNYA MAKANAN OLAHAN TEKSTIL Q320 BARANG DARI LOGAM TIDAK MULIA Q320 KAYU OLAHAN KOPI UDANG SEGAR/BEKU Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Grafik 1.36 Komoditas Ekspor ke Jepang Q32011 Q22011 Q320 HASIL INDUSTRI LAINNYA KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS ALAT LISTRIK, UKUR, FOTOGRAFI, DLL BARANG DARI LOGAM TIDAK MULIA KAYU OLAHAN UDANG SEGAR/BEKU Sumber: Bank Indonesia 1.3. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan 2011 masih didorong oleh tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), Industri Pengolahan dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga sekitar 72,51% terhadap PDRB Jawa Timur. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan 2011

31 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.37 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Grafik 1.38 Pertumbuhan Sektor Pendukung Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel & Restoran gpertanian (rhs) gindustri Pengolahan (rhs) gperdagangan, Hotel & Restoran (rhs) Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasajasa gpengangkutan & Komunikasi (rhs) gkeuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (rhs) gjasajasa (rhs) Triliun Rp Triliun Rp I II IV I II IV I II IV I II IV I II 0.00 I II IV I II IV I II IV I II IV I II Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Grafik 1.39 Pertumbuhan Sektor Pendukung Pertambangan dan Penggalian Bangunan glistrik, Gas & Air Bersih (rhs) Listrik, Gas & Air Bersih gpertambangan dan Penggalian (rhs) gbangunan (rhs) Triliun Rp I II IV I II IV I II IV I II IV I II (2.00) Sumber: BPS Jawa Timur Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai angka 9,29% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,96%. Sedangkan sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian tumbuh melambat masingmasing sebesar 5,67% dan 4,52% dengan kontribusi masingmasing sebesar 1,41% dan 0,65% terhadap pertumbuhan ekonomi Jatim. Sedangkan sektor pendukung mencatatkan perlambatan pertumbuhan kecuali sektor jasajasa yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 5,96%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

32 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia Surabaya, tingkat utilisasi kapasitas produksi di Jawa Timur tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 73,6% menjadi 74,5%, disebabkan pelaku usaha masih mengoptimalkan kegiatannya untuk memenuhi permintaan seasonal (momentum bulan Ramadhan dan Idul Fitri). Grafik 1.40 Utilisasi Kapasitas Produksi Grafik 1.41 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral % 60 Total Pertambangan Listrik Gas Air Bersih Pertanian Industri Pengolahan I II IV I II IV I II IV I II IV I II IV I II I II IV I II IV I II IV I II IV I II IV I II Sumber: SKDU BI Surabaya Optimalisasi kapasitas terpakai juga terkonfirmasi dengan penurunan angka indeks realisasi usaha hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), yaitu dari 26,35 menjadi 8,49. Sedangkan indeks realisasi usaha secara sektoral angka tertinggi masih ditempati Sektor PHR, menandakan sektor ini masih cukup prospektif, mengingat Jawa Timur yang menjadi penghubung perdagangan dengan daerah di Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Grafik 1.42 Indeks Realisasi Usaha Grafik 1.43 Indeks Realisasi Usaha Sektoral S B T I II IV I II IV I II IV I II IV I II IV I II S B T Pertanian Industri Pengolahan PHR I II IV I II IV I II IV I II IV I II Indeks Realisasi Usaha Sumber: SKDU BI Surabaya Sumber: SKDU BI Surabaya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

33 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 8,86% menjadi 9,29% (yoy), seiring meningkatnya aktivitas perdagangan dan pariwisata pada triwulan berjalan. Berdasarkan subsub sektornya, sektor Perdagangan Besar dan Eceran mencatatkan percepatan pertumbuhan tertinggi dari 7,92% menjadi sebesar 9,23% (yoy). Sedangkan sub sektor Hotel dan Restoran mencatatkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, yang masingmasing menjadi sebesar 8,49% dan 9,74%. Peningkatan subsektor Perdagangan pada triwulan berjalan didorong oleh peningkatan permintaan produk Jatim dari luar pulau, khususnya dari Indonesia Timur. Permintaan produk pada triwulan ini didominasi oleh produk untuk memenuhi kebutuhan hari raya Idul Fitri. Peningkatan permintaan ativitas perdagangan baik dalam wilayah Jatim maupun luar pulau, juga dipicu adanya tambahan pendapatan masyarakat yang berasal dari Tunjangan Hari Raya bagi yang berpenghasilan tetap. Grafik 1.44 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim Grafik 1.45 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 60 6 % H A R I Asing Indonesia TOTAL TPK Hotel Berbintang Jatim Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Selanjutnya, Subsektor Hotel pada triwulan ini menunjukkan perlambatan pertumbuhan yaitu dari 9,79% menjadi 8,49, sejalan dengan indikator tingkat hunian hotel, lama tinggal tamu dan konsumsi listrik golongan bisnis yang menunjukan tren penurunan. Hal tersebut diyakini bahwa momentum liburan kegiatan keagamaan yang terjadi pada triwulan berjalan, lebih dimanfaatkan untuk berinteraksi di lingkungan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

34 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL tempat tinggal. Hal tersebut sejalan pula dengan perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor restoran yang turun dari 13,82% menjadi 9,74% (yoy). Grafik 1.46 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda Grafik 1.47 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis O R A N G 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Jumlah Wisman Melalui Juanda K W h Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan 30% 25% 20% 15% % 5% % 0% 5% 0 0 % % Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur Dari sisi pembiayaan, kinerja kredit pada sektor PHR tumbuh melambat dari 17,% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,45% (yoy). Berdasarkan informasi di lapangan, sebagian besar permodalan sektor PHR berasal dari modal sendiri (subsektor perdagangan dan restoran) dan PMA (untuk subsektor hotel). Grafik 1.48 Perkembangan Kredit PHR 45,000,000 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000,000,000 5,000,000 Kredit Perdagangan, Hotel & Restoran gkredit PHR (rhs) I II IV I II IV I II IV I II IV I II 35% 30% 25% 20% 15% % 5% 0% 5% Sumber: BI, Laporan Bulanan Bank Umum Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

35 I I I I I I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL b. Sektor Industri Pengolahan Industri Pengolahan pada triwulan 2011 mengalami pertumbuhan yang masih relatif stabil, meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 6,01% menjadi 5,67%. Sub sektor industri makanan, minuman & tembakau, industri kertas da industri logam dasar, masih menjadi pendorong pertumbuhan di sektor ini, yang masingmasing mencatatkan percepatan pertumbuhan menjadi 6,19%, 6,27% dan 4,66%. Sedangkan sub sektor lainnya mencatatkan perlambatan pertumbuhan seperti industri pupuk, industri semen & industri tekstil. Bahkan terjadi pertumbuhan negatif untuk industri kayu yaitu dari 6,32% menjadi 1,59%. Sulitnya aksesibilitas bahan baku untuk industri ini disertai penurunan permintaan dari negara tujuan dampak dari krisis yang masih berlanjut, diyakini menjadi penyebab turunnya pertumbuhan di sub sektor industri ini. Grafik 1.49 Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan Grafik 1.50 Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku IV20 I2011 II ,000 4,500 4,000 Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods 5 3,500 3,000 2, ,000 1,500 1, II IV II IV II IV II IV II IV II Sumber: BPS Prov.Jawa Timur Sumber: Bank Indonesia Grafik 1.51 Perkembangan Pertumbuhan Impor Impor Barang Bahan Baku Grafik 1.52 Perkembangan Konsumsi BBM Industri % y o y g_total Impor g_capital Goods (rhs) g_intermediate Goods (rhs) g_consumption Goods (rhs) (20) 160, , ,000 0,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Solar gsolar (rhs) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q (50.00) 40 (40) (60) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

36 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan indikator pendukung, juga menunjukan terjadinya penurunan di sektor industri pengolahan, diantaranya penurunan impor barang antara dan penurunan konsumsi listrik dari golongan industri serta konsumsi BBM untuk industri. Namun sebaliknya, sumber pembiayaan untuk sektor ini menunjukan perbaikan pertumbuhan yaitu dari meningkat sebesar 12,37% pada triwulan sebelumnya meningkat menjadi sebesar 16,88% (yoy) pada triwulan berjalan. Grafik 1.53 Konsumsi Listrik Golongan Industri Grafik 1.54 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan K W h Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan % 15% % 5% 0% 5% % 15% % 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000,000,000 Kredit Industri Pengolahan gkredit Industri Pengolahan (rhs) 60% 50% 40% 30% 20% % 0% I II IV I II IV I II IV I II IV I II Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur Sumber: Laporan Bulanan Perbankan c. Pertanian Kinerja Sektor Pertanian mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari tumbuh sebesar 5,11% menjadi 4,52% (yoy). Hampir semua sub sektor mengalami perlambatan pertumbuhan, kecuali sub sektor tanaman bahan makanan yang mencatatkan perbaikan pertumbuhan dari 5,17% menjadi 5,62% (yoy), dan sub sektor kehutanan dari 4,83% menjadi 7,62% (yoy). Indikator meningkatnya sub sektor tanaman bahan makanan, diantaranya tercermin dari kenaikan luas areal panen padi pada triwulan 2011 sebanyak 0,28% (yoy). Namun demikian, yang patut untuk diwaspadai adalah penurunan produksi padi di tahun 2011 dibandingkan tahun 20. Dari prediksi angka ramalan (ARAM ) dari BPS Jatim, jumlah produksi padi tahun 2011 hanya sebanyak,53 juta ton, yang menandakan terjadi penurunan produksi sebanyak 9,53% dibadningkan produksi padi di tahun 20 yang tercatat sebanyak 11,64 juta ton padi. Sehingga perlu disikapi agar tidak mengganggu pasokan yang dapat mendorong terjadinya kenaikan harga. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

37 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Penurunan produksi padi tersebut diantaranya disebabkan penurunan luas areal panen sebanyak 18,27 ribu Ha dan penurunan produktivitas padi sebesar 8,69% yaitu dari 59,29 kuintal per hektar menjadi 54,14 kuintal per hektar. Grafik 1.55 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur Grafik 1.56 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian 1,000, , , , ,000 Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha) I II IV I II IV I II IV I II IV I II IV I II IV I II 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 Kredit Pertanian gkredit Pertanian (rhs) I II IV I II IV I II IV I II IV I II 60% 50% 40% 30% 20% % 0% % 20% 30% 40% 50% Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sementara itu, sumber pembiayaan di sektor pertanian sebagaimana terindikasi dari penyaluran kredit untuk sektor dimaksud menunjukkan tren peningkatan sejak akhir tahun 20 meskipun dengan angka penyaluran kredit yang masih relatif minim dibandingkan dengan kredit ke sektorsektor lainnya. Oleh karena itu, pentingnya peningkatan penyaluran kredit di sektor ini perlu menjadi perhatian dari berbagai pihak, termasuk melakukan strategi antara lain melalui optimalisasi peran lembaga penjaminan kredit daerah. d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Pada triwulan 2011, kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa, masih relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun sedikit tumbuh melambat yaitu dari sebesar 8,50% menjadi 8,17% (yoy). Semua sub sektor mengindikasi perlambatan pertumbuhan yaitu bank, lembaga keuangan bukan bank dan sewa bangunan, kecuali sub sektor jasa perusahaan yang menunjukan perbaikan pertumbuhan yang meningkat dari 3,43% menjadi 4,74%. Namun demikian, dari beberapa indikator perbankan yang menjadi penopang pembiayaan berbagai sektor ekonomi, masih cenderung menunjukan peningkatan diantaranya pertumbuhan penyaluran kredit dan net interest margin. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

38 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.57 Grafik 1.58 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur 35% 30% gdana Pihak Ketiga gkredit 1,800,000 1,600,000 Nilai Net Interest Margin (NIM) gnet Interest Margin (NIM) 160% 140% 1,400, % 25% 20% 15% % 1,200,000 1,000, , , ,000 0% 80% 60% 40% 20% 0% 5% 200,000 20% 40% 0% Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Grafik 1.59 Perkembangan FeeBased Income Grafik 1.60 Perkembangan InterestBased Income 600, , , , ,000 Fee Based Income g.fee Based Income 60% 50% 40% 30% 20% % 0% 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 Interest Based Income g.interest Based Income 50% 40% 30% 20% % 0, % 20% 30% 1,000, % % Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan e. Bangunan Kinerja sektor bangunan pada triwulan 2011 menunjukan perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari,98% menjadi 8,90%(yoy). Hal tersebut juga terindikasi penurunan pertumbuhan volume penjualan semen. Sementara itu, sumber pembiayaan di sektor ini cenderung menunjukan peningkatan pertumbuhan baik untuk kredit konsutruksi maupun kredit properti. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

39 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.61 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur Grafik 1.62 Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 Penjualan Semen (ribu sak) g_penjualan Semen 30% 25% 20% 15% 6,000,000 5,000,000 4,000,000 Kredit Konstruksi gkredit Konstruksi (rhs) 60% 50% 40% 30% 1,000,000 % 3,000,000 20% 800, , ,000 5% 0% 5% 2,000,000 1,000,000 % 0% % 200,000 0 I II IV I II IV I II IV I II IV I II % 15% I II IV I II IV I II IV I II IV I II % Sumber: Asosisasi Semen Indonesia Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Grafik 1.63 Perkembangan Kredit Properti Grafik 1.64 Perkembangan Kredit Properti per Jenis 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% Kredit Property gkredit Propertirhs 25,000,000 20,000,000 15,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 rukan & ruko di atas type 70 kpa; kpr s.d type 70 Property ( Investasi) 30.00%,000,000,000,000 Property (Modal Kerja) 20.00%.00% 5,000,000 5,000, % I II IV I II IV I II IV I II IV I II I II IV I II IV I II IV I II IV I II Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan f. Transportasi dan Komunikasi Kinerja sektor Transportasi dan Komunikasi pada triwulan 2011 menunjukan perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari,66% menjadi 9,08% (yoy). Hal yang sama juga terjadi di sub sektor transportasi dan sub sektor komunikasi. Indikator penurunan di sektor ini, salah satunya tercermin dari menurunnya jumlah penumpang wisatawan mancanegara yang masuk melalui Pelabuhan Udara Juanda Surabaya. Sementara sumber pembiayaan di sektor ini dari perbankan justru menunjukan sebaliknya yang tumbuh positif sejak triwulan awal di tahun berjalan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

40 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.65 Penumpang Internasional di Bandara Juanda Grafik 1.66 Perkembangan Kredit Angkutan & Komunikasi 20,000 18,000 16,000 6,000,000 5,000,000 Kredit Pengangkutan & Komunikasi gkredit Pengangkutan & Komunikasi (rhs) 60% 50% O R A N G 14,000 12,000,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Jumlah Wisman Melalui Juanda 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 40% 30% 20% % I II IV I II IV I II IV I II IV I II 0% Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Sumber: Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

41 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BOKS 1 DAMPAK PELEMAHAN EKONOMI NEGARA MAJU TERHADAP KINERJA EKSPOR JAWA TIMUR Dalam rangka menggali informasi dampak pelemahan ekonomi negara maju khususnya Amerika Serikat dan Eropa terhadap kinerja ekspor Jawa Timur, dilakukan kegiatan phone survey ini melibatkan perusahaan yang telah menjadi responden liaison 1 di wilayah Jawa Timur (KBI Surabaya, Malang, Kediri dan Jember) sebanyak 31 perusahaan dan total nilai omset di atas 50 trilyun rupiah. Pemilihan responden dilakukan berdasarkan wilayah tujuan pemasaran produk yaitu untuk pangsa pasar ekspor atau luar negeri ke negara maju yang mengalami pelemahan ekonomi yaitu Amerika Serikat dan negara di kawasan Eropa. Selanjutnya untuk memperdalam analisis dalam kajian ini, juga dilakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan beberapa pihak antara lain Pemprov Jatim (Dinas Perindustrian & Perdagangan Provinsi Jatim & Biro Perekonomian Prov. Jatim), Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI), Kadin Jatim & Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jawa Timur. a. Demografi Responden Survei dilakukan pada 17 perusahaan (55%) dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan 14 perusahaan (45%) Penanaman Modal Asing (PMA). Dengan demikian komposisinya hampir seimbang, yaitu PMA sebanyak 45% dan PMDN 55%. Berdasarkan nilai aset yang dimiliki, mayoritas responden berada dalam kelompok dengan aset senilai 20 s.d 500 Milyar Rupiah, yang mencapai 68% atau 21 perusahaan. Selanjutnya, terdapat 2 perusahaan atau 6% dari total responden memiliki aset pada rentang 500 Milyar 1 Trilyun Rupiah. Sisanya sebanyak 26% atau 8 perusahaan memiliki aset lebih dari 1 Trilyun Rupiah. Grafik 1 Komposisi Status Perusahaan Responden PMDN, 55% PMA, 45% Grafik 2 Komposisi Aset/ Volume Usaha Perusahan Responden Responden Milyar, 68 % > 1 Triliun, 26 % 501 Milyar 1 triliun, 6% % % Grafik 3 Komposisi Komoditas Ekspor Perusahaan Responden Furniture,bedding,lamps illum.signs Prep. of meat,fish,crust., molluscs Paper and paperboard Elect. machinery, sound rec., tvetc Wood and articles of wood Nuclear react.,boilers,mech. appli. Articles of apparel acces. not knit Cocoa and cocoa preparations 3% % % 3% Fish,crustaceans,moluscs,oth.invert Plastics and articles thereof Organic chemicals Musical instruments Footwear; part of such articles. Articles of iron and steel Coffee, tea, mate and spices Tobacco and manufc. tobacco subst. 3% 16% 13% 6% 3% 6% 6% Hasil Survei 1. Tren Perkembangan Ekspor Perusahaan Mayoritas responden phone survey menjawab bahwa kinerja ekspor perusahaan hingga triwulan 2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 20. Peningkatan permintaan cenderung didominasi oleh negara Amerika Serikat, sedangkan beberapa negara di kawasan Eropa mulai mengalami perlambatan. 1 Liaison adalah survey Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

42 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Jika dibandingkan dengan kinerja pasca krisis keuangan global tahun 2008, kinerja ekspor Jatim pada dua kawasan ini cenderung mengalami perbaikan. Meskipun di awal krisis sempat menurun, namun di pertengahan tahun 2009, kembali membaik yang disebabkan ratarata produk ekspor utama Jatim merupakan jenis barang primer, seperti mamin, tembakau, alas kaki serta mebel/furniture. Beberapa alasan penurunan kinerja ekspor Jatim disampaikan justru berasal dari gangguan dari supply bahan baku dalam negeri, seperti yang dialami oleh industri seafood dan produk olahannya, tembakau serta mebel/furniture. Selain itu, kinerja ekspor tembakau dan olahannya mengalami gangguan sebagai akibat pemberlakuan peraturan pembatasan impor rokok kretek oleh negara tujuan, seperti Amerika Serikat dan Eropa, disertai gencarnya kampanye anti rokok. Grafik 4 Tren Perkembangan Ekspor Responden Grafik 5 Dampak Pelemahan Ekonomi Eropa & Amerika Meningkat, 48% Tetap, 29 % Lainnya, % Ya, Ekspor Turun, 22% Menurun, 23% Tidak, Ekspor Baik, 68% 2. Dampak Pelemahan Ekonomi di Eropa dan Amerika pada kinerja ekspor 68% responden menjawab bahwa kinerja ekspor Jatim secara keseluruhan masih stabil/baik dibandingkan periode sebelumnya. Meskipun kawasan Amerika Serikat dan Eropa masih mendominasi daerah tujuan ekspor responden, namun permintaan keduanya masih stabil/baik. Namun demikian, terdapat kinerja perusahaan ekspor yang menurun dalam rentang 2% %, dengan daerah tujuan beberapa negara yang mengalami pelemahan ekonomi, seperti Mesir dan Italia. Selain itu, beberapa perusahaan (7 responden atau komposisi 22%) dengan pangsa ekspor ke Asia dan Australia mengalami penurunan kinerja 2% 5%, sebagai akibat tingginya tingkat persaingan ekspor dengan Cina. Sementara itu, 2 (dua) perusahaan atau komposisi % responden menjawab lainnya, yaitu bahwa tingginya tingkat persaingan dan fluktuasi nilai rupiah turut mempengaruhi kinerja ekspor perusahaan di sepanjang tahun Strategi Diversifikasi Negara Tujuan Ekspor Dari 31 responden, 65% reponden menyatakan belum melakukan strategi diversifikasi hingga triwulan Hal ini dikarenakan permintaan ekspor masih relatif stabil dan kapasitas terpasang berada dalam kondisi optimum. Sedangkan, sisanya sebanyak 35% mengungkapkan telah melakukan strategi diversifikasi pasar, khususnya ke negara di kawasan Asia dan Afrika, seperti Cina, Thailand, Jepang dan Afrika Selatan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

43 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Dari 11 perusahaan yang melakukan diversifikasi ekspor, 8 perusahaan melakukan strategi diversifikasi negara tujuan ekspor untuk memperluas pasar. Sedangkan 3 responden melaksanakan strategi ini guna mengganti pasar ekspor yang menurun. Ketiga responden ini mengungkapkan bahwa strategi diversifikasi telah dilakukan sejak tahun 2009 pasca krisis keuangan global terutama sejak tren menurunnya kinerja ekspor ke Amerika Serikat. Mayoritas responden (70%) melakukan strategi diversifikasi yang termasuk kategori lainnya, dalam kegiatan yang beragam, seperti membuka kantor perwakilan di negara lain, bekerjasama dengan broker/kolega atau meningkatkan daya saing produk. Sedangkan reponden lainnya enjawab telah melakukan strategi pendekatan birokrasi pada perwakilan dagang di Jawa Timur,melakukan pameran dagang di negara tujuan dengan biaya sendiri dan membuat prototype produk baru sesuai kebutuhan negara tujuan. Sedangkan pilihan jawaban melakukan strategi diversifikasi dengan melakukan pameran dagang di negara target diversifikasi menggunakan biaya pemerintah tidak mendapat respon. Hal ini mengindikasikan minimnya pameran dagang yang dilakukan pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Pasca pelaksanaan strategi diversifikasi ini, mayoritas perusahaan (70%) mengalami kenaikan permintaan ekspor, sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor secara keseluruhan. Namun terdapat salah satu perusahaan yang menyampaikan bahwa strategi tersebut tidak terlalu efektif. Hal ini diduga karena perusahaan memanfaatkan jasa broker, sehingga menjadi tidak maksimal dibandingkan dengan strategi lainnya. Keterbatasan modal menjadi alasan perusahaan memilih melakukan strategi ini. Dari 11 responden, 2 responden memilih jawaban lainnya, yang disebabkan ketika pesanan datang, kapasitas produksi terpasang perusahaan sudah maksimum, sehingga pada akhirnya gagal memenuhi permintaan baru tersebut. Grafik 6 Pelaksanaan Strategi Diversifikasi Negara Tujuan Ekspor Tidak Diversifikasi Pasar, 65% Diversifikasi Pasar, 35% Tujuan Diversifi kasi Strategi Diversifikasi Dampak Diversifikasi Grafik 7 Tujuan, Strategi & Dampak Diversifikasi Negara Tujuan Ekspor Mengganti Pasar yang turun Perluasan Pasar Lainnya prototype pendekatan perwakilan dagang Pameran dagang biaya sendiri Lainnya Tidak terlalu efektif Meningkatkan ekspor % komposisi responden Ekspektasi Kinerja Ekspor di tahun 2011 dan 2012 Secara keseluruhan ekspektasi responden untuk kinerja eskpor perusahaan di sepanjang tahun 2011 dan 2012 cenderung mengalami perbaikan. Sebagaimana ditunjukkan dalam grafik 8, terlihat bahwa terdapat perbaikan jumlah responden yang optimis bahwa kinerja ekspor di sepanjang tahun 2011 berada dalam kondisi meningkat (48%) dan stabil (39%). Kondisi ini lebih baik dibandingkan tren perkembangan ekspor responden hingga triwulan 2011, dengan kondisi meningkat (50%) dan stabil (28%). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

44 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 0% 80% 60% 40% 20% 0% Grafik 7 Tujuan, Strategi & Dampak Diversifikasi Negara Tujuan Ekspor 22% 28% Ekspektasi responden kembali meningkat di tahun 2012, meskipun beberapa produk ekspor ke negara tujuan di kawasan Eropa yang mengalami pelemahan ekonomi mulai menunjukkan tren penurunan di triwulan 2011, namun para responden optimis dengan strategi diversifikasi yang telah dilakukan sejak tahun Optimisme responden diindikasikan dengan meningkatnya jumlah responden dengan ekspektasi kinerja ekspor meningkat (61%) dan stabil (29%). Sedangkan responden dengan ekspektasi negatif terus mengalami penurunan dari posisi triwulan 2011 sebanyak 22% menjadi 13% (tahun 2011) dan turun kembali menjadi % (untuk tahun 2012). Selanjutnya hasil Focus Group Discussin (FGD) yang dilakukan bersama pihak Pemprov Jatim bersama asosiasi pengusaha di Jatim diperoleh beberapa informasi bahwa Pasca penurunan kinerja ekspor Jatim di pertengahan tahun 2009, Pemprov Jatim telah melakukan berbagai upaya strategi diversifikasi negara tujuan, khususnya ke kawasan Asia, Afrika, Timur Tengah dan Amerika Latin. Strategi ini dilakukan dengan melakukan pendekatan birokrasi pada perwakilan dagang di Indonesia dan negara tujuan serta mengikuti pameran dagang skala nasional dan internasional. Kekhawatiran terkait melemahnya perekonomian negara maju disikapi oleh Pemprov Jatim dengan meningkatkan kerjasama ke perusahaan ekspor, baik dengan melakukan strategi diversifikasi negara tujuan maupun perbaikan daya saing produk. 50% 48% 13% % 39% Sementara itu dari pihak pengusaha menyampaikan bahwa tantangan terbesar yang dihadapi pengusaha saat ini justru permasalahan peningkatan daya saing produk guna menghadapi makin ketatnya persaingan dengan Cina. Terbatasnya bahan baku, tingginya suku bunga pinjaman usaha dan mahalnya biaya pengiriman hingga ke negara tujuan turut memperlemah posisi daya saing produk ekspor Jatim. Guna memperbaiki kondisi ini, pihak pengusaha mengusulkan 29% 61% s.d * 2012** menurun tetap meningkat beberapa hal seperti Perbaikan kebijakan perdagangan yang mendukung dan memperluas supply bahan baku dalam negeri; Perbaikan infrastruktur baik jalan, pelabuhan dan bandara guna menekan biaya pengiriman bahan baku dan produk jadi; Penurunan suku bunga pinjaman usaha, guna meringankan beban biaya produksi ; Dukungan pihak perbankan dalam pelaksanaan strategi diversifikasi produk, seperti yang dilakukan pihak perbankan Cina yang siap mendampingi para pengusaha pada saat kunjungan ke negara tujuan ekspor baru; serta Peningkatan alokasi anggaran pemerintah pusat dan daerah pada upaya strategi diversifikasi negara tujuan ekspor dan peningkatan daya saing produk (pada teknik produksi, pengemasan dan pengiriman produk). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan

45 Bab 2 PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR

46 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM Inflasi Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 7 1 kota pada triwulan 2011 tercatat sebesar 2,05%(qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (0,26%). Namun demikian, jika dianalisa secara tahunan (year on year) inflasi Jatim masih berada dalam tren perlambatan dan mengarah pada batas bawah sasaran inflasi nasional tahun Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1432H yang berlangsung pada periode laporan (AgustusSeptember 2011) menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan inflasi, disamping masih adanya berbagai faktor lainnya yang berasal dari sisi internal maupun eksternal. Selanjutnya, beberapa kelompok barang utama penyumbang inflasi pada periode ini adalah kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok pendididikan, rekreasi dan olah raga. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) Grafik 2.2.Perkembangan Inflasi Jawa Timur %(yoy) Inflasi Jatim (7 Kota) Inflasi Nasional (66 Kota) % inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Bulanan (mtm) Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Secara bulanan (month to month/ mtm) inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 0,98% (mtm), lebih tinggi dibandingkan Juli dan September yang masingmasing sebesar 0,58% dan 0,47% (mtm). Periode bulan puasa/ramadhan serta tahun ajaran baru yang berlangsung pada bulan Agustus menyebabkan inflasi pada bulan tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan kedua bulan lainnya di triwulan kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar,87%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

47 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Meskipun masih berada diatas level inflasi nasional, secara umum inflasi Jatim bergerak searah dengan tren inflasi nasional yang sedang melambat. Namun demikian, jika dibandingkan dengan provinsi lain di kawasan Jawa, Jatim masih mencatat inflasi tertinggi (Grafik 2.3). Sementara itu, secara kumulatif atau year to date (ytd) inflasi Jatim sampai dengan akhir 2011 mencapai 3,33%. Berdasarkan kota pembentuk Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur, seluruhnya menunjukkan pencapaian inflasi kumulatif yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 20. Berturutturut dari yang tertinggi yaitu kota Surabaya (3,86%), Probolinggo (3,15%), Malang, (2,90%), Kediri (2,58%), Sumenep (2,58%), Madiun (2,58%) dan Jember (1,40%). Tabel 2.1 Inflasi Kumulatif (ytd) 7 Kota di Jawa Timur Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) % (yoy) WILAYAH I II IV I II Nasional Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Jatim Jateng Banten Jabar DIY I II IV I II Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah 2.2 INFLASI BULANAN (mtm) Laju inflasi di sepanjang triwulan 2011 diwarnai dengan inflasi yang berada dibawah ratarata inflasi bulanan pada periode yang sama di 20, kecuali untuk kelompok sandang dan kelompok makanan, minuman dan tembakau. Secara berturutturut inflasi bulanan pada bulan Juli, Agustus, September sebesar 0,58%, 0,98% dan 0,47%. Relatif tingginya inflasi pada kelompok sandang disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan sebagai pengaruh dari faktor eksternal peningkatan harga emas internasional yang masih terus berlangsung sebagai dampak dari pelemahan perekonomian global. Semantara itu tingginya inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau terutama disumbang oleh kenaikan harga berbagai jenis rokok (rokok kretek, rokok kretek filter, rokok putih) sebagai Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

48 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI penyesuaian harga atas kebijakan kenaikan cukai rokok yang ditetapkan di awal tahun 2011 melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 190/PMK.011/20. No Tabel 2.2 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) pada Triwulan Tahun Kelompok Barang Laju Inflasi di bulan Juli sebesar 0,58% (mtm), didorong oleh kenaikan harga pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang. Tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipicu oleh harga beras yang meningkat 8,29% dari bulan sebelumnya dengan sumbangan inflasi sebesar 0,43%, disusul oleh daging ayam ras (9,52%) dan telur ayam ras (6,97%) yang memberikan sumbangan inflasi masingmasing sebesar 0,% dan 0,07%. Kenaikan harga beras berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) di beberapa kota besar di Jawa Timur diyakini sebagai respon atas mulai berkurangnya pasokan beras pasca panen raya serta cukup tingginya permintaan beras dari luar provinsi. Kondisi tersebut menyebabkan tingginya harga beras sejak dari level petani yang juga dikonfirmasi dengan rendahnya realisasi pengadaan beras oleh Bulog Divre Jawa Timur. Sampai dengan akhir triwulan 2011 Bulog Jawa Timur baru dapat menyerap beras sebesar ±40% dari total target pengadaan beras tahun 2011 yang ditargetkan sebesar 700 ribu ton. Sementara itu sumbangan inflasi dari kelompok sandang yang juga cukup tinggi pada bulan Juli berasal dari komoditas emas perhiasan yang mencatat kenaikan indeks harga sebesar 1,81% atau memberi sumbangan inflasi sebesar 0,05%. Ratarata 20 Ratarata 2011 Juli Agust Sept Juli Agust Sept UMUM Bahan Makanan Makanan, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan,Listrik, gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transportasi, Komunikasi, & Js Keuangan Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Grafik 2.4 Inflasi Juli 2011 Berdasarkan Kelompok Barang Inflasi mtm (%) 1.50 UMUM Bahan Makanan 1.60 Mamin, Rokok & Tbakau Perumahan,LGBB 1.40 Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

49 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.5 Inflasi Agustus Berdasarkan Kelompok Barang Inflasi mtm (%) UMUM Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tbakau Perumahan,LGBB Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Bulan Ramadhan 1432 H yang jatuh pada bulan Agustus 2011 sebagaimana pola seasonal (musiman) diikuti dengan peningkatan inflasi. Tercatat inflasi di bulan Agustus sebesar 0,98% (mtm) atau lebih tinggi dari inflasi Juli (0,58%). Tingginya inflasi terutama disumbang oleh kelompok sandang (emas perhiasan) dan kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga (biaya pendidikan sekolah dasar, SLTP & SLTA), seiring dengan tibanya tahun ajaran baru (lihat Grafik 2.4). Jika dianalisa berdasarkan besarnya sumbangan inflasi dari kelompok barang, pola inflasi pada periode Ramadhan tahun ini cenderung berbeda dengan pola inflasi pada periode Ramadhan tahuntahun sebelumnya. Kelompok bahan makanan yang biasanya menjadi pendorong utama tekanan inflasi pada periode Ramadhan, tahun ini justru mencatat inflasi yang cenderung terbatas yaitu sebesar 0,41%. Rendahnya inflasi pada kelompok bahan makanan diyakini juga tidak lepas dari upaya pemerintah daerah bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di 7 2 kota untuk menghasilkan kebijakankebijakan stabilisasi harga antara lain: mendorong pelaksanaan operasi pasar, upaya memperlancar distribusi dengan meningkatkan pasokan komoditas strategis, menyampaikan himbauan kepada produsen untuk meningkatkan produksi guna mengimbangi peningkatan dari sisi permintaan serta diseminasi kepada masyarakat mengenai upaya pengendalian harga sehingga dapat mengarahkan ekspektasi inflasi kedepan, serta mensubsidi biaya angkut untuk beberapa komoditas tertentu Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Salah satu terobosan kebijakan strategis yang diterapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menahan tekanan inflasi pada periode Ramadhan pada tahun ini adalah dengan melaksanakan Program Pemberian Bantuan Biaya Angkut Bahan Pokok untuk 4 (empat) komoditas yaitu beras, gula, tepung terigu, dan minyak goreng yang berlangsung selama 1 bulan selama bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi atas kenaikan harga komoditas strategis pada harihari besar keagamaan yang biasanya mencatat kenaikan harga sebesar % s/d 2 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Jawa Timur telah terbentuk di 7 kota yang masuk dalam perhitungan inflasi nasional, yaitu TPID Jatim (kota Surabaya), TPID Malang, TPID Kediri, TPID Jember, TPID Probolinggo, TPID Madiun, dan TPID Sumenep. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

50 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 15%. Untuk program subsidi ini, Pemprov Jatim mengalokasikan dana sebesar Rp. 12,5 Milyar yang digunakan untuk mengganti biaya angkut dari produsen sampai dengan titik penjualan pada 38 kab/ kota di Jawa Timur dengan nilai maksimal sebesar Rp. 250, per kg/ liter. Pemberian subsidi ini diharapkan dapat menahan tekanan kenaikan biaya (cost push inflation) dari sisi produsen yang biasanya berlangsung pada periode Ramadhan. Grafik 2.6 Inflasi September Berdasarkan Kelompok Barang Inflasi mtm (%) UMUM Bahan Makanan 1.40 Mamin, Rokok & Tbakau Perumahan,LGBB 1.20 Sandang Kesehatan 1.00 Pendidikan 0.74 Transportasi Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Pada bulan September, pergerakan IHK di Jatim kembali melambat. Inflasi bulanan di 7 kota tercatat sebesar 0,47% (mtm), atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (0,98%). Secara umum, komponen penyumbang inflasi terbesar pada periode September tidak banyak berbeda dengan periode Agustus, namun dengan magnitude yang cenderung berkurang. Kelompok bahan makanan pada periode ini juga kembali mencatat inflasi dalam kisaran yang rendah. Tekanan kenaikan harga beras yang masih berlangsung cukup dapat ditahan oleh penurunan harga beberapa komoditas bahan makanan strategis lainnya seperti daging ayam ras (7,91%), telur ayam ras (7,27%), bawang putih ( 7,53%) dan bawang merah (7,11%). Kecukupan pasokan yang berasal dari pasar lokal maupun impor serta kembali normalnya tekanan sisi permintaan pasca bulan Ramadhan diyakini sebagai faktor pendorong penurunan harga komoditas bahan makanan. Penurunan harga telur ayam ras dan daging ayam ras disamping disebabkan oleh tidak banyaknya tekanan dari sisi permintaan, juga dipicu oleh penurunan harga pakan ayam (jagung) baik di pasar lokal maupun internasional. Grafik 2.7 Harga Jagung di Pasar Dunia Grafik 2.8 Harga Daging Ayam Ras & Telur Ayam Ras Jan 2011 Apr 2011 Harga Jagung Internasional Agst ,000 26,000 24,000 22,000 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000,000 Daging ayam ras Telur Ayam Ras May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

51 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq) Perkembangan IHK secara triwulanan sebesar 2,05% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,26%. Inflasi paling besar disumbang oleh kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga dengan sumbangan sebesar 0,48%, disusul oleh kelompok bahan makanan (0,46%) kelompok sandang (0,40%), dan kelompok makanan, minuman, rokok & tembakau. INFLASI QTQ SUMBANGAN INFLASI QTQ KELOMPOK I II I II UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & T PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAG TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Tabel 2.3 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) Grafik 2.9 Inflasi (qtq) Kel. Pendidikan, rekreasi & Olah Raga Inflasi qtq (%) Pendidikan Kursus/ Pelatihan Perlengkapan Pendidikan Rekreasi Olahraga I2011 II Sumber : Badan Pusat Statistik, data diolah Inflasi pada kelompok Pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan ini bersifat seasonal, yang utamanya berasal dari kenaikan biaya pendidikan sekolah pada tahun ajaran baru untuk Sekolah Dasar, SLTP dan SLTA yang berlangsung pada bulan JuliAgustus, serta tahun ajaran baru untuk Akademi/ Perguruan tinggi di bulan September. Selanjutnya, sumbangan inflasi juga berasal dari sub kelompok biaya kursus/ pelatihan yang bersifat komplementer dengan kegiatan pendidikan sekolah. Sementara itu inflasi triwulanan pada kelompok bahan makanan menunjukkan peningkatan dari yang semula mencatat deflasi 1,14% (qtq) di II 2011 menjadi inflasi 2,05%. Meskipun demikian, kondisi ini masih lebih baik dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun 20 sebesar 6,30%. Secara lebih spesifik, kenaikan harga beras sebesar 15,88% (qtq) di sepanjang triwulan 2011 menjadi pendorong utama inflasi pada kelompok bahan makanan. Penyebab Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

52 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI tingginya harga beras masih terkait dengan minimnya pasokan seiring dengan belum banyaknya sentrasentra pertanian padi yang mengalami panen serta penurunan produktivitas pertanian akibat kondisi cuaca (kemarau) dan gangguan hama wereng yang berlangsung sejak triwulan sebelumnya. %(qtq) Grafik 2. Inflasi (qtq) Kelompok Bahan Makanan Padipadian, umbiumbian 4.75 Daging dan Hasilhasilnya 3.54 Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil2nya Sayursayuran Sumber : Badan Pusat Statistik, data diolah Kacang kacangan 0.74 Buah buahan Bumbu bumbuan Lemak dan Minyak Penurunan produksi padi juga dikonfirmasi dengan data Angka Ramalan (Aram ) dari BPS yang memperkirakan terjadinya penurunan produksi padi di Jatim pada tahun Tercatat ARAM produksi padi Jawa Timur pada tahun 2011 mencapai,53 juta ton Gabah kering Giling (GKG), atau turun 1,11 juta ton (9,53%) dibandingkan tahun 20 (Angka Tetap/ATAP). Penurunan angka produksi disebabkan oleh penurunan luas panen padi sebesar 18,27 ribu Ha (0,93%) serta penurunan produktivitas sebesar 5,15 kuintal/ha (8,69%). Secara spesifik penurunan produksi padi diperkirakan terjadi di tiaptiap subround di tahun Pada periode JanuariApril 2011 produksi beras turun 113,53 ribu ton (1,95%), kemudian kembali turun 619,98 ribu ton atau 16,27% pada periode MeiAgustus, dan selanjutnya pada bulan SeptemberDesember 2011 diperkirakan akan kambali turun sebesar 376,66 ribu ton (18,67%). Kondisi penurunan produksi ini tentunya menjadi faktor pendorong kenaikan harga beras yang berlangsung saat ini, terlebih jika dikaitkan dengan tingginya permintaan beras dari luar provinsi Jatim. Bahan Makanan Lainnya Tabel 2.4 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Di Jawa Timur Menurut Subround Perkembangan Uraian (ARAM ) Absolut (%) Absolut (%) (1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) 1. Luas panen (ha) Januari April 1,015, ,592 1,020,369 (60,533) 5.96% 65, % MeiAgustus 649, , ,335 27, % (22,792) 3.37% SeptemberDesember 240, , ,008 92, % (61,256) 18.44% JanuariDesember 1,904,830 1,963,983 1,945,712 59, % (18,271) 0.93% 2. Produktivitas (ku/ha) Januari April % (5.04) 8.27% MeiAgustus (2.06) 3.53% (7.52) 13.36% SeptemberDesember % (1.18) 1.91% JanuariDesember % (5.15) 8.69% 3. Produksi (ton) Januari April 6,090,264 5,815,944 5,702,413 (274,320) 4.50% (113,531) 1.95% MeiAgustus 3,789,296 3,8,657 3,190,680 21, % (619,977) 16.27% SeptemberDesember 1,379,525 2,017,172 1,640, , % (376,658) 18.67% JanuariDesember 11,259,085 11,643,773,533, , % (1,1,166) 9.53% Keterangan : Kualitas Produksi Padi adalah gabah Kering Giling Sumber : BPS Jawa Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

53 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.11 Pergerakan Harga Beras di Surabaya Grafik 2.12 Pergerakan Harga Beras Internasional Rp/Kg May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Ratarata Harga Beras Sep Nov Jan Mar May Jul Sep USD/ Metrik Ton harga Beras Internasional Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Di sisi lain, tidak semua barang di kelompok bahan makanan mengalami inflasi. Masih terdapat beberapa sub kelompok yang mencatat deflasi seperti sub kelompok bumbubumbuan (23,20%), sub kelompok sayursayuran (3,73%), sub kelompok ikan diawetkan (2,91%) dan sub kelompok telur, susu dan hasilhasilnya (1,66%). Kondisi cuaca yang kondusif secara substansial mendukung produktivitas cabe merah, bawang merah, tomat di wilayah sentrasentra tanaman Hortikultura di Jawa Timur. Melimpahnya pasokan di pasar lokal juga didukung oleh masuknya beberapa komoditas pertanian seperti bawang dan kentang impor dari China dan Bangladhes. Rp/ Kg 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000,000 Grafik 2.13 Perkembangan Harga Bumbubumbuan Cabe Merah Bawang Merah Cabe Rawit Bawang Putih May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Rp/ Kg 14,000 13,000 12,000 11,000,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 Grafik 2.14 Pergerakan Harga Sayursayuran Kacang Panjang Bayam Wortel Kangkung Sawi Hijau Kentang May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Selanjutnya, sumbangan inflasi triwulanan tertinggi lainnya berasal dari kelompok Sandang yang mencatat inflasi sebesar 5,88% (qtq) atau menyumbang inflasi sebesar 0,40%, dengan di dominasi oleh kenaikan harga emas perhiasan. Kenaikan harga emas perhiasan di pasar lokal searah dengan tingginya harga emas internasional ditengah upaya investor global mengarahkan investasinya pada komoditas ini guna melindungi nilai dananya dari ketidakpastian perekonomian global. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

54 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.15 Perkembangan Harga Emas Internasional USD/ Troy Ons 2, , , , , , Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Harga Emas Internasional Sep Nov Jan Mar May Jul Sep 450, ,000 4, , , , ,000 3, , , ,000 Grafik 2.16 Perkembangan Harga Emas Perhiasan Harga Emas Perhiasan May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah Sumber: Bloomberg Kelompok selanjutnya yang memberikan sumbangan inflasi tertinggi pada periode laporan adalah kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau yang mencatat inflasi sebesar 2,23% (qtq) dengan sumbangan inflasi pada triwulan 2011 sebesar 0,30%. Faktor pendorong kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau adalah kenaikan harga rokok kretek dan rokok kretek filter di beberapa wilayah di Jatim sebagai lanjutan atas dampak kebijakan kenaikan cukai rokok di awal tahun Strategi produsen rokok untuk melakukan penyesuaian harga secara bertahap terkait dengan kebijakan kenaikan cukai rokok menyebabkan komoditas ini masih terus menjadi penyumbang inflasi bulanan s/d akhir triwulan laporan. Sementara itu, komoditas strategis lainnya dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau seperti gula pasir yang berasal dari sub kelompok minuman tidak beralkohol pada triwulan ini cenderung menunjukkan penurunan harga. Hal ini seiring dengan masih berlangsungnya musim giling gula pasca panen raya tebu yang berlansung di awal triwulan Grafik 2.17 Inflasi Triwulanan Kel. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Grafik 2.18 Pergerakan Harga Gula Pasir Tembakau & Minuman Beralkohol Minuman Tidak Beralkohol Makanan Jadi 20 %(qtq) Sumber: BPS, data diolah Sumber: Survei Pemantauan Harga, BI Surabaya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

55 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) Inflasi Jatim pada 2011 masih berada dalam tren yang melambat dan mengarah pada sasaran inflasi nasional. Sampai dengan akhir triwulan laporan, inflasi Jatim tercatat sebesar 4,87% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan II2011 (6,26%) maupun periode yang sama di tahun 20 (6,31%). Berdasarkan kelompok barang, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang (13,27%), diikuti oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (6,97%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (6,22%) dan kelompok bahan makanan (5,33%). Kelompok lainnya yang mencatat inflasi cukup rendah adalah kelompok kesehatan (3,88%), kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar (3,08%) dan kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan (1,44%). Tabel 2.5 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang INFLASI YOY SUMBANGAN INFLASI YOY Grafik 2.19 Persentase KELOMPOK Sumbangan Inflasi PerKelompok Barang Triwulan II2011 I II I II UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & T PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAG TRANSPOR,KOMUNIKASI Sumber: BPS, data diolah DAN JASA K Grafik 2.19 Sumbangan Inflasi (yoy) Per Kelompok Barang Grafik 2.20 Pergerakan Inflasi Tiga komoditas penyumbang inflasi (yoy) tertinggi di Jatim PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA, 0.63 KESEHATAN, 0.18 SANDANG, 0.91 PERUMAHAN,AIR,L ISTRIK,GAS & BB, 0.66 Sumber : BPS, (data diolah) TRANSPOR,KOMU NIKASI DAN JASA K, 0.26 BAHAN MAKANAN, 1.19 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU, 1.13 Inflasi yoy (%) Sumber : BPS, (data diolah) BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU SANDANG I II IV I II IV I II Tiga kelompok barang utama penyumbang inflasi di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang beragam. Kelompok bahan makanan yang sejak tahun 20 selalu mencatat inflasi tertinggi, saat ini menunjukkan tren perlambatan dan berada dibawah level inflasi kedua kelompok komoditas utama lainnya. Sebagaimana yang disampaikan pada ulasan inflasi triwulanan, penurunan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

56 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipicu oleh penurunan harga komoditas pada sub kelompok bumbubumbuan (cabe merah, cabe rawit, bawang merah, bawang putih) dan sub kelompok daging dan hasilhasilnya (daging ayam ras). Disamping penurunan harga berbagai komoditas tersebut diatas, secara umum harga komoditas bahan makanan pada pasar lokal maupun internasional mengarah pada tren perlambatan laju kenaikan harga, seperti harga CPO, Gandum, Kedelai, Jagung, dan Beras. Grafik 2.21 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia Grafik 2.22 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia USD / Bushel /3/2011 3/3/2011 5/3/2011 7/3/2011 9/3/2011 Sumber: Bloomberg Harga Kedelai Internasional Grafik 2.23 Perkembangan Harga Jagung di Pasar Dunia Harga Jagung Internasional /3/2011 2/3/2011 3/3/2011 4/3/2011 5/3/2011 6/3/2011 7/3/2011 8/3/2011 9/3/2011 USD / Bushel Harga Gandum Internasional 1/3/2011 3/3/2011 5/3/2011 7/3/2011 9/3/2011 Sumber: Bloomberg Grafik 2.24 Perkembangan Harga Gula di Pasar Dunia USD/Pound Raw Sugar Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Grafik 2.25 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia Grafik 2.26 Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia USD/MetricTon 1,400 1,200 1,000 USD / Barel Jan Mar Crude Palm Oil (CPO) May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep /1/2009 Minyak Mentah 3/1/2009 5/1/2009 7/1/2009 9/1/ /1/2009 1/1/20 3/1/20 5/1/20 7/1/20 9/1/20 11/1/20 1/1/2011 3/1/2011 5/1/2011 7/1/2011 9/1/2011 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

57 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.4 INFLASI MENURUT KOTA Hingga akhir triwulan laporan, inflasi berjalan (year to date) 7 kota di Jawa Timur secara umum menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat inflasi tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 3,86% (ytd) sedangkan inflasi terendah terjadi di Jember (1,40%). Tabel 2.6 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) WILAYAH Inflasi Year To Date (Ytd) IV I II IV I II Jawa Timur Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Sumber : BPS, data diolah. %(Ytd) Grafik 2.27 Perbandingan Inflasi Year to Date (ytd) 7 Kota di Jawa Timur Sumber: BPS, Data diolah. Madiun, 2.58 Jember, 1.40 Probolinggo, 3.15 Sumenep, 2.58 Jatim, 3.33 Malang, 2.90 Kediri, 2.58 Surabaya, Secara triwulanan (qtq), 7 kota penyumbang infasi IHK di Jatim menunjukkan peningkatan tekanan inflasi. Inflasi triwulanan tertinggi terjadi di Surabaya (2,23%), disusul oleh Kediri (2,20%), Malang (1,92%), Madiun (1,73%), probolinggo (1,62%), Sumenep (1,59%) dan Jember (1,37%). Sumber tekanan inflasi di ketujuh kota secara umum cenderung sama, yaitu masih berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau, serta kelompok sandang. Pengecualian untuk Madiun yang salah satu sumbangan inflasinya terutama berasal dari kelompok Perumahan, air, listrik & bahan bakar, khususnya sub kelompok biaya tempat tinggal seperti sewa rumah, dan harga jual bahan bangunan. Hal ini diperkirakan terkait dengan perkembangan pembangunan kontruksi di Madiun untuk kebutuhan perumahan maupun realisasi pembangunan infrastruktur, misalnya pembangunan Pasar Besar Madiun yang sedang berlangsung saat ini. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

58 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.7 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan I2011 (yoy) KELOMPOK BARANG JATIM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Sumber : BPS, data diolah. Tabel 2.8 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan 2011 (yoy) KELOMPOK BARANG JATIM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Sumber : BPS, data diolah. 2.5 DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasinya, penurunan laju inflasi tahunan terutama akibat faktor non fundamental yang berasal dari koreksi harga pada kelompok volatile food serta berkurangnya tekanan dari kelompok administered price seiring dengan tidak banyaknya kebijakan strategis pengaturan harga oleh pemerintah pusat maupun di daerah. Di sisi lain, sebagaimana karakteristiknya yang cenderung persisten, tekanan inflasi dari kelompok inti masih stabil di kisaran 5%. % (mtm) Grafik 2.28 Laju Inflasi Jatim per Komponen (mtm) Sumber : BPS, data diolah. Umum Volatile food Adm Price Core Inflation Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept % (yoy) Grafik 2.29 Laju Inflasi Jatim per Komponen (yoy) umum Volatile food Adm Price Core Inflation Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Sumber : BPS, data diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

59 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Secara tahunan, penurunan inflasi volatile food (VF) yang berlangsung sejak awal tahun dengan dipicu oleh koreksi harga pada sub kelompok bumbubumbuan membawa inflasi kelompok ini berada pada level yang cukup rendah. Kelompok VF pada periode laporan mengalami inflasi sebesar 3,29% (qtq) atau 6,53% (yoy) sehingga turun signifikan dibandingkan awal tahun 2011 yang masih berada di kisaran 20% (yoy). Tertahannya inflasi VF pada level 6% di sepanjang triwulan 2011 disebabkan oleh adanya kombinasi antara penurunan dan kenaikan harga dari berbagai komoditas bahan makanan seperti kenaikan harga beras dan penurunan telur ayam ras, daging ayam ras serta beberapa jenis sub kelompok bumbubumbuan (cabe merah, bawang merah & bawang putih) dengan sumbangan inflasi yang cukup berimbang. Sementara itu inflasi dari kelompok administered price masih berada dalam tren yang melambat, seiring dengan tidak banyaknya kebijakan harga komoditas strategis yang secara signifikan mendorong laju inflasi. Namun kebijakan kenaikan cukai rokok yang ditetapkan di awal tahun 2011 secara bertahap direspon oleh perusahaan rokok untuk menaikkan harga rokok, sehingga kenaikan harga berbagai jenis rokok kerap kali memberikan sumbangan inflasi bulanan hingga akhir periode laporan. Selanjutnya tekanan inflasi juga berasal dari kenaikan tarif kereta api dan angkutan umum pada periode lebaran yang berlangsung pada bulan agustus, namun inflasi ini kembali terkoreksi pada bulan September pasca berakhirnya arus balik mudik hari raya Idul Fitri. Grafik 2.30 Perkembangan Inflasi Volatile Food Grafik 2.31 Perkembangan Inflasi Adm. Price % (mtm) 7.00 Volatile Food (mtm) LHS Volatile Food (yoy) RHS %(yoy) % (mtm) 2.50 Administered Price (mtm) LHS Administered Price (yoy) RHS %(yoy) Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah. Tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar 5,65% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,02%). Secara umum tekanan inflasi inti berasal dari faktor eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal terutama dipengaruhi oleh perkembangan harga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

60 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI komoditas internasional yang dipicu oleh ekspektasi pelaku ekonomi atas kondisi ekonomi Amerika dan Eropa yang belum menentu, serta potensi depresiasi nilai tukar rupiah sebagai pengaruh atas ketidakstabilan perekonomian global. Sementara itu tekanan dari sisi internal berasal dari peningkatan ekpektasi inflasi, interaksi antara sisi permintaan dan penawaran yang berpotensi menimbulkan output gap serta faktor seasonal (Ramadhan dan tahun ajaran baru) Grafik 2.32 Perbandingan Komponen Inflasi Inti % (qtq) Inflasi Inti Traded Inflasi Inti Non Traded II Perhitungan inflasi inti pada triwulan 2011 dengan pendekatan komoditas menunjukkan inflasi inti sebesar 2,23% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (0,74%). Berdasarkan komponen pembentuknya, kenaikan inflasi inti dorong oleh kenaikan harga baik pada komponen inflasi inti traded (barang yang diperdagangkan) maupun non traded (jasa). Dominasi inflasi kelompok non traded terkait dengan faktor seasonal yaitu periode tahun ajaran baru (kenaikan biaya sekolah, biaya akademi/pt) serta periode Ramadhan/ Hari Raya Idul Fitri (tarif angkutan udara dan tariff angkutan antar kota). Saldo Bersih/ SB Grafik 2.33 Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang & JasaDi Surabaya Inflasi Kota Surabaya Perubahan harga umum 6 bulan yad Perubahan harga umum 3 bulan yad Inflasi (mtm)% Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep SB Grafik 2.34 Ekspektasi Pedagang Terhadap Harga Barang & JasaDi Surabaya Inflasi Kota Surabaya Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad Ekspektasi Harga 6 Bulan Yad Inflasi mtm(%) 2.5 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept (0.5) (1.0) Sumber : Survei Konsumen KBI Surabaya Sumber Survei Pedagang Eceran KBI Surabaya Peningkatan inflasi inti diyakini juga berasal dari tingginya ekpektasi masyarakat atas kenaikan harga, yang dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE). Ekspektasi harga konsumen maupun Penjual atas kenaikan harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang menunjukkan peningkatan, khususnya pada periode Ramadhan (Agustus) dan kemudian kembali menurun pada bulan September. Berdasarkan kelompok barang peningkatan ekspektasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

61 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI harga oleh konsumen searah dengan realisasi inflasi triwulanan per kelompok barang yang terutama disumbang oleh kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, dan kelompok sandang. Sementara itu, interaksi antara sisi permintaan dengan penawaran pada triwulan 2011 diperkirakan sedikit mengalami dorongan dari sisi permintaan, seiring dengan tingginya permintaan masyarakat pada periode Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Lihat Boks 2 : Estimasi Output Gap Regional Jawa Timur. Namun demikian secara umum kondisi ini cukup dapat direspon oleh sisi produksi, yang dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan 2011 yang menunjukkan adanya peningkatan kapasitas utilisasi sektor usaha di Jatim dari 73,64% menjadi 74,47%. Selanjutnya depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap USD yang terjadi di bulan September diyakini juga turut mendorong tekanan inflasi inti pada level yang relatif kecil. Rp/ 1 USD Grafik 2.35 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Kurs Tukar Rupiah 1Jun11 1Jul11 1Aug11 1Sep11 % I Grafik 2.36 Perkembangan Capacity Utilization I Kapasitas Utilisasi I I I I I I I Sumber: Survei Kegiatan Dunia usaha, KBI Surabaya Tabel 2.9 Perkembangan Capacity Utilization Industri pengolahan No SEKTOR II IV I II REALISASI 1 PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KE A. Tanaman Pangan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan dan Hasil hasilnya D. Kehutanan E. Perikanan PERTAMBANGAN A. Minyak dan gas bumi B. Pertambangan tanpa migas C. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN A. Industri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau Tekstil, barang kulit dan alas kaki Barang kayu dan hasil hutan lainnya Kertas dan barang cetakan Kimia dan barang dari karet Semen dan barang galian bukan logam Logam dasar, besi dan baja Alat angkutan, mesin dan peralatannya Barang Lainnya B. Industri Migas 4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH A. Listrik B. Gas C. Air bersih TOTAL SELURUH SEKTOR Sumber: Survei Kegiatan Dunia usaha, KBI Surabaya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

62 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI BOKS 2 ESTIMASI OUTPUTGAP REGIONAL JAWA TIMUR Dalam pemodelan ekonomi, output gap merupakan salah satu variable penting untuk menggambarkan kondisi makroekonomi. Output gap merupakan selisih antara output riil dengan output potensial. Dalam jangka pendek, output gap yang positif mengindikasikan adanya excess demand sehingga akan mengakibatkan tekanan inflasi, begitu pula sebaliknya. Dalam jangka panjang, penentuan output potensial ini berguna untuk menentukan arah bagi pembuat kebijakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable growth). Output potensial didefinisikan sebagai output yang diproduksi oleh perekonomian dengan menggunakan seluruh sumber dayanya pada intensitas yang normal. Permasalahannya adalah variable output potensial dan output gap ini merupakan sesuatu yang unobserverable atau tidak dapat diobservasi secara langsung, sehingga untuk mendapatkan variable ini diperoleh melalui estimasi. Data & Sumber Data No Data Periode Sumber Data 1 PDRB Jawa Timur 1990:1 2011:2 BPS 2 Inflasi Jawa Timur (yoy) 1992:1 2011:2 BPS 3 IHK Umum Jawa Timur 1992:1 2011:2 BPS 4 IHK Core Inflation 1997:1 2011:2 BPS 5 Capacity Utilitation 2003:1 2011:2 SKDU KBI Sby 6 Employment Rate 1996:1 2011:2 BPS, CEIC 7 Inflasi Consensus Forcast 2005:1 2011:4 KBI Surabaya Dalam literatur, estimasi output potensial ini dapat dilakukan melalui metode yang paling sederhana, yaitu univarite trending (HP filter) sampai pada metode yang rumit seperti model Dynamic stochastic General Equilibrium (DSGE). Dalam boks ini akan disampaikan hasil estimasi output gap regional Jawa Timur dengan menggunakan 3 (tiga) metode estimasi penghitungan output gap yaitu Metode Peak to Peak, metode Hoddrict Prescott Filter Seasonal Adjustment, dan Multivariate Filter dengan Unemployment dan Capacity Utilitation. Perbandingan Output Gap Full Sample ( ) Perbandingan Output Gap Pasca Krisis Moneter ( ) Peak To Peak SA HP Filter Multivariate Hasil estimasi Output Gap dengan menggunakan metode PTP, HP Filter SA dan MV Filter pada periode sebelum th 2002 menunjukkan kondisi yang berbeda, khususnya hasil estimasi dengan metode multivariat yang secara lebih baik dapat menggambarkan kondisi output gap pada periode tersebut Peak To Peak SA HP Filter Multivariate Pada Periode tahun 2003 s/d 2011 ketiga metode dapat menghasilkan arah estimasi output gap yang relatif searah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

63 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Event Analysis Perbandingan Output Gap Full Sample ( ) METODE Peak To Peak HP Filter SA MV Filter Nilai Arah Nilai Arah Nilai Arah Krisis Moneter (Th 1997) Turun Turun Turun Kenaikan Harga BBM (th 2005) Turun Turun Turun Krisis Global (Th 2008) Stabil + Turun + Stabil Kondisi Saat ini Turun + Naik + Naik Proyeksi Th 2012 Turun + Naik + Naik Perbandingan estimasi output gap dengan menggunakan event analysis di sepanjang periode pengamatan (1995 s/d 2011) menunjukkan kondisi yang searah, kecuali estimasi dengan metode peak to peak yang menunjukkan arah penurunan output gap pada untuk proyeksi tahun Dependent Variable: INF Method: Least Squares Date: /21/11 Time: 08:11 Sample: 2000Q1 2011Q2 Included observations: 46 METODE ESTIMASI VARIABEL PEAK TO PEAK HP FILTER SA MULTIVARIAT Coef Prob Coef Prob Coef Prob C inflasi (1) inflasi (2) Ogap (1) Ogap (2) OG_Gap (1) OG_Gap (2) d_ogap (1) d_ogap (2) Adjusted R Squared S.E. of regression DurbinWatson stat Perbandingan Output Riil & Output Potensial Tahun PDRB Riil Jatim Peak To Peak HP Filter SA Multivariat (16.13) 0.05 (0.70) (15.19) (0.68) (0.14) (21.94) (23.97) (22.07) (19.87) Perbandingan hasil estimasi output gap dengan memasukkan ke dalam model Phillip Curve dengan regresi linier sederhana, diperoleh informasi bahwa pendekatan dengan HP Filter Seasonal Adjustment dan metode multivariat menghasilkan kecocokan model yang lebih baik dibandingkan dengan metode peak to peak. Selanjutnya dengan melakukan perbandingan antara Output Riil dengan Output Potensial (ketiga metode), diperoleh informasi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada rentang periode pengamatan berada pada kisaran estimasi pertumbuhan output potensial. Namun demikian, pada beberapa periode terakhir pertumbuhan ekonomi Jatim cenderung bearada diatas ouput potensialnya. Sehingga secara umum hasil kajian singkat ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Estimasi output gap dengan menggunakan ketiga metode menunjukkan kondisi yang sama untuk metode peak to peak dan HP Filter Seasonal adjustment, khususnya pada periode krisis moneter 1997, sedangkan pada periode setelah krisis, ketiga metode menunjukkan arah yang sama namun dengan besaran yang berbeda. 2. Berdasarkan hasil estimasi dalam pemodelan Phillip curve, output gap yang dihasilkan dari ketiga metode secara signifikan berpengaruh terhadap inflasi Jatim. 3. Dengan mempertimbangkan indikatorindikator hasil regresi, untuk sementara dapat disimpulkan bahwa metode HP Filter SA relatif lebih baik dibandingkan dengan kedua metode lainnya. 4. Berdasarkan hasil estimasi output potensial dengan ketiga metode yang digunakan, menunjukkan bahwa pertumbuhan perekonomian Jawa Timur saat ini cenderung berada diatas output potensialnya. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

64 Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

65 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur (Jatim) didukung oleh perkembangan kinerja perbankan yang cukup baik. Total Aset Bank Umum dan BPR di Jawa Timur meningkat dari Rp 272,28 T di Triwulan sebelumnya menjadi Rp 282,6 T atau tumbuh sebesar 14,84% (yoy) dan 3,79% (qtq) pada Triwulan Tahun Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 14,34% (yoy) atau 3,19% (qtq) dari Rp 228,1 T menjadi Rp 235,38 T dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur tersebut diiringi dengan peningkatan penyaluran kredit yang tercermin pada pertumbuhan kredit dari Rp 174,08 T pada Triwulan II menjadi sebesar Rp 181,89 T pada Triwulan Tahun 2011, atau meningkat sebesar 19,09 % (yoy) dan 4,48 % (qtq). Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur 20 INDIKATOR BU dan BPR 2011 TW I TW II TW TW IV TW I TW II Total Aset (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) 11,66,39 11,93 11,42 13,40 15,80 14,84 Pertumbuhan (qtq %) 0,29 3,18 4,66 3,49 1,48 5,36 3,79 Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) 9,17 7,83 8,96,88 11,19 14,31 14,34 Pertumbuhan (qtq) 0,36 1,58 3,17 6,19 0,08 4,43 3,19 Kredit (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) 14,86 20,01 20,77 19,89 19,93 18,53 19,09 Pertumbuhan (qtq) 2,82 7,74 3,99 4,07 2,86 6,48 4,48 LDR (%) 69,39 73,60 74,19 72,70 74,85 76,32 77,27 NPL (%) 3,05 2,93 3,08 2,99 3,30 3,62 3,52 Sumber: Laporan Bank Umum BI Surabaya, data diolah Pertumbuhan kredit sebesar 19,09% (yoy) pada Triwulan Tahun 2011 yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,34 % (yoy) mendorong peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 76,32% menjadi 77,27%.Namun demikian, peningkatan kredit tersebut diimbangi dengan penguatan kinerja bank Umum dan BPR yang tercermin daripenurunan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPL) dari 3,62% pada Triwulan sebelumnya menjadi 3,52% pada Triwulan Tahun KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

66 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Pada Triwulan Tahun 2011 pelaksanaan fungsi intermediasi Bank Umum di Jawa Timur secara umum berjalan dengan lancar dan menunjukkan perkembangan positif dibandingkan periode sebelumnya. Dibandingkan triwulan sebelumnya, kinerja pertumbuhan (qtq) total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit Bank Umum masih mampu tumbuh stabil dengan pencapaian kinerja pertumbuhan yang cukup tinggi. Sementara itu, jika dianalisa secara tahunan ketiga indikator utama Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan Tahun 2011 secara umumtercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 20. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 20 INDIKATOR BANK UMUM 2011 TW I TW II TW TW IV TW I TW II Total Aset (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) 11,56,25 11,79 11,26 13,31 15,76 14,80 Pertumbuhan (qtq %) 0,38 3,14 4,66 3,46 1,46 5,37 3,80 Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) 8,99 7,62 8,83,77 11,12 14,30 14,34 Pertumbuhan (qtq) 0,44 1,53 3,16 6,21 0,12 4,44 3,20 Kredit (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) 14,72 19,90 20,85 19,99 20,11 18,65 19,19 Pertumbuhan (qtq) 2,75 7,75 4,01 4,20 2,85 6,45 4,48 LDR (%) 68,55% 72,75% 73,35% 71,96% 74,% 75,53% 76,47% NPL (%) 3,01% 2,89% 3,03% 2,96% 3,25% 3,59% 3,49% % Sumber: Bank Indonesia, data diolah 78,00% 76,00% 74,00% 72,00% 70,00% 68,00% 66,00% 64,00% 62,00% Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 120,00% 0,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 60,00% 58,00% I II IV I II IV I II IV I II 0,00% I II I II I II I II I II IV IV IV IV LDR LDR Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah Pada Triwulan Tahun 2011 pertumbuhan kredit Bank Umum tercatatsebesar 4,48% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK sebesar 3,20%sehingga menyebabkan peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada periode laporan. LDR KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

67 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Bank Umum di Jawa Timur meningkat dari 75,53% pada Triwulan II Tahun 2011, menjadi sebesar 76,47% pada Triwulan Tahun Rasio LDR tertinggi berdasarkan kelompok bank didominasi oleh kelompok Bank Pemerintah yaitu sebesar 99,06 %, disusul kemudian Kelompok Bank Asing dan Bank Swasta dengan besar LDR masingmasing 70,44% dan 59,39%. Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) 35 12,00 % ,00 8,00 6,00 % 4,00 5 2,00 0 I II I IV II I IV II I IV II I IV II 0,00 I II IV I II IV I II IV I II , Kredit DPK Total Aset Kredit DPK Total Aset Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Kinerja pertumbuhan total aset Bank Umum di Jawa Timur pada 2011 secara triwulanan (qtq) tumbuh stabil. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, total aset bank umum meningkat sebesar Rp,1 triliun atau tumbuh 3,8% (qtq) dan 14,8% (yoy) menjadi senilai Rp 276,23 triliun. Secara umum, pertumbuhan total aset yang terjadi pada periode laporan didorong oleh meningkatnya pertumbuhan nilai aktiva produktif bank umum dari Rp16,33 triliun menjadi Rp16,79 triliun atau sebesar 2,85% (qtq) dan 0,46% (yoy). Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum Grafik 3.6 ProporsiAktivaProduktif % 3%0% % % 0 0 I II I II I II I II I II IV IV IV IV Penempatan pada BI Penempatan pada bank lain Aset Skala Kanan (Juta Rupiah) Pertumbuhan Aset Skala Kiri (yoy) Surat Berharga Kredit Sumber: Bank Indonesia, datadiolah Sumber: Bank Indonesia, datadiolah KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

68 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan komponen pembentuknya, aktiva produktif Bank Umum di Jawa Timur didominasi oleh penyaluran kredit kepada masyarakat yaitu sebesar 93,87%, diikuti oleh Penempatan pada Bank lain sebesar 3,07%, Penempatan pada Bank Indonesia sebesar 22,59%, dan terkecil aktiva produktif lainnya yang berbentuk surat berharga dengan proporsi sebesar 0,47% DANA PIHAK KETIGA (DPK) Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup baik di Triwulan sebelumnya, kinerja pertumbuhan (qtq) DPK yang dihimpun oleh industri Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan tahun 2011 cenderung melambat. Sepanjang periode laporan, DPK meningkat Rp 7,1 triliun atau tumbuh 3,2% (qtq) dan 14,34% (yoy) menjadi Rp 231,55 triliun. Berdasarkan jenisnya, perlambatan ini didorong oleh minimnya pertumbuhan simpanan deposito dan giro di triwulan laporan yang dapat disebabkan oleh relatif tingginya konsumsi pada saat Hari Raya Idul Fitri pada awal Bulan September Namun demikian tabungan mengalami pertumbuhan triwulanan yg cukup baik, meningkat dari sebesar 2,65% (qtq) pada triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 6,06% (qtq) pada Triwulan tahun Adapun proporsi DPK yang dihimpun Bank Umum di Jawa Timur sebagian besar adalah dalam bentuk tabungan sebesar 41,89%, deposito 40,74%, dan proporsi terkecil dalam bentuk giro sebesar 17,37%. Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) Giro % % 5 Deposito 15 Tabungan 0 5 I II I IV II I IV II I IV II I II IV I II IV I II IV I II Giro Deposito Tabungan Sumber: Bank Indonesia, datadiolah Sumber: Bank Indonesia, datadiolah KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

69 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.9 Perkembangan DPK PerJenisSimpanan (Rp. Juta) Grafik 3. Komposisi DPK Bank Umum (%) % Rp Juta % % 0 I II I IV II I IV II I IV II I IV II Giro Deposito Tabungan Giro Deposito Tabungan Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah % 12,00,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Grafik 3.11 Perbandingkan Suku Bunga Simpanan BI Rate I II IV I II IV I II IV I II IV I II Tabungan Deposito BI Rate (%) Sumber: Bank Indonesia, data diolah Beberapa hal menjadi pertimbangan masyarakat dalam penempatan dana di bank adalah tingkat suku bunga simpanan bank. Bank yang dapat memberikan tingkat suku bunga simpanan kompetitif akan lebih menarik mengingat cukup banyaknya pilihan instrumen simpanan sekaligus investasi di luar perbankan yang menawarkan tingkat pengembalian (return) yang cukup tinggi KREDIT Penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan Tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp 7,6 Triliun atau 19,19 % (yoy) dan 4,48% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dengan angka pertumbuhan tersebut, maka outstanding/ baki debet kredit yang disalurkan oleh bank umum Jatim kepada masyarakat dan dunia usaha sampai dengan akhir Triwulan Tahun 2011 mencapai Rp 177,06Triliun. Kondisi perekonomian Jawa timur yang cukup stabil dan kondusif menjadi salah satu pendorong peningkatan permintaan kredit. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

70 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy) Grafik 3.13 PertumbuhanKredit(qtq) I II IV I II IV I II IV I II IV I II II IV I II IV I II IV I II IV I II Nominal (Juta Rupiah) Skala Kanan Growth (yoy) Skala Kiri Nominal (Juta Rupiah) Skala Kiri Growth (% qtq) Skala Kanan Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan jenisnya, kredit di Jatim masih di dominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dengan jumlah mencapai Rp 5,03 triliun atau sebesar 59 % dari keseluruhan total kredit, disusul oleh kredit konsumsi sebesar Rp 49,17 Triliun dengan proporsi 28% dan kredit investasi sebesar Rp 22,85 Triliun dengan proporsi 13%. Pertumbuhan kredit paling tinggi pada periode ini terjadi pada kredit investasi yang mencatat pertumbuhan sebesar 26,06% (yoy) sementara kredit modal kerja dan konsumsi cenderung tumbuh stabil. Cukup besarnya alokasi penyaluran kredit untuk kegiatan produktif dapat dijadikan indikator bahwa perbankan di Jawa timur turut berperan aktif dalammelaksanakan fungsi intermediasinya guna mendorong kemajuan aktivitas dunia usaha. Grafik 3.14 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 28% 5% 13% 59% 41% 54% Modal Kerja Investasi Konsumsi Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

71 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq) Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy) Axis Title 5 Axis Title II I I I I IV II IV II IV II IV II 0 I II IV I II IV I II IV I II IV I II Modal Kerja Investasi Konsumsi Modal Kerja Investasi konsumsi Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah 34% Grafik 3.18 Proporsi Kredit Sektoral 2% 0% 28% Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar disalurkan kepada sektorsektor yang mendominasi struktur 2% 4% 24% 3% 0% perekonomian di Jatim, seperti sektor 3% Industri serta sektor Perdagangan Hotel Tani Tambang Industri Listrik,Gas Konstruksi Dagang/Hotel Angkut/Komnikasi JS.Dunia Usaha JS.Sosial Lain2 Sumber: Bank Indonesia, data diolah dan restoran (PHR) dengan proporsi masingmasing sebesar 28% dan 24%. Sementara itu, ditilik dari angka pertumbuhannya, penyaluran kredit pada sektor pertambangan, JS Dunia dan Konstruksimencatat pertumbuhan tertinggi, yaitu masingmasing sebesar 61,71%, 52,33%, dan 32,24% (yoy). Grafik 3.19 Perkembangan Kredit Sektoral (yoy) Grafik 3.20 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate % I II IV I II IV I II Tani Tambang Industri % I II IV I II IV I II IV I II IV I II Listrik,Gas Konstruksi Dagang/Hotel Angkut/Komnikasi JS.Dunia JS.Sosial Lain2 Investasi Konsumsi Modal kerja BI Rate (%) Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

72 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Kredit Usaha Kecil Menengah (UKM) Dalam rangka mendorong pemberdayaan perekonomian masyarakat yang bergerak di sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM), penyaluran kredit perbankan pada kelompok usaha menjadi hal penting. Peningkatan penyaluran kredit perbankan tersebut diperlukan guna penguatan kemampuan ekspansi sektor usaha mikro kecil menengah yang pada akhirnya diharapkan dapat mendorong perekonomian Jawa Timur serta mendukung perluasan lapangan kerja. Terkait dengan hal ini, Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah berupaya untuk memfasilitasi serta menyusun kebijakan kebijakan yang mendorong peningkatan penyaluran kredit UMKM serta optimalisasi keberadaan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) guna melakukan pendampingan kepada usaha mikro yang feasible untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan. Upaya lain yang dilaukan oleh Bank Indonesia Surabaya dalam mendorong perkembangan UMKM adalah melalui pengembangan beberapa klaster komoditas potensial melalui pola kemitraan, serta kegiatan Bantuan Teknis kepada UMKM. (Lihat Boks 3: Pembiayaan Sertifikasi Tanah Massal Swadaya ). Grafik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.22 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank , ,00 Bank Asing 3% Juta Rupiah , , ,00 Bank Swasta 46% Bank Pemerintah 51% ,00 0,00 I II IV I II IV I II Total Kredit (juta rupiah) Kredit UKM (juta rupiah) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Sampai dengan akhir periode laporan, penyaluran total kredit UKM di Jawa Timur mencapairp 3,37 triliun atau tumbuh sebesar 5,60% (qtq) dan 20,36% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Proporsi penyaluran kredit UKM oleh Bank Umum di Jawa Timur didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 51% dengan jumlah mencapai KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

73 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Rp 52 Triliun, disusul kemudian oleh Bank Swasta dan Bank Asing dengan besar masingmasing Rp 47,9 (46%) Triliun dan Rp 2,69 Triliun (3%). KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Keberadaan KUR yang bertujuan untuk memberikan akses pembiayaan bagi UMKM, khususnya usaha mikro yang feasible namun belum bankabledalam pelaksanaannya di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Berdasarkan data Kementrian Koordinator Perekonomian RI, realisasi penyaluran KUR oleh 7 bank umum penyalur KUR di Jawa Timur (BRI, BNI, Mandiri, Mandiri Syariah, BTN dan Bukopin, Bank Jatim) sejak program ini diluncurkan di tahun 2008 hingga 2011 mencapai Rp 8,76 triliun dengan jumlah debitur sebanyak nasabah atau tumbuh sebesar 149,78% (yoy) dan 17,72% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi ini membawa provinsi Jawa Timur pada urutan pertama daerah penyaluran KUR dengan plafon tertinggi secara nasional, disusul kemudian dengan Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan plafon masingmasing sebesar Rp 8,27 triliun dan Rp 7,49 triliun. Sampai dengan akhir periode laporan tercatat outstanding / baki debet KUR di Jatim adalah Rp 4,55 triliun, meningkat sebesar 284,13% (yoy) dan 17,47% (qtq) dari Triwulan sebelumnya sebesar Rp 3,87 triliun. Grafik BesarProvinsiPenyalur KUR Grafik 3.24 PerkembanganPenyaluran KUR di Jatim 24% % % 27% 29% , , , , , , , , , ,00 0, , , , , , , , , , ,00 0,00 I II IV I II JAWA TIMUR JAWA TENGAH JAWA BARAT SULAWESI SELATAN SUMATERA UTARA Sumber: KementrianKoordinator Perekonomian Jumlah Debitur (skala kanan) Plafon KUR (Juta Rupiah) Sumber: KementrianKoordinatorPerekonomian Dalam rangka lebih mengoptimalkan kinerja penyaluran KUR yang sudah berlangsung dengan cukup baik di Jatim, Bank Indonesia Surabaya, Pemerintah KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

74 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Provinsi Jawa Timur bersama dengan 7 Bank penyalur KUR di Jatim berupaya untuk terus melakukukaan sinergi guna merumuskan strategi peningkatan KUR di Jatim. Disamping mengupayakan intensifikasi penyaluran KUR dengan melakukan pemasaran yang intens, KBI Surabaya bersama bank penyalur KUR di Jatim melakukan beberapa kegiatan sosialisasi kepada masyarakat mengenai alternatif keberadaan pembiayaan kepada UMKM, seperti berbagai kredit program, KUR serta informasi lain mengenai produk kredit perbankan sehingga masyarakat dapat memperoleh Grafikan mengenai akses pembiayaan untuk usahanya. Hal tersebut diperlukan mengingat penyaluran KUR memerlukan koordinasi yang baik antara pemerintah dengan perbankan sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu langkah efektif pemberdayaan UMKM di Indonesia STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas industri perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi perbankan selama triwulan 2011 cenderung menunjukkan penguatan, khususnya yang berasal dari pengelolaan risiko likuditas menunjukkan kondisi yang cukup baik dan terjaga. Potensi tekanan risiko kredityang tercermin dari besarnyanon Performing Loans (NPL) Bank umum dan BPR menunjukkan penurunan (penguatan) dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari sebesar 3,62% pada Triwulan II Tahun 2011 menjadi sebesar 3,52% di Triwulan Tahun 2011.NPL Bank Umum menurun dari sebesar 3,58% menjadi 3,48%, dan NPL BPR menurun dari sebesar 4,93% menjadi 4,76% dibandingkan Triwulan Penurunan NPL tersebut dapat mengindikasikan meningkatnya stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai Risiko lain yang patut diwaspadai adalah risiko operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Hal tersebut perlu menjadi perhatian Bank Indonesia maupun bank umum dengan cara mengoptimalkan fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan. Bank Indonesia berupaya untuk terus mendorong terciptanya iklim perbankan yang kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun perlindungan konsumen/ nasabah sebagaimana yang telah diarahkan dalam KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

75 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN pilar ke6 Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Terdapat beberapa program Peningkatan Perlindungan dan Pemberdayaan Nasabah yang terdiri atas Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan Edukasi Konsumen RISIKO KREDIT Kelompok Bank Bank Umum Bank P emerintah Bank S was ta Bank As ing Tabel 3.3 Perkembangan NPL perkelompok Bank I II IV I II 3,01% 2,89% 3,03% 2,96% 3,25% 3,59% 3,49% 2,76% 2,68% 2,99% 3,14% 3,56% 4,17% 4,43% 2,69% 2,56% 2,52% 2,32% 2,55% 2,59% 2,08% 6,84% 6,78% 7,30% 6,13% 5,76% 5,50% 5,05% Sumber: Bank Indonesia Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur pada periode laporan menunjukkan penurunan. NPL bank umum pada akhir triwulan 2011 sebesar 3,49%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,59%. Berdasarkan kelompok bank, NPL paling tinggi masih terjadi pada kelompok bank asing yang mencapai 5,05%. Disusul kemudian oleh kelompok bank pemerintah dan bank swasta dengan rasio NPL masingmasing sebesar 4,43% dan 2,08%.Sementara itu berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada kredit modal kerja sebesar 4,29%, disusul oleh kredit investasi sebesar 4,13% dan kredit konsumsi (1,47%). Grafik 3.25 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.26 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

76 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Secara sektoral, peningkatan kualitas kredit terjadi pada hampir seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor pertanian yang justru menunjukkan peningkatan jumlah kredit bermasalah dari triwulan sebelumnya. Tibanya musim kemarau yang berlangsung pada triwulan ini diyakini sedikit banyak berpengaruh terhadap penurunan hasil pertaniansehinggamengurangi kemampuan ekonomi petani, dan pada akhirnya berpengaruh dalam perbaikan kualitas pembayaran kredit pertanian.disisi lain, penurunan jumlah kredit bermasalah menjadi indikasi positif bagi kinerja perbankan dalam mengoptimalkan prinsip prinsip prudential banking. Tabel 3.4 Perkembangan NPL Kredit Per Sektor SEKTOR I II IV I II Tani 2,44% 2,95% 6,01% 7,17% 6,21% 6,05% 6,31% Tambang 0,27% 1,66% 0,99% 1,48% 1,50% 1,39% 1,23% Indus tri 4,32% 3,55% 3,73% 3,72% 3,82% 4,61% 4,53% Lis trik,gas 0,04% 0,00% 0,06% 0,% 0,47% 1,00% 0,37% Kons truks i 1,39% 1,88% 2,02% 1,82% 2,45% 2,31% 2,31% Dagang/Hotel 3,25% 3,28% 3,77% 3,96% 4,50% 4,85% 4,70% Angkut/Komnikas i 1,29% 1,29% 2,44% 3,07% 5,95% 5,59% 5,03% J S.Dunia Us aha 1,28% 1,53% 1,76% 1,05% 1,08% 1,62% 1,29% J S.S os ial 3,% 2,51% 2,95% 2,47% 2,71% 2,48% 2,78% Lain2 2,30% 2,41% 1,83% 1,63% 1,84% 1,98% 1,99% Sumber: Bank Indonesia RISIKO LIKUIDITAS Sama halnya dengan periodeperiode sebelumnya, Risiko likuiditas perbankan di Jatim pada triwulan 2011 relatif terjaga. Namun demikian tetap perlu diperhatikan terjadinya peningkatan preferensi penempatan dana masyarakat pada instrumen simpanan jangka pendek perbankan seperti tabungan, dibandingkan dengan deposito yang mempunyai tenor jangka panjang. Kondisi ini mendorong perbankan di Jatim untuk berhatihati dalam pengelolaan aset serta melakukan memitigasi risiko melalui upaya peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit jangka panjang (kredit investasi) guna mengurangi potensi mismatch likuiditas. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

77 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.27 Money Position Perbankan di Jawa Timur 35% 29% Indikator likuiditas perbankan lainnya seperti Cash Ratio yang mencerminkan kemampuan perbankan untuk melunasi kewajiban kewajiban jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimiliknya menunjukkan perbaikan. Tercatat cash ratio bank umum di Jawa Timur masih stabil dan berada di kisaran 7,01% pada Triwulan Tahun Begitu pula dengan jumlah Aktiva Lancar yang menujukkan peningkatan dari Rp 16,33 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp 16,79 triliun atau mencapai 7,25%dari Total DPK yang berhasil dihimpun Bank Umum Jawa Timur pada akhir periode laporan. Komposisi aktiva lancar terbesar berupa kas sebesar Rp 6,11 triliun, disusul dengan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia masing masing sebesar Rp 5,78 triliun dan Rp 4,89 triliun. 36% Kas Penempatan pada BI Penempatan pada bank lain Sumber: Bank Indonesia 3.3. PERBANKAN SYARIAH Peningkatan ekspansi usaha perbankan syariah di Provinsi Jawa Timur salah satunya didorong oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang terus menunjukkan perkembangan positif, dan masih terbukanya pasar perbankan syariah di Jawa Timur. Grafik 3.28 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq) Grafik 3.29 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy) % qtq I II IV I II IV I II % yoy 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00,00 0,00 I II IV I II IV I II Total Asset Pembiayaan DPK Total Asset Pembiayaan DPK Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

78 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Indikator kinerja utama yang mencatat pertumbuhan signifikan adalah total aset perbankan syariah di Jawa Timur yang meningkat sebesar Rp 1,28 triliun atau tumbuh sebesar 14,17% (qtq) dan 57,55% (yoy) menjadi senilai Rp,3 triliun pada Triwulan Tahun Dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jatim selama triwulan laporan tumbuh 9,8 % (qtq) atau 61,28% (yoy) menjadi Rp 7,8 triliun. Berdasarkan komposisinya, peningkatan ini didorong oleh cukup tingginya pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu tabungan, deposito dan giro yang masing masing secara tahunan tumbuh sebesar 67,47% (yoy), 62,27% (yoy), 26,21%. Secara triwulanan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah adalah 11,09% (qtq) untuk giro, 12,95% (qtq) untuk deposito, dan (17,15% qtq) untuk Giro. Grafik Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur Grafik 3.31 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah yoy) 6% 36% 58% Giro tabungan Deposito Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Selama 2011 penyaluran pembiayaan tumbuh 16,03% (qtq) atau 70,46% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 8,12 triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumsi masih mendominasi dengan tren yang cenderung meningkat dengan proporsi sebesar 46% dari total pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di Jawa Timur, disusul kemudian oleh pembiayaan modal kerja 39% dan pembiayaan investasi 15%. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

79 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.32 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Grafik 3.33 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan 40,00 30,00 20,00 Modal Kerja 46% 39%,00 Investasi 0,00 (,00) I II IV I II IV I II IV I II Konsumsi 15% (20,00) modal kerja investasi konsumsi Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Besarnya proporsi pembiayaan konsumsi dibandingkan kedua jenis pembiayaan lainnya terkait dengan ekspansi bank syariah kepada kebutuhan pembiayaan kepemilikan rumah/ properti, serta kepemilikan kendaraan bermotor di Jatim. Sementara itu, meskipun mempunyai proporsi yang lebih rendah, penyaluran pembiayaan untuk modal kerja dan investasi yang merupakan jenis kredit produktif tetap menjadi perhatian bank syariah dalam mengalokasikan pembiayaannya. Hal ini tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran pembiayaan modal kerja, Konsumsi dan Investasi yang masingmasing tumbuh sebesar 72,74%, 64,55% dan 84,74% (yoy). Kinerja penyaluran pembiayaan yang cukup baik tersebut diiringi dengan kualitas kredit yang terjaga, tercermin dari rasio Non Performing Finnancing (NPF) yang berada di kisaran 1,2 %. % 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 Grafik 3.34 Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Jawa Timur Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar September Januari Maret Mei Juli September % 120,00 0,00 80,00 60,00 40,00 20,00 Grafik 3.35 Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar September Januari Maret Mei Juli September Sumber: Bank Indonesia NPF Bank Syariah Sumber: Bank Indonesia FDR Bank Syariah KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

80 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proprosi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun pada Triwulan 2011 tercatat sebesar 3,94% atau meningkat dibandingkan Triwulan sebelumnya yang mencapai 98,45%. Peningkatan ini disebabkan oleh lebih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan dengan peningkatan pembiayaan yang disalurkan pada triwulan laporan BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Indikator kinerja BPR di Jatim pada triwulan 2011 menunjukkan kinerja yang beragam. Secara tahunan (yoy) perlambatan terjadi pada dua indikator kinerja utama yaitu aset dan DPK, sementara kredit tumbuh sebesar 15,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,2% (yoy). Demikians pula bila dilihat dari kinerja triwulanan (qtq), pertumbuhan indikator kinerja utama yang terdiri atas aset, DPK dan kredit mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumya. Grafik 3.36 Perkembangan Indikator BPR (yoy) Grafik 3.37 Perkembangan Indikator BPR (qtq) 35, ,00 25,00 8 % yoy 20,00 15,00,00 5,00 I II I IV II I IV II I IV II I IV II Aset DPK Kredit qtq II IV I II IV I II IV I II IV I II Aset DPK Kredit Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Total aset BPR di Jawa Timur pada triwulan laporan tumbuh sebesar 3,52% (qtq) atau 16,5% (yoy) menjadi senilai Rp 6,37 triliun, tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,99% (qtq). Perlambatan ini salah satunya disebabkan oleh perlambatan kinerja penghimpunan DPK dari 4,07% di Triwulan II menjadi 3,04% pada Triwulan Tahun Hingga akhir triwulan 2011 total dana KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

81 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN masyarakat yang disimpan pada BPR di Jatim mencapai Rp 3,83 triliun. Berdasarkan jenis DPK, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh DPK dalam bentuk deposito dengan total sebesar Rp 2,68 triliun, tumbuh 4,34% (qtq) dan 15,47% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Tabungan tumbuh sebesar 0,11% (qtq) dan 12,37% (yoy), menjadi Rp 1,148 triliun pada periode laporan. Cukup stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk Deposito yang disimpan di BPR, selain menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat juga terkait dengan besarnya suku bunga simpanan deposito BPR yang secara ratarata berada di atas level suku bunga deposito bank umum. Bagi sebagian masyarakat yang menganggap instrumen simpanan perbankan sebagai salah satu bentuk investasi tentunya memanfaatkan hal ini dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya. Grafik 3.38 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% yoy) Grafik 3.39 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%qtq) 35,00 30,00 12,00,00 % yoy 25,00 20,00 15,00,00 5,00 DEPOSITO TABUNGAN DPK 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 (2,00) (4,00) I II I IV II I IV II I IV II I IV II I I I I I II IV II IV II IV II IV II DPK Deposito Tabungan Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.40 Pertumbuhan Kredit BPR perjenis Penggunaan (yoy) 140,00 Pertumbuhan penyaluran kredit 120,00 Modal Kerja yang memiliki proporsi % yoy 0,00 80,00 60,00 40,00 20,00 (20,00) (40,00) I II I II I II I II I II IV IV IV IV Modal Kerja Investasi Konsumsi terbesar yaitu 67% dari keseluruhan kredit meningkat sebesar 11% (yoy) dari Rp 3,12 triliun menjadi Rp 3,22 triliun, sehingga outstanding penyaluran kredit oleh BPR pada tahun 2011 mencapai Rp 4,82 triliun. Sumber: Bank Indonesia KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

82 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.41 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Grafik 3.42 Perkembangan LDR & NPL BPR 3% 30% 67% % 130,00% 125,00% 120,00% 115,00% 1,00% 5,00% 0,00% 95,00% I II IV I II IV I II IV I II IV I II 8,00% 7,00% 6,00% 5,00% 4,00% 3,00% 2,00% 1,00% 0,00% Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR NPL Skala Kanan Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia 3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA Kinerja 6 (enam) 1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan positif. Keenam bank umum tersebut memiliki total aset sebesar Rp 30,5 triliun, meningkat 5,17% (qtq) dan 20,34% dibandingkan periode sebelumnya. Sumber: Bank Indonesia Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (dalam juta Rupiah) INDIKATOR I II IV I II Total Aset 24,235, ,718, ,361, ,995, ,170, ,021, ,521, Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq) Dana Pihak Ketiga 18,872, ,094, ,613, ,327, ,726, ,460, ,350, Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq) Kredit Umum 11,260, ,213, ,714, ,135, ,775, ,990, ,031, Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq) LDR NPL 59.67% 57.90% 61.68% 71.67% 66.47% 63.90% 65.83% 0.77% 0.81% 0.94% 0.79% 0.85% 1.07% 1.35% 1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank CNB dan Bank Prima Master. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

83 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.43 Pertumbuhan Indikator Bank BerKP di Surabaya (qtq) Grafik 3.44 Perumbuhan Indikator Bank BerKP di Surabaya (yoy) 25,00 30,00 20,00 25,00 15,00 20,00,00 15,00 % qtq 5,00 0,00 (5,00) (,00) (15,00) (20,00) II IV I II IV I II IV I II %,00 5,00 (5,00) (,00) (15,00) I II I I I IV II IV II IV II Aset Kredit DPK Aset Kredit Dana Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Tercatat DPK yang dihimpun oleh 6 bank berkantor pusat di Surabaya mencapai Rp. 24,35 triliun, meningkat sebesar 3,8% (qtq) dan 18,13% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Sebagian besar Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh Bank Umum di Jawa Timur dari masyarakat adalah dalam bentuk Giro dengan proporsi 43% dan diikuti oleh Deposito sebesar 33% serta tabungan sebesar 24%. Grafik 3.45 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya (Sept2011) Grafik 3.46 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank BerKP di Surabaya (qtq) 24% 43% 33% GIRO DEPOSITO TABUNGAN % qtq 25,00 20,00 15,00,00 5,00 0,00 (5,00) (,00) (15,00) (20,00) II IV I II IV I II IV I II Aset Kredit DPK Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

84 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Begitu pula dengan penyaluran kredit di sektor produktif kredit modal kerja meningkat sebesar 4,86% (qtq) menjadi sebesar Rp 7,24% dari periode sebelumnya. Sementara itu pertumbuhan kredit investasi masih mengalami perlambatan dengan kontraksi sebesar 12,30% (qtq) dan 32,14% (yoy). Kinerja penyaluran kredit yang cukup baik ini juga diiringi dengan kualitas kredit yang terjaga, ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup rendah dan berada di kisaran 1%. Grafik 3.47 Perkembangan Kredit Per Jenis Simpanan Pada Bank BerKP di Surabaya (qtq) Grafik 3.48 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 40,00 30,00 20,00 43% 45% % qtq,00 0,00 (,00) II IV I II IV I II IV I II 12% (20,00) Modal Kerja Investasi Konsumsi Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Fungsi intermediasi perbankan semakin baik yang ditunjukkan oleh peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 63,9% pada Triwulan II menjadi 65,83% pada Triwulan Tahun Grafik 3.49 Perkembangan LDR Bank Berkantor Pusat di Surabaya 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00%,00% 0,00% I II IV I II IV I II 1,60% 1,40% 1,20% 1,00% 0,80% 0,60% 0,40% 0,20% 0,00% LDR (%) NPL (Skala Kanan) Sumber : Bank Indonesia KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

85 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang Undang. Dalam hal sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia berperan dalam pemenuhan kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu dalam kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai, Bank Indonesia berperan dalam penyediaan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI Transaksi sistem pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, yaitu : aliran uang keluar (outflow) dan aliran uang masuk (inflow) dari perbankan ke Bank Indonesia, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB), serta kegiatan penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat. a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Sampai dengan akhir Triwulan Tahun 2011, aliran uang kartal yang masuk/ keluar dari Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri, dan KBI Jember) secara kumulatif menunjukkan posisi net outflow. Jumlah aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih besar dibandingkan jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Net outflow yang terjadi pada periode ini diperkirakan terkait pola musiman / cyclical akibat dari tingginya penarikan dana oleh masyarakat dalam rangka peringatan Bulan Suci Ramadlan dan Hari Raya Idul Fitri 1432 H, yaitu pada Bulan Agustus September Tahun KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

86 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow Outflow) Kantor Bank Indonesia Rp. Juta Wilayah KBI Surabaya KBI Kediri KBI Malang KBI Jember JAWA TIMUR Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow () : Net outflow Transaksi I II IV I II Outflow , , ,377 Inflow , , ,691 Net Flow (9.455) ( ) ( ) ( ) Outflow , , Inflow , , Net Flow ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Outflow , , ,438 Inflow , , ,966 Net Flow Outflow , , ,17 Inflow , , ,4 Net Flow (2.325) ( ) Outflow , ,99 Inflow , ,06 Net Flow (9.751) ( ) (485.3) ( ) Secara umum transaksi inflow maupun outflow pada 4 Kantor Bank Indonesia (KBI) di Jawa Timur pada 2011 menunjukkan kondisi yang sama. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, Outflow meningkat sebesar 92,8% (qtq) atau 53,46% (yoy) dari Rp 7,61 triliun menjadi Rp 14,66 triliun. Demikian juga dengan inflow yang meningkat sebesar 71,07% (qtq) atau 40,31% (yoy) dari Rp 7,13 triliun menjadi Rp12,2 triliun. Peningkatan outflow yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan inflow pada periode ini menyebabkan terjadinya Net Outflow sebesar Rp 2,46 triliun. Gambar 3.50 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow Outflow) Dalam Juta Rupiah Gambar 3.51 Perkembangan Net Flow Jawa Timur Juta Rupiah I II IV I II Juta rupiah ( ) ( ) ( ) I II IV I II Outflow Inflow Net Flow Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

87 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN b. Uang Kartal Tidak Layak Edar Sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy), Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dilakukan sebagai bagian dari proses pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)/ rusak yang dilakukan secara rutin oleh Bank Indonesia di Jawa Timur (Surabaya, Malang, Kediri dan Jember). Selama triwulan 2011, tercatat sebesar Rp 5,61 triliun uang kartal yang tidak layak edar dalam berbagai pecahan dimusnahkan. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan yang dimusnahkan pada Triwulan II 2011 sebesar Rp 5,09 triliun. Jumlah uang yang dimusnahkan pada Triwulan 2011 tersebut meningkat,26% (qtq) dan 25,06% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan tersebut akan digantikan dengan Uang Layak Edar (ULE) yang siap digunakan untuk kebutuhan transaksi keuangan di masyarakat. Gambar 3.52 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) Juta Rupiah , , , , , , ,00 0,00 I II IV TW I TW II TW TW IV I II 120,00 0,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0, PTTB (Skala Kiri) Rasio PTTB Terhadap Inflow (Skala Kanan) Sumber : Bank Indonesia Surabaya Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal yang dimiliki sangat diperlukan dalam memperpanjang usia edar uang kartal dan mengurangi besarnya volume PTTB. Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal. Kegiatan ini diharapkan akan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kondisi uang kartal agar dapat menekan biaya pencetakan uang baru. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

88 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan yang menggunakan sistem BIReal Time Gross Settlement (BIRTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Gambar 3.53 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 0% 160,00 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% % 0% IV I II IV I II IV I II Triliun Rupiah 140,00 120,00 0,00 80,00 60,00 40,00 20,00 IV I II IV I II IV I II Share Kliring Share RTGS Kliring RTGS a. Transaksi RTGS ( Real Time Gross Settlement) Gambar 3.54 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur I 2009 II IV I 20 II IV I 2011 II Volume RTGS Nominal Rp Triliun (Skala Kanan) Sumber : Bank Indonesia Surabaya 160,00 140,00 120,00 0,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada Triwulan Tahun 2011 menunjukkan peningkatan baik dari sisi nominal maupun transaksi. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada periode laporan adalah sebanyak transaksi atau meningkat sebesar 6,% (qtq) dari periode sebelumnya. Nominal transaksi RTGS KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

89 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Jawa Timur pada Triwulan tahun 2011 adalah sebesar Rp 149,32 triliun, meningkat 19,39% (qtq) atau 4,92% (yoy) dari periode sebelumnya. Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besarnya transaksi RTGS di tingkat kabupaten / kota menunjukkan masih terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, transaksi outgoing maupun incoming RTGS didominasi oleh beberapa kota/ kabupaten dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol. Kota Surabaya sebagai ibukota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi. Gambar Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar 2011 Gambar Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK BATU JEMBER 0 SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK BATU JEMBER Nilai (Miliar Rupiah) Volume Nilai (Miliar Rupiah) Volume Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya Tercatat transaksi RTGS pada triwulan 2011 dari kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) sebesar Rp 77,89 triliun dengan volume sebanyak transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak transaksi atau senilai Rp 2,96 triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming adalah Kediri, Malang, Gresik, Batu dan Jember. b. Transaksi Kliring Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 419 kantor/bank umum peserta yang tersebar di 38 kabupaten/ KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

90 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Bank Indonesia (Surabaya, Malang, Kediri dan Jember), serta sebanyak 15 bank penyelenggara kliring lokal yang telah ditunjuk untuk membantu pelaksanaan kegiatan kliring di wilayah yang relatif jauh dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro II 2011 dalam jutaan Jumlah Rata2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata2 Penolakan Cek Penolakan Perputaran Kliring ( D ) Kantor Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek dan BG Kosong Sehari Kota Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%) Surabaya , , , , , ,00 677, ,28 4,22 3,93 Malang , , , , , ,30 92, ,61 5,89 3,23 Kediri , , , ,09 434, ,95 19,61 534,19 4,02 3,37 Jember , , , ,96 513, ,08 23,32 450,82 4,37 3,54 Jatim , , , , , ,33 813, ,89 1,45 1,27 Keterangan : Jumlah kantor peserta kliring adalah peserta langsung Sumber : Bank Indonesia Surabaya Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada triwulan Tahun 2011 menunjukkan peningkatan. Tercatat sebanyak 1,23 juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan melalui kliring dengan nilai mencapai Rp 41 triliun, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 40,58 triliun. Sementara itu, jumlah tolakan warkat kliring pada periode ini menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat sebanyak lembar warkat senilai Rp 518,98 milyar, lebih rendah dibandingkan tolakan warkat pada periode sebelumnya sebanyak lembar warkat senilai Rp 691,04 milyar. Gambar 3.56 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur Gambar 3.57 Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00,00 5,00 I II IV I II IV I II IV I II 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1, I II IV I II IV I II IV I II Nominal (Rp Triliun) Warkat Skala Kanan (Juta Lembar) Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkatlembar)Skala Kanan Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

91 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR Lembar Gambar 3.58 Statistik Uang Palsu yang ditemukan I II IV I II IV I II Jumlah Uang Palsu Sumber : Bank Indonesia Surabaya Penemuan uang palsu di Jawa Timur pada Triwulan tahun 2011 melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat secara umum menunjukkan penurunan. Pada Triwulan Tahun 2011 tercatat penemuan uang palsu sebanyak lembar dalam berbagai pecahan dengan nilai nominal sebesar Rp 432,49 juta. Apabila dilihat dari jumlah lembarnya, penemuan uang palsu di Jawa Timur pada periode ini menurun sebesar 13,38% (qtq) dan 15,9% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak lembar dengan nilai nominal sebesar Rp 471,96 juta. Gambar 3.69 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) 11% 5% 3% 0% 17% Nominal 1% 0% 0% 0% 27% 54% 82% Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sebagaimana periodeperiode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur pada Triwulan Tahun 2011 didominasi oleh nominal Rp 0.000, dengan proporsi 54% (lembar) dan 82% (nominal). KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

92 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang yang terkait terus berupaya untuk melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciriciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

93 BAB PERKEMBANGAN PERBA ANKAN & SISTEM PEMBAYARAN BOKS 3 PEMBIA IAYAAN SERTIFIKASI TANAH MASSAL SWAD ADAYA UNTUK PEMBERDAYAAN UMKM Salah satu tu upaya dalam mengentaskan kemis iskinan adalah dengan optimalisasi kepemilik ilikan tanah atau lahan dengan mensertifikasi si hak atas tanah untuk meningkatkan k kemudahan akses permodalan. Kondisi saatt ini, sebagian besar petani dan peternakk kelas kecil mayoritas memiliki aset berupaa tanah dan bangunan yang belum dioptim malkan penggunaannya karena status tanah h yang masih Petok D, girik, atau Letter C. Proses es sertifikasi tanah dan bangunan bukan hall yang y mudah bagi para petani dan peternak kecilil memerlukan biaya yang tidak sedikit, waktu tu yang relatif panjang, serta adanya keterbatasan n tenaga dan pengetahuan. Atas dasar hall tersebut, maka Bank Indonesia bekerjasa sama dengan Business Development Services Provider (BDSP)/Konsultan Keuangan Mitra M Bank (KKMB) menyelanggarakan program am pembiayaan sertifikasi tanah massal guna membantu m pengurusan sertifikat hak atas tanah kkepada para pelaku UMKM umumnya dan kkhususnya kepada para petani maupun peternak. Hingga saat ini, pr program pembiayaan sertifikasi tanah massall melalui m pendampingan BDSP/KMB telah di respo on oleh bank dan menunjukkan perkembang ngan yang positif. Pada bulan Oktober 2011, unt ntuk tahap awal telah dilaksanakan akad kre redit antara Bank Jatim dengan kelompok peternaak anggota KUD Dadi Jaya untuk pembiayaan an pengurusan sertifikasi 260 bidang tanah milik an nggota koperasi dengan ratarata kredit Rp 3,5 juta perbidang tanah dengan total kredit sekita tar Rp 950 juta. Pembiayaan sertifikasi masih ih akan berlanjut seiring dengan meningkatnya pem eminat. Selain itu, hal yang serupa akan dii laksanakan l untuk KUD Setya Kawan dan KUD Sem mbada yang masingmasing memiliki anggotaa mendekati m orang anggota. Di samping itu,, ssampai dengan saat ini telah dilakukan sosial ialisasi kepada sekitar 20 Kepala Desa yang tersebar ar di mulai dari Kab Gresik, Kab Mojokerto,, Kab K Tulungagung, Kab Magetan melalui pendamp pingan BDSP/KMB. KajianEkonomi Reg gionalprovinsijawatimur Triwulan

94 BAB PERKEMBANGAN PERBA ANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Diharapkan ke depannya de program ini dapat menjadi pen endorong pertumbuhan sektor riil dan UMK KM melalui kemudahan dalam mengaksess perbankan p (tersedianya agunan yang meme menuhi syarat bank atau bankable), ser erta meningkatkan intermediasi perbankan p melalui pengembangan skim pembiayaan pengurusan sertifik ifikasi tanah dan skim lainnya usaha. untuk keperluan ke permodalan ==**== KajianEkonomi Reg gionalprovinsijawatimur Triwulan

95 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN BOKS 4 TREND TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN SETELAH PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI SUKU BUNGA DASAR KREDIT (SBDK) DI JAWA TIMUR Sesuai dengan SE Ekstern No.13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011 perihal Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit, Bank Indonesia mewajibkan kepada Bank Umum dengan kriteria tertentu 2 yang melaksanakan Kegiatan Usaha secara Konvensional di Indonesia untuk menerapkan prinsip transparansi informasi mengenai Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) atau Prime Lending Rate. Suku bunga dasar kredit pada dasarnya merupakan suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi bank dalam penentuan suku bunga kredit dan terdiri atas tiga komponen, yakni ratarata harga pokok dana untuk kredit, biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit, serta margin keuntungan yang ditetapkan bank untuk aktivitas perkreditan. Harga pokok dana merupakan ratarata biaya dana simpanan ditambah giro wajib minimum (GWM) tanpa bunga milik bank yang disimpan di Bank Indonesia. Kewajiban untuk publikasi informasi SBDK dalam Rupiah antara lain dilakukan melalui papan pengumuman di setiap kantor bank, website bank (bagi bank yang memiliki website), dan Surat Kabar yang untuk pertama kali dilakukan sejak akhir Bulan Maret Penerapan transparansi informasi mengenai SBDK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan good governance dan mendorong persaingan yang sehat dalam industri perbankan antara lain melalui terciptanya disiplin pasar (market discipline) yang lebih baik. SBDK tersebut belum memperhitungkan komponen premi risiko yang besarnya tergantung penilaian bank terhadap risiko masingmasing debitur. Debitur baru lebih banyak memiliki risiko lebih besar dibanding debitor lama. 2 Bank Umum yang pada dan/ atau setelah tanggal 28 Februari 2011 berdasarkan Posisi laporan Bulanan Bank Umum (LBU) mempunyai total asset Rp. Triliun (sepuluh triliun Rupiah) atau lebih. Hingga saat ini secara Nasional terdapat 42 Bank Umum yang masuk dalam kriteria ini dan wajib mempublikasikan SBDK. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

96 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Sejak diberlakukannya kebijakan transparansi SBDK sampai dengan triwulan tahun 2011, tingkat suku bunga perbankan di Jawa Timur relatif stabil dan cenderung menurun. Mengingat periode pengamatan yang masih relatif pendek maka belum dapat disimpulkan secara khusus bahwa penurunan ratarata tertimbang suku bunga kredit yang sedang berlangsung merupakan dampak dari penerapa SBDK. Namun demikian, hal ini dharapkan menjadi indikator awal keberhasilan penerapan kebijakan transparansi dalam menciptakan iklim persaingan yang sehat antara bank. Perkembangan tingkat suku bunga Jawa Timur sebelum dan sesudah penerapan kebijakan transparansi SBDK dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai i berikut: Tabel Suku Bunga Kredit Jawa Timur Suku Bunga Kredit (% I II IV I II IV I II IV I II BI Rate 8 8,5 9,25 9,25 7,75 7 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,75 6,75 6,75 Investasi 12,84 12,44 12,98 14,21 13,93 13,86 13,85 13,54 13,07 12,95 12,86 12,47 12,64 12,60 11,69 Konsumsi 14,17 14,03 14,37 15,01 15,12 15,20 16, 15,86 14,65 14,24 13,95 13,77 15,54 14,17 13,43 Modal kerja 12,38 12,50 13,25 14,56 14,38 14,15 13,78 13,55 13,22 12,85 12,75 12,38 13,27 11,82 11,87 Sumber : LBU Form 06 dengan bunga minimum 5% Gambarar 3.62 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) a Kredit Jatim Dengan transparansi SBDK, diharapkan ke depannya dapat tercipta transparansi dimana nasabah dapat membandingkan SBDK bank satu dengan bank lain yang lebih kompetitif, sehingga akan lahir iklim persaingan yang sehat antar bank. ==**== KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan

97 Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

98 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UMUM Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun anggaran 2011 mencapai Rp 9,90 triliun atau meningkat 32,56% dibandingkan anggaran 20, dengan realisasi pendapatan sampai dengan triwulan 2011 telah mencapai 85,14%. Sementara itu dari sisi pengeluran Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar Rp,62 triliun meningkat 35,77% dibandingkan anggaran 20, dengan realisasi belanja sampai dengan triwulan 2011 sebesar 35,94%. Secara umum kinerja keuangan Pemerintah Provinsi menunjukkan perkembangan yang lebih rendah dibandingkan realisasi anggaran pada periode yang sama tahun 20. Sebagaimana polapola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa Timur didominasi oleh Pendapatan Asli daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah dengan proporsi 76,8% dari total pendapatan. Kontribusi terbesar selanjutnya berasal dari Dana Perimbangan (22,8%), sementara itu pendapatan lainlain yang sah hanya memberikan kontribusi yang relatif rendah REALISASI PENDAPATAN DAERAH Kinerja pendapatan daerah hingga triwulan 2011 telah mencapai 8,43 triliun atau terealisasi sebesar 85,14% dari yang ditargetkan di tahun Kondisi ini cenderung menurun jika dibandingkan realisasi penerimaan pendapatan pada periode yang sama tahun 20 yang mencapai 96,34% di akhir triwulan Realisasi pendapatan daerah sebagian besar disumbang oleh pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp5,35 triliun dan telah melebihi target yang direncanakan (1,17%), sedangkan sisanya disumbangkan oleh dana perimbangan dengan realisasi sebesar Rp.1,84 triliun (terealisasi 81,26%) dan lainlain pendapatan yang sah sebesar Rp48,52 miliar (terealisasi 195,65% / melebihi target). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

99 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH TABEL 4.1 REALISASI PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TIMUR TRIWULAN 2011 (Rp juta) No Uraian Anggaran Sebelum Perubahan Tahun 20 Realisasi 20 Anggaran Sebelum Perubahan Tahun PENDAPATAN DAERAH 7,473,373,565, ,200,073,238, ,907,001,026, ,435,234,496, % 85.14% 4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 5,219,959,228, ,250,924,594, ,615,042,879, ,544,427,562, % 85.94% PAJAK DAERAH 4,282,150,000, ,332,126,259, ,120,000,000, ,350,896,204, % 87.43% RETRIBUSI DAERAH 50,428,197, ,858,917, ,357,559, ,239,192, % 80.27% HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG 239,267,670, ,053,271, ,158,897, ,089,986, % % LAINLAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 648,113,360, ,886,146, ,123,526,422, ,202,178, % 69.71% 4.2 DANA PERIMBANGAN 2,214,004,796, ,902,620,513,9.00 2,267,158,147, ,842,285,461, % 81.26% DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK 994,087,831, ,4,893, ,625,248, ,858,021, % 81.29% DANA ALOKASI UMUM 1,212,934,765, ,0,778,970, ,347,501,699, ,122,918,080, % 83.33% DANA ALOKASI KHUSUS 56,982,200, ,736,650, ,031,200, ,509,360, % 30.00% 4.3 LAINLAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 39,409,541, ,528,129, ,800,000, ,521,473, % % PENDAPATAN HIBAH 12,900,000, ,986,013, ,800,000, ,161,121, % 81.29% DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 26,509,541, ,542,116, ,360,352, % 0.00% JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 7,473,373,565, ,200,073,238, ,907,001,026, ,435,234,496, % 85.14% Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daeah Prvinsi Jawa Timur Timur Realisasi 2011 % 20 % REALISASI BELANJA DAERAH Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 direncanakan sebesar Rp.,62 triliun atau naik 35,77% dibandingkan anggaran belanja tahun sebelumnya. No TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD PROV. JAWA TIMUR TRIWULAN 2011 (Rp juta) Uraian Anggaran Sebelum Perubahan Anggaran Sebelum Perubahan Tahun BELANJA TIDAK LANGSUNG 4,430,262,383, ,011,358,554, ,797,640,027, ,802,860,122, % 65.59% BELANJA PEGAWAI 1,483,775,391, ,030,507, ,497,004,813, ,045,919,269, % 69.87% BELANJA BUNGA 350,275,342, ,950, ,878,211, ,899,241, % 59.43% BELANJA HIBAH 37,713,580, ,064,476, ,301,072, ,531,368, % 51.99% BELANJA BANTUAN SOSIAL 1,056,915,046, ,843,974, ,714,900, ,087,350, % 59.38% BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN 1,445,647,0, ,563,736, ,229,468,218, ,452,135,297, % 65.13% BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN 55,186,972, ,737,247, ,160,438, ,254,138, % 73.85% BELANJA TIDAK TERDUGA 3,472,407,203, ,974,660, ,112,373, ,033,457, % 77.92% 5.2 BELANJA LANGSUNG 599,859,899, ,965,736,459, ,828,721,359, ,559,540,880, % 53.01% BELANJA PEGAWAI 2,117,936,973, ,461,177, ,869,936, ,129,785, % 64.65% BELANJA BARANG DAN JASA 754,6,329, ,226,933,712, ,094,388,943, ,607,086,171, % 51.94% BELANJA MODAL 750,042,129, ,341,569, ,462,480, ,324,922, % 45.90% JUMLAH BELANJA DAERAH Realisasi 20 Realisasi ,826,604,881, ,977,095,014,002.50,626,361,387, ,362,401,002, % 59.87% Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daeah Prvinsi Jawa Timur Timur % II20 % 2011 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

100 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Sampai dengan akhir triwulan 2011 realisasi belanja pada periode laporan sebesar 59,87%, lebih rendah dibandingkan triwulan 20 yang mencapai 63,59%. Jika dibandingkan berdasarkan komponen penyusunnya, realisasi belanja terendah terjadi pada belanja modal yang baru dibelanjakan sebesar 413,32 milyar atau 45,90% dari total rencana belanja di tahun Rendahnya realisasi belanja modal kemungkinan disebabkan oleh proses tender yang seringkali menyulitkan pelaksanaan realisasi anggaran. Masih minimnya besaran realisasi APBD Prov. Jawa Timur juga tercermin pada peningkatan saldo dana pemerintah di perbankan pada triwulan ini (lihat gambar 4.1). Grafik 4.1 Dana Pemerintah Prov/ kab/kota di Perbankan 16,000,000 14,000,000 12,000,000,000,000 Tabungan Deposito Giro Sebagaimana triwulan sebelumnya, realisasi belanja tertinggi masih dicapai oleh pos belanja tidak terduga yang 8,000,000 mencapai 77,92%, disusul oleh Pos 6,000,000 4,000,000 2,000,000 Belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/ kabupaten/ kota yang mencapai 73,85%. Tingginya realisasi belanja baik bagi hasil maupun bantuan Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia keuangan pada kab/kota dan pemerintahan desa turut menyumbang kinerja belanja Pemprov pada periode ini. Tingginya penyaluran anggaran pada kab/kota mengindikasikan adanya perbaikan tata cara pelaporan pelaksanaan anggaran kab/kota atas anggaran periode sebelumnya sehingga dana dapat tepat waktu cair guna mendukung pembangunan infrastruktur di daerah. Meskipun masih relatif lambat dalam realisasinya, secara umum komposisi realisasi anggaran belanja saat ini menunjukkan kondisi yang cukup baik dengan pemanfaatan pos anggaran yang relatif berimbang dan tidak hanya didominasi oleh belanja pegawai. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

101 Bab 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

102 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. UMUM Seiring dengan perkembangan perekonomian Jatim yang tumbuh stabil diatas level 7%, kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur relatif membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional pada bulan Agustus 2011 menunjukkan adanya penurunan tingkat pengangguran. Hal ini diyakini tidak lepas dari upaya pemerintah Jawa Timur untuk mendorong peningkatan lapangan kerja guna mengurangi angka pengangguran sekaligus sebagai upaya peningkatan kesejateraan masyarakat. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan salah satunya dicerminkan dari Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan ini menunjukkan kondisi yang stabil KETENAGAKERJAAN Angkatan Kerja dan Pengangguran Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semester II yang dilakukan oleh BPS menunjukkan jumlah angkatan kerja di Jawa Timur (Jatim) sebanyak 19,76 juta jiwa, atau menurun dibandingkan semester sebelumnya yang tercatat sebanyak 20,25 juta jiwa. Penurunan angkatan kerja pada triwulan ini menyebabkan penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari 71,39% di semester I2011 menjadi 69,49%. Meskipun demikian, TPAK pada periode laporan masih sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 20. Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur ( ) Indikator Ketenagakerjaan Feb Aug Feb Aug Feb Aug Angkatan Kerja 20,316,773 20,338,568 20,623,490 19,527,051 20,251,672 19,761,886 Bekerja 19,123,221 19,305,056 19,611,540 18,698,8 19,406,025 18,940,340 Menganggur 1,193,552 1,033,512 1,011, , , ,546 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 69.36% 69.25% 69.77% 69.08% 71.39% 69.49% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5.87% 5.08% 4.91% 4.25% 4.18% 4.16% sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Sakernas Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

103 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Sementara itu Tingkat Penganguran Terbuka (TPT) yang menjadi salah satu indikator keberhasilan pengurangan pengangguran pada periode laporan tercatat sebesar 4,16% atau sedikit berkurang dibandingkan semester sebelumnya maupun periode yang sama tahun 20. Tabel 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor Lapangan Kerja Utama Lapangan Pekerjaan Utama Aug Feb Aug Feb Aug Pertanian 8, , , , , Industri Pengolahan 2, , , , , Perdagangan 3, , , , , Jasa Kemasyarakatan 2, , , ,6.34 2, lainnya *) 2, , , , , TOTAL 19, , , , , *) terdiri atas Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Sektor Konstruksi dan Sektor Keuangan Sumber: BPS Jawa Timur Secara sektoral, distribusi penyerapan tenaga kerja di Jatim didominasi oleh ketiga sektor unggulannya, yaitu sektor pertanian dengan proporsi sebesar 39,70%, disusul oleh sektor perdagangan dengan (20,63%) dan sektor industri yang menyerap 14,07% dari total tenaga kerja di Jatim. Dominasi sektor pertanian menjadi ciri dari wilayah pedesaan yang merupakan wilayah terluas di Jatim, namun demikian penurunan luas lahan pertanian akibat konversi lahan untuk pemukiman maupun industri pada beberapa tahun terakhir, diyakini berdampak pada penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor ini dan berpotensi untuk beralih pada sektor usaha lainnya. Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Lapangan Pekerjaan Utama Aug Feb Aug Feb Aug Kegiatan Formal Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/ karyawan 4, , , , , Kegiatan Informal Berusaha Sendiri 3, , , , , Berusaha dibantu buruh tidak tetap 4, , , , , Pekerja Bebas dipertanian 1, , , , , Pekerja Bebas di non pertanian 1, , , Pekerja keluarga/ tidak dibayar 3, , , , , TOTAL 19, , , , , Sumber : Sakernas Berdasarkan status pekerjaan utama, karakteristik tenaga kerja di Jawa Timur masih didominasi oleh tenaga kerja informal yang mencapai 67,77% dari total Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

104 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT penduduk yang bekerja. Namun demikian, data menunjukkan bahwa pada semester II 2011 terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja pada sektor formal dan penurunan tenaga kerja pada sektor informal. Kondisi ini menunjukkan semakin terbukanya lapangan kerja di sektor formal seiring dengan perkembangan perekonomian Jatim melalui peningkatan investasi dan ekspasi bisnis dari dunia usaha. Berdasarkan statusnya, peningkatan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor formal terjadi pada kedua kelompok status pekerja, yaitu pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap yang meningkat 17,59 ribu orang (2,93%) dan pekerja yang berstatus buruh/ karyawan meningkat sebanyak 387,98 ribu orang (7,61%) NILAI TUKAR PETANI (NTP) Pendapatan petani yang diukur dari nilai tukar petani (NTP) pada triwulan 2011 menunjukkan sedikit peningkatan dari 2,31 menjadi 2,56 atau naik 0,24% (qtq). Peningkatan NTP didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima petani (It) yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan petani (Ib). Grafik 5.1 Perbandingan NTP Nasional & Jawa timur Grafik 5.2 Perubahan NTP Nasional & Jawa Timur 6 6 Nasional Jatim g NTP Nasional g NTP Jatim 6% NTP Nasional NTP Jatim % 2% 0% 2% 4% 6% 8% % I II IV I II IV I II IV I II % Sumber: BPS Jawa Timur Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,93% (qtq) pada periode ini diikuti pula oleh tingginya indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) yaitu sebesar 1,68%. Selisih yang cukup rendah antara indeks yang diterima dengan indeks yang dibayarkan menyebabkan terbatasnya level kenaikan NTP pada triwulan Jika dibandingkan dengan periode tw II2011 serta periode yang sama tahun sebelumnya, kenaikan It pada triwulan ini cenderung lebih rendah. Hal ini terkait Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

105 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT dengan siklus kinerja sektor pertanian yang secara umum di triwulan belum banyak memasuki periode panen. Sementara itu disisi indeks yang dibayarkan, peningkatan angka inflasi pada triwulan 2011 memberikan pengaruh kepada besarnya dana yang dibayarkan oleh petani untuk mencukupi kebutuhannya. Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Harga yang Dibayarkan Petani Grafik 5.4 Perkembangan Indeks Harga yang Diterima Petani 160 Ib Nasional Ib Jatim g Ib Nasional g Ib Jatim It Nasional It Jatim g It Nasional g It Jatim I II IV I II IV I II IV I II 1 0 I II IV I II IV I II IV I II Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur 5.4. NILAI TUKAR NELAYAN (NTN) Sebagaimana yang ditunjukkan oleh indikator kesejahteraan petani (NTP), Indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang mengindikasikan kesejateraan nelayan di Jawa Timur pada triwulan 2011 menunjukkan penurunan, namun masih berada diatas level NTN nasional. Grafik 5.5 Perbandingan NTN Nasional & Jawa Timur Grafik 5.5 NTN 6 Kabupaten di Jawa timur Nasional Jatim g NTN Nasional g NTN Jatim II I II IV I II IV I II IV I II Trenggalek Banyuwangi Situbondo Tuban Lamongan Pamekasan Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

106 Bab 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

107 BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan ekonomi Jatim pada triwulan IV2011 diproyeksikan tumbuh pada batas tengah dari rentang pertumbuhan 6,9% 7,2% sehingga secara keseluruhan perekonomian Jatim akan tumbuh di kisaran 7%. dengan faktor pendorong pertumbuhan yang berasal dari konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah dan peningkatan kegiatan ekspor impor. Perkiraan ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen KBI Surabaya, yang menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Ekspektasi Penghasilan yang keduanya mengindikasikan peningkatan. Kinerja ekspor diperkirakan terus berada dalam tren perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan diarahkan pada negaranegara tujuan diversifikasi ekspor sebagai antisipasi dari pelamahan perkonomian di Eropa dan Amerika. Selain itu, semakin dikenalnya beragam produk unggulan Jatim, seperti bahan kimia organik, buah buahan tropis, furnitur dan alas kaki, turut mempengaruhi tingkat permintaan dunia internasional, selain permintaan untuk bahan baku industri, seperti tembaga, timah dan baja juga terus mengalami peningkatan. Inisiatif pemerintah daerah dalam mempromosikan produk unggulan Jatim ke negara negara Afrika dan Timur Tengah, diperkirakan mulai terlihat hasilnya pada momentum persiapan Natal dan Tahun Baru, khususnya pada produk tahan lama seperti furnitur dan alas kaki. Selanjutnya, sebagaimana pola tahuntahun sebelumnya, pengeluaran pemerintah akan meningkat cukup signifikan pada triwulan IV2011 guna mencapai target realisasi belanja di tahun Ekspektasi pengusaha untuk merealisasikan rencana investasinya pada triwulan ini diperkirakan masih relatif stabil seiring meningkatnya perekonomian dalam dan luar negeri. Jalinan kerjasama yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan potensi investasi di Jatim dengan beberapa negara maju, seperti Korea, Cina dan Jepang, diharapkan dapat mulai terealisasi pada triwulan ini. Diiringi upaya peningkatan kapasitas terpasang berbagai fasilitas infrastruktur seperti pelabuhan dan bandar udara di Jatim yang semakin mendekati full capacity diharapkan tidak mengurangi minat terealisirnya investasi baru, terutama penanaman modal asing. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

108 BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA Dari sisi penawaran, kinerja sektor PHR diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan tibanya tahun baru. Kinerja sektor pertanian diperkirakan masih dalam tren perlambatan karena belum tibanya masa panen raya. Sektor lainnya yang diperkirakan mengalami pertumbuhan kinerja pada akhir tahun adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Perkembangan pertumbuhan sektor Jasa, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Listrik, Gas dan Air Bersih diperkirakan mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya seiring meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat. 6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR Dengan mempertimbangkan realisasi inflasi tahunan sampai dengan akhir triwulan 2011 serta potensi risiko inflasi kedepan, laju inflasi Jatim secara triwulanan diperkirakan stabil. Pencapaian inflasi tahunan pada akhir tahun 2011 diproyeksikan akan berada pada kisaran proyeksi 4,00% s/d 4,50% atau lebih rendah dibandingkan triwulan 2011 (4,87%). Dari sisi non fundamental, kelompok bahan makanan (volatile food) khususnya sub kelompok bumbubumbuan dan sub kelompok sayursayuran berpotensi untuk mengalami gangguan produksi akibat tingginya curah hujan. Faktor seasonal lainnya seperti momen Hari raya Idul Adha/ bulan Dzulhijah di bulan November serta Hari Raya Natal dan tahun Baru di bulan Desember diperkirakan akan memberikan tekanan dari sisi permintaan namun dalam level yang terbatas. Grafik 6.1 Proyeksi Inflasi Jawa Timur tahun 2011 Grafik 6.2 Growth Cycle Inflasi Jawa Timur Inflasi yoy (%) Fase Penurunan Inflasi Jatim Feb01 Agust01 Feb02 Agust02 Feb03 Agust03 Feb04 Agust04 Feb05 Agust05 Feb06 Agust06 Feb07 Agust07 Feb08 Agust08 Feb09 Agust09 Feb Agust Feb11 Agust Sumber: Proyeksi KBI Surabaya Sumber: BPS Jatim, Data Diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

109 BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Jawa Timur akan memasuki musim hujan di bulan September dan hujan secara merata akan berlangsung pada bulan NovemberDesember dengan intensitas curah hujan yang cenderung normal. Namun demikian, risiko potensi banjir masih ada untuk beberapa wilayah kabupaten/kota di Jatim yang berisiko tinggi banjir seperti kabupaten Bojonegoro, Bangkalan, Banyuwangi, Lamongan, Tuban dan beberapa wilayah lainnya, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan produksi (khususnya komoditas pertanian) serta gangguan jalur distribusi barang antar wilayah. Gambar 6.1 Prospek Awal Musim Hujan 2011/2012 Zona Musim Jawa Timur Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Selanjutnya risiko tekanan inflasi dari kenaikan biaya masih cukup tinggi, baik yang berasal dari faktor eksternal terkait potensi kenaikan harga komoditas internasional maupun dari faktor internal kondisi di Jawa Timur. Potensi cost push inflation dari sisi internal berasal dari kebijakan penghentian sementara (selama15 hari) pasokan gas dari Perusahaan Gas Negara (PGN) yang akan dilakukan pada pertengahan bulan November. Penghentian pasokan ini terkait dengan perbaikan Mobile Offshore Production Unit (MOPU) di Blok Maleo Madura milik salah satu perusahaan operator/ pemasok gas terbesar untuk PGN. Disamping dikhawatirkan menyebabkan gangguan proses produksi, kondisi ini juga berpotensi untuk Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan Tahun

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIMUR) Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp.

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJAN EKONOM REGONAL JAWA TMUR TRWULAN V 2011 BANK NDONESA SURABAYA Penerbit : Bank ndonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 0313520011 psw. 129/128 Fax : 0313554178

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN I 0 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No. SURABAYA Telp. : 000 psw. / Fax : 0 Email : kke_sby@bi.go.id

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 00 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No. SURABAYA Telp. : 0-00 psw. / Fax : 0- Email : hendik_s@bi.go.id

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA i Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-29 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Assesmen Perkembangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci