KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

2 Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : psw. 8301/8258 Fax : kke_sby@bi.go.id Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (

3 Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Misi Bank Indonesia a : Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan. Visi Bank Indonesia : Menjadi bank sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Nilai Nilai Strategi is : Kompetensi Intergritas Transparansi Akuntabilitas Kebersamaan. Visi dan Misi Kantor Perwaki ilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur) Misi Kantor Kanto or Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV V: Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Visi Kantor Perwak kilan Bank Indonesia Wilayah IV: Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

4 KATA PENGANTAR Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Surabaya, 17 Februari 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIMUR) Dwi Pranoto Direktur Eksekutif i

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN i ii iii iv ix xiii xiv xv xviii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN ,2 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TW. IV SISI PERMINTAAN 4 a. Konsumsi 5 b. Investasi 8 c. Ekspor - Impor 10 c.1 Ekspor Impor Antar Daerah 10 c.2 Ekspor Impor Luar Negeri SISI PENAWARAN 12 a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 14 b. Sektor Industri Pengolahan 16 c. Pertanian 18 d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 19 e. Bangunan 20 f. Pengangkutan dan Komunikasi 21 BOKS 1 DAYA SAING DAERAH BOKS 2 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UNGGULAN JAWA PASCA IMPLEMENTASI ACFTA BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI KONDISI UMUM INFLASI BULANAN (mtm) INFLASI TRIWULAN (qtq) INFLASI TAHUNAN (yoy) INFLASI MENURUT KOTA DISAGREGASI INFLASI 43 BOKS 3 DAMPAK BENCANA BANJIR DI JAWA TIMUR ii

6 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF DANA PIHAK KETIGA (DPK) KREDIT KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) STABILITAS SISTEM PERBANKAN RISIKO KREDIT PERBANKAN SYARIAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (qtq) TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI (qtq) TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (yoy) TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI (yoy) 85 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR Pendapatan Daerah Belanja Daerah Realisasi Belanja Daerah 94 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT UMUM KETENAGAKERJAAN Data Ketenagakerjaan Jawa Timur Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Kesejahteraan Petani Kesejahteraan Nelayan PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 106 BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR PERKIRAAN INFLASI JATIM PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN iii

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur 1 Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jawa Timur 2 Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur 2 Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (yoy) 13 Tabel 2.1 Inflasi Triwulan III Tahun 2012 & Triwulan IV 2013 di Jawa Timur (mtm) 31 Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) 36 Tabel 2.3 Stok Beras dan Penyaluran Raskin 37 Tabel 2.4 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 39 Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur (%yoy) 41 Tabel 2.6 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV (%yoy) 42 Tabel 2.7 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-2013 (%yoy) Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 51 Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 52 Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 64 Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur 68 Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 70 Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) Kantor Bank Indonesia 74 Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.IV Tabel 3.8 Perkembangan Inflow dan Outflow Provinsi Jatim Tahunan 83 Tabel 3.9 Perkembangan UTLE Jawa timur Tahunan 84 Tabel 3.10 Perkembangan UPAL Jawa Timur Tahunan 85 Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi RTGS Jatim Tahunan 86 Tabel 3.12 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Jatim Tahunan 86 Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur 2013 (Juta Rupiah) 89 Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Prov.Jatim Triwulan 2013 (juta Rupiah) 91 Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Tahun Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur ( ) 97 Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Reanaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU Jawa Timur Tabel 5.3 Garis Kemiskinan, Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah 107 Tabel 5.4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa Timur Menurut Daerah Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko iv

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Kredit Bank Umum per sektor (yoy) Provinsi Jawa Timur 3 Grafik 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 4 Grafik 1.3 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 4 Grafik 1.4 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 4 Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 4 Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran 5 Grafik 1.7 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 5 Grafik 1.8 Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur 6 Grafik 1.9 Penjualan Motor baru di Jawa Timur 6 Grafik 1.10 Indeks kondisi Ekonomi saat ini (IKE) 6 Grafik 1.11 Kredit Konsumsi 7 Grafik 1.12 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 7 Grafik 1.13 Survei Konsumen Kondisi saat ini 7 Grafik 1.14 Survei Konsumen Ekspektasi Masyarakat 7 Grafik 1.15 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi 8 Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Investasi 8 Grafik 1.17 Perkembangan PMTB 9 Grafik 1.18 Perkembangan Kredit Investasi 9 Grafik 1.19 Perkembangan Volume Penjualan Semen 9 Grafik 1.20 Perkembangan Penjualan Truk 9 Grafik 1.21 Perkembangan Impor Barang Modal 10 Grafik 1.22 Komponen Impor Barang Modal 10 Grafik 1.23 Perkembangan Ekspor Impor Antar Daerah 10 Grafik 1.24 Pengiriman Barang Melalui Angkutan Laut 10 Grafik 1.25 Perkembangan Net Ekspor Luar negeri 12 Grafik 1.26 Komoditas Ekspor Unggulan Jatim 12 Grafik 1.27 Perkembangan Net Ekspor Komoditas Unggulan 12 Grafik 1.28 Harga Kertas dan Minyak Sawit Internasional 12 Grafik 1.29 Pertumbuhan Tiga sektor Utama 13 Grafik 1.30 Pertumbuhan Sektor Pendukung 13 Grafik 1.31 Pertumbuhan Sektor pendukung 13 Grafik 1.32 Utilisasi kapasitas produksi 14 Grafik 1.33 Utilisasi kapasitas produksi sektoral 14 Grafik 1.34 Indeks realisasi Usaha 14 Grafik 1.35 Indeks realisasi Usaha Sektoral 14 Grafik 1.36 Pertumbuhan Subsektor PHR 15 Grafik 1.37 TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman 15 Grafik 1.38 Lama Wisatawan Menginap di Hotel 15 Grafik 1.39 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis 15 Grafik 1.40 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 16 Grafik 1.41 Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal 17

9 Grafik 1.42 Konsumsi Listrik Golongan industri 17 Grafik 1.43 Pertumbuhan Subsektor Pertanian 18 Grafik 1.44 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 19 Grafik 1.45 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jatim 19 Grafik 1.46 Luas Lahan Puso di Jatim 19 Grafik 1.47 Pertumbuhan Subsektor Keuangan 20 Grafik 1.48 Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim 20 Grafik 1.49 Volume Penjualan semen di Jatim 21 Grafik 1.50 Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial 21 Grafik 1.51 Rata-Rata Penjualan Properti Residensial 21 Grafik 1.52 Arus Penumpang di Tanjung Perak 22 Grafik 1.53 Arus Barang di Tanjung Perak 22 Grafik 1.54 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 22 Grafik 1.55 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 22 Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 30 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 30 Grafik 2.3 Disagregasi Inflasi Jawa Timur 30 Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) 30 Grafik 2.5 Inflasi per Kelompok Barang (mtm) 32 Grafik 2.6 Inflasi Oktober 2013 per Kelompok Barang 32 Grafik 2.7 Inflasi November 2013 per Kelompok Barang 32 Grafik 2.8 Inflasi Desember 2013 per Kelompok Barang 32 Grafik 2.9 Inflasi Sub Kelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air (mtm) 34 Grafik 2.10 Inflasi (mtm) Bumbu dan Sayur 35 Grafik 2.11 Inflasi (mtm) Beras, Daging dan Telur 35 Grafik 2.12 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan 36 Grafik 2.13 Perbandingan Inflasi Sub kelompok Bahan Makanan 36 Grafik 2.14 Harga Beras Internasional dan Lokal 37 Grafik 2.15 Inflasi Beras Jawa Timur 37 Grafik 2.16 Inflasi Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan 38 Grafik 2.17 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim 38 Grafik 2.18 Inflasi Sub Kelompok Daging, Telur dan hasilnya 39 Grafik 2.19 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan Tranpor Grafik 2.20 (yoy) Grafik 2.21 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun Grafik 2.22 Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 40 Grafik 2.23 Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm) 42 Grafik 2.24 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) 7 Kota di Jawa Timur 42 Grafik 2.25 Inflasi Jatim per Komponen (yoy) 43 Grafik 2.26 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya (yoy) 43 Grafik 2.27 Perbandingan Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm) 44 Grafik 2.28 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur 44 Grafik 2.29 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable (mtm) 46

10 Grafik 2.30 Inflasi Inti Manufacturing & Services (mtm) 46 Grafik 2.31 Inflasi Inti Traded Konstruksi dan Non Konstruksi (yoy) 47 Grafik 2.32 Inflasi Inti Traded Food dan Non Food (yoy) 47 Grafik 2.33 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen 47 Grafik 2.34 Ekspektasi Harga yang Akan Datang 47 Grafik 2.35 Sub Kelompok Penyumbang Inflasi Administered Price 48 Grafik 3.1 Perkembangan LDR 53 Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 53 Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 54 Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) 54 Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum 54 Grafik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum 54 Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 55 Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 56 Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 56 Grafik 3.10 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 56 Grafik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%) 56 Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 58 Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy) 58 Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq) 59 Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 59 Grafik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 59 Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y) 59 Grafik 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) 60 Grafik 3.19 Proporsi Kredit Sektoral 60 Grafik 3.20 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 61 Grafik 3.21 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 62 Grafik 3.22 Perkembangan Kredit UMKM 62 Grafik 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 63 Grafik Besar Provinsi Penyalur KUR 65 Grafik 3.25 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 65 Grafik 3.26 Perkembangan NPL Bank Umum 66 Grafik 3.27 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 66 Grafik 3.28 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) 66 Grafik 3.29 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (qtq) 66 Grafik 3.30 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (yoy) 67 Grafik 3.31 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim 67 Grafik 3.32 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 67 Grafik 3.33 Perkembangan Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 69 Grafik 3.34 Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 69 Grafik 3.35 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Jawa Timur 69 Grafik 3.36 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-yoy) 69 Grafik 3.37 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) 69 Grafik 3.38 Pertumbuhan Kredit BPR per-jenis Penggunaan (yoy) 71 Grafik 3.39 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan 71

11 Grafik 3.40 Perkembangan LDR & NPL BPR 71 Grafik 3.41 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 71 Grafik 3.42 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 72 Grafik 3.43 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 72 Grafik 3.44 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 72 Grafik 3.45 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 74 Grafik 3.46 Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 74 Grafik 3.47 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 76 Grafik 3.48 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow - out flow) dalam juta rupia 77 Grafik 3.49 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 77 Grafik 3.50 Pemusnahan Uang Kartal Tidak Layak Edar (UTLE) 77 Grafik 3.51 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 79 Grafik 3.52 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 79 Grafik 3.53 Pertumbuhan Transaksi RTGS (QTQ) 80 Grafik Kota Dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I Grafik Kota Dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw I Grafik 3.56 Perkembangan Transaksi Kliring di Jatim 80 Grafik 3.57 Tolakan Transaksi Kliring di Jatim 82 Grafik 3.58 Nominal UTLE di Jawa Timur 84 Grafik 3.59 Nominal UTLE pada temuan UPAL di JawaTimur 85 Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jatim 89 Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Jatim 90 Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) 92 Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jatim 93 Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Prov. Jatim 94 Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung 95 Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Langsung 95 Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral 97 Grafik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 98 Grafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 98 Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 98 Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 101 Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 101 Grafik 5.7 Perubahan NTP Jatim, Indeks harga yang diterima (lt), Indeks harga yang dibayar (lb) Grafik 5.8 Subsektor NTP Jatim (%) 104 Grafik 5.9 Perkembangan Subsektor NTP Jatim (yoy) 104 Grafik 5.10 Perubahan NTN Jatim, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) Grafik 5.11 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 106 Grafik 6.1 Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) 109 Grafik 6.2 Indeks Ekspetasi Penghasilan 109 Grafik 6.3 Estimasi realisasi usaha Tw.IV Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw.IV

12 Ringkasan Eksekutif

13 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER) TRIWULAN IV 2013 Kinerja ekonomi Jatim meningkat sebesar 6,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional (5,78%). Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi Pada triwulan IV-2013, perekonomian Jawa Timur (Jatim) tumbuh 6,21% (yoy), lebih rendah dari perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur) di kisaran 6,25% - 6,50% (yoy). Angka ini juga lebih rendah 0,3% dari pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 6,5% (yoy). Namun, pertumbuhan ekonomi Jatim masih di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional (5,78%). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi lebih disebabkan oleh penurunan kinerja perdagangan luar negeri terutama untuk negara tujuan China dan India. Di sisi lain, masih tumbuhnya konsumsi masyarakat Jawa Timur dan transaksi perdagangan antar daerah menjadi faktor penahan penurunan kinerja ekspor luar negeri. Komponen lainnya yaitu investasi swasta dan belanja pemerintah masih tumbuh stabil. Dari sisi penawaran, kinerja sektor Industri, Bangunan, Jasa serta sektor Pengangkutan & Komunikasi menahan laju perlambatan sektor lainnya. Optimisme mengiringi perbaikan kinerja sektor industri di tengah masih kuatnya konsumsi domestik khususnya di wilayah Jawa. Sementara itu, perlambatan yang terjadi pada sektor pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dominan mendorong laju pertumbuhan ekonomi pada level yang lebih rendah. Inflasi IHK pada triwulan IV-2013, secara tahunan, mencapai sebesar 7,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan nasional (8,38%). Assesmen Inflasi Inflasi Jatim terkoreksi pada akhir tahun 2013, yaitu mencapai 7,59% (yoy) turun dibandingkan triwulan sebelumnya (7,78%) dan lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional (8,38%). Demikian pula secara triwulanan, inflasi Jatim juga turun dari 3,72% (qtq) menjadi 0,73%. Walaupun menurun, namun masih di atas sasaran inflasi nasional 4,5% + 1%, yang disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok administered price (14,91%) dan volatile foodss (12,76%). Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,13%. ix

14 Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok administered price (2,68%), disusul kemudian oleh volatile foods (2,54%) dan kelompok core inflation (2,38%). Pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga komoditas tertentu seperti Bahan Bakar Minyak, tarip listrik, Upah Minimum Kota (UMK), cukai rokok dan bahan bakar rumah tangga, dan fluktuasi produksi (termasuk di dalamnya kendala impor hortikultura di awal tahun) merupakan penyebab utama tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut. Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan tingkat inflasi yang relatif lebih tinggi. Namun pada tahun 2013, inflasi Jatim berada pada level di bawah inflasi nasional dan di urutan kedua terendah untuk kawasan Jawa. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari yang terendah yaitu DIY (7,32%), Jawa Timur (7,59%), Jawa Tengah (7,99%), Jawa Barat (9,15%) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,65%). Kinerja perbankan di Jawa Timur masih terus menunjukkan perkembangan positif dengan pertumbuhan kredit mencapai 26,71% (yoy), bahkan lebih tinggi dari tahun Assesmen Perbankan Sampai dengan Triwulan IV tahun 2013, kinerja perbankandi Jawa Timurbaik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan stabil.aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar18,8% (yoy) hingga mencapai Rp 429,98 triliun pada Triwulan IV Kredit tumbuh sebesar 26,71% (yoy) dari sebesar Rp 291,26 triliun pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar Rp 310,96 triliun pada Triwulan IV Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 15,9% (yoy) menjadi sebesar Rp 340,96 triliun pada periode laporan. Sementara itu, perkembangan transaksi sistem pembayaran di wilayah Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia di Jawa Timur yang meliputi KPw BI Wilayah IV, Malang, Jember dan Kediri pada Triwulan II-2013 menunjukkan peningkatan, baik untuk transaksi tunai maupun transaksi non-tunai. Transaksi tunai mengalami net-outflow sebesar Rp. 3,44 triliun. Kondisi tersebut cukup berbeda apabila dibandingkan x

15 triwulan sebelumnya yang mencatat net inflow sebesar Rp 729,32 miliar (Triwulan III 2013). Net outflow yang terjadi pada periode ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat pada momen liburan natal dan tahun baru. Selain itu, tingginya realisasi anggaran belanja pemerintah daerah di akhir tahun juga turut mendorong peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat Jawa Timur pada periode laporan. Hal serupa juga ditunjukkan oleh transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS yang tumbuh mencapai 5,93% (qtq) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang mencapai Rp. 44,39 triliun atau menurun sebesar -14,19% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekonomi Jatim pada Tw I-2014 diperkirakan tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,2% s.d 6,5% Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw I 2014 Pada triwulan I 2014, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,2% s.d 6,6% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan pada level 6,2% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi penghasilan masyarakat di triwulan I 2014 cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen. Pulihnya perekonomian negara maju serta mulai meredanya tekanan pada perekonomian negara mitra dagang Jawa Timur di triwulan I 2014 diperkirakan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya dari ekspor luar negeri. Perkiraan meredanya tekanan nilai tukar rupiah juga menjadi salah satu pendorong perbaikan neraca perdagangan Jawa Timur, sehingga perekonomian wilayah Jabagtim diperkirakan mampu tumbuh positif pada triwulan I Sementara itu, pada triwulan I-2014, kinerja investasi diperkirakan sedikit melambat. Hasil quick survey dan liaison menunjukkan bahwa pelaksanaan Pemilu 2014 membuat investor melakukan wait and see dan menunda keputusan investasi 6-12 bulan ke depan. Tekanan di sektor industri berupa kenaikan UMK dan rencana kenaikan tarif listrik industri diperkirakan berpotensi menahan realisasi investasi. xi

16 Di sisi penawaran, kinerja pertanian di triwulan I-2014 diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan adanya pergeseran panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah. Sementara itu, kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga diperkirakan meningkat seiring dengan kembali pulihnya konsumsi rumah tangga serta semakin majunya kota tujuan wisata alam seperti Malang, Banyuwangi dan Jember yang menarik wisatawan domestik maupun internasional. Pelaksanaan Pemilu 2014 serta relatif tingginya agenda bisnis di awal tahun berpotensi meningkatkan kinerja subsektor perdagangan, hotel, dan restoran. Perbaikan sisi penawaran tercermin dalam hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan peningkatan ekspektasi realisasi usaha dan penyerapan tenaga kerja pelaku usaha. Inflasi Jatim pada Tw I-2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,71% s.d 6,90% (yoy). Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw I-2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 6,71% s/d 6,90%. Pada awal 2014 terjadi banjir di beberapa wilayah di Jawa Timur yang merusak 5,95% dari total lahan yang telah ditanami(mayoritas adalah lahan padi). Hal ini menyebabkan petani harus menanam ulang sawah yang terendam sehingga berpotensi pada berkurangnya produksi beras dan pergeseran masa panen. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga sampai dengan minggu ke-2 Februari 2014 tidak terdapat kenaikan harga yang signifikan untuk sub kelompok sayur-sayuran maupun bumbu-bumbuan. Kenaikan harga terjadi pada beras (0,92%) dan cabe rawit (3,45%). Selain banjir, pada minggu ke-2 Februari juga terjadi erupsi Gunung Kelud yang menyebabkan rusaknya lahan pertanian padi, cabe rawit, jagung, kedelai, nanas dan tomat. Hal ini berpotensi meningkatkan inflasi kelompok bahan makanan pada awal Meskipun demikian, diproyeksi tekanan inflasi tersebut berdampak pada bulan Januari dan Februari 2014 sehingga di akhir Tw I-2014, dampak tersebut telah termoderasi oleh dimulainya masa panen raya dan inflasi kelompok ini relatif stabil. Sampai dengan Tw I-2014 pendorong inflasi kelompok ini adalah kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) yang xii

17 meningkat Rp1.000/kgdan menyumbang inflasi bulan Januari 2014 sebesar 0,21%. Tidak terdapat rencana pemerintah untuk menaikkan harga komoditas lain pada Tw I Kenaikan selanjutnya adalah Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang akan dilaksanakan pada Mei 2014, sehingga pada Tw I-2014 inflasi kelompok ini diperkirakan stabil dan cenderung turun. Inflasi kelompok ini diproyeksi meningkat di akhir Tw I-2014 seiring dengan adanya Pemilu pada April 2014 yang memicu tingginya ekspektasi masyarakat. Harga komoditas internasional yang belum stabil serta masih lemahnya nilai tukar Rupiah juga menjadi salah satu pemicu relatif meningkatnya inflasi kelompok ini. Ekonomi Jatim Tahun 2014 diperkirakan tumbuh pada rentang 6,4% s.d 6,8% (yoy) Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2014 Di sepanjang tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,4% s.d 6,8% (yoy). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 (6,2%, yoy). Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa. Dari sisi permintaan, penopang utama pertumbuhan ekonomi masih berasal dari konsumsi masyarakat seiring tingginya daya beli dan dominannya proporsi usia produktif di Jawa Timur. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan Pemerintah pada tahun 2014 didorong oleh kenaikan permintaan akibat pelaksanaan Pemilu Sementara itu, kenaikan tarif komponen pembentuk biaya produksi di tahun 2013 terindikasi berdampak pada kinerja sektor riil Jawa Timur di sepanjang tahun Tekanan di dunia usaha diperkirakan memperlemah kinerja investasi. Namun demikian, adanya realisasi beberapa proyek infrastruktur Pemerintah seperti mulai beroperasinya Teluk Lamong, rencana pembangunan empat buah smelter serta Tol Trans Jawa diperkirakan mampu menahan laju perlambatan investasi tersebut. Pembaikan perekonomian global dan regional sepanjang tahun ini secara optimis mampu meningkatkan ekspor Jawa Timur di tahun Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor mampu tumbuh positif dibanding tahun 2013, kecuali sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada tahun 2014, tekanan sektor industri pengolahan mampu dikompensasi dengan xiii

18 tingginya permintaan pra dan pasca Pemilu, sehingga masih tumbuh positif. Sementara itu, sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diperkirakan relatif melambat. Adanya kebijakan pengetatan kepemilikan rumah berpotensi untuk menahan pertumbuhan sektor konstruksi. Di sisi lain, kebijakan peningkatan suku bunga acuan dan pembatasan penyaluran kredit oleh bank berpotensi memperlambat pertumbuhan sektor keuangan, terutama subsektor bank. Secara keseluruhan faktor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan dengan capaian di tahun sebelumnya. inflasi Jatim pada tahun 2014 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran 4,84% s.d 5,34% Pada akhir tahun 2014, inflasi Jawa Timur diproyeksikan berada di kisaran 4,84% - 5,34% atau kembali pada sasaran nasional yang sebesar 4,5% + 1%. Tekanan berkurang seiring dengan tidak adanya kendala impor hortikultura. Meskipun demikian, produksi lokal diproyeksikan berkurang sebagai dampak terjadinya bencana alam di awal tahun 2014 seperti banjir di beberapa daerah di Jawa Timur serta erupsi Gunung Kelud. Inflasi relatif stabil karena tidak adanya rencana kenaikan harga BBM. Tekanan kenaikan harga LPG 12 kg di awal tahun dan kenaikan BBM di Tw III-2013 diproyeksi termoderasi di Tw III-2014 melalui penyesuaian indeks base year IHK. Namun perlu diwaspadai rencana kenaikan tarif tenaga listrik yang akan dilaksanakan pada Mei 2014 termasuk pula dampak lanjutannya terhadap kelompok inflasi lainnya. Tekanan inflasi berpotensi meningkat karena ekspektasi masyarakat dengan adanya Pemilu pada April 2014 dan penyesuaian UMP. Adanya Pemilu tahun 2014 meningkatkan ekspektasi masyarakat akan tingginya aktivitas perekonomian sehingga dapat mendorong kenaikan harga. Selain itu, tingkat harga komoditas internasional yang masih berfluktuatif dan adanya titik keseimbangan baru Rupiah juga berpotensi meningkatkan biaya produksi industri yang sebagian bahan bakunya impor sehingga menjadi salah satu sumber kenaikan harga. xiv

19 LAMPIRAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) JAWA TIMUR 130,58 131,75 134,29 135,50 139,39 139,55 144,74 145,79 - Kota Surabaya 130,32 131,39 133,80 135,02 138,95 139,09 144,18 145,17 - Kota Malang 130,51 131,63 134,34 135,89 139,65 140,14 145,31 146,65 - Kota Kediri 129,34 130,90 134,04 134,62 138,00 138,82 144,47 145,45 - Kota Jember 131,12 132,22 134,39 135,86 139,66 139,33 144,83 145,65 - Kota Probolinggo 133,59 135,90 139,28 140,56 144,54 137,07 141,63 142,29 - Kota Madiun 134,42 135,20 137,51 138,20 142,52 144,58 150,44 151,75 - Kota Sumenep 128,26 129,81 132,63 133,44 137,77 142,10 147,45 148,59 LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y) JAWA TIMUR 3,97 4,63 4,50 4,50 6,75 5,93 7,78 7,59 - Kota Surabaya 4,19 4,69 4,29 4,37 6,63 5,86 7,76 7,52 - Kota Malang 3,80 4,44 4,58 4,60 7,01 6,46 8,16 7,92 - Kota Kediri 4,34 5,06 5,26 4,63 6,70 6,05 7,79 8,05 - Kota Jember 2,46 4,12 4,40 4,49 6,51 5,38 7,77 7,21 - Kota Probolinggo 3,19 4,66 5,55 5,88 8,20 5,59 8,02 7,98 - Kota Madiun 3,36 3,93 3,91 3,51 6,04 6,39 7,22 7,52 - Kota Sumenep 5,10 5,46 6,06 5,06 7,42 5,10 6,76 6,62 PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa Jasa Pertumbuhan (yoy) - Pertanian 2,76 4,68 4,36 1,95 1,42 1,42 1,92 1,65 - Pertambangan dan Penggalian 5,09 1,66 1,01 1,11 2,91 2,34 4,72 3,19 - Industri Pengolahan 6,23 5,74 7,21 6,17 5,16 6,62 5,36 5,25 - Listrik, gas, dan air bersih 7,07 6,69 5,25 5,90 5,61 4,60 4,63 4,16 - Bangunan 10,18 5,58 6,84 6,10 8,26 10,53 8,46 8,99 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,69 10,61 9,79 10,13 9,38 8,92 8,52 7,72 - Pengangkutan dan komunikasi 13,17 8,05 8,79 9,10 10,98 10,04 10,70 10,06 - Keuangan, persewaan, dan jasa 7,76 8,92 8,18 7,20 8,49 8,24 7,39 6,70 - Jasa 4,75 4,96 4,63 4,97 5,68 5,72 4,95 4,98 Pertumbuhan PDRB (yoy) 7,27 7,31 7,41 7,09 6,57 6,90 6,51 6,21 xviii

20 A. Perbankan Bank Umum : INDIKATOR LAMPIRAN INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Asset (Rp. Triliun) 304,22 322,89 342,66 353,60 362,32 379,47 406,88 420,52 DPK (Rp. Triliun) 252,81 262,25 273,66 289,09 287,82 293,80 313,69 335,31 - Tabungan (Rp. Triliun) 109,95 116,20 122,89 134,22 130,08 133,15 140,54 130,19 - Giro (Rp. Triliun) 42,85 43,54 46,07 47,67 46,57 45,98 51,85 53,34 - Deposito (Rp. Triliun) 100,00 102,50 104,70 107,20 111,16 114,67 121,31 151,77 Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 192,75 210,06 223,51 239,48 245,21 265,35 284,35 304,11 - Modal Kerja 112,31 123,45 129,66 139,52 142,72 153,43 165,97 181,17 - Investasi 26,13 28,75 31,21 33,72 33,43 38,62 41,56 43,96 - Konsumsi 54,32 57,86 62,64 66,25 69,06 73,31 76,82 78,98 Non Performing Loan (NPL-Gross) 2,96 2,73 2,64 2,60 2,26 2,12 2,02 1,75 Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 76,25% 80,10% 85,07% 82,84% 85,20% 90,32% 90,64% 90,70% Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 63,21 68,87 63,65 68,53 70,40 78,65 79,16 83,26 NPL UMKM Gross (%) 4,22 3,82 3,68 3,63 3,89 3,56 3,59 3,29 BPR : Total Asset (Rp. Triliun) 6,98 7,35 8,01 8,33 8,57 8,97 9,39 9,46 DPK (Rp. Triliun) 4,18 4,39 4,74 4,89 4,98 5,09 5,30 5,41 - Tabungan (Rp. Triliun) 1,33 1,35 1,47 1,57 1,61 1,60 1,65 1,74 - Deposito (Rp. Triliun) 2,85 3,03 3,27 3,32 3,38 3,50 3,65 3,67 Kredit (Rp. Triliun) 5,15 5,57 5,81 5,94 6,19 6,70 6,92 6,85 - Modal Kerja 3,36 3,63 3,78 3,80 4,11 4,48 4,62 4,62 - Investasi 0,16 0,17 0,20 0,28 0,20 0,23 0,26 0,25 - Konsumsi 1,64 1,77 1,83 1,85 1,88 1,99 2,05 1,99 Non Performing Loan (NPL-Gross) 4,29% 4,14% 4,24% 3,39% 3,84% 3,88% 4,28% 4,00% Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 123,38% 127,08% 123% 121% 124% 131% 131% 127% SYARIAH : Total Asset (Rp. Triliun) 12,01 13,14 14,08 16,57 17,27 18,74 19,23 21,45 DPK (Rp. Triliun) 9,32 9,88 10,59 12,39 13,27 13,95 14,03 16,91 - Giro (Rp. Triliun) 0,84 0,88 0,88 1,39 1,25 1,30 0,78 0,99 - Tabungan (Rp. Triliun) 4,90 5,08 5,43 4,83 4,97 5,29 5,81 6,50 - Deposito (Rp. Triliun) 3,58 3,92 4,28 6,18 7,04 7,35 7,44 9,43 Pembiayaan (Rp. Triliun) 8,93 10,03 10,68 11,99 12,67 13,81 14,09 15,01 - Modal Kerja 3,60 4,16 4,54 5,08 5,40 5,95 6,26 6,86 - Investasi 1,51 1,75 1,89 2,29 2,31 2,58 2,51 2,77 - Konsumsi 3,83 4,12 4,25 4,61 4,96 5,27 5,32 5,39 Non Performance Financing (NPF) % 1,36 1,43 1,63 1,43 1,91 1,97 2,5 2,59 Financing to Deposit Ratio (FDR) % 95,77 101,59 100,80 96,72 95,50 98,97 100,43 86,76 B. SISTEM PEMBAYARAN INDIKATOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Inflow (Rp. Triliun) 12,70 20,08 14,91 9,99 15,99 11,35 18,78 10,98 Outflow (Rp. Triliun) 6,52 12,08 14,30 11,53 8,16 11,77 18,05 14,42 Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 4,76 5,10 0,29 0,88 1,67 3,28 5,02 4,61 Nominal Transaksi RTGS 122,21 182,77 185,10 197,88 184,12 220,10 210,82 200,00 Volume Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 44,05 46,32 38,59 46,11 36,69 49,46 51,73 44,39 Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1,40 1,40 1,28 1,29 1,30 1,38 1,35 1,06 Tolakan Kliring (Rp. Juta) Tolakan Kliring (lembar)

21 Bab 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

22 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2013 Kinerja perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada tahun 2013 mencapai 6,55% (yoy), melambat dibanding 2012 (7,22%), namun tetap lebih tinggi dari ekonomi nasional yang berada pada level 5,78%. Sebagaimana diinformasikan pada tabel berikut, pertumbuhan ekonomi Jatim dalam kurun waktu 8 tahun terakhir cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional, kecuali pada tahun 2007 yang sedikit berada di bawah nasional. Jika diukur lebih lanjut, kinerja perekonomian Jatim terus meningkat, sedangkan nasional mulai mengalami perlambatan di tahun Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur WILAYAH * NASIONAL JAWA TIMUR Sumber: BPS Jawa Timur Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga, pemerintah dan kinerja investasi swasta Jatim menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi rumah tangga di tahun 2013 didorong perbaikan daya beli masyarakat seiring bertambahnya kelompok usia produktif. Di sisi lain, pertumbuhan belanja investasi pemerintah dan swasta pun meningkat di tengah upaya percepatan pembangunan infrastruktur guna meningkatkan minat investor luar dan dalam negeri, khususnya pada sektor industri pengolahan. Namun, transaksi perdagangan Jawa Timur mengalami penurunan akibat melambatnya ekspor impor dalam negeri, sedangkan luar negeri relatif tumbuh membaik. Di sisi lain, minat investasi relatif membaik dengan diselesaikannya beberapa proyek infrastruktur besar semisal Jalan Tol Mojokerto Kertosono, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pacitan, Sistem Penyediaan Air Minum (SPA), Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) serta Penyelesaian Tahap IV Jalan Lintas Selatan (JLS). Dengan diresmikannya PLTU Pacitan menambah supply listrik di Jawa Timur sehingga mendorong kondisi surplus energi yang berpotensi meningkatkan minat investasi khususnya pembangunan pabrik Smelter di tahun Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan pada kegiatan konsumtif masih lebih rendah dibandingkan penyaluran kredit ke sektor produktif. Hal ini searah dengan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

23 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL kebijakan Bank Indonesia yang menginginkan adanya peningkatan kredit pada sektor produktif, sedangkan pertumbuhan kredit konsumtif diharapkan melaju pada level stabil dengan tingkat prudential yang lebih baik. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Jawa Timur Komponen Sisi Permintaan Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Konsumsi Lemb. Nirlaba Investasi (PMBT) Ekspor Ekspor (Luar Negeri) Ekspor (Dalam Negeri) (12.12) Impor Impor (Luar Negeri) Impor (Dalam Negeri) (5.79) PDRB Sumber: BPS Jawa Timur Dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya kinerja 3 (tiga) sektor utama. Menurunnya luas lahan dan pergeseran musim tanam turut mempengaruhi tingkat produktivitas hasil tani sehingga pada akhirnya menekan pertumbuhan sektor pertanian. Di sisi lain, belum membaiknya transaksi ekspor impor luar negeri dan penurunan marjin dunia usaha akibat kenaikan biaya produksi turut mempengaruhi perlambatan sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi PenawaranProvinsi Jawa Timur KOMPONEN SISI PENAWARAN PERTANIAN PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS & AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Sumber: BPS Jawa Timur Ditinjau dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit perbankan di Jawa timur kepada sektorsektor utama secara umum terjaga stabil. Meskipun pertumbuhan kredit kepada sektor pertanian sejak triwulan III 2013 mencatat perlambatan, namun diharapkan kondisinya terus Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

24 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL membaik mengingat optimisme pelaku usaha atas peningkatan produksi usaha di tahun Sementara itu penyaluran kredit kepada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan mencatat pertumbuhan yang relatif sama dan lebih stabil. Terkait dengan hal tersebut di atas, upaya peningkatan pengelolaan risiko pada sektor utama masih menjadi tantangan dunia perbankan, utamanya pada sektor pertanian. Hal tersebut diperlukan mengingat pentingnya dukungan pembiayaan dalam pengembangan sektor pertanian dalam rangkat peningkatan ketahanan pangan daerah. Grafik 1.1 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Per Sektor (% yoy) Prov.Jawa Timur 1.2 Pertumbuhan Ekonom mi Jawa Timur Tahun Triwulan IV 2013 Perekonomian Jaw wa Timur mengindikasikan terjadinya perlam mbatan pada triwulan IV Pertumbuhan ekonomi e pada triwulan ini sebesar 6,2% (yoy), ( menurun 0,3% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya (6,5%, yoy), namun tetap lebih h tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang y tercatat sebesar 5,78%. Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi lebih disebabkan oleh penurunan kinerja perdagangan luar negeri terutama untuk negara tujuan China dan India. Di sisi lain, masih tumbuhnya konsumsi masyarakat Jawa Timur dan transaksi perdagangann antar daerah menjadi faktor penahan penurunan kinerja ekspor luar negeri. Komponen lainnya yaitu investasi swasta dan belanja pemerintah masih tumbuh stabil. Dari sisi penawa aran, kinerja sektor Industri, Bangunan n, Jasa serta sektor Pengangkutan & Komun nikasi menahan n laju perlambatan sektor r lainnya. Optimisme mengiringi perbaikan kinerja sektor industri di tengah masih kuatnya konsumsi domestik khususnya di wilayah Jawa. Sementara itu, perlambatan yang terjadi pada sektor pertanian dan PHR dominan mendorong laju pertumbuhan ekonomi pada level yang lebih rendah. Tibanya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

25 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL musim tanam kelompok bahan makanan serta tertundanya panen tanaman perkebunan (akibat hadirnya musim hujan lebih awal) menyebabkan penurunan produksi sektor pertanian. Di sisi lain, masih belum membaiknya kinerja perdagangan luar negeri mempengaruhi transaksi ekspor impor Jawa Timur di tengah membaiknya transaksi perdagangan dalam negeri. Grafik 1.2 Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur % y o y ,22 6,41 6,25 5,87 Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur 5,83 5,60 5,28 5,01 4,27 4,14 4,33 6,53 5,42 7,14 7,17 7,29 7,29 6,29 5,81 6,81 6,45 6,52 6,50 7,27 7,30 7,42 7,10 6,57 6,90 6,36 6,03 6,16 5,81 6,51 6,21 5,58 5,50 100% 80% 60% 40% 20% JASA KEUANGAN ANGKUT & KOM PHR BANGUNAN LGA INDUSTRI 3 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV** 0% I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV TAMBANG PERTANIAN Sumber: BPS Jatim Sumber: BPS Jatim Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja konsumsi masyarakat, ekspor antar daerah, investasi swasta dan belanja pemerintah. Sedangkan transaksi perdagangan luar negeri mengalami penurunan, terutama untuk negara tujuan China dan India. 6 Grafik Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur Net Ekspor Luar Negeri g_net Ekspor Luar Negeri (rhs) Net Ekspor Antar Pulau g_net Ekspor Antar Pulau (rhs) Grafik Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur Konsumsi Rumah Tangga gkonsumsi (rhs) Konsumsi Pemerintah g_konsumsi Pemerintah (rhs) 30% 25% R P T R I L I U N I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % Y O Y T r i l i u n R p I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% % Y O Y Sumber: BPS Jatim Sumber: BPS Jatim Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

26 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL a. Konsumsi Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat pada triwulan IV Hal ini didukung oleh stabilnya pendapatan rumah tangga serta tingginya permintaan barang dan jasa di akhir tahun pada season Natal dan menjelang tahun baru. Peningkatan tersebut dikonfirmasi oleh meningkatnya omset riil penjualan, terutama peralatan rumah tangga, bahan bangunan (atau konstruksi) serta pakaian dan perlengkapannya (Grafik 1.6). Faktor tersebut mendorong konsumsi rumah tangga meningkat menjadi 8,2% (yoy), meningkat sebesar 0,7% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik Grafik Indeks Penjualan Eceran Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks Indeks Omset Riil Pakaian & Perlengkapannya Alat Tulis Barang Budaya dan Rekreasi Peralatan Rumah Tangga Makanan, Minuman, Tembakau Konstruksi Kwh Kons. Listrik RT Pertumbuhan % 20% 18% 16% 14% 12% % 8% 6% 4% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PLN (diolah) Sebagaimana diinformasikan sebelumnya, peningkatan belanja masyarakat terindikasi oleh hasil Survei Penjualan Eceran (yang dilakukan KPwBI Wil.IV) dengan meningkatnya indeks omset riil khususnya pada jenis barang untukmemenuhi kebutuhan Natal dan Tahun Baru. Di sisi lain, konsumsi listrik rumah tangga pun tumbuh lebih tinggi dari angka pada triwulan II dan III Kedua indikator ini mengkonfirmasi peningkatan belanja masyarakat di triwulan IV Namun, berdasarkan angka yang diperoleh dari laporan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur atas kinerja pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Triwulan IV 2013 diperoleh informasi bahwa angka penjualan baik mobil maupun motor tumbuh melambat dibandingkan dengan Triwulan III Perlambatan ini diduga akibat shifting belanja masyarakat ke jenis kendaraan Low Cost Green Car (LCGC), dengan kondisi barang yang belum dapat segera dipenuhi mengingat tingginya pesanan barang. Dugaan ini diperkuat dari indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama (hasil Survei Konsumen KPwBI Wilayah IV), yang mengalami peningkatan sebesar 4,58 poin dari 100,6 menjadi 105,2 (lihat grafik 1.10). Kinerja Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

27 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL penjualan kendaraan bermotor diperkirakan akan membaik pada triwulan I 2014 seiring dipenuhinya ribuan pesanan secara bertahap baik jenis LCGC maupun Low Multi Purpose Vehicle (LMPV) (unit) Gambar 1.8 Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur (%,yoy) Penjualan Mobil Pribadi g Mobil 100% 80% 60% 40% 20% 0% Gambar 1.9 Penjualan Motor Baru di Jawa Timur (unit) (%,yoy) Penjualan Sepeda Motor g Sepeda Motor (rhs) 100% 80% 60% 40% 20% 0% % % 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -40% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -40% Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah) Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah) Gambar Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Survei Konsumen 160 INDEKS 140 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sementara itu, pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi masyarakat masih sama dengan pola-pola triwulan sebelumnya yaitu masih relatif rendah. Namun secara keseluruhan pertumbuhannya mengalami perbaikan dibandingkan di awal tahun. Sumber pembiayaan eksternal lainnya yang penting bagi masyarakat adalah kredit konsumsi perbankan yang selama triwulan IV 2013tumbuh melambat, melanjutkan penurunan angka sebelumnya pada triwulan III Perlambatan ini merupakan dampak dari pemberlakuan kebijakan Loan to Value (LTV) progresif (Oktober 2013) dan kenaikan suku bunga kredit konsumsi pasca kenaikan BI Rate sebagai suku bunga acuan sejak Juni Menurunnya realisasi Kredit Kepemilikan Rumah untuk tipe di atas 70 menjadi salah satu penyebab penurunan pertumbuhan kredit konsumsi di Jawa Timur pada periode laporan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

28 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Gambar Kredit Konsumsi Gambar 1.12 Dana Simpanan Perbankan Perorangan gdpk Perorangan ggiro Perorangan (rhs) %yoy gtab Perorangan (rhs) gdep Perorangan (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (10) Rp Juta Modal Kerja Investasi Konsumsi G Modal Kerja (yoy) G Investasi (yoy) G Konsumsi (yoy) Tw I Tw II Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % y o y Indikator lainnya yang turut mendukung kenaikan konsumsi masyarakat tercermin pada hasil Survei Konsumsi (yang dilakukan KpwBI Wilayah IV) dengan meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) (lihat grafik 1.13). Kenaikan indeks ini lebih dominan didorong oleh membaiknya persepsi masyarakat atas kondisi ekonomi saat ini dibandingkan dengan faktor ekspektasinya. Perbaikan pendapatan dan ketersediaan lapangan kerja mendorong meningkatnya keyakinan masyarakat dalam mengkonsumsi barang tahan lama sehingga secara keseluruhan mendorong peningkatan IKK. Sebaliknya, perlambatan ekspektasi didorong kekhawatiran masyarakat atas ketersediaan lapangan pekerjaan dan tingkat penghasilan di tahun 2014 mengingat dominannya pengaruh variabel PEMILU atas kinerja sektor usaha, khususnya sektor konstruksi. Namun demikian, keseluruhan nilai indeks masih di atas 100. Hal ini mencerminkan masyarakat cenderung optimis karena nilai bersih di atas 100 sama dengan jumlah responden yang merasa optimis lebih besar dibandingkan dengan jumlah responden yang merasa pesimis. Gambar 1.13 Survei Konsumen Kondisi Saat Ini Gambar 1.14 Survei Konsumen Ekspektasi Masyarakat a (INDEKS) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) INDEKS Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d. Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d. Ketersediaan lapangan kerja 6 bl yad 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

29 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL b. Investasi Pada triwulan IV-2013, kegiatan investasi di Jawa Timur mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Investasi di triwulan ini tumbuh sebesar 7,7% (yoy), meningkat 1,2% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III Peningkatan investasi di triwulan ini terutama didorong oleh peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi PMA di wilayah Jabagtim pada triwulan IV-2013 meningkat 57% menjadi 1.368,7 juta USD, sementara kinerja Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) cenderung turun sebesar 31% menjadi Rp 6.529,1 Miliar (Grafik 1.16). Tertariknya investor asing terhadap pasar investasi negara berkembang merupakan salah satu faktor pendorong relatif tingginya investasi asing di Jatim. Selain itu, perekonomian yang relatif stabil dan tumbuh di atas level nasional serta kemudahan izin investasi turut mendukung peningkatan PMA. Berbagai rangkaian kegiatan business meeting dengan calon investor asing berupa penawaran proyek infrastruktur dan potensi berinvestasi di Jawa Timur direspon positif dengan dibentuknya kerjasama (MoU) antara beberapa negara dengan Gubernur Jawa Timur. Langkah ini dinilai efektif terlihat dari berlanjutnya hubungan bilateral dengan pengajuan rencana investasi beberapa PMA di sepanjang tahun Apabila dilihat secara tahunan, investasi di tahun 2013 meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya, dengan dominasi padajenis investasi berbentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), lihat grafik (Unit Proyek) Gambar Perkembangan Jumlah Proyek Investasi Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN (%, yoy) Perubahan Jumlah Proyek PMDN 300% (USD Million) Gambar Perkembangan Nilai Investasi Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar) g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN (%, yoy) 3500% 3000% % % 2000% % 0% % 1000% 500% 0% - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -100% - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -500% Perbaikan kinerja investasi juga terindikasi dari volume penyaluran kredit investasi yang memiliki tren peningkatan (Grafik 1.18Berdasarkan hasil liaison, investasi wilayah Jabagtim di triwulan IV-2013 banyak dilakukan melalui peremajaan mesin produksi, sehingga impor barang modal cenderung meningkat (Grafik 1.21). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

30 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL T r i l i u n R p Gambar1.17 Perkembangan PMTB Pembentukan Modal Tetap Bruto gpmtb (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Jawa Timur % 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% % Y O Y Rp Juta Gambar Perkembangan Kredit Investasi Modal Kerja Investasi Konsumsi G Modal Kerja (yoy) G Investasi (yoy) G Konsumsi (yoy) - Tw I Tw II Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % y o y Indikator lainnya mengindikasikan hal yang sama, yaitu indikator tingkat pertumbuhan penjualan semen dan penjualan truk. Meningkatnya kebutuhan pembangunan investasi fisik di Jawa Timur terindikasi melalui pertumbuhan penjualan semen, meskipun belum levelnya belum setinggi di tahun Giatnya kegiatan investasi turut dikonfirmasi oleh berlanjutnya perbaikan kinerja penjualan truk (sebagai salah satu kendaraan usaha). Meskipun kebijakan tarif impor mesin sebesar 0% telah dihapuskan, namun kinerja kelompok impor barang modal masih tumbuh stabil. Pesta demokrasi di tahun 2014 menjadi faktor utama penyebab ekspansi terbatas sektor industri pengolahan. Sebagaimana turut dikonfirmasi dari hasil kegiatan liaison (KPwBI Wilayah IV) bahwa ekspansi investasi cenderung meningkat pada kelompok non fisik berupa pembelian mesin baik yang bertujuan sebagai pengganti maupun peningkatan kapasitas produksi. Sedangkan ekspansi berupa investasi fisik (mis: bangunan dan tanah) tumbuh melambat mengingat masih tingginya aksi wait & see pelaku usaha di tahun 2014 mendatang. Gambar1.19 Gambar Perkembangan Volume Penjualan Semen Penjualan Semen g_penjualan Semen (ribu sak) (%, yoy) 30% 20% (unit) Perkembangan Penjualan Truk Penjualan Truk g Truk (%,yoy) 100% 80% 60% % % 0% 20% % -20% % -20% -40% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: 2008 Asosiasi 2009 Semen Indonesia Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah) -30% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah) -60% Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

31 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Gambar1.21 Gambar (USDjuta) Perkembangan Impor Barang Modal Capital Goods g_capital Goods (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV (20) (40) Komponen Impor Barang Modal (USDjuta) (%, yoy) Kendaraan (U/ Industri) Peralatan Ind. Kend. Pribadi Mesin g Impor Mesin (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (10) (20) (30) Sumber: 2013 Bank Indonesia c. Ekspor Impor c. 1. Ekspor Impor Antar Daerah Net ekspor perdagangan antar daerah di wilayah Jabagtim pada triwulan IV-2013 mengalami peningkatan. Hal ini terutama didukung oleh posisi Jawa Timur sebagai hub antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur. Net ekspor perdagangan antar daerah pada triwulan ini meningkat sebesar 26,2% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 1.23). Hal ini terindikasi dari peningkatan volume barang yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak sejak bulan September hingga akhir tahun 2013 (Grafik 1.24). Tingginya permintaan barang dari KTI, terutama untuk komoditas pangan, seperti beras dan Jagung serta komoditas hasil industri makanan dan minuman pada hari raya Natal dan menjelang tahun baru mengkonfirmasi kenaikan ini. Pembangunan beberapa pelabuhan di Jawa Timur, seperti Teluk Lamong, Pelabuhan Socah dan Pelabuhan Tanjung Wangi di Banyuwangi diperkirakan semakin meningkatkan konektivitas dan perdagangan antar daerah di wilayah Jabagtim di tahun Gambar1.23 Perkembangan Ekspor-Impor Antar Daerah Gambar1.24 Pengiriman Barang Melalui Angkutan Laut 35,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Juta (Rp) I II III IV I II III IV I II III IV % 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% % Ribu Ton Vol Barang g Jml Barang (rhs) %,yoy 220% 170% 120% 70% 20% -30% Ekspor Antar Daerah Net Ekspor Antar Daerah g Impor Antar Daerah (Rhs) Impor Antar Daerah g Ekspor Antar Daerah (Rhs) 0-80% Sumber : BPS (diolah) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

32 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL c. 2. Ekspor Impor Luar Negeri Kinerja ekspor luar negeri di wilayah Jabagtim pada triwulan IV 2013 menunjukkan perlambatan yang relatif signifikan dikarenakan pelemahan perekonomian negara mitra dagang, terutama China dan India. Pada triwulan ini, ekspor menurun sebesar 19,7% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 1.25). Selain itu, perlambatan kinerja ekspor juga didorong atas tingginya import content atas barang ekspor di wilayah Jabagtim yang diperparah dengan semakin terdepresiasinya Rupiah. Ekspor wilayah Jabagtim didominasi oleh empat komoditas unggulan, yaitu minyak goreng (animal, vegetable, fats and oil), kertas (paper and paperboard), bahan kimia organik (organic chemicals), serta mutiara dan batu perhiasan (pearl, precious and semi prec. stone). Berkembangnya industri pengolahan di wilayah ini berkontribusi terhadap peningkatan nilai tambah atas komoditas ekspornya, misalnya minyak goreng yang menjadi komoditas dengan net ekspor terbesar. Minyak sawit mentah yang diperoleh dari Kawasan Timur Indonesia (KTI) diolah menjadi minyak goreng dan diekspor dengan pangsa terbesar di Asia (India, China, dan Pakistan).Seluruh komoditas tersebut mengalami net ekspor, kecuali bahan kimia organik yang masih mengalami net impor (Grafik 1.27). Pergerakan harga minyak sawit internasional dan kertas (lihat Grafik 1.28) turut mempengaruhi kinerja ekspor Jawa Timur, mengingat tingginya nilai ekspor kedua komoditas ini dari Jawa Timur. Namu, perlu diperhatikan terkait terbatasnya hutan tanaman industri kertas di Sumatera dan Jawa Timur merupakan kendala utama dalam perkembangan industri kertas dalam 5 (lima) tahun mendatang. Kinerja impor di Triwulan IV 2013 menunjukkan peningkatan, sebagaimana ditunjukkan dengan net ekspor yang semakin besar pada Grafik Impor Jatim yang sebagian besar didominasi oleh barang modal menunjukkan tingginya sektor usaha di Jawa Timur dalam melakukan ekspansi skala usahanya. Berdasarkan klasifikasi HS 2 Digit, impor Jatim di Triwulan IV 2013 yang tertinggi adalah nuclear reactor, boilers machine dan mechanic application serta iron and steel. Perkembangan industri kendaraan bermotor, peralatan mekanik rumah tangga dan industri pengolahan akan mendorong permintaan impor Jatim terhadap bahan baku mesin tersebut. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

33 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Gambar1.25 Gambar1.26 Perkembangan Net Ekspor Luar Negeri Komoditas Ekspor Unggulan Jatim J 30,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, I II III IV I II III IV I II III IV 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% % % 4, , , , , , , Juta (Rp) Ekspor LN Impor LN Net Ekspor g Ekspor Luar Negeri (Rhs) g Impor Luar Negeri (Rhs) (Juta USD) Jan'11 Mrt'11 Mei'11 Jul'11 Sep'11 Nov'11 Jan'12 Mrt'12 Mei'12 Jul'12 Sep'12 Nov'12 Jan'13 Mrt'13 Mei'13 Jul'13 Sep'13 Nov'13 Animal or vegt. fats and oils Organic chemicals Paper and paperboard Pearls,precious and semi prec.stone Gambar1.27 Perkembangan Net Ekspor Komoditas Unggulan Gambar1.28 Harga Kertas dan Minyak Sawit Internasional Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan (Juta USD) Animal or vegt. fats and oils Paper and paperboard Organic chemicals Pearls,precious and semi prec.stone USD per Ton Palm Oil Price Paper Price 1.2. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan IV 2013 secara keseluruhan masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian. Kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap PDRB Jawa Timur triwulan IV 2013 sebesar 34,85% (PHR), 25,46% (Industri Pengolahan), dan 9,82% (Pertanian). Kontribusi ketiga sektor utama tersebut terhadap PDRB Jawa Timur mencapai 70,13%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan proporsi ketiganya pada Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 70,81%. Penurunan proporsi ini didorong oleh kontribusi sektor pertanian yang menurun 2,52% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ekonomi di Jawa Timur sebagian besar mengalami perlambatan pada triwulan IV 2013, terutama sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara itu, sektor yang mengalami pertumbuhan positif adalah sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Secara keseluruhan di tahun Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

34 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 2013, kinerja sektor utama dan pendukung juga mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi eksternal yang belum membaik menjadi salah satu faktor utama pendorong perlambatan tersebut. Sumber: BPS Jatim, diolah Tabel.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (%, yoy) LAPANGAN USAHA TOTAL TOTAL I II III IV I II III IV I II III IV TOTAL 1. PERTANIAN PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS & AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Grafik 1.29 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Grafik 1.30 Pertumbuhan Sektor Pendukung Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel, Restoran Listrik, Gas, Air Bersih Pertambangan & Penggalian Bangunan %, yoy %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV 0 I II III IV I II III IV I II III IV 2011 TOTAL 2012 TOTAL 2013 TOTAL 2011 TOTAL 2012 TOTAL 2013 TOTAL Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah Grafik 1.31 Pertumbuhan Sektor Pendukung Jasa-Jasa Pengangkutan & Komunikasi Keu, Persewaan & Jasa Perush. %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV 2011 TOTAL 2012 TOTAL 2013 TOTAL Sumber: BPS Jatim, diolah Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha di Jawa Timur, yaitu hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV justru masih menunjukkan adanya optimisme dunia usaha di tengah perlambatan. Utilisasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

35 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL kapasitas produksi cenderung meningkat, terutama di sektor industri pengolahan. Ekspektasi terhadap meredanya tekanan Rupiah menjadi salah satu faktor optimisme tersebut. Grafik 1.32 Utilisasi Kapasitas Produksi Grafik 1.33 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral Kapasitas Produksi Terpakai (Persen) SBT Perkembangan Kegiatan Usaha-Skala Kanan % %SBT Total Pertambangan Listrik Gas Air Bersih Pertanian Industri Pengolahan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV SBT (%) Grafik 1.34 Indeks Realisasi Usaha I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* Indeks Realisasi Usaha Grafik 1.35 Indeks Realisasi Usaha Sektoral TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR I II III IV I II III IV I II III IV a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) Pada triwulan IV 2013, sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami perlambatan dari 8,52% (yoy) menjadi 7,72% (yoy). Penurunan kinerja terjadi di semua subsektor, terutama subsektor perdagangan yang tumbuh menurun dari 8,39% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,47% (yoy) di triwulan IV Selanjutnya, diikuti oleh subsektor hotel yang menurun dari 8,51% (yoy) menjadi 8,26% (yoy) dan subsektor restoran yang menurun dari 9,20% (yoy) menjadi 8,94% (yoy) sebagaimana ditunjukkan oleh Grafik 1.36). Tekanan dari faktor eksternal akibat perlambatan kinerja negara mitra dagang menyumbang pelemahan pada subsektor perdagangan.ekspor Jawa Timur yang cenderung melambat di triwulan ini juga mengkonfirmasi perdagangan yang melambat. Sementara itu, pelemahan subsektor hotel dan restoran didorong oleh pelemahan ekonomi domestik di Jawa Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

36 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Timur. Adanya tekanan inflasi, suku bunga dan depresiasi nilai tukar di triwulan ini yang menekan perekonomian domestik turut mengonfirmasi perlambatan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Daya beli masyarakat mengalami tekanan dan berdampak pada terbatasnya permintaan barang dan jasa. Selain itu, pengeluaran masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sekunder seperti rekreasi juga mengalami penurunan, yang berdampak pada menurunnya tingkat okupansi hotel baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara di wilayah di Jawa Timur pada triwulan ini. Menurunnya konsumsi listrik di triwulan ini juga mengindikasikan terbatasnya produktivitas sektor usaha bisnis di Jawa Timur (Grafik 1.39). Ke depan, kinerja sektor ini diperkirakan optimis meningkat seiring dengan semakin majunya kota tujuan wisata alam seperti Malang, Banyuwangi dan Jember yang menarik wisatawan domestik maupun internasional. Selain itu, adanya pelaksanaan Pemilu 2014 serta relatif tingginya agenda bisnis di awal tahun berpotensi meningkatkan kinerja subsektor perdagangan, hotel, dan restoran. Grafik 1.36 Pertumbuhan Subsektor PHR Grafik 1.37 TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman Perdagangan H o t e l Restoran TPK Hotel Berbintang(%) gjumlah Wisman Melalui Juanda (%,yoy) %, yoy 60 %, yoy I II III IV I II III IV Sumber: BPS Jatim, diolah Grafik 1.38 Lama Wisatawan Menginap di Hotel Sumber: BPS Jatim, diolah Grafik 1.39 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis Asing Indonesia TOTAL Hari Kwh Konsumsi Listrik Bisnis gkonsumsi Listrik Bisnis-Skala Kanan %,yoy Sumber : BPS (diolah) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

37 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL b. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh terbatas dengan kinerja sebesar 5,25% (yoy) pada triwulan IV Tertekannya sektor ini dipicu oleh menurunnya sub sektor semen dan barang galian logam yang menurun dari 11,98% (yoy) menjadi 5,72% (yoy). Meskipun demikian, sub sektor industri ini masih berkontribusi besar terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan secara keseluruhan. Selanjutnya, perlambatan yang relatif dalam juga terjadi di subsektor makanan dan minuman yang turiun sebesar 0,3% dari 5,91% (yoy) menjadi 5,61% (yoy), Grafik Berdasarkan rilis data industri manufaktur, industri di Jawa Timur masih optimis dan diperkirakan mengalami kenaikan. Pada triwulan IV 2013, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang secara tahunan pada 2013 meningkat sebesar 5,58% dibanding tahun Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (14,09 persen), Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik (10,23 persen), dan Industri Furnitur (9,97 persen). Sementara itu, industri peralatan listrik yang merupakan kelompok industri manufaktur mikro dan kecil mengalami peningkatan di triwulan ini. Grafik 1.40 Pertumbuhan Sektor Indusri Pengolahan Industri Pengolahan Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Logam dasar besi dan baja %, yoy Mamin dan Tembakau Kertas dan Barang Cetakan Semen dan Barang Galian bukan Logam I II III IV I II III IV Sumber: BPS Jatim, diolah Tertekannya kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh penurunan impor bahan baku dan modal (Grafik 1.41). Kenaikan biaya produksi akibat faktor dalam negeri (kenaikan Upah Minimum Kota, peningkatan suku bunga) dan faktor luar negeri (depresiasi nilai tukar), turut menjadi beban sektor usaha, yang mengakibatkan penurunan pendapatan sektor korporasi. Hal ini turut dikonfirmasi dari hasil liaison yang menyatakan tergerusnya marjin usaha sejak bulan Agustus 2013 pasca depresiasi nilai tukar sehingga mengakibatkan kenaikan biaya bahan baku. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

38 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Konsumsi listrik industri di triwulan IV 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini turut mendukung indikasi perlambatan di sektor industri pengolahan. Perlambatan permintaan pasar akibat turunnya konsumsi rumah tangga di triwulan IV 2013 menjadi salah satu faktor penurunan daya beli terhadap produk yang dihasilkan industri. Grafik 1.41 Grafik 1.42 Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal Konsumsi Listrik Golongan Industri 4,000,000,000 3,500,000,000 3,000,000,000 2,500,000,000 2,000,000,000 1,500,000,000 1,000,000, ,000,000 - Capital Goods Consumption Goods g_intermediate Goods-Skala Kanan USD Intermediate Goods g_capital Goods-Skala Kanan g_consumption Goods-Skala Kanan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV %,yoy Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan % 60% % Kwh 40% % % % 0% % % 80-30% Sumber : PLN (diolah) Ke depan, kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan sebagai dampak atas pelaksanaan Pemilu 2014 khususnya industri makanan dan minuman, industri percetakan dan tekstil. Faktor risiko yang perlu dicermati terkait kinerja industri pengolahan adalah beberapa kebijakan Pemerintah seperti kenaikan UMK dan kenaikan tarif listrik industri. Berdasarkan hasil quick survey, sebanyak 54%-58% pelaku usaha merespon kenaikan UMK dengan menaikkan harga jual. Sementara 15%-18% sektor usaha akan melakukan rasionalisasi tenaga kerja, terutama industri padat karya. Peningkatan harga komoditas bahan baku internasional juga berpotensi menekan industri, terutama industri yang memiliki kandungan impor tinggi. Di sisi lain, peningkatan Tarif Dasar Listrik (TDL) di 2014 untuk industri menengah dengan daya > 200 kva dan kva ke atas masing-masing sebesar 38,9% dan 64,7% menjadi faktor risiko. Beban tarif listrik tersebut secara signifikan turut menambah biaya produksi industri menengah di Jawa Timur hingga 48%-50% dari total biaya produksi. Selain itu, peningkatan iuran Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang harus ditanggung perusahaan juga semakin tinggi dan akan menekan kinerja sektor industri pengolahan. Di sisi lain, naiknya harga baja internasional hingga mencapai 15-20% akan turut menekan kinerja sektor industri pengolahan, terutama industri logam dan transportasi. Namun, dengan masih kuatnya permintaan dan momen Pemilu 2014, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan dapat terjaga. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

39 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL c. Pertanian Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Jawa Timur mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2013, sektor pertanian melambat dari 1,92% (yoy) menjadi 1,65% (yoy). Perlambatan tersebut terutama disumbang oleh perlambatan di subsektor tanaman perkebunan dan tanaman bahan makanan.hal ini dikonfirmasi dari indikator luas lahan panen padi dan jagung yang menurun di triwulan IV 2013 (Grafik 1.44 dan Grafik 1.45). Penurunan kinerja sektor ini disebabkan karena pola siklikal tanaman padi yang sedang berada pada masa tanam, sehingga panen baru dapat dilakukan pada tiga-empat bulan ke depan. Namun demikian, masih terdapat beberapa wilayah yang mengalami panen gadu, khususnya padi dan palawijaya serta panen sub kelompok bumbu-bumbuan di sentra produksi Malang dan Probolinggo. Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur, khususnya di sepanjang sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong berpengaruh terbatas terhadap kinerja sub sektor tanaman bahan makanan.sebanyak kurang lebih 9000 ha sawah tergenang, yang sebagian besar sedang ditanami padi yang baru memasuki masa tanam. Walaupun luas lahan yang terendam banjir relatif besar, namun tingkat kerusakan dan puso yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini karena mayoritas tanaman padi baru memasuki usia tanam kurang dari 40 hari. Oleh karena itu, dampak banjir tidak secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja sektor pertanian. Kinerja pertanian di triwulan I 2014 diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan adanya pergeseran panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah. Kinerja pertanian di triwulan I 2014 diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan adanya pergeseran panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah. Grafik 1.43 Pertumbuhan Subsektor Pertanian %, yoy I II III IV I II III IV Tanaman Bahan Makanan Peternakan Tanaman Perkebunan Perikanan Sumber: BPS Jatim, diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

40 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Ribu Ha 1, Grafik 1.44 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha) gluas Panen Padi (%) gluas Tanam Padi (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Dinas Pertanian Prov. Jatim (diolah) 35,000 30,000 Ha % (20) (40) (60) Ha 900, , , , , , , , ,000 Grafik 1.46 Luas Lahan Puso di Jawa Timur Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha) gluas Puso Padi (%) gluas Puso Jagung (%) - Grafik 1.45 Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa Timur Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha) gluas Panen Jagung (%) gluas Tanam Jagung (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah) % 12,000 10,000 % (20) (40) (60) (80) 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 8,000 6,000 4,000 2,000 - (2,000) Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah) d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami perlambatan di triwulan IV Kinerja pada triwulan ini melambat dari 7,39% (yoy) menjadi 6,70% (yoy). Perlambatan ini disebabkan oleh perlambatan hampir seluruh sub sektornya, kecuali sub sektor lembaga keuangan bukan bank. Beberapa kebijakan berupa peningkatan BI rate yang mendorong peningkatan suku bunga pinjaman dan simpanan menjadi faktor utama terhambatnya pertumbuhan subsektor bank. Sementara itu, adanya pembatasan kepemilikan rumah melalui kebijakan Loan to Value (LTV) dan tingginya harga properti turut mendorong pelemahan sektor sewa bangunan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

41 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.47 Grafik 1.48 Pertumbuhan Sub Sektor Keuangan Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank Kredit LB Kredit LP gkredit LB gkredit LP Sewa Bangunan Jasa Perusahaan I II III IV I II III IV Triliun Rp %, yoy Penyaluran kredit sektor perbankan masih relatif tinggi di tengah perlambatan pertumbuhan subsektor bank pada triwulan IV Diperkirakan, subsektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mampu tumbuh positif kembali di triwulan I 2014 seiring dengan pelaksanaan Pemilu 2014 yang meningkatkan arus transaksi baik melalui bank maupun non bank. Sementara itu, faktor risiko yang perlu mendapat perhatian adalah adanya pembatasan target kredit yang diperkirakan dapat menekan kembali pertumbuhan sektor ini. e. Bangunan Kinerja sektor bangunan di triwulan IV 2013 mengalami pertumbuhan dari sebelumnya8,46% (yoy) menjadi 8,99% (yoy). Beberapa indikator yang mengkonfirmasi perlambatan kinerja sektor bangunan antara lain data penjualan semen yang menunjukkan peningkatan pada triwulan IV Tingginya penjualan semen tersebut menunjukkan relatif besarnya proyek pembangunan yang dilaksanakan di Jawa Timur. Sumber peningkatan kinerja sektor bangunan di triwulan ini berasal dari tingginya pembangunan proyek-proyek infrastruktur, misalkan pembangunan Teluk Lamong, Jalan Tol Trans Jawa serta ekspansi pembangunan pabrik di Jawa Timur di akhir tahun. Sementara itu, pembangunan properti residensial, khususnya rumah tinggal pada triwulan ini menunjukkan perlambatan. Hal ini dikonfirmasi dengan menurunnya pembangunan dan penjualan properti residensial di Jawa Timur. Adanya kebijakan loan to value, pelarangan indent pembelian rumah serta semakin tingginya harga properti seperti yang diindikasikan dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) mendorong perlambatan ini.peningkatan penjualan semen tersebut dikonfirmasi data dari hasil Survei Harga Properti dan Residensial (SHPR).Pertumbuhan volume penjualan semen pada triwulan IV-2013meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.sementara itu, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

42 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL rata-rata pembangunan properti residensial di Jawa Timur cenderung stabil dengan penjualan yang meningkat, khususnya pada properti residensial tipe kecil. Grafik 1.49 Volume Penjualan Semen di d Jawa Timur 800, ,000 (ribu sak) Penjualan Semen g_penjualan Semen (%, yoy) 50% 40% 600,000 30% 500,000 20% 400,000 10% 300,000 0% 200,000-10% 100,000-20% % Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah) Grafik 1.50 Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial Grafik 1.51 Rata-Ra Rata Penjualan Properti Residensial unit KECIL MENENGAH 43 BESAR Grand Total , , , Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV unit KECIL MENENGAH BESAR Grand Total Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV f. Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada periode laporan mengalami perlambatan dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada triwulan IV 2013, sektor ini melambat dari 10,70% menjadi 10,06%. Perlambatan terbesar terjadi di subsektor komunikasi yang melambat sebesar 1,0% (yoy), sementara subsektor angkutan melambat sebesar 0,23% (yoy). Perlambatan pada subsektor ini disebabkan karena kembali ke pola normalnya setelah mengalami peak season pada triwulan sebelumnya akibat hari raya Idul Fitri. Hal ini terkonfirmasi dengan penurunan yang cukup dalam pada angkuta kereta api dan angkutan penyeberangan laut. Pasca lebaran, jumlah penumpang dengan jarak yang relatif jauh Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

43 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL mengalami penurunan, sehingga kinerja di kedua moda transportasi ini cenderung menurun. Ke depan, potensi peningkatan subsektor ini, terutama komunikasi diperkirakan masih relatif kuat dengan beragamnyaproduk smartphonedan perang tarif operator di pasaran semakin tinggi. Hal ini mendorong pengeluaran komunikasi masyarakat semakin tinggi. Grafik 1.52 Grafik 1.53 Arus Penumpang di Tanjung Perak Arus Barang di Tanjung Perak 280 Ribu Orang Jml Penumpang g Jml Penumpang (rhs) % yoy 100% RibuTon Vol Barang g Jml Barang (rhs) %yoy 100% 80% % 60% % 40% % 20% % 0% -20% % -20% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -40% -60% % -60% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -80% Sumber : BPS Provinsi Jatim Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah) Grafik 1.54 Penumpang Domestik di Bandara Juanda Grafik 1.55 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 2000 Ribu Orang Jml Penumpang Domestik g Jml Penumpang Domestik (rhs) %yoy 40% 300 Ribu Orang Jml Penumpang Intl gpenumpang Intl (rhs) %yoy 50% % % % % % % 0% % 0% % 50-10% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -20% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -20% Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah) Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

44 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BOKS 1 DAYA SAING DAERAH Komposisi sektor produktif utama di Kawasan Jawa didominasi oleh 3 (tiga) sektor yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian. Terkait isu daya saing, kami melakukan pengukuran pada 2 (dua) sektor utama yaitu sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian.Hasil pengukuran daya saing sektoral di Kawasan Jawa dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) mengindikasikan peringkat daya saing masing masing Provinsi. Pada metode ini dilakukan perbandingan antar periode yaitu tahun 2007 untuk mewakili periode sebelum krisis 2008 dan tahun 2013 guna mewakili kondisi terkini. Pada grafik 1, terindikasi bahwa Provinsi Jawa Tengah unggul pada sektor pertanian dengan nilai LQ mencapai 1,5, disusul Provinsi Jawa Timur (1,2) dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada level 1,1. Sisanya, yaitu Provinsi Jawa Barat dan Banten memiliki keunggulan lebih rendah dari 1. Hal ini mengindikasikan lemahnya daya saing kedua provinsi ini, meskipun nilainya relatif membaik dibandingkan tahun Grafik 1. Daya Saing Pertanian Jawa Grafik 2. Daya Saing Industri Jawa 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 Jabar Jateng DIY Jatim Banten KAWASAN JAWA 2,50 2,00 1,50 1,00 Jabar Jateng Jatim Banten KAWASAN JAWA 0,40 0, * 0,50 - DIY * Selanjutnya, pada grafik 2, terindikasi bahwa daya saing sektor industri pengolahan di Provinsi Banten merupakan tertinggi dibandingkan lainnya, yang disusul oleh Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan provinsi DIY memiliki daya saing terendah (di bawah 1). Potret atas kedua sektor ini memberikan rekomendasi untuk pengembangan sektor unggulan daerah, semisal DIY, sebaiknya tidak memaksakan untuk pengembangan sektor industri namun dapat lebih fokus pada upaya optimalisasi kinerja Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

45 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL sektor pertanian. Hasil analisis ini mengindikasikan relatif stagnannya daya saing industri Jatim yang tidak bergerak pada level 1,1 selama 6 (enam) tahun. Grafik 3.Tipologi KlassenKabupaten di Jawa Timur Pengukuran daya saing tingkat kabupaten di wilayah Jawa Timur dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen diinformasikan melalui grafik 3. Melalui analisis tersebut diperoleh informasi bahwa 55% kabupaten di Jatim terklasifikasi sebagai daerah relatif tertinggal. Sedangkan sisanya (45%) merupakan daerah cepat relatif tertinggal dan daerah ini pun terklasifikasi pada wilayah Tapal Kuda yang termasuk daerah tertinggal. Pemprov Jatim telah berupaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah Tapal Kuda yang meliputi Kabupaten di Madura, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo, Kab. Jember, Kab. Probolinggo, dan Kab. Pasuruan. Grafik 4.Tipologi KlassenKotamadya di Jawa Timur Berdasarkan analisis Klassen, hanya Kab. Jember yang tergolong daerah cepat maju & cepat tumbuh (dari wil. Tapal Kuda). Guna mendorong ekonomi wilayah ini dapat dikembangkan agroindustri dengan menggunakan hasil pertanian setempat serta pengembagan sektor pariwisata melalui Jember Fashion Carnaval. Sementara itu, tingginya indeks Kab. Bojonegoro dikarenakan turut menghitung pendapatan migas (Blok Cepu). Hal yang perlu menjadi perhatian utama saat ini adalah Kabupaten Sampang karena memiliki Indeks Klassen terendah. Melalui analisis tipologi ini diperoleh irisan karakteristik daerah dimana daerah yang terklasifikasi cepat maju dan cepat tumbuh merupakan kawasan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

46 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL industri dan atau daerah pariwisata yang memiliki nilai tambah sehingga berkarakter daya saing lebih tinggi dibandingkan daerah yang terkonsentrasi pada sektor pertanian. Sebagai informasi, sub sektor industri tembakau di Kediri dikelompokkan pendapatannya di tingkat kotamadya, sehingga indeks Kabupaten Kediri tergolong rendah dibandingkan daerah industri lainnya. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

47 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BOKS 2 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UNGGULAN JAWA PASCA IMPLEMENTASI ACFTA Di era globalisasi, keterkaitan industri antar dan inter negara menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Guna mendorong daya saing antar negara, beberapa negara bersepakat untuk mendukung perdagangan bebas antara Cina dengan negara ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam). Perjanjian perdagangan bebas ASEAN dengan China dalam skema ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang didasarkan pada perjanjian komprehensif kerjasama ekonomi ASEAN China tahun 2002, dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu dengan jadwal penurunan tarif: 1. Early harvest package untuk sektor yang sudah siap khususnya produk pertanian dan perikanan ( ); 2. Normal Track tahun (normal track pertama) dan selesai tahun 2012 (normal track kedua); 3. Untuk produk yang dikategorikan sensitif (sensitive list) dijadwalkan selesai tahun Analisis Intra Industry Trade (IIT) Dengan adanya liberarisasi perdagangan maka akan menciptakan daya saing antar produk. Selain itu pola perdagangan antar negara dapat diidentifikasikan melalui keterkaitan perdagangan yang dapat tercermin dari nilai Intra Industry Trade (IIT). Nilai IIT masing-masing komoditi akan menunjukkan tingkat integrasi. Integrasi yang tinggi menunjukkan keterkaitan yang erat diantara negara-negara yang melakukan perdagangan tersebut. Nilai IIT yang tinggi (mendekati 1) perdagangan tersebut bersifat dua arah (twoway trade) dan nilai IIT yang kecil (mendekati 0) menunjukkan keterkaitan yang bersifat satu arah (one-way trade). Analisis IIT berikut dilakukan berdasarkan 3 (tiga) ekspor unggulan Kawasan Jawa tahun 2009, yaitu kelompok industri kimia, logam serta industri alat komunikasi. Namun, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

48 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL struktur tiga besar ini bergeser menjadi industri kimia, makanan serta barang hasil olahan kayu. Pada tabel 1 dapat dilihat, ekspor kimia di tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan Pada tahun 2009, industri kimia termasuk kelompok industri beralur perdagangan intra-industry karena memiliki transaksi ekspor impor ke negara China yang hampir setara. Dengan adanya perdagangan intra industry memungkinkan biaya produksi lebih murah karena adanya differensiasi produk sehingga biaya produksi rata-rata menjadi lebih murah. Tetapi pada tahun 2013, nilai IIT industri kimia menurun menjadi 0.18 yang mencerminkan alur perdagangan satu arah, sehingga industri kimia di jawa hanya menjadi importir dari Cina Tabel 1. Nilai Intra Industry Trade (IIT) Ekspor Unggulan Kawasan Jawa Tahun 2009 dan Kelompok Industri Ekspor Impor IIT Ekspor Impor IIT Kimia & turunannya 662,65 277,37 0, , ,25 0,18 Logam 269,55 165,39 0,76 279, ,98 0,1 Radio, TV & Alat Komunikasi 170,26 822,21 0,34 198, ,74 0,06 Demikian pula untuk manufaktur ekspor terbesar lainnya di tahun 2009, yaitu industri logam serta industri radio, televisi dan komunikasi pun terus menurun di tahun Kedua industri ini memiliki daya saing lebih rendah dibandingkan dengan industri makanan dan kayu. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa beberapa komoditas unggulan Kawasan Jawa kalah bersaing dengan produk Cina. Namun, pemberlakuan ACFTA mendorong daya saing produk dalam negeri untuk menjadi produk ekspor andalan dalam negeri (meliputi industri makanan dan hasil olahan kayu). Faktor Pendorong Lemahnya Daya Saing Industri Dalam kenyataannya, kebanyakan produk Indonesia kalah bersaing dengan produk China yang dapat disebabkan : 1. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap Industri Kecil Menengah (IKM) yang merupakan 90% dari total industri. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

49 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Tabel 2. Perbandingan Daya Saing Industri Tekstil Indonesia vs Cina No Indicator Indonesia China 1 Bahan Baku Masih diimpor Dalam Negeri & Impor 2 Tenaga kerja/buruh Kebijakan pemerintah yang berpihak pada industri padat karya menyebabkan inefisiensi produksi industri tekstil. Jam kerja : 40 jam/ minggu Hari kerja pertahun : 337 hari Labor cost : US$ 0.66/jam jam/minggu hari US$ /jam 3 Energi/ Listrik Tarif : US$ 0.08 / kwh Tarif : US$ 0.09/ kwh 4 Mesin dan peralatan industry Supply tidak kontinyu sehingga ada penambahan biaya (tidak ekonomis untuk perusahaan) >20 tahun dan baru 6% dilakukan program restrukriasi mesin dari pemerintah tahun 2007 Supply stabil <10 tahun dan telah melakukan peremajaan mesin sejak tahun Suku bunga pinjaman 14% 6 % 2. Minimnya insentif biaya pengurusan Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap produk UMKM. 3. Masih minimnya penggunaan produk dalam negeri (kalah bersaing dengan strategi branding dan harga produk impor). Namun, industri dalam negeri dapat bernafas lega dengan disahkannya Undang Undang Perdagangan mengingat keberpihakannya yang tinggi pada produk hasil industri dalam negeri. Selain itu, concern pemerintah daerah guna mendorong substitusi impor bahan baku juga terus digaungkan melalui berbagai forum. Ke depan, daya saing industri Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

50 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL unggulan Kawasan Jawa berpotensi terus meningkat jikalau dapat dilakukan linkage antara industri dan UMKM. Industri harus terus didorong untuk dapat menjadi capital intensive dan UMKM berkarakter labour intensive guna mendorong daya saing hasil industri dalam negeri. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV

51 Bab 2 PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR

52 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM Inflasi Jatim terkoreksi pada akhir tahun 2013, yaitu mencapai 7,59% (yoy) turun dibandingkan triwulan sebelumnya (7,78%) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (8,38%). Demikian pula secara triwulanan, inflasi Jatim juga turun dari 3,72% (qtq) menjadi 0,73%. Walaupun menurun, namun masih di atas sasaran inflasi nasional 4,5% + 1%, yang disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok administered price (14,91%) dan volatile foodss (12,76%). Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,13%. Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok administered price (2,68%), disusul kemudian oleh volatile foods (2,54%) dan kelompok core inflation (2,38%). Pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga komoditas tertentu seperti Bahan Bakar Minyak, tarip listrik, Upah Minimum Kota (UMK), cukai rokok dan bahan bakar rumah tangga, dan fluktuasi produksi (termasuk di dalamnya kendala impor hortikultura di awal tahun) merupakan penyebab utama tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Jawa Timur Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy) Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

53 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan tingkat inflasi yang relatif lebih tinggi. Namun pada tahun 2013, inflasi Jatim berada pada level di bawah inflasi nasional dan di urutan kedua terendah untuk kawasan Jawa. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari yang terendah yaitu DIY (7,32%), Jawa Timur (7,59%), Jawa Tengah (7,99%), Jawa Barat (9,15%) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,65%). 2.2 INFLASI BULANAN (mtm) Sepanjang triwulan IV-2013, pergerakan harga di Jatim diwarnai dengan dua bulan inflasi dan satu bulan deflasi. Tekanan inflasi terjadi pada bulan November dan Desember masing-masing sebesar 0,19% dan 0,60% (mtm), sedangkan deflasi terjadi di bulan Oktober (-0,06%). Terjadinya inflasi pada Desember 2013 utamanya didorong oleh tingginya permintaan karena perayaan Natal dan Tahun Baru 2014 serta telah berakhirnya musim panen dan dimulainya musim tanam. Hal ini diindikasikan melalui kenaikan harga tomat sayur (55,52%), telur ayam ras (6,27%), daging sapi (2,48%) dan cabe rawit (20,92%), dimana kenaikan harga telur ayam ras dan daging sapi karena tingginya permintaan, sedangkan kenaikan harga tomat sayur dan cabe rawit karena faktor musim tanam dan tingginya curah hujan sehingga mengurangi produksi. Kondisi ini menyebabkan inflasi kelompok bahan makanan meningkat menjadi 1,56% dan menjadi penyumbang utama inflasi Jawa Timur. Kenaikan inflasi tersebut tertahan oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami deflasi 0,28%. Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Tabel 2.1 Inflasi Triwulan III Tahun 2013 & Triwulan IV Tahun 2013 di Jawa Timur (mtm) No Kelompok Barang Tw III-2013 Tw IV-2013 Rata-Rata Jul Aug Sep Oct Nov Dec Rata-Rata Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi Walaupun merupakan penyumbang utama pada Desember 2013, namun berdasarkan rata-rata inflasi selama triwulan IV-2013, kelompok bahan makanan (0,24%) masih mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,52%), kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,38%) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

54 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,36%). Hal ini karena inflasi bahan makanan masih dapat termoderasi melalui fluktuasi harga pangan yang berbanding lurus dengan tingkat produksi, sedangkan inflasi 3 (tiga) kelompok lainnya lebih disebabkan kenaikan harga yang ditentukan Pemerintah (administered price) yang tidak dapat termoderasi, seperti tarif tenaga listrik, cukai rokok, bensin dan bahan bakar rumah tangga. Grafik 2.5. Inflasi per Kelompok Barang Tw IV-2013 (mtm) Grafik 2.6. Inflasi Oktober 2013 per Kelompok Barang (mtm) Grafik 2.7. Inflasi November 2013 per Kelompok Barang (mtm) Grafik 2.8. Inflasi Desember 2013 per Kelompok Barang (mtm) Berdasarkan grafik inflasi bulanan di atas (untuk bulan Oktober, November dan Desember 2013), tampak bahwa pendorong utama inflasi bulanan untuk triwulan IV-2013 adalah administered price yang berdampak pada peningkatan harga secara signifikan pada kelompok transportasi, kelompok makanan minuman, rokok dan tembakau dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sedangkan kelompok bahan makanan baru meningkat pada akhir tahun 2013 karena faktor seasonal. Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Tw IV-2013 adalah sebagai berikut : 1. Bulan Oktober Pada Oktober 2013, Jatim mengalami deflasi sebesar 0,06% dengan pendorong utama masih normalnya konsumsi masyarakat, masih berlangsungnya musim panen dan berlanjutnya pelemahan harga emas internasional. Faktor penahan laju inflasi pada Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

55 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI periode ini adalah kelompok bahan makanan dan sandang yang masing-masing mengalami deflasi sebesar -1,09% (mtm) dan -1,21%(mtm). - Sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran mengalami deflasi terbesar yaitu - 3,56% (mtm) dan -3,75%(mtm) sebagai dampak masih terpenuhinya permintaan masyarakat melalui pasokan hasil panen di triwulan III yang terindikasikan dari penurunan harga bawang merah dan tomat sayur masing-masing sebesar -13,86% dan -37,01%. Potensi peningkatan harga daging sapi karena momen Hari Raya Idul Adha memang terbukti dimana harga daging sapi meningkat sebesar 2,28%, namun peningkatan tersebut mampu diredam oleh penurunan harga daging ayam ras sebesar -9,04% sehingga secara total sub kelompok daging dan hasil-hasilnya masih mengalami deflasi sebesar -2,68% (mtm). - Pendorong utama inflasi secara bulanan pada Oktober 2013 adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (1,04%) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,55%). Hal ini tercermin dari peningkatan biaya akademi/perguruan tinggi sebesar 2,89% atau menyumbang 0,044%, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Sumenep (11,81%). 2. Bulan November Berbeda dengan Oktober 2013, pada bulan ini inflasi mulai meningkat menjadi 0,19% (mtm) atau sesuai dengan pola normalnya yang memang akan meningkat menjelang akhir tahun. Inflasi utamanya didorong oleh kenaikan harga tarif listrik yang merupakan penyesuaian ke-empat selama tahun 2014 dan menyumbang inflasi sebesar 0,088%. Sedangkan penahan inflasi masih dari kelompok bahan makanan (- 0,11%) dan kelompok sandang (-0,28%). - Kelompok administered price menjadi penyumbang utama peningkatan inflasi November 2013 yaitu naik dari 0,14% (Okt 2013-mtm) menjadi 0,63% melalui berlanjutnya peningkatan tarif listrik dan cukai rokok, sedangkan kelompok volatile foods masih mengalami deflasi sebesar 0,01%. Walaupun mengalami deflasi, namun perlu pula diperhatikan potensi inflasi kelompok ini, yang mulai tercermin dari peningkatan harga di sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya (0,27%), buah-buahan (1,57%) dan ikan segar (0,64%). Kenaikan harga apel (5,65%) dan kelapa (4,63%) disebabkan curah hujan yang tinggi di daerah Malang sehingga mempengaruhi kualitas dan daya tahan hasil panen, serta proses panen yang lebih sulit untuk komoditas kelapa. Sedangkan kenaikan harga komoditas jeruk utamanya karena pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga mempengaruhi harga komoditas jeruk impor. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

56 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Secara historis, komoditas beras mengalami titik terendah panen pada akhir tahun karena baru dimulainya musim tanam, yang akan dipanen pada bulan Januari-Februari tahun selanjutnya. Kondisi tersebut menyebabkan harga beras meningkat sebesar 0,29% pada November Inflasi kelompok core inflation melambat dari 0,23% (Okt 2013) menjadi 0,15% (Nov 2013) yang masih didorong oleh penurunan harga emas perhiasan sebesar -1,15%. Grafik 2.9. Inflasi sub Kelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air (mtm) 3. Bulan Desember Inflasi akhir tahun 2013 meningkat menjadi 0,60%. Angka inflasi bulanan tersebut searah namun lebih tinggi dari pola inflasi 5 (lima) tahun terakhir dengan rata-rata 0,40% (mtm). Tekanan inflasi bulanan terutama bersumber dari kelompok volatile foods melalui kenaikan harga kelompok bahan makanan (1,56%-mtm) khususnya sub kelompok sayur-sayuran (11,12%), bumbu-bumbuan (4,47%), telur (3,03%) dan ikan segar (1,95%). - Tingginya tekanan inflasi pada Desember 2013 berasal dari 2 (dua) faktor yaitu faktor permintaan dan produksi. Faktor permintaan karena adanya Natal dan Tahun Baru 2014 sehingga mendorong peningkatan konsumsi dan mobilitas masyarakat, sedangkan faktor produksi karena berlalunya masa panen dan dimulainya masa tanam sehingga jumlah pasokan di masyarakat tidak melimpah. - Kelompok volatile foods mengalami inflasi sebesar 1,76% (mtm), dengan dorongan utama pada sub kelompok sayur-sayuran (m11,12%), bumbu-bumbuan (4,47%) dan telur,susu dan hasil-hasilnya (3,03%). Kenaikan harga tomat sayur yang mencapai angka 55,52% (mtm) sekaligus menjadi penyumbang utama inflasi dengan sumbangan sebesar 0,089% disebabkan minimnya ketersediaan komoditas ini di pasar karena salah satu sentra produksi tomat di Kediri masih mengalami masa tanam sehingga mendorong harga menjadi tinggi. Selain komoditas tomat sayur, cabe rawit dan bawang merah juga menyumbang inflasi di Jawa Timur masing-masing sebesar Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

57 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 0,039% dan 0,023%. Kenaikan harga yang tinggi pada komoditas cabe tersebut disebabkan penurunan produktivitas di salah satu sentra produksi (Kediri) dari yang ditargetkan sebesar kuintal/hektar menjadi kuintal/hektar. - Di sisi lain, tekanan inflasi dari kelompok volatile foods juga disumbang oleh komoditas daging sapi. Walaupun sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi sebesar -0,18% (mtm) namun komoditas daging sapi mengalami kenaikan harga sebesar 2,48% dan menyumbang inflasi sebesar 0,04%. Hal ini telah diprediksi sebelumnya mengingat tidak seimbangnya produksi daging sapi dengan tingkat konsumsi masyarakat. - Secara bulanan, inflasi kelompok inti meningkat pada periode laporan, yaitu dari 0,15% (mtm-november 2013) menjadi 0,28% (Desember 2013). Sumber utama tekanan berasal dari domestik sebagai dampak lanjutan kebijakan harga energi dan pelemahan nilai tukar Rupiah. - Inflasi administered price tercatat sebesar 0,45% (mtm), dengan sumbangan utama berasal dari peningkatan tarif kereta api sebesar 8,70% dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,57%. Grafik 2.10 Inflasi (mtm) Bumbu dan Sayur Grafik 2.11 Inflasi (mtm) Beras, Daging dan Telur 2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq) Pada Tw IV-2013, laju inflasi Jatim secara triwulanan mencapai 0,73% (qtq), turun dibandingkan periode sebelumnya (Tw III-2013) yang sebesar 3,72%. Semua kelompok mengalami penurunan inflasi, dengan penurunan terbesar pada kelompok sandang (1,23%), kelompok bahan makanan (-6,97%), kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-6,78%) dan kelompok bahan makanan (-4,00%). Penurunan tersebut karena telah berlalunya second round effect kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), masih berlanjutnya penurunan harga emas internasional dan tingkat konsumsi masyarakat yang tidak setinggi pada saat Hari Raya Idul Fitri. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

58 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan sumbangan terbesar sebesar 0,32% disusul oleh kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,21% yang dipicu peningkatan tarip listrik dan cukai rokok yang selalu terjadi setiap triwulan. Sumber : BPS, data diolah Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) Inflasi QTQ Sumbangan Inflasi QTQ No Kelompok Barang Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi Walaupun sempat mengalami anomali di awal tahun 2013, pola sumbangan inflasi telah kembali pada pola normalnya yaitu meningkat pada akhir tahun. Hal ini karena dampak inflasi volatile foods yang meningkat signifikan di awal tahun telah termoderasi seiring dengan kembali lancarnya impor hortikultura dan berlangsungnya masa panen raya. Grafik 2.12 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.13 Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Analisis lebih lanjut dilakukan terhadap kelompok bahan makanan mengingat kelompok ini memiliki volatilitas besar dan pada musim-musim tertentu seiring dengan ketersediaan pasokan dan permintaan, serta menjadi penyumbang utama inflasi Jawa Timur, khususnya untuk sub kelompok padi-padian, bumbu-bumbuan dan daging. Perkembangan inflasi beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi Jatim adalah sebagai berikut : Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

59 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Beras Pada Tw IV-2013 ini, komoditas beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Jawa Timur mengalami penurunan harga dari 5,34% (Sep 2013-qtq) menjadi 0,74%. Hal ini sejalan dengan tingkat harga beras internasional yang mengalami penurunan harga dari USD$ 495,42/mt menjadi USD$ 427,60//mt. Penurunan inflasi dan harga beras internasional tersebut tidak serta merta sejalan dengan tingkat harga di Jawa Timur. Beberapa pasar justru mengalami kenaikan harga beras yaitu dari Rp11.671/kg (Sep 2013) menjadi Rp11.792/kg (Des 2013). Kenaikan harga tersebut lebih dipicu oleh aspek distribusi dan struktur pasar karena produksi beras di Jawa Timur masih surplus. Grafik 2.14 Harga Beras Internasional dan Lokal s.d. Tw IV-2013 Grafik 2.15 Inflasi Beras Jawa Timur (qtq) Sumber : BPS Jatim dan Bloomberg (diolah) Sumber : BPS Jatim (diolah) Untuk memastikan ketersediaan beras di masyarakat, Bulog sebagai salah satu lembaga buffer memastikan pasokan beras di Jawa Timur cukup dan memadai. Hal ini tercermin dari jumlah stok beras Bulog dan tingkat penyaluran Raskin yang terus meningkat selama 3 (tiga) tahun terakhir. Tabel 2.3 Stok Beras dan Penyaluran Raskin Penyaluran Raskin Stok total Raskin Reguler 600, , ,344 Raskin 13 51,025 42,862 Raskin 14 42,862 Raskin 15 42,862 Total 600, , ,930 Sumber : Bulog, data diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

60 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Bumbu-Bumbuan Bumbuan Inflasi bumbu-bumbuan pada Tw IV-2013 masih menunjukkan trend yang rendah yaitu turun dari 2,96% (Tw III-2013) menjadi -1,63% (Tw IV-2013). Grafik 2.16 Grafik 2.17 Inflasi Sub Kel. Bumbu-Bumbuan (qtq) Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim Sumber : BPS Jatim (diolah) Sumber : Dinas Pertanian Jatim (diolah) Walaupun secara kumulatif inflasi kelompok bumbu-bumbuan stabil. Namun berdasarkan komoditasnya terdapat fluktuasi inflasi. Sebagai contoh pada akhir tahun bawang merah dan cabe merah mengalami inflasi masing-masing sebesar 3,05% dan 28,44% (qtq), namun tertahan oleh deflasi cabe rawit yang mencapai 22,18%. Hal ini menyebabkan inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan masih mengalami deflasi pada akhir Sedangkan dari sisi produksi, terdapat peningkatan produksi untuk komoditas bawang merah dan cabe merah dimana masing-masing meningkat 19,07% dan 7,91%. Sedangkan cabe rawit mengalami penurunan produksi sebesar 16,19%. Gangguan terbesar terhadap produksi komoditas bumbu-bumbuan adalah curah hujan yang tinggi sehingga beberapa tanaman menjadi tidak dapat dipanen dan produksi menjadi turun. Permasalahan lainnya adalah komoditas ini merupakan komoditas yang tidak tahan lama sehingga tidak dapat disimpan untuk memenuhi permintaan masyarakat ketika kondisi shortage. Peternakan Inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya pada Tw IV-2013 turun dari 10,53% (Tw III-2013) menjadi -3,20% (Tw IV-2013). Penurunan tersebut didorong oleh deflasi daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing sebesar -13,97% dan -4,01%. Sedangkan daging sapi masih mengalami inflasi sebesar 7,84%. Penurunan inflasi tersebut karena tingkat permintaan masyarakat pada Tw IV-2013 lebih rendah dibandingkan Tw III-2013 sehingga mendorong tingginya pasokan dan koreksi harga. Sedangkan dari sisi supply, ketersediaan daging sapi relatif terbatas karena tidak semua populasi sapi di Jawa Timur siap untuk dipotong. Berdasarkan sensus pertanian tahun Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

61 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2013 terdapat penurunan jumlah sapi di Jawa Timur dari 5,1 juta ekor menjadi 3,8 juta ekor, sedangkan di lain sisi jumlah penduduk relatif meningkat sehingga berpotensi menimbulkan shortage. Sedangkan dari data dari Dinas Peternakan Jawa Timur, beberapa sentra daging sapi di Jawa Timur antara lain Tuban, Lumajang, Magetan, Madura dan Malang mengkonfirmasi tidak meratanya produksi daging sapi yang tercermin dari rata-rata pertumbuhan 5 (lima) tahun terakhir konsumsi daging sapi (kisaran 2,5%) yang lebih tinggi dari produksinya (kisaran 2,4%). Grafik 2.18 Inflasi Sub Kel. Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq) 2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy) Inflasi Jawa Timur tahun 2013 secara tahunan mencapai 7,59% lebih tinggi dibandingkan realisasi 2012 yang mencapai 4,50%. Peningkatan inflasi tersebut didorong oleh banyak faktor yaitu fluktuasi produksi yang menyebabkan kenaikan harga bahan makanan, penetapan harga oleh Pemerintah antara lain BBM, tarip listrik, Upah Minimum Kota (UMK), cukai rokok dan bahan bakar rumah tangga, serta pelemahan nilai Rupiah dan pergerakan harga komoditas internasional. Sumber: BPS, data diolah Tabel 2.4 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang Inflasi YOY Sumbangan Inflasi YOY No Kelompok Barang Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

62 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.19 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok Grafik Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) Berdasarkan kelompoknya, secara tahunan pendorong inflasi tahun 2013 adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (12,94%-yoy) dan kelompok bahan makanan (11,78%) yang sekaligus juga menjadi penyumbang terbesar inflasi. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga secara perlahan meningkat (6,09%) di tahun 2013 sebagai dampak peningkatan tarip listrik yang dilakukan bertahap setiap triwulan. Penahan inflasi tahun 2013 adalah kelompok sandang (-1,88%) seiring dengan pelemahan harga emas internasional. Walaupun mengalami deflasi, namun penurunan harga emas semakin kecil sehingga berpotensi mengalami inflasi ke depannya. Tingginya inflasi kelompok bahan makanan utamanya berasal dari sub kelompok bumbu-bumbuan (26,12%), sayur-sayuran (20,26%) dan buah-buahan (16,84%). Sedangkan berdasarkan komoditasnya, pendorong inflasi secara tahunan adalah bawang merah (114,30%), beras (6,43%), daging sapi (16,17%) dan daging ayam ras (13,19%). Tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan diperkirakan masih akan berlanjut sampai dengan awal tahun 2014 karena faktor cuaca (curah hujan tinggi dan banjir) serta minimnya musim panen. Grafik Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun Grafik Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

63 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Selain kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami kenaikan signifikan khususnya sub kelompok transport (17,99%). Kenaikan bensin sebesar 44,44% direspon dengan kenaikan inflasi bensin secara kumulatif sebesar 42,90%. Kenaikan tersebut diikuti oleh kenaikan tarif lainnya antara lain angkutan dalam kota (31,12%) dan angkutan luar kota (21,89%). Dampak kenaikan harga BBM ini baru akan termoderasi pada awal Tw III-2014 seiring dengan telah hilangnya dampak tahun base year IHK INFLASI MENURUT KOTA Dari 7 (tujuh) kota yang masuk dalam perhitungan inflasi nasional, dibandingkan dengan Tw III-2013, rata mengalami kenaikan di kisaran 0,4% - 0,9%. Sedangkan secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Kediri (8,05%), disusul Probolinggo (7,96%), Malang (7,92%), Surabaya dan Madiun (7,52%), Jember (7,21%) dan Sumenep (6,63%). Tingginya inflasi di tujuh kota secara tersebut, disebabkan kondisi perubahan harga dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi dan kelompok perumahan. Kabupaten Jember mengalami inflasi kelompok bahan makanan tertinggi (2,63%-mtm), sebagai dampak peningkatan harga dari sub kelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Kota Madiun mengalami kenaikan cukup tinggi untuk sub kelompok makanan jadi (1,02%) dan perumahan (0,64%). Secara umum, tingginya inflasi kelompok bahan makanan tersebut karena masih berlangsungnya periode tanam dan tingginya permintaan masyarakat karena adanya Natal dan Tahun Baru Di samping itu, curah hujan dan ombak yang cukup tinggi turut mempengaruhi penurunan pasokan beberapa komoditas bahan makanan seperti cabe rawit, cabe merah dan ikan laut. Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) Wilayah Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Sumber: BPS, Data diolah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

64 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm) 7 Kota di Jawa Timur Grafik Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) 7 Kota di Jawa Timur Inflasi tahunan terendah periode ini terjadi di Kabupaten Sumenep yaitu sebesar 6,78% (yoy). Penyumbang utama rendahnya inflasi tersebut selain penurunan harga komoditas telur ayam ras yang cukup tinggi (-22,27%) juga karena penurunan harga sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (-0,77%) melalui deflasi pada komoditas gula pasir (-9,53%). Selain komoditas di atas, faktor penyebab rendahnya inflasi Kabupaten Sumenep juga berasal dari sub kelompok ikan segar (0,87%) karena Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten yang sebagian masyarakatnya mendapatkan penghasilan sebagai nelayan sehingga pasokan ikan segar merupakan hal yang umum terjadi ketika cuaca sedang baik. Tabel 2.6 Inflasi 7 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-2013 (% yoy) Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi Sumber : BPS, data diolah Sedangkan berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di ketujuh kota tahun 2013 ini bersumber dari 2 (dua) kelompok utama yaitu kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Hal ini karena tingginya bobot kedua kelompok tersebut dalam konsumsi masyarakat yang mencapai 24% dan 18%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

65 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Sumber : BPS, data diolah Tabel 2.7 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-2013 (% yoy) Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim terutama didorong oleh peningkatan harga kelompok administered price dan volatile foods pada tingkat 14,91% dan 12,76%, sedangkan kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,13% (yoy). Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok administered price (2,68%), disusul kemudian oleh volatile foods (2,54%) dan kelompok core inflation (2,38%). Pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga komoditas tertentu dan fluktuasi produksi (termasuk di dalamnya kendala impor hortikultura di awal tahun) merupakan penyebab utama tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut. Grafik 2.25 Inflasi Jatim per Komponen (yoy) Grafik Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya (yoy) Pada grafik 2.27 di atas, tampak bahwa tingginya inflasi pada tahun 2013 utamanya disebabkan oleh lonjakan inflasi kelompok administered price dan volatile foods yang melebihi pola normalnya. Inflasi kelompok administered price seharusnya berada di kisaran 2% - 4%, sedangkan kelompok volatile foods di kisaran 6% - 9%. Jika inflasi kedua kelompok tersebut secara tahunan dapat kembali pada pola normalnya, maka inflasi Jawa Timur akan sejalan dengan sasaran inflasi nasional yaitu 4,5% + 1%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

66 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik Perbandingan Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm) Grafik Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur Sedangkan berdasarkan disagregasi bulanan, inflasi Jatim terutama didorong oleh inflasi kelompok volatile food sebesar 1,76% (mtm) dan administered price sebesar 0,45%. Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil di kisaran 0,28%. Peningkatan inflasi kelompok volatile foods disebabkan oleh peningkatan permintaan dan belum optimalnya proses produksi (faktor seasonal). Sedangkan inflasi kelompok administered price lebih karena kenaikan harga bensin non subsidi (Pertamax) serta bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) sebagai bentuk antisipasi masyarakat menjelang keputusan kenaikan harga oleh pemerintah pada 1 Januari Volatile foods Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 1,76% (mtm) atau 12,76% (yoy), meningkat dibandingkan November 2013 yang mengalami deflasi -0,01% (mtm) atau 12,63% (yoy) dan menyumbang inflasi Jatim sebesar 2,54% (yoy). Secara bulanan, tekanan inflasi pada kelompok ini utamanya didorong oleh sub kelompok sayur-sayuran (mtm : 11,12% dan yoy : 20,26%), bumbu-bumbuan (mtm : 4,47% dan yoy : 26,12%) dan telur,susu dan hasil-hasilnya (mtm : 3,03% dan yoy : 5,67%). Kenaikan harga tomat sayur yang mencapai angka 55,52% (mtm) sekaligus menjadi penyumbang utama inflasi dengan sumbangan sebesar 0,089% disebabkan minimnya ketersediaan komoditas ini di pasar karena salah satu sentra produksi tomat di Kediri masih mengalami masa tanam sehingga mendorong harga menjadi tinggi. Harga diperkirakan terkoreksi pada Januari 2014 seiring mulai dipanennya beberapa komoditas sayuran. Saat ini, di Kediri terdapat 400 ha tomat yang berumur 1 bulan. Umur tanam tomat rata-rata 60 hari, dan akan habis dipanen selama 90 hari. Jika iklim masih normal, maka panen tomat dengan luas tanam 400ha akan terjadi di bulan Januari. Selain Kediri, masih ada daerah lainnya yang Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

67 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI juga akan panen seperti Tulungagung, Bojonegoro, dan Malang, sehingga pada bulan Januari s.d Maret 2014 harga tomat diprediksi akan turun karena pasokan melimpah. Selain komoditas tomat sayur, cabe rawit dan bawang merah juga menyumbang inflasi di Jawa Timur masing-masing sebesar 0,039% dan 0,023%. Kenaikan harga yang tinggi pada komoditas cabe tersebut disebabkan penurunan produktivitas di salah satu sentra produksi (Kediri) dari yang ditargetkan sebesar kuintal/hektar menjadi kuintal/hektar. Penurunan produktivitas tersebut karena mayoritas lahan di Kediri adalah tadah hujan, sehingga adanya anomali cuaca dan gangguan hama menyebabkan banyak petani mengalami gagal panen, petani cabai merah banyak yang beralih kepada komoditas lainnya (cabai kecil dan tomat) dan luasan lahan tanam cabai merah setiap tahun semakin berkurang, sehingga mempengaruhi jumlah produksi cabai merah. Sedangkan kenaikan harga bawang merah dikarenakan masih dimulainya musim tanam komoditas ini antara lain di Nganjuk dan Probolinggo. Di sisi lain, tekanan inflasi dari kelompok volatile food juga disumbang oleh komoditas daging sapi. Walaupun sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi sebesar - 0,18% (mtm) namun komoditas daging sapi mengalami kenaikan harga sebesar 2,48% dan menyumbang inflasi sebesar 0,04%. Hal ini telah diprediksi sebelumnya mengingat tidak seimbangnya produksi daging sapi dengan tingkat konsumsi masyarakat. Sedangkan populasi sapi yang ada di Jawa Timur tidak semuanya dapat dipotong sehingga pasokan daging melalui impor menjadi penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, rendahnya margin yang diperoleh peternak sapi (di kisaran Rp per ekor sapi) menyebabkan kurangnya perhatian peternak untuk menggiatkan pengembangbiakan sapi. Selain itu, berdasarkan informasi dari APFINDO (Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia) terdapat arus keluar sapi hidup dari daerah ini untuk memenuhi tingginya permintaan daging sapi dari DKI Jakarta dan Jawa Barat, sehingga semakin mengurangi populasi sapi di wilayah Jawa Timur. Demikian pula dengan kondisi ketersediaan sapi di beberapa sentra produksi seperti di Kabupaten Sumenep yang turun dari ekor (2011) menjadi ekor sapi (2013). Kondisi ini menjadi potensi risiko ke depannya yang akan terus meningkatkan harga komoditas daging sapi. Tingginya inflasi komoditas daging sapi ini tertahan oleh penurunan harga komoditas daging ayam ras yang pada periode laporan mengalami deflasi sebesar 3,38% (mtm) serta sub kelompok buah-buahan melalui penurunan harga komoditas apel (- 4,44%), alpukat (-12,31%) dan semangka (-4,68%). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

68 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Core Inflation Sumber utama tekanan berasal dari domestik sebagai dampak lanjutan kebijakan harga energi. Sedangkan dari sisi eksternal, peningkatan dimulai pada triwulan III 2013 seiring dengan pelemahan nilai tukar Rupiah selama triwulan III 2013 akibat derasnya capital outflow semenjak menguatnya isu tapering off dari The Fed. Tekanan pelemahan nilai tukar rupiah meningkat meskipun masih dapat dimitigasi oleh penurunan harga komoditas global. Rupiah pada Desember 2013 kembali mengalami depresiasi (di kisaran 9,21% mtm atau rata-rata Rp12.270,- per USD). Dampak depresiasi nilai tukar ini terlihat pada inflasi kelompok industri yang secara bulanan menunjukkan tren meningkat seperti kelompok elektronik, otomotif, makanan minuman dan emas perhiasan. Analisis lebih lanjut terkait inflasi inti (core) dengan mengeluarkan komoditas emas perhiasan, menunjukkan laju inflasi yang lebih rendah dengan angka sebesar 4,13% (yoy), dibandingkan memasukkan komoditas ini dalam kelompok inti dengan laju inflasi yang lebih tinggi mencapai angka 4,68% (yoy). Hal tersebut mencerminkan bahwa pengaruh pergerakan harga emas di pasar internasional diiringi dengan depresiasi nilai tukar rupiah berpengaruh besar terhadap laju inflasi di kelompok inti secara keseluruhan. Grafik Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable (mtm) Grafik 2.30 Inflasi Inti Manufacturing & Services (mtm) Berdasarkan pembentuknya, kelompok inti tradable mengalami peningkatan yang lebih besar yaitu dari 0,18% (mtm) menjadi 0,43% (mtm) atau stabil di tingkat 4,45% (yoy). Peningkatan inflasi inti tradeable tersebut jika diuraikan lebih dalam secara tahunan lebih dikarenakan kenaikan harga dari kelompok core traded-konstruksi antara lain dalam bentuk peningkatan harga batu bata/batu tela (19,98%-yoy), pasir (15,88%) dan cat kayu (12,88%) yang menjadi komponen sektor properti, sehingga sektor properti masih menjadi faktor yang berperan penting dalam menggerakkan inflasi inti di Jawa Timur. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

69 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.31 Inflasi Inti Traded Konstruksi dan Non Konstruksi (yoy) Grafik 2.32 Inflasi Inti Traded Food dan Non Food (yoy) Dari faktor ekspektasi, konsumen masih optimis terhadap perkembangan perekonomian di Jawa Timur, tercermin dari peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen dari 122,07 (November 2013) menjadi 123,94 pada Desember Hal ini diperkirakan merupakan dampak dari tingginya aktivitas ekonomi di penghujung tahun 2013 dan adanya Pemilu di April 2014 yang diikuti dengan peningkatan pengeluaran pemerintah. Kondisi ini diyakini turut mendorong persepsi konsumen dan pedagang terhadap peningkatan harga pada tiga dan enam bulan ke depan. Grafik 2.33 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen Grafik 2.34 Ekspektasi Harga yang Akan Datang 200 Indeks Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang 250 Indeks Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yad Administered Price Inflasi administered price tercatat sebesar 0,45% (mtm) atau 14,91% (yoy) dan menyumbang inflasi Jawa Timur sebesar 2,68% (yoy). Inflasi ini turun dibandingkan November 2013 yang mencapai 0,63% (mtm) atau 14,56% (yoy). Sumbangan utama peningkatan inflasi periode ini berasal dari peningkatan tarif kereta api sebesar 8,70% dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,57%. Adanya rencana peningkatan harga LPG 12 kg pada tahun 2014 menyebabkan masyarakat mulai meningkatkan pembelian sebagai antisipasi terjadinya kenaikan. Peningkatan permintaan tersebut menyebabkan turunnya jumlah persediaan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

70 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI sehingga mendorong kenaikan harga LPG. Sedangkan kenaikan harga bensin lebih disebabkan karena peningkatan harga Pertamax yang dimasukan dalam komoditas ini. Grafik 2.35 Sub Kelompok Penyumbang Inflasi Administered Price Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

71 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI BOKS 3 Dampak Bencana Banjir di Jawa J Timur Peta Bencana Banjir Pada awal tahun 2014 sejumlah daerah di Indonesia mengalami banjir yang cukup parah seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Manado. Di Jawa Timur, curah hujan memang tinggi namun banjir yang terjadi tidak sebesar di wilayah lain. Berdasarkan peta potensi banjir BMKG tampak bahwa Jawa Timur memang mengalami banjir di beberapa daerah seperti Bojonegoro, Magetan, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Jember dan Lumajang namun pada skala menengah sehingga tidak menimbulkan kerusakan infrastruktur yang parah. Sedangkan potensi banjir dengan skala tinggi terjadi pada daerah yang bukan merupakan sentra produksi pangan (Bangil, Mojosari, Purwodadi dan Purwosari). Grafik 1. Intensitas Curah Hujan Jawa Timur Grafik 2. Potensi Banjir Februari 2014 Dampak Bencana Banjir Terhadap Produksi Pangan Berdasarkan penggalian informasi terhadap beberapa daerah yang mengalami banjir di Jawa Timur, dampak yang ditimbulkan terangkum pada tabel berikut : Daerah Komoditas Dampak Bojonegoro Padi Lahan pertanian padi yang siap panen terendam banjir seluas ha Palawija Lahan palawija terendam hingga 379 hektar Jember Padi & Cabe Total lahan yang terendam sekitar 500 ha Lamongan Padi Lahan tambak dan padi terendam seluas 898 hektar Tuban Padi & Total lahan yang terendam sekitar ha Jagung Ngawi Padi Lahan terendam seluas 308 ha dan mengalami puso seluas 0,75 ha Magetan Padi Lahan terendam seluas 87 ha dan yang mengalami puso 14,5 ha Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

72 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Gresik Padi Lahan terendam seluas ha Jagung Lahan terendam seluas 8,2 ha Kacang hijau Lahan terendam seluas 8,2 ha Madiun padi Lahan terendam seluas 30 ha Mayoritas komoditas pertanian yang mengalami banjir di Jawa Timur adalah padi karena memang telah memasuki masa tanam pada Tw IV-2013, sedangkan komoditas lainnya ditanam namun dalam skala yang lebih kecil. Walaupun luas lahan yang terendam banjir relatif besar, namun tingkat kerusakan dan puso yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini karena mayoritas padi telah memasuki usia tanam lebih dari 40 hari. Sedangkan untuk lahan puso di Magetan dan Madiun, saat ini telah dilakukan penanaman kembali. Namun dengan memperhatikan peta curah hujan dan potensi banjir, masih dimungkinkan terjadi gangguan pada produksi padi yang disebabkan pergeseran masa panen dan penurunan produktivitas. Dampak Bencana Banjir Terhadap Inflasi Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga s.d. minggu ke-2 Februari 2014 di Jawa Timur, belum terdapat pergerakan harga yang signifikan. Kenaikan harga terjadi pada beberapa komoditas yaitu beras (0,92%), cabe rawit (3,45%), tomat sayur (1,07%) dan wortel (0,36%). Dengan mengacu pada uraian tersebut, maka dampak banjir di Jawa Timur terhadap inflasi bahan makanan diproyeksikan berada pada optimist scenario (7% - 9%) yang dilandasi asumsi produksi tidak mengalami gangguan secara signifikan melainkan hanya pergeseran masa panen, tidak terdapat kerusakan infrastruktur yang menghambat jalur distribusi barang serta lancarnya impor hortikultura jika pasokan lokal mengalami shortage. Grafik 3. Komoditas dengan Trend Harga Naik Grafik 4. Komoditas dengan Trend Harga Turun Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

73 Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

74 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN& SISTEM PEMBAYARAN Sampai dengan Triwulan IV tahun 2013, kinerja perbankandi Jawa Timurbaik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan stabil.aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar18,8% (yoy) hingga mencapai Rp 429,98 triliun pada Triwulan IV Kredit tumbuh sebesar 26,71% (yoy) dari sebesar Rp 291,26 triliun pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar Rp 310,96 triliun pada Triwulan IV Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 15,9% (yoy) menjadi sebesar Rp 340,96 triliun pada periode laporan. Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat hingga mencapai kisaran 27% (yoy) pada Triwulan IV 2013, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan masih akan terus meningkat. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR (Miliar Rp) III IV I II III IV Total Aset 350, , , , , , Pertumbuhan (%yoy) Dana Pihak Ketiga 278, , , , , , Pertumbuhan (%yoy) Kredit 229, , , , , , Pertumbuhan (%yoy) PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Kinerja Bank Umum di Jawa Timur sampai dengan Triwulan IV 2013 secara umum masihterusmenunjukkan perkembangan positifdiikuti dengan fungsi intermediasi yang berjalan KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

75 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timurtersebut tercermin dari pertumbuhan indikator kinerja utama yaitu total aset sebesar 18,93% (yoy),dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,74% (yoy) dan kreditdengan pertumbuhan sebesar 26,41% (yoy). Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK mendorong kenaikan rasio Loan to Deposit Radio (LDR) Bank Umum dari sebesar 90,64% pada Triwulan III 2013, menjadi sebesar 90,70% pada Triwulan IV Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Aset (Jt Rp) , , , , , ,90 Aset (yoy %) 22,05 20,75 19,10 17,52 18,74 18,93 Pertumbuhan (qtq %) 6,12 3,19 2,47 4,73 7,22 3,35 Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) , , , , , ,18 DPK (yoy %) 17,94 16,39 13,85 12,03 14,63 14,74 Pertumbuhan (qtq) 4,35 5,64 (0,44) 2,08 6,77 6,89 Kredit (Jt Rp) , , , , , ,10 Kredit (yoy %) 24,49 26,28 27,21 26,32 27,22 26,41 Pertumbuhan (qtq) 6,40 7,15 2,39 8,21 7,16 6,95 LDR (%) 81,67% 82,84% 85,20% 90,32% 90,64% 90,70% NPL (%) 2,64 2,60 2,26 2,12 2,02 1,75 Adanya sedikit perlambatan pada pertumbuhan kreditpada periode laporan antara lain didorong oleh kembali normalnya aktivitas ekonomi masyarakat pasca peningkatan konsumsi saat bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Juli - Agustus 2013 (Triwulan III 2013). Sementara itu,tren peningkatan LDR dimaksud diikuti dengan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) yang semakin membaik. NPL bank umum Jatim pada Triwulan IV 2013 adalah sebesar level 1,75%, lebih rendah dibandingkan NPL Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 2,02%. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

76 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.1Perkembangan LDR LDR (%) NPL (%) rhs Grafik 3.2Perkembangan LDR per Kelompok Bank LDR (%) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing % Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Fungsi Intermediasi perbankan untuk Bank Umum di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan. Tercatat sampai dengan Triwulan IV 2013, LDR Bank Umum di Jawa Timur cukup tinggi mencapai 90,7%. Jumlah tersebutlebih tinggi apabila dibandingkan dengan LDR periode sebelumnya (Triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 90,64%, atau periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan IV 2012) yang tercatat sebesar 82,84%(grafik 3.1). Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit triwulanan (6,95% qtq) yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK (6,89% qtq). Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesarpada periode ini adalah pada bank asing dengan prosentase sebesar 108,37%, sedikit lebih tinggi dari LDR bank pemerintah yang tercatat sebesar 106,81%. Sementara itu bank swasta mencatat LDR terkecil pada level 74,97%. Tingginya LDR bank asing mencerminkan perannya yang cukup besar dalam pembiayaan aktifitas ekonomi masyarakat Jawa Timur. Namun demikian apabila ditinjau berdasarkan nominalnya, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timurmasih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar Rp 156,15 triliun atau 51,35% dari total kredit. Proporsi terbesar selanjutnya adalah Bank Swasta dengan penyaluran kredit sebesar Rp 127,88 triliun atau 42,05%. Sementara Bank Asing memiliki porsi penyaluran kredit terkecil dengan nominal sebesarrp 20,08 triliun atau 6,60% dari total kredit. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

77 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan(yoy) Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) Rp Juta Aset Kredit Dana G Aset (yoy) G Kredit (yoy) G DPK (yoy) % y o y % 9,00 7,00 5,00 3,00 1,00 Aset Kredit DPK 0 (1,00) I II III IV I II III IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Grafik Tw II Tw 3.7 III Pertumbuhan Tw IV Dana Pihak Ketiga (yoy) (3,00) (5,00) ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Total aset bank umum pada Triwulan IV , menunjukkan pertumbuhansebesar 18,93% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya (Triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 18,74% (yoy).peningkatan jumlah aset bank umum di Jawa Timur antara lain didorong oleh adanya peningkatan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebesar 14,63% (yoy) pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 15,99% (yoy) pada Triwulan IV Rp Juta Grafik 3.5Perkembangan Total Aset Bank Umum Grafik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum Aset G Aset (yoy) rhs Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % 15 y 10 o y 5 0 Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing 48% 6% 46% DANA PIHAK KETIGA (DPK) Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2013, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan pertumbuhan positif. Tercatat jumlah DPK pada periode laporanadalah sebesar Rp 335,31 triliun, atau tumbuh sebesar14,74% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

78 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN pertumbuhan pada periode sebelumnya yaitu Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 14,63% (yoy). Rp Juta Grafik 3.7 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Dana G DPK (yoy) G DPK (qtq) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % y o y Terus meningkatnya pertumbuhan tahunan DPK pada periode laporan searah dengan tren pertumbuhan tahun sebelumnya. Selain itu, mulai kembali normalnya aktifitas ekonomi masyarakat pasca momen puasa lebaran (awal Agustus 2013) turut mendorong kembali pertumbuhan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan IV Demikian pula apabila ditinjau secara triwulanan, penghimpunan DPK mencatat peningkatan dari sebesar 6,77% (qtq) pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 6,89% (qtq) pada Triwulan IV 2013.Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi Jawa Timur yang stabil dan kepercayaan masyarakat kepada perbankan yang terjaga, diperkirakan DPK yang dihimpun bank umum di Jawa Timur akan tetap tumbuh cukup tinggi pada tahun Berdasarkan bentuknya, struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan IV 2013 didominasi oleh deposito dengan nominal mencapai Rp 151,77 triliun denganproporsi sebesar 45,81% dari total DPK.Menyusulkemudian tabungan dengan prosentase sebesar38,83% dan nominal Rp 130,19 triliun. Sementara itu penghimpunan DPK dalam bentuk giro tercatat sebesar Rp 53,34 triliun, atau 15,91% dari total DPK. Ditinjau dari sisi pertumbuhan jenis simpanan, pada periode ini deposito masih memberikan kontribusi terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 41,58% (yoy). Disusul kemudian dengangiro dengan pertumbuhan sebesar 11,89% (yoy). Sementara tabungan mencatat pertumbuhan negatif sebesar -3% (yoy) pada periode laporan. Hal tersebut diyakini disebabkan oleh penarikan dana tabungan oleh masyarakat untuk kegiatan liburan natal dan tahun baru pada akhir tahun KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

79 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) Giro Tabungan Deposito % YOY 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - I II III IV I II III IV Grafik 3.9Perkembangan DPK PerJenisSimpanan (Rp. Juta) Grafik 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%) Rp Juta Tabungan Giro Deposito Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % y o y Giro Deposito Tabungan 39% 16% 45% % Grafik 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan BI Rate DPK Giro Tabungan Deposito 8,00 6,00 4,00 2,00 - BI Rate Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Pasca adanya kenaikan kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 7,25%pada Triwulan III 2013 menjadi 7,5% pada Triwulan IV 2013, tren suku bunga DPK bank umum di Jawa Timur mulai menunjukkan peningkatan.tercatat suku bunga rata-rata tertimbang bank umum di wilayah Jawa Timur meningkat dari sebesar 3,5%pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 3,73%pada Triwulan IV Peningkatan tersebut terutama didorong olehpeningkatan suku bunga Deposito, dari sebesar 6,08% pada Triwulan III 2013 menjadi KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

80 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN sebesar 6,54% pada Triwulan IV Suku bunga giro meningkat dari sebesar 1,72% pada Triwulan III 2013, menjadi sebesar 1,78% pada Triwulan IV Sementara itu tren suku bunga tabungan justru menunjukkan sedikit penurunan. Tercatat suku bunga tabungan turun dari sebesar 1,74% pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 1,73% pada Triwulan IV 2013.Kondisi tersebut mengindikasikan kebijakan bank umum yang lebih memilih untuk meningkatkan suku bunga Dana Pihak Ketiga dengan jangka waktu panjang, yaitu deposito. Hal tersebut terkait dengan kepastian penyimpanan dana di bank sehingga mempermudah perencanaan likuiditas bank jangka panjang. Sementara tabungan dan giro belum menunjukkan peningkatan dikarenakan sifat simpanan yang likuid, sehingga kurang optimal untuk digunakan dalam perencanaan likuiditas jangka panjang KREDIT Sampai dengan Triwulan IV2013, fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timurmasih terus menunjukkan peningkatan. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan sampai dengan akhir tahun 2013adalah sebesar Rp 304,11 triliun atau tumbuh26,41% (yoy) dan 6,95% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan kredit bank umum di wilayah Jawa Timur sebesar 26,41% (yoy) dimaksud sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada Triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 27,22% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dari 28,01% (yoy) pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 29,85% (yoy) pada Triwulan IV Hal tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan pengajuan kredit modal kerja menjelang akhir tahun (libur natal dan tahun baru).seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat, pada periode tersebut banyak bermunculan usaha musiman seperti catering, penjualan kue kering, baju dan perlengkapan tahun baru. Senada dengan pertumbuhan tahunannya, secara triwulanan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah Jawa Timur menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya (Triwulan IV 2013). Tercatat pada Triwulan IV kredit tumbuh 6,95% (qtq), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan Triwulan III yang tercatat sebesar 7,16% (qtq). Hal tersebut dikarenakan kredit tumbuh sangat tinggi pada triwulan III 2013 sehubungan dengan adanya periode bulan puasa dan lebaran.pada Triwulan IV 2013 kredit KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

81 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN masihtumbuh tinggi walaupun sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya karena terdapat momen libur natal dan tahun baru. Tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh rendahnya risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) pada periode laporan mencerminkan semakin baiknya fungsi intermediasi perbankan di Jawa Timur. Tercatat LDR pada periode laporan adalah sebesar 90,70%, meningkat apabila dibandingkan dengan LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 90,64%. Tingginya rasio LDR dimaksuddidukung oleh NPL yang rendah dan stabil di kisaran 1,75%. Rp Juta 350,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 50,000,000 - Grafik Pertumbuhan Kredit (yoy) Grafik 3.13Pertumbuhan Kredit (qtq) Kredit G Kredit (yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % y o y Rp Juta 350,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 50,000,000 - Kredit G Kredit (qtq) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % y o y Pada Triwulan IV 2013 kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja yaitusebesar 59,57% dari total kredit dengan nominal sebesar Rp 181,17 triliun. Proporsi kredit terbesar selanjutnya adalah kredit konsumsi dengan prosentase sebesar 25,97% dari total kredit (Rp 78,98 triliun).sementara itu kredit investasi memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 14,46% dari total kredit dengan nominal mencapai Rp 43,96 triliun. Ditinjau dari sisi pertumbuhan tahunan, kredit modal kerja mengalami peningkatan pertumbuhan dari sebesar 28,01% (yoy) pada Triwulan III 2013 menjadi 29,85% (yoy) pada periode laporan. Sementara kredit investasi dan konsumsi menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan periode sebelumnya dengan prosentase pertumbuhan masing-masing sebesar 30,38% dan 19,22%. Senada dengan pertumbuhan tahunan, pertumbuhan kredit modal kerja secara triwulanan juga menunjukkan peningkatan dari sebesar 8,17% (qtq) pada triwulan III 2013 menjadi sebesar 9,16% (qtq) pada triwulan IV Hal tersebut diperkirakan didorong oleh tingginya aktifitas ekonomi masyarakat pada saat libur natal dan tahun baru. Sementara kredit KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

82 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN investasi dan konsumsi mencatat pertumbuhan yang lebih rendah pada level masing-masing sebesar 5,78% (yoy) dan 2,82% (yoy). Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan proporsi 51,35% dari total kredit, disusul oleh Bank Swasta sebesar 42,05% dan Bank Asing sebesar 6,6%.Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kredit, pada periode ini bank asing masih mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu mencapai 48% (yoy), sementara bank pemerintah dan bank swasta masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 25,33% (yoy) dan 24,87% (yoy). Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut menunjukkan baiknya kinerja bank umum di Jawa Timur dalam meningkatkan fungsi intermediasinya. Tingkat persaingan yang semakin kondusif antara kelompok bankdiharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas penyaluran kredit kepada masyarakat. Grafik 3.14Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi 26% Grafik 3.15Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing 6% 46% 14% 60% 48% Grafik 3.16Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy) Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan (qtq) % yoy Modal Kerja Investasi Konsumsi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % qtq Modal Kerja Investasi Konsumsi I II III IV I II III IV (5.00) KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

83 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik Proporsi Kredit Sektoral 1% 0% 0% 3% 0% 0% 0% 26% 0% 30% 1% 0% 4% 0% 1% 3% 1% 26% 0% 3% 1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 2. PERIKANAN 3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4. INDUSTRI PENGOLAHAN 5. LISTRIK, GAS DAN AIR 6. KONSTRUKSI 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 10. PERANTARA KEUANGAN 12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 14. JASA PENDIDIKAN 14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA 18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 20. Lain-lain Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur pada periode laporansebagian besar masih kepada Sektor Industri Pengolahan (30% dari total kredit), dan kepada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (26%). Tingginya peyaluran kredit kepada kedua sektor tersebut searah dengan peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan memperoleh proporsi kredit yang masih relatif kecil yaitu sebesar 2,58%.Proporsi tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan prosentase periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,63%. Hal tersebut dapat dijadikan indikasi kurangnya akses perbankan kepada sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Grafik 3.19 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) , , % yoy - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 10, (50.00) PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 2. PERIKANAN 3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4. INDUSTRI PENGOLAHAN 5. LISTRIK, GAS DAN AIR 6. KONSTRUKSI 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 10. PERANTARA KEUANGAN 19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 20. Lain-lain (rhs) KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

84 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.20 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate % Kredit Modal kerja Investasi Konsumsi BI Rate Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adaya peningkatan penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM yang sangat banyak di Jawa Timur menunjukkan bahwa peluang perbankan dalam penyaluran kredit di sektor ini masih sangat luas. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim hingga akhir 2012, jumlah UMKM di Jawa Timur mencapai lebih dari 6,8 juta UMKM dengan konsentrasi jumlah terbesar di kabupaten Jember, Malang dan Banyuwangi. Berdasarkan sektor usahanya, jumlah tersebut terdiri atas UMKM yang bergerak di sektor pertanian sebesar 60,25% dengan jumlah unit usaha sebanyak usaha, dan sektor non pertanian sebesar 39,75% dengan jumlah unit usaha sebanyak usaha. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah menyediakanberbagai fasilitas dan kebijakan sebagai upaya pengembangan UMKM, antara lain dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga Penjaminan Kredit Daerah), penyaluran kredit linkage, pemberian bantuan teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM. Upaya dimaksud diharapkan mampu menjadi KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

85 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN pendorongbagi industri perbankan di Jawa Timur untuk terus meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM. Grafik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM Rp Miliar 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Kredit UMKM % yoy Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Juta Rp Kredit UMKM Juta Rupiah 90,000,000 80,000,000 70,000,000 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 - Tw I Tw II Tw III Tw IV NPL (%) Skala Kanan Tw I Tw II Tw III Tw IV % Perhatian perbankan di Jawa Timur terhadap perkembangan UMKM terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut tercermin dari perkembangan kredit UMKM yang disalurkan terus mencatat peningkatan hingga mencapai Rp 83,26 triliun pada periode laporan. Jumlah tersebut tumbuh 20,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya (Triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 24,97%(yoy).Searah dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, pertumbuhan penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Timur diperkirakan akan terus tumbuh positif. Grafik 3.22 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 1% Triwulan III 1% Triwulan IV Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing 41% 58% 40% 59% Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di Jawa Timur masih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 59% dengan jumlah nominal mencapai Rp 49,44 triliun. Bank swasta menyumbang proporsi terbesar kedua dengan prosentase sebesar 39,8% dan nominal Rp 32,91 triliun.proporsi penyaluran kredit UMKM terkecil adalah bank asing dengan nominal KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

86 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN sebesar Rp 918,59 miliar dan prosentase 1,09% dari total kredit.semakin besarnya proporsi penyaluran kredit oleh bank pemerintah dari 58% pada Triwulan III 2013 menjadi 59% pada Triwulan IV 2013 mengindikasikan peningkatan peran bank swasta dalam dalam mendukung pengembangan UMKM di Jawa Timur. Apabila ditinjau berdasarkan wilayahnya, beberapa kabupaten/kota dengan penyaluran kredit UMKM terbesar adalah pada Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kabupaten Jember, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Banyuwangi. Kota Surabaya mencatat penyaluran kredit UMKM terbesar dengan nominal mencapai Rp 34,22 triliun atau 41,09% dari total kredit UMKM Jawa Timur. Kota Malang mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 7,78 triliun atau 9,34% dari total kredit UMKM Jawa Timur. Kota Kediri menyalurkan kredit UMKM dengan prosentase lebih kecil yaitu sebesar 5,77%, dengan nominal sebesar Rp 4,81 triliun. Kabupaten Jember mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 4,37 triliun atau 5,25%. Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terendah terdapat pada Kabupaten Madiun dengan jumlah kredit UMKM sebesar Rp 1 miliar. Grafik 3.23 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 0% 0% 0% 0% 0% 1% 1% 1% 2% 41% 2% 2% 2% 2% 2% 3% 2% 6% 9% 3% 3% 3% 5% Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember Kab. Sidoarjo Kab. Banyuwangi Kab. Gresik Kota Madiun Kota Probolinggo Kab. Jombang Kab. Tulungagung Kab. Bojonegoro Kab. Mojokerto Kota Pasuruan Kota Blitar Kab. Lamongan Kab. Pamekasan Kab. Ponorogo Kab. Tuban Kab. Nganjuk Kab. Magetan Kab. Ngawi Kab. Lumajang Kab. Situbondo Kab. Bondowoso Kab. Pacitan Kab. Trenggalek Kab. Malang Kab. Bangkalan Kab. Sumenep Kab. Sampang Kab. Kediri Kota Mojokerto Kab. Madiun KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

87 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan selama Triwulan IV 2013 tetap stabil dan terjaga yang tercermin dari relatif rendahnya risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi. Peningkatan kredit perbankan sebesar 26,41% (yoy) hingga mencapai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 90,70% didukung oleh kecukupan likuiditas dan rendahnya risiko kredit. Peningkatan penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL di kisaran 1,75% mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur. Namun demikian, perbankan tetap harus mewaspadai beberapa risiko lain seperti risiko operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, tetap perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan nasabah dengan Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan Edukasi Konsumen. hal tersebut dilakukanuntuk mendorong terciptanya iklim perbankan yang kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun perlindungan konsumen RISIKO KREDIT Tabel 3.3 Perkembangan NPL per-kelompok Bank K eterangan I II III IV I II III IV NP L Bank Umum (%) a. B ank P emerintah b. B ank S was ta c. B ank As ing Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum terus menunjukkan KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

88 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN perbaikan dari waktu ke waktu. NPL bank umum pada Triwulan IV 2013tercatat membaik dibandingkan periode sebelumnya,yaitu dari sebesar 2,01% pada Triwulan III 2013menjadi 1,75% pada Triwulan IV 2013.Penurunan NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah dan mecerminkan kinerja bank yang membaik dalam pengelolaan risiko kredit. Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi adalah kelompok bank pemerintahdengan NPL sebesar 2,017%.NPL bank asing dan bank swasta di Jawa Timur memiliki NPL lebih rendah dengan prosentase keduanya di kisaran 1,3%.Sedangkan dilihat dari jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi pada triwulan laporan terdapat pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 1,99%. Sementara kredit investasi dan kredit konsumsi mencatat risiko kredit yang lebih rendah yaitu sebesar 1,78% dan 1,99%. Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara agregat perbankan, kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur kredit konsumsi. Grafik 3.24 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.25 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan Juta Rp Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing NPL Bank Pemerintah rhs NPL Bank Swasta rhs NPL Bank Asing 200,000, ,000, ,000,000 50,000,000 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % Total Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV PERBANKAN SYARIAH Indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yaitu asetdan pembiayaan pada triwulan IV 2013 mencatat perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 29,44% (yoy) dari Rp 19,23 triliun pada Triwulan III-2013 menjadi Rp 21,45 triliun pada Triwulan IV Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

89 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Syariah di Jawa Timur tumbuh 36,45% (yoy) dari sebesar Rp 13,89 triliun pada Triwulan III 2013 menjadi Rp 16,91 triliun pada Triwulan IV Grafik 3.26 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq) Grafik 3.27 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy) Aset Pembiayaan Dana Aset Pembiayaan Dana Rp Juta 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 - G Aset (qtq) G Kredit (qtq) G DPK (qtq) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % q t q Rp Juta 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 - G DPK (yoy) G Aset (yoy) G Kredit (yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % y o 40 y 20 0 Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Jawa Timur selama Tw IV 2013 tumbuh sebesar 25,23% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 15,01 triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan modal kerja memperoleh porsi tertinggi dengan prosentase sebesar 45,67% dari total pembiayaan. Sementara kredit konsumsi dan investasi memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar 35,89% dan 18,43%. Adanya penambahan porsi kredit modal kerja dari sebesar 43,67% (Triwulan III 2013) menjadi 45,67% (Triwulan IV 2013) menjadi indikasi peningkatan peran Bank Syariah dalam mendukung ekonomi daerah dengan penyaluran kredit produktif. Grafik 3.28 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur Grafik 3.29 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) GIRO DEPOSITO TABUNGAN 6% 38% 56% % yoy DPK I II III IV I II III IV KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

90 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.30 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan % yoy Modal Kerja Konsumsi Investasi I II III IV I II III IV Grafik 3.31 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi 36% 46% 18% Tingginya proporsi pembiayaan modal kerja Bank Syariah di Jawa Timur menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pembiayaan modal kerja dan investasi yang tumbuh tinggi masing-masing sebesar 34,87% (yoy) dan 20,57% (yoy). Sementara pertumbuhan pembiayaan konsumsi mencatat angka yang lebih kecil dengan prosentase sebesar 16,91% (yoy). Dengan demikian, perbankan syariah juga secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa Timur. Kinerja penyaluran pembiayaan yang baiktersebutdidukung dengan kualitas pembiayaan yang terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) terjaga rendah dan stabil di kisaran 2,59%. Walaupun sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya, namun besar NPF tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun menunjukkan pertumbuhan yang masih cukup tinggi walaupun sedikit melambat. Tercatat FDR pada Triwulan IV 2013 mencapai 88,76%, lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang mencapai 100,43%. Grafik 3.32 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur % FDR (%) NPF (%) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

91 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan IV secara umum menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat total aset BPR pada periode laporan tumbuh sebesar 14,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 17,19% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar 11,45% (yoy) pada periode laporan, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 11,9%. Demikian pula penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 18,23% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 18,23% (yoy). Sumber: Bank Indonesia, data diolah Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur BPR (Juta Rupiah) II III IV I II III IV 1 T otal As s et 7,345,638 8,013,778 8,327,121 8,572,689 8,966,980 9,391,693 9,458,203 2 Kredit P er J enis P enggunaan 5,572,413 5,806,554 5,936,457 6,189,661 6,697,201 6,920,414 6,853,955 - Modal Kerja 3,631,661 3,781,188 3,801,754 4,105,148 4,481,920 4,617,058 4,616,767 - Inves tas i 171, , , , , , ,564 - Kons ums i 1,769,626 1,830,319 1,850,615 1,881,551 1,990,057 2,045,274 1,991,624 3 NP L (%) 4.14% 4.24% 3.39% 3.84% 3.77% 4.28% 4.00% 4 Dana (dpk) 4,385,038 4,737,430 4,892,009 4,984,885 5,093,066 5,301,227 5,405,566 - Depos ito 3,032,046 3,271,589 3,319,944 3,377,435 3,497,001 3,651,184 3,669,283 - Tabungan 1,352, ,465, ,572,064 1,607,450 1,596,064 1,650,044 1,736,284 4 L DR % % % % % % % Sampai dengan Triwulan IV 2013, total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur mencapai Rp 5,4 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh deposito yang mencapai 67,88% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebear 32,12% dari total DPK. Namun demikian apabila ditinjau dari sisi pertumbuhannya, tabungan mampu tumbuhsebesar 13,25% (yoy),lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang tercatat tumbuh sebesar 10,62% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa BPR mulai meningkatkan penghimpunan dana murah dari masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga Triwulan IV , menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja BPR. Selain itu, adanya fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate turut mendongkrak peningkatan suku bunga simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

92 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.33 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy) Grafik 3.34 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) % yoy DEPOSITO TABUNGAN DPK I II III IV I II III IV % qtq (2.00) DPK Deposito Tabungan I II III IV I II III IV I II III IV ,013 Grafik 3.35 Pertumbuhan Kredit BPR per-jenis Penggunaan (yoy) Modal Kerja Investasi Konsumsi G Modal Kerja G Investasi G Konsumsi Juta Rp 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 - I II III IV I II III IV (20.00) Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase mencapai 67% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan IV 2013 kredit modal kerja tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 21,44% (yoy). Sementara itu kredit konsumsi dan investasi yang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 7,62% (yoy) dan -13,56% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja yang disalurkan mengindikasikan bahwa BPR mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Grafik 3.36 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Grafik 3.37 Perkembangan LDR & NPL BPR Modal Kerja Investasi Konsumsi 29% 67% 4% % LDR NPL Skala Kanan % 8.00% % 6.00% % 4.00% % 2.00% % 0.00% I II III IV I II III IV KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

93 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Setelah menunjukan peningkatan signifikan pada periode sebelumnya, Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR pada periode laporan menunjukkan penurunan meski masih pada level yang cukup tinggi. Tercatat LDR BPR oada periode laporan adalah sebesar 126,79%, lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang mencapai 130,54%. Sementara itu, kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan (NPL) menunjukkan penurunan dari 4,28% pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 4% pada periode laporan. Masih cukup tingginya kredit risiko kredit BPR mencerminkan perlunya peningkatan kewaspadaan dan pengawasan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital, Collateral, Capacity, Character, dan Condition of Economy) BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA Kinerja 6 (enam) 1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada TriwulanIV 2013 secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat.tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat dari9,13% (yoy) pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 14,83% (yoy) pada Triwulan IV Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya Bank KP di Jatim II III IV I II III IV Total Aset (Jt Rp) 38,361, ,254, ,941, ,263, ,389, ,111, ,269, Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) (14.94) (10.50) Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) 26,605, ,931, ,996, ,173, ,866, ,381, ,486, Pertumbuhan (yoy %) (4.44) Pertumbuhan (qtq) (14.09) (6.04) Kredit (Jt Rp) 18,919, ,726, ,805, ,175, ,750, ,951, ,749, Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) 71.11% 70.63% 82.54% 80.15% 80.96% 73.14% 80.54% NPL (%) 1.89% 2.01% 2.06% 2.03% 2.27% 2.17% 1.97% 1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank CentratamaNasional Bank (CNB)dan Bank Prima Mas,ter. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

94 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.38 Pertumbuhan Indikator Bank Ber- KP di Surabaya (yoy) % yoy (5.00) (10.00) Aset Kredit DPK I II III IV I II III IV I II III IV % Grafik Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP disurabaya (qtq) Aset Kredit DPK (5.00) (10.00) (15.00) (20.00) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah peningkatan dana pihak ketiga terutama deposito yang meningkat cukup tinggi yaitu mencapai 28,80% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya.komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat relatif merata antara giro, deposito dan tabungan dengan proporsi masing-masing sebesar 34%, 36% dan 30% dari total DPK. Grafik 3.40 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya Grafik 3.41 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Giro Deposito Tabungan 30% 34% 36% % qtq (5.00) (10.00) (15.00) (20.00) (25.00) (30.00) (35.00) (40.00) (45.00) Giro Deposito Tabungan I II III IV I II III IV I II III IV Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar 18,45% (yoy) dan 3,48% (qtq), meningkat dari sebesar Rp22,95 triliun pada Triwulan III2013 menjadi Rp 23,75triliun pada periode laporan.berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 60%, disusul kemudian oleh kredit modal kerja dengan proporsi sebesar 34%. Sementara kredit investasi mencatat pertumbuhan terkecil dengan prosentase sebesar 6%. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

95 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tren pertumbuhan kredit modal kerjaberfluktuasi dan membentuk pola tertentu yaitu meningkat di akhir tahun. Sedangkan kredit konsumsi walaupun secara komposisi mendominasi, namun tren pertumbuhannya terus menurun dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat. Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada TriwulanIV- 2013didukungoleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup rendah dan stabil,yaitudi kisaran 1,97%, lebih rendah bila dibandingkan dengan NPL Triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,17%. Grafik 3.42 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Grafik 3.43 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya % qtq Modal Kerja Investasi Konsumsi (5.00) (10.00) (15.00) (20.00) (25.00) (30.00) I II III IV I II III IV I II III IV Modal Kerja Investasi Konsumsi 34% 60% 6% Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor Pusat di Jawa Timurmenunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dariterjaganyaloan to Deposit Ratio (LDR) di angka yang cukup tinggi yaitu 80,54%. Jumlah tersebut meningkat dar periode sebelumnya yang tercatat sebesar 73,14% dan mencerminkan baiknya fungsi intermediasi, disamping tingginya permintaan kredit pada akhir tahun (liburan natal dan tahun baru). Grafik 3.44 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% LDR NPL (rhs) I II III IV I II III IV I II III % 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

96 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3.6. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan kestabilan sistem keuangan. Sampai dengan akhir tahun 2013, kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut tidak terlepas dari tingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang mencukupi. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), transaksi keuangan non tunai (BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur. PERKEMBANGAN TRIWULANAN Transaksi Sistem Pembayaran Tunai Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara lain: jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), serta kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). a. Aliran Uang Masuk / Keluar ( Inflow/Outflow) (Inflow/Outflo Pada Triwulan IV 2013, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan Jember secara kumulatif menunjukkan posisi net outflow setelah mencatat net inflow pada periode sebelumnya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa jumlah aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow). KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

97 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Wilayah SURABAYA KEDIRI MALANG Keterangan Tabel 3.6 Perkembangan Arus UangTunai (Inflow Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia 2012 Tercatat net outflow Jawa Timur pada periode laporan cukup besar yaitu mencapai sebesar Rp 3,44 triliun. Kondisi tersebut cukup berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat net inflow sebesar Rp 729,32 miliar (Triwulan III 2013). Net outflow yang terjadi pada periode ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat pada momen liburan natal dan tahun baru. Selain itu, tingginya realisasi anggaran belanja pemerintah daerah di akhir tahun juga turut mendorong peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat Jawa Timur pada periode laporan. dalam miliar rupiah Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV OUTFLOW 6.803, , , , , ,51 INFLOW 8.120, , , , , ,35 NET FLOW 1.316,50 (1.416,04) 2.774,06 (2.050,92) (1.011,07) (3.110,16) OUTFLOW 3.585, , , , , ,61 INFLOW 2.309, , , , , ,85 NET FLOW (1.276,12) (1.291,11) 537,51 (526,72) (288,94) (1.133,76) OUTFLOW 1.996, ,27 826, , , ,84 INFLOW 2.823, , , , , ,05 NET FLOW 827, , , , ,36 764,21 OUTFLOW 1.915, ,02 943, , , ,41 JEMBER INFLOW 1.654, , , , , ,03 NET FLOW (260,14) (204,83) 1.145,75 202,35 8,97 39,61 OUTFLOW , , , , , ,37 JAWA TIMUR INFLOW , , , , , ,28 NET FLOW 607,25 (1.536,60) 7.835,97 (411,54) 729,32 (3.440,10) Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow 2013 Grafik 3.45 Perkembangan Arus UangTunai (Inflow Outflow) Dalam Juta Rupiah Grafik 3.46 Perkembangan Net Flow JawaTimur Miliar Rupiah , , , ,00 - OUTFLOW INFLOW Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Miliar Rupiah , , , , ,00 - (2.000,00) (4.000,00) (6.000,00) NETFLOW Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Namun demikian, apabila ditinjau lebih dalam, jumlah inflow dan outflow pada periode laporan menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

98 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tercatat outflow selama Triwulan IV 2013 mencapai Rp 14,42 triliun, turun -20,15% (qtq) dibandingkan Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp 18,05 triliun. Demikian pula dengan jumlah uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia (inflow) yang menunjukkan penurunan cukup signifikan dari Rp 18,78 triliun pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar Rp 10,97 pada Triwulan IV 2013 dengan prosentase penurunan mencapai -41,57% (qtq). Penurunan jumlah inflow dan outflow pada periode laporan disebabkan oleh kembali normalnya jumlah kebutuhan uang kartal, pasca peningkatan yang cukup signifikan pada saat bulan puasa dan lebaran 2013 yang jatuh pada Triwulan III Jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di Jawa Timur mengikuti pola tren pergerakan triwulanannya. Di Provinsi Jawa Timur, jumlah outflow dan inflow uang kartal akan meningkat cukup tinggi pada momen perayaan tertentu seperti bulan puasa dan Hari Raya Idul Fithri, kemudian kembali normal pada periode selanjutnya. Adanya momen tahun ajaran baru pada pertengahan tahun serta perayaan Natal dan Tahun Baru pada akhir tahun juga turut mendorong terjadinya net outflow pada periode dimaksud. b. Uang Kartal Tidak Layak Edar Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan Clean Money Policy. Kegiatan dimaksud antara lain terkait dengan pemusnahan Uang Kartal Tidak Layak Edar (UTLE) secara rutin. Selama Triwulan IV 2013, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan adalah sebesar Rp 4,61 triliun atau melambat -8,03% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut terkait dengan terjadinya net outflow pada periode laporan. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

99 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.47 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) Juta Rupiah 6.000, , , , , ,00 0,00 PTTB UTLE Rasio Rasio PTTB UTLE thdp inflow Inflow (%) (%) rhs rhs Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV ,00 40,00 30,00 20,00 10,00 - Sementara itu, persentase jumlah Uang Kartal Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap inflow di Provinsi Jawa Timur secara umum menunjukan tren peningkatan. Tercatat rasio UTLE terhadap inflow di Jawa Timur pada triwulan akhir 2013 adalah sebesar 42,04%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,71%. Selain didorong oleh peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat seiring tingginya pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, peningkatan jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan pada periode laporan juga disebabkan oleh faktor siklikal pasca tingginya penggunaan uang kartal pada pertengahan tahun 2013 (momen tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2013). Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume UTLE yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

100 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN c. Temuan Uang Palsu Grafik 3.48 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar) Lembar Surabaya Malang Kediri Jember Jatim (rhs) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II tw III Tw IV Selama Triwulan IV Tahun 2013, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak lembar dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut meningkat 2,97% (qtq) apabila dibandingkan dengan temuan pada Triwulan III 2013 yang tercatat sebanyak lembar. Grafik 3.49 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Grafik 3.50 Statistik Pecahan Uang Palsu di Jatim (lembar) Surabaya Malang Kediri Jember 10% 22% 51% 17% % 1%2% 1% 1% 15% 69% Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur pada Triwulan IV 2013 masih didominasi oleh nominal Rp ,- dengan proporsi sebesar 69% dari total temuan (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

101 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di wilayah Jawa Timur. Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai Alat pembayaran nontunai terus berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia.Sebagian besar transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent) seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring dilakukan melalui sistem BI-RTGS. Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa Timurterus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

102 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.51 Perkembangan Transaksi Non Tunai di JawaTimur 100% 80% 60% 40% 20% 0% Share Kliring Share RTGS Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement) BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran nasional yang memiliki peranan signifikan (Systemically Important Payment System). Grafik 3.52 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur Transaksi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV ,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Volume Nominal (Rp Triliun) rhs KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

103 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem BI-RTGS di Jawa Timur terus menunjukkan tren peningkatan. Pada Triwulan IV 2013, jumlah volume transaksi RTGS di Jawa Timur tercatat sebanyak transaksi dengan nominal mencapai Rp 223,33 triliun. Nominal transaksi BI RTGS tersebut meningkat 5,93% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Peningkatan transaksi RTGS pada periode laporan didorong oleh tingginya transaksi ekonomi yang bersifat high value dan mendesak jelang akhir tahun, baik oleh sektor swasta maupun pemerintah. Grafik 3.53 Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq) 60,00 40,00 20,00 Nominal Volume % qtq - (20,00) (40,00) (60,00) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas perekonomian yang cukup menonjol,dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi. Grafik Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw III Grafik Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw III Nilai (Miliar Rp) Volume Nilai (Miliar Rp) Volume SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU JEMBER - SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU JEMBER KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

104 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tercatat transaksi RTGS selama Triwulan IV dari kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) mencapai Rp 131,5 triliun dengan volume sebanyak transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak transaksi dengan nilai mencapai Rp 114,36 triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming pada periode ini adalah Kediri, Malang, Gresik, Batu, Jember dan Sidoarjo. b. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 474 kantor peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember. Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw IV Jumlah Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek % Rata-2 Penolakan Kota Kantor Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong SehariCek & BG Kosong Sehari Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%) Surabaya ,78 1,54 Malang ,57 2,26 Kediri ,62 1,42 Jember ,94 1,78 Jatim ,76 1,59 Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada Triwulan IV 2013 menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 44,39 triliun, lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi sebesar Rp 51,73 triliun. Jumlah nominal kliring tersebut turun -14,19 % (qtq) dibandingkan periode sebelumnya. Volume transaksi kliring pada periode laporan juga mencatat penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat volume kliring pada Triwulan IV 2013 adalah 1,06 juta lembar warkat (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan). KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

105 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Jumlah tersebut sedikit lebih rendah dari jumlah warkat kliring pada Triwulan III 2013 yang tercatat sebanyak 1,35 juta lembar (turun 21,35% qtq). Senada dengan perkembangan triwulanan transaksi sistem pembayaran tunai, penurunan jumlah transaksi dan volume kliring di Jawa Timur pada periode laporan juga dipengaruhi oleh faktor musiman. Diperkirakan volume transaksi ekonomi masyarakat kembali normal pasca peningkatan cukup tinggi di momen puasa dan lebaran (Triwulan III 2013). Grafik 3.56 Perkembangan Transaksi Kliring di JawaTimur Grafik 3.57 Tolakan Transaksi Kliring di JawaTimur Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar) rhs Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 1,50 1,00 0,50 0, Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV PERKEMBANGAN TAHUNAN Transaksi Sistem Pembayaran Tunai a. Aliran Uang Masuk/Keluar ( Inflow/Outflow) (Inflow/Outflow Apabila ditinjau secara tahunan, perkembangan peredaran jumlah uang kartal di Jawa Timur baik inflow maupun outflow menunjukkan perlambatan pertumbuhan walau masih dalam prosentase yang cukup tinggi. Tercatat outflow Jawa Timur selama tahun 2013 adalah sebesar Rp 52,39 Triliun atau meningkat 17,9 % (yoy). Peningkatan outflow tersebut lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan tahun sebelumnya (2012) yang tercatat sebesar 30,46% (yoy). Demikian pula dengan inflow yang mencatat perlambatan peningkatan dari sebesar 27,58% (yoy) pada tahun 2012, menjadi sebesar 20,89% (yoy) pada tahun 2013 dengan jumlah nominal sebesar Rp 57,1 triliun. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

106 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Perlambatan pertumbuhan inflow dan outflow Jawa Timur pada tahun 2013 searah dengan tren pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang melambat dari sebesar 7,3% (yoy) pada tahun 2012 menjadi sebesar 6,5% (yoy) pada tahun Wilayah SURABAYA KEDIRI MALANG JEMBER JAWA TIMUR Growth (% yoy) SURABAYA KEDIRI MALANG JEMBER JAWA TIMUR Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow Tabel 3.8 Perkembangan Inflow dan Outflow Provinsi Jawa Timur Tahunan juta rupiah Tahun Tahun Tahun Keterangan OUTFLOW , , ,34 INFLOW , , ,41 NET FLOW , , ,93 OUTFLOW , , ,55 INFLOW , , ,40 NET FLOW , , ,14 OUTFLOW , , ,88 INFLOW , , ,12 NET FLOW , , ,24 OUTFLOW , , ,90 INFLOW , , ,04 NET FLOW , , ,14 OUTFLOW , , ,67 INFLOW , , ,98 NET FLOW , , ,31 OUTFLOW 53,39 25,10 32,35 INFLOW 32,20 24,13 7,73 OUTFLOW 55,70 25,56 (2,29) INFLOW 66,55 9,53 38,50 OUTFLOW 68,85 15,35 11,36 INFLOW 52,79 18,27 32,22 OUTFLOW 5,98 109,00 5,40 INFLOW (40,95) 147,72 36,13 OUTFLOW 50,60 30,46 17,90 INFLOW 31,42 27,58 20,89 Apabila ditinjau lebih dalam, daerah pusat industri di Jawa Timur seperti Surabaya dan Malang mencatat net outflow pada tahun Surabaya mencatat net outflow tertinggi dengan nominal mencapai Rp 3,39 triliun, sementara Kediri mencatat net ouflow yang lebih rendah yaitu sebesar Rp 1,411 triliun. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat untuk aktivitas ekonomi. b. Uang Tidak Layak edar Perkembangan jumlah uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (UTLE) di Jawa Timur menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Selama tahun 2013, Jumlah UTLE meningkat 120,77% (yoy) hingga mencapai Rp 14,58 triliun. Relatif KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

107 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN tingginya peningkatan jumlah UTLE pada tahun 2013 disebabkan oleh adanya kebijakan untuk menekan jumlah UTLE pada tahun 2012 (kebijakan zero racik). Wilayah SURABAYA KEDIRI MALANG JEMBER JAWA TIMUR Tabel 3.9 Perkembangan UTLE Provinsi Jawa Timur Tahunan juta rupiah Tahun Tahun Tahun Growth (% yoy) , , ,04 123, , , ,72 196, , , ,87 69, , , ,48 137, , , ,10 120,77 Surabaya sebagai pusat perdagangan dan industri menyumbang porsi terbesar yaitu mencapai 46,10% dengan jumlah nominal sebesar Rp 6,72 triliun. Sementara daerah dengan jumlah UTLE terkecil pada tahun 2013 adalah Jember dengan prosentase sebesar 15,63%. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa perputaran uang kartal di daerah searah dengan tinggi rendahnya aktivitas ekonomi di daerah tersebut. Grafik 3.58 Nominal UTLE di JawaTimur Surabaya Kediri Malang Jember 20% 16% 46% 18% c. Temuan Uang Palsu Secara umum, jumlah temuan uang palsu di Jawa Timur selama tahun 2013 menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya.tercatat jumlah lembar uang palsu yang ditemukan pada tahun 2013 adalah sebanyak lembar, meningkat 19,5% (yoy) dibandingkan tahun 2012 yang tercatat sebanyak lembar. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

108 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.10 Perkembangan Temuan UPAL Provinsi Jawa Timur Tahunan UPAL Lembar Growth (%yoy) Surabaya ,49-7,49 Malang ,49 24,95 Kediri ,27 124,95 Jember ,75 18,33 TOTAL ,14 19,50 Senada dengan jumlah UTLE, wilayah di Jawa Timur dengan jumlah temuan lembar UPAL tertinggi selama tahun 2013 adalah di Surabaya, dengan prosentase sebesar 44%. Disusul kemudian secara berurutan oleh Kediri, Malang dan Jember dengan prosentase masing-masing sebesar 26%, 18% dan 12%. Grafik 3.59 Nominal UTLE pada temuan UPAL di JawaTimur Surabaya Malang Kediri Jember 26% 12% 44% 18% Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai a. Transaksi BI RTGS Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang cukup tinggi, perkembangan jumlah transaksi RTGS di Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu.tercatat jumlah transaksi RTGS selama tahun 2013 adalah sebesar Rp 838,36 triliun, atau meningkat 21,86% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 687,98 Triliun. Namun demikian = volume transaksi RTGS di Jawa Timur meningkat dari transaksi menjadi volume transaksi. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

109 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Jawa Timur Tahunan KETERANGAN RTGS Nominal (Rp triliun) 519,38 549,62 687,98 838,36 Volume (transaksi) , , , ,02 Growth (%yoy) Nominal 22,12 5,82 25,17 21,86 Volume 12,75 1,85 10,53 (0,51) b. Transaksi SKNBI Secara keseluruhan transaksi kliring di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan dan mencerminkan semakin tingginya aktifitas ekonomi yang menggunakan sistem pembayaran non tunai. Hal tersebut juga mengindikasikan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non tunai Tabel 3.12 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Jawa Timur Tahunan KETERANGAN KLIRING Nominal (Rp triliun) 145,17 165,95 181,16 192,65 Warkat (juta lembar) rhs 5,13 5,33 5,38 5,09 Tolakan Kliring (Rp juta) , , , ,00 Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan , , , ,00 Growth (%yoy) Nominal (Rp triliun) (3,21) 14,31 9,17 6,34 Warkat (juta lembar) (7,10) 3,84 0,91 (5,39) Tolakan Kliring (Rp juta) (0,94) (0,66) 12,33 9,57 Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan (5,05) 17,83 (23,66) 2,27 Tercatat nominal transaksi kliring selama tahun 2013 adalah sebesar Rp 192,65 triliun, atau meningkat 6,34% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp 181,16 triliun. Namun demikian, jumlah warkat transaksi melalui kliring selama 1 (satu) tahun sedikit mengalami penurunan,dari sebanyak 5,38 juta lembar menjadi 5,09 juta lembar pada tahun Hal tersebut menjadi indikasi semakin KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

110 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN besarnya nilai transaksi yang per lembar warkat yang diproses melalui SKNBI, sehingga mencerminkan peningkatan efisiensi traksaksi. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV

111 Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

112 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UMUM Keuangan daerah merupakan aspek fiskal yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Belanja daerah secara signifikan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan Government Expenditure (G) dalam komponen PDRB. Semakin tinggi belanja Pemerintah Daerah, khususnya belanja modal, maka pembangunan daerah tersebut akan semakin maju. Di sisi lain, kebijakan moneter merupakan stimulus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sinergitas dan koordinasi antar kebijakan moneter dan fiskal. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD). Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur pentingnya keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak daerah. Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun

113 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur Juta Rupiah Pendapatan Belanja 18,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2013 adalah sebesar Rp 15,29 triliun, meningkat 1,27% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2012 yang dianggarkan sebesar Rp 15,09 triliun. Jumlah anggaran belanja daerah juga meningkat sebesar 1,3%, dari Rp 16,01 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 16,21 triliun pada tahun Anggaran Pendapatan Daerah Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) APBD APBD Perubahan Th Tahun 2013 % (Juta Rp) (Juta Rp) PENDAPATAN DAERAH 15,094, ,286, PENDAPATAN ASLI DAERAH 9,385, ,523, PAJAK DAERAH 7,733, ,863, RETRIBUSI DAERAH 110, , HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN Uraian LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 352, , ,188, ,204, DANA PERIMBANGAN 2,832, ,895, DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK 1,287, ,177, DANA ALOKASI UMUM 1,491, ,632, DANA ALOKASI KHUSUS 52, , LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 2,876, ,866, PENDAPATAN HIBAH 25, , DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 2,851, ,855, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun

114 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun anggaran 2013 mencapai Rp 15,29 triliun atau meningkat 1,27% dibandingkan anggaran tahun Peningkatan tertinggi adalah pada Dana Alokasi Khusus dengan prosentase sebesar 62,24% dan Retribusi Daerah dengan prosentase sebesar 13,89%. Sementara itu, anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase penurunan sebesar -58,18% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Proporsi PAD yang dianggarkan pada tahun 2013 adalah sebesar 62,3% dari total pendapatan. Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi anggaran yang hampir sama, yaitu masing-masing sebesar 18,94% dan 18,75% dari total pendapatan. Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan terbesar dengan prosentase sebesar 83% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada tahun Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun sebelumnya (2012) yang tercatat sebesar 82%. Proporsi terbesar selanjutnya adalah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (13%), Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (3%), dan Retribusi Daerah (1%). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun

115 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi Pendapatan Daerah Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) No Uraian APBD Realisasi APBD Realisasi (Juta Rp) Th Tw III 2012 Tahun 2013 Tw III 2013 (Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp % 4 PENDAPATAN DAERAH , , PENDAPATAN ASLI DAERAH , , PAJAK DAERAH , , RETRIBUSI DAERAH , , HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH , , , , DANA PERIMBANGAN , , DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK , , DANA ALOKASI UMUM , , DANA ALOKASI KHUSUS , , LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH , , PENDAPATAN HIBAH , , DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS , ,90 Realisasi total Pendapatan Daerah sampai dengan Triwulan III 2013 mencapai Rp 12,83 triliun, atau telah mencapai 83,93% dari total anggaran sebesar Rp 15,29 triliun. Realisasi tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang hanya mencapai 74,65%. Peningkatan realisasi anggaran pendapatan daerah dimaksud terutama didorong oleh realisasi pendapatan asli daerah sebesar 90,51%. Sumber Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagian besar berasal dari Pajak Daerah dengan nominal rencana anggaran sebesar Rp 7,86 triliun, atau 82,57% dari total Pendapatan Asli Daerah. Realisasi pajak daerah sampai dengan Triwulan III 2013 adalah sebesar Rp 6,9 triliun, atau telah mencapai 88,89% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 72,87%. Sementara itu, penerimaan retribusi daerah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun

116 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH pada Triwulan III 2013 mencatat realisasi yang lebih rendah yaitu sebesar 56,5% dari anggaran, dengan nominal sebesar Rp 71,42 miliar. Berbeda dengan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain, Pendapatan Daerah yang Sah mencatat prosentase realisasi yang tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. Realisasi Dana Perimbangan pada Triwulan III 2013 telah mencapai 75,58% dengan nominal mencapai Rp 2,19 triliun, sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 75,81%. Sementara itu, Pendapatan Hibah Provinsi Jawa Timur mencatat realisasi yang cukup tinggi hingga mencapai Rp 25,15 miliar, lebih tinggi dibandingkan rencana anggaran semula yang ditetapkan sebesar Rp 10,61 miliar. Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) APBD 2013 Realisasi Tw III Jt Rp PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH Anggaran Belanja Daerah Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 direncanakan sebesar Rp 16,21 triliun atau meningkat 1,30% dibandingkan anggaran belanja tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 16,01 triliun. Berdasarkan kelompoknya, Belanja Langsung mencatat peningkatan tertinggi yaitu 1,81%, sementara Belanja Tidak Langsung meningkat sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Belanja Bantuan Sosial dicadangkan cukup tinggi yaitu sebesar Rp 77,19 miliar, meningkat 64,6% dibandingkan tahun Hal tersebut terkait dengan perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Timur terhadap dampak kenaikan BBM, TDL dan UMK Provinsi Tahun 2013 terhadap kesejahteraan masyarakat Jawa Timur. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun

117 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) Uraian APBD APBD Perubahan Th Tahun 2013 % (Juta Rp) (Juta Rp) BELANJA DAERAH 16,007, ,215, BELANJA TIDAK LANGSUNG 10,088, ,189, BELANJA PEGAWAI 1,557, ,725, BELANJA BUNGA 6, , BELANJA HIBAH 4,092, ,988, BELANJA BANTUAN SOSIAL 46, , BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA 2,810, ,427, ,516, , BELANJA TIDAK TERDUGA 59, , BELANJA LANGSUNG 5,918, ,025, BELANJA PEGAWAI 1,010, ,086, BELANJA BARANG DAN JASA 3,767, ,947, BELANJA MODAL 1,140, , Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah dengan prosentase sebesar 49% dari total anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten / Kota dan Belanja Pegawai dengan prosentase masing-masing sebesar 24% dan 17%. Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegawai mencatat peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 15% dari total Belanja Tidak Langsung Provinsi. Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih mendominasi dengan prosentase sebesar 66%, disusul kemudian dengan Belanja Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun

118 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pegawai dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 18% dan 16%. Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 64% pada tahun 2012 menjadi sebesar 66% pada tahun 2013 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Demikian pula dengan peningkatan proporsi belanja pegawai dari sebesar 17% pada tahun 2012 menjadi 18% pada tahun 2013 yang mengindikasikan peningkatan kebutuhan tenaga kerja langsung untuk mendukung kegiatan operasional. Sementara itu, alokasi Belanja Modal yang mencerminkan kegiatan investasi menunjukkan penurunan proporsi dari sebesar 19% pada tahun 2012, menjadi sebesar 16% pada tahun Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur Realisasi Belanja Daerah Sampai dengan Triwulan III 2013, realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur telah mencapai Rp 11,24 triliun, atau telah terealisasi sebanyak 69,31% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja daerah pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang mencatat realisasi sebesar 63,51%. Apabila ditinjau berdasarkan sub kelompoknya, realisasi tertinggi adalah Belanja Tidak Langsung yaitu mencapai 75,92% dari yang dianggarkan. Sementara itu, Belanja Langsung terealisasi lebih rendah yaitu sebesar 58,15% dari yang telah dianggarkan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun

119 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) No Uraian APBD Realisasi APBD Realisasi (Juta Rp) Th Tw III 2012 Tahun 2013 Tw III 2013 (Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp % 5 BELANJA DAERAH , , BELANJA TIDAK LANGSUNG , , BELANJA PEGAWAI , , BELANJA BUNGA , , BELANJA HIBAH , , BELANJA BANTUAN SOSIAL , , BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA , , , , BELANJA TIDAK TERDUGA , , BELANJA LANGSUNG , , BELANJA PEGAWAI , , BELANJA BARANG DAN JASA , , BELANJA MODAL , ,58 Realisasi belanja tertinggi adalah Belanja Tidak Terduga yaitu sebesar 93,73%. Belanja Pegawai baik di Pos Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung pada periode laporan menunjukkan prosentase realisasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 75,92% untuk Belanja Pegawai Tidak Langsung, dan 71,56% untuk belanja pegawai langsung. Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung Grafik 4.7 Realisasi Anggaran Belanja Langsung Juta Realisasi Tw III 2013 APBD Juta BELANJA PEGAWAI Realisasi Belanja Langsung BELANJA BARANG DAN JASA APBD BELANJA MODAL Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun

120 Bab 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

121 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. UMUM Pada triwulan IV-2013, kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin pada kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaanmenunjukkan kondisi perlambatan dibanding periode sebelumnya. Berdasarkan indikator ketenagakerjaan yang telahdirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim)mengindikasikan adanya penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja. Namun sebaliknya,survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan IV-2013 di Jawa Timur yang terindikasi adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja terutama di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi salah satu indikator kesejahteraaan masyarakat pedesaan di Jawa Timur menunjukkan perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.pergeseran musim tanam dan kelangkaan pupuk bersubsidi mendorong Nilai Tukar Petani (NTP) melambat.sementara itu, Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur pada triwulan IV-2013 relatif membaik KETENAGAKERJAAN Pada triwulan IV-2013, kondisiperekonomian yang melemah memberikan dampak negatif pada kondisi ketenagakerjaan Data Ketenagakerjaan Jawa Timur Di Jawa Timur dalam kurun waktu Agustus 2012 Agustus 2013,rasio penduduk yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan sebesar 0,21%, dari 4,12% menjadi 4,33%.Kondisi ini dipicu oleh terjadinya penambahan angkatan kerja dalam kurun waktu tersebut (236 ribu orang) lebih tinggi daripada penyerapan tenaga kerja (185 ribu orang), sehingga terjadi peningkatan jumlah pengangguran sebanyak 52 ribu orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang menunjukkan perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) juga menurunmenjadi 69,92% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesra 69,62%. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

122 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur ( ) Kegiatan Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Total Angkatan Kerja 20,316,773 20,338,568 20,623,490 19,527,051 20,251,672 19,761,885 19,831,685 19,901,558 20,095,752 20,137,000 Bekerja 19,123,221 19,305,056 19,611,540 19,698,108 19,406,025 18,940,340 19,012,225 19,081,995 19,291,374 19,266,000 Menganggur 1,193,552 1,033,512 1,011, , , , , , , ,000 TPAK (%) 69.36% 69.25% 69.77% 69.08% 71.39% 69.49% 69.55% 69.62% 70.12% 69,92% TPT (%) 5.87% 5.08% 4.91% 4.25% 4.18% 4.16% 4.14% 4.12% 4.00% 4,33% Sumber : BPS Jatim, (diolah) Grafik5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Ribu orang Jasa Kemasyarakatan Industri Perdagangan Pertanian TOTAL Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug 20,000 19,500 19,000 18,500 18,000 17,500 17,000 16, Sumber : BPS Jatim (diolah) Pada triwulan laporan, secara sektoral distribusi penyerapan tenaga kerjadidominasi oleh sektor Pertanian, Perdagangan, dan Jasa Kemasyarakatan. Perlambatan kinerja Industri pengolahan dinilai sebagai faktor utama penurunan kontribusi penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur yaitu sebesar 14,40%, sementara itu penyerapan tenaga kerja di sektor Jasa Kemasyarakatan meningkat dengan kontribusinya sebesar 15,63%. Sektor Jasa Kemasyarakatan membutuhkan keahlian khusus dengan upah tertentu yang diberikan bagi pekerjanyasehingga permintaan terhadap tenaga kerja sektor ini semakin meningkat. Di sisi lain, sektor Pertanian dan Perdagangan masingmasing berkontribusi sebesar 37,44% dan 21,01% dari total tenaga kerja Jawa Timur. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

123 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Grafik 5.2 Grafik 5.3 PenyerapanTenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal R I Informal Formal G Formal G Informal Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug 16% 12% 8% 4% 0% -4% -8% -12% 7 Buruh/Karyawan Berusaha dibantu buruh tetap g berusaha dibantu buruh tetap g buruh/karyawan R Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug I 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% B U Sumber : BPS Jatim (diolah) B U Sumber : BPS Jatim (diolah) Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Bebas di Pertanian R I B U Berusaha dibantu buruh tdk tetap Berusaha sendiri Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Sumber : BPS Jatim (diolah) Merujuk pada pola pertumbuhan ekonomi/investasi yang melemah saat ini, berdampak pada peningkatan produksi, perluasan usaha dan kondisi pasar ekspor serta kebijakan/aturan pemerintah termasuk kebijakan UMK dan kondisi cuaca berpengaruh besar terhadap aktivitas pekerjaan di semua sektor dan hal ini mendorong meningkatnya penganggurandi Jawa Timur. Tidak terkecuali,banyaknya unjuk rasa buruh untuk menuntut kenaikan upah minimum menyebabkan sentimen negatif tentang jaminan keamanan dan investasi biaya tinggi yang akhirnya menyebabkan investor memindahkan investasinya ke tempat lain. Inflasi tinggi karena kenaikan harga BBM dan TDL membuat daya beli masyarakat menurun. Selain itu, kondisi eksternal berupa depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US $ hingga menembus level Rp membuat harga bahan baku impor semakin mahal. Oleh karena itu, sebagian dunia usaha mencoba melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah tenaga kerja yang digunakan. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

124 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Menghadapi realita ini mesti segera diantisipasi, salah satunya dengan pembukaan lapangan kerja baru di tahun 2014.Dengan upaya pemerintah meningkatkan iklim usaha, meningkatkan infrastruktur dasar, pelayanan perizinan satu pintu dengan harapan para investor dapat menjalankan kegiatan usaha dengan aman dan mendapat kepastian hukum yang terjamin. Sementara itu, mengingat sejumlah besar penggangguran adalah orang yang belum memiliki ketrampilan atau keahlian maka perlu memberikan pelatihan kerja kepada para pencari kerja sehingga menjadi pekerja yang terampil dan ahli serta siap pakai, seperti misi pemerintah Jawa Timur (tahun ) memperluas lapangan kerja dengan fokus program untuk memeperluas skala pelatihan ketrampilan tenaga kerja melalui pengembangan balai latihan kerja berstandar internasional, memperluas akses pencari kerja terhadap lapangan kerja melalui job fair, magang antar kerja antar daerah (AKAD) dan antar kerja antar negara (AKAN). Selain itu, menumbuhkan jiwa wirausaha sejak sekolah sehingga merubah paradigma dari mencari kerja menjadi pemberi kerja dapat pula dilakukan. Hal ini mesti didukung oleh pemerintah dengan memberikan pinjaman tanpa anggunan dan tanpa bunga bagi perintis usaha/pemula. Di sisi lain, untuk mengatasi pengangguran musiman perlu adanya pemberian informasi yang cepat mengenai tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja seperti pengumuman lowongan kerja di kampus dan media masa. Sementara itu, upaya lain adalah menggalakkan program transmigrasi. Program ini bukan saja meratakan pembangunan dan jumlah penduduk tetapi juga merupakan cara mengatasi pengangguran, misalnya dengan memberikan pelatihan dan modal untuk membuka usaha di wilayah transmigrasi dapat membuka lapangan pekerjaan di daerah transmigrasi sehingga masyarakat tidak berbondong-bondong mencari pekerjaan di kota besar. Mengintensifkan program keluarga berencana juga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Pemerintah harus berusaha untuk menekan laju pertumbuhan dan mengawasi program ini dengan baik. Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan polulasi terbesar di dunia, apabila masalah keluarga berencana tidak dijalankan secara efektif dapat dipastikan pengangguran akan semakin bertambah. Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban pemerintah semata, oleh karena itu pemerintah Jawa Timur mengharapkan kepada seluruh masyarakat berpartisipasi untuk mengatasi masalah ini. Tanpa kerjasama pemerintah dan masyarakaat mustahil dapat mengatasi pengangguran. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

125 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 1 Berbeda dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Jawa Timur, indikator ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU)di wilayah kerja Jawa Timur menunjukkanadanya peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.tercatat saldo bersih tertimbang (SBT) yang dihitung dari penggunaan tenaga kerja pada sektor usaha di 9 (sembilan) sektor ekonomi, menunjukkan perbaikan walaupun masih dalam kondisi negatif (melambat).tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) -6.31% pada triwulan III-2013 menjadi -0,72% pada triwulan IV-2013.Demikian pula, bila dibandingkan dengan tahun sebelum pada periode yang sama mengalami peningkatan, dari -1,99% (SBT) pada triwulan IV-2012 menjadi -0,72% (SBT) triwulan IV Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan penggunaan tenaga kerja terjadi hampir semua sektor, kecuali sektor Pertanian dan sektor Jasa.Dari 9 (sembilan) sektor ekonomi, secara spesifik yang melakukanpeningkatan penyerapan tenaga kerja pada triwulan laporan,terutamasektorperdagangan, Hotel, dan Restoran,sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaandiikuti olehsektor Pertambangan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersihserta sektor Industri Pengolahan.Peningkatan kinerja sektor-sektorini pada triwulan IV-2013 menyebabkan menigkatnya nilai SBT penggunaan tenaga kerja. Sebaliknya menurunnya kinerja sektor lainnya turut mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor terkait, yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai Saldo Bersih Tertimbang(SBT)sektor tersebut dibandingkan dengan triwulansebelumnya.penurunan nilai SBT terutama terjadi pada sektor Jasa dan sektorpertanian. Hal ini seiring dengan kondisi cuacayangtidak menentu akhir-akhir ini, berdampak besar pada akivitas pekerjaan di sektor Pertanian. Selain itu dari hasil Sensus Pertanian 2013 diinformasikan selama 10 tahun terakhir, jumlah rumah tangga pertanian turun sebanyak 5,1 juta kepala keluarga karena banyak yang beralih bekerja di sektor lainnya. Sementara itu, responadanya kenaikan TDL pada 1 Oktober 2013 dan UMKakan berdampakterhadap peningkatan harga barang yang sangat berpengaruh terhadap dunia usaha karena akan menambah beban terutama biaya operasional perusahaan menjadi meningkat.kenaikan TDL dan UMK walau mulai berlaku 1 Januari 2014,diakui semakin memberatkan dunia usaha dalam ekspansi usaha dan sektor ketenagkerjaan.para pelaku usahaakan mengurangi beban usaha, bahkan rawan 1 SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

126 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT menutup usahanya karena tidak kuat memberikan hak karyawan dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).Namun demikian, ekspektasi pelaku usaha terhadap perkembangan perekonomian di Jawa Timur pada triwulan yang akan datang, diperkirakan masih optimis akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja. Hal ini sebagaimana tercermin dari SBT triwulan I-2014 meningkat menjadi 5,00%. Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur SEKTOR I II III IV I II III IV I* REALISASI PERTANIAN 1,54-0,62-0,39-0,15 0,68-0,48 0,19-0,17 0,06 PERTAMBANGAN 0,03-0,21-0,21 0,37 0,35 0,52 0,21 0,73 0,00 INDUSTRI PENGOLAHAN -3,50 3,44-1,69-4,33-8,16-4,68-5,46-2,87 0,45 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH -0,77-0,82-0,03-0,02 0,01-0,39-0,84 0,36-0,78 BANGUNAN 0,26 0,49 0,00 0,24 0,00 0,59 0,00 0,26-0,26 PHR 3,23 3,67 7,30 0,84-1,86 0,44-1,77 0,79 4,47 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -1,52 0,46-1,93-0,64-0,92-0,27 0,71 0,76 0,51 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0,32 0,71-0,21 0,34-0,20-0,53-0,12 0,26 0,97 JASA - JASA -0,42 0,42-1,82 1,36 3,13 0,00 0,78-0,84-0,42 TOTAL -0,83 7,54 2,70-1,99-6,95-4,81-6,31-0,72 5,00 *) Ekpektasi Penyerapan Teanaga Kerja Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah) Grafik Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 10,00 %, SBT 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00-4,00-6,00-8,00-10,00 TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR I II III IV I II III IV I II III IV I* ,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00-4,00-6,00-8,00-10,00 %, SBT PERTANIAN PHR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN BANGUNAN KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN I II III IV I II III IV I* KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan IV-2013 sedikit melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, khususnya didorong oleh penurunan Nilai Tukar Petani (NTP). Sementara itu,kondisi kesejahteraan nelayan relatif membaik. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

127 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kesejahteraan Petani Kesejahteraan petani di daerah pedesaan diindikasikan melalui perubahan indikatornilai Tukar Petani (NTP). Berdasarkan indikator kesejahteraan yang telah dirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim),penghitungan Nilai Tukar Petani pada Desember 2013 mengalami perubahan tahun dasar 2012,dimana sebelumnya menggunakan tahun dasar 2007 yang dirasa tidak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi petani seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan petani. Sampai dengan akhir triwulan IV-2013, indikator kesejateraan petani di Jawa Timur yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP)menunjukkan sedikitpenurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.namun demikian, Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur pada triwulan IV-2013 telah melampaui level 100 dan berada di atas level NTP Nasional (101,96)yang mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani di Jawa Timur masih pada level yang cukup baik. Tercatat Nilai Tukar Petani Jawa Timur pada triwulan IV-2013 sebesar 104,85 sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2012 yaitu sebesar 104,96.Secara mtm, Nilai Tukar Petani Jawa Timur pada Bulan Desember 2013 turun 0,31% dibanding pada November 2013 dari 105,18 menjadi 104,85. Penurunan ini disebabkanoleh kenaikan indeks yang diterima petani (lt)0,2% lebih rendahdaripada indeks harga yang dibayar petani (lb) 0,5%. Grafik5.7 Perubahan NTP Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) (yoy) NTP Des'12 NTP Des'13 Indeks yg diterima Des' Indeks yg diterima Des' Indeks Indeks yg yg dibayar dibayar Des'12 Des'13 Kenaikan indeks harga yangditerima petani disebabkan oleh kenaikan 3 subsektor pertanian yaitu Peternakan, Hortikultura dan Perikanan. Sebaliknya subsektor Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan. Sementara Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

128 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT itu dari 5 provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP yaitu Jawa Timur, D.I Yogyakarta, Jawa Tengah, Banten dan Jawa Barat seluruhnya mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi karena sampai akhir 2013, sektor pertanian masih berada pada musim tanam sebagai akibat pergeseran musim karena perubahan cuaca yang terjadi, sehingga mengakibatkan menurunnya nilai imbal jasa petani dibandingkan dengan biaya produksi dan konsumsi hidup yang tetap harus dikeluarkan. Petani di beberapa daerah di sentra produksi beras mengalami keterlambatan tanam. Musim tanam yang biasanya dimulai bulan Oktober bergeser dimulai akhir Desember. Selain itu, sejumlah petani mengeluh sulit mendapatkan pupuk urea bersubsidi, seperti yang terjadi di Kabupaten Lumajang Jawa Timur kelangkaan pupuk bersubsidi membuat petani harus mencari ke daerah lain yang tentunya memerlukan waktu dan biaya tambahan. Musim hujan yang terus turun akibat anomali iklim, memberikan pasokan air yang mencukupi bagi petani untuk memulai musim tanam. Namun musim hujan berkepanjangan juga mengakibatkan beberapa daerah terkena banjir, seperti banjir yang menggenang di Kabupaten Gresik merusak lahan pertanian seluas 2.658,2hektar membuat petani merugi. Pemerintah Jawa Timur berkomitmen untuk melindungi pertanian di Jawa timur, yaitu dengan adanya revitalisasi pertanian dan penyediaan infrastruktur pedesaan. Adanya strategi peningktan produksi tanaman pangan, inisiatif regulasi yang berupa Pergub, Perda dan Kepgub. Untuk memperbaiki infrastruktur seperti saluran irigasi di Jawa Timur, telah dianggarkan dana subsidi sebesar Rp 5 10 miliar per kabupaten kota per tahun. Selain itu Pemerintah Jawa Timur juga membangun Bank UMKM, khusus menampung hasil pertanian di Jatim untuk mencegah petani berhubungan langsung dengan tengkulak. Pemerintah Jatim juga menerbitkan 14 Perturan Daerah (Perda) untuk melindungi petani, salah satunya tentang larangan hortikultura impor di Jatim. Produk impor bila dibebaskan masuk ke Jatim maka harga komditas lokal akan jatuh sehingga petani merugi. Untuk transportasi pertanian pemerintah Jawa Timur juga memberikan subsidi, seperti subsidi angkutan tebu bagi pengembangan pertanian tebu di Madura. Sementara untuk menunjang Jatim sebagai lumbung pangan Nasional, Pemprov.Jatim menyiapkan bantuan hibah sarana prasarana pertanian senilai Rp 107 miliar. Bantuan tersebut digunakan untuk pembelian peralatan pertanian berupa traktor, perontok padi, mesin tanam, mesin pembuat susu kedelai Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

129 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT dan berbagai alat lainnya yang diperuntukkan untuk kelompok tani yang ada di Jatim. Semua upaya di atas dilakukan pemerintah untuk lebih mensejahterakan masyarakat khususnya petani pedasan di Jawa Timur. Grafik Grafik 5.9 Subsektor NTP Jatim (%) Perkembangan Subsektor NTP Jatim (yoy) Des 2012 Des % 20% Tanaman pangan Hortikultura ,96 106,77 105,84 106,99 21% 19% 20% Tanaman perkebunan rakyat Peternakan Perikanan ,83 103,63 104,85 102,96 103,13 102,48 108,98 105,67 NTP Tanaman pangan Hortikultura Tanaman Peternakan Perikanan perkebunan rakyat Kesejahteraan Nelayan Sebagaimana yang ditunjukkan oleh indikator kesejahteraan petani (NTP), berdasarkan hasil rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim),penghitungan Nilai Tukar Nelayan pada Desember 2013 juga mengalami perubahan tahun dasar 2012 karena dirasa tidak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi nelayan seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan nelayan. Indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang mengindikasikan kesejahteraan nelayan di Jawa Timur sampai akhir 2013 menunjukkan peningkatan dan berada di atas level 100 namun masih berada di bawah NTN Nasional. Tercatat Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur sebesar 101,68 sedangkan Nilai Tukar Nelayan Nasional sebesar 102,66. Sementara itu, Nilai Tukar Nelayan Jawa Timur bulan Desember 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,8%, dari 101,68 pada November 2013 menjadi 102,50 pada Desember Peningkatan ini disebabkan karena indeks harga yang diterima nelayan lebih tinggi daripada indeks yang dibayar nelayan. Berdasarkan komposisinya peningkatan indeks harga diterima nelayan pada periode ini disebabkan oleh kenaikan harga beberapa jenis ikan, seperti ikan tongkol, ikan layang, ikan cakalang dan ikan teri. Sedangkan kenaikan indeks harga yang dibayar oleh nelayan dipicu oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga serta indeks biaya produksi dan penambahan barang modal. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

130 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Grafik 5.10 Perubahan NTN Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) (yoy) 106,99 105,67 108,75 116,35 101,64 110,11 90 NTN Des'12 NTN Des'13 Indeks yg diterima Des'12 Indeks yg diterima Des'13 Indeks yg dibayar Des'12 Indeks yg dibayar Des'13 Anomali cuaca akhir-akhir ini, bersamaan hujan turun disertai angin kencang membuat nelayan Jawa Timur menghentikan kegiatan menangkap ikan di perairan Jawa Timur. Demi keselamatan jiwa, mereka berhenti melaut. Seperti yang terjadi di Pacitan, Trenggalek, Tulungagung dan Malang produksi ikan tangkapan laut sepekan ini turun drastis, pada hari normal bisa mencapai 20 ton perhari karena faktor cuaca buruk menjadi kurang dari 10 ton perhari. Namun di sisi lain, mengimbangi Nilai Tukar Nelayan supaya tetap terjaga atau bahkan naik, nelayan Benganwan Solo di Kabupaten Bojonegoro mengembangkan budi daya ikan air tawar dalam keramba di lokasi genangan air bekas sungai Bengawan Solo. Salah satu bentuk upaya Pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk mendukung kesejahteraan nelayan dengan memberikan bantuan keramba, benih serta pakan sebagai modal pertama mereka. Selain itu, di Kabupaten Sumenep upaya pemerintah setempat mensejahterakan nelayan dengan memberikan paket bantuan kepada 676 kelompok masyarakat nelayan berupa perahu, jaring, lampu celup air, dan alat pengasapan ikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya mewujudkan kesejaheraan para nelayan. Sementara di Banyuwangi, pemda setempat berupaya mensejahterakan para nelayan dengan menenggelamkan 340 apartemen ikan dan 8 modul di wilayah perairan Pantai Bangsring di sekitar Selat Bali. Apartemen ikan ini merupakan konstruksi yang tersusun dari benda padat sebagai tempat perlindungan asuhan tempat telur serta pembesaran anak ikan dan berfungsi untuk melindungi beberapa jenis ikan dan bayi ikan. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

131 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR Secara umum beberapa tahun terakhir perkembangan perekonomian Jawa Timur menunjukkan kinerja yang positif diiringi oleh penigkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS), jumlah penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin) 2 pada September 2013 turun sebesar 0,35 poin dari 13,08% pada September 2012 menjadi 12,73% atau sebesar jiwa, namun selama 1 semester ini prosentase penduduk miskin mengalami peningkatan 0,18 poin. Berbagai gagasan terus dikembangkan, baik pemerintah pusat maupun daerah dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Salah satu contoh program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Jawa Timur terkait hal ini adalah program pemberdayaan potensi desa/kota yang diharapkan mampu mewujudkan pengelolaan kemiskinan secara profesional dan berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal sosial lokal sehingga dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk penganggulangan kemiskinan.selain itu, Pemerintah Jawa Timur berkomitmen mengentaskan kemiskinan dengann cara memberikan fasilitas dan kemudahan di usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), fasilitas koperasi, mendirikan pusat pelayanan perizinan terpadu (P2T) yang bertujuan untuk menarik investor agar menanamkan modalnya di Jawa Timur. Grafik 5.11 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

132 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penghitungannya tidak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis kemiskinan pada bulan September 2013 sebesar Rp ,- atau meningkat sebesar 0,18 poin dari garis kemiskinan Maret Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi di Jawa Timur, dampak dari kenaikan harga BBM yang mempengaruhi daya beli penduduk miskin. Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok filter, gula pasir, tempe dan tahu. Disisi lain, komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah bensin, listrik, pakaian jadi laki-laki dewasa dan pakaian jadi perempuan. Daerah/ tahun Tabel 5.3 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan Maret Maret Maret Maret Sept Maret Sept Maret Pedesaan Maret Maret Maret Maret Sept Maret Sept Maret Kota + Desa Maret Maret Maret Maret Sept Maret Sept Maret Sept Sumber : BPS Jatim Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Persentase Penduduk Miskin Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%) Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

133 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami peningkatan sebesar 0.23 poin. Tercatat pada Maret 2013 sebesar 1,84 menjadi 2.07 pada September Peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan terjadi di perkotaan (0,11 poin) dan pedesaan (0,34 poin). Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan 0,07 poin atau menjadi 0,50 pada September Peningkatan keduanya mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Tabel 5.4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)di Jawa Timur Menurut Daerah Tahun Kota Desa Kota + Desa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) Maret Maret Maret Maret September Maret September Maret Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2) Maret Maret Maret Maret September Maret September Maret September ,34 0,66 0,50 Sumber : BPS Jatim Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

134 Bab 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIMUR) Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp.

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN 2011 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.5 SURABAYA Telp. : 0313520011 psw. 129/128 Fax : 0313554178

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 213 Kinerja perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada tahun 213 mencapai 6,% (yoy), melambat dibanding 212 (7,22%), namun tetap

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci