KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 KAJAN EKONOM REGONAL JAWA TMUR TRWULAN V 2011 BANK NDONESA SURABAYA

2 Penerbit : Bank ndonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : psw. 129/128 Fax : kke_sby@bi.go.id Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web B (

3 Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank ndonesia Misi Bank ndonesia : Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan. Visi Bank ndonesia : Menjadi bank sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilainilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Nilai Nilai Strategis : Kompetensi ntergritas Transparansi Akuntabilitas Kebersamaan. Visi dan Misi Kantor Bank ndonesia Surabaya Misi Kantor Bank ndonesia Surabaya : Mendukung pencapaian kebijakan Bank ndonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Visi Kantor Bank ndonesia Surabaya : Menjadi kantor Bank ndonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugastugas Bank ndonesia yang diberikan.

4 KATA PENGANTAR Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V 2011 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesarbesarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan ndonesia pada umumnya. Surabaya, 8 Februari 2012 BANK NDONESA SURABAYA Mohamad shak Pemimpin i

5 Ringkasan Eksekutif

6 Bank ndonesia Surabaya RNGKASAN EKSEKUTF KAJAN EKONOM REGONAL TRWULAN V Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan V2011 masih tumhuh tinggi, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perekonomian Jawa Timur pada triwulan V2011 tumbuh sebesar 7,11% (yoy) lebih rendah dibandingkann triwulan 2011 sebesar 7,30%. Sedangkan sepanjang tahun 2011 mencatat pertumbuhan sebesar 7,22% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar 6,68% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur baik pada triwulan V2011 maupun di sepanjang tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,50%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB). Dari sisi penawaran, sektor ndustri Pengolahan, sektor Konstruksi, serta sektor Pertambangann dan Penggalian merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan 2011 masih didorong oleh tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), ndustri Pengolahan dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga sekitar 71,10% terhadap PDRB Jawa Timur. Sebagai catatan, pada lima tahun terakhir ini terjadi peningkatan proporsi sektor jasa hingga mencapai level 9%, hampir mendekati proporsi sektor pertanian pada PDRB Jawa Timur yang berada pada kisaran level 12% 13%. Assesmen nflasi nflasi Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan ndeks Harga Konsumen (HK) di 71 kota pada triwulan V201triwulan sebelumnya yang mencapai 2,05%(qtq). Secara sebesar 0,92% (qtq) atau melambat dibandingkan tahunan, 1 7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan V2011 ix

7 Bank ndonesia Surabaya realisasi inflasi tersebut menutup inflasi di tahun 2011 menjadi sebesar 4,29% (yoy) atau berada pada batas bawah rentang sasaran inflasi nasional 2011 (5%±1%). Penurunan inflasi pada periode laporan terkait dengan kembali normalnya tekanan permintaan pasca periode Ramadhan dan Hari Raya dul Fitri 1432H yang berlangsung pada triwulan 2011, serta didorong oleh pelemahan harga beberapa komoditas strategis internasional, sehingga mengurangi tekanan dari sisi eksternal/ imported inflation. Assesmen Perbankan Fungsi ntermediasi perbankan berjalan baik, dengan didorong oleh pertumbuhan kredit yang terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur yang terus meningkat ditopang oleh cukup stabilnya perkembangan kinerja perbankan. Total Aset Bank Umum dan BPR di Jawa Timur tumbuh sebesar 17,33% (yoy) atau 3,90% (qtq) dari sebesar Rp288,37 Triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp 299,63 Triliun pada Triwulan V Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 16,41% (yoy) atau 6,96% (qtq) dari sebesar Rp 238,09 Triliun menjadi Rp 254,65 Triliun pada periode laporan. Peningkatan aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur tersebutt diiringi dengan peningkatan penyaluran kredit yang tercermin pada pertumbuhan kredit dari sebesar Rp 185,24 Triliun pada Triwulan menjadi sebesar Rp 195,42 Triliun pada Triwulan V 2011, atau meningkat 22,04 % (yoy) dan 5,5 % (qtq). Pertumbuhan penyaluran kredit Bank Umum dan BPR di Jawa Timur meningkat dari sebesar 20,51% (yoy) dan 4,53% (qtq) pada Triwulan menjadi sebesar 22,04% (yoy) dan 5,50% (qtq) pada Triwulan V Peningkatan tersebut mengkonfirmasi akselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada Triwulan V 2011 di level 7%. Peningkatan pertumbuhan kredit juga diimbangi dengan penurunan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPL) dari 3,55% pada Triwulan sebelumnya menjadi 3,35% pada Triwulan V Tahun Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan V2011 x

8 Bank ndonesia Surabaya Assesmen Keuangan Daerah Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun anggaran 2011 mencapai Rp 9,90 triliun atau meningkat 32,56% dibandingkan anggarann 2010, dengan realisasi pendapatan sampai dengan triwulan V 2011 telah mencapai Rp Rp 11,66 triliun atau 117,76%. Sementara itu dari sis pengeluaran Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar Rp 10,62 triliun meningkat 35,77% dibandingkan anggaran 2010, dengan realisasi belanja sampai dengan triwulan V 2011 sebesar Rp 11,86 triliun atau 111,58%. Secara umum kinerja keuangan Pemerintah Provinsi menunjukkan perkembangan yang lebih rendah dibandingkan realisasi anggaran pada periode yang sama tahun 2010 (127,21%). Sebagaimana polapola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa Timur didominasii oleh Pendapatan Asli daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah dengan proporsi 77,8% dari total pendapatan. Kontribusi terbesar selanjutnya berasal dari Dana Perimbangan (21,67%), sementara itu pendapatan lainlainn yang sah hanya memberikan kontribusi yang relatif rendah. Ekonomi Jatim pada Tw 2012 berpotensi untuk tumbuh pada batas tengah dari rentang pertumbuhan 6,7% 7,1% Prospek Ekonomi dan nflasi Triwulan V2011 Pada triwulan 2012, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,7% 7,1%. Perekonomian Jatim diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan pemicu utama dari melambatnya kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi. Kinerja ekspor non migas Jatim diperkirakan masih berada dalam tren perbaikan, meskipun Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan V2011 xi

9 Bank ndonesia Surabaya dibayangi tekanan pelemahan ekonomi Eropa dan menguatnya tren impor Jatim. Penyumbang pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini masih berasal dari konsumsi rumah tangga dan perdagangan luar negeri (net ekspor). Konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap stabil di level 6%, namun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Momentum Tahun Baru, mlek dan cuti bersama diperkirakan mampu menjaga stabilitas tingkat konsumsi masyarakat, yang diiringi peningkatan indeks penghasilan saat ini. Perkiraan ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen KB Surabaya, yang menunjukkan bahwa ndeks Ekspektasi Konsumen (EK) dan ndeks Penghasilan Saat ni yang menunjukkan peningkatan. Sementara itu, nflasi Jawa Timur pada triwulan 2012 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan berada di kisaran 1% s/d 1,5% (qtq) atau 4,30% s/d 4,82% (yoy). Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan V2011 xii

10 LAMPRAN NDKATOR MAKRO EKONOM JAWA TMUR NDKATOR Tw V Tw Tw Tw Tw V NDEKS HARGA KONSUMEN (HK) JAWA TMUR Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kota Jember Kota Probolinggo Kota Madiun Kota Sumenep LAJU NFLAS TAHUNAN (YOY) JAWA TMUR Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kota Jember Kota Probolinggo Kota Madiun Kota Sumenep PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 87,026,727 88,869,716 91,398,578 93,503,329 93,212,679 Pertanian 10,337,933 15,553,734 13,543,813 13,023,015 10,507,871 Pertambangan dan Penggalian 2,099,675 1,802,122 2,085,751 2,139,238 2,201,521 ndustri Pengolahan 22,932,487 22,036,934 22,576,080 23,259,085 24,299,093 Listrik, gas, dan air bersih 1,206,216 1,174,790 1,237,703 1,245,192 1,274,399 Bangunan 2,947,205 2,626,382 3,054,205 3,102,022 3,212,217 Perdagangan, Hotel dan Restoran 27,759,932 27,425,226 28,748,367 30,020,944 30,450,678 Pengangkutan dan komunikasi 6,774,834 6,135,139 7,057,113 7,310,931 7,443,098 Keuangan, persewaan, dan jasa 4,896,615 4,785,173 4,993,959 5,124,947 5,282,030 Jasa 8,071,829 7,330,216 8,101,587 8,277,955 8,541,772 Pertumbuhan PDRB (yoy) Pertumbuhan (YoY) Pertanian Pertambangan dan Penggalian ndustri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy) xviii

11 LAMPRAN 2 NDKATOR PERBANKAN JAWA TMUR A. Perbankan NDKATOR Tw V Tw Tw Tw Tw V Bank Umum : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) Tabungan (Rp. Triliun) Giro (Rp. Triliun) Deposito (Rp. Triliun) Kredit (Rp. Triliun) Bank Pelapor Modal Kerja nvestasi Konsumsi Non Performing Loan (NPLGross) Loan to Deposit Ratio LDR (%) 72.47% 74.61% 76.06% 77.02% 76.04% Kredit UMKM (Triliun Rp)Bank Pelapor NPL UMKM Gross (%) 3.65% 4.47% 4.54% 4.71% 3.73% BPR : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) Tabungan (Rp. Triliun) Deposito (Rp. Triliun) Kredit (Rp. Triliun) Modal Kerja nvestasi Konsumsi Non Performing Loan (NPLGross) 4.24% 4.99% 4.92% 4.77% 4.01% Loan to Deposit Ratio (LDR) % % % % % % SYARAH : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) Giro (Rp. Triliun) Tabungan (Rp. Triliun) Deposito (Rp. Triliun) Pembiayaan (Rp. Triliun) Modal Kerja nvestasi Konsumsi Non Performance Financing (NPF) % Financing to Deposit Ratio (FDR) % B. SSTEM PEMBAYARAN NDKATOR Tw V Tw Tw Tw Tw V nflow (Rp. Triliun) Outflow (Rp. Triliun) Pemusnahan Uang (Rp Triliun) Nominal Transaksi RTGS Volume Transaksi RTGS 157, , , , ,650 Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) Volume Kliring Kredit (juta lembar) Tolakan Kliring (Rp. Juta) 598, , , , ,757 Tolakan Kliring (lembar) 20,592 24,250 20,257 17,900 48,249

12 Bab 1 PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL

13 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL 1 PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL 1.1. KONDS UMUM Perekonomian Jawa Timur pada triwulan V2011 tumbuh sebesar 7,11% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan 2011 sebesar 7,30%. Sedangkan sepanjang tahun 2011 mencatat pertumbuhan sebesar 7,22% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar 6,68% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur baik pada triwulan V2011 maupun di sepanjang tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,50%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB). Dari sisi penawaran, sektor ndustri Pengolahan, sektor Konstruksi, serta sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Prov.Jawa Timur 0.53 Q42011 Jasajasa Q32011 Keuangan, Persewaan & Jasa Q Pengangkutan & Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Bangunan Listrik, Gas & Air Bersih ndustri Pengolahan Pertambangan dan Penggalian Pertanian Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov.Jawa Timur mpor 1.73 Ekspor Perubahan Stok Pembentukan Modal Tetap Bruto Konsumsi Pemerintah Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Rumah Tangga q42011 q32011 q42010 % y o y Sumber: BPS Jatim, diolah Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 5.65 Jawa Timur Nasional V V V V V % Sumber: BPS Jatim, diolah 100% 80% 60% 40% 20% 0% Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur V V V V V Listrik Gas Air Bersih Tambang Bangunan Keuangan Angkut & Kom Jasa Pertanian ndustri Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah PHR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

14 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL 1.2. SS PERMNTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. T R L U N R p Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur Kons Rumah Tangga gkons Rumah Tangga (rhs) Sumber: BPS Jatim Kons Pemerintah gkonsumsi Pemerintah (rhs) V V V V V % 25% 20% 15% 10% 5% 0% 5% 10% % y o y T R L U N R p Sumber: BPS Jatim Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur Net Ekspor gnet Ekspor (rhs) Net Ekspor Antar Pulau gnet Ekspor Antar Pulau (rhs) 800% V V V V V % 400% 200% 0% 200% 400% 600% % y o y a. Konsumsi Pada triwulan V2011, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Meskipun mengalami perlambatan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap berada pada level tinggi yaitu di kisaran 7%. Tercatat pertumbuhannya pada triwulan ini mencapai 6,97% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yang mencapai 7,44%. Kondisi ini dikonfirmasi dari stabilnya beberapa indikator konsumsi seperti nilai indeks omset riil hasil Survei Penjualan Eceran. Sedangkan, jumlah konsumsi listrik rumah tangga dan bahan bakar masyarakat pada triwulan ini mengalami peningkatan. Jika merujuk pada pola pertumbuhan ekonomi tahunan, terdapat pola pelemahan daya konsumsi masyarakat pada triwulan pasca dul Fitri, namun situasi perekonomian Jatim yang terus menunjukkan perbaikan di sepanjang tahun 2011 turut mendorong perbaikan pendapatan masyarakat sehingga pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan ini relatif stabil. Momentum Natal dan sale akhir tahun direspon positif oleh masyarakat Jawa Timur, terutama di kotakota besar. ndikator survei penjualan eceran mencerminkan kondisi serupa dengan nilai total indeks omset riil sebesar 88,53. Meskipun demikian terdapat pelemahan kinerja penjualan untuk jenis bahan bangunan/konstruksi sebesar 20,18 yang diduga dipicu oleh meningkatnya harga produk dan jasa di sektor ini. Tren peningkatan indeks omset penjualan pada kelompok komoditas kerajinan, seni dan mainan anak diduga dipicu Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

15 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL oleh momentum Natal, seiring meningkatnya kebutuhan ekspor produk ini. Selain itu kelompok alat tulis, pakaian serta makanan, minuman dan tembakau turut merespon baik momentum Natal pada tahun ini dengan mencatatkan peningkatan omset dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 1.7 ndeks Penjualan Eceran Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga ndeks Omset Riil Pakaian & Perlengkapannya Alat Tulis Kerajinan, Seni, Mainan Anak Peralatan Rumah Tangga Makanan, Minuman, Tembakau Konstruksi Konsumsi listrik RT KwH per pelanggan RT V V V V V V 70 V V V V V Sumber: Survei Penjualan Eceran B Surabaya Sumber: PLN Distribusi Jatim Grafik 1.9 Pertumbuhan Konsumsi BBM (Transportasi Darat & Rumah Tangga) di Jawa Premium Solar gpremium (%) gsolar (%) V V V (50) (100) 2009 Sumber: Pertamina Jatim, diolah Sementara itu, indikator konsumsi listrik rumah tangga menunjukkan peningkatan, yaitu dari 761,5 Kwh menjadi 819,4 Kwh atau sama dengan peningkatan dari 105,7 menjadi 112,2 Kwh per pelanggan. Peningkatan konsumsi listrik dimungkinkan dipicu oleh peningkatan kegiatan kebersamaan baik dalam hubungan keluarga maupun komunitas dalam merespon perayaan Natal dan Tahun Baru. Kondisi sama terjadi pula pada indikator konsumsi bahan bakar yang digunakan untuk transportasi darat dan rumah tangga, dengan peningkatan tertinggi pada pemanfaatan jenis solar hingga mencapai 25,6% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

16 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL triwulan sebelumnya, yang hanya mencapai 13,9%. Sedangkan, pertumbuhan konsumsi premium relatif stabil di level 10%, meningkat dari 10,01% (yoy) menjadi 10,27%. Pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi masyarakat menunjukkan pertumbuhan signifikan yaitu dari 7,96% pada triwulan sebelumnya menjadi 25,71%. Meningkatnya pertumbuhan simpanan perorangan yang dipicu oleh lonjakan pertumbuhan tabungan perorangan diyakini sebagai aksi simpan kelompok rumah tangga pasca pengeluaran cukup besar di Hari Raya dul Fitri. Jenis simpanan lainnya, yaitu giro dan deposito pun mengalami peningkatan menjadi sebesar 18,98% dan 10,8%. Sebagai sumber pembiayaan lainnya, kondisi serupa tercermin pula pada melambatnya kinerja pertumbuhan kredit konsumsi Bank Umum, yaitu dari 27,9% (yoy) menjadi 25,27%. Grafik 1.10 Perkembangan Kredit Konsumsi Th 2011 Grafik 1.11 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 54,000,000 52,000,000 Konsumsi gkonsumsi (rhs) 31% 30% gdpk Perorangan gtab Perorangan (rhs) ggiro Perorangan (rhs) gdep Perorangan (rhs) ,000,000 29% ,000,000 46,000,000 44,000,000 42,000,000 40,000,000 Tw Tw Tw Tw V 28% 27% 26% 25% 24% 23% V V V V V (10) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Selain itu, indikator membaiknya kondisi perekonomian juga tercermin dari keyakinan konsumen hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank ndonesia Surabaya, menyakini bahwa ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan saat ini akan terus mengalami perbaikan. Keyakinan pada kedua indeks ini turut pula meningkatkan ndeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama, seperti elektronik dan kendaraan bermotor. Sehingga secara keseluruhan ketiga indeks ini membentuk peningkatan ndeks Kondisi Ekonomi Saat ni (KE) yaitu dari 106,67 menjadi 113,47. Demikian pula, responden memiliki ekspektasi bahwa perekonomian akan semakin Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

17 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL membaik yang diwakili oleh peningkatan ndeks Ekspektasi Konsumen (EK), dari 125,6 menjadi 125,73. Grafik 1.12 Survei Konsumen Keyakinan Konsumen Grafik 1.13 Survei Konsumen Kondisi Ekonomi Saat ni V V V V ndeks Kondisi Ekonomi Saat ni (KE) ndeks Penghasilan Saat ni ndeks Ketersediaan Lapangan Kerja ndeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama V V V V V ndeks Keyakinan Konsumen (KK) ndeks Kondisi Ekonomi Saat ni (KE) ndeks Ekspektasi Konsumen (EK) V Sumber: Survei Konsumen B Surabaya Sumber: Survei Konsumen B Surabaya b. nvestasi Tren peningkatan kinerja investasi masih terjadi pada triwulan ini, sebagaimana tercermin pada tingkat pertumbuhan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB) yang meningkat dari 13,96% (yoy) pada triwulan 2011 menjadi 17,73%. Pertumbuhan investasi tersebut antara lain terindikasi dari nilai realisasi investasi PMA yang tercatat selama triwulan V2011di Jawa Timur yang mengalami peningkatan cukup signifikan dari sebesar USD 250,9 juta (58 proyek) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar USD 777,3 juta (93 proyek). Sedangkan nilai realisasi PMDN sedikit melambat dari sebesar Rp 2,69 triliun (37 proyek) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar Rp 2,42 triliun (61 proyek). Jika dibandingkan periode yang sama tahun 2010, kinerja investasi PMA mencatat kinerja positif setelah sebelumnya selama tiga triwulan berturutturut mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sebesar 159% (yoy). Perbaikan kinerja investasi PMA ini diharapkan terus terjadi di tahun 2012, mengingat berbagai kebijakan yang dilakukan Pemerintah Daerah guna memperbaiki iklim investasi. Salah satunya, dengan terus memperbaiki kualitas infrastruktur pelabuhan, bandara dan Jalan Tol sebagai akses kawasan industri menuju daerah pemasaran atau tujuan ekspor. Selain itu, upaya percepatan pengurusan perizinan juga telah menjadi komitmen utama di Jawa Timur hingga tingkat kabupaten/kota. Pemerintah Provinsi pun turut berupaya mengembangkan jejaring perdagangan luar negeri dengan melakukan temu dagang antara pedagang daerah dan investor Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

18 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL internasional guna menjajaki berbagai kemungkinan kerjasama perdagangan atau pun investasi. Grafik 1.14 Perkembangan Jumlah Proyek nvestasi Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Proyek nvestasi Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN Perubahan Jumlah Proyek PMDN 300% 6,000 5,000 Nilai Proyek PMA (USD million) g Nilai Proyek PMA Nilai Proyek PMDN (Rp miliar) g Nilai Proyek PMDN 1200% 1000% % 100% 4,000 3,000 2, % 600% 400% 200% 20 0% 1,000 0% 10 V V V V V 100% V V V V V 200% Sumber: BKPM Sumber: BKPM Grafik 1.16 Perkembangan PMTB Grafik 1.17 Perkembangan Kredit nvestasi T R L U N R p PMTB gpmtb (rhs) V V V V V 25% 20% 15% 10% 5% 0% % y o y 25,500,000 25,000,000 24,500,000 24,000,000 23,500,000 23,000,000 22,500,000 22,000,000 21,500,000 21,000,000 20,500,000 20,000,000 nvestasi gnvestasi (rhs) Tw Tw Tw Tw V 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sumber: BPM Jawa Timur Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah ndikator lainnya juga mengindikasikan hal yang sama, sebagaimana tercermin dari peningkatan pertumbuhan kredit investasi yang merupakan salah satu sumber pembiayaan investasi dari Bank Umum yang meningkat dari 26,26% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 28,76% (yoy). Kondisi serupa tercermin pula dari indikator penjualan semen yang mengalami peningkatan dari 9,13% menjadi 19,66%. Namun belum diikuti kinerja penjualan bahan bangunan/konstruksi sebagai dampak terhadap kenaikan harga produk dan jasa di bidang konstruksi. Pengaruh tingginya kebutuhan pembangunan di daerah ini yang belum mempengaruhi kinerja komoditas semen, sehingga penjualannya pun bahkan mengalami peningkatan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

19 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL ndikator lainnya, impor barang modal menunjukan perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini diperkirakan terjadi karena pelaku dunia usaha sudah mempersiapkan keperluan investasi barang modal ataupun penggantian suku cadang pada triwulantriwulan sebelumnya serta adanya kecenderungan aksi wait and see para pelaku usaha di akhir tahun 2011 sebagai respon atas kekhawatiran dampak pelemahan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat pada kinerja perekonomian ndonesia dan dari sisi negara tujuan pemasaran produknya. Grafik 1.18 Perkembangan Volume Penjualan Semen Grafik 1.19 Perkembangan mpor Barang Modal 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 Penjualan Semen (ribu sak) g_penjualan Semen 30% 20% 10% Capital Goods g_capital Goods ,000, , , , ,000 0 V V V V 0% 10% 20% 30% V V V V V V (20) (40) Sumber: Asosiasi Semen ndonesia Sumber: Bank ndonesia c. Ekspormpor Kinerja perdagangan Jawa Timur pada posisi triwulan V2011 menurut publikasi BPS Jawa Timur (BPS Jatim) mencatatkan angka net impor sebesar Rp 0,86 trilyun yang terus menunjukan tren positif sejak triwulan awal tahun berjalan. Angka tersebut dihasilkan dari aktvitas perdagangan luar negeri yang mencatatkan net impor sebesar Rp 0,42 trilyun dan perdagangan antar pulau sebesar Rp 0,44 trilyun. Sementara itu, aktivitas perdagangan luar negeri Jawa Timur yang bersumber dari aplikasi Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan Permohonan mpor Barang (PB) masih mencatatkan net impor yang tercatat sebesar USD 357,61 juta didorong net impor barang modal (USD 512,55 juta) dan barang bahan baku (USD 594,57 juta). Sedangkan barang konsumsi mencatatkan net ekspor sebesar USD 749,51,38 juta. Berdasarkan data ini, kinerja perdagangan luar negeri Jatim mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun masih berada dalam posisi net impor. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

20 ( ) BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL Meningkatnya ekspor barang konsumsi guna memenuhi permintaan luar negeri untuk kelompok barang barang perlengkapan Natal dan Tahun Baru diduga menjadi pemicu utama perbaikan kinerja pada triwulan ini. Grafik 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim Grafik 1.21 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim T R L U N R p Net Ekspor Net Ekspor Antar Pulau V V V V V , (200) (400) (600) NET EKSPOR (USD Juta) Net Capital Goods Net ntermediate Goods Net Consumption Goods V V V V V V (800) Sumber: BPS Jatim Sumber: Bank ndonesia Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Per Jenis Barang Grafik 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang J U T A U S D C F 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Consumption Goods ntermediate Goods Capital Goods % y o y g_total Ekspor g_ntermediate Goods g_capital Goods g_consumption Goods 0 V V V V V 2009 (50) Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor Grafik 1.25 Perkembangan Nilai mpor 4,500 4,000 3,500 3,000 Total Ekspor g_total Ekspor Total mpor g_total mpor ,500 2,000 1,500 1, V V V V V V 20 (20) (40) V V V V V V 20 (20) (40) (60) Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

21 ( ) BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL J U T A U S D C F 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Grafik 1.26 Nilai mpor per Jenis Barang Consumption Goods ntermediate Goods Capital Goods V V V V V V V % y o y Grafik 1.27 Pertumbuhan mpor per Jenis Barang g_total mpor g_capital Goods g_ntermediate Goods g_consumption Goods V V V V V V Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia Peningkatan kinerja perdagangan luar negeri Jatim juga tercermin dari kegiatan bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Perak. Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 1.28, terjadi peningkatan jumlah kontainer yang melakukan kegiatan bongkar muat, dengan dominasi pada jenis pengiriman barang antar negara. Tercatat peningkatan arus bongkar muat kontainer baik yang ditujukan untuk pasar internasional maupun domestic, secara total tumbuh positif sebesar 8.91% (yoy) atau menjadi sebanyak 337,448 Teus. 400, , ,000 Grafik 1.28 Statistik Kontainer di Tanjung Perak 250,000 Sumber: PT X, Tanjung Perak 200, , ,000 50,000 Total Kontainer (Teus) gtotal Kontainer (Teus) V V V V TEUS % (10) (20) Grafik 1.29 Statistik DischargeLoaded di Tanjung Perak 200, , , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 TEUS Discharge gdischarge Loaded gloaded V V V V (10) (20) (30) Sumber: PT X, Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

22 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL 160, , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Grafik 1.30 Statistik Kontainer nternasional Discharge Loaded gdischarge gloaded (10) (20) 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Grafik 1.31 Statistik Kontainer Domestik Discharge gdischarge Loaded gloaded (20) (40) V V V V (30) V V V V (60) TEUS % TEUS Sumber: PT X, Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak 1.3. SS PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan 2011 masih didorong oleh tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), ndustri Pengolahan dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga sekitar 71,10% terhadap PDRB Jawa Timur. Sebagai catatan, pada lima tahun terakhir ini terjadi peningkatan proporsi sektor jasa hingga mencapai level 9%, hampir mendekati proporsi sektor pertanian pada PDRB Jawa Timur yang berada pada kisaran level 12% 13%. Grafik 1.32 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Grafik 1.33 Pertumbuhan Sektor Pendukung T R L U N R p PHR ndustri Pertanian gphr (rhs) gndustri (rhs) gpertanian (rhs) V V V V V % 12% 8% 4% 0% 4% 8% % y o y T R L U N R p Jasa Angkut & Kom Keuangan gjasa (rhs) gangkut & Kom (rhs) gkeuangan (rhs) V V V V V % 25% 20% % 15% 10% 5% 0% y o y Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

23 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor Pendukung 3 Bangunan Tambang Listrik Gas Air Bersih gbangunan (rhs) gtambang (rhs) glistrik Gas Air Bersih (rhs) 20% T R L U N R p % 0% 10% 20% % y o y 0 V V V V V % Sumber: BPS Jawa Timur Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai angka 9,86% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,77%. Selanjutnya, pertumbuhan tertinggi berada pada salah satu sektor utama Jawa Timur, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mencapai 9,69% sehingga memberikan sumbangan pertumbuhan terbesar mencapai 3,09%. Sedangkan sektor ndustri Pengolahan dan sektor Pertanian masingmasing tumbuh sebesar 5,96% dan 1,64% dengan kontribusi masingmasing sebesar 1,57% dan 0,20% terhadap pertumbuhan ekonomi Jatim. Sedangkan sektor pendukung mencatatkan perlambatan pertumbuhan kecuali sektor jasajasa yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 5,82%. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank ndonesia Surabaya, tingkat utilisasi kapasitas produksi di Jawa Timur tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 74,5% menjadi 78,14% (lihat grafik 1.40). Dari sisi sektoral, peningkatan kapasitas produksi ini dipicu oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan, pertanian dan industri pengolahan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

24 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL Grafik 1.35 Utilisasi Kapasitas Produksi Grafik 1.36 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral % Total Pertanian Pertambangan ndustri Pengolahan Listrik Gas Air Bersih V V V V V V 0 V V V V V V Sumber: SKDU B Surabaya Optimalisasi kapasitas terpakai juga terkonfirmasi dengan peningkatan angka indeks realisasi usaha hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), yaitu dari 8,49 menjadi 35,87. Sedangkan indeks realisasi usaha secara sektoral angka tertinggi berada pada sektor jasajasa. Mengingat analisa proporsi sektoral yang menunjukkan bahwa sektor ini memiliki proporsi hampir sama dengan sektor pertanian, sehingga diperlukan kajian lebih lanjut guna menggali potensi sektor ini di masa mendatang, agar pertumbuhan ekonomi Jawa Timur terus terjaga di atas level 6%. 40 Grafik 1.37 ndeks Realisasi Usaha Grafik 1.38 ndeks Realisasi Usaha Sektoral Pertanian ndustri Pengolahan PHR S B T V V V V V V S B T V V V V V ndeks Realisasi Usaha Sumber: SKDU B Surabaya Sumber: SKDU B Surabaya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

25 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 10,44% menjadi 9,69% (yoy), seiring telah berlalunya puncak kegiatan perdagangan pada saat Hari Raya dul Fitri. Berdasarkan subsub sektornya, sektor Perhotelan mencatatkan pertumbuhan positif yaitu dari 8,49% (yoy) menjadi 9,45%. Sedangkan, kedua sub sektor lainnya mengalami pertumbuhan negatif, masingmasing untuk sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari 10,64% (yoy) menjadi 9,93% dan sub sektor Restoran dari 9,74% menjadi 8,51%. Kinerja positif sektor perhotelan diyakini sebagai respon meningkatnya tingkat hunian kamar pada libur Natal dan Tahun Baru. Perlambatan kinerja subsektor Perdagangan Besar dan Eceran dipicu oleh melambatnya konsumsi masyarakat pada triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya, mengikuti polapola di tahun sebelumnya, di saat munculnya aksi saving pasca puncak belanja masyarakat di saat dul Fitri. Grafik 1.39 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim Grafik 1.40 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% V V V V V TPK Hotel Berbintang Jatim 5 4 % V V Asing ndonesia Total H A R V V V Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Selanjutnya, turut mendukung tren peningkatan kinerja subsektor hotel beberapa indikator, seperti Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan lama tinggal tamu di Hotel Berbintang Jatim serta jumlah wisatawan asing melalui Bandara Juanda, mencerminkan kondisi serupa, yaitu mengalami peningkatan. Bahkan, TPK Hotel Berbintang mencapai titik tertinggi selama 4 (empat) tahun terakhir, yaitu berada pada level 54,22%. Berbeda dengan ketiga indikator sebelumnya, indikator konsumsi listrik bisnis di Jawa Timur pada triwulan ini mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, hingga mencapai 14,16%. Tren negatif pertumbuhan ini Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

26 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL sebenarnya telah terjadi sejak triwulan 2011, dan masih berlanjut hingga triwulan ini. Berbeda dengan kinerja subsektor perhotelan, subsektor restoran mengalami perlambatan kinerja, namun masih tetap tinggi yaitu berada di atas level 8%. Seiring dengan meningkatnya animo masyarakat untuk berwisata di hari libur dan cuti bersama, maka kinerja subsektor perhotelan dan restoran terus berada dalam tren perbaikan pasca krisis global tahun Grafik 1.41 Grafik 1.42 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda Konsumsi Listrik Golongan Bisnis O R A N G 20,000 16,000 12,000 8,000 4,000 Jumlah Wisman Melalui Juanda K W h Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan 20% 15% 10% 5% 0% % 5% 10% 15% 0 V V V V V 80 V V V V V 20% Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur b. Sektor ndustri Pengolahan ndustri Pengolahan pada triwulan V2011 berada dalam tren peningkatan, yaitu dari 5,60% menjadi 5,96%. Berbeda dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan tertinggi terdapat pada sub sektor semen dan barang galian bukan logam sebesar 17,40%, yang diikuti oleh sub sektor pupuk, kimia dan barang dari karet (8,16%) dan sub sektor logam dasar besi dan baja (6,89%). Pertumbuhan positif hampir terjadi di seluruh sub sektor, kecuali sub sektor industri alat angkutan mesin dan peralatannya serta sub sektor barang lainnya. Perbaikan kinerja sektor ini diharapkan masih terus terjadi di sepanjang tahun 2012, di tengah kekhawatiran pelaku usaha terkait dampak pelemahan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat pada perekonomian ndonesia dan Jawa Timur. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

27 ( ) BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL Grafik 1.43 Pertumbuhan Produksi ndustri Pengolahan 30 Tw 2010 Tw.V2010 Tw Tw 2011 Tw 2011 Tw V2011 J U T A U S D C F Grafik 1.44 Perkembangan Nilai mpor Barang Bahan Baku 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Consumption Goods ntermediate Goods Capital Goods 0 V V V V V V V Sumber: BPS Prov.Jawa Timur Sumber: Bank ndonesia Namun demikian, indikator pendukung sektor industri pengolahan, yang terdiri dari data impor bahan baku dan modal, konsumsi bahan bakar dan listrik sektor industri menunjukkan kondisi yang tidak sama. Tren penurunan yang terjadi pada triwulan 2011 masih berlanjut pada triwulan ini, kecuali yang terjadi pada impor bahan baku. Grafik 1.45 Perkembangan Pertumbuhan mpor mpor Barang Bahan Baku Grafik 1.46 Perkembangan Konsumsi BBM ndustri % y o y g_total mpor g_ntermediate Goods g_capital Goods g_consumption Goods 160, , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Solar gsolar (rhs) (50) 0 20 V V V V V V V V V (100) Sumber: Bank ndonesia Sumber: Pertamina, diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

28 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL Grafik 1.47 Konsumsi Listrik Golongan ndustri 15% 10% 5% 0% 5% 10% 15% 20% 80 25% V V V V V K W h Konsumsi Listrik ndustri Pertumbuhan % Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur c. Pertanian Kinerja Sektor Pertanian mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari tumbuh sebesar 2,06% menjadi 1,64% (yoy). Hampir semua sub sektor mengalami perlambatan pertumbuhan, kecuali sub sektor tanaman perkebunan yang mencatatkan perbaikan pertumbuhan dari 1,53% menjadi 9,36% (yoy), dan sub sektor kehutanan dari 7,62% menjadi 8,04% (yoy). Gambar 1.48 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha) 1,000,000 gluas Panen Padi (%) gluas Tanam Padi (%) , , , ,000 (50.00) (100.00) V V V V V V Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur Gambar 1.49 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha) 900,000 gluas Panen Jagung (%) gluas Tanam Jagung (%) , , , , , ,000 (20) 200, ,000 (40) (60) V V V V V V Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

29 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Gambar 1.50 Luas Lahan Puso di Jawa Timur Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha) gluas Puso Padi (%) gluas Puso Jagung (%) V V V V V V V 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 (2,000) Sumber: Dinas Pertanian Prov.Jawa Timur d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Pada triwulan 2011, kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa, masih relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun sedikit tumbuh melambat yaitu dari sebesar 8,17% menjadi 7,87% (yoy). Semua sub sektor mengindikasi perlambatan pertumbuhan yaitu bank, jasa perusahaan dan sewa bangunan, kecuali sub sektor lembaga keuangan bukan bank yang menunjukan perbaikan pertumbuhan yang meningkat dari 12,93% menjadi 14,20%. Namun demikian, dari beberapa indikator perbankan yang menjadi penopang pembiayaan berbagai sektor ekonomi, masih cenderung menunjukan peningkatan diantaranya pertumbuhan dana pihak ketiga, net interest margin dan fee based income. Grafik 1.51 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur Grafik 1.52 Perkembangan NM Perbankan Jawa Timur 30% 25% gdana Pihak Ketiga gkredit 6,000,000 4,000,000 Nilai Net nterest Margin (NM) gnet nterest Margin (NM) 100% 80% 20% 2,000,000 60% 15% V V V 40% (2,000,000) 10% 20% (4,000,000) 5% (6,000,000) 0% 0% V V V (8,000,000) 20% Sumber: Laporan Bulanan Perbankan 2009 (10,000,000) Sumber: Laporan Bulanan Perbankan 40% Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

30 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL Grafik 1.53 Perkembangan FeeBased ncome Grafik 1.54 Perkembangan nterestbased ncome 600, , ,000 Fee Based ncome g.fee Based ncome 60% 50% 40% 30% 7,000,000 6,000,000 5,000,000 nterest Based ncome g.nterest Based ncome 50% 40% 30% 300,000 20% 10% 4,000,000 3,000,000 20% 200, ,000 0% 10% 20% 2,000,000 1,000,000 10% 0% V V V 30% V V V 10% Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Grafik 1.55 Perkembangan Pendapatan Biaya Operasional Bank 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 (500,000) (1,000,000) Pendapatan Operasional Biaya Operasional BO/PO V V V (1,500,000) 0.60 Sumber: Laporan Bulanan Perbankan e. Bangunan Kinerja sektor bangunan pada triwulan 2011 menunjukan peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,90% menjadi 8,99%(yoy). Hal tersebut juga terindikasi peningkatan pertumbuhan volume penjualan semen dari 9,13% menjadi 19,66% (yoy). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

31 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL Grafik 1.56 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur 2,000,000 Penjualan Semen (ribu sak) g_penjualan Semen 30% 1,800,000 1,600,000 20% 1,400,000 10% 1,200,000 1,000,000 0% 800, ,000 10% 400,000 20% 200,000 0 V V V V 30% Sumber: Asosisasi Semen ndonesia f. Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan V2011 menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 11,66% menjadi 9,86% (yoy). Hal yang sama juga terjadi di sub sektor transportasi dan sub sektor komunikasi. ndikator penurunan di sektor ini, salah satunya tercermin dari menurunnya jumlah penumpang wisatawan mancanegara dan domestik yang masuk melalui Pelabuhan Udara Juanda Surabaya. Selain itu, indikator arus penumpang dan barang di Tanjung Perak pun menunjukkan penurunan. Gambar 1.57 Gambar 1.58 R B U O R A N G V Arus Penumpang di Tanjung Perak Jml Penumpang V g Jml Penumpang (rhs) V V V 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 10% 20% 30% % y o y R B U O R A N G Arus Barang di Tanjung Perak Vol Barang g Jml Barang (rhs) V V V V V 80% 60% 40% 20% 0% 20% 40% 60% 80% % y o y Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

32 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL Gambar 1.59 Gambar 1.60 Penumpang Domestik di Bandara Juanda Penumpang nternasional di Bandara Juanda R B U O R A N G V Jml Penumpang Domestik g Jml Penumpang Domestik (rhs) V V V V 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 10% 20% 30% % y o y R B U O R A N G Jml Penumpang ntl gpenumpang ntl (rhs) V V V V V 50% 40% 30% 20% 10% 0% 10% 20% 30% 40% % y o y Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V

33 Bab 2 PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TMUR

34 BAB PERKEMBANGAN NFLAS 2 PERKEMBANGAN NFLAS 2.1 KONDS UMUM nflasi Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan ndeks Harga Konsumen (HK) di 7 1 kota pada triwulan V2011 sebesar 0,92% (qtq) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,05%(qtq). Secara tahunan, realisasi inflasi tersebut menutup inflasi di tahun 2011 menjadi sebesar 4,29% (yoy) atau berada pada batas bawah rentang sasaran inflasi nasional 2011 (5%±1%). Penurunan inflasi pada periode laporan terkait dengan kembali normalnya tekanan permintaan pasca periode Ramadhan dan Hari Raya dul Fitri 1432H yang berlangsung pada triwulan 2011, serta didorong oleh pelemahan harga beberapa komoditas strategis internasional, sehingga mengurangi tekanan dari sisi eksternal/ imported inflation. Berdasarkan pendekatan kelompok barang, perlambatan laju inflasi terutama disebabkan oleh perlambatan inflasi pada kelompok sandang, kelompok pendidikan,rekreasi dan olah raga, serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Berdasarkan disagregasinya, penurunan laju inflasi pada kelompok inflasi inti (core inflation) dan administered price menjadi penyebab penurunan inflasi Jatim secara umum. Grafik 2.1. nflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) Grafik 2.2.Perkembangan nflasi Jawa Timur nflasi Jatim (7 Kota) nflasi Nasional (66 Kota) % nflasi Bulanan (mtm) inflasi Tahunan (yoy) nflasi Triwulanan (qtq) Sumber : BPS, data diolah Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Sebagaimana arah perlambatan inflasi yang ditunjukkan oleh provinsi lain di pulau Jawa maupun secara nasional, inflasi Jatim juga menunjukkan tren yang searah. Namun demikian, jika dibanding dengan provinsi lain di kawasan Jawa, 1 7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

35 BAB PERKEMBANGAN NFLAS Jatim masih mencatat inflasi tertinggi (Grafik 2.3). Tercatat realisasi inflasi tahunan (yoy) provinsiprovinsi di pulau Jawa s/d akhir tahun 2011 berdasarkan urutan realisasi inflasi terendah yaitu Jawa Barat (3,08%), Jawa Tengah (3,35%), Banten (3,51%), D Yogyakarta (4,03%), dan Jawa Timur (4,29%), sedangkan inflasi nasional tercatat sebesar 3,79% (yoy) % (yoy) Grafik 2.3 Perbandingan nflasi di Kawasan Jawa (yoy) Tw.V Tw. Tw. Tw. Tw.V Jabar Jatim Jateng DY Banten Nasional Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah 2.2 NFLAS BULANAN (mtm) Secara bulanan realisasi inflasi Jatim cukup terkendali, bahkan mengalami deflasi sebesar 0,18% pada bulan Oktober yaitu pasca periode Hari Raya dul Fitri di bulan September, serta selanjutnya kembali meningkat pada bulan November dan Desember dengan angka inflasi bulanan masingmasing sebesar 0,49% dan 0,61% (mtm). Deflasi yang terjadi pada bulan Oktober utamanya menjadi pendorong perlambatan laju inflasi pada triwulan V2011, mengingat realisasi inflasi pada bulan Desember masih berada diatas ratarata historikal inflasinya selama 5 (lima) tahun terakhir 2, kecuali bulan November. Tabel 2.1 Perbandingan nflasi Bulanan (mtm) pada Triwulan V Tahun No Kelompok Barang Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Ratarata Tw V2010 Ratarata Tw V2011 Okt Nov Des Okt Nov Des UMUM Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tbakau Perumahan,LGBB Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Berdasarkan kelompok barang, ratarata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan V2011 diwarnai dengan inflasi yang berada dibawah ratarata inflasi 2 Ratarata inflasi bulanan Jawa Timur selama 5 (lima) tahun terakhir ( ) untuk bulan Oktober, November dan Desember masingmasing sebesar 0,44%, 0,43% dan 0.63% (mtm) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

36 BAB PERKEMBANGAN NFLAS bulanan pada periode yang sama di 2010, kecuali untuk kelompok kesehatan dan kelompok Perumahan, listrik, gas dan bahan bakar yang yang mencatat inflasi cukup stabil. nflasi bulanan tertinggi terdapat pada kelompok bahan makanan dengan ratarata inflasi sebesar 0,83%, sedangkan terendah terdapat pada kelompok sandang (0,05%) yang pada bulan Oktober dan Desember mengalami deflasi sebesar 2,05% dan 0,26% (mtm). Relatif tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan dibandingkan kelompok barang lainnya terutama terkait dengan faktor cuaca yang mulai memasuki musim penghujan (NovemberDesember), sehingga berpengaruh terhadap penurunan produktivitas hasil produksi komoditaskomoditas yang masuk dalam kelompok tersebut. Pasca periode Ramadhan dan Hari Raya dul Fitri di bulan Agustus September, HK di 7 kota di Jatim pada bulan Oktober 2011 mengalami penurunan sehingga mencatat deflasi sebesar 0,18% (mtm). Hal ini disebabkan oleh deflasi yang terjadi pada 3 (tiga) kelompok barang, yaitu kelompok sandang (2,05%), kelompok bahan makanan (0,52%), dan kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan (0,30%). Sedangkan empat kelompok barang lainnya mencatat inflasi pada kisaran yang moderat, yaitu kelompok pendidikan (0,38%), kelompok makanan minuman & tembakau (0,24%), kelompok perumahan, listrik & bahan bakar (0,22%), serta kelompok kesehatan (0,08%). Penurunan laju inflasi pada kelompok sandang disebabkan oleh koreksi harga yang cukup signifikan pada komoditas emas perhiasan hingga mencapai 5,73% (mtm) atau menyumbang deflasi sebesar 0,15%, seiring dengan koreksi harga emas yang juga sedang berlangsung di pasar internasional. Sementara itu deflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh penurunan harga telur ayam ras (8,40%), daging ayam ras (1,51%), kelapa (6,34%) dan minyak goreng (0,48%) dengan total sumbangan sebesar 0,10%. Penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras diperkirakan terkait dengan cukup melimpahnya persediaan pasca hari raya dul Fitri, sementara tekanan dari sisi permintaan sudah kembali ke kondisi normal. Grafik 2.4 nflasi Okt 2011 Berdasarkan Kelompok Barang mtm (%) 2.05 Transportasi Kesehatan Perumahan,LGBB Bahan Makanan Pendidikan Sandang 0.52 Mamin, Rokok & Tbakau Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah 0.30 Deflasi Jatim : 0,18% Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

37 BAB PERKEMBANGAN NFLAS Grafik 2.5 nflasi November Per Kelompok Barang Grafik 2.6 Harga Emas nternasional vs Emas Perhiasan mtm (%) Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tbakau Perumahan,LGBB Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi nf. Jatim : 0,49% USD/Troy onz Harga Emas Perhiasan (Skala Kanan) Harga Emas nternasional Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Oct Nov Dec 450, , , , , , , , , , ,000 Rp/ Gram Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Sumber: SPH, Bank ndonesia & Bloomberg nflasi Jatim pada bulan November sebesar 0,49% (mtm), meningkat dibandingkan periode Oktober yang mencatat deflasi sebesar 0,18%. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan laju inflasi pada kelompok sandang, yang sebelumnya mengalami deflasi sebesar 2,05 menjadi inflasi 2,15%, didorong peningkatan harga emas perhiasan yang cukup berfluktuasi searah dengan fluktuasi harga emas internasional, sebagaimana yang ditunjukkan pada grafik 2.6. Kelompok lainnya yang menyumbang inflasi cukup tinggi di bulan November adalah kelompok bahan makanan (0,83%) atau menyumbang inflasi sebesar 0,18% dengan komoditas utama penyumbang inflasi tertinggi adalah telur ayam ras, cabe merah, cabe rawit, daging sapi dan tomat sayur, dengan total sumbangan inflasi mencapai 0,21%. Grafik 2.7 nflasi Desember Berdasarkan Kelompok Barang Selanjutnya, inflasi bulanan pada Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tbakau Desember 2011 kembali meningkat, dari 2.00 Perumahan,LGBB Sandang 0,49% di bulan November menjadi 1.50 Kesehatan Pendidikan 0,61% (mtm). Peningkatan laju inflasi 1.00 nf. Jatim : 0,61% Transportasi diyakini terkait dengan dorongan dari sisi permintaan seiring dengan tibanya hari Raya Natal dan tahun baru di bulan 0.50 nflasi mtm (%) 0.26 Desember. Namun demikian, realisasi Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah inflasi pada periode tersebut masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (0,93%). Berdasarkan kelompok barang, inflasi pada bulan Desember terutama didorong oleh kelompok bahan makanan dengan laju inflasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

38 BAB PERKEMBANGAN NFLAS sebesar 2,18%, sedangkan kelompok barang lainnya cenderung menunjukkan laju inflasi yang lebih rendah yaitu kelompok transportasi (0,25%), kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau (0,28%), kelompok kesehatan (0,21%), kelompok perumahan, listrik, gas dan air bersih (0,13%) dan kelompok pendidikan (0,01%), sedangkan bahkan kelompok sandang mencatat deflasi sebesar 0,26% (mtm). Tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan terutama didorong oleh kenaikan harga tomat sayur yang mencatat kenaikan harga sebesar 118,99% (mtm) atau menyumbang inflasi sebesar 0,13%. Tingginya kenaikan harga tomat sayur diyakini terkait dengan kondisi cuaca yang berpengaruh pada penurunan produktivitas tanaman ini. Disamping itu, jika dibandingkan dengan periode musim kemarau, biaya produksi tomat pada musim hujan relatif lebih tinggi, khususnya terkait dengan peningkatan penggunaan pupuk dan biaya perawatan tanaman selama musim hujan yang cenderung rentan terhadap penyakit dan gagal panen. Selanjutnya komoditas bahan makanan lainnya yang menyumbang inflasi cukup besar adalah cabe rawit (32,60%), beras (0,85%), telur ayam ras (5,67%) dan daging ayam ras (2,89%), dengan total sumbangan inflasi sebesar 0,20%. Grafik 2.8 Harga Daging Ayam Ras & Telur Ayam Ras Grafik 2.9 Harga Sub Kelompok Bumbubumbuan 28,000 26,000 24,000 22,000 20,000 18,000 16,000 14,000 Daging ayam ras Telur Ayam Ras 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Cabe Merah Bawang Merah Cabe Rawit Bawang Putih 12,000 10,000 Rp/ Kg Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des Sumber: SPH, Bank ndonesi Sumber: SPH, Bank ndonesi 2.3. NFLAS TRWULANAN (qtq) Laju inflasi Jatim secara triwulanan pada Tw V2011 sebesar 0,92% (qtq), atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,05% (qtq). Berdasarkan kelompok barang, inflasi pada periode laporan terutama didorong oleh kelompok bahan makanan (2,49%qtq) yang mencatat kenaikan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, keenam kelompok barang dan jasa lainnya cenderung menunjukkan perlambatan laju inflasi atau bahkan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

39 BAB PERKEMBANGAN NFLAS mengalami deflasi (kelompok sandang) sehingga secara keseluruhan menyebabkan penurunan inflasi secara umum pada periode laporan. Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Tabel 2.2 nflasi & Sumbangan nflasi di Jawa Timur (qtq) NFLAS QTQ SUMBANGAN NFLAS QTQ KELOMPOK Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JAD, MNUMAN, ROKOK PERUMAHAN,AR,LSTRK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDDKAN, REKREAS DAN OLAH R TRANSPOR,KOMUNKAS DAN JASA % (qtq) Grafik 2.10 nflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan Padipadian, umbiumbian Daging dan Hasilhasilnya kan Segar Sumber : BPS, data diolah kan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil2nya Sayursayuran Kacang kacangan Buah buahan 8.80 Bumbu bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya Grafik 2.11 nflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan Tw & Tw V2011 Padipadian, umbiumbian Bahan Makanan Lainnya Daging dan Hasilhasilnya 0.00 Lemak dan Minyak kan Segar Bumbu bumbuan kan Diawetkan Buah buahan Kacang kacangan Sumber : BPS, data diolah Tw V2011 Sayursayuran Telur, Susu dan Hasil2nya Tw 2011 Jika dirinci berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok bahan makanan pada periode laporan terutama disebabkan tingginya inflasi pada kelompok sayursayuran (11,71%) dan kelompok bumbubumbuan (8,80%) dimana keduanya juga mengalami kenaikan inflasi dibandingkan periode Tw 2011 (grafik 2.11). Tingginya intensitas curah hujan di akhir tahun diperkirakan menjadi penyebab terbatasnya pasokan akibat penurunan produktivitas dan kondisi sayur yang mudah rusak di musim hujan. Sementara itu, kenaikan inflasi pada sub kelompok bumbubumbuan selama triwulan V2011 terutama disebabkan oleh kenaikan harga cabe merah dan cabe rawit, seiring belum banyaknya angka produksi panen di sentrasentra cabe Jawa Timur. Di sisi lain, sub kelompok padipadian yang pada triwulan sebelumnya menyumbang inflasi cukup tinggi, pada triwulan ini menunjukkan laju inflasi yang relatif rendah, sehingga mampu menahan tekanan inflasi kelompok bahan makanan ke level yang lebih tinggi. Ratarata harga beras di pasar tradisional maupun modern berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dilakukan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

40 BAB PERKEMBANGAN NFLAS oleh Bank ndonesia di wilayah Jawa Timur menunjukkan kenaikan harga yang relatif minim. Kebijakan impor beras yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk kebutuhan penyaluran raskin di ndonesia diperkirakan menjadi salah satu faktor terbatasnya tekanan kenaikan harga komoditas ini, mengingat dorongan permintaan dari luar provinsi Jatim sedikit banyak telah dicukupi oleh beras impor tersebut. Grafik 2.12 Pergerakan Harga Beras di Surabaya Grafik 2.13 Pergerakan Harga Beras nternasional USD/ Metrik Ton Harga Beras Domestik Harga Beras nternasional Rp/Kg May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des 2009 Sumber: Survei Pemantauan Harga, KB Surabaya Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber: Bloomberg 2009 Sebagaimana diketahui, pemerintah pusat mengambil kebijakan impor beras dari Vietnam, ndia dan Thailand dalam periode Agustus 2011 s/d Februari 2012 dengan kuota impor sebesar 1,9 juta ton, dimana 1,4 juta diantaranya sudah menjadi kontrak dan hingga akhir Desember telah terealisasi sebesar 68% atau sebesar ± 956 ribu ton. Dalam lingkup regional, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga telah melakukan kebijakan stabilisasi harga seperti operasi pasar beras yang bekerja sama dengan Bulog Divre Jawa Timur guna mengarahkan ekspektasi pembentukan harga beras di level pedagang, serta penyaluran beras raskin secara tepat waktu dan jumlahnya, sehingga mampu meredam gejolak harga beras secara berlebihan di pasaran. Rp/ Kg 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Grafik 2.14 Perkembangan Harga Bumbubumbuan Cabe Merah Bawang Merah Cabe Rawit Bawang Putih May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep ,000 13,000 11,000 9,000 7,000 5,000 3,000 Rp/ Kg Grafik 2.15 Pergerakan Harga Sayursayuran Kangkung Bayam Sawi Hijau Tomat Sayur Kentang May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des 2009 Sumber: Survei Pemantauan Harga, KB Surabaya Sumber: Survei Pemantauan Harga, KB Surabaya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

41 BAB PERKEMBANGAN NFLAS Grafik 2.16 nflasi Kelompok Sandang (qtq) Di sisi lain, kelompok Sandang Sandang Lakilaki Sandang Wanita Sandang Anakanak Barang Pribadi dan Sandang Lain Tw 2011 Tw 2011 Tw 2011 Tw V2011 menjadi penahan laju inflasi pada triwulan laporan dengan mencatat deflasi sebesar 0,21% (qtq). Penurunan ini terutama disebabkan oleh deflasi pada sub kelompok Barang pribadi dan sandang lain khususnya komoditas emas perhiasan didorong oleh koreksi harga emas perhiasan di akhir tahun. Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur 2.3 NFLAS TAHUNAN (yoy) nflasi Jawa Timur sampai dengan akhir tahun 2011 masih dalam tren perlambatan. Laju inflasi Jatim pada Tw V2011 sebesar 4,29% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,87%), serta jauh lebih rendah dibandingkan laju inflasi di tahun 2010 yang mencapai 7,10%. Pencapaian inflasi Jatim yang cukup rendah dan berada pada kisaran inflasi nasional 5%±1% cukup menggembirakan, khususnya seiring dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi Jatim yang cukup tinggi di tahun 2011 (7,22%) sehingga akselerasi pertumbuhan ekonomi juga masih diiringi oleh inflasi yang terkendali. Faktor utama penyebab perlambatan laju inflasi di tahun 2011 adalah penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan dari 16,39% (yoy) menjadi 4,26% (yoy), sedangkan keenam kelompok barang lainnya cenderung menunjukkan pergerakan inflasi yang tidak signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 2.4 nflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang KELOMPOK Sumber: BPS, data diolah NFLAS YOY SUMBANGAN NFLAS YOY Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw V Tw Tw Tw Tw V UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JAD, MNUMAN, ROKOK PERUMAHAN,AR,LSTRK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDDKAN, REKREAS DAN OLAH R TRANSPOR,KOMUNKAS DAN JASA Sebagaimana kondisi triwulan sebelumnya, inflasi tertinggi masih terjadi pada kelompok sandang (8,93%), diikuti oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (6,29%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (5,00%) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

42 BAB PERKEMBANGAN NFLAS dan kelompok bahan makanan (4,26%). Kelompok lainnya yang mencatat inflasi cukup rendah adalah kelompok kesehatan (3,93%), kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar (3,04%) dan kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan (1,27%). Sementara itu jika dilihat dari besaran sumbangannya terhadap inflasi di tahun 2011, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan sumbangan inflasi tertinggi (1,02%) disusul oleh kelompok bahan makanan dengan sumbangan inflasi sebesar 0,96%. Grafik 2.17 Perbandingan nflasi Tahunan (yoy) Per Kelompok Barang TRANSPORTAS PENDDKAN KESEHATAN Sumber : BPS, (data diolah) BAHAN MAKANAN SANDANG MAKANAN JAD PERUMAHAN nflasi (yoy) Tahun 2011 nflasi (yoy) Tahun Grafik 2.18 nflasi (yoy) Tertinggi Kelompok Barang Grafik 2.20 Pergerakan 2009 nflasi Tiga 2010 komoditas 2011 penyumbang inflasi (yoy) tertinggi di Jatim nflasi yoy (%) BAHAN MAKANAN Sumber : BPS, (data diolah) MAKANAN JAD, MNUMAN, ROKOK & TEMBAKAU Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Selama triwulan laporan, perkembangan dua kelompok barang utama penyumbang inflasi di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang searah, yaitu dengan tren yang menurun. Jika dibandingkan dengan kondisi di tahun 2010, penurunan inflasi yang cukup signifikan disumbang oleh kelompok bahan makanan (grafik 2.17), dimana inflasi kelompok ini turun dari 16,39% menjadi 4,26% (yoy). Grafik 2.19 nflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu bumbuan Buah buahan Sumber : BPS, (data diolah) Padipadian Kacang kacangan Daging & hasilnya Sayursayuran kan Segar kan Diawetkan Telur, Susu inflasi (yoy) 2010 inflasi (yoy) 2011 Kelompok bahan makanan yang sejak tahun 2010 selalu mencatat inflasi tertinggi, saat ini menunjukkan tren perlambatan dan berada dibawah tingkat inflasi kedua kelompok komoditas utama lainnya. Sebagaimana yang disampaikan pada ulasan inflasi triwulanan, penurunan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipicu oleh penurunan harga komoditas pada sub kelompok bumbubumbuan (cabe merah, cabe rawit, bawang merah, bawang putih). Penurunan harga cabe merah dan cabe rawit didorong oleh Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

43 BAB PERKEMBANGAN NFLAS kecukupan pasokan di pasaran yang didukung oleh peningkatan produktivitas serta kenaikan luas tanam cabe di sentrasentra cabe di Jawa Timur. Sementara itu, penurunan harga bawang merah dan bawang putih disebabkan oleh melimpahnya pasokan, baik yang bersumber dari produksi lokal maupun yang berasal dari impor dari China, ndia, dan Banglades. Grafik 2.21 nflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau Tembakau dan Minuman Beralkohol Seiring dengan perlambatan inflasi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau yang sebagian besar komoditasnya terkait dengan fluktuasi inflasi kelompok bahan makanan juga menunjukkan perlambatan, meski dengan kisaran yang terbatas. Perlambatan ini terutama disumbang oleh penurunan inflasi sub kelompok minuman yang tidak beralkohol dari 4,70% (yoy) menjadi deflasi 0,12%. Deflasi tersebut terkait dengan koreksi harga komoditas gula pasir sebesar 5,53% (yoy) di sepanjang tahun Di sisi lain, inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol meningkat, sebagai konskuensi atas kebijakan kenaikan harga pita cukai rokok yang ditetapkan pada awal tahun 2011 yang lalu. Secara umum, fluktuasi harga komoditas dalam kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau juga dipengaruhi oleh harga komoditas internasional yang saat ini dalam tren melambat. Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol nflasi (yoy) Tahun 2010 nflasi (yoy) Tahun 2011 Grafik 2.21 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia Grafik 2.22 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia USD /Bushel Harga Kedelai nternasional Tw 2011 Tw V2011 USD/Bushel Tw 2011 Harga Gandum nternasional Tw V2011 Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

44 BAB PERKEMBANGAN NFLAS Grafik 2.23 Perkembangan Harga Jagung di Pasar Dunia Grafik 2.24 Perkembangan Harga Beras nternasional USD/Bushel Harga Jagung nternasional Tw 2011 Tw V2011 USD/MT White Rice 5% Thailand Tw 2011 Tw V2011 Sumber: Bloomberg Grafik 2.26 Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia Grafik 2.25 Perkembangan Harga Minyak Kelapa Sawit Harga Minyak Mentah Tw 2011 Tw V2011 Axis Title Minyak Kelapa Sawit Tw 2011 Tw V2011 Sumber: Bloomberg 2.4 NFLAS MENURUT KOTA Pada triwulan V2011, 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi nasional menunjukkan perlambatan laju inflasi. Secara triwulanan, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Sumenep dengan inflasi sebesar 1,57% (qtq) sedangkan terendah terjadi di Probolinggo (0,61%). Tabel 2.6 nflasi 7 Kota di Jawa Timur nflasi Triwulanan (qtq) nflasi Tahunan (yoy) WLAYAH Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw V Tw Tw Tw Tw V Jawa Timur Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Sumber : BPS, data diolah. Secara keseluruhan tahun 2011, ketujuh kota tersebut juga menunjukkan penurunan laju inflasi dengan besaran yang lebih rendah dibandingkan tahun Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

45 BAB PERKEMBANGAN NFLAS nflasi tahunan (yoy) tertinggi di tahun 2011 terjadi di kota Surabaya (4,73%) dan inflasi terendah terjadi di Jember (2,42%). % (Yoy) Grafik 2.27 Perbandingan nflasi Year on Year (yoy) 7 Kota di Jawa Timur Sumber: BPS, Data diolah. Salah satu faktor yang mendorong tingginya inflasi di kota Surabaya dibandingkan kotakota lainnya diperkirakan terkait dengan besarnya tekanan permintaan masyarakat. Sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur yang juga menjadi pintu masuk perdagangan wilayah ndonesia Timur, menyebabkan pergerakan harga di kota ini sangat sensitif terhadap tekanan permintaan. Di sisi lain, meski telah ditunjang dengan kondisi infrastruktur yang cukup baik, karakter kota Surabaya yang bukan merupakan wilayah produsen komoditas bahan makanan/pertanian menjadi sangat tergantung dengan ketersediaan stok bahan makanan dari wilayah penghasil di sekelilingnya. Di sisi lain, rendahnya inflasi di kota Jember dibandingkan kotakota lainnya di Jatim terutama disebabkan deflasi pada kelompok bahan makanan, disaat kotakota lainnya mengalami inflasi yang tinggi untuk kelompok ini. Keberadaan Jember sebagai wilayah produsen komoditas pertanian dan perkebunan, serta upaya pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga diyakini sebagai faktor penahan tekanan inflasi di wilayah Jawa Timur. Jember, 2.42 Sumber : BPS, data diolah. Sumenep, 4.19 Probolinggo, 3.78 Madiun, 3.49 Kediri, 3.64 Surabaya, 4.73 Jatim, 4.29 Malang, Tabel 2.7 nflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Tahun 2011 (% YOY) KELOMPOK BARANG JATM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JAD, MNUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AR,LSTRK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDDKAN, REKREAS DAN OLAH R Sumber : BPS, data diolah. TRANSPOR,KOMUNKAS DAN JASA K Berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di ketujuh kota cenderung beragam (tabel 2.8). Kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi tertinggi di kota Surabaya, Malang, Sumenep dan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

46 BAB PERKEMBANGAN NFLAS Probolinggo. Sedangkan inflasi di kota Kediri dan Jember terutama disumbang oleh kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau. Tabel 2.8 Sumbangan nflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Tahun 2011 (% YOY) KELOMPOK BARANG JATM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JAD, MNUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AR,LSTRK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDDKAN, REKREAS DAN OLAH R TRANSPOR,KOMUNKAS DAN JASA K DSAGREGAS NFLAS % (yoy) Grafik 2.29 Laju nflasi Jatim per Komponen (yoy) Sumber : BPS, data diolah. umum Volatile food Adm Price Core nflation Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des 2009 Berdasarkan disagregasinya, penurunan laju inflasi di tahun 2011 terutama terkait dengan faktor non fundamental yang berasal dari koreksi harga pada kelompok volatile food serta berkurangnya tekanan dari kelompok administered price seiring dengan tidak banyaknya kebijakan strategis pengaturan harga oleh pemerintah pusat maupun daerah. Selanjutnya, sebagaimana karakteristiknya yang cenderung persisten, tekanan inflasi dari kelompok inti relatif stabil di kisaran 4,5%. Secara tahunan, penurunan inflasi volatile food (VF) masih berlangsung meski dengan besaran yang tidak sedalam penurunan inflasi di awal tahun. Sampai dengan akhir tahun 2011, inflasi VF tercatat sebesar 5,84% atau turun signifikan dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 18,81% (yoy). Sebagaimana yang telah dibahas pada bahasan inflasi tahunan pada kelompok bahan makanan, penurunan inflasi VF terutama dipicu oleh koreksi harga pada sub kelompok bumbubumbuan yang mencatat deflasi sebesar 32,60% (yoy). Sementara itu inflasi dari kelompok administered price selama Tw V2011 cenderung stabil, hal ini disebabkan oleh minimnya kebijakan harga yang ditentukan oleh pemerintah selama periode laporan. Sepanjang tahun 2011, inflasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

47 BAB PERKEMBANGAN NFLAS kelompok administered price tercatat sebesar 3,56% (yoy) atau turun dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 6%. nflasi kelompok ini pada tahun 2011 lebih banyak diwarnai oleh kenaikan harga berbagai jenis rokok sebagai dampak dari kebijakan kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun Komoditas lain yang memberikan sumbangan inflasi pada kelompok ini adalah kenaikan tarif kereta api, khususnya pada periode liburan dan hari besar keagamaan mengingat tingginya permintaan penggunaan angkutan ini. Grafik 2.30 Perkembangan nflasi Volatile Food Grafik 2.31 Perkembangan nflasi Adm. Price % (mtm) Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec Jan Volatile Food (mtm) LHS Volatile Food (yoy) RHS Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des % (yoy) % (mtm) Administered Price (mtm) LHS Administered Price (yoy) RHS Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov %(yoy) Des Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah. Menutup akhir tahun 2011, tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar 4,72% (yoy), atau meningkat dibanding akhir tahun 2010 yang tercatat sebesar 4,18%. Secara umum tekanan inflasi inti di tahun 2011 berasal dari faktor eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal terutama dipengaruhi oleh perkembangan harga komoditas internasional yang dipicu oleh ekspektasi pelaku ekonomi atas ketidakpastian kondisi ekonomi Amerika dan Eropa, serta depresiasi nilai tukar rupiah yang berasal dari fluktuasi capital outflow sebagai respon investor asing atas penurunan suku bunga acuan B rate pada bulan November 2011 dari 6,5% menjadi 6%. Sementara itu kondisi output gap yang menunjukkan kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran pada periode laporan diestimasikan berada pada kondisi yang cukup baik. Tekanan kenaikan permintaan pada periode Natal dan tahun baru diyakini masih mampu direspon oleh sisi penawaran/sektor produksi, sehingga tidak banyak memberikan dorongan kenaikan harga. Hal ini dikonfirmasi oleh tingkat kapasitas utilisasi dunia usaha berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jatim pada Tw V2011 yang meningkat dari 74,47% menjadi 78,14% dari kapasitas terpasangnya. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

48 BAB PERKEMBANGAN NFLAS Grafik 2.35 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.36 Perkembangan Capacity Utilization Rp/1 USD % Kurs Rupiah/USD Kapasitas Utilisasi V V V V V V V V V Sumber: Kurs Tengah Bank ndonesia Sumber Survei Kegiatan Dunia Usaha Tabel 2.9 Perkembangan Capacity Utilization ndustri pengolahan No SEKTOR Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V REALSAS 1 PERTANAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHU A. Tanaman Pangan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan dan Hasil hasilnya D. Kehutanan E. Perikanan PERTAMBANGAN A. Minyak dan gas bumi B. Pertambangan tanpa migas C. Penggalian NDUSTR PENGOLAHAN A. ndustri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau Tekstil, barang kulit dan alas kaki Barang kayu dan hasil hutan lainnya Kertas dan barang cetakan Kimia dan barang dari karet Semen dan barang galian bukan logam Logam dasar, besi dan baja Alat angkutan, mesin dan peralatannya Barang Lainnya B. ndustri Migas 4 LSTRK, GAS DAN AR BERSH A. Listrik B. Gas C. Air bersih TOTAL SELURUH SEKTOR Sumber: Survei Kegiatan Dunia usaha, KB Surabaya % (qtq) Grafik 2.32 Perbandingan Komponen nflasi nti Sumber : BPS, data diolah. nflasi nti Traded nflasi nti Non Traded Tw 2011 Tw 2011 Tw V2011 Dengan menggunakan pendekatan komoditas, perhitungan inflasi inti pada triwulan V2011 sebesar 0,58% (qtq) atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,23% (qtq). Berdasarkan komponen pembentuknya, penurunan inflasi inti terutama disebabkan oleh penurunan inflasi pada kelompok inflasi inti tradeable (barang) maupun non tradeable (jasa). Penurunan inflasi inti dari kelompok non tradeable terkait dengan base effect pasca tingginya inflasi seasonal dari kenaikan biaya sekolah dan akademi di Tw Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

49 BAB PERKEMBANGAN NFLAS nflasi inti non tradeable pada Tw V2011 disumbang oleh kenaikan tarif angkutan udara, khususnya pada periode liburan Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, inflasi inti pada kelompok tradeable terutama disumbang oleh koreksi harga komoditas emas perhiasan yang selama periode laporan turun sebesar 1,23% (qtq). Grafik 2.33 Perkembangan nflasi nti Tradeable & Non Tradeable Grafik 2.34 Perekembangan nflasi nti Exclude Gold Price Core nflation (mtm) nti Tradeable nti Non Tradeable Core nflation (mtm) Core nf. Exclude Gold (0.50) (0.20) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

50 Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SSTEM PEMBAYARAN

51 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN Pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur yang terus meningkat ditopang oleh cukup stabilnya perkembangan kinerja perbankan. Total Aset Bank Umum dan BPR di Jawa Timur tumbuh sebesar 17,33% (yoy) atau 3,90% (qtq) dari sebesar Rp288,37 Triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp 299,63 Triliun pada Triwulan V Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 16,41% (yoy) atau 6,96% (qtq) dari sebesar Rp 238,09 Triliun menjadi Rp 254,65 Triliun pada periode laporan. Peningkatan aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur tersebut diiringi dengan peningkatan penyaluran kredit yang tercermin pada pertumbuhan kredit dari sebesar Rp 185,24 Triliun pada Triwulan menjadi sebesar Rp 195,42 Triliun pada Triwulan V 2011, atau meningkat 22,04 % (yoy) dan 5,5 % (qtq). Tabel 3.1 Perkembangan ndikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur NDKATOR BANK UMUM DAN BPR TW *) TW *) TW *) TW V *) TW *) TW *) Tw *) Tw V Total Aset (Triliun Rupiah) 226,31 225,99 238,78 255,37 262,29 276,41 288,37 299,63 Pertumbuhan (yoy %) 15,90 22,31 20,77 17,33 Pertumbuhan (qtq %) (0,14) 5,66 6,95 2,71 5,38 4,33 3,90 Dana Pihak Ketiga (Triliun Rupiah) 196,02 202,75 205,94 218,75 220,59 230,64 238,09 254,65 Pertumbuhan (yoy %) 12,54 13,75 15,61 16,41 Pertumbuhan (qtq) 3,43 1,57 6,22 0,85 4,55 3,23 6,96 Kredit (Triliun Rupiah) 136,24 148,46 153,71 160,12 166,21 177,21 185,24 195,42 Pertumbuhan (yoy %) 21,99 19,36 20,51 22,04 Pertumbuhan (qtq) 8,97 3,54 4,17 3,80 6,62 4,53 5,50 LDR (%) 69,50 73,22 74,64 73,20 75,35 76,83 77,80 76,74 NPL (%) 3,05 2,90 3,06 2,97 3,24 3,56 3,55 3,35 *) angka diperbaiki Sumber: Laporan Bank Umum B Surabaya, data diolah Pertumbuhan penyaluran kredit Bank Umum dan BPR di Jawa Timur meningkat dari sebesar 20,51% (yoy) dan 4,53% (qtq) pada Triwulan menjadi sebesar 22,04% (yoy) dan 5,50% (qtq) pada Triwulan V Peningkatan tersebut mengkonfirmasi akselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada Triwulan V 2011 di level 7%. Peningkatan pertumbuhan kredit juga diimbangi dengan penurunan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPL) dari 3,55% pada Triwulan sebelumnya menjadi 3,35% pada Triwulan V Tahun KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

52 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN 3.1. PERKEMBANGAN KNERJA BANK UMUM Secara umum, kinerja Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan V Tahun 2011 menunjukkan perkembangan positif dan mencerminkan pelaksanaan fungsi intermediasi yang berjalan dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timur tercermin dari pertumbuhan triwulanan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit yang mencatat pertumbuhan cukup tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, pertumbuhan aset Bank Umum menunjukkan tren perlambatan walaupun secara nominal masih mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Secara tahunan, ketiga indikator utama Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan V Tahun 2011 secara umum tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun Sumber: Bank ndonesia, data cognos diolah Tabel 3.2 Perkembangan ndikator Bank Umum di Jawa Timur NDKATOR BANK UMUM TW TW V TW TW Tw Tw V Total Aset (Juta Rupiah) , , , , , ,11 Pertumbuhan (yoy %) 8,40 11,57 15,86 22,42 20,87 17,30 Pertumbuhan (qtq %) 5,68 7,00 2,72 5,39 4,34 3,84 Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) , , , , , ,61 Pertumbuhan (yoy %) 8,87 10,84 12,48 13,73 15,63 16,43 Pertumbuhan (qtq) 1,54 6,25 0,83 4,56 3,23 6,98 Kredit (Juta Rupiah) , , , , , ,86 Pertumbuhan (yoy %) 21,65 20,91 22,23 19,50 20,65 22,18 Pertumbuhan (qtq) 3,54 4,31 3,81 6,59 4,53 5,63 LDR (%) 73,81% 72,47% 74,61% 76,06% 77,02% 76,04% NPL (%) 3,03 2,94 3,37 3,55 3,47 2,90 80,00% Grafik 3.1 Perkembangan LDR LDR (%) Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 120,00% Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing LDR Bank Umum 100,00% 70,00% 80,00% Rp Juta Rp Juta 60,00% 60,00% 40,00% 20,00% 50,00% Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V 0,00% Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber: Bank ndonesia, data diolah Sumber: Bank ndonesia, data diolah KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

53 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 22,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK yang tercatat sebesar 16,43% (yoy). Hal tersebut menjadi faktor pendorong peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR), dari sebesar 72,47% (yoy) pada Triwulan V 2010 menjadi sebesar 76,04% (yoy) pada Triwulan V Berdasarkan kelompok bank, penyaluran kredit tertinggi didominasi oleh kelompok Bank Pemerintah dengan rasio LDR sebesar 95,92%, diikuti oleh kelompok Bank Asing sebesar 77,34% dan Bank Swasta sebesar 60,01%. Grafik 3.3 Pertumbuhan ndikator Utama Perbankan (yoy) Grafik 3.4 Pertumbuhan ndikator Utama Perbankan (qtq) Aset Kredit DPK Aset Kredit DPK 30,00 10,00 25,00 8,00 % 20,00 15,00 10,00 5,00 % 6,00 4,00 2,00 Jan Feb Tw Apr Mei Tw Jul Aug Tw Okt Nop Tw V 0,00 Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber: Bank ndonesia, data cognos diolah Sumber: Bank ndonesia, data cognos diolah ASET DAN AKTVA PRODUKTF Kinerja total aset Bank Umum pada Triwulan V 2011 secara umum menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat total Aset Bank Umum meningkat dari sebesar Rp 249,63 triliun (Tw V2010) menjadi Rp 292,82 triliun pada Triwulan V tahun Ditinjau dari sisi prosentase pertumbuhan, total aset Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan V 2011 menunjukkan tren perlambatan apabila dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya. Tercatat total aset Bank Umum tumbuh sebesar 17,30% (yoy) dan 3,84% (qtq), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Triwulan 2011 sebesar 20,87% (yoy) dan 4,34% (qtq). Secara umum, melambatnya pertumbuhan total aset yang terjadi disebabkan oleh relatif tertahannya pertumbuhan nilai aktiva produktif dari 4,45% (qtq) pada KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

54 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Triwulan 2011 menjadi 4,54% (yoy) pada Triwulan V Perlambatan tersebut utamanya didorong oleh perlambatan pertumbuhan Penempatan pada B sebesar 25,02% (qtq) dan Penempatan pada Bank Lain sebesar 11,79% (qtq) yang diyakini beralih ke peningkatan penyaluran kredit karena peningkatan belanja masyarakat menjelang natal dan tahun baru Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum Grafik 3.6 ProporsiAktivaProduktif Nominal Juta Rupiah (Skala Kiri) Growth % yoy (Skala Kanan) Penempatan pada B Penempatan pada bank lain 300,000, Surat Berharga Kredit 290,000,000 1% 2%1% 280,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, % 220,000,000 Jan Feb Tw Apr Mei Tw Jul Aug Tw Okt Nop Tw V 2011 Sumber: Bank ndonesia, data cognos diolah Sumber: Bank ndonesia, data cognos diolah Berdasarkan komponen pembentuknya, aktiva produktif Bank Umum di Jawa Timur masih didominasi oleh penyaluran kredit kepada masyarakat yaitu sebesar 96,17%, diikuti oleh Penempatan pada Bank lain sebesar 1,78%, Penempatan pada Bank ndonesia sebesar 1,5%, dan terkecil aktiva produktif lainnya yang berbentuk surat berharga dengan proporsi sebesar 0,56% DANA PHAK KETGA (DPK) Kinerja pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan V 2011 menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Sepanjang periode laporan, DPK tumbuh sebesar 6,98% (qtq) dan 16,43% (yoy) menjadi Rp 250,61 triliun. Berdasarkan jenisnya, meningkatnya pertumbuhan DPK tersebut terutama didorong oleh tabungan dengan pertumbuhan sebesar 12,2% (qtq), lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan 2011 yang tercatat sebesar 6,07% (qtq). Berdasarkan jenis simpanannya pertumbuhan tertinggi dalam bentuk tabungan yang tumbuh dari 6,07% (qtq Tw 2011) menjadi 12,12% (qtq Tw V 2011). Selanjutnya dalam bentuk KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

55 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN deposito yang tumbuh sebesar 4,08% (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 1,66% (qtq). Sementara giro mencatat pertumbuhan terendah sebesar 1,32% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan Triwulan 2011 yang tercatat sebesar 0,36% (qtq). DPK yang dihimpun Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan V 2011 sebagian besar adalah dalam bentuk tabungan yaitu dengan proporsi 44,06%, deposito 39,58%, dan giro dengan proporsi terkecil sebesar 16,36%. Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) Giro Deposito Tabungan Giro Deposito Tabungan Axis Title 5.00 Axis Title Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Jan Feb Tw Apr Mei Tw Jul Aug Tw Okt Nop Tw V (5.00) 2011 Sumber: Bank ndonesia, data diolah Sumber: Bank ndonesia, data diolah Grafik 3.9 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp.Juta) Grafik 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%) 120,000,000 Giro Deposito Tabungan Giro Deposito Tabungan Rp Juta 100,000,000 80,000,000 60,000,000 44% 16% 40,000,000 20,000,000 40% Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber: Bank ndonesia, data diolah Sumber: Bank ndonesia, data diolah KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

56 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Grafik 3.11 Perbandingkan Suku Bunga Simpanan B Rate Tabungan Deposito B Rate (%) Tw 1 Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber: Bank ndonesia, data diolah Beberapa hal yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam penempatan dana di bank adalah tingkat suku bunga simpanan bank. Bank yang dapat memberikan tingkat suku bunga simpanan kompetitif akan lebih menarik mengingat cukup banyaknya pilihan instrumen simpanan sekaligus investasi di luar perbankan yang menawarkan tingkat pengembalian (return) yang tinggi KREDT Penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan V Tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp 10,15 Triliun atau tumbuh 22,18% (yoy) dan 5,63% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dengan angka pertumbuhan tersebut, maka outstanding/ baki debet kredit yang disalurkan oleh bank umum Jatim kepada masyarakat dan dunia usaha sampai dengan akhir periode laporan mencapai Rp 190,57 Triliun. Kondisi perekonomian Jawa timur yang cukup stabil dan kondusif menjadi salah satu pendorong peningkatan permintaan kredit. Grafik 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy) Grafik 3.13 PertumbuhanKredit(qtq) Kredit Juta Rupiah (Skala Kiri) Growth % yoy (Skala Kanan) Kredit Juta Rupiah (Skala Kiri) Growth % qtq (Skala Kanan) 250,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Jan Feb Tw Apr Mei Tw Jul Aug Tw Okt Nop Tw V Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber: Bank ndonesia, data diolah Sumber: Bank ndonesia, data diolah KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

57 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Berdasarkan jenisnya, kredit di Jatim pada Triwulan V 2011 masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dengan jumlah mencapai Rp 113,54 triliun atau sebesar 59,58% dari keseluruhan total kredit, disusul kemudian oleh kredit konsumsi sebesar Rp 52,14 Triliun dengan proporsi 27,36% serta kredit investasi sebesar Rp 24,89 Triliun dengan proporsi 13,06%. Pertumbuhan kredit paling tinggi pada periode ini masih terjadi pada kredit investasi dengan pertumbuhan sebesar 28,76% (yoy) disusul kredit modal kerja sebesar 19,49%, sedangkan kredit konsumsi terjadi perlambatan pertumbuhan namun masih relatif stabil di level 25,27% (yoy). Cukup besarnya alokasi penyaluran kredit untuk kegiatan produktif dapat dijadikan indikator bahwa perbankan di Jawa Timur turut berperan aktif dalam melaksanakan fungsi intermediasinya guna mendorong kemajuan aktivitas dunia usaha. Grafik 3.14 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Modal Kerja nvestasi Konsumsi Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing 27% 5% 13% 60% 42% 53% Grafik 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq) Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy) Modal Kerja nvestasi Konsumsi Sumber: Bank ndonesia, data cognos diolah %yoy Sumber: Bank ndonesia, data cognos diolah Jan Feb Tw Apr Mei Tw Jul Aug Tw Okt Nop Tw V 2011 KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

58 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Grafik 3.18 Proporsi Kredit Sektoral NDUSTR PENGOLAHAN PENERMA KREDT BUKAN LAPANGAN USAHA 0% 0% 0% 0% 1% 0% 2% 1% 1% 0% 1% 0% 0% PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN KEGATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN KONSTRUKS 4% 3% 3% 27% TRANSPORTAS, PERGUDANGAN DAN KOMUNKAS PERTANAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 5% JASA KEMASYARAKATAN, SOSAL BUDAYA, HBURAN DAN PERORANGAN LANNYA PENYEDAAN AKOMODAS DAN PENYEDAAN MAKAN MNUM PERANTARA KEUANGAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALAN 23% JASA KESEHATAN DAN KEGATAN SOSAL 27% LSTRK, GAS DAN AR JASA PENDDKAN PERKANAN BADAN NTERNASONAL DAN BADAN EKSTRA NTERNASONAL LANNYA ADMNSTRAS PEMERNTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMNAN SOSAL WAJB JASA PERORANGAN YANG MELAYAN RUMAH TANGGA Lainlain Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar disalurkan kepada sektorsektor yang mendominasi struktur perekonomian di Jatim, seperti sektor ndustri Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masingmasing sebesar 27,38% dan 23,12%. Sementara itu apabila dilihat dari angka pertumbuhannya, peningkatan penyaluran kredit tertinggi adalah pada sektor jasa perorangan yang melayani rumah tangga, penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum serta perantara keuangan, dengan pertumbuhan masingmasing sebesar 85,41%, 69,26% dan 61,69% (yoy). Grafik 3.19 Perkembangan Kredit Sektoral (yoy) Grafik 3.20 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & B rate 100 Kredit (Juta Rupiah) Growth (%yoy) nvestasi Konsumsi Modal kerja B Rate (%) Tw 1 Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber: Bank ndonesia, data diolah Sumber: Bank ndonesia, data diolah KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

59 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Penyaluran kredit perbankan kepada Kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diperlukan untuk meningkatkan kemampuan ekspansi sektor usaha mikro kecil menengah yang pada akhirnya diharapkan dapat mendorong perekonomian Jawa Timur dan mendukung terciptanya perluasan lapangan kerja. Terkait dengan hal tersebut di atas, Bank ndonesia bersama Pemerintah Daerah terus berupaya untuk memfasilitasi serta menyusun kebijakankebijakan yang diharapkan dapat mendorong peningkatan penyaluran kredit UMKM. Salah satu bentuk kerjasama tersebut adalah telah ditandatanganinya Program Kerjasama Sertifikasi Tanah antara Bank ndonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Selain itu, Bank ndonesia juga berupaya dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) dalam memberikan pendampingan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang feasible untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan. Upaya lain yang dilakukan oleh Bank ndonesia Surabaya dalam mendorong perkembangan UMKM adalah melalui pengembangan beberapa klaster komoditas potensial melalui pola kemitraan, serta kegiatan Bantuan Teknis kepada UMKM. Grafik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.22 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 300,000, ,000,000 Kredit Juta Rupiah (Skala Kiri) Kredit UMKM (Juta Rupiah) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing 2% 200,000,000 40% 150,000, ,000,000 58% 50,000,000 Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia Sampai dengan akhir periode laporan, penyaluran total kredit UMKM yang mengacu definisi UMKM berdasarkan UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM di Jawa Timur mencapai Rp 64,37 triliun atau tumbuh sebesar 11,94% (yoy) dan 3,46% (qtq) KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

60 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN dibandingkan periode sebelumnya. Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh Bank Umum di Jawa Timur didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 58,22% dengan jumlah mencapai Rp 37,48 Triliun, disusul kemudian oleh Bank Swasta dan Bank Asing dengan besar masingmasing Rp 25,95 Triliun (40,3%) dan Rp 2,69 Triliun (1,48%) Keterangan Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Kredit U M K M (Rp Triliun) 58,64 57,51 59,20 61,35 62,22 64,37 a. Bank Pemerintah 34,38 33,34 35,20 36,30 36,95 37,48 b. Bank Swasta 21,77 22,68 22,57 23,52 24,16 25,95 c. Bank Asing 2,50 1,48 1,42 1,53 1,11 0,95 Sumber: Bank ndonesia, data diolah Tabel 3.2 Penyaluran Kredit UMKM Jawa Timur KREDT USAHA RAKYAT (KUR) Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit / pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKMK) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah dengan sumber dana penuh dari Bank, yang bertujuan untuk memberikan akses pembiayaan bagi UMKM, khususnya usaha mikro yang feasible namun belum bankable. Sebesar 70% dari KUR yang disalurkan dijamin oleh Pemerintah, sementara sisanya ditanggung oleh Bank Pelaksana. KUR disalurkan oleh 7 Bank Umum di Jawa Timur, yaitu BR, BN, Mandiri, Mandiri Syariah, BTN, Bukopin, dan Bank Jatim. Hingga akhir periode laporan, perkembangan penyaluran KUR di Jawa Timur terus menunjukkan perkembangan yang cukup baik dan mengindikasikan antusiasme perbankan serta dunia usaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian R, realisasi penyaluran KUR hingga Tw V2011 mencapai Rp 9,84 triliun dengan jumlah debitur sebanyak nasabah atau tumbuh sebesar 100,39% (yoy) dan 12,3% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi ini masih memposisikan provinsi Jawa Timur pada urutan pertama daerah penyalur KUR dengan plafon tertinggi secara nasional, disusul oleh Jawa Tengah dan KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

61 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Jawa Barat dengan plafon masingmasing sebesar Rp 9,28 triliun dan Rp 8,35 triliun. Sampai dengan akhir periode laporan tercatat outstanding / baki debet KUR di Jatim sebesar Rp 4,79 triliun, meningkat sebesar 109,2% (yoy) dan 5,22% (qtq) dibandingkan dengan Triwulan 2011 yang tercatat sebesar Rp 4,55 triliun. Grafik BesarProvinsiPenyalur KUR Grafik 3.24 PerkembanganPenyaluran KUR di Jatim JAWA TMUR JAWA TENGAH JAWA BARAT SULAWES SELATAN SUMATERA UTARA Jumlah Debitur (skala kanan) Plafon KUR (Juta Rupiah) Outstanding (Juta Rupiah) , % 10% 29% , , % , , % , ,00 0 Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber: KementrianKoordinator Perekonomian Sumber: KementrianKoordinatorPerekonomian 3.2. STABLTAS SSTEM PERBANKAN Stabilitas industri perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi perbankan selama Triwulan V2011 secara umum menunjukkan penguatan, khususnya yang berasal dari pengelolaan risiko likuditas menunjukkan kondisi yang cukup baik dan terjaga. Potensi tekanan risiko kredit yang tercermin dari besarnya Non Performing Loans (NPL) Bank Umum menunjukkan perbaikan dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari sebesar 3,47% pada Triwulan Tahun 2011 menjadi sebesar 2,90% di Triwulan V Tahun Penurunan NPL tersebut mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur. Di sisi lain, peningkatan jumlah penyaluran kredit baru mendorong penurunan angka rasio NPL. Risiko lain yang patut diwaspadai adalah risiko operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Hal tersebut perlu menjadi perhatian KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

62 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Bank ndonesia maupun Bank Umum dengan cara mengoptimalkan fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan. Bank ndonesia berupaya untuk terus mendorong terciptanya iklim perbankan yang kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun perlindungan konsumen/ nasabah dengan pelaksanaan beberapa program peningkatan perlindungan dan pemberdayaan nasabah yang terdiri atas Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan Edukasi Konsumen RSKO KREDT Tabel 3.3 Perkembangan NPL perkelompok Bank Kelompok Bank Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V NPL Bank Umum (%) 3,02 2,88 3,03 2,94 3,37 3,55 3,47 2,90 a. Bank Pemerintah 2,76 2,67 2,98 3,13 3,79 4,11 4,38 3,71 b. Bank Swasta 2,70 2,55 2,52 2,34 2,55 2,62 2,12 1,70 c. Bank Asing 6,64 6,56 7,11 5,55 5,18 4,88 4,46 4,18 Sumber: Bank ndonesia Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur pada periode laporan menunjukkan perbaikan. NPL bank umum pada akhir triwulan V2011 sebesar 2,90%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,47%. Berdasarkan kelompok bank, prosentase NPL tertinggi masih tercatat pada kelompok bank asing yang mencapai 4,18%. Disusul kemudian oleh kelompok bank pemerintah dan bank swasta dengan rasio NPL masingmasing sebesar 3,71% dan 1,70%. Sementara itu berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 4,12%, disusul oleh kredit investasi sebesar 3,81% dan kredit konsumsi sebesar 1,38%. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

63 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Grafik 3.25 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.26 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan NPL Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing NPL Bank Umum Modal Kerja nvestasi Konsumsi 8,00 4,00 5,00% 4,00 7,00 3,50 4,50% 3,50 6,00 3,00 4,00% 3,50% 3,00 NPL (%) 5,00 4,00 3,00 2,50 2,00 1,50 NPL (%) 3,00% 2,50% 2,00% 2,50 2,00 1,50 2,00 1,00 1,50% 1,00% 1,00 1,00 0,50 0,50% 0,50 0,00 Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V 0,00 0,00% Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V 0,00 Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar yang dilakukan oleh Bank Umum hingga akhir Triwulan V 2011 tertuju pada ndustri Pengolahan, Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha (konsumsi) dan Perdagangan Besar dan Eceran dengan prosentase masingmasing terhadap total kredit sebesar 27,38%, 27,36% dan 23,12%. Grafik Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) NDUSTR PENGOLAHAN PENERMA KREDT BUKAN LAPANGAN USAHA PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN KEGATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN KONSTRUKS TRANSPORTAS, PERGUDANGAN DAN KOMUNKAS PERTANAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN JASA KEMASYARAKATAN, SOSAL BUDAYA, HBURAN DAN PERORANGAN LANNYA PENYEDAAN AKOMODAS DAN PENYEDAAN MAKAN MNUM PERANTARA KEUANGAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALAN 0 Sumber: Bank ndonesia 1 JASA KESEHATAN DAN KEGATAN SOSAL LSTRK, GAS DAN AR JASA PENDDKAN KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

64 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Dari sisi pertumbuhan tahunan, peningkatan penyaluran kredit tertinggi terdapat pada Sektor Perorangan yang Melayani Jasa Rumah Tangga sebesar 85,41% (yoy), Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum sebesar 69,26% (yoy), Perantara Keuangan sebesar 61,69% (yoy). Grafik Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy) 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 JASA PERORANGAN YANG MELAYAN RUMAH TANGGA PENYEDAAN AKOMODAS DAN PENYEDAAN MAKAN MNUM PERANTARA KEUANGAN PERTANAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALAN 30,00 KONSTRUKS 20,00 10,00 0,00 1 TRANSPORTAS, PERGUDANGAN DAN KOMUNKAS PENERMA KREDT BUKAN LAPANGAN USAHA NDUSTR PENGOLAHAN RSKO LKUDTAS Risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur pada triwulan V 2011 secara umum relatif terjaga. Namun demikian, tetap perlu diperhatikan terjadinya peningkatan preferensi penempatan dana masyarakat pada instrumen simpanan jangka pendek perbankan seperti tabungan, dibandingkan dengan deposito yang mempunyai tenor jangka panjang. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk tabungan pada Triwulan V 2011 tercatat meningkat sebesar 21,46% (yoy) atau 12,12% (qtq), sementara Deposito mencatat pertumbuhan sebesar 12,13% (yoy) atau 4,08% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian perbankan di Jawa Timur untuk lebih berhatihati dalam pengelolaan aset serta melakukan mitigasi risiko dengan menerapkan pengendalian risiko likuiditas yang tepat guna mengurangi potensi mismatch likuiditas. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

65 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Grafik 3.27 Money Position Perbankan di Jawa Timur Kas Penempatan pada B Penempatan pada bank lain 21% 26% 53% Pada Triwulan V 2011, Cash Ratio yang mencerminkan kemampuan perbankan Jawa Timur dalam melunasi kewajiban jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimilikinya menunjukkan tren perlambatan. Tercatat Cash Ratio Bank Umum di Jawa Timur berada di kisaran 5,34% pada periode laporan. Begitu pula dengan jumlah Aktiva Sumber: Bank ndonesia Lancar yang secara Triwulanan menunjukkan sedikit penurunan dari Rp14,14 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp 13,76 triliun (2,67%). Komposisi aktiva lancar terbesar berupa kas sebesar Rp 7,27 triliun, disusul dengan penempatan pada bank lain dan Bank ndonesia masing masing sebesar Rp 3,53 triliun dan Rp 2,96 triliun PERBANKAN SYARAH Peningkatan ekspansi usaha perbankan syariah di Provinsi Jawa Timur salah satunya didorong oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang terus menunjukkan perkembangan positif, serta masih terbukanya pasar perbankan syariah di Jawa Timur. Selain itu, peningkatan kinerja Perbankan Syariah di Jawa Timur juga dapat menjadi indikasi terjaganya kepercayaan terhadap Bank Syariah. Grafik 3.28 Perkembangan ndikator Perbankan Syariah (qtq) Grafik 3.29 Perkembangan ndikator Perbankan Syariah (yoy) Aset Pembiayaan DPK Aset Pembiayaan DPK 30,00 120,00 25,00 100,00 % qtq 20,00 15,00 Axis Title 80,00 60,00 40,00 10,00 20,00 5,00 0,00 0,00 Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Jan Feb Tw Apr Mei Tw Juli Agustus Tw Oktober Nopember Tw V Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia 2011 KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

66 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Secara umum, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang terdiri atas Aset, Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan mencatat pertumbuhan. Aset tumbuh sebesar 53,87% (yoy) dan 13,11% (qtq) dari Rp 10,3 Triliun pada Triwulan 2011 menjadi Rp 11,65 Triliun pada Triwulan V Dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur tumbuh 61,78% (yoy) dan 19,32% (qtq), atau meningkat dari sebesar Rp 7,74 Triliun menjadi Rp 9,23 Triliun. Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana masyarakat didorong oleh cukup tingginya pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito yang masing masing secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 47,63%, 53,92%, dan 69,27%. Secara triwulanan, pertumbuhan dari masingmasing Dana Pihak Ketiga Bank Syariah adalah 37,05% (qtq) untuk giro, 20,76% (qtq) untuk tabungan, dan 16,61% (qtq) untuk deposito. Grafik 3.30 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur Grafik 3.31 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) GRO TABUNGAN DEPOSTO 7% 120,00 100,00 80,00 Giro Tabungan Deposito 57% 36% % yoy 60,00 40,00 20,00 0,00 Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia Jan Feb Tw Apr Mei Tw Juli Agustus Tw Oktober Nopember Tw V 2011 Selama Tw V2011 penyaluran pembiayaan tumbuh 9,35% (qtq) atau 72,06% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 8,84 Triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumsi masih mengambil proporsi terbesar dengan prosentase mencapai 45,07% dari total pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di Jawa Timur, disusul kemudian oleh pembiayaan modal kerja 39,07% dan pembiayaan investasi 15,86%. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

67 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Grafik 3.32 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Grafik 3.33 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan 120,00 100,00 Modal Kerja nvestasi Konsumsi Modal Kerja nvestasi Konsumsi % yoy 80,00 60,00 45% 39% 40,00 20,00 0,00 Jan Feb Tw Apr Mei Tw Juli Agustus Tw Oktober Nopember Tw V 16% 2011 Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia Besarnya proporsi pembiayaan konsumsi Bank Syariah di Jawa Timur antara lain didorong oleh ekspansi kepada kebutuhan pembiayaan kepemilikan rumah/ properti, serta kepemilikan kendaraan bermotor. Sementara itu, meskipun mempunyai proporsi yang lebih rendah, penyaluran pembiayaan untuk modal kerja dan investasi yang merupakan jenis kredit produktif tetap menjadi perhatian bank syariah dalam mengalokasikan pembiayaannya. Hal ini tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran pembiayaan Modal Kerja, Konsumsi dan nvestasi yang masingmasing tumbuh sebesar 62,59%, 44,55% dan 101,90% (yoy). Kinerja penyaluran pembiayaan yang cukup baik tersebut diiringi dengan kualitas kredit yang terjaga, tercermin dari penurunan rasio Non Performing Financing (NPF) dari sebesar 1,41% pada Triwulan 2011 menjadi sebesar 1,21% pada Triwulan V Grafik 3.34 Grafik 3.35 Non Performing Financing (NPF) Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur Perbankan Syariah Jawa Timur NPF (%) FDR (%) 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

68 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun secara umum menunjukkan peningkatan. Namun apabila ditinjau secara triwulanan, terdapat penurunan FDR dari sebesar 104,46% pada Triwulan 2011 menjadi sebesar 95,73% pada Triwulan V Penurunan ini disebabkan oleh lebih tingginya pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan pada triwulan laporan BANK PERKREDTAN RAKYAT (BPR) ndikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan V 2011 secara umum menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Secara tahunan (yoy), total aset pada periode laporan tumbuh sebesar 18,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,50% (yoy). Penyaluran kredit BPR tumbuh dari sebesar 15,46% (yoy) pada triwulan 2011 menjadi sebesar 16,88% (yoy) pada Triwulan V Penghimpunan dana dari masyarakat (DPK) juga mencatat pertumbuhan dari sebesar 14,53% (yoy) pada Triwulan 2011 menjadi sebesar 15,19% (yoy) pada periode laporan. Grafik 3.36 Perkembangan ndikator BPR (yoy) Grafik 3.37 Perkembangan ndikator BPR (qtq) Total Asset DPK Kredit DPK Aset Kredit % yoy Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V (1.00) Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V (2.00) Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

69 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Total aset BPR di Jawa Timur pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,83% (qtq) atau 18,76% (yoy) menjadi senilai Rp 6,81 triliun, tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,52% (qtq) dan 16,5% (yoy). Pertumbuhan kinerja aset tersebut salah satunya didorong oleh peningkatan kinerja penghimpunan DPK dari 3,04% (qtq) di Triwulan menjadi 5,29% pada Triwulan V Tahun Hingga akhir periode laporan total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jatim mencapai Rp 4,04 triliun. Berdasarkan jenis DPK, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh DPK dalam bentuk tabungan dengan nominal sebesar Rp 1,28 triliun, tumbuh sebesar 11,5% (qtq) dan 15,71% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Sementara deposito tumbuh sebesar 2,64% (qtq) dan 14,95% (yoy), menjadi Rp 2,76 triliun pada periode laporan. Cukup stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk Deposito dan Tabungan yang disimpan di BPR, selain menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat juga terkait dengan besarnya suku bunga simpanan BPR yang secara ratarata berada di atas level suku bunga deposito bank umum. Bagi sebagian masyarakat yang menganggap instrumen simpanan di BPR lebih menarik sebagai salah satu bentuk investasi tentunya memanfaatkan hal ini dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya. Grafik 3.38 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% yoy) Grafik 3.39 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%qtq) DPK DEPOSTO TABUNGAN DPK Deposito Tabungan % yoy Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V 0.00 Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V (2.00) Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

70 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Grafik 3.40 Pertumbuhan Kredit BPR perjenis Penggunaan (yoy) Kredit Modal Kerja nvestasi Konsumsi % yoy (5.00) Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Pertumbuhan penyaluran kredit Modal Kerja yang memiliki proporsi terbesar dalam penyaluran kredit BPR (mencapai 66,5% dari total kredit) meningkat sebesar 11,17% (yoy) menjadi sebesar Rp 3,18 triliun pada Triwulan V Pertumbuhan tersebut menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya outstanding penyaluran kredit oleh BPR pada TwV tahun 2011 hingga mencapai Rp 4,85 triliun pada akhir periode laporan. Grafik 3.41 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Grafik 3.42 Perkembangan LDR & NPL BPR Modal Kerja nvestasi Konsumsi LDR NPL Skala Kanan % 6.00% 32% % % % 5.00% 4.00% % % % 3.00% 3% 65% % % % % Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V 2.00% 1.00% 0.00% Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia Kinerja intermediasi perbankan yang tercermin dari besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan V 2011 mengalami perlambatan dari sebesar 125,69% pada Triwulan 2011 menjadi 120,01% pada Triwulan V Di sisi lain, resiko kredit yang tercermin dari besar Non Performing Loan (NPL) mengalami perbaikan dari KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

71 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN sebesar 4,77% pada Triwulan 2011 menjadi sebesar 4,01% pada akhir periode laporan. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi peningkatan kinerja BPR dalam menghadapi resiko kredit BANK BERKANTOR PUSAT D SURABAYA Kinerja 6 (enam) 1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada triwulan laporan secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup stabil, namun cenderung melambat. Tercatat total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur pada Triwulan V 2011 menurun dari sebesar 5,28% (qtq) pada Triwulan 2011, menjadi (2,16)% qtq pada Triwulan V 2011 dengan nominal sebesar Rp 30,56 Triliun. Tabel 3.5 Perkembangan ndikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (dalam juta Rupiah) NDKATOR BANK UMUM 2011 TW TW Tw Tw V Total Aset (Juta Rupiah) , , , ,77 Pertumbuhan (yoy %) 10,83 14,55 21,53 24,33 Pertumbuhan (qtq %) 8,97 10,76 5,28 (2,16) Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) , , , ,54 Pertumbuhan (yoy %) 9,82 12,03 17,36 20,81 Pertumbuhan (qtq) 12,76 13,28 4,14 (9,18) Kredit (Juta Rupiah) , , , ,00 Pertumbuhan (yoy %) 30,09 30,38 28,20 24,70 Pertumbuhan (qtq) 4,93 8,83 7,41 1,67 LDR (%) 70,27% 67,51% 69,63% 77,95% NPL (%) 0,82% 1,03% 1,30% 1,08% Sumber: Bank ndonesia Grafik 3.43 Pertumbuhan ndikator Bank BerKP di Surabaya (qtq) Grafik 3.44 Perumbuhan ndikator Bank BerKP di Surabaya (yoy) Aset Kredit DPK Aset Kredit DPK 20,00 50,00 45,00 15,00 40,00 35,00 10,00 30,00 % 25,00 % 5,00 20,00 15,00 0,00 Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V 10,00 5,00 (5,00) (10,00) 0,00 Jan Feb Tw Apr Mei Tw Juli Agustus Tw Oktober Nopember Tw V (15,00) Sumber: Bank ndonesia Sumber: Bank ndonesia ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank Anglomasnternasional (Bank Amin), Bank CNB dan Bank Prima Master. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

72 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Dana Pihak Ketiga (DPK) menurun dari sebesar Rp 4,14% (qtq) pada Triwulan menjadi (9,18)% (qtq) pada Triwulan V 2011 dengan nominal mencapai Rp 21,75 Triliun. Bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat terdiri atas Giro, Tabungan dan Deposito dengan prosporsi hampir merata, masingmasing sebesar 36%, 35% dan 29%. Grafik 3.45 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 35% Giro Deposito Tabungan 29% 36% % qtq 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 (5,00) (10,00) (15,00) (20,00) (25,00) (30,00) Grafik 3.46 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank BerKP di Surabaya (qtq) Giro Deposito Tabungan Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar 24,70% (yoy) dan 1,67% (qtq), meningkat dari sebesar Rp 16,68 triliun pada Triwulan 2011 menjadi Rp 16,96 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 46%, disusul kemudian oleh Kredit Modal Kerja dan nvestasi dengan proporsi masingmasing sebesar 42% dan 12%. Cukup besarnya Kredit Modal Kerja yang disalurkan dapat menjadi indikator positif antusiasme masyarakat dan perbankan di Jawa Timur dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan V 2011 didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup rendah, yaitu di kisaran 1,08%. NPL tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan 2011 yang tercatat sebesar 1,08%. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

73 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Grafik 3.47 Perkembangan Kredit Per Jenis Simpanan Pada Bank BerKP di Surabaya (qtq) Grafik 3.48 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya Modal Kerja nvestasi Konsumsi 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 43% 45% % qtq 15,00 10,00 5,00 0,00 12% (5,00) (10,00) (15,00) Jan Feb Tw Apr Mei Tw 2011 Juli Agustus Tw Oktober Nopember Tw V Modal Kerja nvestasi Konsumsi Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari sebesar 69,63% pada Triwulan menjadi sebesar 77,95% pada Triwulan V Tahun Grafik 3.49 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya LDR NPL (Skala Kanan) 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V 1,40% 1,20% 1,00% 0,80% 0,60% 0,40% 0,20% 0,00% Sumber : Bank ndonesia KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

74 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN 3.6 PERKEMBANGAN SSTEM PEMBAYARAN Salah satu tugas Bank ndonesia yang diamanatkan dalam Undang Undang adalah untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional, baik tunai maupun non tunai. Dalam sistem pembayaran tunai, Bank ndonesia berperan dalam pemenuhan kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu dalam kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai, Bank ndonesia berperan dalam penyediaan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. TRANSAKS KEUANGAN SECARA TUNA Transaksi sistem pembayaran tunai di Bank ndonesia tercermin dari beberapa kegiatan, yaitu : aliran uang keluar (outflow) dan aliran uang masuk (inflow) dari perbankan ke Bank ndonesia, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB), serta kegiatan penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat. a. Aliran Uang Masuk/Keluar (nflow/outflow) Sampai dengan akhir Triwulan V 2011, aliran uang kartal yang masuk/ keluar dari Bank ndonesia di wilayah Jawa Timur (KB Surabaya, KB Malang, KB Kediri, dan KB Jember) secara kumulatif menunjukkan posisi net inflow. Jumlah aliran uang yang keluar dari Bank ndonesia kepada perbankan (outflow) lebih kecil dibandingkan jumlah aliran uang yang masuk ke Bank ndonesia (inflow). Net inflow yang terjadi diperkirakan terkait dengan pola musiman/cyclical akibat dari tingginya penarikan dana oleh masyarakat dalam rangka peringatan Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya dul Fitri 1432 H, yaitu pada Bulan Agustus September Tahun Sehingga pada akhir tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah aliran uang masuk ke Bank ndonesia sebagai arus balik dari banyaknya uang yang beredar di masyarakat pada periode tersebut. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

75 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Wilayah SURABAYA KEDR MALANG JEMBER JAWA TMUR Keterangan : Net Flow (+) : Net nflow Net Flow () : Net outflow Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (nflow Outflow) Kantor Bank ndonesia Rp. Juta Keterangan TW V Tw Tw Tw Tw V OUTFLOW , , , ,52 NFLOW , , , ,06 NET FLOW , ,61 ( ,60) ( ,69) ,53 OUTFLOW , , , ,42 NFLOW , , , ,84 NET FLOW ( ,00) ,04 ( ,00) ( ,00) ( ,58) OUTFLOW , , , ,91 NFLOW , , , ,19 NET FLOW , , , , ,28 OUTFLOW , , ,17 945,52 NFLOW , , , ,18 NET FLOW , ,34 ( ,13) ( ,77) 86,66 OUTFLOW , , , ,38 NFLOW , , , ,27 NET FLOW , ,69 ( ,73) ( ,93) ,89 Secara umum transaksi inflow maupun outflow pada 4 Kantor Bank ndonesia (KB) di Jawa Timur pada Tw V2011 menunjukkan tren penurunan. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, Outflow menurun sebesar 43,79% (qtq) dari sebesar Rp 14,66 triliun menjadi Rp 8,24 triliun. Demikian juga dengan inflow yang menurun sebesar 28,67% (qtq) dari sebesar Rp 12,2 triliun menjadi Rp 8,7 triliun. Penurunan Net Outflow yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan inflow pada periode ini menyebabkan terjadinya Net nflow sebesar Rp 461,19 Miliar. Gambar 3.50 Perkembangan Arus Uang Tunai (nflow Outflow) Dalam Juta Rupiah Gambar 3.51 Perkembangan Net Flow Jawa Timur OUTFLOW NFLOW NET FLOW , , , , , , , , , , , , , ,00 TW TW TW TW V Tw Tw Tw Tw V TW TW TW TW V Tw Tw Tw Tw V ( ,00) ( ,00) Sumber : Bank ndonesia Surabaya ( ,00) Sumber : Bank ndonesia Surabaya KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

76 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN b. Uang Kartal Tidak Layak Edar Sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy), dilakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) sebagai bagian dari proses pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau rusak yang dilakukan secara rutin oleh Bank ndonesia. Selama triwulan V2011, tercatat sebesar Rp 4,07 triliun uang kartal yang tidak layak edar dalam berbagai pecahan dimusnahkan. Jumlah tersebut menurun 27,41% (qtq) dibandingkan dengan yang dimusnahkan pada Triwulan 2011 yang mencapai Rp 5,61 triliun. Penurunan jumlah PTTB pada periode laporan disebabkan oleh kondisi uang kartal yang beredar di masyarakat masih cukup baik, sebagai rangkaian dari peningkatan outflow dalam bentuk uang baru pada periode menjelang Bulan Puasa dan Hari Raya dul Fitri pada Triwulan Gambar 3.52 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 PTTB (Rp Triliun) Rasio PTTB thdp nflow (%) 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber : Bank ndonesia Surabaya Dalam memenuhi kewajibannya untuk menyediakan Uang Layak Edar (ULE) di masyarakat, Bank ndonesia melaksanakan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) menggantinya dengan Uang Layak Edar (ULE) yang siap digunakan untuk kebutuhan transaksi keuangan. Namun demikian, tetap diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal yang dimiliki. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

77 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN mengurangi besarnya volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru. Terkait dengan hal tersebut, Bank ndonesia terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan TRANSAKS KEUANGAN SECARA NON TUNA Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan yang menggunakan sistem BReal Time Gross Settlement (BRTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank ndonesia (SKNB). Gambar 3.53 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur Share Kliring Share RTGS Kliring RTGS 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Triliun Rupiah 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V a. Transaksi RTGS ( Real Time Gross Settlement) Gambar 3.54 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur Volume Nominal Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V 160, , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0,000 Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada Triwulan V Tahun 2011 menunjukkan secara umum menunjukkan peningkatan. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada periode laporan adalah sebanyak Sumber : Bank ndonesia Surabaya KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

78 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN transaksi atau meningkat sebesar 3,88% (qtq) dari periode sebelumnya. Nominal transaksi RTGS Jawa Timur pada Triwulan V tahun 2011 adalah sebesar Rp 148,29 triliun, menurun 0,69% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, namun meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,56% (yoy). Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besarnya transaksi RTGS di tingkat kabupaten / kota menunjukkan masih terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, transaksi outgoing maupun incoming RTGS didominasi oleh beberapa kota/ kabupaten dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol. Kota Surabaya sebagai ibukota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi. Gambar Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw V 2011 Gambar Kota dengan aktivitas Transaksi ncoming RTGS Terbesar Tw V Nilai (Milyar Rp) Volume Nilai (Milyar Rp) Volume Sumber : Bank ndonesia Surabaya Sumber : Bank ndonesia Surabaya Tercatat transaksi RTGS pada triwulan V2011 dari kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) sebesar Rp 81,79 triliun dengan volume sebanyak transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak transaksi atau senilai Rp 110,82 triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming adalah Kediri, Malang, Gresik, Batu dan Sidoarjo. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

79 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN b. Transaksi Kliring Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank ndonesia (SKNB), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 449 kantor/bank umum peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Bank ndonesia (Surabaya, Malang, Kediri dan Jember). Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw V 2011 Jumlah Perputaran Kliring ( D ) Rata2 Perputaran Jumlah Penolakan CekRata2 Penolakan Cek Persentase Rata2 Penolakan Kota Kantor Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%) Surabaya ,90 1,32 Malang ,78 1,49 Kediri ,55 1,41 Jember ,56 1,55 Jatim ,51 1,35 Keterangan : Jumlah kantor peserta kliring termasuk yang tidak langsung (kliring lokal) Sumber : Bank ndonesia Surabaya Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada triwulan V Tahun 2011 menunjukkan peningkatan. Tercatat sebanyak 1,37 juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan melalui kliring dengan nilai mencapai Rp 44,33 triliun, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 43,4 triliun. Begitu pula dengan jumlah tolakan warkat kliring yang menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat sebanyak lembar tolakan warkat senilai Rp 596,76 milyar, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebanyak lembar warkat senilai Rp 522 milyar. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

80 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Gambar 3.56 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur Gambar 3.57 Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur Nominal (Rp Triliun) Warkat Jt Lbr (Skala Kanan) Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkatlembar)Skala Kanan 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 1,400 1,300 1,200 1, Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Sumber : Bank ndonesia Surabaya Sumber : Bank ndonesia Surabaya 5.3 PENEMUAN UANG PALSU D PERBANKAN JAWA TMUR Gambar 3.58 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan Penemuan uang palsu di Jawa Tw Tw Upal (Lembar) Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Timur pada Triwulan V tahun 2011 melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat secara umum menunjukkan peningkatan. Pada Triwulan V Tahun 2011 tercatat penemuan uang palsu sebanyak lembar dalam berbagai pecahan dengan Sumber : Bank ndonesia Surabaya nilai nominal sebesar Rp 529,61 juta. Dilihat dari jumlah lembar uang palsu yang ditemukan, pada periode ini terjadi peningkatan sebesar 23,02% (qtq) dan 31,18% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak lembar dengan nilai nominal mencapai Rp 430,53 juta. Peningkatan jumlah uang palsu yang ditemukan pada Triwulan V 2011 disebabkan oleh meningkatnya jumlah uang yang masuk ke perbankan paska Hari Raya dul Fitri 2011, serta meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat jelang libur natal dan tahun baru KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

81 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN Gambar 3.59 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) % 2% 1% 1% % 1% 0% 0% 74% 86% Sumber : Bank ndonesia Surabaya Sumber : Bank ndonesia Surabaya Sebagaimana periodeperiode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur pada Triwulan V Tahun 2011 didominasi oleh nominal Rp , dengan proporsi mencapai 74% (lembar) dan 86% (nominal). Surabaya sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan ndonesia Timur masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu baik lembar maupun nominal tertinggi di Jawa Timur. Gambar 3.61 Statistik Uang Palsu yang Per Kota (lembar) Gambar 3.62 Statistik Uang Palsu yang Per Kota (Nominal Juta) Sumber : Bank ndonesia Surabaya Sumber : Bank ndonesia Surabaya Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank ndonesia bersama instansi berwenang yang terkait terus berupaya untuk melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

82 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN & SSTEM PEMBAYARAN upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciriciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku. KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan V

83 Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

84 BAB V PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UMUM Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun anggaran 2011 mencapai Rp 9,90 triliun atau meningkat 32,56% dibandingkan anggaran 2010, dengan realisasi pendapatan sampai dengan triwulan V 2011 telah mencapai Rp Rp 11,66 triliun atau 117,76%. Sementara itu dari sisi pengeluaran Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar Rp 10,62 triliun meningkat 35,77% dibandingkan anggaran 2010, dengan realisasi belanja sampai dengan triwulan V 2011 sebesar Rp 11,86 triliun atau 111,58%. Secara umum kinerja keuangan Pemerintah Provinsi menunjukkan perkembangan yang lebih rendah dibandingkan realisasi anggaran pada periode yang sama tahun 2010 (127,21%). Sebagaimana polapola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa Timur didominasi oleh Pendapatan Asli daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah dengan proporsi 77,8% dari total pendapatan. Kontribusi terbesar selanjutnya berasal dari Dana Perimbangan (21,67%), sementara itu pendapatan lainlain yang sah hanya memberikan kontribusi yang relatif rendah REALSAS PENDAPATAN DAERAH Kinerja pendapatan daerah hingga triwulan V2011 telah mencapai Rp 11,86 triliun atau terealisasi sebesar 117,76% dari yang ditargetkan di tahun Kondisi ini cenderung menurun jika dibandingkan realisasi penerimaan pendapatan pada periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 130,55% di akhir triwulan Realisasi pendapatan daerah sebagian besar disumbang oleh pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp9,07 triliun dan telah melebihi target yang direncanakan (119,13%), sedangkan sisanya disumbangkan oleh dana perimbangan dengan realisasi sebesar Rp.2,53 triliun (terealisasi 111,51%) dan lainlain pendapatan yang sah sebesar Rp66,131 miliar (terealisasi 266,66% / melebihi target). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

85 BAB V PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH TABEL 4.1 REALSAS PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TMUR TRWULAN V2011 (Rp juta) Anggaran Sebelum Anggaran Sebelum No Uraian Perubahan Tahun Realisasi Tw V2010 Perubahan Tahun Realisasi Tw V % Tw V 2010 % Tw V PENDAPATAN DAERAH 7,397,413,565, ,656,999,170, ,907,001,026, ,666,148,445, % % 4.1 PENDAPATAN ASL DAERAH 5,143,999,228, ,154,984,500, ,615,042,879, ,071,930,456, % % PAJAK DAERAH 4,282,150,000, ,907,320,404, ,120,000,000, ,298,242,129, % % RETRBUS DAERAH 50,428,197, ,249,669, ,357,559, ,359,601, % % HASL PENGELOLAAN KEKAYAAN 239,267,670, ,826,825, ,158,897, ,149,164, % % LANLAN PENDAPATAN ASL DAERAH 572,153,360, ,587,600, ,123,526,422, ,342,179,561, % % 4.2 DANA PERMBANGAN 2,214,004,796, ,445,304,862, ,267,158,147, ,528,086,449, % % DANA BAG HASL PAJAK/BAG HASL 944,087,831, ,175,387,897, ,625,248, ,125,553,550, % % DANA ALOKAS UMUM 1,212,934,765, ,212,934, ,347,501,699, ,347,501,699, % % DANA ALOKAS KHUSUS 56,982,200, ,982,200, ,031,200, ,031,200, % % 4.3 LANLAN PENDAPATAN DAERAH YANG 39,409,541, ,709,807, ,800,000, ,131,538, % % PENDAPATAN HBAH 12,900,000, ,167,691, ,800,000, ,656,436, % % DANA PENYESUAAN DAN OTONOM 26,509,541, ,542,116, ,475,102, % 0.00% JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 7,397,413,565, ,656,999,170, ,907,001,026, ,666,148,445, % % Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daeah Prvinsi Jawa Timur Timur 4.3. REALSAS BELANJA DAERAH Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 direncanakan sebesar Rp.10,62 triliun atau naik 35,77% dibandingkan anggaran belanja tahun sebelumnya. TABEL 4.2 REALSAS BELANJA APBD PROV. JAWA TMUR TRWULAN V2011 (Rp juta) Anggaran Sebelum Anggaran Sebelum No Uraian Perubahan Tahun 2010 Realisasi Tw V2010 Perubahan Tahun 2011 Realisasi Tw V2011 % Tw V 2010 % Tw V BELANJA TDAK LANGSUNG 4,514,699,783, ,868,940,645, ,797,640,027, ,589,867,418, % % BELANJA PEGAWA 1,483,755,391, ,283,591,782, ,497,004,813, ,407,956,484, % 94.05% BELANJA BUNGA 768,950, ,633, ,878,211, ,422,499, % 90.66% BELANJA HBAH 350,275,342, ,406,821, ,301,072, ,121,554,738, % % BELANJA BANTUAN SOSAL 37,713,580, ,673,813, ,714,900, ,096,200, % % BELANJA BAG HASL KEPADA 1,091,915,146, ,326,860,423, ,229,468,218, ,674,049,068, % % BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA 1,490,500,500, ,503,774,279, ,160,438, ,237,764,963, % % BELANJA TDAK TERDUGA 59,770,972, ,465,890, ,112,373, ,023,463, % % 5.2 BELANJA LANGSUNG 3,311,905,097, ,087,351,353, ,828,721,359, ,266,667,165, % % BELANJA PEGAWA 545,532,759, ,604,487, ,869,936, ,093,148, % % BELANJA BARANG DAN JASA 2,016,330,207, ,568,589,489, ,094,388,943, ,326,217,613, % % BELANJA MODAL 750,042,129, ,157,376, ,462,480, ,045,356,404, % % JUMLAH BELANJA DAERAH 7,826,604,881, ,956,291,998, ,626,361,387, ,856,534,584, % % Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Timur Sampai dengan akhir triwulan V2011 realisasi belanja pada periode laporan sebesar 111,58%, lebih rendah dibandingkan triwulan V 2010 yang mencapai Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

86 BAB V PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 127,21%. Jika dibandingkan berdasarkan komponen penyusunnya, realisasi belanja terendah terjadi pada belanja modal yang baru dibelanjakan sebesar Rp.1,045 triliun atau 116,09% dari total rencana belanja di tahun Rendahnya realisasi belanja modal kemungkinan disebabkan oleh proses tender yang seringkali menyulitkan pelaksanaan realisasi anggaran. Masih minimnya besaran realisasi APBD Prov. Jawa Timur juga tercermin pada peningkatan saldo dana pemerintah di perbankan pada triwulan ini (lihat gambar 4.1). 16,000,000 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000, Grafik 4.1 Dana Pemerintah Prov/ kab/kota di Perbankan Tabungan Deposito Giro Sumber: Laporan Bank Umum, Bank ndonesia Sebagaimana triwulan sebelumnya, realisasi belanja tertinggi masih dicapai oleh pos Pos Belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/ kabupaten/ kota yang mencapai 128,51%, disusul oleh Pos Belanja belanja bagi hasil kepada Provinsi/ kabupaten/ kota yang mencapai 119,94%. Tingginya realisasi belanja baik bantuan keuangan maupun bagi hasil pada kab/kota dan pemerintahan desa turut menyumbang kinerja belanja Pemprov pada periode ini. Tingginya penyaluran anggaran pada kab/kota mengindikasikan adanya perbaikan tata cara pelaporan pelaksanaan anggaran kab/kota atas anggaran periode sebelumnya sehingga dana dapat tepat waktu cair guna mendukung pembangunan infrastruktur di daerah. Meskipun masih relatif lambat dalam realisasinya, secara umum komposisi realisasi anggaran belanja saat ini menunjukkan kondisi yang cukup baik dengan pemanfaatan pos anggaran yang relatif berimbang dan tidak hanya didominasi oleh belanja pegawai. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

87 Bab 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

88 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. UMUM Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) sepanjang tahun 2011 yang tumbuh pada level yang cukup tinggi diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan pastisipasi angkatan kerja antar tahun dan penurunan tingkat pengangguran. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan salah satunya dicerminkan dari Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan ini menunjukkan kondisi yang stabil KETENAGAKERJAAN Angkatan Kerja dan Pengangguran Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semester yang dilakukan oleh BPS, menunjukkan situasi ketenaga kerjaan di Jatim yang relatif membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur (Jatim) tercatat sebanyak 19,76 juta jiwa, dan 18,94 juta diantaranya dengan status bekerja. Angka ini meningkat dibandingkan semester yang sama tahun 2010 (18,40 juta jiwa). Sementara itu, indikator utama ketenagakerjaan yang banyak digunakan sebagai indikasi keberhasilan dalam menangani penganguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang merupakan perbandingan antara pengangur terhadap jumlah angkatan kerja. Pada Semester 2011 tercatat TPT di Jatim sebesar 4,16% atau lebih rendah dibandingkan TPT pada peridoe yang salam tahun 2010 yang mencapai 4,25% Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur ( ) ndikator Ketenagakerjaan Feb Aug Feb Aug Feb Aug Angkatan Kerja 20,316,773 20,338,568 20,623,490 19,527,051 20,251,672 19,761,886 Bekerja 19,123,221 19,305,056 19,611,540 18,698,108 19,406,025 18,940,340 Menganggur 1,193,552 1,033,512 1,011, , , ,546 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 69.36% 69.25% 69.77% 69.08% 71.39% 69.49% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5.87% 5.08% 4.91% 4.25% 4.18% 4.16% sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Sakernas Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

89 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN NLA TUKAR PETAN (NTP) Pendapatan petani yang diukur dari nilai tukar petani (NTP) pada triwulan V2011 menunjukkan peningkatan dari 102,56 menjadi 102,62 atau naik 0,06% (qtq). Peningkatan NTP didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima petani (t) yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan petani (b). e n Grafik 5.2 Perbandingan NTP Nasional & Jawa timur K Sumber: BPS Jawa Timur NTP Nasional NTP Jatim Grafik 5.3 Perubahan NTP Nasional & Jawa Timur Nasional Jatim g NTP Nasional g NTP Jatim Sumber: BPS Jawa Timur Kenaikan indeks harga yang diterima petani (t) sebesar 1,16% (qtq) pada periode ini diikuti pula oleh tingginya indeks harga yang dibayarkan petani (b) yaitu sebesar 1,12%. Selisih yang cukup rendah antara indeks yang diterima dengan indeks yang dibayarkan menyebabkan terbatasnya level kenaikan NTP pada triwulan V2011. Grafik 5.4 Perkembangan ndeks Harga yang Dibayarkan Petani Grafik 5.5 Perkembangan ndeks Harga yang Diterima Petani 145 b Nasional b Jatim g b Nasional g b Jatim t Nasional t Jatim g t Nasional g t Jatim V V V 1 0 V V V Sumber: BPS Jawa Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

90 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.4. NLA TUKAR NELAYAN (NTN) Ditengah penurunan angka ndeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada lingkup Nasional, NTN Jatim yang mengindikasikan kesejateraan nelayan pada triwulan V2011 menunjukkan peningkatan dari 148,83 menjadi 149,05. Perhitungan NTN di Jatim dilakukan pada 6 kabupaten/kota di Jatim yang merupakan wilayah penghasil komoditas perikanan laut, yaitu Trenggalek, Banyuwangi, Situbondo, Tuban, Lamongan, dan Pamekasan. Dari keenam kota tersebut, NTN tertinggi terjadi di Trenggalek (199,24), sedangkan terendah di Pamekasan (119,13). Grafik 5.6 Perbandingan NTN Nasional & Jawa Timur Grafik 5.7 NTN 6 Kabupaten di Jawa timur 160 Nasional Jatim g NTN Nasional g NTN Jatim Tw Tw V P e V V V Trenggalek Banyuwangi Situbondo Tuban Lamongan Pamekasan Sumber: BPS Jawa Timur 6.4. PROFL KEMSKNAN JAWA TMUR Perkembangan perekonomian Jawa Timur yang tumbuh cukup tinggi di sepanjang tahun 2011 diiringi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan yang dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Jumlah penduduk Jatim yang berada di bawah Garis Kemiskinan (penduduk miskin) pada bulan September 2011 sebanyak 5,22 juta jiwa atau 13,85 persen dari total penduduk di Jawa Timur, atau turun dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 5,52 juta (15,26%). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

91 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Gambar 5.8 Perkembangan Persentasi penduduk Miskin Di Jawa Timur % Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Penghitungan angka kemiskinan tidak lepas dari besaran Garis Kemiskinan (GK) 1 yang telah ditetapkan. Garis kemiskinan pada September 2011 sebesar Rp.227,603, atau naik 3,58% dibandingkan posisi Maret 2011 (Rp ,). Angka garis kemiskinan perkapita perbulan pada tahun 2011 terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu makanan dan non makanan. Garis kemiskinan makanan sebesar Rp sedangkan non makanan sebesar Rp ,. Perubahan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi tahunan di Jawa Timur. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir dan tempe. Untuk komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan dan kayu bakar. Pada kelompok non makanan pada 3 komoditas yang memiliki kontribusi teratas untuk masingmasing daerah (perkotaan dan perdesaan) yaitu perumahan, listrik dan pendidikan untuk daerah perkotaan, sedangkan daerah perdesaan terjadi pada komoditas perumahan, kayu bakar dan listrik. 1 Garis Kemiskinan (GK) dihitung oleh BPS dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (Basic Need Approach). Terdiri atas dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan garis Kemiskinan Bukan makanan (GKBM). GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarkan dengan 2011 kkalori per kapita, yang diwakili oleh 52 jenis komoditas dasar. GKBM adalah kebutuhan minumun untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan yang diwakili oleh 36 jenis komoditas. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

92 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 5.2 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Th. Maret 2008 Sept 2011 Daerah/ tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Makanan Bukan Makanan Total Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Persentase Penduduk Miskin Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan Maret ,487 51, ,408 2, Maret ,676 56, ,624 2, Maret ,965 60, ,383 1, Maret ,242 65, ,546 1, Sept ,210 68, ,403 1, Pedesaan Maret ,971 36, ,432 4, Maret ,522 43, ,628 3, Maret ,806 46, ,879 3, Maret ,457 50, ,275 3, Sept ,141 53, ,166 3, Kota + Desa Maret ,091 44, ,112 7, Maret ,440 49, ,317 6, Maret ,240 53, ,327 5, Maret ,017 57, ,727 5, Sept ,360 60, ,603 5, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan V Tahun

93 Bab 6 PERKRAAN EKONOM DAN HARGA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN 2011 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.5 SURABAYA Telp. : 0313520011 psw. 129/128 Fax : 0313554178

Lebih terperinci

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN I 0 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No. SURABAYA Telp. : 000 psw. / Fax : 0 Email : kke_sby@bi.go.id

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIMUR) Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 00 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No. SURABAYA Telp. : 0-00 psw. / Fax : 0- Email : hendik_s@bi.go.id

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah TRWULAN 24 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 83246, Fax. (24) 84779 http://www.bi.go.id KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah TRWULAN 24 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 83246, Fax. (24) 84779 http://www.bi.go.id KAJAN EKONOM REGONAL

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2013

ii Triwulan I 2013 ii Triwulan I 2013 iii iv Triwulan I 2013 v vi Triwulan I 2013 vii viii Triwulan I 2013 Indikator 2010 2011 2012 2013 Total Total I II III IV Total I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan 214 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 831246, Fax. (24) 8417791 http://www.bi.go.id KAJAN EKONOM

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA i Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci