KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

2 Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : psw. 8301/8258 Fax : kke_sby@bi.go.id Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (

3 Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Misi Bank Indonesia : Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan. Visi Bank Indonesia : Menjadi bank sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Nilai Nilai Strategis : Kompetensi Intergritas Transparansi Akuntabilitas Kebersamaan. Visi dan Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya : Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya : Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

4 KATA PENGANTAR Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Triwulan IV dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Surabaya, 7 Februari 2013 BANK INDONESIA SURABAYA Mohamad Ishak Pemimpin i

5 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR DAFTAR ISI i ii v vii xiii xvi xviii xxiii xxv xxvii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1 BOKS 1 BOKS KONDISI UMUM Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Triwulan IV SISI PERMINTAAN 5 a. Konsumsi 6 b. Investasi 9 c. Ekspor - Impor SISI PENAWARAN 14 a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 17 b. Sektor Industri Pengolahan 19 c. Pertanian 20 d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 21 e. Bangunan 22 f. Pengangkutan dan Komunikasi 23 DAMPAK KENAIKAN UMK TERHADAP KINERJA SEKTOR USAHA TAHUN PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU GUNA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA DAN PENINGKATAN PENGHASILAN MASYARAKAT 29 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum 31 ii

6 2.2 Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Menurut Kota Disagregasi Inflasi 49 BOKS 3 DAMPAK KENAIKAN TARIF TENAGA LISTRIK (TTL) 2013 TERHADAP 55 INFLASI DI JAWA TIMUR BOKS 4 KETAHANAN PANGAN JAWA TIMUR 56 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Aset dan Aktiva Produktif Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) STABILITAS SISTEM PERBANKAN Risiko Kredit Risiko Likuiditas PERBANKAN SYARIAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 86 a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow ) 86 b. Uang Kartal Tidak Layak Edar TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 89 a. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement ) 89 b. Transaksi Kliring 91 BOKS 5 RENCANA BISNIS BANK TAHUN BOKS 6 KEWAJIBAN PEMENUHAN MODAL MINIMUM PERBANKAN 96 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH UMUM REALISASI PENDAPATAN DAERAH REALISASI BELANJA DAERAH 99 ii

7 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT UMUM KETENAGAKERJAAN Data Ketenagakerjaan Jawa Timur Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) UPAH MINIMUM KAB/KOTA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Kesejahteraan Petani Kesejahteraan Nelayan PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 111 BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR PERKIRAAN INFLASI JATIM PROSPEK PERBANKAN JAWA TIMUR 118 iii

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur 1 Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Jawa Timur 2 Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur 3 Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Jawa Timur 5 Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Permintaan 14 Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian 20 Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Bangunan 22 Tabel 2.1 Inflasi Triwulan II Tahun 2011 & 2012 di Jawa Timur (mtm ) 33 Tabel 2.2 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jawa Timur Vs 36 Tabel 2.3 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jawa Timur Vs 37 Tabel 2.4 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jawa Timur Vs 40 Tabel 2.5 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) 42 Tabel 2.6 Perkembangan Pengadaan BULOG Divre Jawa Timur Tabel 2.7 Inflasi Jawa Timur (yoy ) Per Kelompok Barang 46 Tabel 2.8 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur 47 Tabel 2.9 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV- 48 Tabel 2.10 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV Tabel 2.11 Perkembangan Capacity Utilization Industri Pengolahan 51 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 58 Tabel 3.3 Penyaluran Kredit pada Kab/Kota Dominan di Jawa Timur 60 Tabel 3.4 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 71 Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur 80 Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow ) Kantor Perwakilan 87 Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.IV Tabel 3.8 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.III Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan APBD Prop.Jatim Triwulan IV Tabel 4.2 Alokasi Dana Kegiatan Pekerjaan Umum Jawa Timur 100 Tabel 4.3 Pagu Untuk Direktorat/Badan Terkait Pengembangan Transportasi di v

9 Tabel 4.4 Realisasi Belanja APBD Prov.Jatim Triwulan IV Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur ( ) 104 Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja SKDU Jawa Timur 107 Tabel 5.3 Kenaikan UMK Jawa Timur 108 Tabel 5.4 Daya Beli per Kapita Petani dan Nelayan 111 Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut 112 Tabel 5.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan 114 Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut Daerah Tabel 6.1 Tedensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko 117 vi

10 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Per Sektor Prov. Jawa Timur 2 Grafik 1.2 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Prov. Jawa Timur 4 Grafik 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov. Jawa Timur 4 Grafik 1.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Jawa Timur 5 Grafik 1.5 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 5 Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 6 Grafik 1.7 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 6 Grafik 1.8 Indeks Penjualan Eceran 7 Grafik 1.9 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 7 Grafik 1.10 Perkembangan Kredit Konsumsi 8 Grafik 1.11 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 8 Grafik 1.12 Survei Konsumen Keyakinan Konsumen 8 Grafik 1.13 Survei Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini 8 Grafik 1.14 Perkembangan PMTB 9 Grafik 1.15 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi 10 Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Proyek Investasi 10 Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Investasi 10 Grafik 1.18 Perkembangan Volume Penjualan Semen 11 Grafik 1.19 Perkembangan Impor Barang Modal 11 Grafik 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim 12 Grafik 1.21 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim 12 Grafik 1.22 Pertumbuhan Nilai Ekspor Per Jenis Barang 12 Grafik 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang 12 Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor 12 Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Impor 12 Grafik 1.26 Nilai Impor Per Jenis Barang 13 Grafik 1.27 Pertumbuhan Impor Per Jenis Barang 13 Grafik 1.28 Statistik Kontainer di Tanjung Perak 13 Grafik 1.29 Statistik Discharge-Loaded di Tanjung Perak 13 Grafik 1.30 Statistik Kontainer Internasional 14 Grafik 1.31 Statistik Kontainer Domestik 14 Grafik 1.32 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama 15 vii

11 Grafik 1.33 Petumbuhan Sektor Pendukung 15 Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor Pendukung 15 Grafik 1.35 Utilisasi Kapasitas Produksi 16 Grafik 1.36 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral 16 Grafik 1.37 Indeks Realisasi Usaha 17 Grafik 1.38 Indeks Realisasi Usaha Sektoral 17 Grafik 1.39 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 17 Grafik 1.40 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 17 Grafik 1.41 Jumlah Wisatawan Asing Melalui Bandara Juanda 18 Grafik 1.42 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis 18 Grafik 1.43 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 19 Grafik 1.44 Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku 19 Grafik 1.45 Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Bahan Baku 19 Grafik 1.46 Konsumsi Listrik Golongan Industri 19 Grafik 1.47 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 20 Grafik 1.48 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur 20 Grafik 1.49 Luas Lahan Puso di Jawa Timur 21 Grafik 1.50 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur 21 Grafik 1.51 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur 21 Grafik 1.52 Perkembangan Fee - Based Income 22 Grafik 1.53 Perkembangan Interest - Based Income 22 Grafik 1.54 Perkembangan Pendapatan - Biaya Operasional Bank Umum 22 Grafik 1.56 Volume Penjualan Semen di Jawa timur 22 Grafik 1.57 Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial 23 Grafik 1.58 Rata-Rata Penjualan Properti Residensial 23 Grafik 1.59 Arus Penumpang di Tanjung Perak 24 Grafik 1.60 Arus Barang di Tanjung Perak 24 Grafik 1.61 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 24 Grafik 1.62 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 24 Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 32 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 32 Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy ) 32 Grafik 2.4 Rata-Rata Inflasi Sub Kelompok (mtm ) 34 Grafik 2.5 Inflasi Oktober Per Kelompok Barang 34 Grafik 2.6 Inflasi November Per Kelompok Barang 34 viii

12 Grafik 2.7 Inflasi Desember Per Kelompok Barang 34 Grafik 2.8 Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang 35 Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Barang 35 Grafik 2.10 Perkembangan Harga Sub Kelompok Sandang (mtm ) 36 Grafik 2.11 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional 36 Grafik 2.12 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (mtm ) 37 Grafik 2.13 Sub Kelompok Bahan Makanan Yang Mengalami Inflasi Tertinggi Pada Oktober 2012 (mtm ) 37 Grafik 2.14 Perkembangan Harga Komoditas Tepung Internasional 37 Grafik 2.15 Sub Kelompok Bahan Makanan Yang Mengalami Deflasi Tertinggi Pada Oktober 2012 (mtm ) 37 Grafik 2.16 Inflasi Tahunan (yoy ) Kelompok Barang Strategis 38 Grafik 2.17 Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang 38 Grafik 2.18 Pergerakan Harga Komoditas Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan 39 Grafik 2.19 Pergerakan Harga Emas Perhiasan 39 Grafik 2.20 Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang 40 Grafik 2.21 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan 40 Grafik 2.22 Inflasi Sub Kelompok Daging (mtm ) 41 Grafik 2.23 Inflasi Sub Kelompok Daging (yoy ) 41 Grafik 2.24 Inflasi (qtq ) Sub Kelompok Bahan Makanan 43 Grafik 2.25 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Tw III-2012 & Tw IV Grafik 2.26 Pergerakan Harga Beras Surabaya 43 Grafik 2.27 Pergerakan Harga Beras Internasional 43 Grafik 2.28 Luas Panen dan Produksi Padi Kab. Jember 44 Grafik 2.29 Luas Panen dan Produksi Padi Prov. Jawa Timur 44 Grafik 2.30 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun Grafik 2.31 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau 46 Grafik 2.32 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun Grafik 2.33 Inflasi (yoy ) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau 46 Grafik 2.34 Perbandingan Inflasi (yoy ) 7 Kota di Jawa Timur 47 Grafik 2.35 Inflasi Jatim Per Komponen (yoy ) 48 Grafik 2.36 Perbandingan Inflasi Jatim dan Rata-Ratanya (yoy ) 48 Grafik 2.37 Perbandingan - Disagregasi Inflasi Jawa Timur 49 ix

13 Grafik 2.38 Disagregasi Inflasi (mtm ) Jawa Timur 49 Grafik 2.39 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 50 Grafik 2.40 Perkembangan Capacity Utilization 50 Grafik 2.41 Perkembangan Harga Minyak Internasional 51 Grafik 2.42 Perkembangan Harga CPO 51 Grafik 2.43 Perbandingan Batu Bara 51 Grafik 2.44 Perkembangan Harga Karet 51 Grafik 2.45 Perbandingan Komponen Inflasi Inti 52 Grafik 2.46 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 53 Grafik 2.47 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 53 Grafik 2.48 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 53 Grafik 2.49 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 53 Grafik 2.50 Perkembangan Inflasi Traded - Konstruksi dan Non Konstruksi 53 Grafik 2.51 Perkembangan Inflasi Non Traded - Konstruksi dan Non Konstruksi 53 Grafik 2.52 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen 54 Grafik 2.53 Ekspektasi Harga Yang Akan Datang 54 Grafik 3.1 Perkembangan LDR 53 Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 60 Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy ) 61 Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq ) 61 Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum 62 Grafik 3.6 Proporsi Aktiva Produktif 62 Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 62 Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o- y) 63 Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq ) 63 Grafik 3.10 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 64 Grafik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%) 64 Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 64 Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy ) 65 Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq ) 65 Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 66 Grafik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 66 Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y ) 66 Grafik 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q ) 66 Grafik 3.19 Proporsi Kredit Sektoral 66 x

14 Grafik 3.20 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 67 Grafik 3.21 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 67 Grafik 3.22 Perkembangan Kredit UMKM 68 Grafik 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 68 Grafik Besar Provinsi Penyalur KUR 69 Grafik 3.25 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 69 Grafik 3.26 Perkembangan NPL Bank Umum 72 Grafik 3.27 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 72 Grafik 3.28 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) 72 Grafik 3.29 Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy) 73 Grafik 3.30 NPL Per Sektor Ekonomi 74 Grafik 3.31 Money Position Perbankan di Jawa Timur 75 Grafik 3.32 Money Position Perbankan di Jawa Timur 76 Grafik 3.33 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq ) 76 Grafik 3.34 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy ) 76 Grafik 3.35 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur 77 Grafik 3.36 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy ) 77 Grafik 3.37 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan 78 Grafik 3.38 Pangsa Pembiayaan Syariah Perjenis Penggunaan 78 Grafik 3.39 Non Performing Financin g (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Jawa Timur 79 Grafik 3.40 Perkembangan Indikator BPR (yoy ) 81 Grafik 3.41 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (qtq ) 81 Grafik 3.42 Pertumbuhan Kredit BPR per-jenis Penggunaan (yoy ) 81 Grafik 3.43 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan 82 Grafik 3.44 Perkembangan LDR & NPL BPR 82 Grafik 3.45 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy ) 83 Grafik 3.46 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq ) 83 Grafik 3.47 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 84 Grafik 3.48 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya 84 Grafik 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq ) 85 Grafik 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber-KP di Surabaya 85 Grafik 3.51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 85 xi

15 Grafik 3.52 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 88 Grafik 3.53 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 89 Grafik 3.54 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 90 Grafik Kota Dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw IV Grafik Kota Dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw IV Grafik 3.57 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 92 Grafik 3.58 Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 92 Grafik 3.59 Statistik Uang Palsu Yang Ditemukan 92 Grafik 3.60 Staistik Uang Palsu Yang Ditemukan (lembar) 93 Grafik 3.61 Staistik Uang Palsu Yang Ditemukan (nilai) 93 Grafik 3.62 Statistik Uang Palsu yang Dilaporkan Per Kota (lembar) 93 Grafik 4.1 Dana Pemerintah Prov/Kab/Kota di Perbankan 102 Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral 104 Grafik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 105 Grafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 105 Grafik 5.4 Komposisi Tenaga Kerja Informal 105 Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 108 Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 108 Grafik 5.7 NTP Nasional & Jawa Timur 109 Grafik 5.8 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 109 Grafik 5.9 lt Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim 109 Grafik 5.10 lb dan Pertumbuhanan Nasional & Jatim 109 Grafik 5.11 Ib vs Inflasi Sub Bahan Makanan 110 Grafik 5.12 NTN Nasional & Jatim 111 Grafik 5.13 NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 111 Grafik 5.14 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur 111 Grafik 6.1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 115 Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Penghasilan 115 Grafik 6.3 Estimasi Realisasi Usaha Tw I Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw I Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang & Jasa di Surabaya 117 xii

16 Ringkasan Eksekutif

17 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER) TRIWULAN IV I 2012 Kinerja perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada tahun 2012 mencapai 7,27% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 (7,22%) Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi Mengakhiri tahun 2012, kinerja perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada tahun 2012 mencapai 7,27% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 (7,22%) serta pertumbuhan ekonomi nasional yang berada pada level 6,23%. Sebagaimana diinformasikan pada tabel berikut, pertumbuhan ekonomi Jatim dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun terakhir cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional, kecuali pada tahun 2007 yang sedikit berada di bawah nasional. Jika diukur lebih lanjut, kinerja perekonomian Jatim terus meningkat, sedangkan nasional mulai mengalami perlambatan di tahun Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor impor Jatim menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Peningkatan konsumsi rumah tangga secara umum di 2012 terkait dengan cukup terjaganya daya beli masyarakat, sementara kegiatan ekspor impor masih didominasi oleh perdagangan antar daerah/provinsi. Masih kuatnya konsumsi domestik diperkuat oleh data pertumbuhan ekspor barang dan jasa antar daerah yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan kinerja ekspor antar negara/luar negeri yang justru menurun. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Pertumbuhan sektor PHR sebagai sektor yang paling dominan terutama didorong oleh pertumbuhan sub sektor perdagangan yang tercatat Triwulan IV 2012 xiii

18 RINGKASAN EKSEKUTIF mendapat permintaan tinggi seiring masih tingginya kegiatan konsumsi masyarakat Jatim. Sektor Industri Pengolahan tetap tumbuh tinggi walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didukung oleh stabilnya permintaan domestik di tengah pelemahan permintaan ekspor negara tujuan Eropa dan Amerika Serikat, dengan sub sektor pendorong terbesar adalah industri pupuk, kimia dan barang dari karet. Sektor Pertanian tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama dipicu oleh perlambatan sub sektor tanaman bahan makanan sebagai akibat adanya gangguan cuaca yaitu pergeseran musim dan tingginya curah hujan pada akhir tahun Assesmen Inflasi Kenaikan IHK di 7 (tujuh) kota pada periode laporan mengalami peningkatan sehingga secara tahunan mencapai 4,50%. Perkembangan inflasi di wilayah Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 7 1 kota pada triwulan IV-2012 sebesar 0,91% (qtq) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,93%(qtq). Hingga akhir tahun 2012, inflasi tahunan Jatim (4,50%) berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu pada kisaran 4,27% (yoy. Berdasarkan kelompok barang, hanya kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami mengalami penurunan inflasi pada tahun 2012 dan kelompok lainnya sedikit mengalami tekanan kenaikan. Rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan IV-2012 relatif berfluktuasi bila dibandingkan triwulan IV Melambatnya inflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, sub kelompok ikan diawetken, sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok bumbu-bumbuan, sub kelompok lemak dan minyak dan sub kelompok bahan makanan lainnya, pada akhirnya membentuk 1 7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%. Triwulan IV 2012 xiv

19 RINGKASAN EKSEKUTIF inflasi kelompok bahan makanan berada pada level yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun Berdasarkan disagregasinya, perlambatan laju inflasi di sepanjang triwulan IV-2012 didorong oleh melambatnya seluruh kelompok penyebab terjadinya inflasi yang memiliki rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III Melambatnya laju inflasi pada triwulan IV-2012 terutama didorong oleh perlambatan rata-rata inflasi bulanan pada kelompok core inflation, yaitu dari 0,62% menjadi 0,26%. Kondisi tersebut juga yang diikuti oleh kelompok volatile food dari 0,96% (mtm) menjadi 0,65% dan kelompok administered price dari 0,34% (mtm) menjadi 0,11%. Assesmen Perbankan Pada triwulan IV-2012, perbankan (Bank Umum dan BPR) di Jawa Timur masih menunjukkan perkembangan kinerja yang positif, tercermin dari indikator total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh dengan baik serta tingkat risiko kredit yang dicerminkan oleh rasio Non Performing Loan (NPL) terjaga di bawah 5%. Aset Bank Umum dan BPR tumbuh sebesar 20,79% (yoy) dengan penyaluran utama pada kredit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit Bank Umum dan BPR yang mencapai 26,18% (yoy) dan diiringi oleh kualitas kredit atau rasio NPL yang terjaga di kisaran 2,68%. Berlawanan dengan kredit yang tumbuh positif pada triwulan laporan, DPK justru mengalami penurunan sehingga mendorong peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencerminkan fungsi intermediasi perbankan meningkat. Peningkatan fungsi intermediasi tersebut terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat dan bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan meningkat. Triwulan IV 2012 xv

20 RINGKASAN EKSEKUTIF Ekonomi Jatim pada Tw I-2013 diperkirakan tumbuh pada rentang pertumbuhan 7,00% 7,25% Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Triwulan I-2013 Pada triwulan I-2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang pertumbuhan 7,00% 7,25% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini diperkirakan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan pada level 7,09% (yoy). Dertumbuhan perekonomian Jawa Timur dari sisi permintaan masih ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen. Penetapan tingkat Upah Minimum Kota (UMK) tahun 2013 dengan kenaikan 15% - 20% diperkirakan turut mendorong daya beli masyarakat ekonomi menengah ke bawah, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga. Komponen terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh stabil meskipun tantangan kenaikan biaya produksi akibat kebijakan penetapan TTL, UMK dan gas industri serta masih berlanjutnya pelemahan perekonomian globalakan mempengaruhi kebijakan perusahaan untuk berproduksi, ekspansi atau membuka usaha baru. Di sisi penawaran, kinerja sektor PHR diperkirakan masih cukup stabil dengan didukung tingginya transaksi perdagangan antar pulau/daerah, serta peranan subsektor hotel dan restoran yang semakin meningkat seiring membaiknya daya beli masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Menghadapi tantangan kenaikan biaya produksi di awal tahun, sektor industri pengolahan diproyeksikan sedikit melambat, ditambah dengan masih lemahnya permintaan global yaitu di kawasan Amerika Serikat dan Eropa. Sementara itu, tibanya masa tanam di sub sektor tanaman bahan makanan dan masih tingginya potensi gangguan cuaca (curah hujan dan angin) hingga akhir Februari 2013 diperkirakan turut mempengaruhi kinerja sub sektor pertanian hingga diperkirakan mengalami perlambatan meskipun masih berada pada level 1,50% (yoy). Kondisi sektoral pada triwulan I-2013 ini searah dengan indeks realisasi usaha dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) atas estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga kerja sektoral tiga sektor utama di Jawa Timur. Triwulan IV 2012 xvi

21 RINGKASAN EKSEKUTIF Pada triwulan I-2013, kinerja industri perbankan di Jawa Timur diperkirakan sedikit mengalami perbaikan, meskipun terdapat tekanan dari beberapa faktor. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik diperkirakan masih dapat terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Pelonggaran suku bunga disertai penyusunan strategi pengembangan usaha yang tepat oleh perbankan diharapkan mampu meningkatkan peran sektor perbankan untuk mendorong perekonomian daerah. Selanjutnya, pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan I-2013 diperkirakan mengalami peningkatan, meskipun tidak sebesar pertumbuhan tahun sebelumnya. Tren penurunan suku bunga perbankan diharapkan mampu mendorong pertumbuhan kredit, khususnya pada sektor produktif, namun dalam batas pertumbuhan yang terjaga. Sektor ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi perbankan untuk dibiayai. Disamping itu, kredit konsumsi juga diperkirakan masih tetap tumbuh stabil. Triwulan IV 2012 xvii

22 LAMPIRAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) JAWA TIMUR 122,53 124,36 125, ,92 128,50 129,67 130,58 131,75 134,29 135,50 - Kota Surabaya 121,93 123,53 125, ,50 128,30 129,38 130,32 131,39 133,80 135,02 - Kota Malang 122,68 124,84 125, ,03 128,46 129,91 130,51 131,63 134,34 135,89 - Kota Kediri 121,91 124,14 123, ,60 127,34 128,66 129,34 130,90 134,04 134,62 - Kota Jember 123,74 126,95 127, ,99 128,73 130,02 131,12 132,22 134,39 135,86 - Kota Probolinggo 127,23 127,92 129, ,84 131,95 132,75 133,59 135,90 139,28 140,56 - Kota Madiun 126,45 129,01 130, ,09 132,33 133,51 134,42 135,20 137,51 138,20 - Kota Sumenep 120,74 121,91 122, ,09 125,05 127,02 128,26 129,81 132,63 133,44 LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y) JAWA TIMUR 6,31 7,10 7,46 6,26 4,87 4,27 3,97 4,63 4,50 4,50 - Kota Surabaya 6,72 7,34 8,00 6,98 5,22 4,73 4,19 4,69 4,29 4,37 - Kota Malang 5,43 6,70 6,42 5,37 4,71 4,07 3,80 4,44 4,58 4,60 - Kota Kediri 5,52 6,81 5,98 4,48 4,45 3,64 4,34 5,06 5,26 4,63 - Kota Jember 5,80 7,10 7,97 5,04 4,03 2,42 2,46 4,12 4,40 4,49 - Kota Probolinggo 7,17 6,68 7,19 5,59 3,71 3,78 3,19 4,66 5,55 5,88 - Kota Madiun 5,29 6,53 6,51 5,32 4,65 3,49 3,36 3,93 3,91 3,51 - Kota Sumenep 6,17 6,75 6,31 5,70 3,57 4,19 5,10 5,46 6,06 5,06 PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy) 7,14 7,20 7,17 7,29 7,29 7,11 7,27 7,31 7,41 7,09 Pertumbuhan (YoY) - Pertanian 3,06 1,99 2,82 3,35 2,06 1,64 2,25 3,04 2,24 2,24 - Pertambangan dan Penggalian 8,42 9,25 10,34 5,44 4,55 4,85 5,09 1,66 1,32 1,32 - Industri Pengolahan 3,66 5,82 6,66 6,08 5,60 5,96 6,27 6,71 6,47 6,47 - Listrik, gas, dan air bersih 6,31 8,31 7,22 7,05 5,17 5,65 8,08 6,86 6,91 6,91 - Bangunan 5,77 8,80 7,42 10,98 8,90 8,99 10,18 5,58 4,75 4,75 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 12,66 9,74 9,60 9,47 10,44 9,69 9,69 10,54 10,78 10,78 - Pengangkutan dan komunikasi 10,19 11,25 12,41 12,14 11,61 9,85 13,01 8,08 11,14 11,14 - Keuangan, persewaan, dan jasa 6,09 9,00 8,21 8,50 8,17 7,87 7,69 7,37 7,50 7,50 - Jasa 4,45 4,08 3,89 4,48 5,96 5,82 5,18 4,96 3,89 3,89 Pertumbuhan PDRB (yoy) 7,14 7,16 6,98 7,25 7,12 7,11 7,19 7,21 7,29 7,29 xviii

23 LAMPIRAN INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR A. Perbankan INDIKATOR Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Bank Umum : Total Asset (Rp. Triliun) ,63 256,43 270,26 282,00 292,82 304,22 322,89 342,66 353,60 DPK (Rp. Triliun) ,24 217,02 226,92 234,25 250,61 252,81 262,25 273,66 289,09 - Tabungan (Rp. Triliun) 83 90,91 90,19 92,85 98,48 110,42 109,95 116,20 122,89 134,22 - Giro (Rp. Triliun) 36 35,86 38,03 40,31 41,85 40,99 42,85 43,54 46,07 47,67 - Deposito (Rp. Triliun) 84 88,47 88,79 93,76 95,31 99,20 100,00 102,50 104,70 107,20 Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor ,98 161,93 172,59 180,42 190,57 192,75 210,06 223,51 239,48 - Modal Kerja 92 95,02 95,80 102,38 107,00 113,54 112,31 123,45 129,66 139,52 - Investasi 18 19,33 21,77 23,36 23,29 24,89 26,13 28,75 31,21 33,72 - Konsumsi 39 41,63 44,36 47,37 50,12 52,15 54,32 57,86 62,64 66,25 Non Performing Loan (NPL-Gross) 3,03 2,94 3,37 3,55 3,47 2,90 2,96 2,73 2,64 2,60 Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 73,81% 72,47% 74,61% 76,06% 77,02% 76,04% 76,25% 80,10% 85,07 82,84 Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 58,64 49,78 56,27 59,07 61,29 62,35 63,21 68,87 63,65 68,53 NPL UMKM Gross (%) 3,68% 4,05 4,58 4,62 4,68 3,74 4,22 3,82 3,68 3,63 BPR : Total Asset (Rp. Triliun) 5,47 5,73 5,86 6,16 6,37 6,81 6,98 7,35 8,01 8,33 DPK (Rp. Triliun) 3,35 3,51 3,58 3,72 3,84 4,04 4,18 4,39 4,74 4,89 - Tabungan (Rp. Triliun) 1,02 1,11 1,12 1,15 1,15 1,28 1,33 1,35 1,47 1,57 - Deposito (Rp. Triliun) 2 2,40 2,46 2,58 2,69 2,76 2,85 3,03 3,27 3,32 Kredit (Rp. Triliun) 4 4,15 4,28 4,62 4,82 4,85 5,15 5,57 5,81 5,94 - Modal Kerja 3 2,86 2,94 3,13 3,22 3,18 3,36 3,63 3,78 3,80 - Investasi 0 0,12 0,11 0,13 0,14 0,14 0,16 0,17 0,20 0,28 - Konsumsi 1 1,17 1,23 1,36 1,47 1,53 1,64 1,77 1,83 1,85 Non Performing Loan (NPL-Gross) 4,99% 4,24% 4,99% 4,92% 4,77% 4,01% 4,29% 4,14% 0,04 0,03 Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 124,67% 118,28% 119,67% 115,49% 125,69% 120,01% 123,38% 127,08% 1,23 1,21 - SYARIAH : - Total Asset (Rp. Triliun) 7 7,57 8,04 9,02 10,30 11,65 12,01 13,14 14,08 16,57 DPK (Rp. Triliun) 5 5,71 6,28 7,07 7,74 9,23 9,32 9,88 10,59 12,39 - Giro (Rp. Triliun) 0 0,43 0,47 0,56 0,46 0,63 0,84 0,88 0,88 1,39 - Tabungan (Rp. Triliun) 2 2,18 2,23 2,50 2,78 3,36 4,90 5,08 5,43 4,83 - Deposito (Rp. Triliun) 3 3,10 3,58 4,01 4,50 5,24 3,58 3,92 4,28 6,18 Pembiayaan (Rp. Triliun) 4 5,14 6,16 6,96 8,08 8,84 8,93 10,03 10,68 11,99 - Modal Kerja 2 2,12 2,25 2,80 3,17 3,45 3,60 4,16 4,54 5,08 - Investasi 1 0,69 0,93 1,04 1,19 1,40 1,51 1,75 1,89 2,29 - Konsumsi 2 2,76 2,97 3,13 3,72 3,98 3,83 4,12 4,25 4,61 Non Performance Financing (NPF) % 1,37 1,08 1,14 1,45 1,41 1,21 1,36 1,43 1,63 1,43 Financing to Deposit Ratio (FDR) % 85,08 90,02 98,06 98,53 104,46 95,73 95,77 101,59 100,80 96,72 B. SISTEM PEMBAYARAN INDIKATOR Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Inflow (Rp. Triliun) 8,70 6,84 8,99 7,13 12,2 8,7 12,70 20,08 14,91 9,99 Outflow (Rp. Triliun) 9,55 5,25 3,54 7,62 14,66 8,24 6,52 12,08 14,30 11,53 Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 51,58 2,14 6,30 5,08 5,61 4,07 4,76 5,10 0,29 0,88 Nominal Transaksi RTGS 142,31 141, ,07 149,32 148,29 122,21 182,77 185,10 206,28 Volume Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 37,09 38,26 40,04 40,58 41,00 44,33 44,05 46,32 38,59 46,11 Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1,31 1,27 1,35 1,37 1,23 1,37 1,40 1,40 1,28 1,29 Tolakan Kliring (Rp. Juta) Tolakan Kliring (lembar)

24 Bab 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

25 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Kinerja perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada tahun 2012 mencapai 7,27% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 (7,22%) serta pertumbuhan ekonomi nasional yang berada pada level 6,23%. Sebagaimana diinformasikan pada tabel berikut, pertumbuhan ekonomi Jatim dalam kurun waktu 8 tahun terakhir cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional, kecuali pada tahun 2007 yang sedikit berada di bawah nasional. Jika diukur lebih lanjut, kinerja perekonomian Jatim terus meningkat, sedangkan nasional mulai mengalami perlambatan di tahun Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur Wilayah Nasional 5,69 5,50 6,35 6,01 4,63 6,20 6,46 6,23 Jawa Timur 5,84 5,80 6,11 6,16 5,01 6,68 7,22 7,27 Sumber: BPS Jawa Timur Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor impor Jatim menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Peningkatan konsumsi rumah tangga secara umum di 2012 terkait dengan cukup terjaganya daya beli masyarakat, sementara kegiatan ekspor impor masih didominasi oleh perdagangan antar daerah/provinsi. Masih kuatnya konsumsi domestik diperkuat oleh data pertumbuhan ekspor barang dan jasa antar daerah yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan kinerja ekspor antar negara/luar negeri yang justru menurun. Masih berlanjutnya perlambatan ekspor luar negeri bisa dipahami seiring masih lemahnya permintaan dunia dan penurunan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional. Sementara itu, kegiatan investasi tumbuh melambat seiring dengan terdapatnya sejumlah kendala yang mengakibatkan ekspansi kegiatan usaha relatif tertahan. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan pada kegiatan konsumtif masih lebih rendah dibandingkan penyaluran kredit ke sektor produktif. Hal ini searah dengan kebijakan Bank Indonesia yang menginginkan adanya peningkatan kredit pada sektor produktif, sedangkan pertumbuhan kredit konsumtif diharapkan melaju pada level stabil dengan tingkat prudential yang lebih baik. Triwulan IV

26 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Jawa Timur Komponen Sisi Permintaan Konsumsi Rumahtangga 7,14 7,11 6,32 4,64 7,84 5,01 7,16 6,15 2. Kons Lbg Swasta Nirlaba 3,03 6,53 4,94 1,54 5,34 8,54 7,79 5,74 3. Konsumsi Pemerintah 7,27 8,68 8,25 11,59 12,40 9,41 1,18 1,25 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,36 7,22 2,71 5,86 5,22 6,97 11,64 3,68 5. Perubahan Stok 6,10 (47,97) 14,93 (6,35) (109,40) (1.468,95) (15,09) (12,67) 6. Ekspor Barang dan Jasa 10,72 8,84 5,63 5,86 9,24 (3,11) 10,67 12,00 a. Antar Negara/Luar Negeri 25,41 12,33 6,65 9,11 8,31 8,45 11,81 3,53 b. Antar Daerah/Provinsi 2,19 6,35 4,86 3,37 10,00 (12,32) 9,55 20,50 7. Impor Barang dan Jasa 14,06 6,23 5,33 3,52 9,22 0,61 10,13 7,25 a. Antar Negara/Luar Negeri 30,13 2,34 2,43 4,61 6,77 12,30 9,37 12,62 b. Antar Daerah/Provinsi 3,26 9,53 7,62 2,70 11,10 (7,99) 10,82 2,49 Produk Domestik Regional Bruto 5,84 5,80 6,11 6,16 5,01 6,67 7,23 7,27 Sumber: BPS Jawa Timur Dari sisi penawaran, sektor-sektor utama pada struktur perekonomian Jawa Timur tetap tumbuh tinggi khususnya sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Pertumbuhan sektor PHR sebagai sektor yang paling dominan terutama didorong oleh pertumbuhan sub sektor perdagangan yang tercatat mendapat permintaan tinggi seiring masih tingginya kegiatan konsumsi masyarakat Jatim. Sektor Industri Pengolahan tetap tumbuh tinggi walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didukung oleh stabilnya permintaan domestik di tengah pelemahan permintaan ekspor negara tujuan Eropa dan Amerika Serikat, dengan sub sektor pendorong terbesar adalah industri pupuk, kimia dan barang dari karet. Sektor Pertanian tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama dipicu oleh perlambatan sub sektor tanaman bahan makanan sebagai akibat adanya gangguan cuaca yaitu pergeseran musim dan tingginya curah hujan pada akhir tahun Grafik 1.1 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Per Sektor (% yoy) Prov.Jawa Timur PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN INDUSTRI PENGOLAHAN % yoy PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 - (20,00) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV (40,00) Triwulan IV

27 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Ditinjau dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit perbankan di Jawa timur kepada sektorsektor utama secara umum menunjukkan tren peningkatan. Meskipun pertumbuhan kredit kepada sektor pertanian Triwulan IV 2012 mencatat perlambatan dibandingkan periode sebelumnya, namun kredit sektor dimaksud mencatat pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor utama lain. Sementara itu penyaluran kredit kepada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan mencatat pertumbuhan yang relatif sama dan lebih stabil. Terkait dengan hal tersebut di atas, upaya peningkatan pengelolaan risiko pada sektor utama masih menjadi tantangan dunia perbankan, utamanya pada sektor pertanian. Hal tersebut diperlukan mengingat pentingnya dukungan pembiayaan dalam pengembangan sektor pertanian dalam rangkat peningkatan ketahanan pangan daerah. Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi PenawaranProvinsi Jawa Timur Sektor Pertanian 3,16 3,99 3,13 0,78 3,92 2,23 2,53 3,49 Pertambangan Dan Penggalian 9,32 8,58 10,50 10,24 6,92 9,18 6,08 2,10 Industri Pengolahan 4,61 3,05 4,64 6,39 2,80 4,32 6,06 6,34 Listrik, Gas dan Air Bersih 6,18 4,07 11,81 (17,62) 2,72 6,43 6,25 6,21 Konstruksi 3,48 1,42 1,21 8,18 4,25 6,64 9,12 7,05 Perdagangan, Hotel Dan Restoran 9,15 9,62 8,39 2,64 5,58 10,67 9,81 10,06 Pengangkutan Dan Komunikasi 5,00 6,77 7,77 20,67 12,98 10,07 11,44 9,64 Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perush 7,49 7,46 8,47 11,89 5,30 7,27 8,18 8,01 Jasa - Jasa 4,23 5,27 5,87 19,16 5,76 4,34 5,08 5,07 Produk Domestik Regional Bruto 5,84 5,80 6,11 6,16 5,01 6,68 7,22 7,27 Sumber: BPS Jawa Timur Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Triwulan IV-2012 Menutup tahun 2012, perekonomian Jawa Timur (Jatim) triwulan IV-2012 tumbuh 7,09% (yoy) sedikit lebih rendah dari perkiraan KPwBI Wilayah IV (Jawa Timur) sebelumnya yang berada pada kisaran 7,20% - 7,30% (yoy). Kinerja ekonomi Jatim mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,41% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada periode laporan masih berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,11%. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan investasi swasta (Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB) menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Peningkatan kegiatan konsumsi rumah tangga Jatim terkorelasi dengan beberapa momentum perayaan, masih stabilnya daya beli masyarakat serta tersedianya berbagai alternatif sumber pembiayaan dengan Triwulan IV

28 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL suku bunga kompetitif. Di sisi lain, membaiknya awareness para pengambil kebijakan untuk menarik investor ke daerahnya turut mendorong kinerja investasi swasta baik berupa Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Namun, di sisi lain, kegiatan belanja pemerintah mengalami kontraksi dari 0,02% (yoy) menjadi -4,06%. Selanjutnya, membaiknya transaksi perdagangan ekspor impor Jatim terbentuk dari peningkatan transaksi ekspor barang dan jasa antar daerah. Secara keseluruhan meskipun tingkat pertumbuhan komponen utama mengindikasikan adanya peningkatan, namun analisis berdasarkan proporsinya memberikan informasi berbeda. Sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.4, proporsi konsumsi rumah tangga semakin menurun sejak triwulan I-2012, sedangkan proporsi investasi/pmtb dan net ekspor mengalami peningkatan. Kondisi ini secara keseluruhan membentuk perekonomian yang tumbuh pada level lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu ditinjau dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian masih menjadi sektor utama pendorong pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Ketiga sektor tersebut, secara berurutan menyumbang pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 0,61%, 1,73% dan 0,24%. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor PHR berada pada level yang lebih tinggi, yaitu dari 9,79% (yoy) menjadi 10,13%. Sedangkan, kedua sektor lainnya, masing-masing mengalami perlambatan, yaitu sektor industri pengolahan dari sebelumnya 7,21% menjadi 6,17% (yoy) dan sektor pertanian dari 4,36% menjadi 1,95% (yoy). Proporsi ketiga sektor utama pada perekonomian Jawa Timur Triwulan IV 2012 masih stabil yaitu sebesar 71,45%, sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan proporsi ketiganya pada Triwulan IV 2011 yang tercatat sebesar 71,10%. Grafik 1.2 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Prov.Jawa Timur 9. JASA-JASA 9,21 9,37 Tw IV KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. 5,21 Tw III ,09 6,01 Tw IV PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 5,97 6. PERDAGANGAN, HOTEL & 30,97 30,62 5. BANGUNAN 4,71 4,87 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1,32 1,41 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 28,05 27,92 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2,09 2,30 1. PERTANIAN 12,43 12, Sumber: BPS Jatim, diolah Grafik 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov.Jawa Timur Impor -47,45 Ekspor 52,26 Perubahan Stok 1,07 Pembentukan Modal Tetap Bruto 20,01 Konsumsi Pemerintah 7,15 Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0,61 Konsumsi Rumah Tangga 66,35-80,00-50,00-20,00 10,00 40,00 70,00 Sumber: BPS Jatim, diolah q q q Triwulan IV

29 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Grafik 1.5 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur % y o y Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur 6,64 6,58 6,44 6,42 6,25 6,40 6,03 6,41 6,53 6,32 5,79 5,89 5,875,83 5,85 5,18 5,01 4,37 4,33 4,00 5,81 5,42 5,28 7,14 7,20 7,29 7,29 7,27 7,31 7,41 6,53 7,17 7,11 6,50 7,09 6,90 6,17 6,50 6,50 6,506,40 6,50 6,11 5,70 5,80 4,58 4,20 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV Jasa -Jasa Keuangan, Persewaan & Jasa Perush Pengangkutan & Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Konstruksi Listrik, Gas & Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan & Penggalian Pertanian Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah 1.2. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 4,67% (yoy) dan 1,63%. Sebagaimana diinformasikan pada tabel 1.4, tingkat pertumbuhan keduanya mencapai 6,57% (yoy) dan 8,80%. Selanjutnya, kinerja ekspor impor Jatim turut mendorong pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan ekspor sebesar 12,97% (yoy) dan impor (10,36%) atau secara keseluruhan menyumbang sebesar 1,62% (yoy). Berbeda dengan triwulan sebelumnya, komponen konsumsi pemerintah justru mengalami kontraksi sebesar -4,06% (yoy) atau menyumbang -0,34% dari 7,09% (yoy) pertumbuhan ekonomi. Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur I II III IV I II III IV Konsumsi 2,38% 22,24% 21,17% 19,92% 17,09% 10,13% 16,74% 4,92% Konsumsi Rumah Tangga 5,39% 10,54% 6,26% 8,95% 6,48% 3,77% 8,36% 4,49% Konsumsi Pemerintah -8,4% 1,2% 8,6% 2,0% 4,1% 2,6% 0,0% -4,1% Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5,4% 10,5% 6,3% 9,0% 6,5% 3,8% 8,4% 4,5% Investasi (PMBT) 6,21% 7,97% 13,96% 10,61% 2,41% 5,32% 4,84% 8,80% Net Ekspor (Impor) -355,82 147,74 139,24 103,64 127,56 11,42 28,81 61,27 Eksport (Luar Negeri) 9,34% 12,26% 15,08% 10,52% 9,42% 1,50% 1,42% 2,32% Eksport (Dalam Negeri) 10,06% 8,01% 9,62% 13,86% 13,98% 19,48% 20,74% 23,32% Impor 5,59% 6,11% 8,83% 9,52% 8,56% 10,37% 9,93% 10,36% Impor (Luar Negeri) -41,50% -42,40% -42,68% -45,26% 7,22% 8,55% 6,89% 6,35% Impor (Dalam Negeri) 16,40% 14,50% 14,53% 18,01% 13,41% 15,66% 13,86% 4,82% PDRB 7,17% 7,29% 7,29% 7,11% 7,27% 7,31% 7,41% 7,09% Sumber : BPS Jatim (diolah) Triwulan IV

30 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur (%, yoy) 6 4 Grafik 1.7 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur (Triliun Rupiah) Net Ekspor Net Ekspor Antar Pulau g_net Ekspor (rhs-%yoy) g_net Ekspor Antar Pulau (rhs-%yoy) (%, yoy) Pembentukan Modal Tetap Bruto Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Jatim (diolah) -6 Sumber : BPS Jatim (diolah) -600 a. Konsumsi Pada triwulan IV , pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Tercatat pertumbuhan komponen ini mengalami peningkatan dari 5,66% (yoy) menjadi 6,57%. Membaiknya konsumsi rumah tangga Jatim pada triwulan ini turut dikonfirmasi oleh meningkatnya beberapa indikator konsumsi, seperti hasil survei penjualan eceran, konsumsi listrik rumah tangga, kredit konsumsi dan simpanan perorangan. Sementara itu, salah satu indikator konsumsi lainnya, yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami perlambatan, yang didorong oleh penurunan kedua indeks penyusunnya yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Berbeda dengan arah pertumbuhan ekonomi Jatim yang mengalami perlambatan, kinerja konsumsi masyarakat Jatim pada triwulan IV-2012 membaik. Kondisi ini terkorelasi dengan adanya beberapa momentum perayaan, masih stabilnya daya beli masyarakat serta tersedianya berbagai alternatif sumber pembiayaan dengan suku bunga kompetitif. Sebagaimana dapat dilihat pada grafik 1.7, salah satu indikator konsumsi rumah tangga Jatim yaitu hasil indeks omset penjualan mengindikasikan adanya peningkatan, khususnya untuk kelompok barang budaya dan rekreasi (indeks 163,26), kelompok konstruksi (indeks 223,95) serta kelompok makanan, minuman dan tembakau (indeks 94,52). Momentum perayaan Idul Adha, Natal dan Tahun Baru di sepanjang triwulan IV-2012 turut mendorong kenaikan indeks ketiga kelompok tersebut, sebagaimana dapat dilihat dari meningkatnya kegiatan berwisata masyarakat Jatim, khususnya pada bulan Desember Secara keseluruhan, indeks omset riil dari Hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV, mengalami kenaikan dari sebelumnya berada pada level 108,14 menjadi 109,14. Triwulan IV

31 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Indeks Grafik 1.8 Indeks Penjualan Eceran Indeks Omset Riil Peralatan Rumah Tangga Pakaian & Perlengkapannya Makanan, Minuman, Tembakau Alat Tulis Konstruksi Barang Budaya dan Rekreasi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Hasil Survei PenjualanEceran BI (diolah) Grafik 1.9 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 150 Konsumsi Listrik Kwh/pelanggan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PLN (diolah) 1, Sementara itu, indikator konsumsi listrik rumah tangga mengindikasikan terjadinya peningkatan konsumsi (lihat grafik 1.8), yaitu dari 843,2 juta Kwh menjadi 906,7 juta Kwh atau sama dengan meningkat dari 109,72 menjadi 115,39 Kwh per pelanggan. Peningkatan konsumsi listrik rumah tangga turut dipicu oleh peningkatan jumlah rumah tangga yang dilayani dari 7,68 juta menjadi 7,86 juta, atau meningkat sebesar 2,24% (qtq). Selain itu, momentum perayaan hari besar keagamaan serta persiapan menyambut Tahun Baru turut mendorong jumlah konsumsi seiring makin maraknya kegiatan rumah tangga dalam merespon ketiga momentum tersebut. Sebagai salah satu sumber pembiayaan belanja rumah tangga, indikator simpanan perorangan terindikasi tumbuh melambat yaitu dari 24,74% (yoy) menjadi 15,34%. Arah perlambatan indikator ini turut mengkonfirmasi tren peningkatan konsumsi rumah tangga dengan didorong oleh penurunan pertumbuhan simpanan jenis tabungan (dari 15,92% menjadi 29,29%), giro (dari 23,62% menjadi 16,68%) serta deposito (dari 10,55% menjadi 6,58%). Faktor lainnya yang mendorong perlambatan indikator ini adalah tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia per tanggal 9 Februari 2012 yang kemudian turut mempengaruhi suku bunga simpanan bank, sehingga nasabah cenderung memindahkan simpanannya pada bentuk investasi lain, seperti emas, yang mengalami tren penurunan harga pada periode laporan. Sebagai sumber pembiayaan lainnya, kondisi serupa tercermin pula pada peningkatan kinerja pertumbuhan kredit konsumsi Bank Umum, yaitu dari 25,12% (yoy) menjadi 27,19%. Pola ini searah dengan tren kenaikan konsumsi rumah tangga Jatim pada triwulan laporan. Ke depan diperkirakan kinerja kredit konsumsi berpotensi mengalami peningkatan menyusul pemberlakuan Kebijakan Bank Indonesia yang mengatur batas maksimum suku bunga kartu kredit sebesar 2,95% per bulan dalam rangka meningkatkan aspek perlindungan konsumen Triwulan IV

32 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL dan mendukung praktek pemberian Kartu Kredit yang lebih memperhatikan manajemen risiko pemberian kredit %, yoy Grafik Perkembangan Kredit Konsumsi Modal Kerja Investasi Konsumsi Grafik 1.11 Dana Simpanan Perbankan Perorangan gdpk Perorangan ggiro Perorangan gtab Perorangan gdep Perorangan Tw I Mei Juli Tw III Nop Jan Tw I Mei Jul Tw III Nop Januari Tw I Mei Juli Tw III Nopember - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (10) Sumber : LBU BI (dioah) Perlambatan konsumsi masyarakat turut dikonfirmasi oleh hasil survei konsumsi, yang mengindikasikan penurunan indeks sebagai akibat dari menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menjadi sebesar 102,73 dan 109,07. Kekhawatiran atas perkembangan ekonomi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dan ketidakpastian ekonomi global diterjemahkan oleh para responden dengan menurunnya keyakinan ketersediaan lapangan pekerjaan dan penghasilan saat ini. Selain itu, juga terdapat kecenderungan untuk melakukan penundaan pembelian barang tahan lama, seperti elektronik dan kendaraan bermotor. Kondisi ini diindikasikan dengan menurunnya Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama dari sebelumnya 130 menjadi 108. Demikian pula, responden memiliki menurunkan ekspektasinya atas perkembangan perekonomian Indonesia oleh penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dari 125,73 menjadi 109, Grafik 1.12 Survei Konsumen Keyakinan Konsumen INDEKS Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) INDEKS Grafik 1.13 Survei Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah) Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah) Triwulan IV

33 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL b. Investasi Triliun Rp Grafik 1.14 Perkembangan PMTB Pembentukan Modal Tetap Bruto 0,10 gpmtb (rhs) 0,08 0,06 0,04 0,02 0,00-0,02-0,04 0-0,06 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Jawa Timur, diolah Sumber : BPS Jatim (diolah) Kinerja investasi Jawa Timur yang tercermin pada tingkat pertumbuhan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB) pada triwulan IV-2012 meningkat dari sebesar 4,84% (yoy) menjadi 8,80%. Namun, jika diukur berdasarkan proporsinya terindikasi mulai mengalami penurunan sejak triwulan I Telah dijelaskan sebelumnya pula bahwa pola yang sama terjadi pada indikator konsumsi rumah tangga, sehingga patut diwaspadai dampak lanjutannya di masa mendatang atas kinerja pertumbuhan ekonomi Jatim. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan mengindikasikan hal serupa pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dapat dilaporkan, bahwa realisasi investasi jenis PMA mengalami peningkatan dari USD 232,2 juta (66 proyek) menjadi USD 872,2 juta (294 proyek) atau pertumbuhannya meningkat dari -7% (yoy) menjadi 12%. Demikian pula dengan kinerja investasi jenis PMDN yang tercatat meningkat dari Rp.5,165 milyar (36 proyek) menjadi Rp milyar (232 proyek) atau pertumbuhannya meningkat dari 92% (yoy) menjadi 292%. Hasil kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV turut menguraikan penyebab peningkatan signifikan realisasi investasi di akhir tahun yaitu faktor agresifnya Pemerintah Daerah guna menarik investor ke daerahnya. Beberapa hal yang dilakukan meliputi pemberian kemudahan dalam proses pengajuan perijinan usaha, jaminan bantuan penyelesaian masalah birokrasi serta perbaikan layanan infrastruktur, diantaranya berupa penambahan kapasitas bandar udara di daerah, pembangunan alternatif pelabuhan laut serta perbaikan akses jalan ke daerah industri. Namun, dengan adanya kebijakan Pemerintah berupa kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan Upah Minimum Kota (UMK) diperkirakan dapat mempengaruhi realisasi investasi di tahun Bahkan beberapa pelaku usaha berencana melakukan relokasi usaha ke luar negeri sebagaimana diuraikan dalam Boks 1 Dampak Kenaikan UMK terhadap Kinerja Sektor Usaha Tahun 2013, yang merupakan analisis dari hasil Quick Survey pada triwulan IV Triwulan IV

34 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.15 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Proyek Investasi Jumlah Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN Perubahan Jumlah Proyek PMDN 300% 200% Jumlah Nilai Proyek PMA (USD million) g Nilai Proyek PMA Nilai Proyek PMDN (Rp miliar) g Nilai Proyek PMDN 1200% 1000% 800% 600% 400% % % 100 0% % % - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -100% - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -400% Sumber: BKPM Sumber: BKPM %, yoy Grafik Perkembangan Kredit Investasi Modal Kerja Investasi Konsumsi Tw I Mei Juli Tw III Nop Jan Tw I Mei Jul Tw III Nop Januari Tw I Mei Juli Tw III Nopember Sumber : LBU BI (dioah) Indikator lainnya juga mengindikasikan hal yang sama, sebagaimana tercermin dari membaiknya kinerja penyaluran kredit investasi yang merupakan salah satu sumber pembiayaan investasi dari Bank Umum. Pada periode laporan tercatat pertumbuhan kredit jenis ini meningkat dari 35,59% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 36,28%. Tren ini diharapkan terus berlanjut sebagai respon atas kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong kinerja penyaluran kredit pada sektor produktif melalui strategi penurunan suku bunga kredit. Selanjutnya, indikator kinerja impor barang modal mengindikasikan adanya peningkatan transaksi dibandingkan periode sebelumnya. Tren ini turut mengkonfirmasi membaiknya iklim investasi Jatim, selain faktor upaya penambahan investasi berupa lahan atau pabrik baru. Hasil kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV pun mengindikasikan hal serupa dengan bertambahnya jumlah investor baru baik dari dalam dan luar negeri di wilayah Jatim. Meskipun beberapa pelaku usaha dengan produk yang memiliki tujuan ekspor masih melakukan aksi wait and see, karena masih belum Triwulan IV

35 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL membaiknya permintaan global. Namun, indikator investasi lainnya, yaitu volume penjualan semen di wilayah Jatim sedikit melambat, meskipun masih berada pada level tinggi yaitu di atas 13,5% (yoy). Grafik 1.18 Perkembangan Volume Penjualan Semen (TON) Penjualan Semen g_penjualan Semen (%, yoy) 30% 20% 10% 0% -10% -20% Grafik 1.19 Perkembangan Impor Barang Modal Capital Goods g_capital Goods (20) 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (40) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Bank Indonesia c. Ekspor-Impor Mengawali tahun 2012, tercatat transaksi perdagangan Jatim mengalami peningkatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan mencatatkan kinerja net ekspor sebesar Rp. 3,94 trilyun, sebagai lanjutan tren positif sejak triwulan II Membaiknya kinerja ekspor impor Jatim dipicu oleh peningkatan nilai net ekspor perdagangan antar pulau ( Rp. 4,91 triliun) dalam mengimbangi ekspor impor luar negeri Jatim yang kembali mencatatkan nilai net impor (Rp. 0, 97 triliun). Turut mengkonfirmasi kondisi net impor perdagangan luar negeri Jatim yaitu hasil Laporan Aplikasi Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan Permohonan Impor Barang (PIB) yang mencatatkan kondisi net impor sebesar USD 2.438,9 juta dengan faktor pendorong dari melambatnya kinerja ekspor barang bahan baku (intermediate goods) sedangkan transaksi impor relatif stabil terjaga pada nilai USD juta. Berdasarkan data ini, kinerja perdagangan luar negeri Jatim terus mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya. Ekspor barang bahan baku menurun akibat masih lemahnya permintaan global dan penurunan harga komoditas internasional. Selain itu, merembetnya pelemahan ekonomi negara emerging seperti Cina dan India, turut mempengaruhi kinerja ekspor Jatim pada periode laporan. Triwulan IV

36 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim (Rpjuta) Net Ekspor Net Ekspor Antar Pulau Grafik 1.21 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim (USDjuta) NET EKSPOR (USD Juta) Net Capital Goods Net Intermediate Goods Net Consumption Goods I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ( ) ( ) Sumber: BPS Jatim I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (200) (400) (600) (800) Sumber: Bank Indonesia Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Per Jenis Barang Grafik 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang Capital Goods Intermediate Goods Consumption Goods I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (10) (20) (30) g_total Ekspor g_capital Goods (rhs) 250 g_intermediate Goods (rhs) g_consumption Goods (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (50) (100) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia (USDjuta) Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor Total Ekspor g_total Ekspor (%, yoy) I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV (20) (40) (60) Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Impor (USDjuta) Total Impor g_total Impor (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (20) (40) (60) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Triwulan IV

37 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL (USDjuta) Grafik 1.26 Nilai Impor per Jenis Barang Capital Goods Intermediate Goods Consumption Goods 160,0 140,0 120,0 100,0 Grafik 1.27 Pertumbuhan Impor per Jenis Barang (%, yoy) g_total Impor g_capital Goods g_intermediate Goods g_consumption Goods , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 0,0-20,0-40,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ,0 Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Kondisi serupa turut diindikasikan oleh perolehan data dari kegiatan bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Perak. Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 1.28, terjadi penurunan jumlah kontainer yang melakukan kegiatan bongkar/impor, dengan dominasi pada jenis pengiriman barang antar pulau (8,47% - yoy). Sedangkan arus muat/ekspor melambat dengan dominasi pada jenis pengiriman barang antar negara (3,12%). Tercatat penurunan arus bongkar muat kontainer baik yang ditujukan untuk pasar internasional maupun domestik, secara total masih tumbuh positif sebesar 5,08% (yoy) atau menjadi sebanyak Teus. Dapat diinformasikan pula bahwa jumlah kapal yang melakukan transaksi bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak mengalami penurunan sebesar 5,39%, namun masih lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang dilaporkan menurun 10,95%. Grafik 1.28 Statistik Kontainer di Tanjung Perak Grafik 1.29 Statistik Discharge-Loaded di Tanjung Perak Total Kontainer (Teus) Ships Call Sumber: PT X, Tanjung Perak I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Discharge Loaded gdischarge gloaded I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (10) (20) (30) TEUS Sumber: PT X, Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak Triwulan IV

38 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.30 Statistik Kontainer Internasional Discharge Loaded gdischarge gloaded (10) (20) Grafik 1.31 Statistik Kontainer Domestik Discharge Loaded gdischarge gloaded (20) (40) - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (30) - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (60) TEUS % TEUS Sumber: PT X, Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak 1.3. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada tahun 2012 secara keseluruhan masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor. Pada triwulan IV-2012, ketiga sektor tersebut masih mendominasi struktur perekonomian di Jawa Timur dengan rincian kontribusi 30,97% (Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran), 28,05% (Industri Pengolahan), dan 12,43% (Sektor Pertanian). Secara umum, jumlah kontribusi ketiga sektor utama tersebut mencapai 71,45%. Tabel.1.5 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Permintaan I II III IV I II III IV Pertanian 2,82 3,35 2,06 1,64 2,76 4,68 4,36 1,95 Pertambangan 10,3 5,4 4,5 4,9 5,1 1,7 1,0 1,1 Industri Pengolahan 6,66 6,08 5,60 5,96 6,23 5,74 7,21 6,17 Listrik, Gas & Air Bersih 7,22 7,05 5,17 5,65 7,07 6,69 5,25 5,90 Bangunan 7,42 10,98 8,90 8,99 10,18 5,58 6,84 6,10 Perdagangan, Hotel & Restoran 9,60 9,47 10,44 9,69 9,69 10,61 9,79 10,13 Pengangkutan & Komunikasi 12,41 12,14 11,61 9,85 13,17 8,05 8,79 9,10 Keuangan, Persewaan & Jasa Pe 8,21 8,50 8,17 7,87 7,76 8,92 8,18 7,20 Jasa-jasa 3,89 4,48 5,96 5,82 5,18 4,96 4,63 5,50 PDRB 7,17 7,29 7,29 7,11 7,27 7,31 7,41 7,09 Sumber : BPS Jatim (diolah) Triwulan IV

39 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.32 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Grafik 1.33 Pertumbuhan Sektor Pendukung 60,00 8,00 20,00 15,00 50,00 40,00 30,00 6,00 4,00 2,00 15,00 10,00 10,00 5,00 20,00 10,00 % 0,00-10,00-20,00-30,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV gpertanian 0,00-2,00-4,00-6,00-8,00-10,00 5,00 0,00 % -5,00-10,00-15,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV gpengangkutan & Komunikasi (rhs) 0,00-5,00-10,00-15,00 gindustri Pengolahan gjasa-jasa Sumber: BPS Jatim (diolah) gperdagangan, Hotel & Restoran (rhs) Sumber: BPS Jatim (diolah) gkeuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan. Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor Pendukung P 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 % -5,00-10,00-15,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Jatim (diolah) gpertambangan dan Penggalian gbangunan (rhs) glistrik, Gas & Air Bersih (rhs) 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00-10,00-15,00-20,00-25,00-30,00 Pada triwulan IV-2012, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 10,13% (yoy), lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 9,79% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan Sub Sektor Perdagangan dengan pertumbuhan 10,52% (yoy). Sementara sub sektor lain yaitu restoran tumbuh 8,59% (yoy), disusul kemudian dengan sub sektor hotel dengan pertumbuhan sebesar 7,21% (yoy). Tibanya masa liburan akhir tahun dan perayaan natal serta tahun baru diperkirakan menjadi pendorong peningkatan kinerja ketiga sub sektor tersebut. Sektor dengan pertumbuhan tertinggi selanjutnya dalam perekonomian Jawa Timur pada triwulan IV-2012 adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 9,10% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,79% (yoy). Dorongan terbesar pertumbuhan berasal dari sub sektor komunikasi dengan pertumbuhan 10,65% (yoy) yang didorong oleh peningkatan aktivitas komunikasi masyarakat Triwulan IV

40 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL pada saat libur natal dan tahun baru. Sementara itu sub sektor angkutan mengalami pertumbuhan sebesar 7,51% (yoy) atau sedikit di atas pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,34% (yoy). Dorongan pertumbuhan terbesar adalah pada angkutan udara yaitu mencapai 10,96% (yoy). Industri pengolahan pada triwulan IV-2012 mencatat pertumbuhan sebesar 6,17% (yoy), sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,21% (yoy). Pertumbuhan Industri Pengolahan Jawa Timur pada periode ini terutama didorong oleh pertumbuhan industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 15,02% (yoy). Selain itu, industri logam dasar besi dan baja juga mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi di kisaran 13,97%, meningkat cukup signifikan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,97% (yoy). Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV, tingkat utilisasi kapasitas produksi di Jawa Timur tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 73,73% menjadi 75,66% (lihat grafik 1.35). Dari sisi sektoral, peningkatan kapasitas produksi ini utamanya dipicu oleh nilai utilisasi produksi di sektor pertambangan (81,67%), disusul kemudian dengan industri pertanian (79,43%) dan industri pengolahan (74,22%). Grafik 1.35 Grafik 1.36 Utilisasi Kapasitas Produksi Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral 90,00 80,00 70,00 73,8 73,2 69,3 69,5 70,7 74,3 73,9 73,3 73,674,5 78,1 77,1 73,7 75,7 120,00 100,00 80,00 %, SBT Total Pertambangan Listrik, Gas dan Air Bersih Pertanian Industri Pengolahan 60,00 60,00 50,00 40,00 40,00 20,00 30,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 0,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah) Sumber : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah) Kondisi yang sedikit berbeda diperoleh dari perkembangan kegiatan usaha melalui angka indeks realisasi usaha hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengalami perlambatan dari 16,30 menjadi 12,71. Secara sektoral, indeks realisasi usaha tertinggi adalah pada sektor industri pengolahan (3,99), diikuti kemudian dengan sektor pertanian (3,40) dan sektor jasa-jasa (2,27). Triwulan IV

41 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL S B T ,05 22,1 11,35 Grafik 1.37 Indeks Realisasi Usaha 25,86 22,32 21,6 23,29 19,55 20,88 18,54 15,81 11,6 12,65 8,49 4,15 6,47 6,43 1,1 26,35 35,87 31,82 16, ,30 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -0,45-1,85-1, Grafik 1.38 Indeks Realisasi Usaha Sektoral TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR ,23-18,91 Indeks Realisasi Usaha I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: SKDU BI Surabaya Sumber: SKDU BI Surabaya a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Pada triwulan IV-2012, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 10,13% (yoy), lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan sub sektor Perdagangan yang tumbuh 10,52% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,11% (yoy). Sementara sub sektor restoran tumbuh 8,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 8,48% (yoy). Sementara itu sub sektor hotel tumbuh 7,21%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 7,47% (yoy). Peningkatan konsumsi masyarakat seiring dengan tibanya masa liburan akhir tahun dan perayaan natal serta tahun baru diperkirakan menjadi pendorong peningkatan kinerja ketiga sub sektor tersebut. Grafik 1.39 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim Grafik 1.40 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 60% % TPK Hotel Berbintang Jatim 5 4 Asing Indonesia Total 55% 50% 45% 40% H A R I % 30% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Jatim (diolah) 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Jatim (diolah) Triwulan IV

42 I II I II I II I II I II I II BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perlambatan kinerja kinerja subsektor hotel di Jawa Timur dikonfirmasi oleh perlambatan pertumbuhan beberapa indikator seperti Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan lama tinggal tamu di Hotel Berbintang. Tercatat, TPK Hotel Berbintang mengalami penurunan dari sebelumnya mencapai 47,11% pada triwulan III-2012 menjadi 45,72% pada triwulan IV Indikator rata - rata lama menginap tamu di hotel berbintang turut mengindikasikan adanya penurunan, baik tamu asing maupun domestik. Tercatat rata-rata lama menginap tamu asing pada triwulan III adalah selama 2,36 hari, sementara pada pada triwulan IV-2012 berkurang menjadi selama 2,18 hari. Begitu pula dengan rata-rata menginap tamu domestik yang berkurang dari 2 hari pada triwulan III-2012, menjadi 1,69 hari pada periode laporan. Namun demikian, penurunan tersebut tidak terlalu signifikan dikarenakan masih tertahan oleh tingginya permintaan hotel pada saat libur natal dan tahun baru. Berbeda dengan ketiga indikator sebelumnya, indikator jumlah wisatawan asing melalui Bandara Juanda dan konsumsi listrik bisnis di Jawa Timur pada triwulan ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah penumpang internasional meningkat dari ribu (triwulan III-2012) menjadi (triwulan IV-2012). Pertumbuhan konsumsi listrik golongan bisnis/industri mencatat peningkatan dari sebesar 11,11% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi 53,72% (yoy) pada triwulan IV Seiring dengan relatif stabilnya kebutuhan masyarakat untuk melakukan perjalanan terutama di hari libur dan cuti bersama, maka kinerja subsektor perhotelan dan restoran diperkirakan masih terus berada dalam tren peningkatan. Namun demikian, adanya kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan Upah Minimum Kabupaten / Kota di tahun 2013 diperkirakan dapat menghambat pertumbuhan sektor ini. Grafik 1.41 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda Grafik 1.42 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis Jml Penumpang Intl Ribu Orang gpenumpang Intl (rhs) %yoy 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% Kwh Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% 0 III IV III IV III IV III IV III IV III IV -20% 80 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -30% Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah) Sumber : PLN (diolah) Triwulan IV

43 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL b. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan sebesar 6,17% (yoy), lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,21% (yoy). Pertumbuhan Industri Pengolahan Jawa Timur pada periode ini terutama didorong oleh pertumbuhan industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 15,02% (yoy). Selain itu, industri logam dasar besi dan baja juga mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi di kisaran 13,97%, meningkat cukup signifikan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,97% (yoy). Hampir seluruh subsektor pada sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan tahunan positif, kecuali pada sub sektor pengolahan semen dan barang galian bukan logam (-7,07%) serta sub sektor barang lainnya (- 6,69%). 6,00 4,00 Grafik 1.43 Pertumbuhan Sektor Indusri Pengolahan % 20,00 10,00 Grafik 1.44 Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku 5000 (USDjuta) Capital Goods Intermediate Goods Consumption Goods ,00 0, ,00 % -2,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ,00-20, ,00-6,00 Sumber: BPS Jatim (diolah) gmakanan Minuman dan Tembakau gkertas dan Barang Cetakan gpupuk, Kimia dan Barang dari Karet glogam dasar besi dan baja -30,00-40, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Perbaikan kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh ketiga indikatornya, yaitu impor bahan baku dan modal, konsumsi bahan bakar dan listrik sektor industri. Meskipun impor bahan baku mengalami sedikit menurun, namun impor barang modal mencatatkan peningkatan signifikan. Kondisi ini merefleksikan rencana investasi para pelaku usaha untuk mengganti maupun menambah mesin produksi di wilayah Jawa Timur. Grafik 1.45 Perkembangan Pertumbuhan Impor Impor Barang Bahan Baku 160,0 (%, yoy) g_total Impor g_capital Goods 140,0 g_intermediate Goods g_consumption Goods 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -20, ,0-60,0 Grafik 1.46 Konsumsi Listrik Golongan Industri Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan % 980 Kwh I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PLN (diolah) 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Triwulan IV

44 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL c. Pertanian Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Jawa Timur mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,95% (yoy). Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Sektor/Sub Sektor I II III IV Total I II III IV Total Pertanian 2,82 3,35 2,06 1,64 2,53 2,76 4,68 4,36 1,95 3,49 Tanaman Bahan Makanan 1,88 2,18 2,43 0,90 1,92 1,91 5,09 4,94-1,49 2,88 Tanaman Perkebunan 3,76 3,97-1,53 9,36 3,03 3,94 2,82 1,02 2,81 2,37 Peternakan 5,91 6,40 4,42 0,61 4,18 3,34 3,42 3,24 4,68 3,69 Kehutanan 4,60 4,83 7,62 8,04 6,11 23,03 16,52 40,51 26,89 26,27 Perikanan 3,92 4,28 3,00-2,78 2,02 4,02 4,55 5,10 4,12 4,46 Sumber : BPS Jawa Timur Pada triwulan IV-2012, sub sektor tanaman bahan makanan menunjukkan perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar -1,49%. Hal tersebut diperkirakan disebabkan oleh faktor cuaca dimana terjadi pergeseran musim sehingga musim kemarau lebih panjang daripada biasanya, sementara curah hujan akhir tahun sangat tinggi. Hal tersebut dikonfirmasi oleh penurunan produksi beberapa jenis tanaman bahan makanan pokok yaitu padi dan jagung. Pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi tanaman pangan di Jatim, salah satunya dengan mengembangkan jaringan irigasi seluas ha, dengan memanfaatkan potensi baru, seperti pemanfaatan air Bojonegoro Barrage Kab. Bojonegoro, pengembangan jaringan irigasi Jabung Ring Dike dan Bengawan Jero Kab. Lamongan serta pengembangan irigasi Rawa Paras dan Papar Peterongan (Kediri dan Jombang). Sementara itu, pemerintah Bojonegoro juga berupaya mengatasi kekeringan yang selalu datang setiap tahun dengan membangun 179 unit embung penampung air hujan pada tahun Grafik 1.47 Grafik 1.48 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa Timur Ha Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha) gluas Panen Padi (%) gluas Tanam Padi (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah) % Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha) 200 gluas Panen Jagung (%) gluas Tanam Jagung (%) Ha (50) (100) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah) % (20) (40) (60) (80) Triwulan IV

45 I I I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.49 Luas Lahan Puso di Jawa Timur Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha) gluas Puso Padi (%) gluas Puso Jagung (%) Ha I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV % (2.000) Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah) d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Pada periode laporan kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan masih relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, pertumbuhan sektor ini sedikit melambat dari sebesar 8,18% pada triwulan III-2012 menjadi 7,20% (yoy) pada triwulan IV Semua sub sektor yaitu sub sektor bank, sub sektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank, Sub Sektor Jasa Penunjang Keuangan, Sub Sektor Sewa Bangunan dan Sub Sektor Jasa Perusahaan menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan tertinggi adalah pada sub sektor bank dengan dengan pertumbuhan mencapai 8,74% (yoy). Di sisi lain, sumber pembiayaan perbankan untuk berbagai sektor ekonomi masih cenderung menunjukan peningkatan diantaranya pertumbuhan dana pihak ketiga, net interest margin dan fee based income. Sementara itu, penurunan Rasio Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional menunjukkan adanya peningkatan efisensi biaya yang telah dilakukan perbankan di Jawa Timur. Grafik 1.50 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa a Timur 30,00 % yoy 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - Kredit DPK Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Sumber : LBU BI (dioah) Grafik 1.51 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur 160,00% Nilai Net Interest Margin (NIM) gnet Interest Margin (NIM) 140,00% 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% II III IV II III IV II III IV Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Triwulan IV

46 I I I I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.52 Perkembangan Fee-Based Income Fee Based Income g.fee Based Income 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% Grafik 1.53 Perkembangan Interest-Based Income Interest Based Income g.interest Based Income % % ,00% % II III IV II III IV II III IV II III IV 10,00% 0,00% -10,00% -20,00% -30,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 10% 0% -10% Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Grafik 1.54 Perkembangan Pendapatan Biaya Operasional Bank Umum Pendapatan Operasional - Biaya Operasional BO/PO 140,60 120, , , ,60 - ( ) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ,60 20,60 ( ) Sumber: Laporan Bulanan Perbankan 0,60 e. Bangunan Kinerja sektor bangunan pada akhir tahun 2012 menunjukan perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 6,84% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi sebesar 6,10% pada triwulan IV Kondisi tersebut terkonfirmasi oleh perlambatan pertumbuhan volume penjualan semen dari 17,81% (yoy) menjadi 13,54% (yoy). Selain itu, perlambatan juga terjadi pada kinerja penyaluran kredit pada sektor konstruksi dari sebesar 44,97% (yoy) menjadi sebesar 38,23% (yoy) pada triwulan IV Tabel 1.7 Pertumbuhan Sektor Bangunan Tahun 2011 Tahun 2012 Tw I 7,42 10,18 Tw II 10,98 5,58 Tw III 8,90 6,84 Tw IV 8,99 6,10 Total 9,12 7, Grafik 1.56 Volume Penjualan Semen di d Jawa Timur (TON) Penjualan Semen g_penjualan Semen (%, yoy) 30% 20% 10% 0% -10% -20% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -30% Triwulan IV

47 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sumber: Asosisasi Semen Indonesia Beberapa indikator yang mengkonfirmasi perlambatan kinerja sektor bangunan antara lain data penjualan semen, pembangunan dan penjualan properti residensial di Jawa Timur. Pertumbuhan volume penjualan semen pada triwulan IV-2012 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2012, yaitu dari sebesar 17,81% (yoy) menjadi 13,54% (yoy). Selain itu, walaupun secara umum pertumbuhan rata-rata pembangunan dan penjualan properti residensial di Jawa Timur menunjukkan tren meningkat, namun pada triwulan IV-2012 terjadi perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Beberapa faktor yang diperkirakan menahan pertumbuhan kinerja sektor bangunan antara lain kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan upah pekerja, mahalnya biaya perizinan, penambahan fasilitas umum pada perumahan dan kenaikan uang muka KPR disebabkan permintaan rumah dari kelas menengah. Grafik 1.57 Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial 45 KECIL MENENGAH BESAR Grand Total , ,69 10, , , Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : SHPR, KPw BI Wilayah IV Jawa Timur Grafik 1.58 Rata-Rata Penjualan Properti Residensial KECIL BESAR 25, ,69 9, , ,43 8,87 11, ,13 9, ,96 7 5,07 5, , Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : SHPR, KPw BI Wilayah BI Jawa Timur MENENGAH Grand Total 21 f. Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV-2012 menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,79% (yoy) menjadi 9,10% (yoy). Hal tersebut didorong oleh pertumbuhan seluruh sub sektor yaitu sub sektor pengangkutan dan komunikasi. Sub sektor pengangkutan tumbuh 7,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,34% (yoy). Pada sub sektor ini, pertumbuan tertinggi adalah pada angkutan udara sebesar 10,96% (yoy), dan angkutan laut dengan prosentase sebesar 9,54% (yoy). Pertumbuhan strategi pemasaran maskapai penerbangan yang cukup baik antara lain dengan penerapan efisiensi biaya penerbangan, kemudahan pembelian tiket secara on line tanpa harus melalui agen, serta promosi penjualan tiket dengan harga promo masih menjadi faktor pendorong peningkatan jumlah penumpang moda transportasi udara. Tren peningkatan tersebut dapat dijadikan alasan tingginya Triwulan IV

48 I I I I I I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL pertumbuhan industri transportasi udara di Indonesia, yaitu mencapai 20% dalam 5 (lima) tahun terakhir. Sub sektor komunikasi juga mencatat pertumbuhan dari sebesar 10,18% menjadi sebesar 10,65%. Hal tersebut ditunjukkan oleh semakin gencarnya promo yang dilakukan oleh beberapa operator komunikasi jelang akhir tahun Selain itu, dapat diinformasikan pula bahwa salah satu operator telekomunikasi terbesar telah menerapkan strategi promo akhir tahun di wilayah Jawa Timur melalui bonus volume layanan baik untuk voice, sms maupun data. Promo dimaksud pada akhirnya akan mendorong operator lain untuk melakukan promo serupa yang semakin mendorong peningkatan penggunaan fasilitas komunikasi di Jawa Timur. Gambar 1.59 Gambar 1.60 Arus Penumpang di Tanjung Perak Arus Barang di Tanjung Perak Jml Penumpang Ribu Orang g Jml Penumpang (rhs) % yoy 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% RibuTon Vol Barang g Jml Barang (rhs) % yoy 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% 10-30% % -10 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -80% Sumber : BPS Provinsi Jatim Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah) Gambar 1.61 Penumpang Domestik di Bandara Juanda Gambar 1.62 Penumpang Internasional di Bandara Juanda Ribu Orang Jml Penumpang Domestik %yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% Jml Penumpang Intl Ribu Orang II III IV II III IV II III IV gpenumpang Intl (rhs) %yoy II III IV II III IV II III IV 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah) Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah) Triwulan IV

49 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BOKS 1 Dampak Kenaikan UMK Terhadap Kinerja Sektor Usaha Tahun 2013 A. Overview Kenaikan UMK Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) adalah besaran upah minimum yang diterima pekerja tetap di sektor formal di suatu kota/kabupaten berdasarkan Kriteria Hidup Layak (KHL) yang diajukan tiap tahunnya. KHL merupakan standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan satu bulan yang meliputi kebutuhan pangan, sandang, papan, transportasi, kesehatan, pendidikan, rekreasi, tabungan dan diatur dalam Permenakertrans Pelaksanaan Tahapan Pencapaian KHL. No. 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Di Jawa Timur, kenaikan dan besaran UMK ditetapkan dengan Peraturan Gubenur No. 72 Tahun 2012 yang mulai berlaku sejak 1 Januari Detail informasi terkait data UMK Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel 1. Sumber : Lampiran Peraturan Gubernur No. 72 Tahun 2012 Tabel 1 UMK Kota Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2013 No Kabupaten/Kota UMK 2012 UMK 2013 % 1 Kota Surabaya Rp Rp ,42 2 Kab. Gresik Rp Rp ,42 3 Kab. Sidoarjo Rp Rp ,38 4 Kab. Pasuruan Rp Rp ,38 5 Kab. Mojokerto Rp Rp ,76 6 Kota Malang Rp Rp ,40 7 Kab. Malang Rp Rp ,91 8 Kota Batu Rp Rp ,25 9 Kota Kediri Rp Rp ,76 10 Kab. Kediri Rp Rp ,10 11 Kab. Jombang Rp Rp ,67 12 Kota Pasuruan Rp Rp ,65 13 Kab. Pamekasan Rp Rp ,68 14 Kab. Tuban Rp Rp ,98 15 Kab. Lamongan Rp Rp ,23 16 Kab. Bojonegoro Rp Rp ,70 17 Kab. Jember Rp Rp ,69 18 Kab. Banyuwangi Rp Rp ,73 19 Kab. Probolinggo Rp Rp ,90 No Kabupaten/Kota UMK 2012 UMK 2013 % 20 Kab. Bangkalan Rp Rp ,16 21 Kota Probolinggo Rp Rp ,66 22 Kota Mojokerto Rp Rp ,86 23 Kab. Lumajang Rp Rp ,60 24 Kab. Sumenep Rp Rp ,97 25 Kab. Blitar Rp Rp ,47 26 Kota Blitar Rp Rp ,47 27 Kab. Tulungagung Rp Rp ,67 28 Kota Madiun Rp Rp ,29 29 Kab. Situbondo Rp Rp ,59 30 Kab. Bondowoso Rp Rp ,25 31 Kab. Sampang Rp Rp ,08 32 Kab. Nganjuk Rp Rp ,32 33 Kab. Ngawi Rp Rp ,38 34 Kab. Madiun Rp Rp ,97 35 Kab. Magetan Rp Rp ,50 36 Kab. Pacitan Rp Rp ,30 37 Kab. Ponorogo Rp Rp ,03 38 Kab. Trenggalek Rp Rp ,93 Triwulan IV

50 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Rata-rata kenaikan UMK Jawa Timur 2013 (yoy) sebesar 21,51%. Kota dengan kenaikan tertinggi sebesar 38,42% adalah Surabaya dan Gresik, sedangkan yang terendah adalah Pamekasan dengan kenaikan 8,68%. Menyikapi kenaikan tersebut, terdapat beragam pendapat dari kalangan pekerja. Sebagian beranggapan kenaikan UMK 2013 telah memenuhi harapan mereka. Sebagian yang lain masih menginginkan kenaikan menyamai UMK di Jabodetabek yang rata-ratanya sebesar Rp 2 juta/bulan. Di Jawa Timur, sebagian besar pelaku usaha (89,19%) cenderung keberatan terkait kenaikan tersebut, sebagaimana tercermin dari hasil survei Liason KPwBI Wilayah IV Jatim. Survei Liason adalah survei untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan serta arah kegiatan ekonomi untuk mendukung formulasi kebijakan moneter dan kajian ekonomi regional. Keberatan pengusaha terhadap kenaikan UMK diakomodasi Menakertrans melalui Kepmenakertrans No. 231 Tahun 2003 Tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum. Grafik 1 Respon Pengusaha Terhadap Kenaikan UMK 100,00 80,00 89,19 83,78 72,97 75,68 89,19 83,78 60,00 40,00 20,00 10,81 16,22 27,03 24,32 10,81 16,22 - (%) Ya Tidak Sumber : Survei Liason KPwBI Wilayah IV Jawa Timur B. Dampak Kenaikan UMK 1. Kenaikan Daya Beli Pekerja Sektor Formal Data BPS provinsi Jawa Timur per Agustus 2012, mencatat jumlah pekerja di sektor formal sebanyak orang dan pekerja di sektor informal sebanyak orang. Berdasarkan undang-undang, pekerja di sektor formal berhak untuk mendapatkan upah sebagaimana tercantum dalam Permenakertrans, sedangkan upah pekerja informal tidak selalu mengikuti ketentuan UMK karena menyesuaikan dengan kemampuan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, adanya kenaikan penghasilan pekerja di sektor formal akan Triwulan IV

51 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL mendorong kenaikan daya beli, yang selanjutnya mendorong konsumsi. Peningkatan tersebut diperkirakan dapat diakomodir oleh sektor usaha melalui peningkatan kapasitas produksinya. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPwBI Wilayah IV Jatim kapasitas produksi terpakai pada Tw IV 2012 sebesar 75,66%. SKDU adalah survei triwulanan terhadap para pelaku usaha yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi dari sisi penawaran dan memberi arah pertumbuhan Produk Domestik Bruto 2. Kenaikan Biaya Produksi Grafik 2 Jenis Tunjangan Yang Dibayar Pengusaha (Selain UMK) Bonus Makan Jamsostek Kesehatan Transport 5,41 13,51 27,03 72,97 83,78-20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 (%) Survei : Liason KPw BI Wilayah IV Jawa Timur Responden survei yang terdiri dari kalangan pengusaha memprediksi akan terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 30%-40% sebagai kompensasi kenaikan UMK. Di samping itu, pelaku usaha juga masih berkewajiban untuk membayar tunjangan yang meliputi Jamsostek (83,78% responden), kesehatan (72,97% responden) dan transportasi (27,03% responden). 3. Kenaikan Harga Jual Produk Meningkatnya biaya produksi turut mempengaruhi kebijakan harga penjualan mayoritas responden. Berdasarkan hasil survei Liason diperoleh informasi 83,78% responden berencana menaikkan harga jual produknya dalam kisaran 10% - 20%. 4. Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Grafik 3 Rencana Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Lainnya 10,81 2,7 Melakukan efisiensi biaya 72,97 Melakukan pengaturan sistem kontrak tenaga kerja Melakukan otomatisasi produksi 43,24 35,14 Melakukan pengurangan jml tenaga kerja (%) - 20,00 40,00 60,00 80,00 Sumber : Survei Liason KPw BI Wilayah IV Jawa Timur Guna meningkatkan efisiensi biaya operasional, perusahaan melakukan beberapa strategi di tahun 2013, diantaranya adalah pengaturan sistem kontrak tenaga kerja, otomatisasi produksi, pengurangan jumlah tenaga kerja dengan memilih mempekerjakan pekerja dengan output tinggi dan pilihan akhir jika laba usaha terus menurun adalah opsi merumahkan pekerja dengan output rendah. Triwulan IV

52 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 5. Relokasi Usaha Mayoritas responden (72,97%) memilih tidak melakukan relokasi usaha karena prosesnya relatif sulit dan ada kemungkinan UMK di daerah yang baru juga akan naik. Sementara 27,03% responden berencana melakukan relokasi ke negara lain seperti Vietnam, Thailand, Myanmar maupun Kamboja karena biaya tenaga kerja yang relatif lebih murah, tingkat produktivitas lebih tinggi serta kepastian kebijakan pemerintah/peraturan sektor produktif. C. Dukungan Kebijakan Dalam menghadapi persaingan global serta masih lemahnya perekonomian dunia di tahun 2013, 89,19% responden mengharapkan dukungan kebijakan pemerintah yang lebih baik, diantaranya dengan melakukan penetapan tingkat UMK setiap 3 (tiga) tahun, kebijakan kenaikan UMK secara bertahap pada level 10% s.d 15% serta insentif pada usaha skala kecil khususnya yang terkena dampak krisis global. Selanjutnya, responden (pengusaha) mengharapkan dukungan kebijakan dari Bank Indonesia berupa penetapan suku bunga Bank Indonesia terutama suku bunga kredit investasi agar lebih kompetitif dan penyederhanaan regulasi perbankan terutama untuk perdagangan luar negeri. Triwulan IV

53 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BOKS 2 Penciptaan Wirausaha Baru Guna Penciptaan Lapangan kerja dan Peningkatan Penghasilan Masyarakat Sebagai salah satu upaya peningkatan aktivitas kewirausahaan (Entrepreneurial Activity), Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Wilayah IV menyelenggarakan program Penciptaan Wirausaha Baru. Program ini merupakan kontribusi BI dalam pemberdayaan sektor riil dan UMKM guna mendukung program pembangunan pemerintah daerah dalam mencapai petumbuhan ekonomi yang berkualitas. Program ini diharapkan menjadi alternatif penciptaan lapangan kerja dan peningkatan penghasilan, utamanya di Provinsi Jawa Timur. Target dari kandidat wirausaha baru BI adalah mahasiswa dengan rentang usia tahun dan ex magang TKI usia tahun yang berdomisili di Jawa Timur dan sudah pernah memiliki usaha. Program bersifat multiyears, dilakukan berkesinambungan dari tahun 2012 sampai dengan Beberapa fasilitas yang diperoleh oleh peserta antara lain pendampingan dalam pengembangan usaha, bantuan promosi usaha, serta seed capital guna stimulus usaha. Tujuan yang ingin dicapai program Penciptaan Wirausaha Baru adalah sebagai berikut : 1. Mencetak wirausaha baru melalui program pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan dan berperan serta dalam pengembangan kewirausahaan Indonesia yang pada akhirnya dapat membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran 2. Mengubah persepsi mahasiswa dari generasi job seeker menjadi job creator sebagai pengusaha muda yang handal dan mandiri serta sebagai tindak lanjut pendidikan kewirausahaan di kampus-kampus yang saat ini sudah ada 3. Menciptakan pasar bagi industri perbankan karena pengusaha muda adalah calon potensial nasabah bagi bank Serangkaian kegiatan telah dilakukan di tahun 2012 dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Tahapan seleksi Proses seleksi diikuti oleh ± 75 orang di bulan Juni-Juli 2012, yang diawali dengan seleksi administrasi serta penyampaian business plan/rencana usaha sebagai salah satu persyaratan. Untuk menjaring peserta penerima program, dilaksanakan seleksi berdasarkan minat, bakat, ide bisnis, dan kemampuan, meliputi seleksi administratif, psikotes, dan wawancara. Triwulan IV

54 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 2. Tahapan Pelatihan dan Pendampingan Start Your Business (SYB) Start Your Business (SYB) merupakan modul yang dikembangkan oleh International Labour Organization (ILO) untuk digunakan sebagai modul pemandu penilaian dan perencanaan usaha yang dapat ditindaklanjuti. Pelatihan diselenggarakan pada tanggal September Tujuan dari pelatihan Start Your Business adalah : a. memberikan pengetahuan, keahlian dan mendorong perubahan perilaku para pengusaha baru agar dapat merencanakan usahanya dengan lebih baik. b. memfasilitasi jejaring dan kerjasama antar para pelaku usaha muda dan eks TKI magang Jepang c. membantu para pengusaha untuk bekerjasama secara kolektif untuk mempromsikan dan mengembangkan usaha. Metode pelatihan mengadopsi proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberikan materi, memfasilitai diskusi, curah pendapat, kerja kelompok, dan permainan game bisnis. 3. Tahapan Penilaian Kelayakan Usaha Penilaian dilakukan terhadap presentasi business plan dari masing masing peserta untuk selanjutnya dipilih menjadi wirausaha baru BI. 4. Tahapan Pembiayaan (Seed Capital) Pada tahapan ini, para wirausaha BI yang terpilih diberikan stimulus berupa dana seed capital sebesar masing masing Rp ,- (lima belas juta rupiah) dari dana Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) guna menjalankan kegiatan usahanya. Rangkaian kegiatan lanjutan untuk tahun 2013 dan 2014 juga sudah disiapkan dalam rangka pendampingan kegiatan usaha, promosi hasil usaha sampai dengan akses pembiayan perbankan. Agenda promosi yang disiapkan di tahun 2013 ini adalah menyelengarakan bazaar perbankan dan UMKM untuk promosi hasil usaha para wirausaha BI serta mengikutkan dalam pameran pameran yang diadakan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur. Triwulan IV

55 Bab 2 PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR

56 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM Tekanan inflasi IHK sepanjang tahun 2012 tetap terkendali, meskipun terjadi sedikit peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan inflasi di wilayah Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 7 1 kota pada triwulan IV-2012 sebesar 0,91% (qtq) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,93%(qtq). Hingga akhir tahun 2012, inflasi tahunan Jatim (4,50%) berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu pada kisaran 4,27% (yoy. Berdasarkan kelompok barang, hanya kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami mengalami penurunan inflasi pada tahun 2012 dan kelompok lainnya sedikit mengalami tekanan kenaikan. Rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan IV-2012 relatif berfluktuasi bila dibandingkan triwulan IV Melambatnya inflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, sub kelompok ikan diawetken, sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok bumbubumbuan, sub kelompok lemak dan minyak dan sub kelompok bahan makanan lainnya, pada akhirnya membentuk inflasi kelompok bahan makanan berada pada level yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun Berdasarkan faktor-faktor penyebabnya (disagregasi), perlambatan laju inflasi di sepanjang triwulan IV-2012 didorong oleh melambatnya seluruh kelompok penyebab terjadinya inflasi yang memiliki rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III Melambatnya laju inflasi pada triwulan IV-2012 terutama didorong oleh perlambatan rata-rata inflasi bulanan pada kelompok core inflation, yaitu dari 0,62% menjadi 0,26%. Kondisi tersebut juga yang diikuti oleh kelompok volatile food dari 0,96% (mtm) menjadi 0,65% dan kelompok administered price dari 0,34% (mtm) menjadi 0,11%. 1 7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%. Triwulan IV Tahun

57 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI jatim nasional Sumber : BPS Jatim (diolah) Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 4,50 4,30 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Jawa Timur % Inflasi Bulanan (mtm) inflasi Tahunan (yoy) 8 Inflasi Triwulanan (qtq) Sumber : BPS Jatim (diolah) Searah dengan stabilnya laju inflasi nasional, inflasi Jatim pun mengindikasikan pola yang sama. Namun demikian, jika dibanding dengan provinsi lain di kawasan Jawa, inflasi Jatim pada tahun 2012 tercatat sebagai yang tertinggi (Grafik 2.3). Realisasi inflasi tahunan (yoy) provinsi provinsi di Pulau Jawa hingga akhir tahun 2012 berdasarkan urutan realisasi inflasi dari yang terendah yaitu Jawa Barat (3,84%), Jawa Tengah (4,24%), Daerah Istimewa Yogyakarta (4,31%) Banten (4,36%) dan Jawa Timur (4,50%), sedangkan inflasi nasional tercatat sebesar 4,30% (yoy) Tw III 2012 Tw II Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) 2012 Tw I 2010 Tw I Tw IV 2010 Tw II Jawa Timur 2011 Tw IV Tw II 2010 Tw III 2010 Tw IV 2011 Tw I 2011 Tw III Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Jawa Barat Jawa Tengah DIY Banten Nasional 2.2 INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, rata-rata realisasi inflasi Jatim berada pada level yang sama dibandingkan inflasi bulanan di sepanjang triwulan IV-2011 (lihat tabel 2.1), yaitu pada level 0,30% (mtm). Tercatat beberapa sub kelompok mengalami peningkatan tekanan inflasi yang meliputi sub kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, sub kelompok sandang, sub kelompok kesehatan serta sub kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan. Sedangkan sub kelompok bahan makanan serta sub kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga berada pada level yang lebih rendah. Dan sisanya yaitu sub kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau berada pada level stabil yaitu 0,26% (mtm). Di sepanjang triwulan IV-2012, sebagaimana diinformasikan pada tabel 2.1, inflasi bulanan Jatim memiliki tren yang meningkat, yaitu dari 0,15% (Oktober) menjadi 0,21%(November) dan berlanjut meningkat menjadi 0,55% (Desember). Pola yang sama pun terjadi di triwulan IV-2011 namun dengan fluktuasi nilai yang lebih tinggi. Jika dibandingkan dengan rata-rata Triwulan IV Tahun

58 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI historis inflasinya selama 6 (enam) tahun terakhir 2, inflasi bulanan di sepanjang triwulan IV-2012 memiliki nilai yang lebih tinggi pada bulan Desember karena adanya faktor musiman dengan kecenderungan terjadinya inflasi pada periode ini, sedangkan pada periode lainnya masih berada pada level yang lebih rendah. Secara keseluruhan, pola inflasi di sepanjang triwulan IV-2012 cenderung meningkat sama dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan semakin besarnya tekanan permintaan menjelang libur Natal dan Tahun Baru di akhir tahun. Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Tabel 2.1 Inflasi Triwulan IV Tahun 2011 & 2012 di Jawa Timur (mtm) No Kelompok Barang Tw IV-2011 Rata- Tw IV-2012 Rata- Okt Nov Des rata Okt Nov Des rata Umum 0,06 0,24 0,60 0,30 0,15 0,21 0,55 0,30 1 Bahan Makanan -0,52 0,83 2,18 0,83-0,34 0,44 1,52 0,54 2 Mamin, Rokok & Tembakau 0,24 0,29 0,24 0,26 0,17 0,37 0,25 0,26 3 Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bb 0,22 0,21 0,18 0,20 0,50 0,16 0,31 0,32 4 Sandang -2,05 2,15-0,26-0,05 0,66-0,05-0,30 0,10 5 Kesehatan 0,08 0,24 0,21 0,18 0,27 0,15 0,26 0,23 6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0,38 0,01 0,01 0,13 0,27 0,05 0,01 0,11 7 Transpor,Komunikasi & Jasa Keu. -0,30 0,29 0,25 0,08 0,05 0,16 0,58 0,26 Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan sepanjang triwulan IV-2012 ditandai dengan inflasi yang berada dibawah rata-rata inflasi bulanannya, kecuali untuk kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (lihat tabel 2.1). Sebagaimana dapat dilihat pada grafik 2.4, kelompok yang memiliki nilai inflasi rata-rata bulanan tertinggi pada periode laporan adalah kelompok makanan bahan makanan sebesar 0,54% (mtm). Meningkatnya harga daging sapi akibat terbatasnya pasokan di sepanjang triwulan IV-2012 menjadi faktor pendorong inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sementara itu, kenaikan harga pada sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya serta sub kelompok bumbu-bumbuan turut dipengaruhi oleh sedikit gangguan pada faktor produksi karena masuknya musim penghujan di bulan Desember, terutama untuk komoditas bawang merah, cabe merah dan cabe rawit. Selanjutnya, rata-rata inflasi terendah disumbang oleh kelompok sandang sebesar 0,10% (mtm), terutama pada bulan November dan Desember yang mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,05% (mtm) dan 0,30%. Pemicu deflasi sub kelompok ini adalah turunnya harga emas perhiasan yang sejalan dengan dipengaruhi oleh penurunan harga emas internasional. 2 Rata-rata inflasi bulanan Jawa Timur selama 5 (lima) tahun terakhir ( ) untuk bulan April, Mei dan Juni masing-masing sebesar 0,01%, 0,32% dan 0,78% (mtm) Triwulan IV Tahun

59 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.4. Rata-Rata Inflasi Sub Kelompok (mtm) UMUM BAHAN MAKANAN MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,G Desember 0.31 SANDANG November Oktober KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN TRANSPOR,KOMUNIKASI (0.37) 0.03 (0.23) (%, mtm) (0.50) ,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00-0,10-0,20-0,30-0,40 Grafik 2.5. Inflasi Oktober per Kelompok Barang Inflasi mtm (%) -0,34 0,17 Inf. Jatim : 0,15% Sumber : BPS Jatim (diolah) 0,50 0,66 0,27 0,27 0,05 BAHAN MAKANAN MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI Grafik 2.6. Inflasi Nov 2012 per Kelompok Barang Grafik 2.7. Inflasi Des 2012 per Kelompok Barang 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,44 Inf. Jatim : 0,21% 0,37 0,16 0,15 Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan,Air,Listrik,G as & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0, BAHAN MAKANAN MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI Inf. Jatim : 0,55% ,10 0,05 0, , ,05 Sumber : BPS Jatim (diolah) -0,05 Inflasi mtm (%) Sumber : BPS Jatim (diolah) Inflasi mtm (%) Sebagaimana diinformasikan pada grafik 2.5, grafik 2.6 dan grafik 2.7, bahwa pendorong inflasi bulanan di sepanjang triwulan IV-2012 memiliki sumber yang berbedabeda berdasarkan kelompok barangnya. Panen di beberapa komoditas utama pada sub kelompok bahan makanan mendorong terjadinya deflasi pada periode Oktober. Kondisi tersebut berbeda dengan kondisi bulan November dan Desember dengan inflasi yang didominasi oleh sub kelompok ini. Selanjutnya, pergerakan harga emas perhiasan turut mempengaruhi tingkat inflasi pada kelompok sandang, seiring semakin besarnya minat masyarakat dalam berinvestasi pada komoditas ini sejalan dengan tren penurunan suku bunga perbankan, sehingga komoditas ini semakin prospektif sebagai alternatif investasi jangka pendek. Bulan Oktober Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur mengalami peningkatan dari 0,02% (mtm) menjadi 0,15%. Nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (0,16% - mtm). Dari sisi permintaan, relatif stabilnya tingkat konsumsi masyarakat sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Triwulan IV Tahun

60 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur) mengindikasikan bahwa sumber kenaikan harga berasal dari sisi penawaran. Identifikasi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan beberapa komoditas pada kelompok inflasi inti dan inflasi administered price turut mempengaruhi tingkat inflasi, sedangkan kelompok volatile food mengalami deflasi. Berdasarkan kelompok barang, inflasi pada bulan Oktober (mtm) utamanya didorong oleh kelompok sandang sebesar 0,66% (mtm), selanjutnya diikuti oleh kenaikan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,50%). Sementara itu, kelompok barang yang menahan terjadinya inflasi adalah deflasi pada sub kelompok bahan makanan sebesar -0,34% (mtm). Sebagaimana diinformasikan sebelumnya, inflasi Jatim pada Oktober 2012 (0,15%/mtm), berdasarkan disagregasinya, didominasi oleh sumbangan dari kelompok core inflation (0,31%) dan kelompok administered price (0,08%), sedangkan kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar -0,33%. Sumbangan inflasi kelompok core inflation, berasal dari kenaikan sub kelompok barang pribadi dan sandang lain serta sub kelompok biaya tempat tinggal masing-masing sebesar 1,43% (mtm) dan 1,02%. Hampir seluruh kelompok pembentuk volatile food mengalami deflasi di kisaran -0,02% s.d -2,20% (mtm). Hanya sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,75% (mtm) dan 0,02%. Grafik 2.8 Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang Grafik 2.9 Inflasi per Kelompok Barang (dalam %) 6,00 BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 4,00 2,00 0,00-2,00 Jan-11 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB KESEHATAN TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 SANDANG PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 TRANSPORTASI, KOMUNIKASI PENDIDIKAN, REKREASI,OR BAHAN MAKANAN 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50-1,00 MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN -4,00-6,00 KESEHATAN SANDANG Inflasi (mtm) September ,00 Sumber: BPS (diolah) Inflasi (mtm) Oktober 2012 Sumber: BPS Provinsi jawa Timur Sumber: BPS Provinsi jawa Timur Identifikasi lebih lanjut terkait sumber pendorong inflasi bulanan berdasarkan komoditas utamanya adalah dari emas perhiasan (1,60%), biaya sewa rumah (1,67%), biaya kontrak rumah (0,81%) dan biaya akademi/perguruan tinggi (1,14%). Dari 10 (sepuluh) komoditas utama penyumbang inflasi dan deflasi (lihat tabel 2.2), dapat dilihat bahwa rata-rata komoditas pada kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar - 0,35% (mtm) sehingga turut membentuk deflasi kelompok volatile food (-0,33%). Triwulan IV Tahun

61 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya bahwa kenaikan komoditas emas perhiasan secara signifikan mempengaruhi pergerakan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain pada level 1,43% (mtm). Kenaikan harga emas perhiasan lokal ini turut dipengaruhi oleh tren meningkat harga emas dunia, yang bergerak dari level USD 1.745,69/pounds menjadi USD 1.758,97/pounds, atau meningkat sebesar 0,76% (mtm). Selain itu, pendorong inflasi kelompok sandang juga berasal dari sub kelompok sandang wanita dan sandang anak-anak masing-masing sebesar 0,22% (mtm) dan 0,06%. Beberapa komoditas yang mendorong inflasi pada kedua sub kelompok ini meliputi celana panjang anak, kemeja pendek wanita, kaos kaki dan gaun anak pada kisaran 15% s.d 20% (mtm). Selanjutnya, kenaikan biaya sewa dan kontrak rumah di wilayah Jawa Timur turut mempengaruhi level inflasi pada sub kelompok biaya tinggal pada level 1,02% (mtm), lihat grafik Komoditas Tabel 2.2 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jatim vs Nasional Inflasi Deflasi Komoditas Jatim Nasional Jatim Nasional Emas Perhiasan 1,60 2,84 Gula Pasir -1,29-0,58 Biaya Sewa Rumah 1,67 0,80 Jagung Muda -8,28-1,70 Biaya Kontrak Rumah 0,81 0,85 Bawang Putih -2,61-5,04 Biaya Akademi/Perguruan Tinggi 1,14 0,50 Kelapa -5,70-1,31 Daging Sapi 1,22 0,84 Minyak Goreng -0,75-1,56 Batu Bata/Batu Tela 3,13-0,27 Buah Alpukat -15,13-5,75 Wortel 17,67 13,77 Ikan Tongkol -4,65-0,76 Daging Ayam Ras 0,87 1,14 Cumi - Cumi -7,57-2,04 Sepeda Motor 0,49 0,07 Semangka -4,11-2,25 Semen 1,34 0,84 Tongkol Pindang -3,25-3,11 Inflasi Jatim > Nasional Inflasi Jatim < Nasional Deflasi Jatim > Nasional Deflasi Jatim < Nasional 8,00 6,00 4,00 Grafik 2.10 Perkembangan Harga Sub Kelompok Sandang (mtm) Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain 2.000, , , , ,00 USD/pound Grafik 2.11 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional 1.512, , , , , , , , , , , , , , , , , ,19 2, ,00 800,00 - (2,00) (4,00) Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nop-10 Jan-11 Mar-11 Mei-11 Jul-11 Sep-11 Nop-11 Jan-12 Mar-12 Mei-12 Jul-12 Sep ,00 400,00 200,00 0, * (6,00) Sumber: BPS Provinsi jawa Timur Sumber: Bloomberg Triwulan IV Tahun

62 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 Grafik 2.12 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (mtm) (%, mtm) Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga Grafik 2.13 Sub Kelompok Bahan Makanan yang mengalami Inflasi Tertinggi pada Okt 2012(mtm) (%, mtm) TEPUNG TERIGU DAGING AYAM RAS BERAS JAGUNG DAGING SAPI 1,00 0,00 (5) Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12-1,00 Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nop-10 Jan-11 Mar-11 Mei-11 Jul-11 Sep-11 Nop-11 Jan-12 Mar-12 Mei-12 Jul-12 Sep-12 (10) Sumber: BPS Provinsi jawa Timur Sumber: BPS Provinsi jawa Timur Sementara itu, deflasi tertinggi berdasarkan kelompoknya di bulan Oktober 2012 berasal dari kelompok bahan makanan, yang hampir seluruh sub kelompoknya mengalami deflasi, kecuali sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, yang masing-masing berada pada level 0,02% (mtm) dan 0,75%. Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 2.13, kenaikan harga komoditas tepung terigu dan beras jagung menjadi sumber kenaikan kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya. Kenaikan harga keempat komoditas diduga berasal dari faktor domestik, sebagaimana dapat dilihat dari relatif stabilnya harga komoditas internasional. Faktor ketersediaan komoditas, ekspektasi masyarakat dan kelancaran arus distribusi diduga turut mempengaruhi kenaikan harga keempat komoditas ini. Dapat diinformasikan pula bahwa dengan membaiknya ketersediaan kedelai bagi industri tahu dan tempe menyumbang penurunan harga pada kelompok kacang-kacangan dibandingkan September Selain itu, minimnya gangguan cuaca turut mempengaruhi jumlah pasokan ikan laut di wilayah Jawa Timur sehingga turut mendorong terbentuknya deflasi kelompok bahan makanan pada periode laporan. USD/Bushes 9 7, Grafik 2.14 Perkembangan Harga Komoditas Tepung Terigu Internasional Sumber: Bloomberg 6,16 6,39 3,95 4,45 6,30 5,936,00 8,178, * ,35 (40) Grafik 2.15 Sub Kelompok Bahan Makanan yang mengalami Deflasi Tertinggi pada Okt 2012(mtm) (20) (%, mtm) BANDENG BAWAL CAKALANG GURAME KEPITING/RAJUNGAN LAYANG MERAH MUJAIR NILA TENGGIRI TERI TONGKOL UDANG BASAH KUNIRAN BENGGOL BANDENG PINDANG IKAN ASIN BELAH TERI TONGKOL KELAPA MARGARINE MINYAK GORENG Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

63 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Bulan November Inflasi bulanan IHK 7 kota di Jatim pada bulan November kembali mencatat inflasi yang cukup terkendali, sedikit di atas inflasi Oktober dan inflasi nasional 0,07% (mtm). Tercatat, inflasi Jatim mencapai 4,55% (yoy) atau 0,21% (mtm), sedangkan inflasi tahunan nasional sebesar 4,32% (yoy) dan. Realisasi inflasi ini berada sedikit lebih rendah dari perkiraan semula. Secara umum penurunan angka inflasi terjadi pada hampir semua kelompok, terutama kelompok bahan makanan (0,21%), kelompok sandang (0,15%), serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,14%). Sementara itu dorongan peningkatan inflasi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Di sisi lain mampu menahan inflasi di bulan laporan. Grafik 2.16 Inflasi Tahunan (yoy) 4 Kelompok Barang Strategis Grafik 2.17 Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang Inflasi yoy (%) 20,00 16,00 12,00 BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINMAN, ROKOK & TEMB SANDANG PENDIDIKAN, REKREASI & O.RAGA TRANSPORT ASI, KOMUNIKASI BAHAN MAKANAN 8,00 6,00 4,00 2,00 MAMIN,ROK OK & TEMBAKAU 8,00 4,00 PENDIDIKAN, REKREASI, OLAH RAGA 0,00 PERUMAHA N 0, , Sumber: BPS (diolah) KESEHATAN Sumber : BPS (diolah) SANDANG Inflasi (mtm) Okt 2012 Inflasi (mtm) Nov 2012 Komoditas utama yang memberikan sumbangan inflasi adalah daging sapi, bawang merah, bawang putih, wortel, beras, telur ayam ras, jeruk dan kelapa. Masih berlanjutnya kenaikan harga daging sapi disebabkan adanya kebijakan pemerintah mengurangi kuota impor sapi potong, sehingga jumlah persediaan daging sapi di pasaran langka. Kebijakan pemerintah mengurangi impor sapi potong tersebut tidak didukung oleh kelancaran arus perdagangan dari produsen ke konsumen antar wilayah di Indonesia dan jumlah sapi yang tersedia. Selain itu, peningkatan harga komoditas bumbu-bumbuan diduga akibat berkurangnya pasokan dan sebagai dampak terjadinya gangguan produksi komoditas bumbu akibat adanya pergantian cuaca. Selanjutnya kenaikan harga beras terjadi seiring dengan berlalunya masa panen raya dan memasukinya musim tanam. Sementara itu, lonjakan inflasi kelompok volatile food sedikit tertahan oleh deflasi pada beberapa Triwulan IV Tahun

64 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI komoditas pangan, seperti daging ayam ras, cabe rawit, cabe merah, tongkol pindang, minyak goreng, ketimun, tomat sayur dan pepaya. Tabel 2.3 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jatim vs Nasional Komoditas Inflasi Deflasi Komoditas Jatim Nasional Jatim Nasional Daging sapi 5,97 3,33 Daging Ayam Ras -8,37-6,81 Bawang merah 23,81 22,19 Emas perhiasan -0,87-0,71 Bawang putih 12,11 11,07 Cabe rawit -10,18-12,13 Angkutan udara 5,17 5,03 Cabe Merah -18,50-12,70 Gula pasir 1,66 0,18 Tongkol pindang -8,41-3,64 Wortel 18,64 17,82 minyak goreng -1,01-1,28 Beras 0,31 0,58 Ketimun -11,07-9,14 Telur ayam ras 2,01 1,36 Tomat sayur -2,63-2,84 Jeruk 3,05 0,53 Pepaya -3,05-0,48 Kelapa 6,74 0,45 Bensin -0,25-0, Rp/ Kg Grafik 2.18 Pergerakan Harga Komoditas Sub Kelompok Bumbu-bumbuan Cabe Merah Bawang Merah Cabe Rawit Bawang Putih Sumber :Survei Pemantauan Harga BI Surabaya (diolah) Grafik 2.19 Perkembangan Harga Emas Perhiasan Harga Emas Perhiasan Rp/Gram Sumber :Survei Pemantauan Harga BI Surabaya (diolah) Bulan Desember Meningkatnya konsumsi masyarakat seiring tibanya beberapa momentum Hari Besar di sepanjang bulan Desember turut mempengaruhi level Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim, tercatat mengalami peningkatan dibanding periode November pada level 0,55% (mtm) dan sedikit berada di atas inflasi nasional 0,54% (mtm). Kenaikan laju inflasi periode ini dipicu oleh meningkatnya tekanan inflasi di kelompok bahan makanan (1,52% - mtm), kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,58%), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,31%) serta kelompok kesehatan (0,26%). Beberapa kelompok lainnya mengalami inflasi namun pada laju yang lebih rendah, yang meliputi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,25% - mtm) serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,01%). Sedangkan Triwulan IV Tahun

65 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI kelompok sandang (-0,30%) tercatat mengalami deflasi, yang dipicu oleh penurunan harga emas perhiasan sebesar -0,90% (mtm). Kenaikan harga daging sapi, beras, telur dan daging ayam ras pada periode laporan mendorong laju inflasi pada periode laporan, bahkan tercatat inflasi pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mencapai level 3,82% (mtm). Meskipun harga daging sapi tidak setinggi periode sebelumnya, namun meningkatnya permintaan terkait perayaan hari besar turut memicu kenaikan harga komoditas ini, sehingga turut mempengaruhi level harga komoditas kelompok daging lainnya, seperti telur dan daging ayam ras yang mengalami kenaikan lebih tinggi di level 5% 8%. Grafik Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang TRANSPORT ASI, KOMUN IKASI PENDIDIKAN, REKREASI, OL AH RAGA KESEHATAN BAHAN MAKANAN 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Sumber: BPS Provinsi jawa Timur SANDANG MAMIN,ROK OK & TEMBAKAU PERUMAHAN Inflasi (mtm) Nov 2012 Inflasi (mtm) Des ,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 - (0,10) (%, mtm) 0,56 Inflasi Des'12 Daging dan Hasilhasilnya Jatim (0,20) SSumber: BPS (diolah) Grafik Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (0,11) Rata-rata inflasi Des' ,28 Inflasi Des'12 Sumber: BPS Provinsi jawa Timur 0,21 Rata-rata inflasi Des' Telur, Susu dan Hasilhasilnya 0,28 Inflasi Des'12 Rata-rata inflasi Des' Ikan Segar 0,09 0,13 Inflasi Des'12 0,56 Rata-rata inflasi Des' Bumbu -bumbuan Tabel 2.4 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jatim vs Nasional Komoditas Inflasi Deflasi Komoditas Jatim Nasional Jatim Nasional Angkutan udara 16,86 5,32 Emas perhiasan -0,81 0,05 Daging sapi 5,21 3,34 Minyak goreng -1,74-1,11 Beras 1,23 2,26 Tomat sayur -5,67-2,37 Telur ayam ras 7,36 4,76 Gula pasir -0,37-0,12 Bawang merah 13,97 7,89 Bawang putih -0,90-0,61 Daging ayam ras 3,46 5,40 Kacang panjang -1,11 1,02 Mujair 9,12 3,06 Apel -1,17 1,36 Bandeng 3,67 1,82 wortel -3,66-4,33 Pasir 4,21 0,52 Sepatu -2,56-0,02 Kentang 8,57 3,30 Kembang kol -20,35 0,94 Inflasi Jatim > Nasional Inflasi Jatim < Nasional Deflasi Jatim > Nasional Deflasi Jatim < Nasional Fenomena peningkatan harga komoditas pada kelompok bahan makanan umumnya dipicu oleh meningkatnya permintaan sebagai respon masyarakat atas beberapa momentum perayaan seperti Natal dan Tahun Baru. Khusus untuk komoditas daging sapi, lonjakan kenaikan harga dipicu oleh berkurangnya pasokan sapi lokal, khususnya dari sentra produksi di Indonesia Timur. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile food Triwulan IV Tahun

66 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI cukup terhambat oleh terjadinya deflasi pada beberapa komoditas lainnya, seperti minyak goreng, gula pasir dan bawang putih. Tidak lazimnya kenaikan harga pada sub kelompok daging, telur dan ikan segar pada bulan ini juga terindikasi tingginya inflasi komoditas tersebut saat ini dengan rata-rata inflasi komoditas yang sama selama 5 (lima) tahun terakhir (lihat grafik 2.21). Secara berurutan dapat diuraikan perbedaan signifikan pada sub kelompok daging dan hasilhasilnya yang memiliki rata-rata inflasi sebesar -0,11% (mtm), sedangkan pada Desember 2012, inflasi sub kelompok ini mencapai 0,56% (mtm). Kenaikan harga daging sapi pada periode ini juga berdampak pada kenaikan komoditas bakso (0,04% - mtm), lihat grafik Jika dibandingkan dengan komoditas lainnya, fluktuasi komoditas daging sapi dan daging ayam ras cukup tinggi dibandingkan komoditas lainnya(lihat grafik 2.22). Pola inflasi tahunan komoditas pada kelompok ini sedikit berbeda, namun secara keseluruhan mengalami peningkatan di akhir tahun, bahkan lebih tinggi dibandingkan pada saat Hari Raya Idul Fitri (lihat grafik 12). Kedua analisis ini menghasilkan kesimpulan yang sama yaitu kecenderungan fluktuatifnya inflasi pada komoditas daging sapi dan daging ayam ras, sehingga patut menjadi perhatian serius pemerintah daerah guna menjaga ketersediaannya di pasar, khususnya pada saat konsumsi masyarakat meningkat. Grafik Inflasi Sub Kelompok Daging (mtm) Grafik Inflasi Sub Kelompok Daging (yoy) 15,0 10,0 (%,mtm) BAKSO DAGING AYAM RAS DAGING AYAM KAMPUNG DAGING SAPI 30,0 25,0 20,0 (%,yoy) BAKSO DAGING AYAM RAS HATI SAPI DAGING AYAM KAMPUNG DAGING SAPI SOSIS DAGING SAPI 5,0 15,0-10,0 (5,0) Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 5,0 - (10,0) (5,0) Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust- 12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Sumber: BPS Provinsi jawa Timur Sumber: BPS Provinsi jawa Timur 2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq) Laju inflasi Jatim secara triwulanan pada Tw IV-2012 mencapai 0,91% (qtq), atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,93% (qtq). Hampir seluruh kelompok barang mengalami perlambatan inflasi. Hanya kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mengalami peningkatan inflasi dari 0,68% (qtq) menjadi 0,97%. Perlambatan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang yaitu dari 3,61% (qtq) menjadi 0,31%. Selanjutnya secara berurutan penurunan pada kelompok pendidikan, rekreasi dan Triwulan IV Tahun

67 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI olahraga (0,32% - qtq), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,79%) serta kelompok periode laporan. bahan makanan (1,62%) pun turut menyumbang perlambatan pada Berdasarkan sumbangannya, perlambatan inflasi terjadi di seluruh kelompok kecuali kelompok kesehatan tidak mengalami perubahan level inflasi dibandingkan triwulan III Hasil analisis secara lebih detail menunjukkan bahwa perlambatan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan, dengan penurunan dari 0,87% (qtq) menjadi 0,24%, yang diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang. Sumber : BPS, data diolah Berdasarkan sumbangannya, perlambatan inflasi terjadi pada seluruh kelompok kecuali kelompok kesehatan yang berada pada level yang sama dibandingkan triwulan III Sumbangan tertinggi triwulan ini berasal dari kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan dari 0,87% (qtq) menjadi 0,24%. Selanjutnya diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga masing-masing menjadi sebesar 0,17% (qtq) dan 0,03%. Perlambatan ini mengikuti pola-pola tahun sebelumnya seiring meredanya permintaan masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri dan tibanya waktu panen beberapa komoditas bahan makanan (bulan Oktober dan November) seperti Sebagaimana terlihat pada grafik 2.24, pendorong melambatnya inflasi kelompok bahan makanan adalah karena terjadinya deflasi pada sub kelompok lemak dan minyak sebesar -2,66% (qtq), sub kelompok ikan diawetkan (2,50%) serta sub kelompok kacangkacangan (-0,01%). Namun, perlambatan inflasi kelompok ini sedikit tertahan oleh peningkatan inflasi beberapa sub kelompok, yaitu sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya serta sub kelompok bumbubumbuan. Sisanya berada dalam tren yang melambat jika dibandingkan dengan triwulan III Tabel 2.5 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) Inflasi QTQ Sumbangan Inflasi QTQ WILAYAH Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Umum 0,99 0,26 2,05 0,92 0,70 0,89 1,93 0,91 0,99 0,26 2,05 0,92 0,68 0,89 1,93 0,91 Bahan Makanan 0,81-1,14 2,07 2,49 0,56 0,90 2,55 1,62 0,18-0,25 0,46 0,57 0,13 0,06 0,87 0,24 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,20 0,71 2,23 0,77 1,28 1,90 2,59 0,79 0,22 0,13 0,40 0,14 0,23 0,25 0,56 0,17 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1,01 0,65 0,79 0,61 0,67 1,18 0,68 0,97 0,22 0,14 0,17 0,12 0,14 0,18 0,23 0,19 Sandang 1,04 2,03 5,88-0,21 1,06-0,48 3,61 0,32 0,07 0,14 0,41-0,01 0,07-0,06 0,16 0,13 Kesehatan 1,64 1,46 0,26 0,52 0,50 0,54 0,86 0,68 0,08 0,07 0,01 0,02 0,02 0,02 0,04 0,04 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,79 0,35 5,29 0,40 0,25 0,27 3,56 0,32 0,07 0,03 0,48 0,04 0,02 0,00 0,34 0,03 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1,06 0,17 0,79 0,23 0,42 0,40 0,80 0,79 0,19 0,03 0,14 0,04 0,07 0,06 0,20 0,09 Triwulan IV Tahun

68 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Grafik Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Tw III-2012 & Tw IV-2012 %(qtq) 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00-10,00-15,00-20,00-25,00-30,00 1,45 Padi-padian, umbi-umbian 3,85 Daging dan Hasil-hasilnya 2,25 Ikan Segar 3,27-2,50 Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil2nya 0,77-0,01 0,25 Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan 5,49 Bumbu - bumbuan -2,66 0,09 Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 15,00 Bahan Makanan Lainnya Daging dan Hasil-hasilnya 10,00 Lemak dan Minyak Bumbu - bumbuan Sumber : BPS,data diolah Buah - buahan -10,00 Kacang - kacangan 5,00 0,00-5,00 Sayur-sayuran Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Tw III Tw III Tw IV Tw IV Sumber : BPS, data diolah Sumber : BPS, data diolah Sebagai komoditas utama makanan pokok masyarakat Jawa Timur, bobot dari sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya memiliki porsi terbesar pada kelompok bahan makanan. Pada triwulan IV-2012 komoditas beras mencatatkan kenaikan harga sebesar 1,61% (qtq) meskipun hasil Survei Pemantauan Harga untuk wilayah Kota Surabaya dan sekitarnya menunjukkan harga yang stabil, namun harga beras cenderung meningkat di wilayah lainnya, seperti Kota Kediri, Malang dan sekitarnya. Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 2.27, harga beras internasional terus mengalami penurunan. Analisis lebih lanjut mengindikasikan bahwa tren ini tidak mempengaruhi harga beras domestik karena minimnya penggunaan impor beras dengan adanya kesiapan Bulog sebagai lembaga berwenang dalam stabilisator harga beras di Indonesia. Informasi dari instansi terkait mengindikasikan adanya penurunan produksi, salah satunya adalah Kabupaten Jember, yang mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat grafik 2.28). Kinerja produksi tanaman padi wilayah Jawa Timur pada periode ini dapat dilihat pada grafik 2.29, yang menunjukkan adanya penurunan luas panen dari hektar menjadi hektar atau -4,98% (yoy) dan luas padi dari hektar menjadi hektar atau -7,69% (yoy) Rp/Kg Grafik Pergerakan Harga Beras di Surabaya Harga Beras Domestik 600,00 500,00 400,00 Grafik Pergerakan Harga Beras Internasional Harga Beras Internasional , , Sumber : Survei Pemantauan HargaBI Surabaya (diolah) 100,00 - USD/mt Sumber : Bloomberg Triwulan IV Tahun

69 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik Luas Panen dan Produksi Padi Kab.Jember Grafik Luas Panen dan Produksi Padi Prov.Jawa Timur Ha Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha) 1,000,000 gluas Panen Padi (%) gluas Tanam Padi (%) % , , , ,000 (50) - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah) (100) Sumber : BPS, data diolah Tabel 2.6 Perkembangan Pengadaan Bulog Divre Jawa Timur Realisasi Pengadaan 2012 No Bulan Rencana Realisasi (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) 1 Januari , , Februari , ,513 89,000 19,510 3 Maret - 162, ,602 69,304 87, , ,557 4 April 111, , , ,078 91, , ,648 5 Mei 202, , , ,416 75, , ,755 6 Juni 113, , , ,646 38, , ,775 7 Juli 70,187 96,318 69,846 23,169 18,296 92,500 83,936 8 Agustus 39,274 55,885 65,077 15,393 27,622 67,500 66,273 9 September 6,047 41,179 28,176 7,351 3,875 42,100 33, Oktober ,685 19,905 18,133 6,284 37,500 83, Nopember - 50,684 3,311 7,090 14,761 20,000 35, Desember - 17, ,720 4,400 64,000 Jumlah 543, ,025 1,108, , ,764 1,036,000 1,097,000 Hingga akhir tahun 2012, produksi beras nasional mengalami kenaikan 4,9 % (yoy) atau sebesar 38 juta ton, dengan perkiraan kebutuhan sebesar 33 juta ton, sehingga terdapat surplus produksi hingga mencapai 5 juta ton. Namun demikian, masih terdapat beberapa periode yang minim cadangan, sehingga masih dibutuhkan impor beras secara nasional sebesar 700 ribu ton dari jatah 1 juta ton. Rencananya beras akan diimpor dari Vietnam sebesar ton dan India ( ton). Di sisi lain, hingga November 2012, angka serapan beras petani di tingkat nasional telah mencapai 3,58 juta ton, dengan angka pengali hampir mencapai dua kali lipat dibandingkan tahun 2010 dan Berdasarkan informasi dari Perum Bulog Divre Jawa Timur diperoleh data target penyerapan beras tahun 2013 sebesar ton. Guna mencapai target ini, Bulog Triwulan IV Tahun

70 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Divre Jatim menerapkan tiga strategi, yaitu strategi dorong-tarik, pengembangan jaringan semut serta pengembangan sistem on farm. Ketiga strategi ini diklaim berhasil mempercepat arus pengadaan, sebagaimana terlihat pada tabel 2.6, realisasi penyerapan beras di wilayah Jawa Timur lebih besar 5,89% atau ton dibandingkan target di awal tahun. Sebagai informasi strategi on farm yang dikembangkan meliputi 4 (empat) jenis yaitu On Farm Mandiri, On Farm Kemitraan, On Farm Sinergi dan On Farm Alternatif INFLASI TAHUNAN (yoy) Inflasi Jawa Timur pada triwulan IV-2012 menunjukkan tren perlambatan. Tercatat, laju inflasi Jatim pada periode ini berada pada level yang stabil yaitu 4,50% (yoy). Secara keseluruhan inflasi Jatim tahun 2012 (4,50% - yoy) berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan 2011 (4,27%), namun masih lebih rendah dari rata-rata inflasi selama 5 (lima) tahun yaitu 5,89%. Secara historis, inflasi Jawa Timur sejak tahun 2009 lebih tinggi dari nasional. Di tahun ini, level inflasi Jatim kembali berada di atas nasional yang berada pada level 4,30% (yoy). Sumber: BPS, data diolah Tabel 2.7 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang Inflasi YOY Sumbangan Inflasi YOY WILAYAH Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Umum 7,46 6,26 4,87 4,27 3,97 4,63 4,50 4,50 7,46 6,26 4,87 4,27 3,97 4,62 4,50 4,50 Bahan Makanan 15,71 9,69 5,33 4,26 4,00 6,14 6,65 5,74 3,55 2,16 1,19 0,97 0,91 1,39 1,53 1,32 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5,63 5,98 6,22 5,00 5,09 6,32 6,69 6,71 1,01 1,08 1,13 1,02 0,92 1,16 1,24 1,24 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 4,62 4,83 3,08 3,09 2,74 3,29 3,18 3,54 0,99 1,04 0,65 0,66 0,57 0,70 0,67 0,74 Sandang 9,58 7,64 13,27 8,93 8,95 6,27 3,99 4,53 0,63 0,51 0,92 0,60 0,61 0,42 0,27 0,31 Kesehatan 3,11 4,34 3,88 3,93 2,76 1,83 2,43 2,60 0,15 0,21 0,18 0,18 0,13 0,08 0,11 0,12 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 6,75 7,08 6,97 6,92 6,35 6,26 4,51 4,43 0,59 0,62 0,63 0,63 0,58 0,56 0,41 0,40 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 3,93 3,98 1,44 2,27 1,62 1,86 1,87 2,43 0,71 0,71 0,25 0,39 0,29 0,33 0,32 0,42 Pendorong inflasi pada triwulan ini adalah kenaikan harga pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 2,43% (yoy), kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar (6,71%), kelompok sandang (4,53%) serta kelompok kesehatan (4,53%). Adanya deflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga menjadi penahan laju inflasi pada periode laporan. Sisanya, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Triwulan IV Tahun

71 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.30 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun Grafik 2.31 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum 10,00 8,00 6,00 4,00 Bahan Makanan Inflasi yoy (%) 20,00 16,00 12,00 BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINMAN, ROKOK & TEMB Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2,00 0,00 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8,00 4,00 Kesehatan Perumahan, Air, Listri k, Gas & BB 0, Sumber : BPS, (data diolah) Sandang Inflasi (yoy) Desember 2011 Inflasi (yoy) Desember 2012 Sumber: BPS (diolah) Sumber : BPS, (data diolah) Selama triwulan laporan, perkembangan dua kelompok barang utama penyumbang inflasi di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang berbeda, yaitu kelompok bahan makanan cenderung menurun, sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami peningkatan. Sementara itu, telah disebutkan sebelumnya, pendorong penurunan kelompok bahan makanan berasal dari sub kelompok sayur-sayuran yang mengalami deflasi sebesar -2,43% (yoy), sub kelompok ikan diawetkan (-1,61%) serta sub kelompok lemak dan minyak (-0,31%). Di sisi lain, pendorong kenaikan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau berasal dari sub kelompok makanan jadi yang mengalami inflasi sebesar 4,43% (yoy) dan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (9,72%). Grafik 2.32 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun Grafik 2.33 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau Bahan Makanan 10,00 Lemak dan Minyak Bumbu - bumbuan Padi-padian, Umbi- 20,00 0,00-10,00-20,00-30,00-40,00 Daging dan Hasil- Ikan Segar Ikan Diawetkan Makanan Jadi 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00 Buah - buahan Kacang - kacangan Telur, Susu dan Sayur-sayuran Tembakau dan Minuman Beralkohol Minuman yang Tidak Beralkohol Sumber : BPS, (data diolah) Inflasi (yoy) Desember 2011 Inflasi (yoy) Desember 2012 Sumber : BPS,(data diolah) Inflasi (yoy) Desember 2011 Inflasi (yoy) Desember INFLASI MENURUT KOTA Pada triwulan IV-2012, 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi nasional secara umum menunjukkan perlambatan laju inflasi triwulanan. Tercatat, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Malang dengan inflasi sebesar 1,15% (qtq) Triwulan IV Tahun

72 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI sedangkan terendah terjadi di kota Madiun (0,50%). Searah dengan perlambatan inflasi Jawa Timur, ketujuh kota yang termasuk dalam penghitungan inflasi nasional pun berada pada level inflasi yang lebih rendah dibandingkan triwulan III Tabel 2.8 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Inflasi Triwulan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) WILAYAH Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Jatim 0,99 0,26 2,05 0,92 0,68 0,89 1,93 0,91 7,46 6,26 4,87 4,29 3,97 4,62 4,50 4,50 Surabaya 1,25 0,34 2,23 0,84 0,73 0,82 1,83 0,91 8,00 6,98 5,22 4,73 4,19 4,69 4,29 4,37 Malang 0,72 0,24 1,92 1,13 0,46 0,86 2,05 1,15 6,42 5,37 4,71 4,07 3,80 4,44 4,58 4,60 Kediri -0,15 0,52 2,20 1,03 0,53 1,20 2,40 0,43 5,98 4,48 4,45 3,64 4,34 5,06 5,26 4,63 Jember 0,80-0,76 1,37 1,00 0,84 0,84 1,65 1,09 7,97 5,04 4,03 2,42 2,46 4,12 4,40 4,49 Sumenep 0,10 0,87 1,59 1,57 0,97 1,21 2,17 0,61 6,31 5,70 3,57 4,19 5,10 5,46 6,06 5,06 Probolinggo 1,20 0,30 1,62 0,61 0,63 1,73 2,49 0,92 7,19 5,59 3,71 3,78 3,19 4,66 5,55 5,88 Madiun 0,81 0,03 1,73 0,89 0,68 0,58 1,71 0,50 6,51 5,32 4,65 3,49 3,36 3,93 3,91 3,51 Sumber: BPS, Data diolah. Sebagaimana diinformasikan sebelumnya, inflasi tahunan Jawa Timur berada relatif stabil yaitu pada level 4,50% (yoy). Stabilitas ini terbentuk dari variasi naik turunnya inflasi di 7 (tujuh) kota yang termasuk dalam penghitungan inflasi nasional. Beberapa kota mengalami peningkatan tekanan inflasi (lihat tabel 2.8) yang secara berurutan berdasarkan bobotnya meliputi Surabaya (4,37% - yoy), Malang (4,60%), Jember (4,49%) dan Probolinggo (5,88%). Sisanya yaitu Kediri, Sumenep dan Madiun mengalami penurunan harga cukup dalam. 6,50 6,00 5,50 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 Grafik 2.34 Perbandingan Inflasi Year on Year(yoy) 7 Kota di Jawa Timur % (yoy) Madiun 3,51 Malang 4,60 Surabaya 4,37 Kediri 4,63 Jatim 4,50 Jember 4,49 Probolinggo 5,88 Sumenep 5,06 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 Sumber : BPS Jatim (diolah) Di sisi lain, rendahnya inflasi di kota Madiun dibandingkan kota-kota lainnya di Jatim terutama disebabkan rendahnya inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dibandingkan kota lainnya. Informasi yang diperoleh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kediri, terkait beberapa hal yang mendorong rendahnya inflasi tersebut adalah karena minimnya tekanan dari sisi penawaran sebagai dampak kelancaran arus distribusi barang serta meningkatnya produksi komoditas tanaman pangan dibandingkan tahun Pada akhir tahun 2012, kota yang mengalami inflasi tahunan tertinggi adalah Probolinggo sebesar 5,88% (yoy). Tekanan inflasi Kota Probolinggo meningkat sejak Agustus 2012 dan terus bertahan di atas level 5,50% (yoy) hingga akhir tahun. Berdasarkan kelompoknya, inflasi di sepanjang tahun didorong oleh kenaikan harga pada kelompok bahan makanan. Triwulan IV Tahun

73 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.9 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-201 I 2012 (% yoy) KELOMPOK BARANG Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Sumber : BPS, data diolah. Sementara itu, berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di ketujuh kota cenderung beragam (tabel 2.8). Kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi tertinggi di kota Malang, Jember, Sumenep, Probolinggo dan Madiun. Sedangkan inflasi di kota Surabaya dan Kediri, terutama disumbang oleh kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau. Sumber : BPS, data diolah. Tabel 2.10 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-2012 (% YOY) KELOMPOK BARANG Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor penyebabnya (disagregasi), inflasi tahunan Jatim didorong oleh peningkatan harga kelompok volatile foods dan kelompok inflasi inti masing-masing pada level 6,55% (yoy) dan 4,27%, sedangkan kelompok administered price berada pada level yang lebih rendah yaitu sebesar 2,96%. 25,00 %(yoy) 20,00 15,00 10,00 Grafik 2.35 Inflasi Jatim per Komponen (yoy) umum Volatile food Adm Price Core Inflation Grafik 2.36 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya(yoy) Volatile Food 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 5,00 Core Inflation Administered Price 0,00-5, inflasi (yoy) Des '12 inflasi (yoy) rata-rata Triwulan IV Tahun

74 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.37 Perbandingan Disagregasi Inflasi Jawa Timur Grafik 2.38 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur 1,80 1,60 1,40 1,51 1,67 8,00 6,00 (%,mtm) Umum Volatile food Adm Price Core Inflation 1,20 1,00 4,00 0,80 0,60 0,51 2,00 0,40 0,20 0,00 0,18 Inflasi Des'12 0,19 Rata-rata inflasi Des' Inflasi Des'12 0,01 Rata-rata inflasi Des' Inflasi Des'12 Rata-rata inflasi Des' ,00-2, Core Inflation Administered Price Volatile Food SSumber: BPS Jatim (diolah) -4,00 Sumber: BPS (diolah) Selanjutnya, berdasarkan disagregasinya, rata-rata inflasi bulanan Jatim terutama didorong oleh peningkatan harga kelompok volatile foods dan kelompok inflasi inti masingmasing pada level 1,65% dan 0,33%, sedangkan kelompok administered price mengalami inflasi 0,15%. Namun demikian bila dibandingkan dengan rata-ratanya, pencapaian level kelompok inflasi volatile food pada Desember 2012 sedikit lebih rendah dibandingkan ratarata inflasi selama 5 (lima) tahun terakhir (lihat grafik 2.37), yang berada pada level 1,76% (mtm). Sedangkan dua kelompok lainnya, yaitu kelompok inflasi inti dan kelompok administered price lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi selama 5 (lima) tahun terakhir (lihat grafik 2.37), yang berada pada level 0,22% (mtm) dan -0,07%. Berbeda dengan periode sebelumnya, pada kelompok volatile food tercatat sub kelompok daging dan hasilhasilnya menyumbang kenaikan inflasi cukup tinggi. Sedangkan penurunan harga emas perhiasan pada periode laporan turut menekan laju inflasi kelompok inflasi inti pada periode laporan, meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi dibandingkan kelompok administered price. Masih sama dengan periode sebelumnya, fluktuasi harga pada kelompok volatile food dominan mendorong laju inflasi Jatim. Namun sedikit berbeda dengan periode sebelumnya, tekanan inflasi kali ini berasal dari sub kelompok daging dan hasil-hasilnya (0,56% - mtm), diikuti sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (0,28%) serta sub kelompok ikan segar (0,28%). Sedikit berbeda jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode Desember selama 5 (lima) tahun terakhir, faktor pendorong inflasi kelompok ini disebabkan oleh sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (0,62% - mtm), sub kelompok bumbubumbuan (0,56%) dan sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (0,21%). Triwulan IV Tahun

75 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Fenomena peningkatan harga komoditas pada kelompok volatile food pada umumnya dipicu oleh faktor musiman akibat meningkatnya permintaan sebagai respon masyarakat atas beberapa momentum perayaan seperti Natal dan Tahun Baru. Khusus untuk komoditas daging sapi, tren kenaikan harga di sepanjang triwulan IV-2012 dipicu oleh berkurangnya pasokan sapi lokal, khususnya dari sentra produksi di Indonesia Timur. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile food cukup tertahan oleh deflasi beberapa komoditas, seperti minyak goreng, gula pasir dan bawang putih. Di akhir tahun 2012, tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar 4,27% (yoy), atau menurun dibanding akhir tahun 2011 yang tercatat sebesar 5,26%. Secara umum tekanan inflasi inti di awal tahun 2012 berasal dari faktor eksternal maupun internal. Ketidakpastian ekonomi Amerika dan Eropa mempengaruhi ekspektasi pelaku ekonomi. Hal ini mendorong fluktuasi harga komoditas internasional sebagai respon atas arah kebijakan pemerintah Amerika Serikat untuk mengetatkan anggaran belanja dan kenaikan pajak (fiscal cliff). Sementara itu kondisi output gap yang menunjukkan kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran pada periode laporan diestimasikan berada pada kondisi yang cukup baik. Pasca meningkatnya permintaan pada periode Hari Raya Idul Fitri pada triwulan III-2012, respon permintaan masyarakat Jawa Timur diperkirakan mengalami perlambatan, yang kemudian direspon dengan baik oleh sisi penawaran/sektor produksi. Hal ini turut dikonfirmasi oleh membaiknya tingkat kapasitas utilisasi dunia usaha berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jatim pada Tw IV-2012 yang masih berada pada level 70%, yaitu dari sebelumnya 73,73% menjadi 75,66% dari kapasitas terpasangnya. Grafik 2.39 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.40 Perkembangan Capacity Utilization Rp/ 1 USD Kurs Tukar Rupiah % Jun-11 1-Jul-11 1-Aug-11 1-Sep-11 1-Oct-11 1-Nov-11 1-Dec-11 1-Jan-12 1-Feb-12 1-Mar-12 1-Apr-12 1-May-12 1-Jun I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Kurs Tengah Bank Indonesia Sumber Survei Kegiatan Dunia Usaha Triwulan IV Tahun

76 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI USD/Barel ,51 Grafik 2.41 Perkembangan Harga Minyak Internasional Sumber : Bloomberg 110,04 82,29 88,15 93, Grafik 2.42 Perkembangan Harga CPO USD/Barel , , , , Sumber : Bloomberg Grafik 2.43 Perkembangan Batu Bara USD / Metrik Ton , , , Sumber : Bloomberg Grafik 2.44 Perkembangan Harga Karet USD Cent / Kg , , , , Sumber : Bloomberg 2012 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Tabel 2.11 Perkembangan Capacity Utilization Industri pengolahan No SEKTOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV REALISASI 1 PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 72,84 69,66 79, ,38 79, ,43 A. Tanaman Pangan 84,75 71,56 73, ,47 78, ,33 B. Tanaman Perkebunan 55,92 62,22 88, ,50 69, ,17 C. Peternakan dan Hasil - hasilnya 87,50 88,33 85, ,40 89, ,22 D. Kehutanan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, ,00 0,00 E. Perikanan 79,49 67,61 76, ,25 86, ,01 2 PERTAMBANGAN 70,00 55,13 75, ,43 92, ,67 A. Minyak dan gas bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 B. Pertambangan tanpa migas 50,00 0,50 100, ,00 70, ,00 C. Penggalian 80,00 73,33 50,00 0, ,00 93,33 95, ,00 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 68,16 71,51 73, ,44 76, ,22 A. Industri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau 64,84 70,88 73, ,06 71, ,93 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 81,53 74,19 77, ,94 85, ,43 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 53,07 63,23 58, ,45 71, ,90 4. Kertas dan barang cetakan 67,80 76,38 83, ,57 84, ,86 5. Kimia dan barang dari karet 73,24 78,47 76, ,29 81, ,45 6. Semen dan barang galian bukan logam 98,50 73,00 100, ,50 90, Logam dasar, besi dan baja 63,93 68,23 69, ,00 71, ,78 8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 78,00 76,25 76, ,57 80, ,13 9. Barang Lainnya 64,18 66,00 72, ,80 67, ,00 B. Industri Migas 4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 83,82 68,71 61, ,99 67, ,01 A. Listrik 0,00 67,50 26, ,00 44, ,25 B. Gas 0,00 75,00 100,00 0, , ,00 69, ,00 C. Air bersih 83,82 67,75 70, ,99 72, ,18 TOTAL SELURUH SEKTOR 69,49 70,71 73,89 74,31 73,26 73,64 74, ,53 77, ,66 Triwulan IV Tahun

77 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2,50 2,00 1,50 Grafik 2.45 Perbandingan Komponen Infasi Inti (%, mtm) INTI Inti - Tradeable (Barang) Inti - Non Tradeable (Jasa) 1,00 0,50 0, , Sumber: BPS (diolah) Sumber : BPS, data diolah. Berdasarkan komponen pembentuknya, penurunan inflasi inti terutama disebabkan oleh penurunan inflasi pada kedua kelompok pembentuknya, yaitu inflasi inti tradeable (barang) dan inflasi inti non tradeable (jasa). Minimnya tekanan inflasi kelompok inti pada periode laporan menjadi salah satu faktor terbentuknya stabilitas inflasi, yang terjaga pada kisaran 0,30% s.d 0,35% (mtm). Jika dibandingkan antara komponen pembentuknya, terdapat peningkatan sumbangan imported inflation yang tercermin pada laju inflasi barang lebih tinggi dibandingkan inflasi jasa, masing-masing sebesar 0,27% (mtm) dan 0,23%. Berdasarkan data historisnya, pola ini biasa terbentuk di akhir tahun seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat pada komponen inflasi barang dibandingkan jasa. Klasifikasi inflasi kelompok inti berdasarkan pengelompokan barang pabrik (kelompok inti - manufacturing good) dan jasa (kelompok inti - services) pada grafik 2.49 mengindikasikan bahwa tekanan inflasi kelompok jasa mengalami peningkatan dibandingkan kelompok barang pabrik, yang dipicu oleh tingginya kenaikan harga tarif angkutan udara. Selanjutnya, klasifikasi kelompok inflasi barang untuk makanan (Core Inflation Traded Food) dan selain makanan (Core Inflation Traded Non Food) menunjukkan bahwa inflasi kelompok non food lebih tinggi dibandingkan food, karena minimnya tekanan harga pada kelompok ini, khususnya pada sub kelompok ikan yang diawetkan dan kelompok sayursayuran. Minimnya tekanan harga emas perhiasan pada periode laporan turut mendukung terbentuknya level inflasi inti yang menyerupai pada level inflasi inti selain komoditas emas. Triwulan IV Tahun

78 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 Grafik 2.46 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable (%, mtm) INTI Inti - Tradeable (Barang) Inti - Non Tradeable (Jasa) Core -Exc. Gold 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 Grafik 2.47 Perkembangan Inflasi Inti Exclude Gold Price (%, mtm) INTI Core -Exc. Gold 0,00-0, ,00-0, Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah. Grafik 2.48 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 2,00 (%, mtm) TRADED Food Non Food 1,50 1,00 0,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 Grafik 2.49 Perkembangan Inflasi Inti Exclude Gold Price (%, mtm) MANUFACTURING GOOD SERVICES 0,00-0, ,00-0,50-1, Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah. Sementara itu, analisis lebih lanjut mengenai inflasi kelompok inti barang (konstruksi) mengindikasikan minimnya tekanan inflasi pada kelompok ini. Kondisi ini berbanding terbalik dengan inflasi kelompok inti jasa (konstruksi) yang meningkat tinggi akibat kenaikan upah buruh bukan mandor pada periode laporan. Ekspektasi inflasi masyarakat (yang tercermin dari hasil survei konsumen) juga masih menjadi faktor pendorong inflasi inti, baik pada ekspektasi harga 3 (tiga) dan 6 (enam) bulan yang akan datang (lihat grafik 2.53). Triwulan IV Tahun

79 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2,00 1,50 Grafik 2.50 Perkembangan Inflasi Traded Konstruksi dan Non Konstruksi TRADED Core Traded-Konstruksi Core Traded-Non Konstruksi 2,50 2,00 Grafik 2.51 Perkembangan Inflasi Non Traded Konstruksi dan Non Konstruksi NON TRADED Core Non Traded-Konstruksi Core Non Traded-Non Konstruksi 1,00 1,50 0,50 1,00 0, , ,00 Sumber: BPS : BPS, (diolah) data diolah. 0,50 0, , Sumber: BPS :(diolah) BPS, data diolah. Grafik 2.52 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen Grafik 2.53 Ekspektasi Harga yang Akan Datang Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Indeks Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah) Sumber : BPS, data diolah. Sumber: Sumber Hasil Survei : BPS, Konsumen data BI (diolah) diolah. Triwulan IV Tahun

80 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Boks 3 Dampak Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) 2013 terhadap Inflasi di Jawa Timur Pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan penyesuaian TTL 2013 yang akan dilaksanakan secara bertahap per tiga bulan dituangkan melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 30 Tahun 2012 seiring dengan rencana pemerintah untuk menurunkan subsidi listrik pada APBN Secara umum, karakteristik pelanggan listrik kelompok rumah tangga di Jawa Timur didominasi oleh pelanggan kelompok rumah tangga dengan pangsa mencapai 92,73%, dan didominasi oleh golongan tarif 900VA yang mencapai 89% dari total pelanggan rumah tangga. Data ini cukup besar bila dibandingkan dengan pelanggan rumah tangga dengan golongan tarif 900VA dalam skala nasional yang mencapai 55,5%. Hal ini menunjukkan bahwa subsidi listrik dari pemerintah sudah dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat di Jawa Timur. Berdasarkan perhitungan, dengan mengacu pada penyesuaian TTL 2013 maka diperkirakan dampak langsung kenaikan TTL terhadap inflasi di Jawa Timur rata-rata sebesar 0,02 setiap triwulan, atau sebesar 0,07 selama tahun Sementara itu, dampak tidak langsung atas kenaikan TTL tersebut diperkirakan akan meningkatkan inflasi dalam kisaran 0,20-0,30% 3, sehingga total kenaikan inflasi atas dampak langsung dan tidak langsung mencapai 0,27-0,37%. Pangsa Pelanggan PLN di Jawa Timur 1% 3% 0% 37% 7% 52% keatas sumber: PLN Tabel 1 Perhitungan Dampak Kenaikan TTL terhadap Inflasi di Jawa Timur Harga Harga Harga Harga Harga Total Bobot Total Gol Tarif Jumlah Pangsa 1 Jan-31 1 Apr-30 1 Jul-30 mulai 1 Awal Kenaikan Listrik di Sumbangan No. Rumah Pelanggan (%) Mar Jun Sep Okt (Rp/kwh) (%) IHK (%) Inflasi Tangga (VA) (Rp/kwh) (Rp/kwh) (Rp/kwh) (Rp/kwh) , ,00% 2,64% 0, , ,00% 2,64% 0, , ,92% 2,64% 0, , ,29% 2,64% 0, , ,65% 2,64% 0, keatas , ,65% 2,64% 0,00 Total ,42% 0,07 3 Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh DKM/BRE Triwulan IV Tahun

81 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI BOKS 4 KETAHANAN PANGAN JAWA TIMUR Ketahanan pangann merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan nasional karena terkait erat dengan ketahanan sosial, stabilitas politik, ketahanan nasional serta stabilitas ekonomi. Aspek fundamental dalam membangun ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang memadai khususnya melalui perbaikan manajemen cadangan pangan. Bagi Bank Indonesia, tercapainya ketahanan pangan berperan sangat penting khususnya dalam rangka pencapaian target pengendalian inflasi. Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu lumbung pangan nasional memiliki peran penting dalam ketahanan pangan nasional. Tercatat pada tahun 2012 produksi beras dari Jawa Timur mencapai 17% dari produksi beras nasional atau setara dengan 12,043 juta gabah kering giling. Namun demikian Jawa Timur masih harus tetap mewaspadai pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi serta kompleksitas pola perdagangan komoditas pangan baik di tingkat nasional maupun global. Grafik 1.1 Produktivitas Padi Jawa Timur Terkait dengan hal tersebut di atas, berdasarkan hasil analisaa pemetaan kondisi pangan terhadap 5 (lima) komoditas yaitu beras, bawang merah, cabai merah, gula pasir dan minyak goreng diketahui bahwa pengaruh spasial atau jarak dari satu kabupaten kota ke kota lain di Jawa Timur berpengaruh terhadap pembentukan harga. Kondisi tersebut mengindikasikan peran perdagangan antar daerah (jarak) yang cukup tinggi dalam pembentukan harga di Jawa Timur. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi harga komoditas pangan utama di Jawa Timur adalah pendapatan perkapita, curah hujan dan harga barang komplementer. Selain itu, pergerakan harga yang mencerminkan surplus defisit beras di wilayah Jawa Timur searah dengan pergerakan surplus defisit DKI Jakarta dan Surabaya sebagai benchmark atau acuan harga. Pergerakan surplus defisit komoditas pangan dapat diketahui dengan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

82 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI pendekatan harga, dengan asumsi bahwa tingginya harga mencerminkan keterbatasan stock dan sebaliknya. Grafik 1.2 Tendensi Surplus Defisit Beras Jawa Timur Terkait dengan pola perdagangan antar daerah, sebagian besar petani di Jawa Timur menggunakan modal sendiri untuk membiayai kegiatan usaha tani. Selain mencerminkan kemandirian keuangan, kondisi tersebut juga dapat diartikan bahwa penyaluran kredit kepada sektor pertanian masih belum optimal. Sebagian besar petani dan pedagang serta menilai kondisi infrastruktur sebagai penunjang perdagangan antar daerah di Jawa Timur (jalan, pelabuhan dan bandara) berada dalam kondisi cukup baik untuk menunjang kegiatan perdagangan Selanjutnya, disparitas atau perbedaan harga yang tercermin dari derajat perbedaan atau koefisien variasi harga Jawa Timur terhadap Jakarta secara umumm menunjukkan tren peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut mengindikasikan tingkat variabilitas harga relatif terhadap Jakarta semakin melebar. Artinya, ketahanan pangan Jawa Timur cukup kuat sehingga tidak terlalu bergantung pada daerah lain. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

83 Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

84 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan IV-2012, perbankan (Bank Umum dan BPR) di Jawa Timur masih menunjukkan perkembangan kinerja yang positif,, tercermin dari indikator total aset, kredit dan Dana D Pihak Ketiga (DPK) tumbuh dengan baik serta tingkat risiko kredit yang dicerminkan oleh rasio Non Performing Loan (NPL) terjaga di bawah 5%. Aset Bank Umum dan BPR tumbuh sebesar 20,79% (yoy) dengan penyaluran utama pada kredit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit Bank Umum dan BPR yang mencapai 26,18% (yoy) dan diiringi oleh kualitas kredit atau rasio NPL yang terjaga di kisaran 2,68%. Berlawanan dengan kredit yang tumbuh positif pada triwulan laporan, DPK justru mengalami penurunan sehingga mendorong peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencerminkan fungsi intermediasi perbankan meningkat. Peningkatan fungsi intermediasi tersebut terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat dan bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan meningkat. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR TW I TW II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Aset (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) NPL (%) Sumber: Bank Indonesia, data diolah Perkembangan sistem pembayaran di wilayah Jawa Timur (KPwBI Surabaya, KPwBI Malang, KPwBI Jember dan KPwBI Kediri) pada triwulan IV-2012 menunjukkan perlambatan untuk transaksi tunai, sedangkan transaksi non-tunai menunjukkan Triwulan IV

85 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN peningkatan. Transaksi tunai mengalami net-outflow sebesar Rp1,53triliun dan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Disisi lain, transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Sejalan dengan kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR), kinerja Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 tetap menunjukkan perkembangan positif dan mencerminkan pelaksanaan fungsi intermediasi yang berjalan dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timur tersebut tercermin dari pertumbuhan total aset, DPK dan kredit (masing-masing sebesar 20,75%, 16,39% dan 26,28%). Pertumbuhan kredit selama tahun 2012 tercatat cukup tinggi meskipun masih berada di bawah pertumbuhan kredit nasional yang tercatat 23,18% (yoy). Sementara itu sejalan dengan kinerja perbankan di Jawa Timur, DPK bank umum cenderung mengalami perlambatan sehingga mendorong turunnya pertumbuhan aset dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun demikian rasio LDR masih cukup tinggi yaitu sebesar 82,84%, sementara rasio NPL dapat ditekan menjadi 2,60% atau turun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 2,64%. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Aset (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) 74.96% 76.46% 77.38% 76.35% 76.25% 80.10% 85.07% 82.84% NPL (%) Sumber: Bank Indonesia, data diolah Grafik berikut menunjukkan kinerja Bank Umum di Jawa Timur yang stabil dan secara konsisten tumbuh selama 3 (tiga) tahun terakhir. Triwulan IV

86 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank Berdasarkan grafik 3.1 di atas, tampak bahwa tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum selama periode 2010 hingga triwulan IV-2012 menunjukkan tren meningkat secara konsisten dan berada di kisaran 80% s.d. 85%. Peningkatan ini utamanya didorong oleh rata-rata pertumbuhan kredit yang lebih tinggi daripada DPK. Kedepan, dengan mempertimbangkan peluang atas pertumbuhan kredit perbankan yang masih tinggi untuk mengakomodasi peningkatan pertumbuhan ekonomi, diharapkan LDR dapat mencapai kisaran 85% s.d. 90% sehingga dapat mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan namun tetap memiliki tingkat likuiditas yang memadai. Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar masih didominasi oleh kelompok Bank Pemerintah dengan LDR sebesar 100,69%, diikuti oleh kelompok Bank Asing sebesar 91,38% dan Bank Swasta sebesar 67,45% (grafik 3.2). Angka ini mengalami peningkatan terutama untuk bank asing dan bank swasta bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan kondisi keseluruhan kelompok bank, kenaikan LDR pada kelompok bank asing karena peningkatan penyaluran kredit juga disebabkan oleh penurunan DPK. Sedangkan kelompok bank swasta, peningkatan LDR terutama didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai 8,20% (qtq). Hal ini menunjukkan bahwa bank asing dan bank swasta juga mulai meningkatkan fungsi intermediasi pada masyarakat di wilayahnya. Berdasarkan nominal, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timur masih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 51,78%, Bank Swasta sebesar 42,55% dan sisanya adalah Bank Asing sebesar 5,67%. Secara Triwulan IV

87 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN umum, tidak terjadi pergeseran proporsi secara signifikan diantara ketiga kelompok bank tersebut. Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) ASET DAN AKTIVA A PRODUKTIF Total aset Bank Umum pada triwulan IV-2012 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya baik dari sisi nominal maupun pertumbuhan, yaitu tumbuh 20,75% atau meningkat sebesar Rp60,77 triliun (yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi perlambatan pada pertumbuhan aset bank umum di Jawa Timur (pertumbuhan pada triwulan III-2012 mencapai 22,05%) walaupun masih tetap berada pada kisaran 20% s.d. 25%. Tingginya pertumbuhan aset bank umum disebabkan karena bank mengalokasikan sumber dana yang diperolehnya pada aktiva produktif yang juga tumbuh secara signifikan. Komposisi terbesar penyaluran aktiva produktif Bank Umum adalah pada kredit (67,73%), disusul oleh penempatan pada bank lain (2,96%) dan penempatan pada Bank Indonesia (1,91%). Komposisi ini meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan diharapkan mampu mendukung bank untuk mencapai kinerja yang optimal dan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan. Sejalan dengan stabilnya inflasi dan tingginya pertumbuhan ekonomi, diharapkan akan semakin memacu pertumbuhan kinerja bank dalam meningkatkan aktiva produktifnya. Pada triwulan IV-2012, penempatan pada Bank Indonesia dan penempatan pada bank lain masing-masing tumbuh sebesar 15,89% dan 76,76% (yoy) atau 26,24% dan 13,87% (qtq). Tingginya pertumbuhan penempatan Bank Umum ini mengindikasikan beberapa hal antara lain masih terdapat idle fund dari penghimpunan DPK yang belum tersalurkan dalam Triwulan IV

88 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN bentuk kredit namun di lain sisi dapat diartikan pula sebagai peningkatan cadangan likuiditas bank untuk memenuhi pemenuhan Giro Wajib Minimum baik primer maupun sekunder serta untuk mengantisipasi penarikan dana oleh masyarakat. Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum Grafik 3.6 Proporsi Aktiva Produktif Sumber : Bank Indonesia (diolah) DANA PIHAK KETIGA (DPK) Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif, yaitu tumbuh sebesar 16,39% (yoy) atau 5,64% (qtq) menjadi Rp289,09 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan DPK memiliki trend meningkat secara konsisten walaupun sedikit melambat pada Triwulan IV Perlambatan tersebut merupakan tren yang bersifat seasonal sehingga diharapkan pada triwulan selanjutnya akan meningkat secara konsisten. Sedangkan secara triwulan, pertumbuhan DPK berfluktuasi dengan siklus yang hampir sama yaitu cenderung melambat setiap awal triwulan dan kembali meningkat pada triwulan selanjutnya. Dengan mempertimbangkan siklus musiman tersebut serta melihat prospek daya beli masyarakat yang masih meningkat, diprediksi sepanjang tahun 2013 pertumbuhan DPK masih tetap meningkat sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur masih didominasi oleh tabungan (46,43%), deposito (37,08%) dan giro (16,49%). Terdapat sedikit penurunan pada jenis simpanan Triwulan IV

89 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN deposito dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 38,26% menjadi 37,08%. Sementara dari pertumbuhannya, tabungan memberikan kontribusi terbesar dengan tumbuh sebesar 21,91% (yoy) disusul oleh giro (20,71%) dan deposito (8,50%). Secara bertahap, komposisi deposito mulai turun seiring dengan tren penurunan suku bunga deposito. Kebijakan dan kondisi makro juga memberikan ruang yang kondusif untuk mendukung penurunan komposisi dana mahal Bank Umum. Hal ini tercermin dari penetapan BI rate sebesar 5,75% dan suku bunga penjaminan LPS sebesar 5,5% yang direspon oleh Bank Umum dengan menurunkan suku bunga deposito sehingga pada Tw IV-2012 rata-rata suku bunga deposito sebesar 5,23% sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,17%. Peningkatan ini merupakan respon pasar untuk meningkatkan minat masyarakat pada deposito yang mengalami penurunan selama tahun Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) Grafik 3.10 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp. Milyar) Grafik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%) Tw III-2012 Tw IV-2012 Triwulan IV

90 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan BI Rate Diharapkan dengan adanya tren penurunan komposisi dan suku bunga deposito tersebut akan mampu mendorong Bank Umum untuk beroperasi dengan lebih efisien sehingga dapat memberikan suku bunga kredit yang kompetitif dan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan serta sejalan dengan arah pertumbuhan perbankan nasional yaitu meningkatkan efisiensi perbankan KREDIT Penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar Rp49,84 triliun atau tumbuh 26,28% (yoy) dan 7,15% (qtq). Tingginya pertumbuhan kredit dibandingkan triwulan sebelumnya utamanya dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Jawa timur yang cukup stabil dan kondusif serta faktor musiman akibat adanya perayaan Natal dan Tahun Baru Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy) Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq) Triwulan IV

91 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan jenisnya, kredit di Jawa Timur pada laporan masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dengan jumlah mencapai Rp139,52 triliun atau sebesar 58,26% dari total kredit, disusul kemudian oleh kredit konsumsi sebesar Rp 66,25 triliun dengan proporsi 27,66% serta kredit investasi sebesar Rp 33,72 triliun dengan proporsi 14,08%. Pertumbuhan kredit tertinggi pada periode ini masih terjadi pada kredit investasi dengan pertumbuhan sebesar 36,28% (yoy) disusul kredit konsumsi sebesar 27,19% (meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,12%) dan kredit modal kerja sebesar 23,67%. Terdapat tren peningkatan kredit konsumsi dan investasi serta perlambatan kredit modal kerja pada periode ini. Walaupun melambat, kredit modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit Bank Umum di Jawa Timur selama 3 tahun terakhir sehingga perbankan Jawa Timur masih turut berperan aktif dalam mendorong aktivitas dunia usaha melalui penyaluran kredit yang bersifat produktif. Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan proporsi 51,78% disusul oleh Bank Swasta sebesar 42,55% dan Bank Asing sebesar 5,67%. Tidak terdapat pergeseran proporsi penyaluran kredit yang signifikan pada kelompok bank tersebut. Namun berdasarkan pertumbuhannya, bank asing mendominasi dengan tingkat pertumbuhan sebesar 36,14% disusul oleh bank bank swasta sebesar 29,30% dan bank pemerintah sebesar 22,94%. Hal ini menunjukkan bank semakin meningkatkan fungsi intermediasinya dan adanya tingkat persaingan yang semakin kondusif antara kelompok bank sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas penyaluran kredit kepada masyarakat. Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Triwulan IV

92 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy) Grafik 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq) Grafik 3.19 Proporsi Kredit Sektoral Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar disalurkan kepada sektor-sektor yang mendominasi struktur perekonomian di Jatim, seperti sektor Industri Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-masing sebesar 28,09% dan 23,85%. Sementara apabila dilihat dari angka pertumbuhannya, peningkatan penyaluran kredit tertinggi adalah pada sektor jasa perorangan yang melayani rumah tangga, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 71,85%, 56,40%, dan 49,75% (yoy). Triwulan IV

93 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.20 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) Grafik 3.21 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) Sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan peranan UMKM dalam mendukung perekonomian daerah, perbankan juga turut mengambil peranan dengan meningkatkan penyaluran kredit pada sektor tersebut. Peluang perbankan dalam pengembangan kredit UMKM masih terbuka lebar mengingat tingginya jumlah UMKM di Jawa Timur. Bank Indonesia melalui arah kebijakan tahun 2013 yang menekankan pada peningkatan financial inclusion serta penguatan UMKM turut memberikan ruang pada pengembangan UMKM. Selain itu, Bank Indonesia Wilayah IV Jawa Timur dan Pemerintah Daerah akan mengoptimalkan fasilitas yang telah ada antara lain melalui lembaga penjaminan kredit daerah, APEX-BPR, Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), Badan Pertanahan Nasional (BPN), perbankan dan lembagalembaga lainnya untuk mendukung penguatan UMKM melalui peningkatan penyaluran kredit UMKM sehingga dapat menghidupkan dan memperkuat sektor riil. Berbagai upaya tersebut walaupun belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, namun secara bertahap mampu meningkatkan kredit UMKM secara konstan. Realisasi penyaluran kredit UMKM tahun 2012 berada pada kisaran Rp60-70 triliun (grafik 3.22). Triwulan IV

94 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.22 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank Pada triwulan IV-2012, penyaluran kredit UMKM 1 di Jawa Timur mencapai Rp68,53 triliun, tumbuh sebesar 9,93% (yoy) dan 7,67% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan III-2012 yang tumbuh sebesar 3,85% (yoy) dan -7,58% (qtq). Peningkatan pertumbuhan ini karena adanya peningkatan permintaan oleh masyarakat menjelang perayaan Natal dan tahun baru 2013 yang memberikan peluang usaha bagi para UMKM sehingga meningkatkan kebutuhan modal kerja usahanya. Pada tahun 2013, nominal kredit UMKM diprediksi akan tetap tumbuh positif sejalan dengan kondusifnya perekonomian Jawa Timur serta berbagai kebijakan yang bertujuan untuk mengembangkan pelaku usaha termasuk UMKM. Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh Bank Umum di Jawa Timur didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 54,89% dengan jumlah mencapai Rp 37,62 triliun, disusul oleh Bank Swasta dan Bank Asing masing-masing sebesar Rp29,83 triliun (43,53%) dan Rp1,09 miliar (1,58%). Dapat disimpulkan bahwa Bank swasta secara bertahap mulai konsisten meningkatkan penyaluran kredit UMKM, tercermin dari pergeseran komposisi penyaluran kredit UMKM dari Bank Pemerintah ke Bank Swasta selama tahun 2012 yang mencapai 4% s.d. 5%. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan Bank Indonesia dan menunjukkan bahwa perbankan di Jawa Timur telah merespon kebijakan Pemerintah Daerah dan menjadikan UMKM sebagai salah satu pasar potensial. KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) 2 Hingga akhir periode laporan, perkembangan penyaluran KUR di Jawa Timur terus menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan data Kementerian Koordinator 1 mengacu pada definisi UMKM berdasarkan UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM 2 KUR merupakan kredit/pembiayaan kepada kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam bentuk pemberian kredit modal kerja dan kredit investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. Triwulan IV

95 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Perekonomian RI, realisasi penyaluran KUR dalam skala nasional hingga triwulan IV-2012 mencapai Rp40,69 triliun dengan jumlah debitur sebanyak nasabah atau tumbuh sebesar 20,22% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan wilayahnya, provinsi Jawa Timur masih berada pada urutan pertama daerah penyalur KUR dengan plafon tertinggi secara nasional yaitu Rp14,77 triliun (15,24%), disusul oleh Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan plafon masing-masing sebesar Rp14,45 triliun dan Rp12,44 triliun. Sampai dengan akhir periode laporan tercatat outstanding / baki debet KUR di Jawa Timur sebesar Rp5,95 triliun, meningkat sebesar 24,20% (yoy) dan 2,50% (qtq) dibandingkan dengan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar Rp 5.61 triliun. Grafik Besar Provinsi Penyalur KUR Grafik 3.25 PerkembanganPenyaluran KUR di Jatim 3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan yang merupakan bagian dari stabilitas sistem keuangan memegang peranan penting untuk mewujudkan perekonomian yang kuat dan stabil. Hasil penilaian terhadap kondisi sistem keuangan nasional menunjukkan bahwa stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah dinamika perkembangan perekonomian global. Baiknya kondisi sistem keuangan didukung oleh kinerja perbankan yang cukup menggembirakan. Kinerja positif perbankan antara lain tercermin dari aspek permodalan dan profitabilitas yang semakin kuat. Di samping itu, kualitas intermediasi juga semakin baik yang ditunjukkan dari meningkatnya penyaluran kredit produktif. Stabilitas industri perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi perbankan selama triwulan IV-2012 relatif stabil dan terjaga. Peningkatan DPK sebesar 16,46% (yoy) yang diimbangi dengan kecukupan alat likuid bank berupa giro BI, penempatan pada Bank Indonesia dan penempatan pada bank lain untuk mengantisipasi adanya penarikan likuiditas. Namun perlu dicermati peningkatan penyaluran kredit yang tidak Triwulan IV

96 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN sepenuhnya berasal dari DPK sehingga menurunkan cadangan likuiditas dalam bentuk penempatan BI dan antar bank aktiva. Di lain sisi, potensi risiko kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) stabil di kisaran 2%-3% dan mencapai 2,62% pada triwulan IV Peningkatan penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur. Sementara itu, risiko lain yang masih harus diwaspadai adalah adanya risiko operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Beberapa program peningkatan perlindungan dan pemberdayaan nasabah yang terdiri atas Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan Edukasi Konsumen masih menjadi upaya yang terus dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mendorong terciptanya iklim perbankan yang kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun perlindungan konsumen. Selain itu, upaya peningkatan akses masyarakat kepada perbankan melalui program financial inclusion diharapkan semakin memperkuat tingkat stabilitas sistem keuangan RISIKO KREDIT Tabel 3.4 Perkembangan NPL per-kelompok Bank Kelompok Bank Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV NPL Bank Umum (%) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing Sumber: Bank Indonesia Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur pada periode laporan membaik dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari 2,64% menjadi 2,60%. Turunnya NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah. Tercatat nominal NPL pada triwulan IV-2012 sebesar Rp6,23 triliun meningkat 5,37% dibandingkan triwulan III-2012 yang mencapai Rp5,91 triliun. Triwulan IV

97 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi berada kelompok bank pemerintah yang mencapai 3,37%, disusul kemudian oleh kelompok bank swasta dan bank asing dengan rasio NPL masing-masing sebesar 1,64% dan 1,98%. Berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 3,27%, disusul oleh kredit investasi sebesar 2,35% dan kredit konsumsi sebesar 1,31%. Peningkatan NPL terbesar berada pada jenis kredit modal kerja yaitu sebesar 9,33% (qtq) atau meningkat menjadi Rp4,57 triliun, sedangkan kredit investasi hanya meningkat sebesar 4,42% dan kredit konsumsi turun sebesar -10,90%. Tingginya pertumbuhan NPL kredit modal kerja ini sejalan dengan proporsi penyaluran kredit terbesar di Jawa Timur pada triwulan IV Sementara kredit investasi mengalami penurunan NPL karena pada triwulan IV-2012 banyak terdapat pembayaran termin dari proyek-proyek yang telah jatuh tempo serta adanya penyelesaian pelaksanaan proyek. Rendahnya NPL kredit konsumsi dan adanya penurunan nominal NPL kredit tersebut menunjukkan bahwa kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko rendah secara agregat karena tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan potensi kerugian jika terjadi default beberapa debitur. Grafik 3.26 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.27 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan Namun secara individual, kredit konsumsi justru memiliki risiko kredit yang besar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif (sumber pengembalian tidak dapat dipastikan). Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar yang dilakukan oleh Bank Umum hingga akhir triwulan IV-2012 tertuju pada sektor Industri Pengolahan, sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha, serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-masing Triwulan IV

98 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN sebesar 28,09%, 27,66% dan 23,85%. Sektor ini juga merupakan sektor utama perekonomian di Jawa Timur sehingga perbankan telah bersinergi dalam mendukung perekonomian daerah. Grafik 3.28 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) Sementara untuk 8 (delapan) sektor lainnya yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial, listrik, gas dan air, jasa pendidikan, perikanan, badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya, administrasi pemerintahan, jasa perorangan yang melayani rumah tangga, serta sektor lain-lain, masing-masing hanya memiliki proporsi kurang dari 0,5%terhadap total penyaluran kredit. Dari sisi pertumbuhan tahunan, peningkatan penyaluran kredit tertinggi terdapat pada Sektor Perorangan yang Melayani Jasa Rumah Tangga sebesar 71,85% (yoy), Pertambangan dan Penggalian sebesar 56,40% (yoy) dan Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi (49,75%). Sementara sektor usaha yang justru mengalami perlambatan adalah sektor administrasi pemerintahan, badan internasional dan ekstra internasional lainnya, serta sektor kegiatan yang belum jelas batasannya. Pertumbuhan tertinggi ini umumnya terjadi pada sektor yang proporsinya terhadap total kredit relatif kecil. Sementara itu, 3 (tiga) sektor utama Jawa Timur tumbuh secara konstan pada tingkat 25%-30%. Dengan demikian, pertumbuhan yang signifikan tersebut tidak akan mengganggu stabilitas kredit perbankan. Triwulan IV

99 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.29 Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy) Berdasarkan kualitasnya, NPL terbesar dimiliki oleh sektor perikanan dengan NPL sebesar 9,93%, disusul kemudian oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan NPL sebesar 8,39%. Sementara sektor utama Jawa Timur yaitu perdagangan besar dan eceran serta sektor industri pengolahan hanya memiliki NPL sebesar 2,81% dan 3,37% sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko pada sektor ini relatif lebih terkendali dibandingkan sektor utama lainnya dan mampu mendukung pertumbuhan kredit. Namun berdasarkan proporsinya, sektor utama Jawa Timur yaitu sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan dan sektor penerima kredit bukan lapangan usaha memberikan sumbangsih terbesar pada NPL (grafik 3.30). Triwulan IV

100 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik NPL per Sektor Ekonomi RISIKO LIKUIDITAS Risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur pada Triwulan IV-2012 masih terjaga dengan baik. Cash Ratio yang mencerminkan kemampuan perbankan Jawa Timur dalam melunasi kewajiban jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimilikinya sebesar 5,58%, menurun dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 6,40%. Turunnya cash ratio perbankan disebabkan turunnya peningkatan penempatan pada BI dan bank lain masingmasing sebesar -35,08% dan -27,16% (qtq) sehingga mengurangi cadangan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek khususnya kepada pihak ketiga. Penurunan penempatan tersebut utamanya digunakan sebagai salah satu sumber dana untuk ekspansi kredit. Grafik Money Position Perbankan di Jawa Timur Sementara itu, aktiva lancar turun dari Rp18,23 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp16,66 triliun (-8,62%-qtq). Komposisi aktiva lancar terbesar berupa penempatan pada bank lain sebesar Rp5,16 triliun, disusul kas dan penempatan pada Bank Indonesia masing masing sebesar Rp8,53 triliun dan Rp2,97 triliun. Sementara pasiva lancar sebesar Rp298,5 triliun dan didominasi oleh dana pihak ketiga. Triwulan IV

101 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan IV-2012, komposisi dana pihak ketiga di Jawa Timur terhadap giro, tabungan dan deposito masing-masing adalah 16,49%, 46,43% dan 37,08%. Perubahan yang tampak dibandingkan periode sebelumnya adalah adanya pergeseran dari deposito menjadi tabungan (proporsi tabungan dan deposito pada periode sebelumnya adalah 44,91% dan 38,26%). Hal ini menunjukkan bahwa preferensi penempatan dana masyarakat adalah pada instrumen perbankan tabungan dan sejalan dengan arah kebijakan perbankan nasional untuk meningkatkan efisiensi perbankan melalui penghimpunan dana murah. Tabungan di satu sisi memiliki kelebihan dalam biaya dana karena tidak membebani perbankan namun di sisi lain memerlukan manajemen likuiditas yang lebih baik untuk mengantisipasi penarikan dana nasabah sewaktu-waktu. Sedangkan deposito lebih bersifat manageable namun memerlukan persediaan atau cadangan likuiditas yang lebih besar khususnya untuk deposito berjangka pendek (1 bulan) selain merupakan dana mahal. Berdasarkan jangka waktunya, deposito jangka pendek masih menjadi pilihan sebagian besar nasabah perbankan. Hal ini tercermin dari komposisi deposito berjangka waktu 1 dan 3 bulan yang masing-masing sebesar 57,12% dan 12,89%. Hanya 12,74% deposito yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun (meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang hanya sebesar 7%). Sebagai akibatnya bank harus memiliki mitigasi yang tepat untuk memastikan kecukupan cadangan likuiditas terhadap pencairan deposito jangka pendek tersebut. Grafik 3.32 Money Position Perbankan di Jawa Timur Walaupun trend pertumbuhan dana pihak ketiga di Jawa Timur (yoy) masih didominasi oleh tabungan dan disusul oleh deposito namun perbankan diharapkan tetap menjaga asset and liability management (ALMA), melakukan pengendalian risiko likuiditas serta menjaga komposisi penghimpunan DPK sehingga dapat meminimalkan risiko likuiditas. Triwulan IV

102 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3.3. PERBANKAN SYARIAH Selama beberapa periode terakhir, perbankan syariah di Jawa Timur tetap menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang positif. Hal ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang kondusif, masih terbukanya potensi pengembangan pasar perbankan syariah di Jawa Timur dan upaya pengembangan perbankan syariah yang dilakukan oleh Bank Indonesia serta instansi pemerintah. Peningkatan kinerja perbankan syariah di Jawa Timur yang konsisten juga dapat menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Bank Syariah. Grafik 3.33 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) Grafik 3.34 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) Indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang terdiri atas aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan selama triwulan IV-2012 mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 42,21% (yoy) dan 17,65% (qtq) dari Rp 14,08 triliun pada Triwulan III-2012 menjadi Rp 16,57 triliun pada triwulan IV Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur tumbuh 34,25% (yoy) dan 17,03% (qtq), atau meningkat dari sebesar Rp 10,59 triliun menjadi Rp 12,39 triliun. Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana masyarakat didorong oleh cukup tingginya pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito yang masing masing secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 119,06%, 44,05%, dan 17,76%. Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan dari masing-masing Dana Pihak Ketiga Bank Syariah adalah Triwulan IV

103 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 57,62% untuk giro, -11% untuk tabungan, dan 44,27% untuk deposito. Berbeda dengan triwulan sebelumnya, pada triwulan IV-2012 terjadi pergeseran bentuk simpanan dari tabungan menjadi deposito seiring dengan tingginya pertumbuhan deposito (qtq). Grafik 3.35 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur Grafik 3.36 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) Selama triwulan IV-2012 penyaluran pembiayaan tumbuh 12,29% (qtq) atau 35,63% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 11,99 triliun. Berdasarkan jenisnya, proporsi terbesar pembiayaan masih didominasi oleh pembiayaan modal kerja sebesar 42,41%, disusul oleh pembiayaan konsumsi sebesar 38,45% dan pembiayaan investasi sebesar 19,14%. Terjadi pergeseran proporsi penyaluran pembiayaan (sebesar 6% selama tahun 2012) dari konsumsi menjadi modal kerja dan investasi. Grafik 3.37 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Grafik 3.38 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Triwulan IV

104 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Beralihnya komposisi terbesar penyaluran pembiayaan dari konsumsi ke modal kerja menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pembiayaan modal kerja dan investasi (yoy) yang masing-masing tumbuh sebesar 47,22% dan 63,72% jauh di atas pertumbuhan pembiayaan konsumsi yang hanya mencapai 15,70%. Dengan demikian, perbankan syariah juga secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa Timur. Kinerja penyaluran pembiayaan yang positif tersebut diiringi dengan kualitas pembiayaan yang baik, tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 1,43% menurun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1,63%. Walaupun secara nominal jumlah pembiayaan bermasalah meningkat dibandingkan periode sebelumnya (dari Rp 173 milyar menjadi Rp 182 milyar) namun jumlah tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun secara umum menunjukkan pertumbuhan yang stabil di kisaran 95%-100%. Walaupun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya (dari 100,80% menjadi 96,72%), namun secara substansi perbankan syariah telah mampu mengoptimalkan penghimpunan dananya ke dalam sektorsektor yang produktif. Turunnya rasio FDR tersebut karena nominal pertumbuhan DPK lebih tinggi daripada pertumbuhan pembiayaan. Grafik Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur Triwulan IV

105 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 menunjukkan sedikit perlambatan terutama pada indikator total aset dan DPK, meskipun masih tumbuh dalam tingkat yang cukup baik. Secara tahunan (yoy), total aset pada periode laporan tumbuh sebesar 22,31%, mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,75%. Pola peningkatan yang sama juga terjadi pada penghimpunan dana yaitu sebesar 21,07% sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 23,45%. Sementara itu, sejalan dengan pola perkembangan penyaluran kredit Jawa Timur, penyaluran kredit BPR tumbuh secara stabil yaitu dari 20,38% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 22,42% pada periode ini. Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur INDIKATOR BPR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Aset (Juta Rupiah) 5,863,144 6,155,763 6,372,570 6,808,042 6,982,253 7,345,638 8,013,778 8,327,121 Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq) Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) 3,578,663 3,724,342 3,837,571 4,040,661 4,177,128 4,385,038 4,737,430 4,892,009 Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq) Kredit (juta Rupiah) 4,282,468 4,617,801 4,823,475 4,849,367 5,153,678 5,572,413 5,806,554 5,936,457 Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) % % % % % % % % NPL (%) 4.99% 4.92% 4.77% 4.01% 4.29% 4.14% 4.24% 3.39% Sumber: Bank Indonesia, data diolah Melambatnya pertumbuhan aset pada triwulan ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan DPK pada triwulan IV-2012 yang mencapai (2,24%). Hingga akhir periode laporan total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur mencapai Rp4,89 triliun. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh tabungan yaitu meningkat sebesar Rp106,22 miliar atau tumbuh sebesar 7,25% (qtq) dan 22,74% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Sementara deposito meningkat sebesar Rp48,36 miliar atau tumbuh sebesar 1,48% (qtq) dan 20,30% (yoy), menjadi Rp3,32 triliun pada periode laporan. Walaupun mengalami pertumbuhan yang positif, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi sedikit perlambatan pada penghimpunan DPK yang sejalan dengan pola penghimpunan DPK perbankan di Jawa Timur pada triwulan laporan. Triwulan IV

106 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga triwulan IV-2012, selain menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat juga terkait dengan besarnya suku bunga simpanan BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum. Walaupun BPR memiliki daya saing dalam penghimpunan dana karena pemberian suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan Bank Umum (komposisi deposito terhadap total penghimpunan dana sebesar 67,68% turun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 69,06%), namun secara bertahap juga mulai meningkatkan penghimpunan dana murah yang tercermin dari pertumbuhan tabungan yang melebihi pertumbuhan deposito selama tahun LPS juga secara bertahap menurunkan suku bunga penjaminannya sehingga menjadi acuan oleh BPR untuk menentukan komposisi pendanaan dan meningkatkan efisiensi. Grafik 3.40 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy) Grafik 3.41 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) Grafik 3.42 Pertumbuhan Kredit BPR per-jenis Penggunaan (yoy) Triwulan IV

107 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Proporsi penyaluran kredit terbesar adalah pada kredit modal kerja yaitu 64,04%, disusul oleh kredit konsumsi sebesar 31,17% dan kredit investasi sebesar 4,79%. Sedangkan dari pertumbuhannya, kredit investasi mengalami peningkatan yang signifikan yaitu tumbuh 98% (yoy) atau 45,65% (qtq) disusul oleh kredit konsumsi yang tumbuh 21% (yoy) atau 1,11% (qtq), dan kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 19,69% (yoy) atau 0,54% (qtq). Pertumbuhan kredit BPR sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Timur yang didominasi oleh kredit investasi. Sedangkan untuk kredit konsumsi terdapat trend penurunan pertumbuhan kredit sehingga dapat disimpulkan bahwa BPR juga mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Grafik 3.43 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Grafik 3.44 Perkembangan LDR & NPL BPR Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari pertumbuhan kredit selama 2 (dua) periode terakhir menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit menurun dari 122,57% (Triwulan III- 2012) menjadi 121,35% pada Triwulan IV Tingginya pertumbuhan kredit tersebut didukung dengan terjaganya kualitas kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) selama 1 (satu) tahun terakhir berada di kisaran 3%-4,5% dan mencapai titik terendahnya yaitu 3,39% pada triwulan IV Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi intermediasi BPR telah berjalan dengan cukup baik dan menjadi salah satu indikasi peningkatan kinerja BPR dalam menghadapi resiko kredit. Triwulan IV

108 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA Kinerja 6 (enam) 3 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada triwulan laporan menunjukkan perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur turun dari 35,28% (yoy) atau 10,15% (qtq), menjadi 17,61% (yoy) atau -14,94% (qtq) pada triwulan IV-2012 dengan nominal sebesar Rp 35,94 triliun. INDIKATOR BANK kp Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (dalam Milyar Rupiah) 2011 TW I TW II Tw III Tw IV TW I TW II TW III TW IV Total Aset (Milyar Rupiah) 26, , , , , , , , Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) (2.16) (14.94) Dana Pihak Ketiga (Milyar Rupiah) 20, , , , , , , , Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) (9.18) (14.09) Kredit (Milyar Rupiah) 14, , , , , , , , Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) 70.27% 67.51% 69.63% 77.95% 66.18% 71.11% 70.63% 82.54% NPL (%) 0.82% 1.03% 1.30% 1.08% 1.40% 1.89% 2.01% 2.06% 2012 Grafik 3.45 Pertumbuhan Indikator Bank Ber KP di Surabaya (yoy) Grafik 3.46 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Berbeda dibandingkan periode sebelumnya, pada triwulan IV-2012 terjadi penurunan asset bank berkantor pusat di Surabaya yang cukup signifikan. Sumber utama penurunan aset tersebut adalah turunnya DPK dalam bentuk giro dan deposito milik Pemerintah Daerah masing-masing sebesar -16,25% dan -37,52% (qtq) yang antara lain digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek pemerintah. Penurunan dana milik Pemerintah Daerah ini 3 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Master. Triwulan IV

109 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN merupakan suatu pola yang bersifat seasonal dimana pada akhir tahun selalu melambat dan akan meningkat kembali pada tahun berikutnya. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat terdiri atas giro, tabungan dan deposito dengan proporsi masing-masing sebesar 36,24%, 36,38% dan 27,38%. Pertumbuhan terbesar DPK didominasi oleh peningkatan simpanan dalam bentuk tabungan yang mencapai 15,17% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 23,32%. Sedangkan DPK lainnya dalam bentuk giro dan deposito mengalami penurunan sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya. Grafik 3.47 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya Grafik 3.48 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar 16,79% (yoy) dan 0,40% (qtq), meningkat dari sebesar Rp19,73 triliun pada Triwulan III-2012 menjadi Rp 19,81 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 60,10%, disusul kemudian oleh kredit modal kerja dan Investasi dengan proporsi masing-masing sebesar 34,01% dan 5,89%. Terdapat peningkatan penyaluran kredit konsumsi yang signifikan pada triwulan IV-2012 yaitu sebesar 12,34% (qtq) sedangkan kredit modal kerja dan investasi justru mengalami perlambatan masing-masing sebesar -11,44% dan -23,55%. Berdasarkan grafik 3.49 dapat dilihat bahwa trend pertumbuhan kredit modal memang berfluktuatif dan membentuk pola tertentu yaitu sedikit melambat pada akhir tahun dan meningkat kembali di awal tahun, namun masih memiliki tren meningkat. Hal ini karena kredit modal kerja didominasi oleh pelaksanaan proyek yang umumnya dimulai pada awal tahun. Sedangkan kredit konsumsi walaupun secara komposisi mendominasi namun trend Triwulan IV

110 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN pertumbuhannya secara bertahap mengalami penurunan. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat. Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada triwulan IV didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup rendah, yaitu sebesar 2,06%. Walaupun sedikit meningkat dibandingkan triwulan-iii 2012 yang tercatat sebesar 2,01%, namun besarnya NPL tersebut masih relatif terjaga dan masih dapat dikendalikan oleh bank melalui penerapan manajemen risiko kredit yang cukup memadai. Grafik 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Grafik 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konsisten di kisaran 65%-80% dan mencapai nilai tertingginya pada triwulan IV-2012 yaitu sebesar 82,54%. Grafik 3.51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya Sumber : Bank Indonesia Triwulan IV

111 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan perbankan. Kebijakan dan pelaksanaan Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan pengawasan perbankan. Sampai dengan akhir tahun 2012 kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan baik. Kondisi tersebut mencerminkan tingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan kebutuhan uang bagi masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang cukup. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai (inflow dan outflow), transaksi keuangan non tunai (BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur Transaksi Keuangan Tunai Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara lain: jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow),jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), serta kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). a. Aliran Uang Masuk/Keluar ( (Inflow/Outflow low/outflow) Pada triwulan akhir tahun 2012, aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), KPwBI Malang, KPwBI Kediri, dan KPwBI Jember secara kumulatif menunjukkan posisi net outflow.hal tersebut dapat diartikan bahwa jumlah aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih besar dibandingkan jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Triwulan IV

112 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Wilayah SURABAYA KEDIRI MALANG JEMBER JAWA TIMUR Tabel 3.6 PerkembanganArusUangTunai (Inflow Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam miliar rupiah Keterangan Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV OUTFLOW 7.241, , , , , ,91 INFLOW 6.584, , , , , ,87 NET FLOW (656,99) 489, ,82 (1.002,03) 1.316,50 (1.416,04) OUTFLOW 3.567, , , , , ,01 INFLOW 2.239, , , , , ,90 NET FLOW (1.327,56) (873,67) 304,59 (1.914,42) (1.276,12) (1.291,11) OUTFLOW 2.135, ,60 875, , , ,27 INFLOW 2.726, , , , , ,64 NET FLOW 591,09 845, ,69 822,93 827, ,38 OUTFLOW 1.716,67 0,95 845, , , ,02 INFLOW 649,34 1, , , , ,19 NET FLOW (1.067,32) 0,09 404,48 (186,30) (260,14) (204,83) OUTFLOW , , , , , ,20 INFLOW , , , , , ,60 NET FLOW (2.460,79) 461, ,57 (2.279,82) 607,25 (1.536,60) K ete ra ng an : N et F low ( +) : N et Inf lo w N et F low ( -) : N et ou tflow Tercatat netoutflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp 1,53 triliun. Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya (triwulan III-2012) yang mencatat net inflow sebesar Rp 607,25 miliar.secara umum, baik inflow maupun outflow Jawa Timur pada periode laporan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu - 19,37% (qtq) untuk outflow, dan -32,97% (qtq) untuk inflow. Penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya transaksi ekonomi masyarakat yang menggunakan uang kartal pasca libur hari Raya Idul Fitri pada bulan Agustus 2012 (triwulan III-2012). Penurunan jumlah inflow yang lebih besar dibandingkan dengan outflow menyebabkan Jawa Timur mencatat net outflow pada triwulan IV Posisi net outflow yang terjadi pada periode laporan disebabkan oleh besarnya jumlah aliran keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) karena tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat pada saat liburan Natal dan tahun baru (Desember 2012). Sementara jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) yang tidak terlalu besar menjadi indikasi tingginya peredaran uang kartal di masyarakat pada periode laporan. Gambar 3.50 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow Outflow) DalamJuta Rupiah Juta Rupiah , , , ,00 0,00 OUTFLOW INFLOW Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV , , , ,00 - ( ,00) ( ,00) Gambar 3.51 Perkembangan Net Flow JawaTimur Net Flow Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2012 Triwulan IV

113 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN b. Uang Kartal Tidak Layak Edar Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy) adalah pelaksanaan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) secara rutin. Selama triwulan IV-2012 jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan adalah sebesar Rp 882,95 miliar. Jumlah tersebut lebih besar 201,93% (qtq) apabila dibandingkan dengan jumlah triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 292,43 miliar. Kenaikan jumlah uang yang dimusnahkan pada triwulan akhir 2012 merupakan dampak dari tingginya tingkat peredaran uang pada triwulan III-2012 terutama pada periode libur Hari Raya Idul Fitri di bulan Agustus Gambar 3.52 PemusnahanUangTidakLayakEdar (PTTB) , , , , , ,00 0,00 PTTB Rasio PTTB thdp Inflow Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV ,00 40,00 30,00 20,00 10,00 - Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Namun demikian, secara umum tren perkembangan jumlah PTTB di Jawa Timur menunjukkan penurunan. Tren penurunan jumlah uang kartal tidak layak edar tersebut terkait dengan upaya Bank Indonesia yang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru. Triwulan IV

114 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Keuangan Non Tunai Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa Timur terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS. Gambar 3.53 PerkembanganTransaksi Non Tunai Di JawaTimur Share Kliring Share RTGS 250,00 Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun) 100% 80% 60% 40% 20% 0% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Tingginya volume transaksi RTGS dibandingkan dengan transaksi kliring mencerminkan kebutuhan masyarakat akan fasilitas sistem pembayaran yang cepat, aman dan efisien. Kondisi tersebut didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang tinggi sehingga secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat. Upaya Bank Indonesia dalam mencapai less cash society dilakukan dengan pemberian himbauan dan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan uang kartal, dan beralih kepada alat pembayaran non tunai seperti e-money, ATM, mobile banking ataupun electronic banking. a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement) Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dikembangkan sebagai upaya mitigasi risiko dalam sistem pembayaran antar bank bernilai besar (high-value payment system). Triwulan IV

115 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Gambar 3.54 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur , , , ,00 100,00 10,00 1,00 Volume Nominal (Rp Triliun) rhs Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV ,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Sumber : Bank Indonesia Surabaya Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 menunjukkan tren peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada periode laporan adalah sebanyak transaksi dengan nominal mencapai Rp 206,28 triliun. Nominal tersebut meningkat 11,44% (qtq) atau 39,10% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Sementara apabila ditinjau dari volume transaksi, meningkat cukup tinggi yaitu mencapai 33,95% (qtq) dan 26,28% (yoy). Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada triwulan laporan, transaksi outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh Kota/Kabupaten dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai Ibu kota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi. Gambar Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw IV Gambar Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw IV Nilai (Miliar Rp) Volume SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU JEMBER Nilai (Miliar Rp) Volume SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU JEMBER Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Triwulan IV

116 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tercatat transaksi RTGS pada triwulan IV-2012 dari Kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) mencapai Rp 112,06 triliun dengan volume sebanyak transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak transaksi dengan nilai mencapai Rp144,93 triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming adalah Malang, Kediri, Gresik, Batu dan Jember. b. Transaksi Kliring Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 460 kantor/bank umum peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember. Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw IV Jumlah Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek % Rata-2 Penolakan Kota Kantor Kliring Sehari & Giro Kosong & BG Kosong Sehari Cek & BG Kosong Sehari Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%) Surabaya ,58 1,89 Malang ,31 4,84 Kediri ,45 2,35 Jember ,95 2,26 Jatim ,68 2,12 Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw III Jumlah Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek % Rata-2 Penolakan Kota Kantor Kliring Sehari & Giro Kosong & BG Kosong Sehari Cek & BG Kosong Sehari Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%) Surabaya ,74 4,08 Malang ,34 7,35 Kediri ,31 2,22 Jember ,56 3,75 Jatim ,81 1,43 Triwulan IV

117 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada triwulan IV-2012 menunjukkan tren meningkat. Tercatat sebanyak 1,29 juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan melalui kliring dengan nominal mencapai Rp 46,11 triliun. Jumlah nominal tersebut meningkat 3,21% (qtq) atau 4,03% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Selain mencerminkan tingginya aktifitas ekonomi dengan menggunakan sistem pembayaran non tunai, hal tersebut juga mengindikasikan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non tunai. Sementara itu, secara nominal jumlah tolakan kliring juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar Rp 637,61 miliar pada triwulan III menjadi sebesar Rp 979,29 miliar pada triwulan IV-2012, meningkat 53,59% (qtq) atau 64,10% (yoy). Namun demikian, jumlah warkat keuangan atau warkat kliring yang ditolak menurun dari sebesar lembar pada triwulan III-2012 menjadi sebesar lembar pada periode laporan. Gambar 3.57 Gambar 3.58 Perkembangan Transaksi Kliring di JawaTimur TolakanTransaksi Kliring di JawaTimur 47,00 46,00 45,00 44,00 43,00 42,00 41,00 40,00 39,00 38,00 37,00 36,00 Tw I Nominal (Rp triliun) Tw II Tw III Tw IV Warkat (juta lembar) Tw I Tw II Tw III Tw IV 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 Tolakan Kliring (Rp juta) , , , , , ,00 - Tw I Tw II Tw III Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Sumber : Bank IndonesiaSurabaya 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR Gambar 3.59 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan lembar Surabaya Malang Kediri Jember Jatim (rhs) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Nominal Jt Rp 450,00 400,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Surabaya Malang Kediri Jember Jatim (rhs) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 800,00 700,00 600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0, Triwulan IV

118 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Pada Triwulan IV -2012, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak lembar dalam berbagai pecahan dengan nilai nominal sebesar Rp 517,48 juta. Prosentase peningkatan jumlah lembar uang palsu tersebut adalah sebesar 4,19% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya. Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Gambar 3.61 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) % 3% 1% 3% 7% 1% 0% 0% 80% 92% Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur pada Triwulan laporan didominasi oleh nominal Rp ,- dengan proporsi mencapai 80% (berdasarkan lembar) dan 92% (berdasarkan nominal). Surabaya sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di wilayah Jawa Timur, baik lembar maupun nominal. Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan Triwulan IV

119 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku. Triwulan IV

120 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Boks 5 Rencana Bisnis Bank Tahun 2013 Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.12/21/PBI/2010 tanggal 19 Oktober 2010 tentang Rencana Bisnis Bank (RBB), perbankan wajib menyampaikan rencana kerja untuk tahun 2013 yang antara lain meliputi rencana intermediasi, ekspansi usaha, pengembangan produk dan aktivitas baru, perubahan jaringan kantor maupun perubahan internal lainnya. Berdasarkan RBB inilah dapat diketahui arah perbankan selama satu tahun ke depan khususnya dalam penyaluran kredit dan penghimpunan dana. Tabel 3.. Rencana Bisnis Bank 2013 Komponen Nilai Pertumbuhan Kredit 12% s.d. 23% Pertumbuhan DPK 10% s.d. 21% Pertumbuhan UMKM 11% s.d. 26% Share UMKM 36% s.d. 80% LDR 86% s.d. 95% NPL < 2% BOPO 65% s.d. 95% Sesuai tabel disamping tampak bahwa arah perkembangan perbankan untuk bank berkantor pusat di Surabaya telah sesuai dengan arah perkembangan perbankan nasional yaitu mendorong penguatan UMKM dan efisiensi perbankan. Pertumbuhan kredit yang berada di kisaran 12% s.d. 23% serta pertumbuhan DPK di kisaran 10% s.d. 21% diharapkan mampu mendorong perekonomian di Jawa Timur serta menggerakkan perbankan yang lain untuk berkompetisi secara sehat. Dengan target tersebut, LDR ditargetkan berada di kisaran 86% s.d. 95% yang mencerminkan titik optimal fungsi intermediasi perbankan. Dengan tingkat pertumbuhan kredit UMKM yang mencapai 11% s.d. 26%, diharapkan dapat meningkatkan share kredit UMKM pada kisaran 30% s.d. 35%, meningkat dari posisi triwulan IV-2012 yang mencapai 28,62%. Triwulan IV

121 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Boks 6 Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum Perbankan Pada 27 Desember 2012, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor berdasarkan Modal Inti Bank. Tujuan PBI tersebut adalah agar perbankan memiliki ketahanan, daya saing dan efisiensi yang baik dalam menghadapi rencana integrasi sektor keuangan ASEAN pada tahun PBI tersebut mengkaitkan kegiatan usaha dan jaringan kantor bank dengan ketahanan permodalan masing-masing bank sehingga ke depannya jika bank akan melakukan ekspansi usaha antara lain melalui pembukaan jaringan kantor, bank harus menyediakan modal inti tertentu sebagai wujud ketahanan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha tersebut. Tingkat permodalan dan persyaratan tersebut saat ini dikategorikan berdasarkan kondisi bank yang terbagi menjadi 4 BUKU, yaitu : 1. BUKU 1 untuk bank dengan Modal Inti < Rp 1 Triliun 2. BUKU 2 untuk bank dengan Modal Inti Rp 1 Triliun s.d. Rp 5 Triliun 3. BUKU 3 untuk bank dengan Modal Inti Rp 5 Triliun s.d. Rp 30 Triliun 4. BUKU 4 untuk bank dengan Modal Inti > Rp 30 Triliun Adanya kebijakan tersebut tentunya berdampak bagi perbankan. Di satu sisi akan mempengaruhi ekspansi perbankan, namun di sisi lain akan mampu mewujudkan perbankan yang sehat, kuat dan berdaya saing sehingga bersinergi dalam mewujudkan stabilitas sistem keuangan. Untuk itu, perbankan diharapkan mampu berbenah diri dan mengevaluasi kinerja masing-masing sehingga mampu menyongsong integrasi sektor keuangan tersebut dengan baik. Triwulan IV

122 Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

123 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UMUM Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud dari pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 tahun 2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam perencanaan dan penganggaran negara. Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas. Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Jawa Timur yang tercermin dari besarnya anggaran dan realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah menunjukkan peningkatan. Anggaran pendapatan daerah pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 14,73 triliun, lebih tinggi 48,66% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya dianggarkan sebesar Rp 9,90 triliun. Hal tersebut didukung oleh tingginya realisasi pendapatan yang mencapai Rp 15,54 triliun atau 105,53% dari anggaran. Sementara itu apabila ditinjau dari sisi pengeluaran, anggaran belanja daerah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 dialokasikan sebesar Rp 15,15 triliun. Besar anggaran belanja daerah tersebut lebih besar 42,60% apabila dibandingkan dengan alokasi tahun 2011 yang hanya sebesar Rp 10,63 triliun. Realisasi anggaran belanja daerah pada tahun 2012 mencapai Rp 15,31 triliun atau 101,04%. Kinerja pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur cukup baik yang tercermin dari lebih tingginya prosentase realisasi pendapatan daerah dibandingkan dengan belanja daerah. Hal tersebut menunjukkan adanya upaya optimalisasi pendapatan dan efisiensi belanja keuangan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Struktur anggaran pendapatan daerah di Jawa Timur masih didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi sebesar 61,57% dari total pendapatan. Sumber Pendapatan Asli Daerah antara lain adalah dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Triwulan IV Tahun

124 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, retribusi parkir serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Sementara itu alokasi Dana Perimbangan (Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta pendapatan lain-lain yang sah (pendapatan hibah dan dana penyesuaian) memberikan kontribusi yang relatif sama yaitu masing-masing sebesar 18,91% dan 19,52% REALISASI PENDAPATAN DAERAH Realisasi perolehan pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur hingga akhir Triwulan IV-2012 mencapai Rp 15,54 triliun dengan prosentase sebesar 105,53% dari pendapatan yang ditargetkan pada tahun Realisasi tersebut lebih baik apabila dibandingkan dengan prosentase realisasi tahun 2011 yang hanya mencapai 97,48% dari rencana anggaran. Sampai dengan akhir periode laporan, realisasi pendapatan daerah terbesar bersumber dari Pendapatan Asli Daerah dengan nominal mencapai Rp 9,72 triliun atau 107,23% dari rencana anggaran semula. Realisasi pendapatan daerah terbesar selanjutnya adalah Dana Perimbangan dengan realisasi mencapai Rp 3,07 triliun dengan prosentase mencapai 110,19% dari rencana anggaran. Realisasi pendapatan lain-lain daerah yang sah pada pada tahun 2012 tercatat sebesar Rp 2,75 triliun dengan prosentase terhadap anggaran sebesar 95,62%. TABEL 4.1 REALISASI PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TIMUR TRIWULAN IV-2012 Juta Rupiah Anggaran Realisasi s.d Tw IV 2011 Anggaran Realisasi s.d Tw IV 2012 Sebelum No Uraian Sebelum (Rp) % Perubahan (Rp) % Perubahan PENDAPATAN DAERAH , ,17 97, , ,78 105, PENDAPATAN ASLI DAERAH , ,50 93, , ,80 107, PAJAK DAERAH , ,40 96, , ,83 104, RETRIBUSI DAERAH , ,67 117, , ,64 96, HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN , ,83 77, , ,91 110, LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH , ,60 83, , ,42 128, DANA PERIMBANGAN , ,86 107, , ,10 110, DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK , ,90 135, , ,91 122, DANA ALOKASI UMUM , ,93 0, , ,14 100, DANA ALOKASI KHUSUS , ,20 103, , ,06 101, LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH , ,81 228, , ,88 95, PENDAPATAN HIBAH , ,69 113, , ,52 146, DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS , , ,36 95,20 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daeah Provinsi Jawa Timur Triwulan IV Tahun

125 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.3. REALISASI BELANJA DAERAH Pada tahun 2012 alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Jawa Timur adalah sebesar Rp 15,15 triliun, lebih tinggi 42,6% dibandingkan dengan anggaran belanja daerah tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp 10,63 triliun. Realisasi belanja daerah tahun 2012 mencapai Rp 15,31 triliun atau 101,04% dari alokasi anggaran. Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 93,69%. Hal tersebut mengindikasikan kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang cukup baik dalam pelaksanaan program kerja anggaran Meskipun demikian, perlu disadari bahwa porsi terbesar dari belanja daerah masih didominasi oleh belanja tidak langsung (62,92%) dimana sumbangan utamanya berasal dari belanja hibah (40,12%). Di sisi lain, porsi belanja tidak langsung hanya sebesar 37,08% dengan sumbangan terbesar berasal dari belanja barang & jasa (63,43%) dan belanja modal (18,62%). Sementara itu, realisasi APBD untuk pembangunan infrastruktur menjadi hal mutlak yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Mengacu pada kerangka MP3EI terutama pada koridor ekonomi di 6 koridor (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali & Nusa Tenggara, Papua & Kep. Maluku), maka pada tahun 2015 ditargetkan proyek MP3EI telah memasuki fase ke-2 yaitu memperkuat basis ekonomi & investasi. Fase tersebut berupa: Mempercepat pembangunan proyek infrastruktur jangka panjang Memperkuat kemampuan inovasi untuk peningkatan daya saing kegiatan ekonomi utama MP3EI Peningkatan tata kelola ekonomi di berbagai bidang Perluasan pengembangan industri penciptaan nilai tambah Terkait dengan pembangunan infrastruktur dimaksud, berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2012, alokasi dana terbesar terdapat pada pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional sebesar Rp.1,44 triliun, diikuti oleh berbagai program pemukiman dan lingkungan sebesar Rp.924,8 miliar. Triwulan IV Tahun

126 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH TABEL 4.2 ALOKASI DANA KEGIATAN PEKERJAAN UMUM JAWA TIMUR TABEL L 4.3 PAGU UNTUK DIREKTORAT/BADAN TERKAIT PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DI JATIM Triwulan IV Tahun

127 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH No TABEL 4.4 REALISASI BELANJA APBD PROV. JAWA TIMUR TRIWULAN IV Uraian (Rp) % (Rp) % Perubahan 2011 Perubahan BELANJA DAERAH , ,00 93, , ,12 101, BELANJA TIDAK LANGSUNG , ,65 101, , ,67 102, BELANJA PEGAWAI , ,78 85, , ,13 89, BELANJA BUNGA 4.878,21 167,63 3, , ,03 98, BELANJA HIBAH , ,82 70, , ,91 99, BELANJA BANTUAN SOSIAL , ,81 53, , ,10 143, BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN Anggaran Sebelum Juta Rupiah Realisasi s.d Tw IV 2011 Anggaran Sebelum Realisasi s.d Tw IV , ,42 104, , ,80 117,86 KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA , ,28 156, , ,62 99,15 DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA TIDAK TERDUGA , ,89 61, , ,08 98, BELANJA LANGSUNG , ,35 84, , ,46 99, BELANJA PEGAWAI , ,49 77, , ,02 105, BELANJA BARANG DAN JASA , ,49 83, , ,72 97, BELANJA MODAL , ,38 97, , ,72 99,54 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Timur Jika dibandingkan berdasarkan komponen penyusunnya, realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa Timur tertinggi adalah pada komponen belanja langsung berupa belanja bantuan sosial dengan prosentase realisasi mencapai 143,47% dengan nominal Rp 44,99 miliar rupiah. Prosentase realisasi belanja terkecil adalah belanja tidak langsung pegawai (gaji) yaitu 89,08% dengan nominal sebesar Rp 1,49 triliun, lebih rendah dari alokasi anggaran sebesar Rp 9,44 triliun. Sementara itu, belanja modal yang mengindikasikan kinerja pemerintah provinsi dalam merealisasikan rencana investasi menunjukkan prosentase yang cukup baik, yaitu mencapai 99,54% dari anggaran. Tingginya penyaluran anggaran mengindikasikan adanya perbaikan tata cara pelaporan pelaksanaan anggaran atas anggaran periode sebelumnya, sehingga dana pelaksanaan kegiatan dapat diperoleh tepat waktu guna mendukung pembangunan infrastruktur di daerah. Selain itu, realisasi belanja modal yang hampir mencapai 100% mengindikasikan lancarnya proses tender pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur Baiknya realisasi APBD Provinsi Jawa Timur tercermin pada penurunan saldo dana pemerintah di perbankan pada triwulan ini (lihat gambar 4.1). Triwulan IV Tahun

128 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Grafik 4.1 Dana Pemerintah Prov/ kab/kota di Perbankan Tabungan Deposito Giro I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Saat ini, sumber pembiayaan pembangunan Provinsi Jawa Timur masih berasal dari APBD daerah, antara lain: pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, serta dana penyesuaian & otonomi khusus. Sedangkan alternatif sumber pembiayaan lainnya seperti obligasi daerah, utang/pinjaman luar negeri dan instrumen pembiayaan lainnya masih belum digunakan. Triwulan IV Tahun

129 Bab 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

130 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. UMUM Pada triwulan IV-2012, Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin pada kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan kondisi perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikator ketenagakerjaan baik dari data Ketenagakerjaan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Namun sebaliknya, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan IV-2012 di Jawa Timur mengindikasikan adanya sedikit penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja terutama di sektor industri pengolahan. Sementara itu, adanya kenaikan rata-rata UMK di Kabupaten/Kota Jawa Timur, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur seiring dengan relatif stabilnya tekanan inflasi. Kondisi kesejahteraaan masyarakat pedesaan juga menunjukan adanya peningkatan, tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) berada di atas level 100. Kenaikan Nilai Tukar Nelayan (NTN) disebabkan oleh lebih tingginya kenaikan indeks harga yang diterima oleh nelayan dibandingkan dengan indeks harga yang harus dibayarkan. Demikian pula terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan yang didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan (Ib) KETENAGAKERJAAN Perbaikan perekonomian Jawa Timur yang masih terus berlangsung hingga dipenghujung tahun 2012, memberikan dampak positif pada kondisi ketenagakerjaan. Meskipun berbagai permasalahan terkait ketidaksesuaian tenaga kerja masih terjadi, namun jumlah pengangguran pada triwulan IV-2012 mengalami penurunan. Triwulan IV Tahun

131 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Data Ketenagakerjaan Jawa Timur Situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur relatif membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja di Jatim per Agustus 2012 sebanyak 19,90 Juta orang, meningkat dibandingkan data ketenagakerjaan di bulan Agustus 2011 (19,76 juta). Peningkatan ini menyebabkan menurunnya rasio penduduk yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada periode laporan tercatat TPT mengalami penurunan dari 4,16% menjadi sebesar 4,12%. Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi Jatim yang tinggi juga menjadi faktor pendorong terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja. Tercatat terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, dari 18,94 juta menjadi 19,08 juta jiwa. Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur ( ) Kegiatan Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Total Angkatan Kerja Bekerja Menganggur TPAK (%) 69,69% 69,32% 69,36% 69,25% 69,77% 69,08% 71,39% 69,49% 69,55% 69,62% TPT (%) 6,24% 6,42% 5,87% 5,08% 4,91% 4,25% 4,18% 4,16% 4,14% 4,12% Sumber : BPS Jatim, (diolah) Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Jasa Kemasyarakatan Industri Perdagangan Pertanian TOTAL Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah) Secara sektoral, distribusi penyerapan tenaga kerja terbesar di Jawa Timur pada triwulan laporan masih didominasi oleh ketiga sektor unggulannya yaitu pertanian dengan proporsi sebesar 39,30% yang diikuti oleh sektor perdagangan dengan proporsi sebesar 20,17% kemudian disusul oleh sektor industri yang menyerap sebesar 14,91% dari total tenaga kerja di Jawa Timur. Dominasi sektor pertanian menjadi ciri dari wilayah pedesaan yang merupakan wilayah terluas di Jawa Timur. Namun demikian Triwulan IV Tahun

132 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT penurunan sektor lahan pertanian akibat konversi lahan untuk pemukiman dan industri diyakini akan berdampak pada penurunan tenaga kerja di sektor ini dan beralih pada sektor lainnya. Grafik 5.2 Grafik 5.3 Penyerapan Tenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal Informal Formal G Formal G Informal 13,58 13,76 14,10 14,12 14,11 13,26 12,84 12,84 12,86 12,63 5,29 5,12 5,02 5,19 5,50 5,44 5,70 6,11 6,15 6,45 Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug 16% 12% 8% 4% 0% -4% -8% -12% Buruh/Karyawan Berusaha dibantu buruh tetap g berusaha dibantu buruh tetap g buruh/karyawan 4,80 4,54 4,53 4,64 4,99 4,88 5,10 5,49 5,50 5,81 0,48 0,58 0,49 0,55 0,51 0,56 0,60 0,62 0,65 0,65 Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% Sumber: BPS Jawa Timur (diolah) Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah) Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Bebas di Pertanian Berusaha dibantu buruh tdk tetap Berusaha sendiri ,65 3,56 3,85 3,69 3,99 3,77 3,62 3,62 3,67 3,69 0,86 1,00 0,94 1,04 1,01 1,48 1,50 1,57 1,51 0,91 1,46 1,05 1,05 1,13 1,47 1,19 1,43 1,43 1,41 1,39 4,26 4,25 4,34 4,46 4,36 4,10 3,85 3,85 3,99 3,61 3,33 3,45 3,40 3,42 3,29 3,02 2,89 2,89 2,67 2,76 Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah) Berdasarkan komposisinya, karakteristik tenaga kerja di Jawa Timur masih didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor informal. Komposisi terbesar pada kelompok pekerja tak dibayar dan posisi berikutnya diduduki oleh kelompok berusaha dibantu buruh. Hal ini menunjukan pada sektor tertentu, dominasi pekerja sosial yang mengalami kecederungan sulit lepas dari kondisi kemiskinan semakin meningkat. Kualitas komposisi tenaga kerja ini secara langsung menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang sebagian besar tinggal di pedesaan cenderung mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dengan imbalan upah yang memadai. Namun Triwulan IV Tahun

133 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT demikian selama tiga tahun terakhir, tercatat jumlah pekerja di sektor informal semakin menurun dan bergeser pada sektor formal. Namun belum adanya dukungan sumber dana yang kuat serta keterbatasan kemampuan sumber daya manusia pada sektor informal, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tenaga kerja yang lambat dan tidak bertahan lama pada sektor tersebut. Di sisi lain, perkembangan tenaga kerja di sektor formal sedikit mengalami peningkatan, yang didominiasi oleh tenaga buruh/ karyawan yang mencapai 89,99% dari total tenaga kerja yang bekerja di sektor formal, sedangkan selebihnya merupakan tenaga kerja yang masuk dalam kategori berusaha dibantu buruh tetap (wirausaha) Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 1 Berbeda dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Provinsi Jawa Timur, indikator ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) yang di Bank Indonesia di wilayah kerja Jawa Timur mengalami penurunan, tercermin dari nilai Saldo Bersih Terimbang (SBT) 2 sebesar -1,99% turun 4,69 dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tertinggi terjadi pada sektor Industri Pengolahan sebesar 4,33% yang diikuti oleh sektor Pengangkutan sebesar 0,64% dan sektor Pertanian sebesar 0,15%. Perlambatan kinerja sektor-sektor ini pada triwulan IV-2012 menyebabkan menurunnya nilai SBT Penggunaan Tenaga Kerja. Dilain pihak, membaiknya kinerja sektor lainnya turut mempengaruhi penggunaan tenaga kerja pada sektor terkait, yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai SBT sektor tersebut dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan nilai SBT tertinggi terjadi pada sektor Jasa yang diikuti oleh sektor Pertambangan dan sektor Keuangan serta sektor Bangunan. Meskipun ke depan akan terjadi kenaikan upah minimum karyawan(umk), tarif dasar listrik (TDL) dan bahan bakar minyak (BBM), diperkirakan pelaku kegiatan usaha masih optimis akan terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja pada triwulan yang akan datang. 1 SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. 2 Diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Triwulan IV Tahun

134 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur SE KTOR I II III IV I II III IV I* R E AL IS AS I PE RTANIAN 2,89-0,79-0,82-0,94 1,54-0,62-0,39-0,15 0,31 PE RTAMBANGAN 0,00 0,04-0,94 0,04 0,03-0,21-0,21 0,37 0,29 INDUSTRI PE NGOLAHAN -3,18-0,46-1,66 0,28-3,50 3,44-1,69-4,33-0,30 LIS TRIK, GAS DAN AIR BE RS IH 0,07 0,61-0,08-0,05-0,77-0,82-0,03-0,02-0,41 BANGUNAN 1,64 1,32-0,37 0,35 0,26 0,49 0,00 0,24-0,24 P HR -0,58 1,65 0,63-1,38 3,23 3,67 7,30 0,84 5,48 PE NGANGKUTAN DAN KOMUNIKAS I -0,60-0,54 0,19 0,33-1,52 0,46-1,93-0,64-0,27 KE UANGAN, PE RS EWAAN & JASA P ERUSAHAAN 2,13 1,72 1,67 1,36 0,32 0,71-0,21 0,34 0,45 JASA - JAS A 0,79 0,90 0,84 0,00-0,42 0,42-1,82 1,36 0,45 TOTAL 3,16 4,44-0,54-0,02-0,83 7,54 2,70-1,99 5,76 *) Ekpektasi Penyerapan Teanaga Kerja Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah) Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral %, SBT TOTAL INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN PHR %, SBT PERTANIAN PHR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI JASA -JASA INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN BANGUNAN KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah) Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah) 5.3. UPAH MINIMUM KAB/KOTA Pada tanggal 24 November 2012 Gubernur Jawa Timur telah menetapkan upah minimum 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2012 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun Dibandingkan dengan UMK 2012, UMK 2013 ini umumnya mengalami peningkatan dengan tingkat perubahan yang bervariasi. Peningkatan tertinggi terjadi di Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik (38,4%) sedangkan terendah berada di Kabupaten Pamekasan (8,7%). Apabila dilihat dari nilai rupiahnya, tertinggi adalah Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik (Rp ,00) sedangkan terendah berada di Kabupaten Magetan (Rp ,00). Tingkat kebutuhan hidup (KLH) di Triwulan IV Tahun

135 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kota Surabaya yang relatif tinggi menjadi salah satu pertimbangan penetapan UMK tersebut. Adanya kenaikan rata-rata UMK di Kabupaten/Kota Jawa Timur dengan stabilnya laju inflasi, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur. Dari sisi dunia usaha, kenaikan UMK disikapi berbeda (uraian lengkap di boks I) kenaikan UMK dan TTL yang mulai berlaku sejak awal tahun 2013 serta serta adanya wacana kenaikan tarif yang ditetapkan pemerintah lainnya menjadi salah satu faktor kenaikan biaya produksi yang pada akhirnya akan berpotensi mendorong inflasi (boks 2). Disamping itu dikawatirkan dapat berdampak luas terhadap dunia usaha dan akan berpotensi terhadap fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena ketidakmampuan pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tabel 5.3 Kenaikan UMK Jawa Timur No KOTA/KAB KENAIKAN UPATEN (%) 1 Kota Surabaya Rp Rp ,4 2 Kabupaten Rp Rp Gresik 38,4 3 Kabupaten Rp Rp Pasuruan 37,4 4 Kabupaten Rp Rp Sidoarjo 37,4 5 Kabupaten Rp Rp Mojokerto 37,8 6 Kabupaten Rp Rp Malang 18,7 7 Kota Malang Rp Rp ,6 8 Kota Batu Rp Rp ,3 9 Kabupaten Rp Rp Jombang 22,7 10 Kabupaten Rp Rp Probolinggo 34,9 11 Kota Pasuruan Rp Rp ,6 12 Kabupaten Rp Rp Tuban Kota Kediri Rp Rp ,8 14 Kabupaten Rp Rp Sampang 38,1 15 Kota Rp Rp Probolinggo 24,7 16 Kabupaten Rp Rp Jember 18,7 17 Kabupaten Rp Rp Kediri 9,1 18 Kabupaten Rp Rp Banyuwangi 18,7 19 Kabupaten Rp Rp Lamongan 13,2 No KOTA/KAB KENAIKAN UPATEN (%) 20 Kabupaten Rp Rp Pamekasan 8,7 21 Kabupaten Rp Rp Situbondo 30,6 22 Kota Rp Rp Mojokerto 18,9 23 Kabupaten Rp Rp Bojonegoro 10,7 24 Kabupaten Rp Rp Lumajang 22,6 25 Kabupaten Rp Rp Tulungagung 23,7 26 Kabupaten Rp Rp Bangkalan 11,2 27 Kabupaten Rp Rp Sumenep Kabupaten Rp Rp Madiun Kabupaten Rp Rp Nganjuk 22,3 30 Kota Madiun Rp Rp ,3 31 Kabupaten Rp Rp Blitar 15,5 32 Kabupaten Rp Rp Bondowoso 18,3 33 Kota Blitar Rp Rp ,4 34 Kabupaten Rp Rp Ponorogo Kabupaten Rp Rp Trenggalek 18,9 36 Kabupaten Rp Rp Ngawi 15,4 37 Kabupaten Rp Rp Pacitan 18,3 38 Kabupaten Rp Rp Magetan 15,5 Sumber : Disnakertrans 5.4. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 relatif membaik dibandingkan periode sebelumnya, khususnya didorong oleh perbaikan Tukar Nelayan (NTN). Demikian pula dengan Nilai Tukar Petani (NTP) yang mengindikasikan kondisi kejahteraan petani juga menunjukkan sedikit peningkatan. Triwulan IV Tahun

136 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kesejahteraan Petani Pada triwulan IV-2012, Nilai Tukar Petani (NTP) di provinsi Jawa Timur mengalami sedikit peningkatan dan telah melampaui level 100 yang mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani di Jawa Timur berada pada level yang cukup baik. Tercatat NTP Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar 103,28 meningkat dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 103,25. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan indikator kesejahteraan nasional, NTP Jawa Timur masih berada di bawah level NTP Nasional yaitu sebesar 105,72. Kenaikan NTP Jawa Timur didorong oleh indeks harga yang diterima petani (lt) lebih tinggi yaitu sebesar 1,39 (qtq) dibandingkan indeks harga yang dibayarkan oleh petani (lb) jauh lebih kecil yaitu sebesar 0,93 (qtq). Peningkatan indeks harga yang diterima petani (lt) disebabkan oleh kenaikan (lt) 2 (dua) sub sektor pertanian yaitu Sub Sektor Tanaman Pangan dan Sub Sektor Peternakan. Sementara Sub Sektor Hortikultura, Sub sektor Perikanan dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan. Grafik 5.7 NTP Nasional & Jawa Timur Grafik 5.8 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) NTP Nasional NTP Jawa Timur I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV NTP Nasional NTP Jawa Timur g It Nasional g It Jatim I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0,5-1 Sumber : BPS Jatim (diolah) Sumber : BPS Jatim (diolah) Grafik 5.9 It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim Grafik 5.10 Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim lt Nasional lt Jatim g lt Nasional g lt Jatim I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0, Ib Nasional Ib Jatim g Ib Nasional g Ib Jatim I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0, Sumber : BPS Jatim (diolah) Sumber : BPS Jatim (diolah) Triwulan IV Tahun

137 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Karakteristik petani di Jawa Timur yang sebagian besar merupakan buruh (tidak punya lahan) menyebabkan petani tidak punya kemampuan/daya tawar yang tinggi atas pendapatan yang diterimanya. Disamping itu, sistem ijon turut menjadi faktor lainnya yang menahan kenaikan NTP. Grafik Ib vs inflasi sub bahan makanan 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Ib Jawa Timur I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Inflasi Sumber : BPS Jatim (diolah) Kesejahteraan Nelayan Kondisi kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) Provinsi Jawa Timur pada triwulan IV-2012, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan III-2012 sebesar 152,79 meningkat menjadi 153,79 pada triwulan IV Berbeda dengan karakteristik Nilai Tukar Petani (NTP), Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur memiliki nilai lebih baik dibandingkan nasional atau cenderung berada di atas level nasional, dengan kisaran nilai berada di level 150. Dengan demikian, tingkat kesejahteraan nelayan di Jatim lebih baik dibandingkan petani. Biaya operasional yang relatif lebih rendah, serta faktor risiko kegagalan yang tidak setinggi di sektor pertanian menjadi salah satu penyebab tingginya nilai NTN dibandingkan NTP. Selain itu, kuantitas tangkapan yang baik dan respon harga pasar yang menguntungkan faktor pendukung peningkatan Nilai Tukar Nelayan (NTN). Sementara itu, berdasarkan komposisinya peningkatan indeks harga yang diterima nelayan pada periode ini disebabkan oleh kenaikan harga beberapa jenis ikan, seperti ikan bambangan/merah, ikan bawal dan udang belanak. Sedangkan kenaikan indeks harga yang dibayar oleh nelayan dipicu oleh kenaikan indeks harga konsumsi rumah tangga yaitu beras serta indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal yaitu biaya buruh dan biaya sewa. Triwulan IV Tahun

138 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Grafik 5.11 Grafik 5.12 NTN Nasional & Jawa Timur NTN serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) NTN Nasional NTN Jawa Timur I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Nasional Jatim g NTN Nasional g NTN Jatim I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Jatim (diolah) Sumber : BPS Jatim (diolah) Tabel 5.4 Daya beli per kapita petani & nelayan 3 Tahun Daya beli petani & nelayan (Rp) Sumber : BPS Jatim, (diolah) PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR Perbaikan perekonomian Jawa Timur yang masih terus berlansung pada beberapa tahun terakhir memberikan dampak positif pada kondisi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan yang tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), jumlah penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin) 4 pada September 2012 sebanyak 4,96 juta atau 13,08% dari total penduduk di Jawa Timur, turun dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai 5,23 juta (13,85%). Grafik 5.12 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) % ,95 21,09 19,98 18,51 16,68 15,26 14,23 13, Daya beli petani & nelayan dihitung berdasarkan PDRB sub sektor pertanian & jumlah tenaga kerja di sektor pertanian 4 Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Triwulan IV Tahun

139 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Konsistensi dan komitmen Pemerintah pusat maupun daerah telah berupaya untuk melaksanakan berbagai program dalam rangka pengentasan kemiskinan dengan menunjukkan efektivitasnya sehingga dapat menekan angka kemiskinan. Di Jawa Timur program-program penganggulangan dan pengentasan kemiskinan dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan peran masyarakat serta fungsi lembaga-lembaga Desa guna mendorong kesadaran kaum miskin dalam memperbaiki nasibnya. Salah satu contoh program yang dilaksanakan adalah Program Pemberdayaan Potensi Desa/Kelurahan (P3D/K) yang telah dialokasikan oleh Bapemas Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2011 dan sekarang ini telah memasuki tahap penguatan. Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Daerah/ tahun Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan Maret ,76 13,15 Maret ,51 12,17-0,98 Maret ,55 10,58 10,58 Maret ,23 9,87-0,71 Sept ,31 9,66-0,21 Maret ,63 9,06-0,81 Sept ,96 8,90-0,16 Pedesaan Maret ,19 23,64 Maret ,07 21,00-2,64 Maret ,76 19,74 19,74 Maret ,98 18,19-1,55 Sept ,00 17,66-0,53 Maret ,34 17,35-0,84 Sept ,58 16,88-0,47 Kota + Desa Maret ,95 18,51-1,47 Maret ,59 16,68-1,83 Maret ,30 15,26-1,42 Maret ,21 14,23-1,03 Sept ,31 13,85-0,38 Maret ,98 13,40-0,83 Sept ,54 13,08-0,32 Sumber : BPS Jatim Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Persentase Penduduk Miskin Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%) Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penghitungannya tidak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis kemiskinan pada bulan September 2012 sebesar Rp ,- atau meningkat sebesar 4,54% dari garis kemiskinan Maret Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi di Jawa Timur. Komoditas makanan yang berpengaruh besar Triwulan IV Tahun

140 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok filter, gula pasir, tempe dan tahu. Disisi lain, komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan dan transportasi. Sementara itu, untuk daerah perkotaan kontributor terbesar terhadap garis kemiskinan non makanan adalah perumahan, pendidikan, bensin, pakaian perempuan dewasa dan pakain jadi. Sedangkan di pedesaan komoditasnya adalah perumahan, kayu bakar, pakaian jadi anak-anak, listrik dan pakaian jadi laki-laki dewasa. Tingginya pengaruh pergerakan harga perumahan terhadap garis kemiskinan menjadi satu hal yang harus diperhatikan. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) 5 diketahui bahwa tren pergerakan harga rumah terus meningkat hingga mencapai 4,5% (qtq) yang terutama disumbang oleh rumah tipe besar dan menengah. Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari (P1) dan (P2). Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami peningkatan sebesar 0.12 poin. Tercatat pada Maret 2012 sebesar 1,81 menjadi 1.93 pada September Peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan terjadi di perkotaan (0,04 poin) dan pedesaan (0,2 poin). Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan 0,06 poin atau menjadi 0,44 pada September Peningkatan keduanya mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. 5 SHPR (Survei Harga Properti Residensial) adalah survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara triwulanan untuk memperoleh informasi dini mengenai perkembangan harga properti residensial dan perkiraan ke depan sebagai salah satu masukan dalam memformulasikan kebijakan moneter. Triwulan IV Tahun

141 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 5.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut Daerah Tahun Kota Desa Kota + Desa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) Maret ,34 4,38 3,38 Maret ,18 3,54 2,88 Maret ,53 3,18 2,38 Maret ,51 2,96 2,27 September ,25 2,67 2 Maret ,25 2,32 1,81 September ,29 2,52 1,93 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2) Maret ,61 1,23 0,93 Maret ,6 0,91 0,76 Maret ,37 0,79 0,59 Maret ,35 0,72 0,54 September ,28 0,63 0,46 Maret ,27 0,48 0,38 September ,30 0,57 0,44 Sumber : BPS Jatim Triwulan IV Tahun

142 Bab 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIMUR) Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN 2011 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.5 SURABAYA Telp. : 0313520011 psw. 129/128 Fax : 0313554178

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI PROVINSI REGIONAL RIAU Triwulan II - 200 7 Kantor Bank Indonesia P e k a n b a r u KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Assesmen Perkembangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 00 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No. SURABAYA Telp. : 0-00 psw. / Fax : 0- Email : hendik_s@bi.go.id

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci