KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF"

Transkripsi

1

2

3

4 Ringkasan Eksekutif

5 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II-2011 sebesar 7,25% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 6,99% dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,50%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi masyarakat dan investasi, sementara konsumsi pemerintah mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2011, pertumbuhan konsumsi masyarakat menjadi pemicu meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi peningkatan pada beberapa indikator konsumsi seperti hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya, jumlah konsumsi listrik rumah tangga serta data penjualan sepeda motor baru. Selain itu, adanya momentum liburan sekolah dan cuti bersama ditambah dengan kegiatan promosi yang dilakukan para big tenant seperti Surabaya Shopping Festival (SSF) dan Malang Big Sale turut memicu peningkatan konsumsi masyarakat. Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-2011 masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), Industri Pengolahan, dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga sekitar 75% terhadap PDRB Jawa Timur. Ketiga sektor utama tersebut masih menjadi sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim, dengan peningkatan tertinggi secara berurutan pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) sebesar 8,86%, sektor Industri Pengolahan (6,01%) dan sektor Pertanian (5,11%). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh pertumbuhan sektor lainnya, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor Bangunan dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Membaiknya kinerja kedua sektor tersebut sebagai pendukung sektor utama, menunjukkan membaiknya proses bisnis usaha dari hulu hingga hilir, seiring makin beragamnya kebutuhan masyarakat saat ini.

6 Secara umum, tekanan kenaikan Indeks Harga Konsumen di Jawa Timur pada triwulan II-2011 menunjukkan penurunan. Penurunan inflasi Jawa Timur terutama dipengaruhi oleh deflasi yang masih terjadi pada volatile food Fungsi Intermediasi perbankan berjalan baik, dengan didorong oleh pertumbuhan kredit yang terus meningkat. Inflasi tahunan Jawa Timur (Jatim) pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 6,26%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,46% (yoy). Berkurangnya tekanan inflasi pada periode ini utamanya didorong oleh koreksi harga pada kelompok volatile food. Berdasarkan kelompok pengeluaran, sumbangan inflasi tertinggi berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kondisi cuaca yang kondusif serta proses distribusi barang yang relatif tidak mengalami gangguan berarti menjadi salah satu faktor pendorong rendahnya inflasi Jatim pada periode laporan. Dari sisi eksternal, pergerakan harga beberapa komoditas internasional masih berpengaruh namun masih dalam taraf yang cukup terkendali. Berdasarkan komponennya, panurunan laju inflasi tahunan terutama berasal dari faktor non fundamental yang berasal dari koreksi harga pada kelompok volatile food. Beberapa kebijakan kenaikan harga beberapa komoditas barang/jasa oleh pemerintah pusat maupun daerah seperti cukai rokok, dan tarif rumah sakit pada tahun 2011 mendorong inflasi administerd price pada triwulan ini, namun dengan magnitude yang tidak terlalu besar. Disisi lain laju inflasi inti sedikit meningkat dan persisten di level 5%. Kinerja perbankan (Bank Umum & Bank Perkreditan Rakyat) di Jawa Timur pada triwulan II-2011 secara umum menunjukkan perkembangan yang cukup baik, khususnya penyaluran kredit yang mengalami pertumbuhan hingga 18,53% diatas pencapaian tahun sebelumnya (yoy) dengan jumlah mencapai Rp 174,08 triliun, dengan kualitas kredit (NPL) sebesar 3,62%. Total aset Bank Umum dan BPR sampai dengan akhir semester II tahun 2011 tumbuh 15,80% (yoy) sehingga mencapai Rp272,28 triliun rupiah. Kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR dalam bentuk tabungan, giro dan deposito pada beberapa periode terakhir menunjukkan tren peningkatan. DPK yang berhasil dihimpun oleh Bank umum dan BPR meningkat 4,43% (qtq) dari

7 triwulan sebelumnya, atau tumbuh 14,31% (yoy) menjadi senilai Rp 228,1 triliun. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK mendorong peningkatan Loan to Deposit ratio (LDR) dari 74,85% menjadi 76,32%. Kondisi ini juga lebih baik jika dibandingkan dengan pencapaian LDR di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 73,6%. Secara keseluruhan, pada kuartal II-2011 kondisi likuiditas perbankan di Jawa Timur masih cukup stabil. Kecenderungan ekspansi kredit pada bank umum selama periode ini masih diimbangi dengan terjaganya rasio kredit maupun pembiayaan bermasalah. Selain itu, dari sisi profitabilitas, perbankan di Jawa Timur masih mencatat pertumbuhan laba yang positif di akhir triwulan II 201 yaitu sebesar Rp 2,18 triliun. Realisasi belanja APBD Jatim masih relatif terbatas. Kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Timur yang tercermin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hingga pertengahan tahun 2011 mengalami sedikit perlambatan dibandingkan triwulan I Pos pendapatan maupun pengeluaran menunjukkan tingkat realisasi yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun Realisasi terbesar dari pos pendapatan dan belanja pun tidak jauh berbeda dari tahuntahun sebelumnya, yaitu pendapatan pajak daerah dari pos pendapatan daerah dan belanja pegawai dari pos anggaran belanja. Tingkat realisasi belanja Pemerintah Propinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011 sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun Kondisi ini disebabkan karena menurunnya nilai realisasi belanja pemerintah baik langsung maupun tidak langsung. Realisasi tertinggi belanja terjadi pada pos belanja tidak terduga yang mencapai 64,61%. Tingginya realisasi belanja baik bagi hasil maupun bantuan keuangan pada kab/kota dan pemerintahan desa turut menyumbang kinerja belanja Pemprov pada periode ini. Percepatan penyaluran anggaran pada kab/kota mengindikasikan adanya perbaikan tata cara pelaporan pelaksanaan anggaran kab/kota atas anggaran periode sebelumnya sehingga dana dapat

8 Ekonomi Jatim pada Tw II-2011 berpotensi untuk tumbuh lebih tinggi dengan tingkat inflasi yang relatif terjaga tepat waktu cair guna mendukung pembangunan infrastruktur di daerah. Secara keseluruhan komposisi realisasi anggaran belanja saat ini menunjukkan adanya perbaikan pada komposisi belanja pemerintah dibandingkan pemanfaatan sebelumnya yang didominasi oleh belanja pegawai. Pada triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada batas tengah dari rentang pertumbuhan 7,3% 7,7%. Faktor pendorong pertumbuhan pada triwulan ini yaitu konsumsi rumah tangga, kegiatan investasi pemerintah dan perdagangan luar negeri (net ekspor). Untuk konsumsi masyarakat didorong oleh momentum bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, dengan dampak lebih besar dibandingkan momentum triwulan II-2011, sehingga konsumsi pada triwulan ini diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkiraan ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen KBI Surabaya, yang menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Ekspektasi Penghasilan yang menunjukkan peningkatan. Laju inflasi Jawa timur pada triwulan III-2011 diperkirakan akan berada pada batas bawah kisaran 4,90% s/d 5,40%, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II Dari sisi non fundamental, pergerakan harga pada kelompok bahan makanan (volatile food) pada triwulan III-2011 diperkirakan akan meningkat. Tingginya konsumsi masyarakat pada periode Ramadhan dan hari raya Idul Fitri diyakini akan mendorong permintaan bahan makanan strategis seperti telur ayam, daging ayam dan daging sapi. Namun demikian, tibanya panen beras pada triwulan III-2011 diharapkan mampu menahan inflasi bahan makanan. Tekanan inflasi kedepan diyakini juga akan berasal dari peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat. Ekspektasi kenaikan harga 3 bulan yang akan datang berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Pedagang Eceran (SPE) menunjukkan peningkatan ekpektasi masyarakat dari sisi konsumen dan sisi

9 produsen. Di sisi lain, risiko tekanan inflasi dari kenaikan biaya masih cukup tingg, khususnya yang berasal dari faktor eksternal dari jalur imported inflation terkait dengan tren kenaikan harga komoditas internasional serta kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya stabil. Di sisi lain, Inflasi administered prices diperkirakan tidak memberikan tekanan yang cukup berarti. Kebijakan pemerintah daerah (di 7 kota) untuk menaikkan tariftarif tertentu yang merupakan kewenangannya sebagian besar telah terealisasi di awal tahun, sehingga potensi inflasi kedepan dari kelompok administered price relatif terbatas.

10 Bab 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

11 6.03 Gambar 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumber: BPS Jatim Sumber: BPS Jatim Gambar 1.2 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur Sumber: BPS Jatim Provinsi Jawa Timur

12 Gambar 1.3 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur Sumber: BPS Jatim Gambar 1.4 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur Sumber: BPS Jatim Provinsi Jawa Timur

13 Gambar 1.5 Indeks Penjualan Eceran Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya Gambar 1.7 Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur Sumber: Dispenda Jatim Sumber: PLN Distribusi Jatim Gambar 1.6 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Gambar 1.8 Penjualan Motor Baru di Jawa Timur Sumber: Dispenda Jatim Provinsi Jawa Timur

14 a Gambar 1.9 Kredit Konsumsi Gambar Survei Konsumen Keyakinan Konsumen Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Gambar Survei Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah Gambar 1.10 Dana Simpanan Perbankan Perorangan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah Provinsi Jawa Timur

15 Gambar Perkembangan Jumlah Proyek Investasi Sumber: BPM Jawa Timur Gambar 1.14 Perkembangan Nilai Proyek Investasi Sumber: BPM Jawa Timur Sumber: BPM Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

16 Gambar 1.15 Perkembangan PMTB Sumber: BPM Jawa Timur Gambar 1.16 Perkembangan Kredit Investasi Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah Gambar 1.17 Perkembangan Impor Barang Modal Sumber: Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

17 Gambar 1.18 Perkembangan Volume Penjualan Semen Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Gambar 1.19 Perkembangan Penjualan Truk Sumber: Dipenda Prov.Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

18 Gambar 1.22 Pertumbuhan Volume Ekspor Gambar 1.23 Pertumbuhan Volume Impor Sumber: Bank Indonesia Gambar 1.20 Perkembangan Nilai Ekspor Sumber: Bank Indonesia Gambar 1.21 Perkembangan Nilai Impor Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

19 Gambar 1.24 Nilai Impor per Jenis Barang Sumber: Bank Indonesia Gambar 1.26 Neraca Perdagangan Luar Negeri Sumber: Bank Indonesia Gambar 1.25 Pertumbuhan Impor per Jenis Barang Gambar 1.27 Neraca Perdagangan Kumulatif Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

20 Gambar 1.30 Statistik Kontainer Internasional Sumber: PT X, Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak Gambar 1.29 Jumlah Ship Calls Gambar 1.28 Statistik Kontainer di Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak Gambar 1.31 Statistik Kontainer Domestik Sumber: PT X, Tanjung Perak Provinsi Jawa Timur

21 Gambar 1.32 Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur Tahun 2011 Sumber: Bank Indonesia Gambar 1.33 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan Sumber: Bank Indonesia Gambar 1.34 Komoditas Ekspor ke Amerika Serikat 2011 Gambar 1.35 Perkembangan Ekspor Jatim ke Amerika Serikat Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

22 Gambar 1.36 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Gambar 1.38 Pertumbuhan Sektor Pendukung Gambar 1.37 Pertumbuhan Sektor Pendukung Sumber: BPS Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

23 Gambar 1.39 Utilisasi Kapasitas Produksi Sumber: SKDU BI Surabaya Gambar 1.40 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral Sumber: SKDU BI Surabaya Provinsi Jawa Timur

24 Gambar 1.41 Indeks Realisasi Usaha Sumber: SKDU BI Surabaya Gambar 1.42 Indeks Realisasi Usaha Sektoral Sumber: SKDU BI Surabaya Provinsi Jawa Timur

25 Gambar 1.43 Jumlah Kapal Singgah di Pel Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak Gambar 1.44 Kontainer Load dan Unload di Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak Gambar 1.45 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim Sumber: BPS Jawa Timur Gambar 1.46 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim Sumber: BPS Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

26 Gambar 1.49 Perkembangan Kredit PHR Gambar 1.47 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda Sumber: BPS Jawa Timur Gambar 1.48 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur Sumber: BI, Laporan Bulanan Perbankan Provinsi Jawa Timur

27 Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan Sumber: BPS Prov.Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku Gambar 1.52 Sumber: Bank Indonesia Gambar Konsumsi Listrik Golongan Industri Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur Gambar 1.50 Gambar 1.51 Indeks Realisasi Usaha Sektoral Sumber: SKDU BI Surabaya Gambar 1.53 Perkembangan Pertumbuhan Impor Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Bank Indonesia Gambar 1.55 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa Timur

28 Gambar 1.56 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur Gambar 1.57 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

29 Gambar 1.58 Luas Lahan Puso di Jawa Timur Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur Gambar 1.59 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumber: LBU, Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

30 Gambar 1.60 Gambar 1.61 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Gambar 1.62 Perkembangan Fee-Based Income Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Gambar 1.63 Perkembangan Interest-Based Income Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Provinsi Jawa Timur

31 Gambar 1.64 Volume Penjualan Semen di d Jawa Timur Gambar 1.66 Perkembangan Kredit Properti Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Asosisasi Semen Indonesia Gambar 1.65 Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Gambar 1.67 Perkembangan Kredit Properti per Jenis Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Provinsi Jawa Timur

32 Gambar 1.68 Arus Penumpang di Tanjung Perak Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Gambar 1.69 Arus Barang di Tanjung Perak Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Gambar 1.70 Penumpang Domestik di Bandara Juanda Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Gambar 1.71 Penumpang Internasional di Bandara Juanda anda Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

33 Gambar 1.72 Perkembangan Kredit Angkutan & Komunikasi Sumber: BI, Laporan Bulanan Perbankan Provinsi Jawa Timur

34 Provinsi Jawa Timur

35 Provinsi Jawa Timur

36 Provinsi Jawa Timur

37 Bab 2 PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR

38 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM Inflasi tahunan Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan indeks harga di 7 1 kota pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 6,26%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,46% (yoy). Berkurangnya tekanan inflasi pada periode ini utamanya didorong oleh koreksi harga pada kelompok volatile food. Berdasarkan kelompok pengeluaran, sumbangan inflasi tertinggi berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kondisi cuaca yang kondusif serta proses distribusi barang yang relatif tidak mengalami gangguan berarti menjadi salah satu faktor pendorong rendahnya inflasi Jatim pada periode laporan. Dari sisi eksternal, pergerakan harga beberapa komoditas internasional masih berpengaruh namun masih dalam taraf yang cukup terkendali. Gambar 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) Sumber : BPS, data diolah Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur Sumber : BPS, data diolah Meski mulai menunjukkan penurunan, inflasi tahunan di Jatim dibandingkan dengan provinsi lain di kasawan Jawa masih cenderung lebih tinggi (Gambar 2.3). Disamping sebagai konsekuensi tingginya pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung, hal ini juga disebabkan oleh tekanan inflasi inti yang persisten di level 5% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan beberapa provinsi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

39 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI lainnya di Jawa. Disisi lain, inflasi administerd price Jatim juga lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa provinsi lainnya di kawasan Jawa (Gambar 2.4). Gambar 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) Gambar 2.4 Diagram Layang-layang Perbandingan Disagregasi Inflasi (yoy) Sampai dengan akhir triwulan II-2011, inflasi Jatim secara kumulatif/ year to date (ytd) mencapai 1,26%, dengan inflasi tertinggi terjadi di kota Surabaya (1,60%) dan Probolinggo (1,50%). Cukup rendahnya pencapaian inflasi kumulatif sampai dengan akhir semester I-2011 diyakini akan membawa inflasi Jatim pada rentang sasaran inflasi nasional, yaitu 5 %. Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah 2.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) Tabel 2.1 Inflasi Kumulatif (ytd) 7 Kota di Jawa Timur WILAYAH Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Nasional Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Selama triwulan laporan, perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) menunjukkan peningkatan sebesar 0,26% (qtq) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,99% (qtq). Inflasi pada periode laporan paling tinggi terdapat pada kelompok sandang, disusul oleh kelompok kesehatan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Di sisi lain, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

40 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI kelompok bahan makanan mencatat deflasi dengan didorong oleh penurunan indeks harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan yang masih berlangsung. Penurunan laju IHK inflasi Jatim secara triwulanan dari 0,99% di Tw I-2011 menjadi 0,26% (qtq) disebabkan oleh koreksi harga pada kelompok bahan makanan yang mencatat deflasi sebesar 1,14% (qtq). Penurunan indeks harga khususnya berasal dari sub kelompok bumbu-bumbuan (-25,47%) seperti cabe merah, cabe rawit, bawang merah, dan bawang putih. Sementara itu, tekanan inflasi paling tinggi terdapat pada kelompok non food yaitu kelompok Sandang (2,03%) dan kelompok kesehatan (1,46%), disusul oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,71%). Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Gambar 2.5 Inflasi (qtq) Triwulanan Jawa Timur Sumber : Badan Pusat Statistik, data diolah Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) KELOMPOK Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEM PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Gambar 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kondisi cuaca yang kondusif dengan curah hujan yang menurun secara substansial mendukung melimpahnya produksi cabe merah, bawang merah, tomat di wilayah sentra-sentra tanaman Holtikultura di Jawa Timur seperti Kediri, Malang, Jember dan beberapa kabupaten lainnya. Penurunan harga yang terjadi Sumber : Badan Pusat Statistik, data diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

41 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI sejak triwulan I-2011 hingga saat ini membawa harga cabe merah ke arah harga keseimbangan/ harga wajarnya. Gambar 2.7 Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Bumbu-Bumbuan Gambar 2.8 Pergerakan Harga Mingguan Komoditas Sayur- sayuran Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sementara itu, sub kelompok lain yang mengalami deflasi pada triwulan II adalah sub kelompok kacang-kacangan (-1,22%) dan sub kelompok lemak dan minyak (-0,30%). Penurunan harga minyak goreng terkait dengan penurunan harga CPO internasional, juga diperkirakan sebagai pengaruh kebijakan kenaikan pajak ekspor CPO yang berlaku secara progresif dengan mempertimbangkan level harga CPO di pasar internasional, sehingga pasokan bahan baku minyak goreng domestik cukup stabil dan terpenuhi. Gambar 2.9 Pergerakan Harga Minyak Goreng (Rata-rata Mingguan) Gambar 2.10 Pergerakan Harga CPO Internasional Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sumber: Bloomberg Sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang pada triwulan lalu mencatat deflasi sebesar -5,28% (qtq), pada periode laporan mengalami Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

42 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI inflasi sebesar 3,65%. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan harga beras pada bulan Mei sebesar 0,94% dan 3,53% (mtm) di bulan Juni. Gambar 2.11 Pergerakan Harga Mingguan Komoditas Beras Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sumber : bloomberg Gambar 2.12 Pergerakan Harga Beras Di Pasar Internasional Meskipun naik dengan level moderat, namun bobot beras yang secara rata-rata cukup besar (5%) dalam nilai konsumsi masyarakat di Jatim menyebabkan tingginya sumbangan beras dalam mendorong inflasi pada sub kelompoknya. Kenaikan harga beras salah satunya disebabkan oleh gangguan hama wereng yang terjadi di beberapa wilayah kabupaten sentra beras di Jawa Timur seperti Lumajang, Jember, Bojonegoro dan Lamongan. Serangan wereng yang terjadi sejak awal tahun 2011 masih berlangsung hingga periode laporan, dengan total lahan yang mengalami puso seluas 22 Ha dan diperkirakan masih akan terus bertambah (data Dinas Pertanian Provinsi Jatim). Meskipun relatif kecil proporsinya dibandingkan dengan total luas tanam padi di Jatim yang mencapai 2,08 juta, namun kondisi ini sedikit banyak membangun ekspektasi kenaikan harga beras dari sisi petani dan pedagang. Faktor ekspektasi harga tersebut diyakini sebagai salah satu pemicu kenaikan harga, mengingat secara umum kondisi stok beras di Jatim relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sementara itu, ditengah kenaikan harga beras pada pasar domestik, harga beras di pasar internasional yang sejak triwulan III-2010 mengalami peningkatan, pada triwulan ini justru mulai menunjukkan penurunan harga (Gambar 2.12). Namun demikian penurunan harga beras di pasar internasional secara umum tidak berpengaruh terhadap penurunan harga beras, mengingat adanya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

43 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI kebijakan larangan impor beras di Jawa Timur yang ditetapkan selama ini dalam rangka melindungi dan meningkatkan kesejahteraan petani. Tabel 2.3 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Di Jawa Timur Menurut Subround Sumber : BPS, Jawa Timur Sesuai dengan Aram II-2011, produksi padi di Jawa Timur pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 12,05 juta ton Gabah Kering GIling (GKG) atau setara dengan produksi beras sebesar 6,8 juta ton. Jika dikaitkan dengan kebutuhan konsumsi masyarakat Jawa Timur selama tahun 2011 yang diperkirakan sebesar 3,5 juta ton, maka akan terjadi surplus beras sebesar 3,3 juta ton. Ditengah kondisi produksi yang tercatat surplus, harga beras di Jatim pada tahun 2011 relatif tinggi dan berfluktuatif, kondisi ini diyakini terkait dengan banyaknya penjualan beras keluar provinsi yang kurang dapat dideteksi besaran nominalnya secara riil, serta struktur pasar dalam tata niaga perdagangan beras yang kurang efisien. Selanjutnya, kelompok bahan makanan lainnya yang mencatat inflasi pada triwulan ini adalah sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Inflasi pada sub kelompok ini terutama disumbang oleh kenaikan harga daging ayam ras yang terjadi pada bulan Mei (3,79%) dan bulan Juni (9,41%). Kenaikan harga ayam ras sebagaimana biasanya terkait dengan kenaikan harga pakan internasional, khususnya jagung yang sedang mencatat tren kenaikan harga. Meski tidak terlampau besar, tekanan dari sisi permintaan diyakini juga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

44 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI berperan dalam kenaikan harga ayam ras. Tibanya liburan sekolah dan musim hajatan pada bulan Mei-Juni diyakini menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat atas komoditas ini (peningkatan permintaan dari sub sektor hotel & restoran). Gambar 2.13 Perkembangan Harga Mingguan Daging Ayam & Daging Sapi Gambar 2.14 Perkembangan Harga Pakan Ayam (Jagung) di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah Di sisi lain, komoditas daging sapi pada bulan April-Mei justru mencatat penurunan harga dan stabil pada bulan Juni Kebijakan yang bersifat sementara dari pemerintah Australia untuk melarang ekspor sapi hidup ke Indonesia pada awal Juni (kemudian dicabut kembali pada bulan Juli 2011) bagi Jawa Timur tidak banyak berpengaruh. Hal ini terkait dengan adanya kebijakan Pemerintah Provinsi Jatim yang melarang masuknya impor sapi hidup maupun daging sapi dari luar provinsi dan luar negeri, sebagai upaya untuk melindungi peternak Sapi lokal di Jatim yang tidak bisa menjual daging sapi dalam harga wajar. Tercatat harga daging sapi hidup sempat mencapai Rp /kg, jauh lebih rendah dari harga normalnya (Rp.20-22ribu). Hal ini dipengaruhi oleh besarnya kuota daging impor di tahun 2010 untuk wilayah Jabodetabek yang merupakan salah satu pasar sapi Jatim. Untuk itu, kebijakan pemerintah Australia justru dianggap sebagai peluang yang sangat terbuka bagi peternak sapi potong Jatim untuk kembali masuk ke pasar daging sapi di Jabodetabek. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

45 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi triwulanan di Jatim pada periode laporan paling tinggi terjadi pada kelompok Sandang, dengan mencatat inflasi sebesar 2,03% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,14%. Kenaikan IHK pada kelompok ini utamanya disebabkan oleh sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya khususnya untuk komoditas emas perhiasan. Tekanan inflasi dari komoditas emas perhiasan dikonfirmasi dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) di beberapa kota di Jawa Timur yang menunjukkan tren peningkatan harga emas ke level ±Rp Tren kenaikan harga emas internasional yang masih terus berlangsung menjadi sebagai salah satu faktor penyebab dari sisi ekternal atas kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik. Sementara itu maraknya penggunaan emas sebagai komoditas investasi baik secara langsung (disimpan oleh masyarakat) maupun dengan sistem kontrak pembelian melalui perusahaan investasi emas menjadi pendorong ekspektasi kenaikan harga emas dari sisi internal. Gambar 2.15 Pergerakan Harga Emas Dunia Sumber: Bloomberg Gambar 2.16 Pergerakan Harga Komoditas Emas Perhiasan di Surabaya Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah Kelompok selanjutnya yang mencatat inflasi tertinggi pada periode laporan adalah kelompok kesehatan. Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh kenaikan harga pada sub kelompok Jasa Kesehatan, yaitu kenaikan tarif rumah sakit di kota Kediri pada bulan April sebesar 4,82% (mtm) serta di Surabaya pada bulan Juni sebesar 1,02%. Sub kelompok lainnya yang mencatat kenaikan harga adalah sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika, khususnya untuk beberapa produk kecantikan, sabun mandi dan shampoo. Hal ini disebabkan oleh Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

46 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI kebijakan kenaikan harga sebesar 2-10% oleh produsen terbesar produk perawatan jasmani (PT. Unilever) sebagai upaya penyesuaian biaya biaya produksi/ bahan baku berupa minyak sawit mentah (CPO) serta bahan baku kemasan plastik (produk turunan minyak bumi) yang terus meningkat. Selanjutnya, meskipun mencatat inflasi lebih rendah dibandingkan kelompok sandang dan kelompok kesehatan, yaitu sebesar 0,71% (qtq), kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pada periode laporan memberikan sumbangan inflasi terbesar yaitu sebesar 0,23% (qtq). Faktor pendorong kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau adalah kenaikan harga rokok kretek dan rokok kretek filter di beberapa wilayah di Jatim sebagai lanjutan atas dampak kebijakan kenaikan cukai rokok di awal tahun Strategi produsen rokok untuk melakukan penyesuaian harga secara bertahap terkait dengan kebijikan kenaikan cukai rokok menyebabkan komoditas ini beberapa kali menjadi penyumbang inflasi bulanan di sepanjang semester I Meski demikian, tekanan inflasi pada kelompok ini cukup dapat ditahan oleh deflasi dari sub kelompok minuman beralkohol, khususnya yang berasal dari penurunan harga gula pasir, seiring dengan tibanya musim giling tebu yang sebagaimana biasanya selalu menjadi faktor yang menyebabkan koreksi harga pada komoditas ini. Gambar 2.17 Inflasi Triwulanan Kel. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Gambar 2.18 Pergerakan Harga Bulanan Gula Pasir Di Pasar Internasional Sumber: BPS, data diolah Sumber: Bloomberg Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

47 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) Tekanan inflasi di Jawa Timur secara tahunan pada triwulan II-2011 mencatat penurunan dari 7,46% (yoy) menjadi 6,26%. Berdasarkan kelompok barang, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan (9,69%), diikuti oleh kelompok sandang (7,64%), kelompok pendidikan, rekreasi dan oleh raga (7,08%), dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (5,98%). Kelompok lainnya yang mencatat inflasi cukup rendah adalah kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar (4,34%), kelompok kesehatan (4,34%) dan kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan (3,98%). KELOMPOK Sumber: BPS, data diolah Tabel 2.4 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEM PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Gambar 2.19 Persentase Sumbangan Inflasi Per-Kelompok Barang Triwulan II-2011 Gambar 2.20 Pergerakan Inflasi Tiga komoditas penyumbang inflasi (yoy) tertinggi di Jawa Timur Perkembangan 3 (tiga) kelompok utama penyumbang inflasi terbesar di Jawa Timur menunjukkan terjadinya penurunan yang signifikan, terutama pada kelompok bahan makanan. Sementara itu kelompok sandang dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau cenderung lebih stabil. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

48 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipicu oleh penurunan harga komoditas yang merupakan produksi lokal, khususnya di sub kelompok bumbu-bumbuan (cabe merah, cabe rawit, bawang merah) seiring dengan membaiknya pasokan di level petani. Sementara itu sampai dengan akhir triwulan laporan, harga beberapa komoditas bahan makanan internasional dan minyak mentah masih menunjukkan tren peningkatan. Gambar 2.21 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia Gambar 2.22 Perkembangan Harga Terigu di Pasar Dunia Sumber: Bloomberg Gambar 2.23 Perkembangan Harga Jagung di Pasar Dunia Gambar 2.24 Perkembangan Harga Minyak Mentah di Pasar Dunia Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg 2.4 INFLASI MENURUT KOTA Hingga akhir triwulan laporan, inflasi berjalan (year to date) 7 kota di Jawa Timur secara umum menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat inflasi tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 1,60% (ytd), dan terendah di Jember (0,03%). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

49 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Gambar 2.25 Perbandingan Pencapaian Inflasi Year to Date (ytd) 7 Kota di Jawa Timur Sumber: BPS, Data diolah. Secara triwulanan, tren penurunan tekanan inflasi terjadi di 5 kota yaitu Surabaya, Malang, Jember, Probolinggo, dan Madiun, sedangkan Kediri dan Sumenep mencatat inflasi triwulanan yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Peningkatan indeks harga konsumen tertinggi terjadi di Sumenep, yaitu sebesar 0,87% (qtq), sedangkan yang terendah di Jember dengan mencatat deflasi sebesar -0,76% (qtq). Selanjutnya inflasi tahunan tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 6,98% (yoy) dan terendah di Kediri (4,48%). Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Sumber : BPS, data diolah. Secara umum, sumber tekanan inflasi berdasarkan kelompok barang di 7 kota masih berasal dari kelompok bahan makanan, kecuali di Kediri dan Probolinggo yang sumbangan inflasi tahunannya didominasi oleh kelompok bahan makanan, minuman, rokok dan tembakau. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

50 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.6 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan I-2011 (yoy) KELOMPOK BARANG JATIM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah. 2.5 DISAGREGASI INFLASI Tabel 2.7 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan I-2011 (yoy) KELOMPOK BARANG JATIM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Berdasarkan komponennya, panurunan laju inflasi tahunan terutama berasal dari faktor non fundamental yang berasal dari koreksi harga pada kelompok volatile food. Beberapa kebijakan kenaikan harga beberapa komoditas barang/jasa oleh pemerintah pusat maupun daerah seperti cukai rokok, dan tarif rumah sakit pada tahun 2011 mendorong inflasi administerd price pada triwulan ini, namun dengan magnitude yang tidak terlalu besar. Disisi lain laju inflasi inti sedikit meningkat dan persisten di level 5%. Gambar 2.26 Laju Inflasi Jatim per Komponen (mtm) Sumber : BPS, data diolah. Gambar 2.27 Laju Inflasi Jatim per Komponen (yoy) Sumber : BPS, data diolah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

51 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Secara tahunan, tren penurunan volatile food yang berlangsung sejak awal tahun 2011 masih berlangsung hingga akhir periode laporan, dengan mencatat inflasi sebesar 2,39% (yoy). Namun jika dianalisa secara bulanan, beberapa komoditas volatile food seperti beras, daging ayam ras dan telur ayam ras kembali mencatat kenaikan harga cukup tinggi, sehingga mendorong inflasi bulanan pada kelompok ini sebesar 0,41% (mtm). Gambar 2.28 Perkembangan Inflasi Volatile Food Gambar 2.29 Perkembangan Inflasi Adm. Price Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah. Tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar 5,02% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,95%). Secara umum tekanan inflasi inti bisa berasal dari faktor eksternal, peningkatan ekpektasi inflasi serta interaksi antara sisi permintaan dan penawaran. Tekanan dari faktor ekternal terutama berasal dari kenaikan harga komoditas strategis di pasar internasional seperti emas, CPO dan Minyak mentah. Kenaikan harga emas dunia yang dipicu oleh ekspektasi pelaku ekonomi internasional atas pelemahan ekonomi dunia menyebabkan kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik. Hal yang sama juga berlaku pada kenaikan harga minyak mentah dunia yang menjadi acuan dalam penetapan harga BBM non subsidi di Indonesia. Namun demikian, terjaganya nilai tukar rupiah di level yang cukup kuat diyakini dapat menahan tekanan inflasi yang berasal dari faktor eksternal (imported inflation). Peningkatan inflasi inti pada periode laporan salah satunya diperkirakan dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat yang cenderung meningkat. Ekspektasi konsumen maupun pedagang eceran yang tercermin dari perkembangan indeks Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

52 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI hasil survei atas ekspektasi konsumen (Survei Konsumen) maupun ekpektasi pedagang eceran (Survei Penjualan Eceran) atas perkembangan harga di Kota Surabaya yang cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok barang peningkatan ekspektasi harga oleh konsumen searah dengan realisasi inflasi per kelompok barang yang paling tinggi terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok sandang. Gambar 2.30 Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang & JasaDi Surabaya Gambar 2.31 Ekspektasi Pedagang Terhadap Harga Barang & JasaDi Surabaya Sumber Survei Konsumen, KBI Surabaya Sumber Survei Pedagang Eceran KBI Surabaya Sementara itu, interaksi antara sisi permintaan dengan penawaran diyakini tidak memberikan tekanan yang signifikan terhadap laju inflasi. Peningkatan permintaan masyarakat yang selalu meningkat pada periode liburan sekolah dan tahun ajaran yang secara umum masih mampu direspon oleh sisi produksi. Hal ini tercermin dari penggunaan kapasitas produksi berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur triwulan II-2011 yang menunjukkan peningkatan kapasitas produksi dari 73,26 menjadi 73,64. Gambar 2.32 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Gambar 2.33 Perkembangan Capacity Utilization Sumber: Kurs tengah Bank Indonesia Sumber: Survei Kegiatan Dunia usaha, KBI Surabaya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

53 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.8 Perkembangan Capacity Utilization Industri pengolahan No SEKTOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II REALISASI 1 PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAK A. Tanaman Pangan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan dan Hasil - hasilnya D. Kehutanan E. Perikanan 2 PERTAMBANGAN A. Minyak dan gas bumi B. Pertambangan tanpa migas C. Penggalian 3 INDUSTRI PENGOLAHAN A. Industri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4. Kertas dan barang cetakan 5. Kimia dan barang dari karet 6. Semen dan barang galian bukan log 7. Logam dasar, besi dan baja 8. Alat angkutan, mesin dan peralatann 9. Barang Lainnya 4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH A. Listrik B. Gas C. Air bersih TOTAL SELURUH SEKTOR Sumber Survei Kegiatan Dunia Usaha Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

54 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI BOKS 2 KEGIATAN KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 7 KOTA DI JAWA TIMUR Sebagai upaya pengendalian harga di Jawa Timur, pertemuan koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang tersebar di 7 2 kota menjadi kegiatan yang penting untuk dilaksanakan. Melalui Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) TPID yang rutin diselenggarakan secara triwulanan ini dihasilkan berbagai rekomendasi kebijakan yang diusulkan kepada pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam upaya pengendalian harga. Pada awal Juli 2011 bertempat di Ruang Rapat Binaloka Kantor Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, dilaksanakan Rakorwil TPID Jawa Timur Triwulan II-2011 yang dipimpin oleh Asisten Perekonomian & Pembangunan Setda Provinsi Jatim, serta dihadiri oleh pimpinan TPID dari 7 kota dan dinas dinas/ instansi terkait seperti Bulog Divre Jawa Timur, Perusahaan Gas Negara (PGN), Pertamina Jawa Timur serta BP Migas. Disamping membahas mengenai evaluasi pencapaian inflasi Jawa Timur triwulan II serta potensi risiko inflasi Jawa Timur kedepan, pada pertemuan ini juga dikoordinasikan langkah-langkah strategis dalam rangka koordinasi ketersediaan Stok Barang dan Jasa menjelang Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 1432H. Berdasarkan laporan dari masing-masing TPID maupun dinas & instansi terkait, diperoleh beberapa informasi strategis mengenai upaya pengendalian inflasi di 7 kota, serta berbagai potensi risiko inflasi kedepan, diantaranya : 1. Secara umum ketahanan pangan di Jawa Timur, khususnya menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 1432 H dalam kondisi tercukupi, namun perlu tetap diwaspadai serangan hama wereng yang terjadi di beberapa sentra pertanian di Jatim. Terkait dengan hal ini Pemda Jatim telah mengambil berbagai tindakan pengendalian hama dimaksud. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

55 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2. Sebagai upaya mencapai target pengadaan beras Bulog tahun 2011, Bulog Divre Jawa Timur pada tanggal 9 Juni 2011 telah menaikkan harga pembelian beras dari petani (insentif harga) sebesar Rp.200,- diatas HPP. Hal ini dilakukan guna menyesuaikan harga beras dipasaran yang secara rata-rata telah berada diatas HPP yang ditetapkan oleh pemerintah. 3. Dalam rangka pengamanan stok bahan makanan, Pemda Disperindag Kota Malang bersama Bulog Kabupaten Malang telah membentuk Tim Pengawasan Bahan Pokok untuk mengawasi gudang-gudang penyimpanan milik swasta guna mengantisipasi penimbunan komoditas bahan makanan strategis. 4. Perlu dicermati adanya potensi keterbatasa supply gas di Jawa Timur, yang dapat menghambat kegiatan sektor industry, sehingga dikhawatirkan dapat mendorong inflasi dari peningkatan biaya energy (cost push inflation). Selanjutnya, dalam pertemuan ini dihasilkan beberapa poin rekomendasi, antara lain : 1. Menambah pasokan beras murah di pasar melalui intervensi raskin oleh Bulog. Diusulkan untuk melakukan penyaluran raskin sekaligus dua kali pada bulan Agustus, yakni pada awal bulan dan akhir bulan. 2. Memastikan kelancaran distribusi barang, melalui pengawasan gudang penyimpanan yang dimiliki swasta dan pemerintah untuk menyakini agar tidak terjadi penimbunan bahan pokok di luar kewajaran, kesiapan jembatan timbang untuk mendukung arus distribusi bahan pokok yang meningkat, serta kesiapan aparatur pengawas. 3. Perlunya upaya menjaga ekspektasi masyarakat diantaranya : a. Kunjungan ke pasar-pasar oleh pejabat di tingkat provinsi/ kabupaten/kota untuk memastikan kecukupan pasokan sekaligus memberikan efek psikologis pada masyarakat tentang kesiapan pemda menghadapi hari raya agama. b. Memperbanyak aktivitas pasar murah dan berkelanjutan. 4. Mencermati dampak kebijakan penurunan pajak ekspor minyak sawit mentah CPO yang pada gilirannya berpotensi mengganggu supply / stok minyak goreng di pasar dalam negeri, maka perlu terus dilakukan upaya koordinasi antara Pemda dengan pihak produsen minyak goreng. 5. Perlunya membuat sistem informasi terintegrasi mengenai : a. Manajemen stok. b. Informasi harga di tingkat produsen, pedagang dan pengecer. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

56 Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN

57 Bab 3 Perkembangan Perbankan 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja perbankan (Bank Umum & Bank Perkreditan Rakyat) di Jawa Timur pada triwulan II-2011 secara umum menunjukkan perkembangan yang cukup baik, tercermin dari peningkatan total aset Bank Umum dan BPR yang tumbuh sebesar 15,80% (yoy) sehingga mencapai Rp272,28 triliun rupiah. Sedangkan dari sisi pasiva, didorong oleh peningkatan Kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR dalam bentuk tabungan, giro dan deposito sebesar 4,43% (qtq) dari triwulan sebelumnya atau tumbuh 14,31% (yoy) menjadi senilai Rp 228,1 triliun. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK mendorong peningkatan Loan to Deposit ratio (LDR) dari 74,85% menjadi 76,32%. Dari sisi aktiva, peningkatan total aset didorong oleh peningkatan penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 6,41% (qtq) atau 18,53 (yoy) di atas pencapaian triwulan sebelumnya yang besarnya 2,86% dengan jumlah mencapai Rp 174,08 triliun, dengan kualitas kredit (NPL) sebesar 3,62%. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur INDIKATOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Total Asset 227,884, ,128, ,078, ,659, ,423, ,283, Pertumbuhan (yoy%) Pertumbuhan (qtq%) Kredit 136,312, ,867, ,729, ,937, ,484, ,082, Pertumbuhan (yoy%) Pertumbuhan (qtq%) Dana (dpk) 196,437, ,546, ,864, ,606, ,420, ,102, Pertumbuhan (yoy%) Pertumbuhan (qtq%) LDR (%) NPL Kredit Sumber: LBU- BI Surabaya, data diolah 3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Kegiatan intermediasi bank umum di Jawa Timur pada triwulan II-2011 secara umum menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Kinerja total asset bank umum menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya, baik secara triwulanan (qtq) yaitu sebesar 5,37% maupun tahunan yaitu sebesar 15,76% (yoy). Penyaluran kredit kepada masyarakat tumbuh stabil dan mencatat kinerja yang menggembirakan yaitu mencapai Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

58 Bab 3 Perkembangan Perbankan Rp 169,46 triliun, lebih tinggi 18,65% (yoy) atau 6,45% (qtq) dari periode sebelumnya. Sementara itu, penghimpunan DPK oleh bank umum sejak awal tahun 2011 juga menunjukkan peningkatan yaitu 4,44% (qtq) atau 14,30% (yoy) menjadi Rp 224,37 Triliun. Pertumbuhan DPK yang mengikuti pertumbuhan kredit diharapkan mampu mengurangi gap antara pertumbuhan kredit dan DPK. Dalam jangka panjang gap ini berpotensi untuk menimbulkan shortage likuiditas jika tidak dilakukan upaya menyeimbangkan pertumbuhan kedua indikator kinerja perbankan tersebut. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur INDIKATOR TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Total Aset (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) 11,56 10,25 11,79 11,26 13,31 15,76 Pertumbuhan (qtq %) -0,38 3,14 4,66 3,46 1,46 5,37 Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) 8,99 7,62 8,83 10,77 11,12 14,30 Pertumbuhan (qtq) -0,44 1,53 3,16 6,21-0,12 4,44 Kredit (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) 14,72 19,90 20,85 19,99 20,11 18,65 Pertumbuhan (qtq) 2,75 7,75 4,01 4,20 2,85 6,45 LDR (%) 68,55 72,75 73,35 71,96 74,10 75,53 NPL (%) , , , , , ,00 Sumber: Bank Indonesia, data diolah Gambar 3.1 Perkembangan LDR Gambar 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

59 Bab 3 Perkembangan Perbankan Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK yang mendorong peningkatan rasio LDR Bank Umum dari 74,78% menjadi 75,53%. Kondisi ini juga relatif lebih baik jika dibandingkan dengan LDR pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 72,75%. Berdasarkan kelompoknya, peningkatan LDR Bank Umum terjadi pada seluruh kelompok bank milik pemerintah, swasta dan asing dengan LDR masing masing sebesar 98,53%, 58,58% dan 63,99%. Gambar 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) Gambar 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Laporan Bank Umum- BI Surabaya, data diolah ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Total aset bank umum di Jawa Timur pada triwulan II tahun 2011 adalah sebesar Rp 266,13 triliun atau tumbuh 5,37% (qtq) dan 15,76% (yoy). Kondisi ini lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,31% (yoy). Gambar 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum Gambar 3.6 Proporsi Aktiva Produktif Penempatan pada BI Surat Berharga Penempatan pada bank lain Kredit 2% 4% 0% 94% Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

60 Bab 3 Perkembangan Perbankan Komponen aktiva produktif yang mempunyai proporsi cukup besar pada perhitungan total asset perbankan mencatat pertumbuhan yang relatif stabil. Pertumbuhan tertinggi terdapat di aktiva produktif dalam bentuk Surat Berharga yang meningkat 45,09% (qtq) menjadi sebesar 762,13 miliar Rupiah pada Triwulan II Berdasarkan komponen pembentuknya, aktiva produktif bank umum di Jawa Timur didominasi oleh penyaluran kredit kepada masyarakat (94%), diikuti oleh Penempatan pada Bank lain (4%) dan Penempatan pada Bank Indonesia (2%), sedangkan aktiva produktif lainnya dalam bentuk surat berharga mempunyai proporsi yang sangat kecil (0,4%) DANA PIHAK KETIGA (DPK) Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Jawa Timur selama triwulan II-2011 meningkat sebesar Rp. 9,54 triliun, tumbuh 4,44% (qtq) atau 14,3 %(yoy) menjadi senilai Rp 224,38 triliun. Peningkatan pertumbuhan DPK yang cukup signifikan ini tidak lepas dari upaya perbankan untuk menghimpun dana masyarakat serta didorong oleh ekspansi pertumbuhan perekonomian Jawa Timur yang sedang berlangsung. Gambar 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (q-t-q) Gambar 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan jenisnya, kenaikan pertumbuhan DPK Bank Umum didorong oleh peningkatan simpanan tabungan maupun deposito yang tumbuh cukup signifikan yaitu masing-masing sebesar 21,42% dan 11,10% (yoy). Sementara pertumbuhan giro Bank Umum pada triwulan II 2011 hanya sebesar 7,11% (yoy). Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

61 Bab 3 Perkembangan Perbankan Gambar 3.9 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp. Juta) Sumber: Bank Indonesia, data diolah KREDIT Perkembangan kinerja penyaluran kredit di Triwulan II tahun 2011 tumbuh cukup tinggi yaitu mencapai 18,65% (yoy). Kondisi fundamental makroekonomi Jawa Timur yang kondusif serta tren pertumbuhan ekonomi yang berada pada fase ekspansi menjadi salah satu penggerak peningkatan pertumbuhan kredit pada beberapa periode terakhir. Selama triwulan II tahun 2011 penyaluran kredit meningkat sebesar Rp 10,26 triliun atau tumbuh 6,45% (qtq) dengan baki debet sebesar Rp 169,47 triliun. Gambar 3.10 Pertumbuhan Kredit (yoy) Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan kredit masih didominasi oleh kelompok bank swasta dan pemerintah. Sumber pertumbuhan kredit pada triwulan laporan paling besar didorong oleh kelompok bank swasta yang tumbuh sebesar 6,68% (qtq) atau sebesar 28,82% (yoy). Sedangkan Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

62 Bab 3 Perkembangan Perbankan kelompok bank pemerintah dan bank asing tumbuh lebih rendah di level 6,45% dan 4,41% (qtq). Gambar 3.11 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Gambar 3.12 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 28% 5% 13% 59% Modal Kerja Investasi Konsumsi 41% 54% Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah Menurut jenis kredit yang disalurkan, penyaluran pembiayaan kepada sektor kegiatan produktif yaitu kredit modal kerja masih mendominasi dengan share sebesar 59,32%. Penyaluran kredit modal kerja yang menjadi salah satu indikator aktivitas dunia usaha secara triwulanan tumbuh 6,79% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang hanya mencapai 2,85%. Gambar 3.13 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) Gambar 3.14 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (y-o-y) Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

63 Bab 3 Perkembangan Perbankan Jika ditilik dari sumber pertumbuhannya, jenis kredit konsumsi memiliki laju pertumbuhan cukup tinggi, yaitu sebesar 28,66% (yoy) sehingga berada diatas level pertumbuhan kredit secara umum. Dominasi pertumbuhan kredit konsumsi yang sedang berlangsung, pada dasarnya juga terjadi pada skala nasional. Suku bunga kredit konsumsi yang relatif lebih tinggi serta tenor kredit yang cenderung lebih pendek menarik perhatian perbankan untuk menyalurkan dananya pada jenis kredit ini. Sementara itu, secara sektoral penyaluran kredit Bank Umum di Jawa Timur masih didominasi oleh sektor industri dan sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), dengan proporsi masing masing sebesar 27,96% dan 23,74%. Tingginya penyaluran kredit pada kedua sektor ini searah dengan dominasi kedua sektor tersebut dalam struktur perekonomian Jawa Timur. Secara umum, pertumbuhan kredit di sejumlah sektor cukup stabil dan mencatat pertumbuhan positif, kecuali sektor pertanian dan sektor Jasa Sosial yang mencatat kontraksi cukup dalam. Kontraksi pada sektor pertanian yang terjadi sejak awal tahun 2010, sempat mengalami penguatan pada bulan-bulan awal tahun Akan tetapi pada Triwulan II tahun 2011 penyaluran kredit Bank Umum kepada sektor pertanian kembali mengalami kontraksi sebesar 9,69% (yoy). Penurunan yang terjadi pada penyaluran kredit di sektor pertanian juga diringi oleh kualitas kredit yang terus menurun pada sektor ini. Rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertanian dari sisi perbankan terkait dengan anggapan mengenai tingginya faktor risiko yang dihadapi. Secara umum rasio kredit non lancar pada sektor ini memang cenderung lebih tinggi dibandingkan sektor sektor lainnya, yaitu dengan NPL sebesar 6,05%, atau berada diatas NPL kredit Bank Umum sebesar 3,59%. Untuk memperbaiki kondisi ini perlu terus dilakukan upaya untuk mendorong penyaluran kredit perbankan pada sektor pertanian, khususnya usaha agrobisnis yang mampu memberikan nilai tambah produk pertanian sehingga pada gilirannya akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di Jawa Timur. Upaya upaya ini diantaranya melalui program pola kemitraan antara perbankan dengan lembaga penjaminan kredit daerah, serta penciptaan skim skim kredit yang tepat dalam penyaluran kredit di sektor ini, termasuk pula pemberdayaan peran Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB). Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

64 Bab 3 Perkembangan Perbankan Gambar 3.15 Proporsi Kredit Sektoral Gambar 3.16 Perkembangan Kredit Sektoral Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sangat terbukanya peluang pembiayaan pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 1 di Jawa Timur menjadi perhatian perbankan untuk semakin fokus meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor ini. Hingga akhir periode laporan, penyaluran kredit Usaha Mikro Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jawa Timur tumbuh 3,64% (qtq) dengan baki debet sebesar Rp. 61,35 triliun atau mencakup 36,2% dari total kredit yang disalurkan. Gambar 3.21 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim Sumber: Kementrian Koordinator Perekonomian 1 Mengacu pada kriteria UMKM pada UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang selanjutnya telah diakomodir dalam pedoman Laporan Bank Umum (LBU) terbaru (LBU-2008), maka dilakukan perubahan data statistik kredit UMKM yang digunakan dalam Kajian Ekonomi Regional (KER) Jawa Timur Tw I-2011 dan edisi selanjutnya. Sebelumnya statistik kredit UMKM yang digunakan mengacu pada besarnya plafon kredit yang disalurkan sehingga didalamnya termasuk data penggunaan kredit konsumsi. Data UMKM dalam LBU 2008 (data baru) didasarkan pada kriteria skala usaha debitur (omzet dan aset usaha), sehingga didalamnya hanya mengakomodir data kredit yang digunakan oleh sektor usaha/ kredit produktif. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

65 Bab 3 Perkembangan Perbankan Salah satu upaya pemenuhan kebutuhan modal UMKM lainnya adalah melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian, realisasi penyaluran KUR oleh 6 bank umum penyalur KUR di Jawa Timur (BRI, BNI, Mandiri, BTN dan Bukopin, Bank Jatim) periode ini mencapai ±Rp 3,81 triliun dengan jumlah debitur mencapai orang. Kedepan, integrasi kebijakan pemerintah daerah bersama-sama dengan industri perbankan dan pelaku usaha yang efektif diharapkan dapat terus mendukung peningkatan realisasi KUR kepada masyarakat, khususnya kepada sektor usaha produktif dalam skala mikro dan kecil. Potensi pasar kredit MKM di Jawa Timur yang masih cukup terbuka ditunjukkan oleh karakter dunia usaha di Jawa Timur yang sebagian besar diantaranya masuk dalam skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sebagai salah satu wujud kepedulian perbankan di Jawa Timur terhadap pengembangan sektor riil dan UMKM, Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Jatim dan Satgasda Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Jatim, dengan didukung oleh Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tanggal 6 s/d 10 Juli 2011 menyelenggarakan sebuah event Bazar Perbankan & UMKM 2011 yang mengetengahkan tema Bersama Kita Galang Budaya Menabung dan Kembangkan UMKM Jawa Timur. Lihat Boks : STABILITAS SISTEM PERBANKAN Secara keseluruhan, pada kuartal II-2011 kondisi likuiditas perbankan di Jawa Timur masih cukup stabil yang tercatat sebesar 7,04%. Kecenderungan ekspansi kredit pada bank umum selama periode ini masih diimbangi dengan terjaganya rasio kredit maupun pembiayaan bermasalah dengan rasio NPL sebesar 3,59% yang masih di bawah NPL indikatif sebesar 5%. Selain itu, dari sisi profitabilitas, perbankan di Jawa Timur masih mencatat pertumbuhan laba yang positif di akhir triwulan II 201 yaitu sebesar Rp 2,18 triliun RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) Bank Umum di Jawa Timur pada periode laporan menunjukkan sedikit peningkatan dari sebesar 3,25% pada triwulan I Tahun 2011 menjadi sebesar 3,59%. Berdasarkan kelompok bank, NPL paling tinggi terjadi pada kelompok bank asing yang Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

66 Bab 3 Perkembangan Perbankan mencapai 5,50%. Disusul oleh kelompok bank pemerintah dan bank swasta dengan rasio NPL masing-masing sebesar 4,17% dan 2,59%. Berdasarkan jenis penggunaan kreditnya, NPL tertinggi terjadi pada kredit modal kerja sebesar 4,32% (yoy), disusul kemudian dengan kredit investasi sebesar 4,08% (yoy) dan kredit konsumsi sebesar 1,76% (yoy). Kelompok B ank TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II NPL Bank Umum (%) 2,96% 2,39% 3,26% 3,34% 3,15% 3,15% 3,01% 2,89% 3,03% 2,96% 3,25% 3,59% a. Bank P emerintah 3,11% 2,01% 3,45% 3,41% 3,30% 3,33% 2,76% 2,68% 2,99% 3,14% 3,56% 4,17% b. Bank S wasta 2,56% 2,41% 2,76% 2,79% 2,53% 2,42% 2,69% 2,56% 2,52% 2,32% 2,55% 2,59% c. Bank Asing 4,00% 4,79% 4,59% 5,85% 5,59% 6,06% 6,84% 6,78% 7,30% 6,13% 5,76% 5,50% Sumber: Bank Indonesia Tabel 3.3 Perkembangan NPL per-kelompok Bank Gambar 3.22 Perkembangan Non Performing Loans Gambar 3.23 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan Kredit Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Pada akhir semester II tahun 2011, penyaluran kredit masih terkonsentrasi pada sektor industri dengan proporsi sebesar 27,96% dan sektor perdagangan sebesar 23,74%. Namun, bila ditinjau dari kinerja NPL sektoral, NPL tertinggi masih terjadi pada sektor pertanian sebesar 6,05%, disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi kemudian perdagangan dan perhotelan dengan NPL masingmasing sebesar 5,59% dan 4,85%. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

67 Bab 3 Perkembangan Perbankan Gambar 3.24 NPL Kredit Per Sektor Ekonomi Tabel 3.4 Perkembangan NPL Kredit Per Sektor SEKTOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tani 2,26% 2,51% 4,34% 2,79% 2,44% 2,95% 6,01% 7,17% 6,21% 6,05% Tambang 0,65% 1,35% 2,29% 1,33% 0,27% 1,66% 0,99% 1,48% 1,50% 1,39% Indus tri 4,73% 4,47% 3,65% 4,45% 4,32% 3,55% 3,73% 3,72% 3,82% 4,61% Lis trik,gas 0,01% 0,08% 0,00% 0,00% 0,04% 0,00% 0,06% 0,10% 0,47% 1,00% Kons truks i 1,34% 1,59% 1,54% 1,39% 1,39% 1,88% 2,02% 1,82% 2,45% 2,31% Dagang/Hotel 3,28% 3,81% 3,75% 3,37% 3,25% 3,28% 3,77% 3,96% 4,50% 4,85% Angkut/Komnikas i 4,34% 4,86% 3,40% 3,96% 1,29% 1,29% 2,44% 3,07% 5,95% 5,59% JS.Dunia Us aha 1,54% 1,73% 2,05% 1,80% 1,28% 1,53% 1,76% 1,05% 1,08% 1,62% JS.S os ial 2,49% 1,67% 1,90% 1,33% 3,10% 2,51% 2,95% 2,47% 2,71% 2,48% Lain-2 2,19% 2,14% 2,17% 2,02% 2,30% 2,41% 1,83% 1,63% 1,84% 1,98% RISIKO LIKUIDITAS Cash Ratio sebagai indikator yang mencerminkan kemampuan perbankan untuk melunasi kewajiban kewajiban jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimiliknya tercatat sebesar 7,04%, lebih tinggi dari periode sebelumnya yang hanya mencapai 6,74%. Money position atau jumlah aset likuid yang dimiliki perbankan di Jawa Timur tercatat sebesar Rp 16,33 triliun, dengan komposisi terbesar berupa penempatan pada bank lain sebesar Rp 6,07 triliun, disusul dengan Kas dan penempatan pada Bank Indonesia masing masing sebesar Rp 6,07 triliun dan Rp 4,18 triliun. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

68 Bab 3 Perkembangan Perbankan Gambar 3.25 Money Position Perbankan di Jawa Timur Sumber: Bank Indonesia 3.3. PERBANKAN SYARIAH Kinerja perbankan Syariah di Jawa Timur kembali menunjukkan perkembangan positif selama triwulan-ii Semakin menariknya keberadaan perbankan Syariah di masyarakat tercermin dari peningkatan rasio penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 6,24% (yoy) dengan didukung oleh peningkatan aktivitas pembiayaan sebesar 60,12% (yoy). Gambar 3.26 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) Sumber: Bank Indonesia Dari sisi kelembagaan, pada kuartal ini tercatat sebanyak 237 jaringan kantor yang dimiliki oleh 8 (delapan) Bank Umum Syariah (BUS) 2 dan 9 Unit Usaha Syariah (UUS) 3 di seluruh wilayah Jawa Timur. Sepanjang triwulan II Bank Umum Syariah (BUS) di Jawa Timur : Bank Muamalat, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, dan BNI Syariah. 3 9 Unit Usaha Syariah (UUS) di Jawa Timur : BTN Syariah, BII Syariah, HSBC Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank Niaga Syariah, Bank Permata Syariah, OCBC NISP Syariah, dan Bank Jatim Syariah. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

69 Bab 3 Perkembangan Perbankan 2011 total aset perbankan syariah di Jawa Timur meningkat sebesar Rp 1,01 triliun dibanding periode sebelumnya atau tumbuh 12,62% (qtq) dan 58,86% (yoy) menjadi senilai Rp 9,02 triliun. Pertumbuhan aset yang cenderung naik tersebut menunjukkan semakin tingginya potensi bank syariah dalam melakukan pembiayaan baik dalam bentuk modal kerja, investasi, maupun konsumsi yang dapat menjadi stimulus bagi perekonomian kedepan. Kinerja penghimpunan DPK oleh perbankan syariah di Jawa Timur pada triwulan ini tumbuh 11,53% (qtq) atau 62,24% (yoy) menjadi senilai Rp 7,11 triliun. Berdasarkan komposisinya, DPK bank syariah di Jawa Timur didominasi oleh simpanan deposito dengan proporsi sebesar 56,79%, disusul oleh tabungan dan giro dengan proporsi masing-masing sebesar 35,24% dan 7,96%. Secara tahunan, pertumbuhan deposito mencatat pertumbuhan tertinggi dengan rasio 69,61% (yoy) dan 9,72% (qtq) yang diikuti dengan pertumbuhan giro sebesar 64,29% (yoy) dan 21,44% (qtq), serta tabungan sebesar 51,21% (yoy) dan 12,45% (qtq). Gambar 3.27 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur Gambar 3.28 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah Per jenis simpanan Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Dari sisi pembiayaan, setelah cenderung melambat pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan pembiayaan pada triwulan ini kembali berada pada level yang cukup tinggi. Tercatat sepanjang triwulan II tahun 2011 penyaluran pembiayaan tumbuh sebesar 13,04% (qtq) atau 60,12% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 7 triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumsi masih mendominasi dengan tren yang cenderung Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

70 Bab 3 Perkembangan Perbankan meningkat dengan share sebesar 44,89% disusul oleh pembiayaan modal kerja dengan prosporsi sebesar 40,23% dan pembiayaan investasi sebesar 14,88%. Gambar 3.29 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Gambar 3.30 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Cukup besarnya proporsi pembiayaan konsumsi yang disalurkan oleh perbankan syariah terkait dengan ekspansi bank syariah kepada kebutuhan pembiayaan kepemilikan rumah/ properti, serta pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor yang sejalan dengan tingginya permintaan masyarakat atas kedua komoditas dimaksud. Sementara itu meskipun mempunyai share yang lebih kecil, pembiayaan pada kegiatan sektor produktif yang tercermin dari penyaluran pembiayaan modal kerja dan investasi pada triwulan ini juga menunjukkan pertumbuhan positif, bahkan secara tahunan telah tumbuh diatas level 50% (yoy). Tercatat pertumbuhan kredit untuk modal kerja, konsumsi dan investasi tahunan (yoy) pada triwulan II tahun 2011 masing-masing adalah sebesar 73,74%, 47,34%, dan 68,56%. Tren pertumbuhan kinerja perbankan syariah yang masih cukup tinggi hingga triwulan II tahun 2011 ini didorong oleh cukup giatnya upaya perbankan syariah melalui program kerja Asbisindo Jawa Timur bersama dengan Bank Indonesia di wilayah koordinator Jawa Timur untuk terus memperkenalkan produk produk Islamic Banking kepada masyarakat. Upaya tersebut antara lain melalui kegiatan road show perbankan syariah, seminar seminar pembiayaan kepada pengusaha dan masyarakat umum, serta penyelenggaraan pameran produk syariah khususnya terkait pembiayaan properti. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

71 Bab 3 Perkembangan Perbankan Gambar 3.31 Non Performance Financing (NPF) Perbankan Syariah Jawa Timur Gambar 3.32 Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Kinerja positif lain yang dicatat oleh perbankan syariah selama kuartal II 2011 adalah terjaganya rasio Non Performance Financing (NPF) sebesar 1,39% ditengah ekspansi pembiayaan yang dilakukan. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proprosi penyaluran kredit dibandingkan dengan dana yang dihimpun pada kuartal II-2011 tercatat sebesar 98,45% atau meningkat 1,32% dari kuartal sebelumnya BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Pada Triwulan II tahun 2011 kinerja BPR di Jawa Timur mulai menunjukkan perbaikan yang tercermin dari kinerja total asset yang meningkat Rp 292,62 miliar (4,99%) dari triwulan sebelumnya menjadi Rp 6,16 Triliun. Begitu pula dengan penyaluran kredit yang cenderung meningkat 7,83% atau sebesar Rp 335,33 miliar dari triwulan sebelumnya sehingga menjadi sebesar Rp 4,62 triliun. Gambar 3.33 Perkembangan Indikator BPR Gambar 3.34 Perkembangan Indikator BPR (qtq) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

72 Bab 3 Perkembangan Perbankan Total aset BPR di Jawa Timur pada triwulan laporan tumbuh 17,64% (yoy) didorong oleh perbaikan penyaluran DPK yang tumbuh sebesar 15,02% (yoy) menjadi sebesar Rp 3,72 triliun. Gambar 3.35 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Gambar 3.36 Proporsi Per Jenis Dana Pihak Ketiga Bank Perkreditan Rakyat Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Berdasarkan jenisnya, simpanan deposito masih mendominasi dengan share sebesar 69% dari total DPK dengan pertumbuhan relatif stabil yang tercatat sebesar Rp 2,57 triliun, tumbuh 4,95% (qtq) atau 15,20% (yoy). Sementara itu, simpanan tabungan juga meningkat sebesar sebesar 2,14% (qtq) atau 14,63% (yoy) sehingga menjadi sebesar Rp. 1,15 triliun. Gambar 3.37 Pertumbuhan Kredit BPR per-jenis Penggunaan (yoy) Gambar 3.38 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan ia Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Ditengah ekspansi kinerja penyaluran kredit yang terjadi pada bank umum, realisasi penyaluran kredit pada BPR secara umum cukup stabil Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

73 Bab 3 Perkembangan Perbankan dengan peningkatan sebesar 7,83 % (qtq). Secara tahunan pertumbuhan kredit BPR mencapai 14,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang besarnya 13,68% (yoy). Gambar 3.39 Proporsi Kredit Sektoral BPR 3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA Ditengah perbaikan kinerja perbankan yang berlangsung secara umum, kinerja 6 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya secara triwulanan turut menunjukkan peningkatan. Secara keseluruhan, total aset 6 bank tersebut mempunyai proporsi sebesar 10,91% dari total aset bank umum di Jawa Timur. Sumber : Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (dalam juta Rupiah) INDIKATOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Total Aset Pertumbuhan (yoy) 1,64 11,01 4,11 7,62 7,99 12,84 Pertumbuhan (qtq) 8,69 6,12-1,39-5,39 9,07 10,89 Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan (yoy) -0,58 10,85 4,41 9,93 9,82 11,22 Pertumbuhan (qtq) 13,19 11,77-2,28-11,09 13,09 13,19 Kredit Umum Pertumbuhan (yoy) 24,41 25,16 18,26 21,26 22,33 22,74 Pertumbuhan (qtq) 3,95 8,46 4,10 3,31 4,88 8,82 LDR 59,67% 57,90% 61,68% 71,67% 66,47% 63,90% NPL 0,77% 0,81% 0,94% 0,79% 0,85% 1,07% Gambar 3.40 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) Sumber : Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

74 Bab 3 Perkembangan Perbankan Total asset 6 bank berkantor pusat di Surabaya pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan sebesar 10,89% (qtq), dan secara tahunan mampu mencatat pertumbuhan positif sebesar 12,84% (yoy) sehingga menjadi Rp. 29,02 triliun. Peningkatan jumlah asset tersebut didorong oleh peningkatan penghimpunan DPK sebesar 13,19% (qtq) atau 11,22% (yoy). Dari sisi komposisi DPK dapat dilihat bahwa Giro masih menempati urutan share terbesar yaitu 45%, diikuti dengan deposito 33% dan tabungan 22%. Gambar 3.41 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya Gambar 3.42 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Sementara itu, sebagaimana yang terjadi pada bank umum dalam skala industri, simpanan tabungan menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Sampai dengan akhir triwulan II-2011 simpanan tabungan tumbuh 26,47% (yoy) menjadi senilai Rp. 5,17 triliun. Tingginya pertumbuhan tabungan masyarakat di Jawa Timur sejalan dengan upaya pemerintah untuk menggalakkan kembali tabungan masyarakat melalui Gerakan Indonesia Menabung yang dicanangkan secara nasional pada bulan Februari 2010 yang lalu dan digaungkan kembali secara nasional pada tanngal 29 Mei 2011 di Malang. Gambar 3.43 Perkembangan Kredit Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Gambar 3.44 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

75 Bab 3 Perkembangan Perbankan Pertumbuhan penyaluran kredit tercatat sebesar 22,74 % (yoy) dengan baki debet pada periode pelaporan sebesar Rp 14,99 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi diiringi dengan kredit mendorong penurunan Rasio Loan to Deposit Ratio dari 66,47% pada Triwulan I Tahun 2011 menjadi sebesar 63,9% PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang - Undang adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai. Dalam sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia berperan dalam memenuhi uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang pembayaran non tunai diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI Transaksi sistem pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, yaitu : aliran uang keluar dan masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (outflow dan inflow), kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB), serta kegiatan penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat. a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Sampai dengan akhir Triwulan II Tahun 2011, aliran uang kartal yang masuk/ keluar dari Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri, dan KBI Jember) secara kumulatif menunjukkan posisi net outflow, dimana jumlah aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih besar dibandingkan jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia melalui perbankan (inflow). Net outflow yang terjadi pada Triwulan II tahun 2011 merupakan pola musiman / cyclical selama 3 tahun terakhir yang disebabkan kenaikan permintaan uang kartal untuk keperluan anak sekolah dan musim liburan sekolah. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

76 Bab 3 Perkembangan Perbankan Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow Outflow) Kantor Bank Indonesia Rp. Juta Wilayah KBI Surabaya KBI Kediri KBI Malang KBI Jember JAWA TIMUR Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow Transaksi Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Outflow , ,16 Inflow , ,55 Net Flow (9.455) ( ) ( ) Outflow , ,00 Inflow , ,00 Net Flow ( ) ( ) ( ) ( ) Outflow , ,00 Inflow , ,00 Net Flow Outflow , ,52 Inflow , ,39 Net Flow ( ) Outflow ,67 Inflow ,94 Net Flow ( ) ( ) ( ) Secara umum transaksi inflow maupun outflow pada 4 Kantor Bank Indonesia (KBI) di Jawa Timur pada Tw II-2011 menunjukkan kondisi yang bervariasi. Outflow meningkat sebesar 114,98% (qtq), dari Rp 3,54 triliun menjadi Rp 7,62 triliun, sedangkan inflow menurun sebesar 20,70% (qtq) dari Rp 8,99 triliun menjadi Rp 7,13 triliun. Peningkatan outflow yang cukup signifikan dan adanya penurunan inflow menyebabkan terjadinya net Outflow sebesar Rp 485,31 miliar. Gambar 3.45 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow Outflow) Dalam Juta Rupiah Gambar 3.46 Perkembangan Net Inflow Jawa Timur Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Outflow Inflow ( ) ( ) ( ) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Net Flow Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

77 Bab 3 Perkembangan Perbankan b. Uang Kartal Tidak Layak Edar Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dilakukan sebagai bagian dari proses pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)/ rusak yang dilakukan secara rutin oleh Bank Indonesia di Jawa Timur (Surabaya, Malang, Kediri dan Jember) sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy). Tercatat selama triwulan II-2011, sebesar Rp 5,08 triliun uang kartal yang tidak layak edar dalam berbagai pecahan dimusnahkan. Kondisi ini cenderung menurun dibandingkan jumlah yang dimusnahkan pada triwulan sebelumnya yang mencapai Rp. 6,3 triliun sejalan dengan menurunnya aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia. Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan tersebut selanjutnya akan digantikan dengan Uang Layak Edar (ULE) yang siap digunakan untuk kebutuhan transaksi keuangan di masyarakat. Gambar 3.47 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan Gambar 3.48 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) ( ) ( ) ( ) , , , , , , ,00 0,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV TW I TW II TW III TW IV Tw I Tw II Outflow Inflow Net Flow (Skala Kanan) PTTB (Juta Rupiah) Rasio PTTB terhadap Inflow (%) Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal. Diharapkan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal yang dimiliki akan dapat memperpanjang usia edar uang kartal dan semakin mengurangi besarnya volume PTTB. Hal tersebut sangat diperlukan mengingat pemusnahan uang kartal berdampak pada besarnya biaya pencetakan uang baru yang harus dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk menggantikan uang yang dimusnahkan tersebut. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

78 Bab 3 Perkembangan Perbankan TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan yang menggunakan sistem BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Gambar 3.7 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 100% 90% 80% 70% 160,00 140,00 120,00 60% 100,00 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Share RTGS Share Kliring 80,00 60,00 40,00 20,00 - Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp Triliun) a. Transaksi RTGS ( Real Time Gross Settlement) Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada triwulan II Tahun 2011 menunjukkan sedikit penurunan baik dari sisi nominal maupun transaksi. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada periode laporan adalah sebanyak transaksi atau menurun sebesar 0,56% (qtq) dari periode sebelumnya. Nominal transaksi RTGS Jawa Timur pada Triwulan II tahun 2011 adalah sebesar Rp 125,07 triliun, menurun 1,48% (qtq) dan secara yoy turun dari 18,08% menjadi (2,09)% diduga disebabkan adanya peralihan transaksi pelaku bisnis dari RTGS ke transaksi kliring. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

79 Bab 3 Perkembangan Perbankan Gambar 5.6 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur ,00 140,00 120,00 100,00 80, Tw I 2009 Sumber : Bank Indonesia Surabaya Tw II Tw III Tw IV Tw I 2010 Volume (transaksi) Tw II Tw III Tw IV Tw I 2011 Nominal (Rp Triliun) Skala Kanan Tw II 60,00 40,00 20,00 0,00 Sumber : Bank Indonesia Surabaya Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besarnya transaksi RTGS di tingkat kabupaten/ kota di Jawa Timur menunjukkan masih terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, transaksi outgoing maupun incoming RTGS didominasi oleh beberapa kota/ kabupaten dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol. Kota Surabaya sebagai ibukota provinsi Jawa Timur mendominasi besarnya transaksi. Gambar Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw II Gambar Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw II Nilai (Miliar Rp) Volume Nilai (Miliar Rp) Volume 0 Sumber : Bank Indonesia Surabaya 0 Sumber : Bank Indonesia Surabaya Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

80 Bab 3 Perkembangan Perbankan Tercatat transaksi RTGS pada triwulan II-2011 dari kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) sebesar Rp 69,96 triliun dengan volume sebanyak transasksi. Sementara itu transaksi RTGS masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak transaksi atau senilai Rp 88,97 triliun. Selanjutnya, kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi adalah kota Malang, Kediri, Gresik, Sidoarjo dan Batu. b. Transaksi Kliring Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 419 kantor/bank umum peserta yang tersebar di 38 kabupaten/ kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Bank Indonesia (Surabaya, Malang, Kediri, Jember), serta sebanyak 15 bank penyelenggara kliring lokal yang telah ditunjuk untuk membantu pelaksanaan kegiatan kliring di wilayah yang relatif jauh dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Sumber : Bank Indonesia Surabaya Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw II Jumlah Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek Persentase Rata-2 Penolakan Kota Kantor Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%) Surabaya Malang Kediri Jember Jatim ,48 1,71 Gambar 5.9 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur Gambar 5.10 Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - Tw I Tw II Nominal (Rp Triliun) Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Warkat (Juta lembar) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1, Tw I Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

81 Bab 3 Perkembangan Perbankan Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada triwulan II Tahun 2011 menunjukkan peningkatan. Tercatat sebanyak 1,37 juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan melalui kliring dengan nilai sebesar Rp 40,58 triliun, meningkat dari 11,34% (yoy pada triwulan I 2011) menjadi 19,85% (yoy pada triwulan II 2011) sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian Jawa Timur. Sementara itu, jumlah tolakan warkat kliring pada periode ini menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat sebanyak lembar warkat, atau senilai Rp 691,04 milyar, lebih rendah dibandingkan tolakan warkat pada periode sebelumnya yang mencapai Rp 764,42 milyar PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR Penemuan uang palsu di Jawa Timur pada Triwulan II tahun 2011 yang ditemukan melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat ke Bank Indonesia secara umum menunjukkan peningkatan. Gambar 5.12 Statistik Uang Palsu yang ditemukan Lembar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : Bank Indonesia Surabaya Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Gambar 5.13 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Gambar 5.14 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) 3% 3% 11% 5% % 5% % 54% % 54% Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

82 Bab 3 Perkembangan Perbankan Tercatat sebanyak lembar uang palsu dalam berbagai pecahan dengan nilai nominal sebesar Rp 471,96 juta, meningkat dibandingkan temuan uang palsu pada triwulan sebelumnya yang mencapai lembar dengan nilai nominal sebesar Rp 411,49 juta. Menghadapi terus meningkatnya jumlah penemuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang yang terkait berupaya untuk melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Secara preventif, dilaksanakan melalui upaya upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam negeri maupun internasional. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

83 Bab 3 Perkembangan Perbankan Boks 3 BAZAAR PERBANKAN & UMKM 2011 BERSAMA KITA GALANG BUDAYA MENABUNG DAN KEMBANGKAN UMKM JAWA TIMUR Sebagai salah satu wujud kepedulian perbankan di Jawa Timur terhadap pengembangan sektor riil dan UMKM, Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Jatim dan Satgasda Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Jatim didukung oleh Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan Bazar Perbankan & UMKM 2011 dengan tema Bersama Kita Galang Budaya Menabung dan Kembangkan UMKM Jawa Timur. Acara dilaksanakan pada tanggal 6 10 Juli 2011 dan dibuka secara resmi oleh Gubernur Jawa Timur yang diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Timur. untuk: Secara umum, kegiatan bazar perbankan dan UMKM Tahun 2011 dimaksudkan a. Meningkatkan daya serap kredit/pembiayaan UMKM di Jawa Timur dan membantu pengembangan pasar produk UMKM. b. Mempromosikan produk perbankan khususnya skim kredit produktif. c. Menyediakan informasi sumber-sumber alternatif pembiayaan non bank (lembaga keuangan mikro non bank, Pegadaian, Modal Ventura dan Lembaga Penjaminan kredit). d. Merupakan sarana edukasi bagi masyarakat tentang bank, khususnya perkreditan dan UMKM. e. Mempromosikan kemitraan UMKM debitur dengan bank kreditur dengan menampilkan berbagai produk unggulan hasil karya UMKM binaan. f. Turut serta dalam upaya mendorong peningkatan penggunaan produksi dalam negeri khususnya hasil produksi UMKM Jawa Timur (bagian dari kampanye Aku Cinta Produk Dalam Negeri ). g. Berkontribusi pada upaya membangun UMKM Jawa Timur yang tangguh dan berdaya saing. h. Di masa mendatang ajang bazar diharapkan tidak hanya menjadi pasar retail produk UMKM tetapi juga menjadi rujukan bagi pemasaran grosir tingkat regional, nasional bahkan ekspor. i. Menyediakan informasi dan konsultasi, antara lain terkait dengan aspek perizinan oleh dinas teknis, penjaminan kredit oleh lembaga penjaminan kredit. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

84 Bab 3 Perkembangan Perbankan j. Mempromosikan keberadaan BDS-P/KKMB dan menyediakan jasa konsultansi serta pendampingan pengembangan UMKM di Jawa Timur. Bertempat di Convention Hall Tunjungan Plaza 3 Surabaya, kegiatan ini rencanakan diikuti oleh kurang lebih 70 Bank, Institusi Pemerintah / Swasta serta puluhan stand pengusaha Mikro Kecil Menengah binaan Bank dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Selanjutnya, melalui kegiatan Bazar Perbankan & UMKM 2011 diharapkan dapat semakin meningkatkan akses UMKM kepada lembaga pembiayaan secara umum, dan khususnya kepada kredit perbankan dalam rangka pemberdayaan sektor riil dan UMKM yang berdaya saing. Kegiatan Bazar Perbankan dan UMKM 2011 ===***=== Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II

85 Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

86 Provinsi Jawa Timur

87 Provinsi Jawa Timur

88 Provinsi Jawa Timur

89 Provinsi Jawa Timur

90 Provinsi Jawa Timur

91 Bab 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

92 BAB VI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. UMUM Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) pada triwulan II-2011 yang kembali tumbuh pada level yang cukup tinggi diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya aktivitas perekonomian pada sektorsektor utama seperti sektor industi pengolahan dan sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) mendorong penyerapan tenaga kerja, hal ini dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur di triwulan II-2011 yang mengindikasikan peningkatan penggunaan tenaga kerja pada sektor-sektor utama. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan juga menunjukkan perbaikan, yang tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan berada diatas level KETENAGAKERJAAN Angkatan Kerja dan Pengangguran Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semester I yang dilakukan oleh BPS, jumlah angkatan kerja di Jawa Timur (Jatim) sebanyak 20,25 juta jiwa dan 19,40 juta diantaranya berstatus bekerja. Angka ini meningkat dibandingkan semester sebelumnya, dimana jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 19,52 juta dan jumlah penduduk bekerja sebanyak 18,69 juta jiwa. Peningkatan ini menyebabkan turunnya rasio penduduk yang menganggur, yang tercermin dari penurunan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 4,24% menjadi 4,18%. Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur ( ) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

93 BAB VI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor Lapangan Kerja Utama Sumber: BPS Jawa Timur Secara sektoral, distribusi penyerapan tenaga kerja di Jatim didominasi oleh ketiga sektor unggulannya, yaitu sektor pertanian dengan proporsi sebesar 42,34%, disusul oleh sektor perdagangan dengan (20,08%) dan sektor industri yang menyerap 13% dari total tenaga kerja di Jatim. Dominasi sektor pertanian menjadi ciri dari wilayah pedesaan yang merupakan wilayah terluas di Jatim, namun demikian penurunan luas lahan pertanian akibat konversi lahan untuk pemukiman maupun industri pada beberapa tahun terakhir, diyakini berdampak pada penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor ini dan beralih pada sektor usaha lainnya Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Membaiknya kondisi ketenagakerjaan juga terkonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia di wilayah kerja Jawa Timur pada triwulan II-2011 yang menunjukkan peningkatan yang signifikan. Tercatat Saldo Bersih Tertimbang (SBT) secara umum untuk indikator perkembangan penggunaan tenaga kerja meningkat dari 3,16 menjadi 17,62. Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan ini terjadi pada hampir semua sektor, kecuali sektor keuangan dan jasa perusahaan yang menunjukkan penurunan sedikit penurunan. Peningkatan SBT tertinggi terjadi pada sektor industri pengolahan, disusul oleh sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor pengangkutan & komunikasi. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

94 BAB VI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKTOR I II III IV I II III IV I II REALISASI PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN PHR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN JASA - JASA TOTAL Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Tabel 5.3 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur Gambar 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja SKDU Jawa Timur Gambar 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Sumber: SKDU, KBI Surabaya Gambar 5.3 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Sumber: SKDU, KBI Surabaya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

95 BAB VI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 6.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Pertumbuhan sektor pertanian yang cukup baik di triwulan laporan yang mencapai 5,11% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011 (2,82%), diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan khususnya petani. Hal ini tercermin dari perbaikan pada Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada periode laporan Kesejahteraan Petani Nilai Tukar Petani (NTP) 1 di provinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan dan telah melampaui level 100 yang mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani pada level yang cukup baik. Gambar 5.4 Perbandingan NTP Nasional & Jawa timur Gambar 5.5 Perubahan NTP Nasional & Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Peningkatan NTP didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima petani (It) yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan oleh petani (Ib). Tercatat angka NTP di Jawa Timur pada bulan Juni 2011 (akhir triwulan II-2011) meningkat 2,55 poin dari 99,76 menjadi 102,31. Peningkatan indeks harga yang diterima petani searah dengan tren kenaikan harga produk hasil pertanian yang masih berlangsung saat ini, seperti beras, kedelai dan jagung. Sementara itu, cukup terjaganya inflasi pada periode yang sama menjadi indikator penurunan indeks harga yang dibayarkan oleh petani. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

96 BAB VI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Gambar 5.6 Perkembangan Indeks Harga yang Dibayarkan Petani Gambar 5.7 Perkembangan Indeks Harga yang Diterima Petani Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Kesejahteraan Nelayan Sebagaimana yang ditunjukkan oleh indikator kesejahteraan petani (NTP), Indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang mengindikasikan kesejateraan nelayan di Jawa Timur pada triwulan II-2011 menunjukkan peningkatan dan berada diatas level nasional. Perhitungan NTN di Jatim dilakukan pada 6 kabupaten/ kota di Jatim yang merupakan wilayah penghasil komoditas perikanan laut, yaitu Trenggalek, banyuwangi, Situbondo, Tuban, Lamongan dan Pamekasan. Berdasarkan wilayahnya, indeks NTN tertinggi terjadi di Trenggalek (207,17), sedangkan yang terendah di kabupaten Pamekasan (120.36). Gambar 5.8 Perbandingan NTN Nasional & Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Gambar 5.9 Perubahan NTN Nasional & Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

97 BAB VI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Gambar 5.10 NTN 6 Kabupaten di Jawa timur Sumber: BPS Jawa Timur 6.4. PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR Perkembangan perekonomian Jawa Timur yang menunjukkan kinerja yang menggembirakan pada beberapa tahun terakhir secara umum juga diiringi oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan yang dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Beradasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011 (SUSENAS), Jumlah penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan (penduduk miskin) di Jawa Timur pada bulan Maret 2011 sebanyak 5,35 juta atau 14,23 persen dari total penduduk di Jawa Timur, atau turun dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 5,52 juta (15,26%). Gambar 6.11 Perkembangan Persentasi penduduk Miskin Di Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Berbagai progam pemerintah pusat maupun daerah yang dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan menunjukkan efektivitasnya dalam menekan angka kemiskinan. Salah satu contoh program yang dilaksankan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait hal ini adalah Program Jalan lain menuju Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

98 BAB VI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kesejahteraan Rakyar (Jalinkesra), yang didalamnya terdapat beberapa program pemberdayaan masyarakat di Jawa Timur. Penghitungan angka kemiskinan tidak lepas dari besaran Garis Kemiskinan (GK) 2 yang telah ditetapkan. Angka garis kemiskinan perkapita perbulan pada tahun 2011 terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu makanan dan non makanan. Garis kemiskinan pada tahun 2011 (Maret 2010 s/d maret 2011) mengalami kenaikan sebesar 10,23% menjadi Rp ,-. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi tahunan di Jawa Timur. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir dan tempe. Untuk komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan dan kayu bakar. Pada kelompok non makanan pada 3 komoditas yang memiliki kontribusi teratas untuk masing-masing daerah (perkotaan dan perdesaan) yaitu perumahan, listrik dan pendidikan untuk daerah perkotaan, sedangkan daerah perdesaan terjadi pada komoditas perumahan, kayu bakar dan listrik. Tabel 6.4 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Th Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

99 Bab 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

100 BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pada triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada batas tengah dari rentang pertumbuhan 7,3% 7,7%. Faktor pendorong pertumbuhan pada triwulan ini yaitu konsumsi rumah tangga, kegiatan investasi pemerintah dan perdagangan luar negeri (net ekspor). Peningkatan konsumsi masyarakat didorong oleh momentum bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, dengan dampak lebih besar dibandingkan momentum triwulan II Perkiraan ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen KBI Surabaya, yang menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Ekspektasi Penghasilan yang keduanya mengindikasikan peningkatan. Gambar 6.1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Gambar 6.2 Indeks Ekspektasi Penghasilan Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Kinerja ekspor diperkirakan terus berada dalam tren perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, seiring membaiknya perekonomian negara tujuan utama ekspor Jatim, seperti Jepang dan Amerika Serikat. Selain itu, semakin dikenalnya beragam produk unggulan Jatim, seperti bahan kimia organik, buah buahan tropis, furnitur dan alas kaki, turut mempengaruhi tingkat permintaan dunia internasional, selain permintaan untuk bahan baku industri, seperti tembaga, timah dan baja juga terus mengalami peningkatan. Inisiatif pemerintah daerah dalam mempromosikan produk unggulan Jatim ke negara negara Afrika dan Timur Tengah, diperkirakan mulai terlihat hasilnya pada momentum persiapan Natal dan Tahun Baru, khususnya pada produk tahan lama seperti furnitur dan alas kaki. Seiring dengan tren Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

101 BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA kenaikan ekspor, impor pun diperkirakan terus menguat, terutama impor bahan baku dan barang modal sebagai respon positif sektor industri pengolahan atas kebijakan pencabutan bea masuk impor dari 5% menjadi 0% yang diberlakukan April Sesuai dengan pola tahun-tahun sebelumnya, pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan pada triwulan III-2011, seiring telah direalisasikannya beberapa proyek perbaikan infrastruktur, seperti jalan antar kabupaten/kota dan provinsi, guna menyambut Hari Raya Idul Fitri. Ekspektasi pengusaha untuk merealisasikan rencana investasinya pada triwulan ini diperkirakan masih relatif stabil seiring meningkatnya perekonomian dalam dan luar negeri. Jalinan kerjasama yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan potensi investasi di Jatim dengan beberapa negara maju, seperti Korea, Cina dan Jepang, diharapkan dapat mulai terealisasi pada triwulan ini. Diiringi upaya peningkatan kapasitas terpasang berbagai fasilitas infrastruktur seperti pelabuhan dan bandar udara di Jatim yang semakin mendekati full capacity diharapkan tidak mengurangi minat terealisirnya investasi baru, terutama penanaman modal asing. Dari sisi penawaran, kinerja sektor PHR diperkirakan mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya sebagai respon meningkatnya konsumsi masyarakat di awal tahun. Sektor industri pengolahan diperkirakan relatif stabil setelah sebelumnya meningkat tinggi sebagai respon atas persiapan permintaan masyarakat guna memenuhi kebutuhan tahun ajaran baru, bulan Ramadhan dan Idul Fitri, khususnya untuk produk tahan lama. Kinerja sektor pertanian mengalami perlambatan, karena musim panen yang terbagi pada triwulan II dan III serta musim kemarau yang masih berlangsung di awal peride. Sektor lainnya yang diperkirakan mengalami pertumbuhan kinerja yang signifikan merupakan sektor pendukung kegiatan momentum bulan Ramadhan dan Idul Fitri, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Perkembangan pertumbuhan sektor Jasa, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Listrik, Gas dan Air Bersih diperkirakan mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya seiring meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat. Kinerja sektor bangunan/konstruksi diperkirakan mengalami perlambatan seiring beralihnya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

102 BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA konsumsi masyarakat pada kebutuhan jangka pendek. Demikian pula dengan kinerja sektor pertambangan diperkirakan mengalami perlambatan mengikuti pola pola tahun sebelumnya. Kondisi sektoral pada triwulan III-2011 ini searah dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Surabaya yang menunjukkan optimisme pelaku usaha yang dituangkan dalam nilai indeks estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga kerja sektoral tiga sektor utama. Gambar 6.3 Gambar 6.4 Estimasi Realisasi Usaha TwIII-2011 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw III-2011 Sumber: SKDU KBI Surabaya Sumber: SKDU KBI Surabaya 7.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR Laju inflasi Jawa timur pada triwulan III-2011 diperkirakan akan berada pada batas bawah kisaran 4,90% s/d 5,40%, atau lebih rendah dibandingkan triwulan II-2011 (6,26%). Dari sisi non fundamental, pergerakan harga pada kelompok bahan makanan (volatile food) pada triwulan III-2011 diperkirakan akan meningkat. Tingginya konsumsi masyarakat pada periode Ramadhan dan Idul Fitri diyakini akan mendorong permintaan bahan makanan strategis seperti telur ayam, daging ayam dan daging sapi. Namun demikian, tibanya panen beras pada triwulan III-2011 diharapkan mampu menahan inflasi bahan makanan. Berdasarkan BMKG, sampai dengan akhir triwulan III-2011 sebagian besar wilayah di Jatim masih akan mengalami musim kemarau, dan sebagian kecil lainnya di bagian selatan Jatim akan memasuki musim hujan di bulan September (Gambar 7.7 & 7.8). Musim kemarau yang terjadi diyakini berlangsung dengan intensitas normal, sehingga relatif kondusif dalam mendukung produktivitas pertanian. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

103 BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA Gambar 6.5 Proyeksi Inflasi Jawa Timur tahun 2011 Gambar 6.6 Growth Cycle Inflasi Jawa Timur Sumber: BPS, Data Diolah Sumber: Proyeksi KBI Surabaya Tekanan inflasi kedepan diyakini juga akan berasal dari peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat. Ekspektasi kenaikan harga 3 bulan yang akan datang berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Pedagang Eceran (SPE) menunjukkan peningkatan ekpektasi masyarakat dari sisi konsumen dan sisi produsen. Di sisi lain, risiko tekanan inflasi dari kenaikan biaya masih cukup tinggi, khususnya yang berasal dari faktor eksternal dari jalur imported inflation terkait dengan tren kenaikan harga komoditas internasional serta kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya stabil. Di sisi lain, Inflasi administered prices diperkirakan tidak memberikan tekanan yang cukup berarti. Kebijakan pemerintah daerah (di 7 kota) untuk menaikkan tarif-tarif tertentu yang merupakan kewenangannya sebagian besar telah terealisasi di awal tahun, sehingga potensi inflasi kedepan dari kelompok administered price relatif terbatas. Sementara itu berdasarkan analisis growth cycle tren inflasi tahunan Jawa Timur pada beberapa periode kedepan masih berada dalam fase penurunan (dibandingkan tahun 2010). Berdasarkan rata-rata fase kontraksinya, tren penurunan masih akan berlangsung sampai dengan akhir tahun 2011 (yoy). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

104 BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA Gambar 6.7 Zona Musim Kemarau Di Jawa Timur s/d Juni 2011 Gambar 6.7 Prospek Awal Musim Hujan 2011/2012 Zona Musim Jawa Timur Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan September 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2011 sebesar 3,27% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,11% (y.o.y). Melemahnya tekanan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI MEI 2015 INFLASI 0,55 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI MEI 2015 INFLASI 0,55 PERSEN BPS KABUPATEN BANYUWANGI No. 05/Mei/3510/Th.II, 01Juni 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI MEI 2015 INFLASI 0,55 PERSEN Pada bulan Mei 2015 Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,55

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Inflasi Bulan November 2016 Didorong Harga Pangan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID Harga Pangan Dorong Inflasi Oktober 2017 Tetap Rendah INFLASI IHK Inflasi IHK sampai dengan Oktober 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan Oktober 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH BAB 2 Inflasi Aceh yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di dua kota yaitu Banda Aceh dan Lhokseumawe pada triwulan III tahun 2012 tercatat sebesar 2,07%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Pada Desember 2011, inflasi 1 tahunan Aceh tercapai di angka 3,43% (yoy), jauh lebih rendah dibanding inflasi Desember 2010 yang sebesar 5,86% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN NOPEMBER 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN NOPEMBER 2016 BPS KABUPATEN BANYUWANGI No. 11//3510/Th.III, 02 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN NOPEMBER 2016 IINFLASI 0,25 PERSEN Pada bulan 2016 Banyuwangi mengalami inflasi

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN JAWA TIMUR MARET 2017

BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN JAWA TIMUR MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 20/04/35/Th. XV, 3 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN JAWA TIMUR MARET 1. Pada bulan Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,09 persen. Deflasi terjadi di seluruh kota

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juni 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,69% (mtm) di bulan Juni (Tabel 1). Inflasi IHK pada periode puasa dan lebaran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI APRIL 2016 DEFLASI 0,61 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI APRIL 2016 DEFLASI 0,61 PERSEN BPS KABUPATEN BANYUWANGI No.04/April/3510/Th.III, 01 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI APRIL 2016 DEFLASI 0,61 PERSEN Pada bulan April 2016 Banyuwangi mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2016 INFLASI 0,43 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2016 INFLASI 0,43 PERSEN BPS KABUPATEN BANYUWANGI No.07/Juli/3510/Th.III, 03 Agustus 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2016 INFLASI 0,43 PERSEN Pada bulan Juli 2016 Banyuwangi mengalami inflasi sebesar

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 29/05/35/Th.XIII, 4 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL INFLASI 0,39 PERSEN Pada bulan April Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,39 persen. Semua

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 58/08/35/Th. XII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. dan Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Ekonomi Jawa Timur Triwulan II - 2014 (y-on-y)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI BULAN MARET 2014

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI BULAN MARET 2014 BPS KABUPATEN BANYUWANGI No. 03/Mar/3510/Th.I, 02 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI BULAN MARET 2014 Bulan Maret 2014 Banyuwangi mengalami Inflasi sebesar 0,2 persen Pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN TULUNGAGUNG JUNI 2017 INFLASI 0.33 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN TULUNGAGUNG JUNI 2017 INFLASI 0.33 PERSEN No.1/07/3504/Th.XVII, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN TULUNGAGUNG JUNI 2017 INFLASI 0.33 PERSEN Pada bulan Juni 2017 Kabupaten Tulungagung mengalami Inflasi sebesar 0.33 persen

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN DESEMBER 2016 BPS KABUPATEN BANYUWANGI No. 12//3510/Th.III, 03 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN DESEMBER 2016 IINFLASI 0,47 PERSEN Pada bulan 2016 Banyuwangi mengalami inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI AGUSTUS 2014 DEFLASI 0,12 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI AGUSTUS 2014 DEFLASI 0,12 PERSEN BPS KABUPATEN BANYUWANGI No. 08/Agustus/3510/Th.I, 02 September 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI AGUSTUS 2014 DEFLASI 0,12 PERSEN Pada bulan Agustus 2014 Banyuwangi mengalami

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN APRIL INFLASI 0,48 PERSEN Pada bulan April Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,48 persen, lebih tinggi dari inflasi Jawa Timur sebesar 0,29

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Panen Dorong Deflasi Maret 2017 Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi 0,02% (mtm) di bulan Maret (Tabel 1). Deflasi bulan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

INFLASI 0,09 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN OKTOBER 2017

INFLASI 0,09 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN OKTOBER 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN OKTOBER 2017 INFLASI 0,09 PERSEN Pada bulan Oktober 2017 Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,09 persen, sementara Jawa Timur mengalami inflasi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN JANUARI 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN JANUARI 2017 INFLASI 0,66 PERSEN Pada bulan Januari 2017 Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,66 persen, lebih rendah dari inflasi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG MARET 2016 INFLASI 0,05 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG MARET 2016 INFLASI 0,05 PERSEN No.1/04/3504/Th.XVI, 1 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG MARET 2016 INFLASI 0,05 PERSEN Pada bulan Maret 2016 Kabupaten Tulungagung mengalami Inflasi sebesar 0,05

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN TULUNGAGUNG SEPTEMBER 2017 INFLASI 0.07 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN TULUNGAGUNG SEPTEMBER 2017 INFLASI 0.07 PERSEN No.1/10/3504/Th.XVII, 3 Oktober 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN TULUNGAGUNG SEPTEMBER 2017 INFLASI 0.07 PERSEN Pada bulan 2017 Kabupaten Tulungagung mengalami Inflasi sebesar 0.07 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI SEPTEMBER 2015 INFLASI 0,21 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI SEPTEMBER 2015 INFLASI 0,21 PERSEN BPS KABUPATEN BANYUWANGI No.09//3510/Th.II, 01 Oktober PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI SEPTEMBER INFLASI 0,21 PERSEN Pada bulan Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,21 persen, lebih

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2012, Gorontalo tercatat mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

Lebih terperinci