Komparasi Sistem Kontrol Satelit (ADCS) dengan Metode Kontrol PID dan Sliding-PID

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Komparasi Sistem Kontrol Satelit (ADCS) dengan Metode Kontrol PID dan Sliding-PID"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (1) Komparas Sstem Kontrol Satelt (ADCS) dengan Metode Kontrol dan Nur Imroatul UST, Hendro Nurhad Jurusan Teknk Mesn, Fakultas Teknolog Industr, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Aref Rahman Hakm, Surabaya 6111 E-mal: hdnurhad@me.ts.ac.d Abstrak - Pemodelan gerak satelt dgunakan untuk mendesan sstem kendal guna mengatur kestablan dan mengetahu karakterstk respon salah satu sub-sstem dar satelt yatu ADCS (Atttude Determnaton and Control System) yang berfungs mengontrol orentas suatu satelt pada saat bergerak mengellng bum. Permasalahan yang akan dbahas mengena bagamanakah merancang suatu sstem kendal yang dapat dgunakan untuk mengatur orentas satelt ketka bergerak mengellng bum. Sstem kendal yang dgunakan adalah controller dan gabungan antara Sldng mode controller dengan controller (), sehngga menghaslkan respon sstem kendal dan S. Dar analsa perbandngan respon sstem kendal tersebut ddapatkan desan sstem kendal yang dapat dgunakan dalam hal pengendalan orentas satelt ketka bergerak mengellng bum. Kata Kunc satelt, ADCS, Kendal, I. PENDAHULUAN layah Indonesa merupakan negara kepulauan yang Wmemlk cakupan wlayah yang sangat luas. Konds geografs Indonesa begtu menakjubkan, terbentang dar Sabang sampa Merauke, serta terletak d bentangan gars khatulstwa. Memperhatkan wlayah yang demkan luas dan strategs tersebut, sudah selayaknya Indonesa membutuhkan suatu alat yang dapat dgunakan untuk pengamatan objek, keamanan laut dan pertahanan, dan tentu untuk komunkas, bak fxed, wreless, maupun komunkas rado yatu satelt. Pada dasarnya satelt memlk beberapa sub-system, salah satunya adalah ADCS (Atttude Determnaton and Control System) yang berfungs mengontrol orentas suatu satelt pada saat bergerak mengellng bum. Salah satu faktor yang pentng dalam mengontrol orentas satelt n adalah harus memperhatkan kestablan dar controller tu sendr dengan merancang suatu controller yang mampu menghaslkan output dar plant sesua spesfkas yang dngnkan, dmana pada konds nyata selalu ada gangguan yang bekerja pada plant bak yang berasal dar dalam maupun dar luar. Sehngga suatu controller yang bak harus mampu memperhtungkan setap gangguan tersebut sehngga output yang dhaslkan akan tetap stabl. Peneltan terdahulu dlakukan (Nevn Morrs,4) adalah memodelkan persamaan gerak dnams untuk sebuah satelt serta mensmulaskan kendalnya dengan menggunakan software smulnk dan matlab. Matlab dan smulnk dplh untuk model kontrol satelt karena umum dgunakan dalam ndustr kontrol dan kedrgantaraan. Persamaan gerak yang dgunakan dalam permodelan n adalah persamaan gerak dengan menggunakan hukum gravtas Newton. Selanjutnya, Nevn Morrs menjelaskan permodelan sstem dan desan kendal dengan menggunakan metode Lnear Quadratc Regulator (LQR) untuk mendapatkan kendal yang optmal. Peneltan tentang kontrol ADCS juga pernah dlakukan (Santana,4). Peneltan n menggunakan pedoman satelt yang telah dkembangkan oleh Brasl, yatu PMM satelt (Mult-Msson Platform). Pesawat ruang angkasa n menggunakan dua ss pendorong yang bertndak untuk menyedakan tors kontrol. Dengan menggunakan pedoman satelt tersebut, dlakukan tahap pemodelan. Pemodelan n melput pemodelan matematka, termasuk knematka dan dnamka, serta lnersas model satelt untuk memungknkan penerapan pendekatan kontrol lner. Tahap berkutnya, Santana mencoba menggunakan kontrol yang berupa LQG (Lnear Quadratc Gaussan). D Indonesa sendr sudah berhasl membuat satelt membuat satelt TUBSAT. Dmana pembuatan satelt n dlakukan dengan kerjasama Techncal Unversty of Berln d Jerman. Dan telah berada d orbt sejak tahun 1 dan sudah dapat melakukan tugasnya untuk mengadakan pengamatan d wlayah Indonesa. Kemudan Kampus-kampus d Indonesa sepert UI, ITB, UGM, dan ITS. Juga berencana membangun nfrastruktur dbdang satelt yang akan dluncurkan tahun 13. Dmana satelt n berbentuk hexagonal dengan berat 1 kg yang dber nama Inusat-1. Sedangkan pada paper n memodelkan persamaan gerak rgd-body berdasarkan mekanka Newtonan, terdr atas persamaan translas dan rotas yang akan memodelkan dnamka dan knematka satelt tpe cubesat. Persamaan gerak dkembangkan untuk satelt tpe cubesat dengan massa dan momen nersa yang konstan. Kemudan mensmulaskan system kendalnya dengan menggunakan software smulnk matlab dengan metode dan S-. Respon yang ddapat dar kedua system kendal tersebut danalsa dan dbandngkan sehngga akan mendapatkan system kendal yang optmal dalam hal pengendalan determnas orentas cubesat dan mengetahu karakterstk respon cubesat ketka bergerak mengellng bum. 1. PERSAMAAN GERAK SATELIT CUBESAT Atttude Determnaton and Control System (ADCS) merupakan salah satu sub-sstem pada satelt yang bertugas untuk mengetahu dan mengontrol orentas satelt selama mengellng bum. Komponen dar ADCS yatu nput,

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (1) 1-6 controller, aktuator, measurement, output. Jka dgambarkan, block dagram untuk ADCS adalah sebaga berkut : F g = G M m r e r () Ɵ desred atttude + - Ɵ error sgnal K gan Spacecraft Control Atttude measurement Gambar 1. Blok dagram ADCS Ɵ a actual pontng drecton Dengan G sebaga konstanta gravtas unversal. M sebaga massa nt planet, m adalah massa satelt, dan e r adalah suatu unt vektor dar pusat massa planet terhadap pusat massa satelt. Massa satelt dapat danggap sebaga satu ttk pusat massa. Vektor poss terhadap kerangka nersa adalah sebaga berkut: Sedangkan system koordnat yang dperlukan untuk memantau orentas dar satelt yang dgunakan adalah orbtdefned coordnates dmana koordnat n terbag menjad tga sumbu, yatu roll, yaw, dan ptch (x, z, dan y). Untuk kerangka referens ddasarkan pada sebuah pesawat ruang angkasa yang dalam orbt srkularnya menghadap ke ttk nadr (sumbu-z), orentas ddefnskan relatf terhadap sebuah koordnat lokal (sumbu-y), yang mengkut jalur pesawat ruang angkasa pada orbtnya (sumbu-x). Kerangka orbt n dtentukan dengan tga unt vektor yang sama dan salng tegak lurus satu sama lan, O x O y O z, d sepanjang sumbu-sumbu (xyz) o, memlk sumbu z+ menghadap ke arah nadr, dan sumbu y tegak lurus terhadap vektor nadr, dan vektor kecepatan orbt sesaat, V, sebagamana terukur dengan memperhatkan kerangka referens nersa, x y z, yang memlk sumbu-sumbu XYZ. Kerangka referens lan yang pentng yatu sstem koordnat body-fxed, b x b y b z, dengan sumbu-sumbu (xyz) b. Kerangka n terpasang pada kerangka orbt jka ddapat atttude yang dngnkan. Gambar. menglustraskan sstem koordnat yang dgunakan. Gambar. Kerangka Referens untuk Dnamka dan Kontrol Satelt Penurunan persamaan gerak rgd-body berdasarkan mekanka Newtonan, terdr atas persamaan translas dan rotas yang akan memodelkan dnamka dan knematka satelt. Persamaan gerak dkembangkan untuk satelt dengan massa dan momen nersa yang konstan. Tors dar lngkungan yang mempengaruh gerakan satelt dan dnamka orentas, yatu graden gravtas, magnet, dan tors tekanan radas matahar. Satelt menggunakan penstablan graden gravtas. Sehngga, tors total d sektar pusat massanya durakan menjad graden gravtas,t gg, tors gangguan, T d, tors kendal, Tc. M total = T gg + T d + T c (1) Untuk satelt yang berupa rgd body pada orbt yang mengellng planet, berlaku hukum gravtas unversal Newton, r = r + r Gaya bekerja pada seluruh elemen massa. Kemudan, gaya total dhtung dar rumus berkut : F g = df g = - GM GM r dm = - r3 r + r 3 (3) r + r dm (4) Persamaan 4 dapat dsederhanakan dengan mengasumskan vektor r jauh lebh kecl darpada radus orbt karena r r, dengan ekspans deret taylor ddapatkan hasl sebaga berkut : F g = - GM r + r dm = G M m r (5) 3 r Dengan menggunakan r yang melambangkan vektor poss dar planet ke pusat massa satelt dan menggunakan GM /r 3 untuk melambangkan kecepatan angular orbt, ω o. Sebuah pendekatan alternatf yang dapat dgunakan untuk mencar kecepatan angular orbt dapat dturunkan dar perode orbt untuk suatu benda tertentu pada jar-jar tertentu, a, dar sumbu putar. Hal n sesua dengan pendekatan berdasarkan Hukum Kepler III yang berbuny bahwa kuadrat perode orbt merupakan akar pangkat tga jarak rata-rata planet terhadap matahar. Jar-jar (a) harus menyertakan pertmbangan ketnggan satelt yang mengorbt bersamaan dengan jar-jar dar pusat planet sehngga perode orbt dalam detk/putaran adalah sebaga berkut : P = π a3 μ r sec (6) cycle Dmana, μ, adalah konstanta planet. Selanjutnya, kecepatan angular orbt, ω, dapat dtulskan sebaga berkut : ω = π P rad (7) sec Pendekatan n dgunakan dalam mplementas model untuk menentukan nla kecepatan angular dengan membandngkan perode tersebut terhadap Martan Day (4jam + 37ment). 1.1 Persamaan Gerak Rotas untuk Benda Pejal Sebuah satelt yang dkena tors pada pusat massanya, model rotasonal untuk dnamka atttude umum dapat djabarkan dengan persamaan berkut, M CG = I. ω + ω I. ω (8)

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (1) Dmana M CG adalah momen eksternal yang bekerja d sektar pusat massa benda, dan I adalah momen nersa. Dkarenakan adanya stablsas graden gravtas, satelt akan dpengaruh oleh tors gravtas dan tors-tors gangguan yang lan. Untuk mendapatkan momen pada pusat massa sebaga akbat dar gaya gravtas, tors dapat dnyatakan sebaga, T gg = - r df g (9) Dengan menggunakan asums dan pendekatan yang sama untuk menyelesakan hukum gravtas Newton, momen pada pusat massa menjad, T gg = 3 G M o r 3 z Io z = 3 ω o o z Io z (1) Untuk menyatakan dnamka rotas satelt akbat tors lngkungan dalam kerangka referens nersa secara keseluruhan yang telah dsebutkan, persamaan gerak dapat dtulskan dengan, Iω + ω Iω = 3ω o o z Io z + T total (11) 1. Lnearsas Dnamk dan Knematk Model Satelt Dnamka benda pejal dperlukan untuk memaham gerak kesetmbangan untuk satelt yang berada d orbtnya. Sebagamana telah dsebutkan sebelumnya, ketka kerangka body-fxed dan sumbu orbt dluruskan, atttude yang dngnkan akan ddapatkan. Sehngga untuk memerksa stabltas gerakan-gerakan kecl d antara kerangka-kerangka koordnat, rotas dar frame yang sate ke frame yang lan harus dmodelkan. Hal n dapat dcapa dengan menggunakan deret rotas Euler 1--3 sebagamana berkut, R bo = R z (θ z )R y θ y R x (θ x ) ω bo = θ (16) Sebaga tambahan, kecepatan angular absolut benda pejal dengan memperhtungkan kerangka nersa adalah ω b = ω bo + ω o (17) Maka, θ 1 1 θ z θ y ω b = θ + θ z 1 θ x ω θ θ 3 y θ x 1 θ 1 ω θ z = θ ω (18) θ 3 + ω θ x Persamaan d atas, dapat ddferensalkan menjad, θ 1 ω θ z ω = θ (19) θ 3 + ω θ x Dengan mensubstuskan perumpamaan yang sesua ke dalam persamaan rotas satelt, ddapatkan tga persamaan dferensal basa, I x θ x + I y I z I x ω θ z 4 I z I y ω θ x = T d + T c () I y θ y + 3(I z I x ) ω θ y = T d + T c (1) I z θ z + I z I x I y ω θ x + I y I x ω θ z = T d + T c () Akhrnya sstem n dapat dnyatakan dalam bentuk statespace lnear 3 dmens dengan persamaan terpsah untuk ptch, dan persamaan yang berpasangan untuk roll/yaw. (1) Dmana : θ x : sudut roll, θ y : sudut ptch, θ z : sudut yaw Sudut-sudut kecl dapat dasumskan sn θ θ, cos θ 1, dan θ θ j. Maka matrks rotasnya menjad, 1 θ z θ y R bo = 1 θ x = 1 - θ x (13) θ y θ x 1 Pada kerangka sumbu body-fxed, vektor penunjuk nadr adalah, O z = [ θ y θ x 1] T (14) Pendekatan n dapat dgunakan untuk menghtung graden gravtas untuk sudut-sudut kecl sebaga berkut (pers.15) I z I y θ x T gg = 3ω o z Io z = 3ω (I z I x )θ y Kecepatan angular kerangka body-fxed dan sumbu orbt dapat dtentukan juga dengan menggunakan pendekatan sudut dan kecepatan angular yang kecl sehngga, (3)

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (1) Persamaan sudah dtulskan dalam pernyataan yang menggunakan smbol lebh umum, dmana Φ = θ x = roll Θ = θ y = ptch Ψ= θ z = yaw p = ω x = roll rate = kecepatan angular sumbu x q = ω y = ptch rate = kecepatan angular sumbu y r = ω z = yaw rate = kecepatan angular sumbu z (Holmes,4) II. METODE PENELITIAN Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode smulas dengan menggunakan Matlab-Smulnk. Pemodelan gerakan satelt yang telah ddapatkan, kemudan dlanjutkan dengan menganalsa respon hasl dar smulas. A. Pemodelan Sstem dengan Smulnk-Matlab Berdasarkan persamaan-persamaan knematka dan dnamka tersebut, dlakukan pemodelan sstem ADCS dengan menggunakan Smulnk-Matlab. 4. Momen Inersa untuk z-axs (Izz) :,89 kg.m 5. Kecepatan angular (ω ) :,16 rad/s III. HASIL DAN PEMBAHASAN Analsa hasl smulas yang dbag menjad tga bagan, yatu smulas pada sstem open-loop, sstem closed-loop dengan menggunakan controller, sstem closed-loop dengan menggunakan controller. Set smulas pertama menggunakan controller pada sstem open-loop dan sstem closed-loop, set yang kedua menggunakan controller pada sstem closed-loop. Set smulas ketga adalah dlakukannya kestablan untuk mengetahu kestablan sstem, metode yang dgunakan yatu root locus dan bode plot. Kecepatan sudut (rad/s) Kecepatan sudut x Kecepatan sudut y Kecepatan sudut z Gambar 5. Respon Poss Sudut ADCS Smulas Open-Loop 16 x Sudut (derajat) Gambar 6. Respon Kecepatan Sudut ADCS Smulas Open-Loop Gambar 3. Model Smulnk ADCS Percepatan sudut (rad/s) Pemodelan sub-sstem ADCS d atas menggunakan parameter-parameter sebaga berkut : 1. Massa satelt (m) :,865 gram. Momen Inersa untuk x-axs (Ixx) :,14 kg.m 3. Momen Inersa untuk y-axs (Iyy) :,14 kg.m Gambar 7. Respon Percepatan Sudut ADCS Smulas Open-Loop

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (1) x 1-4 Root Locus 8 Bode Dagram 6 6 Imagnary Axs 4 - Magntude (db) Phase (deg) Real Axs x 1-3 Gambar 8. Root locus untuk (roll) Frequency (rad/sec) Gambar 13. Bode plot untuk (yaw) Imagnary Axs 6 x Root Locus Sudut (derajat) Real Axs x 1-3 Gambar 9. Root locus untuk (ptch) Gambar 14. Respon poss sudut ADCS smulas closed-loop dengan kendal Imagnary Axs 4 x Root Locus Kecepatan sudut (rad/s) Real Axs x 1-4 Gambar 1. Root locus untuk (yaw) Phase (deg) Magntude (db) Bode Dagram Frequency (rad/sec) Gambar 11. Bode plot untuk (roll) Gambar 15. Respon kecepatan sudut ADCS smulas closed-loop dengan kendal Percepatan Sudut (rad/s) x Gambar 16. Respon percepatan sudut ADCS smulas closed-loop dengan kendal Bode Dagram 1 18 Phase (deg) Magntude (db) Frequency (rad/sec) Gambar 1. Bode plot untuk (ptch) (derajat) Gambar 17. Perbandngan respon poss sudut x ADCS smulas closed-loop dengan kendal dan

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (1) Kecepatan (rad/s) Gambar 18. Perbandngan Respon Kecepatan ADCS Smulas Closed-Loop dengan Kendal dan Percepatan Sudut (rad/s) x 1 4 Gambar 19. Perbandngan Respon Percepatan ADCS Smulas Closed-Loop dengan Kendal dan Berdasarkan respon sudut smulas closed-loop, hasl yang ddapatkan sebaga berkut : Tabel 1. Perbandngan Karakterstk Respon Antara Kendal dan Karakterstk Respon S Rse tme,16 s,16 s Settlng tme,54 s,5 s Steady state error,1 %,6 % Maxmum overshoot,6 derajat,7 derajat IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan analsa yang telah dlakukan Dalam peneltan yang telah dlakukan, dapat dsmpulkan bahwa penggunaan kendal menghaslkan respon yang lebh bak dbandngkan. Untuk menstablkan sstem satelt, dbutuhkan waktu,75 detk untuk controller dan,6 detk untuk. Selan tu, kendal juga mampu mengurang steady state error yang terjad pada kendal. UCAPAN TERIMA KASIH Penuls mengucapkan terma kash kepada Laboratorum Mekanka Benda Padat Desan Jurusan Teknk Mesn Fakultas Teknk Industr ITS yang telah memberkan dukungan dem kelancaran peneltan n. DAFTAR PUSTAKA [1] Adhm, Ahmad, 11, Perancangan Sstem Kendal untuk Pendulum Ganda pada Kereta Bergerak, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, Surabaya. [] Derman, Hakk O, (1999). 3-Axs Atttude Control of a Geostatonary Satellte, Mddle East Techncal Unversty. [3] Holmes, Erc B., 4, Atttude Controls Team Fnal Report, Journal of Space Systems Desgn (4), [4] Nse, Norman S., 4, Control Systems Engneerng Fourth Edton, John Wley & Sons, Inc. [5] Paz, Robert A., (1). The Desgn of Controller, Klpsch School of Electrcal and Computer Engneerng. [6] Wertz, James R.,, Spacecraft Atttude Determnaton and Control, d.redel Publshng Company, Inc. Steady state error,13 %,8 % Maxmum overshoot,7 derajat - Tabel. Perbandngan Karakterstk Respon Antara Kendal dan Karakterstk S Respon Rse tme,16 s,16 s Settlng tme,58 s,55 s Steady state error,14 %,5 % Maxmum overshoot,14 derajat - Tabel 3. Perbandngan karakterstk respon sudut z antara kendal dan Karakterstk Respon S Rse tme,18 s,18 s Settlng tme,53 s,5 s

Komparasi Sistem Kontrol Satelit (ADCS) dengan Metode Kontrol PID dan Sliding-PID NUR IMROATUL UST ( )

Komparasi Sistem Kontrol Satelit (ADCS) dengan Metode Kontrol PID dan Sliding-PID NUR IMROATUL UST ( ) Komparasi Sistem Kontrol Satelit (ADCS) dengan Metode Kontrol PID dan Sliding-PID NUR IMROATUL UST (218 1 165) Latar Belakang Indonesia memiliki bentangan wilayah yang luas. Satelit tersusun atas beberapa

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta ugasakhr E 91399 DesanKontrolFuzzy BerbassPerformansH dengan Batasan Input-Output untuk Sstem Pendulum-Kereta to Febraranto (8116) Dosen Pembmbng: Prof. Dr. Ir. Achmad Jazde, M.Eng. Jurusan eknk Elektro

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi 1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 2, No. 4, Tahun 2014 Online:

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 2, No. 4, Tahun 2014 Online: Onlne: http://ejournal-s1.undp.ac.d/ndex.php/jtm PEMBUATAN MODEL DAN SIMULASI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL DENGAN SUDUT BLADE PITCH AKTIF *Nurmnda Eka Indra Pramana 1, Joga Dharma Setawan 2,Eflta Yohana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

Perancangan Simulasi Integrasi Pengirim-Penerima DVB-T

Perancangan Simulasi Integrasi Pengirim-Penerima DVB-T Bab 3 Perancangan Smulas Integras Pengrm-Penerma DVB-T 3.1 Pendahuluan Program smulas pada tess n bertujuan untuk mensmulaskan perbandngan knerja algortma snkronsas waktu dan frekuens dalam berbaga tpe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation PROSEDING SEINAR TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS, JUNI 2012 1 Perhtungan Crtcal Clearng Tme dengan enggunakan etode Tme Doman Smulaton Surya Atmaja, Dr. Eng. Ardyono Pryad, ST,.Eng, Ir.Teguh Yuwono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SARS pertama kali dilaporkan terjadi di Propinsi Guandong Cina pada

BAB I PENDAHULUAN. SARS pertama kali dilaporkan terjadi di Propinsi Guandong Cina pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pergerakan populas sangat mempengaruh proses dnamka dar epdem penyakt. Hal n dapat dtunjukkan oleh beberapa penyakt menular. SARS pertama kal dlaporkan terjad

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-321) Topk har n Kesetmbangan Statk Syarat Kesetmbangan Pusat Gravtas Kesetmbangan Stabl, Labl dan Netral Kesetmbangan Benda Tegar Kesetmbangan Mekank Benda dkatakan berada dalam kesetmbangan

Lebih terperinci

BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN

BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN 3.1 Model keausan Archard [15] Archard 1953 mengusulkan suatu model pendekatan untuk mendeskrpskan keausan sldng. Da berasums bahwa parameter krts dalam keausan sldng adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI TUGAS AKHIR ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI Oleh: Nmas Puspto Pratw Dosen Pembmbng : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T Nur Lala Hamdah, ST.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI (2.1) Keterangan: i = jumlah derajat kebebasan q i. = koordinat bebas yang digeneralisasi Fq i = gaya yang digeneralisasi

BAB II DASAR TEORI (2.1) Keterangan: i = jumlah derajat kebebasan q i. = koordinat bebas yang digeneralisasi Fq i = gaya yang digeneralisasi BAB II DASAR TEORI. Metode Elemen Hngga Sstem Rotor Dnamk [7] Pemodelan elemen hngga sstem rotor dnamk dkembangkan berdasarkan konsep energ. Persamaan energ knetk, energ regangan, dan kerja maya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Estimasi Variabel Keadaan Gerak Longitudinal Pesawat Terbang Menggunakan Metode Fuzzy Kalman Filter

Estimasi Variabel Keadaan Gerak Longitudinal Pesawat Terbang Menggunakan Metode Fuzzy Kalman Filter A-42 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 5 No. 2 (216) 2337-352 (231-928X Prnt) Estmas Varabel Keadaan Gerak Longtudnal Pesawat erbang Menggunakan Metode Fuzzy Kalman Flter Res Arumn San, Erna Aprlan, dan Mohammad

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG

STUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG STUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG Andryan Suhendra Cvl Engneerng Department, Faculty of Engneerng, Bnus Unversty Jl. K.H.

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean Matematka Egenface Menggunakan Metrk Eucldean 6 Ben Utomo Sekolah ngg eknolog Bontang, Indonesa Abstract Salah satu sstem pengenalan wajah (face recognton) adalah metode egenface. Metode n bekerja dengan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT

METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT ISSN 4-989 METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT Abdul Wahd dan Rudy Gunawan 2 Laboratorum Sstem Proses Kma Departemen Teknk Gas dan Petrokma Progam

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Dagram Alr Peneltan Materal Amorph Magnetk (Fe 73 Al 5 Ga 2 P 8 C 5 B 4 S 3 ) Ekspermen DfraksNeutron (I vs 2theta) Smulas Insalsas atom secara random Fungs struktur, F(Q) Perhtungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : JURNA MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : 1410-8518 MASAAH RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN JAAN MENGGUNAKAN AMPU AU-INTAS Stud Kasus: Rute Peralanan Ngesrep Smpang ma Eko Bud

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK REGRESI NON LINIER ANALISIS REGRESI REGRESI LINEAR REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUADRATIK REGRESI KUBIK Membentuk gars lurus Membentuk Gars Lengkung Regres

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD. Tujuan Percobaan Tujuan dar dlakukannya percobaan n adalah untuk memperlhatkan berlakunya hukum Newton dan menghtung momen nersa katrol.. Landasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB Pendugaan Parameter Regres Menduga gars regres Menduga gars regres lner sederhana = menduga parameter-parameter regres β 0 dan β 1 : Penduga parameter yang dhaslkan harus merupakan penduga yang bak Software

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci