PENGARUH DURASI SERANGAN GELOMBANG TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG. Ida Bagus Agung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH DURASI SERANGAN GELOMBANG TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG. Ida Bagus Agung"

Transkripsi

1 PENGARU DURASI SERANGAN GELOMBANG TERADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECA GELOMBANG Ida Bagu Agung Fakulta Teknik, Univerita Sarjanawiyata Tamaniwa yahoo.com ABSTRACT thi reearch tetrapod have been utilized for breakwater cover layer or armour layer. The effect of wave duration on the armor layer tetrapod tability wa tudied. The model were run in the irregular wave flume, where Bretchneider pectrum may be generated attacking the breakwater. The wave were et to break before reaching the breakwater. The tet wa conducted until the damage level of armour layer reached more than 5 %. The reult of the reearch howed that wave duration and the high of the wave attack affect the tability of armour layer, epecially when the wave wa Rayleigh ditributed. The effect of wave duration reduced a more and more wave broken before reaching the tructure of the breakwater. Keyword: The breakwater, tetrapod, the wave height, the water depth, the duration of the wave. PENDAULUAN Pemecah gelombang ii miring pada gari bearnya teruun dari tiga lapian. Lapian pertama dinamakan lapi lindung (armour layer). Lapian kedua lebih didalam dinamakan lapi penyaring (filter). Lapi terdalam dinamakan lapi inti. Ruaknya alah atu lapian penyuun truktur pemecah gelombang akan menyebabkan ruaknya keeluruhan bangunan pemecah gelombang. Durai erangan gelombang, bentuk pectrum gelombang, tinggi dan periode gelombang berat material lapi lindung, bentuk dan kekaaran material, perletakan material lapi lindung, kemiringan ii bangunan, poroita material. berat material lapi lindung, bentuk dan kekaaran material, perletakan material lapi lindung, kemiringan ii bangunan dan poroita material adalah parameter yang terkait ecara langung dengan tingkat keruakan lapi lindung. Rumuan Maalah Berdaarkan uraian pada latar belakang maalah maka dirumukan maalah penelitian ebagai berikut: Seberapa bear pengaruh durai erangan gelombang terhadap tingkat keruakan lapi lindung pemecah gelombang ii miring? KAJIAN PUSTAKA A. Pemecah Sii Miring Gambar.1. Struktur Pemecah Flekibel Lapi lindung berfungi ebagai pelindung truktur pemecah gelombang 18 Jurnal Science Tech Vol. 1, No. 1, Agutu 015

2 dari erangan gelombang Karena itu material lapi lindung teruun dari batu lindung yang paling bear dan berat ehingga tetap tabil terhadap erangan gelombang. Lapian penyaring merupakan bagian yang penting dan tidak boleh diabaikan dalam perancangan pemecah gelombang. Keluarnya atau tercucinya lapi inti ecara berlebihan karena kurang berfunginya lapian penyaring dan lapi pelindung akan berakibat penurunan (ettlement) pada truktur dan meruak truktur. B. Keruakan Lapi Lindung Pemecah gelombang dapat mengalami berbagai keruakan tergantung pada uunan dan konfigurai trukturnya, kondii gelombang yang menyerang dan tinggi muka air laut relatif elama terjadi erangan gelombang. Satu jeni keruakan yang diidentifikai Jenen adalah jeni keruakan pada lapi lindung. Terjadinya keruakan pada lapi lindung karena berpindahnya material lapi lindung dari kedudukannya emula akibat erangan gelombang. Material lapi lindung ampai berpindah karena bekerjanya gaya gelombang yang berlebihan terutama elama terjadi run-.down dan run-up gelombang (Jenen, 1984). Sementara Bruun (1985), menyatakan bahwa penyebab keruakan pada pemecah gelombang karena longornya lapi lindung. Keruakan lapi lindung dapat pula diebabkan oleh karena tererang gelombang pecah (plunging wave), gelombang berantai (wave train) yang terkonentrai, durai gelombang yang cukup panjang, eroi pada bagian kaki pemecah gelombang, erta ketidak euaian material yang digunakan. C. Material Lapi Lindung. Ada beberapa parameter yang berkaitan dengan material lapi lindung yang perlu mendapat perhatian yaitu: rapat maa material lapi lindung ( ), koefiien lapian (K ), koefiien poroita (n) dan koefiien tabilita (K d ). Koefiien Lapian (K ), menunjukkan tingkat bahan lapi lindung untuk bergabung berama dalam uatu lapian. Koefiien ini penting untuk menentukan ukuran ketebalan lapian. Koefiien Poroita (n) penting untuk menentukan jumlah batu ( armour unit ) lapi lindung. Koefiien Stabilita (K d ) merupakan pencerminan dari berbagai ifat. Sifat-ifat terebut diantaranya adalah bentuk dan kekaaran material, tingkat aling kunci dan cara penyuunan lapi lindung. LANDASAN TEORI DAN IPOTESIS A. Formula Stabilita Lapi Lindung Irribaren pada tahun 198 mengajukan rumu angka tabilita lapi lindung ebagai berikut : K W 1 w co in... (1) dengan: = koefiien geekan dan K = angka tabilita material lapi lindung. Dengan memodifikai rumu Irribaren kemudian udon pada tahun 195 mengajukan rumu ebagai berikut: K d W cot... () Dengan memperhatikan gaya gelombang yang bekerja pada truktur pemecah gelombang dan formula yang dikemukakan udon, beberapa peubah yang perlu mendapat perhatian adalah: Pengaruh Durai Serangan terhadap Tingkat Keruakan Lapi Lindung Pemecah 19

3 a. Berat (W) dan rapat maa ( ) material lapi lindung, b. Gaya geek dan aling kunci yang dipengaruhi oleh bentuk dan tata letak material, c. Rapat maa air ( w ), d. Sudut lereng bangunan pemecah gelombang ( ), e. Tinggi gelombang ignifikan ( ) yang dipengaruhi oleh pektrum dan durai. Triatmadja (1997), menyatakan bahwa pemecah gelombang jauh lebih tabil terhadap erangan gelombang yang udah pecah karena gelombang yang udah pecah energinya berkurang. Ia menguulkan penambahan ebuah variabel kedalam formula udon ehingga berlaku pada kondii gelombang yang udah pecah. Variabel terebut adalah kedalaman air dimuka kaki pemecah gelombang aat air tenang (SWL) dengan notai d. Formula Triatmadja dirumukan ebagai berikut: d d W K d cot...() Pada peramaan (6) d adalah tinggi gelombang ebelum pecah. dengan: = udut lereng bangunan, K d = koefiien tabilita = rapat maa relatif unit lapi lindung = ( /( w 1)) W = berat material lapi lindung, = berat jeni unit lapi lindung. B. Statitika yang terjadi di laut adalah gelombang acak dengan tinggi dan periode yang bervariai, ehingga perlu rumuan untuk mempreentaikannya dengan jela. Pengukuran gelombang di uatu tempat dalam waktu yang cukup panjang akan memberikan data gelombang acak yang cukup banyak yang keberadaannya tidak teratur. Sehubungan dengan bearnya jumlah data gelombang maka gelombang di alam dianalia ecara tatitik. Pendekatan tatitik dan empirik merupakan atu-atunya kemungkinan untuk memprediki kejadian gelombang angin ini. Apabila data tinggi gelombang dari pencatatan gelombang diplot terhadap probabilita kejadiannya, maka probabilita kejadian P() akan mengikuti ditribui Rayleigh. Probability ditribution function dari ditribui Rayleigh ditunjukkan pada peramaan (10) P ( ) rm ( ) e rm... (4) Jumlah gelombang keeluruhan (N), didekati dengan peramaan: N D...(5) dengan:(d) adalah durai gelombang badai, (T) adalah periode gelombang rerata. Berdaarkan ditribui Rayleigh, diperoleh hubungan antara dengan rm ebagai berikut (Triatmodjo, 1999): rm N rm rm... (6...(7) dengan: = Tinggi gelombang rerata dari % tinggi gelombang tercatat rm = akar dari rerata kuadrat tinggi gelombang. Tinggi gelombang yang terjadi apabila gelombang tidak pecah ditentukan oleh jumlah gelombang yang tercatat (N). 0 Pengaruh Durai Serangan terhadap Tingkat Keruakan Lapi Lindung Pemecah

4 Apabila gelombang mengikuti ditribui Rayleigh, maka kemungkinan tinggi gelombang yang lebih bear dari tinggi gelombang makimal akan mengikuti peramaan (14). Longuet-iggin menunjukkan bahwa tinggi gelombang makimum pada uatu badai gelombang angin akan mengikuti peramaan (9). 1 rm P e mak.. mak N (8). mak mak rm 0.71 ln N ln N..(9) Dengan mengacu pada peramaan N=D/T diketahui tinggi gelombang makimum tergantung pada durai badai (D) yang menyerang karena N tergantung pada D. al ini berarti emakin bear durai badai gelombang akan emakin banyak jumlah gelombang yang menyerang. Bila jumlah gelombang yang menyerang emakin banyak maka keruakan yang terjadi akan emakin bear karena tinggi gelombang makimum yang hampir pecah yang meruakkan emakin banyak (Van Der Meer, 1987 dan Jenen, 1984). Tinggi gelombang dan periode gelombang ignifikan pada atu populai erangan gelombang telah digunakan ebagai acuan dalam memprediki tabilita lapi lindung truktur pemecah gelombang. CERC (1984), memberikan peramaan untuk menghitung tinggi gelombang ignifikan ebagai berikut: 4....(10) N * dengan: = tandar deviai, = tinggi gelombang ignifikan = tinggi muka air diukur dari SWL N* = Jumlah data tinggi muka air. Pendekatan yang ama akan digunakan untuk menghitung tinggi gelombang Signifikan dari hail perhitungan komputer dengan menggunakan paket program Wave Syntheizer yang menghitung tandar deviai dari gelombang yang dibangkitkan.kalau diperhatikan formula yang dikemukakan udon dan Triatmadja, tampak tinggi gelombang angat berpengaruh terhadap tabilita lapi lindung. C. Pecah Menurut analia Miche (1944), gelombang akan pecah apabila memenuhi kriteria ebagai berikut : L b b 1 mak tanh 7 d Lb b (11) Pada air dalam peramaan terebut akan menjadi: L 0 0 mak (1 ) Menurut SPM(Shore Protection Manual ) kriteria gelombang pecah dirumukan ebagai berikut: d b b (1 ) Prediki tinggi gelombang rencana haru memperhatikan tentang gelombang pecah terebut. Sebelum pecah gelombang berifat acak (tidak teratur) dan terditribui Rayleigh. Setelah pecah gelombang tidak lagi terditribui Rayleigh. D. ipotei Dari hail kajian putaka dan uraian landaan teori ditarik hipotei ebagai berikut: Pengaruh Durai Serangan terhadap Tingkat Keruakan Lapi Lindung Pemecah 1

5 Bahwa emakin panjang durai erangan gelombang terhadap truktur pemecah gelombang akan emakin bear keruakan lapi lindung yang terjadi pada tinggi gelombang yang ama. METODE PENELITIAN A. Bataan Penelitian Dalam penelitian ini diambil bataanbataan ebagai berikut: a. Orthogonal gelombang datang dibuat tegak luru pemecah gelombang. b. yang menyerang pemecah gelombang adalah gelombang acak. c. Durai erangan gelombang ditetapkan 0 menit dan 60 menit ( model ) d. Material lapi lindung yang diuji adalah Tetrapod. e. Kemiringan lereng pemecah gelombang 1: ( cot α = ). f. Material lapi lindung diletakkan ecara acak pada aluran gelombang yang udah berii air g. Stabilita lapi lindung yang diamati hanya bagian depan truktur pemecah gelombang, bagian belakang tidak diamati. h. Kedalaman air didepan kaki pemecah gelombang pada air tenang (SWL) ebear d = 10 cm (pada model ). B. Langkah-Langkah Penelitian 1. Pembuatan model Pada penelitian ini digunakan kala model 1: 50. Penggunaan kala model dimakudkan untuk membandingkan dengan kondii prototipenya. Seuai dengan daar-daar penkalaan model, diperoleh nilai bearan kala untuk model tak- ditori dengan keebangunan bilangan Froud ebagai berikut: 1. Skala tinggi gelombang n = 50. Skala panjang n L = 50. Skala kedalaman n d = Skala waktu n t = Skala kecepatan n v = Skala volume = n vol = Gambar 4.1. Letak model dalam aluran gelombang. Pengaruh Durai Serangan terhadap Tingkat Keruakan Lapi Lindung Pemecah

6 . Jumlah material lapi lindung Jumlah material lapi lindung untuk uatu luaan tertentu dihitung dengan mempergunakan rumu Jenen ( 1984 ) ebagai berikut: N c. n. P 1 V A 100 (14) N adalah jumlah material elua A, n adalah jumlah lapi diambil lapi A adalah luaan yang berii material lapi lindung 1 lajur ( 15 x 50 ) cm, c adalah factor bentuk diambil 1 ( atu ), P adalah poroita ( diambil 40 untuk batu pecah ) V adalah volume material lapi lindung ( perbiji ).. Pengujian lapi lindung Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluran gelombang yang dilengkapi dengan alat pembangkit gelombang, alat pngukur tinggi gelombang, komputer yang dilengkapi dengan program wave yntheizer (WS) Pengujian tabilita lapi lindung dilakukan dengan durai erangan gelombang 60 menit dan 0 menit, pada kedalama air 10 cm dengan beberapa kali pengujian untuk mendapatkan jumlah data yang ignifikan. Pada etiap tahap pengujian, tinggi gelombang dinaikkan ecara bertahap ehingga jumlah gelombang pecah juga akan bertambah ecara bertahap. Pada etiap akhir pengujian, jumlah material lapi lindung yang berpindah dari kedudukannya ketempat lajur yang lain dihitung ecara kumulatif tanpa haru memperbaiki model. Proen keruakan dihitung berdaarkan perbandingan material lapi lindung tetrapod yang berpindah dengan material yang terkena erangan gelombang. ASIL PENELITIAN DAN PEMBAASAN A. Pengaruh Tinggi Terhadap Keruakan Lapi Lindung. Klaifikai keruakan yang dipergunakan dalam penelitian ini mempergunakan hail penelitian model hidraulik pelabuhan pulau Baai-Bengkulu yang dilakukan oleh Departemen Perhubunan Direktorat Jendral Perhubungan Laut bekerjaama dengan Biro Afiliai Teknik Fakulta Teknik UGM. Lapi lindung dengan keruakan antara 0- % termauk klaifikai keruakan hamper tidak ada dan dianggap keruakan angat edikit. Lapi lindung dengan keruakan % termauk klaifikai keruakan edikit, keruakan 5% termauk klaifikai keruakan edang. Apabila tampak bukaan bear dalam lapian primer, dekripi keruakan lebih kurang 7% dari eluruh unit lapi lindung udah berpindah tempat maka udah termauk klaifikai keruakan banyak. (Laboratorium Teknik Pantai Yogyakarta, 1986). Gambar 5.1 memperlihatkan, pada durai erangan gelombang 60 menit, emakin tinggi gelombang yang menyerang pemecah gelombang maka akan emakin bear pula keruakan yang terjadi. Pada /d = 1, keruakan lapi lindung mencapai,8 % (klaifikai keruakan edikit). Sedangkan pada erangan gelombang yang lebih tinggi lagi yaitu pada /d = 1,1 keruakan lapi lindung udah mencapai,5 % (kaifikai keruakan edikit menuju edang). Pengaruh Durai Serangan terhadap Tingkat Keruakan Lapi Lindung Pemecah

7 Gambar 5.1. ubungan antara /d dengan keruakan lapi lindung durai 60 menit Gambar 5.. ubungan antara /d dengan keruakan lapi lindung untuk durai 0 menit. Gambar 5. memperlihatkan, untuk durai erangan gelombang 0 menit, emakin tinggi gelombang yang menyerang pemecah gelombang maka akan emakin bear pula keruakan yang terjadi. Pada /d = 1, keruakan lapi lindung baru mencapai, % (klaifikai keruakan edikit) lebih kecil dari keruakan akibat erangan gelombang pada durai 60 menit. Sedangkan pada erangan gelombang yang lebih tinggi lagi yaitu pada /d = 1,1 keruakan lapi lindung udah mencapai, % (kaifikai keruakan edikit menuju edang). ail penelitian pada Gambar 5.1 dan 5, menyatakan bahwa emakin panjang durai erangan gelombang pada tinggi gelombang yang ama akan emakin bear keruakan lapi lindung yang terjadi. B. ubungan Tingkat Keruakan Dengan Jumlah Pecah. ail penelitian pada Gambar 5. memperlihatkan hubungan antara tingkat keruakan lapi lindung dengan jumlah gelombang pecah. Mengacu pada Gambar 5.1, pada /d = 1, Durai erangan gelombang 60 menit, keruakan lapi lindung mencapai,8 % (klaifikai keruakan edikit). Pada keruakan lapi lindung,8% jumlah gelombang pecah mencapai % dan pada keruakan 5% jumlah gelombang pecah udah mencapai 50%. 4 Pengaruh Durai Serangan terhadap Tingkat Keruakan Lapi Lindung Pemecah

8 Gambar 5.. ubungan antara /d dengan jumlah gelombang pecah (%) untuk durai 60 menit Pada Gambar 5.4, menyatakan hubungan antara keruakan lapi lindung dengan jumlah gelombang pecah untuk durai erangan gelombang 0 menit dan 60 menit. Pada keruakan lapi lindung lebih kurang % jumlah gelombang pecah mendekati ama ebanyak 7%. Namun pada keruakan yang lebih tinggi mialnya 5%, untuk durai 0 menit jumlah gelombang pecah ebear 6% edang untuk durai erangan gelombang 60 menit mencapai 50%. Gambar 5.4 menyatakan emakin panjang durai erangan gelombang pada tingkat keruakan diata % akan emakin banyak jumlah gelombang pecah terjadi. Gambar 5.4. ubungan antara /d dengan jumlah gelombang pecah (%) untuk durai 0 menit dan 60 menit Pengaruh Durai Serangan terhadap Tingkat Keruakan Lapi Lindung Pemecah 5

9 Pada tabel 1(atu) dibawah memperlihatkan hail penelitian pengaruh durai erangan gelombang terhadap tingkat keruakan lapi lindung Tabel 1. ail Penelitian Pengaruh Durai Serangan Terhadap Tingkat Keruakan Lapi Lindung Pemecah Durai (D) menit /d Keruakan (%) Pecah (%) ,1,8, ,1,, KESIMPULAN 1. Semakin panjang durai erangan gelombang pada tinggi gelombang yang ama akan emakin bear keruakan lapi lindung yang terjadi.. Semakin tinggi gelombang yang menyerang pemecah gelombang maka akan emakin bear keruakan lapi lindung pemecah gelombang.. Semakin panjang durai erangan gelombang pada tingkat keruakan yang ama akan emakin banyak jumlah gelombang pecah terjadi. DAFTAR PUSTAKA Bruun,P.,1985, Deign and Contruction of Mound for Breakwater and Coatal Protection, Eleiver, Science Publiher B.V.< Amterdam,The Netherland. Coatal Engineering Reearch Center (CERC),1984, Shore Protection Manual Volume I and II, US Army Engineer Waterway Experiment Station, Wahington DC,USA. Dean,R.G.,Dalrymple, R.A.,1984, Water Wave Mechanic for Engineer and Scientit, Prentice-all Ind., New Jerey. Jenen, 1984, A Monograph On Rubble Mound Breakwater, Danih idraulic Intitute Legawa,A,,S, 1997, Stabilita Lapi Lindung Batu Pecah Pada Struktur Pemecah Nonovertoping, Juruan Teknik Sipil, FT, UGM,Yogyakarta. Meer Van Der.,1987, Stability of Breakwater Armour Layer-Deaign Formulae,Coatal Engineering II,Eleiver,Amterdam. Nur Yuwono, 199, Daar - Daar Perencanaan Bangunan Pantai, Lab idraulik dan idrologi, PAU IT UGM, Yogyakarta Nur Yuwono, 1994, Model idraulik, PAU-IT UGM, Yogyakarta. Sulityawati, S, 1996, Stabilita Lapi Lindung Campuran ( Gamapod dan Batu Pecah ) Pada Struktur Pemecah, Tuga 6 Pengaruh Durai Serangan terhadap Tingkat Keruakan Lapi Lindung Pemecah

10 Akhir, Juruan Teknik Sipil, FT, UGM, Yogyakarta. Tantrawati, F, 1995, Optimaliai Panjang Kaki Gamapod Sebagai Lapi Lindung Pemecah, Thei, Program Pacaarjana, UGM, Yogyakarta. Triatmadja,R.,1998, Perencanaan Bangunan Pantai, Kuru Singkat UNILA, Lampung Triatmodjo, B.,1996, Teknik Pantai, Beta Offet, Yogyakarta Warniyati,1998, Stabilita Lapi Lindung dan Perubahan Struktur Pemecah Flekibel, Tuga Akhir. Juruan Teknik Sipil, FT, UGM, Yogyakarta. Pengaruh Durai Serangan terhadap Tingkat Keruakan Lapi Lindung Pemecah 7

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kedondong

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kedondong III. METODE PENELITIAN A. Populai Penelitian Populai penelitian ini, yaitu eluruh ia kela X SMA Negeri Kedondong pada emeter genap Tahun Pelajaran 0/03 yang terdiri ata 7 kela berjumlah 4 ia. B. Sampel

Lebih terperinci

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS Chairul Muhari Doen Juruan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Email : ch_muhari@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

STABILITAS ARMOR BREAKWATER MENGGUNAKAN KANTONG BATUAN ARMOUR BREAKWATER STABILITY USING ROCK POCKETS

STABILITAS ARMOR BREAKWATER MENGGUNAKAN KANTONG BATUAN ARMOUR BREAKWATER STABILITY USING ROCK POCKETS 1 STABILITAS ARMOR BREAKWATER MENGGUNAKAN KANTONG BATUAN ARMOUR BREAKWATER STABILITY USING ROCK POCKETS Imam Rohani, M. Arsyad Thaha, Chairul Paotonan Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah, iwa kela X emeter genap, ebanyak enam kela di SMA Taman Siwa Bandar Lampung tahun pelajaran 010-011. Teknik ampling yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

Perencanaan Stabilitas Lapis Lindung Tertapond Pada Pemecah Gelombang Di Pantai Glagah Kulon Progo

Perencanaan Stabilitas Lapis Lindung Tertapond Pada Pemecah Gelombang Di Pantai Glagah Kulon Progo Perencanaan Stabilitas Lapis Lindung Tertapond Pada Pemecah Gelombang Di Pantai Glagah Kulon Progo Lutfi Aqil 1,a, Ida Bagus Agung 1,Dewi Sulistyorini 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI Univerita Gadja Mada TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI SOAL A Suatu ungai (tampang dianggap berbentuk egiempat) dengan lebar B = 5 m. Di uatu tempat di ungai tb, terdapat daar ungai yang berupa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian adalah alah atu media yang digunakan dalam menuli dengan proedur yang telah ditentukan. Penelitian pada hakekatnya adalah uatu upaya dan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan ebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan

Lebih terperinci

Pengertian tentang distribusi normal dan distribusi-t

Pengertian tentang distribusi normal dan distribusi-t Juruan Teknik Sipil Fakulta Teknik Sipil dan Perencanaan 8 Univerita Mercu Buana MODUL 8 STATISTIKA DAN PROBABILITAS 8.1 MATERI KULIAH : Pengertian umum ditribui normal. 8. POKOK BAHASAN :. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERENCANAAN PONDASI LAJUR BERDASARKAN KEANDALAN. John Tri Hatmoko 1)

ANALISIS DAN PERENCANAAN PONDASI LAJUR BERDASARKAN KEANDALAN. John Tri Hatmoko 1) ANALISIS DAN PERENCANAAN PONDASI LAJUR BERDASARKAN KEANDALAN John Tri Hatmoko 1) 1) Program Studi Teknik Sipil, Univerita Atma Jaya Yogyakarta,Jln. Babarari No. 44 Yogyakarta E-mail: john@uajy.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3) MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran

Lebih terperinci

PENGARUH CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN TERHADAP STABILITAS LERENG (Studi Kasus : Desa Mangunharjo, Jatipurno, Wonogiri)

PENGARUH CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN TERHADAP STABILITAS LERENG (Studi Kasus : Desa Mangunharjo, Jatipurno, Wonogiri) PENGARUH CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN TERHADAP STABILITAS LERENG (Studi Kau : Dea Mangunharjo, Jatiurno, Wonogiri) M. Zikry Tawakkal 1), Niken Silmi Surjandari 2), R. Harya Dananjaya 3) 1) Mahaiwa

Lebih terperinci

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI Juruan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM Program S Teknik Sipil SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI Soal Penyeleaian di bawa ini dicuplik dari buku: Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Sitem Pengendali Aru Start Motor Induki Phaa Tiga dengan Variai Beban SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Oleh : Yunita, ) Hendro Tjahjono ) ) Teknik Elektro UMSB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dimana penelitian langung langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR Analia Keandalan terhadap enurunan pada ondai Jalur ANALIA KANDALAN TRHADA NURUNAN ADA ONDAI JALUR Juruan Teknik ipil UU Abtrak: erencanaan ecara tradiional dari pondai jalur (trip footing) untuk tanah

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI Nanang Endriatno Staf Pengajar Program Studi Teknik Mein Fakulta Teknik Univerita Halu Oleo, Kendari

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH Konfereni Naional Teknik Sipil Univerita Tarumanagara, 26-27 Oktober 207 DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH I Wayan Redana, I Nengah Simpen 2, dan Kadek Suardika 3 Program Studi

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada 0 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA Perada Bandar Lampung tahun ajaran 0/0 yang berjumlah 07 iwa dan terebar dalam 3 kela.

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

Usulan Penentuan Waktu Garansi Perakitan Alat Medis Examination Lamp di PT. Tesena Inovindo

Usulan Penentuan Waktu Garansi Perakitan Alat Medis Examination Lamp di PT. Tesena Inovindo Uulan Penentuan Waktu Garani Perakitan Alat Medi Examination Lamp di PT. Teena Inovindo Johnon Saragih,Dedy Sugiarto 2,Grace Litiani 3 Juruan Teknik Indutri Univerita Triakti 2 Juruan Teknik Informatika

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER PEGEMBAGA MODEL OPTIMASI TAGGUH PERECAAA KAPASITAS PRODUKSI PADA LIGKUGA MAKE-TO-ORDER ikko Kurnia Gunawan, Dr. Carle Sitompul, S.T., M.T., MIM 1,2) Fakulta Teknologi Indutri, Juruan Teknik Indutri, Univerita

Lebih terperinci

ANALISA NUMERIK GERAKAN DAN KEKUATAN KAPAL AKIBAT BEBAN SLAMMING PADA KAPAL PERANG TIPE CORVETTE

ANALISA NUMERIK GERAKAN DAN KEKUATAN KAPAL AKIBAT BEBAN SLAMMING PADA KAPAL PERANG TIPE CORVETTE ANALISA NUMERIK GERAKAN DAN KEKUATAN KAPAL AKIBAT BEBAN SLAMMING PADA KAPAL PERANG TIPE CORVETTE Teguh Putranto 1, Arie Sulietyono 1,) Juruan Teknik Perkapalan, Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Email

Lebih terperinci

Penyelesaian Soal Ujian Tengah Semester 2008

Penyelesaian Soal Ujian Tengah Semester 2008 Penyeleaian Soal Ujian Tengah Semeter 008 Soal A Curah hujan harian maximum tahunan elama periode 978.d. 007 di Staiun Godean Yogyakarta diajikan pada tabel di bawah ini. kedalaman hujan (mm) rekueni 5

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA USBR TIPE III UNTUK MENGURANGI GEJALA PULSATING WAVES

ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA USBR TIPE III UNTUK MENGURANGI GEJALA PULSATING WAVES ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA USBR TIPE III UNTUK MENGURANGI GEJALA PULSATING WAVES Marturiawan Kritanto a, Dwi Priyantoro b a Program Magiter Teknik Pengairan, Fakulta Teknik Univerita Brawijaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoriti 2.1.1 Bura Efek Menurut J.Bogen bura efek adalah uatu item yang terorganiir dengan mekanime remi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek ecara langung

Lebih terperinci

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi

Lebih terperinci

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan Evaluai Hail Pelakanaan Teknologi Modifikai Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analii Data Curah Hujan Budi Haroyo 1, Untung Haryanto 1, Tri Handoko Seto 1, Sunu Tikno 1, Tukiyat 1, Samul Bahri 1 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN: PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS KELAS X MAN MOJOKERTO Lia Ni matul Maula, Alimufi Arief Juruan Fiika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

SISTEM KIPAS ANGIN MENGGUNAKAN BLUETOOTH

SISTEM KIPAS ANGIN MENGGUNAKAN BLUETOOTH SISTEM KIPAS ANGIN MENGGUNAKAN BLUETOOTH Benny Raharjo *), Munawar Agu Riyadi, and Achmad Hidayatno Departemen Teknik Elektro, Fakulta Teknik, Univerita Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampu UNDIP

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI PADA BENDUNG LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN

ANALISIS SEDIMENTASI PADA BENDUNG LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN ANALISIS SEDIMENTASI PADA BENDUNG LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN Ahmad Syarif Sukri Doen Fakulta Teknik Univerita Haluoleo ABSTRAK Bendung Laeya merupakan alah atu bendung yang dibangun oleh pemerintah

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

Perancangan Algoritma pada Kriptografi Block Cipher dengan Teknik Langkah Kuda Dalam Permainan Catur

Perancangan Algoritma pada Kriptografi Block Cipher dengan Teknik Langkah Kuda Dalam Permainan Catur Perancangan Algoritma pada Kriptografi Block Cipher dengan Teknik Langkah Kuda Dalam Permainan Catur Adi N. Setiawan, Alz Danny Wowor, Magdalena A. Ineke Pakereng Teknik Informatika, Fakulta Teknologi

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Konep Letak Kedudukan Akar Konep ketabilan, dapat dijelakan melalui pandangan ebuah kerucut lingkaran yang diletakkan tegak diata bidang datar. Bila kerucut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro 3 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela X SMA Negeri Metro Tahun Pelajaran 03-04 yang berjumlah 56 iwa. Siwa terebut merupakan atu keatuan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY )

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY ) Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 44 52 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN.

IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN. IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN Dirja Nur Ilham Doen Teknik Komputer Politeknik Aceh Selatan dirja_nur@yaoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI Nurdiyana NRP: 1121022 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Pemecah

Lebih terperinci

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul.

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul. BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Peruahaan CV Innovation Network berdiri pada tahun 2006 di Jakarta. Peruahaan ini pada awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan

Lebih terperinci

STUDI MODEL FISIK STABILITAS DESAIN BREAKWATER TERHADAP HEMPASAN GELOMBANG DI PANTAI GLAGAH YOGYAKARTA. Abstrak. Abstract

STUDI MODEL FISIK STABILITAS DESAIN BREAKWATER TERHADAP HEMPASAN GELOMBANG DI PANTAI GLAGAH YOGYAKARTA. Abstrak. Abstract JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 57-65 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose STUDI MODEL FISIK STABILITAS DESAIN BREAKWATER TERHADAP HEMPASAN GELOMBANG DI

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA SONDIR

PERHITUNGAN KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA SONDIR PERHITUNGAN KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA SONDIR R.Harya Dananjaya H I 1) ; Noegroho Djarwanti 2) ; R.A. Dinati Purnomo P S 3) 1),2) Doen Pembimbing Skripi 3)

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VARIABEL MEDIATOR BERDASARKAN KONTRIBUSINYA DALAM MODEL MEDIASI SEDERHANA

EFEKTIVITAS VARIABEL MEDIATOR BERDASARKAN KONTRIBUSINYA DALAM MODEL MEDIASI SEDERHANA EFEKTIVITAS VARIABEL MEDIATOR BERDASARKAN KONTRIBUSINYA DALAM MODEL MEDIASI SEDERHANA Deddy A. Suhardi (deddy_a@mail.ut.ac.id) Ifarudi (ifarudi@mail.ut.ac.id) Juruan Statitika, FMIPA, Univerita Terbuka

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DENGAN VARIASI BATU PELINDUNG DOLOS DAN TETRAPOD PADA KONDISI TENGGELAM ABSTRAK

EFEKTIVITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DENGAN VARIASI BATU PELINDUNG DOLOS DAN TETRAPOD PADA KONDISI TENGGELAM ABSTRAK EFEKTIVITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DENGAN VARIASI BATU PELINDUNG DOLOS DAN TETRAPOD PADA KONDISI TENGGELAM Adrian Putra Adibrata NRP: 1421910 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG Olga Catherina Pattipawaej 1, Edith Dwi Kurnia 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. drg. Suria

Lebih terperinci