SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN
|
|
- Yuliana Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN Muh.Kk Ad Panggayuh 1, Sr Suryan P., Dede Tarwd 3 1,,3 Prod Ilmu Komputas Telkom Unversty, Bandung 1 adpanggayuh@gmal.com, wat100175@gmal.com, 3 dede.tarwd@gmal.com Abstrak Tugas akhr n mempresentaskan smulas Smoothed Partcle Hydrodnamcs (SPH) dua dmens dengan metode deteks partkel permukaan. Dnamka fluda adalah dspln lmu yang mempelaar perlaku dar zat car dan gas dalam keadaan dam maupun bergerak. Permasalahan dnamka fluda datur oleh persamaan Naver- Stokes dan kontnutas. Dalam menyelesakan persamaan tersebut dapat dgunakan metode SPH, dmana metode n serng dgunakan untuk membuat smulas fluda karena dapat mendskrtkan doman fluda menad bentuk partkel. Pada tugas akhr n metode SPH dgunakan untuk membuat smulas dam break dua dmens, kemudan dcar bentuk permukaannya menggunakan metode deteks pertkel permukaan. Hasl smulas dam break dengan umlah 513 partkel SPH dan duras 3 detk menunukkan vsualsas yang cukup realsts dalam menggambarkan pergerakan fluda. Pada penguan deteks partkel permukaan menunukkan pengaruh pentng dar ketetanggaan antar partkel, ka radus ketetanggaan yang dplh tepat maka dapat dperoleh bentuk permukaan dengan kesalahan deteks partkel nteror yang lebh kecl. Pada penerapan metode deteks partkel untuk smulas dam break dengan 513 partkel SPH, dplh radus ketetanggaan 0,063 sebaga radus optmal. Kendala pada metode deteks partkel permukaan adalah sult dterapkan pada partkel yang memlk kepadatan rendah, karena akan terad kesalahan dmana sebagan partkel nteror akan danggap sebaga partkel permukaan. Kata kunc : Smoothed Partcle Hydrodnamcs (SPH), metode deteks partkel permukaan. Abstract Ths fnal proect presented two-dmensonal Smoothed Partcle Hydrodynamcs smulatons (SPH) wth surface partcle detecton methods. Flud dynamcs s the scentfc dscplnes that studes the behavor of lquds and gases at rest or movng. Basc fundamentals of flud dynamcs problems governed by the Naver-Stokes and contnuty equatons. In completng these equatons can be used SPH method, where ths method often used to smulate the flud dynamcs because t can dscretze the flud doman nto SPH partcle shape. In ths fnal, SPH smulatons s used to create two-dmensonal dam break, then wll be searched the surface shape usng surface partcle detecton method. Dam break smulaton results wth 513 SPH partcles and a duraton of 3 seconds show a farly realstc vsualzaton to descrbe the movement of flud. On the surface partcle detecton test showed sgnfcant nfluence of neghborhoods between the partcles, f the radus of the selected neghborhoods s rght can be obtaned surface wth lower errors detecton of nteror partcle. On the applcaton of partcle detecton method for dam break smulaton wth 513 SPH partcle, the neghborhoods radus selected as the optmal radus. Whle constrants on testng partcle detecton methods are dffcult to apply to partcles that havng a low densty, because there wll be errors n surface partcle detecton where most of the nteror partcles wll be consdered as the surface partcles. Keywords: Smoothed Partcle Hydrodnamcs (SPH), surface partcle detecton method. 1. Pendahuluan Dnamka fluda adalah salah satu dspln lmu yang mempelaar perlaku dar zat car dan gas dalam keadaan dam dan bergerak serta nteraksnya dengan benda padat. Dnamka fluda adalah kunc untuk memaham sebagan besar dar fenomena alam yang terad sepert gunung berap, gempa bum dan banr [6]. Dasar fundamental dar hampr semua permasalahan gelombang fluda datur oleh dua persamaan, yatu persamaan Naver-Stokes dan persamaan Kontnutas. Untuk menyelesakan persamaan Naver-Stokes dan kontnutas ada beberapa metode yang dapat dgunakan yatu FEM (Fnte Element Method) dan FVM (Fnte Volume Method). Kedua metode tersebut memlk kelemahan yang sult dmplementaskan pada geometr kompleks dan dskontnu, karena pada metode FEM sult membentuk elemen dengan bentuk fluda yang dnams sedangkan FVM membutuhkan perhtungan yang rumt untuk kesembangan energ. Salah satu metode yang serng dgunakan untuk membuat smulas gelombang fluda adalah metode SPH (Smoothed Partcle Hydrodynamcs). Kelebhan dar metode SPH adalah dapat melakukan smulas untuk geometr kompleks dan dskontnu, yang sult dlakukan oleh FEM dan FVM. Metode SPH memlk kelebhan dalam mendapatkan solus 1
2 numerk pada persamaan dnamka fluda dengan mendskrtsas bentuk fluda menad bentuk partkel SPH yang lebh kecl [5]. Dalam pengembangannya SPH telah banyak dgunakan untuk membuat smulas dengan berbaga macam kasus. Banyak nformas yang dapat dambl dar hasl smulas tersebut. Salah satunya adalah nformas tentang bentuk permukaan gelombang fluda yang dapat dcar menggunakan metode deteks partkel permukaan. pada tugas akhr n metode deteks partkel permukaan akan dbahas dan dmplementaskan pada smulas SPH dua dmens, karena pada SPH penentuan batasan permukaan mash belum begtu elas.. Persamaan Naver-Stokes dan Kontnutas Momentum adalah sebuah nla perkalan dar mater yang memlk massa dengan kecepatan. Ketka suatu benda dalam keadaan dam maka nla momentumnya adalah nol. Persamaan momentum (Persamaan Naver-Stokes) ddefnskan sebaga [4]: dv 1 P F (1) dx Dengan, v, dan P masng-masng adalah denstas, vektor kecepatan dan tekanan. Sedangkan pada kasus n gaya luar yang bekera adalah gravtas sehngga F bsa dgant dengan g. Denstas dapat dartkan sebaga kepadatan suatu materal dalam ukuran tertentu, pada kasus n denstas bergantung pada waktu, namun perubahan denstas tdak terlalu sgnfkan dengan begtu untuk perubahan denstas dapat dtuls: Sama sepert persamaan Naver-stokes, pada persamaan kontnutas akan dubah untuk formulas SPH yang dapat dtulls: N d m v v W ( x x, h). (4) dt 1 Dmana ρ adalah perubahan denstas pada partkel ke yang dpengaruh oleh massa dan kecepatan dar partkel tetangga. Sedangkan untuk mengtung hubungan antara denstas dan tekanan dgunakan equaton of state yang dapat dtulskan sebaga berkut []: Dmana PB (5) dan B c, dengan 0 0 / kg / m adalah denstas ar dan kecepatan suara. 3. Boundary c 0 adalah Dgunakan untuk member batasan pada ruang gerak partkel. Batasan yang serng dbuat basanya berupa dndng-dndng agar terlhat sepert ruangan. Gaya yang berpengaruh adalah Gaya Tolak partkel padat terhadap partkel fluda yang bekera ketka partkel mendekat dndng akan terpental [7]. Ilustras boundary dapat dlhat pada Gambar 1: D v, () Dt dengan v adalah notas dvergens. Sedangkan pada formulas SPH, persamaan (1) dapat dtuls sebaga berkut: N dv P P m (, ) W x x h F. (3) dt 1 Dengan v adalah perubahan kecepatan partkel ke terhadap waktu t yang dpengaruh oleh massa m dan percepatan dar partkel tetangganya. W(x x, h) sebaga pembobotan partkel dan F adalah gaya luar yang bekera pada partkel, sedangkan untuk dan dnotaskan sebaga ndeks partkel. Gambar 1 Boundary Dengan anak panah menunukkan vektor normal dar dndng pembatas (Boundary) yang memberkan gaya tolak pada partkel terdekat. Pemlhan arak partkel pada pembatas dpengaruh oleh nsalsas partkel ar. Jka arak terlalu kecl maka partkel ar akan terpental sebelum mendekat batas dndng. Jka terlalu besar maka akan terad kebocoran.
3 4. Alur smulas SPH Berkut adalah langkah umum smulas SPH yang dgunakan [1]: 1. Insalsas, set nsal konds atrbut untuk semua partkel SPH.. Ikut langkah-langkah berkut hngga mencapa batas waktu yang telah dtentukan : a. Htung tekanan aktual untuk semua partkel menggunakan persamaan (5). b. Untuk setap partkel, masukkan pada lnk-lst grd dan masukkan partkel yang menad tertangga terdekat. c. Untuk setap partkel, htung tngkat perubahan momentum (persamaan 3) dengan menggunakan perhtungan tekanan yang baru, kemudan htung kecepatan dan poss yang baru. d. Untuk setap partkel, htung tngkat perubahan denstas (persamaan 4) dengan menggunakan perhtungan kecepatan yang baru, kemudan htung denstas yang baru. Gambar 3 Ilustras cover vector dan scan cone 5. Deteks partkel permukaan Pada pengmplementasan SPH, bentuk dar fluda terus mengalam perubahan dmana seluruh partkel bergerak salng pempengaruh dan membentuk sebuah pola. Deteks partkel permukaan dtuukan untuk mendapatkan bentuk dar permukaan gelombang. Salah satu metode yang dgunakan yatu dengan metode Scan Cone. Tahap awal dalam mplementas metode Scan Cone adalah menemukan partkel tetangga [1]. Sebaga lustras setap partkel memlk sebuah wlayah berbentuk sebuah lngkaran dengan partkel tersebut sebaga pusatnya. Lngkaran tersebut memlk radus R dengan nla yang dtentukan. Gambar deteks partkel tetangga Dengan adalah partkel pusat dan adalah partkel tetangga. Setap partkel yang berada dalam area lngkaran dengan radus R danggap sebaga partkel tetangga. Gambar 4 Scan Cone mendeteks adanya partkel yang masuk dalam radus. Setelah dlakukan deteks tetangga, partkel sebanyak n akan menad atrbut dar partkel x. Kemudan akan dcar Cover vector b yang merupakan resultan dar semua partkel tetangga terhadap partkel pusat. b dapat ddefnskan sebaga berkut (lhat Gambar 3): n x x 0 x x b. (6) Arah dar b berfungs memberkan perkraan kasar arah permukaan. Scan cone dgunakan untuk memerksa apakah terdapat partkel yang berada d dekat b. Sudut dar cone yatu θ menad sudut threshold untuk semua partkel d dekat b. Perhtungan scan cone yang dgunakan untuk memerksa partkel dberkan sebaga berkut [1] : x x Jka arccos b maka partkel x x b adalah partkel permukaan. (7) Persamaan d atas menelaskan ka sudut yang dbentuk antara maka x dan b lebh besar dar partkel danggap sebaga partkel permukaan. 3
4 6. Valdas Valdas metode scan cone dlakukan dengan menggunakan bentuk sederhana. 513 partkel. Dengan nsalsas waktu T=3 detk, dperoleh data set sebanyak 149 frame. Gambar 5 Valdas. Dar penguan yang dlakukan pada kasus dengan bentuk sederhana dan partkel yang teratur dperoleh akuras hngga 100%. Valdas dlakukan menggunakan bentuk sederhana karena mash dmungknkan untuk mencar partkel permukaan secara eksak sebaga pembandng dar hasl yang dperoleh dengan metode deteks partkel permukaan [3]. Dalam penguan pada kasus yang sebenarnya, tdak dmungknkan untuk mencar partkel permukaan secara eksak karena sebaran partkel yang tdak teratur. 7. Hasl dan pembahasan Implementas smulas fluda menggunakan SPH dlakukan pada kasus dam break dua dmens. Tahap pertama yang dlakukan adalah nsalsas dam break yang akan dbuat. Bentuk awal dam break adalah perseg panang dengan tngg meter dan panang 1 meter. Dndng pembatas yang dgunakan memlk ukuran tngg 4 meter dan panang 4 meter. Gambar 7 Smulas dam break berdasarkan denstas pada a) T=0,39 s, b) T=0,59 s, c) T=0,79 s, d) T=0,99s, e) T=1,80 s, f) T=,01 s. Gambar 7 menunukkan hasl smulas berdasarkan denstas. Dar smulas ddapatkan nla denstas rata-rata adalah 1000 kg/m 3. Dapat dlhat pada saat T=0,79s, perubahan terad ketka alran fluda menabrak dndng dengan denstas mencapa lebh dar 100 kg/m 3. Dar smulas dam break ddapatkan data poss partkel, kemudan dlakukan deteks partkel permukaan dengan metode scan cone. Gambar 6 Ilustras a) nsalsas awal, b) bentuk dskrt. Ilustras a adalah nsalsas awal yang kemuda dadkan bentuk dskrt dengan menggunakan persamaan (3) dan (4). Ilustras b menunukkan bentuk dskrt yang dhaslkan. Pada smulas n, fluda ddskrtsas menad pertkel-partkel SPH dengan arak antar partkel 0,03 m dan menghaslkan Gambar 8 Penguan berdasarkan waktu. 4
5 Pada Gambar 8 data set dambl dar smulas dam break pada waktu yang berbeda. Hasl smulas yang du memlk 513 partkel SPH, nsalsa arak rata-rata antar partkel 0,03 dan dgunakan nla radus optmal ketetanggaan 0,063. Nla 0,063 dperoleh setelah dlakukan penguan terhadap nla radus ketetanggaan yang dgunakan. Pemlhan radus ketetanggaan yang terlalu besar atau terlalu kecl dapat menyebabkan eror pada deteks partkel permukaan. Gambar 9 Penguan berdasarkan umlah partkel. Pada Gambar 9 dgunakan data set pada waktu yang sama yatu ketka T=0,89s, namun memlk umlah partkel yang berbeda. Pada skenaro berdasarkan umlah partkel dgunakankan nla radus yang berbeda-beda dengan sepert pada tabel berkut: Tabel 1 Penguan berdasarkan umlah partkel. Jumlah (partkel) Insalsas awal arak partkel (meter) Waktu ke (detk) 513 0,03 0,89 0, ,05 0,89 0, ,0 0,89 0,04 Nla radus ketetanggaan (meter) 8. Kesmpulan Berdasarkan hasl penguan datas maka ddapat kesmpulan: a. Metode SPH dapat dgunakan untuk mensmulaskan bak dalam bentuk padat maupun car. Smulas dam break dengan umlah 513 partkel SPH dan duras 3 detk menghaslkan vsualsas yang cukup realsts dalam menggambarkan pergerakan fluda. Pembuatan Smulas dengan umlah partkel yang lebh banyak membutuhkan waktu yang lebh lama karena melakukan perhtungan yang lebh banyak saat penentuan partkel tetangga. Dbutuhkan waktu 611,49 detk untuk smulas dengan 513 partkel SPH dan 09,484 detk untuk smulas dengan partkel SPH. b. Implementas metode deteks partkel permukaan dapat dgunakan pada smulas SPH dua dmens. Dengan menggunakan nla radus ketetanggaan yang tepat, maka dperoleh bentuk permukaan dengan kesalahan deteks partkel nteror yang kecl. Radus ketetanggaan optmal yang dgunakan untuk deteks permukaan pada smulas dam break dengan 513 partkel SPH adalah 0,063. Sedangkan kelemahan metode n adalah saat dgunakan untuk mendeteks pertkel dengan tngkat kepadatan yang rendah, dmana terdapat bayak partkel nteror yang kut terdeteks sebaga partkel permukaan. DAFTAR PUSTAKA [1] Barecasco A, H. T. (013). Smple free-surface detecton n two and three-dmensonal SPH solver. [5] Gestera, M. D. (010). User Gude for the SPHyscs Code. [8] Marrone, S. D. (009). Enhanced Boundary Treatment n D Smoothed Partcle Hydrodynamcs Models. [10] Morghan, J. (005). Smoothed partcle hydrodynamcs. [11] M. Lu and G. Lu (010). Smoothed Partcle Hydrodynamcs (SPH): an Overvew and Recent Developments. [15] Tanasescu, M. (004). Flud Dynamcs. [16] Tarwd, D. (01). The Smoothed Partcle Hydrodynamcs Method. Dar penguan datas, semakn banyak partkel artnya arak antar partkel semakn pendek dan membuat fluda semakn padat. Semakn padat fluda, umlah partkel tetangga yang mempengaruh berubah sehngga penentuan radus ketetanggaan akan berubah. 5
SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 6760 SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN Muh.Kiki Adi Panggayuh 1,
Lebih terperinciLAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES
LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod
Lebih terperinciBab III Analisis Rantai Markov
Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada
Lebih terperinciAPROKSIMASI NON-UNIFORM SPASIAL PERSAMAAN PANAS 1D DENGAN FINITE POINTSET METHOD
Indonesan Sysmphosum on Computng 05 ISSN : 406-395 APROKSIMASI NON-UNIFORM SPASIA PERSAMAAN PANAS D DENGAN FINITE POINTSET METHOD Putu Harry Gunawan, Frska Frstella Industral and Fnancal Mathematcs Research
Lebih terperinciPENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM)
PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM) Rcha Agustnngsh, Drs. Lukman Hanaf, M.Sc. Jurusan Matematka, Fakultas MIPA, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Aref Rahman Hakm, Surabaya
Lebih terperinciBab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN
Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat
Lebih terperinciBAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK
Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat
Lebih terperinciJURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN :
JRNAL MATEMATIKA DAN KOMPTER Vol 4 No 1, 3-3, Aprl 1, ISSN : 141-51 KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SK KONVEKSI Suhartono dan
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tnauan Pustaka 2.1 Konsep Gagasan Penghematan Bahan Bakar pada Kompor Gas Prnsp dar alat penghemat gas pada tugas akhr n merupakan pengembangan dar tugas akhr yang sebelumnya sudah pernah dlaksanakan.
Lebih terperinciIV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang
Lebih terperinciKorelasi Tortuositas dengan Porositas Absolut dalam Pemodelan Aliran Fluida Menggunakan Lattice Gas Automata Model FHP III
Korelas Tortuostas dengan Porostas Absolut dalam Pemodelan Alran Fluda Menggunakan Lattce Gas Automata Model FHP III Yoga Satra Putra 1 1) Jurusan Fska FMIPA Unverstas Tanjungpura, Pontanak, emal : yoga_penelt@yahoo.co.d
Lebih terperinciPreferensi untuk alternatif A i diberikan
Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses
Lebih terperinciPertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012
Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.
Lebih terperinciBAB VB PERSEPTRON & CONTOH
BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS
28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391
PRESENTASI TUGAS AKHIR KI09191 IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA RESONANSI MAGNETIK OTAK MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS YANG DIMODIFIKASI BERDASARKAN KORELASI ANTAR PIKSEL (Kata Kunc : Segmentas Fuzzy
Lebih terperinciBAB X RUANG HASIL KALI DALAM
BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan
Lebih terperinciDalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang
LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan
Lebih terperinciPenerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC
Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor
Lebih terperinciMANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN
MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus
Lebih terperinciSIMULASI BIOHEAT TRANSFER UNTUK PERENCANAAN CRYOSURGERY PADA KANKER PARU-PARU
SIMUASI BIOHEAT TRANSFER UNTUK PERENCANAAN CRYOSURGERY PADA KANKER PARU-PARU C.W. Fadmawat 1, S.S. Prasetyawat, D. Tarwd 3 1,,3 Prod Ilmu Komputas, Fakultas Informatka, Telkom Unversty Jalan Telekomunkas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP
Lebih terperinciMEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM
MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciUJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD
UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj
Lebih terperinciPENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina
PENANGANAN BAHAN PAAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Spersa stantna. SCREENING: MENENTUKAN UKURAN PARTIKEL Mater: Cara-cara menentukan ukuran partkel. Analss data ukuran partkel menggunakan screen shaker. Evaluas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL
Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram alir penelitian
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Dagram Alr Peneltan Materal Amorph Magnetk (Fe 73 Al 5 Ga 2 P 8 C 5 B 4 S 3 ) Ekspermen DfraksNeutron (I vs 2theta) Smulas Insalsas atom secara random Fungs struktur, F(Q) Perhtungan
Lebih terperinciBAB III SKEMA NUMERIK
BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING
Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon
Lebih terperinciPERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)
PERCG JRIG KSES KBEL (DTG3E3) Dsusun Oleh : Hafdudn,ST.,MT. (HFD) Rohmat Tulloh, ST.,MT (RMT) Prod D3 Teknk Telekomunkas Fakultas Ilmu Terapan Unverstas Telkom 015 Peramalan Trafk Peramalan Trafk Peramalan
Lebih terperinci2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil
.1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)
Lebih terperinciPENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI
PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu
Lebih terperinciPendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik
Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,
Lebih terperinciBAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA
BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang
Lebih terperinci3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW
12 3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 3.1 Metode Heurstk Metode heurstk merupakan salah satu metode penentuan solus optmal dar permasalahan optmas kombnatoral. Berbeda dengan solus eksak yang menentukan nla
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.
Lebih terperinciEFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR
EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral
Lebih terperinciJURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :
JURNA MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : 1410-8518 MASAAH RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN JAAN MENGGUNAKAN AMPU AU-INTAS Stud Kasus: Rute Peralanan Ngesrep Smpang ma Eko Bud
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang
Lebih terperinciPEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant)
PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Stud Kasus : Metode Secant) Melda panjatan STMIK Bud Darma, Jln.SM.Raja No.338 Sp.Lmun, Medan Sumatera Utara Jurusan Teknk Informatka e-mal : meldapjt.78@gmal.com
Lebih terperinciSOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN
SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka
Lebih terperinciPeramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting
Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam
III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang
Lebih terperinciFisika Dasar I (FI-321)
Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN MODEL
BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN DAYA
BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga
Lebih terperinciCatatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan
Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K
Lebih terperinciBAB III MODEL - MODEL KEAUSAN
BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN 3.1 Model keausan Archard [15] Archard 1953 mengusulkan suatu model pendekatan untuk mendeskrpskan keausan sldng. Da berasums bahwa parameter krts dalam keausan sldng adalah
Lebih terperinciFisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi
Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah
Lebih terperinciBAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c
6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan
Lebih terperinciSeminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004
Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan
Lebih terperinciANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)
Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. = besar gaya tarik menarik (Newton)
BAB II TEORI DASAR. Hukum Gravtas Newton Dasar teor yang dgunakan dalam metode gayaberat adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa gaya tark menark antara dua ttk massa m dan m yang dpsahkan oleh jarak
Lebih terperinciBAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER
BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan
Lebih terperinci.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada
BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka
Lebih terperinciMETODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR
METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.
Lebih terperinciAPLIKASI KORELASI PEARSON DALAM MEMBANGUN MODEL TREE-AUGMENTED NETWORK (TAN) (Studi Kasus Pengenalan Karakter Tulisan Tangan)
APLIKASI KORELASI PEARSON DALAM MEMBANGUN MODEL TREE-AUGMENTED NETWORK (TAN) (Stud Kasus Pengenalan Karakter Tulsan Tangan) Irwan Bud Santoso Jurusan Teknk Informatka, Sans dan Teknolog Unverstas Islam
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory
BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan
Lebih terperinciPENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER
Penerapan Program Lner Kabur dalam Analss.. Elfranto PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Elfranto Dosen Unverstas Muhammadyah Sumatera Utara Abstrak: Salah satu kaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum
Lebih terperinciPendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan
Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk
Lebih terperinciPENENTUAN KELAS DENGAN NEAREST NEIGHBOR CLUSTERING DAN PENGGUNAAN METODE NAÏVE BAYES UNTUK KLASIFIKASI DOKUMEN
PENENTUAN KELAS DENGAN NEAREST NEIGHBOR CLUSTERING DAN PENGGUNAAN METODE NAÏVE BAYES UNTUK KLASIFIKASI DOKUMEN Handry Wardoyo 1 Jeanny Pragantha Vny Chrstant M. 3 1 3 Teknk Informatka Unverstas Tarumanagara
Lebih terperinciPENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN
PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO
Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan
Lebih terperinciBAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE
BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan
Lebih terperinciSistem Kriptografi Stream Cipher Berbasis Fungsi Chaos Circle Map Dengan Pertukaran Kunci Diffie-Hellman
SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Sstem Krptograf Stream Cpher Berbass Fungs Chaos Crcle Map Dengan Pertukaran Kunc Dffe-Hellman A-6 Muh. Fajryanto 1,a), Aula Kahf 2,b), Vga Aprlana
Lebih terperinciPetunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)
Petunjuk Praktkum Fska Dasar I (Tumbukan Dalam Satu Dmens) Dajukan Untuk Memenuh Tugas Tersruktur Mata ulah Ekspermen Fska Dasar 1 Jurusan Penddkan Fska Oleh : Muhamad Ihsanudn (0602425) JURUSAN PENDIDIAN
Lebih terperinciIV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI
IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada
Lebih terperinciBAB IV APLIKASI. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana contoh mengestimasi. parameter model yang diasumsikan memiliki karateristik spasial lag
BAB IV APLIKASI Pada bagan n akan dbahas bagamana contoh mengestmas parameter model yang dasumskan memlk karaterstk spasal lag sekalgus spasal error. Estmas dlakukan dengan menggunakan software Evews 3
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel
Lebih terperinciPENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN. Rita Rahmawati Program Studi Statistika FMIPA UNDIP
PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN Rta Rahmawat Program Stud Statstka FMIPA UNDIP Abstrak Dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), asums terpentng adalah
Lebih terperinciOleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran
Abstrak MENGESTIMASI BEBERAPA DATA HILANG (MISSING DATA) DAN ANALISIS VARIANS UNTUK RANCANGAN BLOK ACAK SEMPURNA Oleh : Enny Supartn Departemen Statstka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and
III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n
Lebih terperinciPENGURUTAN DATA. A. Tujuan
PENGURUTAN DATA A. Tuuan Pembahasan dalam bab n adalah mengena pengurutan data pada sekumpulan data. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengurutan data yang secara detl akan dbahas ddalam bab n.
Lebih terperinciALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN
ALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN Hendra Bunyamn Jurusan Teknk Informatka Fakultas Teknolog Informas Unverstas Krsten Maranatha
Lebih terperinciBab 4 SIMULASI NUMERIK. 4.1 Kasus I
Bab 4 SIMULASI NUMERIK Pada bab n akan dbahas analss model penyebaran penyakt flu burung untuk kasus adanya pertumbuhan dan kematan alam serta kasus tdak adanya pertumbuhan dan kematan alam secara numerk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph
TINJAUAN PUSTAKA Bayesan Networks BNs dapat memberkan nformas yang sederhana dan padat mengena nformas peluang. Berdasarkan komponennya BNs terdr dar Bayesan Structure (Bs) dan Bayesan Parameter (Bp) (Cooper
Lebih terperinciBAB V INTEGRAL KOMPLEKS
6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan
Lebih terperinciRANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan
. Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor
Lebih terperinci