Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah"

Transkripsi

1 Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah TRWULAN 24 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 83246, Fax. (24)

2 KAJAN EKONOM REGONAL PROVNS JAWA TENGAH TRWULAN TAHUN 24 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V, untuk menganalisis perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. si kajian dalam buku ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan buku ini bertujuan untuk: () melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank ndonesia sebagai masukan pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada external stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini. Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Sutikno Marlison Hakim Putra Nusantara S. Eko Purwanto : Kepala Kantor Perwakilan : Kepala Grup Sistem Pembayaran dan Manajemen ntern : Kepala Divisi Akses Keuangan, UMKM, dan Komunitas : Kepala Divisi Sistem Pembayaran Salinan buku ini dapat diunduh dari laman Bank ndonesia dengan alamat

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan 24 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank ndonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Semarang, Agustus 24 KEPALA PERWAKLAN BANK NDONESA WLAYAH V Ttd Sutikno Direktur Eksekutif i

4

5 Daftar si Kata Pengantar Daftar si Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Suplemen Tabel ndikator Ekonomi Provinsi Jawa Tengah Ringkasan Umum. Perkembangan Ekonomi Makro Regional.. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral 2. Perkembangan nflasi Jawa Tengah 2.. nflasi Secara Umum 2.2. nflasi Berdasarkan Kelompok Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan,Air,Listrik,Gas dan Bahan Bakar Kelompok Lainnya 2.3. Disagregasi nflasi Kelompok Volatile foods Kelompok Administered Prices Kelompok nti 2.4. nflasi Kota Kota di Provinsi Jawa Tengah 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah 3.2. Perkembangan Bank Umum 3.2. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Perkembangan Penghimpunan DPK Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum iii v vii xi xiii DAFTAR S

6 Daftar si 3.3. Perkembangan Perbankan Syariah 3.4. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) 3.5. Perkembangan Perkasan 4. Perkembangan Keuangan Daerah 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah 5.. Ketenagakerjaan 5.2. Pengangguran 5.3. Nilai Tukar Petani 5.4. Tingkat Kemiskinan 5.5. Pemerataan Pendapatan 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan nflasi Daerah 6.. Pertumbuhan Ekonomi 6.2. nflasi iv DAFTAR S

7 Daftar Tabel Tabel.. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 menurut Penggunaan Tahun (%) 7 Tabel.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 menurut Penggunaan Tahun (%) Tabel.3. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 (%) Tabel.4. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 (%) Tabel 2.. Tabel Komoditas Utama Penyumbang nflasi Bulanan di Jawa Tengah Tabel 2.2. Perkembangan nflasi Tahunan Per Kelompok Tabel 2.3. Perkembangan nflasi Tahunan dan Triwulanan Tw Kelompok Bahan Makanan Tabel 3.. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah Tabel 4.. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan 24 Tabel 4.2. Realisasi Pos Pendapatan APBD Jawa Tengah Triwulan 24 Tabel 4.3. Realisasi Pos Belanja APBD Jawa Tengah Triwulan Tabel 5.. Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 23 Februari 24 (juta orang) 49 Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 5 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 23 Februari 24 (juta orang) 5 Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 23 Februari 24 (juta orang) Tabel 5.4. Garis Kemiskinan, Jumlah Menurut Daerah, 2-Maret 24 (Rupiah) 5 52 Tabel 6.. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan 24 (%) Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%) DAFTAR TABEL v

8

9 Daftar Grafik Grafik.. Perkembangan ndeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik.2. Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Jawa Tengah Grafik.3. Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik.4. Survei Tendensi Konsumen Grafik.5. Pertumbuhan Tahunan mpor Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik.6. Pertumbuhan Giro Pemerintah Vs Konsumsi Pemerintah di Jawa Tengah Grafik.7. Perkembangan Penyaluran Kredit nvestasi di Jawa Tengah Grafik.8. Perkembangan Pertumbuhan mpor Barang Modal Vs PMTDB Grafik.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah Grafik.. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Tengah Grafik.. Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah Grafik.2. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah Grafik.3. Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Grafik.4. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan 24 Grafik.5. Perkembangan Nilai mpor Provinsi Jawa Tengah Grafik.6. Perkembangan Volume mpor Provinsi Jawa Tengah Grafik.7. Pangsa Negara Asal mpor Jawa Tengah Grafik.8. Perkembangan Nilai mpor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal Grafik.9. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan Tahun 24 (%) Grafik.2. Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah Grafik.2. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah Grafik.22. Perkembangan ndustri Besar Jawa Tengah Grafik.23. Perkembangan ndustri Kecil Jawa Tengah Grafik.24. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah Grafik.25. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen ndustri di Jawa Tengah Grafik.26. Perkembangan mpor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah Grafik.27. Perkembangan mpor Nonmigas Barang Modal di Jawa Tengah Grafik.28. Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah Grafik.29. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Jawa Tengah Grafik.3. Perkembangan Penjualan Listrik di Jawa Tengah DAFTAR GRAFK vii

10 Daftar Grafik Grafik.3. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Jawa Tengah Grafik.32. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha Grafik.33. Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran Grafik.34. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah Grafik.35. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Jawa Tengah Grafik 2.. Perkembangan nflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan nflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah Grafik 2.3. Perkembangan nflasi Bulanan Jawa Tengah 2-24 Grafik 2.4. Event Analysis nflasi Provinsi Jawa Tengah Grafik 2.5. Disagregasi nflasi Tahunan Grafik 2.6. Disagregasi nflasi Bulanan Grafik 2.7. Perkembangan nflasi Bulanan Kelompok Volatile Foods Grafik 2.8. Perkembangan nflasi Triwulanan Kelompok Volatile Foods Triwulan Grafik 2.9. Perkembangan Subkelompok nflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods Grafik 2.. Lanjutan Perkembangan Subkelompok nflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods Grafik 2.. Perkembangan nflasi Triwulanan Kelompok Adminitered Prices Triwulan Grafik 2.2. Perkembangan Subkelompok nflasi Tahunan Kelompok Adminitered Prices Grafik 2.3. Perkembangan nflasi Triwulanan Kelompok nti Triwulan Grafik 2.4. Perkembangan Output Gap dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Grafik 2.5. ndeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik 2.6. ndeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran Grafik 2.7. Perkembangan nflasi Tahunan Kelompok nti Traded Grafik 2.8. Perkembangan Harga Komoditas nternasional Grafik 2.7. nflasi Tahunan Triwulan 24 Grafik 2.8. Perkembangan Harga Komoditas nternasional Grafik 3..Perkembangan ndikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.2.Pertumbuhan Tahunan ndikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.4. Komposisi DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Sektor Utama Bank Umum Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah viii DAFTAR GRAFK

11 DAFTAR GRAFK Daftar Grafik Grafik 3.7. Komposisi Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.9. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.. Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.. Perkembangan Kredit kepada UMKM Grafik 3.2. NPL Kredit UMKM Grafik 3.3. Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan Grafik 3.4. NPL Kredit UMKM Berdasar Penggunaan Grafik 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring di Jawa Tengah Grafik 3.6. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.7. Perkembangan Nilai RTGS Jawa Tengah Grafik 3.8. Perkembangan Volume RTGS Jawa Tengah Grafik 3.9. Perkembangan Kegiatan Perkasan di Jawa Tengah Grafik 3.2. Perkembangan Penarikan Uang Lusuh Grafik 3.2. Grafik Uang Palsu Grafik 5. ndeks Hasil Survei Konsumen Mengenai Kondisi Saat ni Triwulan 24 Grafik 5.2. ndeks Harga yang diterima, ndeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2-24 (ribuan orang) PDRB Per Kapita ndeks Gini Ratio Grafik 6.. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Grafik 6.2. Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha Grafik 6.3. Perkembangan ndeks Tendensi Konsumen Mendatang Grafik 6.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang Grafik 6.5. Proyeksi nflasi Tahunan Jawa Tengah Grafik 6.6. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen DAFTAR GRAFK ix

12

13 Daftar Suplemen Suplemen. Kinerja Ekspor Manufaktur, Prospek dan Tantangannya Suplemen 2. Tantangan Peningkatan Konektivitas Daerah Suplemen 3. Perkembangan Komoditas Bawang Merah DAFTAR SUPLEMEN xi

14

15 TABEL NDKATOR EKONOM PROVNS JAWA TENGAH A. PDRB & nflasi NDKATOR Ekonomi Makro Regional *) Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) Berdasarkan Sektor - Pertanian - Pertambangan & Penggalian - ndustri Pengolahan - Listrik, Gas % Air Bersih - Bangunan - Perdagangan - Pengangkutan Dan Komunikasi - Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha - Jasa - Jasa Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Swasta Nirlaba - Konsumsi Pemerintah - nvestasi - Eksport - mport Eksport - Nilai Eksport Non Migas (USD Juta) - Volume Eksport Non Migas (Ribu Ton) mport - Nilai Eksport Non Migas (usd Juta) - Volume Eksport Non Migas (ribu Ton) ndeks Harga Konsumen Provinsi Jawa Tengah Kota Purwokerto Kota Surakarta Kota Semarang Kota Tegal Kota Kudus Kota Cilacap Laju nflasi Tahunan (%, yoy) Provinsi Jawa Tengah Kota Purwokerto Kota Surakarta Kota Semarang Kota Tegal Kota Kudus Kota Cilacap V ,23 5, , ,458, ,29 3,9 5,79 3, , , ,47 838,468, ,35 7,378, V ,494 75, ,658 3,44 5,554 4, ,5 74, ,63 68,437, *Mulai tahun 24 perhitungan HK menggunakan SBH 22 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah TABEL NDKATOR EKONOM JAWA TENGAH xiii

16 B. Perbankan dan Sistem Pembayaran NDKATOR V V Perbankan **) Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) - Giro - Tabungan - Deposito Kredit (Rp Triliun) - Modal Kerja - Konsumsi - nvestasi Kredit UMKM (Rp Triliun) Modal Kerja nvestasi Loan To Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) V Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar) 2,889 2, ,75 3,2 2, ,435 2,82, ,9 Transaksi Kas Titipan (Rp Triliun) - Outflow nflow Net Outflow *Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor) 2,986 2, , ,958 2,77 5 4, ,55 2, , ,589 3, , ,592 2, , ,455 2, ,55 2, xiv TABEL NDKATOR EKONOM JAWA TENGAH

17 RNGKASAN UMUM Meneruskan tren perlambatan pada semester sebelumnya, perkonomian Jawa Tengah melambat pada triwulan 24. Namun diperkirakan akan naik pada triwulan. Dari sisi perkembangan harga, inflasi diperkirakan terus melanjutkan tren perlambatan di triwulan. Perekonomian Jawa Tengah melambat pada triwulan 24, akibat melemahnya ekspor dan investasi. Sementara itu, inflasi naik dibanding periode sebelumnya. Namun masih lebih rendah dibanding akhir tahun. Perbaikan diperkirakan akan terjadi pada triwulan 24. Ekspor mulai naik ditengah konsumsi yang masih terjaga. Hal ini, dibarengi dengan inflasi yang diperkirakan turun dibanding periode sebelumnya. dampak musiman hari Raya dul Fitri dan Ramadhan terpantau terkendali. RNGKASAN UMUM

18 Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan 24 kembali mengalami perlambatan. Ekonomi Jawa Tengah tumbuh sedikit melambat dari 5,3% (yoy) menjadi 5,2% (yoy) pada triwulan 24. Perlambatan ekonomi pada triwulan 24 terutama karena semakin melambatnya kegiatan ekspor. Selain itu, investasi juga mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski demikian, perekonomian daerah masih dapat tertahan dari perlambatan yang lebih dalam karena ditopang oleh tetap baiknya kinerja konsumsi terutama pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga non profit. Dari sisi sektoral, pelemahan ekonomi didorong oleh melambatnya kinerja sektor pertanian di triwulan 24 dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tahunan sektor ini melambat dari,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi,% (yoy). Sementara kinerja sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih mengalami peningkatan. Perlambatan di triwulan ini juga terjadi pada sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Di sisi perkembangan harga, inflasi pada triwulan 24 tercatat meningkat dibanding triwulan 24. Kenaikan inflasi pada periode laporan utamanya didorong oleh kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan pada periode laporan naik meski masih di bawah level inflasi akhir tahun. Kelompok lain yang mendorong inflasi periode laporan secara signifikan adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Adapun komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, bawang putih, bahan bakar rumah tangga dan kontrak rumah. Sehingga dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan 24 sebesar 7,26% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,8% (yoy). Sementara inflasi triwulanan pada periode laporan lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. nflasi triwulanan Jawa Tengah di triwulan 24 tercatat sebesar,68% (qtq) atau lebih tinggi dari triwulan 23 sebesar,35% (qtq) dan rata-rata inflasi triwulan dalam lima tahun terakhir sebesar,6%. Berdasarkan disagregasi inflasi, tekanan inflasi berasal dari faktor nonfundamental. Pada triwulan laporan, pasokan bahan makanan relatif membaik sehingga mondorong inflasi dalam kondisi normal. Namun kondisi pasokan tersebut tidak sebaik kondisi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sehingga mendorong tekanan inflasi dari komponen volatile foods meningkat. Kenaikan komponen tersebut Selain itu, inflasi inti juga meningkat meski dalam level moderat karena adanya kenaikan biaya tempat tinggal. Sementara itu, kelompok administered prices mulai turun. Tren penurunan inflasi terjadi di sebagian besar kota yang disurvei oleh BPS di Jawa Tengah. Hanya Kota Semarang yang tercatat mengalami kenaikan inflasi, sedangkan Kota Surakarta cenderung stabil. Adapun kota lain mengalami penurunan, dengan penurunan terbesar terjadi di Kudus. ndustri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan 24 masih tumbuh cukup baik. Beberapa indikator utama kinerja perbankan di Jawa Tengah menunjukkan peningkatan. Secara tahunan pada triwulan ini total aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh meningkat dibanding Triwulan -24. Sementara itu kredit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan lalu. Seiring dengan pertumbuhan kredit yang lebih rendah dibandingkan DPK maka menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) turut menurun pada triwulan laporan. Sementara itu, kualitas kredit yang disalurkan masih dapat dijaga dengan baik sehingga Non Performing Loan (NPL) jauh di bawah level indikatif, yaitu pada level 2,9%. Kinerja perbankan yang masih cukup baik tersebut memberikan nilai tambah pada pertumbuhan ekonomi sektor keuangan, yang pada triwulan 24 mampu tumbuh 9,44% (yoy). 2 RNGKASAN UMUM

19 Perkembangan perbankan syariah pada Mei 24 di Jawa Tengah juga menunjukkan kinerja yang cukup baik. Meski mengalami perlambatan pertumbuhan aset dibanding triwulan 24, namun DPK industri perbankan syariah mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya. Sementara itu, pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah mengalami sedikit perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Tingkat risiko kredit yang ditunjukkan oleh NPF membaik menjadi sebesar 26,6%, sementara Financing to Deposit Ratio (FDR) pada bulan Mei 24 masih stabil di level 29%. Perkembangan keuangan daerah menunjukkan realisasi yang membaik meski masih terbatas. Data realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah triwulan 24 menunjukkan telah terjadi penyerapan belanja sebesar (35,69%) dan pendapatan Rp 7,2 milyar (52,43%) terhadap APBD setelah perubahan tahun 24. Pada kelompok pendapatan, hampir seluruh subkelompok telah terealisasi sekitar 5% dimana Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami realisasi anggaran terbesar pada triwulan 24. Dari sisi belanja daerah, total belanja pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan 24 telah terealisasi sebesar 35,69% meningkat dari sebelumnya 3,%. Sementara dilihat perkembangan secara tahunan realisasi pada Triwulan 24, penyerapan anggaran baik belanja tidak langsung maupun langsung mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi kesejahteraan masyarakat belum menunjukkan perbaikan. Kondisi ini ditunjukkan dari adanya peningkatan pendapatan masyarakat serta menurunnya angka pengangguran namun di sisi lain belum diikuti oleh menurunnya angka kemiskinan. Data BPS terakhir menunjukkan adanya penurunan jumlah pengangguran pada Februari 24 dibanding posisi Agustus 23. Sementara hasil Survei Konsumen hingga triwulan laporan menunjukkan ketersediaan lapangan kerja dalam tren yang relatif stabil. Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode laporan naik sebesar,3%, mengindikasikan perbaikan pendapatan petani. Namun di sisi lain angka kemiskinan meningkat. Data BPS pada periode Maret 24, secara persentase jumlah penduduk miskin naik 2,8% dibanding bulan September 23 atau naik 2,5% dibanding bulan yang sama tahun 23. Kenaikan angka kemiskinan ini tidak terlepas dari semakin meningkatnya garis kemiskinan. Ke depan, ekonomi Jawa Tengah diperkirakan akan meningkat di triwulan 24. Berdasarkan berbagai indikator ekonomi terakhir serta hasil survei maupun liaison mengindikasikan ekonomi Jawa Tengah dapat tumbuh meningkat di triwulan 24. Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan tersebut diperkirakan tumbuh sebesar 5,3%- 5,8% (yoy). Konsumen masih cukup optimis atas kondisi ekonomi kedepan dan diikuti oleh membaiknya ekspektasi pelaku usaha. ndikator tersebut mengindikasikan masih akan cukup baiknya kegiatan konsumsi masyarakat. Perbaikan konsumsi masyarakat dapat menjadi pendorong peningkatan ekonomi. Di sisi lain, melihat dari terjaganya konsumsi tersebut, pelaku usaha memiliki ekspektasi kondisi ekonomi yang membaik. Berdasar survei kegiatan dunia usaha, pengusaha memperkirakan kondisi situasi bisnis perusahaan dan kegiatan dunia usaha lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. nvestasi diperkirakan tetap tumbuh tinggi meski tidak setinggi sebelumnya, khususnya untuk investasi bangunan sejalan dengan realisasi infrastruktur Pemerintah. Kegiatan investasi juga diperkirakan membaik sejalan dengan membaiknya stabilitas politik. Terkait dengan kondisi tersebut, ekspor diperkirakan naik dibarengi dengan masih tingginya impor, sejalan dengan tingginya ketergantungan bahan baku impor. Membaiknya ekspor tidak terlepas dari mulai membaiknya perekonomian global. Melihat dari kondisi tersebut, dari sisi sektoral akan berdampak kepada kinerja sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kedua sektor tersebut diperkirakan akan menjadi pendorong perekonomian Jawa Tengah di triwulan 24. RNGKASAN UMUM 3

20 Pada perkembangan harga, inflasi diperkirakan meneruskan tren penurunan. Berdasarkan perkembangan harga terkini, inflasi Jawa Tengah pada triwulan tahun 24 diperkirakan sebesar 4,52%-5,2% (yoy), turun dari triwulan 24 yang sebesar 7,26% (yoy). Adapun tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari meningkatnya permintaan pada periode tahun ajaran baru serta Ramadhan dan dul Fitri. Sementara itu, inflasi di kelompok pangan berpotensi meningkat sebagai pengaruh dari menurunnya produksi padi. nflasi administered prices diperkirakan akan meningkat sejalan dengan diberlakukannya kenaikan tarif dasar listrik untuk beberapa kelompok termasuk kelompok rumah tangga. Risiko inflasi berasal perluasan kebijakan yang membatasi penjualan BBM bersubsidi. Hingga saat ini, kebijakan pembatasan solar bersubsidi di wilayah Jakarta belum memberikan dampak. Sementara inflasi 24 diperkirakan akan menurun dibanding tahun sebelumnya. nflasi tahun 24 diperkirakan akan berada pada kisaran bawah 4,5% - 5,5% (yoy), atau turun tajam dibandingkan tahun 23 sebesar 7,98% (yoy). Penurunan ini didukung oleh terjaganya ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga komoditas pangan strategis. Selain itu, semakin solidnya koordinasi antara Pemerintah dan B dalam forum TP/TPD turut mendukung penurunan inflasi Jawa Tengah.. Untuk keseluruhan tahun 24, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada 24 diperkirakan akan mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Ekonomi Jawa Tengah pada tahun 24 diperkirakan 5,2% - 5,7% (yoy), dengan kecenderungan bias ke bawah. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi ndonesia yang diperkirakan termoderasi di tahun 24. Bank ndonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi ndonesia pada tahun 24 pada kisaran 5, 5,5%. 4 RNGKASAN UMUM

21 BAB PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL Perekonomian triwulan 24 sedikit melambat, didorong menurunnya kinerja sektor pertanian Perlambatan di sektor pertanian pada triwulan 24 mendorong perlambatan perekonomian daerah. Sebaliknya, kenaikan sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor industri pengolahan menjadi penahan perlambatan ekonomi. Dari sisi penggunaan, perlambatan ekonomi didorong oleh perlambatan pada ekspor terutama ekspor luar negeri. Sementara konsumsi masih mengalami peningkatan PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL - BAB 5

22

23 . Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan 24 kembali mengalami perlambatan. Ekonomi Jawa Tengah tumbuh sedikit melambat dari 5,3% (yoy) menjadi 5,2% (yoy) pada triwulan 24. Perlambatan ekonomi juga dialami oleh provinsi lainnya, terutama yang memiliki basis sumber daya alam, sehingga perekonomian nasional melambat dari 5,2% (yoy) menjadi 5,% (yoy). Sementara secara triwulanan perekonomian Jawa Tengah tumbuh,8% (qtq), atau sama dengan pertumbuhan triwulanan pada triwulan tahun sebelumnya. Faktor pendorong perlambatan ekonomi pada triwulan 24 adalah semakin melambatnya kegiatan ekspor. Ekspor, utamanya ekspor luar negeri melambat cukup signifikan. Selain itu, investasi juga mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski demikian, perekonomian daerah masih dapat tertahan dari perlambatan yang lebih dalam karena ditopang oleh tetap baiknya kinerja konsumsi terutama pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga nonprofit. Dari sisi sektoral, kinerja sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya dan mampu menopang semakin melambatnya kinerja sektor pertanian di triwulan 24. Adapun sektor lainnya yang juga mengalami perlambatan di triwulan ini antara lain sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan..2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Tabel.. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 menurut Penggunaan Tahun (%) PENGGUNAAN Konsumsi Rumah Tangga 22* V * * * ** V** ** ** Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa mpor Barang dan Jasa PDRB *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Tabel.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 menurut Penggunaan Tahun (%) PENGGUNAAN Konsumsi Rumah Tangga 22* 23 V * * ** V**.7 24 **.7 **.2 Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa mpor Barang dan Jasa PDRB *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah. BPS Provinsi Jawa Tengah merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan 24, dari 5,4% (yoy) menjadi 5,3% (yoy) PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL - BAB 7

24 Konsumsi rumah tangga berada pada level pertumbuhan yang stabil. Konsumsi rumah tangga pada triwulan 24 tumbuh sebesar 5,% (yoy), sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya 4,9% (yoy). Cukup baiknya konsumsi rumah tangga tersebut tidak terlepas dari optimisme konsumen dalam memandang perekonomian. Pada grafik.. terlihat bahwa indeks ketepatan waktu pembelian (indeks konsumsi) baik komoditas makanan, non makanan ataupun barang tahan lama masih dalam level yang cukup tinggi. Konsumen juga merasakan adanya kenaikan penghasilan rumah tangga serta peningkatan daya beli karena rendahnya inflasi di triwulan laporan (Grafik.4). Selain itu, masih tingginya konsumsi rumah tangga diindikasikan pada penjualan listrik segmen rumah tangga di triwulan 24 yang masih ada kenaikan meski laju pertumbuhannya sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya (Grafik.2). Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi mengalami perlambatan di triwulan 24 (Grafik.3) diikuti pula oleh turunnya impor barang konsumsi dari luar negeri (Grafik.5). Kegiatan yang terkait Pemilu memicu peningkatan konsumsi swasta nirlaba pada triwulan 24. Pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba meningkat dari,9% (yoy) menjadi 4,5% (yoy). Kegiatan yang dilakukan oleh swasta nirlaba (antara lain partai politik) terkait pemilihan umum legislatif (Pileg) dan pemilihan Presiden (Pilpres) memberikan dorongan pada konsumsi swasta nirlaba. Secara triwulanan, pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya menjadi sebesar 4,% (qtq). Meski demikian dorongan konsumsi swasta nirlaba pada periode Pemilu kali ini terbilang cukup tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan pilpres di tahun 29. Grafik.. Perkembangan ndeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik.2. Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Jawa Tengah NDEKS OPTMS PESMS V V V JUTA KwH V V PERSEN YOY Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan Dan Bukan Makanan Penjualan Listrik Pertumbuhan tahunan - RHS Sumber : Survei Konsumen Bank ndonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : PT PLN Distribusi Jateng dan DY Grafik.3. Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik.4. Survei Tendensi Konsumen 28 PERSEN YOY PERSEN YOY 7,5 25 NDEKS ,5 6 5, V V V 4,5 V V V Kredit Konsumsi Konsumsi PRDB (-) - RHS Sumber : Bank ndonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Pendapatan RT Kini Pengaruh nflasi terhadap konsumsi Sumber : Bank ndonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 8 BAB - PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL

25 Grafik.5. Pertumbuhan Tahunan mpor Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik.6. Pertumbuhan Giro Pemerintah Vs Konsumsi Pemerintah di Jawa Tengah 4 PERSEN YOY PERSEN YOY 8 5 PERSEN YOY PERSEN YOY V V V V V ,5 7 6,5 6 5,5 5 4, () (2) V V V Vol mport Konsumsi PRDB Konsumsi - RHS Konsumsi Pemda - RHS Giro Sektor Pemerintahan Sumber : Bank ndonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : Bank ndonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Konsumsi pemerintah mengalami perlambatan cukup dalam di triwulan 24. Konsumsi pemerintah tumbuh,8% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,8% (yoy). Melambatnya konsumsi juga tercermin dari naiknya giro sektor pemerintah di perbankan, menunjukkan pencairan yang masih terbatas di triwulan 24. Data realisasi belanja di APBD Provinsi Jawa Tengah sampai dengan triwulan masih dalam kisaran 35,7%, relatif sama dengan tahun sebelumnya. nvestasi mengalami perlambatan. Pertumbuhan komponen investasi yang dicerminkan dari PMTB melambat dari 9,6% (yoy) di triwulan menjadi 6,7% (yoy). Perlambatan pada jenis investasi bangunan terlihat pada melambatnya pertumbuhan ekonomi di sektor bangunan. Pertumbuhan sektor bangunan melambat dari 7,% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 5,5% (yoy) di triwulan 24. Sementara investasi nonbangunan juga terindikasi mengalami penurunan di triwulan laporan tercermin dari menurunnya nilai impor barang modal (Grafik.8). Grafik.7. Perkembangan Penyaluran Kredit nvestasi di Jawa Tengah Dari hasil focus group discussion (FGD) dengan pelaku usaha di Jawa Tengah mengkonfirmasi bahwa kegiatan investasi dunia usaha yang dilakukan di tahun 24 tidak setinggi tahun sebelumnya. Kondisi tersebut juga diindikasikan oleh penyaluran kredit investasi yang juga tumbuh melambat di triwulan 24 (Grafik.7). Sementara itu, realisasi penanaman modal masih menunjukkan peningkatan kegiatan investasi di Jawa Tengah. Meski PMTB menunjukkan adanya perlambatan namun dilihat dari realisasi penanaman modal masih terjadi kenaikan realisasi investasi pada periode laporan. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi baik dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) di triwulan laporan tercatat meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Realisasi PMDN tercatat sebanyak 33 proyek dengan nilai sebesar Rp4.379 miliar (Grafik.). Sementara itu PMA di triwulan 24 juga tercatat lebih tinggi yaitu sebanyak 2 proyek dengan nilai US$7 juta (Grafik.9).Dibanding triwulan sebelumnya, nilai investasi PMA meningkat 33,5%. Grafik.8. Perkembangan Pertumbuhan mpor Barang Modal Vs PMTDB 6 PERSEN YOY PERSEN YOY 2 6 PERSEN PERSEN V V V V V V V Kredit nvestasi PMTB - RHS mport barang Modal - yoy PMTDB - RHS PMTDB - RHS Sumber : Bank ndonesia, diolah Sumber : Bank ndonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL - BAB 9

26 Grafik.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah Grafik.. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Tengah JUMLAH PROYEK JUTA US$ V V V JUMLAH PROYEK MLAR RP V V Proyek PMA nvestasi PMA - RHS Proyek PMDN nvestasi PMDN - RHS Sumber : Bank ndonesia, diolah Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah Kondisi perdagangan dari dan ke Provinsi Jawa Tengah tidak sebaik triwulan sebelumnya. Kegiatan ekspor melambat, namun perlambatannya tidak sedalam impor. Kondisi ini menyebabkan perdagangan Jawa Tengah pada triwulan 24 tercatat mengalami net ekspor yang meningkat dari triwulan sebelumnya. Kegiatan perdagangan Jawa Tengah dengan luar negeri menjadi penyebab utama perlambatan ekspor dan impor. Ekspor pada triwulan 24 melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekspor pada triwulan 24 tercatat 7,% (yoy) atau melambat dari sebelumnya yang tumbuh 9,7% (yoy). Melemahnya ekspor terutama akibat melambatnya ekspor luar negeri. Sementara ekspor antar daerah sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Laju pertumbuhan ekspor luar negeri nonmigas baik secara volume maupun nilai mengalami perlambatan. Pada periode laporan, volume ekspor (Grafik.2) mengalami penurunan lebih dalam dari triwulan sebelumnya yaitu dari -2,4% (yoy) menjadi -8,8% (yoy). Perlambatan laju pertumbuhan volume ekspor terjadi hampir di seluruh kelompok komoditas, terutama di komoditas barang-barang kayu. Pertumbuhan ekspor komoditas ini melambat dari 37,6% (yoy) menjadi 2,7% (yoy). Adapun komoditas utama ekspor Jawa Tengah lainnya, yaitu tekstil dan produk tekstil (TPT) juga melambat, meski tidak sedalam komoditas kayu. Sementara itu, nilai ekspor luar negeri nonmigas juga melambat dari 2% (yoy) menjadi 9,% (yoy). Dilihat dari negara tujuannya, perlambatan pertumbuhan ekspor terutama terjadi untuk ekspor ke negara di kawasan Asia. Ekspor dengan tujuan Tiongkok dan Jepang mengalami perlambatan yang cukup dalam. Melambatnya ekspor ke Tiongkok diindikasikan karena penurunan permintaan sejalan dengan melambatnya ekonomi negara tersebut. Sebaliknya, laju pertumbuhan ekspor ke negara-negara utama lainnya seperti Amerika Serikat dan beberapa negara di kawasan Eropa masih meningkat sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi negara tersebut. Grafik.. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jawa Tengah Grafik.2. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah.6 JUTA USD PERSEN 4.4 RBU TON PERSEN V V V -4 V V V NLA PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS VOLUME PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS Sumber : Bank ndonesia, diolah Sumber : Bank ndonesia, diolah BAB - PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL

27 Grafik.3. Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Grafik.4. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan JUTA USD V V Lainnya talia Belgia Jerman Perancis Belanda UK RRC Jepang KorSel USA 4% 39% 3% MALAYSA LANNYA 9% JEPANG USA 24% 2% BELANDA 5% JERMAN 3 % RRC 2% 3% UK 2% % PERANCS Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia Grafik.5. Perkembangan Nilai mpor Provinsi Jawa Tengah Grafik.6. Perkembangan Volume mpor Provinsi Jawa Tengah JUTA USD V V V PERSEN JUTA USD PERSEN V V V Proyek PMA nvestasi PMA - RHS Volume mport Pertumbuhan Tahunan - RHS Sumber : Bank ndonesia, diolah Sumber : Bank ndonesia, diolah Pertumbuhan impor pada triwulan 24 melambat. Pada triwulan laporan terlihat adanya perlambatan laju pertumbuhan tahunan impor yang cukup dalam, yaitu dari,5% (yoy) menjadi,6% (yoy) di triwulan laporan. Melambatnya pertumbuhan impor lebih didorong oleh menurunnya impor luar negeri. Sementara impor antar daerah di triwulan laporan diindikasikan mengalami peningkatan. mpor luar negeri baik nilai maupun volume pada periode laporan menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Volume impor Jawa Tengah nonmigas turun lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari -,87% (yoy) menjadi -3,76% (yoy) (Grafik.6). Berdasar kelompoknya penurunan volume terbesar terjadi pada kelompok barang modal. Volume impor kelompok barang modal turun menjadi -3,% (yoy) setelah sebelumnya tercatat tumbuh 5,73% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan melambatnya investasi daerah. Berdasar STC (Standard nternational Trade Classification) 2 digit, komoditas barang modal yang menurun cukup dalam adalah dari kelompok mesin terutama mesin industri khusus yang digunakan untuk industri TPT. Laju impor mesin industri khusus ini menurun dari 2,88% (yoy) di triwulan menjadi - 8,32% (yoy). Berdasar negara asal, penurunan laju impor terutama untuk komoditas dari negara Eropa dan ASEAN (Grafik.8). Laju pertumbuhan volume impor komoditas dari kawasan Eropa menurun dari 3,64% (yoy) menjadi -29,4% (yoy). Sebaliknya, impor dari Tiongkok tercatat meningkat sebesar 56% (yoy). PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL - BAB

28 Grafik.7.Pangsa Negara Asal mpor Jawa Tengah Grafik.8. Perkembangan Nilai mpor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal TONGKOK LANNYA EROPA ASEAN USA AUSTRALA 46% 2% 7% 9% 9% 8% JUTA USD V V Sumber : Bank ndonesia, diolah Sumber : Bank ndonesia, diolah LANNYA RRC EROPA AUSTRALA ASEAN USA.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Perlambatan ekonomi daerah pada triwulan 24 dari sisi sektoral terutama karena perlambatan di sektor pertanian. Di sisi lain, kinerja sektor utama daerah lainnya seperti industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami kinerja yang membaik di triwulan laporan sebagaimana terlihat pada pertumbuhan ekonomi di sektor tersebut. (Tabel.3). Dengan perkembangan tersebut, sumber pertumbuhan tahunan di triwulan 24 berasal dari sektor industri pengolahan dan sektor PHR. Sementara sektor pertanian tercatat tidak memberikan dorongan pada perekonomian daerah di triwulan laporan. Tabel.3. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 (%) LAPANGAN USAHA Pertanian 22* V* * * * ** 3.5 V** 2. 23* ** **.6. Pertambangan Dan Penggalian ndustri Pengolahan Listrik,gas Dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,hotel & Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js. Pers Jasa-jasa PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Tabel.4. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 (%) LAPANGAN USAHA V* * * Pertanian **.9 V** ** ** -3.6 Pertambangan Dan Penggalian ndustri Pengolahan Listrik,gas Dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,hotel & Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js. Pers Jasa-jasa PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 2 BAB - PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL

29 Dilihat dari struktur ekonomi Jawa Tengah, output pada triwulan 24 masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor pertanian (Grafik.9). Struktur ekonomi Jawa Tengah belum banyak berubah dari tiga sektor utama tersebut. Namun di triwulan laporan, sektor pertanian tidak memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi daerah. Grafik.9. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan Tahun 24 (%) Kondisi ini juga menggambarkan bahwa dampak banjir di awal tahun 24 tidak memengaruhi pola produksi tanaman bahan makanan daerah sebagaimana yang diperkirakan sebelumnya. Baiknya respon pemerintah dalam menanggulangi dampak banjir dengan melakukan program penanaman ulang (replanting) dapat meminimalkan dampak gagal panen. Pemerintah memberikan bantuan berupa bibit kepada lahan yang terkena banjir. Selain itu, luas lahan yang terkena banjir cukup minim yaitu hanya 4%. Subsektor lain yang juga melambat adalah subsektor peternakan dan perikanan. Sementara, kinerja subsektor lainnya meningkat Sumber Pangsa Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Jasa-jasa Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. Pengangkutan Dan Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Konstruksi Listrik, Gas Dan Air Bersih ndustri Pengolahan Pertambangan Dan Penggalian Pertanian Kinerja sektor industri pengolahan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan ini lebih didorong oleh meningkatnya kinerja industri non migas ditengah semakin melambatnya kinerja industri migas. Sektor industri pengolahan meningkat dari 5,9% (yoy) di triwulan 24 menjadi 6,% (yoy). Pertumbuhan sektor pertanian melambat. Pertumbuhan tahunan sektor ini melambat dari,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi,% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan sektor pertanian turun -3,6% (qtq) atau turun lebih rendah dari rata-rata lima tahun terakhir sebesar -2,6%. Pendorong turunnya sektor ini adalah menurunnya kinerja komoditas di subsektor tanaman bahan makanan. Data dari Dinas Pertanian Jawa Tengah menunjukkan bahwa puncak masa panen terjadi di triwulan 24, sementara di triwulan laporan panen menurun dan masuknya musim tanam kedua. Grafik.2. Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah Grafik.2. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah HEKTAR RBU HEKTAR RBU TON TANAM PANEN LUAS PANEN PRODUKS - RHS Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL - BAB 3

30 Grafik.23. Perkembangan ndustri Kecil Jawa Tengah 5 25 PERSEN V V V V PERTUMBUHAN JATENG TRWULAN PERTUMBUHAN NDO TRWULAN PERTUMBUHAN NDO TAHUNAN PERTUMBUHAN JATENG TAHUNAN V Grafik.22. Perkembangan ndustri Besar Jawa Tengah PERSEN 24 PERTUMBUHAN JATENG TRWULAN PERTUMBUHAN NDO TRWULAN PERTUMBUHAN JATENG TAHUNAN Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Kinerja industri pengolahan nonmigas tumbuh meningkat. ndustri tekstil dan industri makanan dan minuman menjadi pendorong pertumbuhan di sektor industri pengolahan. ndustri tekstil tumbuh cukup signifikan pada periode laporan. Kondisi ini sejalan dengan hasil survei industri besar serta survei industri kecil yang mengindikasikan adanya pertumbuhan industri secara tahunan di Jawa Tengah terutama untuk industri besar. Sementara dari sisi penggunaan energi, konsumsi listrik masih mengalami pertumbuhan terutama untuk kelompok bisnis (Grafik.24 &.25). Grafik.24 Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah Namun ditengah membaiknya kinerja industri, laju pertumbuhan impor baik bahan baku dan barang modal pada triwulan 24 menunjukkan adanya perlambatan (Grafik.26 dan Grafik.27). Kondisi ini perlu dicermati mengingat sebagian besar bahan baku produksi terutama industri TPT masih berasal dari luar negeri. Sehingga dengan melambatnya impor bahan baku dikhawatirkan dapat mengganggu kinerja produksi di periode selanjutnya. Grafik.25 Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen ndustri di Jawa Tengah 6 JUTA KwH PERSEN YOY 5.8 JUTA KwH PERSEN YOY V 23 V 24-2 V V 24 BSNS PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS NDUSTR PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DY diolah Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DY diolah Grafik.26. Perkembangan mpor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah Grafik.27. Perkembangan mpor Nonmigas Barang Modal di Jawa Tengah JUTA USD PERSEN YOY V V V JUTA USD PERSEN YOY V V V BAHAN BAKU YOY - RHS BARANG MODAL YOY - RHS Sumber : Bank ndonesia, diolah Sumber : Bank ndonesia 4 BAB - PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL

31 Grafik.28. Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah Grafik.29. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Jawa Tengah 2.5 RBU TON PERSEN YOY TRLUN RP PERSEN YOY V V V V V V KONSUMS SEMEN PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS SEKTOR BANGUNAN PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS Sumber : Asosiasi Semen ndonesia, diolah Sumber : Bank ndonesia, diolah Kinerja sektor bangunan tumbuh melambat. Sektor bangunan tumbuh melambat dari 7,% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 5,5% (yoy). Namun, data konsumsi semen menunjukkan kenaikan pertumbuhan konsumsi dibanding triwulan sebelumnya (Grafik.28). Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) meningkat pada triwulan 24. Pertumbuhan sektor ini meningkat dari 5,3% (yoy) menjadi 8,4% (yoy). Berdasarkan subsektornya, subsektor listrik tumbuh cukup signifikan sementara subsektor air bersih melambat. Grafik.3. Perkembangan Penjualan Listrik di Jawa Tengah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) meningkat. Sektor PHR meningkat dari 6,% (yoy) menjadi 6,9% (yoy) dimana seluruh subsektor tercatat mengalami peningkatan. Dilihat secara triwulanan, kinerja sektor ini tercatat sebesar 3,9% (qtq) atau lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Masih cukup baiknya konsumsi daerah menopang kinerja di sektor ini, terlihat dari keyakinan konsumen yang masih cukup optimis (Grafik.33). Optimisme dunia usaha juga cukup baik terlihat dari indeks penjualan eceran yang tercatat meningkat di triwulan 24. Grafik.3. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Jawa Tengah 6 5 JUTA KwH PERSEN YOY JUTA PELANGGAN V V -5 V PENJUALAN LSTRK PERTUMBUHAN TAHUNAN PEMERNTAH NDUSTR BSNS RUMAH TANGGA SOSAL PPJU Sumber : PT. PLN Distribusi Jateng dan DY, diolah Grafik.32. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha Sumber : PT. PLN Distribusi Jateng dan DY, diolah Grafik.33. Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran PERSEN YOY SBT V V V V V V NDEKS OPTMS PESMS V V V KEGATAN USAHA - RHS PHR - PRDB NDEKS RL PENJUALAN ECERAN KK TK Sumber : Bank ndonesia, diolah Sumber : Bank ndonesia, diolah PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL - BAB 5

32 Grafik.34. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah Grafik.35. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Jawa Tengah 8 ORANG 8 PERSEN V V V V JUMLAH WSATAWAN MANCANEGARA PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS TOTAL BNTANG BNTANG 2 BNTANG 3 BNTANG 4 BNTANG 5 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sektor pengangkutan dan komunikasi sedikit melambat di triwulan laporan. Sektor ini tumbuh sebesar 4,9% (yoy), setelah sebelumnya tumbuh 5,% (yoy). Perlambatan terjadi di subsektor pengangkutan sedangkan subsektor komunikasi tumbuh meningkat di triwulan 24. Membaiknya kinerja sektor utama seperti PHR dan ndustri Pengolahan diindikasikan turut meningkatkan kinerja sektor pengangkutan di triwulan laporan Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Meski melambat, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masih tumbuh cukup tinggi pada triwulan 24. Sektor ini tumbuh sebesar 9,4% (yoy) pada triwulan 24 atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh,2% (yoy). Perlambatan yang cukup besar terjadi pada subsektor bank, sementara subsektor lembaga keuangan tanpa bank meningkat. Melambatnya kinerja perbankan tidak terlepas dari adanya perlambatan ekonomi. Sektor jasa-jasa tumbuh lebih tinggi di triwulan laporan. Sektor jasa-jasa tumbuh dari 5,% (yoy) di triwulan 24 menjadi 5,6% (yoy) di triwulan laporan. Kenaikan terjadi baik di subsektor pemerintahan umum dan swasta. 6 BAB - PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL

33 KNERJA EKSPOR MANUFAKTUR, PROSPEK DAN TANTANGANNYA SUPLEMEN ASPEK PERMNTAAN Sepanjang sepuluh tahun terakhir, negara tujuan ekspor Jawa Tengah tidak mengalami perubahan yang signifikan. Negara tradisional seperti AS dan Eropa masih menjadi tujuan utama. Sedangkan komoditas yang diekspor kebanyakan berupa TPT dan produk kayu olahan. Meski demikian, jika dilihat berdasarkan pembagian benua, pangsa terbesar nilai ekspor Jawa Tengah ke benua Amerika telah bergeser ke benua Asia. Dilihat dari negara-nya, kenaikan yang cukup signifikan terjadi di Jepang dan Tiongkok. Porsi nilai ekspor ke Tiongkok naik cukup besar dengan komoditas yang diekspor sebagian besar berupa produk kayu olahan, sementara komoditas utama ke Jepang berupa produk kayu olahan dan TPT. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir juga terlihat adanya perkembangan ekspor ke beberapa negara non tradisional seperti ke Rusia dan Afrika. Pelaku usaha berupaya memperluas pasar dengan melakukan diversifikasi ke negara-negara non tradisional. Hal ini sejalan dengan hasil FGD dengan Gabungan Pengusaha Ekspor ndonesia, yang menyatakan sejak tahun 23 mulai melakukan diversifikasi diantaranya ke negara di Afrika dan Amerika Selatan. karta. Berdasarkan survei yang dilakukan, mayoritas pelaku usaha menyatakan bahwa diperkirakan volume ekspor triwulan 24 lebih tinggi dibanding triwulan 23. Meski demikian, perkiraan pertumbuhan tahunan tersebut tidak sebesar periode sebelumnya. Hal ini diperlihatkan dari perkembangan ekspor pada triwulan 24, baik komoditas TPT dan produk kayu olahan pertumbuhan tahunan nya melambat. Dilihat dari negara tujuan nya, ekspor komoditas TPT dan kayu olahan melambat utamanya ke negara di Asia. ASPEK PRODUKS Kapasitas produksi pada triwulan 24 berdasar liaison ke industri pengolahan rata-rata tercatat sebesar 87.53%, naik dibanding periode sebelumnya. Khusus untuk industri TPT, kapasitas ini cenderung mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Hal ini ditandai dengan ekspansi kapasitas pabrik dan penambahan rekrutmen tenaga kerja baru. Sebaliknya, kapasitas produksi pada sektor mebel cenderung menurun, dikarenakan keterbatasan tenaga kerja ataupun teknologi mekanisasi. Pada triwulan 24, Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V melakukan quick survey untuk melihat kinerja ekspor manufaktur di wilayah Jawa Tengah dan D Yogya Grafik. Perkembangan Ekspor Triwulan 24 dibanding Triwulan 23 Berdasar Survei Pelaku Usaha TPT Grafik 2. Perkembangan Ekspor Triwulan 24 dibanding Triwulan 23 Berdasar Survei Pelaku Usaha Produk Kayu Olahan NAK TURUN NAK TURUN STABL STABL VOLUME MARGN VOLUME MARGN PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL - BAB 7

34 SUPLEMEN Berdasarkan survei yang dilakukan pada pelaku usaha, sebanyak 53% responden akan melakukan investasi untuk menambah kapasitas. Dimana 83% dari responden industri olahan kayu akan melakukan investasi berupa pembangunan pabrik dan showroom baru. Sementara hanya sebesar 4% dari responden industri TPT yang akan melakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas. Rencana investasi dalam bentuk ekspansi kapasitas produksi melalui pengadaan mesin-mesin baru dan pembangunan pabrik baru. Di samping itu, beberapa pelaku usaha melakukan diversifikasi usaha ke sektor lain seperti retail (toko busana) dan PHR (hotel dan restoran). Untuk membiayai ekspansi tersebut, responden memperoleh pembiayaan dari berbagai sumber antara lain kredit perbankan, pasar modal (PO dan obligasi), maupun menggunakan dana internal. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan operasional dan produksi pelaku usaha berasal dari infrastruktur dan regulasi. Kendala infrastruktur masih dirasakan oleh pelaku usaha, diantaranya dari pelabuhan dan konektivitas antarmoda. Pelabuhan Tanjung Mas dirasakan masih belum memadai karena tidak tersedianya direct vessel, operasional tidak berlangsung setiap hari, biaya dalam US$, sangat bergantung pada kontainer luar negeri (sehingga sering mendapat harga yang mahal), kondisi jalan penghubung pelabuhan yang rusak, serta belum adanya kereta api yang menghubungkan dengan pelabuhan. PROSPEK DAN RSKO KEDEPAN Berdasarkan perkiraan World Bank dalam Global Economic Prospects (GEP) volume perdagangan dunia dan pertumbuhan tahunan dunia pada tahun 24 mengalami peningkatan meski tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya. Pada GEP bulan Juni, World Bank merevisi ke bawah beberapa indikator pertumbuhan. Meski demikian, pelaku usaha terbilang masih optimis atas penjualan ekspor pada tahun 24. Ekspor produk TPT tersebut umumnya masih mengandalkan pasarpasar tradisionil, terutama AS, Eropa dan Jepang untuk produk garment/apparel, serta Tiongkok, Bangladesh dan Turki untuk produk kain mentah (greige) maupun benang. Hasil liaison ke beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa potensi pasar tradisional diperkirakan masih cukup besar. Di sisi lain, permintaan produk tekstil (benang) dari Tiongkok relatif stabil. Pelaku usaha juga berupaya melakukan diversifikasi p a s a r g u n a m e n i n g k a t k a n p e n j u a l a n n y a. Pengembangan pasar diantaranya dilakukan ke Amerika Selatan dan Afrika. Selain TPT, diversifikasi negara tujuan ekspor juga dilakukan pelaku usaha kayu dan rotan olahan diantaranya ke negara Meksiko, Hongkong, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Hal ini ditenggarai terkait dampak dari kebijakan penghentian ekspor bahan baku rotan, sehingga pembeli mengalihkan pesanan dari Tiongkok dan Vietnam ke ndonesia. Tabel 2. Prakiraan World Bank dan Global Economic Prospects (dalam %) LAPANGAN USAHA VOL. PERDAGANGAN DUNA NLA EKSPOR MANUF PERTUMBUHAN EKONOM DUNA ZONA EROPA JEPANG AMERKA SERKAT TONGKOK GEP Edisi Jan GEP Edisi Jun * * ** V** BAB - PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL

35 SUPLEMEN Faktor risiko yang harus dihadapi pelaku usaha saat ini adalah kenaikan tarif tenaga listrik. Pada perusahaan TPT yang besar kenaikan ini dilaporkan tidak signifikan memengaruhi margin, karena pangsa biayanya yang relatif kecil (sekitar %) dan dapat direspon dengan melakukan efisiensi terhadap proses produksi. Namun pada beberapa perusahaan TPT yang relatif lebih kecil, hal ini sangat berpengaruh. Risiko lain yang harus dihadapi adalah kenaikan permintaan luar negeri tidak setinggi perkiraan sebelumnya, mengingat World Bank merevisi ke bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia. Terkait dengan risiko tersebut, umumnya strategi yang diterapkan oleh pelaku usaha dalam meningkatkan penjualan adalah dengan melakukan efisiensi biaya dan perluasan pasar. Perluasan pasar dilakukan melalui mengikuti pameran, serta membuka showroom di luar negeri. Untuk itu dukungan pemerintah dalam membuka pasar bagi pelaku usaha ekspor amat diperlukan oleh pelaku usaha. Sementara guna melakukan efisiensi biaya, pelaku usaha industri mebel melakukan berbagai langkah seperti penyesuaian desain produk dengan mengurangi bahan baku antara lain melakukan kombinasi antara bahan baku yang lebih mahal dengan yang lebih murah serta dengan menambahkan warna-warna cerah. Strategi ini terbilang berhasil mengurangi biaya bahan baku dan tenaga kerja secara signifikan hingga 2%, dengan memperoleh harga jual yang relatif sama, sehingga mendorong kenaikan margin. PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL - BAB 9

36 SUPLEMEN TANTANGAN PENNGKATAN KONEKTVTAS DAERAH MP3E : PERKEMBANGAN DAN KENDALA YANG DHADAP Fokus Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi ndonesia (MP3E) di Jawa Tengah adalah peningkatan konektivitas daerah dan pemenuhan energi. Beberapa proyek yang ada Jalan Tol Semarang-Solo, Pengembangan Bandara Ahmad Yani, Pengembangan Pelabuhan Tanjung Emas, Double Track Jalur KA, dan Pembangunan PLTU dan Pipa Gas. Nilai investasi dari keseluruhan proyek MP3E adalah Rp.2,299 triliun untuk proyek Sektor Riil sejumlah 35 proyek dan senilai Rp.2,489 triliun untuk proyek nfrastruktur dengan jumlah.48 proyek. Sampai saat ini, pelaksanaan MP3E masih dapat berjalan cukup baik. Beberapa proyek yang berjalan cukup baik diantaranya double track KA, pelabuhan Tanjung Emas dan mulai berjalannya pengembangan Bandara A. Yani. Di sisi lain, terdapat beberapa proyek yang tidak berjalan sesuai rencana. MP3E belum dapat mempercepat pembangunan dan perluasan ekonomi. Permasalahan utama yang dihadapi antara lain (i) pembebasan lahan, (ii) permasalahan dan gejolak sosial terutama untuk pembangunan PLTU, serta (iii) pendanaan Gambar. nfrastruktur Tanpa MP3E Meski beberapa proyek telah terlaksana dengan baik, namun operasional dari proyek-proyek tersebut belum maksimal. Operasional dari double track KA belum optimal karena PT KA masih kekurangan lokomotif sehingga jumlah perjalanan KA baik untuk barang maupun penumpang masih belum maksimal. SNKRONSAS KEBJAKAN DAERAH DENGAN MP3E Selain proyek MP3E, Pemda juga melakukan berbagai proyek untuk meningkatkan konektivitas daerah. Proyek tersebut adalah jalan penghubung antara Pantura dengan Pantai Selatan (pansel) untuk mengembangkan ekonomi pantai selatan, track KA jalur selatan yang telah berjalan baik, serta pelaksanaan tahun infrastruktur berupa pembangunan jembatan dan peningkatan jalan raya provinsi. Permasalahan yang dihadapi adalah adanya pembagian klasifikasi jalan antara jalan provinsi, kabupaten, dan desa. Kondisi ini menyebabkan provinsi tidak dapat meningkatkan jalan yang bukan wewenangnya, sementara sebagian besar jalan menuju kawasan wisata dan industri adalah jalan kabupaten. Gambar 2. nfrastruktur dengan MP3E Sumber : KP3E Jateng Sumber : KP3E Jateng, diolah 2 BAB - PERKEMBANGAN EKONOM MAKRO REGONAL

37 BAB PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH nflasi tahunan Jawa Tengah sedikit naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. nflasi tahun kalender periode laporan, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 2

38

39 2. nflasi Secara Umum nflasi Jawa Tengah pada triwulan 24, masih tercatat lebih rendah dibanding capaian akhir tahun 23. nflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan 24 sebesar 7,26% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi akhir tahun 7,98% (yoy). Namun, inflasi ini lebih tinggi dibanding periode sebelumnya sebesar 7,8% (yoy), dan inflasi nasional triwulan 24 sebesar 6,7% (yoy) (Grafik 2.). nflasi triwulanan pada periode laporan lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. nflasi triwulanan Jawa Tengah di triwulan 24 tercatat sebesar,68% (qtq) atau lebih tinggi dari triwulan 23 sebesar,35% (qtq) dan rata-rata inflasi triwulan dalam lima tahun terakhir sebesar,6%. Beberapa kelompok yang inflasi triwulanan nya tercatat lebih tinggi dibanding rata-rata lima tahun terakhir diantara nya kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (Grafik 2.2). Secara bulanan, sesuai historisnya pola inflasi bulanan di triwulan naik. Setelah tren inflasi bulanan triwulan menurun, inflasi meningkat di triwulan (grafik 2.3.). Peningkatan tersebut didorong oleh inflasi dari kelompok bahan makanan dengan pendorong subkelompok bumbubumbuan dan subkelompok daging dan hasil-hasilnya. Selain itu juga didorong oleh kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar. Komoditas penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok bahan makanan. Komoditas penyumbang inflasi terbesar dari kelompok bahan makanan adalah telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, dan bawang putih. Kenaikan harga daging ayam ras terkait pembatasan produksi bibit ayam (Grafik 2.4). Sementara komoditas penyumbang inflasi terbesar lainnya berasal dari bahan bakar rumah tangga dan kontrak rumah. Grafik 2.. Perkembangan nflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan nflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah PERSEN 7,8 7,32 7,26 6,27,36,9,68,57 V V V Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Kesehatan Sandang Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Bahan Makanan Umum JATENG (QTQ) JATENG (YOY) NAS (QTQ) NAS (YOY) RATA-RATA TW TW 23 TW 23 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Grafik 2.3. Perkembangan nflasi Bulanan Jawa Tengah 2-24 Grafik 2.4. Event Analysis nflasi Provinsi Jawa Tengah 4. PERSEN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des RATA-RATA Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 9 PERSEN KENAKAN BBM CURAH HUJAN TNGG EKSPEKTAS MULA NAK YOY ,3 MTM..8.9 (,3) (,2), 3,4, Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 9 2 7,7 KENAKAN TTL TAHAP AKHR 23 7,8 8, 7.9 BENCANA BANJR 2 3 7, PEMBATASAN PRODUKS BBT AYAM 24 KENAKAN TTL u/p, 3 R3, 4, B2, B3 PERSEN 4, 3,5 3, 2,5 2,,5,,5 (,5) (,) (,7),2,3,3,,3,2 -,,2,7 7, PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH - BAB 23

40 Tabel 2.. Tabel Komoditas Utama Penyumbang nflasi Bulanan di Jawa Tengah APRL ME JUN No. Komoditas Andil No. Komoditas Andil No. Komoditas Andil Mobil,4 Daging ayam ras,7 Kontrak Rumah,2 2 Telur ayam ras,4 2 Telur ayam ras,6 2 Bawang Merah,9 3 Nangka Muda,2 3 Bahan Bakar Rumah Tangga,6 3 Daging ayam ras,8 4 Bahan Bakar Rumah Tangga, 4 Bawang Merah,2 4 Telur ayam ras,7 5 Angkutan Udara, 5 Lele,2 5 Bawang putih,4 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 2 Berdasarkan disagregasi inflasi, tekanan inflasi berasal dari faktor non-fundamental. Tekanan inflasi dari faktor non-fundamental terutama dari komponen volatile foods yang meningkat. Selain itu, inflasi inti juga meningkat meski dalam level moderat karena adanya kenaikan biaya tempat tinggal. Sementara itu, kelompok administered prices mulai turun. nflasi di hampir semua kota Jawa Tengah yang disurvei oleh BPS, turun dibanding periode sebelumnya. Kotakota yang mengalami penurunan inflasi adalah Purwokerto, Tegal, Cilacap, dan Kudus. Sementara kenaikan inflasi hanya terjadi di Semarang. Namun karena bobotnya yang besar, menarik inflasi Jawa Tengah ke atas sehingga inflasi Jawa Tengah naik dibanding periode sebelumnya. Sementara, inflasi Surakarta terpantau stabil. Disparitas inflasi kota-kota di Jawa Tengah masih cukup besar. nflasi tahunan (yoy) terbesar terjadi di Kota Cilacap dan Kudus masing-masing sebesar 9,65% dan 9,54%, sementara terendah di Kota Tegal sebesar 5,68%. 2.2 nflasi Berdasarkan Kelompok Kenaikan inflasi pada periode laporan utamanya didorong oleh kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan setelah pada triwulan sebelumnya turun signifikan, pada periode laporan naik meski masih di bawah level inflasi akhir tahun. Kelompok lain yang mendorong inflasi periode laporan secara signifikan adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (Tabel 2.2) Kelompok Bahan Makanan nflasi kelompok bahan naik didorong oleh subkelompok daging dan telur. Pada periode laporan, inflasi kelompok bahan makanan naik dari 7,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 8,6% (yoy), namun masih lebih rendah dibanding akhir tahun 23 sebesar 2,54% (yoy). Sumbangan terbesar berasal dari subkelompok daging dan hasil-hasil nya serta subkelompok telur susu dan hasilhasilnya. nflasi kedua subkelompok ini naik dibanding periode sebelumnya (Tabel 2.3). nflasi tahunan subkelompok ikan segar turun dibanding periode sebelumnya, namun masih tercatat lebih tinggi dibanding akhir tahun 23. Sementara itu, subkelompok bumbu-bumbuan meski inflasi tahunan nya masih tercatat deflasi namun deflasi tidak sebesar periode sebelumnya. Di sisi lain, inflasi tertahan oleh turunnya inflasi subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasil-hasilnya. Tabel 2.2. Perkembangan nflasi Tahunan Per Kelompok KOMODTAS V V 24 UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JAD, MNUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AR, LSTRK, GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDDKAN, REKREAS & OLAHRAGA TRANSPORTAS, KOMUNKAS & JASA KEUANGAN ,72 2,8 6,9 4,64,6 2,33,84 2,7 7,99 2,54 7,6 5,2 -, 2,48 2,52 3,27 7,8 7,7 8,4 6,4 2,75 2,94 2,95 3,4 7,26 8,6 7,79 7,3 4,6 3,52 2,9,7 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 2. Disagregasi inflasi terdiri atas administered prices, volatile foods, dan core inflation. Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau ditetapkan oleh Pemerintah. Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan. Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoretis, kebijakan moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti. 24 BAB - PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH

41 Tabel 2.3. Perkembangan nflasi Tahunan dan Triwulanan Tw Kelompok Bahan Makanan KOMODTAS V V 24 yoy qtq BAHAN MAKANAN PAD-PADAN, UMB-UMBAN & HASLNYA 7,5 5,6 2,86 9, , , , DAGNG DAN HASL-HASLNYA KAN SEGAR KAN DAWETKAN TELUR, SUSU DAN HASL-HASLNYA SAYUR-SAYURAN KACANG - KACANGAN BUAH - BUAHAN BUMBU - BUMBUAN LEMAK DAN MNYAK BAHAN MAKANAN LANNYA Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Subkelompok daging dan hasil-hasilnya serta subkelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya naik cukup tajam. Subkelompok daging dan hasil-hasilnya naik dari 8,8% (yoy) menjadi 4,62% (yoy) sementara subkelompok telur susu dan hasil-hasilnya naik dari 7,22% (yoy) menjadi,6% (yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi kedua subkelompok ini berasal dari kenaikan inflasi daging ayam ras dan telur ayam ras. Sejak bulan April telur ayam ras merupakan salah satu penyumbang inflasi bulanan terbesar, sementara daging ayam ras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar sejak bulan Mei. Kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras disebabkan oleh kenaikan harga DOC, kondisi cuaca yang tidak menentu, dan respon terhadap 3 kebijakan Pemerintah diatur secara periodik. terkait pembatasan produksi yang Subkelompok ikan segar masih memliki sumbangan yang besar pada inflasi tahunan. nflasi tahunan pada subkelompok ini turun dari 7,2% (yoy) menjadi 5,48% (yoy). Meski turun inflasi tahunan periode laporan masih lebih tinggi dibanding inflasi akhir tahun 2,78% (yoy). Sejalan dengan ini, inflasi triwulanan periode laporan yang sebesar,8% (qtq) lebih tinggi dibanding inflasi periode yang sama tahun sebelumnya,9% (qtq). Beberapa komoditas ikan segar yang masih mencatatkan inflasi bulanan yang besar diantaranya ikan gabus, gurame, dan kembung. Deflasi masih terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan akibat deflasi yang cukup dalam pada komoditas cabe merah dan cabe rawit. Melimpahnya hasil panen cabe, menyebakan penurunan harga. Di sisi lain, inflasi bulanan komoditas bawang merah pada bulan Mei dan Juni naik, dengan kenaikan tertinggi pada Juni. nflasi bulanan bawang merah pada bulan Mei dan Juni masing-masing sebesar 4,57% (mtm) dan 22,83% (mtm). Kenaikan ini terkait belum masuknya masa panen bawang merah di Brebes. nflasi kelompok padi-padian, umbi-umbian turun, menahan laju kenaikan inflasi. nflasi tahunan kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya turun dari,69% (yoy) di triwulan 24 menjadi 7,8% (yoy). nflasi tertahan akibat komoditas beras yang tercatat deflasi dua bulan berturut-turut, April deflasi sebesar 2,7% (mtm) dan Mei sebesar -,42% (mtm). Di bulan Juni hanya inflasi tipis sebesar,9% (mtm). nflasi beras tercatat turun, terkait dengan panen padi di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah. Selain itu, transportasi sudah pulih pasca banjir di triwulan 24. Terjaganya harga beras juga didukung oleh persediaan beras Bulog sepanjang triwulan 24 rata-rata 7-8 bulan. Subkelompok bumbu-bumbuan masih tercatat deflasi. Pada triwulan 24 inflasi subkelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami deflasi sebesar 7,7%, setelah sebelumnya mengalami deflasi lebih dalam 25,87% (yoy) di triwulan sebelumnya. 3. Surat Mendag No.644/M-DAG/SD/4/24 tanggal 5 April kepada ketua dan anggota Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU ndonesia) dan para pengusaha pembibitan unggas, untuk menjaga pendapatan yang wajar dari peternak unggas, untuk tetap menjaga ketersediaan pasokan dan agar tidak terjadi lonjakan harga eceran di tingkat konsumen pada saat HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional). PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH - BAB 25

42 Kelompok Makanan Jadi, Minuman,Rokok dan Tembakau nflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau turun, dari 8,4% (yoy) di triwulan 24 menjadi 7,79% (yoy). nflasi bulanan sepanjang triwulan 24 juga tercatat lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Turunnya inflasi di kelompok ini terutama terjadi di subkelompok makanan jadi, sementara subkelompok lainnya naik. Kenaikan inflasi bahan makanan belum ditransmisikan ke subkelompok makanan jadi Kelompok Perumahan,Air,Listrik,Gas dan Bahan Bakar nflasi kelompok ini naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 6,4% (yoy) menjadi 7,3% (yoy). Semua subkelompok terpantau naik dibanding periode sebelumnya. Kenaikan utamanya didorong oleh subkelompok biaya tempat tinggal dari 6,7% (yoy) menjadi 7,36% (yoy). Komoditas kontrak rumah menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar di bulan Mei. Selain itu subkelompok bahan bakar, penerangan dan air juga naik dari 8,29% (yoy) menjadi 8,63% (yoy). Komoditas yang mendorong inflasi naik adalah tarip listrik dan bahan bakar rumah tangga. Tarip listrik naik bertahap untuk masingmasing kategori, untuk golongan P, 3, 4, B2, B3, dan R3 dimulai bulan Mei dan akan bertahap naik. Sementara kenaikan bahan bakar rumah tangga didorong oleh kenaikan elpiji Kelompok Lainnya Meneruskan tren naik pada periode sebelumnya, kelompok sandang pada triwulan laporan masih naik. nflasi meningkat dari 2,75% (yoy) di triwulan menjadi 4,6% (yoy). Semua subkelompok naik cukup besar. Kenaikan terbesar pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya yaitu dari -,% (yoy) menjadi 4,2% (yoy). Kelompok kesehatan naik, dari 2,94% (yoy) menjadi 3,52% (yoy). Semua subkelompok naik dengan pendorong terbesar inflasi kelompok ini adalah jasa kesehatan serta perawatan jasmani dan kosmetika. 2.3 Disagregasi nflasi Faktor non-fundamental menjadi pendorong kenaikan inflasi di triwulan laporan, terutama dari volatile foods. Faktor pendorong inflasi volatile foods pada periode laporan berasal dari sisi permintaan yang naik dan berkurangnya penawaran. Kelompok inti tercatat naik terbatas. Sementara kelompok administered prices turun (Grafik 2.5) Kelompok Volatile foods nflasi volatile foods naik dibandingkan periode sebelumnya, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi akhir tahun. nflasi volatile foods naik dari 7,29% (yoy) di triwulan 24 menjadi 8,8% (yoy) di triwulan, namun masih lebih rendah dibanding akhir tahun 4,% (yoy). Sejalan dengan ini, inflasi triwulanan periode laporan sebesar,3% (qtq) lebih tinggi dari triwulan 23 sebesar -,% (qtq). Namun dibandingkan historisnya masih tercatat lebih rendah (Grafik 2.8). Grafik 2.5. Disagregasi nflasi Tahunan Grafik 2.6. Disagregasi nflasi Bulanan,6 PERSEN YOY 8. PERSEN MTM,4 6.,2 4., 2.,8.,6-2.,4,2 V V V -4. (,2) (,4) CORE VF ADM PRCE CORE VF ADM PRCE Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 26 BAB - PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH

43 Grafik 2.7. Perkembangan nflasi Bulanan Kelompok Volatile Foods Grafik 2.8. Perkembangan nflasi Triwulanan Kelompok Volatile Foods Triwulan 8 MTM PERSEN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des RATA-RATA Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah RATA-RATA Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah nflasi subkelompok daging dan telur naik memberikan dorongan pada inflasi kelompok volatile foods. Perkembangan inflasi tahunan pada subkelompok ini beragam, sebagian mencatatkan inflasi naik sebagian turun. Subkelompok daging dan hasilnya, subkelompok telur, susu, dan hasilnya, subkelompok kacang-kacangan, serta subkelompok buah-buahan inflasi nya naik. Sementara subkelompok bumbuan masih tercatat deflasi namun dengan level yang lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Berkurangnya pasokan pada beberapa komoditas pangan mendorong inflasi kelompok volatile foods. Pembatasan produksi bibit ayam, berdampak pada penurunan produksi ayam. Telur ayam ras dan daging ayam ras sepanjang periode laporan masuk dalam lima komoditas penyumbang inflasi terbesar. Sementara itu, dari subkelompok bumbu-bumbuan, komoditas bawang merah dan bawang putih memberikan tekanan pada inflasi di akhir periode laporan. Kenaikan harga bawang merah terkait belum masuknya masa panen bawang merah di Brebes. Grafik 2.9. Perkembangan Subkelompok nflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods Subkelompok padi-padian menahan laju inflasi kelompok volatile foods. Beberapa subkelompok yang tercatat inflasi nya turun adalah subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya, subkelompok ikan segar, subkelompok sayursayuran serta subkelompok lemak dan minyak Kelompok Administered Prices nflasi kelompok administered prices, tercatat turun cukup dalam. Setelah naik pada triwulan sebelumnya, inflasi kelompok ini pada triwulan 24 turun tajam dari 2,56% (yoy) di triwulan menjadi 5,89% (yoy). nflasi triwulanan pada periode laporan sebesar,35% (qtq), jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 3,64% (qtq). nflasi subkelompok transpor kembali ke pola normalnya. Pasca penerapan surcharge tarif pesawat udara di triwulan 24, inflasi subkelompok transpor turun. Sementara itu subkelompok bahan bakar dan penerangan dan air serta subkelompok tembakau dan minuman beralkohol, cenderung mengalami perubahan yang tidak signifikan. Grafik 2.. Lanjutan Perkembangan Subkelompok nflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods 25 YOY PERSEN 3 YOY PERSEN V V V V PAD-PADAN, UMB-UMBAN DAN HASLNYA DAGNG DAN HASL-HASLNYA Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah TELUR, SUSU DAN HASL-HASLNYA KAN SEGAR - SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN -5 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah BUAH-BUAHAN LEMAK DAN MNYAK BUMBU-BUMBUAN-RHS PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH - BAB 27

44 Grafik 2.. Perkembangan nflasi Triwulanan Kelompok Adminitered Prices Triwulan Grafik 2.2. Perkembangan Subkelompok nflasi Tahunan Kelompok Adminitered Prices 25 YOY PERSEN RATA-RATA Kelompok nti nflasi kelompok inti naik terbatas. Pada triwulan 24, inflasi kelompok inti meningkat dari 4,76% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 5,25% (yoy) pada periode laporan. Meski demikian, inflasi inti masih cukup terkendali. Hal ini memperlihatkan tekanan inflasi yang bersifat fundamental masih terkendali. Masih kuatnya permintaan agregat dapat direspons dengan baik oleh para pelaku usaha. Tekanan dari output gap relatif minimal cenderung turun (Grafik 2.4). Permintaan masih kuat sejalan dengan konsumsi rumah tangga pada periode laporan yang naik. Masih kuatnya permintaan secara umum masih dapat direspon dari sisi penawaran sejalan dengan naiknya kinerja industri pada periode laporan. Distribusi barang pasca bencana banjir pada triwulan 24, cukup lancar terlihat dari stabilnya data arus barang yang tercatat di Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah..64 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Grafik 2.3. Perkembangan nflasi Triwulanan Kelompok nti Triwulan 5 V V TEMBAKAU DAN MNUMAN BERALKOHOL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AR Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah TRANSPORT Ekspektasi inflasi relatif masih dapat terjaga dan mampu meredam lonjakan inflasi inti. Hasil survei menunjukkan indeks ekspektasi harga konsumen naik terbatas untuk 3 bulan, 6 bulan, dan tahun yang akan datang (Grafik 2.5). Sementara itu dari sisi pedagang, terlihat bahwa ekspektasi harga yang akan datang pada periode laporan menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya (Grafik 2.6). Tekanan inflasi dari faktor eksternal masih minimal. Tekanan imported inflation masih minimal sejalan masih berlanjutnya tren menurun harga komoditas internasional (Grafik 2.8). Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (kurs tengah Bank ndonesia) menguat. Rata-rata nilai tukar Rupiah pada triwulan 24 sebesar Rp.684,7, sementara triwulan sebelumnya Rp.96,48. Grafik 2.4. Perkembangan Output Gap dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan YOY PERSEN V V PERSEN RATA-RATA PDRB YOY OUTPUT GAP - RHS Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank ndonesia, diolah 28 BAB - PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH

45 Grafik 2.5. ndeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik 2.6. ndeks Ekspektasi Pedagang Eceran 9 NDEKS 9 NDEKS EKSPEKTAS HARGA 3 BULAN YAD EKSPEKTAS HARGA 6 BULAN YAD EKSPEKTAS HARGA 2 BULAN YAD 3 BULAN YAD 6 BULAN YAD Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia Grafik 2.7. Perkembangan nflasi Tahunan Kelompok nti Traded Grafik 2.8. Perkembangan Harga Komoditas nternasional 5 YOY 7 YOY PERSEN V V V V QTQ YOY -2 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah MNYAK KELAPA SAWT BERAS EMAS Sumber : Bloomberg 2.4. nflasi Kota Kota di Provinsi Jawa Tengah Tren penurunan inflasi terjadi di sebagian besar kota yang disurvei oleh BPS di Jawa Tengah. Hanya Kota Semarang yang tercatat mengalami kenaikan inflasi dari 6,43% (yoy) menjadi 7,3% (yoy). Kota Surakarta cenderung stabil, inflasi di triwulan tercatat sebesar 6,6% (yoy) sementara triwulan 6,63% (yoy). Kota lain mengalami penurunan, dengan penurunan terbesar terjadi di Kudus, yaitu dari,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,54% (yoy) pada triwulan 24 (Grafik 2.2). Disparitas inflasi antar kota/kabupaten di Jawa Tengah masih tinggi. nflasi tertinggi terjadi di Cilacap diikuti Kudus masing-masing sebesar 9,65% (yoy) dan 9,54% (yoy). Sementara inflasi terendah terjadi di Tegal sebesar 5,68% (yoy). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, sumbangan inflasi terbesar di seluruh kota berasal dari kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan pada sebagian besar kota naik signifikan. Grafik 2.9. nflasi Tahunan Triwulan 24 Grafik 2.2. Perkembangan nflasi Tahunan Kelompok nti Traded 2 PERSEN YOY PERSEN YOY PURWOKERTO SURAKARTA SEMARANG TEGAL KUDUS CLACAP PURWOKERTO SURAKARTA SEMARANG TEGAL KUDUS CLACAP Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH - BAB 29

46 Kenaikan terjadi di Kudus, Solo, Semarang. nflasi kelompok bahan makanan di Kudus naik dari 4,98% (yoy) pada triwulan 24 menjadi 7,35% (yoy), di Surakarta dari 7,73% (yoy) menjadi 9,65% (yoy), Semarang dari 5,42% (yoy) menjadi 7,74% (yoy). Komoditas yang memberi tekanan pada inflasi kelompok bahan makanan diantaranya telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, dan bawang putih. Pada sebagian besar kota, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga memberikan dorongan inflasi., kelompok ini juga mengalami peningkatan. Komoditas yang memberikan sumbangan diantaranya kontrak rumah dan bahan bakar rumah tangga. 3 BAB - PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH

47 PERKEMBANGAN KOMODTAS BAWANG MERAH SUPLEMEN Produksi bawang merah pada bulan Juni-Juli 24 diperkirakan akan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya karena memasuki masa panen yang akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus 24. Dari data yang dirilis oleh Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Brebes, produksi bawang merah pada bulan Mei 24 tercatat sebesar ton jauh meningkat dari produksi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8.65 ton dan akan terus meningkat seiring mulai memasuki masa panen. Berdasarkan informasi Asosiasi Bawang Merah ndonesia (ABM), secara umum produksi dan panen berlangsung masih sesuai dengan siklus yang ada.namun berdasarkan hasil panen yang sudah terjadi, pada sebagian daerah produktivitas bawang merah mengalami penurunan pada tahun ini yang disebabkan oleh cuaca yang relatif kurang stabil yaitu terjadinya hujan dengan intensitas yang tinggi ditengah musim kemarau yang mengganggu perkembangan tanaman bawang merah khususnya yang sedang tumbuh. Kenaikan harga bawang merah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir terjadi karena produksi di sentra produksi Brebes masih terbatas paska panen bulan Januari 24. Keterbatasan produksi terjadi akibat siklus tanam pada bulan Januari-April di wilayah Brebes sebagian besar ditanami padi. Penanaman bawang merah dilakukan paska panen padi yaitu pada bulan April-Mei dan berlanjut semakin besar pada bulan Juni sehingga diperkirakan akan mulai panen pada bulan Juni-Juli dan Agustus yang menjadi puncak panen. Kondisi keterbatasan pasokan tersebut menyebabkan adanya kenaikan harga. mpor bawang merah tetap berlangsung pada tahun ini sesuai siklusnya, dengan jumlah yang cenderung menurun mendekati masa panen bawang merah lokal. Berdasarkan Perda Pemerintah Kab. Brebes, bawang merah impor tidak diperkenakan untuk beredar atau masuk ke wilayah Brebes sehingga menurut sejumlah pedagang besar di Brebes mereka biasanya langsung mendistribusikan bawang merah impor kepada pembeli langsung dari tempat masuknya bawang merah impor yaitu dari Surabaya dan Medan. Struktur pasar bawang merah nasional secara umum cenderung bersifat oligopoli dengan sebagian besar pangsa pasar dikuasai oleh sejumlah pedagang besar yang berasal dari Brebes. Menurut ABM dan beberapa pedagang, 8% perdagangan bawang merah nasional dikuasai oleh sejumlah pedagang besar di Brebes. Namun demikian para pedagang tersebut tidak dapat serta merta menentukan harga secara mutlak karena harga juga sangat dipengaruhi oleh pasokan baik lokal maupun impor. Pada saat impor dibatasi dan produksi lokal sedang turun/rendah maka harga ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu kenaikan harga akibat permintaan yang melebihi supply. Pedagang besar sendiri secara umum dapat memengaruhi harga terutama pada saat produksi melimpah dengan menunda pembelian dari petani sehingga harga bawang akan turun drastis dan petani mengalami kerugian atau margin keuntungan yang tipis karena sifat bawang merah yang perishable. PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH - BAB 3

48 SUPLEMEN Untuk menjaga kestabilan harga bawang merah, Kemendag (Bapepti) bersama Pemkab Brebes, B dan ABM akan membentuk Pasar Lelang Bawang merah di Brebes dengan merevitalisasi Pasar Bawang Merah yang sudah ada. Namun demikian, untuk mewujudkan hal tersebut masih terdapat beberapa kendala yang harus diselesaikan yaitu (i) mengubah kebiasaan petani untuk menjual langsung ke pasar lelang, (ii) resistensi dari pedagang pengepul, serta (iii) dana talangan yang besar untuk membeli bawang merah terkait kebiasaan petani pembayaran dengan tunai. Sehingga untuk mengatasi kendala tersebut perlu dukungan dari berbagai pihak, yaitu (i) dukungan Kemendag untuk mencarikan pasar/pembeli, (ii) penyediaan gudang/cold storage untuk menyimpan hasil panen saat panen raya sehingga harga tidak jatuh terlalu dalam, (iii) dukungan Perbankan untuk memberikan pinjaman dana talang, serta (iv) menetapkan komoditas bawang merah sebagai salah satu komoditas yang termasuk dalam daftar komoditas sistem resi gudang. 32 BAB - PERKEMBANGAN NFLAS JAWA TENGAH

49 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SSTEM PEMBAYARAN ndustri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan 24 masih tumbuh dengan baik. ndikator utama perbankan yaitu aset, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan pertumbuhan yang meningkat sementara kredit mengalami perlambatan. Perbankan syariah mengalami perlambatan aset demikian pula dengan pembiayaan yang disalurkan.namun DPK perbankan syariah mengalami peningkatan. Kegiatan sistem pembayaran mampu memberikan dukungan pada kelancaran transaksi ekonomi di Jawa Tengah. 33

50

51 3.. Kondisi Umum Perbankan9 Jawa Tengah ndustri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan 24 masih tumbuh cukup baik (Grafik 3.2), terkonfirmasi dari beberapa indikator utama kinerja perbankan di Jawa Tengah. Secara tahunan pada triwulan ini total aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh meningkat dibanding triwulan 24. Sementara itu kredit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan lalu. Seiring dengan pertumbuhan kredit yang lebih rendah dibandingkan DPK maka menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) turut menurun pada triwulan laporan. Sementara itu, kualitas kredit yang disalurkan masih dapat dijaga dengan baik sehingga Non Performing Loan (NPL) jauh di bawah level indikatif, yaitu pada level 2,9%. Kinerja perbankan yang masih cukup baik tersebut memberikan nilai tambah pada pertumbuhan ekonomi sektor keuangan, yang pada triwulan 24 mampu tumbuh 9,44% (yoy). Aset tumbuh meningkat, dari 4,89% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,8% (yoy) pada triwulan ini. Total aset bank umum tercatat sebesar Rp242,44 miliar. Penghimpunan DPK bank umum meningkat dari 5,29% (yoy) pada triwulan 24 menjadi 7,37% (yoy) pada triwulan laporan. Dilihat dari jenis simpanannya, utamanya berasal dari giro yang mengalami lonjakan sementara deposito dan tabungan menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Meski melambat, pertumbuhan simpanan dalam bentuk deposito masih relatif tinggi. Kredit melambat pada periode laporan. Kredit bank umum melambat dari 6,45% (yoy) menjadi 5,96% (yoy) Perkembangan Bank Umum 3.2. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Perkembangan jaringan kantor bank umum di Jawa Tengah menurun dibanding triwulan sebelumnya (Tabel 3.). Pada triwulan laporan jumlah kantor bank umum di Jawa Tengah berjumlah unit menurun dari triwulan 24 yang sebanyak unit. Penurunan utamanya terjadi pada kantor cabang pembantu pada kelompok bank pemerintah dan bank swasta. Kantor cabang pembantu kelompok bank pemerintah menurun dari.872 unit menjadi.759 unit, sedangkan kantor cabang pembantu kelompok bank swasta menurun dari 868 unit menjadi 865 unit. Peningkatan jumlah jaringan kantor hanya dijumpai pada kelompok bank pemerintah daerah dari 287 unit menjadi 294 unit. Penambahan terjadi dalam bentuk unit kantor cabang, unit kantor cabang pembantu, dan 5 unit kantor kas. Sementara itu, kelompok bank asing dan campuran juga mengalami sedikit penurunan jumlah jaringan kantor dari triwulan 24 sebanyak 22 unit menjadi 8 unit. Penurunan itu utamanya dalam bentuk kantor cabang dari 5 unit menjadi unit pada triwulan laporan. Grafik 3.. Perkembangan ndikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.2. Pertumbuhan Tahunan ndikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah 3 TRLUN RP 28 PERSEN YOY PERSEN V V ASSET DPK KREDT PERTUMBUHAN ASET PERTUMBUHAN KREDT PERTUMBUHAN DPK LDR - RHS Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia 9.ndikator perbankan berdasar lokasi bank PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SSTEM PEMBAYARAN - BAB 35

52 Tabel 3.. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah KETERANGAN Bank Conventional Jumlah Bank Umum jumlah Bank (Kantor Pusat) Jumlah Kantor Bank Umum Bank Pemerintah Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Cabang Pembantu ) Kantor Kas Bank Pemerintah Daerah Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Cabang Pembantu Kantor Kas Bank Swasta Nasional Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Cabang Pembantu Kantor Kas Bank Asing dan Bank Campuran Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Cabang Pembantu Kantor Kas V , , , , , , , ,38 3,5 3,65 3,628 3,676 3,632 3,675 3,754 3,759 2,49 2,59 2,74 2,84 2,2 2,56 2,85 2,258 2,258 8, , , , , , V 5 2 8, , , , ,529 2,48 8, , Sumber : Bank ndonnesia Perkembangan Penghimpunan DPK Pertumbuhan DPK meningkat sejalan dengan peningkatan suku bunga simpanan. Komponen suku bunga simpanan mengalami peningkatan terkecuali tabungan, sementara kenaikan DPK terjadi hanya pada bentuk deposito. Dilihat dari golongan nasabahnya, terjadi penurunan cukup tajam pada kelompok BUMN atau pemerintah campuran, yang secara tahunan mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan yaitu sebesar 42,6% (yoy). Penguatan pertumbuhan terjadi pada kelompok pemerintah berupa pertumbuhan nasabah pemerintah daerah sebesar menjadi 7,63% (yoy) dari sebelumnya tumbuh negatif,62% (yoy). Kondisi yang sama terjadi pada nasabah badan-badan dan lembaga pemerintah menjadi sebesar 2,94% (yoy) dari sebelumnya tumbuh negatif sebesar,54% (yoy). Sementara itu, dilihat dari penggunaannya, kenaikan yang tajam terjadi pada giro yang mengalami pertumbuhan dari,45% (yoy) menjadi 2,59% (yoy). Deposito dan tabungan mengalami perlambatan masing-masing dari 28,95% (yoy) menjadi 24,96% (yoy) dan 2,4% (yoy) menjadi,27% (yoy). Berdasarkan pangsa masing-masing komponen DPK, simpanan dalam bentuk tabungan tetap tercatat memiliki pangsa terbesar yaitu sebesar 49%. Sementara itu, simpanan deposito dan giro masing-masing memiliki pangsa sebesar 34% dan 7% (Grafik 3.4). Tidak terjadi shifting di sepanjang lima tahun terakhir mengenai proporsi bentuk simpanan ini. Grafik 3.3 Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah TRLUN RP % YOY % 34% 7% V Tabungan Deposito Giro Pertumbuhan Giro Pertumbuhan Tabungan Pertumbuhan Deposito TABUNGAN DEPOSTO GRO Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia 36 BAB - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SSTEM PEMBAYARAN

53 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Sektor Utama Bank Umum Provinsi Jawa Tengah perlambatan meski DPK tumbuh meningkat. Kredit bank 7 TRLUN RP PERSEN YOY umum melambat dari 6,45% (yoy) menjadi 5,96% (yoy) 6 diduga akibat suku bunga pinjaman yang mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit berdasarkan golongan nasabah pada kelompok penduduk juga mengalami 2 perlambatan sementara pada golongan nonpenduduk mengalami peningkatan pertumbuhan didukung oleh pertumbuhan pada kelompok swasta lainnya dan lembaga internasional. Pangsa terbesar penyaluran kredit pada kelompok bank umum masih diberikan pada sektor perdagangan besar dan eceran yaitu 34,53% dilanjutkan dengan industri pengolahan 6,47%. Dukungan dunia perbankan terhadap perekonomian Jawa Tengah dapat dilihat melalui penyaluran kredit kepada sektor utama daerah yaitu Sektor Pertanian, Sektor ndustri Pengolahan, dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) seperti ditampilkan pada Grafik 3.5. Pertumbuhan kredit sektor utama tertinggi pada triwulan 24 dicapai oleh Sektor Pertanian dengan pertumbuhan mencapai 38,46% (yoy) dari triwulan lalu yang hanya mampu mencapai pertumbuhan sebesar 7,2% (yoy). Kinerja kredit kepada Sektor ndustri Pengolahan juga menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 7,94% (yoy) meningkat dari 4,72% (yoy). Sementara itu penyaluran kredit kepada Sektor PHR pada triwulan ini mencatatkan pertumbuhan sebesar V V V PERTANAN NDUSTR PHR PERTUMBUHAN KREDT PERTANAN PERTUMBUHAN KREDT NDUSTR - RHS PERTUMBUHAN KREDT PHR - RHS Sumber : Bank ndonesia Kredit investasi masih tumbuh cukup tinggi meskipun mengalami perlambatan. Pertumbuhan kredit secara umum pada triwulan 24 masih cukup baik meskipun mengalami perlambatan seiring dengan peningkatan suku bunga pinjaman. Berdasar jenis penggunaan, perlambatan bersumber dari kredit investasi dan kredit konsumsi. Sementara itu Kredit Modal Kerja yang mendominasi pangsa kredit berdasarkan penggunaan yaitu sebesar 53% mampu mencatatkan peningkatan pertumbuhan sebesar 7,94% (yoy) dari sebelumnya yang hanya sebesar 5,46% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 32% mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar,6% (yoy) dari triwulan sebelumnya,5% (yoy). Sementara itu kredit investasi dengan pangsa terendah yakni sebesar 5% mencapai pertumbuhan tertinggi meskipun juga turut mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 22,8% (yoy) setelah sebelumnya mampu tumbuh sebesar 34,64% (yoy). (Grafik 3.6 dan Grafik 3.7). 7,83% (yoy) melambat dari triwulan 24 yang sebesar 3,38% (yoy). Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.7 Komposisi Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah 8 TRLUN RP PERSEN YOY % 32% 5% 2 V V V MODAL KERJA PERTUMBUHAN KMK NVESTAS PERTUMBUHAN K KONSUMS PERTUMBUHAN KK MODAL KERJA NVESTAS KONSUMS Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SSTEM PEMBAYARAN - BAB 37

54 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Perkembangan suku bunga bank umum konvensional berupa suku bunga simpanan mengalami peningkatan, kecuali suku bunga tabungan. Sementara untuk suku b u n g a n p i n j a m a n k e s e l u r u h a n k o m p o n e n menunjukkan peningkatan.kenaikan suku bunga simpanan terbesar adalah deposito di mana suku bunga deposito secara umum meningkat dari 7,2% menjadi 7,83%. Berdasarkan waktunya, seluruh suku bunga deposito naik mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi dijumpai pada suku bunga deposito bertenor kurang atau sama dengan 8 bulan yaitu dari 4,3% menjadi 8,4%. Pada triwulan 24 suku bunga deposito yang lebih rendah daripada angka rata-rata 7,83% tersebut hanya dijumpai pada deposito bertenor bulan dan kurang atau sama dengan 24 bulan. Suku bunga giro juga turut mengalami peningkatan yaitu sebesar 2,96% dari 2,73% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu suku bunga tabungan pada triwulan 24 sebesar,92% mengalami penurunan menjadi,78% pada periode laporan. Berdasarkan penggunaan, secara keseluruhan suku bunga kredit mengalami peningkatan pada triwulan 24. Suku bunga kredit berdasar penggunaan secara umum meningkat dari 2,99% pada triwulan 24 menjadi 3,7% pada triwulan ini. Sementara itu, suku bunga kredit modal kerja mengalami peningkatan dari 3,3% menjadi 3,6%. Demikian pula halnya dengan suku bunga kredit investasi yang meningkat dari 2,89% pada triwulan 24 menjadi 3,56%. Sedangkan kredit konsumsi mengalami peningkatan dari 2,97% menjadi 3,2% pada triwulan laporan. Grafik PERSEN Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah 2 Sumber : Bank ndonesia V GRO 22 TABUNGAN Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Non Performing Loan (NPL) kredit yang disalurkan perbankan Jawa Tengah dapat dipertahankan pada level yang rendah, yang mengindikasikan kualitas kredit terjaga dengan baik. Tingkat NPL gross perbankan Jawa Tengah pada triwulan 24 sebesar 2,9% atau tidak mengalami perubahan yang triwulan sebelumnya yang sebesar 2,7%. signifikan dibandingkan K u a l i t a s p e n y a l u r a n k r e d i t b e r d a s a r k a n penggunaannya baik kredit investasi, konsumsi maupun modal kerja jauh berada di bawah 5%. Semua kredit berdasar jenis penggunaan mengalami tren peningkatan NPL terkecuali pada kredit modal kerja yang menurun dari sebesar 2,72% menjadi 2,6% pada triwulan ini. NPL kredit investasi dan konsumsi tercatat mengalami tren meningkat dengan angka NPL masing-masing yaitu 2,87% dari 2,52%, dan,9% dari,3%. V DEPOSTO 23 V 24 Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3. Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah 8 PERSEN PERSEN 6 8 PERSEN V 22 V 23 V 24 2 V 22 V 23 V 24 MODAL KERJA NVESTAS KONSUMS SUKU BUNGA KREDT - RHS PERTANAN NDUSTR PENGOLAHAN PHR Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia 38 BAB - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SSTEM PEMBAYARAN

55 Dilihat dari risiko kredit yang dihadapi sektor utama ekonomi di Provinsi Jawa Tengah terlihat secara keseluruhan masih berada di bawah level indikatif yang dipersyaratkan (Grafik 3.6). ndikator risiko yang tercermin dari angka NPL pada Sektor Pertanian yaitu sebesar 2,4%, Sektor ndustri Pengolahan,83%, dan Sektor PHR 3,26%. Angka NPL Sektor Pertanian dan Sektor ndustri Pengolahan mengalami tren menurun, sedangkan NPL Sektor PHR mengalami tren peningkatan dibandingkan dengan triwulan Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan industri syariah pada Mei 24 di Jawa Tengah menunjukkan kinerja yang cukup baik. Perbankan syariah mengalami perlambatan pertumbuhan aset sebesar 2,72% (yoy) dari sebelumnya 53,83% (yoy) pada Triwulan 24. Namun, DPK industri perbankan syariah mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yakni sebesar 25,55% (yoy) dari 2,2% (yoy). Sementara itu, pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pada Mei 24 pertumbuhan pembiayaan melambat menjadi sebesar 26,6% (yoy) dari sebelumnya sebesar 27,39% (yoy). Angka Financing to Deposit Ratio (FDR) pada bulan Mei 24 masih stabil di level 29% sama dengan triwulan sebelumnya. Kinerja baik perbankan syariah didukung dengan peningkatan jaringan kantor bank syariah menjadi sejumlah 75 unit dari triwulan yang baru sebanyak 67 unit. Namun demikian, jumlah jaringan kantor unit usaha syariah (UUS) justru mengalami penurunan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah jaringan kantor BPR syariah masih stagnan dari triwulan 24. Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di Jawa Tengah pada triwulan 24 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini, pertumbuhan tahunan yang berhasil dicatatkan yaitu sebesar 9,35% (yoy) setelah pada periode sebelumnya mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,9% (yoy). Risiko yang dihadapi kredit kepada sektor UMKM meskipun mengalami peningkatan namun masih terjaga pada batas aman yang dipersyaratkan yaitu sebesar 5%. NPL kredit UMKM di Jawa Tengah pada periode laporan yaitu sebesar 3,59%, meningkat dari sebelumnya yang sebesar 3,33%. Apabila dilihat berdasarkan penggunaannya kredit kepada Sektor UMKM mayoritas berupa Kredit Modal Kerja. Pada triwulan laporan Kredit Modal Kerja (KMK) tersebut mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,28% (yoy) menjadi 7,9% (yoy). Sementara itu, kredit nvestasi tetap mampu tumbuh di level yang tinggi. Meskipun demikian, pada triwulan ini kredit nvestasi pada Sektor UMKM mengalami perlambatan yaitu menjadi sebesar 26,2% (yoy) dari sebelumnya 4,55% (yoy). Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah KETERANGAN Bank Syariah Bank Umum Jumlah Bank Jumlah Kantor Unit Usaha Syariah Jumlah Kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah Jumlah Bank Jumlah Kantor V V Sumber : Bank ndonnesia PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SSTEM PEMBAYARAN - BAB 39

56 Grafik 3. Perkembangan Kredit kepada UMKM Grafik 3.2 NPL Kredit UMKM 8 TRLUN RP PERSEN YOY 45 3 TRLUN RP 4,5% 6 3 2,5 2 4,% 3,5% 3,% 4,5 2,5% 2,% 2 5,5,5%,%,5% 2 V 22 V 23 V 24 2 V 22 V 23 V 24,% KREDT UMKM PERTUMBUHAN KREDT UMKM -RHS NPL NOMNAL NPL PERSEN - RHS Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia Grafik 3.3 Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan Grafik 3.4 NPL Kredit UMKM Berdasar Penggunaan 8 TRLUN RP PERSEN YOY 6 8 TRLUN RP PERSEN V 22 V 23 V 24 2 V 22 V 23 V 24 KMK PADA SEKTOR UMKM K PADA SEKTOR UMKM PERTUMBUHAN KMK - RHS PERTUMBUHAN K - RHS NPL KMK PADA SEKTOR UMKM NPL K PADA SEKTOR UMKM % NPL KMK - RHS % NPL K - RHS Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia Kedua jenis kredit kepada Sektor UMKM tersebut memiliki angka NPL yang berada di bawah level indikatif 5%. NPL kredit modal kerja dan NPL kredit investasi pada triwulan ini mengalami tren meningkat yaitu masingmasing sebesar 3,52% meningkat dari sebelumnya 3,24% dan 3,9% meningkat dari sebelumnya 3,78% Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Kegiatan kliring pada triwulan 24 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi nominal maupun jumlah warkat. Jumlah warkat yang dikliringkan pada periode laporan tercatat sebanyak lembar dengan nominal sebesar Rp 34,3 triliun (Grafik 3.5). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nominal kliring tumbuh sebesar 3,9% (yoy) atau sedikit mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,7% (yoy). Grafik 3.5 Perkembangan Perputaran Kliring di Jawa Tengah Grafik 3.6 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Jawa Tengah 4 TRLUN RP RBU LEMBAR..64 TRLUN RP LEMBAR V V 5. V V NOMNAL LEMBAR RHS NOMNAL LEMBAR RHS Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia 4 BAB - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SSTEM PEMBAYARAN

57 Grafik 3.7 Perkembangan Nilai RTGS Jawa Tengah Grafik 3.8 Perkembangan Volume RTGS Jawa Tengah 2 TRLUN RP 2 MLAR RP V V V V RTGS DAR JATENG RTGS KE JATENG RTGS ANTAR JATENG RTGS DAR JATENG RTGS KE JATENG RTGS ANTAR JATENG Sumber : Bank ndonesia Sumber : Bank ndonesia Rata-rata perputaran warkat yang dikliringkan per hari adalah lembar dengan nominal Rp,54 triliun. Angka ratarata nominal perputaran kliring tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 8,86% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 7,3% (yoy). Peredaran cek dan bilyet giro kosong meningkat (Grafik 3.6). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nominal cek/bg kosong meningkat sebesar 7,8% (yoy) atau naik cukup tajam dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar 27,4% (yoy). Transaksi RTGS yang terjadi pada triwulan 24 secara nilai transaksi mengalami mengalami perlambatan sedangkan secara volume transaksi mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan -24 (Grafik 3.7 dan Grafik 3.8). Dari sisi nilai, transaksi RTGS mengalami peningkatan pada transaksi RTGS dari Jateng sebesar 34,64% (yoy) dari sebelumnya 33,45% (yoy). Di lain sisi transaksi RTGS ke Jateng mengalami penurunan sebesar -3,84% (yoy) dari -7,3% (yoy) dan transaksi antar Jateng mengalami perlambatan sebesar 4,6% (yoy) dari 35,28% (yoy). Sementara itu secara volume, transaksi RTGS mengalami penurunan sebesar negatif 7,68% (yoy), setelah sebelumnya juga telah mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar 2,% (yoy). Penurunan ini dialami oleh seluruh transaksi secara volume baik transaksi RTGS dari Jateng, RTGS ke Jateng dan RTGS antar Jateng Perkembangan Perkasan Pada triwulan -24, Provinsi Jawa Tengah sama halnya dengan periode sebelumnya mengalami net inflow uang tunai (Grafik 3.9). nflow yang terjadi adalah sebesar Rp,59 triliun menurun dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5,47 triliun atau menurun sebesar 25,8% (qtoq). Sementara itu, outflow yang terjadi pada triwulan laporan yaitu sebesar Rp 8,5 triliun meningkat dari triwulan -24 yang sebesar Rp 6,27 triliun atau meningkat sebesar 28,39% (qtoq). Dengan kondisi tersebut, net inflow yang terjadi mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp 3,54 triliun dari Rp 9,2 triliun atau menurun sebesar 6,5% (qtoq). Penyediaan uang dalam jumlah yang cukup dan kondisi yang layak edar menjadi tugas Bank ndonesia. Dalam rangka memenuhi tugas tersebut Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V melakukan penarikan uang lusuh. Pada Triwulan 24 uang lusuh yang ditarik senilai Rp 2,25 triliun menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu senilai Rp 3,74 triliun. Dilihat berdasarkan proporsinya terhadap inflow, pada triwulan laporan persentase penarikan uang lusuh terhadap inflow adalah sebesar 9,4%. Angka ini menurun dibanding triwulan 24 yang sebesar 24,8% (Grafik 3.2). PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SSTEM PEMBAYARAN - BAB 4

58 Grafik 3.9 Perkembangan Kegiatan Perkasan di Jawa Tengah Grafik 3.2 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh 2 TRLUN RP 6 TRLUN RP PERSEN V V V V Sumber : Bank ndonesia NFLOW OUTFLOW NET-NFLOW PTTB Sumber : Bank ndonesia PERSENTASE TERHADAP NFLOW - RHS Perkembangan temuan uang palsu yang ditemukan di wilayah Jawa Tengah diperoleh dari setoran bank (yang diolah lewat MSUK ataupun manual), setoran masyarakat melalui loket penukaran, serta dari temuan perbankan yang dilaporkan ke Bank ndonesia. Penemuan uang palsu di Jawa 4 Tengah pada Triwulan -24 sebanyak 4.2 lembar. Kegiatan sistem pembayaran berperan besar dalam memberikan dukungan pada kelancaran transaksi ekonomi di Jawa Tengah. Kegiatan tersebut dalam bentuk tunai maupun nontunai pada triwulan 24 menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa masih cukup maraknya kegiatan ekonomi di Jawa Tengah. Grafik 3.2 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh 4,5 LEMBAR 3,,5 V V PTTB PERSENTASE TERHADAP NFLOW - RHS Sumber : Bank ndonesia 4.Data jumlah lembar temuan uang palsu tanpa memperhitungkan KPw Tegal. 42 BAB - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SSTEM PEMBAYARAN

59 BAB V PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Sesuai siklikalitas APBD secara umum realisasi belanja daerah dan pendapatan daerah di triwulan 24 meningkat dibandingkan dengan triwulan 24. Pada triwulan 24, realisasi terbesar dijumpai pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 53,62%. Komponen belanja dengan nilai realisasi terbesar pada belanja hibah sebesar 44,46%. Persentase realisasi belanja daerah dan pendapatan tahun 23 di bawah rata-rata tiga tahun terakhir. 43

60

61 Sesuai dengan siklikalitas realiasasi belanja pemerintah baik pusat maupun daerah relatif meningkat dibandingkan triwulan pertama, perkembangan keuangan daerah Provinsi Jawa Tengah pada data realisasi APBD triwulan 24 menunjukkan telah terjadi penyerapan belanja sebesar Rp 5, milyar (35,69%) dan pendapatan Rp 7,2 milyar (52,43%) terhadap APBD tahun 24 (Tabel 4.). Tabel 4.. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan 24 Realisasi URAAN APBD 24 Rp. MLAR % Thdp Anggaran PENDAPATAN 3,737 7,22 52,43 BELANJA 3,997 4,995 35,69 PENERMAAN PEMBAYAAN 3 29, PENGELUARAN PEMBAYAAN ,5 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami realisasi anggaran terbesar pada triwulan -24 sebesar 53,62%. Pada kelompok pendapatan hampir seluruh subkelompok telah terealisasi sekitar 5%. Komponen PAD mencapai realisasi yang tinggi dengan dukungan realisasi pada komponen Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang telah mencapai realisasi sebesar,9%. Komponen PAD dengan realisasi terendah pun telah mencapai 4,73% yaitu pada komponen Retribusi Daerah. Pada kelompok pendapatan lain yaitu Dana Perimbangan tercapai realisasi 53,45% pada triwulan laporan. Komponen Dana Perimbangan yang mencapai realisasi tertinggi adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu sebesar 58,33%. Sementara itu pada kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah tercapai realisasi sebesar 47,89% di mana komponen Dana nsentif Daerah telah terealisasi sebesar % pada triwulan laporan. Total belanja pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan -24 telah terealisasi sebesar 35,69% meningkat dari sebelumnya 3,%. Dilihat perkembangan secara tahunan realisasi pada Triwulan - 24, penyerapan anggaran baik belanja tidak langsung maupun langsung mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kelompok Belanja Tidak Langsung telah mencapai realisasi sebesar 38,49% meningkat dari sebelumnya sebesar 4,73%. Komponen dengan realisasi tertinggi yaitu pada Belanja Hibah yaitu sebesar 44,46% disusul oleh Belanja Bagi Hasil Kepada Kabupaten/Kota yaitu sebesar 4,4%. Komponen pada Belanja Tidak Langsung yang masih rendah pencapaian realisasinya yaitu Belanja Bantuan Sosial sebesar,24%. Apabila dibandingkan dengan periode lalu komponen Belanja Tidak Langsung yang mengalami peningkatan realisasi secara pesat yaitu Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa yaitu sebesar 29,57% dari sebelumnya sebesar,7%. Sementara itu untuk kelompok Belanja Langsung telah tercapai realisasi anggaran sebesar 29,7% meningkat dari sebelumnya yang sebesar 9,29%. Komponen terbesar yang mencapai realisasi tertinggi yaitu Belanja Pegawai sebesar 4,6% meningkat dari triwulan lalu yang sebesar 5,94%. Tabel 4.2. Realisasi Pos Pendapatan APBD Jawa Tengah Triwulan 24 URAAN PENDAPATAN PENDAPATAN ASL DAERAH PAJAK DAERAH RETRBUS DAERAH HASL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DPSAHKAN LAN-LAN PENDAPATAN ASL DAERAH YANG SAH DANA PERMBANGAN DANA BAG HASL PAJAK / BAG HASL BUKAN PAJAK DANA ALOKAS UMUM DANA ALOKAS KHUSUS LAN LAN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH PENDAPATAN HBAH DANA PENYESUAAN DAN OTONOM KHUSUS DANA NSENTF DAERAH Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah APBD 24 Realisasi (Rp. Miliar) Rp. MLAR % Terhadap Anggaran 3,737 8,348 7, ,67 724, , ,75 3 7,22 4,477 3, ,393 37,52 24,333, ,43 53,62 5,75 4,73.,9 62,62 53,45 43,83 58,33 3, 47,89,62 48,34, PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH - BAB V 45

62 Wujud nyata upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mencanangkan tahun 24 sebagai tahun infrastruktur, tampak pada alokasi Belanja Modal sebagai proksi belanja infrastruktur yang mengalami peningkatan. Pada APBD 24 alokasi Belanja Modal menjadi,3% terhadap total belanja yaitu sebesar Rp.442 miliar dari sebelumnya pada APBD 23 hanya sebesar 7,7% dari total anggaran atau sebesar.55 miliar. Pengalokasian Belanja Modal tersebut pada data realisasi triwulan -24 menunjukkan peningkatan yang signifikan dari sebesar 5,83% pada triwulan 24 menjadi sebesar 23,5% atau sebesar Rp 332 miliar. URAAN BELANJA BELANJA TDAK LANGSUNG BELANJA PEGAWA BELANJA HBAH BELANJA BANTUAN SOSAL BELANJA BAG HASL KEPADA KABUPATEN / KOTA BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN /KOTA DAN PEMERNTAH DESA BELANJA TDAK TERDUGA BELANJA LANGSUNG BELANJA PEGAWA BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah Tabel 4.3. Realisasi Pos Belanja APBD Jawa Tengah Triwulan -24 APBD 24 Realisasi (Rp. Miliar) Rp. MLAR % Terhadap Anggaran 3,997 9,837,956 3, ,72 2,6 3 4,6 3,5 2,42,442 4,996 3, ,35, , ,63 38,89 37, 44,46,24 4,4 29,57,35 29,7 4,6 3,23 23,5 46 BAB V - PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

63 BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kesejahteraan terindikasi masih baik Kesejahteraan petani naik, didukung pendapatan petani yang naik. Konsumen masih optimis pada penghasilannya saat ini, namun tidak seoptimis periode sebelumnya. 47

64

65 5.. Ketenagakerjaan 5 Ditengah tren perlambatan pertumbuhan ekonomi, jumlah usia produktif yang bekerja pada Februari tahun 24 meningkat. Dibandingkan dengan bulan Februari maupun Agustus tahun sebelumnya, terdapat peningkatan jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Tengah. Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja tersebut sebesar 29 ribu orang dibanding bulan Agustus 23. Pada tabel 5. di bawah terlihat bahwa penduduk usia produktif yang bekerja di bulan Februari 24 berjumlah 6,75 juta orang. Jika dilihat dari sektornya, maka peningkatan tertinggi jumlah penduduk yang bekerja adalah di sektor konstruksi dan industri. Peningkatan tersebut masing-masing sebesar 34 ribu orang dan 2 ribu orang.masih meningkatnya pertumbuhan perekonomian di sektor tersebut menjadi pendorong bertambahnya jumlah pekerja. Konsumen memandang pesimis terhadap kondisi ketersediaan lapangan kerja di triwulan 24. Dalam empat triwulan terakhir, tingkat optimisme konsumen terhadap ketersediaan tenaga kerja cukup fluktuatif. Hal ini diperkirakan terkait dengan kondisi politik yang memengaruhi persepsi masyarakat dalam memandang prospek ketersediaan tenaga kerja. Setelah menunjukkan perbaikan optimisme melihat ketersediaan lapangan kerja pada triwulan hingga berada diatas level, konsumen kembali pesimis. Hal ini sejalan dengan kinerja sektor pertanian yang turun dibanding periode sebelumnya. Tenaga kerja di Jawa Tengah sebagian besar bergerak dalam sektor pertanian. Pekerja masih terkonsentrasi di sektor ekonomi utama daerah. Sektor-sektor ekonomi utama Jawa Tengah masih menjadi sentra lapangan pekerjaan utama dari penduduk. Tabel 5.. Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 23 Februari 24 (juta orang) URAAN. PERTANAN 2. NDUSTR 3. KONSTRUKS 4. PERDAGANGAN 5. TRANSPORTAS, PERGUDANGAN & KOMUNKAS 6. LEMBAGA KEUANGAN, REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN 7. JASA KEMASYARAKATAN, SOSAL & PERORANGAN 8. LANNYA TOTAL Februari Agustus Februari 5, 5,7 5,9 3,3 3, 3,3,23,97,3 3,76 3,69 3,72,55,62,55,3,3,36 2,4 2,5 2,5,,9,6 6,5 6,47 6,75 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Grafik 5. ndeks Hasil Survei Konsumen Mengenai Kondisi Saat ni Triwulan 24 5 NDEKS V V V V PENGHASLAN LAPANGAN KERJA KONSUMS BARANG Sumber : Survei Konsumen Bank ndonesia 5. Pada rilis Februari, BPS mengubah penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan sehingga turut mengubah data sebelumnya PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V 49

66 Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 5 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 23 Februari 24 (juta orang) URAAN. BERUSAHA SENDR 2. BERUSAHA DBANTU BURUH TDAK TETAP 3. BERUSAHA DBANTU BURUH TETAP 4. BURUH/KARYAWAN/PEGAWA 5. PEKERJA BEBAS 6. PEKERJA KELUARGA/TAK DBAYAR TOTAL Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan data per Februari 24 Penduduk yang bekerja di sektor Pertanian, sektor ndustri dan sektor Perdagangan mencapai 73% dari penduduk yang bekerja. Persentase penduduk yang bekerja di sektor tersebut masing-masing 3%, 2%, dan 22%. Kondisi penyerapan tenaga kerja tersebut berbeda dengan struktur ekonomi Jawa Tengah yang dibentuk ketiga sektor tersebut, yang masing-masing sebesar 8%, 33%, dan 2%. Konsentrasi jumlah penduduk bekerja terutama untuk sektor informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang b e r s t a t u s b e r u s a h a d i b a n t u b u r u h t e t a p d a n buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu. Jumlah pekerja informal dalam perekonomian mencapai 62%. Jumlah ini menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 66%. Penurunan tersebut disebakan adanya peningkatan jumah buruh/karyawan/pegawai yang bekerja di sektor formal di bulan Februari yang cukup signifikan hingga 59 ribu orang Pengangguran A n g k a p e n g a n g g u r a n p a d a F e b r u a r i 2 4 menunjukkan penurunan. Secara tahunan maupun dibanding Agustus 23, jumlah penduduk usia produktif yang menganggur menurun. Februari 2,8 2,93,57 5,43 2,48 2,29 6,5 23 Agustus 2,66 3,34,54 5,5 2,2 2,76 6,47 24 Februari 2,82 2,93,62 5,74 2,29 2,36 6,75 Masih tumbuhnya ekonomi Jawa Tengah meski melambat mengindikasikan masih terserapnya angkatan kerja daerah. Selain itu, terlihat pula peningkatan jumlah angkatan kerja yang diiringi dengan peningkatan penduduk yang bekerja. Sedangkan jumlah bukan angkatan kerja mengalami penurunan. Kualitas penduduk yang bekerja belum mengalami perbaikan. Penyerapan tenaga kerja sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD ke bawah), dengan porsi 54,5%. Sementara pekerja yang berpendidikan tinggi hanya mencakup 6,5%. Sisanya merupakan pekerja berpendidikan menengah. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya maupun terhadap periode Agustus 23, komposisi ini tidak mengalami perubahan yang signifikan Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode laporan cenderung naik. NTP dapat dijadikan sebagai indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya dan untuk keperluan dalam memproduksi produk pertanian. Rata-rata NTP pada triwulan 24 naik sebesar,29% (Grafik 5.2.). Di tengah penurunan kinerja sektor pertanian, kesejahteraan petani masih terjaga cenderung naik. Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 23 Februari 24 (juta orang) URAAN. Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran 2. Bukan Angkatan Kerja 3. Tk. Partisipasi Angkatan Kerja (%) 4. Tk. Pengangguran Terbuka (%) Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 24 Februari Agustus Februari 7,47 6,5,96 7,32 7,48 5,5 23 7,52 6,47,5 7,36 7,43 6, 7,72 6,75,97 7,26 7,93 5,45 6. Pada Desember 23, BPS melakukan perubahan tahun dasar NTP. Untuk itu NTP dalam laporan ini disesuaikan dengan menggunakan pendekatan perubahan per bulan. 5 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

67 Grafik 5.2 ndeks Harga yang diterima, ndeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani NDEKS NDEKS V NDEKS HARGA DBAYAR PETAN NDEKS HARGA DTERMA PETAN NTP (RHS) Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Hal ini mendorong konsumsi rumah tangga pada periode laporan. Konsumsi rumah tangga naik dibanding periode sebelumnya. Pendapatan petani naik dibarengi dengan biaya yang menurun. Pendapatan petani naik terkonfirmasi dari meningkatnya indeks harga yang diterima petani, sejalan dengan masih berlangsungnya musim panen. ndeks harga dibayar petani turun, sejalan dengan kecenderungan inflasi yang turun Tingkat Kemiskinan Angka kemiskinan naik terkait dengan kenaikan garis kemiskinan. Data terakhir BPS menunjukkan adanya peningkatan jumlah kemiskinan di bulan Maret 24. Tingkat kemiskinan di bulan tersebut sebesar ribu jiwa atau 4,46% dari jumlah penduduk Jawa Tengah, dan menurun dibanding bulan September 23 yang sebesar 4.75 ribu jiwa. Sementara secara persentase, jumlah penduduk miskin tersebut naik 2,8% dibanding bulan September 23 atau naik 2,5% dibanding bulan yang sama tahun 23. Dibandingkan dengan September tahun lalu, meningkatnya angka kemiskinan di bulan Maret 24 terutama terjadi di daerah perkotaan. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin di perkotaan naik sebesar,74% atau naik 3,97% dibandingkan September 23. Sementara di pedesaan, secara tahunan penduduk miskin naik sebesar 2,4%. Hal yang sama bila dibandingkan bulan September 23, angka kemiskinan di desa terlihat meningkat sebesar 2,%. Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 24 mencapai.945 ribu jiwa. Sedangkan di pedesaan mencapai 2.89 ribu jiwa atau memiliki porsi 6% dari total penduduk miskin di Jawa Tengah. Garis Kemiskinan terus mengalami peningkatan. Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan kota dan desa meningkat 4,27% dari Rp26.88 per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. BPS mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai pengeluaran kebutuhan minimum yang harus dikeluarkan oleh satu orang. Apabila rata-rata Grafik 5.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2-24 (ribuan orang) 6 RBU ORANG Mar - 22 Sep - 22 Mar - 23 Sep - 23 Mar - 24 Kota+Desa Sumber : BPS, diolah Kota Desa PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V 5

68 Tabel 5.4. Garis Kemiskinan, Jumlah Menurut Daerah, 2-Maret 24 (Rupiah) GARS KEMSKNAN Kota Desa Kota & Desa 2 2 Mar 22 Sept Mar Sept Mar Sumber : BPS Jawa Tengah pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan maka dikategorikan sebagai penduduk miskin. Kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan karena secara langsung meningkatkan ambang nilai kemiskinan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam periode yang sama tercatat mengalami peningkatan sebesar 8,69% dari Rp268,397 per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. Sementara itu, garis kemiskinan di daerah pedesaan mengalami kenaikan sebesar 2,24%, dari Rp per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. Lebih tingginya kenaikan garis kemiskinan di desa ini diperkirakan menjadi salah satu pendorong masih tingginya jumlah kemiskinan di pedesaan. Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V juga dapat digunakan untuk melihat indikator kesejahteraan masyarakat. ndikator tersebut adalah penghasilan masyarakat dan pembelian barang tahan lama. Konsumen tetap optimis dalam memandang penghasilan saat ini. Hasil survei menunjukkan konsumen Jawa Tengah masih optimis dalam memandang penghasilan saat ini, meski tidak sebaik periode sebelumnya. Berdasar survei konsumen yang dilakukan Bank ndonesia di Jawa Tengah, indeks penghasilan melanjutkan tren penurunan sejak akhir tahun. Hal ini sejalan dengan perlambatan ekonomi Jawa Tengah. Meski demikian, konsumsi rumah tangga masih naik pada periode laporan, didorong persiapan penyelenggaraan Pemilu.Konsumsi barang tidak tahan lama, diindikasikan masih naik, terkonfirmasi dari masih naiknya penjualan riil hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan Bank ndonesia Pemerataan Pendapatan PDRB Per Kapita meningkat. PDRB per kapita diperoleh dari pembagian nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 23, angka PDRB per kapita menunjukkan peningkatan sebesar,2% dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 22, PDRB per kapita sebesar Rp kemudian meningkat menjadi Rp pada tahun 23. Ketimpangan pendapatan yang diukur dengan ndeks Gini cenderung meningkat, meski masih dibawah kondisi nasional. ndeks gini merupakan ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan masyarakat. Semakin rendah nilai gini ratio menunjukkan ketimpangan yang rendah. Ketimpangan yang rendah ditunjukkan dengan angka yang lebih kecil dari,3. Untuk Provinsi Jawa Tengah,meski PDRB terus meningkat namun tren gini ratio dalam lima tahun menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 29, indeks daerah sebesar,32 dan meningkat menjadi,387 pada tahun 23. Meski demikian, indeks gini ratio daerah masih lebih rendah ketimbang nasional yang pada tahun 23 mencapai,43. Optimisme konsumen dalam melakukan konsumsi barang tahan lama tidak setinggi periode sebelumnya. Sejalan dengan menurunnya optimisme penghasilan, masyarakat juga memandang triwulan ini merupakan periode yang tidak cukup baik untuk melakukan pembelian barang tahan lama. 52 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

69 Grafik 5.4. PDRB Per Kapita Grafik 5.5. ndeks Gini Ratio ,5,4,3,2, JAWA TENGAH NDONESA JAWA TENGAH NDONESA Sumber : BPS Sumber : BPS PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V 53

70

71 BAB V OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOM DAN NFLAS DAERAH Perekonomian Jawa Tengah di triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik dan inflasi yang menurun di akhir tahun Pertumbuhan ekonomi triwulan 24 diperkirakan meningkat didorong oleh peningkatan ekspor serta masih kuatnya konsumsi. Sementara secara sektoral, perbaikan kinerja industri pengolahan akan mendorong peningkatan ekonomi daerah. nflasi triwulan 24 diperkirakan meneruskan tren penurunan. Dampak faktor musiman puasa dan dul Fitri terhadap inflasi Jawa Tengah terkendali. Namun masih terdapat risiko inflasi yang masih perlu diantisipasi. 55

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah TRWULAN 24 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 83246, Fax. (24) 84779 http://www.bi.go.id KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan 214 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 831246, Fax. (24) 8417791 http://www.bi.go.id KAJAN EKONOM

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2016 KAJAN EKONOM REGONAL PROVNS JAWA TENGAH AGUSTUS KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH NOVEMBER 2016 NOVEMBER KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah November dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA i Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu,

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci