STUDI HIDRODINAMIKA DAN KINETIKA ABSORPSI CO 2 KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI HIDRODINAMIKA DAN KINETIKA ABSORPSI CO 2 KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN)"

Transkripsi

1 PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 27 ISSN : STUDI HIDRODINAMIKA DAN KINETIKA ABSORPSI CO 2 KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN) Setiadi dan Didiek Hari Nuroho Departeen Teknik Kiia, Fakutas Teknik Universitas Indonesia Kapus Baru UI Depok, Depok Te , ABSTRAK Peneitian ini diaksudkan untuk epeajari hidrodinaika dan kinetika absorpsi CO 2 daa suatu koo eebun pancaran (jet bubbe coun). Proses ini diakukan secara sinabun daa oncatan pancaran cairan koo bereebun pancaran. Udara dan air diupankan dari atas koo dan diikuti terjadinya proses peneebunan yan berbentuk seperti awan. Proses peneebunan ini terjadi adanya akibat dari tekanan air yan berkecepatan pancaran bertubukan denan air stanan yan berada daa koo. Proses tubukan tersebut akan enakibatkan asuknya udara pada ceah ceah perukaan pada kedua cairan, dan udara akan terperankap didaa cairan. Proses tubukan ini jua akan enibukan arus pusaran (eddy current) yan terjadi didaa koo downcoer dan dapat sebaai eneri pencapuran. Diaeter eebun seakin keci akan enakibatkan uas area perukaan sentuhan seakin besar. Variabe yan dipeajari eiputi variabe desain dan variabe proses. Variabe desain eiputi diaeter koo dan diaeter downcoer yan teah ditetapkan. Sedankan variabe proses eiputi aju air vouetrik cairan, diaeter nozze, dan jarak pipa downcoer yan terceup. Kata kunci : jet bubbe coun; absorpsi CO2; Hidrodinaika Pendahuuan Fenoena dari kecepatan pancaran jatuh cukup serin terjadi di aa. Sebaai contoh adaah air terjun. Tenaa doron dari jatuhnya air secara vertika enuju perukaan air akan ebawa eebun udara keci kedaa ediu reaktor. Moentu (tubukan) dari airan cairan dapat cukup ebawa eebun berikutnya secara enkap ke dasar vesse. Airan air yan jatuh enuju satu eve perukaan cairan tersebut akan enarik udara sekeiinnya sepanjan airannya. Ini akan eancin perukaan cairan untuk ebentuk teropet. Jika kecepatan airan cukup tini, eebun eebun udara akan tertarik ke bawah, yaitu enikuti erakan cairan dan keudian akan naik keperukaan cairan tersebut. Ha ini terjadi dikarenakan dua aasan : Udara yan terperankap antara batas airan jatuh dan proi perukaan berbentuk teropet adaah yan terbawa di bawah perukaan. Turbuensi perukaan dari airan jatuh akan bercapur denan udara daa pusaran eddy (eddy current) dan terbawah jauh di bawah perukaan. Perbedaan banyaknya udara yan terbawa pada setiap airan dapat diihat jika ereka dibiarkan jatuh pada perukaan air yan tenan. Airan yan pean tidak akan ebentuk sejuah eebun eebun yan siniikan, tetapi airan yan ebih cepat akan ebentuk eebun eebun yan dapat enibukan awan eebun. Pada enoena tersebut akan terjadinya suatu proses perpindahan assa, diana akan terjadinya perpindahan assa as kedaa asa cair. Daa perpindahan assa dikena dua cara perpindahan, yaitu konveksi dan diusi. Massa berpindah secara konveksi karena terbawa airan dan airan disebabkan oeh aya dari uar siste. Daa diusi oeku oeku bererak satu terhadap yan ain karena adanya aya penerak didaa siste, yaitu perbedaan konsentrasi. Moeku oeku as bererak ke satu arah di antara oeku oeku cairan, sedankan oeku oeku cairan unkin dia atau bererak denan arah yan berawanan. Gerakan oeku oeku ini ditibukan oeh adanya perbedaan konsentrasi, yaitu dari konsentrasi tini ke tepat denan konsentrasi rendah (Liu and Evans, 1998]. Keuntunan koo eebun pancaran diantaranya adaah sederhana daa perancanan, udah daa penoperasian dan peeiharaannya, voue reaktor yan dibutuhkan keci, ukuran diaeter eebun yan terdispersi kedaa cairan keci, uas area spesik antar asa besar, serta dapat eperoeh koeisien perpindahan assa yan sanat besar apabia dibandinkan denan jenis koo eebun konvensiona ainnya (Ide, 21; Lee and Tsui, 1998). Seain itu pencapuran yan terjadi antar asa as cair diperoeh sendiri dari erakan tubukan cairan yan enubuk cairan stanan yan terdapat didaa koo, tubukan tersebut akan ebentuk uban seperti teropet serta as akan terhisap dan akan terperankap diantara ceah uban tersebut. Tubukan tersebut E-ai penuis : setiadi@che.ui.edu A-6

2 Setiadi dan Didiek Hari Nuroho dapat ebentuk pusaran eddy (Ito, 2; Haveka, 2], sehina deikian tidak diperukan ai aat penaduk. Keapuan pusaran eddy ini terantun pua pada diaeter koo downcoer yan akan didisain. Pada Tabe.1 ditapikan perbandinan khas hara dari ka, ε G, V R (voue kontaktor) dan ε V (Eneri yan hian per satuan voue) pada beberapa jenis aat kontak cair as [Lee &Tsui, 1998]. Tabe.1 Berbaai aat kontak as cair secara uu Contactor k L a,* a, ε G V R ε G 1/s 2 / 3 3 kw/ 3 Bubbe coun excudin jet (oop).5-.1 ~2 < Spray coun > Packed coun, countercurrent.5-.2 ~2 > Pate coun > Pipe/tube.1-.7** 5, ** Mechanicay aitated tank.2.2 < Jet (oop).1.2 2, < Tubuar/venturi ejector and otioness ixer.1 1,- 7, ~.5++ <1 1-7 * Typica or O 2 (air)/water uness noted otherwise. Bentuk aat pada eksperien ini adaah jenis Jet (oop), pada Tabe.1 diatas akan eiiki hara koeisien perpindahan assa (ka) berada pada rane,2 2,2 s, uas area spesiik antarasa (a) / 3, hodup asa as <,5, voue kontaktor (V R ) berada pada rane,2 1 3, serta eneri yan hian persatuan voue (ε V ) berada pada rane 1 7 kw/ 3. Pada Tabe 1 diatas terihat niai koeisien perpindahan assa untuk jenis Tubuar/venturi dan jenis Jet eiiki niai yan tini apabia dibandinkan denan jenis aat kontak ainnya. Apabia hara ka pada aat jenis Jet dibandinkan denan jenis Tubuar/venturi ejector akan eiiki perbedaan yan tidak terau siniikan, tetapi apabia kita ebandinkan dari sei eneri yan hian persatuan voue aka aat jet akan eiiki keunuan dari pada jenis Tubuar. Adapun keunuan tersebut eiiki perbedaan yan cukup siniikan. Daa peakaian koo eebun pancaran, diperukan peahaan yan baik enenai peristiwa perpindahan assa yan terkait denan asaah ixin (penadukan) dan hidrodinaika. Daa ebahas perpindahan assa di daa koo eebun yan eibatkan suatu reaksi kiia, asaah yan enarik untuk diteiti adaah enentukan konstanta/tetapan aju reaksi yaitu suatu besaran yan diperoeh atau berantun dari ordo suatu reaksi kiia dan dapat enentukan reaksi tersebut cepat atau abat (Levenspie, 1982). Perpindahan assa dari asa as ke asa cair akibat adanya radien konsentrasi pada i cairan, dipenaruhi oeh siat isis bahan, poa air dan resi poa airan. Atas dasar phenoena itu, aka koeisien perpindahan assa erupakan unsi utipe variabe. Peneitian perpindahan assa seau diaksudkan untuk eperoeh ode ateatik yan enyatakan hubunan unsiona antara koeisien perpindahan assa asa cair denan variabe variabe perancanan yan dipandan reevan yaitu diaeter koo, aju sirkuasi cairan dan as, diaeter nozze dan jarak nozze denan perukaan air [Ide, 21; Ito, 2, Yaaiwa, 1989]. Daa proses perpindahan assa as kedaa asa cair yan eibatkan suatu reaksi di daa suatu koo eebun pancaran, saah satu ha yan pentin untuk diketahui adaah aju reaksi kiia untuk proses tersebut, yaitu besaran yan enyatakan juah o reaktan persatuan voue yan bereaksi daa satuan waktu tertentu. Hara konstanta aju reaksi (k) didaa suatu koo eebun pancaran dapat ditentukan eaui percobaan proi perubahan konsentrasi arutan daa koo eebun persatuan waktu tertentu. Seain itu jua untuk peahaan hidrodinaikanya kita akan enhitun hodup asa as,. Adapun tujuan dari peneitian ini adaah eihat penaruh aju air vouetrik cairan (Q L ) terhadap aju air vouetrik as yan terhisap (Q G ) pada panjan pipa downcoer yan terceup (Z) yan konstan,,enhitun hodup asa as, serta kinetika reaksi absorpsi as CO 2. Metode Peneitian Teknik Menhitun Hodup Fasa Gas A-6

3 Studi Hidrodinaika Dan Kinetika Absorpsi Co 2 Koo Geebun Pancaran (Jet Bubbe Coun) Daa enhitun hodup asa as untuk ode desain ini dapat enunakan prinsip dasar tekanan pada suatu bejana yan diperhitunkan denan adanya tabahan dari sauran peraatan tabahan (pipa tabahan) dan enacu pada persaaan aksi tekanan statik pada desain, diana ketinian erupakan suatu derajat penurunan akhir pada koo eebun pancaran yan ditapikan pada Gabar berikut, (a) (b) Gabar 1 Skea presentasi dari kesetibanan tekanan statik pada koo eebun pancaran Sesuai Gabar point (a) dapat kita turunkan persaaan ateatikanya sebaai berikut : P2 = P + ρ.. h. ε (1) P1 = P + ρ.. h. ε (2) Diana niai ε berhara 1, ini dikarenakan beu adanya hodup asa as Sehina persaaan (1) dan (2) akan enjadi : P 2 = P + ρ.. h (3) P 1 = P + ρ.. h (4) Pada Gabar point (b) kita jua dapat enurunkan persaaan ateatikanya sebaai berikut : P = P +.. (5) 1' ρ P2 ' P + H = ρ.. h. ε (6) diana niaiε = 1 ε, ini dikarenakan sudah adanya hodup asa as. Sehina persaaan (6) akan enjadi : P1 ' = P + ρ.. H.( 1 ε ) (7) Pada Gabar point (b) tekanan statik P 1 saa denan P 2 aka akan kita peroeh niai hodup asa as sebaai berikut, P P ' ' 2 = P1 + ρ. 1.. h = P + ρ.. H h H ( ε ) =. 1 ( ε ) h ε = 1 (8) H Teknik Menentukan Hara Konstanta Laju Reaksi (K obs ) Untuk enentukan koeisien kinetika reaksi (k obs ) absorpsi CO 2 daa arutan absorbent dapat ditentukan dari persaaan kinetika reaksi. Adapun reaksinya adaah sebaai berikut : 2 + CO 2 Na 2 CO 3 + H 2 O n r = k. C. CCO (9) 2 Dipandan bahwa : A-6

4 Setiadi dan Didiek Hari Nuroho Kadar CO 2 di asa as dibuat konstan dan tidak ada koponen CO 2 didaa asa cair, karena CO 2 habis bereaksi. Cairan hooen, karena adanya penadukan dari sirkuasi popa dan eek arus pusaran daa koo downcoer. Reaktan tidak unkin berdiusi kedaa asa i as, karena aat bekerja pada suhu kaar sehina arutan tidak unkin terjadi penuapan ansun. dc apabia r = dt dan n kobs = k. C CO aka persaaan (3.9) akan enjadi, 2 dc = kobs. C (1) dt dc C = kobs. dt (11) atau C= C dc = kobs. dt C= C t= t (12) Kondisi batas interasi : Pada t = C = C (tidak ada arutan yan enabsorpsi) t = t C = (tercapainya kesetibanan absorpsi) 1 C = kobs. t 1 (13) 1 C n = n( kobs. t ) 1 (14) 1 n C n 1 = n k obs + n t (15) ( ) ( ) n n kobs + n(1 ) 1 C = + n t (1 ) ( 1 (16) ) n n{ kobs.(1 ) } 1 C = + nt (1 ) 1 (17) ( ) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Awa ua terbentuk eebun adaah di daa pipa downcoer, karena kecepatan pancaran cairan (jet) yan enenai perukaan cairan didaa pipa downcoer akan terbentuk perukaan yan enyerupai teropet, karena terjadinya tubukan antara perukaan cairan denan kecepatan pancaran cairan tersebut. Disapin itu jua terjadi arus pusaran akibat tubukan tersebut yan enakibatkan eebun aupun cairan tidak seera enair keuar dari pipa downcoer. Seakin panjan pipa downcoer terceup aka seakin aa tina cairan aupun as berada daa pipa tersebut. Dan jua apabia aju kecepatan cairan pada rentan aju yan rendah terihat as yan terbentuk cenderun terepas ai pada perukaan cairan daa pipa downcoer. Ha ini enyebabkan as yan terhisap aupun as hodup eneci (kinerja aat koo eebun pancaran tidak optia). Apabia kecepatan pancaran cairan diperbesar aka akan enyebabkan kedaaan penetrasi seakin daa yan enakibatkan peninkatan arus pusaran seakin intensi. Oeh karenanya peneitian ini divariasikan usuran diaeter nozze dan ketinian perukaan cairan denan ujun peepasan koo downcoer (Z) atau panjan pipa downcoer yan terceup. Hidrodinaika Gas entrainent Gas entrainent erupakan as yan terhisap akibat adanya eneri oentu yan berasa dari kecepatan pancaran cairan. Dari data aju air vouetrik cairan dapat ditentukan kecepatan pancaran cairan, didapat proi aju as yan terhisap terhadap kecepatan pancaran cairan yan berbeda pada ukuran diaeter nozze (abar 2), dan proi aju as yan terhisap terhadap kecepatan pancaran cairan yan berbeda pada ukuran diaeter nozze yan berbeda (abar 3). Data aju as yan terhisap diperoeh dari aat ukur oweter. Proi aju as yan terhisap A-6

5 Studi Hidrodinaika Dan Kinetika Absorpsi Co 2 Koo Geebun Pancaran (Jet Bubbe Coun) dapat eperihatkan hubunan yan inier terhadap kecepatan pancaran cairan. Dari abar 2 terihat oeh niai rata rata koeisien deterinasi (R 2 ) sebesar,9896 (hapir endekati 1) untuk ukuran diaeter nozze 7,94. Untuk seua proi tersebut, aju as yan terhisap seakin besar untuk kecepatan pancaran cairan yan seakin tini. Beitupun jua denan seakin besar ukuran diaeter nozze akan enakibatkan seakin besar aju as QG (d 3 /nt) y =.538x R 2 =.9896 Dn = 7,94 Linear (Dn = 7,94 ) v (d/nt) Gabar 2 Proi aju as entrainent (Q G ) terhadap kecepatan pancaran cairan (v) pada ukuran diater nozze yan tetap dan panjan pipa downcoer yan terceup 55 c. yan terhisap. Ha ini diakibatkan adanya eneri oentu yan asuk seakin besar denan adanya penabahan kecepatan pancaran cairan dan ukuran diaeter nozze tersebut. Sehina enhasikan kedaaan penetrasi seakin besar di daa koo downcoer. Seain itu dapat eninkatkan arus pusaran seakin intensi yan dapat enyebabkan as yan terhisap kedaa koo downcoer seakin besar QG (d 3 /nt) 15 1 Dn = 7,94 5 Dn = 9,5 Dn = 12,7 Dn = v (d/nt) Gabar 3 Proi aju as entrainent (Q G ) terhadap kecepatan pancaran cairan (v) pada ukuran diaeter nozze yan berbeda dan panjan pipa downcoer yan terceup (Z) 55 c Hodup asa as Persaaan hodup asa as dioruasikan berdasarkan persaaan (8) : h ε = 1 H Hodup asa as dihitun dari data tekanan statik yan berupa tini cairan aerasi (H ) dan tini cairan (h ). Diana tini cairan diperoeh dari pebacaan pada koo kapier tabahan (dapat diihat pada abar 1). Dari data percobaan yan diperoeh dari perhitunan, dapat dibuat proi hodup asa as untuk kecepatan pancaran cairan pada ukuran diaeter nozze yan berbeda dan pada panjan pipa downcoer yan teceup (Z) 55 c. Dari abar 4, terihat proi hodup asa as akan seakin besar untuk kecepatan pancaran cairan yan seakin tini pada ukuran nozze yan tetap. Beitupun jua denan ukuran diaeter nozze seakin besar akan enhasikan ε.1 Dn = 7,94 Dn = 9,5.5 Dn = 12,7 Dn = v (d/nt) A-6

6 Setiadi dan Didiek Hari Nuroho Gabar 4 Proi Hodup asa as ( ε ) terhadap kecepatan pancaran cairan (v) pada ukuran diaeter nozze yan berbeda (D n ) hodup asa as yan seakin besar. Ha ini diakibatkan adanya eneri yan enubuk cairan daa koo downcoer seakin besar, sehina enakibatkan tekanan statik pada kedaaan cairan seakin besar (tubukan seakin daa). Beitupun jua denan seakin besarnya ukuran diaeter nozze akan berpenaruh terhadap ukuran pancaran cairan. Denan seakin besarnya ukuran pancaran cairan aka akan enhasikan kedaa tubukan seakin besar dan eninkatkan arus pusaran seakin intensi. Luas area spesiik antarasa Luas area spesiik antarasa erupakan uas kontak perukaan eebun as terhadap cairan. Untuk perhitunan 6. hgd uas area spesiik antarasa dapat diunkan persaaan ad = d Dari data perhitunan ukuran diaeter eebun dapat ditentukan uas area spesiik antarasa. Keudian dari data tersebut dibuat daa bentuk tabe yan dapat diihat pada tabe 2. D n () Q L (t/nt) vs, D Tabe 2 Luas area spesiik antarasa ε d vs, D a D ( 2 / 3 ) ( 3 / 2 ) 9,5,8171,132,619 12, ,7 3,398,3121, , ,7731,35,488 43,2967 Dari data tabe 2 terihat bahwa denan seakin besar ukuran diaeter dan aju air vouetrik cairan aka akan enhasikan seakin besar uas area spesiik antarasa. Ha ini dikarenakan ukuran diaeter eebun yan dihasikan akan seakin keci serta hodup asa as yan seakin besar. Seakin keci ukuran diaeter eebun akan enhasikan uas kontak perukaan as terhadap cairan seakin besar. Kinetika Absorpsi CO 2 Persaaan kinetika absorsi CO 2 dioruasikan berdasarkan persaaan pseudo irst order reaction (persaaan 3.17) sebaai berikut : n { k.(1 ) } n obs C = + (1 ) 1 n t ( 1 ) denan ebuat raik inierisasi antara n C vs n t untuk asin asin jarak pipa downcoer yan terceup (Z) pada dua jenis ukuran diaeter nozze aka hara kontanta atau tetapan aju absorpsi dapat ditentukan. Hasi inierisasi untuk asin asin jarak pipa downcoer yan terceup pada kedua jenis ukuran diaeter nozze ditunjukkan pada abar 5 sapai denan 1. n C Dn = 19 ; Z = 45 Linear (Dn = 19 ; Z = 45) y = 1.783x R 2 =.9822 Dn = 19 ; Z = Linear (Dn = 19 ; Z = 55) y = 1.162x R 2 =.9815 Gabar 5 Proi konsentrasi awa terhadap waktu ina pada D n = 19 dan Z = 55 c n t n C n t Gabar 6 Proi konsentrasi awa terhadap waktu ina pada D n = 19 dan Z = 45 c A-6-6

7 Studi Hidrodinaika Dan Kinetika Absorpsi Co 2 Koo Geebun Pancaran (Jet Bubbe Coun) n C Dn = 19 ; Z = 35 Linear (Dn = 19 ; Z = 35).5 y = x R 2 =.9833 n t Gabar 7 Proi konsentrasi awa terhadap waktu ina pada D n = 19 dan Z = 35 c n C Dn = 12,7 ; Z = 55 Linear (Dn = 12,7 ; Z = 55).5 y = 1.96x R 2 =.982 n t Gabar 8 Proi konsentrasi awa terhadap waktu ina pada D n = 12,7 dan Z = 55 c n C Dn = 12,7 ; Z = 45 Linear (Dn = 12,7 ; Z = 45).5 y = 1.159x R 2 =.9811 n t Gabar 9 Proi konsentrasi awa terhadap waktu ina pada D n = 12,7 dan Z = 45 c n C Dn = 12,7 ; Z = 35 Linear (Dn = 12,7 ; Z = 35).5 y = 1.594x R 2 =.9828 Gabar 1 Proi konsentrasi awa terhadap waktu ina pada D n = 12,7 dan Z = 35 c. n t Pada abar 5 sapai denan 1, terihat bahwa data data jarak pipa downcoer yan terceup (Z) pada dua jenis ukuran diaeter nozze (D n ) enunjukkan kecenderunan kurva yan enikuti aris inier. Ini ditunjukkan oeh niai rata rata koeisien deterinasi (R 2 ) sebesar 9,8. Hasi perhitunan tersebut dapat diihat pada tabe 3. Q L Tabe 3 Hasi perhitunan konstanta kinetika reaksi. D n Z ε Q G () (c) (t/nt),35 19,3795,415 2,912,465 21,912 (t/nt) 3, ,398 12, ,3121,3191,359 2, ,912 22,912 k obs,8,12,13,7,9,1 Koeisien deterinasi,9822,9815,9833,982,9811,9828 Dari tabe 3 diatas terihat konstanta kinetika reaksi seakin besar denan akin dekatnya perukaan cairan denan ujun peepasan pipa downcoer (Z) atau panjan pipa downcoer yan terceup. Ha ini diakibatkan as yan terbentuk daa pipa downcoer dapat terdispersi didaa koo eebun dan akan terbentuk ukuran diaeter eebun yan seakin keci. Ukuran diaeter yan seakin keci tersebut dipenaruhi oeh kedaaan penetrasi pancaran cairan serta dapat eninkatkan arus pusaran seakin intensi. Denan seakin keci diaeter eebun akan enaikkan uas spesiik area antarasa. Beitupun jua denan seakin besar ukuran diaeter nozze akan enaikkan niai konstanta kinetika reaksi. Seakin besar hara konstanta kinetika reaksi aka akan seakin cepat pua reaksi tersebut. Dari niai as hodup dan as entrainent yan dihasikannya pun seakin besar untuk akin kecinya pipa downcoer yan terceup pada asin asin diaeter nozze dan aju air vouetrik cairan. Kesipuan A-6-7

8 Setiadi dan Didiek Hari Nuroho Peraatan koo eebun pancaran yan didesain di Jurusan Teknik Kiia dapat diunakan untuk studi hidrodinaika dan kinetika absorsi CO 2. Seakin besar kecepatan pancaran cairan dan ukuran diaeter nozze akan enhasikan as entrainet yan diperoeh seakin besar. Seakin besar kecepatan pancaran cairan dan ukuran diaeter nozze akan enhasikan hodup asa as yan seakin besar. Ucapan Teria kasih Kai enucapkan teria kasih atas seaa pihak yan teah endukun peaksanaan riset ini. Dan terutaa kepada pihak DRPM-UI, karena sebaian dari kerja riset ini secara inansia didukun oeh RUUI (Riset Unuan UI) th. Anaran 267. Datar Notasi d vs, D = Mean voue surace diaeter o bubbe, () a D = Luas area spesiik antarasa, ( 2 / 3 ) C = konsentrasi pada saat awa (t = ) dd = deree o reedo denuerator dn = deree o reedo nuerator d = Diaeter eebun () D n = Diaeter Nozze, () D T = Diaeter tabun, (c) h = tini cairan (), as entrainen (as yan terhisap), tekanan cairan, penabian abar denan pipa H = tekanan statik yan berupa tini cairan H = Tini cairan aerasi, (c) h = Tini cairan, (c) h GD = Hodup asa as, (-) k obs = konstanta pesudo-irst-order reaction k obs = Konstanta aju reaksi, = ordo reaksi terhadap n = ordo reaksi terhadap CO 2 P = Tekanan Atosir, (at) P 1, P 1, P 2, P 2 = Tekanan statikdidaa koo, (at) Q G = Laju air vouerik as (t/nt) Q L = Laju air vouetrik cairan (t/nt) T = Juah tota data pada seuruh sape t = waktu yan dibutuhkan kadar habis bereaksi. Yakni ditandai denan enhiannya warna (adanya penabahan indikator PP). V a = Voue air daa koo, (c 3 ) V = Voue as yan terdispersi, (c 3 ) V R = Voue aat kontak, ( 3 ) Z = panjan downcoer yan terceup DAFTAR PUSTAKA Ide, Mitsuharu dkk., (21), "Mass transer characteristics in as bubbe dispersed phase enerated by punin jet containin sa soute bubbes", Cheica Enineerin Science, 56, ha Lee, Shen-Yi & Tsui, Y. P., (1998), "Succeed at Gas/Liqui Contactin", Journa Aerican Institute o Cheica Enineerin. Ito, Akira, dkk., (2), "Maxiu Penetration Dept o Air Bubbes Entrained by vertica Liquid Jet" Journa o cheica Enineerin o Japan, vo. 33, No. 6, pp Yaaiwa, Kazuaki & Ohkawa. A, (1989), "Technique or Measurin Gas Hodup in a Downow Bubbe Coun with Gas Entrainent by a Liquid Jet", Journa o erentation and Bioenineerin, vo. 68, ha Haveka, P. dkk.,(2), "Hydrodynaic and ass transer characteristics o ejector oop reactors", Cheica Enineerin Science, 55, ha A-6-8

9 Studi Hidrodinaika Dan Kinetika Absorpsi Co 2 Koo Geebun Pancaran (Jet Bubbe Coun) Levenspie, O., (1982), "Cheica Reaction Enineerin" 2 nd. Wiey Int. Ed. A-6-9

STUDI ABSORPSI CO 2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN)

STUDI ABSORPSI CO 2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN) MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 1, NO. 1, ARIL 8: 317 STUDI ABSORSI O MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERANARAN JET (JET BUBBLE OLUMN) Setiadi, Nita Tania H., Hantizen, dan Dijan Supraono Departeen Teknik Kiia,

Lebih terperinci

STUDI ABSORPSI CO2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN)

STUDI ABSORPSI CO2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN) Seminar Sebumi Kerjasama Universitas Indonesia dan Universiti Kebangsaan Malaysia, Kampus UI Depok, 24-25 Juni 28 STUDI ABSORPSI CO2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN) Setiadi,

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa BAB II Model Aliran Multifasa Dala Pipa Sebelu elakukan proses optiasi diaeter pipa transisi inyak dibutuhkan beberapa odel ateatika untuk enyelesaikan hal-hal yan epenaruhi biaya total. Pihak produsen

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 02

Xpedia Fisika. Mekanika 02 Xpedia Fisika Mekanika 02 Doc. Nae: XPFIS0102 Version: 2012-07 halaan 1 01. Gaya yan dibutuhkan untuk enerakan bola hoki berassa 0,1 k konstan pada kecepatan 5 /s di atas perukaan licin adalah... (A) Nol

Lebih terperinci

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT MURNI

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT MURNI Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 9 BAB II SIFAT-SIFAT ZAT MURNI ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) Merupakan zat yan epunyai koposisi kiia yan tetap (stabil), isalnya : air (water), nitroen, heliu, dan CO. Zat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN) UNTUK MEREDUKSI KANDUNGAN GAS CO 2

KEMAMPUAN KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN) UNTUK MEREDUKSI KANDUNGAN GAS CO 2 KEMAMPUAN KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN) UNTUK MEREDUKSI KANDUNGAN GAS CO 2 Setiadi, Hantizen, Nita Tania H., Bambang Heru S., Dijan Supramono Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Kebergantungan Faktor Pengisian (Fill Factor) Sel Surya Terhadap Besar Celah Pita Energi Material Semikonduktor Pembuatnya : Suatu Tinjauan Matematika

Kebergantungan Faktor Pengisian (Fill Factor) Sel Surya Terhadap Besar Celah Pita Energi Material Semikonduktor Pembuatnya : Suatu Tinjauan Matematika Keberantunan Faktor Penisian (Fill Factor) Sel Surya Terhadap Besar Celah Pita Eneri Material Seikonduktor Pebuatnya : Suatu Tinjauan Mateatika Dadi Rusdiana Jurusan Fisika FPMPA UP, Jl Dr Setiabudhi 9

Lebih terperinci

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika.

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika. idan isika y epelajari tentan erak tanpa enindahkan penyebab unculnya erak dinaakan Kineatika. idan isika y epelajari tentan erak beserta penyebab unculnya erak dinaakan Dinaika. Huku Newton tentan Gerak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BB IV HSIL DN PEMBHSN.. Hasi Pengabian Data Data asi peneitian sing pup skaa aboratoriu dengan anifod segaris disajikan seperti pada Tabe. berikut. Tabe. Data asi pengujian sing pup dengan anifod segaris

Lebih terperinci

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC 1. Gerak benda di antara tubukan erupakan erak parabola. Sebut posisi ula-ula benda adalah titik A, posisi terjadinya tubukan pertaa kali adalah titik B, posisi terjadi tubukan kedua kalinya adalah titik

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON DRAIN (SOURCE FOLLOWER)

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON DRAIN (SOURCE FOLLOWER) PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON DRAIN (OURCE FOLLOWER) 3.1Tujuan : 1) Mendeonstrasikan prinsip kerja dan karakteristik dari rankaian penuat coon drain sinyal kecil. 2) Investiasi penaruh dari penuatan

Lebih terperinci

Konsep Gaya Hukum Newton I Massa Gaya grafitasi dan Berat Hukum Newton III Analisa Model dengan HK Newton II Gaya gesek

Konsep Gaya Hukum Newton I Massa Gaya grafitasi dan Berat Hukum Newton III Analisa Model dengan HK Newton II Gaya gesek 8//0 Konsep Gaa Huku Newton I Massa Gaa rafitasi dan Berat Huku Newton III Analisa Model denan HK Newton II Gaa esek Konsep Gaa Pada kuliah sebeluna, kita telah ebahas erak suatu objek dala hal posisi,

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE FORMASI REGU TEMBAK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 GUNUNG TALANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE FORMASI REGU TEMBAK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 GUNUNG TALANG PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE FORMASI REGU TEMBAK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GUNUNG TALANG Chyntia Handayani, Khairuddin, Puspa Aeia Jurusan Pendidikan Mateatika,

Lebih terperinci

METHODIST-2 EDUCATION EXPO 2016

METHODIST-2 EDUCATION EXPO 2016 TK/SD/SMP/SMA Methodist- Medan Jalan M Tharin No. 96 Medan Kota - 01 T: (+661)46 81 METODIST- EDUCATION EXPO 016 Loba Sains Plus Antar Pelajar Tinkat SMA se-suatera Utara NASKA SOAL FISIKA - Petunjuk Soal

Lebih terperinci

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta Bab II Teori Dasar Gambar. 7 Grafik Rasio Kecepatan nin di atas Laut denan di Daratan. 5. Koreksi Koefisien Seret Setelah data kecepatan anin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut dikonversi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KORELASI PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG AIR-UDARA BERLAWANAN ARAH DALAM PIPA YANG DIPANASKAN

PENGEMBANGAN KORELASI PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG AIR-UDARA BERLAWANAN ARAH DALAM PIPA YANG DIPANASKAN Sartono Putro, Penembanan KOreasi Perpindahan Kaor Airan Geembun Air-Udara Berawanan Arah PENGEMBANGAN KORELASI PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG AIR-UDARA BERLAWANAN ARAH DALAM PIPA YANG DIPANASKAN Sartono

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sistem Produksi Sistem produksi minyak merupakan jarinan pipa yan berunsi untuk menalirkan luida (minyak) dari reservoir ke separator. Reservoir terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS BAB I TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton 6 TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG

CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG Getaran, geobang dan Optia CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG. Tes ITB 976 Daa percobaan interferensi dua ceah (percobaan Young) dipaai sinar uning onoroatis, aa pada ayar terihat A. garis uning dan geap berseang-seing

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3 Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM PETUNJUK KHUSUS

PETUNJUK UMUM PETUNJUK KHUSUS PETUNJUK UMUM 1. Sebeum menerjakan soa, teiti terebih dahuu jumah soa yan terdapat pada naskah soa. Naskah soa ini terdiri dari 5 soa piihan anda dan 5 soa esai.. Tuisah nomor peserta Saudara pada embar

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK JENJANG KELAS MAA PELAJARAN OPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK Benda yan melakukan erak lurus berubah beraturan, mempunyai percepatan yan tetap, Ini berarti pada benda senantiasa bekerja

Lebih terperinci

Delay System II. Sistem Antrian M/M/m

Delay System II. Sistem Antrian M/M/m 03/2/202 Deay Syste II Siste Antrian M/M/ Kedatangan panggian : oisson arriva Service tie : exponentiay distributed Juah server : anjang antrian : ta terhingga Diagra transisi ondisi 0 2 + 2 3 = syste

Lebih terperinci

STUDI FRAKSI HAMPA PADA ALIRAN DUA FASE MELINTASI SEDERETAN PIPA BERSIRIP SECARA MELINTANG

STUDI FRAKSI HAMPA PADA ALIRAN DUA FASE MELINTASI SEDERETAN PIPA BERSIRIP SECARA MELINTANG STUDI FRKSI HMP PD LIRN DU FSE MELINTSI SEDERETN PIP BERSIRIP SECR MELINTNG Maiuzar (1), Hanif (1) (1) Staf Penajar Jurusan Teknik Mesin, Poiteknik Neeri Padan BSTRCT study concernin the fraction of vacuu

Lebih terperinci

E /2 bata D C /2 bata 1 B Y X A. 6.5m 6.5m 6.5m 6.5m I II III IV V RANGKA TIPIKAL ARAH-X

E /2 bata D C /2 bata 1 B Y X A. 6.5m 6.5m 6.5m 6.5m I II III IV V RANGKA TIPIKAL ARAH-X fc' : fy : Fungsi antai (pertokoan) : a : b : 4 Pa 300 Pa 50 kg/ 6.5 6 6 6 6 6 E 3 4 5 6 / bata D 9 0 C 5 6 7 8 / bata B Y 3 4 X A 6.5 6.5 6.5 6.5 I II III IV V RANGKA TIPIKAL ARAHX 45 3.5 45 45 3.5 45

Lebih terperinci

Implementasi Sistem Pengenalan Kata pada Mikrokontroler Keluarga MCS51

Implementasi Sistem Pengenalan Kata pada Mikrokontroler Keluarga MCS51 Ipeentasi Siste Pengenaan Kata pada Mikrokontroer Keuarga MCS51 Thiang Jurusan Teknik Eektro, Universitas Kristen Petra Siwaankerto 121-131, Surabaya eai : thiang@petra.ac.id Abstrak-Makaah ini eaparkan

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan gerak dalam bidang datar Contoh gerak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melingkar Gerak relatif

Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan gerak dalam bidang datar Contoh gerak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melingkar Gerak relatif Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan erak dalam bidan datar Contoh erak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melinkar Gerak relatif Posisi, Kecepatan, Percepatan r i = vektor posisi partikel di A

Lebih terperinci

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie Iuls dan Moentu y. Aan S. Arcadie A. Iuls (I ---- Ns) ada saat Anda enendang bola, gaya yang diberikan kaki aada bola teradi dala waktu yang sangat singkat. Gaya seerti ini disebut sebagai gaya iulsif.

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Analisis Penaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Anin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Mustafa 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract One of the problems in

Lebih terperinci

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP MODUL PERTEMUAN KE 4 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Gerak Peluru (Proyektil); Gerak Melinkar Beraturan, Gerak Melinkar Berubah Beraturan, Besaran Anular dan Besaran Tanensial. POKOK BAHASAN: GERAK

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONTROLER PID INDEPENDENT MELALUI TUNING PARAMETER UNTUK MENGENDALIKAN DUAL INVERTED PENDULUM

PERANCANGAN KONTROLER PID INDEPENDENT MELALUI TUNING PARAMETER UNTUK MENGENDALIKAN DUAL INVERTED PENDULUM PERANCANGAN KONROLER PD NDEPENDEN ELALU UNNG PARAEER UNUK ENGENDALKAN DUAL NERED PENDULU Yunafi atu Aniroh 9 5 63 Jurusan eknik Eektro F nstitut eknooi Sepuuh Nopember Kampus S Surabaya 6 E-mai: yunafiatu.aniroh@mai.com

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENGEMBANGAN ALGORITMA RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN FUNGSI ERROR CROSS-ENTROPY PADA JARINGAN SARAF TIRUAN TUNGGAL DAN ENSEMBLE SERTA PERBANDINGANNYA DENGAN BACKPROPAGATION SKRIPSI

Lebih terperinci

MODEL KEBUTUHAN PENUMPANG BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU. Pada Lumba 1, Rismalinda 2

MODEL KEBUTUHAN PENUMPANG BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU. Pada Lumba 1, Rismalinda 2 MODEL KEBUTUHAN PENUMPANG BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU Pada Luba, Risainda eai: padaubaat@yahoo.co ABSTRAK Pada tahun, bandara udara SSK II pada kondisi existing eiiki kapasitas,8 juta

Lebih terperinci

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN BATU DAN PLESTERAN YATNA SUPRIYATNA. Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN BATU DAN PLESTERAN YATNA SUPRIYATNA. Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Majalah Iliah UNIKOM Vol.6, No. bidan REKAYASA ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN BATU DAN PLESTERAN YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Koputer Indonesia Konstruksi pekerjaan batu dan plesteran

Lebih terperinci

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada

Lebih terperinci

Fluida. Pada temperatur normal, zat dapat berwujud: Fluida

Fluida. Pada temperatur normal, zat dapat berwujud: Fluida LUID luia aa teperatur noral, zat apat erwuju: luia? aatan/soli Cair/Liqui Gas luia Zat an apat enalir an eiliki entuk seperti waah an enapunna to-ato an olekul-olekul eas ererak luia okok ahasan luia

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Wahyuni et al, Kelelahan Kerja antara Shift I, Shift II, Shift III pada operator...

Wahyuni et al, Kelelahan Kerja antara Shift I, Shift II, Shift III pada operator... Wahyuni et a, Keeahan Kerja antara, I, II pada operator... Keeahan Kerja antara, I, dan II pada Operator Pompa Bensin (Studi pada Stasiun Penisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) di Kabupaten Jember) (The

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI. Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng

PERSAMAAN BERNOULLI. Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng PERSMN BERNOULLI Ir. Suroso Dil.HE, M.En Pendahuluan Pada at cair diam, aya hidrostatis mudah dihitun karena hanya bekerja aya tekanan. Pada at cair menalir, dierhitunkan keceatan, arah artikel, kekentalan

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARA RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL Kennie A. Lempoy Abstrak Permasalahan pada ketidakpuasan konsumen pada penunaan pompa air khususnya yan diunakan di rumah tana, pada saat ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS Fakultas MIPA, Universitas Neeri Yoyakarta, 16 Mei 009 PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PODUKSI SUMU GAS Mohammad Taufik Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Jl. aya Bandun - Sumedan

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

TRY OUT SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 010 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 011 Waktu: 180 Menit PUSAT KLINIK PENDIDIKAN INDONESIA (PKPI) bekerjaaa denan LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SSCInterolui

Lebih terperinci

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU BAB III ALIRAN DI BAWAH PINTU III TUJUAN PERCOBAAN Menamati aliran didasarkan atas pemakaian persamaan Bernouli untuk aliran di bawah pintu III ALAT-ALAT ANG DIGUNAKAN Flume beserta perlenkapanya Model

Lebih terperinci

Cara pengujian Supositoria dibelah secara longitudinal lalu diamati bagian internal dan bagian eksternalnya

Cara pengujian Supositoria dibelah secara longitudinal lalu diamati bagian internal dan bagian eksternalnya EVALUASI SUPPOSITORIA No Jenis Uji Prinsip 1 Apperance Menjamin distribusi zat berkhasiat didalam basis 2 Keseraam an kandunan Keraaman bobot Menjamin keseraama n kadar zat aktif Menjamin yan dihasilkan

Lebih terperinci

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20.

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20. UM UGM 016 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM016FIS999 Version: 017-0 Halaman 1 Petunjuk berikut diperunakan untuk menerjakan soal nomor 01 sampai denan nomor 0. = 9,8 m/s (kecuali diberitahukan lain) µ o =

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : Simulasi Kinetika Reaksi Menggunakan Persamaan Model Hidrodinamik

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : Simulasi Kinetika Reaksi Menggunakan Persamaan Model Hidrodinamik PROSIDING SEMINR NSIONL REKYS KIMI DN PROSES 4 ISSN : 1411-416 Siulai Kinetika Reaki Menggunakan Peraaan Model idrodinaik Endang Srihari, Lie wa, adi Wijaya S. dan Selvi Litiany Juruan Teknik Kiia Fakulta

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

FISIKA GERAK PARABOLA

FISIKA GERAK PARABOLA KTSP K-13 Kelas X FISIKA GERAK PARABOLA TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami konsep erak parabola.. Menaplikasikannya dalam pemecahan masalah.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

VISUALISASI STUDI TERHADAP PEMISAHAN MINYAK DAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE T- JUNCTION PADA PIPA EKSPLORASI

VISUALISASI STUDI TERHADAP PEMISAHAN MINYAK DAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE T- JUNCTION PADA PIPA EKSPLORASI Seinar asiona Apiasi Sains dan Tenoogi 2008 IST AKPRID Yogyaarta VISUALISASI STUDI TERHADAP PEMISAHA MIYAK DA AIR DEGA MEGGUAKA METODE T- JUCTIO PADA PIPA EKSPLORASI uryosuwito, Ia Syofii, Deendarianto

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan 1 Posisi, kecepatan, dan percepatan Posisi suatu benda pada suatu waktu t tertentu kita tulis sebaai r(t). Jika saat t = t 1 benda berada pada posisi r 1 r(t 1 ) dan saat t = t 2 > t 1 benda berada pada

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN USTK ompa adalah suatu alat yan diunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain denan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut diunakan

Lebih terperinci

Kalkulus I. Fungsi Dan Grafik Fungsi. Dr. Eko Pujiyanto, S.Si., M.T eko.staff.uns.ac.id/kalkulus1

Kalkulus I. Fungsi Dan Grafik Fungsi. Dr. Eko Pujiyanto, S.Si., M.T eko.staff.uns.ac.id/kalkulus1 Kalkulus I Funsi Dan Graik Funsi Dr. Eko Pujiyanto, S.Si., M.T. eko@uns.ac.id 081 2278 3991 eko.sta.uns.ac.id/kalkulus1 Materi Funsi ( Daerah deinisi, daerah asal dan daerah hasil ) Funsi Surjekti, Injekti,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wiayah dan Pengebangan Wiayah Daa Undang-Undang Noor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wiayah adaah ruang yang erupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 MOMENTUM DAN IMPULS. K e l a s A. PENGERTIAN GERAK PARABOLA

FIsika KTSP & K-13 MOMENTUM DAN IMPULS. K e l a s A. PENGERTIAN GERAK PARABOLA KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI MOMENTUM DAN IMPULS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep erak parabola dan mampu menaplikasikannya dalam pemecahan masalah.

Lebih terperinci

Aliran Dalam Saluran Terbuka

Aliran Dalam Saluran Terbuka liran Dala Saluran Terbuka RUMUS KECETN RT-RT EMIRIS Sulit Untuk Menentukan Teanan Geser Dan Distribusi Keepatan Dala liran Turbulen, Maka Diunakan endekatan Epiris Untuk Menitun Keepatan Rata-rata. Ruus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA PERIODE 2005/2006

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA PERIODE 2005/2006 UJ H SEMESE M PEJ S PEODE 5/6 Diketahui : -panjang peat (p 5,5 c -ebar peat ( 6, c Ditanya : ua peat (? p x 5,5 x 6,, 79 c Seuai aturan penuian karena dari panjang dan ebar peat, angka penting yang paing

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 1,2 Proram Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Turunan Pertemuan - 3

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Turunan Pertemuan - 3 a home base to ecellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 SKS : 3 SKS Turunan Pertemuan - 3 a home base to ecellence TIU : Mahasiswa dapat memahami turunan unsi dan aplikasinya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

BAB 1. FUNGSI DUA PEUBAH

BAB 1. FUNGSI DUA PEUBAH BAB. FUNGSI DUA PEUBAH. PENDAHUUAN Pada baian ini akan dibahas perluasan konsep pada unsi satu peubah ke unsi dua peubah atau lebih. Setelah mempelajari bab ini anda seharusna dapat: - Menentukan domain

Lebih terperinci

HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM

HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM Simposium Nasional RAPI XII - 013 FT UMS ISSN 141-961 HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM Kuswartomo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Uniersitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling

Studi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) A-918 Studi Eksperien Pengaruh Diensi Pipa Kapiler Pada Siste Air Conditioning Dengan Pre-Cooling Awan Satya Darawan dan Ary Bachtiar

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. Uraian Materi Pokok

Kompetensi Dasar. Uraian Materi Pokok Kopetensi Dasa Menevaluasi peikian diinya tehadap keteatuan eak planet dala tatasuya bedasakan huku-huku Newton Uaian Matei Pokok Huku Gavitasi Newton A. HUKUM GAVIASI UMUM NEWON 1. Gaya Gavitasi Gaya

Lebih terperinci

Jawaban OSK v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai 2) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -2a [M] b [L] c. Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b

Jawaban OSK v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai 2) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -2a [M] b [L] c. Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b Jawaban OSK 01 Fisika B 1- (nilai 6) Jawaban menunakan konsep dimensi v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai ) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -a [M] b [L] c Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b Dari dimensi L: 1

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1

I. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1 STUDI EKSPERIMENTAL ALIRAN KE SIDE ARM T- JUNCTION DENGAN SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR DENGAN VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAM Oleh : ) Karinto, 2) Heri Kustanto,

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN UNIT PENGERING PABRIK TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA SKALA KOMERSIAL KAPASITAS 150 TON/JAM

BAB IV PERANCANGAN UNIT PENGERING PABRIK TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA SKALA KOMERSIAL KAPASITAS 150 TON/JAM BAB IV PERANCANGAN UNIT PENGERING PABRIK TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA SKALA KOMERSIAL KAPASITAS 150 TON/JAM 4.1. Peralatan yan Dirancan Peralatan-peralatan utama yan ada dalam unit penerin pabrik

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. Modul 1 Pembelajaran Kinetika Kimia. Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D.

Teori Kinetik Gas. Modul 1 Pembelajaran Kinetika Kimia. Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D. eori Kinetik Gas Modul Pebelajaran Kinetika Kiia Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.pp.Sc., Ph.D. KEMEERI PEDIDIK D KEUDY REPULIK IDOESI FMIP UIERSIS EGERI YOGYKR JURUS PEDIDIK KIMI 0 . Dasar Konsep Kinetika

Lebih terperinci

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan. 36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,

Lebih terperinci

4 MESIN PENDINGIN ADSORPSI

4 MESIN PENDINGIN ADSORPSI 4 MESIN PENDINGIN ADSORPSI Pendahuluan Pendininan erupakan suatu prses peneluaran panas dari suatu benda dibawah suhu linkunannya. Dala penananan pasca panen, prses pendininan diunakan untuk enekan laju

Lebih terperinci

Pengertian Fungsi. Kalkulus Dasar 2

Pengertian Fungsi. Kalkulus Dasar 2 Funsi Penertian Funsi Relasi : aturan an menawankan himpunan Funsi Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner dari A ke B merupakan suatu unsi jika setiap elemen di dalam A dihubunkan denan tepat satu elemen

Lebih terperinci