PERANCANGAN KONTROLER PID INDEPENDENT MELALUI TUNING PARAMETER UNTUK MENGENDALIKAN DUAL INVERTED PENDULUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN KONTROLER PID INDEPENDENT MELALUI TUNING PARAMETER UNTUK MENGENDALIKAN DUAL INVERTED PENDULUM"

Transkripsi

1 PERANCANGAN KONROLER PD NDEPENDEN ELALU UNNG PARAEER UNUK ENGENDALKAN DUAL NERED PENDULU Yunafi atu Aniroh Jurusan eknik Eektro F nstitut eknooi Sepuuh Nopember Kampus S Surabaya 6 E-mai: yunafiatu.aniroh@mai.com Abstrak - Dua inverted penduum merupakan sistem yan biasanya diunakan untuk menuji suatu kontroer. enyeesaikan permasaahan kestabian sistem ini menjadi tidak mudah karena sistem bersifat dinamis dan noninier sehina penyeesaiannya meibatkan aoritma kontro yan struktur dan perhitunannya rumit. eskipun teah banyak peneitian aoritma kontro daam desain sistem penendaian kontroer PD tetap struktur kontroer yan pain uas diunakan daam reaisasi suatu sistem penendaian. etapi hanya ada sedikit sekai referensi tentan kontro PD daam penendaian inverted penduum khusunya dua inverted penduum. Oeh karena itu pada tuas akhir ini kontroer PD diuji keandaannya untuk menendaikan pant dua inverted penduum yan memiiki mutipe output e input. Pada perancanan kontroer PD ini menunakan kontroer PD ebih dari satu. Setiap baian dari dua inverted penduum memiiki kontro yan independent. Penentuan parameter PD diakukan denan tunin manua. Ketika suatu sistem kontro memiiki ebih dari dua kontroer PD penentuan tunin parameter bukanah ha yan mudah. Pada tuas akhir ini akan dijeaskan secara rinci baaimana cara merancan kontroernya. Untuk perbadinan parameter tunin PD maka dicari parameter PD denan metode anaitik. Dimana pada metode anaitik parameternya dicari denan pendekatan inear. Perbandinan dua kontroer tersebut menhasikan kesimpuan bahwa kontroer PD denan metode tunin manua mampu menendaikan pant DP daripada denan anaitik. Kata Kunci: Dua nverted Penduum unin PD PD Anaitik.. PENDAHULUAN Sebuah sistem yan tidak stabi menarik diunakan untuk menuji suatu kontroer. Dua-inverted-penduum adaah sebuah contoh untuk sistem tersebut. Dua-invertedpenduum adaah sistem yan noninear dan tidak stabi sehina untuk menontronya diperukan teknik kontro yan tidak semudah pada sistem yan inear dan stabi. Penduum terbaik diunakan untuk meniustrasikan banyak ide pada bidan kontro sistem noninear. Sistem Duainverted-penduum terdiri dari dua penduum individu yan memiiki panjan batan berbeda pada satu kereta. eskipun teah banyak peneitian aoritma kontro daam desain sistem penendaian kontroer PD tetap struktur kontroer yan pain uas diunakan daam reaisasi suatu sistem penendaian. Banyak sekai keuntunan menunakan kontroer PD yan sanat berkontribusi untuk bermacam-macam dukunan berkemampuan sederhana dan cukup untuk menyeesaikan banyak masaah penendaian. Hina sekaran ada banyak stratei kontro yan diunakan untuk penendaian inverted penduum. etapi hanya ada sedikit sekai referensi tentan kontro PD daam penendaian inverted penduum khusunya dua inverted penduum. Pada tuas akhir ini kontroer PD diuji kendaannya untuk menendaikan pant dua inverted penduum yan memiiki mutipe output e input. Kontroer PD diunakan untuk menjaa kestabian dari sistem dua inverted penduum denan tanpa menabaikan permasaahan noninier dari pant. Pada perancanan kontroer PD ini menunakan kontroer PD ebih dari satu. Setiap baian dari dua inverted penduum memiiki kontro yan independent. Penentuan parameter PD diakukan denan tunin manua. Pada tuas akhir ini akan dijeaskan secara rinci baaimana cara merancan kontroernya. Untuk perbadinan parameter tunin PD maka dicari parameter PD denan metode anaitik. Dimana pada metode anaitik parameternya dicari denan pendekatan inear.. ode fisik. DUAL NERED PENDULU Gaya kontro u diberikan ke kereta sehina kereta bererak sepanjan sumbu horizonta untuk menstabikan kedua batan penduum di sudut dari kondisi awanya. Untuk ebih jeasnya ihat skematik dua inverted penduum yan ditunjukkan pada Gambar berikut ini Proceedin Seminar uas Akhir Jurusan eknik Eektro F-S

2 Proceedin Seminar uas Akhir Jurusan ekni Gambar Dua nverted P Gambar dua inverted penduum untuk menerakkan kereta sepanjan arah tujuan denan penduum pada posisi ver Posisi horisonta kereta () sudut penduu ( ) dan sudut penduum batan pendek diberikan ke sistem kontro.. ode matematis Pada sistem dua inverted penduum i variabe yaitu. Dimana ad yan terjadi pada arah sumbu horizonta kecepatan kereta. Sedankan adaah perubahan posisi dan kecepata penduum berdasarkan sumbu dan y. Berikut adaah eneri potensia b dimana adaah eneri potensia dari pendek sedankan adaah eneri potens batan panjan. Sedankan eneri kinetik untuk masi penduum adaah sebaai berikut : m s Dari kedua bentuk aya yan bekerj tersebut kemudian disubstitusikan ked Larane sebaai berikut dt d F dt d ik Eektro F-S Penduum tujuannya adaah h menuju ke titik rtika teak urus. um batan pendek k ( ) diukur dan ini terdpat bebrapa daah posisi kereta dan merupakan ma-ma an kedua batan baian penduum penduum batan sia dari penduum () in-ma baian () ja pada penduum daam persamaan dt d Dari persamaan La persamaan untuk ketia kondisi [ ] m Dari persamaan diatas di berikut : m [ [ F 3. dentifikasi Pant Dua Pada tuas akhir ini diak menunakan struktur ARX. H ini kemudian diubah dam ben Ha ini bertujuan untuk menda inear. Hasi transfer function untuk mendapatkan paramete secara anaitik. Pada struktur dirancan menjadi [ ] den identifikasi ini merupakan ran time.5 minimum -.5 dan time pada random number da output dari ARX dan output pa nput (u) dari ARX me sistem sedankan output untu posisi kereta sudut penduum (3) arane diatas didapatkan i berikut: [ ] [ ] F (4) ibentuk daam matrik sebaai ] ] (5) nverted Penduum kukan identifikasi pant denan Hasi diskrit dari mode ARX ntuk kontinyu pada ALAB. apatkan transfer function pant n iniah yan akan dianaisa er PD denan perhitunan ARX ini mode [na nb nk] an sampe time.. nput dari ndom number denan sampe niai maksimum.5. Sampe an ARX diubah-ubah hina ant hampir sama. erupakan ya kontro dari uk ARX merupkana niai dari m batan pendek dan sudut

3 penduum batan panjan. Cara menidentiifikasi pant ini diakukan denan metode Superposisi. Dimana pada saat menidentifikasi sudut penduum batan pendek niai dari sudut penduum batan panjan dibuat menjadi no (persamaan 6) ha yan sama jua diakukan ketika menidentifikasi sudut penduum batan panjan niai dari sudut penduum batan pendek dibuat menjadi no (persamaan 7). Ketika menidentifikasi kereta niai dari sudut penduum batan pendek dan sudut penduum batan panjan dibuat menjadi no (persamaan 8). Seteah mendapatkan mode diskrit dari ARX maka diubah daam betuk kontinyu.. PERANCANGAN KONROLER PD Daam merancan kontroer PD ini diakukan denan dua cara yaitu metode tunin manua dan perhitunan anaitik. Hasi dari perhitunan anaitik diunakan untuk vaidasi parameter tunin manua.. Penentuan Parameter PD denan etode unin anua Lankah-ankah yan diakukan tunin PD untuk mendapatkan output yan diininkan adaah : a. enentukan parameter ain proporsoina (P) terebih dahuu dimana ain proporsoina (P) menuatkan output aar responnya mendekati input P jua memeihara sistem untuk seau daam keadaan stabi. b. enetukan parameter derivative (D). Derivative (D) berfunsi untuk menambah niai zerro sehina paremeter ini mempercepat respon. Seain itu jua menurani osiasi akibat dari ain proporsiona. c. Untuk pant dua inverted penduum jika terau cepat menakibatkan sistem kesuitan untuk berada disteady state dimana steady state dari penduum adaah no. Oeh karena itu diberikan ntera () dimana funsi dari ntera () adaah memaksa sistem untuk tetap berada pada steady state dan jua menurani error atau kesaahan. ntera memperkokoh sistem terhadap anuan.. Desain Kontro PD denan etode unin anua Cara menendaikan dari sistem ini adaah menendaikan penduum batan keci terebih dahuu dikarenakan erak dari penduum batan keci keci ebih iar dibandinkan denan penduum batan penjan. Sudut penduum batan panjan dipaksa berniai no denan (6) (7) (8) pemberian ain no. Kemudian kontroer PD ditunin denan ankah seperti yan dijeaskan sebeumnya. Kemudian dianjutkan denan menendaikan penduum batan panjan denan cara yan sama denan penendaian penduum batan pendek. Seteah kedua penduum dikendaikan dianjutkan denan menendaikan posisi kereta. Parameter PD untuk penduum batan pendek dan batan panjan tidak diubah sama seperti hasi dari penendaian sebeumnya. 3. Penentuan Parameter PD denan etode Anaitik Untuk pembandin dan vaidasi parameter kontro PD tunin manua diakukan pencarian parameter denan perhitunan anaitik. Lankah-ankah untuk mendapatkan parameter PD pada pant Dua nverted Penduum adaah : a. enentukan Funsi aih pant orde kedua yan teah didapat dari identifikasi pant. b. enentukan spesifikasi perfomansi respon orde pertama yan diininkan 5% 3 5 ; 5 3 c. eihat bentuk transfer function dari pant maka untuk menentukan K p τ D τ i dan N menunakan rumus perancanan PD modifikasi denan deay yaitu : τ D τ ; ; 4. Desain Kontro PD denan etode Anaitik Perancanan bok diram pada metode ini sama denan metode tunin yan membedakan hanyaah parameter kontronya. Dimana pada metode anaitik menunakan kontroer PD modifikasi untuk orde denan deay.. HASL SULAS DAN ANALSA. Penendaian Pant DP denan unin PD Daam penendaian pant PD denan metode tunin PD diakukan denan penendaian satu-satu. Dikarenakan sistem ini memiiki mutipe input e input. Yan dikendaikan pertama kai adaah sudut penduum batan pendek kemudian sudut penduum batan panjan dan kereta. a. Penendaian Sudut Penduum Batan Pendek Sudut penduum batan pendek dikendaikan terebih dahuu karena erakannya ebih iar dibandinkan denan yan panjan. Pada penendaian ini sudut penduum batan Proceedin Seminar uas Akhir Jurusan eknik Eektro F-S 3

4 panjan dipaksa berdiri teak. Untuk kereta dibiarkan bebas karena erakannya hanya bertransasi. Kemudian paremeter PD di tunin hina mendapatkan respon yan diininkan. Yan ditunin terabih dahuu adaah P kemudian D dan sehina didapatkan parameter PD untuk sudut penduum batan pendek adaah : P ; ; D.5. Hasi dari respon keuaran sudur penduum batan pendek dapat diihat pada Gambar. Dari Gambar dapat diihat bahwa sudut penduum batan keci dapat berdiri atau daam keadaan stabi seteah s. Sudut tidak bisa berada pada rad karena memiiki ya masukan us pada Gambar dapat diihat bahwa sudut penduum batan pendek daam keadaan stabi denan memiki sudut sebesar. rad atau.6 derajat. Gambar Respon Awa Sudut Penduum Batan Pendek b. Penendaian Sudut Penduum Batan Panjan Pada penendaian sudut penduum batan panjan sudut penduum batan pendek dipaksa berdiri teak. Untuk kereta dibiarkan bebas karena erakannya hanya bertransasi. Kemudian paremeter PD di tunin hina mendapatkan respon yan diininkan. Yan ditunin terabih dahuu adaah P kemudian D dan sehina didapatkan parameter PD untuk sudut penduum batan pendek adaah : P.; ; D.5. parameter yan didapatkan hampir sama denan parameter untuk sudut penduum batan pendek. Hasi dari respon keuaran sudut penduum batan pendek dapat diihat pada Gambar 3. Dari Gambar 3 dapat diihat bahwa respon sudut penduum batan panjan hampir sama denan sudut penduum batan keci. sudut penduum batan panjan dan parameter sudut penduum batan pendek tidak diubah sama seperti parameter sebeumnya. Hasi respon akhir dari penendaian pant dua inverted penduum dapat diihat pada Gambar 4 5 dan 6. Pada Gambar 4 posisi kereta daam keadaan stabi keuaran posisi sama mendekati denan input us yan diberikan. Gambar 4 Respon Keuaran Posisi Kereta Seteah diabunkan semuanya perubahan sudut jauh ebih iar dibandikan denan penendaian sendiri-sendiri. Seperti pada Gambar 5 sudut penduum batan pendek berada daam keadaan stabi seteah 6s. Sedankan pada Gambar 6 sudut penduum batan panjan jua daam keadaan stabi seteah 6s tetapi sebeum 6s sudut penduum batan panjan ebih sedikit berosiasi dibandinkan denan sudut penduum batan pendek. Gambar 5 Respon Akhir Keuaran Sudut Penduum Batan Pendek Gambar 6 Respon Akhir Keuaran Sudut Penduum Batan Panjan Gambar 3 Respon Awa Sudut Penduum Batan Panjan c. Penendaian Posisi Kereta Penendaian terakhir yan diakukan adaah penendaian posisi kereta aar tetap mempertahankan kedua penduum untuk berdiri teak. Paremeter PD di tunin hina mendapatkan respon yan diininkan. Yan ditunin terabih dahuu adaah P kemudian D dan sehina didapatkan parameter PD untuk sudut penduum batan pendek adaah : P ; ; D. Sedanakan parameter. dentifikasi Pant Untuk mendapatkan parameter PD secara anaitik maka dibutuhkan funsi aih pant dua inverted penduum. Oeh karena itu diakukan identifikasi pant denan struktur ARX untuk mendapatkan funsi aihnya. Kemudian hasi diskrit dari ARX diubah daam bentuk kontinyu. Pada identifikasi pant ini yan diidentifikasi adaah posisi kereta sudut penduum batan pendek dan sudut penduum batan panjan. Dimana cara menidentifikaya adaah denan cara superposisi seperti yan teah dijeaskan sebeumnya. Proceedin Seminar uas Akhir Jurusan eknik Eektro F-S 4

5 a. dentifikasi Sudut Penduum Batan Pendek dentifikasi sudut penduum batan pendek diakukan denan memaksa niai dari sudut penduum batan panjan menjadi no. dentifikasi sudut penduum batan pendek denan struktur ARX [na nb nk]. Dii jua diakukan perbandinan hasi respon keuaran pant noninear denan pant inear. Perbandinan ini diakukan untuk memvaidasi funsi aih inear. Untuk mendapatkan hasi diskrit ARX yan vaid maka sampe time pada ARX dan pada input diubah-ubah hina mendapat respon keuaran yan hampir sama. Sampe time pada ARX.s dan pada input.5s. Perbandinan respon keuaran sebenarnya pada pant DP dan respon keuaran ARX ditunjukkan pada Gambar 7. Dari Gambar 7 dapat diihat bahwa keuaran sebenarnya dan keuaran hasi ARX hampir sama seain itu jua memiiki niai error yan keci. Ha ini membuktikan bahwa mode diskrit hasi dari ARX teah sesuai denan pant dua inverted penduum. Berikut adaah hasi ransfer function sudut penduum batan pendek denan dikaikan ain Denan memakai rumus tersebut maka diperoeh parameter P--D untuk sudut penduum batan pendek K.765 τ b. dentifikasi Sudut Penduum Batan Panjan. dentifikasi sudut penduum batan panjan diakukan sama seperti pada identifikasi sudut penduum batan pendek Untuk identifikasi sudut penduum panjan sampe time pada ARX.s dan pada input.5s. Perbandinan respon keuaran sebenarnya pada pant DP dan respon keuaran ARX ditunjukkan pada Gambar 9. Dari Gambar 9 dapat diihat bahwa keuaran sebenarnya dan keuaran hasi ARX hampir sama seain itu jua memiiki niai error yan keci. Ha ini membuktikan bahwa mode diskrit hasi dari ARX teah sesuai denan pant dua inverted penduum. Gambar 7 Hasi dentifikasi ARX Sudut Penduum Batan Pendek Seteah didapatkan persaman diskrit yan sesuai maka diubah daam bentuk kontinyu. Denan input yan sama seperti pant noninear respon keuaran pant noninear dan inear dibandinkan. Dari hasi dari perbandinan diketahui bahwa respon inear ebih keci dari respon noninear oeh karena itu diberikan ain sebesar 3 yan haya terihat pada Gambar 8. Dari Gambar 8 dapat diihat bahwa repon pant noninear yan berwarnabiru dan respon keuaran hasi identifikasi denan pendekatan inier yan berwarna hjau memiiki niai yan hampir sama hanya saja pada respon keuaran inear memiiki deay. Denan ini dapat dismpukan bahwa funsi aih hasi identifikasi pant teah sesuai denan pant noniear yan sebenarnya. Sehina funsi aih tersebut dapat diunakan untuk penentuan parameter PD secara anaitik denan menunakan kontroer PD odifikasi orde dua denan deay. Gambar 9 Hasi dentifikasi ARX Sudut Penduum Batan Panjan Dari Gambar dapat diihat denan deberikan ain sebesar 3 repon keuaran sudut penduum panjan pada pant noninear yan berwarnabiru dan respon keuaran hasi identifikasi denan pendekatan inier yan berwarna hjau memiiki niai yan hampir sama hanya saja pada respon keuaran inear memiiki deay. Denan ini dapat dismpukan bahwa funsi aih hasi identifikasi pant teah sesuai denan pant noniear yan sebenarnya. Sehina funsi aih tersebut dapat diunakan untuk penentuan parameter PD secara anaitik denan menunakan kontroer PD odifikasi orde dua denan deay. Gambar 8 Hasi dentifikasi Sudut Penduum Batan Pendek Gambar Hasi dentifikasi Sudut Penduum Batan Panjan Proceedin Seminar uas Akhir Jurusan eknik Eektro F-S 5

6 Berikut adaah hasi ransfer function sudut penduum batan panjan denan dikaikan ain Denan memakai rumus tersebut maka diperoeh parameter P--D untuk sudut penduum batan panjan K.3848 τ c. dentifikasi Posisi Kereta dentifikasi kereta diakukan denan memaksa niai dari sudut penduum batan panjan dan batan panjan menjadi no. dentifikasi sudut penduum batan pendek denan struktur ARX [na nb nk]. Untuk identifikasi kereta Sape time pada ARX.s dan pada input.s. Perbandinan respon keuaran sebenarnya pada kereta pant DP dan respon keuaran ARX ditunjukkan pada Gambar. Dari Gambar dapat diihat bahwa keuaran sebenarnya dan keuaran hasi ARX hampir sama seain itu jua memiiki niai error yan keci. Ha ini membuktikan bahwa mode diskrit hasi dari ARX teah sesuai denan pant dua inverted penduum. Gambar Hasi dentifikasi ARX Posisi Kereta Dari Gambar dapat diihat perbadinan repon keuaran posisi kereta pada pant noinear yan berwarnabiru dan respon keuaran hasi identifikasi denan pendekatan inier yan berwarna hjau memiiki niai yan hampir sama hanya saja pada respon keuaran inear memiiki deay. Denan ini dapat disimpukan bahwa funsi aih hasi identifikasi pant teah sesuai denan pant noniear yan sebenarnya. Sehina funsi aih tersebut dapat diunakan untuk penentuan parameter PD secara anaitik denan menunakan kontroer PD odifikasi orde dua denan deay. Berikut adaah hasi ransfer function kereta denan dikaikan ain Denan memakai rumus tersebut maka diperoeh parameter P--D untuk kereta K.965 τ Penendaian Pant DP denan PD Anaitik Lankah seanjutnya seteah berhasi menendaikan dua inverted penduum denan metode parameter yan didapatkan di vaidasi denan parameter hasi perhitunan. Parameter hasi perhitunan diunakan untuk menendaikan pant dua inverted penduum yan bersifat noninear. Parameter yan didapatkan dari hasi perhitunan untuk sudut penduum batan pendek adaah : P.676;.844; D.48; N.78 sedankan untuk sudut penduum batan panjan adaah : P.87;.55; D.4; N.38 dan untuk posisi kereta adaah : P.64;.67; D.48; N ernyata hasi yan didapatkan tidak ebih baus dari metode tunin manua. Denan menunakan parameter hasi perhitunan dari Gambar 3 4 dan 5 pant susah untuk dikendaikan seteah 35s kedua penduum jatuh. Ha ini membuktikan bahwa pant dua inverted penduum mampu dikendaikan denan metode tunin manua karena denan metode tunin manua mampu memenuhi semua karaktiristik kestabian yan diininkan oeh dua inverted penduum yaitu minimum error minimum eneri dan denan transient waktu yan cepat tapi kokoh. Sedankan denan metode anaitik pant dipaksa stabi sesuai denan transient waktu yan diininkan karena pada perancanan kontroer PD anaitik hasi respon yan diininkan adah yan sesuai denan transient waktu yan diininkan. Gambar 3 Respon Posisi Kereta denan Kontroer PD Anaitik Gambar Hasi dentifikasi Posisi Kereta Proceedin Seminar uas Akhir Jurusan eknik Eektro F-S 6

7 Gambar 4 Respon Sudut Penduum Batan Pendek denan Kontroer PD Anaitik Gambar 5 Respon Sudut Penduum Batan Panjan denan Kontroer PD Anaitik. KESPULAN Dari hasi simuasi dan anaisa yan teah diakukan pada penerjaan tuas akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpuan sebaai berikut. Kontroer tunin PD mampu menendaikan pant noninear dua inverted penduum yan memiiki utipe Output Sine nput (OS). Kontroer PD denan metode tunin manua mampu memenuhi semua karaktiristik kestabian yan diininkan oeh dua inverted penduum yaitu minimum error minimum eneri dan denan transient waktu yan cepat tapi kokoh. 3. Kontroer PD Anaitik tidak mampu menendaikan pant noninear dua inverted penduum. 4. Kontroer PD denan metode anaitik pant dipaksa stabi sesuai denan transient waktu yan diininkan karena pada perancanan kontroer PD anaitik hasi respon yan diininkan adaah yan sesuai denan transient waktu yan diininkan. DAFAR PUSAKA [] Aeander Baodanov Optima Contro of a Doube nverted Penduum on a Cart echnica Report CSE-4-6 December 4 [] iaoyu Yu Shienori Okubo Research on the Stabiity Contro of Doube nverted Penduum Facuty of Enineerin Yamaata University October 9 [3] ri Utami Dyah Perancanan Kontroer State Dependent Riccati Equation (Sdre) Untuk Stabiisasi Penduum erbaik Dua inkat uas Akhir nstitiut eknooi Sepuuh Nopember Juni. [4] Wan Jia-Jun Simuation Studies of nverted Penduum Based on PD Controer nstitute of Automation Hanzhou Dianzi University Hanzhou 38 Zhejian PR China Austus. [5] Katsuhiko Oata eknik Kontro Automatik Erana (996). [6] ayor Wais Barton Stabiizin the Dua nverted Penduum : A Practica Approach aster of Enineerin in Eectrica Enineerin and Computer Science at the assachutetts nstitute of echnooy Februari 8. [7] Kent Howard Lundber Linear Dua nverted Penduum Contro aster of Enineerin in Eectrica Enineerin and Computer Science at the assachutetts nstitute of echnooy Februari 997. [8] Lara C. Phiips Contro of a Dua nverted Penduum System U Linear-Quadratic and H- nfiny ethods aster of Enineerin in Eectrica Enineerin and Computer Science at the assachutetts nstitute of echnooy September 994. RWAYA PENULS Yunafi atu Aniroh ahir di kota uban pada tana Jui 988 anak kedua dari dua bersaudara pasanan Bapak oh. Fauzi dan bu Fatimah. emuai pendidikan sekoah dasar di Nawun uban dianjutkan di SLPN Bojoneoro dan SAN Bojoneoro. Pada tahun 6 meanjutkan studi kejenjan peruruan tini di Proram studi D3 eknik Eektro Jurusan eknik Eektro Fakutas eknooi ndustri nstitut eknooi Sepuuh Nopember Surabaya seteah uus meanjutkan kuiha intas jaur di Jurusan eknik Eektro Fakutas eknooi ndustri nstitut eknooi Sepuuh Nopember Surabaya. Di Jurusan eknik Eektro penuis memiih untuk mendaami bidan studi eknik Sistem Penaturan. Seama menempuh pendidikan di eknik Eektro penuis mendapatkan beitu banyak imu dan kesempatan baik daam ha akademis maupun non akademis. Penuis pernah diberi kesempatan untuk menjaankan praktikum Otomasi Sistem dan Sistem Penaturan Diita sebaai asisten di Laboratorium Sistem Penaturan Anao dan otomasi sistem pada Bidan Studi eknik Sistem Penaturan Jurusan eknik Eektro. Proceedin Seminar uas Akhir Jurusan eknik Eektro F-S 7

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM PETUNJUK KHUSUS

PETUNJUK UMUM PETUNJUK KHUSUS PETUNJUK UMUM 1. Sebeum menerjakan soa, teiti terebih dahuu jumah soa yan terdapat pada naskah soa. Naskah soa ini terdiri dari 5 soa piihan anda dan 5 soa esai.. Tuisah nomor peserta Saudara pada embar

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 8 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan. 36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda. KONTROL AIR FUEL RATIO PADA SPARK IGNITION ENGINE SISTEM EFI SEKUENSIAL MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY ADAPTIF DAPAT MENEKAN BEAYA OPERASIONAL KENDARAAN Abdu Hamid, Ari Santoso Jurusan Teknik Eektro-FTI ITS

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Desain Pengaturan Level pada Coupled Tank Process dengan Menggunakan Metode Model Predictive Control

Desain Pengaturan Level pada Coupled Tank Process dengan Menggunakan Metode Model Predictive Control JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) F 4 Desain Penaturan Level pada Coupled Tank Process denan Menunakan Metode Model Predictive Control Evira Dyah Puspitarini, Rushdianto

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA Daam pertemuan pekan ini pokok bahasan kita adaah penerapan manajemen kinerja di perusahaan, dampaknya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jaan Airangga 4 Surabaya 60286 Tep. 01-50642, 506584 Fax. 01-5026288 Website: http://www.fe.unair.ac.id E-mai: fe@unair.ac.id, info@fe.unair.ac.id Nomor : 125/UN.4/PPd/Dept/Ak/201

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada

Lebih terperinci

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8 Jurna Akademis dan Gagasan tetika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Haan 1 hingga 8 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA POWERPOINT DAN BAGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

Wahyuni et al, Kelelahan Kerja antara Shift I, Shift II, Shift III pada operator...

Wahyuni et al, Kelelahan Kerja antara Shift I, Shift II, Shift III pada operator... Wahyuni et a, Keeahan Kerja antara, I, II pada operator... Keeahan Kerja antara, I, dan II pada Operator Pompa Bensin (Studi pada Stasiun Penisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) di Kabupaten Jember) (The

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

Pengukuran Indeks Bias Minyak Kelapa Sawit dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal

Pengukuran Indeks Bias Minyak Kelapa Sawit dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal Jurna ILMU DASAR, Vo. 15 No. 2, Jui 2014 : 97-101 97 Pengukuran Indeks Bias Minyak Keapa Sawit dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Ceah Tungga Pam Cooking Oi Refraction Index Measurement Using

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja: Peatihan dan Penghargaan Sub Pokok Bahasan Pengertian Peatihan Proses pembeajaran dan pengembangan individu Jenis-jenis peatihan karyawan Manfaat peatihan

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jaan Airangga 4 Surabaya 60286 Tep. 01-50642, 506584 Fax. 01-5026288 Website: http://www.fe.unair.ac.id E-mai: fe@unair.ac.id, info@fe.unair.ac.id Nomor : 61/UN..1.4/PPd/2015

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement Bab III Sudi Kasus Mode Doube Decremen Pada bab ini, akan dieaskan erebih dahuu mengenai beberapa definisi daam eori Doube Decremen. Seanunya akan dibahas benuk kuanifikasi dependensi daam kasus Doube

Lebih terperinci

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Lisa Yui Kurniawati 1*), Handayani Tjandrasa 2), Isye Arieshanti 3) 1,2,3) Teknik Informatika, Fakutas Teknoogi Informasi Institut

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD

RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD Herry Mugirahardjo, Trihardi Priyanto, M. Rifai Musih, A. Ramadhani mugirahardjo@gmai.com Pustek Bahan Industri Nukir

Lebih terperinci

SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK

SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK ISSN: 693-693 Terakreditasi DIKTI, SK No: 5/DIKTI/Kep/2 8 SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK Andi Adriansah Program Studi Teknik Eektro, Fakutas Teknoogi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anaisis aktor Menurut Hair, et a. (995) anaisis faktor adaah sebuah nama umum yang diberikan kepada sebuah keas dari metode statistika mutivariat yang tujuan utamanya adaah menentukan

Lebih terperinci

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya

Lebih terperinci

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI KEITN BELJ 2. LNSN TEOI JEMBTN WHETSTONE aam kegiatan beajar anda teah mempeajari pengukuran hgambatan dengan menggunakan ohmmeter dan menggunakan ampermeter dan votmeter dengan metoda amper-vot-meter

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARA RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL Kennie A. Lempoy Abstrak Permasalahan pada ketidakpuasan konsumen pada penunaan pompa air khususnya yan diunakan di rumah tana, pada saat ini

Lebih terperinci

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD Konferensi Nasiona Imu osia & Teknoogi (KNiT) Maret 016, pp. 56~6 ANIMAI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK IWA D 56 Desy Yekti A 1, Nani Purwati 1 AMIK BI Yogyakarta e-mai: mbesesek@gmai.com,

Lebih terperinci

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL Adhe Afriani 1*, Hasriati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Dengan substitusi persamaan (1.2) ke dalam persamaan (1.3) maka kedudukan x partikel sebagai fungsi waktu dapat diperoleh melalui integral pers (1.

Dengan substitusi persamaan (1.2) ke dalam persamaan (1.3) maka kedudukan x partikel sebagai fungsi waktu dapat diperoleh melalui integral pers (1. GERAK PADA BIDANG DATAR 1. Gerak denan Percepatan Tetap C Gb. 1 Grafik kecepatan-waktu untuk erak lurus denan percepatan tetap Pada ambar 1, kemirinan tali busur antara titik A dan B sama denan kemirinan

Lebih terperinci

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 5 ( Analisa Rangkaian )

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 5 ( Analisa Rangkaian ) ANGKAIAN ISTIK Kuliah 5 ( Analisa ankaian ) ANAISA ANGKAIAN Pada baian ini akan dibahas penyelesaian persoalan yan muncul pada ankaian istrik denan menunakan suatu teorema tertentu. Ada beberapa teorema

Lebih terperinci

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta Bab II Teori Dasar Gambar. 7 Grafik Rasio Kecepatan nin di atas Laut denan di Daratan. 5. Koreksi Koefisien Seret Setelah data kecepatan anin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut dikonversi

Lebih terperinci

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan PROC. ITB Sains & Tek. Vo. 39 A, No. 1&2, 2007, 23-39 23 Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asa-Tujuan yang Dihasikan dari Data Arus Lauintas pada Kondisi Keseimbangan Ofyar Z. Tamin 1 & Rusmadi Suyuti

Lebih terperinci

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan 1 Posisi, kecepatan, dan percepatan Posisi suatu benda pada suatu waktu t tertentu kita tulis sebaai r(t). Jika saat t = t 1 benda berada pada posisi r 1 r(t 1 ) dan saat t = t 2 > t 1 benda berada pada

Lebih terperinci

LINGKARAN PENGUATAN KONSTAN

LINGKARAN PENGUATAN KONSTAN LINGKARAN PENGUATAN KONTAN Kau Uniatera ( 0 Penuatan makimum dieroeh ada kondii : untuk dan maka enuatan G dan G 0. Untuk embaran niai G dan G yan berada diantara no dan niai makimumnya, G -max dan G -max,

Lebih terperinci

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR Nama : Saepudin ABSTRAK Saah satu masaah yang sering dihadapi perusahaan yaitu disipin kerja seperti banyak

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jaan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Tep. (0532) 23759 Pangkaan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

Lebih terperinci

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton 6 TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 1,2 Proram Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KORELASI PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG AIR-UDARA BERLAWANAN ARAH DALAM PIPA YANG DIPANASKAN

PENGEMBANGAN KORELASI PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG AIR-UDARA BERLAWANAN ARAH DALAM PIPA YANG DIPANASKAN Sartono Putro, Penembanan KOreasi Perpindahan Kaor Airan Geembun Air-Udara Berawanan Arah PENGEMBANGAN KORELASI PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG AIR-UDARA BERLAWANAN ARAH DALAM PIPA YANG DIPANASKAN Sartono

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jurna Sheet Meta dan Software Abaqus Program ABAQUS merupakan saah satu dari program finite eement system yang ada yang digunakan untuk mensimuasi proses pembuatan suatu komponen

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan 68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode

Lebih terperinci

a. Tentukan bentuk akhir dari tiga persamaan di atas yang menampilkan secara eksplisit

a. Tentukan bentuk akhir dari tiga persamaan di atas yang menampilkan secara eksplisit Contact Person : 0896-5985-681 OSK Fisika 018 Number 1 BESARAN PLANCK Pada tahun 1899 Max Planck memperkenalkan suatu sistem satuan iniversal sehina besaran-besaran fisika dapat dinyatakan dalam tia satuan

Lebih terperinci

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS BAB I TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC 1. Gerak benda di antara tubukan erupakan erak parabola. Sebut posisi ula-ula benda adalah titik A, posisi terjadinya tubukan pertaa kali adalah titik B, posisi terjadi tubukan kedua kalinya adalah titik

Lebih terperinci

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TABEL MORTALITAS Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami tabe mortaitas 2. Menjeaskan hubungan antara ajur-ajur tabe mortaitas

Lebih terperinci

Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan gerak dalam bidang datar Contoh gerak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melingkar Gerak relatif

Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan gerak dalam bidang datar Contoh gerak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melingkar Gerak relatif Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan erak dalam bidan datar Contoh erak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melinkar Gerak relatif Posisi, Kecepatan, Percepatan r i = vektor posisi partikel di A

Lebih terperinci

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute PEGARUH JEIS MEODE ESIMASI DALAM ESIMASI MARIKS ASAL UJUA (MA) MEGGUAKA DAA ARUS LALULIAS PADA KODISI PEMILIHA RUE KESEIMBAGA (EQUILIBRIUM ASSIGME) Rusmadi Suyuti Mahasiswa Program S3 Pascasarjana eknik

Lebih terperinci

2 H g. mv ' A, x. R= 2 5 m R2 ' A. = 1 2 m 2. v' A, x 2

2 H g. mv ' A, x. R= 2 5 m R2 ' A. = 1 2 m 2. v' A, x 2 SOLUSI. A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= H B. Jarak d yan dibutuhkan adalah d=v 0 t A =v H 0 i. Karena bola tidak slip sama sekali dan tumbukan lentin sempurna maka eneri mekanik sistem

Lebih terperinci

! 2 H g. &= 1 2 m 2 SOLUSI OSN A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= Jarak d yang dibutuhkan adalah d =v 0 g

! 2 H g. &= 1 2 m 2 SOLUSI OSN A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= Jarak d yang dibutuhkan adalah d =v 0 g SOLUSI OSN 009. A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A=! H B.! Jarak d yan dibutuhkan adalah d =v 0 t A =v H 0 i. Karena bola tidak slip sama sekali dan tumbukan lentin sempurna maka eneri mekanik

Lebih terperinci

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB V VERIFIKASI PROGRAM BAB V VERIFIKASI ROGRAM Hasi perhitungan niai beban kritis eastis yang didapat dari program dibandingkan dengan hasi perhitungan manua. Beberapa kasus porta bidang yang digunakan daam verifikasi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menunjang peaksanaan peneitian ini diakukan tinjauan pustaka mengenai tinjauan studi yang berisi peneitian-peneitian terkait dengan pengenaan kuaitas buah, median fitering,

Lebih terperinci

SIMULASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAFO 1/4 λ dan TIPE SINGLE STUB

SIMULASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAFO 1/4 λ dan TIPE SINGLE STUB SIMUASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAF 1/4 λ dan TIPE SINGE STUB Dewi Panca Wati [1], Imam Santoso [2], Ajub Ajuian Zahra [2] Jurusan Teknik Eektro, Fakutas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA

PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA UTILIZATION OF MAGNETIK FLUX AS A SOURCE OF POWER PLANT BY USING SOLENOID Muhammad Furqon Setiadi 1, Mas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yan sanat pentin bai setiap masyarakat.diantara berbaai jasa layanan kesehatan, rumah sakit memean peranan pentin karena menyediakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Latar Belakang Masalah Derivatif Untuk Menyelesaikan Optimisasi Berkendala Dalam Bisnis Dan Ekonomi (Derivative for Solvin Constrained Optimization in Business and Economics) Nurul Yaqin, M.Sc. Dosen pada Jurusan Sistem Informasi

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAININGPADA BATASAN USIA - TAHUN DI DUSUN II DESA KARANG RAHAYU KECAMATAN KARANG BAHAGIA KABUPATEN BEKASI TAHUN 6 Apriina Sartika ABSTRAK Toiet

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah *

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah * KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING Oleh : Fathul Zannah * Abstrak Keiatan pembelajaran di SMAN 2 Banjarbaru sudah

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH Rusdianto 1, Syarifa Ajrinah 2, Arinda Wahyuni 3, Edward Syarif 4 1,2,3) Pascasarjana Arsitektur, Fatas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 37 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneitian Peneitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh service exceence terhadap kepuasan konsumen. Adapun yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk

Lebih terperinci

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20.

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20. UM UGM 016 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM016FIS999 Version: 017-0 Halaman 1 Petunjuk berikut diperunakan untuk menerjakan soal nomor 01 sampai denan nomor 0. = 9,8 m/s (kecuali diberitahukan lain) µ o =

Lebih terperinci

FISIKA GERAK PARABOLA

FISIKA GERAK PARABOLA KTSP K-13 Kelas X FISIKA GERAK PARABOLA TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami konsep erak parabola.. Menaplikasikannya dalam pemecahan masalah.

Lebih terperinci

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA Prayekti, Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Prayekti FKIP-Universitas Terbuka, emai: prayekti@mai.ut.ac.id

Lebih terperinci

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD Pendekatan Numerik Keadaan Terikat. (Arif Gunawan) 179 PENDEKATAN NUMERIK KEADAAN TERIKAT DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA PADA INTERAKSI DUA NUKLEON MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA (FINITE DIFFERENCE

Lebih terperinci

Implementasi Fuzzy Inference System Mamdani Pada Proses Penentuan Kelulusan Calon Mahasiswa

Implementasi Fuzzy Inference System Mamdani Pada Proses Penentuan Kelulusan Calon Mahasiswa Impementasi Fuzzy Inference System amdani Pada Proses Penentuan Keuusan Caon ahasiswa (Studi Kasus : Penerimaan ahasiswa Baru Poiteknik Negeri Lhokseumawe Jaur UPN) Rahmad Hidayat Dosen Teknik Informatika

Lebih terperinci

Deret Fourier dan Transformasi Fourier

Deret Fourier dan Transformasi Fourier Bab 6 caku fi58 by khbasar; sem 2-2 Deret Fourier dan Transformasi Fourier 6. Fungsi Periodik Suatu fungsi dikatakan periodik jika niai fungsi tersebut beruang untuk seang besaran tertentu. Secara definisi,

Lebih terperinci

Jawaban OSK v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai 2) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -2a [M] b [L] c. Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b

Jawaban OSK v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai 2) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -2a [M] b [L] c. Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b Jawaban OSK 01 Fisika B 1- (nilai 6) Jawaban menunakan konsep dimensi v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai ) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -a [M] b [L] c Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b Dari dimensi L: 1

Lebih terperinci

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract Optimisasi (Abdu H) OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO Abdu Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1 1 Staf Pengajar Jurusan Statistika FSM UNDIP Abstract Investing in asset such as stock; besides

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 MOMENTUM DAN IMPULS. K e l a s A. PENGERTIAN GERAK PARABOLA

FIsika KTSP & K-13 MOMENTUM DAN IMPULS. K e l a s A. PENGERTIAN GERAK PARABOLA KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI MOMENTUM DAN IMPULS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep erak parabola dan mampu menaplikasikannya dalam pemecahan masalah.

Lebih terperinci

Oleh: Tjandra Satria Gunawan

Oleh: Tjandra Satria Gunawan Soal dan Solusi (S 2 ) untuk: Olimpiade Sains Nasional Bidan Matematika SMA/MA Seleksi Tinkat Kota/Kabupaten Tahun 2010 Tanal: 14-29 April 2010 Oleh: Tjandra Satria Gunawan 1. Diketahui bahwa ada yepat

Lebih terperinci

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp SM NEGERI 14 JKRT Jaan SM Barat, Ciiitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tp. 01 809096 BIDNG STUDI : FISIK DINMIK ROTSI F 1. Sebuah roda dapat mengeinding pada sebuah bidang datar yang kasar. Massa roda 0,5

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 02

Xpedia Fisika. Mekanika 02 Xpedia Fisika Mekanika 02 Doc. Nae: XPFIS0102 Version: 2012-07 halaan 1 01. Gaya yan dibutuhkan untuk enerakan bola hoki berassa 0,1 k konstan pada kecepatan 5 /s di atas perukaan licin adalah... (A) Nol

Lebih terperinci

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2013

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2013 Proceeding Seminar Nasiona Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, - Oktober PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA OPERASI PEMOTONGAN MILLING

Lebih terperinci

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Lisa Yui Kurniawati, dkk, Prediksi Pergerakan Harga Vo. 4, No. 1 Juni 2014 ISSN 2088-2130 PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Lisa Yui Kurniawati 1*), Handayani Tjandrasa

Lebih terperinci

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP MODUL PERTEMUAN KE 4 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Gerak Peluru (Proyektil); Gerak Melinkar Beraturan, Gerak Melinkar Berubah Beraturan, Besaran Anular dan Besaran Tanensial. POKOK BAHASAN: GERAK

Lebih terperinci

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld Bab V Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmoogi Braneword V. Pendahuuan Di daam Bab IV teah dipeajari bahwa persamaan-persamaan induksi pada brane mengandung sebuah tensor Wey terproyeksi yang membawa informasi

Lebih terperinci

OBJECTIVES PENGANTAR-1

OBJECTIVES PENGANTAR-1 6//0 MINIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN GOLDEN SECTION AND HOOK JEEVES METHODS OBJECTIVES Understand why and where optimization occurs in engineering probem soving. Understand the major eements of the genera

Lebih terperinci