PENGEMBANGAN KORELASI PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG AIR-UDARA BERLAWANAN ARAH DALAM PIPA YANG DIPANASKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN KORELASI PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG AIR-UDARA BERLAWANAN ARAH DALAM PIPA YANG DIPANASKAN"

Transkripsi

1 Sartono Putro, Penembanan KOreasi Perpindahan Kaor Airan Geembun Air-Udara Berawanan Arah PENGEMBANGAN KORELASI PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG AIR-UDARA BERLAWANAN ARAH DALAM PIPA YANG DIPANASKAN Sartono Putro Jurusan Teknik Mesin Fakutas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta J. A. Yani Kotak Pos Pabean Surakarta ABSTRAKSI Koefisien perpindahan kaor dua fase as-cair merupakan penjumahan koefisien perpindahan kaor fase as dan fase cair berdasarkan voume masin-masin fase. Tujuan peneitian ini untuk mendapatkan koreasi empiris koefisien perpindahan kaor hasi peneitian. Peneitian diakukan denan menairkan air dari atas dan udara dari bawah daam bentuk airan eembun. Seksi uji terdiri atas pipa tembaa denan D i 24 mm panjan 800 mm diiit denan eemen pemanas istrik sepanjan pipa. Ujun atas dan bawah pipa tembaa disambun denan pipa transparan untuk menetahui poa airan yan terjadi. Untuk menukur temperatur dindin dipasan termokope di dindin uar pada ima titik sepanjan pipa tembaa, sedankan temperatur fuida diukur denan memasan termokope pada sumbu pipa di tujuh titik sepanjan pipa tembaa. Koreasi impiris yan dibentuk pada peneitian ini adaah:,406 4,4502 0, α Pr ( ) + ( ) yan Nu α Nu 4,40 0 α Pr beraku pada kondisi: kuaitas as (x) 0, sampai 0,0006, dan fraksi hampa (α) 0,0462 sampai 0,02, serta fuks kaor istrik (q )627,89 W/m 2 sampai 98,62 W/m 2. Kata kunci : Perpindahan kaor, Koefisien, Dua fasa, Airan eembun, Berawanan arah. PENDAHULUAN Perpindahan kaor daam media airan as-cair banyak dijumpai daam komponen-komponen sistem konversi eneri. Peneitian-peneitian yan berhubunan denan koefisien perpindahan kaor dua fasa as-cair terus diakukan, ha ini sebaai upaya untuk memperbaiki prediksi tentan koefisien perpindahan kaor konveksi dua fasa sebaai informasi pentin daam perancanan aat penukar kaor. Informasi menenai perpindahan kaor dua fasa, dua komponen as-cair tanpa pendidihan jua sanat diperukan, fenomena ini banyak diapikasi daam banyak industri seperti pada penairan minyak dan as aam. Peneitian perpindahan kaor airan dua fasa denan pendidihan ebih banyak diakukan dari pada yan tanpa pendidihan. 65

2 JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vo. 8, No. 0, Apri 2007 : Guna menambah informasi tentan perpindahan kaor dua fasa dua komponen as-cair tanpa pendidihan, fenomena penambahan eembun yan menair berawanan arah denan air pada kondisi di bawah temperatur saturasi air menarik untuk diteiti. Adapun perumusan masaah daam peneitian ini adaah: Baaimanakah koreasi empiris koefisien perpindahan kaor airan eembun air-udara berawanan arah? TINJAUAN PUSTAKA Sekouchi et a. (98), daam peneitiannya menenai karakteristik airan eembun vertika menyatakan bahwa, terdapat dua bentuk pererakan eembun yaitu, sidin bubbe dan corin bubbe. Pada Gambar. ditunjukkan, eembun yan berukuran kuran dari 5 mm akan bererak menuju dindin kemudian sidin (#), sedankan eembun yan ukurannya ebih besar menair di tenah airan denan erakan spira (#4). Bia kecepatan airan air dikurani, maka sidin bubbes akan berubah secara perahan menjadi hoppin bubbes (#5), periaku ini terjadi pada daerah kecepatan air di antara -0, s.d. 0, m/s. Apabia kecepatan airan air ebih dari 2 m/s, maka tidak ada eembun yan sidin di dindin, meainkan bererak pada jarak tertentu dari dindin (Gambar ). airan airan Kama (2002), meakukan peneitian tentan koefisien perpindahan kaor airan dua fasa daam pipa vertika yan dipanaskan tanpa pendidihan denan fuida uji air-udara daam bentuk airan kantun. Peraatan utama untuk meakukan percobaan adaah sebuah pipa stainess stee diameter 2,7 mm dan panjan 500 mm, ujun atas dan bawah pipa dipasan pipa transparan untuk menetahui poa airan fuida uji. Sepanjan pipa uji diberi eemen pemanas istrik yan mampu menhasikan fuks kaor 400 kw/m 2. Untuk menukur temperatur dindin dipasan 0 termokope sepanjan pipa uji, temperatur airan masuk dan keuar diukur menunakan termokope yan dipasan masuk sampai sumbu pipa. Ghajar (2004), meakukan peneitian perpindahan kaor airan dua fasa as-cair daam pipa tanpa pendidihan, hubunan koefisien perpindahan kaor dua fasa berbaai poa airan terhadap bianan ynod superfisia as menunjukkan adanya peninkatan hara koefisien perpindahan kaor pada awa penambahan udara yan kemudian menurun dan meninkat ai sesuai pertambahan kecepatan superfisia as. 2 Gambar. Gerakan Geembun Tuna pada Airan Air (Sekouchi, 98) Gambar 2. Hubunan antara Koefisien Perpindahan Kaor Dua Fasa Berbaai Poa Airan terhadap Bianan ynod Superfisia Gas (Ghajar, 2004) 66

3 Sartono Putro, Penembanan KOreasi Perpindahan Kaor Airan Geembun Air-Udara Berawanan Arah Landasan Teori Koefisien perpindahan kaor eksperimen dihitun dari koefisien perpindahan kaor oka masin-masin semen. Kaor yan diserap oeh fuida dua fasa adaah, q m Cp T T ) () ( out in denan (Cp ) kaor jenis abunan yan dirumuskan Burmeister (98), yaitu: Cp ω Cp + ω Cp (2) denan fraksi udara, ρ ω () ρ + ρ dan fraksi air, ρ ω (4) ρ + ρ Koefisien perpindahan kaor oka dihitun denan persamaan sebaai berikut. q" h Tw Tb (5) T b dan T w adaah temperatur buk dan wa fuida pada masin-masin semen. Koefisien perpindahan kaor seuruh pipa uji merupakan hasi rata-rata dari koefisien perpindahan kaor masin-masin semen. Ghajar (2004), meakukan penembankan koreasi perpindahan kaor dua fasa airan as-cair daam pipa tanpa pendidihan. Koefisien perpindahan kaor dua fasa merupakan penjumahan perpindahan kaor tiap fasa: h ( α ) h + αh α h ( α) h + (6) α h Sedankan koreasi umum perpindahan kaor dua fasa tanpa pendidihan untuk airan vertika denan Bianan ynod superfisia cairan 4000 sampai sebai berikut. h x ( α) h + 0,27 x α α,2 µ µ Pr Pr 0, 72 0,66 0,04 h diperoeh dari koreasi Sieder-Tate, Nu D,86 Pr Z µ b µ w 0,4 / (7) (8) Fraksi hampa (α) dihitun menunakan persamaan Chishom, yaitu: α (9) 0,5 ρ x ρ + ρ m x ρ ρ (0) m x + x ρ ρ Adapun Bianan ynod dihitun berdasarkan kecepatan aktua fuida sebaai berikut. ρ V D () µ ρ V D (2) µ m( x) V ρ ( α) A () 67

4 JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vo. 8, No. 0, Apri 2007 : V m x ρ α A (4) Koefisien perpindahan kaor konveksi paksa sanat dipenaruhi oeh hubunan kompeks antara properties fuida dan dimensi serta permukaan pipa. Faktorfaktor yan berpenaruh tersebut adaah: a. konduktivitas terma (k), b. viskositas dinamis (µ), c. kaor spesifik (Cp) d. massa jenis fuida (ρ) e. dimensi sauran (D) dan f. aju airan massa ( m ). Sehina koefisien perpindahan kaor dihitun berdasarkan funsi dari faktorfaktor yan berpenaruh: h f ( k, µ, Cp, ρ, D, m) (5) Menunakan teori Phi-Buckinham, persamaan 9 ini dapat diunkapkan daam bentuk persamaan non dimensia sebaai berikut. Nu f,pr (6) ( ) METODE PENELITIAN Bahan yan diperunakan untuk peneitian ini adaah air dari bak penampun dan udara yan dihasikan dari kompresor. Adapun peraatan yan diperunakan terdiri atas sebaai berikut.. Fow meter udara N02-5 denan boa shapir. 2. Air reuator SMC tipe AR 20.. Fow meter air OMEGA tipe FL- 504A. 4. Pompa air sentrifua PANASONIC. 5. Kompresor udara WIPRO MM.ECM.JCK 6. Termometer diita OMEGA HH Mutipoint seektor OMEGA 405A. 8. Votae uator MATSUNAGA MFG.CO.LTD. 25 A. 9. Ampere meter SANWA DCM-2L 0. Vot meter SANWA CD-700C Fow meter udara uator Fow meter air Catu daya istrik Tw - Tf Tw2 - Tf2 Tw - Tf Tw4 - Tf4 Tw5 - Tf5 Tfout Indicator Temperatur Arah Airan Air Arah Airan Ud Gambar. Skema Instaasi Eksperimen Prosedur penambian data ditempuh denan cara sebaai berikut.. Pastikan isi tanki air penuh. 2. Hidupkan pompa air dan kompresor.. Atur airan air menunakan katup masuk dan katup keuar sesuai variabe Tfin 68

5 Sartono Putro, Penembanan KOreasi Perpindahan Kaor Airan Geembun Air-Udara Berawanan Arah debit airan denan menamati skaa fow meter air. 4. Atur airan udara denan menatur katup masuk dan menamati poa airan sampai terjadi poa airan eembun yan konstan. 5. Hidupkan pemanas istrik dan atur teanan yan diunakan denan menatur potensiometer votae reuator. 6. Tunu sampai pada kondisi konstan, yaitu poa airan eembun pada pipa transparan bawah dan atas seraam, dan temperatur yan ditunjukkan oeh kontro temperatur menunjukkan hara yan konstan. 7. Ukur debit air dan debit udara pada skaa fow meter, catat temperatur air masuk dan keuar, serta catat temperatur dindin dan temperatur fuida denan menubah switch mutipoint seektor masin-masin temperatur. 8. Penoahan data diawai denan menhitun kaor yan diserap fuida dua fasa menunakan persamaan (), dan menhitun koefisien perpindahan kaor dua fasa menunakan persamaan (5). Seanjutnya penoahan data diakukan daam bentuk persamaan (6) untuk mendapatkan koreasi hasi peneitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Koefisien perpindahan kaor dua fasa diamati pada pemanasan denan fuks kaor 627,89 W/m 2 sampai 98,62 W/m 2. Pembatasan fuks kaor berdasarkan temperatur dindin dan jenis poa airan eembun yan dihasikan. Temperatur dindin pada peneitian ini hanya sampai 60 o C, ha ini diakukan karena pada temperatur dindin ebih dari 60 o C sudah terjadi poa airan transisi, airan eembun menjadi berkeompok dan akan membentuk airan kantun.. Koefisien perpindahan kaor tota dua fasa dua komponen air-udara diasumsikan sebaai penjumahan koefisien perpindahan kaor satu fasa air dan satu fasa udara berdasarkan voume masinmasin fasa. Daam bentuk Bianan Nuset, persamaan 6 dapat dikembankan menjadi: Nu ( α ) Nu + αnu α Nu ( α ) Nu + (7) α Nu h D Nu (8) k Konduktifitas terma dua fasa ( k ), dirumuskan Burmiester (98) sebaai berikut. k k y + k y 0, 72 k k y y (9) fraksi berat udara, m y (20) m + m fraksi berat air, m y (2) m + m Persamaan non dimensiona pada persamaan 6, bia disubstitusikan ke daam persamaan 7 menjadi: α Nu ( α ) Nu + α (, Pr (, ) ) daam bentuk funsi menjadi: (22) 69

6 JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vo. 8, No. 0, Apri 2007 : Nu ( α ) Nu α Pr f (2) α Pr dibentuk ke daam persamaan eksponensia: b Nu α a Nu α ( α ) Pr (24) Pr Seanjutnya dibentuk daam persamaan oaritma: Nu o ( ) α Nu α o a + bo + α Pr c o + d o (25) Pr Persamaan 29 merupakan persamaan inier yan sama denan persamaan: Y b0 + b s + b2s2 + bs (26) denan, Nu Y o ( ) Nu α b o a b b s b s 0 b 2 2 α o α c o d d c s 2 o b d Pr s o Pr Menunakan reresi inier jamak dapat dibentuk menjadi: n s s2 s s ss s2s ss s2 ss2 s2s2 ss2 s ss ss ss b0 Y b Ys (27) b2 Ys2 b Ys Persamaan 27 diseesaikan menunakan metode eiminasi Gaus untuk mendapatkan niai b 0, b, b 2, b yan equivaen denan koefisien a, b, c, dan d. Adapun hasi koreasi empiris yan didapatkan adaah: Nu α 5 ( ) Nu [ + (4,40 0 ) 4,4502,406 α α 0, 9620 Pr Pr (28) Koreasi empiris yan dibentuk memberikan prediksi hara koefisien perpindahan kaor dua fasa airan vertika air-udara berawanan arah denan deviasi ± 5 % sebanyak 90, % dari data eksperimen, yaitu 65 titik data dari seuruh titik data 72 buah. Hubunan koefisien perpindahan kaor dua fasa hasi eksperimen dan hasi perhitunan 70

7 Sartono Putro, Penembanan KOreasi Perpindahan Kaor Airan Geembun Air-Udara Berawanan Arah menunakan koreasi empiris yan dibentuk diberikan pada Gambar 4. Gambar 5 menunjukkan bahwa niai perbandinan koefisisen perpindahan kaor daam bentuk Biannan Nusset dua fasa terhadap satu fasa cair meninkat denan meninkatnya fraksi hampa (α). Adapun niai koefisien perpindahan kaor terbesar didapatkan pada perbandinan / terendah. Fenomena ini dapat dijeaskan bahwa berdasarkan peneitian Sekouchi (98), erakan eembun yan berukuran kuran dari 5 mm akan bererak menuju dindin kemudian sidin, sedankan eembun yan ukurannya ebih besar menair di tenah airan denan erakan spira. Nueks Gambar 4. Hubunan antara Koef. Perpindahan Kaor Dua Fasa Eksperimen denan Hasi Koreasi Empiris yan Dibentuk Nukor 0 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,0 0, α +5-50% / 0,07 / 0,04 / 0,045 / 0,048 / 0,052-5% Gambar 5. Impementasi Koreasi yan didapatkan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpuan Koreasi empiris yan dihasikan pada peneitian ini adaah: Nu α 5 ( ) Nu [ + (4,40 0 ) α α,406 4,4502 0, 9620 Pr yan beraku pada Pr kondisi: kuaitas uap (x) 0, sampai 0,0006, dan fraksi hampa (α) 0,0462 sampai 0,02, serta fuks kaor istrik (q )627,89 W/m 2 sampai 98,62 W/m 2. Saran Berdasarkan hasi peneitian, pembahasan dan kesimpuan yan diperoeh, ada beberapa ha yan dapat disarankan untuk peneitian serupa di masa datan sebaai berikut.. Keteitian pembacaan aat ukur aar ebih ditinkatkan utamanya daam penukuran temperatur. Perankat penukuran denan metode akuisisi data sanat diperukan karena mampu menukur beberapa titik daam waktu yan bersamaan. Denan metode akuisisi dimunkinkan untuk meakukan penukuran pada titik yan ebih banyak denan keteitian yan ebih baik, penukuran temperatur dindin untuk tiap semen akan ebih akurat bia diakukan pada beberapa titik secara keiin. 2. Peru diakukan peneitian anjutan menenai fenomena apis batas temperatur fuida yan menempe pada dindin. meninat air yan temperaturnya ebih tini akan cenderun menair ke atas sementara 7

8 JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vo. 8, No. 0, Apri 2007 : ada eembun udara yan memiiki arah airan yan sama. Ha ini dasarankan meninat temperatur dindin yan dihasikan tidak meninkat searah airan air yan ke bawah. DAFTAR PUSTAKA Burmeister, L.C., 98, Convective Heat Transfer, John Wiey & Sons, New York. Ghajar, A.J., 2004, Systematic Heat Transfer Measurements For Air-Water Two-Phase Fow In A Horizonta And Sihty Upward Incined Pipe, Proccedins of the 0 th Braziion Conress of Therma Science and Enineerin-ENCIT 2004 Braz. Soc. Of Mechanica Sciences and Enineerin-ABCM, Rio de Janeiro Nov. 29-Dec. 0, Ghajar, A.J., 2004, Two-Phase Heat Transfer In Gas-Liquid Non-Boiin Pipe Fows, HEFA 2004 rd Internationa Conference on Heat Transfer, Fuid Mechanics and Thermodynamics 2-24 June 2004, Cape Town. Kama, S. 2000, Studi Eksperimenta Koefisien Perpindahan Kaor Airan Dua Fasa pada Pipa Vertika daam Bentuk Airan Kantun (Su Fow) Menunakan Airan Udara-Air, Teknosains, 6B(), UGM, Yoyakarta. Sekouchi, K., Fukui, H., and Sato, Y., 98, Fow Characteristics And Heat Transfer In Vertica Bubbe Fow, ed. Beres, A.E., and Ishiai, S., Two-Phase Fow Dynamics, Hemisphere Pubishin Corporation, New York. 72

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR DUA FASA UDARA DAN AIR SEARAH DALAM PIPA VERTIKAL PADA DAERAH ALIRAN KANTUNG (SLUG FLOW)

KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR DUA FASA UDARA DAN AIR SEARAH DALAM PIPA VERTIKAL PADA DAERAH ALIRAN KANTUNG (SLUG FLOW) KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR DUA FASA UDARA DAN AIR SEARAH DALAM PIPA VERTIKAL PADA DAERAH ALIRAN KANTUNG (SLUG FLOW) Imam Syofii, Nuryo Suwito, Kunarto, Deendarlianto Jurusan Teknik Mesin, UGM Email: syofii_imam@yahoo.com

Lebih terperinci

Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhui hubungan perubahan debit air, debit udara,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhui hubungan perubahan debit air, debit udara, STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG MELALUI PIPA ANULUS DENGAN PEMANASAN DINDING PIPA DALAM Sartono putro 1, Sarjito 1, dan Jatmiko 2 1) Jurusan Teknik Mesin UMS 2) Jurusan

Lebih terperinci

Korelasi Empiris Perpindahan Kalor Dua Fase (Air Udara) Aliran Kantung Gas dalam Pipa Horisontal Sirkular

Korelasi Empiris Perpindahan Kalor Dua Fase (Air Udara) Aliran Kantung Gas dalam Pipa Horisontal Sirkular Korelasi Empiris Perpindahan Kalor Dua Fase (Air Udara) Aliran Kantung as dalam Pipa Horisontal Sirkular Matheus M. Dwinanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, Kupang

Lebih terperinci

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sistem Produksi Sistem produksi minyak merupakan jarinan pipa yan berunsi untuk menalirkan luida (minyak) dari reservoir ke separator. Reservoir terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM PETUNJUK KHUSUS

PETUNJUK UMUM PETUNJUK KHUSUS PETUNJUK UMUM 1. Sebeum menerjakan soa, teiti terebih dahuu jumah soa yan terdapat pada naskah soa. Naskah soa ini terdiri dari 5 soa piihan anda dan 5 soa esai.. Tuisah nomor peserta Saudara pada embar

Lebih terperinci

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Analisis Penaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Anin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Mustafa 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract One of the problems in

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI REKOMBINASI TERHADAP KINERJA SEPARATOR GLCC METERING LOOP

PENGARUH POSISI REKOMBINASI TERHADAP KINERJA SEPARATOR GLCC METERING LOOP PENGARUH POSISI REKOMBINASI TERHADAP KINERJA SEPARATOR GLCC METERING LOOP Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta J. A.Yani Tromo Pos I Pabean, Kartosura emai : effendy@ums.ac.id

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK

LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK I. JUDUL PRAKTIKUM : KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK II. TANGGAL PRAKTIKUM : Selasa, 12 Austus 2014 III. TANGGAL LAPORAN: Rabu, 20 Austus 2014 IV. GURU PEMBIMBING

Lebih terperinci

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton 6 TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIK DAN EXPERIMENTAL FRICTION FACTOR PADA PIPA GALVANISH DENGAN ALIRAN FLUIDA AIR PANAS

KAJIAN TEORITIK DAN EXPERIMENTAL FRICTION FACTOR PADA PIPA GALVANISH DENGAN ALIRAN FLUIDA AIR PANAS POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. September 04 KAJIAN TEORITIK DAN EXPERIMENTAL FRICTION FACTOR PADA PIPA GALVANISH DENGAN ALIRAN FLUIDA AIR PANAS Sutrisno Teknik Mesin, Universitas Nahdlatul Ulama E-mail :

Lebih terperinci

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS BAB I TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada

Lebih terperinci

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta Bab II Teori Dasar Gambar. 7 Grafik Rasio Kecepatan nin di atas Laut denan di Daratan. 5. Koreksi Koefisien Seret Setelah data kecepatan anin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut dikonversi

Lebih terperinci

HIDRODINAMIKA & APLIKASINYA

HIDRODINAMIKA & APLIKASINYA HIDRODINAMIKA & APLIKASINYA Oleh: Tito Hadji Aun S, ST, MT Ir Sudarja, MT, PhD (Candidate) Matrikulasi Jurusan Teknik Mesin Uniersitas Muhammadiyah Yoyakarta 017 Mekanika Fluida Fluida : Zat Alir (zat

Lebih terperinci

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20.

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20. UM UGM 016 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM016FIS999 Version: 017-0 Halaman 1 Petunjuk berikut diperunakan untuk menerjakan soal nomor 01 sampai denan nomor 0. = 9,8 m/s (kecuali diberitahukan lain) µ o =

Lebih terperinci

Wahyuni et al, Kelelahan Kerja antara Shift I, Shift II, Shift III pada operator...

Wahyuni et al, Kelelahan Kerja antara Shift I, Shift II, Shift III pada operator... Wahyuni et a, Keeahan Kerja antara, I, II pada operator... Keeahan Kerja antara, I, dan II pada Operator Pompa Bensin (Studi pada Stasiun Penisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) di Kabupaten Jember) (The

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG UDARA-AIR SEARAH DALAM PIPA KOIL HELIK VERTIKAL

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG UDARA-AIR SEARAH DALAM PIPA KOIL HELIK VERTIKAL SUDI EKSPERIMENAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR ALIRAN GELEMBUNG UDARA-AIR SEARAH DALAM PIPA KOIL HELIK VERIKAL Wandi Arnandi, Samsul Kamal Jurusan eknik Mesin dan Industri, Fakultas eknik UGM Jl. Grafika

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruan Linkup Ruan linkup keiatan dalam penulisan tuas akhir ini adalah PT. Tembaa Mulia Semanan Tbk. (Divisi Aluminium) yan berlokasi di Jalan Daan Moot KM. 16, Semanan,

Lebih terperinci

HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM

HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM Simposium Nasional RAPI XII - 013 FT UMS ISSN 141-961 HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM Kuswartomo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Uniersitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS SISTEM PENURUNAN TEMPERATUR JUS BUAH DENGAN COIL HEAT EXCHANGER Nama Disusun Oleh : : Alrasyid Muhammad Harun Npm : 20411527 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN USTK ompa adalah suatu alat yan diunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain denan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut diunakan

Lebih terperinci

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara Jurna Imu dan Teknoogi Perikanan Tangkap 2(2): 9-93, Desember 2015 ISSN 2337-4306 Anaisis beban pendingin cod storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Suawesi Utara Cooing oad anaysis of cod storage

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penggunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka.

Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penggunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah membaca modul dan menelesaikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU BAB III ALIRAN DI BAWAH PINTU III TUJUAN PERCOBAAN Menamati aliran didasarkan atas pemakaian persamaan Bernouli untuk aliran di bawah pintu III ALAT-ALAT ANG DIGUNAKAN Flume beserta perlenkapanya Model

Lebih terperinci

Dengan substitusi persamaan (1.2) ke dalam persamaan (1.3) maka kedudukan x partikel sebagai fungsi waktu dapat diperoleh melalui integral pers (1.

Dengan substitusi persamaan (1.2) ke dalam persamaan (1.3) maka kedudukan x partikel sebagai fungsi waktu dapat diperoleh melalui integral pers (1. GERAK PADA BIDANG DATAR 1. Gerak denan Percepatan Tetap C Gb. 1 Grafik kecepatan-waktu untuk erak lurus denan percepatan tetap Pada ambar 1, kemirinan tali busur antara titik A dan B sama denan kemirinan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 : Gaya pada roket Sumber : (Benson, 2010)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 : Gaya pada roket Sumber : (Benson, 2010) 5 BAB II DASAR TEORI.1 Prinsip Kerja Roket Roket merupakan wahana luar ankasa, peluru kendali, atau kendaraan terban yan mendapatkan doronan melalui reaksi roket terhadap keluarnya secara cepat bahan fluida

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TUGAS AKHIR PENGUJIAN MODEL WATER HEATER FLOW BOILING DENGAN VARIASI GELEMBUNG UDARA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Mesin Fakultas Teknik Univesitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN UNIT PENGERING PABRIK TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA SKALA KOMERSIAL KAPASITAS 150 TON/JAM

BAB IV PERANCANGAN UNIT PENGERING PABRIK TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA SKALA KOMERSIAL KAPASITAS 150 TON/JAM BAB IV PERANCANGAN UNIT PENGERING PABRIK TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA SKALA KOMERSIAL KAPASITAS 150 TON/JAM 4.1. Peralatan yan Dirancan Peralatan-peralatan utama yan ada dalam unit penerin pabrik

Lebih terperinci

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan 1 Posisi, kecepatan, dan percepatan Posisi suatu benda pada suatu waktu t tertentu kita tulis sebaai r(t). Jika saat t = t 1 benda berada pada posisi r 1 r(t 1 ) dan saat t = t 2 > t 1 benda berada pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA Disusun: SLAMET SURYADI NIM : D 200050181 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG DARI SATU UNIT TURBIN GAS DENGAN DAYA 130 MW

PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG DARI SATU UNIT TURBIN GAS DENGAN DAYA 130 MW PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG DARI SATU UNIT TURBIN GAS DENGAN DAYA 30 MW SKRIPSI Skripsi Yan Diajukan Untuk Melenkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

PENGARUH KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN SEKUNDER TERHADAP PARAMETER TERMOHIDROLIK TERAS REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG

PENGARUH KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN SEKUNDER TERHADAP PARAMETER TERMOHIDROLIK TERAS REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG Prosiding Seminar Nasiona Sains dan Teknoogi Nukir PTNBR BATAN Bandung, 3 Juni 009 Tema :Peningkatan Peran Iptek Nukir PENGARUH KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN SEKUNDER TERHADAP PARAMETER TERMOHIDROLIK TERAS

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail

Lebih terperinci

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48 PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK JENJANG KELAS MAA PELAJARAN OPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK Benda yan melakukan erak lurus berubah beraturan, mempunyai percepatan yan tetap, Ini berarti pada benda senantiasa bekerja

Lebih terperinci

Karakterisasi Pressure Drops Pada Aliran Bubble dan Slug Air Udara Searah Vertikal Ke Atas Melewati Sudden Contraction

Karakterisasi Pressure Drops Pada Aliran Bubble dan Slug Air Udara Searah Vertikal Ke Atas Melewati Sudden Contraction Karakterisasi Pressure Drops Pada Aliran Bubble dan Slug Air Udara Searah Vertikal Ke Atas Melewati Sudden Contraction Indra Koto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan koto.indra@gmail.com

Lebih terperinci

FISIKA GERAK PARABOLA

FISIKA GERAK PARABOLA KTSP K-13 Kelas X FISIKA GERAK PARABOLA TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami konsep erak parabola.. Menaplikasikannya dalam pemecahan masalah.

Lebih terperinci

Oleh: Tjandra Satria Gunawan

Oleh: Tjandra Satria Gunawan Soal dan Solusi (S 2 ) untuk: Olimpiade Sains Nasional Bidan Matematika SMA/MA Seleksi Tinkat Kota/Kabupaten Tahun 2010 Tanal: 14-29 April 2010 Oleh: Tjandra Satria Gunawan 1. Diketahui bahwa ada yepat

Lebih terperinci

SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA

SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG DARI SATU UNIT TURBIN GAS DENGAN DAYA 117,5 MW Skripsi Yan Diajukan Untuk Melenkapi Syarat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penuatan Profesi Bidan Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Proram Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April 2015

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA SIMUASI PROSES EVAPORASI NIRA DAAM FAING FIM EVAPORATOR DENGAN ADANYA AIRAN UDARA Oleh : Ratih Triwulandari 2308 100 509 Riswanti Zawawi 2308 100 538 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Kusno Budhikarjono, MT Dr.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 1,2 Proram Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONTROLER PID INDEPENDENT MELALUI TUNING PARAMETER UNTUK MENGENDALIKAN DUAL INVERTED PENDULUM

PERANCANGAN KONTROLER PID INDEPENDENT MELALUI TUNING PARAMETER UNTUK MENGENDALIKAN DUAL INVERTED PENDULUM PERANCANGAN KONROLER PD NDEPENDEN ELALU UNNG PARAEER UNUK ENGENDALKAN DUAL NERED PENDULU Yunafi atu Aniroh 9 5 63 Jurusan eknik Eektro F nstitut eknooi Sepuuh Nopember Kampus S Surabaya 6 E-mai: yunafiatu.aniroh@mai.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. diperoleh titik isoelektiknya yaitu pada ph 3. Kata Kunci: Gelatin, Titik Isoeletrik, Viskometer Oswald dan Sol liofil.

ABSTRAK. diperoleh titik isoelektiknya yaitu pada ph 3. Kata Kunci: Gelatin, Titik Isoeletrik, Viskometer Oswald dan Sol liofil. ABSTRAK Telah dilakukan percobaan sol liofi yan termasuk dalam sistem koloid. Sistem koloid ini merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dari dua atau lebih zat yan bersifat homoen, namun memiliki

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal SIMAK UI 2011 Fisika Kode Soa Doc. Name: SIMAKUI2011FIS999 Version: 2012-11 haaman 1 01. Sebuah mikroskop terdiri dari ensa obyektif (f 1 = 0,5 cm) dan ensa okuer (f 2 = 2 cm). Jarak antara kedua ensa

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

Kuliah Mekanika Fluida 21/03/2005. Kuliah Mekanika Fluida Keseimbangan Benda Terapung

Kuliah Mekanika Fluida 21/03/2005. Kuliah Mekanika Fluida Keseimbangan Benda Terapung Kuiah ekanika Fuida Keseimbangan enda Terapung Ir. Djoko Luknanto.Sc., Ph.D. Dosen Jurusan Teknik Sipi FT U 21/03/2005 Jack a otta 1 Fuida Diam embahas sistem yang berhubungan dengan cairan: yang tidak

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT Diajukan sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Karena massa katrol diabaikan maka 2T 1. -nya arah ke bawah. a 1. = a + a 0. a 2. = m m ) m 4 mm

Karena massa katrol diabaikan maka 2T 1. -nya arah ke bawah. a 1. = a + a 0. a 2. = m m ) m 4 mm m 0 139 Pada sistem dibawah ini hitun percepatan benda m 1 nap benda m bererak ke bawah Jawab: T 1 T 1 m 1 T m 0 a 0 T T 1 m 1 m 1 m T 1 m a m Karena massa katrol diabaikan maka T 1 T m k a k 0 atau T

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS Fakultas MIPA, Universitas Neeri Yoyakarta, 16 Mei 009 PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PODUKSI SUMU GAS Mohammad Taufik Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Jl. aya Bandun - Sumedan

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida yang banyak di gunakan untuk operasi dan produksi dalam industri proses, seperti:

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor 4 BAB II TEORI DASAR.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas.1.1 Kualitas Air Panas Air akan memiliki sifat anomali, yaitu volumenya akan mencapai minimum pada temperatur 4 C dan akan bertambah pada

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE Ir. Syawalludin,MM,MT 1.,Muhaemin 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Pengambilan data pada kondensor disistem spray drying ini telah dilaksanakan pada bulan desember 2013 - maret 2014 di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DAN PASANG SURUT PADA DAERAH PANTAI PAAL KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DAN PASANG SURUT PADA DAERAH PANTAI PAAL KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DAN PASANG SRT PADA DAERAH PANTAI PAAL KECAMATAN LIKPANG TIMR KABPATEN MINAHASA TARA Chandrika Mulyabakti M. Ihsan Jasin, J. D. Mamoto Fakultas Teknik Jurusan Sipil niversitas

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa BAB II Model Aliran Multifasa Dala Pipa Sebelu elakukan proses optiasi diaeter pipa transisi inyak dibutuhkan beberapa odel ateatika untuk enyelesaikan hal-hal yan epenaruhi biaya total. Pihak produsen

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP MODUL PERTEMUAN KE 4 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Gerak Peluru (Proyektil); Gerak Melinkar Beraturan, Gerak Melinkar Berubah Beraturan, Besaran Anular dan Besaran Tanensial. POKOK BAHASAN: GERAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasa (phase) adalah suatu wujud atau kondisi dari suatu zat yang dapat berupa cair, padat, dan gas. Aliran multi fasa (multiphase flow) adalah aliran simultan dari

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)

Lebih terperinci

Implementasi Pembelajaran Kooperatif Ni Komang Sukertiasih 69

Implementasi Pembelajaran Kooperatif Ni Komang Sukertiasih 69 GaneÇ Swara Vol. 4 No. Pebruari 2 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE SNOWBALL THROWING PADA POKOK BAHASAN LIMIT FUNGSI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA

Lebih terperinci