E /2 bata D C /2 bata 1 B Y X A. 6.5m 6.5m 6.5m 6.5m I II III IV V RANGKA TIPIKAL ARAH-X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "E /2 bata D C /2 bata 1 B Y X A. 6.5m 6.5m 6.5m 6.5m I II III IV V RANGKA TIPIKAL ARAH-X"

Transkripsi

1 fc' : fy : Fungsi antai (pertokoan) : a : b : 4 Pa 300 Pa 50 kg/ E / bata D 9 0 C / bata B Y 3 4 X A I II III IV V RANGKA TIPIKAL ARAHX RANGKA TIPIKAL ARAHY ahasiswa diinta untuk:. enentukan diensi eeeneeen struktur dan eve beban hidup sehingga bisa digunakan DD. enghitung pebagian oenoen rencana pada pat antai dan baok dengan etode Perencanaan Lansung (DD) 3. erencanakan tuangan pat antai 4. enghitung kobinasi beban pada saah satu rangka tengah (arahx) dan satu rangka tepi (arahy) Tidak diinta untuk enganaisis struktur rangka dan erencanakan tuangan rangka. 5. Gabar sketsa tuangan pat

2 . enentukan diensi eeeneeen struktur dan eve beban hidup sehingga bisa digunakan DD Pada etode perencanaan ansung, yang diperoeh adaah pendekatan niai oen dan geser dengan enggunakan penyederhanaan koefisienkoefisien yang teah disediakan oeh peraturan, dengan pe batasan sebagai berikut:. iniu ada tiga bentang enerus pada asingasing arah peninjauan.. Pane pat berbentuk persegi dengan rasio antara bentang panjang terhadap ebar diukur dari subu tupuan tidak ebih dari 6.5 = Ok!! 6 3. Panjang bentang bersebeahan pada asingasing arah tidak boeh berbeda ebih dari sepertiga bentang yang ebih panjang 4. Letak pusat koo dapat enyipang aksiu 0% dari bentang pada arah penyipangan dari subu antara garis pusat koo yang beraturan 5. Beban ati yang diperhitungkan hanyaah beban gravitasi saja dan tersebar erata pada seuruh pane. Beban hidup tidak boeh eapaui 3 kai beban ati. Pada awa angkah perhitungan dianggap teba pat Berat sendiri pat : 0. x x 400 = 88 Berat sendiri baok : 0.3 x 0.38 x 400 = 73.6 Berat pentup antai : x 00 = 00 Berat pasangan batu bata (/) : 3.5 x 50 = 875 q DL = 536.6kg/ Fungsi antai (pertokoan) : x 50 = 50 q LL = 50kg/ 3 q DL = kg/ > q LL = 50 kg/...ok!! 6. Apabia pane pat ditupu oeh baok pada keepat sisinya, syarat kekakuan reatif baok pada dua arah yang saing tegak urus adaah: ( ) ( ) α.0 α 5.0

3 Peeriksaan teba pat berdasarkan syarat endutan (di tinjau pat ) : α α α α 4 60 n arah eanjang = = 6. n arah eebar = = 5.7 Niai banding panjang terhadap ebar bentang bersih, β = =.0877 Perbandingan panjang sisi enerus dengan keiing pane, β s = = (Karena seua tepi enerus) Peeriksaan endutan enggunakan persaaan: fy 0.8 h 500 n 36 5β 0. α β Karena unsur α daa persaaan tersebut beu diketahui, sehingga dipakai persaaan berikut: fy 0.8 h 500 ( n ) 36 9β h h x dan tidak peru ebih dari: fy 0.8 h 500 ( n ) 36 h x 600 x 600 h 7. dengan deikian anggapan awa teba pat h = 0, sejauh ini dapat dipakai.

4 Perhitungan α diakukan sebagai berikut: Berdasarkan penapang pada hubungan pat dengan baok yang ebentuk baok T, aka okasi titik berat penapang dapat ditentukan: Sesuai SKSNI T59903 pasa 3.6. ayat 4, ebar efektif (b E ) diperhitungkan sebagai berikut: α = α 3 Y A A 380 A = A = b E = bw hw = 300 x 380 = 060 b E = bw 8hf = x 0 = 60 Dengan syarat panjang sayap (fens) tidak ebih dari 4t = 4 x 0 = 480 X Persaaan statis oen terhadap tepi bawah: ( A x ) ( A x ) 700 x x 90 y = = = A A I b = b h 3 b h 3 ( y y) b h b h ( y y) = Y α = α A 0 A A = A = o X 300 Persaaan statis oen terhadap tepi bawah: ( A x ) ( A x ) 8600 x x 90 y = = = A A I b = b h 3 b h 3 ( y y) b h b h ( y y) =

5 Untuk arah eanjang bangunan: I b = I b 3 I s = h = f E cb = E cs Ecb Ib Sehingga α = = Ecs I Ecb Ib Sehingga α 4 = = Ecs I s s Untuk arah eebar bangunan: I b = I b 3 I s = h = f E cb = E cs Ecb Ib Sehingga α = = E I cs s 5.43 Ecb Ib Sehingga α 3 = = E I aka α = cs s = Keudian diuangi sekai agi peeriksaan dengan enggunakan persaaan endutan: fy 0.8 h = 500 ( n ) 36 5β α 0. β 300 ( 0.8 ) h = x.0877 { ( )}.0877 Dengan deikian, dapat tetap digunakan teba pat, h = 0, dengan d = 90.

6 enghitung pebagian oenoen rencana pada pat antai dan baok dengan etode Perencanaan Lansung (DD) Daa proses perencanaan pane pat antai, yang dikerjakan pertaa kai adaah enentukan oen statis tota rencana pada kedua arah peninjauan yang saing tegak urus. Karena adanya taha nan pada tupuan, aka oen tersebut didistribusikan untuk dapat erencanakan penapang rangka porta terhadap oenoen positif dan negatif. Keudian oenoen positif dan negatif rencana tersebut didistribusikan ke ajur koo, ajur tengah dan ajur baok (bia ada). Lebar ajur koo ditentukan 5% dari ebar ajur porta untuk asingasing di sebeah kanan dan kiri subu koo, sedangkan ebar ajur tengah adaah sisanya. Seanjutnya tingga erencanakan diensi dan distribusi penuangan pada kedua arah yang saing tegak urus sesuai dengan peninjauan Sesuai SK SNI T59903pasa ayat 3., distribusi oen statis tota terfaktor 0 pada bentang interior diakaikan faktor 0.35 untuk oen positif, dan faktor 0.65 untuk oen negatif terfaktor (rencana). Sedangkan ayat 3.3 enentukan distribusi oen statis tota terfaktor 0 betang tepi (eksterior) seperti yang tercantu pada daftar berikut: Pat tanpa baok diantara tupuan interior Tepi eksterior tidak ditahan Pat dengan baok diantara seua tupuan Tanpa baok tepi Dengan baok tepi Tepi eksterior sepenuhnya ditahan oen Negatif terfaktor interior oen Positif Terfaktor oen Negatif terfaktor eksterior

7 Perhitungan oen Statis Tota: Beban rencana adaah: Beban ati Berat pat : 0. x 400 = 88 Berat sendiri baok : 0.38 x 400 = 9 Berat penutup antai : 00 = 00 Berat pasangan batu bata / : 50 = 50 q DL (tanpa bata)= q DL (dengan bata)= 300 kg/ 550 kg/ Beban hidup : 50 = 50 q LL = 50 kg/ q U =. x x 50 = 960 kg/ tanpa bata q U =. x x 50 = 60 kg/ dengan bata SK SNI T59903 pasa ayat 7 engijinkan odifikasi sapai 0% untuk oen positif dan negatif terfaktor asakan oen statis tota untuk suatu pane daa arah yang ditinjau tidak boeh kurang dari juah yang diisyaratkan, iaah: ( ) 0 = qu n 8 Sehingga utuk arah eanjang bangunan 0 = 0 = x 960 x 6 x ( 6. ) = 56507kg 8 x 60 x 6 x ( 6. ) = 6556kg 8 tanpa bata dengan bata Sehingga utuk arah eebar bangunan 0 = x 960 x 6.5 x ( 5.7 ) = 5740kg 8 tanpa bata 0 = x 60 x 6.5 x ( 5.7 ) = 59660kg 8 dengan bata Distribusi oen: Untuk arah eanjang bangunan Untuk arah eebar bangunan Bentang III Bentang ED e = 0.6 x 6556 = 045kg e = 0.6 x = kg i = 0.7 x 6556 = 45609kg i = 0.7 x = 476kg = 0.57 x 6556 = 3739kg = 0.57 x = 34006kg Bentang IIIII = IIIIV Bentang CD = BC kr = kn = 0.65 x = 3679kg kr = kn = 0.65 x 5740 = 3363kg = 0.35 x = 9777kg = 0.35 x 5740 = 809kg Bentang VIV Bentang BA e = 0.6 x = 904.kg e = 0.6 x 5740 = 878.5kg i = 0.7 x = 39555kg i = 0.7 x 5740 = 368kg = 0.57 x = 309kg = 0.57 x 5740 = 949kg

8 Untuk pane pat interior, ajur koo harus direncanakan untuk eiku sebagian oen negatif interior (daa persen) seperti daa tabe berikut Distribusi oen Negatif Interior pada ajur koo (SK SNI T59903 pasa ayat 4.) 0.5 α α = Niai α pada tabe diatas adaah untuk arah bentang. Untuk pat dua arahyang ditupu baok, α diabi sebagai niai banding kekakuan entur pane pat dengan ebar yang dibatasi oeh garis tengah pane bersebeahan terhadap kekakuan asingasing baok. Dengan deikian aka: EcbIb α = # catatan: daa tugas ini, E cb = E cs E I cs s Untuk arah eanjang baok, α = Untuk arah eebar baok, α = = = 5.43 α.0 Apabia, oen rencana daa baok diantara dukungan harus direncanakan untuk eiku 85% dari oen ajur koo 0.0 < α Sedangkan untuk, <.0 oen rencana didapat dengan interpoasi inear antara 85% dan 0% Untuk pane pat eksterior, ajur koo harus direncanakan untuk dapat eiku sebagian oen negatif eksterior (daa persen) Distribusi oen Negatif Interior pada ajur koo (SK SNI T59903 pasa ayat 4.) 0.5 α = 0 β t = 0 β t α β t = 0 β t EcbC sedangkan, βt = E I cs s

9 adaah niai banding kekakuan torsi penapang baok tepi terhadap kekakuan entur pat dengan ebar saa dengan bentang baok, yang diukur antarsubu tupuan, diana C adaah konstanta penapanguntuk enentukan kekauan puntir, E cb adaah oduus eastisitas baok beton, E cs adaah oduus eastisitas pat beton, sedangkan Is adaah oen inersia terhadap subu titik pusat bruto pat. Lajur koo harus direncanakan untuk dapat eiku sebagian oen positif (daa persen) seperti tapak daa tabe berikut Distribusi oen Positif Interior pada ajur koo (SK SNI T59903 pasa ayat 4.4) 0.5 α α = Keadaan Keadaan Keadaan, C = ( 0.63 ) ( 0.63 ) C = Keadaan, C = ( 0.63 ) ( 0.63 ) C = abi Cterbesar = Keadaan Keadaan

10 Keadaan, C = ( 0.63 ) 3 ( 0.63 ) C = Keadaan, C = ( 0.63 ) ( 0.63 ) C = abi Cterbesar = Eeen penahan torsi tegak urus terhadap porta yang ditinjau Sehingga untuk arah eanjang (potongan ) β t = = Sehingga untuk arah eebar (potongan ) β t = = eberi oen tupuan dan apangan pada jaur koo Untuk arah eanjang bangunan Bentang (eksterior) e Faktor oen dari interpoasi niai α = β t = 0 = = β t.50 α = >.0 β t = ( 0.93 ) yx = y x = (.5.73 ) yx = y x =

11 Bentang (interior) i Faktor oen dari interpoasi niai α = α(/ /)> = = α = 5.09 > ( 0.93 ) yx = y x = Bentang (interior) = Faktor oen dari interpoasi niai α = α(/ /)> = = α = 5.09 > ( 0.93 ) yx = y x = Untuk arah eebar bangunan Bentang (Eksterior) e Faktor oen dari interpoasi niai α = β t = 0 = = β t.50 α = >.0 β t = (.0833 ) yx = 45 y x = ( ) yx = y x =

12 Bentang (interior) i Faktor oen dari interpoasi niai α = α(/ /)> = = α = > (.0833 ) yx = 45 y x = Bentang (interior) = Faktor oen dari interpoasi niai α = α(/ /)> = = α = > (.0833 ) yx = 45 y x = Bagian oen positif dan negatif terfaktor yang tidak dipiku oeh ajur koo dianggap bekerja pada setengah ajur tengah di kedua sisi ajur koo. Panjang bentang berturutan tidak seau harus saa, deikianjuga ebar ajur koo. Dengan deikian asingasing ajur tengah direncanakan apu enahan juah dari dua kai setengah oen ajur tengah. Lajur tengah yang sejajar dan bersebeahan dengan tupuan dinding tepi direncanakan dengan oen dari setengah ajur tengah yang di dapat dari baris pertaa koo interior. Untuk rangka porta berbentang banyak apabia tidak seua bentang dibebani secara serepak, akan terasa bahwa etode perencanaan ansung sangat peka terhadap perubahan oen apangan positif. Apabia beban bekerja secara berseangseing pada bentangbentang, perubahan niai oen negatif di tupuan uunya hanya keci sedangkan perubahan oen positif apangan cukup besar Apabia niai banding beban hidup terhadap beban ati cukup besar, aka perubahan oen positif tersebut dapat encapai 50% dari yang diperoeh dengan cara distribusi beban secara erata. Perta bahan oen tersebut dapat engakibatkan endutan berebihan dan seanjutnya tibu retak pada pane pat interior. Cara encegah dan enguranginya adaah dengan eperkaku kookoo Untuk seanjutnya, agar eperudahkan daa pengerjaanya, dibuat tabe distribusi oen

13 Peeriksaan teba pat berdasarkan syarat gaya geser q U = 960kg/ tanpa pasangan bata q U = 60kg/ dengan pasangan bata Untuk arah eanjang bangunan, α = Untuk arah eebar bangunan, α = 5.43 Karena (α )( / ) >.0 peipahan geser akibat beban q U dari pat kebaok akan engikuti bentuk bidang trapesiu dan segitiga dengan enarik garis sudt 45 o dan garis di tengahtengah pane arah eanjang. Bagian beban yang ebih besar akan dipiku oeh baok bentang arah eebar de ngan harga terbesar terdapat di uka koo interior pertaa Gaya geser rencana untuk setiap eter ebar pada arah eebar, adaah: V x x u = (.5)( qu )( n ) = kg/' x 5.7 V.5 x 60 x 5.7 u = (.5)( qu )( n ) = kg/' x 5.7 Tinggi efektif pat, d = h f 00.5φ= 96 φv c = φ fc' bd 6 φv c = 0.6 x x 4 x 000 x 96 = kg/' 6 V u < φv c Dengan deikian teba pat cukup aan dan tahan terhadap geser

14 I II III IV V > Gabar: Penentuan jaur oenoen,sbb: LyR = 300 c Jaur tengah=(lyr)/4= 50 Jaur koo= (LyR)/4= 50 Jaur koo= (LyL)/4= 50 Jaur tengah= (LyL)/4= 50 c c c c > Gabar: Pebagian Letak oen Pot.y Pot.y LyL = 300 c

15 Potongan,baok [T]: LyR / = 300 c LyL / = 300 c b = 97 c beff = 06 c b = 97 c t = c Jaur tangah = c Jaur tangah = c bw = 30 c Potongan,baok [T]: LxR / = 35 c LxL / = 35 c LxR / = 35 c beff = 68 c beff = 06 c 09.5 c Jaur tangah bw = 30 c 30 c Jaur Koo Jaur tangah c Jaur tangah c Jaur Koo Jaur tangah

16

17 Distribusi oen, untuk arah eanjang Bentang III Bentang IIIII = IIIIV Bentang VIV e i kr = kn e i u (kg) Faktor Distribusi oen rencana Lajur Koo (Kg) oen Baok 85% (Kg) oen Pat 5% (Kg) oen Rencana Lajur Tengah (Kg) Distribusi oen, untuk arah eebar Bentang ED Bentang DC = CB Bentang BA e i kr = kn e i u (kg) Faktor Distribusi oen rencana Lajur Koo (Kg) oen Baok 85% (Kg) oen Pat 5% (Kg) oen Rencana Lajur Tengah (Kg)

18 Distribusi oen Lajur Koo dan Lajur Tengah: Untuk arah eanjang oen pat untuk ajur koo: Bentang III Bentang IIIII = IIIIV Bentang VIV e i kr = kn e i oen Pat (u) (Kg) Lebar ajur koo oen Pat (n) (Kg) oen Pat (u) (Kg) Lebar ajur tengah oen Pat (n) (Kg) oen pat untuk ajur tengah: Bentang III Bentang IIIII = IIIIV Bentang VIV e i kr = kn e i Untuk arah eebar oen pat untuk ajur koo: Bentang ED Bentang DC = CB Bentang AB oen Pat (u) (Kg) Lebar ajur koo oen Pat (n) (Kg) oen pat untuk ajur tengah: oen Pat (u) (Kg) Lebar ajur tengah oen Pat (n) (Kg) Bentang III Bentang IIIII = IIIIV Bentang VIV e i kr = kn e i

19 3. erencanakan tuangan pat antai oen tupuan terbesar arah eanjang bangunan: n = kg n = ASfy ( d 0. 5a) Sebagai angkah awa anggap (d0.5a)=0.9d = As x 300 x 0.9 x 96 As = Asfy x 300 a = = 0.85fc' b 0.85 x 4 x 000 = = As x 300 x ( x ) As = dicoba enggunakanbatang tuangan φ 3, As = enentukan ρ aks 0.85 fc' β 600 ρ b = fy 600 fy 0.85 x 4 x ρ b = ( ρ b = ) ρ aks = ρ aks = 0.75 x ρ b. enentukan tuangan h d φ s d = h s0.5 x φ R n = u φ b d 0.85 fc' ρ= fy R n 0.85 fc' ρ in =.4 fy = Syarat: ρ in ρ ρ aks As = ρ b d As n = A φ Arah eanjang: oen pat untuk ajur koo e i kr = kn e i u = 0.8n (N) φ () d () Rn ρ Syarat Keteran gan.4e Ok!! E Tidak Ok!! pin E Ok!! E Ok!! E Ok!! E Ok!! E Tidak Ok!! pin E Ok!! As ( ) n

20 oen pat untuk ajur tengah u = 0.8n (N) φ () d () Rn ρ Syarat Keteran gan As ( ) n e i kr = kn e i Ok!! Tidak Ok paks Tidak Ok pin Tidak Ok pin Ok!! Ok!! Tidak Ok pin Tidak Ok pin Arah eebar: oen pat untuk ajur koo u = 0.8n (N) φ () d () Rn ρ Syarat Keteran gan As ( ) n e i kr = kn e i Tidak Ok pin Ok!! Ok!! Ok!! Ok!! Tidak Ok pin Ok!! Ok!! oen pat untuk ajur tengah u = 0.8n (N) φ () d () Rn ρ Syarat Keteran gan As ( ) n e i kr = kn e i E05 Tidak Ok pin Tidak Ok pin Tidak Ok pin Tidak Ok pin Tidak Ok pin E05 Tidak Ok pin Tidak Ok pin Tidak Ok pin 5 Rekap juah tuangan oen φ () n (buah) S () Penuisan Arah eanjang oen pat untuk ajur koo oen pat untuk ajur tengah d d 9 95 Arah eebar oen pat untuk ajur koo oen pat untuk ajur tengah d 9 d 9 335

21 4. enghitung kobinasi beban pada saah satu rangka tengah (arahx) dan satu rangka tepi (arahy) Tidak diinta untuk enganaisis struktur rangka dan erencanakan tuangan rangka. Beban ati Berat pat : x 0. x 400 = 88 kg/ Berat sendiri baok : 0.3 x 0.38 x 400 = 73.6 kg/ Berat penutup antai : x 00 = 00 kg/ Berat pasangan batu bata / : 3.5 x 50 = 875 kg/ q 66.6 DL (tanpa bata)= kg/ q DL (pasangan bata saja)= 875 kg/ Beban hidup : x 50 = 50 kg/ q LL = 50 kg/ q DL = q DL = q LL =. x 66.6 = kg/. x 875 = 050 kg/.6 x 50 = 400 kg/ (tanpa pasangan bata) (pasangan bata saja) (beban hidup) q DL q LL Arah eanjang (subu X). Kobinasi (beban hidup berada pada seua bentang) q DL q DL 3.5 q LL 3.5 A B C D E q DL AB = = kg BA = = kg BC = = kg CB = = kg CD = = kg DC = = kg DE = = kg ED = = kg

22 . Kobinasi (beban hidup berada seang seing/ papan catur) q DL A B C D E q LL q LL q DL AB = = kg BA = = kg BC = = kg CB = = kg CD = = kg DC = = kg DE = = kg ED = = kg 3. Kobinasi 3 (beban hidup berada bersebeahan q DL A B C D E q LL q DL AB = = kg BA = = kg BC = = kg CB = = kg CD = = kg DC = = kg DE = = kg ED = = kg

23 q DL q DL q LL Arah eebar (subu Y). Kobinasi (beban hidup berada pada seua bentang) q DL A B C D E q LL q DL E D C B A AB = = kg BA = = kg BC = = kg CB = = kg CD = = kg DC = = kg DE = = kg ED = = kg

24 . Kobinasi (beban hidup berada seang seing/ papan catur) q DL A B C D E q LL q LL q DL E D C B A AB = = kg BA = = kg BC = = kg CB = = kg CD = = kg DC = = kg DE = = kg ED = = kg 3. Kobinasi 3 (beban hidup berada bersebeahan q DL A B C D E q LL q DL E D C B A AB = = kg BA = = kg BC = = kg CB = = kg CD = = kg DC = = kg DE = = kg ED = = kg

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi]

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi] [orsi] VIII. OSI 8.1. Definisi orsi orsi adah suatu peuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopelkopel (couples) yang enghasilkan perputaran terhadap subu longitudinnya. Kopel-kopel yang enghasilkan

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

Lampiran 1 - Prosedur pemodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol simpangan antar tingkat menggunakan program ETABS V9.04

Lampiran 1 - Prosedur pemodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol simpangan antar tingkat menggunakan program ETABS V9.04 50 Lapiran 1 - Prosedur peodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol sipangan antar tingkat enggunakan progra ETABS V9.04 Pada sub bab ini, analisis struktur akan dihitung serta ditunjukan dengan prosedur

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE FORMASI REGU TEMBAK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 GUNUNG TALANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE FORMASI REGU TEMBAK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 GUNUNG TALANG PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE FORMASI REGU TEMBAK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GUNUNG TALANG Chyntia Handayani, Khairuddin, Puspa Aeia Jurusan Pendidikan Mateatika,

Lebih terperinci

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom... DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Abstrak Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Notasi... vii Daftar Lampiran... x Kata Pengantar... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Metode Distribusi Momen

Metode Distribusi Momen etode Distribusi omen etode distribusi momen pada mulanya dikemukakan oleh Prof. Hardy Cross etode distribusi momen dapat digunakan untuk menganalisa semua jenis balok dan kerangka kaku statis taktentu.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rancangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass

Lampiran 1. Rancangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass LAMPIRAN 60 Lapiran 1. Ranangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass 61 Lapiran 1. (lanjutan) 62 Lapiran 2. Ranangan Pintu Air dari Bahan Beton Serat 63 Lapiran 2. (lanjutan) 64 Lapiran 3. Perhitungan Modulus

Lebih terperinci

Implementasi Sistem Pengenalan Kata pada Mikrokontroler Keluarga MCS51

Implementasi Sistem Pengenalan Kata pada Mikrokontroler Keluarga MCS51 Ipeentasi Siste Pengenaan Kata pada Mikrokontroer Keuarga MCS51 Thiang Jurusan Teknik Eektro, Universitas Kristen Petra Siwaankerto 121-131, Surabaya eai : thiang@petra.ac.id Abstrak-Makaah ini eaparkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

Gelagar perantara. Gambar Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi

Gelagar perantara. Gambar Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi MODUL 4 (MEKNIK TEKNIK) 27 43 Muatan tak angsung untuk peengkung 3 sendi 431 Pendahuuan eperti pada baok menerus, pada peengkung 3 sendi ini pun terdapat muatan yang tak angsung Pada kenyataannya tidak

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

BAB III. ANALISIS DAN PERHlTUNGAN. 3.1 Dasar-dasar Pengertian Pada analisis struktur pelat lantai menerus yang

BAB III. ANALISIS DAN PERHlTUNGAN. 3.1 Dasar-dasar Pengertian Pada analisis struktur pelat lantai menerus yang BAB ANALSS DAN PERHlTUNGAN 3.1 Dasar-dasar Pengertian Pada analisis struktur pelat lantai menerus yang - ' i hanya didukung langsung oleh kolom tanpa balok pemikul merupakan bagian dari pada penyelesaian

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERHITUNGAN KAPASITAS GESER DAN LENTUR BALOK BAJA

LAMPIRAN I PERHITUNGAN KAPASITAS GESER DAN LENTUR BALOK BAJA APIRAN I PERHITUNGAN KAPASITAS GESER DAN ENTUR AOK AJA.1.1 Desain alok Jenis balok yang akan ditinjau dalam kasus ini adalah balok induk dengan profil IWF 4..8.13 mm, dan balok anak dengan profil IWF yang

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pelat Pertemuan - 2 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain sistem pelat

Lebih terperinci

Kuliah Mekanika Fluida 21/03/2005. Kuliah Mekanika Fluida Keseimbangan Benda Terapung

Kuliah Mekanika Fluida 21/03/2005. Kuliah Mekanika Fluida Keseimbangan Benda Terapung Kuiah ekanika Fuida Keseimbangan enda Terapung Ir. Djoko Luknanto.Sc., Ph.D. Dosen Jurusan Teknik Sipi FT U 21/03/2005 Jack a otta 1 Fuida Diam embahas sistem yang berhubungan dengan cairan: yang tidak

Lebih terperinci

CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG

CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG Getaran, geobang dan Optia CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG. Tes ITB 976 Daa percobaan interferensi dua ceah (percobaan Young) dipaai sinar uning onoroatis, aa pada ayar terihat A. garis uning dan geap berseang-seing

Lebih terperinci

KULIAH PERTEMUAN 9 Analisa struktur statis tak tentu dengan metode consistent deformations pada balok dan portal

KULIAH PERTEMUAN 9 Analisa struktur statis tak tentu dengan metode consistent deformations pada balok dan portal KULIH PERTEUN 9 naisa struktur statis tak tentu dengan metode consistent deformations pada baok dan porta. Lembar Informasi 1. Kompetensi ahasiswa dapat menghitung reaksi peretakan dan menggambarkan bidang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

Perencanaan Konstruksi Dinding Penahan Tanah pada Underpass PTC, Surabaya ABSTRAK PENDAHULUAN

Perencanaan Konstruksi Dinding Penahan Tanah pada Underpass PTC, Surabaya ABSTRAK PENDAHULUAN 1 Perencanaan Konstruksi Dinding Penahan Tanah pada Underpass PTC, Surabaya Ronald Adi Saputro, Suwarno, Musta in Arief Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan.

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan. BAB V FONASI RAKIT I. PENAHULUAN Fondasi rakit erupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit elebar keseluruh bagian dasar bangunan. Fondasi rakit digunakan jika lapis tanah eiliki kapasitas dukung

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm B. Perhitungan Sifat Penampang Balok T Interior Menentukan lebar efektif balok T B ef = ¼. bentang balok = ¼ x 19,81 = 4,95 m B ef = 1.tebal pelat + b w = 1 x 200 + 400 = 00 mm =, m B ef = bentang bersih

Lebih terperinci

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

NOTASI DAFTAR. Luas bagian penampang antara muka serat lentur tarik dan titik berat. penampang bruto

NOTASI DAFTAR. Luas bagian penampang antara muka serat lentur tarik dan titik berat. penampang bruto DAFTAR NOTASI A Luas bagian penampang antara muka serat lentur tarik dan titik berat penampang bruto (mm2) Ab Luas penampang satu batang tulangan (mm2) Ac Luas penampang yang menahan pemindahan geser (mm2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar : BAB V PONDASI 5.1 Pendahuluan Pondasi yang akan dibahas adalah pondasi dangkal yang merupakan kelanjutan mata kuliah Pondasi dengan pembahasan khusus adalah penulangan dari plat pondasi. Pondasi dangkal

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI

BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI 5. PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN 5.. Perhitungan Diensi Saluran Tersier Saluran tersier tidak direncanakan sebagai jalur navigasi sehingga perhitungan diensi untuk salutan

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN STRUKTUR BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1 Penulangan Pelat Gambar 5.1 : Denah type pelat lantai Ket : S 2 : Jalur Pelat Area yang diarsir : Jalur Kolom Data- data struktur pelat S2 : a. Tebal pelat lantai : 25 cm

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA.1. Tinjauan umum Konstruksi suatu struktur bangunan terdiri dari komponen utama yaitu bangunan atas dan bangunan bawah. Bangunan atas terdiri dari Balok, Kolom, Plat Lantai

Lebih terperinci

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² Ag = Luas bruto penampang (mm²) An = Luas bersih penampang (mm²) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm²) Al = Luas total

Lebih terperinci

Delay System II. Sistem Antrian M/M/m

Delay System II. Sistem Antrian M/M/m 03/2/202 Deay Syste II Siste Antrian M/M/ Kedatangan panggian : oisson arriva Service tie : exponentiay distributed Juah server : anjang antrian : ta terhingga Diagra transisi ondisi 0 2 + 2 3 = syste

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem struktur bangunan di Indonesia pada umumnya dirancang dengan sistem rangka (Open Frame) yang terdiri dari kolom, balok dan pelat lantai. Secara hirarki beban yang

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

DAFfAR NOTASI. = Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi ( batang. = Luas dari tulangan geser dalam suatu jarak s. atau luas dari tulangan

DAFfAR NOTASI. = Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi ( batang. = Luas dari tulangan geser dalam suatu jarak s. atau luas dari tulangan NOTASI 1 DAFfAR NOTASI a = Tinggi blok tegangan beton persegi ekivalen Ab = Luas penampang satu batang tulangan. mm 2 Ag Ah AI = Luas penampang bruto dari beton = Luas dari tulangan geser yang pararel

Lebih terperinci

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC 1. Gerak benda di antara tubukan erupakan erak parabola. Sebut posisi ula-ula benda adalah titik A, posisi terjadinya tubukan pertaa kali adalah titik B, posisi terjadi tubukan kedua kalinya adalah titik

Lebih terperinci

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan-Peraturan yang Dugunakan 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 2847 2002), 2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan yang iring (dengan sudut θ terhadap bidang horizontal)

Lebih terperinci

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m Ujian REMIDI Semester Ganjil 013/014 Mata Kuliah : Struktur Beton Bertulang Hari/Tgl/ Tahun : Jumat, 7 Pebruari 014 Waktu : 10 menit Sifat Ujian : Tutup Buku KODE : A 1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19)

Lebih terperinci

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

Bab 6 DESAIN PENULANGAN Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMNGN END EGR (Soal abahan Persiapan Ujian Perbaikan) 1. n enyusun 5 buah batang ebentuk huruf R seperti pada gabar. entukanlah Koordinat titik berat tersebut! 2. Ru enyusun 4 buah batang ebentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir DAFTAR ISTILAH A0 = Luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm 2 ) A0h = Luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm 2 ) Ac = Luas inti komponen struktur

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM. PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh

Lebih terperinci

KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI

KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI Jurna Imiah Teknik Sipi Vo. 11, No. 1, Januari 7 KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI Ida Bagus Rai Widiarsa1 dan Putu Deskarta1 Abstrak:

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN) BB IV PERENCNN WL (PRELIMINRY DESIGN). Prarencana Pelat Beton Perencanaan awal ini dimaksudkan untuk menentukan koefisien ketebalan pelat, α yang diambil pada s bentang -B, mengingat pada daerah sudut

Lebih terperinci

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama:

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama: 1.79. Sebuah bola baja berassa = 50 g jatuh dari ketinggian h = 1,0 pada perukaan horisontal sebuah papan tebal. Tentukan oentu total yang diberikan bola pada papan setelah terpental beberapa kali, bila

Lebih terperinci

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR 5.1 Output Penulangan Kolom Dari Program Etabs ( gedung A ) Setelah syarat syarat dalam pemodelan struktur sudah memenuhi syarat yang di tentukan dalam peraturan SNI, maka

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENGEMBANGAN ALGORITMA RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN FUNGSI ERROR CROSS-ENTROPY PADA JARINGAN SARAF TIRUAN TUNGGAL DAN ENSEMBLE SERTA PERBANDINGANNYA DENGAN BACKPROPAGATION SKRIPSI

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pondasi berfungsi untuk memindahkan beban-beban pada struktur atas ke tanah dasar. Fungsi ini berlaku secara baik bila kestabilan pondasi terhadap

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR Million Tandiono H. Manalip, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email : tan.million8@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA DUA TUMPUAN BENTANG 120 METER Razi Faisal 1 ) Bambang Soewarto 2 ) M.

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA DUA TUMPUAN BENTANG 120 METER Razi Faisal 1 ) Bambang Soewarto 2 ) M. Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 10 eter PERHITUNGAN STRUKTUR JEBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA DUA TUPUAN BENTANG 10 ETER Razi Faisal 1 ) Bambang Soewarto ). Yusuf ) Abstrak

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : KEVIN IMMANUEL

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 5.1 Desain Penulangan Elemen Struktur Pada bab V ini akan membahas tentang perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur yang telah didesain.

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA SKRIPSI

BAB IV DATA DAN ANALISA SKRIPSI BAB IV DATA DAN ANALISA SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN BAB V ANALISIS PEMBEBANAN Analisis pembebanan pada penelitian ini berupa beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa. 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 4,5 m 3,25 m 4,4 m 4,45 m 4 m Gambar 5.1.

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²) DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang

Lebih terperinci

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton DAI'TAH NOTASI DAFTAR NOTASI a = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen Ab = luas penampang satu bentang tulangan, mm 2 Ag Ah AI = luas penampang bruto dari beton = luas dari tulangan geser yang

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

Pertemuan XII,XIII,XIV,XV VI. Metode Distribusi Momen (Cross) VI.1 Uraian Umum Metode Distribusi Momen

Pertemuan XII,XIII,XIV,XV VI. Metode Distribusi Momen (Cross) VI.1 Uraian Umum Metode Distribusi Momen Bahan Ajar Analisa Struktur II ulyati, ST., T Pertemuan XII,XIII,XIV,XV VI. etode Distribusi omen (Cross) VI.1 Uraian Umum etode Distribusi omen etode distribusi momen pada mulanya dikemukakan oleh Prof.

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN STRUKTUR ATAS

BAB IV DESAIN STRUKTUR ATAS BAB IV DESAIN STRUKTUR ATAS 4. Data- data Struktur Pada bab ini akan menganilisis struktur atas, data-data struktur serta spesifikasi bahan dan material adalah sebagai berikut : 1. Bangunan gedung digunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

ANALISA MOMEN PELAT DAN BALOK TEPI DENGAN POLA PEMBEBANAN HIDUP TERHADAP PBI-1971

ANALISA MOMEN PELAT DAN BALOK TEPI DENGAN POLA PEMBEBANAN HIDUP TERHADAP PBI-1971 ANALISA MOMEN PELAT DAN BALOK TEPI DENGAN POLA PEMBEBANAN HIDUP TERHADAP PBI-1971 A. PELAT 1. Model Pelat Gambar 1 Model pelat dengan perletakkan sederhana dan denah pelat Pelat dimodelkan dengan perletakkan

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI 03-2847-2002 ps. 12.2.7.3 f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan BAB III A cv A tr b w d d b adalah luas bruto penampang beton yang

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Jakarta adalah ibukota negara republik Indonesia yang memiliki luas sekitar 661,52 km 2 (Anonim, 2011). Semakin banyaknya jumlah penduduk maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

JURNAL LOGIKA, Volume XII, No 3 Tahun 2014 ISSN : KESTABILAN KOLOM DENGAN METODE SNI DAN PPBBI 1984

JURNAL LOGIKA, Volume XII, No 3 Tahun 2014 ISSN : KESTABILAN KOLOM DENGAN METODE SNI DAN PPBBI 1984 JURNAL LOGIKA, Volue XII, No 3 Tahun 2014 ISSN : 1978-2560 www.jurnallogika.co KESTABILAN KOLOM DENGAN METODE SNI DAN PPBBI 1984 Fathur Rohan (Universitas Swadaya Gunung Jati) Abstrak Kolo adalah batang

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG. Pada perencanaan gedung ini penulis hanya merencanakan gedung bagian atas

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG. Pada perencanaan gedung ini penulis hanya merencanakan gedung bagian atas BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG Pada perencanaan gedung ini penulis hanya merencanakan gedung bagian atas bangunan yang direncanakan sebanyak 10 lantai dengan ketinggian gedung 40m.

Lebih terperinci

Q p. r-i. tti 01" < < IX. 4 S --1 ,..J -13. r-i. r-i. r-i C<J. r-j

Q p. r-i. tti 01 < < IX. 4 S --1 ,..J -13. r-i. r-i. r-i C<J. r-j 55 Q p CQ O CQ i r-i X tti u: 01" P~ Pi 00! IX. - Q 3 3 O Pi Q Pi 00 O 4 S Q oo pi oo ca --1 ft 02 "5 03,..J =3 t- -13 13 c3 53 c3 c3 c3 O -f.1 00 UP c3 o G r-i r-i to o O iz CJ r-i 00 o r-j 2.5 Metoda

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²). DAFTAR NOTASI A cp Ag An Atp Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm²). Luas bruto penampang (mm²). Luas bersih penampang (mm²). Luas penampang tiang pancang (mm²). Al Luas total tulangan

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

TUGASAKHffi PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR Y.KP.P. DENGAN SISTEM PRACETAK. Luas bagian penampang antara muka serat lentur tarik dan titik berat

TUGASAKHffi PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR Y.KP.P. DENGAN SISTEM PRACETAK. Luas bagian penampang antara muka serat lentur tarik dan titik berat TUGASAKHffi DAF TAR NOTASI A Luas bagian penampang antara muka serat lentur tarik dan titik berat penampang bruto (mm 2 ) Ab Luas penampang satu batang tulangan (mm 2 ) Ac Luas penampang yang menahan pemindahan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BAB IX PONDASI

PERHITUNGAN BAB IX PONDASI 0 BAGIAN STRUKTUR: NO. GABAR: NRP: 4057 405 BAB IX IX.. Perhitngan Balok Sloof IX... Perenanaan Balok Sloof tangga bentang 8 meter (bentang bersih.5 m) Balok sloof direnanakan menggnakan kran 00 X 400

Lebih terperinci

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS) A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR GEDUNG. Berat sendiri pelat = 156 kg/m 2. Berat plafond = 18 kg/m 2. Berat genangan = 0.05 x 1000 = 50 kg/m 2

BAB IV ANALISA STRUKTUR GEDUNG. Berat sendiri pelat = 156 kg/m 2. Berat plafond = 18 kg/m 2. Berat genangan = 0.05 x 1000 = 50 kg/m 2 BAB IV ANALISA STRUKTUR GEDUNG. Pembebanan a. Beban ati (DL) Beba mati pelat atap : Berat sendiri pelat = 56 kg/m Berat plaond = 8 kg/m Berat genangan = 0.05 000 = 50 kg/m DL = kg/m Beban mati untuk lantai

Lebih terperinci