STUDI ABSORPSI CO 2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ABSORPSI CO 2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN)"

Transkripsi

1 MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 1, NO. 1, ARIL 8: 317 STUDI ABSORSI O MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERANARAN JET (JET BUBBLE OLUMN) Setiadi, Nita Tania H., Hantizen, dan Dijan Supraono Departeen Teknik Kiia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 1644, Indonesia E-ail: setiadi@che.ui.edu Abstrak enelitian ini diaksudkan untuk epelajari hidrodinaika dan kinetika absorpsi O dala suatu kolo elebun pancaran (jet bubble colun). roses ini dilakukan secara sinabun dala loncatan pancaran cairan kolo berelebun pancaran. Udara dan air diupankan dari atas kolo dan diikuti terjadinya proses penelebunan yan berbentuk seperti awan. roses penelebunan ini terjadi adanya akibat dari tekanan air yan berkecepatan pancaran bertubukan denan air stanan yan berada dala kolo. roses tubukan tersebut akan enakibatkan asuknya udara pada celah celah perukaan pada kedua cairan, dan udara akan terperankap didala cairan. roses tubukan ini jua akan enibulkan arus pusaran (eddy current) yan terjadi didala kolo downcoer dan dapat sebaai eneri pencapuran. Diaeter elebun seakin kecil akan enakibatkan luas area perukaan sentuhan seakin besar. Variabel yan dipelajari eliputi variabel desain dan variabel proses. Variabel desain eliputi diaeter kolo dan diaeter downcoer yan telah ditetapkan. Sedankan variabel proses eliputi laju alir voluetrik cairan, diaeter nozzle, dan jarak pipa downcoer yan tercelup. Hasil penelitian ini diharapkan dapat enabarkan penaruh kecepatan pancaran cairan denan berbaai diaeter nozzle terhadap laju as entrainent dan holdup as didala kolo absorpsi. Disapin hasil uji kinetika absorpsi diharapkan dapat dapat eenuhi orulasi pseudo irst order reaction. Abstract A Study o O Absorption Usin Jet Bubble olun. The phenoenon o plunin jet as-liquid contact occurs quite oten in nature, it's oentu carries sall air bubbles with it into the reactor ediu. The oentu o the liquid strea can be suicient to carry sall bubbles copletely to the botto o the vessel. A strea o liquid allin toward a level surace o that liquid will pull the surroundin air alon with it. It will indent the surace o the liquid to or a trupet-like shape. I the velocity o the strea is hih enouh, air bubbles will be pulled down, i.e. entrained into the liquid. This happens or two ain reasons: air that is trapped between the ede o the allin strea and the trupet-shaped surace proile and is carried below the surace. This study investiates the potential o a vertical liquid plunin jet or a pollutant contained as absorption technique. The absorber consists o liquid jet and as bubble dispersed phase. The eects o operatin variables such as liquid lowrate, nozzle diaeter, separator pressure, etc. on as entrainent and holdup were investiated. The ass transer o the syste is overned by the hydrodynaics o the syste. Thereore a clear and precise understandin o the above is necessary : to characterize liquid and as low within the syste,. Variation in velocity o the jet with the use o dierent nozzle diaeters and low rates, 3. Relationship between the liquid and entrained airlow rate, 4. Gas entrainent rate and as void raction. Keywords: absorption with cheical reaction, jet bubble colun, hydrodynaic, absorption kinetic, O 1. endahuluan Fenoena kecepatan pancaran jatuh cukup serin terjadi di ala. Sebaai contoh adalah air terjun. Tenaa doron dari jatuhnya air secara vertikal enuju perukaan air akan ebawa elebun udara kecil ke dala ediu reaktor. Moentu (tubukan) aliran cairan dapat ebawa elebun berikutnya secara lenkap ke dasar vessel. Aliran air yan jatuh enuju satu level perukaan cairan tersebut akan enarik udara sekelilinnya sepanjan aliran. Ini akan eancin perukaan cairan untuk ebentuk teropet. Jika kecepatan aliran cukup tini, elebun elebun udara akan tertarik ke bawah, 31

2 3 MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 1, NO. 1, ARIL 8: 317 yaitu enikuti erakan cairan dan keudian akan naik keperukaan cairan tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan dua alasan : Udara yan terperankap antara batas aliran jatuh dan proil perukaan berbentuk teropet adalah yan terbawa di bawah perukaan. Turbulensi perukaan dari aliran jatuh akan bercapur denan udara dala pusaran eddy (eddy current) dan terbawah jauh di bawah perukaan. erbedaan banyaknya udara yan terbawa pada setiap aliran dapat dilihat jika ereka dibiarkan jatuh pada perukaan air yan tenan. Aliran yan pelan tidak akan ebentuk sejulah elebun-elebun yan siniikan, tetapi aliran yan lebih cepat akan ebentuk elebun-elebun yan dapat enibulkan awan elebun. ada enoena tersebut akan terjadinya suatu proses perpindahan assa, diana akan terjadi perpindahan assa as kedala asa cair. Dala perpindahan assa dikenal dua cara perpindahan, yaitu konveksi dan diusi. Massa berpindah secara konveksi karena terbawa aliran dan aliran disebabkan oleh aya dari luar siste. Dala diusi olekul-olekul bererak satu terhadap yan lain karena adanya aya penerak didala siste, yaitu perbedaan konsentrasi. Molekul-olekul as bererak ke satu arah di antara olekul-olekul cairan, sedankan olekul-olekul cairan unkin dia atau bererak denan arah yan berlawanan. Gerakan olekul-olekul ini ditibulkan oleh adanya perbedaan konsentrasi, yaitu dari konsentrasi tini ke tepat denan konsentrasi rendah [1]. Keuntunan kolo elebun pancaran diantaranya adalah sederhana dala perancanan, udah dala penoperasian dan peeliharaannya, volue reaktor yan dibutuhkan kecil, ukuran diaeter elebun yan terdispersi kedala cairan kecil, luas area spesik antar asa besar, serta dapat eperoleh koeisien perpindahan assa yan sanat besar apabila dibandinkan denan jenis kolo elebun konvensional lainnya [,3]. Selain itu pencapuran yan terjadi antar asa as-cair diperoleh sendiri dari erakan tubukan cairan yan enubuk cairan stanan yan terdapat didala kolo, tubukan tersebut akan ebentuk luban seperti teropet serta as akan terhisap dan akan terperankap diantara celah luban tersebut. Tubukan tersebut dapat ebentuk pusaran eddy [4,5], sehina deikian tidak diperlukan lai alat penaduk. Keapuan pusaran eddy ini terantun pula pada diaeter kolo downcoer yan akan didisain. ada Tabel.1 ditapilkan perbandinan khas hara dari kla, ε G, V R (volue kontaktor) dan ε V (Eneri yan hilan per satuan volue) pada beberapa jenis alat kontak cair-as [3]. Bentuk alat pada eksperien ini adalah jenis Jet (loop), pada Tabel.1 diatas akan eiliki hara koeisien Tabel 1. Berbaai kontak as cair secara uu * Typical or O (air)/water unless noted otherwise. perpindahan assa (kla) berada pada rane,, s 1, luas area spesiik antarasa (a) / 3, holdup asa as <,5, volue kontaktor (V R ) berada pada rane, 1 3, serta eneri yan hilan persatuan volue (ε V ) berada pada rane 1 7 kw/ 3. ada Tabel 1 diatas terlihat nilai koeisien perpindahan assa untuk jenis Tubular/venturi dan jenis Jet eiliki nilai yan tini apabila dibandinkan denan jenis alat kontak lainnya. Apabila hara kla pada alat jenis Jet dibandinkan denan jenis Tubular/venturi ejector akan eiliki perbedaan yan tidak terlalu siniikan, tetapi apabila kita ebandinkan dari sei eneri yan hilan persatuan volue aka alat jet akan eiliki keunulan dari pada jenis Tubular. Adapun keunulan tersebut eiliki perbedaan yan cukup siniikan. Dala peakaian kolo elebun pancaran, diperlukan peahaan yan baik enenai peristiwa perpindahan assa yan terkait denan asalah ixin (penadukan) dan hidrodinaika. Dala ebahas perpindahan assa di dala kolo elebun yan elibatkan suatu reaksi kiia, asalah yan enarik untuk diteliti adalah enentukan konstanta/tetapan laju reaksi yaitu suatu besaran yan diperoleh atau berantun dari ordo suatu reaksi kiia dan dapat enentukan reaksi tersebut cepat atau labat [6]. erpindahan assa dari asa as ke asa cair akibat adanya radien konsentrasi pada il cairan, dipenaruhi oleh siat isis bahan, pola alir dan resi pola aliran. Atas dasar phenoena itu, aka koeisien perpindahan assa erupakan unsi ultiple variable. enelitian perpindahan assa selalu diaksudkan untuk eperoleh odel ateatik yan enyatakan hubunan unsional antara koeisien perpindahan assa asa cair denan variable-variabel perancanan yan dipandan relevan yaitu diaeter kolo, laju sirkulasi cairan dan as, diaeter nozzle dan jarak nozzle denan perukaan air [7]. Dala proses perpindahan assa as kedala asa cair yan elibatkan suatu reaksi di dala suatu kolo

3 MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 1, NO. 1, ARIL 8: elebun pancaran, salah satu hal yan pentin untuk diketahui adalah laju reaksi kiia untuk proses tersebut, yaitu besaran yan enyatakan julah ol reaktan persatuan volue yan bereaksi dala satuan waktu tertentu. Hara konstanta laju reaksi (k) didala suatu kolo elebun pancaran dapat ditentukan elalui percobaan proil perubahan konsentrasi larutan dala kolo elebun persatuan waktu tertentu. Selain itu jua untuk peahaan hidrodinaikanya kita akan enhitun holdup asa as,. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah elihat penaruh laju alir voluetrik cairan (Q L ) terhadap laju alir voluetrik as yan terhisap (Q G ) pada panjan pipa downcoer tercelup (Z) yan konstan,,enhitun holdup asa as, serta kinetika reaksi absorpsi as O.. Metode enelitian Metode absorpsi denan enunakan alat Jet seperti telihat pada Gabar 1. ancaran cairan jet dibentuk denan enunakan nozzle dan popa sentriual. ancaran cairan jet tersebut dipasan pipa downcoer untuk enatur penyedotan udara (as entraunent) serta tinakat kedala penetrasi pancaran cairan. Variabel yan enjadi batasan adalah diaeter downcoer ( ), panjan downcoer, diaeter kolo absorpsi. Teknik enhitun Holdup Fasa Gas. Dala enhitun holdup asa as untuk odel desain ini dapat enunakan prinsip dasar tekanan pada suatu bejana yan diperhitunkan denan adanya tabahan dari saluran peralatan tabahan (pipa tabahan) dan enacu persaaan aksi tekanan statik pada desain, Sapel Udara berkandunan O Udara keluar 3 4 Gabar 1. Kesetibanan tekanan statik kolo elebun pancaran 5 8 Keteranan 1. Nozzle. ipa Injeksi udara asuk 3. Kolo Absorbsi 4. airan Absorbent 5. Ruan elepasan Udara 6. ipa sirkulasi 7. opa sentriual 8. Dischare ipe (a) (b) Gabar. Kesetibanan tekanan statik kolo elebun pancaran diana ketinian erupakan suatu derajat penurunan akhir pada kolo elebun pancaran yan ditapilkan pada Gabar. Sesuai abar point (a) dapat kita turunkan persaaan ateatikanya sebaai berikut : = + ρ.. h. ε l (1) 1 = + ρ.. h. ε l () Diana nilai ε l berhara 1, ini dikarenakan belu adanya holdup asa as. Sehina persaaan (1) dan () akan enjadi : =. h (3) 1 =. h (4) ada Gabar point (b) kita jua dapat enurunkan persaaan ateatikanya sebaai berikut : 1' =. H (5) = ρ... ε (6) diana nilai ' + h l ε = 1 ε, ini dikarenakan sudah adanya l holdup asa as. Sehina persaaan (6) akan enjadi : 1 ' =. H.( 1 ε ) (7) ada Gabar 1 point (b) tekanan statik 1 saa denan aka akan kita peroleh nilai holdup asa as sebaai berikut, ' = ' 1.. h =. H + ρ. 1 h = H.( 1 ε ) h = 1 H ( ε ) ε (8) Teknik Menentukan Hara Konstanta Laju Reaksi (K obs ) Untuk enentukan koeisien kinetika reaksi (k obs ) absorpsi O dala larutan absorbent dapat ditentukan dari persaaan kinetika reaksi berikut ini:

4 34 MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 1, NO. 1, ARIL 8: O Na O 3 + H O n = k.. (9) r O Dipandan bahwa : Kadar O di asa as dibuat konstan dan tidak ada koponen O didala asa cair, karena O habis bereaksi. airan hooen, karena adanya penadukan dari sirkulasi popa dan eek arus pusaran dala kolo downcoer. Reaktan tidak unkin berdiusi kedala asa il as, karena alat bekerja pada suhu kaar sehina larutan tidak unkin terjadi penuapan lansun. apabila r = dt dan n kobs = k. O aka persaaan (9) akan enjadi, = kobs. (1) dt atau = = = k. dt (11) = k obs obs t= t. dt (1) Kondisi batas interasi : t = = t = t = (tercapainya kesetibanan absorpsi) 1 = kobs. t (13) 1 1 ( k ) (14) ln = ln obs. t 1 1 ln ln 1 = ln k obs + ln t (15) ( ) ( ) ln k + ln(1 ) 1 = + ln t (16) (1 ) ( 1 ) ln{ kobs.(1 ) } 1 ln = + ln t (17) (1 ) 1 ln obs 3. Hasil dan ebahasan ( ) Awal ula terbentuk elebun adalah di dala pipa downcoer, karena kecepatan pancaran cairan (jet) yan enenai perukaan cairan didala pipa downcoer akan terbentuk perukaan yan enyerupai teropet, karena terjadinya tubukan antara perukaan cairan denan kecepatan pancaran cairan tersebut. Disapin itu jua terjadi arus pusaran akibat tubukan tersebut yan enakibatkan elebun aupun cairan tidak seera enalir keluar dari pipa downcoer. Seakin panjan pipa downcoer tercelup aka seakin laa tinal cairan aupun as berada dala pipa tersebut. Dan jua apabila laju kecepatan cairan pada rentan laju yan rendah terlihat as yan terbentuk cenderun terlepas lai pada perukaan cairan dala pipa downcoer. Hal ini enyebabkan as yan terhisap aupun as holdup enecil (kinerja alat kolo elebun pancaran tidak optial). Apabila kecepatan pancaran cairan diperbesar aka akan enyebabkan kedalaan penetrasi seakin dala yan enakibatkan peninkatan arus pusaran seakin intensi. Oleh karenanya penelitian ini divariasikan ukuran diaeter nozzle dan ketinian perukaan cairan denan ujun pelepasan kolo downcoer (Z) atau panjan pipa downcoer yan tercelup. Hidrodinaika Gas entrainent. Gas entrainent erupakan as yan terhisap akibat adanya eneri oentu yan berasal dari kecepatan pancaran cairan. Dari data laju alir voluetrik cairan dapat ditentukan kecepatan pancaran cairan, didapat proil laju as yan terhisap terhadap kecepatan pancaran cairan yan berbeda pada ukuran diaeter nozzle (Gabar 3), dan proil laju as yan terhisap terhadap kecepatan pancaran cairan yan berbeda pada ukuran diaeter nozzle yan berbeda (Gabar 3). Data laju as yan terhisap diperoleh dari alat ukur loweter. roil laju as yan terhisap dapat eperlihatkan hubunan yan linier terhadap kecepatan pancaran cairan. Dari Gabar terlihat oleh nilai rata-rata koeisien deterinasi (R ) sebesar,9896 (hapir endekati 1) untuk ukuran diaeter nozzle 7,94. Untuk seua proil tersebut, laju as yan terhisap seakin besar untuk kecepatan pancaran cairan yan seakin tini. Beitupun jua denan seakin besar ukuran diaeter nozzle akan enakibatkan seakin besar laju as yan terhisap. Hal ini diakibatkan adanya eneri oentu yan asuk seakin besar denan adanya penabahan kecepatan pancaran cairan dan QG (d 3 /nt) 18 y =.538x R = Dn = 7,94 6 Linear (Dn = 7,94 ) v (d/nt) Gabar 3. roil laju as entrainent (Q G ) terhadap kecepatan pancaran cairan (v) pada ukuran diater nozzle yan tetap dan panjan pipa downcoer yan tercelup 55 c

5 MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 1, NO. 1, ARIL 8: QG (d 3 /nt) Dn = v (d/nt) Dn = 7,94 Dn = 9,5 Dn = 1,7 Gabar 4. roil laju as entrainent (Q G ) terhadap kecepatan pancaran cairan (v) pada ukuran diaeter nozzle yan berbeda dan panjan pipa downcoer yan tercelup (Z) 55 c seakin besarnya ukuran diaeter nozzle akan berpenaruh terhadap ukuran pancaran cairan. Denan seakin besarnya ukuran pancaran cairan aka akan enhasilkan kedala tubukan seakin besar dan eninkatkan arus pusaran seakin intensi. Kinetika Absorpsi O ersaaan kinetika absorsi O diorulasikan berdasarkan persaaan 17. Hasil uji kinetika seperti terlihat pada Gabar 6 sapai Gabar 11 berikut ini ln y = 1.783x R =.98 Dn = 19 ; Z = 55 Linear (Dn = 19 ; Z = 55).5.5 ln t.5. Gabar 6. roil konsentrasi awal terhadap waktu inal pada D n = 19 dan Z = 55 c.15 ε.1 Dn = 7,94 Dn = 9,5.5 Dn = 1,7 Dn = v (d/nt) ln y = 1.783x R =.98 Dn = 1 9 ; Z = 55 Linear (Dn = 19 ; Z = 55).5.5 Gabar 5. roil Holdup asa as (ε ) terhadap kecepatan pancaran cairan (v) pada ukuran diaeter nozzle yan berbeda (D n ) ukuran diaeter nozzle tersebut. Sehina enhasilkan kedalaan penetrasi seakin besar di dala kolo downcoer. Selain itu dapat eninkatkan arus pusaran seakin intensi yan dapat enyebabkan as yan terhisap kedala kolo downcoer seakin besar. Holdup asa as ersaaan holdup asa as diorulasikan berdasarkan persaaan (8) Dari data percobaan yan diperoleh dari perhitunan, dapat dibuat proil holdup asa as untuk kecepatan pancaran cairan pada ukuran diaeter nozzle yan berbeda dan pada panjan pipa downcoer yan tecelup (Z) 55 c. Dari Gabar 5, terlihat proil holdup asa as akan seakin besar untuk kecepatan pancaran cairan yan seakin tini pada ukuran nozzle yan tetap. Beitupun jua denan ukuran diaeter nozzle seakin besar akan enhasilkan holdup asa as yan seakin besar. Hal ini diakibatkan adanya eneri yan enubuk cairan dala kolo downcoer seakin besar, sehina enakibatkan tekanan statik pada kedalaan cairan seakin besar (tubukan seakin dala). Beitupun jua denan Gabar 7. roil konsentrasi awal terhadap waktu inal pada D n = 19 dan Z = 45 c ln ln t Dn = 19 ; Z = 35 Linear (Dn = 19 ; Z = 35) y = x R = ln t Gabar 8. roil konsentrasi awal terhadap waktu inal pada D n = 19 dan Z = 35 c ln Dn = 1,7 ; Z = 55 Linear (Dn = 1,7 ; Z = 55) y = 1.96x R =.98 Gabar 9. roil konsentrasi awal terhadap waktu inal pada D n = 1,7 dan Z = 55 c ln t 5

6 36 MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 1, NO. 1, ARIL 8: 317 ln Gabar 1. roil konsentrasi awal terhadap waktu inal pada D n = 1,7 dan Z = 45 c ln Gabar 11. roil konsentrasi awal terhadap waktu inal; D n = 1,7 dan Z = 35 c. Tabel. Hasil perhitunan konstanta kinetika reaksi Q L (lt/nt) D n () Z (c) 3, ,398 1, Dn = 1,7 ; Z = 45 Linear (Dn = 1,7 ; Z = 45) y = 1.159x R = Dn = 1,7 ; Z = 35 Linear (Dn = 1,7 ; Z = 35) y = 1.594x R = ln t ε,35,415,465,311,3191,359 Q G (lt/nt) 19,3795,91 1,91,5564 1,91,91 k obs,8,1,13,7,9,1 Koeisien deterinasi,98,9815,9833,98,9811,988 denan ebuat raik linierisasi antara In vs In t untuk asin-asin jarak pipa downcoer yan tercelup (Z) pada dua jenis ukuran diaeter nozzle aka hara kontanta atau tetapan laju absorpsi dapat ditentukan. Hasil linierisasi untuk asin asin jarak pipa downcoer yan tercelup pada kedua jenis ukuran diaeter nozzle ditunjukkan pada abar 6 sapai denan 11. ada abar 6 sapai denan 11, terlihat bahwa data-data jarak pipa downcoer yan tercelup (Z) pada dua jenis ukuran diaeter nozzle (D n ) enunjukkan kecenderunan kurva yan enikuti aris linier.hasil perhitunan tersebut dapat dilihat pada Tabel. Dari Tabel 3 diatas terlihat konstanta kinetika reaksi seakin besar denan akin dekatnya perukaan cairan denan ujun pelepasan pipa downcoer (Z) atau panjan pipa downcoer yan tercelup. Hal ini diakibatkan as yan terbentuk dala pipa downcoer dapat terdispersi didala kolo elebun dan akan ln t terbentuk ukuran diaeter elebun yan seakin kecil. Ukuran diaeter yan seakin kecil tersebut dipenaruhi oleh kedalaan penetrasi pancaran cairan serta dapat eninkatkan arus pusaran seakin intensi. Denan seakin kecil diaeter elebun akan enaikkan luas spesiik area antarasa. Beitupun jua denan seakin besar ukuran diaeter nozzle akan enaikkan nilai konstanta kinetika reaksi. Seakin besar hara konstanta kinetika reaksi aka akan seakin cepat pula reaksi tersebut. Dari nilai as holdup dan as entrainent yan dihasilkannya pun seakin besar untuk akin kecilnya pipa downcoer yan tercelup pada asin asin diaeter nozzle dan laju alir voluetrik cairan. 4. Kesipulan Studi absorsi O telah dapat dapat dilakukan denan elihat aspek hidrodinaika denan paraeter as entrinent dan as holdup. Serta aspek kinetika denan eorulasikan berdasarkan persaaan pseudo irst order reaction terhadap absorbent. Dala studi hidrodinaika kolo absorpsi diperoleh abaran bahwa ternyata seakin besar kecepatan pancaran cairan jet dan ukuran diaeter nozzle akan enhasilkan as entrainet yan diperoleh seakin besar dan cenderun berkorelasi linear terhadap laju kecepatan pancaran cairan jet. Beitu jua untuk as hold up yan dihasilkan cenderun berkorelasi linear terhadap kecepatan cairan jet. Uji kinetika reaksi absorpsi eeperlihatkan pseudo order reaction denan berbaai uji absorpsi denan diaeter nozzle 1,7 dan 19 denan berbaai kedala pipa downcoer 55, 45 dan 35 c. Datar Notasi a D : Luas area spesiik antarasa, ( / 3 ) : konsentrasi pada saat awal (t = ) D n : Diaeter Nozzle, () D T : Diaeter tabun, (c) h : tini cairan (), as entrainen (as yan terhisap), tekanan cairan, H : Tini cairan aerasi, (c) h GD : Holdup asa as k obs : konstanta pesudo-irst-order reaction : ordo reaksi terhadap n : ordo reaksi terhadap O 1, 1, : Tekanan statikdidala kolo, (at), Q G : Laju alir voluerik as (lt/nt) Q L : Laju alir voluetrik cairan (lt/nt) t : waktu yan dibutuhkan kadar habis bereaksi. V a : Volue air dala kolo, (c 3 ) V : Volue as yan terdispersi, (c 3 ) Z : panjan downcoer yan tercelup

7 MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 1, NO. 1, ARIL 8: Datar Acuan [1] G. Liu, G. M. Evans, University o Newcastle Internal Research Report, 1998, unpublished. [] M. Ide, H. Uchiyaa, T. Ishikura, he. En. Sci. 56 (1) 65. [3] S.Y. Lee, Y. Tsui, he. En. roress, [4] A. Ito et. al, J. he. En. Japan 33/No. 6 () 898. [5]. Havelka et. al, heical Enineerin Science, 55 () 535. [6] K. Yaaiwa, A. Ohkawa, J. Ferentation and Bioenineerin, vol. 68 (1989) p.16. [7] O. Levenspiel, heical Reaction Enineerin, nd ed., Wiley Int. 198.

STUDI HIDRODINAMIKA DAN KINETIKA ABSORPSI CO 2 KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN)

STUDI HIDRODINAMIKA DAN KINETIKA ABSORPSI CO 2 KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN) PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 27 ISSN : 1411 4216 STUDI HIDRODINAMIKA DAN KINETIKA ABSORPSI CO 2 KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN) Setiadi dan Didiek Hari Nuroho Departeen

Lebih terperinci

STUDI ABSORPSI CO2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN)

STUDI ABSORPSI CO2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN) Seminar Sebumi Kerjasama Universitas Indonesia dan Universiti Kebangsaan Malaysia, Kampus UI Depok, 24-25 Juni 28 STUDI ABSORPSI CO2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN) Setiadi,

Lebih terperinci

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa BAB II Model Aliran Multifasa Dala Pipa Sebelu elakukan proses optiasi diaeter pipa transisi inyak dibutuhkan beberapa odel ateatika untuk enyelesaikan hal-hal yan epenaruhi biaya total. Pihak produsen

Lebih terperinci

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT MURNI

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT MURNI Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 9 BAB II SIFAT-SIFAT ZAT MURNI ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) Merupakan zat yan epunyai koposisi kiia yan tetap (stabil), isalnya : air (water), nitroen, heliu, dan CO. Zat

Lebih terperinci

Kebergantungan Faktor Pengisian (Fill Factor) Sel Surya Terhadap Besar Celah Pita Energi Material Semikonduktor Pembuatnya : Suatu Tinjauan Matematika

Kebergantungan Faktor Pengisian (Fill Factor) Sel Surya Terhadap Besar Celah Pita Energi Material Semikonduktor Pembuatnya : Suatu Tinjauan Matematika Keberantunan Faktor Penisian (Fill Factor) Sel Surya Terhadap Besar Celah Pita Eneri Material Seikonduktor Pebuatnya : Suatu Tinjauan Mateatika Dadi Rusdiana Jurusan Fisika FPMPA UP, Jl Dr Setiabudhi 9

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 02

Xpedia Fisika. Mekanika 02 Xpedia Fisika Mekanika 02 Doc. Nae: XPFIS0102 Version: 2012-07 halaan 1 01. Gaya yan dibutuhkan untuk enerakan bola hoki berassa 0,1 k konstan pada kecepatan 5 /s di atas perukaan licin adalah... (A) Nol

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN) UNTUK MEREDUKSI KANDUNGAN GAS CO 2

KEMAMPUAN KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN) UNTUK MEREDUKSI KANDUNGAN GAS CO 2 KEMAMPUAN KOLOM GELEMBUNG PANCARAN (JET BUBBLE COLUMN) UNTUK MEREDUKSI KANDUNGAN GAS CO 2 Setiadi, Hantizen, Nita Tania H., Bambang Heru S., Dijan Supramono Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika.

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika. idan isika y epelajari tentan erak tanpa enindahkan penyebab unculnya erak dinaakan Kineatika. idan isika y epelajari tentan erak beserta penyebab unculnya erak dinaakan Dinaika. Huku Newton tentan Gerak

Lebih terperinci

METHODIST-2 EDUCATION EXPO 2016

METHODIST-2 EDUCATION EXPO 2016 TK/SD/SMP/SMA Methodist- Medan Jalan M Tharin No. 96 Medan Kota - 01 T: (+661)46 81 METODIST- EDUCATION EXPO 016 Loba Sains Plus Antar Pelajar Tinkat SMA se-suatera Utara NASKA SOAL FISIKA - Petunjuk Soal

Lebih terperinci

Konsep Gaya Hukum Newton I Massa Gaya grafitasi dan Berat Hukum Newton III Analisa Model dengan HK Newton II Gaya gesek

Konsep Gaya Hukum Newton I Massa Gaya grafitasi dan Berat Hukum Newton III Analisa Model dengan HK Newton II Gaya gesek 8//0 Konsep Gaa Huku Newton I Massa Gaa rafitasi dan Berat Huku Newton III Analisa Model denan HK Newton II Gaa esek Konsep Gaa Pada kuliah sebeluna, kita telah ebahas erak suatu objek dala hal posisi,

Lebih terperinci

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC 1. Gerak benda di antara tubukan erupakan erak parabola. Sebut posisi ula-ula benda adalah titik A, posisi terjadinya tubukan pertaa kali adalah titik B, posisi terjadi tubukan kedua kalinya adalah titik

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON DRAIN (SOURCE FOLLOWER)

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON DRAIN (SOURCE FOLLOWER) PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON DRAIN (OURCE FOLLOWER) 3.1Tujuan : 1) Mendeonstrasikan prinsip kerja dan karakteristik dari rankaian penuat coon drain sinyal kecil. 2) Investiasi penaruh dari penuatan

Lebih terperinci

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3 Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sistem Produksi Sistem produksi minyak merupakan jarinan pipa yan berunsi untuk menalirkan luida (minyak) dari reservoir ke separator. Reservoir terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN BATU DAN PLESTERAN YATNA SUPRIYATNA. Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN BATU DAN PLESTERAN YATNA SUPRIYATNA. Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Majalah Iliah UNIKOM Vol.6, No. bidan REKAYASA ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN BATU DAN PLESTERAN YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Koputer Indonesia Konstruksi pekerjaan batu dan plesteran

Lebih terperinci

Fluida. Pada temperatur normal, zat dapat berwujud: Fluida

Fluida. Pada temperatur normal, zat dapat berwujud: Fluida LUID luia aa teperatur noral, zat apat erwuju: luia? aatan/soli Cair/Liqui Gas luia Zat an apat enalir an eiliki entuk seperti waah an enapunna to-ato an olekul-olekul eas ererak luia okok ahasan luia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta Bab II Teori Dasar Gambar. 7 Grafik Rasio Kecepatan nin di atas Laut denan di Daratan. 5. Koreksi Koefisien Seret Setelah data kecepatan anin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut dikonversi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie Iuls dan Moentu y. Aan S. Arcadie A. Iuls (I ---- Ns) ada saat Anda enendang bola, gaya yang diberikan kaki aada bola teradi dala waktu yang sangat singkat. Gaya seerti ini disebut sebagai gaya iulsif.

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. Modul 1 Pembelajaran Kinetika Kimia. Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D.

Teori Kinetik Gas. Modul 1 Pembelajaran Kinetika Kimia. Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D. eori Kinetik Gas Modul Pebelajaran Kinetika Kiia Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.pp.Sc., Ph.D. KEMEERI PEDIDIK D KEUDY REPULIK IDOESI FMIP UIERSIS EGERI YOGYKR JURUS PEDIDIK KIMI 0 . Dasar Konsep Kinetika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton 6 TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS BAB I TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP MODUL PERTEMUAN KE 4 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Gerak Peluru (Proyektil); Gerak Melinkar Beraturan, Gerak Melinkar Berubah Beraturan, Besaran Anular dan Besaran Tanensial. POKOK BAHASAN: GERAK

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Analisis Penaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Anin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Mustafa 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract One of the problems in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1

I. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1 STUDI EKSPERIMENTAL ALIRAN KE SIDE ARM T- JUNCTION DENGAN SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR DENGAN VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAM Oleh : ) Karinto, 2) Heri Kustanto,

Lebih terperinci

Cara pengujian Supositoria dibelah secara longitudinal lalu diamati bagian internal dan bagian eksternalnya

Cara pengujian Supositoria dibelah secara longitudinal lalu diamati bagian internal dan bagian eksternalnya EVALUASI SUPPOSITORIA No Jenis Uji Prinsip 1 Apperance Menjamin distribusi zat berkhasiat didalam basis 2 Keseraam an kandunan Keraaman bobot Menjamin keseraama n kadar zat aktif Menjamin yan dihasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

Garis alir pada fluida mengalir terdapat dua jenis, yaitu:

Garis alir pada fluida mengalir terdapat dua jenis, yaitu: DINAMIKA FLUIDA Garis alir pada fluida engalir terdapat dua jenis, yaitu:. Aliran lainar adalah aliran fluida yang engikuti suatu garis lurus atau elengkung yang jelas ujung dan pangkalnya serta tidak

Lebih terperinci

TRY OUT SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 010 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 011 Waktu: 180 Menit PUSAT KLINIK PENDIDIKAN INDONESIA (PKPI) bekerjaaa denan LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SSCInterolui

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS Fakultas MIPA, Universitas Neeri Yoyakarta, 16 Mei 009 PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PODUKSI SUMU GAS Mohammad Taufik Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Jl. aya Bandun - Sumedan

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. Uraian Materi Pokok

Kompetensi Dasar. Uraian Materi Pokok Kopetensi Dasa Menevaluasi peikian diinya tehadap keteatuan eak planet dala tatasuya bedasakan huku-huku Newton Uaian Matei Pokok Huku Gavitasi Newton A. HUKUM GAVIASI UMUM NEWON 1. Gaya Gavitasi Gaya

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK JENJANG KELAS MAA PELAJARAN OPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK Benda yan melakukan erak lurus berubah beraturan, mempunyai percepatan yan tetap, Ini berarti pada benda senantiasa bekerja

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,

Lebih terperinci

4 MESIN PENDINGIN ADSORPSI

4 MESIN PENDINGIN ADSORPSI 4 MESIN PENDINGIN ADSORPSI Pendahuluan Pendininan erupakan suatu prses peneluaran panas dari suatu benda dibawah suhu linkunannya. Dala penananan pasca panen, prses pendininan diunakan untuk enekan laju

Lebih terperinci

SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA. Waktu : 3 jam

SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA. Waktu : 3 jam SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 05 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA Waku : 3 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELESI CALON PESERTA OLIPIADE SAINS NASIONAL 4 TINGAT PROPINSI FISIA Waktu :,5 ja EENTERIAN PENDIDIAN DAN EBUDAYAAN DIRETORAT JENDERAL PENDIDIAN ENENGAH DIRETORAT PEBINAAN SEOLAH ENENGAH ATAS

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAMKE SIDE ARM T- JUNCTION SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR

VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAMKE SIDE ARM T- JUNCTION SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR University Research Colloquiu 205 ISSN 2407-989 VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAMKE SIDE ARM T- JUNCTION SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR Karinto, 2 Suhartoyo,2,

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester Proceeding Seinar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarasin, 7-8 Oktober 2015 Panel Akustik Raah Lingkungan Berbahan Dasar Libah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester Ngakan Putu Gede Suardana

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : Simulasi Kinetika Reaksi Menggunakan Persamaan Model Hidrodinamik

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : Simulasi Kinetika Reaksi Menggunakan Persamaan Model Hidrodinamik PROSIDING SEMINR NSIONL REKYS KIMI DN PROSES 4 ISSN : 1411-416 Siulai Kinetika Reaki Menggunakan Peraaan Model idrodinaik Endang Srihari, Lie wa, adi Wijaya S. dan Selvi Litiany Juruan Teknik Kiia Fakulta

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

LAMPIRAN B PERHITUNGAN

LAMPIRAN B PERHITUNGAN LAMPIRAN B PERHITUNGAN 1. Perhitungan Design Mol biogas = Target biogass / B capuran = 75 kg / 24,448 ol = 3,067 kol = 3.067 a. Menghitung biogas yang dihasilkan secara teoritis. Target biogas = 75 kg

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU BAB III ALIRAN DI BAWAH PINTU III TUJUAN PERCOBAAN Menamati aliran didasarkan atas pemakaian persamaan Bernouli untuk aliran di bawah pintu III ALAT-ALAT ANG DIGUNAKAN Flume beserta perlenkapanya Model

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Ikatan hli eknik erinyakan Indonesia Ikatan hli eknik erinyakan Indonesia Siposiu Nasional IMI 009 andun, -5 Deseber 009 Makalah rofesional IMI 09 0 rediksi ola liran Multifasa untuk iap Seen pada Jarinan

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHAAP AREA PELAYANAN I KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT Ridwan Alasyah 1, Sulwan Perana, Ida Farida Jurnal Air Baku Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syasu No. 1

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada

Lebih terperinci

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011 tosi-ipb.blogspot.co ekanika I BAHAN KUIS PRA-UTS EKANIKA, 3-4 Oktober 0 Untuk kalangan sendiri Tidak diperjualbelikan Silakan kerjakan soal-soal berikut, pahai dengan baik. Soal Kuis akan diabil dari

Lebih terperinci

KENDARAAN HIBRID RETROFIT: PENGANTAR KENDALI DISTRIBUSI DAYA. Estiko Rijanto

KENDARAAN HIBRID RETROFIT: PENGANTAR KENDALI DISTRIBUSI DAYA. Estiko Rijanto KENDARAAN HIBRID RETROFIT: PENGANTAR KENDALI DISTRIBUSI DAYA Estiko Rijanto Pusat Penelitian Tenaa Listrik dan Mekatronika, LIPI Koplek LIPI, Jl. Cisitu No.21/154 D, Bandun 40135 INTISARI Kendaraan Hibrid

Lebih terperinci

Diketik ulang oleh : Copyright Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK

Diketik ulang oleh : Copyright  Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK Copyright http://serbiserbi.co/ Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, 1 2 SOAL PILIHAN GANDA 1. Tahukah kalian, salah satu keunikan dari laba-laba pelopat adalah keistiewaan penglihatannya.

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI. Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng

PERSAMAAN BERNOULLI. Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng PERSMN BERNOULLI Ir. Suroso Dil.HE, M.En Pendahuluan Pada at cair diam, aya hidrostatis mudah dihitun karena hanya bekerja aya tekanan. Pada at cair menalir, dierhitunkan keceatan, arah artikel, kekentalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, OLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG Eko Nugroho Julianto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Searang (UNNES) Gedung E4, Kapus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN USTK ompa adalah suatu alat yan diunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain denan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut diunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC1-12706 Denny M. E Soedjono (1), Joko Sarsetiyanto (2), Dedy Zulhidayat Noor (3), Davit Priabodo 4) 1),2),3),4) Progra Studi D3 Teknik Mesin

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARA RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL Kennie A. Lempoy Abstrak Permasalahan pada ketidakpuasan konsumen pada penunaan pompa air khususnya yan diunakan di rumah tana, pada saat ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK SEL UNTUK MEMINIMASI VARIASI BEBAN SEL DAN MAKESPAN

PERANCANGAN TATA LETAK SEL UNTUK MEMINIMASI VARIASI BEBAN SEL DAN MAKESPAN PERANCANGAN TATA LETAK SEL UNTUK MEMINIMASI VARIASI BEBAN SEL DAN MAKESPAN Agus Ristono Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 02 Tabakbayan Yogyakarta Indonesia 55281 Phone: + 62 274 485

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 1,2 Proram Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci