PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS DAN APLIKASINYA DALAM MASALAH RAMP HANDLING PESAWAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Oleh: REGINA WAHYUDYAH SONATA AYU NIM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

2 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

3 HALAMAN PENGESAHAN iii

4 HALAMAN PERSEMBAHAN All Things are Difficult Before They are Easy (Thomas Fuller) Mistakes are Often The Best Teachers (James A. Froude) The Noblest Pleasure is The Joy of Understanding (Leonardo da Vinci) Karya ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa menyertaiku Bapa Ambros dan Mama Rosalia Kakak Tian, Kakak Tini, Kakak Andy, Kakak Yovan dan Adik Etu Keponakanku Chiko iv

5 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v

6 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vi

7 ABSTRAK Regina Wahyudyah Sonata Ayu, Sistem Persamaan Linear Aljabar Max-Plus dan Aplikasinya dalam Masalah Ramp Handling Pesawat. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penyelesaian sistem atas aljabar max-plus dengan,,, dan serta aplikasinya dalam masalah ramp handling pesawat. Penelitian ini diawali dengan mengkaji sub-penyelesaian terbesar dari sistem persamaan yang kemudian menjadi calon penyelesaian sistem. Selanjutnya, diselidiki mengenai eksistensi dan ketunggalan penyelesaian sistem persamaan. Langkah berikutnya adalah membahas aplikasi sistem atas aljabar max-plus dalam masalah ramp handling pesawat di bandara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem atas aljabar maxplus dapat tidak mempunyai penyelesaian, mempunyai penyelesaian tunggal, atau mempunyai takhingga banyak penyelesaian. Diberikan matriks dengan elemen-elemen pada setiap kolomnya tidak semuanya sama dengan dan. Sistem persamaan tidak mempunyai penyelesaian bila terdapat baris nol dalam matriks, mempunyai satu penyelesaian bila terdapat lone one pada setiap baris matriks dan mempunyai takhingga banyak penyelesaian bila terdapat elemen slack dalam matriks. Aplikasi sistem persamaan dalam masalah ramp handling adalah untuk menentukan waktu mulai paling lambat bagi setiap aktivitas ramp handling sehingga semua aktivitas tersebut telah selesai pada waktu keberangkatan pesawat. Kata kunci: Aljabar Max-Plus, Sistem Persamaan Linear Aljabar Max-Plus, Ramp Handling. vii

8 ABSTRACT Regina Wahyudyah Sonata Ayu, System of Linear Equations in Max- Plus Algebra and Its Application in Aircraft Ramp Handling Problem. Thesis. Mathematic Education Study Program, Mathematic and Science Education Departement, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research aims to study the solution to system of over maxplus algebra where,,, and its application in aircraft ramp handling problem. This research is started by studying the principal sub-solution that is the candidate for solution of. Furthermore, the existence and the uniqueness of the solution to are investigated. The next step is discussing the application of system of over max-plus algebra in aircraft ramp handling problem at airport. The result shows that the system of has either no solution, one solution or an infinite number of solutions. Let with elements in each column are not all equal to and. System of has no solution if there is a zero-row in, has one solution if each row of has a lone one and has an infinite number of solutions if there are slack entries in. The application of system of in aircraft ramp handling problem is to determine the latest starting times for each ramp handling activity so that all of the activities are completed at the departure time of the plane. Key word: Max-Plus Algebra, System of Linear Equations in Max-Plus Algebra, Ramp Handling. viii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Sistem Persamaan Linear Aljabar Max-Plus dan Aplikasinya dalam Masalah Ramp Handling Pesawat. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Banyak hambatan dan rintangan yang dialami oleh penulis selama penyusunan skripsi ini. Namun atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka penulis dapat mengatasi segala hambatan dan rintangan yang dialami. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan kritikan dan masukan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Kedua orang tuaku, Bapak Ambrosius Madut dan Ibu Rosalia Nuet serta saudara-saudaraku, Kristianus Panjo Candra, Kristiana Deti Sajutin, Didimus Andi Gunawan, Yuventus Yonavan Cahyono, dan Hersintus Suwenda Syah Suyoso yang senantiasa menyayangi dan mendukung penulis baik lewat doa, perhatian maupun dukungan materi. 4. Ibu Veronika Fitri Rianasari, S.Pd. M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan membimbing penulis terutama berkaitan dengan hal akademis selama penulis menempuh kuliah di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma. 5. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan mendidik penulis ix

10 selama menuntut ilmu di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.. 6. Sahabat-sahabatku, Margaretha Nobilio Pasia Janu, Ana Karisma Adi Purwito, Theresia Veni Dwi Lestari, Yuliana Pebri Heriawati, Pilipus Neri Agustima dan Singgih Satriyo Wicaksono yang telah menemaniku serta berbagi suka duka selama menempuh kuliah di Universitas Sanata Dharma. 7. Adik-adikku tersayang, Imak, Itak dan Elisa serta teman-temanku, Yos, Eki dan Charles yang senantiasa mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. 8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma angkatan 2011 yang telah berbagi pengalaman selama penulis menempuh kuliah di Universitas Sanata Dharma. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan wawasan yang lebih kepada setiap pembaca. Yogyakarta, 17 Juni 2015 Penulis x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.. vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR SIMBOL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Batasan Masalah... 4 D. Tujuan Penelitian... 4 E. Manfaat Penelitian... 5 F. Metode Penelitian... 5 G. Sistematika Penulisan... 5 BAB II LANDASAN TEORI... 7 A. Definisi dan Sifat-sifat Dasar Aljabar Max-Plus... 7 B. Matriks dan Vektor atas Aljabar Max-Plus BAB III SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS A. Sub-Penyelesaian Terbesar B. Eksistensi dan Ketunggalan Penyelesaian Sistem Persamaan...25 xi

12 C. Penyelesaian Sistem Persamaan dengan Program MATLAB...44 BAB IV APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS DALAM MASALAH RAMP HANDLING PESAWAT A. Ramp Handling B. Aplikasi Sistem Persamaan dalam Masalah Ramp Handling 52 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA xii

13 DAFTAR SIMBOL ( ) : himpunan tak kosong yang dilengkapi dengan dua operasi biner dan : himpunan semua bilangan real : : * + : operasi max : operasi plus ( ) : ( ) : { [ ] } : {, - } : himpunan semua bilangan asli : relasi lebih kecil atau sama dengan dalam aljabar max-plus : matriks discrepancy : matriks hasil reduksi : tanda akhir pembuktian. xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aljabar merupakan cabang matematika yang menggeneralisasi bentuk aritmatika dengan menggunakan variabel-variabel untuk menggantikan bilanganbilangan. Aljabar memiliki ruang lingkupnya sendiri antara lain aljabar dasar, aljabar linear, aljabar abstrak, dan sebagainya. Salah satu ruang lingkup aljabar yang masih tergolong baru adalah aljabar max-plus. Menurut Andersen (2002), aljabar max-plus muncul pada akhir tahun 1950 an segera setelah topik mengenai Riset Operasi mulai dikembangkan. Sementara itu, menurut Butkovič (2000), aljabar max-plus telah dipelajari dan ditulis dalam bentuk makalah-makalah penelitian dan buku-buku pada awal 1960 an dan dikembangkan secara intensif sejak tahun Aljabar max-plus merupakan suatu contoh semiring yang terdiri dari himpunan * + dengan merupakan himpunan semua bilangan real, yang dilengkapi dengan operasi maksimum, dinotasikan dengan dan operasi penjumlahan, dinotasikan dengan. Dalam aljabar max-plus, operasi penjumlahan didefinisikan sebagai operasi maksimum sedangkan operasi perkalian didefinisikan sebagai operasi penjumlahan. Selanjutnya, ( * +,, ) dinotasikan dengan dan * + dinotasikan dengan. Elemen merupakan elemen netral terhadap operasi dan 0 merupakan elemen identitas terhadap operasi. 1

15 2 Sebagai suatu semiring, aljabar max-plus merupakan semiring komutatif sekaligus idempoten (Subiono, 2013). Lebih jauh, aljabar max-plus merupakan semifield sebab untuk setiap di * + memiliki invers terhadap operasi, yakni ( * +)( * +). Sama halnya dalam aljabar linear, pasangan operasi ( ) dalam aljabar max-plus juga dapat diperluas untuk operasi matriks atas aljabar max-plus. Demikian juga, penjumlahan matriks atas aljabar max-plus hanya terdefinisi untuk matriks dengan ukuran yang sama. Matriks atas aljabar max-plus kemudian digunakan dalam merepresentasikan sistem persamaan linear aljabar max-plus untuk kemudian dicari penyelesaiannya. Representasi sistem persamaan linear yang dimaksud serupa dalam aljabar linear yakni berupa persamaan matriks. Namun demikian, berbeda dengan aljabar linear, aljabar max-plus tidak memiliki invers terhadap penjumlahan. Hal ini menyebabkan cara menyelesaikan sistem persamaan linear aljabar max-plus berbeda dengan sistem persamaan linear dalam aljabar biasa. Penyelesaian sistem persamaan linear aljabar max-plus, sebagaimana dalam aljabar biasa, tidak selalu ada dan bila ada tidak selalu tunggal. Kehadiran sistem linear aljabar max-plus sangat membantu dalam memodelkan serta menganalisa Discrete Event System (DES) seperti sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem produksi, sistem komputasi paralel, dan sebagainya. Namun demikian, menurut Subiono (2013), pendekatan aljabar maxplus diterapkan pada sistem yang hanya mempertimbangkan sinkronisasi tanpa konkurensi. Sinkronisasi berkaitan dengan ketersediaan beberapa sumber dalam

16 3 waktu bersamaan sedangkan konkurensi tampak ketika pada suatu saat seorang pengguna harus memilih beberapa sumber. Penanganan pesawat di bandara atau lebih dikenal dengan istilah ramp handling merupakan salah satu masalah sinkronisasi. Ramp handling merupakan penanganan pesawat yang dilakukan di ramp area, yakni suatu pelataran yang ada di bandara. Ramp handling meliputi beberapa kegiatan antara lain deplane/boarding, loading/unloading, refueling, dan lain-lain. Masing-masing kegiatan memiliki durasi waktu yang berbeda untuk tiap pesawat. Kegiatankegiatan ini dilakukan secara simultan dan harus selesai pada waktu yang sudah ditentukan. Karena itu, perlu ditentukan waktu mulai paling lambat untuk setiap kegiatan sehingga semua kegiatan dipastikan telah selesai pada waktu keberangkatan (departure time) pesawat-pesawat dari bandara. Masalah ramp handling ini terkait dengan masalah penyelesaian sistem persamaan linear dimana matriks untuk tiap pesawat, vektor menyatakan durasi tiap kegiatan ramp handling menyatakan ground time pesawat dan akan ditentukan vektor yang menyatakan waktu mulai paling lambat untuk tiap kegiatan ramp handling. Berdasarkan penjabaran di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai sistem persamaan linear aljabar max-plus serta aplikasinya dalam masalah ramp handling pesawat.

17 4 B. Rumusan Masalah Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah 1. Bagaimana menentukan penyelesaian dari suatu sistem persamaan linear aljabar max-plus? 2. Bagaimana eksistensi dan ketunggalan penyelesaian dari suatu sistem persamaan linear aljabar max-plus? 3. Bagaimana aplikasi sistem persamaan linear aljabar max-plus dalam masalah ramp handling pesawat? C. Batasan Masalah Pembahasan masalah dalam skripsi ini hanya dibatasi pada sistem persamaan linear aljabar max-plus berbentuk A x = b, sedangkan aplikasinya hanya dibatasi pada masalah ramp handling pesawat di bandara. D. Tujuan Penelitian Penulisan skripsi ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui bagaimana cara menentukan penyelesaian sistem persamaan linear aljabar max-plus berbentuk A x = b. 2. Mengetahui bagaimana eksistensi dan ketunggalan penyelesaian sistem persamaan linear aljabar max-plus A x = b. 3. Mengetahui bagaimana aplikasi sistem persamaan linear aljabar max-plus tersebut dalam masalah ramp handling pesawat.

18 5 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh melalui penulisan skripsi ini adalah: 1. Bagi penulis Bila dalam perkuliahan penulis mempelajari struktur aljabar atas field, melalui penelitian ini penulis mendapat pengetahuan baru tentang contoh struktur aljabar lain yakni aljabar max-plus lebih khusus lagi mengenai sistem persamaan linear aljabar max-plus. Selain itu, penelitian ini juga menambah wawasan penulis mengenai aplikasi sistem persamaan linear aljabar max-plus dalam masalah ramp handling pesawat di bandara. 2. Bagi pembaca Pembaca dapat memahami sistem persamaan linear A x = b dalam aljabar max-plus serta aplikasinya dalam masalah ramp handling pesawat di bandara. F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka, yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku, jurnal-jurnal serta tesis-tesis yang berkaitan dengan topik skripsi. G. Sistematika Penulisan Tulisan ini akan mengkaji tentang sistem persamaan linear aljabar maxplus dan aplikasinya dalam masalah ramp handling pesawat. Untuk itu, tulisan ini akan dibagi dalam lima bab. Pada Bab I, terlebih dahulu akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi ini. Selanjutnya,

19 6 pada Bab II akan dibahas mengenai definisi dan sifat-sifat dasar aljabar max-plus, dan vektor dan matriks atas aljabar max-plus yang akan melandasi pembahasan mengenai sistem persamaan linear aljabar max-plus dan aplikasinya dalam masalah ramp handling pesawat. Inti dari tulisan ini terdapat dalam Bab III dan Bab IV. Pada Bab III akan dibahas mengenai sistem persamaan linear aljabar max-plus yang meliputi subpenyelesaian terbesar, eksistensi dan ketunggalan penyelesaian sistem persamaan A x = b. Pada bab ini juga diberikan penyelesaian sistem persamaan A x = b dengan program MATLAB guna mempermudah perhitungan, sedangkan pada Bab IV akan dibahas mengenai ramp handling dan aplikasi sistem persamaan A x = b dalam masalah ramp handling. Bagian terakhir dalam tulisan ini adalah Bab V yang berisi kesimpulan dari pembahasan pada Bab III dan Bab IV serta beberapa saran yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.

20 7 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang diperlukan sebagai landasan teori dalam pembahasan mengenai sistem persamaan linear aljabar maxplus dan aplikasinya dalam masalah ramp handling pesawat. Pembahasan akan dibagi menjadi dua bagian, yakni: definisi dan sifat-sifat dasar aljabar max-plus serta matriks dan vektor atas aljabar max-plus. A. Definisi dan Sifat-sifat Dasar Aljabar Max-Plus Berikut ini akan diberikan definisi dan sifat-sifat dasar aljabar max-plus. Pembahasan akan diawali dengan definisi semiring. Definisi 2.A.1 Suatu semiring (S, ) adalah suatu himpunan tak kosong S disertai dengan dua operasi biner dan yang memenuhi: 1. (S, ) komutatif dan asosiatif serta memiliki elemen netral, yakni: a. b. ( ) ( ) c. ( )( ) 2. (S, ) asosiatif serta memiliki elemen identitas, yakni: a. ( ) ( ) b. ( )( ) 3. Sifat penyerapan elemen netral terhadap operasi, yakni: 7

21 8 4. Operasi distributif terhadap (distributif kiri dan distributif kanan), yakni berlaku a. ( ) ( ) ( ) (distributif kiri) b. ( ) ( ) ( ) (distributif kanan) Contoh 2.A.1 Diberikan * + dengan himpunan semua bilangan real, := dan := 0. Kemudian, dalam didefinisikan operasi dan yakni berlaku: ( ) dan Selanjutnya akan ditunjukkan (, ) merupakan semiring. Bukti: (, ) semiring sebab: 1. ( ) komutatif dan asosiatif serta memiliki elemen netral, yakni: a. ( ) ( ) b. ( ) * ( ) + ( ) * ( )+ ( ) c. ( )( ) ( ) ( ) 2. (, ) asosiatif serta memiliki elemen identitas, yakni: a. ( ) ( ) ( ) ( )

22 9 b. ( )( ) 3. Sifat penyerapan elemen netral terhadap operasi, yakni: ( ) 4. Operasi distributif terhadap, yakni berlaku a. ( ) ( ) b. ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (, ) kemudian cukup ditulis. Selanjutnya akan diberikan definisi mengenai dua semiring khusus, yakni semiring komutatif dan semiring idempoten. Definisi 2.A.3 Suatu semiring (S, ) merupakan semiring komutatif bila dan hanya bila berlaku sifat komutatif terhadap operasi, yakni. Definisi 2.A.4 Suatu semiring (S, ) merupakan semiring idempoten bila dan hanya bila berlaku sifat idempoten terhadap operasi, yakni Contoh 2.A.2 Semiring merupakan semiring komutatif sekaligus semiring idempoten.

23 10 Bukti: a. Semiring merupakan semiring komutatif sebab :. b. Semiring merupakan semiring idempoten sebab : ( ) Lebih lanjut, dalam Subiono (2013) didefinisikan mengenai semifield yang merupakan ragam khusus dari semiring komutatif. Definisi 2.A.5 Suatu semiring komutatif ( ) disebut semifield bila dan hanya bila setiap elemen a di * + mempunyai invers terhadap operasi, yaitu ( )( ). Contoh 2.A.3 Semiring komutatif merupakan semifield. Bukti: semifield sebab ( * +)( * +) ( ) ( ) ( ). Struktur aljabar (, ) inilah yang kemudian disebut sebagai aljabar max-plus. Elemen-elemen akan disebut juga sebagai skalar (Rudhito, 2003). Sama halnya dalam aljabar biasa, operasi perkalian dikerjakan terlebih dahulu sebelum operasi penjumlahan, demikian juga halnya dalam aljabar max-

24 11 plus, operasi mempunyai prioritas daripada operasi. Berikut ini diberikan beberapa contoh yang mengilustrasikan operasi-operasi dalam. Tabel 1: Pengoperasian dalam. Operasi dalam Arti Hasil ( ) 3 ( ) 9 ( ) ( ) ( ) 6 ( ) ( ) 8 Bila dalam field bilangan real terdapat elemen invers terhadap operasi +, tidak demikian halnya dalam. merupakan semiring idempoten sehingga menyebabkan tidak memiliki invers terhadap operasi. Hal ini ditunjukkan dalam teorema berikut. Teorema 2.A.1 (Farlow, 2009) Diberikan semiring ( ). Sifat idempoten dari berakibat bahwa elemen invers terhadap tidak ada.

25 12 Bukti: memiliki invers terhadap operasi yakni dirinya sendiri di mana ( ) Selanjutnya akan dibuktikan bahwa untuk setiap elemen dalam * + tidak memiliki invers yakni dengan mengambil sebarang * +. Misalkan bahwa mempunyai invers terhadap yaitu, didapat. Tambahkan pada kedua ruas persamaan, didapat Dengan sifat idempoten, persamaan menjadi. Hal ini bertentangan dengan. Hal inilah yang kemudian membedakan aljabar max-plus dengan aljabar konvensional. B. Matriks dan Vektor atas Aljabar Max-Plus Pada bagian ini akan dibahas mengenai matriks dan vektor atas aljabar max plus serta relasi urutan di dalamnya. Himpunan matriks berukuran dalam aljabar max-plus dinotasikan dengan untuk. Elemen pada baris ke dan kolom ke dinotasikan dengan atau, - untuk dan Dalam hal ini matriks direpresentasikan sebagai berikut [ ]

26 13 Serupa dalam matriks real, pada matriks atas aljabar max-plus juga dapat didefinisikan operasi penjumlahan matriks, perkalian skalar, dan perkalian matriks. Selain itu, pada matriks atas aljabar max-plus juga dapat didefinisikan transpos matriks. Definisi 2.B.1 Diberikan matriks, dan. Elemen ke-ij dari penjumlahan matriks, perkalian skalar, serta transpos matriks didefinisikan sebagai 1., - ( ), untuk dan 2., -, untuk dan 3., -, untuk dan Contoh 2.B.1 Diberikan matriks [ ] dan [ ], maka a. [ ] [ ] b. [ ] [ ] c. [ ] Definisi 2.B.2 Misalkan dan maka elemen ke-ij dari perkalian matriks didefinisikan sebagai

27 14, -,, Contoh 2.B.2 Diberikan matriks [ ] dan [ ], maka [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] Teorema 2.B.1 (Rudhito, 2003) Pernyataan-pernyataan berikut berlaku untuk sebarang skalar dan serta sebarang matriks,, dan asalkan operasi yang dimaksud terdefinisi. 1. ( ) ( ) ( ) ( ) 5. ( ) ( ) 6. ( ) ( ) ( ) 7. ( ) ( ) ( ) Sifat-sifat lain dapat dibuktikan dengan menggunakan definisi operasi dan sifatsifat operasi dalam Di bawah ini akan diberikan bukti untuk sifat 4.

28 15 Bukti: Misalkan, -,, - dan [ ]. Elemen ke- kolom ke- matriks ( ) adalah [( ) ] ( ) ( ) [ ( )] ( ) Definisi 2.B.3 (Rudhito, 2003) Didefinisikan matriks dengan, - untuk semua dan. Selanjutnya akan dibahas mengenai semimodul atas serta relasi urutan di dalamnya. Definisi semimodul berikut ini mengikuti definisi dalam Rudhito (2003). Definisi 2.B.4 Misalkan (S, ) adalah semiring komutatif dengan elemen netral 0 dan elemen identitas 1. Semimodul M atas S adalah semigrup komutatif (M, ) bersama operasi perkalian skalar :, dituliskan sebagai ( ) yang memenuhi aksioma berikut: dan berlaku:

29 16 i) ( ) ii) ( ) iii) ( ) ( ) iv) v) Elemen dalam semimodul dinamakan vektor. Contoh 2.B.3 adalah semimodul atas, dalam hal ini cukup ditulis dimana { [ ] } Untuk setiap dan untuk setiap didefinisikan operasi dengan, - dan operasi perkalian skalar dengan, - Berdasarkan Teorema 2.B.1 1 dan 2 maka dapat disimpulkan bahwa ( ) merupakan semigrup komutatif dengan elemen netral, -. Selanjutnya, berdasarkan Teorema 2.B.1 5, 6 dan 7 maka dapat disimpulkan bahwa merupakan semimodul atas.

30 17 Definisi 2.B.5 Suatu relasi untuk semua pada suatu himpunan P dinamakan urutan parsial pada P bila memenuhi: 1. Sifat reflektif, yaitu: 2. Sifat antisimetris, yaitu: jika dan, maka 3. Sifat transitif, yaitu: jika dan, maka Elemen dan dikatakan komparabel (comparable) jika atau. Sementara itu, dapat juga ditulis. Jika dan maka ditulis. Definisi 2.B.6 Bila setiap dua elemen P komparabel, maka urutan parsial disebut urutan total. Definisi 2.B.5 dan Definisi 2.B.6 di atas didasarkan pada definisi Wohlgemuth (dalam Rudhito, 2003). Berikut ini diberikan suatu teorema yang berkaitan dengan urutan parsial pada suatu semigrup komutatif idempoten. Teorema 2.B.2 (Rudhito, 2003) Jika ( ) semigrup komutatif idempoten maka relasi yang didefinisikan pada dengan merupakan urutan parsial pada. Bukti: Ambil sebarang 1. Karena idempoten maka.

31 18 2. Jika dan maka dan. Karena komutatif maka. 3. Jika dan maka dan. Karena semigrup maka berlaku sifat asosiatif. Akibatnya, ( ) ( ) Sehingga. Akibat 2.B.1 (Rudhito, 2003) Relasi yang didefinisikan pada dengan merupakan urutan parsial pada. Lebih lanjut, relasi pada merupakan urutan total. Bukti: Karena ( ) merupakan semigrup komutatif idempoten, maka menurut Teorema 2.B.2 relasi pada merupakan urutan parsial. Selanjutnya, untuk setiap berlaku: ( ) atau ( ) Jadi, relasi merupakan urutan total. Relasi pada ekuivalen dengan relasi pada, sebab ( )

32 19 Akibat 2.B.2 (Rudhito, 2003) Relasi yang didefinisikan pada dengan untuk setiap dan merupakan urutan parsial pada. Bukti: Berdasarkan Teorema 2.B.1 1, 2, dan 3 nampak bahwa ( ) merupakan semigrup komutatif idempoten sehingga menurut Teorema 2.B.2 relasi pada merupakan urutan parsial. Akibat 2.B.3 (Rudhito, 2003) Relasi yang didefinisikan pada dengan untuk setiap merupakan urutan parsial pada. Bukti: Berdasarkan Teorema 2.B.1 1, 2, dan 3 nampak bahwa ( ) merupakan semigrup komutatif idempoten sehingga menurut Teorema 2.B.2 relasi pada merupakan urutan parsial. Relasi yang didefinisikan pada di atas bukan merupakan urutan total sebab terdapat matriks [ ] dan [ ] sedemikian sehingga [ ] [ ] [ ] tetapi dan.

33 20 Demikian juga, relasi yang didefinisikan pada di atas bukan merupakan urutan total sebab terdapat vektor, - r dan, - sedemikian sehingga, -, -, - tetapi dan Teorema 2.B.3 (Subiono, 2013) Diberikan. Jika dengan, maka ( ) ( ). Bukti: Ambil sebarang dengan, maka ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

34 BAB III SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS Sistem persamaan linear yang akan dibahas adalah sistem persamaan berbentuk dengan,,, dan. Penyelesaian sistem ini adalah himpunan semua vektor sedemikian sehingga. Sistem persamaan dapat ditulis ulang dalam bentuk persamaan matriks yang lebih rinci dan kemudian dalam bentuk sistem ekuivalen persamaan max-plus sebagai berikut [ ] [ ] [ ] ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Bila ditulis dalam bentuk baku, maka sistem persamaan di atas menjadi *( ) ( ) ( )+ *( ) ( ) ( )+ *( ) ( ) ( )+ } Penyelesaian sistem persamaan diperoleh dengan menyelesaikan sistem terakhir di atas secara simultan. Sama halnya dalam aljabar biasa, penyelesaian sistem persamaan tidak selalu ada. Sistem yang tidak memiliki penyelesaian ditunjukkan dalam contoh berikut. 21

35 22 Contoh 3.1 Diberikan matriks [ ] dan [ ]. Persamaan tidak mempunyai penyelesaian, sebab bila mempunyai penyelesaian berarti ada [ ] sehingga [ ] [ ] [ ] Didapat, * +, dan * +. Nampak bahwa tidak akan ada sehingga * + dan * +. Jadi, tidak mempunyai penyelesaian. Di lain pihak, sistem selalu mempunyai penyelesaian karena untuk diperoleh. Karena itu, masalah penyelesaian sistem persamaan dapat diperlemah dengan mendefinisikan konsep sub-penyelesaian terbesar dengan sebelumnya mendefinisikan konsep sub-penyelesaian. A. Sub-Penyelesaian Terbesar Berikut diberikan definisi mengenai sub-penyelesaian dan subpenyelesaian terbesar sistem persamaan. Definisi 3.A Diberikan dan. Sub-penyelesaian sistem persamaan adalah vektor yang memenuhi.

36 23 Definisi 3.B Sub-penyelesaian terbesar adalah vektor terbesar yang memenuhi, dinotasikan dengan. Dengan kata lain, untuk setiap sub-penyelesaian dari sistem persamaan penyelesaian dari. Sub-penyelesaian terbesar tidak harus merupakan suatu. Sub-penyelesaian terbesar diberikan oleh teorema berikut. Teorema 3.A.1 (Rudhito, 2003) Diberikan dengan elemen-elemen pada setiap kolomnya tidak semuanya sama dengan dan, maka ( ) untuk setiap * + dan * +. Bukti: { ( ) ( ) dan

37 24 ( ) Jadi, sub-penyelesaian dari sistem persamaan adalah setiap vektor di mana komponen-komponennya memenuhi ( ) Jika vektor, - didefinisikan dengan ( ) maka diperoleh: ( ) ( ) dan ( ) Hal ini berarti bahwa merupakan sub-penyelesaian dari sistem persamaan. Karena ( ), maka. Akibatnya,. Jadi, vektor merupakan sub-penyelesaian terbesar dari sistem persamaan. Teorema 3.A.1 menjelaskan penyelesaian dari sedangkan penyelesaian dari dijelaskan dalam teorema berikut:

38 25 Teorema 3.A.2 (Butkovič, 2000) Diberikan dengan elemen-elemen pada setiap kolomnya tidak semuanya sama dengan dan. memiliki penyelesaian bila dan hanya bila adalah penyelesaiannya. Bukti: Misalkan merupakan penyelesaian dari sistem. Karena merupakan sub-penyelesaian terbesar maka. Berdasarkan Teorema 2.B.3 diperoleh. Jadi, B. Eksistensi dan Ketunggalan Penyelesaian Sistem Persamaan Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai sub-penyelesaian terbesar dari sistem persamaan. Pada bagian ini akan dibahas mengenai eksistensi dan ketunggalan penyelesaian sistem persamaan. Berdasarkan Teorema 3.A.2 dapat disimpulkan bahwa eksistensi penyelesaian sistem persamaan ini ditentukan oleh sub-penyelesaian terbesarnya. Diberikan matriks dengan elemen-elemen pada setiap kolomnya tidak semuanya sama dengan dan. Sub-penyelesaian terbesar merupakan calon penyelesaian sistem persamaan yakni vektor dengan

39 26 [ ] ( ) ( ) ( ) ( ) [ ( ) ] [ ( ) ] [ * + * + ] * + Selanjutnya didefinisikan matriks discrepancy dinotasikan dengan dimana [ ] Catatan bahwa setiap dapat ditentukan dengan mengambil nilai maksimum dari setiap kolom. Untuk memprediksi banyaknya penyelesaian persamaan, maka selanjutnya didefinisikan matriks yang merupakan reduksi matriks sebagai berikut [ ] di mana { Di bawah ini akan diberikan contoh-contoh penyelesaian sistem persamaan. Contoh 3.2 Tentukan penyelesaian jika

40 27 [ ], [ ], dan [ ] Berdasarkan matriks dan vektor diperoleh matriks [ ] [ ] [ ] Perhatikan bahwa terdapat elemen bernilai 1 pada tiap baris matriks. Karena pada tiap kolom matriks pasti terdapat elemen bernilai 1, maka sistem persamaan pada contoh ini hanya memiliki satu penyelesaian. Elemenelemen dari vektor penyelesaian dapat ditentukan dengan mengambil nilai maksimum dari tiap kolom, yakni: * + * + * + Dengan demikian,, - merupakan calon penyelesaian sekaligus menjadi satu-satunya penyelesaian dari sistem persamaan. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut

41 28 [ ] [ ] [ * + * + ] [ ] * + * + Contoh 3.3 Tentukan penyelesaian jika [ ], [ ], dan [ ] Berdasarkan matriks dan vektor diperoleh matriks [ ] [ ] [ ] Perhatikan bahwa terdapat elemen bernilai 1 pada tiap baris matriks. Hal ini berarti bahwa sistem persamaan pada contoh ini juga hanya memiliki satu penyelesaian yakni, -. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut [ ] [ ] [ * + * + ] [ ] * + Contoh 3.2 dan 3.3 di atas merupakan contoh sistem persamaan yang memiliki penyelesaian tunggal baik untuk kasus maupun. Berikut ini akan diberikan contoh-contoh sistem persamaan yang tidak memiliki penyelesaian baik untuk kasus, maupun kasus.

42 29 Contoh 3.4 Tentukan penyelesaian jika [ ], [ ], dan [ ] Berdasarkan matriks dan vektor diperoleh matriks [ ] [ ] Berdasarkan matriks diperoleh, -. Namun demikian, dari matriks di atas terlihat bahwa terdapat baris yang tidak memiliki nilai maksimum yakni baris pertama atau dengan kata lain semua elemen dalam baris pertama bernilai 0. Hal ini mengisyaratkan bahwa sistem persamaan tidak memiliki penyelesaian. Hal ini diperkuat melalui perhitungan berikut: [ ] [ ] [ * + * + ] [ ] [ ] * + * + Dengan demikian, hanya merupakan sub-penyelesaian terbesar dan bukan merupakan penyelesaian sistem persamaan.

43 30 Contoh 3.5 Tentukan penyelesaian jika [ ], [ ], dan [ ] Berdasarkan matriks dan vektor diperoleh matriks [ ] [ ] Berdasarkan matriks diperoleh, -. Namun demikian, dari matriks di atas terlihat bahwa semua elemen dalam baris pertama bernilai 0. Hal ini mengisyaratkan bahwa sistem persamaan dalam contoh ini tidak memiliki penyelesaian. Hal ini juga diperkuat melalui perhitungan berikut: [ ] [ ] [ * + * + ] [ ] [ ] * + Dengan demikian, hanya merupakan sub-penyelesaian terbesar dan bukan merupakan penyelesaian sistem persamaan. Contoh 3.6 Tentukan penyelesaian jika [ ], [ ], dan [ ]

44 31 Berdasarkan matriks dan vektor diperoleh matriks [ ] [ ] Berdasarkan matriks diperoleh, -. Serupa dengan dua contoh sebelumnya, sistem persamaan dalam contoh ini juga tidak memiliki penyelesaian karena semua elemen pada baris kedua matriks -nya bernilai 0. Hal ini ditunjukkan juga melalui perhitungan berikut: [ ] [ ] [ * + * + ] [ ] [ ] Jadi, sistem persamaan linear tersebut hanya memiliki sub-penyelesaian terbesar namun tidak mempunyai penyelesaian. Selanjutnya akan diberikan contoh-contoh sistem persamaan yang memiliki takhingga banyak penyelesaian baik untuk kasus, maupun kasus. Contoh 3.7 Tentukan penyelesaian jika [ ], [ ], dan [ ] Berdasarkan matriks dan vektor diperoleh matriks

45 32 [ ] [ ] Berdasarkan matriks diperoleh, -. Selanjutnya akan dicek apakah memang merupakan penyelesaian dari. [ ] [ ] [ * + * + ] [ ] * + * + Ternyata memang merupakan penyelesaian dari. Akan tetapi, pada baris kedua dan ketiga matriks terdapat lebih dari satu nilai maksimum atau dengan kata lain terdapat lebih dari satu elemen bernilai 1 pada kedua baris tersebut. Hal ini mengisyaratkan bahwa sistem persamaan memiliki takhingga banyak penyelesaian. Selain itu, berdasarkan Teorema 3.A.1 diperoleh bahwa elemen-elemen dari merupakan batas atas. Karena itu, elemen-elemen vektor penyelesaian dalam contoh ini harus mememenuhi, dan. Pada baris pertama dan keempat matriks nampak bahwa nilai maksimum terdapat pada kolom ke-3 karena itu. Pada baris kedua nilai maksimum terdapat pada kolom ke-2 dan ke-3 maka terdapat dua kemungkinan yakni atau. Bila nilai diubah maka akan mempengaruhi persamaan baris pertama dan keempat. Karena itu, selama maka persamaan pertama dan keempat akan selalu terpenuhi. Demikian halnya dengan

46 33 memilih maka persamaan baris akan selalu terpenuhi. Jadi, semua vektor yang berbentuk, - dengan dan juga memenuhi sistem persamaan. Jadi, sistem persamaan dalam contoh ini memiliki takhingga banyak penyelesaian. Contoh 3.8 Tentukan penyelesaian jika [ ], [ ], dan [ ] Berdasarkan matriks dan vektor diperoleh matriks [ ] [ ] Berdasarkan matriks diperoleh, -. Selanjutnya akan dicek apakah memang merupakan penyelesaian dari. [ ] [ ] [ * + * + ] [ ] * + Nampak bahwa memang merupakan penyelesaian dari sistem persamaan. Akan tetapi, dapat diperiksa bahwa semua yang memenuhi bentuk, - dengan juga memenuhi sistem persamaan di atas.

47 34 Jadi, sistem persamaan dalam contoh ini memiliki takhingga banyak penyelesaian. Contoh 3.9 Tentukan penyelesaian jika [ ], [ ], dan [ ] Berdasarkan matriks dan vektor diperoleh matriks [ ] [ ] Berdasarkan matriks diperoleh, -. Selanjutnya ditunjukkan bahwa juga merupakan penyelesaian dari sistem persamaan yakni: [ ] [ ] [ * + ] [ ] * + Namun demikian, dapat diperiksa bahwa semua yang berbentuk, - dengan dan juga memenuhi sistem persamaan di atas. Jadi, sistem persamaan pada contoh ini juga memiliki takhingga banyak penyelesaian. Matriks dan berperan dalam menentukan perilaku sistem persamaan. Berikut ini diberikan teorema mengenai ada atau tidak adanya (eksistensi) penyelesaian.

48 35 Teorema 3.B.1 Diberikan sistem persamaan di mana dengan elemenelemen pada setiap kolomnya tidak semuanya sama dengan dan. 1. Jika terdapat baris nol pada matriks maka sistem tidak mempunyai penyelesaian. 2. Jika terdapat paling tidak satu elemen 1 pada tiap baris, maka adalah penyelesaian dari sistem persamaan. Bukti: 1. Misalkan baris nol pada matriks adalah baris ke dan andaikan merupakan penyelesaian dari sistem persamaan, maka ( ) Akibatnya, Dengan demikian, tidak memenuhi persamaan ke-. Hal ini. bertentangan dengan adalah penyelesaian dari sistem persamaan. Jadi, bukan merupakan penyelesaian dari sistem persamaan atau sistem persamaan tidak mempunyai penyelesaian. 2. Akan dibuktikan kontrapositifnya. Andaikan bukan merupakan penyelesaian dari sistem persamaan. BerdasarkanTeorema 3.A.1 diperoleh

49 36 Akibatnya, ( ) Jika bukan merupakan penyelesaian dari, maka terdapat sedemikian sehingga ( ) Hal ini ekuivalen dengan Karena ( ) untuk beberapa, maka tidak ada elemen dalam baris dari yang bernilai 1. Teorema 3.B.1 di atas digunakan untuk menentukan eksistensi penyelesaian sistem persamaan. Namun demikian, eksistensi ini belum menjelaskan kapan penyelesaiannya tunggal dan kapan penyelesaiannya taktunggal. Karena itu, untuk menentukan ketunggalan sistem persamaan diberikan definisi berikut. Definisi 3.B Elemen bernilai 1 pada suatu baris dinamakan elemen peubah tetap jika 1. Elemen tersebut merupakan satu-satunya elemen bernilai 1 pada baris tersebut ( lone-one), atau 2. Elemen tersebut berada pada kolom yang sama dengan lone-one. Elemen-elemen bernilai 1 lainnya dinamakan elemen-elemen slack.

50 37 Tabel berikut ini akan menunjukkan elemen peubah tetap dari setiap contoh yang telah diberikan sebelumnya. Elemen yang dilingkari merupakan elemen peubah tetap Tabel 2: Elemen Peubah Tetap Tidak Mempunyai Contoh 3.4 Penyelesaian Satu Penyelesaian Contoh 3.2 Takhingga Banyak Penyelesaian Contoh 3.7 [ ] [ ] [ ] Contoh 3.5 Contoh 3.8 [ ] Contoh 3.3 [ ] Contoh 3.6 [ ] [ ] Contoh 3.9 [ ] Pada contoh 3.2, semua elemen bernilai 1 merupakan peubah tetap. Persamaan baris pertama menetapkan elemen, persamaan baris kedua menetapkan elemen, dan persamaan baris ketiga menetapkan elemen. Ketika sampai pada persamaan keempat, semua elemen sudah ditentukan. Setiap elemen yang sudah dipilih tidak dapat diubah karena bila diubah akan menimbulkan pertidaksamaan pada salah satu dari ketiga baris sebelumnya.

51 38 Pada contoh 3.3, semua elemen bernilai 1 juga merupakan peubah tetap. Persamaan baris pertama menetapkan elemen, persamaan baris kedua menetapkan elemen, dan persamaan baris ketiga menetapkan elemen. Pada contoh 3.7, terdapat elemen slack pada. Persamaan baris pertama menetapkan elemen. Pada persamaan baris kedua, terdapat dua kemungkinan untuk memenuhi persamaan yakni atau. Akan tetapi, nilai sudah ditetapkan sebelumnya yakni sama dengan 3. Jadi, asalkan maka persamaan baris diatasnya tidak akan berubah. Dengan cara yang sama, pada persamaan baris ketiga, asalkan maka persamaan baris diatasnya tidak akan berubah. Sedangkan, pada persamaan baris keempat, elemen penyelesaiannya sudah ditetapkan oleh persamaan baris pertama. Dengan demikian, dengan menetapkan dan asalkan serta, maka persamaan baris akan selalu benar. Berikut ini diberikan teorema untuk menunjukkan bila mana persamaan memiliki penyelesaian tunggal dan bilamana penyelesaiannya taktunggal. Teorema 3.B.2 Diberikan persamaan matriks dimana dengan elemenelemen pada setiap kolomnya tidak semuanya sama dengan dan serta penyelesaian persamaan ada.

52 39 1. Jika tiap baris memiliki lone one, maka penyelesaian sistem persamaan tunggal. 2. Jika terdapat elemen-elemen slack pada, maka sistem memiliki takhingga banyak penyelesaian. Bukti: 1. Jika terdapat lone one pada tiap baris, maka terdapat satu elemen peubah tetap pada tiap baris. Hal ini berarti bahwa tidak akan ada elemen-elemen slack. Dengan demikian, semua elemen tetap dan penyelesaian sistem persamaan tunggal. 2. Misalkan adalah salah satu elemen slack pada dan merupakan penyelesaian dari. Karena tidak tetap, maka tidak terdapat elemen peubah tetap pada kolom ke dari. Jadi, persamaan dapat dipenuhi tanpa menggunakan elemen. Dengan demikian, meskipun nilai menunjukkan nilai maksimum yang mungkin untuk elemen ini, setiap nilai yang lebih kecil atau sama dengan tidak akan mempengaruhi eksistensi persamaan baris yang telah ditetapkan. Sistem persamaan dalam Contoh 3.2 dan 3.3 memiliki penyelesaian tunggal karena pada tiap baris matriks -nya memiliki lone one. Sedangkan sistem persamaan dalam Contoh 3.7, 3.8 dan 3.9 memiliki

53 40 takhingga banyak penyelesaian karena terdapat elemen slack pada matriks - nya. Akibat 3.B Diberikan persamaan matriks di mana dengan elemenelemen pada setiap kolomnya tidak semuanya sama dengan dan serta. Jika penyelesaian persamaan ada maka sistem memiliki takhingga banyak penyelesaian. Bukti: Penyelesaian sistem persamaan ada maka tidak terdapat baris nol pada matriks Andaikan penyelesaian sistem tunggal maka terdapat lone one pada tiap baris. Sementara itu, berarti banyaknya persamaan lebih sedikit daripada banyaknya variabel. Karena itu, pastilah terdapat slack pada matriks. Hal ini bertentangan dengan penyelesaian sistem tunggal. Jadi, haruslah sistem memliki takhingga banyaknya penyelesaian. Pembahasan pada bagian A dan B dalam bab ini ditekankan pada sistem persamaan dengan dengan elemen-elemen pada setiap kolomnya tidak semuanya sama dengan dan. Berikut ini diberikan penyelesaian sistem persamaan untuk kasus-kasus lain. Andaikan terdapat * + sedemikian sehingga untuk setiap * + dan maka berlaku hal-hal berikut

54 41 1. Jika elemen-elemen pada setiap baris matriks tidak semuanya sama dengan maka untuk sebarang. Hal ini berangkat dari fakta bahwa elemen netral merupakan elemen penyerap terhadap operasi. 2. Jika terdapat baris pada matriks dengan semua elemennya sama dengan maka sistem tidak memiliki penyelesaian. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut. Andaikan baris tersebut adalah baris ke-. Persamaan ke- berbentuk ( ) * + Mengingat untuk setiap berlaku maka ( ). Dengan kata lain, persamaan baris ke- tidak terpenuhi. Jadi, sistem tidak memiliki penyelesaian. Berikut diberikan contoh-contoh untuk mengilustrasikan dua hal di atas. Contoh 3.10 Diberikan sistem persamaan linear [ ] [ ] [ ] Sistem persamaan ini ekuivalen dengan { atau { atau { ( ) ( ) atau { sehingga diperoleh.

55 42 Jadi, semua vektor yang berbentuk, - merupakan penyelesaian sistem di atas. Contoh 3.11 Diberikan sistem persamaan linear [ ] [ ] [ ] Sistem persamaan ini ekuivalen dengan { atau { atau { Karena maka persamaan baris kedua tidak terpenuhi. Jadi, sistem persamaan di atas tidak memiliki penyelesaian. Selanjutnya, andaikan terdapat * + sedemikian sehingga untuk setiap * + dan terdapat * + sedemikian sehingga maka berlaku hal-hal berikut 1. Jika elemen-elemen pada baris ke- matriks tidak semuanya sama dengan maka sistem tidak memiliki penyelesaian. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut. Karena elemen-elemen pada baris ke- tidak semuanya sama dengan maka terdapat * + sedemikian sehingga. Agar persamaan ke- terpenuhi maka haruslah. Namun demikian, karena terdapat * + sedemikian sehingga maka persamaan ke- tidak terpenuhi. Jadi, sistem tidak memiliki penyelesaian.

56 43 2. Jika elemen-elemen pada baris ke- matriks semuanya sama dengan maka untuk sebarang. Hal ini berangkat dari fakta bahwa elemen netral merupakan elemen penyerap terhadap operasi. Berikut diberikan contoh-contoh untuk mengilustrasikan dua hal di atas. Contoh 3.12 Diberikan sistem persamaan linear [ ] [ ] [ ] Sistem persamaan ini ekuivalen dengan { atau { atau { ( ) ( ) Agar persamaan baris kedua terpenuhi maka haruslah. Namun demikian, jika maka persamaan baris pertama tidak terpenuhi sebab. Jadi, sistem di atas tidak memiliki penyelesaian. Contoh 3.13 Diberikan sistem persamaan linear [ ] [ ] [ ] Sistem persamaan ini ekuivalen dengan { atau { atau atau Jadi, semua vektor yang berbentuk, - merupakan penyelesaian sistem di atas.

57 44 Kasus selanjutnya adalah andaikan elemen-elemen pada setiap kolom matriks tidak semuanya sama dengan dan terdapat * + sedemikian sehingga. Jika maka. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut. Persamaan ke- berbentuk. Karena maka haruslah. Contoh 3.13 Diberikan sistem persamaan linear [ ] [ ] [ ] Sistem persamaan ini ekuivalen dengan { atau { Agar persamaan baris kedua terpenuhi maka haruslah. Akibatnya,. Jadi,, - merupakan penyelesaian sistem di atas. C. Penyelesaian Sistem Persamaan dengan Program MATLAB Bila sistem memuat banyak persamaan, dalam hal ini ukuran matriks sangat besar maka perhitungan manual dirasa kurang efektif untuk menentukan penyelesaian sistem persamaan linear. Untuk itu, perlu dibuat program komputer untuk memudahkan perhitungan. Bahasa program yang akan digunakan adalah bahasa pemograman komputer MATLAB. Program ini akan menampilkan penyelesaian sistem persamaan linear. Program secara lengkap diberikan sebagai berikut dengan nama file solsislinmax.

58 45 % Program Matlab Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Ax = b % Input: A = matriks max-plus Amxn % b = vektor mx1 % Output: Menampilkan penyelesaian sistem function x = solsislinmax % Memasukkan matriks A dan b A = input('masukkan matriks A(mxn) = '); disp(' ') b = input('masukkan matriks b(mx1) = '); disp(' ') [m,n]= size (A); [p,q]= size (b); if m == p & q == 1 A1=zeros(1,n); for j = 1:n if A(:,j)== -inf A1(j)=0; else A1(j)=1; end; end; Sum1 = sum(a1); b1=zeros(m,1); for i = 1:m if b(i)== -inf b1(i)=0; else b1(i)=1; end; end; Sum2 = sum(b1); if Sum1 == n & Sum2 == m for i = 1:m for j = 1:n D(i,j)= -b(i)+ A(i,j); end; end; xj = max(d); xc = -xj'; R = zeros(m,n); for j = 1:n for i = 1:m if D(i,j)== xj(j) R(i,j) = 1; else R(i,j) = 0; end; end; end;

59 46 c = zeros(m,1); for i = 1:m if R(i,:)== 0 c(i)= 0; else c(i)= 1; end end; Sum3 = sum(c); if Sum3 < m x = '{}'; else x = xc; end %Menampilkan Penyelesaian Sistem disp('matriks A = '),disp(a) disp('matriks b = '),disp(b) disp('matriks D = '),disp(d) disp('matriks R = '),disp(r) disp('penyelesaian sistem adalah '), disp('x = ') disp(x) else disp('elemen-elemen tiap kolom matriks A tidak semuanya -inf dan elemen-elemen matriks b semuanya berhingga') end; % Peringatan sistem persamaan tidak dapat diselesaikan else disp('ordo matriks A dan b tidak sesuai') end; Berikut ini diberikan hasil eksekusi untuk beberapa contoh soal yang telah diberikan pada bagian sebelumnya

60 47 Contoh 3.2 Masukkan matriks A(mxn) = [1 6 11; 4 1 2; 8-1 0; ] Masukkan matriks b(mx1) = [12; 5; 8; 13] Matriks A = Matriks b = Matriks D = Matriks R = Penyelesaian sistem adalah x = 0 4 1

61 48 Contoh 3.4 Masukkan matriks A(mxn) = [1 6 11; 4 1 2; 8-1 0; ] Masukkan matriks b(mx1) = [14; 6; 8; 13] Matriks A = Matriks b = Matriks D = Matriks R = Penyelesaian sistem adalah x = {}

62 49 Contoh 3.9 Masukkan matriks A(mxn) = [1 6 11;4 1 2;8-1 0; ] Masukkan matriks b(mx1) = [14;5;3;15] Matriks A = Matriks b = Matriks D = Matriks R = Penyelesaian sistem adalah x =

63 BAB IV APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS DALAM MASALAH RAMP HANDLING PESAWAT A. Ramp Handling Ramp handling merupakan kegiatan penanganan pesawat yang dilakukan di ramp area atau apron yakni suatu pelataran yang ada di bandara, saat jeda waktu antara pesawat block-on (yakni saat ganjalan pesawat dipasang dan pesawat dalam posisi berhenti) hingga pesawat block-off (yakni saat ganjalan dilepas dan pesawat bersiap menuju landasan pacu). Waktu antara pesawat block-on dan pesawat block-off ini dikenal dengan istilah ground time. Keberlangsungan kegiatan ramp handling berada dalam pengawasan dari satuan unit khusus yang dikenal dengan istilah ramp dispatcher. Setiap petugas ramp dispatcher bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengkoordinasi segala aktivitas ramp berkaitan dengan keberangkatan ataupun kedatangan pesawat. Secara umum, aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam ramp handling adalah sebagai berikut 1. Maintenance merupakan kegiatan pemeriksaan/pemeliharaan kondisi pesawat, termasuk kebersihan tempat duduk dan pantry. 2. Fueling/Refueling merupakan kegiatan pengisian bahan bakar pesawat. 3. Loading/Unloading berkaitan pelaksanaan bongkar muat barang/bagasi. 4. Aircraft Cleaning berkaitan dengan kegiatan membersihkan kabin pesawat dan kamar kecil. 50

64 51 5. Catering berkaitan dengan penyediaan konsumsi bagi para penumpang selama penerbangan. Menurut Widadi (2001), penanganan pesawat di bandara dibedakan atas dua cara yakni turnaround arrangement dan transit arrangement. Turnaround arrangement adalah penanganan bagi pesawat yang mendarat di kota tujuan akhir (destination) sedangkan transit arrangement adalah penanganan bagi pesawat yang mendarat di kota persinggahan atau transit. Penanganan pesawat ini dilakukan pada tempo waktu yang sudah ditentukan yakni sesuai dengan ground time agar sesuai dengan jadwal penerbangan (departure time). Lebih lanjut, Widadi menambahkan penanganan pesawat di bandara udara, baik turnaround arrangement maupun transit arrangement menganut sistem yang sama. Perbedaannya terletak pada lama waktu penanganannya. Penanganan transit arrangement biasanya lebih pendek dibanding turnaround arrangement. Hal ini disebabkan karena pada transit arrangement terdapat perbedaan dalam hal-hal tertentu, yaitu: 1. Kabin tidak dibersihkan seluruhnya. 2. Awak pesawat (crew) biasanya tidak diganti. 3. Penumpang transit tidak turun ke ruang transit. 4. Kadangkala konsumsi untuk penumpang sudah tersedia di dalam pesawat, kecuali jika ada penambahan penumpang pada saat-saat terakhir. Prosedur penanganan pesawat di bandara udara antara satu jenis pesawat dengan jenis pesawat yang lain tidak sama. Hal ini tergantung tipe pesawat,

65 52 kondisi pesawat, jarak yang akan ditempuh pesawat, serta banyaknya penumpang. Namun, secara umum lama ground time untuk keperluan turnaround arrangement adalah 40 menit sampai 1 jam sedangkan untuk transit arrangement memerlukan minimal 25 menit untuk penerbangan domestik dan sekitar 1 jam untuk penerbangan internasional (Bazargan, 2004). B. Aplikasi Sistem Persamaan dalam Masalah Ramp Handling Berdasarkan penjelasan di atas nampak bahwa kegiatan ramp handling merupakan salah satu masalah sinkronisasi yang merupakan salah satu karakteristik DES. Dalam masalah sinkronisasi, kejadian-kejadian (events) terjadi secara simultan dan harus selesai pada batas waktu yang ditentukan (deadline). Rangkaian kegiatan ramp handling dilakukan secara simultan dan harus selesai pada waktu yang ditentukan sehingga ketepatan jadwal tercapai. Misalkan di suatu bandara terdapat tiga pesawat yakni pesawat A, B dan C telah tiba di gate-nya masing-masing. Pesawat-pesawat tersebut membutuhkan penanganan sebelum penerbangan berikutnya. Penanganan yang dibutuhkan berupa refueling, maintenance, food service dan luggage service. Masing-masing pesawat membutuhkan waktu yang berbeda untuk refueling dan food service (terkait dengan jarak tempuh penerbangan selanjutnya), maintenance (tergantung apakah ada masalah dalam penerbangan selanjutnya atau tergantung pada usia pesawat terbang tersebut), dan luggage service (berkaitan dengan jarak tempuh dan banyaknya penumpang). Ketiga pesawat tersebut akan ditangani sekaligus dengan asumsi bahwa tim yang bertugas memadai dan peralatan yang dibutuhkan pun memadai. Berikut ini diberikan matriks yang berisi waktu yang diperlukan

66 53 untuk penanganan pesawat per kegiatan penanganan (waktu kegiatan dalam menit). Gate 1 Gate 2 [ ] Gate 3 Contoh 4.1 Ketiga pesawat memiliki ground time berturut-turut,, menit. Akan dicari waktu mulai paling lambat untuk kegiatan,,, dan sedemikian sehingga kegiatan terakhir sudah selesai pada waktu keberangkatan pesawat. Masalah ini dapat diformulasikan dalam bentuk sistem persamaan aljabar max-plus sebagai berikut. [ ] [ ] [ ] Dalam hal ini kita akan mencari vektor. Hasil eksekusi program MATLAB untuk sistem ini diberikan sebagai berikut Masukkan matriks A(mxn) = [ ; ; ] Masukkan matriks b(mx1) = [45;50;55] Matriks A = Matriks b =

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS Sebelum membahas Aljabar Max-Plus, akan diuraikan terlebih dahulu beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut dipenuhi oleh suatu Aljabar Max-Plus.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika oleh DEVI SAFITRI 10654004470 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS oleh CASILDA REVA KARTIKA M0112021 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY Any Muanalifah August 9, 2010 Latar Belakang Latar Belakang Teori himpunan fuzzy berkembang pesat saat ini. Banyak sekali

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

OPTIMASI WAKTU PRODUKSI DAN ANALISIS KEPERIODIKAN PADA GRAF SISTEM PRODUKSI BER-LOOP DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS

OPTIMASI WAKTU PRODUKSI DAN ANALISIS KEPERIODIKAN PADA GRAF SISTEM PRODUKSI BER-LOOP DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS OPTIMASI WAKTU PRODUKSI DAN ANALISIS KEPERIODIKAN PADA GRAF SISTEM PRODUKSI BER-LOOP DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS

MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus

Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus Dyah Arum Anggraeni 1, Subchan 2, Subiono 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya dyaharumanggraeni@gmail.com

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS oleh ANITA NUR MUSLIMAH M01009009 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas penelitian-penelitian tentang aljabar maks-plus yang telah dilakukan dan teori-teori yang menunjang penelitian masalah nilai eigen dan vektor eigen yang diperumum

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG oleh MIRA AMALIA M0113030 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Fitri Aryani 1, Tri Novita Sari 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau e-mail: khodijah_fitri@uin-suska.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitan yang dilaksanakan dan digunakan sebagai dasar dilaksanakannya penelitian

Lebih terperinci

ABSTRACT. v(k + 1) = A v(k),

ABSTRACT. v(k + 1) = A v(k), ii ABSTRAK Dwi Setiawan, 2016. APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA MASALAH PENJADWALAN PENGOPERASIAN BUS BATIK SOLO TRANS (BST) KORI- DOR SATU DI SURAKARTA. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA SISTEM PENJADWALAN KERETA REL LISTRIK (KRL) JABODETABEK

APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA SISTEM PENJADWALAN KERETA REL LISTRIK (KRL) JABODETABEK APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA SISTEM PENJADWALAN KERETA REL LISTRIK (KRL) JABODETABEK oleh AHMAD DIMYATHI M0111003 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto Jurusan Matematika FMIPA UNS sis.mipauns@yahoo.co.id Abstrak Misalkan R himpunan bilangan real. Aljabar Max-Plus adalah himpunan

Lebih terperinci

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS TERREDUKSI DALAM ALJABAR MAKS-PLUS BESERTA APLIKASINYA

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS TERREDUKSI DALAM ALJABAR MAKS-PLUS BESERTA APLIKASINYA NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS TERREDUKSI DALAM ALJABAR MAKS-PLUS BESERTA APLIKASINYA oleh BUDI AGUNG PRASOJO M0105001 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR SUPERTROPICAL

KARAKTERISASI PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR SUPERTROPICAL TESIS SM 142501 KARAKTERISASI PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR SUPERTROPICAL Dian Yuliati NRP. 1214 201 002 DOSEN PEMBIMBING Dr. Subiono, M.S. PROGRAM MAGISTER JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika yang dikembangkan untuk menunjang pemahaman mengenai struktur bilangan. Struktur atau sistem aljabar

Lebih terperinci

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya Kode Makalah M-1 Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: yatiuny@yahoo.com

Lebih terperinci

A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL PROSIDING ISBN : 978-979-16353-9-4 A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto 1, Aditya NR 2, Supriyadi W 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNS 1 sismipauns@yahoocoid, 2 adityanurrochma@yahoocom,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU PRODUKSI TERCEPAT PADA SISTEM MESIN PRODUKSI JAMU DI PT. PUTRO KINASIH DENGAN ALJABAR MAX-PLUS

PENENTUAN WAKTU PRODUKSI TERCEPAT PADA SISTEM MESIN PRODUKSI JAMU DI PT. PUTRO KINASIH DENGAN ALJABAR MAX-PLUS PENENTUAN WAKTU PRODUKSI TERCEPAT PADA SISTEM MESIN PRODUKSI JAMU DI PT. PUTRO KINASIH DENGAN ALJABAR MAX-PLUS oleh CAESAR ADHEK KHARISMA M0109017 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit BAB I RUANG EKTOR UMUM Dalam bab ini akan dipelajari tentang konsep ruang vektor umum, sub ruang vektor dan sifat-sifatnya. Pada pembicaraan ini, para mahasiswa dianggap sudah mengenal konsep dan sifat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat Bilangan Bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga negatif dari bilangan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMANDU WISATA DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN PEMANDU WISATA DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS PENJADWALAN PEMANDU WISATA DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS oleh ADITYA WENDHA WIJAYA M0109003 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem kejadian diskrit (Discrete-Event System) merupakan suatu sistem yang state space nya berbentuk diskret, sistem yang keadaannya berubah hanya pada waktu

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS PENJDWLN KEGITN BELJR MENGJR SEKOLH MENENGH TS MENGGUNKN LJBR MX-PLUS Yustinus Hari Suyanto 1, Subiono 2 Graduate of Student Department of Mathematic ITS, Surabaya 1 hari_yustinus@yahoo.co.id, 2 subiono2008@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG Mira Amalia, Siswanto, dan Bowo Winarno Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak. Aljabar merupakan cabang ilmu matematika

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Casilda Reva Kartika, Siswanto, dan Sutrima Program Studi Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS Maria Ulfa Subiono 2 dan Mahmud Yunus 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 23 e-mail: ulfawsrejo@yahoo.com subiono28@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

BASIS RUANG VEKTOR EIGEN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS

BASIS RUANG VEKTOR EIGEN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS BASIS RUANG VEKTOR EIGEN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS oleh PUNDRA ANDRIYANTO M0109057 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika FAKULTAS

Lebih terperinci

SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS 1. PENDAHULUAN

SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS 1. PENDAHULUAN SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Kiki Aprilia, Siswanto, dan Titin Sri Martini Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret ABSTRAK.

Lebih terperinci

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep GRUP Bab ini merupakan awal dari bagian pertama materi utama perkuliahan Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR. Judul Penelitian : Identifikasi Sifat-Sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Max-Plus..Ketua Pelaksana : a. Nama : Musthofa, M.Sc b.

Lebih terperinci

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS Farida Suwaibah, Subiono, Mahmud Yunus Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,, e-mail: fsuwaibah@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang semiring, Aljabar Max-Plus, sifat-sifat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang semiring, Aljabar Max-Plus, sifat-sifat BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang semiring, Aljabar Max-Plus, sifat-sifat Aljabar Max-Plus, matriks atas Aljabar Max-Plus, matriks dan graf, nilai eigen dan vektor eigen Aljabar Max-Plus,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas. Ada tiga cara untuk menyatakan himpunan, yaitu: a. dengan mendaftar anggota-anggotanya;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas. Ada tiga cara untuk menyatakan himpunan, yaitu: a. dengan mendaftar anggota-anggotanya; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Himpunan 1. Pengertian Himpunan Himpunan merupakan konsep mendasar yang terdapat dalam ilmu matematika. Himpunan adalah kumpulan obyek yang didefinisikan secara jelas. Ada tiga

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS STRUKTUR ALJABAR 1 Winita Sulandari FMIPA UNS Pengantar Struktur Aljabar Sistem Matematika terdiri dari Satu atau beberapa himpunan Satu atau beberapa operasi yg bekerja pada himpunan di atas Operasi-operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aljabar abstrak merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika. Aljabar abstrak merupakan sistem matematika yang terdiri dari suatu himpunan yang dilengkapi oleh

Lebih terperinci

PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT. Skripsi

PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT. Skripsi PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang PENGANTAR GRUP Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang email:ymcholily@gmail.com March 18, 2013 1 Daftar Isi 1 Tujuan 3 2 Pengantar Grup 3 3 Sifat-sifat Grup

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS DALAM MENGOPTIMALISASI WAKTU PRODUKSI BAKPIA PATHOK JAYA 25 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS DALAM MENGOPTIMALISASI WAKTU PRODUKSI BAKPIA PATHOK JAYA 25 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS DALAM MENGOPTIMALISASI WAKTU PRODUKSI BAKPIA PATHOK JAYA 25 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP KELOMPOK 8 1. I WAYAN AGUS PUTRAWAN (2008.V.1.0093) 2. I KADEK DWIJAYAPUTRA (2008.V.1.0094) 3. I KETUT DIARTA (2008.V.1.0123) 4. AGUS EKA SURYA KENCANA (2008.V.1.0043)

Lebih terperinci

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem kejadian dinamik diskrit (discrete-event dynamic system) merupakan sistem yang keadaannya berubah hanya pada titik waktu diskrit untuk menanggapi terjadinya

Lebih terperinci

Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan

Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan Fitri Aryani 1, Rahmadani 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau e-mail: khodijah_fitri@uin-suskaacid Abstrak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS MODULES AND BASES OF FREE MODULES Dian Mardiani Pendidikan Matematika, STKIP Garut Garut, Indonesia Alfid51@yahoo.com Abstrak Penelitian ini membahas beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR MATERI A. Persamaan dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak A. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN YANG MEMUAT NILAI MUTLAK Dalam matematika, sesuatu yang nilainya selalu positif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL 1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup BAB 3 DASAR DASAR GRUP Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan

Lebih terperinci

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d 1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?

Lebih terperinci

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 1 (2013), hal. 63 70. RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Eka Wulan Ramadhani, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani INTISARI Rank dari matriks

Lebih terperinci

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS oleh ANNISA RAHMAWATI M0112010 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Lebih terperinci

untuk setiap x sehingga f g

untuk setiap x sehingga f g Jadi ( f ( f ) bernilai nol untuk setiap x, sehingga ( f ( f ) fungsi nol atau ( f ( f ) Aksioma 5 Ambil f, g F, R, ( f g )( f g ( g( g( ( f g)( Karena ( f g )( ( f g)( untuk setiap x sehingga f g Aksioma

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains Tahun 2014 Inovasi Pendidikan Sains dalam Menyongsong Pelaksanaan Kurikulum 2013 Surabaya 18 Januari 2014 DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN DAN ANALISA PENJADWALAN KERETA API KOMUTER DI DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI

PEMODELAN JARINGAN DAN ANALISA PENJADWALAN KERETA API KOMUTER DI DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI PEMODELAN JARINGAN DAN ANALISA PENJADWALAN KERETA API KOMUTER DI DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Teorema Dasar Aljabar Mochamad Rofik ( )

Teorema Dasar Aljabar Mochamad Rofik ( ) Teorema Dasar Aljabar Mochamad Rofik (20110060311101) Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Teorema Dasar Aljabar Mochamad Rofik Program

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.

Lebih terperinci

PENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA

PENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA PENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA oleh ARIF MUNTOHAR M0111012 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi + 5 BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Struktur Aljabar Struktur aljabar adalah salah satu mata kuliah dalam jurusan matematika yang mempelajari tentang himpunan (sets), proposisi, kuantor, relasi, fungsi, bilangan,

Lebih terperinci

MODUL ATAS RING MATRIKS ( ) Arindia Dwi Kurnia Universitas Jenderal Soedirman Ari Wardayani Universitas Jenderal Soedirman

MODUL ATAS RING MATRIKS ( ) Arindia Dwi Kurnia Universitas Jenderal Soedirman Ari Wardayani Universitas Jenderal Soedirman Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 MODUL ATAS RING MATRIKS Arindia Dwi Kurnia Universitas Jenderal Soedirman arindiadwikurnia@gmail.com Ari

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR A. PENDAHULUAN

BAB 5 RUANG VEKTOR A. PENDAHULUAN BAB 5 RUANG VEKTOR A. PENDAHULUAN 1. Definisi-1. Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: RING

STRUKTUR ALJABAR: RING STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat

Lebih terperinci

Matriks. Modul 1 PENDAHULUAN

Matriks. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Matriks Drs. H. Karso, M. M.Pd. M PENDAHULUAN odul pertama dari mata kuliah Aljabar Linear ini merupakan materi prasyarat untuk mempelajari konsep-konsep dalam Aljabar Linear berikutnya. Pendahuluan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL DAFTAR ISI 1 SISTEM BILANGAN REAL 1 1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real..................... 1 1.2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6 1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real............

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL SKRIPSI Oleh : ANI NURHAYATI J2A 006 001 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010

Lebih terperinci

Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus

Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus Nahlia Rakhmawati Dosen Pendidikan Matematika STKIP PGRI Jombang rakhmanahlia.stkipjb@gmail.com ABSTRAK Pada penelitian ini dirancang

Lebih terperinci

PENJADWALAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE ALJABAR MAX-PLUS: STUDI KASUS PADA PEMASANGAN PENGOLAH AIR PDAM KOTA SEMARANG ARPI MEDIAN LAVANDI NOOR

PENJADWALAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE ALJABAR MAX-PLUS: STUDI KASUS PADA PEMASANGAN PENGOLAH AIR PDAM KOTA SEMARANG ARPI MEDIAN LAVANDI NOOR PENJADWALAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE ALJABAR MAX-PLUS: STUDI KASUS PADA PEMASANGAN PENGOLAH AIR PDAM KOTA SEMARANG ARPI MEDIAN LAVANDI NOOR DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 Indah Emilia Wijayanti Departemen Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Generalized Inverse Pada Matriks Atas

Generalized Inverse Pada Matriks Atas Jurnal Sains Matematika dan Statistika, Vol., No., Juli ISSN 6 - Generalized Inverse Pada Matriks Atas Corry Corazon Marzuki, Yulia Rosita, Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem kejadian diskrit (SKD) adalah nama klasifikasi masalah tentang sistem dengan sumber daya berhingga yang digunakan oleh beberapa pengguna untuk mencapai

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN : Dhian Arista Istikomah, S.Si, M.Sc 1. Abstrak

PROSIDING ISBN : Dhian Arista Istikomah, S.Si, M.Sc 1. Abstrak KARAKTERISASI E SEMIGRUP Dhian Arista Istikomah, S.Si, M.Sc A- Universitas PGRI Yogyakarta dhian.arista@gmail.com Abstrak Dalam suatu semigrup terdapat himpunan elemen idempoten yang menjadi latar E semigrup

Lebih terperinci

BAB I MATRIKS DEFINISI : NOTASI MATRIKS :

BAB I MATRIKS DEFINISI : NOTASI MATRIKS : BAB I MATRIKS DEFINISI : Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang disusun/dijajarkan berbentuk persegi panjang (menurut baris dan kolom). Skalar-skalar itu disebut elemen matriks.

Lebih terperinci

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam

Lebih terperinci

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351) II. SISTEM BILANGAN RIIL Handout Analisis Riil I (PAM 351) Sifat Aljabar (Aksioma Lapangan) dari Bilangan Riil Bagian ini akan membicarakan struktur aljabar bilangan riil dengan terlebih dahulu memberikan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS AHMAD AFIF 1, SUBIONO 2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Himpunan (set) Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda. Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.

Himpunan (set) Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda. Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota. Himpunan (set) Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda. Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota. Cara Penyajian Himpunan 1. Enumerasi Contoh 1. - Himpunan empat bilangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS MULYADI NPM

UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS MULYADI NPM UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS MULYADI NPM. 0906577362 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MAGISTER MATEMATIKA

Lebih terperinci

S K R I P S I ANALISIS WAKTU PELAYANAN GROUND HANDLING PT. LAHAND AIR SERVICE DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG

S K R I P S I ANALISIS WAKTU PELAYANAN GROUND HANDLING PT. LAHAND AIR SERVICE DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG S K R I P S I ANALISIS WAKTU PELAYANAN GROUND HANDLING PT. LAHAND AIR SERVICE DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG Diajukan untuk memenuhi sebagai prasyarat mencapai derajat Sarjana S 1 Disusun

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS PROSIDING ISBN : 978-979-16353-9-4 SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS Anita Nur Muslimah 1, Siswanto 2, Purnami Widyaningsih 3 A-1 Jurusan Matematika FMIPA UNS 1 anitanurmuslimah@yahoo.co.id, 2 sis.mipauns@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66 MATRIKS Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, 2012 1 / 66 Topik Bahasan 1 Matriks 2 Operasi Matriks 3 Determinan matriks 4 Matriks Invers 5 Operasi

Lebih terperinci

Aljabar Linier. Kuliah 2 30/8/2014 2

Aljabar Linier. Kuliah 2 30/8/2014 2 30/8/2014 1 Aljabar Linier Kuliah 2 30/8/2014 2 Bab 1 Subpokok Bahasan Ruang Vektor Subruang Subruang Lattice Jumlah Langsung Himpunan Pembangun dan Bebas Linier Dimensi Ruang Vektor Basis Terurut dan

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer BAB I RUANG VEKTOR Pada kuliah Aljabar Matriks kita telah mendiskusikan struktur ruang R 2 dan R 3 beserta semua konsep yang terkait. Pada bab ini kita akan membicarakan struktur yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang

Lebih terperinci

a11 a12 x1 b1 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA.

a11 a12 x1 b1 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Setijo Bismo

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS oleh GALIH GUSTI SURYANING AKBAR M0111039 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci