BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. STABILITAS LERENG Suatu permukaa taah yag mirig yag membetuk sudut tertetu terhadap bidag horisotal disebut sebagai lereg (slope). Lereg dapat terjadi secara alamiah atau dibetuk oleh mausia dega tujua tertetu. Jika permukaa membetuk suatu kemiriga maka kompoe massa taah di atas bidag gelicir cederug aka bergerak ke arah bawah akibat gravitasi. Jika kompoe gaya berat yag terjadi cukup besar, dapat megakibatka logsor pada lereg tersebut. Kodisi ii dapat dicegah jika gaya dorog (drivig force) tidak melampaui gaya perlawaa yag berasal dari kekuata geser taah sepajag bidag logsor seperti yag diperlihatka pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Kelogsora lereg Bidag gelicir dapat terbetuk dimaa saja di daerah-daerah yag lemah. Jika logsor terjadi dimaa permukaa bidag gelicir memotog lereg pada dasar atau di atas ujug dasar diamaka logsor lereg (slope failure) seperti yag diperlihatka pada Gambar 2.2a. Legkug kelogsora disebut sebagai ligkara ujug dasar (toe circle), jika bidag gelicir tadi melalui ujug dasar maka disebut ligkara lereg (slope circle). Pada kodisi tertetu terjadi kelogsora dagkal (shallow slope failure) seperti yag ditujukka pada Gambar 2.2b. Jika logsor terjadi dimaa permukaa bidag gelicir berada agak

2 jauh di bawah ujug dasar diamaka logsor dasar (base failure) seperti pada Gambar 2.2c. Legkug kelogsoraya diamaka ligkara titik tegah (midpoit circle) (Braja M. Das, 2002). Proses meghitug da membadigka tegaga geser yag terbetuk sepajag permukaa logsor yag palig mugki dega kekuata geser dari taah yag bersagkuta diamaka dega Aalisis Stabilitas Lereg (Slope Stability Aalysis). (a)

3 (b) (c) Gambar 2.2. Betuk-betuk kerutuha lereg (a) Kelogsora lereg, (b) Kelogsora lereg dagkal, (c) Logsor dasar Parameter Taah/Batua Utuk aalisis stabilitas lereg diperluka parameter taah/batua : Kuat geser Kuat geser terdiri dari kohesi (c) da sudut geser dalam (φ). Utuk aalisis stabilitas lereg utuk jagka pajag diguaka harga kuat geser efektif maksimum (c, φ ). Utuk lereg yag sudah megalami geraka atau material pembetuk lereg yag mempuyai diskotiuitas tiggi diguaka harga kuat geser sisa (c r = 0; φ r ). Berat Isi

4 Berat isi diperluka utuk perhituga beba gua aalisis stabilitas lereg. Berat isi dibedaka mejadi berat isi asli, berat isi jeuh, da berat isi teredam air yag pegguaaya tergatug kodisi lapaga. Salah satu peerapa pegetahua megeai kekuata geser taah/batua adalah utuk aalisis stabilitas lereg. Kerutuha geser pada taah atau batua terjadi akibat gerak relatif atarbutirya. Oleh sebab itu kekuataya tergatug pada gaya yag bekerja atarbutirya. Dega demikia dapat dikataka bahwa kekuata geser terdiri atas : Bagia yag bersifat kohesif, tergatug pada macam taah/batua da ikata butirya. Bagia yag bersifat geseka, yag sebadig dega tegaga efektif yag bekerja pada bidag geser. Kekuata geser taah dapat diyataka dega rumus : S = C + ( τ - µ ) ta φ (2.1) dimaa : S = kekuata geser τ = tegaga total pada bidag geser µ = tegaga air pori C = kohesi efektif φ = sudut geser dalam efektif Gambar 2.3. Kekuata geser taah/batua Aalisis stabilitas lereg pada dasarya dapat ditijau sebagai mekaisme gerak suatu beda yag terletak pada bidag mirig. Beda aka tetap pada

5 posisiya jika gaya peaha R yag terbetuk oleh gaya geser atara beda da permukaa lereg lebih besar dibadigka dega gaya gelicir T dari beda akibat gaya gravitasi. Sebalikya beda aka tergelicir jika gaya peaha R lebih kecil dibadig dega gaya gelicir T. Secara skematik terlihat pada Gambar (2.4). Secara matematis stabilitas lereg dapat diformulasika sebagai : R FK = (2.2) T dimaa FK = faktor keamaa R = gaya peaha T = gaya yag meyebabka gelicir Jika FK < 1 beda aka bergerak FK = 1 beda dalam keadaa seimbag FK > 1 beda aka diam Gambar 2.4. Keseimbaga beda pada bidag mirig Agka Keamaa (Safety Factor) Megigat lereg terbetuk oleh bayakya variabel da bayakya faktor ketidakpastia atara lai parameter-parameter taah seperti kuat geser taah, kodisi tekaa air pori maka dalam megaalisis selalu dilakuka peyederhaaa dega berbagai asumsi. Secara teoritis massa yag bergerak dapat dihetika dega meigkatka kekuata geserya. Hal yag perlu dipertimbagka dalam peetua kriteria faktor keamaa adalah resiko yag dihadapi, kodisi beba da parameter yag

6 diguaka dalam melakuka aalisis stabilitas lereg. Resiko yag dihadapi dibagi mejadi tiga yaitu : tiggi, meegah da redah. Tugas seorag egieer meeliti stabilitas lereg utuk meetuka faktor keamaaya. Secara umum, faktor keamaa dapat dijelaska sebagai berikut : τ f FK = (2.3) τ d dimaa FK = agka keamaa terhadap kekuata taah. τ f τ d = kekuata geser rata-rata dari taah. = Tegaga geser rata-rata yag bekerja sepajag bidag logsor. Kekuata geser suatu laha terdiri dari dua kompoe, friksi da kohesi, da dapat ditulis, τ f = c + σ ta φ (2.4) dimaa, c = kohesi taah peaha φ = sudut geser peaha σ = tegaga ormal rata-rata pada permukaa bidag logsor. Atau dapat ditulis, τ d = c d + σ ta φ d (2.5) Dimaa c d adalah kohesi da φ d sudut geser yag bekerja sepajag bidag logsor. Dega mesubstitusi persamaa (2.4) da persamaa (2.5) ke dalam persamaa (2.3) sehigga kita medapat persamaa yag baru, c + σ taφ FK = (2.6) + σ taφ c d d Sekarag kita dapat megetahui beberapa parameter lai yag mempegaruhi agka keamaa tadi, yaitu agka keamaa terhadap kohesi, F c, da agka keamaa terhadap sudut geser F φ. Dega demikia F c da F φ dapat kita defiisika sebagai : da c F c = (2.7) c F φ d taφ = (2.8) taφ d

7 Bilamaa persamaa (2.6), (2.7), da (2.8) dibadigka adalah wajar bila F c mejadi sama dega F φ, harga tersebut memberika agka keamaa terhadap kekuata taah. Atau, jika c c d = taφ taφ d Kita dapat meuliska FK = F c = F φ (2.9) FK sama dega 1 maka lereg dalam keadaa aka logsor. Biasaya, 1.5 utuk agka keamaa terhadap kekuata geser yag dapat diterima utuk merecaaka suatu stabilitas lereg (SKBI , 1987). Parameter yag diguaka meyagkut hasil pegujia dega harga batas atau sisa dega mempertimbagka ketelitiaya. Tabel 2.1 memperlihatka faktor keamaa teredah berdasar hal-hal tersebut di atas. Tabel 2.1. Faktor Keamaa Miimum Stabilitas Lereg Risiko Tiggi Meegah Redah Kodisi Beba Dega Gempa Tapa Gempa Dega Gempa Tapa Gempa Dega Gempa Tapa Gempa Parameter Kekuata Geser Maksimum Sisa Teliti Kurag Teliti Teliti Kurag Teliti 1,50 1,75 1,35 1,50 1,80 2,00 1,60 1,80 1,30 1,60 1,20 1,40 1,50 1,80 1,35 1,50 1,10 1,25 1,00 1,10 1,25 1,40 1,10 1,20

8 Resiko tiggi jika ada kosekuesi terhadap mausia cukup besar (ada pemukima), da atau bagua sagat mahal, da atau sagat petig.resiko meegah bila ada kosekuesi terhadap mausia tetapi sedikit (buka pemukima), da atau bagua tidak begitu mahal da atau tidak begitu petig.resiko redah bila tidak ada kosekuesi terhadap mausia da terhadap bagua (sagat murah) (SKBI , 1987). Kekuata geser maksimum adalah harga pucak da dipakai apabila massa taah/batua yag potesial logsor tidak mempuyai bidag diskotiuitas (perlapisa, rekaha, sesar da sebagaiya) da belum perah megalami geraka.kekuata residual dipakai apabila : (i) massa taah/batua yag potesial bergerak mempuyai bidag diskotiuitas, da atau (ii) perah bergerak (walaupu tidak mempuyai bidag diskotiuitas) (SKBI , 1987) Aalisis Stabilitas Lereg Pada umumya aalisis stabilitas lereg dapat dibagi mejadi dua kelompok besar yaitu : Prosedur Massa (Mass Procedure) Pada cara aalisis ii massa taah yag berada di atas bidag gelicir diambil sebagai satu kesatua. Prosedur ii bergua bila taah yag membetuk lereg diaggap homogey (Braja M. Das, 2002). Metoda Irisa (Method of Slice) Pada cara aalisis ii taah yag ada di atas bidag gelicir dibagi mejadi beberapa irisa-irisa parallel tegak. Stabilitas dari tiap-tiap irisa dihitug secara terpisah. Metode ii lebih teliti karea taah yag tidak homoge dapat juga dimasukka dalam perhituga (Braja M. Das, 2002) Prosedur Massa (Mass Procedure) Stabilitas Lereg pada Taah Lempug Homoge dega φ = 0 Pada cara aalisis ii kekuata geser dalam keadaa air pori dijaga tidak megalir keluar (udraied) dari taah diaggap tetap yaitu τ f = c u. Utuk membuat aalisis stabilitas dapat memilih suatu bidag gelicir percobaa AED yag merupaka busur ligkara berjari-jari = r. Pusat ligkara terletak pada O.

9 Dega memperhatika satu satua tebal yag tegak lurus pada bagia yag ditijau, maka berat taah yag berada di atas legkug (kurva) AED dapat diketahui melalui W = W 1 + W 2, dega (Braja M. Das, 2002) : W 1 = (luasa FCDEF) (γ) atau W 2 = (luasa ABFEA) (γ) Mome gaya terhadap titik O yag meyebabka ketidakstabila lereg adalah : M d = W 1 l 1 W 2 l 2 (2.10) dega l 1 da l 2 adalah lega mome. Gambar 2.5. Aalisis stabilitas lereg pada taah lempug yag homoge φ = 0 Perlawaa terhadap kelogsora berasal dari kohesi yag bekerja sepajag bidag gelicir. Mome gaya perlawaa terhadap titik O adalah : M R = c d ( busur AED)(l)(r) = c d r -2 θ (2.11) Utuk keseimbaga, M R = M d jadi, atau c d r -2 θ = W 1 l 1 W 2 l 2

10 W1l1 W2l c d = r θ 2 2 Agka keamaa terhadap kelogsora didapatka sebagai : c F = (2.12) f u s = τ (2.13) cd cd Potesi bidag gelicir AED dipilih secara acak. Bidag logsor kritis terjadi jika bidag logsor yag mempuyai rasio c u terhadap c d adalah miimum atau harga c d maksimum. Utuk medapatka bidag gelicir yag kritis dapat dibuat sejumlah percobaa dega bidag gelicir yag berbeda-beda. Utuk kasus ligkara kritis besar kohesi yag dibutuhka dapat diyataka dega hubuga sebagai berikut : c d = γhm atau c d = γh m (2.14) Besara m adalah bilaga tak berdimesi da disebut sebagai agka stabilitas (Stability Number). Selajutya tiggi kritis lereg dapat dievaluasi dega meggatika H =H cr da c d = c d pada persamaa di atas. Jadi, cu H cr = (2.15) γ m Harga agka stabilitas m utuk lereg dega bermacam-macam sudut kemiriga β dapat dilihat pada tabel terlampir (Lampira Gambar 1). Terzaghi γh megguaka istilah, kebalika dari m da disebut sebagai faktor stabilitas c d (Stability Factor). Pada tabel yag terlampir (Lampira Gambar 1) haya berlaku utuk lereg dari taah lempug jeuh da haya berlaku utuk keadaa udraied pada saat φ = 0. Hal-hal yag harus diperhatika jika megacu pada tabel hubuga atara β da m adalah sebagai berikut : 1. Utuk sudut kemiriga β > 53 ligkara kritis selalu berupa ligkara ujug dasar lereg. Letak pusat ligkara ujug dasar lereg kritis mugki dapat dicari dega gambar yag terlampir (Lampira Gambar 2).

11 2. Utuk β < 53, ligkara kritis mugki berupa ligkara ujug lereg, ligkara lereg, atau ligkara titik tegah tergatug letak lapisa taah keras yag berada di bawah lereg. Hal ii disebut sebagai fugsi kedalama (Dept Fuctio) yag dijelaska sebagai berikut : JarakVertikalDariPucakLeregKeLapisaKeras D = TiggiLereg 3. Jika legkug kritis adalah ligkara titik tegah yaitu permukaa bidag logsor merupaka bidag siggug dari lapisa keras maka letak titik pusat logsor dapat ditetuka dega batua gambar (Lampira Gambar 3). 4. Harga maksimumagka stabilitas (Stability Number) yag mugki terjadi pada kelogsora ligkara titik tegah adalah 0,181 (Braja M. Das, 2002) Stabilitas Lereg pada Taah Homoge c -φ Kekuata geser utuk taah yag homoge diberika dega persamaa : τ f = c + σ ta φ Tekaa air pori diaggap sama dega ol. Busur AC adalah legkug ligkara percobaa melalui ujug dasar lereg, da O adalah pusat ligkara. Dega meijau satu satua tebal tegak lurus pada lereg, maka (Braja M. Das, 2002) : Berat blok taah ABC = W = (luasa ABC)(γ) Utuk keseimbaga maka gaya lai yag bekerja pada blok adalah sebagai berikut : C d - resulta gaya kohesi yag besarya sama dega satua kohesi yag diperluka dikalika dega pajag tali busur AC. Besara C d yag diperoleh dari Gambar 2.4 adalah : C d (a) = c d (busur AC) Cd bekerja dalam arah sejajar dega tali busur AC da pada jarak a dari pusat ligkara O sehigga : C d (a) = c d (busur AC)r Atau c a = d ( busurac) r C d ( busuirac) = r ( talibusurac) (2.16)

12 (a) (b) (c) Gambar 2.6. (a) Aalisis stabilitas lereg pada taah homogey φ' - c, (b) Besara C d, (c) Poligo gaya atara W, F da C d F resulta gaya ormal da gaya geser yag bekerja sepajag permukaa bidag logsor. Utuk keseimbaga garis kerja gaya F aka melalui titik perpotoga garis kerja W da C d.

13 Jika megaggap bahwa gesera seluruhya termobolisir yaitu φ d = φ atau F φ = 1 maka garis kerja dari F aka membetuk sudut φ dega suatu garis ormal terhadap legkuga da gaya F tadi aka meyiggug ligkara yag berpusat di O da berjari-jari r.siφ. Ligkara iilah yag diamaka ligkara geser dega jari-jari sedikit lebih besar daripada r.siφ (Braja M. Das, 2002). Karea arah W, C d da F diketahui maka polygo gayaya dapat dibuat. Besara C d dapat ditetuka dari polygo gaya. Sehigga satua kohesi yag diperluka dapat dicari dega (Braja M. Das, 2002) : Cd cd = ( talibusurac) Peetua besarya harga cd yag dijelaska di atas didasarka pada bidag logsor percobaa. Beberapa percobaa harus dibuat utuk medapatka bidag logsor yag palig kritis utuk kohesi yag dibutuhka adalah maksimum. Oleh karea itu kohesi maksimum yag yag terbetuk sepajag bidag logsor yag kritis dapat dituliska sebagai (Braja M. Das, 2002) : [ f ( α, β, θ φ) ] c d = γ H, (2.17) Utuk keseimbaga kritis yaitu utuk Fc = Fφ = FK = 1 dapat meggatika H = H cr da c d = c pada persamaa atau dega [ f ( α, β, θ φ) ] c = γ H, c γh cr cr ( α, β, θ, ) = m = f φ m = agka stabilitas Harga m utuk bermacam-macam harga φ da β diberika pada Lampira Gambar 4. Dari hasil perhituga terlihat bahwa utuk φ > 3 semua ligkaraligkara kritis adalah ligkara ujug dasar (Toe Circle) (Braja M. Das, 2002) Metode Irisa (Method of Slice) Aalisis stabilitas dega megguaka metode irisa dapat dijelaska dega Gambar (2.7), dimaa busur AC adalah sebuah legkuga dari ligkara yag meujukka permukaa bidag logsor. Taah yag berada di atas bidag

14 logsor dibagi mejadi beberapa irisa tegak. Lebar dari setiap irisa tidak harus sama. Dega meijau satu satua tebal tegak lurus irisa melitag lereg seperti Gambar (2.7), gaya-gaya yag bekerja pada irisa tertetu (irisa o. ) ditujukka pada Gambar (2.8). W adalah berat irisa. Gaya-gaya N r da T r adalah kompoe tegak da sejajar dari reaksi R. P da P +1 adalah gaya ormal yag bekerja pada sisi-sisi irisa. Demikia pula, gaya geser yag bekerja pada sisi irisa adalah T da T +1. Secara sederhaa, tegaga air pori diasumsika ol. Gaya P, P +1, T da T +1 sulit utuk ditetuka. Aka tetapi kita dapat membuat suatu asumsi pedekata bahwa besarya resulta dari P da T adalah sama besar dega resulta dari P +1 da T +1 da juga garis-garis kerjaya segaris (Braja M. Das, 2002). Utuk pegamata kesetimbaga N r = W cos α (2.18) Gaya geser perlawaa dapat ditujukka dega ( L ) τ f 1 Tr = τ d ( L ) = = φ F F s s [ c + σ ta ] L Tegaga ormal, σ pada persamaa 14.9 sama dega N r L W cosα = L (2.19) (2.20) Utuk keseimbaga blok percobaa ABC, mome gaya dorog terhadap titik O adalah sama dega mome gaya perlawaa terhadap titik O, atau = p W r siα = 1 1 atau = p 1 W cosα = c F + = s L taφ ( L )( r) F s = p ( c L + W cosα taφ) = 1 = = p = 1 W siα (2.21) Catata : L dalam Persamaa (2.21) diperkiraka sama dega dega b = lebar potoga omor. ( b ) cosα

15 Gambar 2.7. Permukaa bidag yag dicoba Gambar 2.8. Gaya yag bekerja pada irisa omor Harga α adalah positif jika lereg bidag logsor yag merupaka sisi bawah dari irisa, berada pada kwadra yag sama dega lereg muka taah yag merupaka sisi atas dari irisa. Utuk medapatka agka keamaa yag miimum yaitu agka keamaa utuk ligkara kritis, beberapa percobaa dibuat dega cara megubah letak pusat ligkara yag dicoba. Metode ii

16 umumya dikeal sebagai Metode Irisa Sederhaa (Ordiary Method of Slice) (Braja M. Das, 2002). Utuk mudahya, suatu lereg dalam taah yag homoge ditujukka pada Gambar (2.7) da (2.8). Aka tetapi metode irisa dapat dikembagka utuk lereg yag berlapis-lapis seperti pada Gambar (2.9). Prosedur umum dari aalisis stabilitas taah adalah sama. Tetapi ada beberapa hal yag perlu diigat. Selama megguaka persamaa (2.21) utuk meghitug agka keamaa, harga-harga φ da c tidak aka sama utuk semua potoga. Sebagai cotoh, utuk potoga o. 3 (Gambar 2.9) kita harus megguaka sudut geser φ = φ 3 da kohesi c = c 3 ; serupa utuk potoga o. 2, φ = φ 2 da c = c 2 (Braja M. Das, 2002). B 2 1 C γ 1, φ 1, c1 A 4 3 γ 2, φ 2,c γ 3,φ 3, c3 Gambar 2.9. Aalisis stabilitas dega metode irisa utuk taah yag berlapis Felleius Cara ii dapat dipakai pada lereg-lereg dega kodisi isotropis, o isotropis da berlapis-lapis. Massa taah yag bergerak diadaika terdiri atas beberapa eleme vertikal. Lebar eleme dapat diambil tidak sama da sedemikia sehigga legkug busur di dasar eleme dapat diaggap garis lurus (SKBI , 1987). Berat total taah/batua pada suatu eleme (W t ) temasuk beba luar yag bekerja pada permukaa lereg (Gambar 2.10 da 2.11). Wt diuraika dalam kompoe tegak lurus da tagesial pada dasar eleme. Dega cara ii pegaruh gaya T da E yag bekeja di sampig eleme diabaika. Faktor

17 keamaa adalah perbadiga mome peaha logsora dega peyebab logsor. Pada Gambar 2.10 mome tahaa geser pada bidag logsora adalah (SKBI , 1987) : M peaha = R. r (2.13) dimaa R adalah gaya geser da r adalah jari-jari bidag logsora. Tahaa geser pada dasar tiap eleme adalah : R = S. l = l ( c + σ ta φ ) ; σ = Mome peaha yag ada sebesar : W t cosα l (2.14) M peaha = r ( c l + W t cos σ ta φ ) (2.15) Kompoe tagesial W t bekerja sebagai peyebab logsora meimbulka mome peyebab : M peyebab = ( W t si α ). r (2.16) Faktor keamaa dari lereg mejadi : FK = ( c' l W cosα taφ' ) + t W siα t (2.17) R C γ1, c1, φ1 1 2 B R γ2, c2, φ2 3 A γ3, c3, φ3 Wt 5 6 Gambar Sistem gaya pada cara Felleius

18 b E T+1 T Wt E+1 Tr Nr α α R = W L L = b sec α S = c'. L + L. σ ta φ Gambar Gaya-gaya yag bekerja pada potoga tuggal Bishop Cara aalisis yag dibuat oleh A.W. Bishop (1955) megguaka cara eleme dimaa gaya yag bekerja pada tiap eleme ditujukka seperti pada Gambar Persyarata keseimbaga yag diterapka pada eleme yag membetuk lereg tersebut. Faktor keamaa terhadap kerutuha didefiisika sebagai perbadiga kekuata geser maksimum yag dimiliki taah di bidag logsora (S tersedia ) dega tahaa geser yag diperluka utuk keseimbaga (S perlu ) (SKBI , 1987). S FK = S tersedia perlu Bila kekuata geser taah adalah : ( σ µ ) taφ' = ' + σ ' taφ' S tersedia = c' + c, maka tahaa geser yag diperluka utuk keseimbaga adalah : 1 S perlu = ( c ' + ( σ µ ) taφ' ) (2.18) FK Faktor keamaa dihitug berdasar rumus :

19 1 ( c' l + ( W µ l) taφ' ) FK = m (2.19) W siα Cara peyelesaia merupaka coba ulag (trial da error) harga faktor keamaa FK di ruas kiri persamaa (2.19), dega megguaka Gambar 2.12 utuk mempercepat perhituga (SKBI , 1987). Faktor keamaa meurut cara ii mejadi tidak sesuai dega keyataa, terlalu besar, bila sudut egatif (-) di lereg palig bawah medekati 30 (Gambar 2.12). Kodisi ii bisa timbul bila ligkara logsor sagat dalam atau pusat rotasi yag diadaika berada dekat pucak lereg. Faktor keamaa yag diperoleh dega cara ii lebih besar daripada dega cara Felleius (SKBI , 1987). b E Tr T W Er Tr N' U. L N α L L = b sec α S = c'. L + L. σ ta φ Gambar Suatu gaya pada suatu eleme meurut Bishop Jabu Jabu (1954) megembagka suatu cara aalisis stabilitas lereg yag dapat diterapka utuk semua bidag logsora. Besara-besara yag aka dicari adalah : F (yag berhubuga dega T, N, E da S). Berdasarka keseimbaga gaya vertikal (SKBI , 1987) : N cosθ = W + S T siθ N = ( W + S) secθ T taθ Jumlah gaya-gaya tegak lurus maupu tagesial terhadap bidag dasar irisa adalah ol. Sehigga persamaaya adalah (SKBI , 1987) :

20 de d S = y ( Ey t ) (2.20) dx dx N = W S cosθ + E si (2.21) ( ) θ ( W + S ) siθ E cosθ T = (2.22) Kriteria logsor Mohr-Coulomb adalah : c x secθ + N( taθ ) T = (2.23) F Dega meggabugka persamaa (2.21), (2.21), (2.23) da memisalka x = 0, 2 de taφ dy ds taφ dy c dy dw taφ dy = (2.24) dx F dx dx F dx F dx dx F dx Persamaa (2.21) da (2.25) merupaka dua persamaa diferesial, yag diguaka utuk meetuka E, S, y t. Utuk melegkapi sistem persamaa tersebut, dimisalka : S = λf ( x)e Dimaa f(x) adalah suatu fugsi dari x, da λ = kostata. λ da F dapat dipecahka dega persamaa (2.20) da (2.24). F(x) dimisalka liier dega meetuka suatu agka tertetu dapat ditetuka harga λ yag memeuhi persamaa-persamaa tersebut (SKBI , 1987) ANALISIS NUMERIK Itegrasi Numerik Peyelesaia masalah di dalam duia sais da tekik serig berhubuga dega peyelesaia fugsi diferesial da itegral sebagai bagia yag tidak terpisahka dari peyelesaia model matematik. Jika peyelesaia secara matematik sulit dilakuka, maka tekik pedekata umerik bisa mejadi piliha. Bahka beberapa peyelesaia persamaa diferesial haya dapat diselesaika dega cara tersebut, karea kompleks da besar. b A = f ( x)dx (2.25) a Peyelesaia eksak itegral fugsi diatas sama dega meghitug luasa dibawah kurva y = f (x) atara titik x = a da titik x = b.

21 Y y = f (x) a b X Gambar Peyelesaia eksak itegral Itegrasi umerik utuk meghitug luasa dibawah kurva megguaka kosep pedekata, luasa aka dibagi mejadi pias pias kecil sedemikia sehigga piasa tersebut kalau diragkai medekati betuk eksak. Pada umumya pedekata mempuyai ciri ciri semaki sederhaa da semaki sedikit proses yag dilakuka, maka hasilya relatif kurag teliti dibadig metode yag lebih kompleks da prosesya bayak Pedekata Cara Persegi Y y = f (x) a b X Y y = f (x) a b X Gambar Pedekata cara persegi

22 Dari gambar pedekata terlihat bahwa dega pembagia jumlah pias yag kecil sehigga luasa yag dihasilka tetu tidak seteliti jika dibagi dega jumlah pias yag lebih bayak Pedekata Cara Trapezoidal Peyelesaia dega cara trapezoidal adalah mecari rata rata tiggi kurva potoga awal da potoga akhir sehigga selisih luasa dibawah kurva aka lebih teliti dibadigka pedekata dega cara persegi. Y y = f (x) a b X Y y = f (x) a b X Gambar Pedekata cara trapezoidal Dari ilustrasi diatas, terlihat bahwa pias-pias yag ada sebaikya terdiri atas iterval yag seragam ( tertetu ), sedagka tiggi berbeda tergatug pada fugsi y = f (x). Jika ada iterval dega jarak yag seragam, maka pajagya adalah : h = ( b a) (2.26) Kemudia meghitug setiap titik iterval tersebut sebagai berikut :

23 x 0 = a, x 1 = ( a + h ), x 2 = ( a + 2h ),..., x = b (2.27) Sehigga luas trapezoidal ke i dapat dicari dari : h A i = i ( f ( x ) f ( x )) i Luas total area dibawah kurva atara titik x = a sampai x = b adalah : h A total = (2.28) (( f ( x ) + f ( x )) + ( f ( x ) + f ( x )) + + ( f ( x ) f ( x ))) h A total = ( f ( x ) + 2 f ( x ) + 2 f ( x ) f ( x ) f ( x )) Ekspresi di atas merupaka pedekata cara trapezoidal. (2.29) Persamaa Takliier Masalah dalam peyelesaia persamaa takliier serig mucul da secara alamiah dalam masalah-masalah praktis. Betuk umum dari permasalaha ii dapat dituliska sebagai : f(x) = 0 (2.30) dega f adalah fugsi takliier dari x. Nilai-ilai dari x disebut dega peyelesaia atau akar dari presamaa. Metode-metode peyelesaia yag diguaka adalah metode bagi dua Metode Bagidua (Bisectio) Metode bagidua juga disebut metode pemeggala bier, pemaruha selag atau juga metode Bolzao merupaka salah satu jeis metode pecaria icremetal secara bertambah dega selag selalu dibagidua. Jika suatu fugsi berubah tada pada suatu selag maka ilai fugsi dihitug pada titik tegah, kemudia lokasi akar ditetuka sebagai terletak pada titik tegah selag bagia tempat terjadiya perubaha tada. Prosesya kemudia diulag utuk memperoleh taksira yag diperhalus. Algoritma utuk metode bagidua ii diperlihatka pada Gambar Lagkah 1 : Memilih batas taksira x a atas da x b bawah utuk akar sehigga perubaha fugsi mecakup seluruh iterval. Hal ii dapat diperiksa dega memastika f(x a )f(x b ) < 0.

24 Lagkah 2 : Taksira akar x r ditetuka oleh x r = x a + x 2 b Lagkah 3 : Melakuka lagkah evaluasi berikut utuk memastika pada bagia iterval yag maa aka berada : a) Jika f(x b )f(x r ) < 0, akar berada pada bagia iterval atara x r da x b, maka xa = xr da kembali ke lagkah 2. b) Jika f(x b )f(x r ) > 0, akar berada pada bagia iterval atara x a da x r, maka x b = x r da kembali ke lagkah 2. c) Jika f(x b )f(x r ) 0, akar setara x r atau x b da meghetika komputasi. Gambar Algoritma metode bagidua

STABILITAS LERENG runi_ runi asma _ ran asma t ran t ub.ac.id

STABILITAS LERENG runi_ runi asma _ ran asma t ran t ub.ac.id STABILITAS LERENG rui_asmarato@ub.ac.id ANALISA STABILITAS LERENG Dalam bayak kasus, para isiyur sipil/pegaira diharapka mampu membuat perhituga stabilitas lereg gua memeriksa keamaa suatu kodisi : Lereg

Lebih terperinci

PROGRAM ANALISIS STABILITAS LERENG

PROGRAM ANALISIS STABILITAS LERENG LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM ANALISIS STABILITAS LERENG SLOPE STABILITY ANALYSIS PROGRAM Diajuka utuk memeuhi persyarata dalam meyelesaika pedidika Tigkat Sarjaa (S1) pada Jurusa Tekik Sipil Fakultas Tekik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu: 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI START. Baca Input Data γ, c, φ, x 1, y 1, x 2, y 2, x 3, y 3, x 4, y 4, D. Menghitung FK Manual. Tidak.

BAB III METODOLOGI START. Baca Input Data γ, c, φ, x 1, y 1, x 2, y 2, x 3, y 3, x 4, y 4, D. Menghitung FK Manual. Tidak. BAB III METODOLOGI 3.. ALUR PROGRAM (FLOW CHART) Seerti telah dijelaska sebelumya, bahwa tujua dari eelitia ii adalah utuk megaalisis suatu kasus stabilitas lereg. Aalisis stabilitas lereg tergatug ada

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya 5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Non Linier

Penyelesaian Persamaan Non Linier Peyelesaia Persamaa No Liier Metode Iterasi Sederhaa Metode Newto Raphso Permasalaha Titik Kritis pada Newto Raphso Metode Secat Metode Numerik Iterasi/NewtoRaphso/Secat - Metode Iterasi Sederhaa- Metode

Lebih terperinci

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc.

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc. METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/0 SUGENG00 Copyright 996-98 Dale Caregie & Associates, Ic. Kesalaha ERROR: Selisih atara ilai perkiraa dega ilai eksakilai

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH DASAR DASAR DISTRIBUSI TEGANGAN DALAM TANAH

MEKANIKA TANAH DASAR DASAR DISTRIBUSI TEGANGAN DALAM TANAH MEKANIKA TANAH DASAR DASAR DISTRIBUSI TEGANGAN DALAM TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bitaro Sektor 7, Bitaro Jaa Tagerag Selata 154 PENDAHULUAN Megapa mempelajari kekuata taah? Keamaa

Lebih terperinci

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2 Bab Bilaga kompleks BAB BILANGAN KOMPLEKS Defiisi Bilaga Kompleks Sebelum medefiisika bilaga kompleks, pembaca diigatka kembali pada permasalah dalam sistem bilaga yag telah dikeal sebelumya Yag pertama

Lebih terperinci

Definisi Integral Tentu

Definisi Integral Tentu Defiisi Itegral Tetu Bila kita megedarai kedaraa bermotor (sepeda motor atau mobil) selama 4 jam dega kecepata 50 km / jam, berapa jarak yag ditempuh? Tetu saja jawabya sagat mudah yaitu 50 x 4 = 200 km.

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Defiisi Persamaa diferesial adalah persamaa yag melibatka variabelvariabel tak bebas da derivatif-derivatifya terhadap variabel-variabel bebas. Berikut ii adalah

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah III PEMBAHASAN Pada bagia ii aka diformulasika masalah yag aka dibahas. Solusi masalah aka diselesaika dega Metode Dekomposisi Adomia. Selajutya metode ii aka diguaka utuk meyelesaika model yag diyataka

Lebih terperinci

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS Haug N. Prasetyo Week 11 PENDAHULUAN Regresi da korelasi diguaka utuk megetahui hubuga dua atau lebih kejadia (variabel) yag dapat diukur secara matematis. Ada dua hal yag diukur atau diaalisis,

Lebih terperinci

Bab 7 Penyelesaian Persamaan Differensial

Bab 7 Penyelesaian Persamaan Differensial Bab 7 Peelesaia Persamaa Differesial Persamaa differesial merupaka persamaa ag meghubugka suatu besara dega perubahaa. Persamaa differesial diataka sebagai persamaa ag megadug suatu besara da differesiala

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

Persamaan Non-Linear

Persamaan Non-Linear Persamaa No-Liear Peyelesaia persamaa o-liear adalah meghitug akar suatu persamaa o-liear dega satu variabel,, atau secara umum dituliska : = 0 Cotoh: 2 5. 5 4 9 2 0 2 5 5 4 9 2 2. 2 0 2 5. e 0 Metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN Sedagka itegrasi ruas kaa utuk ersamaa (3b) diperoleh ds / = S... (36) Dega demikia pesamaa yag harus dipecahka adalah l 1 1 u u = S (37) Dari ersamaa (37) diperoleh persamaa utuk u u S = exp S 1exp S...

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah meegah barisa diperkealka sebagai kumpula bilaga yag disusu meurut "pola" tertetu, misalya barisa aritmatika da barisa geometri. Biasaya barisa da deret merupaka satu

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Buleti Ilmiah Math. Stat. da Terapaya (Bimaster) Volume 02, No. 1(2013), hal 1-6. PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Demag, Helmi, Evi Noviai INTISARI Permasalaha di bidag tekik

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan Istitut Tekologi Sepuluh Nopember Surabaya Model Sistem dalam Persamaa Keadaa Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Latiha Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Istilah-istilah Dalam Persamaa Keadaa Aalisis Sistem

Lebih terperinci

BAB V. INTEGRAL. Lambang anti-turunan (integral tak-tentu) oleh Leibniz adalah... dx, sehingga

BAB V. INTEGRAL. Lambang anti-turunan (integral tak-tentu) oleh Leibniz adalah... dx, sehingga BAB V. INTEGRAL 5.. Ati Turua (Itegral Tak-tetu) Defiisi: F suatu ati-turua f pada selag I jika da haya jika D F() = f() pada I, yaki F () = f() utuk semua dalam I. (Jika suatu titik ujug I, F () haya

Lebih terperinci

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu Secara umum persamaa rekursif liier tigkat-k bisa dituliska dalam betuk: dega C 0 0. C 0 x + C 1 x 1 + C 2 x 2 + + C k x k = b, Jika b = 0 maka persamaa rekursif tersebut diamaka persamaa rekursif liier

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions) Distribusi Pedekata (Limitig Distributios) Ada 3 tekik utuk meetuka distribusi pedekata: 1. Tekik Fugsi Distribusi Cotoh 2. Tekik Fugsi Pembagkit Mome Cotoh 3. Tekik Teorema Limit Pusat Cotoh Fitriai Agustia,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu

Lebih terperinci

Gambar 1. Partisi P dari empat persegi panjang R = [a, b] x [c, d] adalah dua himpunan i i

Gambar 1. Partisi P dari empat persegi panjang R = [a, b] x [c, d] adalah dua himpunan i i INTEGAL LIPAT. Itegral Lipat Dua dalam Koordiat Kartesius Pada bagia ii, dipelajari itegral lipat dua dalam. Misalka diketahui dua iterval tertutup [a, b] da [c, d]. Hasil kali kartesius dari kedua iterval

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 SUKU BANYAK A Pegertia: f(x) x + a 1 x 1 + a 2 x 2 + + a 2 +a 1 adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a 1, a 2,.,a 2, a 1, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Statistika iferesi merupaka salah satu cabag statistika yag bergua utuk meaksir parameter. Peaksira dapat diartika sebagai dugaa atau perkiraa atas sesuatu yag aka terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan deteksi dan tracking obyek dibutuhkan perangkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan deteksi dan tracking obyek dibutuhkan perangkat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuha Sistem Sebelum melakuka deteksi da trackig obyek dibutuhka peragkat luak yag dapat meujag peelitia. Peragkat keras da luak yag diguaka dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 BAB XII. SUKU BANYAK A = a Pegertia: f(x) = a x + a x + a x + + a x +a adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a, a,.,a, a, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Optimasi 2.1.1. Pegertia Optimasi Optimasi (Optimizatio) adalah aktivitas utuk medapatka hasil terbaik di bawah keadaa yag diberika. Tujua akhir dari semua aktivitas tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI

BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI Utuk lebih memahami megeai etropi, pada bab ii aka diberika perhituga etropi utuk beberapa distribusi diskrit da kotiu. 3. Distribusi Diskrit Pada sub bab ii dibahas

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH

ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH Lapora Praktikum Hari/taggal : Rabu 7 Oktober 2009 HIDROLOGI Nama Asiste : Sisi Febriyati M. Yohaes Ariyato. ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH Lilik Narwa Setyo Utomo J3M108058 TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dihitung. Nilai setiap statistik sampel akan bervariasi antar sampel.

II. LANDASAN TEORI. dihitung. Nilai setiap statistik sampel akan bervariasi antar sampel. II. LANDASAN TEORI Defiisi 2.1 Distribusi Samplig Distribusi samplig adalah distribusi probibilitas dari suatu statistik. Distribusi tergatug dari ukura populasi, ukura sampel da metode memilih sampel.

Lebih terperinci

Bab III Metoda Taguchi

Bab III Metoda Taguchi Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum BAB II TEORI DASAR 2.1 Aljabar Liier Defiisi 2. 1. 1 Grup Himpua tak kosog G disebut grup (G, ) jika pada G terdefiisi operasi, sedemikia rupa sehigga berlaku : a. Jika a, b eleme dari G, maka a b eleme

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN PELAT LANTAI

BAB V PERENCANAAN PELAT LANTAI GROUP BAB V PRNCANAAN PLAT LANTA 5. Perecaaa Pelat Latai Perecaaa pelat latai seluruhya megguaka beto bertulag dega mutu beto f c = 0 MPa da baja utuk tulaga megguaka mutu baja fy = 40 MPa. Asumsi perhituga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 ISTILAH KEENDUDUKAN 2.1.1 eduduk eduduk ialah orag atatu idividu yag tiggal atau meetap pada suatu daerah tertetu dalam jagka waktu yag lama. 2.1.2 ertumbuha eduduk ertumbuha peduduk

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang 2 LANDASAN TEORI Ruag Cotoh, Kejadia, da Peluag Percobaa acak adalah suatu percobaa yag dapat diulag dalam kodisi yag sama, yag hasilya tidak dapat diprediksi secara tepat tetapi dapat diketahui semua

Lebih terperinci

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1 Barisa Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 9/0/06 Matematika Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka susua dari bilaga bilaga yag urutaya berdasarka bilaga

Lebih terperinci

BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP. Permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya pada penaksiran

BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP. Permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya pada penaksiran BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP Permasalaha dalam tugas akhir ii dibatasi haya pada peaksira besarya koefisie korelasi polychoric da tidak dilakuka peguia terhadap koefisie korelasi

Lebih terperinci

Yang biasa dinamakan test komposit lawan komposit. c. Hipotesis mengandung pengertian minimum. Perumusan H 0 dan H 1 berbentuk :

Yang biasa dinamakan test komposit lawan komposit. c. Hipotesis mengandung pengertian minimum. Perumusan H 0 dan H 1 berbentuk : PARAMETER PENGJIAN HIPOTESIS MODL PARAMETER PENGJIAN HIPOTESIS. Pedahulua Kalau yag sedag ditest atau diuji itu parameter θ dalam hal ii pegguaaya ati bias rata-rata µ prprsi p, simpaga baku σ da lai-lai,

Lebih terperinci

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,

Lebih terperinci

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi.

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi. Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel). Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1 Latar belakag Model pertumbuha Solow-Swa (the Solow-Swa growth model) atau disebut juga model eoklasik (the eo-classical model) pertama kali dikembagka pada tahu 195 oleh Robert Solow da

Lebih terperinci

BAB 5 OPTIK FISIS. Prinsip Huygens : Setiap titik pada muka gelombang dapat menjadi sumber gelombang sekunder. 5.1 Interferensi

BAB 5 OPTIK FISIS. Prinsip Huygens : Setiap titik pada muka gelombang dapat menjadi sumber gelombang sekunder. 5.1 Interferensi BAB 5 OPTIK FISIS Prisip Huyges : Setiap titik pada muka gelombag dapat mejadi sumber gelombag sekuder. 5. Iterferesi - Iterferesi adalah gejala meyatuya dua atau lebih gelombag, membetuk gelombag yag

Lebih terperinci

METODE NUMERIK TKM4104. Kuliah ke-2 DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT

METODE NUMERIK TKM4104. Kuliah ke-2 DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT METODE NUMERIK TKM4104 Kuliah ke- DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT DERET TAYLOR o Deret Taylor adalah alat yag utama utuk meuruka suatu metode umerik. o Deret Taylor bergua utuk meghampiri ugsi ke dalam

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel)

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel) DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Pearika Sampel) I. PENDAHULUAN Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakag Dalam keadaa dimaa meghadapi persoala program liier yag besar, maka aka berusaha utuk mecari peyelesaia optimal dega megguaka algoritma komputasi, seperti algoritma

Lebih terperinci

BAB III KAPASITAS DUKUNG

BAB III KAPASITAS DUKUNG BAB III KAASITAS DUKUNG KELOMOK TIANG ANALISIS KELOMOK TIANG Kelompok tiag merupaka kumpula dari beberapa tiag yag bekerja sebagai satu kesatua, diguaka apabila beba yag diterima fodasi sagat besar. Secara

Lebih terperinci

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel)

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel) Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel) 1. Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARA DAN FAKTOR DIKON 3.1 Ecoomic Order Quatity Ecoomic Order Quatity (EOQ) merupaka suatu metode yag diguaka utuk megedalika

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI

REGRESI DAN KORELASI REGRESI DAN KORELASI Pedahulua Dalam kehidupa sehari-hari serig ditemuka masalah/kejadia yagg salig berkaita satu sama lai. Kita memerluka aalisis hubuga atara kejadia tersebut Dalam bab ii kita aka membahas

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA LATAR BELAKANG DAN KORELASI SEDERHANA Aalisis regresi da korelasi megkaji da megukur keterkaita seara statistik atara dua atau lebih variabel. Keterkaita atara dua variabel regresi da korelasi sederhaa.

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak: PENGUJIAN HIPOTESIS A. Lagkah-lagkah pegujia hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaa megeai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tetag ilai-ilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.

Lebih terperinci

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas. 4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Supraptono, M.Si. Referensi : Kalkulus Edisi 9 Jilid 1 (Varberg, Purcell, Rigdom) Hal

Oleh : Bambang Supraptono, M.Si. Referensi : Kalkulus Edisi 9 Jilid 1 (Varberg, Purcell, Rigdom) Hal BAB. Limit Fugsi Ole : Bambag Supraptoo, M.Si. Referesi : Kalkulus Edisi 9 Jilid (Varberg, Purcell, Rigdom) Hal 56 - Defiisi: Pegertia presisi tetag it Megataka bawa f ( ) L berarti bawa utuk tiap yag

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga Peelitia 1. Pedekata Peelitia Peelitia ii megguaka pedekata kuatitatif karea data yag diguaka dalam peelitia ii berupa data agka sebagai alat meetuka suatu keteraga.

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT) BARISAN DAN DERET Nurdiitya Athari (NDT) BARISAN Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) = a Fugsi tersebut dikeal sebagai barisa bilaga

Lebih terperinci

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB III BARISAN DAN DERET Tujua Pembelajara Setelah mempelajari materi bab ii, Ada diharapka dapat:. meetuka suku ke- barisa da jumlah suku deret aritmetika da geometri,. meracag model matematika dari

Lebih terperinci

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Deret Fourier Prof. Dr. Bambag Soedijoo P PENDAHULUAN ada modul ii dibahas masalah ekspasi deret Fourier Sius osius utuk suatu fugsi periodik ataupu yag diaggap periodik, da dibahas pula trasformasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai dega Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB LANDAAN TEORITI.. Deskripsi Teori... Aalisis Ragam Multivariate Yag dimaksud dega aalisis ragam multivariate (multivariate aalysis of variace MANOVA) meurut Gaspersz (99, p486) adalah suatu pegembaga

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. 05/12/2016 Matematika Teknik 1 1

BARISAN DAN DERET. 05/12/2016 Matematika Teknik 1 1 BARISAN DAN DERET 05//06 Matematika Tekik BARISAN Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 05//06 Matematika Tekik Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka

Lebih terperinci

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka Itegral etu Jika fugsi kotiu yag didefiisika utuk, kita bagi selag mejadi selag bagia berlebar sama Misalka berupa titik ujug selag bagia ii da pilih titik sampel di dalam selag bagia ii, sehigga terletak

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI MANAJEMEN RISIKO INVESTASI A. PENGERTIAN RISIKO Resiko adalah peyimpaga hasil yag diperoleh dari recaa hasil yag diharapka Besarya tigkat resiko yag dimasukka dalam peilaia ivestasi aka mempegaruhi besarya

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Sifat Koligatif (Bagian II) A. PENURUNAN TEKANAN UAP ( P)

KIMIA. Sesi. Sifat Koligatif (Bagian II) A. PENURUNAN TEKANAN UAP ( P) KIMIA KELAS XII IA - KURIKULUM GABUNGAN 02 Sesi NGAN Sifat Koligatif (Bagia II) Iteraksi atara pelarut da zat megakibatka perubaha fisik pada kompoekompoe peyusu laruta. Salah satu sifat yag diakibatka

Lebih terperinci

Karakteristik Dinamik Elemen Sistem Pengukuran

Karakteristik Dinamik Elemen Sistem Pengukuran Karakteristik Diamik Eleme Sistem Pegukura Kompetesi, RP, Materi Kompetesi yag diharapka: Mahasiswa mampu merumuskaka karakteristik diamik eleme sistem pegukura Racaga Pembelajara: Miggu ke Kemampua Akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Maajeme risiko merupaka salah satu eleme petig dalam mejalaka bisis perusahaa karea semaki berkembagya duia perusahaa serta meigkatya kompleksitas aktivitas perusahaa

Lebih terperinci

Statistika dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Statistika Deskriftif 2. Statistik Inferensial Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

Statistika dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Statistika Deskriftif 2. Statistik Inferensial Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Peaksira Parameter Statistika dibagi mejadi dua yaitu:. Statistika Deskriftif 2. Statistik Iferesial Pearika kesimpula dapat dilakuka dega dua cara yaitu:. Peaksira Parameter 2. Pegujia Hipotesis Peaksira

Lebih terperinci

9 Departemen Statistika FMIPA IPB

9 Departemen Statistika FMIPA IPB Supleme Resposi Pertemua ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351 9 Departeme Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasa Sub Pokok Bahasa Referesi Waktu Pegatar Aalisis utuk Data Respo Kategorik Data respo kategorik Sebara

Lebih terperinci

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak benda yang bergetar.

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak benda yang bergetar. Getara (Vibratio) Dalam kehidupa sehari-hari terdapat bayak beda yag bergetar. Sear gitar yag serig ada maika, Soud system, Garpu tala, Demikia juga rumah ada yag bergetar dasyat higga rusak ketika terjadi

Lebih terperinci

BAB II TEORI MOTOR LANGKAH

BAB II TEORI MOTOR LANGKAH BAB II TEORI MOTOR LANGKAH II. Dasar-Dasar Motor Lagkah Motor lagkah adalah peralata elektromagetik yag megubah pulsa digital mejadi perputara mekais. Rotor pada motor lagkah berputar dega perubaha yag

Lebih terperinci

BAB 4 LIMIT FUNGSI Standar Kompetensi Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah

BAB 4 LIMIT FUNGSI Standar Kompetensi Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah BAB LIMIT FUNGSI Stadar Kompetesi Megguaka kosep it ugsi da turua ugsi dalam pemecaha masalah Kompetesi Dasar. Meghitug it ugsi aljabar sederhaa di suatu titik. Megguaka siat it ugsi utuk meghitug betuk

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Iduksi Matematika Pertemua VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusa Tekik Iformatika UPN Vetera Yogyakarta Metode pembuktia utuk peryataa perihal bilaga bulat adalah iduksi matematik. Cotoh

Lebih terperinci

Penerapan Metode Bagi-Dua (Bisection) pada Analisis Pulang-Pokok (Break Even)

Penerapan Metode Bagi-Dua (Bisection) pada Analisis Pulang-Pokok (Break Even) Peerapa Metode Bagi-Dua (Bisectio) pada Aalisis Pulag-Pokok (Break Eve) Oleh: Nur Isai Jurusa Pedidika Matematika FMIPA UNY Yogyakarta Email: urisai001@yahoo.com Abstrak Persoala dalam mecari akar persamaa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Distribusi Ekspoesial Fugsi ekspoesial adalah salah satu fugsi yag palig petig dalam matematika. Biasaya, fugsi ii ditulis dega otasi exp(x) atau e x, di maa e adalah basis logaritma

Lebih terperinci

kesimpulan yang didapat.

kesimpulan yang didapat. Bab ii merupaka bab peutup yag merupaka hasil da kesimpula dari pembahasa serta sara peulis berdasarka kesimpula yag didapat. BAB LANDASAN TEORI. Kosep Dasar Peramala Peramala adalah kegiata utuk memperkiraka

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3 PERTEMUAN VEKTOR dalam R Pegertia Ruag Vektor Defiisi R Jika adalah sebuah bilaga bulat positif, maka tupel - - terorde (ordered--tuple) adalah sebuah uruta bilaga riil ( a ),a,..., a. Semua tupel - -terorde

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan. Ujian Nasional Matematika Teknik SMK matematikamenyenangkan.com

Soal dan Pembahasan. Ujian Nasional Matematika Teknik SMK matematikamenyenangkan.com Soal da Pembahasa jia Nasioal 06 Matematika Tekik SMK matematikameyeagka.com . pqr Betuk sederhaa dari p q r A. p 8 q r adalah... B. p q 0 r 0 D. p q 0 r 0 C. p 8 q r 0 E. p 6 q r Igat rumus berikut m

Lebih terperinci

Oleh: Bambang Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta

Oleh: Bambang Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta Oleh: Bambag Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta PETA KONSEP Prisip Superposisi Liier Sefase π π beda faseya : 0,2, 4,. beda litasa : 0,,2, 3,. terjadi iterferesi Kostruktif/ salig meguatka, amplitudo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi da Waktu Pegambila Data Pegambila data poho Pius (Pius merkusii) dilakuka di Huta Pedidika Guug Walat, Kabupate Sukabumi, Jawa Barat pada bula September 2011.

Lebih terperinci

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n LIMIT 4.. FUNGSI LIMIT Defiisi 4.. A R Titik c R adalah titik limit dari A, jika utuk setiap δ > 0 ada palig sedikit satu titik di A, c sedemikia sehigga c < δ. Defiisi diatas dapat disimpulka dega cara

Lebih terperinci

Galat dan Perambatannya

Galat dan Perambatannya Modul 1 Galat da Perambataya Prof. Dr. Bambag Soedijoo P PENDHULUN ada Modul 1 ii dibahas masalah galat atau derajat kesalaha da perambataya, dega demikia para peggua modul ii diharapka telah memahami

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret Program Perkuliaha Dasar Umum Sekolah Tiggi Tekologi Telkom Barisa da Deret Barisa Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) a Fugsi tersebut

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2013/2014 12 Februari 2014 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 82 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan POSITRON, Vol. II, No. (0), Hal. -5 ISSN : 30-4970 Peetua Eergi Osilator Kuatum Aharmoik Megguaka Teori Gaggua Iklas Saubary ), Yudha Arma ), Azrul Azwar ) )Program Studi Fisika Fakultas Matematika da

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Analitik Shell

Bab II Dasar Teori Analitik Shell Bab II Dasar Teori Aalitik Shell II. Kosep Dasar II.. Persamaa Differesial Shell Perbedaa yag utama atara struktur cagkag (shell) da struktur pelat adalah pada kelegkugaya. Dega adaya kelegkuga awal mempegaruhi

Lebih terperinci

3. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 3.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder

3. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 3.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder 3. Ragkaia Logika Kombiasioal da Sequesial Ragkaia Logika secara garis besar dibagi mejadi dua, yaitu ragkaia logika Kombiasioal da ragkaia logika Sequesial. Ragkaia logika Kombiasioal adalah ragkaia yag

Lebih terperinci