Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Networks)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Networks)"

Transkripsi

1 Jarngan Syaraf Truan (Artfcal Neural Networks) BAB I PENDAHULUAN. Searah JST JST : merupakan cabang dar Kecerdasan Buatan (Artfcal Intellgence ) JST : menru cara kera otak mahluk hdup yatu sel syaraf (neuron) Otak manusa terdr dar mlyar neuron yang salng berhubungan satu sama lan. Hubungan n dsebut dengan synapses Neuron secara gars besar dbag 3 : cell body, dendrtes, dan axon Gambar.. Struktur dar sebuah sel syaraf (neuron) Denrtes : merupakan unt nput yatu sebaga tempat masuknya snyal Cell body : berfungs untuk memproses snyal yang masuk Axon : merupakan unt output dar snyal hasl proses cell body Hubungan antara neuron dengan neuron yg lan lewat hubungan synapse Proses peralanan snyal yatu : mula-mula snyal masuk lewat denrtes menuu cell body Kemudan snyal dproses dalam cell body berdasarkan fungs tertentu (Summaton process). Jka snyal hasl proses melebh nla ambang (treshold) tertentu maka snyal tersebut akan membangktkan neuron(excted) untuk meneruskan snyal tsb., sedangkan ka d bawah treshold maka snyal tersebut akan dhalang (nhbted). Snyal yg dteruskan akan menuu ke axon guw-6 7

2 dan akhrnya menuu ke neuron lannya lewat synapse (yatu celah sempt antara axon dar suatu neuron dan denrtes dar neuron lannya) Gambar.. Hubungan antara buah neuron Model neuron dgambarkan sbb: Gambar.3. Model neuron Model neuron nlah yang selanutnya menad dasar dar Jarngan Syaraf Truan (Artfcal Neural Networks). Model JST Elemen dasar dar JST terdr dar 3 bagan utama : bobot (weght), threshold, dan fungs aktvas Gambar.4. Elemen dar JST guw-6 8

3 nput : x,x,x 3, x n adalah snyal yg masuk ke sel syaraf Bobot(weght) : w,w,w 3, w n adalah faktor bobot yang berhubungan dengan masng-masng node. Setap nput akan dkalkan dengan bobot dar node-nya masng-masng, x T.w. Tergantung dar fungs aktvas yang dpaka, nla x T.w dapat membangktkan (excte) node atau menghalang (nhbt) node Threshold : nla ambang nternal dar node adalah besarnya offset yang mempengaruh aktvas dar output node y : n y X W.() Fungs aktvas : merupakan operas matematk yang dkenakan pada snyal output y. Ada beberapa fungs aktvas yang basa dpaka dalam JST tergantung dar masalah yang akan dselesakan..3 Model Matemats JST Menyatakan topolog dar nterkoneks neuron-neuron dlm JST serta aturanaturan yg dkenakan dalam arngan tsb. Model matemats dar sebuah sel syaraf (neuron) dperlhatkan dlm gamb..5 : nput bobot x w fungs non lner x w f y=f(x.w) x m w m Gambar.5. Model matemats JST Jka dnyatakan dalam notas matematka : y = f(x w +x w + +x m w m ) atau y = f(x.w) f = fungs non lnear atau fungs aktvas Ada beberapa model JST a.l. : - model JST satu lapsan - model JST banyak lapsan - model JST dua lapsan dgn umpan balk a) Model JST satu lapsan x x w w f y f y x m w m f y n Gambar.6. Model JST satu lapsan y = f(x w +x w + +x m w m ) guw-6 9

4 y = f(x w +x w + +x m w m ) y n = f(x w n +x w n + +x m w mn ) b) Model JST banyak lapsan Dbentuk dar beberapa model JST satu lapsan Prnsp kera hampr sama dgn model JST satu lapsan Output tap lapsan sebelumnya merupakan nput bag lapsan sesudahnya lapsan lapsan lapsan n Gambar.7. Model JST banyak lapsan c) Model JST dua lapsan dengan umpan balk Dperkenalkan oleh John Hopfeld (98) Model n bersfat umpan balk yatu output yg dhaslkan akan mempengaruh nput yg akan masuk lag ke arngan. Gambar.8. Model JST lapsan dengan umpan balk.4 Fungs Aktvas Beberapa fungs aktvas yang basa dpaka dalam JST a.l. :.Fungs lnear Fungs lnear dnyatakan dengan persamaan : y =f(x)= x Gambar.9. Fungs aktvas lnear Dmana adalah kemrngan dar fungs. Jka = maka fungs aktvas tsb adalah fungs denttas guw-6

5 .Fungs threshold (hard- lmter) Fungs threshold type : bner dan bpolar Fungs threshold bner mempunya output y yatu : ka x y f ( x) ka x Gambar.. Fungs threshold bner Fungs threshold bpolar mempunya output y yatu : ka x y f ( x) ka x Gambar.. Fungs threshold bpolar 3.Fungs lnear pecewse Persamaan matematk dar fungs n adalah : ka x y f ( x) x ka x ka x Gambar.. Fungs lnear pecewse guw-6

6 4.Fungs Bner Sgmod Merupakan fungs non lnear yang palng banyak dgunakan dalam JST Fungs aktvas sgmod dapat dtuls sepert berkut : y f ( x) untuk f ( x) x e.5 Gambar.3. Fungs Bner Sgmod untuk beberapa nla adalah parameter bentuk dar fungs sgmod. Dengan mengubah harga maka bentuk dar fungs sgmod akan berbeda-beda spt dtunukkan gamb..3 5.Fungs Bpolar Sgmod atau Tangen hperbolk (tanh) fungs n dnyatakan dengan persamaan berkut n : y x x e e f ( x) untuk f ( x) x x e e - Gambar.4. Fungs tanh untuk beberapa nla adalah parameter bentuk dar fungs tanh. Dengan mengubah harga maka bentuk fungs tanh akan berbeda-beda sepert dtunukkan dalam gamb..4 Contoh : guw-6

7 Andakan kta mempunya sebuah neural network dengan 4 nput dan bobot sepert gambar.5. Input(x) Bobot(W) Gambar.5. JST dengan 4 nput dan bobot maka output R dar neuron sebelum dkena fungs aktvas adalah : R W T. X ka kta memaka fungs aktvas hard-lmter bner maka haslnya : y f ( R) f (4) dan ka dpaka fungs aktvas sgmod maka : y f ( R) f (4) e 8.5*.4.5 Bas dan Threshold Arstektur palng dasar dar JST adalah JST satu lapsan : terdr dar beberapa unt nput dan satu unt output Basanya dlm unt nput dtambah suatu varabel yatu bas(b) atau threshold (θ) x b x y x n Gambar.6 JST satu lapsan dengan bas Jka kta memaka bas b maka nla fungs aktvas akan menad : ka net y f ( net) ka net dmana net b x w Kadang kala JST tdak memaka bas tetap menggunakan threshold (θ) sehngga nla fungs aktvas menad : guw-6 3

8 encodng unsuvervsed suvervsed Jarngan Syaraf Truan ka net y f ( net) ka net dmana net x w.6 Prnsp Dasar Pelathan JST Contoh yg bak untuk pelathan pengenalan sebuah pola adalah pada manusa Msal : kta ngn mengenalkan buah eruk pada seorang bay dengan cara mendekatkan buah eruk tsb pada bay dan mengucapkan kata eruk secara terus menerus maka secara perlahan bay tsb akan tahu (kenal) bahwa tu adalah buah eruk. Jad saat kta mengucapkan kata eruk maka kekuatan koneks snaptk dalam sel syaraf bay uga akan menngkat dan teraktvas Gambaran datas menunukkan bahwa sel syaraf manusa memlk kemampuan untuk belaar Jarngan syaraf truan uga memlk kemampuan untuk belaar hampr sama dgn syaraf pada manusa Kemampuan belaar dar JST bersfat terbatas shg arngan n uga punya kemampuan terbatas Kosko (99) mengklasfkaskan JST menad : -bagamana JST menympan pengetahuan /encode (proses belaar) -bagamana JST memproses dan merespon data yg masuk /decode Proses encode : -supervsed (dbmbng) -unsupervsed (tdak dbmbng) Proses decode : -feedforward (tanpa umpan balk) -feedback (umpan balk) feedforward decodng feedback I IV II III Gambar.6. Klasfkas JST guw-6 4

9 Kwadran I : supervsed feedforward Dalam proses belaar (penympanan pengetahuan) dbmbng dan dalam proses merespon data nput maka tdak memberkan umpan balk Kwadran II : Unsupervsed feedforward Dalam proses belaar (penympanan pengetahuan) tdak dbmbng dan dalam proses merespon data nput maka tdak memberkan umpan balk Kwadran III : Unsupervsed feedback Dalam proses belaar (penympanan pengetahuan) tdak dbmbng dan dalam proses merespon data nput maka memberkan umpan balk Kwadran IV : supervsed feedback Dalam proses belaar (penympanan pengetahuan) dbmbng dan dalam proses merespon data nput maka memberkan umpan balk Dalam JST-supervsed, arngan dber masukan tertentu dan keluarannya dtentukan oleh pengaarnya. Saat proses belaar n arngan akan menyesuakan bobot snaptknya Dalam JST-unsupervsed, arngan dber masukan dan keluarannya akan datur secara mandr sesua aturan yg dmlk Kumpulan dar pasangan vektor nput dan vektor output yg dngnkan (target) dsebut pola pelathan. Pasangan vektor nput dan target dmasukkan bersama dgn nla bobot koneks (snaptk) ke dalam arngan. Proses n dlakukan dalam proses belaar/lathan Proses belaar : -arngan dberkan masukan / nput serta pasangan output yg dngnkan (target) -arngan melakukan perhtungan thd data nput dan menghaslkan output sementara -membandngkan antara output sementara dgn output yg dngnkan (target) dan selshnya dpaka untuk memperbak nla bobot snaptk -proses tsb akan dulang sampa kesalahan atau selsh dar output sementara dan target sekecl mungkn atau stlahnya adalan konvergen Proses belaar akan selesa apabla nla matrk bobot koneks (msal : W) yg dhaslkan dapat membuat sstem yg dpt memberkan pola yg sempurna walaupun pola masukan yg dberkan pada arngan tdak lengkap atau terkena nose Ada banyak model JST sesua dgn konfguras neuron dan algortmanya masng-masng, sepert : -JST Hebb -JST Hopfeld -JST Hammng -JST Kohonen dll Aplkas JST -kedokteran : menympan data geala, dagnoss, serta perawatan /obat guw-6 5

10 -pengenalan pola : pengenalan karakter tulsan, waah, suara,sdk ar -komunkas : mengurang suara nose pada komunkas telepon -ekonom : peramalan saham guw-6 6

11 BAB II Jarngan Syaraf Hebb Hebb memperkenalkan aturan pembelaaran/pelathan pada JST Pembelaaran dlakukan dgn memodfkas kekuatan snaptk (bobot) dgn cara sedemkan hngga : ka neuron salng berhubungan dalam waktu dan konds yg sama (on) maka bobot dar kedua neuron tsb akan dnakkan JST satu lapsan yg dlath dengan aturan Hebb dsebut dgn arngan Hebb. Algortma langkah : Bobot dan bas dber nla awal : w = ( =,,,n) ; b = langkah : untuk tap pasangan nput dan target, s : t, lakukan langkah sampa 4 : langkah : set aktvas untuk unt nput : x = s ( =,,,n) langkah 3 : set aktvas untuk unt output : y = t langkah 4 : perbak nla bobot : w (baru) = w (lama) +x y ( =,,,n) perbak nla bas : b(baru) = b(lama) + y Basanya perubahan bobot dsmbolkan dgn Δw Δw = x y sehngga w (baru) = w (lama) + Δw Catatan : nla bas dar unt nput basanya secara eksplst tdak dpaka pada aturan Hebb. Basanya nla bas selalu. Sebab tanpa nla bas masalah tdak akan ada solus.. Aplkas Contoh aplkas JST Hebb untuk solus fungs logka AND Contoh.: arngan Hebb untuk fungs logka AND : nput bner dan target bner Input x x b t target Perubahan bobot : Δw = x y ; Δw = x y Perubahan bas : Δb = y Hasl selengkapnya dapat dlhat dalam tabel. x b y x Gambar. Arstektur JST Hebb untuk solus fungs logka AND guw-6 7

12 Input target Perubahan bobot-bas Bobot dan bas x x b t y Δw Δw Δb w w b Tabel. Hasl perhtungan JST Hebb untuk solus fungs logka AND dengan nput bner dan target bner Catatan : Hasl akhr dar w dan w dapat uga dtentukan dar penumlahan seluruh perubahan bobot (Δw) dar nput pertama sampa terakhr : w = = w = = Dar tabel., batas keputusan (decson boundary) dar fungs logka AND dnyatakan dengan persamaan gars pemsah (separatng lne) : w x + w x + b =.x +.x + = x + x + = atau x = -x - x x x + - x x (daerah tanpa darsr) - x x x (Daerah darsr) Gambar. Batas keputusan fungs AND : nput dan target bner Dapat dlhat dar tabel., gars batas keputusan dar nput pertama sampa nput terakhr tdak mengalam perubahan yatu : x = -x - (gamb.) Setelah mendapat nla bobot dan bas maka kta melakukan Testng thd pola nput dengan memaka bobot dan bas yg ddapat dalam proses pelathan w =, w =, dan b = nput Bobot bas net b x w output target x x w w b y=f(net) 3 Tabel. Hasl Testng logka AND : nput dan target bner guw-6 8

13 Tabel. menunukkan bahwa hanya nput yg pertama menghaslkan output(y) yg sesua dengan target Hasl n menunukkan JST Hebb yg dlath dg pasangan pola nput bner dan target bner tdak menghaslkan JST yg sempurna. Contoh.: Jarngan Hebb untuk fungs AND : nput bner dan target bpolar Input x x b t target Input Target Perubahan bobot-bas Bobot dan bas x x b t y Δw Δw Δb w w b Tabel.3 Hasl perhtungan JST Hebb untuk solus fungs logka AND dengan nput bner dan target bpolar Setelah mendapat nla bobot dan bas maka kta melakukan Testng thd pola nput dengan memaka bobot dan bas yg ddapat dalam proses pelathan w =, w =, dan b = - nput Bobot bas net b x w output target x x w w b y=f(net) Tabel.4 menunukkan bahwa nput yg pertama menghaslkan output(y) tdak sesua dengan target, sedang nput kedua, ketga, dan keempat sesua dg target Hasl n menunukkan JST Hebb yg dlath dg pasangan pola nput bner dan target bpolar tdak menghaslkan JST yg sempurna Contoh.3: Jarngan Hebb untuk fungs AND : nput bpolar dan target bpolar Input x x b t target Perubahan bobot : Δw = x y ; Δw = x y Perubahan bas : Δb = y Hasl selengkapnya dapat dlhat dalam tabel.3 Tabel.4 Hasl Testng logka AND : nput bner dan target bpolar Perubahan bobot : Δw = x y ; Δw = x y Perubahan bas : Δb = y Hasl selengkapnya dapat dlhat dalam tabel.4 guw-6 9

14 Input Target Perubahan bobot-bas Bobot dan bas x x b t y Δw Δw Δb w w b Tabel.4 Hasl perhtungan JST Hebb untuk solus fungs logka AND dengan nput bpolar dan target bpolar Hasl Testng thd pola nput dengan memaka bobot dan bas yg ddapat dalam proses pelathan w =, w =, dan b = - Input Bobot bas net b x w output Target x x w w b y=f(net) Tabel.5 Hasl Testng logka AND : nput bpolar dan target bpolar Tabel.5 menunukkan bahwa semua nput menghaslkan output(y) sesua dengan target Hasl n menunukkan JST Hebb yg dlath dg pasangan pola nput bpolar dan target bpolar menghaslkan JST yg sempurna Dar proses pelathan (tabel.4) maka batas keputusan (decson boundary) dar fungs logka AND yg dlath dgn pola nput bpolar dan target bpolar dnyatakan dengan persamaan gars pemsah (separatng lne) : w x + w x + b =.x +.x + (-) = x + x - = atau x = -x + x x x x x (daerah tanpa darsr) - + x x (Daerah darsr) x - - Gambar. Batas keputusan fungs AND : nput dan target bpolar guw-6 3

15 Dar contoh. dmana dgunakan data bner (nput bner dan target bner) maka tdak terad perbakan bobot untuk pasangan pola pelathan untuk unt nput on (x = ) dan target off (t = ) maupun untuk unt nput dan target keduanya dalam keadaan off (x = dan t = ) : Δw = x y = sehngga w (baru) = w (lama) + Δw w (baru) = w (lama) Sedangkan dalam contoh.3 dgunakan data bpolar (nput dan target bpolar) maka terad perbakan bobot untuk semua pasangan pola pelathan bak unt nput on (x = ) dan target off (t = -) Contoh.4: Jarngan Hebb untuk mengklasfkas pola nput dmens dar buah huruf yatu : X dan O. Pola dar huruf tsb dnyatakan dgn : #... #. # # #.. #. #. #... #.. #.. #... #. #. #. #... # #... #. # # #. Pola Pola awab : Dalam hal n kta menganggap arngan hanya mempunya output yatu kelas X(untuk huruf X ) dan kelas bukan X (untuk huruf O ). Msal kelas X kta ber nla target sedangkan kelas bukan X kta ber target. Sedangkan setap lambang # kta ber nla dan lambang. kta ber nla. Vektor nput untuk pola dan pola menad : Pola x x x 3 x 4 x 5 x 6 x 7 x 8 x 9 x x x x 3 x 4 x 5 X O Pola x 6 x 7 x 8 x 9 x x X x 3 x 4 X 5 Target X O Bobot mula-mula : Tabel.6 Vektor nput dar kedua pola ( X dan O ) W = dmana =,,,5 Sedangkan perubahan bobot (Δw ) dan bas setelah dberkan nput pola dan : guw-6 3

16 Δw Δw Δw 3 Δw 4 Δw 5 Δw 6 Δw 7 Δw 8 Δw 9 Δw Δw Δw Δw 3 Δw 4 Δw 5 X O Δw 6 Δw 7 Δw 8 Δw 9 Δw Δw Δw Δw 3 Δw 4 Δw 5 b X O Dan bobot akhr (w ) dan bas b dapat dtentukan dar penumlahan kedua perubahan bobot datas sehngga : w w w 3 w 4 w 5 w 6 w 7 W 8 w 9 w w w w 3 w 4 w w 6 w 7 w 8 w 9 w w w w 3 w 4 w 5 b Setelah mendapatkan bobot akhr (w ) dan bas b, selanutnya dapat dlakukan proses testng terhadap pola nput. Pertama kta melakukan testng thd pola (huruf X ) : x w b 4 4 Selanutnya kta melakukan testng thd pola (huruf O ) : x w b 4 4 Tabel.7 Perubahan bobot Δw dan bas b Tabel.8 Nla bobot w dan bas b akhr Hasl testng selengkapnya dapat dlhat dalam tabel.9 : Input Bobot Bas net b x w Output Target x x 5 w w 5 b y=f(net) Tabel.9 Hasl testng Dar tabel.9 dapat dlhat hasl testng terhadap pola ( X ) dan pola ( O ) menghaslkan output(y) yang sesua dengan target. guw-6 3

17 BAB III PERCEPTRON Perceptron merupakan arngan syaraf yg memlk pengaruh yang palng luas dbandngkan model arngan syaraf sebelumnya. Metode pembelaaran Perceptron lebh kuat dar pembelaaran JST Hebb. Prosedur pelathan dar Perceptron terutama dalam proses terasnya dapat menghaslkan bobot yang konvergen.dan bobot n bla dtest terhadap pola nput dapat menghaslkan output yang sesua target. Ada beberapa tpe Perceptron yang dkemukan oleh beberapa ahl sepert : Rosenblatt (96), Mnsky dan Papert (969 dan 988). Mulanya Perceptron punya 3 lapsan neuron : unt sensor, unt asosas, dan unt renspon(output). Mendekat model arngan syaraf pada retna Unt sensor dan asosas memaka aktvas bner sedangkan unt output memaka aktvas,, atau. Fungs aktvas untuk unt asosas adalah fungs step bner dgn nla threshold θ tertentu. Snyal yg dkrm dar unt asosas ke unt output adalah snyal bner ( atau ). Output perceptron y = f(y_n), dmana fungs aktvasnya adalah : ka y _ n f ( y _ n) ka y _ n...(3.) ka y _ n Bobot dar unt asosas ke unt respon (output) datur dengan aturan pembelaaran perceptron. Untuk tap data nput pelathan arngan akan menghtung respon dar unt output. Jarngan akan menentukan apakah terad error pada data nput n (dengan membandngkan antara nla output yg dhtung dengan nla target). Jarngan tdak akan menganggap ada kesalahan (error) ka outputnya bernla dan target bernla. Sedangkan ka output bernla dan target bernla maka n danggap sebaga kesalahan (error). Jka terad kesalahan maka bobot akan dubah menurut persamaan : w ( baru) w ( lama) tx...(3.) dmana nla target t adalah atau, α adalah learnng rate. Pelathan akan dteruskan sampa tdak terad kesalahan. 3. Arstektur perceptron Arstektur sederhana perceptron adalah sepert gambar 3.. Jarngan n dpaka untuk mengklasfkas satu kelas tunggal. Yatu menentukan apakah suatu pola nput termasuk dalam satu kelas atau tdak. Jka masuk dalam satu kelas maka respon dar unt output adalah sedangkan ka tdak maka responnya. guw-6 33

18 x b x w w y x n w n Gambar 3. Arstektur perceptron untuk klasfkas tunggal 3. Algortma perceptron Algortma n berlaku untuk nput bner atau bpolar dan target bpolar, serta nla threshold θ, dan bas b. Langkah-langkah algortma perceptron : Langkah : bobot dan bas dber nla awal (basanya bobot dan bas dber nla ) ber nla learnng rate ( ) (basanya α dber nla ) langkah : selama konds berhent bernla salah lakukan langkah 6 langkah : untuk tap-tap pasangan pola pelathan s : t, lakukan langkah 3-5 langkah 3 : set aktvas unt nput : x = s langkah 4 : htung respon dar unt output : y _ n b x w y ka ka y _ n ka y _ n y _ n langkah 5 : perbak bobot dan bas ka terad kesalahan pada pola n : ka y t ka y = t w ( baru) w ( lama) tx b( baru) b( lama) t w ( baru) w ( lama) b( baru) b( lama) langkah 6 : test konds berhent : ka tdak ada bobot yang berubah dalam langkah maka stop ka ada maka lanutkan kembal ke langkah guw-6 34

19 Dar algortma maka hanya bobot yang berkoneks dgn unt nput yang aktf yg akan berubah (x ) Algortma n basanya dpaka untuk melakukan klasfkas pola dengan cara pemsahan lnear. Fungs aktvas yg dpaka akan mengatur batas antara daerah postf, negatf dan nol. Daerah nol adalah daerah yg terletak antara daerah postf dan negatf. Lebar daerah n adalah θ Gars pemsah antara daerah postf dgn daerah nol dnyatakan dgn persamaan : w x + w x + b = θ Gars pemsah antara daerah negatf dgn daerah nol dnyatakan dgn persamaan : w x + w x + b = -θ w x w x b x w x w x b + - x Gambar 3. Batas keputusan perceptron Shg daerah postf dnyatakan dgn pertdaksamaan : w x + w x + b > θ Dan daerah negatf dnyatakan dgn pertdaksamaan : w x + w x + b < -θ 3. Aplkas perceptron Contoh 3. : Aplkas perceptron untuk menyelesakan fungs logka AND dengan nput bner dan target bpolar Input x x b t target Nla α =.7 Bobot (w) dan bas (b) dber nla Nla θ =.3 guw-6 35

20 Pelathan dgn algortma perceptron : Iteras pertama : Data pertama : ( ) y _ n b xw b xw xw = + ().() + ().() = hasl aktvas = y = (-.3 <y_n<.3) target t = y t bobot baru : w (baru) = w (lama) + αtx w = +(.7)()() =.7 w = +(.7)()() =.7 bas baru : b(baru) = b(lama) + αt b = + (.7)() =.7 Data kedua : ( ) y_n = =.4 hasl aktvas = y = (y_n >.3) target t = - y t bobot baru : w =.7+(.7)(-)() = w =.7+(.7)(-)() =.7 bas baru : b =.7 + (.7)(-) = Data ketga : ( ) y_n = =.7 hasl aktvas = y = (y_n >.3) target t = - y t bobot baru : w = +(.7)(-)() = w =.7+(.7)(-)() = bas baru : b = + (.7)(-) = -.7 Data keempat : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Iteras kedua : Data pertama : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n <-.3) target t = y t bobot baru : w = +(.7)()() =.7 w = +(.7)()() =.7 bas baru : b = (.7)() = Data kedua : ( ) y_n = =.7 hasl aktvas = y = (y_n >.3) target t = - y t bobot baru : w =.7+(.7)(-)() = w =.7+(.7)(-)() =.7 bas baru : b = + (.7)(-) = -.7 Data ketga : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n <.3) target t = - y t bobot baru : w = +(.7)(-)() = w =.7+(.7)(-)() = bas baru : b = (.7)(-) = -.4 Data keempat : ( ) y_n = = -.4 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t guw-6 36

21 Iteras ketga : Data pertama : ( ) y_n = = -.4 hasl aktvas = y = - (y_n <-.3) target t = y t bobot baru : w = +(.7)()() =.7 w = +(.7)()() =.7 bas baru : b = (.7)() = -.7 Data kedua : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n <.3) target t = - y t bobot baru : w =.7+(.7)(-)() = w =.7+(.7)(-)() =.7 bas baru : b = (.7)(-) = -.4 Data ketga : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Data keempat : ( ) y_n = = -.4 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Iteras keempat : Data pertama : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n <-.3) target t = y t bobot baru : w = +(.7)()() =.7 w =.7+(.7)()() =.4 bas baru : b = (.7)() = -.7 Data kedua : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n <.3) target t = - y t bobot baru : w =.7+(.7)(-)() = w =.4+(.7)(-)() =.4 bas baru : b = (.7)(-) = -.4 Data ketga : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n <.3) target t = - y t bobot baru : w = +(.7)(-)() = w =.4+(.7)(-)() =.7 bas baru : b = (.7)(-) = -. Data keempat : ( ) y_n = = -. hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t guw-6 37

22 Iteras kelma : Data pertama : ( ) y_n = = -.4 hasl aktvas = y = - (y_n <-.3) target t = y t bobot baru : w = +(.7)()() =.7 w =.7+(.7)()() =.4 bas baru : b = -. + (.7)() = -.4 Data kedua : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Data ketga : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n <.3) target t = - y t bobot baru : w =.7+(.7)(-)() =.7 w =.4+(.7)(-)() =.7 bas baru : b = (.7)(-) = -. Data keempat : ( ) y_n = = -. hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Iteras keenam : Data pertama : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n <-.3) target t = y t bobot baru : w =.7+(.7)()() =.4 w =.7+(.7)()() =.4 bas baru : b = -. + (.7)() = -.4 Data kedua : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n <.3) target t = - y t bobot baru : w =.7+(.7)(-)() =.7 w =.4+(.7)(-)() =.4 bas baru : b = (.7)(-) = -. Data ketga : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Data keempat : ( ) y_n = = -. hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t guw-6 38

23 y = t Iteras ketuuh : Data pertama : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n<.3) target t = y t bobot baru : w =.7+(.7)()() =.4 w =.4+(.7)()() =. bas baru : b = -. + (.7)() = -.4 Data kedua : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n <.3) target t = - y t bobot baru : w =.4+(.7)(-)() =.7 w =.+(.7)(-)() =. bas baru : b = (.7)(-) = -. Data ketga : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n <.3) target t = - y t bobot baru : w =.7+(.7)(-)() =.7 w =.+(.7)(-)() = -.4 bas baru : b = -. + (.7)(-) = -.8 Data keempat : ( ) y_n = = -.8 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - Iteras kedelapan : Data pertama : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n <-.3) target t = y t bobot baru : w =.7+(.7)()() =.4 w =.4+(.7)()() =. bas baru : b = (.7)() = -. Data kedua : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Data ketga : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n <.3) target t = - y t bobot baru : w =.4+(.7)(-)() =.4 w =.+(.7)(-)() =.4 bas baru : b = -. + (.7)(-) = -.8 Data keempat : ( ) y_n = = -.8 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t guw-6 39

24 y_n = = -.8 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Iteras kesemblan : Data pertama : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n<.3) target t = y t bobot baru : w =.4+(.7)()() =. w =.4+(.7)()() =. bas baru : b = (.7)() = -. Data kedua : ( ) y_n = = hasl aktvas = y = (-.3<y_n <.3) target t = - y t bobot baru : w =.+(.7)(-)() =.4 w =.+(.7)(-)() =. bas baru : b = -. + (.7)(-) = -.8 Data ketga : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Iteras kesepuluh : Data pertama : ( ) y_n = =.7 hasl aktvas = y = (y_n >.3) target t = y = t Data kedua : ( ) y_n = = -.4 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Data ketga : ( ) y_n = = -.7 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Data keempat : ( ) y_n = = -.8 hasl aktvas = y = - (y_n < -.3) target t = - y = t Pada teras kesepuluh tdak terad perubahan bobot shg proses pelathan dapat dhentkan. Hasl akhr dar proses pembelaaran n adalah : w =.4 ; w =. ; b = -.8 Data keempat : ( ) Shg persamaan gars pemsah antara daerah postf dan nol adalah :.4x +.x.8 =.3 Shg persamaan gars pemsah antara daerah negatf dan nol adalah :.4x +.x.8 = -.3 guw-6 4

25 x.4x.x x.x.8.3.4x.x.8.3 (Daerah negatf) x.x.8.3 (Daerah postf) x Gambar 3.3 Gars batas keputusan Perceptron : logka AND dgn nput bner targer bpolar Hasl Testng thd pola nput dengan memaka bobot dan bas yg ddapat dalam proses pelathan : w =.4, w =., dan b = -.8 Input Bobot Bas net b x w output target x x w w b y=f(net) Tabel 3. Hasl Testng logka AND : nput bner dan target bpolar Soal lathan : Tentukan solus fungs logka AND dengan nput bner dan target bpolar yang dlath dengan algortma perceptron. Input x x b t target Dmana : Nla α = dan nla θ =. Htung bobot dan bas akhr. Selanutnya gambarkan gars batas keputusannya. guw-6 4

26 BAB IV Delta rule, Adalne, dan Madalne 4. Delta rule Metode pembelaaran Delta rule basanya dpaka dalam pelathan pada model arngan Adalne dan Madalne nput x b w y output x n w n y_n t Tuuan utama dar delta rule adalah untuk memperbak bobot-bobot (w) yg menghubungkan antara unt nput dan output sehngga selsh antara nput arngan untuk unt output (y_n) dan nla target (t) menad mnmal. Delta rule untuk adalne dengan satu unt output drumuskan : dmana, w n y _ n ( t x w y _ n) x...(4.) Sedangkan Delta rule untuk adalne dgn beberapa unt output drumuskan : dmana, w ( t y _ n ) x...(4.) y _ n Gambar 4. Arstektur Adalne dgn satu unt output n x w selsh b x w y w m w n y m =,, n =,, m x n w nm y_n t Gambar 4. Arstektur Adalne dgn beberapa unt output 4. ADALINE (adaptve lnear neuron) Dperkenalkan oleh Wdrow dan Hoff (96) guw-6 4

27 Jarngan adalne basanya dlath dengan metode Delta rule atau serng dsebut metode Least Mean Square (LMS) Adalne adalah unt tunggal (neuron) yg menerma nput dar beberapa unt. Arstektur dar adalne x b x n w w n y Gambar 4.3 Arstektur sebuah Adalne Beberapa adalne yg menerma snyal dar unt nput yg sama dapat dpadukan dalam arngan satu lapsan sepert dalam arngan Perceptron. Jka adalne dkombnaskan sedemkan hngga output dar beberapa adalne menad nput bag adalne yg lan. Jarngan n membentuk arngan banyak lapsan yg serng dsebut dgn Madalne (many adalne). Algortma Adalne : Langkah : nsalsas bobot (basanya nla acak yg kecl) Set nla learnng rate α Langkah : selama konds berhent bernla salah, lakukan langkah 6 Langkah : untuk setap pasangan pola pelathan bpolar s : t kerakan langkah 3 5 Langkah 3 : set aktvas unt nput, =,,,n x = s Langkah 4 : tentukan nput arngan pada unt output : y _ n b x w Langkah 5 : perbak nla bas dan bobot : w(baru) = w(lama) + α(t y_n)x b(baru) = b(lama) + α(t y_n) Langkah 6 : tes konds berhent. Jka perubahan bobot tertngg yg terad pada langkah nlanya lebh kecl dar tolerans tertentu maka hentkan ka tdak lanutkan. 4.3 MADALINE Madalne adalah kumpulan dar banyak adalne yg membentuk arngan banyak lapsan atau arngan satu lapsan dgn beberapa output. Contoh yg dberkan pada Perceptron dan delta rule untuk beberapa output menunukkan tdak ada perubahan mendasar pada proses pelathan ka beberapa unt adalne dkombnaskan dalam arngan satu lapsan. guw-6 43

28 Salah satu contoh madalne : arngan lapsan yg terdr dar lapsan tersembuny (terdr dar unt adalne) dan lapsan output ( terdr dar unt adalne).lhat gambar 4.4 b Hdden layer x w z b 3 Output layer w v y x w w b z v Gambar 4.4 Arstektur madalne : hdden layer ( unt output layer ( unt adalne) ada buah algortma pelathan Madalne yatu : MR I dan MR II 4.3. Algortma MR I Dalam algortma MR I : bobot v dan v dan bas b 3 dtentukan sedemkan sehngga output y akan bernla ka salah satu (atau keduanya) z atau z bernla. Sedangkan y akan bernla ka z dan z keduanya bernla.jad unt y melakukan fungs logka OR pada snyal z dan z. Bobot dan bas pada unt y dtentukan yatu : v = ½ v = ½ b 3 = ½ Fungs aktvas untuk z,z, dan y adalah : ka f ( x) ka x x adalne) dan Algortma MR I terdr dar langkah-langkah yatu : Langkah : nsalsas bobot bobot v, v dan bas b 3 dtentukan dgn nla spt yg telah dtentukan datas,sedangkan bobot dan bas yg lan d set dgn nla acak kecl. set learnng rate α dgn nla kecl langkah : selama konds berhent bernla salah, kerakan langkah 8 : langkah : untuk setap pola pelathan bpolar s : t, kerakan langkah 3 7 : langkah 3 : set aktvas dar unt nput : x = s langkah 4 : htung nput arngan untuk tap-tap hdden unt : z_n = b + x w + x w z_n = b + x w + x w langkah 5 : tentukan output untuk tap-tap hdden unt : z = f(z_n ) z = f(z_n ) langkah 6 : tentukan output arngan : guw-6 44

29 y_n = b 3 + z v + z v y = f(y_n) langkah 7 : tentukan kesalahan dan perbak bobot : ka t = y, maka tdak ada bobot yang dperbak ka t y : ka t =, maka perbak bobot pada z, unt nput yg palng dekat dgn b (baru) = b (lama) + α(-z_n ) w (baru) = w (lama) + α(-z_n )x ka t =-, maka perbak bobot pada semua unt z k, nput arngan yg bernla postf b k (baru) = b k (lama) + α(--z_n k ) w k (baru) = w k (lama) + α(--z_n k )x langkah 8 : tes konds berhent ka sudah tdak terad perubahan bobot atau ka nomer maksmum dar teras perubahan bobot sudah dkerakan semuanya(langkah ) maka hentkan. Jka tdak lanutkan Algortma MR II Algortma MR II hampr sama dgn MR I, bedanya terletak pada langkah ke-7. Algortma MR II : bobot v dan v dan bas b 3 dtentukan sedemkan sehngga output y akan bernla ka salah satu (atau keduanya) z atau z bernla. Sedangkan y akan bernla ka z dan z keduanya bernla.jad unt y melakukan fungs logka OR pada snyal z dan z. Bobot dan bas pada unt y dtentukan yatu : v = ½ v = ½ b 3 = ½ Fungs aktvas untuk z,z, dan y adalah : ka f ( x) ka x x Algortma MR II terdr dar langkah-langkah yatu : Langkah : nsalsas bobot bobot v, v dan bas b 3 dtentukan dgn nla spt yg telah dtentukan datas,sedangkan bobot dan bas yg lan d set dgn nla acak kecl. set learnng rate α dgn nla kecl langkah : selama konds berhent bernla salah, kerakan langkah 8 : langkah : untuk setap pola pelathan bpolar s : t, kerakan langkah 3 7 : langkah 3 : set aktvas dar unt nput : x = s langkah 4 : htung nput arngan untuk tap-tap hdden unt : z_n = b + x w + x w z_n = b + x w + x w langkah 5 : tentukan output untuk tap-tap hdden unt : z = f(z_n ) guw-6 45

30 z = f(z_n ) langkah 6 : tentukan output arngan : y_n = b 3 + z v + z v y = f(y_n) langkah 7 : tentukan kesalahan dan perbak bobot : ka t = y, maka tdak ada bobot yang dperbak ka t y, kerakan langkah 7a b untuk tap unt hdden dgn nput arngan cukup dekat dgn (antara.5 sampa.5). Mula dengan yg palng dekat dgn kemudan dlanutkan dgn terdekat berkutnya, dst. Langkah 7a : perbak output unt (dar menad, atau sebalknya) Langkah 7b : htung ulang output arngan. Jka kesalahan berkurang : Perbak bobot pada unt n (gunakan nla output yg terakhr sebaga target dan paka Delta Rule) langkah 8 : tes konds berhent ka sudah tdak terad perubahan bobot atau ka nomer maksmum dar teras perubahan bobot sudah dkerakan semuanya(langkah ) maka hentkan. Jka tdak lanutkan 4.4 Aplkas Contoh 4. : pelathan madalne untuk fungs logka XOR Contoh n menggambarkan pemakaan Algortma MR I untuk melath Madalne untuk menyelesakan masalah fungs logka XOR. Dsn hanya akan dperlhatkan perhtungan untuk perubahan bobot untuk teras yg pertama dar nput pertama sampa keempat. Iteras selanutnya dcoba sendr. Pola pelathan adalah : x x t Iteras pertama : langkah : nsalsas bobot : bobot pada z w w b.5..3 bobot pada z w w b...5 bobot pada y v v b guw-6 46

31 langkah : mula pelathan langkah : untuk pasangan pelathan pertama (,) : - langkah 3 : x =, x = langkah 4 : z_n = =.55 z_n = =.45 langkah 5 : z =, z = langkah 6 : y_n = =.5 y = langkah 7 : t - y = - - = -, ad kesalahan terad. Karena t =-, dan kedua unt z memlk nla nput arngan postf (z =.55, z =.45), maka ubah bobot pada z yatu : b (baru) = b (lama) + α(--z_n ) =.3 + (.5)(-.55) = w (baru) = w (lama) + α(--z_n )x =.5+ (.5)(-.55) = -.75 w (baru) = w (lama) + α(--z_n )x =.+ (.5)(-.55) = ubah bobot pada z yatu : b (baru) = b (lama) + α(--z_n ) =.5 + (.5)(-.45) = w (baru) = w (lama) + α(--z_n )x =.+ (.5)(-.45) = -.65 w (baru) = w (lama) + α(--z_n )x =.+ (.5)(-.45) = -.55 nput kedua : langkah : nsalsas bobot : bobot pada z w w b bobot pada z w w b bobot pada y v v b langkah : mula pelathan guw-6 47

32 langkah : untuk pasangan pelathan kedua (,-) : langkah 3 : x =, x = - langkah 4 : z_n = = -.65 z_n = = langkah 5 : z = -, z = - langkah 6 : y_n = = -.5 y = - langkah 7 : t - y = + =, ad kesalahan terad. Karena t =, dan kedua unt z memlk nla nput arngan negatf maka perbak bobot pada z yatu : b (baru) = b (lama) + α(-z_n ) = (.5)(.65) =.3375 w (baru) = w (lama) + α(-z_n )x = (.5)(.65) =.875 w (baru) = w (lama) + α(-z_n )x = (.5)(.65)(-) = ubah bobot pada z yatu : b (baru) = b (lama) + α(-z_n ) = (.5)(.675) =.65 w (baru) = w (lama) + α(-z_n )x = (.5)(.675) =.5 w (baru) = w (lama) + α(-z_n )x = (.5)(.675)(-) = nput ketga : langkah : nsalsas bobot : bobot pada z w w b bobot pada z w w b bobot pada y v v b langkah : mula pelathan langkah : untuk pasangan pelathan ketga (-,) : langkah 3 : x = -, x = guw-6 48

33 langkah 4 : z_n = = z_n = = -.35 langkah 5 : z = -, z = - langkah 6 : y_n = = -.5 y = - langkah 7 : t - y = + =, ad kesalahan terad. Karena t =-, dan kedua unt z memlk nla nput arngan negatf maka ubah bobot pada z yatu : b (baru) = b (lama) + α(-z_n ) = (.5)(.375) =.465 w (baru) = w (lama) + α(-z_n )x =.875+ (.5)(.375)(-) = w (baru) = w (lama) + α(-z_n )x = (.5)(.375) = ubah bobot pada z yatu : b (baru) = b (lama) + α(-z_n ) =.65 + (.5)(.35) =.4875 w (baru) = w (lama) + α(-z_n )x =.5+ (.5)(.35)(-) = w (baru) = w (lama) + α(-z_n )x = (.5)(.35) = -.65 nput keempat : langkah : nsalsas bobot : bobot pada z w w b bobot pada z w w b bobot pada y v v b langkah : mula pelathan langkah : untuk pasangan pelathan pertama (-,-) : - langkah 3 : x = -, x = - langkah 4 : z_n = =.765 z_n = = guw-6 49

34 langkah 5 : z =, z = langkah 6 : y_n = =.5 y = langkah 7 : t - y = - - = -, ad kesalahan terad. Karena t =-, dan kedua unt z memlk nla nput arngan postf maka ubah bobot pada z yatu : b (baru) = b (lama) + α(--z_n ) = (.5)(-3.765) = w (baru) = w (lama) + α(--z_n )x = = w (baru) = w (lama) + α(--z_n )x = = ubah bobot pada z yatu : b (baru) = b (lama) + α(--z_n ) = = w (baru) = w (lama) + α(--z_n )x = =.8465 w (baru) = w (lama) + α(--z_n )x = =.5785 karena dalam teras yg pertama n mash terad perbakan bobot maka teras dlanutkan ke teras yg kedua, ketga,,sampa konds berhent tercapa. Slahkan htung sendr! Kalau tdak ada kekelruan dalam perhtungan maka konds berhent akan tercapa setelah 4 kal teras (4 epoch). Dalam hal n hasl akhr bobot dan bas yatu : w = -.73 w =.7 w =.53 w = -.33 b = -.99 b = -.9 Hasl Testng thd pola nput dengan memaka bobot dan bas yg ddapat dalam proses pelathan : Untuk pola nput pertama (,) dengan target ( ) z_n = b + w x + w x = (-.73)()+(.53)() = -.9 z_n = b + w x + w x = (.7)()+(-.33)() = -.5 z = f(z_n ) = f(-.9) = - z = f(z_n ) = f(-.5) = - y_n = b 3 + v z + v z =.5 + (.5)(-) + (.5)(-) = -.5 y = f(y_n) = f(-.5) = - ad output y=- sesua dengan target =- Untuk pola nput kedua (,-) dengan target () guw-6 5

35 z_n = b + w x + w x = (-.73)()+(.53)(-) = -3.5 z_n = b + w x + w x = (.7)()+(-.33)(-) =.6 z = f(z_n ) = f(-3.5) = - z = f(z_n ) = f(.6) = y_n = b 3 + v z + v z =.5 + (.5)(-) + (.5)() =.5 y = f(y_n) = f(.5) = ad output y= sesua dengan target = Untuk pola nput ketga (-,) dengan target () z_n = b + w x + w x = (-.73)(-)+(.53)() =.7 z_n = b + w x + w x = (.7)(-)+(-.33)() = z = f(z_n ) = f(.7) = z = f(z_n ) = f(-4.59) = - y_n = b 3 + v z + v z =.5 + (.5)() + (.5)(-) =.5 y = f(y_n) = f(.5) = ad output y= sesua dengan target = Untuk pola nput keempat (-,-) dengan target (-) z_n = b + w x + w x = (-.73)(-)+(.53)(-) = -.79 z_n = b + w x + w x = (.7)(-)+(-.33)(-) = -.93 z = f(z_n ) = f(-.79) = - z = f(z_n ) = f(-.93) = - y_n = b 3 + v z + v z =.5 + (.5)(-) + (.5)(-) = -.5 y = f(y_n) = f(-.5) = - ad output y =- sesua dengan target = - guw-6 5

36 BAB V Jarngan Heteroassocatve Memory o Jarngan syaraf HM adalah arngan dmana bobot-bobotnya dtentukan sedemkan shg arngan dpt menympan sekumpulan pola P. Tap-tap kumpulan pola adalah pasangan vektor (s(p), t(p)), dgn p =,,,P. o Tap vektor s(p) terdr dar n komponen, dan tap target t(p) terdr dar m komponen o Bobot dpt dcar dg memaka aturan Hebb(bab II) atau aturan Delta (bab IV) 5. Arstektur o Arstektur dar Jarngan Heteroassocatve memory : x w y x w y x n w nm y m Gambar 5. Arstektur Heteroassocatve Memory 5. Algortma pelathan o Algortma pelathan HM basanya memaka algortma Hebb atau Delta rule. Algortma Hebb untuk pengelompokan pola adalah : langkah : Bobot dber nla awal : w = ( =,,,n ; =,,,m) langkah : untuk tap pasangan nput dan target, s : t, lakukan langkah - 4 : langkah : set aktvas untuk unt nput : x = s ( =,,,n) langkah 3 : set aktvas untuk unt output : y = t langkah 4 : perbak nla bobot : w (baru) = w (lama) +x y o Algortma Hebb uga dapat dtentukan dgn perkalan matrk (outer product) antara pasangan vektor nput(s) dan output (t) untuk mendapatkan bobot w : s = (s,,s,,s n_ ) t = (t,,t,,t m_ ) ka S = s T dan T = t maka : s ST s t s n t t m guw-6 5 st st snt hasl kal ST adalah sama dengan matrk bobot w untuk menympan pasangan pola pelathan s : t. Bobot w bsa uga dnyatakan dgn.. s s s n t t t.. s s s n t t t m m m

37 w P p s ( p) t ( p) atau dalam bentuk yg lebh umum : w P p s T ( p) t( p) 5.3 Algortma testng o Algortma testng arngan HM yg dlath dgn algortma Hebb : Langkah : nsalsas bobot dgn aturan Hebb atau Delta Langkah : untuk tap vektor nput, kerakan langkah 4 Langkah : set aktvas dar unt nput sama dgn vektor nput sekarang Langkah 3 : htung nput arngan untuk unt output : y _ n n x w Langkah 4 : tentukan aktvas dar unt output : ka y _ n y ka y _ n ka y _ n y ka y _ n ka y _ n w w o Contoh 5.: Msalkan sebuah arngan HM dlath untuk menympan pola dar vektor nput s = (s, s, s 3, s 4 ) dan vektor output t = (t, t ) yatu : s s s 3 s 4 t t x (untuk target bpolar) (untuk target bner) x x 3 x 4 w w w 3 w 3 w 4 w 4 y y guw-6 53

38 Gambar 5. Jarngan HM : 4 nput dan output Pelathan : Langkah : semua bobot dber nla Langkah : untuk pasangan pola yg pertama s : t (,,,) (,) Langkah : x = ; x = ; x 3 = ; x 4 = Langkah 3 : y = ; y = Langkah 4 : w (baru) = w (lama) + x y = + = Semua bobot yg lan tetap Langkah : untuk pasangan pola yg kedua s : t (,,,) (,) Langkah : x = ; x = ; x 3 = ; x 4 = Langkah 3 : y = ; y = Langkah 4 : w (baru) = w (lama) + x y = + = w (baru) = w (lama) + x y = + = Semua bobot yg lan tetap Langkah : untuk pasangan pola yg ketga s : t (,,,) (,) Langkah : x = ; x = ; x 3 = ; x 4 = Langkah 3 : y = ; y = Langkah 4 : w 4 (baru) = w 4 (lama) + x 4 y = + = Semua bobot yg lan tetap tdak berubah Langkah : untuk pasangan pola yg keempat s : t (,,,) (,) Langkah : x = ; x = ; x 3 = ; x 4 = Langkah 3 : y = ; y = Langkah 4 : w 3 (baru) = w 3 (lama) + x 3 y = + = w 4 (baru) = w 4 (lama) + x 4 y = + = Semua bobot yg lan tetap tdak berubah Sehngga matrk bobotnya adalah : W cara lan untuk mendapatkan matrk bobot tersebut adalah dengan memaka perkalan matrk (outer product). Adapun langkahnya adalah : untuk pasangan pola yg pertama s = (,,,) ; t = (,) untuk pasangan pola yg kedua s = (,,,) ; t = (,) guw-6 54

39 guw-6 55 untuk pasangan pola yg ketga s = (,,,) ; t = (,) untuk pasangan pola yg keempat s = (,,,) ; t = (,) matrk bobot untuk menympan semua pasangan pola adalah hasl penumlahan dar setap matrk pasangan pola datas : w o Selanutnya kta lakukan Testng terhadap pola nput dgn menggunakan bobot w hasl pelathan.dgn memaka algortma testng dan fungs aktvas pola bner: Langkah : w Langkah : pola nput pertama, lakukan langkah 4 Langkah : x = (,,,) Langkah 3 : y_n = x w + x w + x 3 w 3 + x 4 w 4 = () + () + () + () = y_n = x w + x w + x 3 w 3 + x 4 w 4 = () + () + () + () = langkah 4 : y = f(y_n ) = f() = y = f(y_n ) = f() = (n menunukkan output yg benar untuk nput pertama) Langkah : pola nput kedua, lakukan langkah 4 Langkah : x = (,,,)

40 4 Langkah 3 : y_n = x w + x w + x 3 w 3 + x 4 w 4 = () + () + () + () = 3 y_n = x w + x w + x 3 w 3 + x 4 w 4 = () + () + () + () = langkah 4 : y = f(y_n ) = f(3) = y = f(y_n ) = f() = (n menunukkan output yg benar untuk nput kedua) Langkah : pola nput ketga, lakukan langkah 4 Langkah : x = (,,,) Langkah 3 : y_n = x w + x w + x 3 w 3 + x 4 w 4 = () + () + () + () = y_n = x w + x w + x 3 w 3 + x 4 w 4 = () + () + () + () = langkah 4 : y = f(y_n ) = f() = y = f(y_n ) = f() = (n menunukkan output yg benar untuk nput ketga) Langkah : pola nput keempat, lakukan langkah Langkah : x = (,,,) Langkah 3 : y_n = x w + x w + x 3 w 3 + x 4 w 4 = () + () + () + () = y_n = x w + x w + x 3 w 3 + x 4 w 4 = () + () + () + () = 3 langkah 4 : y = f(y_n ) = f() = y = f(y_n ) = f(3) = (n menunukkan output yg benar untuk nput keempat o Proses Testng thd pola nput uga dpt dlakukan dgn menggunakan matrk yatu : w Langkah : Langkah : untuk vektor nput pertama : Langkah : x = (,,,) Langkah 3 : x W = (y_n,y_n ) (,) Langkah 4 : f() = ; f() = y = (,) atau semua proses dar langkah 4 dnyatakan dgn : guw-6 56

41 x W = (y_n, y_n ) y (,) (,) atau sngkatnya : (,,,) W = (,) (,) sehngga hasl testng untuk 3 vektor nput lannya adalah : (,,,) W = (3,) (,) (,,,) W = (,) (,) (,,,) W = (,3) (,) o Contoh 5. : Coba lakukan testng thd matrk bobot w yg ddapat pada contoh 5. dgn data nput yg mrp dgn data nput pelathan yatu x = (,,,). Jawab : Pola nput x (,,,) berbeda dgn vektor pelathan s=(,,,) pada komponen yg pertama. Hasl testng dar pola nput n : (,,,) w = (,) (,) Hasl testng n menunukkan bahwa arngan mash dpt mengelompokkan data testng n ke dalam salah satu pola dalam pelathan o Contoh 5. : Coba lakukan testng thd matrk bobot w yg ddapat pada contoh 5. dgn data nput yg mrp dgn data nput pelathan yatu x = (,,,). Jawab : Pola nput x (,,,) berbeda dgn vektor pelathan s=(,,,) pada komponen yg pertama. Hasl testng dar pola nput n : (,,,) w = (,) (,) Hasl testng n menunukkan bahwa arngan mash dpt mengelompokkan data testng n ke dalam salah satu target pola dalam pelathan o Contoh 5.3 : Coba lakukan testng thd matrk bobot w yg ddapat pada contoh 5. dgn data nput yg tdak mrp dgn data nput pelathan yatu x = (,,,). Jawab : Pola nput x (,,,) berbeda dgn vektor pelathan s=(,,,) pada komponen yatu komponen pertama dan ketga. Hasl testng dar pola nput n : (,,,) w = (,) (,) Hasl testng n menunukkan bahwa arngan tdak dpt mengelompokkan data testng n ke dalam salah satu target pola dalam pelathan. Jad ka ada buah komponen yg berbeda pada vektor nput maka arngan tdak akan mampu mengelompokkan data nput tsb ke dalam salah satu target pelathan. o Contoh 5.4: Msalkan arngan HM dlm contoh 5. dlath untuk menympan pola vektor nput dan output bpolar yatu : s s s 3 s 4 t t guw-6 57

42 guw Jka kta paka cara perkalan matrk (outer product). Adapun langkahnya adalah : untuk pasangan pola yg pertama s = (,-,-,-) ; t = (,-) untuk pasangan pola yg kedua s = (,,-,-) ; t = (,-) untuk pasangan pola yg ketga s = (-,-,-,) ; t = (-,) untuk pasangan pola yg keempat s = (-,-,,) ; t = (-,) matrk bobot untuk menympan semua pasangan pola adalah hasl penumlahan dar setap matrk pasangan pola datas : w o Salah satu kelebhan memaka pola bpolar adalah dalam menyatakan bentuk gangguan (nose) dalam data nput. Jka kta anggap ada dua bentuk nose yatu : data salah (mstake) dan data hlang (mssng) dan ka nose dnyatakan dalam pola bpolar yatu : ya tdak

43 ragu-ragu (unsure) ad untuk kasus data hlang (mssng) : dgn sedang untuk kasus data salah (mstake) : dgn ya = ragu ; tdak = ragu atau dnyatakan dgn ; - dnyatakan ya = tdak ; tdak = ya atau dnyatakan dgn ; dnyatakan o Salah satu kelebhan memaka pola bpolar adalah dalam menyatakan bentuk gangguan (nose) dalam data nput. Jka kta anggap ada dua bentuk nose yatu : data salah (mstake) dan data hlang (mssng) dan ka nose dnyatakan dalam pola bpolar yatu : o Msal ka kta testng matrk bobot W yg ddapatkan dalam contoh 5.4.(bpolar) dengan nput data salah pada komponen (data pertama dan ketga) yatu (-,,-) (-,,,-) W = (,) (,) hal n menunukkan respon yg mash salah dar arngan thd pola nput tsb. o Dan msal ka kta testng matrk bobot W yg ddapatkan dalam contoh 5.4.(bpolar) dengan nput data hlang pada komponen (data pertama dan ketga) yatu (,,-) maka : (,,,-) W = (6,-6) (,-) hal n menunukkan respon yg benar dar arngan thd pola nput tsb. o Contoh 5.5. : Msal ka kta melath arngan syaraf HM dgn 3 pasangan pola pelathan spt d bawah n. Input (s) terdr dar 63 komponen dan output (t) terdr dar 5 komponen. Pola Pola Pola 3... #... # # # # #.... # # #..... #... #.... #.. #... #... #. #... #. #..... # # #. #..... # # # #.. #. #.. #. # #.... #. #. # # #.... # # #.. # # # # # # # #.. # #. # #... #... #. #. # #.... #. #. # # #... #... #. #. # #..... # # #. #..... # # # # #..... # #.... #.. #... #. #..... # # # # # #.... # # #.. s() t() s() t() s(3) t(3) dmana : # = dan. = - a)gambarkan arstektur arngan HM dan tentukan matrk bobot W dgn pelathan. Kemudan lakukan testng thd pola nput dgn bobot W tersebut. Bagamana haslnya? b)buktkan hasl testng dar pola-pola berkut n : $.. #... $.. #.. $ $.. #.. $... # # #. $... #. #... #. $. #. #... #. $. #. #... #... #. #.. #. #.. #. #.. #. #.. #. #.. #. # guw-6 59

44 .. # # #.. # # # $. # # #. $ # # # $. # # #. $ # # #. #... #. #. #. #... #. #. #. # $.. #. #. #. #. $. #. #. #. #. $. # $ #. #. #. $. # $ #. # #.. $.. # #.. $.. # #. $. # #.. $.. # #.. $.. # #.. $.. # nput output nput output nput output $.. #.. $... # # #. $.... o o... $. #. #. $. #... #. #... #... o. #... #... #. #. $ #. #.. o. #.. #. #.. o. #.. #. # $. # # #. $ # # #.. # o #.. # # #.. # o o.. # # #. # $.. #. #. #. #... o. #. #. #... o. #. #. #. $. # $ #. #. #... o. #. #. #... o. #. # #. $ $.. # #..... # o... # #.. $. $ # #..... # o..... # nput output nput output nput output dmana nose $ dan o dlambangkan dengan : $ = ; o = - c)buktkan hasl testng dar pola-pola berkut n :.. $ #. $. o # # o #.. $. # o #. $. $. # $.. #. $.. #.. # $.. o. $. # $ #. $. #. # $.. $. # # #. # $.. $. # # # #.. o. # $. #. # o.. $. o. #. # o.. $.. $ #... $ # # o.. # # # # # o # # $. # #. #. $.. $. #... #. $. #. #. # # $.. $ o. #. # # $.. $.. #... # $.. o. #. # o.. $.. o # #. o.. $.. o # # # # $.. $. # #. $.. o.. # $.. o. o.. $.. o # o # # o.... $ # # o. nput output nput output nput output dmana nose $ dan o dlambangkan dengan : $ = ; o = - guw-6 6

45 BAB VI Jarngan Autoassocatve Memory o Jarngan syaraf AM merupakan bentuk khusus dar Jarngan HM o Jarngan AM, vektor nput dan target dar pola pelathan adalah dentk o Proses pelathan dsebut dgn proses penympanan vektor o Vektor yg sudah tersmpan n dapat dkenal dar vektor nput yg tdak sempurna (nose) o Unuk kera arngan dpt dnla dar kemampuannya untuk menghaslkan polapola yg sudah tersmpan walaupun dberkan nput yang tdak sempurna (bernose atau hlang sebagan) o Umumnya kemampuan arngan yg dlath dengan pola vektor bpolar akan lebh bak dar pelathan dengan vektor bner o Serngkal dagonal dar matrk bobot hasl pelathan nlanya dbuat. Hal n untuk menngkatkan kemampuan arngan khususnya ka arngan dpaka untuk menympan lebh dar satu vektor 6. Arstektur x w y x w y x n w nm y n 6. Algortma pelathan o Algortma pelathan AM basanya memaka algortma Hebb o Vektor nput dan output adalah sama (ml unt output = ml unt nput) langkah : Bobot dber nla awal : w = ( =,,,n ; =,,,m) langkah : untuk tap vektor yg akan dsmpan, lakukan langkah - 4 : langkah : set aktvas untuk unt nput : x = s ( =,,,n) langkah 3 : set aktvas untuk unt output : y = t langkah 4 : perbak nla bobot : w (baru) = w (lama) +x y o basanya dalam praktek bobot W dapat dhtung dgn rumus : w Gambar 6. Arstektur Autoassocatve Memory P p s T ( p) s( p) guw-6 6

46 6.3. Aplkas o sesudah pelathan arngan AM dpt dpaka untuk mengetes apakah sebuah vektor nput dpt dkenal atau tdak oleh arngan o Jarngan akan dpt mengenal sebuah vektor ka da bsa menghaslkan pola aktvas pada unt output yg sama dengan vektor yang tersmpan dalam arngan tsb. o Langkah-langkah testng adalah : langkah : set bobot (dgn aturan Hebb atau Outer Product) langkah : untuk tap vektor nput yg akan dtestng, lakukan langkah - 4 : langkah : set aktvas untuk unt nput sama dengan vektor nput langkah 3 : htung nput arngan utuk masng-masng unt output y _ n x w ;,,... n langkah 4 : gunakan fungs aktvas ( =,,,m) ka y _ n y f ( y _ n ) ka y _ n contoh 6. : Andakan kta ngn menympan sebuah vektor nput (,,,-) ke dalam arngan A.M. Setelah pelathan kta ngn mengetes apakah arngan dapat mengenal vektor nput tsb. Langkah : vektor s = (,,,-) dsmpan dengan matrk bobot : P T w s ( p) s( p) w p Hasl testng dar vektor nput thd matrk bobot w hasl pelathan : Langkah : untuk tap-tap vektor nput : Langkah : x = (,,,-) Langkah 3 : y_n = (4,4,4,-4) Langkah 4 : y = f(4,4,4,-4) = (,,,-) Ternyata hasl output y sama dgn vektor nput. Berart arngan dpt mengenal vektor nput tsb. Proses testng uga bsa dlakukan dengan cara : (,,,-) W = (4,4,4,-4) (,,,-) Contoh 6. : Mengu arngan AM dgn beberapa vektor nput dgn satu komponen salah(mstake). Adapun vektor tsb adalah : (-,,,-), (,-,,-), (,,-,-), dan (,,,) Hasl testng : guw-6 6

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS)

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS) JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS) (Artificial Neural Networks) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah JST JST : merupakan cabang dari Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence ) JST : meniru

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi)

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi) 0 Oktober 206 Analtk Data Tngkat Lanut (Regres) Imam Cholssodn mam.cholssodn@gmal.com Pokok Bahasan. Konsep Regres 2. Analss Teknkal dan Fundamental 3. Regres Lnear & Regres Logstc (Optonal) 4. Regres

Lebih terperinci

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Sebelum suatu Jarngan Neural Buatan (JNB) dgunaan untu menglasfasan pola, terlebh dahulu dlauan proses pembelaaran untu menentuan strutur arngan, terutama dalam penentuan nla bobot.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA SIDIK JARI DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BIDIRECTIONAL ASSOCIATIVE MEMORY

IDENTIFIKASI POLA SIDIK JARI DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BIDIRECTIONAL ASSOCIATIVE MEMORY Anfudn Azz dan Tanzl Kurnawan, Identfkas Pola Jar IDENTIFIKASI POLA SIDIK JARI DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BIDIRECTIONAL ASSOCIATIVE MEMORY (Frnger Prnt Pattern Identfcaton by Bdrectonal Assocatve Memory

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan PENGURUTAN DATA A. Tuuan Pembahasan dalam bab n adalah mengena pengurutan data pada sekumpulan data. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengurutan data yang secara detl akan dbahas ddalam bab n.

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE 1 PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SARAF TIRUAN METODA HEBBRULE un Ennggar 1, Wahyul Amen Syafe, ST, MT 2, Bud Setyono,ST,MT 2 Jurusan Teknk Elektro, Fakultas Teknk Unverstas, Dponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES TRAINING UNTUK MENDUKUNG PENENTUAN KUALITAS AIR MINUM KEMASAN

RANCANGAN PROSES TRAINING UNTUK MENDUKUNG PENENTUAN KUALITAS AIR MINUM KEMASAN RANCANGAN PROSES TRAINING UNTUK MENDUKUNG PENENTUAN KUALITAS AIR MINUM KEMASAN Erfant Fatkhyah Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr, Insttut Sans & Teknolog AKPRIND Yogyakarta Emal: erfunthye@yahoocod

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

Hybrid intelligent system adalah kombinasi lebih dari dua teknologi cerdas.

Hybrid intelligent system adalah kombinasi lebih dari dua teknologi cerdas. Teny Handhayan Pendahuluan Hybrd ntellgent system adalah kombnas lebh dar dua teknolog cerdas. Contohnya kombnas Neural Network dengan Fuzzy membentuk Neuro-fuzzy system Perbandngan Expert Systems, Fuzzy

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD

PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD Semnar Nasonal Sstem dan Informatka 2007; Bal, 6 November 2007 PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD Nur Hasanah ) Istkhomah 2) Taufq Hdayat 3) Sr Kusumadew 4) Jurusan

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON Madha Chrstan Wbowo 1) Sandy Wrakusuma 2) 1) S1 Sstem Komputer, STIKOM Surabaya, emal: madha@stkom.edu 2) S1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : JURNA MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : 1410-8518 MASAAH RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN JAAN MENGGUNAKAN AMPU AU-INTAS Stud Kasus: Rute Peralanan Ngesrep Smpang ma Eko Bud

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN Latar elakang Sekolah merupakan salah satu bagan pentng dalam penddkan Oleh karena tu sekolah harus memperhatkan bagan-bagan yang ada d dalamnya Salah satu bagan pentng yang tdak dapat dpsahkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 12 3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 3.1 Metode Heurstk Metode heurstk merupakan salah satu metode penentuan solus optmal dar permasalahan optmas kombnatoral. Berbeda dengan solus eksak yang menentukan nla

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3) PERCG JRIG KSES KBEL (DTG3E3) Dsusun Oleh : Hafdudn,ST.,MT. (HFD) Rohmat Tulloh, ST.,MT (RMT) Prod D3 Teknk Telekomunkas Fakultas Ilmu Terapan Unverstas Telkom 015 Peramalan Trafk Peramalan Trafk Peramalan

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februar 2015 PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON Madha Chrstan Wbowo 1), I Dewa Gede Ra Mardana 2), Sandy Wrakusuma 3) 1), 2), 3)

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012 Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

Penggunaan Sifat Pengingat Asosiatif Pada Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Diskret Untuk Pemulihan Data

Penggunaan Sifat Pengingat Asosiatif Pada Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Diskret Untuk Pemulihan Data Penggunaan Sfat Pengngat Asosatf Pada Jarngan Syaraf Truan Hopfeld Dskret Untuk Pemulhan Data Recoverng Data Usng Assocatve Memores of Dscrete Hopfeld Neural Netorks Agung Mubyarto Program Stud Teknk Elektro

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph TINJAUAN PUSTAKA Bayesan Networks BNs dapat memberkan nformas yang sederhana dan padat mengena nformas peluang. Berdasarkan komponennya BNs terdr dar Bayesan Structure (Bs) dan Bayesan Parameter (Bp) (Cooper

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Revew Peneltan Sebelumnya 2.1. Pengembangan model matematk horson waktu dskret optmal untuk penjadwalan job banyak operas tunggal pada mesn alternatf [Sukendar, 2007] Notas a. Hmpunan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 9 BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab n bers penjelasan mengena langkah-langkah perhtungan serta prosedurprosedur yang dgunakan untuk menemukan solus atas rumusan masalah pada Bab. Dalam bab n juga akan dtamplkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant)

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant) PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Stud Kasus : Metode Secant) Melda panjatan STMIK Bud Darma, Jln.SM.Raja No.338 Sp.Lmun, Medan Sumatera Utara Jurusan Teknk Informatka e-mal : meldapjt.78@gmal.com

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 II TINJUN PUSTK 2.1 Manaemen Proyek 2.1.1 Pengertan Manaemen Proyek Sebelum mengemukakan apa art dar Manaemen Proyek, terlebh dahulu akan mengetahu art dar Manaemen dan Proyek tu. Menurut Hamng dan Nurnaamuddn

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saham Saham merupakan salah satu produk yang dperjualbelkan d pasar modal. Saham dapat ddefnskan sebaga tanda penyertaan atau kepemlkan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat Bab III Analss dan Rancangan Sstem Kompres Kalmat Bab n bers penjelasan dan analss terhadap sstem kompres kalmat yang dkembangkan d dalam tess n. Peneltan n menggunakan pendekatan statstcal translaton

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK REGRESI NON LINIER ANALISIS REGRESI REGRESI LINEAR REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUADRATIK REGRESI KUBIK Membentuk gars lurus Membentuk Gars Lengkung Regres

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sebagai referensi awal, dalam Tugas Akhir ini [Suryono

BAB II DASAR TEORI. Sebagai referensi awal, dalam Tugas Akhir ini [Suryono BAB II DASAR TEORI 2.1 Anesthesa Sebaga reerens aal, dalam Tugas Akhr n [Suryono ugroho,1999] baha vaporzer merupakan bagan terpentng dar system pneumatc pada mesn anesthesa Model Major Internatonal 400

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PROBABILITAS DAN MODEL TRAFIK

BAB II PENDEKATAN PROBABILITAS DAN MODEL TRAFIK Dktat Rekayasa Trafk BB II PDKT PROBBILITS D MODL TRFIK 2. Pendahuluan Trafk merupakan perstwa-perstwa kebetulan yang pada dasarnya tdak dketahu kapan datangnya dan berapa lama akan berlangsung. Maka untuk

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

Abstraksi. Abstraksi. Abstraksi. Property SP (single short shortest path) 4/29/2010. Berapa pa th yang mungkin dari garaph G tadi?

Abstraksi. Abstraksi. Abstraksi. Property SP (single short shortest path) 4/29/2010. Berapa pa th yang mungkin dari garaph G tadi? Termnolog Sngle source shortest path djkstra wjanarto Djkstra s algorthm d paka untuk menemukan shortest path dar satu source ke seluruh vertek dalam graph. Algo n menggunakan 2 hmp node yatu S dan C.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan :

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan : Analss Regres Pokok Bahasan : Dagnosa Model Melalu Pemerksaan Ssaan dan Identfkas Pengamatan Berpengaruh Itasa & Y Angran Dep. Statstka FMIPA-IPB Ssaan Ssaan adalah menympangnya nla amatan y terhadap dugaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

UKURAN GEJALA PUSAT &

UKURAN GEJALA PUSAT & UKURAN GEJALA PUSAT & UKURAN LETAK UKURAN GEJALA PUSAT & LETAK Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengena suatu populas atau sampel Ukuran yang merupakan wakl kumpulan data mengena populas atau sampel

Lebih terperinci