RANCANGAN PROSES TRAINING UNTUK MENDUKUNG PENENTUAN KUALITAS AIR MINUM KEMASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANGAN PROSES TRAINING UNTUK MENDUKUNG PENENTUAN KUALITAS AIR MINUM KEMASAN"

Transkripsi

1 RANCANGAN PROSES TRAINING UNTUK MENDUKUNG PENENTUAN KUALITAS AIR MINUM KEMASAN Erfant Fatkhyah Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr, Insttut Sans & Teknolog AKPRIND Yogyakarta Emal: ABSTRAK Ar mnum kemasan harus memenuh standar baku yang telah dtentukan Penentuan kualtas ar mnum kemasan salah satunya menggunakan metode jarngan syaraf truan yang d dalamnya terdapat proses tranng dan proses penentuan kualtas ar mnum kemasan tersebut Peneltan n memaparkan rancangan proses tranng, hasl dar proses tranng berupa bobot akhr, bobot akhr n yang dpergunakan dalam proses penentuan kualtas ar mnum kemasan Proses tranng dlakukan dengan nla α dan θ yang berbeda-beda Dar proses tranng yang dlakukan, dperoleh bobot akhr yang dapat dgunakan pada proses untuk menentukan kualtas ar mnum kemasan yang sesua dengan standar baku mutu ar mnum kemasan Ar mnum kemasan dnyatakan layak untuk dkemas dan dkonsums apabla memenuh standar baku mutu ar mnum kemasan Kata kunc : proses tranng, ar mnum kemasan, jarngan syaraf truan PENDAHULUAN Kebutuhan ar mnum kemasan sudah menjad kebutuhan pokok bag masyarakat, terutama masyarakat perkotaan Berbaga merek ar mnum kemasan dapat menjad plhan bag masyarakat dalam memlh dan mengkonsums ar mnum kemasan tersebut, tetap tdak semua ar mnum kemasan termasuk kategor ar mnum yang sehat dan aman, ar mnum kemasan yang sehat dan aman harus memenuh standar baku mutu ar mnum yang dcek secara berkala Standar baku mutu ar mnum merupakan standar dalam menentukan kualtas ar mnum kemasan yang sehat dan aman untuk dkonsums Proses pengolahan ar mnum kemasan melalu tahapan yang sudah dtentukan oleh prosedur pengolahan ar mnum kemasan Unsur-unsur dalam ar dukur dan dcek, kemudan dproses sesua ketentuan pemrosesan ar mnum kemasan dan dkemas dalam kemasan yang sesua ketentuan kemasan ar mnum, sehngga menghaslkan ar mnum kemasan yang berkualtas Salah satu cara membantu proses penentuan kualtas ar mnum kemasan adalah dengan menggunakan model jarngan syaraf truan, yang d dalamnya terdapat proses tranng dan proses penentuan ar mnum kemasan Proses tranng n sangat bermanfaat untuk proses selanjutnya, karena proses tranng menghaslkan bobot akhr yang akan dpaka pada proses penentuan kualtas ar mnum kemasan Peneltan n hanya membahas rancangan proses tranng yang dpergunakan dalam model jarngan syaraf truan Pada proses tranng terdapat pemasukan data unsur-unsur dalam ar, normalsas, dan feedfoward yang akhrnya dperoleh bobot akhr, yang akan dpergunakan dalam proses penentuan Peneltan n bertujuan membuat rancangan proses tranng yang merupakan salah satu proses dalam metode jarngan syaraf truan untuk penentuan kualtas ar mnum dalam kemasan Peneltan n menggunakan beberapa tahapan dalam membuat rancangan proses tranng, yatu: preprocessng, yatu menyapkan data yang terdr dar 20 (dua puluh) unsur yang terkandung dalam ar (TDs, PH, Kekeruhan ar, warna ar, bau ar, rasa ar, Bes, Mangan, zat organk, Fluorda, Boron, Arsen, Bakter bentuk Kol, Salmonella, Ntrat, Ntrt, Tmbal, Kadmum, Sellenum, dan Klor bebas), lalu dlakukan normalsas data yang memetakan data menjad nla antara 0 dan 1 Tahapan selanjutnya membuat arstektur proses tranng dengan metode sngle layer perceptron, menentukan nput, bobot awal, learnng rate, threshold dan target Pembuatan dagram alr data merupakan tahapan berkutnya, dan terakhr merancang antar muka untuk proses tranng tersebut Peneltan-peneltan yang mendukung rset rancangan proses tranng untuk mendukung penentuan kualtas ar mnum kemasan adalah mplementas Jarngan Syaraf Truan Mult-Layer Perceptron Feedfoward dengan Hdden Layer Tunggal pada prakraan cuaca (Ukkas, 2005), peneltan tentang jarngan syaraf truan prakraan cuaca n menggunakan mult-layer perceptron feedfoward dengan algortma pembelajaran yang dgunakan adalah propagas balk dan adanya proses pembelajaran (tranng) dlakukan dengan metode terbmbng (supervsed learnng) dengan parameter B-294

2 berupa data-data cuaca selama kurun waktu tertentu Proses pembelajaran n dlakukan berulangulang (teras) pada objek nput yang dplh, sehngga suatu saat pada proses pembelajaran apabla telah dperoleh nla output dar nput-nput dengan target nla yang dberkan, maka pembelajaran dhentkan Bustam, dkk (2006) menelt permukaan ar setap harnya d sunga bedup, Sarawak, dengan menggunakan metode Mult Layer Perceptron (MLP) Neural Networks dan Probablstc Neural Networks (PNN), metode n dgunakan untuk mengklasfkaskan kualtas ar dengan contoh d tempat dan waktu yang berbeda, ada 7 (tujuh) tempat d jalur utama sunga, dambl d saat ar rendah, normal dan tngg dalam kurun waktu , dkelompokkan dalam 5 (lma) klas dengan faktor yang dukur DO, COD, NH 2, Hydroxy benzene, CN, As, Hg, Cr +6,Pb dan Cd Peneltan lan tentang predks parameter kualtas ar sunga Johor yang dlakukan oleh Najah, dkk (2009), dengan parameter conductvty, Total Dssolved Sold (TDs), Turbdty dan total sold, dengan menggunakan metode MLP (Mult Layer Perceptron) Peneltan-peneltan d atas, memperlhatkan bahwa dalam model jarngan syaraf truan terdapat proses tranng yang dapat dgunakan untuk mendukung metode perceptron dalam mempredks atau mendeteks maupun mengdentfkas suatu permasalahan yang nantnya dapat dambl kesmpulan atau solus METODE Proses tranng dalam peneltan n menggunakan model jarngan syaraf truan dengan metode sngle layer perceptron yang dpaka untuk mendukung penentuan kualtas ar dalam kemasan, bahwa ar mnum tersebut nantnya dapat danggap layak untuk dkemas atau tdak layak dkemas Input proses tranng berupa 20 (dua puluh) unsur-unsur ar dan output berupa bobot akhr yang dpergunakan pada proses selanjutnya yatu proses penentuan Salah satu model Jarngan Syaraf Truan yang serng dgunakan untuk pembelajaran adalah metode perceptron, yang merupakan metode pembelajaran dengan pengawasan dalam sstem jarngan syaraf Metode pelathan perceptron merupakan suatu metode pelathan yang lebh kuat dar metode Hebb Prosedur dalam pelathan tersebut terutama dalam teras dapat membuat output dar bobot menjad konvergen (Fausett, 1994) Model jarngan terdr atas beberapa unt nput (dtambah sebuah bas), dan memlk sebuah unt output Hanya fungs aktvas bukan suatu fungs bner (atau bpolar), tetap memlk kemungknan nla -1, 0 atau 1 Metode perceptron secara umum adalah salah satu model dalam jarngan syaraf truan dengan lapsan tunggal (sngle layer) yang bobot-bobot dan basnya dapat dlath untuk menghaslkan vektor nput yang bersesuaan Metode perceptron termasuk dalam salah satu bentuk model jarngan syaraf truan yang sederhana Metode perceptron basanya dgunakan untuk mengklasfkaskan suatu tpe pola tertentu yang serng dkenal dengan stlah pemsahan secara lnear Pada dasarnya metode perceptron pada model jarngan syaraf dengan satu lapsan memlk bobot yang bsa datur dengan suatu nla ambang Algortma yang dgunakan oleh aturan perceptron n akan mengatur parameterparameter bebasnya melalu proses pembelajaran Fungs aktvas dbuat sedemkan rupa sehngga terjad pembatasan antara daerah postf dan daerah negatf Teknk pelathan yang akan dgunakan basanya dsebut the perceptron learnng rate Metode n banyak yang memanfaatkannya, karena kemampuannya dalam melakukan generalsas dar vektor-vektor lathannya, lalu bekerja dengan koneks-koneks tersebar secara acak Metode perceptron menghtung output yang dhaslkannya menggunakan persamaan berkut n : x * w b 0 (1) Keterangan : x adalah vektor nput yang dmasukkan ke dalam jarngan w adalah vektor bobot b adalah bas Arstektur jarngan syaraf truan sngle layer perceptron, yang terdr dar lapsan nput, bobot, maupun lapsan output Pada peneltan n jumlah nput ada 20 node dan 1 node output B-295

3 x 1 w 1 x 2 w 2 x 3 w 3 y x 4 w 4 w 20 x 20 Nla Input Lapsan Input Lapsan Output Nla Outpu Gambar 1 Arstektur jarngan syaraf truan sngle layer perceptron Algortma pelathan perceptron adalah msalkan s sebaga vektor masukan, t adalah target keluaran, α adalah learnng rate, θ adalah nla threshold (Krstanto, 2004) Adapun algortma untuk pelathan perceptron sebaga berkut : Langkah 0 : Insalsas semua bobot dan bas (umumnya w=b=0) Set laju pembelajaran α ( 0 < α 1) (untuk penyederhanaan set α =1) Langkah 1 : Selama konds berhent benla FALSE atau selama ada elemen vektor masukan yang respon unt keluarannya tdak sama dengan target (y t), lakukan langkahlangkah 2 6 Langkah 2 : Untuk setap pasangan (s, t), kerjakan langkah 3 5 Pada langkah n epoh = epoh + 1 Epoh akan berhent jka y = t Langkah 3 : Set aktvas unt masukan x = s ( = 1,, n) Langkah 4 : Htung respon untuk unt output : net x w b (2) 1 jka net > f(x) = 0 jka - net (3) -1 jka net Langkah 5 : Perbak bobot dan bas pola jka terjad kesalahan, jka y t, maka : w ( baru) w ( lama) * t * x (4) b ( baru) b( lama) * t Jka tdak, maka : w ( baru) w ( lama) (5) b( baru) b( lama) Langkah 6 : Test konds berhent, jka tdak terjad perubahan bobot pada epoh tersebut, maka konds berhent akan bernla TRUE, namun jka mash terjad perubahan, maka konds berhent akan bernla FALSE Ar mnum kemasan yang sehat dapat dlhat secara fsk, kma dan mkrobolog Secara fsk, ar yang sehat dapat dlhat dar kejernhannya, ar tdak berbau, dan ar tdak berasa, sedangkan secara kmaw, ar mnum kemasan yang sehat memlk kadar ph-nya netral dan kandungan mneralmneralnya terbatas dan secara mkrobolog, ar mnum kemasn yang sehat tdak mengandung E col B-296

4 dan salmonela Pengukuran kualtas ar mnum kemasan menggunakan alat yang sesua untuk masngmasng unsur dalam ar mnum kemasan tersebut, msalnya untuk mengetahu TDs pada ar dgunakan alat yang dnamakan TDs meter, untuk mengetahu PH atau keasaman/kebasaan ar dapat dukur dengan menggunakan alat pengukur PH dgtal, dan sebaganya Unsur-unsur yang terkandung dalam ar jumlahnya cukup banyak, hanya saja untuk mendapatkan kualtas ar mnum kemasan yang bak terdapat 34 (tga puluh empat) unsur-unsur ar yang harus sesua dengan standar baku mutu ar mnum Pada peneltan n dambl 20 (dua puluh) unsur-unsur ar saja yang harus sesua dengan SNI (Standar Nasonal Indonesa) dengan pertmbangan bahwa ke-20 (kedua puluh) unsur-unsur tersebut mendukung karakterstk ar d wlayah DIY (sumber ar mnum kemasan dalam peneltan berada d wlayah Sleman), 20 (dua puluh) unsur-unsur ar mnum tersebut adalah: keadaan secara fsk ada 3 krtera uj, yatu: bau, rasa, dan warna, PH, kekeruhan, zat yang terlarut (TDs/Total Dssolved sold), zat Organk (angka KM n O 4 ), Ntrat (sebaga NO 3 ) dan Ntrt (sebaga NO 2 ), Fluorda (F), Bes (Fe), Mangan (Mn), Klor bebas (Cl 2 ), Boron (B), Selenum (Se), Tmbal (Pb), Kadmum (Cd), Cemaran Arsen, serta cemaran mkroba, yang hanya dambl 2 krtera uj, yatu: bakter bentuk kol dan salmonella PEMBAHASAN Analsa proses proses tranng ada beberapa langkah, yatu: langkah pertama: sebelum ke proses tranng terlebh dahulu data dnormalsas, tahap n menjalankan transformas data dalam bentuk normalsas ke nla spesfk dalam batas nla 0 dan 1 Semua data dtransformas, kecual bau ar, rasa ar, dan salmonella, karena nla data tersebut hanya 0 dan 1, nla 0 untuk berbau, berasa dan postf (ada salmonella), sedangkan nla 1 untuk tdak berbau, tdak berasa, dan negatf (tdak ada salmonella) Proses transformas n serng dsebut dengan pemetaan yang bertujuan agar konvergens lebh cepat tercapa, jka nla rata-rata dar nput data tranng mendekat nol Pemetaan n dlakukan untuk menyapkan nput dan target dengan menggunakan mn-max normalzaton Cara mn-max normalsas dplh, agar data berada pada nterval 0-1, hal n berkatan dengan fungs aktvas yang dgunakan yatu fungs threshold bpolar Data-data yang ada dalam faktor tersebut sebelum menjad nput pada jarngan terlebh dahulu dlakukan normalsas, agar data-data tersebut berada pada nterval 0-1 Cara n dsarankan oleh LeCun, dkk (1998), yang menunjukkan bahwa konvergens umumnya akan lebh cepat tercapa jka nla rata-rata dar nput data tranng mendekat nol Rumus mn-max normalzaton sepert yang dperkenalkan oleh Berry dan Lnnof (2000), dengan rumus d bawah n : N Mn N ' ( New _ Max New _ Mn) New _ Mn (6) Max Mn Keterangan : N : nla pemetaan N : nla orgnal Mn : nla batas terendah Max : nla batas tertngg New_Max : nla batas terbesar dalam pemetaan New_Mn : nla batas terkecl dalam pemetaan Langkah kedua: settng nla awal untuk bas, bobot, learnng rate, dan threshold Langkah ketga: proses feedfoward, menghtung respon untuk unt output Langkah keempat: proses perceptron, memperbak bobot dan bas sampa tercapa konds y = t Bobot akhr akan dpergunakan pada proses penentuan kualtas Proses tranng jarngan dmula dengan melakukan data pre-processng untuk mempersapkan data tranng ke dalam bentuk data nput yang sap dmasukkan ke dalam jarngan Selanjutnya nsalsas parameter-parameter Fungs aktvas yang dgunakan adalah fungs threshold bpolar yang nlanya berada pada nterval [-1,1] Hasl normalsas data nput dperoleh dengan B-297

5 menggunakan rumus mn-max normalzaton Selanjutnya jarngan dlath dengan menggunakan parameter yang telah dtentukan Proses tranng merupakan proses teras dan peng-update-an bobot yang terus berjalan apabla output tdak sama dengan target (y t) Proses pelathan dmula dengan pembacaan nsalsas bobot Data ar yang telah dnormalsas kemudan dlath secara feedfoward (umpan maju), sampa teras berhent yatu pada saat output sama dengan target (y = t) Proses n dlakukan secara berulang hngga konds berhent bernla true (tdak terjad perubahan bobot) Nla bobot akhr yang dperoleh selanjutnya dgunakan pada proses penentuan Proses tranng dawal dengan normalsas data nput ke dalam nterval [0,1], selanjutnya dproses secara umpan maju (feedforward) oleh jarngan, sehngga menghaslkan suatu output Error yang dperoleh dar selsh antara output jarngan dengan data target kemudan dperceptron hngga menghaslkan suatu bobot baru Proses peng-update-an bobot berlangsung hngga selama output tdak sama dengan target Dagram alr data (DFD) untuk proses tranng dapat dlhat pada gambar 2 User 11 Normalsa s data tranng Range [0,1] 12 feed forward Nla bobot Fle bobot 13 Perceptron Bobot baru Fle bobot Bobot akhr Gambar 2 Data Flow Dagram Proses Tranng Rancangan user nterface merupakan bagan yang sangat pentng, karena software yang memlk knerja handal tetap tdak famlar, maka software tersebut akan tdak banyak berguna Desan antar muka proses tranng kualtas ar mnum kemasan dkembangkan pada perangkat lunak menggunakan sstem yang user frendly Aplkas untuk jarngan syaraf truan model perceptron n sudah berbass GUI, d dalamnya terdapat con-con yang dapat mempermudah user dalam pemakaan aplkas dan membuat menark aplkas perangkat lunak n Antar muka jendela proses tranng dapat dlhat pada gambar 3, bers tamplan data awal, tamplan hasl normalsas, tamplan hasl proses tranng, serta tamplan komentar pendukung Rancangan antar muka settng dapat dlhat pada gambar 4, yang merupakan antar muka sebelum proses jarngan syaraf truan, dpergunakan untuk menyettng awal nla bas, learnng rate, dan threshold B-298

6 Data tranng Hasl normalsas Hasl normalsas Hasl tranng Komentar pendukung Gambar 3 Rancangan antar muka jendela proses Bas : Learnng rate : Threshold : OK Batal Gambar 4 Rancangan antar muka settng KESIMPULAN Rancangan proses tranng untuk mendukung penentuan kualtas ar mnum kemasan n mash berupa konsep, yang selanjutnya dapat dsusun dengan bahasa pemrograman, sehngga dapat berfungs dengan bak dan mendukung proses penentuan kualtas ar mnum kemasan secara menyeluruh Peneltan n hanya rancangan proses tranng, sehngga mash dapat dkembangkan ke rancangan proses penentuan, sehngga menjad satu kesatuan aplkas yang lengkap DAFTAR PUSTAKA Bustam, RA, Bessah, N, Muhammad MS, 2006, Artfcal Neural Network for Daly Water Level Estmaton, Engneerng e-transacton, Unversty of Malaya vol 1, No 1 March 2006 pp 7-12 Fausett, L, 1994, Fundamentals of Neural Networks Archtectures, Algorthms, and Applcatons, Prentce Hall Inc, New Jersey Krstanto A, 2004, Jarngan Syaraf Truan (Konsep Dasar, Algortma dan Aplkas), Penerbt Gava Meda, Yogyakarta Kusumadew, S, 2003, Artfcal Intellgence (Teknk dan Aplkasnya), Graha Ilmu, Yogyakarta Le Cun, Y, Bottou, L, Orr, GB, Muller, K R, 1998 Effcent BackProp, Neural Networks: trcks of the trade, Sprnger, akses 30 maret 2011 Najah, A, Elshafe, A, Karm, O A, Jaffar, O, 2009, Predcton of Johor Rver Water Qualty Parameters Usng Artfcal Neural Networks, European Journal of Scentfc Research, ISSN X Vol 28 No 3 (2009), pp , EuroJournals Publshng, Inc, akses 5 Januar 2010 Ukkas, M I, 2005, Implementas Jarngan Syaraf Truan Mult-Layer Perceptron Feedfoward dengan Hdden Layer Tunggal pada prakraan cuaca,tess, Program Stud Ilmu Komputer FMIPA UGM, Yogyakarta B-299

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE 1 PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SARAF TIRUAN METODA HEBBRULE un Ennggar 1, Wahyul Amen Syafe, ST, MT 2, Bud Setyono,ST,MT 2 Jurusan Teknk Elektro, Fakultas Teknk Unverstas, Dponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENDETEKSI POSISI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENDETEKSI POSISI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 2005 (SNATI 2005) ISBN: 979-756-061-6 Yogyakarta, 18 Jun 2005 PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENDETEKSI POSISI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL Setyo Nugroho

Lebih terperinci

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi)

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi) 0 Oktober 206 Analtk Data Tngkat Lanut (Regres) Imam Cholssodn mam.cholssodn@gmal.com Pokok Bahasan. Konsep Regres 2. Analss Teknkal dan Fundamental 3. Regres Lnear & Regres Logstc (Optonal) 4. Regres

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA SIDIK JARI DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BIDIRECTIONAL ASSOCIATIVE MEMORY

IDENTIFIKASI POLA SIDIK JARI DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BIDIRECTIONAL ASSOCIATIVE MEMORY Anfudn Azz dan Tanzl Kurnawan, Identfkas Pola Jar IDENTIFIKASI POLA SIDIK JARI DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BIDIRECTIONAL ASSOCIATIVE MEMORY (Frnger Prnt Pattern Identfcaton by Bdrectonal Assocatve Memory

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februar 2015 PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON Madha Chrstan Wbowo 1), I Dewa Gede Ra Mardana 2), Sandy Wrakusuma 3) 1), 2), 3)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Networks)

Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Networks) Jarngan Syaraf Truan (Artfcal Neural Networks) BAB I PENDAHULUAN. Searah JST JST : merupakan cabang dar Kecerdasan Buatan (Artfcal Intellgence ) JST : menru cara kera otak mahluk hdup yatu sel syaraf (neuron)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat Bab III Analss dan Rancangan Sstem Kompres Kalmat Bab n bers penjelasan dan analss terhadap sstem kompres kalmat yang dkembangkan d dalam tess n. Peneltan n menggunakan pendekatan statstcal translaton

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

Pengenalan Tanda Tangan Dengan Metode Principal Component Analysis (PCA) Dan Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

Pengenalan Tanda Tangan Dengan Metode Principal Component Analysis (PCA) Dan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) 1 Pengenalan Tanda Tangan Dengan Metode Prncpal Component Analyss (PCA) Dan Jarngan Syaraf Truan (JST) Hann Prastka 1, Rahmat Suhatman 2, Warna Nengsh 3 Program Stud Teknk Informatka dan Multmeda, Polteknk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON Madha Chrstan Wbowo 1) Sandy Wrakusuma 2) 1) S1 Sstem Komputer, STIKOM Surabaya, emal: madha@stkom.edu 2) S1

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean Matematka Egenface Menggunakan Metrk Eucldean 6 Ben Utomo Sekolah ngg eknolog Bontang, Indonesa Abstract Salah satu sstem pengenalan wajah (face recognton) adalah metode egenface. Metode n bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 9 BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab n bers penjelasan mengena langkah-langkah perhtungan serta prosedurprosedur yang dgunakan untuk menemukan solus atas rumusan masalah pada Bab. Dalam bab n juga akan dtamplkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant)

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant) PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Stud Kasus : Metode Secant) Melda panjatan STMIK Bud Darma, Jln.SM.Raja No.338 Sp.Lmun, Medan Sumatera Utara Jurusan Teknk Informatka e-mal : meldapjt.78@gmal.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

Sistem Pengenalan Wicara Otomatis Menggunakan Discrete Wavelet Neural Network (DWNN)

Sistem Pengenalan Wicara Otomatis Menggunakan Discrete Wavelet Neural Network (DWNN) Sstem Wcara Otomats Menggunakan Dscrete Wavelet Neural Network (DWNN) Yunus Wcaksono S 1, Djoko Purwanto 2, Agus Sgt Pramono 3 1,2 Program Stud Teknk Elektro Insttut Teknolog Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD

PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD Semnar Nasonal Sstem dan Informatka 2007; Bal, 6 November 2007 PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD Nur Hasanah ) Istkhomah 2) Taufq Hdayat 3) Sr Kusumadew 4) Jurusan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Hybrid intelligent system adalah kombinasi lebih dari dua teknologi cerdas.

Hybrid intelligent system adalah kombinasi lebih dari dua teknologi cerdas. Teny Handhayan Pendahuluan Hybrd ntellgent system adalah kombnas lebh dar dua teknolog cerdas. Contohnya kombnas Neural Network dengan Fuzzy membentuk Neuro-fuzzy system Perbandngan Expert Systems, Fuzzy

Lebih terperinci

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING M. Helmy Noor 1, Moh. Harad 2 Program Pasasarjana, Jurusan Teknk Elektro, Program Stud Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012 Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN Latar elakang Sekolah merupakan salah satu bagan pentng dalam penddkan Oleh karena tu sekolah harus memperhatkan bagan-bagan yang ada d dalamnya Salah satu bagan pentng yang tdak dapat dpsahkan

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Pengenalan Pola Senyum Menggunakan Backpropagation Berbasis Ekstraksi Fitur Principal Component Analysis (PCA)

Pengenalan Pola Senyum Menggunakan Backpropagation Berbasis Ekstraksi Fitur Principal Component Analysis (PCA) Pengenalan Pola Senyum Menggunakan Backpropagaton Berbass Ekstraks Ftur Prncpal Component Analyss (PCA) Rma Tr Wahyunngrum 1, Rza Mashta Wat 2, Aer Rachmad 3 Program Stud Teknk Informatka, Unverstas Trunojoyo

Lebih terperinci