BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saham Saham merupakan salah satu produk yang dperjualbelkan d pasar modal. Saham dapat ddefnskan sebaga tanda penyertaan atau kepemlkan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan pemlknya. Akan tetap, sekarang n sstem tanpa warkat sudah mula dlakukan d pasar modal Jakarta d mana bentuk kepemlkan tdak lag berupa lembaran saham yang dber nama pemlknya tap sudah berupa account atas nama pemlk atau saham tanpa warkat. Jad penyelesaan transaks akan semakn cepat dan mudah. Daya tark dar nvestas saham adalah dua keuntungan yang dapat dperoleh pemodal dengan membel saham atau memlk saham, yatu (Rusdn 2006) : 1. dvden, merupakan keuntungan yang dberkan perusahaan penerbt saham atas keuntungan yang dhaslkan perusahaan. Basanya dvden dbagkan setelah adanya persetujuan pemegang saham dan dlakukan setahun sekal. Agar nvestor berhak mendapatkan dvden, pemodal tersebut harus memlk saham tersebut untuk kurun waktu tertentu hngga kepemlkan saham tersebut daku sebaga pemegang saham dan berhak mendapatkan dvden. Dvden yang dberkan perusahaan dapat berupa dvden tuna, d mana pemodal atau pemegang saham mendapatkan uang tuna sesua dengan jumlah saham yang dmlk dan dvden saham d mana pemegang saham mendapatkan jumlah saham tambahan. 2. captal gan, merupakan selsh antara harga bel dan harga jual yang terjad. Captal gan terbentuk dengan adanya aktvtas perdagangan d pasar sekunder. Sebaga contoh, msal saja saham yang dbel dengan harga per sahamnya Rp 1.800,- dan djual dengan harga Rp 2.200,- berart mendapatkan captal gan sebesar Rp 400,- per lembar sahamnya. Umumnya nvestor jangka pendek mengharapkan keuntungan dar captal gan. Saham dkenal memlk karakterstk hgh rsk-hgh return. Artnya saham merupakan surat berharga yang memberkan peluang keuntungan yang tngg namun juga berpotens rsko tngg. Saham memungknkan pemodal 4

2 5 mendapatkan keuntungan (captal gan) dalam jumlah besar dalam waktu sngkat. Namun serng dengan berfluktuasnya harga saham, saham juga dapat membuat nvestor mengalam kerugan besar dalam waktu sngkat. Jad bla memutuskan untuk bernvestas dalam bentuk saham, yang perlu dtelaah ulang adalah tngkat rsko yang terkandung (hgh rsk) sesua dengan tngkat rsko yang bsa dtanggung. Sebaga nvestor, terdapat 3 alasan membel saham tertentu (Tambunan 2007) : 1. Income. Pertmbangan dalam bernvestas dalam saham untuk mendapatkan pendapatan yang tetap dar hasl nvestas pertahunnya, sebaknya membel saham pada perusahaan yang sudah mapan dan memberkan dvden secara regular. 2. Growth. Pertmbangan nvestas untuk jangka panjang dan memberkan hasl yang besar d masa datang, bernvestas pada saham perusahaan yang sedang berkembang (basanya perusahaan teknolog) memberkan keuntungan yang besar, karena kebjakan dar perusahaan yang sedang berkembang basanya keuntungan perusahaan akan dnvestaskan kembal ke perusahaan maka perusahaan tdak memberkan dvden bag nvestor. Keuntungan bag nvestor hanya dar kenakan harga saham apabla saham tersebut djual d masa datang (kenakan harga saham yang besar). 3. Dversfcaton. Membel saham untuk kepentngan portofolo. Bernvestas dalam saham sangat memerlukan pengetahuan yang luas tentang perusahaan tu sendr. Dalam perdagangan saham, jumlah yang dperjualbelkan dlakukan dalam satuan perdagangan yang dsebut lot. D Bursa Efek Jakarta, satu lot berart 500 lembar saham. Dalam mempredks atau menghtung harga wajar suatu saham, ada dua jens analsa yang dapat dlakukan (Rusdn 2006) : 1. Analsa teknkal (techncal analyss) 2. Analsa fundamental Analsa teknkal adalah salah satu metode pendekatan yang mengevaluas pergerakan suatu harga saham, kontrak berjangka (future contract), ndeks dan beberapa nstrumen keuangan lannya. Para anals teknkal n melakukan peneltan yang mendasar terhadap pola pergerakan harga komodt yang 5

3 6 berulang dan dapat dpredks. Bahkan analss teknkal bsa juga dartkan suatu stud utama mengena harga, termasuk besarnya (volume) dan poss terbuka (open nterest). Jad pada ntnya, analsa teknkal merupakan analsa terhadap pola pergerakan harga d masa lampau dengan tujuan untuk meramalkan pergerakan harga d masa yang akan datang. Analsa teknkal n serng juga dsebut dengan chartst karena para analssnya melakukan stud dengan menggunakan grafk (chart), d mana para anals berharap dapat menemukan suatu pola pergerakan harga sehngga mereka dapat mengeksplotasnya untuk mendapatkan keuntungan. Dalam analsa teknkal, predks pergerakan harga saham sama sepert predks pergerakan harga komodt karena para anals hanya melhat faktor grafk dan volume transaks saja. Tga prnsp yang dgunakan sebaga dasar dalam melakukan analsa teknkal, yatu (Sulstawan & Llana 2007) : 1. Market prce dscounts everythng, Yatu segala kejadan-kejadan yang dapat mengakbatkan gejolak pada bursa saham secara keseluruhan atau harga saham suatu perusahaan sepert faktor ekonom, poltk fundamental dan termasuk juga kejadan-kejadan yang tdak dapat dpredkskan sebelumnya sepert adanya peperangan, gempa bum dan lan sebaganya akan tercermn pada harga pasar. 2. Prce moves n trend, yatu harga suatu saham akan tetap bergerak dalam suatu trend. Harga mula bergerak ke satu arah, turun atau nak. Trend n akan berkelanjutan sampa pergerakan harga melambat dan memberkan perngatan sebelum berbalk dan bergerak kearah yang berlawanan. 3. Hstory repeats tself. Karena analss teknkal juga menggambarkan faktor pskologs para pelaku pasar, maka pergerakan hstors dapat djadkan acuan untuk mempredks pergerakan harga d masa yang akan datang. Pola hstors n dapat terlhat dar waktu ke waktu d grafk. Pola-pola n mempunya makna yang dapat dnterprestaskan untuk mempredkskan pergerakan harga. Analsa Fundamental adalah stud tentang ekonom, poltk, keuangan, untuk memperhtungkan nla tukar mata uang suatu negara terhadap nla tukar mata uang negara lan (Rusdn 2006). Setap berta bak yang berhubungan langsung maupun tdak langsung dengan ekonom dapat merupakan suatu faktor 6

4 7 fundamental yang pentng untuk dcermat. Berta-berta tu dapat berupa berta yang menyangkut perubahan ekonom, perubahan tngkat suku bunga, pemlhan presden, pemberontakan dalam suatu pemerntahan negara, bencana alam, dan lan-lan. Faktor-faktor fundamental yang sfatnya luas dan kompleks tersebut dapat dkelompokkan ke dalam empat kategor besar (Tambunan 2007), yatu : 1. Faktor ekonom Dalam menganasa faktor-faktor yang mempengaruh konds fundamental perekonoman suatu negara, ndkator ekonom adalah salah satu faktor yang tdak dapat dpsahkan dan merupakan bagan pentng dar keseluruhan faktor fundamental tu sendr. Indkator-ndkator ekonom yang serng dgunakan dalam analsa fundamental, yatu : a. Gross Natonal Product, adalah total produks barang dan jasa yang dproduks oleh penduduk negara tersebut bak yang bertempat tnggal/ berdomsl d dalam neger maupun yang berada d luar neger dalam suatu perode tertentu. b. Gross Domestc Product, adalah penjumlahan seluruh barang dan jasa yang dproduks oleh suatu negara bak oleh perusahaan dalam neger maupun oleh perusahaan asng yang beroperas d dalam negara tersebut pada suatu waktu/ perode tertentu. c. Inflas. Seorang trader akan selau memperhatkan dengan seksama perkembangan tngkat nflas. Salah satu cara pemerntah dalam menanggulang nflas adalah dengan melakukan kebjakan menakkan tngkat suku bunga. Penggunaan tngkat nflas sebaga salah satu ndkator fundamental ekonom adalah untuk mencermnkan tngkat GDP dan GNP ke dalam nla sebenarnya. Nla GDP dan GNP rl merupakan ndkator yang sangat pentng bag seorang trader dalam membandngkan peluang dan resko nvestasnya d mancanegara. Berkut n adalah ndkator-ndkator nflas yang basanya dgunakan oleh para trader : Producer Prce Index (PPI), adalah ndeks yang mengukur rata-rata perubahan harga yang dterma oleh produsen domestk untuk setap output yang dhaslkan dalam setap tngkat proses produks. Data PPI dkumpulkan dar berbaga sektor ekonom terutama dar sektor manufaktur, pertambangan, dan pertanan. Consumer Prce Index (CPI), dgunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga eceran dar sekelompok barang dan jasa tertentu. 7

5 8 Indeks CPI dan PPI dgunakan oleh seorang trader sebaga ndkator untuk mengukur tngkat nflas yang terjad. Balance of Payment, adalah suatu neraca yang terdr dar keseluruhan aktvtas transaks perekonoman nternasonal suatu negara, bak yang bersfat komersal maupun fnansal, dengan negara lan pada suatu perode tertentu. Balance of Payment n mencermnkan seluruh transaks antara penduduk, pemerntah, dan pengusaha dalam neger dan phak luar neger, sepert transaks ekspor dan mpor, nvestas portofolo, transaks antar Bank Sentral, da lan-lan. Dengan adanya Balance of Payment n dapat dketahu kapan suatu negara mengalam surplus maupun defst. Secara gars besar Balance of Payment dbag menjad 2 bagan, yatu : o Current Account. Neraca perdagangan dapat dartkan alran sebaga alran bersh dar total ekspor dan mpor barang dan jasa merupakan penermaan atau penghaslan. Dengan adanya ekspor maka akan dterma sejumlah uang yang nantnya akan menambah permntaan terhadap mata uang negara pengekspor. Begtu juga sebalknya pada mpor barang dan jasa. Dengan adanya mpor harus dkeluarkan sejumlah uang untuk membayar barang dan jasa yang kta mpor. Hal n akan menambah penawaran akan mata uang negara pengmpor. o Alran Modal, dapat dbag menjad 2 bagan yatu nvestas langsung dan nvestas tdak langsung. Pada nvestas langsung, nvestor dar luar neger melakukan penanaman uang dalam aset rl msalnya saja membangun pabrk, gedung perkantoran dll. Investas n basanya bersfat jangka panjang, sedangkan nvestas tdak langsung dapat kta temu d dalam nvestas nstrumen keuangan. Msalnya seorang nvestor melakukan pembelan saham atau oblgas d bursa Indonesa, maka nvestor tersebut harus menukarkan mata uangnya ke rupah supaya dapat membel saham ataupun oblgas d Indonesa. Employment, adalah suatu ndkator yang dapat memberkan gambaran tentang konds rll berbaga sektor ekonom. Indkator n dapat djadkan alat untuk menganalsa sehat atau tdaknya perekonoman suatu negara. Apabla perekonoman berada dalam 8

6 9 keadaan full capacty/kapastas penuh, akan tercapa full employment. Namun jka perekonoman dalam keadaan lesu, tngkat pengangguran pun menngkat. Tngkat employment n adalah ndkator ekonom yang sangat pentng bag pasar keuangan pada umumnya dan pasar valuta asng khususnya. 2. Faktor poltk Faktor poltk, sebaga salah satu alat ndkator untuk mempredks pergerakan nla tukar, sangat sult untuk dketahu waktu terjadnya secara past dan untuk dtentukan dampaknya terhadap fluktuas nla tukar. Ada kalanya suatu perkembangan poltk berdampak pada pergerakan nla tukar, namun ada kalanya tdak membawa dampak apa pun terhadap pergerakan nla tukar. 3. Faktor keuangan Faktor keuangan sangat pentng dalam analsa fundamental. Adanya perubahan dalam kebjakan moneter dan fskal yang dterapkan oleh pemerntah, terutama dalam hal kebjakan yang menyangkut perubahan tngkat suku bunga, akan membawa dampak sgnfkan terhadap perubahan dalam fundamental ekonom. Perubahan kebjakan n juga mempengaruh nla mata uang. Tngkat suku bunga adalah penentu utama nla tukar suatu mata uang selan ndkator lannya sepert jumlah uang yang beredar. Aturan umum mengena kebjakan tngkat suku bunga n adalah semakn tngg tngkat suku bunga semakn kuat nla tukar mata uang. Namun, kadang kala terdapat salah pegertan bahwa kenakan tngkat suku bunga secara otomats akan memcu menguatnya nla tukar mata uang domestk. Perhatan terhadap suku bunga n terutama harus dpusatkan pada tngkat suku bunga rl, bukan pada tngkat suku bunga nomnal. Hal tersebut dkarenakan perhtungan tngkat suku bunga rl telah menyertakan varabel tngkat nflas d dalamnya. 4. Faktor Eksternal Faktor eksternal dapat membawa perubahan yang sangat sgnfkan terhadap nla tukar suatu negara. Perubaha ekonom yang terjad dalam suatu negara dapat membawa dampak (regonal effect) bag perekonoman negara-negara lan yang terdapat dalam kawasan yang sama. Dalam era global, asset allocaton, arus portofolo modal tdak lag mengenal batas-batas wlayah 9

7 10 negara. Para fund manager, nvestor, dan hedge funds yang melakukan nvestas secara global, sangat mencermat perubahan ekonom, bukan hanya dalam lngkup satu negara, melankan juga meluas hngga ke dalam lngkup satu kawasan/regonal tertentu. 2.2 Data deret waktu Data harga saham merupakan data deret waktu. Data deret waktu adalah observas yang berurutan secara kronologs dar suatu varabel (Hanke & Retsch 1995). Waktu observas basanya tetap, msalnya per jam, per har, per mnggu, per bulan, dsb. Data deret waktu basanya danalsa untuk menemukan pola pola pertumbuhan atau perubahan masa lalu yang dapat dgunakan untuk mempredks pola pola masa mendatang sejalan dengan kebutuhan operas bsns. Analsa data deret waktu bermanfaat dalam proses peramalan dan membantu mengurang kesalahan dalam peramalan. Teknk teknk peramalan data deret waktu berusaha untuk menghtung perubahan sepanjang waktu dengan memerksa pola pola, sklus atau tren, atau menggunakan nformas mengena perode waktu sebelumnya untuk memperkrakan hasl untuk perode waktu mendatang (Black 2004) Analsa data deret waktu Beberapa analsa dapat dterapkan pada data deret waktu untuk menentukan unsur unsur statstknya sehngga dapat memberkan gambaran mengena model yang mungkn cocok untuk data tersebut. Salah satu analsa tersebut adalah koefsen otokorelas. Rata rata dan varans (atau standar devas) dar suatu data deret waktu mungkn tdak terlalu bermanfaat jka data deret waktu tersebut nonstasoner, namun nla mnmum dan maksmum bsa berguna (untuk tujuan plot atau dalam menemukan penclan). Kunc statstk pada analsa data deret waktu adalah koefsen otokorelas, yatu hubungan data deret waktu dengan drnya sendr, dengan lag 0, 1, 2, atau lebh perode. Koefsen korelas antara Y t dan Y t-1 dapat dtentukan sebaga berkut (Makrdaks et al. 1983) : r Y Y = t t 1 (Covaranc e antara Y t (Std.dev.Y t ) dan Y t 1 ) (Std.dev.Y t 1 ) (1) 10

8 11 = n (Y Yt )(Y Yt 1) t t 1 t = 2 n n 2 2 (Y Yt ) (Y Yt 1) t t 1 t = 1 t = 2 (2) n (Y Y)(Y Y) t t 1 t = 2 = n 2 (Y Y) t t = 1 d mana Y t = data deret waktu mula perode pertama Y t-1 = data deret waktu yang telah dgeser 1 perode (3) r Y t Y t 1 Y = otokorelas antara Y t dan Y t-1 = rata rata data deret waktu Maka otokorelas untuk lag waktu 1, 2, 3, 4,, k dapat dhtung sebaga berkut (Makrdaks et al. 1983) : n-k (Yt Y)(Yt + k Y) t= 1 r = (4) k n 2 (Y t= 1 t Y) d mana Y t = data deret waktu mula perode pertama Y t+k = data deret waktu yang telah dgeser k perode r k = otokorelas antara Y t dan Y t+k Y = rata rata data deret waktu Otokorelas dar data yang stasoner menurun menuju nol setelah lag waktu kedua atau ketga, sementara data nonstatoner bernla jauh dar nol untuk beberapa perode waktu. Jka dgambarkan dengan grafk, otokorelas data nonstasoner menunjukkan sebuah tren secara dagonal dar kanan ke kr sejalan dengan menngkatnya lag waktu. Gambar 1 menunjukkan grafk dar otokorelas untuk sebuah deret waktu nonstasoner. Otokorelas dar satu sampa lma lag waktu jauh dar nol secara sgnfkan dan adanya suatu tren dapat terlhat dengan jelas (Makrdaks et al. 1983). Adanya sebuah tren (lnear atau nonlnear) pada data menunjukkan bahwa nla yang berurutan akan berhubungan secara postf satu sama lan. Otokorelas untuk satu lag waktu, r 1, akan relatf besar dan postf. Otokorelas untuk dua lag waktu juga akan relatf besar dan postf, tetap tdak sebesar r 1, karena 11

9 12 komponen galat acak telah dua kal dhtung. Sama halnya secara umum, r k untuk data nonstasoner akan relatf besar dan postf, hngga k cukup besar untuk komponen galat acak mempengaruh otokorelas. Lag Nla * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * Gambar 1 Koefsen otokorelas untuk suatu deret waktu nonstasoner Sebelum membangun sebuah model deret waktu, pentng untuk menghlangkan ketdakstasoneran data. Hal tersebut dapat dcapa secara rutn dengan melakukan metode dfferencng. Untuk mencapa data yang stasoner, sebuah deret waktu baru dbentuk dar data yang terdr dar selsh data dengan data perode berurutan sebelumnya (Makrdaks et al. 1983) : X t = X t X t-1 (5) Deret waktu baru X t akan memlk n-1 nla dan akan bersfat stasoner jka tren pada data asl X t adalah lnear (tngkat pertama). Data pada Gambar 1 jka dlakukan dfferencng pertama akan menghaslkan otokorelas sepert yang dtunjukan pada Gambar 2 (Makrdaks et al. 1983), yang memperlhatkan bahwa koefsen otokorelas pertama dan kedua jauh dar nol secara sgnfkan namun yang lannya tdak, hal n menunjukkan bahwa deret waktu tersebut pada dfferencng pertama telah berubah menjad data berbentuk stasoner. Jka otokorelas dar data yang telah d dfferencng satu kal tdak turun mendekat nol setelah lag kedua atau ketga, hal n menunjukkan keadaan stasoner belum tercapa sehngga dfferencng pertama dar data yang telah dlakukan dfferencng tersebut harus dlakukan (Makrdaks et al. 1983) : X t = X t X t-1 = X t 2X t-1 + X t-2 (6) X t adalah deret waktu dfferencng tngkat kedua. Deret waktu n akan memlk nla sebanyak n 2. 12

10 13 Lag Nla ********************* ********** *** ********** ****** **** **** ***** * ** Gambar 2 Koefsen otokorelas frst dfferences deret waktu nonstasoner Untuk data stasoner, musm dapat dtentukan dengan mencar koefsen otokorelas dua atau tga lag waktu yang bernla jauh dar nol secara sgnfkan. Namun jka ada pola lan pada data, sepert tren, menentukan musm pada data menjad sult. Setelah tren dtemukan, harus dlakukan dfferencng terhadap data dan otokorelas dar deret waktu yang telah dlakukan dfferencng harus dhtung. Jka deret waktu yang telah dlakukan dfferencng tersebut memlk nla nla yang jauh dar nol secara sgnfkan pada ttk ttk musm, maka data tersebut telah stasoner Pengukuran akuras peramalan Untuk mengetahu teknk peramalan yang palng bak meramalkan masa depan adalah dengan membandngkan nla hasl peramalan dengan nla sebenarnya dan kemudan menentukan jumlah galat peramalan yang dhaslkannya. Beberapa metode dapat dgunakan untuk menghtung galat suatu peramalan, antara lan mean absolute error (MAE), root mean square error (RMSE) dan mean absolute percentage error (MAPE). Berkut n adalah rumus perhtungan akuras peramalan tersebut (Mendenhall et al. 1993) : 1 n MAE = y t yˆ t (7) n t= 1 ( ˆ ) 1 n 2 RMSE = y t y t (8) n t= 1 13

11 14 1 n y t yˆ t MAPE = ( 100% ) (9) n t= 1 y t Perbedaan dasar antara MAE dan RMSE adalah bahwa dengan nla galat yang dpangkatkan, RMSE memberkan penalt pada galat galat yang besar lebh berat dbandngkan dengan MAE. Maka MAE adalah ukuran akuras peramalan yang cocok jka kerugan akbat terjadnya galat peramalan menngkat secara lnear dengan besarnya galat tersebut. RMSE lebh bak jka kerugan akbat terjadnya galat yang besar lebh mahal secara tdak proporsonal. Karena MAPE dukur dalam persentase maka MAPE tdak memlk satuan, sehngga berguna untuk membandngkan knerja suatu model pada berbaga deret waktu yang berbeda. Namun jka suatu deret waktu memlk nla yang sangat kecl sehngga pembagan dengan nla tersebut cenderung berpengaruh terlalu besar terhadap MAPE, maka penggunaan MAPE tdak dsarankan Data deret waktu harga saham Karena harga saham cenderung dpengaruh oleh faktor eksternal sepert nflas, maka nla harga saham cenderung berubah dar waktu ke waktu. Salah satu cara untuk mengatas hal tersebut agar harga dar waktu ke waktu dapat dperbandngkan adalah dengan menggunakan nla ndeks. Nla ndeks adalah sebuah ukuran statstk dar fluktuas dalam nla sebuah varabel yang tersusun dalam bentuk deret waktu dan sebuah perode dasar untuk membuat perbandngan. Salah satu nla ndeks yang dapat dgunakan untuk data deret waktu harga saham adalah lnk relatves yang dhtung dengan persamaan 10 (Arora & Arora 2005). P Lnk Relatves = (10) P 0 d mana P 1 = harga perode saat n P 0 = harga perode sebelumnya 2.3 Jarngan syaraf truan Semua fungs fungs syaraf bologs, termasuk memory, dsmpan dalam sel syaraf (neuron) dan dalam hubungan antar neuron. Pembelajaran dpandang sebaga pembentukan hubungan baru antar neuron atau modfkas dar hubungan yang telah ada. Ide tersebut yang menglham pembentukan jarngan syaraf truan yang dgunakan dalam peneltan n meskpun hanya berupa 14

12 15 abstraks sederhana dar sel syaraf bologs. Jarngan syaraf truan n tdak mendekat kerumtan otak manusa, tetap dapat dlath untuk melakukan fungs fungs yang berguna. Ada dua kesamaan antara jarngan syaraf bologs dan truan (Hagan et al. 2002). Pertama, bagan bagan pembentuk kedua jarngan merupakan alat alat perhtungan sederhana (meskpun sel syaraf truan jauh lebh sederhana darpada sel syaraf bologs) yang sangat berhubungan satu dengan yang lannya. Kedua, hubungan antara sel sel syaraf menentukan fungs dar jarngan tersebut. Contoh neuron dengan satu masukan pada jarngan syaraf truan dtunjukkan pada Gambar 3, d mana masukan p yang berupa skalar dkalkan dengan bobot w yang juga berupa skalar untuk menghaslkan wp, yang merupakan salah satu bagan yang dkrm ke penjumlah (Hagan et al. 2002). Masukan yang lan, 1, dkalkan dengan sebuah bas b dan kemudan dkrm juga ke penjumlah. Keluaran dar penjumlah yatu n, yang basa dsebut sebaga masukan jarngan, dkrm ke sebuah fungs aktvas, f, yang menghaslkan sebuah keluaran neuron skalar a. Gambar 3 Neuron dengan satu masukan Keluaran neuron dhtung sebaga a = ƒ ( wp + b ) (11) Keluaran yang dhaslkan tergantung pada fungs aktvas yang dplh. Bas mrp dengan bobot, hanya saja bas memlk masukan yang tetap, yatu 1. Parameter w dan b merupakan parameter skalar yang dapat dsesuakan. Basanya fungs aktvas dplh oleh perancang jarngan dan kemudan parameter w dan b akan dsesuakan dengan suatu aturan pembelajaran sehngga hubungan antara masukan dan keluaran neuron memenuh suatu target tertentu. 15

13 Fungs aktvas Ada beberapa fungs aktvas yang dapat dgunakan untuk tujuan yang berbeda. Fungs aktvas bsa berupa sebuah fungs lnear atau nonlnear dar n. Suatu fungs aktvas dplh untuk memenuh beberapa spesfkas dar masalah yang akan dselesakan oleh neuron. Fungs aktvas yang banyak dgunakan adalah sebaga berkut (Hagan et al. 2002) : 1. Hard lmt (Gambar 4), menetapkan keluaran dar neuron menjad 0 jka argumen fungs kurang dar 0, atau 1 jka argumenya lebh besar dar atau sama dengan 0 (persamaan 12). Fungs aktvas n dgunakan untuk mencptakan neuron yang mengklasfkaskan masukan menjad dua kategor yang berbeda. 0 jka n 0 a = (12) 1 jka n 0 Gambar 4 Fungs aktvas hard lmt 2. Lnear (Gambar 5). Keluaran dar fungs aktvas n sama dengan masukannya (a = n) Gambar 5 Fungs aktvas lnear 16

14 17 3. Log sgmod (Gambar 6). Fungs aktvas n mengubah masukan (yang nlanya berksar antara plus dan mnus tak hngga) menjad output yang memlk ksaran antara 0 dan 1, sesua dengan persamaan a = n 1+ e (13) Gambar 6 Fungs aktvas log-sgmod 4. Hyperbolc Tangent Sgmod (Gambar 7). Merupakan bentuk bpolar dar fungs sgmod (Ham & Kostanc 2001). Batas jenuh dar fungs n memlk sebuah ksaran bpolar, sesua dengan persamaan 14. n -n e - e a = n n e + e (14) Gambar 7 Fungs aktvas hyperbolc tangent sgmod Fungs pelathan Fungs pelathan merupakan suatu prosedur untuk memodfkas bobot dan bas dalam jarngan. Tujuan dar fungs pelathan adalah untuk melath jarngan melakukan beberapa tugas. Ada banyak jens fungs pelathan jarngan syaraf truan yang dkelompokkan ke dalam tga kategor umum, yatu supervsed learnng, unsupervsed learnng dan renforcement learnng. 17

15 18 Pada supervsed learnng, untuk pelathan dsedakan sekumpulan contoh (tranng set) dar perlaku jarngan yang dharapkan : {p 1,t 1 }, {p 2,t 2 },, {p Q,t Q }, d mana p q adalah sebuah masukan jarngan dan t q adalah target keluaran yang dharapkan. Pada saat masukan masukan dmasukan ke dalam jarngan, keluaran keluaran jarngan dbandngkan dengan target target. Kemudan fungs pelathan dgunakan untuk menyesuakan bobot bobot dan bas bas jarngan agar keluaran jarngan semakn dekat dengan target. Pada unsupervsed learnng, bobot bobot dan bas bas dmodfkas hanya sebaga respon dengan masukan jarngan. Tdak ada target keluaran yang dsedakan. Kebanyakan dar algortma jens n djalankan untuk melakukan beberapa jens operas pengklasteran. Algortma algortma tersebut belajar untuk mengkategorkan pola pola masukan menyad sejumlah kelas tertentu. Renforcement learnng mrp dengan supervsed learnng, perbedaannya adalah untuk setap masukan hanya dberkan sebuah nla tdak dsedakan keluaran yang tepat sepert pada supervsed learnng. Nla tersebut merupakan suatu ukuran dar knerja jarngan terhadap beberapa urutan masukan masukan. Pembelajaran jens n jarang dgunakan dbandngkan dengan supervsed learnng (Hagan et al. 2002). Pembelajaran n lebh cocok dgunakan untuk aplkas aplkas pengendalan sstem. Beberapa fungs pelathan pada jarngan syaraf truan antara lan : a. Steepest descent Algortma steepest descent untuk memperkrakan mean square error adalah (Hagan et al. 2002) : w b m j m dmana a adalah laju pembelajaran. m Fˆ ( k + 1) = w j ( k) a (15) w m m j m Fˆ ( k + 1) = b ( k) a (16) b b. Conjugate Gradent Merupakan teknk numerk yang dgunakan untuk menyelesakan berbaga masalah optmas. Beberapa metode untuk melath jarngan syaraf truan berdasarkan pada metode conjugate gradent telah dkembangkan. 18

16 Dengan menggunakan metode n untuk menyesuakan bobot jarngan, akan mempercepat proses pelathan (Ham & Kostanc 2001). 19 c. Momentum Pada propagas balk standar, perubahan bobot ddasarkan atas graden yang terjad untuk pola yang dmasukkan saat tu. Modfkas yang dapat dlakukan adalah melakukan perubahan bobot yang ddasarkan atas arah graden pola terakhr dan pola sebelumnya (dsebut momentum) yang dmasukkan. Jad tdak hanya pola masukan terakhr saja yang dperhtungkan. Penambahan momentum dmaksudkan untuk menghndar perubahan bobot yang mencolok akbat adanya data yang sangat berbeda dengan yang lan (penclan). Apabla beberapa data terakhr yang dberkan ke jarngan memlk pola serupa (berart arah graden sudah benar), maka perubahan bobot dlakukan secara cepat. Namun apabla data terakhr yang dmasukkan memlk pola yang berbeda dengan pola sebelumnya, maka perubahan dlakukan secara lambat. Dengan penambahan momentum, bobot baru pada waktu ke (t+1) ddasarkan atas bobot pada waktu t dan (t-1). Dsn harus dtambahkan 2 varabel baru yang mencatat besarnya momentum untuk 2 teras terakhr. Jka µ adalah konstanta (0= µ =1) yang menyatakan parameter momentum maka bobot baru dhtung berdasarkan persamaan (Sang 2005) : w kj ( t + 1) = w kj ( t) + ad kz j + µ ( w kj ( t) w kj ( t 1)) (17) dan v j ( t + 1) = v j ( t) + ad j x + µ ( v j ( t) v j ( t 1)) (18) d. Levenberg-Marquardt Algorthm Merupakan varas dar metode Newton yang drancang untuk memnmalkan fungs yang merupakan penjumlahan kuadrat dar fungs nonlnear lannya. Hal n sangat cocok untuk pelathan jarngan syaraf yang ndeks knerjanya adalah mean square error. Algortma Levenberg-Marquardt untuk propagas balk adalah sebaga berkut (Ham & Kostanc 2001) : Langkah 1 : Insalsas bobot jarngan dengan nla acak yang kecl. Langkah 2 : Masukan pola masukan dan htung keluaran jarngan. 19

17 20 Langkah 3 : Htung elemen dar matrx Jacoban yang berhubungan dengan pasangan masukan/keluaran sebaga berkut : J? e j (19)? w j Langkah 4 : Setelah pasangan masukan/keluaran terakhr dmasukkan, sesuakan bobot sebaga berkut : T k Jk + µ k w( k + 1) = w( k) -[ J I] J e (20) Langkah 5 : Berhent jka jarngan telah konvergen; jka belum, kembal ke Langkah 2. 1 T k k Metode propagas balk Kelemahan jarngan syaraf truan dengan lapsan tunggal memlk keterbatasan dalam pengenalan pola. Kelemahan n bsa dtanggulang dengan menambahkan satu atau beberapa lapsan tersembuny dantara lapsan masukan dan keluaran. Salah satu metode jarngan syaraf truan adalah propagas balk (backpropagaton). Metode n melath jarngan untuk mendapatkan kesembangan antara kemampuan jarngan untuk mengenal pola yang dgunakan selama pelathan serta kemampuan jarngan untuk memberkan respon yang benar terhadap pola masukan yang serupa (tap tdak sama) dengan pola yang dpaka selama pelathan (Sang 2005). Metode propagas balk merupakan metode yang sangat bak dalam menangan masalah pengenalan pola pola kompleks. Metode n merupakan metode jarngan syaraf truan yang populer. Beberapa contoh aplkas yang melbatkan metode n adalah kompres data, pendeteksan vrus komputer, pengdentfkasan objek, sntess suara dar teks, peramalan, dan lan lan. Propagas balk memlk beberapa unt yang ada dalam satu atau lebh lapsan tersembuny. Pada Gambar 8 dtunjukan arstektur propagas balk dengan n buah masukan (dtambah sebuah bas), sebuah lapsan tersembuny yang terdr dar p unt (dtambah sebuah bas), serta m buah unt keluaran. D mana v j merupakan bobot gars dar unt masukan x ke unt lapsan tersembuny z j (v j0 merupakan bobot gars yang menghubungkan bas d unt masukan ke unt lapsan tersembuny z j ), w kj merupakan bobot dar unt lapsan tersembuny z j ke unt keluaran y k (w k0 merupakan bobot dar bas d lapsan tersembuny ke unt keluaran z k ). 20

18 21 Gambar 8 Arstektur propagas balk Fungs aktvas yang dgunakan dalam propagas balk harus memenuh beberapa syarat yatu : kontnu, terdferensal dengan mudah dan merupakan fungs yang tdak turun. Fungs - fungs yang memenuh ketga syarat tersebut sehngga serng dpaka adalah fungs sgmod bner dan sgmod bpolar (Sang. 2005). Alternatf lan adalah menggunakan fungs aktvas sgmod hanya pada lapsan yang bukan lapsan keluaran, sedangkan pada lapsan keluaran yang dpaka adalah fungs denttas. Pelathan propagas balk melput tga fase. Fase pertama adalah fase maju. Pola masukan dhtung maju mula dar lapsan masukan hngga lapsan keluaran menggunakan fungs aktvas yang dtentukan. Fase kedua adalah fase mundur. Selsh antara keluaran jarngan dengan target yang dngnkan merupakan kesalahan yang terjad. Kesalahan tersebut dpropagaskan mundur, dmula dar gars yang berhubungan langsung dengan unt unt d lapsan keluaran. Fase ketga adalah modfkas bobot untuk menurunkan kesalahan yang terjad. Ketga fase tersebut dulang ulang terus hngga konds penghentan terpenuh. Umumnya konds penghentan yang serng dpaka adalah jumlah teras (epoch) atau kesalahan. Iteras akan dhentkan jka jumlah teras yang dlakukan sudah melebh jumlah maksmum teras yang dtetapkan, atau jka kesalahan yang terjad sudah lebh kecl dar batas tolerans yang djnkan. Algortma pelathan standar untuk jarngan dengan satu lapsan tersembuny (dengan fungs aktvas sgmod bner) dapat dlhat pada lampran 1. 21

19 Pada peneltan n dgunakan fungs pelathan conjugate gradent dengan algortma sebaga berkut (Ham & Kostanc 2001) : Langkah 1 : Insalsas bobot jarngan dengan nla acak yang kecl. Langkah 2 : Propagas pola pelathan ke-q ke seluruh jarngan, htung keluaran untuk tap node. Langkah 3 : Htung galat lokal pada tap node d jarngan. Untuk nodes keluaran, galat lokal dhtung sebaga berkut : 22 δ = (d x )g(v ) (21) q q out,q dmana g( ) adalah dervatf dar fungs aktvas f( ). Untuk tap nodes d lapsan tersembuny, galat lokal dhtung sebaga berkut : n s + 1 q (s + 1) (s+ 1) δ = ( δ w )g(v ) (22) q h = 1 Langkah 4 : Untuk tap perkraan kombnas lnear, nla keluaran yang dngnkan dberkan sebaga berkut : q q hq h 1 v ˆ = f ( d ) dmana d = x + µδ (23) q q out,q Langkah 5 : Sesuakan estmas matrks kovaran pada tap lapsan : ( s-1) C (k) bc k 1) + x out,q + ( s-1) T out, q q = ( x (24) Sesuakan perkraan vektor cross-correlaton untuk tap node : p dmana k adalah ndeks presentas pola. (k) = bp ( k 1) + vˆ x (25) Langkah 6 : Sesuakan vektor bobot untuk tap node pada jarngan sebaga berkut : (a) Pada tap node htung Atau jka g g ( s) ( s-1) out, q ( s) ( s) (k) = C (k) w ( k) p (k) (26) = 0, vektor bobot node tersebut jangan dsesuakan dan lanjutkan ke langkah 7; atau lakukan langkah berkut : (b) Car arah d(k). Jka angka teras adalah sebuah nteger kelpatan dar jumlah bobot pada node, maka jka tdak ( s) d (k) = g (k), (27) 22

20 23 dmana d ( s) (k) = g (k) + β d (k -1) (28) (c) htung step sze ( s) C ( k) ( k 1) s T β = g ( ) (k) (29) T ( s) d (k -1) C ( k) ( k 1) d ( s) d (k) ( k) α ( k) = (30) T ( s) d (k) C ( k) ( k) s T g ( ) (d) modfkas vektor bobot berdasarkan d d ( s) ( s) ( w (k) = w k 1) + α (k) d (k) (31) Langkah 7 : Jka jarngan belum konvergen, kembal ke langkah 2. Masalah utama yang dhadap dalam propagas balk adalah lamanya teras yang harus dlakukan. Propagas balk tdak dapat memberkan kepastan tentang berapa epoch yang harus dlalu untuk mencapa konds yang dngnkan. Oleh karena tu harus dtelt bagamana parameter parameter jarngan dbuat sehngga menghaslkan jumlah teras yang relatf lebh sedkt. Bobot awal akan mempengaruh apakah jarngan mencapa ttk mnmum lokal atau global, dan seberapa cepat konvergensnya. Bobot yang menghaslkan nla turunan aktvas yang kecl sedapat mungkn dhndar karena akan menyebabkan perubahan bobotnya menjad sangat kecl. Demkan pula nla bobot awal tdak boleh terlalu besar karena nla turunan fungs aktvasnya menjad sangat kecl juga. Oleh karena tu dalam standar propagas balk, bobot dan bas ds dengan blangan acak kecl. Salah satu keputusan yang harus dbuat dalam penggunaan jarngan syaraf truan propagas balk adalah berapa lapsan tersembuny yang dbutuhkan agar mendapatkan sebuah model yang bak. Tetap menggunakan lebh dar dua layar tersembuny tdak bermanfaat (Kecman 2001). Arstektur dengan satu dan dua layar tersembuny secara teorts dapat mengenal sembarangan perkawanan antara masukan dan target dengan tngkat keteltan yang dtentukan. Namun sebaknya dcoba terlebh dahulu membuat model dengan satu layar tersembuny. Jka jarngan memlk lebh dar satu lapsan tersembuny, maka algortma pelathan yang djabarkan sebelumnya perlu drevs. Dalam propagas maju, keluaran harus dhtung untuk tap lapsan, dmula dar lapsan tersembuny 23

21 24 palng bawah (terdekat dengan masukan). Sebalknya, dalam propagas mundur, faktor d perlu dhtung untuk tap layer tersembuny, dmula dar layer keluaran. Tujuan utama penggunaan propagas balk adalah mendapatkan kesembangan antara pengenalan pola pelathan secara benar dan respon yang bak untuk pola lan yang sejens (dsebut data pengujan). Jarngan dapat dlath terus menerus hngga semua pola pelathan dkenal dengan benar. Akan tetap hal tu tdak menjamn jarngan akan mampu mengenal pola pengujan dengan tepat. Jad tdak bermanfaat untuk meneruskan teras hngga semua kesalahan pola pelathan = 0. Umumnya data dbag menjad dua bagan salng terpsah, yatu pola data yang dpaka sebaga pelathan dan data yang dpaka untuk pengujan. Perubahan bobot dlakukan berdasarkan pola pelathan. Akan tetap selama pelathan (msal setap 10 epoch), kesalahan yang terjad dhtung berdasarkan semua data (pelathan dan pengujan). Selama kesalahan n menurun, pelathan terus djalankan. Akan tetap jka kesalahannya sudah menngkat, pelathan tdak ada gunanya untuk dteruskan lag. Jarngan sudah mula mengambl sfat yang hanya dmlk secara spesfk oleh data pelathan (tap tdak dmlk oleh data pengujan) dan sudah mula kehlangan kemampuan melakukan generalsas. Salah satu bdang d mana propagas balk dapat daplkaskan dengan bak adalah bdang peramalan (forecastng). Peramalan yang serng dlakukan antara lan peramalan besarnya penjualan, nla tukar valuta asng, harga saham, predks besarnya alran ar sunga, dll. Secara umum masalah peramalan dapat dnyatakan sebaga berkut : Dketahu sejumlah data deret waktu (tme seres) x 1, x 2,..., x n. Masalahnya adalah memperkrakan berapa harga xn+1 berdasarkan x 1, x 2,..., x n. Dengan propagas balk, record data dpaka sebaga data pelathan untuk mencar bobot yang optmal. Untuk tu perlu dtetapkan besarnya perode d mana data berfluktuas. Perode n dtentukan secara ntutf. Bagan tersult adalah menentukan jumlah lapsan (dan untnya). Tdak ada teor yang dengan past dapat dpaka. Tetap secara prakts dcoba jarngan yang kecl terlebh dahulu (msal terdr dar 1 lapsan tersembuny dengan beberapa unt saja), lalu jarngan dperbesar dengan menambah unt tersembuny. 24

22 Peramalan data deret waktu dengan jarngan syaraf truan Peramalan dengan menggunakan jarngan syaraf truan yang bak harus memenuh krtera krtera sebaga berkut (Adya & Collopy 1998) : 1. Efektvtas dar valdas Tga arahan untuk mengevaluas efektvtas dar valdas, yatu : a. Perbandngan dengan model model yang sudah dterma secara umum. Peramalan dengan sebuah model harus dapat menghaslkan knerja palng tdak sebak model model yang telah dterma secara umum. Msalnya jka sebuah model yang akan dgunakan untuk peramalan tdak dapat menghaslkan peramalah palng tdak sama akurasnya dengan peramalan menggunakan nave extrapolaton (random walk), maka peramalan dengan model yang baru tdak dapat dkatakan memberkan kontrbus terhadap tren yang ada. b. Penggunaan ex ante valdaton Perbandngan peramalan harus berdasarkan knerja ex ante (out-ofsample). Dengan kata lan, sampel yang dgunakan untuk menguj kemampuan predks sebuah model harus berbeda dengan sampel yang dgunakan untuk mengembangkan dan melath model tersebut. Hal n sejalan dengan konds yang dtemukan pada kenyataan, bahwa sebuah model harus menghaslkan predks mengena masa depan yang belum dketahu atau sebuah kasus yang haslnya belum terseda. c. Penggunaan sampel yang memada Ukuran sampel untuk valdas harus memada agar memungknkan penarkan kesmpulan. Kebanyakan peneltan klasfkas menggunakan 40 atau lebh kasus untuk dvaldas, sedangkan peneltan data deret waktu basanya menggunakan 75 atau lebh peramalan untuk valdas. 2. Efektftas dar mplementas Dalam menentukan efektvtas pengembangan dan pengujan sebuah jarngan syaraf truan batasan berkut dgunakan untuk mengevaluas knerja jarngan : a. Konvergen Berhubungan dengan masalah apakah prosedur pembelajaran dapat mempelajar klasfkas yang dtentukan pada sebuah set data. Dalam mengevaluas krtera n yang perlu dperhatkan adalah knerja n-sample 25

23 26 dar jarngan yang dbuat karena hal tersebut menentukan kemampuan konvergen jarngan sebaga perbandngan untuk mendapatkan kemampuan generalsas, yatu knerja ex ante dar jarngan. Jka suatu peneltan tdak melaporkan knerja n-sample pada jarngan tersebut, maka penermaan terhadap hasl ex ante perlu dpertmbangkan. b. Generalsas Mengukur kemampuan jarngan syaraf truan untuk mengenal pola d luar sampel pembelajaran. Tngkat akuras yang dcapa selama tahap pembelajaran basanya menentukan hubungan generalsas. Jka knerja pada sebuah sampel baru sama dengan sampel pada tahap konvergen, maka jarngan syaraf truan danggap telah belajar dengan bak. c. Stabltas Adalah konsstens hasl selama tahap valdas dengan data sampel yang berbeda. Krtera n kemudan mengevaluas apakah konfguras jarngan syaraf truan dtentukan selama tahap pembelajaran dan hasl dar tahap generalsas konssten pada berbaga sampel data uj yang berbeda. Peneltan dapat menentukan stabltas bak melalu penggunaan teratve resamplng dar kumpulan data yang sama atau dengan menggunakan berbaga sampel untuk pembelajaran dan valdas. Jka suatu peneltan telah dvaldas dan dmplementaskan dengan bak, maka haslnya dapat memberkan gambaran apakah jarngan syaraf truan bermanfaat untuk peramalan, dan peneltan tersebut merupakan peneltan yang sangat berguna. Peneltan terdahulu yang menggunakan jarngan syaraf truan untuk peramalan data deret waktu antara lan : 1. Suhartono & Subanar (2006) memodelkan data deret waktu tren dan musm dengan melakukan dekomposs terhadap data tersebut sebelum dlakukan peramalan dengan jarngan syaraf truan. Data deret waktu yang dgunakan dalam peneltan n adalah data penumpang penerbangan yang merupakan salah satu dar dua data yang dujkan dalam Neural Network Forecastng Competton bulan Jun Hasl dar peneltan n adalah bahwa data yang telah dproses dengan mengkombnaskan detrend dan deseasonal berdampak cukup besar dalam menngkatkan akuras peramalan data deret waktu dbandngkan dengan menggunakan data asl, hanya dlakukan 26

24 27 detrend, hanya dlakukan deseasonal, maupun dbandngkan dengan peramalan dengan ARIMA. 2. Peneltan yang dlakukan oleh Khoro et al. (2004) yang membandngkan model ARIMA dan ANN (Artfcal Neural Network) dalam meramal data deret waktu yang sama dengan data yang dgunakan pada peneltan Suhartono & Subanar (2006), yatu data penumpang penerbangan, menympulkan bahwa model ANN relatf lebh bak darpada ARIMA dalam meramalkan data deret waktu tersebut walaupun sfat data mungkn mempengaruh hasl tersebut. Namun peneltan n mengemukakan bahwa masalah utama ANN adalah kurangnya kemampuan model n dalam menerangkan arstektur jarngan yang tepat untuk data tertentu. 3. La et al. (2006) melakukan peramalan data deret waktu dengan menggabungkan hasl peramalan exponental smoothng dengan hasl peramalan jarngan syaraf truan. Penggabungan tersebut dmaksudkan untuk mengambl unsur lnear dar data dengan exponental smoothng dan unsur nonlnear dar data dengan ANN. Data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data tarf pertukaran mata uang asng. Peneltan n menympulkan bahwa metodolog penggabungan kedua metode tersebut menghaslkan predks yang lebh bak darpada jka menggunakan salah satu metode saja. 4. Peneltan yang dlakukan oleh Atya et al. (1999) mengena peramalan arus sunga dengan membangun berbaga model jarngan syaraf truan. Peneltan n mengeksploras data deret waktu tersebut untuk menentukan masukan bag jarngan syaraf truan. Peneltan n juga melakukan peramalan beberapa perode ke depan. Hasl dar peneltan n adalah bahwa jarngan syaraf truan menghaslkan akuras peramalan yang cukup bak. Peneltan n juga menympulkan bahwa pemlhan masukan dan preprocessng pada data berperan lebh dalam menngkatkan akuras peramalan dbandngkan dengan arstektur jarngan syaraf truan. 27

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/40

OVERVIEW 1/40 http://www..deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolo optmal. Perbedaan tentang aset bersko dan aset bebas rsko. Perbedaan preferens nvestor dalam memlh portofolo

Lebih terperinci

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi)

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi) 0 Oktober 206 Analtk Data Tngkat Lanut (Regres) Imam Cholssodn mam.cholssodn@gmal.com Pokok Bahasan. Konsep Regres 2. Analss Teknkal dan Fundamental 3. Regres Lnear & Regres Logstc (Optonal) 4. Regres

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI

RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI 1 Return (Imbal hasl) nvestas Expected return (Return ekspetas) return yang dharapkan akan ddapat oleh nvestor d masa depan Actual return/ Realzed return (Return aktual)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tga konsep dasar yang perlu dketahu untuk memaham pembentukan portofolo optmal, yatu: portofolo efsen dan portofolo optmal fungs utltas dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lngkup Peneltan Reksadana yang dgunakan dalam peneltan n adalah reksadana yang terdaftar dalam stus BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci