KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS KELOMPOK DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS KELOMPOK DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST"

Transkripsi

1 KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS KELOMPOK DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST Timbul Pardede Jurusan Statisti FMIPA, Universitas Terbua ABSTRAK Metode Ward dan metode K-rataan adalah metode elompo yang teni-teni pengelompoannya hanya memperhatian uuran jara antar obje-obje pengamatan tanpa mempertimbangan aspe statistinya. Metode elompo berbasis model adalah metode elompo yang didasaran pada aspe statisti, yaitu riteria emunginan masimum. Metode elompo berbasis model mempunyai sepuluh model dengan berbagai macam sifat geometris. Penyeatan data dilauan dengan menggunaan algoritma Espetasi-Masimum (EM), emudian dengan pendeatan Bayesian Information Criterion (BIC) diperoleh model terbai. Penelitian ini bertujuan untu mengaji efetivitas dari sepuluh metode berbasis model dan emudian membandingan hasil pengelompoannya dengan metode Ward dan metode K-rataan. Penelitian ini menggunaan data simulasi yang dibangitan melali program R versi.4. dan dianalisis dengan menggunaan program Mclust versi 4.0 dengan interface program R. Hasil penelitian menunjuan bahwa metode elompo berbasis model lebih efetif memisahan elompo-elompo yang saling tumpang tindih dibandingan dengan metode gerombol Ward dan K-rataan. Kata unci: Metode Ward, Metode K-mean, Metode berdasran model, Algoritma EM, BIC ABSTRACT Ward method and K-mean method are clustering method in which grouping only base on distance measure among observed objects, without considering statistical aspects. Modelbased clustering is a method that use statistical aspects, as its theoretical basis i.e. probability maximum criterion. This model has ten models with a variety of geometrical characteristics. Data partition is conducted by utilizing EM (expectation-maximization) algorithm. Then by using Bayesian Information Criterion (BIC) the best model is obtained. This research aimed to assess the effectiveness of ten models from the model-based clustereng and then to compare result of grouping methods between model-based clustering with Ward clustering and K-mean clustering. This study used simulated data and applied data. Simulated data are generated with the R programs versions.4.. Proses analysis was performed by using the Mclust programs vesions 4.0 with an interface the R programs versions.4.. The results showed that model-based clustering was more effective in separating the condition of one separate group and two overlap groups than ward clustering and K-mean clustering. Keywords: EM algorithm, BIC, K-mean clustering method, model-based clustering method, Ward clustering method

2 Pardede, Kajian Metode Berbasis Model Analisis elompo (cluster analysis) merupaan salah satu analisis statisti multivariat yang bertujuan untu mengelompoan suatu obje amatan menjadi beberapa elompo obje amatan berdasaran arateristi variabel-variabel yang dimilii, sedemiian sehingga obje-obje yang terleta dalam elompo yang sama cenderung mempunyai arateristi yang lebih homogen dibandingan dengan obje-obje pada elompo yang berbeda. Pengelompoan obje amatan dilauan berdasaran uuran emiripan atau etidamiripan. Semain tinggi emiripan dua obje amatan maa semain tinggi peluang untu dielompoan dalam suatu elompo, sebalinya semain tinggi etidamiripannya maa semain rendah peluang untu dielompoan dalam suatu elompo. Anderberg (97) mengemuaan, terdapat beberapa metode elompo yang dapat dibedaan berdasaran proses algoritma yang dilauan, diantaranya teni yang berdasaran uuran jara sebagai basis pengelompoannya. Metode elompo berbasis uuran jara ini terdiri atas metode elompo berhirari dan metode elompo ta berhirari. Metode elompo berhirari, antara lain metode pautan tunggal (single linage), metode pautan lengap (complete linage), metode pautan rataan (average linage), metode terpusat (centroid), dan metode Ward (Ward's method). Adapun metode elompo ta berhirari, misalnya metode K-rataan. Metode elompo ini memilii teni yang berbeda dalam proses pembentuan elompo, namun teni-teni tersebut hanya memperhatian uuran jara antar obje amatan. Metode-metode ini belum mempertimbangan adanya aspe statisti. Mc. Lachlan dan Basford (988) memberian suatu pendeatan dengan memperhatian sebaran data yaitu analisis elompo berbasis model (model-based). Metode elompo berbasis model merupaan suatu algoritma elompo dengan menggunaan analisis yang didasaran pada aspe statisti di dalam menganalisis hasil elompo. Fraley dan Raftery (998) mengidentifiasi, enam model yang digunaan untu mengelompoan obje amatan dengan berbagai sifat geometris yang diperoleh melalui omponen Gauss dengan parameter yang berbeda-beda. Pendeatan data dilauan dengan menggunaan masimum lielihood melalui algoritma Espetasi-Masimum (EM), emudian dengan pendeatan model Bayes berdasaran Bayesian Information Criterion (BIC) diperoleh model terbai. Pardede (008), menggunaan enam model dengan metode berbasis model untu membandingan metode elompo berbasis model dengan metode elompo K-rataan. Kesimpulan yang diperoleh adalah metode berbasis model lebih bai dibandingan metode K-rataan, aan tetapi pada ondisi elompo yang saling tumpang tindih metode berbasis model dengan enam model belum mampu memisahan obje-obje amatan. Fraley dan Raftery (999) telah mengidentifiasi delapan model pada metode elompo berbasis model yang digunaan untu mengelompoan obje-obje amatan. Pada tahun 00, Fraley dan Raftery telah mengidentifiasi sepuluh model untu mengelompoan obje-obje amatan. Berdasaran paparan di atas, artiel ini mengaji analisis elompo berbasis model dengan sepuluh model yang telah diidentifiasi oleh Fraley dan Raftery (00).Selanjutnya hasil analisis elompo berbasis model ini dibandingan dengan hasil analisis elompo metode K-rataan dan metode Ward. Dari hasil analisis diperoleh efetivitas sepuluh model pada metode berbasis model, metode Ward dan metode K-rataan dalam mengelompoan obje-obje. Metode Kelompo Ward Pada metode elompo berhirari dengan penggabungan dianggap bahwa pada awalnya tiap-tiap obje amatan diperlauan sebagai satu elompo, sehingga jumlah elompo yang ada sama dengan jumlah obje amatan. Kemudian menghitung jara antar elompo dengan elompo 85

3 Jurnal Matematia, Sains, dan Tenologi, Volume 4 Nomor, September 0, lainnya, dilanjutan dengan menggabungan dua elompo terdeat menjadi satu elompo baru. Langah beriutnya jara antara elompo baru dengan elompo lainnya dihitung embali. Prosedur ini diulang terus hingga terbentu suatu diagram pohon yang hanya terdiri atas satu elompo yang beranggotaan semua obje amatan. Hasil elompo metode berhirari membentu diagram pohon (tree diagram) atau dendrogram yang menggambaran pengelompoan obje-obje amatan. Salah satu metode dari metode elompo berhirari dengan penggabungan adalah metode Ward. Metode Ward didasaran pada riteria jumlah uadrat antara dua elompo untu seluruh variabel. n n n i n j n, n n n n n n n n n dengan i j i j i j nilai oefisien,, dan 4 sebagai fator pembobot d d d d d d ( i, j) i j ij 4 i j Metode Kelompo K-rataan Salah satu metode ta berhirari yang paling sering digunaan adalah metode elompo K- rataan. Metode ini merupaan metode elompo yang menyeat obje amatan e dalam elompo. Metode ini pada umumnya digunaan pada data yang beruuran relatif besar. Macqueen dalam Johnson dan Wichern (007) menggambaran algoritma elompo untu menyelesi n unit data e dalam elompo adalah berdasaran edeatan pusat (rataan) yang disusun dengan tahapan beriut:. Pilih unit data pertama yang digunaan sebagai pusat elompo awal.. Gabungan setiap (n-) data yang merupaan sisa anggota e pusat elompo terdeat, emudian dihitung masing-masing pusat (rataan) elompo baru yang terbentu dari hasil penggabungan.. Setelah semua data digabungan pada tahap, pusat elompo yang terbentu dijadian sebuah titi pusat elompo, emudian lauan penggabungan embali dari setiap unit data e dalam titi pusat terdeat. 4. Lauan etiga tahapan di atas secara berulang hingga diperoleh suatu elompo yang onvergen. Kelompo yang onvergen ditandai dengan adanya titi pusat yang tetap dan tida ada lagi perubahan anggota di antara elompo. Metode Kelompo Berbasis Model Pada analisis elompo berbasis model, diasumsian bahwa data dibangitan dari sebaran peluang campuran dengan setiap subpopulasi mewaili suatu elompo yang berbeda (Fraley & Raftery, 998). Misalnya y y, y,..., yn variabel aca ganda p, dengan p menyataan dimensi data dan n menyataan banyanya obje amatan yang dianggap berasal dari campuran G subpopulasi G, G,..., Gg dengan fungsi epeatan campurannya adalah: G f y f y θ ; y Ω () mix 86

4 Pardede, Kajian Metode Berbasis Model dengan f y θ : fungsi epeatan G, yaitu subpopulasi e- dengan vetor parameter θ yang tida dietahui dan : proporsi data yang berasal dari subpopulasi e-i dengan G i dan 0. i Dengan asumsi y y, y,..., yn bebas stoasti dan identi, dan fungsi f i j y θ merupaan fungsi epeatan campuran obje amatan y i dari elompo e- maa fungsi epeatan sebaran campuran (mixture lielihood) pada persamaan () adalah : n G Lmix (... G;... G y) f yi () i dengan f yi adalah fungsi epeatan variabel campuran normal ganda (Gauss) dengan parameter terdiri atas vetor rataan dan matris ovariansi ' y y, yang dinyataan exp i i dalam bentu: f ( yi ; ). p Dengan demiian fungsi epeatan sebaran campuran (mixture lielihood) ganda dengan parameter vetor rataan dan matris ovariansi dapat ditulis dalam bentu: ' y y mix G i i () p i L n G exp ( ;... ; ;... y) Pada metode elompo berbasis model, diasumsian bahwa data dibangitan dengan fungsi epeatan variabel campuran normal ganda yang dicirian oleh elompo-elompo yang berpusat di seitar. Karateristi geometri (bentu, volume, dan orientasi) dihitung dari matris ovariansi (Fraley & Raftery, 00). Branfield & Raftery (99) mengembangan metode elompo berbasis model dengan memparameterisasian setiap matris ovariansi melalui suu-suu deomposisi nilai ciri dalam bentu: D A D (4) dengan : D : matris vetor ciri, yang menjelasan orientasi dari omponen e-, A : matris diagonal dengan masing-masing unsurnya proporsional terhadap nilai ciri dari, yang menjelasan bentu, : aar ciri terbesar dari, yang menjelasan volume. Pencirian sebaran geometri (orientasi, volume, dan bentu) diperoleh dari berbagai macam bentu elompo, atau terbatas pada elompo yang sama dan matris varians untu semua omponen bisa 87

5 Jurnal Matematia, Sains, dan Tenologi, Volume 4 Nomor, September 0, sama atau bervariasi. Tabel menunjuan matris ovariansi ganda dan interpretasi geometri (Fraley & Raftery, 00). j untu model campuran normal Tabel. Matris Kovariasi dan Interpretasi Geometri pada Model Campuran Normal Ganda Volume Bentu Orientasi Tebaran Simbol j Geometri Mclust I Sama Sama - Spherical EII I Berbeda Sama - Spherical VII A Sama Sama Sumbu oordinat Diagonal EEI Berbeda Sama Sumbu oordinat Diagonal VEI A A Sama Berbeda Sumbu oordinat Diagonal EVI A Berbeda Berbeda Sumbu oordinat Diagonal VVI DAD Sama Sama Sama Ellipsoidal EEE D AD Sama Sama Berbeda Ellipsoidal EEV D AD Berbeda Sama Berbeda Ellipsoidal VEV D A D Berbeda Berbeda Berbeda Ellipsoidal VVV Sumber: (Fraley & Raftery, 00) Algoritma EM (Expectation-Maximum) Algoritma EM merupaan metode perhitungan iterasi terhadap masalah pendugaan emunginan masimum parameter pada data tida lengap (Dempster, Laird, and Rubin, 977). x y, z, dengan y data i Algoritma EM pada elompo data lengap diasumsian menjadi i i i teramati dan z i data yang tida teramati (missing). Apabila x i adalah data yang berdistribusi bebas dan identi menurut distribusi peluang f dengan parameter θ maa fungsi lielihood data lengap adalah L C( xi ) f j xi n i. Selanjutnya jia peluang variabel husus tida teramati dan tergantung pada pengamatan data y dan buan z maa fungsi lielihood data lengap menjadi: L O( y ) L C( x )dz (5) Penduga masimum lielihood (MLE) untu paramater θ didasaran pada proses pemasimuman data pengamatan L ( y ). z O Pada EM untu model campuran, data lengap diasumsian, z, z,..., z i i i ig merupaan data yang tida teramati, yaitu, xi G z i ; i,..., n ;,..., g 0, lainnya. x y z dengan i i i (6) 88

6 Pardede, Kajian Metode Berbasis Model dengan asumsi bahwa setiap z i bebas dan identi menurut sebaran multinomial dari G ategori dengan peluang,,..., G dan fungsi epeatan y i terhadap i fungsi log-lielihood data lengap (complete-data log-lielihood) adalah : n G L( θ,,z x) z log f x i i i i G z adalah f yi (7) Bila f xi merupaan model campuran sebaran normal ganda yaitu f xi f xi ; ganda adalah: zi, maa, maa fungsi log-lielihood data lengap pada model campuran normal n G i i i i L( θ,,z x) z log f x ; (8) Dengan menggunaan algoritma EM, yaitu tahap E untu pendugaan dan tahap M untu pemasimuman, maa iterasi tahap E model campuran normal ganda diperoleh f y i, z i ; i,..., n ;,..., G G j f j yi j, j j Sedangan tahap M adalah untu memasimalan persamaan (8) terhadap z i tetap pada nilai yang dihitung pada tahap E. (9) dan θ dengan Pemilihan Model Pengelompoan dengan Fator Bayes Pada analisis elompo masalah yang paling sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana menentuan metode elompo yang digunaan dan berapa jumlah elompo yang tepat. Seringali para pengguna statisti melauan coba-coba (trial and error) untu mendapatan hasil yang bermana atau yang dapat diinterpretasian sesuai dengan masalah ajiannya. Fraley & Raftery (998) melauan pendeatan model campuran melalui fator Bayes dengan sistematia pemilihannya tida hanya untu parameterisasi model (metode elompo yang digunaan), tetapi juga banyanya elompo. Pendeatan yang digunaan adalah dengan pendeatan BIC (Bayesian Information Criterion) dengan formulasi sebagai beriut: ^ log P y M log P y, M -V log( n) BIC dengan P y M : integrasi lielihood untu model M, ^ P y, M : masimum lielihood campuran untu model M, V : banyanya parameter bebas yang diduga pada model M, 89

7 Jurnal Matematia, Sains, dan Tenologi, Volume 4 Nomor, September 0, : dugaan emunginan masimum untu parameter pada model M. Nilai BIC terbesar mengindiasian bahwa model tersebut adalah model paling laya. METODE Sumber data yang digunaan adalah data simulasi dari himpunan campuran normal ganda yang dibangitan dengan menggunaan fungsi mvnorm pada perangat luna program R ver.4.. Kriteria data simulasi yang dibangitan mengacu pada Pardede (008), yani data yang dibangitan dari sebaran campuran normal ganda yang terdiri atas tiga elompo dengan tiga variabel dan jumlah amatan tiap elompo adalah 50, 00, dan 50. Ketiga elompo yang dibangitan dibuat dalam tiga macam ondisi, yaitu () etiga elompo saling terpisah, () satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih, dan () etiga elompo saling tumpang tindih. Untu etiga ondisi data, digunaan tiga jenis uuran jara antara dua pusat elompo, yang disesuaian dengan jauh deatnya jara antara vetor rataan elompo. Selain itu, untu melihat pengaruh tingat orelasi antarvariabel terhadap hasil ahir elompo, maa dicobaan juga tiga jenis tingat orelasi. Pola-pola data simulasi secara lengap disajian pada Tabel. Tabel. Pola Data Simulasi yang Aan Dibangitan Jenis pengelompoan Jara antar dua pusat elompo dan nilai variansi tiap variabel Ketiga elompo saling Deat, Sedang, Jauh terpisah σ,σ,σ (variansi ecil) Satu terpisah, dua Deat, Sedang, Jauh tumpang tindih σ,σ,σ 5 (variansi berbeda) Ketiga elompo saling Deat, Sedang, Jauh tumpang tindih σ 5,σ 5,σ 5 (variansi besar) Sumber: (Pardede, 008) Tingat orelasi antar variabel Rendah (0.) Sedang (0.5) Tinggi (0.8) Rendah (0.) Sedang (0.5) Tinggi (0.8) Rendah (0.) Sedang (0.5) Tinggi (0.7) Banya data tiap elompo Hasil data simulasi dilauan tahapan analisis sebagai beriut:. Dilauan analisis elompo dengan menggunaan perangat luna R ver.4. untu metode Ward dan metode K-rataan. Untu metode berbasis model, analisis elompo dilauan dengan menggunaan paet program Mclust ver 4.0 dengan interface perangat luna R ver.4. (open source).. Untu metode berbasis model, hitung nilai BIC pada setiap model. Nilai BIC terbesar mengindiasian bahwa model tersebut adalah model yang paling laya.. Hitung persentase salah pengelompoan dari setiap elompo pada masing-masing metode, emudian hasilnya dibandingan dengan pengelompoan yang sebenarnya (ditentuan saat simulasi). 4. Persentase salah pengelompoan yang terecil menunjuan bahwa metode yang digunaan lebih bai. 90

8 Pardede, Kajian Metode Berbasis Model HASIL DAN PEMBAHASAN Data simulasi yang dibangitan terdiri atas 8 asus data dengan setiap asus data simulasi terdiri atas tiga elompo. Semua asus data dibedaan atas ondisi elompo yani jara antarpusat elompo dengan variansi setiap variabel sama atau berbeda pada setiap elompo, tingat orelasi, dan juga banya data. Kondisi Ketiga Kelompo Saling Terpisah Pada asus data simulasi dengan ondisi pengelompoan etiga elompo saling terpisah menunjuan bahwa hasil pengelompoan yang diperoleh dengan metode Ward, metode K-rataan, dan metode berbasis model dapat mengelompoan obje-obje amatan secara tepat dan sesuai dengan pengelompoan yang sebenarnya. Hal ini dintunjuan dengan nilai persentase salah pengelompoan pada metode Ward, metode K-rataan, dan metode berbasis model adalah 0%. Hal ini disebaban oleh variansi dari masing-masing elompo cenderung ecil sehingga setiap objeobje amatan cenderung mengelompo di seitar vetor rataan elompo seperti terlihat pada Gambar Gambar. Matris plot data simulasi untu ondisi etiga elompo saling terpisah dengan jara pusat elompo deat, variansi cenderung ecil, tingat orelasi rendah, dan n=50 Hasil elompo dengan metode berbasis model pada Gambar menunjuan bahwa dari 0 model yang dicobaan, model yang paling laya yang didasaran pada nilai BIC paling besar, yaitu model EII dengan nilai BIC = -65,769; model EEE dengan nilai BIC = ; dan model VII dengan nilai BIC = Nilai BIC yang paling besar dari tiga model yang paling laya terdapat pada model EII dengan nilai BIC = -65,769 maa model terbai terdapat pada model EII. 9

9 Jurnal Matematia, Sains, dan Tenologi, Volume 4 Nomor, September 0, Gambar. Plot dan hasil elompo metode berbasis model untu ondisi etiga elompo saling terpisah dengan jara pusat elompo deat dan variansi cenderung ecil, tingat orelasi rendah, dan banya data n=50. Dari 7 asus simulasi dengan ondisi etiga elompo saling terpisah, model terbai terdapat pada model EEE yang tebaran datanya berbentu ellipsoidal, ecuali pada ondisi banya data n=50 dengan tingat orelasi rendah (0,) dan jara antar pusat elompo deat, sedang, jauh menghasilan model terbai EII yang berbentu Spherical, dan pada tingat orelasi sedang (0,5) menghasilan model terbai EEV yang berbentu ellipsoidal. Nilai BIC dan model terbai pada metode berbasis model disajian pada Tabel. Persentase salah pengelompoan elompo tida terpengaruh terhadap tingat orelasi antarvariabel dan banya obje amatan pada tiap elompo. Tabel. Nilai BIC dan Model Terbai pada Metode Kelompo Berbasis Model Ketiga elompo satu elompo terpisah, Keiga elompo saling Jara antar Banya Tingat saling terpisah dua elompo tindih tumpang tindih pusat data orelasi σ,σ,σ σ,σ,σ 5 σ 5,σ 5,σ 5 elompo Nilai BIC Model Nilai BIC Model Nilai BIC Model Deat (d=5.099) Sedang (d=7.48) Jauh (d= 9.899) Deat (d=5.099) Sedang (d=7.48) Jauh (d= 9.899) Rendah -65,769 EII -6,695 EEI -786,649 VII Sedang -578,400 EEE -05,98 EEE -740,56 EII Tinggi -4, EEE -86,0 EEE -69,69 EEE Rendah -657,665 EII -7,900 EEE -88, VII Sedang -578,746 EEE -06,9 EEE -86,904 EII Tinggi -4, EEE -86,045 EEE -76,08 EEE Rendah -657,665 EII -48,996 EEE -96,89 EII Sedang -578,746 EEV -06,576 EEE -95,486 EII Tinggi -4, EEE -86,045 EEE -764,566 EEE Rendah -64,6 EEE -4.05,786 EEE -5595,077 EII Sedang -09,097 EEE -408,48 EEE -5489,04 EII Tinggi -6,66 EEE -587,805 EEE -5,99 EEE Rendah -68, EEE -46,587 EEE -5709,5 EII Sedang -09, EEE -4058,44 EEE -567,9 EII Tinggi -6,66 EEE -.587,89 EEE -540,80 EEE Rendah -68, EEE -4,654 EEE -58,0 VII Sedang -09, EEE -4058,876 EEE -5799,674 EEV Tinggi -6,66 EEE -587,89 EEE -5486,6 EEE 9

10 Pardede, Kajian Metode Berbasis Model Tabel. Lanjutan Banya data 50 Jara antar pusat elompo Deat (d=5.099) Sedang (d=7.48) Jauh (d= 9.899) Tingat Ketiga elompo saling terpisah satu elompo terpisah, dua elompo tindih Keiga elompo saling tumpang tindih orelasi σ,σ,σ σ,σ,σ 5 σ 5,σ 5,σ 5 Nilai BIC Model Nilai BIC Model Nilai BIC Model Rendah -4858,88 EEE -6,69 EEE -849,897 VII Sedang -460,9 EEE -6009,74 EEE -897,45 EII Tinggi -896,98 EEE -600,87 EEE -78,4 EEE Rendah -4865,95 EEE -5698,84 EEE -857,46 EII Sedang -460,796 EEE -6047,875 EEE -84,45 EEE Tinggi -896,98 EEE -544,670 EEE ,47 EEE Rendah -4865,95 EEE -6,66 EEE -876,84 EII Sedang -460,796 EEE -605,76 EEE -86,4 EEE Tinggi -896,98 EEE -544,69 EEE -886,77 EEE Kondisi Satu Kelompo Terpisah dan Dua Kelompo Tumpang Tindih Untu asus data simulasi dengan satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih disajian pada Gambar dengan ondisi jara antarpusat elompo sedang (d=7.48), variansi etiga elompo adalah σ,σ,σ 5, tingat orelasi antarvariabel rendah (0.), dan banya amatan tiap elompo adalah n= Gambar. Matris plot data simulasi untu ondisi satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih dengan jara sedang, variansi σ,σ,σ 5, tingat orelasi sedang, dan n=00. Hasil pengelompoan dengan metode Ward diperoleh hasil bahwa dari 00 obje amatan pada elompo terdapat obje amatan masu e dalam elompo, dari 00 obje amatan pada elompo terdapat 6 obje amatan masu e dalam elompo, dan dari 00 obje amatan pada elompo terdapat obje amatan masu e elompo (Gambar 4). Persentase salah pengelompoannya adalah 9,00%. 9

11 Jurnal Matematia, Sains, dan Tenologi, Volume 4 Nomor, September 0, Cluster Dendrogram Height dist(asus40) hclust (*, "ward") Gambar 4. Dendogram hasil pengelompoan metode Ward dengan ondisi satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih dengan jara sedang, variansi σ,σ,σ 5, tingat orelasi sedang, dan n=00. Pada metode K-rataan, hasil pengelompoan yang diperoleh adalah pada elompo terdapat 0 obje amatan masu e dalam elompo dan obje amatan masu e dalam elompo dan hanya 57 obje amatan yang dengan tepat masu e dalam elompo. Untu elompo, terdapat 50 obje amatan masu e dalam elompo dan 5 obje amatan masu e dalam elompo, dan hanya 5 obje amatan dengan tepat masu e dalam elompo. Hal ini menunjuan bahwa lebih dari 50% obje amatan tida terelompo pada tempatnya (Gambar 5). Gambar 5. Plot hasil pengelompoan metode K rataan dengan ondisi satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih dengan jara sedang, variansi σ,σ,σ 5, tingat orelasi sedang, dan n=00. Pada metode berbasis model, dari 0 model yang dicobaan terdapat tiga model yang paling laya, yani model EEE ( elompo) dengan nilai BIC = ; model EEI ( elompo) dengan nilai BIC = ; dan model EEE (4 elompo) dengan nilai BIC = Model terbai dari tiga model yang paling laya terdapat nilai BIC yang paling besar yaitu pada model EEE (Gambar 6). 94

12 Pardede, Kajian Metode Berbasis Model Gambar 6. Plot dan hasil pengelompoan metode berbasis model dengan ondisi satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih dengan jara pusat elompo sedang, variansi σ,σ,σ 5, tingat orelasi sedang dan n=00. Untu metode berbasis model, dari 7 asus simulasi pada ondisi satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih menghasilan model yang sama untu setiap asus yaitu model EEE yang tebaran datanya berbentu ellipsoidal. Kecuali pada ondisi jara antarpusat elompo deat, banya data n=50 dan tingat orelasi sedang menghasil model EEV (ellipsoidal) sebagai model terbai. Nilai BIC dan Model terbai pada metode berbasis model disajian pada Tabel. Untu 7 asus dengan ondisi satu elompo terpisah dan dua elompo saling tumpang tindih diperoleh hasil bahwa persentase salah pengelompoan pada metode berbasis model jauh lebih ecil dibandingan dengan metode Ward dan metode K-rataan. Hal ini menunjuan bahwa metode berbasis model lebih cenderung dapat memisahan etiga elompo dibandingan dua metode elompo lainnya. Persentase salah pengelompoan pada ondisi satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih disajian pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase Salah Pengelompoan pada Kondisi Satu Kelompo Terpisah dan Dua Kelompo Saling Tumpang Tindih. Jara antar n=50 n=00 n=50 pusat Metode Tingat Korelasi Tingat Korelasi Tingat Korelasi elompo Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Ward 56,00% 4,00% 58,67% 55,67% 5,00% 56,% 5,00% 5,78% 4,00% Deat K-rataan 64,00% 58,67% 54,00% 56,67% 57,67% 55,67% 60,67% 60,00% 56,89% Model 6,67% 0,67% 0,67%,%,00% 0,00% 4,44%,67%,% Ward 4,00%,% 7,% 9,00% 6,00%,00% 7,78% 0,44%,% Sedang K-rataan,%,00% 5,% 55,67% 9,% 7,67% 4,44% 50,% 45,% Model,00% 0,00% 0,00%,% 0,00% 0,00% 0,89% 0,% 0,00% Ward,% 9,% 0,67% 50,67% 0,00% 0,00% 0,44% 0,00% 0,00% Jauh K-rataan 4,67% 4,67% 0,00% 55,67%,67% 0,67%,%,%,78% Model 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Ditinjau dari jara antarpusat elompo, terjadi penurunan persentase salah pengelompoan dengan semain jauh jara antar pusat elompo untu etiga metode elompo, yang disajian pada Gambar 7. Penurunan salah persentase pengelompoan ini disebaban oleh uuran jara 95

13 Jurnal Matematia, Sains, dan Tenologi, Volume 4 Nomor, September 0, antarvetor rataan elompo yang relatif main jauh untu semua ondisi, sehingga obje-obje amatan aan semain mengelompo di seitar vetor rataannya. (a) (b) (c) Gambar 7. Plot persentase salah pengelompoan pada uuran jara dengan tingat orelasi (a)rendah, (b)sedang, dan (c)tinggi dengan n=50. Untu tingat orelasi rendah, sedang, dan tinggi menunjuan bahwa pada metode berbasis model terjadi penurunan persentase salah pengelompoan dari tingat orelasi rendah e tingat orelasi tinggi, walaupun penurunan ini hampir tida ada perbedaan yang berarti. Hal ini menunjuan bahwa tingat orelasi yang berbeda tida berpengaruh secara signifian pada ondisi elompo pada ondisi satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih (Gambar 8). (a) (b) (c) Gambar 8. Persentase salah pengelompoan yang didasaran pada tingat orelasi dengan uuran jara (a) deat, (b) sedang, dan (c) jauh dengan banya data n=00. (a) (b) (c) Gambar 9. Persentase salah pengelompoan didasaran pada banyanya data dengan tingat orelasi (a) rendah, (b) sedang, dan (c) tinggi dengan jara antar pusat elompo deat. 96

14 Pardede, Kajian Metode Berbasis Model Ditinjau dari banya obje amatan, banya amatan tiap elompo n= 50 mempunyai pola persentase salah pengelompoan yang tida jauh berbeda dengan obje amatan tiap elompo sebesar 00 dan 50. Hal ini berarti bahwa banya amatan tiap elompo tida berpengaruh terhadap hasil elompo (Gambar 9). Dari hasil pengelompoan etiga metode elompo yang dibandingan dengan ondisi satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih menunjuan bahwa metode berbasis model lebih efetif dalam memisahan elompo-elompo elompo dibandingan metode Ward dan metode K-rataan. Ketiga Kelompo Saling Tumpang Tindih Pada Gambar 0 disajian data dengan ondisi jara antarpusat elompo sedang (d=7.48) dengan variansi etiga elompo adalah σ 5,σ 5,σ 5, tingat orelasi antar variabel sedang (0.5), dan n=50. Secara visual matris plot pada Gambar 0 menggambaran ondisi etiga elompo saling tumpang tindih. Secara eseluruhan dari 7 asus simulasi pada ondisi etiga elompo saling tumpang tindih, etiga metode elompo tida mampu memisahan elompo yang saling tumpang tindih. Metode berbasis model menghasilan model yang bervariasi pada setiap asus simulasi, yani model dengan tebaran datanya berbentu spherical (VII, EII) dan model yang tebaran datanya berbentu ellipsoidal (EEE, EEV). Tingat orelasi rendah dan sedang menghasilan model VII dan EII, sedangan tingat orelasi tinggi menghasilan model EEE. Nilai BIC dan Model terbai pada metode berbasis model disajian pada Tabel. Pada tingat orelasi tinggi dengan jara antar pusat elompo relatif sedang dan jauh, persentase salah pengelompoan lebih rendah bila dibandingan dengan metode Ward dan metode K-rataan. Namun pada tingat orelasi rendah dan tingat orelasi sedang, metode berbasis model tida mampu memisahan elompo yang saling tumpang tindih, bahan sebagian besar persentase salah pengelompoannya lebih besar dibandingan dengan metode Ward dan metode K-rataan. Hal ini disebaban oleh obje amatannya mengelompo pada satu elompo, sehingga secara geometris dari 0 model pada metode berbasis model tida mampu memisahan elompo yang saling tumpang tindih. Bahan metode berbasis model ini menganjuran bahwa aan lebih efetif jia pengelompoannya dibentu dalam satu atau dua atau empat elompo Gambar 0. Matris plot data untu ondisi etiga elompo saling tumpang tindih, jara sedang, variansi σ 5,σ 5,σ 5, tingat orelasi sedang, dan n=50. 97

15 Jurnal Matematia, Sains, dan Tenologi, Volume 4 Nomor, September 0, Pada ondisi etiga elompo saling tumpang tindih, perbedaan banya obje amatan tiap elompo tida berpengaruh terhadap persentase salah pengelompoannya, bai pada tingat orelasi maupun pada jara antar pusat elompo (Gambar ). (a) (b) (c) Gambar. Plot persentase salah pengelompoan didasaran pada banyanya data dengan tingat orelasi (a) rendah, (b) sedang, dan (c) tinggi dan jara deat. Ditinjau dari jara antar pusat elompo, terjadi penurunan persentase salah pengelompoan dengan semain jauh jara antar pusat elompo untu etiga metode elompo bai bai pada tingat orelasi maupun pada banya obje amatan tiap elompo. Hal ini dapat dilihat berdasaran persentase salah pengelompoan yang dihasilan, yang disajian pada Gambar. (a) (b) (c) Gambar. Persentase salah pengelompoan didasaran pada uuran jara dengan tingat orelasi (a) rendah, (b) sedang, dan (c) tinggi dengan n=00. 80% 60% 40% 0% 0% Rendah Sedang Tinggi Korelasi Ward K-mean Model 80% 60% 40% 0% 0% Rendah Sedang Tinggi Korelasi Ward K-mean Model 60% 40% 0% 0% Rendah Sedang Tinggi Korelasi Ward K-mean Model (a) (b) (c) Gambar. Plot persentase salah pengelompoan yang didasaran pada tingat orelasi dengan jara (a) deat, (b) sedang, dan (c) jauh dan n=00. 98

16 Pardede, Kajian Metode Berbasis Model Untu tingat orelasi rendah, sedang, dan tinggi menunjuan bahwa pada metode berbasis model terjadi penurunan persentase salah pengelompoan dari tingat orelasi rendah e tingat orelasi tinggi. Hal ini menunjuan bahwa tingat orelasi yang berbeda berpengaruh secara signifian pada ondisi elompo pada ondisi etiga elompo saling tumpang tindih (Gambar ). Dari hasil pengelompoan etiga metode elompo yang dibandingan dengan ondisi etiga elompo saling tumpang tindih menunjuan bahwa metode berbasis model lebih efetif memisahan elompo yang saling tumpang tindih apabila tingat orelasi tinggi dan jara antarpusat elompo relatif sedang dan jauh. Tabel 5. Persentase salah pengelompoan pada ondisi etiga elompo saling tumpang tindih Jara n=50 n=00 n=50 antar Metode Tingat Korelasi Tingat Korelasi Tingat Korelasi pusat elompo Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Ward 60,00% 6,00% 6,% 64,67% 6,00% 6,% 58,89% 6,% 57,56% Deat K-rataan 59,% 60,67% 6,67% 6,% 65,67% 64,67% 56,67% 6,% 6,78% Model 64,67% 67,% 4,% 64,00% 6,67% 6,67% 58,89% 6,89% 58,44% Ward 5,% 46,00% 48,67% 6,67% 54,% 59,% 4,% 57,% 60,00% Sedang K-rataan 45,% 5,67% 65,% 46,67% 5,% 6,00% 47,% 5,% 64,67% Model 54,00% 64,67%,00% 55,00% 60,% 9,00% 6,%,78% 8,00% Ward 40,00% 4,% 4,00% 49,00% 5,67% 4,% 0,00% 49,56%,56% Jauh K-rataan 48,67% 4,% 44,67%,00% 4,% 45,00%,56% 45,% 45,78% Model 4,00%,67%,% 8,67% 6,00% 0,00% 8,89% 4,44%,78% Sebalinya, apabila tingat orelasi tinggi dengan jara antarpusat elompo relatif deat dan juga pada tingat orelasi rendah dan sedang dengan jara antar pusat elompo deat, sedang dan jauh, etiga metode yang dibandingan tida efetif dalam memisahan elompo yang tumpang tindih. Persentase salah pengelompoan pada ondisi etiga elompo saling tumpang tindih secara lengap disajian pada Tabel 5. SIMPULAN Berdasaran penelitian ini, dihasilan beberapa esimpulan. sebagai beriut : Uuran data pada tiap elompo tida berpengaruh terhadap hasil persentase salah pengelompoan yang dihasilan. Pada uuran jara, semain jauh jara antarpusat elompo dengan variansi yang tetap maa persentase salah pengelompoan yang dihasilan semain ecil.pada metode berbasis model, semain besar tingat orelasi antarvariabel maa persentase salah pengelompoan yang dihasilan semain ecil, sedangan pada metode Ward dan K-rataan, persentase salah pengelompoan yang dihasilan sangat bervariasi. Untu ondisi etiga elompo saling terpisah, etiga metode yang dibandingan memberian hasil pengelompoan yang sama dan sesuai dengan hasil pengelompoan sebenarnya. Untu ondisi satu elompo terpisah dan dua elompo tumpang tindih, metode berbasis model memberian hasil yang lebih bai dibandingan dengan metode Ward dan metode K-rataan. Untu ondisi etiga elompo saling tumpang tindih dengan tingat orelasi tinggi dan jara antarpusat elompo sedang dan jauh, hasil pengelompoan berbasis model lebih bai dibandingan dengan metode Ward dan metode K-rataan. Sedangan untu tingat orelasi tinggi dengan jara antarpusat elompo relatif deat, maupun tingat orelasi rendah dan sedang dengan 99

17 Jurnal Matematia, Sains, dan Tenologi, Volume 4 Nomor, September 0, jara antar pusat elompo deat, sedang dan jauh, etiga metode elompo tida cuup efetif memisahan etiga elompo yang saling tumpang tindih. REFERENSI Anderberg, M.R. (97). Cluster analysis for applications, New Yor: Academic Press Branfield, J. D. & Raftery, A. E. (99) Model-based gaussian and non-gaussian clustering. Biometrics, 49, Dempster, A. P., Laird, N. M., & Rubin D. B. (977). Maximum lielihood from incomplete data via the EM algorithm, J. R. Statistics Society B, 9, -8. Fraley, C. & Raftery A.E. (998). How many cluster? Which clustering method? Answer via modelbased cluster analysis. The Computer Journal, 4, Fraley, C. & Raftery, A. E. (999). MCLUST:Software for model-based clustering analysis. Journal of Classifications,6, Fraley, C. & Raftery, A. E. (00). MCLUST: Software for rvlodel-based clustering, density estimation and discriminant analysis. Technical Report 45, University of Washington, Department of Statistics. Fraley C, & Raftery A. E. (00). Mclust version for R: Normal mixture modeling and model-based clustering. Technical Report 504. University of Washington, Department of Statistics. Johnson, R. A. & Wichern, D. W. (007). Applied multivariate statistical analysis, (6 th Ed). New Jersey: Prentice-Hall. Mc Lachlan, G.J. & Basford, K. E. (988). Mixture models: Inference and applications to clustering. New Yor: Marcel Deer. Pardede,T. (008). Perbandingan Metode Berbasis Model (Model-Based) dengan Metode Metode K- rataan dalam Analsis Gugus. Jurnal Sigma, Sains dan Tenologi, (),

KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS CLUSTER DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST

KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS CLUSTER DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST LAPORAN PENELITIAN BIDANG ILMU KELOMPOK TINGKAT LANJUT KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS CLUSTER DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST Oleh: Drs. Timbul Pardede, M.Si Drs. Budi Prasetyo, M.Si FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PENGGEROMBOLAN BERDASARKAN GAUSSIAN MIXTURE MODELS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EXPECTATION MAXIMIZATION ULA SUSILAWATI

PENERAPAN METODE PENGGEROMBOLAN BERDASARKAN GAUSSIAN MIXTURE MODELS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EXPECTATION MAXIMIZATION ULA SUSILAWATI PENERAPAN METODE PENGGEROMBOLAN BERDASARKAN GAUSSIAN MIXTURE MODELS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EXPECTATION MAXIMIZATION ULA SUSILAWATI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat

Lebih terperinci

Metode Penggerombolan Berhirarki

Metode Penggerombolan Berhirarki 4 TINJAUAN PUSTAKA Analisis gerombol dalam bidang riset pemasaran sering diistilahan sebagai analisis segmentasi, merupaan alat statistia peubah ganda yang bertujuan untu mengelompoan n indiidu data e

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bebas digunakan jarak euclidean - sedangkan bila terdapat. korelasi antar peubah digunakan jarak mahalanobis - -

TINJAUAN PUSTAKA. bebas digunakan jarak euclidean - sedangkan bila terdapat. korelasi antar peubah digunakan jarak mahalanobis - - 3 TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan salah satu metode analisis peubah ganda yang bertujuan untuk mengelompokkan objek kedalam kelompok kelompok tertentu yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS GEROMBOL BERBASIS MODEL PADA DATA YANG MENYEBAR NORMAL GANDA INDAH RATIH ANGGRIYANI

KAJIAN ANALISIS GEROMBOL BERBASIS MODEL PADA DATA YANG MENYEBAR NORMAL GANDA INDAH RATIH ANGGRIYANI KAJIAN ANALISIS GEROMBOL BERBASIS MODEL PADA DATA YANG MENYEBAR NORMAL GANDA INDAH RATIH ANGGRIYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3.1 Pengertian Analisis Disriminan Analisis disriminan merupaan sala satu metode yang digunaan dalam analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana ubungan antar variabel

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah umpulan simpul (nodes) yang dihubungan satu sama lain melalui sisi/busur (edges) (Zaaria, 2006). Suatu Graf G terdiri dari dua himpunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Jonckheere Terpstra dan Modifikasinya Ridha Ferdhiana 1 Statistics Peer Group

Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Jonckheere Terpstra dan Modifikasinya Ridha Ferdhiana 1 Statistics Peer Group Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Joncheere Terpstra dan Modifiasinya Ridha Ferdhiana Statistics Peer Group Jurusan Matematia FMIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Aceh, 23 email:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA KELOMPOK VARIABEL KUANTITATIF DALAM ANALISIS KANONIK

KORELASI ANTARA DUA KELOMPOK VARIABEL KUANTITATIF DALAM ANALISIS KANONIK Jurnal Pengaaran MIPA, Vol. 0 No. Desember 007 ISSN: -097 KORELASI ANARA DUA KELOMPOK VARIABEL KUANIAIF DALAM ANALISIS KANONIK Oleh : Dewi Rachmatin, S.Si., M.Si. Jurusan Pendidian Matematia FPMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

DATA DAN METODE Sumber Data

DATA DAN METODE Sumber Data 14 DATA DAN METODE Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil simulasi dan data dari paket Mclust ver 3.4.8. Data simulasi dibuat dalam dua jumlah amatan yaitu 50 dan 150. Tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

2. Menentukan koleksi inti ubi kayu dan mengevaluasi kebaikan koleksi inti yang diperoleh. METODE. Data

2. Menentukan koleksi inti ubi kayu dan mengevaluasi kebaikan koleksi inti yang diperoleh. METODE. Data 2 2. Menentuan olesi inti ubi ayu dan mengevaluasi ebaian olesi inti yang dieroleh. METODE Data Data yang digunaan dalam enelitian ini berasal dari Kelomo Peneliti Pengelolaan Sumberdaya Geneti (Kelti

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., (0) -50 (0-9X Print) D- Pendeatan Regresi Nonparametri Spline Untu Pemodelan Laju Pertumbuhan Eonomi (LPE) di Jawa Timur Elfrida Kurnia Litawati dan I Nyoman Budiantara

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN PENGGUNAAN JENIS ALAT KONTRASEPSI PESERTA KB AKTIF PADA KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2009

KECENDERUNGAN PENGGUNAAN JENIS ALAT KONTRASEPSI PESERTA KB AKTIF PADA KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2009 KECENDERUNGAN PENGGUNAAN JENIS ALAT KONTRASEPSI PESERTA KB AKTIF PADA KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 009 Furqan Qadarisman, dan Dwiatmono Agus W. Jurusan Statistia Institut Tenologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Klasifikasi Linear Discriminant Analysis

Pengenalan Pola. Klasifikasi Linear Discriminant Analysis Pengenalan Pola Klasifiasi Linear Discriminant Analysis PTIIK - 2014 Course Contents 1 Analisis Disriminan 2 Linear Classification 3 Linear Discriminant Analysis (LDA 4 Studi Kasus dan Latihan Analisis

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN FASILITAS KESEHATAN DASAR DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS KLASTER DUA TAHAP

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN FASILITAS KESEHATAN DASAR DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS KLASTER DUA TAHAP PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN FASILITAS KESEHATAN DASAR DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS KLASTER DUA TAHAP Hazmira Yozza 1, Izzati Rahmi HG, Juliana Jurusan Matematia, Universitas Andalas,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia

Lebih terperinci

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR)

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR) SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA SAL ESIMASI RAJECORY MOBILE ROBO MENGGUNAKAN MEODE ENSEMBLE KALMAN FILER SQUARE ROO (ENKF-SR) eguh Herlambang Zainatul Mufarrioh Firman Yudianto Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

Pencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan

Pencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan Abstra Pencitraan omografi Eletri dengan Eletroda Planar di Permuaan D. Kurniadi, D.A Zein & A. Samsi KK Instrumentasi & Kontrol, Institut enologi Bandung Jl. Ganesa no. 10 Bandung Received date : 22 November2010

Lebih terperinci

Model Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR) untuk Data Kejahatan

Model Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR) untuk Data Kejahatan Model Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR) untu Data Kejahatan (Studi Kasus 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur) Herlin Venny Johannes 1,a), Septiadi Padmadisastra,b), Bertho Tantular

Lebih terperinci

BAB IV Solusi Numerik

BAB IV Solusi Numerik BAB IV Solusi Numeri 4. Algoritma Genetia Algoritma Genetia (AG) [2] merupaan teni pencarian stoasti yang berdasaran pada meanisme selesi alam dan prinsip penurunan genetia. Algoritma genetia ditemuan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Variabel Variabel ialah sesuatu yang nilainya berubah-ubah menurut watu atau berbeda menurut elemen/tempat. Umumnya nilai arateristi merupaan variabel dan diberi simbol huruf X.

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE INTERPERSONAL DIFFERENCE BERBASIS GAUSSIAN MIXTURE MODEL DAN ANALISIS DISKRIMINAN

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE INTERPERSONAL DIFFERENCE BERBASIS GAUSSIAN MIXTURE MODEL DAN ANALISIS DISKRIMINAN Prosiding Seminar Nasional Manajemen Tenologi V Program Studi MMT-TS, Surabaya Agustus 008 PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE NTERPERSONAL DFFERENCE BERBASS GAUSSAN MXTURE MODEL DAN ANALSS DSRMNAN Made a*

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 ObjePenelitian Obje penelitian merupaan hal yang tida dapat dipisahan dari suatu penelitian. Obje penelitian merupaan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilauan.

Lebih terperinci

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI JARINGAN BASIS RADIAL DAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSK UNTUK PENYELESAIAN CURVE FITTING

STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI JARINGAN BASIS RADIAL DAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSK UNTUK PENYELESAIAN CURVE FITTING STUDI KOPARASI IPEENTASI JARINGAN BASIS RADIA DAN FUZZY INFERENCE SYSTE TSK UNTUK PENYEESAIAN CURVE FITTING Sri Kusumadewi Teni Informatia Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyaarta cicie@fti.uii.ac.id

Lebih terperinci

REVITALISASI D A N SOSIALISASI DIRI PENINGKATAN KUALITAS PENELITIAN & PENDIDIKAN MATEMATIKA DI INDONESIA. Seminar Nasional Mahasiswa S3 Matematika

REVITALISASI D A N SOSIALISASI DIRI PENINGKATAN KUALITAS PENELITIAN & PENDIDIKAN MATEMATIKA DI INDONESIA. Seminar Nasional Mahasiswa S3 Matematika ISBN : 978-979-17979-0-0 Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa S3 Matematia REVITALISASI D A N SOSIALISASI DIRI UNTUK BERPERAN AKTIF DALAM PENINGKATAN KUALITAS PENELITIAN & PENDIDIKAN MATEMATIKA DI INDONESIA

Lebih terperinci

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure 8/9/01 UJI TUKEY UJI DUNCAN UJI BARTLETT UJI COCHRAN UJI DUNNET Elty Sarvia, ST., MT. Faultas Teni Jurusan Teni Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Macam Metode Post Hoc Analysis The Fisher

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK Novhirtamely Kahar, ST. 1, Nova Fitri, S.Kom. 2 1&2 Program Studi Teni Informatia, STMIK

Lebih terperinci

Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa

Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa 187 Modifiasi ACO untu Penentuan Rute Terpende e Kabupaten/Kota di Jawa Ahmad Jufri, Sunaryo, dan Purnomo Budi Santoso Abstract This research focused on modification ACO algorithm. The purpose of this

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN NEWTON BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN BUKU KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN NEWTON BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGEMBANGAN BUKU KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN NEWTON BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Farida Huriawati 1), Purwandari 1,2), Intan Permatasari 1,3) 1,2,3 Program Studi Pendidian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

3. Sebaran Peluang Diskrit

3. Sebaran Peluang Diskrit 3. Sebaran Peluang Disrit EL2002-Probabilitas dan Statisti Dosen: Andriyan B. Susmono Isi 1. Sebaran seragam (uniform) 2. Sebaran binomial dan multinomial 3. Sebaran hipergeometri 4. Sebaran Poisson 5.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest

Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest JMHT Vol. XIV, (2): 81-87, Agustus 28 ISSN: 215-157X Keragaman Strutur Tegaan Hutan Alam Seunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest Abstract Muhdin 1*, Endang Suhendang 1,

Lebih terperinci

BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami onsep pembelaaran dalam JST Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui prinsip algoritma Perceptron 2. Dapat mengetahui

Lebih terperinci

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang LANDASAN TEORI Ruang Contoh Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam ondisi yang sama yang hasilnya tida dapat dipredisi secara tepat tetapi ita dapat mengetahui semua emunginan hasil

Lebih terperinci

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER Oleh: Supardi SEKOLAH PASCA SARJANA JURUSAN ILMU FISIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 PENDAHULUAN Liquid Crystal elastomer (LCE

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

PENERAPAN AKAR KUADRAT PADA ENSEMBLE KALMAN FILTER (EnKF) ABSTRAK

PENERAPAN AKAR KUADRAT PADA ENSEMBLE KALMAN FILTER (EnKF) ABSTRAK PENERAPAN AKAR KUADRA PADA ENSEMBLE KALMAN FILER (EnKF) Jasmir 1, Erna Apriliani 2, Didi Khusnul Arif 3 Email: ijas_1745@yahoo.co.id ABSRAK Ensemble Kalman Filter (EnKF) merupaan salah satu metode untu

Lebih terperinci

ANALISIS VARIANSI (ANOVA)

ANALISIS VARIANSI (ANOVA) ANALISIS VARIANSI (ANOVA) ANOVA = Analisis Varians (Anava) = Analisis Ragam = Sidi Ragam Diperenalan oleh R.A. Fisher (195) disebut uji F pengembangan dari uji t dua sampel bebas (independent samples t

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan I. PENDAHULUAN. Latar Belaang Teori graf merupaan salah satu bagian ilmu dari matematia dan merupaan poo bahasan yang relatif muda jia dibandingan dengan cabang ilmu matematia yang lain seperti aljabar

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETKA PADA MULTI DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP)

ALGORITMA GENETKA PADA MULTI DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) ALGORITMA GENETKA PADA MULTI DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) Igusta Wibis Vidi Abar Purwanto 2 FMIPA Universitas Negeri Malang E-mail: wibis.roccity@gmail.com Abstra: Multi Depot Vehicle Routing

Lebih terperinci

Sah Tidaknya Sidik Ragam. Data Bermasalah. Data Bermasalah PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH)

Sah Tidaknya Sidik Ragam. Data Bermasalah. Data Bermasalah PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH) Sah Tidanya Sidi Ragam PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH) Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 Universitas Haluoleo, Kendari dirvamenaboer@yahoo.com http://dirvamenaboer.tripod.com/

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR Ngarap Im Mani 1) dan Lim Widya Sanjaya ), 1) & ) Jurs. Matematia Binus University PENGANTAR Perancangan percobaan adalah suatu

Lebih terperinci

Sifat-sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Maxplus

Sifat-sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Maxplus J. Sains Dasar () Sifat-sifat Nilai Eigen dan Vetor Eigen Matris atas ljabar Maxplus (The Properties of Eigen Value and Eigen Vector of Matrices Over Maxplus lgebra) Musthofa * dan Nienasih inatari * Jurusan

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT, TEKSTUR DAN BACKPROPAGATION

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT, TEKSTUR DAN BACKPROPAGATION UPN Veteran Yogyaarta, 30 Juni 2012 CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT, TEKSTUR DAN BACKPROPAGATION Ni G.A.P Harry Saptarini 1), Rocy Yefrenes Dilla 2) 1) Politeni Negeri Bali 2)

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Pengolahan Citra Digital Kode : IES 6323 Semester : VI Watu : 1x 3x 50 Menit Pertemuan : 7 A. Kompetensi 1. Utama Mahasiswa dapat memahami tentang sistem

Lebih terperinci

Aplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja

Aplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja Apliasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai BKKBN Provinsi Kalimantan Timur The Application of Somers d Correlation Analysis at Leadership

Lebih terperinci

SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK (STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS)

SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK (STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS) Prosiding Semirata15 bidang MIPA BKS-PTN Barat Hal 357-36 SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS) Budi Rudianto 1, Narwen Jurusan

Lebih terperinci

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (16) 337-35 (31-98X Print) A-1 Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunaan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman Popy Febritasari, Erna Apriliani

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Keranga Pemiiran Pemerintah ahir-ahir ini sering dihadapan pada masalah persediaan pupu bersubsidi yang daya serapnya rendah dan asus elangaan di berbagai loasi di Indonesia.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

Kesesuaian Metode Regresi Nonparametrik Spline, B-spline, dan P-spline dalam Menduga Kurva Regresi

Kesesuaian Metode Regresi Nonparametrik Spline, B-spline, dan P-spline dalam Menduga Kurva Regresi Laporan Penelitian Lanjut idang Ilmu Kesesuaian Metode Regresi Nonparametri Spline, spline, dan Pspline dalam Menduga Kurva Regresi Oleh: Dra. Harmi Sugiarti, M.Si Pusat Penelitian dan Pengabdian epada

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL Sarta Meliana 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Data yang telah berhasil diumpulan oleh penulis di BB BIOGEN diperoleh hasil bobot biji edelai dengan jumlah varietas yang aan diuji terdiri dari 15

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Jurnal Teni Industri, Vol.1, No., Juni 013, pp.96-101 ISSN 30-495X Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Apriyani 1, Shanti Kirana Anggaraeni,

Lebih terperinci

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication

Lebih terperinci

DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA BANK SULUT MANADO

DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA BANK SULUT MANADO DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA BANK SULUT MANADO 1 Selvia Hana, Tohap Manurung 1 Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi Abstra Antrian merupaan

Lebih terperinci