BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Variabel Variabel ialah sesuatu yang nilainya berubah-ubah menurut watu atau berbeda menurut elemen/tempat. Umumnya nilai arateristi merupaan variabel dan diberi simbol huruf X. Variabel berasal dari ata vary yang berarti berubah dan able yang berarti dapat, maa setiap variabel dapat diberi nilai dan nilai itu dapat berubah-ubah. Nilai tersebut dapat berupa nilai ualitatitif atau uantitatif. Variabel penelitian pada haiatnya adalah segala sesuatu yang berbentu apa saa yang ditetapan oleh peneliti untu dipelaari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, emudian ditari esimpulannya, (Sugiyono, 2007). Menurut hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya, variabel terbagi atas beberapa yaitu: a) Variabel independen (independent variable) atau variabel bebas yaitu yang menadi sebab teradinya (terpengaruhnya) variabel dependent (variabel ta bebas). b) Variabel dependen (dependent variable) atau variabel ta bebas yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. c) Variabel moderator yaitu variabel yang memperuat atau memperlemah hubungan antara suatu variabel dependent dengan independent. d) Variabel intervening, seperti variabel moderator, tetapi nilainya tida dapat diuur.

2 e) Variabel ontrol, yaitu variabel yang dapat diendalian oleh peneliti. 2.2 Data Data merupaan umpulan eterangan atau fata yang diperoleh dari satu populasi atau lebih. Data yang bai, benar dan sesuai dengan model menentuan ualitas ebiaan/ eputusan yang aan diambil terhadap suatu masalah dari populasi yang aan diai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian data adalah eterangan yang benar dan nyata. Tuuan dari pengumpulan data adalah : 1. Untu memperoleh gambaran suatu eadaan. 2. Sebagai dasar pengambilan suatu eputusan. Menurut Richard Lungan (2006), dalam berbagai apliasi, data dapat dibedaan sebagai beriut: Menurut sifatnya Menurut sifatnya data dibedaan atas: a. Data Kualitatif, disaian buan dalam bentu bilangan-bilangan (nonnumeri), Misalnya enis elamin mahasiswa suatu faultas pada Perguruan Tinggi Negeri. b. Data Kuantitatif, disaian dalam bentu bilangan-bilangan, Misalnya umlah mahasiswa menurut urusan pada faultas suatu Perguruan Tinggi Negeri Menurut cara memperolehnya Menurut cara memperolehnya data dibedaan atas: a) Data Primer, merupaan data yang langsung diperoleh dari lapangan melalui percobaan, survei dan observasi. Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara besarnya biaya hidup yang dieluaran mahasiswa untu ongos dan tempat tinggal terhadap biaya hidup. Ongos dan tempat tinggal tersebut merupaan data primer bagi peneliti bersangutan. b) Data Seunder, diperoleh dari data primer, biasanya dalam publiasi berupa tabel-tabel, seperti data mahasiswa, data besar ongos dan data biaya tempat

3 tinggal. Data yang dipubliasian oleh Biro Pusat Statisti selalu berupa data seunder Menurut watunya Menurut watu dapat dibedaan atas: a) Data Silang, merupaan data yang diumpulan dalam watu yang sifatnya temporer. Misalnya data hasil penelitian lamanya pendidian mahasiswa pada suatu Perguruan Tinggi Negeri di tahun b) Data Berala, merupaan data yang diumpulan setiap periode tertentu. Misalnya umlah mahasiswa matematia di FMIPA selama tahun Menurut sumbernya Menurut sumbernya data dibedaan atas: a) Data Internal, merupaan data yang diumpulan oleh unit era tertentu dalam lingungannya untu eperluannya sendiri. Misalnya data mahasiswa, dosen, pegawai, euangan dan peralatan Perguruan Tinggi XYZ. Data ini merupaan data internal bagi perguruan tinggi tersebut. b) Data Esternal, merupaan data yang diambil dari unit lain. Misalnya data Perguruan Tinggi XYZ seperti yang disebut di atas emudian digunaan oleh BPS, maa data tersebut merupaan data esternal bagi BPS. 2.3 Analisis Korelasi Analisis orelasi adalah metode yang digunaan untu menguur euatan atau deraat hubungan antara dua variabel atau lebih. Perhitungan deraat didasaran pada persamaan regresi. Dalam ilmu statistia, istilah orelasi diartian sebagai hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara dua variabel dienal dengan istilah bivariate correlation, sedangan hubungan antar lebih dari dua variabel disebut multivariate correlation. Tuuan dilauan analisis orelasi antara lain adalah: a) Untu mencari buti terdapat tidanya hubungan (orelasi) antarvariabel.

4 b) Bila sudah ada hubungan, maa dapat digunaan untu melihat tingat eeratan hubungan antarvariabel. c) Dan untu memperoleh eelasan dan epastian apaah hubungan tersebut berari (meyainan/signifian) atau tida berarti. Tinggi-rendah, uat-lemah atau besar-ecilnya suatu orelasi dapat dietahui dengan melihat besar ecilnya suatu anga (oefisien) yang disebut anga indes orelasi atau coefficient of correlation, yang disimbolan dengan ρ atau r. Koefisien orelasi untu data populasi disimbolan dengan ρ, sedangan orelasi untu data sampel disimbolan dengan r. Anga orelasi berisar antara 0<r<1. Perhatian tanda plus minus (±) pada anga indes orelasi. Tanda plus minus pada anga indes orelasi ini fungsinya hanya untu menunuan arah orelasi adi buan sebagai tanda alabar. Apabila anga indes orelasi bertanda plus (+) maa orelasi tersebut positif dan arah orelasi satu arah dan apabila anga indes orelasi bertanda minus (-), maa orelasi tersebut negatif berlawanan arah, serta apabila anga indes orelasi sama dengan 0, maa hal ini menunuan tida ada orelasi. Dengan demiian, arah orelasi dapat dibedaan menadi dua, yaitu yang bersifat satu arah dan yang sifatnya berlawanan arah. Apabila terdapat dua buah variabel yaitu X dan Y yang eduanya memilii tingat penguuran ordinal maa oefisien orelasi yang dapat dipergunaan adalah oefisien orelasi Spearman atau Spearman`s coefficient of (ran) correlation dan anga indes orelasi Spearman dapat dihitung dengan menggunaan rumus beriut: Keterangan: = Koefisien orelasi Spearman n = Banyanya uuran sampel 2 D i = Jumlah uadrat dari selisih ran variabel dengan ran variabel y

5 2.4 Analisis Disriminan (Analisis Fungsi Pembeda) Analisis Disriminan merupaan suatu analisis multivariat yang digunaan untu mengelompoan suatu individu atau obe e dalam suatu elompo yang telah ditentuan sebelumnya berdasaran variabel-variabel tertentu. Analisis disriminan dapat digunaan ia variabel dependen terdiri dari dua elompo atau lebih elompo. Pengelompoan pada analisis bersifat apriori, artinya seorang peneliti sudah mengetahui sebelumnya individu atau obe mana saa yang masu e dalam elompo 1, 2, dan 3. Analisis disriminan memilii emiripan dengan regresi linier berganda (multivariable regression). Perbedaannya adalah analisis disriminan dipaai ia variabel dependennya ategori (menggunaan sala ordinal ataupun nominal) dan variabel independennya menggunaan sala metri (interval dan rasio). Sedangan dalam regresi berganda variabel dependennnya harus metri dan variabelnya independen dapat berupa metri maupun nonmetri. Sama halnya dengan regresi berganda, dalam analisis disriminan pun variabel dependen hanya satu sedangan variabel independen banya (multiple). Ada dua hal dalam analisis disriminan, yaitu pengelompoan dan identifiasi sifat has suatu elompo yang dapat dilauan sealigus dengan analisis tersebut, dimana elompo dienal sebagai group dan sifat has dienal sebagai variabel pembeda (discriminating variables). Antara elompo dan variabel pembeda tersebut emudian dibuat suatu hubungan fungsional yang disebut dengan fungsi disriminan Hal-hal poo tentang analisis disriminan Bentu multivariat dari analisis disriminan adalah dependen sehingga variabel dependen adalah variabel yang menadi dasar pada analisis disriminan. Variabel dependen bisa berupa ode grup 1 atau grup 2 atau lainnya. Tuuan disriminan secara umum adalah: 1. Ingin mengetahui apaah ada perbedaan yang elas antar-grup pada variabel dependen? Atau bisa diataan apaah ada perbedaan antara anggota elompo 1 dengan anggota elompo 2?

6 2. Jia ada perbedaan, variabel independen manaah pada fungsi disriminan yang membuat perbedaan tersebut? 3. Membuat fungsi atau model disriminan, yang pada dasarnya mirip dengan persamaan regresi. 4. Melauan lasifiasi terhadap obe (dalam terminology SPSS disebut baris), Apaah suatu obe (bisa nama orang, nama tumbuhan, benda atau lainnya) termasu pada elompo 1 atau elompo lainnya. Proses dasar dari analisis disriminan ialah: a. Memisah variabel-variabel menadi variabel dependen dan variabel independen. b. Menentuan metode untu membuat Fungsi Disriminan. Pada prinsipnya ada dua metode dasar untu itu, yani : Simultaneous Estimation, dimana semua variabel dimasuan secara bersama-sama emudian dilauan proses analisis disriminan. Step-Wise Estimation, dimana variabel dimasuan satu persatu edalam model disriminan. Pada proses ini, tentu ada variabel yang tetap ada pada model dan ada emunginan satu atau lebih variabel independen yang dibuang dari model. c. Mengui signifiansi dari fungsi disriminan yang telah terbentu, menggunaanwil s lambda, F test dan lainnya. d. Mengui etepatan lasifiasi dari fungsi disriminan, termasu mengetahui etepatan lasifiasi secara individual dengan Casewise Diagnostics. e. Melauan interpretasi terhadap fungsi disriminan tersebut. f. Melauan ui validitas fungsi disriminan. Beriut ini beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar model disriminan dapat digunaan: 1. Multivariate Normality, atau variabel independen seharusnya berdistribusi normal, hal ini aan menyebaban masalah pada etepatan fungsi (model) disriminan. Regresi logisti (Logistic Regression ) bisa diadian alternatif metode ia memang data tida berdistribusi normal. Tuuan ui normal adalah ingin mengetahui apaah distribusi data dengan bentu lonceng (bell shaped). Data yang bai adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal,

7 yani distribusi data tersebut tida menceng e iri atau menceng e anan. Ui normalitas pada statistia multivariat sebenarnya sangat omples, arena harus dilauan pada seluruh variabel secara bersama-sama. Namun, ui ini bisa uga dilauan pada setiap variabel dengan logia bahwa ia secara individual masing-masing variabel memenuhi asumsi normalitas, maa secara bersama sama (multivariat) variable-variabel tersebut uga bisa dianggap memenuhi asumsi normalitas. Hipotesis penguiannya adalah sebagai beriut: H 0 : Data berdistribusi normal. H 1 : Data tida berdistribusi normal Titi eputusan: Bila P>0,05 maa H 0 diterima yang berarti data berdistribusi normal. Bila P 0,05 maa H 0 ditola yang berarti data tida berdistribusi normal. Jia sebuah variabel mempunyai sebaran data yang tida normal, maa perlauan yang dimunginan agar menadi normal, (Santoso, 2010): a. Menambah umlah data. Seperti pada asus, bisa dicari 20 atau 30 atau seumlah data baru untu menambah e-75 data berat badan onsumen yang sudah ada. Kemudian dengan umlah data yang baru, dilauan penguian seali lagi. b. Menghilangan data yang dianggap penyebab tida normalnya data. Seperti pada variabel berat, ia dua data yang outlier dibuang, yani berat 100 dan 120, emudian diulang proses penguian, mungin data bisa menadi normal. Jia belum normal, ulangi pengurangan data yang dianggap penyebab etidanormalan data. Namun demiian, pengurangan data harus dipertimbangan apaah tida mengaburan tuuan penelitian arena hilangnya data-data yang seharusnya ada. c. Dilauan transformasi data, misal mengubah data e logaritma atau ebentu natural (ln) atau bentu lainnya, emudian dilauan penguian ulang. d. Data diterima apa adanya, memang dianggap tida normal dan tida perlu dilauan berbagai treatment. Untu itu, alat analisis yang dipilih harus diperhatian, seperti untu multivariate mungin fator analisis tida begitu mementingan asumsi enormalan. Atau pada asus statisti univariat, bias dilauan alat analisis nonparametri, (Santoso, 2010).

8 2. Matris varians-ovarians variabel penelas beruuran PP pada edua elompo harus sama Algoritma dan model matematis Secara ringas, langah-langah dalam analisis disriminan adalah sebagai beriut: 1. Pengecean adanya emunginan hubungan linier antara variabel penelas. Untu point ini, dilauan dengan bantuan matris orelasi (pembentuan matris orelasi sudah difasilitasi pada analisis disriminan). Pada output SPSS, matris orelasi bisa dilihat pada pooled Within-Groups Matrices. 2. Ui vetor rata-rata edua elompo Penguian terhadap vetor nilai rataan antar elompo dilauan dengan hipotesa: H 0 : 0 = 1 = 2 =...= H 1 : Sediitnya ada dua elompo yang berbeda Statisti ui yang digunaan dalam penguian hipotesis tersebut adalah statisti V-Bartlett yang menyebar mengiuti sebaran Chi-uadrat ( 2 ) dengan deraat bebas p( - 1), apabila H 0 diterima. Statisti V-Bartlett diperoleh melalui: dimana: V ( n 1) ( p ) 2 ln( ) n = banyanya pengamatan p = banyanya peubah dalam fungsi disriminan = banyanya elompo W W B Wil s lambda dalam hal ini: W = matri umlah uadrat dan hasil ali data dalam elompo n i = i1 1 ( X i X i )( X i X )' i

9 B X i X i n i X = matri umlah uadrat dan hasil ali data antar elompo. = ni ( X i1 i X )( X i X )' = pengamatan e- elompo e-i = vetor rataan elompo e-i = umlah pengamatan pada elompo e-i, = vetor rataan total Titi Keputusan: H 0 : Ada perbedaan vetor nilai rataan antarelompo. H 1 : Tida ada perbedaan vetor nilai rataan antarelompo Jia V 2 p ( 1),(1 ) maa H 0 diterima. 2 Jia V > p ( 1),(1 ) maa H 0 ditola. Bila dari hasil penguian ada perbedaan vetor nilai rataan, maa fungsi disriminan laya disusun untu mengai hubungan antar elompo serta berguna untu mengelompoan suatu obe e salah satu elompo tersebut. Diharapan dalam ui ini adalah hipotesis nol ditola, sehingga ita mempunyai informasi awal bahwa variabel yang sedang diteliti memang membedaan edua elompo. Pada SPSS, ui ini dilauan secara univariate (adi yang diui buan berupa vetor), dengan bantuan table Tests of Equality of Group Means. 3. Dilanutan pemerisaan asumsi homosedastisitas dengan ui Bo s M. Untu mengui esamaan matris peragam () antar elompo digunaan hipotesis: H 0 : 0 = 1 = 2 =... =. H 1 : Sediitnya ada dua elompo yang berbeda. Statisti ui yang digunaan adalah statisti Bo s M, yaitu: -2ln * = n ln W ( n ) n 1ln S 1

10 1 S ( n 1) / 2 * = ( n ) / 2 W /( n ) dimana: W / (n-) S = banyanya elompo. = matri ragam-peragam dalam elompo gabungan. = matri ragam-peragam elompo e-. Bila H 0 diterima, maa (-2ln * )/b aan mengiuti sebaran F dengan deraat bebas v 1 dan v 2 pada taraf signifiansi, dimana: v 1 = (1/2)( 1)p(p + 1) v 2 = (v 1 + 2) / (a 2 a 2 1 ) b = v 1 / (1 a 1 - v 1 / v 2 ) a 1 = a 2 = 3 2 p 3p 1 6( 1)( p 1) ( p 1)( p 2) 6( 1) ( n 1) ( n ) ( n 1) ( n ) 2 p = umlah peubah pembeda dalam fungsi disriminan. Asumsian dalam ui ini hipotesis nol tida ditola H0 : 1 2. Hipotesis: H 0 : matris ovarians grup adalah sama H 1 : matris ovarians grup adalah berbeda secara nyata Jia (-2ln * )/b > Fv 1,v 2, berarti H 0 diterima Jia (-2ln * )/b Fv 1,v 2,berarti H 1 ditola Sama tidanya grup ovarians matris uga bisa dilihat dari tabel output Log Determinant. Jia dalam penguian ini H 0 ditola maa proses lanutan seharusnya tida bisa dilauan.

11 4. Pembentuan model disriminan a. Fungsi Disriminan Fungsi disriminan merupaan fungsi atau ombinasi linier peubah-peubah asal yang aan menghasilan cara terbai dalam pemisahan elompo-elompo. Fungsi ini aan memberian nilai-nilai yang sedeat mungin dalam elompo dan seauh mungin antar elompo. Banyanya fungsi disriminan yang terbentu secara umum tergantung dari min(p,-1), dengan p adalah banyanya peubah pembeda dan adalah banyanya elompo yang telah ditetapan. Fungsi disriminan ini diartian sebagai eragaman peubah yang terpilih sebagai euatan pembeda. Apabila fungsi disriminan yang terbentu sebanya lebih dari satu fungsi, maa dapat diataan bahwa fungsi disriminan pertama aan menadi euatan pembeda yang paling besar, demiian berturut-turut untu fungsi beriutnya. Fungsi disriminan yang terbentu mempunyai bentu umum berupa persamaan linier (Fisher s Sample Linear Discriminant Function) yaitu: y p y p. y i i11 i22 i y q q11 q22 q dengan i=1,2,,q (min p,-1); =1,2,,p atau dapat ditulis sebagai: y ' ip qp p p p p dimana: = a = Vetor oefisien pembobot fungsi disriminan. y = sor disriminan. X = Vetor variabel aca yang dimasuan e dalam fungsi disriminan. = Vetor nilai rata-rata variabel aca dari elompo pertama.

12 = Vetor nilai rata-rata variabel aca dari elompo edua. = Invers matris gabungan. Sehingga, Nilai dipilih sedemiian sehingga fungsi disriminan berbeda sebesar mungin antara elompo, atau sehingga rasio antara umlah uadrat antar elompo dengan umlah uadrat dalam elompo masimum. b. Pembentuan Fungsi Linier (dengan bantuan SPSS) Pada output SPSS, oefisien untu tiap variabel yang masu dalam model dapat dilihat pada tabel Canonical Discriminant Function Coefficient. Tabel ini aan dihasilan pada output apabila pilihan Function Coefficient bagian Unstandardized diatifan. c. Menghitung discriminant score Setelah dibentu fungsi liniernya, maa dapat dihitung sor disriminan untu tiap observasi dengan memasuan nilai-nilai variabel penelasnya. d. Menghitung Cutting Score Untu mempredisi responden mana masu golongan mana, ita dapat menggunaan optimum cutting score. Memang dari computer informasi ini sudah diperoleh. Sedangan cara mengeraan secara manual Cutting Score (m) dapat dihitung dengan rumus sebagai beriut dengan etentuan untu dua grup yang mempunyai uuran yang sama cutting score dinyataan dengan rumus (Simamora, 2005):

13 Z ce Z A Z 2 B dengan : Z ce = cutting score untu grup yang sama uuran Z A = centroid grup A Z B = Centroid grup B Apabila dua grup berbeda uuran, rumus cutting score yang digunaan adalah: Z CU N Z A B B A N A N Z N B dengan : Z CU = Cutting score untu grup ta sama uuran N A = Jumlah anggota grup A N B = Jumlah anggota grup B Z A = Centroid grup A Z B = Centroid grup B Kemudian nilai-nilai discriminant score tiap obsservasi aan dibandingan dengan cutting score, sehingga dapat dilasifiasian suatu obsevasi aan termasu edalam elompo yang mana. e. Penggolongan obe atau individu Suatu observasi dengan arateristi aan dilasifiasian sebagai anggota suatu elompo, misalnya elompo 1 atau elompo 2. Untu penggolongan tersebut ada dua macam cara yang dapat dilauan yaitu: 1. Menggunaan titi tengah m Titi tengah m dari diantara dua rata-rata contoh (elompo 1 dan elompo 2) ditentuan melalui: Dengan aturan penggolongan sebagai beriut: a. Jia y 0 > m atau y 0 m > 0 maa masuan obe e dalam elompo 1.

14 b. Jia y 0 m atau y 0 m 0 maa masuan obe e dalam elompo 2. Keterangan : y 0 = sor disriminan dari obe tersebut. 2. Menggunaan statistia Wald-Anderson (W) Statisti Wald-Anderson (W) dapat dirumusan sebagai beriut: Kriteria penggolongan berdasaran statisti W adalah: a. Jia W > 0 maa masuan obe e dalam elompo 1. b. Jia W < 0 maa masuan obe e dalam elompo 2. f. Perhitungan Hit Ratio Setelah semua observasi dipredisi eanggotaannya, dapat dihitung hit ratio, yaitu rasio antara observasi yang tepat penglasifiasiannya dengan total seluruh observasi. Misalan ada sebanya n observasi, aan dibentu fungsi linier dengan observasi sebanya n-1. Observasi yang tida disertaan dalam pembentuan fungsi linier ini aan dipredisi eanggotaannya dengan fungsi yang sudah dibentu tadi. Proses ini aan diulang dengan ombinasi observasi yang berbeda-beda, sehingga fungsi linier yang dibentu ada sebanya n. Inilah yang disebut dengan metode Leave One Out. nic i1 Hit Ratio 100% n i1 i Keterangan: n i = umlah observasi dari i yang tepat dielompoan pada i n i = umlah observasi dari i yang salah dielompoan pada i dengan i =1,2,, dan =1,2,, g. Kriteria posterior probability Aturan penglasifiasian yang eivalen dengan model linier Fisher adalah berdasaran nilai peluang suatu observasi dengan arateristi tertentu () berasal dari suatu elompo. Nilai peluang ini disebut posterior probability dan bisa ditampilan

15 pada sheet SPSS dengan mengatifan option probabilities of group membership pada bagian Save di ota dialog utama. p p f p f dimana : p = prior probability elompo e- dan 1 fi f ep1/ 2 pz / 1/2 2 1 Suatu observasi dengan arateristi aan dilasifiasian sebagai anggota elompo 0 ia p 0 p 1. Nilai-nilai posterior probability inilah yang mengisi olom di 1_1 dan olom di 1_2 pada sheet SPSS. h. Aurasi statisi, dapat di ui secara statisti apaah lasifiasi yang dilauan (dengan menggunaan fungsi disriminan) aurat atau tida. Ui statisti tersebut adalah prees-q Statisti. Uuran sederhana ini membandingan umlah asus yang dilasifiasi secara tepat dengan uuran sampel dan umlah grup. Nilai yang diperoleh dari perhitunngan emudian dibandingan dengan nilai ritis (critical velue) yang diambil dari tabel Chi-Square dan tingat eyainan sesuai yang diinginan. Statisti Q ditulis dengan rumus: N nk Pr ees Q N 1 dengan : N = uuran total sampel n = umlah asus yang dilasifiasi secara tepat K = umlah grup Penguian Hipotesis Intepretasi hasil analisis disriminan tida berguna ia fungsinya tida signifian. Hipotesis yang aan diui adalah H 0 yang menyataan bahwa rata-rata semua variable

16 dalam semua grup adalah sama. Dalam SPSS, ui dilauan dengan menggunaan Wils λ. Jia dilauan penguian sealigus beberapa fungsi sebagaimana dilauan pada analisis disriminan, statisti Wils λ adalah hasil λ univariat untu setiap fungsi. Kemudian, tingat signifiansi diestimasi berdasaran chi-square yang telah ditransformasi secara statisti. Setelah hasil analisis dietahui, emudian dilihat apaah Wils λ berasosiasi dengan fungsi disriminan. Selanutnya, anga ini ditransformasi menadi chi-quare dengan deraat ebebasan (df) yang aan digunaan dalam pengambilan esimpulan dengan ui riteria hipotesis beriut: H 0 : Tida ada perbedaan antara perusahaan yang tida sehat dan sehat H 1 : Ada perbedaan antara perusahaan yang tida sehat dan sehat Dengan titi eputusan sebagai beriut: Jia F hitung > F tabel maa H 0 ditola Jia F hitung _ F tabel maa H 1 diterima Selanutnya dengan menggunaan nilai F, dapat di ambil eputusan untu menerima atau menola H 0. Jia H 0 diterima, aan memberian esimpulan bahwa tida ada perbedaan antara perusahaan yang bangrut dengan perusahaan yang sehat. Sebalinya ia H 0 ditola maa terdapat perbedaan antara perusahaan yang bangrut dengan perusahaan yang sehat sehingga proses analisis disriminan dapat digunaan.

ANALISIS DISKRIMINAN

ANALISIS DISKRIMINAN ANALISIS DISKRIMINAN I Prinsip Dasar dan Tujuan Analisis Analisis disriminan adalah salah satu teni statisti yang bisa digunaan pada hubungan dependensi (hubungan antarvariabel dimana sudah bisa dibedaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3.1 Pengertian Analisis Disriminan Analisis disriminan merupaan sala satu metode yang digunaan dalam analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana ubungan antar variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Jenis penelitian yang digunaan adalah penelitian desriptif, yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subye

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Klasifikasi Linear Discriminant Analysis

Pengenalan Pola. Klasifikasi Linear Discriminant Analysis Pengenalan Pola Klasifiasi Linear Discriminant Analysis PTIIK - 2014 Course Contents 1 Analisis Disriminan 2 Linear Classification 3 Linear Discriminant Analysis (LDA 4 Studi Kasus dan Latihan Analisis

Lebih terperinci

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI 3. Pengertian Prinsip Sangar Burung Merpati Sebagai ilustrasi ita misalan terdapat 3 eor burung merpati dan 2 sangar burung merpati. Terdapat beberapa emunginan bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

ANALISIS VARIANSI (ANOVA)

ANALISIS VARIANSI (ANOVA) ANALISIS VARIANSI (ANOVA) ANOVA = Analisis Varians (Anava) = Analisis Ragam = Sidi Ragam Diperenalan oleh R.A. Fisher (195) disebut uji F pengembangan dari uji t dua sampel bebas (independent samples t

Lebih terperinci

Aplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja

Aplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja Apliasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai BKKBN Provinsi Kalimantan Timur The Application of Somers d Correlation Analysis at Leadership

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman Online di: ISSN: 339-54 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor, Tahun 5, Halaman 87-93 Online di: http://ejournal-s.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN FORMULA BENEISH M-SCORE DAN ANALISIS DISKRIMINAN LINIER UNTUK

Lebih terperinci

Sah Tidaknya Sidik Ragam. Data Bermasalah. Data Bermasalah PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH)

Sah Tidaknya Sidik Ragam. Data Bermasalah. Data Bermasalah PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH) Sah Tidanya Sidi Ragam PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH) Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 Universitas Haluoleo, Kendari dirvamenaboer@yahoo.com http://dirvamenaboer.tripod.com/

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA KELOMPOK VARIABEL KUANTITATIF DALAM ANALISIS KANONIK

KORELASI ANTARA DUA KELOMPOK VARIABEL KUANTITATIF DALAM ANALISIS KANONIK Jurnal Pengaaran MIPA, Vol. 0 No. Desember 007 ISSN: -097 KORELASI ANARA DUA KELOMPOK VARIABEL KUANIAIF DALAM ANALISIS KANONIK Oleh : Dewi Rachmatin, S.Si., M.Si. Jurusan Pendidian Matematia FPMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure 8/9/01 UJI TUKEY UJI DUNCAN UJI BARTLETT UJI COCHRAN UJI DUNNET Elty Sarvia, ST., MT. Faultas Teni Jurusan Teni Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Macam Metode Post Hoc Analysis The Fisher

Lebih terperinci

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Keranga Pemiiran Pemerintah ahir-ahir ini sering dihadapan pada masalah persediaan pupu bersubsidi yang daya serapnya rendah dan asus elangaan di berbagai loasi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

MODUL 5 ANALISIS DISKRIMINAN

MODUL 5 ANALISIS DISKRIMINAN MODUL 5 ANALISIS DISKRIMINAN TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan yang diharapkan dalam pelaksanaan praktikum ini, antara lain : Mahasiswa memahami karakteristik dan kegunaan Metode Analisis Diskriminan. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS Jurnal Teni dan Ilmu Komputer ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS AN ANALYSIS OF THE VARIATION PARAMETERS OF THE ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB Wirda Ayu Utari Universitas Gunadarma utari.hiaru@gmail.com ABSTRAK Program pengenalan pola ini merupaan program yang dibuat

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

PEMODELAN OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINIER

PEMODELAN OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINIER PEMODELAN OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINIER Tantri Windarti Program Studi Sistem Informasi STMIK Surabaya Jl Raya Kedung Baru 98, Surabaya

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Kemiskinan Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator, maupun permasalahan lain yang melingkupinya Kemiskinan

Lebih terperinci

Statistika Industri II TIP - FTP UB

Statistika Industri II TIP - FTP UB Statistika Industri II TIP - FTP UB Mirip regresi linier berganda Metode dependen Dimana : Variabel Independen (X1 dan seterusnya) adalah data metrik, yaitu data berskala interval atau rasio. Variabel

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR Ngarap Im Mani 1) dan Lim Widya Sanjaya ), 1) & ) Jurs. Matematia Binus University PENGANTAR Perancangan percobaan adalah suatu

Lebih terperinci

Analisis Regresi Multivariat Terhadap Penilaian Listening, Structure, dan Reading Pada Nilai Tes EFL Mahasiswa ITS

Analisis Regresi Multivariat Terhadap Penilaian Listening, Structure, dan Reading Pada Nilai Tes EFL Mahasiswa ITS JURNAL SAINS DAN SENI POMIS Vol. 3, No., (04) 337-350 (30-98X Print) D-70 Analisis Regresi Multivariat erhadap Penilaian Listening, Structure, dan Reading Pada Nilai es EFL Mahasiswa IS Heni Kartiasari

Lebih terperinci

TUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN BAB I

TUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN BAB I TUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN Nama : Dwi Shinta Marselina A. Pengertian Desain Esperimen BAB I Desain Esperimen Merupaan langah-langah lengap yang perlu di ambil jauh sebelum esperimen dilauan supaya data

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK UNTUK KLASIFIKASI DATA

JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK UNTUK KLASIFIKASI DATA JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK UNTUK KLASIFIKASI DATA Giri Dhaneswara 1) dan Veronica S. Moertini 2) Jurusan Ilmu Komputer, Universitas Katoli Parahyangan, Bandung Email: 1) rebirth_82@yahoo.com,

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program

Lebih terperinci

Metode Penggerombolan Berhirarki

Metode Penggerombolan Berhirarki 4 TINJAUAN PUSTAKA Analisis gerombol dalam bidang riset pemasaran sering diistilahan sebagai analisis segmentasi, merupaan alat statistia peubah ganda yang bertujuan untu mengelompoan n indiidu data e

Lebih terperinci

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT TUGAS AKHIR STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT 040803023 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang LANDASAN TEORI Ruang Contoh Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam ondisi yang sama yang hasilnya tida dapat dipredisi secara tepat tetapi ita dapat mengetahui semua emunginan hasil

Lebih terperinci

BAB II PENGENALAN WAJAH

BAB II PENGENALAN WAJAH BAB II PENGENALAN WAJAH Sistem pengenalan waah dapat dibagi menadi empat tahap, yaitu tahap pengolahan citra, detesi waah, estrasi fitur dan tahap pengenalan waah. Pada tugas ahir ini aan lebih diteanan

Lebih terperinci

PEMODELAN IPM PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH, JAWA BARAT DAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK ORDINAL

PEMODELAN IPM PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH, JAWA BARAT DAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK ORDINAL PEMODELAN IPM PROVINSI AWA IMUR, AWA ENGAH, AWA BARA DAN SUMAERA UARA DENGAN MEODE REGRESI LOGISIK ORDINAL Citra Fatimah Nur dan Purhadi Mahasiswa urusan Statistia, Institut enologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Faultas Teni Informatia, Institut Tenologi Telom Jl. Teleomuniasi No.1 Bandung 40286 Telp. (022) 7564108

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER

PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER Wiaria Gazali 1 ; Haryono Soeparno 2 1 Jurusan Matematia, Faultas Sains dan Tenologi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 ObjePenelitian Obje penelitian merupaan hal yang tida dapat dipisahan dari suatu penelitian. Obje penelitian merupaan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilauan.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KOMULAN TERHADAP BEBERAPA JENIS DISTRIBUSI KHUSUS Analysis of Comulans Comparative on some Types of Special Distribution

ANALISIS PERBANDINGAN KOMULAN TERHADAP BEBERAPA JENIS DISTRIBUSI KHUSUS Analysis of Comulans Comparative on some Types of Special Distribution Jurnal Bareeng Vol. 8 No. Hal. 5 0 (04) ANALISIS PRBANDINGAN OMULAN TRHADAP BBRAPA JNIS DISTRIBUSI HUSUS Analysis of Comulans Comparative on some Types of Special Distribution ABRAHAM ZACARIA WATTIMNA,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK [KODE/SKS : KD4 / SKS] Ruang Vetor FIELD: Ruang vetor V atas field salar K adalah himpunan ta osong dengan operasi penjumlahan vetor dan peralian salar. Himpunan ta osong

Lebih terperinci

Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Jonckheere Terpstra dan Modifikasinya Ridha Ferdhiana 1 Statistics Peer Group

Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Jonckheere Terpstra dan Modifikasinya Ridha Ferdhiana 1 Statistics Peer Group Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Joncheere Terpstra dan Modifiasinya Ridha Ferdhiana Statistics Peer Group Jurusan Matematia FMIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Aceh, 23 email:

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTILAYER FEEDFORWARD NETWORK DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTILAYER FEEDFORWARD NETWORK DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION Konferensi Nasional Sistem dan Informatia 2008; Bali, November 5, 2008 PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTILAYER FEEDFORWARD NETWORK DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION Wahyudi Setiawan

Lebih terperinci

Sistem Peramalan Jumlah Produksi Air PDAM Samarinda Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Sistem Peramalan Jumlah Produksi Air PDAM Samarinda Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Sistem Peramalan Jumlah Produsi Air PDAM Samarinda Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Anindita Septiarini 1 dan Nur Sya baniah 2 1 Program Studi Ilmu Komputer FMIPA, Universitas Mulaarman

Lebih terperinci

PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Amethis Otaorora 1, Bilqis Amaliah 2, Ahmad Saihu 3 Teni Informatia, Faultas Tenologi

Lebih terperinci

Dany Candra Febrianto ) dan Hindayati Mustafidah )

Dany Candra Febrianto ) dan Hindayati Mustafidah ) Penerapan Jaringan Saraf Tiruan dengan Metode Pembelaaran Bacpropagation untu Mengetahui Tingat Kualifiasi Calon Siswa pada Sistem Informasi Penerimaan Siswa Baru di MAN 2 Banarnegara (Application of Artificial

Lebih terperinci

BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami onsep pembelaaran dalam JST Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui prinsip algoritma Perceptron 2. Dapat mengetahui

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

BAB III MENYELESAIKAN MASALAH REGRESI YANG TIDAK LINIER DENGAN ANALISIS REGRESI FOURIER

BAB III MENYELESAIKAN MASALAH REGRESI YANG TIDAK LINIER DENGAN ANALISIS REGRESI FOURIER BAB III MENYELESAIKAN MASALAH REGRESI YANG TIAK LINIER ENGAN ANALISIS REGRESI FOURIER 3.1 Pengantar Model ARIMA digunaan untu analisis data deret watu pada ategori data berala tunggal, atau sering diategorian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Nilai Raport 211 Definisi Nilai Raport Raport adalah buku yang berisi keterangan mengenai nilai kepandaian dan prestasi belajar murid di sekolah, yang biasanya dipakai sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belaang Industri sepeda motor nasional merupaan industri yang masih terus mengalami pertumbuhan. Berdasaran data dari AISI (Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia) tingat produsi

Lebih terperinci

PEMODELAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH HIV DAN AIDS PROVINSI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN REGRESI POISSON BIVARIAT

PEMODELAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH HIV DAN AIDS PROVINSI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN REGRESI POISSON BIVARIAT PEMODELAN FAKOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH HIV DAN AIDS PROVINSI JAWA IMUR MENGGUNAKAN REGRESI POISSON BIVARIA Novi ri Ratnasari, Purhadi Jurusan Statistia, Faultas MIPA, Institut enologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH UNIT MOTOR S CENTRE FINANCING PLAZA MOTOR DI SAMARINDA

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH UNIT MOTOR S CENTRE FINANCING PLAZA MOTOR DI SAMARINDA PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH UNIT MOTOR S CENTRE FINANCING PLAZA MOTOR DI SAMARINDA Adam Husaien Faultas Eonomi Manajemen Unversitas 17 agustus 1945,Samarinda Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Jurnal Teni Industri, Vol.1, No., Juni 013, pp.96-101 ISSN 30-495X Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Apriyani 1, Shanti Kirana Anggaraeni,

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

Analisis Varians = Analysis of Variance = ANOVA

Analisis Varians = Analysis of Variance = ANOVA . Pendahuluan. Distribusi F Analisis Varians Analysis of Variance ANOVA χ² pengujian beberapa (>) proporsi ANOVA pengujian beberapa (>) nilai rata-rata Dasar perhitungan ANOVA ditetapan oleh Ronald A.

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE Desfrianta Salmon Barus - 350807 Jurusan Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung Bandung e-mail: if807@students.itb.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah umpulan simpul (nodes) yang dihubungan satu sama lain melalui sisi/busur (edges) (Zaaria, 2006). Suatu Graf G terdiri dari dua himpunan

Lebih terperinci

Analisis Varians = Analysis of Variance = ANOVA

Analisis Varians = Analysis of Variance = ANOVA Analisis Varians Analysis of Variance ANOVA. Pendahuluan. Distribusi F χ² pengujian beberapa (>) proporsi ANOVA pengujian beberapa (>) nilai rata-rata Dasar perhitungan ANOVA ditetapan oleh Ronald A. Fisher.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Ihwannul Kholis, 2 Ahmad Rofii. 1 Universitas 17 Agustus 1945 Jaarta,

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Di aman searang sebuah adal yang tersusun rapi merupaan ebutuhan bagi setiap individu. Namun masalah penyusunan sebuah adal merupaan sebuah masalah umum yang teradi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Variabel 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Variabel Variabel adalah suatu konsep yang memiliki nilai yang bervariasi dalam setiap penelitian Variabel dapat merupakan sebuah konsep yang telah diubah, hal ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa SMK Menggunakan Metode Backpropagation

Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa SMK Menggunakan Metode Backpropagation Seminar Nasional e 9: Reayasa Tenologi Industri dan Informasi Sistem Penduung Keputusan Penerima Beasiswa SMK Menggunaan Metode Bacpropagation Teti Rohaeti 1, Yoyon Kusnendar Suprapto 2, Eo Mulyanto 3

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH RISET OPERASIONAL

CATATAN KULIAH RISET OPERASIONAL CATATAN KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan minggu pertama ( x 50 menit) Pemrograman Bulat Linear (Integer Linear Programming - ILP) Tuuan Instrusional Umum : Mahasiswa dapat menggunaan algoritma yang

Lebih terperinci

Rancangan Petak Terbagi

Rancangan Petak Terbagi Rancangan Peta Terbagi Ade Setiawan 009 Percobaan Split-plot merupaan superimpose dari dua jenis satuan percobaan dimana rancangan lingungan untu eduanya bisa sama ataupun berbeda. Satuan percobaan untu

Lebih terperinci

BAB IV Solusi Numerik

BAB IV Solusi Numerik BAB IV Solusi Numeri 4. Algoritma Genetia Algoritma Genetia (AG) [2] merupaan teni pencarian stoasti yang berdasaran pada meanisme selesi alam dan prinsip penurunan genetia. Algoritma genetia ditemuan

Lebih terperinci

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice)

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) 6.. UMUM Tujuan: Mengetahui proporsi pengaloasian perjalanan e berbagai moda transportasi. Ada dua emunginan situasi yang dihadapi dalam meramal pemilihan moda:

Lebih terperinci

2. Menentukan koleksi inti ubi kayu dan mengevaluasi kebaikan koleksi inti yang diperoleh. METODE. Data

2. Menentukan koleksi inti ubi kayu dan mengevaluasi kebaikan koleksi inti yang diperoleh. METODE. Data 2 2. Menentuan olesi inti ubi ayu dan mengevaluasi ebaian olesi inti yang dieroleh. METODE Data Data yang digunaan dalam enelitian ini berasal dari Kelomo Peneliti Pengelolaan Sumberdaya Geneti (Kelti

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS KELOMPOK DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST

KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS KELOMPOK DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS KELOMPOK DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST Timbul Pardede (timbul@mail.ut.ac.id) Jurusan Statisti FMIPA, Universitas Terbua ABSTRAK Metode Ward dan metode K-rataan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian landasan teori ini aan dibahas materi-materi aa saja yang menunjang materi yang dibahas ada bab selanjutnya. Adaun materi-materi tersebut adalah analisis variansi, metode

Lebih terperinci

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., (0) -50 (0-9X Print) D- Pendeatan Regresi Nonparametri Spline Untu Pemodelan Laju Pertumbuhan Eonomi (LPE) di Jawa Timur Elfrida Kurnia Litawati dan I Nyoman Budiantara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini disampaian beberapa pengertian dasar yang diperluan pada bab selanutnya. Selain definisi, diberian pula lemma dan teorema dengan atau tanpa buti. Untu beberapa teorema

Lebih terperinci