BAB III MODEL KANAL WIRELESS
|
|
- Widya Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem omuniasi selular, radio paging atau pada sistem satelit mobile. Arsitetur lasi dari sistem omuniasi pada umumnya dapat dilihat pada gambar 3.1. Sumber informasi (suara manusia, amera video, omputer) mengiriman informasi e suatu tujuan (pendengaran manusia, layar monitor, omputer). Data diubah menjadi sinyal yg sesuai untu diiriman oleh pemancar dan pemancar mengirimannya melalui anal. Kanal itu sendiri memodifiasi sinyal yang diiriman. Modifiasi tersebut mungin dapat tida terpredisi oleh penerima, jadi penerima harus didisain untu mengatasi modifiasi tersebut untu mengiriman informasi e tujuan dengan esalahan atau distorsi sesediit mungin. Gambar 3.1. Arsitetur Sistem Komuniasi Pada Umumnya Kanal wireless merupaan fator poo yang mebatasi inerja sistem omuniasi wireless. Jara transmisi antara pemancar dan penerima dapat bervariasi dari LOS (line of sight) hingga tertutup oleh penghalang seperti bangunan, buit dan pepohonan. Tida seperti anal wired yang tetap dan dapat dipredisi, anal radio bersifat random dan tida bisa dianalisis dengan mudah.
2 Bahan ecepatan dari pergeraan pengguna mempengaruhi seberapa cepat level sinyal memudar. Memodelan anal anal radio merupaan bagian yang paling sulit dalam mendesain sistem radio mobile, dan biasanya dilauan dalam bentu statisti yang berdasar atas hasil penguuran Karateristi Kanal Wireless Karateristi anal wireless dapat dielompoan menjadi dua elompo besar, yaitu large-scale fading dan small-scale fading. Fading sendiri memilii arti fenomena terjadinya variasi amplituda dan/atau fasa relatif pada satu atau lebih omponen freuensi sinyal yang diterima. Fading disebaban oleh perubahan arateristi jalur propagasi terhadap watu. Large-scale fading adalah daya sinyal rata-rata sebagai fungsi dari jara antara pengirim dan penerima, sedangan small-scale fading adalah flutuasi sinyal dalam periode watu yang sangat singat di seitar nilai rata-ratanya (large-scale). Gambar 3.. Large-scale dan Small-scale Fading [] Tiga meanisme dasar yang dapat mempengaruhi sinyal propagasi pada sistem omuniasi mobile adalah : Reflection Terdapat sinyal ta langsung datang e penerima setelah mengalami pantulan terhadap obje. Mungin terdapat banya pantulan yang berontribusi terhadap besarnya delay. Diffraction 3
3 Propagasi melewati obje yang cuup besar sehingga seolah-olah menghasilan sumber seunder, seperti punca buit dan sebagainya. Scattering Propagasi melewati obje yang ecil dan/atau asar yang menyebaban banya pantulan untu arah-arah yang berbeda Large-scale Fading Large-scale fading disebaban arena aibat eberadaan obye-obye pemantul serta penghalang pada anal propagasi serta pengaruh ontur bumi, menghasilan perubahan sinyal dalam hal energi, fasa serta delay watu yang bersifat random. Sesuai namanya, large-scale fading memberian representasi rata-rata daya sinyal terima dalam suatu daerah yang luas. Statisti dari largescale fading memberian cara perhitungan untu estimasi path loss sebagai fungsi jara. Estimasi path loss sebagai fungsi dari jara hanya menghasilan nilai ratarata dan hal tersebut tida cuup untu menggambaran sinyal propagasi arena perbedaan ondisi lingungan antara pengirim dan penerima. Untu mendapatan hasil yang aurat, perhitungan path loss harus ditambahan dengan onstanta variasi sinyal yang terdistribusi Lognormal Small-scale Fading Small-scale fading, atau disebut juga dengan multipath fading, dihasilan oleh dua macam meanisme, yaitu time spreading sinyal sebagai aibat dari multipath dan time varying channel yang disebaban oleh pergeraan. Fator-fator fisi yang mempengaruhi small-scale fading adalah : Propagasi multipath Adanya obje pemantul dan scatterer aan menyebaban hilangnya energi sinyal pada amplituda, fasa, dan watu. Ini aan menyebaban penerima menerima banya versi dari sinyal yang diiriman. Kecepatan pengguna Pergeraan relatif antara base station dan pengguna aan menghasilan freuensi modulasi yang aca arena perbedaan 4
4 Doppler shifts pada tiap omponen multipath. Doppler shift aan bernilai positif atau negatif tergantung apaah pengguna bergera mendeat atau menjauh dari base station. Kecepatan obje di seitarnya Jia obje pada anal radio bergera maa aan terjadi perubahan Doppler shift terhadap watu pada setiap sinyal multipath. Efe pergeraan obje tersebut aan menjadi dominan etia obje bergera lebih cepat dibandingan pengguna dan sebalinya. Bandwidth sinyal jia bandwidth sinyal yang ditansmisian lebih besar daripada bandwidth anal multipath, sinyal yang terima aan terdistorsi tetapi euatan sinyal tida aan berurang banya Delay Spread Time spreading sinyal menyebaban sinyal datang dengan delay yang berbeda-beda atau disebut dengan delay spread. Delay spread biasanya digambaran dengan delay profile, dimana sinyal utama dan sinyal delay digambaran dengan beberapa sinyal pulsa dengan delay dan daya yang berbeda-beda. Gambar 3.3. Delay Profile [] Parameter-parameter yang digunaan adalah : Excess delay masimum ( τ m ) Rata-rata excess delay (τ ) 5
5 aτ τ = a = P ( τ ) P τ ( τ ) (3.1) RMS delay spread ( σ τ ) σ τ = τ (3.) - ( τ ) Dimana, τ = a τ a = P ( τ ) P( τ ) τ (3.3) Delay spread menentuan channel coherence bandwidth atau bandwidth anal yang memilii arti uuran statisti jangauan freuensi dimana suatu anal dapat dipertimbangan sebagai respon yang flat (fasa yang linier dan gain yang sama). Nilai dari channel coherence bandwidth dapat diperiraan dengan persamaan. 1 W o =, untu orelasi freuensi 90% (3.4) 50σ τ 1 W o =, untu orelasi freuensi 50% (3.5) 5σ τ Gambar 3.4. Channel Coherence Bandwidth [] Efe-efe yang ditimbulan oleh delay spread adalah : Flat fading Jia anal memilii gain yang onstan dan respon fasa yang linier terhadap bandwidth yang lebih besar daripada bandwidth sinyal transmisi atau nilai masimum excess delay lebih ecil dibandingan 6
6 dengan durasi simbol ( W o > W atau τ m < Ts ). Jenis fading ini mengaibatan berurangnya daya sinyal dan dapat diatasi dengan teni diversitas, error control, dan power control. Frequency selective fading Jia anal memilii gain yang onstan dan respon fasa yang linier terhadap bandwidth yang lebih ecil daripada bandwidth sinyal transmisi atau nilai masimum excess delay lebih besar dibandingan dengan durasi simbol ( W o < W atau τ m > Ts ). Jenis fading ini mengaibatan beurangnya daya sinyal dan inter-symbol interference (ISI) dan dapat diatasi dengan proses eualisasi Doppler Spread Doppler spread adalah uuran perluasan spetral (Spectral Broadening) arena adanya perubahan anal terhadap watu. Perluasan spetral tersebut adalah aibat dari pergeseran freuensi arena adanya pergeraan pengguna atau obje di seitarnya. Pergeseran freuensi dapat dihitung dengan persamaan beriut. f v cosθ v Δf = = c λ Dimana, f = freuensi carrier v = ecepatan pengguna (3.6) θ = sudut edatangan sinyal relatif terhadap arah ecepatan pengguna Pergeseran freuensi masimum terjadi pada saat sudut edatangan sinyal sama dengan 0 dan nilai tersebut dapat bernilai positif dan negatif sehingga nilai masimum perluasan spetral adalah dua ali besar pergeseran freuensi masimum ( f m ). f v f m = (3.7) c Doppler spread menentuan channel coherence time yang memilii arti uuran statisti dari durasi watu dimana impuls respon dari anal masih bisa 7
7 diategorian invariant dan menguantifiasi esamaan respon anal pada watu yang berbeda. Nilai dari channel coherence time dapat diperiraan dengan persamaan beriut. Tc 9 =, untu orelasi watu 50% (3.8) 16π f m = 9, untu pendeatan geometris (3.9) Tc 16π f m Channel coherence time juga dapat dilihat dengan pendeatan spetrum atau Doppler spectrum. Doppler spectrum menunjuan sebaran pergeseran fasa. Beriut ini adalah beberapa Doppler spectrum yang dapat digunaan : Rounded Doppler Spectrum f o f o f o 1 f S ( f ) =, f o = (3.10) 0 f f o > 1 m Model spetrum ini menunjuan sebaran pergeseran Doppler yang terdistribusi di seitar nol. Model ini sesuai untu apliasi fixed. Gambar 3.5. Rounded Doppler Spetrum [10] Classic Jaes Doppler spectrum S ( f ) = π f m 1 1 f f m (3.11) 8
8 Model spetrum ini menujuan sebaran pergeseran Doppler yang lebih terdistribusi di seitar pergeseran freuensi masimum. Model ini sesuai untu apliasi mobile. Gambar 3.6. Classic Jaes Doppler Spectrum Efe yang ditimbulan oleh Doppler spread adalah : Slow fading Kecepatan perubahan respon impuls anal lebih lambat daripada durasi simbol sinyal yang ditransmisian. Hal ini diaibatan arena time coherence channel jauh lebih besar dibandingan dengan periode simbol atau bandwidth Doppler lebih ecil dibandingan bandwidth sinyal ( T s << Tc atau B s >> BD ). Dalam asus ini anal diasumsian statis. Jenis fading ini mengaibatan berurangnya daya sinyal dan dapat diatasi dengan teni diversitas, error control, dan power control. Fast Fading Respon impuls anal berubah dengan cepat dalam satu durasi simbol. Hal ini diaibatan arena coherence time lebih ecil daripada periode simbol sinyal yang ditransmisian atau bandwidth Doppler lebih besar dibandingan bandwidth sinyal ( T s > Tc atau B s < BD ). Jenis fading ini mengaibatan berurangnya daya sinyal, distorsi sinyal dan 9
9 masalah sinronisasi dan dapat diatasi dengan error control dan interleaving Model Fading Pada omuniasi mobile dengan anal multipath, model statisti yang sering digunaan adalah : Fading Rayleigh Pada lingungan NLOS, distribusi Rayleigh sering digunaan untu mengambaran statisti variasi sinyal pada anal flat fading atau pada masing-masing omponen path pada lingungan multipath. Kecepatan variasi sinyal bergantung pada Doppler spread. Amplitudo dari setiap omponen multipath digambaran dalam omponen in-phase dan quadrature. Karena pergeraan yang aca, edua omponen tersebut terdistribusi Gaussian dengan rata-rata nol. Sebagai contoh r = a + j a adalah suatu distribusi omples Gaussian. Amplituda a I, i. Q, i dari omponen multipath i adalah : r = a + a (3.1) i I, i Q, i Amplituda dari variabel distribusi omples Gaussian adalah terdistribusi Rayleigh dengan pdf : p () r r r exp untu r 0 = σ σ (3.13) 0 lainnya Dengan σ adalah standar deviasi. 30
10 Gambar 3.7. PDF Rayleigh [7] Fading Rician Ketia ada satu dominan omponen, seperti omponen sinyal LOS, distribusi variasi sinyal dapat berubah menjadi terdistribusi Rician. Sama seperti pada contoh Rayleigh dengan ditambah omponen LOS dengan rata-rata tida nol. Sinyal yang diterima adalah superposisi dari omponen LOS dan omponen omples Gaussian dari omponen NLOS. Amplituda sinyal yang diterima mempunyai distribusi Rician yang diperoleh melalui persamaan : ( K + 1) r ( K + 1) r K( K + 1) p() r = exp K Ω r 0, K 0, Ω 0 Dimana n Ω I 0 Ω r I adalah fungsi Bessel termodifiasi orde 1, Ω = E[ r ] (3.14), dan K (fator K) adalah rasio daya yang diterima dari omponen LOS terhadap daya dari omponen NLOS. Untu K = 0 ita aan mendapatan distribusi Rayleigh, dan untu fading. K = tida terjadi 3.. Model Kanal Propagasi Karateristi-arateristi anal yang dijelasan sebelumnya dapat diestimasi dengan berbagai cara dan metode. Model anal propagasi adalah model 31
11 estimasi arateristi anal. Model anal propagasi sangat berperan penting dalam perencanaan jaringan wireless, terutama untu penentuan coverage base station dan penentuan persyaratan RF bagi perangat base station maupun perangat subscriber station. Secara umum, model anal propagasi dapat dielompoan menjadi tiga elompo besar, yaitu : Model empiri Model yang diturunan dari hasil penguuran lapangan di loasi-loasi yang dianggap mewaili sampel lingungan wireless. Model Deterministi Model yang diembangan dari teori propagasi gelombang eletromagneti dan digunaan untu perhitungan daya panacar di loasi yang ditinjau. Model stoasti Model yang menyertaan peubah aca sebagai representasi ondisi lingungan yang berubah dari watu e watu dan dari satu loasi e loasi lain. Dari etiga model anal propagasi di atas, model anal propagasi empiri merupaan model yang sangat diminati alangan peneliti maupun industri arena emudahan penggunaan serta toleransi terhadap etidatersediaan informasi terrain. Yang termasu dalam model anal propagasi empiri adalah model ECC- 33, COST Hatta, dan SUI. Dari etiga model tersebut, model anal SUI menyediaan informasi yang terait dengan arateirsti dispersif anal Stanford University Interim Model Model anal seperti yang didesripsian di poin-poin sebelumnya menyediaan dasar untu menspesifiasian anal dengan senario tertentu. Model ini diembangan oleh elompo erja IEEE SUI model merupaan model yang diembangan untu freuensi di bawah 11 GHz. Model 3
12 ini didefinisian untu pita freuensi.5.7 GHz, yani pita freuensi untu MMDS (Multipoint Microwave Distribution System) di Ameria. Berdasaran terrain, model SUI membagi 3 jenis, yaitu : Tipe A : path loss terbesar yaitu perbuitan dengan densitas pepohonan sedang sampai tinggi. Tipe B : path loss pertengahan antara tipe A dan C. Tipe C : path loss terecil yaitu terrain rata dengan pepohonan jarang. Persamaan umum model empiri SUI : d PL = A + 10γ log10 + X f + X h + s d, untu d>d 0 (3.15) 0 Keterangan : - d : jara antara antenna dan CPE dalam meter - d 0 : 100 meter - s : peubah aca yang terdistribusi secara lognormal sebagai representasi shadowing oleh pepohonan atau bangunan, dengan nilai berisar db. 4πd - A = 0log 0 10 (3.16) λ - c γ = a bhb + (3.17) h h b a,b,c b : tinggi antenna base station : onstanta perhitungan pangat path loss yang tergantung jenis terrain Tabel 3.1. Parameter Terrain [11] Model Parameter Terrain A Terrain B Terrain C a b (m -1 ) c (m)
13 - X f : fator oresi untu penggunaan freuensi f ( dalam MHz) di atas GHz. X f f = 6log (3.18) - X h : factor oresi tinggi antenna CPE pada berbagai ondisi terrain dengan h r dalam meter. hr X h = 10.8log10 untu terrain tipe A & B 000 (3.19) hr X h = 10.8log10 untu terrain tipe C 000 (3.0) 3... Perbandingan Model Path Loss SUI dengan Model Lain Gambar beriut menunjuan perbandingan model path loss SUI dan model lainnya seperti COST-31 Hatta dan ECC-33. Gambar 3.8. Perbandingan Model Kanal untu Daerah Rural [6] 34
14 Tabel 3.. Statisti Kesalahan untu Daerah Rural [6] Gambar 3.9. Perbandingan Model Kanal untu Daerah Suburban [6] Tabel 3.3. Statisti Kesalahan untu Daerah Suburban [6] 35
15 Gambar Perbandingan Model Kanal untu Daerah Urban [6] Tabel 3.4. Statisti Kesalahan untu Daerah Urban [6] Dari etiga tabel di atas, dapat terlihat bahwa pada model path loss SUI tida mempredisi sebai ECC-33 dan COST-31. Namun, ECC-33 tida dapat digunaan untu suburban area, sementara COST-31 memerluan perhitungan yang jauh lebih omples. Sehingga untu mendapatan hasil yang masih cuup aurat untu segala tipe topografi dengan perhitungan yang tida terlalu omples, maa SUI adalah model yang tepat Karateristi Kanal Multipath SUI Untu model small-scale fading atau multipath fading, ada 6 jenis parameter SUI yang didesripsian pada tabel-tabel di beriut ini : 36
16 Tabel 3.5. Parameter model SUI [11] Tipe Topografi Kanal SUI C SUI-1, SUI- B SUI-3, SUI-4 A SUI-5, SUI-6 Fator-K : Rendah Doppler Low delay Moderate High delay spread delay spread spread Low SUI-3 SUI-5 High SUI-4 SUI-6 Fator-K: Tinggi Doppler Low delay spread Low SUI-1, High Moderate delay spread High delay spread 37
Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)
Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Tri Nopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT KLASIFIKASI DAN PARAMETER SINYAL PADA SELULER Wireless Propagation Radio
Lebih terperinciPropagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komunikasi Bergerak
5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Revisi Juli 003 Modul 5 EE 471 Sistem Komuniasi Bergera Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komuniasi Bergera Oleh : Nachwan Mufti A, ST 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal
Lebih terperinciKata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan
Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro
Lebih terperinciBAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA
BAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA. Karateristi Kanal Wireless Pada sistem omuniasi mobile, sinyal yang ditransmisian melalui anal wireless aan mengalami proses propagasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan hasil simulasi pengaruh K - factor pada kondisi kanal yang terpengaruh Delay spread maupun kondisi kanal yang dipengaruhi oleh frekuensi
Lebih terperinciBAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS
BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS.1 Karakteristik Kanal Nirkabel Perambatan sinyal pada kanal yang dipakai dalam komunikasi terjadi di atmosfer dan dekat dengan permukaan tanah, sehingga model perambatan
Lebih terperinciModul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect
Wireless Communication System Modul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 1 Modul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect 2 Subject a. Doppler Effect Small
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING
Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan
Lebih terperinciAnalisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection
Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna atif Detection CDMA dengan Modulasi Quadrature Phase Shift Keying Berbasis Perangat Luna Saretta Nathaniatasha
Lebih terperinciBAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH
BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH 2.1 Multipath fading pada kanal nirkabel Sinyal yang ditransmisikan pada sistem komunikasi bergerak nirkabel akan mengalami banyak gangguan akibat pengaruh
Lebih terperinciSISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak
SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan
Lebih terperinciSISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER
SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau
Lebih terperinci( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang
Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode
Lebih terperinciBAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK
BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama
Lebih terperinciBAB III METODE SCHNABEL
BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutahir Penelitian dalam Sripsi ini merupaan pengembangan dari beberapa penelitian yang telah dilauan sebelumnya, yaitu mengenai inerja ombinasi
Lebih terperinciANALISIS KONTRIBUSI TEKNIK ALOKASI KANAL DDCA/PC DALAM MENEKAN PROBABILITAS KEGAGALAN PANGGILAN DAN MENINGKATKAN KAPASITAS SISTEM PADA CDMA
1 ANALISIS KONTRIBUSI TEKNIK ALOKASI KANAL DDCA/PC DALAM MENEKAN PROBABILITAS KEGAGALAN PANGGILAN DAN MENINGKATKAN KAPASITAS SISTEM PADA CDMA Yuni Mariana, L2F099654 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].
BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Multicarrier Code Divison Multiple Access (MC-CDMA) MC-CDMA merupakan teknik meletakkan isyarat yang akan dikirimkan dengan menggunakan beberapa frekuensi pembawa (subpembawa).
Lebih terperinciKarakterisasi Kanal Radio Sistem Komunikasi High Frequency (HF) pada Lintasan Surabaya - Merauke
JURNL TEKNIK POMITS Vol., No., (4-6 Karaterisasi Kanal Radio Sistem Komuniasi High Frequency (HF pada Lintasan Surabaya - Meraue Nisa waliyah, Prasetiyono Hari Muti, dan Gamantyo Hendrantoro Jurusan Teni
Lebih terperinciKONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION
Konferensi Nasional Sistem dan Informatia 29; Bali, November 14, 29 KONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION Sofyan Tan, Lie Hian Universitas Pelita Harapan,
Lebih terperinciPerencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto
Perencanaan Transmisi Pengajar Muhammad Febrianto Agenda : PATH LOSS (attenuation & propagation model) FADING NOISE & INTERFERENCE G Tx REDAMAN PROPAGASI (komunikasi point to point) SKEMA DASAR PENGARUH
Lebih terperinciBAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)
BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi
Lebih terperinciPenentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway
Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA
Lebih terperinciRadio Propagation. 2
Propagation Model ALFIN HIKMATUROKHMAN., ST.,MT S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO http://alfin.dosen.st3telkom.ac.id/profile/ Radio Propagation The radio propagation
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. II.1. Pendahuluan
BAB II DASAR EORI II.1. Pendahuluan Pada bab ini pertama-tama aan dijelasan secara singat apa yang dimasud dengan target tracing dalam sistem Radar. Di dalam sebuah sistem Radar ada beberapa proses yang
Lebih terperinciBAB V HASIL SIMULASI DAN ANALISIS
BAB V HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Pada bab ini akan ditampilkan hasil simulasi yang telah dilakukan penulis beserta pembahasannya. Simulasi dilakukan untuk membandingkan dan mempelajari berbagai model
Lebih terperinciPerhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK
Jurnal APLIKASI Volume 5, Nomor 1, Agustus 2008 Perhitungan Kehilangan Pratean Total dengan Memaai Teori Kemunginan M. Sigit Darmawan Dosen Jurusan Diploma Teni Sipil, FTSP - ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id
Lebih terperinciPENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )
PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132
Lebih terperinciANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT
Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry
Lebih terperinciPENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION
PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Sutino 1, Helmie Arif Wibawa 2, Priyo Sidi Sasongo 3 123 Jurusan Ilmu Komputer/Informatia, FSM,
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA
BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.
Lebih terperinciADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT
Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication
Lebih terperinciPENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii
Lebih terperinciBAB II PROPAGASI SINYAL. kondisi dari komunikasi seluler yaitu path loss, shadowing dan multipath fading.
BAB II PROPAGASI SINYAL 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari komunikasi
Lebih terperinci4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem
Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN
BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir
Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,
Lebih terperinciBAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima
BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima (Receiver / Rx ) pada komunikasi radio bergerak adalah merupakan line of sight dan dalam beberapa
Lebih terperinciPemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai
Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran
Lebih terperinciKLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE
KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Faultas Teni Informatia, Institut Tenologi Telom Jl. Teleomuniasi No.1 Bandung 40286 Telp. (022) 7564108
Lebih terperinciTEKNOLOGI WIMAX UNTUK LINGKUNGAN NON LINE OF SIGHT (Arni Litha)
21 TEKNOLOGI WIMAX UNTUK LINGKUNGAN NON LINE OF SIGHT Arni Litha Dosen Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang Abstrak Walaupun banyak teknologi saat
Lebih terperinciPENENTUAN ELEVASI PERMUKAAN AIR BERDASARKAN DATA SERIES TINGGI TEKANAN AIR
PENENTUAN ELEVASI PERMUKAAN AIR BERDASARKAN DATA SERIES TINGGI TEKANAN AIR Andi Rusdin* * Series data of sea surface elevation is required to determine the parameters of tidal and wave parameters. The
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)
Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir
Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining
Lebih terperinciBAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK
BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar
3 Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Eletrotenia Dasar Jamhir slami Pranata Laboratorium Pendidian (PLP) Ahli Muda Laboratorium Eletrotenia Dasar Faaultas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LADASA TEORI Pada Bab ini akan menjelaskan tentang teori-teori penunjang penelitian, dan rumus-rumus yang akan digunakan untuk pemodelan estimasi kanal mobile-to-mobile rician fading sebagai berikut..1
Lebih terperinciStudi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya
Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel
BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3.1 Pengertian Analisis Disriminan Analisis disriminan merupaan sala satu metode yang digunaan dalam analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana ubungan antar variabel
Lebih terperinciBAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN
BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA
BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA 3.1 Simulasi Kanal Fading Rayleigh Proses simulasi yang digunakan untuk memodelkan kanal fading diambil dari
Lebih terperinciPERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING
Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam
Lebih terperinciAplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov
J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE
TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE Diajuan Guna Melengapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Eo Kuncoro
Lebih terperinciKAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS KELOMPOK DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST
KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS KELOMPOK DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST Timbul Pardede (timbul@mail.ut.ac.id) Jurusan Statisti FMIPA, Universitas Terbua ABSTRAK Metode Ward dan metode K-rataan
Lebih terperinciOptimasi Non-Linier. Metode Numeris
Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran
Lebih terperinciKORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak
KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi
Lebih terperinciPERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON
PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON M. Sigit Darmawan Dosen Diploma Teni Sipil ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id
Lebih terperinciAPLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID
APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Power control pada sistem CDMA adalah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur daya pancar mobile station (MS) pada kanal uplink, maupun daya pancar base station
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. 2.1 Sistem Komunikasi HAPS
BAB II TEORI DASAR 2.1 Sistem Komunikasi HAPS HAPS (High Altitude Platform Station) merupakan teknologi baru yang sangat potensial untuk mendukung industri wireless. Dengan berkembangnya teknologi dalam
Lebih terperinciVariasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D
Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU
PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut
Lebih terperinci( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang
LANDASAN TEORI Ruang Contoh Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam ondisi yang sama yang hasilnya tida dapat dipredisi secara tepat tetapi ita dapat mengetahui semua emunginan hasil
Lebih terperinciSoal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.
Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Keranga Pemiiran Pemerintah ahir-ahir ini sering dihadapan pada masalah persediaan pupu bersubsidi yang daya serapnya rendah dan asus elangaan di berbagai loasi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah memberikan kemudahan dan kemajuan dalam berbagai bidang khususnya dalam bidang telekomunikasi. Ini dapat dibuktikan dengan
Lebih terperinciKumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:
Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan
Lebih terperinciTanggapan Waktu Alih Orde Tinggi
Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD
JMP : Vol. 9 No. 1, Juni 17, hal. 13-11 ISSN 85-1456 IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR Gumgum Darmawan Statistia FMIPA UNPAD gumgum@unpad.ac.id Budhi Handoo Statistia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem CDMA pengendalian daya baik pada Mobile Station (MS) maupun Base Station (BS) harus dilakukan dengan baik mengingat semua user pada CDMA mengggunakan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA
94 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA Yudhi Purwananto 1, Diana Purwitasari 2, Agung Wahyu Wibowo Jurusan Teni Informatia, Institut Tenologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciPENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION
PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Wahyudi, Sorihi, dan Iwan Setiawan. Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Diponegoro Semarang e-mail : wahyuditinom@yahoo.com.
Lebih terperinciKINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :
KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM : 132 03 017 Program Studi : Teknik Elektro SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA
Lebih terperinciPenempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming
JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul
Lebih terperinciEstimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (16) 337-35 (31-98X Print) A-1 Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunaan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman Popy Febritasari, Erna Apriliani
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan
Lebih terperinciBAB III MENYELESAIKAN MASALAH REGRESI YANG TIDAK LINIER DENGAN ANALISIS REGRESI FOURIER
BAB III MENYELESAIKAN MASALAH REGRESI YANG TIAK LINIER ENGAN ANALISIS REGRESI FOURIER 3.1 Pengantar Model ARIMA digunaan untu analisis data deret watu pada ategori data berala tunggal, atau sering diategorian
Lebih terperinciPenggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler
Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,
Lebih terperinciBAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel
BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari
Lebih terperinciPEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA
PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia
Lebih terperinciBAB II PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM PERENCANAAN JARINGAN SISTEM SELULAR
BAB II PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM PERENCANAAN JARINGAN SISTEM SELULAR 2.1 Propagasi Gelombang Radio Propagasi gelombang radio merupakan sesuatu yang penting untuk mengetahui dan mengerti rintangan
Lebih terperinciPendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535
Maalah Seminar Tugas Ahir Pendetesi Rotasi Menggunaan Gyroscope Berbasis Miroontroler ATmega8535 Asep Mubaro [1], Wahyudi, S.T, M.T [2], Iwan Setiawan, S.T, M.T [2] Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas
Lebih terperincitidak mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilakukan dengan memberikan kompensator terdesentralisasi. Fixed mode terdesentralisasi pertama
BB IV PENGENDLIN TERDESENTRLISSI Untu menstabilan sistem yang tida stabil, dengan syarat sistem tersebut tida mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilauan dengan memberian ompensator terdesentralisasi.
Lebih terperinciBlind Adaptive Multi-User Detection pada Sistem Komunikasi DS-CDMA dengan Kanal AWGN
Proceeding of Seminar on Intelligent echnology and Its Applications (SIIA ) Institut enologi Sepuluh Nopember, Surabaya, May 7 th, Blind Adaptive Multi-User Detection pada Sistem omuniasi DS-CDMA dengan
Lebih terperinciPengukuran Model Propagasi Outdoor dan Indoor Sistem WiMAX 2.3GHz di Lingkungan Kampus ITB
Prosiding Seminar Radar Nasional 010., Yogyakarta, 8-9 April 010., ISSN : 1979-91 Pengukuran Model Propagasi Outdoor dan Indoor Sistem WiMAX.3GHz di Lingkungan Kampus ITB Arsyad Ramadhan Darlis, Trasma
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Jadwal Secara Umum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jadwal adalah pembagian watu berdasaran rencana pengaturan urutan erja, daftar atau tabel egiatan
Lebih terperinciEstimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter
Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter eguh Herlambang 1, Denis Fidita 2, Puspandam Katias 2 1 Program Studi Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Unusa Kampus B
Lebih terperinciPengenalan Pola. Klasifikasi Linear Discriminant Analysis
Pengenalan Pola Klasifiasi Linear Discriminant Analysis PTIIK - 2014 Course Contents 1 Analisis Disriminan 2 Linear Classification 3 Linear Discriminant Analysis (LDA 4 Studi Kasus dan Latihan Analisis
Lebih terperinciSISTEM ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL DI TERMINAL BERLIAN PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA
SISTEM ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL DI TERMINAL BERLIAN PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Ruhana Khabibah, Hery Tri Sutanto 2, Yuliani Puji Astuti 3 Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan Ilmu
Lebih terperinciDETEKSI MULTI-KERUSAKAN PADA POMPA MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ARRAY
DETEKSI MULTI-KERUSAKAN PADA POMPA MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ARRAY 1 Anisatul auziyah 1, dan Dr. Dhany Arifianto, ST., M.Eng Jurusan Teni isia, aultas Tenologi Industri, Institut Tenologi Sepuluh Nopember,
Lebih terperinciMODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM
MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract
Lebih terperinciBAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA
BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA. GEMPA BUMI Gempa bumi adalah suatu geraan tiba-tiba atau suatu rentetetan geraan tiba-tiba dari tanah dan bersifat transient yang berasal dari suatu daerah
Lebih terperinci