KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2018 GEOPARK CILETUH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2018 GEOPARK CILETUH"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT GEOPARK CILETUH

2

3

4

5 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- Mei 2018 diterbitkan. Buku ini merupakan asesmen terhadap perkembangan ekonomi Jawa Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan masyarakat serta mencakup pula prospek perekonomian ke depan. Dalam penyusunan buku ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dinas-dinas terkait, BPS Jawa Barat, BULOG Divre III, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, PLN, berbagai perusahaan, asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan menerangi setiap langkah kita. Bandung, 5 Juni 2018 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd Ismet Inono Direktur

6 KATA PENGANTAR... i ii v vii... xii TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA BARA... x BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan I Sisi Pengeluaran Konsumsi Investasi Ekspor Impor Sisi Lapangan Usaha Industri Pengolahan Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil Pertanian, Kehutanan dan Konstruksi Tracking Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II BOKS 1. PT. BUMR Pangan Terhubung Peningkatan Efisiensi BOKS 2. Pengembangan Desa Wisata Cibuntu Kuningan BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 2.1. Gambaran Umum Anggaran Pendapatan Provinsi Jawa Barat ii Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Triwulan I Belanja APBN di Jawa Barat BAB III PERKEMBANGAN INFLASI 3.1. Perkembangan Inflasi Triwulan I Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi. 48

7 3.3. Perkembangan Inflasi Antar Provinsi di Pulau Jawa Perkembangan Inflasi Kota di Jawa Barat Perkembangan Inflasi Triwulan II Program Pengendalian Inflasi Daerah Pelaksanaan Kegiatan TPID Jawa Barat Tantangan Dalam Pelaksanaan Pengendalian Inflasi Rencana Program Pengendalian Inflasi Triwulan II BOKS 3. Utilisasi Sistem Resi Gudang di Jawa Barat Sebagai Upaya Pengendalian Inflasi di Daerah BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 4.1. Asesmen Intermediasi Perbankan Perkembangan Kredit Dana Pihak Ketiga Aset dan Aktiva Produktif Risiko Kredit Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( Program Pengembangan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasi iii Sumber Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga BOKS 4. Pengembangan Klaster Melalui Sistem Logistik Pangan Berbasis Teknologi Digital BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) Berizin dan Penyelenggara Transfer Dana Bank (PTD BB) di Jawa Barat Perkembangan Kegiatan Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) Perkembangan Kegiatan Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB)... 92

8 Upaya Pengawasan Penyelenggaraan KUPVA BB dan PTD BB BOKS 5. BIJB Kertajati Permata Baru di Tanah Pasundan BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1. Prospek Perekonomian Global dan Prospek Perekonomian Provinsi Jawa Barat Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prospek Inflasi LAMPIRAN 123 TIM PENYUSUN iv

9 Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pengeluaran (%, yoy).. 4 Tabel 1.2 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (%, yoy)... 4 Tabel 1.3 Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)... 5 Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat (%, yoy) Tabel 1.5 Struktur Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat (%) Tabel 1.6 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%, yoy) Tabel 1.7 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%) Tabel 1.8 Pertumbuhan Industri Besar Sedang (yoy) Tabel 2.1 Ringkasan Realisasi APDB Provinsi Jawa Barat Triwulan I Tabel 2.2 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat 2017 dan Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I Tabel 2.4 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 dan Tabel 2.5 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan I Tabel 2.6 Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Tabel 2.7 Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Triwulan I Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Administered Prices Triwulan I Tabel 3.2 Penyesuaian Harga BBM Jenis Umum Sepanjang Triwulan I Tabel 3.3 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Volatile Food Triwulan I Tabel 3.4 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Core Triwulan I Tabel 3.5 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi di Pulau Jawa Triwulan I Tabel 3.6 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Bulanan Kota Bekasi Pada Triwulan I Tabel 3.7 Program Rutin dan Program Strategis Kegiatan Pengendalian Inflasi di Jawa Barat Tabel 4.1 Pertumbuhan Kredit untuk Lapangan Usaha Utama di Jawa Barat Tabel 4.2 Dana Rumah Tangga untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per Bulan v Tabel 5.1 Jumlah KUPVA BB dan Jumlah Penertiban KUPVA BB Tabel 5.2 Jumlah Kantor Cabang PTD BB di Wilayah Kerja KpwBI Provinsi Jawa Barat Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Tabel 6.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (%) Tabel 6.3 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Pekerja Penuh/Tidak Penuh) Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Tabel 7.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Pengeluaran

10 Tabel Tabel 7.5 Risiko Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Tahun Tabel 7.6 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat- Sisi Lapangan Usaha Tabel 7.7 Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Tahun vi

11 Grafik Grafik 1.2 Share Perekonomian Kawasan Jawa Terhadap Nasional... 3 Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4 Indeksi Kondisi Ekonomi Saat Ini... 6 Grafik 1.5 Perkembangan Permintaan Domestik Grafik 1.6 Komposisi Penggunaan Pendapatan RT Grafik 1.7 Perkembangan Harga Properti Residensial Grafik 1.8 Perkembangan Impor Barang Konsumsi Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.10 Perkembangan KPR, KKB dan Multiguna Grafik 1.11 Realisasi Belanja Operasional APBN di Jawa Barat Grafik 1.12 Realisasi Belanja Operasional APBD di Jawa Barat Grafik 1.13 Pertumbuhan Komponen Investasi Grafik 1.14 Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN di Jawa Barat Grafik 1.15 Andil Petumbuhan PMDN ke Sektor Utama di Jawa Barat Grafik 1.16 Andil Petumbuhan PMA ke Sektor Utama di Jawa Barat Grafik 1.17 Perkembangan Penjualan Semen di Jawa Barat Grafik 1.18 Perkembangan Investasi Kegiatan Dunia Usaha SKDU Grafik 1.19 Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Jawa Barat Grafik 1.20 Perkembangan Neraca Perdagangan Dalam Negeri Jawa Barat Grafik 1.21 Impor Antar Daerah Mitra Dagang Jawa Barat Grafik 1.22 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Jawa Barat Grafik 1.23 Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat Grafik 1.24 Pertumbuhan ekspor Industri Pengolahan Jawa Barat Grafik 1.25 Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan Utama Grafik 1.26 Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang Utama vii Grafik 1.27 Perkembangan Nilai dan Volume Impor Jawa Barat Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (USD/IDR) Grafik 1.29 Purchasing Managers Index (PMI) Mitra Dagang Grafik 1.30 Impor Bahan Baku dan Barang Modal Grafik 1.31 Kredit Untuk Industri Pengolahan Lokasi Proyek di Jawa Barat Grafik 1.32 Rasio NPL Kredit Industri Pengolahan Grafik 1.33 Prompt Manufacturing Index (PMI) Industri Pengolahan Jawa Barat... 18

12 Grafik 1.34 Perkembangan Produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) Jawa Barat Grafik 1.35 Indeks Konsumsi Durable Goods Grafik 1.36 Indeks Penjualan Riil Grafik 1.37 Impor Barang Konsumsi Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Rumah Tangga Grafik 1.39 SKDU Pertanian Grafik 1.40 Kapasitas Produksi Sub Kelompok Pertanian Grafik 1.41 Perkembangan Kredit Pertanian Grafik 1.42 Perkembangan NPL Kredit Pertanian Grafik 1.43 Penjualan Semen Jawa Barat Grafik 1.44 SKDU Konstruksi Grafik 1.45 Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.46 Perkembangan NPL Kredit Konsumsi Grafik 1.47 Perkembangan Penyaluran KPR Per Tipe Grafik 1.48 Perkembangan NPL KPR Grafik 1.49 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat Grafik 1.50 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Jawa Barat Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Barat Grafik 2.2 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat Grafik 2.3 Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat Grafik 2.4 Pangsa Realisasi Pajak Daerah Triwulan I Grafik 2.5 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat Grafik 2.6 Persentase Realisasi Anggaran Belanja Per Triwulan (%) viii Grafik 2.7 Perkembangan Belanja Operasi dan Modal Grafik 2.8 Pangsa Realisasi Belanja Operasi (%) Grafik 2.9 Pertumbuhan Komponen Belanja Operasi Grafik 2.10 Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2017 dan Grafik 2.11 Perkembangan Realisasi Belanja 24 Kab/kota di Jawa Barat Triwulan I Grafik 2.12 Pangsa Realisasi Belanja APBN di Jawa Barat Grafik Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Jawa Barat (yoy) Grafik 3.2 Laju Inflasi Jawa Barat dan Nasional Grafik 3.3 Laju Inflasi Kumulatif Jawa Barat

13 Grafik 3.4 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Bulanan Jawa Barat Grafik 3.5 Laju Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Grafik 3.6 Perkembangan Disagregasi Inflasi di Jawa Barat Grafik 3.7 Inflasi Administered Prices Kelompok Energi dan Non Energi (yoy) Grafik 3.8 Perkembangan Harga Minyak Dunia Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Kelompok Pengeluaran Bahan Makanan Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Core Traded dan Non-Traded Grafik 3.11 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 3.12 Perkembangan Harga Emas Dunia Grafik 3.13 Perkembangan Indeks Penjualan Riil Grafik 3.14 Perkembangan Indeks Penjualan Riil Berdasakan Kelompok Komoditas. 53 Grafik 3.15 Inflasi Nasional, Jawa dan Jawa Barat Grafik 3.16 Laju Inflasi Kumulatif Kota Perhitungan (ytd) Grafik 3.17 Laju Inflasi Tahunan Kota Perhitungan (yoy) Grafik 4.1 Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 4.2 Proporsi Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik 4.3 Perkembangan Suku Bunga Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Jawa Barat Grafik 4.4 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Grafik 4.5 Pertumbuhan DPK Perbankan Grafik 4.6 Proporsi DPK Jawa Barat Grafik 4.7 Proporsi DPK Nasional Grafik 4.8 Perbandingan Pangsa DPK terhadap Nasional Grafik 4.9 Pertumbuhan Aset Perbankan Grafik 4.10 Grafik 4.11 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan... Ratio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha Utama ix Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Kota/Kabupaten Tw I Grafik 4.13 Rasio NPL Kredit Kota/Kabupaten TW I Grafik 4.14 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.15 NPL Kredit UMKM Grafik 4.16 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha Grafik 4.17 Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw I Grafik 4.18 NPL Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw I Grafik 4.19 Perkembangan Luas dan Produksi Kopi Arabika di Jawa Barat... 78

14 Grafik 4.20 Grafik 4.21 Grafik 4.22 Grafik 4.23 Grafik 4.24 Grafik 4.25 Grafik 4.26 Grafik 4.27 Perkembangan Luas dan Produksi Kopi Robusta di Jawa Barat..... Perkembangan Ekspor Jawa Barat... PMI Negara Mitra Dagang Utama Persentase Penggunaan Penghasilan... Perkembangan Kredit Korporasi... Kredit Korporasi Lapangan Usaha Utama... Perkembangan Kredit Korporasi NPL Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama Grafik 4.28 Tingkat Optimisme Konsumen Jawa Barat Survei Konsumen 82 Grafik 4.29 Grafik 4.30 Grafik 4.31 Grafik 4.32 Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga... Kredit Kendaraan Bermotor... Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah... Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga Perkembangan Transaksi Kliring Jawa Barat Nominal.... Perkembangan Transaksi Kliring Jawa Barat Volume... Perkembagan RTGS Jawa Barat Grafik 5.4 Perkembangan Inflow Outflow Uang Kartal Grafik 5.5 Grafik 5.6 Grafik 5.7 Grafik 5.8 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Net Flow... Perkembangan Pemusnahan UTLE.... Perkembangan Temuan uang Palsu di Jawa Barat Perkembangan Grafik 5.9 Perkembangan Transaksi UKA Penjualan Grafik 5.10 Perkembangan Pertumbuhan Nilai Transfer Dana di Jawa Barat x Grafik 5.11 Perkembangan Pertumbuhan Volume Transfer Dana di Jawa Barat Grafik 6.1 Perkembangan Angkatan Kerja dan TPAK Jawa Barat 100 Grafik 6.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja dan TPT Jawa Barat 100 Grafik 6.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Semesteran Grafik 6.4 Perkembangan Pa Grafik 6.5 Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja Sektoral Grafik 6.6 Pertumbuhan PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Grafik 6.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Grafik Grafik 6.9 Pangsa Pekerja Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 102

15 Grafik 6.10 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Jawa Barat. 102 Grafik 6.11 Pangsa Penganggur Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Grafik 6.12 TPT Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Grafik 6.13 NTP Jawa Barat dan Komponen Penyusunnya 104 Grafik 6.14 Pertumbuhan NTP Berdasarkan Subsektor 104 Grafik 6.15 Pertumbuhan Indeks yang Diterima Petani (IT) Berdasarkan Subsektor 104 Grafik 6.16 Pertumbuhan Indeks yang Dibayar Petani (IB) Berdasarkan Subsektor 105 Grafik 6.17 Pertumbuhan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) Berdasarkan Subsektor 105 Grafik Grafik 6.19 Pertumbuhan Komponen Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani 105 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 6.24 Pertumbuhan Lapangan Usaha Kelompok Primer, Sekunder, dan Tersier 107 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 7.5 Plotting Pertumbuhan Ekspor LN Jawa Barat dan Harga Mi xi

16

17 RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 sebesar 6,02% (yoy), meningkat dibanding triwulan IV 2017 sebesar 5,32% (yoy) dan triwulan I 2017 sebesar 5,29%(yoy) Realisasi inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2018 masih sejalan dengan sasaran inflasi nasional yang ditetapkan sebesar 3,5%±1% LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 meningkat dibanding triwulan IV Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat meningkat dari 5,32% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 6,02% (yoy) pada triwulan I Realisasi ini lebih tinggi dibanding rata-rata LPE triwulan I pada kurun waktu yang tercatat sebesar 5,42%. LPE triwulan I 2018 juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang tercatat sebesar 5,29%(yoy). Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan kebutuhan kampanye menjelang Pilgub dan Pilkada 2018 di 16 kota/kabupaten di Jawa Barat yang berlangsung bulan Juni 2018 serta persiapan menjelang Bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang mendorong industri melakukan front loading strategy pada triwulan I Selain itu, penyelesaian venue ASIAN Games yang ditargetkan bulan Juni 2018 akan selesai juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Dari sisi pengeluaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah dan net ekspor antar daerah. Sedangkan dari sisi lapangan usaha (LU), laju pertumbuhan mayoritas lapangan usaha di Jawa Barat khususnya lapangan usaha utama, yakni pertanian, industri pengolahan dan perdagangan turut mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2018 diperkirakan melambat dibandingkan triwulan I 2018, dengan proyeksi pertumbuhan pada rentang 5,7% - 6,1% (yoy). Namun proyeksi ini diperkirakan masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada triwulan II Dari sisi pengeluaran, perlambatan diperkirakan terjadi pada komponen investasi yang dapat menahan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan II Sementara dari sisi lapangan usaha, perkiraan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2018 disebabkan oleh melambatnya kinerja sejumlah lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan dan konstruksi. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi IHK Jawa Barat pada triwulan I 2018 sebesar 3,91% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 3,63% (yoy). Memasuki awal tahun 2018, perkembangan harga secara umum mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun lalu. Hal ini tercermin dari laju inflasi secara kumulatif dari Januari hingga Maret pada 2018 sebesar 1,49% (ytd), lebih tinggi dari 2017 yang sebesar 1,21% (ytd). Peningkatan tekanan inflasi ini disebabkan oleh tingginya kenaikan harga pada kelompok volatile food. Realisasi inflasi Jawa Barat juga tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,40% (yoy) xii STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Intermediasi perbankan terpantau dalam kondisi yang cukup baik yang tercermin dari peningkatan penyaluran kredit disertai peningkatan NPL. Sementara penghimpunan DPK melambat.. Stabilitas keuangan Jawa Barat yang tercermin salah satunya dengan kinerja perbankan terpantau dalam kondisi yang cukup baik pada triwulan I Di tengah melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit ke lokasi proyek di Jawa Barat masih tumbuh meningkat. Kredit tumbuh dari 7,81% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 9,69% (yoy) pada triwulan I Intermediasi perbankan yang antara lain dicerminkan melalui Loan to Deposit Ratio (LDR) juga tercatat meningkat menjadi 91,52%. Namun peningkatan intermediasi ini diikuti dengan meningkatnya risiko kredit atau Non Performing Loan (NPL). NPL meningkat baik untuk kredit yang disalurkan perbankan di seluruh wilayah untuk Jawa Barat (lokasi proyek) sebesar 3,41%,

18 RINGKASAN EKSEKUTIF maupun dari bank-bank yang berkantor di Jawa Barat (lokasi bank) sebesar 3,97%. Khusus pada segmen korporasi, pertumbuhan kredit juga meningkat ke level 5,61% (yoy) di tengah melambatnya penghimpunan DPK korporasi yang tumbuh sebesar 14,13% (yoy). Namun risiko kredit korporasi juga ikut meningkat dengan rasio NPL sebesar 4,80%. Hal serupa juga terjadi pada segmen rumah tangga, di mana penyaluran kredit meningkat di tengah melambatnya DPK. Walaupun risiko kredit rumah tangga ikut meningkat, namun rasio NPL-nya masih relatif rendah yakni sebesar 2,08%. Sistem pembayaran non tunai melalui SKN-BI mengalami peningkatan, sedangkan RTGS mengalami penurunan PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami peningkatan dari sisi nominal namun menurun dari sisi volume, sedangkan transaksi non tunai RTGS mengalami penurunan. Sementara itu, aktivitas transaksi keuangan secara tunai pada triwulan ini mencatatkan posisi net inflow atau dengan kata lain jumlah penyetoran uang kartal ke kas Bank Indonesia lebih tinggi dari jumlah penarikan. Jumlah KUPVA BB atau Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank yang berada di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dari 14 pada 2016 menjadi 37 KUPVA pada April Adapun perkembangan transfer dana melalui Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB) di Jawa Barat terpantau mengalami perlambatan di triwulan ini dibandingkan dengan triwulan IV PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) dan meningkatnya pangsa tenaga kerja formal.. Sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018, kondisi ketenagakerjaan Jawa Barat pada Februari 2018 juga membaik. Hal ini tercermin pada menurunnya tingkat pengangguran terbuka (TPT) dibanding Februari Selain itu pangsa tenaga kerja formal juga meningkat seiring dengan akselerasi pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang cukup tinggi. Namun terdapat indikasi penurunan kualitas tenaga kerja seiring dengan meningkatnya pangsa tenaga kerja berpendidikan rendah dan paruh waktu. Adapun tingkat kemiskinan dan ketimpangan (gini ratio) berdasarkan data September 2017 juga mengalami perbaikan dan tercatat sebagai level terendah sejak Pada triwulan III 2018, perekonomian Jawa Barat diperkirakan tumbuh lebih rendah dibanding triwulan II seiring dengan berlalunya momen Hari Raya serta Pilkada serentak. Untuk keseluruhan tahun 2018, LPE Jawa Barat diperkirakan meningkat dibanding tahun 2017 ditopang oleh berlangsungnya sejumlah event besar seperti Pilkada dan Asian Games. PRAKIRAAN PEREKONOMIAN KE DEPAN Pada triwulan III 2018, perekonomian Jawa Barat diperkirakan tumbuh lebih rendah dibanding triwulan II 2018 yakni pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy). Dari sisi pengeluaran, perlambatan khususnya disebabkan oleh melambatnya konsumsi (baik rumah tangga, LNPRT, maupun Pemerintah) seiring dengan berlalunya momentum Hari Raya serta Pilkada serentak. Di sisi lain, investasi dan net ekspor luar negeri diperkirakan masih tetap tumbuh seiring dengan berlanjutnya pembangunan infrastruktur serta prospek membaiknya perekonomian global. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan khususnya terjadi pada sejumlah lapangan usaha utama seperti pertanian, perdagangan, informasi & komunikasi, serta transportasi & pergudangan. Hal ini juga dipengaruhi oleh berlalunya efek seasonal pada triwulan II Namun kinerja industri pengolahan dan konstruksi pada triwulan III 2018 diperkirakan meningkat seiring dengan kembali normalnya hari kerja efektif setelah periode libur panjang di akhir triwulan II. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat untuk keseluhuhan tahun 2018 diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun 2017 yaitu pada kisaran 5,5% - xiii

19 RINGKASAN EKSEKUTIF 5,9% (yoy). Meningkatnya LPE Jawa Barat pada tahun 2018 terutama ditopang oleh berlangsungnya sejumlah event yang dapat memberikan multiplier effect baik pada kegiatan ekonomi maupun pendapatan masyarakat. Beberapa event dimaksud meliputi : (1) Pemilihan Gubernur Jawa Barat dan Pilkada di 16 Kab/Kota di Jawa Barat pada Juni 2018 dan (2) Asian Games 2018 yang akan dilaksanakan pada Agustus 2018 di mana Jawa Barat menjadi salah satu lokasi venue pelaksanaan. Selain itu, prospek berlanjutnya perbaikan ekonomi global turut menopang prospek peningkatan kinerja ekspor Jawa Barat. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, tekanan inflasi tahun 2018 juga diperkirakan sedikit meningkat dibanding tahun 2017 namun masih berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1%. Perkiraan meningkatnya tekanan inflasi ini terutama didorong oleh beberapa faktor meliputi : (1) prospek meningkatnya harga minyak dunia yang diperkirakan akan ditransmisikan ke kenaikan harga BBM (khususnya non subsidi); (2) adanya rencana Pemerintah untuk menaikkan batas bawah tarif angkutan udara, dari 30% dari batas atas menjadi 40% dari batas atas; serta (3) Pilkada Jabar 2018 yang diperkirakan mendorong permintaan domestik. Bank Indonesia bersamasama Pemerintah dalam forum TPI/TPID berkomitmen untuk menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1%. xiv

20 I. EKONOMI MAKRO REGIONAL INDIKATOR 2016 r) I II III IV I Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 5,66 5,29 5,35 5,20 5,32 5,29 6,02 Berdasarkan Permintaan/Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga 5,60 4,85 4,82 4,15 4,70 4,63 4,82 Konsumsi LNPRT 5,48 2,07 3,26 3,35 10,31 4,77 18,15 Konsumsi Pemerintah 3,76 4,95-6,42 1,60 1,38 0,23 4,96 PMTB 4,59 3,97 3,30 7,97 9,49 6,28 6,16 Perubahan Inventori 3,99 1,79-6,73-11,74-3,01-5,14 2,25 Ekspor 2,93 16,87 9,79 15,71 4,73 11,54 6,71 Impor 1,26 16,02 3,82 14,66 5,16 9,57 4,23 Berdasarkan Penawaran/Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,64 7,07 5,00 1,58-8,60 1,88-0,36 Pertambangan dan Penggalian -0,97 0,95 0,58-7,66-1,51-2,02-5,33 Industri Pengolahan 4,77 4,65 4,89 5,52 6,29 5,35 7,37 Pengadaan Listrik, Gas 3,37 6,40-18,53-10,66-21,81-11,42-13,44 Pengadaan Air 6,33 7,84 8,48 6,15 6,17 7,13 6,34 Konstruksi 5,02 4,08 5,35 8,58 10,49 7,24 9,79 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,41 5,45 4,76 4,26 3,93 4,58 5,24 Transportasi dan Pergudangan 8,84 4,78 6,05 1,57 7,21 4,83 2,72 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,35 9,55 8,45 8,62 6,99 8,37 7,88 Informasi dan Komunikasi 14,27 10,37 11,84 10,16 14,88 11,85 9,59 Jasa Keuangan 11,89 2,50 4,52 2,63 4,23 3,48 8,34 Real Estate 6,51 4,50 8,46 9,85 14,43 9,31 10,18 Jasa Perusahaan 8,16 7,80 7,70 7,10 11,00 8,42 11,29 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,98 0,84 0,73 8,53-8,54 0,19 1,13 Jasa Pendidikan 7,61 8,03 9,97 9,83 6,91 8,67 5,14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,48 7,73 9,06 8,02 8,72 8,38 7,59 Jasa lainnya 8,73 8,96 9,92 10,43 9,77 9,78 6,53 Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD juta) Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) Impor Nilai Impor Non Migas (USD juta) Volume Impor Non Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa Barat 124,36 125,87 127,77 127,90 128,88 128,88 130,79 Kota Bandung 125,28 126,35 128,34 128,21 129,61 129,61 131,24 Kota Bekasi 123,07 124,55 126,11 126,13 126,77 126,77 129,57 Kota Depok 124,35 126,19 128,34 128,56 129,24 129,24 130,68 Kota Bogor 126,07 128,32 129,95 130,43 131,86 131,86 133,48 Kota Sukabumi 125,09 126,87 129,26 129,13 130,22 130,22 131,70 Kota Cirebon 121,16 122,55 124,79 125,44 126,44 126,44 128,11 Kota Tasikmalaya 124,43 125,73 127,89 128,54 129,26 129,26 130,96 Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) Jawa Barat 2,73 3,37 4,31 3,87 3,63 3,63 3,91 Kota Bandung 3,93 3,21 4,15 3,67 3,46 3,46 3,87 Kota Bekasi 2,22 3,21 4,11 3,50 3,01 3,01 4,03 Kota Depok 1,87 3,49 4,43 3,98 3,93 3,93 3,56 Kota Bogor 2,70 4,34 5,15 4,87 4,59 4,59 4,02 Kota Sukabumi 2,20 3,47 5,06 4,15 4,10 4,10 3,81 Kota Cirebon 1,56 2,74 3,91 4,00 4,36 4,36 4,54 Kota Tasikmalaya 3,53 3,05 3,92 4,13 3,88 3,88 4,16 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat ( r) Angka Revisi) Ket : Data IHK menggunakan Tahun Dasar xv

21 II. PERBANKAN INDIKATOR (dalam Rp Triliun kecuali dinyatakan lain) I II III IV I Bank Umum Konvensional Total Aset 517,14 522,21 537,26 552,42 571,76 571,76 569,32 Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor* 370,65 373,56 385,12 391,95 415,47 415,47 403,65 Kredit - Lokasi Bank Pelapor 335,19 335,91 347,83 353,40 364,43 364,43 368,80 Kredit - Lokasi Proyek 521,54 522,92 537,46 548,85 559,64 559,64 571,85 Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) 90,44 89,92 90,32 90,16 87,72 87,72 91,37 Bank Umum Syariah Total Aset 41,84 42,11 43,46 44,31 46,20 46,20 45,96 Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor 29,56 29,86 31,23 32,75 33,84 33,84 34,72 Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor 30,30 30,76 31,80 32,18 32,08 32,08 32,38 Pembiayaan - Lokasi Proyek 42,09 44,03 45,66 47,56 48,00 48,00 50,04 Financing to Deposit Ratio (FDR) 102,48 103,00 101,81 98,26 94,80 94,80 93,27 Total Bank Umum Total Aset 558,98 564,32 580,71 596,73 617,96 617,96 615,28 Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor 400,21 403,42 416,35 424,70 449,31 449,31 438,37 Giro 71,50 74,42 79,77 81,15 85,80 85,80 83,30 Tabungan 174,21 168,12 179,02 178,82 193,38 193,38 187,26 Deposito 154,50 160,88 157,55 164,72 170,13 170,13 167,81 Kredit/Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor 365,49 366,67 379,63 385,57 396,51 396,51 401,19 Kredit/Pembiayaan - Lokasi Proyek** 563,63 566,94 583,12 596,41 607,64 607,64 621,89 Modal Kerja 219,90 216,61 227,29 235,58 237,74 237,74 243,53 Investasi 110,67 111,79 108,18 109,10 107,47 107,47 109,23 Konsumsi 233,06 238,55 247,66 251,73 262,42 262,42 269,13 Kredit UMKM - Lokasi Proyek 113,12 123,93 116,92 119,46 125,86 125,86 125,91 Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) 91,33 90,89 91,18 90,79 88,25 88,25 91,52 Rasio Non Performing Loan (NPL) Gross 3,24 3,26 3,61 3,38 3,19 3,19 3,41 Sumber: Bank Indonesia * Lokasi bank pelapor : pencatatan berdasarkan transaksi perbankan (baik penghimpunan dana maupun penyaluran kredit) yang dilakukan oleh bank-bank yang berkantor di Jawa Barat * Lokasi proyek : pencatatan berdasarkan realisasi kredit yang disalurkan di wilayah Jawa Barat (tidak terbatas kepada penyaluran oleh bank yang berkantor di Jawa Barat III. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH xvi INDIKATOR I II III IV I Transaksi Tunai Inflow (Rp Triliun) 88,04 21,53 14,56 30,51 17,23 83,83 22,29 Outflow (Rp Triliun) 49,40 8,34 23,32 7,65 14,71 54,02 10,38 Netflow (Rp Triliun) 38,63 13,19-8,76 22,86 2,51 29,81 11,91 Transaksi Non Tunai (Kliring) Kliring Penyerahan (Rp Triliun) 341,19 71,68 61,73 65,31 65,16 263,88 62,29 Volume e Kliring (juta lembar) 8,64 2,02 1,80 1,83 1,89 7,54 1,80 Sumber: Bank Indonesia

22 EKONOMI MAKRO REGIONAL. BAB I Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada triwulan I 2018 sebesar 6,02% (yoy), meningkat dari triwulan IV 2017 (5,32%,yoy) maupun dari triwulan I 2017 (5,29%, yoy). Dari sisi pengeluaran, peningkatan LPE Jawa Barat disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah dan net ekspor antar daerah. Dari sisi lapangan usaha (LU), LPE triwulan I 2018 didorong oleh meningkatnya lapangan usaha utama, yakni pertanian, industri pengolahan dan perdagangan. PDRB Triwulan I ,02% Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor 4,82% 4,96% 6,16% 6,71% Tw IV 2017 : 5,32% Tw IV 2017 : 4,70% Tw IV 2017 : 1,38% Tw IV 2017: 9,49% Tw IV 2017 : 4,73%

23 EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan I 2018 Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 meningkat dibanding triwulan IV Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat meningkat dari 5,32% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 6,02% (yoy) pada triwulan I Realisasi ini lebih tinggi dibanding rata-rata LPE triwulan I pada kurun waktu yang tercatat sebesar 5,42%. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan permintaan kebutuhan kampanye menjelang Pilgub dan Pilkada 2018 serta persiapan menjelang Bulan Ramadhan dan Idul Fitri mendorong industri melakukan front loading strategy 1 pada triwulan I Jika dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang tercatat sebesar 5,29%(yoy), triwulan I 2018 juga tercatat meningkat cukup tinggi dengan 6,02% (yoy). Peningkatan ini didorong oleh komponen konsumsi LNPRT, investasi serta stabilnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Sedangkan dari sisi lapangan usaha (LU), industri pengolahan dan konstruksi menjadi pendorong perekonomian triwulan I Penyelenggaraan Pilkada 2018 yang berbarengan dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada triwulan I 2018, serta persiapan penyelenggaraan ASIAN Games yang akan berlangsung pada triwulan III 2018, turut mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat. Selain itu, beberapa pembangunan infrastruktur pemerintah yang sudah dalam tahap finishing, seperti Bandara Kertajati yang direncanakan akan digunakan untuk pemberangkatan ibadah haji 2018 juga memberikan efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan dengan kawasan Jawa, LPE Jawa Barat pada triwulan I 2018 mengalami pertumbuhan paling tinggi sebesar 6,02% (yoy), sama seperti DKI Jakarta yang juga meningkat sebesar 6,02% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi kawasan Jawa ditopang oleh peningkatan pertumbuhan seluruh provinsi kecuali Jawa Timur yang melambat menjadi 5,50% (yoy) pada triwulan I 2018 (Gambar 1.1). 2 Sumber : BPS Indonesia dan Provinsi Gambar 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa (%, yoy) 1 Strategi yang dilakukan perusahaan khususnya industri manufaktur dengan memajukan jadwal produksi dari jadwal seharusnya dengan pertimbangan berkurangnya waktu kerja efektif di jadwal seharusnya

24 Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 kembali tercatat mengungguli perekonomian Nasional yang tumbuh sebesar 5,06% (Grafik 1.1). Pada triwulan I 2018, Jawa Barat masih menjadi salah satu penopang utama perekonomian nasional dengan pangsanya yang mencapai 12,97%, tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta (17,57%) dan Jawa Timur (14,55%). Adapun sumbangan PDRB Jawa Barat terhadap nasional ini mengalami peningkatan dibanding triwulan IV 2017 (12,75%), demikian halnya dengan DKI Jakarta dan Jawa Timur. Tingginya kontribusi Jawa Barat terhadap nasional disebabkan karena Jawa Barat merupakan kontributor sektor industri pengolahan terbesar terhadap nasional dengan pangsa mencapai 23,70%. Sumber : BPS Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jabar & Nasional Sumber : BPS Grafik 1.2. Share Perekonomian Kawasan Jawa Terhadap Nasional Dari sisi pengeluaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah dan net ekspor antar daerah. Peningkatan konsumsi rumah tangga didorong oleh adanya peningkatan daya beli masyarakat karena adanya kenaikan UMR di seluruh daerah di Jawa Barat sebesar 8,71% di awal tahun Konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah meningkat karena persiapan menjelang Pilgub dan Pilkada di 16 kabupaten/kota di Jawa Barat yang berlangsung bulan Juni Selain itu, yang mendorong konsumsi pemerintah meningkat juga adanya penyelesaian venue ASIAN Games yang ditargetkan akan selesai bulan Juni Komponen net ekspor antar daerah juga menunjukkan adanya peningkatan yang didorong oleh ekspor antar daerah hasil produksi industri pengolahan yang meningkat seiring dengan perlambatan impor antar daerah. Dari sisi lapangan usaha (LU), peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 didorong oleh meningkatnya laju pertumbuhan mayoritas lapangan usaha di Jawa Barat, khususnya lapangan usaha utama yakni pertanian, industri pengolahan dan perdagangan. Bergesernya masa tanam padi pada triwulan IV 2017 turut menggeser masa panen menjadi akhir triwulan I Hal ini mendorong peningkatan pertumbuhan LU pertanian pada triwulan I LU industri pengolahan dan perdagangan juga tercatat meningkat pada triwulan I 2018, hal ini seiring dengan meningkatnya konsumsi swasta yang didorong oleh masuknya masa kampanye Pilkada 2018, serta persiapan ASIAN Games

25 EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. Sisi Pengeluaran Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada triwulan I 2018 mencapai 6,02% (yoy) atau meningkat dibanding triwulan IV 2017 (5,32%, yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat ini didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat dari 4,70% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 4,82% (yoy) pada triwulan I Tak hanya konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT juga meningkat cukup tinggi, yaitu menjadi sebesar 18,15% (yoy) yang didorong oleh berlangsungnya masa kampanye Pilkada Komponen komsumsi pemerintah pun mengalami peningkatan pada triwulan I 2018 menjadi sebesar 4,96% (yoy), didorong oleh kenaikan belanja modal yang cukup signifikan pada triwulan I Selain itu, ekspor juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat pada triwulan I 2018, khususnya ekspor antar daerah yang meningkat dari 2,22% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 8,79% (yoy) pada triwulan I 2018 (Tabel 1.1). Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pengeluaran (% yoy) Komponen Penggunaan 2015 r) 2016 r) 2017* ) 2018** ) I r) II r) III r) IV* ) 2017 *) I** ) Konsumsi Rumah Tangga 5,07 5,60 4,85 4,82 4,15 4,70 4,63 4,82 Konsumsi LNPRT -8,13 5,48 2,07 3,26 3,35 10,31 4,77 18,15 Konsumsi Pemerintah 8,10 3,76 4,95-6,42 1,60 1,38 0,23 4,96 PMTB 4,16 4,59 3,97 3,30 7,97 9,49 6,28 6,16 Perubahan Inventori -16,51 3,99 1,79-6,73-11,74-3,01-5,14 2,25 Ekspor 5,46 2,93 16,87 9,79 15,71 4,73 11,54 6,71 Impor 2,20 1,26 16,02 3,82 14,66 5,16 9,57 4,23 PDRB 5,04 5,66 5,29 5,35 5,20 5,32 5,29 6,02 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi Tabel 1.2. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (% yoy) 4 Komponen Penggunaan 2015 r) 2016 r) 2017* ) 2018** ) I r) II r) III r) IV* ) 2017 *) I** ) Konsumsi Rumah Tangga 3,19 3,52 3,09 3,00 2,59 2,98 2,91 3,06 Konsumsi LNPRT -0,05 0,03 0,01 0,02 0,02 0,06 0,03 0,11 Konsumsi Pemerintah 0,43 0,21 0,21-0,33 0,08 0,10 0,01 0,21 PMTB 1,04 1,14 0,94 0,81 1,92 2,46 1,54 1,44 Perubahan Inventori -0,74 0,14 0,06-0,24-0,43-0,10-0,18 0,07 Ekspor 1,90 1,03 5,58 3,18 5,30 1,76 3,94 2,46 Dikurangi Impor 0,73 0,41 4,61 1,09 4,29 1,94 2,97 1,34 PDRB 5,04 5,66 5,29 5,35 5,20 5,32 5,29 6,02 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi Sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 masih tetap didominasi oleh konsumsi rumah tangga yang menempati posisi pertama dengan andil sebesar 3,06%. Subkomponen konsumsi makanan, minuman, selain restoran serta transportasi dan komunikasi memiliki andil terbesar. Besarnya andil konsumsi rumah tangga didorong oleh meningkatnya daya beli masyarakat seiring dengan kenaikan UMR sebesar 8,71% pada awal tahun Andil terbesar kedua adalah komponen ekspor yaitu sebesar 2,46%. Kenaikan ekspor terutama didorong oleh ekspor antar daerah dimana masuknya masa panen pada triwulan I 2018 telah mendorong ekspor antar daerah dari sisi pertanian, dimana pada triwulan I 2018 berlangsung masa panen untuk komoditas padi. Selain itu, permintaan bahan bangunan untuk persiapan venue pelaksanaan ASIAN

26 Games yang berasal dari Jawa Barat mengalami peningkatan, sehingga turut mendorong ekspor antar daerah. Andil terbesar ketiga adalah investasi yaitu sebesar 1,44%, dimana investasi bangunan masih memberikan andil terbesar. Hal ini didorong oleh beberapa proyek infrastruktur yang sudah masuk ke dalam tahap finishing, antara lain Bandara Kertajati yang akan soft launching tanggal 24 Mei Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 4,82% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,70% (yoy). Berdasarkan struktur komponen penyusunnya, konsumsi rumah tangga di Jawa Barat didominasi oleh konsumsi makanan dan minuman selain restoran dengan pangsa sebesar 41,76%, dan diikuti oleh transportasi dan komunikasi (25,93%) serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga (11,61%) (Tabel 1.3). Khusus untuk pangsa konsumsi makanan dan minuman tercatat meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Tabel 1.3. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Komponen Konsumsi Rumah Tangga 2015 r) 2016 r) 2017* ) 2018** ) 2017 *) I r) II r) III r) IV* ) I** ) Makanan dan Minuman, Selain Restoran 39,40 41,33 41,81 41,77 41,47 41,38 41,60 41,76 Pakaian dan Alas Kaki 4,19 3,97 3,92 3,85 3,91 3,95 3,91 3,90 Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga 12,11 11,74 11,56 11,72 11,85 11,79 11,73 11,61 Kesehatan dan Pendidikan 5,78 5,59 5,58 5,55 5,62 5,67 5,60 5,64 Transportasi dan Komunikasi 26,80 26,11 25,94 25,88 26,01 26,01 25,96 25,93 Restoran dan Hotel 6,02 5,88 5,82 5,84 5,82 5,89 5,84 5,85 Lainnya 5,71 5,38 5,38 5,38 5,32 5,31 5,35 5,31 Konsumsi Rumah Tangga 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI Ket: *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi Peningkatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan subkomponen konsumsi kelompok makanan dan minuman, selain restoran (dari 5,18% menjadi 5,70%) serta kelompok pakaian dan alas kaki (dari 3,41% menjadi 3,70%) (Tabel 1.4). Meningkatnya subkomponen konsumsi tersebut didorong oleh kenaikan permintaan sehubungan dengan masa kampanye yang berlangsung pada triwulan I 2018 menjelang Pilgub dan Pilkada di 16 kabupaten/kota. Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat (% yoy) 5 Komponen Konsumsi Rumah Tangga 2015 r) 2016 r) 2017* ) 2018** ) I r) II r) III r) IV* ) 2017 *) I** ) Makanan dan Minuman, Selain Restoran 6,83 6,92 6,61 6,18 5,64 5,18 5,89 5,70 Pakaian dan Alas Kaki 7,59 5,00 5,37 3,47 2,71 3,41 3,72 3,70 Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga 5,66 5,27 0,84 1,70 1,71 3,11 1,84 2,97 Kesehatan dan Pendidikan 3,00 3,27 4,42 5,11 4,15 5,82 4,88 5,08 Transportasi dan Komunikasi 4,14 5,89 4,75 4,31 3,57 4,79 4,35 4,80 Restoran dan Hotel 2,17 4,95 4,26 5,80 4,64 5,94 5,16 5,37 Lainnya 1,83 0,77 4,02 5,27 3,62 2,96 3,96 3,22 Konsumsi Rumah Tangga 5,07 5,60 4,85 4,82 4,15 4,70 4,63 4,82 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI Ket: *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

27 EKONOMI MAKRO REGIONAL Peningkatan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercermin dari peningkatan keyakinan konsumen Jawa Barat pada triwulan I 2018 dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, meningkatnya optimisme konsumen terjadi dari peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (dari 128,78 pada triwulan IV 2017 menjadi 128,93 pada triwulan I 2018) yangbterutama didorong oleh meningkatnya Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (112,54 pada triwulan IV 2017 menjadi 114,69 pada triwulan I 2018) (Grafik 1.3). Adapun peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini didorong oleh peningkatan indeks dari seluruh komponen penyusunnya, terutama indeks penghasilan saat ini dan indeks konsumsi barang kebutuhan tahan lama (Grafik 1.4). Meningkatnya indeks penghasilan saat ini diperkirakan sejalan dengan meningkatnya kegiatan usaha khususnya yang terkait dengan pemenuhan permintaan ekspor antar daerah. Selain itu, kenaikan UMR sebesar 8,71% juga turut mendorong peningkatan indeks penghasilan saat ini. Hal ini juga sejalan dengan likert scale permintaan domestik yang meningkat dari 0,26 pada triwulan IV 2017 menjadi 0,47 pada triwulan I 2018 (Grafik 1.5). Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 1.4. Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini 6 Selain itu, Survei Konsumen juga menunjukkan adanya peningkatan pada pangsa pengeluaran untuk konsumsi dari total pendapatan masyarakat (Marginal Propensity to Consume) dari 63,61% menjadi 64,85% (Grafik 1.6). Peningkatan tendensi konsumsi ini diiringi dengan menurunnya pangsa pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan (Marginal Propensity to Saving) yakni dari 21,52% menjadi 21,14%. Meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat di Jawa Barat juga tercermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang secara triwulanan mengalami peningkatan dari 1,36% (qtq) pada triwulan IV 2017 menjadi 1,86% (qtq) pada triwulan I Begitupun secara tahunan yang meningkat dari 5,79% (yoy) menjadi 5,89% (yoy) (Grafik 1.7). Berdasarkan tipe rumahnya, peningkatan IHPR secara tahunan terutama terjadi pada rumah tipe kecil dan menengah, sementara indeks harga rumah tipe besar tumbuh melambat pada triwulan I Sumber: Hasil Liaison, Bank Indonesia Grafik 1.5. Perkembangan Permintaan Domestik Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 1.6. Komposisi Penggunaan Pendapatan RT

28 2018 dan juga terjaganya nilai tukar rupiah, impor barang konsumsi terpantau tumbuh meningkat yakni dari -3,53% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 8,14% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.8). Secara spesifik, peningkatan yang paling besar terjadi pada impor barang konsumsi makanan & minuman yang telah diproses (siap konsumsi oleh rumah tangga). Hal ini sejalan dengan perkembangan konsumsi rumah tangga kelompok makanan & minuman di Jawa Barat yang meningkat pada triwulan I 2018, diimbangi oleh meningkatnya konsumsi berbagai kelompok jasa serta kebutuhan sekunder lainnya. Sumber: Survei Harga Properti Residensial, Bank Indonesia Grafik 1.7. Perkembangan Harga Properti Residensial Sumber: Bea Cukai Grafik 1.8. Perkembangan Impor Barang Konsumsi Dari indikator perbankan, pertumbuhan kredit konsumsi dan rumah tangga terpantau relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit konsumsi meningkat terbatas dari 12,60% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 12,82% pada triwulan I 2018 (Grafik 1.9). Dari kelompok kredit rumah tangga, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih memegang pangsa terbesar yakni mencapai 55,71%, diikuti kredit multiguna (30,21%) dan kredit kendaraan bermotor (14,08%). Dari segmen kredit rumah tangga, kredit kendaraan bermotor mengalami peningkatan (dari 3,92% menjadi 8,08%) sedangkan perlambatan terbatas terjadi pada kredit pemilikan rumah (dari 16,28% menjadi 15,93%) dan kredit multiguna (dari 18,45% menjadi 17,49%) (Grafik 1.10). Meningkatnya KKB juga tercermin dari kenaikan penjualan mobil pada triwulan I 2018 dengan pertumbuhan sebesar 2,88%, meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2017 yang terkontraksi 1,49%. 7 Sumber: Bank Indoensia Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Konsumsi Sumber: Bank Indonesia Grafik Perkembangan KPR, KKB dan Multiguna

29 EKONOMI MAKRO REGIONAL Konsumsi Pemerintah Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan I 2018 meningkat dibanding triwulan sebelumnya, seiring dengan persiapan Pilkada 2018 serta mulai berlangsungnya masa kampanye. Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2018 tercatat tumbuh sebesar 4,96% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,38% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah didorong oleh penyelenggaraan Pilgub dan Pilkada di 16 kabupaten/kota dimana anggaran yang disediakan mencapai Rp1,69 triliun turut mendorong kenaikan konsumsi pemerintah pada triwulan I Pada triwulan I 2018 realisasi belanja operasional Pemerintah Pusat di Jawa Barat yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, dan belanja bantuan sosial melalui APBN sebesar Rp5,54 Triliun, lebih tinggi dibanding realisasi pada triwulan I 2017 sebesar Rp5,10 Triliun. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, realisasi belanja operasional Pemerintah Pusat di Jawa Barat pada triwulan I 2018 tumbuh 8,58% (yoy), meningkat dibanding triwulan IV 2017 yang tumbuh sebesar 4,92% (yoy) (Grafik 1.11). Peningkatan ini terutama terjadi pada pertumbuhan belanja barang (dari 4,77% menjadi 30,56%), dimana pangsa belanja barang terhadap total belanja APBN di Jawa Barat pada triwulan I 2018 mencapai 41,64%. Sumber: Kanwil Perbendaharaan Jawa Barat Sumber: Biro Keuangan Pemprov Jawa Barat Grafik Realisasi Belanja Operasional Jawa Barat APBN di Grafik Realisasi Belanja Operasional Jawa Barat APBD di 8 Sama halnya dengan realisasi belanja APBN, adapun realisasi belanja operasi pemerintah daerah melalui APBD Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2018 tercatat sebesar Rp3,12 Triliun, meningkat dibanding triwulan I 2017 sebesar Rp2,68 Triliun. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan belanja operasi APBD Provinsi hingga triwulan I 2018 sebesar 16,54% (yoy), melambat dibanding triwulan IV 2017 yang tumbuh sebesar 27,50% (yoy) (Grafik 1.12). Berdasarkan komponennya, peningkatan laju pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan belanja hibah & bantuan keuangan dari 1,50% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 22,68% (yoy) pada triwulan I Adapun belanja hibah & bantuan keuangan memberikan kontribusi terbesar pada realisasi belanja Pemerintah Provinsi pada triwulan I 2018 yakni mencapai 54,94%.. Di sisi lain, perlambatan laju pertumbuhan belanja dibanding triwulan sebelumnya terjadi pada belanja pegawai (dari 162,54% menjadi 22,29%) dan belanja barang (dari 52,01% menjadi -5,04%). Hal ini akibat efek base year, khususnya pada tahun 2017 sebagai implikasi dari pengalihan wewenang dari Pemerintah Kab/Kota ke Provinsi yang meningkatkan beban belanja Pemerintah Provinsi, baik untuk belanja pegawai maupun belanja

30 barang. Secara umum, persentase realisasi belanja operasi pada APBD Pemerintah Provinsi terhadap pagunya pada triwulan I 2018 sebesar 13,25%, meningkat dibanding triwulan I 2017 sebesar 11,31% Investasi Pertumbuhan komponen Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 9,49% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 6,16% (yoy) pada triwulan I Perlambatan laju pertumbuhan investasi pada triwulan I 2018 terjadi pada investasi bangunan (dari 10,49% (yoy) menjadi 6,43% (yoy)) dan investasi non bangunan (dari 6,37% (yoy) menjadi 5,32% (yoy)) (Grafik 1.13). Meski melambat, pertumbuhan investasi bangunan ini masih tetap lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I 2017 (3,61% (yoy)). Adapun investasi di Jawa barat didominasi oleh investasi bangunan dengan pangsa sebesar 75%. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perlambatan investasi di Jawa Barat pada triwulan I 2018, antara lain: (1) banyaknya proyek infrastruktur yang sudah memasuki tahap finishing antara lain Bandara Kertajati dan venue ASIAN Games 2018; (2) telah selesainya beberapa proyek swasta dalam rangka peningkatan kapasitas dengan membangun pabrik baru di Jawa Barat. Sumber: BPS Jawa Barat Grafik Pertumbuhan Komponen Investasi Sumber: BKPM RI Grafik Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN di Jawa Barat Melambatnya laju pertumbuhan investasi tersebut juga dikonfirmasi oleh data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI yang menunjukkan bahwa pada triwulan I 2018 terjadi perlambatan terutama pada pertumbuhan realisasi PMDN di Jawa Barat. Realisasi PMDN di Jawa Barat pada triwulan I 2018 mencapai Rp4,53Triliun atau terkontraksi 50,19% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,81% (yoy). 9 Sementara itu, realisasi PMA pada triwulan I 2018 sebesar USD1,87 miliar atau tumbuh sebesar 23,26% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -6,84% (yoy) (Grafik 1.14). Secara nasional, Jawa Barat masih menjadi provinsi tujuan PMA utama, sejalan dengan banyaknya industri dan kawasan industri yang berkembang di Jawa Barat. Dukungan implementasi Paket Kebijakan Ekonomi khususnya dalam mempermudah kegiatan investasi dan pengurusan perijinan juga menjadi salah satu penarik PMA ke Jawa Barat. Terkait implementasi salah satu Paket Kebijakan yakni pendirian KLIK (Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi) di kawasan industri, secara nasional saat ini KLIK berada di 15 kawasan industri, dimana 11 KLIK

31 EKONOMI MAKRO REGIONAL tersebar berada di 11 kawasan industri di Jawa Barat. Dengan demikian, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah KLIK terbanyak secara nasional. Sumber: BKPM RI Grafik Andil Pertumbuhan PMDN ke Sektor Utama di Jawa Barat Sumber: BKPM RI Grafik Andil Pertumbuhan PMA ke Sektor Utama di Jawa Barat Di sisi PMDN, perlambatan pada triwulan I 2018 disumbang oleh mayoritas industri utama. Hal ini tercermin dari penurunan andil pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya pada industri makanan (dari 39,4% menjadi -6,0%), industri kimia (dari -1,7% menjadi -4,0%) dan real estate (dari 1,8% menjadi -4,1%) (Grafik 1.15). Namun demikian, perlambatan yang lebih dalam ditahan oleh masih meningkatnya laju pertumbuhan PMDN ke sektor konstruksi, industri elektronik dan industri kertas. Melambatnya pertumbuhan PMDN ke industri-industri utama Jawa Barat pada awal tahun diperkirakan karena investor yang pada umumnya merupakan pemodal dari industri-industri yang ada di Jawa Barat masih mengantisipasi uncertainty pada perekonomian Jawa Barat dan perekonomian nasional, karena adanya pelaksanaan Pilkada serentak pada bulan Juni Selain itu, beberapa proyek infrastruktur yang sudah dalam tahap finishing juga turut menahan pertumbuhan PMDN di Jawa Barat. Sementara itu, peningkatan PMA ke Jawa Barat disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan PMA ke hampir seluruh sektor utama. Hal ini tercermin dari peningkatan andil pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya pada real estate (dari 0,3% menjadi 5,9%), industri elektronik (dari -3,5% menjadi 35,8%), industri makanan (dari -10,3% menjadi -0,4%) dan industri karet & plastik (dari -4,5% menjadi -3,0%) (Grafik 1.16). 10 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Grafik Perkembangan Penjualan Semen di Jawa Barat Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Grafik Perkembangan Investasi Kegiatan Dunia Usaha - SKDU

32 Melambatnya perkembangan investasi pada triwulan I 2018 juga tercermin dari menurunnya penjualan semen dimana pertumbuhannya menurun dari 15,2% pada triwulan IV 2017 menjadi 9,5% pada triwulan I Menurunnya penjualan semen ini seiring dengan proyek infrastruktur di Jawa Barat yang sudah memasuki masa finishing, antara lain Bandara Kertajari yang soft launching pada bulan Mei Selain itu, dari sisi swasta, peningkatan kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru juga sudah mulai selesai pada triwulan I Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan bahwa hampir seluruh sektor mengalami perlambatan investasi yaitu industri pengolahan dan konstruksi Ekspor Impor Neraca perdagangan Jawa Barat pada triwulan I 2018 secara total mencatatkan surplus (ADHB), yakni sebesar Rp2,50 triliun, berbeda dibandingkan triwulan IV 2017 yang mengalami defisit sebesar Rp30,00 triliun. Kondisi surplus pada triwulan ini disebabkan meningkatnya net ekspor antar daerah khususnya hasil produksi industri pengolahan yang dibutuhkan oleh daerah mitra dagang utama Jawa Barat. Neraca perdagangan antar daerah ini meningkat dari defisit Rp85,64 triliun pada triwulan IV 2017 menjadi defisit Rp52,02 triliun pada triwulan I Di sisi lain, neraca perdagangan luar negeri Jawa Barat sesuai dengan karakteristiknya masih konsisten mencatatkan surplus namun melambat dibanding triwulan IV Surplus neraca perdagangan luar negeri pada triwulan I 2018 melambat dari Rp55,63 triliun menjadi Rp54,52 triliun. Adapun struktur neraca ekspor Jawa Barat pada triwulan I 2018 didominasi oleh ekspor luar negeri (53,56%). Di sisi lain, neraca impor Jawa Barat didominasi oleh impor antar provinsi (74,40%) (Tabel 1.5). Tabel 1.5. Struktur Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat (%) Komponen 2015 r) 2016 r) 2017* ) 2018** ) I r) II r) III r) IV* ) 2017 *) I** ) Ekspor Ekspor Luar Negeri 62,07 56,97 54,76 53,89 57,32 55,65 55,46 53,56 Ekspor Antar Provinsi 37,93 43,03 45,24 46,11 42,68 44,35 44,54 46,44 Impor Impor Luar Negeri 31,19 30,74 29,89 27,85 27,60 22,33 26,64 25,60 Impor Antar Provinsi 68,81 69,26 70,11 72,15 72,40 77,67 73,36 74,40 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI Ket: *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi Kinerja pertumbuhan net ekspor luar negeri tercatat menurun pada triwulan I 2018, namun sebaliknya net ekspor antar daerah pada triwulan I 2018 tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Net ekspor luar negeri Jawa Barat pada triwulan I 2018 tumbuh sebesar 26,52% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 28,58% (yoy) (Grafik 1.19). Hal ini disebabkan oleh perlambatan laju pertumbuhan ekspor luar negeri yang lebih dalam dibandingkan impor luar negeri. Di sisi lain, net ekspor antar daerah pada triwulan I 2018 tumbuh sebesar 32,08% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,46% (yoy) (Grafik 1.20). Melambatnya kinerja perdagangan luar negeri turut didorong oleh kinerja perekonomian beberapa negara/kawasan mitra dagang yang stagnan, seperti ASEAN dan Eropa. Perlambatan terjadi khususnya pada sektor industri otomotif, industri kertas dan industri elektronik. Pada net ekspor antar daerah, peningkatan didorong oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi sejumlah provinsi mitra dagang utama khususnya yang perekonomiannya berbasis SDA yaitu Kawasan Timur Indonesia sebagai 11

33 EKONOMI MAKRO REGIONAL implikasi dari meningkatnya harga komoditas global. Adapun perbaikan wilayah-wilayah berbasiskan SDA tersebut diperkirakan mendorong ekspor antar daerah untuk produk makanan & minuman (seiring dengan membaiknya pendapatan masyarakat setempat) serta alat angkutan (sebagai barang modal untuk industri pertambangan/penggalian) dari Jawa Barat. Sumber: BPS Grafik Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Jawa Barat Sumber: BPS Grafik Perkembangan Neraca Perdagangan Dalam Negeri Jawa Barat Ekspor-Impor Antar Daerah 12 Pertumbuhan ekspor antar daerah pada triwulan I 2018 sebesar 8,79% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,22%. Dari sisi nominal, ekspor antar daerah juga tercatat meningkat dari Rp54,02 triliun pada triwulan IV 2017 menjadi Rp55,83 triliun pada triwulan I Peningkatan ini terutama didorong oleh membaiknya kondisi perekonomian dari wilayah mitra dagang. Data impor antar daerah menunjukkan adanya beberapa mitra dagang yang Sumber: BPS Grafik Impor Antar Daerah Mitra Dagang Jawa Barat pertumbuhannya meningkat, antara lain DKI Jakarta (Grafik 1.21). Persiapan venue untuk penyelenggaraan ASIAN Games di DKI Jakarta yang membutuhkan bahan bangunan mendorong industri pengolahan meningkat, khususnya di Jawa Barat yang memiliki pangsa industri pengolahan terbesar secara nasional. Di sisi lain, impor antar daerah juga menunjukkan adanya peningkatan dari 11,78% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 13,13% (yoy) pada triwulan I Namun secara nominal, impor antar daerah menunjukkan adanya penurunan dari Rp 91,03 triliun menjadi Rp71,34 triliun. Dengan meningkatnya ekspor dan menurnnya impor antar daerah, secara keseluruh net ekspor antar daerah meningkat lebih tinggi pada triwulan II 2018.

34 Ekspor-Impor Luar Negeri Ekspor Luar Negeri Pertumbuhan ekspor luar negeri Jawa Barat pada triwulan I 2018 melambat yakni dari 6,71% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 5,12% (yoy) pada triwulan I Hal ini tercermin dari nilai ekspor barang FOB (freight on board) pada triwulan ini yang melambat dari 15,5% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 7,8% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.22). Namun, pertumbuhan volume ekspor barang FOB tercatat meningkat dari -7,3% pada triwulan IV 2017 menjadi 10,3% pada triwulan I Melambatnya pertumbuhan ekspor luar negeri ini Sumber: Bea Cukai Grafik Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Jawa Barat didorong oleh Indeks Harga Ekspor yang melambat dalam jangka menengah, serta melambatnya kinerja perekonomian beberapa mitra dagang Jawa Barat, seperti Eropa, Jepang dan Tiongkok. Sumber: Bea Cukai Grafik Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat Sumber: Bea Cukai Grafik Pertumbuhan Ekspor Industri Pengolahan Jawa Barat Berdasarkan pangsanya, komoditas ekspor terbesar dari Jawa Barat pada triwulan I 2018 adalah dari subkelompok Tekstil dan Produk Tekstil (19,30%), diikuti oleh Kendaraan (16,71%), Elektronik (16,69%), dan Kimia (7,43%) (Grafik 1.23). Industri TPT masih menjadi pengekspor utama, khususnya dikarenakan pada triwulan I terdapat perusahaan swasta yang cukup besar di Jawa Barat yang meningkatkan kapasitas produksinya melalui pembangunan pabrik baru. Di sisi lain, industri otomotif mengalami penurunan pangsa dibandingkan dengan kondisi pada triwulan IV Sementara itu, pangsa industri elektronika meningkat dan hampir menggeser posisi kedua industri otomotif sebagai pangsa terbesar ekspor. 13 Secara pertumbuhan, seluruh subsektor industri pengolahan mengalami perlambatan. Industri yang mengalami perlambatan terdalam adalah industri otomotif (dari 35,1% menjadi 4,4%), industri kertas (dari 56,2% menjadi 35,1%) dan industri elektronik (dari 30,3% menjadi 16,6%). Khusus untuk industri otomotif, melambatnya kinerja industri otomotif diperkirakan karena masih kurang akomodatifnya kebijakan pemerintah dalam mendukung industri otomotif untuk tetap tumbuh. Menurut Gaikindo, beberapa hal yang Pemerintah perlu

35 EKONOMI MAKRO REGIONAL perhatikan untuk mendorong industri otomotif dalam meningkatkan ekspor mobil antara lain mengembangkan industri pendukung (suku cadang), mempromosikan tax-holiday sebagai insentif untuk merangsang produksi sedan di Indonesia, pembenahan infrastruktur terutama akses ekspor-impor di jalan raya dan pelabuhan, serta road map yang tegas dari Standar Emisi Euro 2 menuju pelaksanaan Standar Emisi Euro 4. Sumber: Bea Cukai Grafik Ekspor Jawa Barat ke Negawa/Kawasan Tujuan Utama Sumber: Markit Economics, Tiongkok Logistics Information Center, dan Nomura/JMMA Grafik Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang Utama 14 Sementara itu dari sisi negara tujuan, melambatnya pertumbuhan ekspor luar negeri terjadi ke semua negara mitra dagang utama dengan perlambatan terdalam pada ekspor ke ASEAN. Nilai ekspor barang FOB dari Jawa Barat ke ASEAN, Amerika Serikat, dan Eropa tercatat masing-masing sebesar USD1.899 juta, USD1.191 juta dan USD953 juta. Pertumbuhan ekspor ke ASEAN melambat dari 25,34% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 14,15% pada triwulan I 2018 (Grafik 1.25). Selanjutnya, pertumbuhan ekspor Jawa Barat ke Amerika Serikat juga melambat dari -2,82% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi -8,07% (yoy) pada triwulan I Sama halnya dengan ASEAN dan Amerika Serikat, Eropa juga mengalami perlambatan pada triwulan I 2018 dengan tumbuh dari 13,65% (yoy) menjadi 8,12% (yoy). Melambatnya permintaan dari mitra dagang utama ini sejalan dengan perkembangan Purchasing Manager Index (PMI) yang menurun dibanding triwulan sebelumnya. Adapun PMI Eropa menurun dari 59,73 pada triwulan IV 2017 menjadi 58,27 pada triwulan I 2018, begituppun PMI Tiongkok menurun dari 51,67 menjadi 51,03 (Grafik 1.26). Namun demikian PMI dari mayoritas negara mitra dagang utama Jawa Barat saat ini masih berada di atas level 50 yang menandakan adanya ekspansi di sektor manufaktur. Impor Luar Negeri Pertumbuhan impor luar negeri Jawa Barat juga mengalami perlambatan seiring dengan ekspor yang melambat, yakni dari -8,43% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi -9,94% (yoy) pada triwulan I Di sisi lain, pertumbuhan impor barang CIF juga mengalami perlambatan yakni dari 5,3% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi -3,0% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.27). Hal ini terjadi seiring dengan depresiasi terbatas Rupiah pada triwulan I 2018 sebesar 0,27% (qtq) dan kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga kebijakannya (FFR) pada bulan Maret 2018 (Grafik 1.28). Pada triwulan I 2018, industri masih belum optimal melakukan pembelian barang modal melalui impor, karena masih menggunakan stock tahun lalu.

36 Sumber: Bank Indonesia Grafik Perkembangan Nilai dan Volume Impor Jawa Barat Sumber: Bank Indonesia Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (USD/IDR) 1.2 Sisi Lapangan Usaha Perekonomian Jawa Barat dari sisi lapangan usaha masih ditopang terutama oleh industri pengolahan, meskipun terlihat ada peningkatan pada sektor tersier seperti informasi dan komunikasi serta jasa -jasa. Pada triwulan I 2018, pangsa industri pengolahan mencapai 42,58%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (43,02%) akibat peningkatan kinerja pertanian yang lebih besar. Selain industri pengolahan, lapangan usaha utama Jawa Barat lainnya adalah perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor serta pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan pangsa masing-masing sebesar 14,78% dan 9,16%. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2017 didorong oleh kinerja ketiga lapangan usaha utama, yakni industri pengolahan; perdagangan besar & eceran; serta pertanian, kehutanan & perikanan (Tabel 1.6). Hal ini sejalan dengan menguatnya permintaan domestik didorong oleh beberapa event yang tengah berlangsung seperti masa kampanye menjelang Pilkada serentak dan persiapan Asian Games Periode Ramadhan serta libur Lebaran yang berlangsung pada triwulan II 2018 diperkirakan juga mendorong pelaku usaha industri pengolahan menerapkan front loading strategy proses produksinya ke triwulan I Selain itu, membaiknya kinerja beberapa provinsi mitra dagang akibat kenaikan harga komoditas global juga berdampak kepada meningkatnya permintaan antar daerah. Di sisi lain, terdapat tujuh lapangan usaha yang mengalami perlambatan laju pertumbuhan, antara lain konstruksi; transportasi & pergudangan; dan informasi dan komunikasi. Hal ini diperkirakan sejalan dengan efek seasonal berlalunya momen libur akhir tahun pada triwulan IV

37 EKONOMI MAKRO REGIONAL Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy) 2018**) 2015 r) 2017 *) Lapangan Usaha 2016 r) 2017 *) I r) II r) III r) IV r) I Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,16 5,64 7,07 5,00 1,58-8,60 1,88-0,36 Pertambangan dan Penggalian 0,41-0,97 0,95 0,58-7,66-1,51-2,02-5,33 Industri Pengolahan 4,39 4,77 4,65 4,89 5,52 6,29 5,35 7,37 Pengadaan Listrik, Gas -6,80 3,37 6,40-18,53-10,66-21,81-11,42-13,44 Pengadaan Air 5,88 6,33 7,84 8,48 6,15 6,17 7,13 6,34 Konstruksi 6,43 5,02 4,08 5,35 8,58 10,49 7,24 9,79 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi Berdasarkan sumber pertumbuhan, lapangan usaha industri pengolahan masih menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar yakni 3,19% dan meningkat dibanding triwulan sebelumnya (Tabel 1.8). Hal ini sejalan dengan laju pertumbuhannya yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Kontribusi terbesar berikutnya adalah LU perdagangan besar & eceran serta konstruksi masing-masing sebesar 0,80% dan 0,76%. LU perdagangan besar & eceran meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,63%. Namun LU konstruksi menurun dari 0,90% pada triwulan IV ,71 4,41 5,45 4,76 4,26 3,93 4,58 5,24 Transportasi dan Pergudangan 9,19 8,84 4,78 6,05 1,57 7,21 4,83 2,72 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,10 9,35 9,55 8,45 8,62 6,99 8,37 7,88 Informasi dan Komunikasi 16,31 14,27 10,37 11,84 10,16 14,88 11,85 9,59 Jasa Keuangan 7,36 11,89 2,50 4,52 2,63 4,23 3,48 8,34 Real Estate 5,46 6,51 4,50 8,46 9,85 14,43 9,31 10,18 Jasa Perusahaan 8,15 8,16 7,80 7,70 7,10 11,00 8,42 11,29 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,53 2,98 0,84 0,73 8,53-8,54 0,19 1,13 Jasa Pendidikan 10,17 7,61 8,03 9,97 9,83 6,91 8,67 5,14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 14,14 9,48 7,73 9,06 8,02 8,72 8,38 7,59 Jasa lainnya 8,96 8,73 8,96 9,92 10,43 9,77 9,78 6,53 PDRB 5,05 5,66 5,29 5,35 5,20 5,32 5,29 6,02 Tabel 1.7. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%) 16 Lapangan Usaha 2015 r) Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, (diolah) Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi 2017 **) 2018**) I r) II r) III r) IV r) 2017 **) I Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,01 0,43 0,55 0,43 0,13-0,51 0,14-0,03 Pertambangan dan Penggalian 0,01-0,02 0,02 0,01-0,17-0,03-0,04-0,11 Industri Pengolahan 1,92 2,07 2,02 2,11 2,34 2,73 2,30 3,19 Pengadaan Listrik, Gas -0,04 0,02 0,03-0,08-0,05-0,11-0,05-0,07 Pengadaan Air 0,00 0,00 0,01 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 Konstruksi 0,52 0,41 0,32 0,43 0,69 0,90 0,59 0,76 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,59 0,70 0,83 0,73 0,67 0,63 0,71 0,80 Transportasi dan Pergudangan 0,41 0,41 0,23 0,28 0,08 0,34 0,23 0,13 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,19 0,23 0,24 0,21 0,22 0,18 0,21 0,21 Informasi dan Komunikasi 0,51 0,50 0,39 0,44 0,37 0,57 0,44 0,38 Jasa Keuangan 0,18 0,29 0,07 0,12 0,07 0,11 0,09 0,21 Real Estate 0,06 0,07 0,05 0,10 0,11 0,16 0,11 0,12 Jasa Perusahaan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,05 0,04 0,05 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2016 *) 0,11 0,06 0,02 0,02 0,16-0,18 0,00 0,02 Jasa Pendidikan 0,26 0,20 0,22 0,27 0,26 0,19 0,24 0,15 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,10 0,07 0,06 0,07 0,06 0,07 0,06 0,06 Jasa lainnya 0,17 0,17 0,19 0,20 0,21 0,21 0,20 0,14 PDRB 5,05 5,66 5,29 5,35 5,20 5,32 5,29 6,02

38 Industri Pengolahan Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 terutama didorong oleh pertumbuhan industri pengolahan yang meningkat cukup signifikan, yakni dari 6,29% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 7,37%. Pertumbuhan industri pengolahan pada periode ini juga tercatat sebagai yang tertinggi sejak tahun Kinerja positif ini diperkirakan didororong oleh meningkatnya permintaan baik domestik maupun eksternal. Masih kuatnya permintaan eksternal sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi global khususnya dari sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat, Eropa, dan ASEAN. Hal ini juga ditunjukkan melalui penguatan Purchasing Manager Index (PMI) sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang (Grafik 1.29). Dari sisi domestik, perkiraan banyaknya periode libur selama triwulan II 2018 baik selama Hari Raya Idul Fitri maupun Pilkada serentak diperkirakan mendorong pelaku industri untuk menerapkan front loading strategy atau mempercepat kegiatan produksinya pada triwulan I Hal ini tercermin dari peningkatan pertumbuhan baik pada impor bahan baku (dari -6,47% menjadi -0,93%) maupun impor barang modal (dari -18,44% menjadi -7,11%) (Grafik 1.30). Sumber : Markit Economics, Tiongkok Logistics Information Center, dan Nomura/JMMA Grafik 1.29 Purchasing Managers index (PMI) Mitra Dagang Grafik 1.30 Impor Bahan Baku & Barang Modal Sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan kredit pada triwulan I 2018, kredit ke LU industri pengolahan juga tumbuh meningkat. Pertumbuhan kredit industri pengolahan meningkat dari -4,54% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 1,31% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.31). Hal ini turut dipengaruhi oleh NPL industri pengolahan yang juga menurun menjadi 5,14% (Grafik 1.32). 17 Grafik 1.31 Kredit untuk Industri Pengolahan Lokasi Proyek di Jawa Barat Grafik 1.32 Rasio NPL Kredit Industri Pengolahan

39 EKONOMI MAKRO REGIONAL Hal ini juga didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI yang menunjukkan peningkatan prompt manufacturing index (PMI) pada triwulan I 2018 yang didorong oleh meningkatnya komponen total karyawan serta volume produksi (Grafik 1.33). Survei produksi yang dilakukan oleh BPS Jawa Barat juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan produksi industri besar sedang (dari 7,43% (yoy) menjadi 16,60% (yoy) pada triwulan I Beberapa industri yang mengalami peningkatan produksi adalah industri peralatan listrik, industri minuman, industri barang logam, dan industri elektronik (Grafik 1.34) Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI Grafik 1.33 Prompt Manufacturing Index (PMI) Industri Pengolahan Jawa Barat Sumber: BPS, diolah oleh staf BI Grafik 1.34 Perkembangan Produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) di Jawa Barat Tabel 1.8. Pertumbuhan Industri Besar Sedang (yoy) Jenis Industri Tw IV'17 Tw I'18 Δ 18 Industri Peralatan Listrik 3,88 35,42 31,54 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional -2,21 22,02 24,23 Industri Minuman 12,11 36,28 24,17 Industri Barang Logam, Bukan Mesin, dan Peralatannya 3,46 19,21 15,75 Industri Kertas dan Barang dari Kertas 0,43 14,09 13,66 Industri Komputer, Barang Elektronik, dan Optik 8,01 21,19 13,18 Industri Mesin dan Peralatan YTDL 7,65 19,13 11,48 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki -8,46 0,17 8,63 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 8,45 13,98 5,53 Industri Tekstil 2,80 8,20 5,40 Industri Pakaian Jadi 2,92 7,12 4,20 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furniture) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan, dan Sejenisnya Sumber: BPS Jawa Barat, (diolah) 8,50 6,85-1,65 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 7,37 5,03-2,34 Industri Furnitur 7,93 4,45-3,48 Industri Makanan 1,50-4,28-5,78 Total 7,43 16,6 9, Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Motor Perdagangan besar-eceran dan reparasi yang merupakan lapangan usaha terbesar kedua di Jawa Barat juga tumbuh meningkat dari 3,93% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 5,24% (yoy) pada triwulan I Meningkatnya kinerja lapangan usaha ini sejalan dengan peningkatan konsumsi rumah tangga di sisi pengeluaran, yakni pada sub komponen konsumsi makanan & minuman serta pakaian & alas kaki. Mulai dimasukinya masa kampanye menjelang Pilkada serentak pada Juni 2018 diperkirakan turut menjadi faktor meningkatnya kinerja perdagangan.

40 Berdasarkan Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama (Durable Goods) meningkat dari 114,44 pada triwulan IV 2017 menjadi 116,66 pada triwulan I 2018 (Grafik 1.35). Hal ini turut mengindikasikan peningkatan perdagangan untuk jenis barang-barang kebutuhan tahan lama. Selain itu, Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia juga menunjukkan adanya peningkatan indeks penjualan riil (IPR) untuk sejumlah kelompok barang, yakni suku cadang & aksesori; pakaian & perlengkapan; serta peralatan komunikasi (Grafik 1.36). Sumber: Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia Grafik 1.35 Indeks Konsumsi Durable Goods Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia Grafik 1.36 Indeks Penjualan Riil Meningkatnya kinerja LU perdagangan juga tercermin dari pertumbuhan impor barang konsumsi yang meningkat dari -3,5% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 8,1% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.37). Peningkatan khususnya terjadi pada impor makanan & minuman serta impor barang yang bersifat non-durable serta semi-durable. Di sisi domestik, diperkirakan terjadi peningkatan pada perdagangan kendaraan bermotor yang ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan kredit kendaraan bermotor (KKB) dari 3,94% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 8,08% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.38). Grafik 1.37 Impor Barang Konsumsi Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Rumah Tangga Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan juga mengalami peningkatan yakni dari tumbuh -8,60% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi -0,36% (yoy) pada triwulan I Hal ini seiring dengan mulai berlangsungnya masa panen pada akhir triwulan I Selain itu, produksi tanaman pangan komoditas padi diperkirakan membaik setelah sempat memburuk akibat serangan hama wereng pada akhir tahun 2017.

41 EKONOMI MAKRO REGIONAL Meningkatnya kinerja pertanian juga terpantau dari hasil SKDU BI yang menunjukkan adanya peningkatan baik pada kegiatan usaha, penggunaan tenaga kerja, serta investasi di LU pertanian (Grafik 1.39). Peningkatan ini khususnya terjadi pada sub kelompok tanaman pangan, peternakan, dan perikanan (Grafik 1.40). Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Grafik 1.39 SKDU Pertanian Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Grafik 1.40 Kapasitas Produksi Sub Kelompok Pertanian Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan kredit pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit pada lapangan usaha pertanian meningkat dari 15,41% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 16,26% pada triwulan I 2018 (Grafik 1.41). Namun meningkatnya pertumbuhan kredit tersebut juga diikuti oleh meningkatnya risiko kredit yakni NPL dari 2,73% menjadi 3,50% (Grafik 1.42). Grafik 1.41 Perkembangan Kredit Pertanian Grafik 1.42 Perkembangan NPL Kredit Pertanian Konstruksi 20 Di tengah meningkatnya laju pertumbuhan ketiga lapangan usaha utama, pertumbuhan lapangan usaha kontruksi melambat dari 10,49% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 9,79% (yoy) pada triwulan I Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh efek seasonal masih terbatasnya proyek konstruksi Pemerintah Daerah di awal tahun seiring dengan masih berlangsungnya proses lelang proyek. Selain itu, kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi di awal tahun juga menghambat kegiatan konstruksi di sejumlah wilayah. Adapun proyek Pelabuhan Patimban yang ditargetkan mulai konstruksi pada Januari 2018 kemudian dimundurkan menjadi Juni Sejalan dengan masih terbatasnya kegiatan konstruksi di awal tahun, pertumbuhan penjualan semen di Jawa Barat juga melambat yakni dari 16,8% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 9,5% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.43). Sejalan dengan hal tersebut, hasil SKDU BI juga menunjukkan adanya penurunan baik pada

42 kegiatan usaha, penggunaan tenaga kerja serta kegiatan investasi pada lapangan usaha konstruksi (Grafik 1.44). Sumber : Kemenperin dan Kemendag (diolah) Grafik 1.43 Penjualan Semen Jawa Barat Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Grafik 1.44 SKDU Konstruksi Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan pembiayaan perbankan untuk lapangan usaha konstruksi juga tumbuh melambat yakni dari 21,97% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 21,77% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.45). Hal ini terjadi di tengah menurunnya risiko kredit atau NPL konstruksi dari 3,4% menjadi 3,3% (Grafik 1.46). Masih relatif lambatnya kegiatan konstruksi di awal tahun diperkirakan menjadi faktor utama lambatnya pertumbuhan kredit konstruksi pada triwulan I Grafik 1.45 Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.46 Perkembangan NPL Kredit Konstruksi Melambatnya kegiatan konstruksi diperkirakan juga sebagai bentuk respon terhadap permintaan KPR yang masih relatif stagnan. Penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh melambat dari 16,28% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 15,92% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.47). Perlambatan ini khususnya terjadi pada rumah tipe menengah dan besar. Perlambatan penyaluran KPR ini antara lain juga dipengaruhi risiko kredit atau NPL KPR yang juga terpantau meningkat dari 2,47% menjadi 2,62% pada triwulan I 2018 (Grafik 1.48). 21

43 EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.47 Perkembangan Penyaluran KPR Per Tipe Grafik 1.48 Perkembangan NPL KPR 22 Tracking Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2018 Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2018 diperkirakan melambat dibandingkan triwulan I 2018, dengan perkiraan pertumbuhan pada rentang 5,7% - 6,1% (yoy). Namun diperkirakan masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II Dari sisi pengeluaran, perlambatan diperkirakan terjadi pada komponen investasi yang sedikit menahan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan II Sementara dari sisi lapangan usaha, diperkirakan tertahan oleh melambatnya lapangan usaha industri pengolahan dan konstruksi. Perkiraan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2018 ditahan oleh beberapa faktor antara lain: 1. Berlangsungnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri, menahan kinerja konstruksi dan industri pengolahan karena banyaknya hari libur. 2. Kecenderungan perilaku investor yang wait and see menjelang pelaksanaan Pilgub dan Pilkada pada triwulan II Kenaikan tarif cukai rokok pada awal tahun 2018 dengan rata-rata kenaikan sebesar 10,04% diperkirakan akan mempengaruhi daya beli masyarakat pada triwulan II Kenaikan harga minyak dunia yang berpengaruh terhadap harga BBM dalam negeri pada awal tahun juga turut menahan daya beli masyarakat. 5. Perkiraan peningkatan FFR sebanyak 3-4 kali selama 2018 yang akan mempengaruhi kestabilan nilai tukar, turut berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang berpotensi mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2018, yakni: 1. Kecenderungan peningkatan konsumsi selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri, ditambah lagi dengan penyelenggaraan Pilkada di triwulan II Konsumsi Pemerintah diperkirakan meningkat karena pelaksanaan Pilgub Jawa Barat dan Pilkada 16 kabupaten/kota di Jawa Barat. 3. Persiapan venue ASIAN Games yang dijadwalkan selesai pada bulan Juni 2018 mendorong konsumsi pemerintah dan lapangan usaha perdagangan meningkat pada triwulan II Berlanjutnya perbaikan pertumbuhan ekonomi global serta adanya perkiraan kenaikan harga komoditas global akan mendorong ekspor luar negeri Jawa Barat.

44 5. Terus membaiknya kinerja ekonomi negara mitra dagang utama, dimana pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan India diperkirakan meningkat pada tahun Kinerja lapangan usaha industri pengolahan dan pertanian diperkirakan akan terdorong seiring dengan persiapan masa Pilkada dan masa panen yang masih berlangsung hingga triwulan II Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Sisi Pengeluaran Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 1.49 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat Sumber : BPS Jawa Barat, diolah Grafik Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Jawa Barat Perkiraan meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2018 diperkirakan didorong oleh berlangsungnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta pelaksanaan Pilkada Hal ini tercermin dari optimisme ekspektasi konsumen berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat pada triwulan II 2018 sebesar 143,6 meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 143,2 (Grafik 1.49). Perkiraan ini juga sejalan dengan Indeks Tendensi Konsumen yang dikeluarkan oleh BPS yang memperkirakan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan II 2018 sebesar 117,45 meningkat dibanding realisasi ITK triwulan I 2018 sebesar 110,19 (Grafik 1.50). Pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan II 2018, hal ini diperkirakan karena adanya penyelenggaraan Pilkada serta masih terus berlangsungnya revitalisasivenue untuk ASIAN Games Adanya revitalisasi venue untuk pelaksanaan 7 cabang olah raga ASIAN Games diperkirakan akan mendorong konsumsi pemerintah pada triwulan II Selain itu, pelaksanaan Pilgub Jawa Barat dan Pilkada 16 kabupaten/kota di Jawa Barat juga mendorong konsumsi pemerintah yang lebih tinggi. Hal ini antara lain tercermin dari realisasi belanja Pemerintah baik Provinsi maupun kab/kota (sumber : situs TEPRA) yang pada bulan April realisasinya mencapai 14,68%. 23 Pertumbuhan investasi diperkirakan mengalami perlambatan pada triwulan II 2018 dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan karena adanya perilaku wait and see pada investor akibat berlangsungnya Pilgub dan Pilkada di 16 kabupaten/kota di Jawa Barat pada bulan Juni Selain itu, investasi bangunan juga diperkirakan menurun karena berlangsungnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri, dimana jumlah hari kerja efektif lebih sedikit dibanding triwulan I 2018 sehingga menahan progress pekerjaan lebih baik. Dari sisi swasta, beberapa pembangunan pabrik baru juga telah terealisasi pada tahun 2017, sehingga akselerasi investasi swasta pada triwulan II 2018 juga diperkirakan melambat.

45 EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekspor luar negeri diperkirakan meningkat pada triwulan II Perkiraan peningkatan ini seiring dengan keputusan pemerintah terkait periode libur Lebaran tahun 2018 (10 hari) yang lebih panjang dibanding tahun Namun, untuk meminimalisir dampak negatif pada perekonomian, Pemerintah juga mengeluarkan 8 poin keputusan untuk memastikan kegiatan ekonomi tertentu seperti pelabuhan dan bandara tetap berjalan kondusif. Selain dari sisi suplai, permintaan global diperkirakan meningkat tercermin dari peningkatan Prompt Manufacture Index (PMI) negara mitra dagang hingga triwulan II 2018 (hingga bulan April) antara lain Amerika Serikat dan Jepang. Pertumbuhan impor pada triwulan II 2018 diperkirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan melambatnya lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan II, maka impor bahan baku industri diperkirakan juga menurun. Selain itu, perlambatan impor turut disebabkan oleh nilai tukar rupiah yang sedang terdepresiasi. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II Sisi Lapangan Usaha Dari sisi lapangan usaha (LU), melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2018 diperkirakan disebabkan oleh melambatnya kinerja sejumlah lapangan usaha utama. Beberapa lapangan usaha utama tersebut adalah industri pengolahan dan konstruksi. Selain itu, kinerja sejumlah lapangan usaha berbasis jasa juga diperkirakan melambat, yakni real estate, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya. Hal ini dikarenakan oleh faktor seasonal yakni berlangsungnya periode libur Lebaran yang seluruhnya berlangsung pada triwulan II 2018 dan dengan durasi yang lebih panjang dibanding tahun 2017 (mencapai 10 hari berdasarkan keputusan Pemerintah). Selama periode libur tersebut beberapa aktivitas akan tertahan, seperti kegiatan produksi manufaktur maupun konstruksi. 24 Lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan II 2018 diperkirakan tumbuh pada rentang 6,5% - 6,9% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini terutama dipengaruhi oleh berlangsungnya momen libur Lebaran yang lebih panjang dibanding triwulan sebelumnya sehingga kegiatan produksi praktis terhenti lebih lama. Selain itu, berdasarkan historis umumnya lalu lintas kendaraan tonase besar atau truk diwajibkan berhenti pada H-7 lebaran sehingga semakin menghambat proses pengiriman barang produksi manufaktur untuk diekspor. SKDU BI juga memperkirakan penurunan kegiatan usaha lapangan usaha industri pengolahan yakni dari SBT 8,12% pada triwulan I 2018 menjadi SBT 8,03% pada triwulan II Lapangan usaha kontruksi pada triwulan II 2018 diperkirakan tumbuh pada rentang 5,5% - 5,9% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini juga didorong oleh faktor yang sama, yakni panjangnya periode libur Lebaran dimana kegiatan konstruksi akan ikut berhenti. Selain itu, menjelang Pilkada diperkirakan Pemerintah Daerah cenderung menahan belanjanya termasuk belanja modal mengantisipasi uncertainty. Di sisi lain, pertumbuhan lapangan usaha pertanian diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yakni pada rentang 2,1% - 2,5% (yoy). Hal ini sejalan dengan berlangsungnya puncak panen raya tanaman padi pada April Selain itu, kondisi cuaca dan curah hujan yang netral pada triwulan II 2018 juga mendukung peningkatan produktivitas tanaman hortikultura. SKDU BI juga memperkirakan peningkatan

46 kegiatan usaha lapangan usaha pertanian yakni dari SBT 4,87 pada triwulan I 2018 menjadi SBT 7,00 pada triwulan II Pertumbuhan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran juga diperkirakan kembali meningkat dibanding triwulan sebelumnya, yakni pada rentang 6,1% - 6,5% (yoy). Hal ini didorong oleh momentum Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri serta pelaksanaan Pilkada serentak di akhir Juni 2018 yang diperkirakan mendongkrak kegiatan konsumsi dan perdagangan. 25

47 EKONOMI MAKRO REGIONAL BOKS 1 PT BUMR PANGAN TERHUBUNG PENINGKATAN EFISIENSI PT BUMR Pangan Terhubung merupakan badan usaha yang bergerak di bidang pengembangan pertanian yang berada di Kota Sukabumi dengan berbasis teknologi. PT. BUMR Pangan Terhubung memiliki terhadap efisiensi produksi dan pasca panen, BUMR ini membantu petani dari mulai pembiayaan, perencanaan penanaman, input hasil pertanian untuk petani, produksi pasca panen hingga pemasaran yang teroganisir melalui teknologi aplikasi ipangan. 26 mengembangkan budidaya pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, hingga di tahun 2016 menjadi PT BUMR Pangan Terhubung sebagai kekuatan ekonomi baru yang bersifat inklusif. Fokus dari BUMR ini adalah yang fokus pengembangan dibidang pangan. Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) adalah solusi terhadap kelemahan struktural koperasi, usaha kecil dan mikro untuk menjadi lembaga pelaku ekonomi yang memiliki posisi yang sejajar dengan badan-badan usaha lain sesuai dengan strategi pemberdayaan ekonomi Pancasila. Tujuan dari didirikannya PT BUMR Pangan Terhubung adalah: 1. Persediaan pangan yang cukup bagi masyarakat; 2. Penyediaan pembiayaan yang terjangkau bagi petani dan pedagang kecil; 3. Transparansi, akuntabilitas, dan suistainability pengadaan pangan oleh petani dan pedagang kecil; 4. Profesionalisme pengelolaan produksi dan pembiayaan kegiatan petani dan pedagang kecil; 5. Pengelolaan ekonomi keluarga petani dan pedagang kecil yang lebih baik; dan 6. Sinergi petani, UKM, LKM dan BUMR berbasis teknologi IT. BUMR ini terbangun dari modal pribadi pendirinya. Saat ini BUMR Pangan beranggotakan ±1.235 petani dengan mayoritas anggota adalah petani penggarap lahan (bukan petani pemilik lahan). Pengelola BUMR Pangan berjumlah 47 orang. Lahan pertanian BUMR mencapai ±1.000 Ha yang tersebar di Kab. Sukabumi, Kota Sukabumi, dan Kab. Cianjur. Secara umum, terdapat empat program unggulan yang dimiliki oleh PT BUMR Terhubung seperti pemberian pinjaman (budi daya tanaman padi) tanpa bunga bagi petani yang telah menjadi anggota, dibayar panen Gabah Kering Panen (GKP), pendampingan petani, dan asuransi gagal panen (puso). Berdasarkan model bisnis yang dimiliki PT BUMR Pangan Terhubung, terdapat 5 (lima) peran yang dilakukan BUMR yaitu :

48 Gambar 1. Model Bisnis BUMR Pangan a. Agregator (on farm), yaitu melakukan konsolidasi dengan para petani, melakukan pendampingan kepada petani, memberikan input (bibit, obat, pupuk) dan memberikan kredit pembudidayaan tanpa kolateral. Dalam proses pra tanam, terdapat alat yaitu Automatic Rain Gauge (ARG) yang terdapat di beberapa wilayah yang berfungsi untuk mendeteksi curah hujan dan kelembaban tanah di daerah tersebut secara otomatis. Dari alat tersebut bisa dipetakan jenis padi, waktu tanam serta kebutuhan air yang dibutuhkan untuk proses tanam suatu daerah. Alat ARG tersebut akan mengirimkan data ke server, dan kemudian diolah di Big Data, dan pengguna dapat melakukan monitoring melalui aplikasi ipangan. 27 Gambar 2. Automatic Rain Gauge (ARG) b. Intregator (off farm), yaitu kegiatan pasca panen dimana hasil panen petani akan dibeli oleh koperasi, setelah itu koperasi akan melakukan penjualan ke konsumen retail maupun komunitas. Saat ini PT BUMR

49 EKONOMI MAKRO REGIONAL Pangan Terhubung telah memiliki kerjasama dengan Warung Tegal (Warteg). Konsumen terbesarnya adalah Koperasi Warteg yang berlokasi di Jabodetabek dengan total pembelian mencapai 90 ton/bulan. c. Korporatisasi, dikelola secara profesional. d. Off taker, PT BUMR Pangan Terhubung juga memiliki alat pengering/dryer, penggiling padi dan alat untuk pengepakan beras. Alat ini akan digunakan untuk pengolahan pasca panen dari hasil panen para petani yang dibeli melalui koperasi. e. Investor, PT BUMR Pangan Terhubung juga menjadi investor untuk pengembangan usaha, baik modal dan aset (pabrik, mesin, teknologi). BUMR Pangan ini juga berupaya menyeimbangkan Supply Chain dari hulu ke hilir. Untuk memastikan keberlangsungan BUMR melakukan pendataan dan penawaran pinjaman dan/atau pendampingan. Dalam melakukan proses tanam, BUMR pangan yang melakukan perhitungan untuk waktu tanam, benih apa yang ditanam, waktu pemberian pupuk dan waktu panen, melalui database dan aplikasi ipangan. Setelah panen, dilakukan pembagian hasil produksi dengan petani. 28 Gambar 3. Rantai Nilai BUMR Pangan PT BUMR Pangan Terhubung sahamnya dimiliki oleh dua pihak, yaitu milik PT BUMR Pangan Terhubung sebesar 51% dan koperasi Ar-Rohmah sebesar 49%. Koperasi Ar-Rohmah ini merupakan koperasi milik petani yang akan menyalurkan pinjaman dengan asas syariah. Saat ini, PT BUMR Pangan Terhubung memiliki rencana pengembangan produksi beras ke depan hingga tahun Namun ke depan, PT BUMR ingin mengembangkan efisiensi produksi pasca panen tidak hanya beras, rencananya akan ada 7 (tujuh) komoditas yang juga diperdagangkan yaitu: beras, kedelai, jagung, bawang merah dan sayuran hortikultura, cabai, tebu, serta peternakan (sapi dan unggas). Dengan berdirinya PT BUMR ini terdapat beberapa manfaat, antara lain meningkatkan kesejahteraan petani, stabilitas harga konsumen, dan stabilitas persediaan beras. Setelah 25 tahun berdiri, BUMR cukup berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan petani, karena skema pembiayaan yang diberikan petani dilakukan bertahap sesuai proses tanam. Setiap petani diberikan pembiayaan Rp13 juta per hektar per masa tanam, dimana 1% nya akan diambil untuk menjadi Cadangan Risiko Gagal Panen (CRGP).

50 Gambar 4. Rencana Pengembangan BUMR Pangan Selain itu, BUMR juga memberikan akses pembiayaan sesuai dengan prilaku petani (non kolateral, tepat waktu, tepat jumlah dan tepat guna). Dari sisi harga, dengan adanya sistem produksi pasca panen di BUMR Pangan Terhubung ini harga beras di konsumen akan cenderung stabil. Hal ini karena rantai pasok beras menjadi lebih pendek, selain itu efisiensi dan keberlanjutan produksi baik dari sisi kuantitas dan kualitas juga terjaga. Gambar 5. Sistem Informasi Multi Enterprise Kegiatan operasional PT BUMR Pangan Terhubung yang berbasiskan teknologi ini menggunakan Sistem Informasi Multi Enterprise yaitu teknologi berbasiskan IoT dan Big Data yang menampilkan analisa Business Intelegent maupun Artificial Intelegent sehingga bisa mengatur input, proses dan output secara keseluruhan. Informasi seperti ini berbentuk prediktif, kognitif dan menggunakan penggunaan algoritma yang kompleks untuk decision making pada multi rantai pasok dari multi industri (Gambar 5.) 29

51 EKONOMI MAKRO REGIONAL BOKS 2 PENGEMBANGAN DESA WISATA CIBUNTU KUNINGAN Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor : PM.26/UM.001/MKP/2010 tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata Melalui Desa Wisata, desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Saat ini Pemerintah tengah gencar mengembangkan potensi desa wisata untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di daerah. Di Jawa Barat sendiri, terdapat sejumlah desa wisata yang telah dibangun. Salah satu desa wisata yang tergolong sukses dalam pengembangannya adalah Desa Wisata Cibuntu yang terletak di Kec. Pesawahan, Kab. Kuningan, Jawa Barat. Desa Wisata Cibuntu ini diresmikan sebagai desa wisata oleh Pemerintah pada bulan Juli tahun 2012 di bawah binaan STP Trisakti, IPB, BRI, UGM, dan Pertamina. Namun sejatinya proses perintisan dibangunnya desa wisata ini telah dimulai sejak tahun 2008, di mana salah satu tokoh desa bekerjasama dengan Universitas Trisakti untuk dibimbing dalam pembangunan desa wisata. Adapun atraksi maupun paket kegiatan wisata yang ditawarkan oleh Desa Wisata Cibuntu sangat beragam, mulai dari tari Cibuntu (tari purba, tari penyambutan, dan tari tani); musik cibuntu (gemalan, angklung, dan kecapi suling); agrowisata (sawah dan kampung domba); wisata kuliner Cibuntu; wisata ke situs purbakala (bujal dayeuh); serta wisata religi dengan mengikuti tradisi sedekah bumi. 30 Desa wisata ini merupakan konservasi desa budaya dengan menganut konsep Community Based Tourism (CBT). Dalam pengelolaannya, terdapat sekelompok penduduk asli desa yang secara resmi bertindak sebagai manajemen pengelola desa wisata. Dengan konsep CBT ini, maka seluruh penduduk desa dipastikan memiliki keterlibatan serta memperoleh dampak positif dari berjalannya desa wisata ini. Sebagai contoh, setiap penduduk desa akan mendapat giliran sebagai penyedia makanan (baik makan siang maupun makan malam dan snack) untuk setiap kali ada tamu yang berkunjung. Selain itu, dalam rangka akomodasi, rumah penduduk yang menjadi homestay juga digilir antar penduduk. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh penduduk memperoleh manfaat merata dari beroperasinya desa wisata ini.

52 Warga Penyedia Guide Perkembangan yang pesat dari Desa Wisata Cibuntu ini terbukti dari beberapa penghargaan yang telah diterima selama beberapa tahun terakhir. Penghargaan tersebut meliputi : (1) Juara 2 Community Based Tourism (CBT) tingkat nasional; (2) Juara 1 lomba Sapta Pesona tingkat kabupaten; dan (3) Juara 5 homestay terbaik tingkat ASEAN. Selain itu, kemajuan Desa Wisata Cibuntu juga tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat setiap tahunnya (Grafik 1) Grafik 1. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Adapun model bisnis Desa Wisata Cibuntu adalah sebagai berikut : Fungsi pengawasan dan pembinaan dilakukan oleh Pemkab Kuningan dan Kuwu serta sesepuh desa Pelatihan dan pengembangan desa wisata oleh STP Trisakti, UGM, IPB Pengawas : Kuwu dan Amangkurat Kelompok Penggerak Wisata sebagai motor penggerak operasionalisasi Desa Cibuntu Warga Penyedia Kuliner Binaan BRI dan Penerima CSR Pertamina Jalur Komando Jalur barang dan Jasa 31 Jalur uang Warga Penyedia Homestay Gambar 1. Model Bisnis Desa Wisata Cibuntu Secara umum, faktor sukses pengembangan Desa Wisata Cibuntu antara lain terletak pada karakteristik dan keunikannya yang terdiri dari : 1. Bukan merupakan pariwisata massal (umumnya pengunjungan merupakan keluarga) 2. Memegang erat budaya Sunda 3. Mengusung konsep Community Based Tourism 4. Adanya peran kuwu atau sesepuh desa yang kuat sebagai role model pembimbing seluruh penduduk

53 EKONOMI MAKRO REGIONAL Adapun beberapa upaya pengelola desa untuk mendukung pengembangan desa wisata ini ke depannya meliputi : 1. Mengembangkan wisata glamping, diversifikasi trip (edutrip, arttrip, fieldtrip) 2. Mengembangkan budaya bambu (diversifikasi jenis bambu) 3. Mengembangkan tumbalapot (tumbuhan dalam pot) 4. Pengembangan roadmap pembangunan Desa Wisata Cibuntu Di sisi lain, beberapa tantangan yang masih harus ditanggulangi ke depannya antara lain : 1. Pengembangan agro industri di lahan yang tidak subur 2. Perlu terus dipertahankannya figur pengawas yang disegani warga desa 3. Edukasi terhadap warga tentang pentingnya inovasi 4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang belum signifikan 32

54 KEUANGAN PEMERINTAH BAB II Anggaran belanja fiskal di Jawa Barat (Pem. Pusat, Pem. Provinsi, dan Pem. Kab/Kota pada 2018 meningkat dibanding 2017, khususnya pada pos Belanja Modal Kinerja serapan anggaran belanja fiskal di Jawa Barat pada triwulan I 2018 lebih baik dibandingkan triwulan I 2017, khususnya Belanja Operasi Realisasi transfer dana perimbangan pada triwulan I 2018 menurun dibandingkan triwulan I 2017, seiring dengan penyesuaian ketentuan penyaluran TKDD oleh Pemerintah Pusat pada 2018 Anggaran Belanja Fiskal Gabungan Realisasi Belanja APBN Realisasi Belanja Pem. Provinsi Realisasi Pendapatan Pem. Provinsi Realisasi Belanja Pem. Kab/Kota Rp168,8 T 10,19% (yoy) 13,11% terhadap pagu 9,22% terhadap pagu 23,0% terhadap pagu 9,57% terhadap pagu ,96% 8,29% 23,19% 8,29%

55 KEUANGAN PEMERINTAH 2.1. Gambaran Umum Total anggaran belanja fiskal Jawa Barat untuk 2018 mencapai Rp168,78 Triliun. Anggaran tersebut meliputi belanja APBD Provinsi Jawa Barat Rp33,96 Triliun (pangsa 20,1%), APBD kabupaten/kota 1 Rp86,77 Triliun (51,4%) dan APBN Rp48,04 Triliun (28,5%). Dibandingkan 2017 (anggaran sebelum perubahan), belanja fiskal Jawa Barat tumbuh 10,19% (yoy). Pertumbuhan terbesar berupa belanja APBN sebesar 25,28% (yoy), khususnya pos belanja modal yang tumbuh mencapai 84,22% (yoy). Hal ini bersifat positif karena belanja modal merupakan pengeluaran Pemerintah yang bersifat produktif. Selain itu, belanja modal juga memberikan multiplier effect 2 pada perekonomian serta kesejahteraan masyarakat. Pada triwulan I 2018, realisasi belanja fiskal di Jawa Barat adalah Rp17,46 Triliun atau 10,34% terhadap total anggaran belanja tahun Persentase belanja terhadap pagu anggaran tertinggi pada triwulan I 2018 adalah belanja APBN, yakni sebesar 13,11%. Jika dibandingkan dengan triwulan I 2017, terdapat perbaikan pola serapan anggaran. Hal ini tercermin dari persentase serapan terhadap pagu pada triwulan I 2018 yang lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 (9,85%). Secara spesifik, perbaikan pola serapan anggaran terjadi pada belanja APBD Kab/Kota yang meningkat dari 8,08% pada triwulan I 2017 menjadi 9,25% pada triwulan I Dari sisi pertumbuhan, belanja Pemerintah di Jawa Barat pada triwulan I 2018 tumbuh 15,75% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh -16,06% (yoy). Peningkatan khususnya terjadi pada belanja Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota. Hal ini dikarenakan oleh pengalihan kewenangan penggajian orang aparatur sipil negara (ANS) dari Pemerintah Kab/Kota ke Pemerintah Provinsi yang terjadi pada Akibatnya, belanja Pemerintah Kab/Kota pada triwulan I 2017 mengalami penurunan. 34 Secara spasial, persentase realisasi belanja terhadap pagu tertinggi pada triwulan I 2018 terjadi di Kab. Garut (16,69% dari pagu) dan terendah di Kab. Bekasi (1,49% dari pagu). Sementara itu, pertumbuhan belanja tertinggi pada triwulan I 2018 dialami oleh Kab. Kuningan (128,67%, yoy) dan terendah di Kab. Bekasi (-69,64%, yoy) APBD Provinsi Jawa Barat Anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada 2018 kembali mengalami defisit, yakni sebesar Rp 2 Triliun, lebih tinggi dari defisit anggaran 2017 sebesar Rp1,89 Triliun (Tabel 2.1). Kebijakan defisit anggaran ini mencerminkan strategi kebijakan fiskal Pemerintah Daerah untuk mendukung penciptaan investasi dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Baik target pendapatan maupun belanja Pemerintah Provinsi pada 2018 lebih tinggi dibanding Data APBD Kab/Kota mencakup 26 kab/kota yang ada di Jawa Barat (kecuali Kota Cimahi karena data belum tersedia), diambil dari situs Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA) : monev.lkpp.go.id 2 Multiplier effect atau efek pengganda adalah proses keterkaitan perubahan di satu bidang yang menjadi penyebab perubahan di bidang yang lain.

56 KEUANGAN PEMERINTAH No. Uraian Tabel 2. 1 Ringkasan APDB Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018 APBD 2017 (Rp Miliar) Realisasi (Rp Miliar) Triwulan I 2017 % Realisasi thd APBD Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Jawa Barat (diolah) APBD 2018 (Rp Miliar) Realisasi (Rp Miliar) Pada triwulan I 2018, realisasi belanja Pemerintah Provinsi terhadap pagu anggarannya adalah 9,22%. Walaupun masih relatif rendah, namun capaian ini lebih baik dibanding triwulan I 2017 sebesar 8,29%. Hal ini menunjukkan perbaikan pola serapan belanja Pemerintah yang umumnya memiliki kecenderungan backloading 3. Belanja Pemerintah Provinsi pada periode ini tumbuh 16,49% (yoy), juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang tumbuh -25,38% (yoy) (Grafik 2.2). Secara spesifik, pertumbuhan yang lebih tinggi terjadi baik pada belanja operasi maupun belanja modal. Di sisi lain, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi pada triwulan I 2018 tumbuh 3,78% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh 72,92% (yoy). Level pertumbuhan yang lebih rendah ini khususnya terjadi pada realisasi penerimaan Dana Perimbangan. Sementara itu, pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan I 2018 lebih tinggi dibanding triwulan I Triwulan I 2018 % Realisasi thd APBD I Pendapatan , ,00 1 Pendapatan Asli Daerah , ,34 2 Dana Perimbangan , ,26 3 Lain-lain Pendapatan , ,03 II Belanja , ,22 1 Belanja Operasi , ,25 2 Belanja Modal , ,32 3 Belanja Tidak terduga Belanja Transfer Surplus/ (Defisit) (1.888) (2.000) Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah staf BI) Grafik 2. 1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Barat Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah staf BI) Grafik 2. 2 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat Anggaran Pendapatan Provinsi Jawa Barat Pendapatan Provinsi Jawa Barat dalam APBD 2018 ditargetkan mencapai Rp31,96 Triliun atau meningkat 4,65% (yoy) dibandingkan target 2017 (Tabel 2.2). Secara khusus, peningkatan terbesar adalah pada target Pendapatan Asli Daerah yakni 6,42% (yoy). Hal ini menunjukkan optimisme 3 Realisasi belanja Pemerintah tidak proporsional setiap triwulan dan meningkat menjelang akhir tahun

57 KEUANGAN PEMERINTAH Pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap pertumbuhan ekonomi regional yang dapat mendorong pendapatan daerah. Tabel 2. 2 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat 2017 dan 2018 No. Uraian Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah) APBD 2017 (Rp Miliar) I PAD ,42 a. Pajak Daerah ,45 b. Retribusi Daerah ,64 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah ,90 d. Lain-lain PAD ,77 II Dana Perimbangan ,56 a. Bagi Hasil Pajak ,21 b. Dana Alokasi Umum ,77 c. Dana Alokasi Khusus ,12 III Lain-lain Pendapatan ,81 a. Bantuan Keuangan (Hibah) ,44 b. Lain-lain Penerimaan c. Dana Penyesuaian dan Otsus 8 8 0,00 Total Pendapatan ,65 Rasio derajat otonomi fiskal (DOF) Provinsi Jawa Barat masih dalam kategori baik. Hal itu tercermin dari 55,02% anggaran pendapatan pada 2018 bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Rasio DOF ini mengalami sedikit peningkatan disbanding 2017 sebesar 54,10%. Hal ini sejalan dengan prospek meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 yang turut mendorong potensi penerimaan nasional dan daerah. Pajak daerah masih menjadi komponen terbesar PAD dengan pangsa mencapai 92,2%, lebih tinggi dibanding pangsanya pada 2017 (Grafik 2.3). APBD 2018 (Rp Miliar) % Perubahan (yoy) 36 Grafik 2. 3 Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018 Pada triwulan I 2018, realisasi pendapatan APBD Provinsi Jawa Barat sebesar Rp7,35 Triliun, lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar Rp7,08 Triliun (Tabel 2.3). Namun dari segi capaian realisasi terhadap target, persentase realisasi triwulan I 2018 tercatat sebesar 23,00% atau lebih rendah dibanding triwulan I 2017 sebesar 23,19%. Penurunan persentase realisasi ini terutama terjadi pada Dana Perimbangan yang terealisasi 21,26% terhadap target, lebih rendah dibanding triwulan I 2017 yang mencapai 25,57%. Menurunnya realisasi dana perimbangan ini diperkirakan antara lain sebagai dampak

58 KEUANGAN PEMERINTAH dari diimplementasikannya revisi kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) melalui Peraturan No. 112/PMK.07/2017. PMK ini antara lain melakukan penyesuaian dalam termin waktu penyaluran dana perimbangan/transfer ke daerah. No. Uraian Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018 Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah) APBD 2017 (Rp Miliar) Realisasi (Rp Miliar) Tw I 2017 % Realisasi thd APBD APBD 2018 (Rp Miliar) Realisasi (Rp Miliar) Tw I 2018 % Realisasi thd APBD I PAD , ,34 a. Pajak Daerah , ,24 b. Retribusi Daerah , ,13 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah , ,61 d. Lain-lain PAD , ,15 II Dana Perimbangan , ,26 a. Bagi Hasil Pajak , ,85 b. Dana Alokasi Umum , ,01 c. Dana Alokasi Khusus , ,74 III Lain-lain Pendapatan , ,55 66,03 a. Bantuan Keuangan (Hibah) , ,56 b. Lain-lain Penerimaan ,00 c. Dana Penyesuaian dan Otsus , ,00 Total Pendapatan , ,00 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada triwulan I 2018, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jawa Barat mencapai Rp4,28 Triliun atau 24,34% terhadap target. Capaian ini lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar Rp3,50 Triliun atau 21,16% terhadap target. Berdasarkan pangsanya, realisasi pajak daerah Jawa Barat triwulan I 2018 kembali didominasi oleh Pajak Kendaraan Bermotor (46,6%) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (37,5%). Hal ini sejalan dengan karakteristik Jawa Barat yang Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah) Grafik 2. 4 Pangsa Realisasi Pajak Daerah Triwulan I 2018 padat penduduk sehingga kebutuhan terhadap kendaraan bermotor sangat tinggi. Dari sisi pertumbuhan, PAD Jawa Barat pada triwulan I 2018 tumbuh 22,43% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 yang hanya tumbuh sebesar 2,78% (yoy). Hal ini terutama ditopang oleh pajak daerah yang tumbuh 13,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 1,43% (yoy). Komponen pajak daerah yang tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan I 2018 adalah Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) yang mencapai 54,87% (yoy). Hal ini disebabkan oleh kebijakan Pemerintah menaikkan harga beberapa jenis BBM non subsidi, seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamax Dex, Dexlite serta solar sebagai dampak tren kenaikan harga minyak dunia. 37

59 KEUANGAN PEMERINTAH Dana Perimbangan Pada triwulan I 2018, realisasi transfer dana perimbangan mencapai Rp3,05 Triliun, lebih rendah dibanding triwulan I 2017 sebesar Rp3,58 Triliun. Sejalan dengan hal tersebut, persentase realisasi dana perimbangan terhadap pagu pada triwulan I 2018 sebesar 21,26% juga tercatat lebih rendah dibanding triwulan I 2017 yang mencapai 25,57%. Penurunan persentase realisasi terhadap pagu ini khususnya terjadi pada komponen Bagi Hasil Pajak dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain itu, pertumbuhan realisasi dana perimbangan triwulan I 2018 sebesar -14,72% (yoy) juga tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan I 2017 yang mencapai 418,54%. Dilihat dari pangsanya, komponen Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan kontribusi terbesar pada penerimaan dana perimbangan triwulan I 2018, yakni mencapai 53,50%, disusul oleh Dana Alokasi Umum (33,05%) dan Dana Bagi Hasil (13,45%). Sesuai dengan Peraturan Kementerian Keuangan No. 112/PMK.07/2017, terdapat perubahan pada pasal 80 mengenai penyaluran DAK Fisik. Perubahan tersebut adalah penyaluran DAK Fisik per jenis per bidang dilakukan secara bertahap di mana tahap I paling cepat bulan Februari dan paling lambat bulan Juli dengan besar penyaluran 25% terhadap pagu alokasi. Sementara pada peraturan sebelumnya di tahun 2017 (No. 50/PMK.07/2017) penyaluran DAK Fisik triwulan I dilakukan paling cepat Februari dan paling lambat April dengan besar penyaluran 30% dari pagu alokasi. Hal ini turut berpengaruh kepada persentase realisasi transfer DAK Fisik ke Jawa Barat pada triwulan I Dana Alokasi Umum (DAU) sangat penting bagi daerah karena dana yang bersumber dari APBN ini merupakan bagian dari perwujudan desentralisasi daerah. Selain itu, DAU dialokasikan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah (horizontal) dalam rangka mendanai kebutuhan daerah. Pengalokasian DAU tersebut didasarkan atas fiscal gap 4 dan alokasi dasar 5. Dana Bagi Hasil (DBH) ditujukan untuk mengatasi ketimpangan fiskal vertical (antara pemerintah pusat dan daerah), dengan fokus alokasi kepada daerah penghasil. Dana Alokasi Khusus (DAK) ditujukan untuk mengatasi ketimpangan penyediaan infrastruktur layanan publik (DAK fisik) serta mendukung operasional penyelenggaraan layanan publik (DAK non fisik). 38 Lain-lain Pendapatan Pada komponen lain-lain pendapatan, realisasi pada triwulan I 2018 adalah sebesar Rp21 Miliar, lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar Rp11 Miliar. Sejalan dengan hal tersebut, persentase realisasi lain-lain pendapatan terhadap pagu pada triwulan I 2018 sebesar 66,03% juga lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar 37,04%. 4 Fiscal gap adalah kebutuhan fiskal (meliputi jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, PDRB per kapita, dan indeks pembangunan manusia (IPM)) dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah (PAD & DBH) 5 Alokasi dasar dihitung berdasarkan atas jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah.

60 KEUANGAN PEMERINTAH Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat Anggaran belanja Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 adalah sebesar Rp33,96 Triliun atau meningkat 4,72% (yoy) dibandingkan tahun 2017 (Tabel 2.4). Secara spesifik, peningkatan terbesar adalah pada anggaran Belanja Modal yakni 57,87% (yoy), sementara Belanja Operasi justru menurun. Hal ini juga menunjukkan perbaikan pada strategi belanja fiskal Pemerintah. Peningkatan belanja dialokasikan pada belanja yang bersifat produktif dan memberikan multiplier effect bagi perekonomian (Belanja Modal). Tabel 2. 4 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 dan 2018 No. Uraian APBD 2017 (Rp Miliar) APBD 2018 (Rp Miliar) % Perubahan (yoy) 1 Belanja Operasi ,54 a. Belanja Pegawai ,55 b. Belanja Barang ,17 c. Belanja bunga 0 0,00 0,00 d. Belanja Subsidi ,33 e. Belanja Hibah ,91 f. Belanja Bantuan Sosial ,24 g. Belanja Bantuan Keuangan ,83 2 Belanja Modal ,87 3 Belanja Tidak Terduga ,39 4 Transfer ,76 a. Bagi hasil pajak ,76 b. Bagi hasil retribusi 0 0,00 0,00 Total Belanja ,72 Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah) Grafik 2. 5 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat 39 Berdasarkan pangsanya, komponen Belanja Operasi masih memiliki pangsa terbesar pada APBD Jawa Barat 2018 yakni 86,6%. Namun pangsa Belanja Operasi ini menurun dibanding 2017 (89,4%) seiring dengan meningkatnya pangsa Belanja Modal pada 2018 menjadi 13,3% Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018 Pada triwulan I 2018, realisasi belanja dan transfer APBD Provinsi Jawa Barat mencapai Rp3,13 Triliun atau 9,22% terhadap pagu. Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar Rp2,69 Triliun atau 8,29% terhadap pagu (Tabel 2.5). Adapun komponen belanja dengan persentase

61 KEUANGAN PEMERINTAH realisasi tertinggi adalah Belanja Operasi yang mencapai 13,25% terhadap pagu. Di sisi lain, Belanja Modal masih terealisasi cukup rendah (0,32% terhadap pagu) sejalan dengan pola seasonal-nya karena pada umumnya proses pengadaan proyek masih berjalan di awal tahun. Dari sisi pertumbuhan tahunan, komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi juga adalah Belanja Operasi yang mencapai 16,54% (yoy). No. Tabel 2. 5 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan I 2018 Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah) Jika mengevaluasi pola realisasi anggaran Pemerintah Provinsi, masih terlihat kecenderungan backloading (tidak proporsional setiap triwulan) di mana realisasi anggaran pada triwulan I masih relatif rendah. Namun capaian pada triwulan I 2018 sebesar 9,22% sudah relatif membaik Realisasi (Rp Miliar) % Realisasi thd APBD Realisasi (Rp Miliar) % Realisasi thd APBD 1 Belanja Operasi , ,25 a. Belanja Pegawai , ,68 b. Belanja Barang , ,15 c. Belanja bunga 0 0 0, ,00 d. Belanja Subsidi , e. Belanja Hibah , ,06 f. Belanja Bantuan Sosial , ,00 g. Belanja Bantuan Keuangan , ,20 2 Belanja Modal , ,32 3 Belanja Tidak Terduga , ,00 4 Transfer , ,00 a. Bagi hasil pajak , ,00 b. Bagi hasil retribusi 0 0 0, ,00 Total Belanja Uraian APBD 2017 (Rp Miliar) Tw I 2018 APBD 2018 (Rp Miliar) Tw I , ,22 40 dibandingkan triwulan I 2017 dengan realisasi anggaran sebesar 8,29% terhadap pagu. Sejalan dengan meningkatnya persentase realisasi serapan terhadap pagu, pertumbuhan realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga mengalami peningkatan. Pertumbuhan belanja Pemerintah pada triwulan I 2018 sebesar 16,49% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar -25,38% (yoy) (Grafik 2.7). Pertumbuhan tertinggi adalah pada Belanja Operasi yang mencapai 16,54% (yoy), Grafik 2. 6 Persentase Realisasi Anggaran Belanja Per Triwulan (%) Grafik 2. 7 Perkembangan Belanja Operasi dan Modal

62 KEUANGAN PEMERINTAH lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar -25,45% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada Belanja Modal yang pada triwulan I 2018 tumbuh 6,18% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh - 1,38% (yoy). Belanja Operasi Berdasarkan komponen penyusunan, realisasi belanja operasi pada triwulan I 2018 terutama ditopang oleh belanja hibah (pangsa 53,6%), belanja pegawai (27,3%), dan belanja barang (17,8%) (Grafik 2.8). Secara spesifik, meningkatnya laju pertumbuhan belanja operasi pada triwulan I 2018 didorong oleh komponen belanja hibah. Pada triwulan I 2018 belanja hibah tumbuh 20,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 yang tumbuh -55,32% (yoy) (Grafik 2.9). Pada dasarnya hal ini tidak terlepas dari efek persiapan PON ke-19 yang mendorong tingginya realisasi belanja hibah pada triwulan I 2016 sehingga pertumbuhannya pada triwulan I 2017 mengalami kontraksi. Adapun belanja pegawai pada triwulan I 2018 tumbuh 22,29% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh 139,42%. Hal ini dikarenakan oleh efek perubahan nomenklatur Pemerintah Daerah di mana sejak triwulan I 2017 terjadi pengalihan urusan PNS dari wewenang Pemerintah Kab/Kota ke Pemerintah Provinsi. Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat Grafik 2. 8 Pangsa Realisasi Belanja Operasi (%) Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat Grafik 2. 9 Pertumbuhan Komponen Belanja Operasi Belanja Modal Realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2018 adalah Rp11,54 Miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 sebesar Rp10,87 Miliar. Namun persentase realisasi belanja modal terhadap pagu triwulan I 2018 sebesar 0,32%, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 0,47%. Pola backloading masih terlihat pada pos belanja modal, di mana serapan anggaran pada awal tahun atau triwulan I masih sangat rendah. Hal itu seiring dengan masih berlangsungnya proses pengadaan ataupun lelang proyek. Realisasi belanja modal akan terus mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya di akhir tahun. 41

63 KEUANGAN PEMERINTAH 2.3. Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat Anggaran belanja untuk 26 kabupaten/kota 6 pada 2018 tercatat sebesar Rp86,77 Triliun atau meningkat sebesar 5,32% (yoy) dibandingkan tahun 2017 (Rp82,39 Triliun). Secara spasial, anggaran belanja untuk 5 kab/kota besar di Jawa Barat memiliki pangsa mencapai 36,91% terhadap total anggaran belanja kab/kota di Jawa Barat. Adapun anggaran belanja tertinggi dimiliki oleh Kab. Bogor dengan pangsa mencapai 8,83%, diikuti oleh Kota Bandung (8,34%), Kota Bekasi (6,76%), Kab. Bekasi (6,68%), dan Kab. Bandung (6,30%). Di sisi lain, kab/kota dengan pangsa belanja terendah adalah Kota Sukabumi (1,40%), Kab. Pangandaran (1,28%), dan Kota Banjar (0,89%). Berdasarkan strukturnya, anggaran belanja kab/kota masih didominasi oleh belanja pegawai (pangsa 44,2%), kemudian diikuti oleh belanja barang/jasa (25,2%), belanja modal (16,9%), dan belanja hibah & bantuan (13,7%) (Grafik 2.10). Sumber : TEPRA (monev.lkpp.go.id) Grafik Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2017 dan Sumber : Situs TEPRA (monev.lkpp.go.id) Grafik Perkembangan Realisasi Belanja 26 Kab/Kota di Jawa Barat Triwulan I 2018 Pada triwulan I 2018, realisasi belanja APBD gabungan dari 26 kab/kota yang ada di Jawa Barat mencapai Rp8,03 Triliun atau 9,57% terhadap pagu anggaran. Persentase realisasi terendah terjadi di Kab. Bekasi (1,49%) sementara realisasi tertinggi terjadi di Kab. Garut (16,69%) (Grafik 2.11). Secara umum, pola realisasi anggaran yang backloading masih terlihat di Pemerintah Kab/Kota. Pertumbuhan 6 Data bersumber dari situs TEPRA, di mana Kota Cimahi tidak termasuk karena data belum tersedia

64 KEUANGAN PEMERINTAH belanja gabungan 26 kab/kota pada triwulan I 2018 adalah 20,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 sebesar -26,17% (yoy) Belanja APBN di Jawa Barat Dalam rangka pembiayaan belanja serta program di daerah, pemerintah pusat mengalokasikan sejumlah anggaran APBD untuk direalisasikan di Jawa Barat. Belanja pemerintah pusat melalui APBN tersebut antara lain digunakan untuk membiayai gaji pegawai Kementerian atau instansi pemerintah pusat yang berada di Jawa Barat. Selain itu, belanja APBN digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur strategis yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. Berdasarkan strukturnya, belanja APBN di Jawa Barat pada 2018 terutama dialokasikan untuk belanja pegawai (38,56%) & belanja barang (36,96%) (Tabel 2.6). No. Tabel 2. 6 Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Jenis Belanja Pagu (Rp Miliar) Pangsa (%) Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah) TA 2017 TA 2018 % Pagu (Rp Miliar) Pangsa (%) 1 Belanja Pegawai , ,56-0,35 2 Belanja Barang , ,96 15,85 3 Belanja Modal , ,42 75,05 4 Belanja Bantuan Sosial 219 0, ,06-87,75 Total Belanja , ,00 17,64 Pada triwulan I 2018, realisasi belanja APBN di Jawa Barat adalah Rp6,30 Triliun atau 13,11% terhadap pagu anggaran. Berdasarkan nominalnya, realisasi ini meningkat dibanding triwulan I 2017 sebesar Rp5,74 Triliun (Tabel 2.7). Namun demikian, persentase serapannya masih lebih rendah. Menurunnya persentase serapan belanja APBN di Jawa Barat dibanding triwulan I 2017 khususnya terjadi pada belanja pegawai (dari 19,07% menjadi 17,43%) dan belanja modal (dari 9,95% menjadi 6,46%). Tabel 2. 7 Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018 Perubahan (yoy) No. Jenis Belanja Tw I 2017 Tw I 2018 % Pertumbuhan Realisasi Realisasi % Realisasi % Realisasi (yoy) (Rp Miliar) (Rp Miliar) 1 Belanja Pegawai , ,43-3,05 2 Belanja Barang , ,99 30,56 3 Belanja Modal 634 9, ,46 19,55 4 Belanja Bantuan Sosial 5 2, ,49-14,61 Total Belanja , ,11 9,79 Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah) 43 Adapun komponen belanja APBN dengan pangsa realisasi terbesar pada triwulan I 2018 adalah belanja pegawai (51,3%), diikuti belanja barang (36,6%), dan belanja modal (12,0%) (Grafik 2.12). Pertumbuhan belanja APBN pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 9,79% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 7,26%. Pertumbuhan yang lebih tinggi khususnya terjadi pada belanja barang, sementara belanja pegawai dan belanja modal tercatat lebih rendah dibanding triwulan I 2017 (Grafik 2.13). Pola backloading dalam realisasi serapan anggaran juga terjadi pada realisasi APBN di Jawa Barat.

65 KEUANGAN PEMERINTAH Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah) Grafik Pangsa Realisasi Belanja APBN di Jawa Barat Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah) Grafik Perkembangan Belanja APBN di Jawa Barat 44

66 INFLASI BAB III Realisasi inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2018 sebesar 3,91% (yoy), meningkat dibanding triwulan IV Inflasi Jawa Barat tercatat berada di atas inflasi Nasional maupun inflasi Pulau Jawa. Kota Bekasi memiliki laju inflasi kumulatif selama triwulan I 2018 tertinggi di Jawa Barat sebesar 2,21% (ytd) INFLASI INTI 3,10% Triwulan I 2018, yoy INFLASI VOLATILE FOOD 4,64% Triwulan I 2018, yoy INFLASI ADMINISTERED PRICES 5,58% Triwulan I 2018, yoy INFLASI IHK 3,91% Triwulan I 2018, yoy RATA-RATA INFLASI IHK 4,20% Rata-rata 3 tahun Q1, yoy Tw IV 17 : 3,03% Tw IV 17 : -0,27% Tw IV 17 : 8,94% Tw IV 17 : 3,63% Rata-rata 3 tahun Q4, yoy: 3,04%

67 7,53 6,08 3,86 7,41 5,46 6,51 6,11 2,73 3,78 3,22 2,54 2,75 3,37 4,31 3,87 3,63 3,91 PERKEMBANGAN INFLASI 3.1. Perkembangan Inflasi Triwulan I 2018 Inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2018 meningkat dibandingkan triwulan I 2017 dan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi IHK Jawa Barat pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 3,91% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 3,37% (yoy) dan triwulan sebelumnya sebesar 3,63% (yoy). Nilai inflasi tahunan ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan capaian inflasi nasional sebesar 3,40% (yoy). Secara kumulatif Januari-Maret, inflasi di triwulan I 2018 sebesar 1,49% (ytd), meningkat dibanding triwulan I 2017 sebesar 1,21% (ytd). INFLASI JAWA BARAT VOLATILE FOOD ADMINISTERED PRICES CORE INFLATION 3,37 4,31 3,87 3,63 3,91 3,72 2,06 0,17-0,27 4,64 5,20 10,71 9,16 8,94 5,58 2,67 2,93 3,22 3,03 3,10 I II III IV I I II III IV I I II III IV I I II III IV I Tekanan di awal tahun berasal dari kenaikan harga beras yang tinggi. Selain itu, tekanan juga berasal dari kenaikan harga komoditas hortikultura karena musim penghujan. Adanya komitmen Pemerintah untuk tidak menaikkan tarif dasar listrik ataupun BBM bersubsidi. Inflasi masih tinggi sebagai dampak dari penyesuaian TDL di triwulan III 2017 dan kenaikan BBM non subsidi pada triwulan I Selain didorong oleh ekspektasi inflasi, naiknya inflasi inti disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terjadi dari bulan Februari hingga Maret Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Jawa Barat (yoy) Berdasarkan disagregasi kelompok, peningkatan inflasi tahunan pada triwulan I 2018 didorong oleh peningkatan inflasi dari kelompok volatile food 1 dan core inflation 2. Adapun bila dilihat dari besar andilnya, sumbangan inflasi tahunan dari masing-masing kelompok adalah sebesar 1,92% (yoy) dari kelompok core, diikuti oleh kelompok administered prices 3 yang menyumbang inflasi sebesar 1,14% (yoy) dan kelompok volatile food yang menyumbang sebesar 0,85% (yoy). 46 % (YOY) 8,36 7,32 7,26 6,70 6,83 6,38 4,53 4,45 4,37 3,35 3,45 3,61 3,07 3,02 3,72 3,61 3,40 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Jawa Barat Nasional Sumber: BPS, (diolah) Grafik 3. 2 Laju Inflasi Jawa Barat dan Nasional % (YTD) , ,43 1,21 0 0, ,41-2 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES Sumber: BPS, (diolah) Grafik 3. 3 Laju Inflasi Kumulatif Jawa Barat 1 kelompok bahan makanan yang inflasinya dipengaruhi oleh shocks seperti panen, gangguan alam atau faktor perkembangan harga komoditas domestik ataupun internasional. 2 komponen barang yang pergerakan inflasinya dipengaruhi oleh supply-demand, lingkungan eksternal (nilai tukar, harga komoditas internasional) serta ekspektasi masyarakat. 3 kelompok barang yang inflasinya dipengaruhi oleh kebijakan harga Pemerintah

68 PERKEMBANGAN INFLASI Secara kumulatif Januari hingga Maret, inflasi Jawa Barat triwulan I 2018 tercatat paling tinggi selama 5 (lima) tahun terakhir (Grafik 3.3). Adapun faktor pendorong tingginya inflasi pada triwulan ini adalah lonjakan harga beras yang terjadi pada awal tahun. Bahkan jika dilihat dari andilnya secara bulanan, beras memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,40% (mtm) pada Januari 2018 (Grafik 3.4). Lonjakan harga beras ini dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan beras pada saat musim tanam padi. Kurangnya pasokan diperparah dengan adanya kegagalan panen padi yang terjadi pada akhir 2017 di sejumlah sentra padi akibat serangan hama wereng coklat dan hama tikus. Namun lonjakan harga beras ini tidak berlangsung lama dan berhasil dikendalikan menyusul turunnya sumbangan inflasi beras secara berturut-turut pada Februari dan Maret sebesar 0,02% (mtm) dan deflasi sebesar -0,18% (mtm). Adanya deflasi yang cukup dalam pada Maret 2018 dari komoditas beras akibat mulai masuknya masa panen padi turut menahan dalamnya tekanan inflasi di tengah tingginya sumbangan inflasi dari komoditas volatile food lainnya. Selain beras, sumbangan inflasi pada triwulan I 2018 juga banyak berasal dari komoditas kelompok volatile food, antara lain daging ayam ras, cabai merah, bawang merah dan bawang putih. Sumber: BPS, (diolah) Grafik 3.4 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Bulanan Jawa Barat Berdasarkan kelompok pengeluarannya, kinerja inflasi sebagian besar kelompok pengeluaran barang dan jasa pada triwulan I 2018 relatif terkendali. Inflasi kelompok bahan makanan tercatat 4,68% (yoy) atau lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya sebesar 5,69% (yoy) (Grafik 3.5). Terjaganya inflasi pada kelompok ini didorong oleh cuaca yang relatif lebih kondusif jika dibandingkan dengan tahun 2015 dan Pada tahun itu terjadi fenomena cuaca ekstrem El Nino dan La Nina yang menyebabkan kegagalan panen sejumlah komoditas pangan. Inflasi juga terkendali pada kelompok perumahan air, listrik, gas dan bahan bakar; kelompok kesehatan serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. 47 Inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tercatat sebesar 2,66% (yoy), lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya sebesar 4,14% (yoy). Rendahnya inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh penurunan harga telepon seluler (smartphone) seiring dengan cepatnya pergantian tipe-tipe smartphone baru dari berbagai brand yang menyebabkan turunnya harga-harga smartphone tipe lama. Selain itu, persaingan teknologi yang semakin kompetitif membuat para pemilik brand beradu menghasilkan produk canggih dengan harga rendah untuk menarik pasar. Inflasi pada kelompok ini juga terkendali akibat menurunnya tarif taksi yang disumbang oleh rendahnya tarif sejumlah angkutan online.

69 PERKEMBANGAN INFLASI Para penyedia aplikasi transportasi online terpantau berlomba-lomba untuk memberikan tarif serendah mungkin untuk menarik pelanggan dan mengungguli pesaingnya. 7 % (YOY) Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan BB Rata-rata Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Mar-18 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber: BPS, (diolah) Grafik 3.5 Laju Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Berbeda dengan kelompok yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagian kelompok pengeluaran terpantau memiliki inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya. Salah satu yang tertinggi adalah kelompok sandang dengan inflasi pada Maret 2018 tercatat sebesar 5,91% (yoy) dengan rata-rata inflasi tiga tahun sebelumnya sebesar 1,96% (yoy). Salah satu komoditas kelompok sandang adalah emas perhiasan. Inflasi kelompok sandang didorong oleh kenaikan harga komoditas emas perhiasan yang mengikuti pergerakan harga emas dunia. Adapun peningkatan harga emas sudah mulai terlihat dari triwulan IV 2017 dan terus meningkat hingga triwulan I Tingginya permintaan masyarakat terhadap emas semakin menambah tekanan inflasi, sehingga inflasi tahunan komoditas emas perhiasan pada triwulan ini mencapai 14,25% (yoy) Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi 48 Di tengah gejolak inflasi kelompok volatile food dan administered prices, terjaganya inflasi pada kelompok core turut menahan inflasi Jawa Barat lebih lanjut. Bila dibandingkan dengan triwulan IV 2017, seluruh kelompok mengalami peningkatan inflasi tahunan kecuali kelompok AP yang mengalami penurunan dari 8,94% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 5,58% (yoy) (Grafik 3.6). Sumber: BPS, (diolah) Grafik 3.6 Perkembangan Disagregasi Inflasi di Jawa Barat

70 PERKEMBANGAN INFLASI Administered prices Tekanan inflasi kelompok administered prices (AP) pada triwulan I 2018 tercatat 5,58% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 8,94% (yoy). Penurunan ini utamanya didorong oleh penurunan inflasi AP energi dari 13,51% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 7,34% (yoy) serta penurunan inflasi AP non energi, dari 5,70% (yoy) menjadi 4,26% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 3.7). Sumber : BPS, (diolah) Grafik 3. 7 Inflasi Administered Prices Kelompok Energi dan Non Energi (yoy) Secara tahunan, komoditas penyumbang inflasi terbesar dari kelompok AP adalah tarif listrik dengan sumbangan inflasi sebesar 0,42% (yoy). Tingginya tekanan pada tarif listrik disebabkan oleh adanya pencabutan subsidi listrik untuk pelanggan listrik 900VA secara bertahap sebanyak 3 (tiga) kali yaitu pada Januari, Maret dan Mei 2017 sebesar 30%. Kemudian setelah pencabutan subsidi berhasil dilakukan, tariff adjustment atau penyesuaian tarif listrik dilakukan pada Juli-September 2017 dimana tarif listrik untuk pelanggan 900VA sama dengan pelanggan 1.300VA. Kendati tidak ada kenaikan tarif listrik sejak awal 2018, pencabutan subsidi listrik dan penyesuaian tarif di sepanjang 2017 ini masih berdampak dan menyebabkan tingginya inflasi tahunan pada triwulan I 2018 sebesar 12,01% (yoy). Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Administered Prices Triwulan I 2018 Komoditas Administered Prices Penyumbang Inflasi TW Komoditas Administered Prices Penyumbang Deflasi TW Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Tarip Listrik 0,42 12,01 Tarip Kereta Api -0,004-1,06 Angkutan Antar Kota 0,18 15,65 Angkutan Udara -0,002-3,61 Bensin 0,16 4,88 Tarip Taksi -0,0005-0,45 Rokok Kretek Filter 0,14 7,16 Rokok Kretek 0,08 6,59 Sumber: BPS (diolah) 49 Selain itu, seiring dengan terus meningkatnya harga minyak dunia sejak triwulan III 2017 dan mencapai USD 62,76/barel pada akhir triwulan I 2018, harga BBM khususnya BBM jenis umum (non-subsidi 4 dan non-penugasan 5 ) juga ikut merangkak naik. 4 BBM tertentu subsidi: BBM yang diberikan subsidi seperti minyak tanah (kerosene) dan minyak solar (Perpres No. 191 tahun 2014) 5 BBM penugasan: BBM yang tidak lagi mendapat subsidi dari Pemerintah namun harga jualnya diatur dan ditetapkan Pemerintah serta didistribusikan di wilayah penugasan seperti Premium (Perpres No. 191 tahun 2014)

71 PERKEMBANGAN INFLASI Sumber: Bloomberg, (diolah) Grafik 3.8 Perkembangan Harga Minyak Dunia Tingginya harga minyak dunia menyebabkan harga BBM jenis umum mengalami kenaikan secara bertahap di sepanjang triwulan I Sebagian besar BBM seperti Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, dan Pertamina Dex secara rata-rata mengalami kenaikan sebanyak 2 (dua) kali dalam 3 bulan terakhir. Secara keseluruhan, rata-rata BBM jenis umum yang terjadi pada triwulan I 2018 mengalami kenaikan sebesar 7,73% dengan kenaikan terbesar terjadi pada Pertamina Dex (13,64%) dan Dexlite (10,96%). Meskipun kenaikan pada jenis Pertalite relatif kecil atau sekitar 4,00%, namun dampaknya dirasa cukup besar mengingat Pertalite memiliki porsi 40,6% 6 dari total konsumsi BBM nasional. Tabel 3.2 Penyesuaian Harga BBM Jenis Umum Sepanjang Triwulan I 2018 Harga per Harga per Harga per Harga per Harga per Jenis BBM Pertalite Pertamax Pertamax Turbo Dexlite Pertamina Dex Solar Non Subsidi Minyak Tanah Non Subsidi Sumber: Pertamina, (diolah) 50 Komoditas angkutan antar kota juga memberikan sumbangan inflasi tahunan yang tinggi sebesar 0,18% (yoy) sebagai dampak peningkatan permintaan saat mudik Lebaran pada Juni Kendati peningkatan IHK (Indeks Harga Konsumen) 7 dari komoditas angkutan antar kota yang terjadi pada Juni 2017 sudah mulai mengalami penurunan hingga triwulan I 2018, namun nilai IHK saat ini tidak berada pada level yang sama dengan sebelum peningkatan. Kondisi ini menyebabkan tingginya tekanan inflasi tahunan dari komoditas angkutan antar kota yaitu sebesar 15,65% (yoy). Selain itu, masih tingginya sumbangan inflasi dari komoditas rokok didorong oleh kenaikan bea cukai rokok sebesar 10,04% pada Harian Umum Republika, Februari Salah satu indikator ekonomi yang memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen.

72 PERKEMBANGAN INFLASI Volatile Food Bila dibandingkan dengan triwulan IV 2017, tekanan inflasi Volatile Food (VF) pada triwulan I 2018 tercatat meningkat yakni dari -0,27% (yoy) menjadi 4,64% (yoy). Namun jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, inflasi VF pada triwulan I 2018 relatif terkendali. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan inflasi kelompok bahan makanan yang tercatat 4,68% (yoy) atau lebih rendah dari ratarata tiga tahun sebelumnya sebesar 5,69% (yoy) (Grafik 3.5). Tabel 3.3 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Volatile Food Triwulan I 2018 Komoditas Volatile Food Penyumbang Inflasi TW Komoditas Volatile Food Penyumbang Deflasi TW Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Beras 0,43 11,87 Cabai Rawit -0,16-42,89 Daging Ayam Ras 0,16 13,01 Bawang Merah -0,14-18,97 Telur Ayam Ras 0,14 20,26 Bawang Putih -0,02-4,98 Cabai Merah 0,11 23,46 Kentang -0,02-4,33 Pepaya 0,09 37,07 Jeruk -0,02-2,93 Seperti telah dijelaskan sebelumnya, meningkatnya tekanan inflasi tahunan VF pada triwulan I 2018 disebabkan oleh tekanan inflasi dari komoditas beras yang sudah tinggi sejak Januari 2018 hingga memberikan andil bulanan sebesar 0,40% (mtm). Hal ini didorong oleh berkurangnya pasokan akibat permintaan yang tinggi saat masih musim tanam serta kegagalan panen padi pada akhir Kenaikan IHK pada komoditas beras pada awal 2018 ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2012 yaitu sekitar 11%. Inflasi tahunan beras juga terpantau meningkat dari 5,22% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 11,87% (yoy) pada triwulan I Sumber: BPS (diolah) Grafik 3. 9 Perkembangan Inflasi Kelompok Pengeluaran Bahan Makanan 51 Selain komoditas beras, komoditas daging ayam ras juga memberikan sumbangan inflasi tahunan yang relatif tinggi yaitu sebesar 0,16% (yoy). Inflasi daging ayam ras tercatat meningkat menjadi 13,01% (yoy) pada triwulan I 2018 dari -0,17% (yoy) pada triwulan IV Hal ini didorong oleh kenaikan harga sejak Januari 2018 hingga mencapai 30% 8 dari kondisi sebelumnya akibat berkurangnya pasokan dari peternak sementara permintaan terus meningkat. Berkurangnya pasokan ayam di tingkat peternak 8 Sumber: Satuan Tugas Pangan Jawa Barat

73 PERKEMBANGAN INFLASI disebabkan oleh keputusan para peternak ayam untuk menurunkan kapasitas produksinya karena takut merugi akibat fluktuasi harga ayam di level peternak dalam 2 (dua) tahun terakhir 9. Komoditas hortikultura seperti cabai rawit, bawang merah, bawang putih dan kentang terpant au sebagai komoditas pemberi sumbangan deflasi tahunan terbesar dari kelompok VF. Deflasi yang terjadi turut berkontribusi terhadap terjaganya inflasi kelompok VF. Deflasi dari komoditas hortikultura ini didorong oleh semakin kondusifnya cuaca di sepanjang 2017 dan 2018 dimana tidak terjadi fenomena cuaca ekstrem El Nino ataupun La Nina yang terjadi pada 2015 dan Selain itu, beberapa kelompok tani di Jawa Barat telah banyak menerapkan berbagai teknologi pertanian sebagai langkah antisipatif dalam menjaga pasokan komoditas pangan. Beberapa teknologi pertanian tersebut diantaranya adalah penggunaan greenhouse sebagai naungan lahan tanam komoditas yang rentan terhadap gangguan cuaca, penggunaan rain shelter, serta penggunaan mesin Controlled Atmosphere Storage (CAS) sebagai tempat penyimpanan komoditas bumbu-bumbuan terutama bawang merah serta cabai merah untuk menahan penyusutan. Inflasi Core Inflasi core pada triwulan I 2018 meningkat dari 3,03% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 3,10% (yoy). Peningkatan inflasi tahunan ini hanya terjadi untuk kelompok core traded, atau barang-barang yang dapat diperdagangkan secara global baik ekspor maupun impor, yakni sebesar 3,14% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 3,48% (yoy) pada triwulan I Adapun kelompok core non-traded, mengalami penurunan dari 2,85% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 2,50% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 3.10). 52 Sumber : BPS, (diolah) Grafik Perkembangan Inflasi Core Traded dan Non-Traded (yoy) Berbagai faktor domestik dan eksternal mempengaruhi pergerakan inflasi core traded dan nontraded. Meningkatnya tekanan inflasi core traded disumbang oleh adanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sudah berlangsung sejak awal 2018 dan tren harga emas dunia yang terus beranjak naik dari triwulan IV 2017 hingga triwulan I Sementara itu, pergerakan inflasi inti 9 Sumber: Perhimpunan Peternak Ayam Nasional (PPAN) Jawa Barat

74 PERKEMBANGAN INFLASI non-traded cenderung stabil walaupun sedikit menurun yang mengindikasikan bahwa permintaan barang dan jasa di pasar domestik mengalami sedikit penurunan. USD/IDR USD/IDR Monthly Average Quarterly Average 1800 Harga Emas g. Harga Emas - kanan % (YOY) /4/2016 2/4/2016 3/4/2016 4/4/2016 5/4/2016 6/4/2016 7/4/2016 8/4/2016 9/4/ /4/ /4/ /4/2016 1/4/2017 2/4/2017 3/4/2017 4/4/2017 5/4/2017 6/4/2017 7/4/2017 8/4/2017 9/4/ /4/ /4/ /4/2017 1/4/2018 2/4/2018 3/4/ I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia, (diolah) Grafik 3.11 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Sumber : Bloomberg, (diolah) Grafik 3.12 Perkembangan Harga Emas Dunia Menurunnya inflasi inti non-traded sejalan dengan hasil Survey Penjualan Eceran 10 dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat yang dilakukan di Kota Bandung. Berdasarkan hasil survei, kinerja penjualan eceran yang terindikasi dari Indeks Penjualan Riil (IPR) di Kota Bandung pada Maret 2018 melambat sebesar -23% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan Maret 2017 sebesar 3,9% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa di bulan yang sama pada tahun lalu, daya beli masyarakat pada tahun ini mengalami perlambatan. Kinerja penjualan eceran pada triwulan I 2018 juga terpantau menurun dibandingkan dengan triwulan IV Sementara itu, jika dilihat dari masing-masing kelompok komoditas (Grafik 3.14), kinerja penjualan eceran yang mengalami penurunan dari triwulan IV 2017 ke triwulan I 2018 antara lain Kelompok Makanan, Minum dan Tembakau (dari 163,7 menjadi 137,5); serta Kelompok Peralatan Rumah Tangga Lainnya (dari 39,1 menjadi 38,1). Menurunnya kelompok makanan, minum dan tembakau ditengarai didorong oleh adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat dari belanja ritel menjadi belanja wisata atau kebutuhan leisure. 53 Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) BI Jabar Grafik 3.13 Perkembangan Indeks Penjualan Riil Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) BI Jabar Grafik 3.14 Perkembangan Indeks Penjualan Riil Berdasarkan Kelompok Komoditas 10 Survei Penjualan Eceran (SPE) dilaksanakan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan PDRB dari sisi konsumsi swasta.

75 PERKEMBANGAN INFLASI Dari sisi sumbangan inflasi core, sumbangan inflasi terbesar pada triwulan ini adalah rekreasi (0,11%, yoy), upah pembantu RT (0,10%, yoy) dan emas perhiasan (0,09%, yoy). Tingginya tekanan inflasi tahunan dari rekreasi hingga mencapai 27,89% (yoy) semakin mendukung bahwa terdapat pergeseran pola konsumsi menjadi pemenuhan kebutuhan leisure. Di sisi lain, beberapa komoditas yang terpantau mengalami deflasi antara lain semen, gula pasir, dan cat tembok. Tabel 3.4 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Core Triwulan I 2018 Komoditas Core Inflation Penyumbang Inflasi TW Komoditas Core Inflation Penyumbang Deflasi TW Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Rekreasi 0,11 27,89 Semen -0,07-5,82 Upah Pembantu RT 0,10 6,65 Gula Pasir -0,05-13,40 Emas Perhiasan 0,09 14,25 Cat Tembok -0,02-3,15 Kopi Manis 0,09 18,98 Telepon Seluler -0,02-3,09 Bubur 0,07 10,34 Kaso -0,01-6,07 Sumber : BPS, (diolah) 3.3. Perkembangan Inflasi Antar Provinsi di Pulau Jawa Secara agregat, laju inflasi tahunan Pulau Jawa pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 3,47% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan laju inflasi tahunan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,78% (yoy). Namun demikian, laju inflasi pada triwulan ini masih berada di atas capaian nasional yang sebesar 3,40% (yoy). Secara keseluruhan, tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan ini didorong oleh kelompok administered prices, yaitu dari kenaikan harga BBM jenis umum serta kelompok core yang disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan akibat meningkatnya harga emas dunia. % (YOY) ,91 3,47 3,40 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Nasional Jawa Jawa Barat Sumber : BPS, (diolah) Grafik 3.15 Inflasi Nasional, Jawa dan Jawa Barat Adapun jika dilihat dari komoditas penyumbang inflasi dan deflasi secara tahunan, tekanan inflasi terbesar berasal dari komoditas beras (0,35%, yoy). Hal ini didorong oleh kenaikan harga beras pada awal 2018 akibat masih berlangsungnya musim tanam di wilayah Jawa Barat. Namun harga beras kini sudah mulai berangsur menurun sejak Maret Begitu pula halnya dengan tarif listrik yang memberikan sumbangan inflasi tahunan sebesar 0,35% (yoy) akibat dampak adanya pencabutan subsidi listrik dan penyesuaian tarif bagi pelanggan golongan 900VA.

76 PERKEMBANGAN INFLASI Sumber : BPS, (diolah) Tabel 3.5 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi di Pulau Jawa Triwulan I 2018 Komoditas Penyumbang Inflasi TW Komoditas Penyumbang Deflasi TW Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Beras 0,35 10,28 Cabai Rawit -0,13-44,90 Tarif Listrik 0,34 8,99 Bawang Merah -0,11-17,66 Bensin 0,15 4,59 Gula Pasir -0,06-13,87 Daging Ayam Ras 0,15 12,46 Semen -0,03-5,04 Emas Perhiasan 0,13 9,93 Minyak Goreng -0,01-1,60 Sementara itu, secara spasial, laju inflasi dari beberapa provinsi di Pulau Jawa perlu mendapatkan perhatian karena nilai inflasinya yang sudah berada di atas angka inflasi Jawa maupun Nasional, antara lain provinsi Jawa Barat dan Banten. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tingginya inflasi tahunan di Jawa Barat pada triwulan I 2018 didorong oleh kenaikan beberapa komoditas kelompok VF serta masih tingginya harga beras walaupun sudah berangsur menurun karena panen yang sudah mulai terjadi di beberapa wilayah. Adapun tingginya inflasi di provinsi Banten bersumber dari tekanan kelompok AP yang mengalami peningkatan akibat adanya penyesuaian harga BBM jenis umum. Sumber : BPS, (diolah) Gambar 3.1 Sebaran Inflasi Kumulatif dan Inflasi Tahunan di Pulau Jawa 3.4. Perkembangan Inflasi Kota di Jawa Barat Laju inflasi kumulatif bulan Januari hingga Maret 2018 dari 7 (tujuh) kota perhitungan inflasi menunjukkan kota Bekasi memiliki realisasi inflasi kumulatif Jawa Barat (1,49%, ytd) yaitu sebesar 2,21% (ytd). Realisasi inflasi kumulatif di kota Bekas tersebut terpantau meningkat dibanding laju inflasi kumulatif pada 2017, sebesar 1,20% (ytd). Tingginya tekanan inflasi kumulatif pada triwulan I 2018 di kota Bekasi disumbang oleh tingginya inflasi bulanan yang terjadi pada Januari sebesar 0,94% (mtm), Februari sebesar 0,59% (mtm) dan Maret sebesar 0,66% (mtm). 55 Sementara itu secara tahunan, terdapat 4 (empat) kota yang mengalami inflasi tahunan di atas tingkat inflasi Jawa Barat (3,91%,yoy) yaitu Bekasi (4,03%), Bogor (4,02%), Cirebon (4,54%) dan Tasikmalaya (4,16%). Di sisi lain, Depok menjadi kota dengan inflasi tahunan terendah pada triwulan ini dengan realisasi inflasi sebesar 3,56% (yoy). Secara umum, tingkat inflasi tahunan dari hampir sebagian

77 PERKEMBANGAN INFLASI besar kota perhitungan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan IV 2017 kecuali kota Depok, Bogor dan Sukabumi (Grafik 3.17). Sumber : BPS, (diolah) Grafik Laju Inflasi Kumulatif Kota Perhitungan (ytd) Sumber : BPS, (diolah) Grafik Laju Inflasi Tahunan Kota Perhitungan (yoy) Melihat laju inflasi yang sudah relatif tinggi sejak awal tahun, berbagai upaya terpadu dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan menjadi hal yang penting dalam meredam tekanan inflasi yang lebih dalam. Adapun daerah-daerah yang patut menjadi fokus pengendalian adalah kota-kota yang memiliki laju inflasi kumulatif pada awal tahun lebih tinggi dibanding tahun lalu, seperti kota Bandung, Bekasi, Cirebon dan Tasikmalaya (Grafik 3.16). Fokus pengendalian inflasi dapat dilakukan dengan melihat komoditas yang secara historis, selalu memberikan sumbangan inflasi terbesar. Hal ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah serta lembaga/instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kab/Kota dalam mengendalikan tekanan inflasi yang lebih dalam dari komoditas yang sama pada bulan-bulan selanjutnya (forward looking). Sebagai contoh di kota Bekasi yang memiliki laju inflasi kumulatif tertinggi di Jawa Barat, penyumbang inflasi terbesar pada triwulan I 2018 berasal dari kelompok AP yaitu tarif listrik serta komoditas VF antara lain beras, daging ayam ras dan cabai merah. 56 Tabel 3.6 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Bulanan Kota Bekasi pada Triwulan I 2018 Komoditas Penyumbang Inflasi di Bekasi Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Tarif Listrik 0,44 Bawang Merah -0,18 Beras 0,43 Cabai Rawit -0,17 Daging Ayam Ras 0,30 Jeruk -0,10 Cabai Merah 0,18 Kentang -0,05 Rokok Kretek Filter 0,18 Gula Pasir -0,05 Sumber : BPS, (diolah) Komoditas Penyumbang Deflasi di Bekasi 3.5. Perkembangan Inflasi Triwulan II 2018 Inflasi IHK tahunan Jawa Barat pada triwulan II 2018 diperkirakan berada pada rentang 3,5 0% - 3,70% (yoy) menurun dibandingkan realisasi triwulan I 2018 sebesar 3,91% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi ini didorong oleh berlangsungnya panen raya padi yang diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Mei serta kondisi cuaca yang sudah relatif lebih kondusif pada bulan Maret 2018 untuk mendukung masa tanam serta masa panen komoditas bahan makanan. Selain itu, karena Ramadhan dan

78 PERKEMBANGAN INFLASI Idul Fitri jatuh pada pertengahan bulan, perhitungan inflasi akan terbagi dua yaitu di bulan Mei dan Juni sehingga laju inflasi tidak akan tinggi sekali di salah satu bulan. Secara umum, tekanan inflasi pada triwulan II 2018 diperkirakan berasal dari kelompok volatile food (VF) dan administered prices (AP). Memasuki bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, permintaan beberapa komoditas bahan makanan yang secara musiman akan mengalami peningkatan selama Ramadhan seiring dengan terbatasnya pasokan. Dari sisi AP, tarif transportasi terutama tarif kereta api, angkutan udara serta angkutan antar kota akan mengalami peningkatan khususnya saat libur long weekend dan perayaan hari raya keagamaan. Memasuki bulan April 2018, Jawa Barat mengalami deflasi sebesar 0,04% (mtm) atau 3,70% (yoy), berbeda dengan nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,10% (mtm) atau 3,41% (yoy). Kondisi deflasi ini turut berkontribusi terhadap terkendalinya inflasi Jawa Barat setelah mengalami inflasi yang relatif besar pada triwulan I Adapun tekanan inflasi pada April 2018 disumbang oleh kelompok core dan AP sementara penyumbang deflasi berasal dari kelompok VF. Deflasi yang terjadi didorong oleh pasokan beras yang melimpah dikarenakan masih berlangsungnya panen raya dan melimpahnya pasokan sayuran dan buah-buahan. Dari sisi kelompok VF, secara bulanan, pada April 2018 mengalami deflasi sebesar 0,97% (mtm) atau menurun dibandingkan dengan bulan Maret 2018 yang sebesar 0,60% (mtm). Hal ini didorong oleh panen raya padi di sebagian besar sentra produksi di Jawa serta sudah mulai masuknya masa panen sebagian komoditas bahan makanan seperti aneka cabai. Tekanan inflasi dari komoditas lain seperti aneka bawang juga diperkirakan akan rendah pada triwulan II 2018 seiring dengan panen raya bawang yang diperkirakan akan berlangsung pada bulan Mei hingga Agustus dan didukung oleh faktor cuaca yang kondusif. Adapun komoditas yang diperkirakan akan memberikan sumbangan inflasi tinggi adalah komoditas bahan makanan yang secara musiman akan naik selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri seperti daging ayam ras dan telur ayam ras. Gejolak harga pada kedua komoditas tersebut diperparah dengan adanya penguatan kurs dolar terhadap rupiah yang menyebabkan tingginya harga pakan. Pakan ternak yang digunakan selama ini oleh peternak mengandung konsentrat yang masih diperoleh melalui impor. Hal ini menyebabkan adanya kenaikan harga ayam DOC (day old chicken) yang merembet pada kenaikan harga daging ayam. Tekanan inflasi untuk kelompok VF diharapkan akan terkendali seiring dengan berbagai persiapan program pengendalian inflasi di setiap provinsi di Pulau Jawa oleh TPID dan lembaga/instansi terkait di masing-masing provinsi dan Kab/Kota. Beberapa program pengendalian inflasi tersebut antara lain penyelenggaraan pasar murah, operasi pasar, sidak pasar serta iklan layanan masyarakat. 57 Sementara itu jika melihat dari sisi kelompok AP, tekanan inflasi pada triwulan II 2018 diperkirakan akan didorong oleh kenaikan tarif transportasi akibat banyaknya hari libur long weekend dan hari raya Idul Fitri. Untuk kasus Jawa Barat, pemberi sumbangan terbesar dari segi transportasi diperkirakan berasal dari angkutan antar kota dan tarif kereta api karena moda transportasi ini masih menjadi pilihan utama bagi mayoritas masyarakat untuk bepergian ke luar kota. Tekanan juga diperkirakan berasal dari komoditas bensin seiring dengan naiknya harga beberapa BBM jenis umum seperti Pertalite dan Pertamax yang dilakukan pada akhir Maret 2018 yang dampaknya masih terlihat pada bulan April. Kendati demikian,

79 PERKEMBANGAN INFLASI tekanan inflasi dari kelompok AP ini masih dapat dijaga dari gejolak yang berlebih seiring dengan adanya komitmen dari Pemerintah untuk tidak menaikkan BBM selama Ramadhan dan Idul Fitri. Kelompok core juga diperkirakan akan memberikan sumbangan inflasi dengan potensi dampak terhadap inflasi IHK yang relatif moderat. Selain karena adanya kenaikan harga emas dunia yang mendorong tingginya harga komoditas emas perhiasan, inflasi core juga akan didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat terhadap beberapa komoditas selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Komoditas core yang secara musiman akan mengalami peningkatan antara lain adalah kelompok sandang, biaya rekreasi serta produk turunan dari bahan makanan seperti komoditas nasi dengan lauk. Tekanan inflasi juga diperkirakan akan lebih tinggi karena kebijakan Pemerintah yang memperpanjang cuti bersama lebaran yang semula hanya 4 (empat) hari menjadi 7 (tujuh) hari. Secara ringkas, beberapa upward risk yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi pada triwulan II 2018 di Jawa Barat meliputi : Kenaikan harga berbagai komoditas bahan makanan menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Kenaikan tarif angkutan akibat banyaknya hari libur atau long weekend serta menjelang periode mudik Lebaran. Transmisi kebijakan kenaikan cukai rokok yang masih berlangsung secara bertahap. Meningkatnya harga minyak dunia yang masih berpotensi untuk mendorong penyesuaian harga BBM. Tren peningkatan harga emas dunia. Penguatan nilai tukar dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia. Meningkatnya permintaan beberapa komoditas kelompok core sebagai dampak dari periode kampanye pilkada yang berlangsung selama 4 bulan (dari bulan Februari hingga Mei 2018) serta Pilkada serentak pada Juni 2018 di 16 Kab/Kota dan di Provinsi Jawa Barat Program Pengendalian Inflasi Daerah 58 Pada tahun 2018, fokus program pengendalian inflasi TPID Provinsi Jawa Barat tetap mengacu kepada 6 (enam) aspek sebagaimana tercantum dalam roadmap pengendalian inflasi daerah Provinsi Jawa Barat (Gambar 3.1). Komoditas pangan strategis di tahun 2018 tetap menjadi perhatian utama dalam pengendalian inflasi sebagaimana komoditas tersebut merupakan penyumbang utama tingkat inflasi. Keterbatasan pasokan dan kelancaran distribusi secara signifikan menjadi faktor utama yang mempengaruhi fluktuasi harga kelompok volatile foods.

80 PERKEMBANGAN INFLASI Gambar 3.2 Strategi Pengendalian Inflasi 2018 Jawa Barat Pelaksanaan Kegiatan TPID Jawa Barat Selama triwulan I 2018, beberapa upaya pengendalian inflasi telah dilakukan oleh TPID Provinsi Jawa Barat, baik dari sisi koordinasi, seperti penyelenggaraan pertemuan-pertemuan meliputi Rapat Teknis, High Level Meeting, Rapat Koordinasi TPID 7 (Tujuh) Kota maupun dari sisi strategis melalui aktivasi Sistem Resi Gudang. Berdasarkan hal tersebut, berikut pengelompokan kegiatan pengendalian inflasi yang terbagi menjadi Program Rutin dan Program Strategis sebagaimana berikut: Tabel 3.7 Program Rutin dan Program Strategis Kegiatan Pengendalian Inflasi di Jawa Barat PROGRAM RUTIN PROGRAM STRATEGIS Kegiatan Keterangan Kegiatan Keterangan High Level Meeting (10 Januari 2018) Dilakukan dalam rangka mengendalikan kenaikan harga beras yang terjadi pada awal tahun Hasil dari rapat tersebut antara lain: Pelaksanaan operasi pasar oleh dinas/instansi terkait di seluruh pasar yang disurvey oleh BPS. Pelaksanaan program Bazaar Murah oleh Dinas Ketahanan Pangan di Bandung dan Cimahi. Pimpinan Daerah untuk melakukan inspeksi lapangan dan optimalisasi satgas pangan. Publikasi terkait penyelenggaraan operasi pasar dan bazaar murah. Pengendalian Ekspektasi (17 Januari 2018) Penyelenggaraan kegiatan Talkshow bersama media NET TV terkait dengan pengelolaan ekspektasi masyarakat mengenai isu kenaikan harga beras. Narasumber dalam kegiatan talkshow dimaksud yaitu Wakil Ketua TPID Provinsi Jawa Barat, Kepala Satgas Pangan Polda Jabar dan Bulog Divre Jabar. 59

81 PERKEMBANGAN INFLASI PROGRAM RUTIN PROGRAM STRATEGIS Kegiatan Keterangan Kegiatan Keterangan Koordinasi (Januari-Februari 2018) Rakorwil (22 Maret 2018) Konsinyering Pelaporan TPID Tahun 2017 Rapat Koordinasi Pelaporan Kegiatan TPID Periode 2017 Kunjungan TPID DKI Jakarta ke KPwBI Provinsi Jawa Barat Rapat Koordinasi Wilayah TPID se-jawa Barat terkait persiapan menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang berbarengan dengan Tahun Ajaran Baru Capacity Building (25 Januari 2018) Sistem Resi Gudang (Februari Maret 2018) Operasi Pasar (Januari 2018) Capacity building terkait dengan lesson learned dari TPID Provinsi Jawa Tengah sebagai juara TPID Terbaik 2 (dua) periode berturutturut dan TPID Kabupaten Boyolali sebagai TPID Terinovatif. FGD Aktivasi SRG Kab. Sumedang pada 14 Februari 2018 FGD SRG Kab. Bogor terkait pemahaman konsep Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dinas Perindustrian & Perdagangan Kab. Bogor dengan Bagian Kerja Sama Kab. Bogor. Penyelenggaraan gerakan stabilisasi harga, bazar murah dan operasi pasar murah di 10 kecamatan (10-12 Januari 2018) Peluncuran Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Kementerian Sosial, sebanyak kurang lebih ton beras Tantangan Dalam Pelaksanaan Pengendalian Inflasi 60 Secara umum, tantangan atau kendala dalam rangka pengendalian inflasi di Jawa Barat masih bersumber dari faktor cuaca, momen tahunan seperti hari besar keagamaan dan faktor kebijakan pemerintah pusat terkait harga komponen administered prices. Namun demikian, selain tantangan atau kendala sebagaimana dijelaskan sebelumnya yaitu mengenai distribusi komoditas pangan strategis yang belum efisien. Selama ini, distribusi komoditas pangan strategis, contohnya saja cabai merah dan beras, yang sebagian besar dipasok ke luar Jawa Barat. Sementara itu, dari sisi lain, kendala efektivitas pengendalian inflasi di Jawa Barat terutama bagi Pemerintah Daerah ataupun instansi terkait diantaranya: a. Masih bervariasinya komitmen pemerintah dari beberapa daerah maupun instansi terkait dalam melaksanakan program pengendalian inflasi. b. Program kerja pengendalian inflasi di masing-masing Lembaga/instansi yang belum terintegrasi dan bersinergi sehingga dampak dari program tersebut terhadap masyarakat belum optimal. c. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap program pengendalian inflasi yang diinisiasi/dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

82 PERKEMBANGAN INFLASI Rencana Program Pengendalian Inflasi Triwulan II 2018 Menghadapi risiko inflasi pada triwulan II 2018 terutama menjelang momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), TPID Provinsi Jawa Barat bersama dengan TPID Kabupaten/Kota di Jawa Barat akan menyelenggarakan beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Penguatan koordinasi dan kelembagaan melalui Rapat Koordinasi dan Rapat Koordinasi Wilayah. b. Penyusunan pola inflasi menjelang HBKN. c. FGD program pengendalian inflasi terutama di 7 (tujuh) Kota IHK di Jawa Barat. d. Pengendalian ekspektasi masyarakat salah satunya melalui Forum Ulama se-jawa Barat dan Talkshow di media. e. Operasi Pasar. f. Inspeksi Lapangan oleh Kepala Daerah dan Satgas Pangan. 61

83 PERKEMBANGAN INFLASI BOKS 3 UTILISASI SISTEM RESI GUDANG DI JAWA BARAT SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN INFLASI DI DAERAH Sistem Resi Gudang mulai dikenal di Indonesia sejak 6 tahun terakhir. Sebelum munculnya UU no.9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana dirubah dengan UU No.9 Tahun 2011, dikenal berbagai terobosan baik oleh pemerintah maupun pelaku usaha dalam sistem tata niaga komoditi pertanian. Beberapa diantaranya yang hampir mirip dengan Sistem Resi Gudang adalah sistem tunda jual, gadai gabah, dan yang terakhir adalah CMA (Collateral Management Agrement). Resi Gudang merupakan instrumen yang memberdayakan petani, dimana komoditas yang dihasilkan mampu memberikan nilai ekonomis dalam bentuk nilai penjaminan, yang dapat dipergunakan untuk memperoleh kredit dari bank dan lembaga keuangan non-bank, dengan tingkat bunga yang rendah. Melalui Sistem Resi Gudang diharapkan petani, kelompok tani, koperasi, dunia usaha kecil dan menengah Indonesia dapat meningkatkan produktivitasnya. Hal ini bermuara pada meningkatnya daya saing mereka di perekonomian nasional, dan lebih jauh lagi di pasar dunia. 62 Ditinjau dari kelengkapan infrastruktur sistem dan keamanannya, Sistem Resi Gudang dapat dikatakan cukup aman jika dibandingkan dengan beberapa sistem yang pernah ada di Indonesia. Dalam Sistem Resi Gudang terdapat jaminan keamanan bagi perbankan karena semua data penatausahaan Resi Gudang terpusat di Pusat Registrasi dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Selain itu, terdapat kepastian mutu bagi pemilik barang maupun calon pemilik barang karena barang yang disimpan dikelola dengan baik oleh Pengelola Gudang dan diuji mutu sebelumnya oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian independen yang telah mendapat sertifikasi dan mendapatkan persetujuan dari BAPPEBTI. Adanya SRG berawal dari permasalahan di kalangan petani terutama komoditas pangan utama seperti beras maupun dikalangan pelaku usaha sebagai agen pemasaran. Kala itu, apabila memasuki musim panen, tidak ada pilihan kecuali menjual komoditinya segera setelah panen kepada pedagang tengkulak, saat dimana harga hasil komoditi cenderung bearish (turun). Harga dasar yang ditetapkan pemerintah atas

84 PERKEMBANGAN INFLASI suatu komoditi dalam prakteknya terdistorsi di tingkat pasar dan tidak optimal memberikan manfaat kepada petani. Di sisi lain, bagi pelaku usaha, panjangnya rantai perdagangan dan juga keterbatasan modal menjadi kendala dalam pemasaran produk, terutama komoditas beras. Hal ini menunjukkan bahwa daya saing petani dan pelaku usaha pertanian Indonesia masih relatif lemah. Selain itu, untuk mendapatkan akses pembiayaan, juga masih terkendala dengan berbagai persyaratan. Berawal dari permasalahan tersebut, Pemerintah mulai mengenalkan SRG sebagai salah satu solusi permasalahan tersebut. Dengan adanya SRG, diharapkan mampu memberikan kepastian komoditas, manfaat tunda jual, adanya pembiayaan komoditas, tumbuhnya industri, dan sebagai salah satu instrumen pemerintah dalam pengendalian stok. Dalam prakteknya, SRG memiliki dua peranan penting. Pertama, bagi sektor riil, sebagai upaya pemberdayaan UMKM/Koperasi dan merupakan salah satu cara untuk membuka akses pembiayaan bagi UMKM/Koperasi/PelakuUsaha/Petani serta diharapkan mampu meningkatkan literasi keuangan di Indonesia. Kedua, bagi Sektor Moneter, sebagai salah satu instrumen pengendalian inflasi, instrumen stabilitas harga bahan pokok dan pengembangan perbankan daerah. Secara rinci, dengan adanya SRG tidak hanya memberikan manfaat kepada petani akan tetapi juga kepada kalangan pelaku usaha, industri, lembaga keuangan, pergudangan dan Pemerintah. Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga yang sangat concern terhadap perkembangan harga komoditas strategis, merasa perlu untuk turut serta dalam memajukan dan mengoptimalkan SRG. Dalam mendukung SRG, Bank Indonesia memberikan dukungan diantaranya: Capacity Building Revitalisasi SRG kepada Pemda, Koperasi, maupun Kelompok Tani; Peningkatan produktivitas kelompok tani melalui bantuan teknis dan non-teknis; Peningkatan kemampuan administrasi dan pengenalan perbankan pada kelompok tani; dan Peningkatan akses keuangan (penguatan infrastruktur keuangan dan penggunaan alat pembayaran non-tunai). Selain itu, untuk mempercepat optimalisasi SRG di Jawa Barat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia bersinergi dengan PT Pos Indonesia, BAPPEBTI, dan Dinas Perindustrian & Perdagangan Provinsi Jawa Barat yang tertuang dalam Nota Kesepahaman (MoU) pada tahun Adapun isi dari MoU tersebut yaitu: Mewujudkan implementasi Sistem Resi Gudang secara lebih luas, cepat, sinergis dan terintegrasi dari hulu sampai hilir termasuk dengan pemasarannya Pertukaran data dan informasi terkait Sistem Resi Gudang Sosialisasi, edukasi, bimbingan teknis dan penyuluhan SRG kepada pemerintah daerah, petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi, calon pengelola gudang, dan pelaku usaha lainnya Optimalisasi sarana dan prasarana yang dimiliki dan mendukung perkembangan Pasar Lelang Komoditas dan integrasinya Penguatan kelembagaan Sistem Resi Gudang yang terkait Sumber Daya Manusia (SDM), infrastruktur, jaringan logistik, operasional, sumber pembiayaan, pemasaran, peran stakeholder, dan model bisnis; dan 63

85 PERKEMBANGAN INFLASI Penelitian dan pengembangan, dan hal lainnya. Peran Bank Indonesia, khususnya Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dalam memajukan SRG adalah Melakukan pengumpulan informasi ekonomi strategis serta menyusun rekomendasi kebijakan ekonomi dan keuangan daerah. Lalu melakukan koordinasi dan program kerjasama dalam rangka pengembangan ekonomi daerah, khususnya terkait dengan Sistem Resi Gudang dan melakukan monitoring dan pelaporan kegiatan serta melakukan kegiatan dalam rangka peningkatan akses keuangan, melalui penguatan infrastruktur keuangan dan melaksanakan program penggunaan alat pembayaran non-tunai (elektronifikasi). Selain itu, membangun jejaring dengan stakeholders daerah yang sangat diperlukan dalam mempercepat aktivasi SRG di Jawa Barat. Adanya SRG erat kaitannya dengan pengendalian inflasi. Berdasarkan andil inflasi di Jawa Barat, dari 15 Komoditas tertinggi yang memberikan andil inflasi kumulatif dari tahun , mayoritas disebabkan oleh kelompok volatile foods (VF). Dari grafik diatas terlihat bahwa beras memiliki andil cukup besar terhadap inflasi Jawa Barat (1,55%) dengan tingkat frekuensi yang tertinggi bagi kelompok VF (32 kali). Selain itu, komoditas beras pun memiliki bobot cukup tinggi yakni sebesar 3,67% dari 435 komoditas. Maka dari itu, adanya SRG sejalan dengan upaya untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dalam rangka stabi 64 Di Jawa Barat sendiri, terdapat 12 Gudang yang terletak di 11 Kabupaten. Adapun lokasi gudang tersebut diantaranya berada di Kab. Bogor, Kab. Purwakarta, Kab. Cianjur, Kab. Subang, Kab. Sumedang, Kab. Indramayu, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan, Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, dan Kab. Ciamis (2 Gudang). Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Barat melalui program PROPER KAHIJI UTAMA juga mencanangkan program peningkatan akses pembiayaan bagi SRG, pengaktifan SRG pasif, capacity building kepada pengelola Gudang dan perluasan cakupan integrasi SRG dengan Pasar Lelang Komoditas Online. Pada tahun 2016 lalu, telah dilakukan Launching Pilot Project Integrasi SRG dengan Pasar Lelang Komoditas (PLK) di Kab. Cianjur yang diresmikan secara langsung oleh Menteri Perdagangan dan dihadiri oleh Menko Perekonomian, Menteri Pertanian, Gubernur Jabar, Ka KPw BI Jabar. Adapun tujuan dari integrasi ini yaitu sebagai upaya optimalisasi peran pengelola gudang SRG melalui model bisnis integrasi hulu-hilir dan diseminasi informasi harga melalui Pasar Lelang digunakan sebagai acuan penentuan harga komoditas nasional. Integrasi SRG dengan PLK Online sebagai upaya menjaga pasokan pangan, menekan

86 PERKEMBANGAN INFLASI tingkat inflasi, dan stabilisasi harga pangan. Dalam hal integrasi, dari sisi SRG, peran pengelola gudang diharapkan tidak hanya melakukan pemrosesan pemasukan barang, pemeliharaan dan pengeluaran barang, melainkan juga penyedia jasa saprotan bahkan hingga penyalur pembiayaan dan aktif dalam membantu pemasaran (sebagai penyelenggara lelang komoditas) dengan memanfaatkan jaringan komunikasi dan sistem yang sudah operasional ataupun yang akan dikembangkan kedepannya. Sementara itu, dari sisi PLK, tujuan dari integrasi tersebut adalah sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan peningkatan kapasitas pasar lelang dengan menempuh strategi revitalisasi (sinergi PLK & SRG). 65

87 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM BAB IV Stabilitas keuangan Jawa Barat masih terjaga dengan kinerja intermediasi yang meningkat meskipun terdapat peningkatan risiko kredit Stabilitas pada segmen korporasi dan rumah tangga juga masih terjaga Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat meluncurkan Locarvest sebagai inovasi teknologi digital di bidang sistem logistik pangan PERTUMBUHAN KREDIT 9,69% Tw I 2018, yoy PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA PERTUMBUHAN KREDIT UMKM Tw I 2018, yoy 11,82% Tw I 2018, yoy LOAN-TO-DEPOSIT RATIO 8,66% 11,84% 91,52% 3,41% Tw I 2018, yoy NON-PERFORMING LOAN Tw I 2018 Tw IV 17 : 7,81% Tw IV 17 : 12,27% Tw I 2018, Tw IV 17 yoy : 11,26% Tw IV 17 : 88,25% Tw IV 17 : 3,19%

88 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM Stabilitas keuangan Jawa Barat triwulan I 2018 terpantau masih cukup baik. Hal ini tercermin dari kinerja intermediasi perbankan yang meningkat, meskipun terdapat peningkatan risiko kredit (Gambar 4.1). Peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) 1 bank-bank yang berlokasi di Jawa Barat sejalan dengan peningkatan kredit, mendorong peningkatan intermediasi triwulan I Rasio LDR tercatat sebesar 91,52% pada periode tersebut. Rasio tersebut meningkat baik dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 88,25% maupun dengan triwulan I 2017 sebesar 90,89%. Di sisi lain, stabilitas keuangan Jawa Barat masih dibayangi peningkatan risiko kredit (penurunan kualitas kredit). Rasio Non Performing Loan (NPL) 2 kredit yang disalurkan untuk Jawa Barat terpantau sebesar 3,41%. Rasio tersebut meningkat dibandingkan triwulan lalu dan periode yang sama pada tahun sebelumnya, meskipun masih di bawah ambang batas aman 5%. Peningkatan kinerja intermediasi lebih didorong oleh meningkatnya kredit di tengah melambatnya simpanan. Peningkatan kredit terjadi pada jenis kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jawa Barat. Pada triwulan I 2018, kredit tersebut tercatat tumbuh meningkat sebesar 9,41%. Pertumbuhan yang meningkat juga terjadi pada kredit yang disalurkan untuk lokasi proyek di Jawa Barat. Total kredit tersebut tercatat sebesar Rp621,89 triliun pada triwulan I Level pertumbuhannya mencapai 9,69% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan IV 2017 sebesar 7,81% (yoy) maupun terhadap triwulan I 2017 sebesar 8,40%. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) melambat sebesar 8,66% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 12,27% (yoy). Namun pertumbuhan DPK triwulan I 2018 tersebut tetap lebih tinggi jika dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 8,20% (yoy). Peningkatan kredit juga terjadi pada segmen korporasi dan rumah tangga, meskipun kenaikan risiko kredit juga terjadi pada kedua segmen. Penyaluran kredit korporasi di Jawa Barat tercatat tumbuh meningkat sebesar 5,61% (yoy). Kondisi yang sama juga terjadi pada segmen rumah tangga, dengan pertumbuhan 16,79% (yoy). Peningkatan risiko kredit secara umum terjadi baik korporasi maupun rumah tangga, dengan NPL berturut-turut 4,80% dan 2,08%. 67 Gambar 4.1 Ringkasan Asesmen Kinerja Perbankan 1 LDR adalah rasio yang menunjukkan rasio dari total kredit (outstanding) terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK) pada suatu periode 2 NPL adalah rasio kredit bermasalah (total kredit kolektibilitas 3, 4 dan 5) terhadap total outstanding kredit pada suatu periode

89 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM 4.1. Asesmen Intermediasi Perbankan Perkembangan Kredit Penyaluran kredit (lokasi proyek di Jawa Barat dan lokasi bank) 3 di Jawa Barat meningkat dibandingkan triwulan IV 2017 dan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kedua jenis kredit pada triwulan I 2018 berturut-turut sebesar 9,69% (yoy) dan 9,41% (yoy) (Grafik 4.1). Tren penurunan suku bunga kredit dan peningkatan pertumbuhan ekonomi menunjukkan dampaknya terhadap peningkatan kredit. Total kredit yang disalurkan untuk lokasi proyek di Jawa Barat tercatat Rp621,89 triliun Pada triwulan I Kredit tersebut tumbuh sebesar 9,69% (yoy) yang meningkat dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 7,81% (yoy) maupun dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 8,40% (yoy). Level pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi dari triwulan-triwulan sebelumnya sejak tahun Kondisi serupa juga terjadi pada kredit yang disalurkan oleh bank umum yang berkantor di Jawa Barat. Terus membaiknya proses konsolidasi perbankan diperkirakan juga menjadi latar belakang peningkatan kredit. Di sisi lain, masih berlanjutnya proses konsolidasi korporasi terindikasi menjadi faktor yang menahan pertumbuhan kredit masih di bawah target 10% - 12% tahun Dari jenis penggunaannya, peningkatan kredit lokasi proyek terutama terjadi pada jenis kredit modal kerja (Grafik 4.1). Kredit lokasi proyek di Jawa Barat dapat dibagi atas tiga jenis penggunaan. Salah satunya adalah kredit modal kerja dengan pangsa 39,14%. Jenis kredit lainnya adalah kredit konsumsi dengan pangsa tertinggi (43,19%) dan kredit investasi (17,69%) (Grafik 4.1). Total kredit modal kerja pada periode tersebut adalah Rp243,53 triliun yang tumbuh sebesar 12,43% (yoy). Meskipun tidak setinggi kredit konsumsi, perubahan pertumbuhan kredit modal kerja paling besar diantara jenis kredit lainnya dari triwulan IV 2017 ke triwulan I Peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi triwulan I 2018 dan persiapan stok menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, diperkirakan menjadi latar belakang peningkatan kredit tersebut. 68 Di sisi lain, perlambatan dirasakan pada kredit konsumsi seiring dengan akselerasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang belum pesat. Dari sisi nominal, total kredit konsumsi pada triwulan I 2018 adalah Rp269,13 triliun. Pada triwulan I 2018, kredit konsumsi tumbuh tinggi sebesar 12,82% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 12,60% (yoy) namun melambat jika dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 13,63% (yoy). Level pertumbuhan tersebut juga merupakan yang tertinggi dibandingkan seluruh jenis kredit lainnya. Ekspektasi kondisi ekonomi yang semakin membaik diperkirakan menjadi latar belakang pendorong permintaan masyarakat terhadap kredit konsumsi. Kredit investasi masih menunjukkan pertumbuhan negatif, meskipun membaik dibandingkan triwulan IV Total kredit investasi pada triwulan I 2018 adalah Rp109,23 triliun dengan pertumbuhan -2,29% (yoy). Pertumbuhan tersebut membaik dibandingkan kondisi triwulan IV 2017 sebesar -2,89% (yoy). Namun level tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 4,90%. Meningkatnya investasi 3 Kredit yang disalurkan oleh bank umum terbagi atas kredit lokasi proyek dan lokasi bank. Kredit lokasi proyek adalah kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Barat maupun luar Jawa Barat untuk proyek di Jawa Barat. Sementara itu, kredit lokasi bank adalah kredit yang disalurkan oleh bank umum yang berkantor di Jawa Barat (lokasi proyek/kegiatan di Jawa Barat ataupun luar Jawa Barat).

90 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM langsung baik PMA/PMDN 4 Jawa Barat diperkirakan menahan pertumbuhan pada jenis kredit ini dibandingnkan kondisi tahun sebelumnya, di tengah penurunan tren suku bunga kredit. Grafik 4.1 Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 4.2 Proporsi Kredit menurut Jenis Penggunaan Berlanjutnya tren penurunan suku bunga kredit (Grafik 4.3), dan membaiknya perekonomian mendorong pertumbuhan kredit meningkat. Tren penurunan suku bunga terjadi pada seluruh jenis penggunaan. Namun, terlihat bahwa penurunan tren suku bunga kredit investasi relatif tidak setajam kedua jenis kredit lainnya. Hal ini diperkirakan menjadi latar belakang lain dari rendahnya permintaan kredit tersebut, yang mendorong pertumbuhan kredit investasi masih negatif. Grafik 4.3 Perkembangan Suku Bunga Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Jawa Barat Pada sisi lapangan usaha (LU) utama, peningkatan kredit terjadi pada banyak lapangan usaha dengan peningkatan terbesar terutama pada industri pengolahan dan jasa. Industri pengolahan adalah lapangan usaha dengan pangsa kredit terbesar di Jawa Barat (Tabel 4.1). Kondisi ini sejalan dengan struktur ekonomi Jawa Barat yang banyak ditopang industri pengolahan. Pada triwulan I 2018 kredit untuk industri pengolahan meningkat menjadi 1,31% (yoy) setelah tumbuh negatif pada triwulan IV 2017 sebesar -4,54% (yoy) dan pada triwulan I 2017 sebesar -4,78%. Peningkatan juga terjadi pada jenis kredit jasa dunia usaha dan jasa sosial. Total kredit pada jasa dunia usaha mencapai sebesar Rp30,02 triliun dengan pertumbuhan sangat yang meningkat pesat menjadi 19,40% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,48% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada LU jasa sosial. Total kredit untuk LU jasa sosial pada triwulan I 2018 adalah Rp12,95 triliun dengan pertumbuhan yang meningkat tinggi sebesar 10,84% (yoy). Kondisi ini bisa menjadi salah satu indikator pergerakan struktur ekonomi Jawa Barat menuju lapangan usaha tersier seperti jasa-jasa Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

91 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM Di sisi lain, perlambatan kredit terpantau pada LU perdagangan, konstruksi serta LU listrik, gas dan air. Sejalan dengan pendorong utama perekonomian Jawa Barat, kredit untuk LU perdagangan besar dan eceran juga besar. Pangsa untuk kredit ini mencapai 15,36% pada triwulan I Namun, di tengah pangsanya yang masih tinggi, pertumbuhan kredit ini mengalami perlambatan. Pada triwulan I 2018 dengan total kredit Rp95,54 triliun pertumbuhannya hanya sebesar 7,92% (yoy). Nilai tersebut di bawah pertumbuhan triwulan IV 2017 sebesar 8,72% (yoy) maupun terhadap triwulan I 2017 sebesar 10,25%. Begitu pula dengan kredit LU konstruksi dan kredit LU angkutan dan komunikasi yang mengalami perlambatan. Sementara itu, pertumbuhan kredit LU listrik, gas dan air meskipun melambat menjadi 33,18% (yoy) namun masih menjadi LU dengan level pertumbuhan kredit tertinggi. Tabel 4. 1 Pertumbuhan Kredit untuk Lapangan Usaha Utama di Jawa Barat Pertumbuhan (% yoy) Arah Tw I '18 Kredit Sektor Utama terhadap Pangsa (%) Tw I '17 Tw IV '17 Tw I '18 Tw IV '17 Industri Pengolahan -4,78-4,54 1,31 21,07 Perdagangan Besar & 10,25 8,72 7,92 15,36 Eceran Konstruksi 24,28 21,97 21,77 4,63 Angkutan & 26,56 0,02 2,16 3,33 Komunikasi Jasa Dunia Usaha 11,49 11,48 19,70 4,83 Kinerja intermediasi perbankan yang menurun sejak 2017 kembali meningkat pada triwulan I 2018 (Grafik 4.4). Hal ini tercermin dari rasio LDR bank umum yang berlokasi di Jawa Barat yang berada pada level 91,52%. Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi daripada Dana Pihak Ketiga (DPK) mendorong peningkatan rasio LDR. Rasio LDR ini merupakan yang tertinggi sejak awal Grafik 4.4 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Dana Pihak Ketiga Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) melambat sebesar 8,66% pada triwulan I 2018 dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 12,27% (yoy). Namun pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 8,20%. Total DPK Jawa Barat pada triwulan I 2018 tercatat sebesar Rp438,37 triliun. Perlambatan DPK terjadi pada jenis giro dan deposito. Hal ini diperkirakan terjadi seiring dengan berlanjutnya

92 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM tren penurunan suku bunga simpanan serta konsolidasi rumah tangga pasca libur akhir tahun. Perlambatan terbesar terutama pada jenis deposito dari 10,11% (yoy) menjadi 4,31% (yoy) pada triwulan I Secara spesifik, perlambatan pertumbuhan terbesar terjadi pada deposito korporasi (dari 24,26% menjadi 7,22%). Dari sisi proporsi, pangsa terbesar masih pada jenis tabungan sebesar 42,72% diikuti oleh deposito sebesar 38,28% dan giro sebesar 19,00% (Grafik 4.6). Di sisi lain pada cakupan nasional, deposito masih memegang peringkat terbesar dengan pangsa 45,64% pada triwulan I 2018 (Grafik 4.7). Proporsi DPK Jawa Barat pada triwulan I 2018 mencapai 8,28% atau tertinggi ketiga dibandingkan provinsi lainnya di Jawa setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur (Grafik 4.8). Grafik 4. 5 Pertumbuhan DPK Perbankan Grafik 4. 6 Proporsi DPK Jawa Barat Deposito 39,65% Giro 25,36% Tabungan 34,99% Grafik 4.7 Proporsi DPK Nasional Grafik 4.8 Perbandingan Pangsa DPK terhadap Nasional Aset dan Aktiva Produktif Pada triwulan I 2018, total aset bank umum mengalami perlambatan daripada triwulan sebelumnya. Nominal aset pada periode tersebut adalah Rp615,28 triliun tumbuh melambat sebesar 9,03% (yoy) daripada triwulan IV 2017 sebesar 10,55% (yoy) maupun terhadap triwulan I 2017 sebesar 9,47%. Setelah mengalami tren peningkatan sejak awal 2016 hingga akhir 2017, pertumbuhan aset mulai menurun pada level 9,03% (yoy) (Grafik 4.9). Total aset bank umum di Jawa Barat pada triwulan I 2018 tercatat sebesar Rp615,28 triliun. Jawa Barat juga masih memegang peringkat ketiga terbesar dalam total aset se-indonesia. Pangsa aset bank di Jawa Barat mencapai 8,28% dari total aset bank umum nasional sebesar Rp5.293,67 triliun. Sementara itu, belum terjadi perubahan struktural yang signifikan dari proporsi kepemilikan aset. Dari proporsi kepemilikan aset berdasarkan kelompok bank, aset bank umum di Jawa Barat masih didominasi terutama oleh bank persero (43,30%) dan bank swasta (39,42%). 71

93 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM Grafik 4. 9 Pertumbuhan Aset Perbankan Risiko Kredit Di tengah peningkatan kinerja intermediasi perbankan, meningkatnya risiko kredit masih membayangi kondisi stabilitas keuangan triwulan I Pada triwulan I 2018, rasio NPL untuk kredit lokasi proyek di Jawa Barat adalah 3,41% meningkat dari triwulan IV 2017 sebesar 3,19% maupun dari triwulan I 2017 sebesar 3,26%. Peningkatan risiko kredit juga terjadi untuk kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Barat. Rasio NPL kredit lokasi bank tersebut adalah 3,97% yang meningkat dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 3,69%. Peningkatan NPL untuk kredit lokasi proyek di Jawa Barat terjadi pada seluruh jenis kredit, baik kredit modal kerja, investasi dan konsumsi (Grafik 4.10). Dari sisi lapangan usaha (LU), terpantau pula peningkatan NPL pada hampir seluruh jenis lapangan usaha utama (Grafik 4.11). 72 Grafik 4.10 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 4.11 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha Utama Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat Secara spasial penyaluran kredit bank umum masih terkonsentrasi di 6 (enam) kabupaten/kota di Jawa Barat yang mencapai pangsa 66,35% dari total kredit yang disalurkan di Jawa Barat, yaitu meliputi Kabupaten Bekasi (17,93%), Kota Bandung (17,22%), Kabupaten Bogor (9,23%), Kabupaten Bandung (9,07%), Kabupaten Karawang (6,68%) dan Kota Bekasi (6,22%) (Grafik 4.12). Penyaluran kredit di Jawa Barat masih terkonsentrasi di kota/kabupaten lokasi usaha industri pengolahan, perdagangan dan jasa. Dari sisi risiko kredit, keenam daerah tersebut kecuali Kabupaten Bandung memiliki rasio NPL yang terjaga di bawah 5%, sementara NPL Kabupaten Bandung pada triwulan I 2018 mencapai 7,03% (Grafik 4.13). Selain

94 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut juga masih memiliki rasio NPL di atas ambang, yaitu mencapai 8,36% dengan kualitas kredit terendah pada triwulan I 2018 di lapangan usaha real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan. Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Kota/Kabupaten Tw I 2018 Grafik 4.13 Rasio NPL Kredit Kota/Kabupaten Tw I Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Barat Peningkatan penyaluran kredit secara umum ternyata juga didorong oleh peningkatan kredit UMKM. Pertumbuhan kredit UMKM pada triwulan I 2018 sebesar 11,84% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 11,26% (yoy). Namun pertumbuhan tersebut melambat jika dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 12,01%. (Grafik 4.14). Dari sisi nominal, total kredit UMKM pada triwulan I 2018 adalah Rp125,91 triliun. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit tercatat menurun dari sebesar 20,71% pada triwulan IV 2017 menjadi sebesar 20,25% pada triwulan I Akselerasi pertumbuhan kredit pada usaha besar yang lebih besar menjadi penyebabnya. Namun, rasio tersebut meningkat jika dibandingkan rasio triwulan I 2017 sebesar 19,86%. Meningkatnya risiko kredit secara umum juga disumbang oleh meningkatnya risiko kredit UMKM. Rasio NPL kredit UMKM pada triwulan I 2018 adalah 4,48%, lebih tinggi daripada triwulan IV 2017 sebesar 3,91%. Namun, risiko tersebut menurun jika dibandingkan triwulan I 2017 dengan NPL sebesar 5,39%. (Grafik 4.15). Hal yang patut diwaspadai adalah rasio yang mulai turun sejak 2017 tersebut mulai mendekati treshold kembali (NPL 5%) pada triwulan I

95 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM Grafik 4.14 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.15 NPL Kredit UMKM Penyaluran kredit UMKM sebagian besar masih tertuju pada empat lapangan usaha utama yakni Perdagangan (51,92%), lndustri Pengolahan (15,39%), Konstruksi (7,78%) dan Jasa sosial (7,69%) (Grafik 4.16). Bank Indonesia terus mendorong penyaluran kredit UMKM dengan menetapkan target proporsi kredit UMKM pada perbankan berdasarkan tahapan/milestone tertentu. Pada tahun 2015, target yang ditetapkan Bank Indonesia adalah 5%, tahun 2016 sebesar 10%, tahun 2017 sebesar 15% dan minimal 20% di tahun 2018 (Peraturan Bank lndonesia No.14/12/PBl/2012). Selain itu, Bank Indonesia berupaya mendorong peningkatan kinerja kredit UMKM melalui penerbitan kebijakan insentif memperlonggar batas LFR (Loan to Funding Ratio) 5 menjadi 94% per 1 Agustus 2015 bagi bank yang sudah memenuhi pencapaian tertentu kredit UMKM dengan kualitas kredit yang baik sesuai Peraturan Bank Indonesia No.17/11/PBl/ Grafik 4.16 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha Penyaluran Kredit UMKM Menurut Kabupaten/Kota Secara spasial penyaluran kredit UMKM di Jawa Barat masih terkonsentrasi di 6 daerah yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kota Bekasi dan Kabupaten Karawang (Grafik 4.17). Dari sisi kualitas kredit, mayoritas daerah utama tersebut memiliki kualitas kredit yang baik kecuali Kabupaten Bandung (Grafik 4.18). Namun, risiko kredit UMKM beberapa daerah perlu 5 Loan to Funding Ratio (LFR) adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain, terhadap dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antarbank dan surat berharga dalam rupiah dan valuta asing yang memenuhi persyaratan tertentu yang diterbitkan oleh Bank untuk memperoleh sumber pendanaan.

96 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM diwaspadai karena di atas ambang 5% yaitu Kabupaten Sukabumi (9,56%); Kabupaten Garut (6,09%); Kabupaten Bandung (5,65%); Kabupaten Indramayu (5,18%); Kota Bogor (5,17%) dan Kabupaten Cianjur (5,00%). Grafik 4.17 Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw I 2018 Grafik 4.18 NPL Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw I Program Pengembangan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Jawa Barat Pada triwulan I 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat (KPw BI Provinsi Jabar) melakukan pengembangan UMKM unggulan melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal (Local Economic Development /LED). Program ini dilakukan dalam rangka peningkatan Kapasitas Ekonomi Usaha Mikor Kecil dan Menengah (UMKM) dan bertujuan untuk menumbuhkan/menciptakan pusat-pusat aktivitas ekonomi baru. Fokus pengembangan UMKM Unggulan ini adalah Komoditi Ekspor/Substitusi Impor yaitu kopi. 75 Gambar 4.2 Lima Tema Strategis Peningkatan Local Economic Development (LED) Latar belakangnya salah satunya yaitu bahwa kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Jawa Barat. Beberapa peran kopi antara lain sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan, penciptaan lapangan kerja, pendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah. Selain itu, hal ini juga didorong oleh fungsi tanaman kopi sebagai tanaman konservasi. Pengembangan UMKM Unggulan komoditi kopi di

97 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM Jawa Barat ini dilakukan oleh KPw BI Provinsi Jabar bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor melalui pembuatan kajian mapping kebutuhan pasar, basis produksi dan baseline survey. Cakupan pengembangannya meliputi 5 kabupaten penghasil kopi terbesar di Jawa Barat, yaitu Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Bogor, Kab. Garut dan Kab. Bogor. Tujuan dilakukannya kajian ini adalah sebagai berikut : 1. Memetakan kebutuhan pasar termasuk distribusi kopi, baik untuk pasar domestik dan ekspor, yang dapat dipenuhi dari Klaster Kopi secara berkesinambungan. 2. Memetakan basis produksi yang dikuasai oleh Gapoktan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang telah dipetakan sebelumnya. 3. Melakukan base-line survey untuk mengetahui informasi dasar profil Gapoktan serta kondisi usaha tani dan pendapatan anggota Gapoktan sebelum pengembangan klaster beras sebagai bahan acuan untuk menilai kinerja pengembangan Klaster Kopi di Jawa Barat. 4. Membuat roadmap pengembangan Klaster Kopi di Jawa Barat yang akan dijadikan acuan bagi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat serta mitra pemangku kepentingan dalam pengembangan Klaster Kopi di Jawa Barat. Dasar pemilihan kelima kabupaten tersebut didasarkan pada hasil penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) tahun 2016, yang ditunjukkan oleh peta kuadran KPJU Unggulan UMKM di masing-masing kabupaten sebagai berikut: 76

98 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM Gambar 4.3 Peta kuadran KPJU Unggulan UMKM Komoditi Kopi di 5 kabupaten di Jawa Barat Selain dari aspek peluang pengembangannya, berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi petani kopi di Jawa Barat ini pula mendorong KPwBI Jawa Barat melakukan pengembangan komoditi kopi. Kendala kendala tersebut antara lain: Teknik budidaya, Pemasaran, Pengolahan hasil panen, Permodalan dan akses pembiayaan dari perbankan serta Model bisnis atau skema kerjasama yang dapat memberikan benefit bagi petani maupun bagi buyer. 77 Disamping kendala tersebut di atas, prospek dan potensi yang dimiliki oleh Jawa Barat dalam pengembangan kopi cukup besar diantaranya luas areal kopi Arabika di Provinsi Jawa Barat sebesar ha dengan nilai produksi sebesar 395 ton dan luas areal kopi Robusta sebesar ha dengan nilai produksi sebesar ton, serta rencana Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan pengembangan tanaman kopi seluas

99 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM ha dan target pengembangan tanaman kopi di kawasan hutan Perum Perhutani seluas ha. (Perkembangan Kopi di Jawa Barat, 2018; APEKI DPW Jawa Barat). Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Grafik 4.19 Perkembangan Perkembangan Luas dan Produksi Kopi Arabika di Jawa Barat Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Grafik 4.20 Perkembangan Perkembangan Luas dan Produksi Kopi Robusta di Jawa Barat Namun demikian, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan kopi cukup besar dikarenakan adanya prediksi penurunan produksi kopi nasional termasuk Jawa Bara secara drastis, yaitu Tahun 2014 ( ton), tahun 2015 ( ton) atan terjadi penurunan sebesar 22,4% dan akan terus menurun pada tahun 2016 yang disebabkan oleh pengaruh anomali iklim global, penyusutan lahan produktif, gangguan usaha perkebunan lainnya. Untuk memperdalam hasil kajian dalam mendorong pengembangan komoditi UMKM Unggulan kopi ini, dalam pelaksanaannya dilakukan Focus Group Discussion (FGD) di 5 kabupaten tersebut dengan hasil: (i) Mapping/pemetaan pelaku UMKM kopi di 5 kabupaten yang mencakup UMKM yang sudah maju (champion), berkembang (growth), dan yang baru (start up) /dalam tahap awal pengembangan. Dari pengelompokan tersebut KPwBI Jabar dapat menentukan UMKM mana yang akan menjadi UMKM binaan. (ii) Peta kharakteristik kebutuhan kopi masing-masing negara tujuan ekspor. (iii) Specialty dan karakteristik kopi dari masing-masing daerah yang menjadi lokasi kajian. (iv) Mapping pasar ekspor dan (v) Mapping permasalahan dan potensi pengembangan komoditi kopi pada masing-masing kabupaten secara detail dan spesifik. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan kajian ini, KPwBI Jabar akan melakukan beberapa hal sbb: 78 a. Akan dipilih 5 klaster kopi yang pengembangannya dilanjutkan dengan penandatanganan MoU pengembangan klaster kopi di 5 kabupaten (Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Bogor, Kab. Sumedang dan Kab Garut) antara KPwBI Provinsi Jawa Barat, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten dan Pihak Akademisi. b. Melakukan pendampingan budidaya komoditi kopi bekerjasama dengan pihak UNPAD. c. Melakukan monitoring dan pendampingan kepada klaster melalui pemberian bantuan teknis (Pelatihan, Magang, Worshop, Pameran dll) serta bantuan sarana dan prasarana melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). Dengan dilakukannya pengembangan kopi melalui kajian mapping kebutuhan pasar, basis produksi dan baseline survey diharapkan dapat menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan Jabar, mendorong tumbuh

100 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM dan kembangnya usaha Specialty Coffee berbasis Indikasi Geografis di Jawa Barat dan mengembangkan program pengembangan komoditi kopi melalui program ekowisata di Jawa Barat untuk mendukung agribisnis kopi secara utuh dan berkelanjutan Asesmen Sektor Korporasi Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Perkembangan kinerja korporasi pada triwulan I 2018 terpantau membaik dengan ekspor dan konsumsi rumah tangga yang meningkat. Peningkatan kinerja korporasi juga tercermin dari meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan secara signifikan pada triwulan I Ekspor luar negeri Jawa Barat ke negara-negara tujuan utama tercatat masih tinggi sebesar 7,78% (yoy). Namun kondisi tersebut melambat setelah pada triwulan IV 2017 dapat tumbuh sebesar 15,52% (yoy). Namun, kondisi tersebut jauh membaik setelah pada triwulan I 2017 tumbuh negatif yaitu sebesar -25,05% (yoy) (Grafik 4.21). Melambatnya ekspor tersebut terjadi ke USA, Eropa maupuan ASEAN yang merupakan tujuan utama ekspor. Melambatnya ekspor juga terindikasi pula oleh melambatnya PMI 6 negara mitra dagang utama kecuali USA dan Japan (Grafik 4.22). Permintaan domestik yang meningkat (ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi Jawa Barat) diperkirakan turut mendorong peningkatan kinerja korporasi (Grafik 4.23). Grafik Perkembangan Ekspor Jawa Barat Grafik PMI Negara Mitra Dagang Utama 79 6 Purchasing Manager Index (PMI) adalah indikator yang mengukur perkembangan kinerja sektor industri dari sisi manajer pembelian (purchasing manager).

101 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM Sumber: Survei Konsumen Grafik 4.23 Persentase Penggunaan Penghasilan Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko Risiko korporasi sedikit meningkat seiring dengan menurunnya kualitas kredit korporasi pada triwulan I Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sejak triwulan IV 2017 mendorong peningkatan penyaluran kredit untuk usaha produktif. Namun, masih terdapat risiko dari menurunnya kualitas kredit yang disalurkan tersebut. Hal itu tercermin dari meningkatnya rasio NPL secara umum (3,41%) hingga ke jenis korporasi (4,80%). Di sisi lain, hal yang menggembirakan adalah peningkatan perekonomian Jawa Barat (6,02% (yoy) pada triwulan I 2018) diharapkan dapat mendorong penurunan risiko tersebut pada periode mendatang. Secara umum kinerja korporasi terpantau meningkat pada triwulan I 2018 yang didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, lembaga non profit dan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang tinggi pada periode tersebut didorong oleh meningkatnya kinerja berbagai lapangan usaha. Beberapa diantaranya terutama adalah industri pengolahan dan konstruksi. Kinerja industri pengolahan tercatat meningkat cukup signifikan pada triwulan I 2018 sebesar 7,37% (yoy) yang merupakan level pertumbuhan tertinggi sejak tiga tahun terakhir. Dari aspek pembiayaan perbankan, kredit perbankan untuk lapangan usaha ini masih memegang pangsa tertinggi sekitar 21% dari total kredit yang disalurkan untuk lokasi proyek di Jawa Barat. Jika dilihat khusus pada segmen korporasi, pangsanya mencapai kisaran 48%. 80 Sejalan dengan peningkatan kredit secara umum, kredit korporasi juga meningkat pada triwulan I Kredit korporasi tumbuh meningkat dari sebesar 3,23% (yoy) pada triwulan IV 2017 dan sebesar 4,53% pada triwulan I 2017 menjadi 5,61% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 4.24). Nominal kredit korporasi pada triwulan I 2018 adalah sebesar Rp245,96 triliun. Peningkatan signifikan terjadi pada LU jasa sosial dan konstruksi (Grafik 4.25). Kredit untuk korporasi pada industri pengolahan juga meningkat dan mampu menembus pertumbuhan positif 1,01% (yoy). Pertumbuhan positif tersebut terjadi setelah kredit untuk korporasi pada usaha ini tumbuh negatif sejak triwulan III Sementara itu, kredit untuk lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran serta jasa dunia usaha justru melambat. Meskipun secara pertumbuhan menggembirakan, namun terlihat adanya peningkatan risiko kredit korporasi tersebut. Dari sisi kualitas kredit terlihat adanya penurunan dengan meningkatnya rasio NPL dari 4,55% pada triwulan IV 2017

102 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM dan 4,10% pada triwulan I 2017 menjadi 4,80% pada triwulan I 2018 (Grafik 4.26) yang terjadi pada jenis penggunaan modal kerja maupun investasi. Peningkatan NPL juga terjadi pada berbagai LU utama kecuali LU konstruksi (Grafik 4.27). Grafik 4.24 Perkembangan Kredit Korporasi Grafik 4.25 Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama Grafik NPL Kredit Korporasi Menurut Jenis Penggunaan Grafik NPL Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama 4.3. Asesmen Sektor Rumah Tangga Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Meningkatnya kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan I 2018 didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga pada level 4,82% (yoy). Konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan terindikasi dipengaruhi oleh optimisme rumah tangga terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun di masa datang (Grafik 4.28). 81

103 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM Grafik 4.28 Tingkat Optimisme Konsumen Jawa Barat Konsumen Survei Jika dilihat dari perilaku berutang, terdapat penurunan risiko dari sisi kredit karena secara agregat terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service ratio (DSR) lebih dari 30% pendapatannya (DSR>30%). Pada triwulan I 2018, jumlah rumah tangga dengan DSR>30% turun sebesar 2,03% dibanding triwulan sebelumnya atau dengan pertumbuhan sebesar -15,56%(qtq). Penurunan ini terjadi di hampir seluruh segmen komponen pengeluaran kecuali pada segmen pengeluaran Rp3,1 juta Rp 4 juta. Institusi keuangan menilai bahwa rumah tangga dengan DSR>30% memiliki risiko yang tinggi dan berpotensi menjadi penyebab NPL (non performing loan) (Tabel 4.2). Tabel 4.2 Dana Rumah Tangga untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per Bulan 82 Pengeluaran/ bulan >0-10% >10%-20% >20%-30% >30% Rp 1-2 jt 3,33% 2,61% 2,75% 1,74% 11,74% Rp 2,1-3 jt 2,61% 4,06% 2,61% 4,06% 13,77% Rp 3,1-4 jt 2,75% 2,61% 2,32% 0,87% 8,70% Rp 4,1-5 jt 0,87% 1,74% 3,48% 1,88% 4,06% > Rp 5 jt 2,75% 3,33% 4,64% 4,49% 6,23% Total 12,32% 14,35% 15,80% 13,04% 44,49% Pengeluaran/ bulan >0-10% Triwulan IV 2017 Debt Service Ratio (DSR) >10%-20% Perubahan DSR* >20%-30% >30% Keterangan: TMP : Tidak memiliki pinjaman; *Perubahan triwulan I 2018 dibanding triwulan IV 2017 Sumber : Survei Konsumen KPw BI Jawa Barat, diolah TMP TMP Rp 1-2 jt -0,72% 0,14% -1,16% -0,29% 7,25% Rp 2,1-3 jt 0,72% -1,01% 1,01% -1,30% 0,43% Rp 3,1-4 jt 0,14% -0,29% 1,01% 1,74% -2,17% Rp 4,1-5 jt 0,87% 0,29% -1,59% -0,72% -1,01% > Rp 5 jt -0,29% -0,29% -0,58% -1,45% -0,72% Total 0,72% -1,16% -1,30% -2,03% 3,77% Pengeluaran/ bulan >0-10% Triwulan I 2018 Debt Service Ratio (DSR) >10%-20% >20%-30% >30% TMP Rp 1-2 jt 2,61% 2,75% 1,59% 1,45% 18,99% Rp 2,1-3 jt 3,33% 3,04% 3,62% 2,75% 14,20% Rp 3,1-4 jt 2,90% 2,32% 3,33% 2,61% 6,52% Rp 4,1-5 jt 1,74% 2,03% 1,88% 1,16% 3,04% > Rp 5 jt 2,46% 3,04% 4,06% 3,04% 5,51% Total 13,04% 13,19% 14,49% 11,01% 48,26% Pengeluaran/ bulan >0-10% Perubahan DSR* (qtq) >10%-20% >20%-30% >30% TMP Rp 1-2 jt -21,74% 5,56% -42,11% -16,67% 61,73% Rp 2,1-3 jt 27,78% -25,00% 38,89% -32,14% 3,16% Rp 3,1-4 jt 5,26% -11,11% 43,75% 200,00% -25,00% Rp 4,1-5 jt 100,00% 16,67% -45,83% -38,46% -25,00% > Rp 5 jt -10,53% -8,70% -12,50% -32,26% -11,63% Total 5,88% -8,08% -8,26% -15,56% 8,47%

104 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga Peningkatan kredit yang terjadi secara umum juga didorong oleh peningkatan kredit rumah tangga. Pada triwulan I 2018 pertumbuhan kredit rumah tangga meningkat pada level 16,79% (yoy) dengan nominal Rp218,70 triliun (Grafik 4.27). Peningkatan kredit rumah tangga terjadi pada kredit untuk pemilikan apartemen (KPA); kredit pemilikan rumah tangga dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Pertumbuhan pada KPA sangat signifikan yang mencapai level 131,69% (yoy), meskipun pangsanya hanya sebesar 1,40% (Grafik 4.29). Jika dilihat dari struktur, kredit untuk pemilikan rumah (KPR) masih memiliki porsi tertinggi terhadap keseluruhan kredit rumah tangga (51,24%). Selain itu, kredit multiguna juga memiliki pangsa yang besar (27,79%) serta Kredit Kendaraan Bermotor (12,95%). Pada jenis kredit kendaraan bermotor peningkatan terjadi pada seluruh jenis (Grafik 4.30). Peningkatan tertinggi adalah untuk kendaraan bermotor lainnya yang disusul oleh jenis mobil. Sementara itu pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) penurunan terjadi pada tipe menengah (22 70 m 2 ) dan tipe besar (>70 m 2 ) (Grafik 4.31). Kualitas kredit rumah tangga juga masih cukup baik (di bawah 5%) walaupun terjadi kenaikan NPL menjadi sebesar 2,08% dari sebelumnya sebesar 1,97% pada triwulan IV 2017 dan sebesar 2,05% pada triwulan I Secara umum, kinerja kredit rumah tangga masih menunjukkan keyakinan konsumen dan repayment capacity yang terjaga (Grafik 4.32). % yoy KKB Mobil Sepeda Motor ,92 11,90 3,74 8,08 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I -8, , Grafik Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik Kredit Kendaraan Bermotor 83 Grafik Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah Grafik Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga

105 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM BOKS 4 PENGEMBANGAN KLASTER MELALUI SISTEM LOGISTIK PANGAN BERBASIS TEKNOLOGI DIGITAL Saat ini pembangunan nasional telah memasuki babak baru, Revolusi Industri 4.0 yang mengintegrasikan dunia online dan dunia industri telah terbenta. Era digitalisasi telah melakukan perubahan dalam kehidupan kita, ditandai dengan berbagai penetrasi inovasi berupa teknologi digital yang telah masuk ke dalam berbagai sektor pembangunan, salah satunya adalah sektor pertanian yang berperan dalam menjaga ketahanan pangan. Sektor pertanian juga masih menjadi salah satu tumpuan utama penghidupan masyarakat Indonesia yang tinggal di pedesaan. Keberadaan inovasi teknologi digital tentu akan mendukung pembangunan pertanian yang optimal menuju terwujudnya kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia dalam era globalisasi. Salah satu penentu daya saing sektor pertanian adalah sistem logistik. Hal tersebut dikarenakan sistem logistik mampu menciptakan efisiensi dan memberikan nilai tambah bagi produk pertanian. Sistem logistik pertanian bukan hanya berfungsi untuk penyimpanan dan distribusi hasil pertanian tetapi juga berfungsi untuk mempertahankan (preserve) kualitas hasil pertanian dari mulai kebun sampai dengan ke konsumen (from farm to table). Inovasi teknologi digital sejatinya dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam sistem logistik pangan, dari level mikro sampai dengan makro. Namun demikian, teknologi digital juga berpotensi menyebabkan banyaknya produk pangan impor yang dipasarkan di pasar domestik sehingga meningkatkan tingkat kompetisi bagi produk lokal. 84 Untuk itu, diperlukan upaya dari berbagai komponen yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam sistem logistik pangan nasional untuk menghasilkan berbagai terobosan cerdas dan inovatif untuk menemukan berbagai peluang yang selama ini tidak terdapat dalam bisnis pangan konvensional. Salah satunya adalah peluang pasar yang selama ini tidak terlihat. Dengan prinsip ekonomi berbagi (sharing economy) pada era teknologi digital, maka sangat memungkinkan akan muncul berbagai peluang pasar baru bagi para pelaku dalam sistem logistik pangan nasional dari mulai petani, agregator, layanan logistik dan lembaga pembiayaan. Dengan mempertimbangkan pentingnya inovasi teknologi digital, maka diperlukan suatu upaya bersama untuk memajukan sistem logistik pangan berbasis teknologi digital di Indonesia. Menyikapi hal ini KPwBI Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran melalui perusahaan start up Locarvest mengembangkan sistem logistik pangan berbasis teknologi digital. Inovasi teknologi digital yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dengan nama Locarvest ini menggunakan platform digital/platform online. Inovasi tersebut melibatkan klaster agribisnis binaan KPwBI Jabar, yaitu Kelompok Tani Katata (Sayuran), Kelompok Tani Lembang Agri (Sayuran), Kelompok Tani Simpay Wargi II dan Ciawitali (Padi Organik) dan Ponpes Ittifaq yang saat ini juga

106 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM sedang mengembangkan produk sayuran. Dalam pelaksanaannya, Locarvest akan terintegrasi dengan value chain financing kerjasama dengan Implementasi inovasi ini ditandai dengan proses Launching Locarvest pada tanggal 12 April 2018 bertempat di KPwBI Provinsi Jabar. Adapun skema pengembangan klaster dengan menggunakan sistem logistik pangan berbasis teknologi digital, ini adalah sebagai berikut: Gambar 4.4 Skema Pemasaran Produk Klaster oleh Locarvest Dari skema tersebut di atas, peran Locarvest adalah memotong mata rantai pemasaran produk klaster hingga langsung kepada konsumen (B to C) maupun supermarket (B to B). Selain itu dengan adanya Locarvest dapat mengakomodir kebutuhan antar klaster dalam melakukan penukaran hasil produk klaster. Produk yang dipasarkan melalui Locarvest adalah produk pangan meliputi sayuran, beras dan daging (ayam, ikan, sapi, dan kambing), yang sebagian besar merupakan hasil produk klaster binaan KPwBI Provinsi Jawa Barat. Dengan adanya Locarvest ini diharapkan pasar produk klaster binaan KPwBI Provinsi Jawa Barat dapat terbuka luas, sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat. Hingga saat ini pemasaran produk klaster melalui Locarvest telah dilakukan baik kepada konsumen langsung yang berada di Kota Bandung dan supermarket modern diantaranya Giant, selain dengan pemasaran yang dilakukan oleh klaster sendiri ke pasar tradisional dan pasar ekspor. 85

107 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH BAB V Transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami kenaikan, sedangkan transaksi RTGS mengalami penurunan pada triwulan I Aliran uang kartal di Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2018 menunjukkan posisi net inflow Jumlah KUPVA BB Berizin di Jawa Barat meningkat PERTUMBUHAN TRANSAKSI KLIRING -13,11% Triwulan I 2018, yoy PERTUMBUHAN TRANSAKSI RTGS -1,17% Triwulan I 2018, yoy POSISI NET INFLOW Rp11,91 T Triwulan I 2018 JUMLAH PEMUSNAHAN UTLE Rp13,7 T Triwulan I 2018 JUMLAH TEMUAN UANG PALSU lbr Triwulan I 2018 Tw IV 17 : -13,83% Tw IV 17 : 11,17% Tw IV 17 : 2,5 T Tw IV 17 : 9,2 T 2017 : lbr

108 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH 5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) 1 di Jawa Barat tercatat sebesar Rp 62,3 triliun dengan pertumbuhan -13,11% (yoy), meningkat tipis dibandingkan triwulan IV 2017 dengan pertumbuhan -13,83% (yoy) (Grafik 5.1). Meningkatnya pertumbuhan nilai kliring di Jawa Barat diperkirakan sejalan dengan kembali meningkatnya aktivitas ekonomi di awal tahun termasuk didorong oleh masa persiapan Kampanye sehingga transaksi untuk nilai relatif kecil (kliring) juga turut meningkat. Di sisi lain, secara volume terjadi penurunan pertumbuhan dari -10,71% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi - 11,09% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 5.2). Grafik 5. 1 Perkembangan Transaksi Kliring Jawa Barat - Nominal Grafik 5. 2 Perkembangan Transaksi Kliring Jawa Barat - Volume Sementara itu di tengah meningkatnya transaksi kliring, transaksi RTGS 2 selama triwulan I 2018 tercatat menurun dibanding triwulan IV Nominal transaksi RTGS selama triwulan I 2018 mencapai Rp30,5 triliun dengan pertumbuhan sebesar -1,17% (yoy) atau menurun dibanding transaksi selama triwulan IV 2017 sebesar Rp38,1 triliun (Grafik 5.3). Menurunnya transaksi RTGS khususnya selama bulan Januari dan Februari diperkirakan karena pembayaran proyek-proyek Pemerintah dan swasta masih relatif minim di awal tahun. 87 Grafik 5. 3 Perkembangan RTGS di Jawa Barat 1 sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional dengan transaksi di bawah Rp 100 juta 2 sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika dengan nilai transaksi bernilai lebih dari Rp 100 juta dan bersifat segera (urgent)

109 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH Terkait dengan sistem pembayaran non tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Barat senantiasa berupaya mendorong penetrasi transaksi non tunai guna peningkatan inklusi keuangan di wilayah Jawa Barat. Adapun bentuk kegiatan yang terus dilakukan antara lain melalui program elektronifikasi jalan tol, elektronifikasi transaksi di Bandara Internasional Jawa Barat, elektronifikasi transaksi pembayaran parkir melalui Terminal Parkir Elektronik (TPE), penyaluran bantuan sosial non tunai, pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) non tunai, implementasi transaksi pemasukan dan pengeluaran non tunai pemerintah daerah, dan rencana penerbitan Bandung Smart Card. Sebagai bentuk dukungan implementasi elektronifikasi jalan tol, serta dalam upaya untuk menjaga kelancaran arus mudik dan balik Hari Raya Idul Fitri 2018, KPwBI Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan BUJT dan perbankan telah melakukan koordinasi untuk mengantisipasi kendala yang mungkin timbul antara lain meningkatkan jumlah ketersediaan sarana top up tunai maupun non tunai, melalui penyediaan sarana mobile top up non tunai dan fasilitasi peningkatan threshold top up tunai di merchant serta edukasi dan sosialisasi kepada kasir-kasir merchant. 88 Sementara terkait dengan bantuan pemerintah secara non tunai pada sektor pendidikan melalui dana BOS di sekolah yang menjadi pilot project di Kota Bogor dan Kota Bandung, tercatat sebesar 8,44% dana BOS atau sekitar Rp ,- telah ditransaksikan secara non tunai melalui aplikasi si-bos, dari total realisasi penyaluran dana BOS ke sekolah yang menjadi pilot project sebesar Rp ,- pada triwulan I Penerapan penggunaan aplikasi si-bos untuk transaksi operasional sekolah cukup mendukung efektifitas, efisiensi dan transparansi penggunaan dana bantuan pendidikan untuk sekolah. Di sisi lain, terkait pengembangan dan perluasan elektronifikasi di KPwDN khususnya di KpwBI Provinsi Jawa Barat pada tahun 2017 antara lain mendorong perluasan elektronifikasi transaksi pemerintah, dalam hal ini transaksi penerimaan pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung. Elektronifikasi pada transaksi penerimaan Dishub Kota Bandung yaitu melalui penerimaan pada Terminal Parkir Elektronik (TPE). Pada triwulan I 2018 ini, Dinas Perhubungan mulai menetapkan area zona parkir non tunai untuk mendukung implementasi penerapan pembayaran parkir secara non tunai. Kedepannya secara bertahap diharapkan masyarakat akan mulai terbiasa menggunakan uang elektronik dalam pembayaran parkir, dan perluasan zona parkir non tunai akan dilaksanakan untuk meningkatkan implementasi pembayaran parkir non tunai. KPwBI Provinsi Jawa Barat juga berperan melakukan upaya mendukung penerbitan Bandung Smart Card, dengan memfasilitasi proses penyusunan perjanjian kerjasama antara Pemerintah Kota Bandung dengan perbankan terkait Bandung Smart Card. Dasar penyusunan Perjanjian Kerjasama Bandung Smart Card merujuk pada Kerjasama maupun Kesepakatan Bersama sebelumnya terkait Implementasi Transaksi Non Tunai di Jawa Barat yang telah ditandatangani pada tanggal 12 Desember Target waktu untuk penandatanganan Perjanjian Kerjasama Bandung Smart Card ini diharapkan dalat dilaksanakan pada triwulan II/III 2018 dan segera diterbitkan oleh Bank yang bekerjasama, yaitu BNI, Mandiri, BRI, BTN, BPD Jabar dan Banten, BCA, Bank Woori Saudara dan Bank Mega dan diharapkan dapat digunakan untuk berbagai layanan publik yang ada di wilayah Kota Bandung, seperti pembayaran TPE, Bandros, Bike Sharing dan berbagai layanan lainnya yang dapat menjadi penerimaan Kota Bandung.

110 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH 5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai dan Pengelolaan Uang Rupiah Aliran uang kartal di Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2018 menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp11,91 triliun atau meningkat dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar Rp2,51triliun (Grafik 5.4). Kondisi net inflow ini mencerminkan jumlah aliran uang yang disetor oleh perbankan ke khazanah Bank Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah uang yang keluar. Berdasarkan data historisnya, Jawa Barat memang sering kali dalam posisi net inflow karena merupakan salah satu provinsi tujuan wisata dimana banyak masyarakat dari luar kota maupun luar negeri yang membelanjakan uangnya di Jawa Barat. Adapun total inflow uang kartal yang masuk ke khazanah Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat pada triwulan ini tercatat Rp22,29 triliun. Sementara itu, total outflow uang kartal yang keluar dari khazanah hanya sebesar Rp10,38 triliun. Pola pergerakan net flow dari triwulan IV 2016 ke triwulan I dan II 2017 diperkirakan akan berulang juga pada Dimana umumnya pada triwulan IV, jumlah penarikan (outflow) uang kartal lebih tinggi dari jumlah setoran (inflow). Hal ini didorong oleh tingginya kebutuhan menarik uang untuk berlibur dan berbelanja di akhir tahun. Kondisi net outflow mungkin akan kembali terjadi pada triwulan II 2018 seperti yang terjadi pada triwulan II 2017 karena karakteristik Jawa Barat yang dipenuhi banyak masyarakat pendatang yang akan melakukan mudik ke luar daerah saat Lebaran. Hal ini akan mendorong tingginya kebutuhan uang kartal sekaligus mendorong lonjakan inflasi pada triwulan II Grafik 5. 4 Perkembangan Inflow Outflow Uang Kartal Grafik 5. 5 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Net Flow 89 Dalam menjalani tugasnya sebagai otoritas peredaran dan pengelolaan uang kartal, Bank Indonesia juga senantiasa memelihara kualitas uang kartal yang beredar di masyarakat melalui kebijakan Clean Money Policy. Kebijakan ini dilakukan salah satunya adalah melalui pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) secara rutin. Pada triwulan I 2018, terdapat Rp13,7 triliun UTLE yang telah dimusnahkan atau meningkat dengan pertumbuhan tahunannya sebesar 12,9% (yoy). Tingkat pemusnahan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan IV 2017 dengan jumlah UTLE yang dimusnahkan sebanyak Rp 9,2 triliun dengan pertumbuhan tahunannya sebesar -3,0% (yoy) (Grafik 5.6). Hal ini ditengarai akibat minat masyarakat dan jumlah uang Rupiah tahun emisi (TE) 2016 yang semakin meningkat sehingga penukaran uang emisi lama yang sebagian besar sudah dalam kondisi tidak layak edar juga akan semakin meningkat.

111 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH Grafik 5. 6 Perkembangan Pemusnahan UTLE Grafik 5. 7 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Jawa Barat Sementara itu, penemuan uang palsu di Jawa Barat selama triwulan I 2018 tercatat sebesar lembar, dimana sebanyak 50,48% merupakan pecahan Rp50.000,- dan 47,25% merupakan pecahan Rp ,-. Berdasarkan data yang dihimpun dari KPwBI Provinsi Jawa Barat, KPwBI Tasikmalaya dan KPwBI Cirebon, jumlah temuan uang palsu di Jawa Barat yang ditemukan melalui laporan kepolisian selama triwulan I 2018 mencapai temuan. Adapun wilayah dengan temuan uang palsu terbanyak adalah Kab.Tasikmalaya (653 temuan) Kab.Subang (201 temuan), Kab. Bandung (185 temuan), Kab. Sukabumi (180 temuan). Sementara jumlah temuan di Kab. Garut, Kab.Sumedang dan Kota Bandung secara berturut-turut adalah sebanyak 69, 21 dan 7. Dalam rangka optimalisasi perannya di bidang Pengelolaan Uang Rupiah, Bank Indonesia senantiasa berupaya memastikan kebutuhan uang tunai masyarakat dapat tersedia dalam jumlah yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar. Terkait dengan efektivitas distribusi uang, KPwBI Provinsi Jawa Barat secara rutin melakukan monitoring kecukupan persediaan uang layak edar secara harian, mingguan, mapun bulanan terhadap posisi kas dari KPwBI Tasikmalaya dan KPwBI Cirebon. KPwBI Provinsi Jawa Barat juga telah membuat inovasi dalam bidang sistem informasi terkait identifikasi penggantian uang rusak, lokasi penukaran uang terdekat dan ciri keaslian uang Rupiah melalui Mobile Application berbasis android yang dinamakan BI-INFRARED sehingga masyarakat dengan mudah mengetahui apakah uangnya bisa diganti dan memberikan informasi lokasi penukaran uang yang terdekat serta menginformasikan ciri-ciri keaslian uang Rupiah. 90 Selain itu, agar tetap menjaga kualitas uang rupiah yang beredar, KPwBI Provinsi Jawa Barat secara rutin meningkatkan frekuensi dan jangkauan layanan kas killing ke daerah-daerah yang masih banyak beredar uang yang tidak layak edar, terutama ke pasar-pasar tradisional baik di dalam kota, luar kota maupun daerah remote area. Demi terlaksananya efektivitas kegiatan kas keliling, KPwBI Provinsi Jawa Barat juga bekerjasama dengan perbankan dan PD. Pasar Bandung Bermartabat untuk pelaksanaan kas keliling di pasar tradisional dan modern. Selain itu, kerjasama dengan APRINDO (Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia) juga dilakukan terkait penukaran uang dengan supermarket dan minimarket. Layanan kas titipan juga masih rutin dilakukan diantaranya yang sudah dilakukan pada triwulan ini adalah di wilayah Sukabumi dan Subang.

112 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH KPwBI Provinsi Jawa Barat juga telah bekerjasama dengan 11 bank melakukan kegiatan Layanan Penukaran Terpadu di titik tertentu serta bersinergi dengan 8 bank penyedia Uang Elektronik untuk melayani penukaran kepada masyarakat dan juga perbankan di wilayah terdekat. Selain itu, KPwBI Provinsi Jawa Barat meningkatkan kegiatan distribusi uang baru melalui kegiatan Kas Keliling ke 16 (enam belas) Kab/Kota yang melakukan Pilkada serentak di Jawa Barat dari tahun 2017 sebanyak 121 kali menjadi 140 kali di tahun 2018, selain kas keliling dilakukan juga kegiatan sosialisasi Ciri- Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam upaya menekan peredaran uang palsu di Jawa Barat. Dalam rangka menekan dan menanggulangi peredaran uang rupiah palsu di wilayah kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat telah dilakukan beberapa upaya, antara lain upaya preventif dan upaya represif. Upaya preventif antara lain dilakukan dengan meningkatkan frekuensi kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah dengan cara edukasi kepada seluruh stakeholder baik kalangan profesional maupun masyarakat umum di wilayah kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat serta melaksanakan pelatihan secara berjenjang & berkelanjutan kepada seluruh kasir perbankan sampai ke level supervisor dan pimpinan bank termasuk meningkatkan kompetensi petugas kasir Bank Indonesia. Adapun upaya represif antara lain bekerjasama dengan Kepolisian dalam mempercepat proses klarifikasi uang Rupiah palsu maupun penyerahan bukti uang palsu sehingga dapat mempercepat proses sampai ke pengadilan serta menyelenggarakan kegiatan Forum Koordinasi Tingkat Daerah (FKTD) di Bidang SP dan Pengelolaan Uang Rupiah sebagai bentuk pelaksanaan Pokok-Pokok Kesepahaman antara KPwBI Provinsi Jawa Barat dengan Kepolisian Daerah Jawa Barat Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) Berizin dan Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB) di Jawa Barat Perkembangan Kegiatan Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) Di wilayah kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat, jumlah KUPVA BB atau yang biasa disebut dengan money changer yang telah mendapat izin usaha hingga bulan April 2018 sebanyak 37 atau meningkat dibandingkan tahun 2016 yang jumlahnya sebanyak 14 KUPVA BB. Selain itu, terdapat 1 calon penyelenggara KUPVA yang sedang proses pengajuan perizinan KUPVA BB serta terdapat 1 pengembalian permohonan perizinan calon penyelenggara KUPVA karena sampai batas waktu yang telah ditetapkan Bank Indonesia belum dapat memenuhi dokumen sesuai ketentuan. 91 Tabel 5.1 Jumlah KUPVA BB dan Jumlah Penertiban KUPVA BB No. Kabupaten/Kota Jumlah Penertiban Jumlah KUPVA BB KUPVA BB Tidak Berizin Berizin 1 Kota Bandung 11-2 Kota Sukabumi 6-3 Kabupaten Sukabumi 4-4 Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang 3 3

113 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH No. Kabupaten/Kota Jumlah KUPVA BB Berizin Jumlah Penertiban KUPVA BB Tidak Berizin 6 Kabupaten Purwakarta 4-7 Kabupaten Sumedang 1-8 Kabupaten Garut 1 - TOTAL 37 7 Total transaksi pembelian dan penjualan UKA (Uang Kertas Asing) yang dilakukan penyelenggara KUPVA BB di wilayah KPwBI Provinsi Jawa Barat pada triwulan I tahun 2018 tercatat sebesar Rp1.95 Triliun, dengan rata-rata per bulan (asumsi 25 hari kerja per bulan) mencapai Rp651 Milyar. Total transaksi pembelian triwulan I tahun 2018 sebesar Rp985 Milyar dan penjualan sebesar Rp968 Milyar. Transaksi pembelian dan penjualan tertinggi tahun 2018 terjadi di bulan Januari 2018 (Beli Rp356 Milyar dan Jual Rp349 Milyar) dan terendah terjadi pada bulan Februari 2018 (Beli Rp284 Milyar dan Jual Rp270 Milyar). Grafik 5. 8 Perkembangan Transaksi UKA Pembelian Grafik 5. 9 Perkembangan Transaksi UKA Penjualan 92 Sementara itu, jumlah valuta asing yang ditransaksikan penyelenggara KUPVA BB di wilayah pengawasan KPwBI Provinsi Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 32 jenis mata uang. Berdasarkan laporan penyelenggara KUPVA BB, jenis valuta asing yang sering ditukarkan masyarakat pada penyelenggara di Jawa Barat (Jual/Beli) yaitu US Dollar (USD) 49,24%, Singapore Dollar (SGD) 21,93%, Australian Dollar (AUD) 6,13%, Saudi Riyal (SAR) 5,07%, Jappanesse Yen (JPY) 4,84%, Euro (EUR) 4,07%, Malaysian Ringgit (MYR) 3,42%, China Renminbi (CNY) 2.37%, Hongkong Dollar (HKD) 1.80% dan Dirham (AED-UAD) 1,13% Perkembangan Kegiatan Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB) Jumlah Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB) berizin yang berkantor pusat di wilayah kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat pada triwulan I tahun 2018 berjumlah 6 (enam) penyelenggara atau sebesar 4,5% dari total PTD BB nasional yang berjumlah 111 (seratus sebelas) penyelenggara. Pada masa penanganan PTD ilegal terdapat permohonan perizinan PTD BB yaitu PT Kedigram Pembayaran Elektronis, alamat Wisma Monex Lt.9 Jl. Asia Afrika Bandung saat ini masih dalam proses verifikasi

114 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH kelengkapan/penelitian dokumen dimana sebelumnya PT Kredigram Pembayaran Elektronis berlokasi di Tanggerang. Tabel 5.2 Jumlah Kantor Cabang PTD BB di Wilayah Kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat No. Nama PTD Alamat Jumlah KC 1 PT. Bina Putra Sadaya Jl. Ion Martasasmita No.54 Kab.Subang - 2 PT. Golden Money Remittance Jl.Ir.H.Djuanda No.89 Kota Bandung 1 cabang 3 PT. Telekomunikasi Indonesia Jl.Japati No.1 Kota Bandung 350 plasa layanan 4 PT. Pos Indonesia Jl.Banda No.30 Kota Bandung titik layanan 5 PT. Reyhan Putra Mandiri Jl.Senter No.3 Kab. Subang - 6 PT. Surya Indojaya Gemilang Jl.Margacinta No.14 Cijaura Bandung - Grafik Perkembangan Pertumbuhan Nilai Transfer Dana di Jawa Barat Grafik Perkembangan Pertumbuhan Volume Transfer Dana di Jawa Barat Share terbesar dari jenis transaksi yang dilakukan melalui PTD BB adalah transaksi domestik yaitu sebesar 64,02%. Melihat perkembangan transfer dana di Jawa Barat, pertumbuhan nilai dan volume transfer dana pada triwulan I 2018 melambat dibanding triwulan IV Perlambatan terbesar baik dari segi nilai maupun volume adalah pada pertumbuhan transaksi incoming atau transfer dana yang masuk dari luar negeri. Sejalan dengan hal tersebut, volume untuk ketiga jenis transfer dana juga tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya, khususnya pada volume transaksi incoming yang melambat dari -1,40% (yoy) menjadi -15,33% (yoy). Nominal incoming ini dapat mencerminkan besarnya nilai remitansi TKI ke Jawa Barat Upaya Pengawasan Penyelenggaraan KUPVA BB dan PTD BB KPwBI Provinsi Jawa Barat secara aktif selalu mendorong peningkatan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) dan Penyelenggara Transfer Dana (PTD) di Jawa Barat menjadi KUPVA BB dan PTD BB yang berizin. Adapun upaya yang telah dilakukan selama triwulan I 2018 antara lain kegiatan sosialisasi dan coaching clinic 3 terhadap penyelenggaraan KUPVA BB terkait penerapan Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT). Sosialisasi dan coaching clinic diselenggarakan di 3 (tiga) area yang berbeda antara lain Area I yang meliputi Bandung, Purwakarta, Subang dan Garut; Area II meliputi Cianjur serta Area III yaitu wilayah Sukabumi Kegiatan atau metode yang berguna untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan, dan meningkatkan kinerja sumber daya manusia (SDM)

115 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH Selain itu, KUPVA BB dan PTD BB juga dianjurkan untuk membuat self assessment 4 dalam rangka Risk Based Approach 5 (RBA) dalam rangka penerapan APU dan PPT. Hingga akhir triwulan I 2018, terdapat 10 KUPVA BB yang sampat saat ini belum menyampaikan laporan Self Assessment karena tidak mengikuti kegiatan sosialisasi dan coaching clinic dan kurangnya kelengkapan data. Hasil profiling penilaian penerapan APU dan PPT berdasarkan hasil self assesment di wilayah pengawasan KPwBI Provinsi Jawa Barat menunjukkan masih adanya KUPVA BB dan PTD BB di Jawa Barat yang belum optimal dalam melakukan pengawasan terkait pencegahan potensi terjadinya risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme. Adapun dalam rangka penanganan KUPVA BB dan PTD BB tidak berizin di wilayah kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat, telah dilakukan beberapa upaya antara lain meningkatkan frekuensi kegiatan sosialisasi ketentuan perizinan KUPVA BB dan PTD BB dengan cara edukasi kepada masyarakat Umum, Toko Emas, PKL, Travel, Hotel; serta meningkatkan kerjasama dengan aparat Penegak Hukum dan memberikan efek jera bagi pelaku yang masih menyelenggarakan kegiatan KUPVA BB dan PTD Ilegal. Selain itu, untuk kasus KUPVA BB tidak berizin yang diduga masih melakukan kegiatan penukaran di Kabupaten Subang dan Kabupaten Cianjur yang telah ditertibkan dengan menempelkan stiker penertiban dan dilaporkan kepada kepolisian setempat akan dilakukan pengawasan (monitoring) lebih lanjut. Kedepan KPwBI Provinsi Jawa Barat dalam rangka penanganan KUPVA BB tidak berizin, akan terus meningkatkan koordinasi dan kolaborasi dengan instansi terkait sehingga diharapkan di wilayah Jawa Barat jumlah KUPVA berizin terus bertambah dan tidak terdapat lagi kegiatan KUPVA tidak berizin Sebuah teknik penilaian dimana suatu badan atau institusi dapat menilai dirinya sendiri yang berkaitan dengan status, proses kerja dan tingkat pencapaian yang sudah diperoleh. 5 Salah satu pendekatan audit yang memperhitungkan suatu risiko bawaan yang melekat pada suatu badan atau perusahaan serta risiko terjadinya kesalahan dkibat control internal perusahaan yang tidak mampu mendeteksi maupun memperbaikinya.

116 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH BIJB KERTAJATI BOKS 5 PERMATA BARU DI TANAH PASUNDAN Salah satu prasyarat berkembangnya suatu wilayah adalah jika terdapat sarana pendukung seperti jalan raya, terminal, listrik, telepon, pelabuhan laut dan bandar udara. Aktivitas ini akan lebih meningkat apabila dalam wilayah tersebut didukung oleh ketersediaan sistem transportasi yang terintegrasi antar moda, baik moda jalan, moda rel, moda laut, dan moda udara. Integrasi tersebut dengan titik pusat di salah satu moda transportasi seperti bandar udara akan menjadi pusat pertumbuhan baru dan membangkitkan kegiatan perekonomian disekitarnya. Hal tersebut dimungkinkan, karena sarana dan prasarana transportasi akan membuka berbagai industri jasa, memperlancar arus distribusi barang dan perpindahan manusia. Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki visi dalam pembangunan yaitu "Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua", hal tersebut diterjemahkan dalam misi pembangunan nomor empat yaitu Yang berarti bahwa Pembangunan di Jawa Barat dilakukan selaras dengan kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan, memiliki infrastruktur dasar yang memadai, serta didukung oleh tersedianya infrastruktur yang mampu meningkatkan konektivitas antar wilayah dan pertumbuhan ekonomi. PEMBANGUNAN BIJB Salah satu program strategis pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah mengembangkan Kawasan Kertajati menjadi kawasan bandar udara dan aerocity. Ide pembangunan Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) sendiri bermula sejak 2003 namun proses pembebasan lahan baru dilakukan pada tahun Pembangunan sisi udara dilakukan oleh Dirjen Perhubungan pada tahun 2012 dan sisi darat dimulai pada Desember 2015 oleh tim arsitek. Pembangunan fisik dan infrastruktur BIJB sendiri akan terus dilakukan sampai dengan Tahap 3 (Ultimate) tahun Nantinya kehadiran BIJB akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat, khususnya di area timur Jawa Barat, melengkapi 3 pusat perekonomian di Jawa Barat lainnya yaitu Bodekarpur (Bogor, Depok, Karawang dan Purwakarta), Bandung Raya serta Cirebon Raya. Pada tanggal 24 Mei 2018 telah dilakukan inaugural flight (historical flight) dari dua maskapai yang sudah mengajukan jadwal penerbangannya yakni Garuda Indonesia dan Batik Air dengan membawa penumpang VVIP dan VIP salah satunya adalah Presiden Republik Indonesia Joko Widodo hal tersebut sekaligus menandai tanggal efektif BIJB dapat melayani penerbangan. Menurut rencana pada bulan Juni 2018 BIJB akan melayani penerbangan mudik lebaran bagi masyarakat umum dan pada bulan Juli 2018 akan melayani penerbangan para calon jamaah haji

117 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH POTENSI EKONOMI BIJB Berada di wilayah timur utara Jawa Barat, Bandara Kertajati akan menjadi magnet bagi pasar yang relatif besar yaitu warga yang berasal dari Cirebon, Indramayu, Kuningan dan Majalengka. Dengan pengembangan rute penerbangan ke berbagai kota serta keberadaan aerocity dan dipastikan keberadaanya akan menarik daerah-daerah sekitar. Lingkup bisnis BIJB sendiri dibagi mejadi 4 (empat) bagian besar yaitu: 1. Aeronautika, terdiri atas: pendaratan, penempatan, dan penyimpanan pesawat, konter check-in, penggunaan garbarata, pengisian bahan bakar, serta pelayanan penumpang dan kargo. 2. Non Aeronautika, terdiri atas: sewa ruangan, parkir kendaraan, periklanan, layanan utilitas, edutainment dan waving gallery. 3. Kawasan komersial bandara, terdiri atas: hotel serta MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), premium outlet, retail park, lounge haji dan umroh. 4. Information and communicatin technologies (ICT). Jika melihat lingkup bisnis tersebut maka terdapat kesempatan usaha UMKM dan wirausaha baru untuk mengisi kawasan komersial bandara. Di sisi lain diperlukan berbagai tenaga kerja mulai dari tenaga operasional pendukung, air traffic controller, kargo, ground handling/inflight catering, layanan pendukung seperi petugas keamanan dan kebersihan, tenaga airlines, karyawan tenant sampai dengan tenaga parkir dan transportasi. BIJB sendiri telah memproyeksikan sebanyak penumpang pada tahun 2018 dan akan meningkat sebesar 294% dalam jangka waktu 5 tahun menjadi pada tahun Study yang dilakukan oleh BIJB menyebutkan bahwa setiap penumpang/tahun membutuhkan 1 karyawan di bisnis yang berkaitan langsung dengan operasional bandara. Selain itu akan menumbuhkan bisnis ikutan yaitu bisnis yang bangkit secara tidak langsung akibat perkembangan operasional bandara yang tentu saja akan menumbuhkan lapangan pekerjaan baru. Dengan rumus tersebut maka akan dibutuhkan tenaga kerja sebanyak tenaga kerja (tenaga kerja bisnis langsung dan bisnis ikutan masing-masing 2.704) pada tahun 2018 dan diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja pada tahun BIJB MOBILE DAN CASHLESS SOCIETY Untuk mengokohkan BIJB sebagai smart airport pertama di Indonesia, BIJB telah berinovasi dengan meluncurkan BIJB-mobile. BIJB-mobile merupakan aplikasi berbasis mobile yang dipersiapkan untuk menunjang perkembangan bisnis BIJB. Dengan tampilan yang berkelas dan elegant, aplikasi ini akan dapat menunjang kebutuhan informasi bagi seluruh pengguna BIJB. Aplikasi ini juga diharapkan dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi penggun BIJB karena dilengkapi dengan informasi mengenai berbagi jenis layanan di bandara seperti pertiketan, akses menuju bandara sampai berbelanja. Salah satu fitur yang menjadi unggulan BIJB-mobile adalah adanya BIJB-pay yaitu uang elektronik server based. Kehadiran BIJB-pay adalah untuk menjawab tantangan implementasi cashless di kawasan BIJB. Bekerjasama dengan Bank Jateng Syariah sebagai backend cashless system, BIJB juga akan menyasar seluruh mitra bandara (tenant, airlines, kargo dll) dengan konsep integrasi dan cashless. BIJB-pay akan digunakan

118 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH untuk pembayaran ticketing, parkir, retail, transportasi, utilitas dan airport services. Sesuai dengan peruntukannya BIJB-Pay akan dibagi menjadi 2 yaitu: 1. BIJB-pay untuk transaksi B2C, digunakan untuk belanja serta pembayaran parkir dan transportasi 2. BIB-pay untuk transaksi B2B, digunakan untuk pembayaran billing, utilitas, parkir bagi airlines, tenant serta pihak ketiga lainnya. Saat ini BIJB-pay masih bersifat closed loop namun demikian melihat potensi BIJB yang besar maka tidak tertutup kemungkinan BIJB-pay akan berkembang menjadi uang elektronik open loop. Untuk itu Bank Indonesia KPw Jabar senantiasa berkoordinasi dan memantau perkembangan BIJB-pay untuk menhindari munculnya risiko yang ada. 97

119 KETENAGAKERJAAN BAB VI DAN. KESEJAHTERAAN Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat menurun pada Februari 2018, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi triwulan I 2018 Pangsa tenaga kerja formal meningkat, namun dari segi pendidikan pangsa tenaga kerja pendidikan rendah meningkat Tingkat kemiskinan dan ketimpangan pada September 2017 juga mengalami penurunan, level terendah sejak 2012 Tkt. Partisipasi Angkatan Kerja 63,82% Februari 2018 Tkt. Pengangguran Terbuka 8,16% Februari 2018 Nilai Tukar Petani 108,26% Tw I 2018 Tingkat Kemiskinan 7,83% September 2017 Gini Ratio 0,393 September 2017 Februari 2017 : 64,60% Februari 2017 : 8,49% Tw I 2017 : 102,37% September 2016 : 8,77% September 2016 : 0,402

120 Sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada triwulan I 2018, kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat kembali mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat yang menurun pada Februari 2018 menjadi 8,16% dan tercatat sebagai TPT terendah sejak tahun Membaiknya kualitas ketenagakerjaan di Jawa Barat juga ditandai dengan meningkatnya persentase tenaga kerja formal dibanding informal. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang terutama ditopang oleh peningkatan kinerja industri pengolahan pada triwulan I 2018, di mana industri pengolahan umumnya banyak menyerap tenaga kerja formal. Namun demikian, terdapat penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2018 dibandingkan Februari 2017, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk usia kerja yang bersekolah dan melakukan kegiatan lainnya. Hal yang perlu mendapat perhatian Pemerintah adalah tingkat pengangguran yang tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan terakhir SMK dan Diploma. Adapun kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat berdasarkan posisi data September 2017 mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari tingkat kemiskinan dan tingkat ketimpangan September 2017 (masing-masing sebesar 7,83% dan 0,393), level terendah sejak tahun Membaiknya kondisi kesejahteraan ini juga didukung oleh pencapaian inflasi Jawa Barat yang cukup rendah dan berada pada rentang sasaran inflasi pada tahun 2017 yakni sebesar 3,63% (yoy). Namun perlu diperhatikan bahwa secara spesifik, penurunan tingkat ketimpangan terjadi di perkotaan, sementara ketimpangan di pedesaan mengalami sedikit peningkatan. Kesejahteraan petani terpantau membaik, tercermin dari pertumbuhan nilai tukar petani (NTP) pada triwulan I 2018 (5,75%, yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 (-3,28%). Hal ini terutama ditopang oleh tingginya pertumbuhan NTP pada kelompok tanaman pangan KETENAGAKERJAAN Pada Februari 2018, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja di Jawa Barat dibandingkan Februari 2017, dari 22,64 juta jiwa menjadi 22,77 juta jiwa. Hal itu diikuti dengan peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dari 64,60% menjadi 63,82% (Grafik 6.1). Menurunnya TPAK ini terjadi akibat meningkatnya jumlah penduduk usia kerja yang bersekolah. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari 20,72 juta menjadi 20,91 juta, diikuti penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 8,49% pada Februari 2017 menjadi 8,16 % pada Februari 2018 (Grafik 6.2). TPT Jawa Barat pada periode ini tercatat sebagai yang terendah sejak tahun 2011 dan secara konsisten bergerak dalam tren menurun selama beberapa tahun terakhir. 99 Berdasarkan jenis kelaminnya, meningkatnya TPAK terutama disumbang oleh angkatan kerja perempuan yang meningkat dari 82,47% menjadi 79,89%. Adapun TPAK laki-laki menurun dari 82,47% menjadi 79,89% (Tabel 6.1). Hal ini juga tercermin dari penurunan jumlah penduduk bukan angkatan kerja yang mengurus rumah tangga (umumnya didominasi perempuan). TPT laki-laki tercatat menurun dari 8,58% menjadi 8,07% pada Februari 2018, sementara TPT perempuan tidak mengalami perubahan.

121 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik 6. 1 Perkembangan Angkatan Kerja dan TPAK Jawa Barat Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik 6. 2 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja dan TPT Jawa Barat Tabel 6. 1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama No. Jenis Kegiatan Satuan Februari 2016 Februari 2017 Februari 2018 I Angkatan Kerja Juta orang 22,18 22,64 22,77 1 Bekerja Juta orang 20,28 20,72 20,91 2 Pengangguran Juta orang 1,90 1,92 1,86 II Bukan Angkatan Kerja Juta orang 12,25 12,41 12,91 1 Sekolah Juta orang 2,93 2,82 2,97 2 Mengurus Rumah Tangga Juta orang 7,88 7,99 7,93 3 Lainnya Juta orang 1,44 1,60 2,01 III Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % 8,57 8,49 8,16 1 Laki-laki % 8,83 8,58 8,07 2 Perempuan % 8,07 8,31 8,31 IV Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) % 64,43 64,60 63,82 1 Laki-laki % 83,64 82,47 79,89 2 Perempuan % 44,83 46,39 47,46 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Juta Orang 34,42 35,05 35,68 Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Membaiknya kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi (LPE) pada triwulan I 2018 (Grafik 6.3). Peningkatan LPE Jawa Barat diperkirakan memberi dampak kepada jenis pekerjaan masyarakat, di mana pangsa tenaga kerja di sektor formal meningkat (dari 49,8% menjadi 51,2%). Sementara itu, pangsa tenaga kerja sektor informal menurun (Grafik 6.4). Meningkatnya LPE yang secara spesifik terjadi pada lapangan usaha (LU) industri pengolahan menyebabkan tingginya serapan tenaga kerja formal seperti buruh pabrik. 100 Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik 6.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik 6.4 Perkembangan Pangsa Pekerja Formal dan Informal

122 Berdasarkan lapangan Usaha (LU), pangsa tenaga kerja terbesar Jawa Barat masih tersebar di LU perdagangan (29,9%); industri pengolahan (21,5%); dan jasa kemasyarakatan (15,0%). Secara umum, tidak terdapat perubahan yang signifikan pada struktur tenaga kerja di Jawa Barat. Namun, pangsa tenaga kerja di LU pertanian terus mengalami penurunan dalam 6 (enam) tahun terakhir seiring dengan terus meningkatnya pangsa tenaga kerja di LU berbasis sekunder dan tersier seperti industri pengolahan dan perdagangan. Pada Februari 2018, terjadi peningkatan serapan tenaga kerja di LU industri pengolahan dan perdagangan (Grafik 6.5). Hal ini sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan kedua LU tersebut pada triwulan I 2018 dibanding triwulan I 2017 (Grafik 6.6). Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik 6. 5 Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja Sektoral Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik 6. 6 Pertumbuhan PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Membaiknya kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat sejalan dengan hasil Survei Konsumen di Jawa Barat yang menunjukkan adanya optimisme pada ketersediaan lapangan kerja. Hal ini tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja triwulan I 2018 sebesar 101,64, lebih tinggi dibanding triwulan I 2018 sebesar 94,60 (Grafik 6.7). Pada triwulan berikutnya, serapan tenaga kerja diperkirakan sedikit menurun. Hal ini ditunjukkan melalui penurunan indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2018 (Grafik 6.8). Hal ini ditengarai seiring dengan berlangsungnya momen libur Lebaran yang cukup panjang sehingga mengurangi hari efektif bekerja pada akhir triwulan II Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 6.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 6.8 Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

123 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, pangsa terbesar tenaga kerja di Jawa Barat merupakan lulusan Sekolah Dasar ke bawah (40,1%), diikuti Sekolah Menengah Pertama (18,2%) dan Sekolah Menengah Atas (15,7%) (Grafik 6.9). Hal ini mengindikasikan bahwa jenis pekerjaan yang ditekuni masyarakat Jawa Barat masih didominasi oleh jenis pekerjaan yang belum memprioritaskan kompetensi dan keahlian. Namun demikian, pangsa tenaga kerja lulusan SD ke bawah ini terus mengalami penurunan selama 6 (enam) tahun terakhir diikuti dengan meningkatnya pangsa tenaga kerja lulusan SMK dan Universitas. Hal ini menunjukkan terus membaiknya kualitas tenaga kerja di Jawa Barat. Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik 6.9 Pangsa Pekerja Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 102 Namun demikian, pada Februari 2018 kualitas tenaga kerja mengalami sedikit penurunan tercermin dari meningkatnya pangsa tenaga kerja berpendidikan rendah (dari 57,84% menjadi 58,23%) (Tabel 6.2). Hal ini diikuti oleh menurunnya pangsa tenaga kerja berpendidikan tinggi (dari 13% menjadi 11,81%). Meningkatnya pangsa tenaga kerja berpendidikan rendah di tengah meningkatnya pertumbuhan LU industri pengolahan diperkirakan sebagai indikasi bahwa tenaga kerja yang diserap oleh manufaktur pada periode ini adalah untuk jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan khusus. Hal ini dikonfirmasi oleh rilis data Industri Besar Sedang (IBS) BPS, yakni dari sejumlah industri yang mengalami kenaikan produksi pada triwulan I 2018, beberapa di antaranya adalah industri yang bersifat padat karya dan cenderung tidak membutuhkan keterampilan khusus seperti industri tekstil; industri pakaian jadi; dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (Grafik 6.10). Periode Tabel 6. 2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (%) Februari 2016 Februari 2017 Februari 2018 Satuan Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Rendah (SMP ke Bawah) Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik 6.10 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Jawa Barat Menengah (SMA & SMK) Tinggi (Diploma & Universitas) Juta orang 12,41 5,71 2,16 % 61,18 28,15 10,67 Juta orang 11,98 6,04 2,69 % 57,84 29,16 13,00 Juta orang 12,18 6,26 2,47 % 58,23 29,96 11,81 Di sisi lain, pengangguran di Jawa Barat pada Februari 2018 didominasi oleh lulusan SMK (24,5%), diikuti lulusan SMP (23,5%) dan lulusan SD ke bawah (21,7%) (Grafik 6.11). Peningkatan pangsa dari Februari 2017 ke Februari 2018 khususnya terjadi pada penganggur lulusan SMK (dari 21,4% ke 24,5%),

124 Universitas (dari 5,3% ke 8,3%), dan SMP (dari 19,3% ke 23,5%). Hal ini menjadi indikasi menurunnya kualitas tenaga kerja di mana lulusan pendidikan tinggi justru mengalami peningkatan pangsa pengangguran. Adapun tingkat pengangguran terbuka (TPT) tertinggi berdasarkan pendidikannya masih terjadi pada tingkat pendidikan SMK yakni mencapai 13,23%, diikuti Diploma I/II/III (12,66%) dan SMP (10,28%) (Grafik 6.12). Kondisi ini mengindikasikan tingkat pengangguran pada lulusan pendidikan menengah dan tinggi di Jawa Barat masih sangat tinggi. Hal ini perlu menjadi bahan evaluasi pemangku kebijakan terkait apakah jurusan yang ditentukan selama ini pada SMK di Jawa Barat sudah sesuai dengan kebutuhan industri. Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Pangsa Penganggur Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik TPT Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Indikator lainnya untuk menggambarkan kondisi ketenagakerjaan adalah jumlah pekerja tidak penuh yakni mereka yang berstatus bekerja tetapi memiliki jam kerja di bawah jam kerja normal (35 jam seminggu). Klasifikasi ini mampu memberi gambaran mengenai produktivitas penduduk yang bekerja di mana jenis pekerja tidak penuh dengan jam kerja rendah umumnya memiliki produktivitas yang juga lebih rendah dibanding pekerja penuh. Pada Februari 2018, persentase pekerja tidak penuh meningkat menjadi 24,96% dari sebelumnya 24,52% pada Februari 2017 (Tabel 6.3). Hal ini sejalan dengan meningkatnya pangsa tenaga kerja berpendidikan rendah. Secara spesifik, meningkatnya pangsa pekerja tidak penuh terutama didorong oleh kenaikan pada pangsa pekerja paruh waktu (dari 17,09% menjadi 18,46%). Tabel 6. 3 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Pekerja Penuh/Tidak Penuh) No. Penduduk yang Bekerja Februari 2016 Februari 2017 Jumlah (Juta Org) % Jumlah (Juta Org) % Februari 2018 Jumlah (Juta Org) I Pekerja Tidak Penuh 4,80 23,68 5,08 24,52 5,22 24,96 Setengah penganggur 1,72 8,49 1,54 7,43 1,36 6,50 Pekerja paruh waktu 3,08 15,19 3,54 17,09 3,86 18,46 II Pekerja Penuh 15,48 76,32 15,64 75,48 15,69 75,04 Total Penduduk Bekerja 20,28 20,72 20,91 % 103

125 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.2 NILAI TUKAR PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 108,26 atau tumbuh 5,75% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar 102,37 atau tumbuh -3,28% (yoy) (Grafik 6.13). Hal ini terutama disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani (IT) pada triwulan I 2018 dibanding triwulan I 2017 (dari 133,09 menjadi 145,01) lebih tinggi dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (IB) (dari 130,01 menjadi 133,94). Meningkatnya IT pada triwulan I 2018 tercermin dari Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) meningkatnya harga gabah beras seiring dengan menurunnya pasokan beras pasca gagal panen pada musim tanam akhir tahun 2017 akibat berkembangnya hama wereng. Hal ini menyebabkan penerimaan petani khususnya tanaman pangan meningkat. Kenaikan harga jual disebabkan oleh menurunnya produksi tanaman pangan, yang turut tercermin dari penurunan kinerja LU pertanian, kehutanan, dan perikanan Jawa Barat dari 7,07% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -0,36% (yoy) pada triwulan I Grafik 6.13 NTP Jawa Barat dan Komponen Penyusunnya Meningkatnya pertumbuhan NTP Jawa Barat pada triwulan I 2018 secara khusus didorong oleh kenaikan pertumbuhan NTP sub lapangan usaha tanaman pangan (dari -10,67% menjadi 11,27%) dan tanaman perkebunan rakyat (dari 1,30% menjadi 2,69%) (Grafik 6.14). Meningkatnya NTP tanaman pangan sejalan dengan peningkatan harganya yang cukup tinggi pada awal tahun Meningkatnya pertumbuhan NTP pada triwulan I 2018 juga didorong oleh meningkatnya pertumbuhan indeks yang diterima petani (IT) yakni dari 0,33% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 8,96% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 6.15). Secara spesifik, sama halnya dengan perkembangan nilai tukar petani, meningkatnya pertumbuhan IT pada triwulan I 2018 juga terjadi pada sub lapangan usaha tanaman pangan (dari -6,67% menjadi 14,77%) dan tanaman perkebunan rakyat (dari 5,03% menjadi 5,78%). 104 Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Pertumbuhan NTP Berdasarkan Subsektor Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Pertumbuhan Indeks yang Diterima Petani (IT) Berdasarkan Subsektor Sementara itu, indeks yang dibayar petani (IB) tercatat tumbuh lebih rendah, yakni dari 3,73% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 3,02% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 6.16). Menurunnya pertumbuhan IB ini

126 terjadi pada seluruh sub lapangan usaha dengan penurunan terbesar pada sub lapangan usaha tanaman pangan (dari 4,47% menjadi 3,15%) dan hortikultura (dari 3,96% menjadi 3,13%). Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Pertumbuhan Indeks yang Dibayar Petani (IB) Berdasarkan Subsektor Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik 6.17 Pertumbuhan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) Berdasarkan Subsektor Kemampuan produksi petani pada periode laporan tercatat mengalami peningkatan. Kemampuan produksi petani yang tercermin dari Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) tercatat meningkat yakni dari -2,03% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 5,97% (yoy) pada triwulan I Secara spesifik, meningkatnya pertumbuhan NTUP terjadi pada sub lapangan usaha tanaman pangan (dari - 9,93% menjadi 10,97%) dan tanaman perkebunan rakyat (dari 2,82% menjadi 3,09%) (Grafik 6.17). Penurunan pertumbuhan IB pada triwulan I 2018 terutama dikarenakan oleh menurunnya pertumbuhan indeks konsumsi rumah tangga dari 4,57% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 3,14% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 6.18). Sementara itu, pertumbuhan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal masih meningkat. Secara spesifik, menurunnya pertumbuhan indeks konsumsi rumah tangga didorong oleh penurunan pada mayoritas komponen penyusunnya. Penurunan terbesar terjadi pada pertumbuhan indeks konsumsi makanan jadi, bahan makanan, dan perumahan (Grafik 6.19). 105 Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Pertumbuhan Komponen Indeks yang Dibayar Petani (IB) Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Pertumbuhan Komponen Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani 6.3 KESEJAHTERAAN Pada 2017, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tercatat menurun (dari 5,66% menjadi 5,29%), sementara tingkat inflasi mengalami peningkatan (dari 2,75% menjadi 3,63%) (Grafik 6.20). Namun,

127 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat pada 2017 tercatat membaik tercermin dari jumlah penduduk miskin yang menurun dari 4,17 juta jiwa pada September 2016 menjadi 3,77 juta jiwa pada September Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kemiskinan Jawa Barat juga menurun dari 8,77% pada September 2016 menjadi 7,83% pada September 2017 (Grafik 6. 21). Kondisi ketimpangan di Jawa Barat pun turut membaik, tercermin melalui penurunan gini ratio dari 0,402 menjadi 0,393 pada September Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Jawa Barat Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan (Gini Ratio) Jawa Barat Menurunnya tingkat kemiskinan di Jawa Barat terjadi baik di perkotaan maupun pedesaan dengan penurunan terbesar pada tingkat kemiskinan pedesaan (dari 11,72% menjadi 10,77%) diikuti perkotaan (dari 7,55% menjadi 6,76%) (Grafik 6. 22). Menurunnya tingkat kemiskinan pedesaan ini sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan di mana pangsa tenaga kerja informal serta pekerja tidak penuh yang umumnya indentik dengan karakteristik tenaga kerja di pedesaan pada 2017 meningkat dibanding Sejalan dengan hal tersebut, ketimpangan di perkotaan juga tercatat mengalami penurunan, yakni dari 0,412 pada September 2016 menjadi 0,399 pada September 2017 (Grafik 6. 23). 106 Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Perkembangan Tingkat Kemiskinan Pedesaan dan Perkotaan Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Perkembangan Gini Ratio Pedesaan dan Perkotaan

128 Meningkatnya ketimpangan di pedesaan ini diperkirakan turut dipengaruhi oleh kinerja lapangan usaha primer (khususnya pertanian) yang melambat pada tahun 2017 (Grafik 6.24). Menurunnya pertumbuhan lapangan usaha pertanian diperkirakan berdampak kepada menurunnya kapasitas ekonomi sejumlah petani pada jenis tanaman yang mengalami penurunan produktivitas (khususnya tanaman pangan). Sementara itu, meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha sekunder (khususnya industri pengolahan dan konstruksi) di tengah melambatnya pertumbuhan lapangan usaha tersier (berbasis jasa) turut berkontribusi kepada menurunnya ketimpangan di perkotaan, di mana masyarakat dengan penghasilan tinggi di perkotaan umumnya bekerja di sektor berbasis jasa. Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Grafik Pertumbuhan Lapangan Usaha Kelompok Primer, Sekunder, dan Tersier 107

129 PROSPEK PEREKONOMIAN BAB VII Perekonomian global diperkirakan tumbuh meningkat pada 2018 mencapai 3,9% (tertinggi sejak 2012) terutama didorong akselerasi negara maju Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh melambat dibanding triwulan II 2018, seiring berlalunya momen Hari Raya & Pilkada Perekonomian Jawa Barat pada 2018 diperkirakan tumbuh meningkat dibanding tahun 2017 terutama didorong oleh kenaikan permintaan domestik seiring berlangsungnya sejumlah event besar serta pembangunan infrastruktur Pertumbuhan Global Pertumbuhan Nasional Pertumbuhan Jawa Barat Pertumbuhan Jawa Barat Inflasi Jawa Barat 3,9% ,1%-5,5% ,2%-5,6% Triwulan III ,5%-5,9% ,5%±1% ,8% ,07% ,7%-6,1% Tw II ,29% ,63% 2017

130 PROSPEK PEREKONOMIAN Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada 2018 diperkirakan pada rentang 5,5% - 5,9% (yoy), meningkat dibandingkan Meningkatnya LPE Jawa Barat di tahun 2018 terutama ditopang oleh berlangsungnya sejumlah event yang dapat memberikan multiplier effect 1 baik pada kegiatan ekonomi maupun pendapatan masyarakat. Beberapa event dimaksud meliputi : (1) Pemilihan Gubernur Jawa Barat dan Pilkada di 16 Kab/Kota di Jawa Barat pada Juni 2018 dan (2) Asian Games 2018 yang akan dilaksanakan pada Agustus 2018 di mana Jawa Barat menjadi salah satu venue lomba. Momentum Pilkada maupun Asian Games diperkirakan akan mendorong konsumsi Pemerintah. Komponen konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan juga ikut terdorong sebagai multiplier effect dari kedua event besar ini. Selain itu, berlanjutnya pembangunan sejumlah proyek infrastruktur strategis Pemerintah pada 2018 turut menjadi pendorong LPE, antara lain proyek Jalan Tol Cisumdawu, LRT Terintegrasi Jabodebek, Tol Bogor Ciawi Sukabumi (Bocimi), kereta cepat Jakarta-Bandung, Pelabuhan Patimban dan lain-lain. Bandara Internasional Kertajati ditargetkan grand launching pada Juni 2018 dan akan digunakan untuk melayani pemberangkatan Haji Jawa Barat 2018 sehingga diharapkan juga turut menjadi pendorong kegiatan ekonomi pada Berlanjutnya perbaikan ekonomi global serta harga komoditas global diperkirakan juga mendorong kinerja ekspor luar negeri pada Pada triwulan III 2018, LPE Jawa Barat diperkirakan melambat dibandingkan triwulan II 2018 seiring dengan berlalunya momentum Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada serentak. Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada rentang 5,2% - 5,6% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II 2018 yang diperkirakan tumbuh pada rentang 5,7% - 6,1% (yoy). Dari sisi pengeluaran, perlambatan ini terjadi pada konsumsi (baik rumah tangga, LNPRT, maupun Pemerintah). Sementara itu, investasi dan net ekspor luar negeri diperkirakan masih tetap tumbuh dan menahan perlambatan ekonomi. Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan terjadi pada beberapa LU utama seperti pertanian, perdagangan, informasi & komunikasi, serta transportasi dan pergudangan. Sementara itu, pertumbuhan LU industri pengolahan dan konstruksi diperkirakan masih meningkat. Hal ini terutama didorong oleh kembali normalnya hari kerja efektif setelah sebelumnya terpotong oleh periode libur bersama yang cukup panjang selama Hari Raya Idul Fitri pada triwulan II Inflasi Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan II Meningkatnya tekanan inflasi diperkirakan terutama bersumber dari kelompok volatile food seiring dengan tengah berlangsungnya musim tanam untuk sejumlah tanaman pangan utama sehingga mengurangi pasokan. Di sisi lain, tekanan inflasi core diperkirakan menurun seiring dengan berlalunya momen Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada serentak yang mendorong permintaan domestik. 109 Meningkatnya pertumbuhan ekonomi 2018 diperkirakan turut mendorong tekanan inflasi pada Selain meningkatnya pertumbuhan dan permintaan domestik, hal ini juga dipengaruhi beberapa faktor seperti prospek meningkatnya harga minyak dunia dan rencana Pemerintah menaikkan batas bawah 1 Multiplier effect atau efek pengganda adalah proses keterkaitan perubahan di satu bidang yang menjadi penyebab perubahan di bidang yang lain.

131 PROSPEK PEREKONOMIAN tarif angkutan udara. Bank Indonesia bersama-sama Pemerintah dalam forum TPI/TPID berkomitmen untuk menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1% PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL Prospek Perekonomian Global Pertumbuhan ekonomi global pada 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan Rilis IMF melalui World Economic Outlook (WEO) April 2018 memperkirakan pertumbuhan global pada 2018 sebesar 3,9% (yoy), meningkat dibandingkan 2017 sebesar 3,8% (yoy) (Tabel 7.1). Dengan demikian, perkiraan pertumbuhan global 2018 ini merupakan level tertinggi sejak 2012 (3,5%). Perkiraan pertumbuhan ini meningkat dibanding proyeksi sebelumnya menjelang akhir tahun 2017, terutama disebabkan ekspansi kebijakan fiskal Amerika Serikat yang mendorong pertumbuhan ekonomi di jangka pendek serta kebijakan moneter yang akomodatif di kawasan Eropa. Berlanjutnya perbaikan ekonomi global ditopang oleh peningkatan kinerja ekonomi baik negara maju maupun negara berkembang serta berlanjutnya kenaikan harga minyak. Tabel 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Sumber : WEO IMF, Consesus Forecast, Bank Indonesia WEO IMF (Apr'18) Consesus Forecast (Mar'18) Bank Indonesia (Apr'18) Dunia 3,8 3,9 3,9 3,9 4,0 3,8 3,8 3,8 3,8 Negara Maju 2,3 2,5 2,2 2,3 2,4 2,1 2,4 2,3 2,1 Amerika Serikat 2,3 2,9 2,7 2,3 2,8 2,3 2,3 2,6 2,4 Kawasan Eropa 2,3 2,4 2,0 2,5 2,4 2,0 2,5 2,3 2,0 Jepang 1,7 1,2 0,9 1,7 1,4 1,1 1,7 1,2 0,9 Negara Berkembang 4,8 4,9 5,1 5,3 5,3 5,2 4,7 4,8 5,0 Negara Berkembang Asia 6,5 6,5 6,6 Tiongkok 6,9 6,6 6,4 6,9 6,5 6,3 6,9 6,7 6,5 India 6,7 7,4 7,8 6,4 7,3 7,4 6,4 7,2 7,5 Volume Perdagangan Dunia (barang & jasa) (%, yoy) 4,9 5,0 4,8 4,5 4,5 4,5 Minyak (Dolar AS per barel) 52,8 62,3 58, Perekonomian negara maju diperkirakan tumbuh sebesar 2,5% (yoy) pada 2018, meningkat dibandingkan 2017 yang tumbuh 2,3% (yoy) (WEO IMF April 2018). Hal ini terutama ditopang oleh 110 meningkatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan kawasan Eropa. Meningkatnya pertumbuhan Amerika Serikat didorong oleh permintaan eksternal yang semakin kuat serta dampak makroekonomi dari reformasi pajak pada Desember Sementara itu, akselerasi ekonomi di Eropa didorong oleh permintaan domestik yang semakin kuat, kebijakan moneter suportif, serta membaiknya prospek permintaan eksternal. Di sisi lain, walaupun pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan melambat pada 2018, namun terdapat revisi ke atas dibandingkan proyeksi sebelumnya (0,7%). Revisi ke atas pada proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang ini mencerminkan permintaan eksternal yang membaik, meningkatnya investasi swasta, dan adanya budge tambahan (suplementary budget) pada Perekonomian negara berkembang diperkirakan tumbuh 4,9% (yoy) pada 2018, meningkat dibandingkan 2017 yang diperkirakan tumbuh 4,8% (WEO IMF April 2018). Peningkatan ini didorong

132 PROSPEK PEREKONOMIAN oleh beberapa faktor, antara lain pemulihan kondisi ekonomi sejumlah negara eksportir komoditas (didorong perbaikan harga komoditas global), pertumbuhan yang semakin kuat di India pasca reformasi struktural, serta perlambatan ekonomi Tiongkok selama rebalancing agenda 2 yang berlangsung lebih gradual atau perlahan dibandingkan sebelumnya. Namun demikian, masih terdapat beberapa tantangan pada outlook kinerja ekonomi negara berkembang, antara lain tingkat utang yang tinggi di sejumlah negara, prospek pertumbuhan jangka menengah yang terbatas di negara-negara maju, adanya perselisihan atau gejolak domestik & politik, serta ketegangan geopolitik di sejumlah negara. Volume perdagangan global pada 2018 diperkirakan tumbuh 5,0% (yoy) atau meningkat dibandingkan 2017 yang diperkirakan tumbuh 4,9%. Seiring dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi global, pertumbuhan volume perdagangan global juga diperkirakan turut meningkat. Selain itu, momentum perbaikan harga komoditas global yang terjadi pada 2017 diperkirakan berlanjut pada 2018 dengan perkiraan harga minyak global 2018 sebesar USD 62,3/barrel atau lebih tinggi dibandingkan 2017 sebesar USD 52,8/barrel (WEO IMF April 2018). Di tengah berlanjutnya momentum perbaikan ekonomi global secara terbatas tersebut, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga kebijakan Amerika Serikat atau (FFR) diperkirakan berlangsung 3-4 kali pada tahun Hal ini didukung oleh kondisi perekonomian AS yang terus membaik, serapan tenaga kerja yang solid, dan inflasi Sumber : Bloomberg yang masih terkendali. Pada 2018, kenaikan Grafik 7. 1 Probability FFR diperkirakan terjadi terutama pada Mei 2018 dengan probabilitas 72% (Grafik 7.1). Secara ringkas, beberapa faktor risiko maupun potensi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global pada 2018 adalah sebagai berikut: Kebijakan China dalam melakukan transisi ekonominya yakni dari yang tadinya didorong oleh investasi, ekspor manufaktur, kemudian roda ekonomi diubah menjadi berbasis konsumsi dalam negeri dan jasa

133 PROSPEK PEREKONOMIAN Sumber : World Economic Outlook dan Informasi Anekdotal Lainnya (Diolah) Gambar 7.1. Potensi dan Risiko Perekonomian Global Prospek Perekonomian Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan Dalam asumsi dasar makro APBN 2018, pertumbuhan ekonomi tahun 2018 diasumsikan sebesar 5,4% (yoy) (Tabel 7.2), meningkat dibandingkan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 sebesar 5,1% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2018 pada rentang 5,1% - 5,5% (yoy), meningkat dibandingkan 2017 yang tumbuh sebesar 5,07% (yoy). Momentum pemulihan ekonomi diperkirakan terus berlanjut, ditopang oleh konsumsi swasta yang diperkirakan masih tumbuh kuat; peningkatan konsumsi pemerintah serta perbaikan investasi, baik swasta maupun pemerintah; serta peningkatan ekspor sejalan dengan prospek perbaikan ekonomi global. Selain itu, pemanfaatan berbagai potensi seperti keyakinan pelaku ekonomi terhadap pemerintah dan pemangku kebijakan lainnya, munculnya potensi sumber pembiayaan ekonomi setelah berakhirnya program pengampunan pajak (tax amnesty) pada 2017 serta berkembangnya sharing economy dan digital economy akan mempengaruhi keyakinan dan gairah swasta untuk beraktivitas. Tabel 7. 2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN Asumsi Makro APBN Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,10 5,40 Inflasi (%, yoy) 4,00 3,50 Nilai Tukar (Rp/USD) Tingkat Bunga SPN 3 bulan rata-rata (%) 5,30 5,20 Harga Minyak Mentah Indonesia (USD/barel) Lifting Minyak Bumi (ribu/barel/hari) Lifting Gas Bumi (ribu/barel/hari) Sumber : Kementerian Keuangan RI

134 PROSPEK PEREKONOMIAN Belanja Pemerintah dalam APBN 2018 adalah sebesar Rp2.220,7 Triliun atau meningkat 0,74% dibandingkan belanja APBN 2017 sebesar Rp2.204,4 Triliun. Beberapa highlight dari kebijakan fiskal Pemerintah Pusat yang tercermin dari APBN 2018 ini antara lain : a. Kenaikan anggaran untuk penanggulangan kemiskinan dan dukungan masyarakat berpendapatan rendah (a.l: PKH, Program Indonesia Pintar, Jaminan Kesehatan Nasional, Bantuan Pangan, Bidik Misi, dan Dana Desa) adalah sebesar 3,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kenaikan anggaran untuk infrastruktur yakni sebesar 2,39% (yoy). Peningkatan belanja bantuan sosial ini diharapkan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat serta pertumbuhan ekonomi pada tahun b. Anggaran subsidi energi 2018 mencapai Rp103,37 Triliun atau meningkat 15,03% dibandingkan Anggaran subsidi tersebut terdiri dari subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji 3 kilogram (kg) sebesar Rp 51,13 triliun serta subsidi listrik sebesar Rp 52,23 triliun untuk pelanggan 450 VA dan 900 VA. Dengan demikian, Pemerintah diperkirakan tidak akan menaikkan harga BBM, tarif listrik, maupun harga elpiji pada 2018 Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga kebijakan sebanyak dua kali sepanjang tahun 2017 yakni pada Agustus dan September 2017 masing-masing sebesar 25 bps. Sementara pada 2018, Bank Indonesia belum melakukan perubahan pada suku bunga kebijakan hingga bulan April. Mempertimbangkan berlanjutnya proses transmisi dari pelonggaran kebijakan moneter yang telah berlangsung sejak 2017, diharapkan pembiayaan terhadap kegiatan ekonomi domestik dapat meningkat pada Perkiraan peningkatan investasi salah satunya didorong oleh belanja modal Pemerintah dalam rangka percepatan penyelesaian pembangunan proyek infrastruktur. Sebagaimana diketahui, terdapat banyak proyek infrastruktur strategis bersifat multiyear yang akan berlanjut pada Adapun investasi swasta yang bersifat non bangunan diperkirakan mulai meningkat pada semester kedua sejalan dengan berakhirnya konsolidasi yang dilakukan oleh korporasi yang kemudian dilanjutkan ke fase ekspansi. Pertumbuhan ekspor diperkirakan meningkat khususnya sejalan dengan prospek berlanjutnya perbaikan ekonomi global serta harga komoditas global pada tahun Berdasarkan negara tujuannya, peningkatan ekspor diperkirakan terutama terjadi ke Amerika Serikat seiring dengan proyeksi meningkatnya pertumbuhan AS pada Selain itu, ekspor ke negara berkembang Asia khususnya ASEAN juga diperkirakan menjadi salah satu faktor utama pendorong kinerja ekspor pada tahun 2018 mempertimbangkan prospek ASEAN yang masih terus membaik. Prospek membaiknya harga sejumlah komoditas termasuk minyak diperkirakan turut mendorong kinerja ekspor migas Indonesia. 113 Dari aspek intermediasi perbankan, konsolidasi perbankan telah berlangsung sejak 2016 hingga pertengahan 2017, perbankan diperkirakan siap untuk melakukan ekspansi pembiayaan pada tahun Hal ini juga antara lain didukung oleh suku bunga kebijakan yang semakin akomodatif serta terus didorongnya efisiensi perbankan. Pada triwulan I 2018, penyaluran kredit nasional tumbuh 8,54% (yoy), meningkat dibandingkan akhir tahun 2017 yang tumbuh 8,24% (yoy).

135 PROSPEK PEREKONOMIAN Adapun inflasi nasional pada 2018 diperkirakan berada pada kisaran sasaran sebesar 3,5%±1%, lebih rendah dibanding 2017 yang berada pada kisaran sasaran 4%±1%. Hal ini didukung oleh semakin kuatnya koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengatasi sejumlah risiko. Selain itu, rencana Pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan elpiji serta tarif listrik seiring dengan meningkatnya belanja subsidi dalam APBN 2018 juga menjadi faktor yang menjaga tekanan inflasi lebih rendah dibanding Namun risiko pada tekanan harga pangan perlu terus diwaspadai. Di tengah berbagai faktor yang mendorong perbaikan kondisi ekonomi nasional di atas, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko pada 2018, antara lain arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang cenderung proteksionis antara lain tercermin dari kenaikan tarif impornya, risiko pelemahan nilai tukar Rupiah antara lain akibat kenaikan FFR, serta masih terbukanya peluang risiko shortfal 3 l pajak PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA BARAT Prospek Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan berada pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan II Dari sisi pengeluaran, perlambatan laju pertumbuhan terutama terjadi pada konsumsi (baik rumah tangga, Pemerintah, maupun LNPRT) dan net ekspor antar daerah. Perlambatan konsumsi rumah tangga terjadi seiring dengan berlalunya momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Di sisi lain, perlambatan konsumsi Pemerintah dan LNPRT terutama seiring dengan berlalunya penyelenggaraan Pilkada serentak di 16 Kab/Kota serta Pilgub Jabar. Melambatnya pertumbuhan net ekspor antar daerah diperkirakan juga dipengaruhi oleh momen libur panjang Lebaran yang mengurangi hari kerja efektif pelaku industri sehingga output industri pengolahan untuk dikirim ke luar daerah juga menurun. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan laju pertumbuhan khususnya terjadi pada lapangan usaha tersier atau berbasis jasa yakni perdagangan besar dan eceran; transportasi dan pergudangan; jasa keuangan; informasi dan komunikasi; serta lapangan usaha primer yakni pertanian, kehutanan, dan perikanan. Perlambatan ini juga terutama disebabkan oleh berlalunya momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang umumnya mendorong meningkatnya kegiatan usaha terkait jasa-jasa dan perdagangan. Sementara melambatnya pertumbuhan LU pertanian disebabkan oleh tengah berlangsungnya musim tanam. Untuk keseluruhan 2018, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan berada pada kisaran 5,5% - 5,9% (yoy) atau meningkat dibanding Meningkatnya LPE Jawa Barat pada 2018 terutama ditopang oleh berlangsungnya sejumlah event yang dapat memberikan multiplier effect baik pada kegiatan ekonomi maupun pendapatan masyarakat, yakni Pilgub Jabar & Pilkada di 16 Kab/Kota di Jabar serta Asian Games 2018 yang akan dilaksanakan pada Agustus 2018 di mana Jawa Barat menjadi salah satu lokasi venue pelaksanaan pertandingan 7 (tujuh) cabang olahraga. 3 Risiko pendapatan pajak yang tidak memenuhi target sehingga berpotensi memperbesar defisit anggaran Pemerintah

136 PROSPEK PEREKONOMIAN Tabel 7. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Pengeluaran I R II P III P IV P Total-p PDRB (%, yoy) 5,66 5,29 6,02 5,7-6,1 5,2-5,6 5,3-5,7 5,5-5,9 Konsumsi Rumah Tangga 5,60 4,63 4,82 5,0-5,4 4,5-4,9 4,6-5,0 4,7-5,1 Konsumsi LNPRT 5,48 4,77 18,15 22,4-22,8 18,1-18,5 5,1-5,5 15,6-16,0 Konsumsi Pemerintah 3,76 0,23 4,96 9,0-9,4 7,7-8,1 9,9-10,3 8,2-8,6 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,59 6,28 6,16 5,6-6,0 8,0-8,4 8,9-9,3 7,2-7,6 Perubahan Inventori 3,99-5,14 2,25 1,4-1,8 5,0-5,4 (-0,1) - 0,3 2,1-2,5 Ekspor LN -3,90 6,15 5,12 8,8-9,2 11,6-12,0 13,7-14,1 9,9-10,3 Impor LN 5,21-2,57-9,94 (-7,2) - (-6,8) (-2,0) - (-1,6) 2,9-3,3 (-4,2) - (-3,8) Net Ekspor Antar Daerah -27,35 11,17 32,08 63,3-63,7 56,8-57,2 30,5-30,9 40,9-41,3 a. Konsumsi Rumah Tangga Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan II 2018 (yoy). Perkiraan melambatnya konsumsi rumah tangga ini terutama dipengaruhi berlalunya momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada serentak. Jika dibandingkan dengan 2017, Hari Raya Idul Fitri berlangsung di akhir triwulan II 2017 dan periode libur panjang berlangsung hingga awal triwulan III Sementara pada 2018, seluruh periode libur panjang Lebaran berlangsung pada triwulan II 2018, sehingga base effect di tahun 2017 dapat menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III Hal ini juga dikonfirmasi oleh Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia, di mana Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 6 bulan mendatang di Jawa Barat menurun dari rata-rata 145,02 pada triwulan II 2018 menjadi 143,17 pada triwulan III Perlambatan terjadi khususnya pada komponen indeks ekspektasi penghasilan dan indeks ekspektasi kegiatan usaha (Grafik 7.2). Di sisi lain, indeks pengeluaran 3 bulan mendatang masih mengindikasikan peningkatan (Grafik 7.3) 115 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen Jawa Barat Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 7.3. Indeks Pengeluaran 3 Bulan Mendatang Konsumsi rumah tangga pada 2018 diperkirakan tumbuh pada rentang 4,7% - 5,1% (yoy), meningkat dibandingkan Kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun 2018 dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Meningkatnya daya beli masyarakat seiring dengan berlangsungnya 2 (dua) event besar pada 2018, yakni Pilgub & Pilkada Jawa Barat serta beberapa cabang olahraga Asian Games di Jawa Barat. Event besar seperti ini umumnya mendorong peningkatan pendapatan masyarakat serta penjualan ritel

137 PROSPEK PEREKONOMIAN 2. Kebijakan Pemerintah Pusat yang meningkatkan alokasi anggaran untuk program penanggulangan kemiskinan dan dukungan masyarakat berpendapatan rendah (seperti PKH, Program Indonesia Pintar, Jaminan Kesehatan Nasional, Bantuan Pangan, Bidik Misi, dan Dana Desa) pada APBN Percepatan pembangunan infrastruktur strategis Pemerintah yang berlanjut pada Dari sisi moneter, pelonggaran suku bunga kebijakan yang dilakukan pada 2017 (total sebesar 50 bps) diperkirakan akan terus ditransmisikan kepada penurunan suku bunga kredit pada 2018 Di sisi lain, perkiraan pelemahan (depresiasi) terbatas nilai tukar Rupiah sebagaimana dicantumkan dalam asumsi dasar ekonomi makro yaitu dari Rp13.300/USD pada APBN-P 2017 menjadi Rp13.400/USD pada APBN 2018 diperkirakan berpotensi menahan kegiatan konsumsi masyarakat karena meningkatkan beban perolehan barang konsumsi yang diimpor. Pada Grafik 7.4 terlihat bahwa apresiasi nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2016 serta paruh kedua 2017 diikuti oleh peningkatan laju pertumbuhan impor barang konsumsi. Sebaliknya, pelemahan nilai tukar pada awal 2017 diikuti oleh penurunan pertumbuhan impor barang konsumsi di Jawa Barat. Selain itu, kebijakan Pemerintah untuk kembali tidak menaikkan gaji pokok Aparatur Sipil Negara (ASN) pada 2018 juga diperkirakan berdampak kepada menahan ekspansi daya beli masyarakat. Grafik 7.4 Perkembangan Impor Barang Konsumsi Jawa Barat dan Nilai Tukar b. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) / Investasi 116 Investasi pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,0% - 8,4% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan II Perkiraan meningkatnya investasi tersebut terutama dikarenakan oleh kembali normalnya hari kerja efektif untuk melaksanakan kegiatan konstruksi, setelah sebelumnya tertahan oleh periode libur Lebaran yang cukup panjang pada triwulan II Selain itu, setelah terpilihnya Kepala Daerah yang baru, kegiatan investasi atau belanja modal Pemerintah diperkirakan juga kembali meningkat setelah sebelumnya diperkirakan cenderung wait and see selama semester I 2018 atau menjelang Pilkada. Sementara itu, untuk keseluruhan 2018 investasi diperkirakan mampu tumbuh pada kisaran 7,2% - 7,6% (yoy) atau meningkat dibandingkan Berdasarkan komponen penyusunnya, peningkatan investasi pada 2018 diperkirakan terutama masih ditopang oleh investasi bangunan. Investasi bangunan memberikan pangsa sekitar 70% terhadap total investasi di Jawa Barat. Berdasarkan informasi dari contact liaison 4 KPw BI Jawa Barat, pada 2018 beberapa perusahaan berencana melakukan investasi ekspansif berupa pembangunan pabrik baru, khususnya pelaku usaha yang bergerak di industri tekstil & produk tekstil (TPT) dan makanan & minuman. 4 Sejumlah perusahaan yang menjadi responden wawancara liaison atau wawancara rutin tahunan kepada pelaku usaha oleh Bank Indonesia untuk men-tracking perkembangan kegiatan usaha dan ekonomi

138 PROSPEK PEREKONOMIAN Dorongan investasi bangunan terbesar bersumber dari percepatan penyelesaian berbagai proyek infrastruktur strategis Pemerintah, terutama menjelang selesainya era kepemimpinan Presiden saat ini. Terdapat beberapa proyek strategis yang bersifat multiyear meliputi Tol Cisumdawu sebagai bagian dari Tol Trans Jawa, LRT Terintegrasi Jabodebek, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Tol Bogor Ciawi Sukabumi (Bocimi), LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi, dan lain-lain (Tabel 7.4). Selain itu, Pemerintah juga berencama memulai proses konstruksi Pelabuhan Patimban pada Juni Namun demikian, perlu diwaspadai tantangan pada kapasitas fiskal khususnya Pemerintah Pusat, mengingat mayoritas proyek strategis ini merupakan wewenang nasional dan menggunakan anggaran K/L. Selain proyek infrastruktur tersebut, investasi juga didorong dari revitalisasi venue dan infrastruktur pendukung untuk pelaksanaan 7 (tujuh) cabang olahraga Asian Games di 13 venue yang tersebar di 10 kabupaten/kota di Jawa Barat. No Tabel 7. 4 Daftar Proyek Infrastruktur Strategis di Jawa Barat Ruas PROYEK JALAN TOL Panjang (km) Sumber : Pemerintah Provinsi Jawa Barat & Informasi Anekdotal Target Penyelesaian 1 Cileunyi Sumedang Dawuan (Cisumdawu) 60, Bogor - Ciawi - Sukabumi (Bocimi) 54, Cimanggis - Cibitung 25, Cikarang (Cibitung) - Tj. Priok (Cilincing) 34, Bogor Ring Road 8, Depok - Antasari 19, Sukabumi - Ciranjang 28, Ciranjang - Padalarang 33, Cileunyi - Nagreng - Tasikmalaya 70, Tasikmalaya - Ciamis - Banjar 70, Banjar - Pangandaran 80, PROYEK INFRASTRUKTUR LAINNYA 1 Bandara Internasional Kertajati Pelabuhan Patimban LRT Terintegrasi Jabodebek 181, Kereta Cepat Jakarta - Bandung 142, c. Ekspor dan Impor Luar Negeri Ekspor luar negeri pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 11,6% - 12,0% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II Sejalan dengan hal tersebut, impor luar negeri juga diperkirakan tumbuh meningkat yakni pada kisaran (-2,0%) - (-1,6%) (yoy). Peningkatan ini terutama dikarenakan oleh kembali normalnya masa kerja efektif dan proses produksi manufaktur setelah pada triwulan II 2018 mengalami periode libur yang cukup panjang. Selain itu, terus membaiknya proses ekonomi global khususnya Amerika Serikat yang merupakan mitra dagang utama turut mendorong peningkatan ini. 117 Pada 2018, ekspor luar negeri Jawa Barat diperkirakan tumbuh pada kisaran 9,9% - 10,3% (yoy), sedangkan impor luar negeri pada kisaran (-4,2%) (-3,8%) (yoy). Ekspor luar negeri diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2017, namun di sisi lain impor luar negeri diperkirakan tumbuh melambat. Secara total, net ekspor luar negeri diperkirakan meningkat pada Hal ini terutama didorong oleh membaiknya permintaan dan pertumbuhan ekonomi global pada 2018, khususnya negara mitra dagang utama Jawa Barat seperti Amerika Serikat dan Eropa. IMF memperkirakan pertumbuhan

139 PROSPEK PEREKONOMIAN ekonomi global pada 2018 sebesar 3,9% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun 2017 sebesar 3,8% (yoy). Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama Jawa Barat dengan pangsa pada tahun 2017 mencapai 17,60%. AS diperkirakan tumbuh 2,9% (yoy) pada 2018, meningkat cukup signifikan dibanding 2017 (2,3%). Jenis barang ekspor utama Jawa Barat ke Amerika Serikat adalah barang-barang rajutan dengan pangsa sekitar 4,14%, pakaian jadi bukan rajutan (3,08%), mesin dan peralatan listrik (3,07%), dan alas kaki (1,64%). Namun, mengacu kepada kondisi ekonomi AS yang semakin pulih ditandai kondisi ketenagakerjaan yang terus membaik, diperkirakan akan naik 3-4 kali sepanjang tahun Hal ini membawa risiko pelemahan pada nilai tukar rupiah yang kemudian menyebabkan pertumbuhan impor Jawa Barat berpotensi melambat pada Selain itu, mulai tumbuhnya pabrikpabrik baru yang menghasilkan produk substitusi impor juga turut menahan laju impor pada Berdasarkan proyeksi IMF dalam WEO April 2018, harga minyak dunia diperkirakan meningkat yakni dari USD 52,8/barrel pada 2017 menjadi USD 62,3/barrel pada Pertumbuhan harga minyak dunia terindikasi memiliki korelasi positif yang signifikan dengan pertumbuhan ekspor luar negeri Jawa Barat (Grafik 7.5). Peningkatan harga minyak dunia menjadi salah satu cerminan dari peningkatan permintaan dan perdagangan global. Selain itu, harga minyak global yang diperkirakan kembali meningkat pada 2018 dapat menjadi motor pendorong kenaikan harga beberapa produk manufaktur Jawa Barat, salah satunya produk industri TPT (khususnya polyester). Secara ringkas, beberapa faktor yang berpotensi mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2018 disajikan dalam tabel 7.5 di bawah ini. Grafik 7. 5 Plotting Pertumbuhan Ekspor LN Jawa Barat dan Harga Minyak Global 118

140 PROSPEK PEREKONOMIAN Tabel 7. 5 Risiko Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Tahun 2018 Variabel Faktor Risiko Arah Risiko Konsumsi Investasi Ekspor Dari sisi lapangan usaha, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jabar tahun 2018 diperkirakan masih ditopang lapangan usaha utama Jawa Barat khususnya Industri Pengolahan dan Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Kendaraan. Dalam empat tahun terakhir, industri pengolahan memberikan andil pertumbuhan rata-rata 2,34% sedangkan Perdagangan memberikan andil rata-rata 0,67%. Konsumsi swasta diperkirakan meningkat, khususnya didorong oleh penyelenggaraan Pilkada dan ASIAN Games di Jawa Barat Percepatan penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah (jalan tol, bandara, dan pelabuhan) yang diharapkan memberikan trickle down effect kepada pendapatan masyarakat Jawa Barat Rencana Pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi dan elpiji serta tarif listrik pada tahun 2018 Peningkatan konsumsi pemerintah didorong oleh proyek infrastruktur dan pelaksanaan Pilkada Kebijakan pemerintah kembali tidak menaikkan gaji pokok PNS pada tahun 2018 Investasi diperkirakan meningkat dengan banyaknya pembangunan pabrik baru di Jawa Barat pada tahun 2018 Implementasi seluruh Paket Kebijakan Ekonomi secara lebih komprehensif dan merata Transmisi pelonggaran suku bunga kebijakan ke penurunan suku bunga kredit investasi Percepatan penyelesaian proyek infrastruktur Pemerintah baik yang bersifat multiyear maupun proyek yang baru akan mulai dibangun pada tahun 2018 seperti Pelabuhan Patimban Kecenderungan pelaku usaha melakukan wait and see dan menahan ekspansi investasinya menjelang masa Pilkada serentak Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan meningkat dari 3,8% (yoy) pada tahun 2017 menjadi 3,9% (yoy) pada tahun 2018 Kenaikan harga komoditas global khususnya minyak pada tahun 2018 disertai dengan volume perdagangan global yang diperkirakan tumbuh stabil Kebijakan tax reform dari Amerika Serikat yang diharapkan menjadi stimulasi peningkatan investasi, karena adanya peningkatan pedapatan dari pemotongan pajak Implementasi MEA yang dapat semakin mendorong transaksi perdagangan dengan kawasan ASEAN yang merupakan tujuan ekspor terbesar Jawa Barat, khususnya untuk output sektor manufaktur Meredanya risiko geopolitik di Eropa Lapangan Usaha Industri Pengolahan pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,8% - 7,2% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 7.6). Peningkatan ini terutama dikarenakan oleh kembali normalnya masa kerja efektif dan proses produksi manufaktur setelah pada triwulan II 2018 mengalami periode libur yang cukup panjang. Selain itu, terdapat faktor base effect di mana pada 2017 periode libur Lebaran berlangsung hingga awal triwulan III 2017 sementara pada triwulan III 2018 tidak terdapat periode libur panjang Lebaran. Untuk keseluruhan 2018, LU Industri Pengolahan diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,8% - 7,2% (yoy), meningkat dibandingkan Prospek pertumbuhan LU Industri Pengolahan didukung oleh meningkatnya permintaan ekspor luar negeri seiring dengan kembali meningkatnya pertumbuhan ekonomi global khususnya ekonomi negara mitra dagang utama (Amerika Serikat dan ASEAN). Sejalan dengan kenaikan permintaan ekspor, permintaan domestik diperkirakan juga meningkat seiring dengan berlangsungnya sejumlah event besar yang memberikan 119

141 PROSPEK PEREKONOMIAN spillover effect 5 kepada pendapatan masyarakat, yakni Pilkada serentak dan Asian Games untuk sejumlah cabang olahraga di Jawa Barat. Di sisi lain, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,5% - 4,9% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan seiring dengan berlalunya momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada serentak yang mendorong konsumsi serta penjualan ritel. Adapun LU Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi pada 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,5% - 5,9% (yoy), meningkat dibandingkan tahun Tingginya kegiatan ekspor-impor baik luar negeri maupun antar provinsi seiring dengan membaiknya kinerja industri pengolahan serta meningkatnya proyeksi perekonomian nasional tahun depan menjadi motor bagi aktivitas di sub-lapangan Usaha Perdagangan. Di sisi ritel, pelaksanaan PILKADA serentak pada Juni 2018 khususnya kegiatan pemilihan Gubernur dan beberapa kepala daerah di Jabar menjadi faktor pendorong kenaikan kinerja lapangan usaha ini. Semakin solidnya konsumsi masyarakat yang dipengaruhi menguatnya proyeksi nilai tukar dan inflasi yang terjaga diperkirakan juga menjadi pendorong kinerja lapangan usaha perdagangan. Tabel 7. 6 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Lapangan Usaha I R II P III P IV P Total-p PDRB (%, yoy) 5,66 5,29 6,02 5,7-6,1 5,2-5,6 5,3-5,7 5,5-5,9 Pertanian, Peternakan, Kehutanan 5,64 1,88-0,36 2,1-2,5 1,7-2,1 2,3-2,7 1,3-1,7 Pertambangan & penggalian -0,97-2,02-5,33 (-10,8) - (-10,4) (-9,2) - (-8,8) (-13,0) - (-12,6) (-9,7) - (-9,3) Industri pengolahan 4,77 5,35 7,37 6,5-6,9 6,8-7,2 6,9-7,3 6,8-7,2 Pengadaan Listrik dan Gas 3,37-11,42-13,44 1,4-1,8 (-5,4) - (-5,0) 0,9-1,3 (-4,8) - (-4,4) Pengadaan Air 6,33 7,13 6,34 7,2-7,6 4,5-4,9 5,0-5,4 5,7-6,1 Konstruksi 5,02 7,24 9,79 5,5-5,9 6,1-6,5 7,2-7,6 7,1-7,5 Perdagangan Besar & Eceran, Rep. Kendaraan 4,41 4,58 5,24 6,1-6,5 4,5-4,9 6,2-6,6 5,5-5,9 Transportasi dan Pergudangan 8,84 4,83 2,72 5,3-5,7 4,0-4,4 4,1-4,5 4,0-4,4 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,35 8,37 7,88 9,8-10,2 7,9-8,3 9,2-9,6 8,6-9,0 Informasi dan Komunikasi 14,27 11,85 9,59 14,0-1,44 11,7-12,1 6,0-6,4 10,2-10,6 Jasa Keuangan 11,89 3,48 8,34 8,6-9,0 3,6-4,0 2,2-2,6 5,6-6,0 Real Estate 6,51 9,31 10,18 8,7-9,1 7,9-8,3 6,9-7,3 8,3-8,7 Jasa Perusahaan 8,16 8,42 11,29 (-4,7) - (-4,3) (-0,2) - 0,2 1,4-1,8 1,9-2,3 Adm. Pemerintahan, Pertahanan & Jam. Sosial 2,98 0,19 1,13 2,0-2,4 (-1,9) - (-1,5) 0,7-1,1 0,4-0,8 Jasa Pendidikan 7,61 8,67 5,14 2,9-3,3 2,9-3,3 (-1,5) - (-1,1) 2,3-2,7 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,48 8,38 7,59 6,9-7,3 0,5-0,9 0,3-0,7 3,7-4,1 Jasa lainnya 8,73 9,78 6,53 4,1-4,5 2,0-2,4 (-2,0) - (-1,6) 2,5-2,9 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 1,7% - 2,1% (yoy), melambat dibanding triwulan II Hal ini seiring dengan berlangsungnya masa tanam untuk mayoritas komoditas pangan. Lebih jauh, LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 1,3% - 1,7% (yoy) atau melambat dibandingkan tahun Hal ini diperkirakan terjadi seiring dengan terus berlangsungnya alih fungsi lahan yang menurunkan luas lahan tanam pertanian. 5 Suatu fenomena ekonomi yang terjadi disebabkan oleh kejadian ekonomi lainnya yang seringkali berbeda konteks

142 PROSPEK PEREKONOMIAN Lapangan Usaha Konstruksi pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,1% - 6,5% (yoy), meningkat dibanding triwulan II Hal ini seiring dengan kembali normalnya hari kerja efektif untuk melaksanakan kegiatan konstruksi, setelah sebelumnya tertahan oleh periode libur Lebaran yang cukup panjang pada triwulan II Selain itu, proyek Pelabuhan Patimban ditargetkan mulai konstruksi pada Juni Untuk keseluruhan 2018, LU Konstruksi diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,1% - 7,5% (yoy), meningkat dibandingkan tahun Perkembangan lapangan usaha ini terutama didukung oleh berlanjutnya pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah baik proyek satu tahun (tahun 2017) maupun proyek multiyears khususnya yang ditargetkan selesai pada tahun 2018, seperti BIJB (Bandara Internasional Jawa Barat) serta konstruksi swasta seperti rencana pembangunan pabrik baru Prospek Inflasi Inflasi Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan II Meningkatnya tekanan inflasi diperkirakan terutama bersumber dari kelompok volatile food seiring dengan tengah berlangsungnya musim tanam untuk sejumlah tanaman pangan utama sehingga mengurangi pasokan. Di sisi lain, tekanan inflasi core diperkirakan menurun seiring dengan berlalunya momen Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada serentak yang mendorong permintaan domestik. Seiring dengan perkiraan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2018, tekanan inflasi tahun 2018 juga diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan tahun 2017 namun masih berada dalam kisaran sasaran inflasi sebesar 3,5%±1%. Secara umum, meningkatnya tekanan inflasi dipengaruhi baik oleh faktor eksternal seperti kenaikan harga minyak dunia maupun meningkatnya permintaan domestik seiring dengan diselenggarakannya sejumlah event besar sepanjang tahun 2018 seperti Pilkada dan Asian Games. Faktor iklim yang diperkirakan kembali normal mendorong prospek terkendalinya inflasi komoditas pangan. Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai khususnya tekanan inflasi pada kelompok core seiring dengan prospek meningkatnya kegiatan ekonomi, daya beli dan permintaan domestik di tahun Bank Indonesia bersama-sama Pemerintah dalam forum TPI/TPID berkomitmen untuk menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1%. Tabel 7. 7 Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Tahun 2018 Faktor Pendorong (Upside Risk) Harga minyak dunia yang diperkirakan akan terus meningkat yang akan mendorong penyesuaian harga BBM Periode kampanye selama 4 bulan (Februari-Mei 2018) untuk Pilkada. Adanya rencana Pemerintah untuk menaikkan batas bawah tarif angkutan udara, dari 30% dari batas atas menjadi 40% dari batas atas. Kenaikan tren harga emas akibat pelemahan nilai tukar dollar dan tingginya inflasi Amerika Serikat. Faktor Penahan (Downside Risk ) Komitmen dari Pemerintah untuk tidak menaikkan tarif listrik dan BBM subsidi setidaknya hingga bulan Maret 2018 Kebijakan Pemerintah yang lebih antisipatif menahan gejolak harga pangan menjelang Hari Raya Rendahnya risiko El Nino dan La Nina pada awal tahun Kenaikan cukai rokok sekitar 10,04% di sepanjang tahun 2018.

143

144

145

146 PROSPEK PEREKONOMIAN Daftar Istilah ADHB ADHK Administered price Andil inflasi APBD Bobot inflasi Dana Perimbangan Faktor Fundamental Faktor Non Fundamental Imported inflation Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Investasi Inflasi inti Atas Dasar Harga Berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun pada suatu daerah. Atas Dasar Harga Konstan, menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi suatu daerah. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah. Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah. Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price) Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal) Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Sejak Januari 2014 menggunakan Tahun Dasar 2012 = 100. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Indeks ini memiliki skala Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal. Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental 123 Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

147 PROSPEK PEREKONOMIAN Migas Mtm Omzet Minyak dan gas. Merupakan kelompok lapangan usaha industri yang mencakup industri minyak dan gas. Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya. Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi. PDRB Pendapatan Asli Daerah (PAD) Perceived risk Qtq Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu dengan menetapkan tahun 2010 sebagai Tahun Dasar. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban jumlah responden yang memberikan jawaban SBT Lapangan usaha ekonomi dominan Volatile food West Texas Intermediate Yoy Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih lapangan usaha/subkategori usaha yang bersangkutan dengan bobot lapangan usaha/subkategori usaha yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Lapangan usaha ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia. Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. 124

148 TIM PENYUSUN PENGARAH Doni P. Joewono PENANGGUNG JAWAB Ismet Isnono, Sukarelawati Permana KOORDINATOR PENYUSUN Suarpika Bimantoro EDITOR Darjana, Amanda Lethizya Lestari S. TIM PENULIS Rahma Dewi P, Wahyu Putri Pamungkas, Novianti Ekasari KONTRIBUTOR Fungsi Data Statistik Ekonomi dan Keuangan Divisi Sistem Pembayaran, Komunikasi dan Layanan Publik Divisi Pengembangan Ekonomi Daerah PRODUKSI DAN DISTRIBUSI Heru Subiyandono Putra KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA BARAT Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Daerah Jl. Braga No. 108 Bandung, No. Telp. (022) ext No. Fax.(022) tas_bd@bi.go.id Softcopy dapat diunduh di

149

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2017 MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2017 MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- Agustus 2017

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 i Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha-nya, buku Kajian Ekonomi dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2017 MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2017 MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- Agustus 2017

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- Mei 2017 diterbitkan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- Mei 2017 diterbitkan. Buku ini merupakan asesmen terhadap perkembangan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang NTT (38) 832-364 / 827-916 ; fax : [38] 822-13 www.bi.go.id Daftar Isi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi...

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci