KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2 Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak Telp : Faks : Versi softcopy buku ini dapat diunduh di

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-nya kami dapat menyusun buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Barat edisi November Buku KEKR ini kami susun dengan tujuan untuk menyajikan informasi terkini kepada para pemangku kepentingan baik eksternal maupun internal seputar perkembangan ekonomi daerah, keuangan pemerintah daerah, inflasi, stabilitas keuangan daerah, akses keuangan, sistem pembayaran, pengelolaan uang rupiah, ketenagakerjaan, serta prospek ekonomi dan inflasi ke depan. Selain itu, kami juga berharap buku KEKR ini dapat menjadi salah satu referensi yang dapat diandalkan bagi para pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan. Dalam penyusunan buku KEKR ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat telah mendapatkan banyak dukungan data dan informasi dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang telah bersedia memberikan data dan informasi yang kami perlukan dalam menyusun buku ini. Sebagai penutup, kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku KEKR ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kualitas kajian ini dapat terus ditingkatkan. Pontianak, 22 November 2017 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, Dwi Suslamanto i

4 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Grafik... iv Daftar Tabel... vii Ringkasan Umum... viii BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah... 1 Kondisi Umum... 2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor-Impor Ekspor Kalimantan Barat Impor Kalimantan Barat Neraca Perdagangan Luar Negeri Kalimantan Barat Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran: Lapangan Usaha Pertanian Industri Pengolahan Lapangan Usaha Konstruksi BAB 2 Keuangan Pemerintah APBD Provinsi Kalimantan Barat Anggaran Pendapatan Provinsi Kalimantan Barat Anggaran Belanja Provinsi Kalimantan Barat Alokasi APBN di Kalimantan Barat BAB 3 Perkembangan Inflasi Daerah Gambaran Umum Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Kota Disagregasi Inflasi BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Perkembangan Perbankan Secara Umum Ketahanan Sektor Korporasi ii

5 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Ketahanan Sektor UMKM Pengembangan Akses Keuangan BAB 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Perkembangan Transaksi Non Tunai Penyediaan Uang Layak Edar Perkembangan Temuan Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya Perkembangan Money Changer dan PTD BAB 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Gambaran Umum Ketenagakerjaan Kalimantan Barat Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan Nilai Tukar Petani (NTP) Perbandingan dengan Provinsi Lain di Kalimantan Inflasi Pedesaan Profil Kemiskinan dan Pemerataan Penduduk Kalimantan Barat Indeks Pembangunan Manusia BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah Prospek Ekonomi Triwulan I 2018 dan Kumulatif Perkiraan Inflasi Daerah Triwulan I 2018 dan Kumulatif Daftar Istilah iii

6 Daftar Grafik Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 1.3 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Penggunaan Triwulan III Grafik 1.4 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Penggunaan Triwulan III Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Ekspor Kayu Olahan Kalimantan Barat Grafik 1.20 Distribusi Ekspor Kalimantan Barat Grafik 1.32 Perkembangan Luas Lahan Tanam Sawah Kalimantan Barat Grafik 1.34 Perkembangan Luas Lahan Puso Kalimantan Barat Grafik 1.35 Perkembangan Luas Lahan Dampak Perubahan Iklim (DPI) Grafik 1.48 Penjualan Semen Provinsi Kalimantan Barat Grafik 1.49 Perkembangan Kredit Konstruksi Kalimantan Barat Grafik 2.1 APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Grafik 2.2 Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III Grafik 2.3 Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III Grafik 2.4 Proporsi Belanja APBN di Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Triwulan III Grafik 3.1 Laju Inflasi Provinsi Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 3.2 Laju Inflasi Antarprovinsi di Kalimantan dan Nasional Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Kota Sampel Kalimantan Barat Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Kalimantan Barat (mtm) Grafik 3.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan (mtm) Grafik 3.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (mtm).. 47 Grafik 3.9 Perbandingan Disagregasi Inflasi Kalbar Grafik 3.10 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kalbar Grafik 4.1 Posisi Valuta DPK Perbankan Kalimantan Barat Akhir Triwulan III 2017 (Rp Triliun). 55 Grafik 4.2 Perkembangan DPK Perbankan Kalimantan Barat Berdasarkan Kegiatan Bank Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan di Kalimantan Barat Grafik 4.4 Perkembangan SBT DPK Perbankan di Kalimantan Barat Grafik 4.5 Lokasi Bank Asal Penyalur Kredit ke Kalimantan Barat Grafik 4.6 Lokasi Penyaluran Kredit oleh Perbankan Asal Kalimantan Barat Grafik 4.7 Kredit Perbankan di Kalimantan Barat Grafik 4.8 SBT Kredit Perbankan di Kalimantnan Barat Grafik 4.9 Perkembangan LDR dan NPL Perbankan di Kalimantan Barat iv

7 Grafik 4.10 Perkembangan NPL Perbankan di Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 4.11 Perkembangan DPK Sektor Korporasi pada KC/KCP berlokasi di Kalimantan Barat 60 Grafik 4.12 Pangsa DPK Sektor Korporasi pada KC/KCP berlokasi di Kalimantan Barat Grafik 4.13 Penyaluran Kredit kepada Sektor Korporasi di Kalimantan Barat Grafik 4.14 NPL Kredit kepada Sektor Korporasi di Kalimantan Barat Grafik 4.15 Perkembangan DPK Kalimantan Barat Grafik 4.16 Pertumbuhan DPK Kalimantan Barat Grafik 4.17 Perkembangan Kredit Perseorangan Kalimantan Barat Grafik 4.18 Tingkat NPL Kredit Perseorangan Kalimantan Barat Grafik 4.19 Perkembangan Kredit Rumah Tangga Kalimantan Barat Grafik 4.20 Perkembangan Penyaluran Kartu Kredit Kalimantan Barat Grafik 4.21 Perkembangan IKE dan IEK Kalimantan Barat Grafik 4.22 Perkembangan DSR Kalimantan Barat Grafik 4.23 Perkembangan Kredit UMKM di Kalbar Grafik 4.24 Perkembangan NPL Kredit UMKM di Kalbar Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Kliring di Kalimantan Barat Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Barat Grafik 5.3 Perkembangan Inflow-Outflow di KPw. BI Prov. Kalimantan Barat Grafik 5.4 Pemusnahan UTLE di KPw. BI Prov. Kalimantan Barat Grafik 5.5 Perkembangan Pembelian dan Penjualan UKA oleh Money Changer di Kalimantan Barat Grafik 5.6 Perkembangan Transfer Dana oleh PTD di Kalimantan Barat Grafik 6.1 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kalimantan Barat Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat.. 74 Grafik 6.3 Perkembangan Tingkat Penyerapan Angkatan Kerja (TPAK) Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 6.4 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 6.6 Perkembangan NTP Kalimantan Barat Grafik 6.7 Perkembangan NTP Provinsi Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Sublapangan Usaha Grafik 6.8 Pergerakan NTP Provinsi Kalimantan Grafik 6.9 Perbandingan NTP Sublapangan Usaha Padi dan Palawija antar Provinsi Kalimantan80 Grafik 6.10 Perbandingan Inflasi Pedesaan Kalimantan Barat dan Nasional (mtm) v

8 Grafik 6.12 Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Kalimantan dan Nasional Grafik 6.13 Perkembangan Presentase Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat Grafik 6.14 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kalimantan Barat vi

9 Daftar Tabel Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat Triwulan III 2017 Sisi Penggunaan ADHK Tahun Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat Triwulan III 2017 Sisi Penawaran ADHK Tahun Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Kalimantan Barat Tabel 1.4 Penyerapan Anggaran Kelompok Belanja Infrastruktur Provinsi Kalimantan Barat Tabel 2.1 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 dan Tabel 2.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 dan Tabel 2.3 Anggaran dan Realisasi Alokasi Belanja APBN di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 dan Tabel 3.1 Perkembangan Inflasi Bulanan Kalimantan Barat (mtm) Tabel 3.22 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Prices Triwulan II 2017 (yoy) Tabel 4.1 Perkembangan Kredit di Kalimantan Barat (Rp Triliun) Tabel 4.2 Perkembangan Kredit Perbankan Kalimantan Barat (Rp Triliun) Tabel 4.3 Perkembangan Kredit di Kalimantan Barat (Rp Miliar) Tabel 5.1 Uang Rupiah Yang Diragukan Keasliannya Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) Tabel 6.2 Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten/Kota Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) Tabel 6.3 Persentase Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha di Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) Tabel 6.4 Jumlah Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Berdasarkan Berdasarkan Lapangan Usaha di Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) Tabel 6.8 Perbandingan IPM Antar Provinsi di Wilayah Kalimantan Tabel 6.9 Perkembangan IPM Kalimantan Barat Berdasarkan Komponennya Tabel 6.10 Perkembangan IPM Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat vii

10 Ringkasan Umum Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat di triwulan III 2017 sebesar 5,13% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Memasuki triwulan IV 2017, perekonomian Kalimantan Barat diprakirakan akan meningkat. Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat triwulan III 2017 tercatat 78,75% dan realisasi belanja mencapai 55,61%. Inflasi triwulan III 2017 sebesar 4,70% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya sebesar 4,72% (yoy). DPK tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan kredit, dengan rasio NPL terjaga. Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 tumbuh 5,13% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,92%, yoy). Dari sisi permintaan, Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 utamanya bersumber dari peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah. Dari sisi penawaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 terutama didorong oleh akselerasi pertumbuhan lapangan usaha konstruksi, pertanian serta informasi dan komunikasi. Memasuki triwulan IV 2017, perekonomian diperkirakan akan meningkat, disumbang oleh pertumbuhan pada komponen konsumsi pemerintah dan investasi. Pada sisi penawaran, perbaikan terutama diprakirakan terjadi pada lapangan usaha pertanian dan konstruksi. Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 78,75%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan triwulan III 2016 yang sebesar 65,82%. Sementara itu, persentase realisasi belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 sebesar 55,61% atau lebih tinggi dibandingkan dengan persentase realisasi belanja triwulan III 2016 yang sebesar 52,08%. Di sisi lain, persentase realisasi belanja APBN di Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 mencapai 61,06%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan persentase realisasi belanja APBN pada triwulan II 2016 sebesar 61,43%. Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 4,70% (yoy) atau menurun tipis dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 4,72% (yoy). Penurunan inflasi inti dan administered prices mendorong turunnya inflasi pada triwulan III Berdasarkan komoditasnya, penurunan inflasi triwulan III 2017 disebabkan oleh penurunan harga daging ayam ras, bawang merah, sotong, cabai rawit dan ketimun. Secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat tercatat 0,29% (qtq) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,83% (qtq). Pada triwulan III 2017, DPK perbankan Kalimantan Barat tumbuh 11,90% (yoy) dengan total nominal sebesar Rp51,19 triliun. Sedangkan kredit berlokasi di Kalimantan Barat tumbuh sehat 4,02% (yoy) dengan posisi baki debet sebesar Rp66,40 triliun. Risiko kredit pun berada di bawah batas aman dengan rasio NPL sebesar 2,50%, lebih rendah dari triwulan II 2017 dengan NPL yang sebesar 2,60%. viii

11 KPw. BI Prov. Kalimantan Barat mengalami net inflow seiring telah berlalunya momen hari raya keagamaan dan tahun ajaran baru. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kalbar secara umum belum diikuti dengan meningkatnya kondisi ketenagakerjaan, namun kesejahteraan petani meningkat. Pertumbuhan ekonomi Kalbar pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada level 4,5%-4,9% (yoy), sedangkan secara kumulatif 2018 diperkirakan 5,0-5,4% (yoy). Pada sistem pembayaran non tunai, nilai transaksi kliring mencapai Rp6,10 triliun, meningkat dari Rp5,57 triliun pada triwulan II Di sisi lain, nilai transaksi RTGS juga meningkat dari Rp16,88 triliun pada triwulan II 2017 menjadi sebesar Rp17,94 triliun pada triwulan III KPw BI Provinsi Kalbar mengalami net inflow sebesar Rp1,04 triliun pada triwulan III 2017, seiring telah berakhirnya hari raya keagaman Idul Fitri 1438 H dan telah selesainya proses tahun ajaran baru sekolah. Kondisi ketenagakerjaan Kalimantan Barat pada Agustus 2017, menunjukkan penurunan meskipun terjadi peningkatan pada pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat. Sementara itu, kesejahteraan petani hingga September 2017 mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi pada hampir semua sublapangan usaha, kecuali pada sublapangan usaha padi palawija. Tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat juga mengalami perbaikan pada Maret Pada triwulan I 2018 perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan tumbuh terbatas pada level 4,5-4,9% (yoy) seiring dengan pertumbuhan kinerja lapangan usaha utama. Secara kumulatif tahun 2018, perekonomian diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2017, yakni pada kisaran 5,0%-5,4% (yoy). Tingkat inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan berada dalam kisaran 3,7-4,1% (yoy) dan secara kumulatif 2018 sebesar 3,4-3,8% (yoy) Tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan I 2018 meningkat didorong oleh kenaikan inflasi administered price dan diperkirakan berada pada rentang 3,7%-4,1% (yoy). Sementara itu, inflasi kumulatif 2018 diperkirakan berada di level 3,4%- 3,8% (yoy). ix

12 Tabel Indikator Makroekonomi Ekonomi Makro Regional Indikator Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) Berdasarkan Sektor (%-YoY) : - Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (0.63) Pertambangan dan Penggalian (3.63) (7.60) (0.50) (7.66) Industri Pengolahan (2.96) Pengadaan Listrik dan Gas (2.67) (4.34) (2.22) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi (4.60) 4.79 (1.95) (1.21) - Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi (5.48) - Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate (0.95) Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan (0.14) (1.93) (2.24) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Berdasarkan Permintaan (%-YoY) : - Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba (11.87) (16.28) (18.02) (20.39) (3.74) Konsumsi Pemerintah (11.53) (18.48) PMTB (2.64) 2.04 (1.21) Perubahan Stok - Ekspor (29.52) (52.09) (58.57) (40.80) (11.81) 6.66 (2.18) (7.10) (3.80) (4.75) Impor (36.95) (51.78) (52.20) (19.98) (18.48) (4.63) (13.88) (20.67) (19.73) (30.14) Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen - Provinsi Kalimantan Barat Kota Pontianak Kota Singkawang Laju Inflasi Tahunan (%,yoy) - Provinsi Kalimantan Barat Kota Pontianak Kota Singkawang Stabilitas Keuangan Daerah Perbankan Secara Umum (Rp Miliar) Aset (Berdasarkan Lokasi Bank) 43,954 47,834 49,799 49,491 49,472 53,691 55,325 54,951 56,436 59,220 61,311 59,808 61,523 65,118 69,426 Dana Pihak Ketiga (Berdasarkan Lokasi Bank) 36,468 38,700 39,696 39,566 39,830 42,181 43,499 44,093 43,692 45,853 45,743 46,376 47,302 49,626 51,190 Kredit (Berdasarkan Lokasi Bank) 41,986 43,554 45,447 48,223 47,775 50,377 52,568 55,150 56,058 60,805 63,835 63,376 64,119 65,858 66,401 Kredit Korporasi (Rp Miliar) 28,136 29,276 30,723 32,810 32,172 34,360 36,193 26,122 26,825 30,002 32,798 31,590 32,315 33,281 33,567 - Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 11,570 11,683 12,011 12,930 12,393 14,007 15,605 13,921 15,144 17,523 20,180 19,806 20,488 21,025 21,140 - Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 2,584 3,042 3,547 3,782 3,765 4,023 3,825 3,978 4,084 4,493 4,530 3,233 3,272 3,137 2,826 - Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan 1,057 1,052 1, , ,188 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,460 8,920 9,145 9,622 9,627 10,158 10,172 2,640 2,521 2,639 2,608 2,940 3,087 3,426 3,464 - Pengangkutan dan Komunikasi 1,340 1,607 1,603 1,668 1,678 1,665 1,635 1,911 1,349 1,407 1,368 1,422 1,311 1,257 1,272 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2,094 1,764 1,814 2,112 2,043 2,076 2,318 1,800 1,758 2,119 2,191 2,207 2,370 2,467 2,577 - Jasa-Jasa Lainnya Kredit Perseorangan (Rp Miliar) 23,440 24,300 25,026 26,071 26,291 26,918 27,423 28,983 29,230 30,801 31,036 31,659 31,732 32,511 32,822 - Modal Kerja 6,729 7,112 7,276 7,625 7,506 7,744 7,840 7,867 7,795 8,153 8,088 8,159 8,102 8,348 8,379 - Investasi 2,891 2,982 3,095 3,126 3,227 3,198 3,249 4,626 4,725 5,391 5,442 5,453 5,471 5,293 5,227 - Konsumsi / Sektor Rumah Tangga 13,820 14,206 14,655 15,320 15,558 15,975 16,334 16,490 16,710 17,258 17,506 18,047 18,159 18,870 19,216 Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar) 13,820 14,206 14,655 15,320 15,558 15,975 16,334 16,490 16,710 17,258 17,506 18,047 18,159 18,870 19,216 - Perumahan 2,973 2,755 2,794 2,871 3,008 3,138 3,262 3,406 3,501 3,659 3,736 3,904 4,073 4,312 4,510 - Ruko/Rukan Kendaraan 1,571 1,715 1,744 1,869 1,893 1,897 1,925 1,682 1,690 1,678 1,723 1,664 1,645 1,659 1,664 - Peralatan Multiguna 6,953 7,261 7,775 9,395 9,471 9,711 9,907 10,089 10,236 10,545 10,651 11,046 11,071 11,307 11,454 - Lainnya 1,579 1,594 1, Kredit UMKM (Rp Miliar) 11,470 12,722 12,640 13,450 13,697 13,970 14,202 14,717 14,383 15,175 15,878 16,501 18,945 17,828 18,127 - Mikro 1,528 2,097 1,741 2,139 2,837 2,799 2,754 2,911 3,021 3,045 2,956 2,961 2,959 3,042 3,164 - Kecil 5,196 5,296 5,888 6,072 4,748 5,090 5,107 5,305 4,916 5,497 6,158 6,366 6,376 6,848 6,903 - Menengah 4,746 5,329 5,010 5,240 6,111 6,081 6,342 6,501 6,446 6,633 6,764 7,174 9,610 7,938 8,061 NPL Umum (%) NPL Korporasi (%) NPL Perseorangan (%) NPL Rumah Tangga (%) NPL UMKM (%) Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Kliring - Volume (lembar) 233, , , , , , , , , , , , , ,750 - Nominal (Rp miliar) 10,072 10,157 11,816 10,570 9,293 8,650 10,127 10,148 9,513 8,981 8,406 8,786 8,718 8,979 Tunai (Rp Miliar) - Inflow 1,862 1,196 2, , ,236 1,062 2,434 1,137 2,688 1,185 2,180 2,245 - Outflow 630 1,499 2,471 2, ,947 2,404 3, ,627 1,722 3,096 1,314 1,354 - Net Inflow 1, ,214 1, ,976 1,473-2, , x

13 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 tumbuh 5,13% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,91%, yoy). Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 utamanya bersumber dari peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan khususnya terjadi pada lapangan usaha konstruksi, pertanian, serta informasi dan komunikasi. 1

14 Kondisi Umum Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 meningkat. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tumbuh 5,13% (yoy) pada triwulan III 2017, meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,91% (yoy) 1. Perbaikan ekonomi ini sejalan dengan perekonomian Nasional serta perbaikan ekonomi di kawasan Kalimantan. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017, tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi Nasional sebesar 5,06% (yoy). Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional Berdasarkan kontribusinya terhadap perekonomian di kawasan Kalimantan, Kalimantan Barat memiliki pangsa sebesar 14,86% pada triwulan III Pangsa tersebut sedikit mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 15,58%. Sementara itu, kontribusi total perekonomian kawasan Kalimantan terhadap perekonomian nasional mengalami peningkatan sebesar 8,35% pada triwulan III 2017 dibandingkan kontribusi sebesar 8,27% pada triwulan sebelumnya. Memasuki triwulan IV 2017, perekonomian Kalimantan Barat diproyeksikan kembali meningkat. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh 5,3-5,7% (yoy). Konsumsi pemerintah akan menjadi pendorong kegiatan ekonomi seiring dengan perkiraan peningkatan belanja pemerintah menjelang akhir tahun anggaran. Selain itu, diperkirakan ekspor juga kembali bertumbuh seiring dengan perbaikan perekonomian dunia yang berpotensi meningkatkan permintaan terhadap komoditas ekspor unggulan Kalimantan Barat. Di sisi lapangan usaha, peningkatan kinerja diperkirakan masih akan terjadi pada lapangan usaha konstruksi, utamanya pada proyek pembangunan infrastruktur pemerintah. Selain itu, lapangan usahan industri pengolahan diperkirakan akan meningkat seiring dengan proyeksi peningkatan permintaan, utamanya dari luar negeri seiring perbaikan perekonomian dunia. 1 BPS Provinsi Kalimantan Barat 2

15 Secara kumulatif, perekonomian Kalimantan Barat pada 2017 diproyeksikan tumbuh melambat. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada 2017 diperkirakan berada pada rentang 4,80-5,20% (yoy), sedikit di bawah pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun 2016 yang sebesar 5,22% (yoy). Melambatnya konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi faktor utama perlambatan ekonomi Kalimantan Barat pada tahun Melambatnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan menjadi penyebab perlambatan kinerja lapangan usaha industri dan perdagangan akibat kurang optimalnya permintaan. Namun demikian, perlambatan lebih jauh diperkirakan dapat tertahan oleh akselerasi konsumsi pemerintah pada sepanjang 2017, setelah sempat terkontraksi pada 2016 lalu akibat adanya penghematan anggaran pemerintah. Akselerasi konsumsi pemerintah diperkirakan akan berdampak positif terhadap kinerja lapangan usaha konstruksi yang diproyeksikan akan dapat tumbuh pesat di tahun Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat Triwulan III 2017 Sisi Penggunaan ADHK Tahun 2010 Pengeluaran Triwulan III 2017 I II III IV I II III Pangsa (%) Andil Pertumbuhan (%) Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Ekspor Impor Produk Domestik Regional Bruto Akselerasi Melambat Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 utamanya bersumber dari peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga. Peningkatan konsumsi rumah tangga didorong oleh peningkatan produksi beberapa komoditas pertanian Kalimantan Barat serta kecenderungan membaiknya harga CPO. Lebih lanjut lagi konsumsi rumah tangga masuk dalam klasifikasi pemetaan komponen Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) sisi pengunaan dengan tingkat pertumbuhan tahunan yang tinggi serta pangsa terhadap perekonomian yang cukup besar 2 (grafik 1.3). Selain itu peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat juga didorong kenaikan konsumsi pemerintah. Namun pertumbuhan tertahan oleh kontraksi pada ekspor dan kenaikan impor. Meningkatnya realisasi anggaran pemerintah di triwulan III 2017 mendorong peningkatan pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah. Sementara, kontraksi 2 Threshold yang digunakan dalam pemetaan matriks adalah 3,16% sebagai batas pada pertumbuhan ekonomi daerah dan 16,23% sebagai batas pada pangsa komponen PDRB. Penentuan batas threshold yang digunakan merupakan rata-rata pertumbuhan dan pangsa lapangan usaha pada triwulan berjalan. 3

16 yang terjadi pada komponen ekspor dan investasi menahan potensi laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan III Berdasarkan komponen pembentuknya, PDRB Kalimantan Barat dari sisi penggunaan masih didominasi oleh komponen domestik, utamanya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Komponen konsumsi rumah tangga dan pemerintah masing-masing memiliki pangsa sebesar 52,71% dan 11,03% terhadap total PDRB triwulan III 2017 Kalimantan Barat. Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.3 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Penggunaan Triwulan III 2017 Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.4 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Penggunaan Triwulan III 2016 Memasuki triwulan IV 2017, perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan akan meningkat, disumbang oleh komponen ekspor dan konsumsi pemerintah. Perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan tumbuh 5,30%-5,70% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2017 yang sebesar 5,13% (yoy). Dari sisi permintaan, komponen ekspor diproyeksikan mulai tumbuh terbatas setelah pada triwulan III 2017 mengalami kontraksi. Peningkatan ekspor tidak lepas dari harga CPO dan karet yang diperkirakan membaik di triwulan IV Selain itu, peningkatan terbatas juga diperkirakan terjadi pada komoditas pertambangan, yaitu bauksit dan mineral alumina seiring dengan peningkatan kapasitas produksi pabrik mineral alumina serta relaksasi ekspor mineral mentah melalui Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 5 Tahun Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada 2017 diperkirakan tumbuh sedikit melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat diproyeksikan berada pada rentang 4,80-5,20% (yoy), sedikit di bawah pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun 2016 yang sebesar 5,22% (yoy). Di sisi penggunaan, melambatnya konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi faktor utama perlambatan ekonomi Kalimantan Barat pada tahun Sementara itu, perlambatan lebih jauh diperkirakan dapat tertahan oleh akselerasi konsumsi pemerintah pada sepanjang 2017, setelah sempat terkontraksi pada 2016 lalu akibat adanya penghematan anggaran pemerintah. 4

17 1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat pada triwulan III Konsumsi rumah tangga naik dari 4,65% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 4,98% (yoy) pada triwulan III Menguatnya permintaan yang ditopang oleh perbaikan dari sisi pendapatan masyarakat, yang terkonfirmasi dari kenaikan komponen Pendapatan Rumah Tangga Kini dalam Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Pendapatan Rumah Tangga Kini naik dari 108,41 pada triwulan II 2017 menjadi 108,43 pada triwulan III 2017 (grafik 1.4). Peningkatan pesat pada komponen konsumsi rumah tangga didukung oleh peningkatan aktivitas di lapangan usaha pertanian dengan musim panen untuk beberapa komoditas pertanian di Kalimantan Barat. Selain itu, perbaikan harga komoditas perkebunan utama Kalimantan Barat, utamanya tandan buah segar kelapa sawit turut mendorong perbaikan pada komponen konsumsi rumah tangga. Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.5 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat Memasuki triwulan IV 2017, konsumsi rumah tangga diprediksi melambat. Hal tersebut terindikasi dari penurunan optimisme konsumen yang tercermin dari proyeksi ITK Kalimantan Barat, yaitu dari 106,31 pada triwulan III 2017 menjadi 103,13 pada triwulan IV Penurunan terutama terjadi pada komponen Rencana Pembelian Barang Tahan Lama. Secara kumulatif, pertumbuhan konsumsi rumah tangga Kalimantan Barat pada tahun 2017 diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai 5,02% (yoy). Pergeseran pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi, pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi (makanan, minuman, barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya (jasa kesehatan/pendidikan/rekreasi) disinyalir menjadi beberapa penyebab perlambatan konsumsi rumah tangga di tahun

18 1.2.2 Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) Komponen Konsumsi LNPRT mengalami perlambatan yaitu dari 14,10% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 13,85% (yoy) pada triwulan III Telah berlalunya momen keagamaan yang sebagian besar jatuh pada triwulan II menjadi faktor pendorong utama melambatnya laju pertumbuhan pada komponen ini. Pada triwulan IV 2017, komponen konsumsi LNPRT diproyeksikan akan kembali tumbuh melambat seiring dengan perkiraan akan perlambatan konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, perlambatan diperkirakan akan tertahan oleh aktivitas persiapan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) serentak di Kalimantan Barat pada tahun Selain akan dilaksanakan pemilihan umum Gubernur Provinsi Kalimantan Barat dan Walikota Kota Pontianak, terdapat empat daerah lainnya yang akan melaksanakan Pemilukada yaitu Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Kubu Raya, dan Kabupaten Mempawah. Secara kumulatif, pertumbuhan komponen konsumsi LNPRT pada tahun 2017 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi LNPRT tahun 2016 yang sebesar 8,08% (yoy). Tingginya aktivitas yang terkait dengan penyediaan jasa terkait dengan Pemilukada yang telah berlangsung diawal tahun 2017 dan pada saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2017 berperan besar dalam mendorong peningkatan aktivitas LNPRT pada tahun Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah mengalami peningkatan pada triwulan III Konsumsi pemerintah pada triwulan III 2017 tercatat meningkat 5,53 % (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,65% (yoy). Kenaikan kinerja komponen konsumsi pemerintah pada triwulan III 2017 tercermin dari peningkatan persentase realisasi belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat yang mencapai 55,61%, lebih tinggi dibandingkan persentase realisasi belanja APBD di periode yang sama tahun lalu sebesar 52,08%. Di sisi lain, persentase realisasi belanja APBN di daerah pada triwulan III tercatat mengalami penurunan menjadi 61,06% dibandingkan dengan 61,43% pada triwulan III

19 APBD APBN I II III I II III Sumber: BPKAD & Kanwil Dirjen Perbendaharaan Prov. Kalbar Grafik 1.6 Realisasi APBN & APBD Kalimantan Barat Memasuki triwulan IV 2017, pertumbuhan konsumsi Pemerintah diperkirakan akan kembali meningkat. Perbaikan tersebut didukung oleh adanya kecenderungan untuk mempercepat realisasi belanja di akhir tahun oleh berbagai instansi pemerintah. Dengan sisa anggaran belanja APBD dan APBN yang masing-masing masih sekitar 45% dan 40% dari total pagu anggaran, diperkirakan pemerintah baik daerah dan pusat akan mendorong persentase realisasi anggaran hingga diatas 90% di triwulan IV. Secara komponen, realisasi belanja modal di APBD dan APBN yang masing-masing baru sekitar 35% dan 55% dari pagu anggaran menyediakan banyak ruang bagi pemerintah untuk meningkatkan realisasi belanja infrastruktur pada triwulan IV. Pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah pada tahun 2017 diperkirakan akan terakselerasi dibandingkan dengan tahun 2016 yang terkontraksi hingga sebesar -7,68% (yoy). Pertumbuhan ini didukung dengan peningkatan anggaran pemerintah (pusat maupun daerah) pada tahun 2017 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain itu, pada tahun 2017 pemerintah tidak lagi melakukan penghematan anggaran yang cukup besar sebagaimana terjadi pada tahun 2016 lalu Investasi Kinerja investasi pada triwulan III 2017 melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja investasi yang tercermin melalui indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) melambat menjadi sebesar 3,51% (yoy) dari 4,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Melambatnya investasi utamanya terjadi pada investasi dalam bentuk nonbangunan, sementara investasi bangunan tumbuh meningkat. 7

20 Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.7 Perkembangan Pertumbuhan Komponen Investasi Kalimantan Barat Grafik 1.8 Komposisi Investasi Kalimantan Barat Investasi nonbangunan pada triwulan III 2017 mengalami kontraksi cukup dalam menjadi -7,51% (yoy), dari 1,15% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Hal ini terkonfirmasi dari kontraksi yang cukup dalam pada impor barang modal hingga -85,49% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 34,82% (yoy). Penurunan laju pertumbuhan impor barang modal, utamanya pada kategori barang berupa mesin-mesin menjadi -55,43% (yoy) dari 58,37% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, perlambatan investasi tertahan oleh kenaikan investasi bangunan. Investasi bangunan meningkat pada triwulan III 2017, dari sebelumnya 6,57% (yoy) menjadi 9,51% (yoy) di triwulan III Kinerja investasi bangunan yang kian membaik terkonfirmasi dari pertumbuhan ekonomi pada lapangan usaha konstruksi yang turut mengalami perbaikan menjadi 15,10% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,58% (yoy). Kenaikan investasi bangunan utamanya didorong oleh realisasi pembangunan berbagai proyek infrastruktur strategis oleh Pemerintah Pusat yang tercermin dari realisasi belanja APBN kelompok infrastruktur. Penyelesaian pembangunan Jalan Nasional Wilayah I, II, dan III serta penyelesaian jalan paralel perbatasan di wilayah Kalimantan Barat dan jalan parel perbatasan Nanga Badau-Entikong-Aruk-Temajok merupakan dua proyek infrastruktur strategis yang merupakan prioritas pembangunan di Kalimantan Barat. Selain penyelesaian pembangunan kedua proyek jalan tersebut, realisasi penyelesaian proyek infrastruktur lainnya, yaitu: (1) pelaksanaan jaringan pemanfaatan air sungai Kapuas, (2) pembangunan kawasan pemukiman masyarakat kota dan desa, (3) pengembangan sistem penyediaan air minum, serta (4) pembangunan Waterfront Kapuas di Pontianak turut mendorong investasi bangunan. 8

21 Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.9 Nilai Impor dan Pertumbuhan Impor Barang Modal Berdasarkan pelakunya, perlambatan investasi utamanya berasal dari swasta. Sementara investasi pemerintah naik didorong penyelesaian beberapa proyek infrastruktur, seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya. Investasi swasta dari yang berasal dari asing (Penanaman Modal Asing/PMA) dan dari dalam negeri (Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN) sama-sama tercatat menurun. Tercatat realisasi PMA pada triwulan III 2017 adalah sebesar US$102,67 juta, menurun -46,90% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dengan nilai PMA sebesar US$193,37 juta. Penurunan aliran pendanaan terjadi pada beberapa klasifikasi bidang usaha, diantaranya sublapangan usaha industri makanan, industri mineral non logam, serta sublapangan usaha transportasi, gudang dan telekomunikasi. Sementara itu, penurunan investasi asing lebih lanjut ditahan oleh kenaikan yang tajam pada investasi lapangan usaha tersier, hingga mencapai 44,31% dari yang sebelumnya hanya kurang dari 10% pada triwulan II Peningkatan alokasi investasi asing pada lapangan usaha tersier ini terjadi sejalan dengan meningkatnya investasi asing pada sublapangan usaha listrik, gas dan air hingga mencapai 90% dari total investasi asing di lapangan usaha tersier. Peningkatan ini disinyalir merupakan dampak dari telah ditetapkannya Permen ESDM No. 38/2016 tentang Percepatan Elektrifikasi di Perdesaan Belum Berkembang, Terpencil, Perbatasan, dan Pulau Kecil Berpenduduk Melalui Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil yang mendorong institusi swasta selain PT. PLN untuk membangun pembangkit listrik di daerah perbatasan. 9

22 Sumber: BPMPTSP Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.10 Perkembangan PMDN Sumber: BPMPTSP Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.11 Perkembangan Jumlah Proyek PMDN Sumber: BPMPTSP Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.12 Perkembangan PMA Sumber: BPMPTSP Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.13 Perkembangan Jumlah Proyek PMA Investasi dalam negeri di wilayah Kalimantan Barat juga mengalami penurunan menjadi Rp2,56 triliun, atau terkontraksi hingga -23,41% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama pada tahun lalu. Klasifikasi bidang usaha yang mengalami penurunan aliran investasi dalam negeri diantaranya adalah sublapangan usaha industri kayu. Sementara itu, penurunan investasi dalam negeri lebih lanjut tertahan oleh kenaikan yang tajam pada investasi lapangan usaha primer dengan proporsi mencapai 69,70%. Peningkatan alokasi PMDN pada lapangan usaha primer ini terjadi seiring dengan meningkatnya PMDN pada sublapangan usaha perkebunan yang tercatat sebesar Rp1.760 miliar dibandingkan dengan alokasi PMDN pada triwulan II 2017 yang sebesar Rp764 miliar. Secara spasial, Kabupaten Sanggau menjadi tujuan investasi utama PMDN sepanjang triwulan III 2017, diikuti oleh Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Ketapang. Alokasi investasi PMDN di Kabupaten Sintang pada triwulan III 2017 mencapai Rp986,81 miliar, sementara Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Ketapang terpantau menerima alokasi PMDN sebesar Rp645,07 miliar dan Rp377,26 miliar. Sementara itu, alokasi investasi PMA terbesar di triwulan III 2017 terdapat di Kabupaten Ketapang dengan alokasi investasi mencapai US$ 59,80 juta, disusul Kabupaten Bengkayang sebesar US$ 40,57 juta. Pada triwulan IV 2017, kinerja investasi diperkirakan meningkat terbatas dibandingkan triwulan III Kenaikan didorong oleh investasi bangunan dan nonbangunan. Peningkatan kinerja investasi nonbangunan diperkirakan bersumber dari potensi 10

23 peningkatan kapasitas produksi industri pengolahan. Sementara investasi bangunan diperkirakan berasal dari penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah. Beberapa proyek infrastruktur strategis di Kalimantan Barat diperkirakan masih akan menjadi penopang pertumbuhan investasi di Kalimantan Barat. Proyek ini diantaranya jalan lintas perbatasan serta penyelesaian jalan nasional. Permen ESDM No. 38/2016 tentang Percepatan Elektrifikasi di Perdesaan Belum Berkembang, Terpencil, Perbatasan, dan Pulau Kecil Berpenduduk Melalui Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil diperkirakan akan meningkatkan investasi dibidang kelistrikan, terutama di daerah perbatasan. Berdasarkan Permen ini, badan usaha selain PT. PLN diizinkan untuk membangun pembangkit, jaringan, dan menjual listrik secara langsung kepada masyarakat di daerah-daerah terpencil. Secara keseluruhan, komponen investasi pada tahun 2017 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar 0,52% (yoy). Pertumbuhan ini didukung dengan peningkatan kinerja dan kualitas konsumsi pemerintah baik Sumber: BPMPTSP Prov. Kalbar, diolah Sumber: BPMPTSP Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.14 Komposisi PMDN Grafik 1.15 Komposisi PMA pusat maupun daerah pada tahun 2017 dibandingkan dengan tahun sebelumnya Ekspor-Impor Ekspor Kalimantan Barat Komponen ekspor tumbuh melambat pada triwulan III Total ekspor Kalimantan Barat mengalami perlambatan dari 49,95% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 26,69% (yoy) pada triwulan III Hal tersebut disebabkan oleh kontraksi cukup dalam yang terjadi terutama pada komponen ekspor antar daerah dari 0,36% pada triwulan II 2017 menjadi -46,18% pada triwulan III Adapun kinerja ekspor luar negeri sedikit melambat dari 59,92% pada triwulan II 2017 menjadi 42,19% pada triwulan III

24 Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.16 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kalimantan Barat Perlambatan komponen ekspor luar negeri Kalimantan Barat disebabkan oleh melemahnya ekspor komoditas utama yaitu alumina. Secara total nilai ekspor alumina 3 pada triwulan III 2017 adalah sebesar US$68,39 juta, lebih rendah dibandingkan dengan nilai ekspor triwulan sebelumnya yakni senilai US$90,85 juta, atau mengalami perlambatan pertumbuhan hingga 24,73% (qtq). Perlambatan tersebut didorong oleh perlambatan ekspor alumina untuk tujuan negara utama, seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan India. Selain itu, ekspor alumina dengan tujuan Tiongkok pada triwulan III 2017 terpantau mengalami peningkatan hingga 2,67% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.17 Perbandingan Proporsi Komoditas Ekspor Kalimantan Barat (%) Perlambatan ekspor lebih dalam tertahan oleh peningkatan kinerja ekspor komoditas utama lainnya, diantaranya kayu olahan. Ekspor komoditas kayu olahan tercatat mengalami peningkatan terutama pada jenis kayu lapis (plywood). Nilai ekspor kayu olahan Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 meningkat menjadi US$ 36,58 juta dari US$25,82 juta 3 Ekspor mineral olahan alumina tercatat pada dua klasifikasi SITC yang berbeda yaitu SITC 285: Alumunium ores and concentrates dan 522: Inorganic Chemical Elements, Oxi-Des, dan Halgen Salts. 12

25 pada triwulan yang sama pada sebelumnya. Dengan demikian nilai ekspor kayu olehan Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 0,42% (yoy), meningkat dari triwulan II 2017 yang terkontraksi 0,24% (yoy). Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.18 Perkembangan Ekspor Komoditas Alumina (SITC ) Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Ekspor Kayu Olahan Kalimantan Barat Berdasarkan negara tujuannya, negara tujuan ekspor utama Kalimantan Barat didominasi oleh ekspor dengan tujuan Singapura dengan proporsi terbesar yaitu 49,93%, diikuti oleh RRC, India dan Jepang dengan proporsi masing-masing sebesar 13,75%, 8,23%, dan 7,54%. Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.6 Distribusi Ekspor Kalimantan Barat Ekspor luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 diprakirakan meningkat. Pendorong utama berasal dari kenaikan ekspor alumina didukung potensi permintaan luar negeri yang masih cukup tinggi dan kebijakan relaksasi ekspor mineral mentah 4. Harga aluminium diprediksikan akan terus meningkat dan mencapai level US$2.100 per ton pada akhir Terkait pengurangan suplai dari Tiongkok sebagai produsen sekaligus konsumen terbesar di dunia. Tiongkok melakukan pengurangan pasokan hingga 1 Juta WMT 4 Relaksasi ekspor mineral mentah melalui Permen ESDM No. 5 Tahun 2017 diantaranya termasuk bauksit 13

26 alumunium pada tahun 2017 dan akan berlanjut mengurangi pasokan hingga 2 Juta WMT pada 2018 untuk mendukung kebijakan pengurangan polusi udara yang diantaranya diakibatkan oleh aktivitas industri smelter. Selain didorong oleh ekspor berbasis komoditas perkebunan dan pertambangan, perjanjian kerja sama antara Indonesia dan Malaysia terkait ekspor beras di daerah perbatasan juga akan mendorong peningkatan ekspor Kalimantan Barat. Meskipun demikian, penurunan ekspor komoditas CPO dalam jangka pendek diprakirakan terjadi sebagai dampak kenaikan bea impor CPO India dari semula 7,5% menjadi 15% oleh India. Dalam jangka panjang, kenaikan pajak impor CPO tidak akan terlalu berpengaruh terhadap ekspor mengingat tingginya kebutuhan CPO India. Berdasarkan data Bank Dunia, selama periode September 2016 hingga Oktober 2017 permintaan CPO India 9,35 juta ton. Secara global, permintaan CPO India mencapai 15,17% dari total permintaan CPO dunia yang mencapai 61,62 juta ton. Komponen ekspor pada tahun 2017 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar 8,88% (yoy). Pertumbuhan ini didukung dengan tren membaiknya harga internasional untuk komoditas ekspor unggulan Kalimantan Barat seperti CPO dan karet sepanjang 2017 dibandingkan dengan pada tahun sebelumnya Impor Kalimantan Barat Impor Kalimantan Barat tumbuh naik pada triwulan III 2017, yaitu dari 4,52% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 12,00% (yoy). Peningkatan pada komponen impor terjadi baik pada klasifikasi aktivitas impor luar negeri maupun aktivitas impor antardaerah. Kontraksi impor luar negeri sebesar 0,74% (yoy) pada triwulan II 2017 naik menjadi 5,70% (yoy) pada triwulan III Sejalan dengan perbaikan aktivitas impor luar negeri, impor antardaerah Kalimantan Barat turut mengalami peningkatan dari 11,20% (yoy) menjadi 21,55% (yoy) pada triwulan III Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah 14

27 Grafik 1.21 Perkembangan Volume dan Nilai Impor Kalimantan Barat Perbaikan pada impor luar negeri Kalimantan Barat didorong oleh membaiknya impor bahan baku. Kendati masih mengalami kontraksi, komponen impor bahan baku mengalami peningkatan dan terkontraksi kian dangkal dari -18,87% (yoy) pada triwulan II ,11% (yoy). Kendati demikian, peningkatan yang lebih tinggi pada aktivitas impor Kalimantan Barat tertahan oleh perlambatan yang terjadi pada komponen barang konsumsi. Komponen barang konsumsi pada triwulan III 2017 terpantau mengalami kontraksi semakin dalam dari -7,07% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi -37,10% (yoy) pada triwulan III Selain itu, nilai impor barang modal pada triwulan III 2017 terkontraksi cukup dalam hingga -85,49% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang sebesar 34,82% (yoy). Berdasarkan negara asalnya, negara asal impor utama Kalimantan Barat didominasi oleh RRC dengan proporsi terbesar yaitu 39,99%. Selanjutnya diikuti oleh Malaysia, Singapura dan negara-negara lainnya dengan proporsi masing-masing sebesar 23,34%, 17,59% dan 12,85%. Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.22 Komposisi Negara Asal Impor Kalimantan Barat Pada triwulan IV 2017 komponen impor diprakirakan akan mengalami perlambatan. Perlambatan impor diperkirakan akan berasal dari penurunan impor luar negeri, diantaranya pada klasifikasi kelompok komoditas barang konsumsi. Penurunan impor barang konsumsi didasari oleh proyeksi Indeks Tendensi Konsumen pada triwulan IV 2017 yang diperkirakan melemah dibandingkan dengan triwulan III 2017, terutama untuk klasifikasi barang tahan lama (durable goods). Namun demikian, perlambatan lebih dalam diperkirakan dapat ditahan oleh kenaikan impor bahan baku dan barang modal. Kenaikan ini didorong oleh 15

28 adanya rencana peningkatan kapasitas produksi pengolahan mineral alumina di wilayah Kalimantan Barat. Secara kumulatif, komponen impor pada tahun 2017 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 yang terkontraksi hingga sebesar -21,05% (yoy). Masih tingginya kebutuhan impor barang bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan sepanjang tahun 2017 diperkirakan akan menjadi penyebab pertumbuhan kinerja impor. Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.23 Komposisi Komponen Impor Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.24 Pergerakan Pertumbuhan Komponen Impor Neraca Perdagangan Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan perkembangan ekspor dan impor luar negeri Kalimantan Barat sepanjang triwulan III 2017, meskipun secara umum kinerja ekspor melambat, namun neraca perdagangan luar negeri Kalimantan Barat terpantau masih berada pada kondisi surplus. Kondisi surplus neraca perdagangan ini terjadi seiring dengan peningkatan yang lebih tinggi pada komponen ekspor luar negeri Kalimantan Barat relatif terhadap nilai impor luar negeri. Neraca perdagangan luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 mengalami surplus sebesar US$337 juta dan merupakan posisi surplus terbesar dalam lima tahun terakhir. Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.25 Neraca Perdagangan Luar Negeri Kalimantan Barat 16

29 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran: Lapangan Usaha Ditinjau dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 terutama didorong oleh akselerasi pertumbuhan lapangan usaha konstruksi dan perbaikan kinerja pertanian. Meskipun demikian, peningkatan lebih tinggi pada pertumbuhan Kalimantan Barat tertahan oleh perlambatan yang terjadi pada lapangan usaha utama lainnya, yaitu lapangan usaha industri pengolahan dan perdagangan. Kemajuan yang dialami oleh proyek-proyek pemerintah di Kalimantan Barat mendorong kinerja lapangan usaha konstruksi. Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 masih didominasi oleh empat lapangan usaha utama, yakni lapangan usaha pertanian, industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor serta konstruksi. Pangsa lapangan usaha pertanian paling besar yaitu 22,14%, diikuti oleh industri pengolahan sebesar 16,16%, selanjutnya perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor serta konstruksi masing-masing sebesar 14,81%dan 11,74%. Berdasarkan kontribusi atau andil terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017, andil terbesar pada pembentukan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat terutama ditopang oleh pertumbuhan lapangan usaha konstruksi sebesar 1,62% dan pertanian sebesar 1,57% serta perbaikan pada lapangan usaha lainnya, diantaranya informasi dan komunikasi serta administrasi pemerintahan dengan kontribusi terhadap pertumbuhan Kalimantan Barat masing-masing sebesar 0,95% dan 0,32% terhadap realisasi pertumbuhan pada triwulan III Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat Triwulan III 2017 Sisi Penawaran ADHK Tahun 2010 Lapangan Usaha Triwulan III 2017 I II III IV I II III Pangsa (%) Andil Pertumbuhan (%) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sep Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan S Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Produk Domestik Regional Bruto Akselerasi Melambat Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah 17

30 Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.26 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Penawaran Triwulan III 2017 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.27 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Penawaran Triwulan III 2016 Berdasarkan analisis pemetaan matriks komponen sisi penawaran PDRB Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 dapat diketahui bahwa hanya terdapat satu lapangan usaha yang termasuk dalam pemetaan kuadran potensial, yaitu lapangan usaha pertanian. Kuadran potensial (kuadran empat) didefinisikan sebagai klasifikasi pemetaan lapangan usaha dengan tingkat pertumbuhan tahunan yang tinggi serta memiliki pangsa terhadap perekonomian yang cukup besar 5. Adapun lapangan usaha dengan pangsa tinggi, namun pertumbuhannya relatif rendah atau terpetakan dalam kuadran satu yaitu lapangan usaha perdagangan dan industri pengolahan. 5 Threshold yang digunakan dalam pemetaan matriks adalah 4,67% sebagai batas pada pertumbuhan ekonomi daerah dan 5,88% sebagai batas pada pangsa komponen PDRB. Penentuan batas threshold yang digunakan merupakan rata-rata pertumbuhan dan pangsa lapangan usaha pada triwulan berjalan. 18

31 Pada triwulan III 2017, lapangan usaha pertambangan menjadi lapangan usaha dengan pertumbuhan tahunan negatif sehingga dalam matriks tersebut berada pada kuadran tiga, sedangkan pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya lapangan usaha pertambangan berada dalam lapangan usaha yang potensial. Penurunan kinerja lapangan usaha pertambangan pada triwulan III 2017 salah satunya disinyalir terkait dengan penurunan produksi bauksit di Kalimantan Barat. Memasuki triwulan IV 2017, perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan akan meningkat, disumbang oleh komponen ekspor dan konsumsi pemerintah. Perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan tumbuh 5,30%-5,70% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2017 yang sebesar 5,13% (yoy). Dari sisi permintaan, komponen ekspor diproyeksikan mulai tumbuh terbatas setelah pada triwulan III 2017 mengalami kontraksi. Peningkatan ekspor tidak lepas dari harga CPO dan karet yang diperkirakan akan membaik di triwulan IV Selain itu, peningkatan terbatas juga diperkirakan terjadi pada komoditas pertambangan, yaitu bauksit dan mineral alumina seiring dengan peningkatan kapasitas produksi pabrik mineral alumina serta relaksasi ekspor mineral mentah melalui Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 5 Tahun Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada 2017 diperkirakan tumbuh sedikit melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat diproyeksikan berada pada rentang 4,80-5,20% (yoy), sedikit di bawah pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun 2016 yang sebesar 5,22% (yoy). Melambatnya kinerja pada lapangan usaha utama antara lain perdagangan dan industri pengolahan menyebabkan pertumbuhan kedua lapangan usaha tersebut menjadi terbatas pada tahun Sementara itu, perlambatan lebih jauh diperkirakan dapat tertahan oleh pertumbuhan lapangan usaha lainnya yaitu pertanian, yang diperkirakan akan membaik pada tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016 lalu Pertanian Lapangan usaha pertanian mengalami akselerasi laju pertumbuhan, setelah mengalami perlambatan pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2017 lapangan usaha pertanian tumbuh 7,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,19% (yoy). Akselerasi pertumbuhan lapangan usaha pertanian pada triwulan III 2017 bersumber dari kenaikan produksi tanaman bahan makanan dan perkebunan. Kenaikan produksi tanaman bahan makanan didorong oleh masuknya musim panen dan kenaikan luas lahan padi. Peningkatan yang terjadi pada sublapangan usaha tabama selama triwulan III 2017 terkonfirmasi melalui kenaikan luas lahan tanam dan panen padi sawah di Kalimantan Barat. Luas lahan tanam padi sawah di Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 meningkat 19

32 mencapai 122,47 ribu hektar, meningkat dibandingkan triwulan lalu yang seluas 77,42 hektar. Demikian halnya dengan luas lahan panen padi sawah di Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 mencapai 106,16 ribu hektar atau meningkat dibandingkan pertumbuhan lahan padi sawah pada triwulan lalu dengan luas lahan panen seluas 52,28 ribu hektar. Peningkatan luas lahan tanam padi sawah di wilayah Kalimantan Barat sejalan dengan target produksi padi tahun 2017 yang mencapai 1,8 juta ton. Pembukaan lahan pertanian di perbatasan mendorong kenaikan produksi beras Kalimantan Barat. Pembukaan ini ditujukan untuk mendukung program ekspor beras hingga ton ke Malaysia melalui PLBN Entikong. Lebih jauh, ekspor beras perdana ke Malaysia sebanyak ton juga telah dilakukan pada Oktober 2017 lalu menyusul kondisi surplus beras yang dialami oleh Kalimantan Barat. Sumber: Dinas Pertanian Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.7 Perkembangan Luas Lahan Tanam Sawah Kalimantan Barat Sumber: Dinas Pertanian Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.33 Perkembangan Luas Lahan Panen Sawah Kalimantan Barat Sumber: Dinas Pertanian Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.8 Perkembangan Luas Lahan Puso Kalimantan Barat Kota Singkawang Kota Pontianak Kubu Raya Kayong Utara Melawi Sekadau Kapuas Hulu Sintang Ketapang Sanggau Mempawah Landak Bengkayang Sambas ,862 Triwulan II 2017 Triwulan I ,741 6,985 Sumber: Dinas Pertanian Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.9 Perkembangan Luas Lahan Dampak Perubahan Iklim (DPI) Secara spasial, peningkatan luas lahan panen terbesar terdapat di Kabupaten Sambas dan Landak. Luas lahan panen di Kabupaten Sambas naik hingga 36,15 ribu hektar, yaitu dari 4,53 ribu hektar menjadi 40,69 ribu hektar, sementara luas panen di wilayah Kabupaten Landak bertambah seluas 10,30 ribu hektar dari 6,07 ribu hektar pada triwulan II 2017 menjadi 16,37 ribu hektar. Di sisi lain, terdapat beberapa wilayah yang mengalami penyusutan luas lahan panen, seperti pada Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kubu Raya. 20

33 Luas lahan panen di Kabupaten Ketapang menyusut hingga 8,97 ribu hektar, dari sebelumnya 12,87 ribu hektar di triwulan II 2017 menjadi 3,89 ribu hektar pada triwulan III Demikian halnya dengan Kabupaten Kubu Raya yang mengalami penyusutan hingga 6,02 ribu hektar dari 10,57 ribu hektar pada triwulan lalu menjadi 4,55 ribu hektar pada triwulan III Tabel 1.2 Perkembangan Luas Lahan Panen Sawah Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Kabupaten/Kota 2017 I II III Trend Sambas 23,500 4,543 40,693 Bengkayang 14, ,459 Landak 29,706 6,070 16,372 Mempawah 11,864 2,025 10,620 Sanggau 22,299 5,044 10,446 Ketapang 17,735 12,866 3,893 Sintang 10,916 1,422 2,592 Kapuas Hulu 6, ,222 Sekadau 6, ,079 Melawi 4, Kayong Utara 10,261 7,875 2,662 Kubu Raya 35,856 10,567 4,549 Pontianak Singkawang 2, ,898 Total 197,248 52, ,163 Sumber: Dinas Pertanian Prov. Kalbar, diolah Produksi karet slab di Kalimantan Barat naik, namun dari sisi harga tercatat penurunan. Volume produksi karet slab meningkat menjadi 69,30 ribu ton pada triwulan III Atau tumbuh dari 28,68% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 37,57% (yoy). Dari sisi perkembangan harga, karet slab kembali mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tercatat harga karet Slab Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 berkisar Rp17.717/Kg atau meningkat tipis 0,77% (qtq) relatif terhadap harga rata-rata karet Slab pada triwulan sebelumnya (Rp17.582/Kg). Namun demikian, harga karet di tingkat petani saat ini masih cenderung berada pada menyentuh titik terendah, yaitu berkisar antara Rp5.000-Rp6.000/Kg dari yang sebelumnya dapat mencapai Rp Rp Dalam kondisi demikian, petani biasanya akan memilih untuk menyimpan terlebih dahulu karet dengan cara dibekukan dan baru akan dijual ketika harga sudah relatif stabil. 6 6 Informasi anekdotal. 21

34 30,000 Rp USD Cent/Kg , , , ,000 5,000 Haga Karet Slab Kalbar Harga Karet Internasional (Skala Kanan) Tren Harga Karet Slab Tren Harga Internasional Karet Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sumber: Dinas Pertanian Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.36 Perkembangan Produksi Karet Kalimantan Barat Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalbar dan Bloomberg, diolah Grafik 1.37 Perkembangan Harga Karet Slab dan Internasional Produksi kelapa sawit (Tandan Buah Segar/TBS) Kalimantan Barat kembali mengalami peningkatan dari sebelumnya tumbuh 23,70% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 87,17% (yoy) pada triwulan III Telah berlalunya dampak El Nino pada akhir tahun 2016 lalu serta relatif baiknya cuaca sepanjang tahun 2017 telah menyebabkan produksi TBS kelapa sawit kembali meningkat. Peningkatan produksi TBS ini juga diikuti oleh meningkatnya harga TBS Kalimantan Barat. Relatif terhadap triwulan sebelumnya, rata-rata harga TBS Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp1.562,40Kg, atau lebih tinggi 1,76% (qtq) relatif terhadap harga TBS triwulan sebelumnya (Rp1.535,44/Kg). Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.38 Perkembangan Produksi TBS Kalimantan Barat Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.39 Perkembangan Harga TBS Memasuki triwulan IV 2017, kinerja lapangan usaha pertanian diprediksikan melambat. Perlambatan tersebut utamanya disebabkan melemahnya kinerja sublapangan usaha tabama. Di sisi lain, meningkatnya kinerja sublapangan usaha perkebunan diperkirakan akan menahan penurunan lebih dalam pada lapangan usaha pertanian. Pada sublapangan usaha tabama, telah berlalunya musim panen pada triwulan III membuat triwulan IV menjadi awal musim tanam baru sehingga disinyalir akan berpengaruh terhadap produksi padi secara keseluruhan. Sementara itu pada sublapangan usaha perkebunan, kinerja produksi TBS Kalimantan Barat diprakirakan akan masih mengalami peningkatan seiring dengan kondisi cuaca yang telah kembali normal pasca hilangnya pengaruh El Nino pada 2016 lalu. 22

35 Pertumbuhan lapangan usaha pertanian Kalimantan Barat pada 2017 diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan lapangan usaha pertanian diproyeksikan berada di atas pencapaian pertumbuhan lapangan usaha pertanian tahun 2016 yang sebesar 4,46% (yoy). Peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian pada tahun 2017 lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang telah kembali normal pasca berlalunya fenomena El Nino pada 2016 yang lalu Industri Pengolahan Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh melambat. Dari sebelumnya 3,68% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 1,80% (yoy) pada triwulan III Hal ini terkonfirmasi dari melemahnya kinerja industri manufaktur berskala besar dan sedang serta penurunan impor barang modal. Industri manufaktur besar dan sedang Kalimantan Barat tercatat mengalami perlambatan, yaitu dari 0,91% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 0,16% (yoy). Selain itu dilihat dari besarannya, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang Kalimantan Barat juga masih jauh lebih rendah dari pertumbuhan produksi secara nasional yang sebesar 5,51% (yoy). Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.40 Perkembangan Industri Manufaktur Kalimantan Barat Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.41 Perkembangan Impor Barang Modal Kalimantan Barat Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Kalimantan Barat Industri Manufaktur dan Sedang I II III IV I II III IV I II III IBS Kalimantan Barat IBS Nasional Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Dilihat dari komoditasnya melambatnya pertumbuhan pada lapangan usaha industri pengolahan terutama didorong oleh melemahnya kinerja industri pengolahan mineral alumina. Sementara di sisi lain kenaikan industri pengolahan CPO serta industri komoditas karet, menahan pelemahan lebih dalam. Industri pengolahan mineral alumina mengalami perlambatan pada triwulan III Ekspor alumina pada triwulan III 2017 tercatat melambat dari 12,90% (yoy) pada 23

36 triwulan II 2017 menjadi 0,44% (yoy). Berdasarkan negara tujuan ekspornya, penurunan permintaan alumina dari Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan menurunkan ekspor alumina Kalimantan Barat. Namun penurunan lebih dalam tertahan oleh permintaan alumina dari Tiongkok yang masih meningkat. Lebih lanjut lagi melambatnya kinerja industri pengolahan alumina antara lain disebabkan oleh terhambatnya operasional salah satu pabrik pengolahan alumina. Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.42 Perkembangan Nilai Ekspor Alumina Kalimantan Barat Sementara itu, penurunan lebih dalam terhadap kinerja lapangan usaha industri pengolahan dapat tertahan oleh peningkatan kinerja pada industri pengolahan CPO. Hilangnya dampak El Nino yang terjadi pada akhir tahun 2016 lalu serta relatif baiknya cuaca sepanjang tahun 2017 telah menyebabkan produksi TBS kelapa sawit kembali meningkat. Tercatat produksi CPO Kalimantan Barat mengalami peningkatan tajam dibandingkan triwulan sebelumnya. Produksi CPO Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 376,75 ribu ton. Tumbuh meningkat dari 10,01 % (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 27,54% (yoy) pada triwulan III Kendati produksi CPO Kalimantan Barat meningkat signifikan, namun harga komoditas CPO pada triwulan III kembali terkoreksi menjadi sebesar Rp7.489,67 atau mengalami penurunan -3,53% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp7.763,83/Kg). Namun demikian, pergerakan harga CPO internasional justru meningkat 3,17% (qtq), yaitu dari US$631/metrik ton pada triwulan II 2017 menjadi US$651/metrik ton pada triwulan III Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.43 Produksi CPO Kalimantan Barat 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Rp/Kg Rata-rata Harga CPO Kalbar Harga Internasional CPO (Skala Kanan) USD/Kg 1000 Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.44 Rata-rata Harga CPO Kalimantan Barat dan Harga Internasional CPO

37 Peningkatan kinerja industri pengolahan karet juga turut menahan pelemahan lebih jauh yang terjadi di lapangan usaha industri pengolahan. Meningkatnya produksi karet slab Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 mendorong peningkatan kinerja industri pengolahan karet. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan yang terjadi pada nilai ekspor luar negeri komoditas karet Kalimantan Barat. Nilai ekspor luar negeri karet pada triwulan III 2017 tercatat meningkat tipis menjadi 0,06 % (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor pada triwulan sebelumnya sebesar 0,01%(yoy). Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Grafik 1.45 Nilai Ekspor Karet Kalimantan Barat Lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan IV 2017 diprakirakan dapat tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan kapasitas pabrik pengolahan alumina yang ada serta indikasi kembali meningkatnya produksi CPO sejalan dengan telah normalnya kondisi cuaca pasca berakhirnya El Nino pada 2016 lalu diprakirakan menjadi dua pendorong utama peningkatan laju pertumbuhan pada lapangan usaha industri pengolahan Kalimantan Barat di triwulan mendatang. Secara kumulatif, pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan Kalimantan akan tumbuh melambat pada 2017 dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan pada 2016 yang sebesar 4,45% (yoy). Pelemahan kinerja industri pengolahan mineral alumina terutama di triwulan III 2017 disinyalir akan berdampak terhadap pelemahan kinerja lapangan usaha industri pengolahan di Kalimantan Barat secara keseluruhan pada Namun demikian, pelemahan lebih lanjut dapat diperkirakan dapat tertahan oleh kinerja industri pengolahan lainnya seperti CPO, karet dan kayu yang masih positif Lapangan Usaha Konstruksi Lapangan usaha konstruksi mengalami akselerasi dari 4,58% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 15,10% (yoy) pada triwulan III Peningkatan laju pertumbuhan lapangan usaha konstruksi selama triwulan III 2017 utamanya didorong oleh realiasi pembangunan yang 25

38 dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui pembangunan berbagai proyek infrastruktur serta pembangunan properti residensial oleh pelaku usaha swasta. Peningkatan kemajuan berbagai pembangunan berbagai proyek infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah pusat terefleksi melalui peningkatan penyerapan alokasi belanja APBN di wilayah Kalimantan Barat pada kelompok belanja infrastruktur selama triwulan III Penyelesaian pembangunan Jalan Nasional Wilayah I, II, dan III serta penyelesaian jalan paralel perbatasan di wilayah Kalimantan Barat dan jalan parel perbatasan Nanga Badau-Entikong-Aruk-Temajok merupakan dua proyek infrastruktur strategis yang merupakan prioritas pembangunan di Kalimantan Barat. Selain penyelesaian pembangunan kedua proyek jalan tersebut, realisasi penyelesaian proyek infrastruktur lainnya, yaitu: (1) pelaksanaan jaringan pemanfaatan air sungai Kapuas, (2) pembangunan kawasan pemukiman masyarakat kota dan desa, (3) pengembangan sistem penyediaan air minum, serta (4) penyediaan rumah susun turut mendorong membaiknya kinerja lapangan usaha konstruksi pada triwulan III Meningkatnya kinerja lapangan usaha konstruksi juga terkonfirmasi oleh peningkatan konsumsi semen Kalimantan Barat serta alokasi kredit pada lapangan usaha konstruksi. Konsumsi semen Kalimantan Barat meningkat pesat dari sebelumnya 0,71% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 16,19% (yoy) pada triwulan III Indikasi meningkatnya kinerja lapangan usaha konstruksi juga terlihat dari meningkatnya alokasi kredit atau pembiayaan dari 16,70% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 26,73% (yoy). Tabel 1.4 Penyerapan Anggaran Kelompok Belanja Infrastruktur Provinsi Kalimantan Barat No Proyek Pagu Triwulan I Triwulan II Triwulan III Realisasi % Realisasi % Realisasi % 1 Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Sungai Kapuas Pararel Perbatasan Nanga Badau-Entikong- Aruk-Temajok Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov. Kalimantan Barat Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Prov. Kalimantan Barat Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Prov. Kalimantan Barat Pengembangan Kawasan Permukiman Sistem Penyediaan Air Minum Penyediaan Rumah Susun Kalimantan Barat Jumlah Belanja Modal Infrastruktur 1, , Sumber: Kanwil Dirjen Perbendaharaan Prov. Kalbar, diolah 26

39 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik 1.10 Penjualan Semen Provinsi Kalimantan Barat Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Konstruksi Kalimantan Barat Kenaikan kinerja lapangan usaha konstruksi juga didorong oleh meningkatnya pembangunan properti residensial oleh pelaku usaha swasta. Meningkatnya kinerja pembangunan residensial tercermin pada peningkatan laju pertumbuhan kredit perumahan rakyat (KPR). Penyaluran kredit kepemilikan rumah tercatat kembali meningkat dari 13,98% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 15,78% (yoy) pada triwulan III Peningkatan pada alokasi kredit kepemilikan rumah (KPR) terutama didorong oleh peningkatan pada tipe rumah kecil (KPR s.d Tipe 22-70) yang tercatat mengalami peningkatan dari 25,14% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 31,86% (yoy) pada triwulan III Berbagai kebijakan yang ditetapkan baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah menjadi stimulus bagi pengembang terutama dalam membangun perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Kebijakan tersebut antara lain: pengesahan PP No. 64 Tahun 2016 dan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat untuk pembangunan rumah sederhana/bersubsidi di Kalimantan Barat. Saat ini program pembangunan rumah oleh pengembang swasta difokuskan pada pembangunan perumahan bagi MBR. Grafik 1.49 Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Provinsi Kalimantan Barat Grafik 1.49 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Provinsi Kalimantan Barat Pada triwulan IV 2017 laju pertumbuhan lapangan usaha konstruksi diprakirakan akan kembali mengalami peningkatan. Peningkatan ini ditopang oleh penyelesaian 27

40 pembangunan berbagai proyek infrastruktur oleh Pemerintah Pusat yang berlokasi di Kalimantan Barat. Salah satunya adalah Pelabuhan Internasional Kijing yang ditargetkan selesai pada 2019 (tahap 1). Anggaran belanja modal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang baru teralisasi masing-masing sekitar 35% dan 55% di triwulan III 2017 ini memberikan banyak ruang bagi percepatan pembangunan infrastruktur hinga akhir triwulan IV Selain didorong oleh peningkatan pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah Pusat, peningkatan diprakirakan juga didorong oleh pengembang swasta. Masih tingginya kebutuhan masyarakat terhadap rumah tapak akan mendorong kinerja lapangan usaha konstruksi ke depan. Sementara investasi bangunan oleh pelaku usaha swasta utamanya bersumber dari program pembangunan Sejuta Rumah, diantaranya termasuk program KPR Sejahtera. Berdasarkan informasi anekdotal diketahui bahwa REI Provinsi Kalimantan Barat bersama dengan Bank Kalbar tengah melaksanakan pembangunan program perumahan dengan fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Kinerja lapangan usaha konstruksi pada 2017 diproyeksikan meningkat dan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai 1,81% (yoy). Peningkatan anggaran dan kualitas pembelanjaan anggaran pemerintah baik daerah maupun pusat pada tahun 2017 ini diperkirakan akan mendorong kinerja konstruksi, khususnya melalui proyek pembangunan infrastruktur pemerintah di Kalimantan Barat. Selain itu, berbagai kebijakan pemerintah utamanya dalam hal penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) juga menjadi stimulus pada lapangan usaha konstruksi pada

41 BOKS-1 PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI DI KALIMANTAN BARAT (Upaya Mewujudkan Proyek Strategis Nasional) Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikelola dan dikembangkan oleh perusahaan kawasan industri. Upaya ini (khususnya bagi kawasan di luar Pulau Jawa) ditujukan untuk membentuk pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pembangunan kawasan ini dapat diinisiasi oleh dua pihak, yakni oleh Pemda (kabupaten dan provinsi) serta korporasi (negeri dan swasta). Sementara, untuk di wilayah Kalimantan Barat, legalitas mengenai pembangunan kawasan industri ini telah dikukuhkan dalam Perda No. 8 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Perda No. 1 Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) Sekilas mengenai Pembangunan Kawasan Industri di Kalimantan Barat Di Kalimantan Barat, terdapat dua kawasan industri yang diinisiasi oleh Pemda, yakni Kawasan Industri Mandor dan Kawasan Industri Semparuk. Lain halnya dengan Kawasan Industri Ketapang dan Kawasan Industri Sungai Muara Pawan yang keduanya diinisiasi oleh korporasi, dan Kawasan Industri Tayan yang diinisiasi oleh BUMN. Kawasan Industri Mandor dan Ketapang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), sementara Kawasan Industri Semparuk dan Tayan merupakan bagian dari Kawasan Strategis Provinsi (KSP). Beberapa kawasan industri tersebut dibangun dengan berbasis kepada nilai strategis masing-masing kawasan dimaksud dengan uraian sebagai berikut: Merupakan sentra hilirisasi industri berbasis karet sebagai salah satu komoditas unggulan provinsi Kalimantan-Barat (Kawasan Industri Mandor), Merupakan sentra yang dapat mendukung hilirisasi bauksit yang memiliki potensi besar di daerah tersebut (Kawasan Industri Ketapang), Merupakan sentra yang strategis baik di tingkat daerah mau pun nasional, baik dari jenis industrinya, nilai investasinya, penyerapan tenaga kerja langsung/tidak langsungnya serta nilai ekspornya (Industri Smelter Ketapang), Merupakan sentra dekat pelabuhan, dapat diakses jalan primer menuju perbatasan (PLBN), dan bagian dari pola tol-kelautan (Kawasan Industri Semparuk), Perkembangan Pembangunan Kawasan Industri di Kalbar Dari pertama kali diterapkan sampai dengan saat ini, beberapa kawasan industri yang dibangun di Kalimantan Barat telah mengalami beberapa perkembangan, antara lain: Kawasan Industri Mandor: - Pada tahun 2013 telah disusun masterplan, renstra dan feasibility studies. Termasuk diantaranya penyusunan analisis dampak lingkungan dan rencana pengelolaan lingkungan. - Pada tahun 2015 dibangun Pusat Kajian Inovasi di kawasan dimaksud, dan telah 29

42 berhasil melakukan land clearing seluas 10 hektar (untuk kawasan perkantoran, termasuk kantor pengelola yang akan dibangun pada tahun 2016). Kawasan Industri Prioritas Ketapang: Sampai dengan tahun 2016 telah diselesaikan perizinan dasar sebuah kawasan industri sebagai syarat pembebasan lahan, informasi lahan, izin lingkungan, izin penetapan lokasi terminal khusus, izin pembangunan dan operasi terminal khusus. Kawasan Smelter Ketapang: - Sampai dengan tahun 2016 telah diselesaikan pembangunan tahap 1 dan telah mulai melakukan ekspor alumina, - Saat ini sedang menuju proses pembangunan tahap 2 (kapasitas 1 juta ton/tahun) Gambar 1. Peta Kawasan Industri Mandor Gambar 2. Smelter PT. Well Harvest, Ketapang Kawasan Industri Semparuk: - Sampai dengan saat ini telah dilakukan pembebasan lahan seluas + 54 Ha, - Pada tahun 2013 telah dikeluarkan Surat Bupati Sambas No. 582/400/BPMPPT- 2/2013 tanggal 27 November 2013, tentang Izin Prinsip Pengelolaan Kawasan Industri Semparuk (KIS), berlahan seluas 200 Ha (telah diperpanjang), - Telah terdapat sumber air baku dan PLN telah berkomitmen untuk siap membangun gardu induk di lokasi kawasan pada tahun Kawasan Industri Tayan: - Telah dimasukkan ke dalam rencana tata ruang dan wilayah Kalbar, - Luas lahan yang sedang diproses sebagai HPL adalah 103,6 Ha, dengan infrastruktur berupa tangki timbun CPO serta dermaga. - Pada tahun 2013 telah disusun Renstra Kawasan Industri, Master Plan dan Kajian Infrastruktur Kawasan Tayan (yang selesai pada tahun 2014) - Komitmen kuat dari PTPN13 sebagai calon champion pengusaha di kawasan. Kawasan Industri Muara Pawan: - Memperoleh izin lokasi 80,73 Ha (dari total 150 Ha), dengan investasi USD30 juta. - Telah membangun sarana dan prasarana: Bangunan pabrik, bangunan industri mesin manufacturing, waduk, gudang, mess karyawan, bangunan untuk UKM, fasilitas PLTU, Tersus/Dermaga, Sarana Ibadah, pos keamanan dan pematangan lahan (100%). Permasalahan dalam Pembangunan Kawasan Industri di Kalbar Pembangunan kawasan industri ini masih tetap memiliki kendala yang secara umum adalah ketersedian lokasi dan sumber daya yang layak, kurangnya komitmen pemerintah dalam memberikan insentif kedaerahan mau pun nasional serta kurangnya pemahaman pemda terhadap kawasan industri. Sementara itu, bila mengacu kepada pengembangan untuk beberapa kawasan industri, maka permasalahan masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: 30

43 Kawasan Industri Mandor: - Proses Hak Pengelolaan Lahan (HPL) yang belum tuntas, - Belum tersedianya infrastruktur jalan akses dari jalan arteri primer menuju kawasan, - Sulitnya infrastruktur air baku dan pengolahan air bersih Kawasan Industri Prioritas Ketapang: - Jalan akses dari Ketapang ke lokasi kawasan belum mantap - Belum terintegrasinya dua perusahaan besar Kawasan Smelter Ketapang: Belum terdapat jaminan untuk keamanan dan kenyamanan dalam berusaha Kawasan Industri Semparuk: Perlu adanya pemantapan jalan akses dan jalan poros kawasan serta pengolahan air bersih. Kawasan Industri Tayan: Perlu adanya legalisasi Badan Pengelola Kawasan dan jalan akses kawasan. Kawasan Industri Muara Pawan: Belum memiliki izin prinsip kawasan industri, namun dalam perkembangannya sedang diajukan kepada Bupati Ketapang. Gambar 3. Layout Kawasan Industri Muara Pawan Gambar 4. Layout Kawasan Industri Tayan Upaya Pengembangan Kawasan Industri Kalbar Selanjutnya Upaya yang intensif dan berkesinambungan mutlak diperlukan dalam mensukseskan program nasional penyebaran industri di luar Pulau Jawa, sekaligus dalam rangka meningkatkan nilai tambah sumber daya alam guna percepatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi daerah. Upaya yang dilakukan selama ini dengan melibatkan pemda, dunia usaha dan BUMN telah dirasa cukup. Namun, dengan keterbatasan yang ada pada infrastruktur, sumber energi, pengalaman dalam membangun kawasan industri, perlu adanya upaya pemerintah pusat untuk mempercepat pembangunan dimaksud. Komitmen jangka menengah dan panjang, terutama dari pemerintah pusat, untuk membantu penyiapan infrastruktur, energi dan sumber daya manusia mutlak diperlukan. Dengan demikian, upaya persiapan kawasan industri dapat menjadi motor penggerak ekonomi daerah dan nasional. Dan, tentunya hal ini membutuhkan koordinasi yang erat antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan dunia usaha dalam mewujudkan pembangunan kawasan industri sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. (Sumber: Disperindag Kalimantan Barat) 31

44 32

45 BAB 2 Keuangan Pemerintah Persentase realisasi pendapatan dan belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III Di sisi lain, persentase realisasi belanja APBN di Kalimantan Barat pada triwulan II 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi tahun

46 APBD Provinsi Kalimantan Barat Anggaran pendapatan pada APBD Provinsi Kalimantan Barat tahun 2017 meningkat 7,21% (yoy) menjadi Rp5.104,79 miliar. Peningkatan anggaran pendapatan tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan Dana Alokasi Khusus (DAK). Sementara itu, anggaran belanja pada APBD Provinsi Kalimantan Barat tahun 2017 meningkat 6,65% menjadi Rp 5.099,79 miliar. Pos belanja yang mengalami peningkatan pada tahun 2017 adalah belanja modal, belanja pegawai serta belanja barang. Secara umum, kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat hingga triwulan III tahun 2017 cukup dinamis. Sisi pendapatan menunjukkan kemajuan yang baik, ditunjukkan dengan persentase realisasinya yang telah mencapai 78,75% dibandingkan dengan realisasi pendapatan triwulan III 2016 yang sebesar 65,82%. Di sisi lain, perlu adanya usaha ekstra dalam realisasi belanja ke depan mengingat persentase realisasi belanja pada triwulan III 2017 baru tercapai 55,61%. Namun pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan persentase realisasi belanja pada triwulan III 2016 yang sebesar 52,08%. Sumber: BPKAD Provinsi Kalimantan Barat Grafik 2.1 APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Anggaran Pendapatan Provinsi Kalimantan Barat Pada tahun 2017, peningkatan terbesar anggaran pendapatan Provinsi Kalimantan Barat bersumber dari komponen Dana Perimbangan. Komponen ini mengalami kenaikan hingga 81,57% (Rp1.533,59 miliar) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, komponen lainnya seperti Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditargetkan turun hingga mencapai 12,88% (Rp248,84 miliar) serta Transfer Pemerintah pusat Lainnya ditargetkan turun 99,21% (Rp944,97 miliar). 34

47 Tabel 2.1 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 dan 2017 *) Data unaudited **) Dalam Rp miliar Sumber: BPKAD Prov. Kalimantan Barat Persentase realisasi pendapatan pada APBD Provinsi Kalimantan Barat triwulan III 2017 mencapai 78,75%. Angka realisasi ini lebih tinggi bila dibandingkan periode yang sama di tahun 2016 yang sebesar 65,82%. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan persentase realisasi baik pada komponen PAD maupun Dana Perimbangan. Persentase realisasi PAD Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 83,86% dari target. Capaian ini meningkat pesat dibandingkan pada triwulan III 2016 yang sebesar 59,55%. Secara nominal, peningkatan realisasi PAD Kalbar pada triwulan III 2017 tersebut adalah sebesar Rp1.403,99 miliar, sedangkan triwulan III 2016 sebesar Rp1.145,23 miliar. Peningkatan realisasi PAD tersebut utamanya disumbang oleh realisasi Pajak Daerah dengan porsi mencapai 81,99%, Retribusi Daerah sebesar 2,17%, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar 5,10% serta Lain-Lain PAD yang Sah sebesar 10,75%. Persentase realisasi Pajak Daerah sebesar 79,61% pada triwulan III 2017 meningkat dibandingkan triwulan III 2016 yang sebesar 60,34%. Secara nominal, realisasi pajak daerah pada triwulan III 2017 sebesar Rp1.151,08 miliar atau naik dibandingkan Rp1.004,45 miliar di triwulan III Pada komponen Retribusi Daerah, secara nominal terjadi peningkatan realisasi di triwulan III 2017 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp30,46 miliar dari Rp28,08 miliar), secara persentase realisasi terjadi peningkatan (84,74% dari 58,89%). Realisasi Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan pada triwulan III 2017 tercatat mengalami peningkatan dibanding triwulan III Secara nominal, realisasinya tercatat sebesar Rp71,55 miliar dibandingkan sebelumnya yang sebesar Rp70,82 miliar, namun secara persentase realisasi terjadi penurunan (101,02% dari 104,52%). Sementara itu, persentase realisasi Lain-Lain PAD Yang Sah pada triwulan III 2017 sebesar 124,19% (Rp150,91 miliar), meningkat tajam dibandingkan triwulan III 2016 yang sebesar 29,30% (Rp41,88 miliar). Persentase realisasi Dana Perimbangan pada triwulan III 2017 juga mengalami peningkatan. Persentase realisasi pada triwulan III 2017 adalah 76,21%, sedangkan persentase realisasi pada triwulan III 2016 adalah sebesar 67,77%. Secara nominal, realisasi Dana 35

48 Perimbangan triwulan III 2017 adalah sebesar Rp2,601,57 miliar dan pada triwulan III 2016 adalah sebesar Rp1.274,17 miliar. Peningkatan terjadi di seluruh komponen dana perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). komponen DAU dan DAK memberikan sumbangan terbesar terhadap kenaikan realisasi Dana Perimbangan ini dengan pangsa masingmasing sebesar 54,09% dan 39,71%. Adapun sumbangan komponen lain seperti Dana Bagi Hasil Pajak adalah sebesar 6,19%. Persentase realisasi Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya di triwulan III 2017 sebesar 100% naik dibandingkan 74,68% pada triwulan III Sementara itu, realisasi Lain-Lain Pendapatan Yang Sah pada triwulan III 2017 juga meningkat menjadi sebesar 74,43% dibandingkan 58,82% pada triwulan III *) Data unaudited Sumber: BPKAD Prov. Kalimantan Barat Grafik 2.2 Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III Rasio Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat pada realisasi pendapatan pada triwulan III 2017 berada di level 34,92%, meningkat dibandingkan triwulan III 2016 yang sebesar 34,40%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan realisasi PAD (Rp863,92 miliar) pada triwulan III 2017 yang tidak sebesar peningkatan realisasi Dana Perimbangan (Rp1.829,96 miliar), sehingga menunjukkan masih adanya ketergantungan Provinsi Kalimantan Barat terhadap dana dari pusat dalam menjalankan kegiatannya Anggaran Belanja Provinsi Kalimantan Barat Anggaran belanja pada perubahan APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2017 mencapai Rp5,099,79 miliar atau naik 6,65% dari anggaran belanja tahun Peningkatan terutama terjadi di anggaran belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Anggaran belanja modal pada tahun 2017 mencapai Rp987,23 miliar atau meningkat 53,27% dibandingkan anggaran belanja tahun Anggaran belanja pegawai pada tahun 2017 mencapai Rp1.217,03 miliar atau meningkat 43,86% dibandingkan 2016 dan anggaran belanja barang pada tahun 2017 mencapai Rp1.329,89 miliar atau meningkat 23,33% dibandingkan anggaran belanja tahun Peningkatan anggaran belanja pegawai 36

49 Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2017 disebabkan adanya peralihan PNS dari kabupaten/kota ke provinsi sehingga anggaran gaji PNS tersebut dialihkan ke provinsi. Tabel 2.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 dan 2017 *) Data unaudited **)Dalam Rp miliar Sumber: BPKAD Prov.i Kalimantan Barat Persentase realisasi belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat triwulan III 2017 mencapai 55,61%, lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2016 yang mencapai 52,08%. Peningkatan realisasi belanja Provinsi Kalimantan Barat didorong oleh peningkatan realisasi pada seluruh komponen belanja secara nominal. Namun secara persentase terdapat beberapa komponen yang mengalami penurunan realisasi dibandingkan dengan triwulan III Realisasi belanja pegawai meningkat baik secara nominal maupun persentase dari Rp539,65 miliar (63,79%) di triwulan III 2016 menjadi Rp868,17 miliar (71,33%) di triwulan III Komponen lain yang mengalami peningkatan realisasi pada triwulan III 2017 baik secara nominal maupun persentase adalah komponen belanja modal dan bantuan sosial, dengan peningkatan masing-masing sebesar Rp344,63 miliar (34,91%) dan Rp0,45 miliar (62,50%) dari sebelumnya sebesar Rp157,11 miliar (24,39%) dan Rp0,40 miliar (55,56%) di triwulan III Sementara itu, komponen belanja barang pada triwulan III 2017 mengalami peningkatan realisasi secara nominal yaitu sebesar Rp440,94 miliar dibandingkan dengan triwulan III 2016 yang sebesar Rp402,12 miliar. Meskipun demikian, secara persentase komponen belanja barang pada triwulan III 2017 mengalami penurunan sebesar 33,16% dari sebelumnya 37,29% pada triwulan III Demikian halnya dengan pada komponen hibah, meskipun secara realisasi mengalami penurunan dari Rp747,15 miliar di triwulan III 2016 menjadi Rp735,38 miliar di triwulan III 2017, namun secara persentase realisasinya mengalami peningkatan dari 72,18% pada triwulan III 2016 menjadi 79,54% di triwulan III Secara umum, proporsi realisasi belanja Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 didominasi oleh belanja pegawai dan belanja hibah dengan porsi masing-masing sebesar 30,61% dan 25,93%. Persentase realisasi Transfer ke daerah lain dalam APBD Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 mengalami peningkatan menjadi 70,38% dari triwulan III 2016 yang sebesar 52,51%. Peningkatan terutama terjadi pada Bagi Hasil Pajak dengan persentase realisasi sama dengan persentase realisasi Transfer ke daerah lain. 37

50 *) Data unaudited Sumber: BPKAD Prov. Kalimantan Barat Grafik 2.3 Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III Rasio realisasi Belanja Modal terhadap total realisasi Belanja pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 12,15% atau meningkat dibandingkan triwulan III 2016 yang sebesar 6,31%. Semakin besarnya rasio Belanja Modal terhadap total belanja mencerminkan semakin besarnya perhatian pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik di Kalimantan Barat. Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dapat menjadi faktor yang mendorong masuknya investasi serta memperlancar arus distribusi barang dan jasa sehingga diharapkan dapat memberikan multiplier effec terhadap perekonomian daerah. Alokasi APBN di Kalimantan Barat Selain menyalurkan Dana Transfer, dalam rangka melakukan realisasi APBN di daerah, Pemerintah Pusat juga dapat melakukan belanja langsung di daerah melalui kantor perwakilan di daerah yang dimiliki oleh Kementrian/Lembaga. Kantor Perwakilan Kementrian/Lembaga di Kalimantan Barat pada tahun 2017 memperoleh pagu anggaran sebesar Rp9,14 triliun. Jumlah tersebut meningkat 2,92% dibandingkan pagu anggaran tahun 2016 yang berjumlah Rp8,88 triliun. Peningkatan tersebut disebabkan oleh terjadinya peningkatan pagu anggaran pada pos belanja modal sebesar 8,63% menjadi Rp2,68 triliun dan belanja pegawai yang meningkat sebesar 4,26% menjadi Rp3,14 triliun. Namun berdasarkan fungsinya, pagu anggaran Kementrian/Lembaga di Kalimantan Barat pada tahun 2017 mengalami penurunan pada hampir seluruh fungsi. Fungsi yang mengalami peningkatan pagu anggaran cukup besar adalah fungsi Lingkungan Hidup dan Agama, dengan persentase peningkatan masing-masing sebesar 25,48% (menjadi Rp278,57 miliar) dan 14,75% (menjadi Rp192,29 miliar). Meskipun Belanja Kementrian/Lembaga mengalami penurunan, tetapi dana transfer ke daerah mengalami peningkatan 2,80% dari Rp19,11 triliun menjadi Rp19,65 triliun sehingga secara keseluruhan total pagu belanja dan transfer APBN di Kalimantan Barat pada tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 2,84%. 38

51 Tabel 2.3 Anggaran dan Realisasi Alokasi Belanja APBN di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 dan 2017 *) Data unaudited **) Dalam Rp miliar Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Kalimantan Barat Persentase realisasi belanja Kementrian/Lembaga di Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 sebesar 61,06% dari pagu anggaran, menurun dibandingkan persentase realisasi belanja triwulan III 2016 yang sebesar 61,43%. Penurunan tersebut disebabkan penurunan persentase realisasi pos belanja pegawai pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan III 2016 sebesar 70,70% (sebelumnya 73,77%). Sementara itu, terdapat peningkatan persentase realisasi beberapa pos belanja pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan III 2016 seperti, belanja modal sebesar 54,81% (sebelumnya 53,43%), dan belanja barang sebesar 57,05% (sebelumnya 56,28%). Berdasarkan fungsinya, penurunan realisasi belanja terutama didorong oleh penurunan persentase realisasi fungsi Lingkungan Hidup dari 50,24% di triwulan III 2016 menjadi 23,65% pada triwulan III *) Data unaudited Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat Grafik 2.4 Proporsi Belanja APBN di Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Triwulan III

52 Pembelanjaan dalam fungsi ekonomi memiliki proporsi belanja terbesar dengan porsi mencapai 35,52% dari total belanja. Pembangunan infrastruktur masih menjadi fokus utama pembelanjaan dalam fungsi ekonomi di Kalimantan Barat. Di antara pembangunan tersebut adalah infrastruktur jalan berupa pelaksanaan jalan nasional dan pembangunan jalan paralel perbatasan Nanga Badau-Aruk-Entikong-Temajok. Fungsi lain yang memiliki proporsi belanja besar adalah fungsi Ketertiban dan Keamanan; Pendidikan dan Pertahanan dengan porsi masing-masing sebesar 18,77%, 16,60% dan 13,53%. 40

53 BAB 3 Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 4,70% (yoy) atau menurun tipis dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 4,72% (yoy). Penurunan inflasi inti dan administered prices mendorong turunnya inflasi pada triwulan III Berdasarkan komoditasnya, penurunan inflasi triwulan III 2017 disebabkan oleh penurunan harga daging ayam ras, bawang merah, sotong, cabai rawit dan ketimun. Di sisi lain, kenaikan harga sawi hijau, rokok kretek filter, rokok kretek, dan angkutan udara menahan penurunan laju inflasi lebih jauh pada triwulan III

54 Gambaran Umum Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 tercatat sedikit menurun. Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III tercatat sebesar 4,70% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 4,72% (yoy). Meskipun demikian, inflasi Kalimantan Barat tercatat masih berada di atas inflasi nasional yang sebesar 3,72% (yoy). Selain itu, inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 juga tercatat menjadi yang tertinggi di Kalimantan % (yoy) Kalbar Nasional Sumber: BPS Prov. Kalbar Grafik 3.1 Laju Inflasi Provinsi Kalimantan Barat dan Nasional % yoy Sumber: BPS Prov. Kalbar Grafik 3.2 Laju Inflasi Antarprovinsi di Kalimantan dan Nasional Nasional Kalbar Kaltim Kaltara Kalteng Kalsel Berdasarkan disagregasinya 7, penurunan inflasi Kalimantan Barat didorong oleh penurunan inflasi kelompok administered prices (AP) dan core (inti). Kelompok AP dan inti mengalami penurunan tekanan inflasi masing-masing dari 10,17% (yoy) dan 4,79% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 7,75% (yoy) dan 4,48% (yoy) pada triwulan III Penurunan tekanan inflasi pada kelompok AP didorong oleh koreksi tarif tiket angkutan udara yang terjadi selama Juli-Agustus akibat berakhirnya musim mudik lebaran dan pembukaan rute direct flight baru dari Pontianak menuju kota-kota besar selain Jakarta. Di sisi lain, inflasi kelompok volatile foods (VF) tercatat naik. Inflasi VF naik menjadi sebesar 2,33% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat deflasi -0,06% (yoy). Komoditas pendorong inflasi VF diantaranya berasal dari daging ayam ras dan ikan segar. Secara spasial, turunnya inflasi Kalimantan Barat didorong oleh penurunan tekanan inflasi di Kota Pontianak. Inflasi Kota Pontianak pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 4,63% (yoy), menurun dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 4,71% (yoy). Adapun inflasi Kota Singkawang pada triwulan III 2017 tercatat sedikit meningkat menjadi 5,03% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 4,79% (yoy) Mulai KEKR Mei 2017, disagregasi inflasi yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalbar menggunakan pendekatan komoditas.

55 12 % (yoy) Kalbar Pontianak Singkawang Sumber: BPS Prov. Kalbar Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Kota Sampel Kalimantan Barat Memasuki triwulan IV 2017, inflasi Oktober 2017 tercatat naik dibandingkan triwulan III. Inflasi tahunan Oktober tercatat sebesar 4,81% (yoy), lebih tinggi dari inflasi September 4,70% (yoy). Diperkirakan kenaikan ini akan berlanjut hingga akhir tahun. Inflasi triwulan IV 2017 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan III Inflasi triwulan IV diperkirakan berada pada kisaran 4,80% - 5,20%, naik dibandingkan inflasi triwulan III 2017 yang tercatat 4,70% (yoy). Faktor pendorong inflasi triwulan IV 2017 diperkirakan berasal dari peningkatan permintaan bahan makanan dan tiket angkutan udara menjelang masa liburan akhir tahun. Di sisi lain, relatif menurunnya permintaan terhadap barang-barang tahan lama (durable goods) diperkirakan akan menjadi faktor penahan inflasi triwulan IV Secara keseluruhan tahun 2017, inflasi diperkirakan naik dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar 3,66% (yoy). Peningkatan utama inflasi 2017 utamanya didorong oleh kelompok administered prices, khususnya akibat kenaikan tarif listrik yang berlangsung dari Januari-Juli 2017 serta biaya pengurusan STNK dan BPKB di awal tahun. Secara spasial, kenaikan inflasi tahunan diprakirakan tercatat di kedua kota sampel inflasi Kalimantan Barat, yaitu Pontianak dan Singkawang. Inflasi Bulanan (mtm) Secara bulanan, Kalimantan Barat mengalami deflasi pada awal triwulan kemudian mengalami inflasi pada dua bulan lainnya. Deflasi pada bulan Juli 2017 disebabkan oleh koreksi harga yang terjadi pada kelompok VF dan AP. Adapun inflasi pada bulan Agustus 2017 dan September 2017 masing-masing didorong oleh kenaikan harga kelompok VF dan AP. Beberapa komoditas yang sering menyumbang deflasi selama triwulan III 2017 adalah bawang putih, sawi hijau, udang basah, dan angkutan udara. Di sisi lain, komoditas yang kerap menyumbang inflasi sepanjang triwulan III 2017 antara lain daging ayam ras, ikan kembung, ikan tongkol, dan biaya masuk sekolah. 43

56 Sementara itu, inflasi bulanan pada triwulan IV 2017 diperkirakan akan meningkat. Peningkatan terutama akan terjadi pada akhir triwulan akibat tekanan pada kelompok AP dan VF seiring dengan adanya agenda perayaan Natal dan Tahun Baru yang disertai dengan tingginya curah hujan sehingga berpotensi menganggu produksi bahan pangan. Inflasi Bulanan Triwulan III 2017 Tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 berada di bawah triwulan sebelumnya. Sumber penurunan tekanan inflasi tersebut disebabkan oleh relatif terkendalinya inflasi pada kelompok VF dan AP dibandingkan dengan rata-rata pada triwulan sebelumnya. Tabel 3.1 Perkembangan Inflasi Bulanan Kalimantan Barat (mtm) Kelompok Barang Tw II 2017 Tw III 2017 Apr Mei Jun Jul Aug Sep Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber: BPS Prov. Kalbar Realisasi IHK bulan Juli 2017 tercatat deflasi -0,18% (mtm). Deflasi tersebut didorong oleh koreksi harga pada kelompok VF yaitu sebesar -0,41% (mtm) dan kelompok AP sebesar -2,28% (mtm). Deflasi pada kelompok VF tersebut disebabkan oleh kembalinya permintaan bahan pangan seiring dengan berakhirnya masa perayaan Lebaran. Komoditas yang mengalami koreksi harga pada Juli 2017 antara lain wortel, sawi hijau, kangkung, dan bawang putih. Sementara itu, deflasi yang terjadi pada kelompok AP terjadi seiring dengan kembali normalnya permintaan tiket angkutan udara pasca musim mudik Lebaran. Komoditas angkutan udara memberi andil -0,44% dalam pembentukan deflasi Kalimantan Barat bulan Juli Pada pertengahan triwulan III 2017, realisasi IHK tercatat mengalami inflasi 0,14% (mtm). Kendati kembali mengalami inflasi tetapi besarannya masih di bawah inflasi pada pertengahan triwulan II 2017 yaitu 0,30% (mtm). Sumber terjadinya inflasi tersebut adalah kelompok VF yang tercatat mengalami inflasi 1,05% (mtm) yang disumbang oleh kenaikan harga daging ayam ras dan aneka ikan tangkap. Peningkatan harga pada komoditas daging ayam ras disinyalir terjadi karena produksi ayam lokal sedang berada pada kondisi menjelang masa panen sementara pasokan ayam dari luar Kalbar belum mencukupi kebutuhan. Hal ini berakibat pada keterbatasan stok daging ayam di Kalbar. Selain itu, masih ekstremnya kondisi cuaca menyebabkan nelayan enggan melaut sehingga mengurangi pasokan ikan terutama pada komoditas ikan tangkap. Di sisi lain, deflasi sebesar -2,04% (mtm) pada kelompok AP menahan 44

57 laju inflasi Kalimantan Barat. Penyumbang deflasi kelompok ini adalah masih terkoreksinya tarif angkutan udara seiring dengan pembukaan rute direct flight baru dari Pontianak menuju kotakota besar selain Jakarta sehingga mengurangi tekanan permintaan tiket angkutan udara ke Jakarta, begitupun sebaliknya. Sementara itu pada akhir triwulan III 2017, Kalimantan Barat mencatat inflasi 0,32% (mtm), masih lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan II 2017 yaitu 1,24% (mtm). Sumber inflasi pada bulan September 2017 adalah kelompok AP yang tercatat mengalami inflasi 1,03% (mtm) karena kenaikan harga rokok dan tiket angkutan udara. Kenaikan beberapa jenis rokok disebabkan oleh kenaikan cukai sebesar 8,9% oleh Pemerintah yang berlaku sejak September Sementara itu, kenaikan harga tiket angkutan udara didorong oleh meningkatnya permintaan karena kegiatan sembahyang kubur kedua. Namun demikian, deflasi sebesar -0,25% (mtm) yang terjadi pada kelompok VF menahan laju inflasi secara keseluruhan. Deflasi pada kelompok VF disumbang oleh koreksi harga pada komoditas daging ayam ras akibat kembali normalnya pasokan pasca panen. Selain itu, koreksi harga bawang merah juga turut menyumbang deflasi kelompok VF. Core Inflation Volatile Foods Administered Prices Jan '17 Feb '17 Mar '17 Apr '17 Mei '17 Jun '17 Jul '17 Agt '17 Sep '17 Okt '17 Jan '17 Feb '17 Mar '17 Apr '17 Mei '17 Jun '17 Jul '17 Agt '17 Sep '17 Okt '17 Jan '17 Feb '17 Mar '17 Apr '17 Mei '17 Jun '17 Jul '17 Agt '17 Sep '17 Okt '17 Sumber: BPS Prov. Kalbar Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Kalimantan Barat (mtm) Tabel 3.2 Komoditas Volatile Foods Penyumbang Inflasi Bulanan Triwulan II Kalimantan Barat (mtm) Inflasi Deflasi Juli % Agustus % September % Oktober % Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil Tongkol/Ambu-ambu Daging Ayam Ras Sawi Hijau Wortel Daging Ayam Ras Sekolah Menengah A Rokok Kretek Filter Angkutan Udara Tomat Sayur Sekolah Dasar Rokok Kretek Daging Sapi Taman Kanak-Kanak Daging Sapi Angkutan Udara Upah Pembantu RT Sekolah Dasar Kembung/Gembung Daging Babi Semangka Angkutan Udara Angkutan Udara Daging Ayam Ras Ikan Kembung/Gembung Wortel Udang Basah Bawang Merah Sawi Hijau Sawi Hijau Bawang Merah Sotong Tongkol/Ambu-ambu Mie Kering Instan Tomat Sayur Cabai Rawit Cabai Rawit Bawang Putih Bawang Putih Ketimun Bawang Merah Sumber: BPS Prov. Kalbar Inflasi Bulanan Triwulan IV 2017 Setelah mengalami inflasi pada September 2017, tekanan inflasi Kalimantan Barat mereda pada Oktober 2017 setelah mengalami deflasi sebesar -0,26% (mtm). Meredanya tekanan inflasi terutama terjadi karena adanya koreksi harga pada kelompok VF. Kelompok VF 45

58 pada Oktober 2017 tercatat deflasi sebesar -1,94% (mtm). Deflasi tersebut disebabkan oleh kembali normalnya pasokan ikan tangkap dan aneka bumbu. Penurunan harga pada komoditas ikan kembung karena telah kembali normalnya kondisi cuaca di lautan lepas membuat pasokan ikan tangkap kembali memenuhi pasar. Sementara itu, melimpahnya pasokan cabai rawit dan bawang merah dari luar Kalimantan Barat membuat pedagang memilih menurunkan harga agar menghindari risiko rusaknya stok barang. Di tengah deflasi kelompok VF, kelompok inti dan AP masih mengalami inflasi masing-masing 0,09% (mtm) dan 0,34% (mtm) sehingga menahan dalamnya deflasi Kalimantan Barat secara umum. Sumber tekanan inflasi inti salah satunya berasal dari gaji pembantu rumah tangga. Tingginya permintaan jasa pembantu rumah tangga utamanya di Pontianak mendorong peningkatan upah di bulan Oktober. Sementara itu, sumber tekanan inflasi AP adalah kenaikan tarif angkutan udara pasca penghentian sementara operasional salah satu maskapai penerbangan oleh pemerintah. Tabel 3.3 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan Kalimantan Barat (mtm) April 2017 Mei 2017 Juni 2017 Juli % 0.30% 1.24% -0.18% Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil Tarip Listrik Bawang Putih Angkutan Udara Tongkol/Ambu-ambu Kembung/Gembung Angkutan Udara Tarip Listrik Daging Ayam Ras Inflasi Nasi dengan Lauk Tarip Listrik Telur Ayam Ras Tomat Sayur Mobil Sotong Sawi Hijau Taman Kanak-Kanak Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Wortel Sekolah Dasar Angkutan Udara Cabai Rawit Bawang Putih Angkutan Udara Gula Pasir Bawang Merah Cabai Rawit Wortel Deflasi Cabai Rawit Daging Ayam Ras Sotong Sawi Hijau Jeruk Jeruk Jeruk Mie Kering Instan Bawang Merah Gula Pasir Baju Anak Setelan Bawang Putih Sumber: BPS Prov. Kalbar Inflasi Triwulanan (qtq) Secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 menurun. Inflasi triwulanan tercatat sebesar 0,29% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya masing-masing 1,83% (qtq) dan 1,90% (qtq). Penurunan tersebut terjadi pada hampir seluruh kelompok barang, kecuali pada kelompok bahan makanan; makanan jadi; serta pendidikan. Sumber: BPS Prov. Kalbar Tabel 3.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat (qtq) Inflasi QTQ Sumbangan Inflasi QTQ Kelompok Barang TW IV TW I TW II TW IV TW I TW II Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

59 Kelompok bahan makanan pada triwulan III 2017 mengalami inflasi sebesar 0,29% (qtq), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang sebesar 0,60% (qtq). Penyebab utama kenaikan tekanan inflasi kelompok bahan makanan adalah inflasi pada subkelompok daging dan hasilnya serta ikan segar. Subkelompok daging dan hasilnya tercatat mengalami inflasi 5,88% (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yaitu 1,29% (qtq). Peningkatan tekanan inflasi pada subkelompok ini dipicu oleh kenaikan daging babi dan daging sapi masing-masing menjadi 26,74% (qtq) dan 3,22% (qtq) dari -0,06% (qtq) dan -1,75% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Selain itu, kenaikan tekanan inflasi pada subkelompok ikan segar dipengaruhi oleh kenaikan inflasi dari komoditas ikan kembung dan ikan tongkol masingmasing menjadi 8,51% (qtq) dan 21,36% (qtq) dari 5,96% (qtq) dan 1,98% (qtq). Sementara itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2017 juga tercatat mengalami inflasi. Inflasi pada kelompok ini tercatat sebesar 1,62% (qtq), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2017 yaitu 0,21% (qtq). Peningkatan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh kenaikan inflasi pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol serta tembakau dan minuman beralkohol. Pada subkelompok minuman tidak beralkohol, kenaikan dipicu oleh inflasi pada komoditas kopi manis dan teh manis dari 0,00% (qtq) menjadi 14,21% (qtq) dan 12,56% (qtq). Sementara itu, inflasi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol didorong oleh kenaikan harga pada komoditas aneka jenis rokok yaitu kretek, kretek filter, dan putih masing-masing menjadi 4,94% (qtq), 3,93% (qtq), dan 2,91% (qtq) dari 1,13% (qtq), 0,57% (qtq), dan 0,65% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu-bumbuan Buah-buahan Kacang-kacangan Sayur-sayuran Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasil-hasilnya Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Sumber: BPS Prov. Kalbar Grafik 3.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan (mtm) Inflasi Triwulanan Triwulan IV 2017 Sumber: BPS Prov. Kalbar Grafik 3.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (mtm) Inflasi triwulanan (qtq) di triwulan IV 2017 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan ini. Momen perayaan Natal dan Tahun Baru diperkirakan akan mendorong permintaan masyarakat terhadap beberapa bahan pangan dan angkutan udara dibandingkan dengan triwulan III TW III 2017 TW II Makanan Jadi TW II 2017 TW III Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol 47

60 Inflasi Tahunan (yoy) Secara tahunan, inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 sebesar 4,70% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 4,72% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tersebut disebabkan oleh turunnya inflasi pada kelompok perumahan, sandang, kesehatan, dan transportasi. Kelompok perumahan pada triwulan III 2017 mengalami inflasi sebesar 8,44% (yoy) setelah pada triwulan II 2017 mengalami inflasi 9,07 (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut dipicu oleh penurunan tekanan inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal dan bahan bakar, penerangan, dan air masing-masing dari 4,65% (yoy) dan 21,43% (yoy) menjadi 4,05% (yoy) dan 19,23% (yoy). Tidak berlanjutnya kenaikan tarif listrik mulai Agustus 2017 menjadi salah satu penyebab turunnya inflasi pada kelompok perumahan. Sementara itu, kelompok sandang pada triwulan III 2017 mengalami inflasi sebesar 4,79% (yoy) setelah pada triwulan II 2017 mengalami inflasi 6,18% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut dipicu oleh penurunan tekanan inflasi pada subkelompok sandang lakilaki dan sandang wanita dari 9,04% (yoy) dan 10,11% (yoy) menjadi 8,62% (yoy) dan 3,68% (yoy). Penurunan permintaan sandang selepas berakhirnya perayaan keagamaan pada triwulan II 2017 (Ramadhan dan Idul Fitri) disinyalir menjadi pendorong turunnya inflasi pada kelompok sandang. Selanjutnya, kelompok kesehatan pada triwulan III 2017 mengalami inflasi sebesar 4,69% (yoy) setelah pada triwulan II 2017 mengalami inflasi 5,68% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut dipicu oleh penurunan tekanan inflasi pada subkelompok jasa kesehatan dan obat-obatan dari 6,16% (yoy) dan 4,22% (yoy) menjadi 4,12% (yoy) dan 3,18% (yoy). Sementara itu, kelompok transportasi pada triwulan III 2017 mengalami inflasi sebesar 2,83% (yoy) setelah pada triwulan II 2017 mengalami inflasi 6,19 (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut dipicu oleh deflasi yang terjadi pada subkelompok transportasi dari 3,81% (yoy) menjadi -0,35% (yoy). Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Kalimantan Barat (yoy) Inflasi YOY Sumbangan Inflasi YOY Kelompok Barang TW I TW II TW III TW I TW II TW III Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber: BPS Prov. Kalbar Di sisi lain, kelompok bahan makanan, makanan jadi, dan pendidikan mengalami kenaikan tekanan inflasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kelompok bahan 48

61 makanan pada triwulan III 2017 mengalami inflasi sebesar 2,50% (yoy) setelah pada triwulan II 2017 mengalami deflasi -0,11 (yoy). Inflasi yang terjadi tersebut dipicu oleh inflasi pada subkelompok ikan segar dan sayur-sayuran dari 3,85% (yoy) dan 1,41% (yoy) menjadi 12,73% (yoy) dan 14,14% (yoy). Kondisi cuaca yang kurang bagus pada triwulan III 2017 menjadi faktor utama peningkatan inflasi pada kelompok ini. Cuaca ekstrem membuat nelayan tidak bisa melaut sehingga mengurangi pasokan ikan di pasaran. Di sisi lain, kondisi cuaca juga menghambat ketersediaan beberapa komoditas sayur-sayuran. Inflasi Tahunan Periode Triwulan IV 2017 Inflasi tahunan (yoy) pada triwulan IV 2017 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III Faktor pemicu peningkatan inflasi adalah adanya momen perayaan Natal dan Tahun Baru yang akan berpotensi mendorong permintaan bahan pangan dan permintaan tiket angkutan udara. Inflasi Kumulatif 2017 Secara kumulatif, inflasi tahun IV 2017 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 3,66% (yoy). Faktor pemicu peningkatan inflasi adalah adanya momen perayaan Natal dan Tahun Baru yang akan berpotensi mendorong permintaan bahan pangan dan permintaan tiket angkutan udara. Peningkatan inflasi pada tahun 2017 utamanya didorong oleh tekanan inflasi administered prices. Kenaikan tarif listrik yang berlangsung sepanjang Januari-Juli 2017 serta biaya pengurusan STNK dan BPKB memberikan andil cukup besar pada inflasi tahun Selain itu tarif angkutan udara masih menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di Kalimatan Barat, terutama menjelang peringatan hari besar keagamaan. Inflasi Kota Secara spasial, inflasi pada dua kota sampel inflasi di Kalimantan Barat Kota Pontianak dan Kota Singkawang masing-masing melambat dan meningkat. Realisasi inflasi di Kota Pontianak pada triwulan III 2017 mencapai 4,63% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat sebesar 4,71% (yoy). Sementara itu, realisasi inflasi Kota Singkawang pada triwulan III 2017 lebih tinggi dibandingkan Kota Pontianak yaitu sebesar 5,03% (yoy) sekaligus lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi Kota Singkawang pada triwulan II 2017 yang sebesar 4,79% (yoy). Secara triwulanan, inflasi di Kota Pontianak dan Singkawang pada triwulan III 2017 tercatat mengalami perlambatan. Kota Pontianak mengalami inflasi sebesar 0,14% (qtq), 49

62 melambat dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 1,87% (qtq). Sementara itu, inflasi Kota Singkawang pada triwulan III 2017 juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II 2017 dari 1,61% (qtq) menjadi 1,04% (qtq). Tabel 3.5 Perkembangan Inflasi Kota dan Provinsi Kalimantan Barat (qtq dan yoy) Inflasi QTQ Inflasi YOY Wilayah TW I TW II TW IIII TW I TW II TW IIII Kalimantan Barat Pontianak Singkawang Sumber: BPS Prov. Kalbar Tabel 3.6 Perkembangan Inflasi Kota dan Provinsi Kalimantan Barat (yoy) Inflasi Pontianak (yoy) Inflasi Singkawang (yoy) Kelompok Barang TW I TW II TW III TW I TW II TW III Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber: BPS Prov. Kalbar Faktor pendorong inflasi tahunan pada triwulan III 2017 di kedua kota sampel tersebut adalah kenaikan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Namun demikian, penurunan tekanan inflasi pada kelompok perumahan dan transportasi yang terjadi di kedua kota sampel mampu menahan laju inflasi secara umum. Disagregasi Inflasi Berdasarkan disagregasi secara tahunan (yoy), kelompok AP menjadi penyebab utama penurunan tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III Kelompok AP tercatat mengalami penurunan dari 10,17% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,75% (yoy) pada triwulan III Sementara itu, inflasi pada kelompok VF sebesar 2,33% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi -0,06% (yoy) menjadi penahan turunnya tekanan inflasi Kalimantan Barat secara umum. 50

63 12 % yoy 20 % (yoy) IHK Core Inflation Volatile Foods Administered Prices (0.06) IHK Core VF AP -5-2 TW II 2017 Tw III 2017 Rata-rata Tw III Sumber: BPS Prov. Kalbar Grafik 3.7 Perbandingan Disagregasi Inflasi Kalbar Sumber: BPS Prov. Kalbar Grafik 3.8 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kalbar Core Inflation Inflasi kelompok inti (core inflation) pada triwulan III 2017 sebesar 4,48% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat sebesar 4,79% (yoy). Secara umum, penurunan tekanan inflasi kelompok inti selama triwulan III 2017 terjadi akibat telah berlalunya agenda Ramadhan dan Lebaran sehingga menurunkan tekanan permintaan masyarakat kembali pada kondisi normal. Berdasarkan komoditasnya, komoditas utama penyumbang inflasi tahunan kelompok core infation di triwulan III 2017 adalah tarif pulsa ponsel, tukang bukan mandor, sekolah menengah atas, nasi dengan lauk, dan sekolah dasar. Di sisi lain, koreksi harga pada beberapa komoditas antara lain gula pasir, susu bubuk, baju kaos berkerah, pakaian bayi, dan telepon seluler membantu menahan laju inflasi pada kelompok inti. Tabel 3.7 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Core Inflation Triwulan III 2017 (yoy) Top Inflasi Top Deflasi Komoditas yoy Andil Komoditas yoy Andil Tarip Pulsa Ponsel Gula Pasir Tukang Bukan Mandor Susu Bubuk Sekolah Menengah Atas Baju Kaos Berkerah Nasi dengan Lauk Pakaian Bayi Sekolah Dasar Telepon Seluler Upah Pembantu RT Susu Untuk Bayi Mobil Laptop/Notebook Sumber: BPS Prov. Kalbar Memasuki awal triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok inti kembali melambat menjadi 4,53% (yoy). Pada akhir tahun 2017, inflasi kelompok inti diperkirakan akan meningkat didorong oleh meningkatnya permintaan dan ekspektasi masyarakat saat perayaan Natal dan Tahun Baru. Secara kumulatif, tekanan inflasi kelompok inti pada tahun 2017 diperkirakan relatif stabil dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar 4,50% (yoy). Relatif 51

64 stagnannya permintaan terhadap komoditas yang termasuk dalam kelompok inti sepanjang 2017 menjadi faktor yang mendorong stabilnya inflasi kelompok inti. Volatile Foods Secara tahunan, kelompok volatile foods (VF) pada triwulan III 2017 mengalami inflasi sebesar 2,33% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi -0,06% (yoy). Inflasi pada kelompok VF ini disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti aneka sayur dan ikan segar karena pengaruh kondisi anomali cuaca yang kurang kondusif untuk pertanaman dan melaut. Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang mengalami koreksi harga sehingga menahan laju inflasi kelompok VF secara umum. Beberapa komoditas tersebut antara lain daging ayam ras, jeruk, bawang merah, beras, dan bawang putih. Tabel 3.8 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Volatile Foods Triwulan III 2017 (yoy) Top Inflasi Top Deflasi Komoditas yoy Andil Komoditas yoy Andil Kembung/Gembung Daging Ayam Ras Sawi Hijau Jeruk Tongkol/Ambu-ambu Bawang Merah Udang Basah Beras Kangkung Bawang Putih Bayam Kacang Panjang Wortel Ketimun Daging Babi Apel Telur Ayam Ras Tenggiri Dencis Nanas Sumber: BPS Prov. Kalbar Memasuki awal triwulan IV 2017, kelompok VF kembali mengalami inflasi sebesar 2,98% (yoy). Tekanan inflasi tersebut diperkirakan akan kembali meningkat hingga akhir tahun 2017 menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Tekanan inflasi kelompok VF pada tahun 2017 diperkirakan menurun dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar 5,54% (yoy). Terjaganya pasokan komoditas bahan pangan strategis sepanjang 2017 diyakini menjadi faktor yang mendorong penurunan inflasi kelompok VF di Administered Prices Inflasi tahunan kelompok administered prices (AP) pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 7,75% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 10,17% (yoy). Turunnya laju inflasi tersebut disebabkan oleh koreksi harga tiket angkutan udara selama 2 bulan pertama pada triwulan III Di sisi lain, masih ada komoditas yang menjadi penyumbang inflasi kelompok AP seperti tarif listrik dan berbagai jenis rokok sehingga menahan penurunan inflasi AP secara umum. 52

65 Tabel 3.22 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Prices Triwulan II 2017 (yoy) Top Inflasi Top Deflasi Komoditas yoy Andil Komoditas yoy Andil Tarip Listrik Angkutan Udara Biaya Perpanjangan STNK Rokok Kretek Rokok Kretek Filter Bensin Rokok Putih Sumber: BPS Prov. Kalbar Memasuki awal triwulan IV 2017, inflasi tahunan kelompok AP mengalami sedikit peningkatan menjadi 7,77% (yoy). Sementara itu, pada akhir tahun 2017, tekanan inflasi AP diperkirakan akan kembali mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya permintaan tiket angkutan udara saat perayaan Natal dan Tahun Baru. Secara kumulatif, tekanan inflasi kelompok AP pada tahun 2017 diperkirakan melonjak dibandingkan dengan tahun 2017 yang justru terdeflasi sebesar -0,60% (yoy). Terjaganya pasokan komoditas bahan pangan strategis sepanjang 2017 diyakini menjadi faktor yang mendorong penurunan inflasi kelompok VF di Kenaikan tarif listrik yang berlangsung sepanjang Januari-Juli 2017 serta biaya pengurusan STNK dan BPKB memberikan andil cukup besar pada inflasi tahun Selain itu tarif angkutan udara masih menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di Kalimatan Barat, terutama menjelang peringatan hari besar keagamaan. 53

66 BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Pada triwulan III 2017, DPK perbankan Kalimantan Barat tumbuh 11,90% (yoy) dengan total nominal sebesar Rp51,19 triliun. Sedangkan kredit berlokasi di Kalimantan Barat tumbuh sehat 4,02% (yoy) dengan posisi baki debet sebesar Rp66,40 triliun. Risiko kredit pun berada di bawah batas aman dengan rasio NPL sebesar 2,50%, lebih rendah dari triwulan II 2017 dengan NPL yang sebesar 2,60%. 54

67 Rp Triliun Perkembangan Perbankan Secara Umum 8 Posisi dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan Kalimantan Barat pada akhir triwulan III 2017 adalah sebesar Rp51,19 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 1,00% dari total DPK Nasional yang mencapai Rp5.142 triliun. Di wilayah Kalimantan, jumlah nominal DPK perbankan Kalimantan Barat berada di posisi kedua setelah Kalimantan Timur dengan tingkat pertumbuhan terbesar kedua setelah Kalimantan Tengah. 9 DPK perbankan Kalimantan Barat pada triwulan berjalan tumbuh sebesar 11,90% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 (8,23%, yoy) dan triwulan III 2016 (5,16%, yoy). Tabel 4.1 Perkembangan Kredit di Kalimantan Barat (Rp Triliun) Cakupan I II III IV I II III IV I II III Nasional 4, , , , , , , , , , , Kalbar Kaltim Kalsel Kalteng Selanjutnya, dapat diuraikan pada DPK perbankan Kalimantan Barat tersebut bahwa, sebesar Rp50,18 triliun (98,02%) merupakan DPK dalam jenis valuta Rupiah dan sisanya sebesar Rp1,01 triliun (1,98%) berbentuk valas. Kontribusi perbankan konvensional terhadap pengumpulan DPK adalah sebesar 92,96% (Rp61,73 triliun) yang tumbuh moderat sebesar 2,94% (yoy). Sedangkan kontribusi perbankan syariah baru sebesar 7,04% (Rp4,68 triliun) namun tumbuh tinggi sebesar 20,79% (yoy). Rupiah Valas 55 Konvensional Syariah I II III IV I II III IV I II III Grafik 4.1 Posisi Valuta DPK Perbankan Kalimantan Barat Akhir Triwulan III 2017 (Rp Triliun) Grafik 4.2 Perkembangan DPK Perbankan Kalimantan Barat Berdasarkan Kegiatan Bank 8 Hanya menggunakan data bank umum, data bank perkreditan rakyat (BPR) tidak dimasukkan. 9 Data perbankan Kalimantan Utara masih masuk dalam data perbankan Kalimantan Timur. 55

68 Dari sisi jenis DPK, tabungan masih mendominasi dengan pangsa 52,10% diikuti oleh deposito dan giro dengan pangsa masing-masing 32,68% dan 15,22%. Tabungan mengalami pertumbuhan pada level 11,60% (yoy), sedangkan deposito mengalami pertumbuhan pada level 14,54% (yoy) dan giro tumbuh 7,59% (yoy). Sementara itu, suku bunga tertimbang (SBT) setiap jenis DPK cenderung stabil meskipun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia 7-day (Reverse) Repo Rate (BI 7DRR) 10 pada Agustus dan September Adapun besaran suku bunga acuan BI7DRR pada akhir triwulan III 2017 adalah 4,25%. Giro Tabungan Deposito Giro Tabungan Deposito BI7DRR Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III Persen Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan di Kalimantan Barat Grafik 4.4 Perkembangan SBT DPK Perbankan di Kalimantan Barat Dari sisi pembiayaan, pada akhir triwulan III 2017 posisi baki debet kredit perbankan di Kalimantan Barat mencapai Rp66,40 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 1,45% dari total penyaluran kredit perbankan Nasional yang mencapai Rp4.580 triliun. Sama seperti DPK, di wilayah Kalimantan nilai penyaluran kredit di Kalimantan Barat hanya berada di bawah Kalimantan Timur, sedangkan tingkat pertumbuhannya berada di bawah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Dari sisi pertumbuhan, kredit perbankan di Kalimantan Barat tumbuh 4,02% (yoy) pada triwulan berjalan, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (8,31%, yoy) dan pada triwulan III 2016 (21,43%, yoy). Tabel 4.2 Perkembangan Kredit Perbankan Kalimantan Barat (Rp Triliun) Cakupan I II III IV I II III IV I II III Nasional 3, , , , , , , , , , , Kalbar Kaltim Kalsel Kalteng BI 7-day (Reverse) Repo Rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang baru (pengganti BI Rate), yang mulai berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016, namun telah diumumkan pertama kali sejak tanggal 21 April

69 Dari total penyaluran kredit di Kalimantan Barat, sekitar Rp44,56 triliun (67,11%) yang dipenuhi oleh perbankan yang berlokasi di Kalimantan Barat. Sedangkan sisanya merupakan pembiayaan perbankan yang berlokasi di provinsi lain terutama Jakarta yang mencapai Rp16,32triliun (24,58%) menurun Rp729 miliar dibandingkan triwulan II Namun sebaliknya, perbankan berlokasi di Kalimantan Barat menyalurkan kredit sebesar Rp1,52 triliun ke provinsi lain atau sekitar 3,31% dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan yang berlokasi di Kalimantan Barat yang sebesar Rp46,08 triliun. Porsi terbesar disalurkan ke Kalimantan Tengah sebesar Rp388 miliar dan DKI Jakarta sebesar Rp335 miliar. Kalbar, 67.1% Jakarta, 0.8% Kalbar, 96.7% Lainnya, 31.4% Kalsel, 0.7% Lainnya, 2.2% Kalteng, 0.2% Jakarta, 0.8% Grafik 4.5 Lokasi Bank Asal Penyalur Kredit ke Kalimantan Barat Grafik 4.6 Lokasi Penyaluran Kredit oleh Perbankan Asal Kalimantan Barat Perbankan konvensional mendominasi penyaluran kredit di Kalimantan Barat yakni sebesar Rp61,73 triliun (92,96%) jauh di atas perbankan syariah yang hanya menyalurkan sebesar Rp4,68 triliun (7,04%). Kredit perbankan konvensional tumbuh 2,94% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (7,26%, yoy). Sementara itu, kredit perbankan syariah masih tetap tumbuh tinggi sebesar 20,79% (yoy) meskipun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (24,55%, yoy). Dari sisi jenis penggunaan, sebesar Rp47,16 triliun (71,02%) merupakan kredit produktif. Sisanya Rp29,69 triliun (44,71%) merupakan kredit investasi dan Rp17,47 triliun (26,31%) merupakan kredit modal kerja. Sedangkan penyaluran kredit konsumsi adalah sebesar Rp19,24 triliun (28,98%). Lebih lanjut, dapat diperbandingkan Suku Bunga Tertimbang (SBT) kredit berdasarkan jenis penggunaan adalah kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 10,65%, 11,61% dan 12,04%. SBT kredit investasi, modal kerja dan konsumsi sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 10,75%, 11,67% dan 12,20%. 57

70 Persen Persen Modal Kerja Investasi Konsumsi Modal Kerja Investasi Konsumsi Rp Triliun Persen I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III Grafik 4.7 Kredit Perbankan di Kalimantan Barat Grafik 4.8 SBT Kredit Perbankan di Kalimantnan Barat Dari sisi kinerja, jumlah aset perbankan Kalimantan Barat mencapai sebesar Rp69,42 triliun, yakni tumbuh 13,23% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,96% (yoy). Sedangkan tingkat loan to deposit ratio (LDR) perbankan Kalbar sebesar 90,04%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 90,54%. Secara keseluruhan tingkat risiko kredit di Kalimantan Barat yang dicerminkan dari rasio non performing loans (NPL) masih di bawah batas aman 5% yakni berada di posisi 2,50%. NPL Kalimantan Barat tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,60%. Secara berturut-turut tingkat NPL untuk kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi adalah 1,78%, 5,18% dan 1,17% menurun bila dibandingkan NPL triwulan sebelumnya yang masing-masing adalah sebesar 1,77%, 5,54% dan 1,18%. LDR NPL (Skala Kanan) Modal Kerja Investasi Konsumsi I II III IV I II III IV I II III Persen I II III IV I II III IV I II III Grafik 4.9 Perkembangan LDR dan NPL Perbankan di Kalimantan Barat Grafik 4.10 Perkembangan NPL Perbankan di Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Penggunaan Secara spasial, dari 14 kota/kabupaten yang ada di Kalimantan Barat lebih dari seperempat penyaluran kredit disalurkan ke Kota Pontianak yakni sebesar Rp18,67 triliun. Kota/kabupaten lain yang memiliki pangsa di atas 10% hanya Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Ketapang masing masing sebesar Rp11,18 triliun (16,85%) dan Rp7,80 triliun (11,75%). Sedangkan Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Melawi merupakan 2 kabupaten 58

71 dengan pangsa penyaluran kredit terendah di Kalbar yakni hanya sebesar Rp754 miliar (1,14%) dan Rp841 miliar (1,27%). Dari sisi pertumbuhan, Kabupaten Kubu Raya dan Kapuas Hulu merupakan yang paling tinggi pertumbuhannya yakni masing-masing sebesar 67,97% (yoy) dan 30,52% (yoy). Penyumbang terbesar pertumbuhan di Kabupaten Kubu Raya adalah lapangan usaha pertanian, lapangan usaha industri pengolahan dan kredit konsumsi. Sedangkan penyumbang di Kabupaten Kapuas Hulu adalah lapangan usaha pertanian. Lebih lanjut, Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kayong Utara, Kabupaten Sambas, dan Kabupaten Mempawah merupakan daerah yang mengalami pertumbuhan kredit negatif yakni masing-masing sebesar - 43,00% (yoy), -36,09% (yoy), -9,16% (yoy), -8,41% (yoy) dan -2,07% (yoy). Dari sisi risiko, terdapat 2 daerah yang tingkat NPL-nya di atas batas aman, yakni Kota Singkawang (15,97%) yang terutama disumbangkan lapangan usaha industri pengolahan dan Kabupaten Landak (15,85%) yang terutama disumbangkan oleh lapangan usaha pertanian. Lokasi Proyek Kab/Kota Tabel 4.3 Perkembangan Kredit di Kalimantan Barat (Rp Miliar) Baki Debet Kredit (Rp Miliar) Rasio NPL I II III IV I II III I II III IV I II III Kalimantan Barat 56,058 60,805 63,835 63,376 64,119 65,858 66, % 4.37% 4.63% 3.20% 3.37% 2.60% 2.50% Kab. Mempawah 8,434 10,287 11,424 11,490 11,374 11,328 11, % 0.94% 0.83% 1.06% 1.29% 1.08% 1.10% Kab. Sambas 2,101 2,687 2,623 2,707 2,472 2,575 2, % 1.13% 1.00% 0.64% 0.85% 0.77% 0.74% Kab. Ketapang 6,705 7,077 7,093 7,061 7,185 7,685 7, % 0.39% 0.41% 0.38% 0.54% 0.60% 0.55% Kab. Sanggau 4,116 4,111 4,320 4,160 4,131 4,182 4, % 1.92% 1.99% 1.45% 1.20% 1.25% 1.26% Kab. Sintang 5,590 5,820 5,917 5,675 5,653 5,611 5, % 1.16% 1.11% 1.03% 1.03% 1.12% 1.19% Kab. Kapuas Hulu 2,059 2,316 2,124 2,460 2,672 2,735 2, % 0.69% 0.73% 0.82% 0.62% 0.79% 1.09% Kab. Bengkayang 1,134 1,319 2,653 2,206 2,159 1,743 1, % 1.33% 0.60% 0.44% 0.70% 1.04% 0.63% Kab. Landak 1,375 1,831 1,820 1,812 1,832 1,838 1, % 1.78% 12.94% 12.69% 16.00% 16.06% 15.85% Kab. Sekadau % 1.25% 1.26% 1.07% 1.11% 1.28% 1.22% Kab. Melawi % 2.86% 2.70% 2.13% 1.92% 2.23% 2.17% Kab. Kayong Utara 1,411 1,492 1,526 1,540 1,550 1,390 1, % 0.11% 0.08% 0.06% 0.08% 0.12% 0.17% Kab. Kubu Raya 1,613 2,302 2,687 3,061 3,636 4,120 4, % 0.79% 0.64% 0.82% 0.80% 0.46% 0.69% Kota Pontianak 15,514 15,484 15,494 16,468 16,687 18,292 18, % 1.57% 1.98% 2.28% 2.46% 2.46% 2.84% Kota Singkawang 4,642 4,681 4,702 3,301 3,271 2,818 2, % 42.71% 43.21% 32.13% 32.26% 20.36% 15.97% Ketahanan Sektor Korporasi 11 Pada akhir triwulan III 2017, jumlah DPK yang berasal dari sektor korporasi pada bank yang KC/KCP-nya berada di Kalimantan Barat sebesar Rp8,08 triliun tumbuh 25,08% (yoy). DPK sektor korporasi tersebut mengalami peningkatan dibanding pada triwulan sebelumnya sebesar 9,12% (yoy). Berdasarkan golongan pemiliknya, mayoritas DPK tersebut 11 Mulai triwulan I 2016, kredit kepada sektor korporasi dipersempit pengertiannya dengan mengeluarkan beberapa unsur berdasarkan golongan pemilik yakni (i) penduduk yang merupakan pemerintah pusat, pemerintah daerah serta badan-badan dan lembaga-lembaga pemerintah, (ii) bukan penduduk, dan (iii) bank. Selain itu, untuk pembahasan ketahanan sektor korporasi juga ditambahkan perhitungan DPK dengan berdasarkan penggolongan pemilik yang sama. 59

72 disumbangkan oleh sektor swasta-bukan lembaga keuangan sebesar Rp5,03 triliun yang meningkat sebesar 22,21% (yoy). Pangsa terbesar berikutnya adalah milik sektor swastalembaga keuangan non bank dan BUMN dengan pangsa masing-masing sebesar 24,38% dan 10,84%. Nominal Pertumbuhan (Skala Kanan) Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III %, yoy LKNB 24.38% BUMD 1.29% BUMN 10.84% BUKAN LEMBAGA KEUANGAN 62.34% SWASTA LAINNYA 1.16% Grafik 4.11 Perkembangan DPK Sektor Korporasi pada KC/KCP berlokasi di Kalimantan Barat Grafik 4.12 Pangsa DPK Sektor Korporasi pada KC/KCP berlokasi di Kalimantan Barat Sementara itu, jumlah penyaluran kredit ke sektor korporasi di Kalimantan Barat hampir lima kali lipat dibandingkan DPK-nya. Penyaluiran kredit mencapai Rp33,57 triliun yang tumbuh 2,34% (yoy) walaupun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,14% (yoy). Tiga daerah terbesar yang menerima kredit korporasi adalah Kota Pontianak, Kabupaten Mempawah, dan Kabupaten Ketapang masing-masing sebesar Rp8,47 triliun, Rp7,56 triliun dan Rp5,22 triliun. Sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten Melawi yang hanya menerima penyaluran sebesar Rp43,21 miliar. Dari sisi lapangan usaha, mayoritas penyaluran kredit korporasi ke lapangan usaha pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan dengan pangsa 62,98% diikuti oleh lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran dengan pangsa 10,32% dari total kredit korporasi. Pada triwulan berjalan, rasio NPL untuk kredit ke sektor korporasi berada di bawah batas aman yakni sebesar 1,66%. NPL tersebut menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,10%. NPL tersebut terutama disumbangkan oleh lapangan usaha industri pengolahan. Terdapat 2 lapangan usaha yang rasio NPL-nya berada di atas batas aman yakni industri pengolahan (12,68%) dan pengangkutan dan komunikasi (5,38%). 60

73 Nominal Pertumbuhan (Skala Kanan) Total Korporasi Industri Pengolahan (Skala Kanan) Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III %, yoy Persen I II III IV I II III IV I II III Persen Grafik 4.13 Penyaluran Kredit kepada Sektor Korporasi di Kalimantan Barat Grafik 4.14 NPL Kredit kepada Sektor Korporasi di Kalimantan Barat Ketahanan Sektor Rumah Tangga Pada akhir triwulan III 2017, jumlah DPK perbankan di Kalimantan Barat yang berasal dari nasabah perseorangan mencapai Rp37,87 triliun tumbuh 10,40% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (8,86%, yoy). Angka tersebut sedikit lebih rendah dari triwulan III 2016 (10,65%, yoy). Pertumbuhan DPK perseorangan tersebut terjadi pada waktu jumlah DPK non perseorangan mengalami pertumbuhan 16,42% (yoy). DPK Perseorangan didominasi oleh Tabungan (63,57%) dan Deposito (34,03%), sedangkan pangsa Giro masih sangat minim (2,39%). Bila dibandingkan dengan nominal totalnya, pangsa Tabungan Perseorangan dan Deposito Perseorangan juga sangat mendominasi (90,28% dan 77,05%). Perseorangan Non Perseorangan Perseorangan Non Perseorangan Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III Persen, yoy I II III IV I -1.2 II III IV I II III Grafik 4.15 Perkembangan DPK Kalimantan Barat Grafik 4.16 Pertumbuhan DPK Kalimantan Barat Sementara itu, jumlah penyaluran kredit ke debitur perseorangan mencapai Rp32,82 triliun yang tumbuh 5,76% (yoy) sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (5,55%, yoy). Sebagian besar kredit tersebut tersalurkan untuk kredit konsumsi yakni sebesar Rp19,22 triliun diikuti kredit modal kerja dan kredit investasi masingmasing sebesar Rp8,38 triliun dan Rp5,23 triliun. Secara keseluruhan, faktor risiko kredit perseorangan masih aman dengan rasio NPL sebesar 3,36% sedikit meningkat dibandingkan 61

74 Rp Triliun Rp Miliar Persen dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,11%. Namun perlu jadi perhatian adalah kredit modal kerja dan investasi yang NPL-nya berada di atas batas aman, masing-masing sebesar 5,47% dan 8,05%. Konsumsi Modal Kerja Investasi Total Modal Kerja Investasi Konsumsi Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III Persen I II III IV I II III IV I II III Grafik 4.17 Perkembangan Kredit Perseorangan Kalimantan Barat Grafik 4.18 Tingkat NPL Kredit Perseorangan Kalimantan Barat Mayoritas kredit disalurkan dengan skim multiguna (59,61%) diikuti oleh perumahan dan kendaraan bermotor (23,47% dan 8,66%). Sedangkan sisanya (8,26%) terbagi untuk kredit ruko/rukan lainnya, kredit peralatan dan kredit rumah tangga lainnya. Lebih lanjut, kredit multiguna tumbuh moderat (7,54%, yoy), sedangkan kredit perumahan tumbuh relatif tinggi (20,70%, yoy) dan kredit kendaraan bermotor terus mengalami tren kontraksi (-3,44%, yoy) sejak triwulan IV Dari sisi risiko, seluruh jenis kredit rumah tangga masih memiliki tingkat NPL di bawah batas aman 5%. Sementara itu, dari sisi penggunaan kartu kredit oleh perseorangan, posisi baki debetnya mencapai Rp228 miliar tumbuh 7,38% (yoy). NPL kartu kredit pun masih dalam batas aman yakni sebesar 2,88% sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,55%. Multiguna Perumahan Kendaraan Lainnya Nominal NPL (Skala Kanan) I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III Grafik 4.19 Perkembangan Kredit Rumah Tangga Kalimantan Barat Grafik 4.20 Perkembangan Penyaluran Kartu Kredit Kalimantan Barat Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, mayoritas responden menyatakan bahwa kondisi ekonomi pada akhir triwulan III 2017 lebih baik dari 6 bulan 62

75 sebelumnya dengan indeks 119,50. Mayoritas responden menyatakan bahwa kondisi ekonomi akan lebih baik pada 6 bulan berikutnya dengan indeks 119,83 12, disebut juga sebagai indeks ekspektasi konsumen (IEK). Sementara itu rasio debt to service (DSR) masih dalam level sehat, yakni hanya 25,48%, di bawah batas normal 30%. IKE IEK Debt To Service Ratio (DSR) Indeks Persen I II III IV I II III IV I II III Grafik 4.21 Perkembangan IKE dan IEK Kalimantan Barat Grafik 4.22 Perkembangan DSR Kalimantan Barat Ketahanan Sektor UMKM 13 Posisi penyaluran kredit kepada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pada triwulan III 2017 di Kalbar sebesar Rp18,11 triliun atau sekitar 27,28% dari total penyaluran kredit di Kalbar. Kredit UMKM tumbuh 14,10% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (17,48% yoy). Bila dibagi berdasarkan skala usahanya, kredit UMKM terutama tersalurkan untuk kredit usaha menengah sebesar Rp8,05 triliun baru diikuti untuk kredit usaha kecil dan kredit usaha mikro masing-masing sebesar Rp6,90 triliun dan Rp3,16 triliun. Dari sisi jenis penggunaan, mayoritas kredit kepada sektor UMKM disalurkan untuk modal kerja sebesar Rp9,98 triliun dengan tingkat pertumbuhan 10,83% (yoy). Sisanya adalah untuk investasi sebesar Rp8,14 triliun yang tumbuh 18,38% (yoy). Sementara itu dari sisi sektor ekonomi, kredit UMKM dominan disalurkan kepada sektor PHR dan sektor pertanian dengan jumlah masing-masing sebesar Rp8,24 triliun dan Rp5,43 triliun yang masing-masing tumbuh sebesar 5,56% (yoy) dan 21,15% (yoy). Dari sisi risiko, rasio NPL kredit UMKM berada sedikit di bawah batas aman yakni sebesar 4,90% meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 4,54%. Terdapat 4 sektor ekonomi yang memiliki rasio NPL melewati batas aman yakni sektor pertambangan, 12 Nilai indeks di antara Di atas 100 menyatakan lebih baik, sedangkan di bawah 100 menyatakan tidak lebih baik. 13 Pengertian UMKM adalah sesuai UU No. 20 Tahun Mulai triwulan I 2016, pengertian kredit kepada sektor UMKM dipersempit yakni kredit kepada UMKM yang merupakan bagian dari sektor korporasi dan perseorangan yang merupakan penduduk. 63

76 sektor bangunan dan pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, serta perdagangan hotel dan restoran dengan rasio masing-masing sebesar 12,68% 6,15%, 5,85% dan 5,39%. Mikro Kecil Menengah 5.5 Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III Persen I II III IV I II III IV I II III Grafik 4.23 Perkembangan Kredit UMKM di Kalbar Grafik 4.24 Perkembangan NPL Kredit UMKM di Kalbar Pengembangan Akses Keuangan Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan/atau keuangan terbatas yang dilakukan tidak melalui kantor fisik, namun dengan menggunakan sarana teknologi antara lain mobile based maupun web based dan jasa pihak ketiga (agen), dengan target layanan masyarakat unbanked dan underbanked. Kegiatan ini merupakan pengembangan dari uji coba branchless banking yang dilakukan Bank Indonesia pada tahun Diperkirakan sampai dengan akhir triwulan III 2017 telah terdapat sekitar agen LKD yang tersebar di seluruh Kalimantan Barat. Gambar 4.1 Skema Layanan Keuangan Digital Selain mendukung pengembangan LKD, dalam rangka mendukung pengembangan akses keuangan, secara aktif melakukan kegiatan edukasi keuangan kepada berbagai lapisan masyarakat di berbagai daerah 64

77 di Kalimantan Barat. Dalam perkembangannya, pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga merilis adanya kemungkinan integrasi antara LKD dengan Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif) untuk menghindari kerancuan di masyarakat mengenai klasifikasi suatu produk layanan keuangan yang akan diambilnya. Namun, belum dapat dipastikan apakah integrasi tersebut akan menggunakan Peraturan Bank Indonesia (PBI) atau Peraturan OJK (POJK), atau mungkin nota kesepahaman atau bahkan dapat juga dalam bentuk perjanjian kerja sama. Terkait dengan hal ini, OJK dan BI akan sangat berhati-hati dalam menerapkan integrasi dimaksud, terlebih pangsa pasar Laku Pandai lebih banyak digunakan oleh masyarakat usia menengah, sementara LKD lebih banyak digunakan oleh anak muda. Diharapkan nantinya integrasi ini juga dapat meningkatkan jumlah inklusivitas layanan keuangan hingga ke area pelosok. 65

78 BAB 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Pada triwulan III 2017, nilai transaksi kliring mencapai Rp6,10 triliun, meningkat dari Rp5,57 triliun pada triwulan II Di sisi lain, nilai transaksi RTGS juga meningkat dari Rp16,88 triliun pada triwulan II 2017 menjadi sebesar Rp17,94 triliun pada triwulan III KPw BI Provinsi Kalbar mengalami net inflow sebesar Rp1,04 triliun pada triwulan III 2017, seiring telah berakhirnya hari raya keagaman Idul Fitri 1438 H dan telah selesainya proses tahun ajaran baru sekolah. 66

79 Perkembangan Transaksi Non Tunai Volume kliring Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 terpantau meningkat. Volume kliring tercatat naik dari lembar (-35,94%, yoy) pada triwulan II 2017 menjadi lembar (-26,19%, yoy). Secara keseluruhan, volume kliring pada Januari-September tahun 2017 telah mencapai lembar, turun 26,89% (yoy) dibandingkan dengan volume kliring Januari-September 2016 yang sebanyak lembar. Demikian halnya dengan nilai transaksi kliring di Kalimantan Barat pada triwulan III yang juga mengalami peningkatan. Nilai transaksi kliring tercatat naik dari Rp 5,57 triliun (- 38,0%, yoy) pada triwulan II 2017 menjadi Rp6,10 triliun (-27,4%, yoy) pada triwulan III Secara keseluruhan, transaksi kliring pada Januari-September tahun 2017 telah mencapai Rp20,38 triliun atau menurun 24,22% (yoy) dibandingkan dengan jumlah transaksi kliring Januari-September 2016 yang sebesar Rp26,90 triliun. Sementara itu, volume transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 terpantau menurun. Volume RTGS tercatat turun dari transaksi (44,85%, yoy) pada triwulan II 2017 menjadi dari transaksi (-331,02%, yoy). Secara keseluruhan, volume transaksi RTGS pada Januari-September tahun 2017 telah mencapai transaksi, melonjak hingga 141,23% (yoy) dibandingkan dengan volume transaksi RTGS pada Januari-September 2016 yang sebanyak transaksi. Meskipun volume transaksi menurun, namun nilai transaksi RTGS di Kalimantan Barat pada triwulan III justru meningkat. Nilai transaksi RTGS meningkat dari Rp 16,88 triliun (-36,20%, yoy) pada triwulan II 2017 menjadi Rp17,94 triliun (77,71%, yoy) pada triwulan III Total nilai transaksi RTGS pada Januari-September tahun 2017 adalah Rp46,36 triliun atau menurun 26,93% (yoy) dibandingkan dengan nilai transaksi RTGS pada Januari-September 2016 yang sebesar Rp63,45 triliun. Bila diperhatikan lebih jauh, pola pergerakan nilai dan volume transaksi kliring dan RTGS menunjukkan bahwa semakin banyak transaksi yang beralih dari semula menggunakan fasilitas kliring menjadi fasilitas RTGS yang disinyalir disebabkan alasan kecepatan penyelesaian transaksi. 67

80 Volume Nilai (Skala Kanan) Volume Nilai (Skala Kanan) Ribu Lembar I II III IV I II III IV I II III Rp Triliun Lembar 4,500 4,000 3, ,914 3, , , , ,044 1, , , , ,180 1, ,019 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Rp Triliun Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Kliring di Kalimantan Barat Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Barat Penyediaan Uang Layak Edar Pada triwulan III 2017 KPw BI Provinsi Kalimantan Barat mengalami net inflow sebesar Rp1,04 triliun. Net inflow ini disebabkan oleh jumlah uang yang diedarkan (outflow) mencapai Rp1,73 triliun, dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow) yakni sebesar Rp2,77triliun. Hal ini terjadi seiring telah berakhirnya hari raya keagaman Idul Fitri 1438 H dan telah selesainya proses tahun ajaran baru sekolah. Dapat diinformasikan bahwa pada semester II tahun 2017, terjadi net outflow sebesar Rp2,69 triliun dengan outflow sebesar Rp3,98 triliun dan inflow sebesar Rp1,29 triliun. Sebagai perbandingan, pada semester III tahun 2016 juga terjadi net inflow sebesar Rp966 miliar dengan outflow sebesar Rp1,72 triliun dan inflow sebesar Rp2,69 triliun. KPw BI Provinsi Kalimantan Barat melakukan kegiatan penukaran uang di loket kantor kepada masyarakat umum 14 yang pada triwulan berjalan sebesar Rp2,10 miliar. Jumlah penukaran menurun mengingat bahwa pada triwulan II 2017 KPw BI Provinsi Kalbar melakukan kegiatan penukaran khusus menjelang perayaan Idul Fitri 1438 H. Di sisi lain, KPw BI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan 3 kali kegiatan kas keliling 15 dengan nilai penukaran total sebesar Rp4,77 miliar. Daerah tujuan kas keliling pada triwulan berjalan adalah Kota Pontianak. Dari hasil penukaran uang di loket, kegiatan kas keliling, dan setoran uang dari perbankan, secara rutin KPw BI Provinsi Kalimantan Barat melakukan kebijakan clean money policy. Kebijakan itu dilaksanakan melalui pemusnahan terhadap uang tidak layak edar (UTLE) dengan memperhatikan aspek keamanan, pengawasan melekat dan good governance sehingga dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Selama triwulan III 2017, jumlah UTLE yang masuk ke KPw BI Provinsi Kalbar yang dilakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) adalah sebesar Rp955,09 miliar yang naik 115,45% (yoy). Lebih lanjut, rasio uang tersebut terhadap 14 Kegiatan penukaran uang rusak dilakukan setiap hari Rabu. Untuk penukaran uang kecil dapat dilakukan pada bank umum. 15 Pada kegiatan kas keliling, masyarakat dapat menukarkan rusak dan uang yang tidak layak edar yang mereka miliki dengan uang layak edar. 68

81 inflow adalah sebesar 34,52% lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 16,49%. Inflow Outflow Net Inflow/Outflow Inflow PTTB Rasio (Skala Kanan) Rp Triliun I II III IV I II III IV -1.3 I II III Rp Miliar I II III IV I II III IV I II III Persen Grafik 5.3 Perkembangan Inflow-Outflow di KPw. BI Prov. Kalimantan Barat Grafik 5.4 Pemusnahan UTLE di KPw. BI Prov. Kalimantan Barat Perkembangan Temuan Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya Tingginya kebutuhan masyarakat akan uang menyebabkan uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan masyarakat mengalami kerugian. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga telah mewajibkan bank umum untuk menyampaikan laporan penemuan uang yang diragukan keasliannya yang ditemukan dalam kegiatan operasional bank. Pada triwulan III 2017, ditemukan dan dilaporkan kepada KPw BI Provinsi Kalimantan Barat sejumlah 194 bilyet dari jumlah keseluruhan selama periode Jan-Sept 2017 sebanyak bilyet. Jumlah tersebut sangat tinggi dan telah melebihi jumlah temuan sepanjang Jan-Des 2016 yang sebanyak bilyet. Keseluruhan temuan uang rupiah yang diragukan keasliannya tersebut dilaporkan secara berkala kepada Kepolisian untuk dapat ditelusuri dan ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka pencegahan uang rupiah yang diragukan keasliannya, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang rupiah. Selain itu, Bank Indonesia juga secara intensif dan berkala melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah ke berbagai lapisan masyarakat dengan harapan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenali uang Rupiah. Kelompok masyarakat yang juga ingin memperoleh sosialisasi tersebut, dapat menghubungi KPw BI Provinsi Kalimantan Barat. 69

82 Tabel 5.1 Uang Rupiah Yang Diragukan Keasliannya yang Ditemukan dan Dilaporkan ke KPw BI Provinsi Kalimantan Barat UANG KERTAS (UK) Periode Thn/Bln 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 Jumlah UK (Bilyet/Lbr) UANG LOGAM (UL) Jumlah UK + Jumlah UL UL (Keping) (Bilyet+Keping) JUMLAH NOMINAL ,755, ,385, ,670, ,640, , , ,555, ,260, , , , ,760, *) 672 1, , , ,380, Trw.I ,330, Trw.II , , ,243 71,490, Trw.III ,560, Perkembangan Money Changer dan PTD Pada triwulan III 2017, jumlah pembelian uang kertas asing (UKA) oleh penyelenggara kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank (money changer) di Kalimantan Barat sebesar Rp160,42 miliar. Total, jumlah pembelian UKA selama periode Jan- Sept 2017 adalah sebesar Rp538,16 miliar atau menurun 12,76% bila dibandingkan total periode Jan-Sept tahun 2016 yang sebesar Rp616,86 miliar. Sedangkan jumlah penjualan UKA pada triwulan III 2017 adalah sebesar Rp164,19 miliar dengan total selama periode Jan-Sept 2017 sebesar Rp535,42 miliar menurun 13,05% dibandingkan total selama Jan-Sept 2016 yang sebesar Rp615,81 miliar. Lebih lanjut, nilai pengiriman uang dari luar negeri melalui penyelenggara transfer dana (PTD) di Kalimantan Barat pada triwulan laporan sebesar Rp26,58 miliar. Total, selama periode Jan-Sept 2017 nilai pengiriman uang dari luar negeri tercatat sebesar Rp61,06 miliar, meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2017 yang sebesar 18,40 miliar. Pada periode berjalan, mayoritas dana yang dikirim dari luar negeri berasal dari Singapura sebesar 82,37% diikuti dari Uni Emirat Arab sebesar 7,15%. Sedangkan mayoritas dana yang dikirim ke luar negeri dengan tujuan Malaysia sebesar 60,86% diikuti Singapura sebesar 34,85% dan China 4,29%. Tujuan pengiriman dana tersebut ke luar negeri adalah untuk usaha sebesar 61,89%, untuk pendidikan sebesar 20,00% dan untuk lainnya sebesar 18,11%. 70

83 Pembelian Penjualan Dari Luar Negeri Ke Luar Negeri Rp Miliar I II III IV I II III IV I II 16 Rp Miliar I II III IV I II III IV I II Grafik 5.5 Perkembangan Pembelian dan Penjualan UKA oleh Money Changer di Kalimantan Barat Grafik 5.6 Perkembangan Transfer Dana oleh PTD di Kalimantan Barat 71

84 BAB 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan Kalimantan Barat pada Agustus 2017, menunjukkan penurunan meskipun terjadi peningkatan pada pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat. Sementara itu, kesejahteraan petani hingga September 2017 mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi pada hampir semua sub lapangan usaha, kecuali pada sub lapangan usaha padi palawija. Tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat juga mengalami perbaikan pada Maret

85 Gambaran Umum Kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat berdasarkan perkembangan indikator ketenagakerjaan serta profil kemiskinan pada triwulan III 2017 menunjukkan perkembangan yang dinamis. Perekonomian Kalimantan Barat yang sejak awal tahun 2017 mengalami akselerasi laju pertumbuhan ekonomi belum dapat diimbangi dengan peningkatan indikator tenaga kerja. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 16 dari 4,23% pada Agustus 2016 menjadi 4,36% serta penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 17 menjadi 68,62% pada Agustus 2017 dari sebelumnya 69,33% pada periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, indikator kemiskinan menunjukkan perbaikan. Tingkat kemiskinan Provinsi Kalimantan Barat pada Maret 2017 tercatat sebesar 7,88% atau sedikit membaik dibandingkan Maret 2016 yang sebesar 7,87%. Selain itu, tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang terefleksi melalui pergerakan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III 2017 juga mengalami peningkatan. Pada September 2017 NTP Kalimantan Barat meningkat menjadi sebesar 97,22 dari sebelumnya 94,71 pada Juni 2017, atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,65% (qtq). Ketenagakerjaan Kalimantan Barat Meskipun perekonomian Kalimantan Barat terus membaik hingga triwulan III 2017, namun kondisi ketenagerjaan pada periode Agustus 2017 menunjukkan adanya penurunan. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) periode Agustus 2017, penurunan pada kondisi ketenagakerjaan Kalimantan Barat terefleksi melalui peningkatan jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja serta meningkatnya jumlah pengangguran dibandingkan Agustus Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan oleh adanya penurunan penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha perdagangan dan lapangan usaha lainnya. Sementara itu, jumlah pasokan tenaga kerja di wilayah Kalimantan Barat terpantau mengalami peningkatan. Tercatat jumlah penduduk usia kerja (usia >15 tahun) pada Agustus 2017 adalah sebesar 3,50 juta jiwa, atau mengalami peningkatan sebesar 1,83% (yoy) dibandingkan dengan Agustus Namun demikian, jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja hanya mengalami peningkatan sebesar 0,80% (yoy). Di sisi lain, peningkatan juga terjadi pada jumlah penduduk yang bukan merupakan angkatan kerja sebesar 4,16% 16 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja 17 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja (di atas 15 tahun). 73

86 (yoy). Berdasarkan indikator ketenagakerjaan tersebut, TPAK Kalimantan Barat pada Agustus 2017 adalah sebesar 68,62% atau lebih rendah dibandingkan dengan TPAK pada periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 69,33%. Kondisi tersebut mencerminkan peningkatan jumlah tenaga kerja di Kalimantan Barat belum dapat diimbangi dengan penyerapan oleh lapangan kerja yang tersedia. Hal tersebut terkonfirmasi dengan TPT di Kalimantan Barat pada Agustus 2017 yang meningkat menjadi sebesar 4,36% setelah pada periode yang sama pada tahun lalu mencapai 4,23% atau setara dengan peningkatan hingga 3,14% (yoy). Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) Keterangan (Ribu Jiwa) Perubahan Ags '17 terhadap Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Ags'16 (%) Feb'17 (%) Jumlah Penduduk Usia Kerja 3,228 3,068 3,280 3,318 3,352 3,383 3,415 3,446 3,478 3, Angkatan Kerja 2,349 2,140 2,369 2,320 2,370 2,357 2,416 2,389 2,505 2, (3.87) a. Bekerja 2,276 2,054 2,309 2,227 2,257 2,236 2,305 2,288 2,399 2, (4.00) b. Pencari Kerja (0.94) Bukan Angkatan Kerja , , , TPAK Kalbar (%) (1.01) (4.72) TPT Kalbar (%) Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 6.1 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kalimantan Barat Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 6.3 Perkembangan Tingkat Penyerapan Angkatan Kerja (TPAK) Kalimantan Barat dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 6.4 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kalimantan Barat dan Nasional 74

87 Pada tingkat Kabupaten/Kota, penurunan TPAK terbesar terjadi pada Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang masing-masing sebesar -10,74% dan -8,07% sejak 2015 hingga Di sisi lain, peningkatan TPAK terbesar terjadi di Kota Singkawang dan Kabupaten Sekadau masing-masing sebesar 6,62% dan 6,59%. Adapun peningkatan TPT terbesar terjadi di Kota Singkawang dan Kabupaten Kayong Utara masing-masing sebesar 1,96% dan 1,24%, sedangkan penurunan TPT terbesar terjadi di Kabupaten Landak dan Kabupaten Sekadau masing-masing sebesar -3,77% dan -2,33%. Kabupaten/Kota Tabel 6.2 Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten/Kota Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) Angkatan Kerja Bekerja Penggangguran Jumlah Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Bukan Angkatan Kerja TPAK (%) TPT (%) Perubahan Perubahan Sambas 252, ,108 12,865 10, , ,052 95, , Bengkayang 122, ,998 3,979 2, , ,993 36,365 44, Landak 167, ,781 10,306 3, , ,719 71,221 63, Mempawah 103, ,432 7,924 7, , ,319 64,917 64, Sanggau 224, ,202 12,125 7, , ,810 82,491 97, Ketapang 218, ,965 9,792 8, , , , , Sintang 198, ,419 5,052 3, , ,388 72,565 80, Kapuas Hulu 125, ,612 3,888 3, , ,771 45,050 39, Sekadau 100, ,750 3,068 7, , ,491 33,593 25, Melawi 99, ,604 3,090 2, , ,964 36,775 32, Kayong Utara 49,278 42,986 1,927 2,262 51,205 45,248 21,497 30, Kubu Raya 243, ,273 15,848 15, , , , , Pontianak 252, ,945 26,325 27, , , , , Singkawang 78,956 90,123 5,148 7,922 84,104 98,045 62,402 55, Kalimantan Barat 2,235,887 2,303, , ,061 2,357,224 2,408,259 1,025,942 1,100, Ditinjau dari sisi lapangan usaha, penyerapan tenaga kerja utama di provinsi Kalimantan Barat pada Agustus 2017 masih didominasi oleh tiga lapangan usaha utama, yaitu pertanian, perdagangan, dan jasa-jasa. Secara kumulatif ketiga lapangan usaha tersebut telah mampu menyerap 77,95% dari total pasokan tenaga kerja yang bekerja di wilayah Kalimantan Barat. Di sisi lain, peningkatan angka pengangguran pada periode ini terutama terjadi akibat menurunnya tingkat penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha utama yaitu perdagangan serta di lapangan usaha lainnya, meski penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha utama lain seperti pertanian dan industri meningkat. Penyerapan tenaga kerja lapangan usaha perdagangan pada Agustus 2017 mengalami penurunan sebesar 50 ribu tenaga kerja dibandingkan Agustus 2016 atau mengalami penurunan sebesar 12,14% (yoy). Penurunan penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha perdagangan ini disinyalir berkaitan dengan melambatnya kinerja lapangan usaha perdagangan di Kalimantan Barat hingga triwulan III 2017 serta telah masuknya musim panen untuk beberapa komoditas pertanian Kalimantan Barat. Selain itu penurunan juga terjadi pada lapangan usaha lainnya, dengan penurunan penyerapan tenaga kerja sebesar 20 ribu tenaga kerja atau setara dengan penurunan sebesar 6,29% (yoy) bila dibandingkan dengan Agustus Penurunan pada lapangan usaha lainnya ini disumbang oleh penurunan pada lapangan usaha pertambangan, transportasi dan lembaga keuangan yang masing-masing mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja sebesar 15 ribu, 1 ribu dan 9 ribu tenaga kerja. Penurunan penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha pertambangan disinyalir terkait 75

88 dengan penurunan cukup dalam pada pertumbuhan di lapangan usaha pertambangan pada triwulan III 2017 yang juga berdampak terhadap kinerja lapangan usaha transportasi, khususnya yang terkait dengan transportasi hasil tambang. Sementara itu, seiring dengan musim panen beberapa komoditas perkebunan utama Kalimantan Barat seperti kelapa sawit dan karet serta komoditas pangan seperti padi pada triwulan III 2017, menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha pertanian hingga 79 ribu tenaga kerja. Peningkatan tersebut setara dengan peningkatan sebesar 7,10% (yoy). Musim panen cenderung mendorong petani yang sebelumnya sempat beralih profesi ke lapangan usaha lainnya untuk kembali bekerja di lapangan usaha pertanian. Hal ini juga tercermin dari meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha pertanian di triwulan III Penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha industri pada Agustus 2017 mengalami peningkatan sebanyak 2 ribu tenaga kerja atau sebesar 1,60% (yoy) dibandingkan dengan Agustus Peningkatan ini disinyalir terkait dengan peningkatan aktivitas pada lapangan usaha pertanian yang biasanya berimbas pada peningkatan aktivitas di lapangan usaha industri pengolahan, sehingga meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja untuk bekerja di lapangan usaha tersebut. Demikian halnya dengan penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha jasa-jasa yang meningkat sebesar 2 ribu tenaga kerja atau 0,62% (yoy) dibandingkan dengan bulan yang sama pada periode sebelumnya. Tabel 6.3 Persentase Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha di Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) Ags '17 Terhadap Ags Lapangan Pekerjaan '16 Utama Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Growth Indikator Pertanian 1,321 1,286 1,158 1,293 1,138 1,113 1,294 1, % Industri % Perdagangan % Jasa-Jasa % Lainnya *) % Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah *) Lapangan usaha Lainnya terdiri dari Pertambangan & Penggalian, Listrik, Gas dan Air, Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi serta Lembaga Keuangan. Berdasarkan lokasinya, Kota Pontianak merupakan daerah dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi di Kalimantan Barat, utamanya untuk lapangan usaha selain lapangan usaha pertanian. Hasil Sakernas Agustus 2017 menunjukkan bahwa Kota Pontianak menyerap total sebanyak 270 ribu tenaga kerja dari lapangan usaha industri, perdagangan, jasa-jasa dan lapangan usaha lainnya atau setara dengan 12% dari total tenaga kerja di Kalimantan Barat. Sementara itu, Kabupaten Sanggau merupakan daerah penyerap tenaga kerja tertinggi di lapangan usaha pertanian dengan total tenaga kerja di lapangan usaha pertanian sebanyak 156 ribu tenaga kerja. Kabupaten Kayong Utara menjadi daerah dengan 76

89 penyerapan tenaga kerja terkecil di Kalimantan Barat dengan total serapan tenaga kerja sebanyak 43 ribu tenaga kerja, atau hanya 2% dari total tenaga kerja di Kalimantan Barat. Tabel 6.4 Jumlah Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Berdasarkan Berdasarkan Lapangan Usaha di Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) Kab/Kota Pertanian Industri Perdagangan Jasa-Jasa Lainnya Total Sambas Bengkayang Landak Mempawah Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kayong Utara Kubu Raya Pontianak Singkawang Kalimantan Barat 1, ,303 Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Sementara itu, apabila dilihat berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar angkatan kerja di Kalimantan Barat masih bekerja di lapangan usaha informal 18. Jumlah pekerja informal di Kalimantan Barat pada Februari 2017 mencapai 1,42 juta jiwa, atau setara dengan 61,52% dari total penduduk bekerja, dan sisanya 887 ribu pekerja, atau 38,48% bekerja di lapangan usaha formal. Relatif terhadap periode yang sama tahun lalu, klasifikasi status pekerjaan utama informal mengalami peningkatan yang cukup tinggi, jumlah pekerja pada klasifikasi status pekerjaan formal mengalami peningkatan 1,60% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan klasifikasi pekerja di lapangan usaha informal yang meningkat 0,28% (yoy). Peningkatan pada klasifikasi status pekerjaan formal terutama didorong oleh meningkatnya jumlah buruh/karyawan/pegawai dengan peningkatan sebesar 6,19% (yoy). Sementara itu, peningkatan pada status pekerjaan informal lebih didorong oleh peningkatan jumlah pekerja bebas dengan peningkatan sebesar 26,52% (yoy) dibandingkan dengan Agustus Status pekerjaan informal adalah pekerja yang mempunyai status selain lapangan usaha formal yaitu berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar dan buruh/karyawan/pegawai. 77

90 Tabel 6.5 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Utama Pekerja (Ribu Jiwa) STATUS PEKERJAAN Perubahan Ags '17 Terhadap Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Ags'16 (%) Feb'17 (%) INFORMAL 1,529 1,691 1,514 1,457 1,442 1,406 1,450 1,414 1,521 1, (6.77) Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap (8.71) (20.91) Pekerja Bebas Pekerja Keluarga FORMAL Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Buruh/ karyawan/pegawai Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah (0.50) (24.77) (35.05) (14.86) Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan Nilai Tukar Petani (NTP) Indikator kesejahteraan lainnya adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan tingkat kesejahteraan relatif petani. Nilai Tukar Petani diperoleh dengan cara membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP akan menunjukkan semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani. NTP Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tercatat pada September 2017 NTP Kalimantan Barat meningkat sebesar 2,65% (qtq), yaitu dari 94,71 pada Juni 2017 menjadi 97,22 pada September Peningkatan indeks kesejahteraan terjadi pada hampir semua klasifikasi pertanian, kecuali pada sublapangan usaha padi palawija. Pada perkembangan terakhir, NTP Kalimantan Barat periode Oktober 2017 terpantau kembali mengalami peningkatan menjadi 97,47. Meskipun kembali mengalami peningkatan, NTP Kalimantan Barat tetap lebih rendah dibandingkan dengan indeks kesejahteraan dasar yaitu 100. Peningkatan NTP Kalimantan Barat pada triwulan III 2017 utamanya didorong oleh peningkatan relatif tinggi pada indeks harga yang diterima oleh petani, yaitu 3,04% (qtq) sementara indeks harga yang dibayar petani meningkat tipis 0,39% (qtq). 78

91 Berdasarkan pergerakan nilai NTP pada masing-masing sublapangan usaha pertanian, peningkatan NTP terjadi pada hampir seluruh klasifikasi sublapangan usaha dengan peningkatan terbesar terjadi pada sublapangan usaha perkebunan rakyat yaitu sebesar 8,03% (qtq). Peningkatan pada sublapangan usaha perkebunan rakyat ini didukung dengan hasil panen dua komoditas perkebunan utama Kalimantan Barat yaitu karet dan kelapa sawit yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I dan II Di sisi lain, melanjutkan tren penurunan NTP pada triwulan sebelumnya, sublapangan usaha padi dan palawija pada triwulan III 2017 kembali mengalami penurunan seiring dengan penurunan harga rata-rata Gabah Kering Giling (GKG) ditingkat petani sebesar -1,11% (qtq). Kondisi ini juga terkonfirmasi dari harga beras yang mengalami penurunan sebesar - 0,93% (qtq) pada triwulan III Indeks Indeks Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II Indeks Harga Yang Diterima Petani Indeks Harga Yang Dibayar Petani Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 6.5 Perkembangan NTP Kalimantan Barat I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Padi Palawija Hortikultura Perkebunan Rakyat Peternakan Perikanan Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 6.6 Perkembangan NTP Provinsi Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Sublapangan Usaha Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Tabel 6.6 Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Barat No Uraian Pertumbuhan Sep 2017 thd I II III IV I II III Okt Jun 2017 (qtq) Sep 2016 (yoy) 1. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) % 5.51% 1.1. Padi Palawija % 0.07% 1.2. Hortikultura % 0.92% 1.3. Perkebunan Rakyat % 13.61% 1.4. Peternakan % 1.42% 1.5. Perikanan % 2.72% Perikanan Tangkap % 2.98% Perikanan Budidaya % 2.31% 2. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) % 2.91% 2.1. Padi Palawija % 3.18% 2.2. Hortikultura % 2.76% 2.3. Perkebunan Rakyat % 2.67% 2.4. Peternakan % 3.16% 2.5. Perikanan % 2.34% Perikanan Tangkap % 2.16% Perikanan Budidaya % 2.61% 3. Nilai Tukar Petani % 2.53% 3.1. Padi Palawija (NTPP) % -3.01% 3.2. Hortikultura (NTPH) % -1.80% 3.3. Perkebunan Rakyat (NTPR) % 10.66% 3.4. Peternakan (NTPT) % -1.69% 3.5. Perikanan (NTPN) % 0.37% Perikanan Tangkap % 0.80% Perikanan Budidaya % -0.29% 79

92 6.3.2 Perbandingan dengan Provinsi Lain di Kalimantan Setelah sebelumnya menjadi provinsi dengan NTP terendah di wilayah Kalimantan, peningkatan NTP pada triwulan III 2017 membuat Kalimantan Barat menjadi daerah dengan NTP tertinggi kedua di wilayah Kalimantan. Provinsi Kalimantan Tengah (98,54) merupakan daerah dengan NTP tertinggi di wilayah Kalimantan sejak triwulan I dan II Relatif terhadap nasional, NTP seluruh provinsi di wilayah Kalimantan berada di bawah NTP nasional yaitu sebesar 100,22 serta berada di bawah indeks dasar (=100). Berdasarkan perkembangan subkelompoknya, hanya Kalimantan Tengah saja yang mengalami peningkatan NTP sublapangan usaha tanaman pangan (padi dan palawija) di triwulan III 2017 dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kalimantan. Sementara itu, tidak terdapat sublapangan usaha yang mengalami peningkatan secara bersama-sama di seluruh wilayah Kalimantan pada triwulan III 2017 ini. Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 6.7 Pergerakan NTP Provinsi Kalimantan Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 6.8 Perbandingan NTP Sublapangan Usaha Padi dan Palawija antar Provinsi Kalimantan Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Tabel 6.7 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan dan Nasional PROVINSI Pertumbuhan thd I II III IV I II III IV I II III IV I II III Jun 2016 (qtq) Sep 2016 (yoy) Kalimantan Barat % 2.53% Kalimantan Tengah % 0.89% Kalimantan Selatan % -0.79% Kalimantan Timur & Utara % -2.50% Nasional % 0.20% Inflasi Pedesaan Indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 130,21 atau meningkat sebesar 0,39% (qtq) dibandingkan dengan IKRT pada triwulan sebelumnya (129,71). Inflasi pedesaan di Kalimantan Barat pada triwulan II 2017 secara umum bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada kelompok komoditas Perumahan serta Transportasi dan Komunikasi dengan peningkatan masing-masing sebesar 0,73% (qtq) dan 0,71% (qtq). 80

93 Tabel 6.8 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kalimantan Barat September 2017 No Uraian Pertumbuhan thd I II III IV I II III Jun 2017 (qtq) Sep 2016 (yoy) 2.1. Konsumsi Rumah Tangga % 3.38% Bahan Makanan % 5.03% Makanan Jadi % 5.69% Perumahan % 1.80% Sandang % 7.81% Kesehatan % 4.97% Pendidikan, & Olah Raga % 2.22% Transportasi dan Komunikasi % -6.26% Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 6.9 Perbandingan Inflasi Pedesaan Kalimantan Barat dan Nasional (mtm) Profil Kemiskinan dan Pemerataan Penduduk Kalimantan Barat Persentase penduduk miskin di Kalimantan Barat periode Maret 2017 tercatat sebesar 7,88% dan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Maret 2016 yang sebesar 7,87%. Persentase penduduk miskin tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional yang sebesar 10,64% tetapi masih lebih rendah dibandingkan provinsi lain di Kalimantan. 450 Ribu Jiwa Desa Kota Desa + Kota Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 6.10 Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Kalimantan dan Nasional Desa Kota MAR SEP MAR SEP MAR SEP MAR SEP MAR SEP MAR SEP MAR Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 6.11 Perkembangan Presentase Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat 81

94 Penduduk miskin di Kalimantan Barat pada Maret 2017 berjumlah jiwa meningkat dibandingkan Maret 2016 yang berjumlah jiwa. Penduduk miskin tersebut mayoritas berada di pedesaan dengan jumlah sebesar jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di perkotaan berjumlah jiwa. Peningkatan jumlah penduduk miskin di Kalimantan Barat terutama bersumber dari peningkatan yang terjadi di wilayah pedesaan yang meningkat sebesar jiwa sedangkan jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan menurun sebesar jiwa. Indeks Pembangunan Manusia 19 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. IPM Provinsi Kalimantan Barat meningkat sebesar 0,44% (yoy) dari 65,59 pada tahun 2015 menjadi 65,88 pada tahun Berdasarkan perkembangan tersebut, status pembangunan manusia Provinsi Kalimantan Barat berada dalam kategori sedang (nilai IPM 60-70). Kendati mengalami peningkatan, IPM Kalimantan Barat tercatat masih berada di bawah IPM nasional yang sudah mencatatkan status pembangunan manusia kategori tinggi (nilai IPM 70-80), dengan nilai IPM 70,18 meningkat dibandingkan IPM tahun 2015 yang sebesar Kalimantan Barat Nasional Grafik 6.12 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kalimantan Barat Dibandingkan antar provinsi di wilayah Kalimantan, IPM Kalimantan Barat secara persisten merupakan IPM terendah. Sementara itu, IPM tertinggi di wilayah Kalimantan terdapat di wilayah Kalimantan Timur dan berada pada kategori IPM sedang (nilai IPM 70-78). Sejalan dengan tren perbaikan IPM yang terjadi dari tahun ke tahun, IPM seluruh provinsi di wilayah Kalimantan mengalami peningkatan IPM pada tahun Peningkatan IPM tertinggi 19 Nilai IPM yang digunakan merupakan angka IPM dengan menggunakan metode perhitungan IPM Tahun Terdapat penambahan komponen perhitungan pada aspek pendidikan, yakni lama sekolah. Sementara itu, komponen yang diperhitungkan pada aspek standar hidup diubah menjadi PNB per kapita dari sebelumnya PNB per kapita. Metoda agregasi indeks juga mengalami perubahan dari rata-rata hitung (aritmatik) pada IPM standar perhitungan tahun 2000 menjadi rata-rata ukur (geometrik) pada IPM tahun

95 pada tahun 2016 terdapat pada wilayah Kalimantan Selatan, sementara di sisi lain IPM Kalimantan Barat tercatat mengalami pertumbuhan IPM terendah. Tabel 6.5 Perbandingan IPM Antar Provinsi di Wilayah Kalimantan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Growth 2016 vs YoY (%) KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN UTARA NASIONAL Peningkatan yang terjadi pada IPM Kalimantan Barat pada tahun 2016 utamanya didorong oleh peningkatan pada dimensi pengetahuan, yaitu komponen Harapan Lama Sekolah (HLS). Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Pada tahun 2016, HLS di Kalimantan Barat adalah sebesar 12,37 hal ini dapat diartikan bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk berada pada jenjang pendidikan formal hingga 12,37 tahun atau hingga lulus SMA/SMK. Sejalan dengan peningkatan pada HLS, RLS di wilayah Kalimantan Barat turut menunjukkan peningkatan dari 6,93 tahun pada 2015 menjadi 6,98 tahun pada Berdasarkan indikator ini diketahui bahwa rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas VII atau setara dengan SMP Kelas I. Tabel 6.6 Perkembangan IPM Kalimantan Barat Berdasarkan Komponennya SATUAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Angka harapan hidup saat lahir (AHH) Tahun Harapan lama sekolah (HLS) Tahun Rata-rata lama sekolah (RHS) Tahun Pengeluaran per kapita disesuaikan Rp 000 7,654 7,825 8,002 8,127 8,175 8,279 8,348 IPM Pertumbuhan IPM % Analisis secara spasial, saat ini hanya terdapat dua wilayah di Kalimantan Barat dengan status pembangunan manusia tinggi (nilai IPM 70-80), yaitu Kota Pontianak dan Kota Singkawang dengan nilai IPM masing-masing dan Sementara itu, status pembangunan manusian di dua belas wilayah lainnya termasuk dalam klasifikasi sedang (nilai IPM 60-70). 83

96 Gambar 6.2 Sebaran IPM Kalimantan Barat Tahun 2017 Tabel 6.7 Perkembangan IPM Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat Kalimantan Barat Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawai Kayong Utara Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang

97 BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah Pada triwulan I 2018 perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan tumbuh terbatas pada level 4,5-4,9% (yoy) seiring dengan pertumbuhan kinerja lapangan usaha utama. Secara kumulatif tahun 2018, perekonomian diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2017, yakni pada kisaran 5,0%-5,4% (yoy). Tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan I 2018 meningkat didorong oleh kenaikan inflasi administered price dan diperkirakan berada pada rentang 3,7%-4,1% (yoy). Sementara itu, inflasi kumulatif 2018 diperkirakan berada di level 3,4%-3,8% (yoy). 85

98 Prospek Ekonomi Triwulan I 2018 dan Kumulatif 2018 Perekonomian pada triwulan I diperkirakan tumbuh terbatas, sebagai dampak terbatasnya pertumbuhan ekspor serta konsumsi rumah tangga. Perekonomian diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,5%-4,9% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2017 yang diproyeksikan tumbuh 5,3-5,7% (yoy). Faktor pendorong perekonomian di triwulan I 2018 diperkirakan berasal dari konsumsi LNPRT yang melanjutkan pertumbuhan yang diproyeksikan berada pada kisaran 10,0-10,4% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 11,7-12,1%. Pendorong pertumbuhan konsumsi LNPRT pada triwulan I 2018 hingga triwulan II 2018 akan terkait dengan semakin meningkatnya aktivitas persiapan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) serentak di beberapa wilayah di Kalimantan Barat pada tahun Sementara itu, konsumsi rumah tangga relatif melemah sebagaimana pola historisnya pada awal tahun. Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh 3,6-4,0% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2017 yang diproyeksikan sebesar 4,6-5,0% (yoy). Beberapa faktor yang disinyalir menahan konsumsi masyarakat di awal tahun, antara lain akibat kenaikan harga rokok yang akan kembali mengalami kenaikan harga di awal tahun 2018 akibat kenaikan cukai sekitar 10%. Di sisi lain, rencana pemerintah untuk tidak melakukan penyesuaian tarif listrik, bahan bakar minyak dan bahan bakan rumah tangga (gas elpiji) pada 2018 akan melonggarkan tekanan pada sisi konsumsi rumah tangga. Dari sisi lapangan usaha, kenaikan diperkirakan akan didorong oleh perbaikan kinerja lapangan usaha pertambangan dan industri pengolahan. Membaiknya kinerja lapangan usaha pertambangan diperkirakan berasal dari komoditas bauksit yang dipicu oleh meningkatnya permintaan bauksit sebagai bahan baku aluminium dari Tiongkok. Meningkatnya kinerja lapangan usaha industri pengolahan terjadi seiring dengan perkiraan peningkatan kapasitas industri smelter alumina di Kalimantan Barat di tahun Sementara itu, melambatnya kinerja sektor pertanian yang disebabkan oleh musim tanam baru diperkirakan akan menahan pertumbuhan yang lebih tinggi. Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat 2018 (%, yoy) 86

99 Komponen PDRB p 2017p I II III IVp I II III IV 2018p Penggunaan Konsumsi RT Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTDB Ekspor Impor (1.30)-(0.90) Sektoral Pertanian Pertambangan (1.40)-(1.00) (0.70)-(0.30) Industri Pengolahan Konstruksi (1.40)-(1.00) (2.20)-(1.80) Perdagangan PDRB Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat dan Proyeksi Bank Indonesia, P: Proyeksi Bank Indonesia Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2018 diperkirakan tumbuh % (yoy), lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan kumulatif tahun 2017 yang berada dalam rentang 4,8-5,2% (yoy). Peningkatan ini antara lain didorong oleh peningkatan kinerja pada konsumsi pemerintah, konsumsi LNPRT dan investasi. Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja lapangan usaha pertambangan dan industri pengolahan akan mendukung kinerja ekonomi Kalimantan Barat tahun Konsumsi Pemerintah diperkirakan naik didukung membaiknya pendapatan daerah. Kenaikan tersebut diperkirakan dari kisaran 5,60-6,00% (yoy) pada 2017 menjadi 9,10-9,50% (yoy). Kenaikan pertumbuhan konsumsi Pemerintah Daerah didorong oleh perbaikan pendapatan asli daerah sejalan dengan kinerja ekspor yang didukung tren peningkatan harga komoditas di tahun Selain pengeluaran fiskal daerah, perbaikan juga terjadi pada pengeluaran fiskal pusat di daerah. Anggaran belanja Pemerintah Pusat di daerah melalui Kementerian dan Lembaga juga diperkirakan mengalami peningkatan, sebagaimana telah ditetapkan dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) tahun Dalam APBN 2018, komponen belanja ditetapkan sebesar Rp2.204,4 triliun, meningkat dari APBN Perubahan (APBNP) 2017 yang sebesar Rp2.133,3 triliun. Kinerja investasi diperkirakan dapat bertumbuh sepanjang 2018 hingga secara kumulatif mencapai 6,7-7,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan proyeksi kumulatif 2017 yang berkisar pada 2,7-3,1% (yoy). Masih berjalannya beberapa proyek yang menjadi fokus pemerintah di Kalimantan Barat pada 2018 akan mendorong investasi, khususnya di investasi fisik. Beberapa proyek tersebut antara lain: (1) Pengembangan Pelabuhan Kijing, (2) Kawasan Industri Prioritas Landak, (3) Kawasan Industri Prioritas Ketapang, (4) Proyek Pembangunan Smelter Ketapang, dan (5) Proyek Food Estate Pertanian dan Kelautan. Lebih lanjut, akan dimulainya pembangunan beberapa proyek swasta di tahun 2018 seperti fasilitas pengolahan dan pemurnian bauksit PT. Dinamika Sejahtera Mandiri di Kabupaten Sanggau dan pembangunan kawasan real estate PT. Kurnia Jaya Raya di Kabupaten Kubu Raya diperkirakan akan menopang laju pertumbuhan investasi sepanjang

100 Meskipun masih berada pada level yang tinggi, namun ekspor diproyeksi tumbuh melambat. Ekspor tumbuh melambat menjadi 35,90-36,30% (yoy) dari sebelumnya diproyeksikan tumbuh 49,20-49,60% (yoy). Perlambatan kinerja ekspor diperkirakan akan berasal dari tertahannya aktivitas di sektor pertanian, utamanya perkebunan akibat penurunan produksi CPO dan karet sehingga berdampak pada ekspor kedua komoditas tersebut. Namun demikian, perbaikan kondisi perekonomian dunia dari proyeksi tahun 2017 sebesar 3,60% (yoy) menjadi 3,70% (yoy) pada 2018 diperkirakan dapat menahan perlambatan lebih jauh terhadap kinerja ekspor Kalimantan Barat. Kinerja ekspor mineral bauksit berpotensi meningkat, seiring meningkatnya permintaan alumunium dari Tiongkok hingga 6% guna memenuhi kebutuhan domestiknya pada Hal tersebut sejalan dengan proyeksi harga alumunium dunia yang diperkirakan cenderung membaik di sepanjang Lebih lanjut, pemerintah juga telah menambah kuota ekspor bauksit di Kalimantan Barat hingga 3,25 juta ton pada tahun Percepatan pembangunan dan dorongan ekspor membuat kebutuhan impor meningkat sehingga menahan pertumbuhan. Impor tahun 2018 diperkirakan mengalami pertumbuhan positif pada rentang 7,3-7,7% (yoy), meningkat dibandingkan 2017 yang diproyeksikan mengalami terkontraksi pada kisaran (1,3)-(0,9)% (yoy). Peningkatan impor sejalan dengan meningkatnya dari kebutuhan barang modal untuk investasi dan bahan baku untuk produksi komoditas, seperti pupuk dan bahan penolong olahan mineral. Secara lapangan usaha, pertambangan serta industri pengolahan diperkirakan tumbuh menguat. Proyeksi pertumbuhan masing-masing lapangan usaha berada pada rentang 12,30-12,70% (yoy) dan 5,90-6,30% (yoy) pada Pada 2017, kedua lapangan usaha tersebut masing-masing diproyeksikan mengalami pertumbuhan sebesar -0, ,30% (yoy) dan 2,70-3,10% (yoy) di tahun Perbaikan aktivitas lapangan usaha pertambangan diperkirakan berasal dari komoditas bauksit yang dipicu oleh meningkatnya permintaan bauksit sebagai bahan baku aluminium dari Tiongkok. Selanjutnya, peningkatan aktivitas penambangan bauksit ini juga akan meningkatkan kinerja lapangan usaha industri pengolahan seiring dengan perkiraan peningkatan kapasitas industri smelter alumina di Kalimantan Barat di tahun Tabel 7.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia (%, yoy) Pertumbuhan Ekonomi p 2018p Global Negara Maju - Amerika Serikat Uni Eropa Jepang Negara Berkembang - Tiongkok India Sumber: IMF, Consensus Forecast, Bank Indonesia Sumber: IMF commodity prices Grafik 7.1 Harga Komoditas Internasional 88

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 No. 38/08/36/Th.IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 TUMBUH 5,26 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN SEBELUMNYA

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 218 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA 45/08/94/Th.X, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 76/11/19/Th.IX, November 01 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 01 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III-01 TUMBUH,96 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-01

Lebih terperinci

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN III-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran;

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA No. 10/02/94/Th. X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 TUMBUH 9,21 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Triwulan III- EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III- TUMBUH 6,25 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci