PENGETAHUAN MATEMATIKA DASAR UNTUK ASURANSI UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGETAHUAN MATEMATIKA DASAR UNTUK ASURANSI UMUM"

Transkripsi

1 PENGETAHUAN MATEMATIKA DASAR UNTUK ASURANSI UMUM Ringkasan. Dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa topik matematika yang diperlukan untuk menguasai pengetahuan asuransi umum. Kemudian sejumlah hasil matematika dasar yang diperlukan dari waktu ke waktu dalam perkembangan teoritis bahan pengetahuan asuransi berikutnya: seperti halnya Notasi penjumlahan; Notasi faktorial dan kombinatorial; Notasi Pangkat; Diferensiasi untuk menemukan kemiringan kurva; Maximum dan minimum; Dan eksponensial fungsi logaritma alami. 1.1 Pengantar Judul dari buku ini adalah Pengantar statistika dengan aplikasi dalam asuransi umum. Ini adalah pengantar dalam artian bahwa ini menyajikan ide-ide fundamental statistik dan menjelaskan aplikasinya dalam asuransi umum. Buku ini tidak memberikan komentar terakhir pada topik manapun yang dibahas, tetapi membiarkannya kepada pembaca untuk mencari topik atau subjek yang menurutnya paling menarik melalui referensi-referensi yang diberikan di akhir dari setiap bagian. Bab-bab awal membentuk pengenalan umum untuk pembelajaran tentang probabilitas dan statistika. Sebuah bab tentang distribusi statistik yang berguna dalam asuransi umum, menekankan pada aplikasinya penarikan kesimpulan dari data asuransi umum; paparan dan estimasi dari tingkat frekuensi klaim; perhitungan premi risiko dan premi risiko untuk kelebihan dari kerugian reasuransi; experience rating dan kredibilitas; sistem diskon no-claim; simulasi dari permasalahan asuransi umum; metode untuk mengestimasi ketentuan klaim yang beredar; teori risiko dan aplikasinya pada tingkat retensi. Metode kuantitatif selalu melibatkan rumus matematik dan komputasi, dan tidak terkecuali juga untuk statistika. Meskipun demikian, apa yang luar biasa adalah sejauh mana luasnya permasalahan dalam suatu area rumit asuransi umum dapat dianalisa dan diselesaikan dengan hanya menggunakan matematika dasar tingkat sekolah. Pada sisa bab ini dikhususkan untuk mengulas topik matematika tertentu yang diperlukan dalam bab-bab selanjutnya. Tujuan utama buku ini adalah untuk me-refresh memori dari pembaca yang sudah terlalu lama tidak menyentuh pembelajaran matematika. Pembaca yang sudah mengerti dengan semua topik ini bisa langsung membaca bab Notasi Penjumlahan Dalam pengerjaan statistik, kita sering kali harus menghitung jumlah dari banyaknya suatu bilangin x 1, x 2,... x n.. Kita tentu bisa menulis jumlahnya dalam notasi panjang seperti x 1 + x 2 + x x n. (1.2.1) 1

2 Suatu notasi pendek standar telah dikembangkan, meski menggunakan huruf besar bahasa Yunani yaitu sigma (untuk jumlah): n xi i=1 (1.2.2) pada intinya, formula ini ada formula untuk menjumlahkan semua nilai xi dari i = 1 sampai i = n. Sehingga n xi = x 1 + x 2 + x x n. i=1 terkadang, selain dari i, suatu model alternatif akan digunakan. (1.2.3) contoh Hitung 5 i=1 i2. kita perlu menghitung semua nilai dari i 2 dari i = 1 sampai i = 5. dengan kata lain, 5 i=1 i2 = = 55. contoh Hitung 4 r=1 x2 r ketika x 1 = 1.2, x 2 = 1.3, x 3 = 1.5, x 4 = 1.8. Kita perlu menghitung semua nilai dari x 2 r dari r = 1 sampai r = 4. Dengan kata lain, 4 r=1 x2 r = (1.2) 2 + (1.3) 2 + (1.5) 2 + (1.8) 2 = Bacaan lebih lanjut: Johnson and Dhattacharya [14] 640-2; Stein and Barcellos [22] Notasi Faktorial n! Hasil dari bilangan natural pertama n sering kali dibutuhkan dalam pengerjaan matematik dan statistik. Maka dari itu suatu notasi pendek telah dirancang untuk pengerjaan seperti ini yang disebut sebagai faktorial n: n! = n. (1.3.1) Dengan syarat 0! ditetapkan sama dengan 1. Dengan jelas, n faktorial memenuhi persamaan perulangan. n! = n (n 1)! (1.3.2) 2

3 Dengan menggunakan persamaan perulangan ini, dapat terlihat bahwa faktorialfaktorial dari 0, 1, 2, 3,4,5 dan 6 adalah, secara berurutan, 1, 1, 2, 6, 24, 120, dan 720. Bacaan lanjutan : Freund[6] 6; Stein dan Barcellos[22]S23. ( ) n 1.4 Notasi Kombinatorial r Suatu komite terdiri dari 5 orang. Berapakah banyak cara kita untuk memilih seorang sub-komite dari 2 orang? Mari kita nyatakan anggota-anggota komite dengan huruf A, B, C, D dan E. Kandidat-kandidat sub-komite adalah sebagai berikut: AB AC AD AE BC BD BE CD CE DE. Ada sepuluh kemungkinan sub-komite yang berbeda. Umumnya, banyak ( cara ) yang berbeda untuk memilih r bilangan dari n n dilambangkan 1 dengan dan ( ) r n = r n! r!(n r)! = n(n 1)...(n r+1) r. (1.4.1) Dalam ( contoh ) numerik n = 5, r = 2, dan 5 = (2 1) (3 2 1) = = 10. Ada pun situasi di mana kita harus mentaksirkan ( ) [x(x 1)... (x r + 1)]/r! n untuk nilai non-integer x. Definisi dari dapat digeneralisasikan untuk mencakup semua nilai x yang mungkin (integer, non-integer, positif, atau r negatif) sebagai berikut: ( ) x = x(x 1)...(x r+1) r r (1.4.2) Namun, formula ini hanya akan mempunyai makna kombinatorial saat x adalah bilangan bulat non-negatif. 1 ( ) n Contoh Taksirkan untuk semua nilai r yang mungkin termasuk ( nilai ) n dari 0 sampai 7. Gunakan formula (1.4.1). r 0 = 0 0! 0!0! = = 1; 1 Beberapa buku melambangkan banyaknya cara yang berbeda untuk memilih r bilangan dari n dengan n C r. 3

4 ( ) 1 0 ( ) 1 ( 1 ) 2 ( 0 ) 2 ( 1 ) 2 2 ( ) 6 3 = 1! 0!1! = = 1; = 1! 1!0! = = 1; = 2! 0!2! = = 1; = 2! 2!1! = = 2; = 2! 2!0! = = 1; = 6! 3!3! = (3 2 1) (3 2 1) = 20. Jawaban lengkap dapat dilihat pada tabel dalam bentuk suatu segitiga paskal. Perlu dicatat bahwa setiap bilangan adalah sama dengan jumlah dari dua bilangan lain: bilangan atasnya, dan bilangan atas tetapi satu tempat lebih ke kiri. Table Segitiga paskal - tabel satu nilai dari n r ( n r ( ) 1.5 Contoh Taksirkan. 3 ( ) 1.5 = 1.5 (1.5 1) (1.5 2) = ( 0.5) = Bacaan lanjutan: Freund [6] 1-14; Stein and Barcellos [22] S22-S Notasi pangkat Pangkat keenam dari suatu bilangan x adalah x 6, dan ) x 6 = x x x x x x = (x x x x) (x x) = (x x) (x x) (x x) 4

5 = (x x x) (x x x). (1.5.1) Maka dari itu, dapat dilihat bahwa dan x 6 = x 4 x 2 = (x 2 ) 3 = (x 3 ) 2, (1.5.2) x 6 /x 4 = x 2. (1.5.3) Persamaan-persamaan ini tentunya merupakan contoh tertentu dari hubungan umum bilangan berpangkat sebagai berikut: x a x b = x a+b ; (1.5.4) x a /x b = x a b ; (1.5.5) (x a ) b = x ab = (x b ) a. (1.5.6) Jelas bahwa hubungan-hubungan ini berlaku saat a, b dan a b adalah bilangan bulat positif. Ini berlaku untuk semua bilangan a dan b, positif maupun negatif, bilangan bulat maupun pecahan, asalkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut terpenuhi: x 0 = 1; (1.5.7) x a = 1/x a ; (1.5.8) x 1 a = ath root of x. (1.5.9) Kalkulator-kalkulator saku modern sering kali memiliki tombol x y yang memungkinkan perhitungan cepat bilangan berpangkat y manapun (positif, negatif ataupun nol; pecahan ataupun bilangan bulat) dari bilangan positif x. Jika tombol tersebut tidak ada, persamaan berikut dapat digunakan: 2 x y = e y ln x. Contoh Hitunglah (a) 2 3. (b) (c) (d) Fungsi eksponen e x dan fungsi logaritma natural ln x dijelaskan di bawah dalam bagian 1.9 dan 1.10 secara berurut. 5

6 (e) (f) (5 2 ) Penyelesaian : (a) a 3 = ( 1 2 )3 = 1 8 = (b) = 3 = (c) = ( 1 3 ) 1 2 = 1 3 = (d) (27) 2 3 = [(27) 1 3 ] 2 = 3 2 = 9. (e) (27) 2 3 = 1/(27) 2 3 = 1 9 = (f) (5 2 ) = = 5 0 = 1. Contoh Taksirkan ( ) Penaksiran dapat langsung dilakukan dengan menggunakan fitur x y dalam kalkulator. Jawabannya adalah Secara alternatif, kita dapat menggunakan (1.5.10): x = ; ln x = ; 0.45 ln x = ; ( ) 0.45 = e 0.45 ln x = Suatu kalkulator dengan fitur x y sebenarnya melakukan prosedur ini secara otomatis. Bacaan lanjutan: Gillet [7]13, 44-8, 52-4, , 154-6; Hughes-Hallett [9] 43; Stein dan Barcellos [22] S27-S Diferensiasi; kemiringan kurva Fig menunjukkan garis lurus yang naik seiring dengan bertambahnya nilai x. Saat x = 2, tinggi dari garis tersebut adalah 2.0 dan saat x = 4, tingginya adalah 3.0. Maka dari itu, saat kita bergerak secara horizontal sebanyak 2 unit, garis tersebut naik sebanyak 1 unit. Kita dapat menyimpulkan bahwa garis tersebut memiliki kemiringan 1 dalam 2 atau 0.5. Secara alternatif, kita dapat mencatat bahwa di antara x = 2 dan x = 5, garis naik sebanyak 1.5 unit dari 2 sampai 3.5. Kemiringannya, maka dari itu, 1.5 dalam 3 atau 0.5. Hasil akhir yang didapatkan sama dengan hasil akhir yang didapat dengan menggunakan cara sebelumnya, karena kemiringan dari suatu garis adalah konstan. Tidak bertambah curam; dan tidak pula bertambah datar. Suatu garis yang turun 1 unit di antara x = 2 dan x = 4 akan memiliki suatu kemiringan -1 dari 2 atau Fig menunjukkan suatu kurva yang pada awalnya cukup datar, namun bertambah miring secara progresif. Sebuah perkiraan dari suatu kemiringan kurva pada titik x, dapat didapatkan dengan cara berikut. 1. Catat tinggi f(x) dari kurva pada titik x. 2. Bergerak ke kanan sepanjang kurva dan catat tinggi f(x + H) pada titik 6

7 x + H. Kenaikan jarak horizontal H adalah f(x + H) f(x), dan dapat ditarik kesimpulan bahwa kemiringan pada titik x adalah kira-kira sekitar f(x + H) f(x) dalam H atau (1.6.1) f(x + H) f(x). H Fig Garis lurus. Fig Memperkirakan kemiringan suatu kurva. Namun, kurva naik semakin tajam, dan terlihat jelas bahwa jika kita menggunakan nilai besar untuk H, sebuah perkiraan buruk kemiringan pada titik x akan didapatkan. Perkiraan yang lebih baik akan didapatkan dengan menggunakan jarak horizontal h yang lebih kecil (fig ). Perkiraan terbaik didapatkan dengan membuat nilai h sekecil mungkin (e.g. mendekati nol) dan menghitung limitnya, dengan nilai h yang mendekati nol dari [f(x+h) f(x)/h. Kemiringan yang sudah didefinisikan dengan cara ini sering disebut sebagai turunan dari kurva f(x) pada titik x dan dilambangkan dengan df(x)/dx atau df/dx. Dapat dituliskan df dx = d dx f(x) = lim h 0 f(x+h) f(x) h. (1.6.2) Formula ini sangat umum. Mari kita perhatikan kasus spesial dan menunjukkan bagaimana formula ini dapat diaplikasikan. Mari kita bayangkan bahwa tinggi f(x) dari suatu kurva pada titik x sama dengan x 3. Pada titik x + h, tinggi kurva tersebut akan menjadi (x + h) 3. Saat kurva naik tinggi akan menjadi (x + h) 3 x 3 dalam jarak horizontal h. Kita catat bahwa (x + h) 3 = x 3 + 3hx 3 + 3h 2 + h 3. Diikuti dengan 1 h [f(x + h) f(x)] = 1 h [(x3 + 3hx 2 + 3h 2 x + h 3 ) x 3 ] = 1 h [3hx2 + 3h 2 x + h 3 ] = 3x 2 + 3hx + h 2. Dalam limit dengan h mendekati nol, dua bilangan terakhir menjadi nol, dan kita simpulkan bahwa kemiringan dari kurva f(x) = x 3 pada titik x diberikan oleh d dx x3 = 3x 2. (1.6.3) Berikut adalah contoh dari persamaan umum yang terkenal d dx xn = nx n 1, (1.6.4) Yang di mana berlaku untuk semua nilai dari bilangan n konstan (bilangan bu- 7

8 lat, pecahan, positif atau negatif). Selain itu, turunan dari kebanyakan fungsi matematika standar cukup umum dan tidak perlu diturunkan dari prinsip pertama setiap fungsi itu dibutuhkan. Tiga hasil lainnya yang sudah dibuktikan patut dicatat (A adalah nilai konstan tetap dari x): d dx A = 0; (1.6.5) d dx Af(x) = A d dxf(x); (1.6.6) d d dx [f(x) + g(x)] = dx f(x) + d dxg(x). (1.6.7) Terkadang kemiringan d(df/dx)/dx dari kemiringan kurva df/dx dibutuhkan. Turunan kedua ini biasanya dilambangkan dengan d 2 f/dx 2. Turunan ketiga dan selanjutnya dapat juga ditemui. Contoh Apa fungsi F (x) yang saat diturunkan sama dengan 3x 2? Kita mungkin cenderung (dalam pandangan (1.6.3)) untuk menjawab: x 3 tanpa berpikir bapnjang. Ini memang benar bahwa turunan dari x 3 adalah 3x2, tapi begitu juga turunan dari x dan turunan dari x3 + A, untuk nilai A konstan, karena turunan dari nilai konstan A adalah nol (persamaan (1.6.5)) dan turunan dari suatu jumlah adalah jumlah dari turunan (persamaan (1.6.7)). Fungsi F (x) saat diturunkan menghasilkan 3x 2 adalah F (x) = x 3 + A (1.6.8) dan nilai konstan A tidak bisa ditentukan tanpa informasi lebih lanjut. Ini mungkin tampak mengejutkan di awal. Tetapi sebenarnya tidak saat kita amati bahwa dengan mengetahui kemiringan dari suatu garis di semua titiknya, kita dapat mencari tahu tinggi relatif dari beberapa titik garisnya, tetapi kita tidak dapat menentukan tinggi absolut dari titik manapun tanpa mengetahui titik absolut dari beberapa titik awal garis itu. Tiga kurva dalam fig mempunyai kemiringan yang sama antara satu sama lain, tetapi mereka berada di ketinggian yang berbeda. Fig Tiga kurva dengan kemiringan yang sama. Contoh Cari turunan pertama, kedua, dan ketiga dari fungsi f(x) = x 5 pada titik x = 2. Berdasarkan (1.6.4) turunan pertama atau kemiringan dari kurva f(x) = x 5 pada titik x adalah df dx = 5x4. Maka dari itu, pada titik x = 2, turunan pertama atau kemiringannya adalah 8

9 5 2 4 = 80. Dengan menggunakan (1.6.4) lagi dan juga (1.6.6), kita dapat melihat bahwa turunan kedua, atau kemiringan dari kurva kemiringan pada titik x adalah d 2 f dx 2 = d dx (5x4 ) = 20x 3. Maka dari itu, pada titik x = 2, turunan kedua adalah = 160. Dengan cara yang sama, turunan ketiga, atau kemiringan dari kemiringan dari kurva kemiringan f(x) pada titik x adalah d 3 f dx 3 = d dx (20x3 ) = 60x 2. Maka dari itu, pada titik x = 2, turunan ketiga adalah = 240. Bacaan lanjutan: Hughes-Hallett [9] , 129, 143-4, 155; Salas dan Hille [21] 10-11, 103-8; Stein dan Barcellos [22] 104-6, , S12-S Maksimum dan minimum Fig menggambarkan kurvaf(x) yang naik sampai titik maksimum kemudian jatuh. Kemiringan kurva adalah positif sebelum titik maksimum dan negatif sesudahnya. Saat mencapai titik Maksimum, kemiringannya nol. dengan kata lain, df dx = 0 (1.7.1) saat mencapai titik maksimum pada kurva f(x). kemiringan kurva cukup curam sebelum titik maksimum namun menjadi datar dan rata saat hampir mencapai titik maksimum. Setelah mencapai titik maksimum, kemiringannya menjadi curam. Maka dari itu, secara matematis kita dapat melihat bahwa turunan df/dx berubah dari positif sebelum mencapai titik maksimum menjadi negatif setelah maksimum (fig ). Kemiringan dari kurva kemiringan pada titik maksimum f(x) haruslah negatif. Dalam kata lain yaitu turunan kedua (bagian 1.6). d 2 dx 2 < 0 (1.7.2) saat mencapai titik maksimum pada kurva. Jenis penalaran yang sama menuntun kita untuk menyimpulkan bahwa di titik minimum pada kurva f(x), = 0; (1.7.3) df dx 9

10 d 2 f dx 2 > 0. (1.7.4) Titik maksimum dan minimum sering kali disebut sebagai titik stasioner, karena tingkat perubahan (atau kemiringan) adalah nol. Fig sebuah kurva dengan titik maksimum Fig kemiringan kurva dari kurva pada Fig Contoh Cari titik-titik stasioner dari fungsi f(x) = 2x 3 9x x + 7. Apa saja nilai dari f(x) pada titik-titik ini? Pada titik stasioner, kemiringannya haruslah nol. Dalam kata lain, df dx = 6x2 18x + 12 = 0, atau x 2 3x + 2 = 0. Terdapat dua kemungkinan solusi untuk persamaan kuadrat ini: x = 1 dan x = 2. Maka dari itu, kurva f(x) memiliki dua titik stasioner. Satu akan menjadi titik maksimum dan satu lagi menjadi titik minimum. Untuk menentukan jenis titik keduanya, kita perlu memeriksa kemiringan dari kurva kemiringan atau turunan keduanya d 2 f dx 2 = d dx (6x2 18x + 12) = 12x 18. Saat x = 1, turunan keduanya adalah negatif ( 6), dan kita simpulkan bahwa x = 1 adalah titik maksimum. Saat x = 2, turunan keduanya adalah positif (+6), mengindikasikan bahwa x = 2 adalah titik maksimum. Hasil akhir dapat disimpulkan sebagai berikut: titik maksimum : x = 1, f(x) = 12; titik minimum : x = 2, f(x) = 11. Bacaan lanjutan: Gillet[7] 156, 184-8, ; Hughes-Hallett [9] , 293; Salas dan Hille [21] ; Stein dan Barcelloss [22] 177, Fungsi lebih dari satu variabel; maksimum dan minimum Kemiringan dari fungsi f(x) dalam satu dimensi adalah tingkat kenaikan dari fungsi tersebut seiring x meningkat. Suatu fungsi dengan dua variabel x dan 10

11 y dapat disamakan dengan sebuah bukit. Dengan nilai x dianalogikan sebagai garis lintang dan nilai y sebagai garis bujur dan tinggi pada titik tertentu (x, y) dengan nilai fungsi f(x, y). Jika kita mulai berjalan di kaki bukit itu dan langsung menuju puncaknya, kita mungkin akan berpikir bahwa mendakinya akan menjadi cukup sulit karena kemiringannya cukup curam. Demgan cara lain, kita dapat men-zig-zag ke atas bukit melewati jalan yang tidak terlalu curam. Dengan jelas, kemiringan pada titik tertentu (x, y) tergantung pada arah yang kita tuju. Dalam konteks matematik, ada dua arah yang penting: arah dari y konstan dan x yang bertambah (garis bujur konstan dan garis lintang yang bertambah besar) dan arah dari x konstan dan y yang bertambah (garis lintang konstan dan garis bujur yang bertambah). Kemiringan dalam arah dari y konstan dan x yang bertambah disebut sebagai turunan parsial dari f(x, y) terhadap x dan dilambangkan sebagai f/ x. Ini didapatkan dengan memperlakukan y sebagai nilai konstan dan menurunkan f(x, y) terhadap x seperti biasanya. Demikian juga kemiringan pada arah dari x konstan dan y yang bertambah disebut sebagai turunan parsial dari f(x, y) terhadap y dan dilambangkan sebagai f/ y. Ini didapatkan dengan memperlakukan x sebagai nilai konstan dan menurunkan f(x, y) terhadap y. Pada puncak bukit, kemiringan pada arah mana pun adalah nol, termasuk arah (y konstan, x bertambah) dan arah (x konstan, y bertambah). Pada titik maksimum dari fungsi f(x, y) atau titik minimum, f/ x dan f/ y keduanya adalah nol. Hasil-hasil ini digeneralisasikan menjadi fungsi tiga variabel atau lebih (contoh 1.8.2). Contoh Cari nilai minimum dari f(x, y) = x 2 + y 2 x + y + xy 3. Menggunakan definisi-definisi dari turunan parsial dari f(x, y) terhadap x dan y, dan (1.6.4), kita dapat melihat bahwa dalam kasus ini turunan parsialnya adalah secara berurutan, f x = 2x 1 + y; f y = 2y x. Pada titik minimum, dua turunan (atau kemiringan) ini haruslah bernilai nol, menjadi, 2x 1 + y = 0 ; 2y x = 0. 11

12 Kita menyelesaikan dua persamaan ini dengan hasil yang tidak diketahui dan menemukan bahwa minimum adalah - 4 pada titik (1, - 1) e.g. saat x = 1 dan y = 1. Titik stasioner ini adalah titik minimum, karena f bertambah seiring bergeraknya x dan y dari titik x = 1 y = 1. Contoh Cari nilai minimum dari f(x, y, z) = x 2 + y 2 z 2 + (x + y + z 3) 2. Dengan menjabarkan 3 f, kita akan mendapat f(x, y, z) = 2x 2 + 2y 2 + 2z 2 + 2xy + 2yz + 2zx 6x 6y 6z + 9. Turunan parsial terhadap x, y dan z adalah sebagai berikut: f x = 4x + 2y + 2z 6 ; f y = 4y + 2x + 2z 6 ; f z = 4z + 2y + 2z 6. Untuk mendapatkan titik minimum dari f(x, y, z), kita menyamakan tiga turunan parsial ini menjadi sama dengan kosong. Kita dapatkan 4x + 2y + 2z = 6 ; 2x + 4y + 2z = 6 ; 2x + 2y + 4z = 6. Solusi dari tiga persamaan dengan hasil yang tidak diketahui ternyata adalah x = y = z = 3 4. Maka dari itu nilai minimum dari f(x, y, z) adalah, f ( 3 4, 3 4, 3 4) = ( 3 4) 2 + ( 3 4) 2 + ( 3 4) 2 + ( ) 2 = Bacaan lanjutan: Pollard [18] 5; Stein dan Barcellos [22] Fungsi eksponensial e x Fungsi eksponensial e x menduduki posisi penting dalam teori matematis dan statistik, dan kita menggunakannya cukup banyak dalam buku ini. Fungsi ini 3 Pembaca yang akrab dengan aturan fungsi dari suatu fungsi untuk diferensiasi dapat menuliskan derivatif parsial secara langsung tanpa menjabarkan f. 12

13 dapat didefinisikan dalam istilah tak hingga e x = 1 + x 1! + x2 2! + x3 3!... (1.9.1) Terkadang eksponensial (x) ditulis dengan e x sebagai gantinya. Kalkulator modern sekarang biasanya memiliki tombol e x yang memungkinkan untuk menghitung nilai dari e x secara cepat (hampir seketika) dengan rumus ini. Fungsi eksponensial e x nyatanya adalah pangkat ke x dari sebuah bilangan e = Berdasarkan (1.9.1) bahwa jika kita masukkan x = 1 dalam (1.9.1) kita akan mendapat ; jika kita masukkan x = 1/2, kita akan mendapat akar dari ( ) = ; dan jika kita masukkan x = 2, kita akan mendapat ( ) 2 = Hasil-hasil ini dikonfirmasi dalam contoh dan Grafik dari e x terdapat pada fig Kita perlu mengetahui kemiringan dari fungsi eksponensial e kx, di mana k adalah nilai konstan. Kemiringannya adalah d dx ekx = ke kx. (1.9.2) Pembuktian terdapat pada contoh Berdasarkan (1.9.2) bahwa jika saat fungsi diturunkan menghasilkan e kx, harus menjadi (e kx /k) + C, di mana C adalah nilai konstan bebas. Fig Grafik dari fungsi eksponensial e x. Contoh Gunakan seri (1.9.1) untuk menghitung bilangan eksponensial e dengan bilangan 5 angka di belakang koma secara tepat. Kita masukkan x = 1 dalam (1.9.1) dan mengingat faktorial-faktorial pada bagian 1.3. Bilangan aritmetiknya dapat ditulis sebagai berikut: *table* Maka dari itu, bilangan e adalah Dalam praktek, tentunya suatu individu tidak perlu mengevaluasi fungsi eksponensial dengan cara ini. Kita menggunakan fitur eksponensial dalam kalkulator atau dengan menggunakan suatu tabel. Contoh Gunakan rumus (1.9.1) untuk menghitung e 0.5 dan e 2, dan pastikan jawabanya adalah, secara berurutan, akar kuadrat dan hasil kuadrat dari bilangan e =

14 kita mulai mencatat bahwa istilah berurut dalam seri (1.9.1) mudah dihitung secara rekursif. Sebagai contoh, dalam rumus untuk e 0.5, kita membutuhkan (0.5) 3 /3! Dan (0.5) 4 /4!, (0.5) 4 /4! Dapat didapatkan dengan mengalikan (0.5) 3 /3! dan membaginya dengan 4. Maka dari itu, perhitungan dari e 0.5 dapat dituliskan sebagia berikut: *table* Maka dari itu, nilai dari e 0.5 adalah , dan adalah akar kuadrat dari Perhitungan untuk e 2 adalah sebagai berikut: *table* Maka dari itu, nilai dari e 2 adalah , dan adalah hasil kuadrat dari Perlu diperhatikan bagi pembaca bahwa pendekatan rekursif untuk perhitungan dalam seri ini dapat juga digunakan pada contoh Contoh x adalah ke kx. Buktikan bahwa turunan (kemiringan) dari e kx pada titik Berdasarkan (1.9.1) e kx = 1 + kx + k2 x 2 2! + k3 x 3 3! +... Dari bagian 1.6 kita mengetahui turunan-turunan dari 1, x, x 2, x 3, adalah secara berurutan, 0, 1, 2x, 3x 2,... Maka dari itu, turunan dari e kx adalah, d dx ekx = 0 + k(1) + k2 (2x) 2! + k3 (3x 2 ) 3! +... = k + k2 x 1! + k3 x 2 2! +... ( ) = k 1 + kx 1! + k2 x 2 2! +... = ke kx Contoh Kemiringan dari fungsi F (x) pada titik x adalah 0.5 e 0.5x, dan nilai dari fungsi F (x) pada titik x =0 adalah nol. Cari rumus untuk F (x), dan nilainya pada titik x = 2. 14

15 Berdasarkan (1.9.2) dan teks di bawahnya, fungsi F (x) saat diturunkan menghasilkan 0.5 e 0.5x adalah C e 0.5x, dimana C adalah konstanta yang belum ditentukan. x = 0, F (x) = 0. dengan kata lain, Namun kita tahu saat C e 0 = 0 Tetapi e 0 = 1, jadi C = 1. Kita simpulkan bahwa F (x) = 1 e 0.5x. when x = 2, F (x) = 1 e 1.0 = Bacaan lanjutan: Gillet [7] 341; Hughes-Hallett [9] 31-2, 36, 235-7, 626-7, 637; Salas dan Hille [21] 647; Stein dan Barcellos [22]

16 1.10 Fungsi logaritma natural ln x Logaritma bilangan denari dari bilangan x, dilambangkan dengan log 10 x, adalah pangkat di mana 10 perlu dinaikkan untuk mendapatkan bilangan yang diinginkan. Dengan kata lain, 10 log 10 x = x (1.10.1) Maka dari itu, log 10 1 = 0, log = 1, log = 2, log = 3, etc., Bilangan denari sangat cocok untuk persoalan aritmetik. Namun tidak menjadi basis yang paling berguna untuk persoalan matematis dan statistik. Basis e menjadi basis yang lebih cocok. Logaritma untuk basis e atau logaritma natural dari bilangan x, dilambangkan dengan ln x, adalah pangkat di mana e = harus dinaikkan untuk mendapatkan bilangan yang diinginkan. Dalam kata lain, e ln x = x. (1.10.2) Sebagai contoh, ln 1 = 0; ln e = ln = 1; ln e 2 = ln = 2; ln e 3 = ln = 3; ln e = ln = 0.5. (1.10.3) Kalkulator modern umumnya memiliki tombol ln x, yang dengan menggunakan fitur ln x ini dalam kalkulator, kita tidak akan kesulitan dalam mendapatkan logaritma natural dari bilangan positif manapun. Penggunaan tabel pun tersedia bagi mereka yang tidak menggunakan kalkulator. Dalam kasus di mana tidak adanya fitur ln x dalam kalkulator dan tabel ln x, logaritma natural dari suatu bilangan x dapat didapatkan dari logaritmanya berbasis 10 yang diubah ke bilangan dengan teorema perubahan basis: ln x = (ln 10) log 10 x = log 10 x. (1.10.4) Fig menunjukkan grafik dari ln x untuk nilai-nilai positif dari x. Perhatikan bahwa kurva mendekati seiring dengan menurunnya x menuju nol, dan menuju + seiring dengan bertambahnya x. Berdasarkan definisi ln x dalam (1.10.2), maka ln xz = ln x + ln z ; (1.10.5) 16

17 Fig Grafik dari fungsi logaritma natural ln x ln(x/z) = ln x ln z ; (1.10.6) ln x a = a ln x. (1.10.7) *graphic* Dalam formulae ini, x dan z haruslah bernilai positif; di pihak lain, a boleh bernilai positif atau negatif. Hasil serupa juga benar untuk bilangan logaritma berbasis 10. Seri-seri berikutnya untuk ln(1 + y) berlaku untuk semua nilai y lebih besar dari 1 dan kurang dari +1, dan seringkali berguna untuk: ln(1 + y) = y 1 2 y y3... (1.10.8) Seri-seri ini dapat digunakan dalam perhitungan logaritma natural dari bilangan positif manapun (contoh dan ), dan fitur ln x dalam kalkulator memanfaatkan penggunaan seri ini. Hasil akhir yang perlu kita perhatikan adalah turunan (atau kemiringan) dari ln x, yang kita turunkan dalam contoh : d dx ln x = 1 x. (1.10.9) Contoh Gunakan rumus (1.10.8) untuk menghitung logaritma natural dari 1.2 dengan 5 angka di belakang koma yang tepat. Konfirmasi bahwa jawaban anda memenuhi persyaratan (1.10.2). Perhitungan dari ln 1.2 dapat dituliskan sebagai berikut: *table* Maka dari itu logaritma natural dari 1.2 adalah Jawaban ini dapat dikonfirmasi dengan menggunakan fitur ln x pada kalkulator. Kita ditanyakan untuk mengonfirmasi bahwa jawaban kita memenuhi persyaratan (1.10.2). Maka dari itu mari kita substitusi ke dalam seri eksponensial (1.9.1). Aritmetikanya dapat ditulis sebagai berikut: *table* Dengan demikian, e = dengan 5 angkat penting di belakang koma. jawaban kita memenuhi persamaan (1.10.2). Dalam praktek, tentunya kita tidak perlu mengevaluasi logaritma-logaritma natural dan eksponen menggunakan seri tak hingga (1.10.8) dan (1.9.1). Kita hanya perlu menekan tombol ln x atau e x pada kalkulator kita, atau melihat tabel. 17

18 * Contoh Dalam rumus (1.10.8) nilai dari y harus terdapat di antara -1 dan 1. Maka dari itu, rumus ini tidak dapat digunakan langsung untuk menghitung logaritma dari suatu bilangan yang bernilai lebih dari 2. Gunakan fakta bahwa 1.5 dibagi dengan 0.5 adalah 3.0, dan bahwa logaritma dari perbandingan suatu dua bilangan adalah sama dengan selisih di antara logaritma dua bilangan itu, untuk mendapatkan logaritma natural dari 3, dengan 5 angka penting di belakang koma. menggunakan (1.10.8). Rumus (1.10.8) dapat digunakan langsung untuk mengevaluasi ln 1.5 dan ln 0.5. Perhitungan dituliskan dalam tabel Kita temui bahwa ln 1.5 = dan ln 0.5 = Dengan demikian ln 3 = ln ( ) = ln 1.5 ln 0.5 = = Maka dari itu, logaritma natural dari 3 adalah *Contoh Cari logaritma natural dari dengan lima angka penting di belakang koma. Satu pendekatan untuk solusi permasalahan ini adalah untuk mencari tahu y sehingga 1+y 1 y = dan melanjutkan dengan cara ini dari contoh Namun, nilai dari y yang dibutuhkan adalah , dan seri-seri logaritma akan ditemukan dengan sangat lambat (jauh lebih lambat bahkan jika dibandingkan dengan tabel ). Pendekatan lain pun digunakan. Membagi secara berulang dengan e = , kita temukan bahwa = e 3. Logaritma natural dari kemudian langsung diperoleh melalui seriseri logaritma (1.10.8) (sudah dihitung pada contoh ), dan logaritma natural dari e 3 adalah 3. Berdasarkan (1.10.5) kita simpulkan bahwa ln , 64 = ln ln e 3 18

19 = = Tabel Perhitungan dari ln 1.5 dan ln 0.5 dari contoh *Table* *Contoh Tunjukkan bahwa kemiringan dari kurva y = ln x pada titik x adalah 1/x. Menurut bagian 1.6, kemiringan dari kurva y = ln x adalah batasnya saat h menjadi sangat kecil 1 h [ln(x + h) ln x] ( ) = 1 h ln (x+h) x using (1.10.6) = 1 h ln ( ) 1 + h x [ = 1 h h x ( 1 h ) 2 ( 2 x + 1 h ) 3 ] 3 x... according to (1.10.8) = 1 x 1 2 h x + 1 h x 3... Dalam batasnya saat h mendekati nol, semua persyaratan-dengan pengecualian untuk yang pertama-dihiraukan dan dapat kita simpulkan bahwa kemiringannya adalah 1/x. Bacaan lanjutan: Gillett [7] 324-6, 471-7, 533-7; Salas dan Hille [21] 648; Stein dan Barcellos [22] 337,

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Akar Barisan a 1, a 2, a 3, a 4,... adalah susunan bilangan-bilangan real yang teratur, satu untuk setiap bilangan bulat positif. adalah fungsi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

SOAL-SOAL dan PEMBAHASAN UN MATEMATIKA SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SOAL-SOAL dan PEMBAHASAN UN MATEMATIKA SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SOAL-SOAL dan PEMBAHASAN UN MATEMATIKA SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 0/0. Akar-akar persamaan kuadrat x +ax - 40 adalah p dan q. Jika p - pq + q 8a, maka nilai a... A. -8 B. -4 C. 4 D. 6 E. 8 BAB III Persamaan

Lebih terperinci

Kalkulus Diferensial week 09. W. Rofianto, ST, MSi

Kalkulus Diferensial week 09. W. Rofianto, ST, MSi Kalkulus Diferensial week 09 W. Rofianto, ST, MSi Tingkat Perubahan Rata-rata Jakarta Km 0 jam Bandung Km 140 Kecepatan rata-rata s t 140Km jam 70Km / jam Konsep Diferensiasi Bentuk y/ disebut difference

Lebih terperinci

KED INTEGRAL JUMLAH PERTEMUAN : 2 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Materi : 7.1 Anti Turunan. 7.2 Sifat-sifat Integral Tak Tentu KALKULUS I

KED INTEGRAL JUMLAH PERTEMUAN : 2 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Materi : 7.1 Anti Turunan. 7.2 Sifat-sifat Integral Tak Tentu KALKULUS I 7 INTEGRAL JUMLAH PERTEMUAN : 2 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Memahami konsep dasar integral, teorema-teorema, sifat-sifat, notasi jumlah, fungsi transenden dan teknik-teknik pengintegralan. Materi

Lebih terperinci

f (a) = laju perubahan y = f(x) pada x = a = turunan pertama y=f(x) pada x = a

f (a) = laju perubahan y = f(x) pada x = a = turunan pertama y=f(x) pada x = a LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIFFERENSIAL (TURUNAN) Nama Siswa : y f(a h) f(a) x (a h) a Kelas : Kompetensi Dasar (KURIKULUM 2013): 3.21 Memahami konsep turunan dengan menggunakan konteks matematik atau konteks

Lebih terperinci

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP

Lebih terperinci

matematika LIMIT ALJABAR K e l a s A. Pengertian Limit Fungsi di Suatu Titik Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran

matematika LIMIT ALJABAR K e l a s A. Pengertian Limit Fungsi di Suatu Titik Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran Kurikulum 6/1 matematika K e l a s XI LIMIT ALJABAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Dapat mendeskripsikan konsep it fungsi aljabar dengan

Lebih terperinci

TEORI RESIKO ELEMENTER

TEORI RESIKO ELEMENTER TEORI RESIKO ELEMETER Ringkasan: Pada bagian ini, kita mengembangkan beberapa hubungan antara cadangan, premi, biaya keamanan dan tingkat retensi yang berguna untuk asuransi umum. Hubungan ini didasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5 BAB PERSAMAAN Sifat Sifat Persamaan Persamaan adalah kalimat matematika terbuka yang menyatakan hubungan sama dengan. Sedangkan kesamaan adalah kalimat matematika tertutup yang menyatakan hubungan sama

Lebih terperinci

MACLAURIN S SERIES. Ghifari Eka

MACLAURIN S SERIES. Ghifari Eka MACLAURIN S SERIES Ghifari Eka Taylor Series Sebelum membahas mengenai Maclaurin s series alangkah lebih baiknya apabila kita mengetahui terlebih dahulu mengenai Taylor series. Misalkan terdapat fungsi

Lebih terperinci

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA K1 Kelas X matematika PEMINATAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami bentuk-bentuk persamaan

Lebih terperinci

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 2012

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 2012 Tutur Widodo Pembahasan OSK Matematika SMA 01 Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 01 Oleh Tutur Widodo 1. Banyaknya bilangan bulat n yang memenuhi (n 1(n 3(n 5(n 013 = n(n + (n

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 008/009. Perhatikan premis premis berikut! - Jika saya giat belajar maka saya bisa meraih juara - Jika saya bisa meraih juara maka saya boleh

Lebih terperinci

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun Oleh Tutur Widodo. (n 1)(n 3)(n 5)(n 2013) = n(n + 2)(n + 4)(n )

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun Oleh Tutur Widodo. (n 1)(n 3)(n 5)(n 2013) = n(n + 2)(n + 4)(n ) Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 01 Oleh Tutur Widodo 1. Banyaknya bilangan bulat n yang memenuhi adalah... (n 1)(n 3)(n 5)(n 013) = n(n + )(n + )(n + 01) Jawaban : 0 ( tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa pengertian dari optimasi bersyarat dengan kendala persamaan menggunakan multiplier lagrange serta penerapannya yang akan digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPA 2015

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPA 2015 SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPA 0 Paket Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Diberikan premis-premis berikut!. Jika pengguna kendaraan bermotor bertambah banyak maka kemacetan di ruas jalan

Lebih terperinci

Bab 16. LIMIT dan TURUNAN. Motivasi. Limit Fungsi. Fungsi Turunan. Matematika SMK, Bab 16: Limit dan Turunan 1/35

Bab 16. LIMIT dan TURUNAN. Motivasi. Limit Fungsi. Fungsi Turunan. Matematika SMK, Bab 16: Limit dan Turunan 1/35 Bab 16 Grafik LIMIT dan TURUNAN Matematika SMK, Bab 16: Limit dan 1/35 Grafik Pada dasarnya, konsep limit dikembangkan untuk mengerjakan perhitungan matematis yang melibatkan: nilai sangat kecil; Matematika

Lebih terperinci

LIMIT DAN KEKONTINUAN

LIMIT DAN KEKONTINUAN LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen

Lebih terperinci

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a Soal - Soal UM UGM. Soal Matematika Dasar UM UGM 00. Jika x = 3 maka + 3 log 4 x =... a. b. c. d. e.. Jika x+y log = a dan x y log 8 = b dengan 0 < y < x maka 4 log (x y ) =... a. a + 3b ab b. a + b ab

Lebih terperinci

Pembahasan Soal SIMAK UI 2012 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Matematika IPA

Pembahasan Soal SIMAK UI 2012 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Matematika IPA Pembahasan Soal SIMAK UI 0 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS Matematika IPA Disusun Oleh : Pak Anang Kumpulan SMART SOLUTION dan TRIK SUPERKILAT Pembahasan

Lebih terperinci

BAB V DISTRIBUSI NORMAL. Deskripsi: Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep distribusi normal dalam pengukuran.

BAB V DISTRIBUSI NORMAL. Deskripsi: Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep distribusi normal dalam pengukuran. BAB V DISTRIBUSI NORMAL Deskripsi: Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep distribusi normal dalam pengukuran. Manfaat: Memberikan metode distribusi normal yang benar saat melakukan proses pengukuran.

Lebih terperinci

SOAL UJIAN NASIONAL. PROGRAM STUDI IPA ( kode P 45 ) TAHUN PELAJARAN 2008/2009

SOAL UJIAN NASIONAL. PROGRAM STUDI IPA ( kode P 45 ) TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SOAL UJIAN NASIONAL PROGRAM STUDI IPA ( kode P 4 ) TAHUN PELAJARAN 8/9. Perhatikan premis premis berikut! - Jika saya giat belajar maka saya bisa meraih juara - Jika saya bisa meraih juara maka saya boleh

Lebih terperinci

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan. Definisi. Barisan tak hingga adalah suatu fungsi dengan daerah asalnya himpunan bilangan bulat positif dan daerah kawannya himpunan bilangan real. Notasi untuk

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Fungsi Dalam ilmu ekonomi, kita selalu berhadapan dengan variabel-variabel ekonomi seperti harga, pendapatan nasional, tingkat bunga, dan lainlain. Hubungan kait-mengkait

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

III. FUNGSI POLINOMIAL

III. FUNGSI POLINOMIAL III. FUNGSI POLINOMIAL 3. Pendahuluan A. Tujuan Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa dapat:. menuliskan bentuk umum fungsi polinomial;. menghitung nilai fungsi polinomial; 3. menuliskan

Lebih terperinci

SPMB 2004 Matematika Dasar Kode Soal

SPMB 2004 Matematika Dasar Kode Soal SPMB 00 Matematika Dasar Kode Soal Doc. Name: SPMB00MATDAS999 Version : 0- halaman 0. Nilai x yang memenuhi persamaan : 3 x ( ) adalah. 0 - - 0. Dalam bentuk pangkat positif dan bentuk akar, x y x y...

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 2013

Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 2013 Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 013 LOGIKA MATEMATIKA p siswa rajin belajar ; q mendapat nilai yang baik r siswa tidak mengikuti kegiatan remedial ~ r siswa mengikut kegiatan remedial Premis

Lebih terperinci

SOAL UN DAN PENYELESAIANNYA 2009

SOAL UN DAN PENYELESAIANNYA 2009 1. 1. Jika saya giat belajar maka saya bisa meraih juara. 2. Jika saya bisa meraih juara maka saya boleh ikut bertanding. Ingkaran dari kesimpulan kedua premis diatas adalah... A. Saya giat belajar dan

Lebih terperinci

FUNGSI EKSPONENSIAL & FUNGSI LOGARITMA

FUNGSI EKSPONENSIAL & FUNGSI LOGARITMA FUNGSI EKSPONENSIAL & FUNGSI LOGARITMA NAMA: KELAS: 1 P a g e FUNGSI EKSPONENSIAL DAN LOGARITMA I. FUNGSI EKSPONEN Fungsi eksponen f dengan bilangan pokok a (a konstan) adalah fungsi yang didefinsikan

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS MINGGU IX

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS MINGGU IX MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS MINGGU IX KALKULUS DIFERENSIAL Prepared By : W. Rofianto ROFI 010 TINGKAT PERUBAHAN RATA-RATA Jakarta Km 0 jam Bandung Km 140 Kecepatan rata-rata s t 140Km jam 70Km / jam

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308) DIKTAT KULIAH (IE-308) BAB 3 TURUNAN PARSIAL Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc JURUSAN TEKNIK INDUSTRI -

Lebih terperinci

Analisis Riil II: Diferensiasi

Analisis Riil II: Diferensiasi Definisi Turunan Definisi dan Teorema Aturan Rantai Fungsi Invers Definisi (Turunan) Misalkan I R sebuah interval, f : I R, dan c I. Bilangan riil L dikatakan turunan dari f di c jika diberikan sebarang

Lebih terperinci

MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA

MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA 11.1. Ketentuan dan Sifat-Sifat KETENTUAN a P = a. a. a. a................. sampai p faktor (a dinamakan bilangan pokok, p dinamakan pangkat atau eksponen) SIFAT-SIFAT

Lebih terperinci

SOAL DAN SOLUSI PEREMPATFINAL KOMPETISI MATEMATIKA UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2011

SOAL DAN SOLUSI PEREMPATFINAL KOMPETISI MATEMATIKA UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2011 SOAL DAN SOLUSI PEREMPATFINAL KOMPETISI MATEMATIKA UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2011 (90menit) 1. Semua tripel (x, y, z) yang memenuhi bahwa salah satu bilangan jika ditambahkan dengan hasil kali kedua bilangan

Lebih terperinci

Intisari + Latihan Hitung Kalkulus Dan Fungsi Transeden (Tingkat Lanjut) Tanggal: 28 Maret Oleh: Tjandra Satria Gunawan

Intisari + Latihan Hitung Kalkulus Dan Fungsi Transeden (Tingkat Lanjut) Tanggal: 28 Maret Oleh: Tjandra Satria Gunawan Intisari + Latihan Hitung Kalkulus Dan Fungsi Transeden Tingkat Lanjut) Tanggal: 28 Maret 2010 Oleh: Tjandra Satria Gunawan Materi kalkulus tingkat lanjut: Kalkulus merupakan salah satu bagian materi matematika

Lebih terperinci

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Uji Deret Positif. Ayundyah. Uji Integral. Uji Komparasi. Uji Rasio.

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Uji Deret Positif. Ayundyah. Uji Integral. Uji Komparasi. Uji Rasio. Uji Uji Deret Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Uji Deret Uji Deret yang mempunyai suku-suku positif menjadi bahasan pada uji integral ini. Uji integral ini menggunakan ide dimana suatu

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI SESI III (ISIAN SINGKAT DAN ESSAY) WAKTU : 180 MENIT ============================================================

Lebih terperinci

Pengertian limit secara intuisi

Pengertian limit secara intuisi Pengertian it secara intuisi Perhatikan fungsi f ( ) = Fungsi diatas tidak terdefinisi di =, karena di titik tersebut f() berbentuk 0/0. Tapi masih bisa ditanyakan berapa nilai f() jika mendekati Dengan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN RIIL DAN FUNGSI

SISTEM BILANGAN RIIL DAN FUNGSI SISTEM BILANGAN RIIL DAN FUNGSI Matematika Juni 2016 Dosen : Dadang Amir Hamzah MATEMATIKA Juni 2016 1 / 67 Outline 1 Sistem Bilangan Riil Dosen : Dadang Amir Hamzah MATEMATIKA Juni 2016 2 / 67 Outline

Lebih terperinci

OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional)

OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional) ocsz Pembahasan Soal OSN Guru 2012 OLIMPIADE SAINS NASIONAL KHUSUS GURU MATEMATIKA SMA OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional) Disusun oleh: Pak Anang Halaman 2 dari 26 PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008 Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008. Diketahui premis premis : () Jika hari hujan, maka udara dingin. (2) Jika udara dingin, maka ibu memakai baju hangat. (3) Ibu tidak memakai baju hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini, ilmu matematika telah berkembang pesat. Bukan hanya sebatas hitung menghitung menggunakan skala statistik, nilai, angka-angka real, kalkulus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan

Lebih terperinci

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA PERBANDINGAN KISI-KISI UN 009 DAN 00 SMA IPA Materi Logika Matematika Kemampuan yang diuji UN 009 UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh dari penarikan kesimpulan Menentukan negasi pernyataan

Lebih terperinci

sama dengan p q. Perhatikan tabel berikut. p q B B S S B S S B S S B B S S S B B S B S S S S B B S B B

sama dengan p q. Perhatikan tabel berikut. p q B B S S B S S B S S B B S S S B B S B S S S S B B S B B Soal nomor 1, dengan soal sebagai berikut: Jawab : D Pernyataan majemuk pada soal ini adalah suatu disjungsi. Misalkan p: Petani panen beras. q: Harga beras murah., pernyataan di atas dapat dinotasikan

Lebih terperinci

INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK

INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 19 Topik Bahasan 1 Sistem Bilangan Real 2 Interval 3

Lebih terperinci

Siap UAN Matematika. Oleh. Arwan Hapsan. Portal Pendidikan Gratis Indonesia.

Siap UAN Matematika. Oleh. Arwan Hapsan. Portal Pendidikan Gratis Indonesia. Siap UAN Matematika Oleh Arwan Hapsan Portal Pendidikan Gratis Indonesia Http://okor.id Copyright okor.id Artikel ini boleh dicopy,diubah, dikutip, di cetak dalam media kertas atau yang lain, dipublikasikan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih Mata Pelajaran Wajib Disusun Oleh: Ngapiningsih Disklaimer Daftar isi Disklaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran. Materi powerpoint

Lebih terperinci

MATEMATIKA SMK TEKNIK LIMIT FUNGSI : Limit Fungsi Limit Fungsi Aljabar Limit Fungsi Trigonometri

MATEMATIKA SMK TEKNIK LIMIT FUNGSI : Limit Fungsi Limit Fungsi Aljabar Limit Fungsi Trigonometri MATEMATIKA SMK TEKNIK LIMIT FUNGSI : Limit Fungsi Limit Fungsi Aljabar Limit Fungsi Trigonometri MATEMATIKA LIMIT FUNGSI SMK NEGERI 1 SURABAYA Halaman 1 BAB LIMIT FUNGSI A. Limit Fungsi Aljabar PENGERTIAN

Lebih terperinci

Soal-Soal dan Pembahasan SBMPTN - SNMPTN Matematika Dasar Tahun Pelajaran 2010/2011

Soal-Soal dan Pembahasan SBMPTN - SNMPTN Matematika Dasar Tahun Pelajaran 2010/2011 Soal-Soal dan Pembahasan SBMPTN - SNMPTN Matematika Dasar Tahun Pelajaran 2010/2011 Tanggal Ujian: 31 Mei 2011 1. Jika 6(3 40 ) ( 2 log a) + 3 41 ( 2 log a) = 3 43, maka nilai a adalah... A. B. C. 4 D.

Lebih terperinci

Indikator : Menentukan penarikan kesimpulan dari beberapa premis. Modus Ponens Modus Tollens Silogisme

Indikator : Menentukan penarikan kesimpulan dari beberapa premis. Modus Ponens Modus Tollens Silogisme Indikator : Menentukan penarikan kesimpulan dari beberapa premis Modus Ponens Modus Tollens Silogisme p q p q p q p ~q q r q ~p p r Bentuk ekuivalen : p q ~q ~p p q ~p q Soal 1 : Diketahui premis : Premis

Lebih terperinci

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA-UPI BANDUNG HAND OUT TURUNAN DAN DIFERENSIASI OLEH: FIRDAUS-UPI 0716 1. GARIS SINGGUNG 1.1 Definisi Misalkan fungsi f kontinu di c. Garis singgung ( tangent line )

Lebih terperinci

Soal UN 2009 Materi KISI UN 2010 Prediksi UN 2010

Soal UN 2009 Materi KISI UN 2010 Prediksi UN 2010 PREDIKSI UN 00 SMA IPA BAG. (Berdasar buku terbitan Istiyanto: Bank Soal Matematika-Gagas Media) Logika Matematika Soal UN 009 Materi KISI UN 00 Prediksi UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh

Lebih terperinci

PAM 252 Metode Numerik Bab 4 Pencocokan Kurva

PAM 252 Metode Numerik Bab 4 Pencocokan Kurva PAM 252 Metode Numerik Bab 4 Pencocokan Kurva Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Semester Genap 2013/2014 1 Mahdhivan Syafwan Metode Numerik: Pencocokan Kurva Permasalahan dan

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 014 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi 013

Lebih terperinci

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak BAB IV PERTIDAKSAMAAN 1. Pertidaksamaan Kuadrat. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak 86 LEMBAR KERJA SISWA 1 Mata Pelajaran : Matematika Uraian Materi

Lebih terperinci

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Relasi, Fungsi, dan Transformasi Modul 1 Relasi, Fungsi, dan Transformasi Drs. Ame Rasmedi S. Dr. Darhim, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini merupakan modul pertama pada mata kuliah Geometri Transformasi. Modul ini akan membahas pengertian

Lebih terperinci

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) 1 B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN Bilangan Kompleks Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) Bilangan Rasional Bilangan Irrasional Bilangan Pecahan Bilangan Bulat Bilangan Bulat

Lebih terperinci

Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA

Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA 1) Sebuah barisan baru diperoleh dari barisan bilangan bulat positif 1, 2, 3, 4, dengan menghilangkan bilangan kuadrat yang ada di dalam barisan tersebut.

Lebih terperinci

Definisi yang sama dapat diberikan untuk limit tak hingga sepihak.

Definisi yang sama dapat diberikan untuk limit tak hingga sepihak. Lecture 4. Limit C A. Infinite Limits Definisi 4.1 Notasi lim f(x) = Menyatakan bahwa nilai f(x) membesar tanpa batas jika nilai x semakin dekat dengan a, tetapi tidak sama dengan a. lim f(x) = lim f(x)

Lebih terperinci

Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Bidang Matematika Kode Paket 578 Oleh : Fendi Alfi Fauzi 1. Diketahui vektor u = (a,, 1) dan v = (a, a, 1). Jika vektor u tegak lurus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Pengembangan Produk Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan produk berupa Skema Pencapaian

Lebih terperinci

2009 ACADEMY QU IDMATHCIREBON

2009 ACADEMY QU IDMATHCIREBON NASKAH UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Jenjang Sekolah : SMA/MA Hari/Tanggal : Rabu/22 April 2009 Program Studi : IPA Waktu : 08.00 10.00 Petunjuk: Pilihlah satu jawababan yang tepat! 1. Perhatikan

Lebih terperinci

Pengantar Metode Numerik

Pengantar Metode Numerik Pengantar Metode Numerik Metode numerik adalah teknik dimana masalah matematika diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapat diselesaikan oleh pengoperasian matematika. Metode numerik menggunakan perhitungan

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 8/9. Perhatikan premis premis berikut! - Jika saya giat belajar maka saya bisa meraih juara - Jika saya bisa meraih juara maka saya boleh ikut

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1986

Matematika EBTANAS Tahun 1986 Matematika EBTANAS Tahun 986 EBT-SMA-86- Bila diketahui A = { x x bilangan prima < }, B = { x x bilangan ganjil < }, maka eleman A B =.. 3 7 9 EBT-SMA-86- Bila matriks A berordo 3 dan matriks B berordo

Lebih terperinci

PREDIKSI UAN MATEMATIKA SESUAI KISI-KISI PEMERINTAH

PREDIKSI UAN MATEMATIKA SESUAI KISI-KISI PEMERINTAH PREDIKSI UAN MATEMATIKA SESUAI KISI-KISI PEMERINTAH. Apabila P dan q kalimat pernyataan, di mana ~p q kalimat bernilai salah, maka kalimat yang benar berikut ini, kecuali (d) p q (~p ~q) (~p ~q) ~ (~p

Lebih terperinci

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2 Kurikulum 3/6 matematika K e l a s XI APLIKASI TURUNAN ALJABAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Dapat menerapkan aturan turunan aljabar untuk

Lebih terperinci

B21 MATEMATIKA. Pak Anang MATEMATIKA SMA/MA IPA. Rabu, 18 April 2012 ( )

B21 MATEMATIKA. Pak Anang MATEMATIKA SMA/MA IPA. Rabu, 18 April 2012 ( ) B Pak Anang http://pak-anang.blogspot.com MATEMATIKA Rabu, 8 April 0 (08.00 0.00) A-MAT-ZD-M8-0/0 Mata Pelajaran Jenjang Program Studi Hari/Tanggal Jam MATA PELAJARAN : MATEMATIKA : SMA/MA : IPA WAKTU

Lebih terperinci

Limit Fungsi. semua x bilangan real, kecuali x = 2

Limit Fungsi. semua x bilangan real, kecuali x = 2 LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) LIMIT FUNGSI Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT VI DERAJAT MAHIR 2 SETARA KELAS XI Created By Ita Yuliana 27 Limit Fungsi Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

12. Diketahui segitiga ABC dengan AC = 5 cm, AB = 7 cm, dan BCA = 120. Keliling segitiga ABC =...

12. Diketahui segitiga ABC dengan AC = 5 cm, AB = 7 cm, dan BCA = 120. Keliling segitiga ABC =... 1 1. Diketahui: Premis 1 : Jika hari hujan maka tanah basah. Premis : Tanah tidak basah. Ingkaran dari penarikan kesimpulan yang sah dari premis-premis di atas adalah.... Agar F(x) = (p - ) x² - (p - 3)

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II, 2016/2017 15 Maret 2017 Kuliah yang Lalu 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kurva di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1

Lebih terperinci

BAB 3 PENYELESAIAN PERSAMAAN NON LINIER

BAB 3 PENYELESAIAN PERSAMAAN NON LINIER BAB 3 PENYELESAIAN PERSAMAAN NON LINIER 3.. Permasalahan Persamaan Non Linier Penyelesaian persamaan non linier adalah penentuan akar-akar persamaan non linier.dimana akar sebuah persamaan f(x =0 adalah

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes bagian pertama ini terdiri dari 20 soal. 2. Waktu yang disediakan adalah

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: MATEMATIKA IPA (KODE: A05) Petunjuk A digunakan untuk menjawab soal nomor 1 sampai dengan nomor 40.

PR ONLINE MATA UJIAN: MATEMATIKA IPA (KODE: A05) Petunjuk A digunakan untuk menjawab soal nomor 1 sampai dengan nomor 40. PR ONLINE MATA UJIAN: MATEMATIKA IPA (KODE: A05) Petunjuk A digunakan untuk menjawab soal nomor sampai dengan nomor 0. 5. Jika a b 5, maka a + b = 5 (A). (C) 0. 0.. 7.. Nilai x yang memenuhi pertidaksamaan

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 9/. Diberikan premis sebagai berikut : Premis : Jika harga BBM naik, maka harga bahan pokok naik. Premis : Jika harga bahan pokok naik maka

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : BAGIAN PERTAMA 1. ABC adalah segitiga sama

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL PROFESIONAL

LATIHAN SOAL PROFESIONAL LATIHAN SOAL PROFESIONAL 1. Jika 7 x = 8; maka 7 +x =. A. 686 B. 512 C. 4 D. 256 E. 178 7 x = 2 (7 x ) = 2 7 x = 2 7 x+ = 7. 7 x = 7. 2 = 4. 2 = 686 2. Panjang sisi miring segitiga siku-siku sama kaki

Lebih terperinci

Faktorisasi Suku Aljabar

Faktorisasi Suku Aljabar Bab 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan mampu: Menjelaskan pengertian koe sien, variabel, konstanta, suku satu, suku dua, dan suku banyak; Menyelesaikan masalah operasi tambah,

Lebih terperinci

2. Suku-suku sejenis Suku-suku sejenis adalah suku-suku yang mempunyai variabel dan bilangan pangkat dari variabel tersebut sama.

2. Suku-suku sejenis Suku-suku sejenis adalah suku-suku yang mempunyai variabel dan bilangan pangkat dari variabel tersebut sama. A. OPERASI BENTUK ALJABAR 1. Pengertian suku, koefisien, variabel, dan konstanta bentuk aljabar Bentuk 8x + 17 merupakan bentuk aljabar dengan x sebagai variabel, 8 sebagai koefisien, dan 17 adalah konstant

Lebih terperinci

Definisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada,

Definisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada, Lecture 4. Limit B A. Continuity Definisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada, (2) lim f(x) ada, (3) lim f(x) =

Lebih terperinci

TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 2013

TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 2013 TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 0 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang benar!. Diketahui premis-premis berikut. Jika Yudi rajin belajar maka ia menjadi pandai. Jika

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UN 2009/2010

PEMBAHASAN UN 2009/2010 PEMBAHASAN UN 009/00. Konsep: Operasi Bilangan Real (Perbandingan Berbalik Nilai) Suatu pekerjaan dikerjakan orang dapat selesai 0 hari. Pekerjaan akan diselesaikan dalam waktu hari. Pekerja Hari 0 y y

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal ini akan dibahas macam-macam peubah acak, distribusi peluang, fungsi densitas, dan fungsi distribusi. Pada pembahasan selanjutnya, fungsi peluang untuk peubah acak

Lebih terperinci

Matematika SMA/MA IPA. Nama : No. Peserta : , dan z = 10, maka nilai dari 12 A. 36 B. 25 C D. 1 9 E Jika log 3.

Matematika SMA/MA IPA. Nama : No. Peserta : , dan z = 10, maka nilai dari 12 A. 36 B. 25 C D. 1 9 E Jika log 3. Nama : No. Peserta :. Jika x =, y =, dan z = 0, maka nilai dari x y z =. x yz A. 6 B. 5 C. 6 D. 9 E.. Jika log A. ab+a+b a+ B. b+a+ a+ C. a+b+ a+ D. ab+a+ a+ E. ab+a+ a+ = a dan log 5 = b, maka log 60.

Lebih terperinci

TURUNAN. Bogor, Departemen Matematika FMIPA-IPB. (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, / 50

TURUNAN. Bogor, Departemen Matematika FMIPA-IPB. (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, / 50 TURUNAN Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, 2012 1 / 50 Topik Bahasan 1 Pendahuluan 2 Turunan Fungsi 3 Tafsiran Lain Turunan 4 Kaitan

Lebih terperinci

Notasi turunan. Penggunaan turunan. 6. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah.

Notasi turunan. Penggunaan turunan. 6. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah. Turunan fungsi adalah fungsi lain dari suatu fungsi sebelumnya misalkan fungsi f menjadi f' TURUNAN Notasi turunan y' atau f'(x) atau dy/dx fungsi naik Penggunaan turunan fungsi turun persamaan garis singgung

Lebih terperinci

Suku Banyak. A. Pengertian Suku Banyak B. Menentukan Nilai Suku Banyak C. Pembagian Suku Banyak D. Teorema Sisa E. Teorema Faktor

Suku Banyak. A. Pengertian Suku Banyak B. Menentukan Nilai Suku Banyak C. Pembagian Suku Banyak D. Teorema Sisa E. Teorema Faktor Bab 5 Sumber: www.in.gr Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi komposisi dalam pemecahan masalah; menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi invers

Lebih terperinci

Materi Matematika Persamaan dan Pertidaksamaan kuadrat Persamaan Linear Persamaan Kuadrat Contoh : Persamaan Derajat Tinggi

Materi Matematika Persamaan dan Pertidaksamaan kuadrat Persamaan Linear Persamaan Kuadrat Contoh : Persamaan Derajat Tinggi Materi Matematika Persamaan dan Pertidaksamaan kuadrat Persamaan Linear Persamaan linear dengan n peubah adalah persamaan dengan bentuk : dengan adalah bilangan- bilangan real, dan adalah peubah. Secara

Lebih terperinci

C34 MATEMATIKA. Pak Anang. Rabu, 18 April 2012 ( ) Pembahasan soal oleh

C34 MATEMATIKA. Pak Anang. Rabu, 18 April 2012 ( ) Pembahasan soal oleh DOKUMEN NEGARA C MATEMATIKA SMA/MA IPA MATEMATIKA SMA/MA IPA Pak Anang http://pakhttp://pak-anang.blogspot.com MATEMATIKA Rabu, 8 April 0 (08.00 0.00) A-MAT-ZD-M9-0/0 Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan-BALITBANG-KEMDIKBUD

Lebih terperinci

PAKET 3 LATIHAN UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN 2009 MATA PELAJARAN MATEMATIKA

PAKET 3 LATIHAN UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN 2009 MATA PELAJARAN MATEMATIKA Kumpulan Soal - Soal Latihan UN Matematika IPA SMA dan MA 009. (Suprayitno) 33 PAKET 3 LATIHAN UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN 009 MATA PELAJARAN MATEMATIKA PETUNJUK UMUM. Kerjakan semua soal - soal ini menurut

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL DINAS PENDIDIKAN DKI JAKARTA SMA/MA

UJIAN NASIONAL DINAS PENDIDIKAN DKI JAKARTA SMA/MA B Matematika IPA SMA/MA TRYOUT UJIAN NASIONAL DINAS PENDIDIKAN DKI JAKARTA SMA/MA TAHUN PELAJARAN 04/05 MATEMATIKA IPA Hasil Kerja Sama dengan Matematika IPA SMA/MA Mata Pelajaran : Matematika IPA Jenjang

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR TEORI FUNGSI Fungsi yaitu hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Unsur-unsur pembentukan fungsi yaitu variabel (terikat dan bebas), koefisien dan

Lebih terperinci