DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)"

Transkripsi

1 DIKTAT KULIAH (IE-308) BAB 3 TURUNAN PARSIAL Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2012 Diktat ini disusun berdasarkan Calculus III oleh Paul Dawkins, Lamar University dengan penyesuaian berupa penerjemahan, pengurangan dan penambahan dari sumber-sumber lainnya.

2 BAB 3 TURUNAN PARSIAL 3.1. Limit Dalam fungsi peubah tunggal, dikatakan : jika, Dimana, Adalah limit sebelah kanan dan nilai x ditinjau hanya untuk nilai x yang lebih besar dari a. Demikian juga, Adalah limit sebelah kiri dilihat hanya untuk nilai x yang lebih kecil dari a. Dengan kata lain kita akan mendapatkan bila mendekati L bila x bergerak menuju (sangat mendekati namun tidak sampai mencapai ) dari kedua arah (kiri & kanan). Untuk fungsi peubah ganda, konsepnya sama, hanya proses pengerjaannya agak lebih panjang dan rumit. Untuk notasi ditetapkan sbb. : Misal ingin didapat limit dari fungsi dimana x mendekati a dan y mendekati b. Dapat dituliskan dengan notasi sbb.: Dalam kuliah dan buku ini akan digunakan notasi yang kedua. Dengan mencari limit fungsi peubah ganda berarti mencari nilai bila titik bergerak makin dekat dan lebih dekat lagi ke titik sedemikian sangat mendekati namun tidak sampai mencapai. Dan seperti konsep limit pada fungsi peubah tunggal, maka agar suatu limit ada maka fungsi tersebut mencapai suatu nilai yang sama dari segala arah pendekatan yang ditempuh menuju. Masalahnya bila pada limit fungsi peubah tunggal hanya ada 2 arah yaitu kiri dan kanan untuk mencapai batas x, maka pada fungsi peubah ganda/dua ada banyak sekali bahkan tak hingga cara untuk menuju. Gambar 3.1. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 44

3 Dengan kata lain, untuk menunjukkan apakah limit suatu fungsi peubah ganda ada atau tidak secara teknis perlu di cek melalui cara yang tak berhingga. Tetapi dengan menggunakan konsep kontinuitas / kesinambungan fungsi hal tersebut tidak perlu dilakukan. Definisi Suatu fungsi adalah kontinu/sinambung pada titik jika, Sehingga apabila diketahui suatu fungsi tidak kontinu dititik maka adalah salah. Tafsiran fisis secara geometris suatu fungsi kontinu bila graphik garis atau permukaan fungsi tersebut tidak lubang atau terpotong pada titik tersebut. Dalam kalkulus 1, bila kita mengetahui suatu fungsi adalah kontinu maka nilai limit fungsi tersebut didapatkan dengan memasukkan nilai titik kedalam fungsi. Semua fungsi standard yang kita ketahui kontinu tetap kontinu walaupun sekarang kita memasukkan lebih dari satu variabel. Yang perlu diperhatikan adalah pembagian dengan 0, akar bilangan negatif dan logaritma nol atau negatif. Contoh Tentukan apakah limit berikut ada atau tidak. Bila ada berapa nilai limit nya. (a) (b) (c) Jawab (d) (a) Fungsi diatas adalah kontinu pada titik yang diminta, sehingga kita tinggal memasukkan nilai titik tersebut kedalam fungsi. (b) Dalam kasus ini fungsi tidak kontinyu sepanjang garis karena pada garis tersebut kita akan mendapatkan nilai penyebut pembagian = 0. Tapi karena titik yang diminta (5,1) tidak terdapat dalam garis tersebut, maka (c) Dalam kasus ini fungsi tersebut tidak kontinyu pada titik yang diminta. Jadi tidak ada limit pada titik tersebut. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 45

4 Pendekatan sepanjang garis sumbu x, Sepanjang garis sumbu y-axis. Sepanjang garis. Didapat Menunjukkan tidak ada limit. (d) Fungsi tidak kontinyu pada titik yang diminta, jadi tidak ada limit. Hal ini juga dapat ditunjukkan dengan berbedanya nilai limit dengan pendekatan arah yang berbeda. Kita coba dekati melalui sepanjang garis menuju (0,0). Kita coba dengan jalur. Didapat, Nilai limit tidak ada, karena melalui pendekatan yang ada nilai limit berbeda. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 46

5 3.2. Turunan parsial Prolog: Diketahui sebuah fungsi peubah ganda dan akan ditentukan laju perubahan fungsi pada titik. Penentuan laju perubahan dilakukan dua tahap; tahap pertama dengan menahan y tetap (fixed) dan membolehkan x berubah kemudian pada tahp kedua menahan x tetap dan membolehkan y berubah. Tahap pertama kita menahan y=b dan membiarkan x bergerak, sehingga kita mendapatkan Kita mendapatkan fungsi variabel tunggal dan menentukan laju perubahan g(x) pada x=a dengan menghitung g (a) yaitu g (a) = 4ab 3. adalah turunan parsial / partial derivative terhadap x pada titik dan dinyatakan sebagai Tahap kedua kita menahan x = a dan membiarkan y bergerak sehingga mendapatkan adalah turunan parsial / partial derivative terhadap y pada titik dan we dinyatakan sebagai Kedua turunan diatas biasa disebut turunan parsial orde pertama / first order partial derivatives. Rumusan Formal : Bila kita melakukan proses turunan parsial fungsi seperti diatas dengan tidak menggunakan notasi tetapi dengan tetap menggunakan, kita dapat menuliskannya sebagai: f x x, y = 4xy 3 dan f y x, y = 6x 2 y 2, yaitu pertama menahan y tetap dan melakukan turunan terhadap x, setelah itu menahan x tetap dan melakukan turunan terhadap y. Definisi formal dari kedua turunan parsial tsb adalah sbb.: Berikut ini beberapa alternatif notasi untuk menyatakan turunan. Untuk fungsi notasi berikut dapat digunakan sebagai turunan parsial : Contoh Dapatkan turunan parsial orde pertama untuk fungsi (a) (b) Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 47

6 (c) Jawab : (d) (a) (b) (c) Untuk memudahkan penurunan persamaan diatas ditulis ulang sebagai, Petunjuk untuk turunan fungsi natural logarithms, gunakan. (d) Gunakan aturan rantai/chain rule yang pernah dipelajari di kalkulus 1 &2, dalam contoh ini bagaimana menurunkan fungsi eksponensial. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 48

7 Contoh Dapatkan turunan parsial orde satu fungsi berikut ini: (a) (b) (c) Jawab: (a) (b) (c) Dengan menggunakan prinsip aturan rantai/chain rule didapat, Turunan implisit dalam turunan parsial Dari contoh-contoh yang diberikan diatas, dengan menguasai turunan fungsi peubah tunggal dari kalkulus 1 & 2 maka proses turunan parsial fungsi peubah banyak tidak sulit. Selanjutnya akan dibahas proses turunan implisit dalam turunan parsial fungsi peubah banyak. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 49

8 Contoh me- review turunan implisit pada fungsi peubah tunggal dan pada contoh bagaimana penerapannya dalam fungsi peubah banyak. Contoh Dapatkan untuk persamaan. Jawab: Dengan selalu mengingat bahwa y adalah fungsi dari x, atau dan dengan demikian setiap kali menurunkan suatu suku/term yang melibatkan y terhadap x maka diperlukan untuk menggunakan aturan rantai, berarti perlu dituliskan pada suku/term tersebut. Langkah ke 1: menurunkan suku/term yang ada pada sisi kiri dan kanan tanda( = )terhadap x. Langkah ke-2: mendapatkan. Perlakuan untuk proses turunan implisit fungsi peubah banyak, berlaku serupa dengan proses turunan implisit pada fungsi peubah banyak. Dalam fungsi yang melibatkan variabel x, y, dan z dan misal z adalah fungsi x dan y,. Maka ketika kita memproses turunan z / differensiasi z terhadap x maka aturan rantai/chain rule digunakan dan dituliskan. Demikian juga dalam proses turunan z / differensiasi z terhadap y maka perlu ditulis. Contoh Dapatkan dan untuk fungsi berikut ini: (a) Jawab: (a) Untuk mendapatkan (b). Kedua sisi kiri kanan persamaan kita turunkan terhadap x dengan selalu menuliskan setiap kita menurunkan z. Ingat karena maka setiap perkalian x dan z merupakan perkalian dua fungsi x sehinga teorema aturan turunan perkalian fungsi harus dipakai. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 50

9 Untuk mendapatkan. Untuk mendapatkan dilakukan proses yang sama. (b) Untuk mendapatkan. Untuk mendapatkan. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 51

10 3.3. Interpretasi Geometris Turunan Parsial Dalam Kalkulus Peubah tunggal, adalah kemiringan (slope) dari garis singgung / tangent line terhadap pada atau dapat juga dikatakan sebagai kemiringan kuva pada x=a. Demikian juga, dan juga adalah kemiringan (slope) dari garis singgung/tangent lines. Pada Kalkulus Peubah tunggal tangent line menyinggung lengkungan kurva, dalam kalkulus peubah ganda kita tahu fungsi berupa bidang permukaan, sehingga ada banyak garis singgung yang dapat menyinggung bidang permukaan pada suatu titik. Jadi pertanyaannya turunan parsial fungsi ganda merepresentasi kemiringan sudut garis singgung yang mana? Dalam hal ini turunan parsial adalah kemiringan garis singgung pada traces atau dapat dikatakan kemiringan dari irisan/traces. (Untuk trace lihat lagi bab fungsi multivariable) Definisi traces: Bila level curve adalah irisan permukaan dengan bidang datar, maka traces suatu permukaan adalah kurva/garis lengkung yang merupakan penampang irisan dengan bidang datar atau. Jadi turunan parsial adalah kemiringan trace yaitu irisan dengan bidang datar pada titik. Demikian juga partial derivative adalah kemiringan trace yaitu irisan dengan bidang datar pada titik. Contoh : Dapatkan kemiringan traces untuk fungsi. Solusi Gambar sketsa trace untuk irisan bidang dan adalah sbb.: pada titik Gambar 3.2. Turunan parsial fungsi adalah sbb.: Dengan memasukkan titik singgung kedalam persamaan kita mendapatkan: Jadi, garis singgung/ tangent line pada dengan bidang datar untuk irisan/trace permukaan mempunyai kemiringan/slope sebesar -8. Dan garis singgung/ Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 52

11 tangent line pada untuk irisan/ trace permukaan dengan bidang datar mempunyai kemiringan sebesar -4. Menentukan persamaan garis singgung dan bidang singgung fungsi peubah ganda. Kita telah pelajari bahwa garis, bidang dalam 3 Dimensi dapat dinyatakan dalam tiga bentuk persamaan: 1. bentuk vektor persamaan garis / vector form of the equation of a line. 2. bentuk parametric persamaan garis / parametric form of the equation of a line. 3. Bentuk simetrik persamaan garis / symmetric equations of the line. Dalam bab Fungsi Vektor telah dibahas bahwa : Semua Fungsi Multivariabel dapat dinyatakan dalam Fungsi Vektor!!!!!!!. Untuk menyatakan persamaan suatu garis dalam bentuk vector, maka kita membutuhkan suatu titik pada garis tersebut dan vector arah. Untuk menentukan titik dalam 3 D kita memasukkan kedalam koodinat (a,b, f(a,b)). Berikut kita menentukan garis singgung pada titik tersebut: Bila kita mempunyai permukaan / surface yang dinyatakan dengan z= f(x,y), maka kita dapat menyatakan nya dalam bentuk fungsi vector: r x, y = x, y, z = x, y, f(x, y). Kita akan mendapatkan tangent vector dengan mendifferensiasi fungsi vector terhadap x, yang berarti dalam persoalan kita dengan mendifferensiasi fungsi irisan permukaan r x, y = x, y, z = x, y, f(x, y) dengan bidang datar y=b. Irisan yang kita dapat adalah: r x, b = x, b, z = x, b, f(x, y) Vektor tangent untuk trace/irisan dengan y constant (y=b) adalah: r x (x, y) = 1,0, f x (x, y). Dengan mendifferensiasi fungsi vector terhadap y, yaitu mendifferensiasi fungsi irisan permukaan r x, y = x, y, z = x, y, f(x, y) dengan bidang datar x=a. Irisan yang kita dapat adalah: r a, y = a, y, z = a, y, f(x, y) Vektor tangent untuk trace/irisan dengan x constant (x=a) adalah: r y (x, y) = 0,1, f y (x, y). Kedua tangent vector r x x, y = 1,0, f x x, y, r y (x, y) = 0,1, f y (x, y) yang didapat adalah vector arah yang dari garis singgung yang ingin dicari. Persamaan garis singgung dengan irisan fungsi vector dan y=b adalah: r t = a, b, f(a, b) + t 1,0, f x (a, b) Persamaan garis singgung dengan irisan fungsi vector dan x=a adalah: r t = a, b, f(a, b) + t 0,1, f y (a, b) Menentukan bidang singgung: Dalam bab persamaan bidang, persamaan bidang dinyatakan sebagai dot product: n. r r 0 = 0, dimana n adalah vector normal bidang dan r 0 adalah titik pada bidang. n = A, B, C, r = x, y, z, r 0 = x 0, y 0, z 0 A, B, C. x, y, z x 0, y 0, z 0 = 0 A, B, C. x x 0, y y 0, z z 0 = 0 A x x 0 + B y y 0 + C z z 0 = 0 Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 53

12 Dalam persoalan kita mencari bidang singgung, perlu dicari titik pada bidang r 0 dan vector normal bidang n. Titik pada bidang yang merupakan titik singgung dengan permukaan adalah: (a,b, f(a,b)) yang kita tuliskan (x 0, y 0, z 0 ). Vektor posisi r 0 = x 0, y 0, z 0. Vektor normal n didapat dengan perkalian silang (cross product) dari vector tangent: n = r x x r y, sehingga didapat = - f x i - f y j + 1 k = f x, f y, 1 i j k n = 1 0 f x 0 1 f y n. r r 0 = 0 f x, f y, + 1. x x 0, y y 0, z z 0 = 0 f x x x 0 f y y y 0 + z z 0 =0 Sehingga persamaan bidang singgung adalah : z z 0 = f x x x 0 + f y y y 0 Contoh Tuliskan persamaan bidang singgung dengan permukaan di titik. Titik singgung adalah: Persamaan garis singgung pada irisan/trace permukaan dengan bidang datar. Persamaan garis singgung pada irisan/trace permukaan dengan bidang datar. Bidang singgung: n = A, B, C = 8,4,1, sehingga persamaan bidang singgung : 8 x x y y 0 + C z z 0 = 0 Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 54

13 3.4.Turunan parsial orde tinggi. Untuk fungsi variable ganda, dapat diturunkan beberapa kali, misal turunan parsial orde satu adalah fungsi dari x dan y, maka turunan itu bisa diturunkan lagi. Berikut ini notasi yang digunakan : Contoh Dapatkan turunan orde dua untuk. Turunan orde satu adalah: Turunan orde satu diturunkan lagi sehingga didapat turunan orde dua: Dari contoh diatas kita mendapatkan :. Hal ini bukan kebetulan dan untuk semua kasus berlaku, dan hal ini dinyatakan dalam Teorema Clairut. Teorema Clairaut Bila f didefinisikan pada D dan memiliki titik. Bila fungsi dan adalah kontinu pada D maka, Contoh Verifikasi Teorema Clairaut untuk. Keduanya sama. Teorema Clairut dapat diperluas untuk turunan orde ketiga dan seterusnya untuk orde yang lebih tinggi. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 55

14 Sehingga Teorema ini juga berlaku tidak hanya untuk fungsi variable ganda, tetapi juga untuk fungsi variable 3, 4 dan seterusnya (multivariable umumnya). Sehingga bila memenuhi syarat kontinu berlaku Secara umum bila memenuhi syarat kontinuitas, Teorema Clairut berlaku untuk fungsi multivariable dan turunan orde tinggi. Contoh (a) Dapatkan untuk Jawab (b) Dapatkan untuk (a),,,, (b),, Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 56

15 3.5. Differentials Diketahui fungsi maka differential dz atau df adalah : dz = f x dx + f x dy atau df = f x dx + f x dy Rumusanl diatas dapat diperluas kefungsi variable 3 atau lebih.. Contoh diketahui fungsi maka differential dw adalah: Contoh Hitung differential untuk fungsi berikut ini (a) (b) (a) (b) Catatan : Terkadang differential disebut juga total differentials. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 57

16 3.6. Aturan Rantai Berikut notasi pada single variable, yang menyatakan bila F fungsi x yang dapat dinyatakan sebagai F fungsi dari g dan g fungsi dari x, maka turunannya dinyatakan sebagai F (x) dengan rumusan: Notasi alternatif adalah sbb.: Bila y = f(x) dan x = g(t) maka dy = dy dt dx dx dt Untuk fungsi dua variabel, ada beberapa kemungkinan. Kasus 1 :,, diminta untuk menghitung. Aturan rantai untuk kasus ini adalah sbb.: Contoh Hitung untuk (a),, Solution (b),, (a),, Dengan men substitusi x dan y dengan t kita mendapatkan: Soal diatas lebih mudah dikerjakan dengan mensubstitusi x dan y dengan t dari awal, pengerjaan diatas adalah untuk menunjukkan penggunaan aturan rantai. Dengan mensubstitusi x dan y dengan t dari awal, kita mendapatkan: Hasilnya sama. (b),, Dalam kasus ini menggunakan aturan rantai akan lebih mudah daripada mensubstitusi x dan y dari awal. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 58

17 Berikut ini variasi dari kasus, dimana Maka aturan rantai untuk adalah: Dimana : Contoh Hitung untuk, Kasus 2 :,, dan diminta dan. Contoh Dapatkan dan untuk,,. Aturan rantai untuk. Aturan rantai untuk. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 59

18 Berikut ini rumusan umum Aturan Rantai Jika z adalah fungsi n variabel,, dan variabel tersebut adalah fungsi dari m variabel,. Maka untuk setiap variabel, maka: Untuk memudahkan pengerjaan aturan rantai untuk setiap situasi maka diagram pohon sebaiknya digunakan. Contoh penggunaan diagram pohon dalam pengerjaan aturan rantai / chain rule untuk diketahui bahwa,,. Berikut diagram pohon untuk kasus ini: z s = z x z t = z x x s + dz dy x t + dz dy y s y t Contoh Gunakan tree diagram untuk menuliskan chain rule untuk turunan. (a) untuk,,, dan (b) untuk,,,dan (a)diagram pohon untuk dimana,,, dan Sehingga: (b) Diagram pohon untuk Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 60

19 dimana,, dan Sehingga : Contoh Dapatkan untuk bila dan. Solution Turunan pertama: Turunan kedua : Dengan menggunakan aturan perkalian turunan didapat: Kita perlu menentukan dan. Kita menulis ulang hasil aturan rantai pertama, sebagai: (1) Rumusan persamaan (1) diatas dapat ditafsirkan sebagai rumusan untuk men differensiasi sembarang fungsi x dan y terhadap yang memenuhi syarat dan. Dan kita tahu bahwa turunan parsial orde satu, dan, adalah fungsi x dan y dan syarat dan mensubstitusi f dengan f x berlaku, sehingga kita dapat menggunakan persamaan (1) dengan f dan y : Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 61

20 persamaan (1) Sehingga kita dapat menghitung. Dan dapat menghitung. Dengan memasukkan dan kedalam persamaan yang telah didapat: Kita mendapatkan: Turunan Implisit. Suatu fungsi dituliskan dalam bentuk dimana. Untuk mendapatkan dengan mendifferensi sehingga didapat : Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 62

21 Contoh Dapatkan untuk. Persamaan diatas dituliskan dalam bentuk F(x,y) = 0. Sehingga dengan menggunakan formula dy dx = F x F y diperoleh Untuk kasus fungsi dituliskan dalam dimana z = f (x,y),dicari dan. Untuk mendapatkan maka dilakukan differensiasi terhadap x dan memperlakukan y sebagai konstan. Kita melakukan pernurunan dengan menggunakan aturan rantai, sehingga didapat: Dengan memasukkan x = 1 dan y x x = 0 kedalam persamaan didapat: Contoh Dapatkan dan untuk. Persamaan diatas dituliskan dalam bentuk F(x,y,z) = 0. Maka sehingga Dan sehingga Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 63

22 Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 64

23 3.7. Turunan Berarah Turunan parsial dan, menyatakan laju perubahan dari f bila kita merubah x (dengan menahan y tetap) dan merubah y (dengan menahan x tetap). Pada bagian ini kita akan mempelajari bagaimana perubahan f bila kita membolehkan x dan y berubah bersamaan. Ada banyak cara untuk membolehkan x dan y berubah bersamaan. Misalnya x berubah lebih cepat dari y. Misalnya pada suatu titik. Kita merubah x dengan laju positif dua kali lebih cepat dari laju perubahan positif y. Dalam turunan parsial kita mendefinisikan bahwa laju perubahan f yang dinyatakan dengan adalah dalam arah vector 1,0, sedangkan laju perubahan f yang dinyatakan dengan adalah dalam arah vector 0,1. Dan misalnya ingin diketahui laju perubahan f dalam arah. Ada banyak vektor yang menyatakan arah 2,1, bisa vektor, Maka agar tetap konsisten maka kita nyatakan vektor arah perubahan dinyatakan dalam unit vektor. Definisi unit vektor adalah vektor yang memiliki panjang =1. Bila kita mempunyai vektor, maka panjang vektor (magnitude) dinyatakan sebagai :. Jadi untuk contoh, unit vektor yang panjang =1 dan arah yang sama adalah Terkadang kita menyatakan arah perubahan x dan y sebagai suatu sudut. Misalnya, berapa laju perubahan f dalam arah. Unit vektor yang mewakili arah ini adalah:. 2 5, 1 5. Berikut definisi dari Turunan Berarah: Definisi Laju perubahan dalam arah vektor unit disebut turunan berarah dan ditulis dengan notasi. Definisi dari turunan berarah adalah, Definisi diatas secara teknis dan praktis akan sangat sulit menghitung limitnya. Perlu dicari suatu cara agar dapat lebih mudah menghitung turunan berarah. Berikut ini diuraikan proses penurunan suatu rumusan yang lebih praktis untuk menghitung directional derivatives. Suatu fungsi peubah tunggal didefinisikan : dimana,, a, dan b adalah suatu bilangan tetap. Maka berdasarkan definisi turunan fungsi perubah tunggal didapat, dan turunan pada adalah: Bila kita substitusi didapat, Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 65

24 Jadi kita mendapatkan hubungan sbb.: (1) Bila ditulis ulang sebagai: Dari aturan rantai didapat: Dengan memasukkan didapat dan sehingga bila kita masukkan kedalam persamaan (2), kita mendapatkan : Persamaan (1) sama dengan persamaan (3), sehingga: (2) (3) Bila x 0 dan y 0 disubstitusi dengan x dan y (sebagai variabel) kita mendapatkan rumus / formula sbb. : Rumusan diatas lebih praktis dan sederhana dari definisi limit turunan berarah. Rumusan yang sama dapat diperluas untuk fungsi lebih dari 2 variabel. Misal untuk fungsi, turunan berarah dari dalam arah unit vektor adalah, Contoh Tentukan turunan berarah untuk soal dibawah ini. (a) dimana dan adalah unit vektor dengan arah. (b) dimana dengan arah. Jawab : (a). Unit vektor arah adalah: Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 66

25 Jadi, Dengan memasukan titik (2,0) kepersamaan didapat: (b) Perlu dicari unit vektor arah, vektor dicari panjangnya. Jadi vektor diatas bukan unit vektor. Sehingga perlu vektor arah tersebut dikonversi menjadi unit vektor arah, yaitu dengan membaginya dengan panjang vektor, sehingga didapat: Maka turunan berarah adalah: Rumusan turunan berarah dapat dituliskan dalam beberapa versi : Turunan berarah ditulis sebagai dot product antara gradient vektor f dengan unit vektor arah. Dimana gradient f atau gradient vektor f didefinisikan sebagai, f = f x, f y, f z atau f = f x, f y Atau bila menggunakan notasi basis vektor dituliskan: f = f x i + f y j + f z k atau f = f x i + f y j + f z k Dengan definisi gradient, maka turunan berarah dapat dituliskan sebagai: Atau juga dengan notasi sbb.: dimana atau Contoh Tentukan turunan berarah. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 67

26 (a) untuk dalam arah. (b) untuk at arah. Solusi (a) Jadi : (b) Unit vektor arah: Jadi, directional derivative pada titik yang dimaksud adalah: Teorema 1 Nilai maximum dari (atau laji perubahan maximum fungsi ) adalah dan terjadi dalam arah. Bukti Karena adalah unit vector, bentuk perkalian titik adalah dimana adalah sudut antara gradient dan., maka nilai maximum yang mungkin adalah pada nilai = 1 yaitu pada. Jadi nilai Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 68

27 maximum adalah dan terjadi pada sudut antara gradient dan adalah nol, dengan kata lain pada kondisi mempunyai arah yang sama dengan gradient,. Contoh Misalkan ketinggian bukit diatas permukaan laut dinyatakan dalam fungsi. Pada titik dalam arah manakah yang paling menanjak atau menurun? Berapakah nilai maximum kemiringan pada titik ini? Jawab Persamaan fungsi diatas menunjuk pada bentuk elliptic paraboloid dengan mulut terbuka kebawah. Perubahan maximum laju perubahan kemiringan adalah pada Nilai kemiringan maximum pada titik ini adalah, Vektor arah, mempunyai kedua komponen negative artinya arah perubahan maximum adalah kearah pusat. Teorema 2 Vektor gradient adalah orthogonal (atau tegak lurus) terhadap level curve pada titik. Demikian juga, vektor gradient adalah orthogonal terhadap level surface pada titik. Bukti Bila S adalah level surface yang dinyatakan dan bila dimana P ada di S. Dan bila C adalah suatu kurva pada S dan melewati P, yang dinyatakan dalam bentuk persamaan vektor. Sehingga pada t = sehingga, yaitu vektor posisi P. Dan karena C ada pada S sehingga setiap titik pada C harus memenuhi persamaan S. Yaitu, Dengan menerapkan Aturan Rantai / Chain Rule didapat kan : (4) dan sehingga persamaan (4) menjadi, At, this is, Perkalian titik diatas menyatakan, bahwa vektor gradient pada P,, adalah orthogonal terhadap vektor tangent,, untuk setiap kurva C yang melewati P dan terletak pada permukaan S dan karena itu harus juga orthogonal terhadap permukaan S. Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 69

28 Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 70

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308) DIKTAT KULIAH (IE-308) BAB 7 INTEGRAL PERMUKAAN Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308) DIKTAT KULIAH (IE-308) BAB 6 INTEGRAL GARIS Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc JURUSAN TEKNIK INDUSTRI -

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308) DIKTAT KULIAH (IE-308) BAB 5 INTEGRAL LIPAT Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc JURUSAN TEKNIK INDUSTRI -

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308) DIKTAT KULIAH (IE-308) BAB 1. PENDAHULUAN Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308) DIKTAT KULIAH (IE-308) BAB 2 RUANG 3 DIMENSI Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc JURUSAN TEKNIK INDUSTRI -

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308) DIKTAT KULIAH (IE-308) BAB 4 PENERAPAN TURUNAN PARSIAL Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n 1. FUNGSI DUA PEUBAH ATAU LEBIH fungsi bernilai riil dari peubah riil, fungsi bernilai vektor dari peubah riil Fungsi bernilai riil dari dua peubah riil yakni, fungsi

Lebih terperinci

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG 1. KOORDINAT CARTESIUS DALAM RUANG DIMENSI TIGA SISTEM TANGAN KANAN SISTEM TANGAN KIRI RUMUS JARAK,,,, 16 Contoh : Carilah jarak antara titik,, dan,,. Solusi :, Persamaan

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II Pada Bidang Bentuk Vektor dari KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-9) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Pada Bidang Bentuk Vektor dari 1 Definisi Daerah Sederhana x 2 Pada Bidang

Lebih terperinci

Kalkulus II. Diferensial dalam ruang berdimensi n

Kalkulus II. Diferensial dalam ruang berdimensi n Kalkulus II Diferensial dalam ruang berdimensi n Minggu ke-9 DIFERENSIAL DALAM RUANG BERDIMENSI-n 1. Fungsi Dua Peubah atau Lebih 2. Diferensial Parsial 3. Limit dan Kekontinuan 1. Fungsi Dua Peubah atau

Lebih terperinci

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1 Fungsi Variabel Banyak Bernilai Real Turunan Parsial dan Turunan Wono Setya Budhi KK Analisis dan Geometri, FMIPA ITB Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1 Turunan Parsial dan Turunan Usaha pertama untuk

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use

Open Source. Not For Commercial Use Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Limit dan Kekontinuan Misalkan z = f(, y) fungsi dua peubah dan (a, b) R 2. Seperti pada limit fungsi satu peubah, limit fungsi dua peubah bertujuan untuk mengamati

Lebih terperinci

Definisi. Turunan (derivative) suatu fungsi f di sebarang titik x adalah. f merupakan fungsi baru yang disebut turunan dari f (derivative of f).

Definisi. Turunan (derivative) suatu fungsi f di sebarang titik x adalah. f merupakan fungsi baru yang disebut turunan dari f (derivative of f). Lecture 5. Derivatives C A. Turunan (derivatives) Sebagai Fungsi Definisi. Turunan (derivative) suatu fungsi f di sebarang titik x adalah f ()() (x) = lim. f merupakan fungsi baru yang disebut turunan

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 8 November 2013

Hendra Gunawan. 8 November 2013 MA1101 MATEMATIKA 1A Hendra Gunawan Semester I, 013/014 8 November 013 Apa yang Telah Dipelajari pada Bab 4 1. Notasi Sigma dan Luas Daerah di Bawah Kurva. Jumlah Riemann dan Integral Tentu 3. Teorema

Lebih terperinci

Pertemuan Minggu ke Keterdiferensialan 2. Derivatif berarah dan gradien 3. Aturan rantai

Pertemuan Minggu ke Keterdiferensialan 2. Derivatif berarah dan gradien 3. Aturan rantai Pertemuan Minggu ke-10 1. Keterdiferensialan 2. Derivatif berarah dan gradien 3. Aturan rantai 1. Keterdiferensialan Pada fungsi satu peubah, keterdiferensialan f di x berarti keujudan derivatif f (x).

Lebih terperinci

DERIVATIVE Arum Handini primandari

DERIVATIVE Arum Handini primandari DERIVATIVE Arum Handini primandari INTRODUCTION Calculus adalah perubahan matematis, alat utama dalam studi perubahan adalah prosedur yang disebut differentiation (deferensial/turunan) Calculus dikembangkan

Lebih terperinci

Matematika I: Turunan. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 61

Matematika I: Turunan. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 61 Matematika I: Turunan Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 61 Outline 1 Garis Singgung Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 2 / 61 Outline 1 Garis Singgung

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu fungsi (dasar). Sebagai

Lebih terperinci

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n A. Fungsi Dua Variabel atau Lebih Dalam subbab ini, fungsi dua variabel atau lebih dikaji dari tiga sudut pandang: secara verbal (melalui uraian dalam kata-kata) secara aljabar

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II, 2016/2017 15 Maret 2017 Kuliah yang Lalu 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kurva di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1

Lebih terperinci

5. Aplikasi Turunan MA1114 KALKULUS I 1

5. Aplikasi Turunan MA1114 KALKULUS I 1 5. Aplikasi Turunan MA4 KALKULUS I 5. Menggambar grafik fungsi Informasi yang dibutuhkan: A. Titik potong dengan sumbu dan sumbu y B. Asimtot fungsi C. Kemonotonan Fungsi D. Ekstrim Fungsi E. Kecekungan

Lebih terperinci

5.1 Menggambar grafik fungsi

5.1 Menggambar grafik fungsi 5. Aplikasi Turunan 5. Menggambar graik ungsi Inormasi yang dibutuhkan: A. Titik potong dengan sumbu dan sumbu y B. Asimtot ungsi Deinisi 5.: Asimtot ungsi adalah garis lurus yang didekati oleh graik ungsi.

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II Definisi KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-7) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Definisi 1 Definisi 2 ontoh Soal Definisi Integral Garis Fungsi f K R 2 R di Sepanjang Kurva

Lebih terperinci

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Matematika 4 Beban Belajar : 4 sks Kalkulus Standar : 1. Menggunakan konsep limit fungsi turunan fungsi dalam pemecahan masalah Dasar 1.1 Menjelaskan

Lebih terperinci

TURUNAN. Bogor, Departemen Matematika FMIPA-IPB. (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, / 50

TURUNAN. Bogor, Departemen Matematika FMIPA-IPB. (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, / 50 TURUNAN Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, 2012 1 / 50 Topik Bahasan 1 Pendahuluan 2 Turunan Fungsi 3 Tafsiran Lain Turunan 4 Kaitan

Lebih terperinci

Kalkulus Diferensial week 09. W. Rofianto, ST, MSi

Kalkulus Diferensial week 09. W. Rofianto, ST, MSi Kalkulus Diferensial week 09 W. Rofianto, ST, MSi Tingkat Perubahan Rata-rata Jakarta Km 0 jam Bandung Km 140 Kecepatan rata-rata s t 140Km jam 70Km / jam Konsep Diferensiasi Bentuk y/ disebut difference

Lebih terperinci

TERAPAN INTEGRAL. Bogor, Departemen Matematika FMIPA IPB. (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, / 22

TERAPAN INTEGRAL. Bogor, Departemen Matematika FMIPA IPB. (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, / 22 TERAPAN INTEGRAL Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 22 Topik Bahasan 1 Luas Daerah Bidang Rata 2 Nilai Rataan Fungsi (Departemen Matematika

Lebih terperinci

Nughthoh Arfawi Kurdhi, M.Sc Department of Mathematics FMIPA UNS

Nughthoh Arfawi Kurdhi, M.Sc Department of Mathematics FMIPA UNS Lecture 5. Derivatives D A. Turunan Tingkat Tinggi Jika f adalah turunan fungsi f, maka f juga merupakan suatu fungsi. f adalah turunan pertama dari f. Jika turunan dari f ada, turunan ini dinamakan turunan

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran

Rencana Pembelajaran Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan nilai turunan suatu fungsi di suatu titik ) Menentukan nilai koefisien fungsi sehingga

Lebih terperinci

(2) Titik potong kurva dengan sumbu y, bila x = 0, diperoleh x = 0 y = mx + n y = m(0) + n y = n Jadi, titik potongnya dengan sumbu y, adalah (0, n) y

(2) Titik potong kurva dengan sumbu y, bila x = 0, diperoleh x = 0 y = mx + n y = m(0) + n y = n Jadi, titik potongnya dengan sumbu y, adalah (0, n) y BAB 3 FUNGSI LINIER DAN PERSAMAAN GARIS LURUS 3.1 Pengantar Fungsi linier adalah bentuk fungsi yang paling sederhana. Banyak hubungan antara variable ekonomi, dalam jangka pendek dianggap linier. Pengetahuan

Lebih terperinci

Pertemuan Minggu ke Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange

Pertemuan Minggu ke Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange Pertemuan Minggu ke-11 1. Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange 1. BIDANG SINGGUNG, HAMPIRAN Tujuan mempelajari: memperoleh persamaan bidang singgung terhadap permukaan z

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - II

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - II PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - II c. Metoda Persamaan Differensial Pasti (Exact) Pada kalkulus bahwa jika suatu fungsi u(x,y) mempunyai turunan parsial yang sifatnya kontinyu, turunan pasti

Lebih terperinci

TKS 4003 Matematika II. Nilai Ekstrim. (Extreme Values) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

TKS 4003 Matematika II. Nilai Ekstrim. (Extreme Values) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4003 Matematika II Nilai Ekstrim (Extreme Values) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Fungsi Dua Peubah Bila untuk setiap pasangan (x,y) dari harga harga dua peubah bebas

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : KALKULUS 3 KODE / SKS : IT042219 / 2 SKS Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU Geometri pada bidang, vektor vektor pada bidang : pendekatan secara geometrik dan secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

SRI REDJEKI KALKULUS I

SRI REDJEKI KALKULUS I SRI REDJEKI KALKULUS I KLASIFIKASI BILANGAN RIIL n Bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli : n 1, 2, 3, 4, 5,. n n Bilangan asli membentuk himpunan bagian dari klas himpunan bilangan yang lebih

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran SILABUS MATAKULIAH Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September 2014 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : A11. 54101 / Kalkulus I 2. Program Studi : Teknik Informatika-S1 3. Fakultas : Ilmu Komputer 4. Bobot sks

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MATEMATIKA DASAR UNTUK ASURANSI UMUM

PENGETAHUAN MATEMATIKA DASAR UNTUK ASURANSI UMUM PENGETAHUAN MATEMATIKA DASAR UNTUK ASURANSI UMUM Ringkasan. Dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa topik matematika yang diperlukan untuk menguasai pengetahuan asuransi umum. Kemudian sejumlah hasil

Lebih terperinci

FUNGSI. Berdasarkan hubungan antara variabel bebas dan terikat, fungsi dibedakan dua: fungsi eksplisit dan fungsi implisit.

FUNGSI. Berdasarkan hubungan antara variabel bebas dan terikat, fungsi dibedakan dua: fungsi eksplisit dan fungsi implisit. FUNGSI Fungsi merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Variabel dibedakan :. Variabel bebas yaitu variabel yang besarannya dpt ditentukan sembarang, mis:,, 6, 0 dll.. Variabel terikat yaitu variabel

Lebih terperinci

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd i DAFTAR ISI BAB I. BILANGAN KOMPLEKS... 1 I. Bilangan Kompleks dan Operasinya... 1 II. Operasi Hitung Pada Bilangan Kompleks... 1 III.

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

Bab 1 Vektor. A. Pendahuluan

Bab 1 Vektor. A. Pendahuluan Bab 1 Vektor A. Pendahuluan Dalam mata kuliah Listrik Magnet A, maupun mata kuliah Listrik Magnet B sebagaii lanjutannya, penyajian konsep dan pemecahan masalah akan banyak memerlukan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1 By : Suthami A MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK Matematika sebagai ilmu dasar yang digunakan sebagai alat pemecahan masalah di bidang keteknikan

Lebih terperinci

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T.

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T. DESKRIPSI MATA KULIAH TK-301 Matematika: S1, 3 SKS, Semester I Mata kuliah ini merupakan kuliah dasar. Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep matematika dan

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I dan Gradien dan Gradien Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia dan Gradien Turunan-turunan parsial f x (x, y) dan f y (x, y) mengukur laju perubahan (dan kemiringan garis singgung) pada arah sejajar

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor ANALISIS VEKTOR Aljabar Vektor Operasi vektor Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu, besaran

Lebih terperinci

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Teknik Tenaga Elektrik/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T.

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Teknik Tenaga Elektrik/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T. DESKRIPSI MATA KULIAH TK-... Matematika Dasar: S1, 3 SKS, Semester I Mata kuliah ini merupakan kuliah dasar. Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Pengembangan Produk Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan produk berupa Skema Pencapaian

Lebih terperinci

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA-UPI BANDUNG HAND OUT TURUNAN DAN DIFERENSIASI OLEH: FIRDAUS-UPI 0716 1. GARIS SINGGUNG 1.1 Definisi Misalkan fungsi f kontinu di c. Garis singgung ( tangent line )

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

Catatan Kuliah FI2101 Fisika Matematik IA

Catatan Kuliah FI2101 Fisika Matematik IA Khairul Basar atatan Kuliah FI2101 Fisika Matematik IA Semester I 2015-2016 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung Bab 6 Analisa Vektor 6.1 Perkalian Vektor Pada bagian

Lebih terperinci

Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc

Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc KALKULUS III Teorema Integral (Stokes Theorem) Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc 1 Stokes Theorem Review : Pada pembahasan sebelumnya, kepadatan sirkulasi atau curl pada bidang dua dimensi

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH Pertemuan V: Analisis Komparatif Statik dan Konsep Derivatif

CATATAN KULIAH Pertemuan V: Analisis Komparatif Statik dan Konsep Derivatif CATATAN KULIAH Pertemuan V: Analisis Komparati Statik dan Konsep Derivati A. Pengertian Komparati Statik dan Konsep Derivati Analisis Statis (ekuilibrium)yang dipelajari dalam bab yang lalu, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG BAB I VEKTOR DALAM BIDANG I. KURVA BIDANG : Penyajian secara parameter Suatu kurva bidang ditentukan oleh sepasang persamaan parameter. ; dalam I dan kontinue pada selang I, yang pada umumnya sebuah selang

Lebih terperinci

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu

Lebih terperinci

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2 Kurikulum 3/6 matematika K e l a s XI APLIKASI TURUNAN ALJABAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Dapat menerapkan aturan turunan aljabar untuk

Lebih terperinci

Integral Tak Tentu. Modul 1 PENDAHULUAN

Integral Tak Tentu. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Integral Tak Tentu M PENDAHULUAN Drs. Hidayat Sardi, M.Si odul ini akan membahas operasi balikan dari penurunan (pendiferensialan) yang disebut anti turunan (antipendiferensialan). Dengan mengikuti

Lebih terperinci

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XII Differensial e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 PENDAHULUAN Persamaan diferensial

Lebih terperinci

M AT E M AT I K A E K O N O M I KALKULUS TURUNAN I N S TITUT P ERTA N I A N BOGOR

M AT E M AT I K A E K O N O M I KALKULUS TURUNAN I N S TITUT P ERTA N I A N BOGOR M AT E M AT I K A E K O N O M I KALKULUS TURUNAN TO N I BAKHTIAR I N S TITUT P ERTA N I A N BOGOR 2 0 1 2 Statik Komparatif Analisis perbandingan titik-titik kesetimbangan terhadap perubahan nilai-nilai

Lebih terperinci

Soal Ujian Komprehensif

Soal Ujian Komprehensif Soal Ujian Komprehensif Bahan ujian komprehensif memuat konsep-konsep penting pada bidang: Kalkulus, dan Matriks / Aljabar Linear. Logika, Soal ujian disediakan secara terbuka, dapat diperoleh setiap saat

Lebih terperinci

Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc

Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc KALKULUS III Teorema Integral Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc 1 INTEGRAL GARIS Integral Garis pada Fungsi Skalar Definisi : Jika f didefinisikan pada kurva diberikan secara parametrik

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : MATEMATIKA TEKNIK 2 KODE/SKS : IT042227 / 2 SKS Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU 1 Pendahuluan Mahasiswa mengerti tentang mata kuliah Matematika Teknik 2 : bahan ajar,

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS MINGGU IX

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS MINGGU IX MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS MINGGU IX KALKULUS DIFERENSIAL Prepared By : W. Rofianto ROFI 010 TINGKAT PERUBAHAN RATA-RATA Jakarta Km 0 jam Bandung Km 140 Kecepatan rata-rata s t 140Km jam 70Km / jam

Lebih terperinci

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f

Lebih terperinci

Vektor-Vektor. Ruang Berdimensi-2. Ruang Berdimensi-3

Vektor-Vektor. Ruang Berdimensi-2. Ruang Berdimensi-3 Vektor-Vektor dalam Ruang Berdimensi-2 dan Ruang Berdimensi-3 Disusun oleh: Achmad Fachrurozi Albert Martin Sulistio Iffatul Mardhiyah Rifki Kosasih Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

1.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih 1.2 Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah atau Lebih

1.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih 1.2 Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah atau Lebih ] 1 Pada Bab 1 ini akan dibahas antara lain sebagai berikut. 1.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih 1.2 Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah atau Lebih Tema sentral dari bab ini adalah kalkulus dari fungsi peubah

Lebih terperinci

Matematika I: Turunan. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 75

Matematika I: Turunan. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 75 Matematika I: Turunan Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 75 Outline 1 Garis Singgung Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 2 / 75 Outline 1 Garis Singgung

Lebih terperinci

f (a) = laju perubahan y = f(x) pada x = a = turunan pertama y=f(x) pada x = a

f (a) = laju perubahan y = f(x) pada x = a = turunan pertama y=f(x) pada x = a LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIFFERENSIAL (TURUNAN) Nama Siswa : y f(a h) f(a) x (a h) a Kelas : Kompetensi Dasar (KURIKULUM 2013): 3.21 Memahami konsep turunan dengan menggunakan konteks matematik atau konteks

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Pendahuluan Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu

Lebih terperinci

Derivatif Parsial (Fungsi Multivariat)

Derivatif Parsial (Fungsi Multivariat) Derivatif Parsial (Fungsi Multivariat) week 12 W. Rofianto, ST, MSi FUNGSI MULTIVARIAT Fungsi dapat memiliki lebih dari satu variabel bebas. Fungsi demikian biasanya disebut sebagai fungsi multivariat.

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II KALKULUS MULTIVARIABEL II Integral Garis Medan Vektor dan (Minggu ke-8) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia 1 Integral Garis Medan Vektor 2 Terkait Lintasan Teorema Fundamental untuk

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal ini akan dibahas macam-macam peubah acak, distribusi peluang, fungsi densitas, dan fungsi distribusi. Pada pembahasan selanjutnya, fungsi peluang untuk peubah acak

Lebih terperinci

Bagian 4 Terapan Differensial

Bagian 4 Terapan Differensial Bagian 4 Terapan Differensial Dalam bagian 4 Terapan Differensial, kita akan mempelajari materi bagaimana konsep differensial dapat dipergunakan untuk mengatasi persoalan yang terjadi di sekitar kita.

Lebih terperinci

LIMIT DAN KEKONTINUAN

LIMIT DAN KEKONTINUAN LIMIT DAN KEKONTINUAN Pengertian dan notasi dari it suatu fungsi, f() di suatu nilai = a diberikan secara intuitif berikut. Bila nilai f() mendekati L untuk nilai mendekati a dari arah kanan maka dikatakan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 2) Gerak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Kerangka Acuan & Sistem Koordinat Posisi dan Perpindahan Kecepatan Percepatan GLB dan GLBB Gerak Jatuh Bebas Mekanika

Lebih terperinci

Memahami konsep dasar turunan fungsi dan mengaplikasikan turunan fungsi pada

Memahami konsep dasar turunan fungsi dan mengaplikasikan turunan fungsi pada 5 TURUNAN JUMLAH PERTEMUAN : 4 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Memahami konsep dasar turunan fungsi dan mengaplikasikan turunan fungsi pada permasalahan yang ada Materi : 5.1 Pendahuluan Ide awal

Lebih terperinci

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahkan vektor secara grafis dan dengan vektor komponen 3. Melakukan

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial

Persamaan Diferensial TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Konsep Dasar dan Pembentukan (Differential : Basic Concepts and Establishment ) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6-7 LIMIT DAN KESINAMBUNGAN FUNGSI

PERTEMUAN 6-7 LIMIT DAN KESINAMBUNGAN FUNGSI PERTEMUAN 6-7 LIMIT DAN KESINAMBUNGAN FUNGSI LIMIT Limit menggambarkan seberapa jauh sebuah fungsi akan berkembang apabila variabel di dalam fungsi yang bersangkutan terus menerus berkembang mendekati

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II. ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd

MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II. ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd IDENTITAS MAHASISWA NAMA : KLS/NIM :. KELOMPOK:. Daftar Isi Kata Pengantar Peta Konsep Materi. BAB I Analisis Vektor a. Vektor Pada Bidang.6

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak BAB II DASAR TEORI Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep-konsep umum mengenai aliran fluida. Beberapa akan dibahas pada bab ini. Diantaranya adalah hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum.

Lebih terperinci

Kuliah 3: TURUNAN. Indah Yanti

Kuliah 3: TURUNAN. Indah Yanti Kuliah 3: TURUNAN Indah Yanti Turunan Parsial DEFINISI Misalkan fungsi f: A R, dengan A R n adalah himpunan buka. Untuk setiap x = (x 1,..., x n ) A dan setiap j = 1,..., n limit f x j x 1,, x n f x 1,,

Lebih terperinci

f (a) = laju perubahan y = f(x) pada x = a = turunan pertama y=f(x) pada x = a

f (a) = laju perubahan y = f(x) pada x = a = turunan pertama y=f(x) pada x = a Nama Siswa Kelas : : aasdaa. PENGERTIAN DIFERENSIAL (TURUNAN) Turunan fungsi atau diferensial didefinisikan sebagai laju perubahan fungsi sesaat dan dinotasikan f (x). LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIFFERENSIAL

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : MAT 101 Bobot SKS : 3 (2-2) : Landasan Matematika GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Deskripsi : Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar matematika yang meliputi

Lebih terperinci

Kalkulus II. Institut Teknologi Kalimantan

Kalkulus II. Institut Teknologi Kalimantan Tim Dosen Kalkulus II Tahun Persiapan Bersama Institut Kalkulus Teknologi II Kalimantan January 31, () 2018 1 / 71 Kalkulus II Tim Dosen Kalkulus II Tahun Persiapan Bersama Institut Teknologi Kalimantan

Lebih terperinci

Bab III. Integral Fungsi Kompleks

Bab III. Integral Fungsi Kompleks Bab III Integral Fungsi ompleks Integrasi suatu fungsi kompleks f() = u + iv dilakukan pada bidang Argand, sehingga integrasinya menyerupai integral garis pada integral vektor. Hal ini terjadi mengingat

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Pengantar Kalkulus Pertemuan - 1

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Pengantar Kalkulus Pertemuan - 1 Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 SKS : 3 SKS Pengantar Kalkulus Pertemuan - 1 TIU : Mahasiswa dapat memahami dasar-dasar Kalkulus TIK : Mahasiswa mampu menjelaskan sistem bilangan real Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

5. Aplikasi Turunan 1

5. Aplikasi Turunan 1 5. Aplikasi Turunan 5. Menggambar graik ungsi Inormasi yang dibutuhkan: A. Titik potong dengan sumbu dan sumbu y B. Asimtot ungsi Deinisi 5.: Asimtot ungsi adalah garis lurus yang didekati oleh graik ungsi.

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x)

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x) II. TINJUAN PUSTAKA 2.1. Limit Definisi lim f(x) = L, dan mengatakan limit f (x) ketika x mendekati a sama dengan L, jika dapat dibuat nilai f (x) sebarang yang dekat dengan L dengan cara mengambil nilai

Lebih terperinci

Kalkulus Peubah Banyak Modul Pembelajaran. January UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd

Kalkulus Peubah Banyak Modul Pembelajaran. January UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd Kalkulus Peubah Banyak Modul Pembelajaran January UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd IDENTITAS MAHASISWA NAMA : KLS/NIM :. KELOMPOK:. A l f i a n i A t h m a P u t r i R

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah Kode Mata Kuliah SKS Durasi Pertemuan Pertemuan ke : Kalkulus : TSP-102 : 3 (tiga) : 150 menit : 1 (Satu) A. Kompetensi: a. Umum : Mahasiswa dapat menggunakan

Lebih terperinci

Kalkulus Fungsi Dua Peubah atau Lebih

Kalkulus Fungsi Dua Peubah atau Lebih Kalkulus Fungsi Dua Peubah atau Lebih Warsoma Djohan Prodi Matematika, FMIPA - ITB March 11, 2011 Kalkulus 2 / MA-ITB / W.D. / 2011 (ITB) Kalkulus Fungsi Dua Peubah atau Lebih March 11, 2011 1 / 34 Fungsi

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian Modul 1 Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian Drs. Sardjono, S.U. M PENDAHULUAN odul 1 ini berisi uraian tentang persamaan diferensial, yang mencakup pengertian-pengertian dalam

Lebih terperinci

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

(b) M merupakan nilai minimum (mutlak) f apabila M f(x) x I..

(b) M merupakan nilai minimum (mutlak) f apabila M f(x) x I.. 3. Aplikasi Turunan a. Nilai ekstrim Bagian ini dimulai dengan pengertian nilai ekstrim suatu fungsi yang mencakup nilai ekstrim maksimum dan nilai ekstrim minimum. Definisi 3. Diberikan fungsi f: I R,

Lebih terperinci

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai

Lebih terperinci

2. Memahami dan mampu menyelesaikan Permasalahan yang berkaitan dengan vektor di Ruang Tiga, yaitu Persamaan Bidang

2. Memahami dan mampu menyelesaikan Permasalahan yang berkaitan dengan vektor di Ruang Tiga, yaitu Persamaan Bidang TUJUAN EMBELAJARAN Agar pembaca memahami tentang Sistem Koordinat Kartesian beserta fungsinya yaitu titik, jarak dua titik, persamaan bola serta Vektor dalam ruang dimensi tiga beserta aplikasinya yaitu

Lebih terperinci