BAB V DISTRIBUSI NORMAL. Deskripsi: Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep distribusi normal dalam pengukuran.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V DISTRIBUSI NORMAL. Deskripsi: Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep distribusi normal dalam pengukuran."

Transkripsi

1 BAB V DISTRIBUSI NORMAL Deskripsi: Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep distribusi normal dalam pengukuran. Manfaat: Memberikan metode distribusi normal yang benar saat melakukan proses pengukuran. Relevansi: Pertemuan ini membenaran teoritis untuk ide-ide statistik dan memberikan bukti beberapa hasil yang dinyatakan tanpa bukti dalam bab-bab sebelumnya. Learning Outcome: Mahasiswa memahami dan mampu mengimplementasikan metode distribusi normal hasil pengukuran dengan benar. MATERI: Bab ini melanjutkan pembahasan kita tentang analisis statistik pengukuran ulang. Bab 4 memperkenalkan ide-ide penting dari rerata, standar deviasi, dan deviasi standar dari rerata, kita melihat signifikansi mereka dan beberapa kegunaan mereka. Bab ini memasok pembenaran teoritis untuk ide-ide statistik dan memberikan bukti beberapa hasil dinyatakan tanpa bukti dalam bab-bab sebelumnya. Masalah pertama dalam membahas pengukuran berulang kali adalah untuk menemukan cara untuk menangani dan menampilkan nilai-nilai yang diperoleh. Salah satu metode yang nyaman adalah dengan menggunakan distribusi atau histogram, seperti yang dijelaskan dalam Bagian 5.1. Bagian 5.2 memperkenalkan gagasan terbatas distribusi, distribusi hasil yang akan diperoleh jika jumlah pengukuran menjadi besar tak berhingga. Pada Bagian 5.3, saya mendefinisikan distribusi normal, atau distribusi Gauss, adalah distribusi terbatas hasil untuk setiap subjek pengukuran banyak kesalahan acak kecil. Setelah sifat matematika dari distribusi normal dipahami, kita dapat melanjutkan untuk membuktikan beberapa hasil penting cukup mudah. Bagian 5.4 memberikan bukti bahwa, seperti yang diharapkan dalam Bab 4, sekitar 68 % dari semua pengukuran (semua satu kuantitas dan semua menggunakan teknik yang sama) harus berada dalam satu standar deviasi dari nilai sebenarnya. Bagian 5.5 membuktikan hasil, digunakan kembali dalam Bab 1, bahwa jika kita melakukan N pengukuran x l, x 2,, x N dari beberapa kuantitas x, maka 21

2 perkiraan terbaik kami x terbaik berdasarkan nilai rerata x = x i /N. Bagian 5.6 membenarkan penggunaan penambahan dalam quadrature ketika menyebarkan kesalahan yang independen dan acak. Pada Bagian 5.7, saya membuktikan bahwa ketidakpastian dari rerata x, bila digunakan sebagai estimasi terbaik dari x, diberikan oleh deviasi standar dari rerata σ x = σ x / N, sebagaimana tercantum dalam Bab 4. Akhirnya, Bagian 5.8 membahas bagaimana menetapkan kepercayaan numerik untuk hasil eksperimen. Matematika yang digunakan dalam bab ini lebih maju daripada yang digunakan sejauh ini. Secara khusus, Anda akan perlu memahami ide dasar integrasi integral sebagai daerah di bawah grafik, perubahan variabel, dan (kadang-kadang) integrasi parsial. Namun, setelah Anda telah bekerja melalui Bagian 5.3 pada distribusi normal (akan lebih dari perhitungan dengan pensil dan kertas, jika perlu) Anda harus mampu mengikuti sisa bab tanpa banyak kesulitan. 5.1 Histogram dan Distribusi Harus jelas bahwa analisis statistik percobaan mengharuskan kita untuk membuat banyak pengukuran. Jadi, pertama kita perlu merancang metode untuk merekam dan menampilkan sejumlah besar nilai yang terukur. Anggaplah, misalnya, kami membuat 10 pengukuran beberapa panjang x. Sebagai contoh, x mungkin jarak dari lensa ke bayangan yang dibentuk oleh lensa. Kita mungkin mendapatkan nilai-nilai (semua dalam cm) 26, 24, 26, 28, 23, 24, 25, 24, 26, 25. (5.1) Sebagai langkah pertama, kita dapat mengatur ulang nomor (5,1) dalam urutan menaik, 23, 24, 24, 24, 25, 25, 26, 26, 26, 28. (5.2) Selanjutnya, daripada merekam tiga bacaan 24, 24, 24, kita hanya dapat merekam bahwa kami memperoleh nilai 24 tiga kali, dengan kata lain, kita dapat merekam nilai yang berbeda x diperoleh, bersama dengan jumlah kali setiap nilai adalah ditemukan, seperti pada Tabel

3 Tabel 5.1. Diukur panjang x dan jumlah mereka kejadian. Nilai yang berbeda, x k Jumlah kali ditemukan, n k Di sini telah memperkenalkan notasi x k (k = 1, 2,...) untuk menunjukkan berbagai nilai yang berbeda ditemukan: x 1 = 23, x 2 = 24, x 3 = 25, dan seterusnya. Dan nk (k = 1, 2,...) menunjukkan jumlah kali nilai x k yang sesuai ditemukan: n 1 = 1, 2 = 3, dan seterusnya. Jika kita merekam pengukuran seperti pada Tabel 5.1, kita dapat menulis ulang definisi rerata x dalam apa yang terbukti menjadi cara yang lebih nyaman. Dari definisi lama kita, kita tahu bahwa (5.3) x = k x k / N = Persamaan ini sama dengan x = atau secara umum 23 +(24 x 3) + ( 25 x 2 ) (5.4) x = i x i N (5.5) i n i = N (Misalnya, untuk Tabel 5.1 persamaan ini menyatakan bahwa jumlah dari angka di baris bawah adalah 10.) Cepat Periksa 5. I. Dalam dua tahun pertamanya di perguruan tinggi, Joe mengambil 20 program (semua dengan jumlah kredit yang sama) dan menghasilkan 7 A, 4 B, 7 C, dan 2 E. Untuk tujuan menghitung nilai rata-rata (IPK), setiap huruf kelas diberi skor numerik dengan cara yang biasa, sebagai berikut : Nilai : F D C B A Skor, s k : s l = 0 s 2 = 1 s 3 = 2 s 4 = 3 s 5 = 4 23

4 Mengatur tabel seperti Tabel 5.1 menunjukkan kemungkinan perbedaan skor s k dan berapa kali n k mereka peroleh. Gunakan Persamaan (5.4) untuk menghitung IPK Joe, s. F k = n k N (5.6) Hasil (5,5) menunjukkan bahwa x = k F k (5.7) k F k = 1 (5.8) Artinya, jika kita menjumlahkan fraksi F k untuk semua hasil yang mungkin x k, kita harus 1. Setiap himpunan bilangan yang jumlahnya adalah 1 dikatakan dinormalisasi, dan hubungan (5,8) karena itu disebut kondisi normalisasi. Distribusi pengukuran kami dapat ditampilkan secara grafis dalam histogram, seperti pada Gambar 5.1. Angka ini hanya sebidang Fk terhadap x k, di mana perbedaan nilai yang terukur x k diplot sepanjang sumbu horisontal dan fraksi kali setiap x k diperoleh ditunjukkan dengan ketinggian vertikal yang ditarik di atas x k. (Kita juga bisa plot n k melawan x k, namun untuk tujuan kita plot F k terhadap x k lebih nyaman). Data ditampilkan dalam histogram seperti ini dapat komprehensif cepat dan mudah, karena banyak penulis untuk surat kabar dan majalah. Gambar 5.1 Histogram untuk 10 pengukuran panjang x. Sumbu vertikal menunjukkan fraksi kali F k bahwa setiap nilai x k diamati Sebuah histogram seperti itu pada Gambar 5.1 dapat disebut sebuah histogram batang karena distribusi hasil ditunjukkan dengan ketinggian batang vertikal di atas x k tersebut. Ini jenis histogram yang sesuai bila nilai-nilai x k yang rapi spasi, dengan nilai integer. (Misalnya, nilai siswa pada ujian biasanya bilangan bulat dan ditampilkan nyaman menggunakan bar 24

5 histogram.) Kebanyakan ukuran, bagaimanapun, tidak memberikan hasil bulat rapi karena jumlah fisik yang paling memiliki berbagai berkesinambungan nilai yang mungkin. Sebagai contoh, daripada 10 panjang dilaporkan dalam Persamaan (5.1), Anda akan jauh lebih mungkin untuk mendapatkan nilai-nilai seperti ,4, 23,9, 25,1, 24,6, 22,7, 23,8, 25,1, 23,9, 25,3, 25,4 (5.9) Sebuah batang histogram dari 10 nilai akan terdiri dari 10 bar yang terpisah, semua sama tinggi, dan akan menyampaikan relatif sedikit informasi. Mengingat pengukuran seperti di (5.9), jalan terbaik adalah untuk membagi rentang nilai menjadi beberapa nyaman interval atau "bin" dan untuk menghitung berapa nilai masing-masing jatuh ke "bin" Sebagai contoh, kita bisa menghitung jumlah pengukuran (5.9) antara x = 22 dan 23, antara x = 23 dan 24, dan seterusnya. Hasil penghitungan dengan cara ini ditunjukkan pada Tabel 5.2. (Jika pengukuran kebetulan jatuh tepat pada batas antara dua sampah, Anda harus memutuskan di mana tempat itu. Sebuah kursus sederhana dan masuk akal adalah untuk menetapkan setengah pengukuran untuk masing-masing dua bin). Tabel pengukuran (5.9) dikelompokkan dalam bins Bin pengamatan dalam bin Hasil pada Tabel 5.2 dapat diplot dalam bentuk yang dinamakan histogram bin, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.2. Dalam plot ini, fraksi pengukuran yang jatuh setiap bin ditunjukkan dengan luas persegi panjang digambar di atas tempat sampah. Dengan demikian, berbayang persegi panjang di atas interval dari x = 23 sampai x = 24 memiliki luas 0,3 x 1 = 0,3, menunjukkan bahwa 3/10 dari seluruh pengukuran jatuh dalam interval ini. Secara umum, kami menunjukkan lebar bin kth oleh Δ k. (Ini lebar biasanya semua sama, meskipun mereka pasti tidak harus.) Ketinggian f k persegi panjang yang ditarik di atas bin ini dipilih sehingga daerah f k Δ k adalah f k Δ k = fraksi pengukuran bin ke k 25

6 Gambar 5.2 Bin histogram di mana berbeda nilai yang terukur x k diplot sepanjang sumbu horisontal dan fraksi kali setiap xk diperoleh ditunjukkan dengan ketinggian vertikal yang ditarik di atas x k. (Kita juga bisa plot n k melawan x k, namun untuk tujuan kita plot F k terhadap x k lebih nyaman). Data ditampilkan dalam histogram seperti ini dapat komprehensif cepat dan mudah, karena banyak penulis untuk surat kabar dan majalah. Gambar 5.2 Histogram untuk 10 pengukuran panjang x. Sumbu vertikal menunjukkan fraksi kali F k bahwa setiap nilai x k diamati Sebuah histogram seperti itu pada Gambar 5.1 dapat disebut sebuah bar histogram karena distribusi hasil ditunjukkan dengan ketinggian bar vertikal di atas xk tersebut. Ini jenis histogram yang sesuai bila nilai-nilai xk yang rapi spasi, dengan nilai integer. (Misalnya, nilai siswa pada ujian biasanya bilangan bulat dan ditampilkan nyaman menggunakan bar histogram.) Kebanyakan ukuran, bagaimanapun, tidak memberikan hasil bulat rapi karena jumlah fisik yang paling memiliki berbagai berkesinambungan nilai yang mungkin. Sebagai contoh, daripada 10 panjang dilaporkan dalam Persamaan (5.1), Anda akan jauh lebih mungkin untuk mendapatkan nilai-nilai seperti 10 26

7 26,4, 23,9, 25,1, 24,6, 22,7, 23,8, 25,1, 23,9, 25,3, 25,4 (5.9) Sebuah bar histogram dari 10 nilai akan terdiri dari 10 bar yang terpisah, semua sama tinggi, dan akan menyampaikan relatif sedikit informasi. Mengingat pengukuran seperti di (5.9), jalan terbaik adalah untuk membagi rentang nilai menjadi beberapa nyaman interval atau "bin" dan untuk menghitung berapa nilai masing-masing jatuh ke "bins" Sebagai contoh, kita bisa menghitung jumlah pengukuran (5.9) antara x = 22 dan 23, antara x = 23 dan 24, dan seterusnya. Hasil penghitungan dengan cara ini ditunjukkan pada Tabel 5.2. (Jika pengukuran kebetulan jatuh tepat pada batas antara dua sampah, Anda harus memutuskan di mana tempat itu. Sebuah kursus sederhana dan masuk akal adalah untuk menetapkan setengah pengukuran untuk masing-masing dua sampah). Tabel pengukuran (5.9) dikelompokkan dalam bin Bin pengamatan dalam bin Hasil pada Tabel 5.2 dapat diplot dalam bentuk kita dapat memanggil histogram bin, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.2. Dalam plot ini, fraksi pengukuran yang jatuh setiap bin ditunjukkan dengan luas persegi panjang digambar di atas tempat sampah. Dengan demikian, berbayang persegi panjang di atas interval dari x = 23 sampai x = 24 memiliki luas 0,3 x 1 = 0,3, menunjukkan bahwa 3/10 dari seluruh pengukuran jatuh dalam interval ini. Secara umum, kami menunjukkan lebar bin kth oleh Δ k. (Ini lebar biasanya semua sama, meskipun mereka pasti tidak harus.) Ketinggian fk persegi panjang yang ditarik di atas bin ini dipilih sehingga daerah f k Δ k adalah f k Δ k = fraksi pengukuran kth bin 27

8 Gambar 5.2 Bin histogram yang menunjukkan sebagian kecil dari 10 pengukuran (5.9) x yang jatuh dalam "bin2" 22 dan 23, 23-24, dan seterusnya. Luas persegi panjang di atas setiap interval memberikan fraksi pengukuran yang jatuh dalam interval tersebut. Dengan demikian, daerah persegi panjang yang diarsir adalah 0,3, menunjukkan bahwa 3/10 dari semua pengukuran berada di antara 23 dan 24 Jelas, lebar bin harus dipilih sehingga beberapa bacaan jatuh pada beberapa bin. Dengan demikian, ketika jumlah total dari pengukuran N kecil, kita harus memilih bin kita relatif luas, tetapi jika kita meningkatkan N, maka kita biasanya dapat memilih tempat sempit. Cepat Periksa 5.2. Sebuah kelas 20 siswa mengambil ujian, yang dinilai dari 50 poin, dan memperoleh hasil sebagai berikut: 26, 33, 38, 41, 49, 28, 36, 38, 47, 41 32, 37, 48, 44, 27, 32, 34, 44, 37, 30 (Skor ini diambil dari daftar abjad dari siswa.) Pada selembar kertas memerintah persegi, menggambar histogram bin dari nilai, menggunakan batas bin pada 25, 30, 35, 40, 45, dan 50. Label skala vertikal sehingga daerah masing-masing persegi panjang adalah sebagian kecil dari mahasiswa di tempat yang sesuai. 5.2 Distribusi Terbatas Di sebagian besar percobaan, karena jumlah pengukuran meningkat, histogram mulai mengambil bentuk sederhana pasti. Ini bentuk berkembang jelas terlihat pada Gambar 5.3 dan 5.4, yang menunjukkan 100 dan pengukuran jumlah yang sama seperti pada Gambar 28

9 5.2. Setelah 100 pengukuran, histogram telah menjadi puncak tunggal, yang kira-kira simetris. Setelah pengukuran, kami telah mampu untuk mengurangi separuh ukuran bin, dan histogram telah menjadi sangat halus dan teratur. Ketiga grafik menggambarkan sifat penting dari kebanyakan pengukuran. Karena jumlah pengukuran mendekati tak terhingga, distribusi mereka mendekati beberapa pasti, kurva kontinu. Ketika ini terjadi, kurva kontinu disebut distribusi terbatas tampaknya menjadi dekat dengan simetris kurva berbentuk lonceng ditumpangkan pada Gambar 5.4. Gambar 5.3 Histogram untuk 100 pengukuran jumlah yang sama seperti pada Gambar 5.2. Gambar 5.4. Histogram untuk pengukuran jumlah yang sama seperti pada Gambar 5.3. Kurva rusak adalah distribusi terbatas Sebuah distribusi terbatas, seperti kurva mulus pada Gambar 5.4, mendefinisikan fungsi-tion, yang kita sebut f(x). Pentingnya fungsi ini ditunjukkan oleh Gambar 5.5. Seperti kita membuat semakin banyak pengukuran kuantitas x, histogram kami akhirnya akan dibedakan 29

10 dari terbatas kurva f(x). Oleh karena itu, fraksi pengukuran yang jatuh dalam interval x kecil untuk x + dx sama daerah f(x) dx dari strip diarsir pada Gambar 5.5 (a): f(x) dx = fraksi pengukuran yang jatuh antara x dan x + dx (5.10) Secara umum, fraksi pengukuran yang jatuh antara dua nilai a dan b adalah total daerah di bawah grafik antara x = a dan x = b (Gambar 5.5b). Gambar 5.5. Sebuah distribusi terbatas f(x). (a) Setelah sangat banyak pengukuran, fraksi yang jatuh antara x dan x + dx daerah f(x) dx dari jalur sempit. (b) Fraksi yang jatuh antara x = a dan x = b adalah daerah yang teduh Daerah ini hanya integral tertentu dari f(x). Dengan demikian, kita memiliki hasil penting yang b f(x)dx = fraksi pengukuran yang a jatuh antara x dan x + dx (5.11) f(x) dx = probabilitas bahwa setiap pengukuran satu akan memberikan jawaban antara x dan x + dx (5.12) b Demikian pula, integral f(x) dx memberitahu kita probabilitas bahwa setiap pengukuran a yang akan jatuh antara x = a dan x = b. Kami telah sampai pada satu kesimpulan penting berikut : Jika kita tahu terbatas distribusi f(x) untuk pengukuran kuantitas x diberikan dengan 30

11 alat tertentu, maka kita akan mengetahui kemungkinan memperoleh jawaban dalam interval a x b. Karena probabilitas total untuk memperoleh jawaban manapun antara - dan + harus menjadi salah satu, terbatas distribusi f(x) harus memenuhi f(x)dx = 1 (5.13) Identitas ini adalah analog alami dari jumlah normalisasi (5.8), k F k = 1, dan fungsi f(x) memuaskan (5.13) dikatakan dinormalisasi. Batas-batas ± dalam integral (5.13) mungkin tampak membingungkan. Mereka tidak berarti bahwa kita benar-benar berharap untuk mendapatkan jawaban mulai sepanjang jalan dari - dan +. Justru sebaliknya. Dalam sebuah percobaan sesungguhnya, pengukuran semua jatuh dalam beberapa interval terhingga cukup kecil. Sebagai contoh, pengukuran Gambar 5.4 semua terletak antara x = 21 dan x = 29. Bahkan setelah tak terhingga banyaknya pengukuran, fraksi tergeletak di luar x = 21 sampai x = 29 akan sepenuhnya diabaikan. Dengan kata lain, f(x) pada dasarnya adalah nol di luar kisaran ini, dan tidak ada bedanya apakah integral (5.13) berjalan dari - sampai + atau Karena kita umumnya tidak tahu apa batas-batas terbatas adalah, untuk kenyamanan kita meninggalkan mereka sebagai ±. Jika pengukuran dalam pertimbangan sangat tepat, semua nilai yang diperoleh akan mendekati nilai sebenarnya dari x, sehingga histogram hasil, dan karenanya terbatas distribusi, akan memuncak sempit seperti kurva solid dalam Gambar 5.6. Jika pengukuran presisi rendah, maka nilai-nilai yang ditemukan akan menyebar luas dan distribusi akan luas dan rendah seperti kurva putus-putus pada Gambar

12 Gambar 5.6. Dua distribus terbatas i, satu untuk pengukuran presisi tinggi, yang lain untuk pengukuran presisi rendah Distribusi terbatas f(x) untuk pengukuran kuantitas x diberikan menggunakan alat tertentu menggambarkan bagaimana hasilnya akan dibagikan setelah banyak, banyak langkah- surements. Jadi, jika kita tahu f(x), kita bisa menghitung nilai rata-rata x yang akan ditemukan setelah bertahun- pengukuran. Kami melihat di (5.7) bahwa rata-rata sejumlah pengukuran adalah jumlah dari semua nilai yang berbeda x k, masing-masing berbobot oleh fraksi kali didapatkan : x = x k F k (5.14) Dalam kasus ini, kami memiliki sejumlah besar pengukuran dengan distribusi f(x). Jika kita membagi seluruh rentang nilai ke dalam interval kecil x k ke x k + dx k, fraksi nilai dalam setiap interval adalah F k = f(x k ) dx k dan dalam batas bahwa semua interval pergi ke nol, (5.14) menjadi x k = xf(x)dx (5.15) Ingat bahwa formula ini memberikan x rata-rata diharapkan setelah tak terhingga banyaknya percobaan. Demikian pula, kita dapat menghitung deviasi standar σ x diperoleh setelah banyak pengukuran. Karena kita prihatin dengan batas N, tidak ada bedanya yang definisi σ x kita gunakan, asli (4.6) atau "diperbaiki" (4.9) dengan N digantikan oleh N - 1. Dalam kedua kasus, ketika N, σ x 2 adalah rata-rata deviasi kuadrat (x - x) 2. Jadi, tepatnya argumen yang mengarah ke (5.15) memberikan, setelah banyak percobaan, σ x 2 = (x x) 2 f(x)dx (5.16) 5.3 Distribusi Normal Berbagai jenis pengukuran memiliki distribusi terbatas berbeda. Tidak semua distribusi terbatas memiliki bel bentuk simetris digambarkan dalam Bagian

13 Gambar 5.7. Distribusi terbatas untuk subjek pengukuran banyak kesalahan acak kecil. Distribusi adalah bel dibentuk dan berpusat pada nilai sebenarnya dari pengukuran kuantitas x Gambar 5.8. Fungsi Gauss (5.17) yang berbentuk lonceng dan berpusat pada x = 0. Kurva lonceng lebar jika σ besar dan sempit jika σ kecil. Meskipun untuk saat ini kita akan melihat σ hanya sebagai parameter yang mencirikan lebar kurva lonceng itu, σ dapat ditampilkan (seperti pada Soal 5.13) menjadi jarak dari pusat kurva ke titik di mana kelengkungan perubahan tanda. Jarak ini ditampilkan dalam dua grafik. Fungsi matematika yang menggambarkan kurva berbentuk lonceng yang disebut distribusi normal, atau fungsi Gauss. Prototipe fungsi ini adalah e x2 /2σ 2 (5.17) dimana σ parameter tetap yang disebut parameter lebar. Fungsi Gauss (5.17) adalah kurva berbentuk lonceng berpusat pada x = 0. Untuk mendapatkan kurva berbentuk lonceng berpusat pada beberapa titik lainnya x = X, kita hanya mengganti x dalam (5.17) dengan x - X. Dengan demikian, fungsi e (x X)2 /2σ 2 (5.18) 33

14 memiliki maksimum pada x = X dan jatuh simetris pada kedua sisi x = X, seperti pada Gambar 5.9. Gambar 5.9. Fungsi Gauss (5.18) adalah bel dibentuk dan berpusat pada x = X Fungsi (5.18) tidak cukup dalam bentuk final untuk menggambarkan distribusi terbatas yang karena distribusi apapun harus dinormalisasi, yaitu, harus memenuhi f (x) dx = 1 (5.19) Untuk mengatur normalisasi ini, kita menetapkan f(x) = Ne (x X)2 /2σ 2 (5.20) (Perkalian dengan faktor N tidak berubah bentuk, juga tidak menggeser maksimum pada x = X.) Kami kemudian harus memilih "faktor normalisasi" N sehingga f (x) menjadi normal seperti pada (5.19). Ini melibatkan beberapa manipulasi dasar integral, yang saya berikan dalam beberapa detail: f(x) dx = Ne (x X)2 /2σ 2 dx (5.21) (Perkalian dengan faktor N tidak berubah bentuk, juga tidak menggeser maksimum pada x = X.) Kami kemudian harus memilih "faktor normalisasi" N sehingga f (x) menjadi normal seperti pada (5.19). Ini melibatkan beberapa manipulasi dasar integral, yang saya berikan dalam beberapa detail: = N e y2 /2σ 2 dx (5.22) Selanjutnya, kita dapat mengatur y/σ = z = (dalam hal dy = σdz) dan diperoleh 34

15 = Nσ e z2 /2 dz (5.23) Sisanya terpisahkan adalah salah satu integral standar fisika matematika. Hal ini dapat dievaluasi dengan metode dasar, tetapi rincian tidak terutama illuminat-ing, jadi saya hanya akan mengutip hasil; Selanjutnya, kita dapat mengatur y/σ = z = (dalam hal dy = σdz) dan diperoleh Kembali ke (5.21) dan (5.23), kita menemukan bahwa e z2 /2 dz = 2π (5.24) f(x) dx = Nσ 2π Karena integral ini harus sama dengan 1, kita harus memilih faktor normalisasi N untuk menjadi N = 1 σ 2π Dengan pilihan ini untuk faktor normalisasi, kita sampai pada bentuk akhir untuk Gauss, atau, fungsi distribusi normal, yang kita dilambangkan dengan Gx, Dengan pilihan ini untuk faktor normalisasi, kita sampai pada bentuk akhir untuk Gauss, atau, fungsi distribusi normal, yang kita dilambangkan dengan G X,σ (x): Distribusi Gauss, atau Normal G X,σ (x) = 1 /2σ2 e(x X)2 σ 2π (5.25) 35

16 Gambar 5.10 Dua distribusi normal, atau Gauss Cepat Periksa 5.3. Di atas kertas persegi yang dikuasai, sketsa Gauss fungsi G X,σ (x) untuk X = 10 dan σ = 1. Gunakan kalkulator untuk menemukan nilai-nilai pada x = 10, 10,5, 11, 11,5, 12, dan 12,5. Anda tidak perlu untuk menghitung nilai x <10 karena Anda tahu fungsi tersebut simetris terhadap x = 10. Kami melihat dalam Bagian 5.2 bahwa pengetahuan tentang distribusi terbatas untuk pengukuran memungkinkan kita menghitung nilai rata-rata x diharapkan setelah berbagai percobaan. Menurut (5,15), rata-rata ini diharapkan untuk distribusi Gauss f (x) = G X,σ (x) adalah x = x G X,σ (x) dx (5.26) Sebelum kita mengevaluasi integral ini, kita harus mencatat bahwa jawabannya hampir jelas akan X, karena simetri fungsi Gauss tentang X menunjukkan bahwa jumlah yang sama hasil akan jatuh setiap jarak di atas X akan jatuh sebagai jarak yang sama di bawah X. Jadi, rata-rata harus X. Kita bisa menghitung integral (5.26) untuk distribusi Gauss sebagai berikut: x = x G X,σ (x) dx = 1 σ 2π xe (x X)2 /2σ 2 dx (5.27) Jika kita membuat perubahan variabel y = x - X, maka dx = dy dan x = y + X. Dengan demikian, integral (5.27) menjadi dua entuk, x = 1 ( σ 2π ye y2 /2σ 2 dy + X xe x2 /2σ 2 dx ) (5.28) Integral pertama di sini adalah persis nol karena kontribusi dari setiap titik y adalah persis dibatalkan dari titik-y. Integral kedua adalah integral normalisasi ditemui dalam (5.22) dan memiliki nilai 2π. Integral ini membatalkan dengan σ 2π pada penyebut dan meninggalkan jawaban yang diharapkan bahwa (5.29) x = X Dan sesuai dengan (5.16) menjadi (5.30) σ 2 x = (x x) 2 G X,σ (x) dx Mengganti x dengan X, membuat substitusi x - X = y dan y/σ = z, dan akhirnya 36

17 σ x 2 = σ 2 (5.31) Bagian 5.4 Standar Deviasi sebagai Keyakinan 68% jauh lebih banyak uji coba. Jika kita membuat beberapa jumlah terbatas pengukuran (10 atau 20, misalnya) x, standar deviasi diamati harus beberapa pendekatan untuk o-, tapi kami tidak punya alasan untuk berpikir itu akan persis u. Bagian 5.5 alamat apa lagi yang bisa dikatakan tentang rerata dan deviasi standar setelah jumlah terbatas percobaan. 5.4 Standar Deviasi sebesar 68% Batas Keyakinan X+σ Prob (dalam σ) = G X,σ (x) dx X σ = 1 X+σ σ 2π xe (x X)2 /2σ 2 X σ dx Integral ini diilustrasikan dalam Gambar Hal ini dapat disederhanakan dengan mengganti (x - X) / σ = z. Dengan substitusi ini, dx = σdz, dan batas-batas integrasi menjadi z = ± 1. Oleh karena itu, Prob (dalam σ) = π e z2 /2 1 dx Integral ini di tunjukkan dalam Gambar 5.12 Gambar Daerah yang diarsir antara X ± σ adalah probabilitas pengukuran dalam satu standar deviasi dari X 37

18 Gambar Daerah yang diarsir antara X ± tσ adalah probabilitas pengukuran dalam waktu t standar deviasi dari X Gambar 5.13 menunjukkan probabilitas sebagai fungsi t. Gambar Kemungkinan Prob (dalam tσ) bahwa pengukuran x akan jatuh dalam t standar deviasi dari nilai sebenarnya x = X. Dua nama umum untuk fungsi ini adalah kesalahan integrasi normal dan fungsi kesalahan, erf (t). 5.5 Pembenaran Rerata sebagai Taksiran Terbaik Tiga bagian terakhir telah dibahas membatasi distribusi terbatas f (x), distribusi yang diperoleh dari jumlah tak terbatas pengukuran kuantitas x. 38

19 Prob (x antara x 1 dan x 1 + dx i ) = σ 2π xe (x 1 X) 2 /2σ 2 dx 1 1 Dalam prakteknya, kita tidak tertarik pada ukuran interval Dalam prakteknya, kita tidak tertarik pada ukuran interval dx 1 (atau factor 2π), jadi kami menyingkat persamaan ini menjadi Prob (x 1 ) α 1 σ e (x 1 X) 2 /2σ 2 (5.36) Probabilitas mendapatkan pembacaan kedua x 2, adalah Prob (x 2 ) α 1 σ e (x 2 X) 2 /2σ 2 dan kita sama bisa menuliskan semua probabilitas berakhir dengan Prob (x N ) α (5.38) 1 σ e (x N X) 2 /2σ 2 Probabilitas bahwa kita mengamati seluruh rangkaian N pembacaan hanya produk dari probabilitas terbatas, Prob x, σ (xr1,..., x N ) α (5.39) Prob x, σ (xr1,..., x N ) α 1 σ N e (x N X) 2 /2σ 2 1 σ N e (x N X) 2 /2σ 2 (5.40) Dengan menggunakan prinsip ini, kita dapat dengan mudah menemukan estimasi terbaik untuk nilai sebenarnya X. Jelas (5.40) maksimal jika jumlah dalam eksponen minimum. Dengan demikian, estimasi terbaik untuk X adalah bahwa nilai X dengan N i=1 (x i ) 2 / σ 2 (5.41) minimum. Untuk menemukan minimum ini, kita mendeferensialkannya terhadap X dan mengatur derivatifnya sama dengan nol, memberikan N i=1 (x i X) = 0 atau (5.42) (Nilai terbaik untuk X) = = x i N 39

20 (Estimasi terbaik untuk σ ) = 1 i=1 N (x N i X) 2 (5.43) Nilai sebenarnya X tidak diketahui. Dengan demikian, dalam prakteknya, kita harus mengganti X pada (5.43) dengan perkiraan terbaik kami untuk X, yaitu rata-rata x. Penggantian ini menghasilkan perkiraan σ = 1 i=1 N (x N i x ) 2 (5.44) Artinya, estimasi terbaik untuk σ, standar deviasi dari nilai yang terukur x l, x 2,., x N, dengan (N - 1) dalam penyebutnya, (Estimasi terbaik untuk σ ) = i=1 (x N 1 i X) 2 (5.45) (Ketidakpastian fraksional dalam σ x ) = Latihan Soal: 1 N 2(N 1) Kerjakan soal latihan 5.1 sampai dengan 5.5 pada buku teks wajib halaman 154! 1 (5.46) 40

sehingga dari tabel 3.1 diperoleh nilai rata-rata sebagai berikut:

sehingga dari tabel 3.1 diperoleh nilai rata-rata sebagai berikut: BAB III FUNGSI DISTRIBUSI DATA A. Distribusi Data dan Histogram Pengambilan data berulang akan memperoleh serentetan data hasil pengukuran. Serentetan data tersebar atau terdistribusi disekitar nilai perkiraan

Lebih terperinci

Distribusi Peluang Kontinu. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Distribusi Peluang Kontinu. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Distribusi Peluang Kontinu Bahan Kuliah II9 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB 1 Fungsi Padat Peluang Untuk peubah acak kontinu, fungsi peluangnya

Lebih terperinci

TAHUN PELAJARAN 2003/2004 SMK. Matematika Teknik Industri (E3-1) PAKET 1 (UTAMA) SELASA, 11 MEI 2004 Pukul

TAHUN PELAJARAN 2003/2004 SMK. Matematika Teknik Industri (E3-1) PAKET 1 (UTAMA) SELASA, 11 MEI 2004 Pukul 0-04 E--P9-0-4 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 00/004 SMK Matematika Teknik Industri (E-) PAKET (UTAMA) SELASA, MEI 004 Pukul 07.0 09.0 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Normal Salah satu distribusi frekuensi yang paling penting dalam statistika adalah distribusi normal. Distribusi normal berupa kurva berbentuk lonceng setangkup yang

Lebih terperinci

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan Getaran Teredam Dalam Rongga Tertutup pada Sembarang Bentuk Dari hasil beberapa uji peredaman getaran pada pipa tertutup membuktikan bahwa getaran teredam di dalam rongga tertutup dapat dianalisa tidak

Lebih terperinci

STATISTICS. Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL WEEK 6 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL WEEK 6 TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS WEEK 6 Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL Pengantar: Dalam pokok bahasan disini memuat beberapa distribusi kontinyu yang sangat penting di bidang statistika. diantaranya distribusi normal.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Probabilitas Probabilitas adalah suatu nilai untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang yang hasilnya tidak pasti (uncertain

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal ini akan dibahas macam-macam peubah acak, distribusi peluang, fungsi densitas, dan fungsi distribusi. Pada pembahasan selanjutnya, fungsi peluang untuk peubah acak

Lebih terperinci

Distribusi Normal Distribusi normal, disebut pula distribusi Gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai

Distribusi Normal Distribusi normal, disebut pula distribusi Gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai Distribusi Normal Distribusi normal, disebut pula distribusi Gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai analisis statistika. Distribusi normal baku adalah distribusi

Lebih terperinci

B. y = 1 x 2 1 UN-SMK-TEK Jika A = 2 0

B. y = 1 x 2 1 UN-SMK-TEK Jika A = 2 0 UN-SMK-TEK-04-0 Jarak kota A ke kota B pada peta 0 cm. Jika skala peta : 0.000, maka jarak kedua kota sebenarnya adalah..., km km 0 km.00 km.000 km UN-SMK-TEK-04-0 Hasil perkalian dari (4a) - (a) =...

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II Pada Bidang Bentuk Vektor dari KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-9) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Pada Bidang Bentuk Vektor dari 1 Definisi Daerah Sederhana x 2 Pada Bidang

Lebih terperinci

A. MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT

A. MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT A. MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT STANDAR KOMPETENSI Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat KOMPETENSI DASAR Menggunakan sifat dan aturan

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR 16. Jika maka Jawab : E 17. Diketahui premis-premis sebagai berikut : 1) Jika maka 2) atau Jika adalah peubah pada himpunan bilangan real, nilai yang memenuhi agar kesimpulan dari kedua

Lebih terperinci

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan. Definisi. Barisan tak hingga adalah suatu fungsi dengan daerah asalnya himpunan bilangan bulat positif dan daerah kawannya himpunan bilangan real. Notasi untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STATISTIK KETIDAKPASTIAN ACAK. Manfaat: Memberikan metode yang benar saat melakukan proses analisis hasil pengukuran.

BAB IV ANALISIS STATISTIK KETIDAKPASTIAN ACAK. Manfaat: Memberikan metode yang benar saat melakukan proses analisis hasil pengukuran. BAB IV ANALISIS STATISTIK KETIDAKPASTIAN ACAK Deskripsi: Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep analisis statistic ketidakpastian acak dalam suatu pengukuran. Manfaat: Memberikan metode yang benar saat

Lebih terperinci

TAHUN PELAJARAN 2003/2004 SMK. Matematika Teknik Industri (E3-1) PAKET 2 (UTAMA) SELASA, 11 MEI 2004 Pukul

TAHUN PELAJARAN 2003/2004 SMK. Matematika Teknik Industri (E3-1) PAKET 2 (UTAMA) SELASA, 11 MEI 2004 Pukul 0-04 E--P0-0-4 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 00/004 SMK Matematika Teknik Industri (E-) PAKET (UTAMA) SELASA, MEI 004 Pukul 07.0 09.0 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Hak Cipta

Lebih terperinci

Pendahuluan. Angka penting dan Pengolahan data

Pendahuluan. Angka penting dan Pengolahan data Angka penting dan Pengolahan data Pendahuluan Pengamatan merupakan hal yang penting dan biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Seperti ilmu pengetahuan lain, fisika berdasar pada pengamatan eksperimen

Lebih terperinci

PROBABILITAS &STATISTIK. Oleh: Kholistianingsih, S.T., M.Eng.

PROBABILITAS &STATISTIK. Oleh: Kholistianingsih, S.T., M.Eng. PROBABILITAS &STATISTIK ke-1 Oleh: Kholistianingsih, S.T., M.Eng. KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN :10% SEMUA KOMPONEN HARUS ADA KEHADIRAN 0 NILAI MAKS D PEUBAH DAN GRAFIK

Lebih terperinci

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Akar Barisan a 1, a 2, a 3, a 4,... adalah susunan bilangan-bilangan real yang teratur, satu untuk setiap bilangan bulat positif. adalah fungsi yang

Lebih terperinci

CIRI-CIRI DISTRIBUSI NORMAL

CIRI-CIRI DISTRIBUSI NORMAL DISTRIBUSI NORMAL CIRI-CIRI DISTRIBUSI NORMAL Berbentuk lonceng simetris terhadap x = μ distribusi normal atau kurva normal disebut juga dengan nama distribusi Gauss, karena persamaan matematisnya ditemukan

Lebih terperinci

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU A. TUJUAN PRAKTIKUM Melalui praktikum Modul II ini diharapkan praktikan dapat: 1. Mengenal jenis dan karakteristik dari beberapa distribusi peluang. 2. Menguji dan

Lebih terperinci

Pertemuan ke Nilai Harapan (Mean atau Rata rata) dan Varians Distribusi Kontinu

Pertemuan ke Nilai Harapan (Mean atau Rata rata) dan Varians Distribusi Kontinu Pertemuan ke 5 4.1 Nilai Harapan (Mean atau Rata rata) dan Varians Distribusi Kontinu Fungsi Probabilitas dengan variabel kontinu terdiri dari : 1. Distribusi Normal 2. Distribusi T 3. Distribusi Chi Kuadrat

Lebih terperinci

BAB VIII LEAST-SQUARES FITTING

BAB VIII LEAST-SQUARES FITTING Deskripsi: BAB VIII LEAST-SQUARES FITTING Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis statistik dari beberapa hasil pengukuran pada satu kuantitas tunggal dengan menggunakan grafik kurva y vs x. Hal tersebut

Lebih terperinci

RANGKUMAN MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS

RANGKUMAN MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS RANGKUMAN MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matematika Sekolah Dosen Pembina: Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd. Universitas Negeri Surabaya Oleh Siti Rohmawati

Lebih terperinci

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting Oleh Azimmatul Ihwah Distribusi Diskrit Fungsi probabilitas dari variabel random diskrit dapat dinyatakan dalam formula matematik tertentu yang dinamakan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Revenue Management Belakangan ini revenue management telah mendapat perhatian dunia sebagai salah satu aplikasi dari operations research (OR) yang paling sukses. Revenue management

Lebih terperinci

Luas daerah yang dibatasi oleh beberapa kurva dapat ditentukan dengan menghitung integral tertentu.

Luas daerah yang dibatasi oleh beberapa kurva dapat ditentukan dengan menghitung integral tertentu. IKA ARFIANI,S.T. Luas daerah yang dibatasi oleh beberapa kurva dapat ditentukan dengan menghitung integral tertentu. Andaikan kurva y = f(x) dan kurva y = g(x) kontinu pada interval a x b, dan kurva y

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PELUANG KONTINYU DISTRIBUSI PROBABILITAS

DISTRIBUSI PELUANG KONTINYU DISTRIBUSI PROBABILITAS DISTRIBUSI PROBABILITAS Berbeda dengan variabel random diskrit, sebuah variabel random kontinyu adalah variabel yang dapat mencakup nilai pecahan maupun mencakup range/ rentang nilai tertentu. Karena terdapat

Lebih terperinci

PERSAMAAN, FUNGSI DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

PERSAMAAN, FUNGSI DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) PERSAMAAN, FUNGSI DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X Created By Ita Yuliana

Lebih terperinci

Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2002/2003

Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2002/2003 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran / SMU/MA Program Studi IPA Paket Utama (P) MATEMATIKA (D) SELASA, 6 MEI Pukul 7.. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL --D-P Hak Cipta pada

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK (E3-1)

MATEMATIKA TEKNIK (E3-1) UJIAN NASIONAL SMK Tahun Pelajaran 004/005 MATEMATIKA TEKNIK (E-) KELOMPOK TEKNIK INDUSTRI ( U T A M A ) P MATA PELAJARAN MATEMATIKA TEKNIK KELOMPOK : TEKNIK INDUSTRI Hari/Tanggal : Rabu, Juni 005 Jam

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

Satatistik dan Probabilitas. Ir. I Nyoman Setiawan, MT. NIP HP

Satatistik dan Probabilitas. Ir. I Nyoman Setiawan, MT. NIP HP Satatistik dan Probabilitas Ir. I Nyoman Setiawan, MT. NIP. 19631229 199103 01 001 HP. 081338721408 setiawan@ee.unud.ac.id man_awan@yahoo.com Statistik Dan Probabilitas Pendahuluan Statistika adalah pengetahuan

Lebih terperinci

: Purnomo Satria NIM : PENDISKRIPSIAN DATA

: Purnomo Satria NIM : PENDISKRIPSIAN DATA Nama : Purnomo Satria PENDISKRIPSIAN DATA NIM : 1133467162 1. Pendahuluan Dalam suatu penelitian kadang-kadang seorang peneliti menemui kesulitan dalam menyajikan sejumlah besar data statistik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Probabilitas (Peluang) Probabilitas adalah suatu nilai untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang yang hasilnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 0 PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.9 Sukoharjo Telp. 0-90 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 0 PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.9 Sukoharjo Telp. 0-906 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PROBABILITAS KONTINYU. Nur Hayati, S.ST, MT Yogyakarta, Maret 2016

DISTRIBUSI PROBABILITAS KONTINYU. Nur Hayati, S.ST, MT Yogyakarta, Maret 2016 DISTRIBUSI PROBABILITAS KONTINYU Nur Hayati, S.ST, MT Yogyakarta, Maret 2016 DISTRIBUSI PELUANG KONTINYU Berbeda dengan variabel random diskrit, sebuah variabel random kontinyu adalah variabel yang dapat

Lebih terperinci

PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER

PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER Arti Penarikan Sampel Populasi ( Universe) adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 0 PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.9 Sukoharjo Telp. 0-906 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Lebih terperinci

TKS 4003 Matematika II. Nilai Ekstrim. (Extreme Values) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

TKS 4003 Matematika II. Nilai Ekstrim. (Extreme Values) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4003 Matematika II Nilai Ekstrim (Extreme Values) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Fungsi Dua Peubah Bila untuk setiap pasangan (x,y) dari harga harga dua peubah bebas

Lebih terperinci

Learning Outcomes Sebaran Kontinu Nilai Harapan dan Ragam Beberapa Sebaran Kontinu. Peubah Acak Kontinu. Julio Adisantoso.

Learning Outcomes Sebaran Kontinu Nilai Harapan dan Ragam Beberapa Sebaran Kontinu. Peubah Acak Kontinu. Julio Adisantoso. Beberapa 27 April 2014 Beberapa Learning Outcome Outline Mahasiswa dapat mengerti dan menentukan peubah acak diskret Mahasiswa dapat memahami dan menghitung nilai harapan Mahasiswa dapat memahami dan menghitung

Lebih terperinci

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi Bab 5 Peubah Acak Kontinu 5.1 Pendahuluan Definisi 5.1. Peubah acak adalah suatu fungsi dari ruang contoh S ke R (himpunan bilangan nyata) Peubah acak X bersifat diskret jika F (x) adalah fungsi tangga.

Lebih terperinci

Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2002/2003

Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2002/2003 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 00/00 SMK Kelompok Teknologi Industri Paket Utama (P) MATEMATIKA (E-) TEKNIK SELASA, MEI 00 Pukul 07.0 09.0 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Menurut Darnius, O (2006, Hal : 53) simulasi dapat diartikan sebagai suatu

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Menurut Darnius, O (2006, Hal : 53) simulasi dapat diartikan sebagai suatu BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pendahulauan Menurut Darnius, O (2006, Hal : 53) simulasi dapat diartikan sebagai suatu rekayasa suatu model logika ilmiah untuk melihat kebenaran/kenyataan model tersebut.

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

matematika PEMINATAN Kelas X FUNGSI EKSPONEN K13 A. Definisi Fungsi Eksponen

matematika PEMINATAN Kelas X FUNGSI EKSPONEN K13 A. Definisi Fungsi Eksponen K13 Kelas X matematika PEMINATAN FUNGSI EKSPONEN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi fungsi eksponen dan cara menghitung

Lebih terperinci

Pengantar Metode Numerik

Pengantar Metode Numerik Pengantar Metode Numerik Metode numerik adalah teknik dimana masalah matematika diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapat diselesaikan oleh pengoperasian matematika. Metode numerik menggunakan perhitungan

Lebih terperinci

matematika PEMINATAN Kelas X SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR DAN KUADRAT K13 A. Pertidaksamaan Linear B. Daerah Pertidaksamaan Linear

matematika PEMINATAN Kelas X SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR DAN KUADRAT K13 A. Pertidaksamaan Linear B. Daerah Pertidaksamaan Linear K13 Kelas matematika PEMINATAN SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR DAN KUADRAT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi pertidaksamaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.9 Sukoharjo Telp. 0-906 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Lebih terperinci

TAHUN PELAJARAN 2003/2004 SMK. Matematika Teknik Kesehatan (E3-3) PAKET 1 (UTAMA) SELASA, 11 MEI 2004 Pukul

TAHUN PELAJARAN 2003/2004 SMK. Matematika Teknik Kesehatan (E3-3) PAKET 1 (UTAMA) SELASA, 11 MEI 2004 Pukul DOKUMEN NEGARA 0-0 E--P9-0- SANGAT RAHASIA UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 00/00 SMK Matematika Teknik Kesehatan (E-) PAKET (UTAMA) SELASA, MEI 00 Pukul 07.0 09.0 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI 7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL TAH SMA/MA PROGRAM STUDI IPS MATEMATIKA

TRY OUT UJIAN NASIONAL TAH SMA/MA PROGRAM STUDI IPS MATEMATIKA DOKUMEN SEKOLAH MATEMATIKA SMA/MA IPS PAKET NAMA : NO.PESERTA : TRY OUT UJIAN NASIONAL TAH TAHUN UN PELAJARAN 0/0 SMA/MA PROGRAM STUDI IPS MATEMATIKA PUSPENDIK SMAYANI SMA ISLAM AHMAD YANI BATANG 0 TRY

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL TAH SMA/MA PROGRAM STUDI IPS MATEMATIKA

TRY OUT UJIAN NASIONAL TAH SMA/MA PROGRAM STUDI IPS MATEMATIKA DOKUMEN SEKOLAH MATEMATIKA SMA/MA IPS PAKET NAMA : NO.PESERTA : TRY OUT UJIAN NASIONAL TAH TAHUN UN PELAJARAN 0/0 SMA/MA PROGRAM STUDI IPS MATEMATIKA PUSPENDIK SMAYANI SMA ISLAM AHMAD YANI BATANG 0 TRY

Lebih terperinci

Nilai Harapan / Nilai Ekspektasi

Nilai Harapan / Nilai Ekspektasi EKSPEKTASI Misalkan sebuah eksperimen menghasilkan k peristiwa, dan peluang masing-masing peristiwa P 1, P, P k dan untuk tiap peristiwa terdapat satuan (bobot d 1, d d k ) maka ekspektasi eksperimen itu

Lebih terperinci

DISTRIBUSI TEORITIS. P(M) = p = probabilitas untuk mendapat bola merah (sukses) 30

DISTRIBUSI TEORITIS. P(M) = p = probabilitas untuk mendapat bola merah (sukses) 30 DISTRIBUSI TEORITIS Distribusi teoritis merupakan alat bagi kita untuk menentukan apa yang dapat kita harapkan, apabila asumsi-asumsi yang kita buat benar. Distribusi teoritis memungkinkan para pembuat

Lebih terperinci

DISTRIBUSI NORMAL. Pertemuan 3. Distribusi Normal_M. Jainuri, M.Pd 1

DISTRIBUSI NORMAL. Pertemuan 3. Distribusi Normal_M. Jainuri, M.Pd 1 DISTRIBUSI NORMAL Pertemuan 3 1 Distribusi Normal Pertama kali diperkenalkan oleh Abraham de Moivre (1733). De Moivre menemukan persamaan matematika untuk kurva normal yang menjadi dasar dalam banyak teori

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif INTEGRASI FUNGSI. 0 a b X A. b A = f (X) dx a. Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T.

Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif INTEGRASI FUNGSI. 0 a b X A. b A = f (X) dx a. Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T. Kode Modul MAT. TKF 20-03 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif INTEGRASI FUNGSI Y Y = f (X) 0 a b X A b A = f (X) dx a Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T. Sistem Perencanaan Penyusunan Program

Lebih terperinci

Kelompok : SMK Tingkat : XII ( Duabelas ) Bidang Keahlian : Ti, Kes, Sos Hari/Tanggal : Prog. Keahlian : Ti, Kes, Sos W a k t u : 0

Kelompok : SMK Tingkat : XII ( Duabelas ) Bidang Keahlian : Ti, Kes, Sos Hari/Tanggal : Prog. Keahlian : Ti, Kes, Sos W a k t u : 0 Kelompok : SMK Tingkat : XII ( Duabelas ) Bidang Keahlian : Ti, Kes, Sos Hari/Tanggal : Prog. Keahlian : Ti, Kes, Sos W a k t u : 0 PETUNJUK UMUM :. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban Komputer

Lebih terperinci

DISTRIBUSI NORMAL. RatuIlmaIndraPutri

DISTRIBUSI NORMAL. RatuIlmaIndraPutri DISTRIBUSI NORMAL RatuIlmaIndraPutri Distribusi normal menggunakan variabel acak kontinu. Distribusi normal sering disebut DISTRIBUSI GAUSS. Distribusi ini merupakan salah satu yang paling penting dan

Lebih terperinci

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70 Matematika I: APLIKASI TURUNAN Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 70 Outline 1 Maksimum dan Minimum Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 2 / 70 Outline

Lebih terperinci

Statistik Dasar. 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian. 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data

Statistik Dasar. 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian. 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data Statistik Dasar 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data 3. Ukuran Tendensi Sentral, Ukuran Penyimpangan 4. Momen Kemiringan 5. Distribusi Normal t Dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.9 Sukoharjo Telp. 0-590 55 TR OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.97 Sukoharjo Telp. 07-59 575 TR OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran :

Lebih terperinci

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2 Kurikulum 3/6 matematika K e l a s XI APLIKASI TURUNAN ALJABAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Dapat menerapkan aturan turunan aljabar untuk

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MATEMATIKA DASAR UNTUK ASURANSI UMUM

PENGETAHUAN MATEMATIKA DASAR UNTUK ASURANSI UMUM PENGETAHUAN MATEMATIKA DASAR UNTUK ASURANSI UMUM Ringkasan. Dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa topik matematika yang diperlukan untuk menguasai pengetahuan asuransi umum. Kemudian sejumlah hasil

Lebih terperinci

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN 1 EKSPLORASI BILANGAN Fokus eksplorasi bilangan ini adalah mencari pola dari masalah yang disajikan. Mencari pola merupakan bagian penting dari pemecahan masalah

Lebih terperinci

Studi dan Implementasi Integrasi Monte Carlo

Studi dan Implementasi Integrasi Monte Carlo Studi dan Implementasi Integrasi Monte Carlo Firdi Mulia - 13507045 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Kontinyu 1. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Kontinyu 1. Adam Hendra Brata Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Kontinyu 1 Adam Hendra Brata Variabel Acak Kontinyu - Variabel Acak Kontinyu Suatu variabel yang memiliki nilai pecahan didalam range tertentu Distribusi

Lebih terperinci

Kalkulus II. Institut Teknologi Kalimantan

Kalkulus II. Institut Teknologi Kalimantan Tim Dosen Kalkulus II Tahun Persiapan Bersama Institut Kalkulus Teknologi II Kalimantan January 31, () 2018 1 / 71 Kalkulus II Tim Dosen Kalkulus II Tahun Persiapan Bersama Institut Teknologi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PELUANG.

DISTRIBUSI PELUANG. DISTRIBUSI PELUANG readonee@yahoo.com Distribusi? Peluang? Distribusi Peluang? Distribusi = sebaran, pencaran, susunan data Peluang : Ukuran/derajat ketidakpastian suatu peristiwa Distribusi Peluang adalah

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA KURVA

BAHAN AJAR PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA KURVA 142 LAMPIRAN III BAHAN AJAR PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA KURVA Pernahkan kamu melempar sebuah bola tenis atau bola voli ke atas? Apa lintasan yang terbuat dari lemparan bola tersebut ketika bola itu jatuh

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis

Lebih terperinci

11. Konvolusi. Misalkan f dan g fungsi yang terdefinisi pada R. Konvolusi dari f dan g adalah fungsi f g yang didefinisikan sebagai.

11. Konvolusi. Misalkan f dan g fungsi yang terdefinisi pada R. Konvolusi dari f dan g adalah fungsi f g yang didefinisikan sebagai. 11. Konvolusi Operasi konvolusi yang akan kita bahas di sini sebetulnya pernah kita jumpai pada pembahasan deret Fourier (ketika membuktikan kekonvergenan jumlah parsialnya). Operasi konvolusi merupakan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 26, 2007 Misalkan f kontinu pada interval [a, b]. Apakah masuk akal untuk membahas luas daerah

Lebih terperinci

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Uji Deret Positif. Ayundyah. Uji Integral. Uji Komparasi. Uji Rasio.

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Uji Deret Positif. Ayundyah. Uji Integral. Uji Komparasi. Uji Rasio. Uji Uji Deret Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Uji Deret Uji Deret yang mempunyai suku-suku positif menjadi bahasan pada uji integral ini. Uji integral ini menggunakan ide dimana suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM BELAJAR STATISTIK KHUSUSNYA PADA HISTOGRAM

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM BELAJAR STATISTIK KHUSUSNYA PADA HISTOGRAM ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM BELAJAR STATISTIK KHUSUSNYA PADA HISTOGRAM Saiman Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Samudra saiman_mat@yahoo.com Abstrak: Histogram adalah grafik yang digambarkan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 4. BEBERAPA DISTRIBUSI PELUANG DISKRET

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 4. BEBERAPA DISTRIBUSI PELUANG DISKRET Pertemuan 7. BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 4. BEBERAPA DISTRIBUSI PELUANG DISKRET 4. Pendahuluan 4.2 Distribusi seragam diskret 4.3 Distribusi binomial dan multinomial

Lebih terperinci

TERAPAN INTEGRAL. Bogor, Departemen Matematika FMIPA IPB. (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, / 22

TERAPAN INTEGRAL. Bogor, Departemen Matematika FMIPA IPB. (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, / 22 TERAPAN INTEGRAL Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 22 Topik Bahasan 1 Luas Daerah Bidang Rata 2 Nilai Rataan Fungsi (Departemen Matematika

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 9 PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.97 Sukoharjo Telp. 07-90 7 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada.

Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada. Azimmatul Ihwah Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada. Ada cara yg lebih baik untuk menginterpretasi data yg

Lebih terperinci

Statistika & Probabilitas

Statistika & Probabilitas Statistika & Probabilitas Peubah Acak Peubah = variabel Dalam suatu eksperimen, seringkali kita lebih tertarik bukan pada titik sampelnya, tetapi gambaran numerik dari hasil. Misalkan pada pelemparan sebuah

Lebih terperinci

Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada.

Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada. Azimmatul Ihwah Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada. Ada cara yg lebih baik untuk menginterpretasi data yg

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Bab 1

Pengantar Statistika Bab 1 BAB 14 PENGUJIAN HIPOTESA SAMPEL KECIL 1 Pengujian Hipotesa Sampel Kecil 4 DEFINISI Pengertian Sampel Kecil Sampel kecil yang jumlah sampel kurang dari 30, maka nilai standar deviasi (s) berfluktuasi relatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

6. Teori Estimasi. EL2002-Probabilitas dan Statistik. Dosen: Andriyan B. Suksmono

6. Teori Estimasi. EL2002-Probabilitas dan Statistik. Dosen: Andriyan B. Suksmono 6. Teori Estimasi EL2002-Probabilitas dan Statistik Dosen: Andriyan B. Suksmono Pendahuluan Inferensi statistik adalah metoda untuk menarik inferensi atau membuat generalisasi dari suatu populasi. Ada

Lebih terperinci

CNH2B4 / KOMPUTASI NUMERIK

CNH2B4 / KOMPUTASI NUMERIK CNH2B4 / KOMPUTASI NUMERIK TIM DOSEN KK MODELING AND COMPUTATIONAL EXPERIMENT 1 REVIEW KALKULUS & KONSEP ERROR Fungsi Misalkan A adalah himpunan bilangan. Fungsi f dengan domain A adalah sebuah aturan

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian Modul 1 Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian Drs. Sardjono, S.U. M PENDAHULUAN odul 1 ini berisi uraian tentang persamaan diferensial, yang mencakup pengertian-pengertian dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Tidak semua himpunan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara jelas, misalnya himpunan orang miskin, himpunan orang pandai, himpunan orang tinggi,

Lebih terperinci

Distribusi Frekuensi dan Statistik Deskriptif Lainnya

Distribusi Frekuensi dan Statistik Deskriptif Lainnya BAB 2 Distribusi Frekuensi dan Statistik Deskriptif Lainnya Misalnya seorang penjaga gudang mencatat berapa sak gandum keluar dari gudang selama 15 hari kerja, maka diperoleh distribusi data seperti berikut.

Lebih terperinci

KELAS 8 NASKAH SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA ANAK BANGSA HOTEL MERDEKA, 16 JANUARI 2011

KELAS 8 NASKAH SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA ANAK BANGSA HOTEL MERDEKA, 16 JANUARI 2011 NSKH SOL OLIMPIDE MTEMTIK NK NGS HOTEL MERDEK, 6 JNURI 0 KELS 8 Pusat elajar nak angsa Kantor Pusat : Perumahan Taman sri III/74 Madiun Telepon : 035 454 Website : http://www.anak-bangsa.com E-mail : bangbangsasa@yahoo.com

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 2013

Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 2013 Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 013 LOGIKA MATEMATIKA p siswa rajin belajar ; q mendapat nilai yang baik r siswa tidak mengikuti kegiatan remedial ~ r siswa mengikut kegiatan remedial Premis

Lebih terperinci

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a Soal - Soal UM UGM. Soal Matematika Dasar UM UGM 00. Jika x = 3 maka + 3 log 4 x =... a. b. c. d. e.. Jika x+y log = a dan x y log 8 = b dengan 0 < y < x maka 4 log (x y ) =... a. a + 3b ab b. a + b ab

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 2 Sinyal Acak

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 2 Sinyal Acak TK 403 SISTM PNGOLAHAN ISYARAT Kuliah Sinyal Acak Indah Susilawati, S.T., M.ng. Program Studi Teknik lektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 009 KULIAH SISTM PNGOLAHAN

Lebih terperinci

BAB I INTEGRAL TAK TENTU

BAB I INTEGRAL TAK TENTU BAB I INTEGRAL TAK TENTU TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat menentukan pengertian integral sebagai anti turunan. 2. Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : MATEMATIKA : SMA/MA : IPA PELAKSANAAN Hari/Tanggal Jam : Isi sesuai waktu anda latihan : Isi sesuai waktu anda latihan PETUNJUK UMUM. Isikan identitas

Lebih terperinci