KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I-214 ini dapat diselesaikan. Kajian ini disusun sebagai upaya Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah dalam memberikan informasi terkait perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah, baik untuk internal Bank Indonesia maupun eksternal stakeholders. Kajian ini disusun berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber yang diperoleh melalui survei, liaison, dan kerjasama lainnya. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi dimasud. Kami juga berharap agar kerjasama yang baik ini dapat terus dijaga dan ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, serta kualitas kajian dapat terus ditingkatkan sehingga memberikan manfaat bagi seluruh stakeholders. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan petunjuk dan kemudahan kepada kita semua dalam upaya mendukung kegiatan pembangunan di Provinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya, Mei 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Muhamad Nur Kepala Perwakilan i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GRAFIK... v RINGKASAN EKSEKUTIF... vii INDIKATOR PEREKONOMIAN REGIONAL KALIMANTAN TENGAH... x 1 I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Kondisi Umum Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Perkembangan Ekspor-Impor Sisi Penawaran: Kinerja Sektor Utama Daerah Sektor Pertanian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Pertambangan Sektor Jasa Jasa II. Perkembangan Inflasi Daerah Gambaran Umum Inflasi Tahunan dan Triwulanan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan Sisi Penawaran Dekomposisi dan Komoditas Penyumbang Inflasi III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Kondisi Umum Perbankan Kelembagaan Aset Perbankan Penghimpunan Dana Penyaluran Kredit Penyaluran Kredit UMKM dan KUR Perkembangan Perbankan Syariah dan BPR Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi Tunai ii

4 3.2.2 Transaksi Non-Tunai IV. Keuangan Daerah APBD Kalimantan Tengah Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi Belanja Daerah V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan Kesejahteraan VI. Proyeksi Perekonomian dan Inflasi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Proyeksi Inflasi iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Sisi Permintaan... 2 Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Sisi Permintaan... 2 Tabel 1.3 Pertumbuhan DPK Pemerintah dan Swasta... 4 Tabel 1.4 Pertumbuhan Sisi Penawaran... 9 Tabel 1.5 Kontribusi PDRB... 9 Tabel 1.6 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Kalimantan Tengah...13 Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender...17 Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan...17 Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan...18 Tabel 2.4 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Palangka Raya...2 Tabel 2.5 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Sampit...21 Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah...24 Tabel 3.2 Sebaran Aset Perbankan di Kalimantan Tengah...25 Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan di Kalimantan Tengah...26 Tabel 3.4 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Kalimantan Tengah (Rp Juta)...3 Tabel 3.5 Perkembangan KUR Kalimantan Tengah & Nasional (Rp Juta)...3 Tabel 3.6 Perkembangan Aset Perbankan Syariah...31 Tabel 3.7 Perkembangan DPK Perbankan Syariah...31 Tabel 4.1 APBD Kalimantan Tengah Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah s.d. Triwulan I Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah s.d. Triwulan I Tabel 5.1 Penduduk Menurut Janis Kegiatan Utama di Kalimantan Tengah...39 Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Kalimantan Tengah...4 Tabel 5.3 Nilai Tukar Petani (NTP)...41 Tabel 5.4 Jumlah Dan Persentase Penduduk Miskin...42 Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah...44 iv

6 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah dan Nasional... 1 Grafik 1.2 Survei Konsumen... 3 Grafik 1.3 Indeks Tendensi Konsumen... 3 Grafik 1.4 Kredit Konsumsi... 3 Grafik 1.5 Perkembangan KPM,KPSM&Kons.Lainnya... 3 Grafik 1.6 Pertumbuhan Penjualan Motor dan Mobil... 4 Grafik 1.7 Pertumbuhan KPR Perbankan... 4 Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMDN... 5 Grafik 1.9 Realisasi Proyek PMA... 5 Grafik 1.1 Perkembangan Impor Barang Modal... 6 Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan... 6 Grafik 1.12 Perkembangan Realisasi Semen... 6 Grafik 1.13 Kredit Lokasi Proyek Kalimantan Tengah... 6 Grafik 1.14 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Tengah... 7 Grafik 1.15 Pertumbuhan Vol Ekspor Kalimantan Tengah... 7 Grafik 1.16 Negara Tujuan Ekspor... 7 Grafik 1.17 Negara Asal Impor... 7 Grafik 1.18 Pertumbuhan Bongkar Barang (Kapal Laut)... 8 Grafik 1.19 Pertumbuhan Muat (Kapal Laut)... 8 Grafik 1.2 Produksi Padi Kalimantan Tengah...11 Grafik 1.21 Produksi Kelapa Sawit (CPO)...11 Grafik 1.22 Produksi Karet...11 Grafik 1.23 Ekspor Karet...11 Grafik 1.24 Harga Komoditas CPO...12 Grafik 1.25 Harga Komoditas Karet...12 Grafik 1.26 Situasi Bisnis Perusahaan di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran...13 Grafik 1.27 Arus Penumpang Pesawat Udara dari dan ke - Provinsi Kalimantan Tengah...14 Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran...14 Grafik 1.29 Produksi Batubara...15 Grafik 1.3 Harga Batubara Internasional...15 Grafik 1.31 Produksi Bauksit...15 Grafik 1.32 Ekspor Bauksit...15 Grafik 1.33 Pertumbuhan Kredit Jasa-Jasa...15 Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor Jasa Jasa...15 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan...18 Grafik 3.1 Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit...25 Grafik 3.2 Share Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan...27 v

7 Grafik 3.3 Share Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi...27 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja, Investasi dan Konsumsi (yoy)...28 Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektor Ekonomi Utama (yoy)...28 Grafik 3.6 Rasio LDR & NPL s Perbankan di Kalimantan Tengah...29 Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Pembayaran Kalimantan Tengah...32 Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Tunai...32 Grafik 3.9 Perkembangan Transaksi Inflow&Outflow...32 Grafik 3.1 PTTB dan Rasio PTTB terhadap Inflow...33 Grafik 3.11 PTTB dan Pertumbuhan PTTB (yoy)...33 Grafik 3.12 Perkembangan Transaksi Non Tunai Kalimantan Tengah...34 Grafik 3.13 Perkembangan Nilai Kliring...34 Grafik 3.14 Perkembangan Warkat Kliring...34 Grafik 3.15 Perkembangan Total RTGS...35 Grafik 3.16 Perkembangan RTGS In & Out...35 Grafik 5.1 Inflasi Pedesaan...41 Grafik 5.2 Perkembangan Kemiskinan...42 Grafik 6.1 Proyeksi Inflasi Provinsi Kalimantan Tengah di Triwulan II vi

8 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (KEKR) KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-214 Gambaran Umum Searah dengan kinerja pertumbuhan ekonomi nasional dan Kalimantan yang masingmasing mencapai 5,21% dan 3,67% (yoy) melambat dibandingkan triwulan lalu (5,72% dan 3,78%), pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan I-214 mencapai 5,55% (yoy) juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,61%. Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan tersebut, tingkat inflasi di Kalimantan Tengah pada triwulan I-214 mencapai 5,24% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang mencapai 6,79%. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja konsumsi dan investasi (PMTB) Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan I-214 tumbuh 5,55% (yoy). Sumbangan pertumbuhan terbesar masih berasal dari konsumsi rumah tangga dan kinerja investasi yang tercermin pada komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Sementara itu, sejalan dengan tidak adanya ekspor bahan mineral mentah pada triwulan I-214 akibat penerapan UU Minerba, kontribusi ekspor dalam pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah cenderung melambat sehingga turut mempengaruhi perlambatan kinerja pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah. Dari sisi penawaran, seluruh sektor masih mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi akibat tidak adanya produksi pertambangan mineral yang dihasilkan pada periode laporan. Sementara itu, sektor utama yakni, perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dan jasa-jasa masih meningkat tipis, namun demikian sektor pertanian tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan lalu. Dengan kinerja komponen penawaran dan permintaan tersebut, maka pertumbuhan ekonomi triwulanan Kalimantan Tengah pada triwulan I-214 masih lebih tinggi dibandingkan nasional dan berada pada peringkat kedua dibandingkan provinsi lainnya di Kalimantan. Laju inflasi Kalimantan Tengah tercatat 5,24% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 6,79% (yoy) Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Kalimantan Tengah di triwulan I-214 mencapai 5,24% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,79%), dan masih dalam rentang perkiraan inflasi sebesar 5,82+1% pada laporan periode sebelumnya. Ditinjau dari kota yang dihitung vii

9 inflasinya di Kalimantan Tengah, Inflasi Kota Palangka Raya mencapai 5,3% (yoy) sementara inflasi Kota Sampit mencapai 5,15%, masih lebih rendah dibandingkan nasional (7,32%). Inflasi di triwulan I-214, terutama dipicu tekanan inflasi antara lain dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas penyumbang inflasi utama seperti beras, daging ayam ras dan beberapa ikan segar. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Indikator perbankan tumbuh positif namun melambat. Sejalan dengan itu, sistem pembayaran juga tumbuh melambat namun tetap berkontribusi positif bagi ekonomi Kalimantan Tengah. Sejalan dengan kinerja pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan I- 214, juga sejalan dengan kebijakan nasional dalam menahan pertumbuhan ekonomi sektor perbankan tumbuh melambat. Secara tahunan, aset perbankan tumbuh sebesar 11,2% (yoy) atau menjadi Rp23,76 triliun, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (11,36%). Selanjutnya, dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) tumbuh sebesar 6,96% (yoy) menjadi Rp16,58 triliun juga melambat dari triwulan sebelumnya (12,16%). Sementara itu, kredit yang disalurkan perbankan di Kalimantan Tengah tumbuh sebesar 15,38% (yoy) menjadi Rp16,63 triliun juga melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (17,27%). Selanjutnya, efektivitas fungsi intermediasi perbankan yang terlihat dari perkembangan rasio kredit terhadap DPK atau Loans to Deposit Ratio (LDR) tercatat 1,31% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (14,52%), sementara Non Performing Loan (NPL) mencapai 1,19%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya,92%. Di triwulan I-214, sejalan dengan melambatnya sektor perbankan, kinerja sistem pembayaran yang tercermin dari total transaksi (tunai dan non tunai) triwulan I-214 yang tumbuh 3,55% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (11,78%). Dari transaksi tunai yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah (KPw BI Provinsi Kalimantan Tengah), Total aliran uang masuk (inflow) selama triwulan laporan tercatat sebesar Rp529,16 miliar. Sementara itu, outflow tercatat sebesar Rp959,49 miliar menurun sebesar 1,38% (yoy). Sedangkan transaksi pembayaran non tunai, Transaksi keuangan secara non tunai pada laporan triwulan menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,9% juga melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 8,19% (yoy). Adapun total nilai transaksi non tunai yang terdiri dari transaksi kliring dan RTGS selama triwulan I-214 tercatat sebesar Rp miliar sedangkan di triwulan sebelumnya sebesar Rp miliar. viii

10 Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi total belanja pemerintah provinsi dan kabupaten mencapai 11,83% Realisasi anggaran belanja APBD Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan triwulan I-214 secara keseluruhan mencapai sebesar Rp659,92 miliar atau 21,62% dari target sebesar Rp3,22 triliun. Selanjutnya, realisasi total belanja kabupaten/kota sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp1,16 triliun atau terealisasi sebesar 9,3% dari rencana total belanja kabupaten/kota tahun 214 sebesar Rp12,45 triliun. Dan secara total provinsi dan kabupaten/kota sudah terealisasi sebesar 11,83%. Prospek Perekonomian dan Inflasi Perekonomian di triwulan depan diperkirakan di kisaran 6,42 6,92% (yoy), dengan laju inflasi pada kisaran 5,9 6,4% (yoy) Laju pertumbuhan ekonomi di triwulan II-214 diproyeksi meningkat pada kisaran 6,42 6,92% (yoy) dipengaruhi oleh permintaan akan produksi kelapa sawit, dan hasil pertambangan batubara yang mulai membaik namun permintaan Tiongkok dan India masih belum menentu, meskipun harga sudah memiliki kecenderungan meningkat. Sementara dari sisi permintaan, tingkat konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan akan meningkat. Laju inflasi di triwulan II-214 diperkirakan akan meningkat. Inflasi Kalimantan Tengah triwulan mendatang diproyeksi sebesar 5,9 6,4% (yoy), di Kota Palangka Raya, pergerakan inflasi diproyeksi meningkat dalam rentang 6,3 6,53% sementara di Kota Sampit diperkirakan mengalami inflasi 5,8 6,3% (yoy). ix

11 INDIKATOR PEREKONOMIAN REGIONAL KALIMANTAN TENGAH I N D I K A T O R Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw. I I. MAKRO REGIONAL 1 Indeks Harga Konsumen - Kota Palangka Raya Kota Sampit Laju Inflasi Tahunan (yoy %) - Kota Palangka Raya Kota Sampit PDRB - harga konstan (miliar Rp) 5, , , , , , , , , Pertanian 1, , , ,49.9 1, , , , , Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran , ,5.11 1, , , , , Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 2, , , , , , , , Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) II. PERBANKAN 1 Total aset (Rp miliar) 18, , , , , , , , , DPK (Rp miliar) 13, , , , , , , , , Giro (Rp miliar) 4, , , , , , , , , Tabungan (Rp miliar) 6, , , , , , , , , Deposito (Rp miliar) 2, , , , , , , , , Kredit (Rp miliar) - berdasarkan Jenis 11, , , , , , , , , Modal Kerja 2,57.8 3, , , , , , , , Investasi 4, , , , , , , , , Konsumsi 4, , , , , , , , , Kredit (Rp miliar) - berdasarkan Sektor 11, , , , , , , ,748. 2, Pertanian 4, , , , , , , , , Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran 1, , , , , ,727. 2, , , Pengangkutan & Komunikasi Jasa-jasa Lain-lain 4, , , , , , , , , Kredit UMKM (Rp miliar) 2, , , , , , ,21.9 4, , Modal Kerja 2, ,5.36 2, ,62. 2, , , , , Investasi ,8.1 1, LDR (%) NPL III. SISTEM PEMBAYARAN 1 Kliring RTGS 3, , , ,81.9 4, , , , ,44.79 x

12 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1 I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan I-214 mencapai 5,55% (yoy) melambat dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 8,61%. 1.1 Kondisi Umum Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triw ulan I-214 mengalami perlambatan terutama dipicu oleh kinerja pertumbuhan komponen ekspor. Melambatnya pertumbuhan tersebut merupakan dampak dari penurunan permintaan batu bara dari Tiongkok dan India serta pemberlakuan kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah sesuai UU Minerba No.4 tahun 29. Sementara dari sisi penawaran, salah satu dampak pemberlakukan UU tersebut tercermin pada nilai tambah sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi Pertumbuhan Ekonomi Kalteng Pertumbuhan Ekonomi Nasional Tw I-13 Tw II-13 Tw IV Tw I-214 Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah 1.2 Sisi Permintaan Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah dari sisi permintaan pada triwulan I-214, ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga (RT), pemerintah dan investasi (PMTB). Sementara, ekspor cenderung tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Ditambah lagi, masih tingginya pertumbuhan impor menjadi pemicu melambatnya pertumbuhan ekonomi 1

13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kalimantan Tengah. Faktor diberlakukannya penerapan UU Minerba menjadi pemicu utama melambatnya ekspor pada triwulan I-214. Namun demikian, masih optimisnya masyarakat terkait kondisi ekonomi tercermin dari kinerja konsumsi RT yang relatif stabil, serta tingginya komitmen pemerintah daerah dalam mempercepat penyerapan belanja turut mempengaruhi kinerja konsumsi pemerintah dan PMTB. Penggunaan Pertumbuhan I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor (1.19) (.71) Impor PDRB Tabel 1.1 Pertumbuhan Sisi Permintaan Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah Penggunaan I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV I-14 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor (.61) (.37) Impor PDRB Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Sisi Permintaan Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah Konsumsi Pertumbuhan konsumsi RT dan Pemerintah di Kalimantan Tengah masing-masing tercatat sebesar 4,83% dan 8,5% (yoy) pada triw ulan I-214, relatif stabil dan sedikit meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tumbuh 4,64% dan 8,3%. Peranan konsumsi (RT dan Pemerintah) dalam perekonomian Kalimantan Tengah mencapai kisaran rata-rata 6% setiap triwulannya, lebih tinggi dibandingkan komponen permintaan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan produk/jasa untuk konsumsi domestik di Kalimantan Tengah masih menjadi prioritas utama dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah. Beberapa indikator pendukung mengkonfirmasi masih stabilnya konsumsi RT di triwulan I sebagaimana tercermin dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK), meskipun masih di atas titik optimis (1), mengalami penurunan dari 19,2 menjadi 16,6. Sejalan dengan itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Palangka Raya hasil survei Bank Indonesia juga berada pada rata-rata 119,75% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 122,36%. Namun demikian, optimisme masyarakat masih terlihat sebagaimana kenaikan indeks konsumsi makanan maupun non makanan (sandang khususnya pakaian, serta peralatan rumah tangga seperti perabotan dan elektronik) dari 17,6 menjadi 18,58. 2

14 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Selanjutnya, relatif stabilnya kinerja konsumsi RT juga tercermin dari sedikit melambatnya penyaluran kredit konsumsi perbankan yang tumbuh 17,18% sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (18,65%). Kinerja konsumsi RT juga masih tercermin dari kredit kepemilikan barang tahan lama yang masih menurun 69,41% serta kredit multiguna pada triwulan laporan cenderung sedikit melambat dari 8,37% ke 7,3%. Hasil liaison kepada perusahaan pembiayaan menginformasikan bahwa pembiyaan untuk barang elektronik seperti komputer, laptop, dan handphone di triwulan I meningkat namun dalam ritme yang masih cukup lambat karena di awal tahun preferensi masyarakat masih cenderung menunggu untuk melakukan konsumsi barang tahan lama. Kenaikan UMP juga sedikit memberikan pengaruh tingkat konsumsi RT pada triwulan laporan Tingkat Konsumsi ITK Batas IKK Indeks Keyakinan Konsumen 92 9 I II III IV I II III IV I Grafik 1.2 Survei Konsumen Sumber: KPw BI Prov. Kalimantan Tengah Grafik 1.3 Indeks Tendensi Konsumen Sumber: BPS Kalimantan Tengah G. Kredit Konsumsi Grafik 1.4 Kredit Konsumsi Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalimantan Tengah IV I (1.) (2.) Kredit Pemilikan Barang Tahan Lama Kredit Multiguna I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 1.5 Perkembangan KPM,KPSM&Kons.Lainnya Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalimantan Tengah (5.) 3

15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional (5.) G-Penjualan Mobil G-Penjualan Sepeda Motor (RHS) I II III IV I II III IV I (1.) (2.) (3.) Grafik 1.6 Pertumbuhan Penjualan Motor dan Mobil Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalimantan Tengah (2.) (4.) KPR Rmh < 7 KPR Ruko Rukan KPR Rmh > 7 (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 1.7 Pertumbuhan KPR Perbankan Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalimantan Tengah Selanjutnya, konsumsi pemerintah di triwulan I tumbuh 8,5% masih relatif stabil meskipun sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (8,3%). Trend pertumbuhan triwulanan konsumsi pemerintah cenderung di awal triwulan cukup baik menopang perekonomian Kalimantan Tengah khususnya tercermin dari penyerapan anggaran belanja di tingkat pemerintah provinsi. Namun demikian, masih rendahnya penyerapan total belanja pemerintah kota/kabupaten menjadi penahan kontribusi pada komponen ini. Selain itu, tingginya komitmen pemerintah daerah terkait dengan dukungan penyerapan anggaran tercermin dari dibentuknya Tim Percepatan Penyerapan Anggaran (TEPA) di Provinsi Kalimantan Tengah untuk mengawasi dan memastikan penyerapan anggaran pemerintah baik itu provinsi sampai dengan kabupaten/kota IV I II III IV I Total DPK (Penduduk) 19.83% 15.2% 11.61% 13.24% 12.18% 7.48% DPK Pemerintah 8.17% 1.9% 3.65% 3.18%.84% -.17% DPK Swasta 22.25% 2.58% 14.73% 17.36% 14.27% 9.87% Total Giro (Penduduk) 29.97% 3.23% 6.93% 4.84% -1.6% 2.7% Giro Pemerintah 3.87%.2% 6.5% -.9%.63% -.83% Giro Swasta 67.78% 11.13% 8.69% 15.82% % 7.84% Total Tabungan (Penduduk) 19.98% 19.49% 14.5% 17.52% 13.89% 13.2% Tabungan Pemerintah -1.37% 46.8% -3.81% 5.17% 8.23% 4.97% Tabungan Swasta 2.12% 19.41% 14.13% 17.57% 13.91% 13.22% Total Deposito (Penduduk) 6.46% 25.57% 13.34% 17.32% 41.65% 2.5% Deposito Pemerintah 46.54% 1.84% -3.81% 16.18% 1.44% 3.39% Deposito Swasta 2.46% 29.63% 2.28% 17.76% 47.39% 2.33% Tabel 1.3 Pertumbuhan DPK Pemerintah dan Swasta Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalimantan Tengah Konsumsi pemerintah juga tercermin dari DPK pemerintah yang ada di perbankan pada awal triwulan I mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini mengindikasikan adanya penggunaan anggaran tersebut untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi sebagaimana tercantum dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 7,3% pertumbuhan di

16 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Investasi Meskipun masih dibayangi ketidakpastian kondisi tekanan nilai tukar dan kenaikan suku bunga penyaluran kredit kegiatan investasi Kalimantan Tengah di triwulan I-214 mencapai 1,76% (yoy), masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode lalu (9,77%) sebagaimana tercermin dari realisasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Hasil dari liaison diperoleh informasi bahwa pelaku usaha di sektor swasta sebagian besar masih dalam kondisi wait and see terkait dengan kondisi eksternal maupun internal untuk merealisasikan rencana investasinya mulai di 214. Namun demikian, diperkirakan faktor dorongan percepatan investasi dari sisi pemerintah, cukup mampu mempengaruhi kinerja investasi pada triwulan I ini. Adanya penandatanganan komitmen bersama untuk melakukan percepatan proyek-proyek pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga menjadi salah satu faktor pendorong kinerja investasi. Pada triwulan laporan, beberapa indikator investasi bergerak searah dengan melambatnya kinerja pertumbuhan komponen investasi di Kalimantan Tengah. Indikator realisasi proyek PMDN, jumlah proyek PMA, serta impor barang modal memperlihatkan trend yang masih menurun di triwulan laporan. Semakin menurunnya realisasi nilai investasi PMDN di Kalimantan Tengah mengkonfirmasi terjadinya perlambatan dan penundaan investasi di triwulan I. Namun demikian, perlambatan realisasi nilai investasi secara keseluruhan masih ditahan oleh pertumbuhan realisasi nilai investasi PMA di triwulan I. Namun demikian, perkembangan realisasi impor barang modal yang terdiri dari barang transportasi, suku cadang dan mesin lainnya mulai meningkat dari USD menjadi USD di triwulan laporan. Sementara itu, kinerja kredit investasi perbankan masih tumbuh sebesar 9,85% namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (11,57%). 4,. 3,5. 3,. 2,5. 2,. 1,5. 1, PMDN (Rp Miliar) g-pmdn I II III IV I II III IV PMA g-pma I II III IV I II III IV Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMDN Sumber: BKPM -6 Grafik 1.9 Realisasi Proyek PMA Sumber: BKPM 5

17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional USD Juta Nilai Impor BM g-nilai Impor BM I II III IV I II III IV I (2.) (4.) (6.) (8.) (1.) (12.) Rp Triliun Kredit Investasi G. Kredit Investasi IV I yoy (%) Grafik 1.1 Perkembangan Impor Barang Modal Sumber: DSM Bank Indonesia Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan Sumber: LBU - KPw BI Prov. Kalimantan Tengah Perkembangan realisasi semen Kalimantan Tengah di triwulan I juga sediki meningkat. Di triwulan I. Hal ini menunjukkan bahwa investasi fisik seperti pembangunan perumahan, gedung, bahkan jalan di Kalimantan Tengah cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. (ton) 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Realisasi Pengadaan Semen Kalteng (lhs) Pertumbuhan (rhs) Grafik 1.12 Perkembangan Realisasi Semen Sumber: Asosiasi Semen (% yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I , (.2) (.4) Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 1.13 Kredit Lokasi Proyek Kalimantan Tengah Sumber: LBU-KPw Kalimantan Tengah Perkembangan Ekspor-Impor Kinerja ekspor luar negeri Kalimantan Tengah pada triwulan I 214 menunjukkan penurunan, khususnya pada ekspor hasil pertambangan batu bara dan mineral mentah. Penurunan ekspor batu bara lebih dominan disebabkan karena permintaan Tiongkok yang menurun seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara yang masih tinggi di negara tersebut. Selain itu, permintaan batu bara untuk ekspor ke India juga mengalami penurunan karena pelemahan mata uang Rupee dan persiapan pemilu di negara tersebut. Sementara itu, seiring dengan pemberlakuan UU Minerba, ekspor komoditas mineral Kalimantan seperti bauksit, bijih besi dan zircon dibatasi. Berdasarkan hasil liaison, UU Minerba berdampak pada terhentinya operasional hampir seluruh tambang mineral yang berlokasi di Kalimantan Tengah. 6

18 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Rendahnya realisasi ekspor menjadikan nilai tambah perekonomian Kalimantan Tengah tumbuh melambat mencapai 5,55% di triwulan I. Lebih dalam, pertumbuhan nilai tambah dari kegiatan ekspor hanya mencapai 6,4%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, nilai tambah impor juga tumbuh melambat mencapai 12,4% sehingga menahan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah di triwulan I-214. Permintaan eksternal yang sebagian besar terlihat dari perolehan nilai tambah volume ekspor LN mencatat penurunan sebesar 31,2%, jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (744,11%). Berdasarkan nilai realisasinya, ekspor di triwulan I-214 tercatat sebesar US$275,2 juta, menurun 16,42% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja ekspor terutama didorong oleh nilai ekspor kelompok bijih, kerak dan abu logam yaitu dengan komoditas utamanya bauksit/bijih besi yang terindikasi terhenti akibat diberlakukannya UU Minerba di awal tahun 214. Juta USD I II III IV I II III IV I II III IV I (2.) (4.) (6.) % RHS 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Ribu Ton I II II IV I II II IV I II II IV I II II IV I II III IV I % RHS Nilai Ekspor g-nilai Ekspor (yoy) RHS Grafik 1.14 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Tengah Sumber: BPS, diolah Vol Ekspor Kalteng (Triwulanan) g-vol Ekspor (yoy)-rhs Grafik 1.15 Pertumbuhan Vol Ekspor Kalimantan Tengah Sumber: BPS, diolah Pakistan 1% Japan 18% Australia % India 4% Other Asia 6% Belgium 2% Finland 1% Germany 1% Other Europe 1% South Africa Rep. % USA 4% Canada % R.R.C. 53% Amerika Selatan % R.R.C. 22% Vietnam 2% Malaysia 58% Grafik 1.16 Negara Tujuan Ekspor Sumber: DSta Bank Indonesia Grafik 1.17 Negara Asal Impor Sumber: DSta Bank Indonesia Komoditas ekspor LN Kalimantan Tengah di triwulan laporan masih didominasi oleh 5 komoditas yakni Batubara, crude palm oil (CPO), Bijih-bijihan, Kerak dan Abu Logam, serta komoditas Karet dan Kayu. Penurunan ekspor di triwulan laporan disebabkan oleh penurunan 7

19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional ekspor barang tambang mineral, CPO, serta komoditas karet akibat pengaruh permintaan pasar global dan diberlakukannya UU Minerba. Kinerja volume ekspor komoditas pertanian yang terdiri dari komoditas karet dan CPO yang merupakan bagian dari komoditas ekspor strategis masing-masing mengalami peningkatan sebesar 35,46% dan 35,58% (yoy) di periode laporan. Meningkatnya ekspor komoditas CPO, selain didorong oleh membaiknya permintaan dari Tiongkok dan India, serta permintaan dari Pakistan yang merupakan pasar alternatif baru sebagai dampak adanya preferential trade agreement (PTA) antara Indonesia dan Pakistan yang dilaksanakan pada September 214 lalu. Sejalan dengan itu, ekspor karet di triwulan I juga meningkat, terkonfirmasi dari kontak liaison yang menginformasikan bahwa dengan membaiknya perekonomian termasuk diantaranya Tiongkok dan Amerika yang memiliki porsi permintaan komoditas karet mencapai 75%, memacu kinerja ekspor di triwulan I. Sejalan dengan ekspor, impor LN juga mengalami penurunan 44,59% (yoy). Penurunan tersebut ditunjukkan dari menurunnya jumlah barang yang di bongkar baik itu di pelabuhan udara maupun pelabuhan laut selama triwulan I dibandingkan triwulan sebelumnya. Aktivitas bongkar di pelabuhan laut tumbuh mencapai 29,98% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun 31,72%. Sementara itu, aktivitas bongkar di pelabuhan udara mencapai 1,1% (yoy) tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (2,92%). 2,, 1,8, 1,6, 1,4, 1,2, 1,, 8, 6, 4, 2, - Bongkar (ton) g-bongkar (RHS) I II III IV I II III IV (2) (4) 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, - Muat (ton) g-muat (RHS) I II III IV I II III IV I Grafik 1.18 Pertumbuhan Bongkar Barang (Kapal Laut) Sumber: BPS, diolah Grafik 1.19 Pertumbuhan Muat (Kapal Laut) Sumber: BPS, diolah 1.3 Sisi Penaw aran: Kinerja Sektor Utama Daerah Ditinjau dari sisi penawaran (sektoral), pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah di triwulan I- 214, dipengaruhi oleh pencapaian pertumbuhan di sektor sekunder sebesar 7,73% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (4,33%), sementara sektor primer dan tersier masing-masing tumbuh 2,37% dan 7,68% melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 8

20 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1 (1,27% dan 2,37%). Lebih rinci, sektor utama dengan kinerja pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya antara lain sektor industri pengolahan yang tumbuh 7,66% dan sektor bangunan 8,3% dan sektor jasa-jasa 9,5%. Namun demikian, sektor pertambangan & penggalian mengalami kontraksi 4,8% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,79%. Sementara sektor utama lainnya yaitu PHR dan jasa-jasa cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya produksi kelapa sawit Kalimantan Tengah yang dipicu oleh permintaan ekspor LN merupakan pendorong pertumbuhan sektor pertanian. Sementara produksi padi di triwulan I berada mengalami pergeseran panen akibat faktor cuaca di akhir tahun. Selanjutnya, sektor keuangan, persewaan & jasa dipengaruhi oleh kinerja sektor perbankan dengan meningkatnya pendapatan usaha di triwulan I-214. Selanjutnya, kontraksi sektor pertambangan & penggalian dipicu oleh menurnnya produksi tambang mineral yang terindikasi terjadi karena dipengaruhi oleh diberlakukannya UU Minerba di awal 214. Pertumbuhan Sektoral I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14 Pertanian Pertambangan dan penggalian (4.8) Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa-jasa PDRB Tabel 1.4 Pertumbuhan Sisi Penawaran Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah Sektoral I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV I-14 Pertanian Pertambangan dan penggalian (.54) Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa-jasa PDRB Tabel 1.5 Kontribusi PDRB 1 1. Sektor Primer, yaitu sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit di dalamnya. Yang termasuk kelompok ini adalah sektor Pertanian serta sektor Pertambangan dan Penggalian. 2. Sektor Sekunder, yaitu sektor yang mengolah bahan bahan mentah atau bahan baku baik berasal dari sektor Primer maupun dari sektor Sekunder menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini mencakup sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Minum, dan sektor Bangunan. 3. Sektor Tersier, atau dikenal sebagai sektor jasa, yaitu yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa. Sektor yang tercakup adalah Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, dan Jasa-jasa. 9

21 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, diolah Sektor Pertanian Sektor pertanian mengalami perlambatan di triwulan I dengan pertumbuhan mencapai 5,19% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (7,5%). Kinerja sektor pertanian Kalimantan Tengah pada triwulan I 214 tumbuh melambat terutama terjadi pada subsektor tabama (padi) yang mengalami kendala produksi dan pergeseran masa panen. Pada triwulan I, pola musiman pertumbuhan padi berada pada posisi tertinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, ternyata adanya pergeseran produksi tersebut tidak sedalam yang terjadi di mempengaruhi melambatnya pertumbuhan sektor tabama meningkat di triwulan laporan. Sejalan dengan produksi padi, produksi komoditas jagung juga mengalami pertumbuhan yang melambat, hanya komoditas kedelai yang tumbuh positif. Hasil produksi padi di beberapa kabupaten penghasil seperti Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, masih menjadi penopang surplus produksi padi di Kalimantan Tengah. Berdasarkan hasil rilis angka ramalan II (ARAM II) pertanian, total produksi padi selama 214 diperkirakan akan mencapai ton, meningkat ton atau tumbuh 5,4% dibandingkan tahun 213. Namun demikian, pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan produksi padi di 213 yang tumbuh mencapai 23,81%. Lebih rendahnya pertumbuhan produksi tersebut dipengaruhi oleh menurunnya luas panen di 214 yang mencapai Ha dibandingkan luas panen di 213 yaitu sebesar Ha. Namun, produktivitas padi di 214 diperkirakan mencapai 31,78 Ku/Ha lebih tinggi dibandingkan 212 yang mencapai 3,1 Ku/Ha. Selanjutnya, produksi CPO Kalimantan Tengah di triwulan I-214 diperkirakan mencapai ton, masih lebih rendah dibandingkan akhir triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, atau menurun 5,63% (yoy). Namun demikian, penurunannya lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 14,7%. Selanjutnya, komoditas produksi karet di triwulan laporan juga mengalami peningkatan sebesar 4,5%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 3,28% (yoy). Peningkatan produksi kedua komoditas tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah di triwulan laporan. 1

22 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 45,. 4,. 35,. 3,. 25,. 2,. 15,. 1,. 5,. - I II III IV (2.) Ribu Ton CPO 213 Padi Sawah + Ladang g-padi Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec jan feb Grafik 1.2 Produksi Padi Kalimantan Tengah Sumber: BPS, diolah Grafik 1.21 Produksi Kelapa Sawit (CPO) Sumber: Dinas Perkebunan, diolah 3, 25, Karet 25,,. 2,,. 15,, , 15, 1, 5, - Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb 1,,. 5,,.. II III IV II III IV II III IV CRUDE RUBBER 23 - CRUDE RUBBER Grafik 1.22 Produksi Karet Sumber: BPS, diolah Grafik 1.23 Ekspor Karet Sumber: Dinas Perkebunan, diolah Peningkatan kinerja pertumbuhan sektor pertanian tercermin dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang menginformasikan adanya peningkatan kapasitas produksi rata-rata sektor pertanian di triwulan I-214. Selanjutnya, di triwulan I-214, Produksi kelapa sawit Kalteng di Februari 214 diperkirakan mencapai ton CPO meningkat 1,2% dibandingkan tahun lalu. Disamping faktor cuaca, mulai bertambahnya tanaman yang memasuki umur panen optimal mendorong peningkatan produksi tersebut. Dari sisi harga, harga internasional CPO juga menunjukkan peningkatan, dimana pada periode laporan tercatat rata-rata mencapai 875 USD/Metric Ton, lebih tinggi dibandingkan Februari 214 yang tercatat sebesar 79 USD/Metric Ton. Tren kenaikan harga CPO masih akan berlanjut karena beberapa faktor, mulai dari adanya mandatori bahan bakar nabati (BBN) di Indonesia dan Malaysia, adanya kekeringan di Sumatera dan Semenanjung Malaysia, serta kenaikan permintaan CPO dari Pakistan, Bangladesh, dan Amerika. Harga CPO bisa melonjak di atas RM 3. per ton (96 USD) dan mendekati RM 3.2 per ton (966 USD) pada akhir Juni jika musim kemarau terus terjadi setelah Maret dan juga didorong potensi terjadinya el nino. Selain itu, produksi minyak kedelai sebagai salah satu substitusi CPO di Brazil dan Paraguay di bawah ekspektasi. Selanjutnya, berdasarkan harga pembelian tandan buah segar (TBS) kelapa sawit produksi perkebunan di Provinsi Kalimantan Tengah periode Maret 214, harga TBS umur tanam 1 s/d 11

23 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 2 tahun mencapai Rp1.758,29 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar Rp1.752,89/Kg pada Februari. Komoditas lainnya di sub sektor perkebunan yaitu karet diperkirakan mulai mengalami perbaikan. Pada Maret tren harga internasional komoditas karet membaik, harga karet rata-rata tercatat pada level 246,5 USD Cent/kg, meningkat dibandingkan bulan Januari 214 yang berada pada level 235,47 USD Cent/kg. Namun demikian, harga karet lokal mencapai harga Rp17.65/Kg menjadi lebih rendah dari bulan sebelumnya Rp17.255/Kg. Kemudian dari jumlah produksinya di Februari menurun 7,2% (yoy). Diperkirakan pada triwulan I permintaan komoditas karet masih belum menentu seiring dengan stagnannya permintaan Tiongkok yang menjadi negara tujuan ekspor utama komoditas karet dari Kalteng akibat dari masih tingginya stok karet di negara tersebut. Harga karet berjangka pengiriman Mei 214 di Shanghai Futures Exchange turun 1% dan ditutup pada posisi yuan atau kisaran US$ per ton pada 3 Januari lalu. Stok karet yang dipantau oleh bursa naik 1,6% menjadi ton pada pekan lalu. Jumlah stok ini merupakan yang terbesar sejak Oktober 24.. USD/Barel 1, USD Cent / Kg Grafik 1.24 Harga Komoditas CPO Sumber: BPS, diolah Grafik 1.25 Harga Komoditas Karet Sumber: Dinas Perkebunan, diolah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Selanjutnya, sektor ekonomi utama di Provinsi Kalimantan Tengah lainnya, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh sebesar 6,25%, relatif stabil dibandingkan tingkat pertumbuhan periode sebelumnya yang tercatat 6,24% (yoy). Kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi secara agregat juga stabil dari 1,22% menjadi 1,18%. Relatif stabilnya sektor PHR disebabkan oleh pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor hotel, restoran masing-masing tumbuh relatif masih cukup rendah di awal triwulan. Hasil liaison kepada pelaku perdagangan di Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa kondisi perdagangan di triwulan laporan cenderung stagnan dibandingkan sebelumnya. Kontak pedagang besar di sektor Perdagangan, Hotel & Restoran melaporkan bahwa jumlah 12

24 Perkembangan Ekonomi Makro Regional permintaan di triwulan I-214 relatif stagnan dan cenderung ke arah tren pelambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana salah satu kontak mengalami penurunan sebesar ± 1%. Begitu juga kontak di sub sektor hotel dan restoran juga melambat hal ini terjadi karena beberapa hal yaitu : 1) Tingkat persaingan bisnis hotel di Palangka Raya yang semakin tinggi 2) Belum cairnya dana Pemerintah daerah, menyebabkan belum banyaknya acara rapat dan seminar yang mengambil tempat di perhotelan. Hal ini sangat berpengaruh karena mayoritas segmen hotel di Palangka Raya adalah pemerintah daerah (share lebih dari 4%) 3) Menurut kontak liaison, UU Minerba sedikit mempengaruhi occupancy rate karena semakin rendahnya frekuensi tingkat rapat dan business meeting yang berasal dari pegawai pertambangan yang berasal dari Pulau Jawa. Namun kontak liaison di sektor ini cukup optimis di triwulan ke II-214 dapat meningkatkan occupancy rate terkait dengan 1) mulai cairnya dana-dana pemerintah 2) Adanya isu terkini yang mengatakan bahwa Kantor Pusat Kementrian Kehutanan dan Pertambangan akan relokasi ke Palangka Raya yang sebelumnya berada di Jakarta 3) Rencana pengembangan wisata Drama Tari Dayak oleh KPw BI Prov.Kalteng, yang dilaksanakan pada akhir bulan April 214 diharapkan akan meningkatkan animo masyarakat untuk berkunjung ke Kota Palangka Raya pada triwulan berikutnya. Selanjutnya, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menggambarkan adanya penurunan optimisme responden di sektor perdagangan, hotel, dan restoran dalam memandang situasi bisnisnya pada saat ini. Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) di Kota Palangka Raya pada bulan Maret 214 juga mengindikasikan adanya penurunan tingkat penjualan oleh perdagangan eceran, antara lain pada komoditas makanan, minuman dan tembakau, pakaian, konstruksi dan penjualan suku cadang. Kemudian, indikator statistik hunian kamar hotel berbintang, selama triwulan I-214 mencapai rata-rata tingkat hunian sebesar 55,9 lebih rendah dibandingkan rata-rata di triwulan sebelumnya (56,32) PHR I II III IV I II III IV I II III IV I PHR Grafik 1.26 Situasi Bisnis Perusahaan di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumber: SKDU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Hotel Berbintang Dec Dec Dec Dec Mar Bintang Bintang Bintang 3 NA NA Bintang 4 NA Bintang 5 NA NA NA Tingkat Hunian Tabel 1.6 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Kalimantan Tengah Sumber: BPS Prov.Kalimantan Tengah 13

25 Perkembangan Ekonomi Makro Regional (2) (4) (orang) Jumlah Penumpang Pesawat (%, yoy) 14,. g_penumpang Pesawat 12,. 1,. 8,. 6,. 4, , Rp Triliun Kredit PHR G. Kredit PHR IV I yoy (%) Grafik 1.27 Arus Penumpang Pesawat Udara dari dan ke - Provinsi Kalimantan Tengah Sumber: BPS, diolah Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Sektor Pertambangan Melambatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah di triwulan I-214 dipengaruhi oleh kinerja sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi terutama disebabkan perusahaan yang menghentikan produksinya. Perusahaan-perusahaan tersebut menghentikan produksi karena tidak dapat melakukan ekspor hasil tambangnya dan tidak ada pembeli di pasar domestik yang dapat menampung hasil produksi mereka. Terjadinya kontraksi di sektor pertambangan dipicu oleh realisasi ekspor hasil galian seperti bijih besi, bijih alumunium dan pasir zirkon sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan produksi dan ekspor yang jauh lebih rendah dari periode sebelumnya. Namun demikian, kondisi komoditas batubara masih pada fase perlambatan. Selain dipengaruhi faktor cuaca, perlambatan juga dipengaruhi oleh tren koreksi harga jual batubara intenasional selama periode laporan. Imbasnya di tingkat domestik, harga batubara di tingkat internasional tercatat lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Realisasi produksi akan sangat bergantung pada perkembangan harga di pasar, karena sangat terkait dengan margin keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. 14

26 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1,8,. 1,6,. 1,4,. 1,2,. 1,,. 8,. 6,. 4,. 2,. 1,2, 1,, 8, 6, 4, 2, Grafik 1.29 Produksi Batubara Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, diolah - Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Grafik 1.31 Produksi Bauksit Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, diolah dlm Juta USD/mt Harga Batubara % yoy gharga Batubara (RHS) 66.8 (15.4) Grafik 1.3 Harga Batubara Internasional Sumber: Bloomberg 9,. 8,. 7,. 6,. 5,. 4,. 3,. 2,. 1,.. Grafik 1.32 Ekspor Bauksit Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, diolah (4.8) -2 I II III IV I II III IV I II III IV II III IV II III IV II III IV METALLIFEROUS ORES&METAL SCR 28 - METALLIFEROUS ORES&METAL SCR ,5. 2,. 1,5. 1, Sektor Jasa Jasa Sektor utama lainnya di Kalimantan Tengah yaitu sektor jasa-jasa tumbuh 9,5% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (8,3%). Dari sisi kontribusi sektornya, juga terjadi peningkatan dari 1,11% menjadi 1,24% di triwulan laporan. Sektor jasa-jasa di Kalimantan Tengah mayoritas dipicu oleh realisasi jasa pemerintahan umum yang pada periode triwulan I-214 dipengaruhi oleh realisasi pendapatan gaji bagi pegawai negeri sipil. Sementara di sektor swasta, dipengaruhi oleh realisasi event/kegiatan hiburan, rekreasi yang banyak berlangsung di awal triwulan I-214. Rp Triliun Kredit Jasajasa G. Kredit Jasajasa Grafik 1.33 Pertumbuhan Kredit Jasa-Jasa Sumber : LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah IV I yoy (%) I II III IV I II III IV Jasa-Jasa Rata2 Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor Jasa Jasa Sumber : BPS Prov.Kalimantan Tengah, diolah 15

27 Boks Produksi Mineral Pasca UU Minerba Boks Produksi Mineral pasca penerapan kebijakan pengaturan ekspor. Sejalan dengan pelaksanaan UU No.4 Tahun 29, PP No.1 Tahun 214 dan Permen ESDM No.7/212 maka per tanggal 12 Januari 214 ekspor mentah material tambang sudah tidak diperkenankan. Berdasarkan hasil liaison, terdapat pengaruh UU Minerba terhadap Industri tambah di Wilayah Kalteng. Peningkatan produksi bauksit dan biji besi yang fantastis pada tahun karena menggenjot produksi sebelum UU Minerba di berlakukan yaitu pada tanggal 12 Januari 214. Untuk Wilayah Kalteng sendiri, berdasarkan data gabungan Distamben Kota dan Prov. Kalteng terdapat 71 Perusahaan tambang yang terdaftar rutin dalam melaporkan hasil produksinya ( 47 Perusahaan batubara, 2 Perusahaan Tambang Emas, 7 Perusahaan Bijih Besi, 2 Perusahaan Elminte, 6 Perusahaan Bauksit, 1 Perusahaan Perak dan 24 Perusahaan Pasir Zircon) Berdasarkan informasi hasil liaison, untuk wilayah kota Palangka Raya sendiri terdapat 24 perusahaan tambang, dengan komposisi 18 (delapan belas) Perusahaan bergerak di komoditas pasir zircon (ZrSiO4), 5 (lima) Perusahaan batubara dan 1 (satu) perusahaan pasir kuarsa. Dari 18 perusahaan pasir zircon, hanya 9 perusahaan yang sudah mulai beroperasi produksi, sedangkan perusahaan tambang batubara dan pasir kuarsa, masih dalam tahap Eksplorasi. Sehingga dapat dikatakan komoditas pasir zircon hampir mendominasi wilayah Palangka Raya yaitu mencapai 8% dan sisanya merupakan komoditas batubara serta pasir kuarsa. Dari 9 Perusahaan tambang zircon yang telah beroperasi hanya 1 perusahaan yang benar-benar telah memiliki smelter, yang telah bekerjasama dengan Perusahaan Korea dalam hal memfasilitasi smelter tersebut. Sedangkan perusahaan lain masih dalam proses pembangunan, dimana masing-masing perusahaan bekerjasama dengan perusahaan asing yang berasal dari Tiongkok dan Korea. Menurut kontak liaison, alasan utama mengapa baru sedikitnya smelter yang terealisasi di Kota Palangka Raya karena terkendala dengan proses administrasi yang rumit (perizinan izin tambang bersifat sentralisasi), tidak adanya kepastian hukum (selalu berubah-ubah) biaya investasi yang cukup besar. Disamping Pasir Zircon, terdapat perusahaan yang bergerak di bidang tambang bijih besi telah melakukan ground breaking pembangunan smelter pada akhir Maret 214. Pabrik smelter tersebut berada di sekitar Pelabuhan Panglima Utar, Desa Bumi Harjo Kab. Kotawaringin Barat. Alasan pemilihan lokasi di Kobar adalah selain tempat strategis, tempat pelabuhan bongkar muat pasang, juga tersedianya listrik yang memadai. Rencana kapasitas pabrik tersebut adalah 2. ton/tahun dan tahun berikutnya adalah 6. ton/tahun. 16

28 Inflasi Daerah 2 II. Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi pada triwulan I-214 secara tahunan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. 2.1 Gambaran Umum Jika ditinjau dari inflasi kumulatifnya, inflasi Kalimantan Tengah sampai dengan triwulan I-214 mencapai 1,6% (ytd 2 ) lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (1,41%). Ditinjau secara tahunan, inflasi Kalimantan Tengah pada triwulan I-214 mencapai 5,24% (yoy 3 ) masih dalam range proyeksi inflasi sebesar 5,82+1% (yoy) sebagaimana terdapat pada Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional periode sebelumnya. Inflasi tahunan tersebut juga lebih rendah daripada rata-ratanya selama 3 tahun pada priode yang sama (7,2%), dan masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 7,32% (yoy). Meredanya tekanan inflasi Kalimantan Tengah tidak terlepas dari realisasi inflasi Kota Palangka Raya dan Sampit 4 masing-masing sebesar,75% dan 1,64% (ytd). Tekanan inflasi terbesar di Kota Palangka Raya dan Sampit tersebut masing-masing terjadi pada Januari 214 dengan inflasi bulanan mencapai 1,21% dan 1,19% (mtm 5 ) sehingga inflasi Kalimantan Tengah pada bulan tersebut mencapai 1,2%. Inflasi 214 ytd (%) Jan Feb Mar Palangka Raya Sampit Kalteng Nasional Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Sumber : BPS, diolah Inflasi 214 mtm (%) Jan Feb Mar Palangka Raya Sampit Kalteng Nasional Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Sumber : BPS, diolah 2.2 Inflasi Tahunan dan Triw ulanan Di triwulan I-214 laju inflasi IHK Kalimantan Tengah tercatat 5,24% (yoy), sementara di triwulan sebelumnya mencapai 6,79%. Tingkat inflasi di periode ini lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi triwulan I sepanjang tahun , yakni sebesar 7,2%. 2 Ytd (year to date) atau inflasi tahun kalender adalah perbandingan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan laporan dengan IHK pada bulan Desember tahun sebelumnya. 3 Yoy (year on year) atau inflasi tahunan merupakan perbandingan IHK pada bulan laporan dengan IHK di bulan yang sama tahun sebelumnya. 4 Perhitungan inflasi Kalimantan Tengah diwakili oleh Kota Palangka Raya dan Sampit dengan bobot masing-masing sebesar 56% dan 44% 5 Mtm (month to month) atau biasa disebut inflasi bulanan yang merupakan metode penghitungan inflasi pada bulan tertentu yang diperoleh dengan membandingkan IHK bulan laporan terhadap IHK bulan sebelumnya. 17

29 Inflasi Daerah Dari realisasi inflasi Kalimantan Tengah sebesar 5,24%, Kota Palangka Raya mengalami inflasi 5,3% sementara inflasi kota Sampit sebesar 5,15%. Rata-rata inflasi triwulan I di Kota Palangka Raya mencapai 7,39% dan Sampit 6,55% (yoy).tingkat inflasi yang terjadi di Kota Palangka Raya dan Sampit berada di bawah level rata-rata inflasi triwulan I dalam 3 tahun terakhir. yoy (%) Nasional (yoy) Plk (yoy) Smpt (yoy) Kalteng (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV Jan 14 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Sumber: BPS Feb 14 Mar 14 Inflasi Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Palangka Raya yoy qtq Sampit yoy qtq Kalteng yoy qtq Nasional yoy qtq Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, meningkatnya tekanan inflasi antara lain dipengaruhi oleh naiknya ekspektasi masyarakat khususnya di awal Januari. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah bersama Tim Pengendali Inflasi Provinsi Kalteng untuk menjaga ekspektasi harga di masyarakat, antara lain dalam bentuk himbauan serta informasi harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok melalui media massa secara intens. Meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi diperkuat oleh hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai indikator dini yang mencerminkan ekspektasi konsumen terhadap harga-harga dan kondisi permintaan. Hasil SK di triwulan I-214 mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung memiliki ekspektasi adanya kenaikan harga memasuki Januari. Ekspektasi konsumen tersebut diduga masih dibayangi oleh tingginya harga-harga kebutuhan pokok yang terjadi di awal tahun akibat kondisi gelombang laut tinggi yang menggangu ketersediaan barang di pasar. Ekspektasi kenaikan harga semakin terjaga, seiring dengan berkurangnya pengeluaran konsumen rumah tangga secara umum baik untuk aktivitas transportasi yang menggunakan premium atau solar maupun biaya pemenuhan kebutuhan makanan sehari-hari seiring turunnya penggunaan terhadap minyak tanah. Konsumsi rumah tangga terhadap elpiji semakin meningkat tinggi jika dibandingkan kondisi awal tahun, dimana terjadi kendala 18

30 Inflasi Daerah pasokan akibat gelombang laut tinggi. Selain itu, meningkatnya UMP juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi pada triwulan I Sisi Penaw aran Sedangkan dari sisi penawaran, pergerakan inflasi dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan yang masuk dari pulau Jawa baik melalui pelabuhan Trisakti-Banjarmasin maupun pelabuhan Sampit. Terutama untuk komoditas bahan makanan seperti bawang merah dan cabai rawit. Bersamaan dengan itu, sejumlah komoditas yang dihasilkan sendiri seperti beras, dan daging ayam ras dan ikan-ikanan (sungai dan laut) pasokan semakin terbatas di pasar sehingga mempengaruhi kenaikan harga. 2.4 Dekomposisi dan Komoditas Penyumbang Inflasi Berdasarkan pengelompokan inflasi (dekomposisi) dilihat dari sifat faktor yang mempengaruhi, terlihat bahwa tingginya tekanan inflasi pada triwulan I-214 sebagai besar disebabkan oleh kenaikan harga kelompok volatile foods - yang didominasi oleh komoditas bahan makanan yang harganya bergejolak. Terhambatnya pasokan pada Desember-Januari akibat gelombang tinggi menyebabkan kontribusi inflasi kelompok volatile foods tercatat terus meningkat. Selanjutnya, inflasi kelompok inti cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara konseptual, pergerakan inflasi inti (core) bersifat lebih permanen/persisten dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, yang dapat berasal dari aktivitas ekonomi internal maupun lingkungan eksternal (nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang). Analisis ini diperkuat dengan tinjauan inflasi (yoy) berdasarkan kelompok pengeluaran, dimana kenaikan tekanan inflasi inti lebih disebabkan oleh kenaikan harga-harga yang terjadi pada sub-kelompok pendidikan dan sub-kelompok biaya tempat tinggal yang terdapat pada kelompok perumahan. Kenaikan inflasi sub-kelompok pendidikan dipengaruhi oleh naiknya tarif kursus-kursus/pelatihan serta perlengkapan/peralatan pendidikan. Hal tersebut secara tidak langsung mengindikasikan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan terapan disertai dengan adanya upaya perbaikan prasarana di bidang pendidikan. Inflasi komoditas volatile foods (VF) pada Maret cenderung menurun, namun kontribusi (andil) inflasi beberapa komoditas masih cukup tinggi. Informasi dari instansi terkait bahwa kenaikan harga beras pada Maret dipengaruhi oleh meningkatnya harga beras jenis siam (beras lokal) karena persediaan beras jenis tersebut menurun seiring dengan daerah produksi jenis beras tersebut baru memasuki periode masa tanam. Sementara beras jenis unggul, harganya cenderung menurun karena stok sudah cukup tinggi dan harga relatif stabil bahkan cenderung 19

31 Inflasi Daerah menurun. Sementara itu, curah hujan yang cukup tinggi pada minggu akhir Maret menyebabkan stok ikan tangkapan menurun sehingga mempengaruhi harga ikan segar di pasar utama Kota Palangka Raya. Namun demikian, beberapa komoditas penyumbang inflasi lainnya seperti daging dan telur ayam ras dan beberapa jenis sayuran (wortel, bayam, kentang dan tomat sayur) cenderung mengalami penurunan harga. Informasi dari instansi terkait dengan harga komoditas daging dan telur ayam ras stok dalam kondisi stabil dan pengiriman telur dari Pulau Jawa cenderung lancar. Sementara daerah sentra penghasil sayuran seperti Kalampangan di Palangka Raya mulai panen dan lancarnya distribusi sayuran dari Pulau Jawa juga mempengaruhi tingkat harga komoditas tersebut pada periode laporan. Jan Feb Mar Palangka Raya Palangka Raya Palangka Raya No Inf lasi Inf lasi Inf lasi 1 Daging ayam ras Cabai rawit Mie 2 Rokok kretek filter Ketimun Angkutan Udara 3 Nasi dengan lauk Sate Nasi dgn Lauk 4 Mie Ikan asin peda Beras 5 Telur ayam ras Seng Ikan gabus Def lasi Def lasi Def lasi 1 Kacang panjang Daging ayam ras Daging ayam ras 2 Angkutan udara Bawang merah Telur ayam ras 3 Bawang merah Angkutan udara Udang basah 4 Gula pasir Tomat sayur Wortel 5 Jagung manis Ikan gabus Bayam Tabel 2.4 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Palangka Raya Sumber: BPS Prov. Kalimantan Tengah, diolah Tekanan inflasi komoditas pada kelompok inti dipengaruhi oleh meningkatnya harga komoditas pada kelompok makanan jadi antara lain mie dan nasi dengan lauk. Meningkatnya inflasi komoditas pada kelompok inti memberikan kontribusi mencapai,7% yang dipengaruhi oleh transmisi kenaikan harga bahan bakunya yaitu komoditas beras pada nasi dan lauk pauk sementara komoditas mie lebih dipengaruhi oleh meningkatnya harga bahan baku pelengkap komoditas tersebut. Selain itu, meningkatnya biaya sewa rumah juga turut menambah kontribusi inflasi pada kelompok inti. Ekspektasi inflasi mereda. Hal tersebut tercermin dari ekspektasi inflasi konsumen dan pedagang yang mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Menurunnya ekspektasi inflasi tersebut dipengaruhi oleh kondisi permintaan di Maret relatif stabil akibat tidak adanya event tertentu yang menyebabkan peningkatan konsumsi. Tekanan inflasi kelompok administered prices cenderung meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Meningkatnya tekanan inflasi administered prices disebabkan oleh 2

32 Inflasi Daerah kenaikan harga komoditas angkutan udara akibat dari penyesuaian tambahan biaya (surcharge) akibat naiknya harga bahan bakar pesawat (avtur) seiring dengan melemahnya nilai tukar. Kenaikan biaya tersebut dibebankan pada harga tiket pesawat mulai awal bulan Maret lalu. Jan Feb Mar Sampit Sampit Sampit No Inf lasi Inf lasi Inf lasi 1 Daging ayam ras Jeruk Cabai rawit 2 Beras Cabai rawit Kacang panjang 3 Ikan tongkol Pemeliharaan/servis Rokok kretek filter 4 Telur ayam ras Es Ikan Nila 5 Ikan selar Mobil Angkutan udara Def lasi Def lasi Def lasi 1 Udang basah Daging ayam ras Daging ayam ras 2 Bawang merah Bawang merah Telur ayam ras 3 Kacang panjang Ikan selar Mobil 4 Ikan gabus Bahan bakar RT Jeruk 5 Ketimun Ikan gabus Ikan Tongkol Tabel 2.5 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Sampit Sumber: BPS Prov. Kalimantan Tengah, diolah 21

33 Boks Rencana Aksi 214 Boks II Rencana Aksi Pengendalian Inflasi 214 A. Latar Belakang dan Asumsi Penyusunan Rencana Aksi Rencana aksi pengendalian inflasi adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga dengan menggunakan sejumlah sumber daya pada kurun waktu dan lokasi tertentu dengan metode tertentu pula dalam rangka pengendalian inflasi yang bersinergi satu sama lainnya. Rencana aksi ini didasarkan pada hasil kajian tentang komoditas-komoditas yang memiliki andil inflasi/deflasi, nilai bobot komoditas pada kurun waktu tertentu terjadinya inflasi/deflasi. Dengan demikian diharapkan masing-masing kegiatan dalam rencana aksi mempunyai kontribusi dalam pengendalian inflasi. Pada waktu menjelang Hari Raya Lebaran misalnya, kebutuhan terhadap bahan makanan lebaran menjadi sangat tinggi sehingga harga-harganya cenderung naik. Hal ini berbeda dengan saat memasuki tahun ajaran baru dimana kebutuhannya adalah perlengkapan sekolah yang cenderung harganya meningkat yang dapat memicu inflasi. B. Rencana Aksi Pengendalian Inflasi Seperti dijelaskan diatas Rencana aksi pengendalian inflasi adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga dengan menggunakan sejumlah sumber daya pada kurun waktu dan lokasi tertentu dengan metode tertentu pula dalam rangka pengendalian inflasi yang bersinergi satu sama lainnya. Rencana aksi disusun dalam bentuk tabel yang menunjukkan rencana kegiatan dengan output dan input sumber dana dalam rangka mengendalikan inflasi sesuai rekomendasi dan isu strategis pada kurun waktu tertentu dan lokasi tertentu pula. Rencana aksi seluruh instansi pada tahun 214. Rencana aksi selama 214 telah disepakati beberapa rekomendasi antara lain, dalam rangka pengendalian inflasi di Kalteng dan mencapai target inflasi RPJMD Kalteng sebesar 3% di 214, maka seluruh anggota TPID Kalteng, yaitu instansi terkait, diminta untuk menyerahkan dan mengkompilasi rencana aksi pengendalian inflasi selama 1 tahun ke depan sebagai komitmen TPID melakukan pengendalian inflasi selama 214. Adapun kegiatan dari rencana aksi merupakan turunan dari rekomendasi pengendalian inflasi yaitu 1. Menjaga kelancaran arus distribusi barang kebutuhan pokok di Kalteng. 2. Menjaga dan mengelola ekspektasi masyarakat terkait dampak inflasi. 3. Menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga bawang merah di Kalteng. 4. Menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga beras di Kalimantan Tengah. 5. Menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga cabe dan sayur di Kalteng. 6. Menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga daging sapi, ayam ras, di Kalteng. 7. Menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga ikan segar di Kalimantan Tengah. 8. Menjaga distribusi dan ketersediaan mitan dan gas elpiji. 22

34 Boks Rencana Aksi 214 KESIMPULAN Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Inflasi adalah salah satu indikator ekonomi yang sangat penting dan strategis sehingga harus dikendalikan melalui berbagai upaya/kegiatan secara terencana, bersinergi dan komprehensif. 2. Berdasarkan RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun diamanatkan bahwa target angka inflasi untuk tahun 214 adalah sebesar 3% dan angka ini menjadi target capaian dari TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota se Kalimantan Tengah. 3. Agar pengendalian inflasi dapat berjalan secara efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan yang matang melalui penyusunan rencana aksi dan melaksanakannya secara cermat yang dievaluasi secara periodik. 4. Rencana aksi adalah daftar kegiatan dari seluruh SKPD terkait yang dilaksanakan dengan menggunakan input untuk mencapai output yang terukur pada lokasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu pula. Semua kegiatan dimaksud adalah dalam rangka mengendalikan inflasi. 5. Mengingat banyaknya variabel-variabel yang tidak bisa diprediksi sebelumnya yang mempengaruhi tingkat inflasi maka rencana aksi harus selalu diupdate dengan kondisi terkini. 23

35 Perbankan dan Sistem Pembayaran 3 III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Mayoritas indikator perbankan masih menunjukkan perkembangan positif dalam menopang perekonomian Kalimantan Tengah di triwulan I Kondisi Umum Perbankan Peran Perbankan dalam mendukung aktivitas ekonomi Kalimantan Tengah (Kalimantan Tengah) masih menunjukkan perkembangan yang positif sejalan dengan kontribusinya yang terus meningkat sejalan dengan arah ekspansi ekonomi dalam 1 tahun terakhir. Sejalan dengan itu, tren pertumbuhan berbagai indikator utama yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit masih cenderung meningkat meskipun melambat pada triwulan I Kelembagaan Ekspansi kelembagaan perbankan dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur peningkatan aktivitas ekonomi di suatu daerah. Meskipun demikian keterjangkauan perbankan ke daerahdaerah yang belum terlayani oleh jasa keuangan masih perlu ditingkatkan. Peran intemediasi perbankan harus terus didorong, selain untuk mengedukasi masyarakat juga sebagai upaya meminimalisir praktik-praktik yang menyerupai bank namun pada akhirnya memberikan dampak kerugian bagi masyarakat. Sampai dengan triwulan I-214 jumlah bank di Kalimantan Tengah adalah 19 bank yang terdiri dari 12 (dua belas) bank umum konvensional, 4 (empat) bank umum syariah dan 5 (lima) Bank Perkreditan Rakyat. Pada triwulan laporan terdapat penambahan jumlah bank, yaitu dengan diresmikannya salah satu BPRS di Kota Palangka Raya. Bank 1. Bank Pemerintah Jumlah Bank Jumlah Kantor*) Bank Pemerintah Daerah - Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Swasta Nasional - Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Perkreditan Rakyat - Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Syariah - Jumlah Bank - Jumlah Kantor Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah 24

36 Perbankan dan Sistem Pembayaran Aset Perbankan Perkembangan aset perbankan searah aktivitas penyaluran kredit karena perannya yang cukup dominan dalam menentukan besar kecilnya skala operasional suatu bank. Di periode ini, pertumbuhan aset perbankan di Kalimantan Tengah melambat disebabkan pertumbuhan kredit juga berada pada arah yang sama. Total aset perbankan sebesar Rp23,76 triliun atau tumbuh 11,2% dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy) laju pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding triwulan IV-213 yang tumbuh 11,36%. Grafik 3.1 Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah ASET (%Share) Rp Miliar Dec Mar Mar KALIMANTAN TENGAH 17, , , , KOTAWARINGIN BARAT 1, , , , KOTAWARINGIN TIMUR 6, , , , KAPUAS , , BARITO SELATAN BARITO UTARA , , , SUKAMARA LAMANDAU SERUYAN N/A KATINGAN PULANG PISAU GUNUNG MAS BARITO TIMUR MURUNG RAYA PALANGKA RAYA 5, , , , Tabel 3.2 Sebaran Aset Perbankan di Kalimantan Tengah Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Berdasarkan lokasi operasionalnya, sebaran aset terbesar masih berada di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang mencapai Rp8,12 triliun atau 35,11% dari total aset perbankan Kalimantan Tengah. Pangsa aset perbankan di Kotim tersebut relatif menurun dalam 1 tahun terakhir disebabkan adanya peningkatan peran yang lebih tinggi di daerah lain seperti Kota Palangka Raya, Kabupaten Barito Selatan, Murung Raya serta Kapuas. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas penyaluran kredit di ke-4 daerah tersebut dalam setahun terakhir ini lebih ekspansif dibandingkan di Kotim. Selanjutnya di Kota Palangka Raya terdapat aset perbankan sebesar 33,8% atau mencapai Rp7,65 triliun, diikuti Kabupaten Kotawaringin Barat (9,51%), Barito Utara (5,61%), Kapuas (4,91%), serta Barito Selatan (3,2%). Sedangkan sisanya tersebar di berbagai kabupaten lainnya 6 di Kalimantan Tengah. Adapun kenaikan share aset terbesar dalam setahun terakhir terjadi di kota Palangka Raya diikuti oleh kabupaten Barito Selatan dan Murung Raya. 6 Kabupaten lainnya meliputi Kabupaten Barito Timur, Pulang Pisau, Katingan, Gunung Mas, Lamandau, Murung Raya, dan Sukamara. 25

37 Perbankan dan Sistem Pembayaran Penghimpunan Dana Pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) perbankan Kalimantan Tengah pada triwulan I-214 juga mengalami perlambatan dan berada di bawah level rata-rata historisnya dalam 5 tahun yakni sebesar 18,47%. Posisi DPK yang dihimpun perbankan di periode laporan sebanyak Rp16,58 triliun, tumbuh 6,96% (yoy). Sementara itu di periode sebelumnya masih mencatat tingkat pertumbuhan sebesar 12,16%. Adapun komposisi DPK relatif tidak mengalami perubahan dimana yang terbesar masih terdapat pada jenis tabungan (47,3%), diikuti jenis giro (3,96%), dan deposito (21,74%). Dibandingkan dengan komposisi dana di periode sebelumnya, peningkatan laju pertumbuhan dana dipengaruhi adanya peningkatan simpanan deposito dan tabungan. Sementara itu, pencairan simpanan giro masih terjadi dalam rangka pembiayaan kegiatan-kegiatan investasi sehingga akan berdampak positif terhadap aktivitas perekonomian secara umum. Kondisi ini berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan giro yang melambat dimana pada periode ini tumbuh 4,83% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,92%). Rp Triliun DPK Perbankan Kalteng DPK G-DPK yoy (%) 2 5 IV I Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan di Kalimantan Tengah Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Sementara itu, pertumbuhan dana jenis tabungan dan deposito tercatat meningkat masingmasing dari 13,98% dan 13,31% menjadi 17,48% dan 17,29% (yoy) yang disebabkan oleh peningkatan porsi tabungan dan deposito sektor swasta di tengah peningkatan jumlah tabungan sektor pemerintah dan penyimpanan kembali sisa pengeluaran konsumsi pada saat hari besar keagamaan dan liburan Penyaluran Kredit Struktur dana perbankan Kalimantan Tengah yang didominasi oleh jenis tabungan dan giro merupakan suatu potensi yang besar dalam penyerapan kredit yang lebih ekspansif. Hal ini 26

38 Perbankan dan Sistem Pembayaran disebabkan simpanan jenis tabungan dan giro merupakan sumber dana yang memiliki kewajiban bunga yang jauh lebih rendah dibandingkan jenis deposito. Potensi dana murah ini seharusnya berbanding lurus dengan relatif rendahnya suku bunga kredit yang dibebankan perbankan kepada para nasabahnya. Adapun kumulatif penyaluran kredit pada posisi triwulan I-214 ini mencapai Rp16,63 triliun dengan laju pertumbuhan yang juga melambat dibanding periode sebelumnya, dari 17,27% menjadi tumbuh 15,38% (yoy). Namun jika dilihat perkembangan dalam 5 tahun terakhir, tingkat pertumbuhan kredit perbankan Kalimantan Tengah masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan historisnya yang mencapai 35,2%. Kredit Kredit Modal Konsumsi Kerja Lain_lain (Konsumsi) 37.73% 27.57% 37.74% Kredit Pertanian 35.71% Kredit Investasi 34.7% Grafik 3.2 Share Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah JasaSosial 1.28% Jasa DU 2.79% Trans & Kom.91% Kredit PHR 17.86% Konstruksi 1.89% LGA.8% Pertambangan.3% Industri 1.71% Grafik 3.3 Share Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Jika dilihat dari komposisi penggunaannya, kredit dalam bentuk kredit konsumsi dan kredit investasi masih tetap mendominasi dengan share masing-masing sebesar 37,73% atau mencapai Rp6,11 triliun dan 34,7% atau Rp5,78 triliun dari total kredit yang disalurkan. Sementara itu kredit modal kerja memberikan share sebesar 27,57% atau mencapai Rp4,5 triliun. Selanjutnya, jika ditinjau dari sektor ekonominya, komposisi kredit terbesar masih tersalurkan kepada sektor pertanian sebesar Rp5,92 triliun atau mencapai 35,71% dari total kredit perbankan Kalimantan Tengah. Kredit kepada sektor ekonomi utama berikutnya yaitu PHR berada di urutan berikutnya, dengan realisasi di triwulan laporan mencapai Rp2,84 triliun atau mencapai 17,86%. Kemudian, penyaluran kredit ke sektor utama lainnya di Kalimantan Tengah yaitu jasa-jasa dan pertambangan masing-masing mencapai Rp671,19 miliar dan Rp4,53 miliar atau dengan pangsanya sebesar 2,79% dan,3%. Potensi penyaluran kredit kepada sektor lainnya masih cukup besar, dengan nilai penyaluran kredit lain-lain mencapai Rp6,11 triliun atau mencapai 37,31% dari kredit total. Apabila perbankan dapat menyalurkan kredit lebih banyak ke kredit sektor ekonomi yang produktif 27

39 Perbankan dan Sistem Pembayaran dibandingkan konsumtif, ke depan perekonomian Kalimantan Tengah akan lebih mudah terkaselerasi oleh pembiayaan perbankan di Kalimantan Tengah G. Kredit Konsumsi 14 G. Kredit Jasa-jasa G. Kredit Modal Kerja G. Kredit Investasi G. Kredit PHR G. Kredit Pertanian IV I IV I Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja, Investasi dan Konsumsi (yoy) Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektor Ekonomi Utama (yoy) Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Kredit investasi terlihat mengalami lonjakan pertumbuhan yang sangat tajam pada pertengahan tahun 211 dan semakin melambat hingga triwulan I-214, sejalan dengan laju pertumbuhan kredit sektor pertanian. Sebaliknya, pertumbuhan kredit konsumsi yang relatif konstan menyebabkan penguasaan pangsa kreditnya dapat kembali dominan di periode laporan. Sementara itu, meningkatnya kredit modal kerja sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan kredit investasi. Kredit modal kerja pada triwulan I-214 mengalami pertumbuhan sebesar 28,79% (yoy), sementara tingkat pertumbuhan rata-ratanya selama 5 tahun terakhir tercatat sebesar 26,9%. Kondisi yang sama terjadi pada perkembangan pangsa kredit perdagangan dan jasa-jasa yang berada dalam tren meningkat sejalan dengan tingkat pertumbuhan yang juga semakin ekspansif di atas rata-rata historisnya. Kredit sektor perdagangan di periode laporan tumbuh 35,73%. Sedangkan kredit sektor jasa-jasa yang tumbuh 76,61% semakin menjauhi level historisnya yang tercatat 45,48%. Berdasarkan penyebaran kreditnya ke kabupaten/kota, penyerapan kredit yang terbesar masih berada di Kabupaten Kotawaringin Timur yakni sekitar 45,7% dari total kredit perbankan. Sebagaimana telah disinggung, kontribusi penyerapan kredit pada sektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit sangat menentukan kondisi perbankan di daerah tersebut. Dengan kontribusinya yang mencapai 74% maka akan cenderung beresiko bagi perbankan di wilayah Kotawaringin Timur. Intensifikasi pasar kredit kepada sektor-sektor ekonomi potensial seperti sektor perdagangan, konstruksi serta industri pengolahan harus terus digenjot untuk menjaga stabilitas perbankan di wilayah tersebut. Sementara itu kota Palangka Raya menyerap sekitar 26,8%, diikuti Kabupaten Kotawaringin Barat dengan porsi penyerapan hampir mencapai 8,4% dan Kabupaten Kapuas sekitar 6,%. Penyaluran kredit yang cukup beresiko juga terdapat di Kabupaten Barito Selatan dimana komposisi kredit konsumsi sebanyak 73%, bahkan di berbagai kabupaten lain mencapai 94% dari kredit yang disalurkan. Kota Palangka Raya sebagai ibukota dimana menjadi koordinator 28

40 Perbankan dan Sistem Pembayaran seluruh cabang bank di Kalimantan Tengah juga masih relatif beresiko karena tingginya portofolio kredit jenis konsumsi ini, yakni sekitar 62%. Selain beresiko kepada stabilitas perbankan di masing-masing daerah, kontribusi perbankan terhadap pembangunan ekonomi daerah seharusnya lebih diperluas melalui intensifikasi kredit kepada sektor-sektor ekonomi dominan di masing-masing daerah. Meskipun demikian, tingkat risiko kredit perbankan di Kalimantan Tengah secara umum masih sangat terjaga yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loans (NPL s) yang hanya 1,19% dari total kredit yang disalurkan, jauh di bawah target indikatif yang dipersyaratkan Bank Indonesia yakni sebesar 5%. Rasio kredit bermasalah pada periode laporan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan IV-213 yang tercatat,92%. Kondisi ini berbanding lurus dengan meningkatkan peran intermediasi perbankan sebagaimana diwakili oleh indikator loan to deposit ratio (LDR) atau rasio kredit terhadap dana pihak ketiga yang menurun dari 14,52% menjadi 1,31%, sedikit melampaui rentang LDR optimal sebagaimana ketentuan Bank Indonesia, yakni antara 78% - 1% NPL % LDR % IV.92 I Grafik 3.6 Rasio LDR & NPL s Perbankan di Kalimantan Tengah Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Penyaluran Kredit UMKM dan KUR Sementara itu penyaluran kredit dalam skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada triwulan I-214 tercatat sebesar Rp4,24 triliun, atau sekitar 25,53% dari total kredit perbankan. Share kredit UMKM di periode ini relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 24,53%. Kategori kredit yang memiliki skala plafon di bawah Rp5 miliar tersebut mencatat pertumbuhan yang meningkat dari 21,26% menjadi 21,77% (yoy). 29

41 Perbankan dan Sistem Pembayaran KREDIT UMKM (Rp Juta) IV I II III IV I 14,281,327 14,49,591 15,426,37 16,388,44 16,748, 16,626,293 SHARE THD KREDIT TOTAL JENIS PENGGUNAAN 3,387,552 3,485,67 3,822,762 4,21,95 4,17,711 4,244,447 MODAL KERJA 2,61,996 2,695,983 2,855,82 3,22,761 3,99,61 3,198,658 INVESTASI 785, , , ,144 1,8,11 1,45,788 PERTANIAN 568, , ,77 577,43 65,95 624,88 PERTAMBANGAN 5,133 7,535 4,5 4,347 4,54 4,712 INDUSTRI PENGOLAHAN 53,897 6,218 57,296 62,931 66,86 66,51 LGA 3,46 2,549 2,471 2,62 7,26 7,77 KONSTRUKSI 222,82 22,27 275, ,77 215, ,151 PHR 2,29,54 2,132,39 2,58,6 2,596,12 2,724,611 2,794,583 TRANSPORTASI 97,75 16,67 18,754 15,73 111, ,777 EUANGAN, JASA PERUSAHAAN 127,868 13, , ,189 29, ,764 JASA-JASA 11,79 19, ,116 15,14 156, ,13 LAINNYA 178,7 141,245 8,191 6,42 6,528 5,729 TOTAL SEKTOR EKONOMI 3,387,552 3,485,67 3,822,762 4,21,95 4,17,711 4,244,447 Tabel 3.4 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Kalimantan Tengah (Rp Juta) Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Berbeda dengan komposisi kredit secara umum, kredit UMKM lebih didominasi oleh jenis modal kerja yang mencapai 75,16% dari kredit yang tersalurkan. Hal ini sejalan dengan sifat usahanya yang lebih membutuhkan pembiayaan operasional dalam menjalankan aktivitas rutin perusahaan. Sementara sisanya adalah untuk keperluan investasi dengan tingkat serapan sebesar 24,84%. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit UMKM sebagian besar ditempatkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, khususnya aktivitas perdagangan ritel yang mencapai 64,55% dari total kredit UMKM. Pangsa terbesar selanjutnya adalah sektor pertanian yakni 14,37% dari total kredit, diikuti sektor konstruksi sebesar 7,4%. Adapun perkembangan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Kalimantan Tengah sampai dengan periode laporan telah mencapai plafon Rp2,9 triliun, dengan posisi outstanding sebesar Rp892,47 miliar dan jumlah nasabah sebanyak 95.1 orang. Dengan demikian, ratarata kredit yang disalurkan per debitur di Kalimantan Tengah senilai Rp22,3 juta, angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan Nasional dengan rata-rata Rp13,85 juta per debitur. Kalteng Nasional KUR (Rp Juta) Des I Plafon 323, ,52 552,352 1,56,154 1,565,411 2,26,686 2,93,448 Baki Debet - 264,48 348, , ,64 892, ,468 Debitur (Orang) 17,237 24,77 35,638 54,914 73,84 92,419 95,1 Plafon/Debitur Outstanding/Debitur Plafon 12,624,185 17,189,314 34,417,948 63,421,67 96,892, ,698,69 143,661,191 Baki Debet - 8,154,345 16,23,291 3,486,279 4,683,72 47,46,95 47,49,99 Debitur (Orang) 1,671,668 2,374,98 3,812,558 5,722,47 7,666,79 1,32,2 1,372,937 Plafon/Debitur Outstanding/Debitur Tabel 3.5 Perkembangan KUR Kalimantan Tengah & Nasional (Rp Juta) Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian 3

42 Perbankan dan Sistem Pembayaran Perkembangan Perbankan Syariah dan BPR Sampai dengan triwulan I 214, di Kalimantan Tengah telah terdapat 4 bank syariah yaitu Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan yang terakhir BRI Syariah. Sampai dengan triwulan berjalan, total aset bank syariah yang beroperasi di Kalimantan Tengah mencapai Rp763,35 miliar atau mencapai 3,21% dari total aset perbankan di Kalimantan Tengah. Dibandingkan triwulan sebelumnya, share tersebut relatif stabil. ASET (Rp Jt) KALTENG Oktober Desember Oktober Desember Oktober Desember Oktober Desember Maret KONVENSIONAL 12,329,565 12,432,29 16,88,134 16,732,24 2,311,65 2,182,186 23,165,199 23,343,589 22,998,812 SYARIAH 157, , , , , ,24 848, , ,354 Total Perbankan 12,487,377 12,66,126 17,71,41 17,61,235 2,77,499 2,723,39 24,14,32 24,117,74 23,762,166 % Syariah 1.26% 1.38% 1.54% 1.93% 2.21% 2.61% 3.53% 3.21% 3.21% Growth (YOY) 66.83% 89.38% 74.28% 64.39% 84.99% 43.4% 31.55% Growth '1-' % Tabel 3.6 Perkembangan Aset Perbankan Syariah Selanjutnya, dari penghimpunan dana yang dilakukan, perbankan syariah memiliki share 3,9% dari total DPK yang dikumpulkan oleh perbankan di Kalimantan Tengah atau sebesar Rp512,15 miliar. Kemudian dari pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp587,17 miliar atau mencapai 3,58% dibandingkan total pembiayaan yang diberikan oleh perbankan di Kalimantan Tengah. DPK (Rp Jt) Oct Dec Oct Dec Oct Dec Oct Dec Mar Total Perbankan 9,4,69 8,889,479 12,99,37 11,924,95 15,525,765 14,285,473 16,534,22 16,748, 16,575,22 KONVENSIONAL.DANA 8,898,536 8,774,16 11,875,697 11,662,74 15,14,586 13,861,932 15,885,58 16,13,841 16,62,873 SYARIAH.DANA 16, , ,61 261, , , , , ,149 % Syariah 1.18% 1.3% 1.85% 2.19% 2.48% 2.96% 3.93% 3.68% 3.9% Growth (YOY) 11.65% % 72.25% 62.6% 68.54% 45.71% 9.73% Growth '1-' % Tabel 3.7 Perkembangan DPK Perbankan Syariah Selain bank syariah, bank perkreditan rakyat (BPR) yang membuka layanannya di Kalimantan Tengah kini juga sudah terdapat sebanyak 4 BPR dan 1 BPRS. Sampai dengan triwulan laporan, nilai aset dari BPR tersebut total mencapai Rp168,51 miliar. 3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Secara agregat, pertumbuhan secara tahunan dari total transaksi pembayaran tunai dan non tunai di Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan I-214 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada sistem pembayaran tunai, aliran uang masuk (inflow) dan uang keluar (outflow) masing-masing menurun sebesar 7,14% (yoy) dan 1,38% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 19,52% (yoy) dan 19,79% (yoy). Di sisi lain, transaksi pembayaran non tunai yaitu total nilai transaksi kliring dan RTGS selama triwulan I-214 mencapai 31

43 Perbankan dan Sistem Pembayaran Rp4.95,51 miliar tumbuh 5,9% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 8,19% (yoy). 12, Total Transaksi g-transaksi (yoy) 35 1, , 6, 4, % Pertumbuhan Miliar Rp 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Pembayaran Kalimantan Tengah Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah Transaksi Tunai Total perputaran aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah selama triwulan I-214 mencapai Rp1.488,65 miliar atau menurun 3,51% (yoy). Total aliran uang masuk (inflow) selama triwulan laporan tercatat sebesar Rp529,16 miliar. Sementara itu, outflow tercatat sebesar Rp959,49 miliar. Dengan demikian transaksi tunai yang terjadi di periode ini sebesar Rp1.488,65 miliar, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yakni sebesar Rp3.384,48 miliar. Miliar Rp 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 Total g-total Transaksi Tunai I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Tunai Sumber: KPw BI Prov.Kalimantan Tengah % % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I g-inflow g-outflow Grafik 3.9 Perkembangan Transaksi Inflow&Outflow Sumber: KPw BI Prov.Kalimantan Tengah 32

44 Perbankan dan Sistem Pembayaran Penyediaan Uang Layak Edar Dalam rangka memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, maka sebagai otoritas yang mengatur pencetak uang BI melakukan kegiatan pemusnahan uang yang tidak layak edar (UTLE). Kebijakan tersebut dikenal dengan Clean Money Policy yang merupakan salah satu tugas Bank Indonesia. Uang yang dimusnahkan dan diganti dengan uang baru dengan jumlah yang sama sehingga tidak mempengaruhi jumlah uang beredar. Jumlah uang kartal yang dimusnahkan tumbuh 22,57% (yoy) pada triwulan laporan. Rasio pemusnahan UTLE terhadap jumlah uang kartal yang masuk (inflow) sebesar 6,33%. Hal ini menggambarkan bahwa hanya 6,33% dari seluruh uang yang disetorkan kembali ke Bank Indonesia dinyatakan tidak layak edar. Miliar Rp PTTB Rasio PTTB thd Inflow I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I Grafik 3.1 PTTB dan Rasio PTTB terhadap Inflow Sumber: KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Penemuan Uang Palsu % Miliar Rp PTTB g-pttb I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3.11 PTTB dan Pertumbuhan PTTB (yoy) Sumber: KPw BI Prov.Kalimantan Tengah % Pada triwulan laporan, jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah Kalimantan Tengah cenderung mengalami penurunan. Uang palsu yang dilaporkan ini berasal dari penukaran uang di loket Bank Indonesia, kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak Kepolisian. Pada triwulan laporan, ditemukan uang palsu sebesar 469 lembar lebih banyak dibandingkan triwulan sebelumnya 65 lembar. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah bekerja sama dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Sampit dalam rangka pelayanan perkasan dalam bentuk kas titipan guna melayani pembayaran tunai di Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat. Sedangkan, untuk melayani daerah Barito, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah bekerja sama dengan Bank Kalimantan Tengah cabang Muara Teweh. 33

45 Perbankan dan Sistem Pembayaran Transaksi Non-Tunai Terkait dengan tugas BI mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, BI memfasilitasi terselenggaranya transaksi non tunai (non-cash transaction). Transaksi keuangan secara non tunai pada laporan triwulan menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,9% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 8,19% (yoy). Adapun total nilai transaksi non tunai yang terdiri dari transaksi kliring dan RTGS selama triwulan I-214 tercatat sebesar Rp4.95,51 miliar sedangkan di triwulan sebelumnya sebesar Rp6.812,46 miliar. Miliar Rp g-non Tunai (yoy) g-non Tunai (qtq) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3.12 Perkembangan Transaksi Non Tunai Kalimantan Tengah Sumber: KPw Bank Indonesia Prov.Kalimantan Tengah % Pertumbuhan Transaksi Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebanyak lembar warkat dengan nilai transaksi sebesar Rp5,72 miliar. Nilai transaksi tersebut menurn 1,7%, lebih baik dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 14,49% (yoy). 3, 25, Warkat Nilai g-kliring Warkat g-kliring Nilai 2 2, lembar 15, 1, Nominal (milyar Rp) % % 5, - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3.13 Perkembangan Nilai Kliring Sumber: KPw BI Prov.Kalimantan Tengah 1 I II IIIIV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIIV I II III IV I Grafik 3.14 Perkembangan Warkat Kliring Sumber: KPw BI Prov.Kalimantan Tengah -1 34

46 Perbankan dan Sistem Pembayaran 5, 4,5 4, Net In From/Keluar 8, 7, Total RTGS g-nilai 6 4 3,5 To/Masuk 6, 2 Miliar Rp 3, 2,5 2, Miliar Rp 5, 4, 3, -2 % Pertumbuhan 1,5 1, 5 2, 1, -4-6 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3.15 Perkembangan Total RTGS Sumber: KPw BI Prov.Kalimantan Tengah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3.16 Perkembangan RTGS In & Out Sumber: KPw BI Prov.Kalimantan Tengah -8 Nilai transaksi RTGS pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,84% (yoy) atau menjadi Rp4.44,79 miliar. Transaksi RTGS keluar Kalimantan Tengah tercatat sebesar Rp1.112,49 miliar atau meningkat 7,74% (yoy) sedangkan RTGS masuk sebesar Rp2.82,3 miliar atau meningkat 12,53% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian secara netto terdapat aliran dana non tunai masuk ke Kalimantan Tengah sebesar Rp1.689,81 miliar atau tumbuh 15,92% (yoy) sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yaitu 89,47% (yoy). Adapun aktivitas pembayaran melalui transaksi RTGS di wilayah Kalimantan Tengah mayoritas terjadi di bank-bank yang beroperasi di Kota Palangka Raya dan Kabupaten Kapuas, dimana sekitar 85%-nya berlangsung di Kota Palangka Raya. 35

47 Keuangan Daerah 4 IV. Keuangan Daerah Realisasi pendapatan dan belanja daerah Provinsi Kalimantan Tengah cukup tinggi triwulan I APBD Kalimantan Tengah Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 25 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 26 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 211 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 26, bahwa Pemerintah Daerah harus melakukan upaya peningkatan pengelolaan keuangan daerah dan pengendalian terhadap rencana anggaran kas daerah, dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah dan belanja daerah. Kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Anggaran 214 menunjukan peningkatan yang cukup baik apabila dibandingkan realisasi pelaksannaan anggaran pada periode yang sama tahun anggaran sebelumnya. Hal ini terlihat dari realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi Kalimantan Tengah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 14 Tahun 212, tanggal 13 Desember 212 tentang Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Anggaran 214 dan Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 29 Tahun 212, tanggal 13 Desember 212 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 214, dilakukan perubahan APBD TA. 214 dengan rincian sebagai berikut: Tabel 4.1 APBD Kalimantan Tengah 214 Sumber: Biro Keuangan 36

48 Keuangan Daerah 4.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah Triw ulan I Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan daerah tahun anggaran 214 sampai dengan triwulan I-214 per 31 Maret, secara keseluruhan menurut transfer Kas Daerah, telah mencapai Rp752,69 miliar atau 24,74% dari target sebesar Rp3,4 triliun. Secara lebih rinci realisasi anggaran pendapatan sampai dengan triwulan I-214. Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah s.d. Triwulan I-214 Sumber: Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah tahun anggaran 214 sampai dengan triwulan I-214, berdasarkan Surat Permintaan Pencairan Dana (SP2D) secara keseluruhan mencapai sebesar Rp2,93 triliun atau 11,83% dari target sebesar Rp15,67 triliun. Realisasi ini lebih tinggi terjadi pada provinsi dibandingkan kabupaten/kota. Secara terperinci realisasi anggaran belanja per 3 Maret 214 menurut kelompok belanja daerah, adalah sebagai berikut : 37

49 Keuangan Daerah No Kabupat en/ Kot a Belanja Realisasi % 1 Barito Selatan Rp 824,382,533,691 Rp 87,127,313, Barito Timur Rp 73,871,788,968 Rp 48,545,952, Barito Utara Rp 789,496,519,658 Rp 66,983,44, Gunung Mas Rp 748,674,657,448 Rp 85,233,498, Kapuas Rp 1,288,787,677, Rp 117,685,746, Katingan Rp 1,114,662,188, Rp 86,846,972, Kotawaringin Barat Rp 1,3,418,296, Rp 57,764,355, Kotawaringin Timur Rp 1,235,89,663,155 Rp 216,952,645, Lamandau Rp 6,757,457,68 Rp 49,818,528, Murung Raya Rp 898,52,958,844 Rp 64,82,35, Palangka Raya Rp 1,12,33,389,389 Rp 18,243,44, Pulang Pisau Rp 716,53,9,482 Rp 54,851,85, Seruyan Rp 869,74,162,7 Rp 66,136,543, Sukamara Rp 585,911,44,135 Rp 46,755,732, Kalimantan Tengah Rp 3,218,97,6, Rp 695,921,762, JUMLAH Rp 15,664,189,81,52 Rp 1,853,669,297, Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah s.d. Triwulan I-214 Sumber: Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah 38

50 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 5 V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kesejahteraan masyarakat Kalimantan Tengah relatif menurun dilihat dari angka penyerapan tenaga kerja yang menurun. 5.1 Ketenagakerjaan Hasil rilis Ketenagakerjaan terakhir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jumlah angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah pada Februari 214 mencapai orang, bertambah sebanyak orang dibanding keadaan Agustus 213 dan bertambah sebanyak orang dibanding Februari 213. Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Kalimantan Tengah pada Februari 214 sebesar 2,71%, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 213 yang mencapai 3, persen namun sebaliknya mengalami peningkatan dibanding TPT Februari 213 (1,78%). Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama Provinsi Kalimantan Tengah, *) 213*) 214**) Jenis Kegiatan Utama Februari Agustus Februari Agustus Februari (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Penduduk Usia 15 ke Atas 1,633,564 1,653,285 1,672,358 1,691,671 1,711,28 2. Angkatan Kerja 1,27,344 1,158,5 1,218,279 1,158,834 1,247,77 a. Bekerja 1,175,499 1,122,845 1,196,653 1,124,17 1,213,985 b. Penganggur 31,845 35,655 21,626 34,817 33, Bukan Angkatan Kerja 426,22 494, ,79 532, ,258 a. Sekolah 134, , , ,598 b. Mengurus Rumah Tangga 253, , , , ,993 c. Lainnya 38,34 5,94 49,687 55,295 48, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) , Pekerja Tidak Penuh***) 349, , , , ,44 a. Setengah Penganggur 155, , ,69 1, ,612 b. Paruh Waktu 193, , , , ,828 Tabel 5.1 Penduduk Menurut Janis Kegiatan Utama di Kalimantan Tengah Sumber: BPS Prov. Kalimantan Tengah Secara sederhana, pendekatan kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Februari 214 sebanyak orang (4,88 persen) bekerja pada kegiatan formal dan orang (59,12 persen) bekerja pada kegiatan informal.. Dari orang yang bekerja pada Februari 214, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebanyak orang (38,66 persen), diikuti berusaha sendiri sebanyak orang (18,84 persen) dan berusaha dibantu buruh tidak tetap 39

51 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan sebanyak orang (18,63 persen), sedangkan yang terkecil adalah pekerja bebas di pertanian sebanyak orang (1,22 persen). Dalam periode setahun terakhir (Februari Februari 214) penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap berkurang sebanyak orang dan penduduk bekerja berstatus buruh/karyawan naik sebanyak orang. Peningkatan ini menyebabkan jumlah pekerja formal bertambah sebanyak orang dan persentase pekerja formal naik dari 37,47 persen pada Februari 213 menjadi 4,88 persen pada Februari 214. Sementara itu jumlah pekerja informal berkurang sebanyak orang atau turun dari 62,53 persen pada Februari 213 menjadi 59,12 persen pada Februari 214. Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Provinsi Kalimantan Tengah, Status Pekerjaan Utama 212*) Februari Agustus Februari 213*) 214**) Agustus Februari Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Berusaha sendiri 177, , , , , Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan 247,851 36, , , ,272 37,585 45, ,518 34, , ,753 36,654 42, ,11 26, , Pekerjabebas di pertanian Pekerjabebas di nonpertanian Pekerja keluarga/tak dibayar Jumlah 12,718 15, ,57 1,175, , 11,913 17, ,875 1,122, , 18,478 31, ,658 1,196, , 14,892 25, ,266 1,124, , 14,793 32,4 216,14 1,213, , Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Kalimantan Tengah 5.2 Kesejahteraan Kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Tengah antara lain diukur dengan pendekatan Nilai Tukar Petani (NTP) - yang menggambarkan tingkat kesejahteraan petani atas kegiatan produksi yang dilakukan, serta profil kemiskinan - yang menujukkan banyaknya penduduk yang memiliki tingkat pengeluaran di bawah kategori garis kemiskinan. Tingkat kesejahteraan masyarakat petani yang umumnya berada di wilayah pedesaan pada triwulan I ini terindikasi lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Indeks NTP di bulan Januari 214 semakin meningkat walaupun tekanan harga-harga di tingkat pedesaan cenderung meningkat sebagaimana tercermin dari tingkat inflasi (yoy) di pedesaan dalam setahun terakhir. Namun yang lebih fundamental bahwa kesejahteraan petani di Kalimantan Tengah sampai dengan saat ini belum dapat terpenuhi. Faktanya adalah indeks NTP yang masih tetap berada pada area defisit, yang berarti bahwa kenaikan tingkat pendapatan yang 4

52 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan diterima tidak mampu menutupi tingkat pengeluaran konsumsi yang naik lebih tinggi. Indeks NTP pada posisi Desember tercatat sebesar 12,41 lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 97,22. Keterangan Dec-12 Sep-13 Dec-13 Indeks harga yang diterima pertani Indeks yang dibayar petani Konsumsi rumah tangga Bahan makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan. rekreasi dan olah raga Transportasi dan komunikasi Pengembangan Modal Bibit Obat-obatan dan pupuk Sewa lahan. pajak dan lainnya Transportasi dan komunikasi Penambahan barang modal Upah buruh tani Nilai Tukar Petani Tabel 5.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Sumber: BPS Prov. Kalimantan Tengah (%) month-to-month year-on-year Grafik 5.1 Inflasi Pedesaan Sumber: BPS Prov. Kalimantan Tengah Analisis kesejahteraan melalui profil kemiskinan memberi gambaran bahwa terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum. Menurunkan jumlah penduduk miskin yang cukup baik terkait erat dengan adanya upaya pembangunan ekonomi daerah yang terus dilakukan. Meski perlahan, namun pembangunan yang terjadi dapat dikatakan cukup berkualitas. Faktanya terlihat dari multiplier effect pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan jumlah kemiskinan cukup besar. Persentase penduduk miskin di Kalimantan Tengah terus menurun dengan rata-rata penurunan sebesar,54% setiap tahunnya. Adapun persentase penduduk miskin pada bulan September 214 sebesar 6,23%, menurun tajam dibanding tahun 23 dimana hampir 12% penduduk Kalimantan Tengah adalah kategori miskin - yang memiliki tingkat pengeluaran di bawah garis kemiskinan. Meskipun profil kemiskinan Kalimantan Tengah secara umum cukup baik, namun perlu diwaspadai terjadinya shifting kantung kemiskinan dari wilayah pedesaan menjadi ke wilayah perkotaan. Indikasinya cukup terlihat dalam 1 tahun terakhir dimana persentase penduduk miskin di daerah pedesaan menurun secara lebih cepat dibanding di daerah perkotaan. Ratarata penurunan penduduk miskin di perkotaan sebesar,23%, sedangkan di pedesaan mencapai,57% setiap tahunnya. Upaya penanggulangan penduduk miskin di perkotaan harus lebih gencar dilakukan, salah satunya dengan memerangi tingkat inflasi yang terjadi di kota Palangka Raya dan Sampit. 41

53 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kalteng Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin Tahun Kota Desa Kota + Desa Kota Desa Kota + Desa Mar-7 51,2 159,1 21, Mar-8 45, , , Mar-9 35,775 13,79 165, Mar-1 33,229 13, , Mar-11 29, , , Sep-11 28, ,733 15, Mar-12 32, , , Sep-12 32,38 19, , Mar-13 33,232 13, , Sep-13 45,755 99,6 145, Tabel 5.4 Jumlah Dan Persentase Penduduk Miskin Sumber: BPS Prov. Kalimantan Tengah Grafik 5.2 Perkembangan Kemiskinan Sumber: BPS Prov. Kalimantan Tengah Dalam 1 tahun terakhir (periode Sep 212 Sep 214), persentase penurunan penduduk miskin mencapai,58%. Kondisi ini dipengaruhi oleh naiknya garis kemiskinan sekitar 9,11%, dari Rp di bulan September 212 menjadi Rp per kapita per bulan pada September 214. Masih tingginya tingkat inflasi di daerah pedesaan dan perkotaan berperan besar dalam menaikkan garis kemiskinan. Hal ini didasarkan pada besarnya peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan yaitu sebesar 8,87%, jauh lebih besar dibandingkan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan) yang hanya 19,11%. Pada periode September 212 September 214, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menurun dari 1,47 menjadi,865. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan. Begitu juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurun dari,257 menjadi,191. Angka ini menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. 42

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Proyeksi Perekonomian dan Inflasi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah i ii iii iv v vi vii viii

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2011 Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangka Raya, November 2011 BANK INDONESIA PALANGKA RAYA. Amanlison Sembiring Pemimpin

KATA PENGANTAR. Palangka Raya, November 2011 BANK INDONESIA PALANGKA RAYA. Amanlison Sembiring Pemimpin KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III2011 ini dapat diselesaikan. KER disusun

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangka Raya, November 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. Muhamad Nur Kepala Perwakilan

KATA PENGANTAR. Palangka Raya, November 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. Muhamad Nur Kepala Perwakilan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III-212 ini dapat diselesaikan. KER disusun

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci