ANALISA PERENCANAAN TRAFO SISIPAN T. 416 PADA TRAFO HL. 017 DI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DESA GUYANGAN KECAMATAN BAGOR KABUPATEN JOMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PERENCANAAN TRAFO SISIPAN T. 416 PADA TRAFO HL. 017 DI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DESA GUYANGAN KECAMATAN BAGOR KABUPATEN JOMBANG"

Transkripsi

1 ANALISA PERENCANAAN TRAFO SISIPAN T. 416 PADA TRAFO HL. 017 DI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DESA GUYANGAN KECAMATAN BAGOR KABUPATEN JOMBANG Oleh: Muhlasin, Machrus Ali Teni Elero, Faulas Teni-Undar ABSTRAK Salah saunya yaiu sandar muu pelayanan erhadap egangan yang dierima oleh pelanggan, yaiu rugi egangan harus urang dari 5%. Unu memenuhi unuan ersebu, maa PLN harus mengeahui besarnya susu egangan, faor faor yang menyebaban adanya susu egangan. Dari perhiungan sebelum adanya rafo sisipan dan perbaian sisem jaringan didapaan perbedaan anara hasil penguuran dengan hasil perhiungan egangan pada iang ujung : Pada Trafo 017 dengan suplay Phasa R = 1; S = 0 ; T = 8 dengan line B Phasa R = 6.4, S = 5.4, T = 6.1 dan pada line D Phasa R = 9.1, S = 8.1, T = 6.1. Pada rafo sisipan T.416 diperoleh suplai Phasa R = 0 ; S = 1 ; T = 0 dengan egangan line B Phasa R = 8.6 ; S = 7.9 ; T = 5.9 dan pada line D Phasa R = 7.8 ; S = 7.1 ; T = 5.1. Perbedaan ini menunjuan urang sempurnanya sambungan, aau penyambungan yang illegal. Beban pada onsumen sebesar 155 Amper aau sejumlah 5 A, rafo yang erpasang 50 A. Maa diperluan rafo sisipan sebesar 100 A pada Line D dan perbaian sambungan dan penyaluran. Kaa unci : Rugi Tegangan, Sisem Disribusi 1. PENDAHULUAN Peningaan ebuuhan aan energi lisri dari suau pembangi sampai pada onsumen ahir melalui sisem penyaluran daya berapasias besar dengan erugian seecil mungin merupaan ebuuhan mula. Efisiensi enaga lisri sangalah diperluan agar ida erjadi pemadaman arena gangguan aaupun pemadaman bergiliran arena urangnya pasoan lisri. Hal-hal yang mempengaruhi ualias energi lisri harus diperhaian unu dapa memberian pelayanan secara masimal guna epuasan pelanggan aau onsumen anara lain: Koninuias Penyaluran, Kehandalan dan Keamanan Jaringan, Sabilias Tegangan dan freuensi. Sabilias egangan, eandalan dan oninuias merupaan hal yang harus selalu diedepanan oleh PT. PLN dalam ranga pemenuhan pelayanan dan epuasan onsumen/pelanggannya. Berenaan dengan perluasan pelanggan di Kecamaan Pera Kabupaen Jombang, meninga pula ebuuhan masyaraa erhadap energi lisri, sehingga esabilan dan eandalan dari inalasi lisri perlu dijaga agar egangan yang diirim dari Gardu Indu (GI) sampai pada ujung pelanggan ida erjadi erugian erlalu besar (melebihi 5%) sebagaimana eenuan dalam Perauran Umum Insalasi Lisri (PUIL). 61

2 JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01. KAJIAN LITERATUR.1. Rugi Tegangan Pada dasarnya perhiungan yang berlau pada sisem disribusi AC adalah mirip dengan perhiungan yang berlau pada sisem disribusi DC. Namun demiian, ada beberapa perbedaan prinsip yang harus diperhaian dan dipahami pada sisem AC anara lain: Perhiungan arus pada iap sesi saluran AC merupaan jumlah veor dari arusarus beban yang penjumlahan hiungan aljabar biasanya seperi pada sisem DC. Jumlah arus dapa dinyaaan dalam benu persamaan aljabar biasa, bila dinyaaan dalam noasi bilangan omple. Tiap beban bisa saja memilii besar power facor yang berbeda dengan beban lain. Masing-masing besar power facor beraian dengan besar egangan cau dayanya berdasaran besaran vecor. Pada sisem DC, sifa beban dienal memilii araerisi resisif murni, dengan Uniy power facor (Cos Q=1). Pada rangaian AC, besarnya rugi egangan ida hanya berganung pada besar resisensi murni R dari bebannya, eapi juga berganung pada besarnya reaansi induif dan reaansi apasiif, yang sering diabaian. Prinsip lain yang berlau pada perhiungan dalam sisem disribusi AC adalah: Besarnya egangan, arus dan impedansi, dinyaaan dalam benu bilangan omple, emudian prosedur perhiungan sama seperi pada sisem disribusi DC. Besar arus beban (yang bervariasi), dipisahan dalam benu omponen aif dan reaif. Selanjunya besarnya rugi egangan dalam omponen aif dienuan oleh besarnya resisansi, sedangan rugi egangan dalam omponen reaif dienuan oleh besar reaansinya. Masing-masing besar rugi-rugi egangan oal, edua hasil perhiungan ersebu dijumlahan. Berdasaran rangaian euivalen saluran disribusi Gambar.1, jia ada arus yang mengalir melalui saluran disribusi maa aan erjadi penurunan egangan sepanjang saluran. Dengan demiian egangan pada pusa beban ida sama besar dengan egangan pengirim. Penurunan egangan erdiri dari dua omponen : a. I. Rs yaiu rugi egangan aiba ahanan saluran. b. I. Xs yaiu rugi egangan aiba reaansi induif saluran. Sehingga erugian egangan saluran disribusi dapa dinyaaan sebagai beriu :.(.1) I.R j I.X A I.X I(R J X ) 0 A D I.R Gambar.1 eor arus dan egangan pada saluran disribusi I.. Saluran Jara Pende Saluran udara yang apasiansinya dapa diabaian disebu Saluran Pende. Secara umum hal ersebu dierapan pada sisem yang egangannya sampai 66 dan panjangnya mencapai 50 miles (80,5 m). Oleh, sebab iu rangaian eivalennya erdiri dari ahanan dan reaansi yang ersambung seri seperi yang erliha pada Gambar. B C B 6

3 R X L I beban ( a ) d 0 IR I Rugi egangan pada sisem disribusi mencaup Rugi-egangan pada : a. Penyulang Tegangan Menengah (T.M) b. Tranformaor Disribusi c. Penyulang Jaringan Tegangan Rendah (J.T.R) d. Insalasi rumah. Sesuai dengan definisi, rugi-egangan adalah : =...(.) Q IRcos Q ( b ) a b c e IX L sin Q Gambar.. Saluran Disribusi jara-pende a). Rangaian eivalen saluran disribusi jara pende b). Pasor diagram rangaian aivalen dimana : = nilai mula egangan ujung-irim, = nilai mula egangan ujungerima. Jadi merupaan perbedaan secara ilmu hiung anara egangan-pengirim dan egangan-penerima. Sebagai dasar dalam menghiung, di misalan suau sirui fasa-unggal dua awa, dimana ahanan dan reaansinya masing-masing dinyaaan dengan R dan X L dan pada ujung saluran erdapa suau beban liha Gambar.1a... Tegangan Ujung Pengirim Diagram pasor dari Gambar. unu faor daya yang eringgal, digambaran embali dengan arus I dibua mendaar, seperi yang erliha pada Gambar.. Tegangan ujung penerima, dibua onsan dan merupaan pasor acuan, dimana OA =, unu arus beban I yang eringgal erhadap, sebesar sudu. Jauh egangan pada ahanansaluran = I x R dan dinyaaan pada Gambar. Sebagai AB yang sefasa dengan arus I, dan arenanya sejajar dengan OD. Jauh egangan pada reaansi saluran = I x X L, jauh egangan reaif ini dinyaaan oleh BC pada Gambar.. Jauh egangan induif ini mendahului 90 erhadap arus, oleh sebab iu BC ega-lurus erhadap OD. Rugi egangan impedansi IZ adalah penjumlahan pasor jauh-egangan ahanan dan jauhegangan induif, pada Gambar. dinyaaan oleh AC. d 6

4 JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01 C 0 A IZ I.R I.XL F G D Gambar. Diagram pasor dari gambar. unu faor daya eringgal B I Tegangan-ujung pengirim diaur sedemiian rupa agar egangan-ujung penerima dijaga onsan. Tegangan-ujung-pengirim. Dinyaaan oleh OC. Arur I = OD eringgal sebesar sudu erhadap. Oleh sebab iu merupaan facor-daya beban diuur pada egangan-ujung-pengirim. Dalam Gambar., adalah beda fasa anara edua ujung saluran. Besaran dari, dapa dicari segi-iga OGC, sebagai beriu : (OC) = (OG) + (GC) = (OF + FG) + (GB + BC) ( cos IR) ( sin IX L ) Jadi egangan ujung-pengirim adalah : 1 cos IR) ( sin IX ( L )...(.) dapa juga diulis benu lain, yaiu : IR IX L 1 (cos ) (sin ).(.4) Faor-daya dari beban diuur pada egangan-ujung pengirim adalah : OG OF FG cos IR cos (.5) OC OC Alernaif lain unu menenuan Perhaian Gambar.b. yang merupaan pasor diagram dari Gambar.a, searang dicari persamaan yang beraian dengan, dan, persamaan iu adalah: ( d) δ ( I.Rcos I.XLsin ) (I.XLcos I.R.sin )...(.6) Bila beban fasa unggal, daya-aif beban (P) dan daya reaif beban (Q) dieahui, P Q besar arusnya I aau I, maa dapa dinyaaan dalam benu : cos sin R.P X L.Q X L.P R.Q..(.7) dimana : R.P XLQ d...(.8) dan XL.P R.Q..(.9) 64

5 Selanjunya perhaian Gambar.b cd δ IX Lcos IRsin an δ...(.10) od d IRcos IX Lsin dari sini dapa dieahui, jadi faor-daya beban diuur pada egangan ujung pengirim adalah : cos = cos( + )...(.11). PERHITUNGAN RUGI TEGANGAN a. Secara Esa Dari persamaan (.4) maupun (.7), dapa dieahui besarnya egangan ujungpengirim secara esa emudian rugi-egangan dihiung berdasaran persamaan (.) b. Secara pendeaan Perhaian Gambar.b yang merupaan pasor diagram dari Gambar.a, dengan ii O sebagai ii pusa dari lingaran dengan jari-jari Od = dibua lingaran, sehingga memoong perpanjangan pada ii e, jadi : = Oe = Oa + ac + ce, Oleh arena ce << ; ce dapa diabaian, sehingga Oa + ac Selanjunya, Oa = ; ac = ab + bc dimana ab = IR cos dan bc = IX L sin, sehingga: Ac = d = IR cos + IX L sin Selanjunya dapa diulis dalam benu : + d + IR cos + IX L sin, aau - IR cos + IX L sin Sesuai dengan definisi, maa didapa : L IR cos IX sin...(.1) Jauh egangan secara pendeaan dapa juga dinyaaan dalam daya-aif beban (P) dan daya-reaif beban (Q) erenu, dari Gambar. didapa : ( d) jia d; maa dapa diabaian, sehingga persamaan diaas menjadi Sesuai dengan definisi ( d) RP XLQ RP XLQ RP X Q, maa didapa L...(.) 65

6 JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01 dengan demiian secara ilmu hiung perbedaan egangan-irim dan egangan erima () secara pendeaan dapa dinyaaan oleh : RP XLQ.1. Rugi Tegangan Dalam Prosen Jauh egangan dalam prosen, menuru definisi adalah : % x 100%...(.) biasanya diambil egangan sisem yang bersanguan, dalam hal ini f merupaan egangan fasa sisem, Jadi persamaan (.4) biasa diulis dalam benu: % x100%...(.4) f f Menuru persamaan (.) IR cos IX sin sehingga persamaan (.5) dapa diulis sebagai : IR cos IXL sin % ( )% x100%,...(.6) f f dimana, f adalah egangan-fasa nominal aau egangan pengenal dari sisem yang bersanguan. Persamaan (.6), dapa juga dibua dalam benu lain, yang mengandung daya aif P dan daya reaif Q dari beban yang bersanguan. Dengan memperhaian RPXLQ persamaan (.), dimana, maa jauh-egangan dalam prosen menjadi : RP XLQ % ( )% x 100%...(.7) f f dimana : P = daya aif, dalam MW, Q = daya reaif, dalam MAR, f = egangan fasa, dalam. Persamaan (.6) aau (.7) merupaan rumus-dasar dalam menghiung rugi-egangan secara pendeaan.. Perhiungan Rugi Tegangan Pada Saluran Tegangan Rendah Unu menyederhanaan perhiungan, diasumsian beban-bebannya merupaan beban fasa-iga yang seimbang dan faor dayanya cos = 0,9. Jauh egangan secara pendeaan dapa dihiung berdasaran hubungan : ( ) I(R cos Xsin ) vol dimana I dalam ampere, R dan X dalam ohm. Unu sisem fasa iga, besar arus fasanya adalah : 10 x S 10 x P I ampere x x cos Dimana S dalam A dan P dalam W, maa : () 10 x S (R cos Xsin ) vol x cos dimana P dalam W, dalam vol, R dan X dalam ohm, jauh egangan dalam prosen, adalah : L 66

7 10 x P % (R cos Xsin )x100% f xx f xcos 10 x 100xPxL aau % (r cos x sin )x100% cos dimana R = L.r ohm; X = L.x ohm, Z dalam meer, r = ohm per meer, x = ohm per 1 meer. Sebagaimana dieahui ahanan/resisensi r = pxq ohm/meer, maa jauh egangan dalam prosen dapa diulis : 10 x 100xPxLx r x % (cos r sin )x100% cos 10 x 100xPxL r pxqx dimana L adalah jara anara beban sampai sumber. Aau : ()% = (P x L) x 10-4 x % (1 an )x100 % 10 5 * x 4 (1 an ).10 Dimana : pqv r P = dalam W, = dalam ol, L = dalam meer, q = penampang penghanar dalam mm, g = daya hanar jenis dalam mho-meer per mm, r = ahanan dalam ohm perfasa per m, x = reaansi dalam ohm perfasa per m..1. Dalam sysem arus AC 1 phasa Rugi egangan dalam prosen 00. LU. 00. LU. U (%) dan q (mm ) E. q. E. U. Rugi egangan dalam vol. LU. L I (ol) dan q. q. E.. (mm. LU. ) aau q. E.. Dimana : P = Beban dalam Wa, f = Tegangan anar saluran ( phasa neral), q = Penampang saluran ( mm ), E = Tegangan Sumber (ol), = Rugi egangan (ol), U = Daya beban (Wa), U = Rugi egangan dalam %, L = Panjang Rue saluran, = Daya hanar jenis embaga = 56, besi = 7, aluminium =,7, I = Arus Beban (Ampere)... Dalam sysem arus AC phasa Jia yang dieahui Arus ( I ), bisa juga menggunaan rumus : 1,7. L. I. Cos 1,7. L. I. Cos (ol) aau q (mm ). q Jia yang dieahui Beban ( Wa ), bisa juga menggunaan rumus : LU. LU. (ol) aau q (mm ). q. E.. E Dimana: P = Beban dalam Wa, f = Tegangan anar saluran ( phasa neral), q = Penampang saluran ( mm ), = Rugi egangan (ol), E = Tegangan Sumber (ol), U = Rugi egangan dalam %, U = Daya beban (Wa), L = Panjang Rue 67

8 JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01 saluran, = Daya hanar jenis embaga = 56, besi = 7, aluminium =,7, I = Arus Beban (Ampere) 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. JTR Dusun Bagor Desa Guyangan Kec. Nganju Kab. Jombang Pada Trafo HL.017 Pada JTR Dusun Bagor Desa Guyangan erdapa dua sisi (sisi anan dan sisi iri), dalam pembahasan ini aan dianalisa susu egangan pada sisi anan dan sisi iri iap iap iang sampai iang pelanggan paling ujung. Dari analisa diharapan diperoleh daa hasil analisa susu egangan iap-iap ii iang. Unu menghiung susu egangan dalam prosen, didasaran rumus : 4 ( )% P. L 10 % dimana: P = dalam W; = dalam ol; = dalam % ; L = dalam meer. Daa Beban dan benu jaringan dapa diliha pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 Tabel 4.1 Daa Beban Tiap Tiang Sebelum Sisipan Tii No. Tiang Jara anar Tiang Wh Terpasang Arus (A) Daya (W) Daya Beban Punca(W) HL017 1 A ,978 B ,857 B ,857 4 B ,57 5 B0A ,786 6 B ,786 7 B ,786 8 B ,857 9 B ,99 10 B07A ,64 11 B07A ,857 1 B07A0B ,64 1 B07A0B , B07A0B , B07A0B ,57 16 B07A0B ,64 17 B07A0B ,57 18 B07A , B07A ,49 0 B07A04B ,000 1 B07A04B ,500 B07A04B ,786 B ,857 4 B ,14 5 B ,49 6 B ,49 7 B ,714 8 B ,64 9 B ,99 0 D ,857 1 D01C ,571 D01C ,49 D01C ,49 4 D01C0B ,571 5 D01C0B ,714 6 D01C0D ,14 7 D01C ,99 8 D01C04B ,14 9 D01C04B ,64 40 D01C ,86 41 D01C05B ,64 4 D01C ,714 4 D01C ,49 44 D01C07B , D01C ,86 46 B , B , B ,000 68

9 49 B0A ,57 50 B0A ,99 51 B0A0D ,000 5 B0A0D ,99 5 B , B , B ,49 56 B , B , D , D01C ,99 60 D , D ,64 6 D ,786 6 D04A , D04A , D04A0D ,14 66 D04A , D04A , D04A , D04A , D04A ,14 71 D04A07D ,99 7 D04A ,49 Gambar 4.1. Single Line Jaringan Trafo HL. 017 Kabel yang digunaan AAAC 70 mm dengan nilai reaansi dan inpedansi seperi pada able 4.: 69

10 JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01 Tabel 4. Dafar nilai reaansi dan impedansi dari penghanar AAAC ; Penampang Kawa Al (mm ) r(ohm/m),0161 1,96 0,917 0,645 0,4608 0,96 0,688 x(ohm/m) 0,406 0,895 0,790 0,678 0,57 0,449 0,76 z(ohm/m),0561 1,55 0,9965 0,748 0,580 0,4840 0,415 x/r 0,00 0,004 0,411 0,5701 0,775 1,0156 1,560 10,101 6,7567 5,048,760,8947,14 1, Susu Tegangan Yang erjadi pada JTR Ds. Guyangan dalam prosen. Susu egangan dalam prosen, didasaran rumus : 4 ( )% P. L 10 % dimana : P = dalam W, = dalam ol, = dalam %, L = dalam meer. Dan egangan pada iang beriunya : = (( *)/100) Nilai = (,8947) dapa diliha pada abel 4.. maa jauh/susu egangan dapa dihiung dengan Microsof Excel pada Microsof dengan mengasumsian beban seimbang dan pemaaian beban didasaran penguuran pada saa beban punca, sedangan periraan pembebanan iap iang didasaran pada jumlah daya erpasang pada asumsi jumlah pemaaian pada saa beban punca, maa didapaan hasil sebagai beriu: Tabel 4.. Hasil Perhiungan Tiap Tiang Sebelum Sisipan Tii No. Tiang Jara anar Tiang Daya Beban (W) Toal Daya di Tiang (W) Susu Tegangan (%) Tegangan di Tiang R-N S-N T-N HL A00 1 0,978 68,85,41 5,4 5,4 7,4 B01 44,857 61,000,4 17,9 17,9 19,8 B0 56,857 57,14 4,168 08,8 08,8 10,7 4 B0 48,57 5,86,519 01,5 01,5 0, 5 B0A01 5 5,786 5,786 0,089 01, 01, 0,1 6 B04 1,786 45,14,00 196,9 196,9 198,6 7 B05 46,786 4,57,7 190,5 190,5 19, 8 B ,857 9,571, , 185, 186,9 9 B07 7 7,99,714 1, ,9 181,9 18,5 10 B07A01 9 0,64 4,64 0,78 181,4 181,4 18,9 11 B07A0 47 0,857 4,000 0,7 180,8 180,8 18, 1 B07A0B01 5 0,64 0,64 0, ,8 180,8 18, 1 B07A0B0 4 1,071 1,99 0,17 5,0 5,0 7,0 14 B07A0B0 40 1,500 1,857 0,149 4,7 4,7 6,6 15 B07A0B04 51,57 11,57 0,168 4, 4, 6, 16 B07A0B05 9,64 9,000 0,076 4, 4, 6,1 17 B07A0B ,57 5,57 0,074 4,0 4,0 5,9 18 B07A0 0,857 8,571 0,079,8,8 5,7 19 B07A04 4 0,49 7,714 0,096,6,6 5,5 0 B07A04B01 6,000 7,86 0,076,4,4 5,4 1 B07A04B0 4 1,500 4,86 0,05,, 5, B07A04B0 7,786,786 0,00,, 5, B ,857 00,14,7 17, 17, 19,0 4 B09 9,14 19,86,18 1,4 1,4 14, 5 B10 1 6,49 191,14 1,715 08,8 08,8 10,6 6 B ,49 184,714,19 04, 04, 06,0 7 B1 0 17, ,86 1,548 01,0 01,0 0,8 8 B1 41,64 5,571 0,066 00,9 00,9 0,6 9 B ,99 1,99 0,0 00,9 00,9 0,6 0 D01 9,857 6,857 0,077 00,7 00,7 0,4 1 D01C01,571,000 0,08 00,7 00,7 0,4 D01C0 0,49 0,49 0,00 00,6 00,6 0,4 D01C0 44 6,49 8,99 0,68 199,9 199,9 01,6 4 D01C0B01 40,571,500 0,61 199,4 199,4 01,1 5 D01C0B0 1,714 19,99 0, ,0 199,0 00,7 6 D01C0D01 8,14 18,14 0,00 198,6 198,6 00, 70

11 7 D01C04 9 1,99 15,000 0,16 198,4 198,4 00,1 8 D01C04B01 8 0,14 1,071 0, ,1 198,1 199,8 9 D01C04B0 0,64 1,857 0, ,8 197,8 199,5 40 D01C ,86 1,14 0, ,5 197,5 199, 41 D01C05B01 4,64,64 0, ,5 197,5 199, 4 D01C ,714 6,000 0, , 197, 199,0 4 D01C07 48,49 4,86 0, , 197, 198,9 44 D01C07B01 4 0,857 0,857 0, , 197, 198,9 45 D01C ,86 1,86 0, ,1 197,1 198,8 46 B ,071 85,500 1, ,8 194,8 196,5 47 B01 50,571 84,49 1, 19,4 19,4 194,1 48 B0 1 0,000 81,857 0,84 191,9 191,9 19,5 49 B0A01 44,57 1,14 0, ,6 191,6 19, 50 B0A0 5 1,99 9,857 0, ,4 191,4 19,0 51 B0A0D01 5,000 7,99 0, , 191, 19,9 5 B0A0D0 4 4,99 4,99 0, ,1 191,1 19,8 5 B0 50 4,500 69,64 1, , 189, 190,8 54 B04 49,786 65,14 0,94 187,5 187,5 189,1 55 B05 49,49 6,57 0, ,8 185,8 187,4 56 B ,714 58,99 0,85 184, 184, 185,8 57 B ,857 54,14 0,785 18,8 18,8 184, 58 D01 50,571 5,57 0,77 181,4 181,4 18,9 59 D01C01 6 7,99 7,99 0,08 181, 181, 18,8 60 D0 50,786,714 0,9 180,6 180,6 18, 61 D0 50 0,64 19,99 0,88 180,1 180,1 181,6 6 D04 1 5,786 19,86 0, ,0 180,0 181,5 6 D04A01 5 4,500 1,500 0,17 179,7 179,7 181, 64 D04A0 6,857 9,000 0, ,6 179,6 181, 65 D04A0D ,14 5,14 0, ,5 179,5 181,0 66 D04A0 0 0,857 16,714 0, , 179, 180,8 67 D04A04 41,857 15,857 0, ,9 178,9 180,4 68 D04A05 8 1,071 1,000 0,1 178,6 178,6 180, 69 D04A06 7 0,857 10,99 0, ,4 178,4 180,0 70 D04A07 1 5,14 10,071 0, , 178, 179,8 71 D04A07D01 1 4,99 4,99 0, , 178, 179,7 7 D04A08,49,49 0,0 178, 178, 179,7 Tabel 4.Hasil Perhiungan Tiap Tiang Seelah Ada Trafo Sisipan Tii No. Tiang Jara anar Tiang Daya Beban (W) Toal Daya di Tiang (W) Susu Tegangan (%) Tegangan di Tiang R-N S-N T-N HL Line B 1 A00 1 0,67 159,877 1,45 7,7 6,7 4,7 B01 44,9 155,164 1,976,, 0, B0 56,9 15,871,478 17,7 16,7 14,8 4 B0 48 1, ,577,09 1,1 1, 10, 5 B0A01 5,440,440 0,05 1,0 1,1 10, 6 B04 1 1, ,77 1,08 10, 09, 07,5 7 B , ,080 1,919 06, 05, 0,5 8 B ,077 14,44 1,649 0,8 01,9 00,1 9 B07 7 4,714 18,48 1,081 00,6 199,7 198,0 10 B07A01 9 0,8 14,650 0,165 00, 199,4 197,6 11 B07A0 47 0,510 14,68 0, ,9 199,0 197, 1 B07A0B01 5 0,8 0,8 0, ,9 199,0 197, 1 B07A0B0 4 0,67 8,80 0,10 7,5 6,5 4,5 14 B07A0B0 40 0,89 7,644 0,089 7, 6, 4, 15 B07A0B ,401 6,75 0,100 7,0 6,0 4,1 16 B07A0B05 9,166 5,50 0,045 6,9 5,9 4,0 17 B07A0B06 48,185,185 0,044 6,8 5,8,9 18 B07A0 0,510 5,096 0,047 6,7 5,7,8 19 B07A04 4 0,55 4,586 0,057 6,6 5,6,6 0 B07A04B01 6 1,78 4,1 0,045 6,5 5,5,5 1 B07A04B0 4 0,89,548 0,0 6,4 5,4,5 B07A04B0 7 1,656 1,656 0,018 6,4 5,4,4 B , ,984 1,619,7 1,7 19,8 4 B09 9 1,74 114,908 1,97 19,8 18,9 17,0 5 B10 1,8 11,64 1,00 17,6 16,6 14,7 6 B11 41,8 109,81 1,0 14,7 1,8 1,0 7 B1 0 10, ,990 0,90 1,8 11,8 10,0 8 B1 41,166,1 0,09 1,7 11,8 09,9 9 B ,147 1,147 0,014 1,7 11,7 09,9 Line D 0 D01 9,9 4,077 0,046 0,9 9,9 7,9 1 D01C01 1,59 1,78 0,017 0,9 9,9 7,9 D01C0 0,55 0,55 0,00 0,9 9,9 7,9 D01C0 44,8 17,198 0,19 0,5 9,5 7,5 4 D01C0B ,59 1,76 0,155 0,1 9,1 7,1 71

12 JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01 5 D01C0B0 1,019 11,847 0,11 9,9 8,9 6,9 6 D01C0D01 8 1,911 10,88 0,119 9,9 8,9 6,9 7 D01C04 9 1,147 8,917 0,075 9,7 8,7 6,7 8 D01C04B01 8 0,17 7,771 0,085 9,5 8,5 6,5 9 D01C04B0 0,8 7,644 0,071 9,5 8,5 6,5 40 D01C ,764 7,61 0,086 9, 8, 6,4 41 D01C05B01 4,166 6,497 0,081 9,1 8, 6, 4 D01C ,019 4,1 0,058 9, 8, 6, 4 D01C07 48,08,1 0,046 9,1 8,1 6,1 44 D01C07B01 4 0,510 1,74 0,016 9,1 8,1 6,1 45 D01C ,764 0,764 0,009 9,1 8,1 6,1 HL416 0,0 1,0 0,0 46 B ,184 1,184 0,016 0,0 1,0 0,0 47 B01 50,84,84 0,041 9,9 0,9 9,9 48 B0 1 0,000 0,000 0,000 9,9 1,0 0,0 49 B0A01 44,605,605 0,0 9,8 0,8 9,8 50 B0A0 5,1,1 0,0 9,7 0,9 9,9 51 B0A0D01 5,16,16 0,04 9,7 0,8 9,8 5 B0A0D0 4 5,447 5,447 0,054 9,5 0,8 9,8 5 B0 50 4,974 4,974 0,07 9,0 8,0 6,1 54 B04 49,079,079 0,044 8,9 0,7 9,7 55 B05 49,789,789 0,054 8,8 7,9 5,9 56 B ,11 5,11 0,075 8,6 0,5 9,5 57 B ,947 0,947 0,014 8,6 7,9 5,9 58 D01 50,84,84 0,041 8,5 0,4 9,4 59 D01C01 6 8,76 8,76 0,091 8,4 7,7 5,7 60 D0 50,079,079 0,045 8,4 0, 9, 61 D0 50 0,711 0,711 0,010 8,4 7,7 5,7 6 D04 1 6,95 6,95 0,0 8,4 0, 9, 6 D04A01 5 4,974 4,974 0,050 8, 7,5 5,6 64 D04A0 6 4,6 4,6 0,0 8, 0, 9, 65 D04A0D ,684 5,684 0,074 8,1 7,4 5,4 66 D04A0 0 0,947 0,947 0,008 8, 0, 9, 67 D04A ,6 4,6 0,051 8,0 7, 5, 68 D04A05 8 1,184 1,184 0,01 8, 0,1 9,1 69 D04A06 7 0,947 0,947 0,010 8,0 7, 5, 70 D04A07 1 5,684 5,684 0,051 8, 0,0 9,0 71 D04A07D01 1 5,447 5,447 0,049 7,8 7,1 5,1 7 D04A08,789,789 0,05 8,1 0,0 9,0 Jia diliha dari sisi pembebanan erdapa pembaas beban pada onsumen dengan oal sebesar 155 Amper aau sejumlah 5 A aau, padahal rafo yang erpasang 50 A. Hal ini bisa mengaibaan seringnya ripnya pengaman bahan bila beban secara bersamaan menggunaan daya lisri yang masimal aan mengaibaan erusaan pada Trafo. Unu mengaasinya diperluan rafo sisipan sebesar 100 A pada Line D dan perbaian jaringan dengan menyempurnaan smbungan-sambungan dan penyaluran. Dari perhiungan diaas didapaan hasil perhiungan egangan pada iang ujung seperi pada able 4.4 Tabel 4.4. Hasil perhiungan egangan HL. 017 R S T Tegangan Inpu 1,0 0,0 8,0 Line B B07A04B0 6,4 5,4,4 Line D D01C08 9,1 8,1 6,1 T. 416 R S T Line B B07 8,6 7,9 5,9 Line D D04A07D01 7,8 7,1 5,1 Dari hasil penguuran dan perhiungan saa beban punca sudah cuup bai yaiu susu egangan urang dari 5 %. 7

13 5. KESIMPULAN Dari perhiungan sebelum adanya rafo sisipan dan perbaian sisem jaringan didapaan perbedaan anara hasil penguuran dengan hasil perhiungan egangan pada iang ujung : Pada Trafo 017 dengan suplay Phasa R = 1 ; S = 0 ; T = 8 dengan egangan ujung line B Phasa R = 6.4 ; S = 5.4 ; T = 6.1 dan pada line D Phasa R = 9.1 ; S = 8.1 ; T = 6.1. Sedangan pada rafo sisipan T.416 diperoleh suplay Phasa R = 0 ; S = 1 ; T = 0 dengan egangan ujung line B Phasa R = 8.6 ; S = 7.9 ; T = 5.9 dan pada line D Phasa R = 7.8 ; S = 7.1 ; T = 5.1. Perbedaan ini menunjuan adanya urang sempurnanya sambungan, maa diperluan pembenahan dengan mengece dan memperbaii iap-iap sambungan. Jia diliha dari sisi pembebanan erdapa pembaas beban pada onsumen dengan oal sebesar 155 Amper aau sejumlah 5 A aau, padahal rafo yang erpasang 50 A. Hal ini bisa mengaibaan seringnya ripnya pengaman bahan bila beban secara bersamaan menggunaan daya lisri yang masimal aan mengaibaan erusaan pada Trafo. Unu mengaasinya diperluan rafo sisipan sebesar 100 A pada Line D dan perbaian jaringan dengan menyempurnaan smbungan-sambungan dan penyaluran. 6. DAFTAR PUSTAKA Agus Jamaludin, Perawaan dan Perbaian Jaringan Disribusi PT. PLN (Persero) UPJ Wiradesa, Laporan Kerja Prae, Polieni Negeri Semarang, Semarang, 011. Djieng Marsudi, Operasi Sisem enaga Lisri, Balai Penerbi & Humas ISTN, Bhumi Srengseng Indah, Jaara selaan, 1990 Daryano, Koo Budi, Jaringan Disribusi Lisri, Penerbi Angasa Bandung, Gonen, Turan Elecric Power Disribuion Sysem Engineering. Singapore: McGraw-Hill Boo Company. Grainger, Sevenson, 1994, Power Sysem Analysis, McGraw-Hill Series In Elecrical and Compuer Engineering. Hasan Basri, Dasar-dasar Sisem Disribusi enaga Lisri, Meeri ursus Pengembangan Dalam Ranga Penyearaan PJT Golongan C Bidang. Elerial dan Meanial, APEI Jaim, 00. Pai. MA, 1979, Compuer Techniques In Power Sysem Analysis, Taa McGraw-Hill Publishing Company. Pansini, Anhony J Elecrical Disribuion Engineering. Singapore: McGraw- Hill Boo Company. Uppal, S.L Elecrical Power New Delhi : Khanna Phublishers. Rusiyano, Sisem Disribusi Tenaga Lisri dan Gardu Disribusi, Banyuwangi, 010. Suhadi, Disribusi Arus Bola-bali, IKIP negeri Surabaya, 1986 Wahyudi Sarimun, Buu Sau Pelayanan Teni, Garamond, Beasi, 011. Zuhal Dasar Tenaga Lisri. Bandung : Penerbi ITB. 7

BAB IV SIMULASI MODEL

BAB IV SIMULASI MODEL 21 BAB IV SIMULASI MODEL Pada bagian ini aan diunjuan simulasi model melalui pendeaan numeri dengan menggunaan ala banu peranga luna Mahemaica. Oleh arena iu dienuan nilai-nilai parameer seperi yang disajian

Lebih terperinci

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI 4. ALIDITAS DA RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EALUASI Tujuan : Seelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu membua ala evaluasi bau unu program pembelajaran Evaluasi pembelajaran adalah ahap ahir dalam prosedur

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH KINETIK REKSI HOMOGEN SISTEM BTH SISTEM REKTOR BTH OLUME TETP REKSI SEDERHN (SERH/IREERSIBEL Beberapa sisem reasi sederhana yang disajian di sini: Reasi ireversibel unimoleuler berorde-sau Reasi ireversibel

Lebih terperinci

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x III PEMODELAN Model Perumbuan Koninu Terbaasnya sumber-sumber penyoong (ruang, air, maanan, dll) menyebaban populasi dibaasi ole suau daya duung lingungan Perumbuan populasi lamba laun aan menurun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA 5. Pendahuluan Keia memodelan sisem fisis, ia enu harus mulai dengan pengeahuan mengenai fisia. Dalam bab ini ia aan merangum hubungan hubungan paling umum dalam

Lebih terperinci

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE MODUL 7 APLIKASI TRAFORMASI LAPLACE Tranformai Laplace dapa digunaan unu menyeleaian bai peroalan analia maupun perancangan iem. Apliai Tranformai Laplace erebu berganung pada ifa-ifa ranformai Laplace,

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST Vol. 7. No. 3, 36-44, Desember 004, ISSN : 1410-8518 UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST Budi Warsio, Dwi Ispriyani Jurusan Maemaia FMIPA Universias Diponegoro Absra Tulisan ini membahas

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini aan diemuaan beberapa onsep dasar yang beraian dengan analisis runun wau, dianaranya onsep enang esasioneran, fungsi auoorelasi dan fungsi auoorelasi parsial, macam-macam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik.

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik. MODUL 2 : LISTRIK RANGKAIAN TERTUTUP Rangkaian eruup ialah rangkaian yang ak berpangkal dan ak berujung yang erdiri dari komponen lisrik (seperi kawa penghanar), ala ukur lisrik, dan sumber daya lisrik

Lebih terperinci

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik ENEGI LISTIK Tujuan : Menenukan fakor fakor yang mempengaruhi besar energi lisrik Ala dan bahan : 1. ower Suplay. Amperemeer 3. olmeer 4. Hambaan geser 5. Termomeer 6. Sopwach 7. Saif 8. Kawa nikelin 1

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (CDS) DAN PALMER DALAM MEMINIMASI TOTAL WAKTU PENYELESAIAN Studi Kasus : Astra Konveksi Pontianak

PERBANDINGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (CDS) DAN PALMER DALAM MEMINIMASI TOTAL WAKTU PENYELESAIAN Studi Kasus : Astra Konveksi Pontianak Bulein Ilmiah Mah. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 04, No. 3 (2015), hal 181 190. PERBANDINGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (CDS) DAN PALMER DALAM MEMINIMASI TOTAL WAKTU PENYELESAIAN Sudi Kasus

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Call Admission Control Berbasis SIR pada Sistem Seluler CDMA

Unjuk Kerja Call Admission Control Berbasis SIR pada Sistem Seluler CDMA 55 Unju Kerja Call Admission Conrol Berbasis SR pada Sisem Seluler CDMA Suwadi Mulimedia Telecommunicaion Research Group, Dep of Elecrical Engineering, TS Surabaya ndonesia 60111, email: suwadi@eeisacid

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

BAB III POWER MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PENEKUKAN ACRYLIC

BAB III POWER MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PENEKUKAN ACRYLIC BAB III POWE MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK POSES PENEKUKAN ACYLIC 3.1. Gaya Usaha Dan Daya Lisrik Mesin Tekuk Acrylic Bila kia hendak memindahkan suau benda dari sau empa keempa yang lain, aau mengangkanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

LDMOSFET dengan beberapa keunggulannya. Struktur dasar dan prinsip kerja. LDMOSFET akan didiskusikan. Selain itu, didiskusikan pula model-model

LDMOSFET dengan beberapa keunggulannya. Struktur dasar dan prinsip kerja. LDMOSFET akan didiskusikan. Selain itu, didiskusikan pula model-model BB II TINJUN PUSTK Pada bab ini, perama-ama, ami aan memberian elaah mengenai devais LDMOSFET dengan beberapa eunggulannya. Sruur dasar dan prinsip erja LDMOSFET aan didisusian. Selain iu, didisusian pula

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 3PERANCANGAN SISTEM

BAB 3PERANCANGAN SISTEM 16 BAB 3PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sensor Cahaa ATMEGA8535 DRIVER LAMPU LAMPU LED DC LCD Gambar 3.1.Diagram Blok Beriku deskripsi fungsi seiap blok : 1 Blok Sensor Cahaa (TSL2561) : sensor cahaa

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX Seminar Nasional Maemaia dan Apliasinya, 1 Oober 17 ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX Maylia Hasyim 1), Dedy Dwi Prasyo ) 1) Program Sudi Pendidian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012 InfiniyJurnal Ilmiah Program Sudi Maemaia STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, Sepember 2012 GRUP PERMUTASI SIKLIS DALAM PERMAINAN SUIT Oleh: Bagus Ardi Sapuro Jurusan Pendidian Maemaia, IKIP PGRI Semarang

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS ( ) Abstrak

Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS ( ) Abstrak PEMODELAN DAYA LISTRIK DENGAN PENDEKATAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH). (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) Firoh Amalia, Drs. Haryono, MSIE Mahasiswa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN BAB PENDAHUUAN. ATAR BEAKANG Seringali ara enelii aau saisiawan melauan enganalisaan erhada suau eadaan/masalah dimana eadaan yang dihadai adalah besarnya jumlah variabel samel yang diamai. Unu iu erlu

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Analisis Sistem Pentanahan Gardu Induk Bagan Batu Dengan Bentuk Konstruksi Grid (Kisi-Kisi)

Analisis Sistem Pentanahan Gardu Induk Bagan Batu Dengan Bentuk Konstruksi Grid (Kisi-Kisi) Analisis Sisem Penanahan Gardu Induk Bagan Bau Dengan Benuk Konsruksi Grid (Kisi-Kisi) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik, Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 0 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI Erhaneli (1), Aldi Riski () (1) Dosen Jurusan Teknik Elektro () Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita MODUL 2 MODUL 2 Gerak Berbagai Benda di Sekiar Kia i Kaa Penganar Dafar Isi Pendidikan kesearaan sebagai pendidikan alernaif memberikan layanan kepada mayaraka yang karena kondisi geografis, sosial budaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN EORI.. Dasar Dari ransfer Panas Ilmu pengeahuan ermodinamia ang berhubungan dengan jumlah ransfer panas sebagai suau sisem ang menjalanan suau proses dari sau ii sabil e ii sabil lainna, dimana

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PENERAPAN PERHITUNGAN FISHER-SNEDECOR UNTUK UJI F

PENERAPAN PERHITUNGAN FISHER-SNEDECOR UNTUK UJI F PENERAPAN PERHITUNGAN FISHER-SNEDECOR UNTUK UJI F Zihaul Haq 1, Bowo Nurhadiono, S.Si, M.Kom 2 1 Mahasiswa Teknik Informaika, Universias Dian Nuswanoro Semarang 2 Dosen Pembimbing Teknik Informaika, Universias

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan ` Hubungan Karaerisi Perawa Dengan Tinga Kepauhan Perawa Melauan Cuci Tangan di Rumah Sai Columbia Asia Medan Rosia Saragih SKM, MKes 1, Naalina Rumapea 2 1 Dosen Faulas Ilmu Keperawaan Universias Darma

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

1. Pengertian Digital

1. Pengertian Digital Kegiaan elajar. Pengerian Digial Tujuan Khusus Pembelajaran Pesera harus dapa: Menyebukan definisi besaran analog Menyebukan definisi besaran digial Menggambarkan keadaan logika Menyebukan perbedaan nilai

Lebih terperinci

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali Prosiding Semnar Nasional VIII UNNES, 8 Nov 4 Semarang Hal.4-5 Model GSTAR Termodifiasi unu Produivias Jagung di Boyolali Prisa Dwi Apriyani ), Hanna Arini Parhusip ), Lili Linawai ) ))) Progdi Maemaia,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Kunang-Kunang Untuk Penjadwalan Mata Kuliah di Universitas Ma Chung

Implementasi Algoritma Kunang-Kunang Untuk Penjadwalan Mata Kuliah di Universitas Ma Chung Seiawan, Implemenasi Algorima Kunang-Kunang unu Penjadwalan Maa Kuliah di Universias Ma Chung 269 Implemenasi Algorima Kunang-Kunang Unu Penjadwalan Maa Kuliah di Universias Ma Chung Hendry Seiawan 1,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BCSU BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN SIMULASI RANGKAIAN DENGAN MENGGUNAKAN MULTISIM

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BCSU BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN SIMULASI RANGKAIAN DENGAN MENGGUNAKAN MULTISIM BAB IV ANALISA PERANCANGAN BCSU BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN SIMULASI RANGKAIAN DENGAN MENGGUNAKAN MULTISIM Analisa perancangan erdasarkan hasil simulasi dan pengukuran rangkaian, dimaksudkan unuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 17-26 PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Di PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA Lisma [1], Yusro Hakimah [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci