Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional"

Transkripsi

1 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU

3 Visi Bank Indonesia (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara I Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : Fax : aprayitno@bi.go.id; mursidi@bi.go.id Homepage :

4 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Tengah triwulan II-2009 ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan buku KER adalah untuk memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Sulawesi Tengah, dengan harapan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Cakupan kajian di dalam buku KER ini relatif luas, yaitu meliputi kajian perkembangan makroekonomi regional, perkembangan inflasi, perkembangan perbankan, perkembangan sistem pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, perkembangan keuangan daerah serta perkiraan ekonomi dan inflasi ke depan. Kami menyadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna. Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di waktu yang akan datang, sangat diharapkan saran, masukan dan tentunya supply data terkini dari berbagai pihak. Selanjutnya, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Palu, Agustus 2009 BANK INDONESIA PALU TTD Suparmo Pemimpin i

5 Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengan... Daftar Ringkasan Eks... BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Penawaran... BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI... BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Perke Aset, Kelembagaan dan Kinerja Perbankan Aset Perbankan Jumlah Jaringan Kantor Bank Tingkat Efisiensi dan Kinerja Perbankan Penghimpunan Dana Lokasi Penghimpunan Dana Penghimpunan Dana Menurut Kelompok Bank Penghimpunan Dana Menurut Golongan Pemilik Penyaluran Kredit Kredit Menurut Jenis Penggunaan Kredit Menurut Jenis Kelompok Bank Fungsi Intermediasi Bank Kredit Untuk UMKM Kualitas Kredit... i ii iv v ii

6 Daftar Isi Boks 1 : Survei Efektivitas Penurunan BI Rate terhadap Suku Bunga Perbankan Daerah Boks 2 : Perkembangan NPL dan Kredit di Sulawesi Tengah di Tengah Krisis Finansial Global BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Uang Kartal Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan Perkembangan Kliring Lokal Perkembangan BI-RTGS... BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Gini Ratio... 4.Kemiskinan... BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Inflasi Prosp DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN iii

7 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel Tabel 1.2. PDRB Menurut Penggunaan ADH Konstan Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan ADH Konstan Tabel 1.4. PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH Konstan Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH Konstan Tabel 1.6. Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Listrik di Kota Palu... Tabel 2. Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa... Tabel 3. Struktur DPK pada Bank Umum Berdasarkan Golongan Pemilik... Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang... Tabel Tabel 5.1. Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasarkan Sektor Ekonomi... Tabel 5.2. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja... Tabel 5.3. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah... Tabel 5.4. Perkembangan Gini Ratio Sulawesi Tengah... Tabel 5.5. Perkembangan Indikator-Indikator Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tengah... Tabel 6.1. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah... Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah iv

8 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Laju Pert... Grafik 1.2. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Pantoloan... Grafik 1.3. Perkembangan NTP dan Harga Kakao... Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Investasi dan Kredit Sektor Listrik... Grafik 1.5. Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah... Grafik 1.6. Perkembangan Ekspor Non Migas Antar Negara... Grafik 1.7. Perkembangan Bongkar Barang (T/M3) di Pelabuhan Pantoloan... Grafik 1.8. Perkembangan Produksi Padi dan Jagung di Sulawesi Tengah... Grafik 1.9. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang di Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Produksi Bahan Galian C di Kabupaten Donggala... Grafik Perkembangan Produksi Minyak Bumi di Lapangan Tiaka... Grafik 2.1. Inflasi per Kelompok Pengeluaran (q-t-q)... Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y). Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bung.. Grafik 3.2. Posisi Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulawesi Tengah (Rp Grafik 3.3. Perkembangan Jumlah... Grafik 3.4. Distribusi Jaringan Kantor Bank di Sulawesi Tengah... Grafik 3.5. Perkembangan BOPO Perbankan di Sulawesi Tengah... Grafik 3.6. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum... Grafik 3.7. Jumlah DPK Menurut Jenis Simpanan... Grafik 3.8. Distribusi Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota... Grafik 3.9. Jumlah DPK Menurut Kelompok Bank... Grafik Perkembangan Kredit di Sulawesi Tengah Menurut Bank Pelapor dan Lokasi Proyek... Grafik Perbandingan Jumlah Kredit di Sulawesi Tengah Menurut Jenis Penggunaan v

9 Daftar Grafik Grafik Perkembangan Jumlah Kredit Menurut Kelompok Bank... Grafik Tingkat LDR Menurut Kelompok Bank... Grafik Perkembangan Kredit MKM Menurut Kelompok Kredit... Grafik Jumlah Kredit MKM Berdasarkan Sektor Ekonomi... Grafik Sebaran Kredit MKM Menurut Wilayah Kabupaten/Kota... Grafik Perkembangan Tingkat NPL Nominal dan NPL Netto Perbankan... Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow... Grafik Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tengah... Grafik 5.1. Perkembangan Angkatan Kerja Provinsi Sulawesi Tengah... Grafik 5.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan Kawasan Sulawesi... Grafik 5.3. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Setengah Pengangguran di Sulawesi Tengah... Grafik 5.4. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah... Grafik 5.5. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)... Grafik 6.1. Perkembangan % Realisasi Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah... Grafik 6.2. Proporsi Realisasi Belanja Operasi... Grafik 6.3. Proporsi Realisasi Belanja Modal... Grafik 6.4. Proporsi Realisasi PAD... Grafik 6.5. Proporsi Realisasi Dana Perimbangan vi

10 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II-2009 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 6,90% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,87% (y-o-y). Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kegiatan investasi, ekspor dan konsumsi pemerintah. Adapun kegiatan konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi terkait dengan kegiatan kampanye Pemilu Legislatif. Pertumbuhan kegiatan investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh investasi swasta, sedangkan investasi pemerintah diperkirakan masih terbatas. Hal ini dapat dikonfirmasi dari perkembangan beberapa indikator investasi antara lain pertumbuhan kredit investasi, realisasi pengadaan semen dan realisasi belanja modal pemerintah (termasuk stimulus infrastruktur). Sementara itu, peningkatan pertumbuhan ekspor terutama didukung oleh membaiknya kinerja ekspor antar provinsi, sedangkan peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah terutama didukung oleh pengeluaran untuk pelaksanaan Pemilu Pilpres. Komoditas ekspor antar provinsi yang mengalami peningkatan kinerja yaitu bahan galian C dan minyak bumi. Hal ini dapat dikonfirmasi dari data perkembangan produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala dan minyak bumi di Lapangan Tiaka. Adapun kegiatan ekspor antar negara mengalami penurunan kinerja seiring dengan tren penurunan produksi kakao Sulawesi Tengah akibat gangguan hama dan penyakit, alih tanaman serta kegiatan rehabilitasi tanaman. Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 terutama bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor bangunan. Sektor pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan terkait dengan musim panen padi, kakao dan cengkeh. Adapun peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan 1

11 Ringkasan Eksekutif laporan didukung oleh berbagai kegiatan pemerintah antara lain pelaksanaan Pemilu Pilpres, sosialisasi dan rapat. PERKEMBANGAN INFLASI Secara triwulanan, pada triwulan II-2009 Kota Palu mengalami deflasi seiring dengan terjaganya pasokan bahan pangan terutama akibat datangnya musim panen raya padi dan kondisi cuaca yang relatif baik. Pada triwulan laporan Kota Palu mengalami deflasi sebesar -0,36% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,78% (q-t-q). Sementara itu, kebijakan pemerintah untuk barang-barang yang harganya diatur relatif minimal sehingga tekanan inflasi yang berasal dari kelompok administered prices pada triwulan II-2009 relatif terbatas. Sepanjang triwulan II-2009, inflasi dari kelompok administered prices hanya bersumber dari komoditas rokok dan jasa pembuangan sampah. Secara tahunan, laju inflasi Kota Palu pada akhir triwulan II-2009 mencapai 5,83% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada akhir triwulan I-2009 sebesar 11,07% (y-o-y), namun masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 3,65% (y-o-y). PERKEMBANGAN PERBANKAN Pada triwulan II-2009, kinerja perbankan di Sulawesi Tengah masih relatif baik tercermin dari perkembangan dana pihak ketiga (DPK) perbankan, penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Pelaksanaan Pemilu 2009 yang berjalan lancar dan tidak menimbulkan gejolak yang berarti terhadap perekonomian, kondisi makroekonomi yang relatif baik dan tren penurunan suku bunga acuan (BI Rate) diharapkan semakin meningkatkan kinerja perbankan, terutama dari sisi pembiayaan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. DPK perbankan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 9,19% (y-o-y) sehingga menjadi Rp6.181,48 miliar dan didominasi oleh tabungan dengan pangsa 49,19%, diikuti oleh giro dengan pangsa 26,19% dan deposito dengan pangsa 24,62%. Sementara itu, penyaluran kredit di Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 22,32% (y-o-y) sehingga menjadi Rp6.757,08 miliar. LDR (Loan to Deposit Ratio) perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 109,31% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 97,57%. Peningkatan 2

12 Ringkasan Eksekutif LDR tersebut lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang lebih besar dari pertumbuhan DPK. Berbagai upaya yang dilakukan perbankan dalam rangka meningkatkan efisiensinya relatif berjalan baik. Hal ini tercermin dari rasio BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional) bank umum pada triwulan II-2009 yang turun menjadi 76,15%, jauh lebih baik daripada kondisi pada triwulan sebelumnya sebesar 91,43%. Sama halnya dengan bank umum, tingkat efisiensi usaha BPR di Sulawesi Tengah juga semakin membaik ditandai dengan menurunnya rasio BOPO BPR menjadi sebesar 70,30% atau lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Salah satu pilar penting untuk mencapai tujuan ini adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Di sisi instrumen pembayaran tunai, Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai berupa uang rupiah serta mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang tidak layak edar dan tidak berlaku dari peredaran. Sementara di sisi instrumen pembayaran non tunai, Bank Indonesia lebih mengarahkan kebijakan dalam hal menjaga kehandalan, keamanan, efisiensi dan efektivitas transaksi pembayaran non tunai dengan tetap memperhatikan aspek kesetaraan akses hingga perlindungan konsumen. Hingga saat ini instrumen pembayaran terus mengalami perkembangan pesat dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat pembayaran non tunai (non cash). Hal ini sejalan dengan inisiatif Bank Indonesia untuk mendorong dan membangun masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran non tunai atau dikenal dengan Less Cach Society. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan II-2009 menurun 66,65% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp477,99 miliar menjadi Rp159,39 miliar, sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) naik 283,70% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp216,74 milyar menjadi Rp831,63 milyar. Kenaikan outflow pada triwulan laporan 3

13 Ringkasan Eksekutif terutama dipengaruhi oleh adanya pembayaran gaji ke-13 bagi PNS/TNI/Polri, kebutuhan dana untuk proyek pemerintah dan swasta, pembayaran Bantuan Langsung Tunai (BLT), kebutuhan dana dalam penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Pilpres, serta adanya musim panen padi, kakao dan cengkeh. Pada triwulan II-2009, jumlah warkat kliring naik 9,43% yaitu dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar. Demikian juga nominal perputaran kliring tercatat naik 33,44% dibandingkan triwulan I-2009 sehingga menjadi Rp1.064,66 miliar. Peningkatan jumlah warkat dan nominal kliring sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian daerah. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN Krisis keuangan global yang mulai mempengaruhi kinerja perekonomian nasional sejak triwulan IV-2008, relatif tidak mempengaruhi tingkat pengangguran dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil survei (Sakernas) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah posisi Februari 2009 mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja. Bahkan selama kurun waktu 2008 sampai dengan 2009 penyerapan tenaga kerja dan jumlah angkatan kerja menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada posisi Februari 2009, jumlah penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah naik 3,72% dibandingkan posisi Februari 2008 yaitu dari 1,13 juta jiwa menjadi 1,17 juta jiwa. Sementara itu, jumlah angkatan kerja posisi Februari 2009 tercatat sebanyak 1,24 juta jiwa atau naik 1,38% dibandingkan posisi Februari 2008 yang tercatat sebanyak 1,22 juta jiwa. Kombinasi perkembangan dua hal ini menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah turun yaitu dari 7,25% pada posisi Februari 2008 menjadi 5,11% pada posisi Februari PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Perkembangan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan II-2009 mengalami surplus sebesar Rp156,88 miliar. Hal ini dapat dilihat dari nilai realisasi belanja daerah yang lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pendapatan daerah hingga akhir triwulan II Secara keseluruhan, realisasi belanja daerah Provinsi Sulawesi Tengah 4

14 Ringkasan Eksekutif mencapai Rp352,49 miliar atau 32,04% dari total anggaran belanja daerah tahun 2009 sebesar Rp1.100,27 miliar. Nilai ini masih dibawah realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tengah yang mencapai Rp509,37 miliar atau 47,93% dari total anggaran pendapatan daerah tahun 2009 sebesar Rp1.062,74 miliar. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,47% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya, namun melambat dibandingkan triwulan III Pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga meningkat terkait dengan bulan puasa dan persiapan hari raya Idul Fitri, sedangkan investasi meningkat seiring dengan meningkatnya realisasi belanja modal pemerintah dan swasta antara lain berbagai proyek yang dibiayai paket stimulus fiskal infrastruktur (±Rp277 miliar) dan APBN/APBD, serta penyelesaian pembangunan PLTA Poso II dengan kapasitas 3 x 60 MW. Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Secara keseluruhan, kinerja sektor pertanian tahun 2009 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun Hal ini searah dengan angka ramalan (ARAM) II-2009 yang dipublikasikan BPS untuk produksi padi dan jagung Sulawesi Tengah. Faktor penyebab menurunnya produksi pertanian antara lain kemungkinan musim kemarau panjang akibat anomali cuaca (El Nino). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memprediksi musim kering tahun ini terjadi sampai Januari 2009, dan hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, pemerintah daerah dan stakeholders terkait lainnya perlu kiranya mengantisipasi ancaman kekeringan tersebut antara lain melalui perbaikan sarana irigasi dan sungai. Laju inflasi tahunan Kota Palu pada triwulan III-2009 diperkirakan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hilangnya pengaruh eksternal dalam penghitungan inflasi akibat kenaikan harga BBM pada bulan Juni 2008 (baseline effect) menyebabkan laju inflasi tahunan pada triwulan III-2009 lebih rendah dibandingkan triwulan III Sementara itu, laju inflasi triwulanan (q-t-q) 5

15 Ringkasan Eksekutif diperkirakan akan meningkat terkait dengan meningkatnya konsumsi masyarakat pada bulan puasa dan menjelang Idul Fitri. Kondisi perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan akan semakin membaik seiring dengan tren turunnya suku bunga kredit dan kondisi makroekonomi yang relatif stabil. Penurunan suku bunga kredit akan meningkatkan penyaluran kredit terutama kredit produktif (modal kerja dan investasi). Secara sektoral, kredit sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor konstruksi akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan sektor ekonomi lainnya. 6

16 Indikator Ekonomi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah a. Inflasi dan PDRB MAKRO Indikator Triwulan II Triwulan I Triwulan II Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu 165,29 114,41 *) 109,64 *) 116,45 *) 116,03 *) Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu 8,13 10,40 *) 10,20 *) 11,07 *) 5,83 *) PDRB harga konstan 2000 (miliar Rp) , , , , ,17 - Pertanian 5.855, , , , ,11 - Pertambangan dan Penggalian 451,82 537,92 131,92 135,52 147,90 - Industri Pengolahan 886,76 943,30 232,09 243,99 249,61 - Listrik dan Air Bersih 103,29 105,38 25,08 28,60 26,61 - Bangunan 902,41 980,08 226,28 217,12 248,87 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.772, ,15 465,42 463,31 490,79 - Pengangkutan dan Komunikasi 977, ,01 270,25 283,98 287,41 - Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 624,21 691,25 173,90 175,97 182,95 - Jasa-Jasa 2.109, ,20 600,54 564,99 616,92 Pertumbuhan PDRB tahunan (%) 7,99 7,76 9,33 13,49 6,90 Nilai Ekspor Non-Migas (USD Juta) 251,58 280,00 82,03 56,95 19,60 **) Volume Ekspor Non-Migas (Ton) , , , , ,66 **) Nilai Impor Non-Migas (USD Juta) 0,54 0,03 0,00 0,42 0,00 **) Volume Impor Non-Migas (Ton) 720,87 56,11 0, ,00 0,00 **) Ket. : *) Menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) **) Posisi April Mei 2009

17 Indikator Ekonomi b. Perbankan Indikator Triwulan II Triwulan I Triwulan II PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Miliar Rp) 6.713, , , , ,13 DPK (Miliar Rp) 5.171, , , , ,44 - Tabungan (Miliar Rp) 2.933, , , , ,31 - Giro (Miliar Rp) 1.285, , , , ,18 - Deposito (Miliar Rp) 952, ,21 908, , ,95 Kredit (Miliar Rp) - Lokasi Proyek 5.071, , , , ,51 *) - Modal Kerja 2.142, , , , ,46 *) - Konsumsi 2.495, , , , ,27 *) - Investasi 433,37 803,82 453,78 928, ,78 *) - LDR (%) 98,08 120,72 111,10 126,81 123,46 *) Kredit (Miliar Rp) Bank Pelapor 4.600, , , , ,53 - Modal Kerja 2.050, , , , ,05 - Konsumsi 2.264, , , , ,25 - Investasi 285,40 331,27 305,42 359,57 417,23 - LDR (%) 88,96 103,76 96,12 105,21 107,85 Kredit UMKM (Miliar Rp) 4.115, , , , ,78 Kredit Mikro 2.013, , , , ,04 Kredit Kecil 1.125, , , , ,55 Kredit Menengah 977, , , , ,19 NPLs gross (%) 6,30 4,41 4,93 5,92 5,87 NPLs netto (%) 3,61 1,68 2,41 1,36 1,45 BPR : Total Aset (Miliar Rp) 193,07 391,59 307,81 433,93 456,36 DPK (Miliar Rp) 54,50 92,75 78,78 79,64 90,04 - Tabungan (Miliar Rp) 11,58 16,89 17,30 15,62 20,32 - Deposito (Miliar Rp) 42,92 75,86 61,48 64,02 69,72 Kredit (Miliar Rp) 113,07 179,64 158,,27 178,03 187,55 - Modal Kerja 17,35 21,13 20,25 21,85 35,09 - Konsumsi 93,28 156,43 135,81 153,56 133,16 - Investasi 2,44 2,08 2,21 2,62 19,30 Kredit UMKM 113,07 179,64 158,27 178,03 187,55 Rasio NPLs gross (%) 1,70 1,96 1,85 2,66 2,45 Rasio NPL Netto (%) 0,79 0,83 0,73 1,46 1,23 LDR (%) 207,48 193,68 200,92 223,56 208,29 Ket. : *) Posisi Mei 2009

18 Indikator Ekonomi c. Sistem Pembayaran Indikator Triwulan II Triwulan I Triwulan II SISTEM PEMBAYARAN Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp) 216,72 310,11 334,20 788,07 353,50 Inflow (Miliar Rp) 1.307, ,90 192,94 477,99 159,39 Outflow (Miliar Rp) 2.535, ,20 892,71 216,74 831,63 Pemusnahan Uang (Miliar Rp) 464,94 268,25 64,14 26,68 30,67 Transaksi RTGS - Inflow (Miliar Rp) , , , , ,37 - Outflow (Miliar Rp) , , , , ,78 Nominal Kliring (Miliar Rp) 4.500, ,09 760,66 797, ,66 Volume Kliring (Lembar) RRH Nominal Kliring (Miliar Rp) 18,38 16,70 12,09 13,58 16,65 RRH Volume Kliring (Lembar) RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) 0,49 0,61 0, ,52 RRH Volume Cek/BG Kosong (%) 0,69 0,67 0,52 0,80 0,81 RRH = Rata-Rata Harian

19 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 diperkirakan sebesar 6,90% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,87% (y-o-y). Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kegiatan investasi, ekspor dan konsumsi pemerintah. Adapun kegiatan konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi terkait dengan kegiatan kampanye Pemilu Legislatif. Pertumbuhan kegiatan investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh investasi swasta, sedangkan investasi pemerintah diperkirakan masih terbatas. Hal ini dapat dikonfirmasi dari perkembangan beberapa indikator investasi antara lain pertumbuhan kredit investasi, realisasi pengadaan semen dan realisasi belanja modal pemerintah (termasuk stimulus infrastruktur). Sementara itu, peningkatan pertumbuhan ekspor terutama didukung oleh membaiknya kinerja ekspor antar provinsi, sedangkan peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah terutama didukung oleh pengeluaran untuk pelaksanaan Pemilu Pilpres. Komoditas ekspor antar provinsi yang mengalami peningkatan kinerja yaitu bahan galian C dan minyak bumi. Hal ini dapat dikonfirmasi dari data perkembangan produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala dan minyak bumi di Lapangan Tiaka. Adapun kegiatan ekspor antar negara mengalami penurunan kinerja seiring dengan tren penurunan produksi kakao Sulawesi Tengah akibat gangguan hama dan penyakit, alih tanaman serta kegiatan rehabilitasi tanaman. Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 terutama bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor bangunan. Sektor pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan terkait dengan musim panen padi, kakao dan cengkeh. Adapun peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan didukung oleh berbagai kegiatan pemerintah antara lain pelaksanaan Pemilu Pilpres, sosialisasi dan rapat. 7

20 Orang Persen (%) Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tr I-06 Tr II-06 Tr III-06 Tr IV-06 Tr I-07 Tr II-07 Tr III-07 Tr IV-07 Tr I-08 Tr II-08 Tr III-08 Tr IV-08 Tr I-09 Tr II-09 Sumber : BPS 1. PERMINTAAN DAERAH Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 5,77% (y-o-y), mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 5,83% (y-o-y). Perlambatan tersebut sejalan dengan pergerakan indikator penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan seiring dengan masih terjadinya tekanan terhadap daya beli masyarakat. Hal ini dapat dikonfirmasi dari perkembangan kredit konsumsi, perkembangan jumlah penumpang kapal laut dan perkembangan pendaftaran kendaraan baru. Kredit konsumsi berdasarkan lokasi proyek posisi Mei 2009 tercatat tumbuh 21,47% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, jumlah penumpang kapal laut dan pendaftaran kendaraan baru pada triwulan laporan tumbuh negatif dibandingkan triwulan II ,000 Grafik 1.2. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Pantoloan 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Tr.I-2008 Tr.II-2008 Tr.I-2009 Tr.II-2009 Sumber : Pelindo IV Cabang Pantoloan Debarkasi (penurunan) Embarkasi (pemberangkatan) Total 8

21 Rp/kg NTP Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru di Kota Palu Rincian 2009 Tr I Tr II Roda Dua (R2) Roda Empat (R4) Sumber : Kantor Samsat Palu Total Namun demikian, penghasilan masyarakat yang bersumber dari musim panen, realisasi gaji ke-13 PNS dan penyaluran bantuan langsung tunai (BLT), serta pengeluaran Pemilu Pilpres diperkirakan mampu mengurangi perlambatan konsumsi rumah tangga. Hal ini didukung oleh perkembangan beberapa indikator antara lain nilai tukar petani (NTP) dan perkembangan harga kakao di sentra produksi Parimo. Rata-rata NTP selama triwulan II-2009 tercatat 98,64 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata selama triwulan I-2009 sebesar 98,12. Sementara itu, harga kakao di sentra produksi Parimo relatif masih tinggi. Grafik 1.3. Perkembangan NTP dan Harga Kakao 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, Sumber : BPS dan Deptan Harga Kakao di sentra produksi Parimo (Rp/kg) nilai tukar petani (NTP) Konsumsi pemerintah pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 11,03% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 8,25% (y-o-y). Adapun kontribusi konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan sebesar 0,90%. Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh kenaikan belanja pemerintah untuk persiapan dan penyelenggaraan Pemilu Pilpres, realisasi BLT dan Raskin, serta pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri. 9

22 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Tabel 1.2. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Rincian Tr I Tr II Tr I Tr II *) 1.Konsumsi RT 8.009, , , , , ,37 2.Konsumsi Lembaga Nirlaba 172,20 187,46 37,57 43,88 46,79 51,70 3.Konsumsi Pemerintah 1.934, ,25 388,26 455,34 459,28 505,55 4.Investasi 2.689, ,92 527,13 725,32 585,63 798,94 5.Ekspor 2.159, ,72 543,70 595,94 508,88 632,15 6.Impor 1.280, ,89 237,11 295,47 259,29 334,54 PDRB , , , , , ,17 Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%; y-o-y) Rincian Tr I Tr II Tr I Tr II *) 1.Konsumsi RT 7,65 5,52 7,52 5,83 18,17 5,77 2.Konsumsi Lembaga Nirlaba 6,92 8,86 13,65 8,22 24,53 17,81 3.Konsumsi Pemerintah 5,57 7,50 10,15 8,25 18,29 11,03 4.Investasi 11,11 9,47 8,78 8,21 11,10 10,15 5.Ekspor 7,09 10,13 8,30 5,78-6,40 6,08 6.Impor 6,85 1,04 3,61 32,75 9,35 13,22 PDRB 7,99 7,76 8,57 4,87 13,49 6,90 Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu Investasi pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 10,15% (y-o-y), mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan II-2008 dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,43%. Pertumbuhan kegiatan investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh investasi swasta, sedangkan investasi pemerintah diperkirakan masih terbatas. Hal ini dapat dikonfirmasi dari perkembangan beberapa indikator investasi antara lain pertumbuhan kredit investasi berdasarkan lokasi proyek, realisasi pengadaan semen dan realisasi belanja modal pemerintah (termasuk stimulus infrastruktur). Kredit investasi berdasarkan lokasi proyek posisi Mei 2009 tercatat tumbuh 121,84% (y-o-y), terutama untuk kegiatan investasi di sektor listrik yaitu penyelesaian pembangunan PLTA di Kabupaten Poso dengan kapasitas 3 x 60 MW. Pembangunan PLTA tersebut diharapkan akan semakin meningkatkan daya saing investasi di Sulawesi Tengah di masa mendatang. Sementara itu, realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 tumbuh 6,39% (y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,48% (y-o-y). 10

23 ton Persen (%) Miliar Rp Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 1, Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Investasi dan Kredit Sektor Listrik (Berdasarkan Lokasi Proyek) 1, , Jan.2009 Feb.2009 Mar.2009 Apr.2009 Mei.2009 Sumber : Bank Indonesia Baki Debet Kredit Investasi Baki Debet Kredit Sektor Listrik 120, ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - Grafik 1.5. Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II (10.00) (20.00) (30.00) Sumber : ASI Realisasi pengadaan (ton) Pertumbuhan (y-o-y) Ekspor 1 Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 6,08% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 5,78% (y-o-y) maupun triwulan sebelumnya sebesar -6,40% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan ekspor terutama didukung oleh membaiknya kinerja ekspor antar provinsi, sedangkan kinerja ekspor antar negara diperkirakan mengalami penurunan. Komoditas ekspor antar provinsi yang mengalami peningkatan kinerja yaitu bahan galian C dan minyak bumi. Hal ini dapat dikonfirmasi dari data perkembangan produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala dan minyak bumi di Lapangan Tiaka. Kegiatan ekspor antar negara mengalami penurunan kinerja seiring dengan tren penurunan produksi kakao Sulawesi Tengah akibat gangguan hama dan penyakit, alih tanaman serta kegiatan rehabilitasi tanaman. 1 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi. 11

24 Juta USD Ribu ton Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Grafik 1.6. Perkembangan Ekspor Non Migas Antar Negara Sulawesi Tengah April-Mei 2006 April-Mei 2007 April-Mei 2008 April-Mei 2009 Sumber : Dirjen Bea dan Cukai - Nilai ekspor (Juta USD) Volume Ekspor (ribu ton) Nilai ekspor kakao (Juta USD) Volume ekspor kakao (ribu ton) Impor Sulawesi Tengah selama triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 13,22% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,35% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan impor didorong oleh kegiatan impor antar provinsi terutama untuk kelompok makanan jadi dan kelompok sandang. Pada akhir triwulan II-2009 pedagang diperkirakan mulai meningkatkan persediaan barang untuk menghadapi bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Hal ini dapat dikonfirmasi dari perkembangan volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan dan Bandara Mutiara Palu. Pada triwulan laporan, volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan tercatat tumbuh 17,69% (y-o-y). Sementara itu, berdasarkan data impor antar negara yang dikeluarkan Dirjen Bea dan Cukai, selama triwulan II-2009 Sulawesi Tengah tidak melakukan impor barang dari negara manapun. Grafik 1.7. Perkembangan Bongkar Barang (T/M3) di Pelabuhan Pantoloan Tr.II ,502 Tr.I ,715 Tr.II ,001 Tr.I , , , , , , ,000 Sumber : Pelindo IV Cabang Pantoloan 12

25 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 2. PENAWARAN DAERAH Perekonomian Sulawesi Tengah sisi penawaran pada triwulan II-2009 diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan searah dengan perkembangan pada sisi permintaan. Perekonomian diperkirakan tumbuh 6,90% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 4,87% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor bangunan. Sektor pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan terkait dengan musim panen padi, kakao dan cengkeh. Adapun peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan didukung oleh berbagai kegiatan pemerintah antara lain pelaksanaan Pemilu Pilpres, sosialisasi dan rapat. Tabel 1.4. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Rincian Tr I Tr II Tr I Tr II *) 1.Pertanian 5.858, , , , , ,11 2.Pertambangan&Penggalian 451,82 537,92 128,24 131,92 135,52 147,90 3.Industri Pengolahan 886,68 943,30 229,75 232,09 243,99 249,61 4.Listrik&Air Bersih 103,29 105,38 24,15 25,08 28,59 26,61 5.Bangunan 902,41 980,08 197,36 226,28 217,13 248,87 6.Perdag, Hotel&Restoran 1.771, ,15 406,70 455,42 463,31 490,79 7.Angkutan&Komunikasi 975, ,01 251,68 265,05 283,98 287,41 8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 624,21 691,25 147,32 164,89 175,97 182,95 9.Jasa-Jasa 2.109, ,20 472,15 581,49 564,99 616,92 PDRB , , , , , ,17 Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) Rincian Tr I Tr II Tr I Tr II *) 1.Pertanian 5,00 4,61 6,86 0,26 13,06 5,26 2.Pertambangan&Penggalian 37,63 19,06 16,97 23,76 5,67 12,11 3.Industri Pengolahan 8,22 6,39 2,74 9,99 6,20 7,55 4.Listrik&Air Bersih 5,69 2,02 4,19 4,87 18,41 6,10 5.Bangunan 10,10 8,61 8,59 9,62 10,02 9,99 6.Perdag, Hotel&Restoran 7,98 6,41 7,44 7,39 13,92 7,77 7.Angkutan&Komunikasi 9,67 11,84 6,27 9,22 12,83 8,44 8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 9,34 10,74 11,45 12,76 19,45 10,95 9.Jasa-Jasa 9,54 12,97 16,26 4,33 19,66 6,09 PDRB 7,99 7,76 8,57 4,87 13,49 6,90 Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu 13

26 Ton Persen (%) Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Pada triwulan II-2009, sektor pertanian diperkirakan tumbuh 5,26% (y-o-y) atau mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian dikarenakan musim panen raya, terutama komoditas padi, kakao dan cengkeh. Namun demikian, berdasarkan angka ramalan (ARAM) II BPS, peningkatan produksi padi dan jagung Sulawesi Tengah tahun 2009 akan lebih rendah dibandingkan tahun Di sisi lain, produksi kakao cenderung turun akibat gangguan hama dan penyakit, alih tanaman serta kegiatan rehabilitasi tanaman. Hal ini tercermin dari penurunan volume ekspor kakao Sulawesi Tengah. Sebagaimana diketahui, subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan merupakan subsektor dominan di sektor pertanian dengan pangsa ±68%. Penurunan kinerja kedua subsektor tersebut diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan sektor pertanian tahun 2009 lebih rendah daripada tahun Grafik 1.8. Perkembangan Produksi Padi dan Jagung di Sulawesi Tengah ,00 80, ,00 60, , ,00 30, ,00 10,00 - (10,00) * (20,00) Sumber : BPS, diolah Produksi Padi Sulawesi Tengah (ton) Produksi Jagung Sulawesi Tengah (ton) g. Produksi Padi Sulawesi Tengah (%) g. Produksi Jagung Sulawesi Tengah (%) Sektor jasa-jasa pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 6,09% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 4,33% (y-o-y). Adapun kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sebesar 1,10%. Dalam struktur PDRB Sulawesi Tengah, sektor ini memiliki pangsa 17,96% atau terbesar kedua setelah sektor pertanian. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sektor jasa-jasa adalah peningkatan pertumbuhan jasa pemerintahan umum terkait dengan persiapan dan pelaksanaan Pemilu Pilpres, realisasi BLT dan penyaluran Raskin. 14

27 Persen (%) Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,77% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,39% (y-o-y) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,88%. Meningkatnya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia triwulan II-2009 yang menunjukkan adanya ekspansi kegiatan usaha pada sektor ini. Indikator dini seperti tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang dan arus bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan juga menunjukkan adanya peningkatan kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran. Adapun faktor pendorong pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan antara lain berbagai kegiatan pemerintah dalam rangka pelaksanaan Pemilu Pilpres, sosialisasi dan rapat. Grafik 1.9. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang di Sulawesi Tengah 80,00 73,76 70,00 60,00 50,00 52,71 51,56 44,87 41,99 55,72 45,16 45,63 47,68 54,27 52,35 56,95 57,06 40,00 30,00 26,55 30,36 24,91 21,01 20,00 10,00 - Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Sumber : BPS Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 8,44% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2008 maupun triwulan sebelumnya dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,51%. Melambatnya pertumbuhan sektor ini didorong oleh penurunan kinerja subsektor angkutan dan subsektor komunikasi. Pada subsektor angkutan, penurunan kinerja terutama terjadi angkutan jalan raya, angkutan laut dan jasa penunjang angkutan, sedangkan angkutan udara mengalami peningkatan kinerja seiring dengan meningkatnya penggunaan angkutan udara selama kegiatan Pemilu. Hal ini tercermin dari perkembangan jumlah penumpang kapal laut melalui Pelabuhan Pantoloan selama triwulan II-2009 yang mengalami penurunan sebesar -8,79% dibandingkan triwulan II-2008 yaitu dari orang menjadi orang. 15

28 barel Persen (%) m3 Persen (%) Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 12,11% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan terjadi pada subsektor penggalian seiring dengan meningkatnya produksi bahan galian C. Hal ini dapat dikonfirmasi dari angka realisasi produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala triwulan II-2009 yang mengalami pertumbuhan sebesar 28,34% (y-o-y). Sementara itu, produksi minyak bumi di Lapangan Tiaka Kabupaten Morowali tumbuh -2,87% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh positif sebesar 33,84% (y-o-y). Kinerja subsektor pertambangan diperkirakan akan mengalami peningkatan yang signifikan di masa mendatang jika pembangunan kilang gas alam terintegrasi di Lapangan Donggi-Senoro (Kabupaten Banggai) dapat direalisasikan. Selain kilang gas alam Donggi-Senoro, Sulawesi Tengah juga memiliki blok migas lainnya yang saat ini tengah dilelang pemerintah antara lain Blok North Surumana, Blok Menui dan Blok Morowali Grafik Perkembangan Produksi Bahan Galian C di Kabupaten Donggala Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Donggala Produksi (m3) g. produksi (yoy; %) Grafik Perkembangan Produksi Minyak Bumi di Lapangan Tiaka-Morowali Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Sumber : DESDM dan Distamben Sulteng Produksi (barel) g. produksi (yoy, %) 16

29 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Pada triwulan II-2009, sektor industri pengolahan tumbuh 7,55% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 9,99% (y-o-y) dengan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,45%. Distribusi terbesar sektor industri pengolahan masih berasal dari subsektor kayu dan hasil hutan lainnya dan subsektor makanan, minuman dan tembakau. Perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan terutama didorong oleh memburuknya kinerja subsektor kayu dan hasil hutan lainnya akibat kesulitan bahan baku dan kenaikan biaya produksi. Sektor bangunan pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 9,99% (y-o-y), mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan II Peningkatan pertumbuhan sektor ini seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan investasi swasta dan realisasi belanja modal pemerintah. Hal ini dapat dikonfirmasi dari data perkembangan realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 yang tercatat tumbuh positif sebesar 6,39% (y-o-y). Berdasarkan data Departemen Keuangan, alokasi belanja modal dalam APBD se-sulawesi Tengah mencapai Rp1,84 triliun. Sektor listrik dan air bersih pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 6,10% (y-o-y) atau mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,87% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan sektor ini disebabkan membaiknya pasokan listrik selama triwulan II-2009, khususnya di Kota Palu dan sekitarnya. Hal ini tercermin pada data perkembangan jumlah pemakaian listrik di Kota Palu selama triwulan laporan yang tumbuh 6,10% (y-o-y). Ke depan, kinerja sektor listrik dan air bersih diperkirakan akan semakin membaik seiring dengan beroperasinya PLTA Poso II (3 x 60 MW) pada tahun Tabel 1.6. Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Listrik di Kota Palu Periode Jumlah Pelanggan Growth Pemakaian Listrik Pemakaian Listrik (kwh) (y-o-y) Triwulan I ,38% Triwulan II ,67% Triwulan III ,49% Triwulan IV ,06% Triwulan I ,37% Triwulan II ,10% Sumber : PLN Cabang Palu, diolah 17

30 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 10,95% (y-o-y) atau melambat dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 12,76% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terutama didorong oleh subsektor bank dan subsektor lembaga keuangan bukan bank. Krisis keuangan global yang mulai mempengaruhi kinerja perekonomian nasional pada awal triwulan IV-2008 mendorong bank dan lembaga keuangan bukan bank lebih selektif dalam memberikan pembiayaan. Di sisi lain, tingkat suku bunga kredit perbankan dianggap masih terlalu tinggi oleh pelaku usaha sehingga banyak mengambil posisi wait and see. Kecenderungan turunnya suku bunga kredit perbankan dan semakin meningkatnya realisasi belanja pemerintah diharapkan mampu meningkatkan kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan mendatang. 18

31 Bab 2. Perkembangan Inflasi BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Secara triwulanan, pada triwulan II-2009 Kota Palu mengalami deflasi seiring dengan terjaganya pasokan bahan pangan terutama akibat datangnya musim panen raya padi dan kondisi cuaca yang relatif baik. Pada triwulan laporan Kota Palu mengalami deflasi sebesar -0,36% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,78% (q-t-q). Berdasarkan kelompok pengeluaran, deflasi pada triwulan II-2009 bersumber dari kelompok bahan makanan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok sandang dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Adapun kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi dan yang tertinggi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,80% (q-t-q). Grafik 2.1. Inflasi per Kelompok Pengeluaran (q-t-q) (4.26) (3.50) Transpor Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan Jadi Bahan Makanan Umum 0.19 (0.25) (0.12) (0.24) (0.36) (6.00) (4.00) (2.00) Persen (%) Jun.2009 Sumber : BPS Mar.2009 Sementara itu, kebijakan pemerintah untuk barang-barang yang harganya diatur relatif minimal sehingga tekanan inflasi yang berasal dari kelompok administered prices pada triwulan II-2009 relatif terbatas. Sepanjang triwulan II-2009, inflasi dari kelompok administered prices hanya bersumber dari komoditas rokok dan jasa pembuangan sampah. Komoditas rokok secara konsisten memberikan sumbangan terhadap inflasi, meskipun masih minimal terkait dengan masih adanya potensi penyesuaian harga akibat harga beberapa jenis rokok yang masih dibawah harga 19

32 Persen (%) Bab 2. Perkembangan Inflasi bandrolnya. Secara tahunan, laju inflasi Kota Palu pada akhir triwulan II-2009 mencapai 5,83% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada akhir triwulan I-2009 sebesar 11,07% (y-o-y), namun masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 3,65% (y-o-y). Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Tr I-06 Tr II-06 Tr III-06 Tr IV-06 Tr I-07 Tr II-07 Tr III-07 Tr IV-07 Tr I-08 Tr II-08 Tr III-08 Tr IV-08 Tr I-09 Tr II-09 Sumber : BPS Kota Palu Nasional Kelompok bahan makanan pada triwulan II-2009 mengalami deflasi sebesar -3,50% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,05% (q-t-q). Deflasi pada kelompok bahan makanan terutama didorong oleh penurunan harga pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, subkelompok ikan segar, subkelompok telur, susu dan hasil-hasilnya, subkelompok buah-buahan dan subkelompok bumbu-bumbuan. Faktor utama penyebab deflasi pada kelompok bahan makanan adalah datangnya panen raya padi sehingga harga beras turun dan pasokan ikan segar yang mencukupi seiring dengan kondisi cuaca yang cukup baik. Sebagaimana diketahui komoditas beras dan berbagai komoditas pada subkelompok ikan segar memiliki bobot yang cukup berarti dalam penghitungan inflasi Kota Palu. Tabel 2. Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa Juni 2009 (%) Kelompok Pengeluaran m-t-m y-t-d y-o-y Umum 0,15 1,42 5,83 Bahan Makanan 0,66-1,53 6,21 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,13 10,98 20,73 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -0,29 1,69 4,47 Sandang 0,34 2,57 5,48 Kesehatan 0,02 1,81 3,98 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,12-0,21 5,78 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0,02-4,08-5,35 Sumber : BPS Sulawesi Tengah 20

33 Bab 2. Perkembangan Inflasi Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 2,80% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2009 sebesar 7,96% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini terjadi di semua subkelompok, dan yang tertinggi pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol (4,52%), diikuti subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (3,43%) dan subkelompok makanan jadi (2,06%). Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau antara lain disebabkan kenaikan biaya tenaga kerja pada kegiatan pengolahan makanan jadi dan kebijakan pemerintah menaikkan tarif cukai rokok sebesar 7% mulai awal Februari Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami deflasi sebesar -0,24% (q-t-q) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 1,93% (q-t-q). Deflasi pada kelompok ini didorong oleh penurunan harga pada subkelompok biaya tempat tinggal (-0,61%). Adapun subkelompok penyelenggaraan rumah tangga dan subkelompok perlengkapan rumah tangga mengalami inflasi, sedangkan subkelompok bahan bakar, penerangan dan air tidak mengalami perubahan harga. Komoditas yang memberikan sumbangan deflasi pada kelompok ini antara lain lemari pakaian, sabun cream detergen, paku, cat tembok, keramik dan pasir. Sementara itu, komoditas yang memberikan sumbangan inflasi antara lain kayu balokan, pembasmi nyamuk bakar dan papan. Kelompok sandang pada triwulan II-2009 mengalami deflasi sebesar -0,12% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,69% (q-t-q). Deflasi pada kelompok ini didorong oleh penurunan harga pada subkelompok barang pribadi dan sandang lain. Sementara itu, subkelompok sandang laki-laki, subkelompok sandang wanita dan subkelompok sandang anak-anak mengalami inflasi seiring dengan adanya tahun ajaran baru. Pada triwulan II-2009, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,47% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,33% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan harga pada subkelompok obat-obatan dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Adapun komoditas yang memberikan sumbangan inflasi antara lain vitamin, obat gosok, pasta gigi, handbody lotion, minyak rambut, pelembab, deodorant dan sabun mandi cair. 21

34 Bab 2. Perkembangan Inflasi Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II-2009 mengalami deflasi sebesar -0,25% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,03% (q-t-q). Deflasi pada kelompok ini didorong oleh adanya penurunan harga pada subkelompok rekreasi. Adapun subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi terkait dengan adanya tahun ajaran baru. Komoditas yang memberikan sumbangan deflasi pada kelompok ini adalah cd-tape-rec-radio, sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan inflasi antara lain tas sekolah, buku pelajaran SD dan buku pelajaran SMP. Pada triwulan II-2009, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,19% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -4,26% (q-t-q). Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan didorong oleh kenaikan harga pada subkelompok transpor dan subkelompok sarana dan penunjang transpor. Adapun komoditas penyumbang inflasi yaitu angkutan udara, bahan pelumas/oli, mobil, sepeda motor, perbaikan ringan kendaraan, pemeliharaan/service dan ban luar motor. 22

35 Persen (%) Bab 3. Perkembangan Perbankan BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN Pada triwulan II-2009, kinerja perbankan di Sulawesi Tengah masih relatif baik tercermin dari perkembangan dana pihak ketiga (DPK) perbankan, penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Pelaksanaan Pemilu 2009 yang berjalan lancar dan tidak menimbulkan gejolak yang berarti terhadap perekonomian, kondisi makroekonomi yang relatif baik dan tren penurunan suku bunga acuan (BI Rate) diharapkan semakin meningkatkan kinerja perbankan, terutama dari sisi pembiayaan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian PERKEMBANGAN MONETER Nilai tukar rupiah pada akhir triwulan II-2009 terus mengalami penguatan dibandingkan akhir triwulan I Tekanan terhadap rupiah semakin berkurang seiring dengan stabilnya situasi keamanan pasca Pemilu Harga minyak yang relatif stabil juga ikut mempengaruhi penguatan nilai tukar rupiah. Seiring dengan semakin terkendalinya laju inflasi nasional, selama triwulan II-2009 Bank Indonesia telah menurunkan BI rate sebesar 75 basis poin menjadi 7,00% di awal Juni Sasaran yang ingin dicapai dari kebijakan penurunan BI rate adalah untuk menjaga stabilitas perekonomian agar tetap kondusif sehingga dapat memberikan ruang yang cukup bagi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, suku bunga penjaminan LPS untuk deposito rupiah pada bank umum juga mengalami penurunan menjadi menjadi 7,50% pada bulan Juni Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bunga di Sulawesi Tengah Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II BI Rate r tabungan perbankan Sulteng r deposito 1 bln perbankan Sulteng r kredit perbankan Sulteng 23

36 Bab 3. Perkembangan Perbankan Namun demikian, penurunan BI rate tersebut belum ditransmisikan secara baik oleh perbankan, ditandai dengan lambatnya penurunan suku bunga perbankan terutama pada suku bunga kredit. Pada akhir triwulan II-2009, suku bunga kredit tercatat sebesar 15,28%. Sementara itu, suku bunga tabungan dan deposito perbankan di Sulawesi Tengah berada pada level 2,70%, dan 8,18%. Masih adanya segmentasi likuiditas antar bank selama triwulan II-2009 menyebabkan suku bunga tidak banyak mengalami perubahan. Hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Palu terhadap perbankan di daerah memberikan penjelasan singkat penyebab relatif lambatnya respon perbankan di daerah terhadap penurunan BI rate (lihat Boks 1). Salah satu penghambat penurunan suku bunga oleh perbankan adalah masih relatif tingginya yield obligasi yang ditawarkan oleh pemerintah. Tingkat yield obligasi yang lebih tinggi daripada suku bunga acuan BI, mendorong perbankan untuk mengalihkan sebagian portofolionya ke dalam obligasi pemerintah. 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Grafik 3.2. Posisi Uang Giral dan Uang Kuasi Di Sulawesi Tengah (Rp Miliar) Uang Kuasi Uang Giral Des Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sumber : LBU dan LBPR Pada triwulan laporan, komponen uang giral di Sulawesi Tengah tumbuh negatif dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, sedangkan komponen uang kuasi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah uang giral turun sebesar -4,80% (y-o-y) yang didorong oleh berkurangnya giro milik pemerintah daerah dan dunia usaha. Sementara itu, jumlah uang kuasi naik sebesar 15,19% (y-o-y) menjadi Rp4.562,30 miliar. Peningkatan tersebut didorong oleh meningkatnya jumlah tabungan dan deposito masyarakat pada perbankan. 24

37 Rp Miliar Bab 3. Perkembangan Perbankan 3.2. ASET, KELEMBAGAAN DAN KINERJA PERBANKAN Aset Perbankan Ditinjau dari sisi aset, perbankan di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh bank umum pemerintah dengan pangsa sebesar 83,13%, diikuti bank umum swasta dengan pangsa 11,78% dan BPR dengan pangsa 5,09%. Pada triwulan laporan pangsa aset bank umum pemerintah meningkat 0,30% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, pangsa bank swasta dan BPR mengalami penurunan. Secara tahunan, aset perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 tumbuh 18,06% (y-o-y), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 20,25% (y-o-y). Perlambatan jumlah aset terjadi pada seluruh kelompok bank. Grafik 3.3. Perkembangan Jumlah Aset Perbankan Menurut Kelompok Bank 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Bank Umum Pemerintah Bank Umum Swasta B P R Sumber : LBU, LBPR Apabila dilihat dari kedudukan kantor bank pelapor, aset perbankan di Kota Palu masih dominan dengan pangsa sebesar 58,40%, diikuti oleh Kabupaten Banggai dan Kabupaten Toli-Toli dengan pangsa masing-masing sebesar 13,85% dan 10,59% Jumlah Jaringan Kantor Bank Jaringan kantor bank pada triwulan II-2009 mengalami penambahan 4 kantor dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga menjadi 152 kantor, yang tersebar di 11 kabupaten dan kota. Distribusi jaringan kantor bank masih terpusat di wilayah perkotaan dengan jumlah perputaran uang di wilayah tersebut sangat dominan. Sementara itu, jaringan ATM bertambah 1 unit menjadi 117 ATM. Dari sisi kelembagaan, jumlah bank umum masih mendominasi perbankan di Sulawesi Tengah. Apabila dihubungkan dengan data jumlah aset bank per wilayah, maka 25

38 Bab 3. Perkembangan Perbankan terdapat hubungan yang erat antara jumlah aset bank pada suatu wilayah dengan jumlah kantor bank di wilayah tersebut. Grafik 3.4. Distribusi Jaringan Kantor Bank di Sulawesi Tengah Pada Triwulan II-2009 Parigi Moutong Tojo Unauna Banggai Banggai Kep. Buol Donggala Morowali Poso Toli-Toli Palu Sumber : Bank Indonesia Palu Tingkat Efisiensi dan Kinerja Perbankan Berbagai upaya yang dilakukan perbankan dalam rangka meningkatkan efisiensinya relatif berjalan baik. Hal ini tercermin dari rasio BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional) bank umum pada triwulan II-2009 yang turun menjadi 76,15%, jauh lebih baik daripada kondisi pada triwulan sebelumnya sebesar 91,43%. Sama halnya dengan bank umum, tingkat efisiensi usaha BPR di Sulawesi Tengah juga semakin membaik ditandai dengan menurunnya rasio BOPO BPR menjadi sebesar 70,30% atau lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, rasio BOPO pada triwulan laporan meningkat sebesar 7,98%. Sebagai tolok ukur tingkat efisiensi usaha, BOPO harus terus diupayakan ke tingkat yang lebih baik lagi terutama dalam menyikapi persaingan yang semakin ketat. Masuknya beberapa bank umum ke segmen yang selama ini dilayani oleh BPR, menuntut pengelola BPR untuk meningkatkan daya saingnya agar tidak semakin tersisih. 100% 80% Grafik 3.5. Perkembangan BOPO Perbankan di Sulawesi Tengah Bank Umum BPR 60% 40% 20% 0% Mar Jun Sep Des Mar Jun Sumber : LBU, LBPR

39 Rp Juta Bab 3. Perkembangan Perbankan Secara umum, kinerja bank umum di Sulawesi Tengah sampai dengan akhir triwulan II-2009 masih relatif baik. Hal ini ditandai dengan nilai NIM (Net Interest Margin) dan ROA (Return on Asset) yang masih di atas kriteria minimum. NIM bank umum posisi akhir triwulan II-2009 tercatat sebesar 11,55%, lebih rendah daripada posisi pada akhir triwulan I-2009 sebesar 11,88%. Namun demikian apabila dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2008, NIM bank umum menunjukkan adanya peningkatan. Pada saat yang sama nilai NII (Net Interest Income) meningkat sebesar Rp103,70 miliar dari akhir tahun lalu menjadi Rp770,11 miliar. Kondisi ini merupakan dampak dari lambatnya penurunan suku bunga kredit yang dilakukan oleh perbankan. Sementara itu, tingkat Return On Asset (ROA) pada akhir triwulan II-2009 sebesar 6,50 %, masih lebih baik dibandingkan akhir tahun lalu yaitu sebesar 5,21%. Grafik 3.6. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum di Sulawesi Tengah 900, , , , , , , , ,000 - NII NIM ROA Des Des Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Sumber : LBU, LBPR 3.3. PENGHIMPUNAN DANA Pada triwulan laporan DPK perbankan di Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 9,19% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 11,03% (y-o-y). Perlambatan dalam jumlah penghimpunan dana terjadi pada kelompok bank umum pemerintah dan swasta, sementara pada kelompok BPR tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan. Dilihat dari jenis simpanan, deposito tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 56,94% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 46,33% (y-o-y). Demikian halnya dengan jumlah tabungan yang tumbuh sebesar 1,66% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,64% (y-o-y). Sementara itu, jumlah giro mengalami kontraksi sebesar -4,80% (y-o-y). 27

40 Morowali Buol Rp Miliar Bab 3. Perkembangan Perbankan 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Grafik 3.7. Jumlah DPK Menurut Jenis Simpanan Giro Deposito Tabungan Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sumber : LBU, LBPR Sampai dengan triwulan II-2009, jumlah dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp6.181,48 miliar dan didominasi oleh tabungan dengan pangsa 49,19%, diikuti oleh giro dengan pangsa 26,19% dan deposito dengan pangsa 24,62%. Pangsa deposito dan tabungan terhadap jumlah DPK mengalami peningkatan, sementara pangsa giro mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian daerah. Dengan struktur penghimpunan dana yang didominasi oleh dana-dana dengan biaya rendah (tabungan dan giro), perbankan di Sulawesi Tengah diharapkan lebih agresif dalam menurunkan suku bunga kredit Lokasi Penghimpunan Dana Berdasarkan lokasi penghimpunannya, perbankan di Kota Palu masih mendominasi dengan pangsa penghimpunan dana sebesar 57,15%, diikuti oleh Kabupaten Banggai dengan pangsa 14,62%, Kabupaten Poso 9,76%, Kabupaten Toli-Toli 9,01%, Kabupaten Donggala (termasuk Parigi Moutong) sebesar 6,83%, Morowali 1,66% dan Kabupaten Buol 0,97%. Grafik 3.8. Distribusi Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Per Juni 2009 Toli-Toli Banggai Poso Palu Sumber : LBU, LBPR Donggala& Parimo 28

41 Rp Miliar Bab 3. Perkembangan Perbankan Penghimpunan Dana Menurut Kelompok Bank Berdasarkan kelompok bank, bank umum pemerintah mampu menyerap 83,50% dana masyarakat, sementara sisanya diserap oleh bank umum swasta dan BPR dengan pangsa penghimpunan dana masing-masing sebesar 15,04% dan 1,46%. Berdasarkan laju pertumbuhan DPK pada triwulan II-2009, jumlah DPK pada bank pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar 7,42% (y-o-y). Sementara DPK pada bank umum swasta dan BPR masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 19,58% (y-o-y) dan 14,30% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan DPK pada kelompok bank swasta tidak terlepas dari penambahan kantor bank, kegiatan promosi dan penawaran suku bunga yang menarik dalam memperoleh dana pihak ketiga. Grafik 3.9. Jumlah DPK Menurut Kelompok Bank 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Bank Umum Pemerintah Bank Umum Swasta B P R Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sumber : LBU, LBPR Penghimpunan Dana Menurut Golongan Pemilik Berdasarkan golongan pemilik, struktur DPK pada bank umum masih didominasi oleh golongan perorangan dengan pangsa sebesar 70,90%, diikuti oleh golongan pemerintah daerah. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dana kelompok perorangan mengalami peningkatan sebesar 8,40% dan dana pemerintah daerah tumbuh sebesar 6,20%. Sementara itu, dana pemerintah pusat yang berada pada bank umum di Sulawesi Tengah mengalami penurunan sebesar -17,10%. Hal ini mengindikasikan bahwa proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah pusat di Sulawesi Tengah sudah mulai direalisasikan. 29

42 Rp Miliar y-o-y Bab 3. Perkembangan Perbankan Tabel 3. Struktur DPK pada Bank Umum Berdasarkan Golongan Pemilik (Rp Miliar) Sumber : Bank Indonesia Palu 3.4. Penyaluran Kredit Dalam menjalankan fungsi intermediasi, perbankan di Sulawesi Tengah terus berupaya meningkatkan jumlah dan kualitas kredit yang disalurkan. Namun demikian, meningkatnya risiko kredit dan suku bunga kredit menjadi penghambat pertumbuhan kredit sampai dengan triwulan II Belum adanya tanda-tanda pembalikan ekonomi dunia mendorong perbankan untuk lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit terutama untuk meminimalkan resiko kredit. Grafik Perkembangan Kredit di Sulawesi Tengah Menurut Bank Pelapor dan Lokasi Proyek 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Bank Pelapor Lok. Proyek y-o-y B. Pelapor y-o-y Lok. Pro I II III IV I II III IV I II* % 40% 30% 20% 10% 0% Berdasarkan data Laporan Bank Umum (LBU), sampai dengan bulan Juni 2009 realisasi kredit masih mengalami pelambatan. Pada periode ini penyaluran kredit di Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 22,32% (y-o-y) atau lebih rendah dari angka pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,29% (y-o-y). Sementara itu secara triwulanan, kredit tumbuh sebesar 9,34% (q-t-q), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya sebesar 1,05% (q-t-q). Seperti halnya data kredit menurut bank pelapor, penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan laporan juga menunjukan adanya perlambatan. Berdasarkan data bulan Mei 2009, 30

43 Bab 3. Perkembangan Perbankan tingkat pertumbuhan kredit tercatat 31,69% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2008 sebesar 38,83% (y-o-y) Kredit Menurut Jenis Penggunaan Kredit berdasarkan lokasi proyek masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 46,97%, diikuti oleh kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 39,62% dan kredit investasi sebesar 13,41%. Pangsa kredit investasi dalam kredit berdasarkan lokasi proyek jauh lebih besar dibandingkan pangsa kredit investasi terhadap total kredit menurut bank pelapor. Hal ini menunjukan adanya kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan yang berasal dari luar Sulawesi Tengah. Lebih lanjut, lokasi proyek tersebut berada di Kabupaten Poso, dimana masih berlangsung pembangunan PLTA Poso II dengan kapasitas 3 x 60 MW yang masih dalam tahap penyelesaian. Sementara itu, data jumlah kredit modal kerja dan kredit konsumsi menurut lokasi proyek maupun bank pelapor tidak ada perbedaan signifikan. Kondisi ini menunjukan bahwa pangsa kredit konsumsi dan kredit modal kerja di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh perbankan yang beroperasi di Sulawesi Tengah. Grafik Perbandingan Jumlah Kredit di Sulawesi Tengah Menurut Jenis Penggunaan Rp Miliar 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - * Kredit Lok Proyek s.d. Mei 2009 Sumber : LBU, LBPR, SEKDA Konsumsi Investasi Modal Kerja LBU Konsumsi Investasi Modal Kerja Lokasi Proyek Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh kredit untuk kegiatan produktif (modal kerja dan investasi). Sampai dengan bulan Juni 2009, posisi kredit modal kerja tercatat sebesar Rp2.967,14 miliar atau 43,91% dari total kredit, dan kredit investasi sebesar Rp436,53 miliar (6,46%) sehingga total porsi kredit produktif sebesar 50,37%, lebih besar dibandingkan porsi pada triwulan I-2009 yaitu sebesar 49,45%. Sementara itu jumlah kredit konsumsi sebesar Rp3.353,41 miliar dengan 31

44 Rp Miliar Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Bab 3. Perkembangan Perbankan porsi sebesar 49,63% dari total kredit pada triwulan II Kredit modal kerja yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 18,16% (y-o-y), sedangkan kredit investasi tumbuh 41,90% (y-o-y) dan kredit konsumsi tumbuh sebesar 23,97% (y-o-y) Kredit Menurut Jenis Kelompok Bank Seperti halnya dalam penghimpunan dana, kegiatan penyaluran kredit juga didominasi oleh kelompok bank pemerintah dengan pangsa sebesar 85,98%, sedangkan bank umum swasta memiliki pangsa sebesar 11,24% dan BPR 2,78%. Dalam hal penyaluran kredit, kinerja perbankan mulai menunjukan adanya ekspansi kredit yang berarti. Hal ini tercermin dari angka pertumbuhan kredit triwulanan. Pada triwulan II-2009 kredit perbankan tumbuh 9,34% (q-t-q), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 sebesar 1,05% (q-t-q). Sementara itu, kredit yang disalurkan oleh bank umum pemerintah pada triwulan laporan tumbuh sebesar 9,91% (q-t-q), sedangkan kredit bank umum swasta tumbuh 6,10% (q-t-q) dan kredit BPR tumbuh 5,35% (q-t-q). Secara tahunan, kredit perbankan sampai dengan akhir triwulan II-2009 tumbuh 22,32% (y-o-y), melambat dibandingkan akhir triwulan II-2008 yang tumbuh 35,29% (y-o-y). Grafik Perkembangan Jumlah Kredit Menurut Kelompok Bank 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Bank Pemerintah Bank Swasta BPR Sumber : LBU, LBPR Fungsi Intermediasi Bank LDR (Loan to Deposit Ratio) perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 109,31% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 97,57%. Peningkatan LDR tersebut lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang lebih besar dari pertumbuhan DPK. Tingkat LDR bank 32

45 Rp Miliar Bab 3. Perkembangan Perbankan umum pemerintah pada triwulan laporan tercatat sebesar 112,50%, sedangkan LDR bank umum swasta dan BPR masing-masing sebesar 81,73% dan 208,29%. Persen Grafik Tingkat LDR Menurut Kelompok Bank Bank Pemerintah Bank Swasta BPR All Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sumber : LBU, LBPR Kredit Untuk UMKM Posisi akhir triwulan II-2009, penyaluran kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) di Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 23,9 % (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 27,8% (y-o-y). Secara keseluruhan nilai penyaluran kredit MKM hingga Juni 2009 berjumlah Rp6.057,33 miliar. Dari jumlah tersebut, pangsa kredit MKM masih didominasi oleh jenis kredit mikro dengan pangsa 42,77%, sedangkan kredit untuk usaha kecil dan menengah memiliki pangsa masing-masing sebesar 37,53% dan 19,70%. Kondisi ini mencerminkan besarnya perhatian yang diberikan oleh perbankan di Sulawesi Tengah terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil. Hal ini juga didukung dengan pangsa kredit MKM terhadap total kredit yang mencapai 89,64%. 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Grafik Perkembangan Kredit MKM Menurut Kelompok Kredit Mikro Kecil Menengah Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sumber : LBU, LBPR 33

46 Bab 3. Perkembangan Perbankan Berdasarkan sektor ekonomi yang dibiayai, sebagian besar kredit MKM diserap oleh sektor lain-lain dan sektor perdagangan. Kredit pada sektor lain-lain termasuk didalamnya adalah kredit konsumtif yang sangat beragam dan sulit dikelompokkan menurut sektor ekonomi. Sementara sektor perdagangan banyak diminati oleh perbankan karena memiliki tingkat perputaran dana (cash flow) yang cukup baik. Grafik Jumlah Kredit MKM Berdasarkan Sektor Kegiatan Ekonomi Per Juni 2009 (Rp Juta) Lain-Lain Jasa SosBud Jasa Dunia Usaha Pengangkutan Perdagangan Konstruksi List, Gas, & Air Perindustrian Pertambangan Pertanian Sumber : LBU, LBPR 24,636 93,971 21, ,092 1,054 97,133 16, ,804 2,053,345 3,400,780 Sementara itu, berdasarkan wilayah penyebarannya, Kota Palu memiliki pangsa terbesar dalam hal penyaluran kredit MKM dengan pangsa sebesar 52,31%, disusul secara berurutan oleh Kabupaten Donggala, Banggai, Poso dan Toli-Toli dengan pangsa sebesar 7,16%; 14,53%; 12,50%; dan 12,19%. Sementara pangsa kredit MKM di wilayah Kabupaten Morowali dan Buol masing-masing sebesar 0,95% dan 0,77%. Jumlah UMKM yang banyak berlokasi di Kota Palu mengakibatkan jumlah penyaluran kredit untuk segmen UMKM berpusat di wilayah tersebut. Grafik Sebaran Kredit MKM Menurut Wilayah Kab/Kota Buol 1% Banggai 14% Morowali 1% Poso 13% Palu 52% Sumber : LBU, LBPR Toli-Toli 12% 34

47 NPL % NPL Nom. Rp Juta Bab 3. Perkembangan Perbankan 3.6. Kualitas Kredit Secara umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih relatif baik. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPL netto yang masih jauh dibawah batas toleransi (5 %). Berdasarkan data bulan Juni 2009, NPL netto perbankan di Sulawesi Tengah berada pada level 1,44%, meningkat dibandingkan posisi bulan Maret 2009 sebesar 1,36%. Peningkatan NPL netto tersebut didorong oleh meningkatnya NPL netto pada kelompok bank umum. Sementara NPL netto pada kelompok BPR justru semakin membaik, yaitu dari 1,46% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,23%. Membaiknya NPL netto BPR tersebut lebih diakibatkan oleh semakin bertambahnya pencadangan yang dilakukan oleh BPR. Grafik Perkembangan Tingkat NPL Nominal dan NPL Netto Perbankan Sulawesi Tengah Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun , , , , , , , ,000 50,000 - Sumber : LBU, LBPR NPL Gross Nominal All NPL netto BU NPL netto All NPL netto BPR Berdasarkan sektor ekonomi, pada triwulan II-2009 tingkat NPL gross kredit sektor industri meningkat cukup signifikan, yaitu dari 2,83% pada triwulan sebelumnya menjadi 13,31%. Peningkatan NPL gross pada sektor industri tersebut diakibatkan oleh menurunnya kinerja sektor industri pengolahan, karena pada saat yang sama jumlah kredit sektor industri justru turun sebesar 1,25% dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL gross tertinggi masih terjadi pada kredit sektor pertanian yang mencapai 15,09%. Sementara itu, NPL gross terendah terjadi pada kredit sektor pengangkutan yakni sebesar 0,49%. Walaupun sektor perdagangan memiliki pangsa yang cukup besar dalam penyerapan kredit, tingkat NPL gross kredit sektor tersebut relatif cukup rendah dibandingkan sektor lainnya. 35

48 BOKS 1 SURVEI EFEKTIVITAS PENURUNAN BI RATE TERHADAP SUKU BUNGA PERBANKAN DAERAH Dalam kurun waktu 6 bulan terakhir Bank Indonesia telah menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) hingga mencapai level 7,00 % pada bulan Juni 2009 sebagai respon terhadap semakin membaiknya situasi perekonomian nasional dan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian. Sebagai bagian dari transmisi kebijakan moneter, penurunan BI Rate diharapkan diikuti penurunan suku bunga perbankan, sehingga dampak terhadap akselerasi pertumbuhan kredit/pembiayaan dapat dirasakan. Namun demikian, penyesuaian suku bunga perbankan memerlukan waktu, baik karena pertimbangan dari sisi internal bank maupun industri perbankan. Dalam rangka monitoring efektivitas kebijakan penurunan BI Rate tersebut di level daerah, khususnya di Kota Palu, ma Survei Efektivitas Penurunan BI Rate terhadap Suku Bunga Perbankan Daerah melibatkan 12 kantor bank umum yang berlokasi di Kota Palu, terdiri dari 6 bank umum pemerintah dan 6 bank umum swasta. Survei tersebut dilakukan pada awal bulan Juni Berdasarkan hasil survei, secara umum suku bunga simpanan pada saat ini belum banyak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan akhir Desember Sebagian besar responden beralasan bahwa suku bunga tabungan dan giro yang diberikan relatif sudah rendah. Sementara untuk deposito, sebagian besar perbankan telah menurunkan suku bunganya. Relatif rendahnya suku bunga tabungan yang ditawarkan oleh perbankan telah mendorong sebagian nasabah mengalihkan simpanannya dalam bentuk deposito yang menawarkan suku bunga lebih tinggi. Kebijakan perbankan untuk mempertahankan atau meningkatkan suku bunga simpanan merupakan strategi yang dipilih bank untuk menjaga likuiditas. Sebagian responden juga beralasan kebijakan tersebut dilakukan sambil

49 menunggu perkembangan situasi ekonomi yang lebih stabil, dan mencegah nasabah utama agar tidak memindahkan dananya ke bank lain. Berbeda dengan suku bunga simpanan, hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar bank menyatakan telah menurunkan suku bunga pembiayaan/kredit. Namun demikian, berdasarkan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bulan Mei 2009, suku bunga kredit belum mengalami perubahan yang berarti. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab melambatnya pertumbuhan kredit di Sulawesi Tengah. Perbankan beranggapan bahwa suku bunga yang mereka tetapkan saat ini sudah rendah dan belum memungkinkan untuk diturunkan lagi. Di sisi lain, perbankan beranggapan bahwa calon debitur kurang sensitif terhadap suku bunga. Selain faktorfaktor tersebut, masih relatif tipisnya margin yang diperoleh mendorong perbankan untuk mempertahankan suku bunga kreditnya. Peluang penurunan suku bunga kredit masih terbuka, manakala permintaan kredit menurun. Penurunan suku bunga kredit akan semakin cepat terjadi apabila dilakukan secara bersamaan oleh seluruh bank. Kewenangan kantor pusat dalam penentuan bunga kredit juga menjadi salah satu faktor penghambat perbankan di daerah dalam melakukan penyesuaian suku bunga kredit. Selisih suku bunga deposito dengan BI Rate cenderung semakin besar seiring dengan semakin besarnya nilai deposito. Kekhawatiran perbankan terhadap kondisi likuiditas diduga menjadi alasan bank untuk memberikan bunga yang lebih tinggi kepada kelompok deposan utama (nilai deposito > 5 miliar). Pada sisi kredit, sebagian besar bank menyatakan bahwa selisih antara suku bunga kredit dengan BI Rate masih di atas 6 %.

50 Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka akan melakukan penyesuaian suku bunga simpanan 1 2 bulan setelah penurunan BI Rate untuk mempertahankan DPK ditengah kondisi likuiditas yang ketat. Hal ini dipertegas dengan waktu penyesuaian yang lebih cepat (kurang dari 1 bulan) apabila terjadi kenaikan BI Rate. Berbeda dengan suku bunga simpanan, dalam hal penetapan suku bunga pinjaman, perbankan relatif lebih lambat dalam merespon penurunan BI Rate. Dari hasil survei terlihat bahwa sebagian besar bank membutuhkan waktu lebih dari 2 bulan untuk melakukan penyesuaian suku bunga ketika terjadi penurunan BI Rate. Hal ini terkait dengan upaya bank untuk memaksimalkan pendapatan, karena di sisi lain biaya bunga yang ditanggung juga meningkat. Merujuk pada faktor-faktor yang dipertimbangakan dalam menetapkan suku bunga, terbukti bahwa kondisi internal bank (ALMA) lebih diutamakan oleh perbankan daripada sekedar mengikuti pergerakan BI Rate. Lambatnya penyesuaian juga terjadi manakala ada kenaikan BI Rate, yang diduga terkait dengan upaya bank untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Kenaikan suku bunga kredit secara tiba-tiba dapat menyebabkan menurunnya permintaan kredit dan berpotensi terjadi take over oleh kompetitor yang menawarkan suku bunga lebih rendah. Pelaku perbankan memperkirakan suku bunga dalam 2-3 bulan yang akan datang tidak akan lebih tinggi dari saat ini. Hal ini sejalan dengan persepsi dari pelaku usaha/nasabah yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga perbankan cenderung akan mengalami penurunan. Hampir seluruh responden baik dari perbankan maupun nasabah berpendapat bahwa level BI Rate yang ideal untuk saat ini berada dibawah 7,50%.

51 % BOKS 2 PERKEMBANGAN NPL DAN KREDIT DI SULAWESI TENGAH DI TENGAH KRISIS FINANSIAL GLOBAL Krisis keuangan global yang mulai mempengaruhi kinerja perekonomian nasional pada awal triwulan IV-2008 telah memberikan dampak negatif dalam berbagai aspek. Tidak terkecuali dengan kinerja perbankan nasional dan di beberapa daerah. Peningkatan NPL, penurunan penyaluran kredit dan pertumbuhan negatif profit perusahaan merupakan contoh dampak yang umumnya terjadi dalam bisnis perbankan saat ini. Bagaimana dengan kondisi perbankan di Sulawesi Tengah, terutama perkembangan NPL dan kreditnya? Dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan 2009, kualitas kredit perbankan di Sulawesi Tengah menunjukkan tren yang membaik. Indikasinya terlihat dari NPL perbankan di Sulawesi Tengah yang cenderung menurun. NPL gross perbankan Sulawesi Tengah mulai meningkat pada triwulan I-2009, dan hal ini lebih disebabkan terbatasnya ekspansi kredit perbankan. Krisis keuangan global membuat bank-bank semakin meningkatkan kehati-hatian dalam penyaluran kredit, tidak terkecuali di Sulawesi Tengah, dan akibatnya pertumbuhan kredit melambat. Kredit perbankan di Sulawesi Tengah mulai terasa melambat pertumbuhannya pada triwulan IV-2008 dan triwulan I Pada triwulan IV-2008, pertumbuhan kredit tercatat 3,94% (q-t-q) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada triwulan III-2008 sebesar 6,52% (q-t-q). Penurunan pertumbuhan kredit berlanjut hingga triwulan I Pertumbuhan kredit pada triwulan I-2009 tercatat hanya sebesar 1,05% (q-t-q). Akan tetapi tren penurunan penyaluran kredit hanya berlangsung hingga triwulan I Pada triwulan II-2009 seiring dengan tren penurunan suku bunga dan kondisi makroekonomi nasional yang cukup baik, semua jenis kredit mulai menunjukkan tren yang meningkat (ekspansif) dan diharapkan akan mempengaruhi kualitas kredit secara keseluruhan. Pada triwulan II-2009, kredit perbankan tumbuh 9,34% (q-t-q). 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - (5,00) Grafik 3. Pertumbuhan Kredit Bank Umum dan BPR di Propinsi Sulawesi Tengah Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Bank Indonesia Palu, diolah Menurut Jenis Penggunaan 1. Modal Kerja 2. Investasi 3. Konsumsi

52 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Salah satu pilar penting untuk mencapai tujuan ini adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Di sisi instrumen pembayaran tunai, Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai berupa uang rupiah serta mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang tidak layak edar dan tidak berlaku dari peredaran. Dalam hal ini Bank Indonesia terus menjaga optimalisasi dan efektivitas pengedaran uang sehingga kebutuhan uang kartal dalam jumlah yang cukup, nominal yang sesuai, layak edar dan tepat waktu dapat terpenuhi. Sementara di sisi instrumen pembayaran non tunai, Bank Indonesia lebih mengarahkan kebijakan dalam hal menjaga kehandalan, keamanan, efisiensi dan efektivitas transaksi pembayaran non tunai dengan tetap memperhatikan aspek kesetaraan akses hingga perlindungan konsumen. Hingga saat ini instrumen pembayaran terus mengalami perkembangan pesat dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat pembayaran non tunai (non cash). Hal ini sejalan dengan inisiatif Bank Indonesia untuk mendorong dan membangun masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran non tunai atau dikenal dengan Less Cach Society. 1. PERKEMBANGAN UANG KARTAL (INFLOW / OUTFLOW) Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan II-2009 menurun 66,65% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp477,99 miliar menjadi Rp159,39 miliar, sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) naik 283,70% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp216,74 milyar menjadi Rp831,63 milyar. Kenaikan outflow pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh adanya pembayaran gaji ke-13 bagi PNS/TNI/Polri, kebutuhan dana untuk proyek pemerintah dan swasta, pembayaran Bantuan Langsung Tunai (BLT), kebutuhan dana dalam penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan 36

53 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Pilpres, serta adanya musim panen padi, kakao dan cengkeh. Bila kita membandingkan angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan II-2009 sebesar Rp 672,24 miliar, sedangkan pada triwulan sebelumnya tercatat net-inflow sebesar Rp 261,25 miliar. Dalam rangka menjaga kualitas uang rupiah yang diedarkan dalam kondisi yang layak edar, Bank Indonesia Palu melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang rupiah yang dimusnahkan adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran. Jumlah uang yang dimusnahkan dapat dilihat dari jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Selama triwulan II-2009, jumlah uang kertas yang dimusnahkan di Bank Indonesia Palu mencapai Rp30,67 milyar atau meningkat 14,95% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 26,68 milyar. 37

54 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran 2. PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN Dalam upaya untuk mengantisipasi penyebaran uang palsu dan kejahatan pemalsuan uang khususnya di Sulawesi Tengah, Bank Indonesia Palu menerapkan kebijakan peningkatan koordinasi, perluasan sasaran pengenalan atau sosialisasi ciriciri keaslian rupiah, serta mencabut dan menarik uang dari peredaran. Pada triwulan II-2009, jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Bank Indonesia Palu sebanyak 6 lembar, lebih sedikit dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebanyak 20 lembar. Uang palsu yang dicatat oleh Bank Indonesia Palu ini diperoleh melalui laporan dari perbankan maupun masyarakat umum, yang kemudian diteruskan kepada pihak kepolisian untuk penanganan secara hukum. Meskipun ada perbaikan dari segi penurunan jumlah uang palsu yang beredar, Bank Indonesia Palu senantiasa meningkatkan pengawasan terhadap peredaran uang palsu. Pecahan Mata Uang (Nominal) Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar) Tr I 2009 Rp Rp Rp Rp Jumlah Sumber : Bank Indonesia Palu Tr II 3. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL Pasal 16 Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.3 tahun 2004 menyatakan bahwa Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan valas. Adanya kliring diharapkan dapat meningkatkan penggunaan instrumen pembayaran giral dan mendorong masyarakat untuk menyimpan dana di bank. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penyelenggaraan kliring untuk transaksi antar bank adalah memberikan alternatif bagi masyarakat dalam melakukan suatu pembayaran yang aman, efektif dan efisien, dan bagi bank merupakan salah satu layanan kepada nasabah dan dapat menjadi salah satu sumber fee based income (pendapatan di luar bunga). 38

55 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Dalam rangka meningkatkan kecepatan dan keakuratan settlement sehingga lebih memberikan kepastian dalam penyelesaian transaksi serta meminimalkan risiko kegagalam settlement, maka sejak September 2006 Kantor Bank Indonesia Palu telah menerapkan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Terlaksananya transmisi arus dana melalui SKNBI secara real time, otomatis akan mempercepat perputaran uang (velocity of money) dan mengurangi floating dana karena tidak ada lagi penundaan (time lag) dalam settlement sebagaimana terjadi pada sistem kliring lokal. Sementara itu, penerapan SKNBI di Kota Tolitoli dan Kota Luwuk telah dimulai sejak bulan November Pada triwulan II-2009, jumlah warkat kliring naik 9,43% yaitu dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar. Demikian juga nominal perputaran kliring tercatat naik 33,44% dibandingkan triwulan I-2009 sehingga menjadi Rp1.064,66 miliar. Peningkatan jumlah warkat dan nominal kliring sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian daerah seperti realisasi proyek, kegiatan kampanye Pemilu Legislatif dan Pilpres, pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri serta adanya panen raya padi, kakao dan cengkeh. Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Keterangan Tr IV Tr IV Tr IV Tr I Tr II Perputaran Kliring - Lembar Nominal (Miliar Rp) 1.079, , ,89 797, ,66 Rata-Rata Harian Perputaran Kliring - Lembar Nominal (Miliar Rp) 18,04 27,86 18,95 13,58 16,65 Rata-Rata Harian Penolakan Cek/BG Kosong - Lembar (%) 1,17 0,84 1,03 0,80 0,81 - Nominal (%) 0,8 0,37 1,17 2,32 0,52 Sumber : Bank Indonesia Palu Sementara itu, kualitas kliring di wilayah kerja Bank Indonesia Palu pada triwulan II-2009 relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebagaimana tercermin pada penurunan persentase rata-rata harian penolakan cek/bg kosong dari sisi nominal kliring. Persentase rata-rata harian nominal cek/bg yang ditolak pada 39

56 Miliar Rp Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran triwulan II-2009 tercatat 0,52%, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya sebesar 2,32%. Sementara itu, rata-rata harian lembar cek/bg yang ditolak tercatat 0,81%, sedikit memburuk dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 0,80%. 4. PERKEMBANGAN BI-RTGS Transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun Hal ini terutama didorong oleh peningkatan aktivitas transaksi untuk setelmen kliring. Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tengah 7.000, ,00 Inflow Outflow 5.000,00 Net Outflow 4.000, , , ,00 - (1.000,00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Bank Indonesia Pada triwulan II-2009, transaksi pembayaran di Sulawesi Tengah melalui sistem BI-RTGS mengalami peningkatan aktivitas transaksi dibandingkan triwulan sebelumnya. Aliran dana keluar (Outflow) melalui RTGS pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp 4.296,78 miliar atau naik 29,82% dibandingkan triwulan I-2009 sebesar Rp3.309,76 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. Disisi lain aliran dana masuk (inflow) melalui RTGS pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp4.173,37 miliar atau naik 39,41% dibandingkan triwulan I-2009 sebesar Rp2.993,51 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. 40

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 6. KEUANGAN DAERAH 41 BAB 6. KEUANGAN DAERAH LAPORAN TRIWULANAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2007 42 BAB 6. KEUANGAN DAERAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 Pertumb Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV qtq MAKRO Laju

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 2008 2009 Pertumb Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2008 2009 2010 Pertumb Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III qtq

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci