KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung

2 Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. i

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Visi dan Misi Bank Indonesia... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Kata Pengantar... Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... Ringkasan Eksekutif... i ii iv v viii x xii BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Kondisi Umum Perkembangan PDRB Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor... 7 a. Ekspor... a. Impor Perkembangan PDRB Sisi Penawaran BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum Faktor-faktor Penyebab Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) Ekspektasi Inflasi Disagregasi Inflasi Boks I. Koordinasi TPID Sumbagsel dalam Menghadapi Gejolak Harga Beras BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Umum Perbankan Bank Umum Kelembagaan Bank Umum Perkembangan Aset Bank Umum Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Kualitas Kredit Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Intermediasi Bank Umum: LDR dan Kredit Baru Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Perkreditan Rakyat ii

4 Daftar Isi 4. Perkembangan Bank Syariah Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan Daerah Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Aliran Uang Kartal Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Penemuan Uang Palsu Perkembangan Kliring Dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Boks II. Batas Waktu Penukaran Uang yang Telah Dicabut BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pendapatan Daerah Belanja Daerah Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung Boks III. APBD Provinsi Lampung Vs Daerah Lainnya di Indonesia BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Ketenagakerjaan Kesejahteraan Indeks Penghasilan Kesejahteraan Petani Kemiskinan BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Pertumbuhan Prospek Inflasi Prospek Perbankan LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH iii

5 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan 2 Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS)... 9 Tabel 1.3 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB (%,yoy) Tabel 2.1 Jumlah Prognosa Kebutuhan vs Produksi Pangan Tabel 2.2 ARAM II Tabel 2.3 Sumbangan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Triwulanan (%).. 27 Tabel 3.1 Aset Perbankan Tabel 3.2 DPK Perbankan Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per September Tabel 3.5 Indikator Bank Umum Tabel 3.6 DPK Bank Umum Tabel 3.7 Kredit Bank Umum Tabel 3.8 Penyaluran Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja (dalam miliar Rp) Tabel 3.9 Aset dan DPK BPR Tabel 3.10 Indikator Perbankan Syariah Tabel 3.11 Perkembangan Penukaran Uang Triwulan III Tabel 3.12 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tabel 4.2 Belanja Daerah Provinsi Lampung Tabel 4.3 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung Tahun Tabel 4.4 Belanja Negara di Provinsi Lampung Tahun Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Tabel 5.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Tabel 5.3 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tabel 5.4 TKI Asal Lampung (orang) Tabel 5.5 Perbandingan NTP Tiap Wilayah Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tabel 6.1 Prognosa Kebutuhan (Penyediaan) Pangan Lampung Tahun iv

6 Daftar Grafik Daftar Grafik Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) Grafik 1.2 Sumbangan Komponen Permintaan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (%) Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Swasta... 4 Grafik 1.4 Konsumsi BBM Jenis Premium Subsidi... 4 Grafik 1.5 Konsumsi Listrik... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Aliran Uang Keluar (outflow)... 5 Grafik 1.7 Perkembangan Volume Impor Barang Konsumsi... 5 Grafik 1.8 Perkembangan Jasa Angkutan Udara (Bandara Raden Inten II)... 5 Grafik 1.9 Kredit Konsumsi... 5 Grafik 1.10 Perkembangan Nilai Tukar Petani... 5 Grafik 1.11 Perkembangan Konsumsi Pemerintah... 6 Grafik 1.12 Pembentukan Modal Tetap Bruto... 7 Grafik 1.13 Kredit Investasi... 7 Grafik 1.14 Perkembangan Volume Impor Alat Angkutan untuk Industri (ton)... 7 Grafik 1.15 Penjualan Semen... 7 Grafik 1.16 Pertumbuhan Indeks Produksi Manufaktur Besar Sedang... 8 Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Lampung... 8 Grafik 1.18 Porsi Negara Tujuan Ekspor... 8 Grafik 1.19 Impor Lampung dalam PDRB Grafik 1.20 Perkembangan Volume Impor Makanan dan Minuman untuk Rumah Tangga (ton) Grafik 1.21 Porsi Negara Pengimpor Grafik 1.22 Pangsa Impor Komoditas Berdasarkan BEC Grafik 1.23 Pangsa PDRB Sektoral Triwulan II Grafik 1.24 Pangsa PDRB Sektor Triwulan III Grafik 1.25 PDRB Sektor Pertanian (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) Grafik 1.26 PDRB Sektor Industri Pengolahan (Berdasarkan Harga Konstan 2000). 15 Grafik 1.27 Volume Penjualan BBM Non Subsidi (Ribu Kilo Liter) Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Impor (dalam ribu US$) Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Sektor Industri (dalam miliar Rp) Grafik 1.30 PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (Berdasarkan Harga Konstan 2000) Grafik 1.31 Penjualan Listrik di Provinsi Lampung Grafik 1.32 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau (unit) Grafik 1.33 PDRB Sektor PHR (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) v

7 Daftar Grafik Grafik 1.34 PDRB Sektor Pengangkutan dan Konsumsi (Berdasarkan Harga Konstan 2000) Grafik 1.35 Perkembangan Aktivitas Bandara Raden Inten II Tahun Grafik 1.36 PDRB Sektor Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (Berdasarkan Harga Konstan 2000) Grafik 1.37 Grafik 1.38 Grafik 1.39 Grafik 1.40 Grafik 1.41 Penyaluran Kredit Perbankan (dalam miliar Rp)... PDRB Sektor Bangunan (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000)... PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000)... PDRB Sektor Jasa-Jasa (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000)... Saldo Bersih Realisasi Dunia Usaha Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung VS Nasional dan Sumatera (%) Grafik 2.2 Harga Komoditas Kelompok Bahan Makanan & Makanan Jadi (Rp/Kg) Grafik 2.3 Harga Komoditas Kelompok Sandang Grafik 2.4 Harga Komoditas Kelompok Perumahan (Rp/Sak dan Rp/Liter) Grafik 2.5 Sumbangan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Bulanan (%) Grafik 2.6 Inflasi Tahunan Kelompok Pengeluaran (%, yoy) Grafik 2.7 Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang/Jasa Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi (%,yoy) Grafik 2.9 Kontribusi Tiap Kelompok terhadap Inflasi Tahunan Triwulan III-2011 (%) Grafik 3.1 NPL Perbankan (%) Grafik 3.2 LDR Perbankan di Lampung (%) Grafik 3.3 Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Lokasi Grafik 3.4 Porsi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Berdasarkan Lokasi Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum (%) Grafik 3.6 Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah (%) Grafik 3.7 Perkembangan Suku Bunga Deposito Bank Umum (%) Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga dan Spread Suku Bunga Bank Umum (%) Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Grafik 3.10 Tingkat Intermediasi Bank Umum Berdasarkan Lokasi (%) Grafik 3.11 Pertumbuhan Kredit Mikro Kecil Menengah Grafik 3.12 Penyaluran Kredit MKM Berdasarkan Lokasi Grafik 3.13 Perkembangan KUR Grafik 3.14 Perkembangan Kredit BPR Grafik 3.15 Perkembangan LDR BPR (%) vi

8 Daftar Grafik Grafik 3.16 Perkembangan Perbankan Syariah Grafik 3.17 Perkembangan Aliran Uang Kartal Grafik 3.18 Perkembangan PTTB dan Inflow di KBI Bandar Lampung Grafik 3.19 Komposisi Penemuan Uang Palsu Trw III Grafik 3.20 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Trw III Grafik 5.1 Keyakinan Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 5.2 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung Per Sub Sektor Grafik 5.4 Perkembangan Harga Komoditas Perkebunan Grafik 5.5 Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Lampung Grafik 5.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Lampung Grafik 6.1 Saldo Bersih Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha (%) Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Pengeluaran Konsumen 3 Bulan YAD Grafik 6.3 Perkembangan Harga Komoditas Dunia Grafik 6.4 Siklus PDRB Lampung (Metode Bry Boschan) Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang dan Jasa Grafik 6.6 Ekspektasi Pelaku Usaha terhadap Harga Barang dan Jasa 3 Bulan YAD vii

9 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung Triwulan III-2011 akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 6 Tahun 2009 bahwa Bank Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara cermat mengamati dan memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi terutama yang terkait dengan sumber-sumber tekanan inflasi. Seiring dengan penerapan otonomi daerah pada tahun 2001, posisi ekonomi regional semakin memiliki peranan yang vital dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga. Perkembangan ini merupakan sesuatu yang diharapkan banyak pihak bahwa aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di berbagai daerah, sehingga disparitas antar daerah semakin tipis. Terkait dengan hal tersebut di atas, Bank Indonesia Bandar Lampung melakukan pengamatan serta memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan regional Lampung secara menyeluruh dan Kajian Ekonomi Regional Provinsi evaluasi terhadap perkembangan ekonomi daerah Lampung dilakukan dengan berbagai pihak terutama para pembina sektor dari dinas-dinas Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta dengan para akademisi dari Universitas Lampung. Pada triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi Lampung mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi penawaran, seluruh sektor mengalami perlambatan kecuali sektor jasa-jasa, sedangkan di sisi permintaan hampir seluruh komponen mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan triwulan lalu, kecuali konsumsi swasta. Bahkan ekspor netto mengalami penurunan yang cukup signifikan karena kinerja ekspor yang menurun ditengah aktivitas impor yang terus meningkat. Sementara itu, perbankan Lampung masih menunjukkan peningkatan kinerja. Hal ini tercermin dari DPK, kredit, maupun kualitas kredit perbankan yang terus membaik. Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Universitas Lampung, dan Badan Pusat Statistik viii

10 Kata Pengantar Provinsi Lampung. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu untuk terus disempurnakan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan dimasa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi langkah kita dalam bekerja. Bandar Lampung, November 2011 BANK INDONESIA BANDAR LAMPUNG Gandjar Mustika Pemimpin ix

11 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO III IV II III IV I II III Indeks Harga Konsumen * 123,55 123,24 126,55 132,10 135,50 137,00 137,21 140,37 Laju Inflasi (y-o-y) 5,22 4,18 7,39 6,92 9,95 10,99 8,42 6,26 PDRB - harga konstan (miliar Rp) Pertanian 3.859, , , , , , , ,78 Pertambangan & Penggalian 190,07 185,63 176,20 182,60 183,13 179,88 183,22 188,06 Industri Pengolahan 1.274, , , , , , , ,01 Listrik, Gas & Air Bersih 32,46 32,77 35,55 36,30 38,41 39,27 39,93 40,51 Bangunan 452,22 457,96 458,26 474,79 466,44 476,38 496,99 512,85 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.492, , , , , , , ,30 Pengangkutan & Komunikasi 620,82 614,60 680,96 741,88 733,02 741,94 779,01 828,46 Keuangan, sewa & Jasa Pershn 785,66 881,29 951, , , , , ,62 Jasa-jasa 718,33 705,47 722,81 759,96 754,86 744,32 812,09 915,88 Pertumbuhan PDRB (y-o-y) 5,92 4,42 4,25 6,23 6,95 6,89 7,88 5,83 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 621,97 642,12 565,56 693,01 761,63 713,69 994,75 778,04 Volume Ekspor (ribu ton) 1.177, ,67 668,67 957, , , , ,71 Nilai Impor (USD Juta) 127,55 87,48 167,00 182,06 171,91 238,99 233,66 288,68 Volume Impor (ribu ton) 136,66 119,64 247,52 295,27 260,98 402,03 351,94 324,92 *) IHK tahun dasar 2007 (2007 = 100) 2011 b. Sistem Pembayaran INDIKATOR III IV I II III IV I II III Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) 0,44 1,45 1,54 0,93 0,42 0,23 0,60 0,33 0,18 Inflow (Rp Triliun) 1,10 1,05 1,21 0,68 1,67 1,35 1,50 1,29 2,93 Outflow (Rp Triliun) 1,16 0,46 0,41 1,14 1,68 1,48 0,70 1,42 2,01 Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 521, , , ,909 1,119,689 1,224, ,87 Nominal Transaksi RTGS (Rp Triliun) 23,36 29,52 28,74 36,51 36,65 37,83 29,80 32,68 32,76 Volume Transaksi RTGS (lembar) Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) 389,38 476,20 471,21 588,89 591,05 600,49 480,64 535,68 528,46 Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 389,28 501,10 483,92 577,18 572,23 601,08 461,74 519,51 517,76 Nominal Kliring Kredit (Rp Triliun) 0,29 0,32 0,30 0,35 0,35 0,29 0,35 0,37 0,39 Volume Kliring Kredit (lembar) Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 4,88 5,16 4,99 5,64 5,65 4,68 5,65 6,10 6,28 Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 376,33 379,47 373,77 406,05 396,89 330,02 381,06 416,54 416,02 Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) 4,70 4,61 4,56 4,95 5,38 4,48 5,64 5,90 6,41 Volume Kliring Debet (lembar) Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) 0,08 0,07 0,07 0,08 0,09 0,07 0,09 0,10 0,10 Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (lembar) 2.430, , , , , , , , ,15 Nominal Kliring Pengembalian (Rp Triliun) 0,066 0,057 0,083 0,059 0,072 0,066 0,073 0,081 0,087 Volume Kliring Pengembalian (lembar) Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 1,11 0,92 1,36 0,95 1,16 1,06 1,17 1,32 1,40 Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) 42,30 36,68 39,38 41,55 45,24 35,79 44,42 47,84 48,13 Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp Triliun) 0,052 0,043 0,064 0,048 0,058 0,052 0,058 0,07 0,73 x

12 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung c. Perbankan INDIKATOR PERBANKAN I II III IV I II III PERBANKAN B ank Umum : Total Aset (Triliun Rp) DPK (Triliun Rp) Giro Tabungan Deposito Kredit (Triliun Rp)- berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi kantor cabang) Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp) Kredit Mikro (< Rp50 Juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil (Rp50 Juta < X < Rp500 juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah (Rp500jt < X < Rp5m) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit MKM (Triliun Rp) NPL MKM Gross (%) BPR Total Asset (Triliun Rp) Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) Tabungan Simpanan Berjangka Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Milyar Rp) Rasio NPL Gross(%) Rasio NPL Net(%) LDR (%) xi

13 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Triwulan III / 2011 Ekonomi tumbuh melambat dibandingkan triwulan II-2011 Perkembangan Ekonomi Ekonomi Lampung pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 5,83% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2011 sebesar 7,30% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang terjadi berada dalam kisaran angka proyeksi KBI Bandar Lampung sebesar 5,42%±1% (yoy). Seluruh sektor mengalami perlambatan, kecuali sektor jasa-jasa. Sektor pertanian masih menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, panen komoditas sub sektor tanaman pangan yang telah berlalu dan penurunan produksi sub sektor perkebunan menyebabkan sektor pertanian pada periode ini hanya memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,83%, menurun dibandingkan triwulan II-2011 (2,09%), atau hanya menjadi penyumbang terbesar ketiga setelah sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan & komunikasi dengan sumbangan masing-masing sebesar 1,56% dan 0,86%. Di wilayah Sumatera, pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan III-2011 berada pada urutan ke 3 terendah setelah Riau (3,93%) dan NAD (5,03%), sedangkan pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Provinsi Jambi, yaitu mencapai 9,10% (yoy). Secara tahunan, inflasi Inflasi Inflasi kota Bandar Lampung pada triwulan III-2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 2,3% (qtq) dari 0,15% (qtq) pada triwulan II Sedangkan secara tahunan, inflasi tahunan kota Bandar Lampung mengalami penurunan dari 8,42% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi 6,26% (yoy) pada triwulan laporan. xii

14 Ringkasan Eksekutif Meningkatnya inflasi baik bulanan maupun triwulanan pada triwulan laporan menyebabkan inflasi tahunan kota Bandar Lampung masih lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yaitu sebesar 4,61% (yoy). Berdasarkan kontribusinya terhadap inflasi tahunan sebesar 6,26% (yoy), core inflation memberikan sumbangan terbesar yaitu 3,28%, disusul komponen administered price yang menyumbang inflasi 1,91%, serta inflasi volatile foods yang menyumbang 1,07%. Inflasi yang berasal dari komponen administered price terutama dipicu oleh kenaikan harga yang terjadi pada komoditas rokok dan penyesuaian tarif parkir yang diberlakukan pada bulan September Perbankan Daerah Secara umum, terjadi peningkatan kinerja perbankan... Inflow meningkat tajam.. Kinerja perbankan Lampung pada triwulan III-2011 secara umum menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini tercermin oleh indikator utama seperti Dana Pihak Ketiga (DPK), kredit, dan kualitas kredit yang mengalami pertumbuhan. Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp21,997 trilun, mengalami peningkatan sebesar 3,54% (qtq) atau 19,37% (yoy). Outstanding kredit mencapai Rp25,413 triliun, tumbuh sebesar 3,63% (qtq) dan 19,63% (yoy). Peningkatan tersebut diiringi oleh perbaikan kualitas kredit, dimana rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan mengalami penurunan dari 3,4% pada triwulan II-2011 menjadi 3,31% pada akhir triwulan laporan. Namun demikian, secara triwulanan terjadi sedikit penurunan nilai aset perbankan sebesar 2,88% (qtq) atau menjadi Rp40,278 triliun. Sementara itu, transaksi sistem pembayaran tunai antara bank umum di Lampung dengan Bank Indonesia selama triwulan III-2011 menunjukkan net inflow. Jumlah aliran uang kartal yang masuk (inflow) ke Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung pada periode laporan tercatat sebesar Rp2,93 triliun, meningkat sebesar xiii

15 Ringkasan Eksekutif 127,47% dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal yang sama terjadi pada aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) yang mengalami peningkatan sebesar 41,62%, dari Rp1,41 triliun menjadi Rp2 triliun. Peningkatan tajam jumlah outflow pada triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya permintaan uang kartal yang signifikan seiring dengan tingginya kebutuhan konsumsi masyarakat pada bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri, penarikan uang kartal sehubungan dengan realisasi APBD di triwulan III-2011, pembayaran gaji pegawai dan Tunjangan Hari Raya (THR) serta keperluan perbankan dalam rangka pengisian ATM menghadapi cuti bersama Idul Fitri. Belanja pemerintah meningkat... Keuangan Daerah Realisasi pendapatan Provinsi Lampung hingga Agustus 2011 mencapai Rp1,64 triliun atau 75,80% dari target pendapatan sebesar Rp2,16 triliun. Berdasarkan komponennya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) memperoleh pencapaian tertinggi, yaitu sebesar 81,42% dari target, diikuti oleh Dana Perimbangan dan Lain-Lain PAD yang Sah dengan nilai realisasi masing-masing sebesar 71,79% dan 51,75%. Sementara itu, realisasi belanja daerah kumulatif hingga Agustus 2011 mencapai Rp1,33 triliun atau 61,32% dari target sebesar Rp2,18 triliun. Pengangguran meningkat... Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Pada triwulan III-2011, kondisi ketenagakerjaan di Lampung mengalami sedikit penurunan meskipun kesejahteraan masyarakat masih cukup baik. Indikator ketenagakerjaan pada bulan Agustus 2011 menunjukkan penurunan dibandingkan bulan Februari Jumlah penduduk yang bekerja menurun 4,5% seiring menurunnya jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian akibat musim kemarau yang cukup panjang, tingkat pengangguran sedikit meningkat sebesar 0,54%, dan persentase jumlah penduduk miskin menurun 12,24%. Di sisi xiv

16 Ringkasan Eksekutif lain, tingkat kesejahteraan masyarakat Lampung masih mengalami peningkatan didorong oleh meningkatnya pendapatan sebagaimana tercermin dari indeks penghasilan dan peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) di Lampung. Ekonomi Lampung diperkirakan mengalami pertumbuhan melambat... Prospek Perekonomian Ekonomi Lampung triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4.97% % (yoy), melambat dibandingkan triwulan III Namun demikian, pertumbuhan ekonomi secara kumulatif tahun 2011 mencapai 6,15% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 yang mencapai 5,75% (yoy). Pada triwulan IV-2011, pertumbuhan ekonomi di sisi penawaran dipicu oleh peningkatan output di sektor PHR dan sektor pengangkutan & komunikasi yang terakselerasi seiring adanya MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibiton) pada awal triwulan. Di sisi permintaan, konsumsi rumah tangga yang diprediksi kembali meningkat seiring momen Natal dan Tahun Baru. Konsumsi pemerintah daerah juga mengalami trend peningkatan sejalan dengan realisasi proyek pembangunan daerah di semester II Kinerja investasi juga diprediksi terus membaik sejalan dengan trend permintaan domestik maupun luar negeri yang masih terjaga. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tertahan oleh kinerja ekspor yang diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Inflasi mengalami trend menurun... Berdasarkan perkembangan kondisi riil yang terjadi sepanjang triwulan II dan III, maka proyeksi inflasi tahun 2011 mengalami perubahan menjadi 4,8%-5,8% (yoy). Dengan demikian, inflasi Bandar Lampung mengalami trend penurunan dibandingkan inflasi tahun 2010 yang mencapai 9,95% (yoy). Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu naiknya indeks harga xv

17 Ringkasan Eksekutif secara umum pada triwulan IV yang disebabkan oleh tekanan harga pada kelompok volatile foods terutama beras dan sayuran. Sementara itu, tekanan harga yang terjadi pada komoditas administered dan core inflation diprediksi cenderung minimal meskipun terdapat tendensi kenaikan permintaan komoditas menghadapi momen Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru. xvi

18 Kondisi Makro Ekonomi Regional BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 1. KONDISI UMUM Ekonomi Lampung pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 5,83% (yoy) atau mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2011 yang mencapai 7,30% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang terjadi berada dalam kisaran angka proyeksi KBI Bandar Lampung sebesar 5,42%±1% (yoy). Seluruh sektor mengalami perlambatan, kecuali sektor jasa-jasa. Sektor pertanian masih menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, panen komoditas sub sektor tanaman pangan yang telah berlalu dan penurunan produksi sub sektor perkebunan karena musim kering menyebabkan sektor pertanian pada periode ini hanya memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,83%, menurun dibandingkan triwulan II-2011 (2,09%), atau hanya menjadi penyumbang terbesar ketiga setelah sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan & komunikasi dengan sumbangan masing-masing mencapai 1,56% dan 0,86%. Pada periode ini, output Lampung yang memiliki porsi sebesar 1,73% dari total output nasional (2010) mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional maupun Sumatera yang masing-masing tumbuh sebesar 6,50% (yoy) dan 6,13% (yoy). Di wilayah Sumatera, pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan III-2011 berada pada urutan ke 3 terendah setelah Riau (3,93%) dan NAD (5,03%), sedangkan pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Provinsi Jambi, yaitu mencapai 9,10% (yoy). 15,000 10,000 5,000 - Grafik 1.1 Perkembangan PDRB & Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) miliar Rp % I II III IV I II III IV I II III Nilai PDRB-axis kiri growth (yoy)-axis kanan growth (qtq)-axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung 1

19 Kondisi Makro Ekonomi Regional 2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN Pada periode ini, hampir seluruh komponen mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan triwulan lalu, kecuali konsumsi swasta. Bahkan ekspor netto mengalami penurunan yang cukup signifikan karena kinerja ekspor yang menurun ditengah aktivitas impor yang terus meningkat. Konsumsi swasta tumbuh 5,43% (yoy), konsumsi pemerintah tumbuh 1,43%, PMTDB meningkat 9,88 (yoy), sedangkan ekspor netto menurun 13,60% (yoy). Dengan demikian, dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,83% (yoy) pada triwulan III-2011, sektor konsumsi swasta masih memberikan sumbangan pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 3,06%, diikuti PMTDB sebesar 1,55%, dan konsumsi pemerintah sebesar 0,19%. Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan PDRB Berdasarkan Penggunaan PDRB (% yoy) I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11 II-11 III-11 Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah (1.01) Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok (41.41) (112.75) (15.76) 7.56 (60.77) (96.60) (62.13) Ekspor Netto (18.12) (13.60) Ekspor (18.12) Impor (40.24) (9.35) (0.79) Sumber: BPS Provinsi Lampung Grafik 1.2 Sumbangan Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (%) (0.55) (1.00) (2.00) Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah PMTDB Perubahan Stok Ekspor Netto (3.00) (4.00) Trw III Trw II (2.77) Sumber: BPS Provinsi Lampung 2

20 Kondisi Makro Ekonomi Regional 2.1. Konsumsi Konsumsi swasta yang memiliki porsi terbesar dalam struktur ekonomi Lampung dari sisi permintaan mengalami pertumbuhan sebesar 5,43% (yoy), mengalami percepatan dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2011 sebesar 5,24% (yoy). Dengan demikian, sumbangan komponen ini terhadap pertumbuhan ekonomi masih tetap menjadi yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya, yaitu sebesar 3,60%. Peningkatan komponen rumah tangga pada periode ini berkaitan dengan adanya momen bulan Ramadhan diiringi hari raya Idul Fitri yang mendorong kenaikan pengeluaran rumah tangga baik terhadap komoditas pangan, sandang, hingga rekreasi. Hal ini terlihat dari output beberapa sektor di sisi penawaran yang mengalami akselerasi dibandingkan triwulan II Indikator yang mendukung peningkatan konsumsi rumah tangga diantaranya adalah kenaikan jumlah konsumsi BBM, kenaikan jumlah penumpang angkutan darat, laut, dan udara, kenaikan konsumsi listrik masyarakat serta peningkatan jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) pada triwulan III Konsumsi BBM subsidi jenis premium meningkat 11,26% (qtq), jumlah penumpang pesawat (keberangkatan) meningkat 6,83% (qtq) dengan jumlah muatan bagasi meningkat 35,01% (qtq), konsumsi listrik meningkat 9,18% (qtq), sedangkan jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) yang mengindikasikan peningkatan transaksi kas perbankan yang mengalami peningkatan hingga mencapai 41,62% (qtq). Indikator lainnya yaitu impor barang konsumsi dan penyaluran kredit konsumsi perbankan yang juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu, yaitu masing-masing sebesar 57,92% (qtq) dan 8,43% (qtq). Di perkotaan, peningkatan konsumsi masyarakat didorong oleh terjaganya daya beli masyarakat karena adanya Tunjangan Hari Raya pada periode ini yang tercermin dari peningkatan realisasi belanja PNSD yang bersumber dari APBN yang tumbuh 22,56% (qtq), sedangkan peningkatan konsumsi masyarakat pedesaan ditopang oleh kenaikan daya beli petani karena masa panen komoditas pertanian yang tercermin dari NTP seluruh sektor yang tumbuh sebesar 0,84% (qtq). Secara umum, peningkatan konsumsi masyarakat periode ini ditopang oleh kenaikan pendapatan yang tercermin dari nilai indeks pendapatan rumah tangga triwulan III-2011 yang meningkat 6,32% (qtq). Di sisi lain, konsumsi pemerintah pada triwulan III-2011 tercatat masih mengalami pertumbuhan meskipun melambat dibandingkan triwulan II Dalam PDRB, pengeluaran pemerintah yang mencakup seluruh pengeluaran baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah di Lampung pada periode ini mencapai Rp1,353 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 23,83% (qtq) atau 1,43% (yoy). Realisasi konsumsi pemerintah secara 3

21 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Jan Feb Mar Trw I Apr Mei Jun Trw II Jul Ags Sept Trw III Oct Nov Des Trw IV Jan Feb Mar Trw I Apr Mei Jun Trw II Jul Agst Sept Trw III Kondisi Makro Ekonomi Regional nominal pada periode ini merupakan yang terbesar dibandingkan triwulan I dan II Hal ini tercermin dari posisi giro milik pemerintah pusat dan daerah yang mengalami penurunan sebesar 3,95% (qtq) atau menjadi Rp1,71 triliun. Grafik 1.3 miliar Rp Perkembangan Konsumsi Swasta % 6,200 6,000 5,800 5,600 5,400 5,200 5,000 4,800 4,600 4, I II III IV I II III IV I II III Konsumsi Swasta yoy - axis kanan qtq - axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung ribu kiloliter Grafik 1.4 Konsumsi BBM Jenis Premium Subsidi Ribu KwH 700, , , , , , ,000 - Grafik 1.5 Konsumsi Listrik Tw I-10 Tw II-10 Tw III-10 Tw IV-10 Tw I-11 Tw II-11 Tw III-11 Sumber : Depot Pertamina Panjang Sumber : PT PLN Wilayah Lampung 4

22 Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Indeks Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Jan-10 Mar-10 May-10 Jun-10 Aug-10 Nov-10 Jan'11 Mar'11 Mei'11 Jul'11 Sep'11 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV TW.I TW.II TW.III Kondisi Makro Ekonomi Regional juta Rp 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - Grafik 1.6 Perkembangan Aliran Uang Keluar (Outflow) ton 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Grafik 1.7 Perkembangan Volume Impor Barang Konsumsi Sumber : Bank Indonesia Bandar Lampung Grafik 1.8 Perkembangan Jasa Angkutan kg Udara 400,000 (Bandara Rd. Inten II) 300, , ,000 - orang 60,000 40,000 20,000 - Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Grafik 1.9 Miliar Rp Kredit Konsumsi % 10, ,000 6,000 4,000 2, Jumlah Penumpang (berangkat) - axis kanan Bagasi (Muat) - axis kiri Sumber : Bandara Radin Inten II Kredit Konsumsi yoy - axis kanan Sumber : LBU dan LBUS 125 Grafik 1.10 Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber : BPS Provinsi Lampung 5

23 Kondisi Makro Ekonomi Regional miliar Rp 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Grafik 1.11 Perkembangan Konsumsi Pemerintah 1, % (2) Sumber : BPS Provinsi Lampung Konsumsi Pemerintah (harga konstan 2000) growth (yoy)-rhs 2.2. Investasi Pada triwulan III-2011, komponen PMTDB yang mencerminkan pembuatan atau pembelian barang modal baru (investasi) dari dalam negeri dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri mengalami pertumbuhan sebesar 1,89% (qtq) atau 9,88% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan PMTDB secara tahunan mengalami perlambatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan II-2011 yang tumbuh mencapai 12,86% (yoy). Pertumbuhan komponen PMTDB pada triwulan ini searah dengan aktivitas sektor ekonomi hulu maupun hilir yang mengalami peningkatan karena demand yang masih terjaga. Hasil liaison triwulan III-2011 menunjukkan tendensi adanya peningkatan investasi jangka panjang beberapa perusahaan pada periode ini, terutama sektor perkebunan karena demand yang diprediksi terus meningkat. Indikator peningkatan investasi diantaranya kenaikan impor alat angkutan untuk industri, kenaikan kredit investasi, serta kenaikan volume penjualan semen. Volume impor alat angkutan untuk industri tumbuh sangat signifikan sebesar 3.430% (qtq), kredit investasi tumbuh 2,92% (qtq), serta volume penjualan semen tumbuh 10,73% (qtq). Selain itu, berdasarkan data investasi Badan Penanaman Modal Provinsi Lampung, hingga triwulan III-2011 telah terjadi realisasi PMA dan PMDN masing-masing sebesar Rp1,29 triliun dan Rp3,09 triliun. 6

24 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan'11 Mar'11 Mei'11 Jul'11 Sep'11 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.12 miliar Rp Pembentukan Modal Tetap Bruto % 2, ,500 1, I II III IV I II III IV I II III PMTB Growth (yoy)-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.13 miliar Rp Kredit Investasi % 5, ,000 3,000 2,000 1,000 0 I II III IV I II III IV I II III Kredit Investasi Sumber : LBU dan LBUS growth (qtq)-rhs Grafik 1.14 Perkembangan Volume Impor Alat Angkutan untuk Industri (ton) ton Grafik ,000 Penjualan Semen 400, , , , Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Sumber : berbagai sumber (diolah) 2.3. Ekspor-Impor a. Ekspor Berdasarkan data PDRB, kegiatan ekspor Lampung pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 27,96% (qtq) atau 0,09% (yoy), jauh melambat dibandingkan triwulan II Dengan memperhitungkan aktivitas impor yang meningkat, maka ekspor netto pada periode ini mengalami penurunan hingga 13,60% (yoy). Hampir seluruh komoditas utama ekspor Lampung mengalami penurunan. Ekspor kelompok kopi, teh, dan rempah-rempah menurun 28,26% (qtq), kelompok lemak & minyak hewan/nabati menurun 27,77% (qtq), bahan bakar mineral menurun 28,37% (qtq), kakao menurun 27,46% (qtq), sedangkan olahan buah-buahan dan sayuran menurun 17,05% (qtq). Selain disebabkan oleh penurunan produksi karena musim kering berkepanjangan pada periode ini, musim panen yang telah berakhir serta harga komoditas di pasar dunia yang mengalami trend melambat juga mendorong penurunan nilai ekspor lebih lanjut. 7

25 Kondisi Makro Ekonomi Regional Berdasarkan penggolongan ISIC, komoditas industri manufaktur ekspor Lampung yang memiliki porsi sebesar 66,37% dari keseluruhan ekspor Lampung mengalami penurunan 20,50% (qtq), sedangkan sektor pertanian dan sektor pertambangan & penggalian masingmasing mengalami penurunan 22,5% (qtq) dan 27,80% (qtq). Hal ini sejalan dengan indeks produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) triwulan III-2011 yang menunjukkan penurunan produksi sektor industri sebesar 0,27% (qtq) atau 15,38% (yoy). Bila melihat negara tujuan ekspor Lampung, 5 negara yang memegang porsi terbesar dari total ekspor Lampung pada periode ini adalah India, Amerika Serikat, Jepang, dan Italia, dengan pangsa masing-masing sebesar 14,77%, 11,72%, 10,80%, dan 9,16%. Bila dibandingkan triwulan III-2010, telah terjadi shifting negara tujuan ekspor, dimana India menggantikan posisi Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor terbesar Lampung Grafik 1.16 Pertumbuhan Indeks Produksi Manufaktur Besar-Sedang (%/qtq) Sumber : BPS Provinsi Lampung Provinsi Lampung Industri Karet Industri Kayu ribu USD 1,200,000 1,000, , , , ,000 - Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Lampung I II III IV I II III IV I II III Nilai qtq-rhs yoy-rhs Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia % Eropa 24.6% Grafik 1.18 Porsi Negara Tujuan Ekspor Afrika 6.3% Amerika 13.2% Australia 3.2% Asia 52.6% Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia 8

26 Kondisi Makro Ekonomi Regional Komoditas Utama Ekspor Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS) Trw III-10 Trw IV-10 Trw I-11 Trw II-11 Trw III-11 ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) 1. Kopi, Teh, Rempah-rempah 215, , , , , Bubur Kayu / Pulp 48, , , , , Ikan dan Udang 36, , , , , Lemak & Minyak Hewan / Nabati 184, , , , , Bahan Bakar Mineral 59, , , , , Karet dan Barang dari Karet 24, , , , , Kayu, Barang dari Kayu 1, , , , , Hasil Penggilingan 1, , , , , Olahan dari Buah-buahan / Sayuran 33, , , , , Ampas / Sisa Industri Makanan 5, , , , , Berbagai Makanan Olahan 3, , , , , Minuman 4, , , , , Berbagai Produk Kimia 3, , , , , Kaca & Barang dari Kaca Olahan dari Tepung , Bahan Kimia Organik 10, , , , , Gula dan Kembang Gula 13, , , , , Kakao / Coklat 15, , , , , Buah-buahan , , , , Sari Bahan Samak & Celup Lak, Getah dan Damar Sayuran Sabun dan Preparat Pembersih , Perekat, Enzim Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 3, , , , Lain-lain 25, , , , , Total 693, , , , , Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia b. Impor Berdasarkan data PDRB, impor Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 3,45% (qtq) atau 60,05% (yoy). Peningkatan impor ini selain menyebabkan ekspor netto mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2011, juga memberikan perlambatan bagi pertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 yaitu sebesar -2,77%, jauh menurun dibandingkan sumbangan pada triwulan II-2011 sebesar 2,31%. Tingginya konsumsi masyarakat menjelang hari raya diperkirakan memicu peningkatan impor barang konsumsi di Lampung. Menurut penggolongan BEC, volume impor barang konsumsi makanan dan minuman olahan untuk rumah tangga tumbuh sebesar 111,57% (qtq). Sementara itu menurut penggolongan HS 2 digit, binatang hidup yang memiliki porsi kedua terbesar impor Lampung (12,64%), mengalami pertumbuhan volume hingga 91% (qtq). Hal ini terjadi karena tingginya kebutuhan daging sapi menjelang hari raya Idul Fitri. Bila melihat asal negara, sebagian besar barang impor Lampung berasal dari Kanada (17,30%), Jepang (15,25%), Australia (12,99%), dan RRC (11,09%). 9

27 Jan-10 Mar-10 May-10 Jun-10 Aug-10 Nov-10 Jan'11 Mar'11 Mei'11 Jul'11 Sep'11 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.19 miliar Rp Impor Lampung dalam PDRB % 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, I II III IV I II III IV I II III Nilai Impor qtq-rhs yoy-rhs ,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Grafik 1.20 Perkembangan Volume Impor Makanan dan Minuman untuk Rumah Tangga (ton) - Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) Australia 13.0% Eropa 12.4% Grafik 1.21 Porsi Negara Pengimpor Afrika 0.4% Amerika 29.4% 21% Grafik 1.22 Pangsa Impor Komoditas Berdasarkan BEC 6% Asia 44.8% 73% Barang konsumsi Bahan baku penolong Barang modal Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) 10

28 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.3 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Komoditas Utama Impor Trw Trw Trw Trw Trw Trw II-2010 III-2010 IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 US$ US$ 1. Pupuk 38,096,078 25,724,238 6,261,796 45,063,601 55,350,650 71,785, Binatang Hidup 32,780,848 36,844,836 30,558,375 27,605,877 17,609,343 36,487, Ampas / Sisa Industri Makanan 6,277,847 7,623,908 11,156,835 15,726,540 19,311,770 28,802, Besi dan Baja 15,352 1,449, , ,445 1,105, , Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 18,985,248 17,819,629 26,042,325 9,375,854 44,105,397 56,408, Gula dan Kembang Gula 40,044,364 40,945,764 35,633,512 53,391,344 18,326, , Hasil Penggilingan 822,888 3,107,027 3,691,587 4,083,850 2,144,259 3,961, Mesin / Peralatan Listik 477, ,451 3,762,353 1,794,048 11,301,999 13,700, Plastik dan Barang dari Plastik 502, , ,061 1,275,138 1,558, , Benda-benda dari Besi dan Baja 1,157,525 14,570,749 1,033, ,538 1,778,167 8,328, Berbagai Makanan Olahan 2,100,378 1,966,859 2,616,744 2,735,799 2,643,496 2,886, Garam, Belerang, Kapur 1,462,836 1,135,195 2,120,977 1,599,726 2,529,722 1,723, Bahan Kimia Organik 2,313,497 2,450,448 2,131,822 2,577,967 2,153,888 1,018, Bahan Kimia Anorganik 551, ,926 1,172, , ,881 1,018, Berbagai Produk Kimia 216, , , , , , Kain Perca 1,340,792 1,549, , ,464 1,230, , Gandum-ganduman 3,519,650 1,981,960 29,515,870 47,985,673 15,050,459 14,234, Berbagai Barang Logam Dasar 182, , ,696 1,475,458 1,781,631 1,158, Bahan Bakar Mineral Biji-bijian berminyak 10,690,183 17,209,525 7,943,253 13,762,006 22,629,500 10,123, Kendaraan dan Bagiannya 2,323,859 1,174, , ,486 1,258,144 1,336, Kaca & Barang dari Kaca 518, , ,791 1,018, ,533 1,329, Lemak & Minyak Hewan / Nabati 0 68,700 13, , , , Perekat, Enzim 137, , , , , , Produk Hewani 0 63,551 99, ,202 65,794 30, Lain-lain 2,481,658 2,882,630 4,433,023 5,219,538 9,218,154 30,463,642 Total 166,998, ,055, ,912, ,999, ,665, ,678,157 Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) US$ US$ US$ US$ 3. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN Berdasarkan sisi penawaran, seluruh sektor pada triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan, namun secara umum melambat dibandingkan triwulan II Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 20,52% (yoy), diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 11,67% (yoy) dan sektor listrik, gas & air bersih sebesar 11,59% (yoy). Sementara itu, sektor pertanian yang memiliki porsi terbesar dalam struktur ekonomi Lampung mengalami pertumbuhan terendah, yaitu sebesar 2,13% (yoy), jauh melambat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat mengalami pertumbuhan hingga 5,19% (yoy). Bila dibandingkan triwulan II-2011, hanya sektor bangunan yang mengalami pertumbuhan lebih tinggi, sedangkan ke 8 sektor lainnya mengalami pertumbuhan melambat. 11

29 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB (%, yoy) Sektor Q I 2011 (qtq) Q I 2011 (yoy) Q II 2011 (qtq) Q II 2011 (yoy) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB dengan Migas Sumber: BPS Provinsi Lampung Q III 2011 (qtq) Q III 2011 (yoy) Bila melihat strukturnya, ekonomi Lampung sampai dengan triwulan III-2011 masih bertumpu pada sektor pertanian yang memiliki porsi hingga mencapai 34,99% meskipun porsi sektor ini mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2011 sebesar 36,20%. Penurunan output pada sektor ini mengindikasikan adanya peningkatan porsi pada sektor lainnya, diantaranya sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor pengangkutan & komunikasi yang terakselerasi cukup signifikan karena adanya momen bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Grafik 1.23 Pangsa PDRB sektoral Triwulan II-2011 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.1% Pengangkut an & Komunikasi 11.1% Perdagangan, Hotel & Restoran 15.1% Jasa-jasa 9.6% Bangunan 3.5% Listrik, Gas & Air Bersih 0.5% Pertanian 36.2% Pertambang an & Penggalian 1.8% Industri Pengolahan 16.0% Grafik 1.24 Pangsa PDRB sektoral Triwulan III-2011 Pengangkuta n & Komunikasi 11.5% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.2% Perdagangan, Hotel & Restoran 15.7% Jasa-jasa 10.0% Bangunan 3.6% Listrik, Gas & Air Bersih 0.5% Pertanian 35.0% Pertambang an & Penggalian 1.9% Industri Pengolahan 15.6% Sumber: BPS Provinsi Lampung 12

30 Kondisi Makro Ekonomi Regional SEKTOR PERTANIAN Pada triwulan III-2011, sektor pertanian masih tercatat mengalami pertumbuhan hingga mencapai 2,13% (yoy), namun secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 3,51% (qtq). Dengan demikian, sumbangan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan periode ini hanya mencapai 0,83%, jauh menurun dibandingkan triwulan II-2011, dimana sektor ini mampu memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 2,09%. Sumbangan sebesar 0,83% tersebut hanya ditopang oleh sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor peternakan yang mengalami pertumbuhan masing-masing mencapai 5,31% (yoy) dan 18,89% (yoy), sedangkan output 3 sub sektor lainnya yaitu tanaman perkebunan, kehutanan, dan perikanan mengalami penurunan. Pertumbuhan yang tidak signifikan pada sub sektor bahan makanan disebabkan oleh masa panen padi, jagung, dan kedelai yang telah mengalami masa puncaknya pada triwulan II- 2011, dan saat ini sedang mengalami masa tanam. Hal yang sama terjadi pada komoditas sub sektor perkebunan utama, yaitu kopi yang saat ini hanya mengalami masa panen selingan karena masa puncak panen pada periode April-Mei lalu. Sementara itu, musim kering yang terjadi sepanjang triwulan III-2011 juga telah menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit dan hasil sadap karet. 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Grafik 1.25 PDRB Sektor Pertanian (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) miliar Rp % I II III IV I II III IV I II III Nilai PDRB-axis kiri growth (qtq)-axis kanan growth (yoy) - axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung 13

31 Kondisi Makro Ekonomi Regional SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan mencapai 5,92% (yoy), namun secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 0,80% (qtq). Pada periode ini, sumbangan sektor industri pengolahan mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2011, dimana pada periode tersebut sektor ini menjadi menjadi penyumbang terbesar kedua tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi setelah sektor pertanian. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kapasitas produksi industri pengolahan menghadapi bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang dilakukan sejak triwulan II-2011 (terkonfirmasi oleh hasil liaison). Indikator peningkatan output sektor industri pengolahan secara tahunan diantaranya kenaikan volume impor bahan baku penolong, volume impor barang modal, konsumsi premium dan solar non subsidi, serta peningkatan penyaluran kredit kepada sektor industri. Volume impor bahan baku penolong tumbuh 3,05% (yoy), volume impor barang modal tumbuh 95,17% (yoy), konsumsi premium dan solar non subsidi masing-masing tumbuh 8,40% (yoy) dan 155,17% (yoy), sedangkan penyaluran kredit kepada sektor industri tumbuh sebesar 48,95% (yoy). Sementara itu, penurunan output industri pengolahan secara triwulanan turut terkonfirmasi oleh data produksi industri manufaktur besar sedang yang secara agregat mengalami penurunan sebesar 15,38% (qtq), dimana sektor industri pengolahan kayu, barang dari kayu dan barang anyaman mengalami penurunan yang paling tinggi dibandingkan 2 sektor lainnya, yaitu hingga mencapai -23,68% (qtq). Selain itu, volume impor bahan baku penolong dan volume impor barang modal juga mengalami penurunan yang cukup signifikan, yaitu masing-masing sebesar 11,31% (qtq) dan 23,45% (qtq). Perlambatan secara triwulanan juga terkonfirmasi oleh hasil liaison yang menunjukkan telah kembali normalnya volume produksi setelah pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan output yang signifikan karena mengantisipasi kenaikan demand menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada Juli-Agustus

32 Jan-09 Mar-09 Mei-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 Mei 11 Jul 11 Sept 11 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan'11 Mar'11 Mei'11 Jul'11 Sep'11 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Juli Sept Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.26 PDRB Sektor Industri Pengolahan miliar Rp (Berdasarkan Harga Konstan 2000) % 1, , I II III IV I II III IV I II III Grafik 1.27 Volume Penjualan BBM Non Subsidi (ribu kilo liter) Nilai PDRB-axis kiri growth (yoy)-rhs growth (qtq) - rhs Solar-axis kiri Premium-axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: Pertamina Depot Panjang Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Impor (dalam ribu US$) ,600 2,400 2,200 2,000 1,800 1,600 Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Sektor Industri (dalam miliar Rp) 2, ,400 1,200 1,000 Bahan Baku Penolong-axis kiri Barang Modal-axis kanan Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) Sumber: LBU dan LBU SEKTOR LISTRIK, AIR DAN GAS Output sektor listrik, gas, dan air bersih pada triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 11,59% (yoy), dengan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 0,04%. Berdasarkan data PLN, nilai konsumsi listrik pada periode ini meningkat 7,99% (qtq), searah dengan kenaikan jumlah pelanggan sebesar 8,92% (qtq) dan kenaikan jumlah pemakaian listrik oleh seluruh sektor sebesar 9,18% (qtq). Sebaliknya, data PDAM Way Rilau menunjukkan telah terjadi penurunan jumlah pelanggan PDAM Kota Bandar Lampung sebesar 0,08% (qtq). Dengan demikian, peningkatan output sub sektor ini pada triwulan laporan disebabkan oleh 15

33 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agst-11 Sept-11 Kondisi Makro Ekonomi Regional tingginya volume pemakaian air dibandingkan triwulan lalu. Peningkatan ketiga sub sektor searah dengan peningkatan aktivitas ekonomi baik pada sektor rumah tangga maupun sektor industri pada periode ini dalam menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri Grafik 1.30 PDRB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (Berdasarkan Harga Konstan 2000) miliar Rp % I II III IV I II III IV I II III , , , , , , ,000 Grafik 1.31 Penjualan Listrik di Provinsi Lampung 240, , , , , , , , Nilai PDRB-axis kiri growth (yoy)-axis kanan growth (qtq)-axis kanan Nilai Penjualan (Juta Rp)-axis kiri Volume Penjualan (ribu kwh)-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : PT. PLN Provinsi Lampung Grafik 1.32 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau (unit) 33,800 33,700 33,600 33,500 33,400 33,300 33,200 33,100 33,000 32,900 32,800 Ket : Terdiri atas pelanggan kelompok sosial, rumah tangga, industri, dan pelabuhan Sumber : PDAM Way Rilau 16

34 Kondisi Makro Ekonomi Regional SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR) Sektor PHR pada periode ini mengalami peningkatan sebesar 5,44% (qtq) atau 4,28% (yoy), dengan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 0,77%, dimana sub sektor perdagangan memberikan porsi terbesar dengan sumbangan mencapai 0,54%. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan peningkatan realisasi kegiatan usaha pada sektor ini (nilai SB positif ). Peningkatan pada sektor ini juga sebagai dampak dari adanya bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat yang terindikasi melalui indeks tingkat konsumsi rumah tangga (makanan dan non makanan) yang meningkat sebesar 18,84% (qtq). Parameter lainnya yang menunjukkan peningkatan output pada sektor ini adalah kenaikan jumlah penumpang angkutan udara yang masuk Provinsi Lampung sebesar 9,43% (qtq) yang mengindikasikan banyaknya pendatang sehingga turut berdampak pada kenaikan ouput sektor perhotelan dan restoran masing-masing sebesar 7,11% (qtq) dan 6,15% (qtq). miliar Rp 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 Grafik 1.33 PDRB Sektor PHR (Berdasarkan Harga Konstan 2000) I II III IV I II III IV I II III % Nilai PDRB-axis kanan growth (qtq)-axis kiri growth (yoy)-axis kiri Sumber: BPS Provinsi Lampung SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor pengangkutan dan komunikasi adalah sektor yang paling merasakan dampak adanya momen Idul Fitri. Pada triwulan III-2011, sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 6,35% (qtq) atau 11,67% (yoy), sehingga memberikan sumbangan terbesar kedua bagi pertumbuhan ekonomi setelah sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 0,86% Sektor pengangkutan tumbuh 5,94% (qtq) atau 8,72% (yoy), dimana angkutan udara mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan jenis angkutan lainnya. Data Bandara 17

35 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Kondisi Makro Ekonomi Regional Radin Inten II menunjukkan pada periode ini jumlah pengguna angkutan udara meningkat 6,83% (qtq), jumlah muatan bagasi meningkat hingga 35,01% (qtq), dengan rata-rata jumlah keberangkatan pesawat tumbuh 22,33% (qtq), seiring penambahan jumlah maskapai yang beroperasi. Sementara itu, posisi Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera menjadikan daerah ini tempat transit arus mudik dari dan ke pulau Jawa, sehingga berdampak pada meningkatnya output sektor pengangkutan jalan raya dan angkutan laut seiring arus mudik Pra dan Pasca Idul Fitri. Menurut data Dinas Perhubungan Provinsi Lampung, jumlah penumpang angkutan laut dan pengguna jalan raya pada arus mudik tahun 2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 10% (yoy) dan 5% (yoy). miliar Rp % 1, Grafik 1.34 PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (Berdasarkan Harga Konstan 2000) I II III IV I II III IV I II III , , , , , , ,000 50,000 - Grafik 1.35 Perkembangan Aktivitas Bandara Raden Inten II Tahun ,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Nilai PDRB-axis kanan growth (yoy)-axis kiri growth (qtq)-axis kiri Jumlah Penumpang Berangkat (orang)-axis kanan Jumlah Bagasi (kg)-axis kiri Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: Bandara Radin Inten II SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Pada triwulan III-2011, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 3,51% (qtq) atau 6,37% (yoy), dengan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 0,64%. Peningkatan output di sektor ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat menjelang Idul Fitri, tidak hanya yang berkaitan dengan transaksi melalui perbankan, namun juga lembaga keuangan lainnya seperti pegadaian dan lembaga pembiayaan. Hal ini terkonfirmasi oleh aliran uang keluar (outflow) Bank Indonesia yang meningkat 41,62% (qtq) karena tingginya transaksi kas masyarakat melalui perbankan pada periode ini (hasil quick survey sistem pembayaran). Indikator lainnya adalah penyaluran kredit perbankan, terutama kredit konsumsi yang pada triwulan III-2011 mengalami 18

36 Jan-09 Mar-09 Mei-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 Mei 11 Jul 11 Sept 11 Kondisi Makro Ekonomi Regional pertumbuhan hingga 8,43% (qtq) atau menjadi Rp9,09 triliun. Selain itu, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha juga menunjukkan tendensi yang sama, dimana pelaku usaha pada sektor lembaga keuangan bukan bank mengakui adanya peningkatan output (SB positif). miliar Rp 1,500 1, Grafik 1.36 PDRB Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan (Berdasarkan Harga Konstan 2000) % ,000 23,000 18,000 13,000 Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Perbankan (dalam miliar Rp) I II III IV I II III IV I II III 8, ,000 Nilai PDRB-axis kanan growth (yoy)-axis kiri growth (qtq)-axis kiri Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: LBU dan LBUS SEKTOR LAIN-LAIN Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 2,64% (qtq) atau 2,99% (yoy), dengan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 0,05%. Sementara itu, sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 4,09% (qtq) atau 8,02% (yoy). Indikatornya adalah peningkatan penjualan semen yang tumbuh 10,73% (qtq). Hal ini sejalan dengan informasi contact liaison (DPD REI Lampung) yang menyatakan bahwa sampai dengan triwulan III-2011, penjualan properti di Lampung mengalami peningkatan hingga 20% dibandingkan tahun lalu. Penyebabnya adalah masih tingginya permintaan masyarakat terhadap kepemilikan properti, terutama perumahan. Di sisi lain, sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan tertinggi secara tahunan yaitu sebesar 20,52% (yoy), sehingga memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi periode laporan, yaitu mencapai 1,56%, menggeser posisi sektor pertanian. Peningkatan output pada ketiga sektor ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan telah terjadi peningkatan realisasi output sektor bangunan dan sektor jasa-jasa (SB Positif). 19

37 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.38 PDRB Sektor Bangunan (Berdasarkan Harga Konstan 2000) I II III IV I II III IV I II III (5) (10) Grafik 1.39 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian miliar Rp % miliar Rp % (Berdasarkan Harga Konstan 2000) I II III IV I II III IV I II III (5) (10) (15) (20) Nilai PDRB growth (yoy) - axis kiri growth (qtq)-axis kiri Nilai PDRB-axis kanan growth (yoy)-axis kiri growth (qtq)-axis kiri Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: BPS Provinsi Lampung 1,000 Grafik 1.40 PDRB Sektor Jasa-Jasa (Berdasarkan Harga Konstan 2000) miliar Rp % I II III IV I II III IV I II III 0 (10) Nilai PDRB-axis kanan growth (qtq) - axis kiri growth (yoy) - axis kiri Sumber: BPS Provinsi Lampung Grafik 1.41 Saldo Bersih Realisasi Dunia Usaha Jasa - Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Pengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran Bangunan Pertanian, Perkebunan, Sumber: SKDU KBI Bdl Triwulan III

38 Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May June July Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep % Perkembangan Inflasi BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI 1. KONDISI UMUM Tekanan inflasi kota Bandar Lampung pada triwulan III-2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya permintaan masyarakat memasuki bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2011, kenaikan harga bahan makanan seiring masa paceklik yang terjadi pada akhir triwulan laporan serta kenaikan harga komoditas strategis lain terutama rokok kretek dan harga emas perhiasan sehubungan dengan peningkatan harga emas dunia yang masih berlanjut, secara signifikan mengakibatkan Indeks Harga Konsumen (IHK) kota Bandar Lampung pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 2,3% (qtq) meningkat dari triwulan II-2011 yaitu sebesar 0,15% (qtq). Namun demikian, inflasi tahunan kota Bandar Lampung mengalami penurunan dari 8,42% (yoy) pada triwulan II- 2011menjadi 6,26% (yoy) pada triwulan laporan. Meningkatnya inflasi baik bulanan maupun triwulanan pada triwulan laporan menyebabkan inflasi tahunan kota Bandar Lampung masih lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yaitu sebesar 4,61% (yoy). Di wilayah Sumatera, inflasi kota Bandar Lampung berada sedikit dibawah inflasi Sumatera (6,29%) dan tertinggi ke-8 diantara 16 kota yang ada di Sumatera. Sementara dari seluruh kota pemantauan inflasi (66 kota), inflasi kota Bandar Lampung pada triwulan III-2011 merupakan kota dengan inflasi tertinggi ke Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional dan Sumatera (%) Nasional (yoy) Bdl (yoy) Sumatera (yoy) Sumber : BPS Provinsi Lampung 21

39 Perkembangan Inflasi 2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Pada bulan Juli 2011 inflasi tercatat sebesar 0,82% (mtm). Kelompok bahan makanan masih memberikan sumbangan inflasi terbesar yaitu mencapai 0,44%, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,35%. Pada periode ini, supply bahan makanan cukup memadai dan masih mampu mengimbangi kenaikan permintaan kebutuhan pokok yang terjadi menjelang puasa pada akhir Juli Beberapa komoditas bumbubumbuan dan sayuran mengalami penurunan harga terkait dengan kondisi pasokan yang lancar, baik dari luar provinsi maupun produksi lokal. Dengan kondisi tersebut diatas, maka kelompok bahan makanan memberikan andil paling besar dalam pembentukan inflasi di Kota Bandar Lampung, dengan komoditas penyumbang terbesar inflasi yaitu beras (0,24%). Kenaikan harga beras disebabkan oleh supply gabah di tingkat petani mulai menurun seiring mulai masuknya masa tanam. Grafik 2.2 Harga Komoditas Kelompok Bahan Makanan & Makanan Jadi (Rp/kg) Beras (Asalan) Cabe Merah 9,000 66,000 8,500 56,000 8,000 46,000 7,500 36,000 7,000 26,000 6,500 16,000 6,000 I III I III V II IV II IV II IV I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III 6,000 I III I III V II IV II IV II IV I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III Jul-10 Aug-10 Sep- 10 Oct- Nov-10 Dec- Jan Feb- Mar-11 Apr- May-11 Jun- Jul-11 Sep Jul-10 Aug-10 Sep- 10 Oct- Nov-10 Dec- Jan Feb- Mar-11 Apr- May-11 Jun- Jul-11 Sep Gula Pasir (GPM) Daging sapi (murni) 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 I III I III V II IV II IV II IV I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 I III I III V II IV II IV II IV I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III Jul-10Aug-10 Sep- 10 Oct- Nov-10 Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May Jun- Jul-11 Sep Jul-10Aug-10 Sep- 10 Oct- Nov-10 Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May Jun- Jul-11Sep Sumber : Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung 22

40 Perkembangan Inflasi Pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau yang juga turut menjadi penyumbang inflasi terbesar bulan ini mengalami inflasi sebesar 1,73% (mtm), dengan andil terbesar yaitu rokok kretek filter (0,23%) dan rokok kretek (0,11%). Sementara itu, harga gula pasir tercatat belum mengalami perubahan meskipun terdapat tendensi kenaikan permintaan. Selain didukung oleh masa giling tebu yang masih berlangsung, stabilnya harga gula juga disebabkan oleh masuknya produksi gula industri (rafinasi) ke konsumen rumah tangga sehingga mengalami over supply di pasaran Grafik 2.3 Harga Komoditas Kelompok Sandang Sumber : Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung Sementara itu, trend kenaikan harga emas di pasar dunia yang masih terjadi pada bulan Juli 2011 turut mendorong harga emas perhiasan di Lampung sehingga mengalami kenaikan sebesar 1,43% (mtm) yang menyebabkan terjadinya inflasi pada kelompok sandang. Sementara itu, kebijakan penurunan harga BBM non-subsidi yang terjadi pada bulan Juli 2011 tidak signifikan berpengaruh terhadap laju inflasi pada kelompok kelompok transpor dan komunikasi maupun inflasi secara umum. Pada bulan Agustus 2011, inflasi mencapai 0,71% (mtm). inflasi pada kelompok bahan makanan memberikan sumbangan terbesar bagi inflasi yaitu mencapai 0,27%, akibat tingginya permintaan sejumlah kebutuhan pokok masyarakat menjelang `Idul Fitri, diikuti kelompok sandang dan kelompok perumahan, listrik, air, gas & bahan bakar masing-masing sebesar 0,17% dan 0,16%. Emas 24 karat (99%) I III I III V II IV II IV II IV I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III Jul- Agust- Sep- Okt- Nop- Des- Jan- Feb- Mar Apr- Mei-11 Jun- Jul- Sep Tabel 2.1 Jumlah Prognosa Kebutuhan vs Produksi Pangan Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Lampung Beberapa komoditas dominan penyumbang inflasi pada kelompok bahan makanan adalah cabe merah, ayam hidup, dan daging sapi seiring dengan momen hari raya Idul Fitri 23

41 Perkembangan Inflasi pada bulan ini. Namun demikian, meskipun menyumbang inflasi tertinggi, harga beberapa komoditas di penghujung Agustus 2011 seperti daging ayam ras, udang basah, tepung terigu, tomat buah, anggur, jeruk, dan jenis sayuran (kol dan sawi) justru mengalami penurunan 2-15% karena terjaganya pasokan dari sejumlah daerah produksi baik lokal maupun luar Provinsi. Meskipun tidak dominan dalam menyumbang inflasi periode ini, namun beras kembali mengalami inflasi 0,25% (mtm) atau menyumbang inflasi sebesar 0,015%. Kenaikan harga beras ini sejalan dengan masa tanam yang masih berlangsung di sejumlah daerah sentra produksi. Namun demikian, alokasi penyaluran Raskin BULOG bulan Agustus yang diakumulasikan dengan penyaluran September cukup mampu meredam resiko peningkatan harga beras ke level yang lebih tinggi. Sejak awal hingga akhir Ramadhan, harga beras kualitas asalan terpantau bertahan pada level harga Rp8.500/kg, yang meningkat dibandingkan akhir Juli sebesar Rp8.000/kg. Grafik 2.4 Harga Komoditas Kelompok Perumahan (Rp/sak & Rp/liter) 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Semen (baturaja) I III I III V II IV II IV II IV I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - M. Tanah (eceran) I III I III V II IV II IV II IV I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III Jul-10Aug-10 Sep- 10 Oct- 10 Nov-10 Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May Jun- Jul-11Sep Jul-10Aug-10 Sep- 10 Oct- 10 Nov-10 Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May Jun- Jul-11Sep Sumber : Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung Sementara itu, sejalan dengan pantauan harga oleh Tim Evaluasi Harga (TEH) Provinsi Lampung, harga semen turut mengalami kenaikan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,04%. Berdasarkan informasi yang diperoleh, harga semen mengalami kenaikan di tingkat pedagang besar meskipun harga dari produsen masih stabil. Semen baturaja yang memiliki porsi penjualan 30% dari total kebutuhan Lampung dan pemasok semen lainnya dari pulau Jawa menyatakan prioritas untuk pemenuhan kebutuhan semen di daerahnya masing-masing karena demand yang mengalami kenaikan menjelang Idul Fitri maupun untuk kebutuhan pembangunan proyek lainnya 1. Pada bulan September 2011, inflasi kota Bandar Lampung sebesar 0,75% (mtm). Kelompok bahan makanan serta kelompok kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga 1 Tingginya kebutuhan semen di Sumsel sejalan dengan pembangunan proyek Sea Games 24

42 Perkembangan Inflasi merupakan dua kelompok utama yang memicu terjadinya inflasi. Kelompok bahan makanan menjadi penyumbang terbesar bagi inflasi yang mencapai 0,33% (mtm), yang didorong oleh kenaikan harga beras dan mayoritas sayur-sayuran. Masa paceklik menyebabkan harga beras asalan terpantau mengalami kenaikan sebesar 2,35% (mtm) atau berada pada level Rp8.700/kg (SPH TEH Provinsi Lampung). Sementara itu, musim kering berkepanjangan memicu kenaikan harga mayoritas komoditas sayuran dengan inflasi antara sebesar 0,0014% hingga 0,0823%, dimana sumbangan inflasi ketimun dan bayam merupakan yang tertinggi yaitu 0,0823% dan 0,0014%. Tabel 2.2 ARAM II 2011 No. Uraian ATAP tahun t-1 (2010) Jan-Apr Mei-Ags Sep-Des Jumlah Jan- Des ARAM II tahun t (2011) Realisasi Ramalan Jumlah Jan- Jan Peb Mar Apr Mei-Ags Sep-Des Apr Jumlah Jan- Des 1 Luas Panen (ha) Luas tanaman akhir bulan (ha) Kol (3), (4), (5), (12) akhir subround Luas tanam (ha) Luas puso (ha) Hasil per Hektar (ku) 46,98 48,46 47,69 47,55 47,98 49,3 48,83 48,56 6 Produksi (ton) Sumber : BPS Provinsi Lampung Berdasarkan laporan dari BULOG, Dinas Pertanian, dan BKPD Provinsi Lampung dalam Lokakarya Perberasan pada tanggal 21 September 2011 menunjukkan bahwa produksi beras (panen di tingkat petani) di sentra produksi beras Lampung mengalami penurunan 52% dibandingkan periode panen Mei-Agustus 2011 atau menjadi sebesar ton. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan gabah di tingkat petani mengalami penurunan setelah mengalami masa puncak panen pada Januari-April ( ton) dan Mei-Agustus ( ton). Sementara itu, produksi beras di tingkat penggilingan pada periode September-Oktober diprediksi mengalami penurunan yang dipicu adanya kegiatan spekulasi para pedagang besar (penggilingan), yaitu penggilingan beras akan dilakukan pada November mendatang ketika harga beras sudah semakin meningkat. Pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga yang memberikan sumbangan terhadap inflasi bulan September 2011 sebesar 0,31%, kenaikan tarif iuran sekolah SLTA, SLTP dan SD yang terjadi bulan ini memberikan sumbangan inflasi masing-masing sebesar 0,19% (mtm) 0,11% (mtm) dan 0,02% (mtm). Inflasi yang terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dipicu oleh kenaikan tarif parkir sebesar 83% (mtm) yang memberikan andil inflasi mencapai 0,0574%. 25

43 Perkembangan Inflasi Sementara itu, satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah sandang yaitu sebesar -0,21% (mtm), setelah terus mengalami kenaikan pada bulan-bulan sebelumnya, selanjutnya penurunan harga emas perhiasan sebesar 0,63% (mtm) pada bulan September 2011 dapat sedikit menahan laju inflasi pada periode ini Grafik 2.5 Sumbangan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Bulanan (%) Bahan makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Sumber : BPS Provinsi Lampung Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan Rekreasi dan Olra Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Jul Agt Sep Inflasi Triwulanan (qtq) Secara triwulanan, inflasi Kota Bandar Lampung pada triwulan III-2011 mencapai 2,3% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,15% (qtq) namun masih lebih rendah periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 4,39% (qtq). Peningkatan inflasi triwulan laporan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat memasuki bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2011, serta kenaikan harga bahan makanan seiring masa paceklik dan musim kemarau yang terjadi pada triwulan laporan serta kenaikan beberapa komoditas strategis lainnya. Berdasarkan kelompok pengeluaran, seluruh kelompok mengalami inflasi dimana bahan makanan memberikan sumbangan yang terbesar, yaitu mencapai 1,06%, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,46%, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,31%. Pada kelompok bahan makanan, sub kelompok sayur-sayuran mengalami inflasi terbesar yang mencapai 22,02% (qtq), atau menyumbang inflasi sebesar 0,52%, disusul oleh 26

44 Perkembangan Inflasi sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dengan andil sebesar 0,49%. Sementara itu, tingginya sumbangan pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dipicu oleh inflasi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol khususnya rokok kretek dan rokok kretek filter yang menyumbang inflasi 0,24%. Pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, sumbangan inflasi berasal dari sub kelompok SLTA dan SLTP yang mengalami kenaikan harga pada akhir triwulan III-2011 berdasarkan keputusan hasil pertemuan komite sekolah yang dilaksanakan pada bulan Agustus Tabel 2.3 Sumbangan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Triwulanan (%) Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.3 Inflasi Tahunan (yoy) Secara tahunan, inflasi Kota Bandar Lampung tercatat sebesar 6,26% (yoy), berada sedikit dibawah inflasi Sumatera (6,29%) dan tertinggi ke-8 setelah Lhokseumawe (8,93%), Pangkal Pinang (8,82%), Pematang Siantar (8,11%), Padang (7,34%), Padang Sidempuan (7,31%, Sibolga (6,89%) dan Medan (6,7%). Sementara itu, pada tingkat nasional yang mengalami inflasi 4,61% (yoy), inflasi kota Bandar Lampung berada pada urutan ke-14 atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada di urutan ke-5. Sama seperti triwulan II-2011, kelompok makanan jadi, minuman, tembakau masih mengalami inflasi tahunan terbesar pada triwulan laporan mencapai 10,70% (yoy), diikuti kelompok kesehatan dengan inflasi sebesar 10,21% (yoy). Kenaikan harga kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau dipicu terutama oleh kenaikan harga rokok kretek filter dan rokok kretek yang masih terjadi hingga triwulan laporan meskipun kebijakan penetapan kenaikan cukai rokok sebesar 5% sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 190/PMK.011/2010 dilakukan pada awal tahun, serta penyesuaian tarif kamar RSUD Abdul Moeloek pada pada awal tahun, sedangkan pada kelompok sandang, trend kenaikan harga emas dunia yang masih berlanjut hingga triwulan III memicu tingginya inflasi pada kelompok ini. 27

45 Perkembangan Inflasi Grafik 2. 6 Inflasi Tahunan Kelompok Pengeluaran ( %,yoy) Jul-11 Agt-11 Sep-11 Bahan makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Sumber : BPS Provinsi Lampung 3. EKSPEKTASI INFLASI Ekspektasi konsumen terhadap pergerakan harga barang dan jasa di kota Bandar lampung cenderung menurun. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Bandar Lampung (September 2011) terjadi penurunan indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang meskipun pada awal triwulan III-2011 mengalami kenaikan cukup tinggi. Sementara untuk indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang mengalami penurunan baik dibandingkan triwulan sebelumnya maupun selama triwulan laporan. Menurunnya ekspektasi perubahan harga pada periode ini diperkirakan karena terjaminnya pasokan bahan pangan dan komoditas lain dibandingkan periode lalu, seiring berlalunya momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri pada triwulan III

46 Grafik 2.7 Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang/Jasa Perkembangan Inflasi Indeks % Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad Inflasi (mtm) - axis kanan Sumber : Survei Konsumen BI dan BPS Provinsi Lampung 4. DISAGREGASI INFLASI Dilihat dari komponennya, administered price mengalami inflasi tertinggi pada triwulan III-2011 yang mencapai 9,83% (yoy), diikuti inflasi inti sebesar 7,13% (yoy), dan volatile foods sebesar 5,5% (yoy). Bila dibandingkan triwulan sebelumnya, terjadi penurunan inflasi pada seluruh komponen dimana penurunan terbesar terjadi pada volatile foods, sedangkan pada administered price dan inflasi inti mengalami penurunan inflasi yang lebih kecil Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi (%, yoy) Core Volatile Foods Administered Price Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 29

47 Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Perkembangan Inflasi Berdasarkan kontribusinya terhadap inflasi tahunan pada triwulan III-2011 yang mencapai 6,26% (yoy), core inflation memberikan sumbangan terbesar yaitu 3,28%, disusul komponen administered price yang menyumbang inflasi 1,91%, serta inflasi volatile foods yang menyumbang inflasi 1,07%. Inflasi yang berasal dari komponen administered price terutama dipicu oleh kenaikan harga yang terjadi pada komoditas rokok dan penyesuaian tarif parkir yang diberlakukan pada bulan September Pada kelompok volatile foods, komoditas yang mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, diantaranya beras, ikan segar dan sayursayuran. Sementara itu komoditas cabe merah yang pada triwulan sebelumnya sempat mengalami penurunan harga setelah pada awal tahun meningkat tajam, masih memicu deflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan meskipun melambat didorong oleh kembali naiknya harga pada triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan pantauan TEH Provinsi Lampung yang mencatat harga cabe merah biasa berada di level Rp /kg meningkat dibandingkan triwulan II-2011 yaitu Rp.8.000/kg. Sementara itu kenaikan harga yang terjadi pada tarif kamar RSUD Abdul Moeloek di awal tahun, kenaikan tarif SLTP, SLTA, harga emas perhiasan, dan kontrak rumah hingga triwulan III-2001 memberikan tekanan harga pada komponen inflasi inti. Grafik 2.9 Kontribusi Tiap Kelompok terhadap Inflasi Tahunan Triwulan III-2011 (%) Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) Volatile Food Administered Price Core Inflasi Umum (axis kiri) 30

48 Perkembangan Inflasi Boks I. Koordinasi TPID Sumbagsel Dalam Menghadapi Gejolak Harga Beras Sama halnya dengan tahun 2010 lalu, permasalahan kenaikan harga beras kembali menjadi salah satu upward risk inflasi nasional di penghujung tahun. Harga beras mengalami kenaikan di sejumlah daerah tidak terkecuali di Zona Sumatera Bagian Selatan, meskipun 2 lumbung beras nasional yaitu Sumsel dan Lampung berada di wilayah ini. Sebagai gambaran, harga beras di sejumlah pasar tradisional di Bandar Lampung terus mengalami kenaikan sejak Juli Berdasarkan pemantauan Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung, harga rata-rata beras kualitas asalan IR-64 telah mencapai Rp9.000/kg pada Oktober minggu ke 2 atau mengalami peningkatan 5,88% dibandingkan Agustus Rilis BPS Provinsi Lampung juga menunjukkan bahwa beras menjadi penyumbang inflasi sejak Juni, dimana sumbangan tertinggi terjadi pada September 2011, yaitu sebesar 0,22%. Akibatnya, inflasi kumulatif Bandar Lampung mengalami lonjakan sebesar 2,33% dibandingkan triwulan II-2011 atau menjadi 3,59% (ytd). Penurunan supply karena berakhirnya masa panen, hingga isu tendensi aliran komoditas ke daerah defisit beras diperkirakan menjadi pemicu naiknya harga beras. Rendahnya penyerapan beras BULOG di sejumlah daerah karena HPP yang tidak lagi mampu mengimbangi kenaikan harga pasaran juga menjadi isu yang menarik untuk dibahas mengingat pentingnya penyaluran raskin dalam menjaga daya beli masyarakat miskin terhadap pangan pokok. Untuk itu, dalam rangka mengetahui lebih jauh mengenai kondisi perberasan terkini di Sumbagsel, maka pada 17 Oktober 2011 lalu diadakan Rapat Koordinasi TPID Sumbagsel melalui Conference Call yang melibatkan TPID di 5 wilayah, yaitu Lampung, Sumsel, Bengkulu, Jambi, dan Pangkal Pinang. Di Lampung, Conference Call ini diadakan di Kantor Bank Indonesia yang dihadiri oleh Ketua Tim Teknis TPID (Biro Perekonomian) serta anggota tim teknis terkait, yaitu BKPD, BULOG dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan pemaparan masing-masing instansi sebagai berikut : 1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura : - Produksi padi Lampung merupakan terbesar ke 7 nasional, setelah Sumsel, Sumut, Sulsel, Jateng, Jabar, dan Jatim, dengan perkembangan produksi sbb : - Upaya pencapaian sasaran produksi tahun 2011 dilakukan melalui : a. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dengan total lahan ha (Padi non hibrida seluas ha, Padi hibrida seluas ha, dan Padi lahan kering seluas ha). b. Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi non hibrida seluas ha 31

49 Perkembangan Inflasi c. Kerjasama dengan korporasi di bidang pembiayaan (c/ dengan PT PUSRI, dimana PUSRI berencana merealisasikan program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) Dana tersebut diberikan bagi kelompok tani yang ada di seluruh kabupaten di Provinsi Lampung, dengan luas areal 590,75 hektar). d. Penandatanganan MoU antara Gubernur Lampung dan Kementerian Pertanian untuk mendukung peningkatan produksi padi yang merupakan bagian dari upaya pencapaian swasembada beras nasional tahun 2014, yang kemudian diteruskan dengan adanya komitmen bersama antara Gubernur Lampung dengan Bupati/Walikota seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung (untuk mendorong produksi beras di masing-masing wilayah). e. Perluasan areal tanam f. Penguatan kelembagaan petani - Waktu musim tanam padi diperkirakan bulan November. Kendala yang dihadapi dalam musim tanam adalah anomali cuaca (kemunduran jadwal musim hujan). Untuk menghadapinya, Distan telah melakukan beberapa upaya, diantaranya perbaikan sistem irigasi dan pompanisasi di lahan pertanian padi. 2. BKPD Provinsi Lampung - Ketersediaan pangan Provinsi Lampung berdasarkan ARAM II (2011), sbb : Ket: nilai konsumsi perkapita berdasarkan jumlah penduduk tahun 2011 sebesar jiwa (Sumber : Pemerintah Provinsi Lampung) - Berdasarkan data tersebut, produksi beras adalah sebesar ton, setelah dikurangi tercecer maka ketersediaan sebesar ton. Dengan konsumsi beras sebesar 94,9 Kg/Kap/Th atau total konsumsi sebesar Ton, berarti Lampung surplus sebesar Ton. - Cadangan Pangan di Prov.Lampung terbagi 3, yaitu Cadangan Pangan Pemerintah (dikelola Bulog), Cadangan Pangan Pokok (beras) Pemerintah Provinsi Lampung (dikelola oleh BKPD Prov.Lampung), dan Cadangan Pangan Masyarakat. - Berdasarkan UU No.7 Tahun 1996 tentang pangan, Inpres No 5 Tahun 2011 tentang pengamanan produksi beras nasional dlm menghadapi iklim ekstrim, dan Permentan No.65/Permentan/OT.140/12/2010 tgl 28 Desember 2010 tentang standar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan, maka Provinsi diharapkan menyediakan cadangan pangan minimal 200 ton setara beras yang digunakan untuk penanganan rawan pangan transien, bencana alam, dan intervensi kenaikan harga beras. 32

50 Perkembangan Inflasi - Di Lampung, landasan hukum penyediaan cadangan pangan diatur dalam Pergub Lampung No. 37 tahun 2010 (yang berhasil mencadangkan 47 ton beras), Pergub Lampung No. 26 tahun 2011 (direncanakan mampu membuat cadangan 46 ton beras), sehingga perkiraan total cadangan pangan pemprov Lampung s.d Tahun 2011 sebesar 93 Ton. - Sebelum tahun 2015, Provinsi Lampung diharapkan mampu memenuhi Target Penyediaan Cadangan pangan beras minimal 200 ton. Dalam rangka mencapai target tersebut, maka pada tahun 2012 akan dilakukan penyediaan 67 ton beras (melalui APBD Provinsi Lampung) dan sebesar 40 ton (pendanaan APBN). - Saat ini, cadangan beras di masyarakat diperkirakan mencapai ,13 ton (di Tingkat Rumah Tangga Konsumen sebanyak ,26, di Tingkat Rumah Tangga Petani/Produsen sebanyak ,78, di Penggilingan Padi sebanyak ,19, sedangkan di Pedagang mencapai ,90). Dengan demikian, mayoritas cadangan beras terbesar diperkirakan ada di tingkat rumah tangga produsen/petani 65,95% dan di Rumah Tangga Konsumen 24,36%. Permasalahan dalam pemenuhan cadangan beras ini adalah tidak adanya cadangan beras di tingkat kabupaten/kota dan masih tingginya konsumsi beras masyarakat. - Untuk itu, dalam rangka mengurangi konsumsi beras 1,5 % per tahun & mengurangi konsumsi terigu diimbangi peningkatan konsumsi umbi-umbian, buah-buahan, sayuran, hasil ternak & ikan, maka dilakukan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) - Program aksi P2KP diantaranya : 1.Pemanfaatan Sumber pangan lokal melalui pemanfaatan pekarangan (bekerjasama dengan TP PKK Provinsi, melalui dasawisma dan TP PKK Kabupaten/Kecamatan/Desa), 2. Bimtek pengolahan bahan pangan lokal (bekerjasama dengan Polinela), 3. Promosi P2KP, 4. Sosialisasi Pangan Lokal untuk anak-anak SD/MI. 3. BULOG Divre Lampung : - Target pengadaan beras DN oleh BULOG mencapai ton, dimana hingga 19 September 2011, pengadaan beras DN mencapai ton atau % dari target atau mampu memenuhi 3 bulan raskin hingga Desember. - Lampung belum akan melakukan Operasi Pasar mengingat masih terdapatnya beras dengan harga Rp7.000/kg (harga beras OP diperkirakan sebesar Rp6.800/kg, sehingga belum efisien dan efektif untuk dilakukan OP). - HPP BULOG saat ini (BULOG Lampung telah 4 kali melakukan penambahan insentif HPP) tidak mampu mengimbangi harga beras di pasaran yang telah mengalami kenaikan cukup signifikan, sehingga pengadaan menjadi minim. Untuk itu, dalam rangka memenuhi target pengadaan beras tahun 2011, BULOG Lampung direncanakan melakukan impor sebanyak ton. Hingga Oktober 2011, beras impor yang sudah masuk Lampung dari Vietnam dan Thailand tercatat sebanyak ton, sedangkan yang sedang mengalami bongkar sebanyak ton, dan yang sedang dalam perjalanan mencapai ton. 33

51 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 1. PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN Kinerja perbankan Lampung pada triwulan III-2011 secara umum menunjukkan perkembangan yang baik, sebagaimana tercatat dari indikator utama seperti Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit, meskipun aset menunjukkan sedikit penurunan. Kinerja yang cukup baik ini sejalan dengan kondisi perekonomian nasional maupun Lampung yang secara umum kondusif. Jumlah aset menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 2,88% (qtq), meskipun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 16,37% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat mengalami peningkatan sebesar 3,54% (qtq) atau 19,37% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 5,96% (qtq) atau 25,63% (yoy), deposito meningkat sebesar 5,06% (qtq) atau 12,79% (yoy), sedangkan giro turun sebesar 4,1% (qtq) namun secara tahunan masih tumbuh sebesar 16,81% (yoy). No Uraian Trw III-2010 (miliar Rp) Tabel 3.1 Aset Perbankan Trw II-2011 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III-2011 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 34, , , Bank Umum 31, , , BPR 3, , , B Jenis Usaha Bank 34, , , Konvensional 33, , , Syariah 1, , , Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.2 DPK Perbankan No Uraian Trw III Trw III 2010 Trw II 2011 Posisi Pangsa (miliar Rp) (miliar Rp) qtq (%) yoy (%) (miliar Rp) (%) A Jenis Bank 18, , , Bank Umum 16, , , BPR 2, , , B Jenis Usaha Bank 18, , , Konvensional 17, , , Syariah C Jenis Simpanan 18, , , Giro 3, , , Tabungan 8, , , Deposito 6, , , Sumber: LBU dan LBUS Penyaluran kredit/pembiayaan menunjukkan trend meningkat, dimana outstanding kredit tumbuh sebesar 3,63% (qtq) dan 19,63% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan 34

52 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran kredit tertinggi terjadi pada jenis konsumsi yaitu sebesar 8,43% (qtq) atau 33,98% (yoy). Sementara itu, berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar mengalami pertumbuhan kecuali 4 sektor ekonomi yaitu sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor angkutan dan komunikasi. Penyaluran kredit mayoritas ditujukan kepada sektor PHR setelah sektor lain-lain, dimana nilai kredit sektor PHR tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 5,97% (qtq) di triwulan laporan. Sementara itu, adanya pelunasan kredit di sektor pertambangan, subsektor industri minyak goreng dari kelapa sawit dan subsektor jasa kegiatan lainnya yang bernilai cukup besar di triwulan laporan disinyalir mendorong penurunan kredit pada sektor pertambangan, industri pengolahan dan jasa sosial, sehingga sedikit menahan laju pertumbuhan kredit pada triwulan III Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan Bank Indonesia Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa membaiknya prospek usaha nasabah menjadi alasan peningkatan kredit perbankan selama triwulan laporan. Selain itu kondisi permodalan yang cukup juga menjadi alasan perbankan meningkatkan penyaluran kreditnya. No Uraian Trw III 2010 (miliar Rp) Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Trw II 2011 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 21, , , Bank Umum 18, , , BPR 2, , , Jenis B Penggunaan 21, , , Modal Kerja 10, , , Investasi 3, , , Konsumsi 6, , , C Sektor Ekonomi 21, , , Pertanian 2, , , Pertambangan Industri 1, , , Listrik Konstruksi Perdagangan 6, , , Angkutan Jasa Umum Jasa Sosial 1, Lain-lain 7, , , Sumber: LBU dan LBUS Pertumbuhan penyaluran kredit yang sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan penghimpunan DPK membuat indikator intermediasi perbankan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 115,43% pada triwulan II-2011 menjadi 115,53% pada triwulan laporan. Meningkatnya aktivitas intermediasi ini diiringi oleh perbaikan kualitas kredit, dimana rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan mengalami penurunan dari 3,4% pada triwulan II-2011 menjadi 3,31% pada akhir triwulan laporan. 35

53 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.1 NPL Perbankan (%) Grafik 3.2 LDR Perbankan di Lampung (%) Sumber: LBU dan LBUS 2. BANK UMUM 2.1. Kelembagaan Bank Umum Jumlah Bank Umum yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Bandar Lampung pada triwulan III-2011 sebanyak 35 bank, dengan rincian 1 Bank Pembangunan Daerah, 4 Bank Persero, dan 30 Bank Umum Swasta Nasional yang 5 diantaranya beroperasi secara syariah serta 1 bank konvensional yang memiliki kantor cabang Syariah. Hingga triwulan III-2011, terdapat 49 kantor cabang (KC) bank umum di Lampung yang tersebar di Bandar Lampung (37), Metro (2), Lampung Tengah (3), Lampung Selatan (1), Lampung Utara (4), Tanggamus (1), dan Tulang Bawang (1). Sementara itu, jumlah mesin ATM di seluruh wilayah Lampung pada triwulan laporan berjumlah 319 mesin dengan 211 mesin diantaranya berada di Bandar Lampung. Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per September 2011 Lokasi KP KC KCP/UNIT KK KF PP KM ATM Bandar Lampung Metro Lampung Tengah Lampung Selatan Lampung Utara Lampung Timur Lampung Barat Tanggamus Tulangbawang Way Kanan Pringsewu Pesawaran Jumlah Sumber: LBU dan LBUS 36

54 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.2 Perkembangan Aset Bank Umum Total aset bank umum di Lampung pada triwulan laporan secara umum menunjukkan kontraksi sebesar 3,69% (qtq) namun meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebesar 16,02% (yoy). Penurunan jumlah aset tersebut disumbang oleh menurunnya aset Bank Umum Konvensional (BUK) sebesar 4,42% (qtq) dari Rp36,23 triliun menjadi Rp34,63 triliun meskipun secara tahunan masih tumbuh sebesar 14,69% (yoy). Sementara itu aset Bank Umum Syariah (BUS) meningkat sebesar 15,55% (qtq) dan 55,82% (yoy), sehingga jumlah aset BUS pada triwulan laporan sebesar Rp1,57 triliun. Tulang Bawang 0.34% Lampung Utara 6.25% Tanggam us 1.44% Grafik 3.3 Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Lokasi Per September 2011 Lampung Tengah 3.44% Sumber : LBU dan LBUS Lampung Selatan 0.50% Bandar Lampung 84.52% Metro 3.51% Berdasarkan lokasi, penurunan jumlah aset bank umum di Lampung disumbang oleh 3 daerah yaitu Bandar Lampung, Lampung Selatan dan Lampung Utara, sedangkan di kabupaten/kota lainnya tercatat mengalami peningkatan. Jumlah aset bank umum di kota Metro tumbuh 0,68% (qtq) dengan nilai Rp1,27 triliun, Lampung Tengah sebesar Rp1,25 triliun atau tumbuh mencapai 6,76% (qtq), Tulang Bawang sebesar Rp121,99 miliar atau meningkat 10,97% (qtq) serta aset perbankan di Tanggamus meningkat sebesar 5,68% atau menjadi Rp522,34 miliar. Pada aktiva produktif, terjadi pertumbuhan sebesar 3,39% (qtq), dari Rp22,5 triliun menjadi Rp23,26 triliun. Peningkatan tersebut terutama disumbang oleh pemberian kredit yang tumbuh sebesar 3,83% (qtq) dengan pangsa 95,17%, serta surat berharga dan tagihan lainnya yang meningkat tajam sebesar 153,67% (qtq). Hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) menunjukkan bahwa kredit merupakan komponen terbesar pada penempatan aktiva produktif karena beberapa alasan, yaitu menghasilkan pendapatan bunga yang tinggi, masih tingginya permintaan kredit dari masyarakat serta kondisi perekonomian yang mendukung. 37

55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.5 Indikator Bank Umum No Uraian Trw III-2010 Trw II-2011 Trw III-2011 Posisi Pangsa (%) qtq (%) A Aset (miliar Rp) 31, , , B Pendanaan (miliar Rp) 17, , , Dana Pihak Ketiga 16, , , Kewajiban kepada bank lain Pinjaman yang Diterima & Setoran Jaminan Surat Berharga yang Diterbitkan C Aktiva Produktif (miliar Rp) 19, , , Kredit yang Diberikan 18, , , Penempatan pada Bank Indonesia (SBI) Surat Berharga dan Tagihan Lainnya Penempatan pada bank lain , D Alat Likuid (miliar Rp) Kas Giro pada bank lain Tabungan pada bank lain E Laba / Rugi (miliar Rp) 1, F Kinerja (%) 1 Akt.Produktif/Total Aset (%) = (C)/(A) Rasio Likuiditas (%) = (D)/(B) Rasio Rentabilitas (%) = (E)/(A) LDR (%) = (C1)/(B1) BO/PO Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Indikator berupa pendanaan bank umum menunjukkan peningkatan sebesar 4,92% (qtq), dari Rp19,48 triliun menjadi Rp20,44 triliun, dengan sumber utama pendanaan masih berasal dari Dana Pihak Ketiga yang berpangsa mencapai 94,06%. Hal sebaliknya terjadi pada indikator berupa alat likuid yang mengalami penurunan sebesar 2,83% (qtq), dari Rp967,88 miliar menjadi Rp940,52 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh alat likuid berupa kas yang menurun sebesar 5,92% (qtq), sedangkan giro pada bank lain mengalami pertumbuhan sebesar 64,06% (qtq). Dari kedua indikator tersebut (pendanaan dan alat likuid), tercatat bahwa pada triwulan laporan terjadi penurunan rasio likuiditas dari 4,97% menjadi 4,6% (qtq). Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan melunasi utang jangka pendek bank umum di Lampung pada triwulan laporan sedikit melemah. Dari sisi laba/rugi, pada triwulan laporan terjadi peningkatan laba sebesar 20,55% (qtq). Namun demikian, peningkatan laba tersebut juga diiringi oleh peningkatan rasio BOPO dari 73,61% menjadi 82,62% (qtq). Kondisi ini mengindikasikan upaya bank umum dalam meningkatkan laba perusahaan cukup besar meskipun dilakukan dengan cara yang semakin tidak efisien. Sementara itu, rasio rentabilitas menunjukkan adanya peningkatan kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan, sebagaimana tercermin dari peningkatan return on asset (ROA) dari 1,64% menjadi 2,05% (qtq). 38

56 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.3 Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Dari sisi penghimpunan dana, DPK Bank Umum pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 3,35% (qtq) dan 19,23% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan masih menjadi produk simpanan yang paling banyak diminati oleh masyarakat dengan pangsa sebesar 51,7% dari total DPK, dan menunjukkan peningkatan terbesar pada triwulan laporan yang mencapai 6,16% (qtq) atau 25,63% (yoy), diikuti oleh deposito yang tumbuh sebesar 4,88% (qtq) atau 10,01% (yoy). Sementara itu, simpanan giro justru mengalami penurunan 4,1% (qtq) yang didominasi oleh penurunan giro pemerintah sebesar 9,58% (qtq) seiring peningkatan realisasi dana belanja APBD yang antara lain dialokasikan untuk membiayai proyek pembangunan dan pembayaran gaji ke-13. Selain itu, penarikan giro milik BUMN dalam jumlah cukup besar juga turut mendorong penurunan nilai giro bank umum di Lampung pada triwulan laporan. Tabel 3.6 DPK Bank Umum No Uraian Trw III 2010 (miliar Rp) Trw II 2011 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III-2011 Pangsa qtq % yoy % A Jenis Simpanan 16, , , Giro 3, , , Tabungan 7, , , Deposito 4, , , B Jenis Usaha Bank 16, , , Konvensional 15, , , Syariah Sumber: LBU dan LBUS Lampung Utara 8.5% Tulang Bawang 0.5% Tanggamus 1.9% Grafik 3.4 Porsi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Berdasarkan Lokasi Posisi September 2011 Lampung Tengah 5.0% Sumber: LBU dan LBUS Lampung Selatan 0.9% Berdasarkan lokasi bank, penghimpunan DPK bank umum di Kota Bandar Lampung yang memiliki pangsa terbesar (78,22%) mencapai Rp15,04 triliun atau tumbuh 4,25% dibanding triwulan II Pertumbuhan DPK terjadi di sebagian besar kabupaten/kota, dengan pertumbuhan tertinggi di Tanggamus mencapai 5,99% (qtq), meskipun pangsa DPK di Lampung Selatan hanya 0,98%. Hanya 2 kabupaten yang mengalami penurunan DPK yaitu Kabupaten Lampung Utara dan Lampung Selatan masing- masing 4,46% (qtq) dan 3,51% (qtq). masing 4,46% (qtq) dan 3,5 Bandar Lampung 78.2% Metro 4.9% 39

57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.4. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Pada triwulan III-2011terjadi peningkatan outstanding kredit sebesar 3,83% (qtq) atau 20,46% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran ketiga jenis kredit (modal kerja, investasi, konsumsi) mengalami pertumbuhan triwulanan maupun tahunan sehubungan dengan peningkatan aktivitas perekonomian dari proyek pembangunan pemerintah dan swasta, serta bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang mendorong aktivitas konsumsi masyarakat. Kredit Modal Kerja memiliki pangsa terbesar dari total kredit bank umum yaitu sebesar 50,66%, sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang mencapai 4,15% (qtq) dan 32,8% (yoy). Berdasarkan sektor ekonomi, nilai outstanding kredit untuk sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor jasa sosial mengalami penurunan cukup tajam dibanding triwulan II Adanya pelunasan kredit di sektor pertambangan, subsektor industri minyak goreng dari kelapa sawit dan subsektor jasa kegiatan lainnya dan yang bernilai cukup besar di triwulan laporan mendorong penurunan kredit pada ketiga sektor ini. Sementara itu kredit pada sektor transportasi dan komunikasi mengalami pertumbuhan cukup tinggi di triwulan laporan, terutama kredit pada subsektor angkutan jalan untuk barang. Tabel 3.7 Kredit Bank Umum No Uraian Trw III 2010 (miliar Rp) Trw II 2011 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III-2011 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Usaha Bank 18, , , Konvensional 17, , , Syariah , , B Jenis Penggunaan 18, , , Modal Kerja 9, , , Investasi 3, , , Konsumsi 4, , , C Sektor Ekonomi 18, , , Pertanian 2, , , Pertambangan Industri 1, , , Listrik Konstruksi Perdagangan 5, , , Angkutan Jasa Umum Jasa Sosial 1, Lain-lain 5, , , Sumber: LBU dan LBUS 40

58 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.8 Penyaluran Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja (dalam miliar Rp) Kabupaten/Kota Nilai Bandar Lampung ,57 Metro 1.016,69 Lampung Utara 1.640,19 Tulang Bawang 101,81 Lampung Tengah 886,80 Lampung Selatan 104,83 Tanggamus 452,02 TOTAL ,92 Berdasarkan lokasi, seluruh kabupaten/ kota mengalami peningkatan kredit dibanding triwulan II-2011, dengan pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di Lampung Utara sebesar 5,63% (qtq), dan pertumbuhan kredit terendah dialami oleh kota Metro yaitu sebesar 1,19% (qtq). Sementara itu pangsa kredit relatif tidak mengalami perubahan, dengan pangsa terbesar masih berada di Bandar Lampung (81,02%). Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.5. Kualitas Kredit Meningkatnya penyaluran kredit juga diiringi dengan perbaikan kualitas pengembaliannya, sebagaimana tercermin dari turunnya rasio Non Performing Loan (NPL) dari 3,69% pada triwulan II-2011 menjadi 3,55% di triwulan laporan. Peningkatan kualitas kredit terjadi pada BUK maupun BUS, dimana rasio NPL BUK menurun dari 3,77% menjadi 3,64% (qtq), dan rasio NPF BUS turun dari 2,24% menjadi 2,06% (qtq) Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum (%) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 41

59 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran % BUK BUS Grafik 3.6 Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah (%) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.6 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Suku bunga simpanan (khususnya deposito) maupun suku bunga pinjaman bank umum pada triwulan III-2011 menunjukkan peningkatan. Meskipun rata-rata suku bunga deposito untuk seluruh jangka waktu penempatan mengalami sedikit penurunan, namun suku bunga deposito berjangka 1 mengalami sedikit kenaikan dari 6,58% menjadi 6,63% dan deposito berjangka 3 bulan naik dari 6,32% menjadi 6,45%. Kondisi tersebut membuat rata-rata suku bunga deposito meningkat dari 6,48% menjadi 6,51%. Namun demikian, suku bunga giro justru sedikit mengalami penurunan dari 3,51% menjadi 3,46%. Hal serupa terjadi pada suku bunga simpanan berupa tabungan yang menunjukkan penurunan dari 2,53% menjadi 2,44%. Naiknya suku bunga simpanan secara umum juga diikuti oleh suku bunga pinjaman, yang pada triwulan laporan meningkat dari 13,92% menjadi 14,04%. Dengan kondisi tersebut, spread suku bunga sedikit menurun dari 7,60% di triwulan II-2011 menjadi 7,59% di triwulan laporan. Penurunan tersebut belum sepenuhnya sejalan dengan harapan Bank Indonesia melalui kebijakan mengenai pengumuman suku bunga dasar kredit (prime lending rate) bank umum ke masyarakat yang berlaku sejak tanggal 31 Maret Melalui kebijakan tersebut, industri perbankan diharapkan akan lebih sehat dan lebih efisien dalam operasionalnya, namun dampak positif dari kebijakan dimaksud belum dirasakan dalam waktu singkat. 42

60 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 7.00 Grafik 3.7 Perkembangan Suku Bunga Deposito Bank Umum (%) 20 Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga dan Spread Suku Bunga Bank Umum (%) Jun-10 Sep-10 Des-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Rata-rata 1 bulan 3 bulan 12 bulan 6 bulan 24 bulan 0 Jun-10 Sep-10 Des-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 kredit simpanan spread Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.7 Intermediasi Bank Umum: LDR dan Kredit Baru Pertumbuhan DPK yang lebih rendah dari pertumbuhan kredit membuat rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) bank umum meningkat dari 114,65% pada triwulan II-2011 menjadi 115,17% di triwulan laporan. Begitu juga jika dibandingkan dengan triwulan III-2010 dimana rasio LDR saat itu tercatat sebesar 113,99%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan intermediasi bank umum di Provinsi Lampung selama triwulan laporan mengalami peningkatan yang didorong oleh aktivitas investasi maupun konsumsi yang meningkat selama triwulan laporan. Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Bank Umum 2,000 1,500 1, Realisasi Kredit baru LDR-axis kanan Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Berdasarkan lokasi, kabupaten Tanggamus memiliki rasio LDR tertinggi mencapai 123,52%, meskipun menurun dibanding triwulan II-2011 yang mencapai 129,35%. Sedangkan rasio LDR Bank Umum di wilayah Lampung Selatan masih menjadi yang terendah meskipun mengalami peningkatan dari 55,72% triwulan II-2011 menjadi 59,37% pada periode laporan. 43

61 Miliar Rp Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Selain Lampung Selatan, peningkatan rasio LDR juga terjadi di Kabupaten Tulang Bawang (dari 94,23% menjadi 96,83%) dan kabupaten Lampung Utara (dari 90,73% menjadi 100,31%). Sementara 4 kabupaten/kota lainnya mengalami penurunan LDR Grafik 3.10 Tingkat Intermediasi Bank Umum Berdasarkan Lokasi (%) LDR 2.25 NPL (axis kanan) Metro Bandar Lampung Tanggamus Tulang Bawang Lampung Utara Lampung Tengah Lampung Selatan Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.8. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Nilai outstanding kredit mikro, kecil, dan menengah pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan sebesar 5,51% (qtq) atau 21,89% (yoy). Dari total outstanding kredit MKM sebesar Rp15,14 triliun, sebanyak 45,21% (Rp6,84 triliun) digunakan untuk modal kerja, 39,62% (Rp5,99 triliun) untuk konsumsi, dan 15,17% (Rp2,16 triliun) untuk investasi. Pertumbuhan triwulanan terjadi pada seluruh jenis kredit yaitu kredit investasi sebesar 6,31% (qtq), modal kerja sebesar 4,33% (qtq) dan konsumsi sebesar 6,58% (qtq). Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan tahunan seluruh jenis kredit dengan persentase masing-masing sebesar 3,4% (yoy) untuk kredit investasi, 15,19% (yoy) untuk modal kerja dan sebesar 40,88% (yoy) untuk kredit konsumsi. 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Grafik 3.11 Pertumbuhan Kredit Mikro Kecil Menengah Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Konsumsi 4,130 4,029 4,300 4,663 4,856 5,034 4,700 4,750 4,257 4,884 5,374 5,627 5,998 Investasi ,012 1,087 1,216 1,234 2,019 2,222 1,932 2,042 2,161 2,297 Modal kerja 4,052 4,331 4,791 5,143 5,323 5,655 5,292 6,034 5,941 6,146 6,501 6,560 6,844 Sumber: LBU dan LBUS 44

62 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 1% 2% Grafik 3.12 Penyaluran Kredit MKM Berdasarkan Lokasi 9% 4% 1% 6% 77% Metro Bandar Lampung Tanggamus Tulang Bawang Lampung Utara Lampung Tengah Lampung Selatan Penyaluran kredit MKM paling besar terjadi di wilayah Bandar Lampung dengan pangsa sebesar 77,05% atau senilai Rp11,66 triliun. Nilai ini meningkat 4,80% dibanding triwulan II Sementara itu, wilayah dengan penyaluran kredit MKM paling kecil adalah Tulang Bawang dengan pangsa 0,60% atau senilai Rp91,52 miliar, turun sebesar 3,57% (qtq). Sumber : LBU dan LBUS 2.9. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan baki debet sebesar 5,93% (qtq) dan 33,91% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, mayoritas KUR digunakan untuk kebutuhan modal kerja dengan pangsa mencapai 85,29% serta pertumbuhan sebesar 3,9% (qtq), yang dialokasikan terutama untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran dimana sektor tersebut tumbuh sebesar 19,62% (qtq). Sementara itu, pada kredit investasi yang memiliki pangsa sebesar 14,71%, terjadi peningkatan baki debet sebesar 41,73% (qtq). Berdasarkan sektor ekonomi, KUR untuk sektor pertanian masih mendominasi dengan pangsa sebesar 61% namun sedikit turun dibanding triwulan II-2011 yang berpangsa 66,64%. Sementara itu, KUR untuk sektor perdagangan mengalami peningkatan pangsa dari 28,18% menjadi 31,17% (qtq), sedangkan pangsa KUR untuk sektor ekonomi lainnya relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Alokasi kredit usaha rakyat ini sebagian besar tersebar di Bandar Lampung (47,12%), diikuti kemudian oleh Metro (14,94%). Jumlah debitur KUR selama triwulan laporan meningkat 17,22% (qtq) dan 60,57% (yoy), dimana sektor perdagangan memiliki jumlah debitur dengan pangsa terbesar yaitu 53,85%, diikuti sektor pertanian yang memiliki pangsa 36,09%. Jumlah debitur KUR selama triwulan laporan paling banyak terdapat di Metro (33,06%) dan Lampung Utara (22,16%). Peningkatan KUR di Lampung kepada sektor yang produktif diharapkan mampu mendorong pembiayaan perbankan untuk pelaku UMKM yang lebih banyak dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian. 45

63 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Juta Rp 1,500,000 1,000, ,000 0 Grafik 3.13 Perkembangan KUR 1,230,628 sep des mar jun sep orang 140, , ,000 80,000 60,000 40,000 20, plafond baki debet jml debitur-rhs Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian 3. BANK PERKREDITAN RAKYAT Kinerja industri BPR membaik, namun kualitas menurun Indikator berupa aset, DPK, dan penyaluran kredit BPR di Lampung menunjukkan kinerja yang cenderung meningkat dengan pertumbuhan masing-masing mencapai 4,97% (qtq), 4,86% (qtq), dan 2,29% (qtq). Namun demikian peningkatan indikator tersebut tidak diiringi dengan perbaikan kualitas kredit yang terindikasi dari peningkatan rasio NPL dari 1,49% menjadi 1,69%. Posisi BPR di Provinsi Lampung dibanding Nasional Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, total aset BPR secara nasional hingga bulan Agustus 2011 mencapai Rp51,02 triliun, tumbuh 2,9% dibanding akhir Juni Dari 33 Provinsi di Indonesia, jumlah aset BPR Lampung menempati urutan ke-5 (Rp4,08 triliun) setelah Jawa Tengah (Rp11,75 triliun), Jawa Barat (Rp9,08 triliun), Jawa Timur (Rp6,13 triliun) dan Bali (Rp4,16 triliun). Kondisi ini mengindikasikan bahwa BPR di Lampung cukup besar perkembangannya dibanding wilayah lain di Indonesia, dan tertinggi untuk BPR yang berada di luar Pulau Jawa dan Bali. Perkembangan Kelembagaan BPR Hingga akhir triwulan III-2011, jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Lampung sebanyak 32 buah dengan lokasi kantor pusat meliputi Bandar Lampung (13 BPR), Metro (3 BPR), Lampung Tengah (5 BPR), Lampung Selatan (2 BPR), Lampung Utara (2 BPR), Lampung Timur (4 BPR), 46

64 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tanggamus (1 BPR), Tulangbawang (1 BPR), dan Way Kanan (1 BPR). Untuk mendukung operasional pelayanan terhadap nasabah BPR, terdapat 5 unit mesin ATM yang tersebar masingmasing di Bandar Lampung, Metro, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Lampung Timur. Perkembangan Aset dan DPK BPR Aset BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp4,08 triliun atau tumbuh 4,97% (qtq) dan 19,59% (yoy), dimana aset BPR konvensional (BPRK) dan BPR Syariah (BPRS) masing-masing tumbuh sebesar 4,84% (qtq) dan 9,59% (qtq). Begitu pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,86% (qtq) dan 20,35% (yoy), dengan pertumbuhan triwulanan tertinggi berada pada produk simpanan berjangka yaitu sebesar 5,46% (qtq) dan pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada produk tabungan 25,77% (yoy). Sementara itu, dilihat dari pangsa masing-masing jenis simpanan terhadap total DPK, simpanan berjangka secara umum masih memiliki pangsa terbesar dengan persentase 83,02%, yang disumbang oleh simpanan berjangka pada BPR Konvensional dengan pangsa mencapai 83,92%. Hal sebaliknya terjadi pada BPR Syariah, dimana tabungan memiliki pangsa lebih besar yaitu sebesar 60,23%. Tabel 3.9 Asset & DPK BPR No Uraian Trw III 2010 (miliar Rp) Trw II 2011 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III-2011 qtq (%) yoy (%) A Asset 3, , , B DPK 2, , , Konvensional 2, , , Syariah B Jenis DPK 2, , , Tabungan Simpanan Berjangka 1, , , Sumber: LBU dan LBUS Perkembangan Kredit BPR dan Kualitas Kredit BPR Outstanding kredit BPR hingga akhir triwulan laporan mencapai Rp3,27 triliun, meningkat 2,29% (qtq) dan 14,29% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, sebanyak 81,96% kredit BPR atau sebesar Rp2,68 triliun masih disalurkan untuk konsumsi, 16,54% atau sejumlah Rp541,38 miliar untuk modal kerja; dan hanya 1,5% atau Rp49,23 miliar untuk investasi. Kredit konsumsi mengalami peningkatan tajam baik secara triwulanan maupun atau tahunan yaitu sebesar 20,24% (qtq) dan 36,87% (yoy), sementara kredit dengan jenis 47

65 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran penggunaan lainnya mengalami penurunan baik triwulanan maupun tahunan. Masih dominannya kredit konsumsi menunjukkan bahwa industri BPR di Lampung belum maksimal mendorong sektor produktif sehingga lebih memilih nasabah konsumtif yang memiliki aspek risiko gagal bayar rendah, mengingat sebagian besar kredit di sektor ini disalurkan dalam bentuk kredit pegawai. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit BPR untuk sektor perdagangan masih memiliki pangsa yang terbesar, setelah sektor lain-lain. Nominal kredit sektor perdagangan ini mencapai Rp292,92 miliar, atau berpangsa 8,95% dari total kredit BPR di triwulan laporan. Miliar Rp Grafik 3.14 Perkembangan Kredit BPR % (qtq) Sumber: LBU dan LBUS baki debet growth-axis kanan Pertumbuhan penyaluran kredit BPR ternyata kurang diimbangi dengan peningkatan kualitas kredit. Hal ini tampak dari rasio NPL BPR yang naik dari 1,49% menjadi 1,69% (qtq). Peningkatan NPL tersebut lebih disebabkan oleh naiknya rasio NPL pada BPR konvensional dari 1,45% menjadi 1,66% (qtq), sedangkan Non Performing Financing (NPF) BPR Syariah memiliki kinerja lebih baik sehingga menurun dari 3,73% di triwulan II-2011 menjadi 2,8% di triwulan laporan. Perkembangan LDR dan L/R Tahun Berjalan Sama halnya dengan kondisi LDR bank umum, tingkat intermediasi BPR di Lampung pada triwulan laporan menunjukkan angka yang relatif tinggi yaitu sebesar 118,01% walaupun mengalami penurunan dari 120,97% pada triwulan II Pada indikator laba/rugi, selama triwulan laporan BPR tercatat mengalami peningkatan laba yang cukup signifikan hingga 42,78% (qtq), dari Rp123,02 miliar menjadi Rp175,64 miliar pada triwulan III Peningkatan laba pada industri BPR di Lampung dialami baik oleh BPR Lampung dialami baik oleh BPR konvensional maupun BPR Syariah, dimana selama triwulan 48

66 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran laporan masing-masing mencatat peningkatan laba sebesar 42,72% dan 47,05% dibanding triwulan sebelumnya. Dengan perolehan laba yang tumbuh positif, nilai Return On Aset (ROA) BPR di Lampung meningkat dari 3,17% menjadi 4,31% (qtq). Hal ini mengindikasikan kemampuan aset BPR untuk menghasilkan laba selama triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan II Grafik 3.15 Perkembangan LDR BPR (%) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 4. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Kinerja perbankan syariah selama triwulan laporan secara umum menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini tampak dari indikator berupa aset, DPK, pembiayaan, maupun Non Performing Financing (NPF). Peningkatan aset sebesar 15,11% (qtq) dan 55,26% (yoy) disumbang oleh pertumbuhan pada Bank Umum Syariah (BUS) sebesar 15,55% (qtq) dan BPR Syariah (BPRS) sebesar 9,59% (qtq), dengan perbandingan pangsa aset BUS dan BPRS masing-masing sebesar 93,06% dan 6,94%. Untuk komponen DPK, terjadi peningkatan jumlah simpanan dana di bank syariah sebesar 8,7% (qtq) dan 52,64% (yoy). Simpanan berupa tabungan masih mendominasi penghimpunan DPK dengan pangsa sebesar 56,53% atau senilai Rp483,85 miliar dan mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 9,63% (qtq). Sementara itu giro dan simpanan berjangka mengalami pertumbuhan sebesar 9,44% (qtq) dan 7,15% (qtq), atau masing-masing menjadi Rp60,13 miliar dan Rp311,94 miliar pada akhir triwulan laporan. Dari sisi pembiayaan, pada triwulan III-2011 tercatat pertumbuhan sebesar 11,61% (qtq) dan 61,41% (yoy), dengan 47,95% dari total pembiayaan disalurkan untuk tujuan modal kerja. Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, sektor industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, jasa umum, jasa sosial dan lain-lain mengalami pertumbuhan positif. Pembiayaan untuk sektor lain-lain memiliki pangsa terbesar (39,65%) dan mengalami 49

67 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran pertumbuhan sebesar 17,38% sejalan dengan peningkatan pembiayaan konsumsi. Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan syariah menjalankan fungsi intermediasi yang lebih berorientasi pada pembiayaan konsumsi, terutama pembiayaan pegawai. Miliar Rp 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Grafik 3.16 Perkembangan Perbankan Syariah Asset Pembiayaan DPK FDR - rhs Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 % Sumber: LBU dan LBUS Meningkatnya pembiayaan Bank Syariah juga diimbangi dengan kualitas penyalurannya, tampak dari membaiknya rasio NPF dari 2,32% menjadi 2,1% (qtq). Peningkatan kualitas ini terjadi pada BUS maupun BPRS dimana NPF BUS turun dari 2,24% menjadi 2,06% (qtq), sedangkan NPF BPRS turun dari 3,73% menjadi 2,8% (qtq). Pertumbuhan pembiayaan yang melampaui DPK pada BUS maupun BPRS menjadikan Financing To Deposit Ratio (FDR) Bank Syariah pada triwulan laporan meningkat dari 154,34% menjadi 158,48% (qtq). Tabel 3.10 Indikator Perbankan Syariah No Uraian Trw III 2010 (miliar Rp) Trw II 2011 (miliar Rp) Trw III 2011 Posisi (miliar Rp) Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Asset - Jenis Bank 1, , , BUS 1, , , BPRS B DPK - Jenis Bank BUS BPRS C Pembiayaan - Jenis Bank , , BUS , , BPRS D Pembiayaan - Jenis Penggunaan , , Modal Kerja Investasi Konsumsi E NPF (%) F FDR (%) Sumber: LBU dan LBUS 50

68 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 5. ASESMEN STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH Asesmen secara umum terhadap stabilitas sistem keuangan daerah dilakukan guna melihat potensi sumber-sumber risiko keuangan daerah yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan di daerah. Asesmen yang dilakukan menyimpulkan bahwa secara umum pada triwulan III-2011 terjadi penurunan risiko keuangan. Asesmen Keuangan Bisnis dan Rumah Tangga Kondisi keuangan bisnis dan rumah tangga di Provinsi Lampung menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Indikator yang mencerminkan hal tersebut diantaranya adalah alokasi kredit perbankan, konsumsi swasta dalam PDRB, serta hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen (SK). Pada kredit, terjadi pertumbuhan kredit perbankan baik secara triwulanan maupun tahunan, baik untuk kredit modal kerja, investasi maupun konsumsi. Perkembangan konsumsi swasta dalam PDRB juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,4% (yoy). Begitu pula dengan hasil SKDU yang menginformasikan bahwa terjadi peningkatan kapasitas usaha serta situasi bisnis yang cukup kondusif pada triwulan III-2011, serta indeks penghasilan dari hasil Survei Konsumen di kota Bandar Lampung yang berada di level optimis menunjukkan adanya kenaikan penghasilan. Asesmen Risiko Aktiva Produktif Bank Umum Aktiva produktif bank umum di Lampung masih didominasi oleh kredit (94,77%), diikuti oleh portofolio berbentuk penempatan pada bank lain (4,04%), surat berharga dan tagihan lainnya (0,48%), dan penempatan pada SBI (0,32%). Besarnya pangsa keempat jenis portfolio tersebut diprediksi tidak akan banyak berubah pada triwulan IV-2011, terutama untuk kredit dan penempatan pada bank lain. Dari sisi kolektibilitas kredit, rasio NPL gross bank umum mengalami perbaikan, yaitu dari 3,69% menjadi 3,55% (qtq). Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja memiliki risiko tertinggi yang tercermin dari rasio NPL sebesar 4,93%, disusul oleh kredit konsumsi yang memiliki rasio NPL sebesar 2,45% serta kredit investasi dengan rasio NPL sebesar 1,9%. Dengan rasio NPL Bank Umum yang masih dibawah 5%, kondisi portofolio aktiva produktif Bank Umum di Provinsi Lampung masih cukup terjaga. Namun demikian, bank umum tetap harus memperhatikan aspek kehati-hatian (prudential) dalam menyalurkan kreditnya. 51

69 Asesmen Risiko Likuiditas Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Risiko likuiditas Bank Umum di Provinsi Lampung pada triwulan laporan sedikit meningkat, dengan indikator berupa rasio likuiditas bank umum yang menurun dari 4,97% menjadi 4,6% (qtq), akibat peningkatan aktivitas pendanaan yang lebih besar dari bertambahnya alat likuid dan penurunan sumber dana untuk realisasi anggaran daerah, meningkatnya investasi dan konsumsi. Peningkatan risiko likuiditas tersebut mencerminkan penurunan kemampuan bank dalam menyediakan dana jangka pendek yang akan digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Asesmen Risiko Rentabilitas Risiko rentabilitas Bank Umum di Provinsi Lampung mengalami penurunan, yang tampak dari rasio rentabilitas (Return On Aset) yang meningkat dari 1,64% menjadi 2,06% (qtq). Kondisi tersebut mengindikasikan peningkatan kemampuan perbankan di Lampung untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan pengelolaan asetnya. 6. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Selama triwulan III-2011, transaksi sistem pembayaran tunai antara bank umum di Lampung dengan Bank Indonesia menunjukkan net inflow, dibandingkan triwulan II-2011 yang mengalami net outflow. Kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB), penemuan uang palsu dan penukaran uang pecahan kecil mengalami peningkatan selama triwulan laporan. Sementara itu pada sistem pembayaran non tunai baik melalui kliring maupun RTGS juga cenderung mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya Perkembangan Aliran Uang Kartal Pada triwulan III-2011 jumlah aliran uang kartal yang masuk (inflow) ke Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung tercatat sebesar Rp2,93 triliun, meningkat tajam sebesar 127,47% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1,29 triliun. Hal yang sama terjadi pada aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) yang mengalami peningkatan sebesar 41,62% yaitu dari Rp1,41 triliun menjadi Rp 2 triliun. Dengan kondisi tersebut, aliran uang kartal di Bank Indonesia Bandar Lampung pada triwulan III-2011 secara total mengalami net-inflow, sebagaimana siklus/pola musiman yang terjadi pada triwulan III setiap tahun. Pada awal triwulan III-2011, jumlah uang kartal yang keluar dari BI (ouflow) belum mengalami perubahan yang berarti. Namun memasuki bulan Agustus 2011 terjadi peningkatan tajam jumlah outflow yang dipicu oleh meningkatnya permintaan uang kartal yang signifikan 52

70 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran seiring dengan tingginya kebutuhan konsumsi masyarakat pada bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri. Selain itu, penarikan uang kartal sehubungan dengan realisasi APBD di triwulan III-2011, pembayaran gaji pegawai dan Tunjangan Hari Raya (THR) serta keperluan perbankan dalam rangka pengisian ATM menghadapi cuti bersama Idul Fitri, turut berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah ouflow pada triwulan laporan. Namun demikian, pada akhir triwulan III-2011 jumlah uang kartal yang masuk ke BI (inflow) jauh lebih besar diatas jumlah outflow yang menurun tajam. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya peningkatan setoran hasil transaksi perdagangan oleh pelaku usaha ke perbankan pada bulan September 2011 seiring berlalunya momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Faktor lain yang diperkirakan turut mendorong jumlah inflow pada triwulan laporan adalah diterbitkannya Surat Edaran Bank Indonesia No.13/9/DPU tanggal 5 April 2011 tentang Penyetoran Dan Penarikan Uang Rupiah Oleh Bank Umum Di Bank Indonesia, yang memperkenankan bank umum untuk melakukan kegiatan penyetoran Uang Layak Edar (ULE) setiap saat, dengan ketentuan antara lain sebagai berikut : a. Bank dapat melakukan kegiatan penyetoran dan/atau penarikan uang dalam 1 (satu) hari kerja. b. Bank dapat melakukan penyetoran uang dalam kondisi masih layak edar dan uang tidak layak edar dalam 1 (satu) kali kegiatan Penyetoran Uang. c. Pembatasan jumlah minimal uang dalam kondisi yang masih layak edar yang dapat disetorkan dan/atau ditarik oleh Bank. d. Bank dapat melakukan penyetoran uang dalam kondisi yang masih layak edar ke Bank Indonesia setelah mengoptimalkan transaksi uang kartal antar bank dan kondisi perbankan mengalami kelebihan likuditas uang kartal. e. Bank Indonesia dapat melakukan pembayaran uang dalam kondisi yang masih layak edar yang diperoleh dari setoran bank, kepada bank yang sama atau berbeda, dengan kemasan Uang yang masih utuh dan tersegel serta masih terdapat label Bank penyetor. miliar Rp 3000 Grafik 3.17 Perkembangan Aliran Uang Kartal inflow outflow net flow I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia 53

71 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Dalam rangka pemenuhan kebutuhan uang pecahan di masyarakat, Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang kartal layak edar baik melalui kegiatan kas keliling maupun loket penukaran uang di Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung. Jumlah nominal penukaran uang pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan 44% (qtq) dari Rp41,1miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp59,18 miliar, yang puncaknya terjadi pada bulan Agustus 2011 menjelang hari raya Idul Fitri. Tidak berbeda jauh dengan penukaran triwulan sebelumnya yang didominasi uang pecahan Rp10.000,-, Rp5.000,-, dan Rp ,-, pada triwulan laporan uang pecahan Rp10.000,-, Rp5.000,- dan Rp2.000,- menjadi pecahan yang paling banyak diminta oleh masyarakat dalam kegiatan penukaran uang di kantor Bank Indonesia Bandar Lampung, dengan pangsa mencapai 73,86%, atau meningkat dibandingkan pangsa pada triwulan II-2011 sebesar 70,52%. Periode Tabel Perkembangan Penukaran Uang Triwulan III-2011 Nominal (Rp Juta) TOTAL April 0, , , , , ,7 406,7 40,8 12,8 8, ,8 Mei 0,0 0, , , , ,2 353,4 57,6 21,6 15, ,5 Juni 0,0 0, , , , ,3 380,4 70,2 16,0 11, ,7 Total Triwulan II , , , , , , ,5 168,5 50,4 35, ,1 Juli 0,0 1, , , , ,9 404,8 79,5 20,4 11, ,3 Agustus 0, , , , , , ,3 46,0 20,2 8, ,4 September 0,0 18, , , ,5 622,7 297,4 49,3 15,1 9, ,1 Total Triwulan III , , , , , , ,5 174,8 55,7 28, ,8 Sumber : Bank Indonesia 6.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Dalam bidang pengedaran uang, Bank Indonesia memiliki kebijakan untuk senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal dalam jumlah nominal yang cukup dengan jenis pecahan dalam kondisi layak edar (fit to circulation). Dalam pelaksanaan kebijakan clean money policy sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat, Bank Indonesia secara rutin melakukan pemilahan untuk memisahkan Uang Layak Edar (ULE) dan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta melakukan pemusnahan uang yang tidak layak edar melalui Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terlebih dahulu. Selama triwulan III-2011, jumlah UTLE yang dimusnahkan tercatat senilai Rp1,47 triliun, meningkat cukup tajam sebesar 59,45% (qtq) dari Rp924 miliar pada triwulan II Sementara bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terjadi peningkatan sebesar 31,63% (yoy). Meski jumlah PTTB meningkat, namun rasio PTTB terhadap uang kartal 54

72 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran yang masuk (inflow) mengalami penurunan, dari 71,8% pada triwulan II-2011 menjadi 50,33% di triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan pola musiman dimana arus uang yang masuk ke Bank Indonesia Bandar Lampung selalu mengalami tren meningkat pada triwulan III miliar Rp Grafik 3.18 Perkembangan PTTB dan Inflow di KBI Bandar Lampung % Inflow PTTB rasio PTTB/inflow (axis kanan) Sumber : Bank Indonesia 6.3. Penemuan Uang Palsu Jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung selama triwulan III-2011 sebesar Rp58,22 juta, atau meningkat hingga 47,34% dibandingkan triwulan II Begitu pula dengan jumlah bilyet uang palsu yang mengalami peningkatan sebesar 33,09%, dari 541 lembar pada triwulan II-2011 menjadi 720 lembar. Dari jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut, pecahan yang paling banyak dipalsukan adalah Rp ,- dan Rp50.000,- dengan pangsa mencapai 98,06%. Meningkatnya jumlah temuan uang palsu tersebut menunjukkan semakin tingginya pemahaman serta kesadaran masyarakat dengan melaporkan ke perbankan untuk memastikan keaslian uang rupiah, dan kondisi ini ditindaklanjuti oleh kepolisian dalam hal pengungkapan temuan uang palsu tersebut. Meskipun jumlah nominal dan bilyet uang palsu pada triwulan III-2011 meningkat, namun rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) sedikit menurun dibandingkan triwulan II-2011 yaitu dari 0,0031% menjadi 0,002% di triwulan laporan. Dalam upaya meminimalisir peredaran uang palsu di wilayah Lampung, Bank Indonesia bersama instansi berwenang senantiasa terus mengupayakan penanggulangan yang bersifat preventif dan represif. Bank Indonesia Bandar Lampung melakukan upaya preventif melalui sosialisasi 3-D kepada seluruh lapisan masyarakat baik secara lisan maupun dalam bentuk leaflet dan banner guna meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang 55

73 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran rupiah. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilakukan oleh Kepolisian melalui penanganan proses hukum terhadap sejumlah kasus pengedaran uang palsu. Selain melalui sosialisasi 3-D, Bank Indonesia juga selalu berupaya melakukan kajian terhadap peningkatan fitur pengamanan uang kertas rupiah yang sebelumnya telah ada, Upaya terbaru yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah melalui penerbitan uang kertas terbaru dengan tambahan fitur pengaman cetak pelangi (rainbow printing) pada Uang Kertas Rupiah Pecahan (Dua Puluh Ribu) Tahun Emisi 2004, Pecahan (Lima Puluh Ribu) Tahun Emisi 2005 dan pecahan (Seratus Ribu) Tahun Emisi Dengan upaya penambahan fitur-fitur pengamanan uang kertas rupiah yang terus dikembangkan Bank Indonesia, diharapkan jumlah pemalsuan uang rupiah dapat ditekan seminimal mungkin. Grafik 3.19 Komposisi Penemuan Uang Palsu Trw III 2011 Rp 50, % Rp 10, % Rp 20, % Rp 100, % Sumber : Bank Indonesia 6.4. Perkembangan Kliring Dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Aktivitas transaksi non tunai baik kliring maupun RTGS merupakan salah satu kegiatan perbankan yang mencerminkan transaksi perekonomian di suatu daerah. Dalam pelaksanaannya, kegiatan kliring di Lampung terbagi di 3 wilayah : Bandar Lampung yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia Bandar Lampung dan diikuti oleh 35 kantor/bank peserta, serta di 2 kota lain yang diselenggarakan oleh bank penyelenggara kliring lokal yang telah ditunjuk yaitu di Kotabumi dengan peserta 6 kantor/bank, dan Metro dengan peserta 8 kantor/bank. Transaksi perputaran kliring selama triwulan III-2011 mengalami peningkatan dari sisi nominal dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun dengan jumlah warkat yang sedikit menurun. Nilai transaksi tumbuh sebesar 8,49% (qtq) dari Rp6,27 triliun menjadi Rp6,8 triliun, dengan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp109,72 miliar. Meskipun secara nominal mengalami peningkatan, jumlah warkat yang diproses dalam penyelenggaraan kliring justru sedikit mengalami penurunan sebesar 0,14% (qtq) dari lembar pada triwulan 56

74 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran sebelumnya menjadi lembar pada triwulan laporan, dengan rata-rata perputaran harian sebanyak lembar. mengalami peningkatan, jumlah warkat yang diproses dalam penyelenggaraan kliring justru sedikit mengalami penurunan sebesar 0,14% (qtq) dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar pada triwulan laporan, dengan rata-rata perputaran harian sebanyak lembar. Meningkatnya transaksi kliring ternyata disertai juga dengan peningkatan temuan cek dan bilyet giro (BG) kosong, dimana selama triwulan laporan terjadi peningkatan jumlah nominal cek dan BG kosong sebesar 8,21% (qtq) dari Rp58,26 miliar menjadi Rp73,3 miliar. Begitu pula dengan jumlah warkat yang meningkat 1,16 % (qtq) dari lembar pada triwulan II-2011 menjadi lembar. Tabel 3.12 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung Kliring Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Perputaran Nominal (milyar Rp) 4.993,1 4929,0 4863,5 5302,1 5733,8 4771,5 5989,7 6270,0 6802,4 Lembar Pengembalian Nominal (milyar Rp) 66,47 56,85 82,87 58,91 72,50 66,20 72,74 80,60 86,64 Lembar Cek/BG kosong Nominal (milyar Rp) 51,93 43,33 64,14 48,42 58,20 52,07 58,26 67,73 73,30 Lembar Sumber : Bank Indonesia Kegiatan penyelesaian transaksi keuangan bernilai besar melalui transaksi RTGS di Lampung selama triwulan laporan mengalami peningkatan, baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Transaksi tersebut meliputi transaksi masuk (incoming) dan keluar (outgoing) Lampung serta transaksi antar nasabah melalui perbankan di wilayah Lampung. Jumlah nominal transaksi RTGS sedikit meningkat sebesar 0,27% (qtq) dari Rp32,68 triliun menjadi Rp32,76 triliun. Sejalan dengan itu, jumlah transaksi juga menunjukkan sedikit peningkatan sebesar 1,3% (qtq) dari lembar warkat menjadi lembar warkat. Peningkatan transaksi melalui RTGS selama triwulan laporan diperkirakan didorong oleh kebutuhan dana untuk pembayaran THR dan adanya peningkatan transaksi ekonomi seiring dengan momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Selain itu, meningkatnya realisasi APBN di Lampung baik belanja maupun transfer Dana Bagi Hasil (DBH) serta APBD di triwulan III-2011 terutama untuk 57

75 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran membiayai proyek pembangunan dan pembayaran gaji pegawai baik rutin maupun gaji ke-13, turut berkontribusi terhadap peningkatan jumlah transaksi RTGS. miliar Rp Grafik 3.20 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Trw III I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia RTGS-Outgoing RTGS-Incoming RTGS From-To Kliring 58

76 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Boks II. Batas Waktu Penukaran Uang Yang Telah Dicabut dan Ditarik Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.12/94/Kep/Dir/UPU tanggal 19 November 1979 tentang Pencabutan Kembali Serta Penarikan dari Peredaran Uang Kertas Emisi 1975 Pecahan Rp dan Surat Edaran No.8/66/Intern tanggal 28 November 2006 perihal Pencabutan dan Penarikan dari Peredaran Uang Logam, Bank Indonesia melakukan pencabutan dan penarikan uang kertas dan logam dari peredaran. Adapun jenis pecahan dan jangka waktu penukaran adalah sebagai berikut : 1. Penukaran uang kertas Rp Tahun Emisi 1975 (gambar terlampir) di Bank Indonesia yang terhitung sejak tanggal 2 Januari 1980 akan berakhir pada tanggal 31 Desember Jangka waktu penukaran di Bank Umum uang di bawah ini (gambar terlampir) yang terhitung sejak tanggal 30 November 2006 akan berakhir tanggal 29 November Selanjutnya, penukaran hanya dapat dilakukan di Bank Indonesia terhitung sejak tanggal 30 November 2011 sampai dengan tanggal 29 November

77 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Terkait dengan batas waktu penukaran uang-uang tersebut, kepada masyarakat yang berniat untuk menukarkan uang dimaksud diharapkan dapat menukarkan sesuai dengan batas waktu dan sesuai dengan jam operasional kas. 60

78 Perkembangan Keuangan Daerah BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 1. PENDAPATAN DAERAH Hingga Agustus 2011, pendapatan Provinsi Lampung telah terealisasi sebesar Rp1,64 triliun atau mencapai 75,80% dari target pendapatan sebesar Rp2,16 triliun. Berdasarkan komponennya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) memperoleh pencapaian tertinggi, yaitu sebesar 81,42% dari target, diikuti oleh Dana Perimbangan dan Lain-Lain PAD yang Sah dengan nilai realisasi masing-masing sebesar 71,79% dan 51,75%. Tingginya realisasi PAD ini didorong oleh pendapatan beberapa komponen pajak, retribusi, dan laba BUMD yang telah melampaui target. Pada komponen pajak, penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Air Bawah Tanah telah melampaui target dengan nilai perolehan masing-masing sebesar Rp362,44 miliar dan Rp413 juta. Sementara itu, komponen retribusi daerah yang telah melampaui target, diantaranya retribusi UPTD di Dinas Pendidikan dan retribusi gedung olah raga dibawah Dinas Pemuda dan Olahraga. Pada komponen penerimaan lainnya, Dana Perimbangan telah terealisasi sebesar Rp709,28 miliar atau 71,19% dari target sebesar Rp987,944 miliar. Pencapaian ini didorong oleh penerimaan Dana Bagi Hasil (DBH) Bukan Pajak, yaitu DBH Pertambangan Minyak Bumi dengan realisasi sebesar 91,68% (Rp96,27 miliar). Di sisi lain, DBH PBB dan DBH PPh yang merupakan dana transfer bagi hasil pajak dari pusat mengalami realisasi yang masih minim, yaitu masing-masing sebesar 7,33% dan 35,82%. Sedangkan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang juga bagian dari DBH Pajak hanya terealisasi sebesar Rp3,12juta karena pengalihan wewenang pemungutan atau devolusi BPHTB dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan amanat UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), sehingga DBH BPHTB akan langsung diterima oleh Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Di sisi lain, komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah yang mengalami realisasi terendah dibandingkan PAD dan Dana Perimbangan, ditopang oleh realisasi penerimaan hibah yang berasal dari pemerintah Kabupaten/Kota sebesar Rp3,45 miliar (344,9% dari target), hibah dari SKPD yang terealisasi sebesar Rp9,18 miliar (90,05% dari target), dan hibah dari Kepelabuhan yang terealisasi sebesar Rp1,17 miliar (89,93% dari target). 61

79 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Uraian APBD (Rp) APBDP (Rp) % Realisasi s.d Smt I (Rp) Realisasi s.d Agustus (Rp) (1) (2) (2) : (1) (3) (4) (4) : (3) (4) : (1) PENDAPATAN 2,162,168,622,144 2,496,411,121, ,178,142,524,784 1,638,979,876, A. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 1,085,424,022,568 1,271,960,066, ,695,754, ,741,695, Pajak Daerah 885,967,000,000 1,105,875,631, ,699,733, ,479,611, Retribusi Daerah 6,746,202,500 7,699,962, ,804,906,431 5,611,278, Laba Perusahaan Milik Daerah 18,244,939,816 19,773,518, ,292,045,288 19,398,638, Lain-lain PAD yang Sah 174,465,880, ,610,954,468 (20.55) 38,899,068,926 78,252,167, B. DANA PERIMBANGAN 987,944,599,576 1,119,441,234, ,682,394, ,280,075, Bagi Hasil Pajak 146,440,412,213 22,767,244, ,257,996, ,868,394, Bagi Hasil Bukan Pajak 105,807,357,463 96,369,990, Dana Alokasi Umum (DAU) 708,123,029, ,973,038, ,150,940, ,479,780, Dana Alokasi Khusus (DAK) 27,573,800,000 42,210,200, ,663,060,000 12,663,060, C LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 88,800,000, ,009,820, ,764,375,831 45,958,105, Pendapatan Hibah 88,800,000, ,009,820, ,764,375,831 45,958,105, growth % % Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Sementara itu pada rancangan APBD Perubahan, pendapatan Provinsi Lampung direncanakan mengalami perubahan sebesar Rp2,49 triliun atau meningkat 15,46% dibandingkan APBD murni 2011 sebesar Rp2,16 triliun. Perubahan tertinggi terjadi pada komponen DAK dan Pajak Daerah dengan peningkatan masing-masing sebesar 53.08% dan 24,82%. Di sisi pajak daerah, potensi penerimaan diperkirakan mencapai Rp1,10 triliun, meningkat dibandingkan APBD murni sebesar Rp885 miliar. Kenaikan ini didasarkan pada jumlah objek PKB dan BBN KB yang mengalami trend peningkatan sejalan dengan pertumbuhan aktivitas ekonomi di Lampung, ditambah dengan adanya program pemerintah daerah untuk mendorong perolehan pajak melalui pemutihan tunggakan PKB dan keringanan biaya BBN-KB sesuai Peraturan Gubernur No. 27 tahun 2011 yang berlaku sejak Oktober 2011 hingga Maret Sedangkan pada sisi DAK kenaikan ini didasarkan oleh adanya penambahan kegiatan investasi pembangunan pada bidang pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. 2. BELANJA DAERAH 2011 Realisasi belanja daerah kumulatif hingga Agustus 2011 diperkirakan sebesar Rp1,33 triliun atau telah mencapai 61,32% dari target sebesar Rp2,18 triliun. Peningkatan realisasi belanja daerah ini sejalan dengan penurunan jumlah giro pemerintah pada perbankan di Lampung sebesar 8,74% (qtq). 62

80 Perkembangan Keuangan Daerah Sampai dengan Agustus 2011, realisasi belanja tidak terduga mengalami realisasi tertinggi dibandingkan komponen belanja lainnya, yaitu sebesar 89,45%, sedangkan realisasi belanja bantuan keuangan merupakan yang terendah, yaitu sebesar 44,24%. Sementara itu, belanja daerah dalam rancangan APBD-P diperkirakan mencapai Rp2,65 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 21,57% dibandingkan belanja dalam APBD murni sebesar Rp2,18 triliun. Belanja langsung meningkat 33,36% menjadi Rp1,45 triliun, sedangkan belanja tidak langsung meningkat 9,67% menjadi Rp1,2 triliun. Kenaikan pengeluaran disebabkan oleh meningkatnya dana bagi hasil hibah ke Kabupaten/Kota yang diarahkan untuk pembangunan infrastruktur sekolah modern, peningkatan kualitas guru dan dosen melalui pelatihan, pemeliharaan lintasan jalan kereta api, pemberian insentif kepala desa, persiapan pembangunan Kota Baru, peningkatan kualitas pelayanan di Bandara Rd. Inten II, peningkatan pelayanan jasa kesehatan, serta peningkatan pemberdayaan UMKM dan sektor lainnya. Dengan adanya perubahan ini, maka defisit APBD 2011 dalam rancangan APBD-P menjadi sebesar Rp155 miliar yang diproyeksikan akan tertutupi oleh SILPA Tahun 2010 yang diperkirakan mencapai Rp161 miliar (Sisa Kas Bendahara Daerah sebesar Rp152 miliar, Sisa Kas BLUD sebesar Rp7 miliar, dan Sisa Kas Bendahara SKPD sebesar Rp2 miliar). Tabel 4.2 Belanja Daerah Provinsi Lampung Uraian Rancangan APBDP Realisasi s.d Smt I Realisasi s.d Agustus* growth APBD (Rp) % (Rp) (Rp) (Rp) % % (1) (2) (2) : (1) (3) (4) (4) : (3) (4) : (1) BELANJA DAERAH 2,181,168,622,240 2,651,575,076, ,976,190,487 1,337,384,750, Belanja Pegawai (Langsung dan Tidak Langsung) Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal Belanja Hibah 1,597,887,476,120 36,172,755,120 1,924,741,191,695 43,497,755, ,548,814,678 15,787,962, ,583,007,360 20,140,850, Belanja Bantuan Sosial 81,450,000, ,476,800, ,070,716,309 43,983,708, Belanja Bagi Hasil 353,000,000, ,800,938, ,151,697, ,731,497, Belanja Bantuan Keuangan 90,300,000, ,700,000, ,500,000,000 39,945,686, Belanja Tidak Terduga 22,358,391,000 37,358,391, ,917,000,000 20,000,000, Pembiayaan ,000,000,000 - Surplus/defisit (18,999,999,999) (155,163,954,172) Ket : *) : Berdasarkan data SP2D Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung

81 3. PENERIMAAN DAN BELANJA NEGARA DI PROVINSI LAMPUNG Perkembangan Keuangan Daerah Penerimaan negara di Provinsi Lampung kumulatif hingga triwulan III-2011 mencapai Rp6,29 triliun, dimana penerimaan sepanjang triwulan III-2011 sebesar Rp2,34 triliun atau meningkat 11,58% dibandingkan perolehan sepanjang triwulan II Dari 5 komponen penerimaan negara di daerah, penerimaan dari Badan Layanan Umum mencapai pertumbuhan terbesar dibandingkan komponen lainnya yaitu sebesar 38,67% (qtq), kemudian diikuti oleh Pajak Dalam Negeri yang tumbuh 29,24% (qtq) dan Penerimaan PNBP lainnya sebesar 16,51% (qtq). Sedangkan komponen Pajak Perdagangan Internasional mengalami penurunan sebesar 19,64% (qtq) yang disebabkan oleh penurunan pada komponen bea keluar. Penerimaan bea keluar terbesar di Lampung berasal dari CPO dan produk turunannya, sedangkan sisanya berasal dari kopi, kakao, dan produk dari kayu. Penurunan penerimaan bea keluar CPO disebabkan oleh penurunan nilai Bea Keluar sesuai Peraturan Menteri Perdagangan yang menyesuaikan dengan perkembangan harga acuan internasional, ditambah volume produksi kelapa sawit yang mengalami penurunan sepanjang triwulan III-2011 karena kemarau. Sementara itu pada periode ini, bea masuk masih tercatat mengalami peningkatan sebesar 65,17% (qtq). Bea masuk di Lampung sebagian besar disumbang oleh impor bahan bakar gas, gula, beras, dan bahan baku lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, data impor non migas yang tercatat di Bank Indonesia menunjukkan peningkatan pada impor beras melalui Provinsi Lampung sebesar 44,59% (qtq) (data hingga Agustus 2011). No Komponen Tabel 4.3 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung Tahun 2011 Tw I (Rp) Tw II (Rp) Tw III (Rp) Sampai Dengan Tw III (Rp) % Growth (Tw III vs Tw II) (1) (2) (3) (4) (3) : (2) I PAJAK DN 1,208,083,238,323 1,249,469,480, ,614,776,174,544 4,072,328,893, PPh 487,181,863, ,490,480, ,077,489,862 1,550,749,833, PPN 704,762,855, ,241,440, ,097,590,058 2,405,101,886, Pendapatan PPN 704,361,737, ,979,869, ,714,863,375 2,404,056,470, PPN DN 174,691,009, ,800,101, ,373,496, ,864,608, PPN Impor 529,610,730, ,093,928, ,295,237,664 1,554,999,896, PPN lainnya 59,997,651 85,838, ,128, ,965, PPnBM 401,118, ,570, ,726,683 1,045,415, PPNBM DN 19,394,727 39,723, ,028, ,146, PPNBM Impor 381,723, ,847, ,698, ,269, PBB 3,435,435,383 20,241,981, ,209,116,261 66,886,533, Cukai 27,350,000 50,050, ,730,000 89,130, Pajak lainnya 12,676,392,363 14,445,528, ,380,248,363 49,502,169, II PAJAK PERD. INT'L 595,441,603, ,969,037, ,289,667,040 1,951,700,307, Bea Masuk 180,497,399, ,441,719, ,326,231, ,265,350, Bea Keluar 414,942,706, ,527,317, ,963,435,548 1,462,433,460, III PEN. SUMBER DAYA 101,756, ,294, ,641, ,692, IV PEN PNBP LAINNYA 56,172,468,647 49,780,088, ,001,177, ,953,735, V PEN. BLU 3,723,524,556 42,882,898, ,464,122, ,070,545, TOTAL 1,863,522,591,052 2,094,286,929, ,336,820,783,855 6,294,721,175, Sumber : Dirjen Perbendaharaan Kanwil Lampung 64

82 Perkembangan Keuangan Daerah Sementara itu, komponen belanja negara di Provinsi Lampung hingga triwulan III mayoritas mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan II, kecuali belanja pemeliharaan yang mengalami penurunan hingga 10,98% (qtq). Secara kumulatif hingga triwulan III, belanja gaji dan tunjangan merupakan yang terbesar dalam komponen arus kas dari aktivitas operasi dengan porsi sebesar 46,75%, sedangkan belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan mendominasi dengan porsi sebesar 79,32% dari komponen belanja pada arus kas dari aktivitas investasi non keuangan. No. I II Komponen Tabel 4.4 Belanja Negara di Provinsi Lampung Tahun 2011 Tw I (Rp) Tw II (Rp) Tw III (Rp) Sampai dengan Tw III (Rp) % Growth (Tw III vs Tw II) (1) (2) (3) (4) (3) : (2) Arus Kas dari Aktivitas Operasi Belanja gaji dan tunjangan 332,158,524, ,851,113, ,895,463,444 1,188,905,101, Honorarium 2,056,117,315 3,558,054,997 4,073,445,943 9,687,618, Belanja Barang 53,851,466, ,413,445, ,252,823, ,517,735, Belanja Jasa 8,301,683,469 21,484,775,748 24,797,047,302 54,583,506, Belanja Pemeliharaan 6,684,399,742 35,184,789,285 31,320,414,593 73,189,603,620 (10.98) Belanja Perjalanan 13,541,049,906 36,910,480,273 44,701,910,348 95,153,440, Belanja Badan Layanan Umum 1,182,786,000 18,667,243,378 19,502,183,773 39,352,213, Bantuan Sosial Pendidikan & Peribadatan 21,624,102,250 67,342,523, ,885,161, ,851,787, Belanja Lembaga Sosial Lainnya 3,466,545, ,845,450, ,594,606, ,906,602, Lain-Lain 2,993,313,478 3,901,495,421 4,711,721,572 11,606,530, Transfer DBH 2,439,304,017 16,108,782,111 32,921,072,994 51,469,159, Arus Kas dari Aktivitas Investasi Non Keuangan Belanja modal tanah - 656,013,300 4,620,709,400 5,276,722, Belanja modal peralatan dan mesin 4,075,733,000 15,218,732,150 23,150,652,200 42,445,117, Belanja modal gedung dan bangunan 1,085,751,250 25,979,467,225 49,239,576,335 76,304,794, Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan 11,204,601, ,523,915, ,857,291, ,585,808, Belanja modal fisik lainnya 14,780, ,732,400 3,744,194,416 4,247,706, Belanja modal BLU 6,605,000 1,105,423,450 4,006,748,700 5,118,777, Sumber : Dirjen Perbendaharaan Kanwil Lampung 65

83 Perkembangan Keuangan Daerah Boks III. APBD Provinsi Lampung Vs Daerah Lainnya Di Indonesia Untuk melihat kinerja keuangan suatu daerah dapat dipergunakan beberapa indikator perhitungan. Di sisi pendapatan, analisis keuangan APBD dilakukan dengan melihat beberapa hal, yaitu rasio pajak (tax ratio) dan rasio kemandirian daerah. Sedangkan disisi belanja daerah, analisis meliputi rasio belanja pegawai terhadap total belanja, rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanja, rasio belanja modal per total belanja, rasio belanja per jumlah penduduk, serta rasio belanja modal per jumlah penduduk. Melalui perhitungan tersebut dapat terlihat apakah suatu daerah cenderung mengalokasikan dananya untuk belanja yang terkait erat dengan upaya peningkatan ekonomi atau belanja yang dialokasikan untuk pendanaan aparatur. 1. Analisa Pendapatan a. Rasio Pajak Rasio pajak dihitung berdasarkan perbandingan antara pajak agregat (Provinsi dan Kabupaten/Kota) terhadap PDRB. Rasio ini dapat menunjukkan seberapa besar pajak yang dapat diperoleh dari keseluruhan produk yang mampu dihasilkan suatu daerah. Di sisi lain, rasio ini secara tidak langsung juga bisa menunjukkan seberapa besar kontribusi pajak dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Rasio pajak di Provinsi Lampung mencapai 2,72%, menempati urutan ke 18 dari Provinsi se-indonesia, berada di atas Sumsel dan dibawah Sumbar. Sementara itu, rasio pajak tertinggi adalah Provinsi Bali, dengan nilai 8,52%. Hal ini disebabkan oleh besarnya potensi pajak di Bali dibandingkan Provinsi lainnya di Indonesia (terutama Pajak dari Sektor Pariwisata). Bali Maluku Gorontalo Kal Sel Bengkulu DIY Sul Sel DKI Jakarta Jambi Sum Ut Banten Babel NTB Sul Ut Kal Teng Mal Ut Sum Bar Lampung Sum Sel Ja Tim Kep. Ri Kal Bar Ja Bar NTT NAD Ja Teng Sul Teg Kal Tim Sul Bar Sul Teng Papua Riau Papua Barat (dalam %)

84 33 Papua Barat 32 Papua 31 Mal Ut 30 NAD 29 Sul Bar 28 Gorontalo 27 Maluku 26 Sul Tengah 25 NTT 24 Kepri 23 Babel 22 Sul Teg 21 Riau 20 Sul Ut 19 Bengkulu 18 Kal Teng 17 Jambi 16 Kal Tim 15 Kal Bar 14 NTB 13 Sumsel 12 DIY 11 Lampung 10 Sum Bar 9 Kal Sel 8 Bali 7 DKI Jakarta 6 Sul Sel 5 Sum Ut 4 Banten 3 Ja Teng 2 Ja Bar 1 Ja Tim Perkembangan Keuangan Daerah b. Rasio Kemandirian Rasio kemandirian dihitung berdasarkan perbandingan antara total PAD dengan total pendapatan, atau total dana perimbangan (transfer) dengan total pendapatan. Hal ini dapat mencerminkan apakah dalam melakukan belanja, pemerintah daerah lebih banyak menggunakan penerimaan yang murni dihasilkan daerah, atau bantuan pemerintah pusat (transfer melalui dana perimbangan). 90 % PAD/Pen Trf/Pen Berdasarkan rasio diatas, terdapat 11 provinsi yang sudah mandiri dalam membiayai pengeluarannya (porsi pendapatan murni daerah >50%), dan Lampung termasuk kedalam 11 Provinsi tersebut. Hal ini tercermin dari rasio PAD terhadap total pendapatan yang mencapai 50,20%. Sementara itu, provinsi yang memiliki kemandirian keuangan tertinggi adalah Jawa Timur, yaitu dengan porsi pendapatan murni daerah sebesar 76,87% dari total pendapatan. 2. Analisa Belanja Daerah a. Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Daerah Rasio ini dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah biaya pegawai (langsung dan tidak langsung) terhadap total belanja daerah. Rasio ini dapat mencerminkan seberapa besar pengeluaran yang digunakan untuk biaya gaji dan honorarium aparatur di daerah baik yang PNSD maupun non PNSD. Berdasarkan perhitungan ini, porsi belanja pegawai di Lampung terhadap total belanja daerah mencapai 29,41%. Artinya, dari setiap Rp100 belanja daerah, sebanyak Rp29,41 untuk belanja pegawai baik PNS maupun Non PNS. Porsi Lampung tersebut berada pada urutan ke 21 se-indonesia dan termasuk kedalam 18 provinsi yang memiliki porsi belanja pegawai terhadap total belanja lebih dari rata-rata (25,91%). Porsi belanja pegawai terendah adalah Provinsi Papua atau hanya 9,09% terhadap total belanja daerahnya, sedangkan porsi belanja pegawai yang tertinggi se-indonesia adalah NTT dengan nilai sebesar 38,23%. 67

85 Perkembangan Keuangan Daerah Sementara itu, untuk melihat seberapa besar belanja daerah yang digunakan untuk membiayai gaji rutin PNSD, digunakan rasio antara belanja tidak langsung dengan total belanja daerah. Semakin besar rasionya, maka semakin tinggi belanja daerah yang dibelanjakan untuk membayar gaji dan tunjangan PNSD, dan sebaliknya. Rasio belanja pegawai tidak langsung di Lampung mencapai 23,26%. Artinya, dari Rp100 belanja daerah, Rp23,26 merupakan pengeluaran untuk belanja gaji dan tunjangan PNSD. Rasio tersebut menduduki urutan ke 19 se Indonesia. Sementara itu, rasio belanja tidak langsung yang tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Utara (32,40%), sedangkan terendah di Provinsi Papua Barat (6,09%). Sulut Bengkulu Maluku Sulteng NTB Sumbar Jambi Lampung Kalsel Jateng Babel Jabar Sumsel Sumut NAD Kaltim Papua Barat (dalam %) c. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Daerah Rasio belanja modal dihitung berdasarkan perbandingan antara belanja modal terhadap total belanja daerah. Belanja modal, apabila ditambah belanja barang dan jasa merupakan belanja pemerintah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah selain sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Rasio belanja modal terhadap total belanja di Lampung menempati urutan ke 14 se Indonesia, dengan nilai sebesar 22,89%. Sementara itu, rasio belanja modal tertinggi diperoleh oleh Provinsi Bangka Belitung, yaitu sebesar 39,79%, sedangkan rasio terendah berada di daerah Jawa Tengah yang hanya memiliki porsi belanja modal sebesar 7,08% dari total belanja daerahnya. 68

86 Perkembangan Keuangan Daerah Babel Malut Riau Sulteg Sumsel DKI Jakarta Sumut Jambi Kaltim Sulbar Kalsel Kalteng NTB Lampung Sumbar Maluku NAD Bengkulu Kalbar Banten Papua Sulut Gorontalo Papua Barat Kepri NTT Sulteng Sulsel Bali DIY Jatim Jabar Jateng (dalam %) c. Rasio Belanja Modal terhadap Jumlah Penduduk Rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk dihitung berdasarkan perbandingan antara total belanja modal dengan jumlah penduduk berdasarkan data sensus BPS tahun Rasio belanja modal perkapita dapat menunjukkan seberapa besar belanja yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur daerah per penduduk. Untuk itu, rasio belanja modal perkapita memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi karena belanja modal merupakan salah satu jenis belanja pemerintah yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk Lampung berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 mencapai 7,6 juta jiwa, sehingga rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk di Lampung mencapai Rp70.000/penduduk, berada pada urutan ke 25 dari 33 provinsi se Indonesia. Rasio tertinggi terjadi di DKI Jakarta dengan rasio sebesar Rp /penduduk, sedangkan terendah di Jawa Tengah sebesar Rp10.000/penduduk. 69

87 Perkembangan Keuangan Daerah DKI Jakarta Kaltim Babel Malut Kepri Sulteg Sulbar Sumsel Bengkulu Sumut Sumbar Kalbar Lampung Banten DIY Jatim Jateng (dalam juta Rp) No Daerah PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Total Pendapatan Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Total Belanja 1 Prov. Nanggroe Aceh Darussalam 797,285 1,746,648 4,545,456 7,089,390 2,739,531 5,235,169 7,974,700 2 Prov. Sumatera Utara 3,181,900 1,271,127 27,756 4,480,782 2,031,752 2,646,109 4,677,861 3 Prov. Sumatera Barat 1,086, ,605 5,215 1,986,576 1,117,210 1,006,471 2,123,682 4 Prov. Riau 1,502,361 2,683,190 90,350 4,275,901 1,831,203 2,637,055 4,468,258 5 Prov. Jambi 571, ,820-1,399, , ,427 1,498,752 6 Prov. Sumatera Selatan 1,563,704 1,859,991 11,789 3,435,484 1,756,129 1,809,758 3,565,887 7 Prov. Bengkulu 421, ,596 29,850 1,145, , ,693 1,155,767 8 Prov. Lampung 1,085, ,945 88,800 2,162,169 1,090,584 1,090,584 2,181,169 9 Prov. DKI Jakarta 16,022,581 8,909,900 1,146,720 26,079,201 9,534,313 18,341,494 27,875, Prov. Jawa Barat 6,316,400 2,096,138 12,172 8,424,710 7,120,176 2,766,835 9,887, Prov. Jawa Tengah 4,182,627 1,689,618-5,872,245 3,833,963 2,228,187 6,062, Prov. DI Yogyakarta 700, ,542 4,594 1,419, , ,667 1,590, Prov. Jawa Timur 7,615,043 2,267,158 24,800 9,907,001 5,797,640 4,828,721 10,626, Prov. Kalimantan Barat 733,335 1,000,797 4,500 1,738, , ,116 1,853, Prov. Kalimantan Tengah 664,905 1,022,611 18,000 1,705, , ,103 1,718, Prov. Kalimantan Selatan 1,392,301 1,013,865 45,785 2,451,951 1,218,426 1,361,525 2,579, Prov. Kalimantan Timur 2,641,234 3,798,311 10,090 6,449,635 3,620,579 3,637,056 7,257, Prov. Sulawesi Utara 451, , ,947 1,259, , ,503 1,297, Prov. Sulawesi Tengah 325, ,180 3,400 1,168, , ,009 1,232, Prov. Sulawesi Selatan 1,782,147 1,090,322-2,872,470 1,847,673 1,124,605 2,972, Prov. Sulawesi Tenggara 421, ,080-1,220, , ,445 1,405, Prov. Bali 1,249, , ,019 2,143,520 1,721, ,188 2,483, Prov. Nusa Tenggara Barat 709, ,931 12,000 1,599, , ,361 1,657, Prov. Nusa Tenggara Timur 343, ,955-1,203, , ,219 1,308, Prov. Maluku 222, ,137 64,500 1,103, , ,190 1,124, Prov. Papua 304,175 1,570,107 3,494,865 5,369,147 2,795,993 2,388,154 5,184, Prov. Maluku Utara 80, ,624 2, , , , , Prov. Banten 2,079, ,416 4,183 2,924,695 1,764,097 1,721,198 3,485, Prov. Bangka Belitung 316, ,307 50, , , ,179 1,067, Prov. Gorontalo 122, , , , , , Prov. Kepulauan Riau 500,056 1,244,960-1,745, ,611 1,169,989 1,975, Prov. Papua Barat 98,962 1,332,510 1,954,235 3,385,707 2,095,781 1,421,401 3,517, Prov. Sulawesi Barat 110, ,711 70, , , , ,810 Sumber : 70

88 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Pada triwulan III-2011 kondisi ketenagakerjaan di Lampung mengalami sedikit penurunan meskipun kesejahteraan masyarakat masih cukup baik. Indikator ketenagakerjaan pada bulan Agustus 2011 menunjukkan penurunan dibandingkan bulan Februari Jumlah penduduk yang bekerja menurun 4,5% seiring menurunnya jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian akibat musim kemarau yang cukup panjang, tingkat pengangguran sedikit meningkat sebesar 0,54%, dan persentase jumlah penduduk miskin menurun 12,24%. Di sisi lain, tingkat kesejahteraan masyarakat Lampung masih mengalami peningkatan didorong oleh meningkatnya pendapatan sebagaimana tercermin dari indeks penghasilan dan peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) di Lampung. 1. KETENAGAKERJAAN Berdasarkan rilis BPS Provinsi Lampung periode Agustus 2011, jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun keatas) di Lampung mencapai 5,44 juta jiwa atau mengalami sedikit peningkatan (0,5%) dibandingkan Februari Dari jumlah tersebut, penduduk yang bekerja mencapai 3,48 juta jiwa (64,05%) menurun 4,5% dibandingkan Februari 2011, pengangguran mencapai 214 ribu jiwa (3,94%) atau meningkat 6,47%, sementara bukan angkatan kerja (masih sekolah dan ibu rumah tangga) mencapai 1,74 juta jiwa (32,01%) dengan kenaikan 11,47% dibandingkan bulan Februari Penurunan jumlah penduduk yang bekerja menyebabkan kenaikan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Lampung dari 5,24% menjadi 5,78%. Berdasarkan sektor ekonomi, komposisi penyerapan tenaga kerja relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan periode lalu, dimana mayoritas penduduk Provinsi Lampung masih bekerja pada sektor pertanian, yaitu mencapai 1,71 juta jiwa atau 49,24% dari seluruh penduduk yang bekerja. Jumlah pekerja di sektor yang sangat bergantung pada musim dan cuaca ini mengalami penurunan 11,6% dibandingkan Februari 2011 yang dipicu oleh terjadinya musim kemarau dalam beberapa bulan terakhir, disamping adanya salah satu perusahaan udang berskala 71

89 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah besar yang tidak beroperasi lagi. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah pekerja bebas di sektor pertanian juga mengalami penurunan yaitu 7,14%. Hal ini dikarenakan, sebagian penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan perkebunan merupakan pekerja bebas (informal), yang dipekerjakan ketika menghadapi panen raya. Penurunan penyerapan tenaga kerja yang tertinggi lainnya terjadi pada sektor perdagangan, rumah makan, jasa akomodasi (-9,42%). Namun demikian, seiring dengan penurunan jumlah penduduk yang bekerja pada kedua sektor tersebut, jumlah penduduk yang bekerja pada sektor industri dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan masingmasing mengalami peningkatan sebesar 70 ribu jiwa (24,22%) dan 23 ribu jiwa (5,53%). Uraian Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Agustus 2010 Februari 2011 (dalam ribu jiwa) Agustus 2011 Persentase Perubahan Agt'11 - Feb'11 Agt'11 - Agt'10 Penduduk Usia 15 tahun keatas 5.824, , ,0 0,50-6,67 Angkatan Kerja 3.957, , ,0-3,93-6,61 Bekerja 3.737, , ,0-4,50-6,83 Pengangguran Terbuka 220,6 201,0 214,0 6,47-2,99 Bukan Angkatan Kerja 1.866, , ,0 11,47-6,79 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 67,95 71,13 68,00-3,13 0,05 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,57 5,24 5,78 0,54 0,21 Sumber : BPS Provinsi Lampung Tabel 5.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Uraian Agustus 2010 Februari 2011 (dalam ribu jiwa) Agustus 2011 Persentase Perubahan Agt'11 - Feb'11 Agt'11 - Agt'10 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan 2.110, , ,0-11,60-18,74 Industri 290,0 289,0 359,0 24,22 23,79 Perdagangan, Rumah Makan, Jasa Akomodasi 567,7 669,0 606,0-9,42 6,75 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 410,4 416,0 439,0 5,53 6,97 Lainnya 358,4 331,0 364,0 9,97 1,56 Total 3.737, , ,0-4,44-6,83 Sumber : BPS Provinsi Lampung 72

90 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Tabel 5.3 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Agustus Februari Agustus Persentase Perubahan Uraian (dalam ribu jiwa) Agt'11 - Agt'10 Agt'11 - Feb'11 Berusaha sendiri 632,9 528,0 605,0 14,58-4,41 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 905,9 937,0 756,0-19,32-16,55 Berusaha dibantu buruh tetap 108,4 123,0 116,0-5,69 7,01 Buruh/karyawan 769,2 767,0 907,0 18,25 17,91 Pekerja bebas di Pertanian 249,7 182,0 169,0-7,14-32,32 Pekerja bebas non pertanian 175,6 163,0 187,0 14,72 6,49 Pekerja tak dibayar 895,3 945,0 741,0-21,59-17,23 Sumber : BPS Provinsi Lampung Secara umum ketersediaan lapangan pekerjaan baik formal maupun non formal di Provinsi Lampung relatif stabil dan diperkirakan akan sedikit meningkat. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III-2011 yang dilakukan oleh Bank Indonesia di wilayah Lampung, dimana Saldo Bersih Tertimbang (SBT) tercatat sebesar 12,28, yang berarti bahwa pelaku usaha memperkirakan penggunaan tenaga kerja akan mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada sektor pertanian, sementara sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan mengalami penurunan jumlah tenaga kerja. Selain itu, berdasarkan hasil liaison pada triwulan III-2011, diindikasikan bahwa sebagian pelaku usaha melakukan penambahan jumlah tenaga kerja meskipun tidak dalam jumlah besar. Sementara itu dari sisi konsumen, optimisme masyarakat Lampung secara umum terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini justru mengalami sedikit penurunan. Namun demikian, ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang, meskipun menurun dibandingkan periode survei sebelumnya namun masih berada pada level yang optimis dengan alasan meningkatnya minat masyarakat untuk berwiraswasta/menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan kondisi ekonomi yang mendukung. (hasil Survei Konsumen triwulan III-2011). 73

91 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Grafik 5.1 Keyakinan Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Indeks Ketersediaan lapangan kerja saat ini Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad Sumber : Survei Konsumen KBI Bandar Lampung Semakin tingginya kebutuhan terhadap lapangan pekerjaan ditengah ketersediaan lapangan kerja yang terbatas mendorong peningkatan arus tenaga kerja ke luar negeri (TKI). Data Dinas Tenaga Kerja Kependudukan dan Transmigrasi Provinsi Lampung menunjukkan bahwa sampai dengan triwulan III-2011, TKI asal Lampung mencapai orang yang sebagian besar berasal dari Kabupaten Lampung Timur, yaitu mencapai orang, disusul oleh Lampung Selatan yang mencapai orang dan Lampung Tengah sebanyak orang. Jumlah TKI tersebut telah jauh melampaui jumlah TKI tahun 2010 yang mencapai orang dan triwulan II sebesar 7610 orang. Keberadaan TKI asal Lampung ini tersebar di 20 negara, dengan Taiwan sebagai negara tujuan TKI terbesar yang jumlahnya mencapai 35,38% dari total TKI, diikuti Saudi Arabia (17,02%), dan Singapura (14,56%). 74

92 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Tabel 5.4 TKI Asal Lampung (orang) Sumber : Disnakertrans Provinsi Lampung Sehubungan dengan moratorium pengiriman TKI ke Saudi Arabia yang dikeluarkan Pemerintah dan berlaku sejak tanggal 1 Agustus 2011, berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Lampung jumlah TKI di Arab Saudi pada triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan terkecil diantara 8 negara tujuan utama yaitu sebesar 26,15% (qtq), sedangkan negara tujuan dengan pertumbuhan jumlah TKI tertinggi adalah Hongkong yang mencapai 88,87% (qtq). Hal tersebut berdampak pula pada pangsa TKI Lampung di Arab Saudi yang menunjukkan penurunan dari 19,95% pada triwulan II-2011 menjadi 17,02% di triwulan laporan. Dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan TKI di luar negeri, Bank Indonesia dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemenakertrans) telah menandatangani Kesepakatan Bersama Edukasi Keuangan Dalam Rangka Pemberdayaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Kesepakatan bersama ini dimaksudkan untuk mensinergikan program melakukan perencanaan keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya. Selain itu pemanfaatan produk dan jasa perbankan yang optimal dapat mendorong pengelolaan keuangan yang lebih efisien bagi para TKI. Kerjasama ini merupakan rangkaian lanjutan dari kegiatan edukasi perbankan yang telah dimulai Bank Indonesia sejak tahun 2008, yakni Gerakan Ayo Ke Bank yang merupakan program inisiatif Bank Indonesia untuk memperluas akses keuangan bagi masyarakat Indonesia. 75

93 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah 2. KESEJAHTERAAN 2.1. Indeks Penghasilan Sejalan dengan meningkatnya kondisi ekonomi Lampung, tingkat kesejahteraan masyarakat turut mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya indikator pendapatan masyarakat, sebagaimana yang diindikasikan oleh indeks penghasilan dari hasil Survei Konsumen di kota Bandar Lampung yang berada di level 144,5, dimana lebih banyak masyarakat yang menilai adanya kenaikan penghasilan dibandingkan yang menilai penurunan penghasilan. Meningkatnya pendapatan akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat Lampung yang pada akhirnya memperbaiki tingkat kesejahteraan. Indeks Grafik 5.2 Indeks Penghasilan Konsumen Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Sumber : Survei Konsumen KBI Bandar Lampung 2.2 Kesejahteraan Petani Salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli masyarakat pedesaan adalah Nilai Tukar Petani (NTP). NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayarkan petani. Disamping itu, NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. NTP Provinsi Lampung pada triwulan III-2011 mencapai 123,7, masih menjadi yang tertinggi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa surplus yang diterima oleh petani di Lampung paling besar di Indonesia. Pada triwulan laporan, surplus petani di Lampung tumbuh sebesar 0,84% (qtq), lebih tinggi dibandingkan surplus petani secara nasional yang tumbuh mencapai 0,36% (qtq). 76

94 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Sementara jika dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Sumatera, pertumbuhan NTP Lampung secara triwulanan berada pada posisi tertinggi. Secara tahunan, NTP Lampung masih terus menunjukkan peningkatan sebesar 5,7% (yoy). Sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) tercatat mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan sub sektor lainnya, sebesar 11,9% (yoy). Hal ini seiring dengan tingginya permintaan terhadap komoditas perkebunan dan diiringi oleh meningkatnya harga komoditas perkebunan dunia pada tahun Selain itu, terbatasnya supply yang dipicu oleh anomali cuaca yang terjadi pada tahun ini juga turut berkontribusi terhadap kenaikan harga komoditas perkebunan yang berdampak terhadap peningkatan NTP Lampung pada subsektor TPR. Informasi ini dikonfirmasi dari hasil liaison kepada perusahaan dan asosiasi di sektor perkebunan yang menyatakan bahwa permintaan konsumen lokal dan dunia (terutama negara-negara di Asia antara lain terhadap gula, kakao, karet dan kelapa sawit cukup tinggi Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung Per Sub Sektor I II III IV I II III IV I II III Padi & Palawija TPR Perikanan Hortikultura Peternakan Sumber : BPS Provinsi Lampung 3, , , , , Grafik 5.4 Perkembangan Harga Komoditas Perkebunan Sumber : Bloomberg (diolah) USD Cent/pound , Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep* Karet (USD cent/kg) Kakao (USD/ton) CPO (USD/metric ton) Gula (axis kanan) - 77

95 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Tabel 5.5 Perbandingan NTP Tiap Wilayah Sumber : BPS 2.3. Kemiskinan Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung, jumlah penduduk miskin di Lampung pada bulan Maret 2011 mencapai 1,3 juta orang atau sebesar 16,93% dari total penduduk yang mencapai 7,67 juta jiwa. Jumlah tersebut menurun sebanyak 181,2 ribu orang (12,24%) dibandingkan dengan bulan Maret tahun Trend penurunan jumlah penduduk miskin terus terjadi sejak tahun Ribu Jiwa Grafik 5.5 Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Lampung Jumlah Penduduk Miskin % Penduduk Miskin Sumber : BPS Provinsi Lampung %

96 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Mayoritas penduduk miskin berada di wilayah pedesaan, yaitu dengan jumlah sebesar 1,06 juta jiwa atau 81,37% dari jumlah penduduk miskin. Sementara itu, jumlah penduduk miskin yang berada di perkotaan mencapai 242 ribu jiwa (18,63%). Tabel 5.6 Garis kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Daerah (Rp/Kapita/Bln) Persentase Penduduk Miskin Perkotaan 203, , , , ,6 349, (17,85%) (16,78%) (14,03%) (12,27%) Perdesaan 160, , , , , , (22,14%) (21,49%) (20,65%) (18,54%) Kota+Desa 172, , , , , , (20,98%) (20,22%) (18,94%) (16,93%) Sumber : BPS Provinsi Lampung Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, ada beberapa dimensi lain yang perlu diperhatikan yakni tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus mampu mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada tahun 2011 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan menurun dari 2,98 pada Maret 2010 menjadi 2,77. Demikian pula pada Indeks Keparahan Kemiskinan yang mengalami penurunan (meskipun kecil) dari 0,723 pada Maret 2010 menjadi 0,718 pada Maret Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Grafik 5.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Lampung Sumber : BPS Provinsi Lampung Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (axis kanan) Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret

97 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Sementara itu, Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia termasuk di Provinsi Lampung. Sebagai contoh dalam bidang pendidikan, dimana Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) terus berupaya meningkatkan kuantitas dan kualitas sertifikasi guru secara nasional. Untuk Provinsi Lampung, kuota sertifikasi guru tahun ini sebanyak orang, menempati posisi terbanyak kedua secara nasional dan meningkat dibandingkan kuota sebelumnya yaitu orang. Peningkatan ini merupakan hasil monitoring dan evaluasi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan (PPSDP) Kemendiknas yang menilai proses sertifikasi di Lampung telah berjalan cukup baik dan memenuhi kuota yang ditargetkan. Penambahan kuota sertifikasi guru ini dilakukan agar semua guru di Indonesia tersertifikasi pada 2015, dengan tujuan agar sertifikasi tersebut berdampak nyata pada peningkatan kompetensi guru sehingga dapat memberikan pendidikan yang berkualitas kepada anak didiknya. Program lain terkait peningkatan kesejahteraan yang telah dicanangkan Pemerintah adalah penuntasan buta aksara, dimana berdasarkan data Kemendiknas jumlah penyandang buta aksara di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 8,3 juta jiwa atau 4,79% dari jumlah penduduk usia tahun, dan 70% diantaranya berusia diatas 40 tahun. Program yang diprioritaskan bagi daerah dengan tingkat buta aksara tinggi (termasuk Lampung) tersebut diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan operasional program keaksaraan dasar sebesar Rp /orang untuk orang, yang akan digunakan untuk pembelian materi ajar dan sarana prasarana pembelajaran lainnya dengan proses pembelajaran sebanyak 114 jam selama 6 bulan yang terbagi dalam 2 kali pertemuan setiap minggunya. 80

98 Prospek Perekonomian Daerah BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Ekonomi Lampung triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4.97% % (yoy), melambat dibandingkan triwulan III Namun demikian, pertumbuhan ekonomi secara kumulatif tahun 2011 mencapai 6,15% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 yang mencapai 5,75% (yoy). Pada triwulan IV-2011, pertumbuhan ekonomi di sisi penawaran dipicu oleh peningkatan output di sektor PHR dan sektor pengangkutan & komunikasi yang terakselerasi seiring adanya MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibiton) di Provinsi Grafik 6.1 Saldo Bersih Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha (%) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran Industri Pengolahan Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Bandar Lampung triwulan III Lampung pada awal triwulan, diantaranya pelaksanaan Saburai Agro Expo dan Festival Krakatau yang mendatangkan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Di samping itu, peningkatan kedua sektor tersebut juga akan terdorong oleh masa liburan akhir tahun Hal ini terkonfirmasi oleh hasil liaison, dimana contact liaison sektor perhotelan menyatakan bahwa pada September hingga Desember, tingkat okupansi hotel akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, output tanaman bahan makanan yang memiliki porsi besar pada sektor pertanian diprediksi mengalami penurunan karena masa tanam komoditas yang berlangsung periode ini (data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung). Namun demikian sektor ini akan sedikit terdorong oleh peningkatan produksi tanaman perkebunan, seperti karet dan kelapa sawit seiring dengan keadaan cuaca yang mendukung (hasil liaison). Sementara itu, sejalan dengan produksi tanaman perkebunan yang mengalami peningkatan, sektor industri pengolahan hasil perkebunan terutama karet dan kelapa sawit juga diprediksi meningkat dibandingkan triwulan lalu. Begitupula dengan industri pengolahan makanan & 81

99 Prospek Perekonomian Daerah minuman yang akan mengalami peningkatan output menjelang Natal dan Tahun Baru. Peningkatan output beberapa sektor pada triwulan mendatang turut terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha triwulan III-2011 (SB sektor bernilai positif). Di sisi permintaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mendominasi sektor konsumsi swasta diprediksi kembali meningkat seiring momen Natal dan Tahun Baru. Salah satu indikasi peningkatan sektor ini adalah jumlah kebutuhan konsumsi rumah tangga terhadap bahan pokok pada triwulan mendatang yang meningkat dibandingkan kebutuhan di luar Hari Besar Keagamaan Nasional (berdasarkan data proyeksi BKPD Provinsi Lampung). Kenaikan konsumsi rumah tangga juga sejalan dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen rumah tangga pada periode triwulan mendatang mengalami kenaikan. Konsumsi pemerintah daerah juga mengalami trend peningkatan sejalan dengan realisasi proyek pembangunan daerah di semester II Hal ini terkonfirmasi melalui quick survey sistem pembayaran yang menunjukkan bahwa penarikan kas daerah untuk pembayaran pelaksanaan proyek akan mengalami peningkatan. Kinerja investasi juga diprediksi terus membaik sejalan dengan trend permintaan domestik maupun luar negeri yang masih terjaga. Hal ini terindikasi melalui rencana investasi beberapa perusahaan contact liaison. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tertahan oleh kinerja ekspor yang diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain disebabkan penurunan produksi komoditas perkebunan utama karena cuaca yang tidak mendukung sepanjang musim tanam (kakao dan kopi), juga ditambah oleh pergerakan harga komoditas yang mengalami penurunan di pasar dunia Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Pengeluaran Konsumen 3 Bulan YAD Sumber : Survei Konsumen KBI Bdl Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep , , , Grafik 6.3 Perkembangan Harga Komoditas Dunia Sumber : Bloomberg , , CPO (USD/metric ton)-axis kiri Karet (USD cent/kg)-axis kanan Kopi (USD cent/pound)-axis kanan

100 Jan-97 Jun-97 Nov-97 Apr-98 Sep-98 Feb-99 Jul-99 Dec-99 May-00 Oct-00 Mar-01 Aug-01 Jan-02 Jun-02 Nov-02 Apr-03 Sep-03 Feb-04 Jul-04 Dec-04 May-05 Oct-05 Mar-06 Aug-06 Jan-07 Jun-07 Nov-07 Apr-08 Sep-08 Feb-09 Jul-09 Dec-09 May-10 Oct-10 Mar-11 Prospek Perekonomian Daerah Tabel 6.1 Prognosa Kebutuhan (Penyediaan) Pangan Lampung Tahun 2011 Sumber : BKPD Provinsi Lampung Selain fakta riil tersebut diatas, pergerakan PDRB Lampung yang mengalami perlambatan pada triwulan mendatang juga didukung oleh hasil running model menggunakan metode Bry-Boschan. Pada metode ini terlihat bahwa terakhir terjadi trough adalah pada Mei 2010 (4,12%), sedangkan terakhir peak pada Juni 2009 (6,34%). Dengan rata-rata periode trough ke peak ±14 bulan dan rata-rata periode peak ke trough ±22 bulan, maka puncak terjadinya peak di Lampung berakhir pada sekitar Juli 2011 dan akan memasuki masa trough hingga akhir tahun Grafik 6.4 Siklus PDRB Lampung (Metode Bry-Boschan) Sumber: BPS Prov. Lampung (diolah) 83

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Lampung Triwulan IV - 2007 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI PROVINSI REGIONAL RIAU Triwulan II - 200 7 Kantor Bank Indonesia P e k a n b a r u KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci