Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 2, November 2011 Hal:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 2, November 2011 Hal:"

Transkripsi

1 Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 2, November 2011 Hal: MODEL BIOEKONOMI EKSPLOITASI MULTISPESIES SUMBER DAYA PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN SELAT BALI (Bio-economic Model of Mulispecies Exploiaion of Pelagic Fishery Resources in he Bali Srai) Oleh: Nimmi Zulbainarni 1*, Mangara Tambunan 2, Yusman Syauka 2, Achmad Fahrudin 3 1 Deparemen Pemanfaaan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB 2 Fakulas Ekonomi dan Manajemen, IPB 3 Depaemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP)-FPIK, IPB *Korespondensi:nimmiz_reims@yahoo.com Dierima: 24 Juni 2011; Diseujui: 19 Sepember 2011 ABSTRACT Bali Srai has poenial abundance of pelagic fishery resources such as Indonesian oil sardine (lemuru), frigae mackerel (ongkol), scad mackerel (layang), shor-bodied mackerel (kembung) and ohers which can be caugh mosly using purse seine. Fishery resources are combined and also known asmulispecies; herefore his research aimed o analyze he model of bio-economic mulispecies exploiaion of pelagic fishery resources in Bali Srai. The analyical mehods ha used in his research were esimaed dynamic model of Walers and Hilborn (1976) and analysis of bio-economic model. The resuls showed ha acual producion of exploiaion of pelagic fishery resources in Bali Srai, was lower han he rae of susainable producion especially Indonesian oil sardine and shor-bodied mackerel. Producion and fishing effor were below he acual opimal value. The managemen of pelagic fishery resources in Bali Srai did no show a good level of economic efficiency. Thus he exploiaion of pelagic fishery resources in Bali Srai using purse seine could sill be increased. Key words: bio-economic, mulispecies, opimal ABSTRAK Perairan Sela Bali memiliki poensi sumber daya perikanan pelagis yang berlimpah anara lain ikan lemuru, ongkol, layang, kembung dan lainnya yang diangkap umumnya dengan ala angkap purse seine. Sumber daya perikanan bersifa gabungan aau mulispesies (Clark 1990), sehingga peneliian ini berujuan menganalisis model bioekonomi eksploiasi mulispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali. Meode analisis yang digunakan adalah esimasi dinamis model Walers dan Hilborn (1976) dan analisis model bioekonomi. Hasil peneliian menunjukkan bahwa di Perairan Sela Bali eksploiasi sumber daya perikanan pelagis, produksi akual berada di bawah produksi lesari. Produksi dan upaya penangkapan (effor) akual berada di bawah nilai opimal. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali belum menunjukkan ingka efisiensi ekonomi yang baik. Dengan demikian eksploiasi sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali dengan menggunakan ala angkap purse seine masih dapa diingkakan. Kaa kunci: bio-ekonomi, mulispesies, opimal

2 142 Marine Fisheries 2 (2): , November 2011 PENDAHULUAN Perairan Sela Bali yang merupakan perairan relaif sempi (sekiar km 2 ), dan mempunyai kesuburan yang inggi dengan poensi sumber daya perikanan pelagis yang sanga besar seperi ikan lemuru (Sardinella longiceps), ongkol (Euhynnus spp.), layang (Decaperus spp.), kembung (Rasrelinger sp.) dan ikan lainnya. Purse seine adalah ala angkap uama yang digunakan oleh nelayan di Perairan Sela Bali sejak ahun 1972 sehingga eksploiasi sumber daya perikanan pelagis berkembang sanga pesa. Peneliian erdahulu dengan menggunakan pendekaan spesies unggal (spesies lemuru) dikeahui bahwa elah erjadi overfishing biologi maupun ekonomi di Perairan Sela Bali (Sujasani dan Nurhakim 1982; Mera e al. 1997; dan Zulbainarni 2002). Usaha-usaha pelesarian sumber daya perikanan di Indonesia umumnya fokus kepada idenifikasi dengan menggunakan pendekaan spesies unggal. Meskipun banyak penelii yang menyadari kelemahan meode ersebu, akan eapi lieraur-lieraur bioekonomi eap didominasi oleh model-model spesies unggal. Sumber daya perikanan ropis (pelagis) seperi di Indonesia bersifa gabungan aau mulispesies yang berada dalam suau sisem ekologi yang kompleks. Menuru Clark (1990), memodelkan kedinamisan sebuah populasi dengan menggunakan sebuah persamaan urunan aau selisih secara idak langsung menunjukkan sebuah pengabaian dari hubungan-hubungan inerelasi-inerelasi ekologis. Pengabaian ini dapa dibenarkan dalam beberapa kasus, khususnya apabila hanya ada sau spesies dalam sebuah ekosisem yang akan menjadi subjek pengeksploiasian. Dengan selalu meningkanya perminaan aas sumber daya perikanan yang dapa diperbaharui, bagaimana pun, model-model spesies unggal menjadi semakin idak memenuhi perminaan. Tujuan umum peneliian ini adalah mengidenifikasi fakor dan menganalisis ingka kelesarian beberapa jenis ikan uama di perairan Indonesia khususnya di Perairan Sela Bali dengan menggunakan model bioekonomi mulispesies. Tujuan peneliian ini yang saling berkaian sau dengan yang lainnya dengan uruan sebagai beriku: 1. menganalisis ingka eksploiasi mulispesis sumber daya perikanan pelagis di Perair-an Sela Bali 2. menganalisis ingka kelesarian mulispesies dan ingka opimal eksploiasi mulispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali Sehubungan dengan ujuan peneliian ersebu maka hasil peneliian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi pihakpihak yang berwenang dan berkepeningan aau sakeholders dalam bidang perikanan khususnya dan peranian umumnya dan unuk arahan kerangka kerja bagi para pengguna (users) dalam meneapkan kebijakan perikanan. METODE Peneliian ini dilaksanakan di Perairan Sela Bali yang berada dianara dua provinsi yaiu Provinsi Bali (Kabupaen Jembrana) dan Jawa Timur (Kabupaen Banyuwangi). Lokasi ini dipilih berdasarkan perimbangan daerah penangkapan sumber daya perikanan pelagis yang sempi dan subur dengan hasil angkapan mulispesies yang besar (Gambar 1). Daa yang dikumpulkan pada peneliian ini adalah daa primer dan daa sekunder. Daa primer adalah daa yang diperoleh dari lapangan anara lain biaya penangkapan per rip. Teknik pengambilan sample aau conoh yang dilakukan pada peneliian ini adalah purposive sampling dimana sampling diambil berdasarkan karakerisik erenu yaiu nelayan purse seine dengan dua boa yang melakukan kegiaan penangkapan di Perairan Sela Bali. Jumlah sampel yang diambil adalah 13 orang nelayan dari Kabupaen Jembrana dan 18 orang nelayan Kabupaen Muncar. Adapun daa sekunder adalah daa yang diperoleh dari Biro Pusa Saisik (BPS), Pelabuhan Perikanan Panai (PPP) Muncar-Banyuwangi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Pengambengan Deparemen Kelauan dan Perikanan Direkora Jenderal Perikanan Tangkap Kabupaen Jembrana sera sumber lainnya. Ala angkap yang dominan di Perairan Sela Bali adalah purse seine dengan dua perahu (boa) yang umumnya menangkap spesies lemuru, ongkol, layang, kembung dan ikan lainnya, yang dipilih sebagai objek dalam peneliian ini. Daa yang dikumpulkan melipui hasil angkapan per spesies ikan dan upaya angkap purse seine yang dikumpulkan berupa daa ime series selama dua puluh ahun (ahun ). Analisis Daa Model bioekonomi mulispesies Umumnya erdapa iga pendekaan yang dapa digunakan dalam peneliian biologi perikanan mulispesies. Pendekaan perama, adalah menyamaraakan semua spesies.

3 Zulbainarni e al. Model Bioekonomi Eksploiasi Mulispesies Ikan Pelagis di Sela Bali 143 Gambar 1 Perairan Sela Bali. Pendekaan ini menggabungkan aau mencampurkan semua spesies sebagai sok spesies unggal dan unuk menganalisisnya digunakan model surplus produksi aau Biomass Toal Model Schaefer seperi peneliian yang dilakukan oleh Brown e al. (1976), Pope (1979), Pauly (1979), Clark (1985) dan Panayoou (1985). Pendekaan ini sanga populer karena hanya daa hasil angkapan dan upaya angkap (effor) yang diperlukan, dimana daa ini relaif mudah unuk diperoleh (Gulland 1974; Chaudhuri 1986; dan Fauzi 1998). Pendekaan kedua, adalah menganalisis fakor-fakor biologi alami seiap spesies ikan dan mengevaluasi ineraksi yang erjadi dianara spesies (Anderson & Ursin 1977; May e al. 1979). Anderson dan Ursin (1977) mengembangkan model simulasi unuk Lau Uara yang menggabungkan respon balik dari predaormangsa dan pengaruh dari pemindahan indusri perikanan. Pendekaan ini pasi menghendaki dibuanya model dan esimasi parameer biologi yang sanga kompleks. Hilborn dan Waler (1992) menegaskan bahwa keperluan daa yang digunakan dalam model ini sanga dibuuhkan, api dalam prakeknya pendekaan ini jarang digunakan dalam pengelolaan perikanan mulispesies. Pendekaan keiga dan agak lebih baik adalah menganalisis seiap spesies secara erpisah menggunakan fungsi surplus produksi seperi peneliian yang dilakukan oleh Placeni e al. (1992) dan Tai (1993). Pendekaan ini secara implisi mengasumsikan bahwa seiap spesies secara ekologi adalah independen (Clark 1985). Peneliian ini menggunakan perpaduan anara pendekaan perama, kedua, dan keiga unuk mengesimasi parameer biologi sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali. Secara umum model surplus produksi dapa diulis: x1 x h m...(1) dimana: x +1 : Biomass ahun +1 x : Biomass ahun m : kemaian alami (naural moraliy) Persamaan (4.1) menyaakan bahwa keika produksi lebih inggi dari pada ingka kemaian alami maka sok akan meningka dan sebaliknya jika ingka kemaian berada di aas produksi. Isilah surplus produksi digunakan unuk menggambarkan perbedaan anara produksi dan kemaian alami. Menuru Hilborn dan Walers (1992) bahwa surplus produksi juga bisa menggambarkan nilai sok ikan yang akan meningka apabila idak ada kegiaan penangkapan aau nilai angkapan dimana hasil angkapan keika sok ikan berada pada ingka konsan. Terdapa beberapa ipe model surplus produksi yang menjelaskan hubungan anara sok (biomass) dan produksi. Seiap model memiliki kelebihan dan kekurangan erganung pada siuasi dimana model ersebu digunakan. Pada peneliian ini digunakan model surplus produksi Walers dan Hilborn. Model surplus produksi yang dikembangkan oleh Walers dan Hilborn (1976) dikenal sebagai difference model. Model Walers dan Hilborn juga dikenal sebagai model yang berbeda dari model Schaefer. Model Walers dan Hilborn dapa dijelaskan pada persamaan beriku: x x x rx 1 h...(2) 1 K

4 144 Marine Fisheries 2 (2): , November 2011 Model Walers dan Hilborn menggunakan versi diskri model biologi sedangkan Schaefer idak. Esimasi parameer biologi dengan menggunakan meode esimasi dinamis aau dikenal dengan meode regresi relaif lebih mudah karena dapa mengesimasi parameer biologi langsung dari persamaannya (Hilborn and Walers 1992). Model surplus produksi Walers dan Hilborn adalah linear, lag, dan reciprocal. Perubahan sok ersebu merupakan selisih anara laju perumbuhan biomass dengan jumlah biomass yang diangkap aau hasil angkapan. Jika proses produksi aau harves dinamis dimasukkan kedalam model sok dinamis maka persamaan dapa dinyaakan secara maemais seperi pada persamaan (3). dx d x K rx 1 h...(3) Hasil angkapan (produksi) merupakan fungsi linier dari usaha perikanan dan biomass, sera konsana. Dengan mengasumsikan kondisi keseimbangan (equilibrium) maka kurva angkapan usaha perikanan lesari dari fungsi dinamis secara maemais disajikan pada persamaan (4), yang juga memasukkan unsur waku (). qe h qe K 1...(4) r Ini adalah fungsi kuadraik dalam effor aau upaya angkap. Jika diasumsikan bahwa perminaan erhadap ikan elasis sempurna, dengan harga oupu konsan dan oal cos linier erhadap usaha perikanan maka keunungan dalam suau periode pada suau indusri perikanan dapa diulis sebagai beriku: h ph c qx...(5) ph c E dimana: : Rene sumber daya perikanan pada periode c : Biaya per uni upaya pada periode E : Effo aau upaya angkap periode Menuru Harwick (1998) pengeahuan mengenai perbedaan anara ingka angkapan dan upaya yang akual dan opimal diperlukan dalam penenuan kebijakan sehingga dapa meminimalisasi opporuniy cos dalam benuk keunungan ekonomi opimal lesari yang hilang karena mengeksploiasi sumber daya perikanan pada ingka sekarang ini. Arinya eksploiasi pada ingka opimal inilah yang dapa menjaga kelesarian sumber daya perikanan. Eksploiasi opimal dari sumber daya perikanan sepanjang waku, dapa dikeahui dengan menggunakan eori kapial ekonomi sumber daya yang dikembangkan oleh Clark dan Munro (1975), dimana manfaa dari ekploiasi sumber daya perikanan sepanjang waku diulis sebagai beriku: V c ( p ) h e 0 qx dengan kendala: x o x f ( x ) h 0 x x 0 h h dimana: max max d...(6) V : Presen value rene ekonomi sumber daya perikanan p : Harga oupu per sauan uni c : Biaya per sauan inpu : Social discoun rae Dengan memberlakukan Ponryagins Maximum Principle,maka ingka pemanfaaan sumber daya perikanan yang opimal diperoleh dari Modified Golden Rule sebagai: ( h, x, E) f ( x) x...(7) x ( h, x, E) h Aau secara eksplisi diulis sebagai: f ( x) cf ( x)...(8) x x qxp( f ( x)) c f(x ) : Perumbuhan alami dari sok ikan : Rene marjinal akiba perubahan biomass h, x, E x h, x, E h : Rene marjinal akiba perubahan produksi Parameer ekonomi dan biologi dienukan oleh besaran biaya per uni effor (c), harga ikan (p), discoun rae () dan koefisien penangkapan (q).f (x ) adalah produkivias marjinal dari biomass yang merupakan urunan perama dari f(x ). Dari persamaan di aas akan dihasilkan x * (biomass opimal) yang dapa digunakan unuk menghiung ingka upaya penangkapan dan hasil angkapan yang opimal. Secara maemais dapa diulis sebagai beriku:

5 Zulbainarni e al. Model Bioekonomi Eksploiasi Mulispesies Ikan Pelagis di Sela Bali 145 x K c * 4 pqk 2 c 8c 1 1 r pqk r pqkr...(9) Hasil angkapan opimal dapa diulis sebagai beriku: x * ( pqx * c) r(1 2x * / K) h * c...(10) Dikeahuinya hasil angkap opimal (h * ) dan biomass opimal (x * ) maka dapa dikeahui pula upaya angkap yang opimal (E * ), sebagaimana dapa diulis pada persamaan beriku: * * * h E...(11) qx Dengan demikian dapa dikeahui rene ekonomi sumber daya perikanan yang merupakan hasil dari perkalian anara harga produk ikan dengan angkapan opimal dikurangi biaya dari ingka upaya opimal aau secara maemais dapa diulis sebagai beriku: * p h * * c E * *...(12) Peneliian ini mengembangkan model dari empa spesies ikan dan spesies ikan lainnya yang merupakan kumpulan dari spesies-spesies ikan yang sediki sekali diangkap unuk meliha dampak dari penambahan spesies ke dalam kerangka bioekonomi spesies unggal. Dengan demikian diharapkan keunungan saa ini nilainya jauh lebih besar. Turunan Produkivias Jika diasumsikan kegiaan penangkapan dengan ala angkap purse seine menangkap beberapa spesies ikan yang dikelompokkan kedalam lima spesies yaiu spesies lemuru, ongkol, layang, kembung dan ikan lainnya maka pada peneliian ini dikembangkan model bioekonomi Gordon-Schaefer dan Clark. Diasumsikan pula bahwa seiap spesies merupakan subjek dari perumbuhan logisik dan E didenoasi sebagai usaha yang dicurahkan unuk mengkombinasikan penangkapan, maka secara maemais dapa kia uliskan sebagai beriku: dx d dy d dz d dw d dn d x rx1 q1ex K y sy1 q2ey L z1 dimana: z M q3ez w uw1 q4ew N n vn1 q4en O...(13) x, y, z, w dan n : Biomass spesies ke-1, sampai dengan (s/d) ke- 5 r, s,, u dan v : Inrinsic growh rae spesies ke-1 s/d ke-5 K, L, M, N, dan O : Carrying capaciy spesies ke-1 s/d ke-5 q 1,q 2,q 3, q 4 dan : Cachabiliy coefficien/ q 5 koefisien kemampuan angkap spesies ke-1 s/d ke-5 E : Usaha perikanan/upaya penangkapan (effor) Spesies ke-1 Spesies ke-2 Spesies ke-3 Spesies ke-4 Spesies ke-5 : Spesies lemuru : Spesies ongkol : Spesies layang : Spesieskembung : Spesies ikan lainnya Persamaan (13) dieapkan dan dikembangkan dari Model Schaefer unuk kasus lima spesies yang diangkap dengan menggunakan ala angkap yang sama yaiu purse seine (puka cincin). Jika diasumsikan bahwa harga yang mewakili masing-masing spesies p1, p2 p3, p4, dan p5 adalah konsan dan bahwa biaya penangkapan ikan seimbang dengan usaha maka pendapaan bersih (economic ren) dapa diulis sebagai beriku: ( x, y, z, w, n, E) p q xe p q ye p q ze p q we p q ne ce x y z w n 0 pada Solusi keseimbangan persamaan (14) dapa muncul pada koordina axis (x=0, aau y=0, aau z=0, aau w=0, aau n=0) aau pada iik (x,y) pada segmen garis dapa diulis sebagai beriku: r q 1 1 x K s q 2 y 1 L 0 x K;0 y L;0 z M;0 w N;0 n O q 1 z M (14) 3 u q w 1 N 4 4 v n 1,...(15) q O 5

6 146 Marine Fisheries 2 (2): , November 2011 Keseimbangan bioekonomi dari indusri aau usaha perikanan pada kondisi pengusahaan open access dikarakerisikkan oleh persamaan (14) sehingga economic ren dapa diulis sebagai beriku: ( p1q1 x p2q2 y p3q3z p4q4w p5q5n c) E (16) Banyak conoh yang melibakan pengeliminasian beberapa spesies erenu yang berada dibawah rezim pemanenan gabungan aau mulispesies. Pengeliminasian suau spesies dapa pula erjadi karena harga dari spesies ikan yang diangkap. Kurva Yield-Effor Dengan menggunakan diagram yieldeffor dapa diperoleh kebijakan penangkapan opimal yang eap mengacu pada keunungan ekonomi oal, secara maemais keunungan ekonomi oal dapa diulis: TR TRx TRy TRz TRw. TRn q 1E q 2E q E p q ME 3 p1q1ke 1 p2q2le r s q 4E q ne p4q4ne 1. p5q5oe 1 u v...(17) Sehingga kurva oal pendapaan (oal revenue/tr) hampir sama dengan hasil penjumlahan parabola kurva-kurva pendapaan lima spesies. Jika populasi spesies x memiliki kemampuan produksi dengan keunungan ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan populasi spesies y dan seerusnya, maka penenu uama maksimal rene pada indusri perikanan gabungan aau mulispesies adalah konribusi yang diberikan oleh populasi spesies x. Populasi spesies y adalah hanya keberunungan insidenal dalam indusri perikanan. Dalam keadaan seperi ini eksploiasi pada rezim akses erbuka aau open access sudah jelas idak berhasil karena hal ersebu mengarah pada kehancuran sumber daya perikanan pelagis yang sanga berharga aau yang dominan diangkap ersebu dan mencapai sebuah equilibrium dimana hanya populasipopulasi yang kurang berharga aau yang idak dominan diangkap yang dapa berahan dan seerusnya. Unuk meraih keunungan ekonomi maksimum dari sebuah indusri perikanan, perlu dilakukan pemilahan salah sau dari kedua aau lebih populasi. Tenu saja dalam prakek sebenarnya, yang mungkin unuk dipisahkan adalah cara penangkapannya, walaupun hal ini dapa menyebabkan kenaikan biaya secara besar-besaran. Dengan demikian, semua populasi dominan yang dimiliki oleh sebuah ekosisem yang dieksploiasi menjadi erus menerus diinginkan secara ekonomis. Ada banyak angkapan yang idak disengaja yang dapa erambil sehingga enu saja juga dapa berpengaruh erhadap sumber daya perikanan yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Model bioekonomi eksploiasi mulispesies sumber daya perikanan pelagis Upaya penangkapan (fishing effor) Upaya penangkapan yang digunakan dalam peneliian ini adalah jumlah hari melau aau rip karena daa ini yang ersedia dalam benuk ime series dan sering digunakan. Upaya penangkapan yang dilakukan unuk mengeksploiasi aau menangkap sumber daya perikanan pelagis di perairan Sela Bali ahun berflukuasi, cenderung meningka dari ahun Secara rinci perkembangan upaya angkap (rip) sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali disajikan pada Gambar 2. Analisis biologi sumber daya perikanan pelagis Hasil penangkapan sumber daya perikanan pelagis Produksi sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali berflukuasi dalam periode ahun Secara rinci perkembangan produksi sumber daya perikanan pelagis berdasarkan spesies di Perairan Sela Bali disajikan pada Gambar 3. Ploing hubungan anara effor dan CPUE per spesies ikan disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 3 erliha bahwa erdapa hubungan negaif anara CPUE dan effor dimana apabila effor meningka maka CPUE cenderung akan menurun pada seiap spesies ikan. Korelasi negaif anara CPUE dengan upaya penangkapan mengindikasikan bahwa produkivias ala angkap purse seine di Perairan Sela Bali akan menurun apabila upaya penangkapan mengalami peningkaan. Esimasi Parameer Biologi Esimasi parameer biologi dengan model surplus produksi Walers dan Hilborn dan derivasi parameer biologinya disajikan pada Tabel 2 melalui ahapan analisis pada Tabel 1.

7 Zulbainarni e al. Model Bioekonomi Eksploiasi Mulispesies Ikan Pelagis di Sela Bali ,000 60,000 Effor (Trip) 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Tahun TRIP Gambar 2 Grafik perkembangan upaya angkap (Trip) sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali Tahun Produksi (Ton) 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - (10,000) Tahun IKAN LEM URU IKAN LAYANG IKAN TONGKOL IKAN KEM BUNG IKAN LAINNYA Gambar 3 Grafik perkembangan produksi sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali ahun Tabel 1 adalah pemecahan persamaan (2). Nilai koefisien pada persamaan Tabel 1 dapa langsung menggambarkan nilai r dan q, sera nilai K dapa dicari dengan dikeahuinya nilai r dan q ersebu dan yang digunakan adalah nilainya saja bukan bersama dengan andanya. Nilai r idenik dengan nilai koefisien inercep (α), nilai q idenik dengan koefisien variabel kedua (γ) dan nilai K diperoleh dari nilai r aau nilai koefisien inercep (α) dibagi dengan perkalian nilai koefisien variabel perama (β) dengan nilai q aau koefisien variabel kedua (γ). Koefisien deerminasi (R) menunjukkan bagaimana parameer-parameer biologi ersebu dapa menjelaskan kondisi sok dan kegiaan penangkapan di Perairan Sela Bali. Hubungan ini diuji secara saisik dengan menggunakan selang kepercayaan 95% dengan ingka bias aau kesalahan hanya sebesar 5%. Secara rinci nilai r, q, K, dan R mulispesies sumber daya perikanan pelagis dengan meode dinamis Walers dan Hilborn disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 erliha bahwa nilai inrinsic growh rae aau ingka perumbuhan alam spesies lemuru lebih inggi dibandingkan dengan spesies lainnya beruru-uru spesies layang, ongkol, kembung dan spesies ikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa laju umbuh spesies lemuru lebih cepa dibandingkan dengan spesies lainnya sehingga kemungkinan cepa erangkapnya juga inggi. Nilai koefisien kemampuan angkap menggambarkan ingka efisiensi eknis dari penangkapan, spesies layang nilainya lebih inggi dibandingkan dengan spesies lainnya beruru-uru spesies ongkol, lemuru, kembung, dan spesies ikan lainnya. Kemudian daya dukung lingkungan spesies kembung lebih inggi dari spesies lemuru, spesies ikan lainnya, ongkol dan spesies layang.

8 148 Marine Fisheries 2 (2): , November ,000 60,000 Effor (Trip) 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Tahun TRIP Gambar 2 Grafik perkembangan upaya angkap (Trip) sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali Tahun Produksi (Ton) 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - (10,000) Tahun IKAN LEM URU IKAN LAYANG IKAN TONGKOL IKAN KEM BUNG IKAN LAINNYA Gambar 3 Grafik perkembangan produksi sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali ahun Tabel 1 Tahapan analisis parameer biologi dengan menggunakan Model Surplus Produksi Walers dan Hilborn. No. Spesies Koefisien α β Γ R 2 1. Lemuru ( )** 2. Tongkol ( )** 3. Layang ( )** 4. Kembung ( )** 5. Ikan lainnya ( )** Keerangan: (Angka didalam kurung menunjukkan nilai -saisik) **signifikan pada ingka 5% ( )** ( )** ( )** ( )** ( )** E-05 ( )** E-05 ( ) E-05 ( ) E-05 ( ) E-05 ( ) Tabel 2 Nilai parameer biologi mulispesies sumber daya perikanan pelagis dengan menggunakan Model Surplus Produksi Walers dan Hilborn. No. Spesies r q K (Ton) 1. Lemuru E Tongkol E Layang E Kembung E Ikan lainnya E Sumber : Daa olahan, 2010

9 Zulbainarni e al. Model Bioekonomi Eksploiasi Mulispesies Ikan Pelagis di Sela Bali 149 (a) Lemuru (b) Tongkol (c) Layang (d) Kembung Gambar 5 Produksi akual dan lesari mulispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali ahun

10 150 Marine Fisheries 2 (2): , November 2011 Berdasarkan Gambar 5 erliha bahwa secara umum produksi akual dan lesari semua spesies memiliki pola magniude yang hampir sama kecuali spesies kembung. Produksi akual semua spesies ikan berflukuasi seiap ahunnya ada yang berada di aas aau dibawah produksi lesari. Jika kondisi produksi akual di aas produksi lesari dapa mengindikasikan bahwa kepunahan spesies ikan dapa segera erjadi bila hal ini dibiarkan erjadi erus menerus, begiu pula sebaliknya. Poensi lesari sumber daya perikanan pelagis berfluk-uasi pada ahun Produksi lesari spesies lemuru paling inggi jika dibandingkan dengan produksi lesari sumber daya perikanan pelagis lainnya. Flukuasi kenaikan dan penurunan produksi lesari spesies lemuru cenderung sama dengan produksi lesari oal karena spesies lemuru adalah ikan yang dominan diangkap dengan menggunakan ala angkap purse seine. Apabila kondisi produksi akual lebih besar dari pada produksi lesari dibiarkan erjadi erus menerus maka pengusahaan perikanan pelagis di Perairan Sela Bali akan mengalami kerugian karena sudah erkurasnya sok sumber daya perikanan pelagis dan pada suau waku dapa erjadinya biological overfishing, sehingga kelesarian sumber daya perikanan pelagis pun dapa erancam. Dengan mengeahui parameer biologi juga bisa diesimasi biomass aau sok masingmasing spesies. Secara grafik esimasi sok aau biomass disajikan pada Gambar 6. Ukuran persediaan aau sok semua spesies berflukuasi dari ahun ke ahun. Persediaan spesies lemuru semakin menurun dari waku ke waku dengan angka erendah erjadi pada ahun 2007 dan angka eringgi erjadi pada ahun Dalam kurun waku 8 ahun elah cenderung erjadi penurunan sok spesies lemuru sebesar lebih kurang 71 persen.pada ahun 2009 erjadi kembali kecenderungan kenaikan sok spesies lemuru sebesar 2 persen dari ahun Pada ahun 1999 ukuran persediaan spesies lemuru meningka semenara ukuran persedian spesies ongkol menurun sanga pesa yaiu sebesar lebih kurang 10 persen. Spesies layang mengalami penurunan ukuran persediaan yang cukup pesa pada ahun 2004, sedangkan spesies kembung pada ahun Penurunan ukuran persediaan spesies lemuru ahun 2004 diikui pula oleh penurunan ukuran persediaan spesies ongkol dan layang. Terdapa kecenderungan bahwa usaha dimasa lalu mempengaruhi usaha dimasa yang akan daang. Terliha pula kecenderungan perubahan effor dari ahun ke ahun menyebabkan perubahan pada ukuran persediaan spesies ikan. Analisis ekonomi sumber daya perikanan pelagis Biaya penangkapan Dalam kajian bioekonomi model Gordon- Schaefer biaya penangkapan didasarkan aas asumsi bahwa hanya fakor penangkapan yang diperhiungkan dan dianggap konsan, sehingga dalam peneliian ini biaya penangkapan didefinisikan sebagai biaya variabel per rip dan dianggap konsan. Pada peneliian ini, oal biaya penangkapan ini kemudian dihiung proporsional berdasarkan jumlah produksi erbesar unuk masing-masing spesies sumber daya perikanan pelagis. Biaya penangkapan melipui solar (58.63%), bahan pengawe/es (18.24%), Olie (18.24%) dan pangan(4.89%). Secara rinci biaya penangkapan proporsional per spesies ikan di Perairan Sela Bali disajikan pada Tabel 3. Analisis harga ikan hasil angkapan Hasil esimasi parameer perminaan unuk sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali disajikan pada Tabel 5. Analisis Bioekonomi Kondisi pengusahaan Perbandingan upaya penangkapan aau effor (rip) dengan menggunakan purse seine dan hasil angkapan (harves) mulispesies sumber daya perikanan pelagis pada seiap kondisi pengusahaan dari penggunaan model Walers dan Hilborn di Perairan Sela Bali disajikan pada Gambar 7. Rene ekonomi opimal mulispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali Biaya korbanan dalam mengeksploiasi sumber daya pada saa ini diperhiungkan melalui rene opimal (opimal ren) yang seharusnya imbul dari sumber daya perikanan jika sumber daya perikanan ersebu dikelola secara opimal. Hasil perhiungan nilai opimal mulispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan perhiungan rene ekonomi dan presen value rene ekonomi pada ingka social discoun rae 12 persen erliha bahwa dengan menggunakan model bioekonomi mulispesies rene ekonomi yang diperoleh jauh lebih besar karena merupakan penjumlahan dari rene ekonomi spesies lemuru, ongkol, layang, kembung dan ikan lainnya. Rene ekonomi dan presen value rene ekonomi mulispesies sumber daya perikanan pelagis dengan menggunakan ala angkap purse seine di Perairan Sela Bali ahun dan

11 Zulbainarni e al. Model Bioekonomi Eksploiasi Mulispesies Ikan Pelagis di Sela Bali 151 Gambar 6 Esimasi biomass/sok mulispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali.

12 152 Marine Fisheries 2 (2): , November 2011 Tabel 3 Biaya penangkapan proporsional per spesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali. No. Jenis Ikan Raa-Raa Proporsi Proporsi Biaya Penangkapan Produksi (%) (Jua Rupiah) 1 Ikan lemuru Ikan ongkol Ikan layang Ikan kembung Ikan lainnya Toal Sumber : Daa olahan, 2010 Tabel 4 Esimasi parameer perminaan sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali. Variabel Harga Species Lemuru Tongkol Layang Kembung Lainnya Inercep 297, , (0.8179) (1.3111) (0.3122) (0.0167) ( ) Harga Lemuru (4.9191)** (1.8535) (7.5952)** Harga Tongkol (1.7613)** (8.2050)** (2.4892)** Harga Layang ( )** Harga Kembung - Produksi Lemuru ( )** Produksi Tongkol - Produksi Layang ( ) (0.7965) (4.0695)** ( ) ( )** Produksi Kembung (1.5415) ( ) (2.0436)** ( ) ( ) Produksi Lainnya ( ) R Sumber : Saisik Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Timur dan Bali, (diolah) Gambar 7 Perbandingan upaya penangkapan dengan menggunakan purse seine dan hasil angkapan mulispesies sumber daya perikanan pelagis pada seiap kondisi pengusahaan ahun di Perairan Sela Bali.

13 Zulbainarni e al. Model Bioekonomi Eksploiasi Mulispesies Ikan Pelagis di Sela Bali 153 Tabel 6 Nilai opimal mulispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali. Tahun Effor Rene Ekonomi PV Rene Rene Ekonomi Op PV Rene Op (Trip) (J Rp) (i=12%) (J Rp) (i=12%) (2.137,51) (17.812,59) , , (7.873,40) (65.611,66) , , , , , , (6.329,09) (52.742,41) , , , , , , , , , , , , , , (4.865,07) (40.542,22) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,97 ahun 1997 bernilai negaif. Hal ini disebabkan karena rene ekonomi dan presen value rene ekonomi spesies lemuru bernilai negaif. Spesies lemuru merupakan spesies yang dominan diangkap, akan eapi harganya sanga rendah jika dibandingkan dengan spesies lainnya sehingga rene ekonomi yang diperoleh negaif. Nilai negaif rene ekonomi dan presen value ini menjadi berkurang dengan diambah nilai rene ekonomi posiif spesies lainya. Nilai rene ekonomi pengelolaan mulispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali masih berada di bawah opimal. Dengan demikian kegiaan eksploiasi mulispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali masih dapa diingkakan melalui penambahan rip (hari melau) ala angkap purse seine yang dominan menangkap spesies lemuru. Selain iu, karena pada kenyaaannya sampai dengan saa ini sisem penangkapan nelayan di Perairan Sela Bali bersifa huning aau berburu yang mengandalkan indera penglihaan dalam menenukan daerah penangkapan aau anpa menggunakan ala banu apapun dalam pengoperasian ala angkapnya maka fakor harga idak berpengaruh erhadap kegiaan penangkapan. KESIMPULAN Dari hasil analisis dan pembahasan model bioekonomi eksploiasi mulispesies sumber daya perikanan di Perairan Sela Bali dapa disimpulkan sebagai beriku: 1) Pengelolaan mulispesies sumber daya perikanan pelagis melipui spesies lemuru, ongkol, layang, kembung dan spesies ikan lainnya pada kondisi akual belum mengalami kelebihan angkap aau overfishing baik secara biologi (diliha dari nilai raa-raa produksi akual semua spesies yang masih berada di bawah nilai MSY dimana oal produksi akual hanya sebesar 22,06%) maupun ekonomi (diliha dari nilai raa-raa upaya penangkapan akual yang masih berada di bawah nilai MEY dimana oal upaya penangkapan akual hanya sebesar 17,71%). 2) Pengelolaan mulispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Sela Bali pada kondisi akual raa-raa masih berada di bawah nilai opimal baik produksi maupun upaya penangkapan. Oleh karena iu pengelolaan mulispesies sumber daya perikanan pelagis di perairan Sela Bali masih dapa diingkakan. SARAN 1) Perlu peneliian lanjuan dengan pendekaan mulispesies pada daerah-daerah penangkapan lainnya karena pada kenyaaan sumber daya perikanan pelagis bersifa gabungan aau mulispesies. 2) Perlu dilakukan perbaikan dalam pencaaan

14 154 Marine Fisheries 2 (2): , November 2011 aau pelaporan daa perikanan agar peneliian peneliian yang dilakukan dapa memberikan masukan yang akura sehingga daa upaya penangkapan selain rip dapa digunakan seperi jumlah kapal dan jumlah nelayan yang benar-benar menggunakan ala angkap purse seine. Dengan demikian selanjunya dapa dilakukan peneliian mulispesies dan muligear. DAFTAR PUSTAKA Anderson K. dan Ursin E A Mulispecies Exension o he Beveron and Hol Theory of Fishing, Wih Accoun of Phosporus Circulaion and Primary Producion. The Danish Insiue of Fisheries and Marine Research. Danmarks. Fiskeriog Havuldersgelser, N.S. No. 7: Brown B., J. Brennan, M. Grosslein, E. Heyerdahl, and R. Hennemuh The Effec of Fishing on he Marine Finfish Biomass in he Norhwes Alanic from he Gulf of Marine o Cape Haeras. In. Comm. Norhwes. Al. Fish. Res. Bull. No.12: Chaudhuri K A Bioeconomic Model of Harvesing a Mulispecies Fishery. Ecological Modelling. No. 32: Clark C Bioeconomic Modelling and Fisheries Managemen. John Wiley and Son, Inc., Vancouver. Clark C Mahemaical Bioeconomic: The Opimal Managemen of Renewable Resources. Wiley Inerscience, New York. Clark, C. and G.R. Munro The Economic of Fishing and Modern Capial Theory : A Simplified Approach. Journal of Environmenal Economics and Managemen. No. 2: Fauzi A The Managemen of Compeing Muli Species Fisheries: A Case Sudy of a Small Pelagic Fishery on The Norh Coas of Cenral Java. A Thesis Submied in Parial Fullfilmen of The Requiremen for he Degree of Docor of Philosophy. Deparmen of Economics. Simon Fraser Universiy, Canada. Gulland J The Managemen of Marine Fisheries. Univ. of Washingon press., Seale. Harwick J. and Olewiler N The Economics of Naural Resource Use. Second Ediion, Addison-Wesley. USA Hilborn R. and Walers C Quaniaive Fisheris Sock Assessmen Choice, Dynamic and Uncerainy, Chapman and Hall, New York. May R., J. Beddingon, C. Clark, S. Hol, and R. Laws Managemen of Mulispesies. Fisheries Science. No. 205: Mera I.G.S., K. Widana, Yunizal, dan R. Basuki Saus Perikanan Lemuru di Sela Bali: Perkembangan dan Prospeknya. FAO-Balikanlu-Dirjen Perikanan, Jakara. Panayoou T Small-Scale Fisheries in asia: A Socio Economic Analysis and Policy. IDRC, Oawa. Placeni V., G. Rizzo, and M. Spagnolo A Bioeconomic Model For he Opimizaion of a Mulispecies, Muligear Fishery: The Ialian Case. Marine Resource Economics. No. 7: Pope J.G Sock Assessmen in Mulispecies Fisheries, Wih Special Reference o The Trawl Fishery in The Gulf of Thailand. Souh China Sea Fish, Develop, Coop, Programme SCS/DEV/ 79/19. Sujasani T. dan Nurhakim Poensi Sumberdaya Perikanan Lemuru di Sela Bali. Prosiding Sem. Perikanan Lemu-ru. Banyuwangi Januari Pros., No. 2:1-11. Tai S.Y Managemen if Small Pelagic Fisheries on The Norhwes Coas of Peninsular Malaysia: A Bio-Socioeconomic Simulaion Analysis. PhD Thesis. Deparemen of Economic. Simon Fraser Universiy. Walers C. and Hilborn R Adapive conrol of fishing sysem. J. Fish. Res. Board. No. 33: Zulbainarni N., M. Tambunan, and A. Fauzi, Economic Analysis of Opimal Managemen For Lemuru Fishery (Sardinella longiceps) in Bali Srai, Indonesia. Paper Presened a Inernaional Socio Economics Fisheries Symposium on The 5 h JSPS Seminar Bogor, Bogor.

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGATURAN PERIKANAN LEMURU BERDASARKAN MEKANISME SUPPLY DAN DEMAND DI SELAT BALI

OPTIMALISASI PENGATURAN PERIKANAN LEMURU BERDASARKAN MEKANISME SUPPLY DAN DEMAND DI SELAT BALI J. Bijak dan Rise Sosek KP. Vol.4 No.1, 2009 1 OPTIMALISASI PENGATURAN PERIKANAN LEMURU BERDASARKAN MEKANISME SUPPLY DAN DEMAND DI SELAT BALI Yesi Dewia Sari¹, Sonny Koeshendrajana¹ dan Benny Osa Nababan²

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam usaha unuk memenuhi kebuuhan hidupnya manusia berupaya mengeksploiasi sumberdaya alam yang ada di sekiarnya. Keerganungan manusia erhadap sumberdaya alam elah erjadi sejak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Alokasi Optimum Sumberdaya Perikanan di Perairan Teluk Palabuhanratu : Sumberdaya Ikan Demersal

Alokasi Optimum Sumberdaya Perikanan di Perairan Teluk Palabuhanratu : Sumberdaya Ikan Demersal Alokasi Opimum Sumberdaya Perikanan di Perairan Teluk Palabuhanrau : Sumberdaya Ikan Demersal YUDI WAHYUDIN 1, TRIDOYO KUSUMASTANTO 2, dan MOCH. PRIHATNA SOBARI 3 1. Divisi Kebijakan Pembangunan dan Ekonomi

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 25 III METODOLOGI PENELITIAN 3 Kerangka Pendekaan Sudi Penerapan kebijakan pemasangan rumpon sebagai ala banu penangkapan ikan yang dilaksanakan pada aun 2002, ela meruba pola sebgian nelayan dalam melakukan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci