BAB III METODOLOGI KAJIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI KAJIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran. Pendapaan Asli Daerah (PAD) yang merupakan salah sau sumber penerimaan daerah merupakan indikaor dalam penghiungan Dana Perimbangan khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) yang arinya semakin kecil PAD, Dana Perimbangan akan semakin besar begiu pula sebaliknya. Di samping iu PAD juga digunakan sebagai dasar penghiungan besarnya biaya penunjang operasional Kepala Daerah (PP RI, No. 109 ahun 2000 enang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pasal 9 ya 2), dan PAD juga sebagai perhiungan unuk Bagi Hasil Desa khususnya pajak dan reribusi daerah. Oleh sebab iu peningkaan PAD menjadi olok ukur keberhasilan daerah dalam meningkakan kemandirian daerah khususnya dalam menyediakan sumber pembiayaan di daerah. Namun demikian perlu diupayakan, karena sumber-sumber penerimaan aau pajak yang besar dan dominan masih dikuasai oleh pemerinah pusa, sedangkan di sisi lain pemerinah daerah hanya menguasai sebagian kecil sumber-sumber penerimaan negara aau hanya berwenang unuk memungu pajakpajak yang basis pajaknya bersifa lokal sera karekerisik besaran penerimaannya yang relaif kurang signifikan. Pendapaan Asli Daerah yang merupakan penjumlahan dari Pajak Daerah, Reribusi Daerah, Laba perusahaan daerah dan Lain-lain PAD merupakan persamaan definisi (definiional equaion) yaiu persamaan yang menunjukkan suau kesamaan berdasarkan definisi (Suprano, 1983). Ada iga kajian spesifik yang menjadi perimbangan dalam kajian ini, yang perama yaiu perkembangan PAD per sekor (jenis penerimaan) di Kabupaen Lampung Bara sebelum dan sesudah oonomi daerah. Hal ini dimaksudkan unuk meliha pola perkembangan Pendapaan Asli Daerah karena perubahan waku, yaiu meliha raa-raa kenaikan variable yang akan diramalkan dan idak mempersoalkan fakor apa yang menyebabkan pendapaan asli daerah ersebu berkembang, eapi hanya 38

2 memperhaikan pola perkembangannya aau kemampuan berkembangnya di waku yang lampau. Menarik unuk diliha perkembangan pendapaan asli daerah sebelum dan sesudah oonomi di Kabupaen Lampung Bara. Kedua adalah, apakah erdapa pengaruh anara pendapaan perkapia, ingka inflasi, belanja pembangunan daerah erhadap pendapaan asli daerah (PAD) di Kabupaen Lampung Bara sebelum dan sesudah oonomi daerah. Fungsi ini merupakan fungsi aau persamaan ingkah laku (behavioral equaion) ialah persamaan yang dapa menggambarkan aau menguraikan ingka laku individu-individu dalam kelompok-kelompok ekonomi (Suprano, 1983). Dari fungsi ersebu di aas, akan dianalisis bagaimana respon PAD erhadap perubahan pendapaan per kapia, ingka inflasi dan belanja pemerinah daerah di Kabupaen Lampung Bara sebelum dan sesudah oonomi daerah. Dan keiga adalah bagaimana poensi sumber-sumber pendapaan asli daerah (jumlah pengunjung hoel, jumlah resoran dan jumlah perokoan) perlu dikembangkan dalam era oonomi daerah ini. Dan keempa adalah bagaimana sraegi/rekomendasi program apa yang dapa dilakukan unuk mengembangkan poensi ersebu sehingga PAD di Kabupaen Lampung Bara dapa meningka. Penyusunan rancangan sraegi/rekomendasi program dimaksudkan sebagai langkah unuk membua/memodifikasi rancangan program ke depan sebagai implikasi dari hasil analisis perkembangan dan poensi sumber-sumber pendapaan asli daerah di Kabupaen Lampung Bara. Rancangan program disusun berdasarkan permasalahan sera ujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian diharapkan dengan rancangan program yang dibua akan dihasilkan model kebijakan dalam rangka pengembangan poensi pendapaan asli daerah di Kabupaen Lampung Bara. Kerangka pemikiran dapa diliha pada Gambar 3.3. beriku ini : 39

3 Pendapaan Daerah Targe PAD/Poensi Apakah Konribusi PAD erhadap Pendapaan Daerah Kecil? Ya Pendapaan Perkapia Tingka Inflasi PAD Rekomendasi Program Belanja Pemda Analisis ARIMA Oonomi Daerah Jumlah Pddk Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Kajian Anar Variabel LnPAD = α o + α 1 LnPDRB + α 2 LnPDDK + α 3 INFL + α 4 LnB.PEMDA + α 5 D OD+ LnPAD = α 0 + α1 LnHOT + α 2 LnREST + α 3 LnPTOKO + Gambar 3.3. Kerangka Pemikiran Kajian Lokasi dan Waku Kajian Lampung Bara yang merupakan daerah kabupaen pemekaran perama di Propinsi Lampung pada ahun 1991, adalah daerah dengan luas sekiar 73 persen adalah huan lindung. Namun demikian Lampung Bara yang berada di jalur linas bara Sumaera merupakan peluang sebagai simpul akivias arus ransporasi dan disribusi regional, sehingga masyaraka dapa memanfaakan sumberdaya dan jasa lingkungan pesisir dan lau sebagai sumber baru perekonomian. Di samping iu kabupaen Lampung Bara menyimpan banyak poensi pariwisaa seperi 40

4 pesona alam, lau, danau dan pegunungan, yang belum ergarap dengan opimal sehingga idak memberikan hasil yang maksimal bagi daerah. Dalam era oonomi ini, daerah diberikan kewenangan unuk melaksanakan pembangunan dan memanfaakan sumberdaya yang ada unuk digunakan sebagai sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Oleh karna iu perlu dilakukan analisis perkembangan dan poensi sumber-sumber pendapaan asli daerah di Kabupaen Lampung Bara Provinsi Lampung. Pengambilan daa kajian ini elah dilaksanakan pada bulan Desember Sasaran Kajian. Sasaran kajian adalah Pendapaan Asli Daerah (Pajak Daerah, Reribusi Daerah, Laba Perusahaan Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah), Toal Penerimaan Daerah, Produk Domesik Regional Bruo (PDRB), Pendapaan Per Kapia, Jumlah Penduduk, Inflasi, Belanja Pemerinah Daerah Kabupaen Lampung Bara, Jumlah Pengunjung Hoel, Jumlah Resoran dan Jumlah Perokoan Pemda Meode Pengumpulan Daa. Daa yang digunakan dalam kajian ini adalah daa sekunder yang bersumber dari Badan Pusa Saisik (BPS) Kabupaen Lampung Bara, dan Dinas Pendapaan Daerah, Pengelolaan Keuangan dan Ase Daerah. Pengumpulan Daa sekunder dilakukan dengan cara sudi kepusakaan dan sudi dokumen. Adapun daa yang dikumpulkan berbenuk daa runu waku (ime series) Meode Pengolahan dan Analisis Daa Model Auoregressive Inergraed Moving Average (ARIMA). Analisis dengan menggunakan model ARIMA berdasarkan analisis pada daa masa lalu dan idak memperhaikan variabel-variabel yang lain, sehingga disebu juga dengan meode yang aheoric aau meode yang idak berdasarkan eori (Winarno, 2002). Meode Auoregressive Inergraed Moving Average (ARIMA) dengan formula sebagai beriku : PD = a + bpd +cu RD = a + brd +cu 41

5 LPD = a + blpd +cu LPS = a + blps +cu PAD = a + bpad +cu Dimana : PD = Pajak Daerah Kabupaen Lampung Bara ahun (juaan rupiah). RD = Reribusi Daerah Kabupaen Lampung Bara ahun (juaan rupiah) LPD = Laba Perusahaan Daerah Kabupaen Lampung Bara ahun (juaan rupiah). LPS = Lain-lain Pendapaan yang Sah Kabupaen Lampung Bara ahun (juaan rupiah). PAD = Pendapaan Asli Daerah Kabupaen Lampung Bara 1 ahun (juaan rupiah). PD = Pajak Daerah Kabupaen Lampung Bara 1 ahun sebelumnya (juaan rupiah). RD = Reribusi Daerah Kabupaen Lampung Bara 1 ahun sebelumnya. (juaan rupiah). LPD = Laba Perusahaan Daerah Kabupaen Lampung Bara 1 ahun sebelumnya (juaan rupiah). LPS = Lain-lain Pendapaan yang Sah Kabupaen Lampung Bara 1 ahun sebelumnya (juaan rupiah). PAD = Pendapaan Asli Daerah Kabupaen Lampung Bara (juaan rupiah) u = Raa-raa residu 1 ahun sebelumnya. a b c = Bilangan Konsana (Inercep) = Koefisien Auoregressive = Koefisien Moving Average Regresi Fakor-fakor yang Menenukan PAD. Dalam kajian ini PAD diduga dipengaruhi oleh variabel pendapaan perkapia, jumlah penduduk, inflasi dan belanja pemerinah daerah yang dirumuskan sebagai beriku : 42

6 LnPAD = α o + α LnPDRB + α 2 LnPDDK + α 3 INFL + α 4 LnB.PEMDA Dimana : PAD 1 + α 5 D OD + = PAD Kabupaen Lampung Bara ahun ke (juaan rupiah) PDRB PDDK INFL B.PEMDA D.OD α 0 α i = Produk Domesik Regional Bruo harga konsan Kabupaen Lampung Bara ahun ke (juaan rupiah). = Jumlah Penduduk ahun ke (jiwa). = Inflasi pada ahun ke (persen). = Belanja Pemerinah Daerah ahun ke (milyar rupiah). = Dummi variabel Oonomi Daerah (1 unuk sesudah oonomi daerah (ahun 2001) dan 0 unuk sebelum oonomi daerah) = Bilangan Konsana (inercep). = Koefisien Regresi. = Error Term. Unuk memenuhi syara asumsi klasik regresi OLS, dilakukan unuk korelasi. Terdapa korelasi yang kua anara PDRB dengan jumlah penduduk. Oleh karena iu dilakukan reformulasi model menjadi beriku ini : LnPAD = α o + α LnPKapia + α 2 INFL + α 3 LnB.PEMB + α 4 D OD + 1 Dimana : PAD PKapia INFL B.PEMB D.OD α 0 α i = PAD Kabupaen Lampung Bara pada ahun (juaan rupiah). = Pendapaan Perkapia aas Dasar Harga Konsan Kabupaen Lampung Bara ahun ke (juaan rupiah). = Inflasi pada ahun ke (persen) = Belanja Pemerinah Daerah ahun ke (milyar rupiah) = Dummi Variabel Oonomi Daerah (1 unuk sesudah oonomi Daerah (ahun 2001) dan 0 unuk sebelum oonomi daerah) = Bilangan Konsana (inercep). = Koefisien Regresi 43

7 = Error Term Regresi Poensi Sumber-sumber PAD. Dalam kajian ini PAD diduga dipengaruhi oleh variabel jumlah pengunjung hoel, jumlah resoran, dan jumlah perokoan yang dirumuskan sebagai beriku : LnPAD = α 0 + α1 LnHOT + α2 LnREST + α3 LnPTOKO + Dimana : PAD = PAD Kabupaen Lampung Bara ahun (dalam juaan rupiah) HOT = Jumlah Pengunjung Hoel Kabupaen Lampung Bara ahun ke (orang) REST = Jumlah Resoran Kabupaen Lampung Bara ahun ke (uni). TOKO = Jumlah Perokoan Kabupaen Lampung Bara ahun ke (uni). α 0 α i = Bilangan Konsana (Inercep) = Koefisien Regresi = Error Term Unuk meliha hubungan aau pengaruh variabrel bebas secara individu erhadap variabel erika, dilakukan uji pada deraja kepercayaan (α) sebesar 10 persen dengan hipoesis sebagai beriku : Ho : α i = 0, variabel bebas secara individu idak mempengaruhi variabel erika. Ha : α i 0, variabel bebas secara individu mempengaruhi variabel erika. Krieria hasil pengujian adalah : Ho dierima (idak signifikan) jika hiung < abel Ho diolak (signifikan) jika hiung > abel Menuru Anana (1987), jika lebih besar dari, maka Ho hiung diolak, sehingga dapa disimpulkan masing-masing variabel penjelas mempunyai pengaruh signifikan (nyaa) erhadap variabel erika. Tanda posiif/negaif berari variabel penjelas mempunyai pengaruh posiif/negaif erhadap variabel erika. Kemampuan suau model unuk menerangkan variabel bebas dapa 2 dinyaakan dengan R = RSS TSS abel 44

8 Keerangan : RSS = jumlah kuadra regresi TSS = jumlah kuadra oal Penaksiran model regresi linear berasumsi bahwa idak erdapa auokorelasi pada error erm, yaiu : COV ( μ, μ ) = ε ( μ, μ )=0, s s s Uji auokorelasi merupakan gangguan pada fungsi regresi yang berupa korelasi anar fakor pengganggu, dimana biasa erjadi pada ime series pada gala akiba beruruan. Unuk menguji ada idaknya auokorelasi dapa menggunakan d-durbin Wason. Auokorelasi erjadi pada berbagai benuk. Benuk yang sering dipakai pada hubungan linear adalah : Y = α + α X α X k + o 1 1 k μ + ε i Hipoesis : Ho : ρ = 0 μ = ρ μ + ε i H1 : ρ 0 Menghiung besarnya saisik d (Durbin Wason) dengan rumus : d = n = 2 ( e n = 1 e 1) e 2 2 Dengan membandingkan nilai saisik DW dengan nilai eoriik DW, akan diperoleh kepuusan sebagai beriku (Suprano, 1984) : 1) bila d > dl; Ho diolak, jadi ada auokorelasi dalam model. 2) bila d>4-dl; Ho diolak, jadi ρ 0 berari idak ada auokorelasi pada model iu. 3) bila du<d<4-du; Ho idak diolak, berari idak ada auokorelasi pada model iu. 45

9 4) dl<d<du aau 4-dU<d<4-dL; Uji hasilnya idak konklusif, sehingga idak dapa dienukan apakah erdapa auokorelasi aau idak pada model ersebu. Prosedur unuk menguji saisik d dapa dierangkan dengan menggunakan Gambar 3.4. yang menunjukkan bahwa baas d adalah 0 dan 4. F(d) A B D E C 0 d L d U 2 4- d U 4- d L 4 Sumber : Suprano (1983) Gambar 3.4. Saisik d Durbin-Wason Dimana : A B = Tolak H 0, berari ada ookorelasi posiif. = Daerah anpa kepuusan. C = Terima H. 0 D E = Daerah anpa kepuusan. = Tolak H, berari ada korelasi negaif. a Pendugaan Nilai Elasisias Koefisien-koefisien yang diperoleh dari perhiungan dalam model dijadikan bahan perhiungan unuk menenukan nilai dugaan elasisias. Elasisias d 46

10 adalah ukuran ingka kepekaan suau peubah endogen pada suau persamaan erhadap perubahan dari peubah penjelas. Adapun rumus elasisias adalah sebagai beriku (Hakim, 2007), misalnya adalah : % ΔPAD η = % ΔPkapia ( PAD PAD0 ) /(( PAD + PAD0 ) / 2) = ( PKapia PKapia ) /(( PKapia + PKapia ) / 2) Dimana : η = Elasisias PKapia = Pendapaan per Kapia ahun ke Pkapia 0 = Pendapaan per Kapia ahun ke 0 PAD = PAD ahun ke. PAD 0 = PAD ahun ke 0. Jika elasisias lebih besar dari 1 (> 1) berarí perubahan PAD sanga responsif erhadap perubahan pendapaan per kapia, dan jika kurang dari 1 (<1) berari perubahan PAD idak responsif erhadap perubahan pendapaan per kapia Meode Perancangan Program. Dalam rangka membangun rancangan program yang konsisen dan realisis kajian ini akan menggunakan Logical Framework Approach (LFA) sebagai meode perancangan program. Dalam meode ini digunakan eknik visualisasi yang membanu meningkakan efisiensi dan efekifias proses pengumpulan daa dan informasi unuk merancang program peningkaan pendapaan asli daerah di Kabupaen Lampung Bara sesuai dengan fakor-fakor yang mempengaruhinya. Soesilo (2002) mengaakan kerangka logis (Logframe) adalah sebuah jabaran yang memudahkan dalam perencanaan yang dieapkan arge dengan memakai pendekaan sraegik dengan banuan dafar keinginan perencana sebagai cerminan dari keinginan organisasi. Logframe adalah suau proses imbal balik

11 yang harus dicari hubungan verikal dan horizonalnya sampai ercapai hubungan yang jelas dan sesuai dengan logika. Adapun langkah-langkah dalam memudahkan penyusunan kerangka logis adalah : 1. Ini penjelasan yang erdiri dari ujuan, guna dan hasil. 2. Indikaor pengukuran ujuan yang erdiri dari Indikaor pencapaian ujuan, Indikaor pengukuran pencapaian kegunaan dan indikaor pencapaian hasil. 3. Daa-daa penjelas yang diperlukan 4. Asumsi pening unuk ujuan jangka panjang unuk mencapai ujuan dan kegunaan. Tabel 3.5. Langkah-langkah dalam Logframe. Penjelasan Singka Tujuan Guna Hasil/Oupu Akivias Sumber : Soesilo, (2002). Dimana : Indikaor Pengukur Pencapaian Tujuan Cara/daa penjelas pencapaian Asumsi pening Kolom perama : Tujuan (Goal) : Tujuan diambil dari kerangka kebijaksanaan pembangunan. Ini akan menjadi acuan dari berbagai alernaif sraegi, meoda maupun eknis pelaksanaannya. Ini merupakan cerminan harapan yang muncul dari kerangka kebijakan pembangunan dan merupakan sasaran hirarki eringgi. Guna (Purpose) : apa yang diharapkan keluar dari program regional. Disini disebukan dampak yang berguna maupun keunungan apa saja yang dapa dicapai oleh program ini. 48

12 Hasil (Oupus) : adalah pencapaian program yang harus direalisasikan agar ujuan/maksud dapa ercapai. Hasil program-program regional biasanya sama dengan proyek-proyek yang secara keseluruhan membua program pembangunan. Akivias : rincian akivias awal yang harus dilakukan perlu disebukan unuk mencapai program. Arah uama dari ujuan diperinci disini, dan bukan berupa suau abel proyek-proyek. Kolom kedua : Indikaor pengukuran ujuan (objecive verifiable indicaors). Secara eksplisi dijelaskan enang apa yang akan dicapai unuk mengendalikan dan menargekan suau pencapaian. Dengan meneapkan arge yang akan dicapai, perencana dapa secara efekif mengukur kemajuan proyek-proyek dan programprogram yanh elah direncanakan. Kolom keiga : Daa-daa penjelas (means of verificaion) Sumber-sumber daa yang diperlukan unuk indicaor pengukuran ujuan diperinci. Aau dari manakah asal buki-buki penjelas yang diperlukan unuk mengukur ujuan. Kolom keempa : Asumsi-asumsi pening. Unuk fakor-fakor yang berada diluar konrol program secara langsung, eapi diperlukan sekali unuk seksesnya program. Pencapaian dari ujuan yang lebih rendah bersama-sama dengan asumsi pening, akan menuju pencapian ujuan lain yang lebih aas. Skema meode LFA adalah sebagai beriku : Guna Berkurangnya Keerganungan Pemda erhadap Pusa/Meningkanya Sumber Pembiayaan Pemda Tujuan Meningkanya Konribusi PAD erhadap Toal Pendapaan Daerah Hasil Meningkanya Penerimaan dari Pajak, Reribusi dan Laba Perusahaan Daerah 49

13 Program dan Kegiaan Gambar 3.5. Implemenasi Meode LFA BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT 4.1. Kondisi Wilayah Kabupaen Lampung Bara memiliki luas wilayah Ha aau 13,99 persen dari luas wilayah Propinsi Lampung. Dan mempunyai garis panai sepanjang 260 Km. Kabupaen Lampung Bara erleak pada koordina 4º,47,16-5º,56,42 Linang Selaan dan 103º,35,08-104º,33,51 Timur, merupakan pemekaran dari Kabupaen Lampung Uara yang dieapkan dengan Undangundang No. 6 Tahun Secara adminisraif kabupaen ini memiliki 17 Kecamaan, 195 Pekon dan 6 Kelurahan. Wilayah Lampung Bara berbaasan dengan bagian unara dengan Propinsi Bengkulu, bagian Selaan dengan Samudera Hindia dan Sela Sunda, Bagian Bara berbaasan dengan Samudera Hindia, dan bagian Timur dengan Kabupaen Lampung Uara, Kabupaen Lampung Tengah dan Kabupaen Tanggamus. Srukur wilayah Kabupaen Lampung Bara bervariasi, mulai dari daerah daar di sebelah bara hingga daerah bergunung di sebelah imur dengan kemiringan lahan mulai dari relaif landai (0-15%) hingga curam (>40%). Formasi bauan yang umum dijumpai di Kabupaen Lampung Bara adalah endapan gunung api (Kecamaan Sumber Jaya, Way Tenong, Belalau, Sekincau, Sukau, Baubrak dan Balik Buki), bau pasir Neogen ( Kecamaan Lemong, Pesisir Uara, Karya Penggawa, Pesisir Tengah, Pesisir Selaan dan Bengkuna), bau grani, kapur, bauan meamorf, ufa Lampung dan aluvium (Lembah Way Semangka). Formasi ufa Lampung merupakan ufa masam dari debu gunung api di sekiar Buki Barisan. Sedangkan endapan gunung api mayorias menuupi 50

14 sebagian besar wilayah Kabupaen Lampung Bara dan kadang-kadang dijumpai endapan emas dan perak sera logam sebagai mineral ikuan. Luas Wilayah Kabupaen Lampung Bara menuru kecamaan ercanum pada Tabel 4.6. beriku ini. Tabel 4.6. Luas Wilayah Kabupaen Lampung Bara menuru Kecamaan Luas No. Kecamaan (Km2) (%) 1. Pesisir Selaan 699,52 14,13 2. Bengkuna 634,44 12,82 3. Ngambur 131,99 2,67 4. Bengkuna Belimbing 634,44 12,82 5. Pesisir Tengah 110,01 2,22 6. Karya Penggawa 62,46 1,26 7. Pesisir Uara 307,18 6,21 8. Lemong 327,25 6,61 9. Balik Buki 195,50 3, Sukau 218,48 4, Belalau 395,06 7, Sekincau 270,90 5, Suoh 231,62 4, Baubrak 189,67 3, Sumber Jaya 295,12 5, Gedong Surian 61,34 1, Way Tenong 185,48 3,75 Lampung Bara 4.950,40 100,00 Sumber : BPS Kabupaen Lampung Bara ( 2008) Keadaan Penduduk Jumlah Penduduk Kabupaen Lampung Bara ahun 2007 mencapai jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki berjumlah jiwa dan perempuan berjumlah jiwa (BPS Kabupaen Lampung Bara, 2007). Berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin, karakerisik penduduk dari suau negara dapa dibedakan aas iga ciri yaiu : expansive, consricive dan saionary (Nurdin, 1981). Ciri penduduk yang expansive adalah sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umum ermuda, consricive sebagian kecil penduduk berada dalam kelompok umur muda dan saionary adalah banyaknya penduduk dalam iap kelompok umur hampir sama banyaknya, dan mengecil pada usia ua 51

15 kecuali pada kelompok umur erenu. Karakerisik Penduduk di Kabupaen Lampung Bara bercirikan consricive yaiu sebagian kecil penduduk berada dalam kelompok umur muda. Komposisi penduduk menuru umur dan jenis kelamin di Kabupaen Lampung Bara ahun 2007 sebagaimana Tabel 4.7. beriku. Tabel 4.7. Komposisi Penduduk menuru Umur dan Jenis Kelamin Kabupaen Lampung Bara ahun Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah % Sex Raio ,49 105, ,67 105, ,48 108, ,36 114, ,68 116, ,36 108, ,79 111, ,55 121, ,37 114, ,74 131, ,15 138, ,87 147, ,02 131, ,40 136,97 > ,90 125,06 Tidak erjawab ,17 178,74 Jumlah ,00 115,59 Sumber : Dinas Kependudukan dan Caaan Sipil Kabupaen Lampung Bara (2008). Berdasarkan umur median penduduk di Kabupaen Lampung Bara, umur mediannya sebesar 27,08 ahun arinya bahwa penduduk Kabupaen Lampung Bara masuk kaegori penduduk inermediae (10 30 Tahun), sedangkan piramida penduduk Kabupaen Lampung Bara ahun 2007 ergolong penduduk muda menuju ransisi. Hal ini diperlihakan dengan masih besarnya kelompok umur 0-4, 5-9 dan ahun yang sediki lebih besar dari kelompok umur lainnya, arinya ada kecenderungan komposisi penduduk di masa depan akan semakin didominasi oleh penduduk usia produkif. Adapun perbandingan anara penduduk laki dan perempuan (sex raio) di Kabupaen Lampung Bara adalah 52

16 sebesar 115,59, arinya bahwa seiap 100 jiwa penduduk perempuan, penduduk laki-lakinya sebanyak 116 jiwa. Bila diliha dari perumbuhan penduduknya, perumbuhan penduduk Kabupaen Lampung Bara ahun adalah sebesar 1,8 persen per ahun. Perumbuhan ini masih inggi, karena luas daerah Kabupaen Lampung Bara hanya sekiar 30 persen yang dapa budidayakan. Meningkanya jumlah penduduk, akan meningka juga kebuuhan akan lapangan kerja dan kebuuhan dasar (fasilias umun dan sosial) yang pada gilirannya akan berpengaruh erhadap pendapaan regional bruo dan pendapaan per kapia Kabupaen Lampung Bara. Dalam jangka panjang, jika perumbuhan ersebu idak diekan, dan idak adanya lapangan pekerjaan, maka akan banyak masyaraka yang menganggur yang selanjunya menjadi beban pemerinah daerah. Oleh sebab iu perlu adanya kebijakan pemerinah daerah yang mampu mengendalian perumbuhan penduduk yang disesuaikan dengan daya dukung dan daya ampung lingkungan di Kabupaen Lampung Bara yang lahannya relaif erbaas Kondisi Perekonomian Unuk mengeahui kondisi perekonomian suau daerah dalam suau periode erenu, salah sau ala yang digunakan adalah Produk Domesik Regional Bruo aas dasar harga berlaku maupun harga konsan. PDRB aas dasar harga berlaku dapa digunakan unuk meliha pergeseran srukur ekonomi, sedangkan PDRB aas dasar harga konsan digunakan unuk mengeahui perumbuhan ekonomi. Di samping iu PDRB per kapia riil umumnya digunakan unuk mengukur ingka pendapaan/kesejaheraan masyaraka. PDRB Kabupaen Lampung Bara dominan dari sekor peranian diikui perdagangan, hoel dan resoran, jasa-jasa, pengangkuan dan komunikasi, indusri pengolahan, bangunan, keuangan/persewaan/jasa perusahaan, perambangan dan penggalian sera lisrik, gas dan air bersih. Bila diliha dari srukur PDRB yang masih didominasi sekor peranian, maka peningkaan pendapaan asli daerah relaif kecil, karena pada sekor peranian dilarang dikenakan pajak dan reribusi aas produk-produk peranian, kecuali umbuh dan berkembangnya agroindusri yang berdampak pada sekor jasa dan perdagangan. Akiba dari iu adalah imbulnya obyek dan subyek reribusi baru yang mampu memberikan konribusi 53

17 erhadap PAD. Di bawah ini disajikan Produk Domesik Regional Bruo Kabupaen Lampung Bara ahun Tabel 4.8. Produk Domesik Regional Bruo Kabupaen Lampung Bara aas Dasar Harga Berlaku menuru Lapangan Usaha Tahun (juaan rupiah). LAPANGAN USAHA PERTANIAN , , , ,52 2. PERTAMBANGAN dan PENGGALIAN , , , ,71 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , ,15 4. LISTRIK, GAS dan AIR BERSIH 3.750, , , ,44 5. BANGUNAN , , , ,00 6. PERDAGANGAN, HOTEL dan RESTORAN , , , ,38 7. PENGANGKUTAN dan KOMUNIKASI , , , ,13 8. KEUANGAN, PERSEWAAN dan JASA. PERUSAHAAN , , , ,89 9. JASA-JASA , , , ,12 PDRB DENGAN MIGAS , , , ,34 PDRB TANPA MIGAS , , , ,34 JUMLAH PENDUDUK (Orang) , , , ,00 PDRB PERKAPITA (Rp.) , , , ,31 Sumber : Badan Pusa Saisik Kabupaen Lampung Bara ( berbagai ahun). Berdasarkan daa ersebu di aas, perkembangan masing-masing lapangan usaha seiap ahunnya mengalami peningkaan, arinya adanya rend yang posiif sumbangan masing-masing lapangan usaha erhadap Produk Domesik Regional Bruo (PDRB). Tahun 2007 konribusi erbesar berasal dari lapangan usaha peranian yaiu sebesar 60,66 persen, diikui perdagangan, hoel dan resoran 15,98 persen, jasa-jasa 8,77 persen, pengangkuan dan komunikasi 3,66 persen, indusri pengolahan 3,65 persen, bangunan 3,28 persen, keuangan, persewaan dan 54

18 jasa perusahaan 2,16 persen, perambangan dan penggalian 1,5 persen, dan lisrik, gas dan air bersih 0,35 persen. Pendapaan asli daerah merupakan penerimaan daerah sebagai akiba dari adanya obyek dan subyek punguan (pajak dan reribusi) seperi pajak hoel, resoran. Bila diliha dari konibusi masing-masing lapangan usaha ersebu diaas, ernyaa lapangan usaha perdagangan, hoel dan resoran memberikan konribusi erbesar kedua erhadap PDRB, arinya adanya poensi penerimaan asli daerah dari pajak hoel, resoran sera reribusi dari perdagangan. yang dapa dikembangkan unuk meningkakan pendapaan asli daerah di Kabupaen Lampung Bara. Sedangkan pada masa yang akan daang lapangan usaha jasajasa menjadi harapan unuk umbuh dan berkembang. Begiu juga dengan lapangan usaha pengangkuan dan komunikasi, indusri pengolahan sera bangunan dan jasa perusahaan. Lapangan usaha perambangan dan penggalian sera lisrik, gas dan air bersih poensinya masih relaif kecil Kondisi Lembaga Pengelola Pendapaan di Kabupaen Lampung Bara Pemerinahan Kabupaen Lampung Bara erdiri dari unsur eksekuif berupa Pemerinah Daerah Kabupaen Lampung Bara, unsur legeslaif berupa Dewan Perwakilan Rakya Daerah (DPRD) dan unsur yudikaif yaiu unsur Kejaksaan, Pengadilan sera Kepolisian. Pemerinah Kabupaen Lampung Bara dipimpin oleh Bupai dan dibanu oleh Sekrearis Daerah yang membawahi beberapa Dinas, Badan, Kanor dan Lembaga Teknis Daerah. Lembaga pengelola pendapaan asli daerah di Kabupaen Lampung Bara sebelum oonomi daerah adalah di Dinas Pendapaan Daerah. Namun seelah oonomi daerah pada ahun 2001, pengelolaannya diserahkan ke masing-masing dinas eknis (kecuali pajak daerah yang seluruhnya masih dikelola oleh Dinas Pendapaan Daerah). Pengelolaan yang dilakukan oleh dinas eknis ersebu mulai dari pendaaan, pendafaran, peneapan obyek dan subyek reribusi daerah, sampai dengan pemunguan dan penyeoran kas daerah dilakukan oleh masing-masing dinas eknis ersebu. Kendala yang dihadapi oleh dinas pengelola PAD ersebu adalah kurangnya sumberdaya manusia yang mampu mengelola mulai dari adminsrasi hingga operasional penagihan di lapangan. Di samping iu dengan 55

19 obyek dan subyek pajak yang ersebar dan kurang poensial, mobilias pemunguan menjadi kurang efekif dan efisien. Adapun Dinas/Kanor Pengelola Pendapaan adalah sebagaimana Tabel 4.9. di bawah ini. Tabel 4.9. Dinas/Badan/Kanor/Bagian/Kecamaan Pengelola Pendapaan Asli Daerah di Kabupaen Lampung Bara. No. Dinas/Badan/Kanor/Kecamaan Jenis Punguan 1 Dinas Pendapaan Daerah, Pengelola Pajak Hoel, Resoran, Keuangan dan Ase Daerah Hiburan, Reklame, Penerangan Jalan, Reribusi Uang Leges, Perizinan Perunukan Penggunaan Tanah, Reribusi Dokumen Lelang. 2 Dinas Perhubungan Reribusi Terminal, Parkir, Uji KIR. 3 Dinas Kehuanan Pajak Gol. Galian C, Reribusi sarang Burung Wale, IPKTM,. 4 Dinas Kependudukan dan Capil Reribusi Pengganian Ceak KTP, KK dan Aka caaan Sipil. 5 Dinas Kesehaan Reribusi Pelayanan Kesehaan. 6 Rumah Saki Daerah RSD) Liwa Reribusi Pelayanan Kesehaan. 7 Dinas Pariwisaa dan Kebudayaan Reribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Hoel dan Wisma Pemda). 8 Dinas Pekerjaan Umum Reribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Sewa ala Bera) 9 Kecamaan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). 10 Kanor Kebersihan dan Peramanan Reribusi Persampahan, dan Pasar. Pasar, Sewa Ruko dan Los. 11 Kanor Pelayanan Terpadu Sau Pinu Reribusi Izin Gangguan, SIUP, SITU, TDP, TDI, 56

20 TDG. 12 Bagian Umum Reribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. Sumber : Dinas Pendapaan, Pengelola Keuangan dan Ase Daerah (2008) Produk Hukum Pengelolaan Pendapaan Asli Daerah. Perauran Daerah merupakan dasar hukum dalam pemunguan pajak dan reribusi daerah, laba perusahaan daerah dan lain-lain PAD yang sah. Jumlah produk hukum unuk pajak dan reribusi daerah di Kabupaen Lampung Bara sampai dengan ahun 2008 berjumlah 29 perda, di mana 6 perauran daerah mengenai pajak daerah dan 23 perauran daerah mengenai reribusi daerah. Dari 29 perauran daerah punguan yang ada, sebanyak 16 perauran daerah produk sebelum oonomi daerah (Perda ahun 1998 dan 1999) dan 13 perauran daerah produk seelah oonomi daerah. Perauran daerah yang dibua sebelum oonomi daerah ini perlu dilakukan revisi, karena sudah idak sesuai dengan poensi yang ada, seperi pengenaan arif pajak dan reribusi daerah, sera mekanisme pemunguan dan adminisrasi pemunguan yang elah banyak berubah, yaiu dengan adanya permendagri 13 ahun 2006 yang elah diubah dengan permendagri No. 59 ahun 2007 enang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Begiu pula dengan elah adanya perubahan srukur organisasi Pemerinah Daerah, pemunguan reribusi daerah sebagian dilimpahkan ke Kanor Perizinan Sau Pinu. 57

21 Di bawah ini disajikan perauran daerah mengenai pajak dan reribusi daerah di Kabupaen Lampung Bara ahun Tabel Perauran Daerah Kabupaen Lampung Bara enang Pajak dan Reribusi Daerah Tahun No. Pajak dan Reribusi Daerah Perda yang elah diundangkan 1 Pajak Reklame Perda No. 03 Tahun Pajak Hiburan Perda No. 06 Tahun Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C Perda No. 07 Tahun Pajak Penerangan Jalan Perda No. 08 Tahun Pajak Hoel Perda No. 08 Tahun Pajak Resoran Perda No. 09 Tahun Reribusi Terminal Perda No. 03 Tahun Reribusi Pelayanan Persampahan dan Perda No. 12 Tahun 1998 Kebersihan. 9 Reribusi Tempa Penginapan/ Perda No. 13 Tahun 1998 Pesanggrahan/Villa. 10 Reribusi Tempa Rekreasi dan Olah Raga Perda No. 14 Tahun Reribusi Izin Perunukan Penggunaan Perda No. 15 Tahun 1998 Tanah. 12 Reribusi Izin Gangguan Perda No. 17 Tahun Reribusi Izin Mendirikan Bangunan Perda No. 19 Tahun Reribusi Izin Trayek Perda No. 20 Tahun Reribusi Tempa Khusus Parkir Perda No. 21 Tahun Reribusi Parkir di epi Jalan Umum Perda No. 22 Tahun Reribusi Terminal Perda No. 23 Tahun Reribusi Rumah Poong Hewan Perda No. 04 Tahun Reribusi Sarang Burung Wale Perda No. 06 Tahun Reribusi Pelayanan Kesehaan Perda No. 03 Tahun Reribusi Pengujian Kendaraan Bermoor Perda No. 04 Tahun Reribusi izin Penggunaan Jalan selain Perda No. 05 Tahun 2002 unuk Kepeningan Lalu Linas. 23 Reribusi Pengganian Biaya Ceak Karu Perda No. 07 Tahun 2002 Tanda Penduduk dan Ake Caaan Sipil 24 Reribusi Uang Leges Perda No. 11 Tahun Reribusi Penyeraan Dokumen Lelang Perda No. 12 Tahun

22 Proyek. 26 Reribusi Sura Izin Jasa Konsruksi Perda No. 05 Tahun Pasar Perda No. 11 Tahun Reribusi Pasar Grosir dan aau Perokoan Perda No. 12 Tahun Reribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Perda No. 04 Tahun 2008 Sumber : Dinas Pendapaan, Pengelola Keuangan dan Ase Daerah. Himpunan Perauran Daerah Kabupaen Lampung Bara (2008) Perkembangan Penerimaan Daerah Kabupaen Lampung Bara. Perkembangan penerimaan daerah Kabupaen Lampung Bara selama kurun waku 16 ahun (1992/ ) erjadi peningkaan sebesar Rp ,61 jua aau 3.028,77 persen. Konribusi erbesar pada ahun 1992/1993 sampai dengan ahun 1997/1998 berasal dari lain-lain pendapaan yang sah, diikui oleh dana perimbangan dan pendapaan asli daerah. Namun pada ahun 1998/1999 sampai dengan 2007 konribusi erbesar adalah dana perimbangan, diikui oleh lain-lain pendapaan yang sah dan pendapaan asli daerah. Perkembangan PAD erhadap oal pendapaan daerah di Kabupaen Lampung Bara relaif kecil yaiu 0,85 persen pada ahun 1992/1993 dan meningka menjadi 2,78 persen pada ahun Arinya ada kenaikan raa-raa per ahun sebesar 0,12 persen selama kurun waku 1992/ Oleh sebab iu perlu diupayakan pengembangan poensi sumber-sumber PAD sera menggali poensi sumber-sumber PAD baru, sehingga konribusi pendapaan asli daerah erhadap oal pendapaan daerah di Kabupaen Lampung Bara pada masa yang akan daang meningka. Hal ini menjadi pening karena pemerinah diharapkan lebih mandiri dalam pengelolaan keuangannya. 59

23 Di bawah ini disajikan perkembangan pendapaan daerah kabupaen Lampung Bara ahun 1992/ Tabel Perkembangan Pendapaan Daerah Kabupaen Lampung Bara Tahun 1992/ Pendapaan Daerah Tahun Pajak Daerah Dana Perimbangan Lain-lain Pendapaan yang Sah Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah 1992/ ,07 0,85 958,50 6, ,97 92, , / ,08 1, ,84 7, ,82 91, , / ,00 1, ,70 4, ,69 93, , / ,38 1, ,79 10, ,21 88, , / ,27 1, ,60 12, ,29 85, , / ,86 1, ,19 9, ,09 88, , / ,74 1, ,49 98, , / ,87 2, ,76 97,10 80,00 0, , ,86 1, ,28 98, , ,02 1, ,50 90, ,50 8, , ,84 1, ,21 94, ,67 3, , ,42 2, ,26 88, ,75 8, , ,46 2, ,07 89, ,81 8, , ,94 2, ,52 95, ,00 2, , ,89 2, ,05 89, ,35 7, , ,41 2, ,72 84, ,01 12, ,15 Sumber : Dinas Pendapaan, Pengelola Keuangan dan Ase Daerah (berbagai ahun). 60

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTOR BY SECTOR APPROACH BENGKALIS DISTRICTS FORMING

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI Azizah 1 Absrac Regional economic developmen has he main purpose of ha is o increase and expand job opporuniies

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci