ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO"

Transkripsi

1 ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTOR BY SECTOR APPROACH BENGKALIS DISTRICTS FORMING GROSS DOMESTIC PRODUCT Yola Novia 1, Rosnia 2, Eliza 2 Jurusan Agribisnis Fakulas Peranian Universias Riau yolanovia91@gmail.com ABSTRACT The growh of an area was deermined by GDP poency in ha area. So he area governmen can made he prioriy of growh plan o leading secor and no leading secor. This research was aims o analyze GDP secor growh profile, basic secor, and compeiiveness poency secor. The daa used GDP year wih oil and gas and non oil and gas. The ool analysis used Locaion Quoien (LQ) analysis and for analysis growh and compeiiveness poency secor used Shif Share analysis. GDP growh profile wihou oil and gas, he secor included quadran 1 (fas growh) ha was processing indusry secor, elecriciy and clean waer secor, ransporaion and communicaion secor, and services secor. GDP growh profile wihou oil and gas, secor who included quadran 1 (fas growh) ha was ransporaion and communicaion secor, and services secor. LQ indeks wih oil and gas obained basic secor ha was elecriciy and clean waer secor, hoel and resauran rade, ren money and company servise secor, and services secor. Shif Share analysis showed GDP wih oil and gas ha was prosessing indusry secor, elecriciy and clean waer secor, ransporaion and communicaion secor, and services secor. Shif share wihou oil and gas ha was carriage and communicaion secor and services secor. Keyword: base secor, leading secor, shif share 1. MahasiswaFakulas Peranian Universias Riau 2. DosenPembimbing Fakulas Peranian Universias Riau

2 PENDAHULUAN Pembangunan di Negaranegara berkembang lebih diekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan erjadinya keerbelakangan ekonomi. Pembangunan dibidang ekonomi dapa mendukung pencapaian ujaun aau mendorong perubahan-perubahan aau pembaharuan bidang kehidupan lainnya. Proses pembangunan ekonomi idak erjadi dengan sendirinya, eapi memerlukan berbagai usaha yang konsisen dari berbagai pihak unuk memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi uma manusia. Pemberlakuan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 enang Pemerinahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 enang Perimbangan Keuangan anara Pemerinah Pusa dan Pemerinah Daerah, menunu pemerinah daerah unuk melaksanakan desenralisasi dan memacu perumbuhan ekonomi. Kedua undang-undang ersebu memiliki makna yang sanga pening bagi daerah, karena erjadinya pelimpahan kewenangan dan pembiayaan yang selama ini merupakan anggung jawab pemerinah pusa. Melalui oonomi daerah, pemerinah daerah diunu kreaif dalam mengembangkan perekonomian, peran invesasi swasa dan perusahaan milik daerah sanga diharapkan sebagai pemacu perumbuhan dan pengembangunan ekonomi. Kabupaen Bengkalis merupakan salah sau Propinsi di Riau mempunyai visi menjadi salah sau pusa perdagangan di Asia Tenggara dengan dukungan indusri yang kua dan sumberdaya manusia yang unggul guna mewujudkan masyaraka yang sejahera dan makmur pada ahun Upaya unuk lebih memberikan pedoman bagi fokusfokus priorias dalam melaksanakan misi guna mencapai visi pemerinah Kabupaen Bengkalis elah meneapkan grand sraegy yang menyajikan program dan kegiaan yang dianggap merupakan program dan kegiaan priorias. Grand sraegy ini erdiri dari pengembangan empa kawasan dan enam jaminan. Paradigma baru dalam pembangunan daerah, keberhasilan pembangunan idak hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh aau seberapa besar Pendapaan Asli Daerah (PAD) yang dapa dierima. Keberhasilan pembangunan dapa diukur dengan parameer yang lebih luas dan lebih sraegis yang melipui semua aspek kehidupan baik maeril maupun non-maeril. Mengeahui poensi perumbuhan ekonomi wilayah Kabupaen Bengkalis diperlukan suau meode yang berguna unuk mengkaji dan memproyeksi perumbuhan ekonomi wilayah Teori basis ekonomi menyaakan bahwa fakor penenu uama perumbuhan ekonomi suau daerah adalah berhubungan langsung dengan perminaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Berdasarkan eori ini juga dapa dikaakan bahwa Kabupaen Bengkalis akan mempunyai sekor unggulan apabila daerah Kabupaen Bengkalis dapa memenangkan persaingan pada sekor yang sama pada daerah lain sehingga menghasilkan ekspor. Konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua, yaiu sekor basis dan non-basis.

3 Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju perumbuhan ekonomi suau wilayah dienukan oleh besarnya peningkaan ekspor dari wilayah ersebu. Kegiaan ekonomi dikelompokkan aas kegiaan basis dan kegiaan non-basis. Kegiaan basis adalah kegiaan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendaangkan uang dari luar wilayah (Tarigan dalam Almulaibari, 2011) Salah sau indikaor ekonomi yang sanga diperlukan unuk mengukur kinerja perumbuhan ekonomi suau daerah adalah Produk Domesik Regional Bruo (PDRB). Diliha dari sisi pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran unuk konsumsi rumah angga dan lembaga swasa yang idak mencari keunungan. Perhiungan PDRB melalui pendekaan ini dilakukan dengan beriik olak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan diwilayah domesik (BPS, 2011) Toal PDRB Kabupaen Bengkalis dari ahun 2006 hingga ahun 2010 erus mengalami peningkaan. Tahun 2006 nilai PDRB Kabupaen Bengkalis sebesar ,77 jua rupiah, naik menjadi ,96 jua rupiah pada ahun Peningkaan nilai PDRB ini erus erjadi hingga ahun METODOLOGI PENELITIAN Daa yang digunakan dalam peneliian ini adalah daa sekunder yang melipui daa Produk Domesik Regional Bruo (PDRB) Kabupaen Bengkalis ahun dan daa Produk Domesik Regional Bruo (PDRB) Propinsi Riau ahun diperoleh melalui Badan Pusa Saisik (BPS) Propinsi Riau. Mengidenifikasikan perumbuhan PDRB sekor ekonomi disuau wilayah pada kurun waku yang dienukan dengan cara mengekpresikan persenase perubahan komponen propoional shif (PS) dengan differenial shif (DS). Daa-daa yang elah dianalisis akan diinerpreasikan dengan cara memplokan persenase perubahan PS dan DS kedalam sumbu verikal dan horizonal. Komponen PS dileakkan pada sumbu horizonal sebagai absis, sedangkan komponen DS pada sumbu verikal sebagai ordina. Ds Kuadran IV Kuadran III Kuadran I Kuadran II Ps Gambar 1 Profil Perumbuhan PDRB 1.) Kuadran I Menginerpreasikan sekor perekonomian disuau wilayah memiliki laju perumbuhan yang cepa, dan juga mampu bersaing dengan sekor perekonomian dari wilayah lain. Sekor ersebu merupakan sekor progresif (maju) 2.) Kuadran II Menginerpreasikan bahwa sekor perekonomian disuau wilayah memiliki lahu perumbuhan yang cepa, api sekor ersebu idak mampu bersaing dengan perekonomian dari wilayah lain. 3.) Kuadran III Menginerpreasikan bahwa sekor perekonomian disuau wilayah memiliki laju perumbuhan yang lamba dan idak mampu bersaing dengan wilayah lain. Sekor ersebu ergolong sekor yang perumbuhan yang lamba.

4 4.) Kuadran IV Menginerpreasikan bahwa sekor perekonomian pada suau wilayah memiliki laju perumbuhan yang lamba, eapi sekor ersebu mampu bersaing dengan perekonomian dari wilayah lain. Menganalisis sekor basis dan non basis digunakan meode locaion quoien menggunakan rumus: LQ = Ei/E Zi/Z Dimana: LQ = nilai locaion quoien Ei = PDRB Sekor i di Kabupaen Bengkalis E = PDRB oal di Kabupaen Bengkalis Zi = PDRB Sekor I di Propinsi Riau Z = PDRB oal di Propinsi Riau Keenuan: 1. LQ > 1, arinya sekor ersebu adalah sekor basis, yang menunjukkan suau sekor mampu melayani pasar dengan baik di dalam maupun diluar Kabupaen Bengkalis 2. LQ < 1, arinya sekor ersebu ermasuk sekor non-basis, yang menunjukkan suau sekor belum mampu melayani pasar di Kabupaen Bengkalis. 3. LQ = 1, arinya spesialisasi Kabupaen Bengkalis sama dengan Propinsi Riau. Menganalisis perumbuhan dan daya saing sekor digunakan analisis shif share. Analisis ini diasumsikan bahwa perubuhan produksi disuau wilayah anara ahun dasar dengan ahun akhir analisis dibagi iga komponen perumbuhan, yaiu: 1. Komponen pangsa perumbuhan nasioal/regional, perubahan kesempaan kerja aau produksi suau wilayah yang disebabkan oleh peruabhan kesempaan kerja aau produksi regional secara umum. 2. Komponen perumbuhan proposional (PS), umbuh karena perbedaan sekor dalam perminaan produk akhir, perbedaan dalam keersediaan bahan menah, perbedaan dalam kebijakan indusri dan perbedaan dalam srukur dan keragaman pasar 3. Komponen differenial shif (DS), imbul karena peningkaan aau penurunan PDRB dalam suau wilayah dibandingkan wilayah lainnya. Cepa lambanya perumbuhan suau wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya dienukan oleh keunggulan komparaif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi sera kebijakan ekonomi regional pada wilayah ersebu Rumus yang digunakan: NS ir Ps ir Ds ir = E 1 ir E Na 1 1 =E ir 1 = E ir 1 E Na E ina ENa E 1 ina E 1 Na E ir EiNa E 1 1 ir E ina Dimana: E = Banyaknya PDRB NS = Regional Share Ps = Proposional Shif Ds = Diferensial Shif = Periode Waku -1 = Tahun pembanding i = Indusri ke I

5 r = wilayah ke R (Kabupaen) Na = wilayah pembanding (provinsi) Apabila PS < 0, menunjukkan bahwa sekor ke-i pada wilayah Kabupaen Bengkalis perumbuhannya lamba. Sedangkan apabila PS < 0, maka nerari bahwa wilayah Kabupaen Bengkalis mempunyai daya saing yang baik apabila dibandingkan dengan Propinsi Riau unuk sekor ke-i. Apabila DS < 0, maka berari bahwa sekor ke-i pada wilayah Kabupaen Bengkalis idak dapa berdaya saing dengan baik apabila dibandingkan dengan Propinsi Riau. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Peneliian Kabupaen Bengkalis sebagai salah sau kabupaen yang berada di Propinsi Riau berada dilokasi yang cukup sraegis, yaiu berbaasan langsung dengan Sela Melaka. Leak asronomisnya anara , ,6 Linang Uara dan , ,2 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaen Bengkalis saa ini adalah 7.773,93 km 2, yang erdiri dari pulau, daraan dan lauan sera memiliki kawasan pesisir dan lau dengan garis panai sepanjang 446 km. Wilayah Kabupaen Bengkalis merupakan daraan rendah yang diumbuhi huan ropis, panainya landai dan merupakan endapan lumpur sebagai hasil erosi sungai eruama di Pulau Bengkalis. daerah perbukian yang ingginya lebih dari 25 meer diaas permukaan lau hanya erleak diwilayah Kecamaan Mandau. Kabupaen Bengkalis dialiri oleh beberapa sungai yang memiliki ari sanga pening sebagai sarana ransporasi uama dalam perekonomian masyaraka, dianaranya adalah Sungai Siak Kecil 90 km dan Sungai Mandau 87 km. Kabupaen Bengkalis mempunyai poensi sumberdaya alam yang sanga besar dan beragam. Poensi ersebu menyebar hampir meraa diseluruh wilayah kecamaan. Poensi lahan perkebunan di Kabupaen Bengkalis adalah hekar dengan komidii yang paling banyak dikembangkan adalah kelapa sawi yang mencapai hekar aau 71,27 persen dengan kapasias produksi yang dihasilkan mencapai on TBS. Areal perkebunan sawi yang erbesar erdapa di Kecamaan Pinggir yang mencapai hekar. Tanaman kare di Kabupaen Bengkalis mencapai on. Sedangkan unuk anaman kelapa di Kabupaen Bengkals mencapai hekar aau 9,50 persen dengan kapasias produksi yang dihasilkan mencapai on. Selanjunya anaman sagu di Kabupaen Bengkalis yang ermasuk kedalam jenis anaman perkebunan, pada ahun 2009 memiliki luas area anaman hekar, dengan produksi on. (BPS Propinsi Riau, 2012) Konribusi Masing-Masing Sekor Terhadap PDRB Konribusi masing-masing sekor erhadap PDRB Kabupaen Bengkalis dapa menenukan srukur perekonomian Kabupaen Bengkalis.

6 Tabel 1. Persenase PDRB Aas Harga Konsan Kabupaen Bengkalis dengan Migas Tahun (%) Lapangan Usaha Raa- Raa Peranian 3,28 3,35 3,12 2,97 3,18 3,18 Perambangan & Penggalian 85,03 84,19 84,85 85,14 84,09 84,66 Indusri Pengolahan 4,51 4,82 4,71 4,58 4,65 4,65 Lisrik Gas & Air Bersih 0,09 0,10 0,10 0,10 0,11 0,10 Bangunan 0,65 0,67 0,60 0,59 0,65 0,63 Perdagangan Hoel & Resoran 3,84 4,07 3,94 3,86 4,34 4,01 Pengakuan & Komunikasi 0,47 0,51 0,49 0,50 0,56 0,51 Keuangan, Persewaan 0,37 0,38 0,37 0,38 0,42 0,38 Jasa-Jasa 1,77 1,92 1,82 1,88 2,00 1,88 Sumber: BPS Provinsi Riau, 2013 (diolah) Tabel 1 menggambarkan konribusi masing-masing sekor erhadap PDRB Kabupaen Bengkalis dengan migas. Persenase erbesar PDRB berada pada lapangan usaha aau sekor perambangan dan penggalian, dengan raa-raa nilai PDRB sebesar 84,66 persen. Besarnya konribusi yang diberikan sekor ini dipengaruhi oleh ingginya hasil produksi minyak minyak bumi dan gas bumi yang dikelola oleh perusahaan Chevron. Kapasias produksi perambangan minyak dan gas bumi yang dikelola oleh Chevron di Kecamaan Mandau mencapai barrel/ahun, dan gas bumi MSCF/ahun. Lapangan minyak Chevron yang masih berproduksi adalah Duri, Melibur dan Lapangan Selaan (BPS Propinsi Riau, 2012) Sekor dengan konribusi erendah unuk PDRB Kabupaen Bengkalis dengan migas yaiu sekor lisrik dan air bersih. Prasarana lisrik di Kabupaen Bengkalis dikelola oleh PLN yang mengoperasikan PLTD yang ersebar diseluruh wilayah kabupaen. Lisrik pedesaan erpasang 53 uni PLTD dengan kapasias peruni 15 KVA. Konsumsi lisrik di Kabupaen Bengkalis dari jumlah rumah angga yang ada 77,92 persen menggunakan sumber penerangan lisrik PLN dan 22,08 persen rumah angga masih menggunakan peromak, pelia, dan lainnya. Suplai lisrik Kabupaen Bengkalis saa ini sebagian dari PLN dan sebagian lagi dari BUMD dengan oal suplai lisrik saa ini sebesar MW, sedangkan perkiraan oal kebuuhan lisrik saa ini mencapai 38 MW. Sebanyak lebih kurang keluarga aau 22,08 persen dari oal jumlah keluarga belum menikai lisrik. Disamping iu anrian permohonan sambungan lisrik mencapai lebih kurang pelangga. (RPJMD Kabupaen Bengkalis, 2011) Sebagai bahan perbandingan maka dijelaskan juga konribusi sekor-sekor perekonomian erhadap PDRB KAbupaen Bengkalis anpa migas.

7 Tabel 2. Persenase PDRB Aas Harga Konsan Kabupaen Bengkalis Tanpa Migas Tahun (%) Lapangan Usaha Raa- Raa Peranian 26,62 25,84 25,32 24,55 23,95 25,26 Perambangan & Penggalian 0,30 0,31 0,35 0,32 0,32 0,32 Indusri Pengolahan 14,74 14,71 14,82 14,78 14,77 14,76 Lisrik Gas & Air Bersih 0,77 0,77 0,83 0,85 0,84 0,81 Bangunan 5,24 5,21 4,86 4,89 4,88 5,02 Perdagangan Hoel & Resoran 31,18 31,48 31,97 31,86 32,74 31,85 Pengakuan & Komunikasi 3,81 3,91 4,02 4,12 4,21 4,01 Keuangan, Persewaan 2,99 2,97 3,05 3,11 3,19 3,06 Jasa-Jasa 14,36 14,80 14,78 15,52 15,10 14,91 Sumber: BPS Provinsi Riau, 2013 (diolah) Sekor dengan nilai konribusi eringgi erhadap PDRB Kabupaen Bengkalis anpa migas yaiu sekor pedagangan hoel dan resoran, dengan nilai raa-raa PDRB sebesar 31,85 persen. Salah sau sekor yang dapa menjadi andalan daerah kedepannya adalah sekor perdagangan hoel dan resoran, hal ini dikarenakan dukungan oleh posisi geografis Kabupaen Bengkalis yang berada dijalur perdagangan inernasional. Berdasarkan daa dari BPS Propinsi Riau ahun 2012 jumlah perusahaan perdagangan di Kabupaen Bengkalis sebanyak 90 perusahaan yang erdiri dari 70 perusahaan perdagangan besar, 9 perusahaan perdagangan menengah, dan 11 perusahaan perdagangan kecil. Analisis Profil Perumbuhan Sekor Ekonomi Hasil analisis profil perumbuhan sekor ekonomi Kabupaen Bengkalis dengan migas dapa dilha pada Tabel 3. Tabel 3. Profil Perumbuhan PDRB Dengan Migas Kabupaen Bengkalis Tahun Kuadran I Kuadran II Perumbuhan Pesa Berkembang PS (+) DS (+) PS (+) DS (-) Sekor Indusri Pengolahan Sekor Bangunan Sekor Lisrik, Gas, dan Air Sekor Perdagangan, Hoel, dan Bersih Resoran Sekor Pengangkuan dan Sekor Keuangan, Persewaan, Komunikasi dan Jasa-jasa Jasa-jasa Kuadran III Terbelakang PS (-) DS (-) Sumber: Daa Olahan, 2013 Kuadran IV Cenderung Berpoensi PS (-) DS (+) Sekor Peranian Sekor Perambangan dan Penggalian

8 Keerangan: PS = Propoional Shif DS = Differenial Shif Hasil analisis PDRB dengan migas menunjukkan bahwa erdapa empa sekor yang masuk kedalam kuadran I, yaiu sekor indusri pengolahan, sekor lisrik, gas, dan air bersih, sekor pengangkuan dan komunikasi, dan sekor jasa-jasa. Keempa sekor ersebu merupakan sekor maju dan umbuh dengan pesa. Ada iga sekor yang ermasuk kedalam kuadaran II. Adapun sekor ersebu yaiu, sekor bangunan, sekor perdagangan, hoel, dan resoran, dan sekor keuangan, persewaan dan jasa. Keiga sekor ini merupakan sekor berkembang. Sedangkan unuk sekor yang ermasuk kedalam kuadaran IV erdapa dua sekor, yaiu sekor peranian, dan sekor perambangan dan penggalian. Ini arinya sekor peranian dan sekor perambangan dan penggalian merupakan sekor cenderung berpoensi. Profil perumbuhan PDRB Kabupaen Bengkalis dapa juga diliha berdasarkan pendekaan PDRB anpa migas. Adapun hasilnya pada Tabel 4. Tabel 4. Profil Perumbuhan PDRB Tanpa Migas Kabupaen Bengkalis Tahun Kuadran I Kuadran II Perumbuhan Pesa Berkembang PS (+) DS (+) PS (+) DS (-) Sekor Pengangkuan dan Sekor Perambangan dan Komunikasi Penggalian Sekor Jasa-jasa Sekor Bangunan Sekor Perdagangan, Hoel, dan Resoran Sekor Keuangan, Persewaan, Kuadran III Terbelakang PS (-) DS (-) Sumber: Daa Olahan, 2013 Keerangan: PS = Propoional Shif DS=DifferenialShif dan Jasa Kuadran IV Cenderung Berpoensi PS (-) DS (+) Sekor Peranian Sekor Indusri Pengolahan Sekor Lisrik, Gas, dan Air Bersih Tabel 4 menunjukkan ada dua sekor yang ermasuk kedalam kuadaran I, yaiu sekor pengangkuan dan komunikasi, dan sekor jasa-jasa. Ini arinya kedua sekor ersebu merupakan sekor maju dan umbuh dengan pesa. Sekor yang ermasuk kedalam kuadaran II yaiu sekor perambangan dan penggalian, sekor bangunan, sekor perdagangan, hoel, dan resoran, dan sekor keuangan, persewaan dan jasa. Ini arinya

9 keempa sekor ersebu merupakan sekor berkembang. Sekor yang ermasuk kedalam kuadaran IV yaiu sekor peranian, sekor indusri pengolahan, dan sekor lisrik, gas, dan air bersih. Ini arinya keiga sekor ersebu merupakan sekor cenderung berpoensi. Analisis Locaion Quoien (LQ) Analisis Locaion Qouien (LQ) adalah analisis yang digunakan unuk menenukan sekor basis aau non-basis. Apabila LQ suau sekor >1, maka sekor ersebu adalah sekor basis. Sedangkan bila LQ <1, maka sekor ersebu adalah sekor non-basis. Analisis LQ menggunakan daa PDRB Kabupaen Bengkalis ahun dengan migas dan PDRB Kabupaen Bengkalis ahun anpa migas. Berdasarkan Tabel 5. indeks LQ PDRB Kabupaen Bengkalis dengan migas selama periode pengamaan ahun , maka dapa erindeifikasikan sekor-sekor basis dan non-basis. Tabel 5. Raa-raa LQ 9 Sekor PDRB Kabupaen Bengkalis Berdasarkan Harga Konsan 2000 Tahun Dengan Migas Lapangan Usaha LQ Raa-raa Keerangan Peranian 0,223 Non-basis Perambangan dan Penggalian 1,625 Basis Indusri Pengolahan 0,453 Non-basis Lisrik dan Air Bersih 0,457 Non-basis Bangunan 0,193 Non-basis Perdagangan, Hoel dan Resoran 0,510 Non-basis Pengangkuan dan Komunikasi 0,182 Non-basis Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,296 Non-basis Jasa-jasa 0,374 Non-basis Sumber: Daa Olahan, 2013 Konribusi sub-sekor minyak dan gas bumi sanga besar erhadap PDRB Kabupaen Bengkalis, sehingga hanya erdapa sau sekor basis, yaiu sekor perambangan dan penggalian dengan LQ raa-raa sebesar 1,625. Hal ini menunjukkan sekor perambangan dan penggalian merupakan sekor basis yang memiliki kekuaan ekonomi yang cukup baik dan sanga berpengaruh erhadap peningkaan perumbuhan ekonomi Kabupaen Bengkalis. Kondisi ini disebabkan oleh konribusi raa-raa sekor perambangan dan penggalian erhadap PDRB Kabupaen Bengkalis mencapai 84,66 persen perahun. Akan eapi apabila diliha dari profil perumbuhan PDRB Kabupaen Bengkalis, sekor perambangan dan penggalian merupakan sekor dengan perumbuhan yang lamba. Hal ini disebabkan semakin menurunnya gas alam cair dan kondensa. Namun bila diinjau indeks LQ Kabupaen Bengkalis anpa migas seperi disajikan dalam Tabel 6. menunjukkan bahwa erdapa empa sekor basis di Kabupaen Bengkalis.

10 Tabel 6. Raa-raa LQ 9 Sekor PDRB Kabupaen Bengkalis Berdasarkan Harga Konsan 2000 Tahun Tanpa Migas Lapangan Usaha LQ Raa-raa Keerangan Peranian 0,739 Non-basis Perambangan dan Penggalian 0,166 Non-basis Indusri Pengolahan 0,838 Non-basis Lisrik dan Air Bersih 1,834 Basis Bangunan 0,682 Non-basis Perdagangan, Hoel dan Resoran 1,709 Basis Pengangkuan dan Komunikasi 0,638 Non-basis Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,069 Basis Jasa-jasa 1,411 Basis Sumber: Daa Olahan, 2013 Tabel 6. menunjukkan bahwa erdapa empa sekor basis di Kabupaen Bengkalis, yaiu sekor lisrik, gas, dan air bersih, sekor perdagangan, hoel, dan resoran, sekor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sekor jasa-jasa. LQ sekor lisrik dan air bersih menunjukkan rend yang erus meningka selama lima ahun erakhir. Semua sub-sekor dari sekor lisrik dan air bersih memiliki nilai LQ > 1. Bahkan sub-sekor air bersih memiliki nilai raa-raa LQ eringgi yaiu 2,132. Jika diliha berdasarkan konribusi sekor lisrik dan air bersih erhadap PDRB Kabupaen Bengkalis, sekor ini memiliki konribusi erendah dengan persenase hanya 0,10 persen. Akan eapi berdasarkan hasil analisis profil perumbuhan sekor lisrik dan air bersih merupakan sekor cenderung berpoensi, dikarenakan sekor lisrik dan air bersih mampu berdaya saing dengan sekor yang sama pada ingka propinsi. Nilai LQ sekor perdagangan, hoel, dan resoran sebesar 1,709. Hampir seluruh sub-sekor dari sekor ini memiliki nilai LQ basis, kecuali sub-sekor resoran. Sekor ini menempai posisi keiga dalam konribusinya erhadap PDRB Kabupaen Bengkalis, dengan nilai raa-raa sebesar 4,01 persen. Pada analisis profil perumbuhan PDRB, sekor perdagangan, hoel, dan resoran ermasuk kedalam kuadran II, yaiu sekor berkembang. Nilai LQ sekor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 1,069. Hampir seluruh subsekor dari sekor ini memiliki LQ basis, kecuali sub-sekor bank. Diliha dari konribusi sekor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan erhadap PDRB Kabupaen Bengkalis, sekor ini menempai posisi kedelapan dengan nilai raa-raa sebesar 0,38 persen. Pada hasil analisis profil perumbuhan PDRB, sekor keuangan persewaan dan jasa perusahaan berada pada kuadran II, yaiu sekor berkembang. Nilai LQ sekor jasa-jasa sebesar 1,411. Hampir seluruh subsekor dari sekor jasa-jasa memiliki nilai LQ basis, keculai sub-sekor sosial kemsyarakaan dan sub-sekor hiburan dan rekreasi. Diliha dari konribusinya erhadap PDRB Kabupaen Bengkalis, sekor jasajasa menempai posisi kelima dengan nilai raa-raa sebesar 1,88 persen. Sedangkan berdasarkan hasil analisis profil perumbuhan PDRB, sekor jasa-jasa ermasuk kedalam kuadran

11 I, yaiu sekor yang maju dan umbuh dengan pesa. Sekor ini mempunyai laju perumbuhan yang posiif dan mampu berdaya saing dengan sekor yang sama pada ingka propinsi. Meskipun sekor basis merupakan sekor yang poensial unuk dikembangkan dan dapamemacu perumbuhan ekonomi Kabupaen Bengkalis, akan eapi peran sekor non-basis idak dapa diabaikan begiu saja. Karena dengan adanya sekor basis akan dapa membanu pembangunan sekor nonbasis menjadi sekor basis baru. Analisis Shif Share Analisis Shif Share menganalisis perubahan berbagai indikaor kegiaan ekonomi, seperi produksi, pada dua iik waku disuau wilayah. Dari hasil analisis ini akan dikeahui bagaimana perkembangan suau sekor di Kabupaen Bengkalis jika dibandingkan secara relaif dengan sekor-sekor lainnya, apakah berumbuh cepa aau lamba. Apabila PS 0, menunjukkan bahwa sekor ke-i pada wilayah Kabupaen Bengkalis perumbuhannya lamba. Sedangkan apabila PS 0, menunjukkan bahwa sekor ke-i pada wilayah Kabupaen Bengkalis perumbuhannya cepa. Apabila DS 0, maka berari bahwa wilayah Kabupaen Bengkalis mempunyai daya saing yang baik apabila dibandingkan dengan Provinsi Riau unuk sekor ke-i. Sedangkan apabila DS 0, maka berari bahwa sekor ke-i pada wilayah Kabupaen Bengkalis idak dapa bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan Provinsi Riau. Hasil analisis Shif Share iap-iap sekor Kabupaen Bengkalis dengan migas dapa diliha pada Tabel 7 dibawah ini. Tabel 7. Nilai Shif Share 9 Sekor Ekonomi Kabupaen Bengkalis Tahun Dengan Migas Lapangan Usaha PS DS Peranian (12.386,31) ,22 Perambangan & Penggalian ( ,17) ,07 Indusri Pengolahan , ,71 Lisrik & Air Bersih 897, ,53 Bangunan ,25 (44.534,65) Perdagangan, Hoel & Resoran ,20 ( ,21) Pengangkuan & Komunikasi , ,41 Keuangan Persewaan & Jasa Perusahaan ,21 (8.432,30) Jasa-jasa , ,71 Sumber: Daa Olahan, 2013 Sekor sekor yang memiliki nilai komponen perumbuhan proposional/propoional shif (PS) posiif, yaiu sekor indusri pengolahan, sekor lisrik dan air bersih, sekor bangunan, sekor perdagangan hoel dan resoran, sekor pengangkuan dan komunikasi, sekor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, dan sekor jasa-jasa. Nilai sekor indusri pengolahan sebesar ,47, sekor lisrik dan air bersih sebesar 897,49, sekor bangunan sebesar ,25, sekor perdagangan hoel dan

12 resoran sebesar ,20, sekor pengangkuan dan komunikasi sebesar ,27, sekor keuangan persewaan dan jasa perusahaan sebesar ,21, sekor jasa-jasa sebesar ,38. Terdapa enam sekor dalam perekonomian Kabupaen Bengkalis dengan nilai DS posiif, yaiu sekor peranian dengan nilai DS sebesar ,22, sekor perambangan dan penggalian dengan nilai DS sebesar ,07, sekor indusri pengolahan dengan nilai DS sebesar ,71, sekor lisrik dan air bersih dengan nilai DS sebesar 5.579,53, sekor pengangkuan dan komunikasi dengan nilai DS sebesar 1.864,41, dan sekor jasa-jasa dengan nilai DS sebesar 1.426,71. Sekorsekor ersebu dapa berdaya saing dibandingkan dengan sekor yang sama pada ingka Propinsi Riau. Hasil analisis shif share juga menggunakan daa PDRB Kabupaen Bengkalis ahun anpa migas. Nilai shif share sembilansekor ekonomi Kabupaen Bengkalis dengan migas ahun disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Shif Share 9 Sekor Ekonomi Kabupaen Bengkalis Tahun Tanpa Migas Lapangan Usaha PS DS Peranian ( ,85) ,22 Perambangan & Penggalian 1.604,26 (855,23) Indusri Pengolahan (21.279,51) ,18 Lisrik & Air Bersih (2.755,02) 5.579,53 Bangunan ,69 (44.534,65) Perdagangan, Hoel & Resoran ,35 ( ,21) Pengangkuan & Komunikasi , ,41 Keuangan Persewaan & Jasa Perusahaan ,23 (8.432,30) Jasa-jasa , ,71 Sumber: Daa Olahan, 2013 Hasil perhiungan analisis shif share PDRB Kabupaen Bengkalis anpa migas selama periode peneliian ahun erdapa nilai komponen propoional shif (PS) posiif, yaiu sekor perambangan dan penggalian, sekor bangunan, sekor perdagangan hoel dan resoran, sekor pengangkuan dan komunikasi, sekor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, dan sekor jasa-jasa. Nilai PS sekor perambangan dan penggalian sebesar 1.604,26. Nilai PS sekor bangunan sebesar ,69. Nilai PS sekor perdagangan hoel dan resoran sebesar ,35. Nilai PS sekor pengangkuan dan komunikasi sebesar ,28. Nilai PS sekor keuangan persewaan dan jasa perusahaan sebesar ,23. Nilai PS sekor jasa-jasa sebesar ,16. Ini arinya sekor-sekor ersebu memiliki perumbuhan yang pesa. Nilai differenial shif perekonomian Kabupaen Bengkalis anpa migas dari ahun menunjukkan erdapa sekor-sekor yang dapa berdaya saing dengan sekor yang sama pada ingka propinsi Riau aau memiliki nilai DS posiif. Sekor-sekor ersebu adalah sekor peranian, sekor indusri pengolahan, sekor lisrik dan air

13 bersih, sekor pengangkuan dan komunikasi, dan sekor jasa-jasa. Sekor peranian mampunyai nilai DS sebesar ,22. Sekor indusri pengolahan mempunyai nilai DS sebesar ,18. Sekor lisrik dan air bersih mempunyai nilai DS sebesar 5.579,53. Sekor pengangkuan dan komunikasi mempunyai nilai DS sebesar 1.864,41. Sekor jasa-jasa mempunyai nilai DS sebesar 1.426,71. KESIMPUAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Analisis profil perumbuhan menunjukkan bahwa; a. Berdasarkan PDRB dengan migas didapakan sekor yang ermasuk Kuadran I (perumbuhan pesa) yaiu sekor indusri pengolahan, sekor lisrik dan air bersih, sekor pengangkuan dan komunikasi, dan sekor jasa-jasa. Sekor yang ermasuk Kuadran II (berkwmbang) yaiu sekor bangunan, sekor perdagangan hoel dan resoran, dan sekor keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Tidak ada sekor yang ermasuk kedalam Kuadaran III (erbelakang). Sekor yang ermasuk kedalam Kuadaran IV (cenderung berpoensi) yaiu sekor peranian dan sekor perambangan dan penggalian. b. Berberdasarkan PDRB anpa migas didapakan sekor yang ermasuk Kuadran I (perumbuhan pesa) yaiu sekor pengangkuan dan komunikasi, dan sekor jasa-jasa. Sekor yang ermasuk Kuadran II (berkembang) yaiu sekor perambangan dan penggalian, sekor bangunan, sekor perdagangan hoel dan resoran, dan sekor keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Tidak ada sekor yang masuk kedalam Kuadran III(erbelakang). Sekor yang masuk kedalam Kuadran IV (cenderung berpoensi) yaiu sekor peranian, sekor indusri pengolahan, dan sekor lisrik dan air bersih. 2. Indeks Locaion Quoien yaiu; a. Berdasarkan PDRB dengan migas sekor basis yaiu sekor perambangan dan penggalian. b. Berdasarkan PDRB anpa migas sekor basis yaiu sekor lisrik dan air bersih, sekor perdagangan hoel dan resoran, sekor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, dan sekor jasa-jasa. 3. Analisis shif share menunjukkan; a. Berdasarkan PDRB dengan migas sekor yang memiliki perumbuhan posiif dan berdaya saing yaiu sekor indusri pengolahan, sekor lisrik dan air bersih, sekor pengangkuan dan komunikasi, dan sekor jasa-jasa

14 b. Berdasarkan PDRB anpa migas sekor yang memiliki perumbuhan posiif dan berdaya saing yaiu sekor pengangkuan dan komunikasi, dan sekor jasa-jasa Saran 1. Pemerinah Daerah Kabupaen Bengkalis dalam upaya meningkakan PDRB agar lebih menguamakan pengembangan sekor dan sub sekor unggulan dengan idak mengabaikan sekor dan sub sekor lain dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. 2. Bagi sekor dan sub sekor yang bukan sekor unggulan, eapi adalah sekor maju dan umbuh dengan pesa sebaiknya erus dikembangkan agar naninya dapa menjadi sekor unggulan. 3. Sekor/sub-sekor yang ermasuk dalam kaegori sekor erbelakang dapa menjadi fokus unuk diperbaiki aau dikembangkan. Sehingga naninya sekor/sub-sekor ersebu mampu menjadi salah sau sekor unggulan dan dapa meningkaan perekonomian daerah. BPS Riau Dalam Angka. Badan Pusa Saisik Propinsi Riau. Pekanbaru. BPS Bengkalis Dalam Angka. Badan Pusa Saisik Propinsi Riau. Pekanbaru. Budiharsono, S Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lauan. Pradya Paramia, Jakara. Jhingan, M.L Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Gofindo. Jakara Sukirno, Sadono Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan). Kencana. Jakara. Syahza, Almasdi Ekonomi Pembangunan Teori dan Kajian Empirik Pembangunan Desa. CV. Wira Irzani, Pekanbaru. Todaro, Michael P Pembangunan Ekonomi di Dunia Keiga,Edisi KeTujuh. Erlangga, Jakara. DAFTAR PUSTAKA Almulaibari,H Analisis Poensi Perumbuhan Ekonomi Koa Tegal Tahun Fakulas Ekonomi, Universias Diponogoro, Semarang. Arsyad, Licoln Ekonomi Pembangunan, Edisi Ke Empa. STIE YKPN, Yogyakara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Paramia Rosmi 1, Gunawan Syahranau 2, Parini 2 1 Mahasiswa Agribisnis Fakulas Peranian Universias Islam Indragiri 2 Dosen Agribisnis Fakulas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI Azizah 1 Absrac Regional economic developmen has he main purpose of ha is o increase and expand job opporuniies

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN STUDI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN/KOTA SE- JAWA TENGAH

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN STUDI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN/KOTA SE- JAWA TENGAH ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN STUDI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN/KOTA SE- JAWA TENGAH Oleh : Hasarini Dwi Amani Fakulas Ekonomi UNDIP Semarang E-mail : hasarini_dwi_amani@yahoo.com Absrac Economic growh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. Hilman Duko Paulus A.Pangemanan Theodora M.

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. Hilman Duko Paulus A.Pangemanan Theodora M. Agri-SosioEkonomiUnsra,ISSN 1907 4298, Volume 14 Nomor 1,Januari 2018 : 95-108 ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Hilman Duko Paulus A.Pangemanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA

PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA J.Tek.Ling Edisi. Khusus Hal. 79-85 Jakara, Juli. 2006 ISSN 1441 318x PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA Irawan Rahardjo Penelii pada Pusa Teknologi Konversi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo l: l,' Benarkah Banuan Luar Negeri Berdampak Negaif erhadap Perumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo Hubungan anara huang luar negeri pemerinah dengan perumbuhan ekonomi dapa negaif aau posiif. Bagaimana

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

Analisis Daya Saing dan Potensi Daerah Sutikno dan Maryunani

Analisis Daya Saing dan Potensi Daerah Sutikno dan Maryunani Suikno dan Maryunani ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING KECAMATAN SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN (SWP) KABUPATEN MALANG Suikno Fakulas Ekonomi Universias Muhamadiyah Malang Maryunani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan***

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan*** PELATIHAN MENITI PAPAN JARAK 4 METER 5 REPETISI 2 SET DAN 2 REPETISI 5 SET TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MENGWI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kadek Bayu Wibawa*, I Keu Sumera**,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran. Pendapaan Asli Daerah (PAD) yang merupakan salah sau sumber penerimaan daerah merupakan indikaor dalam penghiungan Dana Perimbangan khususnya Dana Alokasi

Lebih terperinci

ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H

ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H14104084 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Reno Indriariningias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Indusri Universias Trunojoyo Madura Email:

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci