BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Vetikal Dain Laju konsolidasi yang endah pada lempung jenuh dengan pemeabilitas endah dapat dinaikkan dengan menggunakan dainase vetikal (vetical dain) yang mempependek lintasan pengalian dalam lempung. Kemudian konsolidasi yang dipehitungkan akibat pengalian hoizontal adial yang menyebabkan disipasi kelebihan tekanan ai poi yang lebih cepat, sedangkan pengalian vetikal sangat kecil pengauhnya. Dalam teoi, besa penuunan konsolidasi akhi adalah sama, hanya laju penuunannya yang bebeda-beda. Gamba.1 Alian ai poi pada vetikal dain Metode tadisional dalam membuat vetikal dain adalah dengan membuat lubang bo pada lapisan lempung dan mengisi kembali dengan pasi yang begadasi sesuai titik. Diametenya sekita mm dan saluan dainase tesebut dibuat 18

2 sedalam lebih dai 5 mete. Pasi haus dapat dialii ai secaa efisien tanpa membawa patikel patikel tanah yang halus. Dainase cetakan juga banyak digunakan dan biasanya lebih muah daipada dainase uugan untuk suatu daeah tetentu. Salah satu jenis dainase cetakan adalah dainase papaket (pepackage dain) yang tedii dai sebuah selubung filte, biasanya dibuat dai polypopylene, yang diisi pasi dengan diamete 65 mm. Jenis ini sangat fleksibel dan biasanya tidak tepengauh oleh adanya geakan geakan tanah lateal. Jenis lain dainase cetakan adalah dainase pita (band dain), yang tedii dai inti plastik data dengan saluan dainase yang dikelilingi oleh lapisan filte, yang mana lapisan tesebut haus memiliki kekuatan untuk mencegah jangan sampai teselip ke dalam saluan. Fungsi utama dai lapisan itu adalah untuk mencegah penyumbatan patikel patikel tanah halus pada saluan di dalam inti. Ukuan band dain ini adalah 100 mm kali 5 mm dan diamete ekivalennya biasanya diasumsikan sebagai keliling dibagi π. Dainase cetakan dipasang dengan caa menyelipkan dainase cetakan ke dalam lubang bo atau dengan menempatkannya di dalam sebuah paksi (mandel) atau selubung (casing) yang kemudian dipancang ke dalam tanah atau digetakan di tanah. Kaena tujuannya adalah untuk menguangi panjang lintasan pengalian, maka jaak antaa dainase meupakan hal yang tepenting. Dainase tesebut biasanya dibei jaak dengan pola buju sangka atau segitiga. Jaak antaa dainase tesebut haus lebih kecil daipada tebal lapisan lempung dan tidak ada gunanya menggunakan vetikal dain dalam lapisan lempung yang elatif tipis. Untuk mendapatkan desain yang baik, koefisien konsolidasi hoizontal dan vetikal (C h dan C v ) yang akuat sangat penting untuk diketahui. Biasanya asio C h /C v teletak antaa 1 dan. Semakin tinggi asio ini, pemasangan dainase semakin bemanfaat. Nilai 19

3 koefisien untuk lempung di dekat dainase kemungkinan menjadi bekuang akibat poses peemasan (emoulding) selama pemasangan (teutama bila digunakan paksi), pengauh tesebut dinamakan pelumasan (smea). Efek pelumasan ini dapat dipehitungkan dengan mengasumsikan suatu nilai C h yang sudah dieduksi atau dengan menggunakan diamete dainase yang dipekecil. Masalah lainnya adalah diamete sand dain yang besa cendeung menyeupai tiang-tiang yang lemah, yang menguangi kenaikan tegangan vetikal dalam lempung sampai tingkat yang tidak diketahui dan menghasilkan nilai tekanan ai poi belebih. Pengalaman menunjukkan bahwa vetikal dain tidak baik untuk tanah yang memiliki asio kompesi sekunde yang tinggi, sepeti lempung yang sangat plastis dan gambut (peat); kaena laju konsolidasi sekunde tidak dapat dikontol oleh dainase vetikal. Pola buju sangka Pola segitiga Gamba. Blok-blok silindis 0

4 Dalam koodinat pola, bentuk tiga dimensi dai pesamaan konsolidasi, dengan sifat tanah yang bebeda dalam aah hoizontal dan vetikal, adalah u u 1 u = Ch + C + v u y (.1) Blok blok pismatis vetikal dai tanah yang mengelilingi dainase diganti oleh blok blok silinde dengan jai jai R dengan luas penampang melintang yang sama. Penyelesaian pesamaan.1 di atas dapat ditulis dalam dua bagian : U v = f(t v ) dan (.) U = f(t ) (.3) dimana : U v = tingkat konsolidasi ata-ata akibat pengalian vetikal U = tingkat konsolidasi ata-ata akibat pengalian hoizontal (adial) atau Cvt Tv = dan (.4) H T = Cht 4R (.5) dimana : T v = fakto waktu untuk konsolidasi akibat pengalian aah vetikal T = fakto waktu untuk konsolidasi akibat pengalian aah adial 1

5 Gamba.3 Penyelesaian konsolidasi adial Penyataan untuk T membeikan gambaan bahwa semakin apat (kecil) jaak antaa dainase, semakin cepat poses konsolidasi yang tejadi akibat pengalian adial. Penyelesaian untuk pengalian adial, menuut Baon, dibeikan pada Gamba.3, hubungan U /T tegantung pada asio n = R/ d di mana R adalah jai-jai blok silinde ekivalen dan d adalah jai-jai dainase tesebut. Selain itu dapat juga dipelihatkan bahwa : (1 U) = (1 U v )(1 U ) Caillo (194) (.6) dimana U adalah deajat konsolidasi ata-ata akibat pengalian kombinasi antaa vetikal dan hoizontal.

6 .. Tansfomasi Tampang Vetikal Dain Ukuan band dain atau pefabicated vetikal dain adalah 100 mm kali 5 mm dengan bentuk penampang pesegi panjang. Pada saat dilakukan pehitungan tehadap pefabicated vetikal dain tesebut maka penampang dai pefabicated vetikal dain akan dimodelkan menjadi bebentuk lingkaan dengan pehitungan diamete ekivalen yang diasumsikan sebagai keliling pesegi panjang dibagi π (Hansbo,1960). Asumsi tesebut didasakan pada umusan dibawah ini: Keliling lingkaan = keliling pesegi panjang πd = ( p + l) ( p + l) d = π d p l Alian ai poi Alian ai poi Gamba.4 Tansfomasi tampang vetikal dain.3. Konsolidasi Konsolidasi adalah suatu poses pengecilan volume secaa pelahan lahan pada tanah jenuh sempuna dengan pemeabilitas endah akibat pengalian sebagian ai poi. Poses tesebut belangsung teus meneus sampai kelebihan tekanan ai poi yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total bena bena hilang. Jangka waktu 3

7 tejadinya konsolidasi tegantung pada bagaimana cepatnya tekanan ai poi yang belebih akibat beban yang bekeja dapat dihilangkan. Kaena itu koefisien pemeabilitas meupakan fakto penting di samping penentuan beapa jauh jaak ai poi yang haus dikeluakan dai poi-poi yang ukuannya betambah kecil untuk dapat meniadakan tekanan yang belebihan. Kasus yang paling sedehana adalah konsolidasi satu dimensi, di mana kondisi egangan lateal nol mutlak ada Konsolidasi 1-D Tezaghi Posedu untuk melakukan uji konsolidasi satu dimensi petama-tama dipekenalkan oleh Tezaghi. Uji tesebut dilakukan di dalam konsolidomete (kadang-kadang disebut sebagai oedomete). Skema konsolidomete ditunjukkan dalam gamba.4. Contoh tanah diletakkan di dalam cincin logam dengan dua buah batu bepoi diletakkan di atas dan di bawah contoh tanah tesebut, ukuan contoh tanah yang digunakan biasanya adalah diamete,5 inci (63,5 mm) dan tebal 1 inci (5,4 mm). Pembebanan pada contoh tanah dilakukan dengan caa meletakkan beban pada ujung sebuah balok data, dan pemampatan (compession) contoh tanah diuku dengan menggunakan skala uku dengan skala mikomete. Contoh tanah selalu diendam ai selama pecobaan. Tiap-tiap beban biasanya dibeikan selama 4 jam. Setelah itu, beban dinaikkan sampai dengan dua kali lipat dai sebelumnya, dan pengukuan pemampatan diteuskan. 4

8 Gamba.5 Konsolidomete Angka poi pada akhi setiap peiode penambahan tekanan (beban) dapat dihitung dai pembacaan aloji penguku dan begitu pula halnya dengan kada ai (wate content) atau beat keing (dy weight) dai contoh tanah pada akhi pengujian. Bedasakan diagam fase pada gamba.5 tedapat dua buah metode pehitungan sebagai beikut : (1) Kada ai yang diuku pada akhi pengujian = w t e 1+ e = H H 0 0 (.7) dimana : e 1 = angka poi pada akhi pengujian = w 1 G s (diasumsikan S = 100%) e 0 = angka poi pada awal pengujian 5

9 Δe = peubahan angka poi selama pengujian = e 1 -e 0 H 0 = tebal contoh tanah pada awal pengujian ΔH = Peubahan tebal selama pengujian Dengan caa yang sama Δe dapat dihitung sampai akhi peiode penambahan beban atau tekanan. () Beat keing yang diuku pada akhi pengujian = M s (yaitu massa patikel padat tanah). H1 H s H1 e 1 = = 1 (.8) H H s s dimana : H s M s = = tebal ekivalen patikel pada tanah AG ρ s w H 1 = tebal pada akhi setiap peiode penambahan tekanan A = luas contoh tanah 6

10 Gamba.6 Diagam fase Ada tiga tahapan yang bebeda yang dipeoleh dai hasil pecobaan konsolidasi, yaitu : Tahap I : Pemampatan awal (initial compession), yang pada umumnya disebabkan oleh pembebanan awal (peloading). Tahap II : Konsolidasi pime (pimay consolidation), yaitu peiode selama tekanan ai poi secaa lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat dai keluanya ai dai poi-poi tanah. Tahap III : Konsolidasi sekunde (seconday consolidation), yang tejadi setelah tekanan ai poi hilang seluuhnya. Pemampatan yang tejadi di sini disebabkan oleh penyesuaian yang besifat plastis dai buti-buti tanah. 7

11 Asumsi-asumsi yang dibuat dalam teoi Tezaghi ini adalah : 1. Tanah adalah homogen.. Tanah bena-bena jenuh. 3. Patikel padat tanah dan patikel ai tidak kompesibel. 4. Kompesi dan alian adalah satu dimensi (vetikal). 5. Regangan kecil. 6. Hukum Dacy belaku untuk semua gadien hidolik. 7. Koefisien pemeabilitas dan koefisien kompesibilitas volume tetap konstan selama poses belangsung. 8. Tedapat hubungan yang khusus (unik), tidak tegantung waktu, antaa angka poi dan tegangan efektif. Dengan melihat asumsi 6, tedapat bukti adanya penyimpangan dai hukum Dacy pada gadien hidolik endah dai asumsi 7, koefisien pemeabilitas menuun sewaktu angka poi menuun selama konsolidasi, koefisien kompesibilitas volume juga menuun selama konsolidasi kaena hubungan e-σ tidak linea. Tetapi untuk kenaikan tegangan kecil, asumsi 7 bealasan. Pembatasan yang utama dai teoi Tezaghi ini adalah asumsi 8 (bagian dai keadaan satu dimensi). Hasil-hasil pengujian mempelihatkan bahwa hubungan antaa angka poi dan tegangan efektif tegantung pada waktu. 8

12 Teoi ini behubungan dengan besaan-besaan di bawah ini : 1. Tekanan ai poi belebihan (u).. Kedalaman (z di bawah lapisan lempung teatas). 3. Waktu (t) dai penggunaan kenaikan tegangan total seketika. Pesamaan matematis konsolidasi 1-D Tezaghi bebentuk paabolik dengan fomula sebagai beikut : u = C u y v (.9) dimana : u = tekanan ai poi yang belebihan t = waktu peninjauan y = kedalaman peninjauan u = tuunan petama tekanan ai poi yang belebihan tehadap waktu u y = tuunan kedua tekanan ai poi yang belebihan tehadap kedalaman Solusi umum pesamaan ini adalah : W 4 1 Exp [ π (m+ 1) / 4] Tv Y, T = ) π m= 0 (m + 1) π sin (m + 1 Y 9

13 Dengan deajat konsolidasi (U) ata-ata : U 8 = 1 π 1 (m + 1) m= 0 [ π (m+ 1) / 4] T Exp v cvt dengan : m = bilangan intege ; Tv = (fakto waktu) H Besa penuunan pime tejadi : S p Cc H σ ' 0 + σ ' = log( ) (.10) 1+ e σ ' 0 o dimana : σ 0 = tegangan vetikal efektif awal Δ σ = tambahan tegangan vetikal efektif C c = indeks pemampatan (compession index) H = tebal lapisan e 0 = angka poi awal Pemakaian umusan ini, nilai koefisien konsolidasi (C v ) dianggap konstan selama konsolidasi belangsung, walaupun pada kondisi sebenanya dai hasil pecobaan konsolidasi di laboatoium menunjukkan nilai C v yang tidak konstan melainkan tegantung tehadap besa tegangan yang bekeja..3.. Konsolidasi Radial Konsolidasi adial akan tejadi dalam situasi-situasi yang meliputi dainase tehadap suatu sumbe pusat, sepeti pada suatu vetikal dain yang dipakai di bawah 30

14 31 timbunan untuk mempecepat dainase ai poi dengan menguangi jaak dainase dan kaena itu juga mempecepat konsolidasi. Pesamaan konsolidasi untuk dainase aah adial sebagai beikut : + = u u C t u 1 (.11) dimana : C = koefisien konsolidasi aah adial = jai-jai vetikal dain Dengan menganggap adanya efek smea zone dan diselesaikan dengan caa equal-stain consolidation (Baon, 1948) maka penyelesaian pesamaan konsolidasi adial sebagai beikut : = m T av e u u 8 1, dengan deajat konsolidasi ata-ata : ) / 8 ( m T av e u u U = = (.1) dimana : w e w s s d d n S S n S n k k n S S n S n n m = = + + = ln ln d e = diamete ekivalen (setelah penampang diubah menjadi bentuk lingkaan) d w = diamete vetikal dain

15 s = jai-jai smea zone w = jai-jai sand dain k s = koefisien pemeabilitas aah adial pada smea zone = (1-15)k k = koefisien pemeabilitas aah adial = (1-15)k v C = C v (k /k v ) (.1a) T = C t d e (.1b) Efek smea zone adalah bekuangnya nilai koefisien untuk tanah lempung di dekat vetikal dain atau diamete vetikal dain yang digunakan dipekecil, hal ini disebabkan poses peemasan (emoulding) selama pemasangan vetikal dain dengan menggunakan paksi Waktu Konsolidasi Penuunan total akibat konsolidasi pime yang disebabkan oleh adanya penambahan tegangan di atas pemukaan tanah dapat dihitung dengan menggunakan pesamaan.10. Tetapi pesamaan.10 tesebut tidak membeikan penjelasan mengenai kecepatan (ate) dai konsolidasi pime. Tezaghi (195) mempekenalkan teoi yang petama kali mengenai kecepatan konsolidasi satu dimensi untuk tanah lempung yang jenuh ai. Penuunan matematis dai pesamaan tesebut didasakan pada anggapananggapan beikut ini : 1. Tanah (sistem lempung-ai) adalah homogen.. Tanah bena-bena jenuh. 3

16 3. Kemampumampatan ai diabaikan. 4. Kemampumampatan butian tanah diabaikan. 5. Alian ai hanya satu aah saja (yaitu pada aah pemampatan). 6. Hukum Dacy belaku. Jika suatu lapisan lempung dengan tebal H d yang teletak antaa dua lapisan pasi yang sangat tembus ai (highly pemeable) dibei penambahan tekanan sebesa Δp, maka tekanan ai poi pada suatu titik di dalam lapisan tanah lempung tesebut akan naik. Untuk konsolidasi satu dimensi, ai poi akan mengali ke lua dalam aah vetikal, yaitu ke aah lapisan pasi. Kecepatan ai yang mengali ke lua - kecepatan ai yang mengali masuk sama dengan kecepatan peubahan volume. v z V Jadi : ( vz + z) dx. dy vz. dx. dy = (.13) z di mana : V = volume elemen tanah. v z = kecepatan alian dalam aah sumbu z. atau : v z z V dx. dy. dz = (.14) Dengan menggunakan hukum Dacy : v z h k u = k. i = k = (.15) z γ z w 33

17 di mana : u = tekanan ai poi yang disebabkan oleh penambahan tegangan. Selama konsolidasi, kecepatan peubahan volume elemen tanah adalah sama dengan kecepatan peubahan volume poi (void). Jadi, V Vv ( Vs + evs = = ) Vs = + V s e Vs + e (.16) di mana : V s = volume butian padat. V v = volume poi. Tetapi dengan menganggap bahwa butian padat tanah tidak mampumampat, maka : V s = 0 dan V V dx. dy. dz = = s 1 e0 1 + (.17) + e0 Dengan memasukkan pesamaan.17 ke pesamaan.16, maka didapat : V = dx. dy. dz e 1+ e 0 (.18) di mana : e 0 = angka poi awal. Peubahan angka poi tejadi kaena penambahan tegangan efektif (yaitu : penguangan tekanan ai poi yang tejadi). Dengan anggapan bahwa penambahan tegangan efektif sebanding dengan penguangan tekanan ai poi. Hubungan antaa waktu konsolidasi dan fakto waktu dapat dilihat pada pesamaan.4 dan pesamaan.5. 34

18 Vaiasi deajat konsolidasi ata-ata tehadap fakto waktu yang tak bedimensi, dibeikan dalam tabel.1, yang belaku untuk keadaan di mana u 0 adalah sama untuk seluuh kedalaman lapisan yang mengalami konsolidasi. Tabel.1 Vaiasi fakto waktu tehadap deajat konsolidasi U av, % T v , , , , , , , , , , , , , , , , Penuunan (Settlement) Semua tanah yang mengalami tegangan akan mengalami egangan di dalam keangka tanah tesebut. Regangan ini disebabkan oleh penggulingan, penggesean, atau penggelincian dan tekadang juga kaena kehancuan patikel-patikel tanah pada titik-titik kontak, seta distosi elastis. Akumulasi statistik dai defomasi dalam aah yang ditinjau ini meupakan egangan. Integasi egangan (defomasi pe satuan panjang) sepanjang kedalaman yang dipengauhi oleh tegangan disebut penuunan. 35

19 Metode penuunan sepeti ini sebagian besa tidak dapat mengembalikan tanah pada keadaan semula apabila tegangan ditiadakan kaena tejadi penguangan angka poi yang pemanen. Regangan pada tanah bebuti kasa dan tanah bebuti halus yang keing atau jenuh sebagian akan tejadi sesudah bekejanya tegangan. Bekejanya tegangan tehadap tanah yang bebuti halus yang jenuh akan menghasilkan tegangan yang begantung pada waktu. Penuunan yang dihasilkan akan begantung juga pada waktu dan disebut penuunan konsolidasi. Secaa umum, penuunan (settlement) pada tanah yang disebabkan oleh pembebanan dapat dibagi dalam dua kelompok besa, yaitu : 1. Penuunan konsolidasi, yang meupakan hasil dai peubahan volume tanah jenuh ai sebagai akibat poses konsolidasi. Penuunan konsolidasi dibagi menjadi dua, yaitu penuunan konsolidasi pime dan penuunan konsolidasi sekunde.. Penuunan segea, yang meupakan akibat dai defomasi elastis tanah keing, basah, dan jenuh ai tanpa adanya peubahan kada ai. Bilamana suatu lapisan tanah jenuh ai dibei penambahan beban, angka tekanan ai poi akan naik secaa mendadak. Pada tanah bepasi yang tembus ai (pemeable), ai dapat mengali dengan cepat sehingga pengalian ai poi ke lua sabagai akibat dai kenaikan tekanan ai poi dapat selesai dengan cepat. Keluanya ai dai dalam poi selalu disetai dengan bekuangnya volume tanah; bekuangnya volume tanah tesebut dapat menyebabkan penuunan lapisan tanah itu. Kaena ai poi di dalam tanah bepasi dapat mengali ke lua dengan cepat, maka penuunan segea dan penuunan konsolidasi tejadi besamaan. 36

20 Bilamana suatu lapisan tanah lempung jenuh ai yang mampumampat (compessible) dibei penambahan tegangan, maka penuunan (settlement) akan tejadi dengan segea. Koefisien embesan lempung sangat kecil bila dibandingkan dengan koefisien embesan pasi sehingga penambahan tekanan ai poi yang disebabkan oleh pembebanan akan bekuang secaa lambat laun dalam waktu yang sangat lama. Jadi untuk tanah lempung lembek peubahan volume yang disebabkan oleh konsolidasi akan tejadi sesudah penuunan segea. Penuunan konsolidasi tesebut biasanya jauh lebih besa dan lebih lambat dibandingkan dengan penuunan segea. Dengan pengetahuan yang didapat dai analisis hasil uji konsolidasi, sekaang dapat dihitung penuunan yang disebabkan oleh konsolidasi pime di lapangan, dengan menganggap bahwa konsolidasi tesebut adalah satu dimensi. Besanya penuunan pime ditentukan dengan pesamaan.10. Pada akhi dai konsolidasi pime (yaitu setelah tekanan ai poi sama dengan nol), penuunan masih tejadi sebagai akibat dai penyesuaian plastis butian tanah. Tahap konsolidasi ini dinamakan konsolidasi sekunde (seconday consolidation). Selama konsolidasi sekunde belangsung, kuva hubungan antaa defomasi dan log waktu (t) adalah meupakan gais luus. Indeks pemampatan sekunde (seconday compession index) dapat didefinisikan sebagai : e e cα = = (.19) logt logt1 log( t / t1) di mana : c α = indeks pemampatan sekunde 37

21 Δe = peubahan angka poi t 1,t = waktu. Besanya konsolidasi sekunde dapat dihitung sebagai beikut : S s = c H log( t / t ) (.0) α ' 1 di mana : c α = c α /(1+e p ) e p = angka poi pada akhi konsolidasi pime H = tebal lapisan lempung. Penuunan yang diakibatkan oleh konsolidasi sekunde sangat penting untuk semua jenis tanah oganik dan tanah anoganik yang sangat mampu mampat (compessible). Untuk lempung anoganik yang telalu tekonsolidasi, indeks pemampatan sekunde adalah sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Pebandingan pemampatan sekunde tehadap pemampatan pime untuk suatu lapisan tanah dengan ketebalan tetentu adalah tegantung pada pebandingan antaa penambahan tegangan (Δσ ) dengan tegangan efektif awal (σ ). Apabila Δσ /σ kecil, pebandingan pemampatan sekunde dan pime adalah besa..5. Koefisien Konsolidasi pada Tanah Belapis (C v ) Sepeti yang diusulkan CUR (1996), pada kondisi tanah yang belapis untuk pehitungan deajat konsolidasi maka nilai koefisien konsolidasi (C v ) haus diekivalenkan dengan menggunakan umus sebagai beikut: 38

22 n hi i= 1 C v = (.1) n h i i= 1 Cvi dimana : h i = tebal lapisan i.6. Veifikasi Pemodelan Vetikal Dain Salah satu paamete yang penting pada analisis konsolidasi adalah koefisien pemeabilitas tanah (k) yang bisa dipeoleh dai pengujian laboatoium sepeti : falling-heat test, constan-heat test, dan pengujian lapangan. Umumnya tanah lempung mempunyai koefisien pemeabilitas yang elaitif kecil dibanding dengan tanah pasi, sehingga poses konsolidasi pada tanah lempung elatif lebih lama dibanding pada tanah pasi. Untuk mempecepat poses konsolidasi, dibuat suatu konstuksi vetikal dain, yang ditanamkan ke dalam lapisan tanah secaa vetikal. Pola penanaman vetikal dain yang tepasang dilapangan setempat-setempat, dengan jaak tetentu, sementaa di dalam pogam plaxis fasilitas pengimlementasikan vetikal dain besifat meneus (plane stain). Untuk dapat mengimplementasikan vetikal dain yang tepasang di lapangan ke dalam pogam, maka hauslah telebih dahulu diveifikasi kedalam bentuk plane stain yang akan menghasilkan koefisien pemeabilitas tanah (k) yang bau, selanjutnya dengan koefisien pemeabilitas tanah (k) yang bau tesebut poses pensimulasian pada pogam plaxis dapat dilakukan. 39

23 Menuut D. Russell, C.C Hid, dan I.C Pyah, 1999 poses pengekivalenan tesebut dapat dilakukan dengan bebeapa caa, yaitu: - Jaak antaa vetikal dain pada kondisi plane stain dapat diubah (peubahan geometi), dengan pemeabilitas yang dibuat tetap pada kondisi axisymetis dan plane stain (k ax = k pl ). - Pemeabilitas pada kondisi plane stain dapat diubah (peubahan pemeabilitas), dengan geometi yang dibuat sama. - Mengkombinasikan peubahan geometi dan pemeabilitas. D.Russell,et.al, 1995 mengekivalenkan koefisien pemeabilitas tanah dai kondisi axisymetis menjadi plane stain dengan caa menyamakan debit ai yang masuk ke kondisi axisymetis sama dengan ke kondisi plane stain. Pengekivalenan koefisien pemeabilitas (k) dilakukan dengan umusan sebagai beikut: B 3 n k ax 3 k + ax = R k pl ln ln( S) (.) S k s 4 dimana : k ax = Pemeabilitas tanah aah hoizontal kondisi axisymetis k pl = Pemeabilitas tanah aah hoizontal kondisi plane stain k s = Pemeabilitas tanah pada daeah smea zone B = ½ dai jaak vetikal dain untuk kondisi plane stain R = Jai-jai ekivalen kondisi axisymetis 40

24 e n =, S = w s w.7. Timbunan Betahap Timbunan pada lapisan tanah befungsi sebagai peloading yang mempecepat poses konsolidasi. Dengan tedisipasinya ai poi pada lapisan tanah tesebut maka akan meningkatkan kuat gese tanahnya sehingga lapisan tanah tesebut dapat memikul beban yang besa. Jika timbunan pada lapisan tanah dengan ketinggian tetentu memiliki beban yang tidak dapat dipikul oleh lapisan tanah tesebut maka penimbunan dilakukan dengan caa betahap sehingga tidak tejadi keuntuhan pada lapisan tanah. Umumnya timbunan yang dilakukan betahap adalah timbunan di atas tanah lunak..8. Tahapan pada Plaxis Plaxis adalah salah satu pogam aplikasi kompute yang menghitung konsolidasi dengan menggunakan teoi konsolidasi Biot. Pogam ini melakukan pehitungan bedasakan metode elemen hingga yang digunakan secaa khusus untuk melakukan analisis defomasi dan stabilitas untuk bebagai aplikasi dalam bidang geoteknik. Kondisi sesungguhnya dapat dimodelkan dalam egangan bidang maupun secaa axisymetis. Pogam ini meneapkan metode antamuka gafis yang mudah digunakan sehingga pengguna dapat dengan cepat membuat model geometi dan jaing elemen bedasakan penampang melintang dai kondisi yang ingin dianalisis. Pogam ini tedii dai empat buah sub-pogam yaitu masukan, pehitungan, keluaan, dan kuva. 41

25 Kondisi di lapangan yang disimulasikan ke dalam pogam Plaxis ini betujuan untuk mengimplementasikan tahapan pelaksanaan di lapangan ke dalam tahapan pengejaan pada pogam, dengan haapan pelaksanaan di lapangan dapat didekati sedekat mungkin pada pogam, sehingga espon yang dihasilkan dai pogam dapat diasumsikan sebagai ceminan dai kondisi yang sebenanya tejadi di lapangan dengan tahapan sebagai beikut : Step 1 : Pembentukan mesh secaa keseluuhan meliputi mesh lapisan tanah asli, geotextile, vetikal dain, dan timbunan. Step : Pendefenisian dan input paamete, meliputi paamete tanah, geotextile, vetikal dain, dan timbunan. Step 3 : Initial condition : menyatakan kondisi asli tanah pelapisan dan tinggi muka ai tanah. Step 4 : Pemotongan tanah asli (cleaing and stipping) setebal ½ mete. Step 5 : Pengaktifan geotextile tipe nonwoven pada lapisan petama. Step 6 : Penimbunan dengan pasi sebagai sand blanket setebal ½ mete. Step 7 : Pemasangan vetikal dain mencapai lapisan tanah kohesif lunak. Step 8 : Penimbunan dengan lempung padat secaa betahap hingga ketinggian timbunan yang ditentukan. Selengkapnya ingkasan tahapan pelaksanaan pensimulasian pada tanah di apon bandaa Kualanamu dapat dilihat pada bab IV. 4

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengauh Hujan Tehadap Stabilitas Leeng Infiltasi ai hujan ke dalam lapisan tanah pada leeng akan menambah beban pada leeng sebagai akibat peningkatan kandungan ai dalam tanah,

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. . TEOR DSR 3.. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan beda

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor IV. STABILITAS LERENG I. Umum Leeng alam Bukit Galian Basement Leeng buatan Timbunan tanggul jalan bendung Gaya-gaya d o o n g Doong membuat tanah longso Lawan kuat gese tanah - Beat sendii tanah (γ b,

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI I. ALIRAN AIR DALAM TANAH (POMPA K) TEORI REMBESAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN STABILITAS LERENG. Mekanika Tanah II 0

DAFTAR ISI I. ALIRAN AIR DALAM TANAH (POMPA K) TEORI REMBESAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN STABILITAS LERENG. Mekanika Tanah II 0 DAFTA ISI I. ALIAN AI DALAM TANAH (POMPA K II. III. IV. TEOI EMBESAN KONSOLIDASI DAN PENUUNAN STABILITAS LEENG Meania Tanah II 0 I. ALIAN AI DALAM TANAH (POMPA K DEBIT AI SUMU MENENTUKAN DI LAPANGAN Ai

Lebih terperinci

BAB 7 Difraksi dan Hamburan

BAB 7 Difraksi dan Hamburan BAB 7 Difaksi dan Hambuan Bedasakan bab sebelumnya yang menjelaskan tentang sebuah gelombang yang datang di pantulkan oleh suatu bidang pembatas meupakan gelombang data dan tidak behingga. Jika sebuah

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi III. TEORI DASAR A. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan

Lebih terperinci

Bab. Bangun Ruang Sisi Lengkung. A. Tabung B. Kerucut C. Bola

Bab. Bangun Ruang Sisi Lengkung. A. Tabung B. Kerucut C. Bola Bab Sumbe: www.contain.ca Bangun Ruang Sisi Lengkung Di Sekolah Dasa, kamu telah mengenal bangun-bangun uang sepeti tabung, keucut, dan bola. Bangun-bangun uang tesebut akan kamu pelajai kembali pada bab

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum BAB II DASAR TEORI.1. Pengetian Umum Gokat meupakan salah satu poduk yang saat dengan teknologi dan pekembangan. Ditinjau dai segi komponen, Gokat mempunyai beagam komponen didalamnya, namun secaa gais

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama SUMER MEDAN MAGNET Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Medan Magnetik Sebuah Muatan yang egeak Hasil-hasil ekspeimen menunjukan bahwa besanya medan magnet () akibat adanya patikel bemuatan yang begeak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

REMBESAN AIR DALAM TANAH

REMBESAN AIR DALAM TANAH REMBESAN AIR DALAM TANAH Bagian Dosen Pengampu: RUNI ASMARANTO, ST., MT Email : uni_asmaanto@ub.ac.id REMBESAN AIR DALAM TANAH Tana tesusun ole butianbutian tana padat dan poipoi yang saling beubungan

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN Disusun Oleh : IWAN APRIYAN SYAM SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSA PUTRA KATA PENGANTAR Puji syuku kami panjatkan kehadiat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan ahmat dan kaunia-nya,sehingga

Lebih terperinci

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb:

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb: Posisi dan Pepindahan Geak Dalam D/3D Posisi patikel dalam koodinat katesian diungkapkan sbb: xi ˆ + yj ˆ + zk ˆ :57:35 Koefisien x, y dan z meupakan lokasi paikel dalam koodinat katesian elatif tehadap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II METODA GEOLISTRIK

BAB II METODA GEOLISTRIK BB METOD GEOLSTRK. Pendahuluan Metode Geolistik Metoda geolistik adalah salah satu metoda dalam geofisika yang memanfaatkan sifat kelistikan untuk mempelajai keadaan bawah pemukaan bumi. Metoda geolistik

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Untuk SMA dan Sederajat. Penerbit. Husein Tampomas

TRIGONOMETRI. Untuk SMA dan Sederajat. Penerbit. Husein Tampomas TRIGONOMETRI Untuk SM dan Sedeajat Husein Tampomas Penebit 0 Husein Tampomas, Tigonometi, Unntuk SM dan Sedeajat, 018 PENGERTIN 1 PENGNTR KE FUNGSI TRIGONOMETRI Dalam bahasa Yunani, tigonometi tedii dai

Lebih terperinci

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( )

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( ) Medan Listik Sejaah Fisikawan Peancis Piestley yang tosi balance asumsi muatan listik Gaya (F) bebanding tebalik kuadat Pengukuan secaa matematis bedasakan ekspeimen Coulomb Chales Augustin de Coulomb

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasa Mekanisme Gempa Gempa bumi adalah getaan yang tejadi di pemukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pegeakan keak bumi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SOAL SOAL INSTALASI CAHAYA

PENYELESAIAN SOAL SOAL INSTALASI CAHAYA PENYELESAAN SOAL SOAL NSTALAS CAHAYA 1. Sebuah lampu pija dai W dengan flux Cahaya spesifik 16 lm/w ditempatkan dalam sebuah bola kaca putih susu. Kacanya meneuskan 75% dai flux Cahaya lampu. Kalau luminansi

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

Penggunaan Hukum Newton

Penggunaan Hukum Newton Penggunaan Hukum Newton Asumsi Benda dipandang sebagai patikel Dapat mengabaikan geak otasi (untuk sekaang) Massa tali diabaikan Hanya ditinjau gaya yang bekeja pada benda Dapat mengabaikan gaya eaksi

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

EFEK PANJANG PIPA TERHADAP ALIRAN BERKEMBANG PENUH UNTUK AIR TAWAR DAN LARUTAN BIOPOLIMER CAIRAN BERAS HASIL FERMENTASI SKRIPSI

EFEK PANJANG PIPA TERHADAP ALIRAN BERKEMBANG PENUH UNTUK AIR TAWAR DAN LARUTAN BIOPOLIMER CAIRAN BERAS HASIL FERMENTASI SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA EFEK PANJANG PIPA TERHADAP ALIRAN BERKEMBANG PENUH UNTUK AIR TAWAR DAN LARUTAN BIOPOLIMER CAIRAN BERAS HASIL FERMENTASI SKRIPSI FEBRY RACHMAT 06 0604 014 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. mengetahui perilaku lalu lintas yang terjadi pada masing - masing simpang untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. mengetahui perilaku lalu lintas yang terjadi pada masing - masing simpang untuk BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Maksud dai penelitian pada simpang Janti dan Babasai ini adalah untuk mengetahui peilaku lalu lintas yang tejadi pada masing - masing simpang untuk masa sekaang

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd MEDAN LISTRIK Oleh : Saba Nuohman, M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Video Beikut: Mengapa itu bisa tejadi? Muatan Listik Penjelasan seputa atom : Diamete inti atom Massa potonmassa neton Massa elekton Muatan

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika PENGUKURAN Disampaikan pada Diklat Instuktu/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 004 di PPPG Matematika Oleh: Da. Pujiati,M. Ed. Widyaiswaa PPPG Matematika Yogyakata =================================================================

Lebih terperinci

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS Lab Elektonika Industi isika SILABI a. Konsep Listik b. Sumbe Daya Listik c. Resistansi dan Resisto d. Kapasistansi dan Kapasito e. Rangkaian Listik Seaah f. Konsep Elekto-Magnetik g. Induktansi dan Indukto

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal ii Dapublic BAB 7 Koodinat Pola Sampai dengan bahasan sebelumna kita membicaakan fungsi dengan kuva-kuva ang digambakan dalam koodinat

Lebih terperinci

Talk less... do more...!!!!!

Talk less... do more...!!!!! Talk less... do moe...!!!!! CLCULUS VEKTOR Difeensiasi fungsi VEKTOR Integasi fungsi Vekto Difeensiasi fungsi VEKTOR Difeensiasi Biasa dai fungsi vekto Jika i j zk Dan ( u); ( u); dan z z( u) Dimana u

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya PEA KONSEP Bab Gavitasi Planet dalam Sistem ata Suya Gavitasi Gavitasi planet Hukum Gavitasi Newton Hukum Keple Menentukan massa bumi Obit satelit bumi Hukum I Keple Hukum II Keple Hukum III Keple 0 Fisika

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Gaya-Gaya Pada Poos Lengan Ayun Dai gamba 3.1 data dimensi untuk lengan ayun: - Mateial yang digunakan : S-45 C - Panjang poos : 0,5 m - Diamete poos

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON TRIGONOMETRI disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhi Semeste Pendek mata kuliah Tigonometi Dosen : Fey Fedianto, S.T., M.Pd. Oleh Nia Apiyanti (207022) F PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GAVITASI DAN GEAK PLANET Kompetensi Dasa 3. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tatasuya bedasakan hukum-hukum Newton Penahkah Anda mempehatikan dan memikikan

Lebih terperinci