Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku"

Transkripsi

1 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Agustus 2016

2

3 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang. Kami sangat mengharapkan komentar, saran dan kritik demi perbaikan buku ini Alamat Redaksi : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Jl. Raya Pattimura No. 7 AMBON, Telp : ext Fax : andy_sb@bi.go.id aldy_p@bi.go.id dwi_ca@bi.go.id jodhi_sb@bi.go.id Homepage :

4

5 KATA PENGANTAR Periode Triwulan II-2016 ditandai dengan pencapaian yang menggembirakan bagi Provinsi Maluku khususnya dalam hal pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Perekonomian Maluku pada triwulan tersebut tumbuh 6,48% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,64% (yoy) maupun pertumbuhan ekonomi nasional pada Triwulan II-2016 sebesar 5,18% (yoy). Di sisi perkembangan harga, laju inflasi Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 merupakan yang terendah secara nasional yaitu 1,82% (yoy). Laju inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,22% (yoy) maupun inflasi nasional pada triwulan II-2016 sebesar 3,45% (yoy). Ke depan, kami optimis perekonomian Maluku mampu menjaga akselerasi pertumbuhan sekaligus stabilitas harga, khususnya didukung oleh optimisme konsumen dan dunia usaha yang berangsur membaik serta upaya pengendalian harga yang lebih intensif. Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Maluku ini disusun secara rutin triwulanan sebagai salah satu perwujudan pencapaian sasaran strategis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku yaitu pengoptimalan hasil kajian dan penyediaan informasi ekonomi di wilayah kerja. Buku ini merupakan asesmen terhadap perkembangan ekonomi Maluku terkini yang berisi informasi mengenai ekonomi makro, keuangan pemerintah, inflasi, stabilitas keuangan daerah, pengembangan akses keuangan dan UMKM, sistem pembayaran, serta ketenagakerjaan dan kesejahteraan yang diharapkan dapat berguna untuk perumusan kebijakan di kantor pusat Bank Indonesia dan pihak terkait (stakeholders) di daerah. Penyusunan buku ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik dengan Pemerintah Provinsi Maluku, Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, perbankan, responden survei, civitas akademika dan berbagai pihak terutama masyarakat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku. Dalam rangka meningkatkan kualitas buku ini, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi kita semua khususnya masyarakat Maluku. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini dan semoga Tuhan memberikan berkah-nya kepada kita semua dalam mengupayakan kinerja yang lebih baik. Ambon, Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Wuryanto Kepala Perwakilan

6

7 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... III DAFTAR TABEL...V DAFTAR GRAFIK... XIII DAFTAR SUPLEMEN... XIII TABEL INDIKATOR EKONOMI... XIII RINGKASAN UMUM... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI PROVINSI MALUKU PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Konstruksi BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH REALISASI APBN PROVINSI MALUKU REALISASI APBD PROVINSI MALUKU Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Maluku Realisasi Belanja APBD Provinsi Maluku BAB III. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI MALUKU PERKEMBANGAN INFLASI KOTA-KOTA DI MALUKU Inflasi Kota Ambon Inflasi Kota Tual ANALISIS DISAGREGASI INFLASI PROVINSI MALUKU Komponen Volatile Food Komponen Core Inflation Komponen Administered Prices iii

8 3.4 REALISASI INFLASI TRIWULAN I-2016 DIBANDING POLA HISTORIS KEGIATAN PENGENDALIAN INFLASI DI PROVINSI MALUKU BAB IV. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA Sumber KerentananSektor Rumah Tangga Kinerja Keuangan Rumah Tangga Eksposur Rumah Tangga Pada Perbankan Eksposur Dana Pihak Ketiga Eksposur Kredit ASESMEN SEKTOR KORPORASI Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Kinerja Keuangan Korporasi Eksposur Korporasi Pada Perbankan ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) AKSES KEUANGAN Akses Keuangan Pada UMKM Akses Keuangan Pada Penduduk BAB V. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TUNAI DAN KEGIATAN PERKASAN DI BANK INDONESIA Perkembangan Pemusnahan Uang Kegiatan Kas Keliling Bank Indonesia dan Kegiatan Lainnya PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON-TUNAI BAB VI. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN BAB VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI DAFTAR ISTILAH iv iv

9 DAFTAR TABEL Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Permintaan... 7 Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Penawaran tahun Tabel 3. Perkembangan Alokasi APBN untuk Maluku (APBN-P) Tabel 4. Perkembangan Anggaran APBD Pemerintah Provinsi Maluku Tabel 5. Series Inflasi Provinsi di Sulampua-Balinusra (dalam % yoy) Tabel 6. Perkembangan Inflasi Kota Ambon, Kota Tual, Provinsi Maluku, dan Nasional Tabel 7. Kegiatan TPID triwulan II Tabel 8. Penggunaan Penghasilan Konsumen Kota Ambon Per Kelompok Pengeluaran Tabel 9. Komposisi Kredit Rumah Tangga Tiap Dati II di Maluku Tabel 10. Pertumbuhan dan NPL Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Maluku Tabel 11. Pertumbuhan dan NPL Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) di Maluku Tabel 12. Pangsa Kredit Multiguna Berdasarkan Besar Pinjaman dan Jangka Waktu Tabel 13. NPL Kredit Multiguna Berdasarkan Besar Pinjaman dan Jangka Waktu Tabel 14. Perkembangan Indikator Utama Bank Umum di Maluku Tabel 15. Perkembangan Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Maluku Tabel 16. Rekapitulasi Kegiatan Perkasan KPw BI Prov. Maluku v

10

11 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Perkembangan PDRB Riil Provinsi Maluku... 6 Grafik 2. Kapasitas Perekonomian Provinsi Maluku... 6 Grafik 3. Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Maluku... 8 Grafik 4. Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Maluku... 8 Grafik 5. Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Maluku... 8 Grafik 6. Perkembangan Kredit Konsumsi di Provinsi Maluku... 8 Grafik 7. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Yos Sudarso... 9 Grafik 8. Jumlah Peti Kemas Pelabuhan Yos Sudarso... 9 Grafik 9. Konsumsi LNPRT Provinsi Maluku... 9 Grafik 10. Konsumsi Pemerintah Provinsi Maluku Grafik 11. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Maluku Grafik 12. Perkembangan Impor Barang Modal Provinsi Maluku Grafik 13. Kredit Investasi Provinsi Maluku Grafik 14. Perkembangan Kredit Konsumsi di Provinsi Maluku Grafik 15. PDRB Ekspor Luar Negeri Provinsi Maluku Grafik 16. PDRB Impor Luar Negeri Provinsi Maluku Grafik 17. Perkembangan Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku Grafik 18. Impor Luar Negeri Provinsi Maluku Grafik 19. PDRB Net Ekspor Antar Daerah Provinsi Maluku Grafik 20. PDRB Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Grafik 21. Produksi ikan di PPN Ambon dan PPN Tual Grafik 22. Ekspor Hasil Laut Provinsi Maluku Grafik 23. Nilai Ekspor Pala Provinsi Maluku Grafik 24. Produksi Karet di Maluku Tengah Grafik 25. Produksi ikan di PPN Ambon dan PPN Tual Grafik 26. Kredit Sektor Pertanian Menurut Lokasi Proyek Grafik 27. PDRB Perdagangan dan Reparasi Provinsi Maluku Grafik 28. Arus Barang di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon Grafik 29. Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran Grafik 30. Kegiatan Usaha Kategori Perdagangan Grafik 31. PDRB Kategori Administrasi Pemerintah, Pertahanan Grafik 32. PDRB Sektor Konstruksi Provinsi Maluku Grafik 33. Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Maluku Grafik 34. Kegiatan Usaha Sektor Konstruksi Provinsi Maluku Grafik 35. Kredit Sektor Bangunan di Bank Umum Menurut Lokasi Proyek... 19

12 Grafik 36. Perbandingan Realisasi Belanja APBN Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan II tahun 2015 dan Grafik 37. Perkembangan Realisasi Belanja APBN Provinsi Maluku Triwulan II Setiap Tahunnya Grafik 38. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Maluku Triwulan II tahun 2015 dan Grafik 39. Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Maluku Triwulan II Setiap Tahunnya Grafik 40 Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Grafik 41. Perbandingan Realisasi PAD Provinsi Maluku Grafik 42. Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan Grafik 43. Perbandingan Realisasi Dana Perimbangan Grafik 44. Perkembangan Realisasi APBD Maluku Grafik 45. Perbandingan Realisasi Belanja Grafik 46. Perbandingan Inflasi Maluku dan Nasional Grafik 47. Andil Kelompok Komoditas Grafik 48. Inflasi dan Andil Disagregasi Bulanan (mtm) Kota Ambon Grafik 49. Inflasi dan Andil Disagregasi Bulanan (mtm) Kota Tual Grafik 50. Inflasi dan Andil Disagregasi Bulanan (mtm) Kota Tual Grafik 51. Andil Disagregasi Inflasi Maluku Triwulan II Grafik 52. Andil Komoditas Volatile Food Provinsi Maluku Tw II Grafik 53. Curah Hujan Maluku Triwulan I Grafik 54. Andil Inflasi Tahunan Komponen Inflasi Inti Grafik 55. Perkembangan Keyakinan Konsumen Kota Ambon Grafik 56. Harga Emas Internasional Grafik 57. Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar (JISDOR) Grafik 58. Perkembangan Harga Minyak Dunia Grafik 59. Event Analysis Inflasi Provinsi Maluku Grafik 60. Tren Inflasi kalender (ytd) Provinsi Maluku Grafik 61. Tren Inflasi Bulanan (mtm) Provinsi Maluku Grafik 62. Pertumbuhan dan Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada Ekonomi Maluku Grafik 63. Perkembangan Keyakinan Konsumen Kota Ambon Grafik 64. Persepsi Rumah Tangga Kota Ambon Terhadap Ekonomi Saat Ini Grafik 65. Ekspektasi Rumah Tangga Kota Ambon Terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang Grafik 66. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Maluku Grafik 67. Pertumbuhan Jumlah Penganggur dan Angkatan Kerja Provinsi Maluku Grafik 68. Ekspektasi Konsumen Kota Ambon Terhadap Inflasi Triwulanan Grafik 69. Ekspektasi Konsumen Kota Ambon Terhadap Kenaikan Harga Triwulanan Tiap Kelompok Komoditas Grafik 70. Penggunaan Penghasilan Konsumen Kota Ambon xiv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I 2015

13 Grafik 71. Perkembangan Rasio Keuangan Konsumen Grafik 72. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Grafik 73. Perkembangan Upah Minimum Grafik 74. Komposisi Nominal DPK Provinsi Maluku Grafik 75. Perkembangan Penghimpunan DPK di Provinsi Maluku Grafik 76. Komposisi DPK Perseorangan Provinsi Maluku Grafik 77. Perkembangan DPK Perseorangan di Provinsi Maluku Grafik 78. Komposisi Kredit Berlokasi Proyek di Provinsi Maluku Grafik 79. Komposisi Kredit Rumah Tangga (Konsumsi) Maluku Grafik 80. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 81. Perkembangan Kredit Rumah Tangga Bermasalah dan Suku Bunga Kredit Konsumsi di Provinsi Maluku Grafik 82. Pangsa PDRB Maluku Atas Dasar Harga Berlaku Grafik 83. Komoditas Ekspor Asal Maluku Selama Triwulan II Grafik 84. Produksi Ikan Grafik 85. Harga Ikan Cakalang dan Udang Beku Thailand Grafik 86. Perkembangan Penjualan Domestik Badan Usaha di Maluku dibanding Pertumbuhan PDRB Grafik 87. Kondisi Keuangan dan Akses Kredit Badan Usaha di Maluku Grafik 88. Pangsa Kredit Korporasi (usaha non-umkm) Terhadap Seluruh Penyaluran Kredit di Maluku.. 62 Grafik 89. Perkembangan Investasi Badan Usaha Maluku dibanding Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 90. Pertumbuhan Tahunan (yoy) Kredit Korporasi Sektor Utama di Maluku Grafik 91. Perkembangan Non-Performing Loan (NPL) Kredit Korporasi Sektor Utama di Maluku Grafik 92. Perkembangan Kredit UMKM di Maluku Grafik 93. Perkembangan NPL Kredit UMKM di Maluku Grafik 94. Rasio Rekening Dana Pihak Ketiga Perseorangan Bank Umum dibanding Jumlah Penduduk Grafik 95. Rasio Rekening Kredit Perseorangan Bank Umum dibanding Jumlah Penduduk Grafik 96. Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. Maluku Grafik 97. Pertumbuhan Uang Kartal KPw BI Prov. Maluku Grafik 98. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) Grafik 99. Kegiatan Kas Keliling Triwulan II Grafik 100. Perputaran Kliring di Provinsi Maluku Grafik 101. Tingkat Kemiskinan Provinsi Maluku Grafik 102. Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Grafik 103. Indeks Harga Konsumen dan Garis Kemiskinan Grafik 104. Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi Maluku Grafik 105. Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Maluku Grafik 106. Indeks Gini Ratio Grafik 107. Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Grafik 108. Nilai Tukar Petani Per Sub-sektor Grafik 109. Tingkat Pengangguran Provinsi Maluku... 76

14 Grafik 110. Tenaga kerja Berdasarkan Sektor Grafik 111. Ketenagakerjaan dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 112. Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 113. Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha Grafik 114. Perkiraan Curah Hujan pada Triwulan I Grafik 115. Pergerakan harga minyak dunia Grafik 116. Pergerakan harga emas dunia Grafik 117. Ekspektasi Harga Jual Grafik 118. Indeks ekspektasi harga konsumen xvi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I 2015

15 DAFTAR SUPLEMEN BOKS 1. Perkembangan Sektor Perikanan di Maluku BOKS 2. Perkembangan Sektor Pariwisata di Maluku BOKS 3. Dampak Kebijakan Pembatalan Perda/ Perkada... 35

16

17 TABEL INDIKATOR EKONOMI Ekonomi Makro Regional Indikator I II III IV I II III IV I II III IV I II Produk Domestik Regional Bruto ADHK Tahun Dasar 2010 (%, yoy) Berdasarkan Sektor 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (0.26) Pertambangan dan Penggalian (1.64) (3.72) (4.15) Industri Pengolahan 1.93 (0.08) Pengadaan Listrik dan Gas (17.38) (20.50) (10.75) (28.02) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (0.26) (1.13) Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate (0.02) Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (0.65) (0.68) Jasa lainnya (3.95) (3.02) Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Nirlaba (5.62) Konsumsi Pemerintah (0.71) PMTB (6.06) Perubahan Stok (17.75) (4.63) (29.17) (57.70) (11.95) (57.64) (62.61) (51.52) Ekspor (11.40) (5.36) (1.55) (5.69) (5.91) (31.84) (11.52) (15.72) (6.90) (12.27) 4.16 (3.03) (6.88) - Impor 4.25 (24.02) 9.88 (43.97) 4.23 (10.40) (3.49) (1.02) (3.87) Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) Impor - Nilai Impor Non Migas (USD juta) Volume Impor Non Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen Tahun Dasar Kota Ambon Kota Tual Provinsi Maluku Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) - Kota Ambon Kota Tual Provinsi Maluku Perbankan Aset Perbankan (Rp Triliun) Bank Pemerintah Bank Swasta BPR Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) Giro Tabungan Deposito Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Konsumsi Loan to Deposit Ratio * (%) NPL Gros (%) Sistem Pembayaran Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi (Ribu Lembar)

18

19 RINGKASAN UMUM Asesmen Perkembangan Ekonomi Makro Kinerja ekonomi Maluku di triwulan II tumbuh sebesar 6,48% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I-2016 (5,64%, yoy) Pertumbuhan ekonomi Maluku tercatat meningkat pada triwulan II- 2016, yaitu mencapai 6,48% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,64% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 5,18% (yoy) maupun Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang tumbuh 5,91% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Maluku dipengaruhi oleh peningkatan investasi dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT). Komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) tercatat meningkat sejalan dengan realisasi belanja modal pemerintah yang lebih cepat. Konsumsi LNPRT juga tercatat meningkat didorong oleh persiapan Pilkada Di sisi lain, komponen konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa terbesar (66,55%) mengalami perlambatan pertumbuhan, terpengaruh oleh pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja yang lebih terbatas. Komponen perdagangan luar negeri, baik ekspor maupun impor, masih mencatatkan kontraksi tahunan, bahkan lebih dalam dibanding triwulan lalu. Perdagangan antar daerah juga tercatat melambat, sejalan dengan keterbatasan konsumsi rumah tangga. Pada sisi penawaran, meningkatnya laju perekonomian Maluku didorong oleh menguatnya kinerja tiga kategori ekonomi utama. Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh meningkat, didorong oleh sub kategori perikanan, sejalan dengan peningkatan produksi ikan tangkap. Kategori Administrasi Pemerintahan tercatat tumbuh cukup kuat didukung oleh percepatan realisasi belanja pemerintah, baik yang bersumber dari APBD maupun APBN. Sementara itu, pertumbuhan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri yang berlangsung lebih awal dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu terdapat beberapa event besar yang berlangsung pada triwulan II-2016 seperti peresmian Jembatan Merah Putih di Ambon oleh Presiden Joko Widodo pada April 2016 dan event nasional Perkemahan Pramuka Madrasah Nasional di Kabupaten Maluku Tengah. Pada triwulan III-2016, perekonomian Maluku diperkirakan tumbuh lebih tinggi dalam rentang 6,5 6,9% (yoy). Peningkatan pertumbuhan diperkirakan masih akan ditopang oleh konsumsi LNPRT dan investasi, dengan perkembangan ekspor yang membaik. Belanja LNPRT akan terus menguat mengantisipasi pelaksanaan Pilkada Di samping itu, realisasi anggaran dana desa juga diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan investasi. Sementara prospek ekspor luar negeri diperkirakan akan membaik, terutama untuk komoditas perikanan. Sementara itu dibukanya jalur transshipment Ambon Jakarta diperkirakan mampu mendorong kinerja usaha perdagangan besar dan eceran, terutama untuk kelancaran pasokan dan efisiensi distribusi. Selain itu, terdapat beberapa event besar yang akan diselenggarakan pada triwulan III-2016 seperti Pesta Teluk Ambon pada September 2016 dan Gladi Resik Acara Internasional Table Talk Exercise (TTX) Antisipasi Tsunami. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan melambat seiring belum kuatnya ketersediaan lapangan kerja. Investasi oleh swasta juga diperkirakan masih terbatas, walaupun beberapa perusahaan perikanan mulai kembali berinvestasi untuk memperkuat basis produksi.

20 Asesmen Keuangan Pemerintah Realisasi belanja APBN dan APBD Provinsi Maluku hingga Triwulan II masing-masing mencapai 30,16% dan 39,23%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 21,01% dan 31,34%. Realisasi belanja APBN terhadap pagu anggaran hingga Triwulan II tercatat meningkat. Hal ini antara lain didukung oleh tidak adanya hambatan perubahan nomenklatur seperti yang terjadi pada awal tahun Realisasi total belanja terhadap pagu triwulan I dan II-2016 adalah sebesar 30,16%, lebih tinggi dibanding periode sama tahun sebelumnya (21,01%). Meningkatnya realisasi belanja juga didorong oleh meningkatnya penyerapan belanja pegawai, khususnya melalui pembayaran gaji ke-14 Pegawai Negeri Sipil (PNS) berupa Tunjangan Hari Raya (THR) pada Hari Raya Idul Fitri Realisasi belanja APBD Provinsi Maluku hingga triwulan II-2016 tercatat lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Realisasi anggaran hingga triwulan II-2016 mencapai 39,23% dari pagu 2016, lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya yaitu 31,34%. Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding periode sama tahun sebelumnya. Seluruh komponen belanja mengalami peningkatan realisasi, kecuali Belanja Langsung Pegawai. Realisasi belanja modal menjadi pendorong utama pada penyerapan anggaran APBD triwulan II Asesmen Inflasi Inflasi Maluku pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 1,82% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (2,22%, yoy), maupun inflasi nasional (3,45%, yoy). Deflasi Kelompok Bahan Makanan memberikan andil pada terjaganya stabilitas harga. Inflasi tahunan Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 merupakan yang terendah secara nasional. Laju inflasi Maluku pada triwulan II-2016 tercatat sebesar 1,82% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,22% (yoy). Pencapaian inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi KTI yaitu 3,94% (yoy) dan inflasi nasional yang tercatat 3,45% (yoy). Penurunan laju inflasi tahunan Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 didukung oleh deflasi pada Kelompok Bahan Makanan. Deflasi Kelompok Bahan Makanan mencapai 5,06% (yoy), lebih dalam dibandingkan deflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 2,87% (yoy). Komoditas yang menyumbang deflasi Bahan Makanan terbesar adalah Ikan Segar dengan andil deflasi hingga 1,71% (yoy), atau lebih dalam dibandingkan deflasi triwulan sebelumnya yang tercatat 1,62% (yoy). Deflasi pada komoditas Ikan Segar tersebut sejalan dengan melimpahnya pasokan ikan sebagai dampak dari cuaca yang kondusif paska fenomena El-Nino, curah hujan yang normal dan tidak menghambat proses tangkap ikan. Selain itu, daerah tangkap ikan terpantau masih banyak tersedia di Laut Seram dan sekitar Pulau Ambon. Di sisi lain, pendorong utama inflasi pada triwulan II-2016 adalah Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, dengan andil mencapai 1,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,17% (yoy). Tekanan inflasi pada kelompok tersebut didominasi oleh komoditas Angkutan Udara, khususnya menjelang dan selama periode Ramadhan dan Idul Fitri. Laju inflasi Provinsi Maluku pada triwulan III-2016 diperkirakan meningkat. Peningkatan laju inflasi tersebut didorong oleh tekanan inflasi dari beberapa komoditas ikan segar yang diperkirakan akan meningkat seiring dengan gangguan cuaca seperti gelombang tinggi yang terjadi pada Juli hingga Agustus Jumlah spot penangkapan ikan terpantau menurun cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan II Di samping itu, inflasi komoditas ikan segar diperkirakan akan memberikan multiplier effect melalui inflasi bahan makanan olahan yang berbahan dasar ikan laut. Tekanan inflasi dari komoditas bumbu-bumbuan dan sayursayuran diperkirakan juga akan meningkat karena adanya penurunan pasokan dari

21 sentra produksi di Jawa sebagai dampak dari gangguan cuaca. Selain itu, kenaikan biaya sekolah khususnya tingkat perguruan tinggi pada tahun ajaran baru diperkirakan juga menambah tekanan inflasi. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Stabilitas keuangan daerah pada triwulan II-2016 masih terjaga dengan baik, tercermin dari rasio NPL sektor rumah tangga, korporasi, dan UMKM yang rendah serta kinerja perbankan yang meningkat, khususnya dalam aspek aset dan kredit. Stabilitas keuangan daerah Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 masih terjaga dengan baik, tercermin dari ketahanan sektor rumah tangga, korporasi, institusi keuangan (perbankan) maupun UMKM yang kuat. Terjaganya ketahanan sektor Rumah Tangga tercermin dari tingkat cicilan terhadap total penghasilan konsumen (debt to service ratio/ DSR) konsumen Kota Ambon yang masih cukup rendah, yaitu 8,25%, jauh di bawah batas aman 30%. Di samping itu, kredit rumah tangga masih tergolong aman dan dalam tren penurunan risiko, dengan rasio Non Performing Loan (NPL) hanya sebesar 0,77%. Sementara itu, di tengah tren kontraksi kredit korporasi pada kategori usaha utama, kualitas kredit korporasi terpantau membaik, dengan rasio NPL 0,98%. Kinerja perbankan di Maluku terpantau meningkat pada triwulan II Pertumbuhan aset bank umum mencapai 10,12% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya 5,71% (yoy), terutama didorong oleh perbankan pemerintah. Sementara itu penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat melambat, yaitu hanya tumbuh 9,62% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 15,11% (yoy). Penurunan saving-to-income ratio sektor rumah tangga berdampak pada perlambatan penghimpunan DPK, terutama pada komponen tabungan. Selanjutnya, pertumbuhan kredit masih tercatat meningkat, terutama ditopang kredit konsumsi/ rumah tangga. Penyaluran kredit untuk Maluku pada triwulan II-2016 mencapai Rp9,29 triliun atau tumbuh 8,87% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 8,70% (yoy). Hal ini ditopang oleh penguatan komponen kredit rumah tangga, terutama kredit multiguna. Sementara itu, kredit produktif, baik untuk keperluan modal kerja maupun investasi, tercatat mengalami penurunan kinerja. Tingkat intermediasi dan kualitas kredit bank umum di Maluku tercatat mengalami perbaikan. Sejalan dengan perlambatan penghimpunan DPK dan percepatan penyaluran kredit, Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 62,03% menjadi 65,62%. Sementara rasio NPL untuk bank umum di Maluku pada triwulan II-2016 tercatat sebesar 1,60%, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,76%. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Perkembangan sistem pembayaran tunai maupun non tunai (kliring) di Maluku tercatat meningkat pada triwulan II-2016, tercermin dari peningkatan nominal transaksi Perkembangan sistem pembayaran tunai pada triwulan II-2016 menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari perputaran kas di Kantor Perwakilan Provinsi Maluku sampai dengan akhir triwulan II-2016 yang mengalami net outflow (jumlah uang tunai yang keluar lebih banyak dibanding jumlah uang tunai yang masuk) sebesar Rp562 miliar, sesuai dengan pola siklikalnya. Uang kartal yang disetor ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku meningkat 23,9% (yoy) pada triwulan II-2016, berlawanan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 0,16% (yoy). Di sisi lain, arus uang kartal keluar dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku tercatat tumbuh lebih tinggi, yaitu sebesar 56,2% (yoy), berlawanan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 29,4% (yoy). Pertumbuhan

22 ini sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan II- 2016, yang mendorong aktivitas perputaran uang di masyarakat. Selain itu, permintaan kredit yang mulai meningkat, meskipun masih belum kuat, juga berperan mendorong demand uang kartal. Kegiatan kas keliling pada triwulan II-2016 terlaksana sebanyak 35 kali. Kegiatan kas keliling ini merupakan upaya Bank Indonesia untuk senantiasa menyediakan uang layak edar di masyarakat khususnya di di daerah terpencil dan terluar. Kegiatan kas keliling dilakukan sebanyak 18 kali di dalam Kota Ambon dan 17 kali di luar kota. Frekuensi kegiatan kas keliling pada triwulan II-2016 tersebut jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak 12 kali. Hal ini merupakan upaya Bank Indonesia untuk memenuhi peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat, khususnya pecahan kecil, selama periode Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Kegiatan yang dilakukan termasuk kas keliling bersama empat bank umum di Kota Ambon pada tanggal 20 Juni hingga 1 Juli 2016, bertempat di Ambon Plaza, Maluku City Mall, Ambon City Center, dan Pasar Mardika, serta mengadakan kas keliling ke luar Kota Ambon yaitu Namlea, Masohi, serta Piru dan sekitarnya. Kegiatan kas keliling selama triwulan II-2016 tersebut tercatat mampu melayani kebutuhan penukaran uang masyarakat hingga Rp17,2 miliar. Terkait sistem pembayaran non tunai, transaksi kliring di Maluku tercatat kembali meningkat. Nominal transaksi kliring pada triwulan II-2016 mencapai Rp2,3 triliun yang berasal dari 36,6 ribu lembar warkat kliring. Nominal perputaran kliring tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 79,35% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yaitu 70,43% (yoy). Secara volume, perputaran kliring pada triwulan II-2016 masih mengalami kontraksi 2,33% (yoy), namun membaik dibanding triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif 8,24% (yoy). Pertumbuhan nominal kliring yang cukup tinggi ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya nominal kliring kredit yang cukup tajam pada triwulan II-2016, yaitu 299,64% atau hampir tiga kali lipat. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tingkat kemiskinan di Maluku mengalami penurunan pada Maret 2016 menjadi 19,51%, terutama yang berasal dari pedesaan. Di sisi lain tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 mengalami peningkatan menjadi 6,98%, sebagai akibat berkurangnya lapangan pekerjaan di sektor perikanan Jumlah penduduk miskin di Maluku pada Maret 2016 menurun 0,21% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin mencapai orang dan menurun menjadi orang pada Maret Pada periode tersebut, jumlah penduduk miskin perkotaan meningkat 0,60% (yoy) menjadi orang, sementara jumlah penduduk miskin pedesaan menurun 0,36% (yoy) menjadi orang dibandingkan dengan Maret Hal ini sejalan dengan penurunan persentase penduduk miskin di Maluku dari 19,51% pada Maret 2015 menjadi 19,18% pada Maret Jumlah pengangguran Provinsi Maluku per Februari 2016 meningkat 7,05% (yoy) menjadi orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 6,98%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 6,72%. Pertumbuhan angkatan kerja per Februari 2016 mencapai 3,13% (yoy) tidak diimbangi dengan pertumbuhan ketersediaan lapangan kerja mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran. Hal tersebut merupakan imbas dari melemahnya kinerja korporasi di Provinsi Maluku sejak tahun Provinsi Maluku terkena dampak dari pemberlakuan kebijakan moratorium dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada November Dampak dari peraturan tersebut adalah

23 banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan yang bekerja di perusahaan perikanan. Prospek Ekonomi dan Inflasi Perekonomian Maluku pada Triwulan IV-2016 diperkirakan tumbuh melambat dalam rentang 5,9-6,3% (yoy). Sementara pertumbuhan keseluruhan tahun 2016 meningkat dalam rentang 6,1-6,5% (yoy). Laju inflasi Maluku hingga akhir tahun 2016 diperkirakan cenderung meningkat pada rentang 3,4 3,8% (yoy), meskipun jauh lebih rendah dari tahun 2015 (6,15%, yoy) Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan IV-2016 diperkirakan melambat dalam rentang 5,9%-6,3% (yoy). Dari sisi permintaan, prakiraan melambatnya pertumbuhan ekonomi pada terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan kinerja Konsumsi Rumah Tangga (RT). Ke depan, perbaikan keyakinan konsumen diperkirakan masih belum solid seiring dengan masih pesimisnya keyakinan masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja. Di samping itu, terbatasnya pertumbuhan anggaran belanja pemerintah. Dari sisi penawaran, melambatnya pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, dan Kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada keseluruhan tahun 2016 diperkirakan berada dalam rentang 6,1%-6,5% (yoy), meningkat dibandingkan 2015 yang tercatat sebesar 5,44% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) yang meningkat seiring dengan membaiknya kondisi kegiatan usaha dibandingkan tahun 2015 yang masih terkena dampak Moratorium Kapal Tangkap Ikan Asing dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi tahun 2016 dibatasi oleh melambatnya Konsumsi Rumah Tangga (RT) maupun Konsumsi Pemerintahan. Konsumsi Rumah Tangga (RT) diperkirakan tumbuh sedikit melambat karena perbaikan keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi belum solid sehingga membatasi permintaan masyarakat. Ketersediaan lapangan kerja masih menjadi faktor yang membatasi keyakinan masyarakat. Pertumbuhan lapangan kerja diperkirakan masih terbatas meskipun kondisi kegiatan usaha swasta diperkirakan membaik. Hal tersebut disebabkan banyaknya risiko yang masih dihadapi oleh dunia usaha, seperti harga komoditas yang masih rendah dan pasar global yang masih lesu karena perbaikan perekonomian global yang cenderung lambat. Konsumsi Pemerintah yang diharapkan dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada 2016 baik di Provinsi Maluku maupun secara Nasional, diperkirakan tidak dapat berjalan sesuai rencana. Terdapat risiko pemotongan anggaran sebagai bentuk penyesuaian dari tidak tercapainya target pendapatan negara dari realisasi pajak. Laju inflasi tahun 2016 diperkirakan berada pada rentang 3,4-3,8% (yoy), atau jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 6,15% (yoy). Meredanya laju inflasi 2016 didukung oleh terkendalinya laju inflasi dari komponen Volatile Food (VF), terutama inflasi ikan segar dan beras. Laju inflasi beras diperkirakan cukup terkendali didukung oleh curah hujan menengah yang kondusif dan hasil upaya Bulog Divre Maluku berkoordinasi dengan pemerintah Provinsi Maluku dalam menjaga stok beras hingga akhir tahun. Selain itu, laju inflasi ikan segar yang secara historis meningkat pada awal tahun, mereda pada 2016 seiring dengan adanya fenomena el-nino yang mendukung proses tangkap ikan di laut, khususnya dari jenis pelagis kecil.

24

25 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku Pertumbuhan ekonomi Maluku tercatat meningkat pada triwulan II Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan laporan mencapai 6,48% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,64% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 5,18% (yoy). Dari sisi nominal, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp 9,21 triliun pada triwulan II-2016, dengan laju deflator PDRB atau inflasi implisit Provinsi Maluku tercatat sebesar 2,58% (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan inflasi implisit triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,83% (yoy). Gambar 1. Peta Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Timur Indonesia Triwulan II-2016 Sumber : Badan Pusat Statistik; diolah Dibanding Provinsi lainnya di KTI, pertumbuhan Maluku cukup menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 menduduki peringkat ke-6 dibanding 13 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Pertumbuhan ekonomi Maluku juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan KTI secara keseluruhan, yang tumbuh 5,91% (yoy) pada triwulan II-2016, melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 6,27% (yoy). Perlambatan ekonomi KTI secara umum disebabkan oleh kontraksi perekonomian Papua akibat penurunan produktivitas tambang pada saat terjadi downtime selama 23 hari. Namun demikian, ekonomi KTI masih ditopang meningkatnya pertumbuhan tujuh provinsi lainnya, terutama Sulawesi Tengah yang tumbuh cukup tinggi, terdorong meningkatnya produksi hasil olahan tambang (smelter). Pada triwulan II-2016, pertumbuhan Maluku meningkat, didorong oleh investasi pemerintah serta meningkatnya kinerja usaha perdagangan besar dan eceran. Dari sisi lapangan usaha, kinerja usaha perdagangan besar dan eceran meningkat seiring banyaknya event MICE (meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) pada 5

26 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL triwulan II-2016, seperti peresmian Jembatan Merah Putih (JMP) oleh Presiden, serta penyelenggaraan perkemahan madrasah nasional. Selain itu, perbaikan efisiensi rantai pasokan oleh usaha ritel besar di Maluku mampu meningkatkan omzet penjualan di tengah masih belum menguatnya demand konsumen. Pertumbuhan ekonomi Maluku juga didorong oleh meningkatnya pertumbuhan investasi pemerintah, terutama terkait dengan belanja barang dan jasa untuk berbagai program pemberdayaan masyarakat serta realisasi belanja modal yang lebih cepat. Meningkatnya investasi pemerintah pada triwulan II-2016 juga terlihat pada naiknya pertumbuhan PDRB usaha konstruksi. Grafik 1. Perkembangan PDRB Riil Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Grafik 2. Kapasitas Perekonomian Provinsi Maluku Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Pada triwulan III-2016, pertumbuhan ekonomi Maluku diperkirakan meningkat didorong realisasi dana desa dan dimulainya transshipment Jakarta-Ambon. Perekonomian Maluku diperkirakan tumbuh dalam rentang 6,5 6,9% (yoy) pada triwulan III-2016, atau meningkat dibanding triwulan II Meningkatnya pertumbuhan akan ditopang oleh realisasi anggaran dana desa yang dapat memengaruhi pertumbuhan investasi di Maluku. Selain itu, pertumbuhan juga akan didorong realisasi MoU antara PELINDO IV Cabang Ambon dan PT Tempuran Mas, yang menjadikan Ambon sebagai hub untuk pengiriman dari Jakarta ke Maluku-Papua. Perjanjian transshipment tersebut meliputi diskon tarif layanan kepelabuhanan yang cukup signifikan jika perusahaan dapat mengirim minimal TEUS muatan dari Jakarta ke Ambon. Hal ini diperkirakan akan mendorong kinerja usaha perdagangan besar dan eceran, terutama untuk menjaga kelancaran pasokan dan efisiensi distribusi. Sementara itu, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan melambat seiring belum kuatnya ketersediaan lapangan kerja. Investasi oleh swasta juga diperkirakan masih terbatas, walaupun beberapa perusahaan perikanan mulai kembali berinvestasi untuk memperkuat basis produksi. 6

27 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan 1.3 Pangsa (%) Pertumbuhan yoy (%) Andil yoy (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah, *Angka sementara BPS ** Angka sangat sementara BPS Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Permintaan Komponen Total I* II* III* IV* Total* I** II** Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Dikurangi Impor Luar Negeri (10.26) (10.55) (10.57) (9.88) (9.91) (10.22) (9.89) (9.5 Net Impor Antar Daerah (39.10) (35.82) (38.09) (41.56) (49.25) (41.33) (41.05) (40.6 Total PDRB Komponen Total I II III IV* Total* I** II** Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT 5.33 (5.62) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) 5.76 (6.06) Perubahan Inventori (57.64) (62.61) (51.52) (47.98) Ekspor Luar Negeri (18.25) (6.90) (12.27) (3.03) (6.8 Dikurangi Impor Luar Negeri (0.94) (1.02) (3.8 Net Impor Antar Daerah (3.16) Total PDRB Komponen Total I II III IV* Total* I** II** Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT 5.33 (0.14) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) 5.76 (1.97) Perubahan Inventori (0.72) (0.90) (0.57) 0.20 (47.98) Ekspor Luar Negeri (18.25) 1.83 (0.72) (1.25) (0.28) (0.6 Dikurangi Impor Luar Negeri (0.94) (0.79) (0.80) (0.18) (0.29) Net Impor Antar Daerah (3.16) (6.24) (2.92) (2.29) (6.46) (7.55) (5.2 Total PDRB Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Maluku dipengaruhi oleh peningkatan investasi dan konsumsi LNPRT. Pada triwulan II-2016, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) di Provinsi Maluku meningkat, sejalan dengan realisasi belanja modal pemerintah yang lebih cepat. Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) juga tercatat meningkat, didorong oleh persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Di sisi lain, komponen konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa terbesar (66,55%) mengalami perlambatan pertumbuhan, terpengaruh oleh pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja yang lebih terbatas. Komponen perdagangan luar negeri, baik ekspor maupun impor, masih mencatatkan terkontraksi tahunan, bahkan lebih dalam dibanding triwulan lalu. Perdagangan antar daerah juga tercatat melambat, sejalan dengan keterbatasan konsumsi rumah tangga. Pada triwulan III-2016, peningkatan pertumbuhan diperkirakan masih akan ditopang oleh konsumsi LNPRT dan investasi, dengan perkembangan ekspor yang membaik. Selain belanja modal pemerintah, PMTDB triwulan III-2016 akan didukung oleh menguatnya investasi swasta. Sementara itu, belanja LNPRT akan terus menguat mengantisipasi pelaksanaan Pilkada serentak di 5 kabupaten/kota di Maluku pada Februari Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan belum solid seiring masih rendahnya ketersediaan lapangan kerja, sementara prospek ekspor luar negeri diperkirakan akan membaik, terutama untuk komoditas perikanan, walaupun masih terkontraksi secara tahunan. 7

28 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Konsumsi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Grafik 3. Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Grafik 4. Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Konsumsi rumah tangga melambat seiring terbatasnya pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja. Konsumsi rumah tangga Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 tercatat tumbuh 7,90% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 8,41% (yoy). Nilai Tukar Petani (NTP) yang lebih rendah, yaitu pada triwulan II-2016 dibanding pada triwulan I-2016, mengindikasikan lebih terbatasnya pendapatan yang dapat digunakan konsumen untuk melakukan konsumsi. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja juga terpantau lebih rendah, terlihat dari pertumbuhan tahunan penganggur yang tinggi, yaitu 7,05% (yoy) dibanding Agustus 2015 yang hanya 2,18% (yoy). Kedua hal tersebut juga tercermin hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota Ambon, yang mengindikasikan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang masih pesimis (di bawah 100), yaitu 95,28, yang terutama didorong oleh indeks ketersediaan lapangan kerja yang rendah (68,83%), dan indeks pembelian barang tahan lama (80,93%). Melambatnya konsumsi rumah tangga juga terkonfirmasi dari tidak dilakukannya impor barang konsumsi non-migas pada triwulan II Grafik 5. Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Maluku Grafik 6. Perkembangan Kredit Konsumsi di Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Meski terpantau melambat, konsumsi Provinsi Maluku tetap terpantau tumbuh positif pada triwulan II Pertumbuhan konsumsi tersebut terutama ditopang oleh pemberian gaji ke- 14 untuk pegawai negeri sipil (PNS), terkait dengan Tunjangan Hari Raya (THR). Pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari peningkatan arus bongkar muat pada Pelabuhan Yos Sudarso Ambon yang meningkat tajam pada bulan Juni 2016, mencapai 44,39% (yoy) dengan pertumbuhan jumlah peti kemas sebesar 21,22% (yoy). Pertumbuhan 8

29 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL konsumsi pada triwulan II-2016 juga ditopang oleh penyaluran kredit, sebagaimana tercermin dari penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh 11,59% (yoy) pada triwulan II-2016, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang hanya 10,97% (yoy). Konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat pada triwulan III Arus bongkar muat Pelabuhan Yos Sudarso Ambon pada bulan Juli 2016 terpantau kembali melambat, dengan pertumbuhan sebesar 4,85% (yoy) dan jumlah peti kemas yang terkontraksi 34,80% (yoy). Survei Konsumen Bank Indonesia untuk bulan Agustus juga menunjukkan perkembangan optimisme yang belum solid, terutama untuk ketersediaan lapangan kerja. Terbatasnya ketersediaan lapangan kerja tersebut terkonfirmasi dari liaison Bank Indonesia pada kontak usaha utama di Provinsi Maluku, yang masih berusaha menjaga level margin dan cenderung untuk melakukan efisiensi biaya, termasuk biaya tenaga kerja. Grafik 7. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Yos Sudarso Sumber : PT Pelindo IV Cabang Ambon; diolah Grafik 8. Jumlah Peti Kemas Pelabuhan Yos Sudarso Sumber : PT Pelindo IV Cabang Ambon; diolah Pengeluaran Konsumsi LNPRT Grafik 9. Konsumsi LNPRT Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Pengeluaran LNPRT terpantau meningkat, sebagai dampak persiapan PILKADA Pengeluaran Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) pada triwulan II terpantau tumbuh 8,07% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I-2016 yang hanya tumbuh 7,36% (yoy). Promosi para Bakal Calon Walikota dan Bupati untuk mempersiapkan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) tingkat II pada Februari 2017 menjadi pendorong utama meningkatnya pertumbuhan tersebut. Pada triwulan III-2016, diperkirakan pengeluaran LNPRT masih akan terus meningkat. Proses seleksi dan pengerucutan bakal calon untuk 5 Kabupaten/Kota, yaitu Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tengah diperkirakan akan menjadi pendorong utama konsumsi LNPRT. 9

30 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah tercatat melambat, baik pada APBN maupun APBD. Pada triwulan II-2016, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 8,72% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I-2016 yang mencapai 12,24% (yoy). Pertumbuhan konsumsi yang melambat terjadi baik pada realisasi APBN yang dialokasikan untuk Provinsi Maluku maupun realisasi APBD Provinsi. Pada APBN, realisasi belanja pegawai dan bantuan sosial untuk Provinsi Maluku tercatat Grafik 10. Konsumsi Pemerintah Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah sebesar Rp1,15 triliun atau tumbuh 35,96% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 38,68% (yoy). Sementara itu, Realisasi Belanja Tak Langsung dan Belanja Langsung Pegawai di Provinsi Maluku juga tercatat melambat, dengan pertumbuhan sebesar 23,13% (yoy) pada triwulan II-2016, dibanding triwulan I-2016 yang mencapai 52,82% (yoy). Pada triwulan III-2016, konsumsi pemerintah diperkirakan masih melambat. Dengan pagu belanja pegawai dalam APBN yang hanya meningkat 1,15% (yoy) untuk tahun anggaran 2016 serta realisasi yang telah mencapai 50,87% hingga triwulan II-2016, ruang untuk pertumbuhan pada triwulan III-2016 lebih terbatas. Pada APBD Provinsi, ruang tumbuh juga cukup terbatas, seiring dengan pagu belanja tak langsung yang meningkat hanya sebesar 1,27% (yoy) untuk tahun anggaran 2016 dan realisasi yang telah mencapai 50,9%(yoy) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Grafik 11. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Grafik 12. Perkembangan Impor Barang Modal Provinsi Maluku Sumber : Bank Indonesia; diolah Investasi Provinsi Maluku terpantau meningkat. Pada triwulan II-2016, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Maluku tumbuh 10,46% (yoy), meningkat dibanding triwulan I-2016 yang hanya tumbuh 9,84% (yoy). Hal ini sejalan dengan meningkatnya realisasi belanja barang dan jasa pada APBN, terutama untuk bantuan berupa barang modal (capital goods), seperti program bantuan 406 unit Kapal Mina Maritim pada nelayan tangkap yang sudah mulai berjalan. Meningkatnya investasi juga terpantau dari impor barang modal pada triwulan II Kegiatan investasi swasta mulai meningkat, namun pertumbuhannya relatif 10

31 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL terbatas. Hal ini diakui oleh para contact Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan kegiatan liaison Bank Indonesia, yang telah mengindikasikan bahwa kegiatan investasi mereka mulai meningkat namun belum membutuhkan tambahan pembiayaan dari perbankan. Kebutuhan kredit yang masih terbatas ini juga terpantau dari saldo kredit investasi Bank Umum di Provinsi Maluku yang masih terkontraksi 9,48% (yoy). Investasi Maluku triwulan III-2016 diperkirakan akan meningkat, antara lain didorong oleh realisasi dana desa. Anggaran dana desa untuk Provinsi Maluku pada tahun 2016 mencapai Rp754,5 miliar atau meningkat 126% dibanding Hingga akhir triwulan II-2016, penyerapan anggaran masih berada pada level 51,37%. Sebagian besar penyerapan anggaran dana desa tahap 2 diperkirakan dapat terealisasi di triwulan III- 2016, dan menjadi pendorong utama investasi Maluku. Sementara itu, investasi swasta diperkirakan masih belum kuat, seiring belum meratanya perbaikan prospek usaha perikanan. Grafik 13. Kredit Investasi Provinsi Maluku Sumber : Laporan Bank Umum; diolah Grafik 14. Perkembangan triwulanan Investasi Swasta di Maluku Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia; diolah Ekspor dan Impor Ekspor dan Impor Luar Negeri Grafik 15. PDRB Ekspor Luar Negeri Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Grafik 16. PDRB Impor Luar Negeri Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah 11

32 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Ekspor luar negeri Maluku mengalami kontraksi, terutama didorong oleh sisi migas. PDRB ekspor luar negeri Provinsi Maluku mengalami kontraksi 6,88% (yoy) pada triwulan II-2016, lebih dalam dibanding kontraksi triwulan I-2016 yang hanya mencapai 3,03% (yoy). Kontraksi terutama didorong oleh migas, seiring tidak adanya ekspor migas dari Maluku selama triwulan II-2016 sesuai pola historisnya. Sementara itu, ekspor non-migas justru mengalami peningkatan. Ekspor non-migas yang berasal dari Provinsi Maluku tumbuh 32,55% (yoy) pada triwulan II-2016, seiring tumbuhnya kembali ekspor bahan makanan, terutama ikan dan udang. Pada bulan Juni 2016, Provinsi Maluku kembali melakukan penjualan udang beku, yang kemudian diekspor melalui Surabaya. Penjualan udang beku Provinsi Maluku sempat terhenti selama 11 bulan sejak Juli Kontraksi perdagangan migas juga menjadi pendorong kontraksi impor Maluku. PDRB impor luar negeri Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 tercatat mengalami kontraksi sebesar 3,87% (yoy), lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang hanya terkontraksi 1,02% (yoy). Pada sisi migas, Provinsi Maluku mengalami kontraksi impor seiring dengan masih rendahnya demand Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk korporasi, terutama akibat banyaknya korporasi penangkapan ikan yang tidak lagi beroperasi. Dari sisi non-migas, impor justru meningkat, seiring adanya impor barang modal Provinsi Maluku berupa produk logam baja (wiring products), sementara impor barang konsumsi non-migas masih nihil sejak triwulan II Grafik 17. Perkembangan Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Grafik 18. Impor Luar Negeri Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Ekspor-impor luar negeri pada triwulan III-2016 diperkirakan masih terkontraksi, namun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Ekspor luar negeri pada triwulan III-2016 diperkirakan akan masih mengalami kontraksi, terutama didorong penurunan ekspor migas, melemahnya harga dan produksi komoditas karet, serta penurunan produksi pala. Sementara itu, ekspor perikanan diperkirakan akan menguat ditopang meningkatnya produksi ikan segar pelabuhan utama. Di sisi lain, impor diperkirakan tetap mengalami kontraksi seiring dengan masih lemahnya demand migas non-subsidi Net Ekspor Antar Daerah Net impor antar daerah melambat seiring melambatnya konsumsi rumah tangga. Net impor antar daerah pada triwulan II-2016 tercatat tumbuh 13,68% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 21,09% (yoy). Hal ini sejalan dengan perlambatan konsumsi rumah tangga, terutama untuk pembelian barang 12

33 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik 19. PDRB Net Ekspor Antar Daerah Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah tahan lama yang bernilai tinggi seperti mobil. Hal ini terkonfirmasi melalui kontraksi kredit kendaraan bermotor (KKB) pada triwulan II-2016, sebesar 12,16% (yoy), yang terutama disebabkan oleh menurunnya KKB jenis mobil. Survei Konsumen Bank Indonesia untuk Kota Ambon juga menunjukkan pesimisme untuk pembelian barang tahan lama pada triwulan II-2016, dengan indeks persepsi sebesar 80,83 (di bawah 100). Net impor antar daerah diperkirakan melambat pada triwulan III-2016, seiring belum kuatnya demand rumah tangga. Permintaan dari rumah tangga yang diperkirakan masih melemah akibat lemahnya ketersediaan lapangan kerja diperkirakan dapat membatasi pertumbuhan net impor pada triwulan III Pertumbuhan kredit konsumsi yang kembali melambat hingga bulan Juli 2016 juga mengindikasikan tingkat demand yang lebih lemah pada triwulan tersebut. 13

34 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.3. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran Pada sisi lapangan usaha, meningkatnya laju perekonomian Maluku pada triwulan II-2016 didorong oleh meningkatnya kinerja 3 kategori utama Provinsi Maluku, yaitu kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Kategori Administrasi Pemerintahan, dan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran. Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Penawaran tahun 2010 Komponen Total I II III IV Total I* II** Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Total PDRB Komponen Total I II III IV Total I* II** Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (0.06) Pertambangan dan Penggalian (0.13) (0.15) 0.06 (0.97) Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas (0.02) (0.02) (0.01) 0.20 (28.02) Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang 5.84 (0.00) (0.01) Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Total PDRB Komponen Total I II III IV Total I* II** Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (0.06) Pertambangan dan Penggalian (0.13) (0.15) 0.06 (0.03) Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas (0.02) (0.02) (0.01) 0.00 (0.04) 0.03 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang 0.03 (0.00) (0.01) Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Total PDRB Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah *Angka sementara BPS **Angka sangat sementara BPS Pertumbuhan yoy (%) Pangsa (%) Andil yoy (%) 14

35 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Provinsi Maluku tumbuh 2,48% (yoy) pada triwulan I Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang terpantau sebesar 1,39% (yoy). Kategori ini memberikan andil pertumbuhan sebesar 0,60% (yoy) yang merupakan andil terbesar ketiga dari seluruh kategori. Meningkatnya pertumbuhan kategori ini Grafik 20. PDRB Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan didorong oleh peningkatan kinerja perikanan. Produksi ikan tangkap yang mendarat di pelabuhan utama terpantau tumbuh positif setelah sebelumnya mengalami kontraksi sejak triwulan I Hal tersebut mencerminkan pasokan ikan tangkap yang meningkat. Meningkatnya kinerja kategori ini juga didorong oleh kegiatan ekspor hasil laut yang meningkat signifikan pada triwulan II-2016 karena adanya ekspor udang yang cukup tinggi. Pertumbuhan kategori ini tercermin dari kinerja ekspor pala pada triwulan II-2016 yang tumbuh 38,62% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi hingga 36,46%. Grafik 21. Produksi ikan di PPN Ambon dan PPN Tual Sumber: PPN Ambon dan PPN Tual; diolah Grafik 22. Ekspor Hasil Laut Provinsi Maluku Sumber: Bank Indonesia Grafik 23. Nilai Ekspor Pala Provinsi Maluku Sumber: Bank Indonesia Grafik 24. Produksi Karet di Maluku Tengah Sumber: Perusahaan Perkebunan; diolah Sementara itu, kinerja perkebunan pada triwulan II-2016 membatasi pertumbuhan kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Pertumbuhan produksi karet pada triwulan II-2016 mengalami kontraksi sebesar 9,70% (yoy). Namun demikian pertumbuhan tersebut lebih baik dibandingkan triwulan I-2016 yang tercatat 15

36 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL mengalami kontraksi hingga 22,55% (yoy). Begitu juga dengan pertumbuhan harga karet yang masih mengalami kontraksi sebesar 6,85% (yoy) pada triwulan II-2016, namun membaik bila dibandingkan dengan triwulan I-2016 yang tercatat kontraksi sebesar 23,72% (yoy). Meski produksi dan harga mengalami kontraksi, namun nilai ekspor karet secara tahunan pada triwulan II-2016 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan kategori ini terpantau dari meningkatnya pertumbuhan Kredit Sektor pertanian dan Perikanan. Baki debit kredit di sektor ini mencapai Rp625 miliar pada triwulan II-2016 atau tumbuh 9.03% (yoy). Pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,54% (yoy). Grafik 25. Produksi ikan di PPN Ambon dan PPN Tual Sumber: PPN Ambon dan PPN Tual; diolah Grafik 26. Kredit Sektor Pertanian Menurut Lokasi Proyek Sumber: Bank Indonesia Pada triwulan III-2016, kinerja Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan diperkirakan meningkat seiring dengan masih kondusifnya cuaca untuk penangkapan ikan dengan curah hujan menengah dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) meskipun terdapat sedikit gangguan cuaca pada Juli-Agustus berupa gelombang tinggi dan angin kencang. Hasil produksi ikan tangkap diperkirakan meningkat pada triwulan II Meningkatnya kinerja kategori ini terkonfirmasi dengan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang menunjukkan optimisme pelaku usaha di bidang pertanian dan Perikanan terhadap membaiknya kinerja kategori ini pada triwulan III-2016 dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq) Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kinerja Kategori Perdagangan Provinsi Maluku tumbuh 3,73% (yoy) pada triwulan II Pertumbuhan tersebut sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,61% (yoy). Pertumbuhan kategori ini memberikan andil pertumbuhan sebesar 0,54% (yoy) pada triwulan II-2016 yang merupakan andil terbesar ke-lima dari seluruh kategori. Tumbuhnya kategori ini tercermin dari meningkatnya pertumbuhan arus bongkar muat barang di pelabuhan utama. Arus bongkar muat tersebut tumbuh 24,74% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,74% (yoy). Tumbuhnya arus barang tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada periode yang lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu terdapat beberapa event besar yang dilaksanakan pada triwulan III-2016 seperti Peresmian Jembatan Merah Putih (JMP) oleh Presiden Joko Widodo pada April 2016 dan event nasional Perkemahan Pramuka Madrasah Nasional di Kabupaten Maluku Tengah. 16

37 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik 27. PDRB Perdagangan dan Reparasi Provinsi Grafik 28. Arus Barang di Pelabuhan Yos Sudarso, Maluku Ambon Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, diolah Sumber: PT. Pelindo IV Cabang Ambon, diolah Meski kategori ini tumbuh meningkat, penyaluran kredit bank umum di Provinsi Maluku cenderung melambat. Penyaluran kredit pada Kategori Perdagangan mencapai Rp2,1 triliun pada triwulan II-2016, atau tumbuh 11,87% (yoy). Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 13,72% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang menunjukkan penurunan ekspektasi investasi pada triwulan II-2016 yang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq). Meski kinerja kategori ini membaik, investasi pelaku usaha terpantau menurun untuk periode mendatang. Pada triwulan III-2016, kategori ini diperkirakan masih akan tumbuh sedikit lebih tinggi seiring dengan arus barang di pelabuhan utama yang diperkirakan meningkat seiring dengan dibukanya jalur Direct Transhipment Jakarta-Ambon oleh PT. Pelindo pada Agustus Selain itu, terdapat beberapa event besar yang akan diselenggarakan pada triwulan III-2016 seperti Pesta Teluk Ambon pada September 2016 dan Gladi Resik Acara Internasional Table Talk Exercise (TTX) Antisipasi Tsunami. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), ekspektasi pelaku usaha terhadap kinerja kategori ini pada triwulan II-2016 terpantau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq). Grafik 29. Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran di Bank Umum di Provinsi Maluku Menurut Lokasi Proyek Sumber: Bank Indonesia Grafik 30. Kegiatan Usaha Kategori Perdagangan Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia 17

38 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Pada triwulan II-2016, Kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib tumbuh meningkat. Pertumbuhan kategori administrasi pemerintahan triwulan II-2016 tercatat 11,78% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,31% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan kategori ini didorong oleh realisasi belanja pemerintah yang lebih Grafik 31. PDRB Kategori Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jamsos Wajib baik dibandingkan periode yang sama tahun Sumber: BPS Provinsi Maluku sebelumnya. Realisasi belanja pemerintah yang bersumber dari APBN mencapai 30,16% pada triwulan II-2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2015 yang hanya mencapai 21,01%. Begitupun realisasi belanja pemerintah yang bersumber dari APBD mencapai 39,23%, lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2015 yang hanya mencapai 31,34%. Pada triwulan III-2016, kinerja kategori ini diperkirakan tumbuh stabil seiring dengan realisasi anggaran pemerintah baik yang terus berlanjut baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Pertumbuhan kinerja kategori ini akan lebih didorong oleh realisasi anggaran Dana Desa (DD) tahap kedua yang akan cair pada semester II Namun demikian, tingginya realisasi pada triwulan I dan II-2016 memberikan ruang pertumbuhan kinerja kategori ini menjadi lebih terbatas Konstruksi Kategori konstruksi pada triwulan II-2016 tumbuh meningkat. Pertumbuhan Kategori Konstruksi pada triwulan II-2016 tercatat 8,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,28% (yoy). Meningkatnya kinerja kategori ini tercermin dari pengadaan semen pada triwulan II-2016 yang tumbuh sebesar 20,61% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 2,26% (yoy). Hal tersebut didorong oleh meningkatnya realisasi belanja modal pemerintah baik yang bersumber dari APBN maupun APBD, termasuk realisasi Dana Desa (DD) pada semester I Persentase Realisasi belanja modal pada triwulan II-2016 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, terdapat beberapa proyek konstruksi swasta seperti pembangunan hotel-hotel baru, pembangunan jaringan rumah sakit internasional, dan pembangunan dok (galangan) kapal swasta di Kota Ambon. Namun demikian peran swasta masih terbatas untuk mendorong kategori ini. Hal tersebut tercermin pada kredit konstruksi yang disalurkan bank umum pada triwulan II-2016 masih terkontraksi sebesar 20,66% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,87% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh masih rendahnya permintaan masyarakat dimana tingkat keyakinan konsumen masih terpantau rendah dalam Survei Konsumen Bank Indonesia, khususnya tingkat keyakinan konsumen terhadap ketepatan waktu pembelian barang tahan lama, salah satunya tempat tinggal. Hal tersebut terkonfirmasi dari rendahnya tingkat inflasi untuk komoditas bahan bangunan. 18

39 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik 32. PDRB Sektor Konstruksi Provinsi Maluku Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Grafik 33. Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Maluku Sumber: Asosiasi Semen Indonesia; diolah Pada triwulan III-2016, kinerja kategori ini diperkirakan masih stabil dan masih didorong oleh peran pemerintah. Diperkirakan realisasi belanja modal dan barang modal pemerintah baik yang bersumber dari APBN dan APBD terus berlanjut termasuk penyerapan Dana Desa yang akan dicairkan pada tahap kedua pada semester II Peran swasta dalam mendorong kinerja kategori ini diperkirakan masih terbatas ada triwulan III-2016 karena masih belum solidnya perbaikan keyakinan konsumen, sehingga permintaan masyarakat masih terbatas khususnya untuk pembelian barang tahan lama seperti tempat tinggal. Terbatasnya peran swasta terkonfirmasi pada Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan ekspektasi para pelaku usaha di bidang konstruksi yang menurun pada triwulan III-2016 dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq). Grafik 34. Kegiatan Usaha Sektor Konstruksi Provinsi Maluku Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik 35. Kredit Sektor Bangunan di Bank Umum Menurut Lokasi Proyek Sumber: Bank Indonesia, diolah 19

40 BOKS 1. Perkembangan Sektor Perikanan di Maluku Grafik 36. Produksi Perikanan di Indonesia Berdasarkan Wilayah 2014 (dalam ton) Sumber : BPS; diolah Grafik 37. Produksi Perikanan di KTI Per Provinsi pada Tahun 2014 (dalam ton) Sumber : BPS; diolah Menurut catatan FAO dalam State of World Fisheries and Aquaculture (2015), produksi perikanan Indonesia menduduki peringkat dua tertinggi di dunia.. Produksi perikanan Indonesia pada 2014 mencapai 20,37 juta ton, di bawah RRT (Republik Rakyat Tiongkok) yang mencapai 55 juta ton per tahun. Produksi tersebut terutama disumbang oleh Kawasan Timur Indonesia/KTI (Sulawesi-Maluku-Papua dan Bali-Nusa Tenggara), dengan produksi sebesar 12,32 juta ton atau sama dengan 60,48% dari produksi nasional. Produksi perikanan KTI tersebut ditopang oleh enam provinsi utama, termasuk Maluku, yang memberikan kontribusi sebesar 1,04 juta ton atau 8,91% terhadap total produksi KTI. Kontribusi Maluku terutama tercermin pada sektor perikanan tangkap, yang menyumbang 538 ribu ton atau 19,43% dari total produksi KTI. Di sisi lain, walaupun produksi perikanan budidaya Maluku juga cukup besar, yaitu 501 ribu ton, jumlah tersebut hanya menyumbang 5,25% dari total produksi budidaya KTI, yang mencapai 9,55 juta ton. Keunggulan pada usaha perikanan tangkap ini antara lain didukung oleh kemudahan akses Maluku pada tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), yang mengandung 26,5% seluruh potensi perikanan laut Indonesia. Namun demikian, pada perkembangannya terlihat bahwa keunggulan akses saja tidak dapat menjadi penopang keberlanjutan sektor perikanan tangkap di Maluku. Grafik 38. Perkembangan Ekspor Komoditas Perikanan KTI dan Maluku Berdasarkan Konsep Asal Komoditas Sumber : BPS; diolah Grafik 39. Ekspor Komoditas Perikanan Utama Maluku Berdasarkan Konsep Asal Komoditas Sumber : Bank Indonesia; diolah

41 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Perkembangan kinerja usaha perikanan tangkap di Maluku terkena dampak dari pengetatan regulasi perikanan tangkap. Estimasi potensi perikanan tangkap sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia no. KEP. 45/MEN/2011 menunjukkan banyaknya spesies yang mengalami overfishing di Indonesia akibat praktik ilegal, unreported, dan unregulated (IUU) fishing, terutama di Laut Arafura (dikaji lebih dalam pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan no. 54/KEPMEN-KP/2014). Oleh karena itu, dilakukan berbagai pengetatan aturan, termasuk moratorium izin tangkap kapal eks asing dan praktik transshipment, serta pelarangan penggunaan trawl dan seine nets. Pengetatan regulasi tersebut berdampak negatif pada Maluku, sebagaimana terlihat pada perkembangan ekspor komoditas perikanan yang menurun hingga 81,29% (yoy), bahkan lebih tajam dari penurunan ekspor perikanan KTI yang hanya 33,34% (yoy). Penurunan kinerja perikanan juga tercermin dari penutupan 39 usaha perikanan tangkap dan 11 cold storage di Kota Ambon. Dampak negatif yang besar tersebut menunjukkan bahwa keunggulan akses terhadap potensi perikanan tangkap belum diimbangi dengan praktik penangkapan yang berkelanjutan (sustainable). Mendorong Budidaya Ikan untuk Revitalisasi Perikanan Mencermati bahwa pemulihan prospek perikanan tangkap membutuhkan waktu, terutama untuk investasi pada industri penangkapan yang ramah lingkungan, Maluku perlu mendorong sektor lainnya untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Salah satu sektor yang potensial adalah perikanan budidaya. Dilihat dari perkembangan selama 10 tahun terakhir, pangsa produksi budidaya terhadap total produksi perikanan Maluku mengalami peningkatan tajam, yaitu dari 10,59% pada tahun 2006 menjadi 48,24% pada tahun Namun demikian, produksi yang tinggi ini masih didominasi produk rumput laut yang mencapai 700 ribu ton dengan nilai jual relatif rendah, yaitu Rp1,04 triliun. Rata-rata harga jual rumput laut sebagaimana tercatat dalam Statistik Perikanan (Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku, 2015) hanya sebesar Rp1.489,88 per kilogram, seiring banyaknya penjualan komoditas yang masih berbentuk rumput laut basah. Komoditas unggulan budidaya lainnya adalah udang vaname, dengan volume ton dan nilai produksi Rp405 miliar, dan ikan kerapu dengan volume ton dan nilai produksi Rp422 miliar. Grafik 40. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Maluku Sumber : BPS; diolah Grafik 41. Pangsa Perikanan Budidaya Maluku berdasarkan Nilai Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku; diolah Dalam perkembangannya, usaha perikanan budidaya Maluku masih memiliki beberapa kendala, antara lain terbatasnya pengolahan produk dan kendala standarisasi. Terkait aspek pengolahan produk, salah satu penyebab rendahnya nilai penjualan rumput laut Maluku adalah kondisi penjualannya yang masih dalam bentuk basah, yang memiliki nilai lebih rendah dibanding rumput laut kering. Sementara itu aspek 21

42 standarisasi produk seperti disampaikan oleh Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) merupakan kendala utama dalam pemasaran produk perikanan Maluku, baik Standar Kelayakan Pengolahan (SKP), Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), maupun Standar Nasional Indonesia (SNI). Kementerian Kelautan dan Perikanan juga mencatat hanya 10 Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang mendapatkan SKP di Maluku, dibandingkan total UPI Maluku yang tercatat sebanyak 656 unit (22 UPI besar dan 634 UPI UMKM). HACCP juga diakui asosiasi usaha sebagai salah satu penghambat utama produk perikanan Maluku untuk memasuki pasar ekspor utama, seperti Amerika Serikat. Kendala kedua adalah akses pasar. Salah satu disinsentif untuk melakukan pengolahan rumput laut adalah rendahnya akses UMKM pada pasar yang kompetitif. Sebagai contoh, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku mencatat bahwa rumput laut kering yang diproduksi di Maluku hanya dihargai Rp6.000 per kg pada tingkat petani, sementara rata-rata penyusutan berat dari rumput laut basah ke rumput laut kering mencapai 85,71% (minimal break-even Rp7.000 per kg rumput laut kering). Akses terhadap pasar kompetitif yang terbatas ini menjadi disinsentif tersendiri bagi petani budidaya untuk melakukan proses pengolahan lebih lanjut. Kendala ketiga adalah keterbatasan infrastruktur dan sumber pembiayaan. Saat ini, pasokan bibit ikan budidaya laut utama Maluku, terutama Kerapu, berasal dari Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, yang dilengkapi 29 bak pembibitan dengan kapasitas liter. Kapasitas tersebut saat ini hanya dapat mengolah setengah dari bibit/telur potensial, sehingga BPBL harus melakukan restocking (pembuangan telur potensial), di tengah terus meningkatnya permintaan dari konsumen. Selain itu, pengetahuan keuangan yang rendah (termasuk manajemen keuangan) membatasi potensi pembiayaan UMKM perikanan Maluku. Sampai saat ini, akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga belum dioptimalkan. Beberapa UMKM mengandalkan pembiayaan gadai sebagai sumber modal kerja utama. Prospek Budidaya: Benchmarking dan Perkembangan Pasar Bercermin dari kisah sukses negara eksportir produk perikanan utama di dunia, pembangunan sentra perikanan diawali dari penguatan usaha perikanan budidaya. Ekspor produk perikanan dunia didominasi oleh Tiongkok, dengan pangsa ekspor sebesar 14,16%, diikuti oleh Norwegia dengan pangsa 7,29%. Sama halnya Grafik 42. Pangsa Ekspor Perikanan Internasional Sumber : BPS; diolah dengan Indonesia, perikanan Tiongkok pada awalnya didorong oleh perikanan tangkap, seiring dengan bantuan perikanan tangkap yang tinggi pada periode Namun demikian, produksi ikan berkualitas tinggi justru menurun, yang mengindikasikan terjadinya overfishing. Pemerintah kemudian membatasi eksploitasi laut dalam melalui Fishery Law tahun 1979, dan beralih pada sea farming (budidaya laut). Bahkan, pemerintah secara aktif meningkatkan kerjasama antara nelayan dan ilmuwan untuk mengembangkan teknologi budidaya laut. Norwegia juga melakukan hal serupa, dengan melakukan pengembangan budidaya salmon, dan kini menguasai 60% pasar salmon dunia.

43 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Mencermati bahwa komoditas perikanan budidaya utama Maluku adalah rumput laut, penting untuk dievaluasi posisi Indonesia dalam rantai pasok komoditas tersebut. Selama ini, Indonesia masih menjadi pemasok bahan baku pada negara eksportir mitra utama. Indonesia memasok rumput laut kering ke Tiongkok, yang kemudian diolah menjadi bahan agar (carrageenan) dan diekspor kembali ke Amerika Serikat. Jika proses pengolahan carrageenan ekspor tersebut dapat dibawa masuk ke dalam negeri, maka nilai tambah dari produk dapat ditingkatkan hingga 200% (estimasi BI). Grafik 43. Rantai Pasok Komoditas Ekspor Perikanan Indonesia Sumber : FAO (2016) dan Agri-Food Canada (2015); diolah Pada komoditas udang, Provinsi Maluku perlu melakukan hilirisasi dan diversifikasi produk. Saat ini, produktivitas budidaya udang di Maluku sudah cukup tinggi, yaitu 28,69 ton/ha (Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku 2015, diolah), dibanding rata-rata nasional yang hanya 2,95 ton/ha (estimasi BI). Hal ini didukung oleh sifat budidaya udang Maluku yang intensif dan menggunakan teknologi tinggi, berbeda dengan tambak udang provinsi lain yang mayoritas bersifat tradisional. Namun demikian, ekspor udang Maluku masih berbentuk udang beku. Jika dilakukan diversifikasi produk ke produk olahan, seperti frozen breaded shrimp (produk ekspor Tiongkok ke US dan EU) dan canned seafood (produk ekspor Thailand ke Jepang dan US), nilai tambah dari produk udang Maluku dapat ditingkatkan hingga 300% (estimasi BI). Selain itu, sifat industri pengolahan frozen breaded shrimp yang cenderung labor intensive akan menyerap tenaga kerja lebih banyak. Akses komoditas ikan kerapu pada pasar ekspor perlu ditingkatkan. Saat ini, penjualan komoditas ikan kerapu Maluku masih didominasi oleh pasar domestik, terutama restoran lokal di Pulau Ambon, Pulau Seram, dan Maluku Utara. Sementara itu, FAO mencatatkan bahwa ikan kerapu, terutama kerapu muara (Epinephelus Coiodes) mencatatkan rata-rata peningkatan produksi sebesar 35,68% per tahun selama Permintaan ikan Kerapu diperkirakan mencapai ton per tahun pada 2020, dengan pasar utama negara Tiongkok. Oleh karena itu, akses komoditas kerapu budidaya Maluku perlu didorong untuk memasuki pasar ekspor Tiongkok. Rekomendasi Kebijakan Industri perikanan tangkap Maluku sedang dalam proses pemulihan menuju ke arah sustainable fisheries, sehingga Maluku perlu mendorong perikanan budidaya sebagai salah satu alternatif penopang pertumbuhan ekonomi, seperti yang dilakukan sebelumnya oleh beberapa negara maju. Strategi kebijakan perlu diarahkan untuk penguatan nilai tambah produk bernilai tambah tinggi, antara lain: 23

44 1. Standarisasi produk perikanan: a. Mempermudah pengurusan standarisasi produk perikanan (keamanan, SKP, HACCP, dll) melalui penguatan jaringan badan standarisasi terkait di daerah, b. Memberikan insentif positif bagi dunia usaha yang telah melewati proses standarisasi, seperti rekomendasi pasar ekspor, insentif fiskal/tarif preferen, dll. 2. Mendorong ekspansi dan diversifikasi produk udang: a. Mempermudah investasi dan akses pembiayaan untuk usaha intensive farming swasta b. Mendorong investasi unit pengolahan untuk diversifikasi produk udang, terutama yang bersifat labor intensive 3. Mendorong investasi unit pengolahan dan meningkatkan akses pasar produk rumput laut: a. Kemudahan investasi dan akses pembiayaan untuk usaha pengolah, terutama untuk produk agar b. Menjembatani akses pemasaran pembudidaya rumput laut, baik melalui skema inti plasma dengan unit pengolah maupun pembentukan pasar lelang komoditas 4. Penambahan kapasitas dan akses pasar produk ikan kerapu: a. Penambahan kapasitas Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon serta mendorong investasi swasta untuk pembibitan kerapu b. Mempermudah akses ekspor produk Kerapu ke pasar internasional, melalui pemanfaatan fasilitas logistik direct call Pelabuhan Yos Sudarso Ambon-Tiongkok, maupun menjembatani akses pembudidaya dengan importir potensial.

45 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BOKS 2. Perkembangan Sektor Pariwisata di Maluku Tahun 2016 merupakan tahun percepatan oleh Presiden Joko Widodo. Terdapat 8 arahan presiden yang tertera dalam Surat Setkab No: B-652/Seskab/Maritim/11/2015 tanggal 6 November Salah satu arahan tersebut adalah Pastikan kemajuan di lapangan pada 10 destinasi wisata nasional. Langkah pemerintah sangat realistis dengan fokus pada 10 destinasi wisata pada 2016 karena dibutuhkan sumber daya yang besar untuk mencetak pariwisata bertaraf internasional di tengah terbatasnya anggaran dan masih lemahnya faktor pendukung pariwisata. Di Kawasan Timur Indonesia (KTI) hanya ada 2 destinasi wisata yang masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata nasional (KSPN), yaitu Labuan Bajo-Nusa Tenggara Timur dan Wakatobi-Sulawesi Tenggara dan 2 destinasi wisata yang masuk dalam Kawasan Ekonomi khusus Pariwisata (KEK), yaitu Mandalika-Nusa Tenggara barat dan Pulau Morotai-Maluku Utara. Meski tidak termasuk dalam KSPN Tamu Domestik Tamu Asing g.yoy Tamu Domestik g.yoy Tamu Asing 120, maupun KEK, Provinsi Maluku memiliki kekayaan , , alam yang tinggi, termasuk keindahan alam khususnya keindahan bahari sehingga memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan Sektor 60, Pariwisata bertaraf internasional. Pada tahun 40,000 20,000 0 (10) 2015, wisatawan Provinsi Maluku mencapai jiwa, atau tumbuh 27,04% (yoy) 0 (20) dibandingkan tahun sebelumnya. Program Grafik 44. Perkembangan Wisatawan Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah pemerintah daerah dengan tema Mangente Ambon memberikan hasil yang baik dalam pertumbuhan pariwisata di Provinsi Maluku. Namun perlu menjadi perhatian bahwa pertumbuhan pariwisata tersebut lebih ditopang oleh pertumbuhan jumlah wisatawan domestik yang mencapai 28,10% (yoy), sedangkan jumlah wisatawan mancanegara tahun 2015 terus melambat dan hanya tumbuh 12,17% (yoy). Grafik 45. Pangsa Wisatawan Mancanegara Provinsi Maluku Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Pengembangan pariwisata dengan target Wisatawan Mancanegara sangat penting dilakukan untuk mendukung berkurangnya defisit neraca jasa Negara Indonesia. Semakin banyak Wisatawan Mancanegara, maka akan semakin banyak mendatangkan devisa bagi negara. Pada 2015, Wisatawan Mancanegara yang mengunjungi 25

46 Provinsi Maluku hanya mencapai jiwa, atau mempunyai pangsa 5,85% terhadap total wisatawan Provinsi Maluku. Wisatawan Mancanegara tersebut didominasi oleh wisatawan yang berkebangsaan Belanda dengan pangsa yang sangat dominan, yaitu 36,7% terhadap total Wisatawan Mancanegara Provinsi Maluku. Dalam mengembangkan Sektor Pariwisata, banyak tantangan yang dihadapi seperti pengembangan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata, dan pengembangan strategi promosi pariwisata, serta dukungan regulasi baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Ada beberapa aspek infrastruktur yang perlu dipersiapkan dalam mendukung pariwisata, yaitu akomodasi, transportasi, telekomunikasi, dan infrastruktur pendukung destinasi wisata. Dalam pengembangan Sektor Pariwisata, diperlukan penentuan target market yang jelas untuk menjadi fokus yang akan menjadi dasar pengembangan infrastruktur seperti aksesibilitas, akomodasi, dan fasilitas pendukung destinasi wisata hingga pengembangan sumber daya manusia. Target market diperlukan untuk penentuan fokus pengembangan karena karakter wisatawan mancanegara berbeda-beda setiap kebangsaannya. Sebagai contoh, apabila target market adalah Tiongkok (China) maka pemandu wisata sebaiknya dipersiapkan untuk dapat berbahasa Mandarin. Apabila target market adalah Amerika maka perlu pengembangan di bidang kuliner seperti penyiapan juru masak (Chef) bertaraf internasional, pengembangan kuliner tradisional, dan oleholeh khas yang dapat dinikmati wisatawan. Grafik 46. Karakter Umum Wisatawan Mancanegara Sumber : Tourism Australia; diolah Berdasarkan karakter umum Wisatawan Mancanegara, beberapa Negara yang cocok menjadi target market wisata Provinsi Maluku yang memiliki keunggulan keindahan pantai dan laut adalah Australia, Tiongkok (China), Eropa (Jerman dan Inggris), Malaysia, dan Jepang karena tertarik dengan destinasi wisata Aquatic, Coastal dan World Class Nature. Perlu diperhatikan bahwa setiap negara selalu menempatkan faktor Keamanan dan Keselamatan sebagai faktor perhatian utama dalam pemilihan destinasi wisata. Beberapa destinasi wisata di Indonesia mengalami kendala pencurian dan perampokan wisatawan yang menghambat pengembangan pariwisata. Selain itu perlu diperhatikan bahwa sebagian negara yang telah dipilih di atas sangat sensitive terhadap efisiensi biaya (Value for Money) seperti Malaysia, Inggris, Jerman, Australia dan China.

47 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Apabila dilihat dari pintu masuk wisatawan di Indonesia, Kawasan Timur Indonesia (KTI) memiliki 4 dari 11 Pintu Gerbang Pariwisata Utama wisatawan mancanegara, yaitu Bali, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Total wisatawan mancanegara yang melalui 4 pintu gerbang tersebut mencapai jiwa, atau 40,64% dari total wisatawan nasional pada Pintu Gerbang tersebut dapat dioptimalkan selain menggunakan pintu gerbang Soekarno-Hatta di Jakarta dan Juanda di Surabaya, Jawa Timur. Bali menjadi Pintu Gerbang terbesar pariwisata di KTI dengan pangsa 97,32% dari total wisatawan KTI. Apabila dilihat secara detil, wisatawan mancanegara KTI didominasi oleh kebangsaan Australia dengan pangsa hingga 26,07% dari total wisatawan mancanegara di KTI, diikuti oleh Tiongkok, Malaysia, dan Jepang. Keempat negara tersebut memiliki kecocokan karakter dengan destinasi wisata di Provinsi Maluku. Konektivitas Provinsi Maluku dengan Provinsi Bali sangat penting karena potensi wisata khussunya Australia dan China sangat besar. Sebagai solusi lain Provinsi Maluku dapat membangun konektivitas dengan Provinsi Sulawesi Selatan apabila lebih memilih untuk memfokuskan target market pada wisatawan Malaysia, atau membangun konektivitas dengan Sulawesi Utara untuk memfokuskan target market pada wisawatan Tiongkok. Solusi lain yang dapat ditempuh untuk mengembangkan aksesibilitas pariwisata adalah dengan membangun konektivitas langsung dari negara asal. Solusi tersebut ditempuh oleh Provinsi Sulawesi Utara yang membangun konektivitas langsung dengan Tiongkok pada 2016 untuk meningkatkan pariwisata. Sumber : Badan Pusat Statistik; diolah Grafik 47. Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Pintu Masuk 27

48

49 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH 2.1 Realisasi APBN Provinsi Maluku Tabel 3. Perkembangan Alokasi APBN untuk Maluku (APBN-P) Anggaran (Rp Juta) Pertumbuhan (%) Anggaran APBN Belanja Pegawai 1,199,891 1,392,342 1,715,703 1,872,189 2,242,984 2,268, Belanja Barang 1,176,818 1,567,664 1,702,145 1,956,645 2,606,511 2,780, Belanja Modal 2,249,590 2,922,609 2,741,054 3,103,472 4,906,147 3,294, (6.21) (32.86) 4. Belanja Bantuan Sosial 577, , , , ,929 18, (27.57) 9.97 (58.98) (91.14) 5. Belanja Lain-Lain 27, (100.00) Total 5,231,483 6,509,813 6,613,162 7,431,861 9,960,571 8,361, (16.06) Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah Anggaran belanja APBN yang dialokasikan untuk pembangunan di Provinsi Maluku tahun 2016 lebih kecil dibanding anggaran Berdasarkan APBN Perubahan (APBN-P) 2016, anggaran belanja yang dialokasikan untuk Provinsi Maluku adalah Rp8,36 triliun, atau mengalami penurunan 16,06% (yoy) dibanding tahun 2015 yang mencapai Rp9,96 triliun. Adapun alokasi yang mengalami pengurangan adalah belanja modal dan belanja bantuan sosial. Pengurangan anggaran belanja modal sebesar 32,86% (yoy) antara lain disebabkan telah rampungnya pembangunan proyek infrastruktur strategis seperti Jembatan Merah Putih (JMP) di Kota Ambon. Anggaran Belanja Modal mempunyai porsi yang paling besar terhadap total anggaran APBN, sehingga penurunan anggaran tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan anggaran total. Selain itu, peningkatan anggaran belanja untuk pegawai dan belanja barang tidak sebesar peningkatan tahun sebelumnya, masingmasing hanya tumbuh 1,15% (yoy) dan 6,66% (yoy). Grafik 48. Perbandingan Realisasi Belanja APBN Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan II tahun 2015 dan 2016 Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah Grafik 49. Perkembangan Realisasi Belanja APBN Provinsi Maluku Triwulan II Setiap Tahunnya Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah Walaupun anggaran tahunan mengalami penurunan, namun realisasi nominal dan persentase terhadap pagu anggaran hingga Triwulan II-2016 tercatat meningkat. Hal ini antara lain didukung oleh tidak adanya hambatan perubahan nomenklatur seperti yang terjadi pada awal tahun Realisasi total belanja terhadap pagu triwulan I dan II-2016 adalah sebesar 30,16%, lebih tinggi dibanding periode sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 21,01%. 29

50 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH Secara nominal, realisasi belanja triwulan I dan II-2016 mencapai Rp2,52 triliun atau meningkat 20,50% dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,09 triliun. Meningkatnya realisasi terutama didorong oleh meningkatnya penyerapan belanja pegawai, yang terealisasi 50,87% terhadap pagu 2016, atau meningkat 44,20% (yoy) secara nominal dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Meningkatnya penyerapan belanja pegawai disebabkan oleh pembayaran gaji ke-14 Pegawai Negeri Sipil (PNS) berupa Tunjangan Hari Raya (THR) pada Hari Raya Idul Fitri Belanja barang juga mengalami peningkatan realisasi, yaitu sebesar 29,35% terhadap pagu, lebih tinggi dibanding periode sama tahun 2015 yang hanya mencapai 20,06% terhadap pagu. Realisasi anggaran belanja modal menjadi penahan realisasi total hingga triwulan II-2016 karena mengalami penurunan hingga 23,51% (yoy) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Selain disebabkan oleh turunnya pagu belanja modal, realisasi anggaran belanja modal juga terhambat oleh kendala-kendala realisasi proyek seperti self blocking yang dialami oleh proyek Trans Maluku. Anggaran proyek Trans Maluku dipangkas khususnya untuk kategori pekerjaan pembangunan dan hanya dilanjutkan untuk kategori pemeliharaan dan kategori tertentu seperti proyek jembatan. 2.2 Realisasi APBD Provinsi Maluku Tabel 4. Perkembangan Anggaran APBD Pemerintah Provinsi Maluku Uraian Pagu % Growth Pagu Pendapatan Daerah 1,880,827,575,859 2,388,454,641,124 2,479,133,963, Pendapatan Asli Daerah 494,992,854, ,015,056, ,230,634, (13.85) 1. Pajak Daerah 321,575,058, ,789,258, ,765,414, (18.60) 2. Hasil Retribusi Daerah 65,055,992,381 84,058,343,975 81,550,317, (2.98) 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 57,501,900,000 32,651,900,000 52,600,000,000 (43.22) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 50,859,903,333 86,515,554,054 60,314,903, (30.28) 2. Dana Perimbangan 1,157,906,991,650 1,482,956,726,000 1,597,102,698, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 68,068,519,650 88,267,452,000 88,267,452, Dana Alokasi Umum (DAU) 1,019,704,312,000 1,177,774,674,000 1,260,897,986, Dana Alokasi Khusus (DAK) 70,134,160, ,914,600, ,937,260, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 227,927,730, ,482,859, ,800,630, Hibah 300,000, ,459,000 22,560,617, , Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 227,627,730, ,091,400, ,240,013, Belanja (1,950,789,660,915) (2,554,399,230,749) (2,589,861,254,982) Belanja Tidak Langsung (948,910,381,369) (1,128,623,985,794) (1,142,976,278,955) Belanja Pegawai (436,106,800,356) (503,774,097,555) (535,402,579,181) Belanja Bunga (1,192,613,179) (874,408,640) (557,947,686) (26.68) (36.19) 3. Belanja Subsidi Belanja Hibah (308,601,730,000) (402,032,341,497) (370,083,457,793) (7.95) 5. Belanja Bantuan Sosial (5,896,090,000) (12,000,000,000) (13,272,000,000) Belanja Bagi Hasil kpd Prov/Kab/Kota, Pemdes (139,444,595,443) (184,397,702,112) (197,180,282,344) Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota, Pemdes & parpol (52,348,886,456) (21,545,435,991) (18,980,011,951) (58.84) (11.91) 8. Belanja Tidak Terduga (5,319,665,935) (4,000,000,000) (7,500,000,000) (24.81) Belanja Langsung (1,001,879,279,546) (1,425,775,244,956) (1,446,884,976,027) Belanja Pegawai (36,793,454,314) (7,207,673,420) (8,577,790,300) (80.41) Belanja Barang dan Jasa (580,058,186,582) (749,249,334,034) (726,837,675,865) (2.99) 3. Belanja Modal (385,027,638,650) (669,318,237,502) (711,469,509,862)

51 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH Surplus/Defisit (69,962,085,056) (165,944,589,626) (110,727,291,891) (33.27) 3. Pembiayaan 69,962,085, ,944,589,626 77,228,375, (53.46) 1. Penerimaan Pembiayaan Daerah 89,547,970, ,680,475, ,464,261, (33.92) 1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya 89,547,970, ,680,475,057 46,464,261, (72.45) 2. Pencairan Dana Cadangan ,000,000, DPengeluaran Pembiayaan Daerah (19,585,885,431) (2,735,885,431) (34,235,885,431) (86.03) 1, Pembentukan Dana Cadangan (15,000,000,000) - (30,000,000,000) (100.00) Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah (1,850,000,000) - (1,500,000,000) (100.00) Pembayaran Pokok Utang (2,735,885,431) (2,735,885,431) (2,735,885,431) Pembentukan Dana Bergulir Pemda Sisa Kurang/Lebih Pembiayaan 0 (0) (33,498,916,010) Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah Pagu APBD Perubahan (APBD-P) Provinsi Maluku tahun 2016 mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding tahun lalu, baik pada akun pendapatan maupun pada akun belanja. Akun pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku dianggarkan sebesar Rp2,48 triliun atau tumbuh 3,80% (yoy), melambat dibanding pendapatan 2015 yang dianggarkan tumbuh 26,99% (yoy). Hal ini disebabkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperkirakan mengalami penurunan sebesar 13,85% (yoy), terutama pajak daerah yang mempunyai pangsa tertinggi dalam struktur PAD. Di sisi lain, akun belanja pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp2,59 triliun atau tumbuh 1,39% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan belanja tahun 2015 yang sebesar 30,94% (yoy) Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Maluku Realisasi pendapatan daerah meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, namun dengan pertumbuhan nominal yang melambat. Realisasi pendapatan daerah Provinsi Maluku triwulan I dan II-2016 tercatat sebesar Rp1,192 triliun atau 48,08% terhadap pagu tahun 2016 sebesar 2,48 triliun. Realisasi ini lebih tinggi dibanding realisasi tahun 2015, yang mencapai Rp1,10 triliun atau 46,02% terhadap pagu anggaran. Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan I dan II-2016 tercatat meningkat sebesar 8,43% (yoy), melambat dibandingkan peningkatan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 13,80% (yoy). Dilihat dari komponennya, melambatnya realisasi disebabkan oleh realisasi Dana Perimbangan yang menurun 3,49% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, Dana Perimbangan masih menjadi penopang utama realisasi pendapatan daerah di triwulan I dan II-2016, dengan porsi 61,37%, sementara pos pendapatan lain-lain (termasuk Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus) hanya memiliki porsi 18,91%, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 19,71%. Grafik 50. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Maluku Triwulan II tahun 2015 dan 2016 Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah Grafik 51. Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Maluku Triwulan II Setiap Tahunnya Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah 31

52 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencatat persentase realisasi yang meningkat dibanding periode sama tahun sebelumnya seiring akselerasi pertumbuhan nominal pendapatan. PAD sampai dengan triwulan II terealisasi sebesar Rp234,99 miliar atau 44,57% dari total anggaran, meningkat dibanding periode sama tahun sebelumnya yang hanya terealisasi 31,83%. Secara nominal, realisasi ini juga lebih tinggi dibanding periode sama tahun Realisasi PAD triwulan I dan II-2016 meningkat 20,63% (yoy), lebih tinggi dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi 3,64% (yoy). Dilihat dari komponen penyusunnya, realisasi Pajak Daerah memiliki pangsa terbesar dalam struktur PAD hingga mencapai 64,22%. Realisasi Pajak Daerah mencapai Rp150,92 miliar atau 45,35% dari pagu Realisasi tersebut meningkat dibanding periode sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 32,18% dari pagu Secara nominal, realisasi Pajak Daerah tumbuh 14,72% (yoy), meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 9,35% (yoy). Grafik 52 Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Maluku Triwulan II Setiap Tahunnya Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah Grafik 53. Perbandingan Realisasi PAD Provinsi Maluku Triwulan II Tahun 2015 dan 2016 Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah Dana Perimbangan pada triwulan II-2016 mencatat realisasi lebih rendah dibanding periode sama tahun sebelumnya, dengan pertumbuhan nominal mengalami kontraksi. Dana perimbangan pada triwulan II-2016 mencatatkan angka realisasi sebesar Rp731,53 miliar atau 45,80% terhadap pagu Realisasi ini lebih rendah dibanding tahun lalu yang mencapai Rp757,97 miliar atau 51,11% dari pagu. Menurut sub-pos penyusunnya, hal ini dipengaruhi oleh realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) dan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak yang lebih rendah, masing-masing sebesar 50,00% dan 30,25%, dibanding triwulan sama tahun sebelumnya yang masing-masing mencapai 58,33% dan 44,02%. Secara nominal, realisasi pos DAU dan pos Bagi Hasil juga mengalami kontraksi, masing-masing sebesar 8,24% (yoy) dan 31,28% (yoy). Kontraksi tersebut didorong oleh tidak adanya tambahan realisasi Dana Perimbangan baik Bagi Hasil Pajak, DAU, maupun DAK pada triwulan II-2016, terkait dengan pemotongan Dana Perimbangan karena tidak tercapainya target pajak secara nasional. Ke depan, terdapat rencana pemotongan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai penyesuaian lanjutan dari tidak tercapainya target pajak tersebut. Pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah mencatat realisasi yang lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Nilai realisasi Pos Lain-lain mencapai Rp225,43 miliar atau 63,54% dari pagu yang ditetapkan, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp146,49 miliar atau 32

53 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 49,92% dari pagu Peningkatan realisasi terutama didorong oleh realisasi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, yang mencapai Rp225,31 miliar atau 67,81% dari pagu yang ditetapkan. Grafik 54. Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Maluku Triwulan I Setiap Tahunnya Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah Grafik 55. Perbandingan Realisasi Dana Perimbangan Triwulan I Tahun 2015 dan tahun 2016 Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah Realisasi Belanja APBD Provinsi Maluku Realisasi belanja APBD Provinsi Maluku hingga triwulan II-2016 tercatat lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya, dengan pertumbuhan nominal yang melambat. Realisasi anggaran hingga triwulan II-2016 mencapai Rp1,02 triliun, atau 39,23% dari pagu Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp0,8 triliun atau 31,34% dari pagu Realisasi Belanja Tak Langsung triwulan I dan II-2016 tercatat 50,87%, lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu yang tercatat hanya 41,80%. Namun demikian, secara nominal melambatnya pertumbuhan realisasi total belanja dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan realisasi Belanja Tak Langsung yang memiliki pangsa 57,26% dari total realisasi belanja. Realisasi Belanja Tak Langsung triwulan I dan II-2016 hanya tercatat tumbuh 23,35% (yoy), melambat dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 35,60% (yoy). Grafik 56. Perkembangan Realisasi APBD Maluku Triwulan II setiap tahunnya Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah Grafik 57. Perbandingan Realisasi Belanja Triwulan II Tahun 2015 dan tahun 2016 Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah Sedangkan Realisasi Belanja Langsung triwulan I dan II-2016 tercatat 30,03%, meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu yang tercatat hanya 23,05%. Secara nominal, Realisasi Belanja Langsung tumbuh 32,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya tumbuh 28,16% (yoy). Laju 33

54 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH pertumbuhan yang meningkat tersebut didorong oleh realisasi Belanja Modal yang tercatat 62,31% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 51,15% (yoy). 34

55 BOKS 3. Dampak Kebijakan Pembatalan Perda/ Perkada 1. Pendahuluan Pada Juni 2016 lalu Kementerian Dalam Negeri telah membatalkan peraturan daerah (perda) hampir di seluruh daerah di Indonesia. Program deregulasi tersebut bertujuan untuk mengurangi hambatan dalam proses perizinan dan investasi, sehingga meningkatkan daya Tarik investasi dan kemudahan berusaha (ease of doing business). Perda yang menjadi obyek pembatalan adalah Perda provinsi, dan Peraturan Kepala Daerah (Perkada) yang meliputi peraturan gubernur, dan peraturan bupati/walikota. Adapun pertimbangan dibatalkannya suatu Perda dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (PUU) yang lebih tinggi, kepentingan umum, atau kesusilaan. Pihak yang berperan sebagai evaluator Perda adalah Menteri Dalam Negeri dan Gubernur. Dalam menyusun Perda, legislator dan Pemda harus mempertimbangkan PUU yang lebih tinggi, seperti UUD Tahun 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden. Hal ini sesuai dengan asas hukum lex superiori derogat legi inferiori, yang artinya apabila terdapat perbedaan pengaturan maka ketentuan peraturan perundang-undangan yang tingkatannya lebih tinggi melumpuhkan ketentuan peraturan perundangundangan yang tingkatannya lebih rendah. Dengan demikian, Perda menjadi tidak berlaku ketika bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi tersebut di atas. Menurut Menteri Dalam Negeri, pencabutan Perda tersebut tidak seluruhnya karena bermasalah sejak awal. Sebagian merupakan dampak dari perubahan peraturan di atasnya, khususnya perda-perda yang berkaitan dengan investasi, yang jumlahnya dominan pada daftar perda yang harus dibatalkan. Hal ini antara lain didorong oleh diterbitkannya 12 paket kebijakan ekonomi oleh pemerintah hingga saat ini. Perubahan yang terjadi pada regulasi di tingkat pusat sebagai dampak dari paket kebijakan tersebut menyebabkan peraturan di bawahnya juga harus disesuaikan. Apabila Perda yang tidak sesuai tersebut tidak dicabut, maka dikhawatirkan kabijakan yang dibuat di tingkat pusat akan sulit diaplikasikan di daerah karena berbenturan dengan Perda. 2. Pembahasan Dari Perda yang dibatalkan secara nasional, terdapat 109 Perda yang diterbitkan di wilayah Maluku, yaitu 8 Perda produk provinsi dan 101 Perda produk Kota/ Kabupaten dengan rincian sebagaimana tabel 1. Tabel 1. Jumlah Perda/ Perkada di Maluku Yang Dibatalkan Pada Juni 2016 No. Provinsi/ Kota/ Kabupaten Pembatalan Oleh Total Kemendagri Pemprov 1 Provinsi Maluku Kab. Buru Kab. Seram Bagian Timur (SBT) Kab. Buru Selatan (Bursel) Kab. Maluku Tengah (Malteng) Kab. Maluku Tenggara (Maltra)

56 7 Kota Ambon Kab. Kepulauan Aru Kab. Maluku Tenggara Barat (MTB) Kota Tual Kab. Seram Bagian Barat (SBB) Kab. Maluku Barat Daya (MBD) Kota/ Kabupaten TOTAL Secara umum, terdapat enam hal yang menjadi ruang lingkup Perda yang dibatalkan di Maluku, yaitu terkait (1) Retribusi, (2) Pajak, (3) Perijinan, (4) Pengelolaan Sumber Daya, (5) Organisasi dan Tata Kerja, serta (6) Lainnya. Adapun distribusi jumlah Perda berdasarkan ruang lingkup dan wilayahnya adalah sebagaimana pada tabel 2. Tabel 2. Jumlah Perda Yang Dibatalkan Berdasarkan Ruang Lingkup dan Wilayah No. Pemda Retribusi Pajak Perijinan Pengelolaan Organisasi Lainnya Total & Tata Kerja 1 Provinsi Maluku Kab. Buru Kab. SBT Kab. Bursel Kab. Malteng Kab. Maltra Kota Ambon Kab. Kep. Aru Kab. MTB Kota Tual Kab. SBB Kab. MBD Total Secara umum, jenis Perda yang dibatalkan adalah sebagai berikut: No. Jenis Perda Keterangan 1 Retribusi Jasa Umum; Izin Mendirikan Bangunan; Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil; Pelayanan Tera; Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/ Villa; Tempat Rekreasi dan Olah Raga; Pengendalian Menara Telekomunikasi; Pemakaian Kekayaaan Daerah; Izin Tempat Usaha; Izin Usaha Kepariwisataan; Izin Gangguan; Pelayanan Kepelabuhanan; dll 2 Pajak Kendaraan Bermotor; Hiburan; Air Tanah; Mineral Bukan Logam dan Batuan; Pajak- Pajak Daerah; dll 3 Perijinan Pengumpulan Uang Atau Barang; Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan; Usaha Jasa Konstruksi; Usaha Produksi Benih Pertanian; Penyelenggaraan Jasa Pos dan Telekomunikasi; dll 4 Pengelolaan Barang Milik Daerah; Perikanan; Usaha Pertambangan; Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dll

57 5 Organisasi & Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas; Pembagian Urusan Pemerintahan Dalam Tata Kerja Lingkup Kewenangan Pemda; dll 6 Lainnya Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan, Pelantikan, Pemberhentian Kepala Desa dan Perangkat Desa; Kriteria dan Mekanisme Penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat; Usaha Ketenagalistrikan; Penataan Pedagang Kaki Lima; dll 3. Penutup Pembatalan Perda terkait Retribusi dan Pajak dikhawatirkan oleh sejumlah daerah dapat menggerus Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini berkaitan dengan besarnya sumbangan pajak dan retribusi terhadap PAD di Maluku, yaitu mencapai 72%. Di sisi lain, potensi berkurangnya PAD tersebut diperkirakan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan daerah. Hal ini disebabkan relatif rendahnya sumbangan PAD terhadap total pendapatan daerah, khususnya di Maluku. Berdasarkan data APBD tahun 2016, secara keseluruhan pangsa PAD terhadap pendapatan daerah di Maluku hanya sebesar 7,1%, atau jauh di bawah rata-rata nasional yang sebesar 22,2%. Bahkan hanya APBD Provinsi Maluku dan Kota Ambon yang memiliki alokasi PAD lebih besar dari 5% terhadap total pendapatannya. Hal ini mencerminkan masih rendahnya tingkat kemandirian fiskal daerah di Maluku. Besarnya dampak pembatalan Perda perlu ditelaah lebih jauh oleh masing-masing Pemda. Perlu diketahui lebih rinci mengenai latar belakang pencabutan Perda dimaksud dan tindak lanjut yang diharapkan oleh Kemendagri, yaitu apakah Perda dicabut secara keseluruhan, dicabut pasal-pasal tertentu, atau hanya merevisi bagian tertentu saja. Selanjutnya, penting untuk dilakukan kalkulasi terhadap potensi pengurangan PAD, sehingga dapat segera dicari solusi alternatif atau melakukan intensifikasi terhadap sumber pendapatan lainnya. Hal lain yang perlu disadari bersama adalah adanya dampak kerugian ekonomi yang lebih besar jika Perda tersebut tetap diberlakukan, seperti rendahnya minat investor untuk menanamkan modal di daerah. Adanya kebijakan pembatalan Perda tersebut perlu disikapi sebagai tantangan bagi Pemda untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam membangun daerah dan meningkatkan kemandirian fiscal sehingga tidak bergantung pada pajak dan retribusi Grafik 1. Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah di Maluku Grafik 2. Pangsa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Total Pendapatan Daerah di Maluku Menurut APBD 2016

58 .

59 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH BAB III. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 3.1 Perkembangan Inflasi Provinsi Maluku Inflasi Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 merupakan yang terendah dibandingkan provinsi lain se-sulawesi-maluku-papua (Sulampua) dan Bali-Nusa Tenggara (Balinusra). Pencapaian inflasi Maluku pada triwulan II-2016 tercatat sebesar 1,82% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,22% (yoy). Pencapaian inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi Sulampua- Balinustra yang tercatat 3,94% (yoy) dan inflasi nasional yang tercatat 3,45% (yoy). Provinsi Papua Barat merupakan provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi se-sulampua Balinusra, yaitu sebesar 5,22% (yoy). Tabel 5. Series Inflasi Provinsi di Sulampua-Balinusra (dalam % yoy) Provinsi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Balinusra Bali NTB NTT Sulampua Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat KTI Nasional Sumber: BPS; diolah Grafik 58. Perbandingan Inflasi Maluku dan Nasional Sumber: BPS; diolah Grafik 59. Andil Kelompok Komoditas Penyumbang Inflasi Maluku triwulan II-2016 Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Penurunan laju inflasi tahunan Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 didorong oleh Kelompok Bahan Makanan yang mengalami deflasi. Kelompok tersebut mengalami deflasi hingga 5,06% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat deflasi 2,87% (yoy). Andil deflasi Kelompok Bahan Makanan pada triwulan II-2016 adalah sebesar 1,14% (yoy), lebih dalam dibandingkan andil deflasi 39

60 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH triwulan sebelumnya yang tercatat 0,77% (yoy). Pada kelompok bahan makanan, deflasi bersumber dari beberapa komoditas Ikan Segar yang menyumbang andil deflasi hingga 1,71% (yoy). Andil deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan deflasi triwulan sebelumnya yang tercatat 1,62% (yoy). Deflasi yang terjadi pada komoditas Ikan Segar tersebut seiring dengan melimpahnya pasokan ikan sebagai dampak dari cuaca yang masih kondusif paska fenomena El-Nino. Curah hujan pada triwulan II-2016 relatif masih normal dan tidak menghambat proses tangkap ikan. Selain itu, daerah tangkap ikan masih banyak tersedia di Laut Seram dan sekitar Pulau Ambon. Sedangkan pendorong utama inflasi pada triwulan II-2016 adalah Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan. Kelompok tersebut mempunyai bobot yang cukup tinggi, yaitu 17,09% dari total inflasi pada triwulan II-2016, sehingga pergerakan inflasinya berdampak signifikan terhadap inflasi total. Andil inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan pada triwulan II-2016 mencapai 1,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,17% (yoy). Tekanan inflasi pada Kelompok tersebut didominasi oleh andil inflasi Sub-Kelompok Transpor yang mencapai 1,25% (yoy). Laju inflasi Provinsi Maluku pada triwulan III-2016 diperkirakan meningkat. Peningkatan laju inflasi tersebut didorong oleh tekanan inflasi dari beberapa komoditas ikan segar yang diperkirakan akan meningkat seiring dengan gangguan cuaca seperti gelombang tinggi yang terjadi pada bulan Juli hingga Agustus Jumlah spot penangkapan ikan terpantau menurun cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan II Di samping itu, inflasi komoditas ikan segar diperkirakan akan memberikan multiplier effect melalui inflasi bahan makanan olahan yang berbahan dasar ikan laut. Tekanan inflasi dari komoditas bumbu-bumbuan dan sayursayuran diperkirakan juga akan meningkat karena adanya penurunan pasokan dari sentra produksi di Jawa sebagai dampak dari gangguan cuaca. Selain itu, kenaikan biaya sekolah khususnya tingkat perguruan tinggi diperkirakan masih akan memberikan tekanan pada inflasi triwulan III Perkembangan Inflasi Kota-Kota di Maluku Tabel 6. Perkembangan Inflasi Kota Ambon, Kota Tual, Provinsi Maluku, dan Nasional Lingkup Ambon Inflasi mtm (%) (0.25) 1.03 (1.77) (0.44) (0.36) (1.07) Inflasi yoy (%) Inflasi ytd (%) (0.97) Tual Inflasi mtm (%) (0.80) (1.37) (1.45) (1.33) (0.60) 1.71 Inflasi yoy (%) Inflasi ytd (%) (1.04) (0.22) - (0.60) 1.11 Maluku Inflasi mtm (%) (0.30) 0.96 (1.52) (0.32) (0.26) (0.95) Inflasi yoy (%) Inflasi ytd (%) (0.88) Nasional Inflasi mtm (%) (0.05) (0.08) (0.09) 0.19 (0.45) Inflasi yoy (%) Inflasi ytd (%) Sumber: BPS; diolah 40

61 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Kota Ambon Laju inflasi Kota Ambon pada triwulan II-2016 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi Kota Ambon pada triwulan II ,70% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 2,07% (yoy). Tekanan inflasi tertinggi di triwulan II-2016 tercatat pada Mei 2016, yaitu sebesar 1,64% (mtm). Tingginya inflasi tersebut didorong oleh tekanan inflasi Angkutan udara yang sangat tinggi dengan andil inflasi mencapai 1,43% (mtm). Sedangkan inflasi terendah terjadi pada April 2016, yaitu deflasi sebesar 1,07% (mtm). Deflasi tersebut didorong oleh deflasi sub-kelompok ikan segar dengan andil mencapai 0,86% (mtm). Pada April 2016, Kota Ambon tercatat deflasi sebesar 1,07% (mtm) atau inflasi 0,64% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,36% (mtm) atau inflasi 2,07% (yoy). Deflasi tersebut didorong oleh deflasi sub-kelompok ikan segar dengan andil inflasi hingga -0,86% (mtm). Beberapa komoditas ikan yang tercatat deflasi adalah ikan layang, ikan tongkol, Grafik 60. Inflasi dan Andil Disagregasi Bulanan (mtm) Kota Ambon ikan selar, dan ikan kembung, dimana ikan layang Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah menyumbang andil deflasi tertinggi di antara ikan lainnya. Deflasi komoditas-komoditas ikan segar diikuti oleh deflasi makanan olahan, khususnya yang berbahan dasar ikan seperti cakalang asap. Selain itu, deflasi juga didorong oleh turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya Pertalite (turun Rp200 menjadi Rp7.500) dan Pertamax (turun Rp200 menjadi Rp9.850). Turunnya harga BBM tersebut memiliki andil -0,09% (mtm). Sedangkan penarik inflasi ke atas Kota Ambon pada April 2016 adalah aneka sayuran (seperti kacang panjang dan sawi hijau), aneka bumbu (cabai merah, bawang merah, dan bawang putih). Sub-kelompok bumbubumbuan memberikan andil inflasi sebesar 0,11% (mtm) dan sub-kelompok sayur-sayuran memberikan andil inflasi sebesar 0,04% (mtm). Selain itu, terpantau ada tekanan inflasi dari komoditas mobil dengan andil inflasi sebesar 0,06% (mtm) seiring dengan membaiknya indeks keyakinan konsumen, khususnya indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama yang terpantau pada Survei Konsumen Bank Indonesia, meskipun dengan perbaikan yang belum solid. Berdasarkan disagregasi, meredanya inflasi April 2016 didorong oleh deflasi komponen Volatile Food (VF) dengan andil sebesar 0,97% (mtm) dan andil deflasi komponen Administered Price (AP) sebesar 0,13% (mtm). Sementara komponen Inflasi Inti menjadi penarik ke atas dengan andil sebesar 0,04% (mtm). Tekanan inflasi pada Mei 2016 cenderung meningkat, yaitu sebesar 1,64% (mtm) atau 1,22% (yoy). Angkutan udara menjadi pendorong utama dengan andil inflasi mencapai 1,43% (mtm). Biaya angkutan udara meningkat karena permintaan yang tinggi menjelang Hari Raya Idul Fitri. Gula Pasir turut mendorong inflasi karena gangguan pasokan dari sentra produksi di Jawa sebagai akibat dari melesetnya perkiraan musim penggilingan tebu. Selain itu, harga komoditas ikan segar juga memberikan tekanan inflasi. Harga beberapa komoditas ikan segar seperti ikan layang dan ikan cakalang mulai meningkat setelah sebelumnya mengalami deflasi karena banyaknya pasokan ikan pada triwulan I Tekanan inflasi didorong permintaan yang 41

62 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH meningkat terhadap ikan segar, bumbu-bumbuan (cabai merah dan bawang merah), dan sayur-sayuran (wortel dan kentang) memasuki Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Tekanan inflasi dari cabai merah dan bawang merah didorong oleh menurunnya pasokan cabai merah dan bawang merah di Jawa Timur sebagai dampak dari abu vulkanis Gunung Bromo. Sementara itu, penarik ke bawah inflasi berasal dari Sub-kelompok Daging yang mengalami deflasi dengan andil inflasi sebesar -0,03% (mtm) dan Sub-kelompok Telur-Susu yang mengalami deflasi dengan andil inflasi sebesar -0,01% (mtm). Terkendalinya inflasi dari sub-kelompok tersebut merupakan hasil upaya pemerintah dalam menjaga pasokan daging dan telur pada saat memasuki Ramadhan dan menjelang lebaran melalui berbagai kegiatan operasi pasar. Berdasarkan disagregasi, meningkatnya tekanan inflasi Mei 2016 didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi dari ketiga komponen. Tekanan komponen Administered Price (AP) meningkat dengan andil inflasi sebesar 1,16%(mtm), tekanan komponen Volatile Food (VF) dengan andil inflasi sebesar 0,24% (mtm), dan komponen Inflasi Inti dengan andil inflasi sebesar 0,24% (mtm). Kota Ambon mengalami inflasi pada Juni 2016 sebesar 0,23% (mtm) atau inflasi 1,70% (yoy), mereda dibandingkan triwulan sebelumnya. Meredanya tekanan inflasi didorong oleh deflasi sub-kelompok ikan segar dengan andil inflasi mencapai -0,27% (mtm). Beberapa komoditas ikan seperti ikan layang dan ikan selar terpantau mengalami deflasi seiring dengan banyaknya spot penangkapan ikan di Laut Seram dan perairan sekitar Pulau Ambon. Hasil wawancara Bank Indonesia terhadap beberapa perusahaan perikanan memberikan konfirmasi bahwa kondisi melaut masih kondusif dan pasokan ikan segar terpantau banyak. Selain itu, meredanya tekanan inflasi didorong oleh deflasi Sub-kelompok Sayur-sayuran yang memberikan andil inflasi sebesar -0,02% (mtm). Meski mereda, angkutan udara dan gula pasir masih menjadi penarik ke atas inflasi dengan andil sebesar 0,10% (mtm) dan 0,06% (mtm). Tekanan inflasi angkutan udara disebabkan masih tingginya permintaan terhadap angkutan udara menjelang Hari raya Idul Fitri. Sedangkan tekanan inflasi gula pasir masih disebabkan oleh gangguan pasokan yang terjadi secara nasional. Berdasarkan disagregasi, meredanya inflasi pada Juni 2016 didorong oleh deflasi komponen Volatile Food (VF) dengan andil sebesar -0,13%(mtm) dan meredanya tekanan inflasi komponen Administered Price (AP) dengan andil inflasi sebesar 0,13% (mtm). Sementara itu, tekanan komponen Inflasi Inti terpantau cukup stabil dengan andil sebesar 0,23% (mtm). Secara umum, rendahnya inflasi Kota Ambon pada triwulan II-2016 didorong oleh deflasi komoditas ikan segar, terkendalinya harga beras dan sayur-sayuran. Meski terdapat kenaikan permintaan pada periode Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, namun pasokan ikan segar tetap terjaga karena cuaca yang kondusif bagi nelayan untuk melaut, pasokan beras terjaga sebagai hasil upaya Bulog Divre Maluku dalam menjaga stok beras menghadapi Lebaran, dan pasokan sayur-sayuran yang terjaga karena curah hujan menengah yang kondusif untuk hortikultura. Penarik utama inflasi Kota Ambon pada triwulan II-2016 adalah angkutan udara dengan andil yang 42

63 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH cukup tinggi. Secara historis, angkutan udara sering muncul sebagai pendorong inflasi pada masa Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri di Kota Ambon. Selain itu gangguan pasokan nasional untuk komoditas gula pasir juga turut memberikan tekanan yang cukup tinggi bahkan memiliki multiplier effect pada inflasi komoditas makanan jadi seperti aneka jenis roti Inflasi Kota Tual Sejalan dengan Kota Ambon, laju inflasi Kota Tual pada triwulan II-2016 mereda dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi Kota Tual pada triwulan II-2016 sebesar 3,02 (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,79% (yoy). Pencapaian inflasi bulanan tertinggi pada triwulan II-2016 terjadi pada Juni 2016 yang mencapai 1,71% (mtm), didorong oleh inflasi Sub-kelompok Ikan Segar dengan andil inflasi hingga 1,24% (mtm). Sedangkan inflasi bulanan terendah pada triwulan II terjadi pada Mei 2016 yang terpantau deflasi sebesar 0,60% (mtm), didorong oleh deflasi Subkelompok Ikan Segar dengan andil inflasi mencapai - 0,50% (mtm). Pada April 2016, laju inflasi Kota Tual tercatat 0,22% (mtm) atau 2,68% (yoy), mereda Grafik 61. Inflasi dan Andil Disagregasi Bulanan (mtm) Kota Tual Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah dibandingkan bulan sebelumnya. Meredanya tekanan inflasi pada April 2016 didorong oleh meredanya tekanan inflasi angkutan udara yang setelah mengalami inflasi cukup tinggi pada masa Natal Desember Selain itu, bahan bakar mengalami deflasi seiring dengan penurunan tarif Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya Pertamax dan Pertalite pada awal April Meredanya tekanan inflasi komoditas ikan segar turut menekan laju Grafik 62. Inflasi dan Andil Disagregasi Bulanan (mtm) Kota Tual Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah inflasi April 2016 karena kondisi cuaca yang masih kondusif untuk nelayan melaut sehingga meningkatkan pasokan ikan tangkap. Berdasarkan disagregasi, meredanya inflasi pada April 2016 didorong oleh deflasi komponen Administered Price (AP) dengan andil inflasi mencapai -0,10% (mtm). Selain itu komponen Inflasi Volatile Food (VF) mereda dengan andil inflasi terpantau 0,24% (mtm) dan komponen Inflasi Inti juga mereda dengan andil inflasi sebesar 0,08% (mtm). Kota Tual mengalami deflasi 0,60% (mtm) pada Mei 2016, atau tercatat inflasi sebesar 0,47% (yoy). Deflasi tersebut didorong oleh melimpahnya pasokan aneka ikan segar seperti Ikan Mumar, Ikan Teri, dan Ikan kembung. Sub-kelompok Ikan Segar mengalami deflasi dengan andil inflasi mencapai -0,50% (mtm). Selain itu, biaya tempat tinggal mengalami deflasi dengan andil inflasi mencapai -0,39% (mtm) seiring dengan turunnya 43

64 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH harga pasir, batu bata, dan semen. Turunnya harga bahan bangunan tersebut seiring dengan masih belum solidnya perbaikan keyakinan konsumen, khususnya keyakinan pada ketepatan waktu pembelian barang tahan lama seperti tempat tinggal. Sementara itu, tarif sewa motor yang meningkat memberikan andil inflasi 0,08% (mtm) menjadi penarik ke atas inflasi pada bulan Mei Berdasarkan disagregasi, deflasi pada Mei 2016 didorong oleh deflasi komponen Inflasi Volatile Food (VF) dengan andil inflasi sebesar -0,47% (mtm) dan deflasi komponen Inflasi Inflasi Inti yang dengan andil inflasi - 0,21% (mtm). Sementara itu, komponen Inflasi Administered Price (AP) terpantau meningkat dengan andil inflasi sebesar 0,09% (mtm). Tekanan inflasi Kota Tual meningkat pada Juni 2016, dengan inflasi sebesar 1,71% (mtm), dengan inflasi tahunan terpantau 3,02% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi didorong oleh meningkatnya harga beberapa komoditas Ikan Segar sehingga memberikan andil inflasi sebesar 1,24% (mtm). Harga angkutan udara turut meningkat dan memberikan andil inflasi sebesar 0,44% (mtm). Kedua komoditas tersebut meningkat seiring dengan peningkatan demand masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, harga gula pasir meningkat seiring terbatasnya stok nasional di tengah meningkatnya permintaan dari masyarakat menjelang perayaan Lebaran. Sementara itu, Sub-kelompok Sayur-sayuran terpantau deflasi dengan andil inflasi sebesar - 0,44% (mtm) seiring dengan terjaganya pasokan di tengah meningkatnya permintaan masyarakat. Berdasarkan disagregasi, meningkatnya tekanan inflasi pada Juni 2016 didorong oleh meningkatnya inflasi ketiga komponen. Tekanan komponen Volatile Food (VF) meningkat dengan andil inflasi sebesar 0,85% (mtm), komponen Inflasi Inti meningkat dengan andil inflasi sebesar 0,33% (mtm), dan komponen Administered Price (AP) meningkat dengan andil inflasi sebesar 0,54% (mtmt). 3.3 Analisis Disagregasi Inflasi Provinsi Maluku Grafik 63. Andil Disagregasi Inflasi Maluku Triwulan II-2016 Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Grafik 64. Andil Komoditas Volatile Food Provinsi Maluku Tw II-2016 Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah 44

65 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Secara tahunan, kembali meredanya laju inflasi Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 masih didorong oleh deflasi Komponen Volatile Food (VF). Komponen tersebut memberikan andil inflasi sebesar -1,07% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat -0,58% (yoy). Sedangkan komponen Administered Price (AP) memberikan andil inflasi sebesar 1,31% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 1,28% (yoy). Selain itu, andil inflasi Komponen Inti terpantau 1,57% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,52% (yoy) Komponen Volatile Food Komponen Volatile Food (VF) mengalami deflasi sebesar 5,22% (yoy) pada triwulan II Laju deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan triwulan lalu yang tercatat deflasi sebesar 2,61% (yoy). Terus meredanya tekanan inflasi VF terutama didorong oleh sub-kelompok ikan segar yang pada triwulan II-2016 memberikan andil inflasi sebesar -1,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat -1,62% (yoy). Cuaca yang cukup kondusif pada triwulan II-2016 mendukung pasokan ikan tangkap. Selain itu, deflasi komponen ini juga didorong oleh meredanya inflasi Sub-kelompok Sayur-sayuran yang memberikan andil inflasi sebesar 0,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 0,73% (yoy). Curah hujan menengah cukup kondusif untuk mendukung tanaman hortikultura sehingga pasokan sayur-sayuran dapat cukup terjaga di tengah permintaan yang tinggi saat menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Sementara itu, tekanan inflasi dari komoditas bumbu-bumbuan terpantau sedikit meningkat. Selain disebabkan oleh permintaan yang tinggi, khususnya saat menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, terdapat gangguan pasokan dari sentra produksi Jawa Timur karena abu vulkanik Gunung Bromo pada Mei Juni April Mei Juni Sumber: BMKG Grafik 65. Curah Hujan Maluku Triwulan I Komponen Core Inflation Laju inflasi komponen Inflasi Inti terpantau sebesar 3,13% (yoy) pada triwulan II-2016, atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 2,89% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi dari komponen ini didorong utama oleh gangguan stok gula pasir secara nasional karena melesetnya perkiraan musim penggilingan tebu di tengah meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Gula pasir memberikan andil inflasi hingga 0,20% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 0,11% (yoy). Selain itu, tekanan dari sandang dan bahan makanan olahan, khususnya yang berbahan dasar ikan terpantau meningkat seiring dengan tingginya permintaan menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Persiapan 45

66 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH tahun ajaran baru juga turut mendorong meningkatnya tekanan inflasi sandang. Meski memberikan andil deflasi, semakin meningkatnya tekanan inflasi ikan segar sebagai bahan baku makanan olahan pada akhir triwulan II telah mendorong meningkatnya tekanan inflasi makanan olahan. Sementara penarik ke bawah Inflasi Inti didorong oleh meredanya tekanan inflasi Biaya Tempat Tinggal. Tingkat permintaan atas bahan bangunan seperti batu bata, seng, dan besi beton mengalami penurunan seiring dengan masih rendahnya permintaan. Meskipun membaik, keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, khususnya keyakinan untuk ketepatan waktu pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja masih belum solid. Grafik 66. Andil Inflasi Tahunan Komponen Inflasi Inti Grafik 67. Perkembangan Keyakinan Konsumen Kota Ambon Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sementara itu, tekanan inflasi dari emas perhiasan terpantau memberikan andil inflasi sebesar 0,11% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat 0,003% (yoy). Hal tersebut didorong oleh meningkatnya harga emas internasional sebagai dampak dari keluarnya Negara Inggris dari Uni Eropa (Brexit / British Exit) pada Juni Semakin lesunya perekonomian global paska Brexit karena investor enggan untuk berinvestasi di Inggris dan Uni Eropa karena risiko yang meningkat, membuat para investor lebih memilih opsi berinvestasi emas. Meningkatnya permintaan emas tersebut mendorong kenaikan harga emas internasional. Grafik 68. Harga Emas Internasional Sumber: Bloomberg Grafik 69. Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar (JISDOR) Sumber: Bank Indonesia 46

67 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Komponen Administered Prices Meningkatnya laju inflasi komponen Administered Price (AP) menjadi pendorong utama inflasi pada triwulan II-2016, khususnya inflasi angkutan udara. Laju inflasi AP tercatat 6,18% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 5,98% (yoy). Meningkatnya laju inflasi AP didominasi oleh meningkatnya tekanan inflasi angkutan udara yang memberikan andil inflasi mencapai 1,43% (yoy), meningkat dibandingkan Grafik 70. Perkembangan Harga Minyak Dunia Sumber: Bloomberg triwulan sebelumnya 0,99% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan angkutan udaraa menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di sisi lain, bensin menjadi penarik ke bawah pada komponen AP seiring dengan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya Pertamax dan Pertalite pada April Hal tersebut seiring dengan masih rendahnya minyak dunia. 3.4 Realisasi Inflasi Triwulan I-2016 dibanding Pola Historis Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Grafik 71. Event Analysis Inflasi Provinsi Maluku Secara historis, tingginya laju inflasi Provinsi Maluku disebabkan faktor cuaca, tingginya ketergantungan terhadap daerah lain dan adanya shock kebijakan dari pemerintah. Rendahnya kemandirian pangan menjadikan Provinsi Maluku rentan terhadap shock, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Sebagian besar komoditas Maluku, terutama komoditas penyumbang inflasi seperti beras, bumbubumbuan, telur dan daging ayam didatangkan dari daerah lain, seperti Pulau Jawa (melalui Surabaya) dan Sulawesi (melalui Makassar dan Manado). Terlebih lagi apabila terdapat shock yang bersumber dari sisi permintaan, seperti 47

68 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH adanya perayaan kegiatan berskala besar maupun faktor musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Tingginya ketergantungan Provinsi Maluku terhadap pasokan barang dari daerah lain juga tercermin dari perkembangan net ekspor antar daerah Maluku yang mencatatkan kondisi net-impor dan dalam tren yang meningkat. Dilihat dari tren inflasi kalender, pergerakan inflasi tahun 2016 masih sesuai dengan pola historis yang meningkat cukup tinggi menjelang Hari Raya Idul Fitri. Namun demikian, tingkat inflasi kalender tahun 2016 lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi kalender 5 tahun terakhir yang terpantau sebesar 4,68% (ytd). Inflasi tahun kalender (ytd) pada triwulan II-2016 terpantau 0,91% (ytd). Hal tersebut didorong oleh inflasi tahun kalender Sub-kelompok Ikan Segar dan Sayur-sayuran yang cenderung lebih rendah bahkan mengalami deflasi. Hal tersebut sesuai dengan piola historis dimana inflasi tahun kalender bergerkan menurun dari triwulan I-2016 menuju triwulan II Namun terdapat inflasi gula pasir yang cukup tinggi pada triwulan II-2016 yang secara historis jarang terjadi. Laju inflasi komoditas tersebut mencapai 25,91% (yoy). Di Kota Ambon, gula pasir sempat naik menjadi Rp18.000/Kg dari harga normal Rp13.000/Kg. Bahkan di Kabupaten Buru Selatan, harga gula pasir sempat mencapai Rp22.000/Kg. Naiknya harga gula pasir tersebut terjadi karena gangguan pasokan dari sentra produksi di Jawa sebagai akibat dari melesetnya perkiraan musim penggilingan tebu di tengah tingginya permintaan masyarakat menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Permasalahan gangguan pasokan gula pasir dialami hampir seluruh provinsi di Indonesia. Namun demikian, pergerakan inflasi bulanan pada triwulan II-2016 masih sesuai dengan pola historis 5 tahun terakhir, dimana inflasi bulanan cenderung bergerak menurun dari triwulan I menuju triwulan II dan meningkat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Inflasi Bulanan triwulan II-2016 lebih rendah dari historis 5 tahun terakhir, namun terdapat lonjakan pada Mei 2016 yang didorong oleh peningkatan tekanan inflasi angkutan udara yang signifikan. Lonjakan tersebut membuat kenaikan laju inflasi bulanan pada Juni 2016 menjelang Hari Raya Idul Fitri tidak terlalu tinggi. Grafik 72. Tren Inflasi kalender (ytd) Provinsi Maluku Sumber: BPS Provinsi Maluku, diolah Grafik 73. Tren Inflasi Bulanan (mtm) Provinsi Maluku Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah 48

69 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 3.5 Kegiatan Pengendalian Inflasi di Provinsi Maluku Menindaklanjuti hasil Pokjanas TPID Tahun 2016 dan Roadmap Pengendalian Inflasi, TPID Maluku memfokuskan kegiatan 2016 pada koordinasi dan replikasi program. Disamping itu, TPID Maluku akan memutakhirkan sistem pemantauan harga serta mendorong inovasi dan peningkatan efektivitas intervensi pasar. Oleh karena itu, TPID Provinsi Maluku memandang penting untuk fokus pada proses implementasi sistem Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) online di Kota Tual sebagai salah satu Kota IHK yang dipantau oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam perhitungan inflasi. Saat ini Provinsi Maluku memiliki 2 kota IHK, yaitu Kota Ambon dan Kota Tual, namun baru Kota Ambon yang telah mengelola PIHPS. Rencana implementasi PIHPS di Kota Tual dilakukan untuk mendapatkan informasi dari pemantauan harga yang lebih akurat agar dapat mengambil kebijakan atau langkah pengendalian inflasi yang lebih tepat dan cepat. Diharapkan implementasi PIHPS Kota Tual dapat dimulai pada semester II Selain itu, TPID Provinsi Maluku fokus membuat replikasi Program Operasi Pasar Murah. Program tersebut melibatkan kerjasama beberapa pihak seperti Dinas Pertanian, Dinas Kelautan, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Bulog. Keterlibatan dan koordinasi beberapa pihak tersebut dinilai dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian inflasi. Replikasi program pasar murah terpadu akan didorong pelaksanaannya di TPID setiap kabupaten/kota, terutama Kota IHK yaitu Ambon dan Tual. Program pasar murah terpadu akan didukung oleh hasil pantauan PIHPS online untuk menajamkan sasaran dan waktu pelaksanaan intervensi. Pada triwulan II-2016, kegiatan Pengendalian TPID difokuskan pada antisipasi kenaikan harga menjelang hari raya baik Waisak maupun Idul Fitri. Beberapa Operasi pasar digelar oleh TPID Provinsi Maluku dan TPID Kota Ambon guna mengendalikan bahan makanan pokok. Koordinasi dengan distributor juga dilakukan secara intensif. Beberapa distributor dan swalayan dilibatkan dalam kegiatan operasi pasar. Gula pasir menjadi perhatian dari TPID Provinsi dan kab/kota karena tekanan inflasi yang cukup tinggi saat Rapat Koordinasi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri pada 20 Mei

70 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tabel 7. Kegiatan TPID triwulan II-2016 No Waktu Kegiatan Pelaksana Agenda 1 April - Juli 2016 Operasi Pasar Bulog Divisi Regional Maluku Mei 2016 Pasar Murah Disperindag Provinsi Maluku 3 20 Mei 2016 Rapat Koordinasi Menjelang Ramadhan TPID Provinsi Maluku Seluruh TPID Kota/Kabupaten 4 31 Mei - 2 Juni 2016 Operasi Pasar Gula Pasir Disperindag Provinsi Maluku Operasi Pasar dengan harga Rp8.100/Kg Dilakukan mobile / berpindah-pindah Koordinasi dengan para distributor Operasi Pasar, Gula Pasir Rp13.000/Kg, Tepung Terigu Rp7.500/Kg, Minyak Goreng Rp12.000/Kg, Telur Ayam Ras Rp1.000/Kg Koordinasi intensif pengendalian stok Percepatan implementasi PIHPS Online di masing-masing kabupaten Optimalisasi perdagangan antar daerah Peningkatan efektifitas cold storage Operasi pasar Gula Pasir Rp13.500/Kg di Lapangan Merdeka dan Mobil Keliling di Kecamatan Salahutu dan Leihitu 5 6 Juni 2016 Operasi Pasar Gula Pasir Disperindag Provinsi Maluku Operasi pasar Gula Pasir Rp13.500/Kg Juni 2016 Pasar Murah Disperindag Kota Ambon Juni 2016 Pasar Murah Disperindag Kota Ambon 8 9 Juni 2016 Inspeksi Mendadak SPBU Disperindag Provinsi Maluku 9 Juni 2016 Distribusi Gula Pasir Disperindag Provinsi Maluku Pasar Murah di Desa Laha Pihak yang terlibat : Hypermart, Foodmart, UD. Bahagia, Firma Bandil, Karya Indah, CV. Lima Satu, Bulog, dan Inan Jaya Pasar Murah di Desa Batu Merah Pasar Murah di Desa Laha Pihak yang terlibat : Hypermart, Foodmart, UD. Bahagia, Firma Bandil, Karya Indah, CV. Lima Satu, Bulog, dan Inan Jaya Tim Pengawas Bidang Kemeteorologian dan Perlindungan Konsumen melakukan sidak SPBU dengan melakukan sampling 20 liter BBM di masingmasing SPBU. Pengiriman 5 ton Gula Pasir ke Buru, Buru Selatan, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur. Harga gula pasir Buru Selatan telah mencapai Rp20.000/Kg, Buru Selatan Rp20.000/Kg, Ambon Rp18.000/Kg. 10 Juni 2016 Pasar Murah Sembako Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Maluku Paket Sembako Murah Rp60.000/Paket 5 Jenis Sembako : Beras 5 Kg, Gula Pasir 1 Kg, Minyak Goreng 1 Botol, Tepung Terigu 1 Kg, Mentega 2 Cup Disalurkan ke 5 kecamatan : Sirimau 150 kupon, Nusaniwe 150 kupon, Baguala 100, Teluk Ambon 100 kupon, Leitimur Selatan 100 kupon, Lainnya 766 kupon 11 Juli 2016 Rapat Koordinasi Perkembangan Inflasi TPID Provinsi Maluku TPID Kota Tual TPID Kabupaten Maluku Tenggara 1. Evaluasi Perkembangan Inflasi Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual 2. Pembahasan langkah-langkah pengendalian inflasi berdasarkan kendalakendala masing-masing kabupaten/kota (salah satunya tekanan inflasi gula pasir yang belum pulih) 50

71 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM BAB IV. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 4.1. Asesmen Sektor Rumah Tangga Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga Grafik 74. Pertumbuhan dan Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada Ekonomi Maluku Sumber: BPS, diolah Grafik 75. Perkembangan Keyakinan Konsumen Kota Ambon Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Rumah tangga memiliki dua fungsi dalam sistem keuangan, yaitu sebagai penyedia dana dan sebagai penerima dana. Sebagai penyedia dana, rumah tangga melakukan penempatan atas kelebihan dana kepada institusi keuangan ataupun instrumen keuangan, yang kemudian difungsikan sebagai sumber dana untuk pelaku ekonomi lainnya. Sebaliknya, sebagai penerima dana, rumah tangga meminjam dana dari pelaku ekonomi yang mengalami surplus, untuk digunakan dalam kegiatan konsumsi. Semakin besar peran rumah tangga dalam aktivitas ekonomi dan keuangan suatu daerah, semakin penting peran ketahanan sektor rumah tangga dalam menjaga stabilitas keuangan daerah tersebut. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi ketahanan rumah tangga antara lain tingkat pendapatan, lapangan kerja, tingkat konsumsi, dan stabilitas harga. Pada triwulan II-2016, konsumsi rumah tangga Provinsi Maluku tercatat mengalami perlambatan, di tengah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Maluku meningkat dari 5,64% (yoy) pada triwulan I-2016 menjadi 6,48% (yoy) pada triwulan II-2016, sementara konsumsi rumah tangga justru melambat dari 8,41% (yoy) menjadi 7,90% (yoy). Share konsumsi rumah tangga terhadap total perekonomian juga tercatat menurun, yaitu dari 72,10% pada triwulan I-2016 menjadi 70,99% pada II Perlambatan konsumsi tersebut tidak lepas dari masih pesimisnya persepsi sektor rumah tangga terhadap perekonomian, terutama pada ketersediaan lapangan kerja. Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia pada konsumen Kota Ambon selama triwulan II-2016 mencatatkan bahwa indeks 51

72 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ketersediaan lapangan kerja saat ini dibanding 6 bulan yang lalu berada di bawah level optimisme 100, yaitu 68,83. Indeks ini juga lebih rendah dibanding rata-rata triwulan I-2016, yaitu 71,70. Hal ini juga terkonfirmasi dari meningkatnya tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2016 yang sebesar 6,98% dibanding Februari 2015 yang sebesar 6,72%. Jumlah penganggur di Maluku pada Februari 2016 juga tumbuh sebesar 7,05% (yoy), meningkat dibanding pada Agustus 2015 hanya tumbuh 2,18% (yoy). Pertumbuhan penganggur di Maluku bahkan lebih besar daripada pertumbuhan angkatan kerja, yang tercatat hanya sebesar 3,13% (yoy). Rendahnya ketersediaan lapangan kerja memengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama, yang pada triwulan II-2016 juga tercatat masih di bawah 100 (indeks 80,83). Namun demikian, konsumen memperkirakan bahwa kondisi lapangan kerja akan membaik pada 6 bulan mendatang (indeks ekspektasi ), seiring dengan ekspektasi meningkatnya kegiatan usaha (indeks 141,17). Grafik 76. Persepsi Rumah Tangga Kota Ambon Terhadap Ekonomi Saat Ini Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Grafik 77. Ekspektasi Rumah Tangga Kota Ambon Terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Grafik 78. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Maluku Sumber: BPS, diolah Grafik 79. Pertumbuhan Jumlah Penganggur dan Angkatan Kerja Provinsi Maluku Sumber: BPS, diolah Pada triwulan II-2016, konsumen juga dihadapkan pada potensi tekanan harga menjelang Ramadhan. Survei Konsumen Kota Ambon mencatatkan kenaikan ekspektasi inflasi triwulanan konsumen dari pada triwulan I-2016 menjadi pada triwulan II Kenaikan ekspektasi ini menunjukkan antisipasi konsumen atas kenaikan harga barang dan jasa pada momen Ramadhan dan Idul Fitri, terutama untuk 52

73 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM kelompok komoditas bahan makanan, makanan jadi, dan sandang. Selain itu, berakhirnya tahun ajar pada bulan Juni juga meningkatkan ekspektasi konsumen atas kenaikan harga pada kelompok komoditas pendidikan. Realisasi inflasi Kota Ambon juga tercatat meningkat secara triwulanan, yaitu sebesar 0,79% (qtq) pada triwulan II-2016, dibanding 0,10% (qtq) pada triwulan I Walaupun demikian, realisasi ini lebih rendah dibanding rata-rata inflasi triwulanan selama 5 tahun terakhir, yaitu 2,77% (qtq), seiring dengan meningkatnya peran BULOG dan Disperindag Provinsi Maluku dalam menjaga stabilitas harga beras serta kondusifnya cuaca untuk menangkap ikan. Grafik 80. Ekspektasi Konsumen Kota Ambon Terhadap Inflasi Triwulanan Sumber: Bank Indonesia dan BPS, diolah Grafik 81. Ekspektasi Konsumen Kota Ambon Terhadap Kenaikan Harga Triwulanan Tiap Kelompok Komoditas Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Kinerja Keuangan Rumah Tangga Grafik 82. Penggunaan Penghasilan Konsumen Kota Ambon Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Grafik 83. Perkembangan Rasio Keuangan Konsumen Kota Ambon Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Kondisi keuangan rumah tangga masih terjaga, namun terjadi penurunan saving to income ratio. Tingkat cicilan terhadap total penghasilan konsumen (debt to service ratio/ DSR) konsumen Kota Ambon masih cukup rendah pada triwulan II-2016, yaitu 8,25%, di bawah batas aman 30%. Tingkat DSR ini relatif meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang hanya 8,14%. Tingkat DSR tertinggi Kota Ambon berada pada 53

74 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM konsumen dengan pengeluaran lebih dari Rp5 juta, yaitu 11,52%. Di sisi lain, rata-rata saving to income ratio masih cukup tinggi untuk Kota Ambon, yaitu 24,33%, walaupun terdapat kecenderungan menurun dibanding 2 triwulan terakhir. Sementara itu, tingkat konsumsi terhadap penghasilan tercatat meningkat dari 66,16% pada triwulan I-2016 menjadi 67,42% pada triwulan II Tabel 8. Penggunaan Penghasilan Konsumen Kota Ambon Per Kelompok Pengeluaran Tingkat Pengeluaran Penggunaan Penghasilan Rp 1-2 Juta Rp 2,1-3 Juta Rp 3,1-4 Juta Rp 4-5 Juta >Rp 5 Juta Rata-rata Konsumsi Cicilan Tabungan Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Triwulan II-2016, diolah Penggunaan penghasilan untuk konsumsi meningkat sejalan dengan terbatasnya pertumbuhan penghasilan. Hal ini terkonfirmasi dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP), yaitu dari 103,90 pada triwulan I menjadi pada triwulan II Selain itu, kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) relatif terbatas pada tahun 2016, yaitu 7,58% (yoy), dibanding kenaikan pada tahun 2015 yang cukup tinggi yaitu 16,61% (yoy). Dengan tingkat penghasilan yang lebih terbatas, pertumbuhan konsumsi masyarakat akan menggerus porsi penghasilan untuk tabungan (saving to income ratio). Grafik 84. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Sumber: BPS, diolah Grafik 85. Perkembangan Upah Minimum Provinsi Maluku Sumber: Surat Keputusan Gubernur, diolah Eksposur Rumah Tangga Pada Perbankan Eksposur Dana Pihak Ketiga Sektor rumah tangga masih mendominasi penghimpunan Dana Pihak Ketiga di bank umum. Dana Pihak Ketiga yang dihimpun bank umum dari sektor rumah tangga (perorangan) adalah sebesar Rp8,7 triliun atau 69,06% dari seluruh DPK terhimpun di Maluku. Sebagian besar dari DPK perorangan ditempatkan dalam bentuk tabungan (62,76%) dan deposito (33,39%). Pada penghimpunan tabungan, porsi tabungan perseorangan mencapai 94,14% dari dana terhimpun, sedangkan pada deposito, porsi perseorangan pencapai 73,65%. Dengan demikian, peran rumah tangga sebagai penyedia dana di perbankan Maluku cukup tinggi. 54

75 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Grafik 86. Komposisi Nominal DPK Provinsi Maluku Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah Grafik 87. Perkembangan Penghimpunan DPK di Provinsi Maluku Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah Pada triwulan li-2016, penghimpunan DPK perseorangan tercatat melambat. Pertumbuhan DPK perseorangan mencapai 15,15% (yoy) pada triwulan II-2016, melambat dibanding triwulan I-2016 yang sebesar 20,30% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK perseorangan berkontribusi pada perlambatan DPK bank umum Maluku, yang hanya tumbuh 9,62% (yoy) pada triwulan II-2016, dibanding 15,11% (yoy) pada triwulan I Perlambatan DPK perseorangan terjadi di semua jenis simpanan, baik tabungan, giro, maupun deposito. Tabungan melambat dari 23,64% (yoy) pada triwulan I-2016 menjadi 20,37% (yoy) pada triwulan II-2016, sedangkan deposito melambat dari 14,25% (yoy) menjadi 8,00% (yoy). Hal ini sejalan dengan penurunan saving to income ratio, yang menurun akibat terbatasnya pertumbuhan penghasilan rumah tangga. Grafik 88. Komposisi DPK Perseorangan Provinsi Maluku Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah Grafik 89. Perkembangan DPK Perseorangan di Provinsi Maluku Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah 55

76 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Eksposur Kredit Penyaluran kredit ke Provinsi Maluku masih didominasi sektor rumah tangga. Penyaluran kredit ke rumah tangga mencapai Rp5,31 triliun atau 57,18% dari total kredit yang disalurkan ke Maluku. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp2,93 triliun atau 55,72% disalurkan dalam bentuk kredit multiguna, sedangkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hanya sebesar Rp687 miliar atau 13,07% dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebesar Rp126 miliar atau 2,40%. Grafik 90. Komposisi Kredit Berlokasi Proyek di Provinsi Maluku Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah Grafik 91. Komposisi Kredit Rumah Tangga (Konsumsi) Maluku Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah Pertumbuhan kredit pada sektor rumah tangga meningkat. Pertumbuhan kredit rumah tangga pada triwulan II-2016 adalah sebesar 11,73% (yoy), meningkat dibanding triwulan I-2016 yang sebesar 11,42% (yoy). Peningkatan ini terutama disumbang oleh kredit multiguna, yang tumbuh 16,27% (yoy) pada triwulan II dibanding 14,73% (yoy) pada triwulan I Kredit multiguna menjadi pilihan konsumen untuk memenuhi kenaikan konsumsi di tengah keterbatasan pertumbuhan pendapatan dan agunan yang berkualitas. Dengan DSR yang masih cukup rendah, ruang tambahan pembiayaan konsumen dari kredit multiguna masih lebar. Sementara itu, KPR, KKB, dan kredit rumah tangga lainnya mengalami perlambatan. Kredit peralatan masih mencatatkan kontraksi, meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Grafik 92. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Berlokasi Proyek di Provinsi Maluku Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah Grafik 93. Perkembangan Kredit Rumah Tangga Bermasalah dan Suku Bunga Kredit Konsumsi di Provinsi Maluku Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah 56

77 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Kredit rumah tangga masih tergolong aman dan dalam tren penurunan risiko. Non-performing loan (NPL) kredit rumah tangga pada triwulan II-2016 tercatat sebesar 0,77%, menurun dibanding triwulan I yang sebesar 0,83%. Rasio DSR yang masih cukup rendah, yaitu 8,25%, meningkatnya portofolio kredit multiguna dari 54,82% menjadi 55,72%, dan menurunnya jumlah kredit rumah tangga bermasalah sebesar 16,14% (yoy) mendorong penurunan risiko di tengah meningkatnya suku bunga kredit. Secara spasial, kredit sektor rumah tangga terkonsentrasi di Kota Ambon, dengan pertumbuhan terbesar di Kab. Maluku Barat Daya dan Kab. Buru Selatan. Kredit rumah tangga yang tersalurkan di Kota Ambon mencapai Rp2,53 triliun atau 47,71%, dengan pertumbuhan sebesar 10,83% (yoy) pada triwulan II Hampir di semua kabupaten/kota, pangsa rekening terbanyak ada pada penggunaan kredit multiguna, kecuali di Kab. Seram Bagian Timur yang didominasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sementara itu, pertumbuhan kredit di Kab. Buru Selatan dan Kab. Maluku Barat Daya mengalami peningkatan tajam, seiring dengan meningkatnya akses kredit pada kedua daerah tersebut. Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Tabel 9. Komposisi Kredit Rumah Tangga Tiap Dati II di Maluku Daerah Baki Debet Pertumbuhan Pangsa Jumlah Rekening (Rp Miliar) (% yoy) (%) KPR KKB Peralatan Multiguna Lainnya Maluku Tengah , ,300 4,639 Maluku Tenggara ,755 2,457 Maluku Tenggara Barat , ,751 2,627 Buru ,838 1,674 Seram Bagian Barat , Seram Bagian Timur ,408 Kepulauan Aru ,563 Maluku Barat Daya , Buru Selatan , Kota Ambon 2, ,619 4, ,813 7,309 Kota Tual Maluku 5, ,115 5, ,873 22,950 Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Tabel 10. Pertumbuhan dan NPL Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Maluku Jenis KPR Pangsa Pertumbuhan (% yoy) % NPL % Tw I-2016 Tw II-2016 Tw I-2016 Tw II-2016 KPR&KPA Tipe < KPR&KPA Tipe KPR&KPA Tipe > KP Ruko (0.22) (0.22) KPR Tabel 11. Pertumbuhan dan NPL Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) di Maluku Jenis KKB Pangsa Pertumbuhan (% yoy) % NPL % Tw I-2016 Tw II-2016 Tw I-2016 Tw II-2016 Mobil (22.25) (20.49) Motor Kendaraan Lainnya 4.82 (4.50) (15.48) - - KKB (14.42) (12.16) Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Seiring dengan masih cenderung pesimisnya konsumen pada triwulan II-2016, pertumbuhan KPR di Provinsi Maluku tercatat melambat. Pertumbuhan KPR pada triwulan II-2016 hanya mencapai 16,75% 57

78 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM (yoy), melambat dibanding triwulan I-2016 yang tercatat sebesar 24,5% (yoy). Walaupun NPL untuk KPR masih cenderung aman, yaitu 1,17% pada triwulan II-2016, minat konsumen untuk memanfaatkan KPR masih cukup rendah. Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia dengan developer perumahan di Kota Ambon, hanya 50% dari pembelian rumah yang memanfaatkan fasilitas KPR. Selain itu, penjualan rumah juga diakui mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Terbatasnya pertumbuhan jumlah konsumen tingkat menengah ke atas, tingginya suku bunga, dan ketatnya standar pembiayaan menjadi kendala pertumbuhan KPR di Maluku. Kredit Kendaraan Bermotor Kredit kendaraan bermotor tercatat masih mengalami kontraksi pada triwulan II-2016, terutama untuk pembelian mobil. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) di Provinsi Maluku tercatat mengalami kontraksi sebesar 12,16% (yoy) pada triwulan II-2016, lebih rendah dibanding kontraksi triwulan I-2016, yaitu 14,42% (yoy). Kontraksi KKB terutama didorong oleh kontraksi pada kredit untuk pembelian mobil, yang memiliki pangsa 70,77% dan mengalami kontraksi 20,49% (yoy). Sementara itu, kredit pembelian motor justru meningkat tajam, yaitu dari 15,65% (yoy) pada triwulan I-2016 menjadi 27,60% (yoy) pada triwulan II Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia ke dealer mobil dan motor di Kota Ambon, demand untuk pembelian mobil memang mengalami pelemahan sejak tahun 2015, seiring menurunnya minat belanja konsumen menengah ke atas. Sebaliknya, demand motor diakui oleh dealer mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh masih kuatnya daya beli konsumen menengah ke bawah. Hal ini juga terkonfirmasi dari Survei Konsumen Kota Ambon, yang mengalami kenaikan DSR dari 5,23% pada triwulan I-2016 menjadi 6,74% pada triwulan II-2016 untuk konsumen dengan pengeluaran Rp1-2 juta, sedangkan konsumen dengan pengeluaran >Rp5 juta justru mengalami penurunan DSR dari 12,58% menjadi 11,52%. Dari sisi risiko, kredit kendaraan bermotor masih tergolong rendah dan aman. Walaupun mengalami kenaikan NPL dari 0,52% pada triwulan I-2016 menjadi 0,58% pada triwulan II-2016, level tersebut masih tergolong aman, di bawah batas 5%. NPL masih cukup rendah untuk semua komponen KKB, baik pembelian mobil, motor, maupun kendaraan lainnya, yang masing-masing sebesar 0,62%, 0,59%, dan 0% pada triwulan II Tabel 12. Pangsa Kredit Multiguna Berdasarkan Besar Pinjaman dan Jangka Waktu % Pangsa Berdasarkan Nominal % Pangsa Berdasarkan Rekening Besar Pinjaman Multiguna < 1 tahun 1-3 tahun 3-4 tahun 4-5 tahun > 5 tahun <10 juta juta juta juta juta - 1 miliar > 1 miliar Total Total < 1 tahun 1-3 tahun 3-4 tahun 4-5 tahun > 5 tahun Total Sumber: Laporan Bank Umum Triwulan II-2016, diolah 58

79 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Kredit Multiguna Kredit multiguna merupakan komponen terbesar dalam kredit rumah tangga Provinsi Maluku. Kredit multiguna di Provinsi Maluku mencapai Rp2,93 triliun atau 55,72% dari total kredit rumah tangga. Sebagian besar disalurkan dengan plafon pinjaman sebesar Rp juta (50,01%), dengan tenor lebih dari 5 tahun. Sementara itu, walaupun jumlah rekening kredit multiguna terbanyak ada pada pinjaman Rp juta (36,91%), nominal saldo kelompok tersebut hanya 34,24% dari total kredit multiguna. Pada triwulan II-2016, pertumbuhan kredit multiguna meningkat, dengan tingkat risiko yang masih aman dan cenderung menurun. Dengan keterbatasan kenaikan penghasilan konsumen selama triwulan berjalan, kredit multiguna masih menjadi andalan dalam mendorong pertumbuhan konsumsi. Pada triwulan II- 2016, pertumbuhan kredit multiguna mencapai 16,27% (yoy), meningkat dibanding triwulan I-2016 yang hanya 14,73% (yoy). Pertumbuhan kredit multiguna menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit rumah tangga Provinsi Maluku selama periode , dengan tingkat risiko yang rendah (rata-rata NPL 0,81% selama 7 triwulan terakhir) dan suku bunga yang cukup tinggi, yaitu 14,17% pada triwulan II Rendahnya risiko kredit multiguna tetap terjaga pada triwulan II-2016, yang hanya sebesar 0,64%, menurun dibanding triwulan I-2016 yang masih sebesar 0,70%. Namun demikian, kredit multiguna untuk nominal di bawah Rp10 juta memiliki risiko yang cukup tinggi, yaitu 19,70% pada triwulan II-2016, dan memiliki kecenderungan meningkat seiring semakin panjangnya periode waktu pinjaman. Namun demikian, dengan pangsa yang hanya sebesar 1,90% dari total kredit multiguna, eksposur bank umum terhadap risiko tersebut cukup rendah. Tabel 13. NPL Kredit Multiguna Berdasarkan Besar Pinjaman dan Jangka Waktu % NPL Besar Pinjaman Multiguna < 1 tahun 1-3 tahun <10 juta juta juta juta juta - 1 miliar > 1 miliar Total tahun 4-5 tahun > 5 tahun Total Sumber: Laporan Bank Umum, diolah 4.2. Asesmen Sektor Korporasi Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Dalam sistem keuangan, badan usaha/korporasi terutama berfungsi sebagai penerima dana. Badan usaha menggunakan dana dari institusi keuangan atau pemilik modal untuk digunakan dalam kegiatan 59

80 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM produksi, yang pada akhirnya dikonsumsi oleh rumah tangga. Semakin besar aktivitas suatu badan usaha dalam aktivitas ekonomi dan keuangan suatu daerah, semakin penting untuk memantau ketahanan badan usaha tersebut untuk menjaga stabilitas keuangan daerah tersebut. Untuk Provinsi Maluku, tiga kategori badan usaha terbesar dalam perekonomian (tanpa administrasi pemerintahan), adalah (i) pertanian dan perikanan, (ii) perdagangan besar dan eceran, serta (iii) konstruksi. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi ketahanan ketiga kategori usaha tersebut antara lain tingkat permintaan, ketersediaan pasokan/produksi, perkembangan harga, serta biaya. Grafik 94. Pangsa PDRB Maluku Atas Dasar Harga Berlaku Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 95. Komoditas Ekspor Asal Maluku Selama Triwulan II-2016 Sumber: Bank Indonesia, diolah Selain merupakan kategori usaha dengan pangsa terbesar, usaha perikanan merupakan penyumbang utama komoditas ekspor asal Maluku. Dari kategori pertanian & perikanan, usaha perikanan merupakan penyumbang PDRB terbesar, dengan pangsa PDRB sebesar 54,96% pada tahun Pada triwulan II-2016, komoditas hasil laut menyumbang 89,11% dari seluruh komoditas ekspor asal Maluku, yang terdiri dari mutiara (38,07%), udang beku (32,85%), ikan olahan (27,75%), dan ikan segar (1,33%). Proses ekspor dilakukan baik melalui ekspor langsung dari Maluku maupun melalui pengumpul/pengolah di Surabaya maupun Jakarta. Grafik 96. Produksi Ikan di Pelabuhan Perikanan Utama Maluku Sumber: PPN Ambon dan PPN Tual, diolah Grafik 97. Harga Ikan Cakalang dan Udang Beku Thailand Sumber: Thai Union, diolah 60

81 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Produksi perikanan Maluku mulai meningkat, namun tren harga masih bervariasi. Produksi ikan tangkap di pelabuhan perikanan utama Maluku kembali meningkat, dengan pertumbuhan sebesar 1,44% (yoy) pada triwulan II Contact liaison Bank Indonesia untuk korporasi perikanan tangkap mengakui bahwa periode El Nino meningkatkan produksi ikan tangkap, seiring percepatan upwelling dan kondusifnya cuaca untuk melaut. Provinsi Maluku juga kembali dapat mengekspor udang beku (melalui Surabaya), setelah berhenti selama 11 bulan (sejak Juli 2015). Dari sisi harga, tren masih tercatat bervariasi. Harga cakalang (skipjack tuna) dan tuna sirip kuning (yellowfin tuna) tercatat mulai meningkat seiring rendahnya pasokan internasional, sementara harga udang beku kembali melanjutkan tren penurunan setelah sempat naik pada triwulan I Meningkatnya produksi dan kenaikan harga ikan tuna berpotensi meningkatkan ketahanan korporasi perikanan, sementara harga udang yang kembali menurun berpotensi meningkatkan risiko kerentanan. Sumber kerentanan korporasi lainnya adalah konsumsi rumah tangga dan realisasi belanja pemerintah. Konsumsi rumah tangga yang melambat pada triwulan II-2016 berisiko meningkatkan kerentanan korporasi, terutama pada kategori perdagangan besar dan eceran. Namun demikian, prospek pertumbuhan usaha perdagangan besar dan eceran masih ditopang banyaknya penyelenggaraan MICE (meeting, incentive, conference, and exhibition) seperti kunjungan Presiden dalam rangka peresmian Jembatan Merah Putih pada April, dan penyelenggaraan perkemahan madrasah nasional. Sementara itu, meningkatnya realisasi belanja pemerintah (APBN dan APBD), terutama belanja modal, dapat menopang pertumbuhan usaha konstruksi Kinerja Keuangan Korporasi Pada triwulan II-2016, pertumbuhan tahunan penjualan domestik korporasi di Maluku meningkat. Di tengah melambatnya perkembangan konsumsi rumah tangga, penjualan domestik korporasi utama di Maluku meningkat, terutama dari kategori perdagangan besar dan eceran. Salah satu jaringan penjualan ritel besar di Maluku mengakui bahwa efisiensi manajemen stok dan logistik mampu mendorong peningkatan penjualan mereka, dengan penguatan stok barang-barang yang paling diminati konsumen. Meningkatnya penjualan domestik juga terpantau dari meningkatnya arus barang dan jasa yang melalui kargo pelabuhan Yos Sudarso Ambon. Selain untuk memenuhi demand konsumen untuk barang konsumsi selama ramadhan, meningkatnya arus barang dan jasa juga dipengaruhi penyelenggaraan MICE serta impor barang modal seperti besi untuk keperluan konstruksi. Peningkatan kinerja keuangan korporasi pada triwulan II-2016 lebih terbatas. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia menunjukkan bahwa lebih sedikit korporasi yang mampu mendorong margin usaha serta memperkuat likuiditasnya pada triwulan II-2016, dibanding triwulan I Pada usaha perdagangan besar dan eceran, kebijakan peningkatan level harga jual dan terbatasnya kenaikan UMP masih belum mampu mendorong peningkatan margin. Pada perusahaan perikanan, peningkatan harga ikan tuna dan cakalang internasional belum dapat dimanfaatkan maksimal dikarenakan beberapa perusahaan masih mengacu kontrak penjualan lama yang berlaku setahun. Di sisi lain, pada triwulan II-2016 perusahaan mengakui bahwa akses kredit 61

82 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ke perbankan lebih longgar dibanding sebelumnya. Namun demikian, perusahaan mengakui bahwa kebutuhan ekspansi kredit investasi masih relatif terbatas. Grafik 98. Perkembangan Penjualan Domestik Badan Usaha di Maluku dibanding Pertumbuhan PDRB Sumber: Liaison Bank Indonesia dan BPS, diolah Grafik 99. Kondisi Keuangan dan Akses Kredit Badan Usaha di Maluku Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia, diolah Eksposur Korporasi Pada Perbankan Grafik 100. Pangsa Kredit Korporasi (usaha non-umkm) Terhadap Seluruh Penyaluran Kredit di Maluku Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Grafik 101. Perkembangan Investasi Badan Usaha Maluku dibanding Pertumbuhan Kredit Korporasi Sumber: Liaison Bank Indonesia dan Laporan Bank Umum, diolah Pangsa kredit korporasi di Maluku masih terbatas. Dengan dominasi kredit rumah tangga serta banyaknya usaha dengan skala mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pangsa kredit untuk usaha besar (korporasi) di Maluku masih relatif terbatas, yaitu Rp1,31 triliun atau 14,09%. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp455 miliar (34,76%) digunakan untuk usaha pertanian dan perikanan, Rp346,9 miliar (26,5%) digunakan untuk usaha perdagangan besar dan eceran, serta Rp183,9 miliar (14,05%) digunakan untuk usaha konstruksi. 62

83 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Keterbatasan demand kredit korporasi menggerus pangsa sektor tersebut relatif terhadap total penyeluran kredit. Pada triwulan II-2016, kredit korporasi mengalami kontraksi sebesar 5,04% (yoy), lebih dalam dibanding triwulan I-2016 yang hanya terkontraksi 3,51% (yoy). Kontraksi terutama disumbang oleh usaha kategori pertanian dan perikanan serta usaha konstruksi, sementara pertumbuhan usaha perdagangan besar dan eceran masih menguat. Tren kredit korporasi pertanian dan perikanan terus melemah, seiring dengan demand investasi yang masih terbatas pada usaha tersebut. Kredit konstruksi juga masih terus melemah di tengah menguatnya pembangunan infrastruktur, seiring masih tingginya persepsi risiko pada usaha kategori tersebut. Di tengah tren kontraksi kredit korporasi pada kategori usaha utama, kualitas kredit terpantau membaik. NPL kredit korporasi terpantau pada tingkat yang aman pada triwulan II-2016, yaitu sebesar 0,98%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 1,06%. Hal ini terutama disebabkan oleh berkurangnya jumlah kredit korporasi bermasalah, terutama pada kategori konstruksi. Sementara itu, walaupun terpantau meningkat, NPL pada kategori usaha pertanian dan perikanan serta usaha perdagangan besar dan eceran masih cukup stabil. Grafik 102. Pertumbuhan Tahunan (yoy) Kredit Korporasi Sektor Utama di Maluku Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Grafik 103. Perkembangan Non-Performing Loan (NPL) Kredit Korporasi Sektor Utama di Maluku Sumber: Laporan Bank Umum, diolah 4.3. Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan) Bank Umum 63

84 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Tabel 14. Perkembangan Indikator Utama Bank Umum di Maluku Nominal (dalam Rp Miliar) Pertumbuhan (% yoy) Indikator I II III IV I II I II III IV I II Aset 15,693 15,561 16,507 14,745 16,589 17, DPK 10,794 11,495 12,054 12,059 12,425 12, Giro 2,437 2,925 2,992 2,268 2,782 2, (2.41) Tabungan 4,715 4,781 5,077 6,283 5,858 5, Deposito 3,642 3,789 3,985 3,509 3,786 3, Kredit (Lokasi Proyek) 8,168 8,533 8,732 8,732 8,878 9, Modal Kerja 2,386 2,912 2,986 2,874 2,883 3, Investasi 1, (7.99) (25.94) (29.79) (29.24) (25.61) (8.34) Konsumsi 4,630 4,760 4,907 5,017 5,138 5, Kredit (Lokasi Bank) 7,127 7,507 7,648 7,708 7,708 8, LDR % NPL (Gross) Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Aset Pertumbuhan aset bank umum di Maluku meningkat, didorong oleh bank pemerintah. Pertumbuhan aset bank umum pada triwulan II-2016 mencapai 10,12% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya 5,71% (yoy). Hal ini didorong pertumbuhan aset bank pemerintah, yang tumbuh 11,36% (yoy) pada triwulan II-2016, meningkat dibanding pertumbuhan triwulan I-2016 yang hanya 3,44% (yoy). Sebaliknya, pertumbuhan aset bank swasta justru tercatat mengalami perlambatan, yaitu dari 14,04% (yoy) pada triwulan I-2016 menjadi 5,88% (yoy) pada triwulan II Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan Dana Pihak Ketiga tercatat melambat. Dana Pihak Ketiga (DPK) Provinsi Maluku hanya tumbuh 9,62% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 15,11% (yoy). Penurunan saving-to-income ratio sektor rumah tangga berdampak pada perlambatan penghimpunan DPK, terutama pada komponen tabungan. Walaupun tumbuh cukup tinggi, yaitu 21,33% (yoy), pertumbuhan tabungan tersebut masih lebih rendah dibanding triwulan I-2016 yang mencapai 24,23% (yoy). Realisasi belanja pemerintah juga turut mengurangi potensi pertumbuhan DPK, terutama melalui kontraksi komponen giro. Pertumbuhan deposito juga relatif terbatas, yaitu 4,13% (yoy) seiring dengan perlambatan penghimpunan deposito rumah tangga. Kredit Pertumbuhan kredit masih tercatat meningkat, terutama ditopang kredit konsumsi/rumah tangga. Penyaluran kredit untuk Maluku pada triwulan II-2016 mencapai Rp9,29 triliun atau tumbuh 8,87% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan I-2016 yang hanya sebesar 8,70% (yoy). Hal ini 64

85 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ditopang oleh penguatan komponen kredit rumah tangga, terutama kredit multiguna. Sementara itu, kredit produktif, baik untuk keperluan modal kerja maupun investasi, tercatat mengalami penurunan kinerja. LDR dan NPL Tingkat intermediasi bank umum di Maluku tercatat mengalami perbaikan. Sejalan dengan perlambatan penghimpunan DPK dan percepatan penyaluran kredit, Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum yang berlokasi di Maluku membaik, yaitu 65,62% pada triwulan II-2016, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 62,03%. Namun demikian, tingkat LDR tersebut masih lebih rendah dibanding tingkat optimal Bank Indonesia, yaitu 78 92%. Bahkan batas bawah tingkat LDR tersebut akan dinaikkan menjadi 80% pada Agustus Hal ini menunjukkan masih tingginya ruang pertumbuhan kredit yang dapat dioptimalkan oleh bank umum di Maluku. Risiko kredit di Maluku masih terjaga dan dalam tren membaik. Tingkat kredit bermasalah (nonperforming loan/npl) untuk bank umum di Maluku tercatat sebesar 1,60%, lebih rendah dibanding triwulan lalu yang sebesar 1,76%. Rendahnya tingkat NPL ini terkait dengan meningkatnya kualitas kredit, yang terpantau dari penurunan nominal kredit bermasalah. Selain itu, peningkatan pangsa kredit rumah tangga juga menurunkan risiko kredit bank umum, terutama kredit multiguna Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Tabel 15. Perkembangan Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Maluku Nominal (dalam Rp Miliar) Pertumbuhan (% yoy) Indikator I II III IV I II I II III IV I II Aset 1, , , , , , DPK (7.82) Tabungan Deposito (12.84) Kredit (Lokasi Proyek) , , , , , Modal Kerja (38.92) Investasi (62.46) , Konsumsi , , , , , Kredit (Lokasi Bank) , , , , , LDR % NPL (Gross) Sumber: Laporan Berkala BPR, diolah Pada triwulan II-2016, BPR di Maluku mengalami peningkatan kinerja. Tidak seperti bank umum, BPR di Maluku justru mengalami peningkatan DPK, terutama pada komponen deposito. Deposito BPR meningkat tajam, yaitu 65,08% (yoy), yang kemudian mendorong peningkatan DPK hingga 50,88% (yoy). Kredit BPR juga meningkat cukup tinggi, yaitu 14,67% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang hanya 12,04% (yoy). NPL pada triwulan II-2016 juga tercatat menurun, yaitu 0,44%, dibanding 0,47% pada triwulan sebelumnya. Namun demikian, ketergantungan BPR yang tinggi pada pasiva antar bank (62,98% dari dana terhimpun), berdampak pada tingginya tekanan likuiditas, yang tercermin dari tingkat LDR yang mencapai 259,78%. 65

86 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 4.4. Akses Keuangan Akses Keuangan Pada UMKM Kredit yang disalurkan pada UMKM di Maluku mengalami peningkatan, dengan kualitas yang membaik. Kredit yang disalurkan untuk UMKM di Maluku pada triwulan II-2016 mencapai Rp2,67 triliun atau tumbuh 11,49% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 11,11% (yoy). Meningkatnya kredit UMKM terutama didorong oleh kredit pertanian yang naik tajam sebesar 70,53% (yoy), sementara kredit UMKM konstruksi mengalami kontraksi, dan kredit perdagangan besar dan eceran mengalami perlambatan. Kredit untuk UMKM penyediaan akomodasi makan dan minum serta UMKM transportasi, pergudangan, dan komunikasi juga terpantau meningkat, masing-masing sebesar 15,37% (yoy) dan 47,92% (yoy) pada triwulan II Sementara itu, kualitas kredit juga masih terjaga dan terpantau membaik, dengan tingkat NPL UMKM yang hanya 3,57% pada triwulan II-2016, turun dibanding triwulan I-2016 yang mencapai 4,06%. Grafik 104. Perkembangan Kredit UMKM di Maluku Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Grafik 105. Perkembangan NPL Kredit UMKM di Maluku Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Akses Keuangan Pada Penduduk Akses keuangan Provinsi Maluku terpantau meningkat, namun ruang ekspansi keuangan masih luas. Rasio jumlah rekening dana pihak ketiga perseorangan bank umum terhadap jumlah penduduk pada triwulan II-2016 terpantau sebesar 56,87%, meningkat dibanding triwulan I-2016 yang hanya 55,70%. Rasio kredit perseorangan dibanding jumlah penduduk juga meningkat dari 7,11% pada triwulan I-2016 menjadi 7,27% pada triwulan II Tren peningkatan rasio secara jangka panjang mengindikasikan terus membaiknya akses keuangan di Provinsi Maluku, namun ruang ekspansi untuk kedua jenis layanan keuangan (simpanan dan pinjaman) masih cukup besar. 66

87 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Grafik 106. Rasio Rekening Dana Pihak Ketiga Perseorangan Bank Umum dibanding Jumlah Penduduk Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Grafik 107. Rasio Rekening Kredit Perseorangan Bank Umum dibanding Jumlah Penduduk Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Bank Indonesia terus mendorong sistem keuangan yang lebih inklusif melalui berbagai kegiatan. Pada triwulan II-2016, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku mengadakan roadshow keuangan inklusif ke tiga sekolah di 3 kabupaten yang berbeda, yaitu SMAN 1 Piru di Kab. Seram Bagian Barat, SMAN 1 Masohi di Kab. Maluku Tengah, dan SMAN 1 Namlea di Kab. Buru. Bank Indonesia juga terus bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Maluku untuk membantu merealisasikan kredit UMKM melalui program Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB). Pada triwulan II-2016, realisasi kredit KKMB Maluku mencapai Rp1,65 miliar, meningkat dibanding triwulan I-2016 yang hanya sebesar Rp1,46 miliar. Bank Indonesia juga membantu meningkatkan kapasitas produksi UMKM yang belum bankable melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). Pada triwulan II-2016, PSBI Bank Indonesia membantu gapoktan hortikultura di Desa Taeno Kota Ambon untuk membuka lahan seluas 25 Ha, dengan bantuan bibit, alat, & mesin pertanian. 67

88 .

89 BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH BAB V. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai dan Kegiatan Perkasan di Bank Indonesia Tabel 16. Rekapitulasi Kegiatan Perkasan KPw BI Prov. Maluku Kegiatan (Rp Miliar) I II III IV I II III IV I II Inflow Outflow (161.06) (595.06) (764.67) (1,340.19) (195.84) (586.59) (931.99) (1,408.45) (138.31) (916.24) Net Inflow (Outflow) (265.70) (242.95) (1,131.29) (300.66) (453.70) (1,267.29) (561.97) Penukaran Melalui Kas Keliling Remise (Pengiriman Uang) Inflow/Hari Outflow/Hari Setoran/Hari Penarikan/Hari Penukaran/Hari Sumber: Bank Indonesia, diolah Perkembangan sistem pembayaran tunai yang ditunjukan dari perputaran kas di Kantor Perwakilan Provinsi Maluku sampai dengan akhir triwulan II-2016 menunjukan net outflow sebesar Rp562 miliar. Hal ini menunjukan bahwa jumlah uang tunai yang keluar lebih banyak dibanding jumlah uang tunai yang masuk ke KPw BI Provinsi Maluku, sesuai dengan pola siklikal pada triwulan II. Grafik 108. Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. Maluku Grafik 109. Pertumbuhan Uang Kartal KPw BI Prov. Maluku Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Secara tahunan, arus uang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku tercatat mengalami kontraksi. Uang kartal yang disetor ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku meningkat 23,9% (yoy) pada triwulan II-2016, berlawanan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 0,16% (yoy). Di sisi lain, arus uang kartal keluar dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku tercatat tumbuh lebih tinggi, yaitu sebesar 56,2% (yoy), berlawanan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 29,4% (yoy). Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan II-2016, yang mendorong aktivitas perputaran uang di masyarakat. Selain 69

90 B AB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH itu, permintaan kredit yang mulai meningkat, meskipun masih belum kuat, juga berperan mendorong demand uang kartal Perkembangan Pemusnahan Uang Salah satu kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku adalah menjaga kualitas uang kartal yang beredar dalam kondisi layak edar, melalui kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Sesuai dengan kebijakan clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku memprioritaskan penerimaan UTLE dari perbankan. Pemusnahan UTLE yang dilakukan selama triwulan II-2016 mencapai Rp262 miliar atau sebanyak 74,07% dari jumlah inflow. Secara tahunan, pemusnahan UTLE pada triwulan II-2016 meningkat 124,13% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,51% (yoy). Grafik 110. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) Sumber: Bank Indonesia, (diolah) Kegiatan Kas Keliling Bank Indonesia dan Kegiatan Lainnya Kegiatan kas keliling pada triwulan II-2016 tercatat sebanyak 35 kali. Kegiatan kas keliling ini merupakan upaya Bank Indonesia untuk senantiasa menyediakan uang layak edar di masyarakat khususnya di pulau-pulau di luar Ambon, mengingat kondisi geografis Provinsi Maluku yang terdiri dari kepulauan dan di dominasi oleh wilayah perairan menjadi tantangan tersendiri bagi Bank Indonesia. Selain menerapkan clean money policy (kebijakan untuk menyediakan uang layak edar), kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan pecahan kecil tanpa harus datang ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia. Pada triwulan II-2016 ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku melakukan kas keliling di dalam Kota Ambon sebanyak 18 kali, dan di luar kota sebanyak 17 kali. Frekuensi kegiatan kas keliling pada triwulan II-2016 tersebut jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak 12 kali. Hal ini merupakan upaya Bank Indonesia untuk memenuhi peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat, khususnya pecahan kecil, selama periode Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Kegiatan yang dilakukan termasuk kas keliling bersama 4 bank umum di Kota Ambon pada tanggal 20 Juni hingga 1 Juli 2016 di Ambon Plaza, Maluku City Mall, Ambon City Center, dan Pasar Mardika, serta mengadakan kas keliling ke Namlea, Masohi, serta Piru dan sekitarnya. Kegiatan kas keliling selama triwulan II-2016 tersebut tercatat mampu melayani kebutuhan penukaran uang masyarakat hingga Rp17,2 miliar. 70

91 BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Grafik 111. Kegiatan Kas Keliling Triwulan II-2016 Selain kegiatan kas keliling, pada triwulan II-2016, telah dibuka program Kas Titipan (Cash Distribution Point) di Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara. Mencermati bahwa transaksi ekonomi di Kabupaten Maluku Tenggara dan sekitarnya membutuhkan tingkat perputaran uang layak edar yang lebih tinggi, serta sebagai bentuk penguatan jaringan peredaran uang, Bank Indonesia bekerjasama dengan BRI cabang Tual untuk membuka layanan kas titipan di Kabupaten Maluku Tenggara. Melalui program Kas Titipan, perbankan setempat tidak perlu lagi datang ke Pulau Ambon untuk mendapatkan pasokan uang layak edar, melakukan penyetoran uang, maupun menukarkan UTLE. Ketiga hal tersebut dapat dilakukan melalui program kas titipan di BRI Tual, yang secara rutin dijaga likuiditasnya oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku sebesar rata-rata Rp50 miliar. Ke depan, jaringan distribusi uang kartal Provinsi Maluku dan Provinsi Papua akan diperkuat dengan pembukaan 3 kas titipan baru. Pada semester II-2016, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku akan membuka layanan kas titipan di Fak-fak, Provinsi Papua Barat, untuk memperkuat peredaran uang kartal yang selama ini sulit dijangkau melalui perbankan di Kota/Kabupaten lainnya di Papua Barat. Selain itu, pada kurun waktu , akan dibuka layanan kas titipan di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Namlea, Kabupaten Buru. 5.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Non-Tunai Pada triwulan II-2016, pertumbuhan kliring di Provinsi Maluku tercatat kembali meningkat. Transaksi kliring di Provinsi Maluku pada triwulan II-2016 mencapai Rp2,30 triliun terdiri dari 49% kliring debet dan 50,3% kliring kredit. Transaksi tersebut berasal dari 36,6 ribu lembar warkat kliring yang terdiri dari 40,07% warkat debet dan 59,5% warkat kredit. Secara nominal perputaran kliring di Provinsi Maluku mengalami pertumbuhan sebesar 79,35% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 70,43% (yoy). Di sisi lain, secara volume, perputaran kliring pada triwulan II-2016 masih mengalami kontraksi 2,33% (yoy), 71

92 B AB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Persen (%) g-warkat kliring yoy g-nominal kliring yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 112. Perputaran Kliring di Provinsi Maluku Sumber: Bank Indonesia, (diolah) namun membaik dibanding triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif 8,24% (yoy). Pertumbuhan nominal kliring yang cukup tinggi ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya nominal kliring kredit yang cukup tajam pada triwulan II-2016, yaitu 299,64% atau hampir tiga kali lipat. 72

93 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB VI. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.1 Perkembangan Kesejahteraan Daerah Berdasarkan data per Maret 2016, jumlah penduduk miskin Provinsi Maluku menurun 0,21% (yoy) dibandingkan dengan Maret Pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin mencapai orang dan menurun menjadi orang pada Maret Pada periode tersebut, jumlah penduduk miskin perkotaan meningkat 0,60% (yoy) menjadi orang, sementara jumlah penduduk miskin pedesaan menurun 0,36% (yoy) menjadi orang dibandingkan dengan Maret Diperkirakan tingkat kemiskinan pada September 2016 akan meningkat dibandingkan dengan September 2015 seiring dengan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi yang belum solid, baik keyakinan terhadap penghasilan maupun ketersediaan lapangan kerja. Namun demikian, laju inflasi pada 2016 yang lebih rendah diperkirakan mampu menekan kenaikan garis kemiskinan. Grafik 113. Tingkat Kemiskinan Provinsi Maluku Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Grafik 114. Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Grafik 115. Indeks Harga Konsumen dan Garis Kemiskinan Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Terbatasnya peningkatan garis kemiskinan merupakan salah satu faktor pendorong menurunnya tingkat kemiskinan pada Maret 2016 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Garis kemiskinan pada Maret 73

94 B AB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 2016 hanya meningkat 3,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan garis kemiskinan Maret 2015 yang meningkat hingga 13,46% (yoy). Garis kemiskinan pada Maret 2016 adalah Rp Terbatasnya peningkatan garis kemiskinan Provinsi Maluku tersebut dipengaruhi oleh rendahnya laju inflasi triwulan I-2016 (Maret) yang hanya mencapai 2,22% (yoy). Laju inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan laju inflasi triwulan I-2015 yang mencapai 9,07% (yoy). Pada triwulan I-2016, Volatile Food (VF) Provinsi Maluku bahkan mengalami deflasi sehingga menekan laju garis kemiskinan, khususnya garis kemiskinan makanan. Penurunan tingkat kemiskinan juga tercermin pada tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat. Menurut Survei Konsumen Bank Indonesia, tingkat konsumsi masyarakat pada triwulan I-2016 terpantau meningkat di tengah perbaikan tingkat keyakinan konsumen yang belum solid. Meningkatnya konsumsi masyarakat tersebut turut dipengaruhi oleh tingkat inflasi tahun 2016 yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingginya inflasi pada triwulan I-2015 tidak terlepas dari pengaruh kebijakan moratorium kapal tangkap ikan asing dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang berdampak pada terbatasnya pasokan ikan segar sehingga menyebabkan kenaikan harga ikan yang tinggi saat itu. Komoditas ikan termasuk salah satu komoditas dengan bobot konsumsi yang cukup tinggi di Provinsi Maluku. Grafik 116. Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi Maluku Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Grafik 117. Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Maluku Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Pada Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Maluku meningkat 3,13% (yoy) menjadi 3,63, lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2015 yang menurun hingga 7,37% (yoy). Peningkatan tersebut disumbang oleh Indeks Kedalaman Kemiskinan Perkotaan yang meningkat 8,09% (yoy) menjadi 1,47 dibandingkan dengan Maret Hal ini mengindikasikan semakin jauhnya rata-rata pengeluaran penduduk miskin dari Garis Kemiskinan, khususnya penduduk miskin di perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan Perkotaan pada September 2016 diperkirakan masih meningkat dibandingkan dengan September 2015 seiring dengan lambatnya pertumbuhan lapangan kerja di perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan Perkotaan terpantau dalam tren meningkat sejak September Selain itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Maluku juga meningkat 7,61% (yoy) menjadi 0,99, lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2015 yang mengalami penurunan hingga 17,12% (yoy). Hal tersebut juga banyak dipengaruhi oleh Indeks Keparahan Kemiskinan Kota yang meningkat 12,12% (yoy) menjadi 0,37, lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2015 yang mengalami penurunan hingga 36,54% (yoy). Hal ini mengindikasikan semakin tingginya ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin, khususnya di perkotaan. Indeks Keparahan Kemiskinan Perkotaan pada September 2016 diperkirakan meningkat dibandingkan dengan September 2015 seiring dengan lambatnya pertumbuhan lapangan kerja di perkotaan di perkotaan. 74

95 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 118. Indeks Gini Ratio Sumber : BPS Pusat; diolah Index Gini Ratio Provinsi Maluku memiliki index lebih rendah dari nasional. Index Provinsi Maluku adalah 0,34 dan nasional berada pada 0,40. Artinya pendapatan dari masyarakat Provinsi Maluku lebih merata. Index Gini Ratio Provinsi Maluku 2015 menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat lebih merata dibandingkan tahun sebelumnya dengan index gini ratio tercatat 0,35. Grafik 119. Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Grafik 120. Nilai Tukar Petani Per Sub-sektor Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Dilihat dari sisi pendapatan, Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi Maluku triwulan II-2016 tumbuh 2,80% (yoy) menjadi 103,01, meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2015 yang menurun sebesar 0,19% (yoy). Pertumbuhan tersebut merupakan dampak dari melambatnya pertumbuhan Indeks Bayar (Ib). Indeks Terima tumbuh 5,59% (yoy) menjadi 127,27, sementara Indeks Bayar meningkat 2,73% (yoy) menjadi 123,56, melambat dibandingkan triwulan II-2015 yang tumbuh hingga 6,59% (yoy). Melambatnya Indeks Bayar didorong oleh turunnya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal, bukan dari turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga. Apabila dilihat dari sub-sektornya, NTP Perkebunan memiliki pertumbuhan tertinggi yang mencapai 5,32% (yoy), namun demikian Sektor Perkebunan merupakan satu-satunya sektor yang memiliki NTP di bawah 100, yang berarti masyarakat yang bekerja di sektor tersebut masih belum sejahtera. Sedangkan NTP Perikanan mengalami kontraksi 2,13% (yoy) yang didorong oleh terkontraksinya Indeks Terima sebagai dampak dari harga komoditas ikan tangkap yang mengalami deflasi. 75

96 B AB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan Jumlah pengangguran Provinsi Maluku per Februari 2016 meningkat 7,05% (yoy) menjadi orang. Peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan pengangguran pada Februari 2015 yang terkontraksi 0,43% (yoy). Pertumbuhan angkatan kerja per Februari 2016 mencapai 3,13% (yoy) tidak diimbangi dengan pertumbuhan ketersediaan lapangan kerja mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran. Hal tersebut merupakan imbas dari melemahnya kinerja korporasi di Provinsi Maluku sejak tahun Provinsi Maluku terkena dampak dari pemberlakuan kebijakan moratorium dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada November Dampak dari peraturan tersebut adalah banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan yang bekerja di perusahaan perikanan. Grafik 121. Tingkat Pengangguran Provinsi Maluku Sumber : BPS Pusat; diolah Tingka Pengangguran Provinsi Maluku Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 6.91% 9.91% 6.59% 10.51% 6.72% 9.93% 6.98% Angkatan Kerja (Orang) 723, , , , , , ,337 Pengangguran (Orang) 49,969 66,292 48,003 70,653 47,795 72,196 51,164 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Maluku pada Februari 2016 tercatat sebesar 6,98%, atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan TPT nasional yang tercatat menurun pada 5,50%. TPT tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan TPT Februari 2015 yang tercatat sebesar 6,72%. Meningkatnya TPT Februari 2016 dikarenakan jumlah pengangguran yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja. Angkatan Kerja Februari 2016 tercatat tumbuh sebesar 3,13% (yoy) menjadi orang, sedangkan pertumbuhan pengangguran tercatat sebesar 7,05% (yoy) menjadi orang. Berdasarkan sub-sektor, penyerapan tenaga kerja tertinggi pada Februari 2016 berada pada Sektor Pertanian dan Perikanan dengan pangsa sebesar 36% atau menyerap orang, diikuti oleh Sektor Jasa Kemasyarakatan dengan pangsa sebesar 23% atau menyerap orang, dan Sektor Perdagangan dengan pangsa sebesar 17% atau menyerap orang. Meski masih merupakan pangsa yang tertinggi, pangsa Sektor Pertanian dan Perikanan menurun cukup tajam dari posisi Agustus 2016 yang mencapai 47%. 76

97 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 122. Tenaga kerja Berdasarkan Sektor Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Grafik 123. Ketenagakerjaan dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Pada Februari 2016, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di Sektor Industri merupakan yang terbesar yaitu 82,60% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut selaras dengan tumbuhnya PDRB di Kategori Industri Pengolahan yang tercatat sebesar 8,55% (yoy) pada triwulan I Laju pertumbuhan kategori tersebut merupakan yang tertinggi kedua setelah Kategori Administrasi Pemerintahan. Sedangkan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di Sektor Pertanian dan Perikanan terpantau mengalami kontraksi paling dalam yaitu sebesar 9,50% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan PDRB di Sektor tersebut yang relatif rendah yaitu 1,24% (yoy) pada triwulan I Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku, Realisasi Kegiatan Dunia Usaha triwulan II-2016 meningkat. Persentase Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi kegiatan dunia usaha terpantau 12,03%, meningkat dibandingkan triwulan I-2016 yang tercatat 0,75%. Hal tersebut berdampak pada kenaikan realisasi penyerapan tenaga kerja. SBT Realisasi Tenaga Kerja triwulan II-2016 tercatat 5,68%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat menurun sebesar 0,53%. Pada triwulan III-2016, Penyerapan Tenaga Kerja diperkirakan cukup stabil seiring dengan ekspektasi membaiknya Realisasi Kegiatan Dunia Usaha dengan SBT mencapai 36,80%. Seiring dengan hal tersebut, persentase SBT Realisasi Tenaga Kerja diperkirakan sebesar 5,60%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja diperkirakan belum signifikan mengingat perbaikan harga komoditas dunia dan perbaikan ekonomi negaranegara tujuan ekspor yang belum solid. Selain itu, perbaikan ekonomi Provinsi Maluku paska kebijakan moratorium kapal tangkap ikan asing dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) masih belum stabil. Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat Provinsi Maluku yang terpantau dalam Survei Konsumen dimana Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja berada di bawah treshold optimis (100). 77

98 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH BAB VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 7.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan IV-2016 diperkirakan tumbuh melambat dalam rentang 5,9% - 6,3% (yoy). Melambatnya perekonomian didorong oleh masih belum solidnya tingkat keyakinan masyarakat yang menahan daya beli dan terbatasnya pertumbuhan anggaran belanja pemerintah. Dari sisi permintaan, prakiraan melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2016 antara lain disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan kinerja Konsumsi Rumah Tangga (RT). Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, keyakinan konsumen hingga triwulan II-2016 terpantau membaik meskipun masih berada di bawah treshold optimis (index=100). Ke depan, perbaikan keyakinan konsumen diperkirakan masih belum solid seiring dengan masih pesimisnya keyakinan masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja. Meskipun realisasi kegiatan usaha swasta diperkirakan membaik, namun masih menghadapi banyak tantangan seperti harga komoditas yang masih rendah dan perekonomian global yang belum stabil yang berdampak pada masih lesunya permintaan global. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) memproyeksikan belum tumbuhnya volume perdagangan ikan global secara umum, bahkan dari sisi nominal perdagangan ikan global diperkirakan mengalami kontraksi pada Oleh karena itu, kinerja ekspor luar negeri pada triwulan IV-2016 diperkirakan akan terkontraksi lebih dalam. Selain itu, kinerja impor juga diperkirakan masih terkontraksi seiring dengan masih terbatasnya impor barang modal dari perusahaan swasta. Grafik 124. Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 125. Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Melambatnya kinerja konsumsi pemerintah turut menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya pertumbuhan anggaran belanja pemerintah khususnya 78

99 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH belanja operasional. Anggaran belanja operasional pada APBD-P tahun 2016 adalah sebesar Rp1,88 triliun, terkontraksi 0,35% (yoy) dibandingkan anggaran tahun Sedangkan anggaran belanja operasional APBN-P sebesar Rp5,07 triliun, hanya tumbuh 0,25% (yoy) dibandingkan anggaran tahun Dari sisi penawaran, prakiraan melambatnya perekonomian Provinsi Maluku terutama bersumber dari Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, dan Kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib. Melambatnya Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan didorong oleh produksi tangkap ikan yang diperkirakan menurun seiring adanya fenomena cuaca La- Nina. Selain itu, harga komoditas internasional ikan seperti cakalang masih dalam tren melemah. Kinerja pada Sub-kategori Perkebunan juga diperkirakan mengalami kontraksi seiring dengan harga komoditas internasional seperti karet yang masih dalam tren melemah. Sedangkan Kategori Administrasi Pemerintahan yang diperkirakan sedikit melambat turut mendorong perlambatan ekonomi. Diperkirakan realisasi belanja operasional pemerintah pada triwulan IV-2016 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2016 baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Pada triwulan III-2016, terdapat pembayaran gaji ke-14 kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan beberapa event pemerintahan seperti pelantikan penjabat Walikota Ambon. Sementara itu pada triwulan IV-2016 terdapat risiko pemotongan anggaran pemerintah seiring rendahnya realisasi pendapatan pajak secara nasional. Sementara itu, Kategori Perdagangan Besar dan Eceran diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan IV Hal tersebut didorong oleh meningkatnya frekuensi penyelenggaraan event baik domestik maupun internasional seperti Table Talk Exercise (TTX) dimana Provinsi Maluku menjadi tuan rumah pertemuan antisipasi tsunami internasional. Di samping itu, terdapat potensi peningkatan belanja dalam rangka persiapan Pilkada serentak pada Februari 2017 di lima kota/ kabupaten. Namun demikian, perbaikan keyakinan konsumen yang belum solid menjadi risiko yang membatasi pertumbuhan kategori ini. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada keseluruhan tahun 2016 diperkirakan dalam rentang 6,1% - 6,5% (yoy), meningkat dibandingkan 2015 yang tercatat sebesar 5,44% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) yang meningkat seiring dengan membaiknya kondisi kegiatan usaha dibandingkan tahun 2015 yang masih terkena dampak Moratorium Kapal Tangkap Ikan Asing dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Dari pihak pemerintah, terdapat tambahan alokasi Dana Desa yang mendorong PMTDB. Anggaran Dana Desa tahun 2016 mencapai Rp754,5 miliar atau tumbuh hingga 126% dibandingkan tahun Pertumbuhan ekonomi tahun 2016 dibatasi oleh melambatnya Konsumsi Rumah Tangga (RT) maupun Konsumsi Pemerintahan. Konsumsi Rumah Tangga (RT) diperkirakan tumbuh sedikit melambat karena perbaikan keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi belum solid sehingga membatasi permintaan masyarakat. Ketersediaan lapangan kerja masih menjadi faktor yang membatasi keyakinan masyarakat. Pertumbuhan lapangan kerja diperkirakan masih terbatas meskipun kondisi kegiatan usaha swasta diperkirakan membaik. Hal tersebut disebabkan banyaknya risiko yang masih dihadapi oleh dunia usaha, seperti harga komoditas yang masih rendah dan pasar global yang masih lesu karena perbaikan perekonomian global yang cenderung lambat. 79

100 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Konsumsi Pemerintah yang diharapkan dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada 2016 baik di Provinsi Maluku maupun secara Nasional, diperkirakan tidak dapat berjalan sesuai rencana. Terdapat risiko pemotongan anggaran sebagai bentuk penyesuaian dari tidak tercapainya target pendapatan negara dari realisasi pajak. 7.2 Inflasi Laju inflasi pada 2016 diperkirakan berada pada rentang 3,4-3,8% (yoy), atau jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 6,15% (yoy). Meredanya laju inflasi 2016 didukung oleh terkendalinya laju inflasi dari komponen Volatile Food (VF), terutama inflasi ikan segar dan beras. Laju inflasi beras diperkirakan cukup terkendali didukung oleh curah hujan menengah yang kondusif dan hasil upaya Bulog Divre Maluku berkoordinasi dengan pemerintah Provinsi Maluku dalam menjaga stok beras hingga akhir tahun. Selain itu, laju inflasi ikan segar yang secara historis meningkat pada awal tahun, mereda pada 2016 seiring dengan adanya fenomena el-nino yang mendukung proses tangkap ikan di laut, khususnya dari jenis pelagis kecil. Dalam perkembangannya, komoditas ikan segar hingga akhir semester terpantau mengalami deflasi. Hingga akhir tahun, laju inflasi ikan segar diperkirakan cukup terkendali namun menghadapi risiko fenomena cuaca La-Nina yang diperkirakan terjadi pada triwulan IV-2016 oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). La-Nina akan berdampak pada penurunan pasokan ikan segar karena curah hujan yang akan meningkat. La-Nina juga akan berdampak pada penurunan pasokan bumbu-bumbuan dari sentra produksi di Jawa dan sayursayuran baik dari lokal maupun impor antar daerah. Oleh karena itu, laju inflasi pada semester II-2016 terus meningkat hingga akhir tahun. Agustus September Oktober Sumber : BMKG Grafik 126. Perkiraan Curah Hujan pada Triwulan I

101 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Selanjutnya, meredanya inflasi pada 2016 didukung oleh meredanya tekanan dari komponen Administered Price (AP) seiring dengan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pada Januari 2016, harga Premium turun dari Rp6.950 menjadi Rp.6.450, sedangkan harga Solar turun dari Rp5.650 menjadi Rp Pada Maret 2016, harga Pertalite turun dari Rp7.700 menjadi 7.500, sedangkan Pertamax turun dari Rp menjadi Rp Tekanan inflasi dari bahan bakar diperkirakan masih rendah hingga akhir tahun seiring dengan masih rendahnya harga minyak dunia. Namun demikian, kenaikan bea cukai berupa kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) rokok yang menjadi 8,7% yang berlaku sejak 1 Januari 2016 menjadi pendorong inflasi pada komponen AP. Selain itu, terdapat risiko peningkatan tekanan inflasi seiring adanya rencana kenaikan bea cukai rokok hingga 10% pada September atau Oktober Selain itu terdapat risiko kenaikan tarif listrik pada akhir tahun 2016 yang dapat mendorong tekanan inflasi lebih tinggi setelah sebelumnya terjadi kenaikan tarif listrik sebesar 23% untuk listrik non-subsidi pada Juni Grafik 127. Pergerakan harga minyak dunia Sumber: Bloomberg Grafik 128. Pergerakan harga emas dunia Sumber: Bloomberg Grafik 129. Ekspektasi Harga Jual Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha-Bank Indonesia Grafik 130. Indeks ekspektasi harga konsumen Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Dari komponen inflasi inti, tekanan inflasi tahun 2016 cenderung lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh masih rendahnya tingkat keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi sehingga membatasi kenaikan konsumsi masyarakat. Dalam Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, terlihat bahwa masyarakat masih pesimis terhadap kondisi ekonomi saat ini akibat terbatasnya ketersediaan lapangan kerja di saat jumlah angkatan kerja meningkat. Masih lemahnya keyakinan konsumen tercermin pada lemahnya konsumsi barang tahan lama dimana harga bahan bangunan terpantau turun. Rendahnya pertumbuhan 81

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku KATA PENGANTAR DAFTAR ISI iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK xiv xvi DAFTAR SUPLEMEN BOKS 1. EKSPEDISI KAS KELILING PULAU TERLUAR...66 TABEL

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Triw ulan I 2016 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Jelajahi Seram, Pantai Sawai

Jelajahi Seram, Pantai Sawai Jelajahi Seram, Pantai Sawai DAFTAR ISI... III DAFTAR TABEL...V DAFTAR GRAFIK... VII DAFTAR SUPLEMEN... XII RINGKASAN UMUM... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Triwulan I 215 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Triwulan IV 214 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang NTT (38) 832-364 / 827-916 ; fax : [38] 822-13 www.bi.go.id Daftar Isi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 218 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Menyongsong Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Berkualitas Februari 2017 Untuk

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 76/11/19/Th.IX, November 01 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 01 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III-01 TUMBUH,96 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-01

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 45/08/34/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,57 PERSEN LEBIH

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA 45/08/94/Th.X, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat. NOVEMBER Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat. NOVEMBER Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat NOVEMBER - 217 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulbar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo MHA Ridhwan : Kepala Perwakilan / Direktur : Kepala Divisi

Lebih terperinci