KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo MHA Ridhwan : Kepala Perwakilan / Direktur : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur Gunawan Lukman Hakim Zulham Effendi Rivo Mandey Yosua Nadapdap Hendro Sirait Gustina Sirait : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur : Kepala Tim Pengembangan Ekonomi / Asisten Direktur : Analis / Manajer : Analis / Asisten Manajer : Analis / Asisten Manajer : Analis / Asisten Manajer : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado T: / F: Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: Utara/ atau Silahkan mengirimkan ke: rivo_m@bi.go.id dengan subyek Publikasi KEKR Sulawesi Utara serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan i

2 Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia VISI Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil MISI 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. NILAI-NILAI STRATEGIS Trust and Integrity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara VISI Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kontributif terhadap perekonomian Sulawesi Utara yang maju dan penting bagi Indonesia, dengan semangat kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas. MISI 1. Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi kebijakan. 2. Memberikan informasi mengenai perekonomian daerah dan respon kebijakan Bank Indonesia. 3. Menjalankan fungsi advisory dengan baik. ii

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Periode Februari 2018 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait. Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, untuk itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih. Manado, Februari 2018 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA ttd Soekowardojo Direktur iii

4 Daftar Isi Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia... ii Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara... ii Kata Pengantar... iii Daftar Grafik... vi Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... ix Indikator Ekonomi dan Perbankan... x Ringkasan Eksekutif... 1 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro PDRB Jenis Pengeluaran Konsumsi Investasi (PMTB) Ekspor-Impor PDRB Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Konstruksi Transportasi Boks I. Perkembangan Infrastruktur Kelistrikan dan Telekomunikasi Bab II. Keuangan Pemerintah APBD Provinsi Sulawesi Utara Pendapatan APBD Provinsi Sulut Belanja APBD Provinsi Sulut Alokasi APBN di Sulawesi Utara APBD Provinsi Sulawesi Utara Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah Evaluasi Realisasi Inflasi Tw IV Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Bulanan (mtm) Arah Perkembangan Inflasi Tw I Program Pengendalian Inflasi dan Tantangan yang Dihadapi Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Gambaran Umum Perbankan iv

5 4.1.1 Kondisi Umum Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) Akses Keuangan dan UMKM Perkembangan Pembiayaan UMKM Upaya Peningkatan Akses Keuangan dan Pengembangan UMKM Ketahanan Korporasi Ketahanan Rumah Tangga Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran Non Tunai Pengelolaan Uang Tunai Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan Kesejahteraan Boks 2. Pentingnya Pengembangan Sumber Daya Manusia Sulawesi Utara Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Daftar Istilah dan Singkatan v

6 Daftar Grafik Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulut... 3 Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan IV Grafik 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Tahun Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi... 4 Grafik 1.5. Simpanan Pemerintah Daerah pada Perbankan di Sulut Tahun Grafik 1.6. Produksi Beras... 5 Grafik 1.7. Indeks Penjualan Riil... 5 Grafik 1.8. Upah Minimum Provinsi... 6 Grafik 1.9. Pertumbuhan Komponen Investasi (PMTB) dalam PDRB... 6 Grafik Pengadaan Semen... 7 Grafik Harga CNO Internasional... 8 Grafik Jumlah Wisman... 8 Grafik Volume Ekspor Tahunan... 9 Grafik Jumlah Wisman Tahunan... 9 Grafik Produksi Beras Grafik Pertumbuhan Penjualan Mobil Grafik Pertumbuhan Penjualan Eceran Grafik Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di Bandara Sam Ratulangi Grafik 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut Grafik 2.2. Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut Grafik 2.3. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut Grafik 2.4. Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut Grafik 3.1. Inflasi Tahunan dan Andil Disagregasi Grafik 3.2. Inflasi Bulanan Grafik 3.3. Inflasi dan Andil Oktober 2017 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.4. Inflasi dan Andil November 2017 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.5. Inflasi dan Andil Desember 2017 Berdasarkan Disagregasi Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulut Grafik 4.2. Perkembangan Kredit Perbankan Umum di Sulut Grafik 4.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Sulut Grafik 4.4. Perkembangan Jenis DPK Perbankan Umum di Sulut Grafik 4.5. Komposisi DPK Perbankan Umum di Sulut Grafik 4.6. Perkembangan Giro Perbankan Umum di Sulut Grafik 4.7. Perkembangan Tabungan Perbankan Umum di Sulut vi

7 Grafik 4.8. Perkembangan Deposito Perbankan Umum di Sulut Grafik 4.9. Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut Grafik Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulut Grafik Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulut Grafik Perkembangan KK Perbankan Umum di Sulut Grafik Komposisi Undisbursed Loan Perbankan Umum di Sulut Grafik Perkembangan LDR se-kawasan Indonesia Timur Grafik Perkembangan LDR secara Spasial Sulut Grafik NPL Bank Umum Per Kelompok di Sulut Grafik NPL Bank Umum Per Jenis Penggunaan di Sulut Grafik NPL Bank Umum Per Kab/Kota di Sulut Grafik Perkembangan NPL Bank Umum di Kawasan Indonesia Timur Grafik Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum di Sulut Grafik Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulut Grafik Komposisi Ekspor Sulut Grafik Perkembangan Harga Minyak dan Ekspor Minyak Nabati Sulut Grafik Likert Scale Kegiatan Usaha Grafik Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sulut Grafik Persepsi Rumah Tangga Sulut terhadap Ekonomi saat ini Grafik Persepsi Rumah Tangga Sulut terhadap Harga 6 bulan kedepan Grafik Komposisi DPK Perseorangan di Sulut Grafik Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan Grafik Komposisi Kredit Konsumsi Grafik Pertumbuhan Kredit Konsumsi Menurut Jenis Penggunaan Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi SKNBI Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Rp triliun) Grafik 5.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu (Lembar) Grafik 5.4. Persentasi Temuan Uang Palsu Terhadap Outflow Uang Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Agustus (%) Grafik 6.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka se-kawasan Indonesia Timur Grafik 6.3. Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Sulawesi Grafik 6.4. Perkembangan NTP Sulut Grafik 6.5. NTP Sulut per Subsektor Tw II Grafik 6.6. Perkembangan NTP di Pulau Sulawesi pada Triwulan III vii

8 Daftar Tabel Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran... 4 Tabel 1.2. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran... 4 Tabel 1.3. Pangsa Jenis Penggunaan... 4 Tabel 1.4. Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi Sulut... 5 Tabel 1.5. Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut... 7 Tabel 1.6. Kinerja Ekspor Impor Tw IV Tabel 1.7. Kinerja Ekspor Impor Tahun Tabel 1.8. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha... 9 Tabel 1.9. Pangsa Lapangan Usaha Tabel Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Lapangan Usaha Tabel Proyek Strategis dan Alokasi Dana APBN di Sulut Posisi Desember Tabel 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut Tabel 2.2. Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut Tabel 2.3. Perkembangan Anggaran Belanja APBD Prov Sulut Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBD Prov Sulut Tabel 2.5. Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut Tabel 2.6. Realisasi Belanja APBN di Sulut Tahun Tabel 2.7. Proyek Strategis dan Alokasi Dana di Sulut Tabel 2.8. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut Tabel 2.9. Perkembangan Anggaran Belanja APBD Sulut Tabel Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut Tabel 3.1. Inflasi Januari Tabel 6.1. Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa) Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang) Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (ribu orang) Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (ribu orang) Tabel 6.5. Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%) Tabel 6.6. Indikator Keadaan Kesejahteraan viii

9 Daftar Gambar Gambar Boks 1.1. Rasio Elektrifikasi dan Progress EBT di Sulut Gambar Boks 1.2. Infrastruktur dan Tingkat Penggunaan Telekomunikasi di Sulut Gambar Boks 2.1. Gambaran Umum Ketenagakerjaan Sulawesi Utara ix

10 Indikator Ekonomi dan Perbankan INDIKATOR I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL A PDB Nasional (yoy) 4,71 4,67 4,73 5,04 4,79 4,92 5,18 5,02 4,94 5,02 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07 B Inflasi Nasional (yoy) 6,38 7,26 6,83 3,35 3,35 4,45 3,45 3,07 3,02 3,02 3,61 4,37 3,72 3,61 3,61 II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0,40) 2,14 2,23 5,56 5,56 (1,02) (0,71) (0,93) 0,35 0,35 2,51 2,49 2,09 3,09 2,44 2. Laju Inflasi (yoy) % 7,99 8,73 9,34 5,56 5,56 4,91 3,67 2,28 0,35 0,35 3,93 3,59 3,42 4,42 2,44 3. Laju Inflasi (mtm) % 0,50 0,49 0,62 1,74 1,74 (0,03) 1,06 (0,68) (1,52) (1,52) 0,23 1,15 (1,04) (0,04) 0,51 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0,59 1,21 2,37 5,93 5,93 (2,51) 3,62 (3,56) 1,69 1,69 0,62 2,29 (4,08) 0,81 0,81 5. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0,07 0,07 0,67 0,79 0,79 0,11 0,47 0,09 0,46 0,46 (0,19) 0,23 0,39 0,11 0,11 6. Inflasi Perumahan (mtm) % 0,44 0,05 0,08 0,40 0,40 (0,18) 0,42 0,17 0,96 0,96 0,36 0,75 0,02 0,55 0,55 7. Inflasi Sandang (mtm) % (0,12) 0,36 0,07 0,38 0,38 0,14 0,32 0,03 0,52 0,52 0,20 0,39 0,13 0,44 0,44 8. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0,27 0,17 0,13 0,30 0,30-0,41 0,26 0,21 0,21 0,92 1,31 0, Inflasi Pendidikan (mtm) % 0,31 0,27-0,35 0,35 0,05 0,03 0,05 0,14 0,14 0,06 0,17-0,09 0, Inflasi Transportasi (mtm) % 1,28 0,94 (0,28) 0,29 0,29 (1,50) (0,18) 0,57 1,91 1,91 (0,29) 1,70 (0,86) 0,75 0,75 B PDRB Penggunaan 6,40 6,27 6,31 5,57 6,12 5,96 6,14 6,01 6,49 6,17 6,43 5,80 6,49 6,53 6,32 - Konsumsi Rumah Tangga 6,26 6,06 6,72 6,69 6,44 6,82 6,93 5,84 5,52 6,27 4,28 5,03 4,47 4,31 4,52 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11,86) (1,55) 5,65 9,75 0,25 5,57 5,45 5,60 2,67 4,76 6,24 7,41 5,18 3,91 5,63 - Konsumsi Pemerintah 7,19 7,80 10,96 13,00 9,94 8,94 11,37 (1,50) (6,55) 2,32 2,72 (0,30) 9,98 10,00 5,81 - Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,56 6,61 12,86 12,37 9,08 9,96 9,86 6,34 1,62 6,29 4,61 6,20 9,33 8,49 7,18 - Perubahan Persediaan (72,36) (77,23) (62,90) 22,94 (63,28) (136,10) (35,44) (34,43) (34,79) (55,37) (266,04) (24,08) (35,98) (42,40) 2,91 - Ekspor Luar Negeri (3,15) (13,86) (9,52) (21,34) (11,70) (20,07) (12,86) (2,80) 53,37 0,14 16,83 (3,86) 7,91 (13,87) 1,61 - Impor Luar Negeri 1,64 (25,08) 3,54 16,45 (0,88) 16,01 126,75 18,79 (14,15) 28,53 (32,19) (16,91) 98,81 4,21 3,09 - Net Ekspor Antardaerah (8,21) (9,23) 8,49 7,27 (1,38) (9,44) (16,26) (11,50) 12,41 (7,48) 11,85 (4,17) (6,15) (12,70) (1,75) C PDRB Sektoral 6,40 6,27 6,31 5,57 6,12 5,96 6,14 6,01 6,49 6,17 6,43 5,80 6,49 6,53 6,32 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,27 4,43 2,83 0,66 2,95 0,90 2,11 4,08 5,72 3,67 5,38 4,66 4,21 4,08 4,42 Pertambangan dan Penggalian 12,40 8,35 7,48 5,30 8,17 3,56 0,81 0,81 3,85 4,42 9,45 9,81 10,71 5,20 9,07 Industri Pengolahan 4,57 3,67 0,83 1,80 2,65 2,68 (1,23) 1,82 1,45 1,11 6,53 7,17 8,11 9,37 8,00 Pengadaan Listrik dan Gas 31,93 4,35 2,99 (5,05) 6,76 8,10 30,18 27,07 2,43 17,52 2,22 1,07 5,11 10,19 4,79 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8,15 8,29 (0,87) (4,90) 2,42 0,17 1,44 6,31 4,47 3,07 1,82 0,88 (1,41) 2,00 0,81 Konstruksi 7,12 7,53 11,25 11,48 9,49 9,88 9,86 6,23 5,76 6,89 5,45 6,35 8,94 8,59 7,46 Perdagangan Besar dan Eceran 6,09 5,49 5,44 6,65 5,93 6,53 7,91 7,23 4,76 6,05 5,41 4,73 5,64 5,45 5,68 Transportasi dan Pergudangan 8,78 7,99 7,06 5,47 7,25 7,83 8,47 9,94 10,14 9,24 7,61 6,04 4,45 5,41 5,64 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,62 7,50 9,10 11,35 8,52 11,56 8,49 17,80 13,69 12,69 5,94 12,31 2,59 5,70 6,51 Informasi dan Komunikasi 8,20 9,23 8,75 9,52 8,95 8,24 8,94 9,86 9,03 9,20 9,40 9,35 4,32 6,17 6,71 Jasa Keuangan dan Asuransi 6,79 2,58 10,26 (3,32) 3,91 12,41 21,09 14,82 28,36 19,16 7,67 7,62 6,83 4,27 6,68 Real Estate 7,56 7,14 7,21 7,76 7,42 7,00 6,90 7,31 7,03 7,08 8,87 7,09 7,00 7,13 7,36 Jasa Perusahaan 8,14 8,26 8,40 6,29 7,73 6,36 6,36 6,86 9,16 6,87 8,34 7,54 9,68 10,40 9,05 Adm.i Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 8,37 9,24 8,74 9,47 8,99 8,07 8,76 1,47 2,03 4,72 3,89 (1,92) 9,71 9,28 5,44 Jasa Pendidikan 2,62 5,81 9,69 9,98 7,08 7,98 7,48 1,34 7,87 6,21 5,80 3,78 7,05 8,32 5,77 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,46 9,35 9,16 8,36 7,88 7,10 6,82 9,89 8,80 8,02 8,71 8,37 6,49 7,11 7,49 Jasa lainnya 6,17 7,42 8,77 7,75 7,56 7,34 7,87 9,94 9,23 8,64 9,12 7,25 7,33 10,97 8,40 II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL Policy Rate (%)* 7,50 7,50 7,50 7,50 7,50 6,75 6,50 4,75 4,75 4,75 4,75 4,75 4,25 4,25 4,25 Kurs (Rp/USD - posisi akhir) III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL 1. Ekspor (ribu USD) Impor (ribu USD) IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL A. Jumlah Bank Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta (non Syariah) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) Bank Umum Konvensional Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Syariah C. Total Asset (Rp miliar) Bank Umum (non syariah) BPR Bank Syariah Keterangan : * Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate sejak 19 Agustus 2016 ** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik x

11 Indikator Ekonomi dan Perbankan INDIKATOR IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL D. Indikator Kinerja Bank Umum 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) Giro Deposito Tabungan Kredit (Rp miliar) Berdasarkan Jenis Penggunaan - Modal Kerja Investasi Konsumsi Berdasarkan Sektor Ekonomi Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar & Eceran Transportasi & Pergudangan Penyediaan Akomodasi & Makan Minum Informasi & Komunikasi Jasa Keuangan & Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Adm.i Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial Jasa Lainnya Lain-lain Kredit untuk Debitur UMKM Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128,12 131,00 132,73 135,73 135,73 137,57 140,50 145,20 148,20 148,20 148,88 146,33 147,20 145,93 145, Non Performing Loan (NPL) - Nominal (Rp miliar) Rasio (%) 3,39 3,45 3,32 3,33 3,33 3,62 3,72 3,85 3,40 3,40 3,82 3,97 3,69 3,29 3,29 V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL 1. Kas (Rp miliar) - Inflow Outflow Kliring - Volume Kliring (Lembar) Nominal Kliring (Rp Miliar) Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 43,0 38,7 40,2 44,9 41,7 43,0 35,9 37,9 38,6 38,8 32,9 27,8 28,6 28,5 29,7 - Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 3,16 2,83 2,53 2,71 2,81 3,90 2,85 2,74 2,67 3,04 2,81 2,70 2,46 2,29 3,03 - Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2,92 2,88 2,56 3,19 2,89 4,04 3,33 2,85 4,22 3,61 3,30 2,79 2,86 3,00 3,45 Keterangan : ** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik xi

12 Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomian terus meningkat... Perkembangan Ekonomi Makro Perekonomian Sulawesi Utara terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2017 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, meskipun meningkat, pertumbuhan ekonomi Sulut masih berada di bawah provinsi lain di Pulau Sulawesi. Memasuki triwulan I 2018, pertumbuhan ekonomi Sulut diperkirakan melambat dibandingkan triwulan IV Realisasi keuangan pemerintah tercatat cukup baik Inflasi terus terkendali dan berada pada level yang rendah... Kondisi stabilitas keuangan daerah relatif masih terjaga... Penyelenggara an layanan sistem pembayaran baik non tunai maupun tunai berjalan dengan baik Keuangan Pemerintah Pada tahun 2017, realisasi anggaran pendapatan Sulawesi Utara meningkat yakni sebesar 100,72%, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun Pada tahun 2016 realisasi anggaran pendapatan sebesar 99,11%. Disisi lain, realisasi anggaran belanja APBD Provinsi Sulut tahun 2017 (92,3%) lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016 (93,9%) maupun dibandingkan tahun 2015 (92,66%). Adapun penyerapan alokasi anggaran APBN di Sulut tercatat sebesar 93,12%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 yang tercatat sebesar 84,0%. Tingginya realisasi pemerintah tersebut sejalan dengan visi pemerintah dalam membangun infrastuktur di Sulawesi Utara. Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 2,44% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (3,42%). Inflasi Sulut tersebut terkendali dan relatif rendah atau berada di bawah rentang sasaran inflasi tahun 2017 yakni 4%±1% (yoy). Secara bulanan, angka Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober dan November masingmasing mencatat deflasi sebesar 0,06% (mtm) dan 0,09% (mtm), kemudian pada Desember mencatat inflasi sebesar 0,51% (mtm). Melihat realisasi Januari dan Februari dan Maret 2018, Bank Indonesia memperkirakan inflasi Sulut pada triwulan I 2018 sebesar 0,3-0,7% (yoy). Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi stabilitas keuangan daerah Sulawesi Utara relatif masih terjaga, tercermin dari perbaikan kualitas kredit dan peningkatan DPK meski pertumbuhan aset dan kredit tercatat sedikit melambat. Sementara itu, penyaluran kredit UMKM masih tumbuh tinggi meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, ketahanan sektor korporasi dan sektor rumah tangga relatif menurun seiring dengan penurunan ekspor dan perlambatan konsumsi rumah tangga. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Nominal transaksi kliring tercatat cukup tinggi meskipun sedikit menurun dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, aliran masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia tercatat net-outflow sesuai dengan pola historisnya. Dalam rangka menyelenggarakan sistem pembayaran yang handal, aman dan efisien, Bank Indonesia terus melakukan upaya-upaya terbaik, salah satunya pembukaan 3 kas titipan baru di tahun 2017 sehingga total kas titipan menjadi 7 unit. 1

13 Kesejahteraan masyarakat membaik di tengah peningkatan pengangguran... Prospek perekonomian berada dalam tren meningkat... Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami penurunan tercermin dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada periode Agustus 2017 yang sebesar 7,18%, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 6,18%. Ditengah perlambatan keadaan ketenagakerjaan, kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara secara umum mengalami peningkatan yang tercermin penurunan tingkat kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada periode Maret 2017 sebesar 8,10%, turun dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang sebesar 8,34%. Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara ke depan diperkirakan terus meningkat. Pada triwulan II 2018 dan keseluruhan tahun 2018, ekonomi Sulut diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Ekonomi Sulut triwulan II 2018 diperkirakan tumbuh 6,5-6,9% (yoy) dan keseluruhan tahun 2018 tumbuh 6,2-6,6% (yoy). Di sisi inflasi, IHK Sulut juga diperkirakan tetap terkendali pada triwulan II 2018 dan untuk keseluruhan tahun 2018 inflasi diperkirakan berada dalam rentang sasaran inflasi tahun

14 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Perekonomian Sulawesi Utara triwulan IV 2017 tumbuh meningkat dibandingkan triwulan III 2017 dari 6,49% (yoy) menjadi 6,53% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 yang tumbuh sebesar 6,49% (yoy) maupun rata-rata pertumbuhan triwulan IV selama 5 tahun terakhir ( ) sebesar 6,43% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Sulut tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,19% (yoy) pada triwulan IV Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan IV 2017 didorong oleh beberapa faktor. Dari sisi pengeluaran, peningkatan pertumbuhan triwulan IV didorong oleh peningkatan konsumsi pemerintah, penurunan impor luar negeri dan penurunan net impor antar daerah. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan kinerja konstruksi dan transportasi menjadi faktor pendorong peningkatan pertumbuhan triwulan IV % yoy Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulut I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi- Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan IV 2017 % yoy 9,15 7,82 7,78 6,63 6,53 Sulteng Gorontalo Sulsel Sulbar Sulut Sultra Nasional Sumber: BPS Untuk keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Sulut tercatat sebesar 6,32% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,17% (yoy). Meskipun meningkat, namun pertumbuhan tersebut masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan lima tahun terakhir ( ) sebesar 6,37% (yoy). Selain itu, pertumbuhan ekonomi Sulut tahun 2017 juga paling rendah dibandingkan seluruh provinsi di Pulau Sulawesi. Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan pertumbuhan tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya didorong oleh konsumsi pemerintah, investasi, kinerja ekspor dan impor. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor pertanian dan konstruksi. Grafik 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi- Provinsi di Pulau Sulawesi Tahun 2017 % yoy 7,23 7,14 6,81 6,74 6,67 6,12 6,32 5,19 5,07 Namun demikian, apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi seluruh provinsi di Pulau Sulawesi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara relatif rendah. Hanya Provinsi Sulawesi Tenggara saja yang pertumbuhan ekonominya berada di bawah pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan IV 2017, sedangkan provinsi lain mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sulsel Sulteng Sultra Gorontalo Sulbar Sulut Nasional Sumber: BPS Memasuki triwulan I 2018, pertumbuhan ekonomi Sulut diperkirakan berada dalam kisaran 6,1 6,5% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV Berdasarkan 3

15 jenis penggunaannya, perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh perlambatan konsumsi pemerintah dan investasi. Dari sisi lapangan usaha, kinerja konstruksi yang melambat juga menjadi faktor penyebab perlambatan pertumbuhan triwulan I PDRB Jenis Pengeluaran Struktur ekonomi Sulut berdasarkan jenis pengeluaran tidak mengalami perubahan. Komponen konsumsi rumah tangga dan investasi yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Sulut, masih mendominasi struktur ekonomi Sulut. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran Jenis Pengeluaran (% yoy) Total IV Total III IV Total Konsumsi Rumah Tangga 6,37 5,52 6,27 4,47 4,31 4,52 Konsumsi LNPRT 0,25 2,67 4,76 5,18 3,91 5,63 Konsumsi Pemerintah 9,94 (6,55) 2,32 9,98 10,00 5,81 Investasi (PMTB) 9,52 1,62 6,29 9,33 8,49 7,18 Perubahan Inventori (63,28) (34,79) (55,37) (35,98) (42,40) 2,91 Ekspor (11,70) 53,37 0,14 7,91 (13,87) 1,61 Impor (0,88) (14,15) 28,53 93,46 4,21 3,09 Net Ekspor Antarprovinsi (0,74) 12,41 (7,48) (5,07) (12,70) (1,75) Total 6,12 6,49 6,17 6,49 6,53 6,32 Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel 1.2. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran Jenis Pengeluaran (%) Total IV Total III IV Total Konsumsi Rumah Tangga 3,05 2,57 3,00 2,12 1,98 2,16 Konsumsi LNPRT 0,01 0,05 0,10 0,10 0,08 0,11 Konsumsi Pemerintah 1,79 (1,26) 0,42 1,67 1,68 1,01 Investasi (PMTB) 3,52 0,64 2,33 3,45 3,19 2,66 Perubahan Inventori (0,02) (0,01) (0,01) (0,01) (0,01) 0,00 Ekspor (1,82) 5,67 0,02 1,13 (2,12) 0,24 Impor (0,03) (0,55) 0,96 2,71 0,13 0,13 Net Ekspor Antarprovinsi 0,13 (1,72) 1,28 0,74 1,85 0,26 Total 6,12 6,49 6,17 6,49 6,53 6,32 Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel 1.3. Pangsa Jenis Penggunaan Jenis Penggunaan (%) Total IV Total III IV Total Konsumsi Rumah Tangga 45,80 46,07 47,86 46,52 45,11 47,05 Konsumsi LNPRT 1,96 1,96 2,01 1,97 1,91 1,99 Konsumsi Pemerintah 17,79 16,83 17,36 17,29 17,38 17,28 Investasi (PMTB) 34,03 37,56 37,06 37,92 38,25 37,36 Perubahan Inventori 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 Ekspor 14,56 15,30 14,66 14,49 12,37 14,01 Impor 3,07 3,13 4,06 5,27 3,06 3,94 Net Ekspor Antarprovinsi (11,09) (14,60) (14,89) (12,93) (11,96) (13,76) Sumber: Badan Pusat Statistik Konsumsi Konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2017 tumbuh meningkat di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi 1 Belanja non-modal mencakup belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bansos, belanja lembaga non-profit (LNPRT). Konsumsi pemerintah tumbuh 10% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,98% (yoy). Sedangkan konsumsi rumah tangga dan lembaga non profit (LNPRT) tumbuh melambat sehingga menyebabkan pertumbuhan keseluruhan konsumsi Sulut triwulan IV 2017 sebesar 5,77% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya 5,88% (yoy). % yoy (5) (10) (15) Sumber: BPS Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Total Konsumsi Konsumsi Lembaga Nonprofit RT Konsumsi RT Konsumsi Pemerintah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah didorong oleh peningkatan realisasi belanja non-modal 1 pada triwulan IV Realisasi belanja non-modal APBN yang disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi Sulut tercatat sebesar 93,83%, meningkat dibandingkan tahun 2016 sebesar 91,66%. Peningkatan tersebut tercermin dari penurunan signifikan simpanan pemerintah daerah pada perbankan di Sulut pada Desember 2017 menjadi Rp1,7 triliun dari Rp3,3 triliun pada bulan November, hal tersebut sesuai dengan siklusnya. Meskipun terealisasi cukup tinggi pada akhir tahun, namun sisa anggaran tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 yang mencapai angka Rp331 miliar. Sisa anggaran yang mengendap sebesar Rp1,7 triliun tersebut terdiri dari pemerintah kabupaten sebesar Rp846 miliar, pemerintah kota sebesar Rp544 miliar dan pemerintah provinsi sebesar Rp332 miliar. Sisa anggaran tersebut berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut ke tidak terduga, dan belanja operasional lainnya. Belanja non-modal tidak mencakup belanja modal. 4

16 depan lebih tinggi apabila dapat segera dimanfaatkan dengan baik. Selain faktor semakin baiknya kinerja pemerintah daerah dalam perencanaan dan realisasi belanja, peningkatan tersebut juga tidak terlepas dari faktor base effect akhir tahun 2016 dimana terjadi pemotongan penyaluran anggaran pemerintah pusat ke daerah. Pada triwulan III dan IV 2016, konsumsi pemerintah tercatat kontraksi akibat pemotongan anggaran tersebut, sehingga berpengaruh pada angka pertumbuhan di triwulan III dan IV 2017 yang tercatat cukup tinggi. Tabel 1.4. Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi Sulut Komponen Jenis Belanja Belanja Non-modal APBN Rencana (Rp) Belanja Non-modal APBD Prov Sulut Total Belanja Non-modal APBN Realisasi (Rp) Belanja Non-modal APBD Prov Sulut Total Belanja Non-modal APBN 90,21% 93,72% % Realisasi thd Belanja Non-modal APBD Prov Sulut 95,46% 94,05% Rencana Total 91,66% 93,83% Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut Grafik 1.5. Simpanan Pemerintah Daerah pada Perbankan di Sulut Tahun 2017 Rp M Simpanan Pemprov Simpanan Pemkab Simpanan Pemkot Total Simpanan Pemda Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Sulut karena sekitar 35% penduduk Sulut menggantungkan hidupnya pada lapangan usaha tersebut. Kinerja sektor pertanian yang melambat di triwulan IV 2017 salah satunya dipengaruhi oleh tingginya curah hujan pada bulan Agustus-Oktober yang melanda daerah produsen beras sehingga menyebabkan gagal panen. Selain itu, perkembangan harga komoditas Coconut Oil (CNO) 2 internasional yang mengalami tren penurunan pada tahun 2017 juga menyebabkan pendapatan masyarakat semakin terbatas. Ton Grafik 1.6. Produksi Beras Produksi Beras I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut g Produksi Beras (rhs) -12,27% -20% Melambatnya konsumsi rumah tangga tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Indeks Penjualan Riil (IPR) pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 155, menurun sebesar 11% (yoy). Penurunan penjualan terjadi pada kelompok barang (1) makanan, minuman dan tembakau, (2) bahan bakar kendaraan bermotor, (3) dan sandang, serta perlambatan penjualan pada (4) barang budaya dan rekreasi. yoy 80% 60% 40% 20% 0% -40% -60% Di sisi lain, konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2017 tumbuh melambat menjadi 4,31% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,47% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh terbatasnya pendapatan masyarakat khususnya yang berasal dari sektor pertanian dimana kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2017 mengalami perlambatan. Sektor pertanian tersebut cukup berpengaruh pada pendapatan masyarakat Grafik 1.7. Indeks Penjualan Riil Indeks IPR g IPR (rhs) % 50 - I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Survei Penjualan Eceran - Bank Indonesia yoy 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% 2 CNO merupakan komoditas utama ekspor Sulut. CNO adalah produk hasil olahan kelapa dalam. 5

17 Untuk keseluruhan tahun 2017, konsumsi pemerintah mengalami peningkatan pertumbuhan, sedangkan konsumsi rumah tangga tumbuh melambat. Peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah didorong oleh realisasi belanja non-modal yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dan faktor base effect adanya pemotongan anggaran di akhir tahun Sementara itu, perlambatan konsumsi RT disebabkan oleh terbatasnya peningkatan pendapatan akibat lebih kecilnya kenaikan UMP di tahun 2017 dibandingkan tahun 2016 dan melambatnya kenaikan harga CNO pada tahun Harga CNO pada tahun 2017 juga melambat kenaikannya dibandingkan tahun 2016 yang naik tinggi. Selain itu, konsumsi masyarakat tertahan oleh adanya penyesuaian subsidi Tarif Tenaga Listrik (TTL) daya 900 VA pada semester I Rp Sumber: BPS Grafik 1.8. Upah Minimum Provinsi - UMP g UMP (rhs) yoy 30% % 11,63% 8,25% Memasuki triwulan I 2018, pengeluaran konsumsi diperkirakan masih akan tumbuh melambat yang disebabkan oleh perlambatan konsumsi pemerintah, sedangkan konsumsi rumah tangga akan meningkat. Perlambatan konsumsi pemerintah pada awal tahun cenderung lambat sebagaimana siklusnya. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat didorong kenaikan UMP tahun 2018 sebesar 8,71% (yoy) menjadi Rp /bulan, lebih tinggi dibandingkan kenaikan tahun 2017 sebesar 8,25% (yoy). Peningkatan konsumsi rumah tangga triwulan I 2018 juga tidak terlepas dari faktor base effect adanya penyesuaian subsidi TTL pada triwulan I 2017 sehingga konsumsi rumah tangga pada 20% 15% 10% 5% 0% periode itu tertahan. Dari sisi pemerintah, upaya penyaluran bantuan sosial yang dipercepat dan menggratiskan biaya beras sejahtera (rastra) diperkirakan berpotensi mendorong konsumsi rumah tangga. Dari sisi pelaku usaha, dipasarkannya beberapa varian mobil baru memperkuat potensi peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan I Peningkatan ini terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Januari 2018 menunjukkan angka sebesar 145,30, tumbuh meningkat sebesar 13,64% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV 2017 sebesar 9,87% (yoy) Investasi (PMTB) Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) baik perlambatan pada investasi bangunan maupun non bangunan pada triwulan IV 2017 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya investasi bangunan. Dalam investasi Sulut, pangsa investasi bangunan mencapai 93% dari total seluruh investasi, sedangkan investasi nonbangunan hanya sekitar 7%. % yoy Grafik 1.9. Pertumbuhan Komponen Investasi (PMTB) dalam PDRB -15 Sumber: BPS g Investasi g Investasi Bangunan g Investasi Non-bangunan 9,65 9,06 Perlambatan investasi bangunan terutama disebabkan oleh menurunnya investasi sektor swasta pada triwulan IV Penurunan investasi triwulan IV 2017 lebih disebabkan banyaknya proyek yang telah selesai di triwulan III atau hanya tinggal tahapan penyelesaian di triwulan IV. Investasi di triwulan III tersebut antara lain investasi 9,33 8,49 5,28 0,99 I II III IV I II III IV I II III IV

18 pembangunan pembangkit listrik, pengembangan pelabuhan Bitung, dan lanjutan pembukaan site tambang emas yang baru. Selain ketiga investasi itu, selesainya pembangunan 2 gedung perbelanjaan besar di Kota Manado pada triwulan III 2017 juga turut mempengaruhi pertumbuhan investasi pada triwulan IV Perlambatan investasi terjadi juga pada sektor properti khususnya pembangunan hunian horizontal atau perumahan sebagaimana tercermin dari data Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tumbuh melambat. Indikator penjualan semen di Sulut mengkonfirmasi perlambatan pertumbuhan investasi di triwulan IV 2017 tersebut. Grafik Pengadaan Semen Ton Pengadaan Semen g Pengadan Semen (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Kemenperin & Kemendag Investasi pemerintah dalam bentuk pembangunan infrastruktur menjadi penopang investasi sehingga tidak melambat lebih dalam. Realisasi belanja modal dalam APBN dan APBD Provinsi Sulut pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 91,29%, meningkat dari tahun 2016 yang tercatat sebesar 83,59%. Tabel 1.5. Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut % yoy 100% Komponen Jenis Belanja Belanja Modal APBN Rencana (Rp) Belanja Modal APBD Prov Sulut Total Belanja Modal APBN Realisasi (Rp) Belanja Modal APBD Prov Sulut Total Belanja Modal APBN 81,68% 91,92% % Realisasi thd Rencana Belanja Modal APBD Prov Sulut 89,82% 88,99% Total 83,59% 91,29% Untuk keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan investasi Sulut mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh meningkatnya investasi bangunan, sedangkan investasi non-bangunan mengalami perlambatan. Investasi bangunan Sulut tahun 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% 2017 ditopang baik oleh sektor swasta maupun pemerintah. Investasi bangunan tahun 2017 terutama dalam bentuk pembangunan infrastruktur kelistrikan dan pengembangan pelabuhan. Hal tersebut sejalan dengan fokus pemerintah dalam pembangunan infrastruktur strategis di daerah khususnya Sulut. Peningkatan kedua investasi tersebut terkonfirmasi dari volume impor barang modal yang tumbuh tinggi pada tahun Selain itu, adanya pembukaan site tambang emas yang baru di tahun 2017 oleh salah satu pelaku usaha di bidang pertambangan juga turut mendorong investasi tahun 2017 meningkat dibandingkan tahun Volume impor barang modal tahun 2017 tumbuh 347% (yoy), meningkat tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 166% (yoy). Sementara itu, investasi di bidang properti juga membaik di tahun 2017 sebagai dampak relaksasi aturan Loan To Value (LTV) pada Agustus KPR tumbuh meningkat pada tahun 2017 sebesar 7,32% (yoy) dibandingkan tahun 2016 sebesar 7,20% (yoy). Memasuki triwulan I 2018, investasi di Sulut diperkirakan tumbuh melambat melanjutkan tren melambatnya investasi pada Desember Sementara itu, harga komoditas yang cenderung melandai pertumbuhannya akan mempengaruhi keputusan pelaku usaha dalam meningkatkan kapasitas. Hal itu diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan investasi non-bangunan. Bank Indonesia memperkirakan investasi triwulan I 2018 akan tumbuh sekitar 6,2% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 8,49% (yoy) Ekspor-Impor Pada triwulan IV 2017, total net impor Sulut mengalami perlambatan pertumbuhan. Net impor Sulut tumbuh 16,40% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 27,16% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh penurunan/ perlambatan impor lebih dalam dibandingkan dengan penurunan/ perlambatan ekspor. Sebagai informasi, 7

19 berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), Sulut merupakan provinsi net importir. Sedangkan, berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), Sulut merupakan provinsi net eksportir. Sementara itu, berdasarkan ruang lingkup perdagangannya, Sulut tercatat sebagai net eksportir untuk perdagangan luar negeri, dan tercatat sebagai net importir untuk perdagangan dalam negeri. Tabel 1.6. Kinerja Ekspor Impor Tw IV 2017 Komponen dalam PDRB ADHB (Rp M) ADHK (Rp M) g ADHK (yoy) Ekspor Luar Negeri (13,87) Impor Luar Negeri ,21 Net Ekspor Antarprovinsi (2.706) (2.611) (12,70) Ekspor Antarprovinsi ,52 Impor Antarprovinsi (4,80) Total Net Ekspor 266 (579) 16,40 Sumber: BPS Kinerja ekspor luar negeri (LN) Sulut pada triwulan IV 2017 terkontraksi sebesar 13,87% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,91% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan ekspor barang LN sebesar 16,81% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,59% (yoy). Di sisi lain, ekspor jasa LN tumbuh meningkat sebesar 1,86% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya 0,27% (yoy). Penurunan ekspor barang LN terkonfirmasi dari nilai ekspor Provinsi Sulut baik melalui pelabuhan di Sulut maupun pelabuhan di daerah luar Sulut. Nilai ekspor Sulut triwulan IV 2017 tercatat sebesar USD231 juta, menurun sebesar 12,98% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,64% (yoy). Penurunan nilai ekspor barang disebabkan oleh perlambatan volume ekspor dan penurunan harga CNO internasional. Volume ekspor pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 229 juta ton yang tumbuh 9,97% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 18,89% (yoy). Salah satu penyebab turunnya volume ekspor yaitu berkurangnya pasokan bahan baku kelapa dan ikan pada akhir tahun Sementara itu, harga CNO internasional pada triwulan IV 2017 sebesar USD1.497/MT, turun sebesar 3,52% dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan harga triwulan sebelumnya naik sebesar 2,79% dari tahun sebelumnya. USD/MT Grafik Harga CNO Internasional - Sumber: World Bank Berbeda dengan ekspor barang, ekspor jasa LN Sulut pada triwulan IV 2017 mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut belum mampu mendorong pertumbuhan total ekspor LN. Peningkatan pertumbuhan ekspor jasa LN terutama didorong oleh peningkatan jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut melalui Bandara Sam Ratulangi. Jumlah wisman triwulan IV 2017 tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Wisman tersebut didominasi oleh wisman yang berasal dari Tiongkok yang menggunakan direct charter flight dari Tingkok ke Manado. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah daerah Sulut dalam mendorong sektor pariwisata di Sulut. Orang Sumber: BPS Harga CNO Internasional g Harga CNO (rhs) Grafik Jumlah Wisman ,79% -3,52% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Wisman g Wisman (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV yoy 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% yoy 500% 400% 300% 200% 91,12% 100% -100% Dari sisi impor, kinerja impor Sulut pada triwulan IV 2017 mengalami perlambatan. Perlambatan impor sejalan dengan melambatnya nilai impor barang LN dan turunnya impor jasa LN. Nilai impor triwulan IV 2017 masih tumbuh positif, namun cenderung melambat karena tingginya impor alat pembangkit listrik pada triwulan III Pada 0% 8

20 triwulan III 2017, nilai impor tumbuh mencapai 661% (yoy), dan pada triwulan IV 2017 menurun 28% (yoy). Sementara itu, impor jasa LN tercatat menurun sejalan dengan berkurangnya kunjungan penduduk Sulut ke LN. Hal tersebut sejalan dengan perlambatan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV Untuk keseluruhan tahun 2017, total net impor Sulut turun lebih dalam dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan total net impor Sulut tahun 2017 sejalan dengan meningkatnya ekspor Sulut di tengah impor yang melambat. Peningkatan kinerja ekspor LN Sulut tahun 2017 terutama ditopang oleh perbaikan ekspor barang LN, sementara ekspor jasa LN cenderung melambat. Volume ekspor barang tahun 2017 tercatat sebesar 878 juta ton, masih tercatat kontraksi 8,89% (yoy), namun membaik dibandingkan tahun 2016 sebesar -12,42% (yoy). Ekspor jasa LN tumbuh tinggi sejalan dengan pertumbuhan jumlah wisman tahun 2017 sebesar 95,25% (yoy), tumbuh melambat dibandingkan tahun sebelumnya (108,7% yoy). Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan impor LN terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan impor barang LN. Tabel 1.7. Kinerja Ekspor Impor Tahun 2017 Komponen dalam PDRB ADHB (Rp M) ADHK (Rp M) g ADHK (yoy) Ekspor Luar Negeri ,61 Impor Luar Negeri ,09 Net Ekspor Antarprovinsi (10.762) (10.941) (1,75) Ekspor Antarprovinsi (1,25) Impor Antarprovinsi (1,53) Total Net Ekspor 852 (2.933) (8,64) Sumber: BPS Juta Ton Grafik Volume Ekspor Tahunan Volume Ekspor ,74% g Volume Ekspor (rhs) ,89% - -12,42% Sumber: Ditjen Bea Cukai yoy 0% -2% -4% -6% -8% -10% -12% -14% Orang Grafik Jumlah Wisman Tahunan 0 Sumber: BPS Wisman Memasuki triwulan I 2018, total net impor Sulut diperkirakan menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang didorong oleh peningkatan kinerja ekspor LN di tengah perlambatan kinerja impor LN. Peningkatan ekspor LN ditopang baik oleh ekspor barang maupun jasa. Ekspor barang LN diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya pasokan bahan baku dari sektor perkebunan dan perikanan tangkap. Sementara ekspor jasa meningkat sejalan dengan kunjungan wisman yang terus meningkat. Perbaikan kinerja perdagangan LN Sulut juga didorong oleh kinerja impor yang melambat sebagaimana tren sejak Desember 2017 yang menunjukkan perlambatan impor PDRB Lapangan Usaha Struktur ekonomi Sulut berdasarkan lapangan usaha juga tidak banyak perubahan. Sumber pertumbuhan ekonomi terutama masih berasal dari lapangan usaha pertanian, perdagangan, konstruksi, dan transportasi. Tabel 1.8. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha Sumber: Badan Pusat Statistik g Wisman (rhs) 108,7% ,2% yoy 120% 100% Lapangan Usaha (% yoy) Total IV Total III IV Total Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,54 5,72 3,67 4,21 4,08 4,42 Pertambangan dan Penggalian 8,49 4,01 4,44 11,46 5,20 9,07 Industri Pengolahan 2,80 1,43 1,08 8,66 9,37 8,00 Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 12,11 2,43 17,52 5,11 10,19 4,79 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 2,42 4,47 3,07-1,41 2,00 0,81 Konstruksi 9,72 5,69 6,97 8,49 8,59 7,46 Perdagangan Besar dan Eceran 5,91 4,80 6,11 5,77 5,45 5,68 Transportasi dan Pergudangan 7,55 10,13 9,10 4,35 5,41 5,64 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,50 13,59 12,43 3,05 5,70 6,51 Informasi dan Komunikasi 8,89 9,03 9,30 4,15 6,17 6,71 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,98 28,42 19,15 6,64 4,27 6,68 Real Estate 7,58 7,03 7,08 6,92 7,13 7,36 Jasa Perusahaan 7,97 9,16 6,87 9,68 10,40 9,05 Administrasi Pemerintahan 8,99 2,03 4,70 9,51 9,28 5,44 Jasa Pendidikan 7,08 7,87 6,21 6,60 8,32 5,77 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,88 8,80 8,04 6,34 7,11 7,49 Jasa lainnya 7,56 9,23 8,64 7,18 10,97 8,40 Total 6,12 6,49 6,17 6,49 6,53 6,32 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% 9

21 Tabel 1.9. Pangsa Lapangan Usaha Lapangan Usaha (%) Total IV Total III IV Total Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21,69 21,52 21,71 21,97 21,32 21,52 Pertambangan dan Penggalian 4,75 4,72 4,82 4,91 4,60 4,84 Industri Pengolahan 9,46 8,84 9,00 9,23 9,30 9,36 Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 0,08 0,08 0,09 0,10 0,09 0,09 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0,13 0,12 0,13 0,12 0,11 0,12 Konstruksi 11,57 11,76 11,39 11,47 12,01 11,48 Perdagangan Besar dan Eceran 12,33 12,10 12,11 11,98 12,12 12,13 Transportasi dan Pergudangan 10,62 11,06 11,02 10,72 10,67 10,87 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,15 2,30 2,25 2,23 2,25 2,22 Informasi dan Komunikasi 3,82 3,90 3,87 3,83 3,87 3,92 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,55 3,89 3,96 3,93 3,84 4,01 Real Estate 3,51 3,40 3,47 3,43 3,38 3,45 Jasa Perusahaan 0,09 0,09 0,09 0,10 0,09 0,09 Administrasi Pemerintahan 8,41 8,57 8,26 8,24 8,74 8,10 Jasa Pendidikan 2,86 2,59 2,81 2,81 2,58 2,74 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,46 3,53 3,49 3,40 3,45 3,48 Jasa lainnya 1,50 1,53 1,53 1,55 1,57 1,56 TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Lapangan Usaha Lapangan Usaha (%) Total IV Total III IV Total Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,55 1,16 0,76 0,87 0,82 0,90 Pertambangan dan Penggalian 0,41 0,20 0,22 0,56 0,25 0,44 Industri Pengolahan 0,30 0,15 0,11 0,84 0,91 0,79 Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 0,01 0,00 0,02 0,01 0,01 0,01 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 Konstruksi 1,23 0,78 0,91 1,11 1,17 0,98 Perdagangan Besar dan Eceran 0,76 0,63 0,78 0,73 0,70 0,73 Transportasi dan Pergudangan 0,64 0,85 0,78 0,38 0,47 0,49 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,18 0,30 0,27 0,07 0,14 0,15 Informasi dan Komunikasi 0,39 0,42 0,42 0,20 0,29 0,31 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,14 0,92 0,68 0,26 0,17 0,27 Real Estate 0,28 0,26 0,26 0,26 0,26 0,27 Jasa Perusahaan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Administrasi Pemerintahan 0,63 0,16 0,34 0,66 0,68 0,39 Jasa Pendidikan 0,18 0,18 0,16 0,17 0,19 0,14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,30 0,34 0,31 0,24 0,28 0,29 Jasa lainnya 0,12 0,14 0,14 0,12 0,18 0,14 TOTAL 6,12 6,49 6,17 6,49 6,53 6,32 Sumber: Badan Pusat Statistik Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kinerja sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (pertanian) Sulut pada triwulan IV 2017 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar di Sulut dengan pangsa lebih dari 20% dari total perekonomian Sulut. Selain itu, sebagian besar tenaga kerja atau sekitar 35% tenaga kerja di Sulut menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Perlambatan kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2017 terutama disebabkan oleh terganggunya produksi di sub sektor tanaman pangan akibat banjir di daerah produsen beras di Sulut yang menyebabkan banyak lahan/sawah terendam sehingga mengalami gagal panen. Hal tersebut terkonfirmasi dengan perkembangan harga beras di Sulut yang mulai mengalami kenaikan sejak akhir triwulan III Ton Grafik Produksi Beras Produksi Beras 60% 50% % 30% 20% 10% 7,87% 0% -10% -12,27% -20% -30% -40% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara g Produksi Beras (rhs) Untuk keseluruhan tahun 2017, sektor pertanian tumbuh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan kinerja sektor pertanian ditopang oleh kinerja 3 sub sektor utama pertanian yang tercatat positif. Sub sektor tanaman pangan (komoditas utama: beras/padi) dan sub sektor perikanan tumbuh meningkat, sementara sub sektor perkebunan (komoditas utama: kelapa, cengkih, dan pala) relatif stabil. Positifnya kinerja sub sektor tanaman pangan dan perkebunan didukung oleh kondisi cuaca pada tahun 2017 yang lebih baik dibanding tahun 2016 dimana El Nino tahun 2015 berlanjut hingga semester I Selain itu, khusus untuk beras/padi, upaya pemerintah dalam pemberian bantuan saprodi dan pencetakan sawah turut mendorong peningkatan produksi. Di sub sektor perikanan khususnya komoditas ikan tangkap, juga mengalami peningkatan produksi seiring dengan membaiknya kegiatan penangkapan ikan pasca relaksasi aturan transhipment pada tahun Peningkatan sektor pertanian tercermin pada realisasi kredit sektor pertanian yang tumbuh 42,79% (yoy), meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 11,55% (yoy). Memasuki triwulan I 2018, sektor pertanian diperkirakan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Di tengah upaya pemerintah mendorong sektor pertanian baik melalui bantuan saprodi maupun pencetakan sawah, terdapat beberapa tantangan yang membayangi pertumbuhan sektor pertanian antara lain sebagian pohon kelapa kurang produktif karena sudah tua, kurangnya tenaga kerja di sektor pertanian padi karena yoy 10

22 pergeseran tenaga kerja di pedesaan ke sektor jasa (salah satunya transportasi online), dan relaksasi aturan transhipment yang belum mampu mendorong produksi perikanan kembali ke level normalnya sebelum ada aturan transhipment Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor (perdagangan) pada triwulan IV 2017 dan keseluruhan tahun 2017 tumbuh melambat. Perlambatan sektor perdagangan sejalan dengan perlambatan konsumsi rumah tangga dan menurunnya aktivitas eksporimpor. Indikator lain yang menunjukkan perlambatan sektor perdagangan yaitu penjualan mobil dan penjualan eceran yang melambat pada triwulan IV 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik Pertumbuhan Penjualan Mobil 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% yoy 28,24% 23,87% -9,67% 7,02% -8,06% 7,64% 69,75% 49,90% I II III IV I II III IV Sumber: Gabungan Beberapa Pelaku Usaha Grafik Pertumbuhan Penjualan Eceran yoy 250% 200% 150% 100% 50% 0% 236% 151% % 74% Memasuki triwulan I 2018, kinerja sektor perdagangan diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut sejalan dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga 54% 43% 32% 28% I II III IV I II III IV Sumber: Gabungan Beberapa Pelaku Usaha yang salah satunya didorong oleh kenaikan UMP. Selain itu, penjualan kendaraan bermotor juga akan terus meningkat seiring dengan semakin maraknya transportasi online di Sulut. Peningkatan tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang menunjukkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen pada triwulan I Konstruksi Kinerja lapangan usaha konstruksi pada triwulan IV 2017 dan keseluruhan tahun 2017 tumbuh meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Realisasi belanja modal pada akhir tahun 2017 menjadi faktor utama pendorong kinerja sektor konstruksi. Setelah hanya terealisasi sebesar 40,65% pada triwulan III, pada triwulan IV realisasi belanja meningkat signifikan menjadi 91,29%. Untuk keseluruhan tahun 2017, realisasi belanja modal tersebut juga lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 83,59%. Realisasi belanja tersebut meliputi realisasi infrastruktur strategis yang menggunakan APBN dengan angka realisasi di atas 90% pada akhir tahun Peningkatan konstruksi infrastruktur juga terkonfirmasi dari perkembangan kredit konstruksi yang tumbuh 16,80% (yoy) pada akhir tahun 2017, meningkat dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 1,10% (yoy) dan tahun 2016 sebesar -2,26% (yoy). Tabel Proyek Strategis dan Alokasi Dana APBN di Sulut Posisi Desember 2017 No Proyek Strategis Pagu (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi 1 Kapasitas Bandar Udara ,81% 2 Pembangunan Bendungan ,30% 3 Pembangunan Tol Manado-Bitung ,00% 4 Pembangunan Jalan ,18% 5 Rehabilitasi Jalan ,36% 6 Pemeliharaan Rutin Jalan ,29% 7 Pembangunan/Penggantian Jembatan ,49% 8 Sistem Penanganan Persampahan ,72% 9 Pembangunan Banjir Kanal ,86% 10 Seawall dan Pengaman Pantai ,37% 11 Pembangunan SPAM ,62% 12 Peningkatan kualitas rumah swadaya ,18% Total ,98% Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut Memasuki triwulan I 2018, lapangan usaha konstruksi diperkirakan masih tumbuh tinggi, namun cenderung melambat dibandingkan triwulan IV Perlambatan tersebut sejalan dengan lelang proyek pemerintah yang masih lambat pada awal tahun sebagaimana siklusnya. Dalam perkembangannya, sektor 11

23 konstruksi masih akan menghadapi kendala terkait pembebasan lahan yang dapat mengganggu upaya pemerintah dalam menggenjot pembangunan infrastruktur strategis Transportasi Kinerja sektor transportasi pada triwulan IV 2017 tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja tersebut terutama didorong oleh transportasi udara sejalan dengan peningkatan wisman pada triwulan IV Sementara itu, transportasi darat dan laut cenderung melambat dampak perlambatan konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor-impor. Grafik Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di Bandara Sam Ratulangi Orang ,03 0 0,53 10 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: PT Angkasa Pura I (Persero) Penumpang g Penumpang (rhs) % yoy 20 Untuk keseluruhan tahun 2017, kinerja lapangan usaha transportasi melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Melambatnya sektor tersebut disebabkan oleh perlambatan pada ketiga subsektor utama yaitu transportasi darat, udara dan laut. Konsumsi rumah tangga dan aktivitas perdagangan yang melambat berdampak pada transportasi darat. Sementara itu, transportasi laut melambat seiring dengan perlambatan aktivitas ekspor impor. Di sisi lain, meskipun pertumbuhan wisman masih sangat tinggi pada tahun 2017 sebesar 95,2% (yoy), namun subsektor transportasi udara tumbuh melambat. Hal itu dipengaruhi oleh faktor base effect tingginya pertumbuhan wisman pada tahun 2016 sebesar 108,7% (yoy). Memasuki triwulan I 2018, kinerja lapangan usaha transportasi diperkirakan meningkat yang didorong oleh transportasi darat dan udara. Meningkatnya kinerja transportasi darat sejalan dengan konsumsi rumah tangga yang meningkat. Sementara itu, kinerja transportasi udara didorong oleh peningkatan jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut. 12

24 Boks I. Perkembangan Infrastruktur Kelistrikan dan Telekomunikasi Pasokan listrik di Sulawesi Utara tercatat surplus 50 MW dan tingkat elektrifikasi pada Desember 2017 mencapai 94,56%, namun demikian pemadaman masih terjadi disebabkan kekurangan cadangan listrik terutama di wilayah kepulauan. Saat ini dari desa, diantaranya telah memiliki listrik atau rasio desa berlistrik sebesar 98,42%. Meskipun rasio desa berlistrik sudah tinggi, namun pemerataan distribusi listrik di level rumah tangga perlu ditingkatkan lagi. Desa yang belum berlistrik tersebar di Kabupaten Kepulauan Sangihe sebanyak 20 desa, Kabupaten Kepulauan Sitaro sebanyak 7 desa dan Kabupaten Bolaang Mongondow sebanyak 2 desa. Target pengurangan jumlah desa yang belum teraliri listrik pada tahun 2018 adalah 6 desa yang akan didukung dengan rencana investasi berupa pengadaan 20 mesin yang akan menambah daya sebesar 30%. Sampai dengan periode laporan telah beroperasi 19 gardu induk (interkoneksi) di 19 lokasi dengan panjang saluran transmisi 1.447,68 km. Gambar Boks 1.1. Rasio Elektrifikasi dan Progress EBT di Sulut Sumber: BKPM, diolah Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sulawesi Utara tercatat sebesar 198,10 MW yang terdistribusi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). EBT yang telah beroperasi adalah 3 PLTA, 6 PLTP, 3 PLTS, 4 PLTM dan 1 PLTB yang tersebar di Kabupaten Minahasa Utara, Minahasa, Minaha Selatan, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Selatan, Kepulauan Talaud dan Kepulauan Sangihe serta 1 PLTS di Likupang dan 1 PLTM di Dominanga yang belum beroperasi. Di sisi lain tingkat penggunaan Information and Communications Technology (ICT) di Sulawesi Utara masih rendah, yang tercermin dari tingkat penggunaan telepon seluler sebesar 61,95% serta akses internet sebesar 35,44%. Kualitas jaringan dan konektivitas yang masih rendah serta belum didukung oleh infrastruktur yang merata berkontribusi kepada belum optimalnya penggunaan teknologi komunikasi. Beberapa kendala dalam pengembangan ICT antara lain: pembangunan Base Transreceiver Station (BTS) di wilayah kepulauan dinilai kurang ekonomis oleh provider, belum optimalnya Public Private Partnership dalam pengembangan ICT serta belum tingginya kesadaran masyarakat dalam penggunaan sarana digital. 13

25 Gambar Boks 1.2. Infrastruktur dan Tingkat Penggunaan Telekomunikasi di Sulut Sumber: Pelaku Usaha Untuk peningkatan penggunaan teknologi komunikasi, peran swasta dalam mengakselerasi ICT semakin diperlukan khususnya di sektor pendidikan dan industri. Saat ini telah beroperasi 452 BTS yang dioperasikan oleh 7 provider baik dari BUMN maupun swasta. Beberapa upaya yang dilakukan oleh provider dalam meningkatkan akses dan kualitas jaringan di tahun 2018 antara lain: Pembangunan menara BTS 4G yang tersebar di seluruh Kab/Kota oleh 3 provider utama (XL, Indosat, dan Telkomsel). Program 1000 Sekolah Broadband oleh PT. XL Axiata turut meningkatkan akses internet siswa/siswi. Upgrade BTS existing menjadi BTS 4G. 14

26 Bab II. Keuangan Pemerintah 2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara Pendapatan APBD Provinsi Sulut Anggaran pendapatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2017 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Anggaran pendapatan Sulut tahun 2017 ditargetkan sebesar Rp3,72 triliun, naik 28,06% (yoy) atau sebesar Rp815 miliar dari Rp2,91 triliun pada tahun Kenaikan tersebut lebih tinggi dari kenaikan tahun 2016 yang hanya sebesar 10,12% (yoy). Kenaikan APBD tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan transfer sebesar 32,72% (yoy) menjadi Rp2,55 triliun dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 11,74% (yoy) menjadi Rp1,09 triliun. Adapun peningkatan pendapatan Sulut lebih tinggi dibandingkan peningkatan pendapatan Sulawesi (20,4% yoy) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) (14,7% yoy). Tabel 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut Uraian Anggaran (Rp juta) Growth Pendapatan ,12% 28,06% Pendapatan Asli Daerah ,09% 11,74% Pendapatan Transfer ,04% 32,72% Lain-lain Pendapatan yang Sah ,54% 1429,70% Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut Meskipun anggaran pendapatan meningkat, namun rasio kemandirian pendapatan Sulut tahun 2017 tercatat masih cukup rendah, yaitu sebesar 29,39%, menurun dibandingkan tahun 2016 (33,68%) dan tahun 2015 (41,25%). Porsi PAD Sulut tahun 2017 hanya sebesar 30% dari total anggaran pendapatan, menurun dari 34% pada tahun 2016 dan 41% pada tahun Sedangkan pangsa pendapatan transfer atau dana perimbangan sebesar 68,56%, naik dari 66,15% pada tahun 2016 dan 58,75% pada tahun Rasio tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemandirian fiskal Sulut masih rendah atau masih bergantung pada dana transfer pemerintah pusat. Apabila dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Sulawesi, rasio kemandirian Sulawesi Utara masih relatif sama dibandingkan dengan rasio kemandirian Sulawesi (30,14%) dan lebih tinggi dibandingkan dengan KTI (29,10%). Rp Juta Grafik 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Utara Anggaran Pendapatan Anggaran PAD Rasio Kemandirian (rhs) Pada tahun 2017, realisasi anggaran pendapatan Sulut lebih baik dari yang ditargetkan yakni sebesar 100,22%, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2016 sebesar 99,22%. Adapun nominal realisasi pendapatan pada tahun 2017 sebesar Rp3,73 triliun. Pencapaian realisasi tersebut didorong oleh realisasi seluruh sumber pendapatan terutama pendapatan transfer dan pendapatan PAD. Realisasi pendapatan transfer pada tahun 2017 meningkat sebesar 34,75% (qtq), sedangkan realisasi pendapatan PAD meningkat sebesar 38,23% (qtq). Pos yang mencatat realisasi tertinggi yaitu dana bagi hasil bukan pajak (SDA) sebesar 174,8% dan PAD lain-lain yang sah sebesar 125,86%. Cukup baiknya realisasi dana bagi hasil bukan pajak salah satunya didorong oleh membaiknya jumlah produksi lapangan usaha perikanan seiring dengan adaptasi atau penyesuaian terhadap relaksasi aturan transhipment % 15

27 Tabel 2.2. Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut Secara umum realisasi pendapatan Sulut tahun 2017 sudah cukup baik, namun ke depan pemerintah Sulut perlu meningkatkan tingkat kemandirian pendapatan. Rata-rata realiasi anggaran pertriwulan di tahun 2017 sebesar 25,05%, tertinggi di triwulan I (28,26%) dan terendah di triwulan II (21,89%). Peningkatan tingkat kemandirian pendapatan dapat dilakukan dengan peningkatan realisasi pada pos-pos yang belum maksimal. Salah satu pos yang bisa dimaksimalkan adalah pos retribusi daerah. Pos ini bisa ditingkatkan melalui peningkatan retribusi pada proses perizinan dan jasa usaha Belanja APBD Provinsi Sulut Anggaran belanja APBD Sulut tahun 2017 mengalami peningkatan dibandingkan tahun Anggaran belanja naik 29,14% pada tahun 2017 sehingga total anggaran belanja mencapai Rp3,85 triliun, lebih tinggi Rp869 miliar dari Rp2,98 triliun pada tahun Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan belanja operasional yang naik 19,09%, sedangkan peningkatan belanja modal tahun 2017 sebesar 2,55% lebih rendah dibandingkan peningkatan belanja modal tahun 2016 sebesar 5,17%. Tabel 2.3. Perkembangan Anggaran Belanja APBD Prov Sulut Uraian Anggaran (Rp juta) Growth Belanja 2,983,466 3,852, % 29.14% Belanja Operasional 2,150,997 2,561, % 19.09% Belanja Modal 830, , % 2.55% Belanja Tidak Terduga 2,000 2, % 25.00% Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut Berdasarkan postur belanjanya, anggaran belanja non-modal tahun 2017 mencapai 78% dan anggaran belanja modal hanya sebesar 22%. Postur tersebut cenderung turun dibandingkan tahun 2016 dimana postur belanja non-modal mencapai 72% dan belanja modal sebesar 28%. Adanya kecenderungan anggaran belanja modal yang jauh lebih rendah dibandingkan belanja non-modal ini juga terjadi di seluruh wilayah Sulawesi dan KTI. Anggaran belanja modal Sulut tahun 2017 tercatat lebih tinggi dibandingkan porsi anggaran belanja modal di Sulawesi (16,64%) dan KTI (18,12%). Dari postur tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat ruang untuk peningkatan dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur di Sulut. Adapun anggaran belanja non-modal tahun 2017 sebesar Rp2,56 triliun dan belanja modal sebesar Rp851 miliar. Dalam postur belanja modal, anggaran belanja dialokasikan pada belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar 49,8%, belanja bangunan dan gedung sebesar 33,6%, belanja peralatan dan mesin 29,3%, belanja tanah 0% dan belanja aset tetap lainnya 0,9%. Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada pos belanja jalan, irigasi dan jaringan yang menurun dari tahun lalu sebesar 56% terhadap total belanja modal. Adapun apabila dibandingkan dengan Sulawesi dan KTI, postur belanja modal Sulut lebih baik. Grafik 2.2. Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut Rp juta Total Belanja Belanja Modal Postur Belanja Modal (rhs) % Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Utara Pada tahun 2017, realisasi anggaran belanja APBD Provinsi Sulut tercatat sebesar 92,9%. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016 (93,9%) namun sedikit

28 lebih baik dibandingkan tahun 2015 (92,7%). Adapun realisasi belanja triwulan IV 2017 tercatat sebesar Rp3,58 triliun. Berdasarkan posnya, belanja non-modal (termasuk transfer) terealisasi sebesar 94,05%, lebih rendah dari tahun 2016 sebesar 95,46%. Sementara itu, belanja modal pada tahun 2017 hanya terealisasi sebesar 88,9% lebih rendah dibanding tahun 2016 yang tercatat sebesar 89,82%. Penurunan ini terutama didorong oleh rendahnya realisasi belanja tanah dan belanja peralatan dan mesin. Realisasi belanja tanah pada tahun 2017 tercatat hanya 67,6%. Hal tersebut dikarenakan adanya permasalahan dalam pembangunan proyek di Sulut terkait pembebasan lahan. Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBD Prov Sulut Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut Belum maksimalnya realisasi belanja modal di tahun 2017 bisa menjadi evaluasi bagi pemerintah Sulut. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyiapkan strategi untuk mendorong realisasi belanja modal pada tahun Hal ini cukup penting mengingat belanja negara pada APBN 2018 diarahkan pada peningkatan belanja infrastruktur dimana pembangunan infrastruktur merupakan prioritas Pemerintah untuk mendukung pembangunan infrastruktur di seluruh pelosok tanah air. Berbagai infrastruktur strategis yang sementara dan akan dibangun di Sulawesi Utara yaitu jalan tol Manado-Bitung, Kawasan Ekonomi Khusus Bitung, bendungan multifungsi Kuwil-Minut, pengembangan pelabuhan Bitung sebagai hub port, jalan ringroad tiga, pengembangan Lanud TNI AU Samratulangi, dan infrastruktur lainnya. Percepatan pelaksanaan lelang proyek dan monitoring pencapaian target realisasi dapat menjadi pendorong peningkatan realisasi belanja modal. Selain itu, masalah pembebasan lahan perlu diselesaikan antar lembaga sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku sehingga proses pembangunan infrastruktur dapat berjalan dengan lancar. Bagi pemerintah kabupaten kota, diperlukan strategi agar penyaluran anggaran DAK tidak terkendala karena pada tahun 2018 penyaluran DAK akan berdasarkan usulan daerah dengan memperhatikan prioritas nasional Alokasi APBN di Sulawesi Utara Pada tahun 2017, alokasi APBN di Sulut tercatat sebesar Rp9,04 triliun meningkat sebesar 11,97% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan belanja pegawai, belanja modal, dan belanja barang. Sedangkan pos belanja bantuan sosial mengalami penurunan. Belanja pegawai mengalami kenaikan sebesar 12,55% (yoy), sehingga posturnya naik menjadi 28,25% dari tahun sebelumnya 28,10%. Sementara itu, belanja modal naik sebesar 15,05% (yoy), sehingga posturnya naik menjadi 33,32% dari tahun sebelumnya 32,43%. Di sisi lain, postur belanja barang turun menjadi 38,3% dari 39,29% dan postur belanja bantuan sosial 0,14% dari 0,18%. Kenaikan porsi belanja modal sesuai dengan fokus pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur Sulut dalam rangka mempersiapkan Sulut sebagai pintu gerbang Indonesia di kawasan Asia Pasifik. Tabel 2.5. Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut Jenis Belanja Pagu Tahun Pagu Tahun 2017 Postur Postur 2016 (Rp Juta) (Rp juta) Belanja Pegawai 2,351,792 2,646, % 28.25% Belanja Barang 3,288,678 3,588, % 38.30% Belanja Modal 2,714,035 3,122, % 33.32% Belanja Bantuan Sosial 14,718 12, % 0.14% Total 8,369,223 9,371, % % Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut Pada tahun 2017, penyerapan alokasi anggaran APBN di Sulawesi Utara tercatat sebesar 93,12%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 yang tercatat sebesar 84,34%. 17

29 Tingginya pencapaian tersebut disebabkan oleh belanja modal dan belanja barang yang realisasinya lebih tinggi dibandingkan tahun Realisasi belanja modal pada tahun 2017 tercatat sebesar 91,92%, lebih tinggi dibandingkan tahun ,96%. Realisasi belanja modal yang tinggi sejalan dengan fokus Pemerintah dalam membangun infrastruktur di daerah. Disisi lain, realisasi belanja nonmodal tercatat sebesar 93,72%, lebih tinggi dari 90,19% pada tahun Hal tersebut disebabkan oleh realisasi belanja barang dan belanja bansos yang lebih tinggi dibandingkan periode tahun Namun demikian, realisasi belanja pegawai pada tahun 2017 tercatat sebesar 94,82%, sedangkan pada tahun 2016 tercatat sebesar 97,49%. Tabel 2.6. Realisasi Belanja APBN di Sulut Tahun 2017 Jenis Belanja % Pagu Tahun Realisasi Tw Realisasi 2017 IV 2017 Tw IV (Rp juta) (Rp juta) 2017 Belanja Pegawai 2,646,919 2,509, % Belanja Barang 3,588,740 3,333, % Belanja Modal 3,122,581 2,870, % Belanja Bantuan Sosial 12,796 12, % Total 9,371,036 8,726, % Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut Realisasi alokasi dana proyek strategis di Sulut tercatat baik di level 91,98%. Tingginya pencapaian tersebut disebabkan oleh realisasi proyek-proyek infrastruktur seperti pembangunan tol Manado-Bitung, kapasitas Bandar udara, pembangunan/penggantian jembatan, sistem penanganan persampahan, pembangunan banjir kanal, dan peningkatan kualitas rumah swadaya yang realisasi diatas 95%. Pos-pos proyek strategis lainnya yang perlu mendapatkan dorongan dalam hal realisasinya antara lain proyek pembangunan jalan, rehabilitasi jalan, seawall dan pengaman pantai, pembangunan bendungan dan pembangunan SPAM. Tabel 2.7. Proyek Strategis dan Alokasi Dana di Sulut Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut 2.3. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2018 Anggaran pendapatan Provinsi Sulut tahun 2018 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Anggaran pendapatan Sulut tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp3,78 triliun, naik 1,39% (yoy) atau sebesar Rp55,59 miliar dari Rp3,72 triliun pada tahun Kenaikan tersebut jauh lebih rendah dari kenaikan tahun 2017 yang sebesar 28,06% (yoy). Kenaikan APBD tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 6,77% (yoy) menjadi Rp1,17 triliun dan peningkatan pendapatan transfer sebesar 1,31% (yoy) menjadi Rp2,59 triliun. Tabel 2.8. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut Peningkatan anggaran disertai dengan peningkatan rasio kemandirian pendapatan Sulut tahun 2018 yang tercatat sebesar 30,92% meningkat dibandingkan tahun 2017 (29,39%), namun masih rendah bila dibandingkan tahun 2016 (33,68%). Porsi PAD Sulut tahun 2017 hanya sebesar 31% dari total anggaran pendapatan, meningkat dari 30% pada tahun 2017, namun masih di bawah tahun 2016 sebesar 34%. Sedangkan pendapatan transfer atau dana perimbangan berada di level 68,44%, turun dari 68,56% pada tahun 2017 dan naik dari 66,15% pada tahun Rasio tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemandirian fiskal Sulut masih rendah 18

30 atau masih bergantung pada dana transfer pemerintah pusat. Grafik 2.3. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut Anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun 2018 mengalami peningkatan dibandingkan tahun Anggaran belanja naik 8,54% pada tahun 2018 sehingga total anggaran belanja mencapai Rp4,18 triliun, lebih tinggi Rp329 miliar dari Rp3,85 triliun pada tahun Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan belanja modal yang naik 34,58%, sedangkan peningkatan belanja operasional tahun 2018 hanya 0,26% jauh lebih rendah dibandingkan peningkatan belanja operasional tahun 2017 sebesar 19,09%. Tabel 2.9. Perkembangan Anggaran Belanja APBD Sulut 2018 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut Berdasarkan postur belanjanya, anggaran belanja non-modal tahun 2018 mencapai 73% dan anggaran belanja modal sebesar 27%. Postur tersebut cenderung lebih baik dibandingkan tahun 2017 dimana postur belanja non-modal mencapai 78% dan belanja modal sebesar 22%. Postur tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat ruang peningkatan lebih baik dalam rangka pembangunan infrastruktur di Sulut. Adapun anggaran belanja non-modal tahun 2018 sebesar Rp2,57 triliun dan belanja modal sebesar Rp1,15 triliun. Dalam postur belanja modal, anggaran belanja dialokasikan pada belanja bangunan dan gedung sebesar 52,87%, belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar 21,74%, belanja tanah 12,16%, belanja peralatan dan mesin sebesar 10,13% dan belanja aset tetap lainnya sebesar 3,09%. Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada pos belanja jalan, irigasi dan jaringan yang menurun dari tahun lalu sebesar 41,63% terhadap total belanja modal dan pos belanja bangunan dan gedung yang meningkat dari tahun lalu sebesar 22,28%. Grafik 2.4. Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut 2018 Pada tahun 2018, alokasi APBN di Sulut tercatat sebesar Rp9,98 triliun meningkat sebesar 6,50% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan setiap pos belanja terutama belanja barang dan modal. Belanja barang mengalami kenaikan sebesar 5,29% (yoy), namum posturnya turun menjadi 34,62% dari tahun sebelumnya 37,86%. Sementara itu, belanja modal naik sebesar 10,65% (yoy), sehingga posturnya naik menjadi 34,62% dari tahun sebelumnya 33,32%. Di sisi lain, postur belanja pegawai turun menjadi 27,37% dari 28,25%, sedangkan postur belanja bantuan sosial 0,15% dari 0,14%. Kenaikan porsi belanja modal sesuai dengan fokus pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur Sulut. Tabel Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut 2018 Jenis Belanja Pagu Tahun Pagu Tahun (Rp Juta) (Rp juta) Postur 2017 Postur 2018 Belanja Pegawai 2,646,919 2,731, % 27.37% Belanja Barang 3,588,740 3,778, % 37.86% Belanja Modal 3,122,581 3,455, % 34.62% Belanja Bantuan Sosial 12,796 14, % 0.15% Total 9,371,036 9,980, % % Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut 19

31 Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah 3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi Tw IV Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 2,44% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (3,42%). Inflasi Sulut triwulan IV 2017 terkendali dan relatif rendah atau berada di bawah rentang sasaran inflasi tahun 2017 yakni 4%±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan pada triwulan IV 2017 disumbang oleh inflasi kelompok administered prices 3 (AP) sebesar 1,45%, kelompok core 4 sebesar 1,23%, dan kelompok volatile food 5 (VF) yang tercatat deflasi sebesar 0,10%. yoy 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Grafik 3.1. Inflasi Tahunan dan Andil Disagregasi Sumber BPS & Bank Indonesia Andil Core Andil Administered Prices Andil Volatile Food Inflasi Total Inflasi kelompok AP tercatat sebesar 7,09% (yoy), lebih rendah dari 7,87% pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan sub kelompoknya, peningkatan tekanan inflasi tahunan kelompok AP disebabkan baik oleh sub kelompok AP energi maupun non-energi. Sub kelompok AP energi mencatat inflasi sebesar 10,66% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,94% terhadap total inflasi AP. Komoditas yang menjadi penyumbang inflasi yaitu tarif listrik yang tercatat inflasi sebesar 24,06% (yoy) sebagai dampak penyesuaian subsidi tarif tenaga listrik 900 VA bagi pelanggan mampu yang terjadi pada semester I Sementara itu, sub kelompok AP non energi mencatat inflasi sebesar 4,38% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,51% terhadap inflasi AP. Adapun komoditas atau jasa yang menyebabkan inflasi pada sub kelompok tersebut yaitu tarif angkutan udara dan biaya perpanjangan STNK. Tingginya mobilitas pengguna transportasi udara sebagai dampak meningkatnya jumlah wisman dan maraknya penyelenggaraan acara/kegiatan di Sulut sehingga mendorong inflasi pada angkutan udara sebesar 20,13% (yoy). Kenaikan biaya perpanjangan STNK pada awal tahun 2017 menyebabkan terjadinya inflasi pada komoditas tersebut sebesar 111,99% (yoy). Sementara itu, kelompok core pada triwulan IV 2017 mencatat inflasi yang relatif rendah yakni sebesar 2,06% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya (2,00%). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi core disebabkan oleh inflasi core traded dan nontraded. Sub kelompok core traded tercatat mengalami inflasi sebesar 2,63% (yoy) dengan sumbangan terhadap inflasi core sebesar 0,67%. Komoditas penyumbang inflasi pada sub kelompok core traded yaitu seng, jeruk nipis, emas perhiasan, semen, lemon, garam dan beberapa komoditas lainnya. Inflasi seng sejalan dengan tren positif harga seng dunia akibat kondisi defisit pasar seng dunia dimana terjadi penutupan tambang-tambang besar 6 seng dunia dan pertambangan yang terbengkalai di China. Sementara itu, inflasi jeruk nipis sejalan dengan pasokan yang berkurang di tengah permintaan yang cukup tinggi. Di sisi sub kelompok core non-traded, 3 Kelompok administered prices (AP) merupakan kelompok barang dan jasa yang tarifnya diatur oleh Pemerintah. 4 Kelompok core merupakan kelompok barang dan jasa selain kelompok administered prices dan volatile food. 5 Kelompok volatile food (VF) merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya cenderung berfluktuatif. 6 Glencore dan Nyrstar 20

32 inflasi tercatat sebesar 1,64% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,56% terhadap total inflasi kelompok core. Mie, upah pembantu RT, tarif pulsa ponsel, martabak, rujak, capcai, nasi dengan lauk, seragam sekolah anak, dan beberapa komoditas lainnya merupakan komoditas penyumbang inflasi pada sub kelompok core non-traded. Di sisi lain, kelompok VF tercatat mengalami deflasi sebesar 1,21% (yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 3,11%. Deflasi kelompok VF terutama bersumber dari komoditas bawang merah, bawang putih, ikan cakalang, serta aneka sayuran dan buahan. Bawang merah tercatat deflasi sebesar 39,66% (yoy), bawang putih deflasi sebesar 41,98% (yoy), dan ikan cakalang deflasi sebesar 7,38% (yoy). Penurunan harga bawang merah disebabkan oleh produksi bawang merah di daerah sentra produsen berlimpah dan distribusi yang juga lancar. Sementara itu, harga tomat sayur mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, namun dalam level yang terbatas. Untuk keseluruhan tahun 2017, IHK Sulut tahun 2017 mencatat inflasi sebesar 2,44% (yoy), yang bersumber dari kelompok AP dan core, sedangkan kelompok VF mengalami deflasi. Kelompok AP memberikan andil sebesar 1,45% terhadap inflasi tahun 2017 dan kelompok core memberikan andil sebesar 1,23%. Di sisi lain, kelompok VF menjadi penahan inflasi dengan sumbangan deflasi sebesar 0,24% (yoy). Kelompok AP tercatat inflasi sebesar 7,09% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 0,56% (yoy). Inflasi kelompok AP tahun 2017 terutama disumbang oleh tarif listrik (0,89%), angkutan udara (0,29%), dan biaya perpanjangan STNK (0,15%). Tingginya sumbangan tarif listrik disebabkan oleh penyesuaian subsidi listrik tenaga 900 VA yang diberlakukan pada semester I Pada awal tahun 2017 juga, biaya perpanjangan STNK juga mengalami kenaikan. Sementara itu, tekanan tarif angkutan udara tidak terlepas dari peningkatan mobilitas masyarakat dan wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang datang ke Sulut seiring dengan berbagai penyelenggaraan acara di Manado. Kelompok core tercatat inflasi sebesar 2,06% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,25% (yoy). Inflasi tersebut disebabkan oleh komoditas seng, mie, jeruk nipis, upah pembantu RT, emas perhiasan dan tarif pulsa ponsel serta komoditas lainnya. Meningkatnya tekanan harga bahan bangunan seperti seng merupakan dampak dari pembangunan oleh pemerintah dan swasta. Di sisi lain, laju inflasi tertahan oleh kelompok VF yang mengalami deflasi sebesar 1,21% (yoy), cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat deflasi 2,48% (yoy). Komoditas yang mengalami deflasi yaitu bawang merah, bawang putih, ikan cakalang dan aneka buahan Inflasi Bulanan (mtm) Secara bulanan, angka Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober dan November masing-masing mencatat deflasi sebesar 0,06% (mtm) dan 0,09% (mtm), kemudian pada Desember mencatat inflasi sebesar 0,51% (mtm). mtm 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% Grafik 3.2. Inflasi Bulanan Sumber: BPS & Bank Indonesia Total Volatile Food Administered Prices (rhs) Core (rhs) Oktober 2017 Pada Oktober 2017, IHK Sulut mencatat deflasi sebesar 0,06% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi yang dalam sebesar 1,04% (mtm). Deflasi pada Oktober 2017 terutama bersumber dari deflasi kelompok VF. Sementara itu, kelompok AP dan core mencatat inflasi. Kelompok VF memberikan andil terbesar yakni sebesar -0,45% terhadap deflasi bulanan Oktober Sebaliknya, mtm 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2% -3% 21

33 kelompok AP dan core masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,19%. Grafik 3.3. Inflasi dan Andil Oktober 2017 Berdasarkan Disagregasi -2.34% Sumber: BPS & Bank Indonesia Inflasi (mtm) Andil -0.06% Total 0.33% 0.91% Kelompok VF mencatat deflasi pada Oktober 2017, melanjutkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi. Deflasi kelompok VF tercatat sebesar 2,34% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (-5,50% mtm). Deflasi kelompok VF terutama bersumber dari komoditas strategis Sulut yakni barito (bawang merah, cabai rawit dan tomat) yang mengalami penurunan harga, khususnya tomat yang tercatat paling tinggi sumbangannya terhadap deflasi Sulut. Komoditas lainnya yang mengalami penurunan harga yaitu bawang putih. Turunnya hargaharga komoditas merupakan cerminan kembali normalnya harga-harga seiring dengan kembali normalnya tingkat permintaan di tengah pasokan yang memadai. Di sisi lain, laju deflasi lebih dalam tertahan oleh perkembangan harga komoditas telur ayam ras, daun bawang, cabai merah dan aneka buah-buahan. Sementara itu, kelompok AP pada Oktober 2017 mencatat inflasi yakni sebesar 0,91% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (0,65% mtm). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok AP didorong oleh kenaikan indeks harga pada sub kelompok AP non-energi, sementara itu kelompok AP energi relatif stabil. Andil kelompok AP nonenergi pada inflasi bulanan Oktober yaitu sebesar 0,19%. Sub kelompok AP non energi mencatat inflasi 11,94% (mtm) dengan andil tertinggi disumbang oleh tarif angkutan udara sebesar 0,19%. Kenaikan tarif angkutan udara Core Administered Prices Volatile Food -3.0% -2.5% -2.0% -1.5% -1.0% -0.5% 0.0% 0.5% 1.0% 1.5% dipengaruhi oleh tingginya jumlah wisman yang datang ke Sulut seiring penyelenggaran event internasional, seperti Indonesia Open X- Sport Championship dan beberapa festival di kab/kota di Sulut. Sementara itu, sub kelompok AP energi relatif stabil (0% mtm). Stabilnya kelompok AP energi salah satunya dipengaruhi oleh tarif listrik yang telah selesai periode penyesuaiannya (900 VA bagi pelanggan nonsubsidi) pada Juni. Tekanan harga pada kelompok core pada Oktober 2017 sedikit mereda dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi kelompok core Oktober 2017 sebesar 0,33% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 0,37% (mtm). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok core didorong oleh inflasi kedua sub kelompok baik traded maupun nontraded. Sub kelompok core traded memberikan andil sebesar 0,12%, sementara itu sub kelompok core nontraded memberikan andil sebesar 0,07%. Inflasi sub kelompok core traded pada Oktober 2017 tercatat sebesar 0,48% (mtm) dengan komoditas penyumbang inflasi sub kelompok ini yaitu lemon. Sementara itu, sub kelompok core nontraded tercatat inflasi sebesar 0,21% (mtm) dengan komoditas penyumbang inflasi sub kelompok ini yaitu aneka makanan jadi seperti rujak dan nasi dengan lauk. November 2017 IHK Sulut November 2017 mencatat deflasi sebesar 0,09% (mtm), yang terutama bersumber dari deflasi kelompok AP dan VF. Di sisi lain, kelompok core mencatat inflasi dengan level yang terbatas. Kelompok AP memberikan andil deflasi terbesar yakni sebesar 0,22% terhadap deflasi bulanan November Kelompok VF memberikan andil deflasi sebesar 0,03%. Di sisi lain, kelompok core yang mencatat inflasi memberikan andil sebesar 0,16%. 22

34 Grafik 3.4. Inflasi dan Andil November 2017 Berdasarkan Disagregasi -1.02% Sumber: BPS & Bank Indonesia Inflasi (mtm) Andil -0.09% Total -0.18% Volatile Food 0.27% -1.2% -1.0% -0.8% -0.6% -0.4% -0.2% 0.0% 0.2% 0.4% Kelompok AP November 2017 mencatat deflasi yakni sebesar 1,02% (mtm), setelah bulan sebelumnya mencatat deflasi sebesar 0,91% (mtm). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi kelompok AP didorong oleh penurunan indeks harga pada sub kelompok AP nonenergi, sementara itu kelompok AP energi relatif stabil. Andil kelompok AP non-energi pada deflasi bulanan November yaitu sebesar - 0,22%. Sub kelompok AP non-energi mencatat deflasi sebesar 1,85% (mtm) dengan andil tertinggi disumbang oleh tarif angkutan udara sebesar 0,22%. Tarif angkutan udara kembali normal setelah meningkat pada bulan sebelumnya yang disebabkan oleh tingginya jumlah wisman yang datang ke Sulut Oktober 2017 seiring penyelenggaraan event internasional yakni salah satunya Indonesia Open X-Sport Championship dan beberapa festival di kab/kota di Sulut. Sementara itu, sub kelompok AP energi relatif stabil (0% mtm). Stabilnya kelompok AP energi salah satunya dipengaruhi oleh tarif listrik yang telah selesai periode penyesuaiannya (900 VA bagi pelanggan nonsubsidi) pada Juni. Sementara itu, kelompok VF juga mencatat deflasi pada November 2017, melanjutkan tren 3 bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sejak Agustus Deflasi kelompok VF tercatat sebesar 0,18% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (-2,34% mtm). Penurunan tekanan harga di kelompok VF didorong oleh turunnya harga aneka buahbuahan khususnya buah apel dan semangka seiring dengan melimpahnya pasokan. Sementara itu, salah satu komoditas strategis Sulut yakni tomat sayur, juga menjadi salah Core Administered Prices satu penyumbang deflasi. Harga tomat sayur turun hingga mencapai Rp6.000/kg. Turunnya harga tomat sayur seiring dengan pasokan yang melimpah di tengah normalnya tingkat permintaan. Di sisi lain, komoditas strategis Sulut lainnya yakni cabai rawit dan bawang merah mencatat inflasi dengan level terbatas. Berdasarkan survei harga harian Bank Indonesia Sulut, harga kedua komoditas tersebut November 2017 naik sekitar 2% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun demikian, tingkat harga per kilogram kedua komoditas itu masih berada pada level yang normal/wajar. Selain itu, harga daun bawang dan beras juga mengalami kenaikan di mana daun bawang menjadi penyumbang terbesar inflasi pada kelompok VF di November Di sisi lain, meskipun tercatat inflasi, namun tekanan harga pada kelompok core November 2017 mereda dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi kelompok core November 2017 sebesar 0,27% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 0,33% (mtm). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok core bulanan didorong oleh inflasi kedua sub kelompok baik traded maupun non-traded. Sub kelompok core traded memberikan andil sebesar 0,09%, sementara itu sub kelompok core non-traded memberikan andil sebesar 0,07%. Inflasi sub kelompok core traded November 2017 tercatat sebesar 0,36% (mtm) dengan komoditas penyumbang inflasi sub kelompok ini yaitu jeruk nipis dan emas perhiasan. Sementara itu, sub kelompok core non-traded tercatat inflasi sebesar 0,20% (mtm) dengan komoditas penyumbang inflasi sub kelompok ini yaitu aneka makanan jadi seperti capcai, martabak serta nasi dengan lauk. Desember 2017 IHK Sulut Desember 2017 mencatat inflasi sebesar 0,51% (mtm), yang bersumber dari seluruh kelompok baik core, VF maupun AP. Kelompok core memberikan andil sebesar 0,21% terhadap inflasi bulanan Desember Kelompok VF memberikan andil sebesar 23

35 0,18%. Sementara itu, kelompok AP memberikan andil sebesar 0,12%. Grafik 3.5. Inflasi dan Andil Desember 2017 Berdasarkan Disagregasi Total Core Administered Prices Volatile Food Sumber: BPS & Bank Indonesia Inflasi (mtm) 0.36% Andil Pada Desember 2017, tekanan harga pada kelompok core meningkat dari bulan sebelumnya. Inflasi kelompok core Desember 2017 sebesar 0,36% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,27% (mtm). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok core bulanan didorong oleh inflasi kedua sub kelompok traded maupun nontraded. Sub kelompok core traded memberikan andil sebesar 0,15%, sementara itu sub kelompok core non-traded memberikan andil sebesar 0,07%. Inflasi sub kelompok core traded Desember 2017 tercatat sebesar 0,57% (mtm) dengan komoditas penyumbang inflasi sub kelompok ini yaitu bahan-bahan bangunan seperti seng, semen dan cat tembok. Meningkatnya tekanan harga bahan bangunan sejalan dengan meningkatnya pembangunan oleh pemerintah dan swasta. Sementara itu, sub kelompok core non-traded tercatat inflasi sebesar 0,20% (mtm) dengan komoditas penyumbang inflasi sub kelompok ini yaitu ikan tindarung dan martabak. Peningkatan tekanan harga pada kedua makanan tersebut didorong oleh musim liburan dimana masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan di luar rumah seperti ikan bakar (tindarung) dan martabak. Sementara itu, kelompok VF juga mencatat inflasi pada Desember 2017, setelah pada periode Agustus hingga November mencatat deflasi. Inflasi kelompok VF tercatat sebesar 0,93% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (-0,18% mtm). Peningkatan 0.51% 0.58% 0.93% 0.0% 0.2% 0.4% 0.6% 0.8% 1.0% tekanan harga di kelompok VF didorong oleh naiknya harga telur ayam ras, bawang merah, pepaya, beras dan daun bawang serta komoditas lainnya. Kenaikan harga telur ayam ras didorong oleh meningkatnya permintaan telur menjelang Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, kenaikan harga beras disebabkan oleh dimulainya musim tanam padi sehingga berkurang pasokan beras. Di sisi lain, laju inflasi lebih tinggi tertahan oleh komoditas strategis Sulut yakni cabai rawit dan tomat sayur yang mencatat deflasi pada Desember Rata-rata harga cabai rawit dan tomat sayur tidak setinggi bulan sebelumnya didukung oleh pasokan yang cukup. Harga tomat cenderung meningkat pada minggu keempat Desember, sehingga secara rata-rata tidak berpengaruh. Kelompok AP Desember 2017 mencatat inflasi sebesar 0,58% (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 1,02% (mtm). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok AP didorong oleh peningkatan indeks harga pada sub kelompok AP nonenergi, sedangkan kelompok AP energi relatif stabil. Andil kelompok AP non-energi pada inflasi bulanan Desember yaitu sebesar 0,12% dan andil kelompok AP energi sebesar 0,01%. Sub kelompok AP non-energi mencatat inflasi sebesar 1,00% (mtm) dengan andil tertinggi disumbang oleh tarif angkutan udara sebesar 0,19%. Tarif angkutan udara meningkat didorong oleh mobilitas masyarakat yang berkunjung ke Manado dalam rangka perayaan Natal dan Tahun Baru Sementara itu, sub kelompok AP energi relatif stabil dengan inflasi sebesar 0,05% (mtm). Stabilnya kelompok AP energi salah satunya dipengaruhi oleh tarif listrik sejalan dengan berakhirnya periode penyesuaiannya (900 VA bagi pelanggan nonsubsidi) pada Juni Arah Perkembangan Inflasi Tw I 2018 Memasuki awal triwulan I 2018, IHK Januari 2018 tercatat inflasi sebesar 0,49% (mtm) dan secara tahunan tercatat sebesar 1,83% (yoy). Inflasi Januari 2018 tercatat lebih rendah 24

36 dibandingkan bulan sebelumnya (2,44% yoy), tetap terkendali dan relatif rendah di bawah rentang sasaran inflasi tahun 2018 yakni 3,5±1% (yoy). Tabel 3.1. Inflasi Januari 2018 Indikator mtm yoy Inflasi Andil Inflasi Andil Total 0.49% 0.49% 1.83% 1.83% Volatile Food 2.50% 0.48% -0.49% -0.10% Administered Prices 0.17% 0.04% 4.70% 0.98% Core -0.04% -0.02% 1.59% 0.95% Core Traded -0.35% -0.09% 1.89% 0.48% Core Non-Traded 0.19% 0.06% 1.37% 0.47% AP Energi 0.08% 0.01% 7.49% 0.68% AP Non-Energi 0.23% 0.03% 2.55% 0.30% Sumber: BPS & Bank Indonesia IHK Sulut Januari 2018 mencatat inflasi sebesar 0,49% (mtm), yang terutama disebabkan oleh kelompok VF, sementara kelompok AP mengalami inflasi yang relatif kecil, dan kelompok core mengalami deflasi. Kelompok VF memberikan andil sebesar 0,48% terhadap inflasi bulanan Januari Kelompok AP memberikan andil sebesar 0,04%. Di sisi lain, kelompok core memberikan andil sebesar -0,02%. Kelompok VF menjadi penyumbang inflasi Januari Inflasi kelompok VF tercatat sebesar 2,50% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,93% (mtm). Inflasi kelompok VF terutama disebabkan oleh komoditas tomat sayur yang menjadi penyumbang utama inflasi total Januari Selain tomat, harga komoditas VF yang juga mengalami kenaikan yaitu daun bawang, cabai rawit, semangka dan pepaya. Naiknya harga tomat serta komoditas lain seperti daun bawang dan cabai rawit dipengaruhi oleh kondisi cuaca, yakni curah hujan yang cukup tinggi di Sulut dan daerah sekitar pada awal tahun Sebagai informasi, pasokan tomat dan cabai rawit sebagian besar diperoleh dari Sulut dan Gorontalo. Di sisi lain, beras tidak menjadi penyumbang inflasi Sulut pada Januari Harga beras yang terkendali tidak terlepas dari upaya pemerintah melalui Bulog yang melakukan operasi pasar penjualan beras di bawah harga eceran tertinggi. Sementara itu, tekanan harga pada kelompok AP relatif kecil. Kelompok AP mencatat inflasi sebesar 0,17% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,58% (mtm). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok AP didorong oleh peningkatan indeks harga pada kedua sub kelompok baik AP energi maupun non-energi. Andil kelompok AP energi pada inflasi bulanan Januari 2018 yaitu sebesar 0,01% dan andil kelompok AP nonenergi sebesar 0,03%. Sub kelompok AP energi mencatat inflasi sebesar 0,08% (mtm) dengan andil tertinggi disumbang oleh harga bensin sebesar 0,01%. Harga bensin mengalami kenaikan pada tanggal 13 Januari untuk Pertamax sebesar Rp200 dan tanggal 20 Januari untuk Pertalite sebesar Rp100. Sementara itu, sub kelompok AP non-energi mencatat inflasi sebesar 0,23% (mtm). Kenaikan sub kelompok ini disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara yang memberikan andil inflasi sebesar 0,03%. Kenaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya mobilitas masyarakat pasca perayaan Natal dan Tahun Baru di Manado. Di sisi lain, kelompok core menjadi penahan laju inflasi yang lebih tinggi. Kelompok core Januari 2018 mencatat deflasi sebesar 0,04% (mtm), setelah bulan sebelumnya mencatat inflasi sebesar 0,36% (mtm). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi kelompok core disebabkan oleh deflasi sub kelompok core traded, sementara sub kelompok core nontraded mencatat inflasi. Sub kelompok core traded memberikan andil sebesar -0,09 %, sedangkan sub kelompok core non-traded memberikan andil sebesar 0,06%. Deflasi sub kelompok core traded Januari 2018 tercatat sebesar 0,35% (mtm) dengan komoditas penyumbang deflasi sub kelompok ini yaitu lemon, jeruk nipis, sepatu, dan beberapa komoditas lainnya. Sementara itu, sub kelompok core non-traded tercatat inflasi sebesar 0,19% (mtm) dengan komoditas penyumbang inflasi yaitu upah pembantu rumah tangga sebagai dampak penyesuaian terhadap kenaikan UMP pada tahun

37 Memasuki Februari, Bank Indonesia memperkirakan IHK akan mencatat inflasi yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Pada Maret, diperkirakan IHK akan mencatat deflasi seiring dengan kembali normalnya harga komoditas bumbu-bumbuan. Melihat realisasi inflasi Januari dan perkiraan inflasi Februari dan Maret, Bank Indonesia memperkirakan inflasi Sulut pada triwulan I 2018 sebesar 0,3-0,7% (yoy). Perkiraan tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi pada triwulan sebelumnya (2,44% yoy). Turunnya inflasi tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh faktor base effect awal tahun 2017 dimana terjadi penyesuaian subsidi TTL 900 VA dan naiknya biaya perpanjangan STNK Program Pengendalian Inflasi dan Tantangan yang Dihadapi Pencapaian yang baik tersebut tidak terlepas dari peran berbagai pemangku kebijakan dan pemangku kepentingan. Jelang akhir tahun 2017, selain upaya melalui Gerakan Barito Batanang Rica dan Tomat tahap ke 2, berbagai upaya lainnya juga dilakukan. Upaya lainnya berupa sidak pasar yang dipimpin langsung oleh Gubernur Sulawesi Utara, operasi pasar oleh Bulog dalam bentuk Rumah Pangan Kita, dan pasar murah oleh Disperindag Sulut dan Dinas Pangan Sulut yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kab/Kota, serta rapat teknis dan High Level Meeting TPID. Rincian upaya TPID dalam pengendalian harga selama triwulan IV 2017 antara lain: Rapat Teknis TPID Telah dilaksanakan Rapat Teknis TPID pada tanggal 28 November 2017 yang dihadiri oleh seluruh anggota TPID. Adapun rekomendasi yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut adalah: Agar Pertamina mengeluarkan surat kepada Pom Bensin agar beroperasi secara penuh untuk seluruh jenis bahan bakar. TPID akan melakukan teguran kepada pom bensin yang tidak melakukan pembatasan penjualan premium seperti yang terjadi saat ini. Pertamina juga diminta untuk meningkatkan stok LPG 3 Kg sampai dengan 15%. TPID merekomendasikan Bulog untuk memperpanjang masa kebijakan rastra di Sulut yang semula berakhir pada tanggal 15 Desember menjadi awal tahun TPID merekomendasikan agar PT Angkasa Pura I dan maskapai penerbangan dapat berkoordinasi dalam menerapkan kebijakan kenaikan tarif penerbangan dari dan ke Manado di Desember. Sidak Pasar Jelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2018 Tanggal 8 Desember 2017 Dilaksanakan oleh Asisten Dua Pemprov Sulut, Bank Indonesia, Kepala Bulog, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulut, Perwakilan Kemendag, Kepala BPS Sulut, Perwakilan Dinas Perikanan dan Kelautan serta perwakilan dari Disperindag Kab/Kota lainnya. Sidak dilakukan di beberapa titik di antaranya Pasar Bersehati, Gudang Beras Dwi Cipta dan SPBE. Dari hasil sidak diketahui bahwa stok dan harga bahan pokok dalam kondisi aman dengan fluktuasi harga relatif terkendali. Setelah sidak pasar, kemudian dilanjutkan dengan rapat koordinasi (rakor) yang dilaksanakan di Kantor Gubernur Sulut. Dalam rakor tersebut masing-masing SKPD terkait menyampaikan laporan persiapan jelang Natal dan Tahun Baru Dalam hal ini Bulog menyampaikan kegiatan operasi pasar beras, gula, telur dan minyak. Secara umum stok beras cukup untuk memadai untuk memenuhi kebutuhan sampai 4,16 bulan ke depan, demikian juga dengan bahan pangan strategis lainnya. 26

38 Tanggal 9 Desember 2017 Dipimpin langsung oleh Gubenur Sulut, Bapak Olly Dondokambey dan dihadiri juga oleh Bank Indonesia dan seluruh anggota TPID. Sidak dilakukan di Pasar tradisional Bersehati, Pelelangan Ikan Manado dan Distributor serta Pengecer LPG. Dari hasil sidak diperoleh informasi bahwa secara umum harga-harga bahan pokok maupun barang strategis lainnya di Sulut dalam kondisi aman dengan pasokan yang cukup, khususnya untuk memenuhi kebutuhan Natal dan Tahun Baru. Harga tiga komoditas utama yakni Bawang, Rica dan Tomat cukup stabil (bahkan harga rica/cabai mengalami penurunan) dengan pasokan yang cukup. Fluktuasi harga harian relatif kecil, yakni berkisar Rp 1.000,-, masih sangat wajar mengingat pada Desember biasanya terjadi lonjakan permintaan jelang Natal dan Tahun Baru. Untuk komoditas strategis lainnya, operasi pasar yang telah dilakukan oleh Bulog cukup efektif dalam mengendalikan harga gula, minyak dan telur. Demikian juga dengan pasokan ikan segar yang cukup memadai di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu. Untuk stok LPG 3 Kg di Sulut diketahui cukup memadai, dimana Pertamina telah menambah pasokan sebesar 10-15%. Operasi Pasar Operasi Pasar dilakukan oleh Bulog dalam bentuk Rumah Pangan Kita. Adapun barangbarang yang disediakan diantaranya adalah beras dan gula yang dijual di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET). Pasar Murah Telah dilaksanakan pasar murah jelang Natal dan Tahun Baru oleh Disperindag di Manado Town Square serta di 50 titik di seluruh Kab/Kota sejak awal Desember Pasar murah juga dilakukan oleh Dinas Pangan Provinsi bekerjasama dengan Dinas Pertanian di 7 Kab/Kota, sedangkan untuk Manado Pasar Murah dipusatkan di alun-alun dan dilaksanakan pada tanggal 7 Desember High Level Meeting (HLM) TPID Sehubungan dengan adanya Keputusan Presiden No. 23 Tahun 2017 tanggal 8 Agustus 2017 perihal Tim Pengendalian Inflasi Nasional dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No tanggal 2 Oktober 2017 perihal Tim Pengendalian Inflasi Daerah, maka diselenggarakan HLM TPID pada tanggal 14 Desember 2017 yang membahas mengenai: Penyesuaian struktur organisasi, tugas dan peran TPID sesuai dengan Keppres dan Kemendagri terbaru Evaluasi perkembangan inflasi terkini Pembahasan sidak pasar pada tanggal 8-9 Desember 2017 Laporan kesiapan dari masing-masing anggota TPID dan Dinas terkait jelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru Pada awal tahun 2018, di tengah fenomena kenaikan harga beras secara nasional, Pemda Sulut melalui Bulog melakukan operasi pasar penjualan beras. Bulog menyalurkan beras medium melalui Rumah Pangan Kita, pedagang dan warung dengan harga Rp9.350/kg atau berada di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp9.450/kg. Ke depan, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat upaya pengendalian inflasi di tahun Salah satu upaya di tahun 2018 yang akan dilakukan yaitu penguatan kelembagaan TPID di wilayah Sulawesi Utara menyusul terbitnya Keputusan Presiden RI No.23 Tahun 2017 tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional. 27

39 Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 4.1. Gambaran Umum Perbankan Kondisi Umum Kinerja Perbankan Sulawesi Utara pada triwulan IV 2017 masih cukup baik. Hal ini tercermin dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) meski pertumbuhan aset dan kredit tercatat sedikit melambat. Kredit perbankan Sulut pada triwulan IV 2017 mencapai Rp34,5 triliun atau tumbuh 9,8% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,3% (yoy). Ditengah melambatnya kredit perbankan, pertumbuhan aset perbankan masih mencatat peningkatan yang didorong oleh penambahan Surat-surat Berharga (SSB), peningkatan kredit bank BUKU 1 dan adanya pembukaan kantor cabang Bank Mega pada November Disisi lain, penghimpunan dana terus tumbuh membaik pada periode laporan sebesar 11,49% (yoy). Pertumbuhan DPK pada triwulan IV tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 8,82% (yoy). Berdasarkan kelompok bank, peningkatan kredit yang cukup signifikan terjadi pada kelompok bank BUKU I dan BUKU IV, sedangkan bank BUKU II dan III tumbuh melambat. Peningkatan pertumbuhan kredit pada bank BUKU IV terutama didorong oleh peningkatan penyaluran Kredit Konsumsi (KK) dan Kredit Modal Kerjaa (KMK). Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan kredit pada triwulan laporan terutama terjadi pada sektor Pertanian Kehutanan Perikanan, Pertambangan Penggalian, dan Konsumsi. Adapun sektor Pedagang Besar dan Eceran dan sektor Penyediaan akomodasi dan makan minum tercatat tumbuh membaik Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Grafik 4.2. Perkembangan Kredit Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Grafik 4.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK perbankan Sulut pada triwulan IV 2017 kembali mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 11,49% (yoy), setelah pada triwulan III 2017 mengalami 28

40 pertumbuhan sebesar 8,82% (yoy). Sumber utama pertumbuhan DPK Sulut pada triwulan laporan adalah dari peningkatan pertumbuhan giro dan tabungan, sementara deposito tercatat tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan pertumbuhan DPK terutama terjadi pada bank pada BUKU I 7 sebesar 24,63% (yoy) didorong meningkatnya tabungan lembaga keuangan non bank, deposito bukan lembaga keuangan serta tabungan sektor swasta lainnya, serta BUKU IV sebesar 15,65% (yoy) yang didorong oleh meningkatnya deposito, giro, tabungan sektor pemerintah. Sebaliknya, perlambatan DPK terjadi pada BUKU II sebesar -11,68% (yoy) yang didorong oleh perlambatan giro sektor pemerintah, deposito sektor swasta lainnya, deposito lembaga keuangan non bank. BUKU III juga mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 0.89% (yoy) yang terutama didorong oleh melambatnya tabungan sektor pemerintah, tabungan sektor swasta lainnya, serta deposito sektor swasta lainnya. Komponen Tabungan masih mendominasi komposisi DPK Sulut dengan share 52%, diikuti komponen Deposito sebesar 30,9% dan Giro sebesar 17,1%. Tidak jauh berbeda dengan triwulan sebelumnya, berdasarkan kelompok bank, DPK BUKU IV dan III didominasi oleh Tabungan sejalan dengan komposisi dana perseorangan yang lebih tinggi dibanding kelompok lainnya, sementara BUKU II didominasi oleh Deposito perseorangan sejalan dengan suku Bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain, adapun BUKU I didominasi oleh Giro dan Deposito pemerintah. Peningkatan pertumbuhan DPK Sulut pada triwulan IV 2017 didorong oleh pertumbuhan komponen giro dan tabungan yang masing- masing tumbuh 28,41% (yoy) dan 10% (yoy) dimana pada triwulan sebelumnya meningkat masing-masing 1,01% (yoy) dan 9,33% (yoy). Sementara deposito tercatat tumbuh sebesar 6,19% yang melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 12,57% (yoy). Sektor rumah tangga masih mendominasi DPK terutama tabungan dan deposito sejalan dengan komponen kepemilikan dana Sulut yang didominasi oleh Rumah Tangga sebesar 77,4%. Grafik 4.4. Perkembangan Jenis DPK Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Grafik 4.5. Komposisi DPK Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Grafik 4.6. Perkembangan Giro Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia 7 BUKU 1, Bank dengan modal inti kurang dari Rp1 Triliun; BUKU 2, Bank dengan modal inti Rp1 Triliun sampai dengan kurang dari Rp5 Triliun; BUKU 3, Bank dengan modal inti Rp5 Triliun sampai dengan kurang dari Rp30 Triliun; dan BUKU 4, Bank dengan modal inti di atas Rp30 Triliun. 29

41 Grafik 4.7. Perkembangan Tabungan Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Grafik 4.8. Perkembangan Deposito Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Kredit Penyaluran kredit perbankan Sulut pada triwulan laporan masih didominasi Kredit Konsumsi (KK) sebesar 61,2%, disusul Modal Kerja (KMK) 25,9%, dan kredit investasi (KI) 12,9%. Sejalan dengan kondisi tersebut, penyaluran kredit seluruh kelompok bank di Sulut didominasi Kredit Konsumsi (KK), kecuali BUKU II. Kredit KK ketiga kelompok bank tersebut mayoritas disalurkan untuk jenis kredit Multiguna. Adapun perlambatan pertumbuhan kredit perbankan Sulut terjadi pada Kredit Konsumsi (KK) dan Kredit Investasi (KI), sementara Kredit Modal Kerja (KMK) tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada periode laporan, penyaluran KK tercatat tumbuh sebesar 11,3% (yoy), KMK tumbuh 10,6% (yoy), dan KI tumbuh 1,7% (yoy). Melambatnya pertumbuhan KK khususnya terjadi pada semua kelompok bank kecuali bank BUKU I. Tercatat KK Bank BUKU IV tumbuh sebesar 10,5% (yoy) dari sebelumnya 13% (yoy), BUKU III 4,4% (yoy) dari 11,3% (yoy), dan BUKU II sebesar 8,3% (yoy) dari 8,9% (yoy). Adapun BUKU I meningkat menjadi 17% (yoy) dari sebelumnya 9,8% (yoy). Ditengah perlambatan KK, KMK mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 10,6% (yoy) pada triwulan IV 2017 setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 9,9% (yoy). Peningkatan pertumbuhan KMK terjadi pada kelompok bank BUKU I dan IV meski bank BUKU II dan III masih mencatat pertumbuhan negatif sejak akhir tahun Tercatat BUKU I tumbuh sebesar 204,4% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 74,1% (yoy). Sejalan, kelompok bank BUKU IV juga mencatat peningkatan pertumbuhan. Hal tersebut diperkirakan dipicu oleh realisasi proyek khususnya pemerintah daerah menjelang akhir tahun, serta tibanya hari besar keagamaan. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil SKDU yang mencatat peningkatan khususnya pada sektor konstruksi dan perdagangan. SKDU juga mencatat peningkatan penyerapan tenaga kerja pada triwulan laporan yang berasal dari seluruh sektor kecuali sektor pertanian. Melambatnya sektor pertanian diperkirakan dipicu oleh faktor gangguan cuaca yang terjadi di daerah sentra pertanian Sulut. Berdasarkan hasil liaison, peningkatan KMK sektor konstruksi dan perdagangan juga terkonfirmasi melalui peningkatan likert scale penjualan domestik yang tercatat 0,5 lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar 0,17. Peningkatan sektor konstruksi sejalan dengan realisasi proyek pemerintah dan swasta. Adapun peningkatan sektor perdagangan dipicu oleh meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Sulut. Disisi lain, Kredit Investasi (KI) mencatat perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Tercatat KI tumbuh sebesar 1,7% (yoy) pada triwulan IV, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,6% (yoy). Perlambatan pertumbuhan KI terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan bank BUKU IV (dari 30

42 sebelumnya 6% yoy menjadi 1,2% yoy) dan BUKU III (dari sebelumnya -25% yoy menjadi % yoy), sementara bank BUKU I dan II tercatat tumbuh positif pada triwulan laporan. Peningkatan signifikan terjadi pada KI BUKU I (dari sebelumnya 116,4% yoy menjadi 185,5% yoy). Sejalan, KI BUKU II juga meningkat dari sebelumnya -17% (yoy) menjadi 8,3% (yoy) pada triwulan laporan. Namun demikian, peningkatan pertumbuhan bank BUKU I dan II tidak cukup mampu mendorong peningkatan pertumbuhan KI secara total pada triwulan laporan. Perlambatan pertumbuhan KI tersebut juga terkonfirmasi oleh hasil liason. Berdasarkan liaison, perlambatan KI terkonfirmasi melalui perlambatan likert scale investasi. Tercatat rata-rata likert scale investasi pada triwulan IV 2017 sebesar 0,55, melambat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1. Namun demikian, contact liaison masih cukup optimis terhadap iklim investasi Sulut yang tercermin dari rencana investasi yang dibuat oleh sebagian besar contact liaison. Diperkirakan bahwa dukungan serta kepedulian pemerintah daerah mengenai pertumbuhan ekonomi serta iklim investasi di Sulut masih menjadi faktor utama rencana peningkatan investasi contact liaison pada tahun depan. Penyaluran kredit perbankan Sulut pada triwulan IV 2017 masih didominasi sektor utama penopang perekonomian Sulut yakni sektor perdagangan besar dan eceran, sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi, sektor pertanian perikanan dan kehutan, sektor penyediaan makan minum serta sektor industri pengolahan. Pada triwulan IV 2017, secara keseluruhan industri perbankan, beberapa sektor utama penerima pembiayaan rata-rata tercatat tumbuh melambat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Namun demikian, penyaluran kredit ke sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta sektor Penyediaan Akomodasi, Makanan, Minuman masih tercatat tumbuh positif. Ditengah perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit pada sektor utama perekonomian Sulut, penyaluran kredit ke sektor Perdagangan sebagai pangsa terbesar penyaluran kredit Sulut masih mencatat pertumbuhan yang positif sebesar 4,8% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan pada sektor ini sejalan dengan hasil liaison yang menunjukkan terjadinya peningkatan untuk penjualan domestik. Hal tersebut terutama didorong oleh meningkatnya kunjungan wisman ke Sulut dan tibanya hari raya keagamaan. Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kredit yang pada triwulan IV 2017 tingkat realisasi pencairan kredit juga mengalami perlambatan yang tercermin melalui peningkatan undisbursed loan dari 14,84% (yoy) menjadi 22,76% (yoy). Hal tersebut diikuti dengan share undisbursed loan terhadap total kredit yang juga meningkat sebesar 4,8% dibanding triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 4,7%. Peningkatan share undisbursed loan terhadap total kredit terutama terjadi pada BUKU I dan BUKU III. Grafik 4.9. Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Grafik Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia 31

43 Grafik Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Grafik Perkembangan KK Perbankan Umum di Sulut Secara spasial, tingkat LDR di seluruh kabupaten/kota di Sulut pada triwulan IV 2017 berada di atas 100%. Meskipun demikian, pencapaian LDR diatas 100% ini masih didominasi oleh kredit konsumsi sebesar 61,2% dari total kredit yang disalurkan di Sulut. Adapun jika dibandingkan dengan seluruh provinsi di Kawasan Indonesia Timur, tingkat LDR Sulawesi Utara menduduki peringkat tiga tertinggi. Adapun LDR tertinggi dicapai oleh Gorontalo sebesar 218,3%, sedangkan LDR terendah yaitu Kalimantan Utara sebesar 52,7%. Grafik Perkembangan LDR se-kawasan Indonesia Timur Sumber: Bank Indonesia Grafik Komposisi Undisbursed Loan Perbankan Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Grafik Perkembangan LDR secara Spasial Sulut Sumber: Bank Indonesia Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari indikator LDR menunjukkan penurunan pada triwulan IV 2017 menjadi 145,9% dari 147,2% pada triwulan sebelumnya. Namun demikian, level LDR Sulut pada triwulan laporan masih tergolong tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sulut masih cukup menarik sehingga perbankan masih menempatkan dananya di Sulut. Sumber: Bank Indonesia Pertumbuhan penyaluran pembiayaan pada triwulan IV 2017 diikuti oleh membaiknya kualitas kredit. Hal ini tercermin dari indikator rasio NPL menunjukkan perbaikan menjadi 3,29% pada periode laporan dari sebelumnya 3,69%. Menurunnya rasio NPL perbankan terutama terjadi pada sektor Konstruksi, sektor Konsumsi yaitu kredit KPR dan Multiguna, serta sektor Jasa Lainnya. Sejalan, rasio NPL triwulan laporan dilihat dari sisi 32

44 penggunaannya tercatat membaik (KMK, KI, dan KK). Dilihat dari kelompok bank, rasio NPL seluruh kelompok BUKU Bank pada triwulan IV 2017 tercatat membaik kecuali bank BUKU II. Rasio NPL pada bank BUKU II tercatat sebesar 14,99%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,55%. Secara spasial, rasio NPL tertinggi tercatat di Kab. Minahasa Tenggara sebesar 4,42% membaik dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,79% yang didorong oleh Kredit Konsumsi. Secara sektoral NPL tertinggi pada triwulan IV 2017 terjadi di sektor industri pengolahan sebesar 12,4%, sektor industri konstruksi 6,76%%, dan sektor jasa perusahaan sebesar 6,24. NPL sektor industri pengolahan pada periode laporan tercatat meningkat menjadi 12,4% (sebelumnya 11,81%). Disamping itu, sektor lainnya yang tercatat mengalami peningkatan rasio NPL adalah sektor Real Estate, Penyediaan Makanan Minuman, Transportasi & Pergudangan, serta Pengadaan Listrik Gas & Produksi Es. Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI), rasio NPL Sulut berada pada posisi ke-5 teratas setelah Kaltim, Papua, Pabar, Sulsel. Tercatat rasio NPL tertinggi pada triwulan laporan adalah Kaltim sebesar 7,01%, sedangkan yang terendah adalah Kalimantan Utara. Sejalan dengan membaiknya kualitas kredit, apabila dianalisis dari sisi Loan At Risk, risiko kredit mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat loan at risk pada triwulan IV 2017 sebesar 11,36%, menurun dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,6%. Adapun kelompok bank yang memiliki risiko tertinggi pada periode laporan yaitu Kelompok Buku II sebesar 25,11% atau Rp262,3 miliar. Angka ini melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 26,2%. Dilihat berdasarkan sektor ekonomi, risiko tertinggi dari sisi loan at risk yaitu sektor real State dan jasa perusahaan sebesar 47,9% (triwulan sebelumnya tercatat 50,6%) dan sektor perikanan sebesar 32,9% triwulan sebelumnya 37%). Hampir seluruh sektor mengalami penurunan risiko kecuali sektor yang masih belum jelas batasannya. Sedangkan jika dibandingkan dengan seluruh provinsi di Kawasan Indonesia Timur, risiko loan at risk Sulut pada periode laporan berada pada peringkat keempat tertinggi yaitu sebesar 11,36%. Loan at risk tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Timur sebesar 22,80%. Grafik NPL Bank Umum Per Kelompok di Sulut Sumber: Bank Indonesia Grafik NPL Bank Umum Per Jenis Penggunaan di Sulut Sumber: Bank Indonesia Grafik NPL Bank Umum Per Kab/Kota di Sulut Sumber: Bank Indonesia 33

45 Grafik Perkembangan NPL Bank Umum di Kawasan Indonesia Timur Sumber: Bank Indonesia 4.2. Akses Keuangan dan UMKM Perkembangan Pembiayaan UMKM Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Sulawesi Utara tercermin dari pangsa unit usaha yang dominan terhadap total unit usaha, serta menjadi sektor yang juga turut berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Pada triwulan IV 2017, laju pertumbuhan kredit UMKM di Sulut melambat. Kredit UMKM di Sulut tumbuh sebesar 9,96% (yoy) dari yang semula tumbuh sebesar 10,53% (yoy). Pertumbuhan kredit di sektor UMKM disertai dengan perbaikan kualitas kredit yang tercermin dari turunnya rasio NPL kredit UMKM meskipun masih berada di atas threshold yaitu 5%. Pada triwulan IV 2017, NPL Kredit UMKM tercatat sebesar 5,11%, dibanding periode sebelumnya 5,43%. Pangsa kredit UMKM Sulut pada periode laporan sebesar 26,32% dari sebelumnya 25,26%. Berdasarkan kelompok bank, seluruh kelompok bank telah memenuhi threshold penyaluran minimum kredit UMKM kecuali kelompok BUKU I yang baru mencapai 11,1% pada periode laporan, sedangkan BUKU II tercatat sebesar 32,2%, BUKU III sebesar 22,7%, dan BUKU IV sebesar 34,3%. Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi penyaluran kredit UMKM terbesar berada di Kota Manado sebesar 55,9% diikuti Kota Bitung sebesar 12,1% dan Kota Kotamobagu sebesar 11,2%. Sedangkan dari sisi kerentanan terhadap risiko kredit bermasalah, Kab. Bolaang Mongondow Timur mencatatkan NPL tertinggi dibandingkan 15 kab/kota lainnya untuk kategori kredit UMKM yaitu mencapai 15,41% pada periode triwulan IV 2017 yang bersumber dari sektor perdagangan subsektor perdagangan eceran yang didominasi makanan dan minuman. Adapun Kota Manado sebagai daerah dengan realisasi kredit UMKM terbesar, rasio NPL kredit UMKMnya juga menurun menjadi 6,73% dari periode sebelumnya 6,84%. Grafik Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulut Grafik Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Sejalan dengan pertumbuhan kredit UMKM, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan di Sulut pada triwulan IV 2017 turut mengalami peningkatan terbatas Upaya Peningkatan Akses Keuangan dan Pengembangan UMKM Untuk mendorong peningkatan akses masyarakat Sulut terhadap layanan jasa keuangan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, Bank Indonesia telah melakukan berbagai bentuk langkah dan upaya, diantaranya adalah sebagai berikut: 34

46 Melaksanakan capacity building kepada kelompok klaster bawang merah binaan Bank Indonesia di Minahasa terkait pelatihan teknik budidaya dalam rangka peningkatan produktivitas serta program pengolahan pasca panen komoditas bawang merah pada November Melaksanakan fasilitasi pemenuhan bahan baku dalam rangka peningkatan produktivitas pengolahan ikan cakalang fufu asap cair serta fasilitasi sertifikasi halal dan akses pasar kepada kelompok klaster binaan ikan cakalang fufu asap cair di Bitung pada Desember Menyelenggarakan seminar pengembangan ekonomi dan kewirausahaan yang bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) dalam rangka mendorong peningkatan daya saing daerah serta peningkatan jiwa kewirausahaan di Manado pada Oktober Ketahanan Korporasi Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Menurunnya kinerja ekspor menjadi salah satu sumber kerentanan sektor korporasi khususnya Industri Pengolahan di Sulut. Pada triwulan IV 2017, ekspor Sulut menurun 5,23% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik Komposisi Ekspor Sulut Sumber: SITC, diolah Minyak Nabati memiliki pangsa hingga 70% dari total ekspor Sulut sehingga harga Crude Coconut Oil (CNO) turut mempengaruhi kinerja ekspor Sulut. Pada triwulan IV 2017, harga CNO mengalami penurunan sebesar 4,87% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik Perkembangan Harga Minyak dan Ekspor Minyak Nabati Sulut Sumber: World Bank Ekspor Sulut pada tahun 2017 yang turun sebesar -5,01% (yoy) disebabkan oleh turunnya ekspor komoditas Perhiasan/ Permata hingga 96,63% atau lebih dari $125 juta disebabkan oleh proses refinery yang dilakukan oleh PT. Aneka Tambang sehingga hasil ekspor tercatat di DKI Jakarta. Kinerja Korporasi Sejalan dengan hasil ekspor, berdasarkan hasil liaison, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya kegiatan usaha perusahaan dengan orientasi ekspor menurun, di sisi lain perusahaan dengan orientasi penjualan domestik mengalami peningkatan kegiatan usaha. Kinerja perusahaan yang berorientasi ekspor yang melambat disebabkan oleh kekurangan pasokan bahan baku jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Menurut hasil liaison, kekurangan pasokan bahan baku disebabkan oleh ekspor langsung bahan baku (Kopra ke Tiongkok). Sementara itu, pada triwulan IV 2017, pertumbuhan turis asing yang sebesar 216,48% (yoy) turut mendorong sektor pariwisata dalam meningkatkan kegiatan usaha pada contact yang memiliki penjualan domestik. 35

47 Grafik Likert Scale Kegiatan Usaha Grafik Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Sumber: Liaison dan SKDU, Bank Indonesia Kedepan, prospek kinerja korporasi yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara masih menjanjikan, dimana kegiatan usaha pada triwulan mendatang diperkirakan masih tercatat tumbuh dengan SBT sebesar 10,54%. Pertumbuhan tersebut diperkirakan akan disumbangkan oleh peningkatan kinerja lapangan usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan seiring dengan membaiknya kondisi cuaca serta hasil panen yang diperkirakan akan membaik. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi Eksposur kredit perbankan pada sektor korporasi menurun dari 15,9% pada triwulan III 2017 menjadi 15,19% pada triwulan IV Penurunan eksposur kredit Perbankan pada sektor korporasi juga diikuti oleh penurunan Non Performing Loan (NPL) dari Triwulan III 2017 yang sebesar 6,01% ke angka 5,10% pada Triwulan IV Meski tidak sebesar eksposur kredit Rumah Tangga yang sebesar 82,65% dan NPL dari eksposur kredit rumah tangga yang sebesar 3,30%, kerentanan yang terjadi pada sektor ini perlu untuk diwaspadai agar stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan tetap terjaga mengingat eratnya keterkaitan antar sektor. Keterkaitan sektor korporasi terhadap sektor rumah tangga dalam hal penyerapan tenaga kerja yang kemudian berpengaruh terhadap penghasilan. Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik Pertumbuhan Kredit Korporasi Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit perbankan pada sektor korporasi di Sulut pada triwulan IV 2017 mencapai Rp 5,24 triliun, menurun -1,01% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya. Perlambatan tersebut didorong oleh menurunnya KI sebesar -3,1% (yoy) yang mendominasi penyaluran kredit korporasi Sulut. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit korporasi terutama disalurkan dalam bentuk Kredit Modal Kerja (50,10%) dan Kredit investasi (49,03%), dan hanya sebagian kecil dipergunakan untuk konsumsi (0,87%) Ketahanan Rumah Tangga Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Sebagai penyedia dana dan sebagai penerima pendanaan dari institusi keuangan, sektor Rumah Tangga memiliki peran yang penting dalam Sistem Keuangan. Beberapa faktor yang memengaruhi kondisi rumah tangga adalah tingkat pendapatan, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan kondisi pembiayaan/kredit rumah tangga. 36

48 Konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian Sulut pada triwulan IV 2017 masih tumbuh positif, meskipun tercatat sedikit melambat ditengah meningkatnya perekonomian Sulut pada triwulan laporan. Pertumbuhan konsumsi RT yang masih positif sejalan dengan keyakinan konsumsi masyarakat yang masih optimis. Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sulut Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Optimisme rumah tangga dalam melakukan kegiatan konsumsi menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama triwulan IV 2017 yang berada pada level 130 yang masih berada diatas titik optimis (100). Grafik Persepsi Rumah Tangga Sulut terhadap Ekonomi saat ini Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik Persepsi Rumah Tangga Sulut terhadap Harga 6 bulan kedepan Optimisme rumah tangga juga masih menunjukkan peningkatan baik terhadap kondisi penghasilan, pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini tercermin dari indeks pembentuk Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE), sepanjang periode Oktober-Desember 2017 masih berada diatas titik optimis (>100). Sejalan dengan hal tersebut, Indeks Penghasilan Saat Ini menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan. Optimisme tersebut diperkirakan akan terus bertahan pada pada waktu mendatang, tercermin dari rata-rata ekspektasi rumah tangga terhadap harga 3 bulan mendatang yang tetap berada dilevel optimis (142,50) meski menurun dibandingkan periode sebelumnya (178,50). Ke depan, risiko yang berasal dari kenaikan harga pada sektor RT diperkirakan akan mereda. Hal ini terindikasi dari penurunan Indeks Ekspektasi Harga 6 bulan mendatang. DPK Perseorangan di Perbankan Pada triwulan IV 2017 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perseorangan mengalami pertumbuhan sebesar 2,81% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat kontraksi sebesar -3,88% (yoy). Dilihat dari porsinya, sektor rumah tangga masih mendominasi DPK perbankan Sulut, dengan pangsa yang mencapai 76,8% dari keseluruhan DPK di Sulut. Porsi DPK perseorangan tersebut relatif meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya (73,6%), namun menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2016 sebesar 83,29%. Grafik Komposisi DPK Perseorangan di Sulut Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 37

49 Preferensi rumah tangga pada triwulan IV 2017 dalam melakukan penempatan dana masih didominasi pada produk tabungan (63,3%) dan deposito (32,1%). Grafik Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit Perbankan Sektor Rumah Tangga kredit terbesar tercatat tumbuh sebesar 12,51% (yoy) meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 12,29% (yoy). Semakin banyaknya developer properti serta relaksasi ketentuan mengenai LTV pada tahun 2016 mulai berdampak pada penyaluran KPR, dimana pada periode ini KPR tumbuh 9,18% (yoy). Sementara itu, penurunan terjadi pada KKB yang terkontraksi lebih dalam menjadi -28,15% (yoy) dimana pada bulan sebelumnya terkontraksi -11,54% (yoy). Disisi lain, perlambatan pertumbuhan terjadi pada Kredit Perlengkapan yang tumbuh 19,19% (yoy) pada periode laporan dari 29,38% (yoy) di triwulan sebelumnya. Grafik Pertumbuhan Kredit Konsumsi Menurut Jenis Penggunaan Kredit rumah tangga (konsumsi) pada triwulan IV 2017 mencapai Rp21,1 triliun, tumbuh 11,33% (yoy) atau melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,86% (yoy). Sementara itu pangsa kredit rumah tangga terhadap total kredit yang disalurkan masih dominan yaitu 61,81%. Grafik Komposisi Kredit Konsumsi Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Dari sisi penggunaan, pangsa kredit rumah tangga masih didominasi oleh Kredit Multiguna (76,79%), diikuti Kredit Pemilikan Rumah - KPR (21,59%), Kredit Perlengkapan (0,83%) dan Kredit Kendaraan Bermotor - KKB (0,79%). Kredit RT jenis multiguna sebagai jenis Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit rumah tangga pada triwulan laporan semakin membaik jika dibandingkan triwulan sebelumnya sebagaimana tercermin dari penurunan rasio. Rasio NPL periode sebelumnya 2,47% turun menjadi 2,20% pada triwulan laporan. Adapun nominal NPL tercatat menurun dari Rp506 milyar menjadi Rp464 milyar. Penurunan rasio NPL terjadi pada seluruh jenis kredit Rumah Tangga tanpa terkecuali. Kualitas kredit untuk KPR turut membaik. Hal tersebut terlihat dari penurunan NPL baik secara nominal maupun rasio, dari 6,50% pada triwulan sebelumnya menjadi 5,74% pada triwulan laporan. 38

50 Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 5.1. Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran Non Tunai Pada triwulan IV 2017, transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Sulawesi Utara tercatat sebesar Rp 1,76 triliun. Jumlah ini sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1,77 triliun. Secara pertumbuhan, transaksi kliring masih mengalami penurunan yaitu sebesar 27% (yoy) pada triwulan IV Penurunan transaksi kliring salah satunya masih disebabkan oleh dampak lanjutan dari pemberlakuan ketentuan atas pembatasan nominal transfer paling banyak Rp500 juta per transaksi sehingga terdapat base year effect yang menyebabkan pertumbuhan triwulan ini rendah. Penurunan juga terjadi pada volume transaksi sebesar 30% (yoy) dari sebelumnya pada triwulan IV 2016 lembar menjadi lembar pada periode laporan. Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi SKNBI Bank Indonesia Sulut terus melakukan upaya menjaga kelancaran transaksi pembayaran nontunai. Upaya yang dilakukan yaitu mendorong Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) melalui Layanan Keuangan Digital (LKD) dan elektronifikasi berbagai jenis transaksi baik Goverment to People (G to P), People to Government (P to G) dan People to People (P to P). Guna meningkatkan penggunaan LKD di Sulut, Bank Indonesia berupaya memperluas implementasi LKD melalui dorongan kepada bank penyelenggara LKD di Sulut, untuk melakukan ekspansi agen LKD di tiap-tiap daerah. Jumlah LKD per Desember 2017 tercatat sebanyak agen atau bertambah sebanyak 28% (2.146 agen) dari triwulan sebelumnya dengan nilai nominal transaksi sebesar Rp80,3 juta. Angka tersebut tergolong kecil jika dibandingkan dengan jumlah transaksi secara nasional yaitu sebesar Rp48,12 miliar atau sekitar 0,17% dari total nominal transaksi nasional. Dalam rangka mendorong elektronifikasi, Bank Indonesia telah menyusun Roadmap Elektronifikasi untuk tahun yang menjadi panduan dalam implementasi elektronifikasi transaksi keuangan di wilayah Sulut. Pada awal tahun 2018, Bank Indonesia Sulut tara telah menyusun rencana implementasi transaksi non tunai yaitu elektronifikasi SPBU, elektronifikasi kawasan Boulevard, kawasan Bandara Sam Ratulangi, dan kawasan wisata Bunaken. Keberhasilan utama elektronifikasi di Sulut pada tahun 2017 adalah terlaksananya pembayaran gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) di 15 Kab/Kota se- Sulawesi Utara berkat keseriusan dan koordinasi yang intens antara Bank Indonesia Sulawesi Utara, Pemerintah daerah dan serta kesiapan infrastruktur perbankan. Dalam upaya mendukung kelancaran sistem kliring, Bank Indonesia melakukan pemantauan kepatuhan KPWD melalui analisis laporan berkala setiap bulan secara off-site serta pemeriksaan on-site. Di Sulut, terdapat 4 penyelenggara kliring yaitu Bank Indonesia di Manado, dan 3 KPWD yang terdiri dari BNI di Kotamobagu, Bank Mandiri di Gorontalo, dan BNI di Bitung. Pada triwulan IV 2017, Bank Indonesia melakukan pemantauan secara off-site terhadap 3 (tiga) penyelenggara 39

51 KPWD, yaitu melalui laporan-laporan yang disampaikan kepada Bank Indonesia terkait pelaksanaan pertukaran warkat di masingmasing KPWD. Jumlah rata-rata kliring penyerahan harian selama triwulan IV adalah sebesar 80,48 lembar, sedangkan rata-rata kliring pengembalian warkat adalah sebanyak 1,24 lembar. Dari sisi jumlah rata-rata harian warkat debit, hanya wilayah kliring Gorontalo yang memenuhi jumlah rata-rata warkat harian, yaitu sebanyak 30 (tiga puluh) warkat per hari. Aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) pada triwulan IV 2017 menunjukkan peningkatan sejalan dengan tumbuhnya pariwisata Sulawesi Utara. Transaksi penjualan valuta asing pada KUPVA BB tercatat sebesar Rp6,18 Miliar tumbuh 64% (yoy). Peningkatan aktivitas KUPVA BB disisi lain perlu disertai dengan pengawasan untuk mencegah risiko pemanfaatan KUPVA BB bagi kegiatan pencucian uang, pendanaan terorisme, judi online, dan kejahatan lainnya. Oleh karenanya, Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.19/10/PBI/2017 tanggal 6 September 2017 tentang Penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran Selain Bank dan Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing. PBI tersebut diterbitkan untuk menyempurnakan dan menyelaraskan penerapan prinsip APU dan PPT sesuai dengan rekomendasi Financial Action Task Force (FATF) yang merupakan prinsip APU dan PPT yang berlaku secara internasional. Penyempuranaan pengaturan APU dan PPT meliputi penyesuaian ruang lingkup pengaturan, pendekatan berbasis risiko (Risk Based Approach), pencegahan pendanaan terorisme dan proliferasi senjata pemusnah massal, mitigasi risiko terkait teknologi baru dan pemanfaatan inovasi teknologi, penyempurnaan Customer Due Dilligence (CDD) dan penguatan ketentuan sanksi. Sepanjang triwulan IV 2017 telah dilakukan beberapa sosialisasi kepada KC KUPVA BB yang berkantor pusat di luar Sulut, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulut, Asosiasi Tour dan Travel Indonesia (ASITA) Sulut, serta koordinasi dengan Kepolisian Daerah, Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Dinas Pariwisata untuk perumusan strategi penertiban. Berdasarkan hasil market intelligence dan koordinasi dengan instansi/ pihak terkait, hingga saat ini belum ditemukan adanya KUPVA BB yang tidak berizin di Sulut Pengelolaan Uang Tunai Pergerakan aliran masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia pada triwulan IV 2017 masih mengikuti pola historisnya yaitu menunjukkan adanya peningkatan net-outflow. Permintaan masyarakat akan uang kartal mulai meningkat sejalan dengan momentum Hari Raya Natal dan Tahun Baru di penghujung tahun Hal ini tercermin dari aktivitas setoran-bayaran uang tunai yang tercatat net-outflow sebesar Rp1,09 triliun, berkebalikan dengan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat net inflow (lebih besar uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia) Rp1,1 triliun. Net outflow pada triwulan IV 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan survei soil level 2017 oleh Departemen Pengelolaan Uang (DPU) bersama konsultan eksternal yaitu PT.Frontier Indonesia, soil level Uang Pecahan Besar (UPB) berada di angka 11 dan Uang Pecahan Kecil (UPK) berada di angka 8. Bank Indonesia Sulut terus berupaya untukk meningkatkan soil level uang di Provinsi Sulut. Pertama, dengan melakukan survei pendataan pasar di seluruh kecamatan yang beroperasi pada hari kerja dan memenuhi syarat untuk dapat didatangi oleh Tim Kas Keliling Bank Indonesia. Kedua, pemetaan dan pelaksanaan kas keliling di lokasi pasar yang dapat dijangkau oleh Tim Kas Keliling. Ketiga, akselerasi pembukaan kas titipan sehingga memperbanyak jumlah uang HCS/ULE yang didistribusikan ke wilayah Sulut. Keempat, 40

52 melaksanakan program BI Jangkau dengan bekerjasama dengan 7 (tujuh) kantor cabang serta kantor cabang pembantu PT.BPD SulutGo. Kelima, melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah serta cara memelihara uang rupiah sehingga soil level uang di Sulut dapat meningkat di tahun Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Rp triliun) Seiring dengan kebijakan clean money policy, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) terus dilakukan oleh Bank Indonesia. Pada triwulan IV 2017, sejalan dengan lebih banyaknya aliran uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia dibandingkan uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia, jumlah UTLE yang dimusnahkan secara nominal dan rasio terhadap inflow mengalami peningkatan. Pemusnahan pada triwulan IV 2017 sebesar Rp1,1 triliun dengan rasio terhadap inflow sebesar 29%. Jumlah pemusnahan pada triwulan sebelumnya sebesar Rp550 Miliar dengan rasio terhadap inflow 55%. Bank Indonesia juga menyelenggarakan pelayanan jasa kas titipan dalam rangka penyediaan kebutuhan uang kartal. Untuk mempercepat penyediaan kebutuhan uang kartal kepada masyarakat, pada triwulan IV 2017 dilakukan pembukaan 3 (tiga) kas titipan baru. Pembukaan kas titipan dimaksud yaitu kas titipan di Bitung pada Oktober 2017, Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten Kepulauan Talaud pada November Pada triwulan IV 2017, dilakukan sebanyak 8 kali dropping kas titipan, yang terdiri dari 1 kali di Kab. Kep. Sangihe (Bank Mandiri KC Tahuna), 2 kali di Provinsi Gorontalo (BPD SulutGo KC Marisa), 1 kali di Kota Kotamobagu (BPD SulutGo KC Kotamobagu), 2 kali di Kota Bitung (BNI KC Bitung), 1 kali di Kab. Kep. Sitaro (BPD SulutGo KC Siau), dan 1 kali di Kab. Kep. Talaud (BPD SulutGo KC Melonguane). Sementara itu, penarikan kas titipan dilakukan sebanyak 4 kali yang terdiri dari 1 kali di kota Kotamobagu dan 3 kali di Provinsi Gorontalo (Kota Gorontalo dan Kabupaten Pohuwato). Total dropping kas titipan pada triwulan IV 2017 sebesar Rp630,68 miliar. Selain melalui kas titipan, Bank Indonesia juga telah mengoptimalkan layanan kas keliling, yang tidak hanya menjangkau pusat bisnis modern, namun juga hingga ke pasar tradisional di tingkat Kecamatan di setiap Kab/Kota di Sulut. Sepanjang 2017, telah menyelenggarakan 220 kegiatan kas keliling yang terdiri dari kegiatan kas keliling dalam kota Manado, kas keliling luar kota dan kas keliling BI Jangkau pada Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Tenggara, Kab. Minahasa Selatan, dan Kab. Bolaang Mongondow Timur. Dalam rangka memperluas jangkauan layanan kas Bank, Bank Indonesia melaksanakan program BI Jangkau, yaitu program yang bertujuan untuk meningkatkan layanan kas untuk menjangkau masyarakat di wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi jaringan kantor bank, pegadaian Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR), dan pihak lain. Sulut menjadi salah satu wilayah yang ditunjuk sebagai pilot project BI Jangkau. Pelaksanaan Pilot Project BI Jangkau di Sulawesi Utara dilaksanakan oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan PT. BPD Sulawesi Utara Gorontalo (Bank SulutGo) melalui 7 jaringan kantor cabang Bank SulutGo, yang wilayah kerjanya meliputi 4 Kabupaten dan 47 Kecamatan di Sulut. Pada triwulan IV 2017, Bank Indonesia telah melakukan penukaran uang HCS kepada Bank SulutGo sebanyak 3 kali dengan total nominal sebesar Rp5,1 miliar. Melalui skema layanan pembayaran bagi nasabah dan layanan 41

53 penukaran uang kepada masyarakat, sebanyak Rp4,627 miliar uang HCS atau sekitar 91% dari total penukaran uang HCS tersebut dapat diserap oleh masyarakat. Kegiatan tersebut juga dirangkaikan juga dengan kegiatan edukasi mengenai Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah kepada masyarakat, untuk memitigasi risiko peredaran uang palsu di Sulut. Temuan uang palsu di Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo pada triwulan IV 2017 sebanyak 278 lembar, meningkat dari triwulan III 2017 yang tercatat hanya sebanyak 216 lembar, namun jika dilihat dari persentasi terhadap jumlah uang yang diedarkan oleh Bank, terjadi penurunan persentasi temuan uang palsu dari triwulan III ke triwulan IV. Berdasarkan pecahannya, temuan pada triwulan IV 2017 terdiri dari 261 lembar pecahan Rp100 ribu dan 12 lembar pecahan Rp50 ribu. Pemberantasan uang palsu terus dilakukan Bank Indonesia antara lain melalui penguatan koordinasi bersama aparat penegak hukum yang didasarkan pada Pokok- Pokok Kesepahaman dalam rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia dengan Kepolisian Daerah Sulut yang telah disepakati sejak tanggal 23 Juni Bank Indonesia selalu melakukan klarifikasi uang palsu melalui data dan fisik bilyet setiap bulan yang kemudian dilaporkan kepada Kepolisian Daerah Sulut untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangannya sebagai penegak hukum. Pada Januari 2018, Bank Indonesia memperkenalkan Bank Indonesia Counterfeit Analysis Centre (BICAC) Generasi II. BICAC merupakan sistem informasi sebagai pusat data, hasil penelitian, dan pelaporan temuan uang palsu dengan fungsi pengklasifikasian karakteristik masing-masing uang palsu atas hasil analisis laboratorium. BICAC Generasi II dapat mengakomodasi seluruh kegiatan penatausahaan pelaporan uang palsu yang masuk ke Bank Indonesia melalui perbankan, Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR), perorangan, maupun aparat penegak hukum. Selain untuk kepentingan internal, statistik dan pelaporan uang palsu dapat digunakan untuk kepentingan stakeholders utama Bank Indonesia antara lain Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI), Kejaksaan Agung, dan Kepolisan Republik Indonesia (POLRI). Grafik 5.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu (Lembar) Grafik 5.4. Persentasi Temuan Uang Palsu Terhadap Outflow Uang Sumber: Bank Indonesia 42

54 Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 6.1. Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami penurunan. Penurunan kondisi ketenagakerjaan di Sulut tersebut tercermin dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada periode Agustus 2017 yang sebesar 7,18%, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 6,18%. Sementara itu, kinerja ekonomi Sulut pada triwulan III 2017 tercatat meningkat dengan pertumbuhan sebesar 6,49% (yoy), lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2016 (6,02% yoy). Jumlah angkatan kerja Sulut pada periode laporan tercatat mengalami penurunan, sementara jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) mengalami peningkatan. Meskipun jumlah penduduk usia kerja meningkat 1,32% (yoy), namun hal ini tidak diikuti dengan peningkatan jumlah angkatan kerja. Realisasi angkatan kerja pada periode laporan tercatat sebanyak 1,12 juta atau turun sebesar -5,2% dibandingkan periode tahun sebelumnya (1,18 juta). Hal ini disebabkan penduduk usia kerja banyak yang melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA, terkonfirmasi dengan peningkatan jumlah penduduk usia kerja yang menyelesaikan pendidikan SMA sebesar 7,6%. Tren penurunan jumlah angkatan kerja juga diikuti dengan penurunan jumlah penduduk yang bekerja dan peningkatan jumlah pengangguran. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 mengalami kontraksi sebesar -6,3% (yoy) dibandingkan periode Agustus 2016 yang tercatat meningkat 11,1% (yoy). Hal ini mengakibatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulut juga mengalami perlambatan yaitu sebesar 60,85%, menurun dari tahun sebelumnya yang berada di level 65,11%. Kondisi tersebut menyebabkan jumlah pengangguran meningkat sebanyak 7 (tujuh) ribu orang dan mendorong TPT mengalami peningkatan yang lebih dalam. Tabel 6.1. Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa) Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Agustus (%) Sumber: Badan Pusat Statistik TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan TPT di pedesaan. Pada periode laporan, TPT di perkotaan sebesar 8,16%, sedangkan TPT di pedesaan tercatat sebesar 6,17%. Hal ini disebabkan penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi di tingkat pedesaan, terutama di subsektor pertanian. Berdasarkan porsinya, penyerapan jumlah tenaga kerja di subsektor pertanian yaitu sebanyak 264,7 ribu orang (25,4%), subsektor perdagangan sebanyak 231 ribu orang (22,2%), dan subsektor jasa sebanyak 225,7 ribu orang (21,68%). Kondisi ini sesuai dengan struktur ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2017 yang didominasi oleh subsektor pertanian sebesar 22,05% dari total PDRB dan subsektor perdagangan sebesar 12,02% dari total PDRB. Berdasarkan lapangan usahanya, peningkatan tingkat pengangguran disebabkan oleh penurunan penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha pertanian. 43

55 Penyerapan tenaga kerja dari subsektor pertanian terkontraksi sebesar 10,40% (yoy) yang disebabkan turunnya pasar tenaga kerja dengan pendidikan SMP ke bawah yang identik dengan tenaga kerja sektor pertanian. Di tahun 2017 tenaga kerja dengan pendidikan SMP ke bawah turun sebesar 83 ribu atau kontraksi sebesar 23,4%. Tingkat penyerapan tenaga kerja di subsektor pertanian diproyeksikan akan mulai meningkat seiring dengan perhatian Pemerintah dalam hal perluasan lahan pertanian dan penyediaan bibit. Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha perdagangan dan jasa kemasyarakatan tercatat meningkat kinerjanya masing-masing sebesar 2,19% (yoy) dan 1,62% (yoy) sebagai dampak peningkatan permintaan wisatawan mancanegara yang tumbuh sebesar 29% (mtm) pada bulan September Selain itu, strategi pemerintah dalam menjalin kerja sama dengan China dalam kerangka One Belt and One Road (OBOR) di tiga area prioritas investasi yakni Sumatra Utara, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Utara, akan semakin meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Sulut. Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang) Sumber: Badan Pusat Statistik Sejalan dengan penurunan tenaga kerja di lapangan usaha pertanian, sektor informal menunjukkan penurunan jumlah tenaga kerja secara signifikan namun masih mendominasi jenis lapangan pekerjaan di Sulut. Penurunan jumlah tenaga kerja di sektor informal sejalan dengan perlambatan kinerja dan jumlah tenaga kerja di lapangan usaha pertanian yang merupakan sektor informal. Hal ini terkonfirmasi dengan jumlah pekerja setengah menganggur yang merupakan karakteristik lapangan usaha pertanian yang juga naik presentasenya dari 7,91% pada Agustus 2016 menjadi 9,24% pada periode laporan. Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (ribu orang) Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (ribu orang) Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel 6.5. Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk Level SMA paling tinggi dibandingkan tingkat pendidikan lainnya yaitu 25,83% (lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 21,17%). Hal ini mengindikasikan jumlah penawaran pekerjaan di level pendidikan SMA lebih sedikit dibanding tenaga kerja tersedia. Tingginya TPT dengan Level SMA selama 3 tahun terakhir (di atas 15%) salah satunya diindikasikan sebagai akibat dari kebijakan moratorium dan transhipment yang berimbas pada surat ijin melaut yang sulit dikeluarkan bagi perusahaan akibatnya banyak karyawan perusahaan perikanan yang dirumahkan. Hal ini terkonfirmasi dengan menurunnya jumlah tenaga kerja di subsektor perikanan dari sebelumnya 14 ribu orang menjadi 6 ribu orang. Di tengah TPT yang meningkat, jumlah penduduk Sulut pada Agustus 2017 yang berprofesi mengurus Rumah Tangga juga 44

56 mengalami kenaikan yang signifikan yaitu meningkat 31,6% (qtq) atau 19,9% (yoy). Mayoritas penduduk yang berprofesi mengurus Rumah Tangga ini belum memiliki kegiatan produktif yang menghasilkan pendapatan tambahan. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, TPAK Sulut lebih dekonsentrasi pada tenaga kerja laki-laki dibanding tenaga kerja perempuan. TPAK lakilaki tercatat sebesar 79,28% sementara TPAK perempuan hanya 41,7%. Artinya banyak penduduk perempuan yang belum ikut andil dalam kegiatan produktif. Secara spasial, TPT tertinggi di Sulut diduduki oleh Kota Bitung (9,85%), Kab. Minahasa Utara (9,48%), dan Kota Manado (9,35 Berdasarkan jumlah pengangguran, Kota Manado menempati peringkat pertama dengan jumlah terbanyak yaitu 18,2 ribu atau sebesar 23% dari total pengangguran di Sulawesi Utara yang berjumlah orang. Sedangkan peringkat TPAK tertinggi di Sulawesi Utara yaitu Kab. Kepulauan Talaud (68,32%), Kab. Bolaang Mangondow (64,10%), dan Kab. Minahasa Selatan (62,42%). Dibandingkan dengan provinsi lain di KTI, TPT Sulut menduduki peringkat tertinggi kedua setelah Maluku. Tingkat Pengangguran tersebut lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran selama 5 tahun terakhir. Grafik 6.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka se-kawasan Indonesia Timur Sumber: BPS 6.2. Kesejahteraan Kondisi kesejahteraan di Sulut secara umum mengalami peningkatan seiring dengan perbaikan indikator-indikator kesejahteraan. Indikator-indikator tersebut antara lain upah, tingkat kemiskinan, Nilai Tukar Petani dan Indeks Kebahagiaan Penduduk. Pada tahun 2017, upah minimum provinsi (UMP) meningkat sehingga mendorong kesejahteraan masyarakat Sulut. Upah Minimum Provinsi Sulut tahun 2017 ditetapkan pemerintah daerah sebesar Rp ,00 meningkat sebesar 8,25% (yoy) dari UMP tahun 2016 yakni Rp ,00. Berdasarkan spasialnya, UMP Provinsi Sulut merupakan UMP tertinggi ketiga secara Nasional (di bawah Jakarta dan Papua). Di sisi lain, Upah Minimum Kota (UMK) Manado tahun 2017 ditetapkan lebih tinggi dari UMP Sulut yaitu sebesar Rp ,00. Dengan adanya peningkatan UMK ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Manado. Pada periode Maret 2017, kesejahteraan masyarakat Sulut tercatat mengalami kenaikan, tercermin dari tingkat kemiskinan yang menurun. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulut pada periode Maret 2017 sebanyak 198,88 ribu jiwa (atau sebesar 8,10%), turun dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang berjumlah sekitar 202,82 ribu jiwa (atau sebesar 8,34%). Angka ini masih di bawah tingkat kemiskinan nasional yang tercatat mencapai 10,64% pada periode Maret Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang menyebabkan tingkat kemiskinan menurun. Sejalan dengan Tingkat Kemiskinan yang menurun, Garis Kemiskinan naik sebesar 5% yaitu dari Rp per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp per kapita per bulan pada Maret Berdasarkan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), peranan komoditas makanan (sebesar 77,21%) 45

57 jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. Perbaikan garis kemiskinan ini diikuti dengan penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan 8 yang tercatat menurun dari 1,534 pada Maret 2016 menjadi 1,368 pada Maret Kondisi ini mengindikasikan adanya kenaikan daya beli masyarakat yang semakin mendekati garis kemiskinan. Pada Maret 2017, indeks kedalaman kemiskinan di perdesaan (1,885) lebih tinggi dari perkotaan (0,794), artinya diperlukan subsidi yang lebih tinggi untuk mengentaskan penduduk miskin di daerah pedesaan dibandingkan perkotaan agar daya beli masyarakat semakin mendekati garis kemiskinan. Sedangkan dari sisi keparahan kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan 9 juga tercatat menurun dari 0,456 pada Maret 2016 menjadi 0,351 pada Maret Hal ini mengindikasikan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin kecil. Indeks keparahan kemiskinan di pedesaan tercatat sebesar 0,490, lebih besar dibandingkan di perkotaan yang tercatat sebesar 0,197. Penduduk miskin di pedesaan cenderung memiliki variasi pengeluaran konsumsi antar penduduk miskin yang lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Adapun tingkat ketimpangan antara penduduk kaya dan miskin di Sulut yang tercermin dari Gini Ratio tercatat meningkat sebesar 0,396 (dari sebelumnya 0,379 pada Maret 2016) dimana angka tersebut dikategorikan ke dalam kelompok ketimpangan sedang. Sumber: BPS Grafik 6.3. Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Sulawesi Apabila dibandingkan dengan nasional dan provinsi lain di Kawasan Sulawesi, tingkat kemiskinan Sulut merupakan yang paling rendah, di bawah Sulawesi Selatan (9,38%) dan nasional (10,64%), sedangkan tingkat kemiskinan tertinggi tercatat di Provinsi Gorontalo dengan tingkat 17,65%. Tabel 6.6. Indikator Keadaan Kesejahteraan Indikator Mar-16 Mar-17 Tingkat Kemiskinan (%) Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Sumber: Badan Pusat Statistik Kesejahteraan petani di Sulut masih relatif rendah yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level sejahtera (100). Rata-rata NTP Sulawesi Utara pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 92,52, membaik (-4,2% yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (-4,7% yoy). Perbaikan NTP mengindikasikan peningkatan kesejahteraan petani dengan meningkatnya daya beli masyarakat di kawasan pedesaan. Membaiknya NTP disebabkan oleh dua hal, yakni kenaikan harga komoditi yang dihasilkan petani dan penurunan harga barang konsumsi rumah tangga. Harga hasil tanaman pangan pada periode laporan mengalami peningkatan, diantaranya harga jual gabah dan jagung disertai dengan peningkatan harga Produksi 8 Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran ratarata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. 9 Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. 46

58 perkebunan yaitu biji pala. Disisi lain, pengeluaran konsumsi rumah tangga petani menurun menjadi 130,09 dibandingkan bulan sebelumnya 131,6. Hal ini sejalan dengan penurunan harga-harga komoditas pangan yang tercermin dari Indeks Harga Konsumen Sulut pada periode laporan yang mencatatkan deflasi sebesar 0,06% (mtm). Namun demikian, angka NTP Sulut pada periode laporan masih berada di bawah batas kesejahteraan. Hal tersebut disebabkan oleh Indeks Dibayar Petani yang cenderung meningkat dibandingkan Indeks Diterima Petani yang cenderung rendah. Faktor utama yang memengaruhi hal tersebut yaitu kenaikan komponen konsumsi rumah tangga subkelompok bahan makanan. Hal ini sejalan dengan tekanan harga terhadap bahan pokok utamanya komoditas bumbu-bumbuan (bawang, cabai rawit dan tomat) jelang hari raya Idul Fitri dan Perayaan Pengucapan di wilayah Minahasa mengakibatkan jadwal panen serta kualitas hasil pertanian terganggu sehingga berdampak pada kualitas maupun kuantitas produksi hasil pertanian. Di sisi lain, kesejahteraan petani di subsektor perkebunan yang nilai NTP nya paling rendah diantara subsektor lain perlu menjadi perhatian. Rendahnya produktivitas tanaman kelapa, minimnya pasokan bahan baku kelapa untuk diolah menjadi produk olahan yang disebabkan petani kelapa di beberapa tempat lebih suka menjual kelapanya langsung kepada pembeli di luar negeri, serta penurunan harga coconut oil dari USD1,627/MT menjadi USD1,575/MT menjadi salah satu penyebab penurunan NTP subsektor perkebunan. Grafik 6.5. NTP Sulut per Subsektor Tw II 2017 Grafik 6.4. Perkembangan NTP Sulut Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Berdasarkan subsektor, petani pada subsektor perikanan merupakan yang paling sejahtera, hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar dibandingkan dengan subsektor lainnya yaitu 103,72. Peningkatan kesejahteraan kelompok nelayan salah satunya disebabkan oleh relaksasi kebijakan moratorium dan transhipment. Dengan menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor tanaman pangan dan hortikultura masih berada di bawah batas sejahtera dengan NTP masing-masing 90,22, dan 95,53. Kondisi curah hujan yang berfluktuasi pada triwulan III Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Sulawesi, penguatan NTP terjadi di seluruh Provinsi. NTP Sulut masih menempati posisi terendah jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Sulawesi, sementara NTP tertinggi tercatat di Sulawesi Barat. Grafik 6.6. Perkembangan NTP di Pulau Sulawesi pada Triwulan III 2017 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Indeks Kebahagiaan Sulut Tahun 2017 meningkat dan merupakan tiga provinsi yang 47

59 memiliki Indeks Kebahagiaan tertinggi di Indonesia. Indeks Kebahagiaan Sulut tahun 2017 berdasarkan Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) sebesar 73,69 pada skala Nilai ini berada di atas angka nasional yang hanya sebesar 70,69. Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia). Besarnya indeks masingmasing dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan yaitu Indeks Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 74,27, Indeks Dimensi Perasaan sebesar 69,29 dan Indeks Dimensi Makna Hidup sebesar 77,11. Adapun kontribusi masing-masing dimensi terhadap Indeks Kebahagiaan Sulut adalah Kepuasan Hidup (34,80%), Perasaan (31,18%) dan Makna Hidup (34,02%). Secara nasional, Indeks Kebahagiaan Sulut berada di peringkat ketiga tertinggi setelah Maluku Utara (75,68) dan Maluku (73,77). Secara spasial, Indeks Kebahagiaan penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding penduduk yang tinggal di perdesaan. Nilai Indeks Kebahagiaan di perkotaan sebesar 75,38, sedangkan di perdesaan sebesar 71,92. Hal ini menunjukan bahwa penduduk Sulut pada umumnya telah merasa optimis dengan masa depannya. 48

60 Boks 2. Pentingnya Pengembangan Sumber Daya Manusia Sulawesi Utara Ekonomi Sulawesi Utara belum mencapai potensialnya. Meskipun berada pada level pertumbuhan ekonomi di 6,32% pada tahun 2017 menjadi yang tertinggi dari empat tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Sulut belum mencapai pertumbuhan potensialnya sebesar 7%. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara masih menjadi yang terendah dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Pulau Sulawesi. Gambar Boks 2.1. Gambaran Umum Ketenagakerjaan Sulawesi Utara Sumber: BPS, diolah Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi adalah pengembangan sumber daya manusia. Meskipun perekonomian membaik, pasar tenaga kerja Sulut menunjukan hal yang berbeda. Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 6,18% di tahun 2016 menjadi 7,18% di tahun Tingkat partisipasi tenaga kerja Sulut pun masih rendah di angka 60,85% di bawah rata-rata nasional dan salah satu yang terendah di Indonesia. Selain itu, level tenaga kerja underqualified secara umum berada di level 49,24% dari keseluruhan tenaga kerja di Sulut. Artinya hampir 5 dari 10 orang pekerja di pasar tenaga kerja di Sulut tidak memiliki kulifikasi yang sesuai dengan pekerjaannya. Tenaga kerja underqulified terutama ada di sektor pertanian, industri, PHR, dan Transkom. Kondisi ini merupakan potensi dan risiko bagi SDM Sulut. Dari sisi risiko, pertumbuhan ekonomi Sulut dan tingginya UMP Sulut (tertinggi ketiga di nasional) akan menjadi insentif bagi sumber daya manusia lain untuk masuk ke Sulut. Di sisi lain, masih terdapat ruang pengembangan bagi sumber daya manusia Sulut, yang dapat berimbas pada pertumbuhan ekonomi Sulut yang lebih tinggi. Oleh karena itu, menjadi penting bagi pemangku kepentingan di Sulut untuk mengembangkan sumber daya manusia yang ada. 49

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat. NOVEMBER Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat. NOVEMBER Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat NOVEMBER - 217 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulbar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2015 MENGALAMI KONTRAKSI 0,09 PERSEN,

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016 No. 10/02/72/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 9,98 PERSEN Perekonomian Sulawesi Tengah tahun 2016 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku KATA PENGANTAR DAFTAR ISI iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK xiv xvi DAFTAR SUPLEMEN BOKS 1. EKSPEDISI KAS KELILING PULAU TERLUAR...66 TABEL

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 218 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 45/08/34/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,57 PERSEN LEBIH

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II-2015 No. 47/8/72/Th.XVIII, 5 Agustus 215 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II-215 EKONOMI SULAWESI TENGAH SEMESTER I-215 TUMBUH 16,26 PERSEN DIBANDING SEMESTER I-214 Perekonomian Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-217 Ekonomi Gorontalo Triwulan III- 217 tumbuh 5,29 persen Perekonomian Gorontalo berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017 Berita Resmi Statistik Bulan November Provinsi Bali No. 73/11/51/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BALI Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III Ekonomi Bali Triwulan III Tumbuh 6,22 Persen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 49/08/73/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 7,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs A.Yusnang Gunawan Lukman Hakim Zulham Effendi Rivo Mandey

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 31/05/52/Th XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th.XIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III TUMBUH 5,44 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta Triwulan I 2016 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 TUMBUH 2,34 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN I/2015 No. 24/05/14/Th. XVII, 4 Mei 2016 Perekonomian Riau

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 No. 74/11/51/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN III - 2016 TUMBUH SEBESAR 6,17% (Y-ON-Y) Total perekonomian Bali pada triwulanan III - 2016 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2015 No. 76/11/51/Th. IX, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III EKONOMI BALI TRIWULAN III - TUMBUH SEBESAR 6,29% (Y-ON-Y) Total perekonomian Bali pada triwulanan III - yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci