KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung

2 Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. i

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Visi dan Misi Bank Indonesia... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Kata Pengantar... Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... Ringkasan Eksekutif... i ii v vii xi xiii xv BAB I MAKRO EKONOMI REGIONAL Analisis PDRB Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Analisis PDRB Sisi Penawaran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Jasa Sektor s 20 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Berdasarkan Kelompok Inflasi Menurut Periode Inflasi Bulanan (mtm) ii

4 Daftar Isi Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) Disagregasi Inflasi Inflasi Kota-kota di Sumatera BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Bank Umum Fungsi Intermediasi dan Perkembangan Jaringan Kantor Perkembangan Dana Pihak Ketiga Penyaluran Kredit Perkembangan Kredit Secara Umum Perkembangan Kredit UMKM Kinerja Bank Perkreditan Rakyat(BPR) Kinerja Perbankan Syariah Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Aliran Uang Kartal Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Penemuan Uang Palsu Perkembangan Kliring Dan Real Time Gross Settlement (RTGS) BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pendapatan Daerah Belanja Daerah Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung Box 1. Perencanaan Pembangunan Provinsi Lampung iii

5 Daftar Isi BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Ketenagakerjaan Kesejahteraan BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Inflasi LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH iv

6 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung menurut Jenis Penggunaan (persen, yoy)... 3 Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi lampung Menurut Lapangan Usaha (persen, yoy) Tabel 1.3 Angka Ramalan II Produksi Komoditas Pertanian Provinsi Lampung Tabel 1.4 Volume Penjualan Komoditas Perkebunan Tabel 1.5. Kebutuhan Pupuk Bersubsidi di Provinsi Lampung Tabel 1.6. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang TW III Tabel 2.1 Inflasi Provinsi Lampung Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.2 Inflasi Provinsi Lampung Berdasarkan Sub Kelompok Bahan Makanan. 27 Tabel 2.3 Harga Beras di Tingkat Petani dan Penggilingan September Tabel 2.4 Inflasi Provinsi Lampung Berdasarkan Sub Kelompok Makanan Jadi Tabel 2.5 Inflasi Lampung Berdasarkan Sub Kelompok Sandang Tabel 3.1 Perkembangan Aset Perbankan di Provinsi Lampung (Rp Milliar) Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan di Provinsi Lampung (Rp Milliar) Tabel 3.3 Perkembangan DPK Perbankan di Provinsi Lampung (Rp Milliar) Tabel 3.4 Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi Lampung Tabel 3.5 Perkembangan Aset Per Kab/Kota Bank Umum di Provinsi Lampung (Rp Milliar) Tabel 3.6 Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor Bank Umum Tabel 3.7 Perkembangan DPK Bank Umum Tabel 3.8 Perkembangan DPK Bank Umum Per Kab./Kota di Provinsi Lampung (Rp Miliar) Tabel 3.9 Perkembangan Kredit Bank Umum di Provinsi Lampung (Rp Miliar) Tabel 3.10 Perkembangan Kredit Bank Umum Per Kab./Kota di Provinsi Lampung (Rp Miliar) Tabel 3.11 Perkembangan Aset BPR di Provinsi Lampung Tabel 3.12 Jaringan Kantor BPR di Provinsi Lampung v

7 Daftar Tabel Tabel 3.13 Perkembangan Kredit BPR di Provinsi Lampung (Rp Miliar) Tabel 3.14 Indikator Perbankan Syariah Provinsi Lampung Tabel 3.15 Tabel 3.16 Perkembangan Penukaran Uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung... Perkembangan Transaksi Kliring di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung TA Tabel 4.2 Belanja Daerah Provinsi Lampung TA Tabel 4.3 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung TA Tabel 4.4 Belanja Negara di Provinsi Lampung TA Tabel 5.1 Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indokator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Tabel 5.2 Penduduk yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tabel 5.3 Perbandingan NTP Tiap Provinsi Tabel 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Triwulan IV 2013 Menurut Penggunaan (%, yoy) Tabel 6.2 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Triwulan IV 2013 Menurut Lapangan Usaha (%, yoy) Tabel 6.3 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Resiko vi

8 Daftar Grafik Daftar Grafik Grafik 1.1 PDRB Lampung ADHK 2000 dan Laju Pertumbuhan Tahunan... 1 Grafik 1.2 PDRB Lampung ADHK 2000 dan Laju Pertumbuhan Triwulanan... 1 Grafik 1.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Penggunaan... 3 Grafik 1.4 Pangsa PDRB Penggunaan... 3 Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen... 4 Grafik 1.6 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini... 4 Grafik 1.7 Indeks Tendensi Konsumen... 4 Grafik 1.8 Komponen Indeks Tendensi Konsumen 4 Grafik Grafik 1.10 Balik Nama Kendaraan Bermotor 6 Grafik 1.11 Posisi Giro Pemerintah di Perbankan 6 Grafik 1.12 Penjualan Semen... 7 Grafik 1.13 Konsumsi Listrik PLN Segmen Industri 7 Grafik 1.14 Konsumsi Listrik PLN Segmen Bisnis... 8 Grafik 1.15 Penjualan Truck/Pick Grafik Grafik 1.17 Perkembangan Impor Non Migas Barang Modal Lampung. 9 Grafik 1.18 Pangsa Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah Grafik 1.19 Pangsa Impor Luar Negeri dan Antar Daerah.. 10 Grafik 1.20 Perkembangan Ekspor Grafik 1.21 Kelompok Komoditas Ekspor Utama Grafik 1.22 Negara Eksportir Utama Grafik 1.23 Perkembangan Impor Grafik 1.24 Kelompok Komoditas Impor. 12 Grafik 1.25 Negara 12 Grafik 1.26 Perkembangan Ekspor Impor di Provinsi Lampung vii

9 Daftar Grafik Grafik 1.27 Sumber Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Grafik 1.28 Pangsa PDRB Lapangan Usaha Grafik 1.29 Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Grafik 1.30 Sumbangan Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Grafik 1.31 Impor Non Migas Bahan Baku Provinsi Lampung Grafik 1.32 Perkembangan Kredit Sektor Industri Grafik 1.33 Penjualan Motor Baru di Lampung Grafik 1.34 Penjualan Mobil Baru di Lampung 18 Grafik Grafik 1.36 Kredit Sektor Jasa di Lampung Grafik Grafik 1.38 Volume Bongkar Muat di Pelabuhan Provinsi Lampung.. 21 Grafik 1.39 Bongkar Muat Barang di Bandara Radin Inten 21 Grafik Grafik 2.1 Inflasi Lampung Dibandingkan Nasional Grafik 2.2 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Bahan Makanan di Provinsi Lampung Grafik 2.3 Perkembangan Harga Emas Grafik 2.4 Inflasi per Kelompok Barang TW III 2013 (%- mtm) Grafik 2.5 Inflasi September 2013 per Kelompok Barang (mtm) Grafik 2.6 Inflasi per Kelompok Barang TW III 2013 (% - qtq) Grafik 2.7 Inflasi per Kelompok Barang TW III 2013 (% - yoy) Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Lampung Grafik 2.9 Inflasi Komoditas Pangan dan Non Pangan Lampung Grafik 2.10 Perkembangan Nilai Tukar Grafik 2.11 Ekspektasi Inflasi Survei Konsumen Grafik 2.12 Inflasi Kota kota di Sumatera Triwulan III Grafik 3.1 Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan LDR dan NPL Perbankan di Lampung viii

10 Daftar Grafik Grafik 3.2 Porsi Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 3.3 Porsi Dana Pihak Ketiga Grafik 3.4 LDR Menurut Jenis Grafik 3.5 LDR dan NPL Perbankan di Lampung Grafik 3.6 LDR dan NPL Bank Umum Grafik 3.7 Aset Bank Umum Grafik 3.8 Pertumbuhan DPK Bank Umum di Lampung Grafik 3.9 Porsi Komponen DPK Bank Umum per Jenis Simpanan Grafik 3.10 Perkembangan Suku Bunga DPK Grafik 3.11 Porsi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.12 Komposisi Bank Penyalur Kredit di Lampung Grafik 3.13 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum Grafik 3.14 Perkembangan Kredit UMKM dan Non UMKM Grafik 3.15 Proporsi Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan Grafik 3.16 Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha Grafik 3.18 Pertumbuhan Aset BPR Grafik 3.19 Perkembangan DPK 54 Grafik 3.20 Pertumbuhan Tabungan dan Deposito BPR 54 Grafik 3.21 Pangsa Kredit Jenis Penggunaan 54 Grafik 3.22 Rasio NPL dan LDR/FDR BPR 55 Grafik 3.23 Perkembangan Aset Perbankan Syariah 56 Grafik 3.24 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Lampung. 57 Grafik 3.25 Perkembangan DPK Perbankan Syariah di Lampung Grafik 3.26 Perkembangan FDR dan NPF Perbankan Syariah di Lampung. 58 Grafik Grafik 3.28 Perkembangan PTTB dan Inflow di KPw BI Provinsi 60 Grafik ix

11 Daftar Grafik Grafik 3.30 Perkembangan Cek/BG yang ditolak.. 63 Grafik 3.31 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai 63 Grafik 4.1 Pencapaian Realisasi Pendapatan APBD Grafik 4.2 Struktur dalam APBD Tahun Grafik 4.3 Struktur dalam Realisasi Triwulan III APBD Tahun Grafik 4.4 Pencapaian Realisasi Belanja APBD Grafik 5.1 Saldo Bersih Tertimbang Indikator Jumlah Tenaga Kerja Grafik 5.2 Daerah Asal TKI Lampung Grafik 5.3 Negara Tujuan TKI Lampung Grafik Grafik 5.5 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian Lampung Grafik 6.2 Ekspektasi Kondisi Ekonomi Grafik 6.3 Perkiraan Survei Kegiatan Dunia Usaha x

12 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung Triwulan I-2013 akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 6 Tahun 2009 bahwa Bank Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara cermat mengamati dan memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi terutama yang terkait dengan sumber-sumber tekanan inflasi. Seiring dengan penerapan otonomi daerah pada tahun 2001, posisi ekonomi regional semakin memiliki peranan yang vital dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga. Perkembangan ini merupakan sesuatu yang diharapkan banyak pihak bahwa aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di berbagai daerah, sehingga disparitas antar daerah semakin kecil. Terkait dengan hal tersebut di atas, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung melakukan pengamatan serta memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan regional Lampung secara menyeluruh dan dituangkan dalam pu Lampung dilakukan dengan berbagai pihak terutama para pembina sektor dan dinas Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta dengan para akamedisi dari Universitas Lampung. Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III 2013 tumbuh sebesar 6,03% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II 2013 yang tumbuh sebesar5,99% (yoy). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi secara tahunan (yoy) pada triwulan III 2013disumbang oleh komponen ekspor netto (4,71%), konsumsi rumah tangga (3,83%), dan PMTB (0,91%). Sedangkan dari sisi penawaran, kontribusi terbesar disumbang oleh sektor pertanian (1,25%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (1,07%) dan sektor industri pengolahan (1,04%). Dalam hal inflasi, tekanan harga pada periode ini meningkat dibandingkan triwulan II Inflasi triwulan sebelumnya tercatat 5,29% (yoy), sementara triwulan ini meningkat xi

13 Kata Pengantar menjadi 7,68% (yoy). Sementara itu, kinerja perbankan Lampung masih menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset, DPK, maupun kredit perbankan. Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Universitas Lampung, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Kami menyadari bahwa hasil kajian ekonomi yang disajikan dalam buku ini masih perlu untuk dapat disempurnakan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi langkah kita dalam bekerja. Bandar Lampung,November2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI LAMPUNG Andang Setyobudi Direktur xii

14 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO 2011 *) IHK tahun dasar 2007 (2007 = 100) II III IV I II III IV I II III Indeks Harga Konsumen * Laju Inflasi (y-o-y) PDRB - harga konstan (miliar Rp) Pertanian 4, , , , , , , , , , Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan 1, , , , , , , , , , Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 1, , , , , , , , , , Pengangkutan & Komunikasi , Keuangan, sewa & Jasa Pershn 1, , , , , , , , , , Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) , , , Volume Ekspor (ribu ton) 1, , , , , , , , , , Nilai Impor (USD Juta) Volume Impor (ribu ton) b. Sistem Pembayaran 3 INDIKATOR II III IV I II III IV I II III Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) Inflow (Rp Triliun) Outflow (Rp Triliun) Pemusnahan Uang (Juta Rp) 924, ,473, ,464, ,157, , , , , , , Nominal Transaksi RTGS (Rp Triliun) Volume Transaksi RTGS (lembar) 31,690 32,101 32,282 27,917 35,825 37,303 35,554 31,577 35,247 31,958 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) , Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp Triliun) Volume Kliring Kredit (lembar) 25,409 25,793 27,635 26,141 26,893 27,601 28,007 25,718 26,086 23,981 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Volume Kliring Debet (lembar) 173, , , , , , , , , ,585 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (lembar) 2,845 2,788 2,672 2,805 2,968 2,951 3,008 3,052 2,925 2,914 Nominal Kliring Pengembalian (Rp Triliun) Volume Kliring Pengembalian (lembar) 2,918 2,984 3,199 3,302 3,328 3,269 3,587 3,851 3,600 4,286 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Mili Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp Triliun) xiii

15 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung c. Perbankan INDIKATOR PERBANKAN II III IV I II III IV I II III PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Triliun Rp) DPK (Triliun Rp) Giro Tabungan Deposito Kredit (Triliun Rp)- berdasarkan lokasi proyek* Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi kantor cabang) Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp) Kredit Mikro (< Rp50 Juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil (Rp50 Juta < X < Rp500 juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah (Rp500jt < X < Rp5m) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit MKM (Triliun Rp) NPL MKM Gross (%) BPR Total Asset (Triliun Rp) Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) Tabungan Simpanan Berjangka Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi proyek* Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Milyar Rp) , Rasio NPL Gross(%) LDR (%) *) Data Triwulan III 2013 merupakan data Bulan Agustus 2013 xiv

16 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Triwulan III / 2013 Perekonomian tumbuh 6,03 Pertumbuhan Ekonomi Pada triwulan III 2013 perkonomian Prov.Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 6,03% (yoy), sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,99% (yoy). Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor non-tradable, meski dilihat dari kontribusi terhadap pertumbuhan, Sektor Pertanian yang merupakan sektor tradable menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di Lampung, diikuti oleh sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga dan ekspor menjadi sumber pertumbuhan pada triwulan ini. Secara triwulanan, perekonomian mengalami peningkatan sebesar 1,27% (qtq) dibandingkan triwulan II Inflasi Tekanan inflasi pada triwulan laporan mengalami peningkatan Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di Lampung pada triwulan III 2013 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh dampak pengurangan subsidi BBM dan terbatasnya pasokan, khususnya bumbu-bumbuan. Secara triwulanan, inflasi pada triwulan laporan tercatat 4,30%, naik dari triwulan II 2013 (-0,09%) dan lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (1,98%). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi IHK di Lampung melonjak dari 5,29% pada triwulan sebelumnya menjadi 7,68%, dan berada diluar kisaran sasaran inflasi nasional (4,5% ± 1%). Menurut kelompok barang dan jasa, secara tahunan maupun triwulanan, kenaikan inflasi terutama terjadi pada kelompok xv

17 Ringkasan Eksekutif Transpor dan Komunikasi, Kelompok Bahan Makanan dan kelompok Makanan Jadi. Inflasi tahunan kelompok Transpor dan Komunikasi naik dari 4,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 15,78% (yoy). Kelompok Bahan Makanan naik dari 8,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,99% (yoy). Tingginya inflasi kelompok transpor dipicu oleh kenaikan harga BBM bersubsidi, sementara inflasi kelompok bahan makanan terutama dipicu oleh kenaikan harga bumbu-bumbuan dan hortikultura. Dari disagregasi inflasi IHK, kenaikan inflasi tahunan pada triwulan III 2013 terjadi terutama pada kelompok administered price, dari 3,47% (yoy) menjadi 12,63%(yoy). Inflasi pada kelompok Volatile Foods juga tercatat masih dalam kisaran yang cukup tinggi dan meningkat yaitu dari 9,02% (yoy) menjadi 11,12% (yoy). Sementara tekanan inflasi yang lebih bersifat fundamental yang tercermin pada perkembangan inflasi kelompok inti relatif terkendali dengan baik dan masih berada pada level yang rendah. Inflasi inti pada triwulan laporan mencapai 3,32% menurun dari 4,12% (yoy) pada triwulan II Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Industriperbankan masih tumbuh, walaupun aset dan kredit mengalami perlambatan... Industri perbankan di Provinsi Lampung triwulan III-2013 masih menunjukkan pertumbuhan yang relatif baik, dilihat dari sisi aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun dan kredit yang disalurkan, walaupun pertumbuhan aset dan kredit sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II Aset mampu tumbuh sebesar 24,38% (yoy), DPK tumbuh 11,66% (yoy) dan kredit mengalami peningkatan sebesar 29,31% (yoy). Sementara Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di wilayah Provinsi Lampung pada periode berjalan ini mencapai 146,89% dengan rasio Non Performing Loan (NPL) yang cukup baik, yaitu 1,76%. xvi

18 Ringkasan Eksekutif Net outflow uang kartal meningkat lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya, demikian juga halnya dengan nilai transaksi melalui RTGS dan Kliring... Perkembangan sistem pembayaran, baik tunai dan non tunai, juga menunjukkan perkembangan yang positif, dipengaruhi oleh penigkatan kebutuhan transaksi masyarakat dalam rangka perayaan Hari Raya Idul Fitri. Meningkatnya kebutuhan uang kartal di triwulan III-2013 ini menyebabkan jumlah uang tunai yang keluar dari Bank Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk, sehingga secara total pada periode berjalan ini mengalami net outflow, dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan II Sementara nilai transaksi non tunai melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan kliring juga mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Realisasi pendapatan daerah Provinsi Lampung pada triwulan III baru mencapai 60,58% atau senilai Rp2.672,24 miliar, dengan sumbangan yang berasal dari PAD sebesar 42,69%, Dana Perimbangan 40,63% dan dari realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesa16,68%. Sementara total realisasibelanja daerah Provinsi Lampung sampai dengan periode yang sama tahun 2013 mencapai Rp 2.599,67 miliar atau baru mencapai 58,94% dari target belanja yang ditetapkan dalam APBD 2013 sebesar Rp 4.410,73 miliar. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Pengangguran meningkat, pengiriman TKI berkurang Pengangguran di Provinsi Lampung mengalami peningkatan sebesar 12,93% (yoy) yang dipengaruhi oleh adanya penyesuaian jumlah tenaga kerja yang dilakukan para pelaku usaha untuk menekan biaya operasional perusahaan. Sementara penyerapan tenaga kerja Indonesia (TKI) dari Provinsi Lampung ke luar negeri mengalami penurunan secara tahunan dengan adanya moratorium pengiriman TKI. xvii

19 Ringkasan Eksekutif Kesejahteraan petani yang dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) secara tahunan mengalami penurunan, terutama dipengaruhi oleh sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat karena telah melewati masa panen. Namun demikian NTP Provinsi Lampung masih yang tertinggi secara nasional. Prospek Perekonomian Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2013 diperkirakan meningkat... Inflasi tahunan pada triwulan VI 2013 diperkirakan mengalami peningkatan Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh pertumbuhan sektor non-tradable, seperti sektor PHR, sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Pertumbuhan pada sektor tersebut sejalan dengan faktor musiman Natal dan Tahun Baru serta event liburan lainnya. Sementara itu, sektor Pertanian diperkirakan masih cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Dengan kinerja sektor Industri yang diperkirakan membaik--sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor--maka tiga sektor ekonomi Lampung diperkirakan masih akan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2013, yang diperkirakan akan tumbuh 6,0-6,4%. Dari sisi penggunaan, kegiatan investasi masih akan cukup tinggi dengan masih tingginya impor bahan baku dan bahan modal serta pertumbuhan kredit investasi. Dengan pertumbuhan konsumsi yang relatif stabil terkait faktor musiman akhir tahun dimaksud, permintaan domestik masih akan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Dengan perkembangan tersebut, untuk keselurahan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 5,8 6,2%. Dari sisi inflasi, tekanan harga kelompok volatile food masih cukup tinggi karena keterbatasan pasokan, antara lain anomali cuaca, gangguan hama, dan terbatasnya bibit yang mempengaruhi kesinambungan produksi. Masih berlanjutnya kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) serta kenaikan tarif tol yang di implementasikan mulai Oktober 2013 menjadi pendorong laju inflasi di Tw IV Dari sisi kelompok tradeable, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat seiring dengan pelemahan kurs Rupiah terhadap dollar yang mempengaruhi harga emas dunia. xviii

20 Ringkasan Eksekutif Dengan perkembangan tersebut, inflasi Lampung pada Tw IV 2013 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 8,20% - 8,50%. xix

21 Perkembangan Inflasi BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Pada triwulan III 2012 perkonomianprovinsi Lampung mengalami pertumbuhan sebesar6,03% (yoy), sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,99% (yoy). Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor non-tradable, meski dilihat dari kontribusi terhadap pertumbuhan, Sektor Pertanian yang merupakan sektor tradable menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di Lampung, diikuti oleh sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga dan ekspor menjadi sumber pertumbuhan pada triwulan ini. Secara triwulanan, perekonomian mengalami peningkatan sebesar 1,27% (qtq) dibandingkan triwulan II Ekonomi Lampung pada triwulan III 2013 melanjutkan pertumbuhannya dan dengan level yang lebih tinggi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Lampung mencapai 6,03% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 5,99% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Lampung tersebut berada diatas angka pertumbuhan ekonomi nasional yang mencatat angka pertumbuhan sebesar 5,62% (yoy). Grafik 1.1 PDRB Lampung ADHK 2000 dan Laju Pertumbuhan Tahunan Grafik 1.2 PDRB Lampung ADHK 2000 dan Laju Pertumbuhan Triwulanan Triliun Rp % yoy , ,82 5,99 6, ,6 11,3 11,8 12, III IV I II III IV I II III 2011 Triliun Rp ,18 1,24 4,54 1,27 10,6 11,3 11,8 12,0 III IV I II III IV I II III 2011 % qtq (5) (10) Nominal PDRB % yoy - rhs Nominal PDRB % qtq - rhs Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Dari sisi permintaan, ekspor yang masih berkinerja baik, konsumsi dan pertumbuhan investasi yang tetap tinggi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Lampung pada

22 Kondisi Makro Ekonomi Regional triwulan III Ditengah krisis nilai tukar dan kelesuan ekonomi di beberapa negara tujuan ekspor yang menyebabkan penurunan permintaan, ekspor barang dan jasa provinsi Lampung baik antar daerah maupun luar negeri masih tumbuh relatif tinggi. Pertumbuhan ekspor Lampung pada triwulan III 2013 tercatat 14,55% (yoy), menurun dibanding triwulan sebelumnya (27,39%), namun masih meningkat dibandingkanperiode yang sama tahun 2012 (8,53%).Sejalan dengan cukup baiknya kinerja ekspor, impor barang juga masihtumbuh meski relatif masih rendah (9,03%). Sementara itu, kegiatan investasi yang tercermin pada Pembentukan Modal Domestik Bruto (PMTB) tetap dapat tumbuh stabil. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tanggapada triwulan III 2013 yang terkait dengan faktor musimam puasa dan Lebaran tercatat relatif rendah (6,86%), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Namun demikian, konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan III 2013 setelah ekspor. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor nontradable. Pertumbuhan tertinggi dari sisi penawaran terutama dicapai oleh pertumbuhan sektor Listrik, Gas an Air dan sektor Jasa-jasa. Di sektor tradable, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Industri Pengolahan (8,05% yoy)dan mempunyai sumbangan ke pertumbuhan ekonomi relatif tinggi (1,04%). Sektor utama ekonomi Lampung selain sektor Industri Pengolahan yaitusektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran masing-masing tumbuh sebesar 3,28% (yoy) dan 5,24% (yoy). Secara keseluruhan, ketiga sektor utama tersebut memberikan sumbangan ke pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan III 2013 sebesar 3,11%. 1.1 ANALISIS PDRB SISI PERMINTAAN Pada triwulan laporan, kegiatan konsumsi dan investasi masih dapat tumbuh tinggi sementara kegiatan ekspor tetap tumbuh walaupun melambat. Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri yang jatuh pada triwulan laporan mendorong tingginya konsumsi masyarakat. Selain itu, masih menariknya Provinsi Lampung sebagai daerah tujuan investasi untuk pertanian dan perkebunan, menyebabkan pertumbuhan investasi Lampung pada triwulan III 2013 mampu tumbuh cukup tinggi. Pembukaan negara tujuan ekspor baru sebagai alternatif dari kelesuan kondisi ekonomi negara tujuan ekspor konvensional, menjadi pendorong tumbuhnya ekspor. Dengan perkembangan tersebut, konsumsi, ekspor dan PMTB merupakan penyumbang pertumbuhan yang terbesar terhadap PDRB Lampung pada triwulan III Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Lampung Menurut Jenis Penggunaan (persen, yoy) 2

23 Kondisi Makro Ekonomi Regional PDRB Penggunaan * 2013** 2012* I II III IV I II III Pengeluaran Konsumsi 5,54 6,48 6,37 5,96 6,89 6,42 7,05 7,07 6,86 Kons. Rumah Tangga 5,54 6,46 6,40 5,99 6,94 6,45 7,12 7,15 6,91 Kons. Nirlaba 5,43 7,41 4,85 4,69 4,54 5,34 3,97 3,27 4,39 Konsumsi Pemerintah 2,05 6,27 8,81 (5,19) 0,04 1,74 1,99 3,65 4,87 PMTB 9,30 4,94 9,68 10,09 11,20 9,04 9,00 5,79 5,51 Ekspor 26,24 7,40 (11,61) 8,53 20,22 5,66 22,15 27,39 14,55 Impor 40,16 13,41 (13,62) 2,28 (23,56) (7,60) 4,38 14,06 9,03 PDRB 6,43 5,73 6,39 6,45 7,40 6,48 5,84 5,99 6,03 Sumber : BPS Provinsi Lampung (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : **) angka sangat sementara Grafik 1.3. Sumber Pertumbuhan PDRB Penggunaan Grafik 1.4. Pangsa PDRB Penggunaan 60% 55,8% Impor 3,63 50% Ekspor PMTB Kons. Pemerintah Kons. Nirlaba Kons. RT 0,05 0,91 0,55 3,86 8,91-2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 % kontribusi 40% 30% 20% 10% 0% -10% Konsumsi RT 1,1% Kons. Lembaga Nirlaba 11,3% Kons. Pemerintah -5,8% Perubahan Stok 16,5% PMTB 21,0% Nett Ekspor Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2013 tumbuh cukup baik sebesar 6,91% (yoy), meski menurun dibanding triwulan sebelumnya (7,15% yoy), namun lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2012 (5,99%). Secara umum, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuattersebut antara lain dipengaruhi oleh terjaganya daya beli masyarakat.kondisi tersebut tercermin pada tingkat keyakinan konsumen yang meningkat dan masih berada pada level yang optimis. Namun, prospek perekonomian domestik yang masih dibayangi oleh krisis ekonomi global khususnya Amerika Serikat menyebabkan pengeluaran konsumsi masih tertahan.dengan perkembangan tersebut, secara triwulanan, kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 2,95% (qtq) pada triwulan ini. 3

24 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.5. Indeks Keyakinan Konsumen % Indeks ,9 134,3 125,3 141,5 III IV I II III IV I II III Optimis Pesimis 2011 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. Lampung Grafik 1.6. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini 160,0 150,0 140,0 130,0 120,0 110,0 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 Indeks (%) 142,2 132,8 105,2 148,3 129,2 99,8 136,3 136,7 122,0 121,3 95,2 99,7 149,3 140,2 124,7 III IV I II III 2013 Indeks Penghasilan Konsumen Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. Lampung Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Konsumsi Kebutuhan Barang Grafik 1.7 Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.8. Komponen Indeks Tendensi Konsumen Indeks (%) 112,0 110,0 108,3 108,0 106,0 104,0 102,0 100,0 98,0 96,0 101,9 102,4 106,3 110,3 III IV I II III 114,0 112,0 110,0 108,0 106,0 104,0 102,0 100,0 98,0 96,0 94,0 % indeks 110,8 106,9 106,5 102,8 103,1 Pendapatan RT 107,4 Pengaruh Inflasi thd Konsumsi 100,7 104,8 112,9 Tk. Konsumsi beberapa Komoditi Makanan ITK Lampung Sumber: BPS Prov. Lampung 2013 I 2013 II 2013 III Sumber: BPS Prov. Lampung Grafik 1.9. Konsumsi Listrik Segmen Rumah Tangga 4

25 Kondisi Makro Ekonomi Regional Juta KwH ,8% 11,4% 12,5% I II III IV I II III yoy 21% 19% 17% 15% 13% 11% 9% 7% 5% Rumah Tangga % yoy - rhs Sumber: PLN Wilayah Lampung Masih kuatnya level konsumsi rumah tangga tersebut tercermin pada tetap terjaganya optimisme konsumen yang terlihat dari hasil dari Survei Konsumen yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Lampung sampai dengan posisi akhir triwulan III Survei tersebut menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Lampung sebesar 141,5 atau masih berada pada level optimis 1 Sementara itu, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau periode yang sama tahun sebelumnya, tingkat optimisme konsumen mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Konsumen juga masih tetap optimis terhadap kondisi perekonomian saat ini yang ditunjukkan dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang sebesar 138,0, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 119,2 (Grafik 1.5). Sejalan dengan IKK, Indeks Tendensi Konsumen 2 (ITK) juga mengalami peningkatan dan masih terjaga dalam level optimis. ITK pada triwulan III 2013 adalah sebesar 110,32, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 106,32(Grafik 1.7). Pendapatan rumah tangga kini, pengaruh inflasi dan tingkat konsumsi menunjukkan peningkatan dengan indeks masing-masing tercatat sebesar 110,82, 107,38 dan 112,91. Dengan demikian, tingginya tingkat inflasi yang dikompensasi dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga tidak akan terlalu berpengaruh pada daya beli masyarakat yang akhirnya juga akan tetap menaikkan tingkat konsumsinya (Grafik 1.8). Optimisme konsumen tersebut juga didukung oleh indikator konsumsi rumah tangga yang masih menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi, seperti penjualan listrik PLN segmen Rumah Tangga (Grafik 1.9.). Secara tahunan, penjualan listrik PLN untuk segmen rumah tangga tumbuh 12,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnyayang sebesar 11,4% (yoy). Kondisi ini menunjukkan adanya indikasi kebutuhan 1 Dikatakan optimis jika angka indeks berada di atas 100 dan pesimis jika di bawah Hasil Survei Tendensi Konsumen BPS Prov. Lampung. ITK merupakan indeks komposit persepsi rumah tangga mengenai kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumen terhadap situasi perekonomian pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang 5

26 Kondisi Makro Ekonomi Regional konsumsi energi masyarakat yang masih cukup tinggi. Grafik 1.10.Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Jumlah (Ribu) ,3 59,9 42,2 I II III IV I II III* Pert. (%) Triliun Rp Grafik 1.11.Posisi Giro Pemerintah di Perbankan Lampung 49,4 20,3 10,1 7,1-1,0-2,0 I II III IV I II III % Total Kend. Baru % yoy - rhs % qtq - rhs Sumber : Dinas PPAD, diolah Giro Pemerintah % yoy - rhs % qtq - rhs Sumber : Bank Indonesia, diolah Untuk konsumsi pemerintah, pada triwulan III 2013 tumbuh mencapai 4,87% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan II 2013 sebesar 3,65% (yoy).tingkat penyerapan belanja pemerintah di triwulan ini masih rendah (secara triwulanan pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 1,17%) tersebut diperkirakan terkait dengan adanya morotarium penerimaan CPNS dan beberapa proyek yang masih belum terealisasi anggaran karena terkendala dalam hal pembebasan lahan, proses lelang proyek (terlambat penandatanganan kontrak dan pekerjaan lapangannya serta ada yang gagal lelang sama sekali), addendum/amandemen kurang terhadap kontrak pekerjaan yang disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, dll.rendahnya pertumbuhan Konsumsi Pemerintah antara lain tercermin pada simpanan giro milik pemerintah yang ada di perbankan masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan.rekening giro milik Pemerintah tumbuh mencapai 10,1% (yoy), namun secara triwulanan sudah menunjukkan indikasi adanya realisasi walaupun masih rendah (-2,0% qtq) (Grafik 1.11.). Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan anggaran masih belum optimal sepanjang triwulan III 2013 (lihat bab keuangan daerah) Investasi Investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada triwulan III 2013 tumbuh sebesar 5,51% (yoy). Pertumbuhan investasi tersebut relatif stabil bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan II 2013 (5,79% yoy), namun jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III 2012 yang sebesar10,09% (yoy). 6

27 Kondisi Makro Ekonomi Regional Kegiatan investasi di Lampung diperkirakan terkait dengan pelaksanaan beberapa proyek infrastruktur dan konstruksi. Dapat diinformasikan bahwa beberapa proyek besar yang akan dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta di 2013 antara lain jalan tol, jembatan, instalasi air bersih serta pendirian pabrik, mall, hotel dan gedung perkantoran. Beberapa diantaranya adalah proyek jalan tol ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Lampung Tengah, Jembatan Selat Sunda dan pembangunan mall dan hotel di Bandar Lampung. Grafik 1.12 Penjualan Semen Grafik 1.13 Konsumsi Listrik PLN Segmen Industri Ribu Ton ,6 5,3 380,6 371,1 (6,4) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah (9,6) I II III IV I II III Konsumsi Semen % yoy - rhs % yoy Juta KwH ,7% 25,3% 24,9% I II III IV I II III Industri % yoy - rhs Sumber: PT. PLN (Persero) Wilayah Lampung yoy 30% 25% 20% 15% 10% 5% Relatif rendahnya kegiatan investasi pada triwulan ini antara lain juga terlihat pada konsumsi/penjualan semen di Lampung yang mengalami kontraksi pertumbuhan. Pada grafik 1.12.terlihat bahwa pertumbuhan penjualan semen di Lampung pada triwulan III 2013menurun tajam, yaitu mencapai -9,6% (yoy), mengalami kontraksi lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat -6,4% (yoy). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembangunan pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi listrik PLN untuk sektor industri juga tetap terjaga pada level yang tinggi, namun juga menunjukkan perlambatan. Konsumsi listrik segmen industri tumbuh sebesar 24,9% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 25,3% (yoy) (Grafik 1.13). Adanya perlambatan padakegiatan investasi di Lampung juga terlihat pada penjualan truk/pick up baru yang cenderung menurun.perkembangan jumlah pengadaan truk baru di Lampung pada triwulan ini juga masih menunjukkan kontraksi pertumbuhan yang cukup dalam-18,9% (yoy). Pembelian truk biasanya dipergunakan untuk keperluan bisnis/usaha, sehingga perkembangan penjualan truk ini dapat menjadi proxykegiatan investasi (Grafik 1.15). Penurunan kegiatan investasi juga terlihat dari impor non migas Lampung untuk barang-barang modal 3 3 Barang-barang impor berdasarkan klasifikasi BEC dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: 1. Barang modal (Capital) adalah barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi 7

28 Kondisi Makro Ekonomi Regional (Capital Goods). Impor barang modal tumbuh sebesar 1,1% (yoy), menurun drastis jika dibandingkan dengan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 366,9% (yoy)(grafik 1.17) Namun demikian, konsumsi listrik sektor bisnis masih dapat tumbuh sebesar 6,7% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,9% (yoy). Kondisi tersebut masih mengindikasikan terus terjadinya ekspansi oleh kalangan dunia usaha di Lampung(Grafik 1.14). Grafik Konsumsi Listrik PLN Segmen Bisnis Grafik Penjualan Truck/Pick-up Baru Juta KwH ,2% 4,9% 6,7% I II III IV I II III yoy 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2% -3% Jumlah I II III IV I II III* Pert. (%) Bisnis % yoy - rhs Truk % yoy - rhs % qtq - rhs Sumber: PT. PLN (Persero) Wilayah Lampung Sumber : Dinas PPAD Prov Lampung, diolah Dari sisi pembiayaan, indikasi masih tumbuhnya kegiatan investasi terlihat dari tren peningkatan kredit investasi perbankan.kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan di Lampung mengalami peningkatan baik nominal maupun pertumbuhannya, dengan pertumbuhan yang mencapai 44,2% (yoy), seperti terlihat pada grafik Bahan baku (Raw Material) adalah barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri 3. Konsumsi (Consumption) adalah kategori barang-barang jadi yang digunakan langsung untuk konsumsi baik habis pakai maupun tidak. BEC merupakan pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka, yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut. 8

29 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.16 Perkembangan Kredit Investasi Triliun Rp ,6 6,2 33,6 Sumber : Bank Indonesia 8,8 8,9 43,1 44,2 III IV I II III IV I II III 2011 Kredit Investasi % yoy - rhs % yoy Grafik 1.17 Perkembangan Impor Non Migas Barang Modal Lampung Juta USD ,9 Sumber : Bank Indonesia 366,9 I II III IV I II III Impor BM % yoy - rhs 1,1 % yoy Ekspor dan Impor Perdagangan eksternal (ekspor-impor dan perdagangan antar pulau) di wilayah Lampung pada triwulan III 2013 tumbuh cukup tinggi. Perkembangan ekspor 4 pada PDRB Lampung triwulan III 2013 tumbuh 14,55% (yoy), menurun dibandingkandengan triwulan II 2013 yang tumbuh sebesar 27,39% (yoy). Sejalan dengan ekspor, impor juga mengalami pertumbuhan cukup baik, yaitu sebesar 9,03% (yoy), juga mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya tumbuh 9,03% (yoy). Secara neto, ekspor tahunan Lampung tumbuh cukup mengesankan, yaitu mencapai 26,85% (yoy). Dilihat dari pangsanya, ekspor Prov. Lampung didominasi oleh ekspor Luar Negeri (LN) yang mencapai 68% dari total ekspor nya. Sisa nya 32% merupakan ekspor antar daerah (AD) dan antar pulau (Grafik 1.18). Pertumbuhan ekspor LN dan ekspor AD pada triwulan laporan masing-masing sebesar 9,4% (yoy) dan 27,6% (yoy). Berbeda dengan ekspor, struktur impor Prov. Lampung didominasi oleh impor AD yang mempunyai pangsa sebesar 77% dari total impor Prov. Lampung (Grafik 1.19). Pertumbuhan impor AD mencapai 1,3% (yoy), sementara impor LN mencapai 45,5% (yoy). Peningkatan perdagangan AD diduga karena beberapa perbaikan infrastruktur yang dapat meminimalisir gangguan distribusi seperti perbaikan jalan dan jembatan. 4 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi 9

30 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik Pangsa Ekpor Luar Negeri dan Antar Daerah Grafik Pangsa Impor Luar Negeri dan Antar Daerah 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Ekspor LN Ekspor AD 32% 68% % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Impor LN Impor AD 77% 23% Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Dapat ditambahkan bahwa berdasarkan data BPS (periode September 2013), ekspor ke luar negeri dari Lampung mencapai USD374,8 juta. Pada Triwulan III (akumulasi Juli-September 2013), ekspor mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -9,8% (yoy). Ekspor kumulatif Januari - September 2013 mencapai USD2.811,3 juta atau naik sebesar 4,74% (ctc) dibandingkan tahun Kopi, teh, rempah-rempah; lemak dan minyak hewani/nabati; ikan dan udang merupakan tiga kelompok komoditas utama yang mempunyai nilai ekspor tertinggi (Grafik1.21).Negara tujuan ekspor terbesar Prov. Lampung adalah US, Belanda dan India (Grafik 1.22). Grafik Perkembangan Ekspor Juta USD Ekspor % yoy - rhs ,6 896 Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah 1029 Pertumbuhan (%) ,8-15 I II III

31 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik Kelompok Komoditas Ekspor Utama Grafik Negara Eksportir Utama Pangsa 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 28% Lemak & Minyak Hewani/Nabati 35% Kopi, Teh, Rempah 6% Ikan dan Udang 4% 5% Olahan dari Buah/Sayur Bubur Kayu/Pulp 22% Lainnya Lainnya; 54% US; 13% Italia; 6% Belanda; 11% Cina; 7% India; 10% Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Sementara itu, impor luar negeri mengalami peningkatan pertumbuhan. Nilai impor Lampung (periode September 2013) mencapai USD320,3 juta. Pada Triwulan III (akumulasi Juli- September 2013), impor mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 52,7% (yoy). Impor kumulatif Januari - September 2013 mencapai USD2.580,3 juta atau naik sebesar 11,51% (ctc) dibandingkan tahun Gula dan kembang gula; Kapal laut dan Ampas/sisa industri makanan merupakan kelompok komoditas yang mempunyai nilai impor tertinggi. (Grafik 1.24). Negara pemasok barang impor terbesar ke Prov. Lampung adalah Uni Emirat Arab, Singapura dan Qatar(Grafik 1.25). Dengan kondisi ekspor impor sebagaimana diatas, maka neraca perdagangan Prov. Lampung bulan September 2013 masih tercatat mengalami surplus sebesar USD54,5 juta. Grafik Perkembangan Impor Juta USD Impor % yoy - rhs , , I II III Pertumbuhan (%) Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah 11

32 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik Kelompok Komoditas Impor Utama Grafik Negara Importir Utama Pangsa 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 7% 7% 6% 5% 2% 73% Lainnya; 32% Uni Emirat Arab; 25% Gula dan Kembang Gula Kapal Laut Ampas/Sisa Industri Makanan Mesin/Pesawat Mekanik Pupuk Lainnya Brazil; 7% India; 7% Qatar; 12% Singapura; 16% Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Data ekspor impor ke luar negeri yang diolah Bank Indonesia 5 menunjukkan adanya kinerja sektor eksternal yang cukup baik khususnya untuk impor. Senada dengan data BPS, kinerja ekspor non migas Prov. Lampung sampai dengan triwulan III mengalami kontraksi pertumbuhansebesar -9,6% (yoy),mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 23,1% (yoy). Berbeda halnya dengan ekspor, impor non migas mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu sebesar 64,5% (yoy). Hal ini juga salah satunya didorong oleh pertumbuhan impor barang modal yang cukup signifikan. (Grafik 1.20) Grafik 1.26 Perkembangan Ekspor Impor di Prov. Lampung Juta USD ,6 64,5 46,3 23,1-9,6-47,6 III IV I II III % yoy Ekspor Impor % yoy ekpor % yoy impor Sumber: BPS Prov. Lampung 5 Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM) Bank Indonesia 6 Data Triwulan III 2013 merupakan kumulatif dari data bulan Juli, Agustus dan September

33 Kondisi Makro Ekonomi Regional 1.2. ANALISIS PDRB SISI PENAWARAN Dilihat dari sisi sektoral, meski pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor nontradable, sektor Industri Pengolahan yang merupakan salah satu sektor utama Lampung tumbuh cukup mengesankan. Pada triwulan laporan, pertumbuhan yang cukup tinggi terutama dialami oleh sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, sektor Jasa dan sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan. Dalam pada itu, sektor Pertanian tumbuh signifikan, meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa musim kemarau basah yang diindikasikan lebih panjang tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap sektor Pertanian secara keseluruhan. Dari sisi sumbangan terhadap pertumbuhan, sektor Pertanian dan sektor Industri Pengolahan (dua sektor utama ekonomi Lampung) serta sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa, memberikan sumbangan pertumbuhan yang terbesar terhadap PDRB Lampung periode triwulan ini. Tabel 1.2.Pertumbuhan PDRB Lampung Menurut Lapangan Usaha (persen, yoy) PDRB Lapangan Usaha * 2013** 2012* I II III IV I II III Pertanian 4,96 4,89 3,48 4,91 3,35 4,20 0,98 2,70 3,28 Pertambangan dan penggalian 13,48 6,80 5,74 0,40 (3,37) 2,28 1,66 5,69 5,54 Industri pengolahan 4,88 0,50 0,48 5,98 10,65 4,39 9,44 9,80 8,05 Listrik, gas dan air bersih 9,86 5,66 8,67 12,88 14,52 10,51 7,28 13,94 11,39 Konstruksi 7,77 6,84 7,46 3,52 5,62 5,82 5,08 6,81 5,27 Perdagangan, hotel & restoran 5,50 7,03 5,67 4,50 5,30 5,59 8,90 6,91 5,24 Pengangkutan dan komunikasi 12,98 12,87 13,86 13,61 14,10 13,63 9,89 9,82 8,16 Keuangan, real estate & jasa persh. 7,48 4,73 13,43 15,10 16,21 12,44 12,29 8,58 10,08 Jasa-jasa 8,24 10,42 16,58 3,72 7,45 9,42 8,59 6,25 10,42 PDRB 6,43 5,73 6,39 6,45 7,40 6,48 5,84 5,99 6,03 Sumber : BPS Provinsi Lampung (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : **) angka sangat sementara) Sektor pertanian dan sektor industri pengolahan masih terus menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi Prov. Lampung. Dari sisi sumbangan terhadap pertumbuhan, kedua sektor tersebut menyumbang 2,29% dari total 6,03% pertumbuhan ekonomi di Prov. Lampung. Sektor pertanian menyumbang 1,25% dan sektor industri menyumbang 1,04%. Sektor lain yang memberikan sumbangan yang cukup besar adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan sumbangan 1,07%. Salah satu sektor utama di Prov. Lampung, yaitu sektor PHR, hanya mampu memberikan sumbangan pertumbuhan sebesar 0,82%(Grafik 1.20). Porsi terbesar PDRB Prov. Lampung masih didominasi oleh tiga sektor utama Prov. Lampung yaitu sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan dengan porsi masing-masing sebesar 37,2%, 15,5% dan 13,1%(Grafik 1.21). 13

34 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik Sumber Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Grafik Pangsa PDRB Lap. Usaha Jasa-jasa Keuangan, real estate & jasa Pengangkutan dan komunikasi Perdagangan, hotel & restoran Konstruksi Listrik, gas dan air bersih Industri pengolahan Pertambangan dan penggalian Pertanian 0,04 0,1 0,25 0,78 0,68 0,82 1,07 1,04 1,25 Keuangan; 11% Pengangkutan ; 8% PHR; 15% Jasa; 8% Pertanian; 37% Pertambangan ; 2% 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 % kontribusi Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Konstruksi; 5% Industri; 13% LGA; 0% Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan III2013 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 3,28% (yoy). Pertumbuhan ini tercatat meningkat dari triwulan II 2013yang sebesar 2,70% (yoy). Indikasi peningkatan sektor pertanian dapat dilihat dari peningkatan produksi padi pada angka ramalan II (ARAM II 2013) yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,8% (yoy).namun, produksi jagung dan kedelai mengalami penurunan pertumbuhan -2,0% (yoy) dan -21,5% (yoy). Tabel 1.3.Angka Ramalan II Produksi Komoditas Pertanian Provinsi Lampung ATAP 2011 ATAP 2012 ARAM I 2013 ARAM II 2013 Pert yoy Padi LP (Ha) ,2% Provitas (Ku/Ha) 48,5 48,3 49,8 50,24 4,0% Produksi (ton) ,8% Jagung LP (Ha) ,8% Provitas (Ku/Ha) 47,7 48,9 48,9 50,86 4,1% Produksi (ton) ,0% Kedelai LP (Ha) ,2% Provitas (Ku/Ha) 11,9 11,9 12,3 12,33 3,4% Produksi (ton) ,5% Sumber: BPS Prov. Lampung Berdasarkan sub sektornya, tanaman bahan makanan (tabama) mencatatkan pertumbuhan tertinggi yaitu 6,96% (yoy) diikuti oleh sub sektor kehutanan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan yang masing-masing tumbuh sebesar 6,72% (yoy), 1,50% (yoy) dan 0,59% (yoy). Sementara itu, sub sektor tanaman perkebunan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -1,59% (yoy) (Grafik 1.22). Sub sektor tabama, khususnya padi masih 14

35 Kondisi Makro Ekonomi Regional mengalami masa panen gadu pada triwulan laporan, yang menyebabkan pertumbuhannya cukup tinggi. Sementara tanaman perkebunan yang memasuki masa panen pada triwulan laporan adalah kelapa sawit dan kopi yang mengalami panen pada bulan Juli. Dapat ditambahkan bahwa sejalan dengan pertumbuhannya, sub sektor tabama juga menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan (1,27%), sementara sub sektor tanaman perkebunan menjadi kontributor negatif pertumbuhan dengan sumbangan -0,15% (Grafik 1.23). Grafik Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Grafik Sumbangan Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian % yoy 20 Sumbangan Pert. (%) (5) (10) (15) 6,96 6,72 1,50 0,59 III IV I II III (1,59) Tabama Tan. Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Perikanan 0,03 Kehutanan 0,03 Peternakan 0,07 Tan. Perkebunan (0,15) Tabama 1,27 (0,40) (0,20) 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 Sumber : BPS Prov. Lampung, diolah Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Lampung, diketahui bahwa terdapat penurunan dalam penjualan domestik dan ekspor beberapa tanaman perkebunan. Minyak kelapa sawit mengalami penurunan volume penjualan di dalam negeri, sementara karet dan teh mengalami penurunan volume penjualan untuk pasar ekspor. Kelesuan ekonomi global diduga berdampak pada penurunan permintaan komoditas perkebunan unggulan ekspor Prov. Lampung. Namun demikian, untuk pasar domestik, karet, teh dan gula masih mengalami peningkatan volume penjualan. Tabel 1.4.Volume Penjualan Komoditas Perkebunan Komoditas Volume Penjualan (ton) Pertumbuhan (%) Domestik Karet % Teh % Gula % Minyak kelapa sawit % Ekspor Karet ,4% Teh ,3% Sumber: Liaison KPw BI Prov. Lampung 15

36 Kondisi Makro Ekonomi Regional Dukungan pemerintah terhadap pertumbuhan sektor pertanian, untuk meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas pertanian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan salah satunya diwujudkan dengan pemberian subsidi pupuk. Sub sektor Pertanian yang memperoleh alokasi pupuk bersubsidi adalah yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak dan budidaya ikan dan/atau udang. Kebutuhan pupuk bersubsidi di Prov. Lampung pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 504 ribu ton. Sementara itu, pada triwulan laporan, kebutuhan pupuk bersubsidi di Prov. Lampung diperkirakan sebesar 102 ribu ton. Tabel 1.5.Kebutuhan Pupuk Bersubsididi Provinsi Lampung Provinsi Lampung Urea SP-36 ZA NPK Organik Total Tahun Triwulan III Sumber :Kementrian Pertanian RI Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan masih mampu tumbuh dengan baik ditengah kenaikan harga BBM, Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan Ekpektasi kenaikan Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK). Pada triwulan III 2013 sektor ini tumbuh 8,05% (yoy), pertumbuhan tersebut sedikit menurun dibandingkantriwulan II 2013 yang sebesar 9,80% (yoy).penurunan pertumbuhan sektor industri pengolahan ditengarai karena pada Triwulan II 2013 perusahaan melakukan building stock dalam rangka persiapan menghadapi bulan puasa dan lebaran. Selain itu, penurunan pertumbuhan pada triwulan laporan juga dikarenakan dampak kenaikan harga BBM yang sedikit banyak berimbas pada sektor industri pengolahan. Kegiatan sektor industri yang relatif baik juga tercermin pada data impor bahan baku 7 (raw material) yang mengalami pertumbuhan. Pada triwulan laporan, impor bahan baku mengalami pertumbuhan sebesar 80,6% (yoy). Berbeda dengan pertumbuhan sektoralnya, pertumbuhan impor bahan baku pada triwulan sebelumnya tercatat lebih rendah yaitu 14,2% (yoy) (Grafik 1.22).Building stock dalam menghadapi natal dan tahun baru sudah mulai dilakukan pada triwulan ini, sehingga impor bahan baku mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Selain itu, kredit sektor industri juga mengalami peningkatan pertumbuhan, dari 4,7% (yoy) pada triwulan II 2013 menjadi 6,7% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.23). 7 Lihat catatan kakino

37 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik Impor Non Migas Bahan Baku Prov. Lampung Grafik 1.32.Perkembangan Kredit Sektor Industri Juta USD % yoy , , , I II III IV I II III Impor BB % yoy - rhs Sumber: Bank Indonesia Triliun Rp 3,4 3,3 3,2 3,1 3,0 2,9 2,8 2,7 2,6 2,5 2,4 29,9 Sumber : Bank Indonesia 4,7 6,7 I II III IV I II III Sektor Industri % yoy - rhs % yoy Secara tahunan, pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur dan Sedang di Prov. Lampung sebesar 9,59% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan produksi hasil industri pengolahan dan peningkatan daya serap pasar terhadap produk-produk Industri Manufaktur dan Sedang. Sub sektor yang mengalami pertumbuhan tertingi adalah industri makanan (9,84%) dan diikuti oleh sub sektor industri kayu dan barang-barang dari kayu dan barang-barang anyaman (2,71%). Namun demikian, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil justru mengalami penurunan sebesar 7,26% (yoy). Tabel 1.6. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besardan Sedang TW III 2013 Kualifikasi Baku Lapangan Usaha Triwulan III 2013 Indonesia (KBLI) qtq yoy Industri Makanan 2,97 9,84 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furniture) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan sejenisnya 2,31 2,71 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 2,09 1,33 Total 2,32 9,59 Sumber: BPS Prov. Lampung Meskipun demikian, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Lampung menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan contact liaison masih cukup bergairah. Pertumbuhan output industri pengolahan secara tahunan sejalan dengan hasil liaison yang menunjukkan optimisme pelaku usaha di bidang industri pengolahan terutama pengolahan makanan dan minuman (minuman kaleng, minyak goreng, dan kopi). 17

38 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Pada triwulan III 2013 sektor PHR tumbuh cukup signifikan sebesar 5,24% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 6,91% (yoy). Namun demikian, walaupun mengalami penurunan, kinerja sektor PHR masih dipersepsikan cukup baik. Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan diperkirakan banyak didukung oleh subsektor perdagangan berkenaan dengan perayaan hari raya Lebaran dan subsektor perhotelan dengan semakin banyaknya kegiatan meeting, invention, convention, dan exhibition (MICE) yang dilakukan di Lampung. Menurunnya pertumbuhan sektor PHR juga terkonfirmasi dari penurunan pertumbuhan tingkat konsumsi masyarakat. Grafik Penjualan Motor Baru di Lampung Grafik PenjualanMobil Baru di Lampung Jumlah (Ribu) ,8 54,1 38,3 Pert. (%) I II III IV I II III* Motor % yoy - rhs % qtq - rhs Sumber: Dinas PPAD Prov Lampung Jumlah Pert. (%) I II III IV I II III* Mobil % yoy - rhs % qtq - rhs Sumber: Dinas PPAD Prov Lampung Sementara itu, searah dengan penurunan pertumbuhan sektor PHR, pertumbuhan sepeda motor di Lampung (yang ditunjukkan oleh jumlah obyek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru ) mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -13,5% (yoy) atau lebih menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar -10,9% (yoy).tidak berbeda dengan motor, pertumbuhan mobil baru di Lampung juga stagnan. (Grafik1.22 dan 1.23). Sub sektor Hotel juga menunjukkan penurunan pada triwulan ini yang ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah wisatawan dan tingkat penghunian kamar (TPK) hotel. TPK pada triwulan III 2013 tercatat sebesar 45,6% lebih rendah dibandingkan TPK triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 46,3%. (Grafik 1.24.). Senada dengan TPK, jumlah wisatawan yang datang ke Prov. Lampung juga mengalami penurunan dari 85,9 ribu wisatawan pada triwulan II 2013 menjadi 81,6 ribu wisatawan pada triwulan laporan. Namun demikian, walaupun sektor PHR mengalami penurunan pertumbuhan, namun sektor ini merupakan salah penyumbang terbesar kedua pertumbuhan di Lampung pada triwulan laporan, dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 0,82%. 18

39 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan Wisatawan Indeks (% ) Ribu Orang , , , ,2 85,9 81, I II III IV I II III Wisatawan - rhs TPK Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Sektor Jasa Sektor jasa-jasa pada triwulan ini tumbuh sangat signifikan yaitu sebesar 10,42% (yoy). Pertumbuhan pada triwulan laporan jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II 2013 yang sebesar 6,25% (yoy). Salah satu indikator pertumbuhan sektor ini dapat dilihat dari perkembangan kredit sektor jasa-jasa oleh perbankan di Lampung. Dari grafik 1.24di bawah terlihat bahwa penyaluran kredit jasa mengalami peningkatan baik dari sisi nominal maupun pertumbuhan. Nominal kredit yang disalurkan pada triwulan III 2013 adalah sebesar Rp2,64 triliun atau mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2,54 triliun. Sementara itu dari sisi pertumbuhan mengalami peningkatan pertumbuhan, dari 81,7% (yoy) pada triwulan II 2013 menjadi 108,5% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik 1.36.Kredit Sektor Jasa di Lampung Triliun Rp 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50-81,7 13,2 108,5 I II III IV I II III Sektor Jasa % yoy - rhs Sumber: DSM, Bank Indonesia % yoy Grafik 1.37.Kredit Sektor Bangunan di Lampung Triliun Rp 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5-51,9 29,3 56,3 I II III IV I II III Sektor Konstruksi % yoy - rhs Sumber: DSM, Bank Indonesia % yoy

40 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sektor-sektor Lainnya Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan pada triwulan III 2012 juga tumbuh sangat signifikan yaitu 10,08% (yoy).pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 8,58% (yoy). Pertumbuhan sektor ini sejalan dengan semakin berkembangnya kegiatan pembiayaan baik melalui bank maupun lembaga keuangan lainnya serta berbagai jenis usaha persewaan dan jasajasa usaha. Kinerja sub sektor perbankan secara umum masih tumbuh cukup baik dan stabil. Beberapa indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit, LDR (loan to deposit ratio) serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL (non performing loans) masih relatif cukup baik.industri perbankan, yaitu bank umum (BU) dan bank perkreditan rakyat (BPR), di Provinsi Lampung triwulan III2013 masih bertumbuh cukup baik. Jumlah aset perbankan tercatat sebesar Rp 48,91 triliun atau tumbuh sebesar 24,38% (yoy). Jumlah kredit perbankan yang disalurkan di triwulan III2013 mencapai Rp 41,62 triliun, atau tumbuh sebesar 29,31% (yoy). Sementara itu, jumlah DPK mencapai Rp 28,34 triliun, meningkat 11,66% (yoy). (lihat Bab III Perkembangan Perbankan). Sementara itu, sektor Konstruksi pada triwulan III 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 5,27% (yoy), menurun bila dibandingkan angka pertumbuhan triwulan II 2013 yang sebesar 6,81% (yoy).penurunan pertumbuhan sektor konstruksi tersebut diperkirakan terutama terkait dengan pertumbuhan sektor bangunan. Pembangunan berbagai gedung perkantoran, mall, hotel, apartemen serta pembangunan/perluasan pabrik oleh pihak swasta juga turut menyumbang pertumbuhan sektor ini. Selain itu, perkembangan konstruksi pada triwulan ini didorong oleh pelaksanaan proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta, khususnya perbaikan jalan raya utama dan jembatan yang rusak karena pengaruh musim hujan maupun beban berat kendaraan. Kinerjasektor Konstruksi tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan konsumsi semen (Grafik 1.12.). Pada triwulan ini konsumsi semen mengalami penurunan dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Konsumsi semen itu sendiri dapat digunakan sebagai cerminan dari kinerja sektor ini mengingat peran semen yang cukup sentral sebagai bahan baku dalam setiap pengerjaan konstruksi bangunan maupun infrastruktur. Namun demikian, dari sisi pembiayaan, kredit sektor konstruksi melonjak tajam. Pada triwulan III 2013, kredit sektor bangunan/konstruksi tumbuh mencapai 56,3% (yoy) atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 51,9% (yoy) (Grafik 1.25). Sektor lainnya, yaitu sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III 2013 juga tumbuh cukup tinggi yaitusebesar 8,16% (yoy), meski menurun dibanding pertumbuhan triwulan II 2013 yang sebesar9,82% (yoy). Peningkatan pertumbuhan sektor ini terutama 20

41 Kondisi Makro Ekonomi Regional didorong oleh aktivitas pengangkutan dan komunikasi yang dilakukan masyarakat yang terus meningkat. Di subsektor pengangkutan, terjadi peningkatan volume bongkar muat di Pelabuhan Bakauheni dan Panjang, yang ditengarai karena building stok menjelang masuknya Natal dan Tahun Baru yang akan jatuh pada akhir tahun. Pertumbuhan sektor ini terutama didorong oleh berkembangnya layanan komunikasi sejalan dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan sarana telekomunikasi seluler maupun akses internet yang pertumbuhannya sangat pesat. 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 - Grafik Volume Bongkar Muat di Pelabuhan Prov. Lampung Juta Ton 2,7 1,1 261% 1,5 97% 7,5 III IV I II III Sumber: BPS Prov. Lampung 8,5 179% 2,2 32% % yoy Bongkar Muat % yoy bongkar - rhs % yoy muat - rhs 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Grafik Bongkar Muat Barang di Bandara Radin Inten II Ribu Ton - 43,6-32,8 Sumber :BPS Prov. Lampung % yoy 423,5 204,4 III IV I II III Bongkar Muat % yoy bongkar - rhs % yoy muat - rhs Grafik Total Penjualan Listrik Juta KwH ,0% 17,0% 9,9% I II III IV I II III yoy 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Total Penjualan Listrik Pertumbuhan - rhs Sumber : PT. PLN Wilayah Lampung, diolah 21

42 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sektor listrik, gas dan air (LGA) mengalami pertumbuhan sebesar 11,39% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 13,94% (yoy).pada sub sektor listrik, walaupun mengalami penurunan, pola pertumbuhan tahunannya masih tercatat positif dan sejalan dengan pergerakan pergerakan pertumbuhan sektor ini dimana pertumbuhan penjualan listrik pada triwulan ini (9,9%, yoy) menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (17,0%, yoy). Sementara itu sub sektor air bersih diperkirakan tumbuh stabil. Indikasi perkembangan sektor ini diantaranya terlihat pada penjualan listrik oleh PLN (total konsumsi listrik Lampung). Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 5,54% (yoy), stabil dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,69% (yoy).pertumbuhan di sektor ini terutama didorong oleh meningkatnya produksi sub sektor penggalian pasir dan batu yang sangat dominan porsinya. Peningkatan subsektor penggalian pasir ini salah satunya masih disebabkan oleh maraknya aktivitas penggalian pasir untuk mendukung sektor konstruksi yang sedang booming di Lampung. 22

43 Kondisi Makro Ekonomi Regional 23

44 Perkembangan Inflasi BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di Lampung pada triwulan III 2013 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh dampak pengurangan subsidi BBM dan terbatasnya pasokan, khususnya bumbu-bumbuan. Secara triwulanan, inflasi pada triwulan laporan tercatat 4,30%, naik dari triwulan II 2013 (-0,09%) dan lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (1,98%). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi IHK di Lampung melonjak dari 5,29% pada triwulan sebelumnya menjadi 7,68%, dan berada diluar kisaran sasaran inflasi nasional (4,5% ± 1%). Menurut kelompok barang dan jasa, secara tahunan maupun triwulanan, kenaikan inflasi terutama terjadi pada kelompok Transpor dan Komunikasi, Kelompok Bahan Makanan dan kelompok Makanan Jadi. Inflasi tahunan kelompok Transpor dan Komunikasi naik dari 4,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 15,78% (yoy). Kelompok Bahan Makanan naik dari 8,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,99% (yoy). Tingginya inflasi kelompok transpor dipicu oleh kenaikan harga BBM bersubsidi, sementara inflasi kelompok bahan makanan terutama dipicu oleh kenaikan harga bumbu-bumbuan dan hortikultura. Dari disagregasi inflasi IHK, kenaikan inflasi tahunan pada triwulan III 2013 terjadi terutama pada kelompok administered price, dari 3,47% (yoy) menjadi 12,63%(yoy). Inflasi pada kelompok Volatile Foods juga tercatat masih dalam kisaran yang cukup tinggi dan meningkat yaitu dari 9,02% (yoy) menjadi 11,12% (yoy). Sementara tekanan inflasi yang lebih bersifat fundamental yang tercermin pada perkembangan inflasi kelompok inti relatif terkendali dengan baik dan masih berada pada level yang rendah. Inflasi inti pada triwulan laporan mencapai 3,32% menurun dari 4,12% (yoy) pada triwulan II Inflasi Lampung pada triwulan III 2013 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Inflasitahunan Lampung pada triwulan laporan mencapai 7,68% (yoy), melonjak dari triwulan II 2013 yang sebesar 5,29% (yoy). Inflasi triwulan laporan juga lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2012 yang mencapai 4,32% (yoy). Sementara untuk tahun kalender, inflasi Lampung sampai dengan triwulan III 2013 mencapai 7,05% (ytd), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode 24

45 Perkembangan Inflasi yang sama tahun sebelumnya (3,68% ytd). Dengan perkembangan tersebut, inflasi Lampung 8 di awal 2013 berada diluar kisaran sasaran inflasi nasional tahun 2013 yang ditetapkan sebesar 4,5% ±1%. Secara triwulanan, inflasi Lampung pada triwulan III 2013 tersebut menunjukkan perkembangan yang berbeda dengan pola historisnya. Inflasi Lampung di triwulan ini mencapai4,30% (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnyadan triwulan II 2013, yang masing-masing mencapai 1,98% dan -0,09% (qtq) (Grafik 2.1.). Pada triwulan III 2013, deflasi pada kelompok bumbu-bumbuan dikarenakan pasokan yang memadai tidak dapat meredam inflasi yang disebabkan dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada Juni 2013 yang menyebabkan kenaikan tarif angkutan pada bulan Juli Selain itu, kenaikan harga kedelai akibat pembatasan impor menyebabkan kenaikan harga tempe dan tahu mentah pada bulan September Grafik 2.1 Inflasi Lampung Dibandingkan Nasional 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0-1,0 Inflasi (%) 8,40 5,90 7,68 4,08 5,29 4,30 0,90-0,09 III IV I II III IV I II III 2011 Nasional (qtq) 2012 Lampung 2013 (qtq) Nasional (yoy) Lampung (yoy) Sumber: BPS, diolah Berdasarkan kelompok barang, dampak kenaikan harga BBM terlihat dari kenaikan inflasi yang cukup signifikan pada kelompok transportasi dan telekomunikasi. Secara tahunan, inflasi kelompok transportasi dan telekomunikasi tercatat sebesar 15,28% (yoy), dengan kenaikan signifikan pada sub kelompok transportasi yang mengalami inflasi sebesar 22,18% (yoy). Kenaikan inflasi pada kelompok tersebut juga menjadi yang terbesar jika dibandingkan kelompok lainnya. Selain itu, kenaikan cukai rokok juga mempengaruhi inflasi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol (rokok kretek dan rokok kretek filter) yang tercatat sebesar 9,40% (yoy). 8 Mengacu pada Survei Biaya Hidup (SBH) tahun dasar 2007 BPS, bobot inflasi Lampung terhadap inflasi nasional adalah sebesar 1,91%. 25

46 Perkembangan Inflasi Dampak kenaikan harga kedelai tercermin pada kenaikan inflasi yang cukup tinggi pada kelompok Bahan Makanan.Secara tahunan, inflasi kelompok Bahan Makanan pada triwulan III 2013mencapai 10,99% (yoy), naik dari triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 8,94% (yoy).kenaikan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya pasokan. Selain itu, juga dipengaruhi oleh melonjaknya harga kedelai impor akibat pengaruh pelemahan nilai Rupiah. Kondisi tersebut tercermin pada sub kelompok kacang-kacanganyang pada triwulan III 2013secara tahunan tercatat mengalami inflasi yang sangat signifikan, yaitu mencapai 18,65% (yoy), tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Namun demikian, berdasarkan disagregasi inflasi 9,tekanan inflasi dari faktor fundamental yang tercermin pada inflasi inti masih terkendali dibawah level lima persen. Kenaikan inflasi IHK terkait terbatasnya pasokan kacang-kacangan (kedelai) dan beberapa bumbubumbuan tersebut lebih bersifat non-fundamental, yang bersifat sementara yang diharapkan menurun sejalan dengan membaiknya kondisi pasokan. Kenaikan inflasi dari faktor nonfundamental tersebut terutama terjadi pada kelompok volatile food (VF), sementara inflasi administered pricesmengalami kenaikan yang terutama disebabkan kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM bersubsidi, cukai rokok dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) secara bertahap setiap triwulanannya. Sementara itu, inflasi inti, yang merupakan cerminan tekanan inflasi yang bersifat fundamental, mengalami penurunan.perkembangan inflasi inti yang relatif terjaga dibawah lima persen tersebut menggambarkan bahwa tekanan inflasi dari sisi permintaan masih terbatas INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK Berdasarkan kelompok barang dan jasa, seluruh kelompok mengalami kenaikan kecuali kelompok sandang, kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok transpor dan komunikasi.secaratriwulanan, inflasi umum pada triwulan laporan yang tercatat mencapai 4,30% (qtq), utamanya didorong oleh kenaikan harga kelompok transpor dan komunikasi yang mencapai 10,50% (qtq). Kondisi tersebut menyebabkan inflasi tertinggi secara tahunan terjadi di kelompok transpor dan komunikasi, yang kemudian disusul oleh kelompok bahan makanan. Sementara itu, selain menurun dibanding triwulan sebelumnya, inflasi tahunan pada kelompok sandang menjadi yang terendah. Di sisi lain, baik secara triwulanan maupun tahunan,semua kelompokbarang tidak ada yang mengalami deflasi (Tabel 2.1). 9 Disagregasi inflasi merupakan re-grouping komoditas/sub-kelompok dalam keranjang IHK untuk melihat apakah tekanan inflasi disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat fundamental atau faktor-faktor non-fundamental. Dalam disagregasi ini, keranjang IHK dikelompok menjadi tiga kelompok, yaitu volatile foods (komoditas yang harganya bergejolak) dan administered prices (kelompok yang harganya ditetapkan oleh Pemerintah) yang lebih disebabkan faktor-faktor yang bersifat sementara (non-fundamental) dalam memengaruhi inflasi. Sementara inflasi yang bersifat fundamental tercermin pada perkembangan inflasi inti. 26

47 Perkembangan Inflasi Sumber : BPS, diolah Tabel 2.1. Inflasi Prov. LampungBerdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Kelompok (%, qtq) 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 UMUM / Total 2,30 0,62 0,31 1,36 1,98 0,59 2,73 (0,09) 4,30 Bahan makanan 3,90 0,07 (1,04) 3,85 3,70 0,54 7,42 (2,73) 5,66 Makanan jadi 2,25 1,98 1,50 0,87 1,09 1,04 1,78 (0,03) 3,58 Perumahan, air, listrik, gas & bhn bakar 0,90 0,26 0,89 0,11 0,45 0,25 1,21 1,21 1,61 Sandang 3,07 (0,36) 0,41 0,56 3,58 0,83 (0,90) (2,74) 3,12 Kesehatan 0,57 1,29 (0,31) 0,77 2,17 0,26 0,24 1,70 1,28 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 5,59 1,85 (0,22) 0,11 5,08 1,77 0,60 0,45 0,43 Transpor, komunikasi & jasa keuangan 0,47 0,07 0,57 0,40 0,38 0,00 0,19 4,12 10,50 Kelompok (%, yoy) 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 UMUM / Total 6,26 4,24 3,42 4,66 4,32 4,30 6,81 5,29 7,68 Bahan makanan 4,98 1,39 1,84 6,85 6,66 7,16 16,32 8,94 10,99 Makanan jadi 10,70 9,01 5,78 6,76 5,55 4,58 4,87 3,93 6,49 Perumahan, air, listrik, gas & bhn bakar 5,50 3,73 3,40 2,17 1,72 1,71 2,04 3,16 4,35 Sandang 10,21 4,57 4,40 3,69 4,21 5,46 4,08 0,67 0,22 Kesehatan 8,16 9,95 2,30 2,34 3,96 2,91 3,47 4,42 3,51 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 7,50 7,64 7,40 7,42 6,90 6,82 7,70 8,06 3,28 Transpor, komunikasi & jasa keuangan 1,20 1,07 1,20 1,51 1,42 1,35 0,97 4,71 15,28 Pada kelompok Bahan Makanan, secara triwulanan inflasi terjadi terutama pada sub kelompok kacang-kacangan yaitu sebesar 18,36% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,13% (qtq). Subkelompok lainnya yang mengalami kenaikan inflasi yang cukup tinggi adalah sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok buah-buahan,dansubkelompok ikan segar yang masing-masing meningkat sebesar10,31%,12,09% dan 7,01% (qtq), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar -2,44%, 4,31% dan 0,26%. Sementara sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami deflasi sebesar -10,89% (qtq) (Tabel 2.2.). Berdasarkan kondisi yang terjadi tersebut, maka secara tahunan, inflasi kelompok Bahan Makanan mencapai 10,99% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,94% (yoy). 27

48 Perkembangan Inflasi Tabel 2.2.Inflasi Prov. Lampung Berdasarkan Sub Kelompok Bahan Makanan Kelompok (%, qtq) 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 BAHAN MAKANAN 3,90 0,07-1,04 3,85 3,70 0,54 7,42 (2,73) 5,66 Padi, Umbi dan Hasilnya 7,25 6,35-0,78-0,40 4,11 2,63 0,88 (4,30) 1,05 Daging dan Hasilnya 3,27-2,28-0,04 3,06 9,29 0,73 1,53 5,55 9,81 Ikan Segar 4,74-3,63-0,52 4,39 6,61 (1,54) 2,21 0,26 7,01 Ikan Diawetkan 3,58-1,23 2,45 0,79 3,31 0,17 0,65 0,03 2,38 Telur, Susu & Hasilnya -0,34 1,30 0,76 1,79 (0,70) 3,57-0,53 6,31 2,18 Sayur-sayuran 22,02-16,36-2,99 7,07 10,57 (8,57) 3,14 (2,44) 10,31 Kacang-kacangan 0,13-0,13-0,18-4,23 5,08 0,04 0,07 0,13 18,36 Buah-buahan 1,18 9,05 0,98 4,17 2,28 3,37 12,77 4,31 12,09 Bumbu-bumbuan -10,66 3,24-9,86 38,93 (8,56) 4,93 72,18 (24,54) -10,89 Lemak & Minyak -1,64-1,88-0,04 0,02 (0,43) (2,36) 1,19 1,43 12,13 Bhn Makanan Lain 8,43-3,23-1,99 5,86 1,03 0,73-0,63 5,32 1,13 Kelompok (%, yoy) 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 BAHAN MAKANAN 4,98 1,39 1,84 6,85 6,66 7,16 16,32 8,94 10,99 Padi, Umbi dan Hasilnya 15,99 6,64 11,83 12,72 9,43 5,60 7,36 3,16 0,12 Daging dan Hasilnya -2,19 1,37 2,59 3,96 10,02 13,41 15,19 17,97 18,53 Ikan Segar 12,73 8,18 1,85 4,82 6,69 9,01 12,00 7,58 7,98 Ikan Diawetkan 0,43-0,68 3,61 5,64 5,37 6,86 4,98 4,19 3,25 Telur, Susu & Hasilnya 3,53 4,38 3,48 3,54 3,17 5,48 4,13 8,75 11,90 Sayur-sayuran 14,42 2,03 4,90 6,00-3,95 4,99 11,63 1,73 1,49 Kacang-kacangan -2,17 0,86-1,82-4,39 0,33 0,50 0,76 5,34 18,65 Buah-buahan 3,75 13,01 16,75 16,06 17,32 11,21 24,20 24,37 36,28 Bumbu-bumbuan -25,75-31,97-32,58 15,51 18,23 20,17 129,52 24,67 21,49 Lemak & Minyak 4,90 0,41-5,13-3,52-2,33-2,81-1,61-0,23 12,36 Bhn Makanan Lain 5,84 5,12 5,43 8,87 1,44 5,59 7,05 6,51 6,61 Sumber : BPS Provinsi Lampung Kenaikan harga sub kelompok kacang-kacangan (kedelai) disebabkan karena turunnya produksi kedelai di AS sebagai negara ekportir terbesar Indonesia.Sebagai informasi, Indonesia mengimpor kedelai hingga 70% sehingga persoalan pasokan tersebut sangat berpengaruh pada harga di dalam negeri. Selain itu, menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah menyebabkan mengimpor kedelai menjadi semakin mahal. Sementara itu, kenaikan harga komoditas hortikultura (buah dan sayur) terutama disebabkan oleh masih terbatasnya pasokan. Selain dikarenakan penurunan produktivitas, terbatasnya pasokan juga disebabkan oleh adanya pengaturan impor oleh pemerintah agar tepat dengan kondisi pasar. Hal-hal yang diatur antara lain pola masa panen, lokasi pelabuhan, waktu dan berapa kebutuhan komoditas yang perlu diimpor. Beberapa komoditas hortikultura yang mengalami inflasi antara lain tomat buah, apel, pisang, tomat sayur, anggur dan jeruk. Di sisi lain, sesuai historisnya, inflasi yang terjadi pada sub kelompok Padi-padian di triwulan ini mengalami sedikit peningkatan seiring dengan berakhirnya musimpanen padi yang mengalami puncak panen pada triwulan II Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 28

49 Perkembangan Inflasi 2013, khususnya padi, menunjukkan perkembangan yang cukup baik, tercermin dari tingginya realisasi produksi pertanian seiring musim panen gadu yang terjadi di triwulan ini (lihat bab I). Tercatat inflasi sub kelompok Padi-padian mencapai 1,05%(qtq), meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang mengalami deflasi sebesar -0,43% (qtq). Namun demikian, angka inflasi triwulanan di triwulan III 2013 lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (4,11% yoy). Tabel 2.3.Harga Beras di Tingkat Petani dan Penggilingan September 2013 Kualitas Harga Petani (Rp/kg) Harga Penggilingan(Rp/kg) Terendah Tertinggi HPP Harga Ratarata HPP GKG GKP (Palasa & Sragi) (Trimurjo) 3.939, , (Petani) (Penggilingan) Sumber : BPS Provinsi Lampung Stok beras Bulog yang memadai dan kelancaran penyaluran raskin mendukung stabilitas harga beras. Berdasarkan informasi Perum Bulog Divre Lampung, realisasi penyerapan beras oleh Bulog hingga triwulan III 2013 mencapai ton atau sebesar 99,76% dari pagu penyerapan tahun Untuk membantu menjaga kestabilan harga beras, distribusi beras raskin sudah mencapai 73,2 ribu Ton atau setara dengan 85,0% pagu penyaluran raskin triwulan III Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) 10, yang dilakukan oleh KPwBI Prov. Lampung mengkonfirmasi adanya kecenderungan kenaikan harga komoditas bahan makanan terutama beras, minyak goreng, gula dan daging (Grafik 2.2). Dilain sisi, penurunan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan yang disebabkan oleh penurunan harga bawang dan cabe juga terlihat dari hasil SPH. Grafik 2.2. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Bahan Makanan di Prov. Lampung Rp/Kg Beras Juni Juli Agustus September 2013 Rp/Kg Bumbu-Bumbuan Juni Juli Agustus September Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah Bawang Putih 10 Merupakan survei rutin bulanan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Prov. Lampung 29

50 Perkembangan Inflasi Rp/Kg Minyak Goreng dan Gula Minyak Goreng Gula Juni Juli Agustus September Rp/Kg Daging & Telur Juni Juli Agustus September Daging Sapi Daging Ayam Telur Sumber: SPH KPw BI Prov. Lampung Pada kelompok Makanan Jadi, sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami kenaikan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya.pada triwulan ini, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol disusul oleh sub kelompok minuman yang tidak beralkohol, masing-masing sebesar 9,04% (qtq) dan 0,20% (qtq). Inflasi pada sub kelompok Tembakau tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan cukai rokok yang menyebabkan kenaikan harga rokok kretek dan rokok kretek filter. Sementara inflasi pada sub kelompok Makanan Jadi mengalami sedikit penurunan dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi pada kelompok ini juga dipicu oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencapai 9,40% (yoy).(tabel 2.4.). Tabel 2.4. Inflasi Prov. Lampung Berdasarkan Sub Kelompok MakananJadi Komoditas (%, qtq) III IV I II III IV I II III Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0.03) 3.58 Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol (0.43) 1.25 (0.63) 0.20 Tembakau dan Minuman Beralkohol Komoditi (%, yoy) III IV I II III IV I II III Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol Sumber : BPS, diolah 30

51 Perkembangan Inflasi Pada kelompok Sandang, secara triwulanan, tekanan inflasi pada triwulan III 2013 menunjukkan kenaikan dibanding triwulan sebelumnya terkait peningkatan harga emas.kenaikan inflasi tertinggi terutama terjadi pada sub kelompok Barang Pribadi dan Sandang Lainnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 9,61% (qtq), lebih tinggidari triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi sebesar -8,65% (qtq). Hal ini terkonfirmasi dari Survei Pemantauan Harga (SPH), dimana harga emas (terutama emas lokal) secara rata-rata mengalami tren peningkatanselama triwulan III 2013 (Grafik 2.3.). Secara tahunan, kelompok sandang mengalami penurunan inflasi yang cukup signifikan dibanding triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan perilakuharga emas di pasar internasional yang mengalami tren penurunan sejak akhir 2012(Tabel 2.5.). Grafik 2.3. Perkembangan Harga Emas Ribu Rp/Gr * $/Oz Emas Lokal Emas Intl - skala kanan Komoditas (%, qtq) Sumber: worldbank dan SPH KPwBI Lampung Tabel 2.5. Inflasi Lampung Berdasarkan Sub Kelompok Sandang III IV I II III IV I II III Sandang Sandang laki-laki Sandang Wanita (0.04) (0.24) 0.40 Sandang Anak-anak Brg pribadi & Sandang lainnya (8.65) 9.61 Komoditi (%, yoy) 2011 III IV I II III IV I II III Sandang Sandang laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Brg pribadi & Sandang lainnya Sumber : BPS, diolah 31

52 Perkembangan Inflasi 2.2. INFLASI MENURUT PERIODE Inflasi Bulanan (mtm) Secara bulanan, inflasi Lampung pada akhir Tw III 2013 (September) sebesar 0,23% (mtm), lebih tinggi dibandingkan nasional yang mengalami deflasi -0,35% (mtm). Inflasi Lampung pada akhir triwulan III 2013 merupakan yang terendah dibandingkan bulan Juli dan Agustus yang masing-masing tercatat sebesar 2,75% (mtm) dan 1,27% (mtm). Pada bulan Juli, inflasi bulanan tercatat sangat tinggi disebabkan oleh efek kenaikan harga BBM bersubsidi yang implementasinya mulai akhir Juni Kelompok Transportasi dan Komunikasi yang secara langsung mengalami dampak peningkatan harga BBM mencatatkan inflasi sebesar 10,36% (mtm). Sebagai respon dari kenaikan harga BBM, Pemda Lampung melalui Dishubkominfo Prov. Lampung menetapkan kenaikan tarif angkutan sebesar 20% dari tarif awal. Efek kenaikan harga BBM juga berdampak pada kelompok Bahan Makanan dan kelompok Makanan jadi yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 3,63% (mtm) dan 1,65% (mtm). Selain kenaikan BBM, adanya masalah pasokan beberapa komoditas khususnya hortikultura juga menambah tekanan inflasi pada bulan Juli Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Juli 2013 adalah bensin, angkutan dalam kota, bawang merah, rokok kretek filter dan rokok kretek. Tekanan inflasi mulai menunjukkan trenpenurunanpada bulan Agustus 2013 Hal ini bersumber dari koreksi harga yang cukup dalam pada beberapa komoditas pangan strategis. Inflasi pada bulan laporan yang mencapai 1,27% (mtm). Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang yang masing-masing mencapai 3,64% (mtm) dan 1,79% (mtm). Beberapa komoditi yang menyebabkan inflasi pada bulan Agustus 2013 diantaranya tomat buah, cumi-cumi segar, emas perhiasan, tarif listrik, kelapa dan tomat sayur. Andil inflasi terbesar disumbang oleh Bahan Makanan (1,04%) dan Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,12%) dan Sandang (0,10%). Pada akhir triwulan III (September 2013), tren penurunan inflasi masih berlanjut. Melimpahnya pasokan hortikultura (khususnya bawang merah dan cabe merah), didukung oleh masuknya masa panen berdampak terhadap deflasi yang cukup dalam pada subkelompok bumbubumbuan. Namun demikian, tren penurunan inflasi tertahan oleh kenaikan inflasi kelompok bahan makan khususnya sub kelompok kacang-kacangan, yaitu kelangkaan bahan baku kedelai akibat keterlambatan impor sehingga menyebabkan harga produk olahannya seperti tahu dan tempe mengalami lonjakan harga. Selain itu, kenaikan sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya (emas perhiasan) juga menjadi penahan tren penurunan inflasi. 32

53 Perkembangan Inflasi Grafik 2.4. Inflasi per Kelompok Barang Tw III 2013 (% mtm) Grafik 2.5.Inflasi September 2013 per Kelompok Barang (mtm) Transpor&Kom -0,03 Pendidikan Kesehatan -1,37 Sandang Perumahan Mamin, Rokok & Tbkau 0,14 0,55 0,55 0,06 0,00 1,65 0,05 Bahan Makanan 0,79 0,11 10,36 4,12 0,11 0,31 0,00 0,01 0,30 1,79 3,64 3,63-2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 Sep-13 Agt-13 Jul-13 % mtm 3,9 3,64 3,6 3,3 3,0 2,7 2,4 2,1 1,8 1,5 1,2 0,9 0,6 0,3 0,0-0,3 Bahan Makanan 0,00 Mamin, Rokok & Tbkau 0,55 Perumahan 1,79 Sandang 0,00 Kesehatan Inflasi Lampung : 1,27-0,03 0,11 Pendidikan Transpor&Kom Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Inflasi Triwulanan (qtq) Dampak lanjutan dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada akhir triwulan II 2013 masih tercatat menyebabkan inflasi yang cukup signifikan untuk beberapa komoditas pada triwulan III 2013.Penurunan harga yang terjadi pada sejumlah komoditas bumbubumbuanbelum dapat menahan laju inflasi Prov. Lampung sehingga secara triwulanan umum tercatat masih mengalami inflasi cukup tinggi yaitu sebesar 4,30% (qtq). Revisi atas kebijakan impor komoditas hortikultura yang dilakukan pada awal triwulan III 2013 menyebabkan harga bawang putih dan bawang merah mengalami penurunan harga yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM per 21 Juni 2013 yang kemudian berdampak pada penyesuaian tarif angkutan dalam kota, ditambah kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif listrik secara progresif menjadi buffer terjadinya deflasi ke tingkat yang lebih tinggi. Ditambah lagi adanya kelangkaan kedelai di pasar yang menyebabkan kenaikan harga kedelai sehingga menyebabkan kenaikan harga produk turunan kedelai seperti tahu dan tempe (Grafik 2.6.) 33

54 Perkembangan Inflasi Grafik 2.6. Inflasi per Kelompok Barang Tw III 2013 (% qtq) Grafik 2.7. Inflasi per Kelompok Barang Tw III 2013 (% yoy) % qtq 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 5,66 Bahan Makanan 3,58 Mamin, Rokok & Tbkau 1,61 Perumahan 3,12 Sandang Inflasi Lampung : 4,30 1,28 Kesehatan 0,43 Pendidikan 10,50 Transpor&Kom Transpor&Kom Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Mamin, Rokok & Tbkau Bahan Makanan % yoy 0,22 3,28 3,51 4,35 Inflasi Lampung : 7,68 6,49 10,99 15,28 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Inflasi Tahunan (yoy) Bila dibandingkan tahun 2012, harga barang dan jasa secara umum pada triwulan III 2013 meningkat sebesar 7,68% (yoy). Komoditas tempe, rokok kretek filter, emas perhiasan, tahu mentah, rokok kretek menjadi penyumbang inflasi tahunan tertinggi. Kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM dan listrik serta kenaikan UMP yang terjadi pada tahun ini telah memicu tingginya perubahan harga komoditas tersebut bila dibandingkan tahun Selain itu, adanya pelemahan nilai Rupiah juga menjadi tekanan dalam impoted inflation Lampung (Grafik 2.7.) 2.3.Disagregasi Inflasi Tekanan inflasi, berdasarkan disagregasi inflasi, lebih disebabkan oleh faktor yang bersifat non-fundamental. Hal tersebut terkait dengan terbatasnya pasokan bahan pangan, khususnya bumbu-bumbuan, yang tercermin pada lonjakan inflasi kelompok Volatile Foods (VF). Selain itu, tekanan inflasi kelompok administered prices juga mengalami kenaikan akibat dari dampak pengurangan subsidi BBM yang diberlakukan pada akhir Juni Sementara itu, tekanan inflasi dari faktor yang bersifat fundamental juga masih terkendali, yang tercermin pada perkembangan inflasi inti. Kenaikan inflasi inti lebih terkait dengan meningkatnya ekspektasi inflasi sejalan dengan kenaikan TTL, gaji ke 13 PNS yang direalisasikan pada bulan Juli dan Agustus. Secara triwulanan, seluruh kelompok mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pada triwulan III 2013, inflasi triwulanan VF yang mencapai 5,71% (qtq), meningkat tajam dari triwulan II 2013 yang mencapai -2,77% (qtq), sementara inflasi kelompok Administered Prices meningkat dari 2,71% di triwulan II 2013 menjadi 9,03% (qtq) pada triwulan III Demikian pula dengan inflasi Inti meningkat menjadi 1,14% dari 0,15%(qtq) di triwulan 34

55 Perkembangan Inflasi sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, inflasi inti secara tahunan pada triwulan ini tercatat sebesar 3,32% (yoy), sementara inflasi tahunan pada kelompok VF dan kelompok administered price masing-masing mencapai 11,12% (yoy) dan 12,63% (yoy) (Grafik 2.8.). Masa panen gadu khususnya komoditas padi dan pelonggaran ketentuan impor hortikultura yang terjadi pada triwulan III 2013 masih belum dapat meredam inflasi pada kelompok VF yang masih dalam level tingi.berdasarkan pola produksi pertanian selama ini,diketahui bahwa puncak panen, khususnya padi, terjadi di triwulan I hingga awal triwulan II yang memberikan sumbangan terhadap penurunan harga. Sementara itu, pada triwulan III 2013, terdapat panen gadu yang diharapkan dapat menahan laju inflasi yang lebih dalam. Namun demikian, hal tersebut tidak dapat terjadi dikarenakan tingginya pengaruh keterbatasan pasokan dari komoditas kacang-kacangan dan bumbu-bumbuan. Kondisi tersebut menyebabkan inflasi tahunan kelompok VF meningkat cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 9,02% (yoy) triwulan II 2013 menjadi 11,12% (yoy). Kenaikan inflasi VF tersebut juga tercermin pada perkembangan inflasi komoditas Pangan (foods), dimana secara triwulanan mengalami kenaikan dari deflasi -1,62% (qtq) menjadi inflasi 4,79% (qtq) pada triwulan laporan, sehingga secara tahunan inflasi kelompok komoditas pangan mencapai 9,09% (yoy) (Grafik 2.9.). Grafik 2.8. Disagregasi Inflasi Lampung % qtq %yoy Core VF Adm. Price 18.0 Core VF Adm. Price III IV I II III IV I II III 0.0 III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah 35

56 Perkembangan Inflasi Grafik 2.9. Inflasi Komoditas Pangan & Non Pangan Lampung % qtq Food Non food % yoy Food Non food III IV I II III IV I II III 0.0 III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah Secara fundamental, inflasi inti pada triwulan ini mengalami kenaikan namun dalam tingkat yang relatif terkendali dibawah lima persen. Inflasi inti pada triwulan III 2013 tercatat mencapai 1,14% (qtq), naik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,15% (qtq). Namun demikian, secara tahunan, inflasi inti pada triwulan ini turun menjadi 3,32% (yoy), dibanding inflasi pada triwulan II 2013 yang mencapai 4,12% (yoy). Dilihat dari komoditasnya, inflasi triwulanan pada kelompok inti dipicu oleh kenaikan harga komoditas pada kelompok Makanan Jadi dan Sandang. Inflasi yang terjadi pada kelompok tersebut di triwulan ini masing-masing mencapai 3,61% dan 5,86% (qtq). Dilihat dari faktor yang memengaruhinya, kenaikan inflasi disebabkan oleh meningkatnya ekspektasi inflasi. Secara keseluruhan, ekspektasi inflasi masih terkelola dengan baik meski ada kecenderungan peningkatan.sementara itu, tekanan dari faktor eksternal cukup besar. Dari faktor eksternal, fluktuasi nilai tukar Rupiah dan cukup besarnya tekanan imported inflation memberikan pengaruh signifikan terhadap realisasi inflasi inti. Pada triwulan III 2013, kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah membantu menjaga tekanan inflasi dari faktor eksternal yang sangat besar. Pada triwulan laporan nilai tukar Rupiah mempunyai tren yang melemah dan kurang stabil. Bank Indonesia melakukan upaya dengan mengeluarkan kebijakan stabilisasi nilai tukar, melalui penguatan mekanisme intervensi valas, penerapan term deposit (TD) valas maupun pendalaman pasar valas, agar nilai tukar mampu dijaga dalam level yang stabil. (Grafik 2.10.). 36

57 Perkembangan Inflasi Grafik Perkembangan Nilai Tukar Sementara itu, imported inflation relatif minimal sejalan dengan harga komoditas internasional pada triwulan ini yang cenderung mengalami penurunan meskipun untuk beberapa komoditas masih berada di level yang cukup tinggi.selain kondisi pasokan bahan pangan yang cukup terjaga, tren penurunan harga bahan pangan di pasar global membuat dampak imported inflation pada triwulan ini relatif minimal. Deflasi pada komoditas emas perhiasan mampu menjadi peredam tekanan inflasi inti pada triwulan III 2013.Sejalan dengan perkembangan harga komoditas emas di pasar global yang menunjukkan tren penurunan. Sementara itu, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola dengan baik meski ada kecenderungan meningkat terkait tingginya tekanan inflasi VF dan penerapan pengaturan harga/tarif oleh pemerintah. Ekspektasi inflasi, berdasarkan survei konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Lampung, relatif terjaga meski berada pada level yang tinggi dengan tren yang meningkat. Ditengah penerapan beberapa kebijakan pemerintah, seperti kenaikan tarif tenaga listrik (TTL), kenaikan cukai rokok dan pengurangan subsidi BBM, ekspektasi inflasi konsumen yang terlihat dari ekspektasi pengeluaran konsumen dan ekspektasi harga cenderung mengalami kenaikan(grafik 2.11.). 37

58 Perkembangan Inflasi Grafik Ekspektasi Inflasi Survei Konsumen Indeks (%) Perubahan Harga 3 bln YAD Pengeluaran 3 bln YAD Sumber: Survei Konsumen KPw BI Prov. Lampung Sementara itu, sejalan dengan perkembangan kedua kelompok inflasi tersebut, inflasi triwulanan kelompok administered prices juga cenderung mengalami kenaikan. Secara triwulanan, laju inflasi kelompok administered price tercatat mencapai 9,03% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,71% (qtq). Salah satufaktor yang memicu kenaikan inflasi kelompok administered price pada triwulan ini adalah inflasi di sub kelompok transportasiyang mencapai 9,26% (qtq). Inflasi tersebut terjadi seiring penerapan kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. Kondisi tersebut menyebabkan tekanan inflasi tahunan pada kelompok administered price pada triwulan ini mencapai 12,63% (yoy), meningkat sangat signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar3,47% (yoy) INFLASI KOTA KOTA DI SUMATERA Tidak berbeda jauh dengan kondisi kota di Lampung, laju inflasi tahunan kota-kota di Sumatera secara umum pada triwulan III 2013 lebihtinggi dibanding triwulan II 2013 (kecuali kota Pangkal Pinang), namunmayoritas masih berada di bawah inflasi Nasional (8,40%, yoy).dari 16 kota inflasi di Sumatera, terdapat 11 kota yang memiliki inflasi di bawah inflasi Nasional. Lima kota dengan inflasi tertinggi dan berada diatas nasional adalah Pematang Siantar (9,44%), Medan(9,51%), Padang(10,03%),Bengkulu (9,54%) dan Tanjung Pinang(9,96%). Sementara inflasi di kota Banda Aceh(5,12%) menjadi yang terendah di Sumatera. Kenaikan inflasi terjadi secara merata di seluruh kota di Sumatera. Tingginya laju inflasi pada sebagian besar kota di Sumatera mengindikasikan bahwa proses pengendalian harga komoditas perlu dioptimalkan dalam upaya mengendalikan tekanan inflasi, mengingat keterkaitan antar daerah yang semakin tinggi dan kompleks(grafik 2.12).Pergerakan inflasi di wilayah 38

59 Perkembangan Inflasi Sumatera yang secara umum cukup tinggi tersebut memberikan andil yang cukp besar terhadap kenaikan inflasi nasional, walaupun bobot wilayah Sumatera bukan merupakan yang terbesar dalam membentuk inflasi Nasional yaitu 19,30%. Grafik Inflasi Kota-kota di SumateraTriwulan III 2013 Tanjung Pinang Batam Pangkal Pinang Bandar Lampung Bengkulu Palembang Jambi Dumai Pekanbaru Padang Padang Sidempuan Medan Pematang Siantar Sibolga Lhokseumawe Banda Aceh 9,96 6,66 7,35 7,68 9,54 7,21 7,95 7,53 7,79 10,03 7,47 9,51 9,44 8,11 5,63 5,12 Inflasi (% yoy) Tw III 2013 Tw II Sumber: BPS 39

60 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, dilihat dari sisi aset, dana pihak ketiga (DPK) yang mampu dihimpun dan kredit yang disalurkan. Pertumbuhan DPK secara tahunan mampu lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2013, aset dan kredit walaupun tumbuh namun relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan di industri perbankan periode berjalan ini didukung oleh semakin luasnya layanan perbankan dengan meningkatnya jumlah kantor bank yang beroperasi di Lampung. Sementara dari sisi sistem pembayaran tunai, perkembangan aliran uang kartal triwulan III-2013 menunjukkan adanya net outflow yang dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan uang masyarakat karena adanya perayaan Hari Raya Idul Fitri. Transaksi kliring dan RTGS secara tahunan Tabel 3.1. Perkembangan Aset Perbankan di Provinsi Lampung (Rp miliar) Industri perbankan, yaitu bank umum (BU) dan bank perkreditan rakyat (BPR), di Provinsi Lampung triwulan III-2013 masih bertumbuh cukup baik. Jumlah aset perbankan tercatat sebesar Rp 48,91 triliun atau tumbuh sebesar 24,38% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan II-2013 yang sebesar 24,75% (yoy). Melambatnya pertumbuhan aset perbankan periode 40

61 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran berjalan terutama dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan aset BU, yaitu dari 23,24% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 22,59% (yoy). Sedangkan jumlah aset BPR tumbuh lebih tinggi, yaitu dari 35,46% (yoy) menjadi 37,15% (yoy). Grafik 3.1.Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 3.2. Porsi Kredit per Jenis Penggunaan Rp triliun 20,00 15,00 10,00 5,00 - KMK KI KK KMK (yoy) yoy KI (yoy) KK (yoy) 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% I II III IV I II III Porsi KMK KI KK 100% 80% 34,74% 60% 21,45% 40% 20% 43,80% 0% I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Jumlah kredit perbankan yang disalurkan di triwulan III-2013 mencapai Rp 41,62 triliun, atau tumbuh sebesar 29,31% (yoy), lebih lambat dari pertumbuhan di triwulan II-2013 yang 29,65% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit oleh BU, dari triwulan II-2013 yang tumbuh 28,60% (yoy) menjadi 27,65% (yoy). Sementara pertumbuhan kredit BPR mengalami peningkatan dari 36,88% (yoy) menjadi 41,26% (yoy). Berdasarkan jenisnya, pangsa terbesar adalah kredit modal kerja sebesar Rp 18,23 triliun, diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi masing-masing sebesar Rp 14,46 triliun dan Rp 8,93 triliun. Sementara berdasarkan sektor ekonominya, pertumbuhan tertinggi tercatat pada kredit di sektor jasa umum yang tumbuh sebesar 388,95% (yoy), diikuti kredit sektor konstruksi dan pertanian yang masing-masing sebesar 56,33% (yoy) dan 42,82% (yoy). 41

62 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.2.Perkembangan Kredit Perbankan di Provinsi Lampung (Rp miliar) Grafik 3.3. Porsi Dana Pihak Ketiga Porsi Giro Tabungan Deposito 100% 80% 29,52% 60% 40% 50,07% 20% 20,41% 0% I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Melambatnya pertumbuhan jumlah aset dan kredit tidak terjadi pada jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Pada triwulan III-2013 ini, jumlah DPK mencapai Rp 28,34 triliun, meningkat 11,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan II yang sebesar 9,51% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan DPK ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan DPK BU, yaitu dari 9,74% (yoy) menjadi 12,44% (yoy). Hal ini didorong oleh kembali masuknya dana nasabah ke perbankan paska perayaan Hari Raya Idul Fitri. Femonena ini terkonfirmasi dari meningkatnya dana nasabah dalam bentuk tabungan dan deposito yang pertumbuhannya mengalami peningkatan pada periode berjalan ini, yaitu sebesar 15,01% (yoy) dan 5,28% (yoy). Sedangkan giro pertumbuhannya melambat dari 16,34% (yoy) menjadi 13,51% (yoy). Meningkat pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit mempengaruhi rasio kredit terhadap DPK atau loan to deposit ratio (LDR) yang turun dari 147,31% di triwulan II-2013 menjadi 146,89%. Berdasarkan jenis banknya, LDR terbesar dicatat oleh BPR sebesar 165,90% sementara BU sebesar 146,89%. 42

63 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.4. LDR Menurut Jenis Bank % LDR Perbankan 170,00 160,00 LDR BU 150,00 LDR BPR 140,00 130,00 120,00 110,00 100,00 165,90 146,89 144,35 I II III IV I II III Grafik 3.5. LDR dan NPL Perbankan di Lampung % 150,00 LDR NPL 145,00 140,00 135,00 130,00 125,00 120,00 115,00 110,00 146,89 I II III IV I II III 1,76 % 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 - Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Tabel 3.3. Perkembangan DPK Perbankan di Provinsi Lampung (Rp miliar) 43

64 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.1. Bank Umum Fungsi Intermediasi dan Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum Kinerja intermediasi bank umum di Provinsi Lampung triwulan III-2013 masih menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Dilihat dari LDR pada triwulan laporan mencapai 144,35%, sedikit menurun dibandingkan denan triwulan II-2013 yang sebesar 145,12%. Tingginya nilai LDR ini dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Pertumbuhan kredit pada periode berjalan mencapai 27,65% (yoy), sementara DPK tumbuh sebesar 12,44% (yoy). Kualitas kredit masih tetap terjaga dengan baik, yang tercermin dari penurunan Non Performing Loans (NPLs) 2,02% di triwulan II-2013 menjadi 1,77%. Pencapaian ini masih berada di bawah kriteria NPL Bank Indonesia dalam menilai bank yang memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya, yaitu sebesar 5%. Grafik 3.6. LDR dan NPL Bank Umum Grafik 3.7. Aset Bank Umum LDR (%) 150,00 145,00 140,00 135,00 130,00 125,00 120,00 115,00 110,00 LDR NPL 144,35 1,77 I II III IV I II III NPL (%) 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Rp triliun 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00-42,31 Aset Pertumbuhan 22,6% I II III IV I II III yoy 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Aset Bank Umum di Provinsi Lampung tumbuh sebesar 22,6% (yoy) atau mencapai Rp 42,31 triliun. Pertumbuhan tersebut, tercatat mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 23,2% (yoy). Pertumbuhan aset Bank Umum konvensional yang mencapai 22,21% (yoy) menjadi pendorong pertumbuhan aset BU di triwulan laporan. Sementara itu, BU Syariah (BUS) yang memiliki pangsa sebesar 5,96% terhadap total aset bank umum, mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu mencapai 29% (yoy) dengan aset sebesar Rp 2,52 triliun. 44

65 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Berdasarkan sebarannya per kabupaten/kota, aset BU terbesar berada di Kota Bandar Lampung yang tercatat sebesar Rp 33,89 triliun dengan pangsa sebesar 80,10%, karena sebagian besar BU di Provinsi Lampung beroperasi di Kota Bandar Lampung. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi tercatat di Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Lampung Selatan yang masingmasing tumbuh sebesar 242,81% (yoy) dan 53,06% (yoy). Tingginya pertumbuhan aset di Kabupaten Lampung Barat dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan DPK secara signifikan dengan bertambahnya jumlah kantor bank yang beroperasi di wilayah tersebut. Tabel 3.4.Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi Lampung Tabel 3.5.Perkembangan Aset Per Kab./Kota Bank Umum di Provinsi Lampung (Rp miliar) Upaya untuk meningkatkan financial inclusion tercermin pada meningkatnya jumlah kantor bank untuk melayani kebutuhan masyarakat. Perbankan didorong untuk mewujudkan financial inclusion melalui peningkatan jangkauan perbankan hingga ke daerah pelosok dan kegiatan edukasi terhadap masyarakat tentang keuangan, sehingga tercipta literasi keuangan. Hal ini terkonfirmasi dari jumlah kantor Bank Umum yang menunjukkan peningkatan. Jumlah bank umum yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung hingga triwulan III-2013 yaitu sebanyak 35 bank, dengan rincian 2 Bank Pembangunan Daerah, 4 Bank 45

66 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Persero, dan 29 Bank Umum Swasta Nasional dimana 5 diantaranya beroperasi secara syariah. Selain itu, terdapat 3 bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS). Secara total, terdapat 471 kantor bank yang beroperasi di Provinsi Lampung, bertambah 7 buah kantor cabang pembantu (KCP)/unit dibandingkan triwulan II-2013.Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Provinsi Lampung terus mengalami perkembangan dan memberikan pilihan yang lebih bervariasi bagi masyarakat yang membutuhkan layanan perbankan. Tabel 3.6.Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor Bank Umum Perkembangan Dana Pihak Ketiga Kepercayaan masyarakat terhadap bank umum di triwulan III-2013 masih tetap tinggi, hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah dana yang dapat dihimpun oleh bank umum. DPK di triwulan berjalan tumbuh sebesar 12,44% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan II-2013 yang sebesar 9,74% (yoy). Berdasarkan jenis simpanannya, pertumbuhan ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan tabungan, yang menyumbang terbesar pertumbuhan di triwulan III-2013 sebesar 8,14%, sementara giro dan deposito masing-masing berkontribusi sebesar 3,10% dan 1,21%. 46

67 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.7.Perkembangan DPK Bank Umum Simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan masih mendominasi pembentukan DPK bank umum di Provinsi Lampung, dengan pangsa sebesar 54,22%. Di triwulan III-2013 ini, tabungan mampu tumbuh sebesar 15,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,72% (yoy), sehingga saat ini tercatat berjumlah Rp 13,55 triliun. Sementara giro yang memiliki pangsa terbesar kedua, tumbuh 13,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang sebesar 16,34% (yoy), hingga tercatat sebesar Rp 5,78 triliun. Sedangkan deposito yang pada triwulan III-2013 ini mencapai Rp 5,66 triliun, hanya mampu tumbuh sebesar 5% (yoy), walaupun masih lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2013 yang hanya tumbuh sebesar 1,74%. Pertumbuhan DPK triwulan III-2013 yang lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2013 ini dipengaruhi oleh meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk mengalokasikan penghasilannya untuk menabung setelah berakhirnya perayaan Idul Fitri. Grafik 3.8. Pertumbuhan DPK Bank Umumdi Lampung Grafik 3.9. Porsi Komponen DPK Bank Umum per Jenis Simpanan Rp triliun DPK Pertumbuhan 30,00 25,00 25,00 20,00 15,00 10,00 12,44% 5,00 - I II III IV I II III 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Giro Tabungan Deposito I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia 47

68 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tingginya proporsi DPK berupa tabungan, akan berdampak pada beberapa hal, yaitu disatu sisi akan menurunkan cost of fund bank, namun di sisi lain akan menurunkan kemampuan bank untuk membiayai kredit yang berjangka waktu lebih panjang (seperti kredit investasi). Berdasarkan lokasi bank, penghimpunan DPK bank umum di Kota Bandar Lampung memiliki pangsa terbesar yakni sebesar 73,50% diikuti oleh Kab. Lampung Utara dan Kota Metro yang masing-masing mempunyai porsi sebesar 8,64% dan 5,99%. Kabupaten Lampung Barat dan tercatat sebagai daerah yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 354,99% (yoy) dipengaruhi oleh meningkatnya penempatan dana oleh masyarakat dan bertambahnya jumlah kantor bank yang beroperasi di wilayah tersebut. Tabel 3.8.Perkembangan DPK Bank Umum Per Kab./Kota di Provinsi Lampung (Rp miliar) 4,00 2,00 - Grafik Perkembangan Suku Bunga DPK % SK. Bunga Simpanan 8,00 Giro Tabungan 6,00 I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia 6,03 2,68 3,13 2,00 Secara rata-rata, suku bunga simpanan mengalami peningkatan dari triwulan II-2013 ke triwulan III Tren peningkatan ini terutama terjadi pada jenis simpanan Deposito, yang meningkat dari 5,36% menjadi 6,03%. Sementara untuk jenis simpanan Giro, suku bunga mengalami penurunan dari 2,76% menjadi 2,68%. Sedangkan untuk Tabungan relatif tidak mengalami perubahan. Tren meningkatnya rata-rata suku bunga simpanan ini merupakan respon dari kebijakan Bank Indonesia yang meningkatkan suku bungan acuan (BI-Rate), sejak bulan Juni

69 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Penyaluran Kredit Perkembangan Kredit Secara Umum Penyaluran kredit bank umum di Lampung pada triwulan III-2013 mencapai Rp 36,08 triliun dan tumbuh sebesar 27,65% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi di tengah meningkatnya suku bunga kredit, sehingga menunjukkan bahwa walaupun terjadi peningkatan suku bunga namun masih berada pada tingkat yang wajar, relatif tidak berpengaruh pada perkembangan kredit bank umum. Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) triwulan III-2013, secara keseluruhan bank umum di wilayah Lampung menunjukkan peningkatan penyaluran kredit dengan faktor utama pendorong berasal dari peningkatan prospek usaha nasabah dan tingkat suku bunga kredit yang masih berada pada level yang dapat ditoleransi. 100% Grafik Porsi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 80% 60% 40% 20% 0% Modal Kerja Investasi Konsumsi I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi yaitu 44,46% (yoy) menjadi Rp 8,8 triliun. Sementara, jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi, masing-masing sebesar 27,88% (yoy) dan 15,08% (yoy). Secara nominal, sebagian besar penyaluran kredit di Lampung disalurkan untuk jenis kredit modal kerja yang mencapai Rp 17,61 triliun. Dilihat dari pangsanya, penyaluran kredit modal kerja di Lampung mencapai 48,80%, disusul oleh kredit konsumsi sebesar 26,82% dan kredit investasi sebesar 24,38%. Berdasarkan hasil SKP, penyaluran kredit modal kerja masih menjadi fokus utama bank (62,86% responden SKP triwulan III-2013), sementara 31,43% responden memberikan fokus pada penyaluran kredit konsumsi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pola konsumsi musiman masyarakat di triwulan III-2013 ini yaitu perayaan Hari Raya Idul Fitri. 49

70 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Penyaluran kredit tersebut mayoritas disalurkan oleh bank persero dan bank swasta nasional porsi masing-masing sebesar 46,69% dan 44,04% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Lampung. Peran Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam penyaluran kredit perlu terus ditingkatkan. Komposisi penyaluran kredit oleh BPD terlihat relatif tidak mengalami perubahan dengan pangsa pada triwulan laporan sebesar 8,29%. Pada triwulan III-2013, 81,63% porsi penyaluran kredit di Lampung masih didominasi oleh empat sektor utama yaitu sektor perdagangan besar dan eceran, sektor penerima kredit bukan lapangan usaha lain-lain (jenis konsumsi), sektor pertanian, serta sektor industri pengolahan. Secara sektoral, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor jasa umum Grafik Komposisi Bank Penyalur Kredit di Lampung Bank Persero Bank asing dan Campuran 100% Sumber: Bank Indonesia yang tumbuh sebesar 408,67% (yoy) diikuti sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 58,48% (yoy). Berdasarkan hasil SKP triwulan III-2013, sektorsektor yang paling banyak mendapatkan kredit baru adalah sektor perdagangan, hotel dan restauran (61,76%); hal ini sesuai dengan pertumbuhan kredit sektor ini yang mengalami pertumbuhan terbesar ke empat, yaitu sebesar 32,12% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas perdagangan karena adanya perayaan Hari Raya Idul Fitri. 50% 0% Bank Swasta Nasional BPD I II III IV I II III 50

71 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.9.Perkembangan Kredit Bank Umum di Provinsi Lampung (Rp miliar) Berdasarkan lokasi bank, penyaluran kredit pada triwulan laporan masih didominasi oleh penyaluran kredit di Kota Bandar Lampung yang mencapai 81,67% dari total kredit bank umum dan tumbuh 29,85% (yoy) mencapai Rp 29,98 triliun. Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di Kabupaten Lampung Barat yang mencapai sebesar 128,40% (yoy). 51

72 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.10.Perkembangan Kredit Bank Umum Per Kab./Kota di Provinsi Lampung (Rp miliar) Secara rata-rata tertimbang, suku bunga kredit pada triwulan laporan mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya suku bunga simpanan, yaitu dari 13,14% di triwulan II menjadi 13,22%. Dari ketiga jenis kredit, hanya suku bunga kredit konsumsi yang mengalami penurunan dari periode sebelumnya, yaitu dari 13,27% menjadi 13,01%. Untuk kedua jenis kredit lainnya mengalami peningkatan, yaitu pada suku bunga kredit modal kerja mengalami peningkatan dari 13,55% menjadi 13,7%; sedangkan suku bunga kredit investasi meningkat dari 12,09% menjadi 12,41%. Dari hasil SKP triwulan III-2013 diketahui bahwa meningkatnya suku bunga kredit ini tidak menjadi faktor utama yang dirasakan oleh bank yang mengalami penurunan penyaluran kredit, tetapi lebih kepada adanya persyaratan kredit yang lebih ketat. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan suku bunga kredit dalam rentang yang masih dapat ditoleransi oleh nasabah tidak akan berpengaruh pada permintaan kredit. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa secara umum peningkatan penyaluran kredit baru oleh bank terjadi pada kredit modal kerja, yang pada triwulan III-2013 ini mengalami peningkatan suku bunga Perkembangan kredit UMKM Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Lampung pada triwulan III-2013 masih tumbuh, walaupun sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 18,64% (yoy) % 15,00 14,00 13,00 12,00 11,00 Grafik 3.13 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum SK. Bunga Pinjaman Investasi Sumber: Bank Indonesia Modal Kerja Konsumsi 13,7 13,27 12,41 I II III IV I II III 52

73 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran menjadi 18,60% (yoy). Penyaluran kredit UMKM periode berjalan ini mencapai Rp 11,64 triliun, yang 79%-nya merupakan kredit modal kerja atau sebesar Rp 9,13 triliun. Sementara kredit investasi dan konsumsi masing-masing memiliki pangsa sebesar 21% dan 0,12%, dengan jumlah kredit yang disalurkan masing-masing berjumlah Rp 2,49 triliun dan Rp 14,33 miliar. Pertumbuhan di triwulan III-2013 ini dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit modal kerja yang menyumbang sebesar 15,71%, dan pertumbuhan kredit investasi menyumbang sebesar 3,20%. Sementara kredit konsumsi mengalami penurunan, sehingga memberikan kontribusi negatif sebesar -0,32%. Grafik Perkembangan Kredit UMKM dan Non UMKM Grafik Proporsi Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan Rp triliun 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - Kredit UMKM Kredit Non UMKM 24,45 11,63 I II III IV I II III 100% 80% 60% 40% 20% 0% Modal Kerja Investasi Konsumsi 0,1% 21,4% 78,5% I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Grafik Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha Rp triliun 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 - Modal Kerja Investasi Konsumsi-rhs I II III IV I II III Rp triliun 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 - yoy 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% UMKM Modal Kerja Investasi I II III IV I II III yoy 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia 53

74 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Grafik Pertumbuhan Aset BPR Rp miliar Aset Pertumb. yoy-rhs yoy, % 7.000,00 37,15% 40,00% 6.000,00 35,00% 5.000,00 30,00% 25,00% 4.000,00 20,00% 3.000,00 15,00% 2.000,00 10,00% 1.000,00 5,00% - 0,00% Sumber: Bank Indonesia I II III IV I II III Kinerja BPR di Provinsi Lampung pada triwulan III-2013 menunjukkan perkembangan yang baik seperti halnya kinerja bank umum, terlihat dari meningkatnya pertumbuhan pada beberapa komponen utama. Pada triwulan laporan, pertumbuhan aset BPR mengalami peningkatan sebesar 37,15% (yoy) atau mencapai Rp 6,6 triliun, lebih tinggi dibanding pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang sebesar 35,46%. Hal yang sama terjadi pada penyaluran kredit, yang tumbuh dari 36,88% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 41,26% (yoy). Sementara DPK yang berhasil dihimpun BPR tetap tumbuh sebesar 6,13% (yoy) walaupun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 7,88% (yoy). Tabel 3.11.Perkembangan Aset BPR di Provinsi Lampung Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR mencapai nominal Rp 3,34 triliun dengan deposito sebagai jenis simpanan yang memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 80,96% atau sebesar Rp 2,7 triliun, sementara tabungan mencapai Rp 635,73 miliar. Suku bunga simpanan BPR yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bank umum masih menjadi salah satu daya tarik masyarakat untuk menyimpan dananya di BPR. Namun dilihat dari pertumbuhannya, jenis simpanan dalam bentuk deposito cenderung menurun yaitu dari 6,09% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 5,86% (yoy). Melambatnya pertumbuhan juga terjadi pada jenis simpanan tabungan yaitu dari 16,02% (yoy) menjadi 7,28% (yoy) di triwulan III Melambatnya pertumbuhan DPK BPR di triwulan III-2013 ini dipengaruhi oleh meningkatnya penarikan simpanan oleh nasabah dan digunakan untuk meningkatkan 54

75 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran kapasitas usahanya sehubungan dengan adanya perayaan Hari Raya Idul Fitri. Adapun tingkat suku bunga simpanan sampai dengan triwulan III-2013 yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk simpanan di BPR adalah 9,5%, jauh lebih tinggi dari bank umum yang hanya 7% untuk simpanan Rupiah, dengan jumlah simpanan yang mendapatkan penjamin berjumlah Rp 2 miliar per rekening. Grafik Perkembangan DPK Grafik Pertumbuhan Tabungan dan Deposito BPR Rp miliar DPK Pertumb. yoy 3.400, , , , , ,00 6,13% 2.800,00 I II III IV I II III yoy, % 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% Rp miliar 3.000, , , , ,00 500,00 - Tabungan Deposito Pert. Tab. yoy yoy, % Pert. Dep. yoy 30,00% 25,00% 7,28% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 5,86% 0,00% I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Pangsa 100% 80% 60% 40% 20% 0% Grafik Pangsa Kredit Jenis Penggunaan I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah kredit yang disalurkan oleh BPR di triwulan III-2013 mencapai Rp 5,54 triliun, dengan pangsa terbesar terdapat pada jenis kredit konsumsi (86,38%), diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing dengan pangsa sebesar 11,26% dan 2,37%. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi dicapai oleh kredit konsumsi yang mencapai 49,51% (yoy), diikuti oleh kredit investasi tumbuh sebesar 26,52% (yoy) dan kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 0,97% (yoy). Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan tertinggi pada triwulan laporan dicapai oleh sektor listrik yang tumbuh sebesar 3183,14 (yoy) dan sektor lain-lain yang tumbuh sebesar 49,48% (yoy). Sementara itu, porsi terbesar kredit BPR di Lampung disalurkan pada sektor lain-lain, yang merupakan jenis konsumsi seperti kredit 55

76 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) dengan pangsa sebesar 87,31%, sektor perdagangan dengan pangsa sebesar 6,06% serta sektor pertanian dengan pangsa sebesar 2,53%. Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR mencapai 165,90%, meningkat dibandingkan posisi triwulan II yang sebesar 163,32%. Meningkatnya LDR BPR ini dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK. Namun demikian kualitas kredit cenderung mengalami penurunan yang ditunjukkan oleh peningkatan NPL dari 1,45% di triwulan II-2013 menjadi 1,74%. Dari sisi jumlah kantor, pada triwulan laporan terdapat 33 KP BPR di Provinsi Lampung, dengan KP BPR terbanyak berada di Kota Bandar Lampung. % LDR NPL-rhs 170,00% 160,00% 150,00% 140,00% 130,00% 120,00% 110,00% Tabel Jaringan Kantor BPR di Provinsi Lampung Grafik Rasio NPL dan LDR/FDR BPR/S 165,90% 1,74 I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia % 2,00 1,50 1,00 0,50-56

77 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.13.Perkembangan Kredit BPR di Provinsi Lampung (Rp miliar) 3.3. Kinerja Perbankan Syariah Rp miliar 3.000, , , , ,00 Grafik Perkembangan Aset Perbankan Syariah Syariah di Provinsi Lampung 500,00 - Aset Pertumb. yoy - rhs 28,84% I II III IV I II III 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Pada periode berjalan ini, jumlah aset perbankan syariah tumbuh sebesar 28,84% (yoy) menjadi Rp 2,74 triliun, ini sedikit melambat bila dibandingkan triwulan II-2013 yang tumbuh sebesar 30,02% (yoy). Secara triwulanan, aset tumbuh sebesar 5,36% (qtq), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,11% (qtq). Berdasarkan kategori banknya, jumlah aset bank umum syariah tumbuh sebesar 28,84% (yoy), sementara aset BPR Syariah tumbuh sebesar 27,02% (yoy). Sumber: Bank Indonesia 57

78 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Sementara pembiayaan perbankan syariah pada periode laporan secara total tumbuh sebesar 31,90% (yoy) menjadi Rp 2,43 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan II-2013 yang tumbuh 32,37% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan yang terjadi baik di bank umum syariah dan BPR syariah yang masingmasing tumbuh sebesar 31,47% (yoy) dan 38,02% (yoy); lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di periode sebelumnya sebesar 31,83% (yoy) dan 40,08% (yoy). Grafik Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Lampung Rp miliar Pembiayaan Pertumb. yoy - rhs 3.000,00 60,00% 2.500, , , ,00 500,00 - Sumber: Bank Indonesia 31,90% I II III IV I II III 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Di sisi penghimpunan dana, DPK perbankan syariah secara total tumbuh mencapai 17,87% (yoy) menjadi Rp 1,39 triliun. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan triwulan II-2013 yang tumbuh sebesar 18,10% (yoy). Melambatnya pertumbuhan DPK perbankan syariah pada periode berjalan ini terutama dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan yang cukup signifikan pada jumlah DPK BPR syariah, yang melambat dari 15,44% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 9,96% (yoy). Sementara jumlah DPK bank umum syariah masih mengalami peningkatan dari 18,30% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 18,47% (yoy). Melambatnya pertumbuhan DPK di BPR syariah dipengaruhi meningkatnya penarikan simpanan nasabah sehubungan dengan kebutuhan mereka untuk meningkatkan kapasitas usahanya dalam rangka perayaan Hari Raya Idul Fitri. Rp miliar 1.600, , , ,00 800,00 600,00 400,00 200,00 - Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah di Lampung DPK Sumber: Bank Indonesia Pertumb. yoy - rhs 50,00% 17,87% I II III IV I II III 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Dengan perkembangan tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami penurunan dari 178,86% pada triwulan II-2013 menjadi 174,34% pada triwulan laporan. Sementara performa kualitas pembiayaan (Non Performing Financing, NPF) berada di level 2,08% pada triwulan laporan. 58

79 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan FDR dan NPF Perbankan Syariah di Lampung 185,00% 180,00% 175,00% 170,00% 165,00% 160,00% 155,00% 150,00% FDR NPF - rhs 2,30% 174,34% 2,20% 2,10% 2,08% 2,00% 1,90% 1,80% 1,70% 1,60% I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Tabel 3.14.Indikator Perbankan Syariah Provinsi Lampung 59

80 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL Grafik Perkembangan Aliran Uang Kartal Rp miliar inflow outflow net flow Sumber : KPw BI Provinsi Lampung 2.171,06 III IV I II III (1.127,07) Perkembangan aliran uang kartal yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung pada triwulan III-2013 mengalami net-outflow sebesar Rp1.127,07 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II-2013 yang hanya mencapai Rp893,58 miliar.net-outflow ini berarti jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan aliran uang masuk. Pada triwulan laporan, jumlah aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp2.171,06miliar, atau meningkat sebesar 88,06% (qtq), sedangkan jumlah aliran uang keluar (outflow) pada periode laporan tercatat sebesar Rp3.298,13miliar atau meningkat sebesar 61,04% (qtq). Kecenderungan meningkatnyaaliran uang keluar ini menjadi indikasi bahwa kebutuhan uang kartal di masyarakat pada periode triwulan III-2013mengalami peningkatan signifikan, sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakatmenjelang Hari Raya Idul Fitri 1434 H di bulan Agustus 2013 dan adanya panen raya kopi, serta dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per tanggal 21 Juni Sementara itu, net-outflow yang terjadi di triwulan III-2013 mengalami peningkatan sebesar 1.551,56% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan III-2012 yang hanya mencapai Rp68,24 miliar. Pada bulan pertama di triwulan III-2013, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) selama triwulan laporan yaitu sebesar Rp299,97miliar, kemudian meningkat tajam di bulan Agustussebesar Rp1.367,64 miliar dan kembali menurun di bulan September sebesar Rp503,45 miliar.inflow tertinggi terjadi pada bulan Agustus karena terjadi arus pengembalian uang kartal setelah Hari Raya Idul Fitri 1434 H. Total aliran uang keluar pada triwulan laporanlebih tinggi daripada triwulan II-2013 dimana puncak outflow terjadi pada bulan Juli 2013 yaitu mencapai Rp1.974,12 miliar. Sedangkan pada bulan Agustus dan bulan September kembali mengalami penurunan dengan tren yang lebih stabil dengan nilai outflow masing-masing sebesar Rp642,31 miliar dan Rp681,70 miliar. 60

81 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB) Sejalan dengan peningkatanaliranuang masuk, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 28,95% (qtq) dari Rp396,87 miliar pada triwulan II-2013 menjadi Rp511,77 miliarpada triwulan laporan. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) diberikan kepada Uang Tidak Layak Edar (UTLE), namun rasio PTTB terhadap uang kartal yang Grafik Perkembangan PTTB dan Inflow di KPw BI Provinsi Lampung Rp miliar Inflow PTTB Rasio PTTB/Inflow (Axis Kanan) III IV I II III IV I II III 2011 Sumber : KPw BI Provinsi Lampung masuk (inflow) pada triwulan III-2013lebih rendah yaitu sebesar23,57%dibandingkan triwulan II-2013 yang tercatat sebesar34,38%, karena sebagian besar uang masuk masih dianggap dalam kondisi layak edar. Walau demikian, Bank Indonesia terus meningkatkan peran kebijakan clean money policy, dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung selalu memastikankelayakan uang yang beredar di masyarakat Provinsi Lampung. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan uang pecahan di masyarakat, Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang kartal layak edar baik melalui kegiatan kas keliling maupun loket penukaran uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. Jumlah nominal penukaran uang pada triwulan laporan tercatat meningkatsebesar 41,62% (qtq) dari Rp25,45 miliar pada triwulan II-2013 menjadi Rp36,04miliar di triwulan laporan. Pangsa pecahan terbesar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah pecahan dengan nominal Rp5.000,-yaitu sebesar32,88%, diikuti oleh pecahan dengan nominal Rp10.000,- dan Rp2.000,- masing-masing dengan pangsa sebesar 30,92% dan 18,78%. 120 %

82 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Periode Sumber : KPw BI Provinsi Lampung Tabel Perkembangan Penukaran Uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Nominal (Rp Juta) Rp 100,000 Rp 50,000 Rp 20,000 Rp 10,000 Rp 5,000 Rp 2,000 Rp 1,000 Rp 500 Rp 200 Rp 100 Juli , , , , , Agustus , , , , , , September , , , , TW III , , , , , , Oktober , , , , November , , , , Desember 1, , , , TW IV , , , , , Januari , , , , Februari , , , , Maret , , , , TW I , , , , , April , , , , Mei 2, , , , , Juni , , , , TW II , , , , , , Juli , , , , , Agustus , , , , , September , , , TW III , , , , , , TOTAL PENEMUAN UANG PALSU Grafik Komposisi Penemuan Uang Palsu Berdasarkan Jumlah Bilyet Rp % Rp % Sumber : KPw BI Provinsi Lampung Rp % Rp % Jumlah temuan uang palsu yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung selama triwulan III-2013 menurun sebesar 29,70% (qtq) atau dengan temuan bilyet dari744 lembar menjadi 523 lembar. Berdasarkan sumbernya, uang palsu yang ditemukan berasal dari penukaran uang di loket Bank Indonesia, kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat. Dari jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut, pecahan yang paling banyak dipalsukan adalah Rp ,- dengan porsi mencapai 74,76% dan Rp50.000,- sebesar22,94%.dalam rangka meminimalisasi tindak pemalsuan uang rupiah, Bank Indonesia secara berkelanjutan terus berupaya mengembangkan security featuresuang yang beredar serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakatmelalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui penerapan program 3D yaitu Dilihat, Diraba dan Diterawang. 62

83 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran PERKEMBANGAN KLIRING DAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Nilai transaksi kliring selama triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp7.875,71miliar meningkat sebesar 8,00% (qtq) bila dibandingkan dengan triwulan II-2013 yang hanya mencapai Rp7.292,16miliar. Sementara itu,volume transaksi kliringmenurun sebesar1,33% (qtq) dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar pada triwulan laporan, dengan ratarata perputaran harian sebanyak lembar. Secara tahunan, nilai transaksi pada periode triwulan yang sama di tahun 2012 adalah sebesar Rp7.322,48 miliar atau meningkat 7,56% (yoy), sedangkan volume transaksinya sebanyak lembar atau menurun sebesar 0,03% (yoy) di triwulan III Secara bulanan sepanjang triwulan laporan, aktivitas kliring mengalami fluktuasi yaitu dari Rp2.910,88 miliarpada bulan Juli 2013, kemudian menurun menjadi Rp2.181,58 miliar pada bulan Agustus Penurunan nilai kliring pada pertengahan triwulan III-2013 ini disebabkan oleh kecenderungan masyarakat melakukan transaksi secara tunai sehubungan terdapat libur HBKN yang berujung pada berkurangnya jumlah hari kerja Perbankan dalam memberikan layanan jasa kliring.pada bulan September 2013 nilai kliring kembali meningkat yaitu sebesar Rp2.783,25miliar dimana aktivitas transaksional yang dilakukan oleh masyarakat kembali normal. Tabel Perkembangan Transaksi Kliring dikantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Kliring Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Perputaran Nominal (milyar Rp) 6, , , , , , , Lembar 202, , , , , , ,566 Perputaran Harian Nominal (milyar Rp) Lembar 3,220 3,402 3,404 3,475 3,481 3,339 3,295 Cek/BG Kosong Nominal (milyar Rp) Lembar 2,813 2,614 2,713 3,115 3,243 3,032 3,669 rasio jumlah cek/bg kosong (%) Sumber: KPw BI Provinsi Lampung Terjadinya peningkatannilai transaksi kliring selama triwulan III-2013 diperkirakan menjadi pendorong meningkatnyatemuan cek dan bilyet giro (BG) kosong sebesar 13,34% (qtq), yaitu dari Rp95,38miliar menjadi Rp108,11miliar. Secara bulanan penolakan cek dan bilyet giro mengalami pola penurunan, dandi bulan Juli 2013 tercatat penolakan cek dan bilyet girotertinggi yaitu sebesar Rp40,61miliar. 63

84 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Cek/BG yang ditolak Lembar Lembar Warkat Rasio cek/bg kosong (axis kanan) 1,77 2, ,50 1, ,50 0 III IV I II III 0,00 Sumber : KPw BI Provinsi Lampung Kegiatan penyelesaian transaksi keuangan bernilai besar melalui transaksi RTGS di Lampung selama triwulan laporan secara umum meningkatdari sisi nominal, namun mengalami penurunan dari sisi jumlah transaksi. Dari sisi nominalnya, transaksi keuangan melalui RTGS tercatat sebesar Rp33,31 triliun, meningkatsebesar 0,47% (qtq) dari triwulan sebelumnya atau 21,54% (yoy) secara tahunan yang berasal darimeningkatnya transaksi masuk (incoming) sebesar 5,07% (qtq). Namun di sisi lain, transaksi keluar (outgoing) dan transaksi antar nasabah dalam Provinsi Lampung mengalami penurunan masing-masing sebesar 5,37% (qtq) dan 12,75% (qtq). Dari sisi jumlah transaksi, terjadi penurunan sebesar 9,33% (qtq) dari lembar warkat menjadi lembar warkat atau 14,46% (yoy) secara tahunan. Grafik 3.31 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Rp miliar RTGS-OutGoing RTGS-Incoming RTGS-Antar Nasabah Kliring (axis kanan) Rp miliar III IV I II III Sumber : KPw BI Provinsi Lampung 64

85 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah BAB IV DAERAH PERKEMBANGAN KEUANGAN daerah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan III-2013 belum menunjukkan kinerja yang optimal, dengan pencapaian masing-masing sebesar 60,58% dan 58,94%. Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberikan andil terbesar terhadap pendapatan secara umum, melalui realisasi Pajak Daerah yang terutama berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Belanja daerah didominasi dari realisasi Belanja Barang dan Jasa dan Belanja Hibah dengan sumbangan masing PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Provinsi Lampung pada triwulan III-2013 baru terealisasi 60,58% atau sebesar Rp2.672,24 miliar. Realisasi tersebut disumbang oleh realisasi Pendapatan Asli Daerah sebesar 42,69%, kemudian diikuti oleh Dana Perimbangan sebesar 40,63%, dan realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 16,68%. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Lampung sampai dengan triwulan III-2013 baru terealisasi Rp1.140,74 miliar atau 52,25% dari target yang telah dianggarkan sebesar Rp2.183,41 miliar. Pajak Daerah sebagai penyumbang terbesar PAD memberikan porsi terbesar yaitu 86,24% dari total realisasi PAD, yang terutama berasal dari penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor dengan pangsa masing-masing sebesar 48,43% dan 34,21% dari total realisasi Pajak Daerah sampai dengan triwulan III

86 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Grafik 4.1. Pencapaian Realisasi Pendapatan APBD 2013 Rp miliar Pendapatan Asli Daerah s.d. TW I s.d. TW II s.d. TW III 1.140, ,79 995,07 631,15 348,78 398,21 Dana Perimbangan 445,71 180,96 180,96 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 927, ,18 Total Realisasi Pendapatan 2.672,24 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sudah terealisasi dengan proporsi sumbangan dari total realisasi pendapatan adalah sebesar 42,69% dengan target dalam struktur APBD sebesar 49,50%. Sementara itu realisasi Dana Perimbangan terealisasi Rp1.085,79 atau sebesar 76,37% dari target pendapatan, dengan proporsi sumbangan dari total realisasi pendapatan adalah sebesar 40,63% dengan target dalam struktur APBD sebesar 32,23%. Grafik 4.2 Struktur Dalam APBD Tahun 2013 Grafik 4.3 Struktur Dalam Realisasi TW III APBD Tahun 2013 Dana Perimbang an 32% Lain2 Pendapata n Yang Sah 18% PAD 50% Dana Perimbang an 40% Lain2 Pendapata n Yang Sah 17% 0% PAD 43% Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama triwulan III-2013 sebesar Rp509,58 miliar, dengan sumbangan terbesar berasal dari penerimaan pajak daerah mencapai Rp394,10 miliar. Dari total realisasi pajak daerah, pendapatan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN KB) 66

87 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah memberikan andil terbesar, yaitu sebesar Rp512,77 miliar dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar Rp362,20 miliar. Hal ini sejalan dengan terus bertambahnya kendaraan bermotor di Provinsi Lampung yang menjadi tambahan objek pajak kendaraan bermotor, dimana berdasarkan data pengurusan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) baru dari Dinas Pendapatan Provinsi Lampung tercatat pada triwulan III-2013 (data Juli-Agustus) terdapat tambahan penjualan kendaraan bermotor sebanyak unit, mengalami peningkatan sebesar 6,23% dibandingkan dengan triwulan II-2013 (data April-Mei) yang hanya mencapai unit. Komponen Dana Perimbangan memiliki pangsa terbesar kedua dalam APBD setelah PAD untuk triwulan III-2013, dengan pertambahan realisasi pendapatan sebesar Rp90,72 miliar. Realisasi ini didorong oleh penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp353,55 miliar, kemudian diikuti oleh Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak yang memberikan andil pendapatan sebesar Rp156,82 miliar dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 45,08%. Pangsa terendah penerimaan Provinsi Lampung adalah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah yaitu sebesar 16,68% dari total realisasi pada triwulan III-2013 dengan nilai realisasi mencapai Rp445,71 miliar atau 55,33% dari target pendapatan. Komponen terbesar yang memberikan sumbangan terhadap Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah diantaranya adalah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus yang mencapai Rp356,33 miliar, kemudian diikuti oleh Pendapatan Hibah sebesar Rp89,39 miliar. Tabel 4.1. Pendapatan Daerah Provinsi Lampung TA 2013 Uraian APBD 2013 Penerimaan s.d. TW III % Realisasi PENDAPATAN , , A. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) , , Pajak Daerah , , Retribusi Daerah , , Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 23,549,584, , Lain-lain PAD yang Sah 484,417,095, , B. DANA PERIMBANGAN 1,421,737,554, , C.. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 300,966,141, , Dana Alokasi Umum (DAU) 1,060,663,183, , Dana Alokasi Khusus (DAK) 60,108,230, , LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 805,578,818, , Pendapatan Hibah , , Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus , , Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung 67

88 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah 4.2. BELANJA DAERAH Total realisasibelanja daerah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan III-2013 (berdasarkan Surat Perintah Pencairan Dana/SP2D) mencapai Rp2.599,67 miliar atau 58,94% dari target belanja yang ditetapkan dalam APBD 2013 sebesar Rp4.410,73 miliar. Pos Belanja Barang dan Jasa mencapai perkembangan realisasi tertinggi yaitu sebesar Rp749,27 miliar yang artinya menyumbang porsi 28,82%, kemudian diikuti oleh Belanja Hibah yang mencapai realisasi sebesar Rp571,15 miliar atau 21,97% dari total Belanja Daerah. Grafik 4.4. Pencapaian Realisasi Belanja APBD 2013 Rp miliar s.d. TW I s.d. TW II s.d. TW III 2.599, , , ,93 758,26 458,67 523,85 317,36 206,49 590,25 404,10 72,56 - Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Total Realisasi Belanja Surplus/Defisit Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Belanja Modal terealisasi sebesar Rp510,28 miliar, sementara itu perkembangan realisasi Belanja Pegawai Langsung dan Belanja Pegawai Tidak Langsung mencatat realisasi sebesar Rp432,55 miliar atau hanya menyumbang porsi sebesar 16,64% dari total realisasi Belanja Daerah pada triwulan III Tabel 4.2. Belanja Daerah Provinsi Lampung TA 2013 Uraian Anggaran Realisasi s.d. TW III 2013 % Realisasi BELANJA DAERAH 4,410,729,851, , Belanja Pegawai 706,008,187, ,548,109, Belanja Hibah 819,448,380, , Belanja Bantuan Sosial 8,500,000, , Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota & Pem Desa 522,787,637, , Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota 170,300,000, , Belanja Tidak Terduga 21,674,885, , Belanja Barang dan Jasa 1,191,843,461, , Belanja Modal 970,167,299, , Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung 68

89 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah 4.3. PENERIMAAN DAN BELANJA NEGARA DI PROVINSI LAMPUNG Sampai dengan triwulan III-2013, penerimaan negara di Provinsi Lampung mencapai Rp7.233,10 miliar, dimana sumbangan terbesar berasal dari Penerimaan Perpajakan sebesar Rp6.998,16 miliar atau mencapai porsi 96,75% dari total penerimaan dalam negeri. Pencapaian penerimaan perpajakan, terutama pajak dalam negeri yang terdiri dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) menunjukkan optimisme yang semakin baik untuk pertumbuhan ekonomi di semester kedua tahun 2013 di kalangan pelaku ekonomi di Provinsi Lampung. Tabel 4.3. Penerimaan Negara di Provinsi Lampung TA 2013 Uraian DIPA REVISI Jumlah Netto s.d. Bulan Sept 2013 Realisasi di Atas / bawah Anggaran % Realisasi Anggaran PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 1,146,002,809,959 7,233,099,582,162 6,087,096,772, % I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 1,146,002,809,959 7,233,099,582,162 6,087,096,772, % 1. Penerimaan Perpajakan 992,893,860,661 6,998,158,693,271 6,005,264,832, % 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 153,108,949, ,940,888,891 81,831,939, % II. PENERIMAAN HIBAH Sumber : Dirjen Perbendaharaan Negara Kanwil 07-Bandar Lampung Sementara itu, belanja negara di Provinsi Lampung mencapai Rp3.875,13 triliun atau 55,57% dari target realisasi belanja negara yang mencapai Rp6.973,46 miliar. Secara nominal, realisasi belanja negara terbesar di Provinsi Lampung adalah belanja pegawai yang mencapai realisasi sebesar 71,44% dengan nominal Rp1.550,49 miliar kemudian diikuti belanja barang dan belanja modaldengan masing-masingnilai realisasi sebesar Rp971,26 miliar atau terealisasi 48,63% dan Rp900,13 miliar atau terealisasi 48,12%. 69

90 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Tabel 4.4. Belanja Negara di Provinsi Lampung TA 2013 Uraian DIPA REVISI Jumlah Netto s.d. Bulan Sept 2013 Realisasi di Atas / bawah Anggaran % Realisasi Anggaran BELANJA NEGARA 6,973,455,632,994 3,875,131,765,592 (3,098,323,867,402) 56.00% I. BELANJA NEGARA 6,901,763,663,000 3,852,921,700,252 (3,048,841,962,748) 56.00% 1. Belanja Pegawai 2,170,248,222,000 1,550,489,176,085 (619,759,045,915) 71.00% 2. Belanja Barang 1,997,424,460, ,255,519,040 (1,026,168,940,960) 49.00% 3. Belanja Modal 1,870,546,716, ,130,722,227 (970,415,993,773) 48.00% 4. Belanja Pembayaran Kewajiban Utang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial 863,544,265, ,046,282,900 (432,497,982,100) 50.00% 8. Belanja Lain-Lain II. TRANSFER KE DAERAH 71,691,969,994 22,210,065,340 (49,481,904,654) 31.00% 1. Transfer Dana Perimbangan Transfer Dana Bagi Hasil 71,691,969,994 22,210,065,340 (49,481,904,654) 31.00% Transfer Dana Alokasi Umum Transfer Dana Alokasi Khusus Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Transfer Dana Otonomi Khusus Transfer Dana Penyesuaian Sumber : Dirjen Perbendaharaan Negara Kanwil 07-Bandar Lampung 70

91 KERANGKA PEMABNGUNAN NASIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah BOKS. PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG 2013 Dalam Kerangka Pembangunan Nasional, telah ditetapkan 11 (sebelas) Prioritas Pembangunan Nasional dan 3 (tiga) Prioritas lainnya yang tercantum dalam grafik di bawah ini: PRO GROWTH dan PRO JOB Stabilitas makro ekonomi Prioritas 5 : Ketahanan Pangan Prioritas 6 : Infrastruktur Prioritas 7 : iklim investasi dan usaha Prioritas 8 : Energi Prioritas 11 : Kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi Prioritas lainnya: Bidang Ekonomi PELAYANAN PUBLIK DAN TATA KELOLA PRO ENVIRONMENT Prioritas 9 : Lingkungan hidup dan bencana Prioritas 1 :Reformasi birokrasi dan tata kelola Prioritas 2 : Pendidikan Prioritas lainnya: Bidang Polhukam PRO RAKYAT (PRO POOR dan PRO JOB) Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan paska konflik Percepatan : a. Percepatan Pembangunan Prov. Papua dan Papua Barat b. Percepatan Pembangunan Prov. NTT Prioritas lainnya : Bidang Kesejahteraan Rakyat Prioritas Pembangunan Nasional tersebut menjadi dasar pelaksanaan pembangunan di dijabarkan dalam prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2013, yang terdiri dari: 1. Memperkuat Daya Dukung Infrastruktur 71

92 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah 2. Revitalisasi Pertanian melalui Penguatan Pasar dan Pengembangan Industri Hilir 3. Memperluas kesempatan kerja dan akses pelayanan pendidikan serta kesehatan 4. Pengembangan industri kreatif dan energi terbarukan berbasis IPTEK 5. Perluasan pasar wisata regional dan internasional melalui sinergi pemangku kepentingan 6. Pemantapan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan dan penanggulangan bencana serta penurunan emisi gas rumah kaca. 7. Reformasi birokrasi melalui peningkatan kerjasama dan tata kelola pemerintahan yang baik. Upaya merealisasikan ketujuh prioritas pembangunan Provinsi Lampung tersebut ditunjang oleh kemampuan fiskal dari Pemerintah Provinsi Lampung, seluruh kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung dan ditambah dengan dukungan fiskal dari Pemerintah Pusat melalui alokasi APBN. Untuk tahun 2013, kemampuan fiskal secara keseluruhan di Provinsi Lampung mengalami peningkatan sebesar 16,12% (yoy), yang dipengaruhi oleh relatif tingginya peningkatan APBD Provinsi dan APBD kabupaten/kota pada tahun 2013 ini dibandingkan dengan tahun Sementara alokasi dana yang berasal dari APBN juga mengalami peningkatan namun relatif tidak signifikan. Alokasi fiskal APBD Pemerintah Provinsi Lampung pada tahun 2013 yang berjumlah Rp 4,41 triliun berdasarkan porsinya terbesar dialokasikan untuk sektor pelayanan masyarakat terutama yang terkait dengan pelayanan publik lainnya dengan alokasi sebesar 39,40%, diikuti oleh alokasi pada sektor infrastruktur (27,50%) dan sektor pendidikan (24,20%). Kemampuan fiskal Pemerintah Provinsi Lampung ini juga masih didukung oleh alokasi anggaran APBN yang berjumlah Rp 6,554 triliun di tahun 2013, dengan alokasi terbesar juga untuk mendukung sektor pelayanan publik lainnya dan infrastruktur. 72

93 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Berdasarkan APBD kabupaten/kota, kemampuan fiskal yang terbesar dimiliki oleh Kota Bandar Lampung dengan pangsa sebesar 12,09%, diikuti oleh Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur masing-masing sebesar 11,77% dan 10,35%. Secara rata-rata, alokasi APBD kabupaten/kota sebesar 55,13% digunakan untuk belanja tidak langsung, sedangkan 44,87% dialokasikan untuk belanja langsung. Hanya Kabupaten Mesuji yang memiliki alokasi belanja langsung lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata seluruh kabupaten/kota. 73

94 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Penyerapantenaga kerja di Provinsi Lampung melambat, yang terindikasi dari meningkatnya angka pengangguran dan menurunnya jumlah penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sementara itu, tingkat kesejahteraan petani yang terindikasi dari Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Lampung juga mengalami penurunan, baik secara triwulanan maupun tahunan KETENAGAKERJAAN Jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) posisi bulan Agustus 2013 dibandingkan dengan bulan Agustus 2012 mengalami peningkatan sebesar 1,23% (yoy) atau mencapai 5,56 juta jiwa. Komposisi dari total jumlah penduduk usia kerja diantaranya adalah penduduk yang termasuk angkatan kerja mengalami penurunan sebesar 1,17% (yoy) atau 3,60 juta jiwa, sedangkan penduduk bukan angkatan kerja meningkat sebesar 5,95% (yoy) atau mencapai 1,96 juta jiwa. Salah satu pendorong meningkatnya penduduk bukan angkatan kerja karena adanya program bina lingkungan pemerintah kota Bandar Lampung terkait Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang memberikan kesempatan bagi siswa-siswi kurang mampu untuk dapat melanjutkan sekolah sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), sehingga mengurangi penyerapan tenaga kerja usia sekolah. Tabel 5.1. Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Uraian Agustus 2012 Februari 2013 (dalam ribu jiwa) Agustus 2013 Persentase Perubahan Feb'13 - Agt'13 - Agt'13 Penduduk Usia 15 tahun keatas (ribu) 5.489, , ,3 0,74 1,23 Angkatan Kerja (ribu) 3.637, , ,5-7,47-1,17 Bekerja 3.449, , ,0-8,21-1,86 Pengangguran Terbuka 188,6 197,7 210,5 6,47 11,61 Bukan Angkatan Kerja (ribu) 1.851, , ,8 20,30 5,95 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 66,27 70,44 64,70-8,15-2,37 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,18 5,09 5,85 14,93 12,93 Sumber: BPS Provinsi Lampung 74

95 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Sementara itu dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 3,39 juta jiwa atau mengalami penurunan sebesar 1,86% (yoy), dan pengangguran terbuka meningkat hingga mencapai 210,5 ribu jiwa atau naik sebesar 11,61%. Meningkatnya pengangguran karena adanya penyesuaian jumlah tenaga kerja yang dilakukan oleh para pelaku usaha untuk dapat menekan total cost perusahaannya, sehubungan dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) di awal tahun 2013 dan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 21 Juni Tabel 5.2. Penduduk yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Lapangan Pekerjaan Februari Agustus Februari Agustus (dalam juta jiwa) Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 1.934, , , ,1 Pertambangan dan Penggalian 29,3 27,9 31,9 13,5 Industri 312,2 329,4 272,5 283,9 Listrik, Gas dan Air Minum 7,7 5,1 6,4 5,7 Konstruksi 106,7 189,9 136,8 145,0 Perdagangan, Rumah Makan & Jasa Akomodasi 704,8 625,3 724,2 586,8 Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 118,1 123,2 136,1 116,9 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 40,2 33,7 35,4 51,7 Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan 478,0 448,2 515,1 439,4 Total 3.731, , , ,0 Sumber: BPS Provinsi Lampung Secara umum, jumlah penduduk bekerja di Provinsi Lampung periode Agustus 2013 berjumlah 3.385,0 juta jiwa, mengalami penurunan sebesar 8,21% dibandingkan bulan Februari 2013 atau turun sebesar 1,86% (yoy) dibandingkan bulan Agustus Proporsi terbesar untuk penduduk bekerja di Provinsi Lampung berdasarkan lapangan pekerjaan diserap oleh sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, yaitu sebanyak 1,74 juta jiwa atau 51,47% dari total penduduk bekerja. Penyerapan oleh sektor tersebut paling besar karena secara umum kebutuhan pendidikan dan keterampilan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sektorsektor lain. Kondisi ketenagakerjaan didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III-2013 yang mengindikasikan adanya penurunan realisasi penyerapan tenaga kerja pada dunia usaha Provinsi Lampung, dimana tercermin dari angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan III-2013 sebesar -5,11, mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dengan indeks sebesar 12,05. 75

96 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Grafik 5.1. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Jumlah Tenaga Kerja ,13 12,05 10,61 6,35-0,64 TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III -3,56-5,11 Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi Lampung Hal ini sejalan dengan optimisme terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang terlihat dari indeks rata-rata yang juga mengalami peningkatan dari 108,2 menjadi 140,7 pada triwulan III Keyakinan konsumen tersebut didukung dengan alasan kondisi ekonomi yang stabil, minat masyarakat berwirausaha dan meningkatnya kegiatan/proyek pemerintah dan swasta. Penyerapan tenaga kerja yang berasal dari Provinsi Lampung di luar negeri secara tahunan menunjukkan penurunan sebesar 22,93% (yoy) atau dari orang menjadi orang di triwulan III Hal ini disebabkan oleh adanya penundaan sementara (moratorium) penyaluran TKI ke beberapa negara yang baru dibuka pada bulan Desember Dengan dibukanya moratorium tersebut, secara triwulanan terjadi peningkatan jumlah TKI sebanyak orang atau meningkat sebesar 254,75% (qtq) dibandingkan triwulan II-2013 yang hanya mencapai 674 orang. Grafik 5.2. Daerah Asal TKI Lampung Grafik 5.3. Negara Tujuan TKI Lampung 3,88% 3,69% 3,10% 6,89% 3,28% 1,87% 1,58% 1,56% 2,70% 4,67% 5,59% 39,42% 10,02% 12,51% 44,14% 6,04% 12,61% 14,13% 22,35% Lampung Timur Lampung Selatan Lampung Tengah Bandar Lampung Pesawaran Tanggamus Pringsewu Lampung Utara Tulang Bawang Taiwan Malaysia Hongkong Singapura Saudi Arabia Uni Emirat Arab Brunei Darussalam Korea Selatan Lain-lain Sumber: Disnakertrans Provinsi Lampung 76

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Lampung Triwulan IV - 2007 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi...

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan III-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY) Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791 http://www.bi.go.id

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 2013 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci