KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung

2 Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. i

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Visi dan Misi Bank Indonesia... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... i ii v vii x Kata Pengantar... Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... Ringkasan Eksekutif... xi xiii xv BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Kondisi Umum Perkembangan PDRB Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor... 7 a. Ekspor... 7 b. Impor Perkembangan PDRB Sisi Penawaran BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum Faktor-faktor Penyebab Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) ii

4 Daftar Isi 3. Ekspektasi Inflasi Perkembangan Harga Nominal Komoditas Bahan Pokok di Bandar Lampung dibandingkan Kota Lainnya di Sumatera BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Umum Perbankan Bank Umum Kelembagaan Bank Umum Perkembangan Aset Bank Umum Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Perkembangan Kredit Bank Umum Kualitas Kredit Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Intermediasi Bank Umum: LDR dan Kredit Baru Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Bank Syariah Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Aliran Uang Kartal Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Penemuan Uang Palsu Perkembangan Kliring Dan Real Time Gross Settlement (RTGS) BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pendapatan Daerah Belanja Daerah Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung iii

5 Daftar Isi BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Ketenagakerjaan Kesejahteraan Daya Beli Masyarakat Kemiskinan BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Inflasi Prospek Perbankan LAMPIRAN... 8 DAFTAR ISTILAH iv

6 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 2 Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS)... 9 Tabel 1.3 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB (%) Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Oktober Sepuluh Komoditas Penyumbang Deflasi Bulanan Terbesar pada November Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Desember Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulanan Terbesar pada Triwulan IV Tabel 2.5 Harga Komoditas di Lampung Tabel 2.6 Harga Komoditas di Sumatera Selatan... Tabel 2.7 Harga Komoditas di Sumatera Barat... Tabel 2.8 Harga Komoditas di Riau... Tabel 3.1 Aset Perbankan Tabel 3.2 Dana Pihak Ketiga Perbankan Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per Desember Tabel 3.5 Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Tabel 3.6 Indikator Bank Umum Tabel 3.7 DPK Bank Umum Tabel 3.8 Porsi DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja... 4 Tabel3.9 Kredit Bank Umum Tabel 3.1 Porsi Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Tabel 3.11 Aset & DPK BPR v

7 Daftar Tabel Tabel 3.12 Indikator Perbankan Syariah Tabel 3.13 Perkembangan Penukaran Uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Kliring di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung TA Tabel 4.2 Belanja Daerah Provinsi Lampung TA 212*) Tabel 4.3 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung TA Tabel 4.4 Belanja Negara di Provinsi Lampung TA Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Tabel 5.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tabel 5.4 TKI Asal Lampung Tabel 5.5 Perbandingan NTP Tiap Provinsi... 7 Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tabel 5.7 Garis Kemiskinan Menurut Komponen dan Daerah Maret 29 September vi

8 Daftar Grafik Daftar Grafik Grafik 1.1 Grafik 1.2 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2)... 1 Sumbangan Komponen Permintaan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan... 3 Grafik 1.3 Sumbangan Tiap Komponen Terhadap Pertumbuhan Kumulatif Tahun Grafik 1.4 Perkembangan Konsumsi Swasta... 4 Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Pemerintah... 4 Grafik 1.6 Jumlah Pelanggan Listrik Sosial dan Rumah Tangga... 4 Grafik Grafik 1.8 Indeks Tingkat Pengeluaran 5 Grafik 1.9 Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat Udara (Keberangkatan Melalui Bandara Radin Inten II) Grafik 1.1 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Provinsi Lampung... 5 Grafik 1.11 Nilai Tukar Petani Provinsi Lampung... 5 Grafik 1.12 Pendapatan Riil Masyarakat... 5 Grafik 1.13 Pembentukan Modal Tetap Bruto... 6 Grafik 1.14 Volume Impor Barang Modal... 6 Grafik Grafik 1.16 Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Lampung Grafik 1.17 Ekspor Lampung dalam PDRB.. 8 Grafik 1.18 Porsi Negara Tujuan Ekspor Lampung Tahun Grafik 1.19 Impor Lampung dalam PDRB... 1 Grafik 1.2 Porsi Negara Pengimpor Tahun Grafik 1.21 Porsi Negara Pengimpor Tahun Grafik 1.22 Pangsa PDRB Sektoral Tahun Grafik 1.23 Pangsa PDRB Sektoral Tahun Grafik 1.24 PDRB Sektor Pertanian (ADHK Tahun 2) Grafik 1.25 PDRB Sektor Industri Pengolahan (Berdasarkan Harga Konstan 2) 16 vii

9 Daftar Grafik Grafik 1.26 Volume Impor Barang Konsumsi Grafik 1.27 Volume Impor Bahan Baku Penolong Grafik 1.28 PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (ADHK Tahun 2) 17 Grafik 1.29 Jumlah Pelanggan dan Volume Pemakaian Listrik (dalam ribu) Grafik 1.3 PDRB Sektor PHR(Berdasarkan Harga Konstan 2) Grafik 1.31 Rata-rata Tingkat Hunian Kamar Hotel Grafik 1.32 PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (ADHK Tahun 2).. 19 Grafik 1.33 Jumlah Penumpang Udara (Keberangkatan dari Provinsi Lampung). 19 Grafik 1.34 PDRB Sektor Keuangan, Perusahaan dan Jasa Persewaan (ADHK Tahun 2)... 2 Grafik 1.35 Perkembangan Laba Perbankan... 2 Grafik 1.36 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Grafik 1.37 PDRB Sektor Bangunan Grafik 1.38 PDRB Sektor Jasa-Jasa Grafik 1.39 Saldo Bersih Realisasi Usaha Triwulan IV Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung Vs Nasional.. 22 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Grafik 2.5 Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Bulanan Sepanjang Tahun Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Triwulanan Tahun Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Tahunan Tahun Indeks Balance Score Keyakinan Konsumen Terhadap Perubahan Harga 3 Bulan YAD Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan di Provinsi Lampung Grafik 3.2 Porsi DPK per jenis Simpanan Grafik 3.3 Perkembangan DPK per Jenisnya Grafik 3.4 Rasio LDR & NPL Perbankan Lampung Grafik 3.5 Aset Bank Umum di Provinsi Lampung Grafik 3.6 Perkembangan Aset per Jenis Usaha Bank Grafik 3.7 DPK Bank Umum viii

10 Daftar Grafik Grafik 3.8 DPK Jenis Giro Bank Umum Grafik 3.9 Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 3.1 Porsi Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 3.11 Porsi Kredit per Sektor Ekonomi Grafik 3.12 Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional & Bank Umum Syariah Grafik 3.13 Perkembangan Suku Bunga Bank dan Spread Suku Bunga Bank Umum Grafik 3.14 Perkembangan Tingkat Suku Bunga DPK Bank Umum Grafik 3.15 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Grafik 3.16 Tingkat Intermediasi Bank Umum per Kabupaten Grafik 3.17 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.18 Perkembangan KUR di Lampung Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 3.23 Porsi Penyaluran Kredit BPR di Lampung 5 Grafik Grafik 3.25 Perkembangan Indikator Aset, Pembiayaan dan Pendanaan Triwulan 53 Grafik 3.26 Perkembangan Indikator FDR dan NPF Perbankan Syariah Lampung.. 53 Grafik Grafik 3.28 Perkembangan PTTB dan Inflow di Kantor Perwakilan Bank Indonesia 55 Grafik 3.29 Komposisi Penemuan Uang Palsu 56 Grafik 3.3 Perkembangan Cek/BG yang ditolak di Kantor Perwakilan Bank 58 Grafik 3.31 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai di Kantor Perwakilan 58 Grafik 4.1 Pencapaian Realisasi Pendapatan Tahun ix

11 Daftar Grafik Grafik 4.2 Jumlah Objek PKB Grafik 5.1 Keyakinan Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan. 67 Grafik 5.2 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung Per Sub Sektor Grafik 5.3 Upah Minimum Provinsi (UMP) Lampung Grafik Grafik 5.5 Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Lampung Grafik 5.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Lampung Grafik 6.1 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 6.2 Pendapatan Riil Masyarakat Grafik 6.3 Sektor Prioritas Tujuan Kredit Baru Perbankan Grafik 6.4 Saldo Bersih Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha Trw I Grafik 6.5 Perkiraan Penyaluran Kredit Perbankan Triwulan I Grafik 6.6 Penyebab Internal Peningkatan Kredit Grafik 6.7 Penyebab Eksternal Peningkatan Kredit x

12 Daftar Gambar DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Perkiraan Curah Hujan xi

13 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung Triwulan IV-212 akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 6 Tahun 29 bahwa Bank Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara cermat mengamati dan memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi terutama yang terkait dengan sumber-sumber tekanan inflasi. Seiring dengan penerapan otonomi daerah pada tahun 21, posisi ekonomi regional semakin memiliki peranan yang vital dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga.perkembangan ini merupakan sesuatu yang diharapkan banyak pihak bahwa aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di berbagai daerah, sehingga disparitas antar daerah semakin kecil.terkait dengan hal tersebut di atas, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung melakukan pengamatan serta memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan regional Lampung secara menyeluruh dan dituangkan dalam publik Lampung dilakukan dengan berbagai pihak terutama para pembina sektor dan dinas Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta dengan para akamedisi dari Universitas Lampung. Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan IV-212 tumbuh sebesar 7,4% (yoy), mengalami percepatan dibandingkan triwulan III-212 yang mengalami pertumbuhan mencapai 6,25% (yoy). Sementara itu secara kumulatif tahun 212, ekonomi Lampung tumbuh mencapai6,48% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 211 yang mencapai 6,43% (yoy).dari sisi permintaan, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 disumbang oleh komponen ekspor netto (6,39%), konsumsi swasta (3,71%), dan PMTB (1,49%).Sedangkan dari sisi penawaran, kontribusi terbesar disumbang oleh sektor pertanian sebesar 1,6% (yoy), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1,26% (yoy), dan sektor angkutan & komunikasi sebesar 1,6% (yoy). xii

14 Kata Pengantar Dalam hal inflasi, tekanan harga secara triwulanan pada periode ini mengalami trend penurunan dibandingkan triwulan III-212. Namun secara tahunan, inflasi tahun 212 sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun 211. Sementara itu, kinerja perbankan Lampung masih menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset, DPK, maupun kredit perbankan serta kualitas kredit yang terus membaik. Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Universitas Lampung, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Kami menyadari bahwa hasil kajian ekonomi yang disajikan dalam buku ini masih perlu untuk dapat disempurnakan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi langkah kita dalam bekerja. Bandar Lampung, Februari 213 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI LAMPUNG Gandjar Mustika Direktur xiii

15 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO 21 *) IHK tahun dasar 27 (27 = 1) III IV I II III IV I II III IV Indeks Harga Konsumen * Laju Inflasi (y-o-y) PDRB - harga konstan (miliar Rp) Pertanian 3, , , , , , , , , ,36.97 Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan 1, , , , , , , , , , Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 1, , , ,69.9 1, , , ,7.36 1, ,733.4 Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, sewa & Jasa Pershn ,8.2 1,4.52 1, , ,55.9 1, ,2.32 1,224.4 Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) , ,35.91 Volume Ekspor (ribu ton) ,74. 1, , , ,268. 1, , , ,42.73 Nilai Impor (USD Juta) Volume Impor (ribu ton) b. Sistem Pembayaran 3 INDIKATOR IV I II III IV I II III IV Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) Inflow (Rp Triliun) Outflow (Rp Triliun) Pemusnahan Uang (Juta Rp) 1,224, ,344, , ,473, ,464, ,157, , , , Nominal Transaksi RTGS (Rp Triliun) Volume Transaksi RTGS (lembar) 37,862 28,628 31,69 32,11 32,282 27,917 35,825 37,33 35,554 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp Triliun) Volume Kliring Kredit (lembar) 2,461 23,626 25,49 25,793 27,635 26,141 26,893 27,61 28,7 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Volume Kliring Debet (lembar) 134,62 167, , , ,71 176, ,1 18,34 18,52 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (lembar) 2,171 2,699 2,845 2,788 2,672 2,85 2,968 2,951 3,8 Nominal Kliring Pengembalian (Rp Triliun) Volume Kliring Pengembalian (lembar) 2,219 2,754 2,918 2,984 3,199 3,32 3,328 3,269 3,587 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Mili Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp Triliun) xiv

16 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung c. Perbankan INDIKATOR PERBANKAN III IV I II III IV I II III IV PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Triliun Rp) DPK (Triliun Rp) Giro Tabungan Deposito Kredit (Triliun Rp)- berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi kantor cabang) Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp) Kredit Mikro (< Rp5 Juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil (Rp5 Juta < X < Rp5 juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah (Rp5jt < X < Rp5m) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit MKM (Triliun Rp) NPL MKM Gross (%) BPR Total Asset (Triliun Rp) , Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) Tabungan Simpanan Berjangka Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Milyar Rp) , Rasio NPL Gross(%) LDR (%) xv

17 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Triwulan IV / 212 Ekonomi tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun Pertumbuhan Ekonomi Pada triwulan IV-212, ekonomi tumbuh 7,4% (yoy) atau mengalami percepatan dibandingkan triwulan III-212 sebesar 6,45% (yoy). Secara kumulatiftahun 212, ekonomi Lampung tumbuh mencapai6,48% (yoy) dibandingkan tahun 211. Dari sisi permintaan, kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 yang mecapai 6,48% (yoy) berasal dari komponen ekspor netto (6,39%), konsumsi swasta (3,71%), dan PMTB (1,49%). Dari sisi penawaran, kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif terbesar berasal dari sektor pertanian sebesar 1,6% (yoy), disusul sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1,26% (yoy), dan sektor angkutan & komunikasi sebesar 1,6% (yoy). Secara triwulanan, tekanan Inflasi Inflasi Provinsi Lampung triwulan IV-212 mencapai,59% (qtq), mengalami trend penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,98% (qtq). Berdasarkan disagregasi, inflasi Provinsi Lampung pada triwulaniv-212 sebesar,59% (qtq), disumbang oleh inflasi inti yang mencapai,4% dan inflasi volatile foods sebesar,21%, sedangkan kelompok administered price mengalami deflasi sebesar,1%. Trend penurunan inflasi secara triwulanan dipicu oleh penurunan tekanan demand karena adanya HBKN (bulan puasa dan hari raya Idul Fitri) yang jatuh pada triwulan III-212 disertai turunnya harga kelompok komoditas sayuran sehubungan dengan datangnya musim hujan yang terjadi xvi

18 Ringkasan Eksekutif sejak Oktober 212. Sementara itu secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung triwulan IV-212 mencapai 4,3% (yoy),mengalami sedikit kenaikan dibandingkan inflasi triwulan IV-211sebesar 4,24% (yoy). Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan cukup baik... Transaksi sistem pembayaran tunai menunjukkan net inflow... Kondisi perbankan Lampung pada triwulan IV-212 secara umum menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini tercermin dari indikator utama seperti aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), kredit, serta kualitas kredit. Aset perbankan tumbuh 18,87% (yoy), DPK tumbuh 14,39% (yoy), sedangkan penyaluran kredit meningkat 25,56% (yoy). Sementara itu, kualitas kredit yang tercermin melalui nilai NPL (Non Performing Loans) mencapai 2,13% atau mengalami penurunan dibandingkan tahun 211 sebesar 2,76%. Di sisi lain, pada triwulan laporan, jumlah aliran uang masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp1,47 triliun, sedangkan jumlah aliran uang keluar tercatat sebesar Rp1,25 triliun. Dengan demikian, transaksi sistem pembayaran tunai antara Bank Umum di Lampung dengan Bank Indonesia pada triwulan IV-212 menunjukkan net-inflow sebesar Rp,22 triliun. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan triwulan III-212 yang mengalaminetoutflow. Keuangan Daerah Pendapatan daerah mencapai Rp3,15 triliun atau 78,72% sampai dengan Oktober 212 Sampai dengan Oktober tahun 212, realisasi Pendapatan Daerah provinsi Lampung telah mencapai Rp3,15 triliun atau 78,72% dari target pendapatan daerah dalam APBD-P 212, sedangkan Belanja Daerah berdasarkan data SP2D mencapai Rp2,37 triliun atau 57,94% dari target belanja daerah dalam APBD-P 212. Realisasi Pendapatan Daerah tertinggi berasal dari komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah yang mencapai 89,1%, diikuti realisasi Dana Perimbangan yang mencapai 85,28%, sedangkan realisasi terendah terjadi pada komponen PAD yang baru xvii

19 Ringkasan Eksekutif mencapai 69,53% dari target. Sementara itu, realisasi Belanja Daerah tertinggi berdasarkan SP2D, berasal dari komponen belanja hibah yang mencapai 95,51%, sedangkan belanja pegawai dan belanja modal masing-masing terealisasi sebesar 63,96% dan 47,22%. Kesejahteraan menunjukkan indikasi yang Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kesejahteraan masyarakat Lampung pada triwulan IV-212 masih menunjukkan perkembangan yang membaik.hal ini terindikasi melalui peningkatan UMP dan Nilai Tukar Petani serta penurunan angka pengangguran terbuka. UMP Lampung tercatat mencapai Rp1.15. atau mengalami kenaikan sebesar 17,95% (yoy).ntp Provinsi Lampung mencapai 126,4 atau mengalami peningkatan sebesar 1,86% (yoy). Sementara itu, jumlah pengangguran terbuka mengalami penurunan sebesar 11,68% (yoy). Prospek Perekonomian Pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 213 diperkirakan mampu lebih tinggi dibandingkan tahun Pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan I-213 diperkirakan mencapai 5,7%±1% (yoy), sedikit menurun dibandingkan periode yang sama selama 3 tahun terakhir sebesar 6,14%±1% (yoy). Sementaraitu, ekonomi kumulatif diperkirakan tetap mampu tumbuh hingga mencapai 6,5%±1% (yoy). Kinerja Investasi diprediksi terus membaik... Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-213 terdorong oleh kinerja ekspor yang diprediksi semakin membaik karena demand negara tujuan ekspor yang masih terjaga dan peningkatan prospek demand domestik. Komponen lainnya, yaitu konsumsi swasta juga masih menjadi komponen pendorong pertumbuhan ekonomi, seiring dengan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tahun 213, ditambah kenaikan pendapatan riil masyarakat yang diperkirakan tumbuh mencapai 12,87% (yoy). Demikian pula dengan konsumsi pemerintah daerah berdasarkan APBD 213 yang diperkirakan tumbuh sebesar 6,47% (yoy) atau menjadi Rp4,4 triliun. Komponen investasi juga xviii

20 Ringkasan Eksekutif diperkirakan tetap tumbuh membaik. Sejalan dengan adanya rencana investasi tahun 213, oleh swasta maupun pemerintah. Dari sisi penawaran, sektor pertanian terutama sub sektor tanaman bahan makanan diprediksi mengalami peningkatan produksi dibandingkan tahun 212. Pada triwulan I-213, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi diprediksi juga mengalami peningkatan sejalan dengan masa panen yang mulai berlangsung pada sebagian besar komoditas. Pada periode ini, dorongan dari sisi sektoral juga berasal dari sektor bangunan, sektor keuangan, sektor pengangkutan & komunikasi serta sektor perdagangan, hotel, & restoran (PHR). Inflasi mengalami trend peningkatan pada triwulan I- Kinerja perbankan diperkirakan terus Inflasi kota Bandar Lampung triwulan I-213 diperkirakan mencapai 4,5%±1% (yoy). Angka inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan I-212 yang mencapai 3,42% (yoy). Sementara itu, inflasi kumulatif tahun 213 diproyeksikan mencapai 4,82%±1% (yoy) atau cenderung lebih tinggi dibandingkan inflasi kumulatif tahun 212 yang mencapai 4,3% (yoy). Pada triwulan I-213, kinerja perbankan diperkirakan masih mengalami peningkatan. Hal ini terkonfirmasi melalui hasil Survei Kredit Perbankan triwulan IV-212 yang menunjukkan bahwa Penghimpunan Dana (DPK) dan Kredit akan tumbuh sebesar 1%- 1% pada triwulan I-213. Pelaku perbankan masih optimis bahwa DPK akan tumbuh karena fasilitas jasa perbankan yang meningkat. Sementara itu, penyaluran kredit akan tumbuh karena permodalan bank yang cukup memadai dan prospek usaha nasabah yang membaik. xix

21 Kondisi Makro Ekonomi Regional BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Output ekonomi Lampung triwulan IV-212 mengalami penurunan 8,13% dibandingkan triwulan III-212. Hal ini disebabkan oleh penurunan output sektor pertanian yang cukup signifikan karena faktor musiman. Namun demikian, output ekonomi kumulatif tahun 212 masih jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 211, bahkan berada peringkat ke 4 tertinggi di Sumatera 1. KONDISI UMUM Nilai output perekonomian provinsi Lampung pada triwulan IV-212 mencapai Rp1,37 triliun (ADHK 2), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-212 yang mencapai Rp11,29 triliun (ADHK 2), atau mengalami penurunan sebesar 8,13% (qtq). Dari sisi penawaran, sumber penurunan output berasal dari sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Kedua sektor tersebut memberikan andil penurunan output masing-masing sebesar -8,93% dan -,26%. Pada sektor pertanian, penurunan output terbesar diantaranya terjadi pada sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan sub sektor tanaman perkebunan, yaitu masing-masing mencapai -41,32% (qtq) dan -5,1% (qtq). Hal ini disebabkan oleh masih berlangsungnya masa tanam komoditas tabama disepanjang triwulan IV Selain itu,penurunanoutput pada sub sektor perkebunan disebabkan oleh trend menurunnya harga komoditas meskipun produksi beberapa komoditas mengalami peningkatan. Sementara itu, penurunan output pada sektor PHR disebabkan oleh penurunan output pada sub sektor perdagangan besar dan eceran karena faktor musiman pasca meningkatnya produksi saat Hari Besar Keagamaan Nasional (Ramadhan dan Idul Fitri) yang terjadi pada triwulan III-212. Dari sisi permintaan, sumber penurunan output secara triwulanan berasal dari kegiatan impor barang dan jasa. Secara triwulanan, komponen impor barang dan jasa menurun sebesar 9,84% (qtq), sehingga memberikan kontribusi terhadap penurunan output mencapai -3,85%. Dengan nilai output triwulan IV-212 yang mencapai Rp1,37 triliun, maka output ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan IV-212 mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 7,4% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan III-212 sebesar 6,45% (yoy). 1

22 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sementara itu secara kumulatif tahun 212, ekonomi Lampung tumbuh mencapai6,48% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 211 yang mencapai 6,43% (yoy).secara kumulatif, hampir seluruh sektor memberikan andil terhadap pertumbuhan output, kecuali komponen impor barang & jasa dan komponen perubahan stok. miliar Rp Grafik 1.1. Perkembangan PDRB & Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2) % 5,99 6,43 6,48-9,4-8,94-8,13 I II III IV I II III IV I II III IV Nilai PDRB-axis kiri growth (yoy)-axis kanan growth (qtq)-axis kanan Sumber:BPS Provinsi Lampung 2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN Secara triwulanan, seluruh komponen dari sisi permintaan mengalami peningkatan, kecuali impor barang dan jasa yang menurun sebesar 9,84% (qtq). Dengan demikian, impor barang dan jasa merupakan komponen yang memberikan andil terbesar pada penurunan output secara triwulanan, yaitu sebesar -3,85%. Secara kumulatif tahun 212, komponen dari sisi permintaan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) dan konsumsi rumah tangga, yaitu masing-masing sebesar 9,4% (yoy) dan 6,45% (yoy). Dengan demikian, dari sisi permintaan, kontribusi terbesar pada pertumbuhan outpu tahun 212 sebesar 6,48 (yoy) berasal dari komponen ekspor netto (6,39%), konsumsi swasta (3,71%), dan PMTB (1,49%). Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan PDRB Berdasarkan Penggunaan PDRB (% yoy) I-11 II-11 III-11 IV I-12 II-12 III-12 IV Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah (1.1) (1.11) Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok (6.77) (96.6) (62.13) (17.1) (19.8) (3.77) (.37) 79.3 (2,915.18) Ekspor Netto (13.6) (5.27) (5.15) Ekspor Impor (23.56) (7.6) Sumber:BPS Provinsi Lampung 2

23 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.2. Sumbangan Tiap Komponen terhadap Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (%, qtq) ,73 Konsumsi Swasta 4,34 Konsumsi Pemerintah,61 PMTDB 6,88 Ekspor Netto Perubahan Stok -2, Grafik 1.3. Sumbangan Tiap Komponen terhadap Pertumbuhan Kumulatif Tahun 212 (%, yoy) 3,71 Konsumsi Swasta,22 Konsumsi Pemerintah 1,49 PMTDB 6,39 Ekspor Netto Perubahan Stok (5,33) Sumber:BPS Provinsi Lampung 2.1. Konsumsi Secara triwulanan,konsumsi swasta yang memiliki porsi terbesar dalam struktur ekonomi Lampung dari sisi permintaan, tumbuh sebesar 1,31% (qtq). Peningkatan ini didorong oleh peningkatan output pada komponen konsumsi rumah tangga. Meningkatnya konsumsi rumah tangga ini didorong oleh kenaikan pengeluaran rumah tangga seiring dengan pelaksanaan HBKN dan cuti bersama pada penghujung tahun 212 (Natal dan Tahun Baru).Meskipun terjadi peningkatan output, namun peningkatan output ini tidak setinggi pertumbuhan yang terjadi pada triwulan III-212 karena HBKN saat Ramadhan dan Idul Fitri. Sementara itu secara kumulatif, konsumsi swasta mengalami pertumbuhan sebesar 6,42% (yoy). Dengan demikian, sumbangan komponen konsumsi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 masih menjadi yang terbesar, atau mencapai 3,71%. Pertumbuhan pada komponen konsumsi swasta ini antara lain terindikasi oleh perkembangan beberapa indikator, seperti meningkatnya rata-rata volume pemakaian listrik masyarakat, kenaikan kredit konsumsi perbankan, kenaikan tingkat pengeluaran konsumen, kenaikan jumlah penumpang pesawat udara, serta kenaikan rata-rata jumlah pelanggan PDAM. Rata-rata volume pemakaian listrik jenis pelanggan rumah tangga dan sosial tahun 212 mengalami kenaikan 18,25% (yoy), kredit konsumsi perbankan tumbuh 25,58% (yoy), indeks tingkat pengeluaran konsumen pada triwulan IV-212 berada pada level optimis yaitu sebesar 175, jumlah penumpang pesawat udara tahun 212 meningkat 18,22% (yoy), sedangkan rata-rata jumlah pelanggan PDAM tahun 212 meningkat 1,44% (yoy). 3

24 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Kondisi Makro Ekonomi Regional Peningkatan pada beberapa indikator tersebut, terdorong oleh kenaikan daya beli masyarakat yang tercermin oleh kenaikan UMP riil sebesar 9,34% (yoy) dan kenaikan NTP sebesar 1,86% (yoy). Di sisi lainsecara triwulanan, konsumsi pemerintah tumbuh 37,82% (qtq). Hal ini disebabkan oleh banyaknya proyek pemerintah baik pusat maupun daerah yang diselesaikan pada akhir tahun. Hal ini terindikasi oleh nilai giro perbankan yang menurun sebesar 19,22% (qtq). Sementara itu secara kumulatif, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 1,74% (yoy). Hal ini sejalan dengan nilai APBD Provinsi Lampung tahun 212 yang meningkat sebesar 54,72% dibandingkan tahun 211 seiring dengan peningkatan pembangunan proyek infrastruktur unggulan daerah. Grafik 1.4. Perkembangan Konsumsi miliar Rp % Swasta 3 9 5,74 5,54 6, ,33,42 1,31 I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi 21 Swasta yoy - axis 212 kanan 212 qtq - axis kanan Grafik 1.5. Perkembangan Konsumsi miliar Rp Pemerintah % ,53 3,61 37, ,29 2 2,5 1, I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi Pemerintah yoy-axis kanan qtq-axis kanan Sumber : BPSProvinsi Lampung Grafik 1.6. Jumlah Pelanggan Listrik Sosial & Rumah Tangga ribu KK Grafik 1.7. Penyaluran Kredit Konsumsi (miliar Rp) Sumber :PT. PLN Wilayah Lampung Sumber :LBU dan LBUS 4

25 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Jan Mar Mei Jul Sept Nov Jan Mar Mei Juli Sept Nov Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.8. Indeks Tingkat Pengeluaran Konsumen Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Grafik 1.9 Pola Perkembangan Jumlah Penumpang Udara (Keberangkatan dari Provinsi Lampung) Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Sumber :Survei Konsumen KPw BI LampungSumber : Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Grafik 1.1 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Provinsi Lampung Grafik 1.11 Nilai Tukar Petani Provinsi Lmapung Jan MarMay Jul Sep Nov Jan MarMay Jul Sep Nov Sumber :PDAM Way Rilau Sumber :BPS Provinsi Lampung Grafik Pendapatan Riil Masyarakat Ket : Di hitung berdasarkan UMP dan IHK Umum Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 5

26 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Kondisi Makro Ekonomi Regional 2.2. Investasi Pada periode laporan, komponen PMTDB yang mencerminkan pembuatan atau pembelian barang modal baru (investasi) dari dalam negeri dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri mengalami pertumbuhan, baik secara triwulanan maupun kumulatif, yaitu masing-masing sebesar 3,69% (qtq) dan 9,4% (yoy). Dengan demikian, komponen investasi memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 sebesar 1,49%. Pertumbuhan komponen PMTDB pada triwulan laporan sejalan dengan kegiatan dunia usaha yang mengalami peningkatan terutama karena demand domestik maupun luar negeri yang masih terjaga (hasil liaison). Indikatorpeningkatan investasi diantaranya kenaikan rata-rata volume impor barang modal sebesar 5,69% (yoy),kenaikan kredit investasi sebesar 33,23% (yoy), serta kenaikan realisasi pengadaan semen sebesar 8,8% (yoy). Hal ini juga terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan bahwa kegiatan investasi mengalami peningkatan pada periode ini (SB positif, yaitu 18,75)dan hasil liaison yang menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan melakukan kegiatan investasi pada tahun 212, baik investasi baru maupun investasi rutin, seperti perawatan mesin. Di sisi lain, data Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Lampung menunjukkan bahwa dari Januari hingga Oktober 212, baik PMA maupun PMDN di Provinsi Lampung mencapai Rp3,52 triliun. Grafik Pembentukan Modal miliar Rp Tetap Bruto % ,4 6. 9, ,1 4,92 2,65 3,69 I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Volume Impor Barang Modal ton PMTB yoy-axis kanan qtq-axis kanan Sumber : BPS Provinsi LampungSumber :Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia 6

27 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik Penyaluran Kredit Investasi Miliar Rp Sumber : LBU dan LBUS Grafik Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Lampung ton Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Sumber : Berbagai sumber (diolah) 2.3. Ekspor-Impor a. Ekspor Berdasarkan data PDRB, ekspor Provinsi Lampung pada triwulan IV-212 mengalami pertumbuhan sebesar 5,34% (qtq), sedangkan secara kumulatif tahun 212 ekspor Provinsi Lampung tumbuh sebesar 5,66% (yoy). Dengan demikian, sumbangan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 mencapai 3,14%. Berdasarkan data Bank Indonesia, beberapa komoditas mengalami peningkatan nilai eksporsecara triwulanan, diantaranya lemak dan minyak hewan/nabati, bubur kayu, olahan dari buah-buahan / sayuran, ampas / sisa industri makanan, serta gula dan kembang gula. Sementara itu, secara kumulatif tahun 212, tercatat bahwa nilai ekspor Lampung meningkat sebesar 14,5% (yoy). Peningkatan nilai ekspor ini ditopang oleh kenaikan ekspor komoditas Kopi, Teh, Rempah-rempah sebesar 77,8% (yoy), Lemak & Minyak Hewan / Nabati sebesar 21,% (yoy), Bahan Bakar Mineral sebesar 13,6% (yoy), Ampas / Sisa Industri Makanan sebesar 49,6% (yoy), dan Bahan Kimia Organik sebesar 29,% (yoy). Di tengah trend penurunan harga komoditas dunia, nilai ekspor beberapa komoditas tersebut mengalami peningkatan yang disebabkan oleh peningkatan produksi. Berdasarkan hasil liaison ke beberapa eksportir besar di Lampung, kegiatan ekspor tahun 212 tetap mengalami peningkatan karena krisis yang terjadi di Amerika maupun Eropa tidak mempengaruhidemand(volume kontrak penjualan masih terjaga), sehingga meskipun harga komoditas mengalami koreksi, namun nilai ekspor masih cukup tinggi. Berdasarkan penggolongan ISIC, komoditas industri manufaktur ekspor Lampung yang memiliki porsi sebesar 57,78% dari keseluruhan ekspor Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 4,46% 7

28 Kondisi Makro Ekonomi Regional (qtq) atau 4,51% (yoy), sedangkan sektor pertanian mengalami penurunan secara triwulanan yaitu sebesar -26,47% (qtq) namun secara kumulatif mengalami peningkatan sebesar 42,% (yoy). Sama halnya dengan sektor pertanian, sektor pertambangan & penggalian tercatat mengalami penurunan secara triwulanan, yaitu sebesar -6,18% (qtq), namun tercatat mengalami peningkatan secara kumulatif, yaitu sebesar 12,29% (yoy). Berdasarkan negara tujuan ekspor Lampung, 5 (lima) negara yang memegang porsi terbesar dari total ekspor Lampung sepanjang tahun 212, yaitu Amerika Serikat (1,81%), Italia (1,81%), India (9,2%), Belanda (8,9%), dan Jepang (8,4%). Bila dibandingkan tahun 211, telah terjadi shifting negara tujuan ekspor, dimana Amerika Serikat menggantikan posisi India sebagai negara tujuan ekspor terbesar Lampung. Grafik Ekspor Lampung dalam PDRB miliar Rp % 3 Nilai PDRB qtq-axis kanan yoy-axis kanan , ,33 5,66 1 5,34 5-8,35-4, I II III IV 21 I II III IV 211 I II III IV Sumber :BPS Provinsi Lampung Grafik Porsi Negara Tujuan Ekspor Lampung Tahun 212 Eropa 31,8% Afrika 5,% Amerika 11,8% Asia 49,4% Australia 2,1% Sumber :Departemen Statistik dan Ekonomi MoneterBank Indonesia 8

29 Kondisi Makro Ekonomi Regional Komoditas Utama Ekspor Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS) Trw IV Trw III-12 Trw IV ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) 1. Kopi, Teh, Rempah-rempah , , , , ,29 2. Bubur Kayu / Pulp , , , , ,77 3. Ikan dan Udang , , , , ,61 4. Lemak & Minyak Hewan / Nabati , , , , ,34 5. Bahan Bakar Mineral , , , , ,23 6. Karet dan Barang dari Karet , , , , ,55 7. Kayu, Barang dari Kayu 5.652, , , , ,48 8. Hasil Penggilingan 35, ,13 1, 114,1 189,1 9. Olahan dari Buah-buahan / Sayuran , , , , ,62 1. Ampas / Sisa Industri Makanan , , , , , Berbagai Makanan Olahan 3.126, , , , ,4 12. Minuman 9.4 1, , , , , Berbagai Produk Kimia 5.34, , , , , Kaca & Barang dari Kaca 148,2 739,2 7,1 12,1 449,1 15. Olahan dari Tepung, 1.555,5 6, 16,1 112, 16. Bahan Kimia Organik , , , , , Gula dan Kembang Gula , , , , , Kakao / Coklat , , , , , Buah-buahan 4.25, , , , ,23 2. Sari Bahan Samak & Celup, -,,, -, 21. Lak, Getah dan Damar, 2.831,9 41,4 629, ,6 22. Sayuran, 42,,, -, 23. Sabun dan Preparat Pembersih 1.35, ,13 76,7 612, ,9 24. Perekat, Enzim, -,, 54,1 54, 25. Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 35, 1.276,32,, 18, 26. Lain-lain , , , , ,3 Total , , , , , Sumber :Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia b. Impor Berdasarkan data PDRB, impor Lampung pada triwulan IV-212 mengalami penurunan sebesar 9,84% (qtq). Begitupula secara kumulatif tahun 212 yang juga mengalami penurunan mencapai 7,6% (yoy). Menurut penggolongan SITC, impor pupuk dan binatang hidup memiliki porsi terbesar dari keseluruhan impor Lampung. Secara triwulanan, impor pupuk tercatat masih mengalami peningkatan, yaitu sebesar 74,1% (qtq). Hal ini diperkirakan untuk memenuhi kegiatan masa tanam komoditas perkebunan. Sementara itu, secara kumulatif tahun 212, impor pupuk mengalami penurunan sebesar 29,29% (yoy), penurunan ini antara lain disebabkan oleh peningkatan produksi pupuk dalam negeri untuk memenuhi permintaan domestik sehubungan dengan adanya program peningkatan produksi pangan (padi dan palawija). Impor Lampung terbesar secara kumulatif 212 masih berasal dari RRC yaitu dengan porsi sebesar 21,75%, diikuti Amerika Latin (1,72%)dan Amerika Serikat (1,34%). Bila dibandingkan tahun 211, RRC masih menjadi eksportir terbesar ke Povinsi Lampung. 9

30 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik Impor Lampung dalam PDRB 4,16 31, 2,64 4,45-7,6-9,84 I II III IV 21 I II III IV 211 I II III IV 212 % Nilai PDRB qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber :BPS Provinsi Lampung Grafik 1.2. Porsi Negara Pengimpor Tahun 211 Australia 13% Eropa 7% Afrika 1% Amerika 22% Grafik Porsi Negara Pengimpor Tahun 212 Australia 15% Eropa 1% Afrika 1% Amerika 25% Asia 57% Asia 49% Sumber :Departemen Statistik dan Ekonomi MoneterBank Indonesia (diolah) 1

31 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.3. Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Komoditas Utama Impor Trw 211 Trw Trw Trw Trw 212 IV-211 I-212 II-212 III-212 IV-212 US$ US$ US$ US$ US$ US$ US$ 1. Pupuk 45,889, ,574,18 59,62,29 71,957,997 8,584,77 15,978, ,583,49 2. Binatang Hidup 49,489, ,191,721 51,32,824 28,593,642 2,171,887 2,544,461 12,63, Ampas / Sisa Industri Makanan 17,3,71 81,14,942 24,374,262 18,418,319 34,194,252 3,2,162 16,988, Besi dan Baja 2,73,731 6,996, ,332 83, ,473 62,123 2,164, Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 64,169,57 174,442,478 35,475,891 28,952,171 31,87,371 31,372, ,671,16 6. Gula dan Kembang Gula 16,427, ,636,88 15,118,91 125,948 9,98,35 25,224, Hasil Penggilingan 2,35,975 12,225,64 4,726,727 1,657,319 1,849,443 4,572,552 12,86,41 8. Mesin / Peralatan Listik 14,841,929 41,796,223 4,512,287 4,872,33 3,686,174 5,8,545 18,162,18 9. Plastik dan Barang dari Plastik 832, 4,578, ,68 654,454 38,51 896,53 2,747,398 1.Benda-benda dari Besi dan Baja 17,195,137 28,46,718 2,191,316 1,727, , ,71 5,52,67 11.Berbagai Makanan Olahan 1,918,172 1,184,299 1,95,824 1,77,3 1,561,962 84,673 6,24, Garam, Belerang, Kapur 2,678,218 8,781,17 335,438 1,957,93 1,576,4 1,611,539 5,833, Bahan Kimia Organik 1,47,833 9,125,41 3,521,185 4,64,976 4,854,287 3,535,825 16,759,63 14.Bahan Kimia Anorganik 854,3 3,563, ,295 1,299,83 85,691 42,86 3,258, Berbagai Produk Kimia 871,25 2,335,45 1,94,4 732, ,29 372,488 2,528,51 16.Kain Perca 329,296 2,567,378 1,36, ,696 1,534,146 1,528,111 5,196, Gandum-ganduman 64,647, ,917,829 19,446,228 3,38,4 9,56,44 37,664,714 69,547, Berbagai Barang Logam Dasar 2,622,753 1,674,333 2,853,96 672, ,142 1,61,391 5,359, Bahan Bakar Mineral Biji-bijian berminyak 2,28,86 66,723,262 12,613,34 21,63,5 14,693,477 13,51,22 62,446,87 21.Kendaraan dan Bagiannya 1,537,2 5,316,894 1,524,942 1,725,29 1,, ,653 5,235, Kaca & Barang dari Kaca 684,79 3,775,93 595, , ,948 1,45,322 3,344, Lemak & Minyak Hewan / Nabati 96,395 2,614,986 1,47, ,76 317, ,391 2,492, Perekat, Enzim 17,993 75,736 7,821 52,848 76,146 5,368 25, Produk Hewani 95,113 36,396 66,199 86,25 2,5 235,55 48,49 26.Lain-lain 39,538,345 86,47,72 13,85,9 1,64,923 32,625,427 21,332,873 78,815,16 Total 368,725,485 1,197,219, ,342,48 28,357, ,359,613 24,86, ,54,783 Sumber:Departemen Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) 3. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN Pada triwulan IV-212, hampir seluruh sektor mengalami peningkatan outputsecaratriwulanan, kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan output sebesar 23,37% (qtq), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang menurun sebesar 1,64% (qtq), serta sektor pertambangan dan penggalian yang menurun sebesar,15% (qtq). Tingginya penurunan output pada sektor pertanian menyebabkan output ekonomi Lampung secara umum mengalami penurunan sebesar 8,13% (qtq), dimana sektor pertanian menyumbang penurunan mencapai -8,93%. Penurunan output yang terjadi pada sektor pertanian disebabkan oleh masa puncak produksi tanaman bahan makanan yang telah berlangsung pada triwulan II-212 serta penurunan harga komoditas perkebunan di tingkat petani meskipun secara siklikal, pada triwulan IV-212 merupakan periode panen puncak beberapa komoditas tanaman perkebunan. 11

32 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sementara itu bila dibandingkan kumulatif tahun 211, seluruh sektor pada tahun 212 mengalami peningkatan output, dimana sektor angkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 13,63% (yoy), diikuti sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan sebesar 12,44% (yoy), dan sektor listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh 1,51% (yoy). Sedangkan sektor pertanian yang mendominasi struktur ekonomi Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 4,2% (yoy). Dengan pertumbuhan kumulatif tersebut, maka pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 sebesar 6,48% (yoy) disumbang oleh sektor pertanian sebesar 1,6% (yoy), sektor keuangan, jasa dan jasa perusahaan sebesar 1,26% (yoy), dan sektor angkutan & komunikasi sebesar 1,6% (yoy). Pada tahun 212, struktur ekonomi Provinsi Lampung masih tetap didominasi oleh sektor pertanian. Dibandingkan tahun 211, porsi sektor pertanian, sektor listrik, gas & air bersih, sektor pengangkutan & komunikasi, sektor keuangan, persewaan, & jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa mengalami peningkatan, sedangkan porsi 4 sektor lainnya, yaitu sektor pertambangan & penggalian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, serta sektor perdagangan, hotel & restoran mengalami penurunan. Tabel 1.4. Pertumbuhan PDRB (%) Sektor Q IV21 (qtq) 21 (yoy) Q IV211 (qtq) 211 (yoy) Q IV212 (qtq) 212 (yoy) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB dengan Migas Sumber: BPS Provinsi Lampung 12

33 Kondisi Makro Ekonomi Regional Pengangkuta n & Komunikasi 11,5% Grafik Pangsa PDRB Sektoral Tahun 211 Keuangan, P ersewaan & Jasa Perusahaan 6,% Jasa-jasa 8,8% Pertanian 35,6% Pengangkut an & Komunikasi 11,5% Grafik Pangsa PDRB Sektoral Tahun 212 Keuangan, P ersewaan & Jasa Perusahaan 6,2% Jasa-jasa 9,1% Pertanian 35,9% Perdagangan, Hotel & Restoran 16,% Bangunan 3,4% Listrik, Gas & Air Bersih,5% Pertambangan & Penggalian 2,1% Industri Pengolahan 16,1% Perdagangan, Hotel & Restoran 15,9% Bangunan 3,4% Listrik, Gas & Air Bersih,5% Pertambangan & Penggalian 2,% Industri Pengolahan 15,6% Sumber: BPS Provinsi Lampung SEKTOR PERTANIAN Secara triwulanan, output sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 23,37% (qtq), sedangkan secara kumulatif tahunan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,2% (yoy). Dengan demikian, sektor pertanian memberikan andil negatif terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan sebesar -8,93%. Dengan pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 yang mencapai 6,48% (yoy), sektor pertanian memberikan andil sebesar 1,6% atau merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Penurunan yang terjadi pada output sektor pertanian secara triwulanan disebabkan oleh masa puncak panen sebagian besar komoditas tanaman bahan makanan yang telah berlangsung pada triwulan II-212 dan penurunan nilai komoditas tanaman perkebunan di tingkat petani karena trend penurunan harganya mengikuti pergerakan harga komoditas dunia, meskipun beberapa komoditas perkebunan utama seperti kelapa sawit mengalami masa panen puncak pada triwulan IV-212 (hasil liaison). Penurunan output sektor pertanian terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-212 yang menunjukkan saldo bersih negatif, yaitu sebesar -12,5. 13

34 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.5.Prognosa Luas Lahan Panen Komoditas Tanaman Bahan Makanan NO Komoditi Luas Panen (ha) Jan-Apr Mei-Agt Sep-Des Jan-Des I PADI 293, ,792 62,73 69,756 II JAGUNG 14,57 323,16 38, ,477 III UBI JALAR 1,387 3, ,699 IV KEDELAI 4,463 3,173 1,95 1,126 VI KACANG HIJAU 1,339 4,59 1,7 6,467 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Tabel 1.6. Harga Komoditas di Tingkat Petani (Rp) Komoditas Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Kopi 16,75 15,8 15,5 15,313 Sawit 1,35 1, Tebu 8,75 1,6 1,15 1,1 Sumber : Sementara itu, pertumbuhan produksi sektor pertanian secara tahunan, sejalan dengan prognosa hasil panen yang dipublikasikan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa luas panen sejumlah komoditas tanaman bahan makanan pada tahun 212 akan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 211. Luas panen padi diperkirakan meningkat 4,89% (yoy), luas panen jagung meningkat 18,85% (yoy), luas panen kedelai meningkat 14,64% (yoy), luas panen kacang tanah meningkat 57,91% (yoy), luas panen kacang hijau meningkat 5,64% (yoy), sedangkan luas panen ubi jalar meningkat 17,58% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan output pada sub sektor perkebunan secara tahunan terdorong oleh peningkatan produksi pada sub sektor perkebunan kopi, kelapa sawit, lada, dan tebu yang disebabkan oleh cuaca yang mendukung selama proses masa tanam. 14

35 Kondisi Makro Ekonomi Regional miliar Rp Grafik PDRB Sektor Pertanian (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2) 1,7 4,96 4,2 (1) (2,88) (22,22) -23,37 (2) I II III IV I II III IV I II III IV % (3) Nilai PDRB growth (qtq)-axis kanan growth (yoy) - axis kanan Sumber :BPS Provinsi Lampung SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Secara triwulanan, output sektor industri pengolahan mengalami peningkatan sebesar 2,45% (qtq), sedangkan secara kumulatif tahunan tercatat mengalami pertumbuhan, yaitu sebesar 4,39% (yoy). Dengan demikian, sektor industri pengolahan memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan yaitu sebesar,32%. Sementara itu, terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 yang mencapai 6,48% (yoy), sektor industri pengolahan memberikan andil sebesar,58%. Pertumbuhan output industri pengolahansecara triwulanan terdorong oleh peningkatan output yang terjadi pada industri makanan dan minuman seiring adanya HBKN pada periode penghujung tahun 212. Indikator peningkatan output sektor industri pengolahan secara triwulanan, antara lain tercermin dari kenaikan volume impor barang konsumsi sebesar 64,51% (qtq), volume impor bahan baku penolong sebesar 15,83% (qtq), Indeks Tendensi Konsumen yang berada pada level optimis yaitu sebesar 11,91, serta hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-212 yang menunjukkan saldo bersih positif, yaitu sebesar 5,. Di sisi lain, peningkatan output sektor ini secara tahunan terdorong oleh output pada industri makanan dan minuman. Hal ini terkonfirmasi dari hasil liaison yang menunjukkan bahwa industri pengolahan makanan dan minuman mengalami peningkatan secara tahunan seiring dengan produksi bahan baku yang meningkat (terutama yang berbahan baku hasil pertanian seperti tebu dan kopi). 15

36 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik PDRB Sektor Industri Pengolahan miliar Rp (ADHK Tahun 2) % , ,88 4, ,23 4 2, , I II III IV I II III IV I II III IV Nilai PDRB qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung ton Grafik Volume Impor Barang Konsumsi Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV ton Grafik Volume Impor Bahan Baku Penolong Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Sumber: Departemen Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia SEKTOR LISTRIK, AIR DAN GAS Output sektor listrik, gas, dan air bersih pada triwulan IV-212 mengalami pertumbuhan sebesar 4,91% (qtq), sedangkan secara kumulatif tahunan tercatat mengalami peningkatan sebesar 1,51% (yoy). Dengan demikian, sumbangan sektor listrik, gas, dan air bersih terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan pada periode ini mencapai,2%. Sementara itu, sumbangan sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 mencapai,4%. Peningkatan output pada sub sektor listrik didukung oleh data PLN Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pelanggan, volumen penjualan, dan nilai penjualan listrik PLN mengalami peningkatan masing-masing sebesar 12,6 (yoy), 14,66 (yoy), dan 15,58 (yoy). 16

37 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Kondisi Makro Ekonomi Regional Pada tahun 212, energi listrik untuk Provinsi Lampung diperkirakan mengalami peningkatansejalan dengan operasi PLTP Ulubelu pada Semester II-212. Grafik PDRB Sektor Listrik, Air Bersih, dan Gas miliar Rp (ADHK Tahun 2) % ,41 9,86 1, ,49 3,41 4, (5) I II III IV I II III IV I II III IV KK Grafik Jumlah Pelanggan & Volume Pemakaian Listrik (dalam ribu) Kwh Nilai PDRB qtq-axis kanan yoy-axis kanan Jumlah Pelanggan Volume Pemakaian-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : PT. PLN Provinsi Lampung SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR) Secara triwulanan, output sektor PHR mengalami penurunan sebesar 1,64% (qtq), sedangkan secara kumulatif tahunan tercatat mengalami pertumbuhan, yaitu sebesar 5,59% (yoy). Dengan demikian, sektor PHR memberikan andil negatif terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan yaitu sebesar -,26%. Sedangkan terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 yang mencapai 6,48% (yoy), sektor PHR memberikan andil sebesar,88%. Secara triwulanan, penurunan output yang terjadi pada sub sektor PHR terdorong oleh adanya penurunan pada sub sektor perdagangan besar & eceran dan sub sektor restoran. Hal ini terindikasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan Saldo Bersih realisasi kegiatan usaha sub sektor perdagangan bernilai negatif, yaitu sebesar -25.Sementara itu, sub sektor perhotelan tercatat masih mengalami peningkatan yang disebabkan oleh adanya perayaan tahun baru (hasil liaison).hal ini juga tercermin melalui Tingkat Hunian Kamar Hotel yang dirilis oleh BPS Provinsi Lampung yang mengalami peningkatan pada triwulan IV. Secara tahunan, peningkatan output pada sub sektor perhotelan terkonfirmasi oleh hasil liaison, dimanabeberapa hotel yang memiliki pangsa terbesar di Lampung optimis bahwa tingkat hunian dan kegiatan bisnis hotel akan meningkat sebesar 6% hingga 15% dibandingkan tahun

38 Kondisi Makro Ekonomi Regional miliar Rp Grafik 1.3. PDRB Sektor PHR (ADHK Tahun 2) % ,42 5,5 5, ,39-1, , I II III IV I II III IV I II III IV Nilai PDRB qtq-axis kanan yoy-axis kanan Grafik Rata-Rata Tingkat Hunian Kamar Hotel 45,31 41,49 46,7 43,74 47,96 Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : BPS Provinsi Lampung SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Pada periode laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan,95% (qtq), sedangkan secara kumulatif tahunan mengalami pertumbuhan mencapai 13,63% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 mencapai 1,6%, terbesar ketiga setelah sektor pertaniandan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Secara triwulanan, pertumbuhan output yang terjadi pada sektor ini tidak terlepas dari kenaikan jumlah pengguna angkutan, dari dan ke luar Lampung pada saat hari libur di penghujung tahun (perayaan tahun baru). Hal ini terkonfirmasi oleh data Dinas Perhubungan Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa bila dibandingkan triwulan III-212, jumlah penumpang pesawat dari Provinsi Lampung ke luar daerah mengalami peningkatan sebesar 2,5% (qtq). Sementara itu, pertumbuhan output sub sektor pengangkutan secara tahunan tidak terlepas dari aktivitas bisnis dan ekonomi di Provinsi Lampung yang juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun 211.Hal ini tercermin dari adanya penambahan frekuensi penerbangan di Bandara Radin Inten II. Data Dinas Perhubungan Provinsi Lampung menunjukkan bahwa selama tahun 212, jumlah penumpang pesawat udara dari Provinsi Lampung mencapai orang atau terjadi peningkatan dibandingkan tahun 211 sebesar 18,22% (yoy). 18

39 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi miliar Rp % , ,98 13, ,19 5,51,95-5 I II III IV I II III IV I II III IV Nilai PDRB qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik Jumlah Penumpang Udara (Keberangkatan dari Provinsi Lampung) Sumber :LBU dan LBUS Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Pada triwulan IV-212, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 1,98% (qtq), sedangkan secara kumulatif tahunan mengalami peningkatan output hingga mencapai 12,44% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 mencapai 1,26%, atau tertinggi kedua setelah sektor pertanian. Tingginya kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari kontribusi sub sektor bank yang mengalami peningkatan sebesar 2,32% (qtq) dan 15,6% (yoy). Perkembangan sub sektor ini secara triwulanan terkonfirmasi oleh Survei Kredit Perbankan yang menunjukkan optimisme pelaku perbankan bahwa output sub sektor bank akan meningkat sebesar 1-1% pada triwulan IV-212 dan Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan saldo bersih realisasi usaha bernilai positif (SB=4). Sementara itu, pertumbuhan output secara kumulatif tahunan sejalan dengan peningkatan kinerja perbankan di Provinsi Lampung, antara lain dicerminkan oleh nilai laba rugi perbankan yang meningkat sebesar 17,83% (yoy). 19

40 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Jul-11 Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Oct-12 Nov-12 Dec-12 I II III IV 21 I II III IV 211 I II III IV 212 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik PDRB Sektor Keuangan, Perusahaan & Jasa Persewaan Grafik Perkembangan Laba Perbankan miliar Rp % ,88 7,48 12,44 1,19 1, 1, , , Nilai PDRB qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung (5) Sumber : LBU dan LBUS SEKTOR LAIN-LAIN Pada triwulan IV-212, sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan,15% (qtq). Sementara itu, secara kumulatif tahunan, sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 2,28% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 mencapai,5%. Sementara itu, sektor bangunan pada triwulan IV-212 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar,83% (qtq), dan secara kumulatif tahunan mengalami pertumbuhan mencapai 5,82% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 mencapai,28%. Hal ini terkonfirmasi oleh data konsumsi semen di Provinsi Lampung yang menunjukkan peningkatan sebesar 8,8% (yoy). Di sisi lain, sektor jasa-jasa mengalami penurunan sebesar 5,36% (qtq) dan secara kumulatif tahunan mengalami peningkatan sebesar 9,42% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor jasajasa terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 212 mencapai,72%. Peningkatan pada sektor ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha triwulan IV-212 yang menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan outpu terutama pada sub sektor jasa swasta(sb = 5,). 2

41 I II III IV 21 I II III IV 211 I II III IV 212 I II III IV 21 I II III IV 211 I II III IV 212 I II III IV 21 I II III IV 211 I II III IV 212 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian miliar Rp % , ,28 1 6,39 3,74 5 -,15 4-3, miliar Rp Grafik PDRB Sektor Bangunan 7,77 3,71-1,76-1,17 % 5, , Nilai PDRB Nilai PDRB qtq-axis kanan yoy-axis kanan qtq-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung miliar Rp Grafik PDRB Sektor Jasa-Jasa % ,24 9,42 1 5,36 5,59 5 -,67 1, Grafik Saldo Bersih Realisasi Usaha Triwulan IV-212 Jasa - Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Perdagangan Industri Pengolahan Pertanian, Perkebunan, Peternak an, Kehutanan dan Perikanan -12, Nilai PDRB qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : SKDU KPw BI Lampung Trw IV

42 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec % Perkembangan Inflasi BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI Turunnya mayoritas harga pangan menyebabkan tekanan inflasi Provinsi Lampung mereda. Inflasi triwulan IV-212 mencapai,59% (qtq) atau mengalami trenpenurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,98% (qtq) 1. KONDISI UMUM Inflasi Provinsi Lampung triwulan IV-212 mencapai,59% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Trendpenurunan inflasi ini dipicu oleh berakhirnya bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-212 disertai turunnya harga kelompok komoditas sayuran sehubungan dengan datangnya musim hujan yang terjadi sejak Oktober 212. Berdasarkan disagregasi, inflasi triwulan IV-212 dominan disumbang oleh inflasi inti yang mencapai,4% dan inflasi volatile foods sebesar,21%, sedangkan kelompok administeredpricemengalami deflasi sebesar,1%. Komoditas penyumbang terbesar pada kelompokinflasi inti adalah Akademi/Perguruan Tinggi dan Mie, sedangkan inflasi volatile foodspaling besar disumbang oleh Beras yang disebabkan oleh menurunnya pasokan gabah kering di tingkat petani karena masa tanam yang sedang berlangsung. Grafik 2.1.Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional Nasional (yoy) 211 Bdl (yoy) 212 Sumber : BPS Provinsi Lampung Dengan inflasi triwulanan yang mencapai,59% (qtq), maka inflasi Provinsi Lampung tahun 212 sama dengan inflasi nasional yaitu sebesar 4,3% (yoy). Bila dibandingkan 66 kota se- Indonesia yang disurvei oleh BPS, inflasi Lampung yang direpresentasikan oleh inflasi kota Bandar 22

43 Perkembangan Inflasi Lampung pada triwulan IV-212 berada pada peringkat ke 35. Sementara itu di Sumatera, inflasi kota Bandar Lampung berada pada peringkat 4 tertinggi dari 16 kota. 2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Pada Oktober 212, inflasi kota Bandar Lampung mencapai,23% (mtm), mengalami penurunan dibandingkan inflasi September 212 sebesar,32% (mtm). Berdasarkan disagregasi, penyumbang inflasi terbesar periode Oktober 212 berasal dari kelompok inflasi inti yang mencapai,29%.penyumbang inflasi inti terbesar berasal dari perguruan tinggi seiring penyesuaian jasa pendidikan pada tahun ajaran baru, kenaikan harga emas perhiasan mengikuti pergerakan harga emas dunia, serta kenaikan harga semen. Di sisi lain, kelompok volatile foodsdan administered price menyumbang deflasi masingmasingsebesar,4% dan,1%. Sumbangan deflasi terbesar kelompok volatile foods berasal dari kelompok komoditas sayuran terkait dengan tingginya curah hujan yang mendukung budidaya komoditas kelompok ini, sedangkan deflasi pada kelompok administered price dipicu oleh penurunan harga bahan bakar rumah tangga. Tabel 2.1 Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Oktober 212 Inflasi No. Komoditas Kelompok Andil Inflasi (%) 1. Tomat Sayur Volatile Foods Akademi/Perguruan Inti Emas Perhiasan Inti Semen Inti Pepaya Volatile Foods.39 Deflasi Andil Deflasi (%) 1. Kangkung Volatile Foods Bawang Putih Volatile Foods Bayam Volatile Foods Kembung/Gembung Volatile Foods Sawi Hijau Volatile Foods Telur Ayam Ras Volatile Foods.2 7. Bahan Bakar Rumah Tangga Adm. Price Mas Volatile Foods Minyak Goreng Volatile Foods Rampela Hati Ayam Inti.12 Sumber : BPS Provinsi Lampung Selanjutnya pada November 212, terjadideflasi kota Bandar Lampung yang mencapai,29% (mtm). Penyumbang terbesar deflasi periode ini berasal dari kelompok volatile foods dan kelompok inflasi inti dengan andil masing-masing mencapai,22% dan,7%, sedangkan harga pada kelompok administered pricecenderung stabil. 23

44 Perkembangan Inflasi Komoditas pendorong deflasi pada kelompok volatile foods diantaranya Kembung, Tomat Sayur, Daging Ayam Ras, dan Tomat Buah.Curah hujan yang semakin tinggi menyebabkan harga beberapa komoditas sayuran masih mengalami trend penurunan. Di samping itu menurut berbagai sumber, meningkatnya tangkapan ikan juga terdorong oleh kondisi perairan yang baik. Sementara itu, komoditas pendorong deflasi pada kelompok inflasi inti, diantaranya Cumi-Cumi, Kopi Bubuk dan Ayam Hidup. Gambar 2.1 Perkiraan Curah Hujan Sumber : BMKG Provinsi Lampung 24

45 Perkembangan Inflasi Tabel 2.2 Sepuluh Komoditas Penyumbang Deflasi Bulanan Terbesar pada November 212 No. Komoditas Kelompok Andil Deflasi (%) 1. Kembung/Gembung Volatile Foods Tomat Sayur Volatile Foods.9 3. Daging Ayam Ras Volatile Foods Tomat Buah Volatile Foods Ketimun Volatile Foods Cumi-Cumi Inti Cabe Merah Volatile Foods Kopi Bubuk Inti Bayam Volatile Foods Kacang Panjang Volatile Foods.23 Sumber : BPS Provinsi Lampung Pada Desember 212, inflasi kembali terjadi.pada periode ini, inflasi mencapai,65% (mtm) dan dominan disebabkan oleh tekanan harga pada kelompok volatile foods (,47%). Selain itu, sumbangan kelompok inflasi inti mengalami peningkatan di bandingkan bulan sebelumnyasehingga menjadi sebesar,18%, sedangkan kelompok administered pricemasih cenderung stabil. Inflasi kelompok volatile foods dipicu oleh naiknya harga sejumlah komoditas, diantaranya beras, bayam, kembung dan daging sapi.kenaikan harga sayuran mulai terjadi karena kondisi curah hujan yang semakin tinggi (tidak sesuai lagi untuk mendukung budidaya sayuran), sehingga produksi dan kualitas sayuran kembali menurun. Sementara itu, kenaikan harga daging sapi dipicu oleh semakin menurunnya pasokan sapi impor di tingkat feedlotter (hasil FGD TPID). Tabel 2.3 Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesarpada Desember 212 No. Komoditas Kelompok Andil Inflasi (%) 1. Beras Volatile Foods Bayam Volatile Foods Mie Inti Kembung/Gembung Volatile Foods Bubur Inti Daging Sapi Volatile Foods Ketimun Volatile Foods Kangkung Volatile Foods Jeruk Volatile Foods Bawang Merah Volatile Foods.28 Sumber : BPS Provinsi Lampung 25

46 %, mtm Perkembangan Inflasi Grafik 2.2.Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Bulanan Sepanjang Tahun212 1,2 1,,8,6,4,2, -,2 -,4 -,6 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Core,29,1 -,3,12,2,27,37,47,27,29 -,7,18 Volatile Food,34 -,22 -,34,2,15,5,15,66,1 -,4 -,22,47 adm price,,,16,6,,2, -,1,2 -,1,, Inflasi Bulanan,63 -,11 -,21,38,17,79,52 1,12,39,23 -,29,65 Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) Secara triwulanan, inflasi Bandar Lampung pada triwulan IV-212 mencapai,59% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,98% (qtq), dan juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 211 sebesar,62% (qtq).trend penurunan inflasi ini dipicu berakhirnya bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-212 disertai turunnya harga mayoritas komoditas bahan pangan. Penyumbang terbesar inflasi pada triwulan IV- 212 berasal dari inflasi inti sebesar,4% disusul volatile foods sebesar,21% sedangkan kelompok administered price memberikan andil deflasi sebesar,1%. Tabel 2.4.Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulanan Terbesar pada Triwulan IV-212 No. Komoditas Kelompok Andil Inflasi (%) 1 BERAS Volatile Foods BAWANG MERAH Volatile Foods JERUK Volatile Foods.18 4 AKADEMI/PERGURUAN TINGGI Inti.15 5 DAGING SAPI Volatile Foods.15 6 MIE Inti.8 7 SEMEN Inti.75 8 BUBUR Inti.46 9 LELE Volatile Foods.44 1 WORTEL Volatile Foods.34 Sumber :BPS Provinsi Lampung 26

47 %,qtq Perkembangan Inflasi Grafik 2.3.Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Triwulanan Tahun , 4, 3, 2, 1,, -1, -2, Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Inflasi Triwulanan,15 2,53 4,39 2,57 1,11,15 2,3,62,31 1,36 1,98,59 Core,5,5 1,86 1,27,57,25,88,23,36,43 1,4,4 Volatile Food -,8 1,37 1,98 1,12 -,23 -,26 1,21,14 -,22,86,92,21 Adm price,46,66,54,18,76,16,22,24,17,7,2 -,1 Sumber :BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.3. Inflasi Tahunan (yoy) Bila dibandingkan tahun 211, harga komoditas barang dan jasa secara umum pada tahun 212 mengalami peningkatan sebesar 4,3% (yoy), dimana penyumbang inflasi terbesar masih berasal dari kelompok inflasi inti (2,32%), diikuti kelompok volatile foods (1,73%) dan kelompok administered price (,24%). Pada kelompok inflasi inti, penyumbang terbesar inflasi tahunan adalah komoditas Gula Pasir, Roti Manis, SLTP, Kontrak Rumah dan Emas Perhiasan.Kenaikan harga Gula Pasir dipicu dengan ditetapkannya Harga Patokan Petani (HPP) berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (PMP) Nomor 28/M-DAG/PER/5/212. HPP yang bertujuan untuk meningkatkan daya beli petani ini meningkat menjadi sebesar Rp8.1/kg dari sebelumnya Rp7./kg yang mulai berlaku sejak Mei 212 dan juga diiringi kenaikan biaya overhead pabrik terutama komponen BBM Industri dan tenaga kerja (hasil FGD TPID). Sementara itu, kenaikan harga emas perhiasan terdorong oleh kenaikan harga emas dunia yang mengalami kenaikan sebesar 2,86% (yoy). Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok volatile foods adalah Beras, Bawang Putih, Daging Sapi, Bawang Merah dan Jeruk.Meskipun data beberapa instansi menunjukkan bahwa produksi beras mengalami peningkatan dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Lampung, namun pergerakan harga beras eceran terus meningkat. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya 1) Kenaikan HPP beras tahun 212 sebesar 3% 27

48 %, yoy Perkembangan Inflasi (yoy) atau menjadi Rp6.6/kg, 2) Sebagai daerah yang memiliki produksi beras cukup tinggi dan posisi strategis, Lampung merupakan wilayah potensial untuk melakukan ekspor beras ke daerah lainnya, baik ke wilayah Sumatera (terutama Jambi dan Bengkulu), maupun pulau Jawa (terurama Banten). Sementara itu secara tahunan, kenaikan harga daging sapi mencapai 29,23% (yoy). Secara nominal, harga daging sapi pada akhir 212 mencapai Rp85./kg, jauh meningkat dibandingkan akhir tahun 211 yang mencapai Rp7./kg (sumber : Kenaikan harga daging sapi secara tahunan ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya 1) Pada tahun 212, kuota impor sapi nasional menjadi 283. ekor atau mengalami penurunan sebesar 117. ekor (29,25%) dibandingkan tahun 211. Dengan penurunan kuota impor nasional tersebut, maka Provinsi Lampung yang memiliki porsi sebesar ±3% kuota impor nasional mengalami penurunan stok di 8 feedlotter, 2) Di Provinsi Lampung, kebutuhan daging sapi sejak Juli hingga Desember 212 diperkirakan mencapai 4.26 ton, sedangkan supply mencapai ton.dengan demikian, seharusnya stok untuk memenuhi kebutuhan Lampung dapat terpenuhi.namun, Lampung sebagai salah satu pemasok ternak hasil penggemukan terbesar di Indonesia, juga memasok untuk kebutuhan daging sapi di pulau Sumatera, sehingga keluarnya pasokan daging dari Provinsi Lampung diperkirakan mencapai 7.55 ton. Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok administered diantaranya Rokok Kretek Filter dan Tarif Parkir. Kenaikan harga Rokok Kretek Filter dipicu oleh penyesuaian cukai rokok sebesar 15-16% yang diberlakukan per Januari 212 sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.167/PMK.11/211, sementara itu penyesuaian tarif parkir terjadi pada April 212.Tarif parkir tersebut bersifat progresif dan nilainya rata-rata sebesar Rp1.5/jam/unit kendaraan. Grafik 2.4 Sumbangan Kelompok Disagregasi terhadapinflasi Tahunan Tahun 212 6, 5, 4, 3, 2, 1,, -1, Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Core 2,19 1,93 1,96 1,91 1,91 2,7 2,31 2,2 2,4 2,33 2,24 2,32 Volatile Food,34 -,,45,95 1,25 1,68 1,46 2,1 1,76 1,46 1,44 1,73 Adm price 1,5 1,32 1,1 1,6,98,91,58,56,53,13,13,24 Inflasi Umum (yoy) 4,3 3,2 3,41 3,92 4,14 4,66 4,34 4,77 4,32 3,92 3,82 4,3 Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 28

49 Indeks Perkembangan Inflasi 3. EKSPEKTASI INFLASI Tingkat inflasi yang terjadi pada triwulan IV-212 sejalan dengan ekspektasi pelaku usaha. Hal ini terindikasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Lampung triwulan III-212 yang menunjukkan bahwa Saldo Bersih seluruh sektor bernilai positif (SB = 12,5).Alasan yang mendasari ekspektasi tersebut adalah kenaikan biaya produksi.selain itu, inflasi pada periode ini juga sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang menunjukkan bahwa konsumen berkeyakinan bahwa pada triwulan IV-212 harga barang secara umum masih mengalami kenaikan. Grafik 2.5.Indeks Balance Score Keyakinan Konsumen terhadap Perubahan Harga 3 Bulan YAD Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Sumber : Survei Konsumen KPw BI Lampung 4. PERKEMBANGAN HARGA NOMINAL KOMODITAS BAHAN POKOK DI BANDAR LAMPUNG DIBANDINGKAN KOTA LAINNYA DI SUMATERA Inflasi merupakan fenomena kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.inflasi menunjukan perubahan harga barang/komoditas yang dinyatakan dalam presentase.kenaikan harga barang dapat menjadi suatu indikator ekonomi yang buruk bagi suatu daerah karena dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, sehingga mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Meskipun inflasi suatu daerah lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya, namun harga nominal untuk suatu komoditas di suatu daerah pada waktu tertentu dapat lebih rendah, dan sebaliknya.berikut ini ilustrasi harga nominal beberapa komoditas pada periode 3 Oktober 212 di beberapa wilayah Sumatera. 29

50 Perkembangan Inflasi Tabel 2.5 Harga Komoditas di Lampung No. Komoditas Satuan Rp 1 Tepung Cakra kg 12,75. 2 Beras IR 64 KW1 kg 9,. 3 Beras IR 64 Slip kg 8,. 4 Gula Pasir Lokal kg 12,5. 5 Minyak Bimoli Botol Biasa 1 Liter L 13,5. 6 Minyak Tanpa Merek/curah(sawit) kg 1,2. 7 Daging Ayam Broiler kg 26,. 8 Daging Ayam Kampung kg 55,. 9 Daging Sapi Murni kg 76,25. 1 Telur Ayam Kampung per Butir Butir 1, Telur Ayam Ras kg 15, Susu Bubuk Bendera 4 gr 4 gr 28,. 13 Susu Bubuk Indomilk 4 gr 4 gr 27,5. 14 Susu Kental Manis Bendera 397 gr 397 gr 9,. 15 Susu Kental Manis Indomilk 397 gr 397 gr 8,. 16 Jagung Pipilan kg 5,. 17 Garam Beryodium Bata per buah buah 1,. 18 Garam Beryodium Halus kg 2,. 19 Tepung Segitiga Biru kg 7,4. 2 Kedelai Impor kg 8, Kedelai Lokal kg 8, Indomie Kari Ayam bungkus 1,6. 23 Cabe Merah Besar Keriting kg 17, Cabe Merah Besar/Biasa kg 16, Ikan Asin Teri kg 35,. 26 Kacang Hijau kg 12, Kacang Tanah kg 17,5. 28 Ketela Pohon kg 2,5. 29 Bawang Merah kg 9,5. 3 Semen Batu Raja 5 kg 5 kg 68,. 31 Semen Holcim zak 68,. 32 Semen Padang zak 65,. 33 Semen Tiga Roda zak 68,. 34 Pupuk NPK kg 5,. 35 Pupuk SP 36 kg 5,. 36 Pupuk Urea kg 6,. 37 Pupuk Za kg 2,5. 38 Kunci kg 9,5. Tabel 2.6 Harga Komoditas di Sumsel No. Komoditas Satuan Rp 1 Beras iliran kg 7,3. 2 Beras IR 64 kg 7,3. 3 Gula Pasir kg 11,5. 4 Minyak Bimoli Botol Biasa 1 Liter L 12,. 5 Minyak Tanpa Merek/curah(sawit) kg 1,. 6 Daging Ayam Broiler kg 25,5. 7 Daging Ayam Kampung per ekor ekor 4,. 8 Daging Sapi Murni kg 85,. 9 Telur Ayam Kampung per Butir Butir 2,. 1 Telur Ayam Ras kg 15,5. 11 Susu Kental Manis 397 gr 397 gr 9,. 12 Jagung kg 4,. 13 Garam Halus kg 1,. 14 Garam Kasar Kg 1,. 15 Tepung Terigu kg 7,. 16 Kacang Kedelai kg 1,. 17 Mie Instant bungkus 1,5. 18 Cabe Merah Besar Keriting kg 3,. 19 Cabe Merah Besar/Biasa kg 3,. 2 Ikan Asin Teri No.1 kg 3,. 21 Ikan Asin Teri No.2 kg 25,. 22 Kacang Hijau kg 12,. 23 Kacang Tanah kg 18,. 24 Ketela Pohon kg 3,. 25 Bawang Merah kg 12,. 26 Bawang Putih kg 18,. 27 Semen Padang zak 58,. 28 Semen Tiga Roda zak 59,. 29 Sayur kol kg 4,. 3 Pupuk Urea kg 5,5. Sumber : 3

51 Perkembangan Inflasi Tabel 2.7 Harga Komoditas di Sumbar Tabel 2.8 Harga Komoditas di Riau No. Komoditas Satuan Rp 1 Beras Bukit Tinggi kg 1, Beras IR-42 C (KW-1) kg 11,25. 3 Beras IR-42 Muaro Labuh (KW-I) kg 9, Beras IR-42 Padang kg 9, Beras IR-42 Pariaman kg 9, Beras IR-42 Pesisir Selatan kg 7, Beras Sokan kg 1, Gula Pasir Lokal kg 12,5. 9 Minyak Bimoli Botol Biasa 1 Liter L 15,. 1 Minyak Bimoli Kemasan Isi ulang 1 litel 14,. 11 Minyak Tanpa Merek/curah(sawit) kg 9,. 12 Daging Ayam Broiler kg 28,. 13 Daging Ayam Kampung kg 38,. 14 Daging Sapi Murni kg 8,. 15 Telur Ayam Kampung kg 24,5. 16 Telur Ayam Ras kg 15,3. 17 Susu Bubuk Bendera 4 gr 4 gr 3,. 18 Susu Bubuk Dancow 4 gr 4 gr 3,5. 19 Susu Bubuk Indomilk 4 gr 4 gr 27,. 2 Susu Kental Manis Bendera 397 gr 397 gr 8,3. 21 Susu Kental Manis Indomilk 39 gr 39 gr 8,. 22 Jagung Pipilan Kering kg 5,5. 23 Garam Beryodium Bata per buah buah Garam Beryodium Halus 25 gr 1,5. 25 Garam Kasar gr 2,. 26 Tepung Lencana Merah kg 7,. 27 Tepung Segitiga Biru kg 7,5. 28 Kacang Kedelai kg 8,5. 29 Mie Instant bungkus 1,7. 3 Cabe Merah Keriting kg 19,. 31 Ikan Asin Teri No.2 kg 4,. 32 Kacang Hijau kg 14,. 33 Kacang Tanah kg 19,. 34 Ketela Pohon kg 2,5. 35 Bawang Merah kg 12,5. 36 Bawang Putih kg 18,. 37 Semen Padang zak 57,. 38 Semen Tiga Roda zak 53,. 39 Pupuk Kcl kg 5,2. 4 Pupuk NPK kg 6,5. 41 Pupuk TSP kg 6,4. Sumber : 31

52 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Padatriwulan akhir tahun 212, perkembangan perbankan di Provinsi Lampung masih menunjukan kondisi yang baik. Fungsi intermediasi masih menunjukkan peningkatan dimana LDR tercatat pada level yang cukup tinggi diiringi dengan kualitas kredit yang juga semakin membaik. Di sisi lain, kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah Provinsi Lampung pada triwulan IV-212 menunjukkan penurunan. Untuk pembayaran tunai pada triwulan IV-212 secara keseluruhan menunjukkan net inflow, berbeda dengan triwulan III-212 yang mengalami net outflow. 1. PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN Kondisi perbankan Lampung pada triwulan IV-212 secara umum menunjukkan kinerja yang baik, sebagaimana tercatat dari indikator utama seperti aset, pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan di Provinsi Lampung Rp Triliun %, yoy Total Aset Pertumbuhan (axis kanan) 6 51, , I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : LBU dan LBUS Jumlah aset perbankan secara triwulanan tetap menunjukkan peningkatan dan percepatanmeskipun secara tahunan mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pertumbuhan aset di triwulan laporan sebesar 5,84% (qtq) lebih tinggi biladibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar3,37% (qtq), sedangkan secara tahunan aset mengalami pertumbuhan yang melambat dari 19,87% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 18,87% (yoy). 32

53 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Uraian Trw IV-211 (miliar Rp) Tabel 3.1 Tabel 3.1. Aset Perbankan Aset Perbankan Trw III-212 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV -212 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 42, , , Bank Umum 38, , , BPR 4, , , B Jenis Usaha Bank 42, , , Konvensional 41, , , Syariah 1, , , Sumber : LBU dan LBUS Grafik 3.2. Porsi DPK per Jenis Simpanan Grafik 3.3. Perkembangan DPK per Jenisnya Deposito 3,74% Giro 16,56% Tabungan 52,7% Rp Miliar Giro Tabungan Deposito , , ,25 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : LBU dan LBUS Sumber : LBU dan LBUS Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat mengalami peningkatan sebesar 1,2% (qtq) atau 14,39% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan dengan pangsa terbesar (52,7%) tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan laporan yaitu sebesar 1,73% (qtq) atau16,44% (yoy)menjadi Rp13,68 triliun. Simpanan berjangka atau deposito juga tercatat mengalami pertumbuhan,9% (qtq), sedangkan giro mengalami penurunan19,22% (qtq) sehingga masing-masing menjadi sebesar Rp7,98 triliun dan Rp4,3 triliun. Namun, secara tahunan giro dan deposito masih tetap menunjukkan pertumbuhan yaitu masing-masing sebesar 23,56% (yoy) dan 6,91% (yoy). Pertumbuhan tertinggi yang dicatat oleh jenis tabungan dan pangsa tabungan yang terbesar diantara jenis DPK lainnya, diikuti oleh jenis deposito dan giro yang masing-masing memiliki porsi sebesar 3,74% dan 16,56% menggambarkan peran dari financial inclusion semakin meningkat. Hal ini diperjelas dengan hasil Survei Konsumen Desember 212 yang menyebutkan 91% dari responden memiliki tabungan. 33

54 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.2. DPK Perbankan No Uraian Trw IV- 212 Trw IV- 211 Trw III-212 Posisi (miliar Pangsa (miliar Rp) (miliar Rp) qtq (%) yoy (%) Rp) (%) A Jenis Bank 22, , , Bank Umum 19, , , BPR 2,947. 3, , B Jenis Usaha Bank 22, , , Konvensional 21, , , Syariah ,195. 1, C Jenis Simpanan 22, , , Giro 3, , , Tabungan 11, , , Deposito 7, , , Penyaluran kreditmenunjukkan trend meningkat, dimana outstanding kredit tumbuh sebesar 7,46% (qtq) atau 25,56% (yoy) yang mengalami percepatan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,72% (qtq) atau 24,65% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada jenis investasi yaitu sebesar18,57% (qtq) atau33,23% (yoy) diikuti oleh kredit jenis konsumsi dan modal kerja yang masing-masing tumbuh sebesar 5,24% (qtq) dan 4,38% (qtq). Peningkatan penyaluran kredit untuk investasi yang cukup signifikan menggambarkan pelaku usaha di Lampung yang masih memandang optimis perkembangan ekonomi tahun 213. Penyaluran kredit pada beberapa sektor ekonomi menunjukkan peningkatan, diantaranya yaitu sektor pertanian, sektor listrik, sektor perdagangan, jasa umum dan lain lain. Sedangkan pada sektor pertambangan, sektor industri, sektor konstruksi, sektor jasa angkutan dan jasa sosial mengalami penurunan pada triwulan laporan. Kredit pertanian pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 33,67% (qtq) meskipun secara tahunan masih lebih rendah dibanding pertumbuhan sektor pertambangan yang meningkat sebesar 675,41%(yoy) dibandingkan dengan triwulan tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan Bank Indonesia Provinsi Lampung triwulan IV-212, diperoleh informasi bahwa membaiknya prospek usaha nasabah menjadi alasan peningkatan kredit perbankan selama triwulan laporan. Selain itu tingkat suku bunga kredit yang stabil seiring tidak terdapatnya perubahan BI rate (tetap berada pada level 5,75%)menjadi alasan perbankan dapat meningkatkan penyaluran kreditnya. 34

55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Uraian Trw IV (miliar Rp) Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Trw III-212 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV- 212 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 27, , , Bank Umum 23, , , BPR 3, , , B Jenis Penggunaan 27, , , Modal Kerja 12, , , Investasi 5,53.7 6, , Konsumsi 9, , , C Sektor Ekonomi 27, , , Pertanian 3, , , Pertambangan Industri 2, , , Listrik Konstruksi Perdagangan 7, , , Angkutan , , Jasa Umum ,73. 1, Jasa Sosial Lain-lain 1, , , Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Perbankan Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan penghimpunan DPK menyebabkan indikator intermediasi perbankan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 123,5% pada triwulan III-212 menjadi 131,14% pada triwulan laporan.peningkatan aktivitas intermediasi tersebut juga diiringi dengan peningkatan kualitas kredit, dimana rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan menunjukkan penurunan dari 2,6% pada triwulan III-212 menjadi 2,13% di triwulan laporan. Tren peningkatan intermediasi perbankan (LDR) yang diikuti dengan penurunan NPL yang terjadi sejak tahun 21 menunjukkan peran perbankan di Lampung semakin baik. % Grafik 3.4 Rasio LDR & NPL Perbankan Lampung Grafik 3.1 Rasio LDR DAN NPL Perbankan Lampung 131,14 LDR NPL 2,13 I II III IV I II III IV I II III IV % 4, 3,5 3, 2,5 2, Sumber: LBU dan LBUS 35

56 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2. BANK UMUM 2.1. Kelembagaan Bank Umum Jumlah bank umum yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia ProvinsiLampung hingga triwulan IV-212yaitu sebanyak 35 bank, dengan rincian 1 Bank Pembangunan Daerah, 5 Bank Persero, dan 29 Bank Umum Swasta Nasional dimana5diantaranya beroperasi secara syariah. Selain itu, terdapat 3 Bank Umum Konvensional yang memiliki unit usaha syariah (UUS) termasuk penambahan 1kantor cabang yakni Kantor Cabang Bank Tabungan Pensiunan Negara Syariah (BTPN Syariah). Sedangkan, jumlah kantor yang dioperasikan terdiri dari 1 Kantor Pusat (Bank Lampung) dan 56 Kantor Cabang yang tersebar di wilayah Provinsi Lampung. Tabel 3.4.Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per Desember 212 No. Lokasi KP KC KCP/UNIT KK KF 1 Bandar Lampung Metro Lampung Tengah Lampung Selatan Lampung Utara Lampung Timur Lampung Barat Tanggamus Tulang Bawang Way Kanan Pringsewu Pesawaran Tulang Bawang Barat Mesuji 1 Total Sumber: LBU dan LBUS 2.2. Perkembangan Aset Bank Umum Total aset bank umum di Lampung terus mengalami perkembangan, dan pada triwulan laporan menunjukkan peningkatansebesar 5,25% (qtq) atau 18,91% (yoy). Peningkatan jumlah aset tersebut ditopang oleh pertumbuhan aset pada bank umum konvensional maupun syariah. Aset Bank Umum Konvensional (BUK) meningkat sebesar 4,94% (qtq) dari Rp41,27 triliun menjadi Rp43,31triliun dengan pertumbuhan tahunan sebesar18,4% (yoy). Sedangkan aset Bank Umum Syariah (BUS) meningkat 11,16% (qtq) atau36,86% (yoy), sehingga jumlah aset BUS pada triwulan laporan mencapai Rp2,44triliun. 36

57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Rp Triliun Grafik 3.5. Aset Bank Umum di Provinsi Lampung Aset BUK I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : LBU dan LBUS Total Bank Umum Aset BUS %, yoy Grafik 3.6. Perkembangan Aset per Jenis Usaha Bank 36,86 18,4 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : LBU dan LBUS Aset BUK Aset BUS TW IV 212 Daerah TW IV 211 TW III 212 Pangsa Posisi qtq (%) yoy (%) (%) Metro 1, , , Bandar Lampung 32, , , Tanggamus Tulang Bawang Lampung Barat Lampung Utara 2, ,4.92 2, Lampung Tengah 1,9.57 1, , Lampung Selatan Aset (miliar) 38, , , Sumber : LBU dan LBUS Menurut lokasi kantor bank, aset Bank Umum di Kota Bandar Lampung memiliki pangsa terbesar mencapai 85,61% dengan nilai sebesar Rp39,17 triliun atau meningkat sebesar 6,41% dibandingkan triwulan III-212. Sementara itu, Bank Umum di Kabupaten Tulang Bawang tercatat mengalami pertumbuhan aset paling tinggiyaitu 14,55% (qtq). Sedangkan Kabupaten Lampung Selatan mencatat penurunan aset sebesar 38,79% (qtq) meskipun secara tahunan masih menunjukan pertumbuhan yang positif yakni 52,56% (yoy). Pada aktiva produktif, terjadi pertumbuhan sebesar 9,67% (qtq) meningkat dari Rp3,2 triliun triwulan sebelumnya menjadi Rp32,93triliun. Peningkatan aktiva produktifini sejalan dengan ekspansi kredit perbankan lampung di triwulan laporan yang mengalami peningkatan. Selain itu, juga terdapat peningkatan aktiva produktif dalam bentuk penempatan pada bank lain sebesar 6,51 % (qtq), sedangkan penempatan pada Bank Indonesia mengalami penurunan sebesar 34,17% (qtq). Tabel 3.5. Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja 37

58 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.6. Indikator Bank Umum No 212 TW III TW IV Pangsa (%) qtq (%) A Aset (miliar Rp) , , ,59 5,25 B Pendanaan (miliar Rp) 22.38, , ,82 1, 8,18 1 Dana Pihak Ketiga , , ,97 87,6,54 2 Kewajiban kepada bank lain 2.231, , ,22 1,35 155,99 3 Pinjaman yang Diterima & Setoran Jaminan 25,5 22,64 26,28,1 16,8 4 Surat Berharga yang Diterbitkan 35,89 35,79 52,34 1,94 64,28 C Aktiva Produktif (miliar Rp) 26.71, , ,45 1, 9,67 1 Kredit yang Diberikan , , ,64 9,77 7,68 2 Penempatan pada Bank Indonesia (SBI) 855, ,66 741,67 2,25-34,17 3 Surat Berharga dan Tagihan Lainnya 85,97 17,69 166,3,51-2,57 4 Penempatan pada bank lain 1.575,2 2.2, ,84 6,48 6,51 D Alat Likuid (miliar Rp) 1.33, , ,75 1, 2,79 1 Kas 954,33 963, ,14 93,11 22,84 2 Giro pada bank lain 79,11 88,87 87,61 6,89-1,42 E Laba / Rugi (miliar Rp) 96,3 1.46, ,23-24,91 F Kinerja (%) Uraian Trw IV Akt.Produktif/Total Aset (%) = (C)/(A) 67,77 69,7 71,97 2,9 2 Rasio Likuiditas (%) = (D)/(B) 4,63 4,41 4,92,51 3 Rasio Rentabilitas (%) = (E)/(A) 2,35 3,24 2,31 -,93 4 LDR (%) = (C1)/(B1) 119,3 123,34 132,1 8,76 5 BO/PO 82,62 52,99 51,57-1,42 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Sementara itu, sumber pendanaan pada bank umum menunjukkan peningkatan sebesar 8,18% (qtq), dari Rp23,87triliun menjadi Rp25,83 triliun, dengan sumber utama pendanaan masih berasal dari Dana Pihak Ketiga dengan pangsa mencapai 87,6%. Komponen DPK dan kewajiban kepada bank lain memiliki pengaruh signifikan terhadap pendanaan bank umum di Lampung. Peningkatan aktiva produktif dan pendanaan juga diikuti oleh peningkatan alat likuid yang mengalami pertumbuhan positif, yaitu sebesar 2,79% (qtq), dari Rp1,53 triliun menjadi Rp1,272 triliun. Peningkatantersebut disumbang oleh alat likuid berupa kas yang mengalami peningkatan sebesar 22,84% (qtq) meski giro pada bank lain mengalami penurunansebesar 1,42% (qtq). Dari kedua indikator tersebut (pendanaan dan alat likuid), tercatat bahwa pada triwulan laporan terjadi peningkatanrasio likuiditas dari 4,41% menjadi 4,92% (qtq). Hal tersebutmenunjukkan bahwa kemampuan melunasi hutang jangka pendek bank umum di Lampung pada triwulan laporan mengalami peningkatan. 38

59 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.3.Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Dari sisi penghimpunan dana, nilai DPK Bank Umum pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar,54% (qtq) atau14,59% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan masih menjadi produk simpanan yang paling banyak diminati oleh masyarakat dengan pangsa sebesar 57,86% dari total DPKdan pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan mencapai 11,3% (qtq) atau sebesar16,35% (yoy). Di sisi lain, simpanan berupa giro dan deposito mengalami penurunanmasing-masing sebesar 19,22% (qtq) dan 3,39% (qtq). Tabel 3.7 DPK Bank Umum Trw IV Trw III- Trw IV- 212 No Uraian Posisi Pangsa qtq (%) yoy (%) (miliar Rp) (miliar Rp) (miliar Rp) (%) A Jenis Simpanan 19, , , Giro 3, , , Tabungan 11, , , Deposito 5, , , B Jenis Usaha Bank 19, , , Konvensional 18, , , Syariah , , Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.7. DPK Bank Umum Walaupun secara triwulanan mengalami penurunan 19,22% (qtq), namun secara tahunan simpanan giro mencatat peningkatan yaitu sebesar 23,56% (yoy).berdasarkan kepemilikannya, giro pemerintah daerah tercatat mengalamipenurunan sebesar65,77% (qtq) sedangkan giro pemerintah pusat dan giro lainnya(swasta, BUMN/D, dan lembaga negara) masih menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 6,85% dan 18,86%. Sebagaimana setiap menjelang akhir tahun anggaran, dengan selesainya pengadaan / pembangunan proyek pemerintah daerah dalam bentuk barang dan jasa maka dilakukan pembayaran kepada pelaksana pekerjaan yang kemudian menyebabkan terjadinya penurunan saldo giro pemerintah daerah yang cukup signifikan. Rp Triliun Grafik 3.7. DPK Bank Umum Giro Deposito Tabungan Total DPK I II III IV I II III IV I II III IV ,62 5,24 13,9 4,3 Grafik 3.8. DPK Jenis Giro Bank Umum Rp Triliun pemerintah Lampung pusat pemda lain-lain 4, 3, 2, 1,, I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: LBU dan LBUS Sumber: LBU dan LBUS 39

60 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.8. Porsi DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja TW IV 212 Daerah TW IV 211 TW III 212 Pangsa Posisi qtq (%) yoy (%) (%) Metro 1, , , Bandar Lampung 15, , , Tanggamus Tulang Bawang Lampung Barat Lampung Utara 1, , , Lampung Tengah , Lampung Selatan DPK (miliar) 19, , , Berdasarkan lokasi bank, penghimpunan DPK bank umum di Kota Bandar Lampung memiliki pangsa terbesar yakni sebesar78,54% (Rp17,77triliun) atau naik 4,56% (qtq) dibandingkan triwulan III-212. Kabupaten Tulang Bawang tercatat sebagai daerah yang memiliki pertumbuhan tertinggi secara triwulanan sebesar 13,76% (qtq). Pada triwulan laporan terdapat beberapa daerah yang tercatat mengalami penurunan DPK secara triwulanan yakni Kabupaten Lampung Selatan sebesar -4,67% (qtq), Kabupaten Lampung Tengah sebesar -16,8% (qtq), Kabupaten Lampung Utara sebesar -13,22% (qtq), Kota Metro sebesar -8,83% (qtq) dan Kabupaten Lampung barat sebesar,4% (qtq) Perkembangan Kredit Bank Umum Pada triwulan IV-212 terjadi peningkatan outstanding kredit sebesar 7,68% (qtq) atau 26,88% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, seluruh jenis kredit (modal kerja, investasi, konsumsi) mengalami pertumbuhan baik secara triwulanan maupun tahunansehubungan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian di wilayah Lampung. Pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh kredit investasi sebesar 18,88% (qtq) menjadi Rp7,23 triliun, diikuti oleh kredit modal kerja yang tumbuh 4,69% (qtq) menjadi Rp14,8 triliun dan kredit konsumsi yang tumbuh 4,31% (qtq) menjadi Rp8,58 triliun. Alasan utama peningkatan kredit baru ini dijelaskan di dalam Survei Kredit Perbankan Triwulan IV-212 dimana sebagian besar bank melihat prospek usaha nasabah yang membaik dan kondisi ekonomi yang juga membaik. 4

61 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.9. Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 3.1. Porsi Kredit per Jenis Penggunaan Rp Triliun Modal Kerja Investasi Konsumsi 8,58 7,23 14,8 I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi 28,7% Investasi 24,18% Modal Kerja 47,12% Sumber: LBU dan LBUS Sumber: LBU dan LBUS Kredit Modal Kerja masih pangsa terbesar dari total kredit bank umum yaitu mencapai 47,12% meskipun tidak mengalami pertumbuhan tertinggi. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kredit Perbankan Triwulan IV 212 yang menunjukan bahwa kredit modal kerja merupakan prioritas penyaluran kredit bank umum di Lampung. Jenis kredit investasi pada triwulan laporan tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi baik secara triwulanan dan tahunan yakni sebesar 18,88%(qtq) atau 33,6% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi tercatat mengalami pertumbuhan terendah dibandingkan triwulanan III-212 yaitu sebesar 4,31% (qtq). Berdasarkan jenis usahanya, Bank Umum Syariah (BUS) di Provinsi Lampung mencatat pertumbuhan kredit sebesar 8,57% (qtq) lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional (BUK) yang tumbuh sebesar 7,62% (qtq). Kondisi yang sama juga terjadi pada pertumbuhan tahunan dimana kredit di BUS tumbuh sebesar3,65% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan BUK yang tumbuh sebesar26,64% (yoy). Grafik Porsi Kredit per Sektor Ekonomi Lain-lain 29,39% Pertanian 16,69% Pertambangan 1,74% Industri 9,98% Jasa Sosial 2,95% Jasa Umum 4,22% Angkutan 3,12% Perdagangan 29,85% Listrik,9% Konstruksi 1,97% Sumber: LBU dan LBUS 41

62 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.9. Kredit Bank Umum Tabel 3.9 Kredit Bank Umum No Uraian Trw IV-211 (miliar Rp) TW III- 212 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV-212 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Usaha Bank 23, , , Konvensional 22, , , Syariah 1, , , B Jenis Penggunaan 23, , , Modal Kerja 11, , , Investasi 5, ,8.9 7, Konsumsi 6, , , C Sektor Ekonomi 23, , , Pertanian 3, , , Pertambangan (1.48) Industri 2, , , (3.12) Listrik Konstruksi (8.13) Perdagangan 6, , , Angkutan (2.24) Jasa Umum , , Jasa Sosial (.36) (4.35) 1 Lain-lain 7, , , Sumber: LBU dan LBUS Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan penyaluran kredit terjadi pada sektor pertanian, sektor listrik, sektor perdagangan, jasa umum dan lain-lain. Sedangkan sektor pertambangan, sektor industri, sektor konstruksi, sektor angkutan dan sektor jasa sosial mengalami penurunan. Sektor pertanian tercatat pertumbuhan tertinggi sebesar 34,4% (qtq) atau 42,8% (yoy) walau bukan merupakan pangsa terbesar secara sektoral karena Bank Umum lebih banyak menyalurkan kreditnya di sektor perdagangan yangmemiliki porsi mencapai29,85%. TW IV 212 Daerah TW IV 211 TW III 212 Pangsa Posisi qtq (%) yoy (%) (%) Metro 1, , , Bandar Lampung 19, , , Tanggamus Tulang Bawang Lampung Barat Lampung Utara 1, , , Lampung Tengah , , Lampung Selatan Kredit (miliar) 23, , , Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.1. Porsi Kredit Bank Umum Tabel 3.1. Porsi Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Berdasarkan Wilayah Kerja Berdasarkan lokasi bank, penyaluran kredit pada triwulan laporan masih didominasi oleh penyaluran kredit di kota Bandar Lampung yang mencapai 82,3% dari Rp22,73 triliun menjadi Rp24,6 triliun atau tumbuh 8,22% (qtq). Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di Kabupaten Tulang Bawang sebesar 1,83% (qtq) atau 117,93%(yoy). 42

63 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.5. Kualitas Kredit Meningkatnya penyaluran kredit Bank Umum di ProvinsiLampung juga diiringi dengan kualitas pengembalian yang semakin baik, rasio Non Performing Loan (NPL) mengalami penurunan dari 2,73% pada triwulan III-212 menjadi 2,23% pada triwulan laporan.peningkatan kualitas kredit terjadi pada BUK, dimana rasio NPL BUK menurun dari 2,78% pada triwulan III-212 menjadi 2,25% pada triwulan laporan. Demikian juga kualitas kredit BUS yang mengalami peningkatan, dimana rasio NPF BUS turun dari 2,5% pada triwulan III-212 menjadi 1,81% pada triwulan laporan. Trend meningkatnya kualitas kredit bank umum, baik bank umum konvensional ataupun bank umum syariah sejak tahun 21 menggambarkan kualitas intermediasi bank umum di Lampung semakin meningkat. Grafik Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional % Dan Bank Umum Syariah 4,5 Bank Konvensional Bank Syariah Bank Umum 4, 3,5 3, 2,23 2,5 2, 2,25 1,81 1,5 1, I II III IV I II III IV Sumber: LBU dan LBUS 2.6. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Peran intermediasi perbankan secara umum makin baik dan terdapatpenurunansuku bunga pinjaman sebesar,61%, yaitu dari 13,68% pada triwulan III-212 menjadi 13,7% pada triwulan laporan. Penurunan tingkat suku bunga pinjaman ini lebih besar dibandingkan dengan penurunan suku bunga simpananyang hanya menurun sebesar,4%, yaitu dari 4,9% pada triwulan III-212 menjadi 4,86% pada triwulan laporan. Hal ini menyebabkan spread suku bungasemakin rendah, yaitu dari 8,78% di triwulan III-212 menjadi 8,21% di triwulan laporan. 43

64 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Suku Bunga dan Spread Suku Bunga Bank Umum % simpanan kredit spread BI rate 13,7 8,21 4,86 5,75 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Sementara itu dengan suku bunga acuan BI Rate yang masih tetap pada level 5,75%, suku bunga simpanan bank umum berupa giro dan tabunganpada triwulan IV-212 menunjukkan peningkatan. Suku bunga giro mengalami peningkatan dari,57% menjadi,64% pada triwulan laporan, suku bunga tabungan meningkat dari,76% pada triwulan III-212 menjadi,77% pada triwulan laporan. Sedangkan suku bunga deposito terpantau mengalami penurunan dari 4,9% menjadi 4,86%. % Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga DPK Bank Umum Giro Tabungan Simpanan Berjangka I II III IV I II III IV I II III IV 4,86,77, Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.7. Intermediasi Bank Umum: LDR dan Kredit Baru Rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) bank umum di Provinsi Lampung meningkat dari 123,34% pada triwulaniii-212 menjadi 132,1% di triwulan laporan, begitu juga jika dibandingkan dengan 44

65 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran triwulan IV-211yang tercatat sebesar 119,3%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan intermediasi bank umum di Provinsi Lampung sampai dengan triwulan laporan terus mengalami peningkatan. Grafik Perkembangan Intermediasi Bank Umum Rp miliar Realisasi Kredit baru LDR (%) axis kanan 132, ,9 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Berdasarkan lokasi kantor Bank Umum,Kabupaten Lampung Baratmemiliki rasio LDR tertinggi, yaitu mencapai 162,5%pada triwulan laporan. Sedangkan rasio LDR di Kabupaten Lampung Selatan masih menjadi yang terendah meskipun mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 44,76% pada triwulan III-212 menjadi 81,22% pada triwulan laporan. Meningkatnya fungsi intermediasi Bank Umum di Lampung Selatan terkait dengan semakin meningkatnya aktifitas dan prospek ekonomi di wilayah tersebut sehingga mendorong pertambahan jumlah kantor cabang bank umum yang beroperasi, dari sebelumnya hanya terdapat 1 kantor cabang bank umum menjadi 2 kantor cabang bank umum. Grafik Tingkat Intermediasi Bank Umum Per Kabupaten % LDR NPL (axis kanan) 12,25 162,5 138,42 93,4 85,21 15,21 121,42 81,22 1,58 2,25 2,88 3,41 4,14 2,1 2,25 1, % Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 45

66 Rp Triliun Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.8. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Potensi pembiayaan perbankan kepada sektor UMKM masih terbuka dan terus meningkat. Nilai outstanding kredit UMKMpada triwulan IV-212 mengalami peningkatan sebesar 3,56% (qtq) atau 17,8% (yoy). Dari total outstanding kredit UMKM sebesar Rp11,54 triliun, sebanyak 75,28% (Rp8,69triliun) digunakan untuk modal kerja, dan 24,72% (Rp2,85 triliun) untuk investasi. Pertumbuhan triwulanan terjadi pada seluruh jenis kredit,yaitu kredit investasi sebesar 1,54% (qtq) sedangkan modal kerja meningkat sebesar 4,24% (qtq). Bahkan secara tahunan seluruh jenis kredit tumbuh positif cukup besar, masing-masing sebesar 18,41% (yoy) untuk kredit modal kerja, dan sebesar 16,1% (yoy) untuk kredit investasi. Grafik Perkembangan kredit UMKM 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Sumber: LBU dan LBUS I II III IV I II III IV I II III IV Modal Kerja 5,2 6, 5,9 6,1 6,5 6,5 6,8 7,3 7,3 8,4 8,3 8,7 Investasi 1,2 2, 2,2 1,9 2, 2,1 2,2 2,4 2,7 2,7 2,8 2, Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sejalan dengan upaya peningkatan realisasi KUR nasional, kinerja penyaluran KUR Provinsi Lampung pada triwulan IV-212 juga menunjukan perkembangan cukup baik yang ditandai dengan peningkatan baki debet maupun peningkatan jumlah debitur. Penyaluran KUR di Provinsi Lampung pada triwulan IV-212 mengalami peningkatan baki debet sebesar 5,9% (qtq) dan 25,85% (yoy) dengan pertumbuhan debitur 8,24% (qtq) dan 36,93% (yoy) atau mencapai 177,584 debitur. Secara nasionalberdasarkan baki debet,penyaluran kredit KUR Provinsi Lampung tercatat berada pada ranking ke 14, dan ke 5terbesar untuk wilayah Sumatera setelah Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. 46

67 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan KUR di Lampung plafond, Rp Juta baki debet, Rp Juta 178 jml debitur, ribu (axis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian (diolah) Dari penyaluran KUR sebesar Rp,92 triliun, penyaluran KURdidominasi oleh Sektor PHR dengan pangsa mencapai69,9%, sedangkan sektor unggulan daerah yakni pertanian memiliki pangsa sebesar 23,66% yang merupakan pangsa terbesar kedua. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi penyaluran KUR di Provinsi Lampung cukup mendukung pembiayaan di sektor unggulan daerah yakni pertanian. Kualitas penyaluran KUR yang ditunjukkan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) masih cukup baik yakni sebesar,56%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional yang mencapai 3,6%. Berdasarkan sektor ekonomi, NPLs KUR Lampung tertinggi terjadi di sektor lainlain dan Sektor Perindustrianyaitu masing-masing mencapai sebesar 1,91% dan 1,69%. % NPLs KUR Lampung NPLs KUR Nasional NPLs KUR Perbankan Lampung 3,6 2,13,56 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian diolah 47

68 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3. BANK PERKREDITAN RAKYAT Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,indikator kinerja BPR di Lampung mengalami pertumbuhan yang signifikan. Indikator berupa aset, penyaluran kredit dan penghimpunan dana mengalami pertumbuhanmasing-masing mencapai 11,15% (qtq), 5,88% (qtq) dan 5,92% (qtq) lebih tinggi dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya. Sementara itu dari sisi kualitas kredit yang disalurkan juga semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh penurunanrasio NPLs dari 1,68% menjadi 1,47%. Grafik 3.2. Perkembangan Indikator Utama BPR di Lampung Rp Miliar Aset Kredit DPK I II III IV I II III IV I II III IV %, qtq Grafik Pertumbuhan Indikator Utama BPR di lampung Aset Kredit DPK 11,15 5,92 5,88 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: LBU dan LBUS Sumber: LBU dan LBUS Posisi BPR di Provinsi Lampung dibanding Nasional Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, total aset BPR secara nasional pada triwulan IV-212 (posisi hingga bulan November 212) mencapai Rp65,7 triliun, tumbuh 6,34% dibanding triwulan III-212. Dari 33 Provinsi di Indonesia, Lampung menempati urutan ke-5 setelah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali. Kondisi ini mengindikasikan bahwa industri BPR di Lampung masih menunjukkan kinerja yang cukup baik dibanding wilayah lain di Indonesia, terutama untuk BPR yang berada di luar Pulau Jawa dan Bali. Perkembangan Kelembagaan BPR Hingga akhir triwulan IV-212, tidak terdapat penambahan BPR di Provinsi Lampung sehingga total jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Lampung tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni sebanyak 33BPR dengan lokasi kantor pusat meliputi 48

69 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Bandar Lampung (14 BPR), Metro (3 BPR), Lampung Tengah (5 BPR), Lampung Selatan (2 BPR), Lampung Utara (2 BPR), Lampung Timur (4 BPR), Tanggamus (1 BPR), Tulangbawang (1 BPR), dan Way Kanan (1 BPR). Untuk mendukung operasional pelayanan terhadap nasabah BPR, terdapat 5 unit mesin ATM yang tersebar masing-masing di Bandar Lampung, Metro, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Lampung Timur. Perkembangan Aset dan DPK BPR Aset BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,35 triliun atau tumbuh 11,15% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-212 yang tercatattumbuh sebesar 2,9% (qtq). Peningkatan tersebut didorong oleh aset BPR konvensional (BPRK) yang juga mengalami pertumbuhan11,29% (qtq) dan aset BPR Syariah (BPRS) yang tumbuh sebesar 7,26% (qtq). Indikator berupa Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan sebesar 5,92% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut berasal dari peningkatan simpanan berjangka sebesar 7,46% (qtq)dari Rp2,55 triliun menjadirp2,74 triliun. Sedangkan produk tabungan mengalami penurunan sebesar,68% (qtq) meskipun secara tahunan tetap tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 18,38% (yoy). Sementara itu, dilihat dari pangsa masingmasing jenis simpanan terhadap total DPK, simpanan berjangka secara umum masih menjadi pangsa terbesar yaitu mencapai 82,34%. No Sumber: LBU dan LBUS Uraian Tabel Aset & DPK BPR Trw IV 211 (miliar Rp) Tabel Aset & DPK BPR Trw III-212 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV- 212 Pangsa qtq (%) yoy (%) (%) A Aset 4, , , Konvensional 4, , , Syariah B DPK 2,947. 3, , Konvensional 2, , , Syariah C Jenis DPK 2,947. 3, , Tabungan Deposito 2, , , Perkembangan Kredit BPR dan Kualitas Kredit BPR Outstanding kredit BPR hingga akhir triwulan laporan mencapai Rp4,15 triliun, meningkat 5,88% (qtq) atau16,82% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, sebanyak 82,97% kredit BPR 49

70 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran atau sebesar Rp3,45 triliun masih disalurkan untuk konsumsi dan diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit investasi yang masing-masing sebesar 14,52% dan 2,51%. Kredit konsumsi mencatat pertumbuhan tertinggisecara triwulanan yaitu sebesar 7,64%, sedangkan secara tahunan pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh kredit investasi yaitu sebesar46,5% (qtq). Masih dominannya kredit konsumsi menunjukkan bahwa industri BPR di Lampung masih belum maksimal mendorong sektor produktif dan masih memilih nasabah konsumtif yang relatif memiliki aspek risiko gagal bayar rendah, mengingat sebagian besar kredit di sektor ini disalurkan kepada pegawai. Grafik Perkembangan Kualitas Kredit BPR di Lampung Rp Miliar % 5. Kredit NPL , , I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Porsi Penyaluran Kredit BPR di Konsumsi 82,97% Lampung Modal Kerja 14,52% Investasi 2,51% Sumber: LBU dan LBUS Sumber: LBU dan LBUS Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit BPR untuk sektor perdagangan masih memiliki pangsa yang terbesar, setelah sektor lain-lain. Nominal kredit sektor perdagangan ini mencapai Rp,34 triliun dengan pangsa sebesar 8,19% dari total kredit BPR di triwulan laporan. Sejalan dengan peningkatan kualitas kredit di bank umum, kualitas kredit BPR juga mengalami peningkatan, tercermin dari rasio NPL BPR yang turun dari 1,68% menjadi 1,47%. Penurunan NPL tersebut disebabkan oleh turunnya rasio NPL pada BPR konvensional dari 1,67% menjadi 1,42% (qtq), sedangkan rasio Non Performing Financing (NPF) BPR Syariah mengalami kenaikan yang dari 1,97% di triwulan III-212 menjadi 2,76% di triwulan laporan. Perkembangan LDR dan L/R Tahun Berjalan Sejalan dengan perkembangan LDR bank umum, tingkat intermediasi BPR di Lampungpada triwulan laporan menunjukkan angka yang relatif tinggi yaitu sebesar124,59% meskipun mengalami penurunan dari 124,64% pada triwulan III

71 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan LDR dan NPL BPR Lampung LDR (%) NPL axis Kanan (%) 124,59 2,1 1,9 12 1, ,47 I II III IV I II III IV ,5 1,3 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Selain pertumbuhan yang siginifikan terhadap indikator aset, kredit dan DPK serta meningkatnya kualitas kredit, Laba BPR selama triwulan laporan juga tercatat mengalami peningkatanyakni sebesar 3,6% (qtq), dari Rp,22 triliun menjadi Rp,29 triliun pada triwulan laporan. Peningkatan laba pada industri BPR di Lampung didorong oleh pertumbuhan laba BPR konvensional maupun BPR Syariah, masing-masing sebesar 3,1% (qtq) dan 28,28% (qtq). Indikator berupa rasio rentabilitas yang menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan masih menunjukkan peningkatan, sebagaimana tercermin dari peningkatan return on asset (ROA) yang meningkat dari 4,56% pada triwulan III-212 menjadi 5,33% pada periode laporan.di sisi lain,indikator efisiensi BPR di Lampung sedikit mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari peningkatan rasio BOPO 59,47% pada triwulan III-212 menjadi 6,25% pada triwulan laporan, dimana kenaikan beban operasional lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada pendapatan operasional BPR. 4. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Kinerja perbankan syariah selama triwulan laporan secara umum menunjukkan perkembangan yang baik.hal ini tampak dari indikator berupa aset, DPK, pembiayaan, maupun laba rugi. 51

72 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel Indikator Perbankan Syariah No Uraian Trw IV 211 (miliar Rp) Trw III-212 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV- 212 Pangsa qtq (%) yoy (%) (%) A Aset - Jenis Bank 1.913, , ,73 1, 1,88 37,6 1 BUS 1.781, , ,82 92,99 11,16 36,86 2 BPRS 131,66 171,46 183,91 7,1 7,26 39,69 B DPK - Jenis Bank 994, , 1.367,65 1, 14,45 37,51 1 BUS 93, , ,3 93,83 15,45 37,95 2 BPRS 64,29 83,41 84,35 6,17 1,13 31,21 C DPK - Jenis Simpanan 994, , 1.367,65 1, 14,45 37,51 1 Giro 69,15 9,83 117,53 8,59 29,4 69,96 2 Tabungan 552,8 728,82 84,72 58,84 1,41 45,76 3 Simpanan Berjangka 373,34 375,35 445,4 32,57 18,66 19,3 D Pembiayaan - Jenis Bank 1.513, , ,57 1, 8,61 31,71 1 BUS 1.425, , ,7 93,44 8,57 3,65 2 BPRS 87,95 119,91 13,87 6,56 9,15 48,8 E Pembiayaan - Jenis Penggunaan 1.513, , ,57 1, 8,61 31,71 1 Modal Kerja 699,93 851,25 88,92 44,19 3,49 25,86 2 Investasi 181,59 227,68 251,76 12,63 1,58 38,65 3 Konsumsi 632,11 756,61 86,89 43,18 13,78 36,19 F NPF (%) 1,97 2,4 1, G FDR (%) 152,19 153,6 145, Sumber : LBU dan LBUS (diolah) Peningkatan asetbank syariah mencapai1,88% (qtq) dan 37,6% (yoy) yang disumbang oleh pertumbuhan pada Bank Umum Syariah (BUS) sebesar 11,16% (qtq) danbpr Syariah (BPRS)sebesar 7,26% (qtq), dengan perbandingan pangsa aset BUS dan BPRS masing-masing sebesar 92,99% dan 7,1%. Untuk komponen DPK, terjadi peningkatan jumlah simpanan dana di bank syariah sebesar 14,45% (qtq) dan 37,51% (yoy).simpanan berupa tabungan masih mendominasi penghimpunan DPK dengan pangsa sebesar 58,84% atau senilai Rp,8 triliun yang tumbuh sebesar 1,41% (qtq). Sementara itu giro dan simpanan berjangka masing-masing mencapai Rp,12 triliundan Rp,45 triliun pada akhir triwulan laporan atau mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 29,4% (qtq) dan 18,66% (qtq). 52

73 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Indikator Aset, Pembiayaan dan Pendanaan triwulananan (qtq) % Asset Pembiayaan Pendanaan 14,45 1,88 8,61 Sumber: LBU dan LBUS Dari sisi pembiayaan, pada triwulan IV-212, tercatat pertumbuhan sebesar 8,61% (qtq) dan 31,71% (yoy), dengan 44,19% dari total pembiayaan disalurkan untuk tujuan modal kerja. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor industri, sektor listrik, jasa PHR, jasa umum dan sektor lain-lain pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan positif, sedangkan sektor lainnya mengalami pertumbuhan negatif. Pembiayaan untuk sektor lain-lain memiliki pangsa terbesar yaitu mencapai 43,4%dan mengalami pertumbuhan sebesar 13,68% (qtq) sejalan dengan peningkatan pembiayaan konsumsi I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Indikator FDR dan NPF Perbankan Syariah lampung FDR % NPF % (axis kanan) 1,87 145,77 I II III IV I II III IV ,5 2, 1,5 1, Sumber: LBU dan LBUS Pertumbuhan pembiayaan Bank Syariah yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan dana menyebabkan FDR menurun dari 153,6% pada triwulan III- 212 menjadi 145,77% pada triwulan laporan. Di sisi lain kualitas pembiayaan bank syariah 53

74 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran menunjukan peningkatan, dimana rasio NPF turun dari 2,4% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 1,87%. Peningkatan kualitas kredit tersebut terjadi terutama pada BUS dimana NPF-nya menurun menjadi 1,81% dari 2,5% pada triwulan sebelumnya,sedangkan NPF pada BPRS mengalami peningkatandari1,97% pada triwulan III-212 menjadi 2,76% pada triwulan laporan. 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL Perkembangan aliran uang kartal yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lampung pada triwulan IV-212 mengalami net-inflowsebesar Rp,22 triliun, yang berarti jumlah aliran uang masukke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan aliran uang keluar. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan triwulan III-212 yang justru mengalami net-outflow sebesar Rp,7 triliun. Pada triwulan laporan, jumlah aliran uang masuk tercatat sebesar Rp1,47 triliun, atau menurun sebesar 39,14% (qtq), sedangkan jumlah aliran uang keluar pada periode laporan tercatat sebesar Rp1,25 triliun atau menurun sebesar 49,56% (qtq). Pola menurun ini menunjukkan bahwa kebutuhan uang kartal pada periode triwulan IV di mana terdapat liburan yang cukup panjang berkenaan dengan perayaan Idul Adha, hari raya Natal dan menjelang perayaan tahun baru masih lebih rendah daripada kebutuhan uang kartal pada periode triwulan III yang bertepatan dengan bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Pada dua bulan pertama di triwulan IV-212, jumlah uang kartal yang keluar dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lampung (outflow) relatif stabil dan lebih rendah daripada jumlah uang kartal yang masuk sehingga menghasilkan netinflow sebesar Rp,23 triliun untuk Oktober 212 dan Rp,52 triliun tercatat pada November 212. Di sisi lain, pada satu bulan terakhir di triwulan IV-212, terjadi net outflow sebesar Rp,53 triliun yang disebabkan aliran uang kartal keluar sebesar Rp,78 triliun untuk memenuhi kebutuhan uang kartal terutama berkaitan dengan pencairan anggaran pembelanjaan daerah menjelang akhir tahun dan juga keperluan perbankan dalam rangka pengisian ATM menghadapi libur perayaan hari raya Natal dan tahun baru PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB) Meskipun aliran uang masuk menunjukkan penurunan, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar pada triwulan laporan justru mengalami peningkatan sebesar 1.971,63% (qtq) dari Rp,1 triliun di triwulan sebelumnya menjadi Rp,23 triliun pada triwulan laporan. Sedangkan 54

75 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran secara tahunan, kegiatan pemusnahan uang mengalami penurunan sebesar 84,4% (yoy) dari Rp1,46 triliun pada triwulan IV-211. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia selama tahun 212 masih dalam kondisi layak dan masih dapat diedarkan lagi kepada masyarakat melalui perbankan. Grafik Perkembangan Aliran Uang Rp. Miliar 3. inflow outflow net flow 2. 1, , I 211 II III IV I 212 II III IV 1.253,42-3. Sumber : KPw BI Prov. Lampung Dengan perkembangan tersebut, rasio PTTB terhadap uang kartal yang masuk (inflow) tercatat sebesar15,53%, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III-212 yang tercatat sebesar,46%. Sepanjang tahun 212 jumlah UTLE mengalami penurunan drastis bila dibandingkan dengan tahun 211. Penurunan ini terjadisejak awal tahun 212. Grafik Perkembangan PTTB dan Inflow di KPw BI Lampung Rp. Miliar Inflow PTTB Rasio PTTB/Inflow (Axis Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % Sumber : KPw BI Prov. Lampung Dalam rangka pemenuhan kebutuhan uang pecahan di masyarakat, Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang kartal layak edar baik melalui kegiatan kas keliling maupun loket penukaran uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. Jumlah nominal penukaran 55

76 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran uang pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunansebesar 68,62% (qtq) dari Rp52,6 miliar pada triwulan III 212 menjadi Rp16,51miliar di triwulan laporan. Pangsa pecahan terbesar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah pecahan dengan nominal Rp 1.,-yaitu sebesar34,48%, diikuti oleh pecahan dengan nominal Rp2.,- dan Rp5.,- masing-masing dengan pangsa sebesar 24,75% dan 22,2%. Tabel 3.13.Perkembangan Penukaran Uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Periode Rp 1, Rp 5, Rp 2, Rp 1, Rp 5, Rp 2, Rp 1, Rp 5 Rp 2 Rp 1 Oktober , , , , ,725.2 November ,88. 3,467. 2, , ,38.3 Desember , ,9.6 1, ,655. TW IV , , , , , ,688.5 Januari , ,658. 2,66.5 1, ,343.9 Februari , , , ,64. Maret , ,72.6 2, , ,463.2 TW I , , , ,21.1 1, ,871.1 April , ,34.9 2, , ,937.8 Mei , , ,88.8 1, ,878.7 Juni , , ,77.4 1, ,336.1 TW II , ,18.6 8, , ,152.6 Juli 2. 3, , , , ,528.2 Agustus ,62.1 5, , ,19.6 1, ,837.4 September , ,2.3 1, ,234.3 TW III , , , , , ,599.9 Oktober 85. 1,386. 1, , ,465.3 November ,46.5 1, , ,86.5 Desember 1, , , ,181.6 TW IV ,85.1 5, , , ,57.4 Sumber : KPw BI Prov. Lampung Nominal (Rp Juta) TOTAL 5.3. PENEMUAN UANG PALSU Grafik Komposisi Penemuan Uang Palsu Berdasarkan Jumlah Bilyet Jumlah temuan uang palsu yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung selama triwulan IV-212 secara nominal meningkat sebesar 11,66% (qtq) dibandingkan triwulan III-212, yaitu dari Rp83,17 juta menjadi Rp92,88 juta. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya jumlah temuan bilyet sebesar 9,42%(qtq) dari 1.9 lembar menjadi 1.14 lembar. Penurunan jumlah aliran uang masuk dan peningkatan temuan uang palsu menyebabkan kenaikan rasio jumlah uang palsu terhadapaliran uang masuk (inflow) dari,34% dari triwulan sebelumnya laporan. Rp1,, 69.92% Rp5,, 27.37% Rp5,,.27% Sumber : KPw BI Prov. Lampung Rp1,,.18% Rp2,, 1.8% menjadi,63% di triwulan 56

77 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Secara kumulatiftahunan, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan mengalami peningkatan cukup tinggi,yakni sebesar 65,27% (yoy) dari Rp188,56 juta pada tahun 211 menjadi Rp311,64 juta pada 212, dimana jumlah bilyet uang palsu sepanjang tahun 212 mencapai 4.5 lembar. Dari jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut, pecahan yang paling banyak dipalsukan adalah Rp1.,- dan Rp5.,- dengan porsi mencapai 97,29%. Meningkatnya jumlah temuan uang palsu tersebut menunjukkan pemahaman serta kesadaran masyarakat semakin baik untuk memastikan keaslian uang rupiah dan melaporkan ke perbankan ketika menemukan uang rupiah yang diragukan keasliannya PERKEMBANGAN KLIRING DAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Nilai transaksi kliring selama triwulan IV-212 tercatat sebesar Rp7,11 triliun menurun sebesar 2,89% (qtq) bila dibandingkan dengan triwulan III-212 yang mencapai Rp7,32 triliun. Penurunan ini sejalan dengan jumlah hari kerja pada triwulan laporan yang mengalami penurunan dari 61 hari menjadi 6 hari.sementara itu,jumlah volume transaksi kliring sedikit mengalami peningkatanyaitu sebesar,42% (qtq) dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 28.59lembar pada triwulan laporan, dengan rata-rata perputaran harian sebanyak lembar. Secara bulanan sepanjang triwulan laporan, aktifitas kliring menunjukkan pola penurunan yaitu dari Rp2,65 triliun pada Oktober 212 menjadi Rp2,32 triliun pada November 212 dan kemudian sebesar Rp2,14 triliun pada Desember 212. Tabel 3.14.Perkembangan Transaksi Kliring dikantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Kliring Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Perputaran Nominal (milyar Rp) 5, ,27. 6, , , , , , Lembar 19, , ,658 21,336 22,87 21,894 27,635 28,59 Perputaran Harian Nominal (milyar Rp) Lembar 3,8 3,261 3,24 3,146 3,22 3,42 3,44 3,475 Cek/BG kosong Nominal (milyar Rp) Lembar 2,182 2,423 2,451 2,581 2,813 2,614 2,713 3,115 rasio jumlah cek/bg kosong (%) Sumber : KPw BI Prov. Lampung 57

78 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Di sisi lain, penurunan transaksi kliring selama triwulan IV-212ternyata tidak berbanding lurus dengantemuan cek dan bilyet giro (BG) kosong yang menunjukkan peningkatan sebesar 58,1% (qtq), yaitu dari Rp,86 triliun menjadi Rp,136 triliun.penolakan cek dan bilyet giro terbesar terjadi di bulan November 212 yang tercatat sebesar Rp,64 triliun. Grafik 3.3. Perkembangan Cek/BG yang ditolak di KPw BI Lampung Lembar Lembar Warkat Rasio cek/bg kosong (axis kanan) 1, I II III IV I II III IV % 2, 1,5 1,,5, Sumber : KPw BI Prov. Lampung Kegiatan penyelesaian transaksi keuangan bernilai besar melalui transaksi RTGS di Lampung selama triwulan laporan secara umum mengalami peningkatandari sisi nominal, meskipun dari sisi jumlah transaksi mengalami penurunan. Dari sisi nominalnya, transaksi keuangan melalui RTGS tercatat Rp3,35triliun, meningkat sebesar 1,56% (qtq) dari triwulan sebelumnya, yang berasal daripeningkatan transaksi masuk (incoming) perbankan di wilayah Lampung yang mengalami peningkatan sebesar 19,16% (qtq) dan transaksi antar nasabah dalam Provinsi Lampung yang mengalami peningkatan sebesar 17,63% (qtq). Sedangkan transaksi outgoing menunjukkan penurunan5,4% (qtq). Di sisi lain, jumlah transaksi menunjukkan penurunan sebesar 4,69% (qtq) dari lembar warkat menjadi lembar warkat. Grafik Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai di KPw BI Lampung Rp Miliar RTGS-OutGoing RTGS-Incoming RTGS-Antar Nasabah Kliring (axis kanan) I II III IV I II III IV Rp Miliar Sumber : KPw BI Prov. Lampung 58

79 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Peningkatan yang terjadi pada jumlah nominal transaksi incoming RTGS sebesar 19,16% (qtq) dari sebesar Rp15,74 triliun pada triwulan III menjadi Rp18,75 triliun pada triwulan laporan.diperkirakan didorong oleh meningkatnya kebutuhan transaksi terutama dari pembayaran untuk pekerjaan proyek pemerintah daerah sebagaimana pola yang terjadi menjelang akhir tahun. Disamping itu,peningkatan ini juga terkait dengan penarikan uang oleh perbankan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pengisian uang kartal di mesin ATM terutama berkaitan dengan adanya libur panjang karena perayaan natal dan tahun baru. 59

80 Perkembangan Keuangan Daerah BAB IV DAERAH PERKEMBANGAN KEUANGAN. 1. PENDAPATAN DAERAH Realisasi pendapatan daerah provinsi Lampung tahun 212 (sampai dengan Oktober) telah mencapai Rp3,15 triliun atau 78,72% dari target pendapatan dalam APBD-P 212. Namun demikian diperkirakan masih akan ada peningkatan realisasi sampai dengan akhir tahun 212 hingga mencapai target tahun 212 yang ditetapkan sebesar Rp4, triliun. Dalam komponen pendapatan daerah, Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah mencapai realisasi tertinggi, yaitu mencapai 89,1%, diikuti realisasi Dana Perimbangan yang mencapai 85,28%, sedangkan realisasi terendah terjadi pada komponen PAD yang mencapai 69,53% dari target. Grafik 4.1. Pencapaian Realisasi Pendapatan Tahun 212 miliar Rp Trw I Trw II Trw III Trw IV* *) s.d Oktober PAD Dana Perimbangan Lain2 PAD yang Sah Total Realisasi Pendapatan Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Secara nominal, pendapatan daerah di topang oleh PAD yang terealisasi sebesar Rp1,3 triliun, dimana realisasi PAD tersebut terdorong oleh realisasi pajak daerah yang mencapai Rp1,24 6

81 Perkembangan Keuangan Daerah triliun atau meningkat dibandingkan realisasi agregat 211 yang mencapai Rp1,19 triliun. Dari total realisasi pajak daerah, realisasi pendapatan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN KB) memberikan andil terbesar, yaitu sebesar Rp596,56 miliar dan Pajak Kendaraan Bermotor(PKB) sebesar Rp374,61 miliar.realisasi komponen PKB tersebut diperkirakan jauh meningkat dibandingkan realisasi tahun 211. Hal ini terkonfirmasi oleh Data Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung,yang menunjukkan bahwa jumlah objek PKB pada tahun 212 (hingga Oktober) mencapai unit kendaraan atau meningkat 3,75% (yoy). Unit Grafik 4.2. Jumlah Objek PKB Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Komponen Dana Perimbangan yang memiliki nominal terbesar kedua setelah PAD terealisasi mencapai Rp1,8 triliun. Realisasi ini terdorong oleh tingginya penerimaan DAU yang mencapai Rp86 miliar dan penerimaan Dana Bagi Hasil (DBH) pajak/bukan pajak yang mencapai Rp2,92 miliar. Penerimaan DBH pajak/bukan pajak ini disumbang oleh penerimaan atas bagi hasil pertambangan minyak bumi yang mencapai Rp117,52 miliar atau 58,5% dari total penerimaan DBH. Realisasi DBH minyak bumi ini telah melampaui nominal yang ditargetkan dalam APBD-P 212 sebesar Rp9 miliar. 61

82 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.1. Pendapatan Daerah Provinsi Lampung TA 212 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Sementara itu, komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang memiliki pangsa terkecil dalam PAD, secara nominal terealisasi sebesar Rp76, 64 miliar atau 89,1% dari target APBD-P 212. Tingginya realisasi komponen ini disebabkan oleh adanya perolehan pendapatan hibah dari pemerintah daerah lainnya sebesar Rp743,63 miliar yang ditujukan untuk Sekolah Unggulan (Rp389 juta), Dana BOS (Rp741,89 miliar), Dana Tambahan Penghasilan bagi Guru PNSD Provinsi (Rp181 juta), dan Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan (Rp1,17 miliar). 2. BELANJA DAERAH Realisasibelanja daerah Provinsi Lampung hingga Oktober 212 (berdasarkan SP2D) mencapai Rp2,37 triliun atau 57,94% dari target belanja yang ditetapkan dalam APBDP 212 sebesar Rp4,1 triliun. Belanja hibah dan belanja pegawai mencapai realisasi tertinggi yaitu masing-masing sebesar 95,51% dan 63,96%. Sementara itu, belanja modal yang mayoritas dialokasikan untuk infrastruktur baru terealisasi sebesar 47,22%. 62

83 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.2.Belanja Daerah Provinsi Lampung TA 212*) Ket : *) Berdasarkan SP2D Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung 3. PENERIMAAN DAN BELANJA NEGARA DI PROVINSI LAMPUNG Sepanjang tahun 212, penerimaan negara di Provinsi Lampung mencapai Rp9,35 triliun, atau terealisasi sebesar 419,82% dibandingkan rencana 212 yang mencapai Rp2,22 triliun. Realisasi tertinggi terjadi pada komponen penerimaan dalam negeri yang mencapai Rp9,33 triliun (99,81% dari total penerimaan). Penerimaan dalam negeri ini terdorong oleh tingginya pencapaian komponen penerimaan perpajakan, terutama pajak dalam negeri yang terdiri dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). Tabel 4.3.Penerimaan Negara di Provinsi Lampung TA 212 TRW III 212 TRW IV 212 URAIAN DIPA REVISI JUMLAH NETTO S/D TRW III 212 JUMLAH NETTO S/D TRW IV212 % Realisasi Trw IV terhadap DIPA PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 2,226,76,641,916 6,712,854,119,828 9,33,66,672, PENERIMAAN PERPAJAKAN 2,15,457,879,346 6,426,352,935,69 8,979,652,54, PENDAPATAN PAJAK DALAM NEGERI 2,15,457,879,346 4,457,83,197,79 6,34,148,492, PENDAPATAN PAJAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1,969,269,737,36 2,639,54,12, PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 211,32,762,57 286,51,184, ,8,167, PENERIMAAN SUMBER DAYA ALAM 337,1,75 364,,57 PENDAPATAN BAGIAN LABA BUMN PENDAPATAN PNBP LAINNYA 211,32,762,57 286,164,174,54 35,644,167, II. PENERIMAAN HIBAH 17,687,137,697 JUMLAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH (A.I+A.II) 2,226,76,641,916 6,712,854,119,828 9,348,347,89, Sumber :Dirjen Perbendaharaan Negara Kanwil 7-Bandar Lampung Sementara itu, belanja negara di Provinsi Lampung mencapai Rp6,14 triliun atau 56,57% dari target realisasi belanja negara yang mencapai Rp6,45 triliun. Secara nominal, realisasi belanja 63

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Lampung Triwulan IV - 2007 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Thn.XVIII, 04 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$645,79 JUTA. Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 23/05/12/Thn. XX, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$831,16 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 41/07/12/Th. XV, 01 Juli 2012 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MEI 2012 SEBESAR US$771,76 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 25/04/12/Thn.XVIII, 01 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR US$555,47 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2011 Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci