KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung

2 Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. i

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Visi dan Misi Bank Indonesia... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar Kata Pengantar... Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... Ringkasan Eksekutif... i ii v vii x xi xiii xv BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Kondisi Umum Perkembangan PDRB Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor... 6 a. Ekspor... 6 b. Impor Perkembangan PDRB Sisi Penawaran... 1 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum Faktor-faktor Penyebab Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) ii

4 Daftar Isi 3. Ekspektasi Inflasi Perkembangan Harga Nominal Komoditas Bahan Pokok di Bandar Lampung dibandingkan Kota Lainnya di Sumatera BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Umum Perbankan Bank Umum Kelembagaan Bank Umum Perkembangan Aset Bank Umum Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Perkembangan Kredit Bank Umum Kualitas Kredit Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Intermediasi Bank Umum: LDR dan Kredit Baru Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Bank Syariah Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Aliran Uang Kartal Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Penemuan Uang Palsu Perkembangan Kliring Dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Box I. Analisis Evaluasi Perkembangan Penyaluran KUR Provinsi Lampung Tahun BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pendapatan Daerah Belanja Daerah Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung iii

5 Daftar Isi BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Ketenagakerjaan Kesejahteraan BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Pertumbuhan Prospek Inflasi Prospek Perbankan LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH iv

6 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 2 Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS)... 8 Tabel 1.3 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit... 1 Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB (%) Tabel 1.5. Harga Komoditas Perkebunan di Tingkat Petani Tabel 1.6 Sasaran Produksi Tanaman Bahan Makanan Provinsi Lampung Tabel 2.1 Inflasi Kelompok Pengeluaran Triwulan I Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Januari Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Februari Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Maret Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulanan Terbesar pada Triwulan I Tabel 2.6 Inflasi Bulanan di Kota Lain di Sumatera Tabel 2.7 Perbandingan Harga Komoditas di Bandar Lampung, Banda Aceh dan Palembang Tabel 3.1 Aset Perbankan Tabel 3.2 Dana Pihak Ketiga Perbankan Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan... 3 Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per Maret Tabel 3.5 Aset Bank Umum Tabel 3.6 Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Tabel 3.7 DPK Bank Umum Tabel 3.8 Porsi DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Tabel 3.9 Kredit Bank Umum v

7 Daftar Tabel Tabel 3.1 Porsi Kredit Bank Umum Tabel 3.11 Aset & DPK BPR Tabel 3.12 Indikator Perbankan Syariah Tabel 3.13 Tabel 3.14 Perkembangan Penukaran Uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung... Perkembangan Transaksi Kliring di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung TA Tabel 4.2 Belanja Daerah Provinsi Lampung TA 213*) Tabel 4.3 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung TA Tabel 4.4 Belanja Negara di Provinsi Lampung TA Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung... 6 Tabel 5.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 6 Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan... 6 Tabel 5.4 Perbandingan NTP Tiap Provinsi vi

8 Daftar Grafik Daftar Grafik Grafik 1.1 Grafik 1.2 Grafik 1.3 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2) Sumbangan Tiap Komponen Permintaan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Sumbangan Tiap Komponen Terhadap Pertumbuhan Tahunan Triwulan I Grafik 1.4 Perkembangan Konsumsi Swasta... 4 Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Pemerintah... 4 Grafik 1.6 Jumlah Pelanggan dan Volume Penjualan Listrik (dalam ribu)... 4 Grafik Grafik Grafik 1.9 Perkembangan Upah Riil Provinsi Lampung Grafik 1.1 Volume Impor Barang Komsumsi (Ton) Grafik 1.11 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Provinsi Lampung... 5 Grafik 1.12 Jumlah Objek Pajak Kendaraan Bermotor... 5 Grafik 1.13 Indeks Konsumsi Barang barang Tahan Lama... 5 Grafik 1.14 Pembentukan Modal Tetap Bruto... 6 Grafik 1.15 Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Lampung Grafik 1.16 Volume Impor Suku Cadang dan Perlengkapan Alat Angkutan Grafik Grafik 1.18 Ekspor Lampung dalam 7 Grafik 1.19 Porsi Negara Tujuan Ekspor Lampung Triwulan I Grafik 1.2 Impor Lampung dalam PDRB... 9 Grafik 1.21 Porsi Negara Pengimpor Triwulan I Grafik 1.22 Pangsa Impor Komoditas Triwulan I Grafik 1.23 Pangsa PDRB Sektoral Triwulan I Grafik 1.24 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Tahunan Sektoral Triwulan I Grafik 1.25 PDRB Sektor Pertanian (ADHK Tahun 2) vii

9 Daftar Grafik Grafik 1.26 Kontribusi Sub Sektor Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi Grafik 1.27 PDRB Sektor Industri Pengolahan (Berdasarkan Harga Konstan 2) 14 Grafik 1.28 Volume Impor Bahan Baku Olahan Untuk Industri Grafik 1.29 PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (ADHK Tahun 2) 15 Grafik 1.3 Jumlah Pelanggan dan Volume Penjualan Listrik (dalam ribu) Grafik 1.31 PDRB Sektor PHR(Berdasarkan Harga Konstan 2) Grafik 1.32 Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Provinsi Lampung Grafik 1.33 PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (ADHK Tahun 2).. 17 Grafik 1.34 Perkembangan Jumlah Pemancar di Lampung Grafik 1.35 PDRB Sektor Keuangan, Perusahaan dan Jasa Persewaan (ADHK Tahun 2) Grafik 1.36 Penyaluran Kredit dan DPK Perbankan di Lampung Grafik 1.37 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Grafik 1.38 PDRB Sektor Bangunan Grafik 1.39 PDRB Sektor Jasa-Jasa Grafik 1.4 Saldo Bersih Realisasi Usaha Triwulan I Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan... 2 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Grafik 2.3 Tinggi Gelombang Perairan Selat Sunda Grafik 2.4 Grafik 2.5 Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Bulanan Tahun Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Triwulanan Tahun Grafik 2.6 Sumbangan Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Tahunan Grafik 2.7 Indeks Balance Score Keyakinan Konsumen Terhadap Perubahan Harga 3 Bulan YAD Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan di Provinsi Lampung Grafik 3.2 Porsi DPK per jenis Simpanan Grafik 3.3 Perkembangan DPK per Jenisnya Grafik 3.4 Rasio LDR & NPL Perbankan Lampung... 3 viii

10 Daftar Grafik Grafik 3.5 Aset Bank Umum di Provinsi Lampung Grafik 3.6 Perkembangan Aset per Jenis Usaha Bank Grafik 3.7 DPK Bank Umum Grafik 3.8 DPK Jenis Giro Bank Umum Grafik 3.9 Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 3.1 Porsi Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 3.11 Porsi Kredit per Sektor Ekonomi Grafik 3.12 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.13 Perkembangan Suku Bunga Bank dan Spread Suku Bunga Bank Umum Grafik 3.14 Perkembangan Tingkat Suku Bunga DPK Bank Umum Grafik 3.15 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Grafik 3.16 Tingkat Intermediasi Bank Umum per Kabupaten Grafik 3.17 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.18 Perkembangan KUR di Lampung... 4 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 3.26 Perkembangan Indikator FDR dan NPF Perbankan Syariah Lampung.. 45 Grafik Grafik 3.28 Perkembangan PTTB dan Inflow di Kantor Perwakilan Bank Indonesia 47 Grafik 3.29 Komposisi Penemuan Uang 49 Grafik 3.3 Perkembangan Cek/BG yang ditolak di Kantor Perwakilan Bank 49 ix

11 Daftar Grafik Grafik 3.31 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lampung 55 Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Lampung Grafik 4.2 Perkembangan PAD dalam APBD Provinsi Lampung Grafik 5.1 Keyakinan Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan. 63 Grafik 5.2 Daerah Asal TKI Lampung Grafik 5.3 Negara Tujuan TKI Lampung Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung Per Sub Sektor Grafik 5.5 Perkembangan Harga Gabah Provinsi Lampung Grafik Grafik 5.7 Perkembangan Harga Tanaman Palawija Provinsi Lampung Grafik 5.8 Perkembangan Upah Riil Provinsi Lampung Grafik 5.9 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Lampung (yoy) Grafik 6.2 Indeks Keyakinan Konsumen terhadap Pengeluaran 3 bulan YAD Grafik 6.3 Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Kegiatan Usaha Triwulan II Grafik 6.4 Sektor Prioritas Perkiraan Penyaluran Kredit Perbankan Triwulan II Grafik 6.5 Perkembangan Inflasi Lampung... 7 Grafik 6.6 Perkiraan Penyaluran Kredit Perbankan Triwulan II Grafik 6.7 Perkiraan Penghimpunan DPK Triwulan II Grafik 6.8 Alasan Internal Perkiraan Peningkatan Kredit Triwulan II Grafik 6.9 Alasan Eksternal Perkiraan Peningkatan Kredit Triwulan II Grafik 6.1 Alasan Utama Perkiraan Peningkatan DPK Triwulan II x

12 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung Triwulan I-213 akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 6 Tahun 29 bahwa Bank Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara cermat mengamati dan memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi terutama yang terkait dengan sumber-sumber tekanan inflasi. Seiring dengan penerapan otonomi daerah pada tahun 21, posisi ekonomi regional semakin memiliki peranan yang vital dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga. Perkembangan ini merupakan sesuatu yang diharapkan banyak pihak bahwa aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di berbagai daerah, sehingga disparitas antar daerah semakin kecil. Terkait dengan hal tersebut di atas, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung melakukan pengamatan serta memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan regional Lampung secara menyeluruh dan dituangkan dalam publi Lampung dilakukan dengan berbagai pihak terutama para pembina sektor dan dinas Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta dengan para akamedisi dari Universitas Lampung. Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan I-213 tumbuh sebesar 5,81% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV-212 yang tumbuh sebesar 7,4% (yoy). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan I- 213 disumbang oleh komponen ekspor netto (9,61%), konsumsi swasta (3,98%), dan PMTB (1,44%). Sedangkan dari sisi penawaran, kontribusi terbesar disumbang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 1,34%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1,21%, dan sektor industri pengolahan sebesar 1,18%. Dalam hal inflasi, tekanan harga pada periode ini meningkat dibandingkan triwulan IV- 212, baik secara triwulanan maupun tahunan. Sementara itu, kinerja perbankan Lampung xi

13 Kata Pengantar masih menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset, DPK, maupun kredit perbankan. Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Universitas Lampung, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Kami menyadari bahwa hasil kajian ekonomi yang disajikan dalam buku ini masih perlu untuk dapat disempurnakan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi langkah kita dalam bekerja. Bandar Lampung, Mei 213 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI LAMPUNG Andang Setyobudi Direktur xii

14 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO 21 *) IHK tahun dasar 27 (27 = 1) 211 IV I II III IV I II III IV I Indeks Harga Konsumen * Laju Inflasi (y-o-y) PDRB - harga konstan (miliar Rp) Pertanian 3, , , , , , , , , , Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan 1, , , , , , , , , , Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 1, , ,69.9 1, , , ,7.36 1, , , Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, sewa & Jasa Pershn ,8.2 1,4.52 1, , ,55.9 1, ,2.32 1, , Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) , , Volume Ekspor (ribu ton) 1,74. 1, , , ,268. 1, , , , , Nilai Impor (USD Juta) Volume Impor (ribu ton) b. Sistem Pembayaran 3 INDIKATOR IV I II III IV I II III IV I Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) Inflow (Rp Triliun) Outflow (Rp Triliun) Pemusnahan Uang (Juta Rp) 1,224, ,344, , ,473, ,464, ,157, , , , ,541.8 Nominal Transaksi RTGS (Rp Triliun) Volume Transaksi RTGS (lembar) 37,862 28,628 31,69 32,11 32,282 27,917 35,825 37,33 35,554 31,577 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp Triliun) Volume Kliring Kredit (lembar) 2,461 23,626 25,49 25,793 27,635 26,141 26,893 27,61 28,7 25,718 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Volume Kliring Debet (lembar) 134,62 167, , , ,71 176, ,1 18,34 18,52 183,145 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (lembar) 2,171 2,699 2,845 2,788 2,672 2,85 2,968 2,951 3,8 3,52 Nominal Kliring Pengembalian (Rp Triliun) Volume Kliring Pengembalian (lembar) 2,219 2,754 2,918 2,984 3,199 3,32 3,328 3,269 3,587 3,851 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Mili Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp Triliun) xiii

15 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung c. Perbankan INDIKATOR PERBANKAN I II III IV I II III IV I PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Triliun Rp) DPK (Triliun Rp) Giro Tabungan Deposito Kredit (Triliun Rp)- berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi kantor cabang) Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp) Kredit Mikro (< Rp5 Juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil (Rp5 Juta < X < Rp5 juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah (Rp5jt < X < Rp5m) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit MKM (Triliun Rp) NPL MKM Gross (%) BPR Total Asset (Triliun Rp) Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) Tabungan Simpanan Berjangka Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Milyar Rp) , Rasio NPL Gross(%) LDR (%) xiv

16 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Triwulan I / 213 Perekonomian tumbuh 5,81% (yoy) Pertumbuhan Ekonomi Pada triwulan I-213, perekonomian Lampung tumbuh sebesar 5,81% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan IV-212 sebesar 7,4% (yoy). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi disumbang oleh komponen ekspor netto (9,61%), diikuti konsumsi swasta (3,98%), dan PMTB (1,44%). Dari sisi penawaran, kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan I-213 berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 1,34%, diikuti sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 1,21%, dan sektor industri pengolahan sebesar 1,18%. Inflasi Secara triwulanan, tekanan inflasi m Inflasi Provinsi Lampung pada triwulan I-213 sebesar 2,73% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar,59% (qtq). Berdasarkan disagregasi, inflasi triwulan I-213 tersebut disumbang oleh inflasi volatile foods yang mencapai 2,13%, inflasi inti sebesar,47%, dan inflasi kelompok administered price sebesar,13%. Trend peningkatan inflasi ini merupakan dampak tekanan harga pada kelompok tanaman hortikultura terutama komoditas bawang putih dan bawang merah yang diakibatkan oleh gangguan pasokan dari daerah penghasil dan terkait dampak kebijakan pembatasan impor hortikultura. Kurangnya pasokan bawang merah di Provinsi Lampung disebabkan oleh berkurangnya supply dari sentra penghasil bawang merah akibat musim penghujan yang dinilai tidak cocok untuk budidaya bawang merah. Secara tahunan harga komoditas barang dan jasa pada triwulan I- xv

17 Ringkasan Eksekutif 213 secara umum meningkat sebesar 6,81% (yoy), dengan penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok volatile foods (4,18%) terutama untuk komoditas bawang putih, bawang merah, beras, daging sapi, dan jeruk. Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan membaik... Transaksi sistem pembayaran tunai menunjukkan net inflow... Kondisi perbankan Lampung selama triwulan I-213 secara umum menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini tercermin dari indikator utama seperti aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), serta penyaluran kredit. Aset perbankan tumbuh 3,32% (qtq) atau 2,53% (yoy), DPK meningkat 2% (qtq) atau 12,3% (yoy), begitu pula dengan outstanding kredit yang tumbuh sebesar 4,61% (qtq) atau 25,4% (yoy). Sementara itu, kualitas kredit justru mengalami penurunan, yang tercermin dari nilai NPL (Non Performing Loans) sebesar 2,19% atau meningkat dibandingkan triwulan IV-212 sebesar 2,9%. Pada aktivitas sistem pembayaran, jumlah aliran uang masuk ke Bank Indonesia selama triwulan I-213 tercatat sebesar Rp2,18 triliun, sedangkan jumlah aliran uang keluar tercatat sebesar Rp,79 triliun. Transaksi sistem pembayaran tunai antara Bank Umum di Lampung dengan Bank Indonesia yang net-inflow sebesar Rp1,39 triliun tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan uang kartal oleh masyarakat selama triwulan I-213 masih rendah, salah satunya karena belum maraknya realisasi proyek pembangunan Pemerintah Daerah. Keuangan Daerah Pendapatan daerah terealisir sebesar Rp928 miliar atau 21,4% dari target 213. Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung pada triwulan I-213 menunjukkan kinerja yang cukup baik, yaitu mencapai 21,4% atau sebesar Rp928 miliar, sedangkan Belanja Daerah berdasarkan data SP2D mencapai Rp523,85 miliar atau 11,88% dari target belanja daerah dalam APBD 213. Realisasi Pendapatan Daerah tertinggi berasal dari Dana Perimbangan yang tercatat sebesar 28,1%, kemudian diikuti oleh realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 22,46%. xvi

18 Ringkasan Eksekutif Sedangkan realisasi terendah terjadi pada PAD yang mencapai 15,97% dari target yang telah dianggarkan sebesar Rp2.183 miliar. Sementara itu, realisasi Belanja Daerah tertinggi berdasarkan SP2D, berasal dari komponen belanja pegawai yang mencapai 28,9%, diikuti oleh belanja hibah yang mencapai 23,1%. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kesejahteraan menunjukkan indikasi yang Kesejahteraan masyarakat Lampung pada triwulan I-213 masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini terindikasi melalui peningkatan UMP dan upah riil, serta penurunan angka pengangguran terbuka. UMP Lampung tahun 213 tercatat mencapai Rp1.15. atau meningkat 17,95% dibandingkan tahun 212, begitupula dengan upah riil yang mengalami kenaikan sebesar 1,43% (yoy) dari Rp pada triwulan I- 212 menjadi Rp pada triwulan I-213. Sementara itu, jumlah pengangguran terbuka mengalami penurunan sebesar 1,49% (yoy). Prospek Perekonomian Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan II- 213 diperkirakan mengalami akselerasi... Kinerja ekspor diprediksi terus membaik... Pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan II-213 diperkirakan mencapai 6,49%±1% (yoy), mengalami percepatan dibandingkan triwulan I-213 sebesar 5,81%±1% (yoy). Secara kumulatif selama tahun 213, ekonomi Lampung diperkirakan tumbuh mencapai 6,53%±1% (yoy). Di sisi permintaan, konsumsi swasta diperkirakan meningkat seiring masa liburan sekolah pada penghujung triwulan laporan. Komponen belanja pemerintah khususnya belanja modal dan barang diprediksi belum mengalami percepatan yang signifikan karena masih berlangsungnya tender proyek infrastruktur pemerintah hingga awal triwulan III-213. Investasi diperkirakan tumbuh akibat peningkatan kapasitas utilisasi perusahaan karena masih tingginya demand domestik. Sementara itu kinerja ekspor juga masih menunjukkan perkembangan yang baik, terutama xvii

19 Ringkasan Eksekutif pada ekspor makanan maupun minuman jadi, sehubungan dengan permintaan dunia yang tren nya meningkat sejalan dengan hasil produksi yang memadai pada kelompok komoditas tersebut. Di sisi penawaran, sektor pertanian terutama sub sektor tanaman bahan makanan diprediksi mengalami peningkatan produksi dibandingkan tahun 212. Pada triwulan II-213, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi diprediksi juga mengalami peningkatan sejalan dengan masa panen raya tabama yang terjadi pada akhir Maret hingga awal April 213. Pada periode ini, dorongan dari sisi sektoral juga berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor bangunan. Inflasi tahunan pada triwulan II-213 diperkirakan menurun Inflasi kota Bandar Lampung pada triwulan II-213 diperkirakan mencapai 6,37%±1% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan I-213 yang mencapai 6,81% (yoy). Sementara itu, inflasi kumulatif tahun 213 diproyeksikan mencapai 5,8%±1% (yoy) atau cenderung lebih tinggi dibandingkan inflasi kumulatif tahun 212 yang mencapai 4,3% (yoy). Kinerja perbankan diperkirakan meningkat Kegiatan intermediasi perbankan di Lampung pada triwulan II- 213 diperkirakan meningkat. Hal ini terkonfirmasi melalui hasil Survei Kredit Perbankan triwulan I-213 yang menunjukkan bahwa Penghimpunan Dana (DPK) dan Kredit akan tumbuh sebesar 1%-1% pada triwulan II-213. Pelaku perbankan masih optimis bahwa DPK akan tumbuh karena fasilitas jasa perbankan yang meningkat. Sementara itu, penyaluran kredit akan tumbuh karena permodalan bank yang cukup memadai dan prospek usaha nasabah yang membaik. xviii

20 Kondisi Makro Ekonomi Regional BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Output ekonomi Lampung triwulan I-213 mengalami pertumbuhan 8,97% (qtq) dibandingkan triwulan IV-212. Hal ini disebabkan oleh peningkatan output sektor pertanian yang cukup signifikan karena faktor musiman. Secara tahunan, output ekonomi triwulan I-213 tumbuh 5,81% (yoy). 1. KONDISI UMUM Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan I-213 tumbuh sebesar 5,81% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV-212 yang mencapai 7,4% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang terjadi berada lebih rendah dibandingkan proyeksi Bank Indonesia Bandar Lampung sebesar 6,13% (yoy). Rp miliar 12, 1, 8, 6, 4, 2, Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar di sumbang oleh komponen net ekspor sebesar 9,61%, diikuti komponen konsumsi swasta sebesar 3,98% dan komponen PMTDB sebesar 1,44%. Peningkatan kontribusi pada komponen net ekspor sejalan dengan meningkatnya permintaan dan harga komoditas dunia. Grafik 1.1. Perkembangan PDRB & Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (ADHK Tahun 2) Nilai PDRB yoy - axis kanan qtq - axis kanan 8.97 I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Lampung % Sementara itu dari sisi penawaran, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan laporan, yaitu sebesar 1,34%, diikuti sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan sebesar 1,21%, dan sektor industri pengolahan sebesar 1,18%. Sedangkan secara triwulanan, bila dibandingkan triwulan IV- 212, sumbangan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 9,85%. Hal ini disebabkan oleh mulai berlangsungnya masa panen di sub sektor tanaman bahan makanan, meskipun belum signifikan mendorong output pada sektor pertanian secara tahunan, karena masa puncak panen yang baru akan terjadi pada awal triwulan 1

21 Kondisi Makro Ekonomi Regional II-213. Sub sektor perkebunan juga mengalami peningkatan dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan yang didorong oleh semakin baiknya tingkat harga komoditas perkebunan di tingkat petani. 2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN Secara triwulanan, hampir semua komponen PDRB di sisi permintaan mengalami penurunan, kecuali komponen konsumsi rumah tangga yang mengalami pertumbuhan mencapai,8% (qtq). Penurunan terbesar terjadi pada komponen konsumsi pemerintah yang mencapai 45,61% (qtq). Sebagaimana siklus realisasi belanja daerah pada umumnya, pelaksanaan proyek pemerintah baru dalam proses tender. Sementara itu, belum optimalnya pendapatan daerah juga menyebabkan masih terbatasnya belanja pemerintah terutama belanja non rutin. Sementara itu, secara tahunan, komponen dari sisi permintaan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah ekspor, yaitu sebesar 22,23% (yoy) dan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) yang mencapai 9,% (yoy). Kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi tahunan berasal dari komponen ekspor barang dan jasa, yaitu mencapai 11,12%, diikuti komponen konsumsi rumah tangga dan komponen impor dengan kontribusi masing-masing sebesar 3,94% dan 1,51%. Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan PDRB (% yoy) PRDRB Berdasarkan Penggunaan I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 Konsumsi Swasta Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Brut Perubahan Stok Ekspor Netto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Produk Domestik Regional Bruto (%,qtq) (5) (1) Grafik 1.2. Sumbangan Tiap Komponen terhadap Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan.4 Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah (7.85) (.85) (.86) PMTDB Ekspor Netto Perubahan Stok Sumber: BPS Provinsi Lampung Grafik 1.3. Sumbangan Tiap Komponen terhadap Pertumbuhan Tahunan Trw I-213 (%,yoy) Konsumsi Swasta.18 Konsumsi Pemerintah 1.44 PMTDB 9.61 Ekspor Netto Perubahan Stok

22 Kondisi Makro Ekonomi Regional 2.1. Konsumsi Konsumsi swasta yang memiliki porsi terbesar dalam struktur ekonomi Lampung dari sisi permintaan, tumbuh sebesar,7% (qtq), sehingga menyumbang pertumbuhan ekonomi triwulanan sebesar,4%. Sedangkan komponen konsumsi pemerintah yang mencakup seluruh pengeluaran baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah di Lampung, mengalami penurunan sebesar 45,61% (qtq) sehingga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan triwulanan sebesar -7,85%. Hal ini sehubungan dengan pelaksanaan proyek pemerintah yang baru dalam proses tender, sebagaimana siklus realisasi belanja pada umumnya. Sementara itu, belum optimalnya pendapatan daerah juga menyebabkan masih terbatasnya belanja pemerintah terutama belanja non rutin. Secara tahunan, konsumsi swasta tumbuh sebesar 7,4% (yoy), sehingga menyumbang pertumbuhan ekonomi tahunan mencapai 3,98%, yang didukung oleh komponen konsumsi rumah tangga yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 7,11% (yoy) atau memberikan kontribusi tahunan sebesar 3,94%. Pertumbuhan pada komponen konsumsi rumah tangga yang didukung oleh peningkatan daya beli masyarakat ini antara lain terindikasi oleh perkembangan beberapa indikator, seperti meningkatnya konsumsi listrik masyarakat, kenaikan volume impor barang konsumsi, kenaikan kredit konsumsi perbankan, serta kenaikan jumlah pelanggan PDAM. Konsumsi listrik seluruh jenis pelanggan mengalami kenaikan 15,5% (yoy), volume impor barang konsumsi semi tahan lama meningkat 12,2% (yoy), volume impor alat angkutan bukan untuk industri meningkat sebesar 255,52% (yoy), kredit konsumsi perbankan tumbuh 34,4% (yoy), serta jumlah pelanggan PDAM meningkat,49%. Selain itu, hasil Survei Konsumen triwulan I-213 mengkonfirmasi adanya peningkatan konsumsi barang tahan lama (indeks = 119). Peningkatan pada beberapa indikator tersebut, terdorong oleh kenaikan daya beli masyarakat yang tercermin oleh kenaikan UMP riil sebesar 1,43% (yoy) dan terkonfirmasi oleh nilai indeks pendapatan rumah tangga yang dirilis BPS Provinsi Lampung yang masih berada pada level optimis, yaitu sebesar 12,76. Selain itu, masa panen raya tanaman bahan makanan yang dimulai pada akhir triwulan I-213, juga mendorong para petani untuk membelanjakan pendapatannya. Di sisi lain, secara tahunan konsumsi pemerintah pada triwulan I-213 telah menunjukkan akselarasi dibandingkan periode yang sama tahun

23 Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nov Des Jan Feb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.4. Perkembangan Konsumsi Swasta Grafik 1.5. Perkembangan Konsumsi Pemerintah (miliar Rp) Konsumsi Swasta yoy axis kanan 6,6 qtq axis kanan , ,2 6, 5,8 5,6 5,4 5,2 I II III IV I II III IV I Konsumsi Pemerintah (miliar Rp) yoy axis kanan 2 18 qtq axis kanan I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Lampung Kwh 3, 25, 2, 15, 1, 5, - Grafik 1.6. Jumlah Pelanggan & Volume Penjualan Listrik (dalam ribu) Volume Penjualan Jumlah Pelanggan KK 1,45 1,4 1,35 1,3 1,25 1,2 1,15 1,1 (miliar Rp) 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, - Grafik 1.7. Penyaluran Kredit Konsumsi Sumber : PT. PLN Wilayah Lampung Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) Grafik 1.8. Indeks Tendensi Konsumen ITK Rp 8, Grafik 1.9. Perkembangan Upah Riil Provinsi Lampung Pendapatan RT , Kaitan Inflasi dg konsumsi Tgkt konsumsi bahan mknan , 5, 759, ,81 624,88 688,171 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber: UMP dan BPS diolah 4

24 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Thousands Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.1. Volume Impor Barang Konsumsi (Ton) Grafik Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Provinsi Lampung 1,4 1,2 1, Barang konsumsi semi tahan lama Alat angkutan bukan untuk industri (axis kanan) Trw I-12 Trw II-12 Trw III-12 Trw IV-12 Trw I ,3 34,2 34,1 34, 33,9 33,8 33, Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Sumber : PDAM Way Rilau Grafik Jumlah Objek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Prov. Lampung Jumlah Objek PKB qtq axis kanan Trw I Trw II Trw III Trw IV yoy axis kanan 2.9 (5.38) Trw I Trw II Trw III Trw IV.27 Trw I (1) (2) (3) Grafik Indeks Konsumsi Barang-Barang Tahan Lama Sumber : Dispenda Provinsi Lampung Sumber : Survei Konsumen Kpw BI Prov. Lampung 2.2. Investasi Pada triwulan I-213, komponen PMTDB yang mencerminkan pembuatan atau pembelian barang modal baru (investasi) dari dalam negeri dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri mengalami penurunan sebesar 4,54% (qtq), sehingga sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan juga turun sebesar -,85%. Sementara itu, secara tahunan, komponen investasi masih mengalami pertumbuhan sebesar 9,% (yoy). Dengan demikian, komponen investasi memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I-213 sebesar 1,44%. Pertumbuhan komponen PMTDB tahunan pada triwulan laporan, sejalan dengan aktivitas ekonomi yang mengalami peningkatan karena permintaan konsumen yang relatif terjaga. Indikator peningkatan investasi diantaranya kenaikan volume impor suku cadang dan perlengkapan alat angkutan sebesar 25,88% (yoy), kenaikan kredit investasi sebesar 2,9% (yoy), serta kenaikan realisasi pengadaan semen sebesar 5,8% (yoy). Selain itu, sebagian kontak liaison di sektor pertanian dan industri pengolahan juga mengkonfirmasi adanya aktivitas investasi yang meningkat pada periode ini. 5

25 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Kondisi Makro Ekonomi Regional (miliar Rp) Grafik Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTDB qtq axis kanan yoy axis kanan I II III IV I II III IV I % (Ton) 5, 45, 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, - Grafik Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Lampung Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : Berbagai sumber (diolah) Grafik Volume Impor Suku Cadang dan Perlengkapan Alat Angkutan Grafik Penyaluran Kredit Investasi (Ton) Trw I-12 Trw II-12 Trw III-12 Trw IV-12 Trw I-13 (miliar Rp) 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) Ekspor-Impor a. Ekspor Berdasarkan data PDRB, ekspor Provinsi Lampung pada triwulan I-213 mengalami penurunan sebesar 3,14% (qtq) sehingga kontribusi terhadap pertumbuhan triwulanan menurun sebesar -2,4%, dimana penurunan nilai ekspor paling besar terjadi pada komoditas utama seperti kopi, teh, dan rempah-rempah yang turun sebesar 49,56% (qtq). Penurunan ini disebabkan oleh persediaan yang sudah menipis menjelang panen raya pada periode triwulan II-213. Secara tahunan, komponen ekspor Provinsi Lampung tumbuh sebesar 22,23% (yoy). Dengan demikian, sumbangan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I-213 mencapai 11,12%. Pertumbuhan nilai ekspor terdorong peningkatan ekspor pada beberapa komoditas utama. Nilai ekspor kopi, teh, dan rempah-rempah meningkat 11,47% (yoy), ekspor karet dan barang dari karet meningkat 26,23% (yoy), serta ekspor lemak hewani dan nabati meningkat 4,83% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, diperoleh informasi bahwa subsektor perkebunan karet mengalami peningkatan produksi yang didukung oleh kondisi cuaca yang lebih baik. 6

26 Kondisi Makro Ekonomi Regional Meningkatnya permintaan dunia dan harga jual yang membaik, juga memberikan dampak positif terhadap ekspor karet. Para pelaku usaha subsektor perkebunan karet memprediksi nilai penjualan pada tahun 213 akan meningkat sehubungan dengan permintaan dunia yang mulai membaik dan berhasilnya upaya pembatasan ekspor karet oleh negara tripartit (Indonesia, Malaysia, Thailand) sejak semester guna memperbaiki harga jual dunia. Berdasarkan hasil liaison sub sektor tanaman kopi, diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan harga kopi dunia menjadikan nilai penjualan ekspor pada triwulan I-213 lebih baik. Selain itu, sebagian besar pelaku usaha di perdagangan kopi menyatakan bahwa adanya krisis ekonomi di Eropa dan Amerika tidak berdampak pada kinerja ekspor perusahaan. Ekspor perusahaan tetap ditujukan ke Amerika Serikat, Jepang maupun negara-negara di Eropa antara lain Jerman dan Perancis. Berdasarkan penggolongan ISIC, sektor industri manufaktur yang memiliki porsi sebesar 65,64% dari keseluruhan ekspor Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 2,2% (yoy), sedangkan sektor pertanian mengalami peningkatan 63,7% (yoy). Sementara itu, sektor pertambangan & penggalian tercatat mengalami penurunan sebesar 12,81% (yoy). Berdasarkan negara tujuan ekspor Lampung, terdapat 5 negara yang memegang porsi terbesar dari total ekspor Lampung pada triwulan I-213 yaitu Italia (12,42%), India (11,66%), Belanda (9,88%), Taiwan (7,87%), Amerika Serikat (7,76%), RRC (7,65%) dan Jepang (7,46%). Bila dibandingkan periode yang sama tahun 212, telah terjadi shifting negara tujuan ekspor, dimana Italia menggantikan posisi India sebagai negara tujuan ekspor terbesar Lampung. (miliar Rp) Grafik Ekspor Lampung dalam PDRB Ekspor qtq axis kanan yoy axis kanan I II III IV I II III IV I (%) Grafik Porsi Negara Tujuan Ekspor Eropa 36% Australia 3% Lampung Trw I-213 Afrika Amerika 5% 8% Asia 48% Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia 7

27 Kondisi Makro Ekonomi Regional Komoditas Utama Ekspor Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS) Trw I-212 Trw IV-212 Trw I-213 ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) 1. Kopi, Teh, Rempah-rempah 74, % 3, % 15, % 2. Bubur Kayu / Pulp 47, % 46, % 38, % 3. Ikan dan Udang 49, % 37, % 39, % 4. Lemak & Minyak Hew an / Nabati 354, % 359, % 372,85 42.% 5. Bahan Bakar Mineral 117, % 19, % 13, % 6. Karet dan Barang dari Karet 31, % 22, % 39, % 7. Kayu, Barang dari Kayu 3,724.46% 4,253.41% 4,223.48% 8. Hasil Penggilingan 37.% 114.1% 1,399.16% 9. Olahan dari Buah-buahan / Sayuran 39, % 44, % 29, % 1. Ampas / Sisa Industri Makanan 12, % 26, % 24, % 11. Berbagai Makanan Olahan 3,321.41% 2,98.29% 3,955.45% 12. Minuman 1, % 6,55.63% 11, % 13. Berbagai Produk Kimia 3,87.48% 6,93.67% 9, % 14. Kaca & Barang dari Kaca 18.1% 12.1% 79.1% 15. Olahan dari Tepung -.% 16.1% 9.% 16. Bahan Kimia Organik 14, % 14, % 1, % 17. Gula dan Kembang Gula 4,133.51% 11,37 1.1% 4,7.53% 18. Kakao / Coklat 7,99.99% 4,22.41% 4,98.46% 19. Buah-buahan 2,78.34% 2,31.22% 1,457.16% 2. Sari Bahan Samak & Celup -.% -.% -.% 21. Lak, Getah dan Damar 681.8% 629.6% 598.7% 22. Sayuran -.% -.% -.% 23. Sabun dan Preparat Pembersih 1,174.14% 612.6% 495.6% 24. Perekat, Enzim -.% 54.1% 668.8% 25. Mesin-mesin / Pesaw at Mekanik 97.1% -.%.% 26. Lain-lain 3, % 34, % 34, % Total 81, % 1,35, % 885,912 1% Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia b. Impor Berdasarkan data PDRB, impor Lampung pada triwulan I-213 mengalami penurunan sebesar 3,6% (qtq) sehingga memberikan kontribusi yang menurun sebesar -1,18%. Penurunan impor tersebut bersumber dari impor binatang hidup yang mengalami penurunan sebesar 47,64% (qtq) sehubungan dengan adanya pemberlakukan pembatasan kuota impor sapi bakalan. Di sisi lain, impor pupuk mengalami peningkatan sebesar 43,53% (qtq) sehubungan dengan musim tanam tanaman bahan makanan yang akan dimulai pada triwulan II-213. Sementara itu, secara tahunan, impor triwulan I-213 mengalami pertumbuhan sebesar 4,35% (yoy), sehingga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 1,51%. Peningkatan impor Lampung yang terjadi pada periode laporan masih mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi di Lampung karena sebagian besar komoditas impor yang mengalami peningkatan sangat signifikan adalah alat angkutan bukan untuk industri yang tumbuh sebesar 255,52% (yoy). 8

28 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sementara itu, menurut penggolongan HS 2 digit, ampas / sisa industri makanan memiliki porsi terbesar dari keseluruhan impor Lampung, diikuti gula dan kembang gula sebesar 13,42%, pupuk dan mesin-mesin / pesawat mekanik masing-masing sebesar 12,53% dan 12,9%. Pada periode ini, impor ampas / sisa industri makanan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 2,72% (yoy), yang ditujukan untuk pakan ternak. Sementara itu, secara tahunan, impor binatang hidup mengalami penurunan sebesar 79,4% (yoy) sehubungan dengan adanya pemberlakukan pembatasan kuota impor sapi bakalan. Impor Lampung terbesar triwulan I-213 berasal dari Asia, dimana impor dari RRC dan India merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lainnya di Asia. Grafik 1.2. Impor Lampung dalam PDRB (miliar Rp) Impor yoy axis kanan qtq axis kanan I II III IV I II III IV I (%) Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik Porsi Negara Asal Impor Triwulan I-213 Grafik Pangsa Impor Komoditas Triwulan I-213 Berdasarkan BEC Australia 6,79% Eropa 4,96% Afrika,7% Barang Modal 31% Barang Konsumsi 6% Asia 36,98% Amerika 51,2% Bahan Baku Penolong 63% Sumber: Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (diolah) 9

29 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.3. Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Komoditas Utama Impor Trw IV-211 Trw I-212 Trw II-212 Trw III-212 Trw IV-212 Trw I-213 US$ US$ US$ US$ US$ US$ 1. Pupuk 45,889,884 59,62,29 71,957,997 8,584,77 15,978,137 22,933, Binatang Hidup 49,489,171 51,32,824 28,593,642 2,171,887 2,544,461 1,756, Ampas / Sisa Industri Makanan 17,3,71 24,374,262 18,418,319 34,194,252 3,2,162 29,424, Besi dan Baja 2,73,731 1,7,183 83,489 22,5 62, ,39 5. Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 64,169,57 35,475,891 28,952,171 31,87,371 31,372,583 22,123, Gula dan Kembang Gula 16,427,535 15,118,91-125,948 9,98,35 24,562, Hasil Penggilingan 2,35,975 4,726,727 1,657,319 1,849,443 4,572,552 1,948,3 8. Mesin / Peralatan Listik 14,841,929 4,513,452 4,872,33 3,695,88 5,8,545 6,11, Plastik dan Barang dari Plastik 832, 816, ,454 38,51 896,53 1,54,134 1.Benda-benda dari Besi dan Baja 17,195,137 2,258,475 1,727,324 67, ,71 1,244, Berbagai Makanan Olahan 1,918,172 1,95,824 1,77,3 1,561,962 84,673 2,54, Garam, Belerang, Kapur 2,678, ,378 1,957,93 1,915,28 1,611,539 1,44, Bahan Kimia Organik 1,47,833 3,764,515 4,64,976 4,854,287 3,535,825 2,679,69 14.Bahan Kimia Anorganik 854,3 688,295 1,299,83 85,691 42,86 559, Berbagai Produk Kimia 871,25 1,94,4 732, ,29 372, , Kain Perca 329,296 1,36, ,696 1,534,146 1,528,111 94, Gandum-ganduman 64,647,285 19,446,228 3,38,4 9,56,44 37,664,714 8,223, Berbagai Barang Logam Dasar 2,622,753 3,252, , ,61 1,61, , Bahan Bakar Mineral 1,451 2,92-17,184 17,184-2.Biji-bijian berminyak 2,28,86 12,613,34 21,63,5 14,693,477 13,51,22 2,581,57 21.Kendaraan dan Bagiannya 1,537,2 1,524,942 1,725,29 1,, ,653 1,318, Kaca & Barang dari Kaca 684,79 595, , ,948 1,45,322 66, Lemak & Minyak Hewan / Nabati 96,395 1,47, ,76 317, , ,21 24.Perekat, Enzim 17,993 7,821 52,848 76,146 5,368 76, Produk Hewani 95,113 66,199 86,25 2,5 235,55 13,75 26.Lain-lain 39,538,345 14,215,883 1,64,923 32,625,427 21,332,873 4,268,454 Total 368,725,485 26,797,9 28,357, ,814,398 24,86, ,4,367 Sumber: Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (diolah) 3. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN Pada triwulan I-213, sebagian besar sektor mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, kecuali sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan output sebesar 3,91% (qtq), sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar 4,41% (qtq), serta sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh 1,44% (qtq). Ketiga sektor inilah yang memberikan kontribusi dan menahan perlambatan sektor lainnya sehingga ekonomi triwulanan Provinsi Lampung tetap tercatat tumbuh sebesar 8,97% (qtq). Kontribusi terbesar dicatatkan oleh sektor pertanian sebesar 9,85%, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertambangan dan galian yang masing-masing memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar,24% dan,9%. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi triwulan I-213 Provinsi Lampung mencapai 5,81% (yoy) yang utamanya disumbang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 1,34%, diikuti sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1,21%, sektor industri pengolahan sebesar 1,18%, dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar,79%. Seluruh sektor 1

30 Kondisi Makro Ekonomi Regional mengalami pertumbuhan secara tahunan, dimana sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,29% (yoy), diikuti sektor angkutan dan komunikasi sebesar 1,4% (yoy) serta sektor industri pengolahan yang tumbuh 9,44% (yoy). Pertumbuhan pada triwulan I-213 ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan sektor pertanian yang merupakan pangsa terbesar dalam struktur ekonomi Lampung dari 6,33% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi,79% (yoy) pada triwulan laporan. Sektor Tabel 1.4. Pertumbuhan PDRB (%) Q I 212 (qtq) Q I 212 (yoy) Q IV 212 (qtq) Q IV 212 (yoy) Q I 213 (qtq) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Q I 213 (yoy) Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB dengan Migas Sumber: BPS Provinsi Lampung Grafik Pangsa PDRB Sektoral Triwulan I-213 Grafik Kontribusi Pertumbuhan PDRB Tahunan Sektoral Triwulan I-213 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.4% Pengangkuta n & Komunikasi 1.93% Perdagangan, Hotel & Restoran 16.16% Jasa-jasa 8.72% Bangunan 3.2% Listrik, Gas & Air Bersih.51% Pertanian 37.15% Pertambanga n & Penggalian 1.91% Industri Pengolahan 15.37% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan % Pengangkutan & Komunikasi % Jasa-jasa % 5,81% Pertanian % Perdagangan, Hotel & Restoran % Pertambangan & Penggalian.4.7% Industri Pengolahan % Listrik, Gas & Air Bersih.3.47% Bangunan % Sumber: BPS Provinsi Lampung 11

31 Kondisi Makro Ekonomi Regional SEKTOR PERTANIAN Secara triwulanan, output sektor pertanian mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 3,91% (qtq), sehingga menyumbang 9,85% pada pertumbuhan ekonomi triwulan Provinsi Lampung yang sebesar 8,97% (qtq). Tingginya sumbangan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan didorong oleh peningkatan output yang terjadi pada sub sektor tanaman bahan makanan yang sebesar 9,96% (qtq) karena panen raya tanaman bahan makanan (padi) mulai terjadi di akhir triwulan I-213. Sedangkan secara tahunan, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar,79% (yoy). Dengan demikian, sumbangan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I- 213 sebesar 5,81% (yoy) mencapai,32%. Sub sektor tanaman bahan makanan memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar,15% (yoy), dimana kontribusi tahunan yang tidak sebesar kontribusi triwulanan ini dikarenakan puncak panen raya round 1 pada tahun 213 terjadi pada akhir triwulan I-213 hingga awal triwulan II-213 sehingga output tanaman bahan makanan di penghujung triwulan I-213 belum optimal. Sub sektor yang memberikan kontribusi tertinggi pada pertumbuhan ekonomi tahunan untuk sektor pertanian adalah sub sektor perkebunan. Dengan pertumbuhan setahun mencapai 7,5% (yoy), sub sektor perkebunan memberikan kontribusi pertumbuhan tahunan sebesar,63%. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha bahwa Realisasi Kegiatan Dunia Usaha sub sektor perkebunan menunjukkan saldo bersih positif sebesar 1 pada triwulan I-213. Perkembangan harga tahun 213 yang semakin baik di tingkat petani terutama komoditas sawit yang sempat terpuruk di tahun 212 turut mendorong pertumbuhan output sub sektor perkebunan di triwulan I-213. Tabel 1.5. Harga Komoditas Perkebunan di Tingkat Petani Komoditas Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Kopi 15,25 16, 16,7 17,25 Sawit ,1 Tebu 1, 1, 1,5 1,5 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung Pertumbuhan produksi sektor pertanian terutama tanaman bahan makanan secara tahunan, sejalan dengan sasaran produksi tahun 213 yang dipublikasikan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa produksi sejumlah komoditas tanaman bahan makanan pada tahun 213 akan mengalami peningkatan dibandingkan 12

32 Kondisi Makro Ekonomi Regional tahun 212. Sasaran produksi padi tahun 213 sebesar 3,22 juta ton lebih tinggi 5,85% (yoy) daripada realisasi produksi tahun 212 yang sebesar 3,4 juta ton. Begitu juga dengan sasaran produksi kedelai dan ubi kayu yang telah ditargetkan meningkat masing-masing sebesar 87,9% (yoy) dan 1,% (yoy). Tabel 1.6. Sasaran Produksi Tanaman Bahan Makanan Provinsi Lampung No Komoditi Realisasi Produksi 212 (Ton) Sasaran Produksi 213 (Ton) Peningkatan (%) 1 Padi 3,44,792 3,222, Jagung 1,75,92 1,762, Kedelai 8,58 15, Kacang Tanah 1,692 13, Kacang Hijau 2,957 4, Ubi Kayu 8,37,479 9,27, Ubi Jalar 46,377 51, Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Grafik PDRB Sektor Pertanian Rp miliar (ADHK Tahun 2) Nilai PDRB qtq - axis kanan % 5, yoy - axis kanan 4 4, 3, , 1, I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik Kontribusi Sub Sektor Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi %, yoy Tanaman Bahan Makanan Peternakan & Hasilnya Perikanan Tanaman Perkebunan Kehutanan I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Lampung SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Secara triwulanan, output sektor industri pengolahan menunjukkan penurunan sebesar 1,65% (qtq), sehingga memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi triwulanan sebesar -,24%. Berdasarkan Indeks Produksi Manufaktur Besar dan Sedang yang dirilis oleh BPS Provinsi Lampung, sub sektor industri yang mengalami penurunan secara triwulanan adalah industri makanan (-2,7%), sedangkan industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya mengalami pertumbuhan sebesar 1,6% (qtq), begitu juga dengan industri karet, barang dari karet dan plastik yang tumbuh sebesar 1,99% 13

33 Kondisi Makro Ekonomi Regional (qtq). Salah satu penyebab dari penurunan output pada industri makanan berasal dari industri pengolahan gula yang sedang tidak berproduksi optimal pada triwulan I-213 karena belum memasuki masa panen tanaman tebu yang menjadi bahan baku industri ini. Perlambatan tersebut juga dikonfirmasi oleh kontak liaison industri pengolahan yang berbasis komoditas perkebunan, antara lain dari industri pengolahan singkong menjadi tepung tapioka. Perlambatan di sektor industri pengolahan ini juga sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-213 yang menunjukkan saldo bersih negatif, yaitu sebesar Indikasi lainnya adalah adanya penurunan persediaan bahan baku yang akan digunakan untuk proses industri pada triwulan I-213. Hal ini terlihat dari penurunan volume impor bahan baku olahan untuk industri pada triwulan IV-212 sebesar -23,94% (qtq) dan penurunan volume impor barang modal sebesar 23,88% (qtq) dari volume impor triwulan sebelumnya, serta belum terjadi peningkatan yang signifikan pada volume impor bahan baku dan barang modal di triwulan I-213. Sedangkan secara tahunan, sektor industri pengolahan tetap tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 9,44% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I-213 mencapai 1,18%. Kontribusi tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-212 yang tercatat sebesar 1,48%, namun jauh meningkat dibandingkan kontribusi pada periode yang sama tahun 212 yang mencapai,7%. Pertumbuhan output industri pengolahan secara tahunan sejalan dengan hasil liaison yang menunjukkan optimisme pelaku usaha di bidang industri pengolahan terutama pengolahan makanan dan minuman (minuman kaleng, minyak goreng, dan kopi) terhadap peningkatan kinerja produksi karena pertumbuhan output tanaman hasil pertanian dan demand domestik maupun ekspor yang terus membaik. Kondisi tersebut juga tercermin pada data ekspor industri manufaktur dari provinsi Lampung yang menunjukkan peningkatan dari sebesar US$568 juta pada triwulan I- 212 menjadi US$582 juta di triwulan I-213 atau naik 2,2% (yoy). Rp miliar 1,6 1,4 1,2 1, Grafik Sektor Industri Pengolahan (ADHK Tahun 2) Nilai PDRB yoy - axis kanan qtq - axis kanan 9.44 I II III IV I II III IV I (1.65) % Grafik Volume Impor Bahan Baku Olahan untuk Industri ton 25, 2, 15, 1, 5, - Bahan Baku Olahan untuk Industri Barang Modal I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter BI 14

34 Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nov Des Jan Feb Kondisi Makro Ekonomi Regional SEKTOR LISTRIK, AIR DAN GAS Output sektor listrik, gas, dan air bersih pada triwulan I-213 mengalami penurunan sebesar 7,19% (qtq) dan memberikan kontribusi sebesar -,3% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan. Penurunan output sub sektor listrik pada ini sejalan dengan data PLN Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa jumlah pelanggan PLN dan volume penjualan hingga Februari 213 mengalami penurunan dari akhir triwulan IV-212. Penurunan volume penjualan dari 25 juta Kwh pada Desember 212 menjadi hanya 229 juta Kwh pada Februari 213 berkaitan dengan naiknya Tarif Tenaga Listrik (TTL) sejak awal triwulan I-213 yang mendorong penghematan oleh konsumen tenaga listrik. Namun, secara tahunan sektor listrik, gas dan air bersih tercatat masih mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 7,28% (yoy). Dengan demikian, sumbangan sektor listrik, gas, dan air bersih terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I-213 mencapai,3%, dimana sub sektor listrik memberikan andil tertinggi dibandingkan sub sektor lainnya. Sub sektor listrik masih mencatat pertumbuhan sebesar 9,32% (yoy) seiring dengan bertambahnya peningkatan pasokan listrik karena telah beroperasinya PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) Ulu Belu Unit I dan II di Lampung sejak Desember 212. Grafik PDRB Sektor Listrik, Air Rp miliar dan Gas (ADHK Tahun 2) % Nilai PDRB qtq - axis kanan 5 yoy - axis kanan (7.19) 1-5 I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.3. Jumlah Pelanggan & Volume Penjualan Listrik (ribu) Kwh KK 3, Volume Penjualan Jumlah Pelanggan 1,45 25, 1,4 2, 1,35 1,3 15, 1,25 1, 1,2 5, 1,15-1,1 Sumber : PT. PLN Provinsi Lampung SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR) Pada triwulan I-213, sektor PHR mengalami peningkatan sebesar 1,44% (qtq) dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan sebesar,24%. Sedangkan secara tahunan, sektor ini juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,87% (yoy). Bila dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 212 sebesar 7,3% (yoy) dan triwulan IV-212 yang sebesar 5,3% (yoy), sektor PHR mengalami trend percepatan. 15

35 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Kondisi Makro Ekonomi Regional Kontribusi sektor PHR terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I-213 mencapai 1,34% dan merupakan yang tertinggi selama triwulan I Dari kontribusi mencapai 1,34% tersebut, sebesar 1,2% berasal dari sub sektor perdagangan, sedangkan sisanya berasal dari sub sektor restoran dan sub sektor hotel, yaitu masing-masing sebesar,14% dan,4%. Secara tahunan, sub sektor perdagangan mengalami pertumbuhan tahunan hingga mencapai 8,83% (yoy). Tumbuhnya aktivitas ekonomi pada sub sektor ini tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari indeks pendapatan rumah tangga yang dirilis BPS Provinsi Lampung yang masih berada pada level optimis yaitu 12,76 dan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan yang juga meningkat dari 97,73 pada triwulan sebelumnya menjadi 1,74 pada triwulan laporan. Selain itu, penyaluran kredit perbankan mengalami pertumbuhan 23,24% (yoy) atau menjadi Rp9,45 triliun. Di sisi lain, sub sektor perhotelan hanya memberikan kontribusi tahunan sebesar,4% sehubungan dengan penurunan output secara triwulanan sebesar 6,6% (qtq), walaupun secara tahunan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,31% (yoy). Hal ini terkonfirmasi oleh hasil liaison ke sub sektor hotel yang menyatakan bahwa tingkat hunian kamar mengalami pola penurunan pada triwulan I dan II, serta mengalami pola peningkatan pada triwulan II dan IV. Penurunan output triwulan sub sektor hotel juga terkonfirmasi melalui hasil SKDU dengan Saldo Bersih sebesar -,7. Rp miliar 2, 1,5 1, 5 Grafik PDRB Sektor PHR (ADHK Tahun 2) Nilai PDRB qtq - axis kanan 12 yoy - axis kanan I II III IV I II III IV I % % Grafik Tingkat Penghunian Kamar Provinsi Lampung TW I '12 TW II '12 TW III '12 TW IV '12 TW I '13 Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : BPS Provinsi Lampung SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Pada periode laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan 2,54% (qtq) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan sebesar -.23%, walaupun secara tahunan tetap mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,4% (yoy). Secara tahunan, pertumbuhan pada sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan yang tertinggi kedua setelah 16

36 Kondisi Makro Ekonomi Regional sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I-213 mencapai,79%. Kontribusi terbesar pada sektor ini berasal dari sub sektor komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 17,6% (yoy), sehingga memberikan kontribusi terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi mencapai,42%. Peningkatan output pada sub sektor ini diantaranya karena terus tumbuhnya transaksi data dan infrastruktur komunikasi yang tercermin dari kenaikan jumlah pemancar (penggunaan kanal frekuensi menurut service) di Provinsi Lampung yang mengalami peningkatan selama 4 tahun terakhir dan akan terus bertambah terutama dari kanal frekuensi fixed service-public serta land mobile-public (GSM/telepon seluler). Pertumbuhan output yang terjadi pada sub sektor angkutan terutama terjadi pada angkutan rel yang mengalami pertumbuhan 13,19% (yoy) dan menyumbang pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar,4%. Hal ini terindikasi dari nilai output bongkar barang kereta api yang meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya karena angkutan barang terutama batubara melalui rel merupakan penyumbang terbesar pendapatan kereta api di Provinsi Lampung. Pada triwulan I-213 jumlah bongkar barang kereta api di Provinsi Lampung mencapai ton lebih tinggi 6,8% (yoy) dibandingkan triwulan I-212 yang sebesar 2.59 ton. Grafik PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (ADHK Tahun 2) Rp miliar Nilai PDRB qtq - axis kanan % 1, yoy - axis kanan (2.54) I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Lampung Pemancar Broadcast Fixed Service 12, Land Mobile (Private) Land Mobile 1,663 (Public) 1, Satellite 8,283 9,46 Total 8, 7,167 6, 4, 2, - Grafik Perkembangan Jumlah Pemancar di Lampung Sumber : Statistik Postel Kemenkominfo RI SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Pada triwulan I-213, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami penurunan sebesar 3,13% (qtq) dan memberikan kontribusi sebesar -.37% pada pertumbuhan triwulanan. Perlambatan ini terutama dikontribusi oleh sub sektor bank sebesar -.45% yang terjadi karena menurunnya hasil imputasi jasa, penerimaan netto dari transaksi devisa, provisi dan komisi, serta penurunan pendapatan operasional lainnya dibandingkan triwulan sebelumnya. 17

37 Kondisi Makro Ekonomi Regional Secara tahunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masih mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 12,29% (yoy) yang merupakan pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan I-213. Kontribusi `sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I-213 mencapai 1,21%, dimana kontribusi sub sektor bank memberikan kontribusi yang tertinggi, yaitu sebesar,79%. Perkembangan sub sektor bank secara tahunan sebesar 14,19% (yoy) sejalan dengan peningkatan pada output perbankan di Lampung, dimana penyaluran kredit meningkat 25,4% (yoy) sedangkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga meningkat 17,36% (yoy). Grafik PDRB Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Keuangan (ADHK Tahun 2) Rp miliar Nilai PDRB qtq - axis kanan 1,5 yoy - axis kanan 1, 5 I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Lampung % (3.13) Rp miliar 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, Grafik Penyaluran Kredit & DPK Perbankan Lampung DPK Kredit 36,527 26,138 I II III IV I II III IV I Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) SEKTOR LAIN-LAIN Pada triwulan I-213, sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 4,41% (qtq) atau 2,9% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I-213 mencapai,4%, dimana kontribusi terbesar terjadi pada sub sektor pertambangan non migas dan penggalian. Sementara itu, sektor bangunan pada triwulan I-213 tercatat mengalami penurunan output secara triwulanan, yaitu sebesar -1,56% (qtq) yang sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha triwulan I-213 yang menunjukkan Saldo Bersih negatif sebesar pada sektor bangunan. Namun, secara tahunan masih mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 5,8% (yoy) dengan kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I-213 mencapai,24%. Pertumbuhan ini terkonfirmasi oleh data konsumsi semen di Provinsi Lampung pada triwulan I-213 yang meningkat sebesar 5,8% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, sektor jasa-jasa mengalami penurunan sebesar 3,2% (qtq) meskipun secara tahunan tumbuh 8,88% (yoy), sehingga kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai,66%. Peningkatan pada sektor ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha triwulan I- 213 yang menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan output terutama pada sub sektor jasa swasta (SB = 33,33). 18

38 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian (ADHK Tahun 2) Rp miliar , Nilai PDRB yoy - axis kanan qtq - axis kanan I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik PDRB Sektor Jasa-Jasa (ADHK Tahun 2) Rp miliar Nilai PDRB qtq - axis kanan yoy - axis kanan % (3.2) I II III IV I II III IV I % Grafik PDRB Sektor Bangunan (ADHK Tahun 2) Rp miliar Nilai PDRB qtq - axis kanan % yoy - axis kanan (1.56) I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.4. Saldo Bersih Realisasi Kegiatan Dunia Usaha Triwulan I-213 Jasa - Jasa Bangunan Industri Pengolahan Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : SKDU KPw BI Prov. Lampung Triwulan I

39 Perkembangan Inflasi BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI Kurangnya pasokan bahan pangan khususnya bumbu-bumbuan menjadi faktor utama penyebab inflasi Provinsi Lampung. Inflasi triwulan I-213 mencapai 2,73% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar,59% (qtq). 1. KONDISI UMUM Inflasi Provinsi Lampung triwulan I-213 mencapai 2,73% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Trend peningkatan inflasi periode ini sebagai dampak tekanan harga pada kelompok tanaman hortikultura. Tekanan harga tersebut disebabkan oleh faktor gangguan pasokan dari daerah penghasil dan dampak adanya kebijakan pembatasan impor hortikultura TW I TW II Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Berdasarkan disagregasi, inflasi triwulan I- 213 dominan disumbang oleh inflasi volatile foods yang mencapai 2,13%, inflasi inti mencapai,47% dan inflasi kelompok administered price sebesar,13%. Komoditas penyumbang terbesar pada kelompok volatile foods adalah Bawang Putih dan Bawang Merah, sedangkan inflasi inti paling besar disumbang oleh upah Tukang Bukan Mandor, Sate dan Nasi. Kenaikan harga pada kelompok inti merupakan dampak turunan dari meningkatnya harga bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan bawang putih. Adapun komoditas penyumbang inflasi pada kelompok administered price adalah Tarip Listrik, dimana kenaikan harga tarip listrik berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 3 Tahun 212 tentang Tarif Tenaga Listrik (TTL) dilakukan setiap awal triwulan selama tahun 213. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi triwulan I-213 disumbangkan oleh kelompok bahan makanan sebesar 2,7%, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar,36%, kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar sebesar,29%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar,4%, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar,2% dan kelompok kesehatan,1%. Di sisi lain kelompok yang menahan laju inflasi adalah kelompok sandang yang mengalami deflasi sebesar,5%. TW III TW IV TW I Nasional (qtq) Bdl (qtq) Sumber : BPS Provinsi Lampung 2

40 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar % Perkembangan Inflasi Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Pengeluaran Triwulan I-213 Kelompok Pengeluaran Laju Inflasi Kontribusi Inflasi UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN.24.1 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA.6.4 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K.19.2 Sumber : BPS Provinsi Lampung Bila dibandingkan 66 kota se-indonesia yang disurvei oleh BPS, inflasi Lampung yang direpresentasikan oleh inflasi kota Bandar Lampung pada triwulan I-213 berada pada peringkat ke-17. Sementara itu di Sumatera, inflasi kota Bandar Lampung berada pada peringkat ke-2 tertinggi Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional (yoy) Sumber : BPS Provinsi Lampung Bdl (yoy) 2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Pada Januari 213, inflasi kota Bandar Lampung mencapai 1,% (mtm), mengalami kenaikan dibandingkan inflasi Desember 212 sebesar,65% (mtm). Berdasarkan disagregasi, penyumbang inflasi terbesar periode Januari 213 berasal dari kelompok inflasi volatile foods yang mencapai,89%. Penyumbang inflasi volatile foods terbesar berasal dari Bawang Putih dan Beras. Pada periode ini, curah hujan dan gelombang laut yang tinggi telah menyebabkan tidak kondusifnya Tabel 2.2. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Januari 213 No. Komoditas Kelompok Andil Inflasi 1 Bawang Putih Volatile foods.11 (%) 2 Beras Volatile foods.11 3 Tomat Sayur Volatile foods.8 4 Cabe Merah Volatile foods.8 5 Kembung/Gembung Volatile foods.7 6 Sawi Hijau Volatile foods.7 7 Daging Ayam Ras Volatile foods.6 8 Telur Ayam Ras Volatile foods.6 9 Tomat Buah Volatile foods.5 1 Batu Inti.4 Sumber : BPS Provinsi Lampung kondisi perairan Selat Sunda sehingga menjadi penghambat distribusi beberapa komoditas, terutama sayuran. Sedangkan kenaikan harga beras disebabkan oleh masih berlangsungnya masa tanam disejumlah daerah sentra produksi serta semakin menipisnya pasokan hasil musim panen tahun 212. Sementara itu, kelompok inti dan administered price menyumbang inflasi masingmasing sebesar,8% dan,3%. Sumbangan 21

41 1 Jan 3 Jan 5 Jan 7 Jan 9 Jan 11 Jan 13 Jan 15 Jan 17 Jan 19 Jan 22 Jan 24 Jan 28 Jan 9 Feb 11 Feb 19 Feb 21 Feb 23 Feb 26 Feb 28 Feb meter Perkembangan Inflasi inflasi terbesar kelompok inti berasal dari batu, kue kering berminyak, dan emas perhiasan. Sedangkan pada kelompok administered price inflasi dipicu oleh kenaikan harga rokok kretek filter. Selanjutnya pada Februari 213, inflasi Kota Bandar Lampung mencapai,73% (mtm). Penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok volatile foods sebesar,43% (mtm) diikuti kelompok inflasi inti dan administered price masing-masing sebesar,2% (mtm) dan,1% (mtm). Komoditas pendorong inflasi pada kelompok volatile foods diantaranya Bawang Putih, Tomat dan Bawang Merah. Kurangnya pasokan komoditas hortikultura pasca pembatasan impor dan gangguan distribusi akibat gelombang laut tinggi yang tidak kondusif terhadap pelayaran, menyebabkan harga komoditas sayuran dan bumbu-bumbuan mengalami trend meningkat. Komoditas pendorong inflasi pada kelompok inflasi inti, diantaranya Tukang Bukan Mandor, Ayam Goreng dan Kontrak Rumah. Sementara itu, komoditas pendorong inflasi pada kelompok administered price diantaranya adalah Tarip Listrik Grafik 2.3. Tinggi Gelombang Perairan Selat Sunda Januari - Februari 213 Sumber : meteomaritimtanjungpriok.net Tabel 2.3. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Februari 213 No. Komoditas Kelompok Andil Inflasi (%) 1 Bawang Putih Volatile foods.31 2 Tomat Buah Volatile foods.11 3 Tukang bukan mandor Inti.1 4 Tarip Listrik Adm Price.8 5 Bawang Merah Volatile foods.6 6 Ayam Goreng Inti.6 7 Nangka Muda Volatile foods.5 8 Kontrak Rumah Inti.5 9 Teri Volatile foods.5 1 Mas Volatile foods.4 Sumber : BPS Provinsi Lampung Inflasi kembali terjadi pada bulan Maret 213. Pada periode ini, inflasi mencapai,97% (mtm) dan dominan disebabkan oleh tekanan harga pada kelompok volatile foods (,79%). Kelompok inflasi inti memberikan sumbangan sebesar,18% dan kelompok administered price sebesar,2%. Inflasi kelompok volatile foods dipicu oleh kenaikan harga sejumlah komoditas diantaranya bawang merah, bawang putih dan jeruk. Kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh gangguan pasokan dari daerah penghasil dan terkait dengan adanya kebijakan pembatasan impor hortikultura. Lebih dari 5% pasokan bawang merah di Lampung berasal dari Jawa Tengah. Pada periode ini, petani bawang merah di Provinsi Jawa Tengah masih beralih ke komoditas padi sehubungan dengan musim penghujan yang dinilai tidak cocok untuk budidaya bawang merah. 22

42 Perkembangan Inflasi Musim tanam bawang merah diperkirakan akan mulai pada bulan Mei sampai Juli 213. Kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor beberapa komoditas juga turut memicu kenaikan harga pada komoditas bawang putih dan jeruk. Tabel 2.4. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Maret 213 No. Komoditas Kelompok Andil Inflasi (%) 1 Bawang Merah Volatile foods.58 2 Bawang Putih Volatile foods.33 3 Sate Inti.7 4 Nasi Inti.7 5 Jeruk Volatile foods.5 6 Tongkol Volatile foods.5 7 Kembung/Gembung Volatile foods.5 8 Rendang Inti.3 9 Kopi Bubuk Inti.2 1 Soto Inti.2 Sumber : BPS Provinsi Lampung Komoditas penyumbang inflasi pada kelompok inti diantaranya disumbangkan oleh sate, nasi, rendang dan soto. Kenaikan harga komoditas tersebut merupakan dampak turunan dari meningkatnya harga bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan bawang putih. Sedangkan pada kelompok administered price, komoditas yang terutama memicu inflasi adalah meningkatnya harga bensin jenis pertamax yang mengikuti perkembangan harga internasional. Grafik 2.4. Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Bulanan Tahun J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M Core Volatile Food Adm price Inflasi Bulanan Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) Secara triwulanan, inflasi Bandar Lampung pada triwulan I-213 mencapai 2,73% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar,59% (qtq) dan juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 212 sebesar,31% (qtq). Penyumbang terbesar inflasi 23

43 %, qtq Perkembangan Inflasi pada triwulan I-213 berasal dari inflasi volatile food sebesar 2,13% disusul kelompok inti sebesar,47% dan kelompok administered price sebesar,13%. Trend peningkatan inflasi ini merupakan dampak tekanan harga pada kelompok tanaman hortikultura terutama komoditas bawang putih dan bawang merah yang diakibatkan oleh gangguan pasokan dari daerah penghasil dan terkait kebijakan pembatasan impor hortikultura. Kurangnya pasokan bawang merah di Provinsi Lampung disebabkan oleh berkurangnya supply dari sentra penghasil bawang merah akibat musim penghujan yang dinilai tidak cocok untuk budidaya bawang merah. Tabel 2.5. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulanan Terbesar pada Triwulan I-213 No. Komoditas Kelompok Andil Inflasi (%) 1 Bawang Putih Volatile foods.76 2 Bawang Merah Volatile foods.69 3 Tomat Buah Volatile foods.17 4 Tukang Bukan Mandor Inti.1 5 Tarip Listrik Administered price.9 6 Tomat Sayur Volatile foods.8 7 Sate Inti.7 8 Nasi Inti.7 9 Kembung/Gembung Volatile foods.7 1 Beras Volatile foods.6 Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 2.5. Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Triwulanan Tahun Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Inflasi Triwulanan Core Volatile Food Adm price Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 24

44 Indeks Perkembangan Inflasi 2.3. Inflasi Tahunan (yoy) Secara tahunan harga komoditas barang dan jasa pada triwulan I-213 secara umum meningkat sebesar 6,81% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok volatile foods (4,18%) diikuti kelompok inflasi inti (2,44%) dan kelompok administered price (,21%). Pada kelompok volatile foods, penyumbang terbesar inflasi tahunan adalah komoditas Bawang Putih, Bawang Merah, Beras, Daging Sapi dan Jeruk. Adanya kebijakan pemerintah tentang pembatasan impor hortikultura periode Januari sampai Juni tahun 213 sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 6/PERMENTAN/OT.14/9/212 dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6/M-DAG/PER/5/212 menjadi faktor utama meningkatnya harga komoditas bawang putih, bawang merah dan jeruk. Tekanan ini ditambah dengan jumlah pasokan yang terbatas akibat belum mulainya masa panen raya untuk komoditas bawang merah dan beras, yang mengalami kemunduran masa tanam karena faktor cuaca yang belum kondusif. Sementara itu, kebijakan pengurangan impor sapi berdampak pada menurunnya pasokan dari feedlotter sehingga mendorong kenaikan harga daging sapi. Pada kelompok inflasi inti, penyumbang terbesar inflasi tahunan adalah SLTP, Nasi, Gula Pasir dan Roti Manis. Sedangkan komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok administered diantaranya adalah Tarip Listrik, Tarip Parkir, Rokok Kretek Filter dan Bahan Bakar Rumah Tangga. 3. EKSPEKTASI INFLASI Grafik 2.6. Sumbangan Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Tahunan Jan-13 Feb-13 Mar-13. Core Volatile Food Adm price Inflasi Umum (yoy) Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) Tingkat inflasi yang terjadi pada triwulan I-213 sejalan dengan ekspektasi pelaku usaha. Hal ini terindikasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Lampung triwulan IV-212 yang menunjukkan bahwa Saldo Bersih seluruh sektor bernilai positif (SB = 6,25). Selain itu, inflasi pada periode ini juga sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang menunjukkan bahwa pada triwulan I-213 konsumen berkeyakinan harga barang secara Grafik 2.7. Indeks Balance Score Keyakinan Konsumen terhadap Perubahan Harga 3 Bulan YAD Jan Feb Mar Apr MayJune Juli AgstSept Okt Nov Des Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi Lampung 25

45 Perkembangan Inflasi umum masih mengalami kenaikan (indeks = 187,5). 4. PERKEMBANGAN HARGA NOMINAL KOMODITAS BAHAN POKOK DI BANDAR LAMPUNG DIBANDINGKAN KOTA LAINNYA DI SUMATERA Inflasi merupakan fenomena kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi menunjukan perubahan harga barang/komoditas yang dinyatakan dalam presentase. Kenaikan harga barang dapat menjadi suatu indikator ekonomi yang buruk bagi suatu daerah karena dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, sehingga mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Meskipun inflasi suatu daerah lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya, namun harga nominal untuk suatu komoditas di suatu daerah pada waktu tertentu dapat lebih rendah, dan sebaliknya. Berikut ini harga nominal beberapa komoditas pada periode akhir Maret 213 di beberapa wilayah Sumatera. Tabel 2.6 Inflasi Bulanan di Kota Lain di Sumatera Kota Inflasi Bulanan (mtm) Tahun 213 Januari Februari Maret Bandar Lampung Palembang Banda Aceh Sumber : BPS Provinsi Lampung Tabel 2.7. Perbandingan Harga Komoditas di Bandar Lampung, Banda Aceh dan Palembang No. Komoditas Satuan Bandar Lampung Banda Aceh Palembang 1 Minyak Tanpa Merek/curah(sawit) kg Rp 9,375 Rp 1, Rp 9,333 2 Daging Sapi Murni kg Rp 85, Rp 1, Rp 116,183 3 Daging Ayam Broiler kg Rp 26,67 Rp 18,4 Rp 26,1 4 Telur Ayam Ras kg Rp 15,589 Rp 15,3 Rp 14,192 5 Cabe Merah Besar/Biasa kg Rp 18, Rp 18,667 Rp 37,391 6 Bawang Merah kg Rp 48,214 Rp 38,667 Rp 53,177 7 Cabe Merah Besar Keriting kg Rp 2, - Rp 36,742 8 Gula Pasir Lokal kg Rp 12,2 - Rp 12,7 9 Minyak Bimoli Botol Biasa 1 Liter L Rp 13,5 Rp 14, - 1 Daging Ayam Kampung kg Rp 55, Rp 48,4-11 Susu Bubuk Bendera 4 gr 4 gr Rp 28, Rp 24,5-12 Susu Kental Manis Bendera 397 gr 397 gr Rp 9, Rp 8, - 13 Garam Beryodium Halus kg Rp 3, Rp 2, - 14 Tepung Segitiga Biru kg Rp 7,4 Rp 7,5-15 Kedelai Lokal kg Rp 8,75 Rp 1, - 16 Indomie Kari Ayam bungkus Rp 1,6 Rp 2, - 17 Kacang Hijau kg Rp 12,5 Rp 14, - 18 Kacang Tanah kg Rp 17,786 Rp 22, - 19 Ketela Pohon kg Rp 2,5 Rp 3, - Keterangan: Tingkat harga paling tinggi Tingkat harga paling rendah Sumber : dan Survei Perkiraan Harga KPw BI Prov. Sumsel 26

46 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN triwulan pertama tahun 213, perkembangan perbankan di Provinsi Lampung masih menunjukkan kondisi yang cukup baik. Fungsi intermediasi masih menunjukkan peningkatan dimana LDR tercatat pada level yang cukup tinggi, namun kualitas kredit sedikit menurun. Di sisi lain, kegiatan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Lampung pada triwulan I-213 menunjukkan penurunan untuk pembayaran non tunai dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan untuk pembayaran tunai menunjukkan net inflow 1. PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN Kondisi perbankan Lampung pada triwulan I-213 secara umum menunjukkan kinerja yang baik, sebagaimana tercatat dari indikator utama seperti aset, pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan di Provinsi Lampung Rp Triliun Total Aset %, yoy Pertumbuhan (axis kanan) Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) mencapai 9,41% (qtq) atau 25,51% (yoy) I II III IV I II III IV I Jumlah aset perbankan secara triwulanan menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pertumbuhan aset di triwulan laporan sebesar 3,32% (qtq) menjadi sebesar Rp43,18 triliun, sedangkan secara tahunan aset mengalami pertumbuhan sebesar 2,53% (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah aset BPR yang beroperasi di Lampung mencatat pertumbuhan terbesar dari total perkembangan aset perbankan yaitu 27

47 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.1. Aset Perbankan No Uraian Trw I-212 (miliar Rp) Trw IV-212 (miliar Rp) Trw I -213 Posisi (miliar Rp) Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 35, , , Bank Umum 31, , , BPR 4, , , B Jenis Usaha Bank 35, , , Konvensional 33, , , Syariah 1, , , Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) Grafik 3.2. Porsi DPK per Jenis Simpanan Grafik 3.3. Perkembangan DPK per Jenisnya %, qtq Deposito 31.9% Giro 19.54% Tabungan 48.56% Giro Tabungan Deposito I II III IV I II III IV I Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat mengalami peningkatan sebesar 2,% (qtq) atau 12,3% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, giro tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan laporan yaitu sebesar 25,28% (qtq). Simpanan berjangka juga tercatat mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 5,5% (qtq), sedangkan tabungan mengalami penurunan sebesar 6,76% (qtq). Namun, secara tahunan seluruh jenis simpanan tetap menunjukkan pertumbuhan, dimana kenaikan tertinggi dicatatkan oleh tabungan sebesar 16,71%, kemudian diikuti oleh simpanan berjangka dan giro yaitu masing-masing sebesar 1,75% (yoy) dan 4,83% (yoy). Peningkatan giro yang cukup signifikan di triwulan I ini terutama terkait dengan siklus tahunan giro pemerintah daerah di awal tahun anggaran, ketika APBD yang dianggarkan telah menerima transfer dana perimbangan dari pemerintah pusat dan masih minimnya belanja daerah. 28

48 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Uraian Trw I 212 (miliar Rp) Trw IV-212 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Pangsa (%) Trw I- 213 qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 23, , , Bank Umum 2, , , BPR 3,5.22 3, , B Jenis Usaha Bank 23, , , Konvensional 22, , , Syariah , , C Jenis Simpanan 23, , , Giro 4, , , Tabungan 1, , , Deposito 7, , , Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) Tabel 3.2. DPK Perbankan Penyaluran kredit menunjukkan trend meningkat, dimana outstanding kredit tumbuh sebesar 4,61% (qtq) atau 25,4% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada jenis konsumsi baik secara triwulanan maupun tahunan yaitu sebesar 8,47% (qtq) atau 34,4% (yoy) diikuti oleh kredit jenis modal kerja yang tumbuh sebesar 4,31% (qtq). Sedangkan jenis kredit investasi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,8% Penyaluran kredit pada beberapa sektor ekonomi menunjukkan peningkatan, yaitu sektor jasa umum, sektor lain-lain yang didominasi kredit konsumsi, sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor pertambangan dan sektor perdagangan. Sedangkan kredit pada sektor listrik, sektor industri, jasa sosial, dan sektor jasa angkutan mengalami penurunan pada triwulan laporan. Kredit untuk jasa umum pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 71,18% (qtq) meskipun secara tahunan masih lebih rendah dibanding pertumbuhan sektor pertambangan yang meningkat sebesar 698,13%(yoy) dibandingkan dengan triwulan tahun sebelumnya karena bertambahnya investasi di sektor pertambangan batubara sejak triwulan II-212. Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan Bank Indonesia Provinsi Lampung triwulan I-213, diperoleh informasi bahwa membaiknya prospek usaha nasabah menjadi alasan peningkatan kredit perbankan selama triwulan laporan. Selain itu tingkat suku bunga kredit yang stabil seiring tidak terdapatnya perubahan BI rate (tetap berada pada level 5,75%) menjadi alasan perbankan dapat meningkatkan penyaluran kreditnya. 29

49 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Uraian Trw I 212 (miliar Rp) Trw IV- 212 (miliar Rp) Trw I Posisi (miliar Rp) Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Usaha Bank 29, , , Konvensional 27, , , Syariah 1, ,1.11 2, B Jenis Penggunaan 29, , , Modal Kerja 13, , , Investasi 6, , , Konsumsi 9, , , C Sektor Ekonomi 29, , , Pertanian 3, , , Pertambangan Industri 2, , , Listrik Konstruksi 1, , , Perdagangan 7, , , Angkutan ,3.34 1, Jasa Umum Jasa Sosial Lain-lain 1, , , Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Perbankan Grafik 3.4 Rasio LDR & NPL Perbankan Lampung LDR (%) NPL (%) I II III IV I II III IV I Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) 2. Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan penghimpunan DPK menyebabkan indikator intermediasi perbankan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 136,26% pada triwulan IV-212 menjadi 139,75% pada triwulan laporan. Di sisi lain, rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan menunjukkan peningkatan dari 2,9% pada triwulan IV-212 menjadi 2,19% di triwulan laporan. Angka tersebut masih di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan secara nasional yaitu 5%. Namun demikian, prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit harus senantiasa ditaati. 3

50 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2. BANK UMUM 2.1. Kelembagaan Bank Umum Jumlah bank umum yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung hingga triwulan I-213 yaitu sebanyak 35 bank, dengan rincian 2 Bank Pembangunan Daerah, 4 Bank Persero, dan 29 Bank Umum Swasta Nasional dimana 5 diantaranya beroperasi secara syariah. Selain itu, terdapat 3 Bank Umum Konvensional yang memiliki unit usaha syariah (UUS). Jumlah kantor bank umum yang beroperasi di Provinsi Lampung terdiri dari 1 Kantor Pusat (Bank Lampung), 56 Kantor Cabang, 335 Kantor Cabang Pembantu, dan 42 Kantor Kas. Tabel 3.4. Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per Maret 213 Sumber : Laporan Bank Umum (diolah) 2.2. Perkembangan Aset Bank Umum Total aset bank umum di Lampung terus mengalami perkembangan, dan pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan sebesar 2,43% (qtq) atau 19,78% (yoy). Peningkatan jumlah aset tersebut ditopang oleh pertumbuhan aset pada bank umum konvensional maupun syariah. Aset Bank Umum Konvensional (BUK) meningkat sebesar 2,28% (qtq) dari Rp34,31 triliun menjadi Rp35,9 triliun dengan pertumbuhan tahunan sebesar 19,7% (yoy). Sedangkan aset Bank Umum Syariah (BUS) meningkat 4,93% (qtq) atau 32,11% (yoy), sehingga jumlah aset BUS pada triwulan laporan mencapai Rp2,24 triliun. 31

51 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.5. Aset Bank Umum TW IV- TW I-213 No Uraian TW I TW I Pangsa qtq (%) yoy (%) Aset Bank Umum (miliar Rp) 31, , , (%) Bank Umum Konvensional 29, , , Bank Umum Syariah 1, , , Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Grafik 3.5. Aset Bank Umum di Provinsi Rp Triliun Lampung Aset BUK Aset BUS Total Bank Umum I II III IV I II III IV I Grafik 3.6. Perkembangan Aset per Jenis %, yoy Usaha Bank 1 Aset BUK Aset BUS I II III IV I II III IV I Sumber : Laporan Bank Umum (diolah) Sumber : Laporan Bank Umum (diolah) Sumber : Laporan Bank Umum (diolah) Menurut lokasi kantor bank, aset Bank Umum di Kota Bandar Lampung memiliki pangsa terbesar mencapai 82,24% dengan nilai sebesar Rp3,7 triliun atau meningkat sebesar,81% dibandingkan triwulan IV-212. Sementara itu, Bank Umum di Kabupaten Lampung Barat tercatat mengalami pertumbuhan aset paling tinggi yaitu 168,72% (qtq), hal ini karena Lampung Barat baru saja memiliki kantor cabang bank umum yang beroperasi sejak triwulan III-212. Sedangkan Kabupaten Lampung Utara mencatat penurunan aset sebesar 1,74% (qtq) meskipun secara tahunan masih menunjukan pertumbuhan yang positif yakni 12,48% (yoy). Tabel 3.6. Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja 32

52 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.3.Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Dari sisi penghimpunan dana, nilai DPK Bank Umum pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 2,13% (qtq) atau 12,57% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan masih menjadi produk simpanan yang paling banyak diminati oleh masyarakat dengan pangsa sebesar 53,% dari total DPK, sisanya dibagi hampir rata oleh simpanan yang berbentuk Deposito dan Giro yaitu masing-masing sebesar 24,57% dan 22,43%. Walaupun memiliki pangsa terbesar, pada triwulan laporan, tabungan menunjukkan penurunan mencapai 7,36% (qtq). Di sisi lain, simpanan berupa giro mencatat pertumbuhan tertinggi secara triwulanan yaitu sebesar 25,28% (qtq) diikuti oleh deposito yang meningkat 7,75% (qtq). Secara tahunan, tabungan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 16,5% (yoy) kemudian diikuti oleh Deposito dan Giro yang masing-masing meningkat 11,97% (yoy) dan 4,83% (yoy). Tabel 3.7. DPK Bank Umum No Uraian TW I 212 TW IV 212 Posisi (Rp miliar) TW I 213 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Simpanan 2, , , Giro 4, , , Tabungan 1, , , Deposito 4, , , B Jenis Usaha Bank 2, , , Konvensional 19, , , Syariah , , Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Kenaikan simpanan berbentuk giro yang cukup signifikan secara triwulanan terutama disebabkan oleh meningkatnya giro pemerintah daerah sebesar 219,37% (qtq) yaitu dari Rp,81 triliun pada triwulan IV-212 menjadi Rp2,59 triliun pada triwulan laporan. Giro pemerintah pusat juga mengalami kenaikan sebesar 54,32% (qtq), sedangkan giro lainnya (swasta, BUMN/D, dan lembaga negara) menunjukkan penurunan sebesar 22,69% (qtq). Peningkatan giro ini terutama terkait dengan siklus tahunan giro pemerintah daerah di awal tahun anggaran, ketika APBD yang dianggarkan telah menerima transfer dana perimbangan dari pemerintah pusat dan masih minimnya belanja daerah. 33

53 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.7. DPK Bank Umum Rp Triliun Giro Tabungan 25 Deposito Total DPK I II III IV I II III IV I Grafik 3.8. DPK Jenis Giro Bank Umum Rp Triliun Lampung 3.5 pemerintah pusat pemda lain-lain I II III IV I II III IV I Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Berdasarkan lokasi bank, penghimpunan DPK bank umum di Kota Bandar Lampung memiliki pangsa terbesar yakni sebesar 76,57% (Rp17,43 triliun) walaupun turun 3,46% (qtq) dibandingkan triwulan IV-212. Kabupaten Lampung Barat tercatat sebagai daerah yang memiliki pertumbuhan tertinggi secara triwulanan sebesar 274,31% (qtq), Pada triwulan laporan, selain Kota Bandar Lampung, Kabupaten Tanggamus juga tercatat mengalami penurunan DPK secara triwulanan sebesar 1,52% (qtq) walaupun secara tahunan tetap tumbuh positif sebesar 22,% (yoy). Tabel 3.8. Porsi DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja TW I 213 Daerah TW I 212 TW IV 212 Pangsa Posisi (%) qtq (%) yoy (%) Metro 1, , , Bandar Lampung 15, , , Tanggamus Tulang Bawang Lampung Barat Lampung Utara 1, , , Lampung Tengah Lampung Selatan DPK (miliar) 2, , , Perkembangan Kredit Bank Umum Pada triwulan I-213 terjadi peningkatan outstanding kredit sebesar 2,66% (qtq) atau 25,13% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja dan konsumsi mengalami pertumbuhan baik secara triwulanan maupun tahunan, sedangkan kredit investasi mengalami penurunan dalam periode triwulanan, walaupun secara tahunan masih mencatatkan pertumbuhan. 34

54 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.9. Kredit per Jenis Penggunaan Rp Triliun 35 Modal Kerja Investasi Konsumsi I II III IV I II III IV I Grafik 3.1. Porsi Kredit per Jenis Penggunaan Konsumsi 28.55% Investasi 23.15% Modal Kerja 48.3% Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Kredit Modal Kerja masih menjadi pangsa terbesar dari total kredit bank umum yaitu mencapai 48,3% dan mencatat pertumbuhan tertinggi baik secara triwulanan maupun tahunan yaitu sebesar 4,4% (qtq) atau 26,45% (yoy) menjadi Rp.15,25 triliun. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kredit Perbankan Triwulan I 213 yang menunjukan bahwa kredit modal kerja merupakan prioritas penyaluran kredit bank umum di Lampung. Kredit konsumsi yang didominasi oleh KPR dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor mengalami kenaikan sebesar 2,92% (qtq) atau 25,95% (yoy) Sementara itu, kredit investasi tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulanan IV- 212 yaitu sebesar 1,11% (qtq) walaupun secara tahunan masih menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 21,52% (yoy). Berdasarkan jenis usahanya, Bank Umum Syariah (BUS) maupun Bank Umum Konvensional (BUK) di Provinsi Lampung mencatat pertumbuhan kredit triwulanan masing-masing sebesar 6,41% (qtq) dan 2,41% (qtq). Secara tahunan, kredit BUS dan BUK tumbuh positif masing-masing sebesar 3,96% (yoy) dan 24,76% (yoy). Grafik Porsi Kredit per Sektor Ekonomi Jasa Sosial 2.73% Jasa Umum 3.% Angkutan 2.98% Lain-lain 29.22% Pertanian 16.89% Perdagangan 28.82% Pertambangan 1.7% Industri 8.72% Listrik.8% Konstruksi 5.86% Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) 35

55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan penyaluran kredit terjadi pada sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor konstruksi, sektor angkutan, jasa umum dan lain-lain. Sedangkan sektor industri, sektor listrik, sektor perdagangan dan sektor jasa sosial mengalami penurunan. Sektor jasa umum mencatat pertumbuhan tertinggi di triwulan laporan yaitu sebesar 73,59% (qtq) atau 16,58% (yoy) walau bukan merupakan pangsa terbesar secara sektoral karena Bank Umum pada triwulan I-213 lebih banyak menyalurkan kreditnya di sektor lain-lain dan sektor perdagangan yang memiliki porsi masing-masing mencapai 29,22% dan 28,82%. Tabel 3.9. Kredit Bank Umum No Uraian Trw I 212 Trw IV-212 Trw I (miliar Rp) (miliar Rp) Posisi Pangsa qtq (%) yoy (%) A Jenis Usaha Bank 25,24.6 3,766.3 (miliar 31, Rp) 1. (%) Konvensional 23, , , Syariah 1, , , B Jenis Penggunaan 25,24.6 3, , Modal Kerja 12, , , Investasi 6, , , Konsumsi 7, , , C Sektor Ekonomi 25,24.6 3, , Pertanian 3, ,5.34 5, Pertambangan Industri 2, , , Listrik Konstruksi 1, , , Perdagangan 7, , , Angkutan Jasa Umum Jasa Sosial Lain-lain 8, , , Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Tabel 3.1. Porsi Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja TW I 213 Daerah TW I 212 TW IV 212 Pangsa Posisi (%) qtq (%) yoy (%) Metro 1, ,41.6 1, Bandar Lampung 2, , , Tanggamus Tulang Bawang Lampung Barat Lampung Utara 1, , , Lampung Tengah Lampung Selatan Kredit (miliar) 25,24.6 3, , Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Berdasarkan lokasi bank, penyaluran kredit pada triwulan laporan masih didominasi oleh penyaluran kredit di kota Bandar Lampung yang mencapai 82,79% dari total kredit bank umum dan tumbuh 1,36% (qtq) menjadi Rp26,15 triliun. Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di Kabupaten Lampung Barat sebesar 11,68% (qtq). 36

56 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.5. Kualitas Kredit Meningkatnya penyaluran kredit Bank Umum di Provinsi Lampung tidak sejalan dengan Grafik Perkembangan NPL Bank Umum % 4. BUK BUS Bank Umum I II III IV I II III IV I kualitas pengembalian kredit, sebagaimana tampak pada peningkatan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,17% pada triwulan IV-212 menjadi 2,28% pada triwulan laporan. Rasio NPL BUK meningkat dari 2,19% pada triwulan IV- 212 menjadi 2,3% pada triwulan laporan. Demikian juga kualitas kredit BUS, dimana rasio NPF BUS naik dari 1,8% pada triwulan IV-212 menjadi 1,92% pada triwulan laporan. Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) 2.6. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Semakin baiknya fungsi intermediasi bank umum diantaranya tercermin oleh penurunan suku bunga pinjaman,7% (qtq) dari 13,57% pada triwulan IV-212 menjadi 13,5% pada triwulan laporan. Meski demikian, suku bunga simpanan naik sebesar,34%, yaitu dari 2,76% pada triwulan IV-212 menjadi 3,1% pada triwulan laporan. Kondisi tersebut membuat spread suku bunga semakin rendah, yaitu dari 1,81% di triwulan IV-212 menjadi 1,4% di triwulan laporan. % Grafik Perkembangan Suku Bunga dan Spread Suku Bunga Bank Umum simpanan spread kredit BI rate I II III IV I II III IV I % Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga DPK Bank Umum Giro Tabungan Simpanan Berjangka I II III IV I II III IV I Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) 37

57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Suku bunga simpanan bank umum berupa giro dan simpanan berjangka pada triwulan I- 213 menunjukkan peningkatan. Suku bunga giro mengalami peningkatan dari 2,73% menjadi 3,97% pada triwulan laporan, suku bunga simpanan berjangka meningkat dari 5,6% pada triwulan IV-212 menjadi 5,19% pada triwulan laporan. Sedangkan suku bunga tabungan mengalami penurunan dari 1,77% menjadi 1,72% Intermediasi Bank Umum: Loan to Deposit Ratio Rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) bank umum di Provinsi Lampung meningkat dari 138,1% pada triwulan IV-212 menjadi 138,72% di triwulan laporan, begitu juga jika dibandingkan dengan triwulan I-212 yang tercatat sebesar 124,79%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan intermediasi bank umum di Provinsi Lampung sampai dengan triwulan laporan terus mengalami peningkatan. Grafik Perkembangan Intermediasi BU Rp miliar 4, 3, 2, 1, - Loan Deposit LDR (%) axis kanan I II III IV I II III IV I % LDR NPL (axis kanan) Grafik Tingkat Intermediasi BU Per Kabupaten % Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Berdasarkan lokasi kantor Bank Umum, Kota Bandar Lampung memiliki rasio LDR tertinggi, yaitu mencapai 149,99% pada triwulan laporan. Sedangkan rasio LDR di Kabupaten Lampung Selatan merupakan yang terendah sebesar 64,99% pada triwulan laporan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Nilai outstanding kredit UMKM pada triwulan I-213 mengalami peningkatan sebesar 1,2% (qtq) atau 13,89% (yoy). Porsi kredit UMKM dari total kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Lampung sebesar 33,53%. Hal ini sejalan dengan perhatian Bank Indonesia untuk mendorong pembiayaan perbankan kepada UMKM, dimana BI telah menetapkan kewajiban 38

58 Rp Triliun Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran minimal rasio kredit UMKM dari total kredit secara bertahap hingga mencapai minimal 2% pada tahun 218. Grafik Perkembangan kredit UMKM I II III IV I II III IV I Modal Kerja Konsumsi Investasi Sumber: Laporan Bank Umum (diolah) Dari total outstanding kredit UMKM sebesar Rp1,59 triliun, sebanyak 8,2% (Rp8,5 triliun) digunakan untuk modal kerja, dan 19,23% (Rp2,4 triliun) untuk investasi. Sedangkan sisanya yang sebesar,57% disalurkan kepada kredit konsumsi. Pertumbuhan triwulanan tertinggi dicatat oleh penyaluran kredit konsumsi sebesar 8,92% (qtq) sedangkan modal kerja meningkat sebesar 4,2% (qtq), sedangkan kredit investasi turun sebesar 9,8% (qtq) Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sejalan dengan upaya peningkatan realisasi KUR nasional, kinerja penyaluran KUR Provinsi Lampung pada triwulan I-213 juga menunjukkan perkembangan cukup baik yang ditandai dengan peningkatan baki debet maupun jumlah debitur. Penyaluran KUR di Provinsi Lampung pada triwulan I-213 mengalami peningkatan baki debet sebesar 3,43% (qtq) dan 26,68% (yoy) dengan pertumbuhan debitur 8,2% (qtq) dan 37,24% (yoy) atau mencapai 192,141 debitur. Secara nasional berdasarkan baki debet, penyaluran kredit KUR Provinsi Lampung tercatat berada pada ranking ke 13, dan ke 5 terbesar untuk wilayah Sumatera setelah Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. 39

59 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan KUR di Lampung 2,4 2, 1,6 1, plafond, Rp Miliar baki debet, Rp Miliar I II III IV I II III IV I % NPLs KUR Lampung NPLs KUR Nasional NPLs Perbankan Lampung I II III IV I II III IV I Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian diolah Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian diolah Prioritas penyaluran KUR di Provinsi Lampung berdasarkan baki kredit, didominasi oleh Sektor PHR dengan pangsa mencapai 43,62%, diikuti kemudian oleh Sektor Pertanian dengan pangsa sebesar 42,1%. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi penyaluran KUR di Provinsi Lampung cukup mendukung pembiayaan di sektor unggulan daerah yakni pertanian. Kualitas penyaluran KUR yang ditunjukkan oleh rasio Non Performing Loan (NPL) masih cukup baik yakni sebesar 1,5%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional yang mencapai 4,4%. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL KUR Lampung tertinggi terjadi di sektor PHR dan Sektor Pertanian yaitu masing-masing mencapai sebesar 1,31% dan,86%. 3. BANK PERKREDITAN RAKYAT Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, indikator kinerja BPR di Lampung tetap mengalami pertumbuhan walau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikator berupa penyaluran kredit, aset, dan penghimpunan dana mengalami pertumbuhan masing-masing mencapai 19,5% (qtq), 9,41% (qtq) dan 1,11% (qtq). Sementara itu kualitas kredit yang disalurkan sedikit mengalami penurunan, sebagaimana ditunjukkan oleh kenaikan rasio NPL dari 1,47% menjadi 1,64%. Grafik 3.2. Perkembangan Indikator Utama 7, BPR di Lampung Rp Miliar 6, 5, Aset Kredit DPK 4, 3, 2, 1, I II III IV I II III IV I Sumber: Laporan BPR (diolah) Grafik Pertumbuhan Indikator Utama BPR di lampung %, qtq Aset Kredit DPK I II III IV I II III IV I Sumber: Laporan BPR (diolah) 4

60 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Posisi BPR di Provinsi Lampung dibanding Nasional Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, total aset BPR secara nasional pada triwulan I-213 (posisi hingga bulan Februari 213) mencapai Rp68,28 triliun, tumbuh 19,19% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dari 33 Provinsi di Indonesia, Lampung menempati urutan ke-5 setelah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali. Kondisi ini mengindikasikan bahwa industri BPR di Lampung masih menunjukkan kinerja yang cukup baik dibanding wilayah lain di Indonesia, terutama untuk BPR yang berada di luar Pulau Jawa dan Bali. Perkembangan Kelembagaan BPR Hingga akhir triwulan I-213, tidak terdapat penambahan BPR di Provinsi Lampung dibandingkan triwulan IV-212 sehingga total BPR yang beroperasi di Provinsi Lampung sejumlah 33 BPR dengan lokasi kantor pusat meliputi Bandar Lampung (14 BPR), Metro (3 BPR), Lampung Tengah (5 BPR), Lampung Selatan (2 BPR), Lampung Utara (2 BPR), Lampung Timur (4 BPR), Tanggamus (1 BPR), Tulangbawang (1 BPR), dan Way Kanan (1 BPR). Untuk mendukung operasional pelayanan terhadap nasabah BPR, terdapat 31 Kantor Cabang, 11 Kantor Kas, dan 6 unit mesin ATM yang tersebar di Provinsi Lampung. Perkembangan Aset dan DPK BPR Aset BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,85 triliun atau tumbuh 9,41% (qtq). Peningkatan tersebut didorong oleh aset BPR konvensional (BPRK) yang mengalami pertumbuhan 9,63% (qtq) dan aset BPR Syariah (BPRS) yang tumbuh sebesar 3,24% (qtq). Indikator berupa Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan sebesar 1,11% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut berasal dari peningkatan tabungan sebesar 6,6% (qtq) atau 2,99% (yoy) dari Rp,59 triliun pada triwulan IV-212 menjadi Rp,63 triliun di triwulan laporan. Sedangkan produk deposito mengalami penurunan sebesar,6% (qtq) meskipun secara tahunan tetap tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 8,34% (yoy). Sementara itu, dilihat dari pangsa masing-masing jenis simpanan terhadap total DPK, simpanan berjangka secara umum masih menjadi pangsa terbesar yaitu mencapai 81,38%. 41

61 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Uraian Trw I 212 (miliar Rp) Tabel Aset & DPK BPR Trw IV-212 (miliar Rp) Trw I- 213 Posisi (miliar Rp) Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Aset 4, , , Konvensional 4, , , Syariah B DPK 3,5.22 3, , Konvensional 2, , , Syariah C Jenis DPK 3,5.22 3, , Tabungan Deposito 2, , , Sumber: Laporan BPR (diolah) Perkembangan Kredit BPR dan Kualitas Kredit BPR Outstanding kredit BPR hingga akhir triwulan laporan mencapai Rp4,94 triliun, meningkat 19,5% (qtq) atau 27,13% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, sebanyak 85,43% kredit BPR atau sebesar Rp4,22 triliun masih disalurkan untuk konsumsi dan diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit investasi yang masing-masing sebesar 12,45% dan 2,12%. Kredit konsumsi mencatat pertumbuhan tertinggi secara triwulanan 22,59% (qtq) maupun tahunan 55,34% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa industri BPR di Lampung cenderung memilih nasabah konsumtif yang relatif memiliki aspek risiko gagal bayar rendah seperti kredit kepada PNS di lingkungan Pemda Lampung. Grafik Perkembangan Kualitas Rp Miliar Kredit BPR di Lampung 6, 5, Kredit NPL (axis kanan) 4, , 3, , 1, I II III IV I II III IV I % Grafik Porsi Penyaluran Kredit BPR di Lampung Konsumsi 85.43% Modal Kerja 12.45% Investasi 2.12% Sumber: Laporan BPR (diolah) Sumber: Laporan BPR (diolah) Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit BPR untuk sektor perdagangan masih memiliki pangsa yang terbesar, setelah sektor lain-lain. Nominal kredit sektor perdagangan ini mencapai Rp,35 triliun dengan pangsa sebesar 7,2% dari total kredit BPR di triwulan laporan. 42

62 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Peningkatan jumlah penyaluran kredit oleh BPR tidak diimbangi dengan membaiknya kualitas kredit yang disalurkan, sebagaimana tercermin dari rasio NPL BPR yang naik dari 1,47% menjadi 1,64%. Peningkatan rasio NPL tersebut disebabkan oleh naiknya rasio NPL pada BPR konvensional dari 1,42% menjadi 1,61%, sedangkan rasio Non Performing Financing (NPF) BPR Syariah mengalami penurunan dari 2,76% di triwulan IV-212 menjadi 2,53% di triwulan laporan. Perkembangan LDR dan L/R Tahun Berjalan Kenaikan jumlah penyaluran kredit yang lebih tinggi daripada kenaikan penghimpunan dana masyarakat membuat tingkat intermediasi BPR di Lampung pada triwulan laporan menunjukkan angka yang relatif tinggi yaitu sebesar 146,69%. Grafik Perkembangan LDR dan NPL BPR Lampung 2 LDR (%) NPL axis Kanan (%) I II III IV I II III IV I Sumber: Laporan BPR (diolah) Selain pertumbuhan yang siginifikan terhadap indikator aset, kredit dan DPK, Laba tahun berjalan BPR selama triwulan laporan juga tercatat mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 41,26% (yoy), dari Rp,8 triliun menjadi Rp,12 triliun pada triwulan laporan. Peningkatan laba pada industri BPR di Lampung didorong oleh pertumbuhan laba BPR Syariah maupun BPR Konvensional, masing-masing sebesar 8,3% (yoy) dan 4,54% (yoy). Indikator berupa rasio rentabilitas yang menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan masih menunjukkan peningkatan, sebagaimana tercermin dari peningkatan return on asset (ROA) yang meningkat dari 1,76% pada periode yang sama tahun lalu menjadi 1,99% pada periode laporan. Di sisi lain, indikator efisiensi BPR di Lampung mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari penurunan rasio BOPO 6,25% pada triwulan IV-212 menjadi 58,22% pada triwulan laporan, dimana diperlukan beban operasional yang lebih rendah untuk menghasilkan pendapatan operasional yang lebih tinggi. 4. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Kinerja perbankan syariah selama triwulan laporan secara umum menunjukkan penurunan pada beberapa indikator, walaupun secara tahunan tetap menunjukkan perkembangan yang baik. Peningkatan aset bank syariah mencapai 4,8% (qtq) dan 32,39% (yoy) yang disumbang oleh pertumbuhan pada Bank Umum Syariah (BUS) sebesar 4,93% (qtq) dan BPR Syariah (BPRS) 43

63 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran sebesar 3,24% (qtq), dengan perbandingan pangsa aset BUS dan BPRS masing-masing sebesar 92,18% dan 7,82%. No Uraian Trw I 212 Trw IV-212 Trw I- 213 (miliar Rp) (miliar Rp) Posisi Pangsa qtq (%) yoy (%) A Aset - Jenis Bank 1.833, ,68 (miliar 2.426,78 Rp) 1, (%) 4,8 32,39 1 BUS 1.693, , ,92 92,18 4,93 32,11 2 BPRS 139,93 183,91 189,86 7,82 3,24 35,69 B DPK - Jenis Bank 958, , ,75 1, -5,1 28,44 1 BUS 891, , ,99 93,2-5,41 28,79 2 BPRS 67,61 84,35 83,75 6,8 -,71 23,88 C DPK - Jenis Simpanan 958, , ,75 1, -5,1 28,44 1 Giro 78,75 116,6 12,6 8,29-12,47 29,61 2 Tabungan 545,92 751,99 734,27 59,61-2,36 34,5 3 Simpanan Berjangka 334,3 429,35 395,41 32,1-7,9 18,28 D Pembiayaan - Jenis Bank 1.62,69 2.1, ,4 1, 6,64 31,67 1 BUS 1.519, , ,12 93,26 6,41 3,96 2 BPRS 11,4 13,87 143,92 6,74 9,97 42,43 E Pembiayaan - Jenis Penggunaan 1.62,69 2.1, ,4 1, 6,64 31,67 1 Modal Kerja 746,83 888,46 925,27 43,36 4,14 23,89 2 Investasi 25,86 251,76 29,63 13,62 15,44 41,18 3 Konsumsi 668,1 86,89 918,14 43,2 6,65 37,44 F NPF (%) 2,17 1,86 1,96 G FDR (%) 169, 154,18 173,25 Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) Untuk komponen DPK, terjadi penurunan jumlah simpanan dana di bank syariah sebesar 5,1% (qtq) walaupun secara tahunan tetap menunjukkan peningkatan sebesar 28,44% (yoy). Simpanan berupa tabungan masih mendominasi penghimpunan DPK dengan pangsa sebesar 59,61% atau senilai Rp,73 triliun yang lebih rendah 2,36% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Sementara itu simpanan berjangka dan giro masing-masing mencapai Rp,4 triliun dan Rp,1 triliun pada akhir triwulan laporan atau mengalami penurunan masing-masing sebesar 7,9% (qtq) dan 12,47% (qtq). Tabel Indikator Perbankan Syariah Dari sisi pembiayaan, pada triwulan I-213, terjadi pertumbuhan sebesar 6,64% (qtq) dan 31,67 (yoy), dimana 43,36% dari total pembiayaan disalurkan untuk tujuan modal kerja. Berdasarkan sektor ekonomi, kredit pada sektor pertanian, sektor pertambangan, konstruksi, perdagangan, jasa umum dan sektor lain-lain pada triwulan laporan mencatat peningkatan pertumbuhan, sedangkan sektor lainnya mengalami penurunan. Pembiayaan untuk sektor lain-lain 44

64 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran memiliki pangsa terbesar yaitu mencapai 43,69% dan mengalami pertumbuhan sebesar 7,7% (qtq) sejalan dengan peningkatan pembiayaan konsumsi. Grafik Indikator Utama Perbankan Syariah Lampung Rp miliar Aset Pembiayaan Pendanaan 3, 2, 2,427 2,134 1,232 1, Grafik Perkembangan Indikator FDR dan NPF Perbankan Syariah Lampung FDR % NPF % (axis kanan) I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) Sumber : Laporan Bank Umum & BPR (diolah) Peningkatan pembiayaan Bank Syariah yang disertai dengan penurunan penghimpunan dana menyebabkan FDR meningkat dari 154,18% pada triwulan IV-212 menjadi 173,25% pada triwulan laporan. Di sisi lain kualitas pembiayaan bank syariah menunjukan penurunan, dimana rasio NPF naik dari 1,86% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 1,96%. Penurunan kualitas kredit tersebut terjadi terutama pada BUS dimana NPF-nya naik menjadi 1,92% dari 1,8% pada triwulan sebelumnya, sedangkan NPF pada BPRS mengalami penurunan dari 2,76% pada triwulan IV-212 menjadi 2,53% pada triwulan laporan. 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL Grafik Perkembangan Aliran Uang Rp. Miliar Kartal inflow outflow net flow 2,5 2, ,5 1, I II III IV (795.46) I -1, ,5 Sumber : KPw BI Prov. Lampung Perkembangan aliran uang kartal yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung pada triwulan I-213 mengalami net-inflow sebesar Rp1,39 triliun, yang berarti jumlah aliran uang masuk ke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan aliran uang keluar. Kondisi yang sama bila dibandingkan dengan triwulan IV-212 yang juga mengalami net-inflow sebesar Rp,22 triliun. Pada triwulan 45

65 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran laporan, jumlah aliran uang masuk tercatat sebesar Rp2,18 triliun, atau meningkat sebesar 48,45% (qtq), sedangkan jumlah aliran uang keluar pada periode laporan tercatat sebesar Rp,8 triliun atau menurun sebesar 36,54% (qtq). Pola menurun aliran uang keluar ini menunjukkan bahwa kebutuhan uang kartal oleh masyarakat pada periode triwulan I-213 masih rendah, salah satunya dikarenakan belum terealisasikannya kegiatan proyek pembangunan yang diselenggarakan pemerintah daerah. Pada bulan pertama di triwulan I-213, jumlah uang kartal yang masuk ke BI (inflow) paling tinggi selama triwulan laporan yaitu sebesar Rp1,3 triliun, kemudian menurun di bulan Februari dan Maret yaitu masing-masing sebesar Rp,47 triliun dan Rp,42 triliun. Besarnya inflow pada triwulan berjalan ini dikarenakan arus balik dari akumulasi penarikan uang tunai dalam jumlah besar oleh perbankan terutama untuk memenuhi kebutuhan transaksi tunai pada libur HBKN pada semester II Sedangkan pada aliran uang keluar terjadi pola meningkat dari bulan ke bulan, dimana pada bulan Maret 213 tercatat outflow sebesar Rp,35 triliun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu Rp,32 triliun di bulan Februari dan Rp,13 triliun di bulan Januari. Kecenderungan meningkatnya outflow ini terkait dengan penarikan uang kartal oleh perbankan dalam rangka mempersiapkan uang tunai terkait dengan pola penurunan jumlah tabungan PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB) Sejalan dengan kenaikan aliran uang masuk, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar pada triwulan laporan meningkat sebesar 188,78% (qtq) dari Rp,23 triliun di triwulan sebelumnya menjadi Rp,66 triliun pada triwulan laporan. Sedangkan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kegiatan pemusnahan uang menurun sebesar 43,3% (yoy) dari Rp1,16 triliun pada triwulan I-212. Dengan perkembangan tersebut, rasio PTTB terhadap uang kartal yang masuk (inflow) 3, 2,5 2, 1,5 1, Grafik Perkembangan PTTB dan Inflow di KPw BI Provinsi Lampung Rp. Miliar 5 Inflow PTTB Rasio PTTB/Inflow (Axix Kanan) I II III IV I II III IV I % tercatat sebesar 3,21%, meningkat dibandingkan triwulan IV-212 yang tercatat sebesar 15,53%. Hal ini berkaitan dengan kebijakan clean money policy yang diterapkan oleh Bank Indonesia, sehingga Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung selalu memastikan kelayakan uang yang beredar di masyarakat. Sumber : KPw BI Prov. Lampung 46

66 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Dalam rangka pemenuhan kebutuhan uang pecahan di masyarakat, Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang kartal layak edar baik melalui kegiatan kas keliling maupun loket penukaran uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. Jumlah nominal penukaran uang pada triwulan laporan tercatat menurun sebesar 1,91% (qtq) dari Rp16,51 miliar pada triwulan IV 212 menjadi Rp18,31 miliar di triwulan laporan. Pangsa pecahan terbesar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah pecahan dengan nominal Rp 1.,- yaitu sebesar 34,94%, diikuti oleh pecahan dengan nominal Rp2.,- dan Rp5.,- masing-masing dengan pangsa sebesar 26,63% dan 21,19%. Tabel Perkembangan Penukaran Uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Sumber : KPw BI Prov. Lampung 5.3. PENEMUAN UANG PALSU Grafik Komposisi Penemuan Uang Palsu Berdasarkan Jumlah Bilyet Rp1,, 71.88% Sumber : KPw BI Prov. Lampung Rp5,, 25.22% Rp2,, 2.9% Jumlah temuan uang palsu yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung selama triwulan I-213 secara nominal menurun sebesar 68,4% (qtq) dibandingkan triwulan IV-212, yaitu dari Rp92,88 juta menjadi Rp29,35 juta. Penurunan ini sejalan dengan berkurangnya jumlah temuan bilyet sebesar 47

67 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 68,75% (qtq) dari 1.14 lembar menjadi 345 lembar. Dari jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut, pecahan yang paling banyak dipalsukan adalah Rp1.,- dan Rp5.,- dengan porsi mencapai 97,1%. Peningkatan jumlah aliran uang masuk dan penurunan temuan uang palsu memperkecil rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) dari,63% dari triwulan sebelumnya menjadi,13% di triwulan laporan, hal ini sejalan dengan usaha Bank Indonesia untuk terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat mengenai 3D yaitu Dilihat, Diraba dan Diterawang PERKEMBANGAN KLIRING DAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Nilai transaksi kliring selama triwulan I-213 tercatat sebesar Rp6,88 triliun menurun sebesar 3,23% (qtq) bila dibandingkan dengan triwulan IV-212 yang mencapai Rp7,11 triliun. Sementara itu, volume transaksi kliring sedikit meningkat yaitu sebesar,17% (qtq) dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar pada triwulan laporan, dengan rata-rata perputaran harian sebanyak lembar. Secara bulanan sepanjang triwulan laporan, aktivitas kliring menunjukkan pola penurunan yaitu dari Rp2,57 triliun pada Januari 213 menjadi Rp2,17 triliun pada Februari 213 dan kemudian sebesar Rp2,14 triliun pada Maret 213. Tabel Perkembangan Transaksi Kliring di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Kliring Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Perputaran Nominal (milyar Rp) 6, , , , , Lembar 22,87 21,894 27,635 28,59 28,863 Perputaran Harian Nominal (milyar Rp) Lembar 3,22 3,42 3,44 3,475 3,481 Cek/BG Kosong Nominal (milyar Rp) Lembar 2,813 2,614 2,713 3,115 3,243 rasio jumlah cek/bg kosong (%) Sumber : KPw BI Prov. Lampung Di sisi lain, penurunan nilai transaksi kliring selama triwulan I-213 juga berbanding lurus dengan temuan cek dan bilyet giro (BG) kosong yang menunjukkan penurunan sebesar 8,51% (qtq), yaitu dari Rp,136 triliun menjadi Rp,124 triliun. Penolakan cek dan bilyet giro terbesar terjadi di bulan Februari 213 yang tercatat sebesar Rp,55 triliun. 48

68 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.3. Perkembangan Cek/BG yang ditolak Lembar Lembar Warkat 5, 2. 4, Rasio cek/bg kosong (axis kanan) , 3, , 1,.5 I II III IV I Rp Miliar 25, 2, 15, 1, 5, - Grafik Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai RTGS-OutGoing RTGS-Incoming RTGS-Antar Nasabah Kliring (axis kanan) I II III IV I Rp Miliar 7,5 7, 6,5 6, 5,5 Sumber : KPw BI Prov. Lampung Kegiatan penyelesaian transaksi keuangan bernilai besar melalui transaksi RTGS di Lampung selama triwulan laporan secara umum menurun dari sisi nominal dan juga dari sisi jumlah transaksi. Dari sisi nominalnya, transaksi keuangan melalui RTGS tercatat Rp28,48triliun, menurun sebesar 6,15% (qtq) dari triwulan sebelumnya, yang berasal dari penurunan transaksi masuk (incoming) dan transaksi keluar (outcoming) perbankan di wilayah Lampung masing-masing sebesar 7,3% (qtq) dan 4,8% (qtq), serta transaksi antar nasabah dalam Provinsi Lampung yang mengalami penurunan sebesar 2,43% (qtq). Sejalan dengan penurunan nilai nominal transaksi RTGS, jumlah transaksi juga menurun sebesar 11,19% (qtq) dari lembar warkat menjadi lembar warkat. 49

69 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BOKS 1. ANALISIS EVALUASI PERKEMBANGAN PENYALURAN KUR PROVINSI LAMPUNG TAHUN 212 Penyaluran KUR di Provinsi Lampung sampai dengan posisi Desember 212 telah disalurkan kepada debitur dengan total plafon mencapai Rp2,7 triliun atau tumbuh sebesar 46,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun Sementara realisasinya mencapai Rp919,14 miliar dan menempati posisi ke empat belas setelah Provinsi Bali dan Kalimantan Barat dengan pangsa baki debet terhadap nasional sebesar 2,26%, sedangkan realisasi KUR secara nasional posisi per Desember 212 telah mencapai Rp4,67 triliun. Peringkat nilai nominal baki debet KUR Provinsi Lampung secara tahunan mengalami penurunan satu peringkat yaitu menjadi peringkat 14 pada posisi Desember 212, sedangkan pada periode yang sama tahun 211 baki debet KUR menempati peringkat 13 dari 33 provinsi. Sumber : Menko Perekonomian, 213 Tabel 1. Posisi dan Perkembangan KUR Provinsi Lampung Posisi Pertumbuhan Des 211 Des 212 Des 12 Baki Debet (juta) 73, , % Debitur 129, , % Gambar 1. Grafik Posisi Plafon KUR Provinsi Lampung per Bulan Total Baki Debet KUR Nasional Pangsa Baki Debet Pangsa Baki Debet, 212 Des, 2.26% Sumber : Menko Perekonomian, Sumber : Menko Perekonomian, 213 5

70 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Berdasarkan Gambar 1 dapat diperoleh informasi bahwa realisasi KUR di Provinsi Lampung cenderung meningkat namun mempunyai akselerasi penyaluran yang mengalami perlambatan. Fenomena ini dicerminkan dari trend pangsa baki debet KUR Lampung yang menurun dibandingkan dengan nasional pada kurun waktu 2 tahun terakhir. Untuk lebih mendorong intermediasi KUR kepada sektor riil dan UMKM di Provinsi Lampung diperlukan strategi untuk melakukan akselerasi penyaluran KUR salah satunya yaitu melalui pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) Lampung sehingga unit usaha produktif yang feasible namun belum mempunyai agunan (non bankable) dapat melakukan akses pembiayaan KUR dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian perbankan. Berdasarkan Gambar 2 dapat diperoleh informasi bahwa proporsi plafon KUR terbesar di Provinsi Lampung adalah pada sektor Pertanian, Perburuan dan Sarana Pertanian dengan pangsa mencapai 42,74% dari total plafon KUR yang disalurkan. Namun untuk pangsa realisasi KUR terbesar adalah pada sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel dengan pangsa realisasi mencapai 69,9% dari total outstanding KUR di Provinsi Lampung. Perkembangan data tersebut menginformasikan bahwa penyerapan KUR di sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel relatif lebih cepat dibandingkan dengan sektor Pertanian, Perburuan dan Sarana Pertanian. Dengan adanya fenomena penyerapan KUR tersebut di atas, diperlukan upaya perbankan bersama dengan stakeholders dinas terkait untuk melakukan sosialisasi KUR kepada unit usaha yang bergerak di sektor pertanian dalam arti luas sehingga sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian di Provinsi Lampung dapat terdorong untuk melakukan akses pembiayaan KUR. Gambar 2. Pangsa KUR Per Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Posisi Desember 212 Pangsa Baki Debet Sektoral 3.8% 1.7% 1.42%.8% 23.66%.16% 6.82% Pangsa Plafon Sektoral 3.46% 3.12% Pertanian, Perburuan dan Sarana Pertanian Pertambangan Perindustrian.9%.78%.11% 42.74% Listrik, Gas dan Air Perdagangan, Restoran dan Hotel 69.9% 41.82% Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi Jasa Dunia Usaha.21%.16% 1.51% Jasa Sosial Lain-lain Sumber : Laporan Bulanan Bank Penyalur, 213 Pangsa plafon KUR Provinsi Lampung pada Desember 212 untuk Sektor Pertanian, Perburuan dan Sarana Pertanian berada di atas nasional yang pada periode tersebut hanya 51

71 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran mencapai 16,98% dari total plafon yang mencapai Rp96,89 triliun. Sedangkan pangsa realisasi KUR Sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel di Provinsi Lampung pada periode Desember 212 berada di atas nasional yang mencapai 55,45% dari total realisasi KUR nasional yang pada periode tersebut mencapai Rp4,69 triliun. Secara nasional realisasi terbesar KUR yaitu pada sektor perdagangan, hotel dan restoran kemudian peringkat selanjutnya yaitu sektor pertanian. Berdasarkan Gambar 3 dapat diperoleh informasi bahwa secara total pangsa Sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel lebih mendominasi dibandingkan dengan pangsa Sektor Pertanian, namun apabila dicermati dapat diinformasikan bahwa penyerapan KUR pada Sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel relatif lebih lambat dibandingkan dengan Sektor Pertanian. Hal ini dapat dilihat dari pangsa outstanding pada Sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel yang lebih kecil (55,45%) dibandingkan pangsa plafonnya (57,85%) sedangkan pangsa outstanding pada Sektor Pertanian relatif lebih besar (19,4%) dibandingkan dengan pangsa plafonnya yang hanya mencapai 16,98%. Secara nasional, penyerapan KUR di Sektor Pertanian cukup optimal, namun perlu upaya dan komitmen pemangku kebijakan untuk lebih mendorong realisasi KUR pada Sektor Pertanian sehingga dapat meningkatkan pangsa realisasi KUR mengingat sektor tersebut merupakan landasan perekonomian nasional. Gambar 3. Pangsa KUR Per Sektor Ekonomi Nasional Posisi Desember % 1.92% 7.9% Pangsa Baki Debet Sektoral 9.29% 19.4%.11% 3.35%.84%.7% 6.19% 1.25% 1.88% Pangsa Plafon Sektoral 12.32% 16.98%.8% 2.65%.5% 1.79% Pertanian, Perburuan dan Sarana Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Hotel 55.45% 57.85% Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-lain Sumber : Menko Perekonomian, 213 Kredit bermasalah atau Non Performing Loan-NPL pada kurun waktu tahun 211 sampai dengan 212 mengalami trend kenaikan dari semula sebesar,54% pada awal tahun 211 menjadi,56% pada akhir tahun 212. Meskipun demikian besarnya NPL KUR di Provinsi Lampung relatif masih dibawah nilai NPL KUR nasional yang mencapai 3,6% pada Desember 212. Fenomena ini menunjukkan bahwa Perbankan Lampung senantiasa mendorong realisasi KUR namun tetap menjaga kualitas pemberiannya. 52

72 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Gambar 4. Non Performing Loan KUR Per Sektor Posisi Desember 212 Lain-lain Jasa Sosial Jasa Dunia Usaha Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi.3%.1%.2%.% Perdagangan, Restoran dan Hotel.35% Listrik, Gas dan Air Perindustrian Pertambangan.%.1%.% Pertanian, Perburuan dan Sarana Pertanian.14% Sumber : Laporan Bulanan Bank Penyalur, 213 Non Performing Loan KUR tertinggi berdasarkan sektor ekonomi yaitu pada Sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel dengan nilai NPL mencapai,35% yang diikuti oleh Sektor Pertanian, Perburuan dan Sarana Pertanian dengan nilai NPL mencapai,14%. Tingginya NPL kedua sektor tersebut berkaitan dengan besarnya pangsa realisasi KUR pada kedua sektor ekonomi tersebut yang cukup mendominasi dibandingkan dengan sektor yang lain. Trend peningkatan NPL KUR pada Sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel tersebut selaras dengan besarnya realisasi KUR pada sektor tersebut di Provinsi Lampung. Hal-Hal Yang Perlu Mendapatkan Perhatian.%.5%.1%.15%.2%.25%.3%.35% Penyesuaian suku bunga, berdasarkan Surat Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan-Kemenko No. S-5/D.I.M.EKON/1/212 tanggal 13 Januari 212 perihal Pelaksanaan suku bunga KUR Ritel maksimal 13% efektif per tahun dengan ketentuan sebelumnya yaitu sebesar14% efektif per tahun; Keringanan pangajuan KUR Mikro, sesuai Keputusan Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan-Kemenko No. KEP- 15 /D.I.M.EKON/11/211 tanggal 5 Oktober 211 tentang SOP Pelaksanaan KUR Umum bahwa tidak diperlukan agunan tambahan untuk calon nasabah yang akan mengajukan skim KUR Mikro; Peningkatan plafon kredit, sesuai dengan Addendum 3 Nota Kesepahaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanggal 16 September 21 bahwa bagi lembaga linkage dengan pola executing plafon yang disediakan maksimal sebesar Rp 2 miliar; 53

73 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Penambahan Perusahaan Penjaminan, dalam rangka mendorong realisasi KUR berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP- 7/M.EKON/1/212 tanggal 31 Januari 212 tentang Penambahan Perusahaan Penjamin untuk Kredit Usaha Rakyat yaitu PT. Jamkrida jatim hanya boleh melakukan penjaminan KUR dengan wilayah operasional Provinsi Daerah Jawa Timur dan PT. Jamkrida Bali Mandara hanya boleh melakukan penjaminan KUR dengan wilayah operasional Provinsi Daerah Bali; Penambahan Bank Pelaksana KUR, berdasarkan Keputusan Kemenko Selaku Ketua Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada UMKMK No. KEP- 8/M.EKON/1/212 Tentang Perubahan Keputusan Menteri Kemenko No. KEP- 7/M.EKON/1/21 Tentang Penambahan Bank Pelaksana KUR disebutkan bahwa terdapat penambahan 13 BPD (BPD Kaltim, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD Riau Kepri, BPD NTT, BPD Sulsel, BPD Sumsel Babel, BPD Sulawesi Tengah, BPD Sumut, BPD Aceh, BPD Jambi, BPD Sulawesi Tenggara dan BPD Bali) dan BNI Syariah sehingga total jumlah bank pelaksana KUR pada tahun 214 menjadi 33 bank yang terdiri dari 5 Bank Umum Konvensional dan 2 Bank Umum Syariah serta 26 BPD. 54

74 Perkembangan Keuangan Daerah BAB IV DAERAH PERKEMBANGAN KEUANGAN Pajak Daerah terutama Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor menjadi penyumbang utama realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga PAD terealisir 15,97%. Namun, realisasi PAD belum mampu menyaingi realisasi Dana Alokasi Umum yang memberikan andil sehingga Dana Perimbangan mencatatkan realisasi sebesar 28,1%. 1. PENDAPATAN DAERAH Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung pada triwulan I-213 menunjukkan kinerja yang cukup baik yaitu mencapai 21,4% atau sebesar Rp. 928 miliar. Realisasi tersebut terutama disumbang oleh Dana Perimbangan yang tercatat sebesar 28,1%, kemudian diikuti oleh realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 22,46%. Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Lampung pada triwulan I-213 baru terealisasi 15,97% dari target yang telah dianggarkan sebesar Rp2.183 miliar. Pajak Daerah sebagai penyumbang terbesar PAD memberikan porsi yang cukup besar yaitu 98,1% dari total realisasi PAD, dimana sumbangan terbesar diberikan oleh Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor dengan pangsa masing-masing sebesar 46,4% dan 32,48% dari total realisasi Pajak Daerah. Rp miliar Grafik 4.1. Perkembangan APBD Provinsi Lampung 5, 4, 3, 2, 1, - LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH DANA PERIMBANGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH , , * Grafik 4.2. Perkembangan PAD dalam APBD Provinsi Lampung Rp miliar 2,5 2, 1,5 1, 5 - Lain-lain PAD yang Sah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Retribusi Daerah Pajak Daerah , * Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung 55

75 Perkembangan Keuangan Daerah Tingginya sumbangan realisasi Dana Perimbangan terutama Dana Alokasi Umum yang mencapai 33,33%, memberikan sinyal bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih belum optimal. Hal ini karena pada APBD 213 pangsa dana perimbangan dianggarkan lebih kecil dibandingkan PAD. Grafik 4.3. Struktur Dalam APBD Tahun 213 Grafik 4.4. Struktur Dalam Realisasi TW I APBD Tahun 213 Lain2 Pendapata n Yang Sah 18% Dana Perimbang an 32% PAD 5% Lain2 Pendapata n Yang Sah 19% Dana Perimbang an 43% PAD 38% Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama triwulan I-213 mencapai Rp348,78 miliar, yang terutama berasal dari penerimaan pajak daerah sebesar Rp341,84 miliar atau meningkat dibandingkan realisasi pajak daerah periode yang sama tahun 212 yang mencapai Rp296,2 miliar. Dari total realisasi pajak daerah, pendapatan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN KB) memberikan andil terbesar, yaitu sebesar Rp158,62 miliar dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar Rp111,4 miliar. Hal ini sejalan dengan terus bertambahnya kendaraan bermotor di Provinsi Lampung yang menjadi tambahan objek pajak kendaraan bermotor, dimana berdasarkan data pengurusan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) baru dari Dinas Pendapatan Provinsi Lampung tercatat selama tahun 212 terdapat tambahan penjualan kendaraan bermotor sebesar unit. Komponen Dana Perimbangan memiliki pangsa kedua terbesar dalam APBD, namun realisasi selama triwulan I-213 mencatatkan porsi terbesar yang mencapai 43% dari total realisasi dengan nominal sebesar Rp398,21 miliar. Realisasi ini didorong oleh tingginya penerimaan Dana Alokasi Umum yang mencapai Rp353,55 miliar, kemudian diikuti oleh Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya Alam yang memberikan pendapatan sebesar Rp26,24 miliar dimana sebagian besar diperoleh dari Bagi Hasil Pertambangan Minyak Bumi yang mencapai Rp25,96 miliar atau 98,91% dari total 56

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Lampung Triwulan IV - 2007 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Thn.XVIII, 04 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$645,79 JUTA. Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 23/05/12/Thn. XX, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$831,16 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik Perekonomian Provinsi Lampung I Triwulan 1 Tahun 2016 STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

Tabel 1. Neraca Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Untuk Beberapa Periode Tahun

Tabel 1. Neraca Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Untuk Beberapa Periode Tahun BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 18/03/12/Thn.XVIII, 02 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI 2015 SEBESAR US$627,93 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 43/08/12/Thn. XX, 01 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JUNI SEBESAR US$632,13 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 41/07/12/Th. XV, 01 Juli 2012 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MEI 2012 SEBESAR US$771,76 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 33/06/12/Thn. XX, 02 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN APRIL SEBESAR US$775,84 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 25/04/12/Thn.XVIII, 01 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR US$555,47 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 14/03/12/Thn. XIX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$574,08 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci