KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung

2 Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. i

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Visi dan Misi Bank Indonesia... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Kata Pengantar... Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... Ringkasan Eksekutif... i ii iv v viii x xii BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Kondisi Umum Perkembangan PDRB Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor... 7 a. Ekspor... 7 b. Impor Perkembangan PDRB Sisi Penawaran Boks I. Rasio Gini Dan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum Faktor-faktor Penyebab Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) ii

4 Daftar Isi 3. Ekspektasi Inflasi Disagregasi Inflasi Boks II. Pengadaan dan Dstribusi Beras oleh BULOG Divre Lampung BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Umum Perbankan Bank Umum Kelembagaan Bank Umum Perkembangan Aset Bank Umum Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Kualitas Kredit Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Intermediasi Bank Umum: LDR dan Kredit Baru Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Bank Syariah Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan Daerah Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Aliran Uang Kartal Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Penemuan Uang Palsu Perkembangan Kliring Dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Boks III. Penguatan Distribusi Cabe sebagai Strategi Mendorong Intermediasi iii

5 Daftar Isi BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pendapatan Daerah Belanja Daerah Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung RAPBD Provinsi Lampung Tahun Bantuan Sosial dan Hibah BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Ketenagakerjaan Kesejahteraan Daya Beli Masyarakat Kemiskinan BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Inflasi Prospek Perbankan LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH iv

6 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 2 Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS) Tabel 1.3 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB (%,yoy) Tabel 1.5 Produksi Tanaman Pangan dan Sasaran Produksi Tahun Tabel 2.1 Prognosa Kebutuhan Bulan Desember Tabel 3.1 Aset Perbankan Tabel 3.2 DPK Perbankan Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per Desember Tabel 3.5 Indikator Bank Umum Tabel 3.6 DPK Bank Umum Tabel 3.7 Kredit Bank Umum Tabel 3.8 Penyaluran Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja (dalam miliar Rp) Tabel 3.9 Aset dan DPK BPR Tabel 3.10 Indikator Perbankan Syariah Tabel 3.11 Perkembangan Penukaran Uang Triwulan IV Tabel 3.12 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tabel 4.2 Belanja Daerah Provinsi Lampung v

7 Daftar Tabel Tabel 4.3 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung Tahun Tabel 4.4 Tabel 4.5 Belanja Negara di Provinsi Lampung Tahun Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tahun Tabel 4.6 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Lampung Tahun Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Tabel 5.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Tabel 5.3 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tabel 5.4 TKI Asal Lampung (orang) Tabel 5.5 Perbandingan NTP Tiap Wilayah Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tabel 5.7 Garis Kemiskinan menurut Komponen dan Daerah Maret 2009 September vi

8 Daftar Grafik Grafik 1.1 Grafik 1.2 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000)... 1 Sumbangan Komponen Permintaan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (%)... 3 Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Swasta... 4 Grafik 1.4 Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Pemerintah... Konsumsi BBM Jenis Premium Subsidi Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.7 Perkembangan Aliran Uang Keluar (outflow)... 5 Grafik 1.8 Perkembangan Volume Impor Barang Konsumsi... 5 Grafik 1.9 Jumlah Penumpang Pesawat Udara (Keberangkatan)... 5 Grafik 1.10 Grafik 1.11 Grafik 1.12 Jumlah Penumpang KRD... Volume Penjualan Kendaraan Bermotor... Kredit Konsumsi Grafik 1.13 Perkembangan Nilai Tukar Petani... 6 Grafik 1.14 Indeks Tendensi Konsumen... 6 Grafik 1.15 Perkembangan Giro Pemerintah Daerah... 6 Grafik 1.16 PMTDB... 7 Grafik 1.17 Kredit Investasi... 7 Grafik 1.18 Volume Impor Bahan Bakun Penolong... 7 Grafik 1.19 Penjualan Semen... 7 Grafik 1.20 Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa... 9 Grafik 1.21 Porsi Negara Tujuan Ekspor Tahun Grafik 1.22 Perkembangan Impor Barang dan Jasa vii

9 Grafik 1.23 Porsi Negara Pengimpor Tahun Grafik 1.24 Grafik 1.25 Grafik 1.26 Grafik 1.27 Porsi Impor Komoditas Tahun 2011 Berdasarkan BEC... Pangsa PDRB Sektor Tahun Pangsa PDRB Sektoral Tahun PDRB Sektor Pertanian (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) Grafik 1.28 PDRB Sektor Industri Pengolahan (Berdasarkan Harga Konstan 2000) Grafik 1.29 Perkembangan Volume Impor (ton) Grafik 1.30 Perkembangan Volume Impor (ton) Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Sektor Industri (dalam miliar Rp) Grafik 1.32 PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (Berdasarkan Harga Konstan 2000) Grafik 1.33 Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Listrik di Provinsi Lampung Grafik 1.34 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Grafik 1.35 PDRB Sektor PHR (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) Grafik 1.36 Jumlah Tamu pada Hotel Berbintang Grafik 1.37 PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) Grafik 1.38 Grafik 1.39 Grafik 1.40 Grafik 1.41 Jumlah Penumpang Pesawat Udara... Jumlah Penjualan Tiket Angkutan Laut... Jumlah Penumpang Kereta Api... PDRB Sektor Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (Berdasarkan Harga Konstan 2000) Grafik 1.42 Penyaluran Kredit Perbankan (dalam miliar Rp) Grafik 1.43 PDRB Sektor Bangunan (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000).. 23 Grafik 1.44 PDRB Sektor Jasa-Jasa viii

10 Grafik 1.45 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) Grafik 1.46 Saldo Bersih Realisasi Dunia Usaha Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional dan Sumatera (%) Grafik 2.2 Harga Komoditas Kelompok Bahan Makanan (Rp/Kg) Grafik 2.3 Harga Komoditas Kelompok Sandang Grafik 2.4 Sumbangan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Bulanan (%) Grafik 2.5 Inflasi Tahunan Kelompok Pengeluaran (%, yoy) Grafik 2.6 Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang/Jasa Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi (%,yoy) Grafik 2.8 Kontribusi Tiap Kelompok terhadap Inflasi Tahunan (%) Grafik 3.1 Rasio LDR dan NPL Perbankan Lampung (%) Grafik 3.2 Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Lokasi Grafik 3.3 DPK Jenis Giro Bank Umum Lampung Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Berdasarkan Lokasi Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah (%) Perkembangan Suku Bunga dan Spread Suku Bunga Bank Umum (%) Grafik 3.7 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Grafik 3.8 Tingkat Intermediasi Bank Umum Berdasarkan Lokasi (%) Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Mikro Kecil Menengah Grafik 3.10 Penyaluran Kredit MKM Berdasarkan Lokasi ix

11 Grafik 3.11 Perkembangan KUR Grafik 3.12 Perkembangan LDR BPR (%) Grafik 3.13 Perkembangan Indikator Aset, Pembiayaan dan Pendanaan Triwulanan (qtq) Grafik 3.14 Perkembangan Indikator FDR dan NPF Perbankan Syariah Lampung. 57 Grafik 3.15 Perkembangan Aliran Uang Kartal Grafik 3.16 Perkembangan PTTB dan Inflow di KBI Bandar Lampung Grafik 3.17 Komposisi Penemuan Uang Palsu Triwulan IV Grafik 4.1 Grafik 5.1 Komponen Pendapatan Daerah... Keyakinan Konsumen terhadap Lapangan Pekerjaan Grafik 5.2 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung Per Sub Sektor Grafik 5.4 Grafik 5.5 Grafik 5.6 Perkembangan Harga Komoditas Perkebunan... UMP Provinsi Lampung... Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Lampung Grafik 5.7 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Lampung Grafik 6.1 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 6.2 Pendapatan Riil Masyarakat Grafik 6.3 Sektor Tujuan Kredit Baru Perbankan Grafik 6.4 Saldo Bersih Perkiraan Dunia Usaha Triwulan I Grafik 6.5 Indeks Harga Komoditas Pangan Dunia Grafik 6.6 Perkiraan Penyaluran Kredit Perbankan Triwulan I Grafik 6.7 Penyebab Internal Peningkatan Kredit Grafik 6.8 Penyebab Eksternal Peningkatan Kredit x

12 xi

13 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung Triwulan IV-2011 akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 6 Tahun 2009 bahwa Bank Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara cermat mengamati dan memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi terutama yang terkait dengan sumber-sumber tekanan inflasi. Seiring dengan penerapan otonomi daerah pada tahun 2001, posisi ekonomi regional semakin memiliki peranan yang vital dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga. Perkembangan ini merupakan sesuatu yang diharapkan banyak pihak bahwa aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di berbagai daerah, sehingga disparitas antar daerah semakin tipis. Terkait dengan hal tersebut di atas, Bank Indonesia Bandar Lampung melakukan pengamatan serta memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan regional Lampung secara menyeluruh dan dituangkan dal Kajian Ekonomi Regional Provinsi evaluasi terhadap perkembangan ekonomi daerah Lampung dilakukan dengan berbagai pihak terutama para pembina sektor dari dinas-dinas Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta dengan para akademisi dari Universitas Lampung. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Lampung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi kembali menjadi yang terbesar, setelah tahun sebelumnya didominasi oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi tahun 2011 masih berasal dari komponen konsumsi rumah tangga. Dalam hal inflasi, tekanan harga mengalami trend penurunan. Sementara itu, kinerja perbankan Lampung juga terus menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari komponen asset, DPK, maupun kualitas kredit perbankan yang terus membaik. Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Universitas Lampung, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi xii

14 Kata Pengantar yang disajikan dalam buku ini masih perlu untuk terus disempurnakan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan dimasa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi langkah kita dalam bekerja. Bandar Lampung, Februari 2012 BANK INDONESIA BANDAR LAMPUNG Gandjar Mustika Pemimpin xiii

15 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO IV I II III IV I II III IV Indeks Harga Konsumen * Laju Inflasi (y-o-y) PDRB - harga konstan (miliar Rp) Pertanian 2, , , , , , , , , Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan 1, , , , , , , , , Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 1, , , , , , , , , Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, sewa & Jasa Pershn , , , , , , Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor (ribu ton) 1, , , , , , , Nilai Impor (USD Juta) Volume Impor (ribu ton) *) IHK tahun dasar 2007 (2007 = 100) 2011 b. Sistem Pembayaran INDIKATOR IV I II III IV I II III IV Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) Inflow (Rp Triliun) Outflow (Rp Triliun) Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) ,119,689 1,224,824 1,344, ,353 1, , Nominal Transaksi RTGS (Rp Triliun) Volume Transaksi RTGS (lembar) 31,068 29,519 35,785 35,478 37,862 28,628 31,690 32,101 32,282 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp Triliun) Volume Kliring Kredit (lembar) 23,527 22,800 25,175 24,607 20,461 23,626 25,409 25,793 27,635 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Volume Kliring Debet (lembar) 144, , , , , , , , ,701 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (lembar) 2, , , , , , , , , Nominal Kliring Pengembalian (Rp Triliun) Volume Kliring Pengembalian (lembar) 2,274 2,402 2,576 2,805 2,219 2,754 2,918 2,984 3,199 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp Triliun) xiv

16 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung c. Perbankan INDIKATOR PERBANKAN I II III IV I II III IV PERBANKAN B ank Umum : Total Aset (Triliun Rp) DPK (Triliun Rp) Giro Tabungan Deposito Kredit (Triliun Rp)- berdasarkan lokasi proy ek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi kantor cabang) Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp) Kredit Mikro (< Rp50 Juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil (Rp50 Juta < X < Rp500 juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah (Rp500jt < X < Rp5m) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit MKM (Triliun Rp) NPL MKM Gross (%) BPR Total Asset (Triliun Rp) Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) Tabungan Simpanan Berjangka Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Milyar Rp) Rasio NPL Gross(%) LDR (%) xv

17 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Triwulan IV / 2011 Perkembangan Ekonomi Ekonomi tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun Ekonomi Lampung pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 6,02% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2011 yang mencapai 5,85% (yoy). Dengan demikian, secara kumulatif tahun 2011, ekonomi Lampung mengalami pertumbuhan hingga mencapai 6,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 yang mencapai 5,96% (yoy). Bila melihat kontribusi sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 2011 yang mencapai 6,39% (yoy), maka kontribusi sektor pertanian kembali menjadi yang terbesar, diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi tahun 2011 masih berasal dari komponen konsumsi rumah tangga yang mencapai 3,27% dan kegiatan investasi yang tercermin pada PMTDB yang mencapai 1,50%. Tekanan inflasi Inflasi Inflasi Kota Bandar Lampung pada triwulan IV-2011 mencapai 0,62% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 2,3% (qtq). Penurunan inflasi triwulan laporan dipengaruhi oleh menurunnya permintaan masyarakat pasca bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2011, penurunan harga komoditas kelompok bahan makanan seiring berakhirnya musim kering serta penurunan harga komoditas strategis lainnya, seperti emas perhiasan. Secara tahunan, inflasi Kota Bandar Lampung tercatat sebesar 4,24% (yoy), masih berada lebih tinggi dari inflasi nasional yang mencapai 3,79% (yoy). Namun demikian, inflasi Kota Bandar Lampung tahun 2011 jauh lebih rendah dibandingkan inflasi tahun 2010 sebesar 9,95% (yoy). xvi

18 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Secara umum, terjadi peningkatan kinerja perbankan... Kinerja perbankan Lampung pada triwulan IV-2011 secara umum menunjukkan perkembangan yang baik. Aset perbankan mengalami pertumbuhan sebesar 6,73% (qtq) atau 19,11% (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan sebesar 3,16% (qtq) atau 18,12% (yoy). Sedangkan penyaluran kredit/pembiayaan menunjukkan pertumbuhan sebesar 6,68% (qtq) atau 23,81% (yoy). Sementara itu, Loan To Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 114,53% pada triwulan III-2011 menjadi 119,47% pada triwulan laporan. Meningkatnya aktivitas intermediasi ini diiringi juga dengan perbaikan kualitas kredit, dimana rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan mengalami penurunan dari 3,31% pada triwulan III-2011 menjadi 2,76% di triwulan laporan. Transaksi sistem pembayaran menunjukkan net inflow... Sementara itu selama triwulan IV-2011, transaksi sistem pembayaran tunai antara bank umum di Lampung dengan Bank Indonesia menunjukkan net inflow. Keuangan Daerah Realisasi pendapatan daerah melampaui target... Pada tahun 2011, realisasi pendapatan daerah Provinsi Lampung mencapai Rp2,53 triliun atau 101,56% dari target pendapatan tahun Pencapaian target ini ditopang oleh realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai Rp1.402 miliar atau terealisasi sebesar 110,30% dari target PAD tahun 2011 sebesar Rp1.271 miliar. Sementara itu, realisasi belanja daerah Provinsi Lampung mencapai Rp2.572 miliar atau 97,01% dari target belanja yang ditetapkan sebesar Rp2.651 miliar. xvii

19 \ Indikator kesejahteraan masyarakat menunjukkan peningkatan... Ekonomi Lampung diperkirakan tetap mengalami pertumbuhan... Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan di Lampung mengalami sedikit penurunan. Dari jumlah penduduk usia kerja, penduduk yang bekerja mencapai 3,48 juta jiwa (64,05%) menurun 4,5% dibandingkan Februari 2011, pengangguran mencapai 214 ribu jiwa (3,94%) atau meningkat 6,47%. Namun demikian, optimisme konsumen dan pelaku usaha terhadap prospek ketersediaan lapangan pekerjaan pada periode mendatang mengalami peningkatan. Meskipun kondisi ketenagakerjaan mengalami penurunan, namun tingkat kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan. Hal ini terindikasi dari jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung yang terus menunjukkan trend penurunan. Jumlah penduduk miskin di Lampung mencapai 1,27 juta orang atau sebesar 16,58% dari total penduduk yang mencapai 7,65 juta jiwa. Prospek Perekonomian Ekonomi Lampung triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh sebesar 5,5%±1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama selama 3 tahun terakhir sebesar 5,11%±1% (yoy). Sementara itu, perekonomian secara kumulatif tahun 2012 diprediksi tumbuh sebesar 6,2%±1% (yoy). Di sisi permintaan, kinerja ekspor diprediksi masih cukup baik di tengah ketidakpastian ekonomi dunia. Komponen lainnya, yaitu konsumsi swasta juga masih menjadi komponen pendorong pertumbuhan ekonomi, seiring dengan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tahun 2012, ditambah kenaikan pendapatan riil masyarakat yang diperkirakan tumbuh mencapai 8,85% (yoy). Demikian pula dengan konsumsi pemerintah daerah berdasarkan APBD 2012 yang tumbuh sebesar 26,81% (yoy) atau menjadi Rp3,6 triliun. xviii

20 Kinerja Investasi diprediksi terus membaik... Pada komponen investasi juga diperkirakan tetap tumbuh membaik. Sejalan dengan adanya rencana investasi tahun 2012, oleh swasta maupun pemerintah. Dari sisi penawaran, sektor pertanian terutama sub sektor tanaman bahan makanan diprediksi mengalami peningkatan produksi dibandingkan tahun Namun untuk triwulan I-2012, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi diprediksi masih berada pada tingkat moderat. Pada periode ini, dorongan dari sisi sektoral berasal dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan pada ketiga sektor ini terkonfirmasi oleh trend kenaikan jumlah penumpang angkutan udara dan laut, peningkatan impor barang modal dan bahan baku penolong untuk sektor industri, optimisme pelaku perbankan terhadap penyaluran kredit ketiga sektor, serta optimisme peningkatan realisasi kegiatan dunia usaha. Inflasi mengalami trend penurunan pada triwulan I Inflasi Kota Bandar Lampung pada triwulan I-2012 diperkirakan mencapai 4,8%±1% (yoy). Angka inflasi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan I-2011 yang mencapai 10,99% (yoy). Sementara itu, inflasi kumulatif tahun 2012 diproyeksikan mencapai 5,85%±1% (yoy) atau cenderung lebih tinggi dibandingkan inflasi kumulatif tahun 2011 yang mencapai 4,24% (yoy). xix

21 xx

22 BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 1. KONDISI UMUM Ekonomi Lampung pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 6,02% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2011 yang mencapai 5,85% (yoy). Dengan demikian, secara kumulatif tahun 2011, ekonomi Lampung mengalami pertumbuhan hingga mencapai 6,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 2010 yang mencapai 5,96% (yoy). Bila melihat kontribusi sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 2011 yang mencapai 6,39% (yoy), maka kontribusi sektor pertanian kembali menjadi yang terbesar, setelah tahun sebelumnya didominasi oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Kondisi cuaca sepanjang masa tanam yang secara umum lebih baik dibandingkan periode masa tanam menyebabkan produksi komoditas pertanian, terutama bahan makanan mengalami peningkatan. Setelah sektor pertanian, sektor lainnya yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini tentunya tidak terlepas dari penyelenggaraan Festival Krakatau XXI pada Oktober 2011 yang mampu meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Meskipun secara tahunan mengalami pertumbuhan, namun seperti pola tahunannya, ekonomi Lampung mengalami penurunan secara triwulanan. Bila dibandingkan triwulan III-2011, ekonomi Lampung pada triwulan IV-2011 menurun -8,74% (qtq). Dari sisi sektoral, penyebabnya adalah masa tanam sebagian besar komoditas sub sektor tanaman bahan makanan yang berlangsung sepanjang triwulan IV-2011, sehingga output sektor pertanian tercatat mengalami penurunan hingga mencapai -21,84% (qtq). Sedangkan dari sisi penggunaan, penurunan output ekonomi secara triwulanan di sebabkan oleh menurunnya ekspor. 1

23 Grafik 1.1 Perkembangan PDRB & Laju Pertumbuhan miliar Rp Ekonomi Provinsi Lampung (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) % ,85 6,83 5,85 6,02 I II III IV I II III IV I II III IV Nilai PDRB-axis kiri growth (yoy)-axis kanan growth (qtq)-axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung 2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN Secara tahunan, komponen dari sisi permintaan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah impor, yaitu sebesar 25,36% (yoy) dan konsumsi swasta yang mencapai 5,58% (yoy). Sedangkan secara triwulanan, komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah konsumsi pemerintah yaitu sebesar 32,62% (qtq) dan kegiatan impor barang dan jasa yang mencapai 21,83% (qtq). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 6,39% (yoy) masih berasal dari komponen konsumsi rumah tangga yang mencapai 3,27% dan kegiatan investasi yang tercermin pada PMTDB yang mencapai 1,50%. Sumber: BPS Provinsi Lampung Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan PDRB Berdasarkan Penggunaan PDRB (% yoy) I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11 II-11 III-11 IV-11 Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah (1.01) Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok (41.41) (112.75) (15.76) 7.56 (60.77) (96.60) (62.13) (107.10) Ekspor Netto (18.12) (13.60) (5.27) Ekspor (18.12) Impor (40.24) (9.35) (0.79)

24 Grafik 1.2 Sumbangan Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011 (%) 4,00 3,33 3,00 2,00 1,00 - (1,00) Konsumsi Swasta 0,27 Konsumsi Pemerintah 1,50 PMTDB 2,04 Perubahan Stok (0,76) Ekspor Netto Sumber: BPS Provinsi Lampung 2.1. Konsumsi Konsumsi swasta yang memiliki porsi terbesar dalam struktur ekonomi Lampung dari sisi permintaan mengalami pertumbuhan sebesar 5,57% (yoy), mengalami percepatan dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan III-2011 sebesar 5,48% (yoy). Dengan demikian, dari sisi permintaan, komponen konsumsi swasta masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 2011, yaitu sebesar 3,27%. Hal ini terdorong oleh komponen konsumsi rumah tangga yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,40% (qtq) atau 5,58% (yoy). Pertumbuhan pada komponen konsumsi rumah tangga berkaitan dengan adanya momen hari libur bersama di penghujung tahun 2012 yang didukung oleh peningkatan daya beli masyarakat. Hal ini terkonfirmasi oleh beberapa indikator, diantaranya kenaikan jumlah penumpang angkutan darat dan udara, kenaikan konsumsi listrik masyarakat, peningkatan jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow), kenaikan volume penjualan kendaraan bermotor, kenaikan volume impor barang konsumsi, kenaikan konsumsi BBM, kenaikan kredit konsumsi, serta Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang meningkat. Jumlah penumpang pesawat (keberangkatan) meningkat 16,68% (qtq) atau 37,03% (yoy), penumpang Kereta Rel Diesel (KRD) meningkat 22,59% (qtq) atau 11,16% (yoy), konsumsi listrik rumah tangga meningkat 9,09% (qtq) atau 15,00% (yoy), sedangkan jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) pada Desember 2011 yang mengindikasikan peningkatan kebutuhan uang kartal untuk kebutuhan liburan akhir tahun meningkat sebesar 115,64% dibandingkan bulan sebelumnya dan 18,44% (yoy), volume penjualan jumlah kendaraan bermotor yang meningkat 15,51% (yoy), volume impor barang konsumsi 135,61% (qtq) atau 98,82% (yoy), konsumsi premium subsidi meningkat 12,84% (yoy), kenaikan kredit konsumsi sebesar 5,29% (qtq) atau 29,01% (yoy), serta ITK sebesar 107,84 yang menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan IV-2011 meningkat dibandingkan triwulan 3

25 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov sebelumnya. Sementara itu, peningkatan daya beli masyarakat pedesaan yang tercermin oleh NTP (Nilai Tukar Petani) meningkat 0,03% (qtq) atau 4,77% (yoy). Di sisi lain, terjadi akselerasi pada komponen konsumsi pemerintah pada triwulan IV Pada periode ini, konsumsi pemerintah yang mencakup seluruh pengeluaran baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah di Lampung tumbuh 32,62% (qtq) atau 3,38% (yoy). Sedangkan secara kumulatif tahun 2011, konsumsi pemerintah tumbuh 2,05% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah, terutama pemerintah daerah pada triwulan ini juga tercermin dari nilai giro pemda pada perbankan yang menurun hingga mencapai -51,18% (qtq). Hal ini terjadi karena pembayaran dan pengerjaan pelaksanaan proyek pembangunan daerah banyak yang terselesaikan pada akhir tahun. Grafik 1.3 miliar Rp Perkembangan Konsumsi Swasta % ,87 5,90 5,28 6,37 5,48 9 4,633,64 4,77 5,57 4,39 4,23 5, I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi Swasta yoy - axis kanan qtq - axis kanan -6 miliar Grafik 1.4 % Rp Perkembangan Konsumsi Pemerintah 50 9,09 7,87 7,28 0,20 11,27 5,51 3, ,171,071,75 4,87 3, (50) 0 (100) I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi Pemerintah yoy-axis kanan qtq-axis kiri Sumber : BPS Provinsi Lampung ribu kiloliter Grafik 1.5 Konsumsi BBM Jenis Premium Subsidi ribu Kwh Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Sumber : Depot Pertamina Panjang Sumber : PT PLN Wilayah Lampung 4

26 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec juta Rp Grafik 1.7 Perkembangan Aliran Keluar (Outflow) Uang Kartal Grafik 1.8 Volume Impor Barang Konsumsi (ton) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : Bank Indonesia Bandar Lampung Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia orang Grafik 1.9 Jumlah Penumpang Pesawat Udara (Keberangkatan Melalui Bandara Rd. Inten II) orang Grafik 1.10 Jumlah Penumpang Kereta Rel Diesel (KRD) Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw IIITrw IV Sumber : Bandara Radin Inten II Sumber : PT. KAI Lampung unit Grafik 1.11 Volume Penjualan Kendaraan Bermotor (Roda 2 dan Roda 4) Grafik 1.12 miliar Rp Kredit Konsumsi % Kredit Konsumsi yoy - axis kanan Sumber : Dispenda Provinsi Lampung Sumber : LBU dan LBUS 5

27 Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Indeks 125 Grafik 1.13 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 1.14 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) ITK Tingkat Konsumsi 101,24 107, Kaitan Inflasi dg Konsumsi 102,76 Pendapatan RT 112, Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.15 Perkembangan Giro Pemerintah Daerah (juta Rp) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw Tw III IV Sumber : LBU dan LBUS 2.2. Investasi Pada triwulan IV-2011, komponen PMTDB yang mencerminkan pembuatan atau pembelian barang modal baru (investasi) dari dalam negeri dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri mengalami pertumbuhan sebesar 2,65% (qtq) atau 6,14% (yoy). Sehingga, komponen investasi memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 2011 sebesar 1,50%, atau terbesar kedua setelah konsumsi swasta. Pertumbuhan komponen PMTDB pada triwulan laporan sejalan dengan aktivitas ekonomi yang mengalami peningkatan karena demand konsumen yang masih terjaga. Indikator peningkatan investasi diantaranya kenaikan impor bahan baku penolong 8,56% (qtq) atau 62,02% (yoy) dan volume penjualan semen yang tumbuh 4,90% (qtq) atau 31,8% (yoy). Selain itu, berdasarkan data investasi Badan Penanaman Modal Provinsi Lampung, sepanjang tahun 2011 telah terjadi realisasi PMA dan PMDN masing-masing sebesar Rp4,99 triliun. 6

28 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Grafik 1.16 miliar Rp Pembentukan Modal Tetap Bruto % ,14 I II III IV I II III IV I II III IV PMTB yoy-rhs Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.17 miliar Rp Kredit Investasi % , I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Investasi growth (yoy)-rhs Sumber : LBU dan LBUS Grafik 1.18 Volume Impor Bahan Baku Penolong (ton) ton Grafik 1.19 Penjualan Semen Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Sumber : berbagai sumber (diolah) 2.3. Ekspor-Impor a. Ekspor Berdasarkan data PDRB, kegiatan ekspor Lampung pada triwulan IV-2011 mengalami penurunan sebesar -4,90% (qtq), sedangkan secara tahunan tercatat masih mengalami pertumbuhan, yaitu sebesar 18,92% (yoy). Namun demikian, dengan nilai impor yang juga mengalami pertumbuhan signifikan secara tahunan, menyebabkan sumbangan ekspor netto terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2011 menjadi negatif, yaitu sebesar -0,76%. Dengan kata lain, komponen ekspor netto menahan laju pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2011 ke tingkat yang lebih tinggi. Hampir seluruh komoditas utama ekspor Lampung mengalami penurunan nilai secara triwulanan. Ekspor kelompok kopi, teh, dan rempah-rempah menurun -38,58% (qtq), ekspor karet dan barang dari karet menurun -37,57% (qtq), lemak & minyak hewan/nabati menurun -14,65% (qtq), olahan buah-buahan dan sayuran menurun -9,78% (qtq), lemak & 7

29 minyak hewan/nabati menurun -6,32% (qtq), sedangkan kakao menurun -3,09% (qtq). Selain disebabkan oleh musim panen yang telah berakhir dan penurunan produksi karena musim kering berkepanjangan pada periode triwulan III-2011 hingga awal triwulan IV-2011, penurunan nilai ekspor juga disebabkan oleh harga komoditas di pasar dunia yang mengalami trend penurunan. Namun demikian secara kumulatif ekspor tahun 2011, mayoritas komoditas utama Lampung tercatat masih mengalami pertumbuhan dibandingkan kumulatif ekspor tahun 2010, kecuali komoditas Lak, Getah dan Damar yang menurun -54,97% (yoy), kakao menurun -23,38% (yoy), gula dan kembang gula menurun -17,84% (yoy), sedangkan kopi, teh, dan rempah-rempah menurun -5,75% (yoy). Penurunan ekspor kelompok komoditas kopi, teh, dan rempah-rempah ini diperkirakan disebabkan oleh penurunan nilai ekspor komoditas lada. Berdasarkan informasi yang disampaikan AEKI dan AELI, nilai ekspor kopi masih mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 karena harga kontrak yang masih tercatat lebih tinggi pada tahun 2011, meskipun volume ekspor mengalami penurunan sebesar 20%, yaitu dari ton pada 2010 menjadi hanya mendekati ton pada 2011 karena permintaan industri pengolahan kopi domestik yang mengalami peningkatan signifikan pada tahun ini. Sementara itu, produksi lada yang menjadi komoditas utama Lampung mengalami penurunan yang sangat signifikan, meskipun perkembangan harga cukup baik. Hal ini disebabkan oleh tingginya alih fungsi lahan budidaya lada ke tanaman kakao atau singkong. Terkait prospek ekspor kopi Lampung pada 2012, AEKI optimis bahwa ekspor kopi Lampung akan tetap tumbuh. Hal ini disebabkan oleh kopi robusta Lampung memiliki citarasa yang khas, sehingga demand akan tetap terjaga. Melemahnya ekonomi Eropa dan Amerika sebagai konsumen kopi Lampung yang terbesar diperkirakan tidak akan mempengaruhi demand konsumsi kopi. Optimisme peningkatan demand ini semakin bertambah karena konsumsi kopi domestik mengalami peningkatan yang signifikan. Bila tahun 2009 lalu, konsumsi kopi domestik masih <1kg/kapita, saat ini pada tahun 2011 sudah mengalami peningkatan hingga sudah mencapai1kg/kapita. Dengan demikian, eksportir kopi dapat melakukan shifting penjualan ke konsumen domestik. Namun demikian masih terdapat resiko yang masih perlu diantisipasi terkait perkembangan ekspor kopi pada tahun 2012, diantaranya: 1. Trend penurunan harga kopi dunia karena produktivitas kopi Vietnam yang pada 2010 mengalami peningkatan produksi signifikan, yaitu hingga mencapai 1,2 juta ton, jauh lebih tinggi dibandingkan produksi kopi robusta nasional yang rata-rata sebesar juta ton. 2. Negara maju mulai memperketat persyaratan kualitas kopi yang akan dibeli. Bila sebelumnya persyaratan kualitas kopi yang dibeli hanya dilihat dari aspek kebersihan dan jumlah kadar cacat pada kopi, saat ini negara maju kembali memperketat persyaratan 8

30 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV kualitas kopi dengan melihat aspek kandungan unsur mikrobiologi, bakteri, racun, sisa bahan aktif pembasmi hama/pestisida. Berdasarkan penggolongan ISIC, komoditas industri manufaktur ekspor Lampung yang memiliki porsi sebesar 63,33% dari keseluruhan ekspor Lampung mengalami penurunan 6,65% (qtq), sedangkan sektor pertanian mengalami penurunan -31,84% (qtq). Sedangkan sektor pertambangan & penggalian tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 92,63%. Hal ini sejalan dengan indeks produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) triwulan IV yang menunjukkan penurunan produksi sektor industri sebesar -2,34% (qtq). Berdasarkan negara tujuan ekspor Lampung, 5 negara yang memegang porsi terbesar dari total ekspor Lampung pada tahun 2011 adalah India (13,80%), Amerika Serikat (11,40%), RRC (9,80%), Jepang (9,7%), dan Italia (9,7%). Bila dibandingkan tahun 2010, telah terjadi shifting negara tujuan ekspor, dimana India menggantikan posisi Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor terbesar Lampung. Grafik 1.20 miliar Rp Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa % (PDRB ADHK) ,92 (4,90) (20) Nilai qtq-rhs yoy-rhs Sumber : BPS Provinsi Lampung 9

31 Eropa 24,5% Grafik 1.21 Porsi Negara Tujuan Ekspor Tahun 2011 Afrika 5,9% Amerika 12,7% Australia 2,1% Asia 54,8% Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Komoditas Utama Ekspor Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS) Trw IV-10 Trw I-11 Trw II-11 Trw III-11 Trw IV-11 ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) 1. Kopi, Teh, Rempah-rempah 168, , , , , Bubur Kayu / Pulp 63, , , , , Ikan dan Udang 36, , , , , Lemak & Minyak Hewan / Nabati 233, , , , , Bahan Bakar Mineral 71, , , , , Karet dan Barang dari Karet 28, , , , , Kayu, Barang dari Kayu 3, , , , , Hasil Penggilingan 7, , , , Olahan dari Buah-buahan / Sayuran 49, , , , , Ampas / Sisa Industri Makanan 7, , , , , Berbagai Makanan Olahan 3, , , , , Minuman 5, , , , , Berbagai Produk Kimia 3, , , , , Kaca & Barang dari Kaca Olahan dari Tepung , Bahan Kimia Organik 15, , , , , Gula dan Kembang Gula 11, , , , , Kakao / Coklat 22, , , , , Buah-buahan 1, , , , , Sari Bahan Samak & Celup Lak, Getah dan Damar Sayuran Sabun dan Preparat Pembersih , , Perekat, Enzim Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 3, , , Lain-lain 24, , , , , Total 761, , , , , Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia b. Impor Berdasarkan data PDRB, impor Lampung pada triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 21,83% (qtq) atau 25,36% (yoy). Dengan demikian, impor Lampung secara kumulatif tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 40,21% (yoy). Peningkatan impor Lampung yang terjadi pada tahun 2011 mengindikasikan pertumbuhan skala ekonomi di Lampung karena sebagian besar komoditas impor yang mengalami peningkatan sangat signifikan adalah barang 10

32 modal untuk industri yang tumbuh sebesar 152,58% (yoy). Di sisi lain, impor barang konsumsi juga tumbuh sangat signifikan, yaitu sebesar 98,82% (yoy). Hal ini mengindikasikan demand domestic yang juga semakin tinggi karena peningkatan daya beli terhadap barang impor. Hal ini tidak terlepas dari adanya penghapusan dan penurunan bea impor sejumlah komoditas sesuai PMK No. 80/PMK.011/2011 tentang perubahan ke tujuh atas peraturan Menteri Keuangan mengenai Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor, sehingga harga mayoritas barang impor semakin terjangkau. Menurut penggolongan HS 2 digit, pupuk memiliki porsi terbesar dari keseluruhan impor Lampung, dimana tahun sebelumnya didominasi oleh impor binatang hidup. Impor pupuk kumulatif tahun 2011 tumbuh 146% (yoy), sedangkan binatang hidup yang memiliki porsi terbesar kedua mengalami penurunan sebesar -16,63% (yoy). Impor Lampung terbesar sepanjang tahun 2011 berasal dari Benua Asia, dimana impor dari RRC dan Thailand merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lainnya di Asia. Bila dibandingkan tahun 2010, impor dari kedua negara tersebut masing-masing mengalami kenaikan sebesar 101,10% (yoy) dan 92,42% (yoy). Grafik 1.22 miliar Rp Perkembangan Impor Barang dan Jasa (PDRB ADHK) % , I II III IV I II III IV I II III IV Nilai Impor qtq-rhs yoy-rhs Sumber : BPS Provinsi Lampung 11

33 Australia 12,7% Grafik 1.23 Porsi Negara Pengimpor Tahun 2011 Eropa 7,3% Afrika 1,2% Asia 56,8% Amerika 22,1% Grafik 1.24 Pangsa Impor Komoditas Tahun 2011 Berdasarkan BEC Bahan baku penolong 45,92% Barang modal 1,16% Barang konsumsi 52,91% Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) Komoditas Utama Impor Tabel 1.3 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Trw Trw Trw Trw Trw Trw Trw II-2010 III-2010 IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 US$ 1. Pupuk 38,096,078 25,724,238 6,261,796 45,063,601 55,834,781 71,785,914 45,889, Binatang Hidup 32,780,848 36,844,836 30,558,375 27,605,877 17,609,343 36,487,330 49,489, Ampas / Sisa Industri Makanan 6,277,847 7,623,908 11,156,835 15,726,540 19,311,770 28,802,562 17,300, Besi dan Baja 15,352 1,449, , ,445 1,931,670 2,662,619 1,890, Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 18,985,248 17,819,629 26,042,325 9,375,854 44,469,462 56,427,655 63,857, Gula dan Kembang Gula 40,044,364 40,945,764 35,633,512 53,391,344 37,873,448 34,944,481 16,427, Hasil Penggilingan 822,888 3,107,027 3,691,587 4,083,850 2,144,259 3,961,521 2,035, Mesin / Peralatan Listik 477, ,451 3,762,353 1,794,048 11,429,429 13,730,816 14,686, Plastik dan Barang dari Plastik 502, , ,061 1,275,138 1,560, , , Benda-benda dari Besi dan Baja 1,157,525 14,570,749 1,033, ,538 2,386,956 8,366,087 15,406, Berbagai Makanan Olahan 2,100,378 1,966,859 2,616,744 2,735,799 2,643,496 2,886,833 1,918, Garam, Belerang, Kapur 1,462,836 1,135,195 2,120,977 1,599,726 2,725,886 1,777,188 2,503, Bahan Kimia Organik 2,313,497 2,450,448 2,131,822 2,577,967 3,237,415 1,902,186 1,407, Bahan Kimia Anorganik 551, ,926 1,172, , ,181 1,135, , Berbagai Produk Kimia 216, , , , , , , Kain Perca 1,340,792 1,549, , ,464 1,230, , , Gandum-ganduman 3,519,650 1,981,960 29,515,870 47,985,673 15,050,459 14,234,413 64,647, Berbagai Barang Logam Dasar 182, , ,696 1,475,458 5,334,509 1,241,613 1,145, Bahan Bakar Mineral Biji-bijian berminyak 10,690,183 17,209,525 7,943,253 13,762,006 22,629,500 10,123,670 20,208, Kendaraan dan Bagiannya 2,323,859 1,174, , ,486 1,431,796 1,364,411 1,537, Kaca & Barang dari Kaca 518, , ,791 1,018, ,533 1,329, , Lemak & Minyak Hewan / Nabati 0 68,700 13, , , , , Perekat, Enzim 137, , , , , , , Produk Hewani 0 63,551 99, ,202 65,794 30,287 95, Lain-lain 2,481,658 2,882,630 4,433,023 5,219,538 9,819,257 31,893,580 38,879,917 Total 166,998, ,055, ,912, ,999, ,434, ,060, ,925,815 Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) US$ US$ US$ US$ US$ US$ 12

34 3. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN Pada triwulan IV-2011, sebanyak 4 sektor mengalami penurunan output dibandingkan triwulan III-2011, yaitu sektor pertanian yang menurun -21,84% (qtq), sektor industri pengolahan yang menurun -1,87% (qtq) dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang menurun -1,50% (qtq). Namun secara tahunan, seluruh sektor mengalami pertumbuhan, kecuali sektor industri pengolahan yang mengalami penurunan sebesar -0,32% (yoy). Sementara itu, sektor pengangkutan dan telekomunikasi serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 13,08% (yoy) dan 11,28% (yoy). Secara kumulatif tahun 2011, seluruh sektor mengalami peningkatan output dibandingkan kumulatif tahun 2010, dimana sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 13,13% (yoy) dan 9,86% (yoy). Dari sisi penawaran, sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2011 sebesar 6,39% (yoy) masih berasal dari sektor pertanian (2%), diikuti sektor pengangkutan & komunikasi (0,96%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (0,92%) dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (0,75%). Sektor Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB (%, yoy) Q I 2011 (qtq) Q I 2011 (yoy) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB dengan Migas Q II 2011 (qtq) Q II 2011 (yoy) Q III 2011 (qtq) Q III 2011 (yoy) Q IV 2011 (qtq) Q IV 2011 (yoy) Sumber: BPS Provinsi Lampung Bila melihat strukturnya, ekonomi Lampung tahun 2011 masih didominasi oleh sektor pertanian (36%), sektor industri pengolahan (16%), dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (15,9%). Namun demikian, dominasi sektor pertanian mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010, dan di sisi lain telah terjadi peningkatan share yang besar pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang didorong oleh peningkatan output pada sub sektor angkutan udara. 13

35 Grafik 1.25 Pangsa PDRB Sektoral Tahun 2010 Pengangkutan & Komunikasi 10,2% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,3% Perdaganga n, Hotel & Restoran 15,3% Jasa-jasa 9,5% Bangunan 3,7% Listrik, Gas & Air Bersih 0,5% Pertanian 36,8% Pertambanga n & Penggalian 2,0% Industri Pengolahan 15,8% Pengangkutan & Komunikasi 11,5% Grafik 1.26 Pangsa PDRB Sektoral Tahun 2011 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5,9% Perdagangan, Hotel & Restoran 15,9% Jasa-jasa 8,8% Bangunan 3,4% Listrik, Gas & Air Bersih 0,5% Pertanian 36,0% Pertambangan & Penggalian 1,9% Industri Pengolahan 16,0% Sumber: BPS Provinsi Lampung SEKTOR PERTANIAN Secara triwulanan, output sektor pertanian mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan triwulan III-2011, yaitu sebesar -21,84% (qtq). Hal ini disebabkan oleh masa tanam sub kelompok bahan makanan yang sebagian besar terjadi pada triwulan IV Di sisi lain, output sektor pertanian secara tahunan masih mengalami pertumbuhan bila dibandingkan triwulan IV-2010, yaitu sebesar 3,42% (yoy). Secara kumulatif tahun 2011, sektor pertanian tumbuh sebesar 5,16% (yoy), sehingga kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2011 mencapai 2,00%, tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah produksi sebagian besar komoditas tanaman bahan makanan pada tahun 2011 dibandingkan Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Lampung menunjukkan bahwa produksi padi meningkat 6,03% (yoy), kedelai meningkat 44,23% (yoy), kacang hijau meningkat 9,42% (yoy), ubi kayu meningkat 4,39% (yoy), sedangkan ubi jalar meningkat 5,68% (yoy). Peningkatan output pada tanaman bahan makanan ini didukung oleh peningkatan luas tanam dan produktivitas karena cuaca yang mendukung saat kegiatan musim tanam berlangsung. Namun demikian, 2 komoditas tanaman bahan makanan lainnya, yaitu jagung dan kacang tanah tercatat mengalami penurunan produksi, yaitu masing-masing sebesar -12,54% (yoy) dan -54,54% (yoy). Menurut Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Lampung, penurunan produksi komoditas tersebut disebabkan oleh peralihan budidaya tanaman jagung ke tanaman singkong. Pada tahun 2012, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Lampung memperkirakan bahwa produksi Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi kayu, 14

36 dan Ubi Jalar mengalami peningkatan produksi pada kisaran 1-11% (yoy). Adapun isu alih fungsi lahan yang marak terjadi telah diantisipasi dengan dikeluarkannya PP No.1/2011 tentang penggunaan lahan pertanian pangan yang berkelanjutan dan saat ini di Provinsi Lampung sedang dilakukan kajian untuk menganalisa kemungkinan pemberian insentif terutama untuk lahan pertanian agar tidak mudah terjadi alih fungsi lahan. Beberapa upaya ini dilakukan agar target pertumbuhan produksi beras dapat mencapai > 7%. Tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh peningkatan output pada sub sektor peternakan yang mengalami pertumbuhan hingga mencapai 14,98% (yoy). Data Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Provinsi Lampung menunjukkan bahwa produksi daging ayam pedaging di Lampung mencapai 28,48 ribu ton, produksi daging ayam buras mencapai 20 ribu ton, sedangkan produksi daging sapi potong mencapai 8 ribu ton. Dimana, produksi ternak tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat di Provinsi Lampung, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lainnya di Indonesia, terutama pulau Jawa dan Sumatera. Peningkatan output sektor pertanian juga terindikasi dari kenaikan kredit kepada sektor pertanian yang tumbuh 50,01% (yoy), peningkatan impor pupuk sebesar 146,69% (yoy), dan Saldo Bersih Sektor Pertanian yang bernilai positif (SB = 75) Grafik 1.27 PDRB Sektor Pertanian (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) miliar Rp % I II III IV I II III IV I II III IV 3,42-21, Nilai PDRB-axis kiri growth (qtq)-axis kanan growth (yoy) - axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung 15

37 Tabel 1.5 Produksi Tanaman Pangan dan Sasaran Produksi Tahun 2012 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Sama halnya dengan sektor pertanian, sektor industri pengolahan secara triwulanan juga mengalami penurunan sebesar -1,87% (qtq). Hal ini disebabkan oleh kembali normalnya kapasitas industri setelah pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan yang signifikan dalam rangka menghadapi momen hari raya Idul Fitri. Secara tahunan, bila dibandingkan triwulan IV-2010, sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan, yaitu sebesar -0,32% (yoy). Penurunan output industri pengolahan secara triwulanan turut terkonfirmasi oleh data produksi industri manufaktur besar sedang yang secara agregat mengalami penurunan sebesar -2,34% (qtq), dimana sektor industri makanan dan minuman mengalami penurunan sebesar -1,74% (qtq), sedangkan sektor industri kayu, barang-barang dari kayu (tidak termasuk furnitur) & barang-barang anyaman menurun -3,92% (qtq). Selain itu, volume impor makanan dan minuman (olahan) untuk industri -50,25% (qtq) dan volume impor bahan baku olahan untuk industri menurun -23,46% (qtq). Perlambatan secara triwulanan juga terkonfirmasi oleh hasil SKDU triwulan IV-2011 yang menunjukkan saldo bersih realisasi kegiatan dunia usaha yang negatif (SB = -28,57). Secara kumulatif tahun 2011, sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 4,88% (yoy), dan kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2011 mencapai 0,66%. Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa pertumbuhan pada sektor ini disebabkan oleh demand domestik dan luar negeri yang masih cukup baik. Indikator peningkatan output sektor industri pengolahan secara tahunan, antara lain kenaikan indeks produksi industri makanan sebesar 1,68% (yoy), industri minuman sebesar 2,11% (yoy), & industri kulit sebesar 20,88% (yoy), kenaikan volume impor bahan baku 16

38 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Okt-10 Jan-11 Apr 11 Jul 2011 Okt 2011 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV penolong sebesar 62,02% (yoy), kenaikan volume impor barang modal sebesar 152,58% (yoy), kenaikan konsumsi solar non subsidi sebesar 23,24% (yoy), dan penyaluran kredit kepada sektor industri yang tumbuh sebesar 49,29% (yoy). miliar Rp Grafik 1.28 PDRB Sektor Industri Pengolahan (ADHK Tahun 2000) 15% Grafik 1.29 Perkembangan Volume Impor (ton) Nilai qtq-rhs yoy-rhs Sumber: BPS Provinsi Lampung - Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Makanan dan Minuman (olahan) utk industri Bahan Baku olahan utk industri Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) Grafik 1.30 Perkembangan Volume Impor (ton) Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Sektor Industri (miliar Rp) Bahan Baku Penolong Barang Modal-rhs Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) Sumber: LBU dan LBU SEKTOR LISTRIK, AIR DAN GAS Output sektor listrik, gas, dan air bersih pada triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 3,41% (qtq) atau 9,07% (yoy). Sementara itu secara kumulatif tahun 2011, sektor listrik, air, dan gas mengalami pertumbuhan 9,86% (yoy), sehingga sumbangan sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 6,39% (yoy) mencapai 0,04%. 17

39 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nop-11 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Berdasarkan data PLN, nilai konsumsi listrik rata-rata pada periode ini meningkat 4,23% (qtq) atau 12,63% (yoy), searah dengan kenaikan jumlah rata-rata pelanggan sebesar 0,29% (qtq) dan 15,89% (yoy). Peningkatan output sub sektor listrik juga terindikasi dari kenaikan rasio elektrifikasi Provinsi Lampung menjadi 61,31% dari 53,90% pada tahun Selain itu, data PDAM Way Rilau juga menunjukkan telah terjadi peningkatan jumlah rata-rata pelanggan PDAM Kota Bandar Lampung sebesar 0,90% (qtq) dan 0,55% (yoy). Pada tahun 2012, output pada sub sektor listrik diperkirakan terjadi peningkatan seiring dengan mulai beroperasinya PLTU Ulubelu (2 x 55 Mw) yang saat ini proses penyelesaiannya telah mencapai 86%. Energi listrik yang dihasilkan PLTP Ulubelu direncanakan akan siap beroperasi pada semester I 2012 untuk Unit I dan akhir semester II 2012 untuk Unit II, dimana energi listrik pada tahap awal akan dialirkan untuk masyarakat Kabupaten Tanggamus khususnya Kota Agung, Talang Padang, Wonosobo dan sekitarnya. Grafik 1.32 PDRB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih miliar Rp % (ADHK Tahun 2000) Grafik 1.33 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Listrik Nilai qtq-rhs yoy-rhs Sumber : BPS Provinsi Lampung Volume Pemakaian (ribu Kwh)-rhs Jumlah Pelanggan Sumber : PT. PLN Provinsi Lampung Grafik 1.34 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Ket : Terdiri atas pelanggan kelompok sosial, rumah tangga, industri, dan pelabuhan Sumber : PDAM Way Rilau 18

40 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR) Pada triwulan IV-2011, sektor PHR pada periode ini mengalami penurunan sebesar - 1,50% (qtq) atau 11,28% (yoy). Sementara itu secara kumulatif tahun 2011, sektor PHR mengalami pertumbuhan sebesar 5,75% (yoy), sehingga kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2011 mencapai 0,92%. Secara triwulanan, penurunan output pada triwulan ini disebabkan oleh penurunan pada sub sektor perdagangan dan sub sektor restoran masing-masing sebesar -1,44% (qtq) dan - 2,54% (qtq) karena kembali normalnya aktivitas perdagangan setelah mengalami peningkatan cukup signifikan pada triwulan III-2011 karena adanya momen bulan puasa dan Idul Fitri. Hal ini sejalan dengan hasil SKDU yang menunjukkan bahwa saldo bersih realisasi usaha sektor perdagangan triwulan IV-2011 bernilai negatif (SB = -50) Sementara itu, sub sektor perhotelan tercatat mengalami peningkatan sebesar 6,55% (qtq). Hal ini terkonfirmasi oleh SKDU yang menunjukkan bahwa saldo bersih realisasi usaha sektor perhotelan triwulan IV-2011 bernilai positif (SB = 100). Peningkatan output sektor perhotelan tidak terlepas dari adanya kegiatan Festival Krakatau ke XXI yang dilaksanakan pada Oktober 2011 dan Tourism Indonesia Mart and Expo (TIME) XVII pada Oktober 2011 yang mendorong peningkatan kedatangan wisatawan mancanegara. Hal ini terlihat dari jumlah tamu mancanegara yang menginap di hotel berbintang bulan Oktober 2011 yang meningkat sebesar 57,29% dibandingkan September Sebagai dampak event akbar yang mengedepankan promosi pariwisata tersebut, maka jumlah tamu mancanegara pada bulan Desember 2011 juga meningkat signifikan, dari rata-rata sebesar 298 tamu yang menginap di hotel berbintang, menjadi tamu. Secara umum, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pada triwulan IV-2011 mencapai 53,95% dari 49,69% pada triwulan III Sementara itu secara tahunan, rata-rata TPK hotel berbintang juga meningkat dari 48,79% menjadi 53,57% pada tahun 2011, dengan jumlah rata-rata tamu baik domestik maupun mancanegara yang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 132,46% (yoy) dan 210,74% (yoy). 19

41 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Grafik 1.35 miliar Rp PDRB Sektor PHR % 2000 (ADHK Tahun 2000) Grafik 1.36 Jumlah Tamu pada Hotel Berbintang Nilai qtq-rhs yoy-rhs Tamu Domestik Tamu Mancanegara Sumber: BPS Provinsi Lampung SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Pada periode laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan 0,37% (qtq) atau 13,08% (yoy). Sementara itu secara kumulatif sepanjang 2011, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 13,13% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2011 mencapai 0,96% atau kedua terbesar setelah kontribusi yang diberikan oleh sektor pertanian. Dibandingkan tahun 2010, peningkatan output sektor ini didorong oleh pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor angkutan udara yang mengalami pertumbuhan sebesar 39,50% (yoy), sub sektor jasa penunjang angkutan yang tumbuh 19,94% (yoy), sub sektor angkutan laut yang tumbuh 17,35% (yoy), dan sub sektor angkutan jalan raya yang tumbuh sebesar 8,40% (yoy). Berdasarkan informasi penerbangan dari Bandara Raden Inten II diketahui bahwa jumlah penumpang datang dan berangkat masing-masing meningkat 37,22% (yoy) dan 40,30% (yoy). Sementara itu, data PT. ASDP Lampung menunjukkan bahwa rata-rata total tiket yang terjual per bulan (tiket penumpang dan kendaraan) meningkat 2,59% (yoy), sedangkan data PT. KAI Lampung juga menunjukkan peningkatan jumlah penumpang kereta api sebesar 19,84% (yoy). Peningkatan output pada penumpang kereta tidak terlepas dari investasi pemerintah di sektor perkeretaapian, dimana terdapat penambahan unit KRD, yaitu KRD Seminung dan KRD Way Umpu. Sementara itu, peningkatan output sub sektor angkutan jalan raya tercermin dari volume penjualan kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang tumbuh 15,51% (yoy). 20

42 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sept Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Selain itu, peningkatan output pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga terkonfirmasi oleh hasil SKDU yang menunjukkan bahwa saldo bersih sektor ini bernilai positif (SB = 50) Grafik 1.37 PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (ADHK Tahun 2000) Grafik 1.38 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Rd. Inten II (orang) Penumpang Datang Penumpang Berangkat Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Nilai qtq-rhs yoy-rhs Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: Bandara Radin Inten II Grafik 1.39 Jumlah Penjualan Tiket Angkutan Laut Grafik 1.40 Jumlah Penumpang Kereta Api (orang) Tiket Kendaraan Tiket Penumpang Sumber: PT. ASDP Lampung Sumber: PT. KAI Lampung SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Pada triwulan IV-2011, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 0,37% (qtq) atau 5,83% (yoy). Sementara itu, secara kumulatif tahun 2011, sektor ini mengalami peningkatan 7,49% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 0,75%. 21

43 Jan-09 Mar-09 Mei-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 Mei 11 Jul 2011 Sept 2011 Nov 2011 Peningkatan output di sektor ini secara tahunan sejalan dengan aktivitas ekonomi masyarakat, pemerintah, maupun dunia usaha yang semakin meningkat. Hal ini terkonfirmasi oleh aliran uang keluar (outflow) dari KBI Bandar Lampung tahun 2011 yang meningkat sebesar 18,44% bila dibandingkan aliran uang keluar (outflow) dari KBI Bandar Lampung tahun Indikator lainnya adalah penyaluran kredit perbankan tahun 2011 yang mengalami pertumbuhan 23,81% (yoy) atau menjadi Rp27,11 triliun. Selain itu, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha juga menunjukkan tendensi yang sama, dimana pelaku usaha pada sektor lembaga keuangan bukan bank mengakui adanya peningkatan output (SB positif) Grafik 1.41 PDRB Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (ADHK Tahun 2000) Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw Trw III IV Grafik 1.42 Perkembangan Kredit Perbankan (miliar Rp) Nilai qtq-rhs yoy-rhs Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: LBU dan LBUS SEKTOR LAIN-LAIN Pada triwulan IV-2011, sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 1,50% (qtq) atau 4,23% (yoy), sedangkan secara kumulatif tahun 2011 sektor ini tumbuh 4,10% (yoy). Data Distamben Provinsi Lampung menunjukkan bahwa produksi minyak bumi di Lampung sepanjang tahun 2011 mencapai 4,05 juta barel, sedangkan produksi gas di Lampung mencapai 13 juta MMBTU. Sementara itu, sektor bangunan pada triwulan IV-2011 tercatat mengalami penurunan output secara triwulanan, yaitu sebesar -1,17% (qtq), namun secara tahunan masih tumbuh sebesar 8,72% (yoy). Sedangkan secara kumulatif tahun 2011 sektor ini tumbuh 7,77% (yoy). Indikatornya adalah peningkatan penjualan semen yang tumbuh 31,80% (yoy). Hal ini sejalan dengan hasil SKDU yang menunjukkan bahwa saldo bersih sektor ini bernilai positif (SB = 33,33). Di sisi lain, sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan 1,70% (qtq) atau 9,76% (yoy) dan secara kumulatif tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 8,24% (yoy). 22

44 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV miliar Rp Trw I Trw II Trw III Grafik 1.43 PDRB Sektor Bangunan (ADHK Tahun 2000) Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV % miliar Rp Grafik 1.44 PDRB Sektor Jasa-Jasa (ADHK Tahun 2000) % Nilai qtq-rhs yoy-rhs Nilai qtq-rhs yoy-rhs Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: BPS Provinsi Lampung Grafik 1.45 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian miliar (ADHK Tahun 2000) Rp Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Nilai qtq-rhs yoy-rhs Trw IV % Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Grafik 1.46 Saldo Bersih Realisasi Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi Bangunan Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 18,18 33, Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: SKDU KBI Bdl Triwulan IV

45 Kumulatif Pendapatan Boks I. Rasio Gini dan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi % Kuznet (1996) menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu diikuti dengan meningkatnya kesenjangan terutama pada tahap awal proses pembangunan ekonomi. Artinya, terdapat trade-off antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembagian pendapatan, dimana pertumbuhan ekonomi yang pesat menimbulkan konsekuensi peningkatan ketimpangan pembangunan dan hasil-hasilnya. Ketimpangan pembangunan selama ini dapat terwujud dalam berbagai aspek, misalnya dalam hal pendapatan perkapita dan distribusi pendapatan. Wujud nyata ketimpangan ini terlihat ketika banyak dijumpai daerah maju namun bermunculan pemukiman kumuh sebagai indikator kemiskinan, sehingga apa yang disebut dengan proses trickle down effect dari manfaat pertumbuhan ekonomi bagi penduduk miskin tidak terjadi. Sebagian besar yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi relatif tinggi tidak membawa manfaat yang berarti bagi penduduk miskinnya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka salah satu indikator pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dapat terlihat ketika pertumbuhan ekonomi yang terjadi diiringi dengan proses pemerataan pendapatan bagi para penerimanya. Metode yang pada umumnya dijadikan tolak ukur pemerataan pendapatan adalah Gini Ratio, karena metode ini dapat dijabarkan kedalam Kurva Lorens yang memberikan gambaran visual tentang ketimpangan pendapatan dan relatif lebih mudah dalam penghitungannya. Untuk menentukan tingkat ketimpangan, terdapat beberapa kriteria, yaitu : 0 G < 0,3 = Ketimpangan pendapatan distribusi ringan 0,3 < G 0,5 = Ketimpangan distribusi pendapatan sedang G > 0,5 = Ketimpangan distribusi pendapatan tinggi Selanjutnya, kurva lorens dapat terlihat pada grafik dibawah (garis biru), sedangkan garis merah menunjukkan pemerataan pendapatan yang ideal. Bila kurva lorens semakin menjauhi garis merah, maka distribusi pendapatan semakin tidak merata (G> 0,5) Grafik Kurva Lorens Kumulatif Penduduk Tinjauan Literatur : a) Putra, Dewangga (2011), Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Tengah Periode , FE Universitas Diponegoro. b) Fressila, wieke (2007), Distribusi Pendapatan Studi Kasus Kecamatan Tanjung Seneng Kota Bandar Lampung, FE Universitas Lampung. 24

46 Kondisi di Provinsi Lampung Di Provinsi Lampung, pertumbuhan ekonomi sepanjang 4 tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2008, ekonomi tumbuh 5,35% (yoy), kemudian sedikit mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi sebesar 5,16% (yoy), namun kembali meningkat hingga pertumbuhan ekonomi mencapai 5,75% pada tahun Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) Sejalan dengan hal tersebut, Rasio Gini Provinsi Lampung dalam 4 tahun terakhir juga cukup berfluktuatif. Pada tahun 2008, rasio gini mencapai 0,39 kemudian turun menjadi 0,35 pada tahun 2008 dan 2009, dan kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar 0,38. Meskipun rasio gini Lampung tergolong dalam ketimpangan distribusi pendapatan sedang, namun dengan trend pergerakan rasio gini yang meningkat pada 2010 menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan di Lampung semakin tinggi sejalan dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi. Dinamika perkembangan angka rasio gini sangat bergantung pada struktur perekonomian dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Walaupun perekonomian tumbuh cukup tinggi pada tahun 2010, namun ekonomi masih di dorong oleh konsumsi dan ekspor netto, sedangkan kontribusi investasi dalam pertumbuhan ekonomi masih relatif rendah. Di sisi sektoral, pertumbuhan tinggi justru terjadi pada sektor-sektor non tradables yang padat modal sehingga tidak dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak. Sektor ekonomi yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi tahun 2010 adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Telah terjadi shifting kontribusi sektoral dari yang sebelumnya didominasi oleh sektor pertanian. Meskipun ketimpangan distribusi pendapatan di Lampung cukup sedang, namun tetap perlu diupayakan langkah-langkah dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, diantaranya dengan cara terus mendorong peningkatan investasi pada sektor tradable. Untuk itu, komitmen pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi perlu terus diupayakan, misalnya melalui pemberian jaminan terhadap keamanan berinvestasi, prosedur perizinan yang memudahkan investor, serta fasilitas infrastruktur yang memadai. 25

47 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May June July Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec % BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI 1. KONDISI UMUM Pada triwulan IV-2011 tekanan inflasi kota Bandar Lampung mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Indeks Harga Konsumen (IHK) kota Bandar Lampung pada triwulan IV-2011 mengalami inflasi sebesar 0,62% (qtq) lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 2,3% (qtq). Supply bahan makanan yang memadai sehubungan dengan membaiknya cuaca seiring mulai turunnya hujan pada akhir triwulan laporan, serta penurunan harga emas perhiasan menyebabkan tekanan harga pada triwulan IV-2011 mereda. Walaupun demikian, pada seluruh kelompok pengeluaran masih terjadi inflasi kecuali kelompok sandang yang mengalami deflasi. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi tertinggi (1,98%), diikuti oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok kesehatan. Secara tahunan, inflasi kota Bandar Lampung mengalami penurunan dari 6,26% (yoy) pada triwulan III-2011 menjadi 4,24% (yoy) pada triwulan laporan. Inflasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yaitu sebesar 3,79% (yoy). Di wilayah Sumatera, inflasi kota Bandar Lampung berada sedikit diatas inflasi Sumatera (3,94%) dan berada pada ranking 6 diantara 16 kota pemantauan inflasi yang ada di Sumatera. Sementara dari seluruh kota pemantauan inflasi (66 kota), kota Bandar Lampung pada tahun 2011 merupakan kota dengan capaian inflasi pada posisi ke Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional dan Sumatera (%) Nasional (yoy) Bdl (yoy) Sumatera (yoy) Sumber : BPS Provinsi Lampung 26

48 2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Pada bulan Oktober 2011 inflasi tercatat sebesar 0,62% (mtm). Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar di Kota Bandar Lampung (0,37%), dengan komoditas penyumbang terbesar inflasi yaitu rokok kretek filter (0,35%). Kelompok bahan makanan menjadi penyumbang inflasi terbesar kedua (0,14%) disusul oleh kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,11%). Sementara itu, kelompok sandang mengalami deflasi sebesar 0,06%. Grafik 2.2 Harga Komoditas Kelompok Bahan Makanan (Rp/kg) Beras (Asalan) I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIV Cabe Merah I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIVI IIIIIIVV I IIIIIIV I IIIIIIVI IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIV Okt-10 Nop-10 Des-10Jan-11Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11Jul-11 Sep-11Okt-11 Nop-11 Des-11 Okt-10 Nop-10 Des-10Jan-11Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11Jul-11 Sep-11Okt-11 Nop-11 Des Bawang Merah Bawang Putih I IIIIIVI IIIIIVV I IIIIIVI IIIIIVI IIIIIVI IIIIIVV I IIIIIVI IIIIIVV I IIIIIVI IIIIIVI IIIIIVI IIIIIVI IIIIIVV I IIIIIV - I IIIIIVI IIIIIVV I IIIIIVI IIIIIVI IIIIIVI IIIIIVV I IIIIIVI IIIIIVV I IIIIIVI IIIIIVI IIIIIVI IIIIIVI IIIIIVV I IIIIIV Okt- Nop-10 Des- Jan Feb- 11 Mar-11 Apr- 11 Mei-11 Jun- Jul-11 Sep Okt- Nop-11 Des Okt- Nop-10 Des- Jan Feb- 11 Mar-11 Apr- 11 Mei-11 Jun- Jul-11 Sep Okt- Nop-11 Des Sumber : Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung Pada kelompok bahan makanan yang juga turut menjadi penyumbang inflasi terbesar bulan ini mengalami inflasi sebesar 0,53% (mtm), dengan andil terbesar yaitu beras (0,33%). Pergerakan harga beras di 3 pasar tradisional terpantau terus mengalami kenaikan. Survei Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung menunjukkan bahwa pada Oktober minggu ke 3, harga ratarata beras kualitas asalan mencapai Rp8.700/kg atau mengalami kenaikan sebesar 24,29% 27

49 (mtm). Penurunan harga sejumlah sayuran karena berakhirnya musim kering dapat sedikit menahan laju inflasi pada kelompok ini. Namun demikian, harga cabe berangsur mengalami kenaikan karena menurunnya supply cabe seiring baru selesainya masa panen pada beberapa wilayah serta terjadinya musim kering sepanjang masa tanam periode Mei-September yang menyebabkan produksi tidak optimal Grafik 2.3 Harga Komoditas Kelompok Sandang Emas 24 karat (99%) I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIVV I IIIIIIV Okt-10 Nop-10 Des-10Jan-11Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Sep-11Okt-11 Nop-11 Des-11 Sementara itu, trend kenaikan harga emas di pasar dunia yang terjadi hingga triwulan III-2011 mengalami penurunan pada bulan laporan sehingga turut menurunkan harga emas perhiasan di Lampung sebesar 3,35% (mtm) yang menyebabkan terjadinya deflasi pada kelompok sandang. Sementara itu, kenaikan tarif perguruan tinggi sebesar 10,28% (mtm) yang tercatat pada bulan Oktober 2011 turut berperan terhadap laju inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga maupun inflasi secara umum. Pada bulan November 2011, IHK Kota Bandar Lampung mengalami deflasi sebesar 0,19% (mtm). Penyumbang deflasi terbesar adalah Kelompok Bahan Makanan (-0,25%), diikuti Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (-0,0067%). Sementara itu, 3 kelompok pengeluaran lainnya masih mengalami inflasi, dimana Kelompok Sandang menjadi penyumbang inflasi terbesar, yaitu sebesar 0,0515%. Sedangkan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga relatif tidak mengalami perubahan. Pada periode ini, komoditas penyumbang deflasi mayoritas berasal dari sub kelompok sayuran diantaranya ketimun (-0,12%), bayam (-0,04%), bawang merah (-0,04%), kangkung (-0,04%), dan sawi hijau (-0,03%). Hal ini didukung oleh cukup melimpahnya pasokan kebutuhan sayuran terkait dengan mulai musim hujan pada awal November 2011 yang mendukung tumbuh suburnya tanaman sayuran. Sementara itu, cabe merah yang termasuk kedalam sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami inflasi tertinggi kedua setelah beras. Penyebabnya adalah masih berlangsungnya masa tanam cabe di lahan tegalan (periode tanam kedua yaitu Oktober 2011 hingga Januari 2012). Selain itu, musim kering yang terjadi sepanjang awal masa tanam pertama (Mei-September 2011) diperkirakan membawa dampak pada penurunan jumlah produksi karena mayoritas cabe di daerah sentra produksi di Lampung ditanam pada lahan tegalan yang membutuhkan debit air yang banyak. 28

50 Sementara itu, beras kembali mengalami inflasi sebesar 1,83% (mtm) dan menyumbang inflasi 0,12%. Harga beras kualitas premium terpantau stabil tinggi dibandingkan akhir Oktober 2011, sedangkan beras kualitas asalan masih mengalami kenaikan harga. Menurut pantauan harga Tim Evaluasi harga Provinsi Lampung, harga beras IR-64 kualitas I bertahan pada level harga Rp10.500/kg sedangkan harga beras IR-64 kualitas III (asalan) naik menjadi Rp9.000/kg dari sebelumnya Rp8.700/kg. Selain itu, sebagaimana pantauan harga oleh Tim Evaluasi Harga (TEH) Provinsi Lampung, harga emas perhiasan turut mengalami kenaikan sebesar 2,77% (mtm) yang memberikan andil inflasi sebesar 0,05%. Pada bulan Desember 2011, inflasi kota Bandar Lampung sebesar 0,19% (mtm). Penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Kelompok bahan makanan menjadi penyumbang terbesar terhadap inflasi yang mencapai 0,13% (mtm), yang mayoritas berasal dari komoditas ikan segar, diantaranya ikan kembung (0,13%), teri basah (0,03%), ikan selar (0,02%), dan ikan layang (0,0090%). Hal ini terutama terkait dengan terbatasnya aktivitas nelayan untuk melaut karena tingginya gelombang laut dan angin kencang baik diperairan teluk Lampung maupun pesisir Barat Lampung. Kelompok bahan makanan lainnya yang turut berperan mendorong inflasi periode ini adalah sub kelompok sayuran dan bumbu-bumbuan. Tomat buah dan cabe merah tercatat mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 49% (mtm) dan 5,87% (mtm) yang disebabkan oleh tingginya permintaan konsumen seiring perayaan Natal dan Tahun Baru. Kenaikan harga kedua komoditas tersebut juga dipicu oleh pasokan yang tidak memadai dari daerah sentra produksi lokal maupun luar provinsi karena curah hujan tinggi sehingga menyebabkan busuk buah selain masa tanam Oktober yang masih berlangsung. 29

51 Tabel 2.1 Prognosa Kebutuhan Bulan Desember 2011 Sumber : BPS Provinsi Lampung Sementara itu, harga beras berbagai kualitas terpantau stabil tinggi dibandingkan akhir November Menurut pantauan Tim Evaluasi harga Provinsi Lampung pada akhir Desember 2011, harga beras IR-64 kualitas I bertahan pada level harga Rp10.500/kg sedangkan harga beras IR-64 kualitas II dan III (asalan) bertahan pada harga masing-masing sebesar Rp9.500/kg dan Rp9.000/kg. Terkait dengan pengendalian harga beras, BULOG Divre Lampung belum melakukan Operasi Pasar pada Desember 2011 seperti tahun sebelumnya yang dilaksanakan pada pertengahan Desember. Hal ini disebabkan oleh masih ditemukannya harga beras pada level harga Rp7.000/kg di pasaran sekitar Bandar Lampung. Namun demikian, pada periode Desember dilakukan distribusi Raskin ke 13 sebanyak ton. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan sumbangan terhadap inflasi bulan Desember 2011 sebesar 0,05%. Kenaikan harga kontrak rumah dan upah pembantu rumah tangga yang terjadi bulan ini memberikan sumbangan inflasi masingmasing sebesar 0,11% (mtm) dan 0,01% (mtm). Inflasi yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dipicu oleh kenaikan harga minuman ringan sebesar 5,32% (mtm) dan gula pasir sebesar 0,48% (mtm) yang memberikan andil inflasi masing-masing 0,0082% dan 0,0056%. Sementara itu, satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah sandang yaitu sebesar -0,27% (mtm), setelah mengalami kenaikan pada bulan sebelumnya, penurunan harga emas perhiasan sebesar -1,04% (mtm) pada bulan Desember 2011 dapat sedikit menahan laju inflasi pada periode ini. 30

52 Grafik 2.4 Sumbangan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Bulanan (%) 0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0-0,05-0,1-0,15-0,2-0,25-0,3 Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Okt 0,1448 0,3697 0,0243-0,0576 0,0349 0,1079 0,0012 Nov -0,2532 0,0089-0,0067 0,0515 0, ,0006 Dec 0,1301 0,0209 0,0462-0, ,0087 Sumber : BPS Provinsi Lampung 2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) Secara triwulanan, inflasi Kota Bandar Lampung pada triwulan IV-2011 mencapai 0,62% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 2,3% (qtq) maupun periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 2,57% (qtq). Penurunan inflasi triwulan laporan dipengaruhi oleh menurunnya permintaan masyarakat pasca berlalunya bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2011, serta penurunan harga komoditas pada kelompok bahan makanan seiring mulai turunnya hujan yang terjadi pada triwulan laporan serta penurunan harga komoditas strategis lainnya seperti emas perhiasan. Berdasarkan kelompok pengeluaran, hampir seluruh kelompok mengalami inflasi dimana makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan sumbangan yang terbesar, yaitu mencapai 0,4%, diikuti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,1% dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,06%. Sementara itu, penurunan harga emas dunia yang memicu penurunan harga emas perhiasan menjadikan kelompok sandang sebagai satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi yaitu mencapai 0,36% (qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar -0,02%. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, memberikan sumbangan yang cukup tinggi, berasal dari sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol khususnya rokok kretek dan rokok kretek filter dengan sumbangan inflasi sebesar 0,35%. Sementara itu pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, sumbangan inflasi berasal dari sub 31

53 kelompok akademi/perguruan tinggi yang mengalami kenaikan tarif pada awal triwulan IV seiring dimulainya tahun akademik 2011/2012. Pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami inflasi terbesar yaitu 0,59% (qtq) atau menyumbang inflasi 0,07%, disusul sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga yang mengalami inflasi 0,35% (qtq) dipicu kenaikan upah pembantu RT sehingga menyumbang inflasi sebesar 0,01% Inflasi Tahunan (yoy) Secara tahunan, inflasi Kota Bandar Lampung tercatat sebesar 4,24% (yoy), berada sedikit diatas inflasi Sumatera (3,94%) dan tertinggi ke-6 setelah Padang (5,37%), Pekanbaru (5,09%), Pangkal Pinang (5,00%), Padang Sidempuan (4,66%), dan Pematang Siantar (4,25%). Sementara itu, pada tingkat nasional yang mengalami inflasi 3,79% (yoy), inflasi Kota Bandar Lampung berada pada urutan ke-22 tertinggi. Kelompok kesehatan mengalami inflasi tahunan terbesar pada triwulan laporan mencapai 9,95% (yoy), diikuti kelompok makanan jadi, minuman, tembakau dengan inflasi sebesar 9,01% (yoy) dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dengan inflasi mencapai 7,64% (yoy). Inflasi pada kelompok kesehatan dipicu oleh penyesuaian tarif kamar RSUD Abdul Moeloek pada pada awal tahun. Sementara itu, kenaikan harga kelompok makanan jadi, minuman, tembakau dipicu oleh kenaikan harga rokok kretek filter dan rokok kretek yang masih terjadi hingga triwulan laporan meskipun kebijakan penetapan kenaikan cukai rokok sebesar 5% sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 190/PMK.011/2010 dilakukan pada awal tahun. Selain itu, kenaikan tarif SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi pada triwulan III dan IV-2011 menjadi pendorong utama terjadinya inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. 32

54 Grafik 2. 5 Inflasi Tahunan Kelompok Pengeluaran (%,yoy) 15,00 12,00 9,00 6,00 3,00 0,00 Okt-11 Nov-11 Des-11 Bahan makanan 4,35 2,08 1,39 Makanan Jadi 11,77 10,61 9,01 Perumahan 5,18 3,86 3,73 Sandang 7,62 5,90 4,57 Kesehatan 9,25 9,47 9,95 Pendidikan 8,88 7,84 7,64 Transportasi 1,20 1,13 1,07 Sumber : BPS Provinsi Lampung 3. EKSPEKTASI INFLASI Ekspektasi konsumen terhadap pergerakan harga barang dan jasa di Kota Bandar Lampung cenderung meningkat. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Bandar Lampung terjadi peningkatan indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang meskipun pada pertengahan triwulan IV-2011 mengalami penurunan. Hal yang sama terjadi pada indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang yang mengalami peningkatan meskipun sempat menurun pada pertengahan triwulan laporan. Meningkatnya ekspektasi perubahan harga pada periode ini diperkirakan karena berkurangnya pasokan bahan pangan dan komoditas lain dibandingkan periode lalu, serta penurunan/pencabutan subsidi bahan bakar dan energi oleh Pemerintah. 33

55 1,43 4,05 8,55 7,89 9,55 12,91 Grafik 2.6 Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang/Jasa Indeks % 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0-0,5-1,0-1, Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad Inflasi (mtm) Sumber : Survei Konsumen BI dan BPS Provinsi Lampung 4. DISAGREGASI INFLASI Dilihat dari komponennya, administered price mengalami inflasi tertinggi pada tahun 2011 yang mencapai 7,89% (yoy), diikuti inflasi inti sebesar 4,05% (yoy), dan volatile foods sebesar 1,43% (yoy). Bila dibandingkan triwulan sebelumnya, terjadi penurunan inflasi pada seluruh komponen dimana penurunan terbesar terjadi pada volatile foods, sedangkan pada administered price dan inflasi inti mengalami penurunan inflasi yang lebih kecil. Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi (%, yoy) 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0, Core Volatile Foods Administered Price Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 34

56 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Berdasarkan kontribusinya terhadap inflasi tahunan pada tahun 2011 yang mencapai 4,24% (yoy), core inflation memberikan sumbangan terbesar yaitu 1,97%, disusul komponen administered price yang menyumbang inflasi 1,44%, serta inflasi volatile foods pada yang menyumbang 0,83%. Inflasi yang berasal dari komponen core inflation terutama dipicu oleh kenaikan tarif kamar RSUD Abdul Moeloek di awal tahun, kenaikan tarif SLTP, SLTA dan perguruan tinggi, harga emas perhiasan, dan kontrak rumah hingga triwulan IV Sementara itu kenaikan harga yang terjadi pada komoditas rokok, minyak tanah, tarif transportasi, dan penyesuaian tarif parkir yang diberlakukan pada tahun 2011 memberikan tekanan harga pada kelompok administered price. Pada kelompok volatile foods, komoditas yang mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, diantaranya beras, ikan segar dan buahbuahan. Sementara itu komoditas cabe merah meskipun pada triwulan laporan mengalami kenaikan harga, namun secara tahunan masih mengalami deflasi pada sub kelompok bumbubumbuan yang dipicu oleh penurunan harga yang signifikan pada awal tahun Grafik 2.8 Kontribusi Tiap Kelompok terhadap Inflasi Tahunan (%) 14,00 12,00 10,00 8,00 Sumber 6,00 : BPS Provinsi Lampung (diolah) 4,00 2,00 0,00 4,24 1,97 1,44 0, Volatile Food Administered Price Core Inflasi Umum (axis kiri) Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 35

57 Box II. PENGADAAN DAN DISTRIBUSI BERAS OLEH BULOG DIVRE LAMPUNG Berdasarkan INPRES No. 7 Tahun 2009 mengenai kebijakan perberasan disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan, dan stabilitas ekonomi nasionai maka beberapa tugas yang diinstruksikan kepada BULOG, diantaranya 1) Melaksanakan kebijakan pembelian gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), 2) Menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin (raskin) dan rawan pangan, 3) Penyediaan beras bagi kelompok masyarakat miskin, penanggulangan keadaan darurat, dan stabilitas harga beras dalam negeri yang dilakukan melalui pengadaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dengan mengutamakan pengadaan beras yang berasal dari pembelian gabah petani dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan beras program Raskin dan CBP BULOG diharapkan mengutamakan hasil pembelian gabah/beras Dalam Negeri, dan apabila tidak mencukupi dapat dilakukan pembelian dari Luar Negeri (Impor). Dalam rangka melaksanakan instruksi tersebut, maka BULOG melakukan pengadaan beras dalam negeri dengan ketentuan HPP sebagai berikut : 1. Harga Pembelian Gabah Kering Panen (GKP) dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 25% dan kadar hampa/ kotoran maksimum 10% adalah Rp2.640/kg di petani, atau Rp2.685/kg di penggilingan; 2. Harga Pembelian Gabah Kering Giling dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14% dan kadar hampa/ kotoran maksimum 3% adalah Rp3.300,00/kg di penggilingan, atau Rp3.345/kg di gudang BULOG; 3. Harga Pembelian Beras dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14%, butir patah maksimum 20%, kadar menir maksimum 2% dan derajat sosoh minimum 95% adalah Rp5.060/kg di gudang BULOG. Permasalahan Pengadaan Beras Tahun 2011 Sejak bulan Januari 2011, harga gabah/beras pada beberapa daerah sentra produksi di Lampung telah berada di atas HPP yang ditetapkan, sehingga pengadaan beras oleh BULOG tidak dapat terpenuhi sesuai target. Bahkan ketika masa panen (April-Juni), pengadaan beras tidak bisa optimal, yaitu hanya mencapai 28,64%, atau menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2010, yaitu sebesar 29,63%. Harga GKP Tk Tahun 2011 Petani Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Rata-rata 3,689 3,466 2,998 2,744 3,159 3,160 3,605 3,500 3,698 4,188 4, Tertinggi 3,900 3,800 3,625 3,000 3,600 3,800 4,000 4,000 4,100 4,700 4,600 4,800 Terendah 3,350 2,900 2,650 2,650 2,650 2,800 3,000 3,300 3,100 3,600 3,650 3,800 HPP 2,640 2,640 2,640 2,640 2,640 2,640 2,640 2,640 2,640 2,640 2,640 2,640 % rata-rata terhadap HPP Sumber : BPS Provinsi Lampung 36

58 Untuk mengatasi permasalahan sulitnya pengadaan beras tersebut, maka BULOG melakukan beberapa strategi, dimana strategi yang utama adalah dengan memberikan tambahan harga beli gabah/beras Dalam Negeri dengan besaran bervariasi yang dananya bersumber dari selisih harga impor tahun lalu. Pelaksanaan kebijakan ini mengacu pada Inpres No. 8 Th 2011 tentang Kebijakan Pengamanan Cadangan Beras. Atas dasar Inpres tersebut, BULOG menetapkan beberapa kali pemberian insentif pada HPP beras yang mulai dilakukan pada Maret 2011 sehingga harga pembelian beras petani di gudang BULOG menjadi Rp6.100/kg dari seharusnya sebesar Rp5.060/kg (sesuai Inpres). Sementara itu, pemberian insentif pada Gabah Kering Giling (GKG) mulai dilakukan pada Mei 2011, sehingga harga pembelian menjadi Rp4.100/kg dari seharusnya sebesar Rp3.345/kg (sesuai Inpres). Insentif HPP Namun dengan adanya penyesuaian HPP sepanjang 2011 (sebanyak 4 kali untuk GKG dan 5 kali untuk Beras) ternyata tidak berdampak signifikan pada peningkatan pengadaan beras oleh BULOG Divre Lampung. Dengan kata lain, HPP tidak efektif untuk mendorong pencapaian pengadaan beras. Hingga Desember 2011, pengadaan beras BULOG hanya mencapai ton atau sebesar 35,44% dari prognosa pengadaan 2011 sebesar ton. Pengadaan Beras BULOG Divre Lampung Tahun Prognosa R e a l I s a s I (dalam ton) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jumlah % , ,930 31,157 20,522 8,608 2, , , ,567 10,369 17,513 4,236 6, ,692 3,047 7,846 2,054 58, , ,492 43,001 38,751 15,318 6,479 4,634 2,125 2, , , ,864 15,645 21,489 11,216 5,071 2,896 1, , , ,288 16,688 11,999 7,118 2,709 3, , Penyesuaian HPP hanya berpengaruh pada minggu pertama setelah kebijakan harga ditetapkan, dimana terlihat adanya kecenderungan petani dan mitra kerja melakukan tunda jual menunggu adanya tambahan harga tersebut. 37

59 Sementara itu, dengan daya serap antar daerah (Bengkulu, Sumsel, Jambi, Riau, dan Kepri) dan antar pulau (khususnya Jawa Barat dan Banten) yang cukup tinggi telah menyebabkan pengusaha penggilingan padi yang memiliki jaringan dan segmen pasar umum lebih cepat menyesuaikan harga diatas harga pasar. Hal ini menyebabkan pengadaan beras BULOG semakin terkendala karena harga beli kalah bersaing dengan perusahaan penggilingan non mitra. Di sisi lain, kenaikan harga pasar diatas harga beli pemerintah turut mempengaruhi jumlah gabah/beras yang akan dijual oleh mitra kerja kepada BULOG. Di tengah sulitnya pengadaan beras dalam negeri, maka BULOG Divre Lampung mencoba melakukan move in dari daerah lain yang surplus beras dalam rangka memenuhi kebutuhan penyaluran raskin. Namun daerah lain pun mengalami hal yang sama, dimana beras dari daerah surplus banyak diperdagangkan pada daerah defisit sehingga harga beras petani lokal telah berada diatas HPP. Melihat perkembangan yang terjadi dan untuk tetap mendorong pelaksanaan tugas BULOG yaitu distribusi raskin dan Operasi Pasar dalam rangka stabilisasi harga beras, maka Perum BULOG melakukan pembelian dari luar negeri. Tercatat hingga November 2011, terdapat ton beras impor dari Thailand masuk ke Provinsi Lampung yang disalurkan tidak hanya untuk pengadaan Provinsi Lampung melainkan juga ke BULOG Jambi, Bengkulu, Riau dan Sumsel. Melalui pengadaan luar negeri tersebut, maka raskin dapat tersalurkan 100% atau sebesar ton (raskin reguler ton/bulan dan raskin ke 13 sebesar ton) dan penyelenggaraan Operasi Pasar yang dilakukan pada tanggal 27 Januari 2012 di Kota Bandar Lampung pada 5 pasar tradisional (Ps. Bambu Kuning, Ps. Way Halim, Ps. Tugu, Ps. Kangkung, dan Ps. Panjang). Tahun 2012 Sementara itu, terkait dengan target pengadaan beras tahun 2012, BULOG menetapkan prognosa pengadaan beras dalam negeri mencapai ton, sedangkan rencana distribusi raskin reguler masih sama dengan tahun 2012, yaitu sebesar ton. Dengan demikian, stok akhir tahun 2012 diperkirakan mampu mencapai ton. Perkiraan Pengadaan dan Penyaluran Beras Tahun 2012 NO URAIAN 2012 Kg I STOK AWAL 31 DESEMBER ,446,059 II PEMASUKAN: Rencana Pengadaan Th ,000,000 JUMLAH STOK DIKUASAI 202,446,059 III PENYALURAN 1 Golongan Anggaran 780,000 2 Cadangan Beras Pemerintah 5,000,000 16,000 4 Rencana Raskin Tahun ,198,920 5 Sisa Penyaluran Lain-lain/Catu Karyawan 120,000 JUMLAH PENYALURAN 139,144,920 IV STOK AKHIR TAHUN ,301,139 38

60 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 1. PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN Kinerja perbankan Lampung pada triwulan IV-2011 secara umum menunjukkan perkembangan yang baik, sebagaimana tercatat dari indikator utama seperti aset dan pertumbuhan kredit. Kinerja yang cukup baik ini sejalan dengan kondisi perekonomian nasional maupun Lampung yang secara umum kondusif seiring dengan penurunan BI-rate dan stabilitas perekonomian nasional. Jumlah aset meningkat baik secara triwulanan maupun tahunan. Pertumbuhan aset di triwulan laporan sebesar 6,73% (qtq) dan secara tahunan aset perbankan Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 19,11% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat mengalami peningkatan sebesar 3,16% (qtq) atau 18,12% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 12,87% (qtq) atau 23,69% (yoy), deposito meningkat sebesar 2,59% (qtq) atau 16,81% (yoy), sedangkan giro mengalami penurunan yaitu 19,32% (qtq) namun secara tahunan masih tumbuh sebesar 4,69% (yoy). Menurunnya jenis simpanan jenis giro ini terjadi akibat realisasi anggaran pemerintah untuk pembayaran kepada pihak ketiga. Tabel 3.1 Aset Perbankan No Uraian Trw IV- Trw IV-2011 Trw III (miliar Posisi (miliar Rp) Pangsa Rp) qtq (%) yoy (%) (miliar Rp) (%) A Jenis Bank , , ,31 100,00 6,73 19,11 1 Bank Umum , , ,69 89,49 6,28 18,50 2 BPR 3.625, , ,62 10,51 10,74 24,59 B Jenis Usaha Bank , , ,31 100,00 6,73 19,11 1 Konvensional , , ,71 95,55 6,44 17,76 2 Syariah 1.212, , ,60 4,45 13,43 57,87 Sumber: LBU dan LBUS 39

61 Tabel 3.2 DPK Perbankan No Uraian Trw IV Trw IV 2010 Trw III 2011 Posisi Pangsa (miliar Rp) (miliar Rp) qtq (%) yoy (%) (miliar Rp) (%) A Jenis Bank 19, , , Bank Umum 16, , , BPR 2, , , B Jenis Usaha Bank 19, , , Konvensional 18, , , Syariah C Jenis Simpanan 19, , , Giro 3, , , Tabungan 9, , , Deposito 6, , , Sumber: LBU dan LBUS Penyaluran kredit/pembiayaan menunjukkan trend meningkat, dimana outstanding kredit tumbuh sebesar 6,68% (qtq) dan 23,81% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada jenis investasi yaitu sebesar 20,59% (qtq) atau 51,33% (yoy). Sementara itu, kredit berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar mengalami pertumbuhan kecuali 2 sektor ekonomi yaitu sektor pertambangan dan listrik, Gas dan Air (LGA). Penyaluran kredit mayoritas ditujukan kepada sektor PHR setelah sektor lain-lain, dimana nilai kredit sektor PHR tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 13,14% (qtq) di triwulan laporan. Sementara itu menurunnya oustanding kredit di sektor pertambangan dan LGA di triwulan laporan disinyalir sebagai penyebab penurunan pertumbuhan kedua sektor dimaksud. Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan Bank Indonesia Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa membaiknya prospek usaha nasabah menjadi alasan peningkatan kredit perbankan selama triwulan laporan. Selain itu tingkat suku bunga kredit yang menurun seiring dengan menurunnya BI rate juga menjadi alasan perbankan dapat meningkatkan penyaluran kreditnya. 40

62 No Uraian Trw III 2010 (miliar Rp) Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Trw II 2011 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 21, , , Bank Umum 18, , , BPR 2, , , Jenis B Penggunaan 21, , , Modal Kerja 10, , , Investasi 3, , , Konsumsi 7, , , C Sektor Ekonomi 21, , , Pertanian 2, , , Pertambangan Industri 1, , , Listrik Konstruksi Perdagangan 6, , , Angkutan Jasa Umum Jasa Sosial Lain-lain 8, , , Sumber: LBU dan LBUS Pertumbuhan penyaluran kredit yang sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan penghimpunan DPK membuat indikator intermediasi perbankan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 114,53% pada triwulan III-2011 menjadi 119,47% pada triwulan laporan. Meningkatnya aktivitas intermediasi ini diiringi juga dengan perbaikan kualitas kredit, dimana rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan mengalami penurunan dari 3,31% pada triwulan III-2011 menjadi 2,76% di triwulan laporan Grafik 3.1 Rasio LDR & NPL Perbankan Lampung (%) LDR NPL Sumber: LBU dan LBUS 41

63 2. BANK UMUM 2.1. Kelembagaan Bank Umum Jumlah bank umum yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Bandar Lampung pada triwulan IV-2011 sebanyak 35 bank, dengan rincian 1 Bank Pembangunan Daerah, 4 Bank Persero, dan 30 Bank Umum Swasta Nasional yang 7 diantaranya beroperasi secara syariah serta 1 bank konvensional yang memiliki kantor cabang Syariah. Pada triwulan IV-2011, terdapat penambahan 1 Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri yang beroperasi di Kota Metro melengkapi 2 kantor cabang yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian berdasarkan wilayahnya terdapat 50 kantor cabang yang tersebar di Bandar Lampung (37), Metro (3), Lampung Tengah (3), Lampung Selatan (1), Lampung Utara (4), Tanggamus (1), dan Tulang Bawang (1). Sementara itu, jumlah mesin ATM di seluruh wilayah Lampung pada triwulan laporan berjumlah 319 mesin dengan 211 mesin diantaranya berada di Bandar Lampung. Selain penambahan kantor cabang sepanjang triwulan laporan juga terdapat penambahan 11 kantor cabang pembantu dan 3 kantor kas yang tersebar diberbagai wilayah. Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per Desember 2011 Lokasi KP KC KCP/UNIT KK KF PP KM ATM Bandar Lampung Metro Lampung Tengah Lampung Selatan Lampung Utara Lampung Timur Lampung Barat Tanggamus Tulangbawang Way Kanan Pringsewu Pesawaran Jumlah Perkembangan Aset Bank Umum Total aset bank umum di Lampung pada triwulan laporan secara umum menunjukkan peningkatan sebesar 6,28% (qtq) dan secara tahunan meningkat sebesar 18,50% (yoy). Peningkatan jumlah aset tersebut disumbang oleh bank umum konvensional maupun syariah. Aset Bank Umum Konvensional (BUK) meningkat sebesar 5,96% (qtq) dari Rp34,63 triliun menjadi Rp36,69 triliun dengan pertumbuhan tahunan sebesar 17,07% (yoy). Sedangkan aset 42

64 Bank Umum Syariah (BUS) meningkat sebesar 13,50% (qtq) dan 58,36% (yoy), sehingga jumlah aset BUS pada triwulan laporan mencapai Rp1,78 triliun. Tulang Bawang 0,29% Tanggamus 1,45% Gafik 3.2 Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Lokasi Lampung Utara 6,10% Sumber : LBU dan LBUS Lampung Tengah 2,67% 9,16% dan 1,31% (qtq). Metro 3,36% Lampung Selatan 0,32% Bandar Lampung 85,80% Berdasarkan lokasi, peningkatan pertumbuhan jumlah aset bank umum di Lampung disumbang oleh 4 daerah yaitu Metro mencatat pertumbuhan 14,41% (qtq) menjadi Rp1,45 triliun, Lampung utara yang tumbuh 11,28% (qtq) menjadi Rp2,52 triliun, Bandar Lampung tumbuh 6,44% (qtq) hingga mencapai Rp32,56 triliun dan Tanggamus tumbuh 7,73% (qtq) mencapai nilai aset Rp562,72 miliar. Sedangkan 3 daerahnya yakni Lampung Tengah, Lampung Selatan dan Tulang Bawang mencatat penurunan pertumbuhan aset triwulanan dengan masing-masing mencatat kontraksi 12,48%, Pada aktiva produktif, terjadi pertumbuhan sebesar 4,57% (qtq), dari Rp23,26 triliun menjadi Rp24,33 triliun. Peningkatan tersebut terutama disumbang oleh penempatan pada bank lain yang tumbuh sebesar 67,32% dengan pangsa 6,46%. Trend peningkatan ini sering terjadi pada akhir tahun dimana perbankan yang kelebihan liquiditas akan menempatkan dananya kepada Bank lain dengan pertimbangan ekspansi kredit yang baru direalisasikan pada awal tahun selanjutnya. Selain penempatan pada bank lain kredit yang diberikan juga mengalami peningkatan meskipun relatif kecil yakni tumbuh 1,88% (qtq), namun secara nominal cukup besar sehingga mampu mendorong peningkatan aktiva produktif perbankan Lampung pada triwulan laporan. Hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) menunjukkan bahwa kredit merupakan komponen terbesar pada penempatan aktiva produktif karena beberapa alasan yaitu: menghasilkan pendapatan bunga yang tinggi, prospek permintaan kredit yang masih cukup besar dari masyarakat serta kondisi perekonomian yang mendukung. 43

65 Tabel 3.5 Indikator Bank Umum No Uraian Trw IV-2010 Trw III-2011 Posisi Trw IV-2011 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Aset (miliar Rp) , , ,69 6,28% 18,50% B Pendanaan (miliar Rp) , , ,33 100,00 9,16% 20,35% 1 Dana Pihak Ketiga , , ,08 88,51 2,72% 17,89% 2 Kewajiban kepada bank lain 1.418,01 882, ,87 10,00 152,83% 57,39% 3 Pinjaman yang Diterima & Setoran Jaminan 57,02 25,19 25,50 0,11 1,23% -55,28% 4 Surat Berharga yang Diterbitkan 312,25 305,98 305,88 1,37-0,03% -2,04% C Aktiva Produktif (miliar Rp) , , ,95 100,00 4,57% 20,62% 1 Kredit yang Diberikan , , ,27 92,72 1,88% 19,05% 2 Penempatan pada Bank Indonesia (SBI) 68,12 73,56 113,51 0,47 54,31% 66,63% 3 Surat Berharga dan Tagihan Lainnya 36,47 110,68 85,97 0,35-22,33% 135,73% 4 Penempatan pada bank lain 1.117,90 939, ,20 6,46 67,32% 40,64% D Alat Likuid (miliar Rp) 964,04 940, ,44 100,00 9,88% 7,20% 1 Kas 929,07 870,39 954,33 92,34 9,64% 2,72% 2 Giro pada bank lain 34,97 70,13 79,11 7,66 12,80% 126,22% E Laba / Rugi (miliar Rp) 930,22 740,93 906,03 87,67 22,28% -2,60% F Kinerja (%) 1 Akt.Produktif/Total Aset (%) = (C)/(A) 62,12 64,26 63,23 2 Rasio Likuiditas (%) = (D)/(B) 5,20 4,60 4,63 3 Rasio Rentabilitas (%) = (E)/(A) 2,87 2,05 2,35 4 LDR (%) = (C1)/(B1) 113,12 115,17 114,23 5 BO/PO 60,05 82,62 83,62 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Indikator berupa pendanaan bank umum menunjukkan peningkatan sebesar 9,16% (qtq), dari Rp20,44 triliun menjadi Rp22,30 triliun, dengan sumber utama pendanaan masih berasal dari Dana Pihak Ketiga dengan pangsa mencapai 88,51%. Hal yang sama juga terjadi pada indikator berupa alat likuid yang mengalami peningkatan sebesar 9,88% (qtq), dari Rp940,52 miliar menjadi Rp1.033,44 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh alat likuid berupa kas yang meningkat sebesar 9,64% (qtq) dan peningkatan giro pada bank lain mengalami pertumbuhan sebesar 12,08% (qtq). Dari kedua indikator tersebut (pendanaan dan alat likuid), tercatat bahwa pada triwulan laporan terjadi sedikit kenaikan rasio likuiditas dari 4,60% menjadi 4,63% (qtq). Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan melunasi utang jangka pendek bank umum di Lampung pada triwulan laporan sedikit membaik. Dari sisi laba/rugi, pada triwulan laporan terjadi peningkatan laba sebesar 22,28% (qtq). Namun demikian, peningkatan laba tersebut juga diiringi oleh peningkatan rasio BOPO dari 82,62% menjadi 83,62% (qtq). Kondisi ini mengindikasikan upaya bank umum dalam meningkatkan laba perusahaan cukup besar meskipun disertai peningkatan biaya operasional. Sementara itu, indikator berupa rasio rentabilitas menunjukkan adanya peningkatan kemampuan 44

66 bank dalam menghasilkan keuntungan, sebagaimana tercermin dari peningkatan return on asset (ROA) dari 2,05% menjadi 2,35% (qtq). 2.3 Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Dari sisi penghimpunan dana, nilai DPK Bank Umum pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 2,72% (qtq) dan 17,89% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan masih menjadi produk simpanan yang paling banyak diminati oleh masyarakat dengan pangsa sebesar 56,98% dari total DPK dan menunjukkan peningkatan terbesar pada triwulan laporan yang mencapai 13,22% (qtq) atau 23,70% (yoy), diikuti oleh deposito yang tumbuh sebesar 0,85% (qtq) atau 15,84% (yoy). Sementara itu, simpanan giro justru mengalami penurunan 19,32% (qtq). Penurunan ini terjadi seiring dengan peningkatan realisasi belanja daerah terutama untuk membayar termin terakhir dari realisasi pekerjaan sepanjang tahun anggaran 2011, yang pada umumnya lonjakan tersebut terjadi pada akhir tahun sejalan dengan tagihantagihan yang baru masuk dari rekanan pemda. Tabel 3.6 DPK Bank Umum No Uraian Trw IV 2010 (miliar Rp) Trw III 2011 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV Pangsa % qtq % yoy % A Jenis Simpanan , , ,08 100,00 2,72% 17,89% 1 Giro 3.323, , ,54 17,62-19,32% 4,69% 2 Tabungan 9.095, , ,68 56,98 13,22% 23,70% 3 Deposito ,85% 15,84% B Jenis Usaha Bank , , ,08 100,00 22,47% 17,89% 1 Konvensional , , ,79 95,29 20,66% 16,96% 2 Syariah 662,55 528,70 930,29 4,71 75,96% 40,41% Sumber: LBU dan LBUS Penurunan giro terlihat dari siklus tahunan giro pemerintah daerah yang menunjukkan penurunan nominal setiap periode triwulan IV. Pada triwulan laporan giro pemerintah daerah dengan pangsa 22,95% giro pemerintah daerah mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 51,19 (qtq) meskipun tumbuh positif secara tahunan sebesar 22,95% (yoy). Adapun giro swasta yang mendominasi penempatan dana jenis giro di bank umum Lampung dengan pangsa 72,25% tumbuh 2,75% (qtq) atau 72,25% (yoy). 45

67 mar jun sept des mar juni sept des mar jun sept des maret jun sept des Rp (juta) 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - Grafik 3.3 DPK Jenis Giro Bank Umum Lampung pemerintah pusat pemda 2,342, , , Sumber: LBU dan LBUS Grafik 3.4 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Berdasarkan Lokasi Tulang Bawang 0,55% Tanggamus 2,07% Lampung Utara 8,29% Bandar Lampung 79,09% Sumber: LBU dan LBUS Lampung Tengah Lampung 4,08% Selatan 0,77% Metro 5,14% Berdasarkan lokasi bank, penghimpunan DPK bank umum di Kota Bandar Lampung yang memiliki pangsa terbesar (79,1%) mencapai Rp15,62 triliun atau tumbuh 3,86% dibanding triwulan III Pertumbuhan DPK terjadi di sebagian besar kabupaten/kota, dengan pertumbuhan tertinggi di Tanggamus mencapai 11,79% (qtq). Hanya 2 kabupaten yang mengalami penurunan DPK yaitu Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan masing-masing 16,70% dan 13,55% Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Pada triwulan IV-2011 terjadi peningkatan outstanding kredit sebesar 6,28% (qtq) atau 18,50% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran ketiga jenis kredit (modal kerja, investasi, konsumsi) mengalami pertumbuhan triwulanan maupun tahunan sehubungan dengan masih berlangsungnya aktivitas perekonomian dari proyek pembangunan pemerintah dan swasta, disamping momen liburan panjang akhir tahun seperti perayaan Natal dan Tahun Baru 2012 yang mendorong aktivitas konsumsi masyarakat. Kredit Modal Kerja masih memiliki pangsa terbesar dari total kredit bank umum yaitu sebesar 48,71% meskipun memiliki 46

68 pertumbuhan triwulan lebih kecil dibandingkan jenis kredit lainnya. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit investasi yang mencapai 20,33% (qtq) dan 51,68% (yoy) yang diperkirakan dapat sejalan dengan realisasi investasi swasta jangka panjang pada sektor pertanian sub sektor perkebunan yang sedang berlangsung pada triwulan laporan. Berdasarkan sektor ekonomi, secara triwulanan seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertambangan dan sektor lain-lain. Nilai outstanding kredit untuk sektor pertanian dan sektor LGA mengalami peningkatan yang cukup tajam dibanding triwulan III Pada sektor pertanian tumbuh 29,16% (qtq) atau 53,86% (yoy) yang didorong oleh pertumbuhan sub sektor perkebunan terutama kredit untuk perkebunan kelapa sawit yang tumbuh 76,54% (qtq) hingga mencapai Rp1,52 triliun. Sektor LGA tumbuh tajam 88,83% (qtq) meskipun secara tahunan mengalami kontraksi 3,42% (yoy), pertumbuhan ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit terhadap sub sektor gas yang meningkat 262,16% (qtq). Sementara itu minimnya realisasi kredit di sektor pertambangan menyebabkan pertumbuhan kredit sektor ini mengalami kontraksi. Sementara itu kredit pada sektor transportasi dan komunikasi mengalami pertumbuhan cukup tinggi di triwulan laporan, terutama kredit pada subsektor angkutan jalan untuk barang seiring dengan perbaikan jalur distribusi dibeberapa daerah. Tabel 3.7 Kredit Bank Umum No Uraian Trw III 2010 (miliar Rp) Trw II 2011 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III-2011 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Usaha Bank 18, , , Konvensional 17, , , Syariah , , B Jenis Penggunaan 18, , , Modal Kerja 9, , , Investasi 3, , , Konsumsi 4, , , C Sektor Ekonomi 18, , , Pertanian 2, , , Pertambangan Industri 1, , , Listrik Konstruksi Perdagangan 5, , , Angkutan Jasa Umum Jasa Sosial 1, Lain-lain 5, , , Sumber: LBU dan LBUS 47

69 Tabel 3.8 Penyaluran Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja (dalam miliar Rp) Kabupaten/Kota Nilai Bandar Lampung ,61 Metro 1.189,61 Lampung Utara 1.708,52 Tulang Bawang 102,78 Lampung Tengah 939,63 Lampung Selatan 105,63 Tanggamus 466,51 TOTAL ,27 Berdasarkan lokasi pada triwulan laporan, seluruh kabupaten/ kota mengalami peningkatan kredit dibanding triwulan III kecuali Kabupaten Tulang bawang, dengan pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di Kota Metro sebesar 17,01% (qtq), sedangkan Lampung Selatan mengalami pertumbuhan kredit terendah sebesar 0,76% (qtq). Sementara itu pangsa kredit berdasarkan lokasi relatif tidak mengalami perubahan, dengan pangsa penyaluran kredit terbesar masih berada di Kota Bandar Lampung (80,84%) Kualitas Kredit Meningkatnya penyaluran kredit perbankan lampung juga diiringi dengan perbaikan kualitas pengembaliannya, sebagaimana tercermin dari turunnya rasio Non Performing Loan (NPL) dari 3,55% pada triwulan III-2011 menjadi 2,95% di triwulan laporan. Peningkatan kualitas kredit terjadi pada BUK maupun BUS, dimana rasio NPL BUK menurun dari 3,64% menjadi 3,01% (qtq), dan rasio NPF BUS turun dari 2,06% menjadi 1,88% (qtq). 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah (%) Bank Konvensional Bank Syariah Bank Umum 3,01 2,95 1,882 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 48

70 2.6. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Suku bunga simpanan (khususnya deposito) maupun suku bunga pinjaman bank umum pada triwulan IV-2011 menunjukkan penurunan. Suku bunga giro mengalami penurunan dari 0,70% turun menjadi 0,68% pada triwulan lapuran. Demikian pula terjadi pada suku bunga tabungan dan simpanan berjangka masing-masing turun dari 0,93% menjadi 0,88% dan 5,77% menjadi 5,46%. Penurunan suku bunga ini terkait dengan penurunan bertahap BI rate 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Grafik 3.6 Perkembangan Suku Bunga dan Spread Suku Bunga Bank Umum (%) Mar-10 Sep-10 Mar-11 Sep-11 simpanan kredit spread Sumber:LBU dan LBUS (diolah) dari 6,75% pada periode Oktober 2011 menjadi 6,00% pada bulan November 2011 yang direspon positif oleh perbankan secara nasional. Peran intermediasi perbankan secara umum semakin baik dengan turunnya suku bunga simpanan yang kemudian diikuti oleh penurunan suku bunga pinjaman, yang pada triwulan laporan menurun dari 14,04% menjadi 13,87%. Dengan kondisi tersebut, spread suku bunga sedikit menurun dari 7,59% di triwulan III-2011 menjadi 7,89% di triwulan laporan. Penurunan tersebut sejalan dengan harapan Bank Indonesia melalui kebijakan mengenai pengumuman suku bunga dasar kredit (prime lending rate) bank umum ke masyarakat. Melalui kebijakan tersebut, industri perbankan diharapkan akan lebih sehat dan lebih efisien dalam operasionalnya, meskipun dampak positif dari kebijakan dimaksud belum dapat dirasakan dalam waktu singkat. Beberapa bank besar saat ini telah mempublikasikan SBDK-nya melalui web site resmi bank. 13,87 7,89 5, Intermediasi Bank Umum: LDR dan Kredit Baru Pertumbuhan DPK yang lebih rendah dari pertumbuhan kredit membuat rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) bank umum meningkat dari 115,17% pada triwulan III-2011 menjadi 119,30% di triwulan laporan. Begitu juga jika dibandingkan dengan triwulan IV-2010 dimana rasio LDR saat itu tercatat sebesar 113,12%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan 49

71 intermediasi bank umum di Provinsi Lampung sampai dengan triwulan laporan terus mengalami peningkatan yang didorong oleh aktivitas investasi maupun konsumsi yang meningkat. miliar Rp 3, , , , , Grafik 3.7 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Realisasi Kredit baru LDR (%) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Berdasarkan lokasi, Bandar Lampung memiliki rasio LDR tertinggi mencapai 121,94% lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yakni 119,3%. Sedangkan rasio LDR Bank Umum di wilayah Lampung Selatan masih menjadi yang terendah meskipun mengalami peningkatan dari 59,37% pada triwulan III-2011 menjadi 69,19% pada triwulan laporan. Rendahnya fungsi intermediasi di Lampung Selatan dikarenakan terbatasnya jumlah kantor cabang bank umum yang beroperasi di wilayah tersebut. Sampai dengan saat ini hanya terdapat 1 kantor cabang bank umum yang beroperasi meski terdapat 34 kantor setingkat kantor cabang pembantu/unit yang berfungsi terbatas terutama untuk penghimpunan dana. Selain Bank Umum di Lampung Selatan terdapat 2 kantor pusat BPR dengan 3 kantor cabang. 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 Grafik 3.8 Tingkat Intermediasi Bank Umum Berdasarkan Lokasi (%) 117,23 LDR NPL (axis kanan) 121,94 114,03 116,58 104,37 94,12 69,19 3,15 2,36 2,40 2,28 1,90 0,52 0,94 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1, Metro Bandar Lampung Tanggamus Tulang Bawang Lampung Utara Lampung Tengah Lampung Selatan Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 50

72 Miliar Rp 2.8. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Nilai outstanding kredit mikro, kecil, dan menengah pada triwulan IV-2011 mengalami peningkatan sebesar 6,23% (qtq) atau 24,07% (yoy). Dari total outstanding kredit MKM sebesar Rp16,08 triliun, sebanyak 45,63% (Rp7,34 triliun) digunakan untuk modal kerja, 39,08% (Rp6,29 triliun) untuk konsumsi, dan 15,29% (Rp2,46 triliun) untuk investasi. Pertumbuhan triwulanan terjadi pada seluruh jenis kredit yaitu kredit investasi sebesar 20,33% (qtq), modal kerja sebesar 2,31% (qtq) dan konsumsi sebesar 3,74% (qtq). Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan tahunan seluruh jenis kredit masing-masing sebesar 51,68% (yoy) untuk kredit investasi, 14,48% (yoy) untuk modal kerja dan sebesar 24,45% (yoy) untuk kredit konsumsi Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Mikro Kecil Menengah Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Dec-11 Konsumsi Investasi Modal kerja Sumber: LBU dan LBUS Grafik 3.10 Penyaluran Kredit MKM Berdasarkan Lokasi 4,78% 0,66% 9,98% 6,21% 0,58% Metro 2,31% 75,48% Sumber : LBU dan LBUS Bandar Lampung Tanggamus Tulang Bawang Lampung Utara Lampung Tengah Lampung Selatan Penyaluran kredit MKM paling besar terjadi di wilayah Bandar Lampung dengan pangsa sebesar 75,48% atau senilai Rp12,14 triliun. Nilai ini meningkat 4,08% dibanding triwulan III Sementara itu, wilayah dengan penyaluran kredit MKM paling kecil adalah Tulang Bawang dengan pangsa 0,66% atau hanya senilai Rp93,87 miliar, tumbuh sebesar 2,57% (qtq). 51

73 2.9. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada triwulan IV-2011 mengalami peningkatan baki debet sebesar 16,46% (qtq) dan 45,56% (yoy) dengan pertumbuhan debitur 8,96% (qtq) dan 52 (yoy) atau sampai dengan periode laporan telah mencapai debitur. Berdasarkan jenis penggunaannya, mayoritas KUR digunakan untuk kebutuhan modal kerja dengan pangsa mencapai 83,70% serta pertumbuhan sebesar 3,60% (qtq), yang dialokasikan terutama untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran dimana sektor tersebut tumbuh sebesar 19,62% (qtq). Sementara itu, pada kredit investasi yang memiliki pangsa sebesar 16,30%, terjadi penurunan baki debet sebesar 15,45% (qtq). Peningkatan KUR di Lampung kepada sektor yang produktif diharapkan mampu mendorong pembiayaan perbankan untuk pelaku UMKM yang lebih banyak dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian Grafik 3.11 Perkembangan KUR plafond baki debet jml debitur-rhs jun sep des mar jun sep des Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian 3. BANK PERKREDITAN RAKYAT Seiring dengan perbaikan kinerja bank umum, Indikator kinerja berupa aset, DPK, dan penyaluran kredit BPR di Lampung menunjukkan kinerja yang cenderung meningkat dengan pertumbuhan masing-masing mencapai 10,74% (qtq), 6,22% (qtq), dan 8,57% (qtq) yang rata-rata lebih tinggi dari capaian triwulan sebelumnya. Peningkatan indikator tersebut diiringi dengan perbaikan kualitas kredit yang terindikasi dari penurunan rasio NPL dari 1,69% menjadi 52

74 1,51%. Menjelang akhir tahun 2011 BPR di Lampung telah mampu memperbaiki kinerjanya dengan perbaikan kualitas kredit. Posisi BPR di Provinsi Lampung dibanding Nasional Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, total aset BPR secara nasional pada triwulan IV 2011 posisi hingga bulan November 2011 mencapai Rp54,50 triliun, tumbuh 4,21% dibanding triwulan III Dari 33 Provinsi di Indonesia, jumlah aset BPR Lampung menempati urutan ke-5 setelah Jawa Tengah (Rp12,60 triliun), Jawa Barat (Rp9,53 triliun), Jawa Timur (Rp6,50 triliun) dan Bali (Rp4,62 triliun). Kondisi ini mengindikasikan bahwa industri BPR di Lampung masih menunjukan kinerja yang cukup baik dibanding wilayah lain di Indonesia, terutama untuk BPR yang berada di luar Pulau Jawa dan Bali. Perkembangan Kelembagaan BPR Hingga akhir triwulan IV-2011, terdapat penambahan 1 BPR yang berkantor pusat di Bandar Lampung sehingga total jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Lampung sebanyak 33 buah dengan lokasi kantor pusat meliputi Bandar Lampung (14 BPR), Metro (3 BPR), Lampung Tengah (5 BPR), Lampung Selatan (2 BPR), Lampung Utara (2 BPR), Lampung Timur (4 BPR), Tanggamus (1 BPR), Tulangbawang (1 BPR), dan Way Kanan (1 BPR). Untuk mendukung operasional pelayanan terhadap nasabah BPR, terdapat 5 unit mesin ATM yang tersebar masing-masing di Bandar Lampung, Metro, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Lampung Timur. Perkembangan Aset dan DPK BPR Aset BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp4,52 triliun atau tumbuh 10,74% lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2011 yang mencatat pertumbuhan 4,97% (qtq) dan 19,59% (yoy), dimana aset BPR konvensional (BPRK) dan BPR Syariah (BPRS) masing-masing tumbuh sebesar 10,69% (qtq) dan 12,46% (qtq). Begitu pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,22% (qtq) dan 19,63% (yoy), dengan pertumbuhan triwulanan tertinggi berada pada produk simpanan berjangka yaitu sebesar 6,36% (qtq) dan pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada produk tabungan 23,62% (yoy). Sementara itu, dilihat dari pangsa masing-masing jenis simpanan terhadap total DPK, simpanan berjangka secara umum masih menjadi pangsa terbesar dengan persentase 83,02%, yang disumbang oleh simpanan berjangka pada BPR Konvensional dengan pangsa mencapai 83,13%. Hal sebaliknya terjadi pada BPR Syariah, dimana tabungan memiliki pangsa lebih besar yaitu sebesar 58,45%. 53

75 Tabel 3.9 Asset & DPK BPR No Uraian Trw IV 2010 (miliar Rp) Trw III 2011 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV-2011 qtq (%) yoy (%) A Asset 3.625, , ,62 10,74 24,59 B DPK 2.463, , ,01 6,22 19,63 1 Konvensional 2.426, , ,72 6,07 18,78 2 Syariah 36,44 56,83 64,29 13,13 76,43 B Jenis DPK 2.463, , ,01 6,22 19,63 1 Tabungan 402,17 471,20 497,17 5,51 23,62 2 Simpanan Berjangka 2.061, , ,84 6,36 18,85 Sumber: LBU dan LBUS Perkembangan Kredit BPR dan Kualitas Kredit BPR Outstanding kredit BPR hingga akhir triwulan laporan mencapai Rp3,55 triliun, meningkat 8,57% (qtq) dan 20,48% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, sebanyak 82,29% kredit BPR atau sebesar Rp2,92 triliun masih disalurkan untuk konsumsi, 15,71% atau sejumlah Rp558,44 miliar untuk modal kerja; dan hanya 2,00% atau Rp71,12 miliar untuk investasi. Kredit investasi mengalami peningkatan tajam baik secara triwulanan maupun tahunan yaitu sebesar 44,49% (qtq) dan 28,42% (yoy), sementara kredit dengan jenis penggunaan lainnya mengalami peningkatan baik triwulanan maupun tahunan. Masih dominannya kredit konsumsi menunjukkan bahwa industri BPR di Lampung belum maksimal mendorong sektor produktif sehingga lebih memilih nasabah konsumtif yang memiliki aspek risiko gagal bayar rendah, mengingat sebagian besar kredit di sektor ini disalurkan dalam bentuk kredit pegawai. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit BPR untuk sektor perdagangan masih memiliki pangsa yang terbesar, setelah sektor lain-lain. Nominal kredit sektor perdagangan ini mencapai Rp307,34 miliar dengan pangsa sebesar 8,65% dari total kredit BPR di triwulan laporan. Pertumbuhan penyaluran kredit BPR pada triwulan laporan diimbangi dengan peningkatan kualitas kredit. Hal ini tampak dari rasio NPL BPR yang turun dari 1,69% menjadi 1,51%. Penurunan NPL tersebut disebabkan oleh turunnya rasio NPL pada BPR konvensional dari 1,66% menjadi 1,46% (qtq), sedangkan Non Performing Financing (NPF) BPR Syariah memiliki kinerja kurang baik dimana rasio menjadi meningkat dari 2,8 % di triwulan III-2011 menjadi 3,42% di triwulan laporan. 54

76 Perkembangan LDR dan L/R Tahun Berjalan Sama halnya dengan kondisi LDR bank umum, tingkat intermediasi BPR di Lampung pada triwulan laporan menunjukkan angka yang relatif tinggi yaitu sebesar 120,62% mengalami kenaikan dari 118,01% pada triwulan III Pada indikator laba/rugi, selama triwulan laporan BPR tercatat mengalami peningkatan laba yang cukup signifikan hingga 32,18% (qtq), dari Rp175,64 miliar menjadi Rp228,81 miliar pada triwulan IV Peningkatan laba pada industri BPR di Lampung terjadi pada BPR konvensional maupun BPR Syariah, dimana selama triwulan laporan masing-masing mencatat peningkatan laba sebesar 32,18% dan 44,04% dibanding triwulan sebelumnya. Dengan perolehan laba yang tumbuh positif, nilai Return On Aset (ROA) BPR di Lampung meningkat dari 4,24% menjadi 5,06% (qtq). Hal ini mengindikasikan kemampuan aset BPR untuk menghasilkan laba selama triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan III Grafik 3.12 Perkembangan LDR BPR (%) LDR NPL Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 4. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Kinerja perbankan syariah selama triwulan laporan secara umum menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini tampak dari indikator berupa aset, DPK, pembiayaan, maupun Non Performing Financing (NPF). Peningkatan aset sebesar 13,43% (qtq) dan 57,88% (yoy) disumbang oleh pertumbuhan pada Bank Umum Syariah (BUS) sebesar 13,50% (qtq) dan BPR Syariah (BPRS) sebesar 12,46% (qtq), dengan perbandingan pangsa aset BUS dan BPRS masing-masing sebesar 93,12% dan 6,88%. 55

77 Untuk komponen DPK, terjadi peningkatan jumlah simpanan dana di bank syariah sebesar 15,33% (qtq) dan 42,12% (yoy). Simpanan berupa tabungan masih mendominasi penghimpunan DPK dengan pangsa sebesar 55,51% atau senilai Rp552,08 miliar. Sementara itu giro dan simpanan berjangka mengalami pertumbuhan sebesar 15,00% (qtq) dan 19,68% (qtq), atau masing-masing menjadi Rp69,15 miliar dan Rp373,74 miliar pada akhir triwulan laporan. Dari sisi pembiayaan, pada triwulan IV-2011 tercatat pertumbuhan sebesar 11,59% (qtq) dan 55,82% (yoy), dengan 46,24% dari total pembiayaan disalurkan untuk tujuan modal kerja. Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, sektor industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, jasa umum, jasa sosial dan lain-lain mengalami pertumbuhan positif. Pembiayaan untuk sektor lain-lain memiliki pangsa terbesar (41,88%) dan mengalami pertumbuhan sebesar 17,86% (qtq) sejalan dengan peningkatan pembiayaan konsumsi. Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan syariah menjalankan fungsi intermediasi yang lebih berorientasi pada pembiayaan konsumsi, terutama pembiayaan pegawai. 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% -10,00% Grafik 3.13 Perkembangan Indikator Aset, Pembiayaan dan Pendanaan Triwulanan (qtq) Asset Pembiayaan Pendanaan 16,20% 13,43% 11,59% Sumber: LBU dan LBUS Meningkatnya pembiayaan Bank Syariah juga diimbangi dengan kualitas penyalurannya, tampak dari membaiknya rasio NPF dari 2,1% menjadi 1,97% (qtq). Peningkatan kualitas ini terjadi pada BUS namun menurun untuk BPRS dimana NPF BUS turun dari 2,06% menjadi 1,46% (qtq), sedangkan NPF BPRS naik dari 2,80% menjadi 3,42% (qtq). 56

78 Sep-10 Okt-10 Nov- Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar- Apr 11 Mei 11 Jun 11 Jul-11 Agt - Sep-11 Okt-11 Nov Des-11 Grafik 3.14 Perkembangan Indikator FDR dan NPL Perbankan Syariah Lampung FDR NPF 170,00 165,00 160,00 155,00 150,00 145,00 140,00 135,00 152,19 1,97 3,00 2,80 2,60 2,40 2,20 2,00 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 Sumber: LBU dan LBUS Pertumbuhan pembiayaan yang lebih rendah dari DPK pada BUS maupun BPRS menjadikan Financing To Deposit Ratio (FDR) Bank Syariah pada triwulan laporan menurun dari 158,48% menjadi 152,19% (qtq). Tabel 3.10 Indikator Perbankan Syariah No Uraian Trw IV 2010 (miliar Rp) Trw III 2011 (miliar Rp) Trw IV 2011 Posisi (miliar Rp) Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Asset - Jenis Bank 1.212, , ,61 100,00 13,43 57,88 1 BUS 1.125, , ,95 93,12 13,50 58,36 2 BPRS 86,83 117,07 131,66 6,88 12,46 51,63 B DPK - Jenis Bank 698,99 855,93 994,58 100,00 16,20 42,29 1 BUS 662,55 799,10 930,29 93,54 16,42 40,41 2 BPRS 36,44 56,83 64,29 6,46 13,13 76,43 C Pembiayaan - Jenis Bank 971, , ,62 100,00 11,59 55,82 1 BUS 920, , ,67 94,19 11,73 54,92 2 BPRS 51,16 80,41 87,95 5,81 9,38 71,91 D Pembiayaan - Jenis Penggunaan 971, , ,62 100,00 11,59 55,82 1 Modal Kerja 616,71 650,49 699,93 46,24 7,60 13,49 2 Investasi 107,33 174,46 181,58 12,00 4,08 69,18 2 Konsumsi 247,37 531,51 632,11 41,76 18,93 155,53 E NPF (%) 1,73 2,10 1,97-6,19 13,87 F FDR (%) 138,97 158,48 152,19-3,97 9,51 Sumber: LBU dan LBUS 57

79 5. ASESMEN STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH Asesmen secara umum terhadap stabilitas sistem keuangan daerah dilakukan guna melihat potensi sumber-sumber risiko keuangan daerah yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan di daerah. Asesmen yang dilakukan menyimpulkan bahwa secara umum pada triwulan IV-2011 terjadi penurunan risiko keuangan. Asesmen Keuangan Bisnis dan Rumah Tangga Kondisi keuangan bisnis dan rumah tangga di Provinsi Lampung menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Indikator yang mencerminkan hal tersebut diantaranya adalah alokasi kredit perbankan, konsumsi swasta dalam PDRB, serta hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen (SK). Pada kredit, terjadi pertumbuhan kredit perbankan baik secara triwulanan maupun tahunan, baik untuk kredit modal kerja, investasi maupun konsumsi. Hasil SKDU yang menginformasikan bahwa terjadi peningkatan kapasitas usaha serta situasi bisnis yang cukup kondusif pada triwulan IV-2011, serta indeks penghasilan dari hasil Survei Konsumen di kota Bandar Lampung yang berada di level optimis menunjukkan adanya kenaikan penghasilan. Asesmen Risiko Aktiva Produktif Bank Umum Aktiva produktif bank umum di Lampung masih didominasi oleh kredit (92,72%), diikuti oleh portofolio berbentuk penempatan pada bank lain (6,46%), penempatan pada SBI (0,47%) dan surat berharga dan tagihan lainnya (0,35%). Besarnya pangsa keempat jenis portfolio tersebut diprediksi tidak akan banyak berubah pada triwulan I-2012, terutama untuk kredit dan surat berharga dan tagihan lainnya sedangkan penempatan pada bank lain diperkirakan akan mengalami penurunan seiring dengan realisasi pencairan kredit yang tertunda pada triwulan laporan dikarenakan libur panjang akhir tahun. Dari sisi kolektibilitas kredit, rasio NPL gross bank umum mengalami perbaikan, yaitu dari 3,55% menjadi 2,95% (qtq). Dengan rasio NPL Bank Umum yang masih dibawah 5%, kondisi portofolio aktiva produktif Bank Umum di Provinsi Lampung masih cukup terjaga. Namun demikian, bank umum tetap harus memperhatikan aspek kehati-hatian (prudential) dalam menyalurkan kreditnya. Asesmen Risiko Likuiditas 58

80 Risiko likuiditas Bank Umum di Provinsi Lampung pada triwulan laporan sedikit menurun, dengan indikator berupa rasio likuiditas bank umum yang meningkat dari 4,60% menjadi 4,67% (qtq), akibat peningkatan aktivitas pendanaan yang lebih besar dari bertambahnya alat likuid. Peningkatan risiko likuiditas tersebut mencerminkan sedikit peningkatan kemampuan bank dalam menyediakan dana jangka pendek yang akan digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Asesmen Risiko Rentabilitas Risiko rentabilitas Bank Umum di Provinsi Lampung mengalami penurunan, yang tampak dari rasio rentabilitas (Return On Aset) yang meningkat dari 2,06% menjadi 2,35% (qtq). Kondisi tersebut mengindikasikan peningkatan kemampuan perbankan di Lampung untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan pengelolaan asetnya. 6. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Selama triwulan IV-2011, transaksi sistem pembayaran tunai antara bank umum di Lampung dengan Bank Indonesia menunjukkan net inflow. Kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB), penemuan uang palsu dan penukaran uang pecahan kecil mengalami penurunan selama triwulan laporan. Sementara itu pada sistem pembayaran non tunai baik melalui kliring maupun RTGS cenderung mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL Jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp1,83 triliun, turun cukup tajam yaitu sebesar 37,40% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2,93 triliun. Kondisi yang sama terjadi pada jumlah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) yang mengalami penurunan sebesar 27,28% yaitu dari Rp2 triliun menjadi Rp 1,46 triliun. Hal ini mengindikasikan terdapat terdapat hubungan antara aliran uang kartal dengan transaksi kegiatan ekonomi di daerah secara musiman pada triwulan III. Pada periode menjelang bulan ramadhan dan perayaan hari raya Idul Fitri kebutuhan uang kartal masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode triwulan IV dimana terdapat perayaan Idul Adha, hari raya natal dan menjelang perayaan Tahun Baru serta pencairan dana proyek daerah. Dengan kondisi tersebut, aliran uang kartal di Bank Indonesia 59

81 Bandar Lampung pada triwulan IV-2011 secara total mengalami net-inflow sebesar Rp374,97 miliar. Pada 2 bulan pertama triwulan IV-2011, jumlah uang kartal yang keluar dari BI (ouflow) relatif stabil. Namun memasuki bulan Desember 2011 terjadi peningkatan jumlah outflow cukup tajam yang dipicu oleh meningkatnya permintaan uang kartal seiring tingginya kebutuhan konsumsi masyarakat pada hari raya Natal, liburan akhir tahun dan menjelang perayaan Tahun Baru. Selain itu, penarikan uang kartal sehubungan dengan realisasi APBD di triwulan IV-2011 terutama untuk membiayai proyek pembangunan menjelang akhir tahun dan keperluan perbankan dalam rangka pengisian ATM menghadapi libur perayaan hari raya Natal, turut berkontribusi terhadap tingginya jumlah ouflow pada triwulan laporan. Secara tahunan, transaksi pembayaran tunai di Lampung pada tahun 2011 juga menunjukkan net inflow yang mengalami peningkatan tajam dibandingkan tahun Meskipun jumlah uang kartal yang keluar (outflow) meningkat dibandingkan tahun lalu yaitu sebesar 18,44% (yoy) dari Rp4,71 triliun menjadi Rp5,58 triliun, namun tingginya peningkatan jumlah uang kartal yang masuk dari Rp4,91 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp7,55 triliun atau tumbuh 53,68% mendorong terjadinya kondisi net inflow tersebut. Faktor yang diperkirakan turut mendorong peningkatan jumlah inflow adalah diterbitkannya Surat Edaran Bank Indonesia No.13/9/DPU tanggal 5 April 2011 tentang Penyetoran Dan Penarikan Uang Rupiah Oleh Bank Umum ke dan dari Bank Indonesia, yang memperkenankan bank umum untuk melakukan kegiatan penyetoran Uang Layak Edar (ULE) maupun Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Selain itu, adanya kerja sama antara bank dengan pihak ke 3 dalam hal melakukan sortasi uang memungkinkan bank untuk melakukan penyetoran ULE setiap hari ke Bank Indonesia. Grafik 3.15 Perkembangan Aliran Uang Kartal inflow outflow net flow 1.833,23 374, I II III IV I II III IV I II III IV ,26 Sumber : Bank Indonesia 60

82 Dalam rangka pemenuhan kebutuhan uang pecahan di masyarakat, Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang kartal layak edar baik melalui kegiatan kas keliling maupun loket penukaran uang di Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung. Jumlah nominal penukaran uang pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar 41,38% (qtq) dari Rp59,18 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp34,69 miliar, seiring berlalunya hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III Sedikit berbeda dengan penukaran triwulan sebelumnya yang didominasi uang pecahan Rp10.000,-, Rp5.000,-, dan Rp 2.000,-, pada triwulan laporan uang pecahan Rp10.000,-, Rp5.000,- dan Rp20.000,- menjadi pecahan yang paling banyak diminta oleh masyarakat dalam kegiatan penukaran uang di kantor Bank Indonesia Bandar Lampung. Adapun pangsa uang pecahan Rp sebagai pecahan tertinggi pada triwulan IV-2011 mencapai 36,53% dari total penukaran, atau meningkat dibandingkan pangsa pada triwulan III-2011 sebesar 27,75%. Periode Tabel 3.11 Perkembangan Penukaran Uang Triwulan IV-2011 Nominal (Rp Juta) TOTAL Juli , , , , ,430.3 Agustus 0.0 1, , , , , , ,939.4 September , , , ,810.1 Total Triwulan III , , , , , , ,179.8 Oktober , , , , ,725.2 November , , , , ,308.3 Desember , , , ,655.0 Total Triwulan IV , , , , , ,688.5 Sumber : Bank Indonesia 6.2. PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB) Selama triwulan IV-2011, jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan tercatat senilai Rp1,46 triliun, relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp1,47 triliun, sedangkan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terjadi peningkatan sebesar 19,54% (yoy). Seiring dengan peningkatan jumlah uang kartal yang masuk (inflow), rasio PTTB terhadap uang kartal yang masuk (inflow) juga mengalami peningkatan dari 50,33% pada triwulan III-2011 menjadi 79,87% di triwulan laporan. Sementara itu, secara tahunan jumlah PTTB pada tahun 2011 mengalami peningkatan 31,55% (yoy) dari Rp3,96 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp5,21 triliun, namun demikian 61

83 rasio PTTB terhadap uang kartal yang masuk (inflow) selama tahun 2011 hanya mencapai 68,98%, menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 80,59%. Grafik 3.16 miliar Rp % Perkembangan PTTB dan Inflow di KBI Bandar Lampung Inflow PTTB rasio PTTB/inflow (axis kanan) Sumber : Bank Indonesia 6.3. PENEMUAN UANG PALSU Jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung selama triwulan IV-2011 sebesar Rp45,43 juta, atau menurun sebesar 21,96% dibandingkan triwulan III Demikian halnya dengan jumlah bilyet uang palsu yang mengalami penurunan sebesar 11,53%, dari 720 lembar pada triwulan III-2011 menjadi 637 lembar. Meskipun jumlah nominal dan bilyet uang palsu pada triwulan IV-2011 menurun, namun rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) sedikit meningkat dibandingkan triwulan III-2011 yaitu dari 0,0020% menjadi 0,0025% di triwulan laporan. Secara tahunan, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan mengalami peningkatan tajam sebesar 140,17% (yoy) dibandingkan tahun 2010 yaitu dari Rp78,51 juta menjadi Rp188,56 juta, dengan total jumlah uang palsu selama tahun 2011 mencapai lembar, meningkat tajam sebesar 146,59% dibandingkan tahun 2010 yaitu sebanyak lembar. Dari jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut, pecahan yang paling banyak dipalsukan adalah Rp ,- dan Rp50.000,- dengan pangsa diatas 75%. Meningkatnya jumlah temuan uang palsu tersebut menunjukkan semakin tingginya pemahaman serta kesadaran masyarakat dengan melaporkan ke perbankan untuk memastikan keaslian uang rupiah, dan kondisi ini ditindaklanjuti oleh kepolisian dalam hal pengungkapan temuan uang palsu tersebut. 62

84 Grafik 3.17 Komposisi Penemuan Uang Palsu Trw IV 2011 Rp 20,000 1,19% Rp 10,000 0,42% Rp 50,000 27,35% Rp 100,000 71,03% Sumber : Bank Indonesia 6.4. PERKEMBANGAN KLIRING DAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Aktivitas transaksi non tunai baik kliring maupun RTGS merupakan salah satu kegiatan perbankan yang mencerminkan transaksi perekonomian di suatu daerah. Dalam pelaksanaannya, kegiatan kliring di Lampung terbagi di 3 wilayah : Bandar Lampung yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia Bandar Lampung dan diikuti oleh 35 kantor/bank peserta, serta di 2 kota lain yang diselenggarakan oleh bank penyelenggara kliring lokal yang telah ditunjuk yaitu di Kotabumi dengan peserta 6 kantor/bank, dan Metro dengan peserta 8 kantor/bank. Transaksi perputaran kliring selama triwulan IV-2011 mengalami penurunan dari sisi nominal dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun dengan jumlah warkat yang sedikit meningkat. Nilai transaksi turun sebesar 4,14% (qtq) dari Rp6,8 triliun menjadi Rp6,52 triliun walaupun dengan jumlah hari kerja (hk) yang lebih banyak yaitu 64 hk dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu 60 hk. Dengan demikian rata-rata harian perputaran kliring pada triwulan laporan sebesar Rp101,89 miliar dibandingkan dengan Rp113,37 miliar pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, jumlah warkat yang diproses dalam penyelenggaraan kliring justru sedikit mengalami peningkatan sebesar 1,35% (qtq) dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar pada triwulan laporan, dengan rata-rata perputaran harian sebanyak lembar. Meskipun secara triwulanan mengalami penurunan, namun perputaran kliring selama tahun 2011 mengalami peningkatan baik dari sisi nominal maupun jumlah warkat dibandingkan tahun 2010, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 23,76% dan 13,11%. 63

85 Sementara itu, meskipun transaksi kliring selama triwulan IV-2011 mengalami penurunan, namun di sisi lain temuan cek dan bilyet giro (BG) kosong justru mengalami peningkatan, dimana selama triwulan laporan terjadi peningkatan jumlah nominal cek dan BG kosong sebesar 16,6% (qtq) dari Rp73,3 miliar menjadi Rp85,47 miliar atau secara tahunan mengalami pertumbuhan sebesar 27,99% dari Rp222,84 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp284,76 miliar pada tahun Begitu pula dengan jumlah warkat yang meningkat 5,3 % (qtq) dari lembar pada triwulan III-2011 menjadi lembar, dengan pertumbuhan tahunan mencapai 18,57% dari lembar menjadi lembar selama tahun Tabel 3.12 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung Kliring Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Perputaran Nominal (milyar Rp) Lembar 167, , , , , , , , ,336 Pengembalian Nominal (milyar Rp) Lembar 2,274 2,402 2,576 2,805 2,219 2,754 2,918 2,984 3,199 Cek/BG kosong Nominal (milyar Rp) Lembar 1,784 1,941 2,117 2,303 1,767 2,182 2,423 2,451 2,581 Sumber : Bank Indonesia Kegiatan penyelesaian transaksi keuangan bernilai besar melalui transaksi RTGS di Lampung selama triwulan laporan secara umum mengalami penurunan dari sisi nominal meskipun dari sisi jumlah transaksi mengalami peningkatan. Dari sisi nominalnya, transaksi keuangan melalui RTGS mencapai Rp27,13 triliun, menurun sebesar 17,2% (qtq) dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp32,76 triliun, yang disumbang oleh penurunan transaksi keluar (outgoing) Lampung dan transaksi antar nasabah melalui perbankan di wilayah Lampung. Di sisi lain, jumlah transaksi justru menunjukkan sedikit peningkatan sebesar 0,6% (qtq) dari lembar warkat menjadi lembar warkat. Namun demikian, untuk transaksi RTGS yang masuk ke Lampung (incoming). dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah nominal transaksi incoming RTGS meningkat sebesar 18,69% (qtq) dari Rp16,85 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp20 triliun. Peningkatan transaksi incoming RTGS tersebut diperkirakan didorong oleh meningkatnya penyaluran dana APBN di Lampung baik untuk belanja maupun transfer Dana Perimbangan di triwulan IV-2011 terutama untuk membiayai proyek pembangunan sebagaimana pola yang terjadi menjelang akhir tahun, serta alokasi dana untuk kebutuhan program sertifikasi guru. 64

86 miliar Rp Grafik 3.18 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Trw IV I II III IV I II III IV I II III IV RTGS-Outgoing RTGS-Incoming RTGS From-To Kliring Sumber : Bank Indonesia Sebagaimana yang dilakukan terhadap sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia pun senantiasa melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan keamanan, kecepatan dan kehandalan dalam sistem pembayaran non tunai melalui berbagai kebijakan. Langkah terbaru dalam peningkatan transaksi melalui sistem pembayaran non tunai adalah penandatanganan Kesepakatan Bersama tentang Penyusunan Kebijakan dan Standar Interkoneksi dan Interoperabilitas uang elektronik di Sektor Transportasi antara Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Perhubungan Republik Indonesia pada tanggal 14 November 2011 di Jakarta. Kesepakatan bersama ini dilatarbelakangi oleh maraknya penggunaan uang elektronik yang telah banyak digunakan di sektor transportasi oleh berbagai operator/penerbit yang berbeda-beda namun belum terjadi saling interkoneksi serta belum memperhatikan kemampuan interoperabilitasnya. Penandatanganan Kesepakatan Bersama ini adalah langkah awal, dimana nantinya akan disusun program kerja bersama antar otoritas untuk dapat saling mendukung dan bersinergi, sehingga dalam waktu dekat akan segera tercapai bentuk sinkronisasi penyusunan standar uang elektronik. 65

87 Box III. Penguatan Distribusi Cabe Sebagai Strategi Mendorong Intermediasi Cabe Merah (capsicum annum) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis dan strategis dalam pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Cabe sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan sebagian untuk bahan baku industri obat-obatan, kosmetik, zat warna, pencampur minuman dan lainnya. Dengan adanya kondisi tersebut maka dapat diproyeksikan bahwa kebutuhan cabe diperkirakan akan terus meningkat. Tingkat kebutuhan cabe yang tergolong tinggi membutuhkan dukungan ketersediaan lahan, langkah koordinatif dalam pola tanam dan distribusi pemasaran sehingga tidak mengakibatkan supply shock kekurangan/kelebihan akibat kurangnya pasokan cabe yang pada akhirnya menganggu stabilitas harga. Trend produksi cabe di Provinsi Lampung cenderung meningkat setiap tahun. Berdasarkan data BPS tahun 2010 diperoleh informasi terdapat 3 wilayah sentra cabe dengan produksi yang tinggi meliputi : Kabupaten Lampung Barat dengan produktivitas 72,93 kw/ha, Kabupaten Lampung Selatan dengan produktivitas 67,36 kw/ha dan Kabupaten Tanggamus dengan produktivitas 45,24 kw/ha. Pada tahun 2009 total produksi cabe di Provinsi Lampung mencapai ton/th sedangkan kebutuhan konsumsi cabe masyarakat Lampung mencapai ton/th sehingga masih terdapat surplus ± 130 ton/th. Informasi berdasarkan data tersebut di atas cukup menggembirakan karena idealnya kebutuhan pasokan cabe masyarakat Lampung dapat terpenuhi dengan harga yang stabil. Namun ironisnya harga cabe pada 2 tahun terakhir mengalami fluktuasi akibat kurangnya pasokan (supply shock) cabe. Harga cabe di wilayah Lampung melonjak naik pada kisaran harga Rp55.000,00/kg pada akhir tahun 2010 sampai dengan awal Berdasarkan hasil studi cabe diperoleh informasi bahwa fenomena kenaikan harga cabe tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya bencana di wilayah sentra cabe di Pulau Jawa (misal : meletusnya Gunung Merapi dan Gunung Bromo) sehingga mengakibatkan penurunan pasokan cabe di Provinsi Lampung. Selain itu, adanya musim hujan yang berkepanjangan pada tahun 2010 mengakibatkan penurunan hasil panen cabe hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Supply shock cabe di wilayah Lampung pada dasarnya disebabkan oleh adanya ketergantungan pemenuhan pasokan cabe dari provinsi lain (misalnya : Jawa Tengah dan Jawa Barat) sehingga ketika wilayah pemasok cabe di Provinsi Lampung mengalami bencana mengakibatkan terganggunya pasokan cabe yang memicu volatilitas harga. Asumsi konsumsi cabe masyarakat Lampung 3 kg/orang/tahun dengan jumlah penduduk non-balita sebanyak 6,74 juta jiwa Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung, Laporan Monitoring Harga Sembako dan Bahan Penting Lainnya, 2012 BPS, Laporan Ringkas Studi Cabe,

88 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bank Indonesia Bandar Lampung bahwa pasokan cabe di wilayah Lampung didominasi oleh produk cabe dari Jawa Barat dengan proporsi mencapai ± 60%, sementara hasil panen di sentra cabe wilayah Lampung justru banyak didistribusikan ke daerah lain yaitu Jambi, Bengkulu dan Padang. Mekanisme pembentukan harga secara umum di tingkat petani ditentukan oleh pengumpul (pedagang besar) yang secara aktif mengambil hasil panen petani di lahan khususnya pada saat terjadi kenaikan harga. Berdasarkan hasil survei kepada petani di sentra budidaya cabe di daerah kabupaten Lampung Selatan diperoleh informasi bahwa 80% dari 100 responden petani cabe melibatkan pedagang pengumpul dalam proses pemasaran cabe. Hal ini dikarenakan pedagang pengumpul lebih loyal dibandingkan dengan pedagang dari luar. Selain itu risiko penipuan hasil penjualan oleh pedagang sangat kecil karena sistem pembayaran hasil panen petani dilakukan secara tunai. Pada beberapa kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, pedagang pengumpul memberikan pembiayaan kepada petani sebagai modal usaha tani cabe. Hal tersebut yang mengakibatkan terbentuknya saluran pemasaran tunggal sehingga petani cabe harus memasarkan hasil panen kepada pedagang pengumpul yang memberikan modal. Pedagang pengumpul mempunyai perilaku spekulatif dengan mendistribusikan hasil panen cabe dari Lampung ke wilayah yang mempunyai penawaran harga tinggi (misalnya : Padang, Jambi dan Palembang). Jenis cabe yang diminati oleh konsumen di luar Provinsi Lampung adalah TM-09 karena tidak mudah busuk, warna sangat merah dan berbentuk lurus bulat utuh. Berdasarkan hasil analisis rantai nilai (value chain) pada komoditas cabe jenis TM-09 melibatkan 4 pelaku dalam rantai nilai yaitu pedagang saprodi, petani cabe merah, pedagang pengumpul lokal dan pedagang besar. Pedagang Saprodi Petani Cabe Merah P. Pengumpul Lokal P. Besar di Padang Konsumen Akhir Gambar 1. Rantai Nilai Usahatani Cabe Merah dengan varietas TM-09 Pelaku rantai nilai mempunyai peran masing-masing dalam meningkatkan nilai tambah produksi cabe jenis TM-09. Aktivitas yang dilakukan oleh pedagang sarana produksi adalah penyediaan benih cabe, pupuk, pestisida, fungisida, herbisida dan sarana produksi lainnya. Petani cabe berperan dalam proses budidaya dan menentukan hasil produksi cabe. Bank Indonesia, Penelitian Lending Model Usaha Tani dan Analisis Rantai Nilai Budidaya Cabe, 2011 ibid ibid 67

89 Kualitas cabe ditentukan oleh teknik budidaya yang diterapkan oleh petani serta penggunaan input yang tepat. Kegiatan yang dilakukan pedagang pengumpul adalah membeli produk cabe yang dihasilkan petani. Pedagang pengumpul melakukan sortasi cabe berdasarkan tingkat kematangan dan varietasnya. Cabe yang tingkat kematangannnya rendah dan bervarietas TM- 09 dipisahkan untuk dikirim dan dijual ke Padang (Sumatera Barat). Selanjutnya aktivitas yang dilakukan pedagang besar di Padang adalah melakukan sortasi dan aktivitas perdagangan (distribusi dan penjualan). Pedagang besar cabe di Padang akan mendistribusikan cabe ke pasar Jambi, Sumatera Utara, DKI Jakarta dan pasar lokal. Perilaku pedagang pengumpul yang bersifat spekulatif mengakibatkan kurangnya pasokan cabe di wilayah Lampung sehingga terjadi kondisi supply shock dan mengakibatkan volatilitas harga cabe. Dalam rangka mitigasi risiko kenaikan harga secara umum yang disebabkan oleh volatilitas harga cabe, Bank Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan melakukan strategi penguatan distribusi cabe hasil panen petani. Salah satu upaya untuk mengurangi perilaku spekulatif pedagang pengumpul yaitu dengan memfasilitasi kelompok tani cabe untuk dapat bermitra secara setara dengan perusahaan pengumpul cabe. Strategi penguatan distribusi tersebut telah diimplementasikan pada kelompok tani peserta Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SL-GAP) maupun petani bukan peserta SL-GAP untuk bermitra dengan PT. Mitratani Agro Unggul. Pada tahap awal sebanyak 12 petani yang tersebar di 7 kecamatan mengikuti program kerjasama kemitraan tersebut. Penandatanganan kerjasama kemitraan pemasaran cabe telah dilaksanakan pada tanggal 6 Desember Harga yang disepakati pada kerjasama tersebut sebesar Rp6.250,00 per kilogram cabe petik tangkai dengan spesifikasi yang dibutuhkan adalah cabe jenis biola, hot beauty dan fantastic. Kesepakatan harga tersebut bersifat dinamis yaitu ketika harga cabe di pasar mengalami kenaikan maka selisih kenaikan harga tersebut dibagi secara proporsional antara kelompok tani mitra dengan perusahaan pengumpul. Sedangkan pada saat harga cabe turun petani memperoleh lindung nilai cabe dengan harga pembelian sesuai dengan kesepakatan. Disamping itu untuk memperkuat indutri cabe pada sisi hulu, Bank Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan berupaya untuk memfasilitasi kerjasama penyediaan input usaha tani cabe melalui kerjasama kelompok tani cabe dengan PT. Surya Mentari sehingga kebutuhan sarana produksi pertanian (saprodi) dapat dipenuhi tepat waktu, mutu dan jumlah. Ringkasan pola kemitraan kelompok tani cabe yang dikembangkan Bank Indonesia secara lengkap disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut. ibid 68

90 PT. Surya Mentari Petani 1 Bank Pasar industri pengolah makanan Petani 2 Aturan Kelompok LKM/ Kelompok Tani MoU PT. MAU Petani 3 Pasar tradisional Fasilitator/ Pendamping Dinas Pertanian dan Bank Indonesia Ket : garis bisnis garis modal sosial Gambar 2. Pola Kemitraan Dalam Rangka Pengembangan Klaster Cabe Berkembangnya pola kemitraan usaha tani cabe dari rantai hulu sampai dengan hilir diharapkan dapat membentuk klaster cabe yang solid. Implementasi pola kemitraan klaster tersebut mengacu pada konsep value chain market based solution yaitu pengembangan rantai nilai dari hulu sampai hilir dengan pendekatan solusi yang mengarah pada hambatan usaha yang disediakan oleh pelaku usaha (swasta) dan bersifat komersial sehingga dapat berkelanjutan. 1 Kelompok tani tersebut melakukan kerjasama kemitraan dengan PT. Mitratani Agro Unggul dalam pemasaran hasil panen cabe secara win-win solution. Perusahaan mitra mendistribusikan kepada pasar industri untuk cabe yang memenuhi syarat kualitas sesuai kesepakatan sedangkan cabe yang dibawah standar dapat dipasarkan pada pasar tradisional (pasar lokal). Bank Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan telah berupaya untuk mengembangkan pola kemitraan berbasis kelompok. Kerjasama kemitraan dari hulu sampai dengan hilir memberikan keuntungan dan manfaat bagi petani cabe sebagai berikut : 1 Action For Enterprise (AFE), Regional Economic Development,

91 1. Meningkatkan kesejahteraan petani dengan adanya kepastian pasar dan mengurangi risiko kerugian petani cabe karena adanya lindung nilai (hedging) hasil panen petani; 2. Mengoptimalkan nilai tambah pada setiap rantai nilai usaha tani cabe dari hulu sampai hilir sehingga meningkatkan pendapatan petani; 3. Mengurangi perilaku spekulatif pedagang pengumpul yang dapat memicu supply shock yang pada akhirnya mengakibatkan volatilitas harga cabe; 4. Mendorong intermediasi perbankan kepada petani cabe melalui program inti plasma dengan PT. Mitratani Agro Unggul sebagai avalis bagi kelompok tani mitra Dalam rangka penguatan kelembagaan tersebut di atas, Bank Indonesia berupaya untuk membangun modal sosial kelompok tani cabe agar melaksanakan kesepakatan kerjasama dengan perusahaan mitra sekaligus mendorong penyadaran petani cabe untuk merintis terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Kelompok tani yang mempunyai visi dan misi bersama bergabung membentuk kelompok tani sebagai rintisan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Berkembangnya LKM dapat menjadi katalisator terwujudnya financial inclusion melalui fasilitasi pembiayaan perbankan melalui linkage program. 70

92 BAB IV DAERAH PERKEMBANGAN KEUANGAN 1. PENDAPATAN DAERAH Pada tahun 2011, realisasi pendapatan daerah Provinsi Lampung mencapai Rp2,53 triliun atau 101,56% dari target pendapatan tahun Pencapaian target ini ditopang oleh realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai Rp1.402 miliar atau terealisasi sebesar 110,30% dari target PAD tahun 2011 sebesar Rp1.271 miliar. Pencapaian PAD tersebut tidak terlepas dari realisasi komponen pajak daerah yang mencapai Rp1.200 miliar atau 108,51% dari target pajak daerah tahun Tingginya realisasi pajak ini tidak terlepas dari adanya peningkatan volume penjualan kendaraan tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 sebesar 15,51%, disertai adanya beberapa upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kolektibilitas pajak daerah, seperti peningkatan pelayanan pajak, ekstensifikasi objek PAD lainnya, serta pemutakhiran data dasar pajak. Sementara itu, komponen dana perimbangan terealisasi sebesar Rp1,06 triliun, atau sebesar 95% dari target yang ditetapkan pada APBD-P tahun 2011 sebesar Rp1,12 triliun. Belum tercapainya target tersebut disebabkan oleh masih minimnya realisasi pada komponen dana bagi hasil pajak. Komponen dana bagi basil pajak hanya terealisasi sebesar Rp94 miliar dari target yang ditetapkan sebesar Rp171 miliar. 71

93 Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Ralisasi s.d JENIS PENERIMAAN APBD Murni APBD-P % Des 2011* PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) , , ,11 110,30 Pajak Daerah , , ,00 108,51 Retribusi Daerah , , ,00 112,85 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan , , ,00 98,10 Lain - lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah , , ,11 126,14 DANA PERIMBANGAN , , ,00 95,00 Dana Bagi Hasil Pajak , , ,00 55,29 Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya Alam , , ,00 115,07 Dana Alokasi Umum , , ,00 100,00 Dana Alokasi Khusus , , ,00 100,00 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH , , ,00 65,66 PENDAPATAN HIBAH , , ,00 65,66 JUMLAH , , ,11 101,56 Ket : *Angka realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2011 merupakan Angka Pendapatan Bruto dan belum melalui proses audit BPK RI Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung 2. BELANJA DAERAH 2011 Realisasi belanja daerah Provinsi Lampung mencapai Rp2.572 miliar atau 97,01% dari target belanja yang ditetapkan sebesar Rp2.651 miliar. Komponen belanja hibah mengalami realisasi terendah dibandingkan komponen belanja lainnya, yaitu sebesar Rp35 miliar atau 86,65% dari target dalam APBD-P Sementara itu, komponen belanja bantuan keuangan mengalami realisasi yang tertinggi, yaitu sebesar Rp114,63 miliar atau 99,94% dari target yang ditetapkan. 72

94 Tabel 4.2 Belanja Daerah Provinsi Lampung Uraian Realisasi 2011* APBD (Rp) APBDP (Rp) % (Rp) % (1) (2) (2) : (1) (3) (3) : (1) BELANJA DAERAH , ,01 Belanja Pegawai (Langsung dan Tidak Langsung) Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal Belanja Hibah ,43 13, ,19 86,65 Belanja Bantuan Sosial , ,96 Belanja Bagi Hasil , ,80 Belanja Bantuan Keuangan , ,94 Belanja Tidak Terduga , ,65 Ket : *Angka realisasi belanja Tahun Anggaran 2011 merupakan Angka Belanja Bruto dan belum melalui proses audit BPK RI Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung PENERIMAAN DAN BELANJA NEGARA DI PROVINSI LAMPUNG Penerimaan negara di Provinsi Lampung kumulatif tahun 2011 mencapai Rp8.367 miliar. Besarnya realisasi anggaraan penerimaan negara di Provinsi Lampung seiring dengan meningkatnya penerimaan negara dari perolehan PPh dan PPN. Dari 5 komponen penerimaan negara di daerah, pendapatan pajak dalam negeri tercatat mengalami realisasi terbesar dibandingkan komponen lainnya yaitu sebesar 320%, diikuti oleh penerimaan PNBP lainnya sebesar 175%. Sementara itu pada triwulan laporan, Provinsi Lampung memperoleh penerimaan hibah sebesar Rp7,03 miliar. 73

95 NO. URAIAN DIPA Tabel 4.3 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung Tahun 2011 SAMPAI DENGAN PENGEMBALIAN SAMPAI JUMLAH NETTO REALISASI BULAN INI DENGAN BULAN INI SAMPAI DENGAN DIATAS/ DIBAWAH % REAL BULAN INI ANGGARAN ANGGARAN = = A PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH I. PENERIMAAN DALAM NEGERI ,00% 1. PENERIMAAN PERPAJAKAN ,00% PENDAPATAN PAJAK DALAM NEGERI ,00% PENDAPATAN PAJAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL REALISASI BELANJA 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK ,00% PENERIMAAN SUMBER DAYA ALAM ,00% PENDAPATAN BAGIAN LABA BUMN ,00% PENDAPATAN PNBP LAINNYA ,00% II. PENERIMAAN HIBAH ,00% JUMLAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH (A.I+A.II) ,00% Sumber : Dirjen Perbendaharaan Kanwil Lampung Realisasi komponen belanja negara di Provinsi Lampung hingga triwulan IV tercatat masih dibawah 85%. Dalam komponen belanja negara, realisasi anggaran belanja pegawai mencapai 87%, diikuti belanja modal dan belanja barang yang masing-masing terealisasi sebesar 76% dan 73%. Tabel 4.4 Belanja dan Transfer Negara di Provinsi Lampung Tahun 2011 NO. URAIAN DIPA B SAMPAI DENGAN PENGEMBALIAN SAMPAI JUMLAH NETTO REALISASI BULAN INI DENGAN BULAN INI SAMPAI DENGAN DIATAS/ DIBAWAH % REAL BULAN INI ANGGARAN ANGGARAN = = BELANJA NEGARA REALISASI BELANJA I. BELANJA NEGARA ,00% 1. BELANJA PEGAWAI ,00% 2. BELANJA BARANG ,00% 3. BELANJA MODAL ,00% 4. BELANJA PEMBAYARAN KEWAJIBAN UTANG BELANJA SUBSIDI BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL ,00% 8. BELANJA LAIN-LAIN ,00% II. TRANSFER KE DAERAH ,00% 1. TRANSFER DANA PERIMBANGAN ,00% TRANSFER DANA BAGI HASIL TRANSFER DANA ALOKASI UMUM TRANSFER DANA ALOKASI KHUSUS TRANSFER DANA OTONOMI KHUSUS DAN PENYESUAIAN TRANSFER DANA OTONOMI KHUSUS TRANSFER DANA PENYESUAIAN JUMLAH BELANJA NEGARA (B.I +B.II) ,00% Sumber : Dirjen Perbendaharaan Kanwil Lampung 74

96 4. RAPBD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2012 Pada tahun anggaran 2012, APBD Lampung meningkat signifikan. Anggaran pendapatan ditetapkan sebesar Rp3.594 miliar, sedangkan anggaran belanja mencapai Rp3.623 miliar. Dibandingkan dengan APBD Perubahan 2011 tercatat peningkatan sebesar 43,99 % untuk anggaran pendapatan dan 36,64% untuk anggaran belanja. Demikian juga dengan proporsi tiap komponen pembentuk APBD terdapat perubahan yang relatif besar bila dibandingkan anggaran perubahan 2011, seperti peningkatan pendapatan dari dana penyesuaian dan otonomi khusus serta peningkatan belanja hibah. Komponen terbesar anggaran pendapatan 2012 masih berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan porsi sebesar 44,52% atau berada diatas Dana Perimbangan yang hanya memiliki porsi sebesar 33,16% dari total pendapatan. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah optimis mampu memenuhi kebutuhan belanjanya dengan mengandalkan Pajak Daerah yang Grafik 4.3 Komponen Pendapatan Daerah 2012 Dana Alokasi Umum (DAU) 26,13% Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 21,83% Pajak Daerah 39,91% Bagi Hasil 6,17% Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung (diolah) Lain-lain PAD yang Sah 3,93% DAK 0,86% Laba BUMD 0,50% Hibah 0,48% Retribusi Daerah 0,18% memiliki porsi mencapai 89,64% atau sebesar Rp1.434 miliar. Pemerintah Provinsi Lampung akan melakukan berbagai upaya guna merealisasikan proyeksi pendapatan daerah pada RAPBD tahun 2012, seperti peningkatan PAD dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/PKB-BBNKB. Sementara itu, komponen Dana Perimbangan tahun 2012 yang mencapai Rp1.192 miliar masih didominasi oleh DAU yang mencapai Rp939,14 miliar atau memiliki porsi sebesar 78,78% dan meningkat 21,97% dibandingkan Bila melihat komponen Dana Perimbangan lainnya, DBH 2012 ditetapkan sebesar Rp221,88 miliar atau mengalami penurunan sebesar 27,78% dibandingkan tahun Pada anggaran belanja daerah tahun 2012, belanja modal Provinsi Lampung ditargetkan sebesar Rp 757,58 miliar atau meningkat 18,65% dibandingkan tahun Peningkatan anggaran belanja tahun 2012 diprioritaskan pada percepatan implementasi pendidikan unggulan 75

97 terpadu, pembangunan kereta api komuter, pembangunan Bandara Radin Inten II sebagai Bandara Internasional serta embarkasi Haji Penuh dan pembangunan terminal-terminal penghubung. Program kerja yang menjadi penjabaran prioritas pembangunan Provinsi Lampung 2012 diantaranya : a. Program/kegiatan prioritas peningkatan daya dukung infrastruktur (fasilitas umum dan fasilitas sosial) dan pengelolaan energi; b. Program/kegiatan revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan dan pembangunan perdesaan dalam rangka penguatan perekonomian untuk penanggulangan kemiskinan dan pengangguran; c. Program/kegiatan prioritas peningkatan akses pemerataan kualitas pendidikan dan pemerataan kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan dan kualitas hidup beragama serta prioritas pengembangan kreativitas dan inovasi teknologi, penguasaan serta pemanfaatan IPTEK; d. Program/kegiatan prioritas peningkatan pariwisata dan kebudayaan daerah melalui kerjasama antar pemangku kepentingan; e. Program/kegiatan prioritas rehabilitasi dan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan hidup; f. Program dan kegiatan prioritas perwujudan sinergi pembangunan memalui kerjasama, tata kelola pemerintahan yang baik dan reformasi birokrasi inter, antar kabupaten/kota. Tabel 4.5 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2011 Uraian APBDP 2011 (Rp) APBDP 2012 (Rp) PENDAPATAN A. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba Perusahaan Milik Daerah Lain-lain PAD yang Sah B. DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Tambahan Guru TA Dana Alokasi Khusus (DAK) C LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Hibah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung 76

98 Tabel 4.6 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Lampung Tahun 2011 No Uraian APBDP 2011 (Rp) APBDP 2012 (Rp) 2 BELANJA DAERAH A. BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga B. BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Surplus/Defisit ( ) Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung 5. BANTUAN SOSIAL DAN HIBAH Pada APBD Lampung 2012 tampak terjadi penurunan penganggaran bantuan sosial sebesar 87,57% dari Rp123,48 miliar pada tahun 2011 menjadi hanya Rp15,35 miliar. Penurunan ini diperkirakan terjadi karena Pemerintah Provinsi Lampung telah memperhitungkan skala prioritas anggaran bantuan sosial dan program yang lebih terarah. Sedangkan untuk belanja hibah terjadi kenaikan signifikan, yaitu sebesar 1.713,46 % atau mencapai Rp788,82 miliar, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp43,50 miliar. Dengan berlakunya Permendagri No. 32 tahun 2011 tentang pedoman bantuan sosial dan hibah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maka pada penganggaran dan realisasi anggaran bantuan sosial dan hibah lebih tertib dan bertanggung jawab. Bantuan sosial diberikan kepada anggota atau kelompok masyarakat sesuai kemampuan keuangan daerah, setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis 77

99 sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. Pihak yang dapat menerima bantuan sosial juga telah ditentukan, yaitu individu, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum maupun lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Sedangkan kriteria dalam memberikan bantuan sosial harus selektif, memenuhi persyaratan penerima bantuan, bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan dan sesuai tujuan penggunaan. Sedangkan kriteria persyaratan penerima bantuan adalah memiliki identitas yang jelas serta berdomisili dalam wilayah administratif pemerintahan daerah berkenaan. Belanja hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat. Setidaknya, pemberian hibah memenuhi kriteria sebaagi berikut, yaitu : a. Peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan; b. Tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan c. Memenuhi persyaratan penerima hibah. Hibah dapat diberikan kepada lembaga pemerintahan yang telah ditentukan dapat menerima bantuan hibah, antara lain Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, dan Perusahaan Daerah. 78

100 BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Pada triwulan IV-2011, kondisi ketenagakerjaan di Lampung mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, optimisme konsumen dan pelaku usaha terhadap prospek ketersediaan lapangan pekerjaan pada periode mendatang mengalami peningkatan. Sementara itu, indikator kesejahteraan masyarakat pada periode laporan masih menunjukkan peningkatan. Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami pertumbuhan, sedangkan jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. 1. KETENAGAKERJAAN 2 Berdasarkan rilis BPS Provinsi Lampung periode Agustus 2011, jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun keatas) di Lampung mencapai 5,44 juta jiwa atau mengalami sedikit peningkatan (0,5%) dibandingkan Februari Dari jumlah tersebut, penduduk yang bekerja mencapai 3,48 juta jiwa (64,05%) menurun 4,5% dibandingkan Februari 2011, pengangguran mencapai 214 ribu jiwa (3,94%) atau meningkat 6,47%, sedangkan bukan angkatan kerja (masih sekolah dan ibu rumah tangga) mencapai 1,74 juta jiwa (32,01%), meningkat sebesar 11,47% dibandingkan bulan Februari BPS melakukan rilis terhadap konsidi ketenagakerjaan periode berjalan pada Februari dan Agustus. 79

101 Berdasarkan sektor ekonomi, komposisi penyerapan tenaga kerja relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan periode lalu, dimana mayoritas penduduk Provinsi Lampung masih bekerja pada sektor pertanian, yaitu mencapai 1,71 juta jiwa atau 49,24% dari seluruh penduduk yang bekerja. Jumlah pekerja di sektor yang sangat bergantung pada musim dan cuaca ini mengalami penurunan 11,6% dibandingkan Februari 2011 karena dipicu oleh terjadinya musim kemarau dalam beberapa bulan terakhir, disamping adanya salah satu perusahaan udang berskala besar yang tidak beroperasi lagi. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah pekerja bebas di sektor pertanian juga mengalami penurunan yaitu 7,14%. Hal ini dikarenakan, sebagian penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan perkebunan merupakan pekerja bebas (informal), yang dipekerjakan ketika menghadapi panen raya. Penurunan penyerapan tenaga kerja yang tertinggi lainnya terjadi pada sektor perdagangan, rumah makan, jasa akomodasi (-9,42%). Namun demikian, seiring dengan penurunan jumlah penduduk yang bekerja pada kedua sektor tersebut, jumlah penduduk yang bekerja pada sektor industri dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan masing-masing mengalami peningkatan sebesar 70 ribu jiwa (24,22%) dan 23 ribu jiwa (5,53%). Uraian Sumber : BPS Provinsi Lampung Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Agustus 2010 Februari 2011 (dalam ribu jiwa) Agustus 2011 Persentase Perubahan Agt'11 - Feb'11 Agt'11 - Agt'10 Penduduk Usia 15 tahun keatas 5.824, , ,0 0,50-6,67 Angkatan Kerja 3.957, , ,0-3,93-6,61 Bekerja 3.737, , ,0-4,50-6,83 Pengangguran Terbuka 220,6 201,0 214,0 6,47-2,99 Bukan Angkatan Kerja 1.866, , ,0 11,47-6,79 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 67,95 71,13 68,00-3,13 0,05 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,57 5,24 5,78 0,54 0,21 80

102 Tabel 5.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Uraian Sumber : BPS Provinsi Lampung Agustus 2010 Februari 2011 (dalam ribu jiwa) Agustus 2011 Persentase Perubahan Agt'11 - Feb'11 Agt'11 - Agt'10 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan 2.110, , ,0-11,60-18,74 Industri 290,0 289,0 359,0 24,22 23,79 Perdagangan, Rumah Makan, Jasa Akomodasi 567,7 669,0 606,0-9,42 6,75 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 410,4 416,0 439,0 5,53 6,97 Lainnya 358,4 331,0 364,0 9,97 1,56 Total 3.737, , ,0-4,44-6,83 Tabel 5.3 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Agustus Februari Agustus Persentase Perubahan Uraian (dalam ribu jiwa) Agt'11 - Agt'10 Agt'11 - Feb'11 Berusaha sendiri 632,9 528,0 605,0 14,58-4,41 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 905,9 937,0 756,0-19,32-16,55 Berusaha dibantu buruh tetap 108,4 123,0 116,0-5,69 7,01 Buruh/karyawan 769,2 767,0 907,0 18,25 17,91 Pekerja bebas di Pertanian 249,7 182,0 169,0-7,14-32,32 Pekerja bebas non pertanian 175,6 163,0 187,0 14,72 6,49 Pekerja tak dibayar 895,3 945,0 741,0-21,59-17,23 Sumber : BPS Provinsi Lampung Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2011 yang dilakukan oleh Bank Indonesia di wilayah Lampung, pelaku usaha memperkirakan penggunaan tenaga kerja akan mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sedangkan sektor lain diperkirakan relatif belum mengalami penambahan jumlah tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum ketersediaan lapangan pekerjaan baik formal maupun non formal di Provinsi Lampung relatif stabil dan diperkirakan akan sedikit meningkat. Sejalan dengan optimisme pelaku usaha, hasil Survei Konsumen juga menunjukkan optimisme masyarakat Lampung secara umum terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini yang mengalami sedikit peningkatan. Ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang juga mengalami peningkatan dengan alasan meningkatnya minat masyarakat untuk berwiraswasta (menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan meningkatnya kegiatan/proyek pemerintah dan swasta). 81

103 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Grafik 5.1 Keyakinan Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Indeks Ketersediaan lapangan kerja saat ini Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad Sumber : Survei Konsumen KBI Bandar Lampung Semakin tingginya kebutuhan lapangan pekerjaan ditengah ketersediaan lapangan kerja yang terbatas, dan masih tingginya minat masyarakat untuk bekerja di luar negeri mendorong peningkatan arus tenaga kerja Lampung ke luar negeri (TKI). Data Dinas Tenaga Kerja Kependudukan dan Transmigrasi Provinsi Lampung menunjukkan bahwa sampai dengan triwulan IV-2011, TKI asal Lampung mencapai orang, dan sebagian besar berasal dari Kabupaten Lampung Timur (38,64%), Lampung Selatan (16,39%), dan Lampung Tengah (11,34%). Jumlah TKI tersebut telah jauh melampaui jumlah TKI tahun 2010 yang hanya mencapai orang dan triwulan III-2011 sebesar orang. Keberadaan TKI asal Lampung ini tersebar di 35 negara, dengan Taiwan sebagai negara tujuan TKI terbesar yang jumlahnya mencapai 35,31% dari total TKI, diikuti Singapura (17,56%), dan Malaysia (12,97%). 82

104 Tabel 5.4 TKI Asal Lampung (orang) Sumber : Disnakertrans Provinsi Lampung Sehubungan dengan masih berlangsungnya moratorium pengiriman TKI ke Arab Saudi, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Tenaga Kerja baru akan membuka kembali pengiriman TKI setelah adanya MoU antara Indonesia dan Arab Saudi serta dilakukan penataan sistem antara pihak swasta Indonesia, Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dan agensi Arab Saudi. Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Lampung, jumlah TKI di Arab Saudi pada triwulan IV-2011 mencapai orang atau relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai orang. 83

105 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2. KESEJAHTERAAN 2.1. Daya Beli Masyarakat Meskipun kondisi ketenagakerjaan mengalami penurunan, namun tingkat kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan. Hal ini terindikasi dari indeks penghasilan masyarakat Kota Bandar Lampung yang masih berada pada level optimis (>100), dimana lebih banyak masyarakat yang menilai adanya kenaikan penghasilan dibandingkan penurunan penghasilan. Indeks Grafik 5.2 Indeks Penghasilan Konsumen Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Sumber : Survei Konsumen KBI Bandar Lampung Di sisi lain, Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi salah satu indikator untuk melihat daya beli masyarakat pedesaan juga mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan, yaitu sebesar 0,03% (qtq). Bahkan NTP Provinsi Lampung pada triwulan IV-2011 sebesar 123,74, masih menjadi yang tertinggi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa surplus yang diterima oleh petani di Lampung terbesar di Indonesia. 84

106 Tabel 5.5 Perbandingan NTP Tiap Wilayah Sumber : BPS Secara tahunan, NTP Lampung menunjukkan peningkatan sebesar 4,78% (yoy). Sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) tercatat mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan sub sektor lainnya, yaitu sebesar 10,37% (yoy). Hal ini seiring dengan masih tingginya permintaan terhadap komoditas perkebunan dan trend kenaikan harga komoditas perkebunan dunia pada awal tahun Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung Per Sub Sektor I II III IV I II III IV I II III IV Padi & Palawija TPR Perikanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Hortikultura Peternakan Grafik 5.4 Perkembangan Harga Komoditas Perkebunan 3.100, , , , ,00 600,00 100,00 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov* Karet (USD cent/kg) Kakao (USD/ton) CPO (USD/metric ton) Gula (axis kanan) USD Cent/pound 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00-85

107 Sementara itu berdasarkan kesepakatan Tripartit Serikat Buruh, Asosiasi Pengusaha Indonesia, dan Pemerintah Daerah, Upah Minimum Provinsi (UMP) Lampung tahun 2012 ditetapkan sebesar Rp atau naik 14,04% dari UMP Tahun 2011 sebesar Rp Jumlah UMP Lampung tahun 2012 tersebut hanya mencapai 96,72% dari total kebutuhan hidup layak (KHL) di Lampung yaitu sebesar Rp Nilai UMP sebesar Rp tersebut ditetapkan untuk pekerja dengan masa kerja 0 tahun. Sementara itu, pekerja dengan masa kerja lebih dari setahun nilai upah yang diperolehnya harus lebih besar dari UMP. KHL merupakan salah satu komponen pertimbangan dalam menetapkan UMP dan tidak semata-mata sebagai proses tawar-menawar untuk menentukan UMP, namun ada faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam menentukan upah minimum tersebut diantaranya inflasi, dan pertumbuhan ekonomi serta kemampuan perusahaan terutama untuk perusahaan yang digolongkan kurang mampu atau perusahaan marjinal. Rp Grafik 5.5 Upah Minimum Provinsi (UMP) Lampung % 30, , , , , , ,00 UMP % UMP Sumber : BPS Provinsi Lampung 86

108 Ribu Jiwa 2.2. Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung terus menunjukkan trend penurunan. Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung, jumlah penduduk miskin di Lampung pada bulan September 2011 mencapai 1,27 juta orang atau sebesar 16,58% dari total penduduk yang mencapai 7,65 juta jiwa. Jumlah tersebut menurun 29,7 ribu orang (0,35%) dibandingkan dengan Maret tahun Trend penurunan jumlah penduduk miskin terus terjadi sejak tahun Grafik 5.6 Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Lampung 2500, , , ,00 500,00 0, Mar- 11 Jumlah Penduduk Miskin % Penduduk Miskin Sep- 11 % Sumber : BPS Provinsi Lampung Mayoritas penduduk miskin berada di wilayah pedesaan dengan jumlah 1,05 juta jiwa atau 82,45% dari jumlah penduduk miskin Provinsi Lampung. Sementara itu, jumlah penduduk miskin yang berada di perkotaan mencapai 222,7 ribu jiwa atau 17,55%. 87

109 Tabel 5.6 Garis kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Daerah (Rp/Kapita/Bln) Persentase Penduduk Miskin (mar) 2011 (sept) (mar) 2011 (sept) Perkotaan ,3 301,7 241,9 222,67 (16,78%) (14,03%) (12,27%) (11,32%) Perdesaan ,0 1178,2 1056,8 1046,4 (21,49%) (20,65%) (18,54%) (18,39%) Kota+Desa ,3 1479,9 1298,7 1269,05 (20,22%) (18,94%) (16,93%) (16,58%) Sumber : BPS Provinsi Lampung Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran/kapita/ bulan dibawah Garis Kemiskinan. Sementara itu, Garis Kemiskinan merupakan nilai minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan. Pada September 2011, Garis Kemiskinan di Lampung mencapai Rp /kapita/bulan, mengalami kenaikan sebesar 4,88% dibandingkan Maret Jika dilihat dari komponen pembentuk garis kemiskinan yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), menunjukkan bahwa komoditi makanan berperan lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan. Komoditi makanan berkontribusi sebesar 75,96% (Rp /Kapita/Bln) dalam pembentukan garis kemiskinan pada September Angka ini relatif stabil dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 76,02% (Rp /Kapita/Bln). Garis Kemiskinan di perkotaan dalam setahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 4,5% dari Rp per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. Sementara itu, Garis Kemiskinan di daerah pedesaaan mengalami kenaikan sebesar 5,05% pada periode sebelumnya, dari Rp per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. 88

110 Meningkatnya garis kemiskinan yang diiringi dengan penurunan jumlah penduduk miskin menunjukkan suatu peningkatan kesejahteraan dalam masyarakat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan masyarakat Lampung dalam memenuhi kebutuhan mendasarnya semakin meningkat. Tabel 5.7 Garis Kemiskinan menurut Komponen dan Daerah Maret 2009 September 2011 Sumber : BPS Provinsi Lampung Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, ada beberapa dimensi lain yang perlu diperhatikan yakni tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus mampu mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. 89

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Lampung Triwulan IV - 2007 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 23/05/12/Thn. XX, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$831,16 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu,

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2011 Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci