KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung

2 Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. i

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Visi dan Misi Bank Indonesia... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... i ii v vii xi Kata Pengantar... Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... Ringkasan Eksekutif... xii xiv xvi BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Kondisi Umum Perkembangan PDRB Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor... 7 a. Ekspor... 7 b. Impor Perkembangan PDRB Sisi Penawaran BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum Faktor-faktor Penyebab Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) ii

4 Daftar Isi 3. Ekspektasi Inflasi Perkembangan Harga Nominal Komoditas Bahan Pokok di Bandar Lampung dibandingkan Kota Lainnya di Sumatera Boks I. Pelaksanaan Workshop Nasional Sistem Resi Gudang di Provinsi Lampung BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Umum Perbankan Bank Umum Kelembagaan Bank Umum Perkembangan Aset Bank Umum Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Kualitas Kredit Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Intermediasi Bank Umum: LDR dan Kredit Baru Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Bank Syariah Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Aliran Uang Kartal Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Penemuan Uang Palsu Perkembangan Kliring Dan Real Time Gross Settlement (RTGS) BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pendapatan Daerah Belanja Daerah iii

5 Daftar Isi 3. Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Ketenagakerjaan Nilai Tukar Petani BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Prospek Inflasi Prospek Perbankan LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH iv

6 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 2 Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS)... 9 Tabel 1.3 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB Tabel 1.5 Prognosa Luas Lahan Panen Komoditas Tanaman Bahan Makanan.. 13 Tabel 1.6 Jenis Industri yang Mengalami Pertumbuhan Tahunan Maupun Triwulanan Tabel 1.7 Realisasi dan Prediksi Arus Penumpang Tabel 2.1 Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Juli Tabel 2.2 Prognosa Pengadaan Beras oleh BULOG Tabel 2.3 Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Agustus Tabel 2.4 Tabel 2.5 Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulanan Terbesar pada September Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar pada Triwulan III Tabel 2.6 Harga Komoditas di Lampung Tabel 2.7 Harga Komoditas di Sumatera Selatan Tabel 2.8 Harga Komoditas di Sumatera Barat Tabel 2.9 Harga Komoditas di Riau Tabel 3.1 Aset Perbankan Tabel 3.2 Dana Pihak Ketiga Perbankan Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per September Tabel 3.5 Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Tabel 3.6 Indikator Bank Umum v

7 Daftar Tabel Tabel 3.7 DPK Bank Umum Tabel 3.8 Porsi DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Tabel 3.9 Kredit Bank Umum Tabel 3.10 Porsi Kredit Bank Umum Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Tabel 3.11 Aset dan DPK BPR Tabel 3.12 Indikator Perbankan Syariah Tabel 3.13 Perkembangan Penukaran Uang di Bank Indonesia Provinsi Lampung Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tabel 4.2 Belanja Daerah Provinsi Lampung sampai dengan Triwulan III Tabel 4.3 Tabel 4.4 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung sampai dengan Triwulan III Belanja dan Transfer Negara di Provinsi Lampung sampai dengan Triwulan III Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Tabel 5.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 5.3 Penduduk 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tabel 5.4 Perbandingan NTP Tiap Wilayah Tabel 5.5 Garis Kemiskinan di Provinsi Lampung Tabel 6.1 Saldo Bersih Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha Triwulan IV vi

8 Daftar Grafik Daftar Grafik Grafik 1.1 Grafik 1.2 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000)... 2 Sumbangan Komponen Permintaan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Swasta... 4 Grafik 1.4 Perkembangan Konsumsi Pemerintah... 4 Grafik 1.5 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Provinsi Lampung... Grafik 1.6 Volume Penjualan Listrik 5 Grafik 1.7 Volume Impor Barang Konsumsi Tahan Lama... Grafik 1.8 Jumlah Penumpang Berangkat Menggunakan Pesawat Udara Grafik 1.9 Kredit Konsumsi... 5 Grafik 1.10 Perkembangan Nilai Tukar Petani... 5 Grafik 1.11 Indeks Tendensi Konsumen... 5 Grafik 1.12 Pendapatan Riil Masyarakat Grafik 1.13 Pmbentukan Modal Tetap Bruto... 6 Grafik 1.14 Volume Barang Modal Kecuali Angkutan Grafik 1.15 Kredit Investasi 7 Grafik 1.16 Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Lampung Grafik 1.17 Ekspor 8 Grafik 1.18 Porsi Negara Tujuan Ekspor... 9 Grafik 1.19 Impor Grafik 1.20 Porsi Negara Pengimpor Triwulan III Grafik 1.21 Porsi Negara Pengimpor Triwulan III Grafik 1.22 Pangsa PDRB Sektoral Triwulan II Grafik 1.23 Pangsa PDRB Sektoral Triwulan III Grafik 1.24 PDRB Sektor Pertanian (ADHK Tahun 2000) Grafik 1.25 PDRB Sektor Industri Pengolahan (Berdasarkan Harga Konstan 2000) vii

9 Daftar Grafik Grafik Grafik 1.27 Volume Impor Barang Konsumsi Setengah Tahan Lama Grafik 1.28 Volume Impor Bahan Baku Belum Diolah Untuk Industri Grafik 1.29 PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (ADHK Tahun 2000) Grafik 1.30 Jumlah Pelanggan dan Volume Penjualan Listrik PT. PLN Wilayah Lampung Grafik 1.31 PDRB Sektor PHR (Berdasarkan Harga Konstan 2000) Grafik 1.32 Kredit Sektor Perdagangan Grafik 1.33 PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (ADHK Tahun 2000).. 19 Grafik 1.34 Kredit Sektor Angkutan Grafik 1.35 PDRB Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan (ADHK Tahun 2000) Grafik 1.36 Perkembangan Laba Rugi Perbankan Grafik 1.37 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian (ADHK) Grafik 1.38 PDRB Sektor Bangunan (ADHK) Grafik 1.39 Grafik 1.40 PDRB Sektor Jasa-Jasa (ADHK)... Saldo Bersih Realisasi Kegiatan Dunia Usaha... Grafik 1.41 Lifting Migas Provinsi Lampung Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung Vs Nasional Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Bulanan Tahun Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Triwulanan Tahun Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Tahunan Tahun Grafik 2.5 Indeks Balance Score Keyakinan Konsumen terhadap Perubahan Harga 3 Bulan YAD Grafik 3.1 Rasio LDR dan NPL Perbankan Lampung Grafik 3.2 DPK Jenis Giro Bank Umum Lampung Grafik 3.3 Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Syariah viii

10 Daftar Grafik Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga dan Spread Bunga Bnak Umum Grafik 3.5 Perkembangan Tingkat Suku Bunga DPK Bank Umum Grafik 3.6 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Grafik 3.7 Tingkat Intermediasi Bank Umum Berdasarkan Lokasi Grafik 3.8 Perkembangan Kredit MKM Grafik 3.9 Perkembangan KUR Grafik 3.10 Perbandingan NPLs Grafik 3.11 Perkembangan LDR dan NPL BPR Lampung Grafik 3.12 Perkembangan Indikator Aset, Pembiayaan dan Pendanaan Triwulan (qtq) Grafik 3.13 Perkembangan Indikator FDR dan NPF Perbankan Syariah Lampung 55 Grafik 3.14 Perkembangan Aliran Uang Kartal Grafik 3.15 Perkembangan PTTB dan Inflow di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Grafik 3.16 Komposisi Penemuan Uang Palsu Grafik 3.17 Perkembangan Cek dan BG yang Ditolak Grafik 3.18 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Grafik 4.1 Struktur Dalam APBD Murni Tahun Grafik 4.2 Struktur Dalam APBD Perubahan Tahun Grafik 4.3 Rata-rata Jumlah Objek PKB dan BBN-KB Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani provinsi Lampung... Nilai Tukar Petani Provinsi Lampung Perbandingan Rata-rata Nilai Tukar petani nasional dan Provinsi Lampung Grafik 5.4 Perkembangan Upah Riil Provinsi Lampung Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun Grafik 6.2 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Triwulan IV Grafik 6.3 Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan DPK Triwulan IV ix

11 Daftar Gambar DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Perkiraan Curah Hujan x

12 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung Triwulan III-2012 akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 6 Tahun 2009 bahwa Bank Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara cermat mengamati dan memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi terutama yang terkait dengan sumber-sumber tekanan inflasi. Seiring dengan penerapan otonomi daerah pada tahun 2001, posisi ekonomi regional semakin memiliki peranan yang vital dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga.perkembangan ini merupakan sesuatu yang diharapkan banyak pihak bahwa aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di berbagai daerah, sehingga disparitas antar daerah semakin kecil. Terkait dengan hal tersebut di atas, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung melakukan pengamatan serta memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Diskusi dan evaluasi terhadap perkembangan ekonomi daerah Lampung dilakukan dengan berbagai pihak terutama para pembina sektor dari dinas-dinas Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta dengan para akademisi dari Universitas Lampung. Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,25% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-2012 yang mencapai 6,46% (yoy). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar di sumbang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,33%, net ekspor sebesar 2,90%, dan komponen PMTDB sebesar 1,45%, sedangkan dari sisi penawaran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagaimana triwulan sebelumnya memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, yaitu sebesar 1,48%, diikuti sektor pertanian sebesar 1,41%, sektor angkutan & komunikasi sebesar 1,04%, serta sektor industri pengolahan sebesar 0,77%. Dalam hal inflasi, tekanan harga kembali mengalami trend peningkatan. Sementara itu, kinerja perbankan Lampung juga terus xi

13 Kata Pengantar menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari komponen asset, DPK, maupun kredit perbankan yang menunjukkan peningkatan. Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Universitas Lampung, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu untuk terus disempurnakan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan dimasa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi langkah kita dalam bekerja. Bandar Lampung, November 2012 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI LAMPUNG Gandjar Mustika Direktur xii

14 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO 2010 II III IV I II III IV I II III Indeks Harga Konsumen * Laju Inflasi (y-o-y) PDRB - harga konstan (miliar Rp) Pertanian 3, , , , , , , , , , Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan 1, , , , , , , , , , Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 1, , , , , , , , , , Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, sewa & Jasa Pershn , , , , , , , , , Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) , Volume Ekspor (ribu ton) , , , , , , , , Nilai Impor (USD Juta) Volume Impor (ribu ton) *) IHK tahun dasar 2007 (2007 = 100) b. Sistem Pembayaran 3 INDIKATOR II III IV I II III IV I II III Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) Inflow (Rp Triliun) Outflow (Rp Triliun) Pemusnahan Uang (Juta Rp) 785, ,119, ,224, ,344, , ,473, ,464, ,157, , , Nominal Transaksi RTGS (Rp Triliun) Volume Transaksi RTGS (lembar) 35,785 35,478 37,862 28,628 31,690 32,101 32,282 27,917 35,825 37,303 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp Triliun) Volume Kliring Kredit (lembar) 25,175 24,607 20,461 23,626 25,409 25,793 27,635 26,141 26,893 27,601 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Volume Kliring Debet (lembar) 159, , , , , , , , , ,034 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (lembar) 2,579 2,580 2,171 2,699 2,845 2,788 2,672 2,805 2,968 2,951 Nominal Kliring Pengembalian (Rp Triliun) Volume Kliring Pengembalian (lembar) 2,576 2,805 2,219 2,754 2,918 2,984 3,199 3,302 3,328 3,269 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Mili Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp Triliun) xiii

15 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung c. Perbankan INDIKATOR PERBANKAN II III IV I II III IV I II III PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Triliun Rp) DPK (Triliun Rp) Giro Tabungan Deposito Kredit (Triliun Rp)- berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi kantor cabang) Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp) Kredit Mikro (< Rp50 Juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil (Rp50 Juta < X < Rp500 juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah (Rp500jt < X < Rp5m) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit MKM (Triliun Rp) NPL MKM Gross (%) BPR Total Asset (Triliun Rp) Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) Tabungan Simpanan Berjangka Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Milyar Rp) , Rasio NPL Gross(%) LDR (%) xiv

16 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Triwulan III / 2012 Perkembangan Ekonomi Ekonomi mengalami Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,25% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-2012 yang mencapai 6,46% (yoy). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar disumbang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,33%, net ekspor sebesar 2,90%, dan komponen PMTDB sebesar 1,45%. Peningkatan kontribusi pada komponen net ekspor sejalan dengan masa panen komoditas perkebunan utama Lampung pada periode laporan meskipun terjadi trend penurunan harga komoditas di pasar dunia. Dari sisi penawaran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagaimana triwulan sebelumnya memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, yaitu sebesar 1,48%, diikuti sektor pertanian sebesar 1,41%, sektor angkutan & komunikasi sebesar 1,04%, serta sektor industri pengolahan sebesar 0,77%. Sektor angkutan & komunikasi dan sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi seiring dengan pelaksanaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) pada periode ini. Inflasi Secara triwulanan, tekanan inflasi Inflasi Provinsi Lampung triwulan III-2012 mencapai 1,98% (qtq), mengalami trend kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,36% (qtq). Sedangkan secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 menjadi sebesar 4,32% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan inflasi triwulan II-2012 yang mencapai 4,66% (yoy). Berdasarkan disagregasi, inflasi Provinsi Lampung pada triwulan III sebesar 1,98% (qtq), disumbang oleh inflasi inti yang xv

17 Ringkasan Eksekutif mencapai 1,04% dan inflasi volatile foods sebesar 0,92%, sedangkan sumbangan inflasi administered cukup minimal, yaitu sebesar 0,02%. Beras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar yang disebabkan oleh kembali menurunnya supply pasca panen Tahap I pada triwulan lalu. Komoditas lain yang menjadi penyumbang inflasi periode triwulan III-2012 adalah SLTP, Kembung, Daging Sapi, Emas Perhiasan, Nasi, Tempe, Daun Singkong, Seragam Sekolah Anak, dan Sawi Hijau. Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan cukup baik... Transaksi sistem pembayaran tunai menunjukkan net outflow... Kinerja perbankan di Provinsi Lampung mengalami peningkatan. Fungsi intermediasi masih menunjukan peningkatan diiringi dengan kualitas kredit yang terus membaik. LDR tercatat pada level 123,50 %, sedangkan NPL sebesar 2,60%. Sejalan dengan peningkatan perkembangan sektor perbankan, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 juga menunjukkan perkembangan positif. Transaksi sistem pembayaran tunai antara Bank Umum di Lampung dengan Bank Indonesia masih menunjukkan net outflow. Peningkatan jumlah aliran uang keluar, terkait dengan meningkatnya kebutuhan uang menjelang perayaan hari raya yang terjadi selama bulan Juli dan Agustus 2012, serta masih terdapatnya panen hasil perkebunan seperti kopi dan lada di sebagian wilayah Lampung. Keuangan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam APBD Perubahan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 42,37% dan 44,54% Berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2012 mengenai Rancangan APBD Perubahan Provinsi Lampung tahun 2012, anggaran pendapatan Provinsi Lampung mengalami perubahan menjadi sebesar Rp4,00 triliun, sedangkan anggaran belanja mengalami perubahan menjadi sebesar Rp4,10 triliun. Sampai dengan triwulan III, penerimaan Provinsi Lampung telah mencapai Rp2,74 triliun atau 68,40% dari target dalam APBD xvi

18 Ringkasan Eksekutif Perubahan, sedangkan realisasi belanja daerah berdasarkan SP2D belanja daerah Provinsi Lampung mencapai Rp2,21 triliun atau 53,98% dari target belanja sebesar Rp4,10 triliun. Realisasi belanja tertinggi berasal dari komponen Belanja Pegawai yang mencapai Rp587,67 miliar atau 89,75% dari target belanja daerah, sedangkan realisasi belanja barang dan jasa serta belanja modal masing-masing terealisasi sebesar 35,94% dan 39,66%. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kesejahteraan masyarakat Lampung pada triwulan III-2012 masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini terindikasi melalui peningkatan Nilai Tukar Petani dan UMP Riil. NTP Provinsi Lampung mencapai 126,34, mengalami peningkatan sebesar 0,87% (qtq) atau 2,13% (yoy). Sementara itu, UMP riil di Provinsi Lampung tercatat mengalami kenaikan sebesar 9,31% (yoy). Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan sebesar 0,60% (yoy). Prospek Perekonomian Ekonomi Lampung diperkirakan tetap mengalami pertumbuhan... Pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan IV-2012 diperkirakan mencapai 6,14%±1% (yoy), atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III-2012 sebesar 6,25%±1% (yoy). Sementara itu, ekonomi kumulatif diperkirakan tetap mampu tumbuh hingga mencapai 6,1%±1% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2012 terdorong oleh percepatan output yang terjadi pada komponen konsumsi pemerintah dan net ekspor, sedangkan konsumsi swasta tumbuh melambat setelah pada triwulan III-2012 mengalami percepatan seiring dengan adanya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Belanja pemerintah pada triwulan IV-2012, khususnya belanja modal dan pembangunan diprediksi mengalami percepatan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2012 karena penyelesaian pembangunan proyek pemerintah Tahun Anggaran 2012 yang didukung oleh peningkatan realisasi xvii

19 Ringkasan Eksekutif penerimaan pemerintah. Dari sisi penawaran, sub sektor industri pengolahan makanan dan minuman diperkirakan masih menjadi pendorong utama sektor industri pengolahan pada triwulan IV sebagai persiapan dunia usaha dalam merespon kenaikan permintaan masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru serta adanya beberapa hari libur. Inflasi meningkat karena tekanan permintaan Kinerja perbankan diperkirakan terus Inflasi kota Bandar Lampung pada triwulan IV-2012 atau kumulatif tahun 2012 diperkirakan mencapai 4,57%±1% (yoy) dan cenderung akan mendekati batas atas. Tekanan inflasi terbesar pada triwulan IV-2012 diperkirakan masih bersumber dari kelompok volatile foods dan inflasi inti karena meningkatnya permintaan masyarakat terhadap sejumlah komoditas kebutuhan pangan dan sandang menjelang HBKN dan Tahun Baru, serta adanya persiapan Pemilukada Lampung. Pada triwulan IV-2012, kinerja perbankan diperkirakan masih mengalami peningkatan. Hal ini terkonfirmasi melalui hasil Survei Kredit Perbankan triwulan III-2012 yang menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha memperkirakan Penghimpunan Dana (DPK) dan Kredit akan tumbuh sebesar 1%-10% pada triwulan IV Pelaku perbankan masih optimis bahwa DPK akan tumbuh karena fasilitas jasa perbankan yang meningkat, sedangkan penyaluran kredit meningkat karena prospek usaha nasabah yang membaik dan kondisi ekonomi yang membaik. xviii

20 Kondisi Makro Ekonomi Regional BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Akselerasi output hanya terjadi pada kegiatan net ekspor, meskipun terjadi trend penurunan harga komoditas di pasar 1. KONDISI UMUM Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,25% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-2012 yang mencapai 6,46% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada periode ini berada lebih rendah dibandingkan proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung sebesar 6,52% (yoy). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar di sumbang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,33%, net ekspor sebesar 2,90%, dan komponen PMTDB sebesar 1,45%. Peningkatan kontribusi pada komponen net ekspor sejalan dengan masa panen komoditas perkebunan utama Lampung pada periode laporan meskipun terjadi trend penurunan harga komoditas di pasar dunia. Sementara itu dari sisi penawaran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagaimana triwulan sebelumnya memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, yaitu sebesar 1,48%, diikuti sektor pertanian sebesar 1,41%, sektor angkutan & komunikasi sebesar 1,04%, serta sektor industri pengolahan sebesar 0,77%. Sektor angkutan & komunikasi dan sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi seiring dengan pelaksanaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) pada periode ini. Hal tersebut juga terlihat dari perkembangannya secara triwulanan. Bila dibandingkan triwulan II-2012, ekonomi Lampung pada triwulan III-2012 tumbuh hingga mencapai 1,17% (qtq) yang disumbang oleh sektor industri pengolahan (0,58%), sektor perdagangan, hotel & restoran (0,55%), dan sektor angkutan & komunikasi (0,50%). 1

21 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.1. Perkembangan PDRB & Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung miliar Rp (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) % 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, I II III IV I II III IV I II III Nilai PDRB-axis kiri growth (yoy)-axis kanan growth (qtq)-axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung 2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN Secara tahunan, komponen dari sisi permintaan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB), yaitu sebesar 9,01% (yoy), ekspor barang dan jasa sebesar 8,53% (yoy), dan konsumsi rumah tangga sebesar 5,99% (yoy). Sementara itu secara triwulanan, hampir seluruh komponen juga mengalami pertumbuhan, kecuali komponen konsumsi pemerintah yang mengalami penurunan sebesar 0,01% (qtq). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 sebesar 6,25% (yoy) berasal dari komponen konsumsi rumah tangga sebesar 3,33%, net ekspor sebesar 2,90%, dan komponen PMTDB sebesar 1,45%. Sumber: BPS Provinsi Lampung Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan PDRB Berdasarkan Penggunaan PDRB (% yoy) I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah (1.01) (1.11) Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok (60.77) (96.60) (62.13) (107.10) (30.77) (0.37) Ekspor Netto (13.60) (5.27) Ekspor Impor

22 Kondisi Makro Ekonomi Regional % (0.50) (1.00) (1.50) Grafik 1.2. Sumbangan Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Triwulan III Konsumsi Swasta (1.11) Konsumsi Pemerintah 1.45 PMTDB (0.37) Perubahan Stok 2.90 Ekspor Netto Sumber: BPS Provinsi Lampung 2.1. Konsumsi Konsumsi swasta yang memiliki porsi terbesar dalam struktur ekonomi Lampung dari sisi permintaan tumbuh sebesar 5,97% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2012 sebesar 6,42% (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2011 sebesar 5,48% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, komponen konsumsi swasta masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi, yaitu mencapai 3,39%. Hal ini didukung oleh komponen konsumsi rumah tangga yang tercatat mengalami pertumbuhan hingga sebesar 5,99% (yoy). Meningkatnya konsumsi rumah tangga ini didorong oleh kenaikan pengeluaran rumah tangga seiring dengan pelaksanaan HBKN pada Juli-Agustus 2012 yang turut didukung oleh peningkatan daya beli masyarakat karena adanya Tunjangan Hari Raya. Pertumbuhan pada komponen konsumsi rumah tangga ini antara lain terindikasi oleh perkembangan beberapa indikator, seperti meningkatnya konsumsi listrik masyarakat, kenaikan volume impor barang konsumsi, kenaikan kredit konsumsi perbankan, kenaikan tingkat konsumsi makanan, kenaikan jumlah penumpang pesawat udara, serta kenaikan jumlah pelanggan PDAM. Konsumsi listrik seluruh jenis pelanggan mengalami kenaikan 14,03% (yoy), volume impor barang konsumsi setengah tahan lama meningkat 29,45% (yoy), kredit konsumsi perbankan tumbuh 25,65% (yoy), indeks tingkat konsumsi makanan pada triwulan III-2012 berada pada level optimis yaitu sebesar 103,92, jumlah penumpang pesawat udara meningkat 26,43% (yoy), sedangkan jumlah pelanggan PDAM meningkat 1,90% (yoy). Peningkatan pada beberapa indikator tersebut, terdorong oleh kenaikan daya beli masyarakat yang tercermin oleh kenaikan UMP riil sebesar 9,31% (yoy), kenaikan NTP sebesar 2,13% (yoy), 3

23 Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Kondisi Makro Ekonomi Regional dan terkonfirmasi oleh nilai indeks pendapatan rumah tangga triwulan III-2012 yang dirilis BPS Provinsi Lampung yang masih berada pada level optimis, yaitu sebesar 107,80. Di sisi lain, secara tahunan konsumsi pemerintah pada triwulan III-2012 menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan II-2012 maupun periode yang sama tahun Pada periode ini, konsumsi pemerintah yang mencakup seluruh pengeluaran baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah di Lampung turun 0,01% (qtq) dan 8,66% (yoy). Penurunan yang terjadi pada komponen konsumsi pemerintah telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tertahan untuk mencapai level yang lebih tinggi. 8,000 6,000 4,000 2,000 - Grafik 1.3. Perkembangan Konsumsi Swasta miliar Rp % I II III IV I II III IV I II III Konsumsi Swasta qtq - axis kanan yoy - axis kanan miliar Rp % 2,000 1,500 1, Grafik 1.4. Perkembangan Konsumsi Pemerintah I II III IV I II III IV I II III (20) (40) (60) Konsumsi Pemerintah yoy-axis kanan qtq-axis kiri Sumber : BPS Provinsi Lampung Unit 34,400 34,200 34,000 33,800 33,600 33,400 33,200 33,000 Grafik 1.5. Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Provinsi Lampung Grafik 1.6. Volume Penjualan Listrik juta Kwh Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep TW IV 2011 TW I 2012 TW II 2012 TW III 2012 Sumber : PDAM Way Rilau Sumber : PT PLN Wilayah Lampung 4

24 Trw I Trw III Trw I Trw III Trw I Trw III Trw I Trw III Trw I Trw III Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Kondisi Makro Ekonomi Regional kg 200, , ,000 50,000 0 Grafik 1.7. Volume Impor Barang Konsumsi Tahan Lama I II III IV I II III IV I II III ,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Grafik 1.8. Jumlah Penumpang Berangkat menggunakan Pesawat Udara Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Sumber : Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Grafik 1.9. Kredit Konsumsi miliar Rp % 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, Indeks Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Kredit Konsumsi yoy-axis kanan Sumber : LBU dan LBUS Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik Indeks Tendensi Konsumen Kaitan inflasi dengan konsumsi Rp 700, ,000 Grafik Pendapatan Riil Masyarakat 600,000 Tingkat Konsumsi , ,000 Pendapatan Rumah Tangga Ket : Di hitung berdasarkan UMP dan IHK Umum Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 5

25 Kondisi Makro Ekonomi Regional 2.2. Investasi Pada triwulan III-2012, komponen PMTDB yang mencerminkan pembuatan atau pembelian barang modal baru (investasi) dari dalam negeri dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan, yaitu masing-masing sebesar 1,33% (qtq) dan 9,01% (yoy). Dengan demikian, komponen investasi memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 sebesar 1,45%. Pertumbuhan komponen PMTDB pada triwulan laporan sejalan dengan kegiatan dunia usaha yang mengalami peningkatan karena demand domestik maupaun luar negeri yang masih terjaga (hasil liaison). Indikator peningkatan investasi diantaranya kenaikan volume barang modal (kecuali angkutan) sebesar 35,55% (yoy), kenaikan kredit investasi sebesar 35,51% (yoy), serta kenaikan realisasi pengadaan semen sebesar 3,94% (ctc). Hal ini juga terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan bahwa kegiatan investasi akan mengalami peningkatan pada periode ini (SB seluruh sektor positif, yaitu 50,00) dan hasil liaison yang menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan melakukan kegiatan investasi pada triwulan III-2012, baik investasi baru maupun investasi rutin, seperti perawatan mesin. Di sisi lain, data Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Lampung menunjukkan bahwa dari Januari hingga Oktober 2012, investasi Modal Asing di Lampung mencapai Rp2,40 triliun, sedangkan investasi Modal Dalam Negeri di Lampung mencapai Rp303 miliar. Grafik Pembentukan Modal miliar Rp Tetap Bruto % 2, , , I II III IV I II III IV I II III PMTB yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik Volume Barang Modal ton Kecuali Angkutan Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Sumber : Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia 6

26 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Kondisi Makro Ekonomi Regional miliar Rp Grafik Kredit Investasi % 7, , , , ,000 2, , Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw III Sumber : LBU dan LBUS Kredit Investasi yoy-axis kanan ton 160, , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Grafik Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Lampung Sumber : berbagai sumber (diolah) Ekspor-Impor a. Ekspor Berdasarkan data PDRB, ekspor Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan sebesar 16,59% (qtq) atau 8,53% (yoy). Sementara itu, sumbangan ekspor netto terhadap pertumbuhan ekonomi periode ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II-2012, yaitu dari sebelumnya -0,78% menjadi 2,90%. Peningkatan komponen ekspor tercermin dari pelayanan muat peti kemas di Pelabuhan Panjang yang meningkat 43,63% (yoy). Berdasarkan data Bank Indonesia, secara triwulanan, hampir seluruh komoditas mengalami peningkatan nilai ekspor, dan nilai ekspor secara agregat masih terdorong oleh meningkatnya nilai ekspor komoditas utama. Nilai ekspor kopi, teh, dan rempah-rempah mendominasi dengan pertumbuhan mencapai 218,07% (qtq), kemudian diikuti oleh nilai ekspor lemak hewani dan nabati yang meningkat 64,20% (qtq). Meskipun komoditas kopi mengalami masa panen puncak pada triwulan II-2012, namun masa panen selingan serta proses pengolahan hingga menjadi produk siap ekspor berlangsung hingga triwulan III-2012, sehingga terjadi peningkatan nilai ekspor kopi pada periode ini. Nilai ekspor kopi pun diperkirakan terdorong oleh harga kontrak ekspor yang masih tinggi meskipun perkembangan harga rata-rata dunia pada periode ini mengalami trend penurunan. Selain itu, sebagian besar pelaku usaha di perdagangan kopi menyatakan bahwa adanya krisis ekonomi di Eropa dan Amerika tidak berdampak pada kinerja ekspor perusahaan. Ekspor perusahaan tetap ditujukan ke Amerika Serikat maupun negara-negara di Eropa antara lain Jerman dan Perancis. Hingga akhir tahun 2012, diperkirakan bahwa penjualan akan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011, selain didukung oleh membaiknya kondisi cuaca juga disebabkan masih tingginya permintaan konsumen. 7

27 Kondisi Makro Ekonomi Regional Di sisi lain, ekspor karet mengalami penurunan sebesar 46,20% (qtq). Hal ini juga sejalan dengan data produksi manufaktur Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik yang mengalami penurunan mencapai 3,5% (qtq). Berdasarkan hasil liaison, diperoleh informasi bahwa pada periode Juli-Agustus merupakan masa musim gugur daun karet, sehingga produksi kurang optimal. Namun demikian, seluruh pelaku usaha di bidang perkebunan karet menyatakan bahwa produksi tahun 2012 masih lebih tinggi dibandingkan tahun Berdasarkan penggolongan ISIC, komoditas industri manufaktur ekspor Lampung yang memiliki porsi sebesar 49,81% dari keseluruhan ekspor Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 35,77% (qtq) atau 9,78% (yoy), sedangkan sektor pertanian mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu 127,18% (qtq) atau 145,34% (yoy). Sementara itu, sektor pertambangan & penggalian tercatat mengalami penurunan sebesar 5,30% (qtq) atau 52,76% (yoy). Berdasarkan negara tujuan ekspor Lampung, 5 (lima) negara yang memegang porsi terbesar dari total ekspor Lampung pada triwulan III-2012 yaitu Italia (11,20%), Amerika Serikat (11,00%), Belanda (10,30%), India (8,4%), dan Jepang (7,9%). Bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011, telah terjadi shifting negara tujuan ekspor, dimana Italia menggantikan posisi India sebagai negara tujuan ekspor terbesar Lampung. Grafik Ekspor miliar Rp % 7, , , , , , , Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Ekspor qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung 8

28 Kondisi Makro Ekonomi Regional Eropa 35.7% Grafik Porsi Negara Tujuan Ekspor Afrika 3.3% Amerika 12.2% Asia 47.2% Australia 1.7% Sumber : Departemen Statistik dan Ekonomi MoneterBank Indonesia Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS) Komoditas Utama Ekspor Trw III-11 Trw IV-11 Trw I-12 Trw II-12 Trw III-12 ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) 1. Kopi, Teh, Rempah-rempah 116, , , , , Bubur Kayu / Pulp 43, , , , , Ikan dan Udang 44, , , , , Lemak & Minyak Hewan / Nabati 271, , , , , Bahan Bakar Mineral 75, , , , , Karet dan Barang dari Karet 42, , , , , Kayu, Barang dari Kayu 7, , , , , Hasil Penggilingan 3, Olahan dari Buah-buahan / Sayuran 53, , , , , Ampas / Sisa Industri Makanan 9, , , , , Berbagai Makanan Olahan 2, , , , , Minuman 14, , , , , Berbagai Produk Kimia 4, , , , , Kaca & Barang dari Kaca Olahan dari Tepung Bahan Kimia Organik 13, , , , , Gula dan Kembang Gula 9, , , , , Kakao / Coklat 19, , , , , Buah-buahan 3, , , , , Sari Bahan Samak & Celup Lak, Getah dan Damar Sayuran Sabun dan Preparat Pembersih , , Perekat, Enzim Mesin-mesin / Pesawat Mekanik Lain-lain 39, , , , , Total 778, , , , ,138, Sumber : Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia b. Impor Berdasarkan data PDRB, impor Lampung pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan sebesar 12,60% (qtq) atau 4,55% (yoy). Menurut penggolongan SITC, pakan ternak dan binatang hidup memiliki porsi terbesar dari keseluruhan impor Lampung. Impor pakan ternak mengalami peningkatan sebesar 85,65% (qtq) atau 18,72% (yoy), sedangkan impor binatang hidup mengalami penurunan baik secara triwulanan maupun tahunan, yaitu masing-masing sebesar 9

29 Kondisi Makro Ekonomi Regional 29,45% (qtq) atau 44,71% (yoy). Hal ini sejalan dengan hasil liaison kepada perusahaan penggemukan sapi yang menunjukkan bahwa kapasitas utilisasi kandang hingga akhir tahun 2012 diprediksi terus mengalami penurunan hingga 50% sehubungan dengan adanya pemberlakuan pembatasan kuota impor sapi bakalan. Sementara itu, impor pupuk yang pada triwulan sebelumnya menjadi komoditas impor terbesar Lampung, pada triwulan III-2012 tercatat mengalami penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan, masing-masing sebesar 88,07% (qtq) dan 88,04% (yoy). Penurunan impor pupuk ini diperkirakan terjadi karena musim tanam tanaman bahan makanan yang sudah dimulai pada triwulan II Impor Lampung terbesar triwulan III-2012 masih berasal dari RRC yaitu dengan porsi sebesar 27,8%, diikuti Amerika Latin (16,6%), dan Amerika Serikat (12%). Bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011, telah terjadi shifting impor, dimana RRC menggantikan posisi Kanada sebagai eksportir terbesar ke Povinsi Lampung. Grafik Impor miliar Rp % 6, ,000 4,000 3,000 2,000 1, I II III IV I II III IV I II III Nilai Impor qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik Porsi Negara Pengimpor Triwulan III-2011 Grafik Porsi Negara Pengimpor Triwulan III-2012 Eropa 11.1% Australia 11.4% Afrika 0.3% Amerika 31.1% Australia 12.2% Eropa 6.0% Afrika 1.4% Amerika 28.9% Asia 46.0% Asia 51.5% Sumber : Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) 10

30 Kondisi Makro Ekonomi Regional Komoditas Utama Impor Tabel 1.3. Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Trw Trw Trw Trw Trw Trw Trw Trw IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 US$ US$ US$ 1. Pupuk 6,261,796 45,063,601 55,834,781 71,785,914 45,889,884 59,062,209 71,957,997 8,584, Binatang Hidup 30,558,375 27,605,877 17,609,343 36,487,330 49,489,171 51,320,824 28,593,642 20,171, Ampas / Sisa Industri Makanan 11,156,835 15,726,540 19,311,770 28,802,562 17,300,071 24,374,262 18,418,319 34,194, Besi dan Baja 101, ,445 1,931,670 2,662,619 2,073, , , , Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 26,042,325 9,375,854 44,469,462 56,427,655 64,169,507 35,475,891 28,952,171 31,870, Gula dan Kembang Gula 35,633,512 53,391,344 37,873,448 34,944,481 16,427,535 15,118, , Hasil Penggilingan 3,691,587 4,083,850 2,144,259 3,961,521 2,035,975 4,726,727 1,657,319 1,849, Mesin / Peralatan Listik 3,762,353 1,794,048 11,429,429 13,730,816 14,841,929 4,512,287 4,872,303 3,686, Plastik dan Barang dari Plastik 602,061 1,275,138 1,560, , , , , , Benda-benda dari Besi dan Baja 1,033, ,538 2,386,956 8,366,087 17,195,137 2,191,316 1,727, , Berbagai Makanan Olahan 2,616,744 2,735,799 2,643,496 2,886,833 1,918,172 1,950,824 1,707,300 1,561, Garam, Belerang, Kapur 2,120,977 1,599,726 2,725,886 1,777,188 2,678, ,438 1,957,930 1,576, Bahan Kimia Organik 2,131,822 2,577,967 3,237,415 1,902,186 1,407,833 3,521,185 4,604,976 4,854, Bahan Kimia Anorganik 1,172, , ,181 1,135, , ,295 1,299, , Berbagai Produk Kimia 472, , , , ,025 1,094, , , Kain Perca 605, ,464 1,230, , ,296 1,360, ,696 1,534, Gandum-ganduman 29,515,870 47,985,673 15,050,459 14,234,413 64,647,285 19,446,228 3,380,400 9,056, Berbagai Barang Logam Dasar 780,696 1,475,458 5,334,509 1,241,613 2,622,753 2,853, , , Bahan Bakar Mineral Biji-bijian berminyak 7,943,253 13,762,006 22,629,500 10,123,670 20,208,086 12,613,304 21,630,005 14,693, Kendaraan dan Bagiannya 489, ,486 1,431,796 1,364,411 1,537,200 1,524,942 1,725,209 1,000, Kaca & Barang dari Kaca 515,791 1,018, ,533 1,329, , , , , Lemak & Minyak Hewan / Nabati 13, , , , ,395 1,047, , , Perekat, Enzim 153, , , , ,993 70,821 52,848 76, Produk Hewani 99, ,202 65,794 30,287 95,113 66,199 86,250 20, Lain-lain 4,433,023 5,219,538 9,819,257 31,893,580 39,538,345 13,850,900 10,640,923 32,625,427 Total 171,912, ,999, ,434, ,060, ,725, ,342, ,357, ,359,613 Sumber: Departemen Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) US$ US$ US$ US$ US$ 3. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN Pada triwulan III-2012, 6 (enam) sektor mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan output sebesar 0,94% (qtq), sektor pertambangan dan penggalian yang menurun sebesar 0,20% (qtq), serta sektor jasa-jasa yang turun 4,26% (qtq). Penurunan output yang terjadi pada sektor pertanian disebabkan oleh masa puncak produksi tanaman bahan makanan yang telah berlangsung pada triwulan II Sementara itu secara tahunan, seluruh sektor mengalami pertumbuhan, dimana sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan yang tertinggi, yaitu sebesar 15,17% (yoy), diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,37% (yoy). Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 sebesar 6,25% (yoy) terutama disumbang oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu mencapai 1,48%, diikuti sektor pertanian sebesar 1,41%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,04%, sektor industri pengolahan sebesar 0,77%, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 0,71%. Pada triwulan III-2012, struktur ekonomi Provinsi Lampung masih tetap didominasi oleh sektor pertanian, meskipun porsinya menurun dibandingkan triwulan II Di sisi lain, adanya 11

31 Kondisi Makro Ekonomi Regional pelaksanaan HBKN telah menyebabkan porsi sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel & restoran, serta sektor pengangkutan & komunikasi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 1.4. Pertumbuhan PDRB (%) Sektor Q I 2012 (qtq) Q I 2012 (yoy) Q II 2012 (qtq) Q II 2012 (yoy) Q III 2012 (qtq) Q III 2012 (yoy) Pertanian (0.94) 3.62 Pertambangan dan Penggalian (0.20) 4.43 Industri Pengolahan (0.56) Listrik, Gas & Air Bersih (0.17) Bangunan (1.06) Perdagangan, Hotel dan Restoran (2.78) Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (1.37) Jasa-jasa (4.29) (4.26) 6.28 PDRB dengan Migas Sumber: BPS Provinsi Lampung Grafik Pangsa PDRB Sektoral Triwulan II-2012 Grafik Pangsa PDRB Sektoral Triwulan III-2012 Pengangkutan & Komunikasi 11.1% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.1% Jasa-jasa 8.9% Pertanian 38.2% Pengangkutan & Komunikasi 11.5% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.0% Jasa-jasa 8.7% Pertanian 37.5% Perdagangan, Hotel & Restoran 15.3% Bangunan 3.3% Listrik, Gas & Air Bersih 0.5% Pertambangan & Penggalian 1.9% Industri Pengolahan 14.8% Perdagangan, Hotel & Restoran 15.5% Bangunan 3.3% Listrik, Gas & Air Bersih 0.5% Pertambangan & Penggalian 1.8% Industri Pengolahan 15.2% Sumber: BPS Provinsi Lampung 12

32 Kondisi Makro Ekonomi Regional SEKTOR PERTANIAN Secara triwulanan, output sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 0,94% (qtq), sedangkan secara tahunan tercatat masih mengalami pertumbuhan, yaitu sebesar 3,62% (yoy). Dengan demikian, sumbangan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 mencapai 1,41%, atau merupakan yang tertinggi kedua setelah sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Penurunan yang terjadi pada output sektor pertanian secara triwulanan disebabkan oleh masa puncak panen sebagian besar komoditas tanaman bahan makanan telah berlangsung pada triwulan II Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, terlihat bahwa pada periode triwulan III-2012 diperkirakan terjadi penurunan luas panen yang cukup signifikan pada sejumlah komoditas tanaman bahan makanan, seperti padi, jagung, ubi jalar, kedelai, dan kacang hijau. Penurunan output sub sektor tanaman bahan makanan terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III-2012 yang menunjukkan saldo bersih negatif, yaitu sebesar Tabel 1.5. Prognosa Luas Lahan Panen Komoditas Tanaman Bahan Makanan Luas Panen (ha) NO Komoditi Jan-Apr Mei-Agt Sep-Des Jan-Des I PADI 293, ,792 62, ,756 II JAGUNG 104, ,106 38, ,477 III UBI JALAR 1,387 3, ,699 IV KEDELAI 4,463 3,173 1,950 10,126 VI KACANG HIJAU 1,339 4,059 1,070 6,467 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Sementara itu, pertumbuhan produksi sektor pertanian secara tahunan, juga sejalan dengan prognosa hasil panen yang dipublikasikan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa luas panen sejumlah komoditas tanaman bahan makanan pada tahun 2012 akan mengalami peningkatan dibandingkan tahun Luas panen padi diperkirakan meningkat 4,89% (yoy), luas panen jagung meningkat 18,85% (yoy), luas panen kedelai meningkat 14,64% (yoy), luas panen kacang tanah meningkat 57,91% (yoy), luas panen kacang hijau meningkat 50,64% (yoy), sedangkan luas panen ubi jalar meningkat 17,58% (yoy). 13

33 Kondisi Makro Ekonomi Regional Di sisi lain, pertumbuhan output pada sub sektor perkebunan juga terdorong oleh peningkatan produksi pada sub sektor perkebunan kopi dan kelapa sawit. Berdasarkan hasil liaison ke salah satu industri pengolahan kopi, diperoleh informasi bahwa kegiatan produksi akan meningkat pada periode Mei hingga Oktober sering masa puncak panen dan panen selingan kopi. Grafik PDRB Sektor Pertanian (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) miliar Rp % 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 I II III IV I II III IV I II III Nilai PDRB-axis kiri qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Secara triwulanan maupun tahunan, output sektor industri pengolahan menunjukkan peningkatan, yaitu masing-masing sebesar 4,64% (qtq) atau 5,98% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 sebesar 6,25% (yoy) mencapai 0,77%. Kontribusi tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan II-2012 yang tercatat sebesar 0,06%, maupun periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 0,63%. Berdasarkan Indeks Produksi Manufaktur Besar dan Sedang yang dirilis oleh BPS Provinsi Lampung, sub sektor industri yang mengalami kenaikan secara triwulanan adalah industri makanan (8,45%), industri minuman (1,06%), industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (9,11%), industri industri kayu, barang dari kayu, barang dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya (2,80%), industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (6,84%), dan industri kertas dan barang dari kertas (0,64%). Peningkatan output pada industri makanan dan minuman tidak terlepas dari trend kenaikan permintaan konsumen dalam rangka pelaksanaan HBKN. Indikator peningkatan output sektor industri pengolahan secara triwulanan, antara lain tercermin dari kenaikan volume impor barang konsumsi setengah tahan lama sebesar 52,64% (qtq), volume bahan baku belum diolah untuk industri sebesar 141,61% (qtq), indeks tingkat konsumsi komoditas yang berada pada level optimis yaitu sebesar 103,92, serta penyaluran kredit perbankan kepada sektor industri yang tumbuh sebesar 30,02% (yoy). 14

34 Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 Mei 11 Jul 2011 Sept 2011 Nov 2011 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Kondisi Makro Ekonomi Regional Di sisi lain, peningkatan output sektor ini secara tahunan terdorong oleh output pada industri makanan, industri tekstil, industri kayu, barang dari kayu, barang dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya, serta industri furnitur. Grafik PDRB Sektor Industri Pengolahan (ADHK Tahun 2000) miliar Rp % 1,450 1,400 1,350 1,300 1,250 1,200 1,150 I II III IV I II III IV I II III Grafik Kredit Sektor Industri miliar Rp 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: LBU dan LBU ton Grafik Volume Impor Barang Konsumsi Setengah Tahan Lama Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III ton Grafik Volume Impor Bahan Baku Belum Diolah untuk Industri Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Sumber: Departemen Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia 15

35 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.6. Jenis Industri yang Mengalami Pertumbuhan Tahunan maupun Triwulanan Pertumbuhan Jenis Industri Tahunan (%, yoy) Industri Makanan Industri Tekstil Industri Kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 9.49 Industri Kayu, barang dari kayu, barang dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik Industri Furnitur Jenis Industri Pertumbuhan Triwulanan (%, qtq) Industri Makanan 8.45 Industri Minuman 1.06 Industri Kulit, barang dari kulit, dan alas kaki Industri Kayu, barang dari kayu, barang dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia Industri kertas dan barang dari kertas Sumber : BPS Provinsi Lampung SEKTOR LISTRIK, AIR DAN GAS Output sektor listrik, gas, dan air bersih pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan sebesar 5,37% (qtq) atau 11,05% (yoy). Dengan demikian, sumbangan sektor listrik, gas, dan air bersih terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 0,04%, dimana seluruhnya merupakan sumbangan dari sub sektor listrik. Peningkatan output pada sub sektor listrik didukung oleh data PLN Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pelanggan dan nilai penjualan listrik PLN mengalami peningkatan masing-masing sebesar 7,17% (yoy) dan 14,45% (yoy). Seiring dengan hal tersebut, pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan Lampung pada triwulan III-2012 rata-rata mencapai 275 juta Kwh, mengalami peningkatan sebesar 3,20% dibandingkan triwulan III Pasokan listrik tersebut sebagian besar berasal dari interkoneksi Sumatera Selatan maupun pembelian dari pihak lain, sedangkan sisanya berasal dari PLTD, PLTA, dan PLTU yang ada di Provinsi Lampung ditambah PLTD sewa. Pada tahun 2012 ini, energi listrik untuk Provinsi Lampung diperkirakan akan meningkat sejalan dengan rencana operasi PLTP Ulubelu pada Semester II

36 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik PDRB Sektor Listrik, Air Bersih, miliar Rp dan Gas (ADHK Tahun 2000) % I II III IV I II III IV I II III Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan juta Rp 170, , , , , , , ,000 Grafik Jumlah Pelanggan dan Volume Penjualan Listrik PT. PLN Wilayah Lampung ribu orang Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Nilai Penjualan (juta Rp)-axis kiri Jumlah Pelanggan (ribu orang)-axis kanan 1,320 1,300 1,280 1,260 1,240 1,220 1,200 1,180 1,160 Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : PT. PLN Provinsi Lampung SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR) Pada triwulan III-2012, sektor PHR mengalami pertumbuhan sebesar 3,63% (qtq) atau 4,48% (yoy). Dengan pertumbuhan tahunan sebesar 6,25% (yoy), kontribusi sektor PHR terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 0,71%. Dari kontribusi sebesar 0,71% tersebut, sebesar 0,59% berasal dari sub sektor perdagangan, sedangkan sisanya berasal dari sub sektor restoran sebesar 0,12%. Secara triwulanan, peningkatan output yang terjadi pada sub sektor perdagangan terdorong oleh adanya kenaikan permintaan masyarakat saat pelaksanaan HBKN. Hal ini terindikasi dari indeks tingkat konsumsi makanan dan bukan makanan yang berada pada level optimis yaitu sebesar 103,92, indeks tingkat pengeluaran masyarakat (hasil Survei Konsumen) yang pada Agustus 2012 merupakan indeks tertinggi serta hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan Saldo Bersih realisasi kegiatan usaha sub sektor perdagangan bernilai positif, yaitu sebesar 40. Selain itu, penyaluran kredit perbankan sektor PHR mengalami pertumbuhan 29,75% (yoy) atau menjadi Rp8,71 triliun. Di sisi lain, sub sektor perhotelan tidak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan hasil liaison ke salah satu usaha perhotelan yang menunjukkan bahwa pada Juli dan Agustus 2012 tingkat hunian mengalami penurunan karena bertepatan dengan bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. 17

37 Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 Mei 11 Jul 2011 Sept 2011 Nov 2011 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik PDRB Sektor PHR miliar Rp (ADHK Tahun 2000) % 1, ,700 1,600 1,500 1,400 1,300 I II III IV I II III IV I II III Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung miliar Rp 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 Sumber : LBU dan LBUS Grafik Kredit Sektor Perdagangan SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Pada periode laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan 6,37% (qtq) atau 13,37% (yoy). Secara tahunan, pertumbuhan pada sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan yang tertinggi kedua setelah sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Dengan demikian, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 1,04%, terbesar ketiga setelah sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan dan sektor pertanian. Kontribusi terbesar pada sektor ini berasal dari sub sektor pengangkutan yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,23% (yoy), sehingga memberikan kontribusi terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi mencapai 0,56%. Peningkatan output pada sub sektor ini diantaranya terdorong oleh tumbuhnya output pada angkutan jalan raya, jasa penunjang angkutan, dan angkutan laut yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 9,51% (yoy), 21,33% (yoy), dan 17,10% (yoy). Pertumbuhan output yang terjadi pada sektor ini tidak terlepas dari kenaikan jumlah pengguna angkutan, dari dan ke luar Lampung pada saat perayaan HBKN. Hal ini terkonfirmasi oleh data Dinas Perhubungan Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa sejumlah penumpang pengguna jasa angkutan mengalami kenaikan saat HBKN 2012 dibandingkan tahun 2011 (lihat Tabel 1.7). 18

38 Jan-11 Mar-11 Mei 11 Jul 2011 Sept 2011 Nov 2011 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.7. Realisasi dan Prediksi Arus Penumpang Realisasi 2011 Prediksi 2012 Moda Angkutan Realisasi 2010 Total Puncak H Total Puncak H Jalan Raya H H -3 H-7 s/d H+7 31,41% 10% 10,0% ASDP H H+3 H-7 s/d H+7 3% 3,0% Kereta Api H H -2 H-7 s/d H+7-49,52% -31,50% -31,50% Udara H H -2 H-7 s/d H+7 28,41% 15% 15,00% Total Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Lampung saat Rapat Kordinasi Menghadapi Idul Fitri 2012 Grafik PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi miliar Rp % 1, I II III IV I II III IV I II III Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik Kredit Sektor Angkutan miliar Rp 1,100 1, Sumber : LBU dan LBUS SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Pada triwulan III-2012, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 1,23% (qtq) atau 15,17% (yoy). Dengan demikian, kontribusi `sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 1,48%, atau merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Pada sektor ini, kontribusi sub sektor bank memberikan kontribusi yang tertinggi, yaitu sebesar 1,08%. Perkembangan sektor ini secara 19

39 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr 11 Mei 11 Jun 11 Jul 2011 Agt 2011 Sept 2011 Okt 2011 Nov 2011 Des 2011 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Kondisi Makro Ekonomi Regional tahunan sejalan dengan peningkatan kinerja perbankan di Lampung, antara lain dicerminkan oleh laba rugi perbankan yang meningkat sebesar 77,40% (yoy). Grafik PDRB Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan miliar Rp % 1,500 1, I II III IV I II III IV I II III Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan juta Rp 2,000 1,500 1, (500) Grafik 1.36 Perkembangan Laba Rugi Perbankan Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : LBU dan LBUS SEKTOR LAIN-LAIN Pada triwulan III-2012, sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan 0,20% (qtq), namun secara tahunan mengalami pertumbuhan sebesar 4,43% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 0,08%, dimana kontribusi terbesar terjadi pada sub sektor migas. Data Distamben Provinsi Lampung menunjukkan bahwa produksi minyak bumi di Lampung pada triwulan III-2012 mencapai 933,54 ribu barrel atau mengalami peningkatan sebesar 3,03% (qtq), sedangkan produksi gas mencapai 3,4 juta MMTBU atau mengalami peningkatan sebesar 3,36% (qtq). Sementara itu, sektor bangunan pada triwulan III-2012 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 1,99% (qtq) atau 4,77% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 0,23%. Hal ini sejalan dengan data konsumsi semen di Provinsi Lampung yang meningkat sebesar 8,52% (ctc). Di sisi lain, sektor jasa-jasa mengalami penurunan sebesar 4,26% (qtq) meskipun secara tahunan tumbuh 6,28% (yoy), sehingga kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 0,48%. Peningkatan pada sektor ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha triwulan III-2012 yang menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan output terutama pada sub sektor jasa swasta (SB = 33,33). 20

40 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian miliar Rp % I II III IV I II III IV I II III Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan Grafik PDRB Sektor Bangunan miliar Rp % I II III IV I II III IV I II III Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.39 miliar Rp PDRB Sektor Jasa-Jasa % 1, I II III IV I II III IV I II III Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan -40 Grafik Saldo Bersih Realisasi Kegiatan Dunia Usaha Jasa - Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian, Perkebunan, Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : SKDU KPw BI Lampung Trw III-2012 ribu MMBTU 3,500 3,400 3,300 3,200 3,100 3,000 Grafik Lifting Migas Provinsi Lampung Trw I Trw II Trw III 2012 Minyak (Barrel)-axis kanan Gas (MMBTU)-axis kiri Barrel 940, , , , , , ,000 Sumber: Distamben Provinsi Lampung 21

41 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May June July Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep % Perkembangan Inflasi BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI mencapai 1,98% (qtq), mengalami trend kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,36% (qtq). Beras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar yang disebabkan oleh kembali menurunnya supply pasca panen Tahap I pada 1. KONDISI UMUM Berdasarkan disagregasi, inflasi Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 sebesar 1,98% (qtq) dominan disumbang oleh inflasi inti yang mencapai 1,04% dan inflasi volatile food sebesar 0,92%, sedangkan sumbangan inflasi administered cukup minimal, yaitu sebesar 0,02%. Sementara itu, berdasarkan komoditas, 10 (sepuluh) penyumbang inflasi terbesar pada triwulan III yaitu Beras, SLTP, Kembung, Daging Sapi, Emas Perhiasan, Nasi, Tempe, Daun Singkong, Seragam Sekolah Anak, dan Sawi Hijau. Dengan perkembangan tersebut, maka inflasi Provinsi Lampung secara tahunan pada triwulan III-2012 menjadi 4,32% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan inflasi triwulan II-2012 yang mencapai 4,66% (yoy). Bila dibandingkan 66 kota se-indonesia yang disurvei oleh BPS, inflasi Lampung yang direpresentasikan oleh inflasi kota Bandar Lampung, pada triwulan III-2012 berada pada peringkat ke 39, mengalami penurunan dari peringkat 33 pada triwulan II Namun bila dibandingkan kota lainnya di Sumatera, inflasi kota Bandar Lampung berada pada peringkat 6 dari 16 kota Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional Nasional (yoy) Bdl (yoy) Sumber : BPS Provinsi Lampung 22

42 Perkembangan Inflasi 2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Pada Juli 2012, inflasi kota Bandar Lampung mencapai 0,52% (mtm), mengalami penurunan dibandingkan inflasi Juni 2012 sebesar 0,79% (mtm). Berdasarkan disagregasi, penyumbang inflasi terbesar periode Juli 2012 berasal dari kelompok inflasi inti sebesar 0,37% dan kelompok volatile foods sebesar 0,15%, sedangkan kelompok administered tidak memberikan andil terhadap inflasi. Sementara itu, berdasarkan komoditas, penyumbang inflasi terbesar pada periode ini diantaranya Telur Ayam Ras, Seragam Sekolah Anak, Daging Ayam Ras, Sewa Rumah, Gula Pasir, Semangka, Bedak, Celana Panjang Jeans, Daging Sapi, dan Bawang Putih. Kenaikan harga beberapa komoditas volatile foods disebabkan oleh adanya trend kenaikan permintaan terhadap sejumlah pangan pokok ditengah kondisi supply yang masih memadai. Hal ini terkonfirmasi oleh data Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Provinsi Lampung yang menunjukkan trend permintaan sejumlah kebutuhan pokok pada Juli 2012 yang rata-rata mengalami peningkatan sebesar 45% dibandingkan bulan normal (tidak terdapat HBKN). Sementara itu, berdasarkan hasil liaison ke 2 (dua) perusahaan feedlotter terbesar di Provinsi Lampung menunjukkan bahwa penurunan kuota impor daging sapi yang diterima sepanjang 2012 sebesar 30%, dan diiringi dengan peningkatan permintaan daging sapi untuk kebutuhan HBKN tahun 2012 sebesar 30%-50% menyebabkan kenaikan harga daging sapi di tingkat feedlotter mengalami kenaikan 4-10% dibandingkan harga normal. Di sisi lain, dimulainya tahun ajaran baru sekolah mendorong kenaikan harga pada sejumlah komoditas terkait dengan jasa pendidikan, diantaranya seragam sekolah dan buku pelajaran. Tabel 2.1. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Juli 2012 Sumber : BPS Provinsi Lampung Selanjutnya, adanya momen Idul Fitri pada Agustus 2012 ditambah masih berlanjutnya tekanan harga terhadap sejumlah komoditas terkait jasa pendidikan, telah menyebabkan inflasi kota Bandar Lampung pada Agustus 2012 meningkat signifikan hingga mencapai 1,12% (mtm). 23

43 Perkembangan Inflasi Penyumbang terbesar inflasi periode ini berasal dari kelompok volatile foods dan kelompok inflasi inti dengan andil masing-masing sebesar mencapai 0,66% dan 0,47%, sedangkan kelompok administered price memberikan andil deflasi sebesar 0,01%. Komoditas pendorong inflasi pada kelompok volatile foods diantaranya Beras, Daging Sapi, Bawang Putih, dan Daging Ayam Ras. Sementara itu, komoditas pendorong inflasi pada kelompok inflasi inti diantaranya biaya jasa SLTP, SD, dan SLTA. Sedangkan pendorong deflasi pada kelompok administered adalah bahan bakar rumah tangga. Berdasarkan pantauan survei harga yang dilakukan oleh Disperindagkop UMKM Provinsi Lampung, harga beras IR-64 berbagai jenis mengalami kenaikan sebesar 2%-3% (mtm). Penyebabnya adalah penurunan pasokan pasca puncak panen pada Mei Hal ini tercermin dari trend penurunan pengadaan beras lokal oleh BULOG, seiring dengan menurunnya produksi gabah petani pada periode tersebut. Sementara itu, harga daging sapi terpantau kembali mengalami kenaikan karena terdapat perayaan Idul Fitri, merupakan periode tertinggi kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi, selain adanya pembatasan impor sapi secara nasional yang belum diimbangi dengan ketersediaan sapi lokal dipasaran. Tabel 2.2. Prognosa Pengadaan Beras oleh BULOG Tahun Prognosa Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des Jumlah Divre Lampung 30, ,164 4,378 1, ,798 L. Tengah 65, ,804 11,939 12,033 6,099 1, ,031 L. Utara 40, ,681 3,182 1, ,899 L. Selatan 55, ,268 7,659 1, ,164 Total 190, ,286 21,051 27,252 10,302 3, ,892 Sumber : BULOG Divre Lampung Di sisi lain, berdasarkan informasi dari sejumlah pedagang besar bawang di Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa kurang lancarnya transportasi melalui pelabuhan laut menyebabkan terlambatnya pengiriman bawang sehingga berdampak pada penurunan kualitas produk. Tabel 2.3. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Agustus 2012 Sumber : BPS Provinsi Lampung 24

44 Perkembangan Inflasi Pada September 2012, inflasi masih terjadi meskipun tekanan dari sisi permintaan masyarakat sudah kembali normal. Inflasi pada periode ini mencapai 0,32% (mtm) dan dominan disebabkan oleh tekanan harga pada kelompok inflasi inti (0,20%). Sementara itu, sumbangan kelompok volatile foods menurun signifikan hingga menjadi sebesar 0,10%, sedangkan kelompok administered memberikan andil inflasi sebesar 0,01%. Komoditas yang dominan menyumbang inflasi pada kelompok inflasi inti diantaranya nasi, emas perhiasan, roti manis, dan daun singkong. Naiknya harga nasi yang merupakan produk turunan beras tentunya dipicu oleh kenaikan harga beras. Sementara itu, kenaikan harga emas perhiasan di tingkat lokal mengikuti pergerakan harga emas dunia yang meningkat sebesar 6,77% (mtm) menjadi $1,740.69/OZ. Di sisi lain, inflasi kelompok volatile foods dipicu oleh naiknya harga sejumlah komoditas sayuran seperti sawi hijau, tomat buah, kangkung, dan wortel yang disebabkan oleh musim kering yang berlangsung pada hampir seluruh wilayah di Provinsi Lampung yang diperkirakan terjadi hingga pertengahan Oktober 2012 (BMKG). Sedangkan inflasi kelompok administered disebabkan oleh naiknya harga bahan bakar rumah tangga. 25

45 Perkembangan Inflasi Gambar 2.1. Perkiraan Curah Hujan Sumber : BMKG Provinsi Lampung Tabel 2.4. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada September 2012 Sumber : BPS Provinsi Lampung 26

46 %, mtm Perkembangan Inflasi Grafik 2.2 Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Bulanan Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Core Volatile Food adm price Inflasi Bulanan Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) Secara triwulanan, inflasi kota Bandar Lampung pada triwulan III-2012 mencapai 1,98% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,36% (qtq), namun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 2,30% (qtq). Dibandingkan triwulan II-2012, andil inflasi kelompok inti dan volatile foods mengalami kenaikan yang disebabkan oleh adanya fenomena Idul Fitri yang memicu kenaikan permintaan masyarakat terhadap komoditas pangan dan sandang, serta dimulainya tahun ajaran baru yang menyebabkan penyesuaian terhadap beberapa komoditas terkait jasa pendidikan. Sementara itu, inflasi kelompok administered masih minimal. Tabel 2.5. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulanan Terbesar pada Triwulan III-2012 Sumber : BPS Provinsi Lampung 27

47 %, qtq Perkembangan Inflasi Grafik 2.3 Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Triwulanan Tahun Trw I Trw II Trw III Core Volatile Food adm price Inflasi Triwulanan Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.3. Inflasi Tahunan (yoy) Bila dibandingkan triwulan III-2011, harga komoditas barang dan jasa secara umum mengalami peningkatan sebesar 4,32% (yoy), dimana penyumbang inflasi terbesar masih berasal dari kelompok inflasi inti (2,04%), diikuti kelompok volatile foods (1,76%) dan kelompok administered price (0,53%). Pada kelompok inflasi inti, penyumbang terbesar inflasi tahunan adalah komoditas Kontrak Rumah, Gula Pasir, Roti Manis, SLTP, dan Tarip Air Minum Pikulan. Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok volatile foods adalah Beras, Bawang Putih, Daging Sapi, Tomat Buah, dan Daging Ayam Ras. Sementara itu, komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok administered diantaranya Rokok Kretek Filter dan Tarip Parkir, yang mengalami kenaikan setelah adanya penyesuaian tarif berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 167/PMK.011/2011 (perubahan harga pita cukai) dan Peraturan Walikota tahun 2011 yang mulai berlaku pada April 2012 (biaya parkir yang berlaku secara progresif). 28

48 Indeks %, yoy Perkembangan Inflasi Grafik 2.4 Sumbangan Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Tahunan Tahun 2012 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sept Core Volatile Food Adm price Inflasi Tahunan Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 3. EKSPEKTASI INFLASI Tingkat inflasi yang terjadi pada triwulan III-2012 sejalan dengan ekspektasi pelaku usaha. Hal ini terindikasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Lampung triwulan II-2012 yang menunjukkan bahwa Saldo Bersih seluruh sektor bernilai positif (SB = 23,26). Alasan yang mendasari ekspektasi tersebut adalah kenaikan biaya produksi. Selain itu, inflasi pada periode ini juga sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang menunjukkan bahwa konsumen berkeyakinan bahwa pada triwulan III-2012 harga barang secara umum mengalami kenaikan. Grafik 2.5. Indeks Balance Score Keyakinan Konsumen terhadap Perubahan Harga 3 Bulan YAD Ambang optimis Jan Feb Mar Apr May Jun 2012 Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi Lampung 4. PERKEMBANGAN HARGA NOMINAL KOMODITAS BAHAN POKOK DI BANDAR LAMPUNG DIBANDINGKAN KOTA LAINNYA DI SUMATERA Inflasi merupakan fenomena kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi menunjukan perubahan harga barang/komoditas yang dinyatakan 29

49 Perkembangan Inflasi dalam presentase. Kenaikan harga barang dapat menjadi suatu indikator ekonomi yang buruk bagi suatu daerah karena dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Meskipun inflasi suatu daerah lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya, namun harga nominal untuk suatu komoditas di suatu daerah pada waktu tertentu dapat lebih rendah, dan sebaliknya. Berikut ini harga nominal beberapa komoditas pada periode akhir triwulan III-2012 di beberapa wilayah Sumatera. Tabel 2.6 Harga Komoditas di Lampung Tabel 2.7 Harga Komoditas di Sumsel No. Komoditas Satuan Rp 1 Tepung Cakra kg 12,750 2 Beras IR 64 KW1 kg 9,250 3 Beras IR 64 Slip kg 8,000 4 Gula Pasir Lokal kg 12,500 5 Minyak Bimoli Botol Biasa 1 Liter L 13,500 6 Minyak Tanpa Merek/curah(sawit) kg 11,000 7 Daging Ayam Broiler kg 25,000 8 Daging Ayam Kampung kg 55,000 9 Daging Sapi Murni kg 75, Telur Ayam Kampung per Butir Butir 1, Telur Ayam Ras kg 15,500 Susu Bubuk Bendera 400 gr gr 28,000 Susu Bubuk Indomilk 400 gr gr 27, Susu Kental Manis Bendera 397 gr 397 gr 9, Susu Kental Manis Indomilk 397 gr 397 gr 8, Jagung Pipilan kg 5,000 Garam Beryodium Bata per buah 17 buah 1, Garam Beryodium Halus kg 2, Tepung Segitiga Biru kg 7, Kedelai Impor kg 8, Kedelai Lokal kg 8, Indomie Kari Ayam bks 1, Cabe Merah Besar Keriting kg 16, Cabe Merah Besar/Biasa kg 16, Ikan Asin Teri kg 35, Kacang Hijau kg 12, Kacang Tanah kg 17, Ketela Pohon kg 2, Bawang Merah kg 8, Semen Batu Raja 50 kg 50 kg 59, Semen Holcim zak 59, Semen Padang zak 56, Semen Tiga Roda zak 59, Pupuk NPK kg 5, Pupuk SP 36 kg 5, Pupuk Urea kg 6, Pupuk Za kg 2, Kunci kg 9,500 No Komoditas Satuan 1 Beras iliran kg 7, Beras IR 64 kg 7, Gula Pasir kg 12, Minyak Bimoli Botol 4 Biasa 1 Liter L 12, Minyak Tanpa 5 Merek/curah(sawit) kg 11, Daging Ayam Broiler kg 23, Daging Ayam Kampung 7 per ekor ekor 40, Daging Sapi Murni kg 85, Telur Ayam Kampung 9 per Butir Butir 2, Telur Ayam Ras kg 14, Susu Kental Manis gr 397 gr 9, Jagung kg 4, Garam Halus kg Garam Kasar Kg 1, Tepung Terigu kg 7, Kacang Kedelai kg 7, Mie Instant bks 1, Cabe Merah Besar 18 Keriting kg 25, Rp 19 Cabe Merah Besar/Biasa kg 23, Ikan Asin Teri No.1 kg 30, Ikan Asin Teri No.2 kg 25, Kacang Hijau kg 14, Kacang Tanah kg 11, Ketela Pohon kg 2, Bawang Merah kg 14, Bawang Putih kg 17, Semen Padang zak 58, Semen Tiga Roda zak 59, Sayur kol kg 4, Pupuk Urea kg 5, Sumber : 30

50 Perkembangan Inflasi Tabel 2.8 Harga Komoditas di Sumbar Tabel 2.9 Harga Komoditas di Riau No. Komoditas Satuan Rp No. 1 Beras Bukit Tinggi kg 10,313 2 Beras IR-42 C (KW-1) kg 11,250 3 Beras IR-42 Muaro Labuh (KW-I) kg 8,750 4 Beras IR-42 Padang kg 8,750 5 Beras IR-42 Pariaman kg 8,750 Beras IR-42 Pesisir 6 Selatan kg 7,000 7 Beras Sokan kg 10,313 8 Gula Pasir Lokal kg 13,000 Minyak Bimoli Botol 9 Biasa 1 Liter L 16, Minyak Bimoli Kemasan Isi ulang 1 liter L 14,000 Minyak Tanpa Merek/curah(sawit) kg 10, Daging Ayam Broiler kg 29, Daging Ayam Kampung kg 38, Daging Sapi Murni kg 80, Telur Ayam Kampung kg 24, Telur Ayam Ras kg 16, Susu Bubuk Bendera 400 gr 400 gr 30, Susu Bubuk Dancow 400 gr 400 gr 30, Susu Bubuk Indomilk 400 gr 400 gr 27, Susu Kental Manis Bendera 397 gr 397 gr 8, Susu Kental Manis Indomilk 390 gr 390 gr 8, Jagung Pipilan Kering kg 5, Garam Beryodium Bata per buah buah Garam Beryodium Halus 250 gr 1, Garam Kasar gr 2, Tepung Lencana Merah kg 7, Tepung Segitiga Biru kg 7, Kacang Kedelai kg 8, Mie Instant bks 1, Cabe Merah Keriting kg 17, Ikan Asin Teri No.2 kg 40, Kacang Hijau kg 14, Kacang Tanah kg 19, Ketela Pohon kg 2, Bawang Merah kg 11, Bawang Putih kg 18, Semen Padang zak 56, Semen Tiga Roda zak 53, Pupuk Kcl kg 5, Pupuk NPK kg 6, Pupuk TSP kg 6,400 Sumber : Komoditas Satuan Rp 1 Beras Dolog kg 9,500 2 Beras MDAS kg 9,100 3 Beras Sokan kg 8,500 4 Gula Pasir Impor kg 14,800 5 Gula Pasir Lokal kg 13,000 Minyak Bimoli Kemasan Isi 6 ulang 1 liter Minyak Tanpa 7 Merek/curah(sawit) L 12,500 kg 10,500 8 Daging Ayam Broiler kg 19,500 9 Daging Ayam Kampung kg 50, Daging Sapi Murni kg 85, Telur Ayam Broiler per butir butir 1, Telur Ayam Kampung per Butir Butir 1, Blue Band kg 35, Susu Bubuk Bendera 400 gr 400 gr 26, Susu Bubuk Indomilk 400 gr 400 gr 23, Susu Kental Manis 397 gr 397 gr 8,000 Susu Kental Manis Bendera gr 397 gr 8,000 Susu Kental Manis Bendera gr 400 gr 8, Susu Kental Manis Indomilk 390 gr 8, Jagung gr Pipilan Kering kg 6,500 Garam Beryodium Bata per 21 buah buah 2, Garam Beryodium Halus kg 3, Tepung Segitiga Biru kg 8, Tepung Terigu kg 8, Kacang Kedelai kg 8, Kedelai Impor kg 8, Indomie Kari Ayam bks 1, Cabe Merah Keriting kg 17, Ikan Asin Teri No.1 kg 71, Ikan Asin Teri No.2 kg 65, Kacang Hijau kg 14, Kacang Tanah kg 18, Bawang Merah kg 17, Bawang Putih kg 17, Semen zak 57, Semen Padang 50 kg 50 kg 57, Sayur kol kg 3, Sayur Tomat kg 3,000 31

51 Perkembangan Inflasi Box I. Pelaksanaan Workshop Nasional Sistem Resi Gudang di Provinsi Lampung I. Latar Belakang Stabilisasi harga yang tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil sangat penting untuk dicapai karena merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan yang tinggi diharapkan mengurangi pengangguran, sedangkan laju inflasi yang rendah akan mengurangi kemiskinan. Inflasi yang rendah dan stabil akan berdampak positif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan terjaganya daya beli. Mengendalikan inflasi pada tingkat yang rendah dan stabil perlu dukungan dari Pemerintah baik pada tingkat pusat maupun daerah yang mempunyai kewenangan dalam rangka mengatasi gangguan dari sisi penawaran (supply). Gangguan pasokan yang mengakibatkan inflasi pada kelompok volatile foods pada gilirannya juga dapat mempengaruhi inflasi komoditas lainnya sehingga dapat mempersulit upaya pengendalian inflasi. Dalam rangka meningkatkan peran Pemerintah Daerah untuk mendukung stabilitas harga terutama komoditas pangan diperlukan upaya koordinasi yang mendukung stabilitas harga melalui penguatan ketahanan pangan. Untuk memperkuat cadangan pangan telah diamanahkan melalui Rakornas TPID 2012 mengenai salah satu sistem yaitu penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) yang diharapkan mampu menciptakan pengelolaan komoditas pangan secara efisien dan efektif serta bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Resi gudang adalah surat berharga berupa dokumen sebagai bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang. Diwujudkannya SRG adalah dalam rangka memberikan manfaat dan meningkatkan akses masyarakat terhadap kepastian hukum, melindungi masyarakat dan memperluas akses mereka untuk memanfaatkan fasilitas pembiayaan. Secara umum SRG merupakan instrumen yang dapat membantu berbagai pihak baik masyarakat petani, pelaku usaha, pemerintah, maupun lembaga keuangan dalam memperoleh manfaat. Namun, banyak pihak yang belum menyadari arti pentingnya dan manfaat SRG di daerah. Di Provinsi Lampung, melalui Dana Alokasi Khusus tahun 2011, telah terbangun gudang SRG di 5 (lima) Kabupaten, diantaranya di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Tanggamus, dan Tulang Bawang. Sedangkan melalui alokasi DAK Tahun 2012 saat ini sedang dibangun gudang SRG di Kabupaten Lampung Barat. 32

52 Perkembangan Inflasi II. Tujuan Tujuan pelaksanaan workshop adalah untuk mengawal komitmen pemerintah serta meningkatkan awareness stakeholders terkait mengenai manfaat dan pentingnya implementasi SRG di Lampung, sekaligus mendukung percepatan pemanfaatan gudang SRG yang telah dibangun. III. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan pada 10 Oktober 2012, dengan pembicara dari Biro Pasar Fisik dan Jasa-Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Kemenko Perekonomian, PT. Bank Jabar Banten, dan PT. BRI. Sementara itu peserta kegiatan terdiri dari pemerintah di 12 kabupaten, perwakilan kelompok tani, perbankan di Provinsi Lampung, PT. Pertani, Sucofindo, dan Media Massa. IV. Hasil Pelaksanaan Kesimpulan : 1. Implementasi SRG harus menjadi komitmen Pemda Provinsi Lampung dalam rangka peningkatan pendapatan petani dan stabilitas harga daerah, sekaligus sebagai insentif petani untuk meningkatkan produksinya. 2. Perlu komitmen Pemda dari segi penyediaan infrastruktur dengan optimalisasi pergudangan yang sudah ada dan pendanaan dalam penganggaran belanjanya untuk pemeliharaan serta peningkatan sarana-prasarananya termasuk pasar komoditas. 3. Dengan melihat potensi yang ada di Provinsi Lampung maka implementasi SRG dapat segera dilakukan di tahun SRG merupakan solusi pencapaian ketahanan pangan dan kestabilan harga komoditas sekaligus sebagai sarana monitoring stok pangan daerah. 5. SRG dapat meningkatkan pendapatan petani dan produsen yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat. 6. SRG menjamin kepastian pasokan bahan makanan dan mempengaruhi stabilitas harga 7. Dengan lengkapnya payung hukum SRG maka tidak ada alasan untuk tidak dapat menjalankan skema ini di daerah. 33

53 Perkembangan Inflasi Rencana Tindak Lanjut : 1. Pemerintah Kabupaten Mesuji berkomitmen untuk dapat ikut serta dalam program SRG dengan pertimbangan potensi komoditas padi dan karet. Untuk itu dalam waktu dekat Kabupaten Mesuji akan membuat proposal pengajuan kepada Bappebti agar pembangunan gudang dapat dilakukan pada tahun 2013 atau 2014 melalui DAK. 2. Bappebti akan membantu mengatasi kendala-kendala dan permasalahan implementasi resi gudang di Provinsi Lampung secara langsung, diantaranya dengan berkoordinasi dengan perbankan dan pihak pengelola gudang termasuk pemberian bantuan teknis. 3. Lampung Selatan menyatakan siap untuk implementasi SRG setelah menunggu hasil inspeksi dan kelayakan gudang karena sejak Maret 2012 sudah dilakukan sosialisasi. 4. BRI akan segera melakukan sosialisasi kepada petugas-petugas bank yang berdekatan dengan lokasi gudang agar siap dapat melayani calon debitur. 5. Bank Lampung siap berpartisipasi dalam skema kredit SRG. 6. Dinas Pertanian bersedia untuk bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menjamin mutu komoditas yang dihasilkan oleh petani agar memenuhi standar komoditas yang dipersyaratkan dalam SRG. 34

54 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Di triwulan III tahun 2012 kinerja perbankan di Provinsi Lampung masih menunjukkan perkembangan yang cukup baik, fungsi intermediasi masih menunjukan peningkatan dimana LDR tercatat pada level yang cukup tinggi yakni 123,50 %. Sementara itu kualitas kredit yang baik pertumbuhan kredit secara triwulanan yang tumbuh 3,72 % dengan net performing loan sebesar 2,60%. Sejalan dengan peningkatan perkembangan sektor perbankan, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Propinsi Lampung pada triwulan III-2012 juga menunjukkan perkembangan positif. Transaksi sistem pembayaran tunai antara bank umum di Lampung dengan Bank Indonesia masih menunjukkan net outflow. Sementara itu, kegiatan transaksi pada sistem pembayaran non tunai baik melalui kliring maupun RTGS menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. 1. PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN Perbankan Lampung pada triwulan III-2012 secara umum menunjukkan kinerja yang baik, sebagaimana tercatat dari indikator utama seperti aset, pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Kinerja yang baik ini sejalan dengan tren positif kondisi perekonomian Propinsi Lampung yang secara umum kondusif. Jumlah aset perbankan secara triwulanan tetap menunjukan peningkatan meskipun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu sebesar 3,37% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 5,37% (qtq). Sedangkan secara tahunan aset tumbuh dari 12,62% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,87% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat mengalami peningkatan sebesar 2,23% (qtq) atau 16,60% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan tercatat mengalami pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu sebesar 5,32% (qtq) atau 18,69% (yoy), giro tumbuh sebesar 0,51% (qtq) atau 23,42% (yoy) sedangkan deposito mengalami penurunan sebesar 1,14% (qtq) meskipun secara tahunan mencatat pertumbuhan positif sebesar 9,58% (yoy). 35

55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Uraian Trw III-2011 (miliar Rp) Tabel 3.1. Aset Perbankan Trw II-2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 40, , , Bank Umum 36, , , BPR 4, , , B Jenis Usaha Bank 40, , , Konvensional 38, , , Syariah 1, , , Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.2. DPK Perbankan No Uraian Trw III Trw III Trw II-2012 Posisi (miliar Pangsa (miliar Rp) (miliar Rp) qtq (%) yoy (%) Rp) (%) A Jenis Bank 21, , , Bank Umum 19, , , BPR 2, , , B Jenis Usaha Bank 21, , , Konvensional 21, , , Syariah , , C Jenis Simpanan 21, , , Giro 4, , , Tabungan 10, , , Deposito 7, , , Sumber: LBU dan LBUS Penyaluran kredit secara triwulan menunjukkan peningkatan yang tumbuh sebesar 3,72% (qtq) meskipun melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,27% (qtq). Namun secara tahunan menunjukan akselerasi yang meningkat yaitu dari 24,54% (yoy) menjadi atau 24,65% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada jenis konsumsi yaitu sebesar 6,40% (qtq) atau 25,65% (yoy). Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dan sektor jasa sosial. Selain sektor lain-lain penyaluran kredit terbesar masih ditujukan kepada sektor PHR yang tumbuh sebesar 5,59% (qtq). Sementara itu penyaluran kredit sektor listrik, gas dan air mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 34,04% (qtq) atau 158,99% (yoy) meskipun memiliki pangsa terendah sebesar 0,08%. Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, diperoleh informasi bahwa membaiknya prospek usaha nasabah menjadi alasan perbankan untuk meningkatan penyaluran kredit selama triwulan laporan. Selain itu, tingkat suku bunga kredit yang stabil karena relatif tidak berubahnya BI rate pada level 5,75% menjadi alasan lain perbankan untuk dapat meningkatkan penyaluran kreditnya. 36

56 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Uraian Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Perbankan Trw III (miliar Rp) Trw II-2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 25, , , Bank Umum 22, , , BPR 3, , , B Jenis Penggunaan 25, , , Modal Kerja 11, , , Investasi 4, , , Konsumsi 9, , , C Sektor Ekonomi 25, , , Pertanian 2, , , Pertambangan Industri 2, , , Listrik Konstruksi Perdagangan 6, , , Angkutan , Jasa Umum , , Jasa Sosial Lain-lain 10, , , Sumber: LBU dan LBUS Pertumbuhan penyaluran kredit yang sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan penghimpunan DPK membuat indikator intermediasi perbankan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 121,73% pada triwulan II-2012 menjadi 123,50% pada triwulan laporan. Peningkatan aktivitas intermediasi tersebut juga diiringi dengan peningkatan kualitas kredit, dimana rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan mengalami perbaikan dari 2,74% pada triwulan II-2012 menjadi 2,60% di triwulan laporan. % Grafik 3.1. Rasio LDR & NPL Perbankan Lampung % LDR NPL I II III IV I II III IV I II III Sumber: LBU dan LBUS 37

57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2. BANK UMUM 2.1. Kelembagaan Bank Umum Jumlah bank umum yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 sebanyak 37 bank, dengan rincian 1 Bank Pembangunan Daerah, 5 Bank Persero, dan 31 Bank Umum Swasta Nasional yang 7 diantaranya beroperasi secara syariah serta 1 bank konvensional yang memiliki kantor cabang Syariah. Pada triwulan III -2012, terdapat penambahan 2 kantor cabang yakni Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Barat. Berdasarkan wilayahnya terdapat 55 kantor cabang yang tersebar di Bandar Lampung (40), Metro (3), Lampung Tengah (3), Lampung Selatan (2), Lampung Utara (4), Tanggamus (1), Lampung Barat (1) dan Tulang Bawang (1). Selain penambahan kantor cabang, sepanjang triwulan laporan juga terdapat penambahan 29 kantor cabang pembantu yang tersebar di beberapa wilayah. Tabel 3.4. Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per September 2012 No. Lokasi KP KC KCP/UNIT KK KF 1 Bandar Lampung Metro Lampung Tengah Lampung Selatan Lampung Utara Lampung Timur Lampung Barat Tanggamus Tulang Bawang Way Kanan Pringsewu Pesawaran Tulang Bawang Barat Mesuji Total Sumber: LBU dan LBUS 2.2. Perkembangan Aset Bank Umum Total aset bank umum di Lampung terus mengalami perkembangan, dan pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan sebesar 3,43% (qtq) dan secara tahunan meningkat sebesar 20,08% (yoy). Peningkatan jumlah aset tersebut berasal dari aset bank umum konvensional maupun syariah. Aset Bank Umum Konvensional (BUK) meningkat sebesar 3,34% (qtq) dari Rp39,94 triliun menjadi Rp41,27 triliun dengan pertumbuhan tahunan sebesar 19,19% (yoy). Sedangkan aset Bank 38

58 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Umum Syariah (BUS) meningkat 5,18% (qtq) atau 39,75% (yoy), sehingga jumlah aset BUS pada triwulan laporan mencapai Rp2,19 triliun. Daerah 2012 Pangsa Pertumbuhan TW III TW II TW III TW III QTQ YOY Metro 1,557,698 1,593, Bandar lampung 35,538,996 36,807, Tanggamus 506, , Tulang bawang 248, , Lampung Barat 95, Lampung utara 2,344,606 2,400, Lampung tengah 1,481,587 1,379, Lampung selatan 317, , Asset 42,028,221 43,468, Sumber : LBU dan LBUS Menurut lokasi kantor bank, aset Bank Umum di Bandar Lampung memiliki pangsa mencapai 84,68% dengan nilai sebesar Rp36.81 triliun atau meningkat 3.57% dibanding triwulan II-2012 yang bernilai Rp35.54 triliun. Lampung Selatan tercatat mengalami pertumbuhan aset paling tinggi yaitu 30,19% (qtq). Sedangkan Kabupaten Lampung Tengah mencatat penurunan aset sebesar 6,89% (qtq) meskipun secara tahunan masih menunjukan pertumbuhan yang positif yakni 10,71% (yoy). Pada aktiva produktif, terjadi pertumbuhan sebesar 4,02% (qtq) meningkat dari Rp28,86 triliun triwulan sebelumnya menjadi Rp30,02 triliun. Penempatan pada Bank Indonesia mengalami penurunan sebesar 16,91% (qtq) sedangkan penempatan pada bank lain mengalami peningkatan sebesar 2,21% (qtq). Peningkatan aktiva produktif ini sejalan dengan ekspansi kredit perbankan lampung di triwulan laporan yang mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) pada periode triwulan II-2012 menunjukkan bahwa sebagian besar bank umum di wilayah Provinsi Lampung menempatkan dananya dalam bentuk kredit selain penempatan dana lainnya. Tabel 3.5. Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja 39

59 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Tabel 3.6. Indikator Bank Umum 2012 TW II TW III Pangsa (%) qtq (%) A Aset (miliar Rp) , , ,41 3,43 B Pendanaan (miliar Rp) , , ,52 100,00 3,19 1 Dana Pihak Ketiga , , ,41 94,25 2,02 2 Kewajiban kepada bank lain 882,76 751, ,68 4,38 38,99 3 Pinjaman yang Diterima & Setoran Jaminan 25,19 23,76 22,64 0,09-4,71 4 Surat Berharga yang Diterbitkan 305,98 305,63 305,79 1,28 0,05 C Aktiva Produktif (miliar Rp) , , ,95 100,00 4,02 1 Kredit yang Diberikan , , ,14 92,44 4,20 2 Penempatan pada Bank Indonesia (SBI) 73,56 115,17 95,69 0,32-16,91 3 Surat Berharga dan Tagihan Lainnya 110,68 151,61 170,69 0,57 12,58 4 Penempatan pada bank lain 939, , ,43 6,67 2,21 D Alat Likuid (miliar Rp) 940, , ,82 100,00-0,22 1 Kas 870,39 988,30 963,95 91,56-2,46 2 Giro pada bank lain 70,13 66,79 88,87 8,44 33,06 E Laba / Rugi (miliar Rp) 740,93 926, ,66 51,78 F Kinerja (%) Uraian Trw III Akt.Produktif/Total Aset (%) = (C)/(A) 64,26 68,67 69,07 2 Rasio Likuiditas (%) = (D)/(B) 4,60 4,56 4,41 3 Rasio Rentabilitas (%) = (E)/(A) 2,05 2,21 3,24 4 LDR (%) = (C1)/(B1) 115,17 120,77 123,34 5 BO/PO 82,62 52,87 53,10 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Indikator berupa pendanaan bank umum menunjukkan peningkatan sebesar 3,19% (qtq), dari Rp23,14 triliun menjadi Rp23,87 triliun yang sumber utama pendanaannya masih berasal dari Dana Pihak Ketiga dengan pangsa mencapai 94,25%. Di sisi lain alat likuid justru mengalami penurunan sebesar 0,22% (qtq), dari Rp1,06 triliun menjadi Rp1,05 triliun. Penurunan tersebut berasal dari turunnya posisi kas sebesar 2,46% (qtq) meski giro pada bank lain mengalami kenaikan sebesar 33,06% (qtq). Berdasarkan perkembangan indikator pendanaan dan alat likuid, tercatat bahwa pada triwulan laporan terjadi penurunan rasio likuiditas dari 4,56% menjadi 4,41% (qtq), yang mencerminkan kemampuan melunasi hutang jangka pendek bank umum di Lampung pada triwulan laporan mengalami penurunan. Pertumbuhan positif aktiva produktif juga mendorong naiknya laba bank umum di Provinsi Lampung. Pada triwulan laporan terjadi peningkatan laba dari Rp0,93 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp1,41 triliun pada triwulan laporan. Namun demikian, di sisi lain, rasio beban operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO) juga mengalami peningkatan yaitu dari 52,87% menjadi 53,10%. Sementara itu, indikator berupa rasio rentabilitas menunjukkan adanya peningkatan kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan, sebagaimana tercermin dari peningkatan return on asset (ROA) dari 2,21% menjadi 3,24% (qtq). 40

60 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.3. Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Dari sisi penghimpunan dana, nilai DPK Bank Umum pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 2,02% (qtq) atau 17,06% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan masih menjadi produk simpanan yang paling banyak diminati oleh masyarakat dengan pangsa sebesar 52,27% dari total DPK dan pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan mencapai 5,17% (qtq) atau sebesar 18,35% (yoy). Selain itu, simpanan giro juga mengalami peningkatan yakni tumbuh sebesar 0,51% (qtq). Sedangkan deposito mengalami penurunan sebesar 2,84% (qtq), namun secara tahunan tetap mengalami pertumbuhan sebesar 8,98% (yoy). Tabel 3.7. DPK Bank Umum No Uraian Trw III 2011 (miliar Rp) Trw II (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III Pangsa % qtq % yoy % A Jenis Simpanan 19, , , % 17.06% 1 Giro 4, , , % 0.51% 23.42% 2 Tabungan 9, , , % 5.17% 18.35% 3 Deposito 4, , , % -2.84% 8.98% B Jenis Usaha Bank 19, , , % 17.06% 1 Konvensional 18, % 1.72% 16.11% 2 Syariah % 8.25% 39.11% Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Simpanan giro pada triwulan laporan yang tumbuh sebesar 0,51% (qtq) menunjukan perlambatan dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh signifikan yakni sebesar 26,00% (qtq). Sementara itu secara tahunan giro tetap menunjukan akselerasi pertumbuhan dari 17,75%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 23,42%(yoy). Berdasarkan kepemilikan, giro pemerintah daerah mencatat pertumbuhan tertinggi yakni 8,53% (qtq), sedangkan giro pemerintah pusat dan swasta tercatat penurunan masing-masing sebesar 8,18% dan 1,95%. Belum terealisasinya seluruh pekerjaan dan pembayaran pengadaan barang dan jasa pemerintah menyebabkan saldo giro pemerintah daerah relatif masih tinggi dan nilai tersebut diperkirakan baru akan mengalami penurunan pada triwulan IV. 41

61 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Rp miliar 5,000 4,000 3,000 2,000 Grafik 3.2. DPK Jenis Giro Bank Umum Lampung pemerintah pusat pemda swasta 1,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: LBU dan LBUS Sumber: LBU dan LBUS Daerah 2012 Pangsa Pertumbuhan TW III TW II TW III TW III QTQ YOY Metro 1,278,843 1,250, Bandar Lampung 16,592,108 16,994, Tanggamus 435, , Tulang Bawang 240, , Lampung Barat 58, Lampung Utara 1,983,234 1,974, Lampung Tengah 1,214,434 1,105, Lampung Selatan 311, , DPK 22,055,801 22,502, % 2.02% 17.06% Berdasarkan lokasi bank, penghimpunan DPK bank umum di Kota Bandar Lampung memiliki pangsa terbesar yakni sebesar 75,53% mencapai Rp16,94 triliun atau naik 2,43% (qtq) dibanding triwulan II Meskipun Kabupaten Lampung selatan tercatat sebagai daerah yang memiliki pangsa terendah namun pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan tertinggi secara triwulanan sebesar 27,97% (qtq) dari Rp0,31 triliun menjadi Rp0,40 triliun. Pada triwulan laporan terdapat beberapa daerah yang mencatat penurunan pertumbuhan secara triwulanan yakni masing-masing Kota Metro menurun sebesar 2,18%, Kabupaten Tulang Bawang sebesar 4,09%, kabupaten Lampung Utara sebesar 0,42% dan Kabupaten Lampung Tengah 8,93% Perkembangan Kredit Bank Umum Pada triwulan III-2012 terjadi peningkatan outstanding kredit sebesar 4,20% (qtq) dimana penyaluran seluruh Tabel 3.8. Porsi DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja jenis kredit (modal kerja, investasi, konsumsi) mengalami pertumbuhan triwulanan maupun tahunan. Kredit Modal Kerja masih menjadi pangsa terbesar dari total kredit bank umum yaitu sebesar 48,47%. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kredit Perbankan triwulan III 2012 yang menunjukan kredit modal kerja masih menjadi prioritas utama dalam penyaluran kredit bank umum di Lampung. 42

62 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Secara triwulanan kredit konsumsi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,18%(qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,32% (qtq). Sementara itu kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 2,29% (qtq) dan 2,13% (qtq). Sampai dengan akhir triwulan III-2012 pemberlakuan ketentuan oleh Bank Indonesia mengenai besaran Loan To Value (LTV) mulai 15 Maret 2012 untuk KPR dan Down Payment untuk KKB yang mulai berlaku pada tanggal 15 Juni 2012 belum menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit konsumsi di wilayah provinsi lampung yang dicerminkan masih relatif tingginya pertumbuhan realisasi kredit tersebut. Sementara itu secara tahunan kredit investasi mencatat pertumbuhan signifikan dan tertinggi dibandingkan 2 jenis kredit lainnya yakni sebesar 34,69% (yoy). Sementara kredit konsumsi dan kredit modal kerja juga menunjukan pertumbuhan positif dimana masing-masing mencatat sebesar 28,31% dan 19,94%. Berdasarkan jenis usahanya, BUK di Provinsi Lampung mencatat pertumbuhan kredit sebesar 4,07% (qtq) lebih rendah dibandingkan dengan BUS yang tumbuh sebesar 6,18% (qtq). Kondisi yang sama juga terjadi pertumbuhan tahunan dimana kredit di BUK mencatat pertumbuhan 24,81% (yoy) dengan nominal sebesar Rp26,04 triliun dibandingkan dengan BUS yang tumbuh 34,45% (yoy) dengan nominal 1,71 triliun. Berdasarkan sektor ekonomi, secara triwulanan sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali kredit pada sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dan sektor jasa sosial. Sektor listrik, gas dan air tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 39,32% (qtq) meskipun secara sektoral mempunyai share terendah yakni sebesar 0,10%. Sementara itu secara tahunan seperti triwulan sebelumnya pertumbuhan tertinggi masih dicatat sektor pertambangan sebesar 784,42% (yoy). 43

63 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.9. Kredit Bank Umum No Uraian Trw III 2011 (miliar Rp) Trw II 2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III-2012 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Usaha Bank 22, , , Konvensional 20, , , Syariah 1, , , B Jenis Penggunaan 22, , , Modal Kerja 11, , , Investasi 4, , , Konsumsi 6, , , C Sektor Ekonomi 22, , , Pertanian 2, , , Pertambangan Industri 2, , , Listrik Konstruksi Perdagangan 6, , , Angkutan Jasa Umum , , Jasa Sosial Lain-lain 7, , , Sumber: LBU dan LBUS Tabel Porsi Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Daerah 2012 Pangsa Pertumbuhan TW III TW II TW III TW III QTQ YOY Metro 1,263,266 1,308, % 3.56% 28.68% Bandar lampung 21,692,902 22,729, % 4.78% 26.72% Tanggamus 500, , % -3.98% 6.39% Tulang bawang 230, , % % 98.51% Lampung Barat 88, % Lampung utara 1,796,207 1,725, % -3.95% 5.19% Lampung tengah 1,040,068 1,042, % 0.22% 17.54% Lampung selatan 112, , % 58.01% 69.99% kredit 26,636,499 27,755, % 4.20% 25.37% Sumber: LBU dan LBUS Berdasarkan lokasi bank, penyaluran kredit pada triwulan laporan masih didominasi oleh penyaluran kredit di kota Bandar Lampung dengan pangsa mencapai 81,89% yang tumbuh sebesar 4,78% (qtq) dari Rp21,69 triliun menjadi Rp22,72 triliun. Sebagian kabupaten/ kota mengalami peningkatan dibanding triwulan II-2012, dengan pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sebesar 58,01% (qtq). Sementara itu kabupaten Tanggamus, Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Lampung Utara tercatat mengalami penurunan pertumbuhan yakni masing-masing turun sebesar 3,98%, 12,30% dan 3,95% Kualitas Kredit Meningkatnya penyaluran kredit Bank Umum di Provinsi Lampung juga diiringi dengan kualitas pengembalian yang membaik dan tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang mengalami penurunan dari 2,89% pada triwulan II-2011 menjadi 2,73% di triwulan laporan. 44

64 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Peningkatan kualitas kredit berasal dari BUK dengan rasio NPL yang menurun dari 2,93% menjadi 2,78% serta kualitas kredit BUS dengan rasio NPF yang turun dari 2,18% menjadi 2,05%. Grafik 3.3. Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah % Bank Konvensional Bank Syariah Bank Umum I II III IV I II III Sumber: LBU dan LBUS 2.6. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum % Grafik 3.4. Perkembangan Suku Bunga dan Spread Suku Bunga Bank Umum simpanan spread kredit BI rate (Axis kanan) % I II III IV I II III IV I II III Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Peran intermediasi perbankan secara umum masih membaik meski terdapat sedikit kenaikan suku bunga pinjaman, yang pada triwulan laporan meningkat dari 13,66% menjadi 13,68%. penurunan tingkat suku bunga pinjaman yang lebih rendah dibandingkan suku bunga simpanan 45

65 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran menyebabkan spread suku bunga mengalami peningkatan dari 8,70% di triwulan II-2012 menjadi 8,78% di triwulan laporan. Sementara itu dengan suku bunga acuan BI Rate masih tetap pada level 5,75%, suku bunga simpanan bank umum berupa giro dan deposito pada triwulan III-2012 menunjukkan penurunan. Suku bunga giro mengalami penurunan dari 0,61% menjadi 0,57%, suku bunga deposito turun dari 4,96% menjadi 4,90%. Sedangkan suku bunga tabungan pada triwulan berjalan menunjukan sedikit peningkatan dari 0,75% pada triwulan II-2012 menjadi 0,76% di triwulan laporan. % Grafik 3.5. Perkembangan Tingkat Suku Bunga DPK Bank Umum Giro Tabungan Simpanan Berjangka I II III IV I II III Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.7. Intermediasi Bank Umum : LDR dan Kredit Baru Pertumbuhan DPK yang lebih rendah dari pertumbuhan kredit membuat rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) bank umum di Provinsi Lampung meningkat dari 120,77% pada triwulan II-2012 menjadi 123,34% di triwulan laporan. Relatif tingginya LDR perbankan di Lampung menunjukan bahwa pemberian kredit dibiayai dari dana yang berasal dari luar Lampung. Berdasarkan hasil survei liaison Bank Indonesia, sebagian perusahaan yang beroperasi di wilayah Lampung menempatkan dananya di kantor pusat di Jakarta. 46

66 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.6. Perkembangan Intermediasi Bank Umum Rp miliar 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Realisasi Kredit baru 130 LDR (%) axis kanan , I II III IV I II III IV I II III Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Berdasarkan lokasi kantor, Bank Umum di kota Bandar Lampung masih memiliki rasio LDR tertinggi mencapai 152,42% lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yakni 130,74%. Sedangkan rasio LDR di Kabupaten Lampung Selatan masih menjadi yang terendah meskipun sedikit mengalami peningkatan dari 36,25% pada triwulan II-2012 menjadi 44,76% pada triwulan laporan. Meningkatnya fungsi intermediasi Bank Umum di Lampung Selatan terkait dengan bertambahnya jumlah kantor cabang bank umum yang beroperasi di wilayah tersebut Grafik 3.7. Tingkat Intermediasi Bank Umum Berdasarkan Lokasi % % LDR NPL (axis kanan) Metro Tanggamus Lambar Lamteng Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.8. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) 47

67 miliar Rp Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Potensi pembiayaan perbankan kepada sektor UMKM yang masih terbuka dan terus meningkat. Nilai outstanding kredit Usaha mikro, kecil, dan menengah pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan sebesar 0,24% (qtq) atau 21,92% (yoy). Dari total outstanding kredit MKM sebesar Rp11,14 triliun, sebanyak 74,79% (Rp8,33 triliun) digunakan untuk modal kerja, dan 25,21% (Rp2,81 triliun) untuk investasi. Pertumbuhan triwulanan terjadi pada investasi sebesar 3,69% (qtq) sedangkan modal kerja turun sebesar 0,87% (qtq). Namun demikian secara tahunan seluruh jenis kredit tumbuh positif masing-masing sebesar 21,79% (yoy) untuk kredit modal kerja, dan sebesar 22,33% (yoy) untuk kredit investasi. 12,000 10,000 Grafik 3.8. Perkembangan Kredit MKM 8,000 6,000 4,000 2,000 - II III IV I II III IV I II III IV I II III Investasi 1,0 1,0 1,2 1,2 2,0 2,2 1,9 2,0 2,1 2,2 2,4 2,7 2,7 2,8 Modal kerja 5,1 5,3 5,6 5,2 6,0 5,9 6,1 6,5 6,5 6,8 7,3 7,3 8,4 8,3 Sumber: LBU dan LBUS 2.9. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sejalan dengan upaya peningkatan realisasi KUR nasional, kinerja penyaluran KUR Provinsi Lampung pada triwulan III 2012 juga menunjukkan perkembangan yang cukup baik ditandai dengan peningkatan baki debet kredit dan peningkatan jumlah debitur. Penyaluran KUR di Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan baki debet sebesar 7,96% (qtq) dan 39,48% (yoy) dengan pertumbuhan debitur 7,54% (qtq) dan 37,85% (yoy) yang mencapai 164,072 debitur. Secara nasional berdasarkan posisi baki debet kredit Provinsi Lampung tercatat di ranking ke 15 dan ke 4 untuk wilayah Sumatera setelah Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi. 48

68 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.9. Perkembangan KUR 2,000 1,600 1,200 plafond Rp Juta jml debitur-axis kanan baki debet Rp Juta II III IV I II III IV I II III Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian diolah Dari penyaluran KUR sebesar Rp0,87 triliun, berdasarkan sektor usaha penyaluran kredit di dominasi penyaluran ke Sektor PHR dengan pangsa sebesar 47,76% dengan pertumbuhan 6,71% (qtq) atau 74,04% (yoy). Sedangkan sektor unggulan daerah yakni pertanian memiliki pangsa sebesar 41,80%, hal ini menunjukan dibandingkan dengan penyaluran kredit umumnya realisasi KUR di Provinsi Lampung lebih mendukung pembiayaan di sektor unggulan daerah yakni pertanian meskipun mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 17,28% (qtq) atau 22,17% (yoy). Kualitas penyaluran KUR yang ditunjukan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) masih dalam kondisi yang sangat baik yakni sebesar 0,79% lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional yang mencapai 3,7% dan NPLs penyaluran kredit umum perbankan lampung sebesar 2,60%. Berdasarkan sektor ekonomi NPLs KUR Lampung tertinggi terjadi di sektor PHR sebesar 0,65% dan Sektor Pertanian sebesar 0,12%. % Grafik Perbandingan NPL's NPLs KUR Lampung NPLs KUR Nasional I II III IV I II III IV I II III Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian diolah 49

69 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3. BANK PERKREDITAN RAKYAT Kinerja BPR di Provinsi Lampung menunjukan tren yang positif ditunjukkan oleh perkembangan beberapa indikator kinerja. Pertumbuhan terjadi pada indikator berupa asset, penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang tumbuh masing-masing mencapai 2,90% (qtq), 0,44% (qtq) dan 3,72% (qtq) lebih tinggi dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 0,30% (qtq), 0,42% (qtq) dan 0,53% (qtq). Sementara itu dari sisi kualitas kredit yang disalurkan meningkat sebagaimana ditunjukkan dengan penurunan rasio NPL dari 1,78% menjadi 1,68%. Posisi BPR di Provinsi Lampung dibanding Nasional Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, total aset BPR secara nasional pada triwulan III 2012 posisi hingga bulan Agustus 2012 mencapai Rp61,78 triliun, tumbuh 2,91% dibanding triwulan II Dari 33 Provinsi di Indonesia, jumlah aset BPR Lampung menempati urutan ke-5 setelah Jawa Tengah (Rp13,76 triliun), Jawa Barat (Rp10,51 triliun), Jawa Timur (Rp7,38 triliun) dan Bali (Rp5,46triliun). Kondisi ini mengindikasikan bahwa industri BPR di Lampung masih peranan yang cukup besar dibanding wilayah lain di Indonesia, terutama untuk BPR yang berada di luar Pulau Jawa dan Bali. Perkembangan Kelembagaan BPR Hingga akhir triwulan III-2012, tidak terdapat penambahan BPR di Provinsi Lampung sehingga total jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Lampung tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni sebanyak 33 buah dengan lokasi kantor pusat meliputi Bandar Lampung (14 BPR), Metro (3 BPR), Lampung Tengah (5 BPR), Lampung Selatan (2 BPR), Lampung Utara (2 BPR), Lampung Timur (4 BPR), Tanggamus (1 BPR), Tulangbawang (1 BPR), dan Way Kanan (1 BPR). Untuk mendukung operasional pelayanan terhadap nasabah BPR, terdapat 5 unit mesin ATM yang tersebar masing-masing di Bandar Lampung, Metro, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Lampung Timur. Perkembangan Aset dan DPK BPR Aset BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp4,81 triliun atau tumbuh 2,90% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2012 yang mencatat pertumbuhan 0,30% (qtq). Pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan BPR Syariah (BPRS) yang mampu tumbuh sebesar 50

70 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 6,67% (qtq), sementara aset BPR konvensional (BPRK) mengalami pertumbuhan 2,76% (qtq). Indikator berupa Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan sebesar 3,72% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari kenaikan nominal tabungan yang tumbuh sebesar 8,43% (qtq) dari Rp0,55 triliun menjadi Rp0,59 triliun, sedangkan produk simpanan berjangka tumbuh sebesar 2,68% (qtq) atau 10,89% (yoy). Sementara itu, dilihat dari pangsa masing-masing jenis simpanan terhadap total DPK, simpanan berjangka secara umum masih menjadi pangsa terbesar dengan persentase 81,17%. No Uraian Sumber: LBU dan LBUS Tabel Asset & DPK BPR Trw III 2011 (miliar Rp) Trw II 2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III-2012 qtq (%) yoy (%) A Asset 4, , , Konvensional 3, , , Syariah B DPK 2, , , Konvensional 2, , , Syariah B Jenis DPK 2, , , Tabungan Simpanan Berjangka 2, , , Perkembangan Kredit BPR dan Kualitas Kredit BPR Outstanding kredit BPR hingga akhir triwulan laporan mencapai Rp3,92 triliun, meningkat 0,44% (qtq) atau 19,79% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, sebanyak 81,61% kredit BPR atau sebesar Rp3,20 triliun masih disalurkan untuk konsumsi, 15,75% atau sejumlah Rp0,62 triliun untuk modal kerja; dan hanya 2,64% atau Rp0,11 miliar untuk investasi. Kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi baik secara triwulanan maupun secara tahunan yakni masing-masing sebesar 15,74% (qtq) dan 110,44% (yoy). Masih dominannya kredit konsumsi menunjukkan bahwa industri BPR di Lampung terfokus pada nasabah konsumtif yang memiliki aspek risiko gagal bayar rendah, mengingat sebagian besar kredit di sektor ini disalurkan kepada pegawai. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit BPR untuk sektor perdagangan masih memiliki pangsa yang terbesar, setelah sektor lain-lain. Nominal kredit sektor perdagangan ini mencapai Rp0,35 triliun dengan pangsa sebesar 8,97% dari total kredit BPR di triwulan laporan. Sejalan dengan peningkatan kualitas kredit di bank umum, kualitas kredit BPR juga mengalami peningkatan, indikatornya tampak dari rasio NPL BPR yang menurun dari 1,78% 51

71 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran menjadi 1,68%. Penurunan NPL tersebut berasal dari turunnya rasio NPL pada BPR konvensional dari 1,74% menjadi 1,67% (qtq) dan turunnya rasio Non Performing Financing (NPF) BPR Syariah yang dari 2,92 % di triwulan II-2012 menjadi 1,97% di triwulan laporan. Perkembangan LDR dan L/R Tahun Berjalan Sama halnya dengan kondisi LDR bank umum, tingkat intermediasi BPR di Lampung pada triwulan laporan menunjukkan angka yang relatif tinggi yaitu sebesar 124,64% walaupun mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2012 yaitu sebesar 128,71%. Meski tidak terdapat pertumbuhan yang signifikan terhadap indikator aset, kredit dan DPK serta meningkatnya kualitas kredit, pada indikator laba/rugi, selama triwulan laporan BPR tercatat mengalami peningkatan laba yang cukup tinggi yakni sebesar 50,81% (qtq), dari Rp0,14 triliun menjadi Rp0,22 triliun. Peningkatan laba pada industri BPR di Lampung berasal dari pertumbuhan laba BPR konvensional maupun BPR Syariah yang masing-masing mencatat peningkatan laba sebesar 50,98% dan 43,76% dibanding triwulan sebelumnya. Grafik Perkembangan LDR dan NPL BPR Lampung LDR (%) NPL axis Kanan (%) I II III IV I II III Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Peningkatan laba BPR Lampung juga diiringi oleh penurunan rasio BOPO dari 60,02% menjadi 59,47% (qtq) pada triwulan laporan. Kondisi ini mengindikasikan kinerja BPR yang lebih optimal dibandingkan dengan triwulan sebelumnya karena peningkatan laba juga diiringi dengan penurunan biaya operasional. Penurunan rasio BOPO pada triwulan laporan menunjukan bahwa operasional BPR wilayah Lampung semakin efisien. Sejalan dengan peningkatan laba dan penurunan rasio BOPO indikator berupa rasio rentabilitas juga menunjukkan peningkatan kemampuan bank dalam 52

72 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran menghasilkan keuntungan, sebagaimana tercermin dari peningkatan return on asset (ROA) dari 3,11% menjadi 4,56%. 4. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Kinerja perbankan syariah selama triwulan laporan secara umum menunjukkan perkembangan yang baik dimana terus mengalami pertumbuhan yang selalu meningkat. Hal ini tampak dari indikator berupa aset, DPK, pembiayaan, maupun laba rugi. Tabel Indikator Perbankan Syariah No Uraian Trw III 2011 (miliar Rp) Trw II 2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III 2012 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Asset - Jenis Bank 1, , , BUS 1, , , BPRS B DPK - Jenis Bank , , BUS , , BPRS C DPK - Jenis Simpanan , , Giro Tabungan Simpanan Berjangka C Pembiayaan - Jenis Bank 1, , , BUS 1, , , BPRS D Pembiayaan - Jenis Penggunaan 1, , , Modal Kerja Investasi Konsumsi E NPF (%) F FDR (%) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Aset perbankan syariah baik secara triwulan dan tahunan menunjukan pertumbuhan positif, secara triwulan tumbuh sebesar 5,28% (qtq) yang disumbang oleh pertumbuhan pada Bank Umum Syariah (BUS) sebesar 5,18% (qtq) dan BPR Syariah (BPRS) sebesar 6,67% (qtq), dengan perbandingan pangsa aset BUS dan BPRS masing-masing sebesar 92,75% dan 7,25%. Sedangkan secara tahunan tumbuh secara signifikan yakni sebesar 40,21% (yoy) yang disumbang pertumbuhan BUS sebesar 39,75% (yoy) dan BPRS Syariah sebesar 46,45% (yoy). Sejalan dengan peningkatan aset jumlah simpanan DPK bank syariah secara triwulanan dan tahunan tumbuh masing-masing sebesar 8,40% (qtq) dan 39,61% (yoy). Simpanan berupa 53

73 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran tabungan masih mendominasi penghimpunan DPK dengan pangsa sebesar 60,99% atau senilai Rp0,73 triliun yang tumbuh sebesar 10,79% (qtq). Selain itu, giro juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,07% (qtq) serta simpanan berjangka tumbuh sebesar 5,05% (qtq), atau masing-masing menjadi Rp0,09 triliun dan Rp0,36 triliun pada akhir triwulan laporan. Dari sisi pembiayaan, pada triwulan III-2012 tercatat pertumbuhan sebesar 6,18% (qtq) dan 35,32% (yoy), dengan 46,38% dari total pembiayaan disalurkan untuk tujuan modal kerja. Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, sektor pertanian, sektor PHR dan sektor lain-lain pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan positif, sedangkan sektor lainnya mengalami pertumbuhan negatif. Sedangkan pembiayaan untuk sektor mayoritas yakni sektor lain-lain dengan pangsa terbesar 41,46% tumbuh sebesar 1,98% (qtq) sejalan dengan peningkatan pembiayaan jenis konsumsi. Grafik Perkembangan Indikator Aset, Pembiayaan dan Pendanaan triwulananan (qtq) % Asset Pembiayaan Pendanaan I II III IV I II III Sumber: LBU dan LBUS Pertumbuhan pembiayaan Bank Syariah yang lebih rendah dibandingkan dengan penghimpunan dananya menyebabkan financing deposit ratio (FDR) menurun dari 156,81% pada triwulan II-2012 menjadi 153,60% pada triwulan laporan. Di sisi lain kualitas pembiayaan bank syariah menunjukan peningkatan kualitas dimana rasio Non Performing Finance (NPF) turun dari 2,23% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,04% (qtq). Peningkatan kualitas kredit tersebut terjadi pada BUS maupun BPRS dimana masing-masing NPF-nya menurun, yang pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 2,83% dan 2,92% menjadi 2,05% dan 1,97%. 54

74 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Indikator FDR dan NPF Perbankan Syariah Lampung FDR % NPF % (axis kanan) II III IV I II III IV I II III Sumber: LBU dan LBUS 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL Perkembangan aliran uang kartal yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lampung pada triwulan III-2012 mengalami net-outflow, yang berarti jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan aliran uang masuk. Kegiatan transaksi aliran uang kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Lampung menunjukkan net-outflow sebesar Rp0,68 triliun, dibandingkan dengan triwulan II-2012 yang juga mengalami net-outflow sebesar Rp1,93 triliun. Jumlah aliran uang keluar pada periode laporan tercatat sebesar Rp 2,48 triliun atau meningkat sebesar 28,72% (qtq), sedangkan jumlah aliran uang masuk tercatat sebesar Rp2,42 triliun, atau meningkat sebesar 189,92% (qtq). Peningkatan jumlah aliran uang keluar, terkait dengan meningkatnya kebutuhan uang menjelang perayaan yang terjadi selama bulan Juli dan Agustus Selain itu juga, kenaikan permintaan kebutuhan uang oleh perbankan pada periode tersebut disebabkan masih terdapatnya panen hasil perkebunan seperti kopi dan lada di sebagian wilayah seperti Lampung Utara dan Lampung Barat. Sementara itu peningkatan jumlah aliran uang masuk berasal dari arus kembali uang ke sistem perbankan pasca perayaan hari raya Idul Fitri pada periode menjelang akhir bulan Agustus yang kemudian masih berlanjut di bulan September

75 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 5.2. PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB) Pada Triwulan III-2012, untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pada saat menjelang perayaan hari raya Idul Fitri, Bank Indonesia berkerjasama dengan 3 bank umum untuk melayani kegiatan penukaran uang terutama untuk memenuhi kebutuhan uang kecil pada kegiatan penukaran uang. Meskipun arus uang masuk menunjukkan peningkatan, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar pada triwulan laporan justru mengalami penurunan sebesar 89,46% dari Rp0,10 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp0,01 triliun pada triwulan laporan. Penurunan tersebut menunjukan bahwa kondisi uang kartal yang masuk ke Bank indonesia masih dalam kondisi layak dan masih dapat diedarkan kembali kepada masyarakat melalui perbankan. miliar Rp 2,500 Grafik Perkembangan Aliran Uang Kartal 2, , I II III IV I II III , ,500 inflow outflow net flow 2.484, Sumber : Bank Indonesia Penurunan pemusnahan uang terjadi karena masih banyaknya uang layak edar yang masuk di Bank Indonesia sehingga masih dapat diedarkan kembali kepada masyarakat. Dengan perkembangan tersebut rasio PTTB terhadap uang kartal yang masuk (inflow) tercatat sebesar 0,46%, yang mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2012 yang tercatat sebesar 12,55%. 56

76 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan PTTB dan Inflow di KPw Bank Indonesia Provinsi Lampung Sumber : Bank Indonesia miliar Rp % 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III PTTB Inflow Rasio PTTB/Inflow Dalam rangka pemenuhan kebutuhan uang pecahan di masyarakat, Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang kartal layak edar baik melalui kegiatan kas keliling maupun loket penukaran uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. Jumlah nominal penukaran uang pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan sebesar 45,49% (qtq) dari Rp36,15 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp52,60 miliar. Pangsa pecahan terbesar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah pecahan dengan nominal Rp 5.000,- yaitu sebesar 27,69%, diikuti oleh pecahan dengan nominal Rp10.000,- dan Rp20.000,- masing-masing dengan pangsa sebesar 25,87% dan 21,82%. Periode Tabel Perkembangan Penukaran Uang di Bank Indonesia Provinsi Lampung Nominal (Rp Juta) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 500 Rp 200 Rp 100 TOTAL Juli 1, , , , ,9 404,8 79,5 20,4 11, ,3 Agustus 1.418, , , , , ,3 46,0 20,2 8, ,4 September 18, , , ,5 622,7 297,4 49,3 15,1 9, ,1 TW III , , , , , , ,5 174,8 55,7 28, ,8 Oktober 10,4 49, , , , ,1 390,2 48,8 15,6 2, ,2 November 122,3 189, , , , ,9 429,3 28,5 10,4 7, ,3 Desember 165, , , ,6 872,6 356,2 38,3 12,6 8, ,0 TW IV ,7 404, , , , , ,7 115,5 38,6 18, ,5 Januari 375, , , , ,4 358,0 13,5 1,8 0, ,9 Februari 10,0 53, , , ,9 988,1 408, ,0 Maret 10,0 44, , , , ,7 502,7 0, ,2 TW I ,0 473, , , , , ,2 13,5 1,8 0, ,1 April 40,0 31, , , , ,4 259,1 3,7 0,9 0, ,8 Mei 25,5 5, , , , ,4 192,9 17, ,7 Juni 236, , , , ,2 217,4 29,1 2, ,1 TW II ,3 36, , , , ,0 669,4 50,2 0,9 2, ,6 Juli 20, , , , ,9 523,5 42,0 4,0 3, ,2 Agustus 234, , , , , ,6 39,8 5,0 3, ,4 September 17,5 115, , , ,0 670,0 307,5 20,3 10,4 4, ,3 TW III ,5 369, , , , , ,6 102,1 19,4 10, ,9 Sumber : Bank Indonesia 57

77 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 5.3. PENEMUAN UANG PALSU Grafik Komposisi Penemuan Uang Palsu Berdasarkan Jumlah Bilyet Rp100,000, 65.91% Rp5,000, 0.30% Sumber : Bank Indonesia Rp10,000, 0.30% Jumlah temuan uang palsu yang dilaporkan ke Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung selama triwulan III-2012 secara nominal menurun sebesar 3,99% dibandingkan triwulan II-2012 dari Rp86,63 juta menjadi Rp83,17 juta. Demikian halnya juga dengan penurunan jumlah bilyet sebesar 13,32%, dibandingkan pada triwulan II yaitu lembar menjadi 1009 lembar. Dengan perkembangan tersebut, rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 0,0104% menjadi 0,0034% di triwulan laporan. Rp50,000, 32.61% Rp20,000, 0.89% 5.4. PERKEMBANGAN KLIRING DAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Nilai transaksi kliring selama triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp7,32 triliun. Nilai tersebut meningkat 3,77% bila dibandingkan dengan triwulan II-2012 sebesar Rp7,06 triliun, meskipun jumlah hari kerja mengalami penurunan dari 62 hari menjadi 61 hari. Di sisi lain, jumlah volume transaksi kliring sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 1,55% dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar pada triwulan laporan, dengan rata-rata perputaran harian sebanyak lembar. Tabel Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung Kliring Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Perputaran Nominal (milyar Rp) 5, , , , , , , Lembar 190, , , , , , Perputaran Harian Nominal (milyar Rp) Lembar 3,080 3,261 3,204 3,146 3,220 3,402 3,404 Cek/BG kosong Nominal (milyar Rp) Lembar 2,182 2,423 2,451 2,581 2,813 2,614 2,713 rasio cek/bg kosong % Sumber : Bank Indonesia 58

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Lampung Triwulan IV - 2007 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Timur Triwulan II - 2009 Kantor Bank Indonesia Samarinda KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 33/06/12/Thn. XX, 02 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN APRIL SEBESAR US$775,84 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 43/08/12/Thn. XX, 01 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JUNI SEBESAR US$632,13 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Thn.XVIII, 04 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$645,79 JUTA. Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 Pertumb Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV qtq MAKRO Laju

Lebih terperinci