PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PEMBANGKIT TURBIN GAS PLTGU TANJUNG PRIOK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PEMBANGKIT TURBIN GAS PLTGU TANJUNG PRIOK"

Transkripsi

1 MESIN, Vol. 4, No., Oktobe 9 18 PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PEMBANGKIT TURBIN GAS PLTGU TANJUNG PRIOK Indawanto 1, H. Cahyono 1 Poam Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Mesin dan Diantaa, ITB PT. Indonesia Powe Unit Pembankit Tanjun Piok Kontak: Indawanto, indawanto@tekpod.ms.itb.ac.id Rinkasan. Makalah ini menyajikan pemodelan dan simulasi sistem pembankit tubin as PLTGU Tanjun Piok. Pemodelan dilakukan denan pendekatan sistem tubin uap. Model yan dikembankan hanya meneima peubahan beban sebaai input pada sistem. Untuk penendalian fekuensi sistem dicoba tia jenis sistem kendali; speed-doop oveno, speed-doop oveno denan kendali inteal, dan speed-doop oveno denan denan kendali inteal dan deivatif. Hasil simulasi menunjukkan, saat tejadi peubahan beban, kendali speed-doop oveno denan kendali inteal dan deivatif mampu menembalikan fekuensi sistem ke 5 Hz tanpa osilasi. Abstact. This pape pesents the modelin and simulation of the as tubine eneatin system of Tanjun Piok Combined Cycle Powe Plant. The as tubine model is appoximated usin steam tubine systems. The model developed only accepts load chanes as input to the system. Thee types of contol systems; speed-doop oveno, speed-doop oveno with inteal contol, and speed-doop oveno with inteal and deivative contol have been tied to contol the fequency of the system. The simulation esults show that, in the pesence of load chanes, the speed-doop oveno with inteal and deivative contol is able to bin back the system fequency to 5 Hz without oscillation. Keywods: Gas tubines, contol systems, ovenos, speed-doop, inteal and deivative contol.

2 Pemodelan dan Simulasi Sistem Pembankit Pendahuluan Suatu kebehasilan opeasi sistem tenaa listik adalah tecapainya penyediaan tenaa listik yan handal, aman dan ekonomis. Aspek keandalan ini menyankut kemampuan menatu dan menendalikan sistem pembankit tenaa lisik. Dalam penopeasian sistem tenaa listik sein dijumpai peubahan fekuensi, beban dan teanan secaa teus-meneus akibat anuan acak. Ganuan tesebut ada yan besifat tansien dan dinamik yan sanat meuikan kaena menyebabkan sistem tidak stabil (swin/huntin) sehina menakibatkan sistem opeasi tidak ekonomis, keusakan pealatan dan tip pada unit. Bekaitan denan hal itu maka dipelukan sistem kendali yan dapat denan cepat menembalikan sistem pembankit pada kondisi opeasi yan stabil. PLTGU Piok beada pada sistem 15 kv sistem Jawa Bali, yan mana Piokisland menyediakan tenaa listik untuk daeah DKI Jaya dan Bekasi. Meninat pembankit meupakan penyedia tenaa listik yan vital maka pentin untuk difahami peilaku dinamiknya melalui pemodelan dan studi sistem kendali dinamiknya sehina kineja sistem dapat dioptimumkan. Pemodelan dinamika sistem pembankit listik tubin as telah dikembankan oleh bebeapa peneliti. Rowen telah menembankan diaam blok funsi tansfe pembankit tubin as besa [1], meancan, menhitun dan memveifikasi ain, koefisien dan konstanta waktu denan penujian dan penalaman paktik lapanan yan dikumpulkan dai bebaai instalasi pada bebaai penunaan. Model funsi tansfe tesebut telah diunakan dalam analisis dinamik pembankit siklus abunan [], model tubin as kemba [3], model pembakaan tubin [4], pembankit tubin as bebahan baka biomassa [5] [6] dan bahkan pada pembankit listik tubin miko [7]. Pada dasanya model Rowen memiliki penendali kecepatan, suhu dan pecepatan. Penendali kecepatan denan kontol oveno meupakan penendali utama untuk opeasi yan efektif pada pembankit tubin as [8]. Speed-doop oveno lebih sesuai dai pada isochonous oveno untuk pembankit tubin as [9], denan penatuan doop yan dioptimalkan [1]. Speed-doop oveno yan dioptimalkan tidak akan menembalikan laju sistem ke nilai acuan oleh kaena itu dipelukan penendali sekunde yan efektif untuk membuat kesalahan saat steady state nol. Pada makalah ini akan dikembankan model dinamik sistem tubin as PLTGU Piok yan tehubun denan tansmissi Piok-island. Model yan dikembankan selanjutnya akan disimulasikan untuk menetahui peilaku dinamik sistem. Makalah ini disusun sebaai beikut: bab membahas data

3 184 Indawanto, H. Cahyono mesin PLTGU Piok, bab 3 membahas pemodelan tubin as, bab 4 membahas pemodelan sistem kendali dan simulasi dan ditutup denan kesimpulan pada bab 5. Data Mesin PLTGU Piok PLTGU Piok denan total kapasitas 118 MW tedii dai block denan masin-masin block tedii dai yakni Block 1 tedii atas 3 (Tia) buah Gas 13 MW dan 1 Steam Tubine MW; Block tedii 3 (Tia) buah Gas 13 MW dan 1 Steam Tubine MW. Konfiuasi combined cycle as tubine PLTGU Piok tedii tubin sd denan oveno katup bahan baka dan as buan dai tubin as dimanfaatkan untuk mendapatkan uap denan HRSG. Keluaan uap ini diatu oleh oveno katup tubin uap. Adapun tipe tubin as adalah ABB GT13E1 mempunyai kapasitas 13 MW, yan mana memiliki tipe silo denan bune anda dan combusto tunal denan tempeatue masuk tubin (TIT) 17 C dan tempeatue keluaan tubin (TAT) 545 C. Pada penatuan pime sistem kendali PLTGU Piok memiliki pealatan beupa oveno, sistem eksitasi dan Automatic Voltae Reulato. Penatuan Speed doop Ga tubin as adalah sebesa 4%. Pada tubin as tedapat penendali fekuensi dan penendali tempeatue. Sementaa itu pada penatuan sekunde dilenkapi denan Load Fequecy Contolle (LFC). PLTGU Piok tehubun denan bus infinite 15 KV dalam Piok-island yan menanun beban aea Jakata - Bekasi sebesa 75 MW pada settin fekuensi teendah 48,3 Hz. 3 Pemodelan Dinamik Tubine Gas GT 13E1 Tanjun Piok Sistem kendali pada sistem as tubine secaa ais besa tedii dai baian utama as tubine dan oveno seta sistem eksitasi. Gabunan dai kedua sistem tesebut dihubunkan denan eneato sehina tebentuk sistem kendali Pembankit Listik Tenaa Gas. Sistem kendali tesebut dimaksudkan untuk menjaa kestabilan aa fekuensi beada pada daeah yan diininkan sehina dapat menembalikan putaan oto kembali pada putaan sinkon seta teanan beada pada teanan nominal yan diininkan. Pembahasan pada Sistem as tubine dan oveno menyankut penuunan pesamaan dasa sampai dipeoleh Tansfe function-nya temasuk pembahasan tentan speed doop. Diaam blok model dinamik tubin as ditunjukkan pada Gamba 1.

4 Pemodelan dan Simulasi Sistem Pembankit 185 Gamba 1 Model dinamik tubin as pada pembankit daya 3.1 Pemodelan Tubin Gas Siklus Sedehana Tubin as siklus sedehana di PLTGU Piok meupakan poduksi ABB Type 13E1 denan kapasitas 13 MW yan menunakan uan baka tipe silo (Silo Combusto). Pemodelan dibuat bedasakan komponen utama yakni uan baka (Combusto) dan tubin as. Gamba menunjukkan sistem tubin as 13E1 di Tanjun Piok. Gamba Gas Tubine 13E1 Tanjun Piok Model matematis sistem tubine as dikembankan denan pendekatan model alian as melalui Vessel sepeti pada Gamba 3. Model ini sepeti yan penah diusulkan di [11], yan teutama bedasakan pemodelan yan diusulkan pada [1,13] (model IEEE). Bebeapa asumsi yan diadopsi dai model IEEE adalah: Pada tubin as, campuan udaa dan as lebih kuan sama denan alian udaa, yakni laju alian massa bahan baka jauh lebih kecil daipada laju alian massa udaa.

5 186 Indawanto, H. Cahyono Menunakan model tubin uap yan disedehanakan, denan menasumsikan bahwa pembankitan daya teantun secaa eksklusif dai pemanfaatan pada dai tubin as. Kehilanan tekanan pada uan baka diabaikan. Denan menacu ke [11,1,13], tubin as dapat dimodelkan secaa sedehana denan diaam pada Gamba 3. Gamba 3 Pemodelan tubin as sebaai vessel Pada Gamba 3, q adalah laju alian massa as dan V adalah volume vessel. Pesamaan kontinuitas massa dalam vessel belaku d q 1 q V (1) dt denan q 1 = alian massa as input (k/s), q = alian massa as output (k/s), V = volume vessel (m 3 ), = apat massa as (k/m 3 ) dan t = waktu (s). Diasumsikan keluaan as poposional tehadap tekanan di dalam vessel sehina: p q q sehina p dp p dq dt q dt yan mana p = tekanan as dalam vessel, p = tekanan ata-ata, dan q = laju keluaan as dai vessel ata-ata. Pada suhu tetap, peubahan apat massa dapat dinyatakan denan d dp dt dt p () Ketika tejadi peubahan laju alian massa as input maka massa as dalam vessel akan beubah secaa poposional yan besanya dinyatakan dalam pesamaan

6 Pemodelan dan Simulasi Sistem Pembankit 187 q dp p V V p dt p q dq dt q1 q (3) Jika T adalah waktu yan bekaitan denan momen inesia dai as di dalam p vessel T V maka Pesamaan (3) dapat ditulis menjadi q p dq q T (4) dt q1 Denan tansfomasi Laplace pada Pesamaan (4) didapat tansfe function sebaai beikut: Q ( s) 1 (5) Q ( s) 1 Ts 1 3. Model Combusto Pada tubin as, campuan udaa dan bahan baka (selanjutnya disebut bahan baka) tidak lansun memuta tubin namun haus tebaka telebih dahulu dalam uan baka. Untuk itu pelu dipehitunkan waktu tinal (time la) bahan baka di uan baka yan dapat dinyatakan denan pesamaan beikut: t yt Td t Td q1 (6) yan mana y(t) adalah laju alian massa bahan baka (k/m 3 ) dan T d waktu tinal dalam uan baka (s). Dalam hal ini, pembakaan belum selesai jika t < T d. Funsi tansfe antaa as yan kelua dai uan baka denan bahan baka yan masuk ke uan baka dapat dinyatakan denan: Q Y s s 1 T d s e (7) Menabunkan Pesamaan (5) dan Pesamaan (7) maka dapat dipeoleh funsi tansfe laju alian massa as kelua tubin tehadap laju alian massa bahan baka sebaai beikut

7 188 Indawanto, H. Cahyono s s T Q e d s (8) Y 1Ts 3.3 Sistem Goveno Sistem oveno yan diunakan pada pembankit ini adalah sistem oveno elektik hidolik. Sistem oveno Electik Hidolik tedii dai baian elektonik yan mendapatkan input dai sinyal laju putaan (speed) dan beban (MW). Keluaan baian elektonik ini beupa sinal teanan yan dikonvesikan menjadi tekanan hidolik oleh electo-hydaulic convete (EHC). Selanjutnya fluida hydaulik betekanan tesebut akan meneakkan sevo contol valve tekanan tini. Goveno akan beaksi untuk menahan peubahan fekuensi. Senso laju putaan oveno ini dapat beupa flyball assembly atau fequency tansduce. Keluaan senso laju dan senso beban (MW) melewati penkondisi sinyal dan penuat (amplifie) yan beupa kombinasi elemen hidaulik mekanik, ankaian elektonik dan softwae. Gamba4) menunjukkan sistem oveno Gamba 4 Sistem Goveno 3.4 Isochonous dan Speed Doop Goveno Pada umumnya jenis oveno pada pembankit listik dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yakni Isochonous oveno dan speed doop oveno. Isochonous oveno adalah oveno yan akan menjaa laju putaan eneato konstan pada semua kondisi beban. Isochonous oveno dapat bekeja denan baik jika tehubun denan beban yan teisolasi atinya satu eneato untuk menyediakan listik pada suatu daeah teisolasi tanpa ada sumbe listik dai eneato lain atau hanya satu eneato pembankit yan meespon peubahan beban pada sistem denan banyak pembankit.

8 Pemodelan dan Simulasi Sistem Pembankit 189 Pada sistem yan tekoneksi denan dua atau lebih pembankit listik dipelukan speed doop oveno denan tujuan bahwa jika tejadi anuan yan menyebabkan peubahan fekuensi maka beban sistem dapat ditanun oleh bebeapa unit pembankit secaa besama-sama. Pada PLTGU Piok diunakan tipe speed doop oveno. Speed doop adalah funsi oveno yan akan menuunkan laju acuan oveno saat keandaan bahan baka (beban) meninkat. Dinamika speed-doop oveno dapat dinyatakan denan Pesamaan (9) di bawah ini [14]. Y( s) P ef ( s) K ( s) R 1 st (9) denan: Y R = peubahan bukaan katup bahan baka = penatuan speed doop oveno K = adalah penuatan laju oveno T = adalah konstanta waktu oveno = peubahan fekuensi Di dalam paktek speed doop beupa settin yan tepasan sebaai eulasi pime aa setiap pembankit dapat bekontibusi memenuhi pemintaan beban pada saat tejadi penuunan fekuensi yan dapat dinyatakan denan Pesamaan (1). denan P KF (1) P = vaiasi beban (MW) F = vaiasi fekuensi (F - 5 Hz ) K = ain contolle (MW/Hz) Nilai K didapat dai Pesamaan (11) beikut ini: P K (11) f R

9 19 Indawanto, H. Cahyono denan P = beban nominal (MW) R = speed doop f = fekuensi nominal (Hz) Gamba 5 menunjukkan espon pembankit tehadap peubahan beban. Pada penatuan menunakan speed-doop oveno pembankit tidak akan menembalikan ke laju putaan tubin ke fequensi nominal tetapi ke dalam suatu jankauan sesuai denan pemilihan konstanta speed-doop. Gamba 5 Respon pembankit denan speed doop 3.5 Pemodelan Sistem Pembankit denan Beban Gamba 6 menunjukkan skematik sistem pembankit denan beban. Pesamaan eneato dapat dituunkan dai espon eneato saat tejadi peubahan beban maka tejadi peubahan tosi elektik (T e) eneato sehina tejadi ketidakseimbanan antaa tosi elektik denan tosi mekanik (T m). Keadaan tesebut menakibatkan tejadinya peubahan laju putaan yan mana pesamaan eak peubahan tesebut dapat dinyatakan denan Pesamaan (1). T denan m Gamba 6 Sistem Geneato d Te Ta J (1) dt

10 Pemodelan dan Simulasi Sistem Pembankit 191 T m = tosi mekanik T e = tosi elektik T a = tosi akseleasi J = momen inesia eneato dan tubin (k.m ) = laju putaan sudut (ad/s) t = waktu (s) Pada studi stabilitas sistem pembankit adalah biasa untuk menyatakan inesia suatu mesin sebaai asio enei kinetik yan tesimpan pada laju nominal tehadap daya nominal [14] yan dinyatakan denan Pesamaan [13] 1 J H (13) S base yan mana H adalah konstanta inesia (s), adalah laju putaan nominal poos (ad/s) dan S base adalah daya nominal mesin listik (kva). Selanjutnya momen inesia J dapat ditulis menjadi Pesamaan (14) H S (14) J base Denan mensubstitusi Pesamaan (14) ke dalam Pesamaan (1) didapat atau T m H d Te Sbase (15) dt T S Te d H dt m base / (16) Jika S base dan dinyatakan dalam satuan p.u. (pe unit) maka S base =1 dan =1. Kaena = + yan mana adalah peubahan fequensi oto, maka Pesamaan (16) dapat dituliskan menjadi Pesamaan (17) d Tm Te H (17) dt

11 19 Indawanto, H. Cahyono Denan tansfomasi Laplace pada Pesamaan (17) didapat 1 ( s) T m( s) Te ( s) (18) Hs Hubunan antaa daya (P) dan tosi (T) dinyatakan pada Pesamaan (19) P T (19) Pada saat kondisi tunak (steady state) yakni saat laju putaan tetap, penyimpanan kecil dai keadaan nominal dapat dituliskan sebaai beikut : P P P T T T yan mana P, T, P dan T masin-masin adalah daya nominal, tosi nominal, peubahan daya dan peubahan tosi. Dai Pesamaan (19) T T P P Hubunan antaa peubahan nilai, denan menabaikan suku pankat tini, dibeikan oleh Sehina P T T T m Te T m Te Pm Pe Pada keadaan tunak, tosi elektik dan mekanik adalah sama, T m = T e. Denan laju dinyatakan dalam satuan p.u. (pe unit), = 1, maka P P T T () m e m e yan mana P m = peubahan daya mekanik dan P e = peubahan daya elektik. Denan menunakan Pesamaan () maka Pesamaan (18) dapat dinyatakan denan Pesamaan (1) di bawah ini

12 Pemodelan dan Simulasi Sistem Pembankit ( s) P m( s) Pe ( s). (1) Hs Jika eneato tehubun denan beban P L speti pada Gamba 5 maka peubahan daya elektik P e yan dihasilkan eneato besanya dituliskan pada Pesamaan () beikut ini P P D () e yan mana L P L = peubahan beban tak sensitif tehadap fekuensi D = peubahan beban sensitif tehadap fequensi D = konstanta edaman beban sehina jika dai Pesamaan (1) didapat P e sepeti dituliskan pada Pesamaan (3) P m( s) Pe ( s) Hs e m P P Hs (3) Denan mensubtitusi Pesamaan () ke dalam Pesamaan (3) dipeoleh: P Hs P D m m L L Hs D P P (4) Gamba 7 menunjukkan diaam blok Pesamaan (4) yan menyatakan hubunan antaa P m, P L dan. Gamba 7 Diaam Blok Geneato denan Pembebanan P L

13 194 Indawanto, H. Cahyono 4 Pemodelan Sistem Kendali dan Simulasi Pembankit Tubin Gas 4.1 Model Sistem KendaliTubin Gas Teisolasi denan Speed-doop Model yan dikembankan pada baian ini ada model tubin as daya teisolasi denan speed-doop. Pemodelan tubin as daya teisolasi denan speed-doop dimaksudkan untuk menetahui penauh speed- doop meskipun hanya satu eneato yan beada dalam sistem. Gamba 8 menunjukkan diaam blok pembankit listik tubin as denan speed doop oveno. Gamba 8 Blok Diaam Pembankit Listik tubin as denan Speed doop oveno Bila tidak ada peubahan beban acuan P ef = maka model Gamba 8 tesebut dapat disedehanakan menjadi sistem sepeti ditunjukkan pada Gamba 9. Gamba 9 Model Pembankit Listik Gas Tubine eneato denan Speed doop oveno, P ef = Funsi tansfe pembankit denan speed doop oveno pada Gamba 9 dapat dinyatakan denan Pesamaan (5) P L s s 1 T s1 Ts Hs D1 T s1 Ts K e R Td s (5)

14 Pemodelan dan Simulasi Sistem Pembankit 195 Dai Pesamaan (5), denan memasukkan data paamete pada lampian 1 dan kaena nilai T d maka dipeoleh Pesamaan (6): atau ( s) P L 1,3s 1,6s 5s 1 1,3s 1,6s 1,6,4 (6) ( s) P L 1,9s 3,19s,9s 1 9,39s 1,9s 31,65 (7) Pesamaan (7) menyatakan hubunan antaa peubahan fekuensi tehadap peubahan beban. 4. Model Sistem Kendali Tubin Gas Teisolasi denan Speed-doop dan Kendali Inteal Sistem kendali ini sama denan yan tepasan di existin plant yakni menunakan kendali inteal (K i/s). Penambahan kendali inteal pada sistem untuk menhilankan penauh anuan konstant pada laju keluaan sistem. Gamba 1 menunjukkan amba diaam blok pembankit listik tubin as denan speed-doop ovenoo dan kendali inteal. Gamba 1 Diaam Blok Pembankit Listik tubin as denan Speed doop oveno dan kendali inteal Bila tidak ada peubahan beban acuan P ef = maka model Gamba 1 tesebut dapat disedehanakan menjadi sistem sepeti ditunjukkan pada Gamba 11.

15 196 Indawanto, H. Cahyono Gamba 11 Model Pembankit Listik Gas Tubine eneato denan Speed doop oveno + kendali inteal, P ef = Funsi tansfe model pembankit pada Gamba 11 dapat dituliskan pada Pesamaan 8 di bawah ini: P s s1 T s 1Ts L s td s Hs D1 T s 1Ts K K K e s R i (8) Dai Pesamaan (8), denan memasukkan data paamete pada Lampian 1 dan kaena nilai T d maka dipeoleh Pesamaan (9): P s s1,3s1,6s s 5s 1 1,3s1,6s L 1,9s 4 3,6s 3,186 3,19s,9s s 3 9,39s 1,9s 31,65s 3,186 (9) 4.3 Model Sistem KendaliTubin Gas Teisolasi denan Speed-doop dan Kendali Inteal dan Deivatif Kendali deivatif ditambahkan untuk meninkatkan dampin sistem aa osilasi saat tansient dapat dituunkan. Gamba 1 menunjukkan blok diaam pembankit tubin as denan speed doop oveno dan kendali inteal dan deivatif.

16 Pemodelan dan Simulasi Sistem Pembankit 197 Gamba 1 Blok Diaam Pembankit Listik tubin as denan Speed doop oveno dan kendali inteal dan deivatif Bila tidak ada peubahan beban acuan P ef = maka model Gamba 1 tesebut dapat disedehanakan menjadi sistem sepeti ditunjukkan pada Gamba 13. Gamba 13 Blok Diaam Pembankit Listik tubin as denan Speed doop oveno dan kendali inteal dan deivatif Funsi tansfe model pembankit pada Gamba 13 dapat dituliskan pada Pesamaan 3 di bawah ini: P s s1 T s 1 Ts L s td s Hs D1 T s 1 Ts K K K K K s e s R I D (3) K D dipeoleh secaa pecobaan/simulasi yan mana K D adalah nilai tekecil yan menyebabkan osilasi cukup kecil saat tansien. Dai pecobaan dipeoleh nilai K D = 9 sehina Pesamaan 3 dapat ditulis menjadi Pesamaan 31 beikut ini:

17 198 Indawanto, H. Cahyono P s s1,3s 1,6s s 5s 1 1,3s 1,6s 3,6s L 1,9s 4 3,19s,9s s 3 9,39s 4,46s 31,65s 3,186 3, s (31) 4.4 Hasil Simulasi dan Analisis Model sistem kendali yan telah diancan Pesamaan (7) disimulasikan denan peankat lunak Matlab fo Window 9. Pada simulasi ini beban akan menalami penuunan sebesa,5 p.u. Gamba 14 menunjukkan espons pembankit akibat peubahan beban..35 Deviasi Fekuensi Speed Doop 4%.3.5. pu t,sec Gamba 14 Respon model tehadap peubahan beban,5 p.u Pada Gamba 14 telihat bahwa denan speed doop ovenoo fekuensi menuju stabil pada.16 pu atau pada daeah keja fekuensi 5.8 Hz pada 4 second. Oveshoot tetini pada,35 p.u. Walaupun espons sistem stabil menuju ke fekuensi 5,8 Hz, namun dai Gamba 14 tampak bahwa sistem beosilasi saat menuju ke fekuensi kesetimbanan. Osilasi sepeti ini menunjukkan bahwa sistem memiliki konstata edaman yan endah dan umumnya tidak disukai kaena dapat membahayakan sistem. Dai hasil simulasi ini menujukkan bahwa penunakan oveno denan speed-doop saja belum dapat menhasilkan unjuk keja yan memuaskan.

18 Pemodelan dan Simulasi Sistem Pembankit Deviasi Fekuensi, Speed Doop 4% + Inteal Kontol.3.5. pu t,sec Gamba 15 Respon model denan speed-dopp oveno dan kendali inteal tehadap peubahan beban,5 p.u Gamba 15 menunjukkan espons fekuensi sistem untuk anuan beban sebesa,5 p.u. Oveshoot tetini pada,3 p.u. Penambahan kendali inteal mampu membawa fekuensi kesetimbanan ke fekuensi 5 Hz. Walaupun sistem sistem kendali mampu menembalikan fekuensi keluan kembali ke fekuensi 5 Hz, namun masih tedapat osilasi saat sistem tansien menuju ke fekuensi kesetimbanan..5 Deviasi Fekuensi, Speed Doop 4% + Inteal + Deivatif..15 pu t, sec Gamba 16 Respon model denan speed-doop ovenoo dan kendali inteal + divatif tehadap peubahan beban,5 p.u

19 Indawanto, H. Cahyono Gamba 16 menunjukkan espons fekuensi sistem denan speed-doop ovenoo dan kendali inteal + deivatif untuk anuan beban sebesa,5 p.u. Oveshoot tetini pada,3 p.u. Penambahan kendali inteal dan deivatif mampu membawa fekuensi keluaan sistem ke fekuensi 5 Hz tanpa osilasi. Pada umumnya sistem pembankit hanya memiliki senso fekuensi untuk menuku fekuensi keluaan sistem. Penambahan kendali deivatif dapat menuunkan osilasi saat tansien, tetapi untuk peneapan kendali ini dipelukan senso tambahan untuk menuku laku peubahan fekuensi atau estimato untuk menestimasi laju peubahan fekuensi. 5 Kesimpulan Pada makalah ini telah dilakukan pemodelan tubin as denan speed-doop oveno denan eneato yan tehubun denan sistem bus infinite isolated powe. Model tubin as yan dikembankan menunakan pendekatan model tubin uap. Dai simulasi sistem kendali fekuensi dapat disimpulkan bahwa untuk peubahan beban sebesa,5 p.u. fekuensi sistem akan beubah sebesa,35 p.u. untuk speed-doop ovenoo,,3 p.u. untuk speed-doop ovenoo denan kendali inteal dan,3 p.u. untuk speed-doop ovenoo dan kendali inteal + deivatif. Sistem kendali speed-doop ovenoo denan inteal dan deivatif mampu menembalikan fekuensi keluaaan sistem kembali ke fekuensi 5 Hz namun dalam peneapannya memelukan senso tambahan atau estimato. Untuk itu pelu dilakukan kajian lebih lanjut untuk melihat kemunkinan peneapan kendali speed-doop ovenoo dan inteal + deivatif pada sistem pembankit daya. 6 Dafta Pustaka [1] Rowen, W.I., Simplified Mathematical Repesentation of Heavy Duty Gas Tubines, ASME Jounal of Enineein fo Powe, 15, 1983 [] De Mello, F.P. and Ahne, D.J., Dynamic Models fo Combined Cycle Plants in Powe System Studies, IEEE Tansactions on Powe Systems, 9, 1994 [3] Hannett, L.N., Jee, G., and Fadanesh, B., A Goveno / Tubine Model fo a Twin Shaft Combustion Tubine, IEEE Tansactions on Powe Systems, 1, 1995 [4] Hannett, L.N. and Khan, A., Combustion Tubine Dynamic Model Validation Tests, IEEE Tansactions on Powe Systems, 8, 1993 [5] Juado, F., Otea, M., Cano, A., and Caipo, J., Neuo-Fuzzy Contolle fo Gas Tubine in Biomass-Based Electic Powe Plant, Electic Powe System Reseach, 6,

20 Pemodelan dan Simulasi Sistem Pembankit 1 [6] Juado, F., Cano, A., and Caipo, J., Biomass Based Mico-Tubine Plant and Distibution Netwok Stability, Eney Convesion and Manaement, 45, 4 [7] Guda, S.R., Wan, C., and Nehi, M.H., Modelin of Micotubine Powe Geneation Systems, Electic Powe Components and Systems, 34, 6 [8] Balamuuan, S., Xavie, R.J., and Jeyakuma, A.E., Simulation of Response of Gas Tubine Plant with Contolles, Poceedins of National System Confeence, Manipal, India, 7 [9] Balamuuan, S. and Xavie, R.J., Selection of Goveno fo Heavy Duty Gas Tubine Powe Plant, National Confeence on Moden tends in Electical and Instumentation Systems, Coimbatoe, India, 5 [1] Balamuuan, S., Xavie, R.J., and Jeyakuma, A.E., Selection of Goveno and Optimization of its Doop Settin and Roto Time Constant fo Heavy Duty Gas Tubine Plants, Indian Jounal of Powe and Rive Valley Development, 57, 7 [11] Mantzais, J. and Vounas, C., Modelin and Stability of a Sinle-Shaft Combined Cycle Powe Plant, Int. J. of Themodynamics, Vol.1(), 7 [1] De Mello, F.P. and Ahne, D.J., Dynamic models fo combined cycle plants in powe system studies, IEEE Tans. Powe Syst., Vol.9, 1994 [13] Kakimoto, N. and Baba, K., Pefomance of Gas Tubine-Based Plants Duin Fequency Dops, IEEE Tans. on Powe Syst., Vol.18(3), 3 [14] Kundu, P., Powe System Stability and Contol, McGaw-Hill Inc., 1994

21 Indawanto, H. Cahyono LAMPIRAN I DATA PARAMETER MESIN GAS TURBIN-GENERATOR GT 13E1 PLTGU PRIOK No. Nama Paamete Simbol Nilai Besaan 1 Penuatan Kecepatan Goveno K 1.6 pu Konstanta Waktu oveno T.3 s 3 Penatuan kecepatan oveno R.4 s 4 Gain Inteal KI K I.56 5 Waktu tanap dalam as Tubine T.6 s 6 Time la kondisi steady di Combusto T d s 7 Deviasi Beban GT 1. tl 17 maet 9 P L.5 p.u. kenaikan dai MW ke MW 8 Konstanta Inetia Geneato H 5 sec 9 Dampin pembebanan (load dampin) D 1 pu 1 Fekuensi Nominal F 5 Hz

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA Posidin Temu Ilmiah Nasional Dosen Teknik 007 FT-UNTAR ISBN : 978-979-9973--6 STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-202

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-202 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Pint) F-202 Pengatuan Kecepatan Moto Induksi Tiga Fasa Menggunakan Metode Flux Vecto Contol Bebasis Self-Tuning PI Fey Avianto dan Mochammad

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 1).Novizon ) Uyung Gatot S Dinata. Fakultas Teknik Univesitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGITIGA TRIPLE BAND ( 2,3 GHz, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz )

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGITIGA TRIPLE BAND ( 2,3 GHz, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz ) STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGITIGA TRIPLE BAND (,3 GHz, 3,3 GHz DAN 5, GHz ) Ibahim Sinaa, Ali Hanafiah Rambe Depatemen Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Sumatea Utaa Jl. Almamate,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (213) 1-6 1 Desain Sistem Kontol Menggunakan Fuzzy Gain Scheduling Untuk Unit Boile-Tubine Nonlinea Daiska Kukuh Wahyudianto, Tihastuti Agustinah Teknik Elekto, Fakultas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL DALAM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI

IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL DALAM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI Junal ELTEK, Vol 12 No 01, Apil 2014 ISSN 1693-4024 IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL DALAM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI Haij Mukti K 1 Penelitian ini membahas mengenai implementasi Diect Toque

Lebih terperinci

SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB. Oleh : Dody Wahjudi. Abstract

SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB. Oleh : Dody Wahjudi. Abstract SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB Oleh : Dody Wahjudi Abstact Automation contol has significant ole in human life, specifically fo science and industy.

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa 27 Analisis Pengauh Penempatan Dan Peubahan Kapasito Tehadap Unjuk Keja Moto Induksi 3-Fasa Becatu 1-Fasa Hey Punomo Abstak Moto induksi 3 fasa dalam beopeasi secaa nomal mendapat catu daya 3 fasa yang

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

HUKUM GRAVITASI NEWTON

HUKUM GRAVITASI NEWTON HUKU GVITSI NEWTON. Pesamaan Hukum Gavitasi Umum Newton Pehatikan kejadian beikut :. Kelapa yan sudah tua bisa jatuh ke tanah tanpa dipetik.. Penejun payun akan jatuh ke bawah setelah meloncat dai pesawat..

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI

PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI E Gaik Funsi Tionometi Untuk memahami unsi tionometi secaa umum, telebih dahulu kita akan membahas aik unsi tionometi dasa, aitu aik unsi = sin, = cos dan = tan Gaik

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

Fathoni Azis, I Nengah Sumerti, Ngadirin

Fathoni Azis, I Nengah Sumerti, Ngadirin Junal Teknik Elekto Vol. No.2 79 NLISIS KEUGIN DY PD SLUN TNSMISI EHV (EXT HIGH VOLTGE) DI PT. PLN PESEO PENYLUN DN PUST PENGTUN BEBN JW BLI EGIONL JW TENGH DN DIY UNIT PELYNN TNSMISI UNGN Fathoni zis,

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INVERTER FUZZY LOGIC CONTROL UNTUK PENGENDALIAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK DENGAN METODA VECTOR KONTROL

PENGEMBANGAN INVERTER FUZZY LOGIC CONTROL UNTUK PENGENDALIAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK DENGAN METODA VECTOR KONTROL MAKARA, TEKNOLOG, VOLUME 1, NO. 1, APRL 008: 1-6 PENGEMBANGAN NVERTER FUZZY LOGC CONTROL UNTUK PENGENDALAN MOTOR NDUKS SEBAGA PENGGERAK MOBL LSTRK DENGAN METODA VECTOR KONTROL Ea Puwanto, M. Ashay, Subagio,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Moto Induksi [1] Moto induksi meupakan moto listik aus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan, Penamaannya beasal dai kenyataan bahwa moto ini bekeja bedasakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI. K e l a s A. HUKUM GRAVITASI NEWTON

FIsika KTSP & K-13 HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI. K e l a s A. HUKUM GRAVITASI NEWTON KSP & K- FIsika K e l a s XI HUKUM NEWON ENANG GAVIASI ujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan mampu: menjelaskan hukum avitasi Newton; memahami konsep aya avitasi dan medan avitasi;

Lebih terperinci

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Pint) B-53 Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Keeta Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Contol Nioa Fatimah Tanzania, Tihastuti Agustinah

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP. Sri Subanti Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP. Sri Subanti Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Vol. 6. No., 0 6, Apil 003, ISSN : 40-858 ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP Si Subanti Juusan Matematika F.MIPA Univesitas Sebelas Maet Suakata. Abstact Rasio estimation

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Variasi Kuat Medan Gravitasi

Variasi Kuat Medan Gravitasi Vaiasi Kuat edan avitasi By Anawa Kuat medan avitasi bumi sanat dipenaui ole bebeapa al, antaa lain:. KETINIAN Vaiasi kuat medan avitasi akibat penau ketinian maksudnya, bawa besanya aya yan dialami ole

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

PERANCANGAN ESTIMATOR TAHANAN ROTOR MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA PENGENDALIAN TANPA SENSOR KECEPATAN

PERANCANGAN ESTIMATOR TAHANAN ROTOR MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA PENGENDALIAN TANPA SENSOR KECEPATAN PERANCANGAN ESTIMATOR TAHANAN ROTOR MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA PENGENDALIAN TANPA SENSOR KECEPATAN Akhma Musafa 1 1 Pogam Stui Teknik Elekto, Fakultas Teknik, Univesitas Bui Luhu Jl. Cileug Raya Petukangan

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Miko 5 Gelombang Miko 6 Gelombang lektomagnetik Gelombang elektomagnetik (em) tedii dai gelombang medan listik dan medan magnit ang menjala besama dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaa.

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN KINERJA MOTOR BENSIN 2 TAK 1 SILINDER YAMAHA LS 100 CC

BAB III PERHITUNGAN KINERJA MOTOR BENSIN 2 TAK 1 SILINDER YAMAHA LS 100 CC BAB III PERHITUNGAN KINERJA MOTOR BENSIN 2 TAK 1 SILINDER YAMAHA LS 100 CC 3.1 PENGERTIAN Pehitunan ulan untuk menetahui kineja dai suatu mesin, apakah kemampuan keja dai mesin tesebut masih sesuai denan

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum BAB II DASAR TEORI.1. Pengetian Umum Gokat meupakan salah satu poduk yang saat dengan teknologi dan pekembangan. Ditinjau dai segi komponen, Gokat mempunyai beagam komponen didalamnya, namun secaa gais

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF EOBAAN 4 ANGKAIAN BAND-ASS FILTE AKTIF 4. Tujuan : ) Mendemonstasikan pinsip keja dan kaakteistik dai suatu angkaian akti band-pass ilte dengan menggunakan op-amp 74. ) Band-pass ilte melewatkan semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

SIMULASI PENGENDALIAN PRIME MOVER KONVENSIONAL

SIMULASI PENGENDALIAN PRIME MOVER KONVENSIONAL SIMULASI PENGENDALIAN PRIME MOVER KONVENSIONAL Y. Arifin Laboratorium Mesin Mesin Listrik, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tadulako Email: yusnaini_arifin@yahoo.co.id Abstrak Tulisan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUAT SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN KONVERTER AC-DC-AC PADA SIFAT BEBAN YANG BERBEDA

ANALISIS DAN SIMULASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUAT SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN KONVERTER AC-DC-AC PADA SIFAT BEBAN YANG BERBEDA UNIVERSITAS INDONESIA ANAISIS DAN SIMUASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUAT SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN KONVERTER AC-DC-AC PADA SIFAT BEBAN YANG BERBEDA SKRIPSI AFIAT DIRGHANTARA 0606073713

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MOTOR BENSIN YAMAHA LS 100 CC. Abstrak

PERHITUNGAN DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MOTOR BENSIN YAMAHA LS 100 CC. Abstrak PERHITUNGAN DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MOTOR BENSIN YAMAHA LS 100 CC Teo Wiatno 1, Samsudi Rahadjo 2 dan Joko Suwinyo 3 Abstak Pada masa sekaan ini manusia membutuhkan saana tanspotasi dalam bebaai

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

Desain Pengaturan Level pada Coupled Tank Process dengan Menggunakan Metode Model Predictive Control

Desain Pengaturan Level pada Coupled Tank Process dengan Menggunakan Metode Model Predictive Control JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) F 4 Desain Penaturan Level pada Coupled Tank Process denan Menunakan Metode Model Predictive Control Evira Dyah Puspitarini, Rushdianto

Lebih terperinci

Keyword : permanent magnet, inductance, cos φ.

Keyword : permanent magnet, inductance, cos φ. RIPPLE CONTROL SIMULATION OF OUTPUT CURRENT OF CUK CONVERTER BY 6 AIR GAP AND FERRITE CORE USING APPROACH OF MAGNET NETWORK TO ELECTRICS NETWORK Bida, Mikha / 0222196 Electical Majos, Technique Faculty,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 247 2.8. PENGUAT 2.8.. Pendahuluan Pada paagap sebelumnya telah dijelaskan bagaimana semikondukto sambungan NPN atau PNP tebentuk menjadi sebuah tansisto. Pada bebeapa angkaian elektonik tansisto seing

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 1,2 Proram Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK ARUS SISI AC

BAB 3 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK ARUS SISI AC BAB 3 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK ARUS SISI AC 3.1 Pendahuluan Pada penelitian sebelumnya[7] telah dibuktikan bahwa sinyal efeensi optimum yang dapat menghasilkan iak aus keluaan yang minimum pada invete

Lebih terperinci

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3 Phasa Tanpa Sensor Kecepatan Melalui Vektor Kontrol Dengan Teknik Artificial Intelegent

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3 Phasa Tanpa Sensor Kecepatan Melalui Vektor Kontrol Dengan Teknik Artificial Intelegent Pengatuan Kecepatan Moto Induksi 3 Phasa Tanpa Senso Kecepatan Melalui Vekto Kontol Dengan Teknik Atificial Intelegent Gigih Pabowo ¹, Renny Rakhmawati ², Meidy Ivianto 3 1 Dosen Juusan Teknik Elekto Industi

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Jenuh AC dan Putus AC

Jenuh AC dan Putus AC Penguat Daya Gais beban D dan A dai Penguat Emite Sekutu Kaena kapasito dianggap hubung-singkat untuk sinyal A maka tahanan beban yang dilihat oleh tansisto adalah : = R // R L Oleh kaena itu gais beban

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban Di PT. Pusri Akibat Penambahan Generator Dan Penambahan Beban

Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban Di PT. Pusri Akibat Penambahan Generator Dan Penambahan Beban JUNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-170 Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban Di PT. Pusri Akibat Penambahan Generator Dan Penambahan Beban Baghazta

Lebih terperinci

Antena Mikrostrip Segitiga Dengan Parasitic Untuk Aplikasi Wireless Fidelity

Antena Mikrostrip Segitiga Dengan Parasitic Untuk Aplikasi Wireless Fidelity Antena Mikostip Segitiga Dengan Paasitic Untuk Aplikasi Wieless Fidelity 1 Syah Alam, 2 Kukuh Ais Santoso. 1 Univesitas 17 Agustus 1945 Jakata, syah.alam@uta45jakata.ac.id 2 Univesitas 17 Agustus 1945

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola Bab 3 Solusi Pesamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Besimeti Bola Bedasakan bentuk kanonik metik besimeti bola.18, dapat dibuat sebuah metik besimeti bola yang begantung paamete non-koodinat τ sebagai,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PONDASI MESIN. Perencanaan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang

BAB IV ANALISA PONDASI MESIN. Perencanaan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang BAB IV ANALISA PONDASI MESIN 4.1 Data Peencanaan Peencanaan pondasi mesin yang baik memelukan data-data penunjang yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pembebanan pada pondasi mesin. Datadata penunjang

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

Peninjauan Kembali Desain Transformator Untuk Meningkatkan Ketahanan Terhadap Gangguan Penyulang

Peninjauan Kembali Desain Transformator Untuk Meningkatkan Ketahanan Terhadap Gangguan Penyulang Peninjauan Kembali Desain Tansfomato Untuk Meningkatkan Ketahanan Tehadap Gangguan Penyulang Abstak: Seingnya tansfomato mengalami keusakan akibat gangguan penyulang memelukan pehatian khusus untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

Implementasi Metode Kontrol ν,ω Berbasis Proporsional Integral Untuk Kontrol Gerak Mobile Robot Berpenggerak Differensial : Studi Simulasi

Implementasi Metode Kontrol ν,ω Berbasis Proporsional Integral Untuk Kontrol Gerak Mobile Robot Berpenggerak Differensial : Studi Simulasi Implementasi Metode Kontol ν,ω Bebasis Poposional Integal Untuk Kontol Geak Mobile Robot Bepenggeak Diffeensial : Studi Simulasi Ahmad Nashul Aziz, Enda Pitowano Juusan eknik Elektonika, Mekatonika Politeknik

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PENGHAPUSAN CAPTIVE POWER TERHADAP SISTEM KELISTRIKAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK PENGHAPUSAN CAPTIVE POWER TERHADAP SISTEM KELISTRIKAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK PENGHAPUSAN CAPTIVE POWER TERHADAP SISTEM KELISTRIKAN DI INDONESIA Indyah Nudyastuti ABSTRACT Based on the esults of the BASE CASE, the total capacity of ca powe in Java is pojected to

Lebih terperinci

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK Oleh : Patriandari 2206 100 026 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BIBIT UNGGUL SAPI BALI MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BIBIT UNGGUL SAPI BALI MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR Jounal of Envionmental Enineein & Sustainable Technoloy Vol. No., July, Paes - JEEST http://jeest.ub.ac.id PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BIBIT UNGGUL SAPI BALI MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasa Mekanisme Gempa Gempa bumi adalah getaan yang tejadi di pemukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pegeakan keak bumi

Lebih terperinci